Volume 1 Nomor 2 Juli-Desember 2015 Jurnal Sains Manajemen
ISSN: 2443-0064 Vol. 1, No.2, Juli-Desember 2015
SAINS MANAJEMEN JURNAL MANAJEMEN UNSERA Kualitas Pelayanan Sebagai Alat Pemasaran Paling Efektif untuk Kepuasan Pelanggan Jasa Konstruksi Ryan Feryana Kurniawan Analisa Kesenjangan Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Konsumen Rental Kendaraan di ACR Rent Car Pekanbaru Riau Dedi Iskamto Keputusan Memilih Unsera untuk Melanjutkan Studi dan FaktorFaktor yang Memengaruhinya Muhammad Johan Widikusyanto Hermansyah Andi Wibowo Mekanisme Tata Kelola Perusahaan dan Manajemen Laba dalam Menjelaskan Pengaruh Economic Value Added terhadap Penciptaan Nilai Bagi Pemegang Saham Kartika Sari Lubis Pengaruh Kepuasan Kerja Dan Stres Kerja Terhadap Turnover Intention (Studi Kasus Pada PT. Istana Kebayoran Raya Motor Cabang Pondok Indah) Eddy Nugroho Anwar Santoso Pengaruh Budaya Organisasi dan Kemampuan Pimpinan Terhadap Kinerja Pegawai pada Madrasah Aliyah (MA) Ihsaniyah Kota Serang Syamsudin Adeng Gunawan Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya Sains Volume Diterbitkan Oleh: Manajemen 1 Program Studi Manajemen
Nomor 2
Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya
Halaman 80-158
Juli Desember
2015
Jurnal Sains Manajemen
Vol. 1, ISSN: No.2, Juli-Desember 2443-0064 2015
SAINS MANAJEMEN SUSUNAN DEWAN REDAKSI PENANGGUNG JAWAB Denny Kurnia, MM. DEWAN REDAKSI Pimpinan Redaksi Muhammad Johan Widikusyanto, M.Sc. Sekretaris Nafiudin, MM. Anggota Deviyantoro, MM. Ratu Erlina Gentari, MM. Martina Rahmawati Masitoh, M.Sc. Hermansyah Andi Wibowo, MM.
MITRA BESTARI Dr. R. Eddy Nugroho Dr. Lutfi Dr. Wawan Ichwanudin
DESAIN GRAFIS Rian Agustian
ALAMAT REDAKSI Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya Jl. Raya Serang-Cilegon Km.5 (Taman Drangong), Serang – Banten Telp. 0254 – 8235007, Fax. 8235008, E-mail:
[email protected]
Diterbitkan Oleh:
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya
Jurnal Sains Manajemen
Vol. 1, No.2, Juli-Desember 2015
SAINS MANAJEMEN Jurnal Manajemen Unsera
Kualitas Pelayanan Sebagai Alat Pemasaran Paling Efektif untuk Kepuasan Pelanggan Jasa Konstruksi Ryan Feryana Kurniawan
1-9
Analisa Kesenjangan Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Konsumen Rental Kendaraan di ACR Rent Car Pekanbaru Riau Dedi Iskamto
10-20
Keputusan Memilih Unsera untuk Melanjutkan Studi dan Faktor-Faktor yang Memengaruhinya Muhammad Johan Widikusyanto Hermansyah Andi Wibowo
21-35
Mekanisme Tata Kelola Perusahaan dan Manajemen Laba dalam Menjelaskan Pengaruh Economic Value Added terhadap Penciptaan Nilai bagi Pemegang Saham Kartika Sari Lubis
36-52
Pengaruh Kepuasan Kerja Dan Stres Kerja Terhadap Turnover Intention (Studi Kasus Pada PT. Istana Kebayoran Raya Motor Cabang Pondok Indah) Eddy Nugroho Anwar Santoso
53-75
Pengaruh Budaya Organisasi dan Kemampuan Pimpinan Terhadap Kinerja Pegawai pada Madrasah Aliyah (MA) Ihsaniyah Kota Serang Syamsudin Adeng Gunawan
76-85
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
KUALITAS PELAYANAN SEBAGAI ALAT PEMASARAN PALING EFEKTIF UNTUK KEPUASAN PELANGGAN JASA KONSTRUKSI Ryan Feryana Kurniawan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sebelas April Sumedang ABSTRACK With the publication Law Number 32 Year 2004 regarding Regional Government, has opened an opportunity for local governments to cooperate with various parties, both local governments and other third party, namely the Ministry/Department or Non another name, private companies are legal entities, state , enterprises, cooperatives, foundations and other institutions in the country with legal status. Procurement of construction work in the field of public works that meet the values and competitive procurement indispensable for the availability of quality infrastructure that will have an impact on improving public services. One strategy that should be done by the provider of construction services in maintaining or increasing the number of customers is to provide quality service. With an optimal service quality, the party is expected to provide construction services will be able to meet the expectations of consumers, capable of winning the competition that will ultimately earn the maximum profit. Keywords: Service Quality, Satisfaction, Construction Services ABSTRAK Dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah membuka kesempatan bagi Pemerintah Daerah untuk melakukan kerja sama dengan berbagai pihak, baik Pemerintah Daerah lain maupun Pihak Ketiga yaitu Departemen/Lembaga Non Departemen atau sebutan lain, perusahaan swasta yang berbadan hukum, BUMN, BUMD, koperasi, yayasan dan lembaga lainnya di dalam negeri yang berbadan hukum. Pengadaan pekerjaan konstruksi di bidang pekerjaan umum yang memenuhi tata nilai pengadaan dan kompetitif sangat diperlukan bagi ketersediaan infrastruktur yang berkualitas sehingga akan berdampak pada peningkatan pelayanan publik. Salah satu strategi yang harus dilakukan oleh pihak penyedia jasa konstruksi dalam mempertahankan atau meningkatkan jumlah pelanggan adalah dengan memberikan pelayanan yang berkualitas. Dengan kualitas pelayan yang optimal, diharapkan pihak yang memberikan jasa konstruksi akan mampu memenuhi harapan dari konsumennya, mampu memenangkan persaingan yang pada akhirnya akan memperoleh laba yang maksimal. Kata Kunci: Kualitas Pelayanan, Kepuasan, Jasa Konstruksi.
1
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
PENDAHULUAN Pembangunan nasional ditujukan untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Suatu kenyataan yang dihadapi oleh pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan ini adalah masalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan dapat dilakukan apabila sistem produksi dapat digiatkan, yang meliputi pengolahan/ pemanfaatan sumber daya alam yang dimiliki Negara. Dengan dapat diciptakannya sistem produksi, maka kesempatan kerja dan pendapatan dari masyarakat dapat ditingkatkan, karena dengan pendapatan yang lebih baik masyarakat dimungkinkan mengembangkan keahlian dan keterampilan dirinya masing-masing ketingkat yang lebih mapan yang pada akhirnya akan disumbangkan pada pembangunan itu sendiri. Oleh sebab itu agar sistem produksi dapat berjalan dengan baik maka prasyarat yang berupa masukan (input) untuk penyediaan prasarana dan sarana fisik harus dapat disediakan dalam waktu yang tepat yang berupa masukan teknologi, keahlian dan keterampilan kerja serta kemampuan tatalaksana serta pengalaman kerja. Sejalan dengan pemberian kewenangan yang lebih luas yang diberikan kepada daerah, secara tidak langsung tanggung jawab pemerintah daerah akan pelayanan terhadap masyarakat juga semakin besar. Dengan tanggung jawab yang semakin besar pemerintah daerah diharapkan mampu untuk mengembangkan strategi yang tepat untuk menyelesaikan masalah dan meningkatkan kualitas Melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah membuka kesempatan bagi Pemerintah Daerah untuk melakukan kerja sama dengan berbagai pihak, baik Pemerintah Daerah lain maupun Pihak Ketiga yaitu Departemen/Lembaga Non Departemen atau sebutan lain, perusahaan swasta yang berbadan hukum, BUMN, BUMD, koperasi, yayasan dan lembaga lainnya di dalam negeri yang berbadan hukum. Dalam hal ini Pemerintah Daerah dituntut untuk lebih proaktif, kreatif dan inovatif dalam mengelola serta mengembangkan potensi daerah untuk memenuhi kebutuhannya. Pemberian kewenangan ini dapat kita lihat dalam Pasal 195 dan Pasal 196 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang mengatur bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat daerah dapat melaksanakan Kerjasama Daerah baik kerjasama daerah dengan daerah lain maupun kerjasama daerah dengan Pihak Ketiga. Pengadaan pekerjaan konstruksi di bidang pekerjaan umum yang memenuhi tata nilai pengadaan dan kompetitif sangat diperlukan bagi ketersediaan infrastruktur yang berkualitas sehingga akan berdampak pada peningkatan pelayanan publik. Jasa konstruksi bermakna sangat luas namun bidang jasa konstruksi pada umumnya meliputi Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengawasan pekerjaan konstruksi. Dalam Undang-undang Jasa Konstruksi No. 18 Tahun 1999 menyebutkan bahwa Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultasi, perencanaan pekerjaan konstruksi dan layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi. Sedangkan pengertian Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan
2
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain. Kegiatan pemasaran perusahaan jasa konstruksi pada dasarnya adalah menjual “janji”, yaitu membuat bangunan dengan gambar dan persyaratan lainnya dengan biaya dan waktu pelaksanaan yang telah ditetapkan, dan kegiatan produksi adalah merealisasikan “janji” tersebut. Dampak positif dari keberhasilan produk merupakan merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang pemasaran, karena kepuasan pelanggan atas hasil kerja dari perusahaan jasa konstruksi yang bermutu dan tepat waktu akan mengangkat citra perusahaan di mata pelanggan/pemilik proyek dan menjadi rekomendasi untuk memilih pelaksana proyek. Keberhasilan produk jasa konstruksi dapat berupa, kemampuan untuk menyelesaikan proyek/pekerjaan tepat waktu,yang telah ditetapkan dalam kontrak kerja pekerjaan konstruksi, kemampuan dalam menyelesaikan proyek dengan kualitas yang sesuai dengan kontrak kerja pekerjaan konstruksi dan keselamatan kerja yang baik, kemampuan berkomunikasi dengan baik kepada semua pihak selama masa pelaksanaan proyek dalam hal ini kepada pemilik proyek maupun masyarakat dimana proyek tersebut dilakukan, kemampuan memberikan pelayanan yang baik setelah proyek diserahkan kepada pemilik proyek (after sales service), memiliki produk unggulan (spesialis di bidang gedung, spesialis di bidang irigasi, dsb), merupakan faktor yang menentukan dalam menetapkan strategi bersaing perusahaan. Ketidak mampuan perusahaan jasa konstruksi dalam melaksanakan faktor-faktor tersebut diatas dapat berimbas pada ketidakpuasan pelanggan/pemilik proyek sehingga akan menimbulkan masalah dan mencoreng citra perusahaan di mata pemilik proyek dan akan menimbulkan keengganan dari pemilik proyek untuk menggunakan jasa dari perusahaan seperti ini. Perusahaan jasa konstruksi yang tidak memperhatikan faktor-faktor penting yang meliputi waktu, biaya serta mutu dan keamanan tersebut di atas tentu saja menimbulkan ketidakpuasan pelanggan/pemilik proyek, sehingga pemilik proyek enggan untuk kembali memakai jasa perusahaan yang bermasalah ini, bahkan bisa memasukkan perusahaan jasa konstruksi yang bermasalah ini ke dalam daftar hitam perusahaan yang tentu saja akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini tentu tidak terlepas dari masalah kualitas pelayanan yang menurut Philip Kotler (1997: 93) tediri dari reliability (keandalan), responsiveness (daya tanggap), assurance (jaminan), empathy (empati) dan tangibles (bukti fisik) yang diberikan perusahaan kepada konsumen dari mulai mendapatkan informasi pekerjaan, persiapan pekerjaan, pelaksanaan pekerjaan, serah terima pekerjaan serta pemeliharaan hasil pekerjaan. Permasalahan Dari uraian diatas menimbulkan permaalahan yang dapat dikaji yaitu upaya-upaya apa saja yang perlu dilakukan oleh perusahaan jasa konstruksi untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan.
3
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
Pembahasan Istilah pemasaran dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama marketing. Kemudian diserap ke dalam bahasa kita dan diterjemahkan dengan istilah pemasaran. Masalahmasalah pokok dalam pemasaran ini lebih dititikberatkan tentang cara penjualan barang, jasa, pendistribusiannya, promosi, produksi sehingga konsumen merasa tertarik untuk mengkonsumsinya. Jadi, pemasaran ini mengatur bagaimana supaya barang dan jasa-jasa dapat terjual seoptimal mungkin dan dengan mendapat laba yang wajar (Hasibuan, 2006:22). Menurut Kotler. P (1997:8) “Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain”, sedangkan menurut Maynard dan Backman dalam Alma (2007:1) “pemasaran berarti segala usaha yang meliputi penyaluran barang dan jasa sektor produksi ke sektor konsumsi”. Sejauh ini sudah banyak pakar yang telah berusaha mendefinisikan jasa. Beberapa pendapat ahli tentang jasa, yaitu: Alma (2007:243) menyatakan bahwa “jasa adalah suatu kegiatan ekonomi yang outputnya bukan produk dikonsumsi bersamaan dengan waktu produksi dan memrikan nilai tambah (seperti kenikmatan, hiburan, santai, sehat) bersifat tidak berwujud. Sedangkan menurut Kotler.P (1998:83) “jasa adalah setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible atau tidak berwujud fisik dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu”. Stanton W. J (1993: 529) menyatakan bahwa “jasa adalah sesuatu yang dapat diidentifikasi secara terpisah tidak berwujud, ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan. Jasa dapat dihasilkan dengan menggunakan benda-benda berwujud atau tidak”. Sedangkan menurut Swastha (1984: 318) jasa dapat didefinisikan sebagai “barang yang tidak kentara (intangible product) yang dibeli dan dijual di pasar melalui suatu transaksi pertukaran yang saling memuaskan”. Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa jasa selalu ada aspek interaksi antara pihak konsumen dengan pihak pemberi jasa, meskipun pihak-pihak yang terlibat tidak selalu menyadari. Jasa juga bukan suatu barang, akan tetapi jasa adalah suatu proses atau aktivitas dan aktivitas-aktivitas tersebut tidak berwujud. Produk jasa memiliki karakteristik yang berbeda dengan barang. Berbagai riset dan literatur pemasaran jasa mengungkapkan bahwa jasa memiliki sejumlah karakteristik unik yang membedakannya dari barang dan berdampak pada cara memasarkannya. Menurut Kotler. P (1997:84) jasa memiliki empat karakteristik utama yang sangat mempengaruhi rancangan program pemasaran, yaitu: 1. Intangibility (tidak berwujud), jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba didengar atau dicium sebelum jasa itu dibeli. 2. Inseparibility (tidak terpisahkan), umumnya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan. Tidak seperti barang fisik yang diproduksi, disimpan dalam persediaan, didistribusikan lewat berbagai penjual, dan kemudian baru dikonsumsi.
4
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
3. Variability (bervariasi), karena tergantung pada siapa yang menyediakan serta kapan dan dimana jasa itu dilakukan, jasa sangat bervariasi. 4. Perishability (mudaj lenyap), jasa tidak bisa disimpan. Menurut Tjiptono (2007:18) secara garis besar karakteristik tersebut terdiri atas: 1. Intangibility, jasa berbeda dengan barang. Bila barang merupakan suatu objek, alat, atau suatu benda maka jasa adalah suatu perbuatan, tindakan, pengalaman, proses, kinerja (performance) atau usaha. Oleh sebab itu, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, didengar, atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi. 2. Inseparability, barang biasanya diproduksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi. Sedangkan jasa umumnya dijual terlebih dahulu baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama. 3. Variability/Heterogeneity/Inconsistency, jasa bersifat sangat variable karena merupakan non-standarized output, artinya banyak variasi bentuk, kualitas, dan jenis, tergantung kepada siapa, kapan, dan dimana jasa tersebut diproduksi. 4. Perishability, berarti jasa tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. 5. Lack of Ownership¸merupakan perbedaan dasar antara jasa dan barang. Pada pembelian barang, konsumen memiliki hak penuh atas penggunaan dan manfaat produk yang dibelinya. Mereka bias mengkonsumsi, menyimpan dan menjualnya. Dilain pihak, pada pembelian jasa pelanggan hanya memiliki akses personal atas suatu jasa untuk jangka waktu yang terbatas. Pembayaran biasanya ditujukan untuk pemakaian akses atau penyewaan item-item tertentu yang berkaitan dengan jasa yang ditawarkan. Namun untuk jasa konstruksi ada keunikan tersendiri karena karakteristik usahanya terletak pada daerah abu-abu, antara industri barang dan industri jasa karena menurut sifatnya jasa konstruksi ini memproduksi jasa, tetapi dalam proses produksinya sama dengan industri barang, dimana produknya berupa fisik (bangunan), lebih spesifik lagi Istimawan (2010:24) menyebutkan bahwa karakteristik jasa konstruksi adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
Produk berbentuk fisik (bangunan), termasuk jenis industri barang. Mengolah bahan baku, termasuk industri barang. Ditawarkan lebih dulu, baru diproduksi, termasuk jenis industri jasa. Produksi bersamaan dengan konsumsi, tetapi kadang tidak bersamaan, termasuk jenis industri barang/jasa. 5. Produk dapat disimpan, termasuk jenis industri barang. 6. Lokasi produksi tidak tetap, termasuk jenis industri jasa. 7. Standar produk tidak tetap, termasuk jenis industri jasa. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ada faktor utama yang mempengaruhi kualitas pelayanan yaitu jasa yang diharapkan dan jasa yang dipersepsikan. Apabila jasa yang dirasakan sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas pelayanan tersebut akan dipersepsikan baik atau positif. Demikian juga sebaliknya apabila jasa yang dipersepsikan lebih jelek dibandingkan dengan jasa yang diharapkan, maka kualitas jasa 5
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
dipersepsikan negatif atau buruk. Maka baik tidaknya kualitas pelayanan tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pelanggannya secara konsisten.Untuk mempermudah penilaian dan pengukuran kualitas pelayanan dikembangkan suatu alat ukur kualitas layanan yang disebut SERVQUAL (service Quality). Pengukuran kualitas jasa dalam model SERVQUAL didasarkan pada skala multi item yang dirancang untuk mengukur harapan dan persepsi pelanggan yang terdapat lima dimensi utama (Kotler, 1997: 93) yakni sebagai berikut: 1. Reliabilitas/keandalan (reliability), yakni kemampuan untuk menunjukkan atau melaksanakan service yang dijanjikan secara tepat dan dapat dipercaya. Pelayanan harus tepat waktu dalam spesifikasi yang tanpa kesalahan kapan saja pelayanan diberikan. Ketepatan menepati janji, menurut Asiyanto (2010: 31) kegiatan pemasaran pada jasa konstruksi dasarnya menjual “janji” yaitu membuat bangunan sesuai dengan gambar dan persyaratan lainnya, oleh karena itu, bila janji yang telah tertuang dalam kontrak tidak dapat dipenuhi maka perusahaan akan menghadapi banyak resiko. Dalam pekerjaan jasa konstruksi ketepatan waktu sangatlah menentukan. Pekerjaan yang selesai sebelum batas waktu yang ditentukan dalam kontrak konstruksi merupakan salah satu faktor yang menentukan keandalan suatu perusahaan. Perusahaan harus dapat bertindak seefektif mungkin, agar memperoleh hasil besar dengan sedikit usaha yang dijalankan, memanfaatkan waktu yang terbatas itu untuk memulai kegiatan apapun guna mencegah kemungkinan terjadinya pekerjaan yang terbengkalai. Kesesuaian pelaksanaan, menurut Friedman (2004: 7) “kinerja perusahaan yang baik dalam arti menyelesaikan proyek tepat waktu, memenuhi target biaya serta sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen merupakan promosi yang lebih tepat dan efektif bagi perusahaan jasa konstruksi dibandingkan promosi iklan melalui media”, perusahaan jasa konstruksi harus cermat dalam menghitung berapa banyak pekerja yang dibutuhkan, bahan apa saja yang sesuai dengan standar yang diinginkan oleh pemilik pekerjaan dengan harga yang bersaing, melakukan kontrol dalam pendistribusian bahan bangunan dan dalam pelaksanaan pekerjaan sehingga tidak banyak terjadi kerusakan pada bahan bangunan yang digunakan yang akan menimbulkan biaya baru untuk penggantian kerusakan sehingga pekerjaan dapat terselesaikan tidak melampaui anggaran yang sudah ditentukan oleh pemilik pekerjaan. Namun sekalipun perusahaan jasa telah berusaha melakukan yang terbaik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan, seringkali kegagalan jasa tidak terelakkan. Dalam menyikapi kegagalan jasa, perusahaan tidak hanya cukup dengan peduli terhadap kesalahan itu saja tetapi harus diikuti dengan bagaimana perusahaan tersebut dengan sungguh-sungguh memperbaiki kegagalan tersebut, sehingga perusahaan tidak akan kehilangan pelanggannya. Menurut Tjiptono (2007: 450) “setiap perusahaan pasti membuat kesalahan, namun bagaimana kepedulian dan kesungguhan perusahaan untuk menangani kesalahan tersebut merupakan faktor kunci yang menentukan keberhasilan atau kegagalan dalam mempertahankan pelanggan”. 6
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
2. Daya tanggap (responsiveness), yaitu kerelaan untuk membantu pelanggan dan memberikan service yang tepat. Kemampuan perusahaan jasa konstruksi dalam mengusahakan pelanggan tetap terinformasi, misalnya kapan layanan akan dilakukan sangatlah penting misalkan dengan memberikan suarat pemberitahuan mulai pekerjaan beberapa hari sebelum pelaksanaan pekerjaan, hal ini ditujukan agar pelanggan tidak merasa kebingungan dengan ketidak jelasan informasi dari perusahaan, kemudian menurut Zeithaml dan Bitner dalam Tjiptono(2007: 277) memberikan layanan yang cepat dan tepat pada pelanggan dengan tidak bersifat birokratis, setelah dikeluarkannya surat perintah kerja dari pemilik pekerjaan maka segeralah laksanakan pekerjaan tersebut sehingga tidak timbul kesan bahwa perusahaan berleha-leha dalam melaksanakan pekerjaannnya dan pekerjaan bisa selesai dengan waktu yang telah ditentukan. Menangani masalah yang terjadi di lapangan dengan segera sehingga pelanggan tidak lama menunggu, keinginan untuk menanggapi dan membantu pelanggan dalam menanggapi permintaan khusus , serta adaptif terhadap perubahan merupakan komponen komponen responsiveness yang harus dimiliki oleh perusahaan jasa konstruksi dalam melayani pelanggannya. 3. Jaminan (assurance), mencakup pengetahuan, kesopanan dan kemampuan karyawan untuk menyampaikan kepercayaan dan keyakinan kepada pelanggan sehingga pelanggan merasa aman dan terjamin. Menumbuhkan kepercayaan terhadap pelanggan sangatlah penting untuk menjaga nama baik perusahaan. Menurut Tjiptono (2007: 474) bahwa kepercayaan terhadap suatu produk jasa dapat didefinisikan sebagai jaminan kualitas atau umur pemakaian yang diharapkan atas produk yang dijual dan seringkali disertai janji pengembalian uang, reparasi atau pengerjaan ulang, selanjutnya rasa aman yang timbul dari adanya suatu kepercayaan yang tinggi dari pelanggan akan pelayanan yang diterima, tentunya pelayanan yang diberikan memberikan suatu jaminan kepercayaan yang maksimal. Adapun kesopanan dan kemampuan karyawan untuk menyampaikan kepercayaan dan keyakinan kepada pelanggan agar merasa aman dan terjamin dapat dihasilkan dengan latihan yang dilakukan perusahaan dalam mendidik karyawannya. Pelatihan sebagai investasi untuk human capital sejak dulu selalu dilakukan dalam organisasi industri, pimpinan puncak harus belajar bagaimana merumuskan visinya, mendelegasikan wewenangnya kepada bawahannya dan melatihnya. selanjutnya para pekerja tingkat bawah harus belajar bagaimana menampung suara-suara dari pelanggan dan memecahkan persoalan yang timbul dalam pekerjaannya sehingga para pelanggan merasa mendapatkan jaminan dari perusahaan. Menurut Ranupandojo dan Husnan (1996: 72) menyatakan “manajer-manajer yang efektif menyadari bahwa latihan adalah suatu proses yang berjalan terus-menerus dan tidak hanya proses sesaat saja.” Masalah-masalah baru, prosedur-prosedur baru, peralatan-peralatan baru, pengetahuan dan jabatan baru selalu timbul dalam organisasi yang dinamis dan merupakan kebutuhan manajemen dalam pemberian instruksi-instruksi kepada para karyawan untuk kepentingan kelangsungan hidup perusahaan.
7
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
4. Empati (empathy), meliputi kemudahan dalam menjalin relasi, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan pemahaman atas kebutuhan individual para pelanggan. Menurut Panuju (1995: 4) “komunikasi diartikan sebagai transfer informasi atau pesan-pesan (messages) dari pengirim pesan (komunikator) kepada penerima (komunikan).” Dengan catatan pula bahwa proses komunikasi tersebut bertujuan mencapai saling pengertian (mutual understanding). Zeithaml dan Bitner dalam Tjiptono (2007: 275) menerangkan dalam perusahaan jasa bahwa komunikasi memberikan informasi kepada pelanggan dalam bahasa yang dapat mereka pahami serta selalu mendengarkan saran dan keluhan mereka, sehingga perusahaan dapat memahami dan tanggap akan kebutuhan spesifik pelanggan serta dapat mengenal pelanggannya dengan baik. Friedman (2003: 8) menambahkan hubungan baik dengan pelanggan dan menjaga kelanggengan hubungan baik melalui komunikasi yang jujur dan obyektif sangat penting untuk menghindari perselisihan, keterlambatan dan biaya ekstra merupakan kunci untuk menjaga kemungkinan memperoleh pekerjaan berikutnya 5. Bukti fisik (tangible), meliputi bukti fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi. Tangibles ini merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal termasuk pelanggan., penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan perusahaan. Bukti fisik dari suatu perusahaan jasa sangatlah penting untuk meyakinkan konsumen bahwa perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang benar-benar berkompeten. Alma (2007: 280) menambahkan sifat jasa yang tidak berwujud mendorong konsumen untuk memperhatikan benda berwujud yang menghasilkan jasa. Sebagai contoh, para penumpang jasa transportasi akan melihat mobil atau bus yang ditumpanginya, apakah kotor, banyak bekas tabrakan, daya tarik sopir dll. Penampilan karyawan juga merupakan salah satu faktor yang penting suatu perusahaan dalam mengelola bukti fisiknya, misalnya dengan menggunakan pakaian seragam, ramah tamah, penyambut tamu berpakaian adat tertentu pada waktu tertentu.
KESIMPULAN DAN SARAN Pemasaran yang efektif bagi perusahaan jasa konstruksi adalah dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan yang dimilikinya, karena bagi perusahaan jasa konstruksi yang tidak menjual barang, kualitas pelayananlah yang menjadi faktor krusial dalam pemasarannya sehingga apabila keseluruhan dimensi kualitas pelayanan ini dilakukan dengan sebaikbaiknya maka akan timbul kepuasan dari para pemilik pekerjaan yang tentu akan selalu menggunakan jasa perusahaan tersebut sebagai akibat rasa puas diperoleh dari pelayanan yang diberikan perusahaan.
8
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari (2007). Manajemen Pemasaran Dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta. Asiyanto (2010). Manajemen Produksi Untuk Jasa Konstruksi. Jakarta: Pradnya Paramita Dipohusodo, Istimawan (1996). Manajemen Proyek dan Konstruksi. Yogyakarta: Kanisius. --------------------------------(2003). Buku Referensi Untuk Kontraktor Bangunan Gedung Dan Sipil. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Friedman, Warren (2003). Construction Marketing and Strategic Planning. McGraw-Hill Book Company Hasibuan, Malayu S.P. (2006). Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta: Bumi Aksara. Kotler, Philip (1997). Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Jakarta: Prenhallindo. Kotler, Philip (1998). Manajemen Pemasaran. Jilid 2. Jakarta: Prenhallindo. Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller (2007). Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Jakarta: Macanan Jaya Cemerlang Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller (2007). Manajemen Pemasaran. Jilid 2. Jakarta: Macanan Jaya Cemerlang Panuju, Redi (1995). Komunikasi Bisnis. Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi. Porter, Michael E. (1994). Keunggulan Bersaing, Menciptakan dan Mempertahankan Kinerja Unggul. Jakarta: Binarupa Aksara. Ranupandojo, Heidjrachman dan Suad Husnan (1986). Manajemen Personalia. Yogyakarta: BPFE. Swastha, Basu (1984). Azas-Azas Marketing. Yogyakarta: Liberty. Tjiptono, Fandy (2007). Pemasaran Jasa. Malang: Bayumedia Publishing. www.google.com Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07/PRT/M/2011 tentang Standar Dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Dan Jasa Konsultasi. Diakses 12 Januari 2012. www.google.com Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi. Diakses 11 Maret 2012. www.google.com Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Diakses 11 Maret 2012.
9
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
ANALISA KESENJANGAN KUALITAS PELAYANAN DAN KEPUASAN KONSUMEN RENTAL KENDARAAN DI ACR RENT CAR PEKANBARU RIAU Dedi Iskamto Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau
[email protected]
ABSTRACT Customer satisfaction is specific to the overall evaluation of the services provided, so that customer satisfaction can only be assessed based on the experience after the process of service delivery. Customer satisfaction, especially in services becomes imperative for the company to remain successful. The difference between consumer expectations regarding the performance of companies and consumers about the actual performance assessment provides a consumer perceptions of service quality. The difference occurs because of the gap between customer expectations and reality (performance) services received; The gap exists as a result of non-fulfillment of the expectations of the customers. In order to reduce this gap service providers need to adopt ways to eliminate the gap it’s necessary to evaluation satisfaction level of consumer. In this research, customer satisfaction index (CSI) use to know customer satisfaction level of ACR Rent Car services and importance performance analysis (IPA) to know which attributes of services need to improve. Data collect with Questioner. It’s used non probability sampling, located of reseach is in ACR Rentcar Pekanbaru Riau. Keywords: Service Quality, ACR Rent car, Tangible, Reliability, Responsiveness, Assurance, Emphaty, Importance Performance Analysis. ABSTRAK Kepuasan pelanggan adalah spesifik untuk evaluasi keseluruhan layanan yang disediakan, sehingga kepuasan pelanggan hanya dapat dinilai berdasarkan pengalaman setelah proses pelayanan. Kepuasan pelanggan, terutama dalam layanan menjadi keharusan bagi perusahaan untuk tetap sukses. Perbedaan antara harapan konsumen mengenai kinerja perusahaan dan konsumen tentang penilaian kinerja aktual menyediakan persepsi konsumen terhadap kualitas layanan. Perbedaan terjadi karena kesenjangan antara harapan pelanggan dan kenyataan (kinerja) jasa yang diterima; Kesenjangan ada sebagai akibat dari tidak terpenuhinya harapan pelanggan. Untuk mengurangi kesenjangan ini penyedia layanan harus mengadopsi cara-cara untuk menghilangkan kesenjangan, ini perlu untuk mengevaluasi tingkat kepuasan konsumen. Dalam penelitian ini, indeks kepuasan pelanggan (CSI) digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan Jasa ACR Rentcar dan analisis kinerja penting (IPA) untuk mengetahui atribut pelayanan yang perlu ditingkatkan. Data dikumpulkan dengan kuesioner. Teknik sampling yang digunakan adalah non probability sampling, lokasi penelitian di ACR Rentcar Pekanbaru Riau.
Kata Kunci: Kualitas Layanan, ACR Rentcar, Tangible, Reliability, Responsiveness, Assurance, Emphaty, Importance Performance Analysis.
10
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
PENDAHULUAN Membaiknya ekonomi masyarakat disertai juga dengan meningkatnya kebutuhan sekunder diantaranya adalah kendaraan roda empat. Sesuai data dinas perhubungan Provinsi Riau setiap tahun terjadi peningkatan jumlah kendaraan sebanyak 20%-30%. Selain kendaraan pribadi yang terus tumbuh adalah penggunaan kendaraan untuk perusahaan. ACR Rentcar adalah salah satu perusahaan rental mobil terbesar di Kota Pekanbaru. Saat ini memiliki hampir 200 unit kendaraan yang terdiri dari berbagai tipe dan merek kendaraan seperti Toyota Avanza, Toyota Innova, Toyota Fortuner, Toyota Camry, Toyota Altis, Toyota Rush, Daihatsu Xenia, Daihatsu Terios, Pajero Sport, Triton Double Cabin, Ford Ranger, Isuzu Panther, Toyota Alpard dan lain-lain. Untuk konsumen, Konsumen utama ACR Rent Car adalah perusahaan sebesar 80% dan konsumen Pribadi 20%. Konsumen perusahaan umumnya berlangganan dalam tempo panjang yakni tahunan dengan sistem pembayaran bulanan sedangkan konsumen pribadi umumnya adalah konsumen jangka pendek atau harian. Untuk konsumen Jangka Panjang 35% menggunakan Driver dari ACR Rent Car sedangkan 65% tidak menggunakan sopir. Kondisi sebaliknya terjadi untuk konsumen perorangan 75% menggunakan driver dari ACR Ren Car dan hanya 25% yang tidak menggunakan driver atau membawa sendiri dalam istilah lain “Lepas Kunci”. Setiap konsumen tentunya menginginkan pelayanan yang prima dan menginginkan kepuasan, apalagi jika mereka harus membayar mahal untuk pelayanan yang didapatkan.
Tinjauan Literlatur Menurut Parasuraman, et al. (1988) kualitas jasa merupakan perbandingan antara jasa yang dirasakan (persepsi) konsumen dengan kualitas jasa yang diharapkan konsumen. Jika kualitas layanan yang dirasakan sama atau melebihi kualitas layanan yang diharapkan, maka layanan dikatakan berkualitas dan memuaskan. Sedangkan Menurut Tjiptono (2006), kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan konsumen. Dengan kata lain ada dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa, yaitu expected, service dan perceived service atau kualitas jasa yang diharapkan dan kualitas jasa yang diterima atau dirasakan. Suatu cars agar perusahaan dapat unggul bersaing adalah memberikan jasa dengan kualitas yang lebih baik dari pesaingnya secara konsisten. Harapan konsumen dibentuk oleh pengalaman masa lalu, pembicaraan dari mulut ke mulut serta promosi yang dilakukan oleh perusahaan jasa kemudian dibandingkannya produk sejenis. Kualitas total suatu jasa terdiri atas 3 komponen utama menurut Gronroos dalam (Tjiptono, 2004), diuraikan sebagai berikut; (a). Technical quality, yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas output (keluaran) jasa yang diterima pelanggan. Pelayanan yang berhubungan dengan outcome pelayanan yang meliputi fasilitas fisik, perlengkapan dan peralatan yang digunakannya (teknologi), memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan 11
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
secara akurat, terpercaya, dan memuaskan. (b). Funcional Quality, yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas cara penyampaian suatu jasa. Merupakan sesuatu yang lebih banyak berhubungan dengan proses penyampaian atau bagaimana pelayanan diberikan kepada pelanggan. Yaitu meliputi penyampain informasi yang jelas, kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para pengguna. (c). Corporate Image, yaitu sesuatu yang berhubungan dengan reputasi dari produsen yang menyediakan jasa. Yaitu meliputi sopan santun dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki oleh karyawan atau tenaga medis, bebas dari bahaya atau resiko atau keraguraguan serta penampilan pegawainya. Sedangkan dimensi atau tolak ukur yang digunakan untuk. mengukur layanan sebagai bahan pertimbangan oleh konsumen menggunakan lima dimensi ServQual ( Berry, Zeithaml, Parasuraman, 1998:12), yaitu: 1. Tangible (Bukti Fisik), adalah segala sesuatu yang menyangkut keberadaan fisik atau sarana untuk mendukung terlaksananya aktivitas operasional secara nyaman. Atribut Tangible merupakan alat promosi bagi perusahaan, dengan tangible yang baik, biasanya konsumen akan terpicu harapannya lebih tinggi, narnun tangible harus dimanage dengan tepat supaya konsumen tetap memilliki impresi positif terhadap kualitas pelayanan. Disini Tangible dapat berupa kendaraan, ruang tunggu, gedung kantor, dan peralatan pendukung lainnya. 2. Realiable (Keandalan), yaitu keampuan perusahaan memberikan pelayanan secara akurat, kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan tepat dan terpercaya. 3. responsiveness (Daya tanggap), kemauan untuk membantu konsumen dan memberikan jasa dengan cepat dan tanggap. yang dijanjikan. Responsiveness merupakan sesuatu yang paling sering di komplain oleh konsumen. untuk meningkatkan responsiveness diperlukan upaya pelatihan. Pembentukan budaya zero found. Meningkatkan sarana yang memungkinkan perusahaan memberikan pelayanan exellent. 4. Assurance (Jaminan), adalah dimensi kualitas pelayanan yang menonjolkan kemampuan perusahaan atau instansi dan kualitas fronline staff yang meliputi pengetahuan, kompetensi, kesopanan dan sifat dapat dipercaya untuk memberikan rasa nyaman dan aman pada konsumen. 5. Empathy (Empati), meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan para konsumen.
Kepuasan konsumen Dalam kepuasan konsumen terdapat tiga komponen utama, yaitu: 1. 2.
Kepuasan konsumen merupakan respon (emosional atau kognitif). Respon tersebut menyangkut fokus tertentu (ekspektasi, produk, pengalaman konsumsi dan seterusnya). 12
Jurnal Sains Manajemen
3.
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
Respon terjadi pada waktu tertentu (setelah konsumsi, setelah pemilihan) produk barang atau jasa berdasaran pengalaman akumulatif.
Philip Kotler (2000:42) menyatakan bahwa kepuasan konsumen yaitu tingkat dimana anggapan kinerja (perceived performance) produk akan sesuai dengan harapan seorang konsumen. Bila kinerja produk jauh lebih rendah dibandingkan harapan konsumen, konsumen tidak puas. Sebaliknya bila kinerja sesuai dengan harapan atau melebihi harapan, konsumen merasa puas atau merasa amat gembira. Seiring dengan pendapat diatas Purnorno (2003:195) mengartikan kepuasan konsumen sebagai " perbedaan antara harapan dan kinerja atau basil yang diharapkan", maksudnya bahwa kepuasan konsumen tercipta jika konsumen merasakan output atau hasil pekerjaan sesuai dengan harapan, atau bahkan melebihi harapan konsumen. Dari berbagai pendapat yang dilontarkan para ahli bisa disimpulkan definisi kepuasan konsumen, adalah respon dari perilaku yang di tunjukan oleh konsumen dengan inembandingkan antara kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapan. Apabila hasil yang dirasakan dibawah harapan, maka konsumen akan kecewa, kurang puas bahkan tidak puas, namun sebaliknya bila sesuai dengan harapan, konsumen akan puas dan bila kineria melebihi harapan, konsumen akan sangat puas. Kepuasan konsumen mencakup perbedaan antara harapan dan kinerja yang dirasakan. Karena konsumen adalah orang yang menerima hasil pekerjaan baik berupa produk maupun jasa, maka konsumenlah yang menentukan kualitas suatu produk atau jasa. Kunci membentuk kepuasan konsumen adalah menempatkan karyawan untuk berhubungan langsung dengan konsumen dan memberdayakan karyawan untukmengambil tindakan yang diperlukan untuk memuaskan konsumen. Jadi interaksi antara karyawan dan konsumen merupakan unsur yang sangat penting dalam pembentukan fokus pads konsumen.
Variabel Penelitian dimensi atau tolak ukur yang digunakan untuk. mengukur layanan sebagai bahan pertimbangan oleh konsumen menggunakan lima dimensi ServQual yaitu: 1. 2. 3. 4. 5.
Tangible (Bukti Fisik) Realiable (Keandalan) responsiveness (Daya tanggap) Assurance (Jaminan) empathy (Empati)
METODE PENELITIAN
13
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan ACR Rent Car yang berada di Kota Pekanbaru, yang menjadi Objek dalam penelitian ini adalah konsumen yang menggunakan pelayanan ACR Rent Car. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen ACR Rent Car pada tahun 2014 yang berjumlah 890 orang. Dalam menentukan jumlah Sampel yang diambil digunakan rumus slovin, setelah dihitung jumlah sampel yang digunakan sebanyak 90 orang. Sampel dipilih dengan metode accidental sampling. Adapun Analisis data adalah deskriptif Kuantitatif. Alat analisa data yang digunakan adalah: A. Customer Satisfaction Index Customer Satisfaction Index (SCI) digunakan untuk menganalisis tingkat kepuasan Konsumen secara menyeluruh dengan melihat tingkat harapan dari atribut-atribut produk/jasa. Nilai CSI dalampenelitian ini dibagi kedalam lima kriteria dari tidak puas sampai dengan sangat puas Customer Satisfaction Index merupakan analisis kuantitatif berupa persentase pengguna yang senang dalam suatu survei kepuasan pengguna. CSI diperlukan untuk mengetahui tingkat kepuasan pengguna secara menyeluruh dengan memperhatikan tingkat kepentingan dari atribut-atribut produk atau jasa.
Tabel 1. Kriteria Nilai Customer Satisfaction Index (IKP) Nilai CSI 81%-100% 66%-80% 51%-65% 35%-50% 00%-34%
Kriteria CSI Sangat Puas Puas Cukup Puas Kurang Puas Tidak Puas
B. Importance Performance Analysis Dengan Importance Performance Analysis dapat diidentifikasi dimensi-dimensi apa saja yang harus diperhatikan dalam upaya meningkatkan kualitas layanan. Dalam penelitian ini digunakan dua komponen, yaitu: analisis kuadran dan analisis kesenjangan (gap). Dengan analisis kuadran dapat diketahui respon Nasabah terhadap atribut yang diplotkan berdasarkan tingkat harapan dan kinerja dari atribut tersebut. diagram kartesius ditunjukkan pada gambar berikut ini.
14
Kepentingan (Y)
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
Kuadran A (Prioritas Utama)
Kuadran B (Pertahankan Prestasi)
Kuadran C (Prioritas Rendah)
Kuadran D (Berlebihan)
Tingkat Kepuasan (X) Gambar 2. Kuadran Importance-Performance Analysis
C. Analisis Kesenjangan (GAP) Analisis kesenjangan (gap) digunakan untuk melihat kesenjangan antara kinerja suatu atribut dengan harapan konsumen terhadap atribut tersebut. Gap = Harapan - Kinerja
HASIL Diskripsi Responden Dari 90 buah kuisiner yang disebarkan, seluruhnya kembali dan dapat dilakukan analisis. adapun deskripsi Responden adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Deskripsi Responden Diskripsi A. Jenis Kelamin: Laki-laki Perempuan Total B. Usia Responden � < 25 �25-30 �31-40 �41-50 �50 > Total C. Pekerjaan �Swasta
Jumlah
Persentase
85 5 90
94 6 100%
5 23 30 25 7
6 26 33 28 8
90
100
21
17 15
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
�PNS �Wiraswasta �lain-lain
28 34 7
61 11 6
Total D. Pendapatan Perbulan: �< Rp3 juta �Rp3 juta – Rp5 Juta �Rp5,1 juta – Rp10 Juta �Rp10,1 juta – Rp15 Juta �Rp15 Juta – Rp 20 Juta �Rp20 Juta >
90
100
Total
90
3 4 15 27 24 20
3% 4% 17% 30% 27% 22% 100
PEMBAHASAN A. Customer Satisfaction Index (CSI) Customer Satisfaction Index digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan konsumen terhadap kinerja pelayanan ACR Rent Car Secara keseluruhan berdasarkan atribut pertanyaan. Hasil dari perhitungan Customer Satisfaction Index adalah sebesar 97,6% tingkat kepuasan total berada diantara 80 % sampai 100% yang berarti konsumen Sangat puas terhadap pelayanan ACR Rent Car. B.
Importance Performance Analysis (IPA)
Adapun rekapitulasi Importance Performance Analysis sebagai berikut:
Tabel 3. Rekapitulasi Importance Performance Analysis NO
PERTANYAAN
1
Tangible
2 3 4 5
kendaraan ACR Rent Car bersih dari luar kendaraan ACR bersih didalam kendaraan ACR senantiasa dirawat kendaraan ACR selalu prima untuk dikendarai Peralatan kendaraan (Dongkrak, segitiga, dan P3K) ACR selalu tersedia
Rata- Ratarata rata Hara Kiner pan Y ja X
Qua dra n
GAP
4,8
3,98
A
0,82
4,65 4,31
3,76 3,73
A C
0,89 0,58
4,65
4,2
B
0,45
4,23
4,01
C
0,22
Rata-rata Gap 6 7
Petugas ACR selalu melakukan pengecekan dengan tepat Ketika dibutuhkan Driver ACR
0,592
4,45
4,23
B
0,22
4,45
3,84
A
0,61 16
Jurnal Sains Manajemen
Realibility
8 9
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
selalu datang cepat Unit ACR selalu datang tepat waktu Kejujuran Petugas ACR dapat diandalkan
4,52
4,11
B
0,41
4,26
4,2
D
0,06
Rata-rata Gap 10 11 Responsiven ess
12 13 14 15
Assurance 16 17
Petugas ACR selalu dapat dihubungi ketika ada masalah Karyawan ACR selalu melayani dengan sepenuh hati Petugas ACR tanggap terhadap keluhan konsumen Petugas ACR cepat dalam melayani ACR memberikan kepastian jadwal pelayanan ACR memberikan kepastian biaya pelayanan ACR memberikan kewajaran biaya pelayanan ACR memberikan pelayanan tanpa membeda-bedakan
0,325
4,68
4,51
B
0,17
4,37
3,98
C
0,39
4,56
4,32
B
0,24
4,72 4,22 B Rata-rata Gap
0,5 0,63
4,51
4,35
B
0,16
4,45
4,31
C
0,14
4,47
4,11
B
0,36
4,45
3,99
C
0,46
Rata-rata Gap 18
19 Emphaty
20 21
Petugas ACR memberikan pelayanan dengan penuh sopan santun Petugas ACR memberikan pelayanan dengan sunguh-sungguh Petugas ACR mengenal dengan baik konsumennya Petugas ACR memahami kebutuhan konsumen
0,325
4,23
3,88
C
0,35
4,32
4,11
B
0,21
4,4
3,97
C
0,43
4,44
4,01
C
0,43
Rata-rata Gap 4,47 4,09
0,355 0,73
Jumlah rata-rata X (Kinerja) adalah 4,47 dan rata-rata Y (harapan) adalah 4,09.
Analisa diagram Kartesius (IPA) Adapun interprestasi dari diagram kartesius tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Kuadran A (Prioritas Utama) Pada kuadran ini menunjukkan faktor-faktor atau atribut yang mempengaruhi kepuasan konsumen yang berada dalam kuadran ini pihak ACR Rent car hanya berkonsentrasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan, karena keberadaan faktorfaktor inilah yang dinilai sangat penting oleh konsumen, sedangkan tingkat 17
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
kepuasannya belum memuaskan 2.
Kuadran B (Pertahankan Prestasi) Pada kuadran ini menunjukkan faktor-faktor atau atribut yang dianggap oleh konsumen telah dilaksanakan ACR Rent Car dengan baik, konsumen merasa puas. Tugas ACR Rent Car untuk tetap mempertahankan posisi yang sudah bagus ini.
3.
Kuadran C (Prioritas Rendah) pada Kuadran yang memuat item-item dengan tingkat kepentingan yang relatif rendah dan kenyataan kinerjanya tidak terlalu istimewa dengan tingkat kepuasan yang relatif rendah. Item yang masuk kuadran ini memberikan pengaruh sangat kecil terhadap manfaat yang dirasakan oleh
4. Kuadran D (berlebihan) Pada kuadran ini menunjukkan faktor -faktor atau atribut yang dianggap kurang penting oleh konsumen akan tetapi dilaksanakan dengan baik, sesuatu yang sangat berlebihan oleh perusahaan.
Kuadran A Faktor-faktor yang termasuk dalam, kuadran ini adalah: (1) kendaraan ACR Rent Car bersih dari luar (2) kendaraan ACR bersih didalam (7) Ketika dipanggil Driver ACR selalu datang cepat
Kuadran C Faktor-faktor yang termasuk dalam, kuadran ini adalah: (2) kendaraan ACR senantiasa dirawat (5) Peralatan kendaraan (Dongkrak, segitiga, dan P3K) ACR selalu tersedia (11) Karyawan ACR selalu melayani dengan sepenuh hati
Kuadran B Faktor-faktor yang termasuk dalam, kuadran ini adalah: (4) kendaraan ACR selalu prima untuk dikendarai (6) Petugas ACR selalu melakukan pengecekan dengan tepat (8) Unit ACR selalu datang tepat waktu (10) Petugas ACR selalu dapat dihubungi ketika ada masalah (12) Petugas ACR tanggap terhadap keluhan konsumen (13) Petugas ACR cepat dalam melayani (14) ACR memberikan kepastian jadwal pelayanan (16) ACR memberikan kewajaran biaya pelayanan (19) Petugas ACR memberikan pelayanan dengan sunguh-sungguh Kuadran D Faktor-faktor yang ternasuk dalam kuadran ini adalah: (9) Kejujuran Petugas ACR dapat diandalkan
18
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
(15) ACR memberikan kepastian biaya pelayanan (17) ACR memberikan pelayanan tanpa membeda-bedakan (18) Petugas ACR memberikan pelayanan dengan penuh sopan santun (20) Petugas ACR mengenal dengan baik konsumennya (21) Petugas ACR memahami kebutuhan konsumen Gambar 2. Interpretasi Diagram Kartisius.
C.
Analisa Gap
Hasil analisis kesenjangan (gap) terhadap kualitas pelayanan menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan antara kualitas pelayanan yang diberikan dengan yang diharapkan konsumen. Variabel yang mempunyai GAP terbesar adalah pada variabel Bukti Fisik (Tangible) dengan nilai 0,592 dan GAP terkecilnya adalah Jaminan (Assurance) dengan nilai 0,28 Hasil analisa rata-rata GAP untuk semua dimensi pelayanan sebesar 0,3754. Sedangkan GAP tertinggi ada pada kendaraan ACR bersih didalam 0,89 dapat diartikan bahwa semakin besar skor kesenjangan maka atribut tersebut semakin diprioritaskan untuk diperbaiki.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Nilai tingkat kepuasan pengguna terhadap layanan ACR Rentcar sebesar 97,6% tingkat kepuasan total berada diantara 81-100% yang berarti konsumen Sangat puas terhadap pelayanan ACR Rentcar. 2. Untuk peningkatan kualitas layanan, Manajemen harus segera memperbaiki atribut: (1) kendaraan ACR Rent Car bersih dari luar, (2) kendaraan ACR bersih didalam, (7) Ketika dipanggil Driver ACR selalu datang cepat. ini menunjukkan faktor-faktor atau atribut yang mempengaruhi kepuasan konsumen yang berada dalam kuadran ini.
19
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
DAFTARA PUSTAKA Alma, Buchari (2009). Manajenem Pemasaran dan Pemasaran jasa, Bandung: Alfabeta. Amirullah (2002). Perilaku Konsumen. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu. Andespa, Roni (2011). Metodologi penelitian Bisnis. Pekanbaru: Alfa. Kotler, Philip, (1997). Manajemen Pemasaran: Analisa, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol, Jilid 1. Jakarta: Prehallindo. Kotler, Philip, (2002). Manajemen Pemasaran, Jilid 1. Jakarta: Prehallindo. Mangkunegara, Anwar Prabu (2009). Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen. Bandung: Alfabeta. Marknesis, Gaspersz V. (1994). Manajemen Kualitas. Jakarta: Gramedia. Maulita (2006). Kepuasan Konsumen Terhadap Penggunaan Kartu AS dan Kartu Hoki di Kota Banda Aceh. Moenir, H.A.S. (1992). Manajemen Pelayanan umum di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. Moleong, Lexi J. (2000). Metoode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Simamora, Bilson (2004). Panditan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia. Supranto (2001). Pengukuran Tingkat Kepuasan Konsumen untuk Meningkatkan pangsa Pasar. Jakarta: Rineka Cipta. Supranto (2001). Pengukuran Tingkat Keputasan: Untuk Menaikkan Pangsa Pasar, Rineka Cipta, Jakarta. Supranto (2006). Pengukuran Tingkat Kepuasan Konsumen. Jakarta: Rineka Cipta. Tjiptono, Fandy (2004). Manajemen Jasa. Yogyakarta: Andi. Tjiptono, Fandy dan Gregorius Chandra (2005). Service Quality dan Satisfaction. Yogyakarta: Andy.
20
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
KEPUTUSAN MEMILIH UNSERA UNTUK MELANJUTKAN STUDI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA Muhammad Johan Widikusyanto Hermansyah Andi Wibowo Universitas Serang Raya
[email protected] ABSTRACT More interestingly higher education market in Banten has pushed the market competition is becoming increasingly fierce. This condition is a serious threat to the University of Serang Raya (Unsera) in maintaining its market share. Decision prospective college students in determining the choice is very important for Unsera. How do prospective students make decisions and what factors into consideration in their decision to become information that must be known Unsera to survive or even win the competition in the educational services industry in Banten. Understanding how these factors work to influence students in making a decision, is expected to increase the competitive ability Unsera in order to survive and even be able to become the market leader. The survey design used in this study to collect data that is analyzed using a SEM with AMOS assistance. The questionnaire distributed to 300 high school students grade three in Cilegon, Serang and Pandeglang. The results showed that the fees and Reference Group effect on decisions of prospective students in choosing a college to continue his studies. While the Service, Location and Physical Evidence has no effect on the decisions of prospective students. Reference Group possessed the greatest influence, followed cost. Thus, in addition to the promotion should be directed at high school students themselves, but also especially in the reference group is the source of their information and consideration, namely parents, friends and teachers. Keywords: Service, Cost, Location, Physical Evidence, Reference Group, Decision. ABSTRAK Semakin menariknya pasar pendidikan tinggi di Banten telah mendorong persaingan dipasar ini menjadi semakin ketat. Kondisi ini menjadi ancaman serius bagi Universitas Serang Raya (Unsera) dalam mempertahankan pangsa pasarnya. Keputusan calon mahasiswa dalam menentukan perguruan tinggi pilihannya adalah sangat penting bagi Unsera. Bagaimana calon mahasiswa melakukan pengambilan keputusan dan apa saja faktor-faktor yang menjadi pertimbangan mereka dalam keputusannya menjadi informasi yang wajib diketahui Unsera untuk bertahan atau bahkan memenangkan persaingan dalam industri jasa pendidikan di Banten. Memahami bagaimana faktor-faktor ini bekerja memengaruhi calon mahasiswa dalam membuat keputusan, diharapkan akan mampu meningkatkan kemampuan bersaing Unsera agar dapat bertahan dan bahkan mampu menjadi pemimpin pasar.
21
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
Desain survei digunakan dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data yang dianalisis menggunakan SEM dengan bantuan AMOS. Kuesioner disebarkan kepada 300 siswa sekolah menengah atas kelas tiga di Cilegon, Serang dan Pandeglang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Biaya dan Kelompok Acuan berpengaruh pada keputusan calon mahasiswa dalam memilih perguruan tinggi untuk melanjutkan studinya. Sedangkan Jasa, Lokasi dan Bukti Fisik tidak berpengaruh pada keputusan calon mahasiswa. Pengaruh terbesar dimiliki Kelompok Acuan disusul biaya. Dengan demikian, promosi sebaiknya diarahkan selain pada siswa SMA itu sendiri, namun juga terutama pada kelompok acuan yang menjadi sumber informasi dan pertimbangan mereka yaitu orang tua, teman dan guru. Kata kunci: Jasa, Biaya, Lokasi, Bukti Fisik, Kelompok Acuan, Keputusan. PENDAHULUAN Banten adalah provinsi kaya akan potensi sumber daya alam. Namun dengan kualitas Sumber daya manusia yang rendah yang pada akhirnya berdampak pada tingginya pengangguran di Banten yang temasuk pengangguran tertinggi di Indonesia (JPNN, 2014). Salah satu penyebab rendahnya kualitas sumber manusia adalah rendahnya kualitas pendidikan yang ditandai minimnya lulusan SLTA dan SMK yang melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (BPS Banten, 2014). Perguruan tinggi adalah lembaga pendidikan yang memiliki peran penting untuk menghasilkan SDM yang berdaya saing dan mampu mendukung pembangunan Banten disegala bidang. Selain Perguruan Tinggi Negri (PTN), Perguruan Tinggi Swasta (PTS) memiliki andil besar dalam pembangunan Banten karena jumlahnya yang jauh lebih banyak dari PTN. Peningkatan jumlah PTS mulai terlihat pada tahun 2008, namun menurun drastis di tahun berikutnya dan akhirnya kembali naik pada tahun 2011 (BPS Banten, 2014). Jumlah PTS pada tahun 2014 mengalami peningkatan sebanyak 194 PTS (Kopertis Wilayah IV, 2014) terutama dibandingkan dengan tahun 2011 yang hanya terdiri dari 94 PTS. Pertumbuhan PTS di Banten tentunya membawa harapan akan peningkatan SDM yang diperlukan bagi pembangunan Banten. Namun dibalik itu semua, bertambahnya jumlah PTS telah menciptakan persaingan karena terbatasnya pasar yang diperebutkan. Universitas Serang Raya (Unsera) adalah salah satu perguruan tinggi swasta di Banten yang sedang tumbuh dan berkembang yang juga tak bisa lepas dari tingginya persaingan yang terjadi pada industri jasa pendidikan di Banten. Semakin menariknya pasar pendidikan di Banten karena semakin meningkatnya minat masyarakat Banten untuk melanjutkan studi di dalam Banten, telah mendorong pesaing yang sudah ada meningkatkan kemampuannya dalam penguasaan pasar, ditambah tekanan dari Dikti terhadap perguruan tinggi yang tidak memenuhi standar pendidikan tinggi yang ditetapkan Dikti. Potensi pasar jasa pendidikan yang terus berkembang juga telah menarik perhatian pesaing dari luar Banten. Kedua kondisi ini menjadi ancaman serius bagi Unsera dalam mempertahankan posisinya di Industri jasa pendidikan. Kondisi persaingan yang ada menekan Unsera untuk mempertahankan mahasiswa yang sudah dimiliki agar tetap melanjutkan studi hingga lulus dan tidak berpindah kampus. 22
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
Keberhasilan mempertahankan mahasiswa tidaklah ada artinya jika tidak disertai kemampuan mendapatkan mahasiswa baru, karena mahasiswa yang ada pasti akan lulus dan berhenti menjadi pelanggan jasa pendidikan. Oleh karena itu, Unsera juga harus mampu mendapatkan mahasiswa baru setiap tahunnya agar memiliki dana untuk penyelengaraan pendidikan tinggi. Kurangnya mahasiswa baru apalagi sampai tidak ada mahasiswa baru yang masuk, akan membuat Unsera kekuarangan dana operasional yang pada akhirnya tidak akan mampu lagi menyelengarakan pendidikan tinggi. Dengan demikian, kehadiran mahasiswa baru sangat diperlukan oleh Unsera untuk tetap beroperasi. Dengan kata lain, keberadaan Unsera sangat ditentukan keberhasilannya mendapatkan mahasiswa baru setiap tahunnya. Pada kondisi ini, perilaku calon mahasiswa khususnya bagaimana mereka membuat keputusan untuk memilih perguruan tinggi sebagai tempat mereka melanjutkan studi, menjadi sangat penting bagi Unsera untuk diketahui dan digunakan untuk memengaruhi keputusan calon mahasiswa. Keputusan calon mahasiswa dipengaruhi banyak faktor diantaranyan adalah usaha pemasaran dan faktor lainnya, misalnya kelompok acuan (Kotler dan Keller, 2009; Schiffman dan Kanuk, 2009). Calon Mahasiswa dalam menentukan pilihannya dipengaruhi diantaranya oleh program pemasaran perguruan tinggi dan juga kelompok acuan sebagai perbandingan, dan sumber informasi seperti keluarga, teman, atau gurunya. Beberapa penelitian di Indonesia dengan konteks di luar Banten telah membuktikan bahwa program atau bauran pemasaran jasa dan juga kelompok acuan berpengaruh pada keputusan yang dibuat calon mahasiswa dalam menentukan tempat mereka melanjutkan studinya. Melalui komponen bauran pemasaran jasa dan kelompok acuan, perguruan tinggi dapat memengaruhi keputusan calon mahasiswa dalam menentukan pilihan perguruann tinggi. Dengan demikian, bauran pemasaran jasa dan kelompok acuan menjadi faktor penting yang juga menentukan keberlanjutan keberadaan Unsera di Banten. Keputusan calon mahasiswa dalam menentukan perguruan tinggi pilihannya adalah sangat penting bagi keberlanjutan operasional Universitas Serang Raya. Bagaimana calon mahasiswa melakukan pengambilan keputusan dan apa saja faktor yang menjadi pertimbangan mereka dalam keputusannya, menjadi informasi yang wajib diketahui Universitas Serang Raya untuk bertahan atau bahkan memenangkan persaingan dalam industri jasa pendidikan di Banten. Dengan demikian yang menjadi pertanyaan penelitian ini adalah apakah model yang dihipotesiskan sesuai dengan data empirik yang diperoleh dan apakah faktor-faktor stimulus pemasaran jasa yang terdiri dari jasa, biaya, lokasi, bukti fisik dan kelompok acuan berpengaruh pada keputusan calon mahasiswa dalam memilih Universitas Serang Raya untuk melanjutkan studi mereka. Adapun tujuan penelitian ini adalah menguji model konseptual yang dihipotesiskan. Model tersebut menggambarkan pengaruh Jasa, Biaya, Lokasi, Bukti Fisik dan kelompok Acuan terhadap Keputusan calon mahasiswa dalam memilih Universitas Serang Raya sebagai tempat mereka melanjutkan studi.
23
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
LANDASAN TEORETIS Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Proses pengambilan keputusan merupakan proses psikologis dasar yang memainkan peranan penting dalam memahami bagaimana konsumen secara aktual mengambil keputusan pembelian. Model Kotler dan Keller (2009: 202) berikut ini menjelaskan berbagai stimulus dan variabel yang memengaruhi konsumen dalam menentukan keputusan pembeliannya.
Psikologi Konsumen Stimulus Pemasaran Produk & jasa Harga Distribusi Komunikasi
Stimulus Lain Ekonomi Teknologi Politik Budaya
Motivasi Persepsi Pembelajaran Memori
Karakteristik Konsumen Budaya Sosial Personal
Proses Keputusan Pembelian
Keputusan Pembelian
Pengenalan masalah Pencarian informasi Evaluasi alternatif Keputusan pembelian Perilaku pascapembelian
Pilihan produk Pilihan merek Pilihan dealer Jumlah pembelian Waktu pembayaran Cara pembayaran
Gambar 1. Model Perilaku Konsumen Sumber: Kotler dan Keller (2009) Proses pengambilan keputusan pembelian yang dilakukan konsumen melalui lima tahap (Kotler dan Keller, 2009), yaitu Pengenalan masalah, Pencarian informasi, Evaluasi alternatif, Keputusan pembelian, dan tahap yang terakhir adalah Perilaku pascapembelian. Sedangkan dalam proses keputusan calon mahasiswa dalam menentukan pilihan perguruan tinggi tempat mereka melanjutkan studi, pertama-tama mereka akan merasa membutuhkan pendidikan lebih lanjut untuk meningkatkan status sosial yang lebih tinggi dan kesejahteraan yang lebih baik dimasa depan. Setelah mereka menyadari kebutuhan yang harus mereka penuhi, langkah selanjutnya adalah mencari informasi sebanyak mungkin yang dapat membantu mereka menentukan pilihan dengan tepat dan mengurangi resiko yang ditimbulkan dari salah memilih perguruan tinggi. Sumber informasi tentang perguruan tinggi dapat berasal dari Sumber pribadi seperti keluarga, teman, tetangga dan kenalan. Sumber komersial seperti iklan perguruan tinggi, wiraniaga, dan brosur. Sumber publik seperti media massa dan organisasi perangking perguruan tinggi.
24
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
Setelah pengumpulan informasi dirasa cukup, calon mahasiswa masuk pada tahapan menentukan pilihan dari berbagai alternatif perguruan tinggi yang sesuai dengan kriteria yang telah mereka miliki. Keputusan yang muncul berbentuk niat untuk melanjutkan kuliah di perguruan tinggi pilihan sampai benar-benar terwujud dalam perilaku mendaftar dan menjadi mahasiswa. Tahap terakhir adalah perilaku pasca-pembelian atau pasca mendaftar dan menerima layanan jasa pendidikan. Pada tahap ini konsumen akan mengevaluasi jasa yang mereka terima dan membentuk kepuasan. Konsumen mengevaluasi dengan cara membandingkan antara harapan dan kenyataannya. Jika jasa pendidikan yang mereka rasakan sama atau lebih dari harapan mereka sebelumnya, maka mereka akan puas dan cenderung untuk bertahan melanjutkan studi sampai mereka lulus dan menyebarkan berita positif tentang perguruan tinggi pilihannya tersebut. Namun jika jasa pendidikan lebih rendah dari harapan mereka sebelum masuk, maka akan terjadi ketidakpuasan dan membentuk word of mouth negatif. Mereka bisa saja pindah ke perguruan tinggi lain yang sesuai dengan harapan mereka, atau mungkin tetap bertahan dikampus lama dengan tetap menyimpan ketidakpuasan yang masih dapat mereka toleransi, dengan harapan suatu saat nanti semuanya berubah menjadi sesuai dengan harapan mereka sebelumnya.
Bauran Pemasaran Jasa Bauran Pemasaran jasa adalah elemen-elemen organisasi perusahaan yang dapat dikontrol oleh perusahaan dalam melakukan komunikasi dengan konsumen dan akan dipakai untuk memuaskan konsumen. Zeithml et al. (2009) merumuskan bauran pemasaran jasa yang terdiri dari tujuh P yaitu, Product (Produk), Place (Lokasi), Promotion (Promosi), Price (Harga), People (Manusia), Physical evidence (Bukti Fisik), Process (Proses). Dalam penelitian ini, bauran pemasaran jasa yang digunakan adalah jasa, biaya, lokasi dan bukti fisik. Promosi, manusia dan proses tidak diteliti dalam penelitian ini karena sulit diukur secara akurat, mengingat responden penelitian ini adalah siswa sekolah menengah atas atau sederajat yang mungkin hanya memiliki sedikit informasi mengenai promosi, manusia dan proses pendidikan di Unsera. Variabel harga dalam penelitian ini disesuaikan dengan kontek jasa pendidikan sehingga berubah nama menjadi biaya. Perubahan ini masih dapat diterima karena harga adalah biaya dari sudut pandang pelanggan (Kotler dan Armstrong, 2012: 77).
Kelompok Acuan Kelompok Acuan atau rujukan adalah kelompok yang dianggap sebagai referensi bagi individu dalam pengambilan keputusan pembelian atau konsumsi mereka (Shiffman dan Kanuk, 2008: 292). Kelompok acuan dapat pula berarti sebagai satu orang atau lebih yang digunakan sebagai alasan pembandingan atau acuan dalam membentuk respons afektif dan respons kognitif serta melakukan perilaku (Peter dan Olson, 2014:132). Kotler dan Armstrong (2012: 163) mendefinisikan kelompok acuan sebagai titik perbandingan 25
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
langsung atau tidak langsung, atau sebagai acuan dalam membentuk sikap dan perilaku seseorang. Kelompok acuan dapat memiliki pengaruh langsung dan tidak langsung. Kelompok acuan yang memiliki pengaruh langsung mencakup kelompok-kelompok dengan siapa seseorang berinteraksi secara langsung seperti keluarga dan teman akrab. Kelompok rujukan yang memiliki pengaruh tidak langsung terdiri dari orang atau kelompok yang tidak memiliki kontak langsung dengan konsumen yang dipengaruhinya, seperti selebritis, pimpinan perusahaan, atlit, tokoh politik, atau seseorang yang dianggap sukses. Pengaruh kelompok acuan terhadap konsumen dalam pembelian produk dan merek tidak semuanya sama. Perbedaan dapat terjadi sedikitnya pada dua dimensi yaitu dimensi pertama berkaitan sejauh mana suatu barang merupakan barang kebutuhan dan barang mewah. Dimensi yang kedua adalah sejauh mana produk atau merek dikenal publik (Peter dan Olson, 2014:136).
Kerangka Pemikiran dan Model Penelitian Bauran atau program pemasaran jasa menjadi salah satu faktor yang memengaruhi bagaimana konsumen menentukan keputusannya. Bagaimana jasa dirancang untuk memenuhi kepuasan konsumen, biaya untuk mendapatkannya dan distribusi jasa tersebut menjadi pertimbangan penting konsumen dalam menentukan pilihan pembeliannya. Bukti fisik menjadi faktor lainnya yang penting dalam industri jasa. Ketika pelanggan tidak dapat menentukan kualitas suatu jasa secara langsung, mereka seringkali menggunakan bukti fisik seperti gedung, sarana, seragam karyawan, desain ruangan dan sejenisnya sebagai acuan dalam menilai kualitas jasa. Semakin baik bukti fisik yang dimiliki suatu perusahaan jasa, akan membentuk persepsi kualitas yang semakin kuat sehingga menjadi faktor pendorong konsumen untuk menggunakan atau setidaknya mencoba jasa yang ditawarkan. Selain bauran pemasaran, kelompok acuan adalah faktor lainnya yang memiliki pengaruh terhadap proses keputusan pembelian konsumen. Konsumen seringkali melibatkan kelompok acuan, misalnya keluarga, teman, guru, selebritis, tenaga ahli dan kelompok acuan lainnya dalam menentukan keputusannya (Kotler dan Keller, 2009; Schiffman dan Kanuk, 2008; Peter dan Olson 2014). Telah banyak berbagai penelitian yang mengkaji hubungan keputusan pembelian konsumen dengan berbagai faktor yang memengaruhinya. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa bauran pemasaran (Widikusyanto dan Satria, 2015; Indartini, 2010; Aini et al.,2012; Kurniawati, 2013; Suhendra, 2013) dan kelompok acuan (Widikusyanto dan Satria, 2015; Sawaji et al., 2010; Martini, 2013) menjadi determinan bagi konsumen dalam membuat keputusan. Dengan demikian, model penelitian yang dihipotesiskan disajikan pada gambar berikut ini.
26
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
JASA
BIAYA
LOKASI
KEPUTUSAN
BUKTI FISIK KELOMPOK ACUAN
Gambar 2. Model Penelitian Sumber: Kotler dan Keller (2009); Schifman dan Kanuk (2008) METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif karena model yang dihipotesiskan di dalam penelitian akan diuji secara kuantitatif atau statistik. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey. Seluruh variabel diukur menggunakan indikator yang ditampilkan pada Tabel 1. Skala yang digunakan adalah skala setipe Likert 7 point yang memberikan alternatif jawaban dari satu sampai tujuh, yaitu 1= sangat tidak setuju, 2= tidak setuju, 3= kurang setuju, 4= netral, 5= agak setuju, 6= setuju, dan 7= sangat setuju.
Tabel 1. Definisi Operasional Variabel VARIABEL Jasa Pendidikan
Biaya
Lokasi
DEFINISI Kegiatan, manfaat, dan kepuasan yang ditawarkan perguruan tinggi, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan apapun. Sejumlah uang yang harus dibayarkan untuk mendapatkan jasa (mengikuti perkuliahan) Meliputi lokasi kampus dan kegiatan perguruan tinggi yang membuat jasa pendidikan tersedia
1. 2. 3. 4.
INDIKATOR Ketersedian jurusan yang diminati Status Akreditasi jurusan Kualitas Pendidikan Performance/prospek Lulusan
1. 2. 3. 4. 1. 2. 3.
Keterjangkauan biaya Mahalnya Biaya Periode pembayaran Sistem pembayaran Terjangkau Strategis Ketersediaan tempat kos dekat 27
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
bagi mahasiswa
Bukti fisik
Kelompok Acuan
Keputusan
Lingkungan dimana jasa di berikan dan tempat penyedia jasa dan mahasiswa berinteraksi, serta setiap komponen berwujud yang membantu kinerja atau komunikasi jasa. Seseorang atau kelompok yang dijadikan acuan bagi individu dalam pengambilan keputusan memilih Perguruan Tinggi Memilih dan berniat melanjutkan studi ke Perguruang Tinggi.
4. 1. 2. 3. 4.
kampus Lingkungan belajar kondusif Gedung Desain Fasilitas perkuliahan Sarana dan prasarana yang modern Website
1. 2. 3. 4.
Keluarga Teman Guru Media sosial
Niat melanjutkan pendidikan tinggi ke Unsera
Metode sampling yang digunakan adalah nonprobability sampling. Penggunaan metode ini untuk memudahkan pengumpulan data. Sedangkan teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria pemilihan sampel penelitian ini adalah siswa kelas tiga SLTA dan SMK di Provinsi Banten baik swasta maupun negeri. Siswa kelas tiga dipilih karena mereka adalah calon mahasiswa atau pasar perguruan tinggi yang ada dan perlu dipelajari perilaku mereka dalam menentukan pilihan. Ukuran sampel yang direncanakan adalah jumlah pernyataan sebanyak 25 butir dikali 10 sehingga ukuran sampelnya adalah 250. Untuk menghindari resiko sampel yang cacat dan tidak dapat diolah serta kemungkinan adanya outlier, maka sampel ditambah 50 responden sehingga ukuran total sampel adalah sebanyak 300 responden. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah selfadministered survey dengan cara menyebarkan kuesioner penelitian secara langsung pada responden. Validitas konstruk diuji menggunakan analisis faktor confirmatory dengan batas minimal nilai faktor loading setiap butir atau indikator adalah ≥ 0,5, idealnya adalah 0,7 atau lebih tinggi (Hair et al., 2006: 777). Indikator atau butir pertanyaan dengan faktor loading dibawah 0,5 tidak akan diikutsertakan dalam analisis model struktural. Reliabilitas akan diuji menggunakan cronbach’s alpha dengan koefisien cronbach’s alpha minimal 0,60. Instrumen dinyatakan reliabel jika nilai cronbach’s alpha sama atau lebih besar dari 0,6 (Hair et al., 2006: 778). Data dianalisis menggunakan structural equation modeling (SEM) dengan bantuan program AMOS. Teknik estimasi yang akan digunakan adalah maximum likelihood estimation (MLE). Pengujian hipotesis dapat dilakukan setelah model memenuhi nilai GOF yang disyaratkan atau model dapat diterima karena telah sesuai dengan data empiris. Proses pengujian hipotesis menggunakan satu sisi karena arah hubungan antar variabel yang diuji jelas yaitu positif yang telah ditentukan berdasarkan teori yang digunakan. Hipotesis diterima jika tingkat signifikansi hubungan antar variabel konstruk pada regression weights dari estimasi maximum likelihood memiliki nilai p value <0,05 dan 28
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
dengan melihat critical ratio yang harus memiliki nilai lebih besar dari nilai t table + 1,66 untuk uji satu sisi dengan tingkat kesalahan (α) 0,05.
HASIL Data yang terkumpul berasal dari 300 responden. Namun kuesioner dari empat responden tidak terisi dengan lengkap, sehingga tidak digunakan dalam penelitian ini. Kuesioner yang telah terisi lengkap sehingga dapat digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 296. Dengan demikian ukuran sampel final penelitian ini sebesar 296 responden. Deskripsi Responden Profil responden dalam penelitian ini ditampilkan dalam tabel berikut ini. Tabel 2. Profil Responden 1. Jenis Kelamin Pria Wanita
Jumlah Persen 73 18,4 323 81,6 Total 396 100,0
2. Tempat Tinggal Cilegon Lebak Pandeglang Serang Total 3. Sekolah MA AL-ITMAM SMA N 1 PETIR SMA N 5 CILEGON SMAN 1 PANDEGLANG SMAN 2 PANDEGLANG SMAN 6 PANDEGLANG SMK 2 KOTA SERANG SMK INFORMATIKA SERANG-BANTEN SMK MEDIKA INSAN KREATIF SERANG-BANTEN SMK N 1 PANDEGLANG SMK YP FATAHILLAH 2 CILEGON SMKN 5 KOTA SERANG Total 4. Pekerjaan Orang Tua Wiraswasta Karyawan Swasta PNS/TNI/POLRI Petani Lainnya Total
62 1 40 293 396
15,7 ,3 10,1 74,0 100,0
16 10 22 1 1 7 21 117 60 30 22 89 396
4,0 2,5 5,6 ,3 ,3 1,8 5,3 29,5 15,2 7,6 5,6 22,5 100,0
174 113 52 23 34 396
43,9 28,5 13,1 5,8 8,6 100,0 29
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
Responden penelitian ini didominasi oleh wanita mencapai 81,6%, sedangkan pria hanya sebesar 18,4%. Sebagian besar responden berasal dari Serang, kemudian terbanyak berikutnya dari Cilegon, disusul Pandeglang dan terkecil berasal dari Lebak. Siswa terbanyak yang berpartisipasi dalam survei ini berasal dari SMK Informatika Serang Banten. Sedangkan yang paling sedikit berasal dari SMAN 1 dan 2 Pandeglang. Sebagian besar orang tua responden berprofesi sebagai wiraswasta, disusul berturut-turut Karyawan swasta, PNS/TNI/Polri, Lainnya dan yang paling sedikit berprofesi sebagai petani.
Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Hasil uji validitas instrumen menggunakan analisis faktor CFA menunjukkan nilai KMO 0,904, yang berarti data dapat dianalisis menggunakan teknik analisis faktor. Hasil estimasi analisis faktor dengan butir pernyataan yang valid ditampilkan pada tabel berikut ini.
Tabel 3. Hasil Uji Validitas Rotated Component Matrixa Component 1 2 3 4 0,710 0,829 0,711 0,598
5
6
Jasa1 Jasa2 Jasa3 Jasa4 Biaya3 0,743 Biaya4 0,836 Lokasi1 0,780 Lokasi2 0,846 Lokasi3 0,538 Fisik1 0,831 Fisik2 0,756 Fisik3 0,745 Acuan1 0,640 Acuan2 0,828 Acuan3 0,789 Acuan4 0,610 Kep1 0,720 Kep2 0,756 Kep3 0,815 Kep4 0,855 Kep5 0,777 *Hanya nilai loading > 0,5 yang ditampilkan
Beberapa butir pernyataan yang tidak valid telah dihilangkan dan tidak digunakan untuk uji hipotesis. 30
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
Hasil uji reliabilitas instrumen ditampilkan pada tabel berikut menunjukan seluruh instrumen yang digunakan telah reliabel, sehingga data dapat dianalisis lebih lanjut.
Tabel 4. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel Jasa Biaya Lokasi Bukti Fisik Kelompok Acuan Keputusan
Koefisien Cronbach's Alpha 0,804 0,772 0,674 0,802 0,822 0,910
Cut-Off
Keterangan
0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60
Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
Pengujian Hipotesis Estimasi SEM memberikan beberapa luaran diantaranya adalah model fit dan besaran beta masing-masing variabel bebas beserta tingkat signifikansinya. Hasil estimasi Model fit ditampilkan pada tabel berikut ini.
Tabel 5. Model Fit Kriteria Indeks Ukuran Chi-Square (X2) p-value CMIN/DF GFI AGFI CFI RMSE
Nilai Acuan Sekecil mungkin > 0,05 <5 > 0,90 > 0,90 > 0,90 < 0,08
Hasil SEM 369,574 0,000 2,124 0,895 0,861 0,936 0,062
Berdasarkan Tabel di atas, Chi-Square masih di bawah 0,05 dan GFI serta AGFI berada dibawah nilai acuan yang diharapkan. Namun demikian, kriteria indeks ukuran lainnya seperti CMIN/DF, CFI dan RMSEA telah memenuhi nilai acuan yang ditetapkan. Dengan demikian, model penelitian yang dihipotesiskan ini sudah dapat dianggap baik dan dapat digunakan untuk memprediksi. Hasil estimasi SEM untuk pengaruh masing-masing variabel ditampilakan pada tabel berikut ini.
31
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
Tabel 6. Nilai Regression Weights Hubungan Antar Variabel KEPUTUSAN <--- JASA KEPUTUSAN <--- BIAYA KEPUTUSAN <--- LOKASI KEPUTUSAN <--- BUKTI_FISIK KEPUTUSAN <--- ACUAN
Estimate 0,191 0,213 -0,087 0,083 0,641
S.E. 0,112 0,099 0,115 0,135 0,124
C.R. 1,716 2,141 -0,757 0,617 5,162
P 0,086 0,032 0,449 0,537 ***
Berdasarkan Tabel di atas, nilai P (probabilitas) dan critical ratio menunjukkan variabel Biaya dan Kelompok Acuan berpengaruh signifikan terhadap keputusan mahasiswa. Sedangkan variabel Jasa, Lokasi dan Bukti Fisik tidak berpengaruh signifikan terhadap Keputusan.
PEMBAHASAN Uji model fit menunjukan bahwa model penelitian yang diusulkan atau yang dihipotesiskan telah fit, yang berarti model penelitian sesuai dengan data empiris. Dengan demikian, model hipotesis yang diajukan telah didukung oleh data empiris yang berhasil dikumpulkan. Estimasi SEM memperlihatkan bahwa tidak semua variabel bebas berpengaruh terhadap keputusan mahasiswa. Biaya dan Kelompok Acuan terbukti berpengaruh terhadap keputusan mahasiswa dalam memilih Universitas Serang Raya untuk melanjutkan studi mereka. Namun, Jasa Pendidikan, Lokasi dan Bukti Fisik tidak terbukti berpengaruh terhadap keputusan mahasiswa. Dari kedua variabel yang berpengaruh, Kelompok Acuan memiliki pengaruh terbesar dibandingkan variabel lainnya. Secara keseluruhan, temuan dalam penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Widikusyanto dan Satria (2015), Indartini (2010), Aini et al. (20120, Kurniawati (2013), Suhendra (2013), Sawaji et al. (2010), dan Martini (2013). Hasil ini membuktikan bahwa bauran pemasaran jasa yang diwakili oleh Biaya dan Kelompok Acuan berpengaruh terhadap Keputusan Memilih calon mahasiswa. Kelompok Acuan yang terdiri dari Keluarga, Teman dan Guru menjadi faktor terkuat yang memengaruhi keputusan memilih calon mahasiswa. Keluarga terutama orang tua menjadi pihak yang berkepentingan dalam hal ini terutama ketika orang tua menjadi satu-satunya sumber dana kuliah bagi calon mahasiswa. Teman menjadi sumber informasi dan sering kali memiliki pengaruh persuasif yang kuat terhadap calon mahasiswa untuk menentukan kemana mereka akan melanjutkan pendidikan. Guru sebagai pengajar dan juga sumber panutan dapat memiliki kekuatan persuasif untuk mengarahkan sebagian siswa dalam menentukan perguruan tinggi tempat mereka melanjutkan studi. Biaya pendidikan menjadi faktor kedua yang memengaruhi keputusan calon mahasiswa dalam memilih Unsera. Periode pembayaran yang mudah dan membantu calon mahasiswa serta sistem pembayaran yang mudah untuk diikuti, akan membuat biaya pendidikan menjadi faktor yang dapat memengaruhi keputusan calon mahasiswa. Semakin baik 32
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
periode dan sistem pembayaran yang diterapkan, akan membuat semakin kuatnya calon mahasiswa memilih Unsera sebagai tempat melanjutkan pendidikan tinggi mereka. Hasil penelitian ini menunjukkan Jasa Pendidikan tidak memengaruhi keputusan calon mahasiswa dalam memilih Unsera. Hal ini menunjukan bahwa responden tidak melihat tersedia atau tidaknya jurusan yang mereka minati, status akreditasi, kualitas pendidikan dan prospek lulusan dalam memutuskan apakah mereka akan memilih Unsera atau tidak untuk melanjutkan studi mereka. Responden lebih memilih Kelompok Acuan dan Biaya sebagai pertimbangan mereka dalam memilih Unsera. Kondisi ini mungkin terjadi karena sebagian besar responden adalah siswa SMA atau yang sederajat yang memiliki level ekonomi menengah kebawah sehingga biaya dan kelompok acuan menjadi pertimbangan utama mereka dibandingkan jasa seperti kualitas pendidikan dan status akreditasi. Mungkin akan berbeda hasilnya jika responden penelitian adalah lulusan SMA yang sudah bekerja yang akan mempertimbangkan pula status akreditasi dan kualitas pendidikan perguruan tinggi yang mereka pilih. Lokasi tidak berpengaruh, nampaknya karena sebagian besar responden melihat bahwa mereka dapat melanjutkan studi dimana saja tanpa melihat lokasi, selama perguruan tinggi pilihan mereka menetapkan biaya pendidikan yang sesuai dengan harapan. Unsera saat ini memiliki gedung baru yang menarik dan terkesan mewah serta modern. Gedung dan fasilitas di dalamnya adalah Bukti Fisik yang seharusnya menjadi daya tarik bagi calon mahasiswa baru. Namun dalam penelitian ini, membuktikan bahwa bukti fisik yang dimiliki Unsera tidak memengaruhi atau bukan menjadi pertimbangan responden dalam memilih perguruan tinggi. Ketika pertimbangan biaya begitu kuat, maka sepertinya gedung dan fasilitas didalamnya bukan menjadi pertimbangan memilih. Bagus atau tidaknya gedung dan fasilitas Unsera, bagi responden bukanlah masalah atau tidak menjadi pertimbangan selama Biaya pendidikan diantaranya besaran biaya, periode dan sistem pembayaran yang digunakan Unsera agak sulit mereka penuhi sehingga merek lebih fokus atau menjadikan biaya sebagai pertimbangan utama dalam memilih Unsera. Namun bisa jadi Gedung mewah beserta fasilitas lengkapnya menjadi daya tarik bagi calon mahasiswa jika mereka adalah kelompok masyarakat dari keluarga mampu yang tidak lagi meliha biaya pendidikan yang dibebankan Unsera sebagai masalah. Kemampuan ekonomi mereka membuat mereka mengharapkan lebih dari hanya sekedar pendidikan, namun juga fasilitas beserta kemewahannya. Dengan demikian, tingkat ekonomi keluarga atau tingkat pendapatan orang tua calon mahasiswa memungkinkan menjadi variabel moderator yang menentukan berpengaruh atau tidaknya bukti fisik terhadap keputusan calon mahasiswa dalam memilih Unsera. Tingkat pendapatan orang tua juga memungkinkan menjadi variabel moderator bagi pengaruh variabel jasa pendidikan terhadap keputusan calon mahasiswa dalam memilih Unsera.
KESIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian menunjukan bahwa biaya dan kelompok acuan menjadi faktor yang memengaruhi keputusan calon mahasiswa dalam memilih Unsera untuk melanjutkan 33
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
sekolah mereka. Sedangkan Jasa Pendidikan, Lokasi dan Bukti Fisik terbukti tidak berpengaruh terhadap keputusan memilih calon mahasiswa. Hal ini berarti calon mahasiswa tidak menggunakan Jasa Pendidikan, Lokasi dan Bukti Fisik sebagai pertimbangan dalam memutuskan memilih Unsera sebagai tujuan melanjutkan pendidikan. Temuan lainnya memberikan bukti bahwa Kelompok Acuan menjadi faktor paling berpengaruh terhadap keputusan calon mahasiswa memilih Unsera dibandin faktor lainnya. Tidak berpengaruhnya Jasa pendidikan dan Bukti Fisik terhadap Keputusan, mungkin terjadi dikarenakan adanya variabel moderator yaitu tingkat pendapatan orang tua. Penelitian selanjutnya dapat mengkaji tingkat ekonomi atau pendapatan orang tua sebagi variabel moderator yang menentukan berpengaruh atau tidaknya variabel Jasa Pendidikan dan Bukti Fisik terhadap Keputusan calon mahasiswa memilih Unsera. Dua faktor atau variabel yang berpengaruh terhadap keputusan yaitu, Kelompok Acuan dan Biaya Pendidikan harus menjadi fokus perhatian Unsera, terutama Kelompok Acuan yang memiliki pengaruh terbesar. Unsera dapat merancang strategi dan program pemasaran yang memanfaatkan Kelompok Acuan (orang tua, teman dan guru) untuk memengaruhi keputusan memilih calon mahasiswa. Selain itu, strategi dan program pemasaran dirancang pula untuk membentuk persepsi biaya pendidikan Unsera yang terjangkau dengan periode dan sistem pembayaran yang mudah dan menjamin mereka dapat menyelesaikan pendidikan di Unsera.
DAFTAR PUSTAKA Aini, Yulfita, Fatchur Rohman, dan Toto Rahardjo (2012). Analisis Pengaruh Marketing Mix terhadap Keputusan Mahasiswa dalam Melanjutkan Studi pada Perguruan Tinggi. (Jurnal Online). Tersedia: http://elibrary.ub.ac.id/handle/123456789/33041. BPS Provinsi Banten (2014). Tersedia: Http://Banten.Bps.Go.Id/Index.Php?Hal=Tabel &Id=182. Hair, Jr., J.F., W.C. Black, B.J. Babin, R.E. Anderson, & R.L. Tatham (2006). Multivariate Data Analysis. 6th edition. Upper Saddle River: Pearson Education. Indartini, Mintarti (2010). Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keputusan Mahasiswa Memilih Fakultas Ekonomi Universitas Merdeka Madiun. JurnalSosial, Vol. 11, No. 2. JPPN (2014). Pengangguran di Banten Capai 209.090. (Online). Tersedia: http://m.jpnn.com/news.php?id=225781 Kopertis Wilayah IV (2014). Tersedia: Http://Direktori.Kopertis4.Or.Id/Grafik. Kotler, Philip & Kevin L. Keller (2009). Marketing Management, 13th edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall. Kotler, Philip dan Gary Armstrong (2012). Principles of Marketing. 14th edition. London: Prentice Hall. Kurniawati, Dyah (2013). Pengaruh Strategi Bauran Pemasaran terhadap Keputusan Mahasiswa Memilih Universitas Katolik Widya Mandala Madiun. JurnalWidya Warta, Vol. 37,No. 01. 34
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
Martini (2013). Analisa Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemilihan Jurusan Akuntansi Sebagai Tempat Kuliah di Perguruan Tinggi. JurnalEkonomika dan Manajemen,Vol.1, No.1. Peter, J. Paul dan Jerry C. Olson (2014). Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. Edisi 9, Buku 2. Jakarta: Salemba Empat. Sawaji, Jamaluddin, Djabir Hamzah, dan Idrus Taba (2010). Pengambilan Keputusan Mahasiswa dalam Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Sulawesi Selatan. Schiffman, Leon G. dan Leslie L. Kanuk (2008). Consumer Behavior. 7th edition. Jakarta: Indeks. Suhendra, Bobby (2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Mahasiswa Dalam Mememilih Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Di Pekanbaru. (Jurnal Online). Tersedia: Http://Repository.Unri.Ac.Id:80/Handle/1234567 89/ 1852 Widikusyanto, Muhammad Johan dan Join Satria (2015). Faktor-Faktor yang Menentukan Keberlanjutan Perguruan Tinggi di Banten. Jurnal Sains Manajemen, Vol. 1, No. 1, 1-15. Zeithaml, Valerie A., Mary Jo Bitner dan Dwayne D. Gremier (2009). Services Marketing: Integrating Customer Focus Across the Firm. 5thedition. New York: McGrawHill.
35
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
MEKANISME TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN MANAJEMEN LABA DALAM MENJELASKAN PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED TERHADAP PENCIPTAAN NILAI BAGI PEMEGANG SAHAM Kartika Sari Lubis
[email protected]
ABSTRACT This study aims to (a) know the effect of economic value added to the value of the company, (b) the effect of economic value added to the value of the company on the companies that have corporate governance different, (c) the effect of economic value added to the value of a company that has different levels of earnings management, and (d) the effect of corporate governance on earnings management. The data in this research is secondary data quantitative financial statement data of manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange data is available in full on the board of directors and independent directors as well as the data needed to detect the presence of earnings management, and share data each company sample 30 companies were selected by purposive sampling with a five-year (2005-2009) observations. Analysis of the data in this study using panel data regression model. The results showed the Economic Value Added positive effect on firm value. Economic Value Added significantly affect the value of the company only in companies that have good corporate governance for the high category, while for companies that have good corporate governance for the low category, the results are not significant. Effect of Economic Value Added to the value of the company will be weakened for companies that perform earnings management. Variable corporate governance in the form of an independent commissioner and managerial ownership and significant negative effect on earnings management, whereas the audit committee has no effect on earnings management. Keywords: Corporate Governance, Earnings Management, Economic Value Added
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk (a) mengetahui pengaruh Economic Value Added terhadap nilai perusahaan, (b) mengetahui pengaruh Economic Value Added terhadap nilai perusahaan pada perusahaan yang mempunyai tata kelola perusahaan yang berbeda, (c) mengetahui pengaruh Economic Value Added terhadap nilai perusahaan yang mempunyai tingkat manajemen laba yang berbeda, serta (d) mengetahui pengaruh tata kelola perusahaan terhadap manajemen laba. Data dalam penelitian ini adalah data sekunder kuantitatif yaitu data laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, data yang tersedia lengkap mengenai dewan komisaris dan komisaris independen serta data yang diperlukan untuk mendeteksi adanya manajemen laba, dan data saham masing-masing perusahaan sampel sebanyak 30 perusahaan yang dipilih secara purposive sampling dengan lima tahun (20052009) pengamatan. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model regresi data panel. 36
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
Hasil penelitian menunjukkan Economic Value Added berpengaruh secara positif terhadap nilai perusahaan. Economic Value Added berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan hanya pada perusahaan yang memiliki tata kelola perusahaan untuk kategori tinggi, sedangkan untuk perusahaan yang memiliki tata kelola perusahaan untuk kategori rendah, hasil yang didapat tidak signifikan. Pengaruh Economic Value Added terhadap nilai perusahaan akan melemah bagi perusahaan yang melakukan manajemen laba. Variable tata kelola perusahaan yang berupa komisaris independen dan kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Kata kunci: Tata Kelola Perusahaan, Manajemen Laba, Economic Value Added
PENDAHULUAN Penciptaan nilai merupakan hal yang utama bagi suatu perusahaan dan berkaitan dengan motivasi pemegang saham dalam menginvestasikan dananya pada saham di suatu perusahaan. Hal ini harus direspon oleh manajemen dengan berupaya mengoptimalkan nilai (value) perusahaan. Sehingga implikasinya adalah manajemen harus memilih investasi yang dapat memaksimalkan keuntungan bagi pemilik saham. Bagi investor sendiri bahwa mereka memerlukan satu ukuran kinerja manajemen yang membantu investor menemukan saham-saham yang berpotensi memberikan nilai bagi pemegang saham. Dalam konsep ini dikenal konsep EVA. EVA merupakan metoda pengukuran kinerja perusahaan yang dapat mencerminkan kemampuan manajemen untuk memaksimalkan keuntungan investor Selanjutnya penelitian ini juga dikembangkan ke arah kajian tentang manajemen laba dan tata kelola perusahaan yang baik. Sebab teori yang mendasari penelitian ini adalah teori keagenan (agency theory). Masalah agensi timbul karena adanya konflik kepentingan antara shareholder dan manajer, karena tidak bertemunya utilitas yang maksimal antara mereka. Sebagai agent, manajer secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal), namun di sisi yang lain manajer juga mempunyai kepentingan memaksimumkan kesejahteraan mereka. Sehingga ada kemungkinan besar agent tidak selalu bertindak demi kepentingan terbaik principal (Jensen dan Meckling, 1976). Salah satu dampak konflik kepentingan tersebut adalah terjadinya manajemen laba. Manajemen laba merupakan praktek rekayasa laba yg dilakukan pihak manjemen untuk kepentingan pribadi manajemen. Bentuk manajemen laba tersebut bisa berbentuk memaksimumkan dan meminumkan laba. Untuk meminimalisir adanya dampak dari konflik kepentingan tersebut, maka pihak pemilik membutuhkan konsep manajemen yg berorientasi pada tata kelola perusahaan yang baik. Dalam persfektif teori manajemen perusahaan, dikenal adanya konsep tata kelola perusahaan yang baik. Konsep utama yang mendasari tata kelola perusahaan yang baik tersebut, adalah: fairness, accountibility, transparancy, dan responsibility. 37
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
Dengan adanya penelitian ini, maka dapat dipahami adanya potensi hubungan yang dapat diidentifikasi pada EVA dengan nilai perusahaan. Kinerja suatu perusahaan yang baik jika dilihat dari perspektif EVA, kemungkinan akan diikuti oleh nilai perusahaan yang semakin baik. Sebab EVA yang semakin baik mencerminkan adanya tingkat pengembalian modal yang sebanding untuk menutup resiko dan biaya investasi yang ditanamkan oleh pemilik modal. Sementara itu dari perspektif yang lain juga dapat dipahami bahwa keberadaan tata kelola perusahaan yang baik akan dapat mendorong kinerja perusahaan yang lebih baik, diantaranya adalah membatasi adanya praktek manajemen laba. Sebab tata kelola yang baik akan menciptakan adanya fungsi pengawasan yang lebih berkualitas. Penelitian ini berupaya memberikan paparan tentang implikasi dari konsep di atas dengan cara menelaah sejauhmana keberadaan tata kelola perusahaan yang baik dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap manajemen laba. Selain itu, penelitian ini juga dikembangkan dengan mengidentifikasi kontribusi yang dapat diberikan oleh tata kelola perusahaan yang baik serta manajemen laba yang mempunyai tingkat manajemen laba yang berbeda dalam hubungan yang terjadi antara EVA dengan nilai perusahaan. Secara spesifik penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menguji pengaruh Economic Value Added terhadap nilai perusahaan. 2. Menguji pengaruh Economic Value Added terhadap nilai perusahaan pada perusahaan yang menerapkan tata kelola perusahaan yang berbeda. 3. Menguji pengaruh Economic Value Added terhadap nilai perusahaan pada perusahaan yang mempunyai tingkat manajemen laba yang berbeda. 4. Menguji pengaruh tata kelola perusahaan terhadap manajemen laba.
TINJAUAN PUSTAKA Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan dapat dipandang sebagai suatu versi dari game theory (Mursalim, 2005), yang membuat suatu model kontraktual antara dua atau lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak disebut agent dan pihak yang lain disebut principal. Principal mendelegasikan pertanggungjawaban atas decision making kepada agent, hal ini dapat pula dikatakan bahwa principal memberikan suatu amanah kepada agent untuk melaksanakan tugas tertentu sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati. Wewenang dan tanggungjawab agent maupun principal diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama. Kontrak kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kontrak kerja antara pemilik modal dengan manajer perusahaan. Dimana antara agent dan principal ingin memaksimumkan utility masing-masing dengan informasi yang dimiliki. Tetapi di satu sisi, agent memiliki informasi yang lebih banyak (full information) dibanding dengan principal di sisi lain, sehingga menimbulkan adanya asimetry 38
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
information. Informasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan keinginan dan kepentingan untuk memaksimumkan utilitynya. Sedangkan bagi pemilik modal dalam hal ini investor, akan sulit untuk mengontrol secara efektif tindakan yang dilakukan oleh manajemen karena hanya memiliki sedikit informasi yang ada. Oleh karena itu, terkadang kebijakan-kebijakan tertentu yang dilakukan oleh manajemen perusahaan tanpa sepengetahuan pihak pemilik modal atau investor. Economic Valua Added (EVA) EVA merupakan sebuah metode penilaian kinerja perusahaan yang berorientasi kepada penciptaan nilai bagi pemegang saham perusahaan. Pengukuran kinerja perusahaan dengan EVA memberikan informasi strategis yang bermanfaat bagi pemegang saham, yang menyangkut sejauhmana manajemen berhasil mengelola investasi perusahaan hingga menghasilkan pengembalian yang melebihi seluruh biaya modalnya. Nilai EVA yang cenderung tinggi ternyata tidak selalu diikuti oleh apresiasi positif terhadap kinerja dan fundamental perusahaan. Oleh karenanya, pergerakan EVA yang meningkat tidak selalu diikuti oleh kenaikan nilai pasar dari perusahaan yang bersangkutan. Q-Tobin Rasio Tobin’s Q didefinisikan sebagai rasio nilai pasar perusahaan dibagi nilai pengganti aktiva perusahaan. Jika nilai Q lebih besar dari satu, maka dapat disimpulkan bahwa pasar mengakui nilai aktiva perusahaan saat itu lebih tinggi daripada nilai penggantinya (Lee dan Tompkins, 1999). Rasio Tobin’s Q merupakan ukuran yang menggambarkan prediksi pasar terhadap return yang dihasilkan dari setiap rupiah yang diinvestasikan dalam aktiva peusahaan. Tobin’s Q merefleksikan ekspektasi investor tentang tingkat kembalian ekonomi (economic return) perusahaan di masa depan. Black et al (2003) merumuskan nilai pasar aset sebagai penjumlahan dari nilai buku hutang, nilai buku dari saham preferen, dan nilai pasar saham biasa. Semakin besar nilai rasio Q-Tobin menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang baik dan memiliki intangible asset yang semakin besar. Hal ini bisa terjadi karena semakin besar nilai pasar aset perusahaan, semakin besar kerelaan investor untuk mengeluarkan pengorbanan yang lebih untuk memiliki perusahan tersebut. Tata Kelola Perusahaan Tata kelola perusahaan merupakan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hakhak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan, seperti yang diungkapkan oleh Forum Corporate Governance
39
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
in Indonesia (FCGI) dalam Toha (2004). Prinsip-prinsip dasar dari tata kelola perusahaan yang baik meliputi fairness, transparancy, accountibility dan responsibility.
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Hubungan EVA terhadap Nilai Perusahaan Pengukuran kinerja perusahaan dengan EVA memberikan informasi strategis yang bermanfaat bagi pemegang saham. Informasi tersebut menyangkut sejauhmana manajemen berhasil mengelola investasi perusahaan hingga menghasilkan pengembalian yang melebihi seluruh biaya modalnya. Implikasinya adalah investor yang rasional akan menggunakan EVA sebagai suatu informasi penting dalam pengambilan keputusan investasi saham yang akan dilakukan. Semakin tinggi nilai EVA perusahaan maka akan semakin mendorong minat investor mempertahankan atau membeli saham perusahaan. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Hipotesis 1: EVA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan Hubungan EVA terhadap Nilai Perusahaan melalui Tata Kelola Perusahaan yang Baik Reinstein et al. (2005) dalam penelitian ekonominya di Eropa menunjukkan adanya suatu korelasi yang sangat erat antara penerapan tata kelola perusahaan yang baik terhadap penciptaan nilai perusahaan. EVA merupakan suatu metodologi penilai kinerja berbasis nilai kurang dapat menunjukkan kontribusinya secara signifikan jika tidak didukung oleh mekanisme kerja yang baik dan benar dari jajaran manajemen. Dalam hal ini dibutuhkan suatu mekanisme pengawasan yang efektif yaitu melalui penciptaan tata kelola perusahaan yang baik. Implikasi yang diharapkan adalah adanya peningkatan apresiasi dari pasar (investor) terhadap perusahaan. Sebagai perusahaan yang berhasil menerapkan tata kelola dengan baik, maka ekspektasi pasar (investor) terhadap kinerja perusahaan akan meningkat. Konsekuensinya adalah nilai (pasar) dari perusahaan juga akan meningkat. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Hipotesis 2: pengaruh EVA terhadap nilai perusahaan akan lebih kuat pada perusahaan yang mempunyai tata kelola perusahaan yang baik. Hubungan EVA terhadap Nilai Perusahaan melalui Manajemen Laba Hasil analisis Mike Rousana (1997) menyatakan Economic Value Added (EVA) justru independen terhadap Market Value Added (MVA) atau tidak terdapat hubungan antara EVA dengan MVA. Tidak terdapat keterkaitan yang signifikan antara perubahan EVA dengan perubahan MVA. Dijelaskan oleh Rouse bahwa tiadanya keterkaitan antara EVA 40
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
dan MVA, mungkin disebabkan oleh karena adanya faktor-faktor (misal, inside information) yang menyebabkan harga saham yang terbentuk di pasar modal (dari mana MVA dihitung), tidak tercermin seluruh informasi yang ada (sebagai pelaku memperoleh abnormal return sementara yang lain tidak). Jika dilihat dari konteks manajemen laba, maka dapat dimunculkan dugaan bahwa pasar (investor) memahami bahwa praktek manajemen laba yang dilakukan manajemen telah membuat nilai EVA terdistorsi, sehingga nilai EVA yang muncul dianggap kurang representative. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Hipotesis 3: pengaruh EVA terhadap nilai perusahaan akan melemah bagi perusahaan yang melakukan manajemen laba. Hubungan Tata Kelola Perusahaan dengan Manajemen Laba Inti dari tata kelola perusahaan adalah menekankan perlunya pengawasan yang efektif atas kerja manajemen agar dapat bekerja dengan semestinya sesuai dengan kepentingan pemilik (pemegang saham). Semakin baik tata kelola perusahaan maka mekanisme pengawasan semakin baik. Konsekuensinya adalah potensi terjadinya manajemen laba juga akan semakin kecil. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Hipotesis 4: tata kelola perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
Hubungan konseptual dalam penelitian ini digambarkan dalam model penelitian sebagai berikut.
Tata Kelola Perusahaan H2
H4 EVA
H1
Nilai Perusahaan
H3 Manajemen Laba Gambar 1. Model Penelitian
41
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
METODE PENELITIAN Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekunder kuantitatif, yaitu data yang berbentuk laporan keuangan perusahaan tahunan (per 31 Desember), data yang tersedia lengkap mengenai dewan komisaris dan komisaris independen serta data yang diperlukan untuk mendeteksi manajemen laba dan data saham masing-masing perusahaan. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sample dengan kriteria sebagai berikut: perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia dan perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan tahunan (per 31 Desember) secara rutin. Sampel yang digunakan sebanyak 30 perusahaan dengan kurun waktu 2005-2009. Data diperoleh dari Pojok BEJ di UGM, situs BEJ di www.idx.co.id serta dari situs masing-masing perusahaan sampel. Model Pengujian Hipotesis Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan estimasi model regresi data panel untuk intersep dan koefisien slope konstan setiap waktu dan unit yang dilakukan dengan program Eviews, yakni dengan menggunakan Tobins Q sebagai ukuran kinerja nilai perusahaan sebagai variabel dependen sedangkan EVA, tata kelola perusahaan dan manajemen laba sebagai variabel independen. Untuk pengujian hipotesis ini juga dilakukan pemisahan sampel yaitu kategori tata kelola perusahaan (CG) tinggi dan kategori CG rendah. Begitu juga hal yang sama dilakukan pemisahan sampel untuk kategori manajemen laba (EM) tinggi dan kategori EM rendah. Adapun hipotesis yang diuji mempunyai persamaan sebagai berikut: q
= a0 + a1 EVA + Ɛi
(H1)
q
= a0 + a1 EVA + Ɛi , CG > mean ; CG ≤ mean
(H2)
q
= a0 + a1 EVA + Ɛi , EM > mean ; EM ≤ mean
(H3)
EM = a0 + a1 GCG + Ɛi
(H4)
HASIL DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Deskripsi variabel penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran masing-masing variabel penelitian yang disajikan dengan statistik deskriptif. Berdasarkan desain penelitian maka sumber informasi yang diperoleh dideskripsikan dalam bentuk nilai maksimum, nilai minimum, rata-rata, dan standar deviasi.
42
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
Tabel 1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Variabel Economic Value Added (triliun rupiah) Nilai Perusahaan Earning Manajement Proporsi Komisaris Independen Komite Audit Kepemilikan Manajerial
Minimum
Maximum
Mean
Std. Dev
-2,39
14,95
0,9383
2,4622
0,23 0,24
4,24 22,53
1,2292 0,6893
0,8101 2,2528
0,00
0,60
0,3734
0,0995
0,00 0,00
1,00 0,26
0,7133 0,0170
0,4537 0,0516
Terlihat bahwa tidak semua perusahaan mempunyai nilai EVA positif, artinya tidak semua perusahaan mampu menghasilkan laba yang dapat digunakan untuk menutup biaya modal. Berdasarkan Tabel di atas rata-rata EVA perusahaan sampel selama periode 2005-2009 adalah sebesar Rp 0,9383 triliun rupiah dengan standar deviasi sebesar 2,4622. Nilai EVA paling kecil yaitu -2,39 triliun rupiah, sedangkan nilai EVA paling besar yaitu 14,95 triliun rupiah. Variabel nilai perusahaan memiliki rentang nilai dari 0,23 hingga 4,24. Rata-rata nilai perusahaan sebesar 1,2292 dan deviasi standarnya bernilai 0,8101. Nilai perusahaan yang bernilai lebih dari 1 mempunyai arti bahwa perusahaan menghasilkan earning dengan tingkat return yang sesuai dengan harga perolehan aset-asetnya. Variabel nilai Earning Management (EM) memiliki nilai terendah sebesar 0,24 dan nilai tertinggi 22,53. Rata-rata Earning Management (EM) sebesar 0,6893 dan deviasi standarnya bernilai 2,2528. Nilai variabel proporsi komisaris independen antara 0,00 sampai dengan 0,60 dengan rata sebesar 0,3734 dan standar deviasi sebesar 0,0995. Tampak bahwa terdapat perusahaan yang tidak mempunyai komisaris independen dan ada perusahaan yang mempunyai komisaris independen sampai dengan 60% dari jumlah total dewan komisaris. Nilai variabel komite audit adalah antara 0,00 sampai dengan 1 dengan rata-rata sebesar 0,7133 dan standar deviasi sebesar 0,4537. Tampak bahwa masih terdapat perusahaan yang tidak mempunyai komite audit. Variabel prosentase kepemilikan manajerial memiliki rentang nilai dari 0,00 hingga 0,26. Rata-rata prosentase kepemilikan manajerial menunjukkan angka 0,0170 dan deviasi standar 0,0516. Hasil Penelitian Pengujian Hipotesis Pertama
43
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
Tabel 2. Hasil Estimasi Regresi Hipotesis Pertama Variabel
Koefisien
t-Statistic
Sig.
Adjusted R-squared
C EVA
1,0266 0,2159
13,2998 3,1895
0,0000 0,0018
0,5604
Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa untuk variabel EVA diperoleh nilai t hitung sebesar 3,1895 dengan signifikansi 0,0018. Artinya Economic Value Added (EVA) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Koefisien regresi sebesar 0,2159 memiliki arah positif artinya semakin tinggi Economic Value Added (EVA) maka semakin tinggi pula nilai perusahaan, begitupun sebaliknya. Nilai Adjusted R-square sebesar 0,5604 menunjukkan bahwa EVA memiliki kontribusi pengaruh terhadap nilai perusahaan sebesar 56,04% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Dengan demikian hasil analisis ini menyatakan bahwa variabel Economic Value Added (EVA) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Pengujian Hipotesis Kedua Tabel 3. Hasil Estimasi Regresi EVA Kategori CG Tinggi dan Rendah Kategori CG Tinggi Rendah
Variabel
Koefisien
t-Statistic
Sig.
C EVA C EVA
0,9765 0,2140 1,1396 0,1438
8,2182 2,2712 9,2653 1,1373
0,0000 0,0275 0,0000 0,2610
Adjusted R-squared 0,3982 0,6453
Hasil analisis untuk variabel EVA pada CG tinggi diperoleh nilai t hitung sebesar 2,2712 dengan signifikansi 0,0275. Artinya Economic Value Added (EVA) untuk kategori CG tinggi berpengaruh positif terhadap terhadap nilai perusahaan. Koefisien regresi sebesar 0,2140 memiliki arah positif artinya semakin tinggi EVA maka semakin tinggi pula nilai perusahaan, begitupun sebaliknya. Nilai Adjusted R-square sebesar 0,3982 menunjukkan bahwa nilai perusahaan dipengaruhi oleh EVA untuk kategori CG tinggi sebesar 39,82%. Dengan demikian hasil analisis ini menyatakan bahwa variabel Economic Value Added (EVA) untuk kategori CG tinggi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hasil analisis untuk variabel EVA pada CG rendah diperoleh nilai t hitung sebesar 1,1373 dengan signifikansi 0,2610. Artinya Economic Value Added (EVA) untuk kategori CG rendah tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Koefisien regresi sebesar 0,1438 memiliki arah positif artinya semakin tinggi EVA maka semakin tinggi pula nilai perusahaan, begitupun sebaliknya.
44
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
Nilai Adjusted R-square sebesar 0,6453 menunjukkan bahwa nilai perusahaan dipengaruhi oleh EVA untuk kategori CG rendah sebesar 64,53% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Dengan demikian hasil analisis ini menyatakan bahwa pengaruh variabel Economic Value Added (EVA) terhadap nilai perusahaan akan lebih kuat pada perusahaan yang mempunyai tata kelola perusahaan yang baik (GCG) Pengujian Hipotesis Ketiga Tabel 4. Hasil Estimasi Regresi EVA Kategori EM Tinggi dan Rendah Kategori Variabel EM C Tinggi EVA C Rendah EVA
Koefisien
t-Statistic
Sig.
1,0425 0,3934 0,9855 0,1844
13,2869 2,4339 6,3095 2,0187
0,0000 0,0182 0,0000 0,0486
Adjusted R-squared 0,7892 0,2635
Hasil analisis untuk variabel EVA pada EM tinggi diperoleh nilai t hitung sebesar 2,4339 dengan signifikansi 0,0182. Artinya EVA untuk kategori EM tinggi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Koefisien regresi sebesar 0,3934 memiliki arah positif artinya semakin tinggi EVA maka akan semakin tinggi pula nilai perusahaan, begitupun sebaliknya. Nilai Adjusted R-square sebesar 0,7892 menunjukkan bahwa nilai perusahaan dipengaruhi oleh EVA untuk kategori EM tinggi sebesar 78,92%. Hasil analisis untuk variabel EVA pada EM rendah diperoleh nilai t hitung sebesar 2,0187 dengan signifikansi 0,0486. Artinya Economic Value Added (EVA) untuk kategori EM rendah berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Koefisien regresi sebesar 0,1844 memiliki arah positif artinya semakin tinggi EVA maka semakin tinggi pula nilai perusahaan, begitupun sebaliknya. Nilai Adjusted R-square sebesar 0,2635 menunjukkan bahwa nilai perusahaan dipengaruhi oleh EVA untuk kategori EM rendah sebesar 26,35%. Dengan demikian hasil analisis ini menyatakan bahwa pengaruh variabel Economic Value Added (EVA) terhadap nilai perusahaan untuk kategori EM rendah lebih rendah daripada EM tinggi. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh El Mir dan Seboui (2006) yang menyimpulkan pengaruh EVA terhadap nilai perusahaan menjadi rendah dengan adanya praktik manajemen laba. Pengujian Hipotesis Keempat Pengujian pada hipotesis keempat ini bertujuan untuk melihat apakah tata kelola perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Untuk tujuan tersebut maka pengujian hipotesis keempat terdiri dari tiga bagian yaitu pengujian hipotesis variabel CG yang terdiri dari Proporsi Komisaris Independen, Komite Audit dan Kepemilikan 45
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
Manajerial (KI, KA dan KM) terhadap manajemen laba (EM). Hasil estimasi regresi data panel disajikan dalam Tabel berikut ini.
Tabel 5. Hasil Estimasi Regresi Tata Kelola Perusahaan Terhadap EM Tata Kelola Perusahaan Proporsi Komisaris Independen Komite Audit Kepemilikan Manajerial
Variabel
Koefisien
t-Statistic
Sig.
C
3,2356
4,4048
0,0000
KI
-6,8193
-3,5347
0,0006
C KA C KM
0,8150 -0,1761 0,8532 -9,6125
2,5903 -0,4551 5,3448 -2,6184
0,0000 0,6499 0,0000 0,0100
Adjusted R-squared 0,3900 0,3271 0,3627
Rumusan hipotesis untuk variabel komisaris independen (KI) diperoleh nilai t hitung sebesar -3,5347 dengan signifikansi 0,0006. Artinya KI berpengaruh negatif terhadap EM. Koefisien regresi sebesar -6,8193 memiliki arah negatif artinya semakin tinggi KI maka EM semakin rendah, begitu pula sebaliknya. Nilai Adjusted R-square sebesar 0,39 menunjukkan bahwa EM dipengaruhi oleh KI sebesar 39% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Dengan demikian hasil analisis ini menyatakan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Rumusan hipotesis untuk variabel komite audit (KA) diperoleh nilai t hitung sebesar 0,4551 dengan signifikansi 0,6499. Artinya KA tidak berpengaruh negative terhadap EM. Koefisien regresi sebesar -0,1761 memiliki arah negatif artinya semakin tinggi KA maka EM semakin rendah, begitu pula sebaliknya. Nilai Adjusted R-square sebesar 0,3271 menunjukkan bahwa KA memiliki kontribusi pengaruh terhadap EM sebesar 32,71%. Hal ini berarti bahwa EM dipengaruhi oleh KA sebesar 32,71% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Dengan demikian hasil analisis ini menyatakan bahwa variabel komite audit (KA) tidak berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Rumusan hipotesis untuk variabel kepemilikan manajerial (KM) diperoleh nilai t hitung sebesar -2,6184 dengan signifikansi 0,01. Oleh karena signifikansi kurang dari 0,05 (sig < 0,05) maka hipotesis yang menyatakan “kepemilikan manajerial (KM) berpengaruh negatif terhadap EM ”diterima. Artinya KM berpengaruh negatif terhadap EM. Koefisien regresi sebesar -9,6125 memiliki arah negatif artinya semakin tinggi KM maka EM semakin rendah, begitu pula sebaliknya.
46
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
Nilai Adjusted R-square sebesar 0,3627 menunjukkan bahwa KM memiliki kontribusi pengaruh terhadap EM sebesar 36,27%. Hal ini berarti bahwa EM dipengaruhi oleh KM sebesar 36,27% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Dengan demikian hasil analisis ini menyatakan bahwa variabel kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Pembahasan Pengaruh Economic Value Added (EVA) Terhadap Nilai Perusahaan Berdasarkan hasil analisis pada penelitian ini menunjukkan bahwa EVA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti bahwa tingkat pengembalian yang dihasilkan perusahaan melebihi tingkat biaya modal atau tingkat pengembalian yang diinginkan investor. Perusahaan mampu menciptakan nilai tambah ekonomis dan mampu meningkatkan harga saham meskipun dengan tingkat yang rendah yang tujuannya memang memaksimalkan nilai perusahaan dalam bentuk harga saham dan kesejahteraan pemegang saham. Hal ini memiliki dampak yang besar terhadap perkembangan perusahaan tersebut di masa yang akan datang karena investor dan calon investor akan merespon secara positif aktivitas dan keputusan yang diambil. Hal ini dikarenakan semakin tinggi EVA menunjukkan bahwa perusahan mampu menciptakan nilai tambah serta lebih memfokuskan perhatian kepada penciptaan nilai perusahaan. Untuk selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan semakin diminati oleh investor dan akan berdampak penciptaan nilai serta kemakmuran para shareholders. Maka perusahaan dapat membedakan aktivitas mana yang value added dan aktivitas mana yang non-value added sehingga manajemen dapat lebih fokus mengurangi biaya-biaya yang timbul akibat aktivitas yang tidak menambah nilai. Pengaruh Economic Value Added (EVA) Terhadap Nilai Perusahaan Akan Kuat Pada Perusahaan Yang Mempunyai Tata Kelola Perusahaan Yang Baik EVA sebagai metodologi penilai kinerja berbasis nilai kurang dapat menunjukkan kontribusinya secara signifikan jika tidak didukung oleh mekanisme kerja yang baik dan benar dari jajaran manajemen. Oleh sebab itu dibutuhkan adanya mekanisme pengawasan yang efektif, diantaranya melalui penciptaan tata kelola perusahaan yang baik. David Melvill yang dikutip oleh media akuntansi (2000) dalam Spica dan Sifa (2006) menyatakan bahwa tata kelola perusahaan merupakan sebuah sistem guna mengontrol dan mengarahkan perusahaan. Konsep corporate governance timbul sebagai upaya untuk mengerem atau mengatasi perilaku manajemen yang mementingkan diri sendiri dengan menciptakan mekanisme dan alat kontrol untuk memungkinkan terciptanya sistem pembagian keuntungan dan kekayaan yang seimbang bagi stakeholders dan menciptakan efisiensi bagi perusahaan.
47
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa EVA berpengaruh terhadap nilai perusahaan hanya pada perusahaan yang memiliki tata kelola perusahaan baik atau untuk kategori CG tinggi. Sedangkan untuk perusahaan dengan kategori CG rendah, hasil yang didapat menunjukkan tidak ada pengaruh. Hal ini dapat disebabkan karena perusahaan yang memiliki tata kelola perusahaan yang semakin baik cenderung akan membatasi terjadinya praktik-praktik manajemen yang tidak etis dan merugikan pemegang saham, yang menjadikan manajemen akan bekerja dengan baik sesuai arah yang diharapkan oleh pemilik (pemegang saham). Selanjutnya dari kondisi tersebut diharapkan adanya peningkatan apresiasi dari pasar (investor) terhadap perusahaan. Sebagai perusahaan yang berhasil menerapkan tata kelola dengan baik, maka ekspektasi pasar (investor) terhadap kinerja perusahaan akan meningkat. Konsekuensi berikutnya adalah nilai pasar dari perusahaan juga akan meningkat. Tentu hasil ini akan berbeda jika dilihat dari perusahaan yang memiliki CG yang rendah.
Pengaruh Economic Value Added (EVA) Terhadap Nilai Perusahaan Akan Melemah Bagi Perusahaan Yang Melakukan Manajemen Laba Nilai EVA yang cenderung tinggi ternyata tidak selalu diikuti oleh apresiasi positif terhadap kinerja dan fundamental perusahaan. Oleh karenanya, pergerakan EVA yang meningkat tidak selalu diikuti oleh kenaikan nilai pasar dari perusahaan yang bersangkutan. Manajemen laba mencakup usaha manajemen untuk memaksimumkan atau meminimumkan laba, termasuk perataan laba sesuai dengan keinginan manajemen. Jika dilihat dari konteks manajemen laba, maka dapat dimunculkan dugaan bahwa pasar (investor) memahami bahwa praktek manajemen laba yang dilakukan manajemen telah membuat nilai EVA terdistorsi, sehingga nilai EVA yang muncul dianggap kurang representatif. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap nilai perusahaan akan melemah bagi perusahaan yang melakukan manajemen laba. Hal ini ditunjukkan dari pengaruh EVA terhadap nilai perusahaan yang melakukan manajemen laba kategori tinggi mempunyai pengaruh yang lebih rendah daripada yang melakukan manajemen laba kategori rendah. Tata Kelola Perusahaan Berpengaruh Negatif Terhadap Manajemen Laba Pengaruh Proporsi Komisaris Independen Terhadap Manajemen Laba Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta tata kelola perusahaan yang baik. Masuknya dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan meningkatkan efektivitas dewan tersebut dalam mengawasi manajemen untuk mencegah kecurangan laporan keuangan.
48
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komisaris independen berpengaruh negative terhadap manajemen laba. Hal ini dapat dijelaskan karena pengangkatan dewan komisaris independen oleh perusahaan dimaksudkan benar-benar untuk menegakkan Good Cooperate Governance (GCG) di dalam perusahaan. Jadi penempatan atau penambahan anggota dewan komisaris independen tidak hanya sekedar untuk memenuhi ketentuan formal, namun kinerja dewan komisaris independen ini dapat berjalan sesuai dengan tugas dan fungsinya yaitu melakukan pengawasan yang menjadi tanggung jawabnya secara efektif. Penelitian ini menunjukkan bahwa komisaris independen berpengaruh negatif terhadap kecenderungan terjadinya kecurangan pelaporan keuangan Pengaruh Komite Audit Terhadap Manajemen Laba Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa komite audit tidak memberikan pengaruh terhadap manajemen laba dapat pula dikarenakan pada umumnya penerapan tata kelola perusahaan baru dirasakan dampaknya dalam waktu yang panjang, setelah semua aturan dilaksanakan sesuai mekanisme yang ada. Dalam penyesuaian ini membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga belum terbukti pengaruhnya terhadap manajemen laba. Pengaruh yang di hasilkan antara variabel komite audit dengan manajemen laba memang tidak signifikan, namun dapat dilihat koefisien untuk variabel komite audit adalah negatif, yang berarti bahwa komite audit memiliki pengaruh yang negatif bagi manajemen laba, meskipun pengaruh yang dihasilkan tidak signifikan secara statistik. Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Manajemen Laba Dalam penelitian ini komite manajerial mampu menjadi mekanisme corporate governance yang dapat mengurangi ketidakselarasan kepentingan antara manajemen dengan pemiliki atau pemegang saham. Kepemilikan manajerial yang tinggi dapat digunakan untuk mengurangi masalah keagenan (agency problem). Hal tersebut didasarkan pada logika bahwa peningkatan proporsi saham yang dimiliki manajer akan menurunkan kecenderungan manajer untuk melakukan tindakan mengkonsumsi perquisites yang berlebihan, dengan demikian akan menyatukan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham.
SIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Economic Value Added (EVA) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Semakin tinggi EVA maka semakin tinggi pula nilai perusahaan, begitupun sebaliknya. 2. Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap nilai perusahaan lebih kuat pada perusahaan yang mempunyai tata kelola perusahaan yang baik. Hal ini dibuktikan dari pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap nilai perusahaan yang lebih tinggi pada kelompok tata kelola perusahaan (CG) tinggi.
49
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
3. Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap nilai perusahaan melemah bagi perusahaan yang melakukan manajemen laba. Hal ini ditunjukkan dari pengaruh EVA terhadap nilai perusahaan yang lebih rendah pada perusahaan yang melakukan manajemen laba kategori tinggi. 4. Tata kelola perusahaan yang berupa proporsi komisaris independen dan kepemilikan manajerial berpengaruh negative terhadap manajemen laba, sedangkan komite audit menunjukkan tidak berpengaruh. Keterbatasan Penelitian Dalam penyusunan penelitian ini, masih terdapat keterbatasan yang dimiliki, antara lain kesulitan dalam mengukur Good Corporate Governance (GCG). Pengukuran GCG yang dilibatkan hanya proporsi komisaris independen, kepemilikan manajerial dan komite audit karena keterbatasan data, oleh karena itu belum mewakili mekanisme GCG seutuhnya. Penelitian ini menggunakan periode lima tahun. Dengan menggunakan periode yang lebih panjang lagi dimungkinkan adanya hasil yang berbeda dengan hasil penelitian ini. Saran Beberapa saran yang penting bagi penelitian mendatang dan implikasi yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut: 1. Penelitian selanjutnya dapat menambah jumlah sampel penelitian dan juga melibatkan sektor usaha yang lain agar mencerminkan reaksi dari pasar modal secara keseluruhan. Selain itu, disarankan juga untuk melakukan penelitian lain dengan menggunakan periode yang lebih lama sehingga mampu mewakili kondisi yang ada secara general. 2. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan proksi tata kelola perusahaan (CG) yang lain, seperti misalnya kepemilikan institusional, dewan komisaris, dewan direksi atau kriteria lain yang telah ditetapkan. Implikasi Penelitian 1. Penelitian ini dapat memberikan perspektif yang berbeda bagi para investor di pasar modal di dalam mengambil keputusan investasi pada suatu perusahaan berdasarkan analisis EVA dengan memperhatikan sistem tata kelola yang dijalankan perusahaan tersebut. 2. Para investor sebaiknya berhati-hati dalam pengambilan keputusan bisnis, tidak hanya terfokus pada informasi laba di dalam mengambil keputusan, tetapi juga mempertimbangkan informasi non-keuangan, seperti keberadaan tata kelola perusahaan. 3. Perusahaan diharapkan dapat menerapkan mekanisme tata kelola perusahaan yang baik (GCG) karena dapat menekan masalah keagenan (agency problem), sehingga dapat menselaraskan perbedaan kepentingan antara pihak pemegang saham (shareholders) dengan para manajer atau pemegang saham (shareholders) dengan kreditur (bondholders atau pemegang obligasi), serta diantara pihak-pihak yang berkepentingan. 50
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
DAFTAR PUSTAKA Alan dan Reistein. 2005, Corporate Governance And Economic Value Aligment, Journal of International Advances In Economic Reseach, Europe. Atmaja, Lukas Setia, 1999, Manajemen Keuangan, Yogyakarta: Andi Ofset. Bank Indonesia, 2006, Dasar-dasar Pengawasan Bank. Beasley, Mark S. (1996). An Empirical Analysis of the Relation Between the Board of Director Composition and Financial Statement Fraud. The Accounting Review 17, 443-465. Black, B, H. Jang, W. Kim. 2002, Does Corporate Governance Affect Firm Value? Evidence from Korea, Stanford Law School, Working Paper. Brealey and Myers, 2000, Principles of Corporate Finance, McGraw Hill. New York. Darmawati, dkk, 2004, Hubungan Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan, Jurnal SNA VII. Dechow, Patricia M., R.G. Sloan and A.P. Sweeney, (1995), Detecting Earnings Management, The Accounting Review 70, 193-225. Effendi, Arief, 2009, The Power Of Good Corporate Governance: Teori dan Implementasi. Salemba Empat: Jakarta. Elmir, Ali dan Soyad Seboui, 2002, Corporate Governance and Earning Management and The Relationship Between Economic Value Added and Created Shareholder Value, Journal of Asset Management 7, 242-254. FCGI, 2001. Corporate Governance: Tata Kelola Perusahaan. Edisi Ketiga, Jakarta. _____, 2004. Corporate Governance Suatu Pengantar: Peranan Dewan Komis aris dan Komite Audit Dalam Pelaksanaan Corporate Governance. Jakarta. Fama.E.F. dan M.C.Jensen. (1983). Separation of Ownership and Control. Journal of Law and Economics 26, 301-325. Hastuti, Theresia, 2005, Hubungan Antara GCG dan Struktur Kepemilikan dengan Kinerja Keuangan, Simposium Nasional Akuntansi VII. Isnanta, 2008. Pengaruh Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba dan Kinerja. UII: Yogyakarta. Jensen, MC dan Meckling, 1976, Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure, Journal of Financial Economics. Vol 3, 305-360. Juniarti dan Corolina. 2005. Analisa Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perataan Laba (Income Smoothing) Pada Perusahaan-Perusahaan Go Public. Jurnal Akuntansi dan Keuangan 7. Kaihatu, Thomas S, 2005, Good Corporate Govenance dan Penerapannya di Indonesia, Jurnal Ekonomi Universitas Kristen Petra. Kasmir, 2008, Analisis Laporan Keuangan, Rajawali Pers, Jakarta. Lee, C.M.C, Measuring Wealth, CA Magazine, April, 1996. Mike Rousana, 1997, Memanfaatkan EVA untuk Menilai Perusahaan di Pasar Modal Indonesia, Usahawan 4, 18-21. Mintara, 2008. Pengaruh Implementasi Corporate Governance terhadap Pengungkapan Informasi, UII: Yogyakarta. Mursalim. (2005). Income Smoothing dan Motivasi Investor: Studi Empiris pada Investor di BEJ. Simposium Nasional Akuntansi VIII, IAI, 2005 Nasution dan Setiawan, 2007. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi X. Pranata, 2007. Pengaruh Penerpan Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan, UII: Yogyakarta. 51
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
Saragih, Ferdinan D, Adler H. Manurung, Jonni Manurung, 2005, Dasar- Dasar Keuangan Bisnis Teori dan Aplikasi, PT Elex Media Komputindo: Jakarta. Sekaran, Uma. 2000, Metodologi Penelitian Untuk Bisnis, Edisi 4. Salemba Empat, Jakarta Sugiyono, 2002, Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Keempat, CV Alfabeta: Bandung. Spica dan Sifa, 2006, Reaksi Pasar Publikasi Corporate Governance Perception Index Pada Perusahaan yang Terdaftar di BEJ. Sugiyono, 2004, Metode Penelitian Bisnis, CV Alfabeta : Bandung. Suwardjono, 2005, Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan, Edisi Ketiga, BPFE, Yogyakarta. Stephen F. O’Byrne, 1996, EVA and Market Value, Journal of Applied Corporate Governance 9, Spring 1996. Stewart, G. Bennett III dan Stern Stewart, 2002, How To Fix Accouting – Measure And Report Economic Profit, Journal Of Applied Corporate Finance Edition 24. Syakhroza, Akhmad. 2003, Theory of Corporate Governance, Majalah Usahawan Indonesia, Agustus. ------------------------. 2003, Best Practises Corporate Governance dalam Kondisi Konteks Kondisi Lokal Perbankan Indonesia, Majalah Usahawan Indonesia, Juni. ------------------------. 2004, Model Komisaris Untuk Efektifitas GCG di Indonesia, Majalah Usahawan Edisi Mei No. 05 Th. XXXIII, Jakarta, 13-17. Toha, Akhmad. 2004, Efektifitas Peranan Komite Audit dalam Mewujudkan Good Corporate Governance Studi Kasus Pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Jurnal Ekonomi dan Keuangan. Ujiyanto dan Pramuka, 2007, Mekanisme Corporate Governance, Manajeemen Laba dan Kinerja Keuangan (Studi Pada Perusahaan go public Sektor Manufaktur), Jurnal Simposium Nasional Akuntansi X. Utama dan Afriani, 2005, Praktek Corporate Governance dan Penciptaan Nilai Perusahaan: Studi Empiris di BEJ’, Majalah Usahawan No. 08 Th. XXXIV Agustus. Utama, Sidharta, 2005, Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management), Jurnal SNA VIII, 483-485. ------------------ .2002, Mencermati “Permainan” EVA, Majalah SWA Edisi 22/XVIII 14 Oktober – 4 November. ------------------ .1997, Economic Value Added; Pengukur Penciptaan Nilai Perusahaan, Usahawan, April. Wedari, Linda Kusumaning, 2004, Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit terhadap Aktivitas Manajamen Laba. Simposium Nasional Akuntansi 7. Young, S David And O’byrne, Stephen F. 2001, EVA And Value-Based Management, Mc Graw-Hill. www.fcgi.go.id www.idx.co.id www.iicg.org
52
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN STRES KERJA TERHADAP TURNOVER INTENTION (STUDI KASUS PADA PT. ISTANA KEBAYORAN RAYA MOTOR CABANG PONDOK INDAH) Eddy Nugroho Anwar Santoso Universitas Mercu Buana
[email protected]
ABSTRACT This study was conducted to determine the effect of job satisfaction and job stress towards turnover intention in , PT. Istana Kebayoran Raya Motor. In addition, to determine which variables are most influential on turnover intention. The population in this study are employees of PT. Istana Kebayoran Raya Motor and samples used are 142 respondents. Sampling technique in this research is non probablity sampling using convenience sampling method, and then the results of the analysis of the data processed using SPSS software. The results showed that the turnover intention in PT. Istama Kebayoran Raya Motor significantly influenced by job satisfaction and job stress variables. Keywords: Job Satisfaction, Job Stress, Turnover Intention, Istana Kebayoran Raya Motor. ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kepuasan kerja dan stres kerja terhadap turnover intention pada PT. Istana Kebayoran Raya Motor. Selain itu juga untuk mengetahui variabel manakah yang paling berpengaruh terhadap turnover intention.Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan PT. Istana Kebayoran Raya Motor dan sample yang digunakan sebanyak 142 responden. Teknik pengambilan sampling dalam penelitian ini adalah non probablity sampling menggunakan metode convenience sampling, dan kemudian hasil dari analisis data diolah menggunakan software SPSS.Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa turnover intention Pada PT. Istana Kebayoran Raya Motor secara signifikan dipengaruhi oleh variabel kepuasan kerja dan stres kerja. Kata Kunci: Kepuasan Kerja, Stres Kerja, Turnover Intention, Istana Kebayoran Raya Motor.
PENDAHULUAN Saat ini permasalahan tingginya tingkat turnover telah menjadi masalah serius bagi PT. Istana Kebayoran Raya Motor Cabang Pondok Indah, sebuah perusahaan yang bergerak dibidang otomotif dengan lisensi merek honda. Perusahaan ini terdeteksi mengalami turnover yang tinggi. Hal ini dapat dilihat berdasarkan data keluar-masuk karyawan dari tahun 2010 sampai 2014 pada Tabel 1 dibawah ini. 53
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
Tabel 1. Jumlah Karyawan PT. Istana Kebayoran Raya Motor Cabang Pondok Indah % % Karyawan Tahun Karyawan Karyawan Keluar Masuk Keluar 2010 170 68 40 50 29.41 2011 172 50 29.07 48 27.90 2012 189 73 38.62 56 29.63 2013 218 101 46.33 72 33.03 Sumber : Dept. HRD PT. Istana Kebayoran Raya Motor Cabang Pondok Indah (2014) Jumlah Karyawan
Karyawan Masuk
Dampak negatif yang dirasakan akibat terjadinya turnoverintention pada PT. Istana Kebayoran Raya Motor Cabang Pondok Indah yaitu pada kualitas dan kemampuan untuk menggantikan karyawan yang keluar dari perusahaan, sehingga butuh waktu serta biaya baru dalam merekrut karyawan baru.
20 18 15 10 8 7
5
11
10
7
6 5
4
8 2
1
0 1
2
3
4
1 5
Gaji yang didapat sesuai dengan pekerjaan yang diterima Pelatihan kerja yang diberikan sangat bermanfaat Pekejaan yang diberikan sesuai dengan keterampilan yang saya miliki Kondisi lingkungan kerja nyaman dan sesuai dengan harapan
Gambar 1. Grafik Kepuasan Kerja Karyawan PT. Istana Kebayoran Raya Motor Cabang Pondok Indah Sumber : Hasil Prestudi (2014)
Dari Gambar 1 dapat diketahui bahwa 18 karyawan dari total responden untuk prestudimerasa pekerjaan yang diberikan tidak sesuai dengan keterampilan yang dimiliki. Hal ini terjadi karena mereka menjadi sales eksekutif. Kemudian 11 karyawan merasa gaji yang didapat tidak sesuai dengan pekerjaan yang diterima dikarenakan beban kerja yang tinggi, beberapa hal inilah yang memicu turnover intention di PT. Istana Kebayoran Raya Motor Cabang Pondok Indah. Selain faktor masalah kepuasan kerja yang terjadi di PT. Istana Kebayoran Raya Motor Cabang Pondok Indah adapun masalah stres yang dialami oleh karyawan disana. Hal ini perlu menjadi perhatian perusahaan karena perilaku stres kerja tidak hanya berpengaruh pada individu, namun juga terhadap perusahaan itu sendiri. Stres kerja yang dihadapi karyawan juga merupakan salah satu alasan untuk mencari alternatif pekerjaan lain. Stres 54
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
kerja diduga menjadi salah satu faktor terpenting diantara faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi turnover intention karyawan.
20 15
16
10
11
5 1
0 1
6 5
3 1 2
15
6
4 3
1 3
4
5
Tuntutan tugas yang memberatkan sering membuat frustasi Sering dikejar deadline dalam mengerjakan tugas Pekerjaan yang dilakukan tidak terjadwal dengan baik
Gambar 2. Grafik Stres Kerja Karyawan PT. Istana Kebayoran Raya Motor Cabang Pondok Indah Sumber : Hasil Prestudi (2014)
Dari gambar 2 dapat diketahui bahwa ada ada 16 karyawan dari total responden untuk prestudi yang merasa bahwa deadline pekerjaan yang diberikan terlalu singkat dan 15 karyawan dengan tuntutan tugas yang memberatkan sehingga menyebabkan banyak karyawan yang merasa frustasi sehingga memunculkan turnover intention karyawan di PT. Istana Kebayoran Raya Motor Cabang Pondok Indah. Berdasarkan pembahasan pada latar belakang diatas, maka penulis mengidentifikasikan masalah: 1. Adanya turnover karyawan dalam 4 tahun terakhir 2. Karyawan yang tidak puas dengan pekerjaannya 3. Karyawan mengalami stres dengan pekerjaannya Dari identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah penulis merumusakan beberapa perumusan masalah, yaitu: 1. Apakah kepuasan kerja berpengaruh terhadap turnover intention pada PT. Istana Kebayoran Raya Motor Cabang Pondok Indah? 2. Apakah stres kerja berpengaruh terhadap turnover intention pada PT. Istana Kebayoran Raya Motor Cabang Pondok Indah? 3. Apakah kepuasan kerja dan stres kerja secara simultan berpengaruh terhadap turnover intention pada PT. Istana Kebayoran Raya Motor Cabang Pondok Indah?
KAJIAN PUSTAKA Kepuasan Kerja 55
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
Luthans (2011:243) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai keadaan emosional yang merupakan hasil dari evaluasi pengalaman kerja seseorang. Sehingga, seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi menunjukkan sikap yang positif terhadap pekerjaannya. Sementara seseorang yang tidak puas dengan pekerjaannya menunjukkan sikap yang negatif terhadap pekerjaanya. Menurut Hasibuan (2007:203) kepuasan kerja karyawan dipengaruhi oleh faktor-faktor: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Balas jasa yang adil dan layak. Penempatan yang tepat sesuai dengan keahlian. Berat ringannya pekerjaan. Suasana dan lingkungan pekerjaan. Peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan. Sikap pimpinan dalam kepemimpinannya. Sifat pekerjaan monoton atau tidak.
Respon Karyawan Terhadap Ketidakpuasan Kerja Menurut Robbins dan Judge (2013: 82) Ketidakpuasan karyawan dapat dinyatakan dengan sejumlah cara. Misalnya daripada berhenti, karyawan dapat mengeluh, tidak patuh, mencuri miliki organisasi, atau mengelakkan sebagian dari tanggung jawab kerja mereka. Berikut merupakan 4 respon yang berbeda satu sama lain dalam 2 dimensi yaitu konstruktif/destruktif dan aktif/pasif, respon didefinisikan sebagai berikut: 1. Exit. 2. Suara. 3. Kesetiaan. 4. Pengabaian. Stres Kerja Menurut Arden (2006) stres adalah hasil dari suatu proses yang berawal dari ada nya perasaan akan ada nya ancaman atau kemungkinan akan adanya ancaman. Menurut Robbins dan Judge (2013:597). ada beberapa penyebab stres dalam pekerjaan, yaitu : 1. Faktor Lingkungan 2. Faktor Organisasi 3. Faktor Individual
Turnover Intention Tett dan Meyer dalam Wang et.al (2010) mendefinisikan turnover intention sebagai kesadaran dalam diri seseorang untuk meninggalkan suatu organisasi yang ada saat ini, atau dengan arti lain bahwa seseorang berusahan untuk mencari kesempatan kerja yang baru. Faktor-faktor yang Memengaruhi Turnover
56
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
Menurut Wulan Nisaet.al(2012), faktor-faktor yang mempengaruhi pergantian karyawan dapat dibedakan menjadi 2 faktor, yaitu faktor organisasional dan faktor individual. Faktorfaktor tersebut antara lain adalah: 1. Faktor Organisasional a. b. c. d. e.
Kategori-kategori jabatan. Besar kecilnya organisasi. Besar kecilnya unit kerja. Penggajian. Bobot kerja.
2. Faktor Individual a. b. c. d. e. f. g. h.
Usia. Masa kerja. Jenis kelamin. Pendidikan. Data biografi. Kepribadian. Minat. Bakat dan kemampuan.
Penelitian Terdahulu Penelitian Suhanto (2009) menunjukkan Stres kerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja dan menurunkan turnover intention. Penelitian Muthiah (2012) menunjukkan Kepuasan kerja dan stres berpengaruh secara signifikan terhadap turnover intention. Penelitian Waspodo et.al (2013) menunjukkan Kepuasan kerja dan stres kerja berpengaruh secara signifikan terhadap turnover intention. Penelitian Witasari (2009) menunjukkan kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap turnover intention. Penelitian Ahsan et.al (2009) menunjukkan Kepuasan Kerja, stres kerja dan kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap turnover intention. Penelitian Valentine et.al (2011) menunjukkan kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap turnover intention. Penelitian Kohler (2010) menunjukkan stres kerja berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja, kualitas hidup dan turnover intention. Penelitian DeTienne et.al (2012) menunjukkan stres kerja berpengaruh signifikan terhadap stamina pekerja, kepuasan kerja dan turnover intention. Penelitian McNall et.al (2010) menunjukkan Kepuasan kerja berpengaruh secara signifikan terhadap turnover intention. Penelitian Hazell (2010) menunjukkan Stres kerja dan kepuasan kerja berpengaruh secara signifikan terhadap turnover intention. Penelitian Mahdi et.al (2012) menunjukkan Kepuasan kerja berpengaruh secara siginifikan terhadap turnover intention. Penelitian Awang et.al (2013) menunjukkan Kepuasan kerja dan stres kerja berpengaruh secara siginifikan terhadap turnover intention. Penelitian Kwenin (2013) menunjukkan Kepuasan kerja berpengaruh secara siginifikan terhadap turnover intention. Penelitian Rizwan (2011) Kepuasan kerja karyawan berpengaruh signifikan terhadap turnover intention. Adebayo dan Ogunsina 57
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
(2011) menunjukkan Kepuasan kerja dan stres kerja berpengaruh secara siginifikan terhadap turnover intention. Kerangka Pemikiran Kepuasan Kerja (X1) · · · · · · ·
Balas Jasa Yang Adil dan Layak Penempatan Kerja Beban Kerja Lingkungan Pekerjaan Fasilitas yang diberikan Sikap Pimpinan Variasi Jenis Pekerjaan
Turnover Intention (Y)
H1
· ·
Hasibuan (2007:203)
· · ·
Mobley dalam Wulan Nisa, Suharsono, dan Ingarianti (2012)
H2
Stres Kerja (X2)
Faktor Organisasional Faktor Individual
Faktor Lingkungan Faktor Organisasi Faktor Individual
Robbins dan Judge (2013:597)
H3
Gambar 3. Model Penelitian Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: H1: Kepuasan Kerja berpengaruh negatif terhadap Turnover Intention di PT. Istana Kebayoran Raya Motor Cabang Pondok Indah. H2: Stres Kerja berpengaruh positif terhadap Turnover Intention di PT. Istana Kebayoran Raya Motor Cabang Pondok Indah. H3: Kepuasan Kerja dan Stres Kerja secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap Turnover Intention di PT. Istana Kebayoran Raya Motor Cabang Pondok Indah
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini termasuk penelitian kausalitas yang bertujuan untuk menguji hipotesis tentang pengaruh kepuasan kerja, stres kerja terhadap turnover intention. Metode penelitian menggunakan metode survey, penelitian survey adalah suatu penelitian kuantitatif dengan menggunakan pertanyaan terstruktur atau sistematis yang sama kepada banyak orang, untuk kemudian seluruh jawaban yang diperoleh dicatat, diolah, dan dianalisis. Pertanyaan terstruktur tersebut dikenal dengan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan PT. Istana Kebayoran Raya Motor Cabang Pondok Indah sebanyak 218 orang. Dari divisi keuangan sebanyak 21 orang, divisi bengkel 30 orang, divisi suku cadang 6 orang, divisi body & paint 28 orang dan Divisi Sales 57 orang.
58
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
Penentuan jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin. Jumlah sampel yang diambil dengan taraf kesalahan sebesar 5%, yaitu sebagai berikut: 𝑛=
𝑁 1 + 𝑛𝑒 2
Perhitungan jumlah sampel adalah sebagai berikut: n=
218 1 + (218(0.05)2)
n = 141.1 (dibulatkan 142)
Berdasarkan perhitungan diatas, jumlah sampel yang harus digunakan sebanyak 142 responden. Dalam penelitian ini, peneliti menentukan pengambilan sampel sejumlah 142 responden menggunakan teknik non probability sampling dengan jenis convenience sampling yaitu pengambilan sampel yang sesuai dengan ketentuan atau persyaratan sampel dari populasi tertentu yang paling mudah dijangkau atau didapatkan. Data yang diperoleh dari kuesioner yang diisi oleh para responden, selanjutnya akan diolah untuk dianalisis menggunakan SPSS: Uji Validitas Untuk menyatakan butir Valid atau tidak valid digunakan ketentuan Corrected Item-Total Correlation (CITC) atau disebut dengan r (koefien korelasi) dengan ketentuan, jika r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid, sedangkan jika r hitung < r tabel, maka dinyatkaan tidak valid (Priyatno, 2008). Uji Reliabilitas Menurut Suliyanto (2005:42), reliabilitas pada dasarnya adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Menurut Umar (2005), suatu pertanyaan dikatakan reliable jika memiliki nilai alpha cronbach> 0,60. Uji Asumsi Klasik Uji Kolmogorov-Smirnov(K-S) Uji Kolmogorov-Smirnov dilakukan dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05, data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 5% atau 0,05. Uji multikolinearitas Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai Tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10 (Ghozali, 2013:105).
59
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
Uji heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan satu ke pengamatan yang lain, salah satu caranya dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen (Ghozali, 2013:139) Regresi Linier Berganda Model analisis ini dipilih untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat secara nersama – sama maupun secara partial Uji Hipotesis Uji T pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2013:98). Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013:98) Uji determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2013:95). Analisis Korelasi Antar Dimensi Analisis korelasi adalah alat statistik yang dapat digunakan untuk mengetahui derajat hubungan linear antara satu variabel dengan variabel lain (Suliyanto, 2005:52).
HASIL DAN PEMBAHASAN Kategori Jenis Kelamin
Tabel 2 Karakteristik Responden Keterangan Frekuensi 100 · Laki-laki 42 · Perempuan Total 142
Prosentase 70.40% 29.60% 100.00%
· 0 - 5 Tahun · 6 - 10 Tahun · 11 - 15 Tahun · 16 - 20 Tahun · > 20 Tahun Total
55 41 33 11 2 142
38.70% 28.90% 23.20% 7.70% 1.40% 100.00%
· < 25 Tahun · 26 - 35 Tahun · 36 - 45 Tahun · 46 - 55 Tahun Total Sumber: Data diolah (2014)
63 35 34 10 142
44.40% 24.60% 23.90% 7.00% 100.00%
Masa Bakti
Usia
60
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
Dari Tabel 2 di atas diketahui bahwa responden berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari yang berjenis kelamin perempuan. Hal ini disebabkan oleh faktor jenis pekerjaan lapangan yang tergolong kasar dan memerlukan tenaga laki-laki.Masa kerja dari 142 responden dalam penelitian ini diketahui bahwa mayoritas telah bekerja di selama 0-5 tahun, diikuti dengan responden yang telah bekerja selama 6-10 tahun. Sedangkan dapat dilihat bahwa yang paling responden yang paling sedikit dalam penelitian ini yaitu yang bekerja selama > 20 tahun. Dari masa bakti tersebut diketahui bahwa walaupun status karyawan banyak yang berstatus karyawan kontrak dan outsourcing, namun sangat memungkinkan bekerja seperti layaknya karyawan tetap dengan masa kerja yang cukup lama.Mayoritas data usia responden dalam penelitian ini berusia diantara 26-35 tahun dengan responden sebanyak 63 karyawan atau 44.4% yang menunjukkan bahwa responden memiliki kapasitas tenaga yang tergolong masih kuat secara fisik untuk melakukan pekerjaan dengan beban yang berat dan memiliki pengalaman kerja yang memadai. Dan yang paling sedikit yaitu responden dengan usia 46-55 sebanyak 10 karyawan dengan persentase 7.0% karena merupakan karyawan lama. Deskripsi Variabel Penelitian Variabel Kepuasan Kerja Tabel 3. Hasil Pengukuran Deskriptif Variabel Kepuasan Kerja % Dimensi
Indikator
Balas Jasa yang Gaji adil dan layak Penempatan yang Penempatan tepat sesuai Kerja keahlian Berat ringannya Beban kerja pekerjaan Suasana dan Lingkungan lingkungan pekerjaan pekerjaan Peralatan yang Fasilitas menunjang yang pelaksanaan diberikan pekerjaan Sikap pimpinan Sikap dalam pimpinan kepemimpinannya Sifat pekerjaan Variasi monoton atau jenis tidak pekerjaan Sumber : Data diolah (2014)
RataRata Indikator
RataRata Dimensi
7.04 23.35 32.39 23.94 11.3
2.93
2.93
5.63 38.03 34.51 14.08 7.75
3.2
3.2
4.93 38.73 37.32 14.79 4.23
3.25
3.25
4.23 22.54 42.25 22.54 8.45
2.92
2.92
4.23 27.46 35.21 22.54 10.6
2.92
2.92
4.23 23.94 35.92 18.31 17.6
2.79
2.79
7.75 39.44 31.69 14.79 6.34
3.27
3.27
5
4
3
2
1
Hasil dari analisa masing-masing dimensi terhadap hasil kuesioner adalah sebagai berikut :
61
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
Dimensi Balas jasa yang adil dan layak Dari Tabel 3 terlihat bahwa hasil kuesioner mengenai balas jasa yang adil dan layak menunjukan bahwa rata-rata dimensi adalah 2.93 yang mengindikasikan bahwa secara umum karyawan memilih jawaban netral. Sebanyak 32.39% responden netral, sedangkan 23.35% responden setuju karena Gaji dirasakan sesuai, dan sebanyak 23.94% responden tidak setuju terhadap gaji yang didapatkan. Hal ini menjelaskan bahwa sebagian besar responden merasa balas jasa yang adil dan layak cukup untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Dimensi Penempatan Yang Sesuai Dengan Keahlian Dari Tabel 3 terlihat bahwa hasil kuesioner mengenai penempatan yang sesuai dengan keahlian menunjukan bahwa rata-rata dimensi adalah 3,20 yang mengindikasikan bahwa secara umum karyawan memilih jawaban setuju. Sebanyak 38.03% responden setuju dengan penempatan yang sesuai dengan keahlian. Hal ini menjelaskan bahwa sebagian responden bekerja sebagai mekanik dan bagian kantor yang rata-rata pekerjaannya sesuai dengan keahlian. Dimensi Berat Ringannya Pekerjaan Dari Tabel 3 terlihat bahwa hasil kuesioner mengenai berat ringannya pekerjaan menunjukan bahwa rata-rata dimensi adalah 3,25 yang mengindikasikan bahwa secara umum karyawan memilih jawaban setuju Sebanyak 38.73% responden dengan beban kerja yang berat. Hal ini menjelaskan bahwa mayoritas responden bekerja sebagai sales executive dan mekanik yang mempunyai orientasi terhadap target penjualan barang dan jasa. Dimensi Suasana Dan Lingkungan Pekerjaan Dari Tabel 3 terlihat bahwa hasil kuesioner mengenai dimensi suasana dan lingkungan pekerjaan menunjukan bahwa rata-rata dimensi adalah 2,92 yang mengindikasikan bahwa secara umum karyawan memilih jawaban netral sebanyak 42.25% responden. Hal ini menjelaskan bahwa lingkungan pekerjaan ditempat mereka bekerja sekarang cukup nyaman dan kondusif dalam meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Dimensi Peralatan Yang Menunjang Pelaksanaan Pekerjaan Dari Tabel 3 terlihat bahwa hasil kuesioner mengenai dimensi peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan menunjukan bahwa rata-rata dimensi adalah 2,92 yang mengindikasikan bahwa secara umum karyawan memilih jawaban netral sebanyak 42.25% responden. Hal ini menjelaskan bahwa fasilitas yang diberikan untuk aktivitas kerja cukup memadai dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan serta kepuasan kerja karyawan. Dimensi Sikap Pimpinan dalam Kepemimpinannya Dari Tabel 3 terlihat bahwa hasil kuesioner mengenai dimensi sikap pimpinan dalam kepemimpinannya menunjukan bahwa rata-rata dimensi adalah 2.79 yang mengindikasikan bahwa secara umum karyawan memilih jawaban netral sebanyak 35.92% responden dan 62
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
23.94% responden menyatakan setuju. Hal ini menjelaskan bahwa mayoritas responden menyatakan cukup dan setuju bahwa atasan mereka berlaku baik dengan bawahannya. Dimensi Sikap Pekerjaan Monoton Atau Tidak Dari Tabel 3 terlihat bahwa hasil kuesioner mengenai dimensi sikap pekerjaan monoton atau tidak menunjukan bahwa rata-rata dimensi adalah 3.27 yang mengindikasikan bahwa secara umum karyawan memilih jawaban setuju sebanyak 39.44% responden dan 31.69% responden menyatakan netral. Hal ini menjelaskan bahwa pekerjaan yang diberikan monoton karena mayoritas responden berorientasi dalam target penjualan serta rata-rata responden tidak bekerja dibidang pengembangan produk dan barang. Variabel Stres Kerja Tabel 4. Hasil Pengukuran Deskriptif Variabel Stres Kerja % Dimensi
Indikator
Ketidak pastian ekonomi / Faktor politik Lingkungan Ketidak pastian teknologi Tuntutan tugas Faktor Tuntutan Organisasi peran Tuntutan antar pribadi Isu keluarga Faktor Masalah Individual ekonomi pribadi Sumber : Data diolah (2014)
5
4
3
2
1
22.5
53.52
19.72
4.23
0
RataRata Indikator
RataRata Dimensi
3.94 3.88
19.7
47.89
27.46
4.23
0.7
26.1
49.3
18.31
6.34
0
20.4
52.82
20.42
6.34
0
21.1 24.7
34.51 44.37
30.28 24.64
9.15 4.93
4.93 1.41
35.9
50.7
11.98
0.7
0.7
3.82 3.95 3.87
3.80
3.58 3.86 4.20
4.03
Dimensi Faktor Lingkungan Dari Tabel 4 terlihat bahwa hasil kuesioner mengenai dimensi faktor lingkungan menunjukan bahwa rata-rata dimensi adalah 3.28 yang mengindikasikan bahwa secara umum karyawan memilih jawaban sangat setuju dan setuju. Hal ini menjelaskan sebanyak 21.13% responden sangat setuju dan 50.71% responden memilih setuju bahwa meningkatnya kebutuhan pokok membuat karyawan mencari pekerjaan yang lebih baik dan teknologi yang semakin berkembang membuat karyawan terus belajar terhadap teknologi tersebut sehingga karyawan merasa stres dengan pekerjaannya. Dimensi Faktor Organisasi 63
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
Dari Tabel 4 terlihat bahwa hasil kuesioner mengenai dimensi faktor organisasi menunjukan bahwa rata-rata dimensi adalah 3.80 yang mengindikasikan bahwa secara umum karyawan memilih jawaban setuju. Rata-rata 45.54% responden setuju bahwa tuntutan tugas, peranan dan tanggung jawab pekerjaan membuat karyawan stres terhadap pekerjaannya sedangkan 23.00% memilih netral. Hal ini menjelaskan bahwa karyawan merasa stres terhadap pekerjaannya baik itu terhadap penyelesaian tuntutan tugas secara maksimal dan baik maupun peranan dalam pekerjaannya. Dimensi Faktor Individual Dari Tabel 4 terlihat bahwa hasil kuesioner mengenai dimensi faktor individual menunjukan bahwa rata-rata dimensi adalah 4.03 yang mengindikasikan bahwa secara umum karyawan memilih jawaban sangat setuju dan setuju. Hal ini menjelaskan sebanyak 30.28% respon memilih sangat setuju dan 47.53% responden memilih setuju bahwa kesejahteraan keluarga dan kebutuhan rumah tangga mengharuskan mencari penghasilan yang lebih baik agar jaminan kesejahteraan keluarga beserta kebutuhannya tercukupi. Variabel Turnover Intention Tabel 5. Hasil Pengukuran Deskriptif Variabel Turnover Intention % Dimensi
Indikator
Kategorikategori jabatan Besar kecilnya Faktor organisasi Organisasional Besar Kecilnya Unit Kerja Penggajian Bobot Kerja Usia Masa Kerja Jenis Kelamin Pendidikan Faktor Data Individual Biografi Kepribadian Minat Bakat dan Kemampuan Sumber : Data diolah (2014)
5
4
3
2
1
50.70 35.92 12.68 0.70 0.00
RataRata Indikator
RataRata Dimensi
4.37
46.48 42.25 11.27 0.00 0.00 4.35
4.29
41.55 39.44 14.79 3.52 0.70 38.03 45.07 26.06 46.48
51.41 7.75 2.11 0.70 41.55 11.97 1.41 0.00 46.48 24.65 2.82 0.00 40.14 11.97 1.41 0.00
28.87 57.04 11.97 2.11 0.00 26.06 44.37 26.76 2.11 0.70 26.76 53.52 17.61 1.41 0.70
4.18 4.24 4.3 3.96 4.32 4.13 3.93 4.12
40.14 44.37 12.68 2.82 0.00 37.32 45.77 14.08 2.82 0.00
4.04 4.22 4.18
35.92 45.77 16.20 2.11 0.00
4.15
64
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
Dimensi Faktor Organisasional Dari Tabel 5 terlihat bahwa hasil kuesioner mengenai dimensi faktor organisasional menunjukan bahwa rata-rata dimensi adalah 4.29 yang mengindikasikan bahwa secara umum karyawan memilih jawaban sangat setuju dan setuju. Sebanyak 43.31% responden memilih sangat setuju dan setuju bahwa kategori jabatan yang ada diperusahaan membuat karyawan sulit untuk naik jabatan dan 44.37% responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa perusahaan besar pada umumnya memperhatikan kesejahteraan karyawannya. Kemudian 40.50% responden memilih setuju dan sangat setuju bahwa mereka memilih pekerjaan dengan unit kerja yang lebih besar. Hal ini menjelaskan bahwa sulitnya kenaikan jabatan, perusahaan yang tergolong kecil serta unit kerja yang kecil menjadi indikator terjadinya turnover intention. Dimensi Faktor Individual Dari Tabel 5 terlihat bahwa hasil kuesioner mengenai dimensi faktor individual menunjukan bahwa rata-rata dimensi adalah 4.12 yang mengindikasikan bahwa secara umum karyawan memilih jawaban sangat setuju dan setuju. Indikator dengan nilai tertinggi pada dimensi ini adalah masa kerja 4.32 dimana 46.48% responden menjawab sangat setuju dan 40.14% responden setuju, hal ini menjelaskan bahwa masa kerja karyawan yang singkat membuat keinginan pindah ke perusahaan lain tinggi. Semakin lama karyawan berada diperusahaan maka keinginan berpindahnya kecil. Kemudian indikator dengan nilai terendah adalah pendidikan 3.93 dimana 44.37% responden menjawab setuju. Hal ini menjelaskan bahwa seharusnya pendidikan yang dimiliki sesuai dengan posisi diperusahaan namun pada kenyataannya tidak seperti yang diharapkan sehingga karyawan memilih berpindah ke perusahaan lain. Uji Instrumen Sebelum dilakukan analisis terhadap hipotesis yang diajukan, terlebih dahulu dilakukan pengujian instrumen. Uji instrumen meliputi pengujian validitas dan reliabilitas instrumen dengan menggunakan SPSS versi 21. Pengujian reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi jawaban responden. Untuk pengujian reliabilitas kuesioner pada penelitian ini menggunakan metode Cronbach’s Alpha. Uji reliabilitas kuesioner penelitian dikatakan handal bila memiliki koefisien keandalan sebesar 0,6 atau lebih. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen Kuesioner Variabel Kepuasan Kerja Dari hasil olah data terhadap instrumen kepuasan kerja dengan 7 butir pertanyaan dan 142 responden pada tabel 6, terlihat bahwa tidak satupun butir pertanyaan yang dikesampingkan dengan demikian seluruh 7 butir pernyataan adalah valid karena nilai rhitung positif dan rhitung>rtabel. Sementara hasil olah data uji reliabilitas memperlihatkan bahwa nilai cronbach’s alpha adalah 0,809 lebih besar dari 0,60 sehingga dapat disimpulkan bahwa skala pengukuran variabel kepuasan kerja mempunyai reliabilitas yang baik. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen Kuesioner Variabel Stres Kerja
65
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
Dari hasil olah data terhadap instrumen stres kerja dengan 7 butir pertanyaan dan 142 responden pada tabel 6, terlihat bahwa tidak satupun butir pertanyaan yang dikesampingkan dengan demikian seluruh 7 butir pernyataan adalah valid karena nilai rhitung positif dan rhitung>rtabel. Sementara hasil olah data uji reliabilitas memperlihatkan bahwa nilai cronbach’s alpha adalah 0,613 lebih besar dari 0,60 sehingga dapat disimpulkan bahwa skala pengukuran variabel stres kerja mempunyai reliabilitas yang baik. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen Kuesioner Variabel Turnover Intention Dari hasil olah data terhadap instrumen turnover intention dengan 13 butir pertanyaan dan 142 responden pada tabel 6, terlihat bahwa tidak satupun butir pertanyaan yang dikesampingkan dengan demikian seluruh 7 butir pernyataan adalah valid karena nilai rhitung positif dan rhitung>rtabel. Sementara hasil olah data uji reliabilitas memperlihatkan bahwa nilai cronbach’s alpha adalah 0,755 lebih besar dari 0,60 sehingga dapat disimpulkan bahwa skala pengukuran variabel stres kerja mempunyai reliabilitas yang baik. Tabel 6 Data Deskriptif Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kepuasan Kerja(X1), Stres Kerja (X2) dan Turnover Intention (Y) Kuesioner 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 8 9
r hitung 0,672 0,685 0,635 0,730 0,697 0.685 0,682 0,672 0,685 0,635 0,730 0,697 0.685 0,682 0,543 0,509 0,485 0,520 0,666 0,402 0,599 0,419 0,510
r tabel 0,1642 0, 1642 0, 1642 0, 1642 0, 1642 0, 1642 0, 1642 0,1642 0, 1642 0, 1642 0, 1642 0, 1642 0, 1642 0, 1642 0, 1642 0, 1642 0, 1642 0, 1642 0, 1642 0, 1642 0, 1642 0, 1642 0, 1642
Validitas Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Cronbach’s Alpha
Kesimpulan
0. 809
Reliabel
0. 613
Reliabel
0. 755
Reliabel
66
Jurnal Sains Manajemen
Kuesioner r hitung r tabel 10 0,487 0, 1642 11 0,301 0, 1642 12 0,518 0, 1642 13 0,612 0, 1642 Sumber : data diolah (2014)
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
Cronbach’s Alpha
Validitas Valid Valid Valid Valid
Kesimpulan
Uji Asumsi Klasik Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) Tabel 7Output Hasil UjiKolmogorov-Smirnov Kepuasan Stres Kerja Kerja N 142 142 Mean 3.04024 3.88934 Normal Parametersa,b Std. .704054 .468549 Deviation Absolute .111 .111 Most Extreme Positive .064 .062 Differences Negative -.111 -.111 Kolmogorov-Smirnov Z 1.323 1.324 Asymp. Sig. (2-tailed) .060 .060 Sumber: data diolah (2014)
Turnover Intention 142 4.18147 .382300 .089 .041 -.089 1.066 .206
Pada tabel diatas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S), didapatkan nilai K-S untuk variabel kepuasan kerja 1,323 dengan probabilitas signifikansi 0,060 hal ini berarti H0 diterima atau variabel kepuasan kerja terdistribusi secara normal. Begitu juga dengan nilai K-S untuk variabel stres kerja 1,324 dengan probabilitas signifikansi 0,060 hal ini berarti H0 diterima atau variabel stres kerja terdistribusi secara normal. Selain itu nilai K-S untuk variabel turnover intention 1,066 dengan probabilitas signifikansi 0,206 hal ini berarti H0 diterima atau variabel turnover intention terdistribusi secara normal. Uji Multikolinearitas Tabel 8. Output Hasil Uji Multikolinearitas Tolerance
VIF
.988
1.012
.988
1.012
Pada uji multikolineritas ini ada 2 variabel bebas yang diuji yaitu kepuasan kerja, dan stres kerja. Dari data Tabel 8 didapatkan nilai VIF untuk variabel kepuasan kerja adalah 1,012 dengan nilai Tolerance adalah 0,988. Nilai VIF untuk variabel stres kerja adalah 1,012 67
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
dengan nilai Tolerace 0,988. Karena semua tolerance variabel independen semuanya ≥ 0,10 dan semua nilai VIF variabel independen ≤ 10 sehingga tidak ada masalah multikolinearitas. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Terjadinya heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan cara melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID.
Gambar 4. Grafik Scatterplot Uji Heteroskedastisitas Dari gambar 4 di atas dapat diketahui bahwa titik-titik tidak membentuk pola yang jelas, dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas dalam model regresi. Analisis Regresi Linier Berganda Tabel 9. Regresi Variabel Kepuasan Kerja dan Stres Kerja Terhadap Turnover Intention Variabel (Constant) Kepuasan Kerja Stres Kerja F R Adjusted R Square Sumber : data diolah (2014)
Koefisien 3.444 -0.109 0.275 11.207 0,373 0,126
Koefisien Beta -0.201 0.337
t 12.664 -2.534 4.251
Sig. 0 0.012 0
Berdasarkan Tabel 9 maka persamaan regresinya adalah : Y = 3.444 – 0.109X1 + 0.275X2 Dimana :
Y X1 X2
= Turnover Intention = Kepuasan Kerja = Stres Kerja
Berdasarkan persamaan regresi tersebut di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Mencerminkan seberapa besar kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan varian variabel terikatnya. Mempunyai nilai antara 0 – 1 dimana nilai yang mendekati 1 68
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
berarti semakin tinggi kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan varian variabel terikatnya. Hubungan antara dua variabel diukur dengan kriteria 1 adalah korelasi sempurna, 0,5 sampai 0,75 adalah korelasi kuat, 0,25 sampai 0,5 adalah korelasi cukup, o sampai 0,25 adalah korelasi sangat lemah, dan 0 adalah tidak ada korelasi antar dua variabel. 2. Konstanta sebesai 3.444 menyatakan bahwa jika variabel independen dianggap konstan, maka rata-rata turnover intention adalah 3.444. 3. Angka koefisien regresi untuk variabel kepuasan kerja sebesar -0.109, hal ini menjelaskan bahwa terdapat pengaruh negative (-) terhadap variabel kepuasan kerja yang berarti semakin rendah tingkat kepuasan kerja karyawan maka turnover intention akan semakin tinggi. 4. Angka koefisien regresi untuk variabel stres kerja sebesar 0.275, hal ini menjelaskan bahwa terdapat pengaruh positif (+) terhadap variabel stres kerja yang berarti semakin tinggi tingkat stres kerja pada karyawan maka tingkat turnover intentionakan semakin meningkat juga. Uji Hipotesis Koefisien Determinasi (R2) Tabel 10. Output Hasil Uji Korelasi nilai R dan R Square Model 1
R
R Square
Adjusted R Square
.373a .139 Sumber : data diolah (2014)
.126
Std. Error of the Estimate .357307
Dari tampilan output SPSS Model Summary diatas, besarnya adjusted R2 adalah 0,126, hal ini berarti 12,6% variasi turnover intention dijelaskan oleh variasi dari ke dua variabel independen kepuasan kerja dan stres kerja. Sedangkan sisanya (100% - 12,6% = 83,4%) dijelaskan sebab-sebab yang lain diluar model. Standard Error of the Estimate (SEE) sebesar 0.357307, dimana semakin kecil nilai SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen. Hasil Pengujian Simultan (Uji F) Tabel 11. Output Hasil Uji Simultan (Uji F) F 11.207
Sig. .000b
Dari data diatas diperoleh nilai Fhitung sebesar 11,207 sedangkan untuk nilai Ftabel dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan (dk) pembilang = k (banyak variabel bebas) = 2 dan derajat kebebasan (dk) penyebut = n-k-1 = 142 – 2 – 1 = 139 diperoleh Ftabel = 2,67. Jika nilai Fhitung dibandingkan dengan Ftabel maka akan terlihat bahwa Fhitung (11,207) > Ftabel (3,06) dengan tingkat sig 0.000< 0,05 adalah signifikan. artinya H0 ditolak dan H3 69
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
diterima.Dengandemikian varibel kepuasan kerja dan Stres Kerja secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Turnover Intention. Hasil Pengujian Parsial (Uji t) Tabel 12. Output Hasil Uji Parsial (Uji t) t 12.664 -2.534 4.251
Sig. .000 .012 .000
Dalam pengujian ini jika t hitung > t tabel atau signifikansi t hitung (p-value) < α, maka ini berarti terdapat pengaruh yang signifikan secara statistik antara variabel independen tersebut terhadap variabel dependen. Pengujian Korelasi Antar Dimensi Uji korelasi dimensi bertujuan untuk menguji hubungan antara dua variabel yang tidak menunjukkan hubungan fungsional (berhubungan bukan berarti disebabkan).Berikut adalah penjabaran dalam bentuk matriks dalam hubungan antar dimensi pada dua variabel bebas, kepuasan kerja dan stres kerja dan satu variabel terikat yaitu turnover intention. Tabel 13. Matriks Korelasi Antar Dimensi Variabel
Kepuasan Kerja
Stres Kerja
Dimensi Gaji Penempatan Beban Kerja Lingkungan Kerja Fasilitas Yang Diberikan Sikap Pimpinan Variasi Pekerjaan Faktor Lingkungan Faktor Organisasi Faktor Individu
Turnover Intention Faktor Faktor Organisasional Individual -.002 -.132 -.023 -.123 -.027 -.097 .032 -.183* -.019
-.175*
-.027 -.122 .215* .211* .273**
-.172* -.157 .256** .192* .146
Pembahasan Berdasarkan pengolahan data menggunakan analisis regresi pada program SPSS diperoleh hasil bahwa kepuasan kerja dan stres kerja berpengaruh sebesar 12.6% terhadap kinerja karyawan, sedangkan 83.4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini. Ketiga hipotesis yang diajukan yaitu H1, H2 dan H3 telah terbukti secara
70
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
teori dan selanjutnya interpretasi hubungan antar variabel sesuai dengan hasil pengolahan data penelitian diuraikan dalam pembahasan berikut. Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Turnover Intention Hipotesis pertama penelitian ini adalah kepuasan kerja mempunyai pengaruh negatif, signifikan namun lemah terhadap turnover intention. Artinya semakin rendah tingkat kepuasan kerja karyawan maka turnover intentionakan semakin tinggi. Dimensi yang mempunyai hubungan yang paling kuat pada variabel kepuasan kerja adalah lingkungan kerja. Karena lingkungan kerja yang tidak mendukung dalam pelaksanaan kerja akan mendorong karyawan mempunyai niat berpindah dari perusahaan tempat dimana mereka bekerja dibandingkan dengan jika lingkungan kerja yang mereka dapatkan kondusif dan nyaman maka, setiap karyawan akan mengeluarkan kemampuan terbaiknya sehingga kinerja perusahaan akan stabil dan cenderung meningkat serta turnover intention menurun. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan olehWitasari (2009) dimana kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap turnover intention. Pengaruh Stres Kerja Terhadap Turnover Intention Hipotesis kedua penelitian ini adalah stres kerja mempunyai pengaruh positif, signifikan dan lemah terhadap turnover intention. Artinya tingkat stres karyawan PT. Istana Kebayoran Raya Motor Cabang Pondok Indah yang tinggi bisa menjadi pemicu untuk peningkatan turnover intention. Dimensi yang mempunyai hubungan yang paling kuat pada variabel stres kerja adalah permasalahan ekonomi atau permasalahan keluarga. Permasalahan ekonomi atau permasalahan keluarga menuntut karyawan mencari penghasilan yang lebih baik untuk keluarganya. Karena biaya hidup sekarang tinggi, jika penghasilan karyawan kecil maka beban keluarga pun menjadi faktor stres kerja. Karyawan sangat berharap penghasilan dinaikan diatas UMP, sehingga taraf hidupnya terpenuhi dan stres kerja karyawan menurun. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan olehWaspodo et.al (2013) menunjukkan Kepuasan kerja dan stres kerja berpengaruh secara signifikan terhadap turnover intention. Pengaruh Kepuasan Kerja dan Stres Kerja Secara Simultan Terhadap Turnover Intention Hipotesis ketiga penelitian ini adalah kepuasan kerja dan stres kerja secara simultan berpengaruh positif, signifikan dan lemah terhadap turnover intention. Artinya, secara bersamaan jika kepuasan kerja karyawan mengalami peningkatan maka stres kerja akan menurun begitu juga turnover intention di PT. Istana Kebayoran Raya Motor Cabang Pondok Indah. Maka dari itu perusahaan harus memberikan lingkungan kerja yang nyaman dan kesejahteraan karyawan. Sehingga kinerja perusahaan meningkat dan karyawan akan mengeluarkan seluruh kemampuan terbaiknya. 71
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan olehHazell (2010) dimanaStres kerja dan kepuasan kerja berpengaruh secara signifikan terhadap turnover intention.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Masalah penelitian yang telah dirumuskan pada bab pendahuluan telah dijawab dan dijelaskan pada bab hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil penelitian bahwa variabel stres kerja mempunyai pengaruh positif, signifikan dan lemah terhadap turnover intention. Artinya tingkat stres karyawan PT. Istana Kebayoran Raya Motor Cabang Pondok Indah yang tinggi bisa menjadi pemicu untuk peningkatan turnover intention.Dimensi yang mempunyai hubungan yang paling kuat pada variabel stres kerja adalah permasalahan ekonom. Hal ini dikarenakan individu yang tidak dapat mengelola sumber daya keuangan dan masalah ekonomi karena pola hidup yang lebih besar pasak dari pada tiang yang merupakan satu contoh kesulitan pribadi yang dapat menciptakan stress bagi karyawan dan mengalihkan perhatian mereka dalam bekerja. 2. Berdasarkan hasil penelitian bahwa variabel kepuasan kerja mempunyai pengaruh negatif, signifikan namun lemah terhadap turnover intention. Artinya semakin rendah tingkat kepuasan kerja karyawan maka turnover intention akan semakin tinggi. Dimensi yang mempunyai hubungan yang paling kuat pada variabel kepuasan kerja adalah lingkungan kerja. Dimana lingkungan kerja yang tidak mendukung dalam pelaksanaan kerja akan mendorong karyawan mempunyai niat berpindah dari perusahaan tempat dimana mereka bekerja karena keterbatasan yang ada dibandingkan dengan jika lingkungan kerja yang mereka dapatkan kondusif dan nyaman maka, setiap karyawan akan mengeluarkan kemampuan terbaiknya sehingga kinerja perusahaan akan stabil dan cenderung meningkat serta turnover intention menurun. Saran Berdasarkan analisa hasil penelitian dan kesimpulan penelitian, peneliti bermaksud memberikan beberapa saran bagi pimpinan PT. Istana Kebayoran Raya Motor dalam upaya menurunkan tingkat turnover intention melalui variabel yang diteliti. 1. Agar dapat mengurangi stres karyawan dalam bekerja maka disarankan agar perusahaan memberikan melakukan review kembali terhadap struktur gaji dengan melihat kepada kinerja karyawan dalam bekerja. Kemudian konsultasi mengenai bagaimana caramengelola keuangan dengan baik agar tidak terjadi masalah ekonomi besar pasak dari pada tiang dimana pengeluaran lebih besar dari pada pendapatan. Adalah menjadi tugas manajemen agar karyawan mengelola stress kerja dan memiliki semangat kerja dan moril yang tinggi serta ulet dalam bekerja sehingga turnover intention menurun.
72
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
2. Karyawan merasa tidak puas dengan lingkungan kerja, oleh karena itu disarankan agar membuat suasana kerja yang nyaman bagi karyawan agar karyawan merasa termotivasi untuk melakukan yang terbaik dalam pekerjaannya. Masalah di lingkungan kerja yang ada pada karyawan antara lain masalah administrasi, tekanan yang tidak wajar untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaan dan situasi kerja, struktur birokrasi yang tidak tepat, sistem manajemen yang tidak sesuai, perebutan kedudukan, persaingan yang semakin ketat untuk memperoleh kemajuan, anggaran yang terbatas, perencanaan kerja yang kurang baik, jaminan pekerjaan yang tidak pasti, beban kerja yang semakin bertambah dan segala sesuatu yang ada kaitannya dengan pekerjaan. Salah satu penentu kepuasan kerja karyawan adalah faktor karyawan itu sendiri. karyawan yang menganggap pekerjaannya membosankan, kurang menantang dan tidak membantu dirinya berkembang, tidak akan dapat berkonsentrasi penuh dalam bekerja sehingga apa yang mereka hasilkan menjadi tidak maksimal. Sebaliknya pegawai yang merasa pekerjaannya menantang, berguna bagi orang banyak, dan membantu mereka dalam berkembang akan secara maksimal melakukan pekerjaannnya dan bermotivasi tinggi. Dalam konteks meningkatkan kepuasan kerja, maka seorang manajer dituntut untuk memberikan lingkungan kerja yang baik dan menyenangkan, adanya jaminan/keselamatan kerja sehingga karyawan akan merasa terpuaskan. Jika suasana lingkungan kerja nyaman dan kondusif maka setiap karyawan akan mengeluarkan kemampuan terbaiknya sehingga kinerja perusahaan akan stabil dan meningkat serta turnover intention menurun. Dan juga perusahaan dapat melakukan mutasi terhadap karyawan dengan kinerja rendah, karena mungkin saja bidang pekerjaannya saat ini tidak sesuai dengan keahliannya sehingga karyawan tersebut tidak dapat mengeluarkan kemampuan terbaiknya untuk perusahaan. Peneliti berharap PT. Istana Kebayoran Raya Motor Cabang Pondok Indah agar mengimplementasikan saran-saran tersebut di atas untuk menurunkan niat pindah kerja karyawan. Hal ini mengingat saran-saran tersebut di atas merupakan hasil dari penelitian langsung di lapangan, sehingga permasalahan-permasalahannya lebih aktual dan solusinya pun diharapkan lebih tepat dan handal. DAFTAR PUSTAKA Agung AWS Waspodo, Nurul Chotimah Handayani, Widya Paramita. 2013. Pengaruh Kepuasan Kerja dan Stres Kerja Terhadap Turnover Intention Pada Karyawan PT. Unitex Bogor. Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia (JRMSI)│Vol. 4, No. 1, 2013. Arden, John B. 2006. Bekerja tanpa Stres (cara mengatasi berbagai tekanan dari kerja). Cetakan pertama PT. Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia. Jakarta. Daisy Ofosuhene Kwenin., Stephen Muathe.,dan Robert Nzulwa. 2013. The Influence of Employee Rewards, Human Resource Policies and Job Satisfaction on the Retention of Employees in Vodafone Ghana Limited. European Journal of Business and Management Vol.5, No.12, 2013
73
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
DeTienne, Kristen Bell., Bradley R Agle., James C. Phillips, Marc-Charles Ingerson. 2012. The Impact of Moral Stress Compared to Other Stressors on Employee Fatigue, Job Satisfaction, and Turnover: An Empirical Investigation. Springer. J Bus Ethics 110:377-391 Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Hasibuan, Malayu S. P.,. 2007. Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah. Edisi revisi. Cetakan ke – 4. Jakarta : Bumi Aksara. Hazell, Kenneth W.,. 2010. “Job Stress, Burnout, Job Satisfaction, and Intention to Leave Among Registered Nurses Employed in Hospital Settings in the State of Florida. Lynn University”. Doctoral Dissertation Deffense. Lynn University. Kohler, Mary E. 2010. “Exploring the Relationships among Work-Related Stress, Quality of Life, Job Satisfaction, and Anticipated Turnover on Nursing Units with Clinical Nurse Leaders”. Dissertation. University of South Florida. Luthans, Fred. 2011. Organizational Behavior An Evidence Based Approach.12th edition. New York: McGraw Hill/Irwin. Mahdi, Ahmad Faisal., Mohamad Zaid Mohd Zin., Mohd Roslan Mohd Nor., Ahamad Asmidi Sakat., and Abang Sulaiman Abang Naim. 2012. The Relationship Between Job Satisfaction and Turnover Intention. American Journal of Applied Sciences, 9 (9), ISSN 1546-9239, pp: 1518-1526. McNall, Laurel A., Aline D. Masuda., Jessica M Nicklin. 2010. Flexible Work Arrangements, Job Satisfaction, and Turnover Intentions: The Mediating Role of Work-to-Family Enrichment. The Journal of Psychology. 144(1), 61–81. Muhammad Ahsan, Alimin Maidin, Indrianty Sudirman. 2014. “Pengaruh Kepuasan Kerja, Stress Kerja, Variabel Organisasi dan Kepemimpinan Terhadap Turnover Intention Karyawan Pada Rumah Sakit Pertamina Balikpapan”. Tesis Pascasarjana. Universtias Hasanudnin. Makassar. Muhammad Rizwan, Jawwad Hassan Jaskani, Huzaifa Ameen, Saifal Hussain, Rana Umer Farooq, Muhammad Omair. 2011. Antecedents of Employee Satisfaction and its impact on Job Turnover. International Journal of Management Sciences and Business Research. Volume 2, Issue 1- ISSN (2226-8235). Muthiah, Anni. 2012. “Pengaruh Stres Kerja, Iklim Organisasi, Kompensasi, Lingkungan Kerja, dan Karakteristik Pekerjaan Terhadao Turnover Intention dengan Kepuasan Kerja sebagai variabel Intervening (Studi Kasus Pada PD. Limbah Plastik Jaya)”. Tesis Pascasarjana. Universitas Terbuka. Jakarta. Priyatno, Dwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta :Mediakom. Robbins, Stephen P. dan Timothy A Judge. 2013. Organizational Behavior. 15th edition. New Jersey: Pearson Education Inc. Sulaiman Olanrewaju Adebayo, S.O. Ogunsina. Influence of Supervisory Behaviour and Job Stress on Job Satisfaction and Turnover Intention of Police Personnel in Ekiti State. Journal of Management and Strategy. Vol. 2, No. 3; September 2011. Suhanto, Edi. 2009. “Pengaruh Stres Kerja dan Iklim Organisasi Terhadap Turnover Intention Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening (Studi di Bank Internasional Indonesia)”. Tesis Pascasarjana. Universitas Diponegoro. Semarang. Suliyanto. 2005. Analisis Data Dalam Aplikasi Pemasaran. Ghalia Indonesia. Bogor. Umar, Husein. 2005. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 74
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
Valentine, Sean., Godkin, Lynn., Fleischman, Gary M., Kidwell, Roland. 2011. Corporate Ethical Values, Group Creativity, Job Satisfaction and Turnover Intention: The Impact of Work Context on Work Response. Journal of Business Ethics. 98:353–372. Wang, C. Y., Chen, M., Hyde, B. & Hsieh, L. 2010. Chinese employees’ work values and turnover intentions in multinational companies: The mediating effect of pay satisfaction. Social Behavior and Personality. Vol.38(7), pp. 871-894. Witasari, Lia. 2009. “Analisis Pengaruh Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasional terhadap Turnover Intentions (Studi Empiris Pada Novotel Semarang)”. Tesis Pascasarjana. Universitas Diponegoro. Semarang. Wulan Nisa, Happy Dayantia., Suharsono, Yudi., Ingarianti, Tri Muji. 2012. Hubungan Antara Iklim Organisasi Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan. Prosiding Seminar Nasional Peran Budaya Terhadap Efektivitas dan Efisiensi Organisasi. Badan Penerbit Universitas Maria Kudus, Kudus. ISBN 978-602-18835-2-2.
75
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN KEMAMPUAN PIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA MADRASAH ALIYAH (MA) IHSANIYAH KOTA SERANG Syamsudin Adeng Gunawan Universitas Serang Raya
ABSTRACT This study aims to determine the influence of organizational culture and leadership abilities to the performance in Madrasah Aliyah (MA) Ihsaniyah Serang. The method used is descriptive and associative. This study uses kepustakan research and field research by interview, observation and questionnaire. With 34 samples from 34 populations of employees on MA Ihsaniyah Serang as respondents. The sampling technique used is the technique of making purposife random sampling. For analysis using correlation analysis and regression analysis with the help of SPSS 19.0 for Windows. Results of the analysis of correlation (r) between Cultural Organization (X1) and the Leadership Capability (X2) with performance (Y) showed a strong relationship between organizational culture and leadership capabilities with the performance. Organizational Culture and Leadership Capabilities able to explain the variations that occur in the performance of 55.0%. The rest of 45% is explained by other variables not examined in this study. The test results prove that the hypothesis of Organizational Culture and Leadership Capabilities significant effect on employee performance MA Ihsaniyah Serang. Keywords: Organizational Culture, Leadership Capabilities, performance ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Budaya Organisasi dan kemampuan pimpinan terhadap kinerja di Madrasah Aliyah (MA) Ihsaniyah Kota Serang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan asosiatif. Penelitian ini menggunakan penelitian kepustakan dan penelitian lapangan dengan wawancara, observasi dan kuisioner. Dengan 34 sampel dari 34 populasi pegawai pada MA Ihsaniyah Kota Serang sebagai responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik pengambilan purposife random sampling. Untuk analisis menggunakan analisis korelasi dan analisis regresi dengan dibantu program SPSS 19.0 for Windows. Hasil analisis korelasi (r) antara Budaya Organisasi (X1) dan Kemampuan Pimpinan (X2) dengan kinerja (Y) menunjukkan hubungan yang kuat antara Budaya Organisasi dan kemampuan pimpinan dengan kinerja. Budaya Organisasi dan Kemampuan Pimpinan mampu menjelaskan variasi yang terjadi pada kinerja sebesar 55,0%. Sisanya sebesar 45 % dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Hasil uji hipotesis membuktikan bahwa Budaya Organisasi dan Kemampuan Pimpinan berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai MA Ihsaniyah Kota Serang. Kata kunci: Budaya Organisasi, Kemampuan Pimpinan, kinerja.
76
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Konsep budaya organisasi secara khusus penting dalam setiap organisasi, karena bertolak dari orientasi manusia dan ketergantungan yang tinggi atas budaya akan menentukan efektifitas hubungan interpersonal. Budaya bersifat dinamis dan bersumber dari visi organisasi mengenai apa yang dapat dicapai dan bagaimana bentuk strategi lembaga yang akan membantu melakukan perubahan budaya pada organisasi. Budaya organisasi ini yang akan menentukan mutu dan konteks kepemimpinan organisasi. Masalah kepemimpinan sama tuanya dengan sejarah manusia. Dalam kepemimpinan dibutuhkan manusia karena adanya keterbatasan dan kelebihan tertentu pada manusia. Apakah orang-orang dalam masyarakat atau organisasi tidak dapat menjalankan tugas dan fungsinya tanpa adanya seorang pemimpin, sedikitnya terdapat empat macam alasan yaitu: (a) karena banyak yang memerlukan figur pemimpin, (b) dalam beberapa situasi seorang pemimpin perlu tampil mewakili kelompoknya, (c) sebagai tempat pengambil alihan resiko apabila terjadi tekanan terhadap kelompoknya, dan (d) sebagai tempat untuk meletakkan kekuasaan. Organisasi yang berhasil dalam mencapai tujuan serta mampu memenuhi tanggug jawab sosialnya akan sangat tergantung pada para manajernya (pimpinan). Bila pimpinan mampu melaksanakan dengan baik, sangat mungkin organisasi tersebut akan mencapai sasarannya. Suatu organisasi membutuhkan pemimpin yang efektif, yang mempunyai kemampuan mempengaruhi perilaku anggotanya atau anak buah. Jadi, seorang pemimpin atau kepala suatu organisasi akan diakui sebagai seorang pemimpin apabila ia dapat mempunyai pengaruh dan mampu mengarahkan bawahannya kearah pencapaian tujuan organisasi. Kinerja pegawai yang terjadi pada MA Ihsaniyah Kota Serang masih kurang baik, hal ini dapat dilihat dari tingkat kedisiplinan pegawai, dimana absensi kehadiran masih ada pegawai yang tidak kerja tanpa alasan atau mangkir. Adapun gambaran disiplin pegawai dilihat dari tingkat absensi pegawai sebagai terlihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1. Tingkat Absensi Pegawai MA Ihsaniyah Kota Serang tahun 2014-2015 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Bulan Januari 2014 Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober
Jumlah Absensi 13 5 2 17 24 17 10 52 11 5
Persentase Absensi % 1,4% 0,56% 0,23% 2,00% 2,82% 2,00% 1,17% 5,88% 1,29% 0,58% 77
Jurnal Sains Manajemen
11 12 13 14
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
November 2 Desember 10 Januari 2015 13 Pebruari 2 Total Ideal kehadiran / (26 hr krj x 34 org Bln = 884) Sumber : Kepegawaian MA Ihsaniyah Kota Serang, 2014
0,23% 1,17% 1,4% 0,23%
Rumusan masalah 1.
Apakah terdapat pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja pegawai pada MA Ihsaniyah Kota Serang ?
2.
Apakah terdapat pengaruh kemampuan pimpinan terhadap kinerja pegawai pada MA Ihsaniyah Kota Serang?
3.
Sejauhmana pengaruh budaya organisasi dan kemampuan pimpinan terhadap kinerja pegawai pada MA Ihsaniyah Kota Serang?
Tujuan Penelitian 1. Untuk menganalisis pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja pegawai pada MA Ihsaniyah Kota Serang. 2. Untuk menganalisis pengaruh kemampuan pimpinan terhadap kinerja pegawai pada MA Ihsaniyah Kota Serang. 3. Untuk menganalisa sejauhmana pengaruh budaya organisasi dan kemampuan pimpinan terhadap kinierja pegawai pada MA Ihsaniyah Kota Serang?
LANDASAN TEORETIS Konsep Budaya Organisasi Budaya organisasi (corporate culture) sering diartikan sebagai nilai-nilai, simbol-simbol yang dimengerti dan dipatuhi bersama, yang dimiliki suatu organisasi sehingga anggota organisasi merasa satu keluarga dan menciptakan suatu kondisi yang berbeda dengan organisasi lain. Stoner et al (1996) menyatakan budaya (culture) merupakan gabungan kompleks dari asumsi, tingkah laku, cerita, mitos, metafora dan berbagai ide lain yang menjadi satu untuk menentukan apa arti menjadi anggota masyarakat tertentu. Sedangkan budaya organisasi (organizationa culture) merupakan sejumlah pemahaman penting, seperti norma, sikap, dan keyakinan, yang dimiliki bersama oleh anggota organisasi. (Stoner et al, 1996). Budaya organisasi didefinisikan sebagai suatu kerangka kerja kognitif yang memuat sikapsikap, nilai-nilai, norma-norma dan pengharapan-pengharapan bersama yang dimiliki oleh anggota-anggota organisasi (Greenberg dan Baron, 2000).
78
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
Budaya organisasi berkaitan dengan konteks perkembangan organisasi, artinya budaya berakar pada sejarah organisasi, diyakini bersama-sama dan tidak mudah dimanipulasi secara langsung (Schenieder, 1996, dalam Cahyono 2005). Mas’ud (2004), budaya organisasional adalah system makna, nilai-nilai dan kepercayaan yang dianut bersama dalam suatu organisasi yang menjadi rujukan untuk bertindak dan membedakan organisasi satu dengan organisasi lain. Budaya organisasi selanjutnya menjadi identitas atau karakter utama organisasi yang dipelihara dan dipertahankan. Kemampuan Pimpinan Sagala (2009:129-134) kemampuan manajerial yang harus dimiliki pimpinan untuk mengelola dan menjalankan fungsi fundamental manajemen organisasi, yaitu: kemampuan menyusun perencanaan organisasi, kemampuan mengembangkan organisasi organisasi, mampu memimpin dan mengelola bawahan, mampu mengelola sarana dan prasarana organisasi, mampu mengelola hubungan organisasi – masyarakat, mampu mengembangkan organisasi, mampu menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondosif. trampil dalam memanfaatkan kemajuan teknologi dan mengelola sistem informasi. Kemampuan manajerial merupakan kemampuan pimpinan dalam mengelola dan menyelesaikan sesuatu masalah sesuai dengan kondisi yang diharapkan di organisasinya dan kemampuan dalam menemukan alternatif-alternatif keputusan yang terbaik. Dengan demikian Pimpinan harus mempunyai teknis edukatif dan administrtif dalam melaksanakan tugasnya, berkepribadian yang luhur untuk menjadikan teladan bagi bawahan dan masyarakat, serta memiliki kemampuan akademik yang tangguh untuk memajukan dan mengembangkan potensi melalui ide-ide kreatif dan inovatif. Dalam kaitan dengan pengembangan organisasi Sahertian (2000:18) mengemukakan ada sejumlah keterampilan yang harus dimiliki pemimpin yaitu keterampilan dalam memimpin, menjalin hubungan kerja dengan sesama, menguasai kelompok, mengelola administrasi, dan memiliki keterampilan penilaian. Karena itu Pimpinan harus mempunyai kecerdasan personal, kecerdasan profesional, dan kecerdasan manajerial, (Dede Rosyada, 2004:239). Pengertian Kinerja Kinerja mengacu pada prestasi karyawan yang diukur berdasarkan standar atau kriteria yang ditetapkan perusahan. Pengertian kinerja atau prestasi kerja diberi batasan oleh Maier (dalam Moh As’ad, 2003) sebagai kesuksesan seseorang di dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Lebih tegas lagi Lawler and Poter menyatakan bahwa kinerja adalah "succesfull role achievement" yang diperoleh seseorang dari perbuatan-perbuatannya (Moh As’ad, 2003). Dari batasan tersebut Moh As’ad menyimpulkan bahwa kinerja adalah hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan. Menurut Simamora (1995), kinerja karyawan adalah tingkat terhadap mana para karyawan mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan. Menurut Byars dan Rue (dalam Prasetyo Utomo, 2006), kinerja merupakan derajat penyusunan tugas yang mengatur pekerjaan seseorang. Jadi, Kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk 79
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
melakukan kegiatan atau menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan.
METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Penelitian metode deskriptif menurut Travers yang dikutip oleh Husein umar ( 2005 : 81 ) adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Populasi dan Sampel Menurut Husein Umar ( 2005 : 107 ), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang mempunyai karakteristik tertentu dan mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Jumlah populasi yang ada di dalam MA Ihsaniyah Kota Serang, memiliki jumlah guru dan staf sebanyak 34 orang pegawai. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini tehnik pengambilan sample yang digunakan oleh penulis adalah sampling jenuh. Menurut sugiyono ( 2005 : 78 ) sampling jenuh adalah tehnik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. MA Ihsaniyah Kota Serang, memiliki jumlah pegawai dari pimpinan sampai bawahan sebanyak 34 orang, maka diputuskan jumlah sampel yang diambil untuk diolah sebanyak 34 responden. Operasional Variabel Operasional variabel dalam penelitian ini menggambarkan tiga variabel yaitu variabel (X1 dan X2) sebagai variabel bebas yakni Budaya Organisasi dan Kemampuan pimpinan. Sedangkan variabel (Y) sebagai variabel terikat yakni Kinerja . Analisis Data 1. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Validitas dalam penelitian dijelaskan sebagai suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi atau arti sebenarnya yang diukur Uji Reliabilitas adalah pengujian derajat ketepatan, ketelitian, atau keakuratan yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran 2. Pengujian Asumsi Klasik Uji Multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji normalitas, uji autokorelasi. 3. Analisis Regresi Berganda persamaan regresi berganda ini adalah sebagai berikut : Y = a + b1X1 + b2X2 Keterangan : Y = Variabel terikat ( Kinerja ) a = Konstanta b1b2 = Koefisien arah regresi X1 = Variabel bebas ( Budaya Organisasi ) 80
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
X2 = Variabel bebas ( Kemampuan Pimpinan ) 4. Analisis korelasi berganda Analisis korelasi berganda yaitu analisis yang digunakan untuk mengetahui derajat atau kekuatan hubungan antara variabel-variabel Budaya Organisasi( X1 ), Kemampuan pimpinan ( X2 ) dan kinerja ( Y ). 5. Rancangan Uji Hipotesis Hipotesis 1 Ho : β1 = 0 ; tidak terdapat pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja pegawai Hl : β1 0 ; terdapat pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja pegawai Hipotesis 2 Ho : β1 = 0 ; tidak terdapat pengaruh kemampuan pimpinan terhadap kinerja pegawai Hl : β1 0 ; terdapat pengaruh kemempuan pimpinan terhadap kinerja pegawai. Hipotesis 3 Ho : β1 : β2 = 0 ; tidak terdapat pengaruh budaya organisasi dan kemampuan pimpinan terhadap kinerja pegawai Hl : β1 : β2 0 ; terdapat pengaruh budaya organisasi dan kemampuan pimpinan terhadap kinerja pegawai
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Korelasi untuk Budaya Organisasi (X1) dan Kinerja pegawai (Y)
Model 1
R R Square a .696 .485
Adjusted R Std. Error of Square the Estimate .468 3.261
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka dapat diperoleh gambaran sebagai berikut : Koefisien Korelasi pearson (r) yang terdapat pada tabel diatas memiliki nilai r sebesar 0,696 menunjukan angka korelasi yang kuat antara X1 (budaya organisasi) dan Y (kinerja). Analisis Korelasi untuk Kemampuan pimpinan (X2) dan kinerja pegawai(Y) Model 1
R R Square a .550 .302
Adjusted R Std. Error of Square the Estimate .281 3.794
81
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat diperoleh gambaran sebagai berikut : Koefisien Korelasi Pearson (r) yang terdapat pada tabel diatas memiliki nilai r sebesar 0,550 menunjukan angka korelasi sedang antara X2 (kemampuan pimpinan) dan Y ( kinerja pegawai), dan koefisien determinasi (R square) didapat nilai 0,302, Analisis Korelasi budaya organisasi (X1), Kemampuan pimpinan (X2) dan kinerja pegawai (Y) Model 1
R R Square a .742 .550
Adjusted R Std. Error of Square the Estimate .521 3.096
DurbinWatson 2.050
Berdasarkan analisis korelasi pearson product moment, diperoleh hasil sebagai berikut : Koefisien Korelasi Pearson (r) yang terdapat pada tabel diatas memiliki nilai r sebesar 0,742 menunjukan angka korelasi yang kuat antara X1 (budaya organisasi), X2 (kemampuan pimpinan) dan Y ( kinerja pegawai ), dan koefisien determinasi (R square) didapat nilai 0,550, Analisis Regresi berganda Analisis regresi digunakan untuk mengetahui bagaimana variable dependen / kriteria dapat diprediksikan melalui variabel independent atau predictor, secara individual (Sugiono : 204).Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa variable independennya adalah budaya organisasi (X1) dan kemampuan pimpinan (X2) dan variable dependennya adalah kinerja pegawai (Y), maka untuk mengetahui prediksi variable independen mempengaruhi variable dependen digunakan persamaan regeresi berganda sebagai berikut : Y = a + b1X1 + b2X2 Dimana : Y = Variabel terikat ( Kinerja pegawai) a
= Konstanta
b1b2 = Koefisien arah regresi X1 = Variabel bebas ( Budaya organisasi) X2 = Variabel bebas ( Kemampuan pimpinan) Dengan mengunakan pengolahan software SPSS versi 19.00 maka dapat diprediksi pengaruh budaya organisasi dan kemampuan pimpinan terhadap kinerja pegawai, sebagai mana terlihat pada table di bawah ini.
82
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
Standardi zed Unstandardize Coefficie d Coefficients nts Collinearity Statistics Std. Toleran Model B Error Beta t Sig. ce VIF 1 (Constant) 6.558 3.273 2.004 .054 Bud_Organisasi .520 .126 .562 4.131 .000 .784 1.275 Kemamp_Pimp .180 .085 .289 2.124 .042 .784 1.275 inan Dari hasil perhitungan tersebut didapat persamaan regresi sebagai berikut : Y= 6,558 + 0,520X1 + 0,180 X2 Persamaan tersebut mempunyai pengertian: 1)
Jika X1 (budaya organisasi) berubah satu satuan dan X2 (kemampuan pimpinan) dianggap konstan, maka nilai Y ( kinerja pegawai) akan berubah sebesar 0,520.
2)
Jika X2 (kemampuan pimpinan) berubah satu satuan dan X1 (budaya organisasi) dianggap konstan, maka nilai Y ( kinerja ) akan berubah sebesar 0,180.
Uji Hipotesis Berdasarkan hipotesis yang telah diajukan, maka untuk mengetahui apakah dugaan sementara tersebut berarti atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis sebagai berikut: Hipotesis 1
Model 1 (Constant) Bud_Organisa si
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 9.984 3.000 .644 .117 .696
t 3.328 5.484
Sig. .002 .000
Dari hasil perhitungan SPSS tersebut diperoleh t hitung sebesar 5,484. Selanjutnya membandingkan dengan t tabel. Dengan α (taraf nyata) 0,05 dan Df = 34 – 2 = 32, diperoleh t tabel = 2,037. Berdasarkan perbandingan tersebut ternyata t hitung > dari t tabel 5,484>2,037. Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan kekeliruan α = 5% dapat dinyatakan bahwa Ho ditolak dan Hi diterima yaitu terdapat pengaruh yang signifikan budaya organisasi terhadap kinerja pegawai pada MA Ihsaniyah Kota Serang. Hipotesis 2 83
Jurnal Sains Manajemen
Model 1 (Constant) Kemamp_Pimpin an
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Std. B Error Beta 13.700 3.405 .342 .092 .550
t 4.023 3.724
Sig. .000 .001
Dari hasil perhitungan SPSS tersebut diperoleh t hitung sebesar 3,724. Selanjutnya membandingkan dengan t tabel. Dengan α (taraf nyata) 0,05 dan Df = 34 – 2 = 32, diperoleh t tabel = 2,037. Berdasarkan perbandingan tersebut ternyata t hitung > dari t tabel (3,724>2,037). Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan kekeliruan α = 5% dapat dinyatakan bahwa Ho ditolak dan Hi diterima yaitu terdapat pengaruh yang signifikan kemampuan pimpinan terhadap kinerja pegawai pada MA Ihsaniyah Kota Serang. Hipotesis 3 Model 1 Regression Residual Total
Sum of Squares 363.153 297.112 660.265
df 2 31 33
Mean Square 181.577 9.584
F 18.945
Sig. .000a
Dari hasil perhitungan SPSS tersebut diperoleh F hitung sebesar 18,945. Selanjutnya membandingkan dengan F tabel. Dengan α (taraf nyata) 0,05 dimana F1-α;k;n-1 = F0,95;2;33 = 3,30. Berdasarkan perbandingan tersebut ternyata F hitung > dari F tabel (18,945>3,30). Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan kekeliruan α = 5% dapat dinyatakan bahwa bahwa Ho ditolak dan Hi diterima yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya organisasi dan kemampuan pimpinan terhadap kinerja pegawai pada MA Ihsaniyah Kota Serang. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis penelitian tentang pengaruh budaya organisasi dan kemampuan pimpinan terhadap kinerja pegawai pada MA Ihsaniyah Kota Serang dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Terdapat pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja pegawai pada MA Ihsaniyah Kota Serang.
2.
Terdapat pengaruh kemampuan pimpinan terhadap kinerja pegawai pada MA Ihsaniyah Kota Serang.
3.
Terdapat pengaruh budaya organisasi dan kemampuan pimpinan terhadap kinerja pegawai pada MA Ihsaniyah Kota Serang.
84
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
DAFTAR PUSTAKA Danim, Sudarman (2007). Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara. Fuad, dkk. 2003. Pengantar Bisnis. Jakarta : PT.SUN. Grenberg dan Baron (2000). “Assesing Construct Validity in Organizational Researh, Administrative Scince Quartely. Hasibuan, H. Malayu. SP. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : Bumi Aksara Hersey, Paul dan Blanchad, KA. (1988). Management of Organization Behaviour Utilizing Human Resources, New Delhi : Prentice Haal Inc. Khalifah, Mahmud dan Usamah Quthub (2009). Kaifa Tashibaha Mu’Alliman Mutamayyizan, Terj Muhtadi Kadi, Surakarta: Ziyad Visi Media. Luthans, Fred (2006). “Perilaku Organisasi”, Edisi Sepuluh, Penerbit Andi, Yogyakarta Manulang, M. (2005). Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Mas’ud, (2004). “Survey Diagnosis Organizational”, Undip, Semarang. Mulyati, Yati Siti dan Aan Komariah (2008). Manajemen Sekolah dalam Pengelolaan Pendidikan, Bandung : Jurusan Aministrasi Pendidikan UPI Murdick, Robert G, et al. (1977). Information System For Modern Management. Jakarta: Erlangga. Panggabean, Mutiara (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor: Ghalilea Indonesia Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Prabu, Anwar (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Purwadarminta, W. J. S. (1987). Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka Schein E. (1985). Organizational Culture and Leadership, San Frasisco Jossey -Bass. Sedarmayanti (2001). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: CV. Mandar. Simanjuntak ( 1990). Dasar-Dasar Manajemen, Bumi Aksara. Suharto (2005). “Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Sumberdaya Manusia Di Sekretariat DPRD Propinsi Jawa Tengah, JRBI, Vol.1. Suharto dan H. Dadang (2006). Supervisi Bantuan Profesional, Bandung, Mutiara Ilmu. Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. UU No. 14 Tahun 2005, tentang guru dan dosen.
85
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
PETUNJUK PENGIRIMAN NASKAH JURNAL SAINS MANAJEMEN 1. Naskah merupakan karya asli di bidang manajemen yang belum pernah diterbitkan sebelumnya dan bukan hasil plagiat. 2. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia sepanjang 8-25 halaman. Dilengkapi dengan abstrak (maksimal 250 kata), dan kata-kata kunci. Biodata singkat penulis dicantumkan pada lembaran khusus di halaman terakhir naskah. 3. Ukuran kertas A4. Margin atas 3 cm; kiri 3 cm, kanan 2,5 cm; bawah 2,5 cm. 4. Spasi 1,15. Spacing after 6 pt. Khusus abstrak, daftar pustaka dan tabel, gunakan 1 spasi dan Spacing after 0 pt. Margin rata kanan dan kiri. 5. Naskah dikirimkan ke email:
[email protected]. Berkas file dibuat dengan Microsoft Word, menggunakan huruf Times News Roman berukuran font 12. 6. Sistematika penulisan artikel ilmiah Judul Nama penulis (tanpa gelar akademik), asal lembaga, email Abstrak Inggris dan Indonesia dengan kata kunci Pendahuluan tanpa sub judul, memuat latar belakang masalah, tujuan, landasan teori dan hipotesis (jika menggunakan hipotesis) Metode penelitian Hasil dan pembahasan (dibagi ke dalam beberapa sub judul, kalau dianggap perlu) Penutup, berisi kesimpulan dan rekomendasi Daftar pustaka (berisi pustaka yang dirujuk dalam uraian saja) 7. Daftar pustaka disusun dengan mengikuti tata cara seperti contoh berikut dan diurut secara alfabetis: Kotler, P. dan K. L. Keller (2009). Marketing Management, 13th Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall. Dick, A. S. And K. Basu (1994). Customer Loyalty: Toward an Integrated Conceptual Framework. Journal of the Academy of Marketing Science. Vol. 22, No. 01, 99-113. Tempo (Mei 2009). Kekurangan Peminat, 30 Perguruan Tinggi Banten Bangkrut. [Online]. Tersedia: Http.//www.Tempo.Co/Red/News/2019/05/25/07917791 /Kekurangan-Peminat-30-Perguruan-Tinggi-Banten-Bangkrut. 8. Tata cara penyajian kutipan, rujukan, tabel dan gambar mengikuti ketentuan dalam pedoman penulisan karya ilmiah. Artikel berbahasa Indonesia menggunakan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (Depdikbud, 1997).
86
Jurnal Sains Manajemen
Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015
ISSN: 2443-0064
87