• Poverty Gap Indeks
• Tingkat Kepadatan Penduduk
• Nilai Tambah Pengangkutan per Kapita
• Kondisi Jalan dengan Kondisi Baik
• Prosentase Penduduk Pengguna HP
• Prosentase Rumah Tangga yang memakai Penerangan Utama
• Produksi Listrik per Kapita
• Rasio Luas Lahan Produktif terhadap Total Luas Lahan
• Sumber Daya Air per Kapita
• Nilai Tambah Sektor Pertambangan & Penggalian per kapita
• Jumlah Kantor Bank
• Nilai Volume Usaha terhadap Jumlah Koperasi Aktif
• Total Kredit Perbankan
• Dana Pihak Ketiga (DPK)
• Nilai Tambah Sektor Keuangan per Kapita
• Produktivitas Tenaga Kerja
• PDRB per Kapita
• Tingkat Kesempatan Kerja
Implikasi Pengembangan Daya Saing Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Timur
• Untuk kabupaten/kota yang berada pada kuadran I, menunjukkan daerah dalam “kondisi kuat” dan ditunjang oleh peluang pengembangan yang besar. • Kabupaten/kota dalam kuadran ini bisa mempertahankan posisinya serta bisa juga meningkatkan kemampuan daya saing dengan cara lebih memaksimalkan potensi keunggulan yang dimiliki daerahnya serta mengatasi kelemahan-kelemahan yang masih menjadi penghambat perkembangan daya saing daerahnya. Selain itu, kabupaten/kota dalam kuadran I ini sangat mudah untuk melakukan developing dan expansi keluar.
• Untuk kabupaten/kota yang berada pada kuadran II, menandakan daerah yang kuat namun menghadapi tantangan besar sehingga diperkirakan daerah akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. • Kabupaten/kota dalam kuadran ini perlu untuk meningkatkan kemampuan daya saingnya pada indikator outputnya karena setelah dianalisis, kabupaten/kota yang berada pada kuadran II memiliki skor indikator output lebih kecil dari rata-rata skor output kabupaten/kota secara keseluruhan. Maka daerah dalam kuadran ini disarankan untuk memperbanyak ragam strategi taktisnya.
• Untuk kabupaten/kota yang berada pada kuadran III, menandakan daerah sangat lemah namun sangat berpeluang. • Kabupaten/kota dalam kuadran ini perlu untuk meningkatkan kemampuan daya saingnya pada indikator inputnya karena setelah dianalisis, kabupaten/kota yang berada pada kuadran III memiliki skor indikator input lebih kecil dari rata-rata skor input kabupaten/kota secara keseluruhan. Untuk itu, kabupaten/kota yang ada dalam kuadran ini disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya.
• Untuk kabupaten/kota di kuadran IV, menandakan kondisi internal daerah ini lemah dan dihadapkan pada kondisi eksternal yang sulit. • Kabupaten/kota dalam kuadran ini perlu adanya perhatian khusus dari pemerintah, baik di kabupaten/kota (yang masuk kuadran IV) maupun pemerintah propinsi, sehingga kedepannya bisa mempersempit jarak daya saing dengan kabupaten/kota yang memiliki daya saing serta bisa mendongkrak daya saing Propinsi Jawa Timur di tingkat nasional. Menggunakan strategi bertahan berarti mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok, strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya membenahi internal daerahnya terlebih dahulu. Sebab diperkirakan dengan strategi lama sangat sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja daerah tersebut.
• Perencanaan pembangunan daerah kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur bersifat spesifik. Keberhasilan perencanaan pembangunan di daerah perlu mempertimbangkan beberapa aspek yang tergambarkan oleh neraca daya saing daerah, lebih khusus untuk variabel yang menjadi “kelemahan” daerahnya masing-masing. Neraca daya saing 38 kabupaten/kota hasil analisis dan pembahasan sebelumnya kiranya bisa menjadi input dalam perencanaan pembangunan masing-masing kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur.
Bab V penutup
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Tiap kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur memiliki kemampuan daya saing, hal tersebut bisa dilihat dari hasil pengukuran skor daya saing tiapa kabupaten. Penelitian ini telah menghasilkan pemetaan kemampuan daya saing tiap kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur. Hasil pemetaan secara keseluruhan menunjukkan bahwa daerah yang memiliki daya saing tinggi secara umum didominasi oleh daerah yang memiliki basis di indikator Perekonomian dan Keuangan Daerah serta Lingkungan Usaha Produktif.
2. Pemetaan Daya Saing dilakukan dengan cara mengklasifikasikan daya
saing daerah dalam 4 kuadran berdasarkan skor daya saing indikator input-ouput.
• Hasil menunjukkan bahwa terdapat 9 kabupaten/kota yang masuk kedalam kuadran I. Hal tersebut menunjukkan bahwa kabupaten/kota tersebut termasuk karakteristik kabupaten/kota yang memiliki daya saing tinggi, baik dari sisi input maupun output ataupun keduanya. • Kuadran II menunjukkan posisi kabupaten/kota yang memiliki skor input kabupaten/kota tersebut, lebih besar dari rata-rata keseluruhan skor daya saing keseluruhan, tapi output lebih kecil dari rata-rata skor daya saing output keseluruhan. Dalam kelompok ini terdapat 8 kabupaten/kota. Kabupaten/kota dalam kuadran ini dicirikan dengan produktivitas output yang lebih kecil/sama dengan produktivitas inputnya. • Kuadran III menunjukkan posisi kabupaten/kota yang memiliki skor input kabupaten/kota tersebut, lebih kecil dari rata-rata keseluruhan skor daya saing tapi skor daya saing output lebih besar dari rata-rata skor daya saing output keseluruhan kabupaten/kota. Terdapat 4 kabupaten/kota dalam kelompok ini. • Kuadran IV menunjukkan posisi kabupaten/kota yang memiliki skor input dan output kabupaten/kota tersebut, lebih kecil dari rata-rata skor input dan output keseluruhan. Hasil pemetaan menunjukkan bahwa ada total 17 kabupaten/kota atau 44,74% dari jumlah keseluruhan kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur.
3. Setelah dilakukan analisis neraca daya saing, hampir semua kabupaten/kota yang masuk kuadran I, merupakan kabupaten/kota yang memiliki kategori keunggulan banyak dan kelemahan sedikit. Dan hampir semua kabupaten/kota yang masuk dalam kuadran IV, merupakan kategori yang memiliki kategori keunggulan sedikit dan kelemahan banyak.
4. Banyaknya kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur yang masuk kedalam kuadran IV, perlu adanya perhatian yanng cukup serius bagi pemerintah kabupaten/kota maupun pemerintah di tingkat propinsi. Banyaknya kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur yang masuk kedalam kuadran IV mengindikasikan bahwa sebagian besar kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur memiliki skor daya saing yang rendah serta memiliki kualitas input dan output di bawah rata-rata. Hal ini berdampak pada daya saing Propinsi Jawa Timur di tingkat nasional karena pada dasarnya daya saing Propinsi Jawa Timur ditentukan dari daya saing di tingkat kabupaten/kotanya.
5. Dari 32 variabel indikator input dan 3 indikator output, terdapat 3 variabel pada indikator input yang menunjukkan angka minus dalam pengembangan daya saing yakni variabel government size, rasio ketergantungan, dan poverty gap indeks
Saran Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan ini, maka saran penelitian lanjutan yang dapat dilakukan antara lain : • Implikasi pengembangan yang dirumuskan dalam penelitian ini dapat dilemparkan kepada stakeholder terkait, sehingga pada prosesnya tidak hanya memperhatikan teori, best practice saja namun juga bisa diambil konsensus pendapat para stakeholder misalnya dengan analisa Delphi. • Ruang lingkup variabel-variabel pembentuk daya saing daerah sebaiknya tidak hanya menggunakan data sekunder saja, tetapi juga memperhitungkan data primer sebagai penguat data sekunder. Oleh karena itu, kedepan penelitian ini perlu terus dikembangkan sehingga dapat memberikan input yang optimal kepada berbagai pihak, terutama para pengambil kebijakan.
Daftar pustaka
LAMPIRAN