FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KEPATUHAN PENGGUNAAN APD PADA KARYAWAN BAGIAN PRESS SHOP DI PT. ALMASINDO II KABUPATEN BANDUNG BARAT TAHUN 2008 RUHYANDI DAN EVI CANDRA ABSTRAK Angka kecelakaan kerja di PT. Almasindo II mencapai 16,2 % atau 17 kasus dari 150 tenaga kerja di bagian Press Shop dan salah satu penyebabnya yaitu karena pekerja mengabaikan penggunaan APD yang telah disediakan oleh perusahaan. Kepatuhan menggunakan APD memiliki peran yang penting dalam menciptakan keselamatan di tempat kerja. Perilaku (tindakan) tidak aman yang sering ditemukan di tempat kerja adalah perilaku tidak patuh terhadap prosedur kerja/operasi, seperti menjalankan mesin atau peralatan tanpa wewenang, mengabaikan peringatan dan keamanan, tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). Kepatuhan (compliance) pekerja dalam menggunakan alat pelindung diri di industri terutama yang high risk, memerlukan komitmen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) baik dari pihak perusahaan atau manajemen maupun pekerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku kepatuhan penggunaan APD. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Sampel penelitian diambil dari jumlah total populasi pekerja pada bagian Press Shop yaitu sebanyak 150 responden. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan observasi. Analisis data melalui dua tahapan, yaitu univariat untuk melihat distribusi frekuensi dan bivariat untuk melihat hubungan (chi-square) serta besarnya hubungan. Hasil memperlihatkan bahwa faktor internal yang terdiri dari variabel pengetahuan memiliki hubungan yang bermakna (p=0,000) terhadap perilaku kepatuhan pekerja dalam penggunaan APD, serta variabel sikap memiliki hubungan yang bermakna (p=0,000) terhadap perilaku kepatuhan pekerja dalam penggunaan APD, dan pada faktor eksternal yang memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku kepatuhan pekerja dalam penggunaan APD adalah penyuluhan (p=0,039). Sedangkan variabel pengawasan dan kelengkapan APD tidak terbukti memiliki hubungan bermakna dengan perilaku kepatuhan pekerja dalam penggunaan APD Dari hasil penelitian diperoleh bahwa dari 150 responden didapatkan 66% pekerja tidak patuh menggunakan APD. Disarankan hendaknya perusahaan lebih meningkatkan frekuensi penyuluhan tentang penggunaan APD dan mempertahankan pemberian safety talk sebelum bekerja agar pekerja dapat melakukan pekerjaan dengan tidak melupakan prosedur keselamatan kerja khususnya tentang penggunaan APD. Bagi pekerja, perlunya perhatian yang tinggi dari setiap pekerja untuk saling mengingatkan rekan kerja yang tidak menggunakan APD pada saat bekerja. Kata Kunci : Cross Sectional, Kepatuhan Penggunaan APD Kepustakaan : 38, 1991-2008 A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Kemajuan pengetahuan dan teknologi yang senantiasa terjadi tidak saja dialami oleh negara industri tetapi juga oleh negara yang sedang berkembang, lebih-lebih dalam era globalisasi dewasa ini. Menurut International Labour Organization (ILO), setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian di dunia yang disebabkan oleh karena penyakit atau kecelakaan akibat hubungan pekerjaan. Sekitar 300.000 kematian terjadi dari 250 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian karena penyakit
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
29
akibat hubungan pekerjaan, dimana diperkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan pekerjaan
baru
setiap
tahunnya
(Badan
pendidikan
Nasional,
2007
¶
2
http://perpustakaan.bappenas.go.id, diperoleh tanggal 15 Februari 2008). ILO menyimpulkan Indonesia menempati peringkat kedua terbawah dari 53 negara yang menimbulkan 65.474 kasus kecelakaan kerja. Tingginya angka kecelakaan kerja merupakan petunjuk tentang lemah atau kurangnya berbagai perusahaan melindungi para pekerjanya dari bahaya, termasuk dalam hal penggunaan Alat Pelindung Diri. Data Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyebutkan selama tahun 2007, terjadi 1.851 kasus kecelakaan kerja terjadi di wilayah Kabupaten Bandung (Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia, 2008 PBHI News, Jakarta ¶ 3 http://pustakapbhi.go.id, diperoleh tanggal 20 Februari 2008 ). Data kecelakaan kerja Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kabupaten Bandung Barat tahun 2008, menyebutkan bahwa di wilayah kerja Kabupaten Bandung Barat masih terdapat kasus kecelakaan kerja di tiap perusahaan dengan penyebab kecelakaan berbeda-beda. Jumlah seluruh kasus kecelakaan yang terjadi di perusahaan wilayah kerja Bandung Barat yaitu sebanyak 118 kasus. Dari data tersebut salah satu perusahaan yang memiliki angka kecelakaan terbanyak adalah PT. Almasindo II, perusahaan ini bergerak di bidang manufacture yang memiliki kasus kecelakaan kerja sebanyak 16,2 % atau 17 kasus dari 150 tenaga kerja di bagian Press Shop. Kecelakaan ini sebagian besar terjadi pada karyawan yang bekerja pada malam hari karena adanya beberapa faktor seperti kelelahan, ngantuk dan lain-lain yang mengakibatkan kecelakaan terjadi, dan faktor lain yaitu mengabaikan penggunaan APD yang telah disediakan oleh perusahaan. Data ini merupakan data kecelakaan kerja tertinggi di perusahaan wilayah kerja Kabupaten Bandung Barat yang sebagian besar
kecelakaan kerjanya disebabkan oleh alat. Walaupun pada dasarnya
penyuluhan telah dilakukan oleh pihak perusahaan namun faktor risiko di tempat kerja yaitu salah satunya berupa kecelakaan kerja yang terjadi pada tangan pekerja tidak dapat dihindari. Berdasarkan hasil studi pendahuluan tanggal 5 Juni 2008 didapatkan keterangan bahwa 16,2% kecelakaan kerja disebabkan oleh alat, namun tidak menutup kemungkinan bahwa kecelakaan tersebut terjadi karena faktor manusianya itu sendiri. Kurangnya kesadaran karyawan dalam menggunakan APD, meskipun APD telah disediakan oleh perusahaan, dan adanya kelalaian yang dilakukan oleh karyawan (lelah, ngantuk dan lain-lain) dalam bekerja (Data Kecelakaan Kerja, 2008). Faktor-faktor tersebut dapat dipengaruhi karena karyawan kurang memahami pentingnya penggunaan Alat pelindung Diri. Dengan demikian walaupun upaya pemakaian APD merupakan upaya terakhir yang dapat dilakukan, namun hal itu dapat membantu mengurangi tingkat kecelakaan kerja (Suardi, 2005). Kecelakaan kerja disebabkan oleh dua faktor utama yakni tindakan tidak aman (unsafe action) seperti tingkah laku, tindak-tanduk atau perbuatan yang akan menyebabkan kecelakaan dan
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
30
kondisi yang tidak aman (unsafe conditions) yaitu keadaan yang akan menyebabkan kecelakaan (Budiono, 2003). Suma’mur (1996), membuat batasan bahwa kecelakaan kerja adalah suatu kecelakaan yang berkaitan dengan hubungan kerja dengan perusahaan. Hubungan kerja disini berarti bahwa kecelakaan terjadi karena akibat dari pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Oleh sebab itu, kecelakaan akibat kerja ini mencakup dua permasalahan pokok yaitu kecelakaan merupakan akibat langsung dari pekerjaan dan kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan. Dalam melakukan pengendalian, hal yang harus dilakukan adalah memulai dari tindakan yang terbesar, jika tidak dapat dilakukan maka dilakukan pengendaliannya ke tingkat yang lebih rendah atau mudah (Suardi, 2005). Kesadaran akan manfaat penggunaan APD perlu ditanamkan pada setiap tenaga kerja, karena perasaan tidak nyaman (risih, panas, berat, terganggu) merupakan salah satu alasan mengapa seorang pekerja tidak menggunakan APD. Pembinaan yang terus menerus dapat meningkatkan kesadaran dan wawasan mereka. Salah satu cara yang efektif adalah melalui pelatihan. Peningkatan pengetahuan dan wawasan akan menyadarkan tentang pentingnya penggunaan APD, sehingga efektif dan benar dalam penggunaannya (Budiono, 2003 : 335). Perusahaan membuat peraturan-peraturan kerja, berbagai alat pelindung diri dikembangkan, dan prosedur kerja disusun, maka masalah yang timbul selanjutnya adalah bagaimana membuat pekerja patuh. Selanjutnya, upaya-upaya promosi kesehatan di tempat kerja mulai dikembangkan agar pekerja dapat mematuhi peraturan-peraturan kerja, misalnya penggunaan alat pelindung diri ketika bekerja (Notoatmodjo, 2005:344). Kepatuhan pekerja dalam menggunakan alat pelindung diri di industri terutama yang high risk, memerlukan komitmen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) baik dari pihak perusahaan, manajemen, maupun pekerja. Kepatuhan (compliance) merupakan salah satu bentuk perilaku yang dapat dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal. Penggunaan Alat Pelindung Diri menurut Geller 2000 dalam Riyadi, 2007 termasuk faktor lingkungan. Jadi, kepatuhan terhadap penggunaan APD merupakan perilaku keselamatan spesifik terhadap objek lingkungan kerja. Kepatuhan menggunakan APD memiliki peran yang penting dalam menciptakan keselamatan di tempat kerja. Berbagai contoh perilaku (tindakan) tidak aman yang sering ditemukan di tempat kerja pada dasarnya adalah perilaku tidak patuh terhadap prosedur kerja/operasi, seperti menjalankan mesin atau peralatan tanpa wewenang, mengabaikan peringatan dan keamanan, kesalahan kecepatan pada saat mengoperasikan peralatan, tidak menggunakan Alat Pelindung Diri dan memperbaiki peralatan yang sedang bergerak atau dengan kata lain tidak mengikuti prosedur kerja yang benar (Riyadi, 2007). Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui hubungan faktor pengetahuan, sikap, penyuluhan, pengawasan dari supervisor, dan kelengkapan APD dengan
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
31
perilaku kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri pada karyawan bagian Press Shop di PT. Almasindo II Kabupaten Bandung Barat. 2. Tujuan Penelitian a. Mengetahui gambaran karakteristik faktor internal yang meliputi pengetahuan, dan sikap. b. Mengetahui gambaran karakteristik faktor eksternal yaitu penyuluhan, pengawasan dari supervisor, dan kelengkapan APD. c. Mengetahui gambaran kepatuhan karyawan di bagian Press Shop dalam penggunaan APD. d. Mengetahui hubungan faktor internal yang meliputi pengetahuan, dan sikap dengan kepatuhan penggunaan APD. e. Mengetahui hubungan faktor eksternal yang meliputi penyuluhan,
pengawasan dari
supervisor, dan kelengkapan APD dengan kepatuhan penggunaan APD. 3. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : a. Memberikan masukan pada instansi terkait terutama di PT. Almasindo II mengenai faktorfaktor yang berhubungan dengan perilaku kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri pada karyawan bagian Press Shop di PT. Almasindo II. b. Memberikan masukan untuk peneliti sendiri sejauh mana faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri pada karyawan bagian Press Shop di PT. Almasindo II B. METODOLOGI PENELITIAN 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan rancangan survey cross sectional atau potong lintang dimana pengukuran variabel dependen dan variabel independen dilakukan pada saat yang sama, faktor risiko serta efek diukur menurut keadaan/status waktu diobservasi serta tanpa memberikan perlakuan pada masing-masing sampel yang diambil (Murti, 1997 ). Konsep adalah abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal khusus, konsep hanya dapat diamati atau diukur melalui variabel (Notoatmodjo, 2005). Perilaku patuh terhadap penggunaan Alat Pelindung Diri merupakan salah satu bentuk perilaku keselamatan kerja yang mendapat perhatian. Kemungkinan perilaku tersebut dapat dilihat dari faktor Internal (pengetahuan, sikap) pada pekerja dan faktor eksternal (penyuluhan, pengawasan, kelengkapan APD) dari pihak perusahaan.
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
32
Faktor Internal : Pengetahuan Sikap Perilaku kepatuhan penggunaan APD pada karyawan
Faktor Eksternal : Penyuluhan Pengawasan dari Supervisor Kelengkapan APD Keterangan : Variabel Independent Variabel Dependent Gambar 1. Kerangka Konsep 2. Hipotesa Penelitian
a. Ada hubungan antara faktor internal yang meliputi pengetahuan dan sikap terhadap perilaku kepatuhan dalam penggunaan Alat Pelindung Diri di PT. Almasindo II b.
Ada hubungan antara faktor eksternal yang meliputi penyuluhan, pengawasan dari supervisor, dan kelengkapan APD terhadap perilaku kepatuhan dalam penggunaan Alat Pelindung Diri di PT. Almasindo II
3. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan di bagian Press Shop yaitu sebanyak 150 karyawan. Penelitian ini merupakan penelitian terhadap total populasi atau studi kasus. Sampel penelitian ini adalah seluruh karyawan di bagian Press Shop PT. Almasindo II. 4. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan kuesioner, yaitu memberikan seperangkat pertanyaan kepada responden untuk dijawab melalui wawancara langsung yang sebelumnya telah dilakukan uji coba (uji validitas dan reliabilitas) sehingga ada penyempurnaan data. Pertanyaan pada kuesioner terdiri dari pertanyaan untuk faktor internal yaitu pengetahuan dan sikap serta faktor eksternal yaitu penyuluhan, pengawasan dari supervisor, dan kelengkapan APD. Untuk pertanyaan pengetahuan sebelum dilakukan perhitungan setiap pertanyaan diberi
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
33
skor, yaitu : skor 0, jika jawaban salah dan skor 1 jika jawaban benar. Setelah dilakukan skoring kemudian pertanyaan tersebut dihitung dengan cara persentase (%) jawaban pertanyaan, untuk mengetahui pengetahuan dari responden maka dengan menggunakan kriteria absolute :
a P = ×100 % b Keterangan : P : Persentase a : Jumlah pertanyaan benar b : Jumlah semua pertanyaan Dengan kriteria persentase sebagai berikut (Arikunto, 2006) a. Dikategorikan baik, jika 76-100 % jawaban benar b. Dikategorikan cukup, jika jawaban 60-75 % jawaban benar c. Dikategorikan kurang, jika jawaban < 74 % jawaban benar Setelah diperoleh hasil dengan cara perhitungan seperti yang telah diuraikan diatas kemudian nilai akhir tersebut diasumsikan kedalam kriteria pengetahuan sebagai berikut : a.
Jika nilai pengetahuan ≥ 75% : baik
b.
Jika nilai pengetahuan ≤ 74% : kurang Sedangkan untuk mengukur sikap pekerja terhadap kepatuhan yaitu dengan menggunakan
skala likert. Dimana masing-masing pertanyaan mempunyai lima kemungkinan jawaban untuk pertanyaan positif (vaforable) dan negatif (unvaforable), kriteria pemberian skor untuk pertanyaan positif (vaforable) adalah : (5) Sangat setuju, (4) Setuju, (3) Ragu-ragu, (2) Tidak setuju, dan (1) Sangat tidak setuju. Sedangkan kriteria pemberian skor untuk pertanyaan negatif (unvaforable) adalah : (1) Sangat setuju, (2) Setuju, (3) Ragu-ragu, (4) Tidak setuju, dan (5) Sangat tidak setuju. Setelah diperoleh hasil dengan cara perhitungan seperti yang telah diuraikan diatas kemudian nilai akhir tersebut diasumsikan kedalam kriteria sikap sebagai berikut : a. Jika nilai sikap ≥ median : mendukung b. Jika nilai sikap < median : tidak mendukung 5. Pengolahan dan Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini memakai sistem komputerisasi dengan menggunakan perangkat lunak statistik yang meliputi analisis univariat dan bivariat. a. Analisis Univariat Analisis univariat bertujuan untuk melihat distribusi frekuensi dan proporsi dari variabel – variabel penelitian, guna mendapatkan gambaran data variabel dependen (kepatuhan
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
34
penggunaan APD) dan variabel independen (pengetahuan, sikap, penyuluhan, pengawasan dari supervisor, dan kelengkapan APD) b. Analisis Bivariat Uji statistik yang digunakan adalah uji chi square, karena untuk mengadakan pendekatan (mengestimate) dari beberapa faktor atau mengevaluasi frekuensi yang diselidiki atau frekuensi hasil observasi (fo) dengan frekuensi yang diharapkan (fe) dari sampel apakah terdapat hubungan atau perbedaan yang signifikan atau tidak (Sumartiningsih dkk, 2007). Nilai p (value) merupakan nilai yang menunjukan besarnya peluang salah menolak Ho dari data penelitian. Nilai p dapat digunakan untuk keputusan uji statistik, yaitu dengan cara membandingkan nilai p dengan nilai alpha 0,05 (95 %) dengan keputusan uji sebagai berikut 1. Bila nilai p < nilai alpha (0.05), maka keputusanya adalah Ho ditolak. Atau ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. 2. Bila nilai p > nilai alpha (0,05), maka keputusanya Ho gagal ditolak. Artinya tidak ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. 6. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di bagian Press Shop PT. Almasindo II Kabupaten Bandung Barat. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Juli Tahun 2008. C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Univariat a. Gambaran Kepatuhan Penggunaan APD Dari 150 responden didapat distribusi responden berdasarkan kepatuhan penggunaan APD seperti terlihat pada tabel 1 sebagai beikut : Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kepatuhan Penggunaan APD Di PT. Almasindo II Kabupaten Bandung Barat Kepatuhan Penggunaan APD 1. Patuh 2. Tidak patuh Total
Frekuensi 51 99 150
(%) 34 66 100
Tabel hasil penelitian diatas menunjukan bahwa sebagian besar 99 pekerja (66%) tidak patuh terhadap penggunaan APD. Hal ini menunjukkan masih cukup banyak pekerja yang belum sepenuhnya mematuhi penggunaan APD sebagaimana mestinya secara lengkap dan benar. Alasan responden menggunakan APD sehingga cenderung patuh, yaitu sebagian
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
35
besar sudah memiliki kesadaran bahwa penggunaan APD dapat mencegah terjadinya kecelakan dan mendorong keselamatan kerja. Selain itu beberapa diantaranya responden menganggap bahwa penggunaan APD merupakan suatu aturan sehingga harus dipatuhi. Adapun responden yang belum selalu atau sepenuhnya menggunakan APD sebagaimana mestinya diantaranya beralasan bahwa menggunakan APD tidak selalu lengkap, alasan lain yang dapat mempengaruhi kepatuhan tersebut seperti responden merasa terganggu atau tidak nyaman ketika menggunakan APD. Kepatuhan (complying) merupakan bentuk perilaku yang ditujukan terhadap suatu objek, dalam hal ini kepatuhan penggunaan APD. Mengikuti prosedur (follow procedure) penggunaan APD adalah bagian penting dalam aspek keselamatan kerja. Menurut Geller (1997,dalam Riyadi 2007) perilaku kepatuhan berhubungan dengan faktor orang (pengetahuan, keterampilan, kemampuan, kecerdasan, motivasi dan kepribadian) dan faktor lingkungan, seperti sarana prasarana (Alat Pelindung Diri), mesin-mesin dan standar atau prosedur. b. Faktor Internal Faktor internal dalam penelitian ini meliputi : pengetahuan dan sikap, seperti terlihat pada tabel 2 sebagai berikut : Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Internal Dalam Penggunaan APD Di PT. Almasindo II Kabupaten Bandung Barat No 1.
2.
Faktor Internal Pengetahuan 1. Kurang (skor ≤74%) 2. Baik (skor ≥75%) Sikap 1. Tidak mendukung (median < 30) 2. Mendukung (median ≥ 31 ) Secara umum dari hasil penelitian
Frekuensi
(%)
72 78
48 52
84 66
56 44
sebanyak 150 responden 78 pekerja (52%)
diantaranya memiliki pengetahuan yang baik mengenai APD. Dan pada variabel sikap diperoleh sebagian besar 84 pekerja (56%) tidak mendukung terhadap perilaku kepatuhan penggunaan APD. c. Faktor Eksternal Faktor eksternal dalam penelitian ini meliputi : penyuluhan, pengawasan dan kelengkapan APD, seperti pada tabel 3 sebagai berikut :
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
36
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Eksternal Dalam Penggunaan APD Di PT. Almasindo II Kabupaten Bandung Barat No 1.
Faktor Eksternal Penyuluhan 1. Tidak pernah 3. Pernah Pengawasan 1. Tidak ada 3. Ada Kelengkapan APD 1. Tidak lengkap 2. Lengkap
2.
3.
Frekuensi
(%)
111 39
74 26
83 67
55,3 44,7
81 69
54 46
Berdasarkan tabel 3 di atas terlihat bahwa sebagian besar pekerja yaitu 111 pekerja (74%) tidak pernah mendapatkan penyuluhan tentang penggunaan APD. Dan pada variabel pengawasan dalam penelitian ini terlihat sebagian besar 83 pekerja (55,3%) tidak mendapatkan pengawasan mengenai penggunaan APD selama pekerjaan berlangsung mengenai penggunaan APD selama proses kerja berlangsung. Sedangkan pada variabel kelengkapan APD, di dapatkan hasil bahwa sebagian besar 81 pekerja (54%) mengatakan bahwa sarana APD di tempat kerja tidak tersedia atau tidak lengkap. 2. Analisis Bivariat a. Faktor Internal Faktor internal yang berhubungan dengan penggunaan APD meliputi : pengetahuan dan sikap seperti terlihat pada tabel 4 sebagai berikut : Tabel 4 Hubungan Faktor Internal Dengan Penggunaan APD Pada Karyawan Bagian Press Shop PT. Almasindo II Kabupaten Bandung Barat
No
Faktor Internal
1
Pengetahuan 1. Kurang 2. Baik Sikap 1. Tidak Mendukung 2. Mendukung
2
Kepatuhan Menggunakan APD Patuh Tidak Patuh N % N %
N
%
13 38
18,1 48,7
59 40
81,9 51,3
72 78
100 100
0,000
14 37
16,7 56,1
70 29
83,3 43,9
84 66
100 100
0,000
Jumlah
p Value
Hasil analisis hubungan antara kepatuhan penggunaan APD dengan pengetahuan pekerja tentang APD diperoleh data bahwa sebagian besar responden yang tidak patuh menggunakan APD dengan pengetahuannya kurang sebanyak 59 orang (81,9%), dengan p
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
37
value (0,000). Berdasarkan hasil uji Chi-square maka dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna (p=0,000<0,05) antara pengetahuan dengan perilaku kepatuhan menggunakan APD. Pengetahuan tentang APD yang kurang pada pekerja sehingga menyebabkan ketidakpatuhan dalam penggunaan APD disebabkan karena pekerja banyak yang tidak mengikuti ataupun menyimak penyuluhan-penyuluhan yang diberikan oleh petugas P2K3 yang ada di perusahaan. Penelitian ini serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Elfrida (2006) yang menunjukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna (p = 0,003 < 0,05) antara pengetahuan dengan perilaku kepatuhan penggunaan APD pada saat bekerja. Dan menurut Bennet (1991:71) bahwa potensi manusia semakin lama seorang bekerja maka semakin banyak pengalamannya dan semakin tinggi pengetahuan dan keterampilannya. Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. Dari penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif akan bersifat langgeng, sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003). Sehingga diperlukan kesadaran pekerja sendiri untuk dapat menciptakan perilaku kerja yang sehat dan selamat. Terdapat 6 tingkatan pengetahuan, yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Pengetahuan yang dimiliki responden dapat termasuk dalam salah satu tingkat pengetahuan tersebut sesuai tingkat pertanyaan pada variabel pengetahuan tentang penggunaan APD. Dalam penelitian ini kaitan pengetahuan dengan perilaku responden sudah tepat bahwa pekerja yang mempunyai pengetahuan kurang tentang penggunaan APD dapat berpengaruh terhadap kepatuhan penggunaan APD (Notoatmodjo, 2003). Sahab (1997) menerangkan bahwa faktor manusia sangat menentukan dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja. Menyesuaikan pekerjaan, alat dan lingkungan dengan manusia berarti memperhatikan batas-batas kemampuan manusia, dilihat dari segi fisik, fisiologik dan psikologik. Pada dasarnya karyawan pada bagian Press Shop telah diberikan informasi tentang APD oleh pihak perusahaan, namun terkadang kecelakaan bukan hanya disebabkan oleh mesin tapi disebabkan oleh manusia itu sendiri (unsafe act). Menurut Bennet (1991) perbuatan berbahaya biasanya disebabkan oleh kekurangan pengetahuan dan keterampilan dalam bekerja khususnya pekerja dalam menggunakan APD. Hasil analisis hubungan antara perilaku kepatuhan penggunaan APD dengan sikap pekerja terhadap penggunaan APD diperoleh data bahwa responden yang tidak patuh menggunakan APD dengan sikap tidak mendukung terdapat 70 orang (83,3%), dengan p
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
38
value (0,000). Berdasarkan hasil uji Chi-square maka dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna (p=0,000<0,05) antara sikap dengan perilaku kepatuhan menggunakan APD. Sikap baik terhadap suatu nilai tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata, sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi tertentu, pengalaman orang lain dan pengalaman dirinya, serta nilai-nilai yang berlaku di masyarakat (Notoatmodjo,2003). Ismani, 2001 menerangkan bahwa dalam bersikap dapat diajarkan melalui beberapa cara diantaranya : Memberi contoh, teladan, atau model peran; membujuk atau meyakinkan seseorang dengan mempunyai dasar kognitif, hal ini terlepas dari aspek emosional dari perilaku seseorang ; menetapkan melalui peraturan-peraturan dan lain-lain. Dengan mengetahui sikap seseorang tidaklah berarti kita dapat memprediksikan perilakunya dengan akurasi yang tinggi. Namun demikian, sikap tetap mendasari bentuk-bentuk perilaku yang secara konsisten diperlihatkan seseorang terhadap objek-objek sosial dalam jangka waktu tertentu (Azwar, 2005). Sikap seseorang akan timbul karena dipengaruhi oleh bantuan fisik dan bantuan mental. Bantuan mental seperti perinth harus berangsur-angsur dikurangi dan ditukar dengan pengarahan berarti atau dukungan. Sedangkan bantuan fisik dalam kerja harus bersifat terus menerus. Pekerja yang bekerja di daerah yang high risk memerlukan Alat Pelindung Diri untuk mengurangi terpaparnya suatu penyakit atau mencegah kecelakaan kerja yang mungkin terjadi di tempat kerja, hal ini akan terus dilakukan karena merupakan suatu kebutuhan. Demikian juga lingkungan kerja harus tetap sesuai dengan dengan batas-batas kemampuan fisik dan mental pekerja (Bennet, 1991:72). Sikap mendukung dalam penggunaan APD seharusnya dapat diterapkan di setiap perusahaan namun bagaimana cara penyampaiannya dan penerimaannya tergantung faktor yanng mendukung dari terbentuknya sikap tersebut. Dari hasil penelitian menunjukkan kurangnya sikap yang mendukung dari perilaku pekerja dalam penggunaan APD, hal ini bisa saja terjadi karena pekerja kurang peka terhadap lingkungan kerjanya b. Faktor Eksternal Faktor eksternal yang berhubungan dengan penggunaan APD meliputi : penyuluhan, pengawasan dan kelengkapan APD seperti terlihat pada tabel 5 sebagai berikut :
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
39
Tabel 5 Hubungan Faktor Eksternal Dengan Penggunaan APD Pada Karyawan Bagian Press Shop PT. Almasindo II Kabupaten Bandung Barat
No 1
2
3
Faktor Internal Penyuluhan 1. Tidak pernah 2. Pernah Pengawasan 1. Tidak ada 2. Ada Kelengkapan APD 1. Tidak Lengkap 2. Lengkap
Kepatuhan Menggunakan APD Patuh Tidak Patuh N % N %
Jumlah N
%
p Value
32 19
28,8 48,7
79 20
71,2 51,3
111 39
100 100
0,039
32 19
38,6 28,4
51 48
61,4 71,6
83 67
100 100
0,255
27 24
33,3 34,8
54 45
66,7 65,2
81 69
100 100
0,989
Berdasarkan tabel 5 diatas, dapat dilihat bahwa pada variabel penyuluhan dihubungkan dengan perilaku kepatuhan penggunaan APD diperoleh data bahwa responden yang tidak patuh menggunakan APD dan tidak pernah mendapatkan penyuluhan yaitu sebanyak 79 orang (71,2%) mempunyai dengan p value (0,039). Berdasarkan hasil uji Chisquare maka dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna (p=0,039<0,05) antara penyuluhan dengan perilaku kepatuhan menggunakan APD. Menurut Green (1980, dalam Notoatmodjo,2002) penyuluhan tentang APD merupakan salah satu faktor yang mendorong terbentuknya perilaku dan faktor penguat (reinforcing factors), oleh karena itu penyuluhan tentang APD sangat penting peranannya untuk meningkatkan penggunaan APD saat bekerja. Media yang digunakan dalam penyuluhan dapat berupa leaflet, poster, atau bisa dilakukan dengan suatu pelatihan khusus untuk karyawan di bagian produksi yang memang sangat membutuhkan pengetahuan tersebut (Notoatmodjo, 2003). Dengan diberikannya penyuluhan pekerja akan lebih memahami dan dapat berperilaku sehat, baik di dalam tempat kerja maupun di luar tempat kerja. Kepuasan kerja meningkat ketika mereka meyadari bahwa perusahaan peduli dengan kesehatan dan keselamatan mereka. Selain penyuluhan dapat pula dilakukan pelatihan mengenai penggunaan APD yang baik dan benar pada saat bekerja, karena dengan pelatihan adalah salah satu metode terbaik yang dapat digunakan untuk mempengaruhi perilaku pekerja terutama dalam hal penggunaan APD ketika bekerja. Pada variabel pengawasan dapat diketahui bahwa pekerja yang menjawab tidak ada pengawasan yang dilakukan oleh tim pengawas terhadap penggunaan APD lebih besar 55,3% dibandingkan pekerja yang menjawab ada pengawasan yang dilakukan oleh tim pengawas
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
40
44,7%. Dari hasil uji Chi-square menunjukkan pula bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna (p=0,255>0,05) antara pengawasan dengan perilaku kepatuhan penggunaan APD. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa perilaku tidak patuh menggunakan APD tertinggi didapatkan pada pekerja yang menyatakan ada pengawasan yang dilakukan tim pengawas terhadap penggunaan APD (71,6%) dibandingkan dengan pekerja yang menyatakan tidak ada pengawasan terhadap penggunaan APD (61,4%). Hasil penelitian ini sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggraeny (2007) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna (p = 0,343 > 0,05) antara pengawasan dengan perilaku kepatuhan penggunaan APD. Walaupun menurut data yang diperoleh secara informal dari bagian P2K3 di PT. Almasindo II bahwa pengawasan sudah dilakukan setiap hari oleh tim pengawas, namun hasil penelitian menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna. Hal ini dikarenakan oleh sikap pekerja yang menganggap tim pengawas sebagai rekan kerja (teman) sehingga kurang disegani. Pengawasan itu tidaklah perlu berupa kehadiran fisik tugas melainkan cukup rasa takut terhadap sanksi yang berlaku, kegiatan tersebut artinya bahwa tindakannya dilakukan selama masih ada pengawasan petugas, tetapi begitu pengawasan kurang maksimal maka perilaku itupun ditinggalkan (Kelman, 1958 dalam Elfrida 2006). Menurut Handayaningrat, 1994 pengawasan bertujuan agar hasil pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif), sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Begitu pula yang diharapkan dalam hal kepatuhan penggunaan APD, walaupun pengawasan telah dilakukan namun tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perilaku pekerja. Dengan demikian keberadaan pengawasan di perusahaan tidak memepengaruhi pekerja dalam hal penggunaan APD. Hasil analisis hubungan antara kepatuhan penggunaan APD dengan kelengkapan APD diperoleh data bahwa responden yang tidak patuh dalam menggunakan APD dengan responden yang mengatakan APD tidak lengkap sebanyak 54 orang (66,7%) dengan p value (0,989). Berdasarkan hasil uji Chi-square maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna (p = 0,989 > 0,05) antara kelengkapan APD dengan perilaku kepatuhan menggunakan APD pada saat bekerja. Tidak adanya hubungan kelengkapan APD yang disediakan di tempat kerja yaitu sarung tangan, kacamata pelindung, masker, earplug, sepatu keselamatan (safety shoes) dan yang lainnya. Dari penelitian ini jawaban responden yang terbanyak menjawab kelengkapan APD tidak
lengkap, mempunyai arti bahwa tidak semua responden menggunakan fasilitas
APD secara lengkap, mungkin terdapat responden yang memakai hanya dua APD dari APD yang telah disediakan oleh perusahaan.
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
41
Menurut ILO (2000 dalam Elfrida 2006) menggunakan APD tidak hanya baik tetapi juga harus nyaman digunakan tidak mengganggu aktivitas serta modal pemeliharaannya tidak terlalu ketat dan longgar karena tidak akan melindungi pekerja secara efektif dan menyebabkan ketidaknyamanan sehingga pengguna tidak berminat menggunakan APD secara teratur. APD akan terus digunakan jika APD tersebut sesuai dengan keinginan penggunanya. APD umumnya tersedia dalam ukuran yang bervariasi. Jika upaya pengendalian secara teknis (Engineering Control) dan upaya pengendalian secara administratif, tidak dapat melindungi atau memberikan pengendalian yang cukup, maka harus disediakan
Alat Pelindung Diri yang sesuai secara
memadai untuk mengendalikan pemajanan (Budiono, 2003). Ketersediaan APD di tempat kerja harus menjadi perhatian pihak perusahaan dan manajemen. Pada dasarnya perusahaan telah menyediakan APD untuk pekerja namun APD yang disediakan tidak dipergunakan oleh pekerja secara maksimal, misalnya saja di bagian Press Shop pekerja hanya menggunakan sarung tangan untuk melindungi diri dari kecelakaan. Padahal jika dilihat dari lingkungan kerjanya yang bising dan panas , seharusnya pekerja dapat menggunakan APD lainnya, jadi tidak hanya sarung tangan dan masker saja yang digunakan pekerja pada saat bekerja. D. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Dari hasil penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku kepatuhan penggunaan alat pelindung diri pada karyawan bagian Press Shop di PT. Almasindo II Kabupaten Bandung Barat dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : a.
Secara umum kepatuhan penggunaan APD pada karyawan bagian Press Shop PT. Almasindo II masih kurang, dari 150 responden didapatkan 99 pekerja (66%) tidak patuh dalam hal penggunaan APD. Gambaran faktor internal yaitu pengetahuan sebanyak 52% pekerja memiliki pengetahuan yang baik, dan sikap sebanyak 56% pekerja tidak mendukung terhadap perilaku kepatuhan penggunaan APD. Sedangkan gambaran faktor eksternal yaitu sebanyak 74% pekerja tidak pernah mendapatkan penyuluhan tentang penggunaan APD, sebanyak 55,3% pekerja tidak mendapatkan pengawasan mengenai penggunaan APD dan sebanyak 54% pekerja mengatakan bahwa sarana APD di tempat kerja tidak lengkap
b.
Hubungan faktor internal (pengetahuan dan sikap) dengan perilaku kepatuhan penggunaan APD menunjukkan bahwa :
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
42
1) Terdapat hubungan yang bermakna (p= 0,000 < 0,05) antara pengetahuan dengan perilaku kepatuhan penggunaan APD pada karyawan bagian Press Shop di PT. Almasindo II Kabupaten Bandung Barat. 2) Terdapat hubungan yang bermakna (p=0,000 < 0,05) antara sikap dengan perilaku penggunaan APD pada karyawan bagian Press Shop di PT. Almasindo II Kabupaten Bandung Barat. c. Hubungan antara faktor eksternal (penyuluhan, pengawasan, dan kelengkapan APD) dengan perilaku kepatuhan penggunaan APD menunjukkan bahwa : 1) Terdapat hubungan yang bermakna (p= 0,039 < 0,05) antara penyuluhan dengan perilaku kepatuhan penggunaan APD pada karyawan bagian Press Shop di PT. Almasindo II Kabupaten Bandung Barat. 2) Tidak terdapat hubungan yang bermakna (p= 0,255 > 0,05) antara pengawasan dengan perilaku kepatuhan penggunaan APD pada karyawan bagian Press Shop di PT. Almasindo II Kabupaten Bandung Barat. 3) Tidak terdapat hubungan yang bermakna (p= 0,989 > 0,05) antara kelengkapan APD dengan perilaku kepatuhan penggunaan APD pada karyawan bagian Press Shop di PT. Almasindo II Kabupaten Bandung Barat. 2. Saran a. Bagi pekerja perlunya perhatian yang tinggi dari setiap pekerja untuk saling mengingatkan rekan kerja yang tidak menggunakan APD pada saat bekerja, dan dengan peran serta pekerja untuk mau menggunakan APD. b. Bagi Perusahaan 1) Karena masih adanya pekerja yang tidak mengikuti penyuluhan tentang APD maka sebaiknya
pihak
perusahaan
meningkatkan
frekuensi
penyuluhan
serta
dapat
mempertahankan dan atau lebih meningkatkan pemberian safety talk sebelum bekerja agar pekerja dapat melakukan pekerjaan dengan tidak melupakan prosedur keselamatan kerja khususnya tentang penggunaan APD. Kemudian diberikan pelatihan pada saat hari pertama bekerja dan harus terus diberikan secara periodik setiap 1 tahun sekali, pelatihan adalah salah satu metode terbaik yang dapat digunakan untuk mempengaruhi perilaku manusia. 2) Memberikan penghargaan (reward) pada pekerja yang secara rutin selalu menggunakan APD saat bekerja dan pemberian sanksi atau hukuman (punishment) pada pekerja yang tidak menggunakan APD pada saat bekerja lebih diperhatikan. 3) Lebih di maksimalkan pengawasan terhadap penggunaan APD, mengingat bagian P2K3 sudah terbentuk di perusahaan, maka seyogyanya dapat lebih di tingkatkan upaya pengawasannya.
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
43
DAFTAR PUSTAKA Anggraeny, P. 2007, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Penggunaan APD Pada Pekerja Di Unit Stamping PT. IPPI, Skripsi, FKM-UI ; Jakarta Azwar, S., 2006, Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta, Pustaka Pelajar Offset. Budiono, 2003, Hiperkes dan Kesehatan Kerja, Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Bidang Ketenagakerjaan Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat, 2008, Data Kecelakaan Kerja Tahun 2008. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bandung Barat. Elfrida, N. 2006, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan APD pada Pekerja di Bagian Produksi Packing PT. KCI (Kangan Consolidated Industries), Jakarta, Skripsi, FKM-UI; Jakarta Format Referensi Elektronik direkomendasikan oleh Pengawasan Kesehatan Kerja, 2008, http:www. Utamakan Selamat. Files. Co.id., diperoleh tanggal 28 Mei 2008. __________________, Yusmardiansyah, 2005, Faktor-Faktor Yang berhubungan Dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Pekerja Bagian Produksi Unit Chlor Alkali, PT. Indah Kiat Pilp & Paper Perawang Tbk . Tahun 2005, Tersedia di http.www. adlin.lib.unair.ac.id, diperoleh tanggal 15 Februari 2008. Hastono, S.P., 2007, Analisis Data Kesehatan, Jakarta, FKUI. Notoatmojo, 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta, Rieneka Cipta Suardi, 2005, Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Jakarta; PPM Suma’mur, 1996, Hiegene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta; PT. Toko Gunung Agung Sugiyono, 2007, Statistika Untuk Penelitian, Bandung, Alfabeta.
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
44