1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Pengaruh Senam Otak terhadap Peningkatan Kualitas Hidup Wanita Lanjut Usia Lisna Anisa Fitriana Hubungan Pengetahuan Sains Remaja di Bandung Terhadap Perilaku Sehatnya Afianti Sulastri Hubungan Masa Kerja, Motivasi, dan Kepemimpinan dengan Kinerja Pegawai di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Yankes Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung Tahun 2014 Diah Nur Indah Sari, Ruhyandi, Susilowati Hubungan Dukungan Keluarga dengan Depresi pada Lansia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Bandung Septian Andriani Hubungan Status Gizi dengan Kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas Melong Asih Kota Cimahi Budi Somantri Perbedaan Faktor Perilaku pada Keluarga Balita Pneumonia dan Tidak Pneumonia di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Munjul Kabupaten Majalengka Tahun 2015 Sri Sumartini Motivasi Kader Komunitas dalam Program Penanggulangan Tuberkulosis ‘Aisyiyah Kabupaten Bandung Hendra Gunawan, Yayat Hidayat Efektifitas Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan Skala Nyeri pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto Atun Raudotul Ma’rifah, Rahmaya Nova Handayani, Pramesti Dewi Perbandingan Efek Kompres Hangat dengan Kompres Dingin Terhadap Intensitas Nyeri Saat Insersi Jarum Pada Pasien Gagal Ginjal Yang Menjalani Hemodialisis Rutin di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung Santy Sanusi Faktor-Faktor yang Mendukung Perilaku Merokok Mahasiswi Fanny Adistie, Tuti Pahria, Ayu Prawesti, Triana Dewi Safariah
Volume 2 | Nomor 1 | Juni 2015
DEWAN REDAKSI
JURNAL KEPERAWATAN ‘AISYIYAH (JKA) Volume 2 | Nomor 1 | Juni 2015 Pelindung: Ketua STIKes ‘Aisyiyah Bandung
Penanggung Jawab: Reyni Purnama Raya, SKM., M.Epid. Ketua: Sajodin, S.Kep., M.Kes., AIFO.
Sekretaris/Setting/Layout: Aef Herosandiana, S.T., M.Kom. Bendahara: Riza Garini, A.Md.
Penyunting/Editor : Perla Yualita, S.Pd., M.Pd. Triana Dewi S, S.Kp., M.Kep
Pemasaran dan Sirkulasi : Nandang JN., S.Kp., M.Kep.,Ns., Sp.Kep., Kom.
Mitra Bestari : Dewi Irawati, MA., Ph.D. Suryani, S.Kp., MHSc., Ph.D. DR. Kusnanto, S.Kp., M.Kes. Iyus Yusep, S.Kp., M.Si., MN. Irna Nursanti, M.Kep., Sp. Mat. Erna Rochmawati, SKp., MNSc., M.Med.Ed. PhD. Mohammad Afandi, S.Kep., Ns., MAN.
Alamat Redaksi: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Jl. KH. Ahmad Dahlan Dalam No. 6, Bandung Telp. (022) 7305269, 7312423 - Fax. (022) 7305269 E-mail:
[email protected]
DAFTAR ISI
1. Pengaruh Senam Otak terhadap Peningkatan Kualitas Hidup Wanita Lanjut Usia Lisna Anisa Fitriana ……….......................……………………………………………....…………..………. 1-7 2. Hubungan Pengetahuan Sains Remaja di Bandung Terhadap Perilaku Sehatnya Afianti Sulastri ...……………………………………………………....…………………............................…. 9 - 15 3. Hubungan Masa Kerja, Motivasi, dan Kepemimpinan dengan Kinerja Pegawai di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Yankes Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung Tahun 2014 Diah Nur Indah Sari, Ruhyandi, Susilowati …………………………………………………….… 17 - 26 4. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Depresi pada Lansia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Bandung Septian Andriani ……………….......……………………………………....………………………............…. 27 - 36 5. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas Melong Asih Kota Cimahi Budi Somantri ……….....…...…………………………………………....................…………....…….....…… 37 - 43 6. Perbedaan Faktor Perilaku pada Keluarga Balita Pneumonia dan Tidak Pneumonia di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Munjul Kabupaten Majalengka Tahun 2015 Sri Sumartini ………….............................……………………………………………………....……………… 45 - 51 7. Motivasi Kader Komunitas dalam Program Penanggulangan Tuberkulosis ‘Aisyiyah Kabupaten Bandung Hendra Gunawan, Yayat Hidayat ………….....………………………………………....……………… 53 - 61 8. Efektifitas Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan Skala Nyeri pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto Atun Raudotul Ma’rifah, Rahmaya Nova Handayani, Pramesti Dewi ...……………… 63 - 67 9. Perbandingan Efek Kompres Hangat dengan Kompres Dingin Terhadap Intensitas Nyeri Saat Insersi Jarum Pada Pasien Gagal Ginjal Yang Menjalani Hemodialisis Rutin di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung Santy Sanusi …………...……............................………………………………………………....……………… 69 - 79 10. Faktor-Faktor yang Mendukung Perilaku Merokok Mahasiswi Fanny Adistie, Tuti Pahria, Ayu Prawesti, Triana Dewi Safariah ………....….............… 81 - 93
JKA.2015;2(1): 69-79
ARTIKEL PENELITIAN
PERBANDINGAN EFEK KOMPRES HANGAT DENGAN KOMPRES DINGIN TERHADAP INTENSITAS NYERI SAAT INSERSI JARUM PADA PASIEN GAGAL GINJAL YANG MENJALANI HEMODIALISIS RUTIN DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH BANDUNG
ABSTRAK
Santy Sanusi
Pasien dengan gagal ginjal yang menjalani hemodialisis seumur hidup akan mengalami sekitar 200-300 kali tusukan jarum setiap tahunnya sehingga pasien mengalami nyeri berulang saat insersi. Meskipun nyeri yang dirasakan pada tingkat ringan – sedang, namun tidak sedikit pasien yang mengalami kecemasan dan ketakutan setiap akan menghadapi prosedur hemodialisis sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidupnya. Diperlukan upaya perawat untuk mengatasi nyeri saat insersi menggunakan cara non farmakologis yang efektif dan efisien untuk membantu mengurangi nyeri saat insersi. Kompres hangat dan kompres dingin merupakan cara yang sering dilakukan untuk mengatasi mengurangi nyeri dalam lingkup intervensi keperawatan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbandingan efek kompres hangat dan kompres dingin dalam menurunkan intensitas nyeri saat insersi hemodialisis. Disain penelitian adalah quasy experimental pre and post a time series dengan jumlah sampel 23 orang dibatasi kriteria inklusi. Intensitas nyeri diukur menggunakan numeric rating scale (0-10). Kompres hangat (34°C-41°C) selama 15 menit dan kompres dingin (10°C-32°C) selama 10 menit menggunakan hot/ice gel pack ukuran 8 x 10 cm. Analisis data menggunakan wilcoxon test dan friedman test untuk mengetahui perbedaan intensitas nyeri setelah dilakukan kompres hangat dan kompres dingin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat bermakna (P < 0,001) dalam menurunkan intensitas nyeri pada kedua intervensi. Rata-rata intensitas nyeri pada pra intervensi 3,4783 kemudian turun setelah dilakukan kompres hangat 2,8261 dan setelah kompres dingin 2,000. Kompres dingin menimbulkan efek lebih tinggi dalam menurunkan intensitas nyeri dibanding kompres hangat. Oleh karena itu, kedua intervensi yaitu kompres dingin dan kompres hangat dapat menjadi alternatif bagi perawat di ruang hemodialisis untuk menurunkan intensitas nyeri saat insersi jarum secara non farmakologis. Kata kunci: Kompres Hangat, Kompres Dingin, Nyeri Saat Insersi Hemodialisis Abstract
Patients with renal failure undergoing haemodialysis (HD) are repeatedly exposed to stress and pain from approximately 200-300 punctures per year to their arteriovenous fistula (AVF), so that may affected their quality of life. Nurse efforts needed to instance the pain during insertion using an effective and efficient non-pharmacological management to reduce pain during insertion. The purpose of this study was to compare the effects of warm compresses and cold compresses in reducing the intensity of pain during insertion of hemodialysis needles. The study design was quasi-experimental pre and post a time series use a sample 23 people, limited to the inclusion criteria. Warm compresses (34°C - 41°C) for 15 minutes and cold compresses (10°C - 32°C) for 10 minutes using a hot/ice gel pack size of 8 x 10 cm. Data analysis using the Wilcoxon test and Friedman test to determine differences in pain intensity after a warm compress and cold compress. The results showed that both interventions have a very significant differences (P <0.001) in reducing pain intensity. Average of pain intensity at pre-intervention was 3.4783 later dropped after a warm compress to 2.8261 while after a cold compress to 2.000. Cold compress effect was more high than warm compress. Base on description above seems that both interventions can be used as alternative in reducing pain intensity during insertion by non-pharmacological. Key word: Warm Compress, Cold Compress, Pain, Hemodialysis Insertion STIKes Aisyiyah Bandung 69
70
Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
PENDAHULUAN Pasien penderita gagal ginjal yang telah mengalami fase end stage renal disease (ESRD) dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara progresif dan ireversibel memerlukan terapi pengganti ginjal yaitu hemodialisis atau dapat dilakukan transplantasi ginjal. Hemodialisis merupakan terapi pengganti ginjal pada pasien gagal ginjal untuk membantu membuang zat metabolit dan kelebihan cairan tubuh menggunakan mesin. Prosedur tindakan ini harus dijalani pasien gagal ginjal selama seumur hidupnya, kecuali pasien beralih menggunakan transplantasi ginjal (Alspach, 2006). Alspach (2006) menjelaskan bahwa interval waktu hemodialisis tergantung pada tingkat kerusakan nepron yang sudah tidak berfungsi. Pasien gagal ginjal umumnya menjalani proses hemodialisis 2 – 3 kali dalam seminggu, sementara bila pasien jatuh pada kondisi sindrom uremik biasanya menjalani proses hemodialisis 3 – 5 kali dalam seminggu dan berlangsung selama seumur hidup pasien. Sukandar (2013) menyatakan bahwa program hemodialisis regular 3 – 4 kali per minggu (12 – 15 jam per minggu). Pasien yang memerlukan hemodialisis rutin dua kali dalam satu minggu akan mengalami luka tusukan sekitar hampir 200 kali tusukan jarum dalam satu tahun. Manurut Celik et al (2011), pasien dengan hemodialisis akan menghadapi stress dan nyeri luka tusuk sekitar 300 kali tusukan dalam satu tahun. Nyeri yang dirasakan oleh pasien hemodialisis pada umumnya yaitu; pada saat penusukan jarum, pada saat kalibrasi atau karena bevel jarum fistula yang panjang (Bay et al, 1998 ; Figuiredo et al, 2008) namun nyeri pada saat insersi merupakan rangking tertinggi yang dikeluhkan oleh pasien hemodialisis terutama pada pasien yang menggunakan cara rope-ladder (Figuiredo et al, 2008).
Bourbonnais & Tousignant (2012) dalam penelitian kualitatif menjelaskan bahwa dari 25 pasien yang diwawancara, sebanyak tiga orang pasien (12%) mengeluhkan nyeri pada saat insersi dan pencabutan jarum dengan tingkat nyeri ringan-sedang, sementara sebagian besar yang lainnya tidak mengomentari nyeri karena sebelum insersi menggunakan EMLA. Sebanyak 15% pasien mengeluh nyeri pada prosedur JKA | Volume 2 | Nomor 1 | Juni 2015
hemodialisis termasuk nyeri insersi (Castro et al, 2013).
Dampak psikologis karena persepsi nyeri saat insersi jarum yang berulang seringkali menurunkan kualitas hidup penderita (Figueiredo et al, 2008) disebabkan oleh karena nyeri dapat mengakibatkan gangguan emosi, depresi, kecemasan serta perubahan suasana hati (gangguan mood) (Lichodziejewska-Niemierko et al. 2002, Watnick et al. 2003, Jadoulle et al. 2005). Barakovi & Moss ; Harris et al (2011) melaporkan bahwa terdapat korelasi antara persepsi nyeri pada pasien hemodialisis dengan kecemasan, depresi, gangguan tidur serta kualitas hidup dan angka kematian, sehingga memerlukan penanganan untuk mengurangi nyeri. Upaya mengatasi rasa nyeri karena insersi jarum hemodialisis berulang perlu dilakukan agar pasien dapat menerima prosedur dengan baik dan menjaga kualitas hidup mereka (Celik et al, 2011). Cara farmakologis mengatasi nyeri karena insersi jarum hemodialisis sudah dilakukan menggunakan ethyl chloride vapocoolant spray, topical eutectic mixture of local anesthetics (EMLA) cream dan terbukti menurunkan tingkat nyeri secara signifikan dibandingkan dengan intervensi lainnya (p<0.05) (Celik et al, 2011). Cara non farmakologis juga pernah dilakukan untuk mengatasi nyeri saat insersi menggunakan cryoterapi dan terbukti secara signifikan lebih efektif mengurangi persepsi nyeri pada saat insersi dibanding tanpa cryoterapi (Sabitha et al, 2008). Selain itu, Kanho (1994) juga membuktikan bahwa stimulasi kutaneus efektif menurunkan persepsi nyeri pada saat insersi jarum hemodialisis. Sementara itu, Svensson et al (2006) menyatakan bahwa kompres hangat tidak secara signifikan menurunkan persepsi nyeri saat insersi jarum vena perifer dibanding dengan tanpa kompres hangat. Namun demikian, perubahan integritas sehingga kulit karena tusukan berulang menyebabkan kulit menjadi mengeras, kering dan kaku sehingga pada saat penusukan ujung jarum memerlukan upaya lebih kuat dari perawat dibandingkan jaringan kulit yang masih lunak. Perubahan metabolik juga menyebabkan perubahan dinding vaskuler akibat proses peradangan aktif pada tingkat rendah sehingga nitric okside tidak berfungsi untuk melakukan vasodilatasi dan relaksasi dinding pembuluh
Perbandingan Efek Kompres Hangat dengan Kompres Dingin Terhadap Intensitas Nyeri Saat Insersi Jarum Pada Pasien Gagal Ginjal Yang Menjalani Hemodialisis Rutin Di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung
darah (Linden, 2008).
Petrofsky et al. (2009) membuktikan bahwa kompres hangat pada suhu 31°-41°C dapat meningkatkan viabilitas nitric okside sehingga meningkatkan kemampuan dinding pembuluh darah melakukan vasodilatasi dan relaksasi untuk meningkatkan kelembaban jaringan kulit sekitar sehingga mengurangi kekakuan pada lapisan dermis dan epidermis . Dengan demikian, proses insersi jarum dapat lebih mudah dan mengurangi tekanan pada reseptor nyeri sehingga mampu mengurangi intensitas nyeri.
Hasil studi pendahuluan di Ruang Hemodialisis Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung pada tanggal 15 – 17 April 2013, dari 35 pasien yang rutin menjalani hemodialisis, ditemukan seorang pasien tampak histeris ketakutan pada saat sebelum dilakukan penusukan jarum meskipun pada akhirnya dilakukan penusukan namun perlu upaya perawat untuk menenangkan terlebih dahulu. Menurut perawat yang bertugas, pasien tersebut sudah menjalani hemodialisis selama lima bulan dan terjadwal rutin seminggu dua kali, namun selalu bereaksi histeris setiap akan ditusuk jarum. Alasan pasien tersebut saat ditanya mengapa sampai histeris adalah selalu membayangkan nyeri oleh karena tusukan jarum. Selain itu, satu orang pasien yang mengungkapkan rasa nyeri bahkan tidak hanya pada saat penusukan jarum, namun nyeri juga dirasakan pada saat jarum terpasang selama hemodialisis berlangsung. Peneliti juga menemukan satu orang pasien tampak meringis dan tampak kaget pada saat perawat menusukan jarum pada kulit yang mengeras. Perawat mendorong jarum agak kuat karena permukaan kulit pasien tersebut mengalami penebalan, kering dan tampak kaku sehingga ujung jarum tidak mudah menembus permukaan kulitnya. Menurut perawat, pada umumnya pasien yang sudah lama menjalani hemodialisis dan mengalami luka penetrasi berulang, selalu mengalami pengerasan dan penebalan pada area pasca tusukan jarum.
Penanganan nyeri saat insersi jarum hemodialisis di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung selama ini menggunakan tehnik instruksi relaksasi atau distraksi yaitu mengajak pasien berbicara atau pasien dianjurkan mengalihkan wajah dan perhatian dengan cara berbicara dengan pasien lain disampingnya pada
71
saat insersi kecuali pada pasien yang mengalami histeris atau pasien yang cukup mampu dari segi ekonomi menggunakan EMLA. Meskipun beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa EMLA dapat mengurangi nyeri saat insersi jarum hemodialisis secara signifikan (Celik et al, 2011), namun tidak semua pasien menggunakannya karena pertimbangan tidak tersedia dalam paket jaminan asuransi kesehatan sehingga pasien harus mengeluarkan biaya sendiri apabila menginginkan.
Menghindari pembebanan biaya tambahan prosedur tindakan perlu dilakukan upaya untuk mencegah ketidakpatuhan pasien yang menjalani hemodialisis rutin selama seumur hidupnya karena dapat mengakibatkan dampak komplikasi terhadap berbagai sistem organ seperti edema paru, hiperkalemi, hiperuremi bahkan mengancam kematian karena asidosis metabolisme, gagal napas atau henti jantung secara tiba-tiba. Oleh karena itu, pada penelitian ini, dilakukan upaya alternatif cara menurunkan nyeri secara non farmakologis menggunakan metode yang mudah dan murah agar dapat terjangkau oleh seluruh pasien di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung yaitu menggunakan kompres hangat dan kompres dingin. Melihat fenomena yang terjadi pada pasien tersebut, peneliti akan membandingkan efek kompres hangat dengan kompres dingin terhadap intensitas nyeri saat insersi jarum pada pasien ESRD yang menjalani hemodialisis rutin di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung. METODOLOGI Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan rancangan quasy experiment pre and post, time series design dimana eksperimen ini menggunakan satu kelompok responden dengan perlakuan lebih dari satu dan pengukuran dilakukan pada pre dan post pada setiap intervensi (Batterham & Hopkins, 2005). Penelitian membandingkan efek antara dua intervensi yaitu kompres hangat dan kompres dingin dalam menurunkan intensitas nyeri saat insersi jarum hemodialisis pada responden yang sama dengan pengukuran sebanyak tiga kali yaitu; 1) pengukuran intensitas nyeri saat insersi tanpa perlakuan sebelumnya yang dilakukan pada JKA | Volume 2 | Nomor 1 | Juni 2015
72
Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
pertemuan pertama, 2) pengukuran intensitas nyeri saat insersi dengan perlakuan kompres hangat 34°C - 41ºC selama 15 menit sebelum insersi yang dilakukan pada pertemuan kedua, 3) pengukuran intensitas nyeri saat insersi dengan perlakuan kompres dingin 10ºC - 32°C selama 10 menit sebelum insersi yang dilakukan pada pertemuan ketiga.
Alat yang digunakan untuk melakukan kompres hangat dan kompres dingin yaitu menggunakan kemasan jeli (hot/ice gel pack) berukuran 8 x 10 cm dan alat pengukuran intensitas nyeri yaitu menggunakan numeric rating scale (NRS) merupakan lembar instrument pengukuran berupa gambar garis lurus sepanjang 10 sentimeter diberi 11 titik, pada setiap titik diberi angka 0 pada sisi paling kiri hingga angka 10 pada sisi paling kanan. Memudahkan interpretasi angka pada NRS, dimodifikasi menggunakan Visual Rating Scale (VRS) sehingga angka 0 dipersepsikan tidak nyeri sama sekali, angka 1 – 3 dipersepsikan nyeri ringan, angka 4 – 6 dipersepsikan nyeri sedang dan angka 7 - 10 dipersepsikan nyeri berat. Hasil pengukuran yaitu berupa data skala ratio. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien rawat jalan yang terdaftar dan terjadwal secara rutin di Ruang Hemodialisis RS. Muhammadiyah Bandung sebanyak 35 pasien. Sementara jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi yaitu 23 responden.
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah; 1) usia pasien 18 – 65 tahun, 2) pasien menjalani hemodialisis rutin seminggu dua kali (jarak interval waktu antara 3 – 4 hari sekali) dan dilakukan secara teratur tanpa jeda, 3) pasien sudah terpasang lintasan arteri vena (arteriovenous shunt) dan akses tersebut sudah bisa digunakan, 4) pasien yang tidak sedang mendapat terapi analgetik menjelang insersi dilakukan. Kriteria eksklusi yaitu : 1) area fistula diidentifikasi mengalami hematom, terdapat tanda dan gejala infeksi seperti bengkak, kemerahan, hangat, nyeri dan keluar eksudat, 2) ukuran diameter aneurisma diatas 1 cm x 1 cm x tinggi 1 cm. Sementara termasuk kriteria drop out apabila: 1) responden mengundurkan diri saat penelitian berlangsung, 2) responden meninggal saat penelitan berlangsung, 3) responden jatuh ke dalam on acute end stage renal disease sehingga memerlukan penanganan intensif di ruang perawatan intensif, 4) responden melakukan jeda JKA | Volume 2 | Nomor 1 | Juni 2015
atau pengunduran jadwal hemodialisis yang telah ditetapkan. HASIL PENELITIAN Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, usia dan lamanya pemasangan AVShunt disajikan dalam tabel berikut ini : Tabel 1.
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Jenis kelamin Laki laki
Perempuan Jumlah
F
%
13
56,5
10
23
43,5
100,0
Penelitian ini melibatkan 23 responden dengan distribusi jenis kelamin laki-laki sebanyak 13 responden (56,5%) dan perempuan sebanyak 10 responden (43,5%). Tabel 2.
Karakteristik responden berdasarkan usia
Kategori Usia
F
%
26 - 35 (dewasa awal)
5
21,7
56 - 65 (lansia akhir)
6
26,1
36 - 45 (dewasa akhir) 46 - 55 (lansia awal) > 65 (manula) Jumlah
4 5 3
23
17,4 21,7 13,0
100,0
Karakteristik responden berdasarkan usia dikelompokan menjadi kategori; dewasa awal sebanyak 5 responden (21,7%), dewasa akhir sebanyak 4 responden (17,4%), lansia awal sebanyak 5 responden (21,7%), lansia akhir sebanyak 6 responden (26,1%) dan manula sebanyak 3 responden (13%). Table 3.
Karakteristik responden berdasarkan lamanya pemasangan AV-Shunt
Lama Pemasangan AV-Shunt
F
%
≤ 3 tahun
13
56,5
> 3 tahun Jumlah
10
23
43,5
100,0
73
Perbandingan Efek Kompres Hangat dengan Kompres Dingin Terhadap Intensitas Nyeri Saat Insersi Jarum Pada Pasien Gagal Ginjal Yang Menjalani Hemodialisis Rutin Di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung
Berdasarkan lamanya pemasangan AVshunt dikelompokan menjadi dua kategori yaitu ≤ 3 tahun sebanyak 13 responden (65,5%) dan > 3 tahun sebanyak 10 responden (43,5%).
Tabel 4.
Perbedaan efek kompres hangat dengan kompres dingin terhadap intensitas nyeri
Jenis Intervensi
Hasil analisis perbandingan efek kompres hangat dengan kompres dingin terhadap intensitas nyeri saat insersi, disajikan seperti terlihat pada gambar grafik sebagai berikut :
Pra Intervensi – Kompres Hangat
< 0,0011
Pra Intervensi – Kompres Hangat Kompres Dingin
<0,0012
Pra Intervensi – Kompres Dingin 1 2
P value
Uji Wilcoxon Signed Ranks
< 0,0011
Uji Friedman
PEMBAHASAN
Gambar grafik 1. Rata-rata intensitas nyeri setelah dilakukan kompres hangat dan kompres dingin.
Pada gambar grafik 1 terlihat bahwa berdasarkan rata-rata intensitas nyeri saat insersi pra intervensi adalah 3,4783 kemudian turun menjadi rata-rata 2,8261 setelah menggunakan kompres hangat dan kemudian semakin turun menjadi rata-rata 2,0000 setelah menggunakan kompres dingin, sehingga berdasarkan rata-rata ini penurunan intensitas nyeri yang terbesar terjadi setelah dilakukan kompres dingin dengan selisih yaitu 3.4783 – 2.000 = 1,4783. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sangat bermakna antara intensitas nyeri sebelum dilakukan intervensi dengan setelah dilakukan kompres hangat dan intensitas nyeri antara sebelum dilakukan intervensi dengan setelah dilakukan kompres dingin. Begitu juga dari hasil uji Friedman, intensitas nyeri antara pra intervensi dengan kompres hangat dengan kompres dingin menunjukan perbedaan sangat bermakna yaitu P-value < 0,001 seperti terlihat pada tabel 4 dibawah ini.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kedua perlakuan yaitu kompres hangat yang dilakukan selama 15 menit dengan suhu antara 34°C - 41°C dan kompres dingin yang dilakukan selama 10 menit dengan suhu antara 10°C - 32°C mampu memberikan efek menurunkan intensitas nyeri saat insersi jarum pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung.
Pada penelitian ini, penurunan intensitas nyeri dapat dipengaruhi oleh jenis kelamin. Menurut hasil penelitian Wise et al (2002) menunjukkan bahwa laki-laki lebih toleran terhadap nyeri dibandingkan dengan wanita. Wiensenfeld-Hallin (2005) menjelaskan dalam article review-nya bahwa beberapa riset melaporkan wanita lebih sering mengeluh nyeri dengan intensitas yang tinggi dibanding lakilaki. Alasan ini masih sering diperdebatkan oleh para ahli, namun beberapa referensi mengatakan bahwa kemungkinan adanya perbedaan sistem hormonal, perbedaan otak dan tulang belakang, genetic, sosiokultur, stress dan agen neuroaktif.
Namun, hasil penelitian ini tidak dipengaruhi oleh faktor usia responden karena distribusi responden kurang dari usia 65 tahun mencapai 87%. Hasil penelitian Li et al (2008) menunjukkan bahwa pada usia lanjut yakni diatas 65 tahun mengalami nyeri lebih ringan dibanding dengan usia yang lebih muda. Helms & Barone (2008) mengungkapkan bahwa pada usia lanjut, reseptor nyeri yang bekerja lebih sering pada reseptor C dibanding reseptor A-delta. JKA | Volume 2 | Nomor 1 | Juni 2015
74
Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
Kemampuan menyampaikan rasa nyeri pada usia lanjut juga mengalami perlambatan disebabkan oleh karena penurunan kemampuan komunikasi, kemampuan kognitif dan kerusakan refleks.
Hasil penelitian juga tidak dipengaruhi oleh tingkat kecemasan seluruh responden pada saat menjelang penusukan jarum, dilihat dari hasil pengukuran tekanan darah dan frekwensi nadi menunjukkan nilai yang stabil selama tiga kali pengukuran yaitu pada saat pra intervensi, kompres hangat dan kompres dingin. Pada saat cemas tingkat tertentu, tubuh akan berespon dengan meningkatkan sekresi hormon adrenokortikotropin akibat dari peningkatan aktivitas dalam sistem limbik khususnya dalam region amigdala dan hipokampus yang selanjutnya menjalarkan sinyal ke bagian posterior medial hipotalamus (Guyton & Hall, 2008). Salah satu hormon yang diproduksi adrenokortikotropin adalah hormon epineprin dan norepineprin yang bekerja merangsang saraf simpatis sehingga dapat meningkatkan tekanan darah dan frekwensi nadi (Guyton & Hall, 2008). Berdasarkan lamanya pemasangan AV shunt, tidak mempengaruhi penurunan intensitas nyeri karena sebagian besar responden (56%) terpasang AV shunt kurang atau sama dengan 3 tahun. Lamanya pemasangan AV shunt biasanya berbanding lurus dengan lamanya responden mendapat pengalaman ditusuk jarum untuk dilakukan hemodialisis. Pada penelitian ini, kompres dingin lebih tinggi dalam hal menurunkan skala nyeri dibandingkan dengan kompres hangat. Hasil uji Wilcoxon pada gambar grafik 1 menunjukan bahwa rata-rata penurunan intensitas nyeri oleh karena efek kompres dingin lebih tinggi dibandingkan dengan efek kompres hangat. Ratarata penurunan hingga mencapai 1,4783.
Kompres dingin menyebabkan vasokonstriksi sehingga menimbulkan efek baal atau mati rasa pada kulit dimana suhu dingin menghentikan metabolisme sel dan menghambat gerbang Kanal natrium pada neurotransmiter ujung saraf bebas sehingga menghambat penjalaran impuls nyeri ke otak (Herrera et al, 2010). Kompres dingin menghambat nyeri pada proses transduksi di permukaan kulit dengan cara menghentikan potensial aksi pada reseptor penerima rangsangan nyeri sehingga tidak menghasilkan impuls listrik. Oleh karena itu, tidak terjadi proses transmisi, modulasi dan persepsi JKA | Volume 2 | Nomor 1 | Juni 2015
pada rangkaian serabut saraf yang khusus bekerja mengolah rangsang nyeri.
Sedikitnya terdapat tiga mekanisme bagaimana kompres hangat dapat menurunkan intensitas nyeri saat insersi pada area fistula hemodialisis, yaitu: 1) efek gate control dari sensasi suhu menghambat sansasi nyeri di otak, 2) timbulnya rasa nyaman menyebabkan sekresi endorphin yang akan menghambat sekresi enkhefalin dan 3) efek hangat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah sehingga melunakan jaringan parut yang menebal akan mengurangi penekanan pada ujung reseptor nyeri di kulit saat insersi. Mekanisme yang pertama yaitu bahwa efek panas lokal pada kulit permukaan akan mengaktifkan kanal kalsium sensitif panas dengan meningkatkan kerja kalsium intraseluler sehingga terjadi potensial aksi untuk meningkatkan rangsangan pada saraf sensoris dan menimbulkan persepsi rasa panas di otak (Charkoudian, 2003).
Kanal yang merupakan famili dari reseptor kanal disebut transient receptor potensial vanilloid (TRPV) yakni reseptor kanal TRPV1 dan TRPV2 yang merupakan kanal sensitif nosiseptor panas, sementara TRPV4 merupakan reseptor kanal yang sensitif terhadap panas normal. Semua itu merupakan faktor-faktor yang berfungsi untuk mengaktifkan kanal. Apabila salah satu saja yang aktif bekerja, maka dapat menghambat aktifitas reseptor purine ionotropik nyeri yang disebut P2X2 dan GProtein-coupled disebut P2Y2 yang menjembatani reseptor nyeri dan melokalisir nyeri pada ujung saraf perifer. Mekanisme yang kedua yaitu kompres hangat antara 35°C - 43°C merupakan stimulus hangat yang dapat ditoleransi oleh kulit menimbulkan perasaan nyaman pada pasien secara subyektif. Hasil interview bahwa 10 responden (43,5%) menyatakan bahwa dengan kompres hangat lebih nyaman dirasakan di kulit. Perasaan nyaman ini akan mengaktifkan hormon endorphin atau dinorfin sehingga dapat meningkatkan sekresi enkhefalin yang menghambat reseptor nyeri di otak. Selain itu endorphin juga dapat menstimulasi efek relaksasi sehingga dapat mengurangi kecemasan pada saat insersi (Guyton and Hall, 2008). Suhu hangat yang menimbulkan rasa nyaman dapat menurunkan kecemasan (Wagner et al, 2006) sehingga penurunan kecemasan dapat menurunkan persepsi nyeri pada pasien (Helms and Baruno,
Perbandingan Efek Kompres Hangat dengan Kompres Dingin Terhadap Intensitas Nyeri Saat Insersi Jarum Pada Pasien Gagal Ginjal Yang Menjalani Hemodialisis Rutin Di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung
2011).
Mekanisme yang ketiga yaitu, kompres hangat memberikan efek melunakan jaringan kulit pada area AV fistula. Pada pasien yang menjalani hemodialisis rutin, terjadi perubahan kulit area AV shunt disebabkan oleh karena penetrasi jarum hemodialisis berulang dengan jarak interval waktu pendek dan jangka waktu yang lama akibatnya terbentuk titik-titik jaringan parut yang berdekatan bahkan menumpuk. Sementara kualitas jaringan parut sebagai pengganti kulit yang cedera atau luka mengalami perbedaan struktur dibandingkan kulit normal sebelumnya. Jaringan parut tersusun dari serat-serat kolagen dan matrix lainnya yang memiliki karakter konsistensinya lebih kaku dan rigid serta tingkat kerapatannya lebih renggang dibanding susunan kulit normal sehingga menyebabkan jaringan kulit lebih kaku dan lebih alot bahkan mudah menjadi kering (Levi et al, 2009). Perubahan jaringan kulit pada pasien hemodialisis rutin juga dipengaruhi oleh faktor xerosis atau kulit kering disebabkan oleh atropi kelenjar keringat, penurunan fungsi barier kulit, karena pembatasan asupan cairan dan tingginya kadar ureum (Narita et al. 2008). Kondisi kulit yang terbentuk jaringan parut dan kering, menimbulkan regangan dan retakan pada permukaan kulit sehingga menyebabkan penebalan lapisan kulit mati pada epidermis (Pandolfe et al, 2009).
Vaskularisasi pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis rutin juga terjadi perubahan disebabkan oleh karena beberapa faktor. Dinding vena dan arteri menjadi kaku dan mengalami pelebaran diameter lumen. Mekanisme perubahan dinding vaskuler pada penyakit ginjal kronis disebabkan oleh menurunnya kemampuan aktivitas nitric oxide pada endotel sehingga dinding pembuluh darah tidak mampu melakukan relaksasi dan vasodilatasi (Linden, 2005). Menurunnya aktivitas nitric oxide dan endothelium-derived hyperpolarizing factor (EDHF) menyebabkan kerusakan sistim vasodilatasi pada dinding endotel pembuluh darah disebabkan oleh karena faktor uremik (Luksha, 2012). Akibatnya dinding pembuluh darah menjadi kaku dan mudah mengalami kerusakan kecil sehingga memicu proses inflamasi. Pada area AV shunt dimana tekanan dinding pembuluh darah mengalami peningkatan karena pembuluh darah arteri disambungkan dengan pembuluh
75
darah vena menyebabkan dinding pembuluh darah mengalami dilatasi atau disebut aneurisma (Ekim et al, 2011). Aneurisma selain menyebabkan penipisan jaringan kulit, juga menyebabkan regangan dan retakan sehingga mempercepat penumpukan sel mati pada permukaan jaringan kulit.
Kompres hangat lembab hingga 40°C selama 15 menit meningkatkan poduksi nitric oxide sehingga menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah perifer pada jaringan kulit (Petrofsky, 2009). Menurut Charkoudian (2003) bahwa pada rentang suhu diatas 39°C mampu merangsang vasodilatasi pada permukaan jaringan kulit dan vasodilatasi maksimal terjadi pada suhu 42°C pada orang sehat. Gifford et al (2012) mengungkapkan bahwa respon dilatasi pada saat pemanasan lokal diperankan oleh transient receptor potensial vanilloid (TRPV3, TRPV4) dan ion perangsang kanal lainnya sementara adenosine triphosphate (ATP) tidak berperan dalam respon dilatasi. Menurut Charkoudian (2003), TRPV3 merupakan reseptor sensitive suhu yang berada pada lapisan keratinosit epidermis dan aktif pada suhu > 39°C.
Kellogg et al (1995) mengungkapkan bahwa pemberian panas lokal antara 41°C - 42°C menyebabkan nitric oxide synthase mengaktifkan nitric oxide sehingga dinding pembuluh darah mampu berelaksasi atau vasodilatasi. Vasodilatasi pembuluh darah pada area jaringan kulit menyebabkan aliran panas yang dibawa oleh darah meningkat sehingga jaringan kulit semakin bertambah lembab dan hangat dan jaringan kulit menjadi lebih lunak. Lenhardt et al (2002) telah membuktikan bahwa kompres hangat selama 2 menit pada vena perifer pasien yang mengalami penusukan berulang untuk kemoterapi memudahkan perawat melakukan insersi jarum. SIMPULAN Hasil penelitian perbandingan efek kompres hangat dan kompres dingin terhadap intensitas nyeri saat insersi jarum pada pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis rutin di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung diketahui bahwa : 1) terdapat perbedaan sangat bermakna pada intensitas nyeri pra intervensi dengan intensitas nyeri setelah dilakukan kompres hangat (P value < 0,01), 2) terdapat perbedaan sangat bermakna pada intensitas nyeri pra intervensi JKA | Volume 2 | Nomor 1 | Juni 2015
76
Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
dengan intensitas nyeri setelah kompres dingin (P value < 0,01), 3) berdasarkan penghitungan mean of ranks, penurunan intensitas nyeri setelah dilakukan kompres dingin memiliki rata-rata lebih tinggi dibanding rata-rata penurunan intensitas nyeri setelah dilakukan kompres hangat sehingga terdapat perbedaan efek terhadap intensitas nyeri antara kompres hangat dengan kompres dingin. Oleh karena itu, kedua metode yaitu kompres hangat dan kompres dingin dapat digunakan oleh perawat untuk menurunkan intensitas nyeri non farmakologis kepada pasien yang akan dilakukan insersi sebelum menjalani. DAFTAR PUSTAKA Airaksinen OV, Kyrklund N, Latvala K. 2003. Efficacy of cold gel for soft tissue injuries. Am J Sports Med 2003;31:680–4.
Amabile, Nicolas et al. 2005. Circulating Endothelial Microparticles Are Associated with Vascular Dysfunction in Patients with End-Stage Renal Failure. J Am Soc Nephrol 16; 3381-3388, 2005. Doi: 10.1681/ASN.2005050535. Ball, Lynda K., Treat, Lynne., Riffle, Virginia., Scherting, Dennis., Liz. A Multi-Center Perspective of the Buttonhole Technique in the Pacific Northwest. Nephrology nursing journal • March-April 2007» Vol. 34, No.2 Baron et al. 2002.Relation between sympathetic vasoconstrictor activity and pain and hyperalgesia in complex regional pain syndromes: a casecontrol study, The Lancet. Vol 359
Birchenough, E., Moore, C., Stevens, K., & Stewart, S. (2010). Buttonhole cannulation in adult patients on hemodialysis: An increased risk of infection? Nephrology Nursing Journal, 37(5), 491-499, 555. Bourbonnais, F.F., &Tousignant, K.F. 2012. The pain experiences of patients on maintenance hemodialysis. Nephrology Nursing Journal, 39(1), 13-1, American Nephrology Nurses’ Association
Breimhorst, M et al. 2012.Sensory and sympathetic correlates of heat pain sensitization and habituation in men and women, Journal compilation C _ 2011 The Physiological Society
Castro,Charisse De. Murphy, Laura and Battistella, Marisa. 2013. Pain assessment and management in hemodialysis patients. Canadian Association of Nephrology Nurses and Technologists
Carter and Hodges.2002.Sensory and sympathetic nerve contributions to the cutaneous vasodilator response from a noxious heat stimulus, Nursing and Health Sciences Journal , Department of Kinesiology, The University of Alabama, Tuscaloosa, USA Carvalho and Cruz. 2010. Chronic renal patients in whom the effect of application of cold compress as compared with the use of topical anaesthetics before the punch of fistula- arteriovenous to minimize pain. Fluminese Federal University. Volume 3
Batterham,& Hopkins. 2005. A Decision Tree for Controlled Trials, Sportscience 9, 33-39, 2005 (sportsci.org/jour/05/wghamb. htm)
Çelik et al. 2011.Vapocoolant Spray vsLidocaine/ Prilocaine Cream for Reducing the Pain of Venipuncture in Hemodialysis Patients: A Randomized, Placebo-Controlled, Crossover Study, Department Internal Medicine, Division of Nephrology, Faculty of Medicine, Selcuk University, Konya, Turkey.
Bijur, Polly E., Silver, Wendy., Gallagher, E. John. 2001. Reliability of the Visual Analog Scale for Measurement of Acute Pain. Academic Emergency Medicine. December 2001, Volume 8, Number 12
Charkoudian, et al. 2002. Effects of chronic sympathectomy on locally mediated cutaneous vasodilation in humans. Journal of Applied Physiology, 92, 685– 690.
Beer, Jeanette .2002. Local warming does help when inserting cannulas, clinical nurse specialist, chemotherapy, BMJ. 2002 November 2; 325(7371): 1038.
JKA | Volume 2 | Nomor 1 | Juni 2015
Charkuodian. (2003). Skin blood flow in adult human thermoregulation: How it works, when it does not, and why. Article Mayo ClinProc
Perbandingan Efek Kompres Hangat dengan Kompres Dingin Terhadap Intensitas Nyeri Saat Insersi Jarum Pada Pasien Gagal Ginjal Yang Menjalani Hemodialisis Rutin Di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung
Chow J., Rayment G., San Miguel S., Gilbert M. 2011. A randomised controlled trial of buttonhole cannulation for the prevention of fistula access complications. Journal of Renal Care 37 (2), 85-93 Couper, Mick P., Tourangeau, Roger., Conrad, Frederick G., and Singer, Eleanor. 2006. Evaluating the Effectiveness of Visual Analog Scales: A Web Experiment. Social Science Computer Review 2006; 24; 227. DOI: 10.1177/0894439305281503
Demir, Yurdanur . (2012). Non-Pharmacological Therapies in Pain Management, Pain Management – Current Issues and Opinions, Dr. Gabor Racz (Ed.), ISBN: 978953-307-813-7, InTech, Available from: http://www.intechopen.com/books/ pain-management-current-issues-andopinions/non-pharmacologicaltherapiesin-pain-management Ekim H, Odabasi D, Basel H, Aydin C. 2011. Management of giant venous aneurysms secondary to arteriovenous fistula in hemodialysis patients. Pak J Med Sci 2011;27(5):1028-1032
Figueiredo et al. 2008. Research into pain perception with arteriovenous fistula (AVF) cannulation. Journal of Renal Care 34(4), 169-172.
Fink, Regina F et al. 2009. The Impact of Dry Versus Moist Heat on Peripheral IV Catheter Insertion in a HematologyOncology Outpatient Population, Onclogy Nursing Forum, vol 36, University of Colorado Cancer Infusion Center
Gifford, Jayson R., Heal1, Cory., Bridges, Jarom., Goldthorpe, Scott., Mack, Gary W. 2012. The Journal of Physiology changes in dermal interstitial ATP levels during local heating of human skin. J Physiol 590.24 (2012) pp 6403–6411 6403 Guyton , A.C & Hall. J.E. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11, Alih bahasa: Irawati dkk. Jakarta: EGC.
Harris et al. 2011. Pain, sleep disturbance and survival in hemodialysis patients, Nephrol Dial Transplant (2012) 27: 758–765 doi: 10.1093/ndt/gfr355, Department of Medicine, George Washington University,
77
Washington, DC, USA
Helms & Barone. (2008). Physiology and Treatment of Pain, Critical Care Nursing. Vol 28 Herrera et al. 2010. Motor and Sensory Nerve Conduction Are Affected Differently by Ice Pack, Ice Massage, and Cold Water Immersion, Journal of the American Physical Therapy Association and de fisiotherapeut Karpe, Pinakin Arun and Tikoo, Kulbhushan. 2014. Heat Shock Prevents Insulin Resistance–Induced Vascular Complications by Augmenting Angiotensin-(1-7) Signaling. Diabetes 2014;63:1124–1139 | DOI: 10.2337/ db13-1267
KDIGO. (2012). Clinical Practice Guideline for the Evaluation and Management of Chronic Kidney Disease. Kidney International Supplements. Vol 3. Januari (1) 2013. http://www.kidney-international.org diakses tanggal 27 Juni 2014
Kellogg et al. 1999.Role of nitric oxide in the vascular effects of local warming of the skin in humans. .J. Appl. Physiol. 86(4): 1185–1190, Hospital Division, and Departments of 2Medicine, and 3Pharmacology, University of Texas Health Science Center at San Antonio, San Antonio, Texas Kumar et al. (2010). Robbin & Cotran Dasar Patologis Penyakit, Edisi 7, Jakarta, EGC.
Kozier & Erb. (2009). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Edisi 5. Jakarta, EGC. Lenhardt et al. 2002. Local warming and insertion of peripheral venous cannulas: single blinded prospective randomised controlled trial and single blinded randomised crossover trial, BMJ 2002; 325 doi: http://dx.doi.org/10.1136/ bmj.325.7361.409
Li, S.F. Greenwald, P.W.Gennis, P. Bijur, P.E & Gallaqher, E.J. (2001). Effect of age on acute pain pain perception of a standardized stimulus in the emergency depantemant. (Abstract). Annals of emergency medicine. Volume 38, issue 6,
JKA | Volume 2 | Nomor 1 | Juni 2015
78
Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
pages 644-647.
Linden, Ellen., Cai, Weijing,, C. He, John., Xue, Chen., Li, Zhu., Winston, Jonathan., Vlassara, Helen., and Uribarri, Jaime. 2007. Endothelial Dysfunction in Patients with Chronic Kidney Disease Results from Advanced Glycation End Products (AGE)Mediated Inhibition of Endothelial Nitric Oxide Synthase through RAGE Activation. Clin J Am Soc Nephrol 3: 691-698, 2008. doi: 10.2215/CJN.04291007
Luksha, L., Steveinkel, P., Hammarqvist, F., Carrero, Juan J., Davidge, S.T., Kublickiene, Karolina. 2012. Mechanisms of Endothelial Dysfunction in Resistence from Patients with End-Stage Renal Disease. PloS ONE 7(4): e36056. Doi:10.1371/journal Mahakalkar, Chandrashekhar C. 2014. Site selection for vascular access creation in hemodialysis in end stage renal disease. International Journal of Research in Medical Sciences 2014 May;2(2):681-685 Maggiore Q, Pizzarelli F, Santoro A. 2002. The effect of control of thermal balance on vascular stability in hemodialysis patients.American Journal of Kidney Diseases.2002, August; 40(2).280-290.
Margo McCaffery. 1990. Nursing approaches to non-pharmacological pain control. International Journal of Nursing Studies. Volume27, Issue 1, 1990.1-5.
NKUDIC. (2013). National Kidney and Urologic Diseases Information Clearinghouse. http://kidney.niddk.nih.gov/kudiseases/ pubs/vascularaccess/ diakses tanggal 2 Oktober 2013 Pergolotti, A., Rich, E., & Lock, K. 2011. The effect of the buttonhole method vs. the traditional method of AV fistula cannulation on hemostasis, needle stick pain, pre-needle stick anxiety, and presence of aneurysms in ambulatory patients on hemodialysis. Nephrology Nursing Journal, 38(4), 333-336.
Perry & Potter.(2005). Fundamentals of Nursing fourth edition, Jakarta, EGC. Petrofsky et al. 2009. Does skin moisture JKA | Volume 2 | Nomor 1 | Juni 2015
influence the blood flow response to local heat?A re-evaluation of the Pennes model, Department of Physical Therapy, Loma Linda University, Loma Linda, USA, Journal of Medical Engineering & Technology, Vol. 33, No. 7, October 2009, 532–537
Sabitha et al. 2008.Effect of cryotherapy on arteriovenous fistula puncture-related pain in hemodialysis patients, Indian Journal Nephrol. 2008 October; 18(4): 155–158 Sadala & Lorençon. 2006. Living with a haemodialysis machine, Faculty of Medicine, Botucatu, Universida de Estadual Paulista São Paulo, Brazil
Saeki, Yuka. 2011. Effect of local application of cold or heat for relief of pricking pain, Department of Anatomy and Physiology, Nagano College of Nursing, Komagane City, Nagano, Japan
Shah et al. (2014). Diabetes and Vascular Disease in Different Arterial Territories. Diabetes Care 2014;37:1636–1642 | DOI: 10.2337/ dc13-2432, Diabetes Care Volume 37, June 2014 Smeltzer S.C, Bare B.G. Hinkle, J.L & Cheever, K.H. (2010). Textbook of Medical Surgical Nursing, twelfth edition, Philadelpia. Lippincott Williams.
Stephen J. Carter and Gary J. Hodges. 2011. Sensory and sympathetic nerve contributions to the cutaneous vasodilator response from a noxious heat stimulus. Exp Physiol 96.11 pp 1208–1217 Department of Kinesiology, The University of Alabama, Tuscaloosa, AL 35401, USA. Sukandar, Enday. (2013). Nefrologi Klinik Edisi IV, PusatInformasi Ilmiah (PII), Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UNPAD RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Sukandar, Enday. (2006). Gagal Ginjal Dan PanduanTerapi DialisisTahun 2006, PusatInformasi Ilmiah (PII), Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UNPAD RSUP Dr. HasanSadikin Bandung.
Perbandingan Efek Kompres Hangat dengan Kompres Dingin Terhadap Intensitas Nyeri Saat Insersi Jarum Pada Pasien Gagal Ginjal Yang Menjalani Hemodialisis Rutin Di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung
Svensson, M., Rosen, S., & Nilsson, U. 2006. Local warming to reduce pain on peripheral intravenous cannula insertion: A randomized controlled study. Journal of Advanced Perioperative Care, 2(3), 107–111 Vale et al. (2011). Nursing care of arteriovenous fistula / arteriovenousgraft , Article Wewers M.E. & Lowe N.K. 1990. A critical review of visual analogue scales in the measurement of clinical phenomena. Research in Nursing and Health 13, 227±236..
Wiesenfeld - Hallin Z. (2005). Sex differences in pain perception. (Abstrak) Journal of Gender Medicine. 2005 Sep;2(3):137-45
79
Wise, E.A Price, D.D. Myers, S.D. Heft, M.W. & Robinson, M.E. (2002) Gender role expectations of pain: relationship to experimental pain perception. Pain. 2002, April;96(3)335-342. National Institute of Health public Access. USA. Wong, D.H. (2006). Difficult IV access: A warm thought. Anesthesia Analgesia, 103(3), 786.
Yoshiko. 2005. Effects of hot compress treatment with a hot water bottle on physiological parameters and subjective sensations inhealthy women, Japan Journal of Nursing Science (2005) 2, 107–114 Department of Adult Nursing, Japanese Red Cross Hokkaido College of Nursing, 664-1, Akebono-cho, Kitami, Hokkaido 090-0011, Japan
JKA | Volume 2 | Nomor 1 | Juni 2015