Ringkasan Kinerja Pengelolaan Lingkungan Penilaian PROPER 2012-2013 Chevron Geothermal Salak, Ltd. Chevron Geothermal Salak, Ltd (CGS) pada tahun 2012 berhasil mencapai kinerja PROPER yang membanggakan. Hal ini terbukti melalui pencapaian peringkat emas untuk kedua kalinya. Melalui kerja sama dan komunikasi yang efektif dengan para pemangku kepentingan kami percaya bahwa kami dapat mempertahankan peringkat ini untuk periode 2012-2013. CGS telah mengoperasikan sumur uap panas bumi sejak tahun 1994 dan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) sejak tahun 1997 di Gunung Salak, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Program-program unggulan tersebut merupakan hasil dari implementasi Operational Excellence Management System (OEMS). OEMS merupakan sistem yang komprehensif untuk keselamatan dan kesehatan kerja (safety and health), lingkungan(environment), kehandalan (reliability) dan efisiensi (efficiency) yang sudah tersertifikasi dan dilengkapi dengan tools seperti Lean Sigma, Essential Suite®, Surface Equipment Reliability and Integrity Process (SERIP), dan lain lain. Kami berkomitmen untuk menyediakan sumber daya yang memadai untuk menjamin konsistensi pengelolaan sistem manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3LL) yang berorientasi pada perbaikan Di tahun 2013, CGS merupakan perusahaan terbaik berkelanjutan. Hal-hal inilah yang membedakan CGS di sektor panas bumi di Indonesia yang berhasil dengan perusahaan-perusahaan lain sejenis. mendapatkan penghargaan di bidang konservasi dan diversifikasi energi “Energi Pratama Award” Kami percaya bahwa pengembangan energi dan dari Kementerian ESDM. Program unggulan pengelolaan lingkungan harus melalui penerapan CGS dalam PROPER 2012-2013 adalah efisiensi pembangunan berkelanjutan dan prinsip-prinsip energi, penurunan emisi, program 3R (Reduce, Ekonomi Hijau. Dengan penerapan Ekonomi Hijau, Reuse, Recycle) limbah B3 (serpih bor), limbah CGS menghasilkan energi panas bumi dari Lapangan padat dan limbah cair non B3, konservasi air dan Salak dengan kapasitas terpasang 377 MW yang penurunan beban pencemaran air melalui re-injeksi menyediakan energi terbarukan bagi masyarakat. uap yang dikondensasi. Program unggulan lainnya Pada kesempatan ini, kami menyampaikan terima adalah keanekaragaman hayati melalui konservasi kasih kepada seluruh pemangku kepentingan atas sumber daya alam berbasis pengembangan dukungan dan peran sertanya dalam pencapaian ekonomi masyarakat (Green Corridor Initiative) kinerja PROPER periode 2012-2013. Sebagai dan program pemberdayaan masyarakat yang perusahaan yang menginginkan kemajuan, kami selalu dijalankan secara konsisten, serta pelaksanaan membuka diri kepada semua pihak untuk memberikan bisnis yang beretika. Implementasi dari Program masukan, saran, dan kritik yang konstruktif guna Pemberdayaan Masyarakat yang terdiri dari peningkatan kinerja PROPER CGS di periode Community Relation, Community Services mendatang. dan Community Development, telah berhasil memandirikan masyarakat dan melahirkan institusi Bambang Widjanarko ekonomi lokal baru. Semua program unggulan ini Salak Asset Manager telah memenuhi kriteria additionalitas, lengkap Chevron Geothermal Salak, Ltd. dengan tabel hasil absolut.
1
Sistem Manajemen Lingkungan
Sistem Manajemen Lingkungan Chevron Geothermal Salak, Ltd. (CGS) beroperasi dengan mengedepankan prinsip-prinsip Ekonomi Hijau yang meliputi pelestarian lingkungan, peningkatan kesejahteraan manusia dan kesetaraan sosial serta operasi yang rendah karbon dan hemat sumber daya alam. Latar Belakang dan Tujuan Semangat Chevron Geothermal Salak, Ltd. (CGS) dalam menerapkan kriteria Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) tidak hanya sebatas pemenuhan standar Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3LL), namun sudah menjadi budaya CGS dalam pelaksanaan kegiatan operasional sehari-hari yang sejalan dengan persyaratan PROPER beyond compliance.
Visi dan Tujuan
Penilaian
Akuntabilitas Pemimpin
Pengkajian
Perencanaan Penerapan
Gambar 1: Proses Sistem Manajemen Keunggulan Operasi
Melalui penerapan prinsip Ekonomi Hijau, CGS mengedepankan pelestarian lingkungan, peningkatan kesejahteraan manusia dan kesetaraan sosial serta operasi yang rendah karbon dan hemat sumber daya alam. CGS mewujudkan komitmennya dengan menerapkan Sistem Manajemen Keunggulan Operasi (Operational Excellence Management System – OEMS). OEMS adalah sistem manajemen yang komprehensif yang mencakup keselamatan dan kesehatan kerja,
lingkungan, kehandalan dan efisiensi. Salah satu bagian dari OEMS, yaitu Sistem Manajemen Lingkungan (Environmental StewardshipES) bertujuan untuk mengelola aspek-aspek lingkungan seluruh kegiatan operasi panas bumi dan meningkatkan kinerja lingkungan secara berkesinambungan. CGS telah menerapkan OEMS yang melebihi persyaratan-persyaratan dalam ISO 14001:2004 dan OHSAS 18001:2007 menurut penilaian terkini yang dilakukan Lloyd’s Register Quality Assurance, Inc. (LRQA) pada tanggal 5 April 2012. CGS menerapkan program korporat yang disebut Essential Suite® yang merupakan webtool berbasis internet untuk mendokumentasikan dan menganalisis data lingkungan dalam memastikan pemenuhan ketaatan terhadap peraturan dan persyaratan PROPER. Di dalam aplikasi ini juga tersedia daftar persyaratan dari peraturan yang menjadi acuan kegiatan operasi CGS dan pemenuhan ketaatannya. Data yang ada dalam sistem pun selalu diperbarui secara berkala.
Kemampuan Organisasi Untuk mendukung kemampuan organisasi yang tanggap dalam menghadapi perubahan, CGS memiliki sumber daya yang memadai dan terintegrasi mulai dari CGS, unit bisnis di Indonesia, hingga Chevron Corporation. Penerapan persyaratan PROPER di CGS dikelola oleh tim yang beranggotakan personel dari berbagai departemen. Tim ini berperan aktif dalam mengemban tanggung jawab untuk mensukseskan penerapan kriteria PROPER. Selain memiliki target, kinerja tim dievaluasi secara berkala untuk membuktikan akuntabilitasnya. 2
Sistem Manajemen Lingkungan
Penerapan Kriteria PROPER Penerapan OEMS menjawab seluruh kriteria penilaian PROPER dan mempertimbangkan rencana jangka panjang dalam memastikan keberlanjutan kinerja PROPER. Program-program yang dijalankan antara lain adalah: • Melakukan evaluasi organisasi dan implementasi setiap tahun. • Melakukan internal audit PROPER menggunakan kriteria penilaian PROPER 2 kali dalam setahun, audit internal OEMS sekali setiap tahun serta audit OEMS Corporate sekali dalam 3 tahun. • Membangun rencana jangka panjang PROPER yang terintegrasi – shaping plan. Membangun dan Meningkatkan Komunikasi Internal dan Eksternal CGS menyadari bahwa segala upaya yang telah Kabupaten Sukabumi dan Bogor serta dinas-dinas dilakukan menjadi berarti bila telah menjangkau terkait melalui Rapat Koordinasi PROPER tanggal dan diketahui oleh seluruh pemangku kepentingan. 10-11 April 2013 untuk persiapan swapantau (Self CGS senantiasa berusaha meningkatkan komunikasi Assessment). Selain itu, CGS terlibat aktif dalam internal yang efektif antara lain melalui rapat berkala Grup Kerja bersama-sama perusahaan lain dan KLH dan memorandum dalam pengelolaan aspek-aspek untuk pemodelan Corporate Social Responsibility lingkungan dan pengembangan masyarakat. CGS (CSR) Lingkungan. juga memastikan bahwa semua lini organisasi CGS secara sukarela berbagi pengalaman pencapaian internal memahami kepatuhan terhadap peraturan PROPER kepada publik dan perusahaan lain. perundangan. Sementara itu, dalam meningkatkan Bersama KLH dan peraih peringkat Emas PROPER komunikasi yang baik dengan pihak eksternal atau 2011-2012 lainnya, CGS telah berbagi cerita sukses para pemangku kepentingan (wakil pemerintah dan di dalam buku ”A Journey to Gold” yang telah masyarakat), CGS mempererat komunikasi dengan diluncurkan bulan Agustus 2013. KLH, BPLHD Jabar, Dinas Lingkungan Hidup Beberapa penghargaan terkait konservasi dan diversifikasi energi, penerapan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3LL) yang telah diraih oleh CGS: • “Energy Pratama Award” dari Kementerian Energi Sumber Daya Mineral, Agustus 2013 • PROPER Peringkat Emas tahun 2011-2012 dan 2010-2011 • Aditama (Emas) Penghargaan Pengelolaan Lingkungan Hidup dari EBTKE, 2011, 2012 • Aditama (Emas) Penghargaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dari EBTKE, 2011 • Penghargaan “Perusahaan Pembina Keselamatan Kerja Terbaik” dari Disnakertrans Sukabumi, 2012 • Penghargaan untuk Konservasi Taman Nasional Salak-Halimun dan Sekitarnya Melalui Pengembangan Suaka Elang, 2012 • Penghargaan “Kiprah dan Kepeduliaan dalam Dunia Pendidikan di Kabupaten Bogor”, 2011-2012 • Penghargaan “Kecelakan Nihil (Zero Accident
Award)” dari Depnakertrans, 2011-2012 • Aditama (Emas) Penghargaan Lingkungan dari Minerbapabum, 2010 • Aditama (Emas) Penghargaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dari Minerbapabum, 2010 • “Best Of The Best” Penghargaan Lingkungan dalam Perusahaan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi di Indonesia, 2010 • “Best Of The Best” Penghargaan • Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Perusahaan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi di Indonesia, 2010 • Penghargaan dari Bupati Sukabumi tentang Pelayanan Dan Pemberdayaan Masyarakat serta Kontribusi CGS kepada Sukabumi, 2010
Gambar 2: Silaturrahim Presiden RI dengan Penerima Energi Paratama Award dan Para Teladan Nasional. Jakarta, 18 Agustus 2013
3
Pemanfaatan Sumber Daya
Pemanfaatan Sumber Daya Ringkasan Keunggulan
CGS merumuskan kebijakan yang sejalan dengan ISO 50001 untuk mewujudkan pemanfaatan sumber daya yang optimal dan efisien. Sebagai implementasi dari kebijakan tersebut, CGS memiliki program Integrated Production System Optimization (IPSO) yang berfungsi untuk mengintegrasikan seluruh proses Base Business di fasilitas surface dan sub surface. Setiap fasilitas Chevron yang telah beroperasi wajib melakukan optimalisasi dan efisiensi terhadap operasinya dan melakukan konservasi sumber daya alam sesuai ketentuan dalam kebijakan Chevron nomor 530 tentang OEMS dan Kebijakan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3LL). Pelaksanaan optimalisasi dan efisiensi dikelola secara sistematik menggunakan proses Surface Facilities Optimization (SFO) sebagai bagian tak terpisah dari IPSO. Semua dokumen pelaksanaan SFO tersimpan dalam document management system Microsoft SharePoint® yang dapat dilihat oleh jaringan Chevron di seluruh dunia. Salah satu tool SFO adalah Lean Six Sigma dengan mengikuti metodologi DMAIC (Define, Measure, Analysis, Improve and Control) untuk mendapatkan optimalisasi yang lebih aman dan cepat serta lebih baik dalam hal pembiayaan. Melalui tim Reliability and Integrity (RITA), CGS memastikan kehandalan dan integritas pembangkit beserta kegiatan pendukungnya.
Manajemen Energi difokuskan untuk melakukan optimalisasi penghematan energi. Proses ini menghasilkan output, antara lain: Program Manajemen Energi yang komprehensif, data surveillance dan analisa, identifikasi peluang untuk optimalisasi dan penggunaan metode praktik terbaik (best practices). Salah satu bentuk implementasinya adalah audit energi dan benchmarking dengan industri sejenis, yang dilaksanakan oleh Ganesha Environment and Energy Services ITB (GEES-ITB). Oleh karena itu, penghematan energi di sisi proses lebih difokuskan pada pemeliharaan proses, sedangkan penghematan energi di sisi bangunan difokuskan pada konservasi energi. Sampai dengan Desember 2012, production plant efficiency untuk Unit 4, 5, dan 6 mencapai 99,43%. Ini adalah hasil signifikan yang CGS pertahankan melalui penerapan sistem pengelolaan energi tersebut. Hasil dari audit tersebut menunjukkan efisiensi turbin proses pembangkitan yang sudah mencapai 19.2% sampai dengan 19.9% dari nilai efisiensi maksimum 23% (Demirel, 2012, Energy: Production, Conversion, Storage, Conservation and Coupling, Springer, London).
Program Audit Energi 2013 Untuk mengetahui kondisi efisiensi dan potensi efisiensi energi untuk perencanaan kedepan, CGS sudah melakukan audit energi dan benchmarking dengan industri sejenis oleh pihak ketiga (eksternal) yang kompeten dan independen yaitu PT. Ganesha Environmental Energy Services (GEES-ITB). Anggota tim GEES-ITB sudah mendapatkan sertifikasi Lead Auditor ISO 50001. Audit energi
4
oleh PT. GEES-ITB sudah dilakukan pada tahun lalu di bulan September dan telah dilakukan benchmarking eksternal pada bulan Agustus 2013. Dengan melakukan audit energi dan benchmarking, maka CGS dapat mengetahui kondisi efisiensi energinya sendiri dan perbandingannya dengan perusahaan lain yang sejenis baik Nasional maupun internasional.
Pemanfaatan Sumber Daya
Proses dan Pencapaian Program/Inisiatif Pemanfaatan Sumber Daya Alam CGS telah menetapkan rencana jangka panjang seperti dibawah ini. 2012
2013
2014
2015
2016
• Meneruskan program Lean Sigma • Meneruskan konversi sumur injeksi ke produksi di Awi 3 • Konversi sumur injeksi ke produksi Awi 9 • Memasang solar cell di AWI 20 & peralatan survey geochemist. • Implementasi program otomatisasi sistem penerangan di office • Melanjutkan implementasi penonaktifan pompa air bersih di H10 dan OBD tank menjadi gravitasi • Melanjutkan Implementasi penggunaan photo cell dan timer • Melanjutkan penggunaan pipa uap di Awi 3 untuk menambah suplai uap (200 kph) • Pemasangan kWh meter di kantor dan perumahan • Membuat program otomatisasi exhaust fan kamar mandi di perumahan 1-9 • Penggantian lampu konvensional dengan lampu LED (pilot project di meeting room, dining, dan receptionist) • Melakukan studi penghentian penggunaan pompa air AWI 11 menjadi gravitasi.
• Meneruskan program Lean Sigma (67 MW) • Melanjutkan implementasi program otomatisasi sistem penerangan di perumahan • Review penggunaan photo cell dan timer (area sumur timur) • Konversi sumur injeksi ke produksi Awi 2 • Memasang solar cell di AWI-14 • Implementasi program otomatisasi exhaust fan kamar mandi di perumahan 1-9 • Implementasi penggantian lampu konvensional dengan lampu LED di office • Analisa alternatif penggunaan jumlah dan jenis kendaraan untuk keperluan operasi (shuttle program) • Penggantian mesin diesel penggerak pompa condensate AWI 1 menjadi motor listrik • Pemanfaatan sinar matahari untuk penerangan dalam ruangan gudang (Solatube) • Implementasi penghentian penggunaan pompa air AWI 11 menjadi gravitasi • Pemanfaatan air panas brine untuk keperluan domestik • Studi micro hydro di Cikuluwung
• Meneruskan program Lean Sigma • Review alternatif mengganti bahan bakar solar ke gas • Kampanye efisiensi energi • Efisiensi penggunaan uap high NCG Awi 1-4 • Evaluasi penggunaan thermo electric untuk applikasi sistem pendingin di panel listrik • Implementasi penggantian lampu konvensional dengan lampu LED housing • Evaluasi pemanfaatan panas sisa produksi untuk penyediaan air panas domestik • Implementasi alternatif penggunaan jumlah dan jenis kendaraan untuk keperluan operasi • Menjalankan hasil evalusi penggunaan photocell dan timer • Implementasi program otomatisasi exhaust fan kamar mandi di perumahan 10-11
• Meneruskan program Lean Sigma • Implementasi hasil evaluasi penggunaan thermo electric untuk applikasi sistem pendingin di panel listrik • Implementasi penggantian lampu konvensional dengan lampu LED housing • Implementasi hasil evaluasi pemanfaatan panas sisa produksi untuk penyediaan air panas domestik • Implementasi alternatif penggunaan jumlah dan jenis kendaraan untuk keperluan operasi • Penggantian pemanas air listrik menjadi pemanas air tenaga matahari • Pemanfaatan brine sebagai pemanas air • Mengurangi emisi kendaraan bermotor dengan membangun koridor pejalan kaki. • Binary Cycle Plant
• Meneruskan program Lean Sigma • Implementasi hasil evaluasi penggunaan thermo electric untuk applikasi sistem pendingin di panel listrik • Implementasi penggantian lampu konvensional dengan lampu LED housing • Implementasi hasil evaluasi pemanfaatan panas sisa produksi untuk penyediaan air panas domestik • Implementasi alternatif penggunaan jumlah dan jenis kendaraan untuk keperluan operasi • Penggantian pemanas air listrik menjadi pemanas air tenaga matahari • Pemanfaatan brine sebagai pemanas air • Mengurangi emisi kendaraan bermotor dengan membangun koridor pejalan kaki. • Binary Cycle Plant
• Melanjutkan pengukuran penggunaan kembali air kondensat untuk make up water cooling tower • Melanjutkan program otomatisasi keran air dan kloset di office dan perumahan • Penggunaan air kondensat dan brine untuk kegiatan pengeboran • Melanjutkan kampanye hemat air • Evaluasi pemasangan level kontrol pada tangki penampungan air di tangki OBD • Evaluasi pembuatan lobang biopori • Pemanfaatan air hujan untuk pemakaian sehari-hari
• Penggunaan kembali air kondensat untuk make up water cooling tower • Pemasangan alat ukur debit air di jaringan pipa air bersih (office, dining, housing) • Implementasi program otomatisasi keran air dan kloset di PGF • Penggunaan air kondensat dan brine untuk kegiatan pengeboran • Kampanye hemat air • Implementasi pemasangan level kontrol pada tangki penampungan air • Evaluasi pemanfaatan air hujan dari atap bangunan untuk keperluan domestik • Implementasi pembuatan lobang biopori • Manage Printing Solution (MPS)
• Penggunaan kembali air kondensat untuk make up water cooling tower • Implementasi program otomatisasi keran air dan kloset di WPS • Penggunaan air kondensat dan brine untuk kegiatan pengeboran • Kampanye hemat air • Implementasi pembuatan lobang biopori
• Penggunaan kembali air kondensat untuk make up water cooling tower • Implementasi program otomatisasi keran air dan kloset di WPS • Penggunaan air kondensat dan brine untuk kegiatan pengeboran • Kampanye hemat air • Implementasi pembuatan lobang biopori
• Penggunaan kembali air kondensat untuk make up water cooling tower • Implementasi program otomatisasi keran air dan kloset di WPS • Penggunaan air kondensat dan brine untuk kegiatan pengeboran • Kampanye hemat air • Implementasi pembuatan lobang biopori
• Pemanfaatan limbah serpih bor • Melanjutkan pemanfaatan limbah minyak goreng bekas untuk bahan bakar biodiesel • Produksi kompos dari sampah domestik dining • Pembibitan dan penanaman tanaman pada lahan terbuka • Penyuluhan pengelolaan sampah kepada masyarakat sekitar.
• Pemanfaatan limbah serpih bor • Pemanfaatan limbah minyak goreng bekas untuk bahan bakar biodiesel • Produksi Kompos • Pemanfaatan limbah untuk kerajinan (pembuatan mainan anak-anak dan parutan kelapa) • Pembibitan dan penanaman tanaman pada lahan terbuka • Melakukan studi pemanfaatan gas NCG (CO2) • Pemanfaatan kertas bekas untuk daur ulang
• Pemanfaatan limbah serpih bor • Pemanfaatan limbah minyak goreng bekas untuk bahan bakar biodiesel • Produksi Kompos • Pemanfaatan limbah untuk kerajinan • Pembibitan dan penanaman tanaman pada lahan terbuka
• Pemanfaatan limbah serpih bor • Pemanfaatan limbah minyak goreng bekas untuk bahan bakar biodiesel • Produksi Kompos • Pemanfaatan limbah untuk kerajinan • Pembibitan dan penanaman tanaman pada lahan terbuka
• Pemanfaatan limbah serpih bor • Pemanfaatan limbah minyak goreng bekas untuk bahan bakar biodiesel • Produksi Kompos • Pemanfaatan limbah untuk kerajinan • Pembibitan dan penanaman tanaman pada lahan terbuka
• Melakukan internal audit PROPER • Melakukan eksternal audit energi oleh GEES ITB • Membuat program kontes hemat energi antar departemen • Sosialisasi PROPER ke perusahaan-perusahaan lokal Sukabumi
• Melakukan internal audit PROPER • Menerapkan hasil kontes hemat energi di setiap departemen Membuat program kontes PROPER antar depatemen
• Melakukan internal audit PROPER • Berpartisipasi dengan Muspika dan Masyarakat sekitar untuk hemat energi dan konservasi penggunaan air
• Melakukan internal audit PROPER • Berpartisipasi dengan Muspika dan Masyarakat sekitar untuk hemat energi dan konservasi penggunaan air
• Melakukan internal audit PROPER • Berpartisipasi dengan Muspika dan Masyarakat sekitar untuk hemat energi dan konservasi penggunaan air
Energi Efisiensi
Konservasi Air
3R Limbah B3 dan Limbah Non B3
Sistem Manajemen Lingkungan
Tabel 1 : Rencana Jangka Panjang Pemanfaatan Sumber Daya
A. Efisiensi Energi Sebagai pembangkit listrik tenaga panas bumi, CGS menghasilkan listrik yang disalurkan melalui jaringan pembangkit JAMALI (Jawa-Madura-Bali) dengan total pembangkitan listrik di tahun 2012 sebesar 1.844 GW. Total pemakaian energi yang diperlukan
untuk pemakaian sendiri sebesar 13,4 GW atau sekitar 7,25%. Sementara pemakaian energi untuk proses produksi adalah 12,2 GW (91%). Pemakaian energi untuk fasilitas pendukung yang tidak berkaitan dengan proses produksi adalah sebesar 1,2 GW(9%). 5
Pemanfaatan Sumber Daya
Sedangkan rasio hasil efisiensi energi dengan total pemakaian energi mencapai 4,4% di mana total efisiensi energi CGS dalam periode Juli 2012 sampai Juni 2013 sebesar 0,59 GWh. Efisiensi ini setara dengan penerangan sebanyak 905 rumah dengan daya 450 kW. Hingga saat ini CGS terus menerapkan program efisiensi energi berkelanjutan untuk bisa mengoptimalkan pemakaian energi. Total intensitas energi yang digunakan CGS dalam rasio adalah 7,25% dan secara benchmark rata rata menempati posisi 7 atau dalam 10 besar dalam skala dunia dan di kisaran rata-rata skala Asia dan nasional. Keberhasilan energi CGS adalah yang terbaik dari sektor panas bumi Indonesia berdasarkan pencapaian Penghargaan Energi Pratama dari Kementerian ESDM RI tahun 2013 (http://penghargaanenergi.litbang.esdm. go.id). Salah satu teknologi yang diterapkan CGS dalam program efisiensi energi adalah pemanfaatan teknologi optik (Solatube) dimana program ini merupakan yang pertama diterapkan di sektor minyak, gas dan energi Indonesia dan diterapkan di CGS dengan dukungan teknis dari Solatube International Inc Indonesia. Program efisiensi energi yang dipaparkan di sini terdiri dari beberapa program baru dan program yang berkelanjutan. Pemakaian energi dalam bentuk konsumsi uap spesifik adalah 6,57 ton/MWh dan secara benchmark rata rata menempati posisi 6 atau dalam 10 besar dalam skala dunia dan posisi 5 besar skala Asia dan Nasional. Efisiensi Thermal (overall thermal efficiency) CGS di tahun 2013 menjadi salah satu yang terbaik dari sektor panas bumi Indonesia dengan tingkat efisiensi 80.4%. Praktek Umum
Belum ada data yang menunjukan proses ini diterapkan di industri panas bumi melalui proses Surface Facility Optimization (SFO), Surface Equipment Reliability Integrity Process (SERIP) dan Lean Sigma untuk menetapkan inisiatif dan menerapkan program efisiensi energi yang berkesinambungan. Proses tersebut adalah metode yang khusus diterapkan di Chevron dalam rangka penerapan Sistem Manajemen Keunggulan Operasi (Operational Excellence) Elemen Kehandalan dan Efisiensi.
Kewajiban dalam Peraturan
Program unggulan efisiensi energi tersebut dipresentasikan tidak dalam rangka untuk memenuhi peraturan pemerintah Indonesia dan juga tidak untuk memenuhi standard yang wajib dilakukan oleh sektor panas bumi di Indonesia dari Dirjen EBTKE. Program unggulan tersebut murni inisiatif CGS sebagai komitmen dalam rangka program efisiensi, konvervasi dan diversifikasi energi tiap tahun.
Investasi
Program energi tersebut selalu dianggarkan tiap tahun oleh CGS sebagai komitmen namun sebagian besar dari evaluasi ekonomisnya menunjukkan tingkat Return of Investment (ROI) yang sangat kecil dan cenderung rugi untuk program-program yang memang tidak kita rencanakan secara operasional namun tetap direalisasikan sebagai bentuk komitmen terhadap program efisiensi energi CGS. Contoh: Program penghematan uap dengan optimasi sistem Gas Removal System (GRS) dan pencampuran uap dari sumur produksi tidak memiliki anggaran dan tetap diimplementasikan di tahun 2013. Proyek pemasangan produk teknologi optik Solatube adalah proyek engineering yang sebenarnya tidak ekonomis berdasarkan perhitungan Net Present Value (NPV). Program ini tidak menambah kapasitas pembangkitan listrik namun memberikan manfaat bagi lingkungan dengan beroperasi lebih hemat listrik.
Hambatan Pelaksanaan
Tingkat kesulitan dan resiko kecelakaan dalam program penerapan efisiensi energi di CGS termasuk tinggi karena kondisi CGS yang korosif, selain itu alternatif untuk penghematan energi di Gunung Salak dengan elevasi 1500 meter di atas permukaan laut mendapatkan banyak tantangan karena secara termodinamis elevasi tinggi justru membuat peralatan dapat beroperasi dalam tingkat efisiensi energi yang optimal. Namun kondisi tersebut bukan menjadi penghalang untuk tetap menerapkan inisiatif program efisiensi energi di CGS. Tabel 2 : Uji Additionalitas Program Efisiensi Energi
Dalam periode PROPER 2012-2013 ini CGS mengusung empat program efisiensi energi yang berkelanjutan dan tiga inovasi dalam program efisiensi energi. 1. Program Lanjutan Implementasi Penggantian Lampu Konvensional dengan Lampu LED di Area Perkantoran Program renovasi gedung perkantoran di CGS disesuaikan dengan Menambah konservasi energi listrik komitmen untuk menghemat penggunaan listrik di perkantoran. per tahun Antara lain dilakukannya penggantian lampu konvensional dengan menggunakan lampu LED untuk mengurangi daya pemakaian. Meski atau setara dengan pemenuhan pemakaian daya lebih rendah, namun tingkat pencahayaannya masih energi listrik untuk memenuhi standar. Pada tahun 2012, sudah dilakukan penggantian (450 W) untuk gedung Workshop dan lantai 3 gedung PGF (Power Plant), dan selama 1 tahun. akan dilanjutkan terus hingga seluruh lampu konvensional di gedung
45,38 MWh
70 rumah
6
Pemanfaatan Sumber Daya
perkantoran CGS diganti dengan lampu LED. Penggantian keseluruhan lampu konvensional dengan lampu LED oleh CGS ditargetkan berhasil menurunkan pemakaian energi listrik sebesar 56% atau sebesar 45,38 MWh per tahunnya yang setara dengan pemenuhan energi listrik untuk 70 rumah (450 W) selama 1 tahun. No 1.
Kegiatan Efisiensi Energi Implementasi lampu LED
Hasil Absolut Efisiensi Energi Tahun 2012 2013 45 45.38
Satuan MWh
Tabel 3 : Hasil Absolut Efisiensi Energi Implementasi Lampu LED
2. Program Lanjutan Efisiensi Energi Melalui Penggunaan Timer Lampu Penerangan di RPF Optimalisasi pemakaian energi listrik untuk lampu penerangan masih terus dilakukan oleh CGS tanpa menurunkan kondisi safety. Pemasangan timer untuk menggantikan saklar photo cell di area Resource Production Facility (RPF) telah selesai dilakukan, dengan total lampu sebanyak 288 buah. Pemakaian timer ini untuk menghemat energi kurang lebih selama 1 jam, akibat kondisi lapangan yang hampir setiap hari berkabut. Kondisi kabut mulai berkisar pada pukul 17:00 WIB, namun sampai dengan pukul 18:00 WIB sebenarnya masih kondisi aman untuk bekerja. Oleh Penghematan listrik sebesar karena itu, CGS mengkonversi kontrol saklar dari photo cell ke timer, sehingga pemakaian listrik dapat dihemat 1 jam per hari per lampu. Pemasangan timer pada total lampu 288 buah yang telah diselesaikan atau setara dengan ketersediaan sama dengan akumulasi penghematan listrik sebesar 39,35 MWh. listrik untuk Penghematan ini setara dengan ketersediaan listrik untuk 60 rumah 60 rumah selama 1 tahun kapasitas 450 W dan rata rata pemakaian adalah 650 kWh/tahun selama 8 jam per hari untuk 1 tahun.
39,35 MWh
No 1.
Kegiatan Efisiensi Energi Implementasi timer
Hasil Absolut Efisiensi Energi Tahun 2011 2012 2013 34,5 35 35
Satuan MWh
Tabel 4 : Hasil Absolut Efisiensi Energi Implementasi Timer
3. Program Lanjutan Efisiensi Sumber Daya dengan Penambahan Unit Panel Tenaga Surya CGS menerapkan teknologi panel surya untuk memenuhi kebutuhan energi berkekuatan rendah sehingga mengurangi ketergantungan terhadap sumber tenaga listrik dari Generator Set. Untuk mengatasi ketersediaan listrik pada lokasi-lokasi yang tidak terjangkau oleh jaringan low voltage yang ada, CGS kini menambahkan Unit Panel Surya (SolarCell) sebanyak dua buah Photovoltaic System (masing masing 50 Watt power). Sehingga, dari semua unit yang telah terpasang, total energi yang dihasilkan per tahunnya adalah sebesar 1,84 MWh atau setara dengan pemenuhan energi listrik untuk 3 rumah (450 W) selama 1 tahun. Dengan tidak menggunakan lagi Generator Set sebagai sumber tenaga listrik, maka perkiraan penggunaan sumber daya yang sudah dihemat adalah 22.092 liter solar per tahun, 113,4 kg oli per tahun, dan 378 kg filter oli per tahun.
Energi yang dihasilkan per tahun adalah sebesar
1,84 MWh
Gambar 3: Unit Panel Tenaga Surya
Menghemat
22.092 liter solar per tahun, 113,4 kg oli per tahun, dan 1.378 kg filter oli per tahun. 7
Pemanfaatan Sumber Daya
No 1.
Kegiatan Efisiensi Energi Implementasi Unit Panel tenaga Surya
Hasil Absolut Efisiensi Energi Tahun 2011 2012 2013 0,53 0,92 1,84
Satuan MWh
Tabel 5: Hasil Absolut Efisiensi Energi Implementasi Panel Surya
4. Program Lanjutan Efisiensi Penggunaan Pompa Air Listrik
Penghematan listrik sebesar
34,16 MWh Setara Dengan
52 rumah
selama satu tahun No 1.
CGS konsisten melaksanakan efisiensi penggunaan pompa air listrik dengan menerapkan sistem gravitasi pada pengoperasian sistem distribusi air bersih. Hal tersebut dilakukan dengan membuat pemipaan baru langsung dari tangki air yang lebih tinggi supaya distribusi air dapat langsung dialirkan dengan gravitasi. Dengan adanya alternatif ini, maka 2 buah pompa yang beroperasi terus menerus dapat dihentikan sehingga setiap tahun, energi yang dapat dihemat adalah sebesar 34,16 MWh. Penghematan ini setara dengan penerangan sekitar 52 rumah yang berdaya masing-masing 450 W dengan pemakaian 8 jam per hari selama setahun.
Kegiatan Efisiensi Energi Mematikan pompa listrik dan mengganti dengan sistem gravitasi
Hasil Absolut Efisiensi Energi Tahun 2011 2012 2013 34
34
34
Satuan MWh
Tabel 6: Hasil Absolut Efisiensi Penggunaan Pompa Air Listrik
5. Program Inovasi Baru Pemanfaatan Teknologi Optik (Solatube) untuk Meneruskan Cahaya Matahari ke dalam Bangunan Warehouse Program konservasi dan diversifikasi energi baru ini merupakan teknologi perintis di perusahaan energi, minyak dan gas di Indonesia. Program baru yang diunggulkan ini sudah berjalan 1 bulan dan telah mendapatkan konservasi energi sebesar 288 kWh dan akan terus di terapkan di bangunan lainnya di tahun 2013-2014. Proyeksi pengurangan konsumsi energi listrik dengan mematikan 25 buah lampu dengan daya 400 Watt selama 8 jam sehari adalah sebesar 28,8 MWh pertahun atau setara dengan penerangan 2 rumah dengan daya masing-masing 450 W.
Gambar 4: Foto & Diagram Solatube
6. Program Inovasi Baru Penurunan Pemakaian Uap untuk Sistem Pembuangan Gas Unit 4, 5, dan 6 Program konservasi energi ini adalah inovasi baru yang terbukti dapat menurunkan setting tekanan Gas Removal System dari rujukan pabrikan 4,8 bar menjadi 4,4 bar namun tetap dalam operasi yang handal dan aman. Program unggulan ini sudah berjalan 5 bulan dan telah mendapatkan konservasi energi sebesar 900 MWh atau setara dengan penerangan 1.390 rumah dengan daya masing-masing 450 W. 8
Konservasi energi sebesar
900 MWh
atau setara penerangan
1.390 rumah
Pemanfaatan Sumber Daya
7. Program Inovasi Baru Implementasi Pencampuran Uap Sumur Produksi Wilayah Timur dan Barat Untuk Meningkatkan Konservasi Uap dan Cadangan Energi Program ini mengkonservasi energi baru dengan inovasi dalam memperbaiki SOP pengoperasian sumur produksi di CGS. Konservasi ini menjadikan uap yang dialirkan ke PLTP berkualitas baik sehingga pemakaian uap dalam Ton per MWh mengalami penurunan dan meningkatkan efisiensi energi. Meskipun program ini baru berjalan 4 bulan namun telah menghemat energi sebesar 2.300 MWh atau setara dengan penerangan 3.550 rumah dengan daya masing-masing 450 W.
Month
April 2013
May 2013
June 2013
July 2013
Steam Steam Improved Decreased Steam Decreased Load Consumption Consumptions Consumptions Steam Steam in Unit Generation Before Project After Project Usage MW/HR (TON/ (MW/HR) (%) (TON/HR) (TON/HR) (TON/MW) HR) Equivalent
Saving (USD/ HR)
Saving USD
Days
4
430.572
430.956
65.60
6.569
-0.384
-.09
-0.058
-4.27
21
(2,150.58)
5
484.22
457.434
65.62
6.971
26.786
5.53
3.841
280.50
21
141,373.8
6
427.360
426.687
65.60
6.504
0.673
0.16
0.103
7.55
21
3,806.82
4
430.572
430.596
65.60
6.564
-0.023
-0.01
-0.004
-0.26
28
(171.89)
5
484.22
453.332
65.65
6.905
30.888
6.38
4.473
326.54
28
219,432.16
6
427.360
426.211
65.60
6.497
1.149
0.27
0.177
12.91
10
3,098.37
4
430.572
427.758
65.60
6.521
2.814
0.65
0.432
31.50
31
23,438.27
5
484.22
452.549
65.47
6.912
31.671
6.54
4.582
334.47
31
248,848.09
6
427.360
427.360
65.60
6.515
0
0.00
0.000
0.00
0
-
4
430.572
428.883
65.37
6.561
1.689
0.39
0.257
18.79
26
11,726.73
5
484.22
447.115
65.55
6.821
37.105
7.66
5.440
397.11
26
247,795.46
6
427.360
427.778
65.38
6.543
-0.418
-0.10
-0.064
-4.66
26
(2,910.12)
Total
894,287.14 Tabel 7: Rekapitulasi Efisiensi Energi Implementasi Pencampuran Uap Sumur Produksi Wilayah Timur dan Barat Untuk Meningkatkan
Konservasi Uap dan Cadangan Energi
B. Penurunan Emisi Secara alami, karakteristik reservoir CGS mengandung jumlah Non-Condensable Gas (NCG) paling besar dibanding PLTP lainnya di Indonesia dan memiliki jumlah unit pembangkit listrik lebih banyak (3 unit). Berdasarkan audit GEES-ITB jumlah emisi CO2 CGS adalah 185.500 Ton/tahun.
• CO2 : 10 besar skala dunia dan 5 besar skala Asia/ Nasional (CGS : 111 kg/MWh). Di mana referensi standar kadar emisi CO2 sektor panas bumi sejenis di dunia adalah 180 kg/MWh. • H2S : 10 besar skala dunia dan 5 besar skala Asia/ Nasional (CGS : 4,6 kg/Mwh). Di mana referensi kadar emisi H2S sektor panas bumi sejenis di Posisi CGS dalam usaha penurunan pencemaran udara dunia seperti PLTP Bjarnaflag North Iceland untuk emisi CO2 dan H2S adalah sebagai berikut: adalah 11 kg/Mwh. Praktek Umum
Belum ada data yang menunjukan proses ini diterapkan di industri panas bumi dengan metode di Chevron melalu proses Lean Sigma yaitu metode pencampuran NCG dari sumur produksi untuk mendapatkan kualitas uap yang optimal.
Kewajiban dalam Peraturan
Peraturan pemerintah Indonesia khususnya Dirjen EBTKE belum membuat standardisasi program yang wajib dilakukan oleh sektor panas bumi. Program unggulan ini murni inisiatif CGS sebagai komitmen dalam rangka pengurangan emisi udara. Program yang tengah dikaji di tahun 2013 dengan LAPI ITB adalah proyek pengendalian H2S (H2S Abatement) dan yang telah berhasil diterapkan adalah perubahan SOP untuk mengoptimalkan laju emisi NCG ke PLTP ke tingkat yang minimum melalui program Lean Sigma CGS 2012-2013.
9
Pemanfaatan Sumber Daya
Investasi
Berdasarkan evaluasi ekonomis menunjukkan tingkat pengembalian investasi yang sangat kecil. Bahkan salah satu program yang tengah dikaji dengan LAPI ITB belum pernah diterapkan di Indonesia untuk sektor sejenis dan biaya pengkajian teknis yang besar.
Hambatan Pelaksanaan
Tingkat kesulitan dalam penerapan program ini di CGS termasuk tinggi karena secara alami, karakteristik reservoir CGS adalah jenis uap flash yang memiliki kadar NCG tinggi di atas rata rata PLTP lainnya di Indonesia (H2S ~ 4,6 kg/Mwh). Tabel 8: Uji Additionalitas penurunan pencemaran udara untuk emisi CO2 dan H2S
No 1.
Kegiatan Penurunan Emisi Perubahan SOP untuk mengoptimalkan laju emisi NCG
Hasil Absolut Efisiensi Energi Tahun 2012 2013 6,1 5,5
Satuan MWh
Tabel 9: Hasil Absolut Efisiensi Energi Perubahan SOP untuk Mengoptimalkan Laju Emisi NCG
Penurunan emisi udara (CO2 dan H2S) dalam kandungan NCG CGS tahun terakhir adalah 5,5%. Program ini telah berhasil diterapkan melalui perubahan SOP untuk mengoptimalkan laju emisi NCG ke PLTP ke tingkat yang minimum melalui program Lean Sigma CGS 2012-2013.
C. 3R Limbah B3 Pemanfaatan Serpih Bor Serpih bor merupakan limbah dominan yang dihasilkan dari kegiatan pengeboran di CGS yang dimanfaatkan 100% menjadi bahan pelapis jalan dan batako. Limbah B3 lainnya adalah majun terkontaminasi, baterai bekas, oli bekas, lampu TL bekas, dan lain-lain yang jumlahnya sangat kecil dibandingkan dengan serpih bor. Total serpih bor yang dihasilkan dan dimanfaatkan CGS dapat dilihat di tabel berikut: Kegiatan Pemanfaatan serpih bor untuk bahan pengeras jalan dan pembuatan batako
Gambar 5: Foto Kegiatan Pemanfaatan Serpih Bor
Jenis Limbah
Tahun
Serpih Bor Yang Dihasilkan
Serpih Bor Yang Dimanfaatkan
Serpih Bor
2010 2011 2012 2013
1.628 ton 1.457, 8 ton 3.143,2 ton 4.186, 4 ton
1.628 ton 1.457,8 ton 3.143,1 ton 4.186,5 ton
Tabel 10: Hasil Absolut Pemanfaatan Limbah B3 Selama 4 Tahun Terakhir
Praktek Umum
Pemanfaatan serpih bor sebagai bahan pengeras jalan dan pembuatan batako belum banyak dilakukan di industri sejenis. Batako yang diproduksi digunakan untuk keperluan sendiri seperti untuk pembuatan drainase, perkuatan dinding dan formwork, pembangunan gedung camp dan laboratorium dan bahan untuk pengecoran jalan.
Kewajiban dalam Peraturan
Tidak ada peraturan yang mewajibkan perusahaan untuk memanfaatkan serpih bor, seperti untuk bahan pengeras jalan dan batako.
Investasi
Memerlukan investasi besar karena hasil pemanfaatannya tidak diizinkan untuk dijual secara komersil.
Hambatan Pelaksanaan
Belum adanya standardisasi teknologi untuk pemanfaatan serpih bor untuk bahan pengeras jalan dan batako. Untuk itu CGS melakukan kajian sendiri bekerjasama dengan Dinas PU Jawa Barat. Tabel 11: Uji Additionalitas Pemanfaatan Limbah B3
Rasio hasil 3R limbah B3 dari total limbah B3 (serpih bor dan limbah lainnya) yang dihasilkan adalah 93,8%. Intensitas total limbah dibandingkan dengan produk yang dihasilkan mencapai 3 kg/ MWh. Hal ini dikarenakan sejak bulan Juni 2012 terdapat kegiatan pengeboran di area CGS yang menghasilkan peningkatan serpih bor dalam jumlah besar. Kondisi tersebut menjadikan tingkat intensitas limbah B3 CGS berada pada posisi ke 4 dibandingkan dengan industri panas bumi sejenis. 10
CGS memanfaatkan
100% serpih bor menjadi bahan pelapis jalan dan batako
Pemanfaatan Sumber Daya
D. 3R Limbah Padat dan Limbah Cair Non B3 3R Limbah Padat Non B3
Tahun
Limbah Padat yang dihasilkan
3R limbah padat
CGS menghasilkan limbah padat non B3 meliputi limbah organik dan non organik. Total limbah padat non B3 yang dihasilkan dapat dilihat pada tabel berikut.
2010 2011 2012 2013
150 ton 58 ton 45 ton 107 ton
0 ton 15,1 ton 23 ton 44 ton
CGS memanfaatkan kembali (reuse) sampah non organik berupa kaleng, plastik dan kardus dengan menggunakannya sebagai bahan baku pembuatan mainan anak-anak, parutan kelapa dan gantungan kunci, yang semuanya diproduksi oleh perusahaan lokal binaan CGS. Program pemanfaatan kembali limbah (reuse) juga dilakukan dengan penggunaan kembali material scrap dan sisa proyek sebagai bahan pemeliharaan dan pembangunan fasilitas pendukung seperti perbaikan gedung, perbaikan pipa, pembangunan shelter, post security, stopper parkir kendaraan dan lain-lain. Untuk limbah organik sebagian besar dimanfaatkan kembali menjadi bahan baku kompos.
Tabel 12: Total Limbah Padat Non B3 Produksi Kompos
Gambar 6: Grafik Produksi Kompos
3R Limbah Cair Non B3 CGS menghasilkan limbah cair non B3 berupa minyak jelantah dari kegiatan catering. Sejak tahun 2009 hingga kini, CGS bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Kota Bogor untuk memanfaatkan kembali limbah minyak jelantah menjadi bahan baku biodiesel yang digunakan sebagai bahan bakar
Praktek Umum
3R limbah non B3 secara umum sudah banyak dilakukan, namun CGS melakukannya bekerjasama dengan masyarakat lokal dan perusahaan binaan di area Salak, sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan menumbuhkan jenis usaha baru. Pemanfaatan kembali limbah minyak jelantah menjadi bahan baku biodiesel tidak umum dilakukan oleh industri sejenis. CGS merupakan satu-satunya perusahaan geothermal di Jawa Barat yang menyumbangkan minyak jelantah sebagai bahan baku biodiesel.
Kewajiban dalam Peraturan
Tidak ada peraturan yang mengharuskan perusahaan untuk melakukan 3R limbah non B3.
Investasi
CGS mengeluarkan biaya untuk membayar perusahaan binaan mengumpulkan dan memanfaatkan limbah non B3. Secara bisnis pengeluaran biaya ini tidak memberikan keuntungan untuk CGS, namun memilki dampak sosial yang baik untuk pengembangan kesejahteraan masyarakat.
Hambatan Pelaksanaan
Belum banyak perusahaan lokal yang tertarik sebagai pengumpul dan pengolah limbah padat B3, karena dinilai merupakan pekerjaan rendahan dan tidak memilki nilai ekonomis yang tinggi. Perusahaan lokal lebih tertarik menjadi supplier, vendor atau mengerjakan pekerjaan civil. Perubahan paradigma dari pemanfaatan minyak jelantah yang memiliki potensi bisnis dengan dijual kembali kepada menyumbangkan secara gratis kepada Pemkot Bogor. Tabel 13: Uji Additionalitas 3R Limbah Cair Non B3
Penghematan Kegiatan
Jenis Limbah
Pembuatan Kompos, Pakan ternak Pembuatan mainan anak-anak, Pembuatan parutan kelapa, Pembuatan gantungan kunci, Pembuatan kerajinan Dijual ke pengumpul Pemanfaatan limbah cair minyak jelantah untuk bahan baku biodiesel
Keterangan
2010
2011
2012
2013
Limbah padat Organik
0
11,7
17,4
31,5
ton
Plastik, botol, Kaleng, Limbah padat Kayu, kawat bekas, Kaca, non organik kardus, karung, kertas
0
3,4
5,5
12,4
ton
1.189
603
981
1.887,5
liter
Sisa makanan
Minyak jelantah
Limbah cair
Tabel 14: Hasil Absolut Pemanfaatan Limbah Padat dan Cair Non B3 Selama 4 Tahun Terakhir
11
Pemanfaatan Sumber Daya
angkutan masal TransPakuan di kota Bogor. Sejak tahun 2010 hingga bulan Agustus 2013 CGS telah menyumbangkan sebanyak 4.660 liter minyak jelantah kepada Pemda Kota Bogor. Dengan usaha yang telah dilakukan, rasio pemanfaatan limbah padat dan cair non B3 melalui program 3R dari total limbah non B3 yang dihasilkan adalah sebesar 50%, rasio ini adalah tertinggi diantara industri panas bumi tingkat Nasional. Sedangkan Intensitas limbah non B3 CGS dibandingkan dengan produk yang dihasilkan mencapai 0,02 kg/Mwh, dikarenakan sejak tahun 2012 terdapat kegiatan pengeboran dan mobilisasi personil dalam jumlah yang besar ke area Salak. Hal ini menjadikan timbulan limbah non B3 meningkat, namun intensitas limbah CGS masih sangat Rasio 3R Limbah non B3 kecil dibandingkan dengan industri panas bumi sejenis yaitu 0,32 kg/ mencapai orang/hari dengan referensi timbulan limbah non B3 tertinggi yaitu dari limbah yang dihasilkan daerah industri di Amerika Serikat mencapai 4 kg/orang/hari.
50%
E. Konservasi Air dan Penurunan Beban Pencemaran Air
CGS menggunakan 4 sumber air permukaan. Semua sumber air permukaan telah dilengkapi dengan alat ukur debit dan secara rutin dicatat dan dilaporkan kepada lembaga pemerintah terkait. CGS hanya menggunakan air untuk kebutuhan domestik dan akomodasi. Total air yang digunakan untuk kebutuhan domestik ini adalah sebesar 57.233 m3 dengan pemakaian air rata-rata 138 liter/orang/hari untuk pemakaian kantor, camp dan dining atau 17,4 liter/orang/hari untuk pemakaian kantor saja yang merupakan pemakaian air domestik terendah untuk perkantoran dibandingkan industri panas bumi nasional dan konsumsi air untuk perkantoran skala dunia. CGS tidak menggunakan air permukaan untuk proses pembangkit listrik.
Konservasi Air
Substitusi Air Permukaan Dengan Air Kondensat
Reduksi Penggunaan Air Permukaan Sebesar
99% No
1 2 3
CGS dalam kegiatannya telah memanfaatkan kembali (Reuse) air kondensat (air hasil produksi) untuk keperluan kegiatan operasional antara lain untuk kegiatan pengeboran sebanyak rata-rata 193.067 m3/ tahun. Selain itu air kondensat juga digunakan penambahan air menara pendingin dan proses pencuci uap sebanyak rata-rata 7.924.825 m3/tahun dan juga dipergunakan untuk kegiatan pengujian dan proses perawatan sumur sebanyak rata-rata 113.929 m3/tahun. Dengan demikian CGS berhasil mengurangi penggunaan air bersih sebesar 8.118.006 m3/tahun atau berhasil melakukan pengurangan sebesar 99%.
Kegiatan
Proses pengeboran Proses pengisian kembali menara pendingin dan pencucian uap Proses pengetesan dan perawatan sumur
Satuan
2011
2012
2013
Tidak ada kegiatan pengeboran
183.757
202.378
m3
7.544.765
8.516.297
5.135.232
m3
-
93.878
133.980
m3
Tabel 15: Hasil Absolut Subtitusi Air Permukan Dengan Air Kondensat
Praktek Umum
Pada umumnya proses pengujian sumur dan perawatan sumur menggunakan air bersih.CGS mengaplikasikan penggunaan air kondensat sebagai salah satu bentuk konservasi air.
Kewajiban dalam Peraturan
Tidak ada peraturan yang mengharuskan perusahaan untuk menggunakan air kondensat pada proses pengujian dan perawatan sumur.
Investasi
Investasi dalam pelaksanaan program tersebut cukup besar terutama dalam pembangunan jalur perpipaan.
Hambatan Pelaksanaan
Hambatan pelaksanaan program tersebut adalah memerlukan kajian keselamatan dan resiko serta kajian teknis engineering agar tidak merusak reservoir.
Tabel 16: Uji Additionalitas Subtitusi Penggunaan Air Permukaan Dengan Air Kondensat Dalam Proses Pengetesan dan Perawatan Sumur
12
Pemanfaatan Sumber Daya
Penurunan Beban Pencemaran Air Siklus pembangkit listrik panas bumi CGS merupakan sistem tertutup dimana setelah menggerakkan turbin, uap akan dikondensasikan dalam kondensor; sebagian besar diinjeksikan kembali ke reservoir sebagai proses recharge dan sebagian kecil dialirkan ke cooling tower untuk digunakan kembali. CGS juga tidak menggunakan air permukaan untuk kegiatan operasi pembangkitan. Dengan demikian, CGS dapat menghilangkan beban pencemaran air, karena brine dan kondensat tidak dibuang ke badan air, melainkan diinjeksikan kembali ke dalam perut bumi. Jumlah brine yang diinjeksikan ke reservoir panas bumi sebanyak rata-rata 49.269.763 ton/tahun dan kondensat yang diijeksikan ke reservoir panas bumi sebanyak rata-rata 5.345.838 ton/tahun. No
1
2
Kegiatan
Parameter
Reinjeksi brine ke reservoir panas bumi
Reinjeksi kondensat ke reservoir panas bumi
Timbulan brine Amonia (NH3) Sulfida (H2S) Arsen (As) Raksa (Hg) Timbulan kondensat Amonia (NH3) Sulfida (H2S) Arsen (As) Raksa (Hg)
2010 50.497.705 83,321 505 101 10
Hasil Absolut Tahun 2011 2012 53.838.645 43.473.587 88,834 71,731 538 435 108 87 11 9
2013 (YTD) 31.349.914* 51,727 313 63 6
5.263.856
4.923.198
5.850.459
3.940.938*
56,586 53 16 1
52,924 49 15 1
62,892 59 18 1
42,365 39 12 1
Satuan
Ton
Tabel 17: Hasil Absolut Penurunan Beban Pencemaran Air
F. Perlindungan Keanekaragaman Hayati Upaya perlindungan keanekaragaman hayati dilakukan melalui program Suaka Elang, persemaian bibit, penghijauan kembali, dan upaya restorasi hutan koridor Halimun-Salak melalui prakarsa Green Corridor Initiative (GCI). Sejak 2009, CGS masih dan akan terus mendukung program Suaka Elang untuk menjaga keberlangsungan populasi raptor termasuk elang jawa yang merupakan satwa asli Gunung Salak. Hingga 2012, sudah 30 ekor elang direhabilitasi melalui program Suaka Elang, dimana 14 ekor telah berhasil dilepasliarkan. CGS juga hidup berdampingan secara harmonis dengan satwa asli lain, seperti macan tutul jawa dan owa jawa. Dalam upaya meningkatkan kesadaran akan kelestarian lingkungan,CGS menjalankan program pengenalan K3LL kepada semua karyawan dan tamu. Program ini bertujuan memberikan informasi dan arahan untuk menjaga flora dan fauna di area operasi PLTP Salak yang berdekatan dengan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS).
Gambar 7: Elang Jawa
Hingga 2013, CGS telah menanam
82.000 pohon
setara dengan penyerapan
2.296.000 ton CO / tahun 2
dan penampungan 8.200.000 liter air / tahun
Pada akhir 2011, CGS memprakarsai program Green Corridor Initiative (GCI) bekerjasama dengan Balai TNGHS. Melalui program ini, CGS menargetkan pada tahun 2015 sudah tertanam sekurangnya 250.000 pohon di area kritis seluas 500 Ha. Jenis pohon endemik yang ditanam antara lain rasamala, huru, saninten, dan puspa. Pelaksanaan kegiatan ini bekerja sama dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati (KEHATI) dan masyarakat setempat dalam kelompok petani Jaringan Masyarakat Koridor (Jarmaskor) yang juga berperan aktif dalam pemeliharaan hutan.
13
Pemanfaatan Sumber Daya
Program lainnya adalah penghijauan internal sejak tahun 2006 dan masih berlangsung sampai saat ini. Pada tahun 2013, CGS bekerja sama dengan organisasi kemasyarakatan KNPI Sukabumi menanam 4.000 bibit pohon di daerah Caringin Wetan, Kabupaten Sukabumi dan menyediakan 5.000 bibit pohon untuk mendukung program Kementerian Kehutanan dalam kegiatan Bersih Sungai Ciliwung. Total jumlah pohon yang ditanam sejak tahun 2006 sampai dengan bulan Mei 2013 adalah sebanyak 82.000 pohon, sehingga diperkirakan mampu menyerap 2.296.000 ton CO2 per tahun dan menampung 8.200.000 liter air per tahun.
Praktek Umum
Program ini memiliki keunikan tersendiri karena bertujuan untuk menjaga ekosistem Gunung Halimun-Salak dengan mengintegrasikan program Suaka Elang dan Green Corridor Initiative yang lokasinya terletak jauh dari wilayah operasional CGS serta penanaman kembali tanaman asli Gunung Salak di dalam area operasi CGS. Program jangka panjang ini sekaligus menjalankan amanah ekologi untuk keberlanjutan keanekaragaman hayati TNGHS dan bekerjasama dengan multipihak.
Kewajiban dalam Peraturan
Belum ada peraturan yang mewajibkan perusahaan untuk melakukan program keanekaragaman hayati di area Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Merujuk pada Undang-undang No. 5/1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, dinyatakan bahwa peran serta rakyat dalam konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya diarahkan dan digerakkan oleh Pemerintah melalui berbagai kegiatan yang berdaya guna dan berhasil guna. Namun, program perlindungan keanekaragaman hayati merupakan murni prakarsa proaktif dan komitmen CGS dalam melakukan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Investasi
CGS menginvestasikan kurang lebih Rp 10 miliar untuk menjalankan program terpadu kegiatan perlindungan keanekaragaman hayati tanpa ada imbal balik secara ekonomi.
Hambatan Pelaksanaan
Tantangan program ini adalah mengubah paradigma dan pola hidup masyarakat dari menggantungkan hidup dari hutan menjadi ikut menjaga keseimbangan ekosistem untuk keberlanjutan kehidupan masyarakat dan keanekaragaman hayati. Tabel 18: Uji Additionalitas Kegiatan Perlindungan Keanekaragaman Hayati
No 1 2
Kegiatan Penanaman pohon di area Green Corridor Gunung Halimun-Salak Penghijauan internal
2010
1.695
Hasil Absolut Tahun 2011 2012
3.969
2013
Satuan
15.000
30.000
pohon
5.971
9.000
pohon
Tabel 19: Hasil Absolut Kegiatan Perlindungan Keanekaragaman Hayati
GCI juga menyediakan media sosial www.green.web.id untuk prakarsa lingkungan agar publik dapat berpartisipasi dalam penanaman virtual “Pohon Kita” dan mengikuti kemajuan serta kegiatan program GCI. Melalui “Pohon Kita” anggota Greenweb telah ikut menanam lebih dari 7.500 pohon. Media sosial ini juga dipersiapkan sebagai kontribusi jangka panjang CGS untuk mendorong berbagai upaya praktis yang mendukung konservasi dan perlindungan sumber daya alam di Indonesia. Praktek Umum
CGS mempelopori dan ikut mengembangkan greenweb.id sebagai media sosial setara dengan “facebook” yang didedikasikan untuk prakarsa konservasi dan lingkungan hidup praktis di Indonesia. Program dengan rentang pengaruh yang besar serta inovasi, inisiatif dan komitmen jangka panjang seperti ini tidak umum dilakukan oleh banyak perusahaan di Indonesia.
Kewajiban dalam Peraturan
Tidak ada peraturan yang mewajibkan sebuah perusahaan untuk membuat media sosial khusus untuk mendukung upaya konservasi dan lingkungan hidup di Indonesia.
Investasi
Investasi sosial CGS dalam pengembangan media sosial ini termasuk dalam bagian dana GCI sebesar Rp 1 Miliar .
Hambatan Pelaksanaan
Tantangan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah isu lingkungan yang beragam dan upaya mengubah paradigma serta perilaku masyarakat yang lebih ramah terhadap pemanfaatan dan perawatan sumber daya alam hayati di Indonesia akan memerlukan usaha yang tekun, konsisten dan jangka panjang.
Tabel 20: Uji Additionalitas Kegiatan Media Sosial Greenweb (Perlindungan Keanekaragaman Hayati)
14
Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan Masyarakat Program Pemberdayaan Masyarakat yang terdiri dari Community Relations, Community Services dan Community Development dijalankan Chevron Geothermal Salak, Ltd. (CGS) dengan menggunakan pendekatan Pembangunan Berkelanjutan. CGS memahami betul bahwa konsep Pembangunan Berkelanjutan memiliki esensi “upaya memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka”. Dengan kata lain, sasaran pembangunan berkelanjutan pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan taraf hidup manusia. Pada sasaran inilah, Community Development sebagai bagian dari Corporate Social Responsibility memainkan peran yang besar untuk pencapaian tujuan tersebut.
1. Program Prakarsa Lintasan Hijau Halimun Salak (Green Corridor Initiative/GCI) CGS mengimplementasikan Prakarsa Lintasan Hijau Halimun Salak (GCI) sebagai program lima tahun CGS bekerjasama dengan Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (BTNGHS). Program ini dimulai tahun 2012 untuk mendukung restorasi habitat, pemberdayaan masyarakat, dan kehidupan yang berkelanjutan di wilayah koridor ekologi Halimun Salak.
Program GCI bertujuan merestorasi zona ekologi kritis di koridor dalam TNGHS seluas 500 Ha untuk mendukung keberlanjutan migrasi hewan dan habitatnya. Wilayah hutan koridor ini menghubungkan dua ekosistem yaitu Gunung Halimun dan Gunung Salak. Kedua ekosistem ini selain memiliki nilai keanekaragaman hayati tinggi juga berfungsi sebagai daerah penyangga
15
Pemberdayaan Masyarakat
ketersediaan air dan sebagai sumber penghidupan masyarakat setempat. Program ini melibatkan partisipasi masyarakat, baik dalam kegiatan restorasi, maupun pada upaya perlindungan dan pelestarian hutan. Upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat juga dilakukan melalui kegiatan pemberdayaan ekonomi yang mendukung konservasi. Prakarsa ini sejalan dengan program satu juta pohon yang diprakarsai oleh Pemerintah Indonesia. Selanjutnya CGS akan melakukan pengembangan Green Belt atau Hutan Tanaman Rakyat (HTR) di kawasan TNGHS pada 2014. Program GCI meliputi tiga aktivitas utama, yaitu restorasi habitat, pemberdayaan masyarakat dan komunikasi terpadu. a. Restorasi habitat diawali dengan kegiatan perencanaan dan pemetaan lahan oleh
Koperasi jarmaskor berdiri 2012 dengan aset yang dikelola per Mei 2013
rp 200 juta
pemangku kepentingan. Setelah melakukan sosialisasi, kampanye, dan pendidikan lingkungan terkait restorasi habitat serta pemberdayaan masyarakat, CGS melakukan persiapan lahan penanaman seluas 80 Ha dan pembibitan sebanyak 40.000 bibit. Hingga Juni 2013 telah ditanam total pohon sekitar 46.000 di lahan seluas 90 Ha dengan pemeliharaan dan pengamanan melalui patroli partisipatif bersama TNGHS dan masyarakat PamSwakarsa. Prakarsa ini juga sejalan dengan program satu juta pohon yang diprakarsai oleh Pemerintah Indonesia. Selanjutnya CGS akan melakukan pengembangan GreenBelt atau Hutan Tanaman Rakyat (HTR) di kawasan TNGHS pada 2014. b. Implementasi kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan menguatkan Jaringan Masyarakat Koridor (Jarmaskor) melalui koperasi Jarmaskor yang didirikan tahun 2012. Fokus kegiatan program ini adalah pertanian terpadu seperti penggemukan ternak, pembibitan, pengelolaan kandang dan kompos, pemupukan dan pertanian. Program penguatan
Gambar 8: Peta lokasi penanaman program GCI di Koridor Halimun Salak
16
Pemberdayaan Masyarakat
Investasi sosial lebih dari
rp 10 miliar
dan pemberdayaan ini telah diterima oleh lebih dari 50 petani dan sampai dengan Mei 2013 telah meningkatkan aset Koperasi Jarmaskor mereka sekitar 200 juta rupiah. c. Dalam mempromosikan dan mensosialisasikan program GCI kepada publik, GCI mengikuti dua pameran Nasional dan satu pameran International Union for Conservation of Nature (IUCN) di Korea Selatan. Hingga April 2013, program GCI telah diliput oleh lebih dari 20 media lokal maupun internasional dan membangun jaringan media sosial (www.green.web.id).
Praktek Umum
Hingga saat ini belum pernah terdengar ada sebuah perusahaan yang memberikan kontribusi terhadap upaya restorasi hutan koridor yang menghubungkan dua ekosistem dengan tingkat keanekaragaman hayati tinggi dalam kawasan Taman Nasional yang mengintegrasikan antara penghijauan lahan kritis, pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi berbasis pada lingkungan dan mengajak institusi lain untuk ikut berkontribusi serta dalam jangka waktu menengah (5 tahun). Keunikan GCI adalah menggabungkan ketiga hal tersebut dalam sebuah prakarsa Green Corridor Initiative (GCI). Keunikan lain dari program ini adalah sebuah kolaborasi antara empat pihak yaitu Perusahaan yang diwakili oleh Chevron Geothermal Salak, Masyarakat yang diwakili oleh Jaringan Masyarakat Koridor (Jarmaskor), Lembaga Swadaya Masyarakat, dan Pemerintah yang diwakili Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Kolaborasi dan komitmen seperti ini tidak menjadi praktek yang umum dilakukan secara proaktif oleh suatu perusahaan.
Kewajiban dalam Peraturan
Green Corridor Initiative merupakan murni prakarsa CGS dalam melakukan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dengan turut serta melakukan pembinaan terhadap masyarakat yang hidup di sekitar area restorasi Halimun-Salak.
Investasi
Program Green Corridor Initiative dijalankan oleh CGS selama 5 tahun sejak 2012. Total dana yang disediakan Chevron untuk menjalakan program ini lebih dari Rp 10 miliar tanpa ada keuntungan finansial bagi CGS.
Hambatan Pelaksanaan
Tidak mudah mengajak masyarakat melaksanakan program ini ketika mereka sudah terbiasa mengambil manfaat dari keberadaan hutan. Merubah pola kehidupan dan budaya masyarakat di kawasan koridor merupakan tantangan tersendiri yang harus dihadapi program ini. Selain itu, komunikasi menggalang kerjasama multipihak membutuhkan waktu dan persisten agar tujuan bersama GCI dapat diinternalisasi oleh para pihak. Tabel 21: Uji Additionalitas Prakarsa Lintasan Hijau Halimun Salak (Green Corridor Initiative/GCI)
Hasil Absolut Tahun 2010
No
Kegiatan
1.
Green Corridor Initiative (GCI)
150 juta
2.
Local Bussiness Development (LBD)
470 juta
3.
Linkage of Microfinance and Education Assistance Program (LEAP)
Dana (Rp)
250 juta
% Keberhasilan Penyelesaian program 100% Penyelesaian program 100% Penyelesaian program 100%
2011 Dana (Rp) 150 juta
190 juta
500 juta
% Keberhasilan Penyelesaian program 100% Penyelesaian program 100% Penyelesaian program 100%
2012 Dana (Rp) 2,75 miliar 250 juta
1,9 miliar
% Keberhasilan Penyelesaian program 100% Penyelesaian program 100% Penyelesaian program 100%
2013 Dana (Rp) 1,75 miliar 158 juta
-
% Keberhasilan Penyelesaian program 40% Penyelesaian program 90% 100% program bergulir secara mandiri
Tabel 22: Hasil Absolut Prakarsa Lintasan Hijau Halimun Salak (Green Corridor Initiative/GCI)
2. Program Microfinance Sebagai pendekatan kepada konsep keberlanjutan ekonomi, CGS telah memulai program microfinance dari tahun 2009 dengan terbentuknya institusi ekonomi lokal baru yaitu KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah) Madani dan Kartini, serta KJKS Siraa pada tahun 2010. Di tahun 2012, ketiga KJKS telah menghasilkan pendapatan sekitar Rp 450 juta dan mempekerjakan sekitar 30 orang (karyawan, staf, dan 17
Pemberdayaan Masyarakat
manajer). Selama 2012, fasilitas pinjaman dari koperasi telah dimanfaatkan oleh sekitar 1500 pengusaha mikro dengan total nilai pembiayaan lebih dari Rp 4 miliar. Di tahun 2012, CGS meluncurkan Linkage of Microfinance and Education Assistance Program (LEAP). Dengan program ini, keuntungan hasil pinjaman koperasi digunakan untuk pendanaan pendidikan bagi anak-anak yang kurang mampu untuk belajar di pusat kegiatan belajar dan pelatihan (Rumah Belajar). Pada tahun 2012, 10% dari pendapatan ketiga KJKS telah disalurkan.
Selama 2012 pendapatan ketiga kjks sekitar
Selama 2012 ketiga kjks Memberi Pinjaman Kepada
450 Juta Rupiah 1500 Pengusaha Mikro dan mempekerjakan
Dengan Total nilai lebih dari
30 orang
4 Miliar Rupiah
Praktek Umum
Sudah banyak perusahaan-perusahaan membantu masyarakat di sekitarnya melalui bidang pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di daerahnya. Demikian pula halnya dengan CGS. Dalam satu pilarnya, CGS memang membantu masyarakat di sekitarnya melalui bidang pengembangan ekonomi. Namun keunikan program yang dilaksanakan CGS dibandingkan perusahaan lainnya adalah mengintegrasikan program Microfinance dengan bantuan pendidikan, yang disebut sebagai Linkage of Microfinance and Education Assistance Program (LEAP). Melalui program ini, keuntungan dari hasil pinjaman microfinance digunakan untuk mendanai pendidikan bagi anak-anak yang kurang mampu untuk belajar di pusat kegiatan belajar dan pelatihan (Rumah Belajar). Pada tahun 2012, 10% dari pendapatan ketiga KJKS yang telah dibangun sebelumnya telah disalurkan. Selain meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pinjaman (keberlanjutan ekonomi), program ini juga meningkatkan kesejahteraan yang berkelanjutan melalui pendidikan (keberlanjutan sosial dan budaya).
Kewajiban dalam Peraturan
Dalam UU No. 20/2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah banyak diulas tentang pemberdayaan unit UMKM, baik yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha dan masyarakat. Namun demikian di dalam pasal-pasal yang mengulas tentang pemberdayaan unit UMKM pada UU No. 20/2008 tidak diatur hal yang berkaitan dengan sinergitas antara UMKM dengan kegiatan memajukan pendidikan. Program Linkage of Microfinance and Education Assistance CGS dimaksudkan untuk memberikan pendanaan bagi Rumah Belajar untuk masyarakat dari keuntungan yang diperoleh Koperasi yang sudah didirikan sebelumnya. Selain meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pinjaman (keberlanjutan ekonomi), program ini juga meningkatkan kesejahteraan yang berkelanjutan melalui pendidikan (keberlanjutan sosial dan budaya).
Investasi
Untuk program Linkage of Microfinance and Education Assistance, investasi sosial CGS sebesar Rp 1,5 Miliar. Dana ini merupakan dana tambahan dari Chevron Corporate di luar dari Program Pengembangan Masyarakat pada umumnya. Dana tersebut digunakan untuk mendirikan dua Rumah Belajar, penyediaan fasilitas dan pelatihan keterampilan komputer serta menjahit. Dana digunakan juga untuk meningkatkan kapasitas pengelola, memberikan penguatan lembaga keuangan mikro maupun kegiatan monitoring.
Hambatan Pelaksanaan
Tantangan terbesar yang dihadapi adalah menjaga keberlanjutan dari kegiatan dua Rumah Belajar yang sudah dibangun. Dari hasil monitoring yang dilakukan hingga bulan Agustus 2013 kegiatan Rumah Belajar ini masih terus berjalan. Tantangan lain adalah memastikan koperasi mendapatkan keuntungan untuk digunakan sebagai pendanaan Rumah Belajar. Tidak mudah menjaga konsistensi keberlanjutan kegiatan ini dengan menjaga konsistensi multi stakeholders di wilayah kerjanya masing-masing. Tabel 23 : Uji Additionalitas Program Microfinance
18
Pemberdayaan Masyarakat
3. Program Pelatihan Kewirausahaan melalui Pengembangan Bisnis Tempatan (LBD) Program Local Business Development (LBD) merupakan program pembinaan dan pengembangan potensi bisnis perusahaan kecil/koperasi tempatan melalui Program Kemitraan berdasarkan asas kebersamaan. Program LBD dibagi menjadi dua yaitu Program Dasar dan Program Lanjutan. Konsep LBD sejalan dengan tujuan Community Development. Namun, program ini mengkhususkan pada pengembangan kemampuan kewirausahaan dalam bentuk pelatihan, bimbingan dan konsultasi teknis, dan keikutsertaan dalam proses pengadaan barang dan jasa. 2012
2013
2014
2015
2016
Mensosialisasikan dan mempromosikan Program LBD
Membuat Inkubator Bisnis LBD
Evaluasi Program LBD Pengembangan
Program Pendampingan LBD dan Pengembangan
Mensosialisasikan dan Mempromosikan Program LBD
• Peningkatan BPP • Memasukkan proses kepatuhan dan persyaratan OE/HES
• Peningkatan BPP • Memasukkan proses kepatuhan dan persyaratan OE/HES
• Peningkatan BPP
• Peningkatan BPP • Memasukkan proses kepatuhan dan persyaratan OE/HES
• Peningkatan BPP • Memasukkan Proses Kepatuhan dan persyaratan OE / HES
• Melaksanakan program Pendampingan Wirausaha LBD (kurikulum 3 tahun)
• Menyelesaikan program Pendampingan Wirausaha LBD (kurikulum 3 tahun) • Mengukur hasil program • Kelulusan program LBD Batch 1&2
• Menyelesaikan 2 tahun program pelatihan Batch 1 • Mengukur hasil perkembangan program pelatihan LBD vendor
• Membuat Program Pendampingan Wirausaha LBD (kurikulum pelatihan 3 tahun)
• Melaksanakan program pendamping wirausaha LBD (kurikulum 3 tahun)
• Melaksanakan program pelatihan Lanjutan • Melaksanakan program pelatihan LBD Batch 3
• Melaksanakan program pelatihan Lanjutan • Menyelesaikan 2 tahun program pelatihan Batch 3 • Mengukur hasil perkembangan program pelatihan LBD vendor • Memulai program LBD - Batch 4
• Melaksanakan program pelatihan Batch 2 • Mencatat kinerja vendor LBD pada proses pengadaan
• Menyelesaikan 2 tahun program pelatihan Batch 1 • Mengukur hasil perkembangan program pelatihan LBD vendor • Memulai program LBD Batch 3
• Melaksanakan Program Pelatihan Lanjutan • Melaksanakan program pelatihan LBD Batch 3
• Meningkatkan nilai dan volume pengadaan dan tender LBD • Meningkatkan volume kontrak LBD • Melibatkan LBD pd kontrak resiko medium (diperlukan CHESM)
• Meningkatkan nilai dan volume pengadaan dan tender LBD • Meningkatkan volume kontrak LBD • Melibatkan LBD pd kontrak resiko medium (diperlukan CHESM)
• Meningkatkan nilai dan volume pengadaan dan tender vendor LBD
• Meningkatkan nilai dan volume pengadaan dan tender LBD • Meningkatkan volume kontrak LBD
• Meningkatkan nilai dan volume pengadaan dan tender LBD • Meningkatkan volume kontrak LBD • Melibatkan LBD pada kontrak risiko medium (diperlukan CHESM)
• Melaksanakan PQ CHESM (yg lulus Step 3) –Batch 1 • Melaksanakan keterlibatan LBD – CHESM dan Program pelatihan (Step 2&3) - Batch 2
• Melaksanakan PQ CHESM (yg lulus Step 3) –Batch 2 • Melaksanakan keterlibatan LBD – CHESM dan Program pelatihan (Step 2&3)- Batch 3
• Melaksanakan keterlibatan LBD – CHESM dan program pelatihan (Step1) – Batch 1
• Melaksanakan keterlibatan LBD – CHESM dan program pelatihan (Step 2&3) Batch 1 • Melaksanakan keterlibatan LBD – CHESM dan program pelatihan (Step1) – Batch 2
• Melaksanakan PQ CHESM (yang lulus step 3) – Batch 1 • Melaksanakan keterlibatan LBD CHESM dan Program Pelatihan – batch 2
• Reliabilitas & Manajemen Inventori: Meningkatkan kualitas material dan ketepatan waktu pengiriman • Mencatat transaksi vendor LBD dgn perusahaan lain
• Reliabilitas & Manajemen Inventori: Meningkatkan kualitas material dan ketepatan waktu pengiriman • Mencatat transaksi vendor LBD dgn perusahaan lain
• Evaluasi kinerja vendor LBD
• Reliabilitas & Manajemen Inventori: Meningkatkan kualitas material dan ketepatan waktu pengiriman • Mencatat transaksi vendor LBD dgn perusahaan lain
• Reliabilitas & Manajemen Inventori meningkatkan kualitas material dan ketepatan waktu pengiriman • Mencatat transaksi vendor LBD dengan perusahaan lain
• Pendekatan pelanggan • Promosi program LBD ke pihak pemerintah daerah • Promosi program LBD perusahaan lain
• Pendekatan pelanggan • Pemerintah Daerah dan perusahaan lain berpartisipasi di program LBD • Promosi LBD Program to Pemerintah Pusat
• Pendekatan terhadap pelanggan & semua pihak yg terlibat dan peningkatan kerjasama
• Pendekatan terhadap pelanggan & semua pihak yg terlibat dan peningkatan kerjasama
• Pendekatan Pelanggan • Promosi program LBD ke pihak Pemerintah Daearah • Promosi program LBD ke perusahaan lain
Tabel 24:Rencana Jangka Panjang Local Business Development
Sejak tahun 2008 LBD di CGS sudah diikuti dua angkatan Program Dasar dengan peserta sebanyak 27 mitra binaan. Sejak Januari 2012, Program Lanjutan sudah berjalan dan akan berakhir pada Oktober 2013. Program lanjutan ini diikuti 13 mitra terbaik dari Program sebelumnya. Mulai bulan Mei 2013, pendaftaran kelas baru Program Dasar 2013-2015 telah dibuka. Praktek Umum
Program pembinaan perusahaan kecil/koperasi tempatan yang menekankan pada aspek pendidikan dan pelatihan terpadu yang berlangsung selama 4 tahun dan bekerja sama dengan Universitas terkemuka tidak umum dilakukan di perusahaan-perusahaan lain. Chevron merupakan pionir dalam penyelenggaraan Program LBD dan sudah dijalankan di CGS sejak tahun 2008.
Kewajiban dalam Peraturan
Sejauh ini belum ada peraturan yang mengharuskan perusahaan multinasional melakukan pembinaan dan peningkatan kemampuan perusahaan kecil/koperasi tempatan di mana perusahaan besar tersebut beroperasi. Aturan yang ada hanya sebatas penggunaan local content dalam pelaksanaan proyekproyek yang berjalan.
Investasi
CGS mengalokasikan dana untuk melaksanakan program pembinaan perusahaan tempatan dimana tidak ada keuntungan finansial bagi CGS, namun memberikan manfaat bagi masyarakat dengan cara memberikan pembinaan kewirausahaan sehingga mampu berbisnis secara mandiri.
Hambatan Pelaksanaan
Tantangan yang dihadapi antara lain mencakup: mental pengusaha tempatan yang masih ‘tradisional’, belum paham nilai-nilai dan etika bisnis, nilai persaingan bisnis yang sehat, kemampuan manajemen perusahaan, kualitas produk dari LBD vendor yang perlu ditingkatkan agar sesuai standar Chevron, keterbatasan dalam hal permodalan. Tabel 25: Uji Additionalitas Program Pelatihan Kewirausahaan melalui Pengembangan Bisnis Tempatan
19
Pemberdayaan Masyarakat
20