RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Ilahi atas kesempatan yang diberikan LPPM UK Petra untuk berapresiasi dalam kegiatan Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah Kota Bima Tahun 2014-2029. Pekerjaan ini merupakan suatu kegiatan yang diharapkan dapat menjadi pedoman dalam pengembangan dan pembangunan sektor pariwisata kota Bima.
Laporan Akhir merupakan laporan
tahap penyusunan rencana yang berisikan: 1. Pendahuluan 2. Tinjauan Kebijakan 3. Gambaran Umum Wilayah 4. Profil Kepariwisataan 5. Analisis 6. Rencana Pembangunan Pariwisata Tersusunnya Laporan Akhir Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah Kota Bima Tahun 2014-2029 tidak lepas dari peran serta instansi terkait dilingkugan pemerintah Kota Bima Surabaya, November 2014
Tim Penyusun
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
i
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR _________________________________________________ i DAFTAR ISI________________________________________________________ ii DAFTAR GAMBAR __________________________________________________ v DAFTAR TABEL __________________________________________________ viii BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang _____________________________________________ I - 1
1.2
Maksud dan Tujuan _________________________________________ I - 3
1.3
Dasar Hukum ______________________________________________ I - 4
1.5
Ruang Lingkup Pekerjaan ____________________________________ I - 5 1.5.1 Lokasi _______________________________________________ I - 5 1.5.2 Substansi ____________________________________________ I - 5
1.6
Tahapan Pelaksanaan Kegiatan _______________________________ I - 7
1.7
Keluaran/Output Produk_____________________________________ I - 10
1.8
Sistematika Laporan _______________________________________ I - 10
BAB II KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 2.1
Rencana Tata Ruang ________________________________________ II - 1 2.1.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional _____________________ II - 1 2.1.2 Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi _____________________ II - 5 2.1.3 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten __________________ II - 11 2.1.4 Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan __________________ II - 30
2.2
Rencana Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas ________________________________________________ II - 34
2.3
Rencana Induk Pariwisata Nasional ___________________________ II - 36
2.4
Rencana Induk Pariwisata Nasional ___________________________ II - 36
2.5
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi
Nusa Tenggara Barat Tahun 2013-2028 (Perda Provinsi Ntb No 7 Tahun 2013) ________________________________________________________ II - 36
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
ii
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV PROFIL KEPARIWISATAAN 4.1
Karakteristik Produk Wisata __________________________________ IV - 1 4.1.1. Obyek dan Daya Tarik Wisata ___________________________ IV - 2 4.1.2. Sarana Pariwisata ___________________________________ IV - 42 4.1.3. Paket Perjalanan ____________________________________ IV - 57 4.1.4. Sarana dan Prasarana Penunjang Pariwisata ______________ IV - 58 4.1.5. Event _____________________________________________ IV - 63
4.2
Karakteristik Pasar ________________________________________ IV - 66 4.2.1. Pola Perjalanan _____________________________________ IV - 66 4.2.2. Karakteristik Wisatawan _______________________________ IV - 66
BAB V ANALISIS 5.1
Analisis Kebijakan _________________________________________ V – 1
5.2
Analisis Obyek dan Daya Tarik Wisata _________________________ V – 4
5.3
Analisis Pasar ____________________________________________ V - 10
5.4
Analisis Sumber Daya Manusia _______________________________ V - 12
5.5
Analisis SWOT Pariwisata ___________________________________ V - 14
BAB VI RENCANA PEMBANGUNAN 6.1
Tema Pembangunan Pariwisata ______________________________ VI - 1
6.2
Strategi Pembangunan Pariwisata _____________________________ VI - 4
6.3
Indikasi Program Pembangunan Pariwisata _____________________ VI - 9
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
iii
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
DAFTAR GAMBAR Gambar 2. 1 Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional di Provinsi Nusa Tenggara Barat __________________________________________________ II - 1 Gambar 2. 2 Penetapan Sistem Jaringan Jalan Nasional di Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat_______________________________________ II - 3 Gambar 2. 3 Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional di Provinsi Nusa Tenggara Barat __________________________________________________ II - 4 Gambar 2. 4 Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat __________________________________________________________ II - 6 Gambar 2. 5 Rencana Pola Ruang Provinsi Nusa Tenggara Barat __________ II - 7 Gambar 2. 6 Kawasan Strategis Provinsi Nusa Tenggara Barat_____________ II - 8 Gambar 2. 7 Rencana Sistem Pusat Pelayanan Kota Bima _______________ II - 11 Gambar 2. 8 Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Kota Bima ______ II - 22 Gambar 2. 9 Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Bima __________________ II - 26 Gambar 2. 10 Rencana Kawasan Strategis Kota Bima ___________________ II - 27 Gambar 2. 11 Rencana Peruntukan Lahan Kawasan Sekitar Kesultanan Bima__________________________________________________________ II - 30 Gambar 2. 12 Rencana Sistem Sirkulasi dan Jaringan Jalan Kawasan Sekitar Kesultanan Bima __________________________________________ II - 30 Gambar 2. 13 Rencana Penetapan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Sekitar Kesultanan Bima _______________________________________________ II - 31 Gambar 2. 14 Rencana Penataan Sistem Jaringan Drainase Kawasan Sekitar Kesultanan Bima __________________________________________ II - 31 Gambar 2. 15 Penetapan Zonasi Penanganan Permukiman Prioritas Kota Bima__________________________________________________________ II - 32 Gambar 2. 16 Rencana Penanganan Kawasan Prioritas Pada Zona KB1 ____ II - 33 Gambar 2. 17 Penetapan Lokasi DPN, KPPN dan KSPN Di Seluruh Wilayah NKRI __________________________________________________ II - 35 Gambar 2. 18 Penetapan Lokasi DPN, KPPN dan KSPN di Provinsi Nusa Tenggara Barat _________________________________________________ II - 36 Gambar 2. 19 KSPD di Pulau Sumbawa _____________________________ II - 38
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
iv
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Gambar 2. 20 KSPD Teluk Bima ___________________________________ II - 38 Gambar 3. 1 Batas Administrasi Wilayah Kota Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat _________________________________________________ III - 1 Gambar 3. 2 Kondisi Topografi Wilayah Kota Bima (Bappeko Bima, 2012) ___ III - 4 Gambar 3. 3 Kondisi Geologi di Wilayah Kota Bima (Bappeko Bima, 2012) ___ III - 6 Gambar 3. 4 Kondisi Geomorpologi Kota Bima (Bappeko Bima, 2012) ______ III - 8 Gambar 3. 5 Kondisi Hidrologi Kota Bima (Bappeko Bima, 2012) __________ III - 9 Gambar 3. 6 Cohort Penduduk Kota Bima ___________________________ III - 14 Gambar 3. 7 Kondisi Eksisting Sistem Drainase Kota Bima ______________ III - 15 Gambar 4. 1 Pantai Lawata _______________________________________ IV - 4 Gambar 4. 2 Pantai Amahami _____________________________________ IV - 4 Gambar 4. 3 Pantai Ni’u __________________________________________ IV – 5 Gambar 4. 4 Pantai Kolo, Lokasi dimana orang-orang sangat ramai menikmati pantai berbatu pada hari libur _____________________________ IV - 7 Gambar 4. 5 Akses Jalan Provinsi menuju Pantai Kolo __________________ IV - 7 Gambar 4. 6 Pantai Kolo _________________________________________ IV - 8 Gambar 4. 7 Suasana Pantai So Ati dan Bawah Laut So Ati _____________ IV - 10 Gambar 4. 8 Pantai So Ati _______________________________________ IV - 10 Gambar 4. 9 Pantai Ule, Lokasi dimana orang-orang ramai memancing pada hari libur _________________________________________________ IV - 12 Gambar 4. 10 Bibir Pantai Ule berbatasan langsung dengan jalan raya di atasnya ______________________________________________________ IV - 12 Gambar 4. 11 Pulau Kambing ____________________________________ IV - 14 Gambar 4. 12 Transportasi di pelabuhan yang menghubungkan kota dengan kabupaten melewati pulau kambing _________________________ IV - 15 Gambar 4. 13 Taman Ria ________________________________________ IV - 16 Gambar 4. 14 Lanco Gajah, Daya Tariknya hilang di musim Kemarau _____ IV - 18 Gambar 4. 15 Akses ke Lanco Gajah dan Lapangan Untuk Perkemahan ___ IV - 18 Gambar 4. 16 Pemandangan Diwu Monca ___________________________ IV - 19 Gambar 4. 17 Akses Dari Jalan Raya, Ada Warung yang melayani Penambang Batu ______________________________________________ IV - 20 Gambar 4. 18 Jalan Masuk Ke Diwu Monca __________________________ IV - 20 Gambar 4. 19 Istana Kayu Asi Mbou _______________________________ IV - 22
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
v
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Gambar 4. 20 Museum Asi Mbojo _________________________________ IV - 22 Gambar 4. 21 Lare-Lare _________________________________________ IV - 22 Gambar 4. 22 Masjid Sultan Salahudin _____________________________ IV - 24 Gambar 4. 23 Makam Dana Traha _________________________________ IV - 28 Gambar 4. 24 Museum Samparaja _________________________________ IV - 30 Gambar 4. 25 Sentra Kain Tenun __________________________________ IV - 32 Gambar 4. 26 Sentra Pandai Besi _________________________________ IV - 34 Gambar 4. 27 Benteng Asakota ___________________________________ IV - 37 Gambar 4. 28 Langgar Melayu Kuno _______________________________ IV - 39 Gambar 4. 29 Meriam Kuno Lelamase ______________________________ IV - 41 Gambar 4. 30 Obyek Daya Tarik Wisata Kota Bima ___________________ IV - 42 Gambar 4. 31 Persebaran Hotel dan Penginapan _____________________ IV - 45 Gambar 4. 32 Persebaran Agen Perjalanan Wisata ____________________ IV - 48 Gambar 4. 33 Informasi Pariwisata Kota Bima ________________________ IV - 51 Gambar 4. 34 Persebaran Sarana Belanja ___________________________ IV - 53 Gambar 4. 35 Persebaran Sarana Penukaran Uang/Bank _______________ IV - 55 Gambar 4. 36 Persebaran Sarana Transportasi _______________________ IV - 60 Gambar 4. 37 Kalender Event Tahunan _____________________________ IV - 64
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
vi
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
DAFTAR TABEL Tabel 2. 1 Penetapan Rencana Jaringan Jalan Nasional __________________ II - 2 Tabel 2. 2 Penetapan Kawasan Andalan di Provinsi Nusa Tenggara Barat ____ II - 5 Tabel 2. 3 Indikasi Program Penanganan Permukiman Prioritas Pada Zona KB1 ____________________________________________________ II - 34 Tabel 2. 4 Penetapan Lokasi DPN dan KPPN Di Provinsi Nusa Tenggara Barat____________________________________________________ II - 35 Tabel 2. 5 Indikasi dan Pentahapan Program Pengembangan Pariwisata Daerah _________________________________________________ II - 39
Tabel 3. 1 Pembagian Wilayah Administrasi Kecamatan-Kelurahan di Kota Bima ____________________________________________________ III - 2 Tabel 3. 2 Kondisi Topografi Wilayah Kota Bima _______________________ III - 3 Tabel 3. 3 Kondisi Kemiringan Wilayah Kota Bima ______________________ III - 4 Tabel 3. 4 Kedalaman Efektif Tanah di Wilayah Kota Bima _______________ III - 5 Tabel 3. 5 Sistem Jaringan Irigasi di Wilayah Kota Bima _________________ III - 8 Tabel 3. 6 Kondisi Curah Hujan dan Hari Hujan Di Kota Bima ____________ III - 10 Tabel 3. 7 Kondisi Suhu Udan dan Kelembaban Kota Bima ______________ III - 10 Tabel 3. 8 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Bima Dalam Kurun 5 Tahun _____ III - 11 Tabel 3. 9 Pertumbuhan 9 Sektor PDRB Kota Bima dalam 5 Tahun Terakhir Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) ____________________ III - 11 Tabel 3. 10 Pertumbuhan 9 Sektor PDRB Kota Bima dalam 5 Tahun Terakhir Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) ____________________ III - 12 Tabel 3. 11 Jumlah Penduduk Kota Bima Menurut Jenis Kelamin _________ III - 12 Tabel 3. 12 Komposisi Penduduk Kota Bima Tahun 2012 _______________ III - 13 Tabel 3. 13 Jumlah Penduduk Kota Bima Menurut Agama dan Kepercayaan ____________________________________________ III – 14 Tabel 4. 1 Obyek Daya Tarik Alam Kota Bima _________________________ IV - 2 Tabel 4. 2 Obyek Daya Tarik Budaya Kota Bima ______________________ IV - 20 Tabel 4. 3 Daftar Hotel/Penginapan/Losmen Kota Bima ________________ IV - 43
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
vii
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Tabel 4. 4 Daftar Agen Perjalanan Kota Bima ________________________ IV - 47 Tabel 4. 5 Daftar Rumah Makan Kota Bima __________________________ IV - 49 Tabel 4. 6 Pasar Di Kota Bima Tahun 2012 __________________________ IV - 52 Tabel 4. 7 Toko Modern Kota Bima Tahun 2012 ______________________ IV - 52 Tabel 4. 8 Fasilitas Bank Kota Bima Tahun 2012 ______________________ IV - 54 Tabel 4. 9 Fasilitas Kesehatan Kota Bima ___________________________ IV - 56 Tabel 4. 10 Fasilitas Pos Kota Bima ________________________________ IV - 57 Tabel 4. 11 Event Pariwisata Kota Bima ____________________________ IV - 63 Tabel 5. 1 Analisis RTRW Nasional dan RTRW provinsi Nusa Tenggara Barat Berkaitan Dengan Wilayah Perencanaan____________________ V - 1 Tabel 5. 2 Analisis RTRW Kota Bima Terhadap Wilayah Perencanaan ______ V - 2 Tabel 5. 3 Analisis RIPPNAS Terhadap Wilayah Perencanaan _____________ V - 3 Tabel 5. 4 Kriteria Penilaian Obyek Daya Tarik Wisata Kota Bima __________ V - 5 Tabel 5. 5 Penilaian Obyek Daya Tarik Wisata Kota Bima _________________ V - 9 Tabel 5. 6 Matrik Analisis SWOT Pariwisata Kota Bima __________________ V - 11 Tabel 6. 1 Indikasi Program Pembangunan Pariwisata Kota Bima ________ VI - 10
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
viii
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Wisata merupakan salah satu sektor yang memiliki pertumbuhan yang sangat cepat di dunia dan mampu menciptakan pendapatan sebesar USD 526 milyar. Pertumbuhan jumlah wisatawan pada dekade 90-an sebesar 4,2% sedangkan pertumbuhan penerimaan dari wisman sebesar 7,2%, bahkan di 28 negara pendapatan tumbuh 17% per tahun. Prospek pariwisata ke depan sangat menjanjikan bahkan sangat memberikan peluang besar, berdasarkan perkiraan WTO yakni 1,046 milyar orang (tahun 2010) dan 1,602 milyar orang (tahun 2020). Dan akan mampu menciptakan pendapatan dunia sebesar USD 2 triliun pada tahun 2020. Sebagai sebuah kota yang baru terbentuk di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Bima awalnya merupakan kota administratif. Terbentuk pada tanggal 10 April 2002 melalui Undang-undang tentang Kota Bima Nomor 13 Tahun 2002. Secara geografis kota Bima yang memiliki luas wilayah 22,25 km2 terletak di tengah-tengah segitiga tujuan pariwisata nasional, yaitu Pulau Bali, Pulau Komodo dan Bunaken (Sulawesi Utara), memiliki potensi serta fungsi strategis sebagai kota transit. Sebagai kota yang membentang kurang lebih 21 km di sepanjang pesisir teluk Bima di mulai dari pintu gerbang NI’U (Kelurahan Kolo) sampai dengan PANTAI KOLO / SO ATI, Bima mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai Kota Tepian Air (Waterfront City). Disebut berfungsi strategis sebagai kota transit, Bima ternyata menyimpan dan mempunyai aneka wisata alam dan budaya dengan karakteristik yang berbeda dari aneka wisata alam dan budaya di Indonesia. Kolo adalah sebutan sepanjang pesisir teluk Bima dengan empat teluk nya yang memukau, yaitu So Nggela, Torro Londe, Bonto serta Kolo, disamping pulau Kambing yang terletak tepat di tengah-tengah perairan teluk Bima, adalah satu potensi wisata alam.
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
I-1
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Ingat Bima ingat kuda. Kuda Bima telah lama di kenal sebagai sarana transportasi dalam kehidupan masyarakat lokal, yang kemudian dikembangkan menjadi tradisi lomba pacuan kuda tradisional dengan ke-khasanya tersendiri dalam event budaya lokal, yang di adakan 2 sd 3 kali dalam satu tahun dan merupakan salah satu potensi wisata budaya. Kerajian tenun ikat atau dalam bahasa Mbojo dikenal dengan MUNA RO MEDI, telah banyak dikenal sebagai kain sarung (tembe), destar (sambolo) dan sejenis ikat pinggang (wen), adalah potensi ekonomi industri kecil yang sudah terkenal dengan corak dank has khusus daerah Bima sudah berkembang sejak jaman kerajaan dan sekarang dapat dikembangkan pula sebagai wisata budaya. Perkampungan Tenun ini bisa kita temukan di daerah Rabadompu, Oi Fo’o dan Ntobo. Kota Bima ternyata juga merupakan wilayah yang subur bagi tanaman lontar. Air lontar atau yang oleh masyarakat lokal dikenal sebagai Oi Tua, adalah sejenis minuman alami yang banyak dan mudah di jumpai di sepanjang jalan lintas BimaSape. Dari pohon lontar masyarakat setempat membuat topi dan payung, yang kemudian dikenal dengan sebutan Paju Longge untuk keperluan upacara adat, yang juga merupakan sebuah potensi wisata alam-budaya. Kampung Pandai Besi PenanaE dan Nggaro Lo. Pada Kejayaan kerajaan dan Kesultanan Bima merupakan pusat produksi senjata dan peralatan perang kerajaan seperti ; Pedang, Tombak, Keris, Parang dan perelengkapan seperti Sepatu Kuda, Kereta, serta Perlengkapan Keprajuritan lainnya. Yang seiring perkembangan waktu kemudian berubah fungsi sebagai sentra produksi peralatan pertanian dan perkakas rumah tangga, yang juga merupakan potensi wisata industri lokal. Garoso adalah Sejenis buah Srikaya yang tumbuh subur pada tanah berbatu yang kering seperti di wilayah kota Bima. Tumbuhan yang berasal dari Hindia Barat yang berbuah setelah berumur 3-5 tahun sekarang banyak dibudidayakan oleh masyarakat di pekarangan, atau tumbuh liar dan bisa diketemukan sampai pada ketinggian 880 mpl, adalah salah satu potensi wisata agro yang sudah terkenal pada masyarakat luas khususnya NTB dan merupakan buah tangan dari Kota Bima Makam Raja dan Sultan Bima beserta pembesar dan keluarganya terletak di (Dana Taraha) yang terletak diatas sebuah bukit dengan panorama kota dan teluk Bima. Selain itu dapat pula ditemukan di Makam Tolobali serta di Pelataran Mesjid Sultan Salahudin. Museum Asi Mbojo yang adalah situs istana Sultan Bima yang
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
I-2
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
terletak di pusat kota Bima juga merupakan salah satu obyek wisata yang megah dan kebanggaan masyarakat Bima dengan berbagai atraksi yang ada di dalamnya dan merupakan sejarah dari Kerajaan dan kesultanan Bima. Hanta U’a Pua upacara adat yang di gelar turun temurun,yang merupakan sejarah prosesi terbentuknya Pemerintahan Kesultanan Bima dari Pemerintahan Kerajaan, adalah sebuah potensi wisata cagar budaya. Disamping itu masih banyak potensi wisata lainnya termasuk deposit dan tambang batu marmer khas Bima. Dari gambaran potensi aneka wisata yang ada dan dimiliki, tidaklah berlebihan jika kemudian kota Bima mengembangkan visi pembangunan pariwisata sebagai guna mendorong pembangunan dan peningkatan kualitas Kepariwisataan yang berwawasan Budaya, Ramah Lingkungan dan Melibatkan Peran Serta Masyarakat Luas. Oleh karena kesemua tersebut dalam deskripsi diatas, guna mengakselerasi serta mengimplementasi visi pembangunan pariwisata kota Bima secara bertahap, terpadu dan berkelanjutan, maka perlu disusun Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Kota Bima, Nusa Tenggara Barat 2014-2029. 1.2 MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dari kegiatan Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPDA) Kota Bima adalah untuk : a) Mengindentifikasi serta menginventarisasi potensi dan pembangunan wisata di kota Bima. b) Menemu kenali simpul-simpul wisata beserta masing-masing karakteristiknya, event dan atraksi wisata dan kondisi infrastruktur-pendukung langsung masing-masing simpulsimpul wisata, termasuk kekuatan dan kelemahannya. c) Menemu kenali linkage antar masing-masing simpul wisata yang ada di dalam wilayah kota
Bima, termasuk linkage dengan simpul-simpul wisata di luar kota
Bima. Beserta kendala yang menyertainya. d) Menyatukan pandangan diantara sektor pembangunan lainnya di destinasi pariwisata terhadap pentingnya pariwisata dalam konteks pembangunan daerah e) Menyusun perencanaan pembangunan kepariwisataan yang mampu meningkatkan kualitas kepariwisataan di ODTW dan kawasan Adapun Tujuan dari kegiatan Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPDA) Kota Bima adalah untuk:
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
I-3
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
a) Merancang sebuah Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah yang Komprehensif, terpadu dan berkelanjutan serta berdaya saing yang sesuai dengan karakteristik fisik dan non fisik daerah, serta nilai-nilai agama dan budaya masyarakat setempat b) Memberikan arah kebijakan dalam membangun kepariwisataan yang dilandasi dengan kebijakan pembangunan serta memberikan pedoman tentang perencanaan yang dibutuhkan dalam pembangunan pariwisata. c) Memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai pembangunan potensi kebudayaan dan pariwisata yang meliputi daya tarik wisata, usaha sarana wisata, usaha jasa wisata dan usaha lain pendukung pariwisata. d) RIPPDA dapat menjadi acuan bagi seluruh stakeholder pariwisata agar dapat bekerjasama secara positif dalam mekanisme kerjasama untuk pembangunan kepariwisataan. 1.3 DASAR HUKUM Dasar hukum yang melatarbelakangi pentingnya kegiatan Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPDA) Kota Bima antara lain a. Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman b. Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya c. Undang-Undang
Republik
Indonesia
No.
24
Tahun
2007
Tentang
Penanggulangan Bencana d. Undang-undang RI No. 26 Tahun 2007, Tentang Penataan Ruang e. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil f.
Undang-undang RI No. 28 Tahun 2002, Tentang Bangunan Gedung
g. Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 Tentang Lingkungan Hidup h. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan i.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
j.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
I-4
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
k. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung l.
Peraturan Menteri PU Nomor 29/PRT/2006 Tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
m. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan n. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 18/PRT/M/.2010 Tentang Pedoman Revitalisasi Kawasan o. Peraturan Menteri PU Nomor 30/PRT/M/2006 Tentang Persyaratan Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan p. Permen PU No 5 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pemetaan Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Bidang Pekerjaan Umum q. Permen PU No 9 Tahun 2010 Tentang Ped. Pengamanan Pantai r.
Permen PU No 15 Tahun 2012 Tentang Ped. Penyusunan RTR Kawasan Strategis Nasional
s. Keputusan
Menteri
Kebudayaan
Dan
Pariwisata
Nomor
:
KM.1/OT.001/MKP/2011, tentang Pembentukan Tim Seleksi Unsur Penentu Kebijakan Badan Promosi Pariwisata Indonesia; t.
Keputusan
Menteri
Kebudayaan
dan
Pariwisata
Nomor:
KM.110/OT.001/MPEK/2012, tentang Pembentukan Tim Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; u. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2009-2029 v. Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 10 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Bima Tahun 2008-2013 w. Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bima Tahun 2011-2031 1.4 RUANG LINGKUP PEKERJAAN 1.4.1
LOKASI Lingkup Penyusunan Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPDA) Kota Bima secara garis besar terbagi dalam 2 (dua) hal, yaitu
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
I-5
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
lingkup wilayah dan lingkup substantif. Lingkup wilayah menunjukkan batas wilayah perencanaan secara fisik, lingkup substantif menunjukkan kedalam materi yang dibahas dalam penyusunan rencana Lingkup wilayah Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPDA) mencakup seluruh wilayah adiministrasi kota Bima 1.4.2 1
SUBSTANSI Persiapan, meliputi a. Menyiapkan peta garis terkoreksi berskala minimal 1 : 25000 b. Koordinasi dengan SKDP terkait kebutuhan data spasial dan sector c. Penyiapan desain survey d. Penggalian informasi dan aspirasi masyarakat secara langsung melalui kuesioner e. Studi literatur mencakup komparasi kebijakan di tingkat pusat hingga daerah, studi pembanding/preseden, pendekatan eco wisata.
2
Identifikasi profil wilayah a. Identifikasi simpul-simpul wisata beserta masing-masing karakteristiknya b. Identifikasi infrastruktur-pendukung langsung masing-masing simpul-simpul wisata,termasuk kekuatan dan kelemahannya. c. Identifikasi linkage antar masing-masing simpul wisata yang ada di dalam wilayah kota Bima, termasuk linkage dengan simpul-simpul wisata di luar kota Bima beserta kendala yang menyertainya. d. Analisis SWOT, evaluasi dan penetapan rangking simpul-simpul wisata. e. Rekomendasi
Pembangunan
Fisik,
Kelembagaan
dan
Peran
Serta,
Kebijakan daerah dalam pembangunan Pariwisata, Kebijakan daerah dalam pembangunan sektor ekonomi, Karakteristik daerah (fisik lingkungan alam, sosial ekonomi dan budaya), Produk wisata, Koordinasi lintas sektor serta Karakteristik pasar dan pemasaran pariwisata f.
Perumusan kebijakan program dan Sasaran pembangunan pariwisata
g. Draft Peraturan Daerah/Peraturan Walikota Tentang RIPDA 3
Skenario Pembangunan
a. Perwilayahan Pembangunan destinasi pariwisata daerah b. Pembangunan Daya Tarik Wisata c. Pembangunan Aksesibilitas Pariwisata
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
I-6
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
d. Pembangunan Prasarana Umum, Fasilitas Umum dan Fasilitas Pariwisata e. Pemberdayaan Masyarakat melalui Kepariwisataan f. pembangunan investasi di bidang pariwisata. 4
Penetapan Sasaran Pembangunan Pariwisata
1.5 TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN Tahapan pelaksanaan kegiatan Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPDA) Kota Bima Propinsi Nusa Tenggara Barat meliputi 1. Koordinasi Awal Kegiatan Kordinasi dilakukan segera setelah proses kontrak antara Pejabat Pembuat Komitmen dengan mitra kerjasama selesai. Rapat akan diselenggarakan oleh PPK, dengan agenda sebagai berikut: a. Penjelasan lingkup tugas konsultan/mitra kerjasama b. Penjelasan tahapan kegiatan yang harus dilaksanakan c. Penjelasan deliniasi kawasan studi d. Jadwal penyampaian dan pembahasan laporan e. Perkenalan tenaga ahli Tim Penyedia Jasa f.
Penjelasan sistem koordinasi antara mitra kerjasama dengan tim teknis Pemerintah Daerah.
2. Penyusunan Laporan Pendahuluan Segera setelah rapat koordinasi awal, tim tenaga ahli konsultan/mitra kerjasama segera menyusun Laporan Pendahuluan serta bahan tayangan yang akan disampaikan pada Rapat Laporan Pendahuluan yang setidaknya memuat substansi sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam indikator keluaran 3. Workshop Pembahasan Laporan Pendahuluan Tim
tenaga
ahli
mitra
kerjasama
segera
mengagendakan
dan
menyelenggarakan Rapat Pendahuluan di daerah dengan mengundang seluruh tim teknis. Dalam Workshop Laporan Pendahuluan tersebut harus disusun Berita Acara Pembahasan Laporan Pendahuluan yang berisi kesepakatan terhadap substansi Laporan Pendahuluan sebagaimana diatur dalam Indikator Keluaran
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
I-7
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
4. Pelaksanaan Survey oleh Tim Konsultan Tim tenaga ahli konsultan/mitra kerjasama segera melaksanakan survey lokasi sesuai dengan rencana survey yang telah ditetapkan pada pembahasan Laporan Pendahuluan. Dalam pelaksanaan survey tim konsultan diharapkan dapat mengidentifikasi potensi dan permasalahan serta factor pembatas lingkungan sehingga menjadi acuan dalam scenario pembangunan pariwisata daerah. 5. Pelaksanaan Focus Group Discussion Pertama (FGD) Tim
tenaga
menyelenggarakan
ahli
mitra
Focus
kerjasama
Group
segera
Discussion
mengagendakan
Pertama
(FGD)
dan
dengan
mengundang tim teknis daerah dan seluruh pemangku kepentingan terkait di daerah. Dalam Focus Group Discussion Pertama (FGD) tersebut tim tenaga ahli menyampaikan hasil survey awal lokasi untuk dapat dikonfirmasi oleh pihak terkait serta mengidentifikasi sebanyak-banyaknya aspirasi daerah terkait keterpaduan pembangunan di lokasi studi dari masing-masing pihak pemangku kepentingan di daerah yang akan diselaraskan menggunakan perangkat berupa Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah. Di akhir pelaksanaan Focus Group Discussion Pertama (FGD) wajib disusun Berita Acara FGD yang ditandatangani bersama oleh peserta yang memuat kesepakatan bersama sebagai berikut: a. Pengesahan deliniasi kawasan studi oleh pihak berwenang Pemerintah Daerah. b. Identifikasi potensi dan permasalahan lokal kawasan serta penetapan visi pembangunan pariwisata. c. Draft Sistematika Dokumen Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah. d. Penetapan daftar kegiatan serta lokasi pembangunan sarana dan prasarana pariwisata pada spot-spot kawasan yang prioritas. 6. Penyusunan Laporan Antara Segera setelah dilaksanakannya survey lokasi dan Focus Group Discussion Pertama (FGD), tim tenaga ahli mitra kerjasama segera menyusun Laporan Antara serta bahan tayangan yang akan disampaikan pada Rapat
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
I-8
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Pembahasan Laporan Antara yang setidaknya memuat materi hasil pelaksanaan survey dan hasil pembahasan serta kesepakatan Focus Group Discussion (FGD) 7. Rapat Pembahasan Laporan Antara Sesuai dengan jadwal dan agenda yang telah disepakati, tim tenaga ahli Mitra Kerjasama segera mengagendakan dan menyelenggarakan Rapat Laporan Antara dengan mengundang tim teknis, serta unsur Pemerintah Daerah termasuk diantaranya Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas terkait lainnya, unsur kecamatan
dan
asosiasi/komunitas
kelurahan, masyarakat
unsur yang
masyarakat terkait
umum
dengan
serta
unsur
Rencana
Induk
Pembangunan Pariwisata Daerah ini. Pembahasan Laporan Antara diselenggarakan di daerah, Dalam rapat pembahasan Laporan Antara tersebut tim tenaga ahli mitra kerjasama menyampaikan hasil pelaksanaan survey dan hasil pembahasan serta kesepakatan Focus Group Discussion Pertama (FGD) dalam bentuk Laporan Antara. Di akhir pelaksanaan Pembahasan Laporan Antara wajib disusun Berita Acara Pembahasan Laporan Antara yang ditandatangani bersama oleh peserta yang hadir. Notulensi tersebut pada intinya merupakan catatan, usulan, masukan dan kesepakatan bersama hasil pemaparan Laporan Antara yang perlu ditindaklanjuti oleh konsultan dalam rangka penyempurnaan Laporan Antara. Segera setelah dilaksanakannya pembahasan Laporan Antara di daerah, tim tenaga ahli konsultan segera memperbaiki substansi materi sesuai dengan catatan, usulan, masukan dan kesepakatan bersama yang terjadi pada tahap pembahasan Laporan Antara di daerah. Setelah seluruh perbaikan selesai dilakukan, tim tenaga ahli mitra kerjasama segera menyampaikan produk Laporan Antara yang telah diperbaiki tersebut disertai dengan Berita Acara FGD dan Berita Acara Pembahasan Laporan Antara kepada tim teknis untuk mendapat persetujuan. 8. Pelaksanaan Rapat Pembahasan Laporan Draft Akhir Pada tahap ini tim tenaga ahli konsultan didampingi dengan tim teknis menyampaikan paparan yang lengkap dan utuh mencakup keseluruhan materi Dokumen Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPDA) dan Rancangan Peraturan Bupati/Walikota tentang Rencana Induk Pembangunan
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
I-9
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Pariwisata Daerah di hadapan kepala daerah (Bupati/Walikota) beserta jajarannya. Adapun hasil dari paparan ini ialah pernyataan tertulis “disetujui” atau “disetujui dengan catatan” keseluruhan dokumen tersebut oleh kepala daerah (Bupati/Walikota) yang dituangkan dalam Berita Acara Pembahasan Laporan Draft Akhir dan ditandatangani bersama oleh kepala daerah (Bupati/Walikota), Tim Teknis serta Tim Tenaga Ahli Mitra Kerjasama. 1.6 KELUARAN/OUTPUT PRODUK Hasil dari kegiatan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah sesuai dengan ketentuan yang termuat dalam Kerangka Acuan Kerja serta Berita Acara Persetujuan Tim Teknis 1.7 SISTEMATIKA LAPORAN BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang Latar Belakang, Tujuan, Sasaran, Dasar Hukum dan Ruang lingkup pekerjaan, Tahapan Pelaksanaan Kegiatan, Out Laporan dan Sistematika BAB II TINJAUAN PERATURAN DAN KEBIJAKAN YANG BERKAITAN DENGAN WILAYAH PERENCANAAN Bab ini menguraikan tentang peraturan sebagai dasar penyusunan dan kebijakan dan studi yang berkaitan dengan wilayah perencanaan. BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN Bab ini menguraikan tentang gambaran umum kawasan berdasarkan hasil pengamatan awal pendahuluan dan studi literatur. BAB IV PROFIL KEPARIWISATAAN Bab ini menguraikan tentang profil kepariwisataan berdasarkan hasil pengamatan dan studi literatur. BAB V ANALISIS Menguraikan analisis kebijakan, kewilayahan, kepariwisataan dan pasar serta wisatawan BAB VI RENCANA PEMBANGUNAN PARIWISATA KOTA BIMA Menguraikan konsep pembangunan, strategi dan program pembangunan pariwisata Kota Bima
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
I - 10
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
BAB 2
TINJAUAN KEBIJAKAN
2.1 RENCANA TATA RUANG 2.1.1
RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL Dalam PP No 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional, Rencana struktur ruang wilayah nasional meliputi : a. sistem perkotaan nasional b. sistem jaringan transportasi nasional c. sistem jaringan energi nasional d. sistem jaringan telekomunikasi nasional e. sistem jaringan sumber daya air Hal yang perlu dicermati dalam kebijakan struktur ruang wilayah nasional dalam penyusunan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah Kota Bima adalah penetapan sistem perkotaan dan sistem jaringan transportasi nasional. Dalam sistem perkotaan nasional, pusat Kegiatan Nasional di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat ditetapkan berada di Mataram, sedangkan untuk Pusat Kegiatan wilayah berada di Praya, Raba, dan Sumbawa Besar. Rencana struktur Ruang Wilayah Nasional secara spesifik dapat dilihat pada Gambar 2.1
Gambar 2. 1 Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional di Provinsi Nusa Tenggara Barat BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
II - 1
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Sistem jaringan transportasi mencakup 1. Sistem jaringan transportasi darat terdiri atas jaringan jalan nasional (lihat Tabel II.1), jaringan jalur kereta api, dan jaringan transportasi sungai, danau, dan penyeberangan. 2. Sistem jaringan transportasi laut terdiri atas tatanan kepelabuhanan (dengan simpul Pelabuhan Nasional Lembar, Bima dan Lombok) dan alur pelayaran. 3. Sistem jaringan transportasi udara terdiri atas tatanan kebandarudaraan (Pusat Penyebaran Sekunder Bandar Udara Selaparang Mataram dan Pusat Penyebaran Tersier Bandar Udara Muhammad Salahudin) dan ruang udara untuk penerbangan. Tabel 2. 1 Penetapan Rencana Jaringan Jalan Nasional
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
II - 2
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Gambar 2. 2 Penetapan Sistem Jaringan Jalan Nasional di Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat A.2 Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional Rencana pola ruang wilayah nasional terdiri atas kawasan lindung nasional dan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional. Kawasan Lindung diprovinsi Nusa Tenggara Barat meliputi Suaka Marga Satwa Gunung Tambora, Cagar Alam Tofo Kota Lambu, Cagar Alam Pulau Sangiang, Cagar Alam Pulau Panjang, Cagar Alam Jereweh, Taman Nasional Gunung Rinjani, Taman Hutan Raya Nuraksa, Taman Wisata Alam Bangko2, Taman Nasional Tanjung Tampa, Taman Wisata Alam Danau Rawa Taliwang, Taman Wisata Alam Laut Gili Meno, Gili Ayer, Gili Trawangan, Taman Wisata Alam Laut Pulau Moyo, Taman Wisata Alam Laut Pulau Satonda, Taman Wisata Alam Laut Gili Sulat dan Gili Lawang Taman Wisata Alam Laut Pulau Gili Banta, Taman Buru Pulau Moyo. Penetapan Rencana Pola Ruang Provinsi NTB secara spesifik dapat dilihat pada Gambar 2.3
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
II - 3
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Gambar 2. 3 Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional di Provinsi Nusa Tenggara Barat Hal lain yang perlu dicermati dalam arahan pola ruang provinsi NTB adalah penetapan kawasan andalan dan kawasan strategis. Kawasan andalan di yang ditetapkan di provinsi Nusa Tenggara Barat secara spesifik dapat dilihat pada Tabel 2.2 Tabel 2. 2 Penetapan Kawasan Andalan di Provinsi Nusa Tenggara Barat No 1
Kawasan Andalan Kawasan Lombok dan Sekitarnya
Fungsi Pertanian, Industri, Pariwisata, Pertambangan dan Perikanan
2
Kawasan Bima
Pertanian, Industri, Pariwisata dan Perikanan
3
Kawasan Sumbawa dan sekitarnya
Pertanian, Industri, Pariwisata, Pertambangan dan Perikanan
4
Kawasan Andalan Laut Selat Lombok
Perikanan laut dan pariwisata
Sumber: PP No 26 Tahun 2008 Tentang RTRW Nasional Sedangkan untuk penetapan Kawasan Strategis Nasional yang ditetapkan di provinsi Nusa Tenggara Barat meliputi Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Bima, Kawasan Taman Nasional Komodo dan Kawasan Gunung Rinjani.
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
II - 4
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
2.1.2
RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1. Struktur Ruang Rencana struktur pemanfaatan ruang wilayah adalah membentuk sistem pelayanan yang berhirarki di seluruh wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat sehingga
terjadi
pemerataan
pelayanan, mendorong pertumbuhan wilayah di
perdesaan dan perkotaan. Sistem perkotaan di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat ditetapkan sebagai berikut:
PKN (Pusat Kegiatan Nasional). Kawasan perkotaan yang diklasifikasikan sebagai PKN memiliki fungsi pelayanan dalam lingkup nasional atau melayani beberapa provinsi. Kawasan perkotaan yang diarahkan untuk berfungsi sebagai PKN di Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah Mataram
PKW (Pusat Kegiatan Wilayah). Kawasan perkotaan yang diklasifikasikan sebagai PKW memiliki fungsi pelayanan dalam lingkup provinsi atau beberapa kabupaten. Kawasan perkotaan yang diarahkan untuk berfungsi sebagai PKW di Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah di Praya, Sumbawa Besar, dan Raba.
Terdapat pusat kegiatan yang dipromosikan untuk di kemudian hari dapat ditetapkan
sebagai PKW promosi (PKWp). Kawasan perkotaan yang
dipromosikan untuk berfungsi sebagai PKWp di Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah Gerung, Tanjung, Selong, Taliwang, Dompu, dan Woha.
PKL (Pusat Kegiatan Lokal). Kawasan perkotaan yang diklasifikasikan sebagai PKL berfungsi sebagai pusat pelayanan pada lingkup lokal, yaitu skala kabupaten atau beberapa kecamatan. Kawasan perkotaan yang diarahkan untuk berfungsi sebagai PKL di Provinsi Nusa Tenggara Barat yakni berada di Lembar, Narmada, Kopang, Sengkol, Mujur, Bayan, Pemenang, Masbagik, Keruak, Labuhan Lombok, Poto Tano, Jereweh, Alas, Empang, Lunyuk, Lenangguar, Labangka, Calabai, Kempo, Hu’u, Kilo, Kore, O’o, Sila, Tangga, Wawo, Wera dan Sape.
2. Pola Ruang Pola
ruang
wilayah
provinsi
Nusa
Tenggara
Barat
meliputi
rencana
pengembangan kawasan lindung dan rencana pengembangan kawasan budidaya. Rencana pola ruang wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat secara spesifik dapat dilihat pada Gambar 2.5
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
II - 5
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Gambar 2. 4 Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
II - 6
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Gambar 2. 5 Rencana Pola Ruang Provinsi Nusa Tenggara Barat
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
II - 7
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
3. Kawasan Strategis Kawasan Strategis merupakan kawasan yang didalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap tata ruang di wilayah sekitarnya, kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang Lainnya, peningkatan kesejahteraan masyarakat. 1. Kawasan strategis dari kepentingan pertumbuhan ekonomi di provinsi Nusa Tenggara Barat meliputi a. Mataram Metro meliputi Kota Mataram, Kecamatan Batulayar, Kecamatan Gunungsari, Kecamatan Lingsar, Kecamatan Narmada, Kecamatan Labuapi dan Kecamaan Kediri dengan sektor unggulan perdagangan-jasa, industri dan pariwisata b. Senggigi-Tiga Gili (Air, Meno, dan Trawangan) dan sekitarnya di Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Utara dengan sektor unggulan pariwisata, industri dan perikanan c. Agropolitan Rasimas di Kabupaten Lombok Timur dengan sector unggulan pertanian, industri, dan pariwisata d. Kute dan sekitarnya di Kabupaten Lombok Tengah, sebagian wilayah Kabupaten Lombok Barat dan sebagian wilayah Kabupaten Lombok Timur dengan sektor unggulan pariwisata, industri dan perikanan e. Agroindustri Pototano berada di Kabupaten Sumbawa Barat dengan sektor unggulan pertanian dan industri f. Agropolitan Alas Utan berada di Kabupaten Sumbawa dengan sektor unggulan pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan pariwisata g. Lingkar Tambang Batu Hijau dan Dodo Rinti berada di Kabupaten Sumbawa Barat dan Kabupaten Sumbawa dengan sektor unggulan pertambangan, pertanian dan pariwisata h. Teluk Saleh dan sekitarnya berada di Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Dompu masing-masing beserta wilayah perairannya dengan sektor unggulan perikanan, pariwisata, pertanian, peternakan, dan industri i. Agropolitan Manggalewa berada di Kabupaten Dompu dengan sektor unggulan pertanian, perkebunan dan industri j. Hu’u dan sekitarnya berada di Kabupaten Dompu dengan sector unggulan pariwisata, industri, pertanian, dan perikanan
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
II - 8
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
k. Teluk Bima dan sekitarnya berada di Kabupaten Bima dan Kota Bima dengan sektor unggulan perikanan, pariwisata dan industri l. Waworada-Sape dan sekitarnya berada di Kabupaten Bima dengan sektor unggulan perikanan, pariwisata dan industry 2. Kawasan strategis dari kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup meliputi: a. Kawasan Ekosistem Puncak Ngengas Selalu Legini berada di Kabupaten Sumbawa Barat dan Kabupaten Sumbawa b. Kawasan Ekosistem Gunung Tambora berada di Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima c. Kawasan Ekosistem Hutan Parado berada di Kabupaten Dompu dan Bima d. Kawasan Ekosistem Pulau Sangiang berada di Kabupaten Bima. Rencana kawasan strategis di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat secara spesifik dapat dilihat pada Gambar 2.6
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
II - 9
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Gambar 2. 6 Kawasan Strategis Provinsi Nusa Tenggara Barat
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
II - 10
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
2.1.3
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BIMA Kebijakan yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bima sesuai dengan Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bima terdapat beberapa hal pokok yang ditetapkan sehubungan dengan pengembangan struktur ruang dan
pola ruang di wilayah kota seperti
terdapat pada Tabel 2.3 1. STRUKTUR RUANG Pengembangan struktur ruang wilayah kota Bima meliputi penetapan pusat pelayanan dan sistem jaringan prasarana wilayah A. Pusat-pusat pelayanan wilayah kota meliputi : a. Pusat pelayanan kota Pusat pelayanan kota
meliputi : pusat pelayanan Kota Bima di
Kecamatan Rasanae Barat, sebagian Kecamatan Asakota dan sebagian Kecamatan Mpunda yang berfungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa skala nasional serta pariwisata skala regional. b. Sub pusat pelayanan kota
Sub pusat pelayanan kota di Kecamatan Mpunda yang meliputi Kelurahan Penatoi, Kelurahan Sadia dan Kelurahan Sambinae dan berfungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan, administrasi umum, dan pendidikan skala regional;
Sub pusat pelayanan kota di Kecamatan Raba yang meliputi Kelurahan Rabangodu Utara, Kelurahan Rabadompu Timur, dan Kelurahan Rabadompu Barat dan berfungsi sebagai pusat kegiatan industri kecil dan kerajinan serta pusat pelayanan kesehatan skala regional; dan
Sub pusat pelayanan kota di Kelurahan Oi Fo'o dan Kelurahan Nitu Kecamatan
Rasanae
Timur
yang
berfungsi
sebagai
pusat
peruntukan industri. c. Pusat lingkungan.
Kelurahan Jatiwangi yang berfungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa skala lokal, dan pusat pelayanan kesehatan skala lokal;
Kelurahan Mande yang berfungsi sebagai pusat pendidikan dan pusat perdagangan jasa skala regional;
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
II - 11
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Kelurahan Manggemaci yang berfungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa skala lokal serta sebagai pusat pelayanan umum;
Kelurahan Santi yang berfungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa skala lokal;
Kelurahan Kodo dan sekitarnya yang berfungsi sebagai pusat pengembangan pertanian tanaman pangan dan hortikultura, pusat perdagangan dan jasa skala lokal, pusat pelayanan kesehatan skala lokal, dan simpul transportasi skala lokal; dan
Kelurahan Kolo yang berfungsi sebagai pusat pariwisata bahari, pusat perdagangan dan jasa skala lokal, dan pusat pelayanan kesehatan skala lokal.
Rencana struktur ruang wilayah Kota Bima secara spesifik dapat dilihat pada Gambar 2.7
Gambar 2. 7 Rencana Sistem Pusat Pelayanan Kota Bima
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
II - 12
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
B. Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Rencana sistem jaringan prasarana wilayah kota meliputi: a. Rencana Sistem Jaringan Transportasi
Sistem jaringan transportasi darat terdiri atas pengembangan sistem jaringan
jalan,
penanganan
jalan,
pengembangan
jembatan,
pengembangan terminal, pengembangan sarana dan prasarana angkutan umum. Rencana sistem jaringan jalan di Kota mencakup:
Pengembangan sistem jaringan jalan arteri primer yang merupakan Jalan Negara, meliputi: Jalan Sultan Salahudin Jalan Martadinata, Jalan Soekarno – Hatta - Jalan Ir. Sutami; dan Jalan lintas Kumbe – Sape.
Pengembangan sistem jaringan jalan kolektor primer, meliputi: Pengembangan Jalan Negara Jalan Sonco Tengge – Kumbe.
Pengembangan sistem jaringan jalan kolektor sekunder yang merupakan jalan provinsi, meliputi:
Jalan Gajah Mada, Jalan
Jenderal Sudirman, Jalan Gatot Subroto, Jalan Lingkar Pelabuhan dan Jalan Melayu- Kolo.
Pengembangan sistem jaringan jalan lokal primer yang merupakan jalan Kota meliputi: Jalan Tongkol, Jalan Sulawesi – Jalan Flores, Jalan Patimura, Jalan Oi Foo, Jalan Penanae – Kendo, Jalan Nitu, Jalan Nungga, Jalan Dodu, Jalan Lelamase, Jalan Ntobo.
Pengembangan
sistem
jaringan
jalan
lingkungan
dikembangkan pada tiap-tiap lingkungan. Rencana penanganan jalan dilakukan melalui:
Pembangunan Jalan 1) pembangunan jalan di Kecamatan Rasanae Barat dan Kecamatan Mpunda, meliputi: Pembangunan jalan lingkar luar selatan (outer ring road) yang menghubungkan Lingkungan Oi Niu Kelurahan Dara – Kelurahan Nitu – Kelurahan Kumbe Pembangunan
jalan
lingkar
luar
utara
yang
menghubungkan Pelabuhan Laut Bima di Kelurahan Tanjung – Kedo Kelurahan Melayu – Tolotongga
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
II - 13
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Kelurahan Melayu – Kelurahan Jatiwangi – Kelurahan Santi Pelebaran jalan di Sultan M. Salahuddin menjadi 2 (dua) jalur mulai dari Perbatasan Kota – Kabupaten Bima sampai dengan Pelabuhan Laut Bima Pembangunan jalan baru dari Lingkungan Oi Niu Kelurahan Dara - Kelurahan Nitu – Kelurahan Rontu; Pembangunan jalan di sepanjang pesisir pantai (Coastal road) mulai dari Lingkungan Amahami – Bina Baru Selatan – Bina Baru Utara – Pelabuhan Laut Pembangunan jalan tembus dari belakang Markas Brimob (area perumnas) sampai ke pertigaan sampang (Sambinae – Panggi) menyusuri kaki bukit sebelah selatan Pembangunan jalan tembus Sambinae – Sadia Pembangunan jalan tembus Panggi – Mande – Lewirato; dan Pembangunan jalan tembus mulai dari Jalan Gatot Subroto Kelurahan Santi ke timur sampai di belakang SMAN 4 Kelurahan Penatoi. 2) pembangunan jalan baru di Kecamatan Raba meliputi: Pembangunan jalan tembus dari Rite ke Penanae; Pembangunan
jalan
tembus
Ntobo–Wenggo
Penanae;dan Pembangunan jalan mulai dari jalan Gajah Mada– Nggaro Kumbe.
Peningkatan jalan 1) peningkatan fungsi jaringan jalan Soncotengge – Panggi – Rontu - Kumbe 2) peningkatan fungsi jaringan jalan Melayu – Kolo 3) peningkatan jalan Nungga – Lelamase 4) peningkatan jalan Jatibaru - Matakando 5) peningkatan jalan Toloweri – Kabanta 6) peningkatan jalan Penanae
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
II - 14
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
7) peningkatan jalan Jendral Sudirman (mulai dari Terminal Dara – persimpangan Sadia) 8) peningkatan jalan di Sabali – Nungga.
Pemeliharaan jalan yang meliputi seluruh ruas jalan yang ada di wilayah kota.
Rencana pengembangan terminal meliputi:
merelokasi terminal Dara dengan membangun terminal Type A di area reklamasi pantai di lingkungan Oi Ni’u Kelurahan Dara;
revitalisasi
dan
pengembangan
Terminal
Jatibaru
untuk
mendukung pengembangan wilayah kota bagian Utara;
merelokasi terminal tipe C Kumbe ke Kelurahan Lampe untuk mendukung pengembangan wilayah kota bagian Timur; dan
Mengembangkan terminal bongkar muat barang.
Pengembangan prasarana dan sarana angkutan umum mencakup:
Mempertahankan trayek angkutan dalam kota yang sudah ada sekarang dan dengan menambah trayek angkutan dalam kota yang baru sesuai dengan perubahan hierarki jalan dan pemindahan lokasi terminal yang meliputi: 1) Trayek A: Oi Niu-Paruga-Tanjung – Sarae -Melayu-Kolo (PP) 2) Trayek B: Oi Niu-Tanjung – Melayu -Jatiwangi-Jatibaru (PP) 3) Trayek C
: Oi Niu – Dara – Tanjung - Paruga – Jalan
Soekarno Hatta – Jalan Ir. Sutami – Lampe (PP) 4) Trayek D
: Oi Niu – Sambinae – Panggi – Rontu –
Rabangodu Selatan – Rabadompu – Kumbe – Lampe (PP) 5) Trayek E
: Oi Niu – Sambinae – Sadia – Santi –
Matakando – Jatibaru (PP) 6) Trayek F
: Oi Niu – Pelabuhan – Na’e – Salama-
Monggonao - Penatoi – Penaraga – Rabadompu – Kumbe – Lampe (PP) 7) Trayek G
: Oi Niu – Paruga – Sarae – Manggemaci –
Sadia – Rabangodu Selatan – Rabadompu – Kumbe – Lampe (PP)
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
II - 15
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
8) Trayek H
: Oi Niu – Sambinae – Panggi – Rontu – Oi
Foo – Kumbe – Lampe (PP) 9) Trayek I
: Oi Niu – Tanjung – Salama – Karara –
Penatoi – Sadia – Rontu – Oi Fo’o – Kumbe – Lampe (PP).
Mengembangkan trayek angkutan yang keluar kota yang meliputi: 1) Trayek Oi Ni’u – Nitu – Oi Fo’o - Kumbe – Lampe (PP) 2) Trayek Lampe – Nungga – Lelamase (PP) 3) Trayek Oi Ni’u – Tanjung – Na’e – Salama – Santi – Matakando – Rite – Ntobo – Busu (PP) 4) Trayek Oi Ni’u – Tanjung – Nae – Salama – Santi – Rite – Ntobo 5) Trayek Oi Niu – Paruga – Salama – Karara – Penatoi – Penaraga – Penanae – Kendo (PP).
Menyediakan halte-halte angkutan umum dalam kota
Sistem jaringan transportasi laut Sistem jaringan transportasi laut meliputi:
tatanan pelabuhan terdiri dari: 1) tatanan
pelabuhan
untuk
pelabuhan
pengumpan,
pengumpul, pelabuhan bongkar muat, dan pelabuhan rakyat 2) perluasan dan pengembangan pelabuhan bongkar muat barang, dan pelabuhan rakyat di Kelurahan Tanjung 3) peningkatan kelengkapan prasarana dan sarana pelabuhan laut, seperti pembangunan dan perluasan dermaga sandar, revitalisasi fasilitas bongkar muat barang dan pergudangan, serta sarana prasarana penunjang lainnya.
jalur pelayaran mencakup: pengembangan rute pelayaran nasional dan regional yang, rute wisata, dan rute pelayaran rakyat.
b. Rencana Sistem Jaringan Energi dan Kelistrikan Rencana sistem jaringan energi terdiri atas:
Pembangkit tenaga listrik
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
II - 16
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Oi Niu di Kelurahan Dara
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Raba di Kelurahan Monggonao
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Bonto di Kelurahan Kolo
Pengembangan bio-energi dengan memanfaatkan hasil olahan sampah dan potensi tanaman jarak
Mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut (PLTGL), pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB)
Jaringan tenaga listrik
Pengembangan jaringan transmisi tegangan tinggi (SUTT) mulai dari Bonto Kelurahan Kolo – Kelurahan Jatiwangi – Kelurahan Matakando – Kelurahan Rabadompu Barat Kelurahan Rabadompu Timur - Kelurahan Kodo - Kelurahan Oi Fo’o sampai ke wilayah Kabupaten Bima
Pengembangan jaringan distribusi meliputi jaringan tegangan menengah (JTM) di sepanjang jalan arteri dan jalan kolektor dalam wilayah kota, serta jaringan tegangan rendah di seluruh ruas jalan yang ada dalam wilayah kota
Pengembangan jaringan tegangan rendah (JTR) di sepanjang jalan dalam wilayah kota
Pengembangan Gardu Induk di wilayah Kelurahan Rabadompu Barat
Distribusi bahan bakar minyak dan gas.
Meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan bahan bakar minyak dan gas
Memelihara depo bahan bakar minyak dan gas di Kelurahan Dara Kecamatan Rasanae Barat
Mempertahankan lokasi SPBU Amahami di Kelurahan Dara, SPBU Taman Ria di Kelurahan Manggemaci,dan SPBU Penatoi di Kelurahan Penatoi, serta mengembangkan SPBU minyak dan gas yang baru di wilayah kota
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
II - 17
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
c. Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi Pengembangan
sistem
jaringan
telekomunikasi
dilakukan
untuk
memenuhi kebutuhan komunikasi pada kawasan permukiman dan kegiatan perkotaan lainnya. Rencana sistem jaringan telekomunikasi meliputi:
Peningkatan jaringan telepon kabel mencakup:
peningkatan kapasitas terpasang dan distribusi Sentral Telepon Otomat (STO);
pengembangan telepon rumah dan telepon umum;
pengembangan distribusi jaringan sambungan telepon dari STO ke pelanggan;
pengembangan jaringan baru di seluruh wilayah Kota; dan
pemasangan jaringan kabel telepon di bawah tanah yang terintegrasi dan terpadu dengan jaringan infrastruktur lainnya dalam kawasan perkotaan.
Peningkatan jaringan telepon nirkabel mencakup:
menata menara telekomunikasi dan BTS (Base Transceiver Station) terpadu secara kolektif antar operator di seluruh kecamatan yang lokasinya ditetapkan dengan Peraturan Walikota;
mengembangkan
teknologi
telematika
berbasis
teknologi
modern pada wilayah-wilayah pusat pertumbuhan; dan
peningkatan sistem informasi telekomunikasi pembangunan yang berbasis teknologi internet.
d. Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air Rencana sistem jaringan sumber daya air terdiri atas:
Konservasi sumber daya air, dilakukan melalui: perlindungan dan pelestarian sumber daya air, pengelolaan kualitas air, pengendalian pencemaran air.
Pendayagunaan sumber daya air, dilakukan melalui penatagunaan, penyediaan, penggunaan, dan pengembangan air baku.
Pengembangan Sistem Jaringan Irigasi
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
II - 18
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Pelayanan irigasi melayani areal pertanian yang ditetapkan sebagai budidaya tanaman pangan berkelanjutan dan areal pertanian hortikultura yang ditetapkan berdasarkan rencana pola ruang
Pelayanan irigasi melayani Kelurahan Dodu, Kelurahan Lampe, Kelurahan Kodo, Kelurahan Nungga, Kelurahan Kumbe, Kelurahan Rabadompu Timur, Kelurahan Ntobo, Kelurahan Rite, Kelurahan Jatibaru, Kelurahan Rabangodu Selatan, Kelurahan Panggi
Pemeliharaan, pengelolaan
peningkatan air
pada
pelayanan
sistem
dan
prasarana
efektivitas
irigasi
untuk
dilakukan
untuk
memelihara ketersediaan air. e. Rencana Sistem Jaringan Persampahan Pengembangan menanggulangi
sistem dan
jaringan
mengelola
persampahan produksi
sampah
dari
kegiatan
masyarakat kota. Pengelolaan dan penanggulangan sampah dilakukan melalui:
Mewujudkan hirarki proses/prasarana pengelolaan sampah dari rumah tangga – kolektif – kawasan – terpusat;
Penerapan teknologi/sistem pemilahan sampah dengan cara :
Sistem pemilahan teknologi pengelolaan dan pengolahan sesuai dengan karakteristik sampah di wilayah pelayanan sebelum sampah diangkut ke TPA
Penerapan teknologi tepat guna dalam pengolahan sampah dengan sasaran meminimalkan sampah masuk ke TPA
Pengelolaan sampah di TPA dilakukan dengan menggunakan sistem sanitary landfill
Pengembangan sistem terpusat pada daerah perkotaan tingkat kepadatan tinggi dan pengembangan sistem individual atau pengelolaan setempat pada daerah terpencil tingkat kepadatan rendah
Memilah jenis sampah organik dan anorganik untuk dikelola melalui konsep 3R (Reduce, Recycle, Reuse)
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
II - 19
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Pengelolaan sampah untuk dikembangkan menjadi energi alternatif seperti gas metan maupun pupuk kompos
Pengembangan dan pengelolaan TPA So Mango Kodo, Kelurahan Kodo Kecamatan Rasana’e Timur seluas 8 Ha sampai dengan beroperasinya TPA Regional di Kecamatan Woha Kabupaten Bima
Penyusunan aturan-aturan yang tegas mengenai pembuangan sampah.
f. Rencana sistem drainase Rencana sistem jaringan drainase kota dilakukan untuk pengendalian banjir dan genangan. Sistem jaringan drainase kota meliputi
Sistem jaringan drainase primer ditetapkan dalam rangka melayani kawasan perkotaan dan terintegrasi dengan sungai.
Sistem jaringan drainase sekunder, tersier dan lokal menggunakan sistem saluran samping jalan sejajar dengan pengembangan jaringan jalan.
Pengembangan sistem jaringan drainase serta pengendalian banjir dan genangan dilakukan melalui:
Penyediaan saluran drainase pada kawasan terbangun dan kawasan rawan genangan
Pengembangan dan penataan sistem aliran Sungai Melayu, Sungai Padolo, Sungai Romo sebagai saluran utama
Pengembangan
sistem
pengendalian
banjir
lintas
kota-
kabupaten dari hilir-hulu di bawah koordinasi Balai Wilayah Sungai (BWS) Provinsi Nusa Tenggara Barat untuk sungaisungai yang sering menimbulkan banjir di wilayah Kota
Normalisasi sungai di kawasan permukiman atau pusat kegiatan dengan cara pengerukan pada sungai yang dangkal, pelebaran sungai, serta pengamanan di kawasan sepanjang sempadan sungai
Normalisasi saluran yang sudah tidak mampu menampung air hujan maupun air limbah dengan memperlebar saluran dan/atau memperdalam dasar saluran
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
II - 20
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Membangun tanggul-tanggul beberapa sungai yang dekat dengan permukiman penduduk sesuai tinggi elevasi yang dianjurkan
Membatasi kegiatan budidaya terbangun pada hulu sungai secara ketat
Pembangunan saluran drainase permanen pada kawasan permukiman padat dengan menerapkan konsep gravitasi dan mengikuti bentuk kontur alam
Menyediakan ruang yang memadai pada kanan-kiri saluran drainase untuk kegiatan perawatan dan pemeliharaan saluran secara berkala
Pengembangan jaringan drainase sistem tertutup di kawasan perkantoran,
kawasan
perdagangan
dan
jasa,
kawasan
industri, jalan-jalan utama, dan kawasan yang mempunyai lebar jalan yang kecil
Pengembangan jaringan drainase sistem terbuka di kawasan permukiman dan di sepanjang jaringan jalan
Membangun sistem drainase tertutup dan terbuka pada kanankiri jalan dengan arah pengaliran disesuaikan dengan kondisi topografi setempat
g. Rencana Jalur Evakuasi Bencana Rencana jalur evakuasi bencana dilakukan untuk tempat keselamatan dan
ruang
berlindung
jika
terjadi
bencana
banjir,
gelombang
pasang/tsunami dan abrasi pantai, dan gempa bumi. Rencana jalur evakuasi bencana dilakukan melalui:
Pengaturan
jalur-jalur
evakuasi
untuk
menjauhi
lokasi-lokasi
genangan dan bencana banjir yang melalui Jalan Jenderal Sudirman (dari Terminal Dara menuju Dana Taraha) – Jalan Pelita Sonco Tengge Sambinae, Jalan Gatot Subroto Kelurahan Santi, Jalan Soekarno Hatta, Jalan Gatot Subroto Kelurahan Sambinae, Jalan Ir. Sutami serta jalur-jalur evakuasi yang mengarah ke utara melalui Jalan Melayu - Kolo
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
II - 21
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Pengaturan jalur-jalur evakuasi bencana gelombang pasang/tsunami dan abrasi pantai yang mengarah ke timur melalui Jalan Pelita Sonco Tengge, Jalan Jenderal Sudirman Danataraha, Jalan Gatot Subroto, dan jalan di sepanjang pesisir pantai
Pengaturan jalur-jalur evakuasi bencana gempa bumi pada setiap ruas jalan di wilayah Kota
Gambar 2. 8 Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Kota Bima 2. POLA RUANG Penetapan pola ruang wilayah kota Bima diwujudkan melalui : a. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung
Kawasan hutan lindung; Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf a di wilayah kota berada pada
Kelompok Hutan Maria (RTK.25) di kecamatan Rasanae Timur seluas 323,80 Ha.
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
II - 22
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Kawasan perlindungan setempat;
Kawasan sempadan sungai meliputi sungai besar dan sungai kecil, yaitu Sungai Lampe, Sungai Dodu, Sungai Nungga, Sungai Kendo, Sungai Busu, Sungai Jatiwangi, dan Sungai Romo, Sungai Padolo, Sungai Melayu;
Kawasan sempadan pantai berlokasi di Kelurahan Kolo, Kelurahan Melayu, Kelurahan Tanjung, dan Kelurahan Dara; dan
Kawasan sekitar mata air di wilayah Kota tersebar di beberapa kecamatan antara lain di sumber mata air Temba Serinci I, Temba Serinci II, Oi Wontu, Temba Ongge, Temba Rombo I, Temba Rombo II, Oi Mbo I, Oi Mbo II, Mpangga, Na’a I, Na’a II, dan Mata air Nungga.
Kawasan rawan bencana alam meliputi:
Kawasan rawan banjir terletak di sepanjang sungai Lampe, Sungai Dodu, Sungai Kendo, Sungai Jatiwangi, Sungai Melayu, Sungai Padolo, Sungai Romo dan wilayah pesisir sepanjang pantai;
Kawasan rawan tsunami dan gelombang pasang terletak di kawasan pantai bagian barat Kota;
Kawasan gempa bumi meliputi seluruh wilayah Kota; dan
Kawasan rawan longsor terletak di jalan Lampe lokasi Oimbo, Rontu, Rite, Penatoi, Wenggo, PenanaE, dan Nungga.
Kawasan cagar budaya Kawasan cagar budaya adalah seluas 25,35 Ha meliputi:
Kawasan cagar budaya Istana Kesultanan Bima (Museum Asi Mbojo) di Kelurahan Paruga
Kawasan cagar budaya Makam Datuk Dibanta Tolobali Kelurahan Sarae
Kawasan cagar budaya Kompleks Danataraha Kelurahan Dara
Rencana pengelolaan kawasan cagar budaya dilakukan melalui:
mempertahankan dan menjaga kelestarian kawasan cagar budaya melalui kegiatan konservasi bangunan dan lingkungan; dan
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
II - 23
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
pembangunan infrastruktur pendukung di sekitar kawasan cagar budaya.
RTH. Pengembangan kawasan RTH di Kota Bima direncanakan kurang lebih 3.859,26 hektar mencakup :
RTH taman Kelurahan
: 18,59 hektar
RTH taman Kecamatan
: 19,36 hektar
RTH taman kota
: 187, 2 hektar
RTH sempadan sungai
: 584,53 hektar
RTH sempadan/median jalan
: 127,13 hektar
RTH sempadan pantai
: 250 hektar
Hutan kota
: 1250 hektar
RTH lapangan
: 31, 4 hektar
TPU
: 42,18 hektar
Jalur Hijau
: 58,73 hektar
RTH lahan pertanian berkelanjutan
: 2.253 hektar
RTH perbukitan/areal perkebunan
: 3.632 hektar
b. Rencana pengembangan kawasan budidaya. Pengembangan kawasan budidaya di Kota Bima meliputi Kawasan peruntukan hutan produksi, Kawasan peruntukan permukiman, Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa, Kawasan peruntukan perkantoran, Kawasan peruntukan industri, Kawasan peruntukan pariwisata, Kawasan peruntukan sektor informal, Kawasan peruntukan ruang terbuka non hijau, Kawasan peruntukan ruang evakuasi bencana, Kawasan peruntukan pendidikan,
Kawasan
peruntukan
kesehatan,
Kawasan
peruntukan
peribadatan, Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan, Kawasan peruntukan
pertanian,
Kawasan
peruntukan
perikanan,
Kawasan
peruntukan pertambangan. Pengembangan kawasan peruntukan pariwisata dilakukan untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan pariwisata baik nasional, regional, dan local. Kawasan peruntukan pariwisata mencakup
Kawasan peruntukan pariwisata pantai dilakukan di pesisir pantai Ni’u sampai Amahami Kelurahan Dara, Pantai Elu – So Nggela
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
II - 24
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Kelurahan Jatiwangi dan Pantai Bonto – Kolo – So Ati Kelurahan Kolo dengan luas kawasan kurang lebih 72 Ha
Kawasan peruntukan pariwisata belanja khususnya produk kerajinan, dilakukan di Kelurahan Ntobo, Kelurahan Rabadompu Timur dan Kelurahan Nitu
Kawasan peruntukan pariwisata budaya dilakukan di Kelurahan Paruga, Kelurahan Sarae, Kelurahan Nitu, Kelurahan Ntobo dan Kelurahan Melayu
Kawasan peruntukan pariwisata religi dilakukan di Kelurahan Paruga dan Kelurahan Pane
Kawasan peruntukan pariwisata kuliner, dilakukan di Kelurahan Dara, Kelurahan Paruga, Kelurahan Sadia, dan Kelurahan Manggemaci
Pengembangan kawasan pariwisata dilakukan melalui:
Penataan kawasan pariwisata di Kota
Reklamasi terbatas pantai Ni’u-Amahami untuk pengembangan kawasan pariwisata
Mempertahankan budaya lokal dan bangunan bersejarah yang ada
Mengembangkan kampung wisata di Kelurahan Ntobo dan Kelurahan Nitu
Pengembangan pemasaran dan promosi pariwisata di Kota melalui pengadaan sarana promosi dan sistem informasi pariwisata, pameran, pentas seni, festival budaya, serta acara kepariwisataan lainnya
Pengembangan program paket-paket pariwisata yang sudah ada dan yang akan dikembangkan di kota
Membangkitkan industri pariwisata di Kota
dalam upaya menarik
investor
Pembangunan
infrastuktur
pendukung
untuk
mempermudah
jangkauan terhadap destinasi pariwisata
Penyusunan Rencana Induk Pariwisata dan DED (Detail Engineering Design) untuk kawasan pariwisata
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
II - 25
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Rencana Pola Ruang Kota Bima secara spesifik dapat dilihat pada Gambar 2.9 berikut ini
Gambar 2. 9 Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Bima c. Rencana Pengembangan Kawasan Strategis Kota. Pengembangan Kawasan Strategis di wilayah Kota Bima meliputi:
Kawasan strategis nasional; Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Bima
Kawasan strategis provinsi; Kawasan Teluk Bima dan sekitarnya
Kawasan strategis kota meliputi :
Kawasan strategis dari sudut kepentingan aspek ekonomi 1) Kawasan Pantai
Teluk Bima yang meliputi Pantai
Amahami – Ni’u di Kelurahan Dara, Pantai Ule – Songgela Kelurahan Jatiwangi dan Pantai Bonto – So Ati Kelurahan Kolo dengan sektor unggulan pariwisata 2) Kawasan Pasar Raya yang meliputi di Kelurahan Sarae,
Kelurahan Tanjung, Kelurahan Dara, dan Kelurahan Paruga dengan sektor unggulan perdagangan dan jasa; dan BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
II - 26
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
3) Kawasan
Oi Fo’o yang meliputi Kelurahan Oi Fo’o,
Kelurahan Nitu, dan Kelurahan Rontu dengan sektor unggulan industri dan pertambangan.
Kawasan strategis dari sudut kepentingan aspek sosial budaya Kawasan Asi Mbojo dan sekitarnya meliputi Kelurahan Paruga, Kelurahan Sarae, Kelurahan Melayu, dan Kelurahan Dara
Kawasan strategis kota dari sudut kepentingan lingkungan Kawasan Hutan Maria di Kelurahan Lampe dan Kawasan Nanga Nae Kapenta di Kelurahan Jatibaru dan Kelurahan Kolo yang berfungsi konservasi.
Rencana pengembangan kawasan strategis kota bima secara spesifik dapat dilihat pada Gambar 2.10
Gambar 2. 10 Rencana Kawasan Strategis Kota Bima 2.1.4
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah panduan rancang
bangun
suatu
lingkungan/kawasan
yang
dimaksudkan
untuk
mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
II - 27
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana,
dan
pedoman
pengendalian
pelaksanaan
pengembangan
lingkungan/kawasan. Kegiatan penyusunan RTBL Kawasan Istana Kesultanan Bima yang di fasilitasi oleh kementerian PU, ditetapkan visi pengembangan sebagai berikut “Mewujudkan Kawasan Istana Kesultanan Bima sebagai kawasan wisata budaya dan wisata pantai yang produktif, aman, berkelanjutan dan berjati diri Kota Bimaguna menuju masyarakat maju dan mandiri” “ Dari visi tersebut diatas, ditetapkan beberapa scenario pengembangan antara lain sebagai berikut:
Membentuk koridor perdagangan dan jasa sepanjang ruas jalan kolektor sekunder dan arteri sekunder dengan membagi blok blok yang dapat dikembangkan secara intensif menuju kawasan istana.
Mengembangkan ruas jalan arteri Primer (Soekarno – Hatta dan Jl. Sultan Salahudin) dengan lebar 20 m dan mempertahankan kolektor sekunder seperti saat ini . Kondisi ini merupakan penyesuaian dari RTRW Kota Bima dimana pada kolektor sekunder kondisi di lapangan tidak memungkinkan untuk dilakukan pelebaran karena tidak adanya lahan.
Mengembangkan jalan lingkungan minimal 3 (tiga) meter) atau paling tidak dapat di lalui oleh kendaraan pemadam kebakaran.
Mengembangkan komponen lansekap / taman yang terpadu pada setiap pembangunan fisik, sebagai bentuk nyata pembangunan kota yang bernuasa pedesaan yang alami.
Menciptakan kawasan Amahami sebagai urban amenity baru di kawasan perencanaan melalui disain figure ground, urban struktur, rencana landuse (tata guna lahan makro) dan space use (tata guna lahan mikro), mengembangkan citra kawasan dengan mengembangkan distrik dan memperkuat landmark, memperkuat simpul dan edge, disain ruang terbuka, street furniture.
Menciptakan kawasan sekitar istana Bima sebagai etalse kota Bima berlanggam adat istana Bima
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
II - 28
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Menciptakan ruang publik baru baik yang berupa square maupun linier space dalam bentuk pedesterian environment tema perdagangan dan jasa dalam taman lebih dapat dinikmati oleh pejalan kaki.
Menciptakan kawasan perdagangan dan jasa sebagai festifal market place. Selain retail space sepanjang urban coridoor dapat dinikmati eksebisi seni, makanan tradisional.
Mengembangkan daerah pinggiran pantai untuk kepentingan umum seperti rekreasi, restoran dsb.
Meningkatkan dan merealisasikan pengembangan fungsi kegiatan perdagangan dan jasa bernilai strategis agar dapat mendatangkan tumbuhnya fungsi kegiatan ekonomi kawasan.
Merealisasikan pembangunan pusat pusat kegiatan yang akan menjadi pusat orientasi pengembangan fisik kawasan perencanaan khususnya di lingkungan permukiman.
Merealisasikan pembangunan jaringan jalan baru yang mendorong terbentuknya struktur tata ruang kawasan yang sesuai dengan karakter lingkungan,
dan
membentuk
suatu
lingkage
antara
kawasan
perencanaan dengan wilayah sekitarnya Kebijakan penataan yang tertuang dalam RTBL Kawasan Istana Kesultanan Bima secara spesifik dapat dilihat pada Gambar
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
II - 29
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Gambar 2. 11 Rencana Peruntukan Lahan Kawasan Sekitar Kesultanan Bima
Gambar 2. 12 Rencana Sistem Sirkulasi dan Jaringan Jalan Kawasan Sekitar Kesultanan Bima
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
II - 30
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Gambar 2. 13 Rencana Penetapan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Sekitar Kesultanan Bima
Gambar 2. 14 Rencana Penataan Sistem Jaringan Drainase Kawasan Sekitar Kesultanan Bima
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
II - 31
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
2.2 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS RPKPP merupakan rencana aksi program strategis untuk penanganan permasalahan permukiman dan pembangunan infrastruktur bidang cipta karya pada
kawasan prioritas
di
perkotaan.
Dalam
konteks
pengembangan
kota,
RPKPP merupakan rencana sektor bidang permukiman dan infrastruktur bidang cipta karya pada lingkup wilayah perencanaan berupa kawasan dan dengan kedalaman rencana teknis yang dituangkan dalam peta skala 1:5.000 dan 1:1.000. RPKPP ini merupakan penjabaran dari SPPIP untuk kawasan permukiman prioritas dengan tetap mengacu pada arah pengembangan kota untuk bidang permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan. Penetapan zona penanganan permukiman prioritas secara spesifik dapat dilihat pada Gambar 2.15
Gambar 2. 15 Penetapan Zonasi Penanganan Permukiman Prioritas Kota Bima
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
II - 32
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Dari peta zonasi yang ditetapkan, wilayah yang terkait langsung dengan kegiatan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah Kota Bima adalah Zona KB1 yang memiliki fungsi dan visi pengembangan yaitu Kawasan Rekreasi dan Wisata Air meliputi Pantai Niu hingga Amahami di Kelurahan Dara. Prioritas penanganan pada Zona KB1 secara spesifik dapat dilihat pada Gambar 2.16
Gambar 2. 16 Rencana Penanganan Kawasan Prioritas Pada Zona KB1
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
II - 33
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Indikasi program yang ditetapkan di wilayah zona KB1 secara spesifik dapat dilihat pada Tabel 2.3 Tabel 2. 3 Indikasi Program Penanganan Permukiman Prioritas Pada Zona KB1 Program 1. Pengembangan
Program
Kegiatan
Penanganan Jalan Lingkungan
Pembangunan
Permukiman
Sumber
Pelaku
Pendanaan
Jalan Pemkot
Lingkungan/Gang Baru Aspal/Hotmix
APBD II
Bima
Jalan Kem.
Lingkungan
DJCK
Rehab Jembatan
Pemkot
PU APBN/APBD APBD II
Bima Drainase
Perbaikan
Drainase Kem.
Lingkungan
Lingkungan
DJCK
Pengembangan
Pembangunan MCK
Pemkot
MCK
PU APBN/APBD APBD II
Bima Gapura
Pembangunan
Batas Pemkot
dan Lingkungan
sarana
APBD II
Bima
prasarana pendukung permukiman
2. Pengelolaan Air Minum
Pengelolaan
Pembuatan TPS / Bak Pemkot
Sampah
Sampah
Bima
Air Pengeboran
Kem.
(Penyediaan
Air DJCK
Pelayanan Minum
APBD II PU
APBN / APBD
Minum) Rehab Sumur
Pemkot
APBD II
Bima Sumber: Dokumen RPKPP Tahun 2012 2.3 RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA NASIONAL Dalam PP No 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional, Provinsi Nusa Tenggara Barat ditetapkan 2 (dua) Destinasi Pariwisata
Nasional
yang
didalamnya
terdapat
9
(Sembilan)
Kawasan
Pengembangan Pariwisata Nasional seperti diuraikan pada Tabel berikut
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
II - 34
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Tabel 2. 4 Penetapan Lokasi DPN dan KPPN Di Provinsi Nusa Tenggara Barat No
Destinasi
Kawasan Pengembangan
Kawasan Strategis
Pariwisata
Pariwisata Nasional
Pariwisata Nasional
Nasional 1
DPN Lombok – KPPN Rinjani dan sekitarnya Gili Trimena dan KPPN sekitarnya
Gili
Trimena
dan
sekitarnya KPPN
Mataram
kota
dan
Selatan
dan
sekitarnya KPPN
Pantai
sekitar Lombok KPPN
Praya
–
Sade
dan
Sumbawa
Barat
dan
sekitarnya KPPN
sekitarnya 2
DPN
Moyo
Tambora
– KPPN Moyo dan sekitarnya dan KPPN Tambora dan sekitarnya
sekitarnya
KSPN Moyo dan sekitarnya KSPN
Tambora
dan
sekitarnya KPPN Bima dan sekitarnya
Sumber: RIPNAS 2011
Penetapan lokasi DPN, KPPN dan KSPN di Provinsi Nusa Tenggara Barat secara spesifik dapat dilihat pada Gambar
Gambar 2. 17 Penetapan Lokasi DPN, KPPN dan KSPN Di Seluruh Wilayah NKRI
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
II - 35
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Gambar 2. 18 Penetapan Lokasi DPN, KPPN dan KSPN di Provinsi Nusa Tenggara Barat 2.4 RENCANA
INDUK
PEMBANGUNAN
KEPARIWISATAAN
PROVINSI
NUSA
TENGGARA BARAT TAHUN 2013-2028 (PERDA PROVINSI NTB NO 7 TAHUN 2013) Dalam Perda NTB No 7 Tahun 2013 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi Nusa Tenggara Barat 2013-2028 ditetapkan 11 (sebelas) Kawasan Strategis Pariwisata Daerah (KSPD) antara lain sebagai berikut : 1. pengembangan KSPD Mataram dan sekitarnya meliputi kawasan wisata Kota Mataram, Islamic Center, Loang Baloq, Taman Mayura, Sekarbela, Banyumulek, Taman Narmada, Suranadi dan Lingsar sebagai kawasan wisata budaya, religi, kuliner, belanja dan MICE; 2. pengembangan KSPD Senggigi - Tiga Gili dan sekitarnya meliputi kawasan wisata Batulayar, Batu Bolong, Senggigi, Tiga Gili, Sindang Gila, Senaru, Dusun
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
II - 36
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Tradisional Segenter sebagai kawasan wisata pantai, bawah laut, olah raga berbasis bahari, budaya, religi dan kuliner; 3. pengembangan KSPD Kuta Mandalika dan sekitarnya meliputi kawasan wisata Gili Gede, Gili Nanggu, Bangko- Bangko, Selong Blanak, Sade, Kute, Gili Indah sebagai kawasan wisata pantai, bawah laut, olah raga berbasis bahari, dan budaya; 4. pengembangan KSPD Rasimas-Sembalundan sekitarnya meliputi kawasan wisata Benang Stokel, Gili Sulat, Sembalun, Gunung Rinjani, Otak Kokoq sebagai kawasan wisata agro, pegunungan dan kuliner; 5. pengembangan KSPD Alasutan dan sekitarnya meliputi kawasan wisata Agrotamasa, Pulau Bedil, Pulau Bungin, sebagai kawasan wisata pantai, agro, budaya, dan kuliner; 6. pengembangan KSPD Pototano-Malukdan sekitarnya meliputi kawasan wisata Pototano dan Maluk sebagai kawasan wisata pantai, olah raga berbasis bahari, budaya, dan kuliner; 7. pengembangan KSPD Batu Hijau- Dodorinti dan sekitarnya meliputi kawasan wisata Batu hijau dan Dodorinti sebagai kawasan wisata pegunungan, tambang, budaya, dan kuliner; 8. pengembangan KSPD SAMOTA (Teluk Saleh-Moyo-Tambora) dan sekitarnya meliputi kawasan wisata Aibari, Moyo, Batubulan, Tambora dan Teluk Saleh sebagai kawasan wisata pantai, bawah laut, olah raga berbasis bahari, budaya, kuliner dan wisata pegunungan; 9. pengembangan KSPD Hu’u dan sekitarnya sebagai kawasan wisata pantai, bawah laut, olah raga berbasis bahari, dan kuliner; 10. pengembangan KSPD Teluk Bima dan sekitarnya meliputi kawasan wisata Lawata, Amahami, Kota Bima sebagai kawasan wisata pantai, olah raga berbasis bahari, budaya, dan kuliner; 11. pengembangan KSPD Waworada-Sape dan sekitarnya meliputi kawasan wisata Waworada, Sapedan Wanesebagai kawasan wisata pantai, bawah laut, olah raga berbasis bahari, dan kuliner;
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
II - 37
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Gambar 2. 19 KSPD di Pulau Sumbawa
Gambar 2. 20 KSPD Teluk Bima
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
II - 38
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi Nusa Tenggara Barat 2013-2028 juga ditetapkan indikasi dan pentahapan program pengembangan pariwisata yang dijabarkan pada tabel berikut ini Tabel 2. 5 Indikasi dan Pentahapan Program Pengembangan Pariwisata Daerah No 1
Tahapan Tahap I
Uraian a. mengembangkan diversifikasi atau keragaman Daya Tarik Wisata
(Tahun 2014-2018)
dalam berbagai tema terkait yang kreatif dan inovatif; b. memperkuat
upaya
konservasi
sumber
daya
Wisata
dan
lingkungan; c.
meningkatkanpemahaman,dukungan dan partisipasi masyarakat sadar Wisata dalam mewujudkan sapta pesona bagi terciptanya iklim kondusif Kepariwisataan;
d. mengembangkan
model-model
promosi
dan
pemasaran
Kepariwisataan dalam memperluas jaringan pasar, baik pasar Wisatawan nusantara maupun Wisatawan mancanegara; e. mengembangkan fasilitasi, regulasi, insentif dan disinsentif untuk pengembangan usaha Pariwisata; dan f.
optimalisasi kemitraan usaha Pariwisata antara Pemerintah Daerah, Pemerintah Kabupaten /Kota, swasta dan masyarakat.
2
Tahap II
a. mengembangkan inovasi dan kapasitas Daya Tarik Wisata untuk
(Tahun 2019-2023)
mendorong akselerasi perkembangan kawasan PariwisataDaerah; b. meningkatkan kualitas dan kuantitas moda, sarana prasana, dan sistem transportasi darat, udara dan perkeretaapian sekaligus pengembangan sistem transportasi multimoda dan antarmoda yang aman, nyaman, lancar dan berbudaya; c.
mengembangkan paket Wisata terpadu antar obyek dan antar daerah yang didukung oleh meningkatnya dukungan sektorlain (perhubungan, pendidikan, perdagangan, jasa,pertanian, industri, perhotelan) terhadap sektor Pariwisata;
d. meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam Kepariwisataan untuk mendorong kesejahteraan masyarakat melalui Kepariwisataan; e. mengembangkan citra Kepariwisataan Daerah sebagai Destinasi Pariwisata yang aman, nyaman dan berdaya saing; f.
meningkatkan kapasitas/skill serta produk layanan usaha ekonomi masyarakat di bidang Pariwisata; dan
g. standarisasi dan sertifikasi Sumber Daya Manusia dan Industri di
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
II - 39
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
bidang Pariwisata. 3
Tahap III
a. terwujudnya tujuan Wisata yang inovatif, aman, nyaman, menarik,
(Tahun 2024-2028)
mudah dicapai, dan berwawasan lingkungan sehingga mampu meningkatkan pendapatan Daerah dan kesejahteraan masyarakat; b. terwujudnya pemasaran Pariwisata yang sinergis, unggul, dan bertanggung jawab untuk meningkatkan kunjungan Wisatawan baik nusantara maupun mancanegara; c.
terwujudnya industry Pariwisata yang berdaya saing, kredibel, mampu menggerakkan kemitraan usaha, dan bertanggung jawab atas kelestarian dan keseimbangan lingkungan alam dan sosial budaya;
d. terwujudnya
organisasi
Kabupaten/Kota,
Pemerintah
swasta,
dan
Daerah,
masyarakat,
Pemerintah
berkembangnya
Sumber Daya Manusia, regulasi, dan mekanisme operasional yang efektif
dan
efisien
dalam
rangka
mendorong
terwujudnya
Kepariwisataan yang berkelanjutan; e. terwujudnya
masyarakat
sadar
Wisata
untuk
mendukung
tercapainya Sapta Pesona;dan f.
terwujudnya Daerah sebagai daerah tujuan Wisata berbasis budaya terkemuka di Asia Tenggara yang mempunyai ciri khas dan kekhususan daerah dengan keanekaragaman Daya Tarik Wisata dan budaya.
Sumber : RIPPDA Provinsi NTB 2013-2028
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
II - 40
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
BAB 3
GAMBARAN UMUM KOTA BIMA
Secara geografis Kota Bima terletak di Pulau Sumbawa Bagian Timur yang terletak antara 118o41’ - 118o48’ Bujur Timur dan 08o30’ - 08o20’ Lintang Selatan. Secara administratif Kota Bima memiliki luas wilayah 222,25 km2 terdiri dari 5 kecamatan dan 38 kelurahan (Tabel 2.1), dengan batas–batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara : Kecamatan Ambalawi Sebelah Timur : Kecamatan Wawo Sebelah Selatan : Kecamatan Palibelo Sebelah Barat : Teluk Bima Keterangan selengkapnya mengenai batas administratif Kota Bima terlihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3. 1 Batas Administrasi Wilayah Kota Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
III - 1
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Tabel 3. 1 Pembagian Wilayah Administrasi Kecamatan-Kelurahan di Kota Bima
Sumber: Bappeko Bima, 2012
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
III - 2
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
1. Kondisi Fisiografi Wilayah a. Topografi Topografi merupakan gambaran mengenai bentuk morfologi yang mencakup ketinggian dan kemiringan atau kelerengan sebuah wilayah. Kondisi fisik topografi secara spesifik akan mempengaruhi daya dukung dan daya tampung dalam penentuan fungsi kawasan, peruntukan lahan serta penempatan prasarana dan sarana wilayah. Kondisi topografi di wilayah Kota Bima secara spesifik dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3. 2 Kondisi Topografi Wilayah Kota Bima
Sumber: BPS Kota Bima BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
III - 3
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Gambar 3. 2 Kondisi Topografi Wilayah Kota Bima (Bappeko Bima, 2012)
b. Kelerengan Wilayah Kota Bima sebagian besar tanahnya berada pada kemiringan 0 –2% yaitu sebesar 42,54% dari luas wilayah, untuk kemiringan tanah antara 3 – 15% mempunyai luas 22,99% dari luas wilayah. Sedangkan lahan dengan kemiringan 16 – 40% seluas 20,87% dan lahan dengan kemiringan lebih dari 40% sebesar 13,60%, sedangkan kemiringan tanah lebih dari 40% mempunyai luas terkecil yaitu kurang lebih 13,61 %. Kondisi topografi Kota Bima secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.3 Tabel 3. 3 Kondisi Kemiringan Wilayah Kota Bima
Sumber: Bappeko Bima, 2012
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
III - 4
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
c. Kedalaman Efektif Tanah Wilayah Kota Bima memiliki kedalaman efektif antara 30-60 cm, yakni sebesar 61,77 Ha, dengan sebaran terbesar di Kecamatan Rasanae Timur, Asakota dan Raba. Sedangka kedalaman efektif antara 0-30 cm seluas 4.227,16 Ha atau 19,46% merupakan daerah lembah dan pinggiran pantai yang tersebar di Kecamatan Asakota sebesar 1.262,23 Ha, Rasanae Barat 84,80 Ha, Mpunda 296,68 Ha, Kecamatan Raba dengan luas 1.772,45 Ha dan Kecamatan Rasanae Timur dengan luas 811,00 Ha. Kondisi kedalaman efektif tanah di wilayah Kota Bima secara spesifik dapat dilihat pada Tabel 3.4 Tabel 3. 4 Kedalaman Efektif Tanah di Wilayah Kota Bima
Sumber: Bappeko Bima, 2012 d. Geologi Kota Bima memili kondisi dan struktur geologi terdiri dari jenis tanah alluviual seluas 3.179,16 Ha, batu gamping 3.154,96 Ha, batuan gunung api tua 154,97 Ha, dan batuan hasil gunung api tua seluas 14.400,90 Ha. Dengan kondisi geologi yang demikian, Kota Bima memiliki tingkat kestabilan lereng dan pondasi yang tinggi, tingkat erosi rendah, dan resapan air tanah dangkal relatif besar sehingga memiliki daya dukung lahan yang baik terhadap beban kegiatan yang ada diatasnya. Kondisi geologi Kota Bima secara spesifik dapat dilihat pada Gambar 3.3
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
III - 5
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Gambar 3. 3 Kondisi Geologi di Wilayah Kota Bima (Bappeko Bima, 2012) e. Geomorpologi Secara fisiografi wilayah Kota Bima dan sekitarnya termasuk dalam Busur Gunungapi Nusa Tenggara yang merupakan bagian dari Busur Sunda sebelah Timur dan Busur Banda sebelah Barat. Busur tersebut terbentang mulai dari Pulau Jawa ke Nusa Tenggara yang selanjutnya melengkung mengitari Samudra Indonesia (Sembiring, dkk, 1993). Wilayah Bima dan sekitarnya secara geomorfologi berdasarkan morfometri dan morfogenesa, dapat dibedakan menjadi 4 satuan geomorfologi, yaitu: a. Satuan geomorfologi dataran fluvial Di daerah Kota Bima ini terhampar diantara perbukitan disekitarnya dan Teluk Bima yang terletak di tengah-tengah daerah Kota Bima memanjang dari Barat ke Timur melalui celah antara Dora Pokah dengan Doro Kolo. Satuan geomorfologi ini menempati ± 20% dari daerah Kota Bima, yang terhampar luas pada bagian utara dan bagian selatan lokasi Kota Bima. Satuan geomorfologi dataran fluvial, meliputi: daerah Jatibaru, Sadia, Sambinae, Monggonao, Paruga, Nae, Santi, Penatoi, Penaraga, Raba Ngodu, Raba BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
III - 6
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Dompu, Kumbe, Sadia, Kendo, Tato, Lampe, dan sekitarnya. Satuan geomorfologi dataran fluvial ini memiliki nilai beda tinggi rata – rata 3 meter dan kemiringan lereng rata – rata sebesar 2%. Litologi penyusun dari satuan geomorfologi ini adalah pasir dan lempung. Tata guna lahan umumnya dimanfaatkan sebagai: daerah pemukiman, dan pertanian. b. Satuan Geomorfologi Dataran Endapan Pantai Satuan geomorfologi ini menempati ± 10% dari daerah Kota Bima, yang terhampar luas pada bagian barat Kota Bima. Satuan geomorfologi dataran endapan pantai, meliputi: daerah Tanjung, Melayu dan sekitarnya. Satuan geomorfologi dataran endapan pantai ini memiliki nilai beda tinggi rata – rata 2 meter dan kemiringan lereng rata – rata sebesar 2%. Litologi penyusun dari satuan
geomorfologi
ini
adalah
pasir.
Tata
guna
lahan
umumnya
dimanfaatkan sebagai: daerah pemukiman. c. Satuan geomorfologi bergelombang lemah denudasional Disusun oleh batuan hasil gunungapi tua, batuan sedimen dan setempat-setempat
oleh
batugamping
koral.
Satuan
geomorfologi
ini
menempati ± 30% dari daerah Kota Bima, yang terhampar luas pada bagian tengah lokasi Kota Bima. Satuan geomorfologi bergelombang lemah denudasional, meliputi: daerah Doro Oi’ombo, Doro Oi’si,i, Doro Jati Oi’ifoo, Nitu dan sekitarnya. memiliki nilai beda tinggi rata – rata 42 meter dan kemiringan lereng rata – rata sebesar 6 %. Litologi penyusun dari satuan geomorfologi ini adalah batugamping dan batupasir. Tata guna lahan umumnya dimanfaatkan sebagai: lahan perkebunan. d. Satuan geomorfologi bergelombang lemah–kuat vulkanik Disusun oleh batuan hasil gunungapi tua berupa breksi, lava, tuf dan batuan beku terobosan. Satuan geomorfologi ini menempati ± 40% dari daerah Kota Bima, yang terhampar luas pada bagian tengah dan bagian selatan lokasi Kota Bima. satuan geomorfologi bergelombang lemah–kuat vulkanik, meliputi: daerah Doro Kolo, Doro Lewamori, Doro Lalepa, Doro Londa dan sekitarnya. Memiliki nilai beda tinggi rata – rata 75 meter dan kemiringan lereng rata – rata sebesar 13 %. Litologi penyusun dari satuan geomorfologi ini adalah andesit dan tuf. Tata guna lahan umumnya dimanfaatkan sebagai: lahan perkebunan.
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
III - 7
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Kondisi geomorfologi Kota Bima secara spesifik dapat di lihat pada Gambar 3.4
Gambar 3. 4 Kondisi Geomorpologi Kota Bima (Bappeko Bima, 2012) f. Hidrologi Kota Bima dilalui oleh 3 Sungai besar yaitu: Sungai Padolo, Sungai Romo, Sungai Jatiwangi/Melayu sehingga memiliki potensi air permukaan yang cukup baik untuk kegiatan rumah tangga maupun untuk irigasi. Adapun sungai yang mengairi daerah irigasi sebagai ditunjukan dalam tabel 3.5 Tabel 3. 5 Sistem Jaringan Irigasi di Wilayah Kota Bima
Sumber: Bappeko Bima, 2012
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
III - 8
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Gambar 3. 5 Kondisi Hidrologi Kota Bima (Bappeko Bima, 2012)
g. Klimatologi Wilayah Kota Bima beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata pada tahun 2012 sebesar 92,1 mm/th, di mana curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu 187,7 mm dan terendah pada bulan Agustus dan September, yaitu 0,0 mm. Jumlah hari hujan selama tahun 2012 tercatat 139 hari dengan jumlah hari hujan terbanyak pada bulan Maret yaitu 26 hari dan terendah pada bulan Agustus dan September dimana tidak terdapat hari hujan. Kelembaban udara rata-rata pada tahun 2012 sebesar 80%, tertinggi 87% pada bulan Januari dan terendah 72% pada bulan September dan Oktober. Temperatur berkisar pada interval antara suhu minimal 20,8oC pada bulan Agustus dan suhu maksimum 35,1oC pada bulan Nopember, dengan rata-rata suhu 26,40C
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
III - 9
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Tabel 3. 6 Kondisi Curah Hujan dan Hari Hujan Di Kota Bima
Tabel 3. 7 Kondisi Suhu Udan dan Kelembaban Kota Bima
2. Kondisi Perekonomian Kondisi perekonomian makro kawasan disuatu kota dapat dicermati melalui indikator perekonomian yang tertuang dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Besaran PDRB secara nominal yang dihasilkan Pemerintah Kota Bima pada tahun 2012 dihitung atas dasar harga berlaku (current price) adalah sebesar Rp. 1.250,380 milyar. Dalam kurun lima tahun terakhir, jumlah PDRB yang dihasilkan tersebut meningkat. Berdasarkan hasil penghitungan PDRB atas dasar harga konstan tersebut dapat diketahui pertumbuhan ekonomi Kota Bima pada
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
III - 10
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
tahun 2012 adalah sebesar 5,82 persen. Angka pertumbuhan tersebut mengalami peningkatan dibandingkan pertumbuhan PDRB tahun 2011 sebesar 5,33 persen. Tabel 3. 8 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Bima Dalam Kurun 5 Tahun
Dari data BPS Kota Bima tahun 2012, Kondisi ekonomi makro kota Bima yang diamati dari nilai pertumbuhan 9 sektor dan subsector secara spesifik dapat dilihat pada Tabel Tabel 3. 9 Pertumbuhan 9 Sektor PDRB Kota Bima dalam 5 Tahun Terakhir Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
Tabel 3. 10 Pertumbuhan 9 Sektor PDRB Kota Bima dalam 5 Tahun Terakhir Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
III - 11
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
3. Kondisi Demografi Aspek kependudukan merupakan faktor penting yang digunakan untuk mengetahui
gambaran
demografi
yang
akan
dijadikan
sebagai
dasar
pertimbangan utama dalam memprediksi kebutuhan ruang dan kecenderungan pengembangan kawasan. Kondisi kependudukan yang akan diuraikan pada subbab ini meliputi jumlah penduduk, dan komposisi penduduk. a. JUMLAH PENDUDUK Jumlah penduduk di Kota Bima pada tahun 2012 mencapai 146.308 Jiwa, distribusi penduduk pada masing-masing wilayah kecamatan secara spesifik dapat dilihat pada Tabel 3.11 Tabel 3. 11 Jumlah Penduduk Kota Bima Menurut Jenis Kelamin
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa wilayah dengan jumlah penduduk tertinggi di kota Bima terdapat diwilayah Kecamatan Raba dengan jumlah penduduk mencapai 35.755 jiwa. b. KOMPOSISI PENDUDUK
KELOMPOK UMUR Berdasarkan kelompok umur, penduduk Kota Bima yang berada pada usia produktif (15-64 tahun) berjumlah 97.033 jiwa atau 66,32 %. Dari jumlah tersebut, proporsi perempuan lebih tinggi dari laki-laki, yaitu 50.061 jiwa (51,59%) berbanding 46.972 jiwa (48,41%). Kelompok usia muda (014 tahun) berjumlah 42.563 jiwa atau 29,09 % dan kelompok usia non produktif (65 tahun ke atas) berjumlah 6.711 jiwa atau 4,59 %. Komposisi penduduk menurut kelompok umur secara spesifik dapat dilihat pada Tabel
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
III - 12
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Tabel 3. 12 Komposisi Penduduk Kota Bima Tahun 2012
Gambar 3. 6 Cohort Penduduk Kota Bima
KELOMPOK AGAMA Menurut data Kantor Kementerian Agama Kota Bima, dilihat dari jumlah pemeluknya, penduduk di Kota Bima pada tahun 2012 didominasi oleh pemeluk Agama Islam yang mencapai 98,32% dari jumlah penduduk,
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
III - 13
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
kemudian Kristen Protestan dan Katolik masing-masing 0,81% dan 0,62%. Pemeluk Agama Hindu dan Budha masing-masing 0,23% dan 0,01%. Jumlah penduduk menurut agama dan kepercayaan secara spesifik dapat dilihat pada tabel Tabel 3. 13 Jumlah Penduduk Kota Bima Menurut Agama dan Kepercayaan
4. Kondisi Drainase Secara umum
sistem drainase kota Bima mengikuti pola alamiah, dimana
pembuang utama berupa anak sungai dan bekas sungai yang dialihkan atau dibendung di hulunya. Saluran sekunder pengumpul dari pemukiman dan jalan dibangun mengikuti kontur (topografi) secara alamiah melewati pemukiman warga. Jaringan drainase utama (primer/sekunder) di wilayah adminsitrasi Kota Bima terbagi dalam 5 (lima) zona arah aliran drainase sebagai berikut : 1. Jaringan Drainase primer/sekunder kelurahan Rabangodu Barat – kelurahan Lewirato. 2. Jaringan Drainase primer/sekunder kelurahan Rabadompu Timur – kelurahan Penaraga. 3. Jaringan Drainase primer/sekunder kelurahan Penatoi – kelurahan Nae (Salama). 4. Jaringan Drainase primer/sekunder kelurahan Sadia – kelurahan Nae (Salama). 5. Jaringan Drainase primer/sekunder kelurahan Nae – kelurahan Melayu (Tanjung). Kondisi sistem jaringan drainase di Kota Bima secara spesifik dapat dilihat pada Gambar
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
III - 14
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Gambar 3. 7 Kondisi Eksisting Sistem Drainase Kota Bima
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
III - 15
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
BAB 4
PROFIL KEPARIWISATAAN
4.1. KARAKTERISTIK PRODUK WISATA 4.1.1. OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA Daya tarik wisata merupakan dasar dari pengembangan pariwisata, hal ini merupakan elemen penting dalam produk pariwisata. Tanpa adanya faktor daya tarik yang substansial, pariwisata yang berorientasi untuk kesenangan atau untuk berlibur tidak memungkinkan dikembangkan. Meskipun demikian masih ada peluang-peluang lain, misalnya saja perjalanan bisnis, dinas pemerintah, tonferensi, keagamaan dan berbagai maksud perjalanan wisata lainnya. Pendekatan penting yang dapat dilakukan adalah mengkaitkan komponen daya tarik yang dimliki dengan kegiatan wisata yang mungkin dilakukan. Komponen tersebut secara tersendiri dapat saja merupakan sebuah daya tarik yang dapat dijual dan dikembangkan, sehingga daya tarik wisata perlu dievaluasi dan diidentifikasi untuk mempertimbangkan peluang kegiatan wisata yang dapat dikembangkan di daerah. Untuk melakukan survey dan evaluasi dari daya tarik wisata, maka akan sangat penting untuk memahami jenis objek dan daya tarik yang perlu dipertimbangkan dalam pariwisata. Hal ini terutama dilakukan dalam fungsi analisis. Konsep umum dari jenis daya tarik yang telah lama dikenal adalah daya tarik alam yang biasanya berbentuk, pantai, danau, laut, iklim, hutan, lansekap alam, pemandangan dan bentuk- bentuk lainnya. Objek dan daya tarik wisata dapat dikelompokkan dengan berbagai cara. Sistem umum dari pengelompokkan yang sering dipakai adalah : 1. Objek dan daya tarik alam, yang berbasiskan segala pada lingkungan alam. 2. Objek dan daya tarik budaya, yang berbasiskan pada kegiatan
manusia. 3. Objek dan daya tarik khusus, yang biasanya dibuat secara khusus
oleh manusia untuk menarik kunjungan wisatawan.
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 1
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
4.1.1.1. OBYEK DAN DAYA TARIK ALAM Kota Bima berdiri di tepi Teluk Bima yang sangat tenang. Gunung mengurungnya dari tiga penjuru (timur, utara, dan selatan). Di sepanjang pesisir Teluk Bima terdapat daya tarik wisata bahari, sedangkan di sisi utara dan timur terdapat wisata tirta dan wisata alam lainnya. Tabel 4. 1 Obyek Daya Tarik Alam Kota Bima Nama Obyek Jenis Obyek Wisata Wisata 1 Pantai Ni'u Wisata Pantai/ Bahari 2 Pantai Lawata Wisata Pantai/ Bahari 3 Pantai Kolo Wisata Pantai/ Bahari 4 Pantai Ule Wisata Pantai/ Bahari 5 Pantai So Ati Wisata Pantai/ Bahari 6 Pulau kambing Wisata Pantai/ Bahari 7 Pantai Amahami Wisata Pantai/ Bahari 8 Diwu Monca Wisata Tirta 9 Lanco Gajah Wisata Tirta 10 Taman Ria Wisata Alam Sumber : Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata, 2014 N0
Kelurahan
Kecamatan
Dara Dara Kolo Melayu Kolo
Rasanae Barat Rasanae Barat Asakota Asakota Asakota
Dara Lampe jati baru
Rasanae Barat Rasanae Timur Asakota
Dari banyaknya wisata alam di atas, ada beberapa obyek daya tarik wisata yang cukup dikenal dan diperkenalkan sebagai obyek daya tarik wisata alam Kota Bima diantaranya sebagai berikut: A. Pantai Lawata Nama Lawata tentu tidak asing lagi bagi masyarakat Bima maupun NTB. Nama Pantai yang indah di pintu masuk Kota Bima ini memang sudah sejak lama menjadi obyek wisata andalan bagi Kota Bima. Lawata yang berarti pintu gerbang bagi siapapun yang masuk dan menginjakkan kaki di Kota Bima. Pantai Lawata ibarat sebuah gerbang selamat datang, memberi isyarat bahwa perjalanan akan segera memasuki Kota Bima. Panjang pantai kira-kira setengah kilometer yang dikelilingi perbukitan yang indah. Di bawah bukit berbatu terdapat sebuah goa peninggalan Jepang. Dahulu tempat ini merupakan tempat peristrahatan bagi para bangsawan Bima dan kemudian menjadi tempat rekreasi andalan masyarakat yang selalu ramai dikunjungi. Pemerintah Kota Bima terus membenahi Pantai Lawata untuk menjadi salah satu obyek wisata pantai andalan di kota Bima dengan membangun berbagai
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 2
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
fasilitas seperti rumah makan terapung, perlengkapan berenang, panggung hiburan rakyat serta sederetan penataan lainnya. Sarana pariwisata Lawata Beach Hotel Restaurant and Swimming Pool telah dibangun di sini sejak dulu. Tempat ini dulu menjadi hotel yang selalu ramai dikunjungi wisatawan baik wisatawan nusantara maupun mancanegara. Namun sekarang keberadaan sarana pariwisata tersebut sangat memprihatinkan karena sudah ditinggalkan oleh pengelolanya. Bangunan yang rusak dan tidak terawat tersebut memberikan kesan kumuh bagi Pantai Lawata yang sangat indah. Menurut informasi dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bima, Pantai Lawata kini sudah sudah dibuatkan master plan dan sudah ada investor baru yang akan membangun berbagai sarana pariwisata di sana. Bangunan bekas hotel akan dipugar menjadi tempat rekreasi yang menarik dan nyaman bagi pengunjung. Fasilitas pariwisata yang ada di Pantai Lawata berupa shelter dan panggung hiburan yang akan menampilkan berbagai macam hiburan dan kesenian rakyat. Di areal sekitar Pantai Lawata, di atas bukit yang menghadap ke arah pantai juga telah dibangun rumah makan dan tempat lesehan yang menyajikan berbagai makanan daerah Bima. Pemandangan Pantai Lawata menarik untuk dikembangkan. Pantai yang asri dengan airnya yang tenang sangat cocok untuk olah raga air. Panorama keindahan Teluk Bima yang tenang terlihat jelas jika berdiri di atas bukit Pantai Lawata. Memandang ke arah barat daya terlihat Pulau Kambing dan Pelabuhan Bima. Di sebelah utara, hamparan pohon kelapa dari perkebunan penduduk, bukit yang menjulang, dan keindahan taman kota Ama Hami menambah daya tarik Pantai Lawata. Tempat ini sangat ideal untuk dikembangkan wisata bahari karena air lautnya tenang. Jenis atraksi yang bisa dikembangkan antara lain memancing, menyelam, berperahu, berselancar, dan berlayar menuju Pulau Kambing, Desa Kolo, dan Wadu Pa,a (batu pahat yang menjadi situs peninggalan pemujaan agama Budha di Desa Sowa Kabupaten Bima).
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 3
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Gambar 4. 1 Pantai Lawata B. Pantai Amahami Pantai Amahami juga merupakan tempat tujuan bagi masyarakat Kota Bima untuk berwisata. Kawasan pantai ini ramai terutama pada sore dan malam hari, dengan berbagai aktifitas yang ada seperti pedagang kaki lima. Pantai ini berdekatan dengan Pantai Lawata atau berada sebelum Pantai Lawata dari arah Terminal Dara. Selain pantai-pantai tersebut, di kawasan pesisir Teluk Bima masih terdapat obyek-obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi, seperti Pantai Ule dan Pantai So Ati.
Gambar 4. 2 Pantai Amahami
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 4
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
C. Pantai Ni’u Pantai Ni’u berada di sisi timur Teluk Bima, di jalan lintas Bima-Sumbawa sekitar 3,5 km dari terminal Dara Kota Bima. Lokasinya yang berada di tepi jalan nasional ini menjadikan pantai ini mudah dijangkau oleh wisatawan. Di kawasan ini terdapat gazebo-gazebo yang dibangun Pemerintah Kota Bima dan dapat dimanfaatkan pengunjung untuk menikmati panorama pantai kawasan ini. Pantai ini menyajikan panorama pantai yang masih alami dengan udara khas pantai yang sejuk. Sepanjang pantai ditumbuhi pohon kelapa sehingga sejak dulu masyarakat Bima yang ingin menikmati kesegaran kelapa muda selalu bertandang ke tempat ini. Di Kejauhan terlihat puluhan bagan (rumah tempat menangkap ikan di tengah laut) tancap permanen dan perahu nelayan hilir mudik mencari ikan. Pada siang hari udara pantai terasa panas karena air lautnya surut, sehingga pengunjung jika melakukan kegiatan di air harus berjalan ke tengah laut. Kegiatan yang bisa dilakukan di pantai pada saat air laut surut adalah berenang dan mencari binatang laut. Pada pagi dan sore hari masyarakat sekitar menjadikan pantai ini sebagai tempat untuk mencari kerang. Ini merupakan pemandangan yang unik. Apabila air tidak terlalu surut pengunjung bisa naik perahu menikmati gelombang pantai yang indah dan memancing dengan menggunakan peralatan tradisional. Pantai ini memiliki air yang tenang dan tidak memiliki areal pantai yang luas. Di pinggir pantai banyak pedagang yang menjajakan kelapa, jagung bakar, dan groso (serikaya) jika sedang musim. Biasanya pada hari libur, pantai ini sangat ramai dikunjungi oleh wisatawan lokal yang membawa keluarganya.
Gambar 4. 3 Pantai Ni’u
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 5
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
D. Pantai Kolo 1. Nama ODTW
: Pantai Kolo
2. Lokasi
: Kolo, Asakota 30-40 menit ke arah utara
Pusat Pelayanan
Pantai Kolo Ke Timur
Lanco Gajah
Laut Pantai Ule
Sentra Pandai
Langgar Melayu Kuno
Besi Ke Timur
Pusat Kota
Sentra Tenun
3. Daya tarik
Meriam Kuno dan Punu Nence
Diwu Monca
: Pantai Berbatu, pemandangan sunset teluk
bima, memancing, airnya jernih, naik perahu 4. Skala Pemasaran
: Lokal, regional (berada di jalan provinsi)
5. Jumlah Pengunjung
: Kualitatif (Sepi/ramai/sangat ramai)
Sangat Ramai di hari sabtu minggu 6. Kondisi Sarana (Kapasitas dan Kualitas) KM/WC umum
: ada, permanen dan non permanen, kondisi
buruk Parkir
: tidak ada, di tepi jalan raya berjejer
Musholla
: tidak ada
Tempat Makan
ada hanya sabtu minggu
Toko
: ada hanya sabtu minggu
Souvenir
: tidak ada
Keamanan
: tidak ada
Kebersihan
: tidak ada
Tempat menginap
: ada, tidak terawat
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 6
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Gazebo/baruga
: ada, disewakan 10rb
7. Aksesbilitas Sarana transportasi
: Kendaran Pribadi
Kondisi Jalan
: bagus, mudah dijangkau
Waktu Tempuh Dari Kota
: 30-40 menit ke arah utara pusat kota
8. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat
:
meningkatkan
pendapatan dari berjualan makanan dan menyewakan baruga/gazebo 9. Dampak Terhadap Kondisi Lingkungan
: banyaknya sampah
10. ODTW Lain Yang Dekat : ke utara ada Pantai So Ati, ke selatan ada Pantai Ule 11. Potensi/Prospek Pengembangan : ada lahan untuk pengembangan sarana karena di sebelah timur jalan cukup luas di sekitar pondok wisata Tidak ada papan informasi yang jelas dimana tepatnya batas2 pantai Kolo
Gambar 4. 4 Pantai Kolo Lokasi dimana orang-orang sangat ramai menikmati pantai berbatu pada hari libur
Gambar 4. 5 Akses Jalan Provinsi menuju Pantai Kolo BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 7
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Pantai Kolo menyimpan pemandangan alam yang Indah. Terletak di salah satu kelurahan yang termasuk dalam kecamatan Asakota, pantai Kolo bisa dicapai dalam waktu lebih kurang 40 menit dari Kota Bima. Pantai Kolo adalah salah satu wisata unggulan di Kota Bima. Selain pemandangannya, pantai Kolo menyimpan potensi pesona bawah laut yang indah, banyak terumbu karang yang dapat ditingkatkan menjadi peluang ekonomi dan bisa meningkatkan pendapatan pemerintah serta masyarakat sekitar. Selain itu, pantai Kolo memiliki kelebihan lain seperti menjadi pelabuhan altematif, tempat memancing, pusat tambak udang dan pegunungan disekitarnya yang bisa menjadi lahan pertanian yang menghasilkan buah. Kawasan sepanjang pantai ini belum begitu digarap dan dikelola oleh pemerintah, meskipun dalam seminggu tidak kurang dari 1.000 hingga 2.000 pelancong memadati jalur aspal menuju Pantai Kolo. Pantai Kolo lebih indah bila ditata dan dikelola dengan baik dan benar.
Gambar 4. 6 Pantai Kolo E. Pantai So Ati 12. Nama ODTW
: Pantai So ati
13. Lokasi
: Kolo, Asakota 40-50 menit dari pusat kota
ke arah utara 14. Daya tarik
: Pantai Berpasir Putih, blue coral, menyelam,
naik perahu, pemandangan pantai, berenang, memancing BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 8
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
15. Skala Pemasaran
: internasional ( merupakan lokasi transit dan
menginap jalur kapal pesiar wisata dari Benoa Bali ke Pulau Moyo) Pantai So Ati
Ke Utara
Pantai Kolo Ke Timur
Lanco Gajah
Laut
Pantai Ule
Langgar Melayu Kuno
Pusat Kota
16. Jumlah Pengunjung
: Kualitatif (Sepi/ramai/sangat ramai)
Ramai pada hari libur 17. Kondisi Sarana (Kapasitas dan Kualitas) KM/WC umum
: tidak ada
Parkir
: tidak ada
Musholla
: tidak ada
Tempat Makan
: buka sabtu minggu
Toko
: tidak ada
Souvenir
: tidak ada
Keamanan
: keamanan kampung/desa
Kebersihan
: keamanan kampung/desa
Tempat menginap
: tidak ada, menginap di kapal pesiar
18. Aksesbilitas Sarana transportasi
: Kendaran Pribadi
Kondisi Jalan
: mudah dijangkau, sebagian jalan belum di aspal
Waktu Tempuh Dari Kota
: , 40-50 menit dari pusat kota ke utara
19. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat
:
masyarakat memperoleh
pendapatan dari berjualan makanan 20. Dampak Terhadap Kondisi Lingkungan
: sampah
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 9
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
21. ODTW Lain Yang Dekat : ke selatan ada Pantai Kolo 22. Potensi/Prospek Pengembangan : ada lahan cukup untuk pengembangan sarana wisata pulau seperti rest area, dermaga
Gambar 4. 7 Suasana Pantai So Ati dan Bawah Laut So Ati
Pantai So Ati yang terletak di ujung barat Desa Kolo.Pantainya berpasir putih, airnya tenang berwarna bening sehingga karang-karang terlihat jelas, dan pohon kelapa sepanjang pantai menambah keindahan panorama. Perahu nelayan dan kapal- kapal besar yang datang dari berbagai daerah terlihat dengan jelas di sini. Ketenangan air lautnya menjadikan pantai ini sebagai tempat budidaya rumput laut oleh masyarakat lokal. Perairannya yang tenang sangat bagus untuk berenang, berperahu, berselancar, dan menyelam untuk melihat keindahan batu karang dan ikan hias yang berwarna-warni.
Gambar 4. 8 Pantai So Ati
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 10
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
F. Pantai Ule 1. Nama ODTW
: Pantai Ule
2. Lokasi
: Melayu, Asakota 10-15 menit ke arah utara
Pusat Pelayanan
Ke Timur
Lanco Gajah
Laut
Pantai Ule
Sentra Pandai
Langgar Melayu Kuno
Besi Ke Timur
Pusat Kota
Sentra Tenun
3. Daya tarik
Meriam Kuno dan Punu Nence
Diwu Monca
: Pantai Berbatu, pemandangan sunset, memancing,
airnya jernih 4. Skala Pemasaran
: Lokal, regional (berada di jalan provinsi)
5. Jumlah Pengunjung
: Kualitatif (Sepi/ramai/sangat ramai)
Ramai di hari sabtu minggu, sebagian besar memancing 6. Kondisi Sarana (Kapasitas dan Kualitas) KM/WC umum
: tidak ada
Parkir
: tidak ada, di tepi jalan raya berjejer
Musholla
: tidak ada
Tempat Makan
: tidak ada
Toko
: tidak ada
Souvenir
: tidak ada
Keamanan
: tidak ada
Kebersihan
: tidak ada
7. Aksesbilitas Sarana transportasi
: Kendaran Pribadi
Kondisi Jalan
: bagus, mudah dijangkau
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 11
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Waktu Tempuh Dari Kota
: 10-15 menit ke arah utara pusat kota
8. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat : 9. Dampak Terhadap Kondisi Lingkungan
:-
10. ODTW Lain Yang Dekat : Langgar Melayu kuno, jalur ke arah Kolo dan So Ati di Utara 11. Potensi/Prospek Pengembangan : tidak ada lahan untuk pengembangan sarana karena berbatasan langsung dengan jalan raya, lahan di sebelah timur jalan cukup luas namun harus dilakukan cutting lahan. Tidak ada papan informasi yang jelas dimana tepatnya batas2 pantai Ule
Gambar 4. 9 Pantai Ule, Lokasi dimana orang-orang ramai memancing pada hari libur
Gambar 4. 10 Bibir Pantai Ule berbatasan langsung dengan jalan raya di atasnya
Pantai Ule berada di Teluk Bima sebelah barat dengan bibir pantai yang memanjang berpasir putih. Dikelilingi perbukitan yang indah permai, tempat ini sangat cocok untuk beristrahat dan wisata bahari. Di sini banyak tumbuh buah groso yang menjadi buah khas Bima. Di atas gunung dapat dinikmati keindahan seluruh Kota Bima, Pulau Kambing, dan Pelabuhan Bima di seberang, serta pohon dan nyiur melambai sepanjang Pantai Ule hingga menuju ke Kolo. Bukit Danataraha tempat pemakaman para Raja Bima juga nampak dari kejauhan.
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 12
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Di pinggir gunung Pantai Ule terdapat makam pembawa ajaran Islam di Bima yaitu Datuk Di Bandang. Sekitar Pantai Ule terdapat tambak yang menjadi tempat budidaya nener (anak ikan bandeng). Pada sore hari pengunjung dapat membeli ikan segar hasil tangkapan para nelayan. Dilihat dari pantainya yang landai dan ombak yang tidak terlalu besar di sini sangat cocok untuk rekreasi air seperti lomba perahu layar, renang, dan olah raga air lainnya. Masyarakat lokal sudah banyak yang membangun tempat peristrahatan, rumah makan, dan kafe yang berdiri sepanjang pantai. Ule juga merupakan jalan lintas yang menuju ke daerah Asakota. Untuk mendukung pengembangan Pantai Ule dan wilayah di Kecamatan Asakota, pemerintah telah melakukan pelebaran jalan walaupun sekarang kondisinya masih memprihatinkan. G. Pulau Kambing 1. Nama ODTW
: Pulau Kambing
2. Lokasi
: Perbatasan Kota dan Kabupaten Bima, 5
menit ke pelabuhan, menyeberang menggunakan perahu motor, berada di tengah2 jalur transportasi air yang menghubungkan kota bima dengan kabupaten Bima
Pantai So Ati
Ke Utara
Pantai Kolo Ke Timur Pantai Ule
Lanco Gajah
Laut
Pulau Langgar Melayu Kuno
Kambing Ke barat menyeberang
Pelabuhan
Pusat Kota
menggunakan h
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 13
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
3. Daya tarik
:
3-7
meter
Pantai
Berpasir
Putih,
pemandangan pantai dan bukit, daya tarik sejarah bekas makam masa kesultanan dan lokasi pengisian bahan bakar kapal jaman belanda 4. Skala Pemasaran
: Lokal, tidak dikelola
5. Jumlah Pengunjung
: Kualitatif (Sepi/ramai/sangat ramai)
sepi 6. Kondisi Sarana (Kapasitas dan Kualitas) KM/WC umum
: tidak ada
Parkir
: tidak ada
Musholla
: tidak ada
Tempat Makan
: tidak ada
Toko
: tidak ada
Souvenir
: tidak ada
Keamanan
: tidak ada
Kebersihan
: tidak ada
Tempat menginap
: tidak ada
7. Aksesbilitas Sarana transportasi
: Kendaran Pribadi dan angkutan perahu
Kondisi Jalan
: jalur laut, mudah dijangkau, berada di
tengah2 jalur transportasi air Kabupaten Bima-Kota Bima Waktu Tempuh Dari Kota
: 5 menit ke arah timur dari pusat kota ke
pelabuhan, di lanjutkan naik perahu 8. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat : 9. Dampak Terhadap Kondisi Lingkungan
:-
10. ODTW Lain Yang Dekat : ke selatan ada Amahami, Ke Utara Ada Benteng Asakota 11. Potensi/Prospek
Pengembangan
:
ada
lahan
cukup
luas
untuk
pengembangan sarana wisata pulau seperti rest area, taman bermain, dermaga, petualangan naik bukit
Gambar 4. 11 Pulau Kambing BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 14
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Gambar 4. 12 Transportasi di pelabuhan yang menghubungkan kota dengan kabupaten melewati pulau kambing
Pulau Kambing terletak di tengah laut Teluk Bima. Untuk mencapai Pulau Kambing dapat melalui Pelabuhan Bima dengan kendaran perahu motor atau boat umum yang menuju Desa Bajo Donggo. Perjalanan ditempuh selama 15 menit. Secara geografis pulau ini eksotis dikelilingi air laut yang jernih dan strategis di antara Pantai Ule, Pantai Lawata, Situs Wadu Pa,a, dan diapit oleh pemandangan gunung yang indah. Tentara kerajaan Kesultanan Bima menjadikan pulau ini sebagai tempat untuk mengintai musuh yang masuk lewat Asakota karena dari pulau ini terlihat jelas kapal yang sedang memasuki mulut kota lewat laut. Pada zaman penjajahan Belanda dijadikan sebagai gudang atau stasiun bahan bakar dan telah dibombardir oleh Jepang. Tangki-tangki bahan bakar tersebut masih ada. Pulau Kambing dengan luas kira-kira 10 Ha memiliki daya tarik berupa banker raksasa peninggalan Jepang yang menjadi berlindung para tentara Jepang, kuburan tua yaitu mubaliq penyebar Agama Islam di Bima aneka tumbuh-tumbuhan, monyet ekor panjang dan beragam bebatuan yang menarik. H. Taman Ria 12. Nama ODTW
: Taman Ria
13. Lokasi
: Rasanae Barat di pusat kota
14. Daya tarik
: Taman Kota, Ruang bersosialisasi, rekreasi
warga di sore hari, kuliner Pedagang Kaki Lima 15. Skala Pemasaran
: lokal
16. Jumlah Pengunjung
: Kualitatif (Sepi/ramai/sangat ramai)
Ramai di sore hari 17. Kondisi Sarana (Kapasitas dan Kualitas) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 15
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
KM/WC umum
: ada
Parkir
: ada
Musholla
: ada
Tempat Makan
: ada
Toko
: ada
Souvenir
: tidak ada
Keamanan
: sarana keamanan kota
Kebersihan
: sarana kebersihan kota
18. Aksesbilitas Sarana transportasi
: Kendaran Pribadi dan angkutan kota
Kondisi Jalan
: bagus, mudah dijangkau
Waktu Tempuh Dari Kota
: di pusat kota
19. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat : 20. Dampak Terhadap Kondisi Lingkungan
: taman kota berfungsi sebagai
ruang terbuka hijau 21. ODTW Lain Yang Dekat : Masjid Sultan Salahudin, Makam DanaTraha, Museum Samparaja, Taman Ria, Museum Asi Mbojo Dan Istana Kayu Asi Mbou 22. Potensi/Prospek Pengembangan : sebagai taman rekreasi keluarga seharihari
Gambar 4. 13 Taman Ria
I.
Lanco Gajah 1. Nama ODTW
: Lanco Gajah
2. Lokasi
: Jatibaru, Asakota 20-30 menit ke Arah
Timur Laut Pusat Kota, dilanjutkan 30 menit jalan kaki
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 16
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Lanco Gajah
Sentra Pandai
Langgar Melayu Kuno
Besi Ke Timur
Pusat Kota
Meriam Kuno dan Punu Nence
Diwu Monca
Sentra Tenun
3. Daya tarik
: mata Air, pemandangan aliran sungai
(hanya di musim hujan saja), untuk perkemahan, Petualangan 4. Skala Pemasaran
: Lokal saja
5. Jumlah Pengunjung
: Kualitatif (Sepi/ramai/sangat ramai)
Sepi di musim kemarau, ramai di musim hujan 6. Kondisi Sarana (Kapasitas dan Kualitas) KM/WC umum
: tidak ada
Parkir
: tidak ada
Musholla
: tidak ada
Tempat Makan
: tidak ada
Toko
: tidak ada
Souvenir
: tidak ada
Keamanan
: tidak ada
Kebersihan
: tidak ada
7. Aksesbilitas Sarana transportasi
: Kendaran Pribadi
Kondisi Jalan
: cukup mudah dijangkau, namun setengah
jalannya masih buruk (berbatu) Waktu Tempuh Dari Kota
: 20-30 menit ke arah timur laut dari pusat
kota, dilanjutkan 30 menit jalan kaki 8. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat : belum ada 9. Dampak Terhadap Kondisi Lingkungan
: belum ada
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 17
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
10. ODTW Lain Yang Dekat : 11. Potensi/Prospek Pengembangan : aktivitas rekreasi hanya pada musim hujan, di
musim
kemarau
daya
tariknya
tidak
ada
atau
hilang,
prospek
pengembangannya hanya untuk perkemahan sekolah (akivitas pendidikan)
Gambar 4. 14 Lanco Gajah, Daya Tariknya hilang di musim Kemarau
Gambar 4. 15 Akses ke Lanco Gajah dan Lapangan Untuk Perkemahan
J. Diwu Monca 1. Nama ODTW
: Diwu Monca
2. Lokasi
: Lampe, Rasanae Timur, 20-30 Menit
Berkendara dari pusat kota, lanjut 0,5 km/10-20 menit jalan kaki menyusuri sungai
Pusat Kota
Ke Timur
Meriam Kuno dan Punu Nence
Diwu Monca
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 18
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
3. Daya tarik
: Mata Air seperti waduk dan Sungai, pemandangan
sawah (hanya di musim hujan, pemandangannya seperti sawah di ubud) 4. Skala Pemasaran 5. Jumlah Pengunjung
: Lokal : Kualitatif (Sepi/ramai/sangat ramai)
Sangat ramai di musim hujan, hari sabtu dan minggu Sangat sepi/hampir tidak ada di musim kemarau 6. Kondisi Sarana (Kapasitas dan Kualitas) KM/WC
: tidak ada
Parkir
: tidak ada
Musholla
: tidak ada
Tempat Makan
: ada, warung
Toko
: tidak ada
Souvenir
: tidak ada
Keamanan
: tidak ada
Kebersihan
: tidak ada
7. Aksesbilitas Sarana transportasi
: Kendaran Pribadi
Kondisi Jalan
: bagus, mudah dijangkau
Waktu Tempuh Dari Kota
: 30-40 menit
8. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat 9. Dampak Terhadap Kondisi Lingkungan
: belum ada :
tempat
wisata
juga
merupakan tempat penambangan batu 10. ODTW Lain Yang Dekat : Meriam Kuno Lelamase, Mada Oi Mbo 11. Prospek Pengembangan : Setiap 100 meter ada spot2 100m2 untuk bersantai
Gambar 4. 16 Pemandangan Diwu Monca
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 19
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Gambar 4. 18 Akses Dari Jalan
Gambar 4. 17 Jalan Masuk
Raya, Ada Warung yang melayani
Ke Diwu Monca
Penambang Batu
4.1.1.2. OBYEK DAN DAYA TARIK SEJARAH DAN BUDAYA Kota Bima memiliki peninggalan sejarah dan kepurbakalaan yang cukup banyak. Peninggalan-peninggalan yang ada kebanyakan berasal dari masa kesultanan Bima. Tabel 4. 2 Obyek Daya Tarik Budaya Kota Bima N0
Nama Obyek Wisata Jenis Obyek Wisata Museum Asi 1 Mbojo/Istana Bima Wisata Budaya 2 Masjid Sultan Salahudin Wisata Budaya 3 Makam Dana traha Wisata Budaya 4 Benteng Asakota Wisata Budaya 5 Museum Samparaja Wisata Budaya 6 Langgar Melayu Kuno Wisata Budaya 7 Mariam kuno Lela Mase Wisata Budaya 8 Kampung Pandai Besi 9 Sentra Kerajinan Tenun Sumber : Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata, 2014
Kelurahan
Kecamatan
Paruga
Rasanae Barat
Paruga Dara Kolo Manggemaci Melayu Lelamase
Rasanae Barat Rasanae Barat Asakota Mpunda Asakota Rasanae Timur
Dari banyaknya wisata budaya di atas, ada beberapa obyek daya tarik wisata yang cukup dikenal dan diperkenalkan sebagai obyek daya tarik wisata alam Kota Bima diantaranya sebagai berikut: A. Museum Asi Mbojo dan Istana Kayu Asi Mbou Museum Asi Mbojo dulunya merupakan Istana bagi Raja dan Sultan Bima. Museum ini dikonstruksi dengan campuran gaya Eropa dan Bima pada tahun 1927 oleh Mr. Obzicshteer Rehata, arsitek kelahiran Ambon yang diundang pemerintah Kolonial Belanda ke Bima. Ia dibantu oleh Bumi Jero Istana dan dilakukan secara
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 20
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
gotong royong oleh masyarakat ditambah pembiayaan dari anggaran belanja kesultanan. Asi Mbojo terletak di tengah-tengah Kota Bima di atas lahan seluas 10 Ha. Luas dari utara selatan kurang lebih dua kali luas dari timur barat. Istana menghadap ke barat. Di depannya terdapat alun-alun disebut lapangan ‘Sera Suba” karena di sana tempat latihan pasukan kesultanan yang disebut “Suba”. Di sini juga raja tampil secara terbuka di depan rakyat pada saat upacara- upacara penting atau perayaan hari besar keagamaan. Bersamaan dengan berakhirnya masa kesultanan pada tahun 1952, maka berakhirlah peranan istana sebagai pusat pemerintahan, pusat pengembangan seni dan budaya, pusat penyiaraan Islam, dan pusat pengadilan adat. Kini bangunan tersebut menjalani fungsi yang baru sebagai museum bagi barang-barang peninggalan raja dan Sultan Bima. Keadaan istana pernah mengalami kerusakan yang sangat parah. Istana yang senantiasa bersih dan terawat baik berubah menjadi kotor dan beberapa bangunan rusak. Istana kemudian beralih fungsi menjadi mess pegawai dan tentara. Usaha untuk mengembalikan keindahan istana dimulai pada tahun 1978. Pemerintah pusat melakukan pemugaran dan menjadikannya sebagai bangunan lama yang harus dilindungi dan dilestarikan. Setelah Gubernur NTB meresmikan Asi Mbojo sebagai museum daerah pada tahun 1989, pembenahan terhadap museum dilakukan secara intensif. Status museum berada di bawah naungan pemerintah. Hal ini semakin kuat setelah berlaku otonomi daerah. Museum
Asi
Mbojo
menyimpan
320
jenis
barang
peninggalan
kerajaan/kesultanan, misalnya mahkota kerajaan yang bertahtakan intan permata serta sejumlah barang berharga lainnya. Beberapa bangunan bersejarah bisa ditemukan dalam lingkungan istana yaitu pintu gerbang dan sebuah tiang bendera. Pintu gerbang sebelah barat bernama Lare-Lare, Merupakan pintu resmi kesultanan tempat masuknya sultan, para pejabat kesultanan, dan tamu-tamu sultan. Lare-Lare berbentuk masjid tiga tingkat. Tingkat atas (loteng) merupakan tempat untuk menyimpan Tambur Rasanae dan dua buah lonceng. Tambur Rasanae dibunyikan sebagai tanda pemberitahuan adanya upacara kebesaran. Kedua lonceng dibunyikan untuk pemberitahuan tanda bahaya dan waktu. Pintu gerbang sebelah timur bernama Lawa Kala atau Lawa Se. Merupakan pintu masuk
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 21
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
bagi anggota sara hukum dan ulama. Pintu masuk bagi anggota keluarga berada di belakang istana bernama Lawa Weki. Di depan istana bagian barat terdapat meriam kuno dan tiang bendera setinggi 50 m terbuat dari kayu jati Kasi Pahu dari Tololai. Tiang bendera tersebut dibangun oleh Sultan Abdullah untuk memperingati hari pembubaran angkatan laut Kesultanan Bima karena tidak mau memenuhi keinginan penjajah Belanda yang memaksa angkatan laut Kesultanan Bima untuk menyerang pejuang GowaMakassar dan Bugis. Tiang Kasi Pahu sempat roboh karena lapuk dan pada tahun 2003 dibangun kembali. Di bagian timur istana terdapat Asi Bou yang berarti istana baru. Dalam bahasa Bima asi berarti istana dan bou berarti baru. Istana ini hanya tempat tinggal keluarga
kerajaan
dan
tidak
digunakan
sebagai
pusat
penyelengaraan
pemerintahan. Istana Kayu Asi Mbou terletak di samping timur Istana Bima (sekarang Museum Asi Mbojo). Dinamakan Asi Bou karena didirikan setelah pendirian Istana Bima pada tahun 1927, tepatnya pada masa pemerintahan Sultan Ibrahim (18811936). Asi Bou dibangun oleh untuk Putera Mahkota Muhammad Salahuddin. Sebagian besar bangunan Asi Bou terbuat dari kayu. Itu sebabnya disebut Istana Kayu. Konstruksinya seperti lazimnya rumah panggung di Bima. Sesuai namanya, Asi Bou dibangun belakangan, di masa pemerintahan Sultan Ibrahim (1881-1916). Sebelumnya telah ada istana lama yang dibangun abad ke-19. Sultan Ibrahim membangun Asi Bou untuk anaknya yang menjadi putra mahkota atau raja muda yakni M. Salahuddin. Kelak, setelah M. Salahuddin menjadi raja, dia memilih tinggal di istana lama dan Asi Bou ditempati oleh adik dan keluarganya. Asi Bou kini termasuk bangunan cagar budaya yang perlu dilestarikan. Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan pernah merehabnya tahun 1998.
Gambar 4. 19 Istana Kayu Asi Mbou
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 22
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Gambar 4. 20 Museum Asi Mbojo
Gambar 4. 21 Lare-Lare
B. Masjid Sultan Salahudin 1. Nama ODTW
: Masjid Sultan Salahudin
2. Lokasi
: Di Pusat Kota
3. Daya tarik
:
Sejarah,
Bangunan
Peninggalan
Kerajaan/Kesultanan Masjid ini dibangun oleh Sultan Abdul Kadim Muhammad Syah dengan Wajir Ismail pada tahun 1737. Masjid ini terletak di Kampung Sigi atau di sebelah selatan lapangan Sera Suba (Jalan Soekarno Hatta) merupakan satu kesatuan
dengan
alun-alun
dan
Istana
Bima.
Masjid
ini
dirintis
pembangunannya oleh sultan kedua yaitu Sultan Abdul Khair Sirajuddin pada tanggal 25 Juli 1649 4. Skala Pemasaran
: regional
5. Jumlah Pengunjung
: tempat beraktivitas ibadah
6. Kondisi Sarana (Kapasitas dan Kualitas) KM/WC umum
: ada
Parkir
: ada
Musholla
: ada
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 23
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Tempat Makan
: ada
Toko
: ada
Souvenir
: tidak ada
Keamanan
: sarana keamanan kota
Kebersihan
: sarana kebersihan kota
7. Aksesbilitas Sarana transportasi
: Kendaran Pribadi dan angkutan kota
Kondisi Jalan
: bagus, mudah dijangkau
Waktu Tempuh Dari Kota
: di pusat kota
8. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat : edukasi sejarah, budaya religi 9. Dampak Terhadap Kondisi Lingkungan
:-
10. ODTW Lain Yang Dekat : Museum Asi Mbojo, Istana Kayu Asi Mbou, Museum Samparaja, Makam DanaTraha, Taman Ria 11. Potensi/Prospek Pengembangan : harus dilestarikan bentuk aslinya sebagai bagian dari wisata kota (city tour)
Gambar 4. 22 Masjid Sultan Salahudin Masjid ini dibangun oleh Sultan Abdul Kadim Muhammad Syah dengan Wajir Ismail pada tahun 1737. Masjid ini terletak di Kampung Sigi atau di sebelah selatan lapangan Sera Suba (Jalan Soekarno Hatta) merupakan satu kesatuan dengan alun-alun dan Istana Bima. Masjid ini dirintis pembangunannya oleh sultan kedua
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 24
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
yaitu Sultan Abdul Khair Sirajuddin pada tanggal 25 Juli 1649. Pekerjaan pembangunan masjid ini dipimpin oleh Qadi/Lebe Sape Abdurrahim serta Sara Hukum. Karena ini merupakan masjid kesultanan pertama maka pembangunannya dilakukan oleh seluruh rakyat Bima. Menurut catatan Bo, masjid ini semula letaknya di Kampung Temba Dumpu. Untuk tidak mengurangi nilai historis masjid, maka Sultan Bima ke-8 yaitu Sultan Abdul Qadim dengan bijaksana memindahkan masjid lama ke dekat istana. Tapi ada juga versi lain dari para sejarahwan bahwa Sultan Abdul Qadim tidak memindahkan masjid lama tetapi membangun masjid yang baru. Lontara No. 152 dan dan Bo Bumi Luma Rasanae M. Djafar yang kini ada di koleksi Arsip Negara Benteng Ujung Pandang memperkuat adanya aktivitas pemindahan
dan
perbaikan
masjid
ini
yang
dilakukan
selama
5
bulan.
Pembongkaran berlangsung dari tanggal 10 Desember 1778 dan dilakukan pembangunan kembali setahun kemudian pada tanggal 5 Januari 1779. Lontara dengan jelas menggambarkan tahap-tahap pembangunan kembali masjid ini seperti pemasangan atap dari genteng. Untuk menaikkan atap masjid secara khusus dilakukan oleh orang- orang Surabaya pada tanggal 25 April 1779. Masjid telah beberapa kali dilakukan renovasi antara lain dilakukan oleh Sultan Abdul Hamid Muhammadsyah, anak Sultan Abdul Qadim. Tragedi pemboman Sekutu pada Perang Dunia II mengakhiri riwayat masjid ini. Masjidpun hancur dan yang tersisa cuma mihrabnya. Menurut lukisan A.J Bik pada tahun 1858 mengenai Teluk Bima tampak bahwa masjid kesultanan tersebut memiliki atap bersusun tiga. Ahli waris kesultanan Bima Hj. St. Maryam R. Salahuddin dengan segala upaya berusaha mengumpulkan dana untuk menegakkan kembali bukti kejayaan Islam di Bima waktu itu. Masjid yang pada masa kesultanan bukan hanya sekedar sebagai tempat kegiatan ibadah melainkan juga memiliki fungsi yang luas sebagai wahana sultan untuk berhubungan dengan rakyat, bukan hanya direhab oleh Puteri Maryam tetapi juga dibangun sesuai aslinya. Di halaman masjid terdapat makam Sultan Ibrahim, sebagian keluarga raja, dan tokoh masyarakat yang dekat dengan keluarga istana. C. Makam Dana Traha 12. Nama ODTW
: Makam Dana Traha
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 25
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
13. Lokasi
: Dara, Rasanae Barat, Di Pusat Kota, 1 km
dari terminal Dara, 4 km dari Museum Asi Mbojo 14. Daya tarik
: Sejarah dan pemandangan teluk dan kota bima
Makam Danataraha terletak di atas sebuah puncak bukit yang bernama Bukit Danataraha. Bukit ini berada pada ketinggian 65 m dari permukaan laut, berhawa sejuk, dikelilingi perbukitan yang indah, dan hamparan laut Teluk Bima dapat terlihat jelas dari lokasi ini. Luas areal makam sekitar 1.250 m2 15. Skala Pemasaran
: lokal
16. Jumlah Pengunjung
: ramai di depan area makam di sore hari
17. Kondisi Sarana (Kapasitas dan Kualitas) KM/WC umum
: tidak ada
Parkir
: tidak ada
Musholla
: tidak ada
Tempat Makan
: ada, warung pedagang kaki lima
Toko
: tidak ada
Souvenir
: tidak ada
Keamanan
: sarana keamanan makam
Kebersihan
: sarana kebersihan makam
18. Aksesbilitas Sarana transportasi
: Kendaran Pribadi
Kondisi Jalan
: bagus, mudah dijangkau
Waktu Tempuh Dari Kota
: di pusat kota
19. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat
: edukasi sejarah,
budaya religi 20. Dampak Terhadap Kondisi Lingkungan
:-
21. ODTW Lain Yang Dekat : Museum Asi Mbojo, Istana Kayu Asi Mbou, Masjid Sultan Salahudin, Taman Ria 22. Potensi/Prospek Pengembangan : area sekitar bisa dikembangkan seperti taman bungkul surabaya menggabungkan wisata budaya sejarah dengan sarana sosialisasi Makam Danatraha terletak di atas sebuah puncak bukit yang bernama Bukit Danatraha. Lokasi makam berada di wilayah Kampung Dara, Kelurahan Paruga, Kecamatan Rasanae Barat. Bukit ini berada pada ketinggian 65 m dari permukaan
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 26
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
laut, berhawa sejuk, dikelilingi perbukitan yang indah, dan hamparan laut Teluk Bima dapat terlihat jelas dari lokasi ini. Luas areal makam sekitar 1.250 m2. Letaknya 4 km dari bangunan Museum Asi Mbojo. Juga dekat dengan Terminal Bus Dara kira-kira 1 km. Semua jenis kendaraan dapat menjangkau sampai di atas bukit. Dari lokasi makam dapat disaksikan keindahan panorama alam Kota Bima dengan latar belakang Teluk Bima dan pegunungan yang mengelilingi Kota Bima. Para raja yang dimakamkan di Danataraha adalah Sultan I Abdul Kahir yang merupakan raja pertama yang menerima Islam di awal abad 17 dan menjadikan Kerajaan Bima sebagai kerajaan yang berazaskan Islam dan sebutan raja berubah menjadi sultan (wafat pada tanggal 22 Desember 1640), Wazir Abdul Somad Ompu La Muni (wafat tahun 1701), Datu Sagiri yaitu putri Sultan Sumbawa yang menjadi istri Sultan Abdul Hamid, Sultan Ibrahim, Sultan Abdul Aziz, Karaeng Popo pahlawan Makassar (wafat tahun1602) dan Sultan Abdul Kahir II. Sultan Abdul Kahir II yang wafat pada tahun 2002 ini merupakan sultan terakhir yang menjabat Kepala Daerah Swapraja Bima ketika daerah kesultanan dirubah menjadi daerah swapraja periode tahun 1951-1956. Makam Sultan Abdul Kahir terletak pada deretan paling utara, terdiri atas enam undakan dan satu teras. Setiap undakan terdiri atas empat balok batu padas. Pada undakan keenam terdapat tulisan huruf Arab yang keadaannya sudah rusak karena faktor alam sehingga tidak terbaca dengan jelas. Dari goresan-goresan yang masih tersisa, kemungkinan bunyi tulisan itu adalah “Laa Ilaha Illallah Muhammada Rasulullah”. Nisannya ada dua buah, berbentuk gada, bagian dasar segi empat, dan bagian tengah segi delapan bergerigi makin ke atas makin besar. Pada bagian dasarnya terdapat ragam hias bunga. Makam Wazir Abdul Somad Ompu La Muni, terletak di sebelah timur makam Abdul Kahir. Makam ini bercungkup, bentuk cungkupnya seperti “iglo” atau rumah tinggal orang Eskimo di Kutub Utara. Bagian dasar cungkup segi empat berukuran panjang 538 cm, lebar 368 cm, dan tinggi 57 cm. Atap cungkup yang bentuknya melengkung berukuran tinggi 267 cm. Pada bagian puncak terdapat dua nisan dari batu padas yang bentuknya seperti gada. Nisan ini adalah nisan semu karena nisan yang sebenarnya ada pada makam di dalam cungkup. Pintu cungkup menghadap selatan, berbentuk melengkung dengan tinggi 133 cm. Adapun makam Datu Sagiri terletak pada deretan bagian selatan. Pada sisi dalam nisan kepala dan kaki
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 27
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
terdapat tulisan dengan huruf Arab, bahasa Melayu, menyebutkan nama tokoh yang dimakamkan. Secara umum sampai dengan dasawarsa tahun 1970-an kondisi Makam Danataraha dan Makam Tolobali keterawatannya kurang sehingga tingkat kerusakan yang dialaminya relatif tinggi. Kedua makam tersebut kini telah dilakukan pemugaran. Pada tahun 1983/1984 Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan melakukan
studi
kelayakan
untuk
pemugarannya.
Pemugaran
akhirnya
dilaksanakan pada tahun 1996 dan menjadi benda cagar budaya yang dilindungi oleh undang-undang.
Gambar 4. 23 Makam Dana Traha D. Museum Samparaja 1. Nama ODTW
: Museum Samparaja
2. Lokasi
: Manggemaci, Mpunda di Pusat Kota, 1 km
dari Museum Asi Mbojo 3. Daya tarik
: Sejarah, Benda Peninggalan Kerajaan/Kesultanan,
Museum Samparaja merupakan museum yang ada di Kota Bima selain Museum Asi Mbojo. Museum ini terletak di Jalan Gajah Mada Kelurahan Moggonao Kota Bima. Museum ini berisi benda-benda peninggalan sejarah dan kepurbakalaan. Museum ini tidak bisa dipisahkan dengan Museum Asi Mbojo. Museum ini mengoleksi naskah-naskah kuno abad ke-17 hingga abad ke-19. Naskah tersebut ditulis dalam huruf Arab-Melayu.
Di sini disimpan
koleksi benda-benda budaya etnis Bima seperti aneka pakaian adat yang dipakai pihak kesultanan sejak zaman lampau. Adapula koleksi pakaian pengantin dari emas dan perak serta benda-benda peralatan makan dari perak.
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 28
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
4. Skala Pemasaran
: lokal
5. Jumlah Pengunjung
: Kualitatif (Sepi/ramai/sangat ramai)
Sepi 6. Kondisi Sarana (Kapasitas dan Kualitas) KM/WC umum
: ada
Parkir
: ada
Musholla
: ada
Tempat Makan
: ada
Toko
: ada
Souvenir
: tidak ada
Keamanan
: sarana keamanan kota
Kebersihan
: sarana kebersihan kota
7. Aksesbilitas Sarana transportasi
: Kendaran Pribadi dan angkutan kota
Kondisi Jalan
: bagus, mudah dijangkau
Waktu Tempuh Dari Kota
: di pusat kota
8. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat 9. Dampak Terhadap Kondisi Lingkungan
: edukasi sejarah :-
10. ODTW Lain Yang Dekat : Masjid Sultan Salahudin, Makam DanaTraha, Museum Asi Mbojo dan Istana Kayu Asi Mbou, taman ria 11. Potensi/Prospek Pengembangan : bisa menjadi bagian dari city tour Museum Samparaja merupakan museum yang ada di Kota Bima selain Museum Asi Mbojo. Museum ini terletak di Jalan Gajah Mada Kelurahan Moggonao Kota
Bima.
Museum
ini
berisi
benda-benda
peninggalan
sejarah
dan
kepurbakalaan. Museum ini tidak bisa dipisahkan dengan Museum Asi Mbojo. Pemiliknya adalah Hj. Siti Maryam, putri mantan Sultan Bima M. Salahuddin. Status museum adalah milik swasta. Diresmikan pada tanggal 10 Agustus 1995 dan bernaung di bawah Y ayasan Museum Kebudayaan Samparaja Bima. Lokasinya di Jalan Gajah Mada Kampung Karara, kira-kira satu km ke arah timur Museum Asi Mbojo. Umumnya
benda
koleksi
di
museum
tersebut
sebelumnya
pernah
menempati Istana Bima. Namun benda-benda bersejarah yang ada merupakan koleksi pribadi. Di sini disimpan koleksi benda-benda budaya etnis Bima seperti
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 29
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
aneka pakaian adat yang dipakai pihak kesultanan sejak zaman lampau. Adapula koleksi pakaian pengantin dari emas dan perak serta benda-benda peralatan makan dari perak. Museum ini mengoleksi naskah-naskah kuno abad ke-17 hingga abad ke-19. Naskah tersebut ditulis dalam huruf Arab-Melayu. Salah satu koleksinya adalah naskah kuno yang ditulis oleh sultan pertama yaitu Sultan Abdul Kahir. Naskah kuno tersebut ditulis sebagai rasa terima kasih pada orang Wera yang pernah menyelamatkannya untuk meloloskan diri ke Gowa-Makassar ketika dikejar pamannya yang memberontak. Sultan menulis pesan khusus yang ditulis pada hari Sabtu, tanggal 17 Syawal tahun 1060 H atau tanggal 17 Oktober 1650 M di atas kertas perak. Sultan berpesan kepada Jeneli Sape untuk diperhatikan oleh Sultan Bima menyangkut hak khusus orang Wera.
Gambar 4. 24 Museum Samparaja E. Sentra Kerajinan Tenun 1. Nama ODTW
: Sentra Tenun Kota Bima
2. Lokasi
: RabaDumpo Timur, Raba 15 menit masih di
sekitar pusat Kota 3. Daya tarik
: Wisata Belanja, Kain Tenun 100rb-1juta
4. Skala Pemasaran
: Lokal, Internasional (bagian dari city tour
agen perjalanan di kota bima) 5. Jumlah Pengunjung
: Kualitatif (Sepi/ramai/sangat ramai)
Cukup ramai hari minggu atau insidental
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 30
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Sentra Pandai Besi Ke Timur Meriam Kuno dan Punu Nence
Pusat Kota
Diwu Monca
Sentra Tenun
6. Kondisi Sarana (Kapasitas dan Kualitas) KM/WC umum
: tidak ada
Parkir
: tidak ada, di tepi jalan raya
Musholla
: ada
Tempat Makan
ada
Toko
: ada
Souvenir
: ada
Keamanan
: keamanan kampung
Kebersihan
: kebersihan kampung
7. Aksesbilitas Sarana transportasi
: Kendaran Pribadi dan angkutan kota
Kondisi Jalan
: bagus, mudah dijangkau
Waktu Tempuh Dari Kota
: 15 menit masih di sekitar pusat kota
8. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat
: peningkatan ekonomi
bagi pengrajin tenun 9. Dampak Terhadap Kondisi Lingkungan
:-
10. ODTW Lain Yang Dekat : Sentra Pandai Besi, Taman Ria, Museum Asi Mbojo, Masjid Sultan Salahuddin 11. Potensi/Prospek Pengembangan : Menyediakan Cinderamata Kota Bima, City Tour
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 31
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Kampung Tenun
Salah satu etalase Sentra Tenun Rabadompu
Salah Satu Koperasi/Pemasaran
Salah Satu Rumah Pengrajin tenun di sentra
Tenun Bima
tenun
Gambar 4. 25 Sentra Kain Tenun Desa Raba Dompu menarik untuk dikunjungi karena kegiatan sehari-hari masyarakat di desa ini adalah menenun baik di rumahnya masing-masing maupun pada sentra industri. Ciri khas tenunan dari Raba Dompu ini adalah tenunan khas Bima yang dikenal sebagai kain nggoli dan kain salungka atau songket yang memakai benang emas. Desa ini telah dikenal menjadi salah satu daya tarik wisata yang banyak dikunjungi oleh para tamu nusantara maupun mancanegara. Di sentra kerajinan di desa ini terdapat art shop yang menjual kain tenun baik yang masih berupa kain maupun yang telah dibuatkan baju, jas, sarung, tas jinjing wanita, kopiah, sandal dan taplak meja. Produksi kain tenun di Raba Dompu semakin berkembang seiring dengan adanya peraturan dari pemkot yang
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 32
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
memberlakukan pemakaian tenunan bagi pegawai pemerintahan pada hari sabtu. Para wanita di desa selalu siap mendemontrasikan keterampilan mereka. F. Kampung Pandai Besi 1. Nama ODTW
: Sentra Pandai Kota Bima
2. Lokasi
: Penanae, Raba 15 menit masih di sekitar
pusat Kota Sentra Pandai Besi Ke Timur Meriam Kuno dan Punu Nence
Pusat Kota
Diwu Monca
Sentra Tenun
3. Daya tarik
: Melihat Aktivitas pengrajin pandai besi alat2
pertanian perkakas rumah dan tapal kuda, belum ada yang bisa di bawa pulang untuk wisatawan 4. Skala Pemasaran
: Lokal, Internasional (bagian dari city tour agen
perjalanan di kota bima) 5. Jumlah Pengunjung
: Kualitatif (Sepi/ramai/sangat ramai)
insidental 6. Kondisi Sarana (Kapasitas dan Kualitas) KM/WC umum
: tidak ada
Parkir
: tidak ada, di tepi jalan raya
Musholla
: ada
Tempat Makan
: ada
Toko
: ada
Souvenir
: tidak ada
Keamanan
: keamanan kampung
Kebersihan
: kebersihan kampung
7. Aksesbilitas Sarana transportasi
: Kendaran Pribadi dan angkutan kota
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 33
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Kondisi Jalan
: bagus, mudah dijangkau
Waktu Tempuh Dari Kota
: 15 menit masih di sekitar pusat kota
8. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat : peningkatan ekonomi bagi pengrajin pandai besi 9. Dampak Terhadap Kondisi Lingkungan :
pembakaran
tradisional
menghasilkan asap 10. ODTW Lain Yang Dekat : Sentra tenun, Taman Ria, Museum Asi Mbojo, Masjid Sultan Salahudin 11. Potensi/Prospek Pengembangan : sentra cinderamata kota bima, Perlu dilakukan pelatihan untuk membuat kerajinan besi untuk cinderamata
Salah satu workshop Sentra
Aktivitas Pandai Besi
Pandai Besi
Akses Menuju Sentra Pandai Besi
Pemandangan Dari Tempat Aktivitas Pandai Besi
Gambar 4. 26 Sentra Pandai Besi
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 34
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Kampung pandai besi di Kota Bima terletak di Dusun Nggaro Lo, Desa Penanae Kecamatan Rasanae Timur kira-kira 2 km utara Kecamatan Raba. Kesan terpencil akan sirna begitu memasuki dusun ini. Memasuki ujung barat dusun, sudah terdengar dentingan besi yang ditempa silih berganti. Suara ini tidak ada henti-hentinya dari pagi hingga sore. Di bengkel-bengkel kerja, beberapa orang sibuk menempa, memukul dengan palu, memompa, menggosok, mengamplas, hingga mengukur alat-alatnya agar lurus. Keahlian masyarakat Nggaro Lo mengolah besi diperoleh secara turun temurun. Dalam masa penuh pergolakan di Bima terutama abad ke-17 hingga akhir abad ke-20, Ngaro Lo menjadi tempat produksi senjata perang kerajaan. Senjatasenjata yang dibuat terdiri atas tombak, keris, pedang, dan parang. Masyarakat juga membuat perkakas pendukung perang seperti sepatu kuda, kereta, baut, mur, serta perlengkapan prajurit. Pada zaman penjajahan Belanda, masyarakat memproduksi senjata laras panjang untuk kebutuhan perang menghadapi penjajah. Kemudian berlanjut pada masa-masa penjajahan Jepang yang juga memproduksi samurai. Saat ini, tempat-tempat penempaan besi atau rubu telah berubah fungsi seiring perkembangan zaman. Masyarakat tidak lagi memproduksi senjata karena dilarang undang-undang, tetapi hanya membuat perkakas rumah tangga dan alatalat pertanian seperti cangkul, tembilang, dan parang. Satu rubu dikerjakan secara berkelompok yang terdiri atas tujuh hingga sepuluh orang. Satu orang memompa udara untuk meniup api, dua hingga empat orang yang menempa, memotong, membentuk besi, dan yang lainnya menggosok, mengikir, dan mengamplas. G. Benteng Asakota 1. Nama ODTW
: Benteng Asakota
2. Lokasi
: Perbatasan Kota dan Kabupaten Bima,
terdapat jalur darat di kabupaten Bima, sedangkan dari kota bima harus melalui jalur laut dengan perahu, jarak terdekat adalah menyeberang dari Ule 20-30 menit dari pusat Kota
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 35
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Pantai So Ati Ke Utara Ke barat menyeberang
Pantai Kolo
menggunakan
Benteng
Ke Timur
h
Asakota
Pantai Ule
Pulau
Laut
Langgar Melayu Kuno
Kambing Ke barat menyeberang
Lanco Gajah
Pusat Kota
Pelabuhan
menggunakan h
3. Daya tarik
: pemandangan pantai, pemandangan kota dari
benteng, daya tarik sejarah 4. Skala Pemasaran
: Lokal, tidak dikelola
5. Jumlah Pengunjung
: Kualitatif (Sepi/ramai/sangat ramai)
sepi 6. Kondisi Sarana (Kapasitas dan Kualitas) KM/WC umum
: tidak ada
Parkir
: tidak ada
Musholla
: tidak ada
Tempat Makan
: tidak ada
Toko
: tidak ada
Souvenir
: tidak ada
Keamanan
: tidak ada
Kebersihan
: tidak ada
Tempat menginap
: tidak ada
7. Aksesbilitas Sarana transportasi
: Kendaran Pribadi dan angkutan perahu
Kondisi Jalan
: jalur laut, mudah dijangkau, berada di
antara Kabupaten Bima-Kota Bima
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 36
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Waktu Tempuh Dari Kota
: 5 menit ke arah timur dari pusat kota ke
pelabuhan, di lanjutkan naik perahu atau 20-30 menit ke Ule dilanjutkan naik perahu 8. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat
:-
9. Dampak Terhadap Kondisi Lingkungan
:-
10. ODTW Lain Yang Dekat : ke selatan ada Pulau Kambing, ke timur ada Pantai Ule dan Kolo 11. Potensi/Prospek
Pengembangan
:
ada
lahan
cukup
luas
untuk
pengembangan sarana wisata pulau
Benteng Asakota dilihat dari Kota Bima
Jalur Darat Menuju Benteng Asakota yang berada di Kabupaten Bima
Gambar 4. 27 Benteng Asakota H. Langgar Melayu Kuno 1. Nama ODTW
: Langgar Melayu Kuno
2. Lokasi
: Melayu, Asakota 5-10 menit masih di sekitar
pusat Pelayanan
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 37
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Sentra Pandai
Langgar Melayu Kuno
Besi Ke Timur
Pusat Kota
Meriam Kuno dan Punu Nence
Diwu Monca
Sentra Tenun
3. Daya tarik
: dari sisi sejarah merupakan Peninggalan Sejarah
Masuknya Agama Islam Pertama Kali Di Kota Bima, Setiap maulid nabi ada Ua Pua, prosesi membawa 99 telur yang ditulis asmaul husna dari Langgar Ke Kesultanan. Secara arsitektur atau wujud bangunan tidak ada daya tarik 4. Skala Pemasaran
: Lokal, Internasional (bagian dari city tour
agen perjalanan di kota bima) 5. Jumlah Pengunjung
: Kualitatif (Sepi/ramai/sangat ramai)
Sepi, insidental 6. Kondisi Sarana (Kapasitas dan Kualitas) KM/WC umum
: ada
Parkir
: tidak ada, di tepi jalan raya
Musholla
: sebagai obyek
Tempat Makan
: ada
Toko
: ada
Souvenir
: tidak ada
Keamanan
: keamanan lingkungan
Kebersihan
: kebersihan lingkungan
7. Aksesbilitas Sarana transportasi
: Kendaran Pribadi dan angkutan kota
Kondisi Jalan
: bagus, mudah dijangkau
Waktu Tempuh Dari Kota
: 5-10 menit masih di sekitar pusat kota
8. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat : Peningkatan Keimanan/Religi 9. Dampak Terhadap Kondisi Lingkungan
: belum ada
10. ODTW Lain Yang Dekat : Museum Asi Mbojo, Masjid Sultan Salahudin, Amahami
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 38
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
11. Potensi/Prospek Pengembangan : langgar ini digunakan sebagai aktivitas ibadah sehari-hari, dapat menjadi bagian dari city tour
Langgar Kuno Berada di Tepi Jalan Raya Sedang Di Renovasi
Akses pintu masuk ke Langgar sebelah kiri
Gambar 4. 28 Langgar Melayu Kuno I.
Meriam Kuno Lelamase 1. Nama ODTW
: Meriam Kuno Lelamase dan Punu Nence
2. Lokasi
: Lelamase, Rasanae Timur, 30-40 Menit
Berkendara dari pusat kota ke arah timur, lanjut 1 jam jalan kaki treking tidak menanjak Ke Timur Meriam Kuno dan Punu Nence
Pusat Kota
Diwu Monca
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 39
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
3. Daya tarik
: pendidikan sejarah (Meriam kuno dan batu2
pondasi bekas permukiman jaman penjajahan), pemandangan hutan dan kebun rakyat, pemandangan kota bima terlihat keseluruhan dari atas, kemah, bunga edelweis di Punu Nence, Petualangan 2 meriam kuno di atas lahan 16m2 sudah diberi pagar 4. Skala Pemasaran
: Lokal
5. Jumlah Pengunjung
: Kualitatif (Sepi/ramai/sangat ramai)
Sabtu Sangat ramai kalau ke Meriam Kuno kebanyakan pulang pergi Kalau ke Punu Nence menginap pulang hari minggu Jugan Sangat ramai 6. Kondisi Sarana (Kapasitas dan Kualitas) KM/WC
: tidak ada
Parkir
: tidak ada
Musholla
: tidak ada
Tempat Makan
: tidak ada
Toko
: tidak ada
Souvenir
: tidak ada
Keamanan
: tidak ada
Kebersihan
: tidak ada
7. Aksesbilitas Sarana transportasi
: Kendaran Pribadi
Kondisi Jalan
: bagus, mudah dijangkau
Waktu Tempuh Dari Kota
: 50 menit dari pusat kota
8. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat 9. Dampak Terhadap Kondisi Lingkungan
: belum ada :
belum
ada,
kesadaran
masyarakat menebang dan memetik edelweis 10. ODTW Lain Yang Dekat : Diwu Monca, Mada Oi Mbo 11. Potensi/Prospek Pengembangan : Di area Meriam Kuno cukup luas karena bekas permukiman Ada investor bandung dan malang yang ingin mengembangkan Paralayang di Salah Satu bukit di Lelamase, sudah dilakukan kajian kelayakan, tinggal menunggu dukungan dari pemerintah
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 40
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Jalan Masuk Ke Meriam Kuno, Lokasi
Pemandangan Ke Meriam Kuno
meriam di Bukit yang di tengan
Akses Ke Meriam Kuno
Salah Satu Bukit di Lelamase Prospek untuk Paralayang
Gambar 4. 29 Meriam Kuno Lelamase Sebaran Obyek Daya Tarik Wisata Kota Bima secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 4.30
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 41
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Gambar 4. 30 Obyek Daya Tarik Wisata Kota Bima
4.1.2. SARANA PARIWISATA A. Hotel Pada kenyataannya banyak sekali jenis akomodasi yang terdapat di suatu daerah. Meskipun terminologi dari berbagai jenis fasilitas akomodasi muncul namun batasan pasti sulit sekali untuk diidentifikasi. Untuk kepentingan survey, analisis dan perencanaan terminologi yang umumnya digunakan di Indonesia adalah berdasarkan klasifikasi hotel berbintang dan melati. Namun demikian jenis-jenisnya secara umum dengan fungsinya adalah sebagai berikut: 1. Hotel kota, biasanya dimanfaatkan untuk wisatawan bisnis, dinas maupun untuk berlibur.
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 42
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
2. Hotel
konvensi,
biasanya
hotel
ini
diperuntukan
sebagai
tempat
penyelenggaraan pertemuan, konferensi dan pelatihan, Namun tidak jarang juga dimanfaatkan oleh wisatawan yang berlibur. 3. Hotel bandara, biasanya hotel diperuntukan sebagai tempat transit sementara bagi pelaku perjalanan sebelum mereka melanjutkan perjalanannya. Hotel Ini berada di sekitar bandara. 4. Hotel
yang
berorientasi
untuk
menampung
pelaku
perjalanan
yang
memanfaatkan jalan raya untuk pengalaman mereka. Hotel seperti ini biasanya berada di kota-kota kecil sebagai tempat istirahat bagi mereka yang sedang melakukan perjalanan jarak jauh. 5. Resort, jenis akomodasi ini memberikan fasilitas rekreasi yang beraneka ragam bagi tamunya. Akomodasi seperti ini biasanya terletak di daerah-daerah yang memiiki daya tarik wisata. Wisatawan yang berkunjung umumnya adalah wisatawan yang berlibur. Kota Bima memiliki cukup banyak hotel/penginapan/losmen baik berbintang maupun melati. Pada tahun 2014, tercatat ada 17 hotel/penginapan/losmen yang berorientasi tidak hanya pada satu fungsi saja. Data hotel/penginapan/losmen yang ada di Kota Bima adalah sebagai berikut : Tabel 4. 3 Daftar Hotel/Penginapan/Losmen Kota Bima No
Nama Hotel
Jenis Kamar
Fasiltas Kamar
Jumlah Kamar
Tarif Kamar/ Hari
Alamat Jl. RE Martadinata
1 2
Hotel Asakota Homestay Bimantika
Rasanae Barat
2. Type 2
Jumlah Kamar Seluruhnya Fan, Bathroom with cold water shower Fan, Bathroom with Hot/Cold water
1
Rp220.000
3. Type 3
Satellite TV AC, Bathroom with Hot/Cold water
3
Rp380.000
4. Type 4
Satellite TV, large balcony AC, Bathroom with Hot/Cold water
1
Rp320.000
1. Type 1
5 2
Rp130.000 Jl.H.M. Noor Latif RT. 04/RW 01 kel. Mande Kec. Mpuda Kota Bima
Satellite TV, max. 4 pers
3
Hotel Camelia
4
Hotel Favorit
Jumlah Kamar seluruhnya
7
Jumlah Kamar Seluruhnya
44
1. VIP Room 3 Bed
TV,AC,Spingbed,K. Mandi
4
Rp240.000
2. VIP Room 2 Bed
TV,AC,Spingbed,K. Mandi
1
Rp165.000
3. VIP Room 1 Bed
TV,AC,Spingbed,K. Mandi
4
Rp140.000
4. Standar I
TV,Exhaust,K. Mandi
8
Rp90.000
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
Jl.Gajah Mada Mpunda Jl. Pahlawan 21 Tlp. 45285 Dedi Kusnanto Kota Bima
IV - 43
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
No
5
Nama Hotel
Hotel dan Restauran Lila Graha
Jenis Kamar
Fasiltas Kamar
Jumlah Kamar
Tarif Kamar/ Hari
5. Standar
TV,Spingbed,K. Mandi
4
Rp80.000
6. Ekonomi
TV,Spingbed,K. Mandi
5
Rp65.000
Jumlah Kamar seluruhnya
26
1. President room single Bed President room Doule Bed 2. Suite Room Single Bed Suite Room Double Bed Suite RoomTriple Bed 3. VIP Room Double Bed VIP Room Triple Bed 4. Standart I Double Bed Standart I Triple Bed
TV,AC,Mini Bar,Hot Water,Telephone,Shower TV,AC,Mini Bar,Hot Water,Telephone,Shower TV,AC,Mini Bar,Hot Water,Telephone,Shower TV,AC,Mini Bar,Hot Water,Telephone,Shower TV,AC,Mini Bar,Hot Water,Telephone,Shower TV,AC,Hot Water,Telephone,Shower TV,AC,Hot Water,Telephone,Shower TV,Fan,Hot Water,Telephone,Shower TV,Fan,Hot Water,Telephone,Shower
10
Rp220.000
7
Rp330.000
18
Rp170.000 Rp200.000 Rp230.000
15
Rp170.000 Rp200.000
10
Rp150.000 Rp170.000
4. Standart II
TV,Fan,Indonesian Toilet
10
Rp130.000
5. Ekonomi Double Bed
TV,Indonesian Toilet
3
Rp110.000
Ekonomi Triple Bed
TV,Indonesian Toilet Jumlah Kamar seluruhnya
Alamat
Rp130.000
Jl. Lombok 2 Tlp. 42740 Ni made Surini Kota Bima
73
Fasilitas Tambahan 1. Air Conditioner 2. Water Heater 3. TV Chanel 4. Free WI-FI Access 5. Restaurant 6. Telephone/Fax 7. Meeting Room 8. Parkin Area 9. Breakfast
6
Hotel Lambitu
1. Royal Suite
10. Cofee Break Freezer,TV,Aip Phone,Shower Screen/bathub,
12
Rp350.000
2. Junior Suite
AC, Living Room Freezer,TV,Aip Phone,Shower Screen/bathub,
6
Rp275.000
3. Junior Triple
AC Freezer,TV,Aip Phone,Shower Screen/bathub,
6
Rp350.000
4. Deluxe
AC, Living Room Freezer,TV,Aip Phone,Shower Screen/bathub,
2
Rp240.000
6
Rp200.000
6. Superoir
AC, Living Room Freezer,TV,Shower Hot and Cool water,AC TV,Shower Hot and Cool water,AC
14
Rp175.000
7. Standart
TV,Shower,Fan (Kipas Angin)
4
Rp120.000
Jumlah Kamar seluruhnya R. Tamu,TV,AC,Kulkas,Shower Hot & Cool
50
1. VIP Single Bed
5. VIP
7
Penginapan La Ode
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
11
Rp150.000
Jl. Sumbawa 04 Tlp. 42222,43333, 42304 Chandra Susanto Kota Bima
Jl. Ir. Sutami 40 Kel.
IV - 44
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
No
Nama Hotel
Jenis Kamar
Hotel La Ila
R. Tamu,TV,AC,Kulkas,Shower Hot & Cool
6
2. Standart Single Bed
TV,Kipas,T. Tidur,Kamar Mandi
9
1. Standart I 2. Standart II
9
Homestay
Jumlah Kamar
VIP Double Bed
Standart Double Bed
8
Fasiltas Kamar
1. President Suite
Mutmainah
2. Suite
3. Deluxe
4. Superior
TV,Kipas,T. Tidur,Kamar Mandi
Tarif Kamar/ Hari Rp200.000 Rp75.000
Alamat Rabadompu Ny. Hj. Ramlah Kota Bima
Rp100.000
Jumlah Kamar seluruhnya TV,AC,Kamar Mandi, 2 Tempat Tidur TV,Kamar Mandi, 2 Tempat Tidur
26
Jumlah Kamar seluruhnya TV,Telephone,Split Air Condisioner,Mini Bar, Dressing Table With Mirror,Bath Room With Shower Hot & Cold Water,Bath Tub TV,Telephone,Split Air Condisioner,Mini Bar, Dressing Table With Mirror,Bath Room With Shower Hot & Cold Water,Bath Tub TV,Telephone,Split Air Condisioner,Mini Bar, Dressing Table With Mirror,Bath Room With Shower Hot & Cold Water,Bath Tub TV,Telephone,Split Air Condisioner,Mini Bar, Dressing Table With Mirror,Bath Room With Shower Hot & Cold Water,Bath Tub
23
Jumlah Kamar seluruhnya
21
5
Rp150.000
18
Rp100.000
1
Rp990.000
2
Rp660.000
15
Rp450.000
3
Rp350.000
Extra Bed
Jl. Soekarno Hatta H. Maman Siraj Rasanae Barat Kota Bima
Jl. Gajah mada Tlp. 037442351 818361111 Hj. Siti Sundari Mpunda Kota Bima
Rp100.000
Fasilitas Tambahan 1. Restaurant 2. Meeting Room 3. Art Shop 4. 24 Hour Room service 5. Laundry Service 6. Car Rental 7. Bima Tradisional hand Weaving
10
11
Hotel Parewa
Hotel Permata
1. VIP
AC,Air Panas & Air Dingin, 2 Tempat Tidur
2. Superior 3. Standart
1. VIP 2. Standart 3. Standart
12
10
Rp150.000
AC,Air Dingin, 2 Tempat Tidur
6
Rp110.000
Fan, k. Mandi
6
Rp75.000
Jumlah Kamar seluruhnya
22
TV,AC,Triple Bed,Breakfast Double Spring Bed,Kipas,Breakfast Single Bed,Kipas Angin,Breakfast
6
Rp165.000
6
Rp110.000
2
Rp82.000
Jumlah Kamar seluruhnya
14
Hotel Marina
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
Jl. Soekarno Hatta Tlp. 42652 Mulia Hadi Susanto Rasanae Barat Kota Bima
Jl. Lombok Tlp. 646316, 81392633106 H. Anhar Kota Bima Jl.Sultan Salahudin Rasanae Barat
IV - 45
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
No
Nama Hotel
13
Losmen Dara
Jenis Kamar
14
Losmen Komodo
16
Losmen Putra Sari
Tarif Kamar/ Hari
Fan, Kamar Mandi Dalam
2
Rp45.000
2. Ekonomi
Fan, Kamar Mandi Dalam Springbed,Kamar Mandi Dalam,Fan
4
Rp40.000
4
Rp60.000
Jumlah Kamar seluruhnya Springbed Besar, Kamar Mandi Dalam Springbed Kecil, Kamar Mandi Dalam
10
Jumlah Kamar seluruhnya
15
Fan,Kamar mandi
25
1. Standar I 2. Standar II
15
Jumlah Kamar
1. VIP Room
3. Utama Losmen Dewi Sari
Fasiltas Kamar
Standar
2
Rp70.000
13
Rp50.000
Rp60.000
Alamat
Jl. Sultan hasanuddin Tlp. 42293 H. Idris Yasin Kota Bima Jl. Dana Traha Kampung dara Rasanae Barat H. Yusuf. Kobi Jl. Sultan Ibrahim 42070 H. Maman H. Siraj
1. Standar I 2. Standar II
Fan,Tempat Tidur,Kamar mandi Dalam Fan,Tempat Tidur,Kamar mandi Luar
8
Rp50.000
12
Rp30.000
Jl. Soekarno hatta 85237866333 Hj. Siti Aisyah. Kobi
17
Losmen Vivi
Rasanae Barat
Jumlah Kamar seluruhnya
20
1. Standar I
Fan,Kamar mandi dalam
5
Rp35.000
2. Standar II
Fan,Kamar mandi Luar
10
Rp30.000
Jl. Soekarno hatta 82146034068 H. Abdullah. Kobi Rasanae Barat
Jumlah Kamar seluruhnya
15
Sumber : Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata, 2014 Gambar 4. 31 Persebaran Hotel dan Penginapan
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 46
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
B. Agen Perjalanan Wisata Agen perjalanan wisata termasuk di dalamnya agen yang menawarkan program wisata lokal dan penanganan pelayanan kepada wisatawan merupakan sumber-sumber informasi yang perlu dipertimbangkan. Pelayanan penjualan tiket penerbangan, kereta api, kapal laut dan bus, penyewaan kendaraan, reservasi hotel dan pelayanan wisata dalam maupun luar negeri merupakan faktor-faktor yang perlu untuk dikaji.
Pada beberapa daerah kompetensi pemandu wisata dalam menjelaskan objek dan daya tarik wisata, bahasa dan pengalaman merupakan masukan bagi dokumen perencanaan. Paket wisata yang ditawarkan perlu dievaluasi untuk melihat faktor tingkatan harga, program yang ditawarkan, kualitas pelayanan, kehandalan pelayanan dan keamanan perjalanan. Hal ini berguna bagi tim perencana untuk pendekatan yang dilakukan oleh pihak operator dalam melaksanakan usahanya. Peraturan mengenai agen perjalanan wisata dan pemandu wisata telah ditetapkan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Data agen perjalanan wisata di Kota Bima yang tercatat pada Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata sebagai pendukung pengembangan pariwisata daerah di Kota Bima dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 4. 4 Daftar Agen Perjalanan Kota Bima N O
NAMA
ALAMAT / NO. HP
NAMA PEMILIK
1
Mulia
-
-
2
PT. Fajar Bima
-
-
3
PT. Merpati Ticketing Distric Bima
-
-
4
PT. Lancar Jaya Travel gent
-
-
5
PT. Man Jaya Executive
-
-
6
Hai Travel
Jl. Sumbawa No 8 Kel. Paruga
H. A. Rahman, SE.
7
PT. GSA Trans nusa
Jl. Sulawesi Kel. Paruga
Whindra
8
PT. Kristal KW
-
-
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 47
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
N O
NAMA
ALAMAT / NO. HP
9
2 Avira Travel
-
10
Travel Bintang Timur
Jl. Gatot Subroto Kel. Sadia
11
PT. Iskandaria Biro Umro dan Haji
Jl. Mawar No 24 Kel. Sarae
12
Travel Agent Zafira
13
Travel Agent Sahra
Jl. Gajah Mada No 21 Kel. Monggonao Jl. Soekarno Hatta Kel. Rabangodu Utara
NAMA PEMILIK Lafran Abdul Kahar Muh. Mutawali, MA. Fikri Rino Adi M. Saleh A. Gani
Sumber : Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata, 2014 Gambar 4. 32 Persebaran Agen Perjalanan Wisata
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 48
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
C. Fasilitas restoran, rumah makan, bar, penjualan makanan dan minuman Fasilitas restoran, rumah makan, bar, penjualan makanan dan minuman memberi pola kepada pengembangan pariwisata daerah. Hal ini perlu dievaluasi dengan kriteria-kriteria sebagai berikut: 1) Jenis dan variasi makanan yang ditawarkan, 2) Kualitas pelayanan, 3) Value for money, 4) Tingkat kebersihan, 5) Daya tarik fisik dan kenyamanan yang diberikan, 6) Lokasi. Untuk mernuaskan permintaan wisatawan secara normal, maka daerah seharusnya memiliki kualitas makanan yang baik yang dapat ditawarkan kepada wisatawan. Makanan khas daerah yang menarik dapat merupakan daya tarik pendukung bagi wisatawan. Wisatawan yang berkunjung ke daerah akan memiliki pengalaman yang semakin baik bila makanan yang tersedia di daerah dapat memenuhi selera. Data Fasilitas rumah makan yang tercatat pada Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata sebagai pendukung pengembangan pariwisata daerah di Kota Bima dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 4. 5 Daftar Rumah Makan Kota Bima NO
NAMA
ALAMAT / NO. HP
JUMLAH KURSI & MEJA
Jl. Sultan Hasanuddin, Sarae, Rasanae Barat
26 Meja x 2 Kursi
1
KFC
2
Srikandi
3
RM. Arema Raya
4
RM. Anda
5
RM. Purnama
Jl. Poros Lawata, Dara, Rasanae Barat
9 meja x 8 kursi
6
RM. Mahkota Mawar
Jl. Sulawesi, Dara, Rasanae Barat
4 meja x 8 kursi
7
RM. Takanajuo
Jl. Soekarno Hatta
4 meja x 16 kursi
8
RM. Beringin Indah
Jl. Sultan Kaharudin, Paruga, Rasanae Barat
4 meja x 10 kursi
Jl. Pahlawan Dara, Rasanae Barat Jl. Sultan Hasanuddin, Sarae, Rasanae Barat Jl. Poros Lawata, Dara, Rasanae Barat
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
5 meja x 30 kursi 4 meja x 25 kursi 4 meja x 4 kursi
IV - 49
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
NO
NAMA
ALAMAT / NO. HP Jl. Sultan Kaharudin, Paruga, Rasanae Barat Jl. Martadinata, sarae, Rasanae Barat Jl. Sultan Kaharuddin, Paruga, Rasanae Barat Jl. Pahlawan Dara, Rasanae Barat
JUMLAH KURSI & MEJA
9
RM. Surabaya
4 meja x 10 kursi
10
RM. Pade Doang
11
RM. Kediri
12
RM. Marem
13
RM. Jawa Asih
Kel. Paruga, Rasanae Barat
3 meja x 12 kursi
14
RM. Minang Raya
Kel. Paruga, Rasanae Barat
3 meja x 12 kursi
15
RM. Arema Santi
Jl. Gajah Mada
12 meja x 32 kursi
16
RM. Gurih
Jl. Ir. Sutami, Raba
6 meja x 18 kursi
17
RM. Singgalang
Jl. ST. Hasanuddin, Sarae, Rasanae Barat
18
RM. Manalagi
Kompleks Pasar Raba, Raba
4 meja x 16 kursi
19
RM. Depot Kita
Jl. Tolo Bali
3 meja x 12 kursi
20
Lesehan Putri
Jl. Sukarno Hatta
21
Aqilah
Jl. Datuk Dibanta No.20 Pane Rasanae Barat
12 meja x 16 kursi
22
Restu Ambarani
Jl. Anggur Rabadompu, Raba
8 meja x 24 kursi
23
Depot Prasmanan
Jl. Sukarno Hatta
-
24
Benteng Takeshi
Jl. Jenderal Sudirman
-
25
Lesehan Morodadi
Jl. Sukarno Hatta
-
26
Arema Santi
Jl. Gajah Mada
27
Depot Celebes
Jl. Gajah Mada No. 23
28
Depot Srikandi
Jl. Lombok
29
Erni Sari
Jl. Sukarno Hatta
5 meja x 20 kursi
30
Minang Raya
Jl. Sukarno Hatta
5 meja x 20 kursi
31
Takeshi Bento
Jl. Jenderal Sudirman
5 meja x 20 kursi 4 meja x 16 kursi 6 meja x 24 kursi
-
-
14 meja x 54 kursi 5 meja x 8 kursi -
-
Sumber : Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata, 2014
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 50
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
D. Informasi Pariwisata Informasi pariwisata umumnya disediakan oleh pemerintah daerah, hotel maupun agen perjalanan. Lokasi dari pusat informasi dan kandungan informasi yang dimiliki perlu disurvey dan dievaluasi untuk melihat kesesuaian lokasi, aksesibilitas, kompetensi informasi, bahasa dan informasi pendukung lainnya. Selain itu buku-buku petunjuk wisata yang membahas daerah studi perlu dikaji untuk melihat kesesuaian antara informasi yang diberikan dengan kondisi di lapangan. Pemerintah Kota Bima melalui Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata telah menyediakan informasi pariwisata Kota Bima melalui brosur, spanduk maupun papan informasi yang diletakkan di fasilitas akomodasi maupun fasilitas umum terutama di fasilitas transportasi. Beberapa contoh informasi pariwisata dapat dilihat pada gambar berikut ini Gambar 4. 33 Informasi Pariwisata Kota Bima
E. Fasilitas Belanja Fasilitas belanja baik sebagai daya tarik utama maupun pendukung perlu untuk disurvey dan dikaji secara mendalam. Umumnya wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah mencari cenderamata untuk dibawa pulang ke tempat asalnya. Cenderamata ini bisa berbentuk kerajinan, hasil seni, pakaian, dan perhiasan. Di lain pihak di beberapa tempat wisatawan juga mencari barang-barang umum terutama barang-barang yang memiliki harga murah, barang yang mereka beli antara lain tembakau, minyak wangi, elektronik dan barang-barang lainnya. Selain
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 51
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
barang-barang yang bersifat cinderamata atau barang-barang umum yang dibawa pulang, dalam survey juga perlu diperhatikan penyediaan barang-barang sehari-hari kebutuhan wisatawan selama mereka melakukan kunjungan. Film, koran, majalah, air minum, obat-obat ringan merupakan fasilitas yang perlu disediakan di suatu daerah. Evaluasi untuk fasilitas ini dilakukan berdasarkan jenis dari fasilitas, barang dan pelayanan yang diberikan. Selain itu lokasi, aksesibilitas dan harga juga merupakan faktor- faktor yang perlu dikaji. Data Fasilitas Belanja yang tercatat pada Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan sebagai pendukung pengembangan pariwisata daerah di Kota Bima dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 4. 6 Pasar Di Kota Bima Tahun 2012 No
Nama Pasar
1. Pasar Raya 2. Pasar Lama 3. Pasar Raba 4. Pasar Penaraga 5 . Pasar Kumbe 6. Pasar Jatibaru
Alamat Pasar Kelurahan Paruga Kec. Rasanae Barat Kelurahan Sarae Kec. Rasanae Barat Kelurahan Rabangodu Utara Kec. Raba Kelurahan Penaraga Kec. Raba Kelurahan kumbe Kec. Rasanae Timur Kelurahan Jatibaru Kec. Asakota
Luas Pasar (M2) 9.000
Jumlah Toko/Los 102/4
Jumlah Pedagang 563
2.300
118
225
1.192
45
112
3.500
30
55
1.595
24/2
67
800
4
15
Sumber : Diskoperindag dalam bimakota.go.id, 2014 Tabel 4. 7 Toko Modern Kota Bima Tahun 2012 No
Nama
Alamat/Lokasi
Minimarket
Status Outlet
Jaringan Outlet
(Waralaba/non (Nasional/Lokal) Waralaba)
1. Hokky Mart
Jl. Sulawesi
Wiraswasta
Lokal
2. Mai Mart
Jl. St.
Wiraswasta
Lokal
Wiraswasta
Lokal
Wiraswasta
Lokal
Hasanuddin 3. Artha Bima Mall
Jl. Soekarno Hatta
4. Lancar jaya Jl. St. Hasanuddin
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 52
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
No
Nama
Alamat/Lokasi
Minimarket
Status Outlet
Jaringan Outlet
(Waralaba/non (Nasional/Lokal) Waralaba)
5. Bolly
Jl. Gajah Mada
Wiraswasta
Lokal
6. Hokky Mart
Jl. Soekarno
Wiraswasta
Lokal
Hatta
Sumber : Diskoperindag dalam bimakota.go.id, 2014 Gambar 4. 34 Persebaran Sarana Belanja
F. Fasilitas Penukaran Uang Fasilitas penukaran uang untuk pariwisata intemasional mutlak diperlukan. Umumnya mereka membawa jumlah mata uang Rupiah yang terbatas, sementara pembayaran yang mereka lakukan adalahdalam rupiah, sehingga fasilitas ini menjadi penting bagi pengembangan pariwisata, dan ini perlu dikaji berdasarkan
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 53
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
lokasi, jenis dan kualitas pelayanannya. Umumnya fasilitas seperti ini berada pada daerah- daerah umum seperti bandara, setasiun kereta api, terminal, dan pertokoan. Kemampuan fasilitas ini untuk dapat menerima berbagai mata uang dan kartu kredit juga harus dikaji dan dievaluasi. Umumnya wisatawan yang berkunjung enggan membawa uang dalam bentuk cash, mereka lebih menyenangi membawa kartu kredit yang lebih aman. Tuntutan seperti perlu disediakan oleh Daerah dengan melihat kesesuaiannya dengan pasar wisatawan yang ada. Fasilitas perbankan juga fasilitas penting untuk keperluan mereka melakukan transfer uang maupun cek perjalanan mereka, sehingga faktor ini juga patut untuk dipertimbangkan. Data Fasilitas Bank yang tercatat pada www.bimakota.go.id sebagai pendukung pengembangan pariwisata daerah di Kota Bima dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 4. 8 Fasilitas Bank Kota Bima Tahun 2012 No 1
2
Nama Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Bima BRI Teras Raba
Alamat Jl. Gadjah Mada No. 98 Kota Bima-NTB.
BRI Teras Bima
Pasar Bima, Kota Bima-NTB
BRI Cabang Pembantu
Jl. Sukarno Hatta, Penatoi, Kota Bima-NTB
Bank Negara Indonesia (BNI) Cabang Bima
Jl. Sultan Hasanuddin No. 4 Kota Bima. Tlp (0374) 42356, 43021 (Hunting) fax (0374)44220, Website :http://www.bni.co.id Jl. Gatot Subroto Kota Bima. Tlp (0374)646990, Fax (0374)646990
BNI Raba 3 4 5 6 7 8
Bank Pembangunan Daerah (BPD NTB) Cabang Bima Bank BPR LKP Bank Mandiri Cabang Bima Bank Syariah Mandiri Cabang Bima Bank Danamon Bank BIAS
Jl. Sukarno Hatta, Pasar Raba, Kota Bima-NTB
Jl. Sukarno Hatta Kota Bima, Tlp (0374)42250, 42421, 646566. Website :http://bankntb.co.id Jl. Sultan Kaharuddin No. 7 Kota Bima-NTB, Tlp (0374)44813. Jl. Sumbawa No.2 Rasanae Barat, Kota Bima-NTB, 84111. Jl. Sultan Kaharuddin, Kompleks Sultan Square A4-A5, Tlp (0374)44222, Website : http://www.Syariahmandiri.co.id. Jl. Sukarno Hatta Kota Bima. Kompleks Pasar Bima, Kota Bima
Sumber : www.bimakota.go.id
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 54
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Gambar 4. 35 Persebaran Sarana Penukaran Uang/Bank
G. Fasilitas Kesehatan Sebagian wisatawan dalam waktu perjalanannya mengalami gangguan kesehatan, kecelakaan atau permasalahan kesehatan mendadak yang perlu ditangani dengan cepat. Dalam pengembangan pariwisata, hal tersebut tidak dapat diabaikan. Ketersediaan fasilitas kesehatan yang lengkap maupun dokter-dokter yang handal akan sangat membantu pengembangan pariwisata daerah, sehingga perlu untuk dikaji dan dievaluasi sesuai dengan kebutuhan yang ada. Bila fasilitas yang diperlukan tidak dapat memenuhi kebutuhan yang ada atau akan ada, maka perlu dipertimbangkan untuk dilakukan pengembangan. Hal ini tentu saja bukan hanya untuk keperluan pariwisata itu sendiri, Namun juga bagi masyarakat di daerah tersebut.
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 55
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Data Fasilitas Kesehatan yang tercatat pada www.bimakota.go.id sebagai pendukung pengembangan pariwisata daerah di Kota Bima dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 4. 9 Fasilitas Kesehatan Kota Bima No 1 2 3 4 5
Kecamatan Rasanae Barat Mpunda Raba Rasanae Timur Asakota Jumlah
1. 2. 3. 4. 5.
Rumah Sakit 1 1 2
1 1 1 1 1 5
Kecamatan Rasanae Barat Mpunda Raba Rasanae Timur Asakota Jumlah
Kecamatan 1. 2. 3. 4. 5.
Puskesmas
Rasanae Barat Mpunda Raba Rasanae Timur Asakota Jumlah
Puskesmas Pembantu 3 3 5 5 3 19
Puskesmas Polindes/ Posyandu Keliling Poskesdes 2 5 32 3 10 26 3 7 39 2 7 26 3 6 30 13 35 153
Apotek 10 3 7 1 21
Dokter Umum 4 16 5 3 28
Dokter Spesialis 2 1 6 9
Toko Obat 13 13
Dokter Gigi
Bidan
2 3 1 1 7
2 3 2 2 10
Sumber : www.bimakota.go.id H. Keamanan Umum Keamanan umum merupakan syarat mutlak pengembangan pariwisata di suatu daerah. Daerah yang memiliki tingkat kejahatan yang tinggi cenderung tidak dikunjungi oleh wisatawan. Oleh karena itu kondisi dan fasilitas keamanan di Daerah merupakan faktor yang perlu dievaluasi untuk perencanaan pariwisata. Kehandalan dan efektivitas pelayanan dari polisi, pemadam kebakaran, penyelamat pantal, dan SAR, memberikan dukungan yang signifikan terhadap pariwisata di suatu daerah. Informasi mengenai penyelamatan diri terhadap wisatawan selama kunjungan pun perlu diinformasikan dengan baik. Informasi ini akan sangat membantu wisatawan dalam melakukan kunjungan mereka di daerah, sehingga BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 56
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
mereka dapat mengantisipasi terhadap perubahan kondisi yang terjadi. Selain itu kondisi politik di daerah juga merupakan faktor yang sangat mempengaruhl pengembangan pariwisata, sehingga hal ini juga merupakan faktor yang perlu dikaji dan dievaluasi untuk dicarikan solusi penanggulangannya. I.
Fasilitas Pos Selama melakukan kunjungan wisatawan umumnya tidak mau putus hubungan dengan kerabatnya di tempat tinggat asalnya. Mereka umumnya ingin memberi kabar tentang kondisi mereka selama perjalanan. Fasilitas umum yang banyak dimanfaatkan adalah fasilitas pos dengan mengirim berbagai jenis surat atau kartu pos, sehingga pelayanannya perlu dievaluasi dengan melihat faktorfaktor lokasi, kehandalan, jaminan kehilangan, efisiensi dan keramah tamahan dari pegawai. Tabel 4. 10 Fasilitas Pos Kota Bima
Nama Kantor Pos BIMA
Kode Kantor 84100
Bimarabangod u
Area
Alamat Jl. Gajah Mada
Nomor Telepon 037442083
Nomor Faximile 037444140
Kelurahan
Kecamatan
NaE
Rasanae Barat
84113
AREA VIII DENPASAR, 80004 Kantor Pos
AREA
VIII
BIMA,
Jl.
0374-
RasanaE
A
Cabang
DENPASAR,
84100
Soekarno
43323
Timu
Dalam Kota
80004
-
RasanaE
Hatta Raba
Bimatolomundu
84116
Kantor
A
Pos
AREA
VIII
BIMA,
Jl. Datuk
Cabang
DENPASAR,
84100
Dibanta
Dalam Kota
80004
Barat
Bima
Sumber : http://kantorpos.posindonesia.co.id/ J. Jasa Internet Umumnya sebagian besar wisatawan, memanfaatkan fasilitas ini untuk memberi informasi kepada kerabatnya dengan cepat dan akurat, sehingga fasilitas ini menjadi pendukung dari pengembangan pariwisata yang ada. Evaluasi fasilitas ini meliputi faktor : lokasi, harga, kecepatan akses dan kenyamanan pelayanan. 4.1.3. PAKET PERJALANAN Dalam proses perencanaan pariwisata, akan sangat berguna untuk melakukan proses wawancara dengan pihak agen perjalanan baik yang terdapat di
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 57
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
daerah maupun yang terdapat di luar daerah. Wawancara ini dilakukan terutama pada operator yang memiliki program atau paket wisata di daerah studi baik yang sekarang telah memiliki atau mereka yang tertarik ingin mengembangkan paket wisata ke daerah studi. Umumnya mereka paham terhadap berbagai permasalahan pasar dan permasalahan di lapangan dalam memasarkan paket-paket wisatanya. Struktur harga dan kompetisi daerah tujuan wisata merupakan informasi yang dapat diperoleh dan mereka. Operator perjalanan ini memberikan informasi berdasarkan pandangan perdagangan intemasional maupun perdagangan secara umum. Wawancara secara khusus, merupakan langkah efektif yang dapat dilakukan untuk menggali informasi yang diinginkan. 4.1.4. SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG PARIWISATA Ketersediaan
sarana
dan
prasarana,
merupakan
syarat
mutlak
pengembangan pariwisata yang berhasil. Namun pada kenyataannya kondisi di lapangan sarana dan prasarana sangat terbatas dan merupakan salah satu kendala pengembangan pariwisata. Fasilitas dan pelayanan transportasi, air bersih, listrik, pembuangan dan pengdahan limbah, dan telekomunikasi merupakan komponen infrastruktur yang diperlukan dalam pengembangan pariwsata di suatu daerah. Prasarana dasar dari suatu daerah umumnya diperuntukan masyarakat secara umum dan diperlukan untuk pengembangan dan pembangunan daerah. Pariwisata yang dikembangkan di daerah akan turut memanfaatkan prasarana tersebut. Pengembangan prasarana secara khusus untuk pariwisata diperlukan pada daerah-daerah yang dipitih untuk pengembangan pariwisata dan ini pun dimanfaatkan oleh masyarakat daerah tersebut. Pariwisata yang berhasil akan turut menyumbangkan pendapatan bagi daerah menutupi biaya yang dikeluarkan pemerintah daerah untuk pembangunan prasarana. Namun meskipun demikian pada pengembangan pariwisata kawasan-kawasan terpencil di mana belum ada pembangunan prasarana, pariwisata akan membutuhkan prasarana tersebut secara khusus. Di sinilah perlu adanya evaluasi terhadap kemungkinan manfaat yang diperoleh
dengan
adanya
pengembangan
pariwisata
dengan
biaya
yang
dikeluarkan. Seluruh jenis prasarana dan sarana yang adadi suatu daerah perlu disurvey dan dievaluasi sebagai bagian proses perencanaan dengan tujuan untuk memberikan dasar bagi rekomendasi untuk melakukan pengembangan. Selain itu
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 58
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
rencana pengembangan prasarana dan sarana yang sudah ada perlu dikaji untuk menghindarkan terjadinya tumpang tindih pembangunan yang akan dilaksanakan. Diharapkan dengan evaluasi dan kajian yang dilakukan kebutuhan untuk pengembangan pariwisata dalam jangka pendek maupun jangka panjang dapat terpenuhi. A. Transportasi Transportasi berperan untuk memberikan akses kepada wisatawan untuk berkunjung ke daerah tujuan wisata maupun melakukan perjalanan di dalam daerah. Kajian dilakukan terhadap seluruh jenis moda transportasi yang ada di suatu kabupaten/kota, baik moda transportasi udara, laut, jalan raya maupun kereta api. Pada daerah yang telah memiliki perkembangan pariwisata yang baik, biasanya diperlukan angkutan khusus untuk pariwisata. Angkutan khusus tersebut dapat berupa mobil. bus, pesawat terbang, bahkan kapat laut. Komponen ini perlu dikaji dan disurvey untuk melengkapi bahan analisis dan sintesis yang akan dilakukan pada tahap berikutnya. Integrasi jaringan transportasi di dalam dan di luar daerah perlu dipetakan untuk melihat karakteristik pelayanan transport yang dimiliki oleh daerah. Informasi ini disertakan pada peta lokasi objek dan daya tarik, sehingga dapat diketahui sejauh mana kesesuaian antara pengembangan pariwisata yang akan dilakukan dengan dukungan jaringan transportasi yang ada. Terminal yang ada di Kota Bima ada 3 (tiga) buah, yaitu 1. Terminal Dara, 2. Terminal Kumbe dan 3. Terminal Jatibaru. Terminal Dara merupakan terminal Tipe B dengan fungsi sebagai terminal antar kota antar propinsi. Terminal Kumbe sebagai simpul transportasi untuk Kota Bima ke bagian timur, dengan tujuan utama Sape dan sekitarnya dan Terminal Jatibaru sebagai simpul transportasi untuk Kota Bima bagian utara, dengan tujuan utama Wera dan sekitarnya. Transportasi darat masih memegang peranan penting dalam mobilitas barang dan manusia di Kota Bima, tidak hanya di dalam wilayah Kota Bima sendiri, tetapi juga antar kota baik dalam propinsi maupun antar propinsi bahkan antar pulau. Moda transportasi darat yang ada tidak hanya melayani angkutan antar kota
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 59
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
dalam wilayah Pulau Sumbawa dan dalam propinsi Nusa Tenggara Barat saja, tetapi juga ke kota-kota besar di Pulau Jawa. Transportasi
laut
memegang
peranan
yang
sangat
penting
pada
perekonomian Kota Bima. Hal ini dapat dilihat dari masih besarnya mobilitas orang dan barang baik yang keluar maupun masuk Kota Bima yang menggunakan transportasi laut, yaitu melalui Pelabuhan Bima. Pelabuhan Bima saat ini masih memegang peranan yang penting sebagai pintu gerbang perekonomian, tidak hanya bagi Kota Bima tapi juga wilayah sekitar. Sebagai pelabuhan penumpang, pelabuhan ini menjadi penghubung bagi kawasan timur Indonesia dengan rute yang dilayani antara lain Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Akses menuju Kota Bima juga didukung oleh keberadaan Pelayaranan jasa angkutan udara yang dilaksanakan melalui Bandar Udara M. Salahuddin Bima yang merupakan satu-satunya bandar udara yang ada di wilayah Bima dan Kabupaten Dompu. Bandar Udara Muhammad Salahuddin Bima mampu melayani pesawat jenis Fokker 26, diantaranya pesawat Merpati, Trans Nusa dan Wings Air. Rute yang dilalui yakni penerbangan dari Bima menuju Mataram, Denpasar, Surabaya, Jakarta dan beberapa daerah timur Indonesia. Gambar 4. 36 Persebaran Sarana Transportasi
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 60
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
B. Air Bersih Setelah transportasi, air bersih merupakan komponen prasarana penting yang perlu untuk diperhatikan. Ketefsediaan air bersih merupakan faktor kritis untuk mengembangkan
pariwisata
di
suatu
daerah.
Fasilitas
pariwsata
akan
membutuhkan air bersih baik sebagai kebutuhan dasar maupun sebagai bentuk pelayanan. Oleh karena itu kualitas dan ketersediaan air bersih di suatu daerah perlu dipertimbangkan secara khusus terutama untuk daerah-daerah yang akan dipilih untuk pengembangan pariwisata. Jika ketersediaan air yang ada di suatu daerah tidak dapat memenuhi kebutuhan air bersih untuk kebutuhan pariwisata yang direncanakan, maka rencana tersebut perlu dievaluasi. Sumber-sumber air bersih alternatif perlu dikaji untuk menghadapi permasalahan pengembangan tersebut, sumber-sumber tersebut dapat berbentuk air permukaan maupun air bawah tanah. Bila menggunakan air bawah tanah maka perlu ditentukan area tangkapan air yang perlu disediakan dan dijaga, sehingga sumber air tersebut tidak kering. Sebagai tambahan dari ketersediaan air bersih, kualitas air pun perlu dikaji sesuai dengan standar kesehatan yang telah djtetapkan. Bila diperlukan untuk pengolahan agar air yang ada sesuai standar, maka pengolahan tersebut patut dipertimbangkan sebagai masukan. Proses konservasi pun perlu dipertimbangkan, sehingga keberlanjutan pariwisata di suatu daerah dapat dipertahankan. C. Tenaga Listrik Tenaga listrik bagi sebagian besar pengembangan pariwisata mutlak diperlukan. Namun, komponen ini dapat lebih fleksibel dibandingkan dengan air bersih karena bila tidak ada fasilitas listrik umum dapat disediakan dengan pembangkit
alternatif.
Meskipun
demiMan
sisteni
tenaga
listrik
ini
untuk
pengembangan pariwisata perlu ditinjau dan dianalisis dengan baik. Ketersediaan dan kehandalan pelayanan kepada pengguna perlu ditinjau, karena pada beberapa daerah tenaga listrik ini masih terbatas, sehingga menyulitkan untuk melakukan penambahan daya bila tajadi pengembangan pariwisata. Selain sumber tenaga listrik konvensional, pemanfaatan tenaga-tenaga listrik altematif pun perlu untuk dikaji. Pemanfaatan sinar surya atau angin sebagai sumber tenaga listrik di suatu kawasan wisata terpendi dapat dijadikan pertimbangan.
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 61
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
D. Pembuangan dan Pengolahan Limbah Pembuangan dan pengolahan limbah cair merupakan faktor penting yang perlu
dipertimbangkan
untuk
pengembangan
pariwisata.
Pertimbangan
ini
diperlukan untuk pengembangan kawasan wisata untuk menghindari polusi terhadap lingkungan. Umumnya fasilitas ini tidak dipikirkap pada saat rencana pengembangan, Namun bila telah terjadi kerusakan lingkungan barulah hal ini dilakukan. Survey dan kajian yang diperlukan adalah meninjau kapasitas dan kualitas dari pengolah limbah dan proses pembuangannya. Kebutuhan fasilitas ini akan sangat bergantung skala pembangunan yang ada dan akan dilaksanakan. Bila kapasitas dan kemampuan yang dimiliki tidak memadai maka rekomendasi untuk peningkatannya akan diperlukan. Pembangunan fasilitas ini perlu dimasukkan sebagai salah satu komponen biaya yang diperlukan untuk pengembangan pariwisata. Selain pembuangan dan pengolahan limbah cair, pembuangan dan pengolahan limbah padat juga perlu disurvey dan dievaluasi. Survey perlu dilakukan untuk mengetahui apakah pemerintah daerah melakukan pengumpulan limbah ini dan mengolahnya di suatu tempat. Proses pengumpulan dan efektivitas pembuangan perlu dikaji sebagai bahan pertimbangan. Jika tidak ada proses pengumpulan oleh pemerintah daerah maka hal ini patut dipertimbangkan pengelolaannya dalam perencanaan yang dilakukan. Teknik-teknik pembuangan yang arnan secara individual perlu dikernukakan dengan jelas, proses daur ulang merupakan salah satu altematif yang dapat ditawarkan. E. Telekomunikasi Telekomunikasi saat ini merupakan elemen penting pengembangan pariwisata. Bagi wisatawan telekomunikasi dibutuhkan untuk selama perjalanan mereka. Bahkan untuk perjalanan bisnis, fasilitas ini memiliki tingkat kepentingan yang cukup tinggi. Setiap daerah wisata memerlukan telekomunikasi untuk fungsi operasional maupun kondisi darurat. Komponen yang dikaji meliputi telepon, faks, radio dan telegram. Bahkan untuk daerah-daerah yang belum terjangkau perlu adanya fasilitas radio komunikasi.
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 62
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
F.
Drainase Drainase merupakan komponen prasarana yang penting, meskipun pertimbangan pengembangan prasarana ini adalah untuk kepentingan umum bukan hanya pariwisata. Drainase yang efektif akan sangat membantu dalam menghindari banjir terutama untuk kawasan-kawasan pariwisata yang berada di pinggiran sungai ataupun danau.
4.1.5. EVENT Kota Bima memiliki banyak sekali event tahunan yang banyak menarik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Beberapa event tahunan yang ada di kota bima adalah sebagai berikut Tabel 4. 11 Event Pariwisata Kota Bima NO
NAMA EVENT
1
2
1
2
3
WAKTU
LOKASI
3 Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW (Tanggal 12 Rabiul Awal)
4 Istana Kesultanan Bima dan Kelurahan Melayu - Kec Asakota Kota Bima
- Jikir Maulid
Tanggal 9 Rabiul Awal
Istana Kesultanan Bima
- Jikir Roko
Tanggal 10 Rabiul Awal
Kampung Melayu
- Kesenian Marawais
Tanggal 10 Rabiul Awal
Kampung Melayu
- Tarian Dani - Dana
Tanggal 10 Rabiul Awal
Kampung Melayu
Festival Kuda
HUT KOTA BIMA (10 April)
- Lomba Lukis Kuda
Tanggal 8 April
Museum Asi Mbojo
- Pawai Kuda
Tanggal 8 April
Kota Bima
- Pameran & Kuliner Kuda
Tanggal 5 - 7 April
Lap Merdeka Kota - Bima
- Seminar / Dialog Budaya
Tanggal 4 April
- Pacuan Kuda Tradisional
Tanggal 10 - 19 April
Aula PEMKOT Bima Lap Pacuan Kuda Kota Bima
- Festival Seni Tradisional Bima - Pawai Budaya Bima dan Etnik (se - Nusantara)
Tanggal 2 - 7 April
Paruga Nae Kota Bima
- Tarian Massal Tradisional Bima
Tanggal 10 April
PAWAI dan FESTIVAL BUDAYA
HUT KEMERDEKAAN RI
- Karnaval dan Pawai Budaya Bima dan Etnik (se - Nusantara)
Tanggal 15 Agustus
HANTA UA - PUA
Tanggal 9 April
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
Kota Bima Halaman Kantor Pemkot Bima
Kota Bima
IV - 63
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
NO
4
5
NAMA EVENT
WAKTU
- Pemilihan Duta Wisata dan Budaya Kota Bima
Tanggal 5 - 8 Agustus
FESTIVAL & PESTA RAKYAT
SUMPAH PEMUDA
LOKASI Paruga Nae Kota Bima
- Lomba Perahu Dayung Tradisional - Lomba Renang Lintas Teluk Bima - Pameran hasil kerajinan / industri Rakyat (Kuliner dan Kerajinan Tangan
Tanggal 6 Oktober
Wadu Mbolo Teluk Bima
Tanggal 7 Oktober
Wadu Mbolo Teluk Bima
Tanggal 7 - 9 Oktober
Kawasan Wisata Amahami
FESTIVAL dan PAWAI BUDAYA
HUT NTB Lap Pacuan Kuda Kota Bima
- Festival Kesenian Tradisional
Tanggal 15 - 23 Desember Tanggal 04 - 08 Desember
- Bulan Apresiasi Budaya
Desember
Kab/Kota se NTB
- Pacuan Kuda Tradisional
Paruga Nae Kota Bima
Sumber : Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata, 2014 Gambar 4. 37 Kalender Event Tahunan
A. Festival Kuda, “Ingat Kuda Ingat Bima, Ingat Bima Ingat Kuda”
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 64
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Kuda yang menjadi salah satu icon kuda merupakan bagian dari budaya masyarakat Mbojo. Ketangkasan menunggang kuda merupakan keterampilan yang menjadi bagian cerita-cerita sejarah bima, yang masih terpelihara hingga kini. Diceritakannya bahwa sejak abad XII masehi, kuda asal bima sudah tersohor di nusantara. Saat itu, para pedagang dari berbagai penjuru datang membeli kuda bima, kemudian dijual di negeri asalnya untuk dijadikan tunggangan para raja, bangsawan, dan panglima perang. Raja-raja dan panglima perang kerajaan kediri, singosari, dan majapahit, dalam buku negarakertagama karangan empu prapanca, juga selalu memilih kuda bima untuk memperkuat armada kavalerinya Para gubernur jenderal hindia belanda di batavia pun sering meminta dikirimi kuda bima, yang dinilai sebagai jenis kuda terbaik di kepulauan hindia belanda. Kuda bima dinilai sebagai sarana transportasi yang tangguh karena kuat membawa beban hasil panen, tahan cuaca panas, serta jinak. Diharapkan melalui kontes kuda yang kita laksanakan ini, tujuan untuk melestarikan dan mengembalikan pamor kuda bima sebagai potensi dan kebanggaan daerah dapat tercapai. “ Ingat kuda ingat bima, Ingat Bima Ingat Kuda” itulah harapan yang ingin diwujudkan
dalam
kegiatan
festival
kuda.
Untuk
parade
atau
pawai
kuda dilaksanakan dengan Rute Jalan Soekarno – Hatta menuju Istana Bima dengan menampilkan pasukan berkuda Kesultanan Bima. Sementara untuk seminar tentang kuda akan dilaksanakan di Istana Bima Kegiatan ini dilatar belakangi oleh komitmen pemerintah memperkenalkan Potensi Bima, kuda sebagai icon bima serta pelestarian nilai budaya dan tradisi, ungkap Lalu Sukarsana.
Sedangkan Pacuan Kuda atau Pacoa Jara sudah sangat lekat di masyarakat NTB dan sudah menjadi salah satu hiburan rakyat yang pasti selalu di adakan.
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 65
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Event pacuan kuda tradisional dengan joki-joki mungil dan lincah merupakan agenda rutin di Bima. 4.2. KARAKTERISTIK PASAR 4.2.1. POLA PERJALANAN Pada tingkat perencanaan RIPPDA Kabupaten/Kota, pola perjalanan internasional maupun regional bagi wisman tidak diperlukan kajian secara mendetail. Penekanan yang diperlukan adalah kajian pola perjalanan di dalam daerah studi dan antar daerah dengan mempertimbangkan jumlah, asal dan tujuan, jenis wisatawan, lokasi dan jenis daerah tujuan wisata favorit. Pola perjalanan secara umum ini penting untuk proses analisis pasar wisata jangka panjang yang berkunjung ke beberapa daerah di Indonesia. Pola perjalanan yang dikaji tidak hanya yang eksisting tapi yang potensial juga. Kecenderungan pariwisata harus diperhatikan sebagai contoh munculnya pasar baru, segmen baru, jenis objek dan daya tarik wisata baru dan munculnya sarana transportasi modern yang akan mengubah pola peijalanan wisatawan. Untuk menghasilkan proses perencanaan yang lebih baik maka proses ini dapat mengikutsertakan pihak hotel maupun agen atau operator perjalanan yang kompeten. 4.2.2. KARAKTERISTIK WISATAWAN Jumlah kedatangan atau kunjungan wisatawan masa lalu dan saat ini harus ditentukan sebagai indikator dari perlumbuhan umum dan tingkat perkem- bangan pariwisata di suatu daerah. Gambaran kunjungan wisatawan bulanan dapat menunjukkan fluktuasi musiman. Karakteristik dan sikap dari wisatawan yang berkunjung perlu diidentifikasi dengan seksama. Karakteristik yang perllu dikaji dalam rangka RIPPDA Kabupaten adalah sebagai berikut : 1. Daerah asal - Kebangsaan dan negara tempat tinggal bagi wisman, dan provinsi asal dan kota tempat tinggal bagi wisnus menipakan data penting dalam rangka fungsi pemasaran. Negara tempat tinggal patut dipertimbangkan, karena pada saat ini banyak sekali wisman yang tinggal menetap di suatu negara yang berbeda dengan kewarganegaraannya. Begitu pula dengan tenaga-tenaga ahli asing yang tinggal di Indonesia, sangat mungkin sekaK mereka melakukan perjalanan secara ekstensif untuk melakuksn kunjungan ke daerah-daerah di Indone- sia.
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 66
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
2. Maksud perjalanan - Maksud perjalanan meliputi kategori beriibur, bisnis, studi, dinas, berkunjung ke teman atau keluarga dan mungkin beberapa jenis maksud lain bergantung dengan daerah (misal : ziarah) Maksud perjalanan menunjukkan karakteristik dari perencanaan pemasaran dan fasilitas yang akan dikembangkan di suatu daerah. 3. Lama tinggal - Lama tinggal wisatawan bergantung pada jumlah malam wisatawan tinggal di suatu daerah. Informasi ini merupakan masukan untuk mengetahui penggunaan fasilitas dan belanja wisatawan. 4. Umur, jenis kelamin, jumlah anggota keluarga/teman yang ikut perja- lanan - Hal ini merupakan karakteristik penting untuk mengetahui dalam penentuan profit pemasaran dan fasilitas pariwisata dalam rangka pro- ses perencanaan. Umur sendiri dapat dikelompokkan menjadi kelom- pok tertentu karena sering kali wisatawan tidak mau diketahui umur mereka secara pasti. 5. Jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan - Jenis pekerjaan dapat dikategorikan menjadi : manajer, profesional, tensga ahli, ibu rumah tangga, pelajar dan mahasiswe, dan pensiunan. Tingkat pendapatan juga dapat dikelompokkan menjadi kelompok tertentu. 6. Tempat yang dikunjungi dan tempat tinggal selama perjalanan – Tempat-tempat yang dikunjungi selama melakukan kunjungan di Indonesia (Nasional) maupun di kabupaten/kota sendiri merupakan informasi penting untuk proses perencanaan. 7. Jumlah kali kunjungan ke daerah - Jenis kunjungan ke suatu daerah dapat merupakan yang pertama kali atau kunjungan ulang. Dengan tingginya kunjungan ulang maka hal ini menunjukkan bahwa daerah tertentu memiliki daya tarik yang "berkelanjutan", sehingga orang ingin melakukan kunjungan ulang. 8. Individual atau kelompok - Sebagian wisatawan melakukan kunjungan wisata ke suatu daerah secara mandiri (independen), sementara yang lainnya datang dalam kelompok wisata. Informasi ini dimanfaatkan untuk fungsi pemasaran dan perencanaan. 9. Pola belanja wisatawan - Jumlah total belanja dan wisatawan dan distribusi belanja mereka (akomodasi, makanan dan minuman, belanja, transport lokal, tour dan lainnya) merupakan informasi penting untuk menentukan dampak ekonomi dan pariwisata dan merupakan masukan untuk merekomendasikan cara untuk meningkatkan belanja wisatawan di suatu daerah. Uang yang dibelanjakan oleh wisatawan akan sangat baik bila ditentukan dengan survey khusus atau dengan
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 67
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
mengidenti- fikasi dan hotel, restoran, agen perjalanan, pertokoan dan tempattempat penukaran mata uang asing. 10. Sikap dan tingkat kepuasan wisatawan - Menentukan sikap dan tingkat kepuasan wisatawan tentang daerah, objek dan daya tarik wisata, fasi- litas dan pelayanan merupakan informasi yang berharga bagi proses peningkatan pariwisata, setidaknya merupakan dasar dan keinginan pasar eksisting. Infonnasi ini akan sangat
baik
bila
menggunakan
sur-
vey
secara
khusus
dengan
juga
memperhatikan pola belanja dan ka- rakteristik wisatawan, sehingga seluruh faktor dapat diidentifikasi kore- lasinya. Survey ini dapat meliputi pertanyaan fasilitas atau pelayanan apa yang perfu ditingkatkan bila mereka melakukan kunjungan ulang ke daerah ini.
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
IV - 68
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
BAB 5
5.1.
ANALISIS
ANALISIS KEBIJAKAN Analisis kebijakan digunakan untuk menentukan struktur pengembangan pariwisata. Kebijakan-kebijakan tata ruang dan sektoral yang berkaitan dengan Kota Bima tentu akan membawa implikasi terhadap perkembangan dan pengembangan pariwisata Kota Bima terutama hal-hal yang berkaitan dengan spasial. Penentuan struktur pengembangan pariwisata akan berpijak pada rencana pengembangan struktur dan pola ruang Kota Bima berdasarkan RTRWN, RTRWP Provinsi NTB, dan RTRW Kota Bima. Analisis kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan wilayah perencanaan dan implikasinya terhadap pariwisata wilayah perencanaan dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 5. 1 Analisis RTRW Nasional dan RTRW provinsi Nusa Tenggara Barat Berkaitan Dengan Wilayah Perencanaan Aspek
RTRW Nasional
RTRWP Nusa
Implikasi
Tenggara Barat Penetapan Pusat
Mataram Sebagai
Pusat Kegiatan
Perkembangan Raba
Kegiatan
Pusat Kegiatan
Wilayah Di Praya,
dan sekitarnya
Nasional
Raba, Sumbawa
diprediksi akan
Besar Melayani
berkembang pesat
Beberapa
karena Infrastruktur di
Kabupaten/Kota
Raba akan didorong
Disekitarnya
Untuk Melayani Wilayah Sekitarnya Dalam Skala Regional
Sistem Transportasi
Jl.Sultan Salahudin
Pelabuhan Bima
Sistem Transportasi
Jl.Martadinata
Sebagai
Darat, Laut, Udara
Jl.Soekarno-hatta
Pengembangan
berskala Nasional
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
V-1
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
(Bima-raba)
Penyeberangan Lintas
akan menunjang
Sebagai Jalan Arteri
Provinsi Sulawesi
perkembangan dam
Pelabuhan Bima
Selatan (Takalar)
pengembangan
Sebagai Simpul
Dan Alur Pelayaran Ke
pariwisata
Pelabuhan Nasional
Dompu Dan Sape
Bandar Udara
Bandar Udara
Salahudin Sebagai
Salahudin Sebagai
Pusat Penyebaran
Pusat Pengumpul
Tersier
Tersier
Kebandarudaraan
Kebandarudaraan
Nasional
Nasional
Kawasan Andalan dan
Kawasan Bima
Teluk Bima Dan
Penetapan Kota Bima
Kawasan Strategis
Sebagai Kawasan
Sekitarnya Berada Di
sebagai kawasan
Andalan Di NTB
Kabupaten Bima Dan
strategis dengan
Dengan Fungsi
Kota Bima Menjadi
fungsi Pariwisata
Pertanian Perikanan
Kawasan Strategis
merupakan peluang
Pariwisata Dan
Ekonomi
untuk mendorog
Industri
Dengan Sektor
pariwisata menjadi
Unggulan Perikanan,
Bagian Dari
Pariwisata Dan
Pengembangan
Industri
Ekonomi Skala Regional NTB
Sumber : Analisis, 2014 Tabel 5. 2 Analisis RTRW Kota Bima Terhadap Wilayah Perencanaan Aspek
RTRW Nasional
Pusat Pelayanan Kota
Pusat Pelayanan Kota
80% ODTW Kota
Implikasinya
Bima Di
Bima Berada Di
Sarana Penunjang
• Kecamatan Rasanae
Wilayah Yang
Pariwisata
Direncanakan Sebagai
Akan Lebih Mudah
Pusat Pelayanan Kota
Ditemui
Barat, • Sebagian
Kondisi Eksisting
Implikasi
Kecamatan Asakota
Di Kawasan Yang
Dan
Direncanakan Sebagai
• Sebagian
Pusat Pelayanan Kota
Kecamatan Mpunda Berfungsi Sebagai Pusat Perdagangan
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
V-2
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Dan Jasa Skala Nasional Serta Pariwisata Skala Regional. Kelurahan Rabangodu
Di Kecamatan Raba
Kampung Pandai Besi
Utara, Kelurahan
Terdapat
dan Sentra Tenun
Rabadompu Timur,
Kampung Pandai Besi
Dapat Direncanakan
Dan Kelurahan
Nggaro Lo dan
Sebagai
Rabadompu Barat
Kerajinan Tenun Muna
Pusat Kegiatan
ditetapkan sebagai
Ro Medi
Industri Kecil dan
Pusat Pelayanan
Kerajinan sekaligus
Kecamatan Raba dan
Dapat dikembangkan
Berfungsi Sebagai
sebagai Wisata
Pusat Kegiatan
Belanja Atau Sebagai
Industri Kecil Dan
Sarana Penunjang
Kerajinan Serta
ODTW Kota Bima
Pusat Pelayanan Kesehatan Skala Regional
Sumber : Analisis, 2014 Tabel 5. 3 Analisis RIPPNAS Terhadap Wilayah Perencanaan Aspek
RIPPNAS
Kondisi Eksisting
Implikasi
Detinasi dan
Moyo – Tambora dan
Kota Bima Memiliki
Kebijakan RIPPNAS
Pengembangan
sekitarnya sebagai
kurang lebih 38
tersebut merupakan
Wisata Nasional
Destinasi Pariwisata
potensi sebagai obyek
peluang untuk 38
nasional
daya tarik wisata
potensi ODTW Kota Bima menjadi bagian
Bima dan sekitarnya
dari Kawasan
sebagai Kawasan
Pengembangan
Pengembangan
Pariwisata Nasional
Pariwisata Nasional
Dan bersinergi dengan Kawasan Strategis Pariwisata Moyo dan Tambora
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
V-3
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
5.2.
ANALISIS OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA Matriks evaluasi adalah teknik yang banyak dilakukan dalam analisis perencanaan. Hal ini dilakukan agar pendekatan evaluasi pengambilan keputusan yang ditakukan dapat bersifat sistematis dan objektif. Meskipun demikian teknik ini akan efektif bila input informasi dalam bentuk kuantitatif maupun kualitatif dikaji berdasarkan pengembangan dan justifikasi tim perencanaan secara keseluruhan. Justifikasi yang dilakukan bukan merupakan justifikasi perorangan melainkan kelompok secara keseluruhan atau bahkan bila memungkinkan melibatkan steering committee. matriks
evaluasi
ODTW
Kota
Bima
bertujuan
untuk
mengevaluasi
kepentingan pengembangan relatif dan kelayakan pengembangan. Dalam matriks ini terdapat kriteria-kriteria penilaian dan proses penilaian dilakukan dalam skala 1 sampai 4. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.4 Skala tersebut menunjukkan tingkat positif dan setiap item evaluasi. Semakin tinggi nilai dari setiap item, menunjukkan bahwa item yang dievaluasi potensi yang dimiliki semakin baik. Misalnya saja aksesibilitas, dengan nilai yang semakin tinggi maka aksesibilitas ke objek dan daya tarik wisata tersebut semakin mudah. Begitu pula dengan kriteria-kriteria yang lainnya. Matrik evaluasi Obyek Daya Tarik Wisata Kota Bima Dapat dilihat pada Tabel 5.5.
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
V-4
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
LAPORAN ANTARA
Tabel 5. 4 Kriteria Penilaian Obyek Daya Tarik Wisata Kota Bima
Skala Pemasara n
Kualitas dan Daya Tarik
Parameter
Kriteria Penilaian
Penilaian Nilai 1
Nilai 2
Nilai 3
Nilai 4
Keunikan atau kekhususan ODTW ditinjau dari daya tarik yang tidak dapat ditemui di ODTW yang lain.
Bila ODTW banyak ditemukan di lokasi wisata yang lain
Bila ODTW jarang ditemukan di lokasi yang lain tetapi kurang memiliki keunikan
Bila ODTW jarang ditemukan di lokasi yang lain namun memiliki keunikan tersendiri
Bila ODTW tidak dapat ditemukan di lokasi yang lain dengan keunikan yang Tinggi
Macam ODTW ditinjau dari banyaknya daya tarik yang dimiliki
Bila ODTW tidak memiliki daya tarik yang menonjol
Bila ODTW hanya memiliki 1 daya tarik
Bila ODTW hanya memiliki 2 daya tarik
Bila ODTW memiliki lebih > 2 daya Tarik
ODTW memiliki lahan yang luas, kesesuaian penataan site, memungkinkan rencana pengembangan
Bila ODTW memiliki lahan seluas < 1 Ha, penataan site yang kurang baik, lahan untuk pengembangan kurang Bila sedikit warga mengenal dan mengetahui lokasi ODTW
Bila ODTW memiliki lahan seluas 1-3 Ha, penataan site yang cukup baik, tersedia lahan utk pengembangan
Bila ODTW memiliki lahan seluas 3-5 Ha, penataan site yang baik, tersedia lahan utk pengembangan
Bila ODTW memiliki lahan seluas >5 ha, penataan site yang baik, tersedia lahan utk pengembangan
Bila sebagian kecil warga mengenal dan mengetahui lokasi ODTW
Bila sebagian besar warga mengenal dan mengetahui lokasi ODTW
Bila seluruh warga mengenal dan mengetahui lokasi ODTW
Pemasaran ODTW sebatas lokal Kota Bima
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
V-5
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
LAPORAN ANTARA
∑ Pengunjung
Parameter
Kriteria Penilaian
Penilaian Nilai 1
Nilai 2
Nilai 3
Nilai 4
Pemasaran ODTW sebatas regional Nusa Tenggara Barat
Bila sedikit warga mengenal dan mengetahui lokasi ODTW
Bila sebagian kecil warga mengenal dan mengetahui lokasi ODTW
Bila sebagian besar warga mengenal dan mengetahui lokasi ODTW
Bila seluruh warga mengenal dan mengetahui lokasi ODTW
Pemasaran ODTW sampai tingkat nasional Indonesia
Bila sedikit warga mengenal dan mengetahui lokasi ODTW
Bila sebagian kecil warga mengenal dan mengetahui lokasi ODTW
Bila sebagian besar warga mengenal dan mengetahui lokasi ODTW
Bila seluruh warga mengenal dan mengetahui lokasi ODTW
Pemasaran ODTW sampai internasional
Bila sedikit warga mengenal dan mengetahui lokasi ODTW
Bila sebagian kecil warga mengenal dan mengetahui lokasi ODTW
Bila sebagian besar warga mengenal dan mengetahui lokasi ODTW
Bila seluruh warga mengenal dan mengetahui lokasi ODTW
Jumlah kunjungan wisatawan nusantara (wisnu)
Bila jumlah kunjungan < 20.000 wisatawan per tahun Bila jumlah kunjungan < 2.000 wisatawan
Bila jumlah kunjungan 100.000 500.000 wisatawan per tahun Bila jumlah kunjungan 10.000-50.000 wisatawan
Bila jumlah Kunjungan > 500.000 Wisatawan per tahun
Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman)
Bila jumlah kunjungan 20.000 100.000 wisatawan per tahun Bila jumlah kunjungan 2.000 -10.000 wisatawan
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
Bila jumlah Kunjungan > 50.000 Wisatawan
V-6
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
LAPORAN ANTARA
Aksesibilitas
Fasilitas Penunjang
Parameter
Kriteria Penilaian
Penilaian Nilai 1
Nilai 2
Nilai 3
Nilai 4
per tahun
per tahun
per tahun
per tahun
Kondisi fasilitas penunjang (KM/WC, parkir, musholla, toko souvenir, rumah makan, dll)
Bila kondisi fasilitas rusak, kurang berfungsi,
Bila kondisi fasilitas berfungsi seadanya
Bila kondisi fasilitas berfungsi namun kurang terawat
Bila kondisi fasilitas berfungsi terawat dengan Baik
Fasilitas penunjang tersedia lengkap (KM/WC, parkir, musholla, toko souvenir, rumah makan)
Bila tidak tersedia
Bila tersedia dengan jumlah terbatas
Bila tersedia dengan jumlah yang cukup lengkap
Bila tersedia dengan jumlah yang lengkap
Kapasitas fasilitas penunjang dibandingkan dengan kebutuhan jumlah wisatawan
Bila kebutuhan wisatawan tidak terpenuhi
Bila kebutuhan wisatawan kurang terpenuhi
Bila kebutuhan wisatawan sebagian besar terpenuhi
Bila kebutuhan wisatawan telah terpenuhi
Sarana transportasi
Bila tidak tersedia angkutan umum
Bila tersedia angkutan umum dengan jumlah terbatas
Bila tersedia angkutan umum dengan jumlah yang cukup
Kondisi jalan dan lalu lintas
Bila kondisi jalan rusak berat
Bila kondisi jalan sebagian rusak
Bila kondisi jalan cukup baik
Bila tersedia berbagai macam angkutan umum dengan jumlah yang cukup Bila kondisi jalan Baik
Jarak dan waktu tempuh dari pusat Kota Bima
Bila jarak sejauh > 30 km atau
Bila jarak sejauh 20-30 km atau
Bila jarak sejauh 10-20 km atau
Bila jarak sejauh < 10 km atau
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
V-7
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
LAPORAN ANTARA
Dampak
Parameter
Penilaian
Kriteria Penilaian
Nilai 1
Nilai 2
Nilai 3
Nilai 4
waktu tempuh > 1 jam
waktu tempuh 40-60 menit
waktu tempuh 20-40 menit
waktu tempuh < 20 menit
Dampak terhadap ekonomi terhadap Pemkot Bima (PAD) dan masyarakat (secara langsung/tak langsung)
Bila berdampak PAD atau masyarakat kurang signifikan
Bila berdampak PAD atau masyarakat cukup signifikan
Bila berdampak PAD dan masyarakat cukup signifikan
Bila berdampak PAD dan masyarakat Signifikan
Dampak terhadap sosial masy (meningkatkan keimanan, toleransi umat beragama, nasionalisme, pendidikan dll)
Bila berdampak negatif thd masyarakat (asusila,kriminalitas, nilai-nilai sosial,dsb)
Bila berdampak sedikit positif thd masyarakat
Bila berdampak cukup positif thd masyarakat
Bila berdampak lebih positif thd masyarakat
Dampak terhadap alam lingkungan sekitar
Bila berdampak negatif thd lingkungan (kerusakan alam dsb)
Bila berdampak sedikit positif thd alam lingkungan
Bila berdampak cukup positif thd alam lingkungan
Bila berdampak lebih positif thd alam Lingkungan
Sumber: Hasil Analisis, 2014
Tabel 5. 5 Penilaian Obyek Daya Tarik Wisata Kota Bima BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
V-8
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
LAPORAN ANTARA
Sumber: Hasil Analisis, 2014
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
V-9
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
LAPORAN AKHIR
5.3.
ANALISIS PASAR Beberapa hal yang terkait dengan preferensi pasar terhadap pengembangan produk yang perlu dicermati antara lain :
Peningkatan variasi aktivitas serta objek wisata untuk memberikan pilihan yang lebih banyak dalam melakukan aktivitas wisata.
Peningkatan aksesibilitas. Dalam hal ini, perbaikan dan peningkatan sistem transportasi menjadi sebuah prioritas pengembangan.
Peningkatan kualitas dari prasarana dan sarana wisata yang sesuai dengan kebutuhan wisatawan
Pengembangan
sistem
informasi
kepariwisataan,
untuk
kepentingan
wisatawan, investasi, dan perencanaan terkait yang terpadu : lintas sektor dan antar wilayah.
Kebijakan dan program – kegiatan pengembangan produk yang mendukung kegiatan pariwisata yang sesuai dengan preferensi pasar.
Pengembangan wisata budaya dalam kemasan produk yang menarik (event, festival ) Sampai dengan saat ini, belum meratanya kegiatan pemasaran pada
kabupaten/ kota menyebabkan belum terjadinya pemasaran terintegrasi secara optimal bagi keseluruhan Kota Bima. Sebagai sebuah wilayah yang akan dikembangkan dengan skala internasional, sudah sebaiknya seluruh unsur pemerintahan tersebut secara bersama – sama menetapkan strategi pemasaran pariwisata di Kota Bima Dari hasil pencermatan, pemasaran pariwisata yang telah dilakukan, meliputi : 1. Pembuatan brosur, flyer dan buku informasi kepariwisataan yang belum secara optimal
memberikan informasi komprehensif terhadap kepariwisataan Kota Bima. 2. Pengembangan situs yang secara umum belum mampu mengetengahkan informasi yang komprehensif terkait dengan
kepariwisataan. 3. Pengembangan event-event budaya sebagai bentuk promosi pariwisata yang belum
secara signifikan mampu menarik kunjungan wisatawan kepada seluruh wilayah Kota Bima maupun NTB
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
V - 10
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
LAPORAN AKHIR
Masih belum optimalnya aktivitas pemasaran, memberikan indikasi bahwa pengembangan dan pengelolaan kepariwisataan di Kota Bima harus dilakukan secara komprehensif. Sebagai sebuah kawasan pariwasta yang sudah berkembang, guna meningkatkan awareness langkah utama yang harus dikembangkan dalam pemasaran kepariwisataan guna meningkatkan awarness wisatawan terhadap kekayaan sumber daya pariwisata di Kota Bima. Peningkatan awarness ini diharapkan berimplikasi terhadap peningkatan jumlah kunjungan. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pemasaran destinasi di Kota Bima adalah citra destinasi itu sendiri (destination image). Sebuah Citra Destinasi menggambarkan seluruh produk dan jasa destinasi, yang merupakan bagian dari identitas destinasi. Dalam penciptaan citra destinasi Kota Bima, dapat menggambarkan elemen-elemen produk wisata yang unik di yang membedakannya dari destinasi pesaing lainnya dan membuat sebuah persepsi dalam pikiran konsumen. Penciptaan citra destinasi bagi Kota Bima akan menciptakan sebuah persepsi positif dibenak pasar wisata dan memudahkan dalam membentuk elemen –elemen pengemasan produk wisata. Kualitas informasi dapat mempengaruhi efektivitas pemasaran kepada target pasar, mengingat fungsinya sebagai alat pemasaran maupun sebagai alat untuk mendapatkan informasi yang komprehensif dan interaktif.
Bagi wisatawan nusantara, saat ini brosur, liflet dan pusat informasi masih mendominasi dalam penetapan tujuan wisata. Sementara bagi wisatawan mancanegara, peran situs web dan informasi yang komprehensif sangat mendominasi dalam menetapkan destinasi tujuan wisatanya. Semakin meningkatnya edukasi pasar dan perkembangan teknologi informasi, peran sistem informasi pariwisata sebagai saluran pelayanan informasi menjadi mutlak dilakukan. Ekspektasi pasar terhadap ketersediaan dan kualitas informasi kawasan melalui media internet meningkat. Minimnya informasi pariwisata yang ditampilkan akan memberikan ekses yang kurang baik. Fasilitas ini tentunya perlu terus dipelihara kelengkapan, akurasi, dan kemutahiran data yang disampaikannya. Mengingat pengguna situs web tersebut sebenarnya tidak hanya wisatawan namun juga untuk kepentingan pengambilan keputusan, baik pemerintah maupun pelaku usaha pariwisata.
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
V - 11
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
LAPORAN AKHIR
Selain
fungsi
pemasaran,
sistem
informasi
yang
terkait
dengan
kepariwisataan perlu dikembangkan di secara lebih komprehensif, interaktif dan up to date di pusat-pusat distribusi wisatawan maupun di destinasi wisata dalam upaya meningkatkan pelayanan informasi kepada wisatawan. 5.4.
ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA Industri pariwisata pada era sekarang ini merupakan industri jasa yang perkembangannya
sangat
pesat.
Industri
pariwisata
merupakan
industri
multisektoral, yang senantiasa berhubungan dengan sektor-sektor dan pihak-pihak lain yang terkait, sehingga akan banyak keterlibatan tenaga kerja. Pemerintah, masyarakat dan swasta adalah stakeholders yang memegang peranan utama dalam kelangsungan kegiatan pariwisata tersebut. Pemerintah selaku fasilitator dapat mendorong sektor pariwisata untuk lebih produktif khususnya dengan kebijakan-kebijakan yang telah ditentukan agar dapat menciptakan kepariwisataan yang sinergis baik dari segi jasa pelayanan, sarana-prasarana, pengusahaan objek dan daya tarik wisata. SDM merupakan salah satu aspek yang terpenting guna menciptakan kondisi tersebut.Pariwisata merupakan sebuah industri yang sangat bergantung kepada SDM sebagai sumberdaya dalam perencanaan, implementasi dan pengembangan kegiatan pariwisata. Mengingat pentingnya peran SDM dalam bidang kepariwisataan, telah ditetapkan sasaran pembangunan kepariwisataan nasional bidang SDM memiliki tujuan : 1. Meningkatkan ketersediaan sumber daya manusia bidang kepariwisataan. 2. Meningkatkan kualitas, kuantitas dan kompetensi SDM serta mutu pendidikan di bidang kepariwisataan melalui penerapan standarisasi, sertifikasi dan akreditasi. SDM yang terlibat dalam kegiatan pariwisata dapat dibagi kedalam : 1. SDM yang secara langsung terlibat di dalam kegiatan kepariwisataan. Jenis SDM ini adalah
individu – individu yang bekerja dan bergantung kehidupannya dari sektor pariwisata. Jenis SDM yang secara langsung terlibat dalam kegiatan parwisata meliputi aparatur, pekerja usaha pariwisata dan lembaga/ asosiasi yang terkait dengan kegiatan parwisata.
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
V - 12
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
LAPORAN AKHIR
2. SDM yang secara tidak langsung terlibat dalam kegiatan kepariwisataan.
Jenis SDM ini adalah individu-individu yang tidak bekerja dan bergantung kehidupannya dari sektor pariwisata namun sangat mempengaruhi kualitas kegiatan wisata di suatu daerah, dalam hal ini adalah masyarakat. Dari paparan tersebut hal-hal perlu dicermati dalam bidang SDM sebagai aktor utama kegiatan pariwisata adalah sebagai berikut :
Kondisi penduduk yang didominasi generasi muda merupakan
potensi tersedianya SDM untuk kepentingan pariwisata di masa datang. Ketersediaan SDM pariwisata masa datang yang dibutuhkan adalah dari berbagai bidang, baik sektor pemerintah dan sektor usaha pariwisata, serta dalam berbagai level jenjang jabatan.
Pembinaan aparatur pemerintah yang terkait dengan kegiatan keparwisataan. Pemerintah merupakan regulator dan fasilitator sebagai lembaga pengusahaan khususnya dalam pengembangan kegiatan kepariwisataan. Pariwisata memiliki sifat multidimensi dan multisektoral yang berarti bahwa pariwisata tidak dapat berdiri
sendiri
dalam
upaya
mencipatakan
suatu
destinasi
unggulan.
Pembinaan SDM Aparatur Pariwisata dapat dilakukan pada lembaga pendidikan pariwista pada jenjang Diklat Teknis Tingkat Dasar, Menengah dan Pimpinan (Manajerial).
Standardisasi Kompetensi SDM usaha pariwisata pelayanan SDM yang diberikan belum secara menyeluruh memiliki standar minimum pelayanan. Dalam upaya antisipasi pengembangan industri pariwisata memberikan pelayanan yang optimal kepada wisatawan perlu adanya standardisasi kompetensi melalui program pendidikan dan pelatihan dan program sertifikasi kompetensi
SDM
Pariwisata
sesuai
dengan
bidang-bidang
usaha
kepariwsataan yang ada pada jenjang teknis, supervisory dan manajerial.
Sosialisasi bidang kepariwisataan pariwisata merupakan salah satu industri yang memiliki tingkat integrasi yang tinggi dengan banyak pihak dalam perencanaan maupun operasional. SDM yang tidak terlibat langsung (masyarakat) juga memberikan arti penting bagi kenyamanan kegiatan pariwisata. Sosialisasi tentang pariwisata khususnya mengenai penyuluhan sadar wisata secara terus-menerus akan memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya kegiatan pariwisata yang berdampak kepada
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
V - 13
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
LAPORAN AKHIR
kenyamanan wisatawan dan peran serta masyarakat dalam berbagai bentuk kegiatan pariwisata baik langsung maupun tidak langsung. 5.5.
ANALISIS SWOT PARIWISATA KOTA BIMA SWOT
merupakan
singkatan
dari
strengths
(kekuatan-kekuatan),
weaknesses (kelemahan-kelemahan), opportunities (peluang-peluang) dan threats (ancaman-ancaman). Pengertian-pengertian kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam analsis SWOTadalah sebagai berikut :
Kekuatan (strengths) Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan atau keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan dari pasar suatu perusahaan (Amin W.T, 1994:75). Kekuatan adalah modal potensial yang dapat berupa instrument kebijakan, daya dukung infrastruktur, sumberdaya alam maupun SDM suatu kawasan.
Kelemahan (weaknesses) Kelemahan adalah keterbatasan/kekurangan dalam sumber daya alam, keterampilan dan kemampuan yang secara serius menghalangi kinerja efektif suatu perusahaan (Amin W.T, 1994:75). Kelemahan adalah keterbatasan/kekurangan yang dimiliki oleh suatu kawasan/wilayah dapat berupa kondisi daya dukung dan daya tampung lingkungan, kondisi keterbatasan infrastruktur, kemampuan manajerial/pengelolaan.
Peluang (opportunities) Peluang adalah situasi/kecenderungan utama yang menguntungkan dalam lingkungan
perusahaan
(Amin
W.T,
1994:74)
Peluang
adalah
situasi/kecenderungan utama yang menguntungkan untuk pengembangan sektor kegiatan akibat faktor tertentu seperti aglomerasi ekonomi.
Ancaman (threats) Ancaman adalah situasi/kecenderungan utama yang tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan (Amin W.T, 1994:74). Ancaman adalah situasi/kecenderungan
utama
yang
tidak
menguntungkan
untuk
pengembangan sektor kegiatan tertentu seperti halnya ketidasesuaian kegiatan terhadap skenario pembangunan kota.
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
V - 14
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
LAPORAN AKHIR
Matrik SWOT adalah matrik yang menginteraksikan faktor strategis internal dan eksternal. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman (eksternal) yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan (internal) yang dimiliki (Freddy Rangkuti, 2001:31). Hasil dari interaksi faktor strategis internal dengan eksternal menghasilkan alternatif-alternatif strategi.
Matrik SWOT menggambarkan berbagai alternatif
strategi yang dapat dilakukan didasarkan hasil analisis SWOT (Purnomo, Zulkieflimansyah, 1996:87). Strategi SO adalah strategi yang digunakan dengan memanfaatkan/mengoptimalkan kekuatan yang dimilikinya untuk memanfaatkan berbagai peluang yang ada. Sedang strategi WO adalah strategi yang digunakan seoptimal mungkin untuk meminimalisir kelemahan. Strategi ST adalah strategi yang digunakan dengan memanfatkan/mengoptimalkan kekuatan untuk mengurangi berbagai ancaman. Strategi WT adalah Strategi yang digunakan untuk mengurangi kelemahan dalam rangka meminimalisir/menghidari ancaman. Model Matrik Analisis SWOT Pariwisata Kota Bima dapat dilihat pada Tabel berikut : Tabel 5. 6 Matrik Analisis SWOT Pariwisata Kota Bima Kelemahan (W)
IFAS EFAS
Kekuatan (S) • Potensi Pariwisata Berbasis Wisata Sejarah Dan Budaya Dan Berbasis Bahari Bernilai Sangat Tinggi • Beberapa Odtw Sudah Berskala Pemasaran Internasional Seperti Pantai So Ati Dan Museum Asi Mbojo Dan Istana Kayu Asi Mbou • Potensi Sentra Pandai Besi Sebagai Penghasil Souvenir Dari Logam Hanya Perlu Pelatihan
Strategi SO Peluang (O) • Kebijakan Nasional
• • •
•
•
Potensi masih belum dikemas menjadi produk wisata Sarana Penunjang Odtw Sangat Minim Bahkan Tidak Ada Dengan Bentang Wilayah Kota Bima Yang Tidak Begitu Luas, Sarana Pendukung Pariwisata Hampir Keseluruhan Berada Di Pusat Kota Belum Bisa Mendukung Seluruh Odtw Kebersihan Kawasan Yang Tidak Terjaga Beberapa Odtw Tidak Memiliki Lahan Untuk Pengembangan Yang Lebih Luas Seperti Pantai Ule Yang Berbatasan Langsung Dengan Jalan Provinsi
Strategi WO
(Strategi yang menggunakan (Strategi yang meminimalkan kekuatan dan memanfaatkan kelemahan dan memanfaatkan
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
V - 15
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
LAPORAN AKHIR
Kawasan Pengembangan
peluang)
peluang)
Strategi ST
Strategi WT
Pariwisata Nasional (Kppn) Bima Dan Sekitarnya • Kebijakan Nasional Pengembangan Transportasi Pusat Penyebaran Tersier Bandara Sultan Salahudin
• Bahari Adalah Salah Satu Daya Tarik Wisatawan Berkunjung Ke Indonesia
• Lokasi Kota Bima Berdekatan dengan Bali sebagai Destinasi Wisata Utama di Indonesia
• Masyarakat ekonomi ASEAN
Ancaman (T)
(Strategi yang menggunakan (Strategi yang meminimalkan
•
Persaingan Destinasi
kekuatan
Wisata Cukup Tinggi
ancaman)
dan
mengatasi kelemahan dan menghindari ancaman)
• Pengembangan Pariwisata Yang Tidak Terencana Dapat Menimbulkan Dampak Sosial Ekonomi Lingkungan
Sumber : Analisis, 2014 Alternatif Strategi Alternatif
strategi
adalah
hasil
dari
matrik
menghasilkan berupa Srtategi SO, WO, ST, WT.
analisis
SWOT
yang
Alternatif strategi yang
dihasilkan minimal 4 buah strategi sebagai hasil dari analisis matrik SWOT. Menurut Freddy Rangkuti (2001:31-32) strategi yang dihasilkan adalah sebagai berikut :
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
V - 16
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
LAPORAN AKHIR
Strategi SO : Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
Strategi ST Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman.
Strategi WO Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
Strategi WT Strategi ini didasarakan pada kegiatan usaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
V - 17
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
BAB 6
6.1.
RENCANA PEMBANGUNAN PARIWISATA
TEMA PEMBANGUNAN PARIWISATA Konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan merupakan konsep dasar yang digunakan sebagai pedoman dalam perumusan rencana induk pembangunan pariwisata dan kegiatan pembangunannya. Dengan demikian seluruh rencana pembangunan kepariwisataan dirumuskan dengan berpedoman pada konsepsi ini. Sebagaimana dipahami bahwa pariwisata adalah sebuah aktivitas dimana dalam operasionalisasi maupun pembangunannya perlu adanya keseimbangan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Oleh karenanya, pelaksanaan pembangunan harus berdasar pada daya dukung lingkungan; dapat meningkatkan keselarasan dan keseimbangan dan meningkatkan ketahanan sistem serta tidak menurunkan kualitas lingkungan hidup. Pariwisata berkelanjutan (Sustainable Development) merupakan sebuah isu dan telah menjadi visi pembangunan pariwisata di dunia saat ini dan masa datang. Setiap negara dan daerah perlu secara bertahap untuk menerapkan pendekatan ini dalam
pembangunan
kepariwisataannya.
Pembangunan
yang
berkelanjutan
merupakan pedoman dasar bagi pengelola pariwisata yang berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan binaan, dan lingkungan sosial budaya agar dapat dimanfaatkan dalam pembangunan. Konsep ini merupakan sebuah konsep ideal bagi pembangunan pariwisata dimana
dalam
pembangunannya,
pariwisata
harus
mampu
melakukan
pembangunan secara seimbang antara aspek ekonomi – lingkungan – sosial budaya, sehingga pemanfaatan sumberdaya pariwisata dapat dilakukan secara lestari dan bertanggung jawab tanpa merusak atau mengurangi nilai sumber daya yang dimiliki. Hal ini dimaksudkan agar upaya komersialisasi (ekonomi) selaras dengan upaya konservasi sumber daya agar tetap dapat dimanfaatkan oleh generasi mendatang.
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
VI - 1
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Disamping itu, perlunya pelaksanaan pembangunan pariwisata berkelanjutan juga terkait dengan semakin meingkatnya apreasiasi konsumen yg semakin tinggi dan menuntut suatu destinasi wisata untuk memperhatikan keseimbangan kualitas lingkungan dan sosial budaya dengan pembangunan ekonomi. Prinsip-prinsip dan sasaran-sasaran dari Piagam Pariwisata Berkelanjutan yang direkomendasikan UNWTO tahun 2004 adalah bahwa :
Pembangunan pariwisata harus berdasarkan kriteria keberlanjutan dapat didukung
secara ekologis dalam waktu yang lama, layak secara ekonomi, adil secara etika dan
sosial bagi masyarakat setempat.
Pariwisata harus berkontribusi kepada pembangunan berkelanjutan dan
diintegrasikan dengan lingkungan alam, budaya dan manusia.
Pemerintah dan otoritas yang kompeten, dengan partisipasi lembaga swadaya
masyarakat dan masyarakat setempat harus mengambil tindakan untuk mengintegrasikan
perencanaan
pariwisata
sebagai
kontribusi
kepada
pembangunan berkelanjutan.
Pemerintah dan organisasi multilateral harus memprioritaskan dan memperkuat bantuan, langsung atau tidak langsung, kepada projek-projek pariwisata yang berkontribusi kepada perbaikan kualitas lingkungan.
Ruang-ruang dengan lingkungan dan budaya yang rentan saat ini maupun di masa depan harus diberi prioritas khusus dalam hal kerja sama teknis dan bantuan keuangan untuk pembangunan pariwisata berkelanjutan.
Promosi/dukungan terhadap berbagai bentuk alternatif pariwisata yang sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.
Pemerintah harus mendukung dan berpartisipasi dalam penciptaan jaringan untuk penelitian, diseminasi informasi dan transfer pengetahuan tentang pariwisata dan teknologi pariwisata berkelanjutan.
Penetapan kebijakan pariwisata berkelanjutan memerlukan dukungan dan sistem pengelolaan pariwisata yang ramah lingkungan, studi kelayakan untuk transformasi sektor, dan pelaksanaan berbagai proyek percontohan dan pembangunan program kerjasama internasional. Sejalan dengan hal tersebut, Rachel Dodds and Marion Joppe (2001) di
Toronto mengembangkan “Green Tourism” dengan 4 (empat) elemen pokok, yaitu :
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
VI - 2
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Enviromental Resposibility
Elemen ini menyatakan bahwa pelu adanya perlindungan
lingkungan
dalam
upaya
untuk
menjamin
kelangsungan
ekosistem wilayah.
Local Economic
Pembangunan pariwisata harus mendukung kelangsungan ekonomi komunitas.
CulturalDiversity
Dalam
pembangunan
pariwisata
harus
mengangkat
kekayaan budaya dari masyarakat.
Experiental Richness
Perlu dikembangkan aktivitas-aktivitas yang bersifat partisipatif terhadap lingkungan, masyarakat, serta budaya wilayah tersebut. Selain itu, konsep pembangunan pariwisata secara berkelanjutan di Kota
Bima perlu dikembangkan dengan berorientasi pada :
something to see di tempat wisata harus memiliki daya tarik khusus yang berbeda dengan apa yang dimiliki oleh tempat lain yang bisa dinikmati oleh wisatawan ; something to do menawarkan aktivitas lain yang dapat dilakukan oleh wisatawan selama kunjungannya. ; something to buy dapat membeli cinderamata untuk memiliki kenangan atas kunjungan ke sebuah objek wisata.
Pada dasarnya ODTW dibangun dan dikembangkan berbasis pada potensinya antara lain potensi pariwisata berbasis wisata sejarah dan budaya yang terdiri dari peninggalan sejarah budaya, adat istiadat daerah, musik tradisional, hasil karya seni yang dapat memberikan daya tarik wisatawan, potensi pariwisata berbasiskan wisata bahari terdiri dari segala keindahan alam laut, yang meliputi keindahan dasar laut, pantai dan gugusan pulau-pulau lainnya yang menjadi daya tarik wisata, potensi pariwisata berbasiskan wisata alam lainnya terdiri dari segala keindahan alam selain bahari seperti mata air, sungai, danau Dari uraian diatas, konsep pembangunan pariwisata secara berkelanjutan di
Kota Bima perlu dikembangkan dengan tema pembangunan “PEMBANGUNAN WISATA BERBASIS EDUKASI, REKREASI DAN GAYA HIDUP AKTIF” Sasaran yang ingin dicapai dari tema Pembangunan tersebut adalah :
Meningkatnya kualitas ODTW bahari dan ODTW sejarah dan budaya
Meningkatnya kualitas infrastruktur dan fasilitas penunjang pariwisata
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
VI - 3
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
bertambahnya kawasan wisata baru di kota bima
meningkatnya kunjungan wisata di kota bima
meningkatnya kontribusi positif sektor pariwisata terhadap perekonomian masyarakat
meningkatnya kontribusi positif sektor pariwisata terhadap sosial budaya masyarakat kota bima
6.2.
memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan alam
STRATEGI PEMBANGUNAN PARIWISATA Strategi Pembangunan menunjukkan langkah-langkah yang sistematis untuk mencapai tujuan atau sasaran Pembangunan sebagaimana sudah ditetapkan sebelumnya. Strategi ini menjelaskan strategi-strategi dasar yang akan dilakukan oleh daerah di dalam Pembangunan pari-wisata, yang merupakan penjabaran dan kebijakan dan arahan Pembangunan. Strategi Pembangunan terdiri dari : o
Strategi Pembangunan produk wisata.
o
Strategi Pembangunan pasar dan promosi.
o
Strategi pemanfaatan ruang untuk pariwisata.
o
Strategi Pembangunan sumber daya manusia.
o
Strategi Pembangunan investasi.
o
Strategi pengelolaan lingkungan.
Strategi Pembangunan Produk Wisata Strategi Pembangunan produk wisata menunjukkan langkah- langkah yang harus dilakukan untuk Pembangunan obyek dan daya tarik wisata, Pembangunan sarana
akomodasi,
Pembangunan
aksesibilitas,
dan
lain-lain.
Strategi
ini
merupakan penjabaran dari kebijakan yang ditetapkan, dengan telah mempertimbangkan aspek-aspek terkait, serta merupakan cerminan dari hasil analisis dan sintesis yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam melakukan perumusan strategi Pembangunan Produk wisata sangat penting untuk dipahami bahwa terdapat berbagai perbedaan bentuk dan fisik dari Pembangunan pariwisata di suatu daerah. Setiap daerah memiliki karakteristik kesesuaian Pembangunan yang berbeda dengan daerah lainnya, sehingga dibutuhkan pendekatan perencanaan yang berbeda pula. Perbedaan ini sangat
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
VI - 4
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
bergantung pada sumber daya, posisi geografis, lokasi, segmen pasar yang akan diraih, kebijakan pariwisata yang dianut serta faktor-faktor lainnya. Dari uraian diatas, Strategi Pembangunan produk wisata budaya dan sejarah kota bima adalah sebagai berikut : 1. penentuan tema wisata
wisata budaya religi didukung dengan wisata sejarah
2. penguatan ciri khas
pelestarian koleksi benda-benda sejarah
penguatan citra kawasan
cerita sejarah dibalik benda-benda peninggalan sejarah
pelestarian nilai arsitektur bangunan dan kawasan termasuk area sekitar alun-alun
3. Pembangunan jenis dan atraksi utama/ unggulan
bangunan dan benda bersejarah peninggalan kerajaan dan kesultanan
4. penciptaan paket wisata
paket edu-wisata heritage arsitektur- religi
paket edu-wisata sejarah perjuangan
5. pemenuhan fasilitas penunjang
information board
tourism information centre + local guide
souvenir shop dan tempat makan dikemas dalam bangunan yang sama
moda transportasi penghubung Strategi Pembangunan produk wisata bahari bima adalah sebagai berikut :
1. penentuan tema wisata
lifestyle recreation beach
2. penguatan ciri khas
potensi berbeda di tiap pantai perlu dimaksimalkan dengan menambahkan wahana rekreasi yang sesuai dengan karakteristik masing-masing pantai
menjadikan kawasan pesisir sebagai pusat wisata lifestyle recreation beach di nusa tenggara barat
3. Pembangunan jenis dan atraksi utama/ unggulan
pantai so ati dengan pasir putih dan keindahan alam bawah laut untuk produk wisata diving.
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
VI - 5
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Pembangunan pantai amahami bersinergi dengan kawasan taman amahami sebagai ikon baru kota bima
4. penciptaan paket wisata
paket wisata rekreasi watersports
paket wisata rekreasi tematik (theme-waterpark)
5. pemenuhan fasilitas penunjang
wahana rekreasi
peralatan gym untuk taman olah raga publik di ruang terbuka
souvenir shop dan tempat makan
Strategi Pembangunan Pasar Strategi pemasaran dan Pembangunan pasar menunjukkan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh daerah dalam rangka mencapai target serta sasaran pasar yang telah dirumuskan di dalam arahan kebijakan Pembangunan pasar. Strategi ini meliputi aspek Pembangunan pasar, promosi, 'market intelegent', dan positioning. Strategi ini merupakan penjabaran dari kebijakan yang ditetapkan, dengan telah mempertimbangkan aspek-aspek terkait, serta merupakan cerminan dari hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya. Dari uraian diatas, Strategi Pembangunan pasar pariwisata kota bima adalah sebagai berikut :
penentuan pasar sasaran sesuai potensi yang dimiliki
penyusunan paket wisata, promosi dan pemasaran ODTW
peningkatan pemanfaatan tehnologi informasi dalam pemasaran pariwisata
website resmi dari dinas pariwisata kota bima sebagai media promosi dengan informasi yang detil dan up to date sehingga bisa menjadi rujukan bagi pihak yang membutuhkan
pembuatan akun-akun di jejaring sosial untuk media promosi
bekerja sama dengan pelaku bisnis pariwisata online seperti tripadvisor
Pembangunan jaringan kerjasama promosi pariwisata
bersinergi dengan asosiasi di bidang pariwisata
pelaksanaan promosi pariwisata di dalam dan luar negeri
bekerja sama dengan perusahaan media untuk penyelenggaraan even berskala nasional bahkan internasional secara reguler dan diekspos secara maksimal di media untuk pencitraan dari kota bima
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
VI - 6
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
pelaksanaan promosi pariwisata kota bima di dalam dan luar negeri
Strategi Pemanfaatan Ruang Untuk Pembangunan Pariwisata Materi yang Dirumuskan
Strategi Pembangunan ruang pariwisata pada lingkup Kabupaten/Kota memberikan gambaran dan indikasi lokasi- lokasi prioritas Pembangunan, berdasarkan hasil analisis terhadap potensi obyek dan daya tarik wisata yang ada di wilayah tersebut. Secara umum arahan Pembangunan ruang untuk kepariwisataan meliputi Penetapan pusat-pusat Pembangunan, Penetapan kawasan prioritas Pembangunan, Penetapan jalur/koridor wisata. Dari uraian diatas, Strategi pemanfaatan ruang untuk pariwisata kota bima adalah sebagai berikut :
pembentukan kawasan wisata kawasan wisata merupakan satuan area koordinasi pembangunan pariwisata yang tersusun dari sekelompok lingkungan wisata, dan saling dihubungkan dengan infrastruktur transportasi serta fasilitas akomodasi wisata.
penetapan pusat kegiatan utama pusat kegiatan utama merupakan areal konsentrasi kegiatan wisata (atraksi wisata, akomodasi wisata, jasa penunjang industri pariwisata, obyek-obyek wisata) berskala regional, dan difungsikan sebagai tempat koordinasi orientasi pembangunan kawasan wisata yang ada dalam wilayah pengaruhnya.
penentuan jalur wisata jalur wisata meliputi areal yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan wisata dan tempat lalu lalang wisatawan dalam frekuensi tinggi dan berpotensi besar untuk arena pembangunan industri wisata dan kegiatan wisata.
Strategi Pembangunan Sumber Daya Manusia Strategi Pembangunan sumber daya manusia merupakan strategi yang mendukung Pembangunan produk dan pemasaran. Pembangunan sumber daya manusia di bidang kepariwisatawan sangat penting dilakukan agar daerah yang akan mengembangkan pariwisata dapat menyediakan sendiri kebutuhan akan tenaga-tenaga pariwisata yang terlatih, sehingga dapat menyerap tenaga kerja lokal. Di samping itu juga akan meningkatkan apresiasi dan pengertian terhadap pariwisata, sehingga dapat memberikan pela-yanan sesuai dengan standar intemasional.
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
VI - 7
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Dari uraian diatas, Strategi Pembangunan Sumber Daya Manusia untuk pariwisata kota bima adalah sebagai berikut : •
mengundang/ memperkerjakan profesional di bidang pengelolaan pariwisata sebagai langkah awal untuk kaderisasi menyiapkan sdm setempat.
•
pelatihan terpadu dan berlanjut dengan melibatkan secara aktif komunitas warga lokal sekitar odtw yang terlibat dalam kegiatan pariwisata
•
pelatihan pemandu wisata
•
memaksimalkan lulusan smk pariwisata untuk secara aktif terlibat di industri pariwisata dan industri penunjang pariwisata.
•
peningkatan sdm dinas kebersihan dan pertamanan yang bertanggung jawab penuh terhadap kebersihan kota bima (dengan armada petugas kebersihan) dan armada petugas pertamanan yang memastikan setiap tanaman di taman dapat tumbuh subur.
Strategi Pembangunan Investasi Strategi Pembangunan investasi ini berisikan langkah-langkah strategik yang diperlukan dalam rangka peningkatan investasi di bidang kepariwisataan, yang dilakukan baik oleh penanam modal
yang berasal dari luar daerah maupun
penanam modal yang berasal dari daerah itu sendiri. Strategi Pembangunan investasi antara lain :
meningkatkan kepastian hukum yang memberi kepastian usaha dan iklim investasi
menyederhanakan prosedur perijinan investasi
meningkatkan
kemampuan
kelembagaan
dalam
penanganan
berbagai
hambatan yang dihadapai oleh penanam modal termasuk masalah terkait lintas sektor dan lintas daerah
meningkatkan kerja sama internasional dibidang penanaman modal dalam bentuk promosi dan pameran investasi
meningkatkan peran aktif dari perusahaan yang sudah berkembang di kota bima dalam program csr
pemberdayaan usaha skala mikro, kecil menengah dan koperasi
kebijakan penciptaan iklim usaha yang kondusif untuk ukmk
kebijakan
peningkatan
akses
kepada
sumber
daya
produktif
untuk
meningkatakan kemampuan pengusaha mikro, kecil menengah dan koperasi
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
VI - 8
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
kebijakan Pembangunan kewirausahaan
memacu peningkatan daya saing
Strategi Pengelolaan Lingkungan Strategi pengelolaan lingkungan merupakan strategi umum yang mendasari semua Pembangunan kepariwisataan yang akan dilakukan. Strategi ini mendukung kebijakan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dan merupakan langkah proaktif di dalam upa-ya pelestarian lingkungan alam dan budaya. Strategi pengelolaan lingkungan ini merupakan pula langkah dalam menjawab perubah-an paradigma pariwisata global, di mana isu lingkungan menjadi salah satu isu sentral pembangunan. Strategi pengelolaan lingkungan antara lain adalah :
pembuatan taman-taman kota sebagai taman aktif sehingga selain untuk penghijauan untuk membuat kota bima lebih sejuk dan nyaman, juga sebagai tempat sosial bagi warga bima.
perencanaan pembangunan atraksi wisata dengan prinsip ramah lingkungan (tourism sustainability development)
6.3.
INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN PARIWISATA Indikasi program Pembangunan merupakan jabaran rinci dari setiap strategi yang disusun kedalam suatu bentuk program yang akan dilakukan pada jangka waktu tertentu. Indikasi program disusun untuk ke- rangka waktu 5 tahun, dan tiap 5 tahun program hendaknya dikaji kembali dengan mempedomani kebijakan dan strategi yang telah ditetapkan. Rincian indikasi program terdiri dari : o
Program Jangka Panjang, dengan skala waktu 15 tahun; yang
dibagi menjadi program 5 tahunan. Perumusan program masih bersifat umum dan garis besar, tetapi memperlihatkan langkah- langkah yang akan ditakukan pada setiap lima tahunan selama 15 tahun.
o
Program Jangka Pendek, dengan skala waktu 5 tahun, yang terdiri, dari program tahunan. Merupakan program 5 tahun pertama dari program 15 tahun; yang mengidikasikan materi program utama dan program pendukung.
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
VI - 9
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Rincian indikasi program meliputi Program :
Program Utama, yaitu program yang berkaitan dengan substansi pariwisata, meliputi : Pembangunan produk, pemasaran dan promosi, sumber daya manusia,
pengelolaan
lingkungan,
pemantapan
kelembagaan,
dan
pemberdayaan masyarakat
Program Pendukung, yaitu program-program yang diharapkan dilakukan oleh instansi lain untuk mendukung Pembangunan pariwisata. Indikasi program Pembangunan memuat :
o
Nama program.
o
Sasaran dan tujuan program dan kaitannya di dalam mendukung
strategi tertentu.
o
Justifikasi dan rincian program.
o
Jadwal pelaksanaan program.
o
Pihak yang terlibat di dalam pelaksanaan program. Dari uraian diatas, Indikasi program pembangunan untuk pariwisata Kota
Bima dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 6. 1 Indikasi dan Pentahapan Program Pengembangan Pariwisata Daerah No 1
Tahapan Tahap I (Tahun 2015-2019)
Uraian 1. Penyusunan Masterplan dan DED Obyek Daya Tarik Wisata Sejarah Dan Budaya yang menimal memuat tentang :
Penguatan Ciri Khas o
Memasukkan kuda bima sebagai bagian dari penguatan ciri khas ODTW wisata sejarah dan budaya
Pelestarian Koleksi Benda-Benda Sejarah: o
Pendataan Ulang Terkait Kisah/ Cerita Sejarah Dari Tiap Koleksi.
o
Digitalisasi Data
Peguatan Citra Kawasan o
Penguatan Citra Kawasan Museum Asi Mbojo Sebagai Pusat Perkembangan Sejarah Kota Bima (Misal: Pusat Perhelatan Even Budaya, Tata Ruang Dan Lahan)
Bangunan Baru Yang Diadakan Terkait Dengan Rencana Pariwisata Di Rancang Dengan Desain Arsitektur Yang
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
VI - 10
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Harmonis Dengan Desain Arsitek Bangunan Museum/Istana Asi Mbojo
Pengembangan Jenis Dan Atraksi Utama/ Unggulan misalnya o
Mengemas Ulang Isi Kemasan Museum Sehingga Memiliki Tampilan Yang Lebih Informatif, Dan Mampu Menjadi Media Pembelajaran Mengenai Sejarah Bima Bagi Siswa Dan Juga Bagi Wisatawan Yang Berasal Dari Luar Bima
o
Pengembangan Atraksi Wisata Benteng Asakota
o
Pembuatan Paket Wisata Edukasi Yang Dimasukkan Kedalam Kurikulum Sebagai Muatan Lokal
o
Pengembangan Cerita Legenda Batu Berbentuk Sosok Wanita Sebagai Istri Yang Setia Menunggu Suami Menjadi Suatu Atraksi Wisata
Penciptaan Paket Wisata o
Paket Edu-Wisata Heritage Arsitektur- Religi
o
Paket Edu-Wisata Sejarah Perjuangan Di Museum Asi Mbojo – Museum Samparaja Dan Istana Kesultanan
Pemenuhan Fasilitas Pendukung o
Information Board
o
Souvenir Shop Dan Tempat Makan Dikemas Dalam Bangunan Yang Sama
o
Tourism Office/Loket Dan Pemandu Wisata
Pemenuhan Fasilitas Penunjang o
Tourism Information Centre
o
Moda Transportasi Penghubung
o
Fasilitas Akomodasi Yang Memenuhi Standard Kualitas Layanan Untuk Wisatawan
2. Penyusunan Master Plan dan DED Obyek Daya Tarik Wisata Bahari Dan Tirta yang minimal memuat tentang :
Penguatan Ciri Khas o
Potensi Berbeda Di Tiap Pantai Perlu Dimaksimalkan Dengan Menambahkan Wahana Rekreasi Yang Sesuai Dengan Karakteristik Masing-Masing Pantai
o
Menjadikan Kawasan Pesisir Sebagai Pusat Wisata Lifestyle Recreation Beach Di Kota Bima
o
Memasukkan kuda bima sebagai bagian dari penguatan ciri khas ODTW wisata bahari dan tirta
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
VI - 11
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Pengembangan Jenis Dan Atraksi Utama/ Unggulan misalnya o
Pantai So Ati Dengan Pasir Putih Dan Keindahan Alam Bawah Laut Untuk Produk Wisata Diving.
o
Pantai Kolo Sebagai Pusat Water Sport
o
Pengembangan Pantai Ni’u, Pantai Lawata Dan Pantai Amahami
Sebagai Pintu Masuk Kota Bima Dengan
Fasilitas Watersport Bersinergi Dengan Kawasan Taman Amahami Sebagai Taman Aktif Dan Sebagai Ikon Baru Kota Bima o
Pengembangan
Kawasan
Pelabuhan
Dengan
Memperhatikan Kebutuhan Pariwisata Selain Untuk Fungsi Tranportasi Logistik
Penciptaan Paket Wisata o
Paket Wisata Rekreasi Watersports
o
Paket Wisata Rekreasi Tematik (Theme-Waterpark)
Pemenuhan Fasilitas Penunjang Mikro o
Jasa Layanan Persewaan Peralatan Diving, Jasa Pelatihan Diving
o
Wahana Rekreasi
o
Peralatan Gym Untuk Taman Olah Raga Publik Di Ruang Terbuka
o
Jogging Track
o
Souvenir Shop Dan Tempat Makan
Fasilitas Penunjang Makro o
Tourism Information Centre
o
Moda Transportasi Penghubung
o
Fasilitas Akomodasi Yang Memenuhi Standard Kualitas Layanan Untuk Wisatawan
3. Menetapkan Kalender Event Tahunan dan menjadikan kuda bima sebagai ciri khas pada setiap event 4. Analisa Pasar
Penentuan Pasar Sasaran Sesuai Potensi Yang Dimiliki
Penyusunan Paket Wisata, Promosi Dan Pemasaran
5. Pembuatan Akun-Akun Di Jejaring Sosial Media Untuk Media Promosi 6. Pembuatan Website Resmi Yang Atraktif Dan Komunikatif Dari
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
VI - 12
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Dinas Pariwisata Kota Bima Sebagai Media Promosi Dengan Informasi Yang Detil Dan Up To Date Sehingga Bisa Menjadi Rujukan Bagi Pihak Yang Membutuhkan 7. Brosur Pariwisata Bima Tersedia Di Sarana Penunjang Pariwisata Seperti Hotel Dan Restoran, Bandara. 8. Mengundang/ Bekerja Sama Dengan Profesional Di Bidang Pengelolaan Pariwisata Sebagai Langkah Awal Untuk Kaderisasi Menyiapkan SDM Setempat. 9. Meningkatkan Kepastian Hukum Yang Memberi Kepastian Usaha Dan Iklim Investasi 10. Menyederhanakan Prosedur Perijinan Investasi 11. Meningkatkan
Peran
Aktif
Dari
Perusahaan
Yang
Sudah
Berkembang Di Kota Bima Dalam Program CSR Untuk Bisa Berpartisipasi Aktif Sebagai Partner Investor Dalam Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata 12. Penguatan Armada Instansi bidang Kebersihan Dan Pertamanan Yang Bertanggung Jawab Penuh Terhadap Kebersihan Kota Bima Pertamanan 2
Tahap II (Tahun 2020-2024)
1. Peningkatan Pemanfaatan Tehnologi Informasi Dalam Pemasaran Pariwisata 2. Bekerja Sama Dengan Pelaku Bisnis Pariwisata Online Dalam Menjual Kota Bima 3. Pengembangan Jaringan Kerjasama Promosi Pariwisata 4. Bersinergi Dengan Asosiasi Di Bidang Pariwisata 5. Pelaksanaan Promosi Pariwisata Di Dalam Dan Luar Negeri 6. Bekerja Sama Dengan Perusahaan Media Untuk Penyelenggaraan Even Berskala Nasional Bahkan Internasional Secara Reguler Dan Diekspos Secara Maksimal Di Media Untuk Pencitraan Dari Kota Bima 7. Pelatihan Terpadu Dan Berlanjut Dengan Melibatkan Secara Aktif Komunitas Warga Lokal Sekitar ODTW Yang Terlibat Dalam Kegiatan Pariwisata 8. Pelatihan Pemandu Wisata 9. Pengembangan
Kewirausahaan
Masyarakat
Bima
Termasuk
Area
Koordinasi
Usaha Kuliner Sebagai Atraksi Wisata 3
Tahap III (Tahun 2025-2029)
1. Pembentukan Kawasan Wisata Kawasan
Wisata
Merupakan
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
Satuan
VI - 13
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
Pembangunan Pariwisata Yang Tersusun Dari Sekelompok Lingkungan
Wisata,
Dan
Saling
Dihubungkan
Dengan
Infrastruktur Transportasi Serta Fasilitas Akomodasi Wisata. Kawasan Wisata Bahari Di Rasanae Barat Dan Asakota (Kolo) Kawasan
Wisata
(KomplekMuseum
Sejarah Asi
Budaya
Mbojo
Dan
Di
Rasanae
Mpunda
Barat
(Museum
Samparaja) Kawasan Wisata Tirta Di Rasanae Timur 2. Penetapan Pusat Kegiatan Utama Pusat Kegiatan Utama Merupakan Areal Konsentrasi Kegiatan Wisata (Atraksi Wisata, Akomodasi Wisata, Jasa Penunjang Industri Pariwisata, Obyek-Obyek Wisata) Berskala Regional, Dan Difungsikan Sebagai
Tempat
Koordinasi
Orientasi
Pembangunan Kawasan Wisata Yang Ada Dalam Wilayah Pengaruhnya. Pusat Kegiatan Wisata Bahari Di Pantai Ni’u-Lawata-Amahami Pusat Kegiatan Sejarah Budaya Di Kawasan Museum Asi Mbojo Pusat Kegiatan Wisata Tirta Di Diwu Monca Rasanae Timur 3. Penentuan Jalur Wisata Jalur Wisata Meliputi Areal Yang Menghubungkan Pusat-Pusat Kegiatan Wisata Dan Tempat Lalu Lalang Wisatawan Dalam Frekuensi
Tinggi
Dan
Berpotensi
Besar
Untuk
Arena
Pembangunan Industri Wisata Dan Kegiatan Wisata. 4. Pembuatan Taman-Taman Kota Sebagai Taman Aktif Sehingga Selain Untuk Penghijauan Untuk Membuat Kota Bima Lebih Sejuk Dan Nyaman, Juga Sebagai Tempat Sosial Bagi Warga Bima 5. Perencanaan Pembangunan Atraksi Wisata Dengan Prinsip Ramah Lingkungan (Tourism Sustainability Development) 6. Meningkatkan Kemampuan Kelembagaan Dalam Penanganan Berbagai Hambatan Yang Dihadapi
Oleh Penanam Modal
Termasuk Masalah Terkait Lintas Sektor Dan Lintas Daerah 7. Meningkatkan Kerja Sama Internasional Dibidang Penanaman Modal Dalam Bentuk Promosi Dan Pameran Investasi 8. Pemberdayaan Usaha Skala Mikro, Kecil Menengah Dan Koperasi 9. Memaksimalkan Lulusan SMK Pariwisata Untuk Secara Aktif Terlibat Di Industri Pariwisata Dan Industri Penunjang Pariwisata
Sumber : Rencana, 2014 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
VI - 14
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA
VI - 15