JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
[April 2012]
RELIGIUSITAS DALAM PENDIDIKAN KIMIA (ESENSI PEMIKIRAN PENDIDIKAN KIMIAWAN KLASIK JABIR BIN HAYYAN) Oleh: Edy Chandra (Dosen IAIN Syekh Nurjati Cirebon) Religiousity has not received adequate attention among scientists and educational researchers. Fundamental problems faced by the Islamic university and school is how to strengthen the integration of religiousity into science education. It should be further explored the life and work of Muslim chemists. In this case, Jabir ibn Hayyan, seems to be the most authoritative figures Muslim chemists to be explored further. This research is based on factual historical research model. The object of this study is a collection of writings Jabir ibn Hayyan Classical Arabic in Mukhtar Rasa `il vol.1 (scripted by Paul Kraus 1935), using a qualitative approach to descriptive analytical method, combining historical and philosophical approach, taking into account the substantial and functional relationship between information and obtained and the views contained in the manuscript. Jabir had engage religiousity his Philosophical thought on divinity, universe, human, society, and knowledge. He had also enhanced religiousity into educational practice, especially in chemistry education. His thoughts could be simplified as an integrative educational thought and balance. Jabir promote holistic education that integrates the various aspects in a balanced education fields, and encourage positive interaction between educators and learners, prioritize based on experiment and observation.
Keywords: religiousity, chemistry, science, education, philosophy
I. PENDAHULUAN
secara optimal menjadi kemampuan
A. Latar Belakang
untuk hidup di masyarakat dan ikut
Kompetensi lulusan suatu jenjang pendidikan,
sesuai
dengan
mensejahterakan masyarakat. Lulusan
tujuan
suatu
jenjang
pendidikan
harus
pendidikan nasional yang terdapat pada
memiliki pengetahuan dan ketrampilan
UU Sisdiknas, mencakup komponen
serta berprilaku yang baik. Untuk itu
pengetahuan, keterampilan, kecakapan,
peserta
kemandirian,
kreativitas,
kesehatan,
mendemonstrasikan pengetahuan dan
akhlak,
ketaqwaan,
dan
didik
ketrampilan
kewarganegaraan. Semua komponen
harus
yang
mampu
dimiliki
sesuai
dengan standar yang ditetapkan.
pada tujuan pendidikan nasional sudah
Naskah
selayaknya tercermin pada kurikulum
menggariskan
bahwa
pembelajaran
dan sistem pembelajaran pada semua
sains
kimia
dan
jenjang
pendidikan.
berfungsi
tujuan
pendidikan
Sesuai
(fisika,
untuk
KTSP
telah
biologi)
menumbuhkan
tugas
kesadaran terhadap keteraturan dan
adalah
keindahan ciptaan tuhan, meningkatkan
mengembangkan potensi peserta didik
pemahaman konsep dan prinsip-prinsip
lembaga
nasional,
dengan
akademik
pendidikan
1
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
[April 2012]
melalui sejumlah keterampilan proses.
dikontruksi,
Keterampilan
proses
memberikan legitimasi dalil naqli bagi
pengamatan,
membuat
mencakup: hipotesis,
menggunakan alat dan bahan
konsep-konsep
sekedar
kimia,
melainkan
yang
dengan memasukkan paradigma baru
dilaksanakan melalui kegiatan praktik,
(paradigma nilai-nilai Islam) sebagai
sesuai
landasan pengembangan sains tersebut.
dengan
prosedur
dan
keselamatan kerja. Dengan demikian,
Dalam
upaya menanamkan ketakwaan tidak
menggunakan
hanya menjadi kewajiban guru agama
sebagaimana dikembangkan oleh Glock
semata, tetapi juga menjadi kewajiban
& Stark (dalam Ancok,1985; Turmudhi,
pendidik
1991;
lainnya,
termasuk
dalam
pembelajaran kimia. Untuk
itu
memasukkan
hal
ini,
konsep
Safaria,
peneliti religiusitas
1999),
dimana
spiritualitas dapat diartikan terdiri dari
diperlukan
aspek
upaya
religiusitas
ke
5 dimensi, yaitu: 1. Dimensi
ideologis
belief),
lain,
dan
menunjukkan tingkat keyakinan
Kimia
seseorang terhadap kebenaran
dapat
agamanya, terutama terhadap
demikian,
ajaran-ajaran fundamental atau
integrasi
imtak
dalam
merupakan ditempuh.
(iman
pendidikan
alternatif
yang
Dengan
pendidikan Kimia yang berlangsung pada institusi pendidikan Islam akan
yaitu
(religious
dalam pendidikan kimia. Dengan kata
takwa)ke
dimensi
yang
dogma 2. Dimensi
ritualistik
(religious
senantiasa berada dalam bingkai nilai
practice), yaitu dimensi yang
dan spiritualisme Islam.
Upaya ini,
menunjukkan tingkat kepatuhan
setidaknya sejalan dengan rekomendasi
seseorang dalam mengerjakan
Nasr,
kegiatan-kegiatan
yang
menyatakan
bahwa
ritual
yang
Pendidikan sains yang sesuai dengan
dianjurkan di dalam agamanya.
perspektif Islam harus dimulai dan
Kepatuhan
memiliki
dengan
pandangan
kosmos
yang
ini
ditunjukkan
kepatuhan
qurani sebagai latar belakang di setiap
dalam
jenjang pendidikannya. (Nasr, 1997).
sembahyan, puasa, dll
Tentunya, integrasi aspek religiusitas ke dalam pendidikan kimia yang perlu
2
bukanlah
seseorang
melaksanakan
ibadah,
3. Dimensi eksperiensial (religious feeling
atau
experiental
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
[April 2012]
dimension),
yaitu
yang
menerapkan ajaran agamanya
menunjukkan
seberapa
jauh
dalam prilaku hidupnya sehari-
tingkat
seseorang
merasakan
dan
dalam
hari.
Misalnya
jika
ajaran
mengalami
agamanya mengajarkan untuk
atau
beramal, maka dengan senang
perassaan-perasaan pengalaman-pengalaman
hati
religiusnya. Misalnya seberapa
untuk
besar
merasakan
keagamaan. Bisa menahan diri
kedekatan dengan orang lain,
dari mengerjakan hal-hal yang
keyakinan akan doanya terkabul
dilarang
atau keyakinannya bahwa Tuhan
menolak
akan memberikan pertolongan
berbohong
seseorang
4. Dimensi
intelektual
knowledge),
kegiatan
oleh
uangnya
sosial
agama
dan
seperti
untuk
mencuri,
atau
memakai
narkoba.
(religious
yaitu
mendermakan
yang
Untuk merealisasikan pandangan-
tingkat
pandangan di atas, perlu ditelaah lebih
pengetahuan dan pemahaman
jauh kehidupan dan karya ilmuwan
seseorang
muslim dalam bidang kimia. Dalam hal
menunjukkan
terhadap
ajaran-
ajaran agamanya, terutama yang
ini,
termuat dalam kitab suci atau
merupakan tokoh kimiawan muslim
pedoman
pokok
paling otoritatif untuk ditelaah lebih
Misalnya,
apakah
memahami
agamanya. individu
bagaiman
Jabir
jauh
cara
bin
Hayyan,
konsepsi
dimilikinya,
dan
nampaknya
religiusitas diduga
yang
memiliki
melakukan sholat, bagaimana
konsep integrasi ilmu, sebagaimana
cara
dari
anggapan terhadap ilmuwan muslim
kotoran, berpuasa yang benar,
lainnya. Penulisan tentang pemikiran
dll.
pendidikan Jabir bin Hayyan belum
mensucikan
diri
banyak dilakukan.
5. Dimensi konsekuensial (religious
Sejauh ini, upaya
effect), yaitu yang menunjukkan
telaah terhadap karya-karya Jabir bin
tingkatan
dalam
Hayyan masih terbatas pada wacana
berprilaku yang dimotivasi oleh
keberadaan tokoh dan keaslian karya-
ajaran agamanya atau seberapa
karya.
jauh
banyak ilmuwan terkait keberadaan
seseorang
seseorang
mampu 3
Untuk menindaklanjuti upaya
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
[April 2012]
eksistensi dan karya-karya Jabir bin
dalam konsep-konsep pendidikan kimia
Hayyan, penelitian yang lebih spesifik
yang
tentang pemikiran pendidikan kimia
Hayyan.
Jabir bin Hayyan menjadi penting
dibatasi pada kumpulan karya Jabir,
dilakukan.
penulis
yaitu Mukhtâr Rasâ`il Jâbiribn Hayyân
memutuskan untuk menelusuri dan
volume 1, tanpa menafikan karya-karya
mengeksplorasi nilai-nilai religiusitas
Jabir bin Hayyan yang terdapat pada
pendidikan
sumber-sumber yang lain.
Karena
yang
itu,
terdapat
pada
pemikiran kimia yang dimiliki Jabir bin
oleh
Jabir
bin
Obyek penelitian ini juga
Dari latar belakang dan identifikasi
Hayyan.
permasalahan
B. Permasalahan
dirumuskan persoalan yang menjadi
di
atas,
dapat
dalam
fokus kajian, yaitu: “ Bagaimanakah
penelitian ini adalah berkaitan dengan
religusitas dalam pendidikan kimia
pemikiran pendidikan.
yang terdapat pada karya-karya Jabir
Persoalan
yang
dikaji
Dari latar
belakang yang telah diuraikan di atas,
bin Hayyan ?”
dapat
Pertanyaan
diidentifikasi
beberapa
permasalahan yang utama.
Secara
umum, adalah bagaimanakah konsepsi
tersebut
melahirkan
pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana
religiusitas
dalam
religiusitas yang terkandung dalam
pandangan filosofis Jabir bin
karya-karya
Hayyan?
Jabir
bin
Hayyan?
Berkenaan dengan landasan filosofis pendidikan
yang
bagaimanakah
cerminan
2. Bagaimana
religiusitas
dalam
dimilikinya,
konsep-konsep pendidikan kimia
religiusitas
yang dikemukakan oleh Jabir bin
pada pandangan filosofis Jabir bin
Hayyan?
Hayyan berkaitan ketuhanan, manusia,
Metodologi Penelitian
akal, alam semesta ? Bagaimana pula
Penelitian ini mengacu pada model
aspek religiusitas tersebut tercermin
penelitian
dalam praktek pendidikan kimia yang
sebagaimana diajukan oleh A. Bakker
ditekuninya?
dan Ahmad Charis Zubair (2004),
Kajian
ini
mengeksplorasi
4
dikemukakan
dibatasi aspek
pada
upaya
religiusitas
menggunakan
historis
metode
faktual,
penelitian
kualitatif berupa kajian kepustakaan
[April 2012]
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
(library research) terhadap sumber-
Maktabah Al-Khandji Kairo, Mesir tahun
sumber primer dan sekunder. Sumber-
1935. Paul Kraus menerbitkan tulisan-
sumber
digunakan
tulisan pilihan dari karya Jabir bin
meliputi karya-karya Jabir bin Hayyan
Hayyan tersebut dengan judul Mukhtar
yang terdapat pada Mukhtâr Rasâil dan
Rasa’il Jabir ibn Hayyan (cetakan al-
jurnal-jurnal penelitian, yang berkaitan
Khaniji, Kairo, 1354 H / 1935 M).
dengan pemikiran dan pandangan Jabir
Metode
bin Hayyan tentang pendidikan Kimia.
dikembangkan dalam penelitian ini
Untuk membantu menemukan pola
adalah metode deskriptif analitis,
pemikiran
yakni memaparkan informasi-informasi
primer
yang
yang
terdapat
sumber-
pembahasan
yang
sumber primer, ditopang oleh berbagai
yang berkaitan dengan
sumber-sumber sekunder yang meliputi
religiusitas
jurnal ilmiah, buku teks,
pandangan Jabir bin Hayyan yang
maupun
sumber-sumber lainnya.
dalam
aspek pandangan-
berkaitan dengan pendidikan Kimia,
Obyek telaah utama dalam penelitian
baik itu tentang konsep-konsep kimia
ini adalah Mukhtâr Rasâ`il vol. 1 edisi
maupun pembelajaran, yang kemudian
berbahasa Arab yang diterbitkan oleh
informasi tersebut selanjutnya dikritisi dengan informasi lainnya.
II. PEMBAHASAN
Thusi dan Al-Kufi.
Sumber lain juga
A. Riwayat Hidup Jabir bin Hayyan
menyebut bahwa Jabir berasal dari kalangan Shabi`in2, yang karenanya
Jabir bin Hayyan lahir pada sekitar
diberi laqab Al-Harrani dan termasuk
100 H atau 721 M di Khurasan. Nama
kelompok
lengkapnya adalah Abû Mûsâ Jâbir bin
Mawali.
Agaknya
dapat
dipastikan bahwa keluarga Jabir berasal
Hayyân Al-Shûfiy Al-Azadiy1. Sumber
dari suku Azd dari Arabia Selatan, yang
lain menyebutnya sebagai Abu Abdullah
pada masa kebangkitan Islam menetap
Jabir bin Hayyan. Terkadang beberapa
2
sejarawan menyebutnya dengan Al-
Shabi'in merupakan salah satu kelompok minoritas non muslim Babilonia yang mendapatkan perlindungan di masa kekhalifahan Islam. Di antaranya, terdapat kalangan Shabi1in yang berasal dari Harran.Philip K. Hitti menyebut Jabir bin Hayyan sebagai salah seorang tokoh dari kalangan Shabi`in yang memeluk Islam. Lihat Philip K. Hitti, History of the Arabs h.448.
11
Pilihan penulis terhadap nama lengkap Jabir seperti ini, didasarkan pada penyebutan yang terdapat dalam Mukhtâr Rasâ`il sendiri. Lihat Jabir, Nukhab min Kitâb al-Khawwâsh al-Kabîr. h. 224 5
[April 2012]
di
Kufah.Ayahnya,
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
Hayyan
Al-Attar
Selain Imam Ja’far Ash-Shadiq, Jabir
adalah seorang ahli syi’ah yang juga
telah pula mendatangi guru lainnya
sebagai penjual obat-obatan. Hayyan
seperti Udha Al-Himar yang kala itu
berasal dari Syam yang kemudian
masih merupakan rekan seangkatan
pindah ke Thus, sebuah kota kecil yang
dari Khalid Barmaki, dan Yahya. Jabir
berjarak 27 km dari Utara Masyhad
sempat pula menunjukkan beberapa
yang dikenal sebagai kota transit bagi
tulisnya kepada para gurunya itu.
para pedagang baik dari Baghdad,
Karena
Turkistan, ataupun Cina. Sedangkan
pengetahuan,
ilmuwan Barat menyebut nama Jabir
dengan kalangan orang-orang yang juga
sebagai “Geber”. Jabir dikenal sebagai
mencintai pengetahuan.
Sufi3 yang tekun beri’tikaf di sebuah
dapat dipahami bila kemudian Jabir
ruangan khusus di dalam rumahnya.
juga menjalin hubungan baik dengan
Sebagian
para
sumber
menyebut
Jabir
kecintaannya Jabir
pembesar
kepada
banyak
bergaul
Karena itu,
istana.
Dengan
sebagai bagian dari kalangan Shabi`in,
dilandasi
dan
sebagai
keilmuan, Jabir bergaul baik dengan
seorang Syi’ah. Kenyataan ini merujuk
keluarga Barmak dan khalifah Harun al-
kepada kedekatannya dengan salah
Rasyid.
seorang imam keenam Syi’ah yaitu
berlangsung sampai kemudian, terjadi
Ja’far Ash-Shadiq yang bukan hanya
fitnah
sebagai pendiri madzhab hukum Syi’ah
Dengan kejadian fitnah tersebut, Jabir
dua belas Imam atau lebih dikenal
juga kemudian mengambil langkah
dengan madzhab Ja’fari, tetapi juga
antisipatif menjauh dari Baghdad dan
menjadi
berpindah ke Thusi.
Jabir
juga
dikatakan
tokoh
penting
dalam
pengetahuan esoteris. Kedekatan ini juga
tercermin
tulisannya,
seperti
dalam terdapat
kesamaan
ilmu
kepentingan
Hubungan baik ini terus
terhadap
Sebagaimana
keluarga
halnya
Barmak.
ilmuwan
tulisan-
Muslim abad pertengahan, Jabir tidak
pada
hanya mampu mendalami satu bidang
Mukhtâr Rasâ`il.
ilmu
pengetahuan
tertentu,
tetapi
mereka juga mampu menguasai bidang 3
6
Abu Bakar Siraj-Eddin, dalam Sifat & Asal-Usul Tasawuf menyebut Jabir bin Hayyan sebagai salah tokoh yang pertama disebut Sufi. Lihat Nasr, Ensikolopedi Tematik Spiritualitas Islam (Buku Pertama):, h. 336.
keilmuwan lainnya dan sangat beragam. Selain ahli dalam bidang ilmu kimia, beliau juga ahli dalam ilmu yang lain
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
[April 2012]
seperti kedokteran, filsafat dan fisika.
yang
Hanya saja dari sekian banyak ilmu
Perpustakaan Nasional Paris (Prancis)
yang digelutinya, tampaknya ilmu kimia
terdapat
lebih melekat dan menonjol pada tokoh
dengan judul Al-Ahjâr (batu-batuan).
intelektual muslim ini.
Karya-karya Jabir kian banyak diakui
Karya-karya
Besar),
ilmu kimianya telah diterjemahkan ke
oleh
dalam
terbukti
berbagai
bahasa
di
Eropa,
satu
para
sementara
naskah
ilmuwan
dengan
karya
Barat.Hal
mulai
di
Jabir
ini
banyaknya
termasuk bahasa Latin, dan kemudian
diterjemahkan karya-karyanya itu ke
diserap oleh ilmu kimia modern. Eropa
dalam bahasa Latin yang menjadi
kemudian
istilah-
rujukan standar selama beberapa abad.
istilah teknik seperti realiger (sulfit
Karya-karya Jabir menarik minat para
merah dari arsenik), tutia (seng oksida),
ilmuwan Barat, seperti R. Ruska, Kupp,
alkali,
dan
EJ Holmyard, M. Berthelot, Paul Kraus,
Salamoniak
George Sarton, R. Russell, dan lain-lain,
mulai
mengenali
antimoni,
aludel.Demikian
alembic, juga
(sejenis substansi baru kimia) telah
untuk menelaahnya.
diperkenalkan Jabir yang sebelumnya
Di samping karya-karya tulisnya,
tidak pernah dikenal oleh orang-orang
Jabir juga memiliki murid-murid yang
Yunani.4
turut
menyebarluaskan
dan
memperkokoh pemikiran Jabir bagi Karya-karya Jabir bin Hayyan
perkembangan
kimia
berikutnya.
Meskipun sulit mengidentifikasi seluruh
Jabir telah meninggalkan banyak yang
murid-murid Jabir bin Hayyan, namun
menyebutkannya tidak kurang dari 200
Ibnu al-Nadim menyebutkan beberapa
judul buku. Karya-karyanya hingga kini
orang
masih tetap terpelihara dan tersimpan
murid dari Jabir, antara lain: Al-
di berbagai perpustakaan nasional di
Kharaqiy, Ibn ‘Iyadh al-Mishriy, dan Al-
beberapa negara, seperti di Musium
Ahmiimiy. Di samping itu, Al-Razi juga
Britania
didapati
menyatakan diri sebagai murid Jabir,
sebuah manuskrip karya Jabir yang
meskipun bukan murid dari Jabir dalam
berjudul Al-Khawâsh al-Kabîr (Inti-inti
pola interaksi guru murid, namun
karyanya
bahkan
Inggris
ada
misalnya,
4
Budi Yuwono, Ilmuwan Islam Pelopor Sains Modern. h.69-109 7
yang
dinyatakannya
sebagai
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
[April 2012]
merujuk sebagai murid dari kitab-kitab
analisis filsafat, merupakan salah satu
yang ditulis Jabir.5
metode
B. Aspek Religiusitas dalam pandangan Filosofis Jabir bin Hayyan Sebagaimana lazimnya, pemikiran dan cara pandang seseorang sangat dipengaruhi terhadap
oleh
cara
pandangnya
persoalan-persoalan
mendasar kehidupan. Dengan kata lain, cara pandang dan pemikiran seseorang terhadap suatu persoalan, termasuk pendidikan,
dipengaruhi
oleh
pandangan filosofis yang dianut oleh orang tersebut. Dalam aspek ontologis, Jabir banyak menyoroti hal-hal yang berkenaan ketuhanan,
dengan alam
keberadaan manusia. pandangan-pandangan
pandangan semesta
dan
Dalam hal ini, Jabir
tidak
penting.
epistemologi
yang
cukup
Terlihat dalam berbagai
pandangan Jabir, metode eksperimen merupakan metode epistemologis yang penting di samping metode lainnya. Metode eksperimen ini, sesungguhnya bukan merupakan hal yang asing dalam khazanah kajian filsafat. Anton Bakker (2004)
membedakan
metode
eksperimen ini dari metode empiris secara tersendiri.6 David Hume (17111776) yang disebut-sebut oleh Bakker sebagai pelopor metode ini, berada jauh di belakang masa kehidupan Jabir bin Hayyan. dianggap
Karenanya, sebagai
Jabir
dapat pelopor
sesungguhnya dari metode eksperimen tersebut.
para filosof setelahnya yang lebih
1. Religiusitas Pandangan Jabir bin Hayyan tentang Ketuhanan
banyak dikenal, semisal al-Farabi, Ibnu
Tauhid adalah asas keimanan dalam
Sina, ataupun al-Kindi. Namun, dalam
Islam. Al-Qur’an selalu menyinggung
aspek
terlihat
masalah ini dalam setiap suratnya.
memiliki pandangan yang spesifik dan
Manusia sendiri secara naluriah selalu
menarik sebagai suatu pendekatan baru
merasakan kebutuhan dan merasakan
dalam epistemologi pendidikan Islam.
adanya kekuatan maha besar di luar
Jabir
metode
dirinya, yang menguasai, mengatur,
eksperimen (manhaj tajribiy), yang bila
mengarahkan, serta menentukan arah
banyak berbeda dengan pandangan
epistemologis,
Jabir
mengedepankan
ditelaah berdasarkan metode-metode 6
5
8
Lihat Ka’dan, Jabir ibn Hayyan wa ‘ilm alKhimiyya’. 2007
Metode eksperimentil yang dipelopori oleh David Hume ini, merupakan puncak pencapaian dari empirisme. Lihat Anton Bakker, Metode-metode Filsafat, h. 80-86
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
[April 2012]
kehidupannya.
Sebagai Muslim, Jabir
thayyibah.
Nampaknya,
suasana
menjadikan agamanya sebagai landasan
aplikasi keimanan seperti ini, termasuk
yang kuat bagi gerak langkahnya dalam
yang ingin
mengawali berbagai aktivitasnya. Untuk
terhadap
itulah
mendahului
meskipun Jabir tidak secara khusus
kegiatannya dengan ibadah. Hal ini
membuat tulisan dan pembahasan yang
tentunya tidak lain agar apa yang
berkaitan
dilakukannya itu mendapat ridha dan
pokok keimanan dan ajaran agama
petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Islam, Jabir banyak mengintegrasikan
Jabir baru akan melakukan segala
nilai-nilai dan muatan keimanan dalam
kegiatan ilmiahnya usai melakukan
tulisannya.
shalat nawafil disertai wirid. Usai shalat,
meskipun tidak dominan, Jabir juga
Jabir
mengutip satu-dua ayat maupun hadits
dia
pun
akan
berkemas
lalu
mendatangi
laboratoriumnya,
meskipun
ditanamkan
oleh Jabir
pembacanya.
langsung
dengan
Terlihat,
pokok-
Dalam beberapa tempat,
yang berkaitan dengan pembahasan.8
laboratoriumnya itu bukanlah seperti
Secara khusus, Jabir memandang
laboratorium modern sepeti saat ini
penting
yang
kehidupan. Penjelasan tentang konsep
dipenuhi
berbagai
peralatan
eksperimen.7 Prinsip seperti
yang
deskripsi
di
kokoh atas,
dapat
juga
gambaran
dalam
Misalnya,
tulisan-tulisan
Jabir.
Pada
hampir setiap bab dari karya-karya
yang
mengingatkan
dalam
proses-proses
sebagai kimiawi.
"Keikhlasan berarti menyendirikan materi dan mengosongkannya dari sifat-sifat yang bersekutu dengannya pada suatu keadaan tertentu"
kebesaran dan keagungan Allah SWT. integral,
ditafsirkan
ٗاإلخالص ٕ٘ تفزد اىَبدة ٗ خي٘ىٖب.... ٍِ األٗصبف اىَشبرمت ىٖب بحبه ٍِ األح٘اه 9 ....
tulisnya, Jabir seringkali memasukkan
Secara
dalam
digambarkan dengan deskripsi yang
kelihatannya cukup menonjol terlihat
kalimat-kalimat
keikhlasan
ikhlas ini, dalam beberapa tempat
ketauhidan pada
konsep
setiap
pembahasan yang dilakukannya pada hampir setiap bab karyanya, niscaya dapat
ditemukan
kalimat-kalimat
8
Jabir, kitâb al-Khamsīn, h. 499-450, Jabir mengutip Q.S. Al-Baqarah: 26 pada kitab AlAhjar 1 h.144, Q.S Al-Hadid: 13 dan hadits tentang dua sayap lalat yang mengandung racun dan obat. 9 Jabir, kitâb Al-Isytimâl. h.553
7
Nasehat Jabir tentang ini dapat dirujuk lebih lengkap pada Jabir, Nukhah min Kitâb al-Mîzân alShaghîr, h. 455-459 9
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
[April 2012]
Lebih jauh, Jabir juga mengingatkan dampak
negatif
dari
lemahnya
keikhlasan dengan menyatakan bahwa orang
yang
tidak
memperhatikan
melaksanakan
Agar
potensi
didayagunakan manusia
seorang
mujtahid
mengenalinya,
terhadap
berbagai
pendapat.
obyektif
pandangan
dan
Rusaknya keikhlasan akan
Allah
yang
itu
dapat
dibebankan kepadanya.
keikhlasan akan sulit untuk menjadi yang
tugas
alam secara
harus
maksimal,
berusaha melalui
untuk ilmu
pengetahuan (Âli ‘Imrân: 190-191). Cara
manusia
memahami
atau
membawa orang cenderung mencari
mengetahui alam semesta itu ialah
popularitas, dan hal ini tidak akan
dengan
membawa pada derajat yang tinggi baik
kenyataan
di dunia maupun di
akhirat.10
semesta
diciptakan
Allah
bukan tanpa tujuan (al-Dukhân: 3839).
Surat
mengungkapkan alam
al-Nahl: bahwa
semesta
12-16 penciptaan
adalah
untuk
kepentingan manusia (li al-taskhīr). Namun di sisi lain, manusia juga dituntut untuk menjaga kesatuan dan keserasiannya dengan
memberikan
peringatan akan kerusakan ekosistem yang mungkin akan diperbuat oleh manusia, seperti dikemukakan dalam surat al-Rūm: 41. Dengan kata lain, alam
semesta
diciptakan
sejalan
kenyataan-
dan
fenomenanya,
2. Pandangan Jabir bin Hayyan tentang Alam Semesta Alam
mengenali
fenomena-
serta
memahami
hikmah dari penciptaannya. Jabir bin Hayyan terlihat menyadari betul hal itu. Karenanya, ia banyak memperingatkan ilmu
dan
akan
tujuannya,
pentingnya yaitu
demi
kebahagiaan dunia dan akhirat (li sa’âdat
al-dârain)
dan
sebagai
pemenuhan sebuah kewajiban agama. Ia juga mendorong setiap orang untuk mencarinya, fungsinya
dan untuk
menunjukkan kehidupan
serta
peranannya dalam menuju iman yang sejati dan agama yang benar. Jabir bin Hayyan banyak terdorong untuk senantiasa memperhatikan dan
dengan tujuan hidup manusia, atau
mentafakkuri
sebagai
sebagaimana diperintahkan oleh Allah
mitra
manusia
dalam
SWT.
Proses
alam
tafakkur
semesta
Jabir,
kelihatannya dilakukan juga dalam 10
10
Jabir, kitâb Al-Isytimâl.
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
[April 2012]
bentuk
observasi
sebagaimana
terinspirasikan dari tradisi ilmiah yang
dimaksudkan sebagai salah satu ciri
diwarnai oleh nilai-nilai spiritual.
khas Ilmu Pengetahuan Alam modern.
3. Pandangan Jabir bin Hayyan tentang Manusia
Sebagai buah dari tafakkurnya tersebut,
Islam telah memberikan gambaran
Jabir mampu memahami dan menguasai berbagai
ilmu-ilmu
yang cukup jelas mengenai manusia,
kealaman.
Pandangan-pandangan
mengenai
dan
hakekatnya,
mengenai
konsepsinya
tentang alam semesta
hidup dan perjalanannya, mengenai
bertebaran
sangat
karakter
banyak
dalam
dan
potensinya,
karyanya.11 Jabir terlihat tidak hanya
mengenai
menguasai alkhemi, tetapi juga teori-
Tuhan, dengan sesama dan dengan
teori
lingkungannya.
dan
konsep-konsep
yang
hubungannya
serta
Dalam
dengan
pandangan
berkaitan dengan disiplin ilmu lain.
Jabir bin Hayyan, kemuliaan seorang
Misalnya, pada bagian awal Mukhtâr
manusia
Rasâ`il, Jabir mengungkapkan klasifikasi
manusia memiliki kematangan jiwa,
alam, yang secara sistematis dan terinci,
tekun
kemudian
dengan
menguasai ilmu sampai pada derajat
benda-benda
mampu menyampaikan kepada orang
langit, tumbuhan dan hewan. Jabir juga
lain.12 Di sini terlihat bahwa Jabir
banyak
memberikan apresiasi tersendiri pada
penjelasan
kealaman
diteruskan klasifikasi
mengungkap seperti
fenomena
sifat-sifat
akan
dan
dicapai
bekerja
manakala
keras
untuk
pemanfaatan akal untuk memahami
dan
ilmu.
klasifikasi air, fenomena hujan dan salju, fenomena petir dan kilat, rasi
Manusia dalam pandangan Islam
bintang, dan lain sebagainya. Hal-hal
adalah makhluk Allah
tersebut
secara
sempurna (al-Thîn: 4). Tidak ada yang
gamblang secara tersendiri, misalnya
lebih tinggi lagi dari manusia kecuali
pada kitab Ikhrâj Mâ fi al-Quwwah.
Allah. Al-Qur’an menunjukkan hal itu
Penguasaannya
melalui
dibicarakan
akan
Jabir
berbagai
fenomena alam tersebut tampak jelas
kisah
yang paling
sujudnya
malaikat
kepada Adam (al-Baqaraħ: 31). Akan tetapi, manusia juga memiliki potensi
11
Tentang benda-benda langit dan tata surya, serta fenomena-fenomena kealaman Jabir membahas panjang lebar diantaranya pada Kitâb Ikhrâj Mâ fī al-Quwwaħ, Kitab Al-tajmī’, Kitâb Al-tashrīf dan Kitab Al-Mizân Al-Shaghīr.
untuk menjadi makhluk yang paling 12
Lihat Jabir, kitâb Al-Mâjid. H. 118
11
[April 2012]
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
rendah (al-Thîn: 5), bahkan lebih
daya, daya berpikir yang disebut akal
rendah dari binatang (al-A’râf: 179).
dan yang berpusat di kepala dan daya
Jadi, manusia adalah makhluk yang
merasa yang disebut kalbu [dari kata
memiliki potensi untuk baik dan jahat
Arab Qalb] atau hati nurani yang
sekaligus.13 Kondisi seperti itu, adalah
berpusat di dada.
karena karakter unsur pembentuk manusia
itu
sendiri.
Manusia
Jabir bin Hayyan juga mengaitkan kedudukan tinggi seorang manusia
diciptakan Allah dari turâb (tanah)
dengan ilmu dan pengajaran.
yang
kerendahan
mengutip Imam Ali yang mengatakan
merupakan
bahwa manusia terbagi 3 golongan,
unsur jasmani yang tidak memiliki
yaitu Alim Rabbaniy yang senantiasa
perbedaan dengan asal-asal makhluk
mengatakan kebenaran dan beramal
hidup yang lain seperti tumbuh-
dengannya,
tumbuhan dan binatang. Materi asal
ilmu dan mengamalkan apa yang
manusia yang lain adalah ruh yang
diperoleh, serta Orang Lapar Yang
menjadikan manusia memiliki potensi
Bodoh yang tidak berilmu dan tidak
untuk luhur, atau merupakan lambang
juga beramal. 15 Terlihat bahwa Jabir
keluhurannya.
memandang
melambangkan
derajatnya
karena
ia
Jelasnya, komponen
Jabir
Pelajar yang menuntut
tinggi
orang
yang
utama manusia adalah ruh dan jasad.
berilmu dan yang mau menuntut ilmu,
Jika jasad (turâb) bersifat materi
sehingga status kemuliaan manusia
(jasmani), maka ruh bersifat immateri.
dihubungkannya dengan kedudukan
Dalam hal ini Jabir mendefinisikan ruh
dan
sebagai sesuatu lembut, yang mengalir
pengetahuan.
sepanjang tubuh yang
ditempatinya.14
Dalam pandangan Jabir, manusia
posisinya
terhadap
ilmu
Jabir memperhatikan pentingnya memperhatikan watak dan karakter,
tidak hanya tersusun dari materi,
karena
tetapi di samping unsur materi yaitu
membawa manusia pada kesucian
tubuh, juga unsur immateri yaitu ruh.
jiwa.
Dalam pada itu ruh mempunyai dua
tashfiyaħ dan riyâdhaħ dalam rangka
watak
Jabir
itulah
juga
yang
akan
menyarankan
pembentukan watak dan karakter 13
12
Hasan Abd al-‘Âl, al-Tarbiyah al-Islamiyah fi alQarn al-Rabi’, (Kairo: Dar al-Fikr,al-’Arabi, 1978), h. 42. 14 Lihat Jabir, kitâb Al-Hudūd, h. 109
15
Jabir, kitâbal-Bahts. h. 502-503
[April 2012]
manusia
tersebut.16
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
juga
Kering dan Lembab. Ilmu yang bersifat
menyebutkan bahwa jiwa merupakan
Ruhani dibagi lagi menjadi dua bagian,
penyempurna dari akal, yang akan
yaitu ilmu Nûrâni dan Zhulmânîy.
menjadi sumber dari segala perbuatan
Sementara itu, ilmu Ma’ânî dibagi juga
dan tingkah laku. Secara esensi, Jabir
menjadi 2 bagian yaitu ilmu yang
menekankan jiwa sebagai substansi
bersifat Falsafiyan dan ilmu Ilâhiyan.
ilahiy
Sedangkan
yang
akan
Jabir
menghidupkan
ilmu
Syar’iyyan
terbagi
jasad17. Karena itu perlu senantiasa
menjadi ilmu-ilmu yang Zhâhiran dan
dijaga kesucian dan kebersihannya.
Bâthinan.
juga dibagi menjadi dua bagian, yaitu
4. Pandangan Jabir bin Hayyan tentang Ilmu Pengetahuan
ilmu
Sebagai wujud dari kecintaannya
dari
Hayyan
keluasan
Wadh’iyan
telah berkembang pada waktu itu, Jabir memasukkan sains kealaman (ilmu
Jabir bin
Thabî’iyah),
Pandangan Jabir bin Hayyan
ilmu
astrologi
(ilmu
nujum), matematika, dan ilmu teknik ke
tentang klasifikasi ilmu pengetahuan
dalam ilmu falsafi.
cenderung dipengaruhi oleh prinsip
Sedangkan ilmu
penyamakan kulit, pembuatan parfum,
dualitas, dan karenanya juga terkesan
serta pencelupan/pewarnaan termasuk
dikhotomis. Jabir bin Hayyan membagi
ke dalam industri kerajinan tangan.
ilmu pengetahuan menjadi dua bagian,
Industri kerajinan tangan sendiri juga
yaitu ilmu Agama dan ilmu Dunia. Ilmu
masih diklasifikasikan lagi oleh Jabir
Agama dibagi menjadi 2 kelompok ilmu,
menjadi 2 kelompok, yaitu murâdu
yaitu ilmu-ilmu Syar’iyyan dan ilmuilmu ‘aqliyan.
dan
Berkaitan dengan ilmu-ilmu yang
pengetahuanya, Jabir juga berbicara tentang ilmu pengetahuan.
Syarifan
(Buatan).18
kepada ilmu pengetahuan dan sekaligus penggambaran
Sementara itu, ilmu Dunia
Adapun ilmu ‘aqliyan
dibagi lagi menjadi ilmu hurûf dan ilmu
linafsihi
(yang
industri
itu
lighairihi
ma’ani. Selanjutnya ilmu huruf dibagi
murâdu
sendiri)
(yang
bidang lain).
lagi menjadi ilmu Thabi’i dan ilmu
dimaksudkan dan
dikehendaki
untuk murâdu untuk
Ke dalam kelompok
linafsihi
dapat
disebutkan
Ruhani. Ilmu Thabi’i dibagi menjadi 18
Dalam argumentasi yang panjang lebar, Jabir menuliskan bagian khusus yang berbicara tentang klasifikasi ilmu pengetahuan, dan menjadikannya sebagai bagian awal dari Kitâb al-Hudud. Lihat. Jabir, Mukhtâr Rasâ`il, hal. 100-108.
empat bagian, yaitu Panas, Dingin, 16 17
Jabir, kitâbal-Bahts.. h. 503-504 Jabir, kitâb al-Hudûd, h. 113 13
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
[April 2012]
contohnya
adalah
elixir
untuk
pencelupan yang sempurna. Sedangkan
lagi
ke dalam kelompok murâdu lighairihi
seterusnya. Prinsip ini hanya dilanggar
ada dua bentuk, yaitu pengobatan dan
pada pembagian ilmu Thabi’iyan yang
reaksi-reaksi
dikelompokkan menjadi 4, yaitu ilmu
sendiri,
kimia.
yaitu
Pengobatan
pengobatan
dengan
menggunakan batu dan ramuan kimia.
menjadi
2
bagian,
demikian
tentang panas, dingin, kering dan basah.20
Pengobatan dengan ramuan kimia juga
Di samping itu, Jabir juga secara
ada yang bersifat batin, dan ada juga
khusus menulis bab tersendiri tentang
yang
ilmu-ilmu
bersifat
pengobatan
luar.
yang
tertentu.
Jabir
Begitupun, pengobatan ramuan ada
menyebutnya Suba’iyah (ilmu yang
yang menggunakan ramuan sederhana
tujuh), yang terdiri atas Ilmu ketabiban,
maupun ramuan yang
kompleks.19
Ilmu Kimia, Ilmu tentang Khasiat, Ilmu
Demikian, terlihat Jabir berupaya mensistematiskan
klasifikasi
ilmu
Jampi, Ilmu Astrologi, Ilmu Alam dan Mizan, Ilmu Geometri. Tentang ilmu-
pengetahuan yang telah berkembang
ilmu
pada waktu itu.
Namun, tampaknya
gambaran
klasifikasi
dibuat
cakupan
yang
oleh Jabir,
tersebut,
Jabir
tentang
memberikan
ilmu
isinya,dan
memahami ilmu tersebut.
menunjukkan ketelitian dan kedalaman
klasifikasi
berfikir Jabir.
menempatkan
Klasifikasi tersebut dapat
mengakomodasi
ini,
Jabir Ilmu
Kimia
sebagai
seperti
Jabir, seperti astronomi, biologi, dan
antropsentrik-naturalistik,
20
Berkaitan dengan klasifikasi ilmu diuraikan
di
atas,
nampaknya Jabir terpengaruh dengan prinsip dualitas, di mana Jabir membagi ilmu pengetahuan menjadi 2 macam, 19
lebih
Pembagian bercorak dan
Tentunya dengan
penyesuaian di sana-sini.
sebagaimana
Dalam Hayyan
ilmu-yang berkembang setelah masa
lain sebagainya.
21
bin
disiplin ilmu tersendiri. ini,
tersebut, bagaimana
meskipun terlihat rumit, di sisi lain
kelihatannya
14
dan masing-masing ilmu tersebut dibagi
Jabir bin Hayyan, . Kitab al-hudūd. h.100-101
Prinsip dualitas atau serba dua ini sesungguhnya merupakan warisan pemikiran filsafat Yunani yang diadopsi Jabir. Prinsip ini sudah dikenal semenjak filosof atomis Leukipos dan Demokritus. Begitu pula, prinsip ini digunakan juga oleh Aristoteles. Dalam perkembangan Renaissansce, prinsip ini menjadi semakin berpengaruh, dan oleh Rene Descartes diperkenalkan sebagai dualisme. Lihat Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat buku ke-4 hal. 7 dan 69-70 21 Uraian Jabir bin Hayyan tentang rincian ketujuh ilmu tersebut cukup terperinci. Lihat Jabir dalam. Kitab Ikhrâj. H. 47-114
[April 2012]
meninggalkan
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
kesan
dualistik-
besar, yaitu ilmu-ilmu syar'iyyah dan
dikhotomik yang terdapat pada versi
ghair syar'iyyah ('aqliyyah), dimana
klasifikasi sebelumnya.
kimia dimasukkan ke dalam kelompok ilmu-ilmu 'aqliyyah.23
Dalam khazanah pemikiran Islam dikenal adanya dua aliran klasifikasi
Pembagian
ilmu
pengetahuan,
ilmu pengetahuan yang berkembang
sebagaimana dilakukan oleh Jabir bin
pada abad pertengahan. Aliran pertama
Hayyan maupun para ilmuwan muslim
bercorak
klasik
antroposentrik-naturalistik,
lainnya,
menunjukkan
yang secara umum mewakili model
keberadaan ilmu pengetahuan yang
klasifikasi para filosof seperti al-Farabi
masih terintegrasi dalam satu bangun
dan Ibnu Sina yang memodifikasi
keilmuan
pandangan Aristoteles. Yang kedua,
komprehensif.
aliran bercorak dualistik-dikhotomik,
merupakan
seperti klasifikasi yang dilakukan oleh
prinsip tauhid dan ketuhanan yang
al-Khawarizmi dan Ibnu Nadim.22
bersumber dari prinsip-prinsip ajaran Islam.
Klasifikasi ilmu yang membagi dua ilmu
pengetahuan
menjadi
Islam
Hal
bagian
utuh ini,
dari
dan
diduga pengaruh
Dalam perkembangan ilmu
pengetahuan
ilmu
yang
modern
keagamaan dan ilmu-ilmu keduniaan,
sebagai
yang
prinsip
perkembangan yang didominasi oleh
dualitas yang dianut Jabir bin Hayyan,
barat, ilmu pengetahuan cenderung
tampaknya juga memiliki kemiripan
menjadi terfragmentasi. Pada akhirnya,
dengan klasifikasi ilmu menurut Ibnu
kondisi ini memunculkan sekulerasi
Khaldun. Ibnu Khaldun (1986:543-546)
dan dikhotomi ilmu pengetahuan dan
membagi ilmu pengetahuan menjadi
agama yang menonjol.
dua
C. Religiusitas dalam Konsep-Konsep Pendidikan Kimia Jabir bin Hayyan
menguatkan
kelompok,
adanya
yaitu
ilmu
naqli
(traditional science) dan ilmu aqli (rational science).
Pembagian yang
bagian
berikutnya,
dari
tuntutan
Sebagaimana telah diuraikan pada
mencirikan dualitas nampaknya juga
kerangka
menjadi ciri menjadi klasifikasi yang
terdahulu,
dianut oleh Al-Ghazali, dimana ilmu
dimaksudkan sebagai suatu disiplin
pemikiran
di
bagian
Pendidikan
Kimia
pengetahuan dibagi menjadi kelompok 22
23
Saeful Anwar, Filsafat Ilmu Al-Ghazali. h. 312
Saeful Anwar, Filsafat Ilmu Al-Ghazali. h. 319
15
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
[April 2012]
tersendiri
yang
aplikasi
keilmuan yang ada pada masa Jabir bin
kependidikan dalam bidang ilmu kimia.
Hayyan, sebagaimana dijelaskan pada
Karenanya, konsep-konsep pendidikan
bab-bab terdahulu, terdorong oleh pola
kimia Jabir bin Hayyan yang akan
pikir dan prilaku keilmuan Jabir bin
menjadi akan dianalisis berdasarkan
Hayyan. Sebagai contoh, bila selama ini
kerangka kependidikan kimia tersebut.
insititusi pendidikan lebih didominasi
Pada
akan
oleh kuttab maupun halaqah ilmiah
konsep-konsep
keagamaan di masjid, Jabir bin Hayyan
bagian
memaparkan kimiawi
Jabir
mencakup
ini,
penulis
baik bin
Hayyan
secara
mendorong
semakin
tumbuhnya
terpisah, dan aspek kependidikan kimia
rumah-rumah kediaman para saintis
yang terdapat karya-karya Jabir. Dalam
menjadi
telaah yang akan diuraikan selanjutnya,
berpengaruh.24
Fenomena
terlihat
mendahului
berdirinya
Jabir
memiliki
paradigma
institusi
pendidikan ini
yang jelas sistem
pendidikan yang bersifat spesifik, yaitu
madrasah yang mengakomodasi tidak
integratif
hanya ilmu keagamaan, tetapi juga ilmu
dan
seimbang.
Dua
paradigma ini, bersumber dari cara
umum.
pandang Jabir tentang Ketuhanan dan
Secara gamblang fenomena tersebut,
Konsep Mizan yang menjadi ciri khas
dapat
konsep kimiawi Jabir.
tulisannya,
Sebagaimana pemikiran Jabir bin
Dalam
ditelusuri
dari
semisal
risalah
salah
kitâb
yang
satu
al-Râhib.
tidak
terlalu
Hayyan dipengaruhi oleh kehidupan
panjang ini, Jabir menceritakan suasana
dan
keilmuan
ketika Jabir mempelajari salah satu
lingkungannya, sebaliknya Jabir bin
teknik dalam alkhemi yang belum
Hayyan
diketahuinya selama ini dari seorang
perkembangan
juga
pengaruh
ternyata
membawa
signifikan
bagi
Rahib,
murid
ilmuwan
Maryanes
perkembangan pemikiran dan keilmuan
(disebutkan oleh Jabir, pernah menjadi
di masa berikutnya.
guru
Kehidupan dan
aktifitas ilmiah Jabir bin Hayyan banyak
Khalid
bin
Yazid).
Jabir
menggambarkan bahwa Khalid berkali-
mendorong perkembangan baru dalam pemikiran dan praktek pendidikan di masa setelahnya. perkembangan
16
Beberapa aspek pendidikan
dan
24
Ahmad Shalaby mengungkapkan tentang peran rumah para ilmuwan sebagai bagian dari aktivitas pendidikan, yang kemudian juga turut mendorong terorgansirnya aktivitas pendidikan tersebut dalam bentuk madrasah. Lihat Shalaby, History of Moslem Education, p. 29.
[April 2012]
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
kali mendatangi sang ilmuwan untuk
Jabir mencontohkan rihlaħ fî thalab al-
mempelajari alkhemi, begitu pula sang
khimiya`.
Rahib.25 Terlebih, Jabir juga mendirikan
masanya, para ulama seperti Imam
laboratorium yang sekaligus menjadi
Malik dan Imam Syafi’i membukukan
tempat
interaksi
karya ilmiahnya dalam bidang hadits
pendidikan dengan orang-orang yang
dan fikih, Jabir membuat terobosan lain,
ingin mempelajari berbagai eksperimen
membukukan karya-karyanya dalam
dan mendalami berbagai pengetahuan
bidang kimia.
kimia.
tersebut menggambarkan bahwa Jabir
berlangsungnya
Dengan
cara
demikian,
bin
proses
Begitu pula, bila pada
Beberapa fenomena
Hayyan
tidak
hanya
sekedar
pendidikan juga menjadi bagian yang
seorang kimiawan, namun juga menjadi
tidak terpisahkan dari kehidupan Jabir
pelopor dan perintis dalam banyak hal.
bin Hayyan.
Begitu dekatnya Jabir
Jabir telah mendorong perkembangan
dengan permasalahan pendidikan, baik
pendidikan, keilmuan dan tradisi ilmiah
itu
yang lebih seimbang, antara ilmu agama
pendidikan
sains
maupun
pendidikan spiritual, mendorong Jabir
dan ilmu umum.
untuk menulis beberapa artikel khusus
akan diuraikan selanjutnya, terlihat
yang
Jabir memiliki paradigma pendidikan
berkaitan
pendidikan.
Baik
langsung itu
dengan
artikel
Dalam telaah yang
yang bersifat spesifik, yaitu integratif
yang
berkenaan dengan urgensi belajar dan
dan seimbang.
melakukan eksperimen, adab belajar
bersumber dari cara pandang Jabir
mengajar, pola interaksi guru-murid,
tentang Ketuhanan dan Konsep Mizan
dan urutan prioritas pembelajaran,
yang menjadi ciri khas konsep kimiawi
maupun
Jabir.
tentang
klasifikasi
ilmu
pengetahuan
a. Aspek Spiritual dalam Pendidikan Kimia
Kisah Jabir di atas juga menegaskan
Jabir
sebuah trend model lain dari Rihlah ilmiah
abad
pertengahan.
bin
Hayyan
memberikan
perhatian yang tinggi terhadap aspek
Bila
spiritualitas dalam pendidikan. Hal ini
sebelumnya rihlah ilmiah lebih dikenal
terlihat
pada rihlaħ fî thalab al-hadîts seperti
Jabir
digambarkan pada bab terdahulu, maka 25
Dua paradigma ini,
dari yang
tulisannya.
Jabir, kitâb al-Râhib, 528-532 17
pandangan-pandangan tersebar
di
banyak
Secara umum, hampir
[April 2012]
seluruh tulisannya memiliki muatan
kognitifistik, tetapi juga memberikan
spiritual, yang dalam bentuknya yang
arahan spiritualistik.
paling sederhana, adalah dengan secara
bagian akhir dari Nukhab min kitâb al-
spesifik
menggunakan
kalimaħ
Mîzân al-Shaghîr, Jabir memberikan
thayyibaħ
yang
dengan
nasehat spiritual yang cukup panjang.
memuji Allah SWT (tahmîd), insya Allah,
Di samping menyarankan untuk tetap
dan lain sebagainya.
Dalam bentuk
berikhtiar, Jabir menawarkan solusi
yang lebih esensial, Jabir juga seringkali
ruhani, agar tidak mudah berputus asa,
memasukkan aspek nilai dalam tulisan-
dan tidak menunda-nunda untuk tetap
tulisannya.
Meskipun demikian, Jabir
mempelajari konsep mizan. Berikutnya,
sangat jarang sekali mencantumkan
secara rinci Jabir menasehati agar
teks-teks Al Qur`an maupun hadits26
mensucikan diri dengan air, memakai
dalam tulisannya.
pakaian yang bersih, kemudian shalat
tidak
terlalu
sederhana
Tampaknya, Jabir
mementingkan
Misalnya, pada
aspek
istikharah, berdoa dan menyampaikan
legitimasi ayat bagi spiritualisasi karya-
hajatnya kepada Allah SWT, kemudian
karyanya.
bershadaqah.27 Dari gambaran tersebut,
Lebih
jauh,
tampaknya
Jabir
bin
lebih
Hayyan
memberikan
tampaknya bahwa
Jabir
ilmu
menyadari
betul
pengetahuan
pada
penekanan pada peningkatan kualitas
hakekatnya berasal dari Allah SWT, al-
spiritual ketika berinteraksi dengan
‘Alīm, yang karena itu, kepada Nya
ilmu kimia.
jualah,
bahwa
Jabir tidak memungkiri konsep-konsep
diajukannya
tidak
dipelajari.
Sebagai
yang
permohonan
untuk
Nasehat dan praktek spiritualisasi
solusi
dalam
dalam kimia yang dilakukan Jabir bin
teorinya, dalam hal ini tentang konsep
merupakan
bagian
mizan,
penciptaan
suasana
pendidikan,
yang
26
tidak
konsep
untuk
mudah
Hayyan
Jabir
untuk
mendapatkan ilmu dipanjatkan.
menghadapi kesulitan memahami teori-
menawarkan
18
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
semata-mata yang
bersifat
Diantara sedikit ayat yang dikutip Jabir adalah misalnya ketika Jabir menasehati untuk tidak mudah berputus asa dalam mempelajari konsep Mizan, adalah ungkapan فال تيئش ٍِ رٗح هللا. Dan Kutipan Jabir tentang Q.S. Al-Hadid: 13 dan hadists tentang sayap lalat yang mengandung racun dan madu. Lihat Jabir, kitâb al-Khamsîn, h. 500.
tersebut,
pada
dasarnya
dari
upaya
religius
dalam
justru
menjadi
kekurangan dalam praktek pendidikan 27
Secara rinci dan panjang lebar Jabir menasehati tentang aspek spiritual yang perlu dilakukan untuk memahami konsep Mizan. Hal ini dapat ditelusuri pada Nukhab min kitâb al-Mīzân al-Shaghīr h. 455 - 459
[April 2012]
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
modern. Dalam hal ini, tampak bahwa
utama,
religiusitas Jabir tersebut perlu menjadi
upaya pensucian jiwa.
bahan refleksi bagi para pendidik
Jabir
modern. Dalam pandangan Muhaimin
riyâdhaħ.
28
(2004),
untuk
banyak
bergelut
dalam
kealaman,
ada
meningkatkan
tiga
tahapan
kualitas
jiwa,
dan
mengarahkannya
pada
Dalam hal ini
menyarankan
tashfiyaħ
dan
Terlihat bahwa meskipun
Jabir
dengan tidak
ilmu-ilmu melupakan
kerangka penciptaan suasana religius,
perhatiannya terhadap pendidikan nilai.
yakni melakukan dzikir atau ta’alluq
Bahkan,
pada Tuhan, kemudian meningkat pada
merekomendasikan
takhalluq; dimana seseorang secara
memasukkan pendidikan watak dan
sadar meniru sifat-sifat Tuhan sehingga
karakter (Character Building) tersebut.
lebih
jauh
Jabir
cara-cara
juga untuk
dapat menjadi orang yang berakhlak
Jabir bin Hayyan juga memberikan
mulia, dan kemudian meningkat pada
penekanan pada karakter keteguhan,
tahaqquq, dimana seseorang mampu
ketekunan, dan sikap tidak mudah
mengaktualisasikan
menyerah dalam mempelajari konsep
prilaku
agamis
dalam kehidupannya.
Mizan yang secara tersirat diakuinya
Spiritualisasi sains nampaknya juga
cukup sulit.29
Jabir juga mengungkap
menjadi kecendrungan perkembangan
bahwa keberhasilan dalam penguasaan
sains modern, baik di Barat maupun di
mizan dan kimia tidak bermakna bila
dunia Islam.
tidak diikuti oleh pembiasan nilai-nilai
Islam
Dalam upaya ini, dunia
mengenal
tokoh-tokoh
yang
etika dan tingkah laku. Secara umum,
menggaungkan pentingnya Islamisasi
Jabir
menyebutnya
sebagai
suatu
Ilmu Pengetahuan, semisal Ismail Raji
rahasia tersembunyi yang harus dicapai
Al-Faruqi, Nequib al-Attas, Ziauddin
siswa dalam menguasai metode-metode
Sardar, Mehdi Ghoulsyani, dan lain
kimia. Secara mendetiil, misalnya, Jabir
lainnya.
banyak berbicara tentang nilai-nilai persaudaraan30, kedisiplinan, semangat
b. Pensucian Jiwa sebagai bagian dari Pendidikan Karakter dalam Kimia
pantang menyerah, dan lain sebagainya.
Lebih jauh, Jabir juga menekankan
28
Jabir, kitâbAl-Bahts. h. 503-504 Jabir, Nukhab min kitâb al-Mīzân al-Shaghīr h. 455 30 Tentang nilai-nilai persaudaraan, misalnya Jabir menyebutkan untuk menghindari penyakit hasad dan penyakit hati lainnya, Jabir, 29
perhatian terhadap watak dan karakter siswa sebagai kewajiban guru yang
19
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
[April 2012]
c. Interaksi Positif dalam Pengajaran Kimia Jabir bin Hayyan secara khusus menulis
bab
tersendiri
berkaitan
dengan pola interaksi yang semestinya berlaku dalam proses belajar mengajar, baik secara umum dalam pendidikan kimia.
ketaatan yang dimaksudnya bukanlah ketaatan yang membabi buta, tetapi berkaitan
ketaatan
dalam
menerima ilmu, menelaah, menyimak bukti-bukti
pembelajaran,
menghafalnya,
meninggalkan
sifat
malas dan berleha-leha.32
Jabir menulis satu makalah Sebaliknya, Jabir menegaskan agar
khusus dalam Kitab al-Bahts, yang membahas tentang adab dan pola interaksi antara guru dengan murid. Pada bagian ini, Jabir menulis beberapa paragraf
dengan
tentang
kewajiban
murid
terhadap guru, dan diikuti dengan beberapa paragraf berisi kewajiban guru terhadap murid, lalu ditutup dengan pola interaksi yang seharusnya terbangun antara guru dengan murid.31
para guru senantiasa memantau dan mengevaluasi didiknya.
kewajiban bagi seorang murid untuk bersikap lembut dan menerima setiap perkataan gurunya.
Kewajiban ini
dilandasi anggapan bahwa kharisma
anak
Kekurangan yang harus
diperbaiki tersebut tidak hanya sebatas pada penguasaan ilmunya, tetapi juga pada adab dan tingkah lakunya. Guru juga dianjurkan agar senantiasa melatih dan
membiasakan
siswanya
untuk
menguasai ilmunya secara bertahap sesuai
Jabir memulai uraiannya dengan
kekurangan
dengan
kapasitas
dan
kemampuan anak didiknya. Di samping itu, Jabir juga menekankan pentingya reward
and
punishment
dalam
menyikapi kekurangan dan kelebihan siswa.
33
dan keunggulan sang guru tidak akan Untuk
terasa kecuali bila murid merasa tenang dengannya.
Juga,
kedudukan
guru
selaras dengan kedudukan ilmu itu sendiri, dan hilangnya ketaatan dapat menyebabkan lemahnya penguasaan ilmu sang murid. Berkaitan dengan ketaatan ini, Jabir menegaskan bahwa
20
Jabir, kitâbAl-Bahts. h. 501-505
Jabir
menempatkan
kedudukan guru yang baik, dengan istilah al-Ustâdz al-Rabbâniy, seperti halnya kedudukan Imam bagi suatu jama’ah, yang menjadi penentu jamaah tersebut, dan bagaikan penggembala dan 32
31
itu,
dan
sais
yang
Jabir, kitâbAl-Bahts. h. 501-503 Jabir, kitâbAl-Bahts. h. 503-505
33
mengarahkan
[April 2012]
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
kebaikan dan kelayakan siswanya. Bila
bentuknya, dua hal yang tidak dapat
guru tidak mampu menempati posisi
dipisahkan satu sama lain.
demikian, maka ini akan merusak nilai
ُ٘ إُ صبيو األصتبذ ٗ اىتيَيذ أُ ين... ,ٍتعبطفيِ بعضَٖب عيى بعضتعبطف قب٘ه ٗ ٕذا إَّب ٍّ٘ئ اىئ اُ ينُ٘ اىتيَيذ مبىَبدة 37 .... ,ٗاألصتبذ ىٔ مبىص٘رة
dari pendidikan itu sendiri.34 Berkaitan antara
dengan
guru
pola
dan
interaksi
murid,
Di
Jabir
sini
terlihat
bahwa
Jabir
menegaskan pentingnya pola interaksi
memandang pendidikan sebagai proses
positif, saling menghargai satu sama
kemitraan dalam transformasi ilmu dan
lain antara guru dan murid. Terlihat
nilai, sehingga peserta didik lebih
bahwa
cenderung ditempatkan secara aktif
Jabir
kesetaraan
meletakkan
dan
kemitraan
konsep
sebagai mitra belajar.
dalam
Peserta didik
bukanlah obyek pasif yang hanya
pendidikan, antara guru dan murid.
menerima transfer ilmu dari pendidik.
إُ صبيو األصتبذ ٗ اىتيَيذ أُ ينّ٘ب ,ٍعبطفيِ بعضَٖب عيى بعض تعبطف قب٘ه ٕٗذا إَّب ٍّ٘ئ إىئ أُ ينُ٘ اىتيَيذ مبىَبدة ٕٗذا إَّب ينُ٘ ببىقب٘ه, ٗاألصتبذ مبىص٘رة 35 مبىق٘ه فى ذىل اىضببقز
d. Keseimbangan dalam Proses Pendidikan Kimia Jabir bin Hayyan memiliki keunikan
Terhadap peserta didik, Jabir bin
dalam konsep yang ditawarkannya,
Hayyan juga memberikan penekanan
dimana keseimbangan yang dimaksud
tentang
ilmu.
tidak semata-mata memperhitungkan
Jabir juga menekankan agar peserta
aspek kuantitatif sebagaimana teori
didik menghormati gurunya, bersikap
kesetimbangan pada ilmu Kimia, tapi
lembut, dan menerima perkataannya.36
juga
adab-adab
menuntut
kualitas.
Tentang interaksi antara pendidik dan
peserta
didik,
Jabir
lain. Pola interaksi yang dibangun oleh
materi
Hal
ini
dalam tentunya
akan
keseimbangan
dalam
proses
Keseimbangan
dalam
pendidikan
dengan
mendorong
menginspirasikan
pendidikan.
Jabir tersebut diilustrasikan sebagai
juga
aspek
keseimbangan
kehidupan.
secara positif dan berempati satu sama
antara
Jabir
tercapainya
juga
menekankan pentingnya berinteraksi
hubungan
mempertimbangkan
dapat
pentingnya
mencakup
keseimbangan ranah pendidikan, yaitu ranah
kognitif,
34
Jabir .kitab al-Bahts h. 502 Jabir, kitâbAl-Bahts. h. 505 36 Jabir, kitab al-Bahts, h. 505 35
37
Jabir, Kitab al-Bahts h. 505
21
afektif
dan
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
[April 2012]
psikomotorik; ruang
keseimbangan
dalam
pendidikan,
yaitu
lingkup
keseimbangan
ruh
dan
keseimbangan
dalam
jasad; hubungan
eksperimen, akan mendatangkan kesiasiaan, sebagaimana ungkapan Jabir, ٌ فَِ ىٌ يعَو ٗى،ٍٗالك ٕذٓ اىصْعت اىعَو 40.ييزة ىٌ ييفز بششي أبباًا “Kekuatan ilmu kimia ini terletak pada kerja praktek (praktikum). Barangsiapa yang tidak melakukan praktikum, tidak akan memperoleh hasil apa-apa.”
interaksi guru-murid. Karenanya, Jabir menuntut guru untuk tidak hanya sebatas mengembangkan penguasaan pengetahuannya
(aspek
kognitif)
Hal ini sejalan dengan penegasan
semata, tetapi juga dalam hal etika dan
Arifin
tingkah laku siswa. Tentang hal ini,
menyatakan bahwa metode eksperimen
misalnya,
mencantumkannya
merupakan
sebagai salah satu kewajiban guru
pengajaran
yang
penunjang
kegiatan
terhadap
Jabir
muridnya.38
Keseimbangan juga terlihat pada pandangan
Jabir
tentang
interaksi
(1995:110-111),
salah
satu berfungsi
yang
metode sebagai
proses
belajar
untuk menemukan prinsip tertentu atau menjelaskan
tentang
prinsip-prinsip
pembelajaran antara guru dan murid,
yang
dan
dan
melakukan eksperimen berarti siswa
kewajiban yang dimiliki guru dan
melakukan kegiatan yang mencakup
murid.
pengendalian variabel,
pada
keseimbangan
Demikian
hak
pula,
Jabir
dikembangkan.
Dengan
pengamatan
menekankan pada hubungan yang lebih
dan penggunaan alat-alat praktikum
setara
dalam
laboratorium. Dengan demikian siswa
interaksi positif sebagaimana telah
akan menjadi lebih yakin atas suatu hal
dibahas terdahulu.39
daripada hanya menerima secara pasif.
antara
guru-murid
e. Pembelajaran Kimia dengan Metode Eksperimen dan Observasi Sebagaimana telah dijelaskan pada
Metode eksperimen ini juga akan memperkaya
pengalaman
siswa,
mengembangkan sikap ilmiah (scientific
bagian terdahulu, Jabir bin Hayyan
attitude),
sangat
bertahan lebih lama dalam ingatan
menekankan
eksperimen.
pada
metode
Dalam pandangan Jabir,
dan
hasil
belajar
akan
siswa.
ilmu kimia identik dengan eksperimen. Pembelajaran kimia yang tidak disertai 38 39
22
Jabir, kitab al-Bahts, h. 504 Jabir, kitab al-Bahts, h. 505
40
Ka’dan, Abd Nashir. Jabir ibn Hayyan wa ‘Ilm al-Khimiya’ (‘Ilm al-Shun’ah).
[April 2012]
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
Sebelum melaksanakan eksperimen, Jabir
menekankan
penguasaan
(character building) yang diarahkan
pentingnya
teoritis
pada pensucian jiwa (tashfiyah).
terhadap
percobaan yang akan dilakukan.
III. PENUTUP
Di
Di tengah berbagai pengaruh kondisi
samping itu, Jabir bin Hayyan juga
sosio-politik yang melingkupinya, Jabir
menekankan menekankan pentingnya
mempelopori pola pendidikan Islam
ketelitian
yang berorientasi juga pada ilmu-ilmu
dan
kecermatan
41
dalam
melakukan percobaan dan pengamatan.
kealaman,
Tentang hal ini, Jabir mengungkapkan
keagamaan.
sebagai berikut:
dibangun Jabir bin Hayyan melengkapi
di
samping Tradisi
ilmu-ilmu
ilmiah
yang
ّٔٗ اعيٌ أّش ٍحذرك ٍِ اىغيظ ٗ اىضٖ٘ إ ميَب تنزر صَبع اىصْبعت ٗ ٍزٗر اىْنت فيٖب ٗ ٔعيش ٍضبٍع ٍتعيَٖب مبُ ذاىل أشب ىق٘ت ٗ أحنٌ ىٔ ٗ أمثز ىتصزفٔ إذ اىعيً٘ إَّب ببىعقو اىقيبس إَّب ينُ٘ بق٘ة اىعيٌ ٗ ق٘ة اىعيٌ إَّب تنُ٘ بنثزة اىزيبضت فش أص٘ه تيل 42 .اىصْبعت
tradisi ilmiah keagaamaan yang telah
Pandangan ini sesungguhnya telah
pemikiran filosofis kependidikan Jabir
menjadi pandangan umum pendidikan
bin Hayyan yang berkaitan Ketuhanan,
pada masa sekarang. Di samping itu,
Manusia, dan Alam, dan dipengaruhi
Jabir
pentingnya
oleh sosoknya sebagai seorang ilmuwan
keseimbangan dalam mengintegrasikan
rasionalis, shufi, yang mengedepankan
pembelajaran.
metode
juga
menekankan
ada sebelumnya, menjadi tradisi ilmiah yang integratif dan komprehensif dalam satu bangun keilmuan Islam yang utuh. Religiusitas tercermin pada pemikiran-
Pembelajaran di mata
Jabir, tidak hanya difokuskan pada
Pemikiran
juga harus melibatkan aspek afektif dan
Tentang
penekanan
Jabir
beraliran Religius-Rasional, memiliki
Jabir
kecenderungan pada tasawuf, yang mengedepankan
pada bagian terdahulu, dimaksudkan pembentukan
pendidikan
sebagai seorang ilmuwan muslim yang
terhadap aspek afektif, telah dijelaskan
untuk
bentuk
banyak dipengaruhi oleh jati dirinya
Pandangan ini
terlihat mendominasi cara pandang Jabir.
dalam
eksperimental.
aspek kognitif dan psikomotorik, tetapi
nilai-nilai spiritual.
empirik
keseimbangan
integrasi religiusitas ke dalam berbagai
karakter
aspek pendidikan kimia. Pola tersebut tercermin dalam pandangan-pandangan
41
Lihat Jabir, kitab al-Qadiīm h. 547 dan kitab alSab’īn h. 464. 42 Jabir, h. 319
yang tersebar pada banyak karya23
[April 2012]
karyanya.
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
Secara umum, pandangan-
pendidikan.
Jabir bin Hayyan juga
pandangan dan pemikiran pendidikan
mendorong interaksi positif antara
Kimia
dapat
pendidik dan peserta didik secara
pemikiran
proporsional, mengutamakan metode
Jabir
bin
disederhanakan pendidikan
Hayyan
sebagai
yang
dan
eksperimen dan observasi. Pemikiran
mengedepankan
pendidikan kimia Jabir bin Hayyan
pendidikan yang memadukan berbagai
dapat dikatakan melampaui zamannya,
aspek
itu
karena cenderung lebih maju dari
kognitif, psikomotorik maupun afektif
pemikiran yang berkembang di masa
(spiritual
itu.
seimbang.
integratif
Jabir
ranah
pendidikan,
dan
karakter)
baik
secara
seimbang, dan spiritualisasi sains dalam
DAFTAR PUSTAKA Abd. Al, Hasan. Al-Tarbiyyah- al-Islamiyyah fi al-Qarn al-Rabi’ al-Hijr. Cairo: Dar al-Kutub. 1978 Al-Attas, Syed Naquib.Islam & Filsafat Sains.Bandung: Mizan. 1995 Al-Faruqi, Ismail. Islamisasi Ilmu Pengetahuan. (judul asal: Islamization of Knowledge. 2nd ed. Terj. Mustafa Kasim). Jakarta: Lontar Utama. 2000 Al-Hassan, Ahmad Y. The Arabic Origins of Summa Perfectionis Magisterii and Other Geber Latin Works. Artikel diakses pada 15 Januari 2007 dari http://www.History-sciencetechnology.com Al-Hassan, Ahmad Y. Alcohol and The Distillation of Wine in Arabic Sources. Artikel diakses pada 21 Juli 2007 dari http://www.History-science- technology.com Al-Hassan, Ahmad Y. Transfer of Islamic Science To The West. Manchester: FSTC Ltd. 2006 Al-Jumbulati, Ali & At-Tuwanisi, Abdul Futuh. Perbandingan Pendidikan Islam(judul asli: Dirâsaħ Muqaranaħ fî Tarbiyyaħ al-Islâmiyyaħ. Terj.HM.Arifin).Jkt: Rineka Cipta. 2002 Al-Nasyar, Ali Sami. Manahij al-Bahts ‘inda Mufakkiriy al-Islam. Cairo: Dar al-Ma’arif. 1978. Al-Syaibani, Omar Mohammad al-Toumy.Falsafah Pendidikan Islam.(judul asal: Falsafaħ alTarbiyyaħ al-Islâmiyaħ. terj. Hasan Langgulung.)Jakarta : Bulan Bintang. 1979 Al-Yazji, Kamal. Ma’alim al-Fikr al-‘Arabiy fi al’Ashr al-Wasith. Beirut: Dar al-‘Ilm. 1966. Arifin, Mulyati. Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia. Surabaya: Airlangga University Press. 1995 Bakar, Osman. Tauhid & Sains.Bandung: Pustaka Hidayah. 1995 Bakker, Anton & Zubair, Achmad Charis.Metodologi Penelitian Filsafat. Jakarta: Penerbit Kanisius. 2004. Borchert, Donald M (ed). Encyclopedia of Philosophy. vol. 2. 2nd ed. Detroit: Thomson & Gale. 2006. Caldin, Edward F. Structure of Chemistry in Relation to the Philosophy of Science. International Journal for Philosophy of Chemistry.Vol. 8 No. 2. 2002. Corbin, Henry. History of Islamic Philosophy. London: Kegan Paul International Ltd. 1991 Esposito, John L (ed). The Oxford History of Islam.New York: Oxford University Press. 1999 Grolier.Encyclopaedia of Knowledge.Vol. 17 dan Vol. 18.Washington DC: American Academic Encyclopaedia. 1993 Hodgson, Marshal GS. The Venture of Islam.Iman dan Sejarah dalam Peradaban Dunia, Masa Klasik Islam. Buku Kedua: Peradaban Khalifah Agung. (judul asal: The Venture of Islam:
24
[April 2012]
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
Conscience & History in a World Civilization. Terj.Mulyadhi Kartanegara)Jakarta: Paramadina. 2002 Ibn Hayyan, Jabir. Mukhtar Rasail . Cairo: Maktabah Al-Khandji. 1935 Ka’dan, Abd Nashir. Jabir ibn Hayyan wa ‘Ilm al-Khimiya’ (‘Ilm al-Shun’ah). Artikel. Diakses pada Agustus 2007 dari http:\\www.ishim.net.ankaadan6/jaber.htm Khaldun, Ibn. Muqaddimah Ibn Khaldun. (judul asal: Muqaddimah. Terj. Ahmadie Thoha). Jakarta: Pustaka Firdaus. 1986 Knight, Judson. Science of Everyday Things. Vol I: Real Life Chemistry. Detroit: Gale GroupThomson Learning. 2002 Kraus, Paul. (ed).Mukhtâr Rasâ`il. Jabir ibn Hayyan. Kairo: Maktabah Al-Khandgi. 1935 Kraemer, Joel L. Renaisans Islam: Kebangkitan Intelektual dan Budaya pada Abad Pertengahan. (judul asal: Humanism in the Renaissance of Islam: the Cultural Revival during the Buyid Age. Terj. Asep Saefullah.). Bandung: Mizan. 2003 Lagoswki, J.J. The Role of the Laboratory in Chemical Education. Diakses pada Februari 2008. Terdapat pada http://www.utexas.edu/research/chemed/lagowski/jjl_beijing_02.pdf Lagoswki, J.J. The Evolving Nature of Chemical Education. Diakses pada Februari 2008. Terdapat pada http://www.utexas.edu/research/chemed/lagowski/jjl_singapore_02.pdf Muassasah al-‘Arabiyyah li al-Dirasat wa al-Nasyr. Mausu’ah al-Hadharah al-Islamiyyah 1. Amman: Dar al-Faris al-Nasyr wa al-Tauzi’. 1995 Mudyahardjo, Redja. Filsafat Ilmu Pendidikan: Suatu Pengantar. Bandung: Rosda Karya. 2006 Muhaimin, et.al. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya. Cet. Ke-3. 2004 Nakosteen, Mehdi. Kontribusi Islam Atas Dunia Intelektual Barat: Deskripsi Analisis Abad Keemasan Islam. (judul asal: History of Islamic Origin of Western Education AD 8001350. Terj. Joko S. Kahhar & S. Abdullah). Yogyakarta: Risalah Gusti. 2003. Nasr, Syed Hossein. Tiga Madzhab Utama Filsafat Islam. (judul asal: Three Muslim Stage. terj. Ach. Maimun Syamsudin) Yogyakarta: IRCiSOD. 2006 Nasr, Syed Hossein. Sains dan Peradaban dalam Islam.(judul asal: Science and Civilization in Islam. terj. J. Mahyudin). Bandung: Penerbit Pustaka. 1997. Nasr, Syed Hossein (ed). Eksiklopedi Tematis Spiritualitas Islam: Buku Pertama. (judul asal: Islamic Spirituality: Foundations. terj.Tim Penerjemah Mizan). Bandung: Mizan. 2002 Nizar, Samsul. Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama. 2001 Qomar, Mujamil. Epistemologi Pendidikan Islam: Dari Metode Rasional Hingga Metode Kritik. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2005 Rasmussen, Seth C. History of Science as a Tool to Identify & Confront Pseudoscience.Journal of Chemical Education. Vol. 85 No. 6 June 2007. Ridla, M. Jawwad. Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam: Perspektif Sosiologis-Filosofis. (judul asal: Al-Fikr al-Tarbawiy al-Islâmiyy: Muqaddimat fi Ushûlihi al-Ijitimâ’iyyati wa al-‘Aqlâniyyati Terj. Mahmud Arif).Yogyakarta: Tiara Wacana. 2002 Rosyidin, Dedeng. Akar-akar Pendidikan dalam Al-Quran dan Al-Hadits: Kajian Semantik Istilahistilah Tarbiyat, Ta’lim, Tadris, Tahdzib, dan Ta’dib. Bandung: Pustaka Ummat. 2003 Scerri, Eric R. Philosophical Confussion in Chemical Education Research.Journal of Chemical Education. Vol. 80 No.5 May 2003. Scerri, Eric R. Philosophy of Chemistry- New Interdiscipinary Field.Journal of Chemical Education. Vol. 77 No.XX 2000. Scerri, Eric R & McIntyre, Lee. The Case for the Philosophy of Chemistry. Synthese: No. 111. 1997 Stanton, Charles M. Pendidikan Tinggi Dalam Islam .(judul asal: Higher Learning in Islam. : The Classiscal Period AD 700 – 1300.terj. Afandi & Hasan Asari). Jakarta: Logos. 1994 Sumaji,dkk. Pendidikan Sains Yang Humanistis.Jakarta: Penerbit Kanisius. 1998. Shalabi, Ahmad. History of Muslim Education. Beirut: Dar Al Kashshaf. 1954 Turner, Howard R. Sains Islam yang Mengagumkan: Sebuah Catatan terhadap Abad Pertengahan (Science in Medieval Islam.Terj. Zulfahmi Andri ). Bandung: Nuansa. 2004 25