PEMIKIRAN M. FETHULLAH GULEN DALAM PENDIDIKAN ISLAM Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Guna Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Disusun Oleh: ALI SAHIN NIM. 109011000300
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
PEMIKIRAN M. FETHULLAH GULEN DALAM PENDIDIKAN ISLAM Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Guna Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh: ALI SAHIN NIM. 109011000300
Di Bawah Bimbingan
Dr. Khalimi, M.Ag. NIP. 1965 0515 1994 03 1006
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013
UJI REFERENSI
Seluruh referensi yang digunakan dalam penelitian skripsi dengan judul “Pemikiran M. Fethullah Gulen dalam Pendidikan Islam” yang disusun oleh ALI SAHIN, NIM 109011000300, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah disetujui kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada 5 Desember 2013.
Jakarta, 5 Desember 2013 Dosen Pembimbing
Dr. Khalimi, M.Ag. NIP. 1965 0515 1994 03 1006
ABSTRAK Ali Sahin, NIM 109011000300. "Pemikiran Muhammed Fethullah Gulen dalam Pendidikan Islam". Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pendidikan merupakan modal utama dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang baik akan melahirkan generasi muda yang baik, begitupun sebaliknya. Disinilah peran berbagai pihak dalam pelaksanaan proses pendidikan. Pihak tersebut bukan hanya diperankan oleh seorang guru yang mengajarkan pendidikan di sekolah, melainkan semua pihak baik itu orang tua, maupun masyarakat. ketiga pihak itulah yang bertanggung jawab pada pendidikan seorang anak. M. Fethullah Gulen Hocaefendi membawa konsep pendidikan yang mengintegrasikan sains dengan agama, yaitu memadukan ilmu sains dengan ilmu agama karena keduanya tidak bisa dipisahkan.. Pendidikan yang bukan hanya fokus pada kecerdasan kognitif melainkan pendidikan yang lebih menekankan pada aspek karakter peserta didik. Setelah data terkumpul dan tercatat dengan baik, maka langkah selanjutnya adalah menganalisa data. Proses analisa data dimulai dari menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu buku karya M. Fethullah Gulen, serta wawancara. Kemudian, data tersebut dibaca, dipelajari secara cermat. Lalu dideskripsikan dengan memberikan gambaran, penafsiran dan uraian. Hasil penelitian yang penulis lakukan adalah konsep pendidikan Islam yang digagas oleh M. Fethullah Gulen, meliputi urgensi pendidikan, tujuan pendidikan, metode pendidikan, kurikulum pendidikan, guru sebagai pendidik, peserta didik.dan potensi peserta didik. Dari hasil penelitian dapat disimpulan bahwa M. Fethullah Gulen mempunyai kekhasan dalam pemikiran pendidikannya, yaitu pemikiran yang menyandarkan segalanya kepada konse Al-Qur'an dan Hadits, baik secara tujuan, kurikulum, metode tinjauannya terhadap pendidik, peserta didik, dan evaluasi. Disamping itu, konsep pendidikan Islam Fethullah Gulen, lebih menekankan pada pentingnya iman sempurna, membara cinta, menyikapi ilmu Islam dengan logika dan perasaan, mengorbankan diri, akhlak, moral, kebersihan hati dalam mencari ilmu pengetahuan (belajar mengajar). Artinya adalah beliau mengatakan seorang pendidik dan orang-orang yang sedang mencari ilmu pengetahuan, bila tidak mengorbankan dir, iman sempurna, cinta dan tidak membersihkan hatinya terlebih dahulu maka mustahil ilmu pengetahuan tersebut akan dapat dikuasai artinya tidak ada hasilnya bagi si pendidik dan peserta didik. Urgensi menuntut ilmu ialah agar manusia dapat menumbuh kembangkan potensi yang ada pada dirinya, agar nantinya tetap eksis dalam kehidupannya dan dapat menjadi manusia yang beradab dan berakhlak. Dengan menuntut ilmu hendaklah ia mengenal Tuhan-nya dengan sebenar-benar pengenalan. Untuk itu maka diperlukan adanya integrasi antara ilmu agam dan sains. Kata kunci : M. Fethullah Gulen, Pendidikan Islam dan Urgensi menuntut Ilmu
i
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt., Tuhan semesta alam yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Berkat rahmat, taufik dan inayah-Nya skripsi ini dapat diselasaikan. Salawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Baginda Nabi Muhammad saw., keluarganya, para sahabatnya, dan semoga sampai kepada umatnya yang senantiasa mengikuti ajarannya hingga akhir zaman. Karya judul yang berjudul Pemikiran M. Fethullah Gulen dalam Pendidikan Islam, merupakan skripsi yang diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I). Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, meskipun waktu, tenaga, dan biaya telah diupayakan dengan segala terbatasan kemampuan yang penulis miliki demi terselasaikannya skripsi ini. Namun, kiranya hasil penilitian yang tertuang dalam skripsi ini dapat memberi manfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Selama proses penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Trabiyah dan Keguruan (FITK) serta para Pembantu Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dr. Khalimi, M. Ag, Dosen Pembimbing skripsi, terimakasih atas segala waktu , tenaga, ilmu, serta kesabaran yang diberikan dalam membimbing dan mengarahkan penulis. 4. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya selama penulis mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang diberikan bermanfaat.
ii
5. Dr. Ali Unsal, Kepala Fethullah Gulen Chair UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terimakasih atas segala waktu, ilmu, tenaga yang diberikan dalam mengarahkan penulis. 6. Kedua orang tua tercinta, Ali Sahin dan Azzet Sahin dengan segala curahan cinta dan kasih sayangnya dalam mendidik dan mengasuh penulis hingga dapat menempuh jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi dengan baik. Semoga segala jasa dan upaya yang diberikan menjadi amal salih dan diterima di sisi Allah swt., amin. Akhirnya, hanya kepada Allah swt., jualah semuanya dikembalikan. Semoga segala amal yang telah mereka sumbangkan mendapat balasan yang lebih baik menjadi tabungan kebaikan di akhirat kelak, amin.
Jakarta, Oktober 2014
Ali Sahin
iii
DAFTAR ISI ABSTRAK .........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ........................................................................................
ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................
1
B. Pembatasan Masalah .............................................................
5
C. Perumusan Masalah ..............................................................
5
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................
6
E. Metode Penelitian..................................................................
6
MENGENAL KEHIDUPAN MUHAMMAD FETHULLAH GULEN A. Riwayat Hidup M. Fethullah Gulen ......................................
9
B. Pendidikan Dasar dan Kepribadian M. Fethullah Gulen ...... 11 C. Karya-karya M. Fethullah Gulen .......................................... 16 BAB III
PEMIKIRAN
MUHAMMAD
FETHULLAH
GULEN
TENTANG PENDIDIKAN ISLAM A. Pengertian Pemikiran Pendidikan ......................................... 19 B. Urgensi Pendidikan ............................................................... 21 1. Pengertian Pendidikan Islam ........................................... 22 2. Tujuan Pendidikan Islam ................................................. 23 3. Materi Pendidikan ........................................................... 24 4. Metode Pendidikan.......................................................... 26 5. Kurikulum Pendidikan .................................................... 28 C. Guru Sebagai Pendidik .......................................................... 31 1. Pengertian dan Tugas Guru Sebagai Pendidik ................ 32 2. Kedudukan Guru Sebagai Pendidik ................................ 35
iv
D. Peserta Didik ......................................................................... 36 1. Pengertian dan Tugas Peserta Didik ................................ 36 2. Kedudukan Peserta Didik................................................ 38 E. Potensi Peserta Didik ............................................................ 38 BAB IV
ANALISIS KOMPARATIF PEMIKIRAN MUHAMMAD FETHULLAH GULEN TENTANG PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK DENGAN PEMIKIRAN AL-GHAZALI A. Pendidik ................................................................................ 39 B. Peserta Didik ......................................................................... 42 C. Potensi Dasar (fitrah) Manusia dan Implikasinya terhadap Pendidikan ............................................................................. 46 D. Kewajiban Pendidik dan Peserta Didik dalam Menuntut Ilmu Sebagai Pengembangan Potensi Menurut M.Fethullah Gulen dan Al-Ghazali ............................................................ 48 1. Sumber Ilmu .................................................................... 48 2. Klasifikasi Ilmu ............................................................... 50 3. Urgensi Menuntut Ilmu ................................................... 51 4. Hal-hal yang Harus Dilakukan Peserta Didik dalam Menuntut Ilmu ................................................................. 52
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................... 54 B. Saran ...................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 57
v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama berperan penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Pendidikan agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia menyangkut etika, budi pekerti, dan moral sebagai manifestasi dari pendidikan Agama. Muhammad Alim, menjelaskan bahwa: "Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia. Pendidikan merupakan satu kebutuhan, fungsi sosial, bimbingan, sarana pertumbuhan yang mempersiapkan dan membukakan serta membentuk disiplin hidup. Hal demikian membawa pengertian bahwa bagaimanapun sederhananya komunitas manusia pasti akan memerlukan pendidikan. Dalam pengertian umum kehidupan dari komunitas tersebut akan ditentukan oleh aktivitas didalamnya, sebab pendidikan secara alami sudah merupakan kebutuhan hidup manusia."1 1
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim ( Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2006 ), hlm 8
1
2
Menurut Drs. Ahmad D. Marimba: "Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam." Dengan pengertian yang lain sering kali beliau mengatakan kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilainilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.2 Dalam kehidupan manusia pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam membentuk generasi Sebab dengan pendidikan diharapkan dapat menghasilkan manusia yang berkualitas, bertanggung jawab dan mampu mengantisipasi masa depan. Pendidikan dalam arti sempit dibatasi pada pertemuan antara orang dewasa yang berperan sebagai pendidik, dengan anak yang belum dewasa (anak didik). Sedangkan Pendidikan dalam makna luas senantiasa menstimulir, menyertai perubahan-perubahan dan perkembangan hidup serta kehidupan umat manusia.3. Pendidikan Islam diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah Subhanahu Wata'ala dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial, Tokoh spiritual besar dari Turki, yang oleh kalangan dekatnya disebut sebagai Hocaefendi, adalah satu diantara beberapa tokoh Islam di dunia yang sangat peduli dengan pendidikan Islam ini. Dalam buku Pearls of Wisdom yang ditulis oleh M. Fethullah Gulen, beliau menyatakan seseorang yang mampu membangun keluarganya dengan baik, maka dia mampu membangun hal besar lain dengan baik. Dalam buku Religious Education of the Child juga memaparkan bagaimana cara medidik anak untuk memperoleh semangat spiritual yang tinggi adalah dengan memberikan contoh dari orang terdekatnya yaitu orang tua. Dengan semua itu, setiap individu sebagai orang tua akan berbuat terbaik, calon orang tua 2
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Al-Ma'arif, 1962), h.23 3 Soebahar, H. Abd. Halim. Wawasan Baru Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam mulia 2002), h. 12
3
akan berusaha terus lebih baik, dan anak akan menjadi generasi yang baik, maka Islam akan kembali berjaya di bumi ini. Dia berusaha mendamaikan nilai-nilai tradisional Islam dengan kehidupan modern dan Ilmu pengetahuan. M. Fethullah Gulen berpendapat bahwa kita perlu menjelaskan Islam melalui sains dan fakta ilmiah, karena sebagian orang hanya menerima alasan-alasan tersebut. Karena kaum materialistis dan anti-religius berusaha menggunakan sains untuk menentang agama dan menganggap ide-ide mereka lebih prestis daripada seharusnya. Agar kita dapat berargumentasi dengan orang-orang tersebut. Keberhasilan dan kesuksesan terbesar Gülen adalah mendidik generasi muda dalam ilmu-ilmu sains dan agama sehingga mampu mengentaskan mereka dari kebodohan dan membentengi mereka dari penyakitpenyakit spiritual. Ketika mengajar, Gülen lebih memusatkan pada cinta, iman, dan sunnah Nabi. Selain itu dia juga menjelaskan tentang penyucian diri, kriteria dan prinsip dasar hizmet, melayani masyarakat, konsep kunci tasawuf seperti taqwa, taubat, zuhud, ikhlas, muraqaba, istiqamah, tawakkal, tawadu', syukur, ihsan, sabar, dan ma'rifah. Dalam diri sosok ulama paripurna kelahiran Erzurum tahun 1938 ini tergambar perpaduan seimbang antara sosok sufi, pemikir rasional, penyair dan pembawa pesan perdamaian. Aktivitasnya dalam bidang sosial dan keagamaan yang telah dimulai sejak 1960-an menjadikannya tokoh paling dihormati di Turki. Pesan-pesan perdamaiannya telah menyebar ke seantero Asia, Eropa dan Amerika. Dia mewujudkan dalam dirinya sendiri harmoni dan toleransi. Gulen mengingatkan banyak orang tentang pandangan inklusif Islam yang didasarkan pada konsep sufisme dan cinta pada kemanusiaan dan bahwa Islam senantiasa selaras dengan modernitas, demokrasi dan kemajuan4. Buku karya pemikarannya yang inspiratif dan boleh dikata mengenalkan pendekatan baru dan segar dalam memahami Islam. Perhatiannya pada pendidikan dan kesejahteraan manusia diwujudkan dengan usaha kerasnya dalam membangun berbagai lembaga pendidikan di 4
Muhammad Fethullah Gulen, Kehidupan Rasul Allah Muhammad SAW, (Jakarta: Murai Kencana, 2002), h. xvi-xviii
4
seluruh dunia. Beliau seperti tidak pernah kenal lelah dalam aktivitas sosial dan keruhaniaannya. Salah satu dari keyakinannya yang tegas adalah bahwa jika anda ingin menguasai masa, pisahkan mereka dari pengetahuan, sebab hanya melalui pengetahuanlah tirani dapat digulingkan. Beliau secara total mengabdikan diri untuk memecahkan masalah-masalah sosial, dan beliau percaya bahwa keadilan hanya dapat muncul dan dipertahankan melalui pendidikan universal yang memadai. Melalui perkembangan inilah akan muncul pemahaman dan toleransi yang memadai dalam masyarakat demi menghargai hak-hak orang lain. Untuk tujuan ini beliau secara terus-menerus mendorong para elit masyarakat dan pemimpin lokal, industrialis dan masyarakat usaha dalam komunitasnya untuk mendukung pendidikan yang berkualitas bagi mereka yang membutuhkannya.5 Kaum muslimin pada masa kini adalah posisi mereka yang terjepit dari berbagai penjuru. Pada masa modern ini telah berkembang dan berkuasa berbagai paham kehidupan yang menyesatkan sebagain besar kehidupan mereka. Disadari atau tidak, kecintaan kaum muslimin terhadap agama yang mereka anut semakin rendah. Hanya beberapa kalangan tertentu saja yang akhir-akhir ini tampak mulai bangkit dan mau memikirkan bagaimana menghidupkan kembali umat yang sedang sakit berat ini. Mahasiswa dan pelajar sekarang mudah terpengaruh oleh budaya asing, mudah terprovakasi, cepat marah, pergaulan bebas dengan lawan jenis, banyak dari mereka tidak lagi menaruh hormat terhadap guru-gurunya, bahkan tidak hormat terhadap orang tua. Hal ini merupakan gambaran anak bangsa yang mulai terancam keutuhan pribadinya. Melihat kenyataan di atas, maka sangatlah beralasan apabila kemudian ada kritik dari masyarakat bahwa selama ini sekolah hanya menghasilkan lulusan yang hanya memiliki keahlian tertentu, sementara mereka tidak memiliki integritas kepribadian sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan warga negara yang beragama. Kondisi demikian tentunya sangat berpengaruh pada sistem pendidikan 5
Muhammad Fethullah Gulen, Kehidupan Rasul Allah Muhammad SAW, (Jakarta: Murai Kencana, 2002), h.xviii
5
di sekolah, terlebih di sekolah umum. Jika pengembangan intelektual yang tidak dibarengi dengan penanaman nilai-nilai Islam yang diwujudkan dalam pengembangan budaya agama di sekolah, maka tujuan pendidikan nasional tidak akan tercapai dengan baik. Pendidikan Agama khususnya Islam, sebenarnya memiliki kawasan yang begitu luas, dengan target obsesi agar melalui pendidikan ini para siswa mampu memahami, menghayati dan menerapkan ajaran-ajaran Islam yang termuat dalam kitab suci Al-qur'an dan Sunnah Rasul. Kedua sumber ajaran ini sebagaimana kita ketahui memuat segala aspek kehidupan, baik aspek ritual, intelektual, sosio maupun lainnya. Sasaran yang ingin dicapai dan dikembangkan meliputi aspek hati nurani agar memiliki kehalusan budi daya nalar dan pikır agar anak cerdas dan memiliki keterampilan yang tinggi.6 Dengan melihat peran dan pemahaman M. Fethullah Gulen dalam pendidikan Islam penulis tertarik untuk melakukan penelitian ilmiah yang ditulis dalam bentuk skripsi yang berjudul: "Pemikiran M. Fethullah Gulen dalam Pendidikan Islam".
B. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah di paparkan diatas, maka pembatasan masalah yang akan dikaji dan diteliti adalah pada pemikiran M. Fethullah Gulen dalam pendidikan Islam, potensi pendidik serta peserta didik dan analisis komparatif dengan pemikiran Al-Ghazali.
C. Perumusan Masalah Selanjutnya sesuai dengan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah: 1. Bagaimanakah Pemikiran pendidikan Islam yang ditawarkan oleh M. Fethullah Gulen? 2. Bagaimana Urgensi ilmu pendidikan menurut M. Fethullah Gulen? 6
hlm.25.
Imam Suprayogo, Reformulasi Visi Pendidikan Islam, (Malang : STAIN Press, 1999),
6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui Pemikiran pendidikan Islam yang ditawarkan oleh M. Fethullah Gulen. b. Untuk mengetahui urgensi ilmu pendidikan menurut M. Fethullah Gulen.
2. Manfaat Penelitian a. Sebagai bahan referensi bagi pihak universitas dan pendidik lainnya dalam mengembangkan konsep pendidikan Islam b. Sebagai salah satu sumbangan pemikiran bagi dunia akedemis, praktis pendidikan dan orang-orang yang dalam dunia pendidikan Islam. c. Bagi siswa: Membangun budi pekerti untuk berakhlak mulia, serta mempersiapkan peserta didik untuk hidup secara layak dan berguna di tengah-tengah komunitas sosialnya. d. Bagi Guru: Sebagai bahan perbandingan dan masukan bagi para Pendidik dalam memilih metode ajar yang baik. e. Bagi Masyarakat: Memberikan sumbangsih pemikiran M. Fethullah Gulen tentang
pendidikan
Islam,
serta
menambah
khazanah
khazanah
kepustakaan dalam mengkaji dan memahami salah satu konsep pemikiran M. Fethullah Gulen.
E. Metode Penelitian Penelitian tentang Pemikiran M. Fethullah Gulen, merupakan penelitian yang semata-mata didasarkan pada penelitian kepustakaan (Library research). 1. Sumber Data a. Data primer adalah "Çekirdekten Çınara, Ruhumuzun Heykelini Dikerken dan Sonsuz Nur” karya M. Fethullah Gulen tentang pemikiran beliau dalam pendidikan Islam. b. Data sekunder diperoleh dari para tokoh pendidikan, yang berbicara tentang, baik secara umum maupun khusus dari tokoh pendidikan barat
7
maupun Islam yang menulis tentang pendidikan Islam dalam pemikiran M. Fethullah Gulen. 2. Teknik Pengumpulan Data Langkah yang ditempuh untuk mengumpulkan data adalah dengan melakukan pengumpulan literatur melalui tulisan-tulisan M. Fethullah Gulen sendiri maupun tokoh pendidikan lainnya. 3. Teknik Pengolahan Data Setelah data yang dibutuhkan telah terkumpul yaitu berupa buku-buku atau literatur yang berhubungan dengan judul yang akan diteliti, maka diadakan pengolahan, dengan tujuan agar data yang telah terkumpul mudah disajikan dalam susunan yang baik dan rapi, untuk kemudian baru dianalisis. Dalam pengolahan data ini dapat dilakukan dengan cara: a. Penyuntingan (Editing) Semua data yang telah terkumpul diadakan pemeriksaan apakah terdapat kekeliruan atau data yang tidak lengkap, palsu. Artinya dalam teknis ini penulis mengadakan pemeriksaan terhadap data-data yang sudah terkumpul yang kemudian kelompokkan mana data tersebut yang sesuai dengan penelitian penulis dengan tujuan agar mengetahui data tersebut asli atau tidak. b. Pengkodean (Coding) Proses selanjutnya adalah memberikan tanda dengan tujuan adalah untuk mengetahui mana data yang sama atau tidak. Proses adalah dimana penulis memberikan kode atau tanda terhadap data yang sudah terkumpul dan yang sudah dicek kesesuainnya dengan judul penelitian. 4. Teknik Analisa Data Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, selanjutnya diadakan klasifikasi dari beberapa bagian masih terpencar dalam berbagai tulisan baik data sekunder, maupun data primer maka dilakukan penalaran dan pemikiran,
8
kemudian disajikan dengan metode deskriptif analitis yang kemudian, disusun menjadi sebuah kesatuan yang utuh sebagai konsep pendidikan Islam yang baik bagus lugas juga mudah dipahami dan dimengerti.
BAB II MENGENAL KEHIDUPAN MUHAMMAD FETHULLAH GULEN
A. Riwayat Hidup M. Fethullah Gulen Muhammad Fethullah Gulen lahir pada tahun 27 April 1941 di Korucuk, sebuah desa kecil di Anatolia yang berpenduduk hanya sekitar 60-70 kepala keluarga. Dan beliau masih hidup. Desa ini termasuk distrik Hasankale (Pasinler) dalam
wilayah
provinsi
Erzurum.
Leluhur Gulen berasal dari distrik Ahlat (Khalat) yang bersejarah dan termasuk dalam wilayah provinsi Bitlis yang terletak di kaki gunung. Pada zaman dulu, keturunan Rasulullah Saw. Ada yang
berhijrah
ke
Bitlis
untuk
menyelamatkan diri dari kezaliman penguasa Daulah Umayyah dan Daulah Abbasiyyah. Di tempat itu mereka menjadi pembimbing moral bagi masyarakat sehingga semangat ke-Islaman merasuk ke dalam jiwa suku-suku Turki yang tinggal di kawasan ini. Fethullah Gulen lahir di keluarga yang sangat agamis dan sarat akan semangat ke-Islaman dari pasangan suami-istri yang sangat ta'at. Kakeknya yang bernama Syamil Agha sosok yang mencerminkan sikap sungguh-sungguh dan
9
10
teguh dalam beragama. Sosok inilah yang memiliki ikatan sangat kuat dengan sang Cucu, Fethullah Gulen. Ayah Gulen bernama Ramiz Gulen. Semasa hidupnya, Ramiz Gulen terkenal sebagai pribadi yang berpengatahuan tinggi, taat, dan cerdas. Tidak pernah sekali pun Ramiz Gulen melewatkan waktunya untuk melakukan sesuatu yang sia-sia. Selain itu, beliau juga terkenal dengan kemurahan hati dan kedermawanannya. Nenek Gulen dari pihak ayah bernama Mu'nisah Hanim. Mu'nisah dikenal sebagai seorang tokoh wanita yang sangat taat beragama dan ketaatanya itu tercermin dari kehidupannya sehari-hari. Nenek Gulen dari pihak ibu bernama Khadijah Hanim. Dia berasal dari kalangan bagsawan yang terkenal dengan kelembutan dan kesantunannya. Ibu Gulen bernama Rafiah Hanim. Dia adalah seorang pengajar al-Qur'an bagi kaum wanita di desanya dan terkenal dengan perangainya yang sopan dan menyukai kebaikan. Dalam keluarga seperti ini itulah Fethullah Gulen tumbuh dewasa. Itulah sebabnya sejak dini dia sudah belajar membaca Al-Qur'an dari ibundanya, dan ketika usiannya baru memnginjak empat tahun, Fethullah Gulen telah mampu mengkhatamkan Al-Qur'an hanya dalam waktu satu bulan. Setiap tengah malam ibundanya bangun untuk menyampaikan nasehat dan mengajari Gulen bacaan AlQur'an. Jauh sebelum dia dilahirkan, rumah yang didiami Fethullah Gulen telah menjadi tempat berkunjung bagi banyak ulama yang tinggal di kawasan tersebut. Ramiz Gulen ayahnya memang diketahui sangat mencintai para ulama dan gemar bersilaturahmi dengan mereka, hingga hamper tiap hari ada saja ulama yang dia jamu di rumahnya. Itulah sebabnya sejak Fethullah Gulen masih sangat belia, dia telah terbiasa berkumpul bersama para ulama sampai akhirnya dia pun menyadari bahwa dirinya tumbuh di dalam sebuah keluarga yang dihiasi dengan ilmu dan ajaran tasawuf. Pada saat itu, seorang ulama bernama Muhammed Lutfi dari berasal Alvar diakui oleh Fethullah Gulen telah memberi pengaruh besar pada dirinya, sampai-
11
sampai hampir setiap kata yang terlontar dari mulut Muhammed Lutfi disimak dengan baik oleh Gulen. "Seakan-akan kata-kata beliau adalah ilham yang datang dari alam lain," demikian komentar Gulen mengenai Muhammed Lutfi gurunya. Bahkan setelah puluhan tahun berlalu, Fethullah Gulen pernah melontarkan sebuah pernyataan tentang Muhammed Lutfi,"Saya dapat mengatakan bahwa saya telah berutang banyak dari beliau atas semua yang telah beliau ajarkan dan membentuk karakter serta kepribadian saya." Fethullah Gulen mulai belajar bahasa Arab dan Persia dari ayahnya yang diketahui sangat giat menelaah berbagai buku dan tidak pernah terhenti merapalkan al-Qur'an di mana pun dia berada. Pada kesempatan tertentu, Ramiz Gulen, ayah Fethullah Gulen, sangat mencintai Rasulullah Saw. dan banyak membaca buku tentang sejarah beliau. Di dalam rumahnya, siapa pun dapat menemukan tumpukan buku-buku sirah Rasulullah yang lusuh karena terlalu sering dibaca. Itulah sebabnya, salah satu nilai terpenting yang ditanamkan Ramiz Gulen kepada putranya, Fethullah Gulen, adalah kecintaan kepada Rasulullah Saw. dan semua sahabat beliau. Jadi, jika Anda ingin memahami kepribadian Fethullah Gulen, terlebih dulu harus memahami warisan paling berharga yang diberikan ayahnya, yaitu cinta kepada Rasulullah dan para sahabat.
B. Pendidikan Dasar dan Kepribadian M. Fethullah Gulen Takdir Allah rupanya telah menetapkan Fethullah Gulen tumbuh dewasa di tengah kondisi yang sangat kondusif bagi pembentukan kepribadiannya sehingga beliau pun menjadi sosok yang memiliki energi luar biasa, sangat aktif, pemberani, berpandangan tajam terhadap sejarah, sekaligus memiliki hati yang semangatnya tak pernah padam. Itulah sebabnya Gulen kecil tumbuh menjadi pribadi yang sangat penyantun dan selalu menjaga hubungan baik dengan karib kerabatnya. Disebabkan sifatnya yang sangat peduli kepada keluarga besarnya maka sejak remaja Gulen telah merasakan duka mendalam ketika harus menyaksikan ada di antara kerabatnya yang kesusahan, termasuk ketika ayah kandungnya tertimpa musibah yang disusul dengan kematian kakek dan neneknya. Semua
12
kejadian itu benar-benar memengaruhi hati Gulen muda hingga nyaris membuatnya menempuh jalan hidup sebagai seorang darwisy sufi. Untungnya takdir Allah menuntun Gulen untuk terus mendalami semua cabang ilmu baik yang termasuk ilmu agama dan spiritualitas, maupun ilmu-ilmu umum dan filsafat. Pendidikan yang telah dimulai Gulen dari rumahnya sendiri kemudian berlanjut dalam lembaga pendidikan resmi yang terdapat di kota Erzurum. Sementara pendidikan spiritual yang juga telah dimulai oleh ayah kandungnya, kemudian dilanjutkan oleh Gulen dengan berguru pada M. Lutfi Efendi. Berkat pendidikan yang diterimanya dari gurunya ini, pendidikan spiritual Gulen pun tidak terputus dan terus berlangsung di sepanjang hidupnya secara berdampingan dengan ilmu-ilmu ke-Islaman. Fethullah Gulen menimba ilmu-ilmu ke-Islaman dari beberapa orang ulama besar yang salah satu di antaranya adalah Osman Bektasi yang merupakan seorang ahli fikih paling terkemuka di masanya. Dari gurunya ini, Gulen mempelajari ilmu-ilmu nahwu, balaghah, fikih, ushulul fiqh, dan aqaid. Pada masa-masa inilah, Fethullah Gulen mulai mengenal Said Nursi melalui gerakan yang dilakukan murid-muridnya. Gerakan yang dicanangkan oleh Said Nursi pada dasawarsa ketiga abad dua puluh ini adalah sebuah gerakan pembaruan yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Seiring dengan perjalanan usia Gulen yang semakin dewasa dan telaah yang dilakukannya terhadap Risale-i Nur yang berisi misi gerakan Said Nursi yang sangat komperhensif dan modern, pada saat yang sama, Gulen juga terus menempuh studinya di sekolah keagamaan sehingga terbukalah segenap potensi yang telah Allag anugerahkan kepadanya. Fethullah Gulen selalu rajin membaca serta menelaah berbagai buku ilmu-ilmu umum yang dipelajarinya di sekolah resmi, seperti fisika, kimia, astronomi, dan biologi. Ketekunan itulah yang membuat Fethullah Gulen memiliki wawasan sangat luas dalam ilmu-ilmu tersebut. Di masa sekolah, Gulen mulai membaca buku-buku tulisan Albert Camus, Jean Paul Sartre, Herbert Marcuse, dan berbagai karya filsuf eksistensialisme
13
lainnya, Pada masa inilah Gulen mulai berkenalan dengan buku-buku yang menjadi referensi utama bagi filsuf barat dan timur. Seluruh kondisi itu kemudian membentuk karakter Fethullah Hocaefendi yang terkenal di tengah masyarakat Turki.7 Setelah Muhammad Fethullah Gulen menginjak usia dua puluh tahun, dia pun meniggalkan kota kelahirannya, Erzurum yang terletak di ujung timur Turki, menuju kota Edirne yang menjadi gerbang bagi Turki ke dunia barat. Di kota itu, Gulen menjadi Imam Besar di Masjid Uc Serefeli. Gulen melewati waktunya dua tahun di masjid ini yang setengah tahun darinya dia lewati dalam kezuhudan dan ketekunan riyadhah batin. Selama menjadi Imam Besar, Fethullah Gulen nyaris tidak pernah meninggalkan masjid dan hanya keluar jika keadaan memang memaksa. Padahal saat itu, tidak ada tempat khusus di dalam masjid yang dapat menjadi tempat tinggalnya sehingga beliau pun terpaksa tidur hanya dengan beralaskan kasur tipis tepat di bawah jendela besar yang terdapat di salah satu sudut masjid. Setelah menjadi Imam Besar di Edirne, Fethullah Gulen menjalani wajib militer di Mamak dan Iskenderun sampai akhirnya dia kembali ke Edirne dan kemudian berpindah lagi ke Kirklareli. Pada tahun 1966, Gulen berpindah lagi ke Izmir. Fethullah Gulen memulai kiprahnya di kota Izmir dengan nmenjadi guru di sebuah madrasah tahfizh Al-Qur'an Kestane Pazari dan madrasah Kawaizh. Pada saat itulah Gulen berkeliling di seluruh kawasan barat Anatolia. Ketika memasuki tahun 1970, dimulailah sebuah babak guru dalam hidupnya yang disebut "AlMukhayyamat", yaitu ketika Gulen bernazar untuk membaktikan dirinya demi berkhidmat di jalan Allah dan kemanusiaan yang dilakukannya dengan mendidik orang-orang agar taat serta tekun beribadah kepada Allah Swt. Melalui pengajaran yang disampaikannya, Fethullah Gulen berhasil menggugah hati para jamaahnya sekaligus memasukkan nilai-nilai moral yang luhur ke dalam jiwa mereka hingga membuat batin mereka kembali hidup setelah meranggas dalam kematian. Di hadapan para jamaahnya, Fethullah Gulen menjadi 7
M. Fethullah Gulen, Cahaya Abadi Muhammad Saw. Kebanggaan Umat Manusia, (Jakarta: Republika, 2012), h.1203-6
14
ksatria yang membangkitkan semangat mereka serta memiliki pandangan tajam yang mampu menembus relung hati mereka yang berduka. Beliau menjadi ksatria yang tidak menyandang pedang, tetapi membawa permata kebenaran iman, berlian ilmu pengetahuan, serta ratna mutimanikam kerinduan dan cinta. Dengan semua itulah Gulen membimbing jamaahnya menuju penghambatan diri kepada Allah dalam kesadaran atas kefakiran mereka di hadapan-Nya. Pada tanggal 12 Maret 1971, Fethullah Gulen ditangkap oleh pemirintah Turki dengan tuduhan merencanakan maker dengan cara mengubah landasan sosial-politik yang dianut Turki, mengeksploitasi ketaatan masyarakat Turki terhadap Islam, serta menggalang gerakan bawah tanah untuk mewujudkan niat jahat terhadap pemirintah. Untungnya penahanan ini hanya berlangsung selama enam bulan, karena setelah proses pengadilan dilakukan, semua tuduhan yang diarahkan terhadap Gulen tidak terbukti. Setelah kembali menduduki jabatanya sebagai Imam, Gulen ditugaskan di kota Edremit di provinsi Balikesir, tapi beliau lalu dimutai ke provinsi Manisa, dan kemudian dimutasi lagi ke kota Bornova di provinsi Izmir. Di kota ini, Gulen menetap sampai bulan September tahun 1980. Pada tahun-tahun itulah Gulen melakukan perjalanan keliling Turki untuk menyampaikan ceramah ilmiah dengan topik beragam meliputi masalah agama, sosial, filsafat, dan pemikiran. Selain itu, Gulen juga mengadakan kuliah-kuliah umum yang di dalamnya beliau menjawab berbagai pertanyaan yang disampaikan generasi muda, khususnya dari kalangan alumni perguruan tinggi. Ternyata, jawaban yang disampaikan Gulen dalam kuliah-kuliah umum tersebut dapat member pencerahan bagi banyak kalangan seperti para mahasiswa, guru, pedagang, wiraswastawan, dan berbagai profesi lainnya. Itulah yang menyebabkan Gulen sangat disukai oleh banyak orang dari berbagai kalangan yang kemudian menerapkan apa yang iajarkan Gulen untuk berbakti pada agama, umat manusia, dan bangsa. Itulah cikal-bakal sebuah gerakan yang disebut dengan Hizmet Movement (pelayanan untuk masyarakat yang bersumber dari pemikiran Fethullah Gulen Hocaefendi) yang melibatkan begitu banyak orang dari berbagai bidang. Tanpa berharap pamrih dari pihak mana pun dan dengan tetap mematuhi undang-undang
15
serta peraturan yang berlaku di Turki, orang-orang yang terlibat dalam gerakan ini kemudian mendirikan sekolah-sekolah umum dan sekolah khusus untuk para pelajar yang akan masuk perguruan tinggi. Tidak lama setelah runtuhnya Uni sovyet, gerakan ini menyebar hamper ke seluruh dunia khususnya di kawasan Asia Tengah. Ketikabanyak muslim lain yang tidak sempat melakukan apa-apa buat masyarakat karena terjebak dalam debat kusir soal "Dar Al-Islam" dan "Dar Al-Harb", Fethullah Gulen dan gerakan yang dicetuskannya telah menunjukkan hasil nyata yang berguna bagi masyarakat banyak. Ketika Gulen ditanya tentang masalh ini dalam kaitanya dengan Republik Turki, beliau hanya menjawab singkat bahwa Turki adalah "dar al-khidmah". Dan, pendapat yang dilontarkan Gulen itu ternyata dibuktinya sendiri olehnya dengan melakukan "khidmah" bukan hanya di Turki, melainkan di pelbagi penjuru dunia. Dalam gerakan Hizmet Movement inilah berhimpun orang-orang yang bekerja untuk masyarakat tanpa mengharap pamrih diniawi. Bahkan dengan mengusung semboyan "Cinta dan Sabar", orang-orang yang terlibat dalam gerakan ini tidak pernah mengharapkan kedudukan apa pun. Tak ada waktu bagi mereka untuk bertengkar, karena mereka sibuk dengan tindakan-tindakan positif dan kerja nyata, tanpa pernah mau membalas keburukan dengan keburukan lainnya. Sejak tahun 1990 Fethullah Gulen mulai menggagas sebuah gerakan internasional dalam dialog dan toleransi antarbangsa yang jauh dari segala bentuk fanatisme dan pemahaman yang kaku. Pada mulanya, gerakan ini dimulai di Turki dan berlanjut ke berbagai negara lain. Gerakan dialog ini mencapai puncaknya pada sebuah konferensi yang dilakukan di Vatikan di mana Gulen bertemu dengan Paus Johannes Paulus II atas undangan pemimpn tertinggi Gereja Katolik Roma ini. Muhammad Fethullah Gulen selau meyakini bahwa revolusi informasi yang telah mengubah dunia menjadi sebuah desa kecil tidak akan menerima segala bentuk fanatisme dan sikap antisosial. Semua peristiwa dan perkembangan yang terjadi di satu wilayah pasti akan berpengaruh terhadap bagian dunia lainnya. Itulah sebabnya, umat manusia harus membuka pikiran, keyakinan, dan prinsip yang dianutnya. Apalagi setelah runtuhnya Uni Sovyet, kekuatan yang
16
mendominasi dunia adalah mereka yang menjadikan Islam dan kaum muslimin sebagai musuh yang harus diperangi sehingga memicu munculnya ekstrimisme dan bahkan terorisme. Kekuatan inilah yang menyebut "jihad" sebagai "kejahatan", "perang" sebagai "kedamaian", "kezaliman" sebagai "keadilan", dan "kebencian" sebagai "kasih saying". Kenyataan pahit inilah mendorong Gulen untuk membuka pintu dialog dan toleransi di tengah masyarakat Turki yang tengah menghadapi upaya adu domba atas nama ras, suku, mazhab, agama, dan ideologi. Dengan semangat itu, Gulen menyebarkan seruan ke arah dialog dan toleransi di semua tempat yang didatanginya di luar Turki.
C. Karya-karya M. Fethullah Gulen Banyak tokoh yang piawai dalam merumuskan teori, tapi kurang cakap menerapkan teori yang mereka ciptakan itu di tengah masyarakat. Sementara itu banyak pula tokoh yang mahir berdakwah dan menggalang gerakan, tapi tidak memiliki pengetahuan yang memadai dan wawasan yang luas. Ada pula tokoh tertentu yang sanggup berdiri memimpin di barisan terdepan dalam satu bidang kehidupan, tapi tumpul dalam bidang lain. Kita sering menemukan penulis, penyair, seniman, cendekiawan, orator, atau filsuf yang sama sekali tidak melakukan kiprah apa-apa dalam gerakan perubahan. Ada banyak orang tertentu yang unggul dalam bidang ekonomi atau politik, atau bahkan mampu mejadi panglima militer, tapi ternyata mereka tak mampu berbuat apa-apa ketika mereka harus bicara mengenai agama. Dan sebaliknya, terdapat banyak tokoh agama yang sangat mempuni dalam mengulas berbagai masalah agama dan moral, tapi tidak tahu apa-apa mengenai ekonomi dan sosial-politik.8 Singkatnya, kita sering melihat begitu banyak orang yang hanya unggul dalam bidang yang dikuasainya, sehingga yang kita temukan kemudian adalah sebuah hasil kerja yang sangat terbatas dan tidak memadai. Tapi jika Anda mengenal Muhammad Fethullah Gulen, maka Anda tidak hanya akan menemukan 8
M. Fethullah Gulen, Cahaya Abadi Muhammad Saw. Kebanggaan Umat Manusia, (Jakarta: Republika, 2012), h. 1206-1210
17
seorang penceramah yang memiliki ribuan kaset dan video, tapi Anda akan melihat sosok yang identik dengan Pahlawan Nur atau Pecinta Hak yang menyebarkan kebaikan di banyak tempat melalui berbagai macam lembaga dan yayasan yang tersebar di seluruh dunia. Berikut ini adalah beberapa karya Muhammad Fethullah Gulen: 1. Ribuan kaset dan video berisi ceramah dan kuliah yang disampaikan dalam berbagai kesempatan. 2. Asrin Getirdigi Tereddutler. (4 vol.; telah muncul sebagai buku buku pertanyaan dan jawab tentang Islam) 3. Kalbin Zumrut Tepeleri. (diterjemahkan sebagai Key Concepts in the Practice of Sufisme [dalam edisi Indonesia diterbitkan oleh Sri Gunting dengan judul Kunci-Kunci Rahasia Sufi]) 4. Cag ve Nesil. (Era sekarang dan Genarasi Muda) 5. Sonsuz Nur. (2 vol. Nabi Muhammad: Aspek-aspek Kehidupanya [dalam edisi Indonesia diterbitkan oleh Republika dengan judul Cahaya Abadi Muhammad Saw. Kebanggaan Umat Manusia]) 6. Olcu ve Yoldaki Isiklar. (4 vol.; telah muncul sebagai Permata Kebijaksanaan) 7. Zamanin Altin Dilimi. (Bagian Emas dari Masa) 8. Renkler Kusaginda Hakikat Tomurcuklari. (2 vol.; telah muncul sebagai Kebenaran melalui Warna) 9. Kirik Mizrap. (Plektrum yang Retak) 10. Fatiha Uzerine Mulahazalar. (Perenungan atas surat Fatiha) 11. Inancin Golgesinde. (Esensi Iman Islam) 12. Cihad: I'layi Kelimetullah. (Berisi penjelasan ilmiah dan teoretis tentang jihad di zaman modern) 13. Irsad Ekseni. (Berisi penjelasan mengenai bermacam metode dan teknik yang dapat dilakukakan dalam pengerakan di zaman modern) 14. Kitap ve Sunnet Perspektifinde Kader. (Berisi penjelasan tentang takdir, diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan judul Qadar)9
9
http://tr.fgulen.com/content/section/30/3/
18
Semua buku ini telah diterbitkan di Turki dengan jumlah mencapai 70.000 kopi dan ada pula beberapa karya Gulen yang telah diterjemahkan ke pelbagai bahasa. Diantaranya adalah bahasa Inggris, Jerman, Indonesia, Arab, Kurdi, Rusia, Cina, Bulgaria, Prancis, Belanda, Spanyol, Italia, Jepang, Portugal.
BAB III PEMIKIRAN MUHAMMAD FETHULLAH GULEN TENTANG PENDIDIKAN ISLAM
A. Pengertian Pemikiran Pendidikan Secara etimologi, pemikiran berasal dari kata "pikir" yang berarti proses, cara, atau perbuatan memikir, yaitu menggunakan akal budi untuk memutuskan suatu persoalan dengan mempertimbangkan segala sesuatu secara bijaksana. Adapun pemikiran pendidikan adalah aktivitas yang teratur dengan mempergunakan metode filsafat. Pendekatan tersebut dipergunakan untuk mengatur, menyelaraskan, dan memadukan proses pendidikan dalam sebuah sistem yang integral. Dengan berpijak pada definisi di atas, yang dimaksud dengan pemikiran pendidikan Islam adalah serangkaian proses kerja akal dan hati yang dilakukan secara sungguh-sungguh dalam melihat berbagai persoalan yang ada dalam pendidikan Islam dan berupaya untuk membangun sebuah paradigma pendidikan yang mampu menjadi wahana bagi pembinaan dan pengembangan peserta didik secara paripurna.10 M. Fethullah Gulen menyatakan bahwa kewajiban manusia adalah memahami (Seek Understanding), dengan jalan dan cara apapun. Gulen 10
Abdul Munir Mulkhan, Paradigma Intelektual Muslim, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam dan Dakwah, (Yogyakarta: Sipress, 1993), h. 184
19
20
mendefinisikan pendidikan sebagai proses penyempurnaan dalam hidup yang dengannya kita bisa meraih dimensi spiritual, intelektual dan fisikal kemanusiaan. Baginya, pendidikan adalah tugas Ilahiyah yang hanya dengan itulah kita bisa merasakan esensi kemanusiaan. Pendidikan dalam perspektif Gulen adalah "Special Service" yang menjadi tugas kolektif berbasis komunitas. Hal ini disebabkan pandangannya bahwa tujuan hidup terletak pada kebaikan (baca: berbuat baik) yang dilakukan secara bersama-sama. Pandangan Gulen tentang pendidikan dengan demikian tersimpul dan terkait erat dengan sisi keimanannya (fully-integrated with his belief). Suatu kali, Gulen pernah berujar "we are only truly human if we learn, teach and inspire others". Kita menjadi manusia hanya karena kita belajar, mendidik dan menginspirasi orang lain. Esensi kemanusian kita dengan demikian bukanlah akal, otak ataupun pikiran, tetapi penggunaan akal agar berguna dan bermanfaat buat orang lain. Pendidikan berbanding lurus dan sederajat dengan kemanusiaan kita. Gulen sering membandingkan manusia dengan hewan dalam soal pendidikan. Hewan hanya dalam hitungan hari bisa mendapatkan kemampuan untuk digunakan seumur hidupnya. Sementara manusia memerlukan puluhan tahun untuk menjadi manusia yang sesungguhnya dan mengenal Tuhannya. Bahkan ada manusia yang hingga akhir hayatnya belum mendapatkan bekal kehidupannya. Soal integrasi pandangannya tentang pendidikan dengan keimanan, ini bisa dibuktikan, misalnya dengan kukuhnya pendirian Gulen tentang mustahilnya ketidaksesuain ilmu pengetahuan modern (Science) dengan ajaran agama (Religious Knowledge). Baginya, Agama dan Ilmu Pengetahuan bukanlah dua hal yang berbeda (dan harus dibedakan) tetapi dua hal yang esensial dan melengkapi satu sama lain (komplementer). Belajar Science dan agama harus sama-sama dipandang sebagai kegiatan ibadah. Lebih jauh, beliau berandai, jika saja tidak ada serangan bangsa Mongol dan tidak terjadi perang salib (Crusade), maka dunia Islam pasti tercerahkan (enlightened) dan tidak mengalami kemunduran. Dan tentunya, jika pengandaian ini benar, kontradiksi Science dan Religious
21
Knowledge bisa terhindar dari polarisasi. Dengan demikian, Sains hanyalah sesuatu yang berusaha mengamati dan mempelajari ayat-ayat kauniyyah Tuhan yang Maha Esa. Karenanya, Agama akan memandu agar sains tetap dijalan yang semestinya. Melalui pendekatan ini dimungkinkan akan menjadikan pendidikan Islam sebagai sarana efektif dalam mengantarkan peserta didik sebagai insan intelektual dan insan moral.
B. Urgensi Pendidikan Dalam sebuah hadis riwayat Ibnu Uda, Rasulullah memerintahkan untuk menuntut ilmu sampai ke negeri Cina. Ini merupakan indikasi nyata urgensi pendidikan dalam Islam. Ini cukup untuk memahami bahwa pendidikan itu penting khususnya untuk umat Islam dan umumnya untuk seluruh umat. M. Fethullah Gulen mendefinisikan pendidikan sesuai dengan sabda-sabda Nabi Muhammad (saw). Oleh sebab itu, menurut pandangan beliau pendidikan itu penting. Karena hanya dengan pendidikan kita bisa mengatasi semua permasalahan
yang
kita
hadapi.
Dan
kalau
Nabi
Muhammad
(saw)
memerintahkan kita untuk menuntut ilmu berarti kita harus belajar ilmu karena tanpa ilmu kita ibarat burung tanpa sayap. Burung tidak mungkin terbang tanpa sayap, oleh karena itu manusia juga tidak mungkin bisa mengatasi permasalahan yang dia hadapi tanpa ilmu. Menurut Gulen, ada tiga musuh di dunia ini yang harus dibasmi dan dihilangkan. Ketiga hal tersebut adalah kebodohan, kemiskinan dan "internal schism". Kemiskinan bisa direduksi bahkan dihilangkan dengan penyediaan lapangan kerja dan peningkatan taraf ekonomi masyarakat. Zakat dan Shodaqoh merupakan cara-cara untuk mengatasinya. Internal schism semisal ancaman separatisme bisa dihilangkan dengan komunikasi pihak-pihak yang terlibat dan mendiskusikan masalah yang melatarbelakangi dan berusaha mencari solusinya. Ancaman yang sering merongrong sebuah negara ini bisa diatasi misal dengan pemberian status khusus ataupun otonomi. Kebodohan (ignorance) hanya bisa
22
diatasi lewat jalur pendidikan. Baginya, kita dikirim kedunia untuk belajar dan menyempurnakan diri lewat pendidikan. Pendidikan adalah "human service". Fethullah Gulen Chair UIN Jakarta menyelenggarakan konferensi bertajuk "The Significance of Education for The Future, The Gulen Model of Education", di Auditorium Prof Harun Nasution, Rabu (20/10). Direktur Fethullah Gulen Chair UIN Jakarta, Ali Unsal Ph.D, juga turut berpartisipasi dalam konferensi internasional ini. Dalam presentasinya, Ali memuji ide Fethullah Gulen yang sangat mengedepankan pendidikan. Karena menurut Gulen, pendidikan merupakan cara yang paling baik untuk merangkul seluruh kehidupan dan memiliki peran paling penting dalam menyebarkan keselarasan, keseimbangan, disiplin, dan tatanan dalam kehidupan individu dan sosial. 1. Pengertian Pendidikan Islam Education is perfecting process though which we earn, in the spiritual, intellectual, and physical dimensions of their beings, the rank appointed for us the perfect pattern of creation. Education through learning and a commendable way of life is a sublime duty that manifests the Divine Name Rabb (Upbringer and Sustainer). By fulfilling it, we attain the rank of true humanity and become a beneficial element of society.11 Pandangan Fethullah Gulen dalam pendidikan Islam hampir sama dengan Dr.Muhammad SA Ibrahimy (Bangladesh) mengemukakan pengertian pendidikan Islam sebagi berikut; "Islamic education in true sense of the term, is a system of education which enables a man to lead his life according to the islamic ideology, so that he may easily mould his life in according with tenent of islam"12. Pendidikan dalam pandangan yang sebenarnya adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya
11
Tughra Books, Essays - Perspectives - Opinions M. Fethullah Gulen, (New Jersey : Tughra Books, 2009), h. 67-71 12 http://bambumoeda.wordpress.com/2012/06/11/pengertian-pendidikan-islam/, Tanggal 4/3/2013, jam 16: 51
23
sesuai dengan cita-cita islam, sehingga dengan mudah ia dapat membentuk hidupnya sesuai dengan ajaran islam. Pengertian itu mengacu pada perkembangan kehidupan manusia masa depan tanpa menghilangkan prinsip-prinsip islami yang diamanahkan oleh Allah kepada manusia, sehingga manusia mampu memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidupnya seiring dengan perkembangan iptek. 2. Tujuan Pendidikan Islam Pada dasarnya setiap manusia memiliki tujuan yang hendak dicapainya, begitu pula dengan pendidikan juga mempunyai tujuan, hal ini tentunya saling berkaitan. Karena pada dasarnya pendidikan bertujuan untuk memelihara kehidupan manusia. Menurut Fethullah Gülen tujuan pendidikan adalah membentuk insan yang berguna. Dalam dasar-dasar pendidikan serta memperhitungkan peran itu harus dimainkan oleh Fethullah Gülen untuk membahas tujuan utama dari proses pendidikan. Pertama-tama Gülen melihat individu manusia berada di pusat dari setiap masalah besar umat manusia serta solusinya. Solusi jangka panjang masalah sosial seperti kurangnya pendidikan dan kemiskinan. Untuk alasan ini, dinamika yang mendasari pendekatan Gülen adalah dalam bidang pendidikan, saling pengertian, menghargai, memberi kesempatan, dan harapan.13 Jadi, tujuan utama pendidikan terdiri dari pembangunan karakter.14 Fethullah Gulen menekankan pentingnya pendidikan dan pengajaran dari sudut yang lain. Kita menjadi manusia hanya karena kita belajar, mendidik dan menginspirasi orang lain. Esensi kemanusiaan kita dengan
13
Aslandoğan, Yüksel and Muhammed Çetin. (2007). “Gülen‟s Educational Paradigm in Thought and Practice”. In Muslim Citizens of the Globalized World: Contributions of the Gülen Movement, ed. Robert A. Hunt and Yüksel A. Aslandoğan,pp. 332. 14 Mohamed, Yasien. The Educational Theory of FethullahGulen and its Practice in South Africa. In International Conference “Muslim World in Transition: Contributions of the Gulen Movement. Conference Proceedings. London, October 2007. p 556.
24
demikian bukanlah akal, otak ataupun pikiran, tetapi penggunaan akal agar berguna dan bermanfaat buat orang lain.15 Muhammad Fethullah Gulen juga berpendapat bahwa tujuan pendidikan untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat.16 Pandangan Gulen ini sangat berkait dengan pandangan Imam Al-Ghazali. Al-Ghazali mengatakan: "Dan sungguhnya engkau mengetahui bahwa hasil pengetahuan adalah mendekatkan diri kepada Allah, menghubungkan diri dan berhampiran dengan ketinggian malaikat, demikian itu di akhirat. Adapun di dunia adalah kemuliaan, kesabaran, dan penghormatan menurut kebiasaanya."17 Ungkapan tersebut menunjukkan Fethullah Gulen dan Al-Ghazali sangat memperhatikan kehidupan dunia dan akhirat sekaligus, sehingga tercipta kebahagiaan bersama di dunia dan di akhirat. Dari sini bisa dipahami bahwa menurut dua pemikir besar ini berpendapat seorang muslim tidak boleh hanya memandang satu sisi saja dunia atau akhirat saja, tetapi haruslah memperhatikan keduanya. 3. Materi Pendidikan Ada dua orientasi pemikiran tentang pembagian materi pendidikan. Pada satu sisi materi pendidikan hendaknya berorientasi pada pengembangan akal, sementara di sisi lain pada pengembangan agama. Menurut M. Fethullah Gulen kedua orientasi materi tersebut penting dan saling mengisi antara satu dengan yang lain. Pendidikan yang hanya menekankan aspek akal akan menggiring peserta didik bersikap materialistik dan acapkali tidak bermoral. Adapun pendidikan yang hanya menekankan pada aspek keagamaan akan menggiring hidup yang melalaikan dinamika peradaban dunia kekinian. Materi pendidikan hendaknya memadu kedua aspek tersebut secara serasi dan seimbang. 15
M. Fethullah Gulen, Sizinti Aylik Ilim ve Kultur Dergisi, (Istanbul: Mayis, 1981), h. 9 M. Fethullah Gulen, Olcu veya Yoldaki Isiklar, (Istanbul: Nil Yayinlari, 2003), h. 25 17 Imam Gazali, Ihyau „Ulumi'd-Din Turkce tercemesi, (Istanbul, Beyazit: Cile Yayinevi), Cilt I, h. 14 16
25
Di masa kontemporer ini ada sekolah yang telah didirikan di seluruh dunia terinspirasi oleh pemikiran Fethullah Gulen. Gülen percaya bahwa ketidaktahuan adalah musuh publik, dan dalam rangka untuk meminimalkan masalah ini, ia menyarankan orang-orang di sekitarnya untuk membuka sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan yang didirikan pada ilmu pengetahuan modern yang mengedepankan akhlak dan moralitas. Gülen percaya bahwa sistem pendidikan yang ada di Turki tidak menawarkan pengetahuan dan nilai-nilai untuk pengembangan holistik setiap peserta didik. Oleh karena itu mimpi Gülen untuk membangun sekolah-sekolah swasta di mana peserta didik diberi kesempatan untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan modern. Pada saat yang sama mereka juga dididik dengan moral, etika, dan cinta bagi umat manusia. Ciri khas sekolah ini adalah menintegrasikan dua orientasi yaitu akal dan agama. M. Fethullah Gulen berpendapat: "The spirit of the madrasa education and the spirit of the modern education
can come together. They can make a new marriage, and the mind's radiance and the heart's light can be reunited. With their union and integration, the student's zeal will take wing and fly".18 Yakni nilai-nilai pendidikan madrasah dan nilai-nilai pendidikan modern jika dikolaborasikan mungkin akan menghasilkan formulasi baru, cahaya fikiran dan cahaya hati dapat bersatu, dengan persatuan dan integrasi, peserta didik akan memiliki sayap dan terbang. Model
pembelajaran
sekolah
seperti
ini
sangat
baik
untuk
pembentukan kepribadian peserta didik. Setiap hari peserta didik dibimbing untuk mendalami ilmu, keluhuran hati dan ketulusan akhlak. Dengan demikian pembelajaran tidak hanya dilakukan di kelas tetapi juga di asrama.19
18
Understanding Fethullah Gulen, Journalist and Writers Foundation, h. 46 http://www.kharismabangsa.or.id/?midframe=/Admission/kurikulum.htm.diakses tanggal, 11/19/2012. 19
26
4. Metode Pendidikan Mengingat pendidikan sebagai kerja yang memerlukan hubungan erat antara dua pribadi, yaitu pendidik dan peserta didik, Fethullah Gulen dalam tulisan-tulisannya banyak mengulas tentang hubungan yang mengikat antara keduanya. Menurut beliau hubungan antara pendidik dan peserta didik sangat menentukan keberhasilan sebuah pendidikan selain akan memberikan rasa tenteram bagi peserta didik terhadap pendidik. Pekerjaan mengajar dalam pandangan Gulen adalah pekerjaan yang paling mulia sekaligus
sebagai
tugas
yang paling agung. Seperti
dikemukakannya: "I would be the slave of anyone who teaches me one letter."20 Karena belajar ilmu adalah perintah Allah swt. Ada pun pendidik adalah orang yang berusaha membimbing, meningkatkan, menyempurnakan serta menyucikan hati, hingga hati itu menjadi sangat dekat kepada Allah swt. Oleh sebab itu, mengajarkan ilmu pengetahuan dapat dilihat dari dua sudut pandang, pertama ia mengajarkan ilmu pengetahuan sebagai bentuk ibadah kepada Allah, dan kedua menunaikan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi. Dikatakan khalifah Allah, karena Allah telah membukakan hati seorang „alim dengan ilmu, yang mana dengan itu pula seorang „alim menampilkan identitasnya. Fethullah Gulen menganjurkan agar seorang pendidik bertindak sebagai seorang ayah dari seorang peserta didiknya. Kesucian hati seorang pendidik juga menjadi prioritas utama, karena seorang pendidik bagi peserta didik ibarat bayangan kayu. Bayangan tidak mungkin lurus bila kayunya bengkok. Fethullah Gulen mempunyai metode tersendiri dalam menyampaikan pelajaran kepada peserta didiknya. Perhatian Gulen tentang metode ini lebih dtujukan pada metode khusus bagi pelajaran agama untuk anak-anak.
20
Ali ibn Abu Talib berkata, "Saya akan menjadi budak pada siapa pun yang mengajari saya satu huruf."
27
Cendekiawan besar ini menangatakan perlunya memilih metode yang tepat dan sejalan dengan sasaran pendidikan. Berdasarkan hadis Nabi saw, "Sampaikan
ilmu
sesuai
dengan
kadar
kemampuan
akal",
Gulen
menganjurkan agar ilmu agama dan ilmu umum diberikan sesuai dengan tabiatnya, sesuai dengan kemampuan dan kesiapan peserta didik. Adapun metode yang digunakan oleh Fethullah Gulen adalah metode keteladanan bagi mental anak, pembinaan budi pekerti dan penanaman sifatsifat pada diri mereka. Maksudnya adalah memberikan contoh secara perbuatan. Hal tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip pendidik yang baik. Untuk melakukan hal tersebut Gulen memberikan asas-asas metode dalam mengajar dan mendidik yang sangat perlu diperhatikan oleh seorang pendidik dalam mengajar, yaitu: a. Pendidik sebaiknya menjelaskan sebuah topik pada level pemahaman peserta didik. Maksudnya adalah seorang pendidik haruslah paham dan tahu mana peserta didik yang cerdas dan lemah pemahamannya dan yang mudah menangkap pelajaran serta kemampuan peserta didik dalam menerima pelajaran yang disampaikan juga mana pelajaran yang pas dan cocok untuk diajarkan sesuai dengan kondisi dan daya pikir peserta didik tersebut. Hal tersebut perlu diperhatikan agar pelajaran yang disampaikan tersebut bisa dipahami peserta didik tersebut, dicerna serta diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga membawa manfaat dalam dirinya. b. Seorang pendidik haruslah berusaha untuk mengajar dengan cinta dan mengajarkan ilmu mereka dengan cara yang terbaik. Maksudnya adalah seorang pendidik dalam memberikan penjelasan ketika menyampaikan pelajaran haruslah dengan penjelasan yang jelas dan terperinci tanpa ada yang disembunyikan darinya. c. Jangan berpindah ke materi lain sebelum benar-benar dimengerti oleh peserta didik.
28
Hal tersebut dilakukan adalah untuk menghindarkan ketidakpahaman peserta didik dalam memahami pelajaran yang dipelajarinya, dan menghindari mendangkalnya otak dan melemahkan pikiranya serta mengaburkan pemahamannya. d. Kesalahan seorang peserta didik tidak boleh diumbar dan diperbincangkan di depan teman mereka untuk mempermalukan mereka. Pembelajaran memerlukan sikap toleransi dan sikap memaafkan. Hal tersebut dilakukan adalah untuk peserta didik tidak tersinggung dengan guru. Karena jika peserta didik tersinggung dengan pendidik maka ia tidak akan belajar dengan efektif. e. Jika diperlukan pendidik sebaiknya mendengarkan peserta didik yang berbagai masalah, memberi dukungan, dan membantu mereka. Selalu memberikan pengertian dan nasihat-nasihat. Nasehat perlu diberikan kepada siswa dengan tujuan agar mereka bisa berjalan sesuai dengan tuntunan agama, dan menghindarkan dari kenakalan dan maksiat.21
5. Kurikulum Pendidikan Kurikulum merupakan suatu hal yang penting karena kurikulum bagian dari program pendidikan. Tujuan utamanya adalah meningkatkan kualitas pendidikan dan bukan semata-mata hanya menghasilkan suatu bahan pelajaran. Kurikulum tidak hanya memperhatikan perkembangan dan pembangunan masa sekarang tetapi juga mengarahkan perhatian ke masa depan. Untuk mengetahui konsep kurikulum menurut Fethullah Gulen dapat dilihat dari sekolah yang didirikan dengan ide-idenya. Kurikulum sekolahsekolah yang didirikan di berbagai negara berdasarkan pendapat Fethullah Gulen. Sekolah-sekolah ini bermotto "right environment for learning"
21
M. Enes Ergene, Gulen Hareketinin Analizi Gelenegin Modern Caga Tanikligi, (Izmir: Yeni Akedemi Yayinlari, 2005), h. 318-330
29
menekankan diri pada kurikulum yang berbasis pengembangan skill, pengetahuan dan akhlak sebagai misinya. M. Fethullah Gulen mengatakan: "Agama dan ilmu pengetahuan bukanlah dua hal yang berbeda tetapi dua hal yang esensial dan melengkapi satu sama lain. Belajar sains dan agama harus sama-sama dipandang sebagai kegiatan ibadah. Sains hanyalah sesuatu yang berusaha mengamati dan mempelajari ayat-ayat kauniyyah Allah yang Maha Esa. Karenanya, agama akan memadu agar sains tetap dijalan yang semestinya". 22 Ciri khas kurikulum sekolah yang terinspirasi M. Fethullah Gulen adalah sebagai berikut: a. Berusaha membentuk pelajar yang tidak hanya unggul dalam hal sains dan karakter, tetapi juga menonjol secara sosial, emosional dan dalam performansi fisik semisal dibidang seni. b. Sebuah kurikulum terus menerus direvisi dan dikembangkan disesuaikan dengan kebutuhan siswa. c. Help students garner realistic objectives that foster a fondness of their language and culture, and a keen awareness of their surroundings to help them to become tolerant, open-minded and respectful towards other cultures in the multicultural context of the region and the internasional sphere. d. Terintegrasi dengan teknologi. Semua sekolah yang terinspirasi Gulen pasti mendukung pengajaran sains dengan menyediakan fasilitas pengajaran komplit yang dilengkapi laborat. Karenanya tak mengherankan bila dalam olimpiade "sains", banyak siswa yang menyabet berbagai penghargaan internasional. e. Kombinasi Kurikulum Nasional dan Internasional. Secara umum, kurikulum yang diterapkan di sekolah mengacu pada kurikulum nasional
22
M. Enes Ergene, Gulen Hareketinin Analizi Gelenegin Modern Caga Tanikligi, (Izmir: Yeni Akedemi Yayinlari, 2005), h. 237
30
yang diperkuat dengan kurikulum yang dikembangkan oleh yayasan terinspirasi ide-ide Fethullah Gulen sendiri yang berorientasi pada kurikulum
internasional.
Hubungannya
kurikulum
dengan
tujuan
pendidikan sangat erat dan dan dapat digambarkan dengan bagan sebagai berikut:
Dasar-dasar Pendidikan
Kurikulum Pendidikan
Sesuai dengan
Pandangan hidup falsafah bangsa
Manusia Berilmu dan Berguna
Anak didik
Tujuan Pendidikan
f. Pembentukan karakter dan akhlak lewat pendidikan moral serta pengembangan dan pengajaran sains terkini. g. Mempunyai
fasilitas
bahasa
yang
canggih
dan
mewajibkan
penggunaannya, baik Turki maupun Inggris. Fasilitas olahraga pun demikian. h. Training for Trainer, pelatihan bagi para pengajr dan staffnya. Termasuk berbagi pengalaman, ide dan motivasi antar pengajar yang rutin diadakan. Juga pengembangan kurikulum yang selau dikontrol. i. Kurikulumnya bervisi "To partipate in the education endeavors by making students knoe that they are the most beloved creations of God and to comprehend the exact meaning of the spirit of unity, helping appreciating to each other with care. We believe that this is the only way to reach for humanity and the real happiness". Visi ini jelas sesuai dengan konsep
31
pendidikan yang diteoritisikan oleh Gulen, bahwa pendidikan tidak hanya bertujuan untuk membuat mereka mendapatkan kehidupan yang baik, lebih lanjut pendidikan adalah untuk menyadarkan kita akan Allah dengan segala kuasanya dan akan pentingnya moralitas, spiritualitas dalam hidup. Membimbing siswa agar berguna bagi nusa dan bangsanya, menjadi lembga pendidikan terdepan di dunia dengan sistem unggul. Konsep sekolah-sekolah terinpirasi Fethullah Gulen yang futuristis ini tentunya akan melahirkan generasi bangsa yang handal yang tidak hanya berpengetahuan tetapi juga bermoral dan mempunyai kualitas leadership. Yang luar biasa tentunya adalah bagaimana sekolah berusaha membentuk pelajar yang tidak hanya unggul dalam hal sains dan karekter, tetapi juga menonjol secara sosial, emosional, dan dalam performansi fisik semisal dibidang seni. Ini adalah pandangan komprehensif, suatu perspektif yang melihat pendidikan sebagai wahana untuk membentuk manusia yang ideal. Cara yang holistik seperti ini adalah kurikulum dasar pendidikan model Gulen.
C. Guru Sebagai Pendidik Pendidik adalah arsitek rohani bagi generasi setelah kita. Mereka akan membuat berbagai hal baru di setiap ranah kehidupan masyarakat dengan menebarkan inspirasi dari hati mereka yang penuh dengan nilai-nilai ukhrawi kepada umat yang membutuhkannya". Guru berpengaruh pada peserta didik lebih daripada orang tua dan masyarakat. Karena guru adalah seorang tukang kebun yang
menanam
benih-benih
kemanusiaan
yang
sejati,
pemandu
yang
berpengalaman untuk membantu peserta didik dalam memecahkan masalah yang dihafal oleh peserta didik, guru adalah seorang rela berkorban untuk peserta didiknya dan guru hidup untuk menghidupkan peserta didiknya bukan hidup untuk hidup. Membicarakan tentang pendidikan maka tidak lepas dari berbagai komponen-komponen pendidikan, antara lain pendidik dan peserta didik serta kedudukannya sebagai makhluk sosial dan makhluk bertuhan dengan berbagai
32
implikasinya. Maka dari itu diperlukan pemaparan yang rinci terhadap ua komponen tersebut secara utuh. 1. Pengertian dan Tugas Guru Sebagai Pendidik Menurut M. Fethullah Gulen guru adalah representasi ilmu pengetahuan, keimanan, akhlak dan seni. Pendidik adalah memberikan ilmu dan menjadi agen perubahan, yang positif dalam kehidupan peserta didik mereka. Mengutip contoh dari Nabi Muhammad saw sebagai seorang pendidik yang sempurna, Gülen mencatat bahwa Nabi Muhammad saw memimpin dengan memberikan contoh-contoh melalui perilaku, perbuatan baik, dan kebajikan yang diajarkan anggota keluarganya dan sahabat-sahabatnya dalam Islam. Seorang pendidik harus orang yang mementingkan semua aspek pikirannya, jiwa, dan diri serta berusaha untuk meningkatkan kesempurnaan yang tepat untuk masing-masing. Dari karya Fethullah Gulen penulis mengklasifikasi sifat yang harus dimiliki para pendidik menurut Fethullah Gulen sebagai berikut: Sifat Pertama, yang dimiliki para pendidik adalah iman yang sempurna. Al-Qur'an telah menyatakan bahwa iman kepada Allah swt. adalah tujuan utama dari penciptaan manusia dengan segala makrifat, mahabbah, kerinduan, dan berbagai sifat rohaniah yang dimiliki oleh makhluk Allah yang satu ini. Sebab itu, maka pendidik selalu memikul tanggung jawab untuk membangun dimensi keimanan dan pemikirannya. Terkadang hal itu dilakukan dengan menempuh berbagai jalan yang dapat mengantarkannya pada kedalaman entitas alam semesta, dan terkadang hal itu dilakukan dengan memungut hikmah yang ditemukan di sekelilingnya untuk kemudian menerapkannya pada dirinya. Ketika itu terjadi, pastilah hakikat penciptaan yang tersembunyi di dalam jiwanya akan muncul ke luar. Tanpa cahaya keimanan, seorang pendidik tidak akan mampu mengenali dirinya dan peserta didiknya.
33
Sifat kedua, yang dimiliki para pendidik adalah memiliki cinta membara („isyq)23 yang merupakan eliksir (obat serbaguna) bagi kehidupan demi mewujudkan sebuah kebangkitan baru. Tujuan pendidik adalah mewujudkan sebuah kebangkitan baru oleh karena itu pendidik harus memiliki cinta membara kepada peserta didiknya. Siapa pun yang mengisi serta menyiapkan hatinya hanya untuk iman dan mengenal Allah, pasti akan merasakan cinta yang dalam terhadap Allah, manusia, dan bahkan seluruh alam semesta. Pendidik yang mencintai Allah pasti akan menghabiskan umurnya di tengah kondisi turun-naik cinta, dan spiritualitas yang siap mengayomi seluruh entitas. Tanpa „isyq, seorang pendidik tidak akan pernah dapat mencapai sebuah revolusi baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Sifat ketiga, yang dimiliki para pendidik adalah menyikapi ilmu dengan penuh pertimbangan, logika, dan perasaan. Sikap inilah yang menjadi kunci jawaban atas kecenderungan manusia yang terkadang terjebak pada asumsi-asumsi "gelap" pada satu masa dalam sejarah. Sebab itulah maka hal ini menjadi satu langkah penting dalam upaya menyelamatkan generasi baru dari kehancuran. Sifat keempat, yang harus dimiliki para pendidik adalah pemikir dan penggerak. Yang dimaksud dengan "manusia pemikir dan penggerak" adalah sosok pribadi pendobrak revolusioner yang tak pernah berhenti bergerak mengikuti derap langkah yang selalu mengikat seluruh dunia dalam satu sistem.
Pendidik-pendidik
inilah
yang
setelah
selama
berabad-abad
sebelumnya sempat nyaris roboh, mampu kembali melakukan gerakan untuk membangun spiritualitas dan moral peserta didik serta kembali melakukan interpretasi atas nilai sejarah kita. Sifat kelima, yang dimiliki para pendidik adalah rasa tanggung jawab dan mengorbankan dirinya untuk peserta didiknya. Di mana pun ia berada, seorang pendidik sejati adalah contoh sempurna dari rasa tanggung jawab. Dia
23
192, 229
M. Fethullah Gulen, Ruhumuzun Heykelini Dikerken, (Izmir: Nil Yayinlari, 2006), h.
34
selalu siap mengorbankan segala anugerah yang telah diterimanya dari Allah swt. tanpa keraguan sedikit pun, demi peserta didiknya. Dia tidak pernah takut pada apapun dan tidak pernah mempersembahkan hatinya kecuali hanya untuk Allah swt. Seorang pendidik sejati selalu menghargai nilai-nilai luhur yang muncul dari hatinya dengan sungguh-sungguh seperti sikapnya terhadap tindakan muraqabah (self-supervision). Dia selalu melaksanakan tanggung jawabnya dengan tulus seperti sikapnya ketika beribadah. Dia sangat mengetahui cara berkorban demi mewujudkan cita-citanya, baik dengan nyawanya sendiri maupun kehormatan, baik keluarga maupun sanak family, baik dengan masa kini maupun masa depan, dan semua itu ia lakukan tanpa keraguan sedikit pun. Sifat keenam, yang dimiliki para pendidik adalah mempunyai ruhani yang sangat dalam. Karena perilaku dan tutur katanya akan dijadikan suri teladan yang baik bagi peserta didik dan sebagai tanda bahwa ruhaninya adalah sehat. Setiap kali ia melihat, mendengar, atau memegang sesuatu, maka ia selalu ingat kepada Allah, sehingga Allah menjadi sumber hidup baginya. Setiap kali ia mengamalkan ilmunya, maka Allah akan menambah ilmu baginya dan ia akan selalu diberi petunjuk oleh-Nya, sehingga ia akan mendapatkan jalan keluar bagi setiap kesulitanya dan ia akan menjadi tuntunan hidup bagi peserta didiknya, sehingga semua peserta didik menjadikan pribadinya sebagai tuntunan hidup bagi mereka. Sifat ketujuh, yang dimiliki para pendidik adalah ilmu pedagogi dan psikologi dan prinsip-prinsip Al-Qur'an tentang psikologi dan pedagogi. Maka untuk mengatasi problem-problem peserta didik, pendidik perlu mengetahui tentang pedagogi dan psikologi. Sifat kedelapan, yang dimiliki para pendidik adalah sabar dalam mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Sifat kesembilan, yang dimiliki para pendidik adalah senantiasa membekali
dirinya
dengan
ilmu
pengetahuan
dan
bersedia
untuk
35
meningkatkan kualitas pribadinya. Pendidik harus mengikuti perkembangan di bidang mereka. Sifat kesepuluh, yang dimiliki para pendidik adalah pendidik menjelaskan topic pada tingkat peserta didik. Sifat kesebelas, yang dimiliki para pendidik adalah konsisten dengan apa yang diucapkan. Sifat ini dikaitkan dengan surat as-saff ayat kedua yang berbunyi "Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?".
2. Kedudukan Guru Sebagai Pendidik Guru atau pendidik sebagai salah satu aspek dari pendidikan yang mempunyai kedudukan sangat penting. Sebegitu pentingnya sehingga peran yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajar tidak bisa digantikan dengan teknologi yang canggih sekalipun. M. Fethullah Gulen memberikan kedudukan terbesar kepada guru dalam masyarakat. Guru adalah pemimpin yang suci bagi semua peserta didik. Dialah membentuk kehidupan para peserta didiknya. Dialah menanamkan dan memuliakan akhlak dan karekter pada peserta didik. Dan peran guru lebih berpengaruh daripada orang tua pada peserta didik. Bahkan Gulen berpendapat keutamaan seorang pendidik disebabkan oleh tugas mulia yang diembannya. Tugas yang diemban seorang guru hampir sama dengan tugas yang diemban seorang rasul. Oleh sebab itu kita sebagai orang Islam harus menghormati kepada guru.24 Pekerjaan sebagai guru adalah pekerjaan yang suci, baik ditinjau dari sudut masyarakat dan negara maupun ditinjau dari sudut keagamaan. Guru sebagai pendidik adalah seorang yang rela berkorban untuk masyarakat dan negara. Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik mereka agar menjadi orang yang berkepribadian mulia. Tugas guru tidak hanya sebatas 24
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata istiyak yang berasal dari kata Arab „isyq diartikan: "perasaan tertarik hati seorang hamba kepada Allah ketika berkomunikasi dengan-Nya untuk mendapatkan kenikmatan".
36
dinding sekolah, tetapi juga diluar sekolah. Dia hidup untuk menghidupkan orang lain bukan hidup untuk hidup, dan mencari ridha Allah swt dalam setiap langkahnya. Tinggi atau rendahnya kebudayaan suatu masyarakat dan maju mundurnya tingkat kebudayaan suatu masyarakat sebagian besar tergantung kepada pendidikan dan pengajaran yang diberikan oleh guru.
D. Peserta Didik Dengan berpijak pada paradigma "lifelong learning" yaitu belajar sepanjang masa maka istilah yang tepat untuk menyebut individu yang menuntut ilmu adalah peserta didik bukan anak didik, peserta didik mempunyai pengertian yang sangat luas yang tidak hanya melibatkan anak-anak, tetapi juga pada orang dewasa. Sementara itu, istilah anak didik hanya dikhususkan bagi individu yang masih berumur kanak-kanak. 1. Pengertian dan Tugas Peserta Didik Menurut M . Fethullah Gulen peserta didik dapat diartikan adalah orang yang menjalani pendidikan dan untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu kesempurnaan insan dengan mendekatkan diri pada Allah dan kebahagian di dunia dan di akhirat maka jalan untuk mencapainya diperlukan belajar dan belajar itu juga termasuk ibadah, juga suatu keharusan bagi peserta didik untuk menjauhi sifat-sifat dan hal-hal yang tercela, jadi peserta didik yang baik adalah peserta didik yang mempunyai cirri-ciri sebagai berikut: a. Kejujuran: ini adalah salah satu dasar umum hidup dalam semua tingkatan. Berbohong, curang, menyontek, atau menggunakan sesuatu tanpa izin seharusnya tidak ditoleransi di sekolah, hal tersebut tidak dapat diterima di setiap segmen masyarakat. b. Kesopanan: ini adalah bagian utama dalam dasar rasa hormat untuk diri sendiri dan orang lain. Untuk itu, peserta didik harus memikul tanggung jawab atas pemilihan kata dan tinggi-rendah suara mereka. Perlakuan sopan dan rasa hormat yang sama diberikan kepada yang lebih tua dan teman sebaya.
37
c. Peserta didik hendaknya jangan berteman dengan orang yang membuat peserta didik menjadi malas belajar tapi bertemanlah dengan peserta didik yang sukses dan dapatkan saran dari mereka. Fethullah Gulen ambil hadits sebagai sumber dasar yaitu: Diriwayatkan dari 'Uqbah bin Amir, ia berkata; Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah bersabda:
…ِ…اَلَّلهُـّمَ إِ ِّنيْ أَعُوْذُبِكَ مِنْ صَاحِبِ الّسُوْء “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari teman yang jahat”25 d. Hubungan sosial: Peserta didik perlu diajarkan untuk menghindari penggunaan kata kotor dan mengejek dalam memanggil satu sama lain. Mereka tidak boleh melupakan bahwa mengucilkan, menjadikan bahan tertawaan, mencela, membentuk kelompok adalah hal baru. Peserta didik perlu ditegur dan diingatkan akan sikap tersebut sehingga mereka menganggap serius hal tersebut. e. Peserta didik hendaknya bersikap hormat dan rendah hati terhadap pendidik. Sifat rendah hati dan hormat adalah sifat yang sangat ditekan oleh Fethullah Gulen kepada seorang peserta didik yang sedang mencari ilmu. f. Peserta didik hendaknya tidak mempelajari satu disiplin ilmu sebelum menguasainya. Maksudnya adalah seoarng peserta didik yang sedang belajar sebelum memahami ilmu yang satu jangan berpindah kepada mempelajari ilmu yang lain. g. Peserta didik hendaknya ketika masuk kelas harus dengan suasana hati yang dipersiapkan, penuh harapan dan mendengarkan pendidik dengan pendengaran spiritual. Karena yang paham materi bukan hanya otak tetapi hati juga, kalau peserta didik tidak dengarkan pendidik dengan
25
http://www.sizinti.com.tr/arsiv/yil/1979.html
38
pendengaran spiritual maka akan kurang paham materi yang sedang dipelajari.26
2. Kedudukan Peserta Didik M. Fethullah Gulen memberikan kedudukan yang besar kepada peserta didik dalam masyarakat. Dalam bukunya "Ruhumuzun Heykelini Dikerken" beliau memberikan nama lain kepada peserta didik yaitu "generasi impian". Menurut Gulen yang disebut sebagai generasi impian adalah representasi ilmu pengetahuan, keimanan, akhlak, dan seni. Mereka adalah para arsitek rohani bagi generasi setelah kita. Mereka akan membuat berbagai hal baru di setiap ranah kehidupan masyarakat dengan menebarkan inspirasi dari hati mereka yang penuh dengan nilai-nilai ukhrawi kepada umat yang membutuhkannya. Segala bentuk kehilangan, kesia-siaan, kegilaan, dan obsesi yang dialami oleh generasi sebelum kita adalah perkara serius yang terjadi karena mereka tidak bertemu dengan generasi impian yang sedang kita bicarakan ini.27
E. Potensi Peserta Didik Manusia diciptakan sebagai makhluk yang unik. Masing-masing diberi kelebihan dan kekurangan. Tidak ada satu pun manusia yang hanya memiliki sisi positif. Sebaliknya, tidak ada manusia yang hanya memiliki sisi negatif.
26
(HR. Al-Thabrani dalam al-Kabir-nya (14227) dengan isnad yang shahih. al-Hafidz Al-Haitsami menyebutkannya dalam Majma' al-Zawaa-id (10/144). 27 M. Fethullah Gulen, Cekirdekten Cinara (Bir Baska Acidan Aile Egitimi), (Izmir: Nil Yayinlari, 2002), h.
BAB IV ANALISIS KOMPARATIF PEMIKIRAN MUHAMMAD FETHULLAH GULEN TENTANG PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK DENGAN PEMIKIRAN AL-GHAZALI Pada pembahasan sebelumnya penulis telah mengemukakan pemikiran M. Fethullah Gulen tentang pendidikan Islam. Maka dengan tidak mengacu kepada satu pemikiran pendidikan Islam saja, penulis ingin mengkolaborasikan pemikiran-pemikiran para ahli pendidikan Islam yang sependapat dengan pemikiran M. Fethullah Gulen tentang pendidikan Islam. A. Pendidik M. Fethullah Gulen mengemukakan bahwa seorang pendidik dituntut untuk terlebih dahulu mengetahui tugas dan tanggung jawabnya, yaitu berupaya membantu dalam rangka membimbing peserta didiknya untuk memiliki ilmu pengetahuan, keimanan, akhlak mulia, seni dan keterampilan yang bermanfaat bagi dirinya dan bagi seluruh umat. Sependapat dengan Imam Al-Ghazali, yang menyarangkan agar guru harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik:
39
40
1.
Guru harus mempunyai sifat kasih sayang. Sifat ini sangat penting bagi seoarang pendidik sebab dengan sifat tersebut dapat menimbulkan rasa percaya diri dan rasa tentram pada diri peserta didik terhadap gurunya.
2. Seorang guru atau pendidik adalah orang yang mempunyai keikhlasan yang tinggi serta kesabaran. 3. Menjadi teladan bagi peserta didik. Seorang guru mengamalkan ilmunya, dan menyelaraskan antara perkataan dan perbuatan. Seorang pendidik tidak hanya pandai berbicara dihadapan peserta didiknya tetapi harus bisa memberikan contoh pada peserta didiknya. 4. Menjadi pengarah bagi peserta didik. Selain dari contoh teladan bagi peserta didik seorang pendidik harus bisa menjadi pengarah bagi peserta didiknya. Dan seorang pendidik tidak boleh membiarkan peserta didiknya mempelajari pelajaran yang lebih tinggi, sebelum ia menguasai pelajaran yang sebelumnya. Serta tidak boleh membiarkan peserta didiknya lalai kepada Allah. 5. Memahami Psikologis peserta didik. Perbedaan usia akan mempengaruhi tingkat kemampuan, kecerdasan dan bakat seorang pendidik. 6. Istikamah dengan apa yang diucapkan. Bila seorang guru melakukan sesuatu perbuatan yang tidak sesuai dengan apa yang diucapkanya akan meninggalkan wibawanya sebagai seorang guru.28 Selain tugas-tugas di atas, guru juga mempunyai kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Zakiyah Darajat membaginya dalam tiga kompetensi, yaitu: 1. Kompetensi kepribadian Setiap guru mempunyai kepribadiannya sendiri-sendiri yang unik. Tidak ada guru yang sama, walaupun mereka sama-sama mempunyai pribadi keguruan. Jadi pribadi keguruan itu pun unik pula, dan perlu dikembangkan secara terus menurus agar guru itu terampil dalam:
28
128
M. Fethullah Gulen, Ruhumuzun Heykelini Dikerken, (Izmir: Nil Yayinlari, 2006), h.
41
a. Mengenal dan mengakui harkat dan potensi dari setiap individu atau peserta didik yang diajarkanya. b. Membina suatu suasana sosial yang meliputi interaksi belajar mengajar sehingga amat bersifat menunjang secara bermoral (batinah) terhadap murid bagi terciptanya kesepahaman dan kesamaan arah dalam pikiran serta perbuatan murid dan guru. c. Membina suatu perasaan saling menghormati, saling bertanggung jawab dan saling mempercayai antara guru dan murid. 2. Kompetensi pengusahaan atas bahan pengajaran Penguasaan yang dimaksud meliputi bahan bidang studi sesuai dengan kurikulum dan bahan pendalaman aplikasi bidang studi. Kesemuanya ini amat perlu dibina karena selalu dibutuhkan dalam: a. Menguraikan ilmu pengetahuan atau kecakapan dan apa-apa yang harus diajarkan ke dalam bentuk komponen-komponen dan informasi-informasi yang sebenarnya dalam bidang ilmu atau kecakapan yang bersangkutan. b. Menyusun komponen-komponen atau informasi-informasi itu sedemikian baiknya sehingga akan memudahkan murid untuk mempelajari pelajaran yang diterimanya. 3. Kompetensi dalam cara-cara mengajar Kompetensi dalam cara-cara mengajar atau keterampilan dalam mengajar sesuatu bahan pengajaran sangat diperlukan guru. Khususnya keterampilan dalam: a. Merencanakan atau menyusun setiap program satuan pelajaran, demikian pula rencanakan atau menyusun keseluruhan kegiatan untuk satu satuan waktu. b.
Mempergunakan dan mengembangkan media pendidikan (alat bantu atau alat peraga) bagi murid dalam proses belajar yang diperlukan.
c. Mengembangkan dan mempergunakan semua metode-metode mengajar sehingga terjadilah kombinasi-kombinasi dan variasinya yang efektif.
42
Ketiga aspek kompetensi tersebut di atas harus berkembang secara selaras dan tumbuh terbina dalam kepribadian guru. Dengan demikian itu dapat diharapkan dari padanya untuk mengerahkan segala kemampuan dan keterampilannya dalam mengajar secara profesional dan efektif.29
B. Peserta Didik Masa depan setiap individu terkait erat dengan kesan dan pengaruh yang dialami selama masa kanak-kanak dan remaja. Jika anak-anak dan orang muda yang dibesarkan dalam iklim dimana antusiasme mereka dirangsang dengan perasaan yang lebih tinggi, mereka akan memiliki pikiran yang kuat dan menampilkan akhlak dan kebajikan yang baik. Kemanusiaan berbanding lurus dengan kemurnian emosi kita. Peserta didik hari ini adalah pemegang kendali segala pemasalahan, merekalah yang akan melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan dimasa depan nanti. Maka jika hari ini guru telah menunaikan amanat lewat pendidikan dan ajaran yang Islami, lewat teori dan praktek. Insy Allah kelak mereka akan lahir generasi yang intelektual muslim yang komitmen terhadap Islam.30 Setiap peserta didik harus mempunyai cita-cita, untuk mewujudkan citacitanya, peserta didik akan kerja keras, penuh kerinduan sampai mendapatkan cita-citanya. Dengan cita-cita dapat menjadikan hidup manusia lebih berarti, kalau peserta didik tidak punya cita-cita bahwa dia tidak mungkin bisa bermanfaat bagi dirinya sendiri dan bagi bangsa. Dari sini kita bisa memahami bahwa pendidikan hendaknya mendorong peserta didik untuk memiliki cita-cita, karena peserta didik yang ideal adalah memiliki cita-cita yang tinggi.31 Oleh sebab itu, tujuan pendidikan menurut Fethullah Gulen adalah jangan sampai peserta didik mejadi orang pintar saja, tetapi juga membuat pengetahuan 29
Imam Gazali, Ihyau „Ulumi'd-Din Turkce tercemesi, (Istanbul, Beyazit: Cile Yayinevi), Cilt I, h. 25 30 Zakiyah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), cet. Ke-2, h. 263-264 31 M. Fethullah Gulen, Ruhumuzun Heykelini Dikerken, (Izmir: Nil Yayinlari, 2006), h. 178
43
panduan dalam kehidupan dan untuk menerangi jalan menuju kesempurnaan manusia dan harus menjadi orang yang berguna dalam masyarakatnya sendiri dan masyarakat yang lain. Bagi Gülen, pengajaran dan pendidikan adalah dua jalan yang menjadi satu tetapi aspek yang paling penting dari pendidikan adalah mengajar. Pengajaran dipandang sebagai tindakan yang suci. Pendidikan dan pengajaran adalah jalan yang paling utama bagi kemajuaan bangsa, mencapai kedudukan yang ideal dan model di dunia. Tugas dari guru adalah memberikan ilmu dan menjadikan perubahan-perubahan positif dalam kehidupan peserta didik mereka untuk tercapailah cita-cita bangsa yang tinggi. Mengutip contoh dari Nabi Muhammad saw sebagai seorang pendidik yang sempurna, Gülen mencatat bahwa Nabi Muhammad saw memimpin dengan memberikan contoh-contoh melalui perilaku, perbuatan baik, dan kebajikan yang diajarkan anggota keluarganya dan sahabat-sahabatnya
dalam
Islam.
Seorang
pendidik
harus
orang
yang
mementingkan semua aspek pikirannya, jiwa, dan diri serta berusaha untuk meningkatkan kesempurnaan yang tepat untuk masing-masing.32 Maka dari itu pengajaran dan pendidikan tidak dapat dipisahkan. Bangsa harus mementingkan pengajaran dan pendidikan. Pendidikan budi pekerti atau pendidikan akhlak adalah dasar dan fundamental bagi semua pendidikan yang lain, karena pendidikan menyangkut pendidikan moral. Jadi pendidikan yang diharapkan oleh Fethullah Gulen adalah pendidikan yang tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan saja, tetapi juga mendidik akhlak bagi peserta didik. Untuk mencapai keberhasilan pendidikan diperlukan kerjasama antara pendidik dan peserta didik. Walau bagaimanapun pendidik berusaha menanamkan pengaruhnya kepada peserta didik, apabila tidak ada kesediaan dan kesiapan dari pesert didik sendiri untuk mencapai tujuan, maka pendidikan susah dibayangkan dapat berhasil. Kepentingan kerjasama ini mendapat perhatian besar dari para ulama. Perhatian itu terlihat dari banyaknya syarat dan petunjuk yang mereka susun untuk dilaksanakan oleh peserta didik. 32
http://www.fethullahgulen.com/tr/media-gallery/mediaitem/902-prizma-mefkure-insani
44
Maka dari itu agar kerjasama antara pendidik dan peserta didik dapat berjalan dengan baik, maka tidak hanya pendidik saja yang harus mengetahui tugas dan tanggung jawabnya, peserta didik pun harus mengetahui tugas dan tanggung jawabnya, berikut pula adalah pesanan Imam al-Ghazali mengenai kewajiban guru dalam menjalani proses pengajaran-pembelajaran yang dikutip daripada kitab-kitab beliau: Ihya „Ulumuddin, Fatinah al-„Ulum, Mizan al-„Amal dan Risalah al-Laduniah. Mengenai kewajiban peserta didik, Al-Ghazali menjelaskan setiap peserta didik hendaklah: 1. Terlebih dahulu membersihkan diri daripada sifat-sifat keji. Sebab menuntut ilmu merupakan ibadah batin untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. 2. Mengurangkan hubungan dengan anasir luar (hal keduniaan) atau berkonsentrasi kepada belajar. 3. Menyerahkan jiwa-raga sepenuhnya kepada gurunya. Tidak sombong kepada guru dan ilmu. 4. Mengelak daripada mempelajari perkara khilaf di peringkat awal. Murid pemula hendaknya menghilangkan pandangan-pandangan khilafiah. 5. Mempelajari sebanyak bidang ilmu yang termampu, tetapi mestilah menurut urutan keutamaan dengan mementingkan ilmu-ilmu agama untuk persiapan hari akhirat. 6. Belajar hendaknya bertujuan: di dunia untuk menghiasi batin dengan keutamaan dan diakhirat untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. 33 Selain tugas-tugas yang telah dipaparkan di atas, peserta didik juga harus memelihara adab (etiquette) terhadap guru maupun adab sesama teman belajar, berikut ini adalah adab yang harus di pelihara oleh peserta didik terhadap guru dan sesama teman belajarnya menurut Musa Kazim Gulcur dan Zakiyah Darajat, yaitu:
33
M. Fethullah Gulen, Cekirdekten Cinara (Bir Baska Acidan Aile Egitimi), (Izmir: Nil Yayinlari, 2002), h.
45
1. Adab terhadap guru a. Ucapkanlah salam terlebih dahulu bila berjumpa dengan guru b. Senantiasa penuh dan hormat kepada segala perintah guru, sepanjang tidak melanggar perintah agama dan undang-undang negara c. Tunjukkan perhatian ketika guru sedang memberikan pelajaran, dan bertanyalah dengan sopan menurut keperluannya d. Listen to a teacher with your spiritual ears e. Don't go on to something else until you have understood what you are working on f. Try to make friends with successful teachers and get tips from them g. Bersikap merendah diri, sopan dan hormat dalam bergaul atau berhadapan dengan guru h. Jangan berjalan di muka atau berjalan mendahului guru 2. Adab terhadap sesama teman belajar a. Senantiasa menjaga jarak antar murid pria dan murid wanita, karena dalam pergaulan di antara mereka itu sering terbuka peluang yang mengganggu kehidupan belajar dan dapat berakibat jauh dalam kehidupan mereka kelak b. Berpakaian secara pantas, sopan dan memadai sehingga tidak melampaui batas pandangan mata yang dapat menimbulkan berbagai gairah yang menyesatkan c. Pelihara diri dari ucapan dan tingkah laku yang saling memikat agar terhindar dari pikiran dan perbuatan maksiat d. Saling ingat-mengingatkan di antara mereka kepada kehormatan dirinya, kepada tanggung jawab yang dipikul di atas pundaknya serta keselamatan dunia dan akhirat, sehingga mereka terhindar dari keterlanjuran yang mungkin terjadi e. Secara bersama-sama senatiasa membina pergaulan sesuai dengan normanorma agama dalam berbagai kegiatan belajar di luar maupun di dalam kelas/sekolah f. Do not maintain ties with people who discourage you from learning or dislike your studying
46
g. Try to make friends with successful students and get tips from them h. Be respectful and humble towards your friends34
C. Potensi Dasar (fitrah) Manusia dan Implikasinya terhadap Pendidikan Menurut Fethullah Gulen peserta didik adalah manusia yang memiliki fitrah atau potensi untuk mengembangkan diri. Fitrah atau potensi tersebut mencakup iradah, akal, hati, hati nurani, perasaan dan jiwa yang mana kala diberdayakan secara baik akan menghantarkan seseorang bertauhid kepada Allah dan kesuksesan di dunia dan di akhirat.35 Manusia itu terdiri atas substansi, yaitu pertama, substansi jasad, yang bahan dasarnya adalah dari materi yang merupakan bagian dari alam semesta ciptaan Allah Swt yang dalam pertumbuhan dan perkembangannya tunduk dan mengikuti aturan, hukum, ketentuan Allah Swt yang berlaku di alam semesta. Kedua, substansi nonjasadi, yaitu penghembusan peniupan ruh ke dalam diri manusia sehingga manusia merupakan benda organic yang mempunyai hakikat kemanusiaan serta mempunyai berbagai alat potensial dan fitrah.36 Menurut Fethullah Gulen, jasad adalah tempat dimana jiwa berada, meskipun jiwa bukan tujuan utama bagi manusia namun tanpa jasad jiwa tidak akan berkembang secara sempurna, dan melalui wasilah jasad jiwa manusia akan memberikan makna tertentu Oleh karena itu Gulen menganjurkan manusia untuk senantiasa memelihara tubuhnya antara lain: pertama, sederhana dalam makan dan minum -karena telah dianjurkan dalam riwayat hadis Nabi Muhammad saw- untuk menjaga tubuh selalu sehat, kedua, mendidik diri -karena seluruh badan kita mempunyai kebutuhan, misalnya jika merasa lapar perut memmbutuhkan makanan, diri kita juga membutuhkan berakhlak yang baik- untuk dapat berbudi yang baik. 34
Ghazali Bin Basri, Falsafah Pendidikan Islam Huraian Konsep & Aplikasi, (Brunei Darussalam: PP KUPU SB, 2008), H. 90 35 Islam in Practice, Good Character, A Comprehensive Guide to Manners and Morals in Islam, (New Jersey: Tughra Books, 2011), h. 28-29 36 Zakiyah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), cet. Ke-2, h. 274-275
47
Jika ditinjau dari segi bahasa, fitrah berarti: "ciptaan, sifat tertentu yang mana setiap yang maujud disifati dengan Allah pada masa awal penciptaan, sifat pembawaan manusia -sejak lahir- agama, as-sunnah. Menurut Imam Gazali, fitrah adalah suatu sifat dasar manusia yang dibekali sejak lahirnya, dengan memiliki keistimewaan sebagai berikut: 1. Beriman kepada Allah Swt 2. Kemampuan dan kesediaan untuk menirima kebaikan dan keturunan atau dasar kemampuan untuk menerima pendidikan dan pengajaran 3. Dorongan ingin tahu untuk mencari hakikat kebenaran yang merupakan daya untuk berfikir 4. Dorongan biologis yang berupa syahwat dan ghodob 5. Kekuatan-kekuatan lain dan sifat-sifat manusia yang dapat dikembangkan dan disempurnakan.37 Adapun implikasi fitrah dan potensi bagi peserta didik dalam pendidikan ialah: Menurut Fethullah Gulen maka dengan ajaran beriman kepada Allah, beriradah, rajin, bekerja keras, hidup berdisiplin, mempunyai rasa tanggung jawab bebaslah manusia itu dan berkembanglah pribadinya insy Allah tida ada satu benda pun yang menghalanginya.38 Penulis berpendapat bahwa kita saksikan saat ini, diberbagai negara di dunia banyak individu yang seakan tenggelam dalam keterpurukan, hidup berlandaskan pada ideologi-ideologi buatan manusia, dan banyak yang terjerembab dalam kekosongan jiwa dan masa depan semu. Tidak sedikit negara yang terpuruk meski menyandang nama sebagai negara maju. Banyak pula individu yang hidup dalam jiwa yang rapuh meski jabatan dan kekayaannya melimpah. Sesungguhnya, setiap manusia yang fitrah ingin hidup dalam kebermanaan yang dilandaskan pada ideologi sejati. Sebenarnya manusia telah
37
Dari Video peluncuran buku Bangkitnya Spiritualitas Islam Karya Muhammad Fethullah Gulen, Tanggal 3 April 2013 38 Zainuddin dkk, Seluk-beluk Pendidikan dari Al Ghozali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), cet. Ke-1, h. 66-67
48
dilengkapi dengan alat-alat potensial dan potensi-potensi dasar atau fitrah, jikalu diaktualkan dan ditumbuh kembangkan dalam kehidupan nyata di dunia ini melalui pendidikan maka akan berubah dunia kita. Adapun fitrah manusia hanya bisa dididik oleh Allah Swt, namun dalam mendidik peserta didik potensi dasar tersebut tidak akan berpengaruh tanpa ada lingkungan yang membentuknya. Sehingga ada enam macam faktor yang saling berkaitan dan berpengaruh antara faktor yang satu dengan faktor yang lainnya, yaitu faktor tujuan, pendidik, peserta didik, alat pendidikan, lingkungan dan keluarga.
D. Kewajiban Pendidik dan Peserta Didik dalam Menuntut Ilmu Sebagai Pengembangan Potensi Menurut M.Fethullah Gulen dan Al-Ghazali 1. Sumber Ilmu Ilmu atau sains adalah sejenis pengetahuan manusia yang diperoleh dengan riset terhadap objek-objek yang empiris. Dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya manusia akan dapat menetralisir perkembangan fitrahnya dari pengaruh negative yang ditimbulkan oleh lingkungan dimana dia berada. Maka dari itu hukumnya kewajiban yang harus dilakukan oleh peserta didik untuk menuntut ilmu agar potensi atau fitranya dapat berkembang terus dengan baik dan benar. M. Fethullah Gulen berbeda pendapat dengan Hamka dalam permasalahan
mengklafisikasikan
sumber
ilmu.
Fethullah
Gulen
mengklasifikasikan sumber ilmu kepada tiga jenis yaitu: a. Haber-i Mutevatir (riwayat yang kuat). Ini dibagi menjadi dua yang pertama adalah ilmu pengetahuan yang bersumber dari Allah Swt melalui wahyu-Nya, kebenaranya bersifat mutlak. Yang kedua adalah ilmu pengetahuan yang bersumber dari sunnah nabi Muhammad Saw. Kebenaranya
bersifat
mutlak
kalau
diriwayatkan
dengan
benar.
Kebenaranya tidak akan bersifat mutlak kalau diriwayatkan dengan lemah.
49
Riwayat yang lemah harus dibandingkan dengan Al-Qur'an jika sesuai dengan ayat Al-Qur'an maka bersifat mutlak juga. b. Ilmu pengetahuan yang diupayakan manusia, melalui proses kerja rasional sebagai anugerah tertinggi dari tuhan dengan melihat berbagai fenomena sebagai ayat-ayat Allah Swt yang terbetang di alam semesta ini. Kebenaran penegetahuan melalui proses ini bersifat relatif, sebatas kemampuan akal dalam menemukan kebenaran tersebut. c. Ilmu pengetahuan yang bersumber dari kepekaan indrawi (Havass-i Selime. Kebenaranya tidak bersifat mutlak.39 Sedangkan Imam Al-Ghazali membagi ilmu pengetahuan yang bersumber dari Syari'at (pengetahuan syari'at) dan Ghairu Syari'at (aqliyah), ilmu yang bersumber dari syari'at antara lain: a. Ushul (pokok atau asal), yang terdiri dari empat pengetahuan. Al-Qur'an, As-Sunah, Ijma' umat (Tarikh) dan Atsar sahabat. b. Furu'
(cabang),
yaitu
pengetahuan
yang
berhubungan
dengan
kemaslahatan dunia seperti ilmu fiqh dan pengetahuan yang berhubungan dengan kemaslahatan akhirat seperti ilmu akhlak atau etika Islam yang lebih memperhatikan penyempurnaan hati. c. Muqaddimah (pengantar atau pendahuluan), yaitu ilmu yang merupakan alat, seperti ilmu bahasa dan tata bahasa (nahwu). Kedua ilmu ini tidak termasuk kedalam ilmu syari'at, tetapi harus dipelajari dan sebagai alat untuk mempelajari ilmu-ilmu syari'at. d. Mutammimat (penyempurna), yang juga berfungsi untuk mempelajari sumber-sumber syari'at, antara lain: ilmu Al-Qur'an, ilmu Hadis, dan ilmu Atsar sahabat. Ilmu yang bersumber dari Ghairu Syari'at (aqliyah). Antara lain: Sumber-sumber primer dari pengetahuan Ghairu Syari'at (aqliyah) adalah akal pikiran, eksperimen dan akulturasi. Dengan demikian lapangan
39
Dari Video peluncuran buku Bangkitnya Spiritualitas Islam Karya Muhammad Fethullah Gulen, Tanggal 3 April 2013
50
pengetahuannya dibatasi dalam hal-hal yang ada, dapat diamati dan dicapai oleh naluri. Ilmu yang terpuji adalah yang berhubungan dengan kemaslahatan dunia, dan ilmu yang tercela adalah yang sangat merugikan dirinya atau yang lainnya, sedangkan ilmu yang mubah ialah yang tidak dilarang secara tegas oleh syra' dan karenanya dapat dibenarkan oleh hukum, dan kemudian pula oleh semua ilmu pengetahuan yang rasional filosofis.40 2. Klasifikasi Ilmu Menurut Fethullah Gulen ilmu adalah mengetahui sesuatu sesuai dengan hakekatnya. Fethullah gulen mengklasifikasikan ilmu sebagai berikut: a. Ilim (ilmu) Menurut Gulen ilmu berbeda dengan bilim (sains) karena sumber ilmu adalah wahyu yaitu Al-Qur'an dan hadist nabi Muhammad saw. Sebab membebaskan manusia daripada kejahilan. Ilmu kenbenaranya mutlak karena wahyu dari Allah Swt. Al-Qur'an tidak mengajarkan kimia, kedokteran, Nabi Muhammad Saw tidak pula mengajarkan ilmu yang demikian, meski demikian Al-Qur'an dan Hadits Nabi Muhammad Saw selalu senantiasa membuka pintu akal untuk menyeledikinya, oleh sebab itu tidaklah heran kalau beberapa abad setelah Nabi Muhammad Saw wafat dunia Islam menjadi negara yang sekaya-kayanya dengan segala macam ilmu. b. Bilim (Sains) Kata sains berasal dari kata science (bahasa Inggris). Sains sepenuhnya adalah hasil usaha manusia dengan perangkatnya yaitu panca indra dan akal, maka sains tidak membicarakan sesuatu yang tidak dapat dijangkau oleh panca indra dan akal. Kebenaranya tidak mutlak bisa salah bisa juga benar.41
40
M. Fethullah Gulen, Prizma 2, (Izmir: Nil Yayinlari, 2002), h. 55-56 Zainuddin dkk, Seluk-beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), cet. Ke-1, h. 36-37 41
51
Menurut penulis klasifikasi ilmu menurut Islam seperti yang diterangkan oleh Fethullah Gulen di atas, menjadi latar belakang munculnya system pendidikan. Lalu para tokoh tersebut mengembangkan ilmu pengetahuan yang bersumber dalam Al-Qur'an sehingga menjadi sumber yang paling utama terhadap munculnya ilmu pengetahuan, dan terus berkembang sampai pada saat ini. 3. Urgensi Menuntut Ilmu Menurut Fethullah Gulen arti ilmu adalah pengenalan seseorang kepada Sang Maha Pencipta, kemudian mengenalkan Sang Pencipta kepada orang lain. dan hendaknya mereka meyakini, bahwa tuhan kita mempunyai sifat-sifat dan nama-nama Yang Mahamulia. Berikutnya, hendaklah ia mengenal Tuhan-nya dengan sebenar-benar pengenalan. Adapun ungkapan, "Siapa yang mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya,"42 Al-Qur'an menganjurkan manusia untuk mencari ilmu pengetahuan. Sebagaimana yang telah disebutkan oleh Allah „Azza wa Jalla di dalam firman-Nya berikut ini,
Artinya : "(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orangorang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran".43(Al-Zumar: 9) Hal tersebut juga seiring dengan pendapat Fethullah Gulen, yakni di dalam agama Islam diberi perintah yang sekeras-kerasnya untuk menuntut
42 43
M. Fethullah Gulen, Prizma 4, (Izmir: Nil Yayinlari, 2005), h. 96-97-98-99-100 M. Fethullah Gulen, Irsad Ekseni, (Izmir: Nil Yayinlari, 2008), h. 121-122
52
ilmu, karena bahwasanya kecerdikan adalah cahaya dan kebodohan adalah kegelapan. Oleh karena itu Islam sangat menganjurkan kepada pemeluknya untuk senantiasa mencari ilmu. Bahkan bagi mereka yang giat mencari ilmu mendapatkan berbagai intensif dari Allah Swt, seperti diangkat derajatnya dan dimudahkan baginya jalan menuju surge, seperti dalam firman-Nya Qs. AtTaubat ayat 22:
Artinya : "Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar."44 (At-Taubah: 22) Dari hasil pemikiran para tokoh di atas penulis berkesimpulan bahwa dengan adanya ilmu pengetahuan tentunya dapat membangun kemajuan suatu masyarakat dan negara agar menjadi bangsa yang berilmu dan beradab. Selain itu ilmu juga digunakan untuk mendapatkan kedhidupan dunia dan akhirat yang seimbang, karena tanpa ilmu kehidupan manusia akan, sia-sia, dan keberadaannya tidak berarti bagi dirinya dan orang lain. Pada dasarnya ilmu mendorong seseorang untuk mengenal dan mencintai Tuhannya. Sebab, ilmu harus menjadi sumber kehidupan bagi jiwa dan perasaannya. Berapa banyak orang yang hidup sia-sia karena tidak mempunyai ilmu pengetahuan, sehingga ia mengabaikan fitrah atau potensi kemanusiaannya yang suci. Fitrah tersebut ia rusak dengan menjerumuskan dirinya pada prilaku yang tidak terpuji. 4. Hal-hal yang Harus Dilakukan Pendidik dan Peserta Didik dalam Menuntut Ilmu Dalam kaitannya dengan peserta didik, M. Fethullah Gulen dan AlGhazali menjelaskan bahwa mereka adalah makhluk yang telah dibekali dengan potensi atau fitrah untuk beriman kepada Allah SWT. Fitrah itu sengaja disiapkan oleh Allah SWT sesuai dengan kejadian manusia yang 44
Departemen Agama RI, Al-Qur'an Terjemah Per-Kata Type Hijaz, (Sygma: Bandung, 2007), h. 459.
53
tabi'at dasarnya adalah cenderung kepada agama tauhid (Islam). Untuk itu, seorang pendidik betugas mengarahkan fitrah tersebut agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tujuan penciptaannya sebagai manusia. a. Mendahulukan kesucian jiwa daripada kejelekan akhlak. b. Jangan lalai dalam menuntut ilmu karena diri merasa kaya atau mampu atau berkedudukan tinggi. c. Mengurangi hubungan keluarga dan menjauhi kampung halamannya sehingga hatinya hanya terikat pada ilmu. d. Tidak bersikap sombong terhadap ilmu dan menjauhi tindakan tidak terpuji kepada guru, bahkan ia harus menyerahkan urusannya kepadanya. e. Menjaga diri dari mendengarkan perselisihan diantara manusia. f. Tidak mengambil ilmu terpuji selain mendalaminya hingga ia dapat mengetahui hakikatnya. g. Mencurahkan perhatian terhadap ilmu yang terpenting, yaitu ilmu akhirat. h. Hendaklah tujuan murid itu ialah untuk mnghiasi batinnya dengan sesuatu yang akan mengantarkannya kepada Allah SWT. i. Peserta didik dalam menuntut ilmu hendaknya berkeinginan untuk mencari keridhaan Allah Swt, sebab dengan ilmu yang luas itulah dapat mengenal Allah Swt.45
45
Departemen Agama RI, Al-Qur'an Terjemah Per-Kata Type Hijaz, (Sygma: Bandung, 2007), h. 190.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan M.
Fethullah
Gulen
mempunyai
kekhasan
dalam
pemikiran
pendidikannya, yaitu pemikiran yang menyandarkan segalanya kepada konse AlQur'an dan Hadits, baik secara tujuan, kurikulum, metode tinjauannya terhadap pendidik, peserta didik, dan evaluasi. Disamping itu, konsep pendidikan Islam Fethullah Gulen, lebih menekankan pada pentingnya iman sempurna, membara cinta, menyikapi ilmu Islam dengan logika dan perasaan, mengorbankan diri, akhlak, moral, kebersihan hati dalam mencari ilmu pengetahuan (belajar mengajar). Artinya adalah beliau mengatakan seorang pendidik dan orang-orang yang sedang mencari ilmu pengetahuan, bila tidak mengorbankan dir, iman sempurna, cinta dan tidak membersihkan hatinya terlebih dahulu maka mustahil ilmu pengetahuan tersebut akan dapat dikuasai artinya tidak ada hasilnya bagi si pendidik dan peserta didik. Urgensi menuntut ilmu ialah agar manusia dapat menumbuh kembangkan potensi yang ada pada dirinya, agar nantinya tetap eksis dalam kehidupannya dan dapat menjadi manusia yang beradab dan berakhlak. Dengan menuntut ilmu hendaklah ia mengenal Tuhan-nya dengan sebenar-benar pengenalan. Untuk itu maka diperlukan adanya integrasi antara ilmu agam dan sains.
54
55
B. Saran Sebagai akhir dari tulisan ini, penulis akan memberikan sara-saran sebagai berikut: 1. Berangkat dari pemikiran M. Fethullah Gulen dalam pendidikan Islam di atas, maka bagi orang yang akan berkecimpung dalam dunia pendidikan kiranya dapat menjadikan pemikiran M. Fethullah Gulen sebagai bahan pandangan, acuan dalam mengembangkan pendidikan Islam kedepan. 2. Pendidikan Islam kedepan membutuhkan orang-orang berkompeten di bidang pendidikan, agar peserta didik bangsa menjadi peserta didik yang berkualitas secara intelektual dan emosional, oleh karena itu bagi pendidik janganlah lari dari falsafah pendidikan itu sendiri 3. Bagi guru, seharusnya dapat menanamkan pendidikan Islam kepada peserta didik agar pendidikan itu tidak hanya mencerdaskan saja melainkan dapat menjadikan peserta didik berakhlak muila. 4. Bagi peserta didik, seharusnya bias lebih mentghormati gurunya dan jangan pernah merasa bosan dalam menuntut ilmu karena umur bukan merupakan patokan dalam meraih cita-cita di masa depan. 5. Dalam penelitian ini mungkin masih banyak kekurangan dan kesalahan, dan mungkin masih banyak pemikiran M. Fethullah Gulen tentang pendidikan Islam yang belum terungkap, maka diharapkan pada peniliti lain untuk bias mengkaji lebih dalam lagi, supaya terdapat konsep yang ideal.
DAFTAR PUSTAKA Alim, Muhammad, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim, Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2006 Aslandoğan, Yüksel and Muhammed Çetin. (2007). “Gülen‟s Educational Paradigm in Thought and Practice”. In Muslim Citizens of the Globalized World: Contributions of the Gülen Movement, ed. Robert A. Hunt and Yüksel A. Aslandoğan, Basri, Ghazali Bin, Falsafah Pendidikan Islam Huraian Konsep & Aplikasi, Brunei Darussalam: PP KUPU SB, 2008 Books, Tughra, Essays – Perspectives – Opinions M. Fethullah Gulen, (New Jersey : Tughra Books, 2009), h. 67-71 Darajat, Zakiyah, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008, cet. Ke-2 Departemen Agama RI, Al-Qur'an Bandung, 2007
Terjemah Per-Kata Type Hijaz, Sygma:
Ergene, M. Enes, Gulen Hareketinin Analizi Gelenegin Modern Caga Tanikligi, Izmir: Yeni Akedemi Yayinlari, 2005 _________________, Gulen Hareketinin Analizi Gelenegin Modern Caga Tanikligi, Izmir: Yeni Akedemi Yayinlari, 2005 Gazali, Imam, Ihyau „Ulumi'd-Din Turkce tercemesi, Istanbul, Beyazit: Cile Yayinevi, Cilt I Gulen, M. Fethullah, Irsad Ekseni, Izmir: Nil Yayinlari, 2008 _________________, Olcu veya Yoldaki Isiklar, Istanbul: Nil Yayinlari, 2003 _________________, Cekirdekten Cinara (Bir Baska Acidan Aile Egitimi), Izmir: Nil Yayinlari, 2002. _________________ Prizma 2, Izmir: Nil Yayinlari, 2002 _________________, Prizma 4, Izmir: Nil Yayinlari, 2005 _________________, Ruhumuzun Heykelini Dikerken, Izmir: Nil Yayinlari, 2006 _________________, Sizinti Aylik Ilim ve Kultur Dergisi, Istanbul: Mayis, 1981
56
57
_________________, Kehidupan Rasul Allah Muhammad SAW, Jakarta: Murai Kencana, 2002 Halim, Soebahar, H. Abd.. Wawasan Baru Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam mulia 2002 http://bambumoeda.wordpress.com/2012/06/11/pengertian-pendidikan-islam/, Tanggal 4/3/2013, jam 16: 51 http://dinmuridin.blogspot.com/2013/01/pemikiran-alghazali-dalampendidikan.html http://tr.fgulen.com/content/section/30/3/ http://www.fethullahgulen.com/tr/media-gallery/mediaitem/902-prizma-mefkureinsani http://www.kharismabangsa.or.id/?midframe=/Admission/kurikulum.htm.diakses tanggal, 11/19/2012. http://www.sizinti.com.tr/arsiv/yil/1979.html Islam in Practice, Good Character, A Comprehensive Guide to Manners and Morals in Islam, New Jersey: Tughra Books, 2011 Marimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung : Al-Ma'arif, 1962 Mulkhan, Abdul Munir, Paradigma Intelektual Muslim, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam dan Dakwah, Yogyakarta: Sipress, 1993 Suprayogo, Imam, Reformulasi Visi Pendidikan Islam, Malang : STAIN Press, 1999 Understanding Fethullah Gulen, Journalist and Writers Foundation Video peluncuran buku Bangkitnya Spiritualitas Islam Karya Muhammad Fethullah Gulen, Tanggal 3 April 2013 Yasien, Mohamed. The Educational Theory of FethullahGulen and its Practice in South Africa. In International Conference "Muslim World in Transition: Contributions of the Gulen Movement. Conference Proceedings. London, October 2007. Zainuddin dkk, Seluk-beluk Pendidikan dari Al Ghozali, Jakarta: Bumi Aksara, 1991, cet. Ke-1
DAFTAR REFERENSI No 1
2
3
4
5
6 7
8
9 10
11
12
13
No Halaman BAB Referensi Fotnote Skripsi 1 I 1 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim ( Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2006 ), hlm 8 2 I 2 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Al-Ma’arif, 1962), h.23 3 I 2 Soebahar, H. Abd. Halim. Wawasan Baru Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam mulia 2002), h. 12 4 I 3 Muhammad Fethullah Gulen, Kehidupan Rasul Allah Muhammad SAW, (Jakarta: Murai Kencana, 2002), h. xvi-xviii 5 I 4 Muhammad Fethullah Gulen, Kehidupan Rasul Allah Muhammad SAW, (Jakarta: Murai Kencana, 2002), h.xviii 6 I 5 Imam Suprayogo, Reformulasi Visi Pendidikan Islam, (Malang : STAIN Press, 1999), hlm.25. 7 II 13 M. Fethullah Gulen, Cahaya Abadi Muhammad Saw. Kebanggaan Umat Manusia, (Jakarta: Republika, 2012), h.1203-6 8 II 16 M. Fethullah Gulen, Cahaya Abadi Muhammad Saw. Kebanggaan Umat Manusia, (Jakarta: Republika, 2012), h. 1206-1210 9 II 17 http://tr.fgulen.com/content/section/30/3/ 10 III 19 Abdul Munir Mulkhan, Paradigma Intelektual Muslim, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam dan Dakwah, (Yogyakarta: Sipress, 1993), h. 184 11 III 22 Tughra Books, Essays – Perspectives – Opinions M. Fethullah Gulen, (New Jersey : Tughra Books, 2009), h. 67-71 12 III 22 http://bambumoeda.wordpress.com/2012/06/11/ pengertian-pendidikan-islam/, Tanggal 4/3/2013, jam 16: 51 13 III 23 Aslandoğan, Yüksel and Muhammed Çetin. (2007). “Gülen‟s Educational Paradigm in Thought and Practice”. In Muslim Citizens of the Globalized World: Contributions of the Gülen Movement, ed. Robert A. Hunt and Yüksel A. Aslandoğan,pp. 332.
Paraf
14
14
III
23
15
15
III
24
16
16
III
24
17
17
III
24
18
18
III
25
19
19
III
25
20
20
III
26
21
21
III
28
22
22
III
29
23 24 25
23 24 25
III III III
29 31 31
26
26
III
32
27 28
27 28
III III
35 36
29
29
III
37
30
30
III
38
31
31
IV
40
Mohamed, Yasien. The Educational Theory of FethullahGulen and its Practice in South Africa. In International Conference “Muslim World in Transition: Contributions of the Gulen Movement. Conference Proceedings. London, October 2007. p 556. M. Fethullah Gulen, Sizinti Aylik Ilim ve Kultur Dergisi, (Istanbul: Mayis, 1981), h. 9 M. Fethullah Gulen, Olcu veya Yoldaki Isiklar, (Istanbul: Nil Yayinlari, 2003), h. 25 Imam Gazali, Ihyau „Ulumi‟d-Din Turkce tercemesi, (Istanbul, Beyazit: Cile Yayinevi), Cilt I, h. 14 Understanding Fethullah Gulen, Journalist and Writers Foundation, h. 46 http://www.kharismabangsa.or.id/?midframe=/ Admission/kurikulum.htm.diakses tanggal, 11/19/2012. Ali ibn Abu Talib berkata, “Saya akan menjadi budak pada siapa pun yang mengajari saya satu huruf.” M. Enes Ergene, Gulen Hareketinin Analizi Gelenegin Modern Caga Tanikligi, (Izmir: Yeni Akedemi Yayinlari, 2005), h. 318-330 M. Enes Ergene, Gulen Hareketinin Analizi Gelenegin Modern Caga Tanikligi, (Izmir: Yeni Akedemi Yayinlari, 2005), h. 237 Tercemesi yapilacak Kaynak lazim wawancara olabilir. M. Fethullah Gulen, Ruhumuzun Heykelini Dikerken, (Izmir: Nil Yayinlari, 2006), h. 192, 229 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata istiyak yang berasal dari kata Arab „isyq diartikan: “perasaan tertarik hati seorang hamba kepada Allah ketika berkomunikasi dengan-Nya untuk mendapatkan kenikmatan”. http://www.sizinti.com.tr/arsiv/yil/1979.html (HR. Al-Thabrani dalam al-Kabir-nya (14227) dengan isnad yang shahih. al-Hafidz Al-Haitsami menyebutkannya dalam Majma' al-Zawaa-id (10/144).
M. Fethullah Gulen, Cekirdekten Cinara (Bir Baska Acidan Aile Egitimi), (Izmir: Nil Yayinlari, 2002), h. M. Fethullah Gulen, Ruhumuzun Heykelini Dikerken, (Izmir: Nil Yayinlari, 2006), h. 128 Ihya Ulumuddin…..
32
32
IV
42
33 34
33 34
IV IV
42 42
35
35
IV
43
36
36
IV
44
37
37
IV
45
38
38
IV
46
39
39
IV
47
40
40
IV
47
41
41
IV
49
42
42
IV
49
43
43
IV
50
44
44
IV
51
45
45
IV
51
46
46
IV
51
47
47
IV
53
Zakiyah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), cet. Ke-2, h. 263-264 Fethullah Gulen. http://www.fethullahgulen.com/tr/mediagallery/mediaitem/902-prizma-mefkure-insani M. Fethullah Gulen, Cekirdekten Cinara (Bir Baska Acidan Aile Egitimi), (Izmir: Nil Yayinlari, 2002), h. Ghazali Bin Basri, Falsafah Pendidikan Islam Huraian Konsep & Aplikasi, (Brunei Darussalam: PP KUPU SB, 2008), H. 90 Islam in Practice, Good Character, A Comprehensive Guide to Manners and Morals in Islam, (New Jersey: Tughra Books, 2011), h. 28-29 Dari Video peluncuran buku Bangkitnya Spiritualitas Islam Karya Muhammad Fethullah Gulen, Tanggal 3 April 2013 Zainuddin dkk, Seluk-beluk Pendidikan dari Al Ghozali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), cet. Ke-1, h. 66-67 Dari Video peluncuran buku Bangkitnya Spiritualitas Islam Karya Muhammad Fethullah Gulen, Tanggal 3 April 2013 M. Fethullah Gulen, Prizma 2, (Izmir: Nil Yayinlari, 2002), h. 55-56 Zainuddin dkk, Seluk-beluk Pendidikan dari AlGhazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), cet. Ke-1, h. 36-37 M. Fethullah Gulen, Prizma 4, (Izmir: Nil Yayinlari, 2005), h. 96-97-98-99-100 M. Fethullah Gulen, Irsad Ekseni, (Izmir: Nil Yayinlari, 2008), h. 121-122 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Terjemah PerKata Type Hijaz, (Sygma: Bandung, 2007), h. 459. Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Terjemah PerKata Type Hijaz, (Sygma: Bandung, 2007), h. 190. M. fethullah Gulen, Irsad Ekseni, (Izmir: Nil Yayinlari, 2008), h. 121-122-123 http://dinmuridin.blogspot.com/2013/01/pemikiranalghazali-dalam-pendidikan.html