EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE THE FIRING LINE DENGAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING PADA MATERI PENAMAAN SENYAWA KIMIA ( Suatu eksperimen di MA An-Nidham Demak Kelas X Tahun Ajaran 2011/2012)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Progam Studi Tadris / Pendidikan Kimia
Oleh: NUR AINI NIM. 083711020
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2012
1
ABSTRAK Judul
: Efektivitas Metode The Firing line Dengan Pendekatan Active Learning Pada Materi Penamaan Senyawa Kimia (Suatu Eksperimen Di MA AnNidham Demak Kelas X Tahun Ajaran 2011/2012). Penulis : Nur Aini NIM : 083711020 Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang berdesain “Two Group, Pretest Posttest Design”. Permasalahan dalam penelitian ini yaitu Efektifkah metode Firing Line dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas X di MA An-Nidham Kalisari Sayung Demak? Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektifitas penggunaan metode Firing Line dengan pendekatan active learning pada materi penamaan senyawa kimia di MA An-Nidham tahun 2011/2012. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X semester 1 MA An-Nidham Kalisari Sayung Demak tahun pelajaran 2011/2012 yang terbagi dalam 2 kelas sebanyak 80 peserta didik. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Terpilih peserta didik kelas X-2 sebagai kelas eksperimen dan peserta didik kelas X-1 sebagai kelas kontrol. Pada akhir pembelajaran kedua kelas diberi tes dengan menggunakan instrumen yang sama yang telah diuji validitas, reabilitas, taraf kesukaran dan daya pembedanya. Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode observasi, dokumentasi dan tes. Data dianalisis dengan uji statistik yakni perbedaan rata-rata (uji t) pihak kanan. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil perhitungan pada kemampuan akhir kelas eksperimen setelah mendapat perlakuan dengan menggunakan metode pembelajaran firing line diperoleh rata-rata 72,00 dan (SD) adalah 11,81, sedangkan untuk kelas kontrol dengan setelah mendapat perlakuan dengan menggunakan pembelajaran konvensional diperoleh rata-rata 64,25 dan (SD) adalah 11,91 dan t hitung = 2,923 dikonsultasikan dengan t tabel pada α = 5 %
dk = (n1 + n2 − 2) = 78 diperoleh t tabel = 1,991. Hal ini menunjukkan bahwa t hitung > t tabel sehingga Ho di tolak dan Ha diterima. Artinya rata-rata hasil belajar yang diajar dengan metode pembelajaran Firing Line lebih baik dari pada rata-rata hasil belajar kimia yang diajar dengan pembelajaran langsung dengan metode ceramah. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kimia dengan menggunakan metode firing line lebih baik dan efektif digunakan dari pada pembelajaran konvensional terhadap kemampuan pemecahan masalah pada materi tata nama senyawa kimia di MA An-nidham Sayung Demak dan disarankan guru dapat terus mengembangkan metode pembelajaran firing line dan menerapkan pada pembelajaran materi pokok yang lainnya.
ii
iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan taufik serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan judul”Efektivitas Metode The Firingline Dengan Pendekatan Active Learning Pada Materi Penamaan Senyawa Kimia( Suatu Eksperimen Di MA An-Nidham Demak Kelas X Tahun Ajaran 2011/2012)” dengan baik. Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat bantuan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini dengan rasa hormat yang dalam penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak DR. Suja’i, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Iislam Negeri Walisongo Semarang, yang telah memberikan ijin penelitian dalam rangka penyusunan skripsi ini. 2. Ibu Atik Rahmawati, M.Si, selaku Ketua Program Studi Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, sekaligusdosenpembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya, untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 3. Dosen, pegawai dan seluruh civitas akademika di lingkungan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang. 4. Bapak Su’udi Syukur, S.Ag Kepala MA An-nidham Kalisari Sayung Demak yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis. 5. Ibu Lina Agustina, S.Pd, guru kimia MA An-nidham Kalisari Sayung Demak yang telah berkenan memberi bantuan, informasi dan kesempatan waktu untuk melakukan penelitian. 6. Bapak dan Ibu guru serta karyawan MA An-nidham Kalisari Sayung Demak. 7. Abah Matrokani, Umi Maskanahsertaadik-adik (Faizah, Nikmah dan Khomsatun), yangtidakhenti-hentinya memberikan segalanya baik do’a semangat, cinta, kasih sayang, ilmu dan bimbingan, yang tidak dapat penulis ganti dengan apapun, serta dukungan materiil dan spritualnya.
vii
8. Sahabat-sahabat terbaikkuAni, Nunik, Pika, Niswah, Nadif yang telah memberikan semngat. 9. Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Kimia Angkatan 2008 atas motivasi yang diberikan kepada penulis. 10. Keluarga KKN posko 47 Bugel (Shonif, Ulung, Bari, Milan, Ja’far, Ariyanto, Endro, Nirma, Mb luq, Ila, Kokom, dan Firoh), yang telahmensuportselamapembuatanskripsi. 11. Semua pihak yang tdak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil demi terselesaikannya skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kekurangan. Kritik dan saran sangat penulis harapkan bagi setiap pembaca. Demikian penulis berharap bahwa skripsi ini dapat memberi manfaat dan inspirasi bagi penulis sendiri dan pembaca.
Semarang, 30Mei 2012 Penulis
Nur Aini NIM.083711020
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
ABSTRAK .......................................................................................................
ii
NOTA PEMBIMBING ....................................................................................
iii
PENGESAHAN ...............................................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN..........................................................................
vi
KATA PENGANTAR .....................................................................................
vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................
ix
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah............................................................
1
B. Rumusan Masalah .....................................................................
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................
6
BAB II : LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka………………………………..……………….
7
B. Kerangka Teoritik 1. Pengertian Belajar...............................................................
8
2. Hasil Belajar.......................................................................
10
3. Factor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar..............
12
4. Efektivitas...........................................................................
15
5. Pembelajaran Active Learning............................................
16
6. Metode The Firing Line......................................................
18
7. Tata Nama Senyawa Kimia.................................................
20
C. Kefektifan Metode Pembelajaran Firing Line Pada Materi Pokok Tata Nama Senyawa Kimia Terhadap Hasil Belajar Kelas X di MA An-Nidham……………………………………………………
27
D. Pengajuan Hipotesis..................................................................
30
BAB III : METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian ......................................................................
31
B. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................
31
C. Variabel......................................................................................
31
D. Metode Penelitian......................................................................
32
ix
E. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ...............
34
F. Teknik Pengumpulan Data .......................................................
36
G. Teknik Analisis Instrumen………………………………….....
39
H. Teknik Analisis Data ................................................................
43
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ................................................
48
1. Instrument Test Dan Analisis Butir Soal Instrumen……...
50
2. Data Nilai Awal (Pre-test)..………………………………
53
3. Data Nilai Akhir Eksperimen…………………………….
55
B. Analisis Data dan Pengujian Uji Hipotesis ...............................
57
1. Analisis Data Keadaan Awal…………………………….
57
2. Analisis Data Tahap Akhir………………………………
59
C. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................
62
D. Keterbatasan Penelitian .............................................................
66
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ...............................................................................
67
B. Saran-saran ................................................................................
67
C. Penutup .....................................................................................
68
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Nama-nama beberapa senyawa poliatomik .................................
23
Tabel 2.2 : Beberapa rumus molekul dan tata nama asam .............................
25
Tabel 2.3 : Nama senyawa basa .....................................................................
26
Tabel 2.4 : Rumus molekul dan nama trivialnya ...........................................
26
Tabel 4.1 : Hasil prosentase validitas butir soal.............................................
48
Tabel 4.2 : Hasil perhitungan tingkat kesukaran butir soal ............................
49
Tabel 4.3 : Hasil prosentase daya beda butir soal ...........................................
50
Tabel 4.4 : Daftar distribusi frekuensi dari data nilai awal kelas eksperimen ......................................................................................
51
Tabel 4.5 : Daftar distribusi frekuensi dari data nilai awal kelas kontrol .......
52
Tabel 4.6 : Daftar distribusi frekuensi dari data nilai akhir kelas eksperimen ......................................................................................
53
Tabel 4.7 : Daftar distribusi frekuensi dari data nilai akhir kelas kontrol.......
54
Tabel 4.8 : Daftar chi kuadrat data nilai awal .................................................
55
Tabel 4.9 : Daftar uji homogenitas data nilai awal .........................................
56
Tabel 4.10: Daftar chi kuadrat data nilai akhir ................................................
57
Tabel 4.11: Daftar uji homogenitas data nilai akhir.........................................
57
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1: Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar .....
12
Gambar 4.1: Histogram Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Awal Kelas Eksperimen ..............................................................................
51
Gambar 4.2: Histogram Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Awal kelas Kontrol ........................................................................................
52
Gambar 4.3: Histogram Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Akhir kelas eksperimen ..................................................................................
53
Gambar 4.4: Histogram Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Akhir kelas kontrol .........................................................................................
54
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kisi-kisi soal uji coba Lampiran 2 : Soal uji coba Lampiran 3 : Kunci Jawaban soal uji coba Lampiran 4 : Hasil analisis uji coba soal Lampiran 5 : Perhitungan validitas soal Lampiran 6 : Perhitungan realibilitas soal Lampiran 7 : Perhitungan daya pembeda soal Lampiran 8 : Perhitungan tingkat kesukaran soal Lampiran 9 : Silabus Lampiran 10 : RPP Lampiran 11 : Soal pretest Lampiran 12 : Kunci jawaban soal pretest Lampiran 13 : Soal posttest Lampiran 14 : Kunci jawaban soal posttest Lampiran 15 : Daftar nilai peserta didik kelas eksperimen Lampiran 16 : Daftar nilai peserta didik kelas kontrol Lampiran 17 : Data test kelompok eksperimen dan kontrol Lampiran 18 : Uji normalitas nilai Pre-test kelas kontrol Lampiran 19 : Uji normalitas nilai Pre-test kelas eksperimen Lampiran 20 : Uji normalitas nilai Post-test kelas kontrol Lampiran 21 : Uji normalitas nilai Post-test kelas eksperimen Lampiran 22 : Uji kesamaan dua varians data pre-test antara kelas eksperimen dan kontrol Lampiran 23 : Uji kesamaan dua varians data post-test antara kelas eksperimen dan kontrol Lampiran 24 : Uji perbedaan dua rata-rata data pre-test antara kelas eksperimen dan kontrol Lampiran 25 : Lembar observasi aktivitas psikomotorik peserta didik dalam pembelajaran dengan metode firing line Lampiran 26 :
Lembar
observasi
aktivitas
afektif
peserta
didik
dalam
xiii
pembelajaran dengan metode firing line Lampiran 27 : Hasil lembar observasi aktivitas psikomotorik peserta didik kelas eksperimen Lampiran 28 : Hasil lembar observasi aktivitas afektif peserta didik kelas eksperimen Lampiran 29 : Hasil lembar observasi aktivitas psikomotorik peserta didik kelas kontrol Lampiran 30 : Hasil lembar observasi aktivitas afektif peserta didik kelas kontrol
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang RI nomor 21 Tahun 2003 mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sehingga peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia serta keterampilan yang diperlukan masyarakat, bangsa dan negara.1 Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan bangsa. Berdasarkan undang-undang tersebut, dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan maka perlu dilakukan upaya-upaya menciptakan pendidikan yang mampu mendorong diri seseorang mau dan dapat belajar untuk mengembangkan bakat dan potensi-potensi lainnya secara optimal kearah positif. Kimia mempunyai konsep yang abstrak sehingga siswa sulit memahami dan membayangkan materi kimia. Maka dari itu guru dituntut agar bisa aktif dan kreatif
serta dapat mengembangkan diri, meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan terutama dalam hal belajar mengajar, dengan demikian siswa lebih mudah menyerap ilmu. Dewasa ini pengajaran kimia di Madrasah Aliyah dikembangkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku yaitu KBK tahun 2004 yang kemudian disempurnakan dengan KTSP tahun 2006 dimana para peserta didik diharapkan mampu menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Dalam KTSP guru dapat berkreasi dalam kegiatan belejar mengajarnya dengan berpatokan pada standar isi dan standar kompetensi kelulusan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk tercapainya tujuan pendidikan yang meliputi afektif, kognitif dan psikomotorik. Namun hal tersebut kurang
1
Made Pidarta, Landasan Kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2007), hlm. 10-11
1
dimanfaatkan secara optimal oleh para guru, sebagian besar guru masih belum paham akan pembelajaran yang berbasis kompetensi. Tiga pilar utama yang menunjukkan bahwa guru telah bekerja secara profesional dalam melaksanakan tugas pembelajaran kependidikan, yaitu: 1. Menguasai materi pembelajaran. 2. Profesional untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa dan, 3. Berkepribadian matang.2 Ketiga pilar tersebut saling kait mengait dan saling mendukung untuk meningkatkan kinerja pembelajaran.
Dengan menguasai materi seorang guru
dapat menyampaikan materi pembelajaran dengan baik, hal ini dapat diartikan sebagai usaha sadar seorang guru dalam pengelolaan kelas sehingga siswa dapat belajar aktif dan menyenangkan. Belajar aktif sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Karena pada dasarnya pembelajaran aktif merupakan suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk turut serta dalam proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya peserta didik akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan. Salah satu strategi belajar mengajar yang bertujuan meningkatkan mutu pendidikan adalah strategi active learning. Strategi active learning adalah salah satu cara strategi belajar mengajar yang menuntut keaktifan serta partisipasi siswa dalam setiap kegiatan belajar seoptimal mungkin sehingga siswa mampu mengubah tingkah lakunya secara efektif dan efisien.3 Satu cara yang paling efektif dan efisien untuk meningkatkan belajar aktif adalah dengan membagi peserta didik dengan berpasang-pasangan dan menyusun partner belajar. Sungguh sulit untuk terlewatkan dalam berpasangan. Juga sulit untuk bersembunyi dalam partner. Belajar dengan partner dapat dalam waktu pendek atau panjang. Belajar dengan partner dapat melakukan berbagai
2
Iskandar,Psikologi Pendidikan (Sebuah Orientasi Baru,(Ciputat: Gudang Persda Press), hlm. 107-108. 3
Hamdani,Strategi Belajar Mengaja, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hlm. 49
2
tugas secara cepat atau tugas yang memerlukan waktu lebih lama.4 Ketika peserta didik berjuang mempelajari keterampilan baru dan mengembangkan keterampilan yang ada, mereka perlu melatihnya secara efektif dan memperoleh feedback yang berguna. Firing line (garis tembak) adalah format gerakan cepat yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan seperti testing dan bermain peran, ia menonjolkan secara terus-menerus pasangan yang berputar, peserta didik mendapatkan kesempatan untuk merespon secara cepat pertanyaanpertanyaan yang dilontarkan atau tipe tantangan yang lain.5 Setiap materi pada mata pelajaran kimia memiliki karakteristik yang berbeda dan memiliki konsep yang berbeda dalam menyelesaikan suatu permasalahan, sehingga peserta didik harus memahami konsep yang satu digunakan dalam menyelesaikan soal atau suatu masalah tertentu. Selain itu dalam memahami setiap permasalahan antara peserta didik satu dengan peserta didik yang lain berbeda, begitu pula dalam menyelesaikan permasalahan pun dengan cara yang berbeda pula. “Tata nama dan penulisan rumus kimia sangatlah penting. Jenis senyawa anorganik sangat banyak, dan senyawa dinamai berdasarkan berbagai sistem tata nama.”6Tatanama senyawa kimia merupakan cara penamaan senyawa kimia yang sistematis dan spesifik, namun pemberian nama yang spesifik bukan berarti tanpa masalah sebab jumlah senyawa kimia sangat banyak. Tatanama senyawa kimia merupakan materi yang relatif mudah, bahkan dalam materi selanjutnya penamaan senyawa kimia seringkali diterapkan dalam berbagai soal. Tatacara penulisan senyawa kimia yang ada pada suatu senyawa organik berbeda dengan tatacara penulisan senyawa anorganik, masing-masing mempunyai karakteristik tersendiri. Tatanama senyawa kimia mudah dipahami karena jarang menggunakan simbol unsur kimia yang abstrak dan berada di lingkungan sekitar peserta didik. Pada materi ini tingkat pemahaman peserta didik
l4
Melvin L. Silberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madabi, 2007 ), hlm. 22 5
Melvin L. Silberman, Active, hlm.212
6
David E. Golberg, Kimia Untuk Pemula, (Jakarta: Erlangga, 2008), EdisiKetiga, hlm. 70
3
dalam menyelesaikan suatu masalah yang ada perlu adanya ketelitian dan kecermatan. Akan tetapi kecermatan dalam memberi nama suatu senyawa adalah salah satu permasalahan yang ada dalam materi tatanama senyawa kimia yang sering dialami peserta didik. Sehingga peserta didik cenderung merasa kesulitan mengerjakan setiap soal yang berkaitan dengan hal tersebut. Selain itu tingkat pemahaman tentang tatacara penulisan senyawa yang ada pada materi ini pun peserta didik masih kurang. Dengan demikian, guru dituntut mampu menerapkan metode yang sesuai dan mampu meningkatkan pemahaman peserta didik. Selama ini pembelajaran tatanama senyawa kimia yang diberlakukan di sekolah hanya mengajar secara monoton dan menggunakan metode ceramah. Hal ini membuat siswa jenuh dan kurang maksimal pemahamannya karena dalam penerapannya terdapat aturan-aturan tertentu untuk menentukan nama ilmiah zat yang bersangkutan. Penelitian akan dilaksanakan di MA An-Nidham Demak, dari observasi awal proses pembelajaran di kelas yang berlangsung di MA An-Nidham, menunjukkan bahwa siswa merasa jenuh, kurang semangat karena guru mengajar senantiasa untuk belajar kimia secara monoton, menggunakan metode ceramah, pembelajaran satu arah (berpusat pada guru) tanpa melibatkan kemampuan siswa. Sehingga suasana dalam pembelajaran terlihat kurang aktif dan tidak menyenangkan bagi peserta didik, sedangkan dalam pembelajaran kimia terutama pada materi tatanama senyawa kimia dalam pemecahan masalah dibutuhkan metode atau cara untuk menggali pemahaman dan pengetahuan peserta didik dalam menyelesaikan pemecahan masalah dengan mencari solusi sesuai pengetahuannya, dengan menerapkan konsep yang tepat. Dari kondisi ini maka diperlukan pembelajaran yang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan berbeda, sehingga siswa bersemangat untuk pembelajaran kimia yang melibatkan kemampuan siswa untuk memahami bacaan, menuangkan ide-ide, dan mengkomunikasikan pemikiran ide-ide mereka. Seperti halnya mengajak belajar sambil bermain dengan melibatkan peserta didik lain secara berpasangan, sehingga antara peserta didik satu dengan
4
peserta didik yang lain dapat berbagi dan saling bantu baik dalam kelompok kecil maupun dalam kelas. Karena dengan berpasangan diharapkan agar peserta didik dapat saling bantu dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dan dapat belajar untuk lebih cermat dalam mengerjakan materi pokok tatanama senyawa kimia yang berkaitan dengan memberi nama senyawa dan menentukan rumus kimia, serta lebih memahami aturan-aturan tertentu untuk menentukan nama ilmiah suatu zat. Dilihat dari fasilitas pembelajaran yang kurang memadai di MA AnNidham peneliti mencoba untuk menggunakan metode pembelajaran yang cocok untuk belajar dan sesuai dengan materi kimia. Sehingga peneliti menciptakan metode belajar yang menyenangkan dan berbeda. Untuk itu peneliti memilih metode Firing Line. Berdasarkan pemikiran diatas tersebut, maka dilakukan penelitian dengan judul: ”EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE THE FIRING LINE DENGAN
PENDEKATAN
ACTIVE
LEARNING
PADA MATERI
PENAMAAN SENYAWA KIMIA ( Suatu eksperimen di MA An-Nidham Demak Kelas X Tahun Ajaran 2011/2012).”
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang timbul adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana efektifitas penggunaan metode Firing Line dengan pendekatan Active Learning dibandingkan dengan metode ceramah pada materi penamaan senyawa kimia di MA An-Nidham tahun 2011/2012? 2. Bagaimana hasil belajar siswa-siswi MA An-Nidham pada materi penamaan senyawa kimia dengan metode Firing Line melalui pendekatan Active Learning?
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dilakukan penelitian adalah: 1. Untuk mengetahui efektifitas penggunaan metode Firing Line
dengan
pendekatan active learning pada materi penamaan senyawa kimia di MA AnNidham tahun 2011/2012. 2. Untuk mengetahui efektifitas belajar siswa-siswi MA An-Nidham terhadap hasil belajar pada materi penamaan senyawa kimia dengan metode Firing Line melalui pendekatan Active Learning. Dari penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat bagi pihak yang bersangkutan (peneliti dan objek yang diteliti), antara lain: 1. Bagi peneliti. Menambah pengetahuan khususnya di bidang pendidikan, yaitu penerapan metode-metode dalam pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Dalam penelitian ini peneliti menetapkan metode Firing Line. 2. Bagi siswa a. Memberikan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran. b. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep kimia c. Menjadikan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. 3. Bagi guru Sebagai bahan pertimbangan dan informasi tentang alternatif pembelajaran kimia untuk meningkatkan hasil belajar kimia siswa dengan metode Firing Line. 4. Bagi Sekolah a. Memberikan landasan dan argumentasi bagi kebijaksanaan yang akan diambil guna meningkatkan mutu siswa. b. Memberikan kontribusi yang baik dalam peningkatan pembelajaran untuk semua pelajaran. c. Dapat memberikan masukan berharga dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan proses pembelajaran kimia yang lebih efektif.
6
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Kajian penelitian yang relevan merupakan deskripsi hubungan antara masalah yang diteliti dengan kerangka teoritik yang dipakai, serta hubungannya dengan penelitian yang terdahulu yang relevan. Untuk menghindari terjadinya pengulangan hasil temuan yang membahas permasalahan yang sama baik dalam bentuk skripsi, buku dan dalam bentuk lainnya, maka peneliti akan memaparkan karya-karya yang relevan dalam penelitian ini yaitu: 1. Dalam skripsi Yeni Setiyorini dengan nomor NIM A 410 070 271 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta yang berjudul “IMPLEMENTASI STRATEGI FIRING LINE DAN ROLE PLAY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA (PADA KELAS VII SEMESTER GENAP SMP MUHAMMADIYAH 2 MASARAN TAHUN AJARAN 2010/2011)”. Pada penelitian ini menyatakan bahwa ada perbedaan efek antara strategi pembelajaran Firing Line dan Role Play terhadap prestasi belajar matematika, strategi Firing Line lebih baik daripada strategi Role Play. 2. Dalam skripsi Khomisah dengan nomor NIM 3102318 jurusan Pendidikan
Agama
Islam
Fakultas
Tarbiyah
IAIN
Walisongo
yang
berjudul
“IMPLEMENTASI ACTIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PAI di SMP N2 KEBUMEN” menyimpulkan bahwa active learning merupakan sebuah konsep pembelajaran yang dimaksudkan untuk mengoptimalkan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Hasil kedua penelitian menyebutkan, bahwa metode Firing Line dan pembelajaran Active Learning akan dapat diterapkan dalam belajar mengajar dan mampu mengoptimalkan hasil belajar siswa melalui pemberian perlakuan yang berbeda pada tingkat perbedaan kemampuan siswa.
7
Dari kajian penelitian yang telah diteliti tersebut, penelitian ini menggunakan metode Firing Line dengan pembelajaran Active Learning, dengan judul ”Efektivitas Metode the Firing Line dengan Pendekatan Active Learning pada Materi Penamaan Senyawa Kimia ( Suatu Eksperimen di MA AN-NIDHAM Demak Kelas X Tahun Ajaran 2011/2012)”.
B. Kerangka Teoritik 1. Belajar Sebagai landasan mengenai apa yang dimaksud dengan belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi: a. “Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu
itu
sendiri
di
dalam
interaksi
dengan
1
lingkungannya”.
b. “Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental
dalam
penyelenggaraan
setiap
jenis
dan
jenjang
pendidikan”.2 c. Menurut Cronbach mengartikan belajar “learning is shown by change in behavior as result of experience”. Belajar
adalah perubahan yang
ditunjukkan perubahan sikap sebagai hasil pengalaman.3 d. Dalam kamus besar bahasa indonesia secara etimologi belajar memiliki arti “ berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu” definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu.4
1
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 35
2
Muhibbin syah, psikologi pendidikan dengan pendekatan baru, (Bandung: Rosdakarya, 2000), hlm. 87 3
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), Cet 4 hlm. 13. 4
Baharuddin, Esa Nur Wahyuni, teori Belajar & Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2010), hlm. 13.
8
Dalam keagamaan pun (dalam hal ini islam) belajar merupakan kewajiban bagi setiap muslim dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan sehingga derajat kehidupan manusia meningkat. Al Mujadalah ayat 11.5
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:“Berlapanglapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Alloh akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Alloh akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Alloh Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Al Mujadalah 11) Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan proses yang dilakukan individu yang terjadi pada semua orang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya maupun dalam jenjang pendidikan dan berlangsung seumur hidup. Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan segala sesuatu yang diperkirakan dan dikerjakan. Belajar memegang peran penting dalam perkembangan kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan prestasi manusia sehingga seseorang harus mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peran penting dalam proses psikologis. Para ahli telah coba menjelaskan pengertian belajar dengan mengemukakan rumusan atau definisi menurut sudut pandang masingmasing. Baik bentuk rumusan atau aspek-aspek yang ditekankan dalam belajar, beda antara ahli satu dengan ahli yang lain. Namun perlu diketahui
5
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, (Jakarta: PT. Sygma Examedia Arkanleema, 2009), hlm. 543.
9
bahwa disamping perbedaan terdapat pula persamaan diantaranya belajar adalah hal yang menyenangkan. 2. Hasil Belajar “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.6 Hasil belajar pada hakekatnya merupakan kompetensi yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Penilaian proses dan hasil belajar saling berkaitan satu dengan yang lainnya karena hasil belajar merupakan akibat dari proses belajar. “Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. 7 Pengertian hasil menunjukkan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan belajar itu sendiri. “Hasil belajar termasuk komponen pendidikan yang harus disesuaikan dengan tujuan pendidikan, karena hasil belajar diukur untuk mengetahui ketercapaian tujuan pendidikan melalui proses belajar mengajar”. 8 Hasil belajar merupakan suatu prosedur parameter yang dapat digunakan dalam menentukan berhasil atau tidaknya tujuan suatu pendidikan yang telah dilaksanakan dalam satuan pendidikan. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni: a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian organisasi, dan internalisasi. 6
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet ke 14, hlm. 22. 7
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2011), hlm. 44
8
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar,hlm.47
10
c. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, keterampilan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, gerakan ekspresif dan interpretatif. 9 Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru disekolah karena berkaitan dengan kemampuan para peserta didik dalam menguasai bahan pengajaran. Ketiganya tidak berdiri sendiri, tapi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, bahkan membentuk hubungan hirarki. Sebagai tujuan yang hendak dicapai, ketiganya harus tampak sebagai hasil belajar siswa di sekolah. Oleh sebab itu ketiga aspek tersebut, harus dipandang sebagai hasil belajar siswa dari proses pembelajaran. Hasil belajar tersebut nampak dalam perubahan tingkah laku, secara teknik dirumuskan dalam sebuah pernyataan verbal melalui tujuan pengajaran (tujuan instruksional). Dengan perkataan lain rumusan tujuan pengajaran berisikan hasil belajar yang diharapkan dikuasai siswa yang mencakup ketiga aspek tersebut.10 Jadi hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Tingkah laku sebagai pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Perubahan sebagai hasil proses dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengertian, pemahaman, keterampilan, kecakapan serta aspek-aspek lain yang ada pada individu belajar. Hasil belajar yang dinilai dalam penelitian ini meliputi tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar kognitif diperoleh dari test evaluasi diakhir pembelajaran, hasil belajar afektif dan psikomotorik diperoleh melalui lembar observasi dari pengamatan selama proses belajar mengajar berlangsung.
9
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, hlm. 22-23.
10
Nana Sudjana, Dasar-Dasar dan Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2008), hlm. 49-50.
11
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Dengan pendekatan sistem kegiatan belajar dapat digambarkan sebagai berikut: Instrumental
Raw Input
Teaching-Learning Process
Output
Environment Input
Gambar 2.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar11 Gambar 2.1 di atas menunjukkan bahwa masukan mentah (raw input) merupakan bahan baku yang perlu diolah (siswa), dalam hal ini diberi pengalaman belajar dalam proses belajar mengajar (teaching-learning proses). Dalam proses belajar mengajar turut berpengaruh pula sejumlah faktor lingkungan yang merupakan masukan lingkungan (environment input) baik lingkungan alami maupun lingkungan sosial. Dan sejumlah faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasikan (instrumental input) misalnya kurikulum, sarana dan fasilitas, dan lain-lain guna menunjang tercapainya keluaran yang dikehendaki (output) yaitu hasil belajar. Di dalam kegiatan belajar, berhasil atau tidaknya seseorang dalam pencapaian hasil belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi: a. Faktor dalam (internal) Faktor dalam merupakan faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, diantaranya: 1) Faktor fisiologis yang meliputi, cacat tubuh dan jasmani seperti kesehatan akan mempengaruhi proses belajar peserta didik. Faktor-
11
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 1996), Cet. 11, hlm. 106.
12
faktor fisiologis seperti, kurang bersemangat, cepat lelah, buta, patah tulang. 12 2) Faktor psikologis merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seseorang dan mempengaruhi proses hasil belajar peserta didik. Yang meliputi, inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan.13 b. Faktor luar (eksternal) Faktor luar yaitu merupakan faktor yang berasal dari luar peserta didik yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, diantaranya yaitu: 1) Faktor keluarga yang meliputi, cara mendidik orang tua terhadap anaknya dan keadaan rumah akan mempengaruhi keberhasilan belajar. 2) Faktor sekolah yang meliputi, kualitas guru dan metode pengajarnya lebih baik maka akan mempengaruhi keberhasilan belajar. 14 3) Faktor masyarakat yaitu apabila terdiri dari orang-orang berpendidikan maka mendorong anak lebih giat belajar. Tetapi sebaliknya apabila dalam lingkungan tidak bersekolah maka akan mengurangi semangat untuk belajar. 4) Faktor lingkungan sekitar yaitu keadaan yang membisingkan, suara hiruk-pikuk orang di sekitar ini akan mempengaruhi kegairahan belajar peserta didik.15 Dari uraian diatas faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri peserta didik yang sedang belajar meliputi fisiologis dan psikologis, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang ada diluar diri peserta didik meliputi keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar. Kedua faktor tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi, keduanya tidak dapat
12
berdiri
sendiri.
Pengenalan
terhadap
faktor-faktor
yang
Slameto, Belajar , hlm. 54.
13
Slameto, Belajar , hlm. 55.
14
Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), Cet. 5, hlm. 59.
15
Dalyono, Psikologi, hlm. 60.
13
mempengaruhi prestasi belajar penting artinya dalam rangka mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya. Menurut Muhibbin Syah faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut: 1. Faktor internal (faktor individu peserta didik) Yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani peserta didik yang meliputi kesehatan mata, telinga, intelegensi, bakat dan minat peserta didik. 2. Faktor eksternal (faktor dari luar dindividu peserta didik) Yakni segala sesuatu diluar individu peserta didik yang merangsang individu peserta didik untuk mengadakan reaksi atau pembuatan belajar dikelompokkan dalam faktor eksternal. Diantaranya faktor keluarga, masyarakat lingkungan, teman sekolah, fasilitas, dan kesulitan bahan ajar. 3. Faktor Pendekatan Belajar Faktor ini berkaitan dengan jenis upaya belajar peserta didik yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran. 16 Faktor-faktor diatas baik internal maupun eksternal saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Seorang peserta didik yang kondisi jasmani dan rohaninya kurang serta kurang mendapat motivasi dari orang tua, biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, seorang peserta didik yang berinteligensi tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan positif dari orang tuanya (faktor eksternal), mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil belajar. Jadi, karena pengaruh factor-faktor tersebut diataslah muncul siswa-siswa yang berprestasi tinggi dan berprestasi rendah atau gagal sekali.
16
Muhibbin syah, psikologi pendidikan dengan pendekatan baru, (Bandung: Rosdakarya, 2000), hlm. 132
14
4. Efektivitas “Efektivitas adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana tujuan (kualitas, kuantitas, dan waktu) telah dicapai”. 17 “Efektivitas merupakan adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju”.18 Mengacu pada pengertian tersebut, efektivitas dapat diartikan tercapainya tujuan belajar dalam proses belajar. Pembelajaran ini terkait dengan bagaimana membelajarkan peserta didik atau bagaimana membuat peserta didik belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemampuannya sendiri untuk mempelajari apa yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan peserta didik. Suatu kegiatan dikatakan efektif bila kegiatan itu dapat diselesaikan pada waktu yang tepat dan mencapai tujuan yang diinginkan. “Efektivitas menekankan pada perbandingan antara rencana dengan tujuan yang dicapai”.19 Oleh karena itu, efektivitas pembelajaran sering kali diukur dengan tercapainya tujuan pembelajaran, atau dapat pula diartikan sebagai ketepatan dalam mengelola suatu situasi. Maka efektivitas dalam penelitian ini hanya terbatas pada dua indikator
tercapainya
tujuan
belajar
dalam
proses
belajar
dengan
menggunakan metode firing line yaitu dengan meningkatkan hasil belajar aspek kognitif dan meningkatnya aktivitas peserta didik yang merupakan hasil belajar aspek afektif dan aspek psikomotorik. Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah efektivitas penggunaan metode firing line dengan pendekatan active learning dan tercapainya tujuan belajar dalam proses belajar dengan menggunakan metode firing line dengan pendekatan active learning dengan indikator hasil belajar meningkat dan partisipasi aktif siswa. Meningkatnya hasil belajar ditinjau dari
17
Rohiat, Manajemen Sekolah-Teori Dasar dan Praktik, (Bandung: Refika Aditama, 2009),
hlm. 49 18
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Rosdakarya, 2007), hlm. 82
19
Bambang Warsito, Teknologi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasinya, hlm.287
15
nilai hasil belajar siswa (dilihat dari nilai kognitif) dan jumlah siswa yang lulus KKM (dilihat dari nilai kognitif), sedangkan partisipasi aktif peserta didik ditinjau dari hasil belajar ranah afektif dan ranah psikomotorik. Dikarenakan metode firing line adalah suatu metode pembelajaran yang sederhana dan penerapannya tidak sulit sehingga dapat menarik partisipasi aktif peserta didik untuk belajar. 5. Pembelajaran Active Learning. “Strategi active learning adalah strategi belajar mengajar yang bertujuan meningkatkan mutu pendidikan”.20 Metode active learning menurut Ujang Sukanda adalah cara pandang yang menganggap belajar sebagai kegiatan membangun makna atau pengertian terhadap pengalaman dan informasi yang dilakukan oleh siswa, bukan oleh guru, serta menganggap mengajar sebagai kegiatan menciptakan suasana yang mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar siswa sehingga berkeinginan terus untuk belajar selama hidupnya, dan tidak bergantung kepada guru atau orang lain apabila mereka mempelajari hal-hal yang baru.21 “Menurut Melvin L. Silberman, strategi active learning merupakan sebuah kesatuan sumber kumpulan strategi pembelajaran yang komprehensif, meliputi berbagai cara untuk membuat peserta didik menjadi aktif”.22 Hasil pengembangan dari pernyataan Confusius ini oleh Silberman diabadikan dengan kredo: What I hear, I forget. What I hear and see, I remember a little. What I hear, see, and ask question about or discuss with someone else, I begin to understand. What I hear, see, discuss, and do, I acquire knowledge and skill. What I teach to another, I master.23
20
Hamdani. Strategi Belajar Mengajar. hlm. 48
21
Hamdani. Strategi Belajar Mengajar. hlm. 49
22
Melvin L.Silberman, Active Learning;101 Cara Belajar SiswaAktif, (Bandung: Nusamedia, 2006), hlm. 16 23
Melvin L.Silberman, Active Learning;101 srtategies to teach any subject, (U.S.A.: allyn and Bacon Boston, 1996), hlm. 1
16
Menurut Silberman, cara belajar dengan cara mendengarkan akan lupa, dengan cara mendengarkan dan melihat akan ingat sedikit, dengan cara mendengarkan, melihat, dean mendiskusikan dengan siswa lain akan paham, dengan cara mendengar, melihat, diskusi, dan melakukan akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan, dan cara untuk menguasai pelajaran yang terbagus adalah dengan mengajarkan. Ketika ada informasi yang baru, otak manusia tidak hanya sekedar menerima dan menyimpan. Akan tetapi otak manusia akan memproses informasi tersebut sehingga dapat dicerna kemudian disimpan. Strategi pembelajaran yang aktif dalam proses pembelajarannya adalah siswa diharapkan aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran untuk berfikir, berinteraksi, berbuat untuk mencoba, menemukan konsep baru atau menghasilkan suatu karya. Sebaliknya, anak tidak diharapkan pasif menerima layaknya gelas kosong yang menunggu untuk diisi. Siswa bukanlah gelas kosong yang pasif yang hanya menerima kucuran ceramah sang guru tentang pengetahuan atau informasi.24 Bertitik tolak dari uraian diatas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa strategi active learning adalah salah satu strategi belajar mengajar yang menuntut keaktifan serta partisipasi siswa dalam setiap kegiatan belajar seoptimal mungkin sehingga siswa mampu mengubah tingkah lakunya secara efektif dan efisien. Pembelajaran aktif merupakan suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Pembelajaran aktif dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh peserta didik, sehingga semua peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Dalam pembelajaran ini guru sengaja mendesain proses pembelajaran agar peserta didik dapat berperan secara aktif dan bertanggung jawab atas apa yang dipelajarinya. Dengan mengajak, merangsang dan memberikan kesempatan terhadap peserta didik untuk ikut 24
Hamzah B. Uno, Nurdin Muhammad, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 77
17
serta mengemukakan pendapat, belajar mengambil keputusan, belajar berpasangan, berdiskusi dan lain-lain. Akan membawa peserta didik pada suasana belajar yang sesungguhnya dan bukan pada suasana diajar belaka. Sistem ini tidak lagi memposisikan peserta didik sebagai objek pembelajaran, sebagaimana selama ini terjadi, tapi memposisikan sebagai subjek pembelajaran. 6. Metode The Firing Line The firing line adalah strategi yang diformat menggunakan pergerakan cepat, yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan seperti testing dan bermain peran. Strategi ini menghendaki pergantian secara terus menerus dari kelompok. Peserta didik mendapatkan kesempatan untuk merespon secara cepat pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan atau tipe tantangan yang dimunculkan.25 Firing line (garis tembak) merupakan format gerakan cepat yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan seperti testing dan bermain peran, ia menonjolkan secara terus-menerus pasangan yang berputar, peserta didik mendapatkan kesempatan untuk merespon secara cepat pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan atau tipe tantangan yang lain.26 Prosedur metode The Firing Line: a. Tentukan tujuan yang akan kamu sukai menggunakan “garis lingkaran” inilah beberapa contoh ketika tujuanmu adalah pengembangan kecakapan. 1) Peserta didik dapat saling mengetes atau melatih satu sama lain. 2) Peserta didik dapat memainkan peran situasi yang ditugaskan kepadanya. 3) Peserta didik dapat mengajar satu sama lain. b. Guru bisa juga menggunakan strategi ini untuk situasi yang lain. Inilah beberapa contoh:
25
Hamruni, Strategi dan model-model pembelajaran aktif, (Yoyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009), hlm. 286 26
Melvin L. Silberman, Active Learning.hlm. 212
18
1) Peserta didik dapat mewawancarai yang lainnya untuk memperoleh pandangan dan opininya. 2) Peserta didik dapat mendiskusikan teks atau kutipan pendek. c. Aturlah kursi-kursi dalam dua baris yang berhadapan, usahakan kursikursi itu cukup untuk semua peserta dikelas. d. Pisahkanlah kursi-kursi itu kedalam kelompok-kelompok tiga sampai lima pada setiap baris. Susunan mungkin nampak seperti ini: XXX XXX XXX YYY YYY YYY e. Didistribusikan kepada setiap siswa kelompok X sebuah kartu yang berisi tugas untuk dijawab ( direspon ) oleh peserta kelompok Y yang ada dihadapannya. Gunakan satu cara berikut: 1) Topik wawancara (contoh: tanyakan peserta dihadapanmu pertanyaan ini: “Bagaimana pendapat kamu mengenai tatanama senyawa kimia?”) 2) Pertanyaan test (contoh: tanyakan pada peserta di hadapanmu, “apa saja aturan-aturan dalam tatanama senyawa kimia?”) 3) Tugas mengajar (contoh: minta teman di hadapanmu untuk mengajarkan tentang menamai senyawa poliatom). f. Selanjutnya, berikanlah kartu yang berbeda kepada setiap anggota kelompok Y. Misalnya tentang cara mengajar bagaimana melakukan kontak mata dengan baik dan berbicara dengan lancar. Guru memberi pada anggota Y setiap kelompok salah satu kertu berikut ini: 1. Mintalah teman dihadapan kamu untuk memberikan pandangannya tentang aturan-aturan tatanama senyawa kimia. 2. Mintalah teman dihadapan kamu untuk menceritakan kepada kamu tentang pemberian nama pada senyawa poliatom. 3. Mintalah teman dihadapan kamu untuk menjelaskan penamaan senyawa organik. g. Mulailah tugas pertama. Setelah periode waktu yang singkat umumkan bahwa waktu untuk semua peserta Y untuk memindahkan satu kursi ke
19
kiri atau kanan dalam kelompok. Jangan pindahkan kursi X. Perintahkan teman X menyampaikan tugasnya kepada teman Y dihadapannya. Teruskan untuk sebanyak mungkin tugas yang berbeda yang dimiliki, dan begitu juga sebaliknya giliran kelompok Y. 27 Guru dapat memberikan variasi dengan: a. Ubahlah peran sehingga peserta X menjadi peserta Y. b. Dalam beberapa situasi mungkin menarik dan sesuai untuk memberikan tugas yang sama pada setiap anggota kelompok. Dalam contoh ini siswa Y akan diminta untuk merespons instruksi yyang sama bagi setiap anggota kelompoknya. Misalnya: peserta didik dapat diminta untuk memainkan peran situasi yang sama dalam beberapa menit. 28 Dalam metode firing line membutuhkan persiapan dan perencanaan yang matang sebelum pelaksanaan sebagai pedeoman dan petunjuk yang jelas bagi seorang guru dalam pelaksanaan proses pembelajarannya. 7. Tatanama Senyawa Kimia Komunikasi diantara para ilmuwan adalah hal yang esensial. Tanpa komunikasi tidak ada artinya sama sekali penelitian-penelitian yang telah dilakukan. Untuk ahli kimia, komunikasi yang terpenting adalah penjelasan tentang penggunaan bahan kimia dalam penelitian-penelitian dan untuk itu kita membutuhkan suatu cara memberi nama senyawa kimia. Pada penelitian ini akan dipelajari bagaimana menulis rumus kimia (formula) untuk bermacam-macam
senyawa
kimia
dan
akan
dijelaskan
bagaimana
terbentuknya senyawa tersebut. Sejauh ini, senyawa-senyawa kimia dinyatakan dengan rumus molekul, bukan namanya. Sebenarnya rumus molekul memberikan informasi kuantitatif mengenai susunan senyawanya. Tetapi perlu juga mengenal senyawa berdasarkan namanya. “Nama adalah panggilan paling sederhana
27
Hamruni, Strategi dan model-model pembelajaran aktif, hlm. 286-288
28
Hamruni, Strategi dan model-model pembelajaran aktif, hlm. 286-288
20
untuk mengingat sifat-sifat zat. Alasan selanjutnya adalah terdapatnya senyawa yang berbeda dengan rumus yang sama, karena itu perlu membedakannya
melalui
nama.”
29
Pengetahuan
mengenai
nama
memungkinkan kita mencari sifat-sifat senyawanya dalam buku ajar, mencari senyawa dalam rak-rak penyimpan, atau dalam diskusi dengan rekan-rekan. Tata Nama Senyawa Anorganik 1) Penamaan Senyawa Biner Senyawa biner terdiri dari atom-atom dari dua macam unsur yang berbeda. Senyawa biner dapat terbentuk dari unsur logam dan unsur non logam, atau terbentuk dari unsur-unsur nonlogam. Misalnya senyawa N2O, BaO, HCl, H2S. a) Tata nama senyawa biner yang terbentuk dari unsur logam dan non logam (Biner Ionik). “Senyawa biner adalah senyawa yang dibentuk oleh dua unsur, sebuah senyawa ion biner dibentuk oleh satu unsur logam dan satu unsur bukan logam”.30 Cara penamaannya yakni nama logam ditulis lebih dahulu, kemudian diikuti oleh nama non logam. Untuk logam yang hanya mempunyai satu bilangan oksidasi (yaitu atom unsur golongan IA, IIA, IIIA), nama logam tersebut dalam bahasa inggris yang selalu dipakai. Nama untuk unsur yang kedua diperoleh dengan cara menambahkan akhiran –ida pada kata tersebut.31 Sebagai contoh adalah: NaCl
natrium klorida
SrO
strontium oksida
Al2S3
aluminium sulfida
Mg3P2
magnesium fosfida
29
Suminar Achmadi, General Chemistry, Principles and Modern Application Fourth edition, (Jakarta: Erlangga, 1985), hlm. 74 30
Suminar Achmadi, General Chemistry, Principles and Modern Application Fourth edition, hlm. 78. 31
James E Brady, Kimia Universitas Asas & Struktur, Terj. Sukmariah Maun dkk, (Jakarta: Binarupa Aksara, 1999), hlm. 176
21
b) Tata nama senyawa biner yang terbentuk dari unsur-unsur non logam (Biner Kovalen). Senyawa ini terdiri dari dua unsur non logam. Senyawa biner ini dinamai dengan menuliskan terlebih dulu unsur di bagian kiri atau dibawah tabel periodik. Kemudian unsur yang lainnya dinamai, dengan akhirannya diubah menjadi –ida dan diberi awalan untuk menyatakan jumlah atom dari unsur tersebut.32 Apabila unsur yang pertama menyatakan jumlah satu unsur, tidak perlu diikuti kata mono, kata mono hanya berlaku pada unsur yang kedua. Jumlah unsur dinyatakan dalam bahasa Yunani sebagai berikut: 1= mono
6= heksa
2= di
7= hepta
3= tri
8= okta
4= tetra
9= nona
5= penta
10= deka
Angka indeks satu tidak perlu disebutkan, kecuali untuk nama senyawa karbon monoksida. Contoh: BCl3 boron triklorida CCl4 karbon tetraklorida CO2 karbon dioksida NO2 nitrogen dioksida 2) Penamaan Senyawa Poliatom “Ion-ion yang terdiri dari dua atom atau lebih yang terikat bersama, disebut ion poliatomik yang umum dijumpai, terutama dijumpai unsur-unsur bukan logam”.33 “Senyawa ini menjadi tergabung
32
James E Brady, Kimia Universitas Asas & Struktur, Terj. Sukmariah Maun dkk, hlm.
178 33
Suminar Achmadi, General Chemistry, Principles and Modern Application Fourth edition,hlm, 81
22
ke dalam senyawa ion, tetapi merupakan satuan tersendiri dan pada umumnya tetap utuh dalam kebanyakan reaksi kimia”.34 Pada umumnya, anion suatu senyawa poliatom terbentuk dari dua jenis atom yang berbeda. Cara penamaannya yakni, nama kation disebutkan terlebih dahulu, diikuti nama anion. Anion poliatom yang mengandung oksigen sebagai atom pusatnya dan memiliki bolangan oksidasi besar, diberi akhiran –at. Adapun anion poliatom yang memiliki bilangan oksidasi lebih kecil diberi akhiran –it, dan beberapa nama lagi berawalan (misalnya “hipo” dan “per”). Contoh nama-nama beberapa senyawa poliatomik dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Nama-nama Beberapa Senyawa Poliatomik Rumus Ion
Nama Senyawa
Rumus Ion
Nama Senyawa
Amonium
PO3
2-
Fospit
OH-
Hidroksida
PO43-
Fosfat
CN-
Sianida
AsO3-
Arsenit
CH3COO-
Asetat
AsO43-
Arsenat
CO32-
Karbonat
ClO-
Klorit
NH4
+
-
-
Bikarbonat
ClO2
SiO32-
Silikat
ClO4-
Perklorat
NO2-
Nitrit
MnO4-
Permanganat
NO3-
Nitrat
MnO42-
Manganat
SO32-
Sulfit
CrO42-
Kromat
SO42-
Sulfat
Cr2O72-
Dikromat
HCO3
Klorat
Contoh nama kation diikuti anion poliatomik:
34
N2CO3
natrium karbonat
(NH4)2SO4
amonium sulfat
James E Brady, Kimia Universitas Asas & Struktur, Terj. Sukmariah Maun dkk, hlm.
179
23
3) Tatanama Asam dan Basa Teori
asam-basa
yang
paling
sederhana
pada
awalnya
dikemukakan oleh Svante Arrhenius pada 1884. Menurut teori Arrhenius, asam adalah spesies yang mengandung ion-ion hidrogen, H+ atau H3O+, dan basa mengandung ion hidroksida, OH-.35 Pendekatan yang lebih umum untuk asam dan basa diusulkan secara terpisah oleh ahli kimia Denmark J. N. Bronsted dan ahli kimia Inggris T. M. Lowry. Definisi asam-basa Bronsted-Lowry adalah sebagai berikut: Asam adalah suatu senyawa yang memberikan proton (ion hidrogen H+) pada zat lain. Basa adalah suatu zat yang menerima proton dari asam. 36 Senyawa asam mempunyai pH < 7, sedangkan basa mempunyai pH > 7. senyawa yang mempunyai pH = 7 bersifat netral. a) Tata Nama Asam “Asam
(acid)
dapat
digambarkan
sebagai
zat
yang
menghasilkan ion hidrogen (H+) ketika dilarutkan dalam air”. 37 Senyawa asam, terdiri atas molekul biner (HCl, HF, HBr, dan H2S), dan molekul poliatom (HNO2, HNO3, H2SO4, dan H2SO3). Senyawa asam memiliki penamaan khusus, yaitu senyawa asam biner diberi nama dengan menyebutkan asam sebagai penggantian
hidrogen.
Kemudian,
menyebutkan
nama
atom
berikutnya dengan diakhiri kata –ida. Contoh: HF (asam fluorida), HCl (asan klorida), HBr (asam bromida), HI (asam iodida), H2S (asam sulfida). Adapun asam poliatom terbentuk dari oksida non logam (oksidasi asam) yang bereaksi dengan air. Contoh: 35
Kristian, Sugiyarto, Kimia Anorganik I, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yoyakarta),
hlm. 92 36
James E Brady, Kimia Universitas Asas & Struktur, Terj. Sukmariah Maun dkk,hlm.
439-440 37
Raymond Chang, Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti, (Jakarta : Erlangga, 2005), hlm, 48
24
N2O3 + H2O → 2HNO2
(bilok N= +3)
N2O5 + H2O → 2HNO3
(bilok N= +5)
SO3 + H2O → H2SO4
(bilok S= +6)
P2O3 + 3H2O → 2H3PO4
(bilok P= +3)
P2O5 + 3H2O → 2H3PO4
(bilok P= +5)
Asam yang mengandung unsur non logam dengan bilangan oksidasi kecil diberi akhiran –it. Adapun asam yang mengandung unsur nonlogam dengan bilangan oksidasi besar diberi akhiran –at. Contoh rumus molekul dan tata nama asam dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Beberapa Rumus Molekul dan Tata Nama Asam Rumus Molekul
Bilok logam
Nama
HNO2
N = +3
Asam nitrit
HNO3
N = +5
Asam nitrat
H2SO3
S = +4
Asam sulfit
H2SO4
S = +6
Asam sulfat
b) Tata Nama Basa “Basa
(base)
dapat
digambarkan
sebagai
zat
yang
menghasilkan ion hidroksida (OH-) ketika dilarutkan dalam air”. 38 Senyawa basa termasuk senyawa poliatom yang terbentuk dari oksidasi logam (oksida basa) dengan air. Contoh: Na2O + H2O → 2NaOH K2O + H2O → 2KOH BaO + H2O → Ba(OH)2 Penamaan senyawa basa, yaitu dengan cara menyebut nama logamnya, diikuti dengan kata hidroksida. Contoh penulisan senyawa basa dapat dilihat pada Tabel 2.3.
38
Raymond Chang, Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti, hlm, 51
25
Tabel 2.3 Nama Senyawa Basa Basa
Nama
LiOH
Litium hidroksida
NaOH
Natrium hidroksida
Mg(OH)2
Magnesium hidroksida
Ba(OH)2
Barium hidroksida
Al(OH)2
Alumunium hidroksida
a. Tatanama Senyawa Organik Senyawa organik adalah senyawa-senyawa C dengan sifat-sifat tertentu. Senyawa organik mempunyai tata nama khusus, mempunyai nama lazim atau nama dagang ( nama trivial ). Senyawa organik jauh lebih banyak dan lebih kompleks dibandingkan dengan senyawa anorganik. Oleh sebab itu, diperlukan penggolongan senyawa karbon secara sistematika selain nama lazim (nma trivial), yaitu berdasarkan kekhasan senyawanya. Misalnya senyawasenyawa organik yang hanya terdiri dari unsur karbon (C) dan hidrogen disebut
senyawa
hidrokarbon.
Senyawa
hidrokarbon
juga
masih
diklasifikasikan. Salah satu pengklasifikasian tersebut adalah pembagian senyawa alkana, alkena, dan alkuna. Pembagian senyawa tersebut didasarkan pada ada tidaknya ikatan rangkap dalam senyawa hidrokarbon. Senyawa-senyawa alkana memiliki beberapa nama tergantung jumlah atom karbon yang terdapat pada senyawa tersebut. Tabel 2.4 berikut contohcontoh rumus molekul dan nama trivialnya.
26
Tabel 2.4 Rumus Molekul dan Nama Trivialnya39 Rumus Molekul
Nama Trivial
CH4
metana (gas alam)
CH3COOH
asam asetat (cuka)
CHI3
iodoform (suatu antiseptik)
CHCl3
kloroform (bahan pembius)
C6H12O6
Glukosa
CO(NH2)2
Urea
CH3COCH3
aseton (pembersih kuteks)
HCHO
formaldehida (formalin)
C12H22O11
sukrosa (gula tebu)
C2H5OH
Alkohol
Tata nama IUPAC untuk senyawa yang lain didasarkan pada tata nama alkana dengan jumlah atom C yang bersesuaian dengan mengubah akhiran sesuai dengan nama masing-masing senyawa.
C. Keefektifan metode pembelajaran firing line pada materi pokok tata nama senyawa kimia terhadap hasil belajar kelas X di MA An-Nidham. Pembelajaran kimia kerap dianggap sulit oleh peserta didik. Karakteristik dari kimia yang abstrak juga salah satu faktor kesulitan peserta didik dalam menerima pembelajaran kimia terlebih dalam pemecahan masalah yang mengharuskan peserta didik untuk berpikir lebih keras untuk menyelesaikannya. Disamping faktor internal peserta didik, kesulitan juga muncul dikarenakan pendekatan pembelajaran kimia yang dipilih guru kadang kala tidak sesuai dengan aspek dan karakter materi yang akan disampaikan sehingga pembelajaran yang terjadi kurang optimal yang berakibat tujuan pembelajaran tidak dapat dicapai peserta didik.
39
Kirana, “nama-nama senyawa poliatomik”, dalam http ://esdikimia.wordpress.com/2011/05/04/tata-nama-senyawa-poliatomik-asam-basa, diakses 29 maret 2012.
27
Materi tata nama senyawa merupakan materi yang diajarkan di sekolah menengah atas. Materi ini tingkat keabstrakkannya tidak terlalu tinggi, hampir sebagian peserta didik sudah mengerti tentang materi tata nama senyawa karena merupakan materi yang diajarkan paling dasar dalam pelajaran kimia. Permasalahan terletak pada ketentuan-ketentuan dalam menentukan rumus kimia dan aturan-aturan dalam memberi nama suatu senyawa serta mengaplikasikannya. Selama ini pembelajaran kimia pada materi tata nama senyawa yang diterapkan secara konvensional hanya menekankan pada hasil tanpa menghiraukan perolehan cara-cara yang tepat dalam memperoleh hasil, sehingga pembelajaran kimia yang diharapkan tidak tercapai. Dan pembelajaran kimia menjadi momok, pembelajaran yang menakutkan menjadi semakin membosankan, dan merusak seluruh minat peserta didik. Pada metode firing line permasalahan peserta didik dalam menghadapi pembelajaran kimia terutama materi tata nama senyawa kimia diharapkan dapat berkurang, metode Firing line (garis tembak) merupakan format gerakan cepat yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan seperti testing dan bermain peran, ia menonjolkan secara terus-menerus pasangan yang berputar, peserta didik mendapatkan kesempatan untuk merespon secara cepat pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan atau tipe tantangan yang lain.40 Meode ini merupakan cara menyenangkan lagi aktif untuk meninjau ulang materi pembelajaran. Metode ini membolehkan pesera didik untuk berpasangan dan memainkan kuis dengan kawan sekelas. Dengan karakteristik metode seperti halnya diatas akan sangat membantu guru dan peserta didik menemukan formula yang tepat dalam pembelajaran
kimia
khususnya
dalam
memahaminya.
Proses
yang
menyenangkan akan memotivasi peserta didik untuk memahami dan menelaah pembelajaran dengan metode pembelajaran aktif tanpa harus menjadi mata pelajaran yang abstrak sehingga sulit dipahami peserta didik.
40
Melvin L. Silberman, Active Learning.hlm. 212
28
Soal pada materi tata nama senyawa kimia memungkinkan peserta didik untuk menyelesaikannya. Kecenderungan peserta didik yang menganggap pembelajaran kimia sebagai mata pelajaran yang abstrak menjadikan peserta didik kurang aktif dalam belajar, mengesampingkan pembelajaran kimia itu sendiri dan malu bertanya pada guru. Dengan pembelajaran yang menyenangkan ini yang mendesain antara peserta didik berkomunikasi dengan persaingan secara sehat membentuk kelompok berpasangan. Pengembangan lanjutan akan terbuka juga untuk memicu kreativitas berpikir peserta didik, dengan diajak berpikir kritis dan kreatif namun menyenangkan sehingga menuntun peserta didik dalam keberhasilan pembelajaran. “Efektivitas merupakan adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju”.41 Maka dapat dikemukakan bahwa efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu dan adanya partisipasi aktif dari peserta didik. Suatu usaha dikatakan efektif apabila usaha itu mencapai tujuannya. Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keberhasilan tentang usaha atau tindakan yaitu keberhasilan penerapan metote firing line pada materi tata nama senyawa kimia. Dikatakan efektif jika nilai rata-rata hasil belajar peserta didik yang menggunakan metode firing line lebih baik dari pada nilai rata-rata hasil belajar peserta didik dengan pembelajaran konvensional serta menganalisis apakah aktivitas peserta didik berupa hasil belajar ranah afektif dan ranah psikomotorik baik kelas eksperimen atau kelas kontrol meningkat atau tidak, lebih baik atau tidak. Penilaian hasil belajar dilakukan setelah suatu kegiatan pembelajaran dilaksanakan, penilaian hasil belajar adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana proses belajar dan pembelajaran telah berjalan secara efektif. Keefektivan pembelajaran tampak pada kemampuan peserta
41
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Rosdakarya, 2007), hlm. 82
29
didik mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Dari segi guru, penilaian hasil belajar akan memberikan gambaran mengenai keefektivan mengajarnya, apakah metode pembelajaran yang digunakan mampu membantu peserta didik mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.
D. Pengajuan Hipotesis “Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”. 42 “Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang memperoleh melalui pengumpulan data”. 43 Dugaan jawaban sementara ini pada prinsipnya bermanfaat membantu peneliti, agar proses penelitiannya lebih terarah. Mengacu pada alasan pemilihan judul dan tinjauan pustaka. Berdasarkan latar belakang dan kerangka berfikir di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah penggunaan metode Firing Line dengan pendekatan Active Learning lebih efektif dari pada metode ceramah pada materi pokok tata nama senyawa kimia terhadap hasil belajar siswa kelas X semester gasal di MA AN-NIDHAM. Mengingat hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang mungkin benar dan mungkin juga salah, maka dilakukan pengkajian pada bagian analisis data untuk mendapat bukti apakah hipotesis yang diajukan itu dapat diterima atau tidak.
42
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. XIII, hlm.71 43
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Pendekatan Kuantitati, Kualitatif dan R dan D), (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm.96
30
BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan metode firing line pada materi pokok tata nama senyawa kimia terhadap hasil belajar siswa kelas X semester ganjil MA AnNidham kecamatan Sayung, Kabupaten Demak.
B. Waktu dan Tempat Penelitian Untuk memperoleh data tentang efektivitas penggunaan metode firing line pada materi pokok tata nama senyawa kimia terhadap hasil belajar siswa kelas X semester gasal MA An-Nidham Demak. Waktu Penelitian
: tanggal 4 Januari s/d 1 Februari 2012
Tempat Penelitian
: MA An-Nidham Demak
C. Variabel “Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.1Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel bebas (X) Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Variabel bebas merupakan variabel yang menentukan arah atau perubahan tertentu pada variabel terikat, sementara variabel bebas berada posisi yang melepas dari pengaruh variabel terikat. Variabel ini sering disebut pengaruh atau mempengaruhi variabel lain. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah penggunaan metode firing
line.
Indikator
variabel
ini
yaitu
siswa
dapat
membentuk
1
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.(Bandung : Alfabeta, 2008).hlm. 38
31
danbekerjasama
dalam
kelompoknya
sertamengatur
tempat
duduk,memindahkan kursi dan memutar posisi ketika proses pembelajaran dengan metode firing line berlangsung. 2. Variabel terikat (Y) Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar peserta didik kelas X dalam materi tata nama senyawa kimiadi MAAn-Nidham. Dalam kaitannya guna meningkatkan hasil belajar peserta didik khususnya materi pokok tata nama senyawa kimia.Indikator kemampuan pemecahan masalah materi tatanama senyawa kimia adalah peserta didik dapat memahami ketentuan-ketentuan dalam menentukan rumus dan nama senyawa kimia dan dapat mengaplikasikannya.
D. Metode Penelitian Menurut Sugiyono, metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.2 Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Dengan kata lain, penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari/membandingkan perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.3 Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen (kuantitatif). Eksperimen adalah merupakan suatu penelitian yang menuntut peneliti memanipulasi dan mengendalikan satu atau lebih variabel bebas serta mengamati variabel terikat untuk melihat perbedaan sesuai dengan manipulasi variabel bebas (independent) tersebut atau penelitian yang melihat hubungan sebab akibat kepada dua atau
2
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), (Bandung: Alfabeta, 2008), Cet. 5, hlm. 6. 3 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), hlm.107.
32
lebih variabel dengan memberi perlakuan lebih (treatment) kepada kelompok eksperimen.4 Rancangan penelitian yang digunakan adalah : Two Group, Pretest posttest design. Rancangan tersebut berbentuk seperti berikut: Kelas
Pretest
Perlakuan
Postest
XA
P1
Q
P2
XB
P1
Qn
P2
Keterangan: X A : Kelas eksperimen. X B : Kelas kontrol. Q
: Perlakuan metode Firing Line dengan pendekatan Active Learning.
Qn
: Perlakuan tanpa metode
Firing Line dengan pendekatan Active
Learning. P1
: Pemberian pretest
P2
: Pemberian postest Dalam desain ini observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu
sebelum
dan sesudah
eksperimen.
Observasi
yang
dilakukan
sebelum
eksperimen (P1) disebut pretest dan observasi sesudah eksperimen (P2) disebut posttest. Perbedaan antara P1 dan P2 yakni P1 - P2 diasumsikan merupakan efek dari perlakuan atau eksperimen. Kelas eksperimen diterapkan pembelajaran kimia menggunakan metode pembelajaran firing line. Sedangkan kelas kontrol dibiarkan tanpa diberlakukan menggunakan metode pembelajaran firing line yaitu dengan metode ceramah dan tanya jawab. Setelah proses belajar mengajar selesai, untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah peserta didik dilakukan posttest dikedua kelas sampel dengan menggunakan soal evaluasi yang sama. Dari hasil skor posttest kedua kelas sampel dilakukan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan rata-rata atau uji t pihak kanan dari skor
4
Iskandar. Psikologi Pendidikan (Sebuah Orientasi Baru), (Ciputat : Gudang Persda Press),hlm.20
33
pencapaian tersebut untuk mengetahui apakah perbedaan skor pencapaian pada kedua kelas sampel itu signifikan atau tidak secara statistik. Data untuk mengetahui aktivitas dalam proses pembelajaran baik aktivitas dari peserta didik maupun kemampuan guru dalam mengelola kelas diperoleh dengan melakukan observasi selama proses pembelajaran berlangsung.
E. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya”.5 Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah pesrta didik kelas X dari MA An-nidhamtahun pelajaran 2011/2012 semester ganjil yang terdiri dari 2 kelas yang berjumlah 80 siswa, dengan rincian sebagai berikut: Kelas X -1 : 40 siswa Kelas X -2 : 40 siswa Dua kelas ini dipandang sebagai satu kesatuan populasi, karena adanya kesamaan-kesamaan sebagai berikut: a. Siswa yang terdapat dalam populasi tersebut adalah siswa yang berada pada kelas dan semester yang sama yaitu kelas X semester satu. b. Seluruh siswa tersebut memperoleh materi pelajaran kimia dengan silabus yang sama. c. Seluruh siswa tersebut memperoleh materi pelajaran kimia dengan pengajar yang sama. Sebelum populasi dipilih menjadi sampel, populasi tersebut diuji homogenitas untuk mengetahui bahwa populasi tersebut bersifat homogen. 2. Sampel “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”6 Maka dari itu peneliti dapat menggunakan sampel 5
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, hlm. 80. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, hlm. 81
6
34
yang ada dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul mewakili. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan teknik cluster randomsampling, teknik pengambilan sampel ini karena kompetensi dari masing-masing kelas hampir sama. Kelas pertama sebagai kelas eksperimen dan kelas kedua sebagai kelas kontrol, sedangkan satu kelas dijadikan sebagai kelas uji coba instrumen. 3. Teknik Pengambilan Data Kelas X yang ada di MA An-nidham Demak adalah kelas yang homogen dengan alasan peserta didik mendapat materi berdasarkan kurikulum yang sama, peserta didik yang menjadi objek penelitian duduk dikelas yang sama, dan pembagian kelas tidak ada kelas yang unggulan sehingga peserta didik memiliki kemampuan yang setara. “Teknik
sampling
adalah
merupakan
teknik
pengambilan
sampel”.7Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik cluster random sampling. Cluster random sampling yaitu teknik kelompok atau rumpun, dilakukan sebagai jalan memilih sampel yang didasarkan pada kelompoknya bukan pada individunya.8Sampel yang diambil dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik cluster random sampling mengambil dua kelas pada kelas X, kelas X-1 yang berjumlah 40 anak sebagai kelas kontrol, dan kelas X-2 yang berjumlah 40 anak sebagai kelas eksperimen. Dalam kelas kontrol diterapkan pembelajaran ceramah dan pada kelas eksperimen dengan menerapkan metode pembelajaran firing line. Nilai pretest diambil dari soal pretest yang dikerjakan peserta didik untuk mengetahui tingkat kemampuan masing-masing peserta didik. Kelas kontrol adalah sebagai kelas pembanding. Dengan demikian, pengaruh metode pembelajaran firing line sebagai variabel yang akan dicari keefektifannya
7
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D,. hlm. 81 Tulus Winarsunu, Statistik dalam Penelitian Psikologi Pendidikan, (Malang: UMM
8
Press,2004), Cet.II, HLM 17.
35
untuk meningkatkan hasil belajar kimia materi pokok tata nama senyawa kimia.
F. Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Metode Tes “Tes
merupakan
metode
pengumpulan
data
yang
sifatnya
mengevaluasi hasil proses (pre-test dan post-test). Instrumennya dapat berupa soal-soal ujian atau soal-soal tes.”9 Sehingga baik pretest maupun posttest diukur dengan menggunakan tes. Metode tes ini nantinya dipakai untuk mendapatkan skor pemecahan masalah peserta didik yang menjadi sampel penelitian. Tes yang digunakan adalah tes yang dalam bentuk tes objektif (Multiple Choice) dengan 5 pilihan, dan hanya satu pilihan yang benar. Dalam penelitian ini tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa pada materi tatanama senyawa kimia. Tes dilakukan dalam bentuk pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. b. Studi Dokumentasi “Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.”10 Metode ini digunakan untuk memperoleh nilai akhir semester (nilai raport), dan data-data yang berkaitan dalam penelitian. c. Metode Observasi “Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia
dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit.”11 Teknik 9
Hariwijaya .Triton.Pedoman Penulisan Ilmiah Skripsi Dan Tesis.(Jakarta : SUKA BUKU, 2011). hlm. 63 10 Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.(Jakarta : Rineka Cipta, 2006).hlm. 231 11 BurhanBungin,, Metodologi Penelitian Kuantitatif.(Jakarta : Prenada Media Group, 2005).cet.5. hlm.133
36
pengumpulan data dengan observasi meliputi pengamatan terhadap perilaku siswa, proses belajar mengajar, dan respon dari siswa terhadap pembelajaran. Dalam penelitian kali ini observasinya dilakukan dengan mengamati jalannya kegiatan pembelajaran yang ada pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, yaitu dengan mengamati hasil belajar pada aspek efektif dan psikomotorik dengan menggunakan lembar observasi. 2. Instrumen Penelitian “Instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan suatu metode.”12 Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat tes dari mata pelajaran yang disajikan. Perangkat tes inilah yang digunakan untuk mengungkapkan hasil belajar yang dicapai peserta didik pada pembelajaran. Adapun langkah-langkah dalam penyusunan tes adalah sebagai berikut. a. Tahap persiapan Tahap persiapan, yaitu tahap pembuatan tes. Bentuk tes pada penelitian ini adalah tes obyektif pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban dan satu jawaban yang benar. Langkah-langkah penyusunan tes obyektif adalah sebagai berikut: 1) Menentukan tujuan mengadakan tes. 2) Mengadakan pembatasan terhadap materi yang akan diteskan. Materi yang diajarkan dalam penelitian ini yaitu materi pokok tata nama senyawa kimia. 3) Menentukan jumlah waktu yang disediakan untuk mengerjakan tes. Dalam penelitian ini waktu yang disediakan untuk mengerjakan soal adalah 90 menit. 4) Menentukan jumlah butir soal. Butir soal disusun sesuai dengan kisikisi. Soal yang dibuat sebanyak 50 butir. 5) Menentukan tipe tes13
12
Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 149. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Ed. Revisi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm.153. 13
37
Dalam penelitian ini tipe soal yang digunakan adalah obyektif dengan 5 pilihan jawaban pilihan soal obyektif ini dengan pertimbangan sebagai berikut. 1) Dapat mewakili isi dan keluasan materi. 2) Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya. 3) Pemeriksaannya dapat diserahkan orang lain. 4) Dalam
pemeriksaannya,
tidak
ada
unsur
subjektif
yang
14
mempengaruhinya.
Adapun kelemahan-kelemahannya antara lain: 1) Persiapan penyusunannya jauh lebih sulit karena soalnya banyak dan harus teliti. 2) Soal – soalnya cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya pengenalan serta sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi. 3) Banyak kesempatan untuk main untung-untungan 4) Kerja sama antar siswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka.15 b. Menentukan tabel spesifikasi atau kisi-kisi soal. Kisi-kisi soal disusun berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan sesuai dengan standar kompetensi, yang meliputi jenjang ingatan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), aplikasi (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6).16 c. Tahap uji coba Setelah
perangkat
disusun,
langkah
selanjutnya
adalah
mengujicobakan pada siswa di luar sampel. Pada penelitian ini uji coba dilakukan pada siswa kelas XI, sebanyak 40 siswa dengan alasan bahwa kelas ini telah mendapatkan materi tata nama senyawa. Perangkat tes yang diujicobakan sebanyak 50 soal. Hasil uji coba dianalisis untuk mengetahui apakah instrumen layak digunakan sebagai alat pengambilan data atau tidak. 14
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, hlm. 164-165. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, hlm. 165. 16 Ibid, hlm. 153-154.
15
38
G. Teknik Analisis Instrumen Untuk mendapatkan data yang valid, maka instrumen yang digunakan juga harus valid. Untuk mengetahui valid tidaknya suatu instrumen perlu diadakan pengukuran validitas, reliabilitas, taraf kesukaran soal dan daya pembeda soal terhadap instrumen tersebut. 1.
Analisis Butir Soal a) Validitas “Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.”17 Untuk menghitung validitas item soal digunakan rumus korelasi produk moment sebagai berikut: r
x y
=
N Σ xy − ( Σ ϕ )
{N ΣX
2
}{
− (Σ X )2 N Σ Y 2 (Σ Y )2
}
Keterangan r xy = Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y n
= Jumlah Peserta didik
Σx
= Jumlah skor tem nomor
Σy
= Jumlah skor total
Σxy
= Jumlah hasil perkalian antara x dan y18
Kemudian hasil rxy yang didapat dari penghitungan dibandingkan harga tabel r product moment. Harga r
tabel
dihitung dengan taraf
signifikasi 5% dan N sesuai dengan jumlah peserta didik.. Jika rxy> r
tabel,
maka dapat dinyatakan butir soal tersebut valid.
b) Reliabilitas Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data 17
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.hlm. 121. Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), cet. 5, hlm. 72. 18
39
karena instrumen tersebut sudah baik. Untuk perhitungan reliabilitas dalam penelitian ini digunakan rumus sebagai berikut: k S 2 − Σ pa ri = S2 k − 1
Keterangan ri
= Reliabilitas tes secara keseluruhan
P
= Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
a
= Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (a = 1-P)
Σ Pa
= Jumlah hasil perkalian antara P dan a
K
= Banyaknya item
S
= Standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah alat varians)19
Kemudian hasil ri yang di dapat dari perhitungan dibandingkan dengan harga tabel k product moment. Harga r
tabel
dihitung yang taraf
signifikan 5% dan k sesuai dengan jumlah butir soal. Jika ri ≥ r tabel, maka dapat dinyatakan bahwa butir soal tersebut reliabel. c) Tingkat kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa. Dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya.20 Rumus yang digunakan P=
B JS
Keterangan
19 20
P
= Indeks kesukaran
B
= Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS
= Jumlah seluruh siswa peserta test
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, hlm. 100. Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan,hlm 207-208
40
Menurut ketentuan, indeks kesukaran yang sering digunakan diklasifikasikan sebagai berikut: Soal dengan - 0,30 < P <0.70 maka dikategorikan soal sedang - 0,70 < P <1,00 maka dikategorikan soal mudah d) Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Rumus yang digunakan adalah : D=
BA BB − = PA − PB 21 JA JB
Keterangan: J
= Jumlah peserta test
JA
= Banyaknya peserta didik kelompok atas
JB
= Banyaknya peserta didik kelompok bawah
BA
= Banyaknya peserta didik kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB=
BA JA
= Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab hal itu dengan benar.
PA= PB
BB JB
= Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
Klasifikasi daya pembeda D = 0,00 – 0,20
= jelek
D = 0,40 – 0,70
= baik
D = 0,20 – 0,40
= cukup
D = 0,70 – 1,00
= baik sekali.22
21
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan,hlm. 213-214 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Remaja Grafindo Persada, 2006), hlm. 81. 22
41
2. Uji Efektivitas Metode Pembelajaran Kimia Efektivitas metode pembelajaran firing line pada penelitian ini dilihat dari 3 aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. a) Aspek Kognitif Penilaian pada aspek kognitif peserta didik di sekolah dapat dilihat dari hasil belajar peserta didik tersebut. Keberhasilan yang ingin dilihat yaitu seberapa besar pemahaman peserta didik terhadap materi. Untuk lebih jelasnya dapat menggunakan rumus berikut ini:
Skor=
100%
Pada penelitian ini target pada aspek kognitif adalah 65% berdasarkan nilai KKM yang ditetapkan di MA An-Nidham Demak. Maka metode pembelajaran firing line dapat dikatakan efektif terhadap hasil belajar siswa minimal mencapai 65%. Adapun indikator keberhasilan pada aspek kognitif seperti pada Tabel 3.1 berikut ini: Tabel 3.1. Indikator tingkat keefektifan metode pada aspek kognitif Tingkat Penguasaan
Kriteria
86-100%
Sangat Efektif
65-85%
Efektif
55-64%
Kurang Efektif
<54%
Tidak Efektif
b) Aspek Afektif dan Psikomotorik Penilaian afektif dan psikomotorik peserta didik menggunakan analisis rata-rata dan analisis nilai. Analisis nilai dapat dirumuskan sebagai berikut: Skor=
100%
Hasil perhitungan diatas kemudian ditafsirkan dengan rentang seperti pada Tabel 3.2 yaitu:
42
Tabel 3.2. Tingkat Penguasaan analisis nilai Tingkat
Nilai Huruf
Bobot
Predikat
Penguasaan 86-100%
A
4
Sangat Baik
76-85%
B
3
Baik
60-75%
C
2
Cukup
55-59%
D
1
Kurang
<54%
TL
0
Kurang Sekali
H. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, peneliti akan menguji efektivitas penggunaan metode firing lineterhadap hasil belajar siswa. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis uji t pada skor hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dimana secara umum, pola penelitian dilakukan terhadap dua kelompok, yang satu merupakan kelompok eksperimen(yang diberi perlakuan) dan kelompok yang satu kelompok kontrol (kelompok pembanding) yang tidak dikenai perlakuan.
Analisis data dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
1. Analisis Data Tahap Awal Analisis data adalah suatu langkah yang paling menentukan dalam penelitian
karena
analisis
data
berfungsi
untuk
menyimpan
hasil
penelitian.“Sebelum peneliti menentukan teknik analisis statistik yang digunakan terlebih dahulu keabsahan sampel. Cara yang digunakan adalah dengan uji normalitas dan uji homogenitas.”23 a. Uji Normalitas. “Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdistribusi normal atau tidak. Untuk
23
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, hlm.314.
43
mengetahuinya dapat diuji dengan menggunakan statistik chi kuadrat”24. Rumus untuk mencari nilai chi-square adalah sebagai berikut:
χ
2
=
∑
( fo
− fe fe
)2
Keterangan:
χ 2 = Normalitas sampel fo = Frekuensi yang diperoleh (obtained frequency) fe
= Frekuensi yang diharapkan (expected frequency)25
Ho : data terdistribusi normal Ha : data tidak terdistribusi normal “Kriteria pengujian adalah: tolak Ho jika χ 2 ≥ χ 2
(1-α), (k-1)
denganα
= taraf nyata untuk pengujian. Dalam hal lainnya, Ho diterima.”26 Pada penelitian ini digunakan taraf signifikan 5%. Apabila uji empirik (te) ≥ α 5% maka sebaran data pada uji normalitas dikatakan normal. b. Uji Homogenitas. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data tersebut homogen ataukah tidak. Prosedur yang digunakan untuk menguji homogenitas varian dalam kelompok adalah dengan jalan menemukan harga Fmax. Penafsirannya bilamana harga F terbukti signifikan artinya terdapat perbedaan. Dan sebaliknya jika tidak signifikan ini berarti tidak ada perbedaan.Hipotesis yang dilakukan dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut: 2
2
2
2
Ho : σ 1 = σ 2 (variannya homogen) Ha : σ 1 ≠ σ 2 (variannya tidak homogen) Keterangan:
24
Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: PT. Tarsito,2001),hlm. 273. Tulus Winarsunu, Statistik Dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan, (Malang: UMM Press, 2002), hlm. 94. 26 Sudjana, Metoda, hlm. 273 25
44
σ 12 : varian nilai data awal kelas eksperimen σ 2 2 : varian nilai data awal kelas kontrol Homogenitas data awal dapat dianalisis dengan menggunakan statistik F, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:27 Fhitung =
Kedua
kelompok
var ians − terbesar var ian − terkecil
mempunyai
varian
yang
sama
apabila
menggunakan = 5% menghasilkan F ≥ F1/2α(V1 , V2) dengan: v1 = n1 -1 (dk pembilang) v2 = n2 -1 (dk penyebut)
(∑ X ) −
2
2
∑X
Varian ( SD ) =
2
N
(N − 1)
2. Analisis Data Tahap Akhir Sebelum melakukan analisis tahap akhir ini, terlebih dalulu melakukan analisis baik dalam kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Sehingga nilai yang dihasilkan tersebut kemudian digunakan pada analisis data tahap akhir. Adapun tahapannya sebagai berikut: a. Uji Normalitas Langkah-langkah pengujian normalitas sama dengan langkahlangkah uji normalitas pada analisis tahap awal. b. Uji Homogenitas Langkah-langkah pengujian kesamaan dua varians (homogenitas) sama dengan langkah-langkah uji kesamaan dua varians (homogenitas) pada analisis tahap awal. c. Uji perbedaan rata-rata (uji pihak kanan) Uji kesamaan dua rata-rata ini bertujuan untuk mengetahui apakah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai rata-rata yang
27
Sudjana, Metoda, hlm. 186.
45
tidak berbeda. Jika rata-rata kedua kelompok tersebut tidak berbeda berarti kelompok tersebut mempunyai kondisi yang sama. Uji perbedaan dua rata-rata yang digunakan adalah uji satu pihak (uji t) yaitu pihak kanan. Hipotesis yang di uji adalah sebagai berikut: Ho : µ 1 ≤ µ 2 Ha : µ 1> µ 2 Keterangan: µ1 : rata-rata hasil belajar kelompokeksperimen µ2 : rata-rata hasil belajar kelompok kontrol Setelah itu hipotesis yang telah dibuat diuji signifikannya dengan analisis Uji – t (uji satu pihak yaitu pihak kanan). Bentuk rumus t-test adalah sebagai berikut:
x1 − x 2
t= S
1 1 + n1 n2
2
dengan S =
(n1 − 1)S12 + (n2 − 1)S 22 n1 + n2 − 2
Keterangan: r
= nilai korelasi antar dua sampel −
x1 = rata-rata sampel 1 (kelas eksperimen) −
x 2 = rata-rata sampel 2 (kelas kontrol)
n1
= jumlah individu sampel kelas eksperimen
n2
= jumlah individu sampel sampai kelas kontrol
S
= simpangan baku gabungan
S1
= simpangan baku kelas eksperimen
S 2 = simpangan baku kelas kontrol28 Dengan hipotesis: Ho : µ 1 ≤ µ 2 Ha : µ 1> µ 2 Keterangan: µ1 : rata-rata data kelompokeksperimen 28
Sudjana, Metoda , hlm. 239.
46
µ2 : rata-rata data kelompok kontrol Nilai t-test disebut nilai empirik (te). Untuk menentukan taraf signifikan perbedaannya harus digunakan nilai t teoritik (tt) yang terdapat dalam tabel nilai-nilai t. Untuk memeriksa nilai-nilai t harus ditemukan terlebih dahulu derajat kebebasan (dk) pada keseluruhan distribusi yang diteliti.29 Kriteria pengujian adalah terima Ho jika ttabel (1-α),(db=n1+n2-2) < thitung. Dengan derajat kebebasan db (n1+ n2 – 2), taraf signifikan 5% dan tolak Ho untuk harga t lainnya.
29
Tulus winarsunu.Statistik Dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. hlm. 90
47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Hasil Penelitian Setelah melakukan penelitian, peneliti mendapatkan hasil studi lapangan untuk pembelajaran yang berbeda antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih efektif manakah antara pembelajaran dengan menggunakan metode firing line dengan pembelajaran metode
ceramahterhadap
hasil
belajar
kimia
peserta
didik
MA
An-
NidhamKalisariSayung Demak pada materi pokok tata nama senyawa kimia. Penelitian ini menggunakan model eksperimen dengan desain “Two Group, Pretest posttest design” yakni menempatkan subyek penelitian ke dalam dua kelompok (kelas) yang dibedakan menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan pembelajaran metode firing line dan kelas kontroldiberi perlakuan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Pelaksanaan pembelajaran di MA An-Nidham Kalisari Sayung Demak, meliputi: 1. Tahap Persiapan Pelaksanaan penelitian ini merupakan penelitian eksperimen terbagi dalam dua kelas yaitu kelas eksperimen (kelas X-2) dan kelas kontrol (kelas X-1).Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil dari bulan Januari hingga Februari tahun 2012. Sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan, peneliti menentukan materi pokok serta menyusun rencana pembelajaran. Materi pokok yang dipilih adalah tata nama senyawa kimia. Instrumen yang dijadikan evaluasi dalam penelitian ini adalah instrumen tes objektif dalam bentuk pilihan ganda dengan 5 pilihan tetapi hanya satu yang tepat dan benar. Pembelajaran yang digunakan dalam kelas eksperiman dengan menerapkan metode firing line, sedangkan kelas kontrol dengan pembelajaran metode ceramah.
48
2. Tahap Pelaksanaan a. Proses Pembelajaran dengan Penerapan Metode Firing Line pada Kelompok Eksperimen. Pembelajaran yang dilaksanakan pada kelompok eksperimen adalah dengan menggunakan metode firing line. Dalam pelaksanaannya, waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3 kali pertemuan (6 jam mata pelajaran).Pelaksanaan pembelajaran pada kelompok eksperimen pada awalnya dilakukan pretest, untuk mengetahui pengetahuan awal peserta didik. Pada kelompok eksperimen diperlakukan penerapan metode firing line, dimana guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Guru dan siswa mengatur kursi-kursi dalam dua baris yang berhadapan. Kemudian guru memisahkan kursi-kursi itu ke dalam kelompok-kelompok tiga sampai lima pada setiap baris. Guru membagi kepada setiap siswa X sebuah kartu yang berisi tugas dimana dia akan memberikan pertanyaan kepada peserta didik Y dihadapannya untuk menjawab. Dan guru memberikan kartu yang berbeda kepada setiap anggota X dari suatu kelompok.Setelah periode waktu yang singkat, guru mengumumkan bahwa waktu untuk semua peserta Y untuk memindahkan satu kursi kekiri atau kekanan dalam kelompok. Jangan memindahkan kursi X. Siswa anggota X menyampaikan tugasnya kepada teman Y dihadapannya. Teruskan untuk sebanyak mungkin tugas yang berbeda yang siswa miliki. Pada pembelajaran guru membantu peseta didik untuk merefleksi kembali materi yang telah dipelajari. Pemberian evaluasi berupa test dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran. Pada hasil nilai posttest terlihat bahwa kesalahan yang dilakukan oleh peserta didik kelompok eksperimen dalam mengerjakan soal tersebut sedikit bila di bandingkan kesalahan yang di lakukan oleh peserta didik kelompok kontrol. Menurut hasil perhitungan observasi ranah afektif dan ranah psikomotorik menunjukkan bahwa hasil observasi aktivitas peserta didik ranah afektif yaitu dalam kegiatan pembelajaran, kelas eksperimen lebih tinggi dari
49
pada kelas kontrol. Pada kegiatan diskusi dengan metode firing line atau hasil belajar ranah psikomotorik kelas eksperimen terlihat lebih tinggi dibanding hasil belajar ranah psikomotorik kelas kontrol. Berdasarkan hasil ranah afektif dan psikomotorik disimpulkan pada kelas eksperimen, metode firing line dapat menimbulkan suasana yang menyenangkan, peserta didik lebih aktif dan tidak membosankan, dengan adanya metode firing line menambah lebih menarik dan dapat memanfaatkan kedua belah otak sehingga siswa tidak jenuh selama pembelajaran berlangsung.
b. Proses Pembelajaran Konvensional pada Kelompok Kontrol Pembelajaran yang dilakukan pada kelompok kontrol adalah pembelajaran konvensional yaitu dengan metode ceramah dan tanya jawab. Dalam proses pembelajaran ini guru menerangkan secara runtut dan memberi waktu peserta didik untuk bertanya dan mencatat. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada peserta didik yang belum paham. Pada proses pembelajaran ini awalnya diberi pretest untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik. Kemudian peserta didik duduk dan memperhatikan guru yang menerangkan materi pelajaran. Hal semacam ini menjadikan guru sulit memahami tingkat pemahaman peserta didik, karena kebanyakan peserta didik yang belum paham tidak mau bertanya dan juga mengakibatkan peserta didik bersifat pasif yang selalu menunggu arahan dari guru. Secara rinci data hasil penelitian dapat disajikan sebagai berikut: 1. Instrumen Tes dan Analisis Butir Soal Instrumen Sebelum instrumen diberikan pada kelompok eksperimen sebagai alat ukur hasil belajar peserta didik, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrument. Uji coba dilakukan untuk mengetahui apakah butir soal tersebut sudah memenuhi kualitas soal yang baik atau belum. Adapun alat yang digunakan dalam pengujian analisis uji coba instrumen meliputi validitas tes, reliabilitas tes, tingkat kesukaran, dan daya beda.
50
a. Analisis Validitas Tes Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid atau tidaknya butirbutir
soal tes. Butir soal yang tidak valid akan dibuang dan tidak
digunakan. Sedangkan butir soal yang valid berarti butir soal tersebut dapat mempresentasikan materi tata nama senyawa kimia yang telah ditentukan oleh peneliti. Hasil analisis perhitungan validitas butir soal ( rxy )dikonsultasikan dengan harga kritik r product momen, dengan taraf signifikan 5 %. Bila harga rxy > rtabel maka butir soal tersebut dikatakan valid.Sebaliknya bila harga rxy < rtabel maka butir soal tersebut dikatakan tidak valid. Diperoleh hasil sebagai berikut. Berdasarkan hasil analisis perhitungan validitas butir soal diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.1Prosentase Validitas Butir Soal No Kriteria No. Soal Jumlah Prosentase 1,4,6,11,13,15,16,20,21, 22,26,28,29,30,31,32,33, 1 Valid 29 58% 35,36,37,40,41,43,44,45, 47,48,49,50 2,3,5,7,8,9,10,12,14,17, 2 Invalid 18,19,23,24,25,27,34,38, 21 42% 39,42,46 Jumlah 50 100% Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4 dan lampiran 5. b. Analisis Reliabilitas Tes Setelah uji validitas dilakukan, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas pada instrumen tersebut. Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat konsistensi jawaban tetap atau konsisten untuk diujikan kapan saja instrumen tersebut disajikan. Harga rxy yang diperoleh dikonsultasikan dengan harga rtabel
product moment dengan taraf signifikan 5 %. Soal dikatakan reliabilitas jika harga rxy > rtabel .
51
Berdasarkan hasil perhitungan, koefisien reliabilitas butir soal diperoleh rxy = 0,799sedang rtabel product moment dengan taraf signifikan 5 % dan n = 40 diperoleh rtabel = 0.312, karena rxy > rtabel artinya koefisien reliabilitas butir soal uji coba memiliki kriteria pengujian yang tinggi (reliabel). c. Analisis Tingkat Kesukaran Uji tingkat kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal tersebut apakah sukar, sedang, atau mudah. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: - Soal dengan P = 0,00 adalah soal terlalu sukar; - Soal dengan 0,00< P ≤ 0,30 adalah soal sukar; - Soal dengan 0,30< P ≤ 0,70 adalah soal sedang; - Soal dengan 0,70< P ≤ 1,00 adalah soal mudah; dan - Soal dengan P = 1,00 adalah soal terlalu mudah Berdasarkan hasil perhitungan koefisien tingkat kesukaran butir soal diperoleh. Tabel 4.2Prosentase Tingkat Kesukaran Butir Soal No Kriteria No. Soal 10,12,14,17,23,24,27,39, 1 Sukar 40,42,46 4,5,6,7,8,9,11,13,15,16, 21,22,25,28,29,30,31,33, 2 Sedang 37,38,43,44,45,47,48,49, 50 1,2,3,18,19,20,26,32,34, 3 Mudah 35,36,41 Jumlah
Jumlah Prosentase 11
22%
27
54%
12
24%
50
100%
d. Analisis Daya Beda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan peserta didik yang berkemampuan rendah. Soal dikatakan baik, bila soal dapat dijawab dengan benar oleh peserta didik yang berkemampuan
52
tinggi.Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D. Klasifikasi daya pembeda soal:
DP ≤ 0,00
= sangat jelek
0,00
= jelek
0,20
= cukup
0,40
= baik
0,70
= sangat baik
Berdasarkan hasil perhitungan daya beda butir soal pada lampiran ke-6 diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 4.3Prosentase Daya Beda Butir Soal No Kriteria No. Soal Baik 1 47,50 Sekali 13,16,22,29,30,31, 2 Baik 43,44,45,48,49 3 Cukup 4,6,11,15,40 1,2,3,5,7,8,9,10,12,14, 17,18,19,20,21,23,24,25, 4 Jelek 26,27,28,32,34,35,36, 37,38,39,41,42,46 Jumlah
Jumlah Prosentase 2
4%
11
22%
5
10%
32
64%
50
100%
2. Data Nilai Awal (Pre Test) Data nilai awal kelas eksperimen diperoleh dari data nilai pretest pada materi pokok tata nama senyawa kimiasebelum mendapat perlakuan. Pada kelas eksperimen sebelum diberi perlakuan dengan menggunakan metode pembelajaran
firing line, diperoleh data nilai tertinggi = 80 dan nilai terendah 15,rentang (R) = 65, banyaknya kelas yang diambil 6 kelas, panjang interval kelas 11, dari perhitungan
∑( f x ) = i
i
2043,
∑(f x ) 2
i
i
= 112305, sehingga rata-rata yang
()
diperoleh x = 51,38 dengan simpangan baku14,76.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut.
53
Tabel 4.4 Daftar Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Awal Kelas Eksperimen No
Frekuensi Absolut 1 6 8 14 6 5
Interval
1 2 3 4 5 6
15 – 25 26 – 36 37 – 47 48 – 58 59 – 69 70 – 80
Frekuensi Relatif (%) 2.5 15 20 35 15 12.5
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, maka daftar perhitungan distribusi frekuensi di atas dapat kita buat Histogram seperti pada gambar 4.1. 16 14
Frekuensi
12 10 8 6 4 2 0 15 – 25
26 – 36
37 – 47
48 – 58
59 – 69
70 – 80
Kelas Interval
Gambar 4.1 Histogram Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Awal Kelas Eksperimen Pada kelas kontrolsebelum diberi perlakuan dengan menggunakan pembelajaran konvensional diperoleh data nilai tertinggi = 70 dan nilai terendah 25, rentang (R) = 45, banyaknya kelas yang diambil 6 kelas, panjang interval 8, dari perhitungan
∑( f x ) i
i
= 1932,
∑ ( f x ) = 98818, sehingga rata-rata yang 2
i
i
()
diperoleh x = 47,38 dengan simpangan baku 12,14. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.5 sebagai berikut.
54
Tabel 4.5Daftar Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Awal KelasKontrol No
Interval 1 2 3 4 5 6
25 – 32 33 – 40 41 – 48 49 – 56 57 – 64 65 – 72
Frekuensi Absolut 4 8 7 11 6 4
Frekuensi Relatif (%) 10 20 17.5 27.5 15 10
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, maka daftar perhitungan distribusi frekuensi di atas dapat kita buat Histogram seperti pada gambar 4.2.
12
Frekuensi
10 8 6 4 2 0 25 – 32
33 – 40
41 – 48
49 – 56
57 – 64
65 - 72
Interval
Gambar 4.2 Histogram Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Awal Kelas Kontrol 3. Data Nilai akhir Kelas Eksperimen Data nilai akhir kelas eksperimen diperoleh dari nilai hasil belajar peserta didik setelah mendapat perlakuan. Pada kelas Eksperimen setelah diberi perlakuan dengan menggunakan metode pembelajaran firing line, diperoleh data nilai tertinggi = 95 nilai terendah 40, rentang (R) = 55, banyaknya kelas yang diambil 6 kelas, panjang interval kelas 10, dari perhitungan
∑ ( f x ) = 2960, ∑ ( f x ) = 2
i
i
i
i
()
225030, sehingga rata-rata yang diperoleh x = 72,00dengan simpangan baku 11,81. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.6 sebagai berikut.
55
Tabel 4.6 Daftar Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Akhir Kelas Eksperimen No
Frekuensi Absolut 1 3 11 12 8 5
Interval 1 2 3 4 5 6
40 – 49 50 – 59 60 – 69 70 – 79 80 – 89 90 – 99
Frekuensi Relatif (%) 2.5 7.5 27.5 30 20 12.5
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, maka daftar perhitungan
Frekuensi
distribusi frekuensi di atas dapat kita buat Histogram seperti pada gambar 4.3.
14 12 10 8 6 4 2 0 40 – 49
50 – 59
60 – 69
70 – 79
80 – 89
90 – 99
Interval
Gambar 4.3 Histogram Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Akhir Kelas Eksperimen Pada kelas kontrol setelah diberi perlakuan dengan menggunakan pembelajaran konvensional diperoleh data nilai tertinggi = 90 dan nilai terendah 35, rentang (R) = 55, banyaknya kelas yang diambil 6 kelas, panjang interval kelas 10, dari perhitungan
∑ ( f x ) = 2620, ∑ ( f x ) = 177170, sehingga rata2
i
i
i
i
()
rata yang diperoleh x = 64,25 dengan simpangan baku 11,91. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut:
56
Tabel 4.7 Daftar Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Akhir Kelas Kontrol No
Frekuensi Absolut 1 8 8 13 9 1
Interval 1 2 3 4 5 6
35 – 44 45 – 54 55 – 64 65 – 74 75 – 84 85 – 94
Frekuensi Relatif (%) 2.5 20 20 32.5 22.5 2.5
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, maka daftar perhitungan distribusi frekuensi di atas dapat kita buat histogram seperti pada gambar 4.4: 14 12 Frekuensi
10 8 6 4 2 0 35 – 44
45 – 54
55 – 64
65 – 74
75 – 84
85 – 94
Interval
Gambar 4.4 Histogram Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Akhir Kelas Kontrol B. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 1.
Analisis DataKeadaan Awal Analisis data keadaan awal bertujuan untuk mengetahui apakah kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai kemampuan awal yang sama sebelum mendapat perlakuan yang berbeda, yakni kelompok eksperimen diberi pengajaran dengan menggunakan metode pembelajaran firing line sedangkan kelompok kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
57
Langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisis uji hipotesis adalah sebagai berikut: a. Uji Normalitas Data Nilai Awal Ho = data berdistribusi normal Ha = data tidak berdistribusi normal Dengan kriteria pengujian, Ho ditolak jika χ 2
hitung
≥χ2
taraf nyata α = 0.05 dan dk = k-1 dan Ho terima jika χ 2
tabel
hitung
untuk
<χ 2
.
tabel
Berdasarkan pengujian uji normalitas pretest kelas X-2 (kelompok eksperimen) untuk α = 0.05 dengan dk = 6-1 = 5. Diperoleh χ 2 2,558 dan χ 2
tabel=
11,07. Karena χ 2
hitung
<χ 2
tabel
hitung
=
maka dapat dikatakan
bahwa data populasi untuk kelas eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan pada pengujian uji normalitas pretest kelas X-1 (kelompok kontrol) untuk α = 0.05 dengan dk = 6-1 = 5. Diperoleh χ 2 hitung
= 2,572 dan χ 2
tabel
2 2 = 11,07. Karena χ hitung< χ tabel maka dapat
dikatakan bahwa data populasi untuk kelas eksperimen berdistribusi normal. Berikut ini Tabel 4.8 disajikan hasil perhitungan uji normalitas data nilai awal.
Tabel 4.8 Daftar Chi Kuadrat Data Nilai Awal No 1 2
Kelas Eksperimen Kontrol
Kemampuan Nilai awal Nilai awal
χ2
hitung
2,558 2,572
χ2
tabel
11.07 11.07
Keterangan Normal Normal
58
b. Uji Homogenitas Data Nilai Awal Hipotesis: 2
2
2
2
Ho = σ 1 = σ 2
Ha = σ 1 ≠ σ 2
Dengan kriteria pengujian, Ho diterima jika Fhitung < Ftabel untuk taraf nyata α = 0.05 dan dk = k-1. Berikut Tabel 4.9 disajikan hasil perhitungan uji homogenitas data nilai awal. Tabel 4.9Daftar Uji Homogenitas Data Nilai Awal No Kelas Kemampuan Varian n Fhitung 1 Eks Nilai awal 217,933 40 1,478 2 Kont Nilai awal 147,420 40
Ftabel
Kriteria
1,70
Homogen
Berdasarkan perhitungan uji homogenitas diperoleh Fhitung = 1,478 dan
Ftabel = 1,70 dengan α = 0.05 . Jadi Fhitung < Ftabel berarti kedua kelas memiliki varians yang homogen. 2. Analisis Data Tahap Akhir Analisis ini dilakukan terhadap data hasil belajar peserta didik
pada
pembelajaran materi pokok tata nama senyawa kimia yang telah mendapatkan perlakuan yang berbeda, yakni kelompok eksperimendiberi pengajaran dengan menggunakan metode pembelajaran firing line sedangkan kelompok kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisis uji hipotesis adalah sebagai berikut: a. Uji Normalitas Data Nilai Akhir Uji normalitas data dapat dilakukan dengan uji chi- kuadrat. Data akhir yang digunakan untuk menguji normalitas adalah nilai post-test. Dengan hipotesis: Ho = data berdistribusi normal Ha = data tidak berdistribusi normal
59
Dengan kriteria pengujian, Ho ditolak jika χ 2
hitung
nyata α = 0.05 dan dk = k-1 dan Ho terima jika jika χ 2
≥χ2
hitung
untuk taraf
tabel
<χ 2
tabel
. Berikut
Tabel 4.10 disajikan hasil perhitungan uji normalitas data nilai akhir. Tabel 4.10 Daftar Chi Kuadrat Data Nilai Akhir No 1 2
Kelas Eksperimen Kontrol
2 Kemampuan χ hitung Nilai akhir 3,576 Nilai akhir 3,909
χ2
Keterangan Normal Normal
tabel
11.07 11.07
Terlihat dari tabel tersebut bahwa uji normalitas post-test pada kelas eksperimen (X-2) untuk taraf signifikan α = 0.05 dan dk = 6-1= 5, diperoleh χ 2 hitung
= 3,576 dan χ 2
tabel
.= 11,07. Karena χ 2
hitung
<χ 2
tabel
, maka dapat
dikatakan bahwa data tersebut berdistribusi normal. Sedangkan uji normalitas post-test pada kelas kontrol (X-1) untuk taraf signifikan α = 0.05 dan dk = 6-1= 5, diperoleh χ 2 11,07. Karena χ 2
hitung
<χ 2
tabel
hitung
= 3,909 dan χ 2
=
tabel
, maka dapat dikatakan bahwa data tersebut
berdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Data Nilai Akhir Hipotesis: 2
Ho = σ 1 = σ 2 2
Ha = σ 1 ≠ σ 2
2
2
Dengan kriteria pengujian, Ho diterima jika Fhitung < Ftabel untuk taraf nyata α = 0.05 dan dk = k-1 maka data homogen. Di bawah ini disajikan hasil perhitungan uji homogenitas nilai akhir seperti pada Tabel 4.11. Tabel 4.11Daftar Uji Homogenitas Data Nilai Akhir No 1 2
Kelas Eks Kntrl
Kemampuan Nilai akhir Nilai akhir
Varian 139,487 141,731
N
Fhitung
Ftabel
Kriteria
40 40
1,016
1,70
Homogen
60
Pengujian uji homogenitas untuk sampel dengan menggunakan data nilai hasil belajar (post-test).Diperoleh Fhitung = 1,016 dengan taraf signifikan sebesar α = 0.05 serta dk pembilang = 40-1= 39 dan dk penyebut = 40-1= 39 yaitu F (0.05)(39:39)= 1,70. Terlihat bahwa Fhitung < Ftabel hal ini berarti bahwa data bervarians homogen. c. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata (Uji Pihak Kanan) Perhitungan data hasil belajar atau data nilai akhir menunjukkan bahwa hasil perhitungan pada kemampuan akhir kelas eksperimensetelah mendapat perlakuan dengan menggunakan metode pembelajaran firing line diperoleh rata-rata 72,00 dan (SD) adalah 11,81, sedangkan untuk kelas control dengan setelah mendapat perlakuan dengan menggunakan pembelajaran konvensional diperoleh rata-rata 64,25 dan (SD) adalah 11,91. Dari hasil perhitungan t-test diperoleh t hitung = 2,923dikonsultasikan dengan t tabel pada α = 5 % dk = (n1 + n2 − 2) = 78 diperoleh t tabel = 1,991. hal ini menunjukkan bahwa t hitung > t tabel sehingga Ho di tolak dan Ha diterima. Artinya kelas eksperimen yang menggunakan metode firing line lebih efektif dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah. d. Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik Dalam penelitian ini metode observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas peserta didik yang merupakan hasil belajar peserta didik ranah afektif dan ranah psikomotorik peserta didik. Observasi ranah afektif diambil dari proses pembelajaran tata nama senyawa kimia, sedangkan observasi ranah psikomotorik diambil dari pembelajaran dengan metode firing line. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui apakah aktivitas peserta didik berupa hasil belajar afektif dan ranah psikomotorik baik kelas eksperimen atau kelas kontrol meningkat atau tidak, lebih baik atau tidak.
61
C. Pembahasan Hasil Penelitian Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu dilakukan analisis tahap awal untuk mengetahui keadaan awal dari kelas yang akan dipakai dalam penelitian yang meliputi kelas eksperimen, kelas kontrol dan kelas uji coba. Oleh karena itu peneliti mengambil data awal dari nilai uji pada soal pretest sebagai instrument pretest untuk analisis tahap awal. Pembelajaran pembelajaran
kimia
yang
dilaksanakan
dengan
pada
menerapkan
kelas
metode
eksperimen
firing
line.
adalah Dalam
pelaksanaannya penelitian ini dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan (6 jam pelajaran) dengan jumlah peserta didik 40 orang. Pembelajaran pada kelas eksperimen pada awalnya mengalami hambatan. Peserta didik yang belum terbiasa dengan pendekatan pembelajaran yang digunakan yang menuntut peserta didik lebih aktif dan kreatif dalam berpikir dan juga guru yang masih canggung dalam menjalankan metode ini. Pada pertemuan pertama guru menjelaskan tujuan pembelajaran secara jelas mengenai materi tata namasenyawa kimia, memberikan motivasi kepada peserta didik dengan menumbuhkan sikap dan pandangan positif terhadap pelajaran. Kemudian guru menyampaikan sebagian materi tata nama senyawa kimia dengan metode firing line. Pada pertemuan kedua melanjutkan pembelajaran yang telah dilaksanakan pada pertemuan pertama. Pada awal-awal proses pembelajaran terjadi kericuhan karena kekurang pahaman peserta didik terhadap instruksi yang diberikan oleh guru, begitu juga ketika peserta didik diberikan soal latihan. Pada pertemuan ketiga proses pembelajaran sudah mulai berjalan dengan lancar disamping karena sudah mulai terbiasanya peseta didik dengan penerapan metode firing line juga instruksi-instruksi yang diberikan oleh guru dapat dengan mudah diterima oleh peserta didik. Pada saat penerapan metode firing line siswa terlihat lebih terampil dalam mempraktekannya. Begitu pula ketika siswa X memberi pertanyaan kepada siswa Y, dengan segera siswa Y menjawabnya. Berdasarkan pada pengalaman pertemuan kedua, pada pertemuan ketiga ini siswa lebih cermat dalam menempatkan diri ketika menggeser tempat duduknya kekanan hingga kurun
62
waktu yang ditentukan berakhir. Pada pertemuan terakhir peserta didik diberikan
posttest dengan materi yang telah diajarkan. Dalam penelitian kali ini observasinya dilakukan dengan mengamati jalannya kegiatan pembelajaran yang ada pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, yaitu dengan mengamati hasil belajar pada aspek efektif dan psikomotorik dengan menggunakan lembar observasi. Menurut hasil perhitungan observasi ranah psikomotor pada kelas eksperimen memiliki analisis nilai sebesar 76.6% sedangkan perhitungan observasi ranah afektif memiliki analisis nilai sebesar 76%, Penelitian ini dapat dikatakan berhasil, jika tingkat penguasaan minimal yang harus dicapai adalah 75%. Karena hasil observasi ranah afektif dan ranah psikomotorik > 75% maka dapat dikatan penelitian ini berhasil. Penilaian pada aspek kognitif peserta didik di sekolah dapat dilihat dari hasil belajar peserta didik tersebut. Keberhasilan yang ingin dilihat yaitu seberapa besar pemahaman peserta didik terhadap materi. Metode pembelajaran firing line dapat dikatakan efektif terhadap hasil belajar siswa minimal mencapai 65%. berdasarkan nilai KKM yang ditetapkan di MA An-Nidham Demak. Skor yang didapatkan berdasarkan skor seluruh siswa adalah 72%, maka dapat dikatakan indikator tingkat keefektifan metode pada aspek kognitif adalah efektif. Pengamatan yang dilakukan pada proses kegiatan pembelajaran yang ada pada kelas kontrol (kelas tanpa perlakuan) yakni aspek psikomotorik memiliki analisis nilai sebesar 58,3%, sedangkan perhitungan observasi ranah afektif memiliki analisis nilai sebesar 58%. Penelitian ini dapat dikatakan berhasil, jika tingkat penguasaan minimal yang harus dicapai adalah 75%. Karena hasil observasi ranah afektif dan ranah psikomotorik <75% maka dapat dikatan penelitian ini kurang efektif. Sedangkan penilaian pada aspek kognitif kelas kontrol peserta didik di sekolah dapat dilihat dari hasil belajar peserta didik tersebut. Keberhasilan yang ingin dilihat yaitu seberapa besar pemahaman peserta didik terhadap materi. Metode pembelajaran ceramah dapat dikatakan efektif terhadap hasil belajar siswa minimal mencapai 65% berdasarkan nilai KKM yang ditetapkan di MA An-Nidham Demak. Skor yang didapatkan berdasarkan skor
63
seluruh siswa adalah 64%, maka indikator tingkat keefektifan metode ceramah pada aspek kognitif adalah kurang efektif Observasi ranah afektif dan ranah psikomotorik menunjukkan bahwa hasil observasi aktivitas peserta didik ranah afektif yaitu dalam kegiatan pembelajaran, kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Pada kegiatan diskusi dengan metode firing line atau hasil belajar ranah psikomotorik kelas eksperimen terlihat lebih tinggi dibanding hasil belajar ranah psikomotorik kelas kontrol. Berdasarkan hasil ranah afektif dan psikomotorik disimpulkan pada kelas eksperimen, metode firing line dapat menimbulkan suasana yang menyenangkan, peserta didik lebih aktif dan tidak membosankan, dengan adanya metode firing
line menambah lebih menarik dan dapat memanfaatkan kedua belah otak sehingga siswa tidak jenuh selama pembelajaran berlangsung. Berdasarkan dari hasil observasi mengenai aktivitas peserta didik mulai dari pertemuan pertama sampai terakhir menunjukkan persentase keaktifan peserta didik mengalami kenaikan. Hal ini menjelaskan bahwa dengan pembelajaran kimia berbasis firing line dapat meningkatkan aktivitas peserta didik lebih baik. Tahapan-tahapan dalam pembelajaran yang telah disesuaikan dengan penerapan metode firing line membiasakan peserta didik dengan sendirinya untuk selalu berpikir kritis kreatif sehingga pengetahuannya semakin bertambah. Pada pertemuan-pertemuan awal aktivitas peserta didik masih jauh dari apa yang diharapkan, perhatian peserta didik lebih banyak tersita untuk beradaptasi dengan pendekatan yang mengakibatkan kegaduhan didalam kelas. Jumlah peserta didik yang aktif dalam pembelajaran dengan menggunakan metode
firing line masih sangat minim. Keaktifan peserta didik dalam bertanya, mengemukakan pendapat serta merumuskan strategi baru untuk menyelesaikan soal juga masih sangat kurang. Pada pertemuan-pertemuan selanjutnya semakin mengalami peningkatan dalam segi jumlah peserta didik yang aktif dan terampil dalam berpasangan untuk menyelesaikan soal dan sudah mulai bisa memerankan dirinya dalam metode firing line ini. Keadaan seperti ini hampir menyeluruh dilakukan oleh peserta didik, kemampuan pemecahan masalah peserta didik semakin menunjukkan peningkatan yang signifikan.
64
Persentase aktivitas pengelolaan kelas oleh guru pada waktu pembelajaran juga mengalami peningkatan. Ketidak pahaman peserta didik pada metode pembelajaran yang terjadi pada awal-awal pertemuan yang menghambat proses pembelajaran dikoreksi sehingga pada pertemuan selanjutnya tidak terulang berkat kejelian guru dalam memberikan motivasi dan ketegasan dalam memberikan instruksi-instruksi yang memudahkan peserta didik belajar. Pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas kontrol adalah menggunakan pembelajaran konvensional, yaitu pembelajaran ekspositori. Sedangkan metode yang dipakai adalah metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Dalam pembelajaran ekspositori, guru menjelaskan materi secara urut, kemudian peserta didik diberi kesempatan untuk bertanya dan mencatat. Selanjutnya guru memberikan contoh soal dan cara menjawabnya. Peserta didik diberi beberapa soal latihan untuk dikerjakan mandiri. Kemudian guru membahas soal yang diberikan dengan meminta beberapa peserta didik untuk mengerjakan dipapan tulis. Di akhir pembelajaran guru membantu peserta didik untuk merefleksi kembali materi yang telah dipelajari kemudian diberikan PR. Pembelajaran konvensional pada awalnya memang membuat peserta didik lebih tenang. Peserta didik duduk dengan tenang dan memperhatikan guru menjelaskan materi pelajaran. Hal semacam ini justru mengakibatkan guru sulit mengetahui pemahaman peserta didik, karena peserta didik yang sudah paham maupun belum paham diam saja dan juga mengakibatkan peserta didik bersifat pasif yang selalu menunggu arahan dari guru. Pada analisis tahap awal diperoleh data yang menunjukkan keadaan awal dari kedua kelas berada dalam keadaan berdistribusi normal, mempunyai variansi yang homogen dan rata-rata skor awal yang sama. Hal ini berarti menunjukkan kedua kelas berangkat dari keadaan atau kondisi awal yang sama, yaitu mempunyai pengetahuan yang sama. Berdasarkan uji perbedaan rata-rata satu pihak yaitu pihak kanan pada data akhir diperoleh t hitung=2,923dan t tabel = 1,991, karena t hitung >ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima, hal ini berarti hipotesis dapat diterima. Dengan demikian maka hasilnya dapat dikemukakan bahwa rata-rata skor pencapaian tes kemampuan
65
pemecahan masalah materi tata nama senyawa kimia pada kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Selain itu dapat dilihat pula pada rata-rata hasil belajar Kelas eksperimen setelah menggunakan metode pembelajaran firing line adalah 72,00 dan (SD) adalah 11,81, sedangkan untuk kelas kontroldengan setelah mendapat perlakuan dengan menggunakan pembelajaran konvensional diperoleh rata-rata 64,25 dan (SD) adalah 11,91. Dari hasil perhitungan t-test diperoleh t hitung = 2,923 dikonsultasikan dengan t tabel pada α = 5 % dk = (n1 + n2 − 2) = 78 diperoleh t tabel = 1,991. hal ini menunjukkan bahwa t hitung > t tabel sehingga Ho di tolak dan Ha diterima. Artinya kelas eksperimen yang menggunakan metode firing line lebih efektif dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah. Dari hasil uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar peserta didik dengan menggunakan metode pembelajaran firing line lebih baik dari hasil belajar peserta didik dengan menggunakan pembelajaran konvensional pada materi pokok tata nama senyawa kimiapeserta didik kelas X semester ganjil MA AN-NIDHAM Kecamatan Sayung Demak. Sehingga pembelajaran yang menggunakan metode pembelajaran firing line efektif terhadap hasil belajar peserta didik pada materi pokok tata nama senyawa kimia kelas X semester ganjil MA AN-NIDHAM Kecamatan Sayung Demak tahun ajaran 2011-2012.
D. Keterbatasan Penelitian 1. Keterbatasan Waktu Waktu yang digunakan peneliti sangat terbatas. Peneliti hanya memiliki waktu sesuai keperluan yang berhubungan dengan peneliti saja. Waktu yang peneliti gunakan cukup singkat dan hasil hanya cocok untuk waktu ini saja, bukan waktu yang lain. 2. Keterbatasan Kemampuan Peneliti tidak lepas dari teori, oleh karena itu peneliti menyadari keterbatasan kemampuan khususnya pengetahuan ilmiah. Tetapi peneliti berusaha semaksimal mungkin untuk menjalankan penelitian dengan
66
kemampuan keilmuan dari beberapa referensi yang peneliti kutip serta bimbingan dari dosen-dosen pembimbing. 3. Keterbatasan Biaya Hal terpenting yang menunjang suatu kegiatan adalah biaya. Biaya merupakan salah satu pendukung dalam proses penelitian. Dengan biaya yang minim menjadi faktor penghambat dalam proses penelitian. Banyak hal yang tidak bisa dilakukan penulis ketika harus membutuhkan biaya yang lebih besar. Akan tetapi dari biaya yang secukupnya akhirnya dapat menyelesaikan penelitian ini, apabila dilakukan dengan biaya yang besar kemungkinan hasilnya tidak sama.
67
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan Dengan melihat hasil penelitian yang telah dibahas mengenai “Efektivitas Metode The Firing Line Dengan Pendekatan Active Learning
Pada Materi
Penamaan Senyawa Kimia ( Suatu Eksperimen Di MA An-Nidham Demak Kelas X Tahun Ajaran 2011/2012) “ maka dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian ini sebagai berikut: 1. Dari analisis data menunjukkan bahwa rata-rata skor tes kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen sebesar 72,00 dan kelas control sebesar 64,25. Hal ini menunjukkan bahwa skor tes kelas eksperimen lebih baik dari pada yang menerapkan pembelajaran konvensional. 2. Berdasarkan pengujian statistic yakni perbedaan rata-rata (uji t) pihak kanan diperoleh hasil t hitung = 2,923 dikonsultasikan dengan t tabel pada α = 5 %
dk = (n1 + n2 − 2) = 78 diperoleh t tabel = 1,991. Hal ini menunjukkan bahwa t hitung > t tabel sehingga H0 di tolakdan Ha diterima. Artinya rata-rata hasil
belajar yang diajar dengan metode pembelajaran Firing Line lebih baik dan efektif digunakan dari pada pembelajaran konvensional terhadap kemampuan pemecahan masalah pada materi tata nama senyawa kimia di MA An-nidham Sayung Demak..
B. Saran Mengingat
pentingnya
pendekatan
pembelajaran
dalam
suatu
pembelajaran dan sehubungan dengan hasil penelitian ini peneliti menyarankan sebagai berikut: 1. Metode pembelajaran firing line diharapkan menjadi alternatif yang dapat digunakan dalam pembelajaran yang dilaksanakan di MA An-nidham Sayung Demak.
67
2. Untuk melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan metode firing line sebaiknya guru harus mempersiapkannya secara matang dan materi harus yang sesuai dengan karakteristik firing line, hal ini dilakukan untuk menghindari kesulitan peserta didik dalam mengembangkan materi. 3. Pemecahan
masalah
yang
diberikan
hendaknya
disesuaikan
dengan
kemampuan rata-rata dari peserta didik dan juga guru harus selalu mengawasi karena dikhawatirkan peserta didik salah dalam memahami konsep. 4. Pembelajaran dengan menggunakan firing line perlu terus dikembangkan dan diaplikasikan karena dapat meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik. 5. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut guna pengembangan dan peningkatan pembelajaran yang telah ada.
C. Penutup Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan inayah yang telah diberikan, sehingga penyusunan skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan.
Peneliti
menyadari
bahwa
skripsi
ini
membutuhkan
penyempurnaan, oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan saran, masukan kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak guna kesempurnaan skripsi ini. Besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, para pembaca dan semua kalangan pada umumnya.
68
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Suminar, General Chemistry, Principles and Modern Application Fourth edition, Jakarta: Erlangga, 1985 Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, Cet. XIII, Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2009. Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010, Cet 4. Chang, Raymond, Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti, Jakarta : Erlangga, 2005 Dalyono, PsikologiPendidikan, Jakarta: RinekaCipta, 2009, Cet. 5, hlm. 59. Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Jakarta: PT. Sygma Examedia Arkanleema, 2009. E Brady, James, Kimia Universitas Asas & Struktur, Terj. Sukmariah Maun dkk, Jakarta: Binarupa Aksara, 1999 Golberg, David E,KIMIA UNTUK PEMULAEdisi ketiga. Jakarta : Erlangga.2009. Hamdani, STRATEGI BELAJAR MENGAJAR.Bandung : Pustaka Setia.2011. Hamruni, Strategi dan model-model pembelajaran aktif, Yoyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009. Hariwijaya , Triton, Pedoman Penulisan ilmiah SKRIPSI dan TESIS.Jakarta : SUKA BUKU.2011. Iskandar,Psikologi Pendidikan (Sebuah Orientasi Baru). Ciputat : Gudang Persda Press. 2009. Made
Pidarta, Landasan Kependidikan : stimulus bercorak.Indonesia.Jakarta : Rieneka Cipta.2007.
ilmu
pendidikan
Maun, Sukmariah,dkk, Kimia Universitas Asas & Struktur, Jilid I, Tangerang: Binarupa Aksara. Muhibbin syah, psikologi pendidikan dengan pendekatan baru, Bandung: Rosdakarya, 2000, Mulyasa,E, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: Rosdakarya, 2007
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2011. Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. RemajaRosdakarya, 1996, Cet. 11, Rohiat,MANAJEMEN SEKOLAH-Teori Dasar dan Praktik.Bandung ; Refika Aditama.2009. Silberman, Melvin L, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif.Yogyakarta :PUSTAKA INSAN MADABI.2007. , Active Learning;101 srtategies to teach any subject, U.S.A.: allyn and Bacon Boston, 1996 Sudijono, Anas,Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Remaja Grafindo Persada. 2006. Sudjana,Metoda Statistika, Bandung: PT. Tarsito.2001. Sudjana, Nana , Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, cet ke 14, Sugiyarto, Kristian, Yoyakarta
Kimia Anorganik I, Yogyakarta: Universitas Negeri
Sugiyono,METODE PENELITIAN KUANTITATIF R&D.Bandung : Alfabeta.2008.
KUALITATIF
DAN
Warsito, Bambang, Teknologi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasinya, Winarsunu, Tulus, Statistik Dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan, Malang: UMM Press. 2002. http
://esdikimia.wordpress.com/2011/05/04/tata-nama-senyawa-poliatomikasam-basa,
Kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode firing line dikelas X-2 (sebagai kelas eksperimen)
Lampiran 1 KISI-KISI SOAL UJI COBA Materi = Tatanama Senyawa Kimia
Sekolah
= MA ANNIDHAM
Jumlah soal
= 50 butir
Mata Pelajaran
= Kimia
Waktu
=
Kelas
=X
Bentuk soal = Pilihan Ganda
90 menit
Standar kompetensi = Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia Kompetensi dasar = Mendeskripsikan tata nama senyawa anorganik dan organik sederhana serta persamaan reaksinya. Indikator
Materi C1 C2 C3 C4 C5 C6 pokok Pengetahuan Pemahaman Penerapan Analisis Sintesis Penilaian (knowledge) (comprehension) (aplication) (analysis) (synthesis) (evaluation)
1. Menjelaskan Kimia tata cara penulisan nama dan rumus senyawa
1, 17, 18, 28
2, 3, 8, 14, 16, 22, 44, 47 26, 36, 43
20, 41
24,
kimia 2. Menuliskan nama dan rumus senyawa biner 3. Menuliskan nama dan rumus senyawa poliatomik 4. Menuliskan nama dan rumus senyawa organik sederhana
4, 5, 9, 10, 13, 40 11, 12, 21, 25, 29, 30, 35 15, 33, 42, 19, 32, 49 46, 48
6, 7, 31, 34, 37, 38
23
27
39, 50
45,
Lampiran 2 SOAL UJI COBA Berilah tanda silang (x) huruf a, b, c, d atau e pada jawaban yang paling benar! 1. Satu molekul Mg3(PO4)2 terdiri atas……atom. a. 5
d. 13
b. 9
e. 15
c. 10 2. 1 molekul kalsium sulfat terdiri atas 1 atom Ca, 1 atom S dan 4 atom O. Rumus molekul senyawa tersebut adalah…. a. CaS2O4
d. Ca4SO2
b. Ca2SO4
e. Ca(SO2)2
c. CaSO4 3. Senyawa dengan rumus kimia Cu(H2O)6. (NO3)2 memiliki jumlah atom H, N dan O berturut-turut adalah… a. 2, 1 dan 4.
d. 12, 2 dan 12
b. 2. 1 dan 11.
e. 12, 2 dan 16
c. 8, 2 dan 11.
4. Nama untuk senyawa dengan rumus CaC2 adalah…. a. Kalsium karbonat
d. Kalsium karbohidrat
b. Kalsium karbida
e. Kalsium dikarbonat
c. Kalsium dikarbon 5. Nama yang tepat untuk senyawa KCN adalah…. a. Kalium nitrat
d. Kalium nitrida
b. Kalium karbon
e. Kalium sianida
c. Kalium karbonat
6. Nama trivial untuk senyawa dengam rumus C2H2 adalah…. a. Cuka
d. Karbohidrat
b. Asetilen
e. Hidrazin
c. Paraffin
7. Tatanama senyawa organik dengan rumus C8H18 adalah…. a. Heksana
d. Nonana
b. Heptana
e. Dekana
c. Oktana 8. Dari kelima rumus berikut yang merupakan rumus empirik adalah…. a. C3H8
d. C6H6
b. C2H2
e. C2H4
c. C6H12O6 9. Rumus kimia untuk kalsium karbonat adalah…. a. CaC2
d. Ca(OH)2
b. CaH2
e. Ca2CO3
c. CaCO3 10. Nama senyawa K2O adalah…. a. Dikalium oksida
d. Kalsium oksida
b. Kalium dioksida
e. Dikalsium oksida
c. Kalium oksida 11. Rumus senyawa alumunium klorida adalah…. a. AlCl
d. Al3Cl
b. AlCl2
e. Al2Cl
c. AlCl3 12. Nama senyawa CuS adalah…. a. Tembaga sulfur
d. Tembaga sulfat
b. Tembaga (I) sulfida
e. Tembaga sulfid
c. Tembaga (II) sulfida 13. Nama yang tepat untuk senyawa MgCl2 adalah…. a. Magnesium diklorida b. Magnesium klorida c. Magnesium triklorida d. Magnesium klorid
e. Magnesium pentaklorida
14. Apabila diketahui ion-ion pembentuk senyawa adalah H+, NO3-, Ca2+, SO42-, Fe3+, dan PO43-, maka rumus kimia yang benar adalah…. a. Fe2(SO4)3
d. FeSO4
b. CaPO4
e. HPO4
c. H2SO4 15. Rumus kimia alumunium fosfat adalah…. a. AlPO4
d. Al(PO4)2
b. Al2(PO4)3
e. Al(PO4)3
c. Al3(PO4)2 16. Apabila ion Mg2+ bertemu dengan ion O2-, maka akan membentuk oksida logam dengan rumus…. a. MgO
d. Mg3O
b. Mg2O
e. Mg2O3
c. MgO2 17. Nama-nama senyawa dibawah ini sesuai dengan rumus kimianya adalah…. a. Na2O = dinatrium monoksida
d. CaCO3 = kalsium karbonat
b. AlCl3 = alumunium triklorida
e. Cu(NO3) = tembaga (II) nitrat
c. Fe2O3 = besi (II) klorida 18. Senyawa HgCl2 mempunyai nama…. a. Raksa klorida
d. Raksa (II) klorida
b. Raksa klorida (I)
e. Raksa diklorida
c. Raksa (I) klorida 19. Bila ion Sn4+ bersenyawa dengan ion SO42-, maka akan membentuk senyawa dengan nama…. a. SnSO4, timah sulfat
d. Sn3(SO4)2, timah (III) sulfat
b. Sn(SO4)2, timah (IV) sulfat
e. Sn(SO4)4, timah sulfat
c. Sn2(SO4)3, timah (II) sulfat 20. Suatu senyawa terbentuk karena gabungan ion positif Na+ dengan ion negatif SO42-, maka senyawa ion yang terbentuk adalah…. a. Na2(SO4)
c. Na(SO3)
b. Na(SO4)3
d. Na2(SO4)3
e. Na(SO4)2 21. Penamaan zat berikut yang tidak benar adalah…. a. BCl3 = boron triklorida
d. Cu2S = tembaga (II) sulfid
b. MgCl2 = magnesium diklorida
e. Na2O = natrium oksida
c. Na2SO4 = natrium sulfat 22. Rumus molekul asam klorida, asam sulfat, dan asam fosfat berturut-turut adalah…. a. HClO, H2S, H3PO3
d. HCl, H2SO4, H3PO4
b. HCl, H2SO3, H3PO4
e. HCl, H2SO3, H2PO4
c. HClO3, H2SO4, H2PO4 23. Kelompok senyawa berikut yang merupakan senyawa biner ionik adalah…. a. NaCl, HCl, KCl
d. AlCl3, MgBr2, NaI
b. HBr, MgO, Al2O3
e. P2O3, SO2, P2O5
c. Al2O3, NaO, CO 24. Suatu senyawa tersusun atas unsur kalsium dan unsur oksigen. Rumus senyawa kimia tersebur adalah…. a. K2O
d. Ca2O3
b. KO
e. CaO
c. KO2 25. Rumus kimia kalsium sulfid adalah…. a. KS
e. KS2
b. K2S c. CaS d. Ca2S 26. Jumlah atom Cl yang terkandung dalam molekul fosfor triklorida adalah…. a. 1
d. 4
b. 2
e. 5
c. 3 27. Berikut ini mengenai pernyataan benar tentang molekul NF3, kecuali…. a. Tersusun atas 1 atom N dan 3 atom F
b. Mempunyai
nama
mononitrogen trifluorida
kimia
c. Mengandung ion yang bermuatan -3
d. Tersusun atas 2 atom nonlogam e. Mempunyai ikatan kovalen
28. P2O5 merupakan senyawa kimia yang mempunyai nama kimia difosfor pentaoksida. Kata penta menyatakan atom dari unsur….dan berjumlah…. a. Fosfor; 1
d. Fosfor; 5
b. Fosfor; 2
e. Oksigen; 5
c. Oksigen;2 29. Nama kimia dari CO adalah…. a. Monokarbon monoksida
d. Monokarbon oksida
b. Karbon oksida
e. Oksigen karbida
c. Karbon monoksida 30. Rumus kimia dari karbon tetraklorida adalah…. a. CCl4
e. C4Cl
b. CCl c. KCl d. K4Cl 31. Nama kimia dari HBr adalah…. a. Asam bromida
d. Asam karbon
b. Asam metan
e. Monokarbon tetrahidrida
c. Karbon tetrahidrida 32. Suatu senyawa mempunyai nama kimia kalsium nitrit. Anion poliatomik yang menyusun senyawa tersebut adalah… a. NO22-
d. NO-
b. NO2-
e. NO2-
c. NO333. Nama kimia dari H2CO3 adalah…. a. Dihidrogen
monokarbon
trioksigen b. Dihidrogen
c. Hydrogen karbonit d. Asam karbonit
monokarbon
trioksida 34. Rumus kimia dari ammonium hidroksida adalah….
e. Asam karbonat
a. NH4OH
d. (NH2)2OH
b. (NH4)2OH
e. (NH2)4OH
c. NH4(OH)2 35. Nama senyawa dari H2S dan HCl berturut-turut adalah… a. Dihidrogen
monosulfida
dan
hydrogen klorida b. Hidrogen sulfida dan hydrogen
c. Asam sulfida dan asam klorida d. Asam sulfur dan asam klorida e. Asam sulfur dan asam klorida
klorida 36. PCl3 merupakan senyawa kimia yang mempunyai nama kimia fosfor triklorida. Kata tri menyatakan atom dari unsur….dan berjumlah…. a. Fosfor; 1
d. Klorida; 1
b. Fosfor; 2
e. Klorida; 3
c. Oksigen;2 37. Rumus kimia dari asam asetat adalah…. a. CH3COOH
d. C3COOH
b. CH3COH
e. H3COOH
c. CH2COOH 38. Rumus kimia dari asam nitrat adalah…. a. HNO3
d. HNO4
b. HNO
e. HN3
c. HNO3 39. Suatu senyawa mempunyai nama kimia asam sulfat. Anion poliatomik yang menyusun senyawa tersebut adalah… a. SO42-
d. SO32-
b. SO2-
e. SO4-
c. SO3 40. Nama suatu senyawa yang tersusun atas kation Mg2+ dan anion Br-, rumus kimianya adalah…. a. Mg2Br
d. MgBr3
b. MgBr
e. MgBr4
c. MgBr2
41. Apabila suatu kation K+ dan anion ClO4- beraksi, maka akan terbentuk senyawa .... a. KClO4
d. K3(ClO4)2
b. K2ClO4
e. 2K(ClO4)
c. K(ClO4)2 42. Nama senyawa yang terbentuk dari soal nomor 11 adalah .... a. Kalsium Klorat
d. Kalium Perklorat
b. Kalium Klorat
e. Kalium Klorit
c. Kalsium Perklorat 43. Bilangan oksidasi unsur Pb=2+ dan bilangan oksidasi NO3=-1, maka rumus molekulnya adalah ... ... a. PbNO3
d. Pb(NO3)3
b. Pb2NO3
e. Pb2(NO3)2
c. Pb((NO3)2 44. Rumus senyawa yang terbentuk dari ion Ba2+ dan PO33- adalah ... ... a. BaPO3
d. Ba3(PO3)
b. Ba2(PO3)
e. Ba3(PO3)2
c. Ba2(PO3)3 45. Suatu senyawa mempunyai nama kimia Kalsium nitrit. Anion poliatomik yang menyusun senyawa tersebut adalah ... ... a. NO22-
d. NO-
b. NO2-*
e. NO2-
c. NO346. Tata nama yang benar untuk senyawa Na2SO4 adalah ...... a. Natrium Sulfat
e. Natrium tiosulfat
b. Natrium Sulfit c. Natrium bisulfat d. Natrium bisulfit 47. Rumus kimia yang tepat, bila ion-ion pembentuknya NH4+, Ca2+,Al3+, Cl- dan SO42adalah ... a. Al2(SO4)3
c. NH4SO4
b. CaCl
d. Ca3(SO4)2
e. AlCl 48. Nama kimia dari (NH4)2SO4 yaitu .... a. Ammonium sulfat
d. Sulfat ammonium
b. Diammonium sulfat
e. Sulfat diammonium
c. Ammoniak sulfat 49. Penamaan zat berikut yang tidak benar adalah ...... a. NaOH=Natrium Hidroksida
d. H2SO4=Asam Sulfat
b. KNO3=Kalium Nitrat
e. Ca(NO2)2= Kalium nitrit
c. Fe(OH)3=Besi(III)Hidroksida 50. Diketahui tabel pasangan rumus kimia dan nama senyawa sebagai berikut. No Rumus
Nama Senyawa
Kimia 1.
Mg2(NO3)4
Magnesium Nitrat
2.
Na2SO4
Natrium Fosfit
3.
Al2(PO4)3
Aluminium
4.
K2(CO3)2
fosfat
5.
Al2(SO4)3
Kalium Karbonat
(II)
Aluminium Sulfat
Pasangan Rumus Kimia dan nama senyawa yang paling tepat adalah ....... a. 1
d. 4
b. 2
e. 5
c. 3
Lampiran 3 KUNCI JAWABAN SOAL UJI COBA
1. D 2. C 3. D 4. B 5. E 6. B 7. C 8. C 9. C 10. C 11. C 12. C 13. B 14. C 15. A 16. A 17. D 18. D 19. B 20. A 21. B 22. D 23. D 24. A 25. C
26. C 27. B 28. E 29. C 30. A 31. A 32. B 33. E 34. A 35. C 36. E 37. A 38. C 39. A 40. C 41. A 42. D 43. C 44. E 45. B 46. A 47. A 48. A 49. E 50. E
Lampiran 9 SILABUS Nama Sekolah
: MA AN-NIDHAM
Mata Pelajaran
: KIMIA
Kelas/Semester
: X/1
Standar Kompetensi : 2. Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia (stoikiometri) Alokasi Waktu Kompetensi dasar 2.1 Mendeskrip sikan tata nama senyawa anorganik dan organik sederhana serta persamaan reaksinya.
: 16 jp (2X2 Jam untuk ulangan) Materi Pembelajaran tata nama senyawa
Kegiatan Pembelajaran Menentukan senyawa biner (senyawa ion) yang terbentuk dari tabel kation (golongan utama) dan anion serta memberi namanya dalam diskusi kelompok. Menentukan nama senyawa biner yang terbentuk melalui ikatan kovalen. Menentukan nama senyawa poliatomik yang terbentuk dari tabel kation (golongan utama dan NH4+) dan anion poliatomik serta memberi namanya dalam diskusi kelompok. Menyimpulkan aturan pemberian
Indikator Menjelaskan tata cara penulisan nama senyawa kimia Menuliskan nama senyawa biner Menuliskan nama senyawa poliatomik Menuliskan nama senyawa organik sederhana
Penilaian Penugasan : Tugas rumah Tes Tertulis PG
Alokasi Waktu
Sumber
2 jp
Michel Purba, Kimia X 2006,Erla ngga,
Belajar
Kompetensi dasar
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
nama senyawa biner dan poliatomik. Menginformasikan nama beberapa senyawa organik sederhana.
Demak , 25 februari 2012 Mengetahui, Praktikan
Kepala Sekolah
Nur Aini
Su’udi Syukur, S.Ag.
NIM. 083711020
NIP:-
Lampiran 10 RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN Satuan Pendidikan
: MA AN-NIDHAM
Mata Pelajaran
: Kimia
Bahan Kajian
: Hukum-Hukum Dasar Kimia
Kelas
:X
Pertemuan
: 1-2(pertemuan)
Alokasi Waktu
:4 x45 menit
1. Standar kompetensi : Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia 2. Kompetensi dasar : Mendeskripsikan tata nama senyawa anorganik dan organik sederhana serta persamaan reaksinya. 3. Indikator 1. 2. 3. 4.
Menjelaskan tata cara penulisan nama dan rumus senyawa kimia Menuliskan nama dan rumus senyawa biner Menuliskan nama dan rumus senyawa poliatomik Menuliskan nama dan rumus senyawa organik sederhana
4. Tujuan 1. Siswa dapat menjelaskan tata cara penulisan nama dan rumus senyawa kimia 2. Siswa dapat menuliskan nama dan rumus senyawa biner 3. Siswa dapat menuliskan nama dan rumus senyawa poliatomik 4. Siswa dapat menuliskan nama dan rumus senyawa organik sederhana 5. Materi Pembelajaran Tata Nama Senyawa Sederhana 1) Tata Nama Senyawa Molekul ( Kovalen ) Biner. Senyawa biner adalah senyawa yang hanya terdiri dari dua jenis unsur.
Contoh : air (H2O), amonia (NH3) a).
Rumus Senyawa Unsur yang terdapat lebih dahulu dalam urutan berikut, ditulis di depan. B-Si-C-Sb-As-P-N-H-Te-Se-S-I -Br-Cl-O-F b). Nama Senyawa Nama senyawa biner dari dua jenis unsur non logam adalah rangkaian nama kedua jenis unsur tersebut dengan akhiran –ida (ditambahkan pada unsur yang kedua). Catatan : Jika pasangan unsur yang bersenyawa membentuk lebih dari sejenis senyawa, maka senyawa-senyawa yang terbentuk dibedakan dengan menyebutkan angka indeks dalam bahasa Yunani. 1 = mono 2 = di 3 = tri 4 = tetra 5 = penta 6 = heksa 7 = hepta 8 = okta 9 = nona 10 = deka Angka indeks satu tidak perlu disebutkan, kecuali untuk nama senyawa karbon monoksida. c). Senyawa yang sudah umum dikenal, tidak perlu mengikuti aturan di atas. 2) Tata Nama Senyawa Ion. Kation = ion bermuatan positif (ion logam) Anion = ion bermuatan negatif (ion non logam atau ion poliatom) a) Rumus Senyawa Unsur logam ditulis di depan. Rumus senyawa ion ditentukan oleh perbandingan muatan kation dan anionnya. Kation dan anion diberi indeks sedemikian rupa sehingga senyawa bersifat netral (∑ muatan positif = ∑ muatan negatif). b) Nama Senyawa Nama senyawa ion adalah rangkaian nama kation (di depan) dan nama anionnya (di belakang); sedangkan angka indeks tidak disebutkan. Catatan : Jika unsur logam mempunyai lebih dari sejenis bilangan oksidasi, maka senyawa-senyawanya dibedakan dengan menuliskan bilangan oksidasinya (ditulis dalam tanda kurung dengan angka Romawi di belakang nama unsur logam itu). Berdasarkan cara lama, senyawa dari unsur logam yang mempunyai 2 jenis muatan dibedakan dengan memberi akhiran –o untuk muatan yang lebih rendah dan akhiran – i untuk muatan yang lebih tinggi. Cara ini kurang informatif karena tidak menyatakan bilangan oksidasi unsur logam yang bersangkutan.
3) Tata Nama Senyawa Terner. Senyawa terner sederhana meliputi : asam, basa dan garam. Reaksi antara asam dengan basa menghasilkan garam. a) Tata Nama Asam. Asam adalah senyawa hidrogen yang di dalam air mempunyai rasa masam. Rumus asam terdiri atas atom H (di depan, dianggap sebagai ion H+) dan suatu anion yang disebut sisa asam. Catatan : perlu diingat bahwa asam adalah senyawa molekul, bukan senyawa ion. Nama anion sisa asam = nama asam yang bersangkutan tanpa kata asam. Contoh : H3PO4 Nama asam = asam fosfat Rumus sisa asam = PO 34− (fosfat) b) Tata Nama Basa. Basa adalah zat yang jika di dalam air dapat menghasilkan ion OH − Pada umumnya, basa adalah senyawa ion yang terdiri dari kation logam dan anion OH − Nama basa = nama kationnya yang diikuti kata hidroksida. c) Tata Nama Garam. Garam adalah senyawa ion yang terdiri dari kation basa dan anion sisa asam. Rumus dan penamaannya = senyawa ion. 4) Tata Nama Senyawa Organik. Senyawa organik adalah senyawa-senyawa C dengan sifat-sifat tertentu. Senyawa organik mempunyai tata nama khusus, mempunyai nama lazim atau nama dagang ( nama trivial ). 6. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan ke-1 1. Metode
: firing line
2. Pendekatan
: pendekatan active learning
3. media
: kartu soal
Langkah-langkah pembelajaran: Kegiatan
Rincian
Alokasi Waktu
Keterangan
Kegiatan awal
Kegiatan inti
20 menit Ditujukan Pendahuluan • Guru memulai pelajaran dengan untuk seluruh mengecek prasyarat pengetahuan, siswa memberikan motivasi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan. Pemberian motivasi : menanyakan rumus molekul karbon dioksida, hidrogen dioksida, karbon monoksida. 60 menit Ditujukan Eksplorasi • Guru menerangkan tatacara untuk seluruh penulisan senyawa dan rumus kimia. siswa • Siswa mengkaji cara memberi nama senyawa biner dan senyawa poliatomik. • Siswa mengkaji penulisan rumus molekul dari buku paket. Elaborasi • Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Guru dan siswa mengatur kursi-kursi dalam dua baris yang berhadapan. Pisahkan kursi-kursi itu ke dalam kelompok-kelompok tiga sampai lima pada setiap baris. • Guru membagi kepada setiap siswa X sebuah kartu yang berisi tugas dimana dia akan menginstruksikan kepada peserta didik Y dihadapannya untuk merespons. Dan guru memberikan kartu yang berbeda kepada setiap anggota X dari suatu kelompok. • Setelah periode waktu yang singkat, guru mengumumkan bahwa waktu untuk semua peserta Y untuk memindahkansatu kursi kekiri atau kekanan dalam kelompok. Jangan pindahkan kursi X. Konfirmasi • Siswa anggota X menyampaikan tugasnya kepada teman Y dihadapannya. Teruskan untuk sebanyak mungkin tugas yang berbeda yang siswa miliki.
Kegiatan akhir
Memberikan tugas baca pertemuan selanjutnya.
untuk 10 menit Seluruh siswa
Pertemuan ke-2 1. Metode
: firing line
2. Pendekatan
: pendekatan active learning
3. media
: kartu soal
Langkah-langkah pembelajaran: Kegiatan Kegiatan awal
Kegiatan inti
Rincian
Alokasi Waktu
Keterangan
20 menit Ditujukan Pendahuluan • Guru memulai pelajaran dengan untuk seluruh mengecek prasyarat pengetahuan, siswa memberikan motivasi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan. Pemberian motivasi : menanyakan aturan tatanama senyawa anorganik 60 menit Ditujukan Eksplorasi • Guru menjelas tatacara memberi untuk seluruh nama senyawa organik. siswa • Siswa mengkaji cara memberi nama senyawa organik. • Siswa mengkaji penulisan rumus molekul dari LKS. Elaborasi • Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Guru dan siswa mengatur kursi-kursi dalam dua baris yang berhadapan. Pisahkan kursi-kursi itu ke dalam kelompok-kelompok tiga sampai lima pada setiap baris. • Guru membagi kepada setiap siswa X sebuah kartu yang berisi tugas dimana dia akan menginstruksikan kepada peserta didik Y dihadapannya untuk merespons. Dan guru memberikan kartu yang
Kegiatan akhir
berbeda kepada setiap anggota X dari suatu kelompok. • Setelah periode waktu yang singkat, guru mengumumkan bahwa waktu untuk semua peserta Y untuk memindahkan satu kursi kekiri atau kekanan dalam kelompok. Jangan pindahkan kursi X. Konfirmasi • Siswa anggota X menyampaikan tugasnya kepada teman Y dihadapannya. Teruskan untuk sebanyak mungkin tugas yang berbeda yang siswa miliki. Memberikan tugas baca untuk 10 menit Seluruh siswa pertemuan selanjutnya.
Media, Alat dan Sumber Pembelajaran : Media : kartu soal Alat :Sumber Belajar : Bahan Ajar Kimia tata nama senyawa kimia. Buku Kimia SMA 1 Erlangga LKS KIMIA Kelas X Buku-buku penunjang lainnya. Penilaian Proses Belajar : •
Penilaian keaktifan siswa yang meliputi : Bertanya, dan menjawab.
•
Pertanyaan lisan saat KBM dan akhir pertemuan.
Penilain hasil belajar
:
Hasil diskusi Tugas-tugas yang dikerjakan dan ulangan harian
Semarang, 25 januari 2012 Praktikan
Kepala Sekolah
Nur Aini NIM.083711020
Su’udi Syukur, S.Ag. NIP:-
RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS KONTROL
Satuan Pendidikan
: MA AN-NIDHAM
Mata Pelajaran
: Kimia
Bahan Kajian
: Hukum-Hukum Dasar Kimia
Kelas
:X
Pertemuan
: 1-2(pertemuan)
Alokasi Waktu
:4 x45 menit
1. Standar kompetensi : Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia 2. Kompetensi dasar : Mendeskripsikan tata nama senyawa anorganik dan organik sederhana serta persamaan reaksinya. 3. Indikator 1. Menjelaskan tata cara penulisan nama dan rumus senyawa kimia 2. Menuliskan nama dan rumus senyawa biner 3. Menuliskan nama dan rumus senyawa poliatomik 4. Menuliskan nama dan rumus senyawa organik sederhana 4. Tujuan 1. Siswa dapat menjelaskan tata cara penulisan nama dan rumus senyawa kimia 2. Siswa dapat menuliskan nama dan rumus senyawa biner 3. Siswa dapat menuliskan nama dan rumus senyawa poliatomik 4. Siswa dapat menuliskan nama dan rumus senyawa organik sederhana 7. Materi Pembelajaran Tata Nama Senyawa Sederhana 5) Tata Nama Senyawa Molekul ( Kovalen ) Biner. Senyawa biner adalah senyawa yang hanya terdiri dari dua jenis unsur. Contoh : air (H2O), amonia (NH3)
a).
Rumus Senyawa Unsur yang terdapat lebih dahulu dalam urutan berikut, ditulis di depan. B-Si-C-Sb-As-P-N-H-Te-Se-S-I -Br-Cl-O-F b). Nama Senyawa Nama senyawa biner dari dua jenis unsur non logam adalah rangkaian nama kedua jenis unsur tersebut dengan akhiran –ida (ditambahkan pada unsur yang kedua). Catatan : Jika pasangan unsur yang bersenyawa membentuk lebih dari sejenis senyawa, maka senyawa-senyawa yang terbentuk dibedakan dengan menyebutkan angka indeks dalam bahasa Yunani. 1 = mono 2 = di 3 = tri 4 = tetra 5 = penta 6 = heksa 7 = hepta 8 = okta 9 = nona 10 = deka Angka indeks satu tidak perlu disebutkan, kecuali untuk nama senyawa karbon monoksida. c). Senyawa yang sudah umum dikenal, tidak perlu mengikuti aturan di atas. 6) Tata Nama Senyawa Ion. Kation = ion bermuatan positif (ion logam) Anion = ion bermuatan negatif (ion non logam atau ion poliatom) c) Rumus Senyawa Unsur logam ditulis di depan. Rumus senyawa ion ditentukan oleh perbandingan muatan kation dan anionnya. Kation dan anion diberi indeks sedemikian rupa sehingga senyawa bersifat netral (∑ muatan positif = ∑ muatan negatif). d) Nama Senyawa Nama senyawa ion adalah rangkaian nama kation (di depan) dan nama anionnya (di belakang); sedangkan angka indeks tidak disebutkan. Catatan : Jika unsur logam mempunyai lebih dari sejenis bilangan oksidasi, maka senyawa-senyawanya dibedakan dengan menuliskan bilangan oksidasinya (ditulis dalam tanda kurung dengan angka Romawi di belakang nama unsur logam itu). Berdasarkan cara lama, senyawa dari unsur logam yang mempunyai 2 jenis muatan dibedakan dengan memberi akhiran –o untuk muatan yang lebih rendah dan akhiran – i untuk muatan yang lebih tinggi. Cara ini kurang informatif karena tidak menyatakan bilangan oksidasi unsur logam yang bersangkutan. 7) Tata Nama Senyawa Terner.
Senyawa terner sederhana meliputi : asam, basa dan garam. Reaksi antara asam dengan basa menghasilkan garam. d) Tata Nama Asam. Asam adalah senyawa hidrogen yang di dalam air mempunyai rasa masam. Rumus asam terdiri atas atom H (di depan, dianggap sebagai ion H+) dan suatu anion yang disebut sisa asam. Catatan : perlu diingat bahwa asam adalah senyawa molekul, bukan senyawa ion. Nama anion sisa asam = nama asam yang bersangkutan tanpa kata asam. Contoh : H3PO4 Nama asam = asam fosfat Rumus sisa asam = PO 34− (fosfat) e) Tata Nama Basa. Basa adalah zat yang jika di dalam air dapat menghasilkan ion OH − Pada umumnya, basa adalah senyawa ion yang terdiri dari kation logam dan anion OH − Nama basa = nama kationnya yang diikuti kata hidroksida. f) Tata Nama Garam. Garam adalah senyawa ion yang terdiri dari kation basa dan anion sisa asam. Rumus dan penamaannya = senyawa ion. 8) Tata Nama Senyawa Organik. Senyawa organik adalah senyawa-senyawa C dengan sifat-sifat tertentu. Senyawa organik mempunyai tata nama khusus, mempunyai nama lazim atau nama dagang ( nama trivial ). 8. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan ke-1 1. Metode
: ceramah
2. Model
: diskusi
Langkah-langkah pembelajaran: Kegiatan Kegiatan awal
Rincian
Alokasi Waktu
Keterangan
20 menit Ditujukan Pendahuluan • Guru memulai pelajaran dengan untuk seluruh mengecek prasyarat pengetahuan, siswa memberikan motivasi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan. Pemberian motivasi : menanyakan rumus molekul
karbon dioksida, hidrogen dioksida, karbon monoksida.
Kegiatan inti
• •
•
• •
• • Kegiatan akhir
60 menit Ditujukan Eksplorasi Guru menjelaskan tatanama untuk seluruh senyawa biner dan poliatomik. siswa Siswa mengkaji cara memberi nama senyawa biner dan senyawa poliatomik. Siswa mengkaji penulisan rumus molekul dari buku paket. Elaborasi Guru memberikan beberapa soal kepada siswa. Siswa diberi kesempatan untuk mengerjakan soal yang diberikan oleh guru dipapan tulis. Kemudian guru memberikan tanya jawab kepada siswa. Konfirmasi Latihan soal untuk merefleksi pemahaman siswa. Guru dan siswa-siswi hasil pembelajaran yang dicapai.
Memberikan tugas baca pertemuan selanjutnya.
untuk 10 menit Seluruh siswa
Pertemuan ke-2 1. Metode
: ceramah
2. Model
: diskusi
Langkah-langkah pembelajaran: Kegiatan Kegiatan awal
Kegiatan inti
Kegiatan akhir
Rincian
Alokasi Waktu
Keterangan
20 menit Ditujukan Pendahuluan • Guru memulai pelajaran dengan untuk seluruh mengecek prasyarat pengetahuan, siswa memberikan motivasi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan. Pemberian motivasi : menanyakan aturan tatanama senyawa anorganik 60 menit Ditujukan Eksplorasi • Guru menjelaskan tatacara memberi untuk seluruh nama senyawa organik. siswa • Siswa mengkaji cara memberi nama senyawa organik. • Siswa mengkaji penulisan rumus molekul dari LKS. Elaborasi • Guru memberikan beberapa soal kepada siswa. • Siswa diberi kesempatan untuk mengerjakan soal yang diberikan oleh guru dipapan tulis. Kemudian guru memberikan tanya jawab kepada siswa. Konfirmasi • Latihan soal untuk merefleksi pemahaman siswa. • Guru dan siswa-siswi hasil pembelajaran yang dicapai. Memberikan tugas baca untuk 10 menit Seluruh siswa pertemuan selanjutnya.
Media, Alat dan Sumber Pembelajaran : Media : LKS KIMIS Kelas X Alat : papan tulis, kapur tulis, penghapus. Sumber Belajar : Bahan Ajar Kimia tata nama senyawa kimia. Buku Kimia SMA 1 Erlangga LKS KIMIA Kelas X Buku-buku penunjang lainnya. Penilaian Proses Belajar : •
Penilaian keaktifan siswa yang meliputi : Bertanya, dan menjawab.
•
Pertanyaan lisan saat KBM dan akhir pertemuan.
Penilain hasil belajar
:
Hasil diskusi Tugas-tugas yang dikerjakan dan ulangan harian
Semarang, 25 januari 2012 Guru Mata Pelajaran
Praktikan
Agustin Sumarlina, S.Pd. NIP:-
Nur Aini NIM.083711020
Kepala Sekolah
Su’udi Syukur, S.Ag. NIP:-
Lampiran 11 Nama = Kelas = No.absen = SOAL PRETEST
Berilah tanda silang (x) huruf a, b, c, d atau e pada jawaban yang paling benar! 1. Satu molekul Mg3(PO4)2 terdiri atas……atom. a. 5
d. 13
b. 9
e. 15
c. 10 2. Nama untuk senyawa dengan rumus CaC2 adalah…. a. Kalsium karbonat
d. Kalsium karbohidrat
b. Kalsium karbida
e. Kalsium dikarbonat
c. Kalsium dikarbon 3. Tatanama senyawa organik dengan rumus C8H18 adalah…. a. Heksana
d. Nonana
b. Heptana
e. Dekana
c. Oktana 4. Rumus senyawa alumunium klorida adalah…. a. AlCl
d. Al3Cl
b. AlCl2
e. Al2Cl
c. AlCl3 5. Apabila ion Mg2+ bertemu dengan ion O2-, maka akan membentuk oksida logam dengan rumus…. a. MgO
d. Mg3O
b. Mg2O
e. Mg2O3
c. MgO2 6. Suatu senyawa terbentuk karena gabungan ion positif Na+ dengan ion negatif SO42-, maka senyawa ion yang terbentuk adalah….
a. Na2(SO4)
d. Na2(SO4)3
b. Na(SO4)3
e. Na(SO4)2
c. Na(SO3) 7. Penamaan zat berikut yang tidak benar adalah…. a. BCl3 = boron triklorida
d. Cu2S = tembaga (II) sulfid
b. MgCl2 = magnesium diklorida
e. Na2O = natrium oksida
c. Na2SO4 = natrium sulfat 8. Jumlah atom Cl yang terkandung dalam molekul fosfor triklorida adalah…. a. 1
d. 4
b. 2
e. 5
c. 3 9. P2O5 merupakan senyawa kimia yang mempunyai nama kimia difosfor pentaoksida. Kata penta menyatakan atom dari unsur….dan berjumlah…. a. Fosfor; 1
d. Fosfor; 5
b. Fosfor; 2
e. Oksigen; 5
c. Oksigen;2 10. Nama kimia dari CO adalah…. a. Monokarbon monoksida
d. Monokarbon oksida
b. Karbon oksida
e. Oksigen karbida
c. Karbon monoksida 11. Nama kimia dari HBr adalah…. a. Asam bromida
d. Asam karbon
b. Asam metan
e. Monokarbon tetrahidrida
c. Karbon tetrahidrida 12. Suatu senyawa mempunyai nama kimia kalsium nitrit. Anion poliatomik yang menyusun senyawa tersebut adalah… a. NO22-
d. NO-
b. NO2-
e. NO2-
c. NO313. Nama senyawa dari H2S dan HCl berturut-turut adalah…
a. Dihidrogen
monosulfida
dan
hydrogen klorida b. Hidrogen sulfida dan hydrogen
c. Asam sulfida dan asam klorida d. Asam sulfur dan asam klorida e. Asam sulfur dan asam klorida
klorida 14. Rumus kimia dari asam asetat adalah…. a. CH3COOH
d. C3COOH
b. CH3COH
e. H3COOH
c. CH2COOH 15. Apabila suatu kation K+ dan anion ClO4- beraksi, maka akan terbentuk senyawa .... a. KClO4
d. K3(ClO4)2
b. K2ClO4
e. 2K(ClO4)
c. K(ClO4)2 16. Bilangan oksidasi unsur Pb=2+ dan bilangan oksidasi NO3=-1, maka rumus molekulnya adalah ... ... a. PbNO3
d. Pb(NO3)3
b. Pb2NO3
e. Pb2(NO3)2
c. Pb((NO3)2 17. Rumus senyawa yang terbentuk dari ion Ba2+ dan PO33- adalah ... ... a. BaPO3
d. Ba3(PO3)
b. Ba2(PO3)
e. Ba3(PO3)2
c. Ba2(PO3)3 18. Suatu senyawa mempunyai nama kimia Kalsium nitrit. Anion poliatomik yang menyusun senyawa tersebut adalah ... ... a. NO22b. NO2-* c. NO3d. NOe. NO2-
19. Diketahui tabel pasangan rumus kimia dan nama senyawa sebagai berikut. No Rumus
Nama Senyawa
Kimia 1.
Mg2(NO3)4
Magnesium Nitrat
2.
Na2SO4
Natrium Fosfit
3.
Al2(PO4)3
Aluminium
4.
K2(CO3)2
fosfat
5.
Al2(SO4)3
Kalium Karbonat
(II)
Aluminium Sulfat
Pasangan Rumus Kimia dan nama senyawa yang paling tepat adalah ....... a. 1
d. 4
b. 2
e. 5
c. 3 20. Rumus molekul asam klorida, asam sulfat, dan asam fosfat berturut-turut adalah…. a. HClO, H2S, H3PO3 b. HCl, H2SO3, H3PO4 c. HClO3, H2SO4, H2PO4 d. HCl, H2SO4, H3PO4 e. HCl,H2SO3,H2PO4
Lampiran 13 JAWABAN SOAL PRETES 1. D
11. A
2. B
12. B
3. C
13. C
4. C
14. A
5. A
15. A
6. A
16. C
7. B
17. E
8. C
18. B
9. E
19. E
10. C
20. D
Lampiran 13 Nama = Kelas = No. Absen = SOAL POSTEST Berilah tanda silang (x) huruf a, b, c, d atau e pada jawaban yang paling benar! 1. Jumlah atom Cl yang terkandung dalam molekul fosfor triklorida adalah…. a. 1 d. 4 b. 2 e. 5 c. 3 2. P2O5 merupakan senyawa kimia yang mempunyai nama kimia difosfor pentaoksida. Kata penta menyatakan atom dari unsur….dan berjumlah…. a. Fosfor; 1 d. Fosfor; 5 b. Fosfor; 2 e. Oksigen; 5 c. Oksigen;2 3. Rumus kimia dari asam asetat adalah…. a. CH3COOH d. C3COOH b. CH3COH e. H3COOH c. CH2COOH 4. Apabila suatu kation K+ dan anion ClO4- beraksi, maka akan terbentuk senyawa .... a. KClO4 d. K3(ClO4)2 b. K2ClO4 e. 2K(ClO4) c. K(ClO4)2 5. Rumus molekul asam klorida, asam sulfat, dan asam fosfat berturut-turut adalah…. a. HClO, H2S, H3PO3 d. HCl, H2SO4, H3PO4 b. HCl, H2SO3, H3PO4 e. HCl,H2SO3,H2PO c. HClO3, H2SO4, H2PO4 6. Nama kimia dari HBr adalah…. a. Asam bromida d. Asam karbon b. Asam metan e. Monokarbon tetrahidrida c. Karbon tetrahidrida 7. Nama kimia dari CO adalah…. a. Monokarbon monoksida d. Monokarbon oksida b. Karbon oksida e. Oksigen karbida c. Karbon monoksida 8. Satu molekul Mg3(PO4)2 terdiri atas……atom. a. 5 d. 13 b. 9 e. 15 c. 10 9. Nama untuk senyawa dengan rumus CaC2 adalah…. a. Kalsium karbonat d. Kalsium karbohidrat b. Kalsium karbida e. Kalsium dikarbonat c. Kalsium dikarbon 10. Bilangan oksidasi unsur Pb=2+ dan bilangan oksidasi NO3=-1, maka rumus molekulnya adalah ... ...
a. PbNO3 d. Pb(NO3)3 b. Pb2NO3 e. Pb2(NO3)2 c. Pb((NO3)2 11. Rumus senyawa yang terbentuk dari ion Ba2+ dan PO33- adalah ... ... a. BaPO3 d. Ba3(PO3) b. Ba2(PO3) e. Ba3(PO3)2 c. Ba2(PO3)3 12. Diketahui tabel pasangan rumus kimia dan nama senyawa No Rumus Kimia 1. 2. 3. 4. 5.
Mg2(NO3)4 Na2SO4 Al2(PO4)3 K2(CO3)2 Al2(SO4)3
Nama Senyawa Magnesium Nitrat Natrium Fosfit Aluminium (II) fosfat Kalium Karbonat Aluminium Sulfat
Pasangan rumus kimia dan nama senyawa yang paling tepat adalah ....... a. 1 d. 4 b. 2 e. 5
sebagai
berikut.
13. Penamaan zat berikut yang tidak benar adalah…. a. BCl3 = boron triklorida d. Cu2S = tembaga (II) sulfid b. MgCl2 = magnesium diklorida e. Na2O = natrium oksida c. Na2SO4 = natrium sulfat 14. Tatanama senyawa organik dengan rumus C8H18 adalah…. a. Heksana d. Nonana b. Heptana e. Dekana c. Oktana 15. Rumus senyawa alumunium klorida adalah…. a. AlCl d. Al3Cl b. AlCl2 e. Al2Cl c. AlCl3 16. Suatu senyawa mempunyai nama kimia Kalsium nitrit. Anion poliatomik yang menyusun senyawa tersebut adalah ... ... d. NOa. NO22b. NO2 * e. NO2c. NO317. Suatu senyawa mempunyai nama kimia kalsium nitrit. Anion poliatomik yang menyusun senyawa tersebut adalah… a. NO22d. NOb. NO2 e. NO2c. NO3 18. Nama senyawa dari H2S dan HCl berturut-turut adalah… a. Dihidrogen monosulfida dan c. Asam sulfida dan asam klorida hydrogen klorida d. Asam sulfur dan asam klorida b. Hidrogen sulfida dan hydrogen e. Asam sulfur dan asam klorida klorida 19. Apabila ion Mg2+ bertemu dengan ion O2-, maka akan membentuk oksida logam dengan rumus…. a. MgO d. Mg3O b. Mg2O e. Mg2O3 c. MgO2 20. Suatu senyawa terbentuk karena gabungan ion positif Na+ dengan ion negatif SO42-, maka senyawa ion yang terbentuk adalah…. a. Na2(SO4) d. Na2(SO4)3 b. Na(SO4)3 e. Na(SO4)2 c. Na(SO3)
Lampiran 15 KUNCI JAWABAN SOAL POSTTEST 1. C 2. E 3. A 4. A 5. D 6. A 7. C 8. D 9. B 10. C
11. E 12. E 13. B 14. C 15. C 16. B 17. B 18. C 19. A 20. A
Lampiran 25 Lembar Observasi Aktivitas Psikomotorik Peserta Didik Dalam Pembelajaran Sikap Penilaian
No
Kegiatan siswa
1
Siswa dapat membentuk kelompok pada
1
2
3
4
5
awal pembelajaran. 2
Siswa
dapat
bekerja
sama
dalam
kelompok ketika pembelajaran. 3
Siswa dapat mengatur tempat duduknya ketika pembelajaran.
4
Siswa dapat memindahkan satu kursi kekiri
dalam satu
kelompok
ketika
pembelajaran. 5
Siswa terampil dalam memutar posisinya ketika pembelajaran.
1
Kriteria Penilaian Aspek Psikomotorik
1. Siswa dapat membentuk kelompok Skor 1
: Tidak dapat membentuk kelompok
Skor 2
: Kadang-kadang ikut membentuk kelompok
Skor 3
: Membentuk kelompok sendiri
Skor 4
: Membentuk kelompok dengan beberapa teman saja
Skor 5
: Selalu aktif membentuk kelompok dengan seluruh anggota kelompoknya
2. Bekerjasama dalam kelompok Skor 1
: Tidak ada anggota kelompok yang bekerja, semua menggantungkan kelompok lain
Skor 2
: Hanya satu yang bekerja
Skor 3
: Hanya beberapa/ sebagian anggota kelompok yang bekerja
Skor 4
: Bekerjasama dalam kelompok namun tidak kompak dan sedikit arahan dari guru
Skor 5
: Bekerjasama dalam kelompok dengan kompak dan tanpa arahan dari guru
3. Mengatur tempat duduk Skor 1
: Tidak dapat mengatur tempat duduk sama sekali
Skor 2
: Mengatur tempat duduk tidak lengkap dan tidak rapi
Skor 3
: Mengatur tempat duduk tidak lengkap, namun rapi
Skor 4
: Mengatur tempat duduk dengan rapi dan lengkap dan bekerjasama dengan teman
Skor 5
: Mengatur tempat duduk sendiri dengan rapi dan lengkap
4. Memindahkan kursi Skor 1
: Tidak dapat memindahkan kursi sama sekali
Skor 2
: Pernah memindahkan kursi satu kali dengan ditunjuk guru
Skor 3
: Pernah Memindahkan kursi satu kali tanpa ditunjuk guru
Skor 4
: Kadang-kadang memindahkan kursi beberapa kali tanpa ditunjuk guru
Skor 5
: Selalu aktif (sering) memindahkan kursi tanpa ditunjuk guru
2
5. Memutar posisi Skor 1
: Tidak dapat memutar posisi
Skor 2
: Memutar posisi dengan bertanya teman
Skor 3
: Dapat memutar posisi sendiri tapi kurang sesuai dengan instruksi guru
Skor 4
: Dapat memutar posisi sendiri, sesuai dengan instruksi guru
Skor 5
: Selalu aktif (sering) memutar posisi tanpa intruksi guru
Klasifikasi aktifitas 80% - 100% 66% - 79% 56% - 65% 40% - 55% 30% - 39%%
: Sangat baik : Baik : Cukup : Kurang : Gagal
Observer 1
Observer 2
Nur Aini
Munadhifah
3
Lampiran 26 Lembar Observasi Aktivitas Afektif Peserta Didik Dalam Pembelajaran Sikap Penilaian
No
Kegiatan siswa
1
Siswa bertanya pada saat pembelajaran kimia pada
1
2
3
4
5
materi pokok tata nama senyawa. 2
Siswa aktif menjawab pertanyaan dari siswa yang ada dihadapannya pada saat pembelajaran.
3
Siswa mampu mengikuti instruksi dari guru ketika pembelajaran.
4
Siswa berani mengemukakan pendapat dalam pembelajaran kimia pada materi pokok tata nama senyawa kimia.
5
Siswa
mempresentasikan
hasil
pembelajaran
kimia pada materi pokok tata nama senyawa.
4
Kriteria Penilaian Aspek Afektif
1. Bertanya pada saat pembelajaran Skor 1
: Tidak bertanya pada saat pembelajaran
Skor 2
: Sedikit bertanya pada saat pembelajaran dengan ditunjuk guru
Skor 3
: Sedikit bertanya pada saat pembelajaran tanpa ditunjuk guru
Skor 4
: Aktif bertanya pada saat pembelajaran dengan ditunjuk guru
Skor 5
: Aktif bertanya pada saat pembelajaran tanpa ditunjuk guru
2. Aktif menjawab pertanyaan Skor 1
: Tidak aktif menjawab pertanyaan
Skor 2
: Sedikit menjawab pertanyaan dengan ditunjuk guru
Skor 3
: Sedikit menjawab pertanyaan tanpa ditunjuk guru
Skor 4
: Aktif menjawab pertanyaan dengan ditunjuk guru
Skor 5
: Aktif menjawab pertanyaan tanpa ditunjuk guru
3. Mengikuti instruksi Skor 1
: Tidak mengikuti instruksi guru dan membuat keramaian di dalam kelas saat kegiatan pembelajaran
Skor 2
: Tidak membuat keramaian tapi melakukan kegiatan yang tidak berhubungan dengan instruksi guru
Skor 3
: Mengikuti instruksi, tidak membuat keramaian tapi tidak berani bertanya/ menjawab pertanyaan
Skor 4
: Mengikuti instruksi, tidak membuat keramaian, dan berani bertanya/ menjawab pertanyaan dengan ditunjuk guru
Skor 5
: Mengikuti instruksi, tidak membuat keramaian dan berani bertanya/menjawab pertanyaan tanpa ditunjuk guru
4. Berani mengemukakan pendapat Skor 1
: Tidak berani mengemukakan pendapat
Skor 2
: Sedikit mengemukakan pendapat saat pembelajaran dengan ditunjuk guru
Skor 3
: Sedikit mengemukakan pendapat saat pembelajaran tanpa ditunjuk guru
Skor 4
: Aktif berani mengemukakan pendapat saat pembelajaran dengan ditunjuk guru
Skor 5
: Aktif mengemukakan pendapat saat pembelajaran tanpa ditunjuk guru
5
5. Mempresentasikan hasil pembelajaran Skor 1
: Tidak mempresentasikan hasil pembelajaran
Skor 2
: Sedikit mempresentasikan hasil pembelajaran dengan ditunjuk guru
Skor 3
: Sedikit mempresentasikan hasil pembelajaran tanpa ditunjuk guru
Skor 4
: Mempresentasikan hasil pembelajaran dengan ditunjuk guru
Skor 5
: Mempresentasikan hasil pembelajaran tanpa ditunjuk guru
Klasifikasi aktifitas 80% - 100% 66% - 79% 56% - 65% 40% - 55% 30% - 39%%
: Sangat baik : Baik : Cukup : Kurang : Gagal
Observer 1
Observer 2
Munadhifah
Nur Aini
6
Lampiran 27 LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS PSIKOMOTORIK SISWA KELAS EKSPERIMEN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Kode
No. Pertanyaan 1 2 3 4 4 4 5 4 3 4 4 4 3 4 4 5 4 3 3 3 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 5 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 5 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 5 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 5 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 JUMLAH
E-01 E-02 E-03 E-04 E-05 E-06 E-07 E-08 E-09 E-10 E-11 E-12 E-13 E-14 E-15 E-16 E-17 E-18 E-19 E-20 E-21 E-22 E-23 E-24 E-25 E-26 E-27 E-28 E-29 E-30 E-31 E-32 E-33 E-34 E-35 E-36 E-37 E-38 E-39 E-40
Nilai =
Jumlah 5 4 4 4 3 5 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 5 4 4 4 4 4 3 4 3 5 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3
21 19 20 16 20 21 18 16 19 19 18 19 18 18 18 20 20 17 18 18 18 17 18 18 21 18 19 20 18 18 17 19 20 16 16 18 17 16 17 16 733
x 100 %
Rata-rata 4,2 3,8 4 3,2 4 4,2 3,6 3,2 3,8 3,8 3,6 3,8 3,6 3,6 3,6 4 4 3,4 3,6 3,6 3,6 3,4 3,6 3,6 4,2 3,6 3,8 4 3,6 3,6 3,4 3,8 4 3,2 3,2 3,6 3,4 3,2 3,4 3,2 146,6
Kriteria Sangat baik Baik Sangat baik Cukup Sangat baik Sangat baik Baik Cukup Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Sangat baik Sangat baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Sangat baik Baik Baik Sangat baik Baik Baik Baik Baik Sangat baik Cukup Cukup Baik Baik Cukup Baik Cukup
Observer 1 = Nur Aini
= 75,5
1
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS PSIKOMOTORIK SISWA KELAS EKSPERIMEN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Kode
No. Pertanyaan 1 2 3 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 3 4 3 4 4 5 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 5 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 5 3 4 5 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 5 4 4 3 4 3 4 4 4 3 5 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 5 4 3 4 3 5 4 3 4 5 3 3 4 3 3 3 4 5 3 4 4 3 JUMLAH
E-01 E-02 E-03 E-04 E-05 E-06 E-07 E-08 E-09 E-10 E-11 E-12 E-13 E-14 E-15 E-16 E-17 E-18 E-19 E-20 E-21 E-22 E-23 E-24 E-25 E-26 E-27 E-28 E-29 E-30 E-31 E-32 E-33 E-34 E-35 E-36 E-37 E-38 E-39 E-40
Nilai =
Jumlah 5 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 4 5 4 3 5 4 4 4 4 3 4
19 20 19 18 18 19 18 21 18 19 19 18 20 20 19 17 17 19 18 18 18 20 21 17 19 17 21 19 19 20 20 20 17 21 20 19 20 17 18 18 737
x 100 %
Rata-rata 3,8 4 3,8 3,6 3,6 3,8 3,6 4,2 3,6 3,8 3,8 3,6 4 4 3,8 3,4 3,4 3,8 3,6 3,6 3,6 4 4,2 3,4 3,8 3,4 4,2 3,8 3,8 4 4 4 3,4 4,2 4 3,8 4 3,4 3,6 3,6 147,4
Kriteria Baik Sangat baik Baik Baik Baik Baik Baik Sangat baik Baik Baik Baik Baik Sangat baik Sangat baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Sangat baik Sangat baik Baik Baik Baik Sangat baik Baik Baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Baik Sangat baik Sangat baik Baik Sangat baik Baik Baik Baik
observer 2 = Munadhifah
= 76,7
2
Lampiran 28 LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS AFEKTIF SISWA KELAS EKSPERIMEN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Kode
No. Pertanyaan 1 2 3 4 3 4 4 3 3 5 4 4 3 4 3 5 4 5 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 5 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 5 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 5 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 5 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 5 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 JUMLAH
E-01 E-02 E-03 E-04 E-05 E-06 E-07 E-08 E-09 E-10 E-11 E-12 E-13 E-14 E-15 E-16 E-17 E-18 E-19 E-20 E-21 E-22 E-23 E-24 E-25 E-26 E-27 E-28 E-29 E-30 E-31 E-32 E-33 E-34 E-35 E-36 E-37 E-38 E-39 E-40
Nilai =
Jumlah 5 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4
17 20 19 20 18 19 19 20 19 18 16 18 20 17 18 20 20 18 17 19 17 17 17 18 18 18 19 19 20 20 19 18 18 17 19 19 21 19 18 19 702
x 100 %
Rata-rata
Kriteria
3,4 4 3,8 4 3,6 3,8 3,8 4 3,8 3,6 3,2 3,6 4 3,4 3,6 4 4 3,6 3,4 3,8 3,4 3,4 3,4 3,6 3,6 3,6 3,8 3,8 4 4 3,8 3,6 3,6 3,4 3,8 3,8 4,2 3,8 3,6 3,8 140,4
Baik Sangat baik Baik Sangat baik Baik Baik Baik Sangat baik Baik Baik Cukup Baik Sangat baik Baik Baik Sangat baik Sangat baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Sangat baik Sangat baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Sangat bbaik Baik Baik Baik
Observer 1 = Nur Aini
= 75,7
3
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS AFEKTIF SISWA KELAS EKSPERIMEN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Kode
No. Pertanyaan 1 2 3 4 3 4 4 4 3 5 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 5 3 3 4 4 4 3 4 5 4 4 5 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 5 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 2 3 4 3 3 3 4 4 JUMLAH
E-01 E-02 E-03 E-04 E-05 E-06 E-07 E-08 E-09 E-10 E-11 E-12 E-13 E-14 E-15 E-16 E-17 E-18 E-19 E-20 E-21 E-22 E-23 E-24 E-25 E-26 E-27 E-28 E-29 E-30 E-31 E-32 E-33 E-34 E-35 E-36 E-37 E-38 E-39 E-40
Nilai =
Jumlah 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4
19 20 19 18 18 18 19 19 20 21 19 19 18 17 17 19 17 19 18 17 17 17 18 21 19 18 18 16 17 18 18 17 18 18 19 17 18 20 16 18 764
x 100 %
Rata-rata 3,8 4 3,8 3,6 3,6 3,6 3,8 3,8 4 4,2 3,8 3,8 3,6 3,4 3,4 3,8 3,4 3,8 3,6 3,4 3,4 3,4 3,6 4,2 3,8 3,6 3,6 3,2 3,4 3,6 3,6 3,4 3,6 3,6 3,8 3,4 3,6 4 3,2 3,6 152,8
Kriteria Baik Sangat baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Sangat baik Sangat baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Sangat baik Baik Baik Baik Cukup Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Sangat baik Cukup Baik
observer 2 = Munadhifah
= 76,3
4
Lampiran 29 LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS PSIKOMOTORIK SISWA KELAS KONTROL No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Kode
No. Pertanyaan 1 2 3 4 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 4 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 2 4 3 3 3 4 2 3 4 3 3 2 3 3 2 3 3 4 3 2 2 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 4 3 3 4 3 3 JUMLAH
K-01 K-02 K-03 K-04 K-05 K-06 K-07 K-08 K-09 K-10 K-11 K-12 K-13 K-14 K-15 K-16 K-17 K-18 K-19 K-20 K-21 K-22 K-23 K-24 K-25 K-26 K-27 K-28 K-29 K-30 K-31 K-32 K-33 K-34 K-35 K-36 K-37 K-38 K-39 K-40
Nilai =
Jumlah 5 3 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 4 3
14 13 13 15 13 14 15 15 13 15 13 16 15 14 14 14 16 15 16 16 16 16 15 15 15 14 15 14 16 16 14 14 15 15 14 15 15 13 17 16 589
x 100 %
Rata-rata 2,8 2,6 2,6 3 2,6 2,8 3 3 2,6 3 2,6 3,2 3 2,8 2,8 2,8 3,2 3 3,2 3,2 3,2 3,2 3 3 3 2,8 3 2,8 3,2 3,2 2,8 2,8 3 3 2,8 3 3 2,6 3,4 3,2 117,8
Kriteria Cukup Kurang Kurang Cukup Kurang Cukup Cukup Cukup Kurang Cukup Kurang Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Kurang Baik Cukup
observer 1 = Nur Aini
= 58,9
5
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS PSIKOMOTORIK SISWA KELAS KONTROL No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Kode
No. Pertanyaan 1 2 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 4 3 3 2 3 3 4 3 3 4 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 JUMLAH
K-01 K-02 K-03 K-04 K-05 K-06 K-07 K-08 K-09 K-10 K-11 K-12 K-13 K-14 K-15 K-16 K-17 K-18 K-19 K-20 K-21 K-22 K-23 K-24 K-25 K-26 K-27 K-28 K-29 K-30 K-31 K-32 K-33 K-34 K-35 K-36 K-37 K-38 K-39 K-40
Nilai =
Jumlah 5 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3
14 15 14 15 13 16 14 15 13 15 14 15 15 14 16 15 14 15 15 14 14 15 13 14 13 14 15 14 13 13 16 15 16 14 15 15 15 14 15 14 578
x 100 %
Rata-rata 2,8 3 2,8 3 2,6 3,2 2,8 3 2,6 3 2,8 3 3 2,8 3,2 3 2,8 3 3 2,8 2,8 3 2,6 2,8 2,6 2,8 3 2,8 2,6 2,6 3,2 3 3,2 2,8 3 3 3 2,8 3 2,8 115,6
Kriteria Cukup Cukup Cukup Cukup Kurang Cukup Cukup Cukup Kurang Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Kurang Cukup Kurang Cukup Cukup Cukup Kurang Kurang Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup
observer 2 = Munadhifah
= 57,8
6
Lampiran 30 LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS AFEKTIF SISWA KELAS KONTROL No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Kode
No. Pertanyaan 1 2 3 4 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 2 4 2 2 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 4 3 3 2 3 2 JUMLAH
K-01 K-02 K-03 K-04 K-05 K-06 K-07 K-08 K-09 K-10 K-11 K-12 K-13 K-14 K-15 K-16 K-17 K-18 K-19 K-20 K-21 K-22 K-23 K-24 K-25 K-26 K-27 K-28 K-29 K-30 K-31 K-32 K-33 K-34 K-35 K-36 K-37 K-38 K-39 K-40
Nilai =
Jumlah 5 3 4 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 4 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3
13 16 12 14 12 15 14 14 13 14 16 17 14 13 13 15 15 14 16 16 15 14 12 14 14 14 13 14 16 15 14 16 15 13 14 16 15 13 15 13 576
x 100 %
Rata-rata 2,6 3,2 2,4 2,8 2,4 3 2,8 2,8 2,6 2,8 3,2 3,4 2,8 2,6 2,6 3 3 2,8 3,2 3,2 3 2,8 2,4 2,8 2,8 2,8 2,6 2,8 3,2 3 2,8 3,2 3 2,6 2,8 3,2 3 2,6 3 2,6 115,2
Kriteria Cukup Cukup Kurang Cukup Kurang Cukup Cukup Cukup Kurang Cukup Cukup Baik Cukup Kurang Kurang Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Kurang Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Kurang Cukup Cukup Cukup Kurang Cukup Kurang
Observer 1 = Nur Aini
= 57,6
7
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS AFEKTIF SISWA KELAS KONTROL No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Kode
No. Pertanyaan 1 2 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 JUMLAH
K-01 K-02 K-03 K-04 K-05 K-06 K-07 K-08 K-09 K-10 K-11 K-12 K-13 K-14 K-15 K-16 K-17 K-18 K-19 K-20 K-21 K-22 K-23 K-24 K-25 K-26 K-27 K-28 K-29 K-30 K-31 K-32 K-33 K-34 K-35 K-36 K-37 K-38 K-39 K-40
Nilai =
Jumlah 5 3 4 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 4 3 3 2 3 4 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3
14 16 13 14 12 13 14 14 12 15 14 14 16 14 13 14 16 17 15 15 15 15 14 16 14 14 17 16 15 13 16 14 15 14 16 16 14 16 15 14 584
x 100 %
Rata-rata 2,8 3,2 2,6 2,8 2,4 2,6 2,8 2,8 2,4 3 2,8 2,8 3,2 2,8 2,6 2,8 3,2 2,8 3 3 3 3 2,8 3,2 2,8 2,8 3,4 3,2 3 2,6 3,2 2,8 3 2,8 3,2 3,2 2,8 3,2 3 2,8 116,8
Kriteria Cukup Cukup Kurang Cukup Kurang Kurang Cukup Cukup Kurang Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Kurang Cukup Cukup Baik Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Baik Cukup Cukup Kurang Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup
Observer 2 = Munadhifah
= 58,4
8
Rata-Rata Lembar Observasi Aktivitas Psikomotorik Siswa Kelas Observer I Eksperimen 75,5 Kontrol 58,9
Observer II 76,7 57,8
Rata-rata 76,6 58,35
Rata-Rata Lembar Observasi Aktivitas Afektif Siswa Kelas Observer I Eksperimen 75,7 Kontrol 57,6
Observer II 76,3 58,4
9
Rata-rata 76 58
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama
: Nur Aini
Tempat/ tanggal lahir : Demak/ 10 Maret 1990 Alamat
: Kalisari Rt: 03/05 Sayung Demak
Jenjang Pendidikan : 1. SD N 3 Sayung
Lulus Tahun
2002
2. MTs An-Nidham Sayung
Lulus Tahun
2005
3. MAN 1 Semarang
Lulus Tahun
2008
4. IAIN Walisongo Semarang
Angkatan
2008
Semarang, 18 Juni 2012
Nur Aini 083711020