WORKSHOP
PENDIDIKAN TEKNIK KIMIA DI INDONESIA Di Kampus Institut Teknologi Indonesia (ITI) 20 Juni 2005
BEBERAPA TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR MODERN YANG TERKAIT DENGAN TUNTUTAN DAN
TANGGUNG JAWAB PROFESI TEKNIK KIMIA
Setijo Bismo Departemen TGP FTUI - Kampus UI Depok 16424
Property of Setijo Bismo, 2005
MATERI WORKSHOP: BEBERAPA TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR MODERN YANG TERKAIT DENGAN TUNTUTAN DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI TEKNIK KIMIA Setijo Bismo – Departemen TGP FTUI, Kampus UI Depok 16424 Kampus Institut Teknologi Indonesia (ITI) – 20 Juni 2005 Makalah ini menyajikan secara ringkas prinsip-prinsip dari beberapa teknologi modern yang berhubungan dengan pengolahan-pengolahan air bersih dan air minum, khususnya yang terkait dengan profesi Teknik Kimia. Selain mengacu pada teori-teori dasarnya, bahan-bahan yang disajikan disini juga mengacu pada hasil-hasil penelitian yang telah
Prof.
Roekmijati
W.S.
pada
RUT
V
yang
lalu,
dengan
judul:
“Pemanfaatan Zeolit Alam Indonesia sebagai Adsorben Amonia dan Turunannya dalam Limbah Cair”, akan dijadiakan acuan dalam penulisan
makalah
ini.
Walaupun
secara
spesifik
penelitian
ini
menggunakan zeolit alam Klinoptilolit dari daerah Campang Tiga – Sidomulyo (Lampung Selatan) untuk pengolahan air limbah yang mengandung senyawa amoniak dan turunannya, namun manfaat lain dari zeolit untuk teknologi pengolahan air modern telah banyak dikembangkan sehingga
diharapkan
menjadi
sinergis
dengan
teknologi-teknologi
pengolahan air lainnya.
diperoleh oleh berbagai peneliti di Indonesia, termasuk juga yang berasal
Pembahasan tentang aplikasi teknologi membran akan disajikan
dari perguruan tinggi. Secara khusus, teknologi-teknologi pengolahan air
pada paragraf kedua. Aplikasi teknologi membran secara spesifik, yaitu
yang disajikan pada bagian ini memiliki masa depan menjanjikan untuk
teknologi membran mikrofiltrasi dari bahan polimer polysulfone, telah
Perlindungan Lingkungan, yaitu: teknologi membran, teknologi zeolit, dan
diteliti dan dilaporkan hasilnya oleh Dr. Tjandra Setiadi dari Departemen
teknologi ozon, yang secara filosofis akan lebih diarahkan pada teknik-
Teknik Kimia FTI-ITB pada RUT VI, dengan judul: “Pengembangan
teknik dan strategi penyediaan air bersih, baik untuk kawasan
Sistem Kombinasi Lumpur Aktif dan Membran dengan Teknik
pemukiman (common society) ataupun untuk kawasan industri.
Backflushing untuk Pengolahan Limbah Cair Industri”. Penelitian Dr.
Secara umum, kajian-kajian tersebut merupakan telaahan yang lebih bersifat aplikasi teknologi yang dapat dijadikan bahan atau masukan bagi
Tjandra Setiadi ini lebih difokuskan pada sistem pengolahan limbah yang menggunakan Bio-reaktor.
staf pengajar dan para lulusan dari Jurusan TK-ITI untuk melakukan studi
Pada paragraf ketiga, akan dibahas tentang teknologi ozon dan
dalam hal mengatasi masalah kelangkaan air bersih bagi bangsa yang
ozonasi baik untuk proses-proses pengolahan air maupun untuk
besar ini di masa mendatang. Dengan melakukan kajian dan telaahan
penyediaan air bersih dan untuk penyediaan air minum. Rekayasa dan
yang lebih mendalam tentang hasil-hasil penelitian tersebut, diharapkan
rancang bangun berbagai alat pembangkit ozon (ozonator) telah
juga akan dicapai sasaran penanganan yang spesifik, tepat serta
dikembangkan oleh Dr. Setijo Bismo pada RUT VI yang lalu, dengan
berbasis pada sumberdaya yang tersedia di daerah tertentu.
judul: “Pengolahan Limbah Cair yang Mengandung Senyawa Fenol
Pada paragraf pertama, akan dibahas tentang aplikasi teknologi zeolit untuk pengolahan air. Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh
dan Turunannya dengan Ozon dalam Kolom Sistem Injeksi Berganda”.
Walaupun
secara
khusus,
Makalah Workshop Jurusan Teknik Kimia – Institut Teknologi Indonesia: Beberapa Teknologi Pengolahan Air Modern yang Terkait dengan Tuntutan dan Tanggung Jawab Profesi Teknik Kimia
penelitian
tentang
teknik [1]
ozonasinya
lebih
diarahkan
untuk
pengolahan
air
limbah
yang
Rekayasa dan rancang bangun molekul ataupun struktur rangka
mengandung senyawa fenolik (fenol dan turunannya), namun secara
zeolit didasarkan atas pengetahuan tentang mineral zeolit sebagai
umum sistem peralatan yang dikembangkan memiliki kemampuan yang
senyawa tektosilikat yang terdiri atas unit-unit pembentuk dasar ‘silikat’
sangat memadai untuk sistem penyediaan air bersih, bahkan untuk
[–SiO 4 –] dan ‘aluminat’ [–AlO 4 –] yang dihubungkan oleh atom O sat
teknologi produksi air minum.
sama lainnya, sehingga terbentuk struktur 3-D yang bersifat mikropori, termasuk di dalamnya memiliki struktur rongga (cave) sehingga zeolit ini, baik sebagai mineral maupun sebagai bahan sintetis memiliki sifat-sifat
1. PERANAN ZEOLIT DALAM PROSES PENYEDIAAN AIR BERSIH Kata zeolit berasal dari kosakata Yunani, yaitu ‘zein’ yang berarti
yang dominan sebagai:
membuih dan ‘lithos’ yang berarti batu. Secara utuh, zeolit berarti batua-
1. Penyaring molekular (molecular sieve), yang memiliki ukuran pori
batuan mineral yang ditemukan di alam sebagai hasil aktivitas vulkanik
dalam orde angstrom (Å), yaitu sebesar orde sepersepuluh
(gunung berapi) purbakala.
nanometer. mineralogis
2. Bahan atau material penjerap (adsorbent), yaitu suatu bahan
berkebangsaan Swedia, yaitu A.F. Cronstedt pada tahun 1976. Zeolit
yang memiliki sifat aktif permukaan (surface active) yang mampu
yang
yang
melakukan jerapan dalam ukuran molekul ke dalam pori-porinya
dimanfaatkan menjadi bahan ‘penyaring molekular’ dari bahan dasar
sedemikan rupa sehingga akan terjadi perubahan fasa di daerah
zeolit yang pertamakali. Penemuan zeolit alam oleh Cronstedt kemudian
jerapan tersebut. Dalam hal ini, mekanisme difusi sangat
disusul oleh penemuan-penemuan berbagai jenis zeolit lainnya, seperti
dominan dalam menetukan terjadinya adsorpsi tersebut.
Mineral
zeolit
ditemukan
pertama
oleh
tersebut
kali
ditemukan
adalah
dari
oleh
jenis
‘Stilbit’,
Heulandite (HEU), Clinoptilolite (CLI), Mordenite (MOR), Chabasite
3. Material penukar kation (cation exchanger), karena di dalam
(CHA), Analsime (ANA), Thomsonite (THO), dan lain-lainnya. Sampai
struktur rangkanya banyak terdapat kation-kation (terutama
saat ini telah ditemukan sekitar 45 macam atau jenis struktur dari zeolit
logam-logam alkali dan alkali tanah, seperti Na, K, Ca, Mg, Ba,
alam di dunia ini.
dll.) yang sangat mudah bergerak sedemikian rupa sehingga
Hasil-hasil penemuan yang dilakukan oleh Cronstedt telah memicu berbagai penemuan dan rekayasa tentang manfaat zeolit oleh berbagai
dapat mempertukarkan kation-kation tersebut dengan kation lain yang ada di dalam fasa larutan.
peneliti di seluruh dunia, termasuk juga rekayasa dan rancang bangun
4. Katalis (catalyst), yaitu sebagai suatu material yang sangat aktif
molekul dan struktur rangka dari zeolit-zeolit sintetis. Sampai saat ini,
berperan mendorong terjadinya suatu reaksi sintesis bahan kimia,
telah dihasilkan lebih dari 150 jenis zeolit sintetik (tiruan) beserta
baik karena mekanisme reaksi yang bersifat redoks (reduksi-
tiruannya oleh para ahli dan peneliti mineral zeolit ini di dunia. Makalah Workshop Jurusan Teknik Kimia – Institut Teknologi Indonesia: Beberapa Teknologi Pengolahan Air Modern yang Terkait dengan Tuntutan dan Tanggung Jawab Profesi Teknik Kimia
[2]
oksidasi) maupun sebagai reaksi yang mengikuti mekanisme
jauh lagi kemanfaatannya. Sebagai contoh, di daerah Campang Tiga,
reaksi asam-basa.
Sidomulyo – Lampung Selatan telah lama ditemukan dan bahkan diteliti struktur kristal, kemampuan serta fungsi-fungsi lainnya baik sebagai penyaring molekul, adsorben, penukar kation ataupun sebagai katalis. Kemurnian zeolit klinoptilolit yang berasal dari lampung Selatan tergolong cukup tinggi, yaitu sekitar 75 % yang tercampur dengan struktur-struktur zeolit alam lainnya seperti mordenit, analsim, dan erionit.
Gambar 1. Sistematika penyusunan struktur rangka dari zeolit. Salah satu jenis zeolit alam yang banyak dijumpai di Indonesia Gambar 2. Struktur dari berbagai zeolit alam yang ada di Indonesia.
adalah zeolit Klinoptilolit (Clinoptilolite), keluarga dari jenis zeolit Heulandite yang banyak ditemukan di daerah Semenanjung Balkan pada tahun 1890. Di samping klinoptilolit, jenis zeolit alam lain yang juga sangat banyak ditemukan di persada Nusantara adalah Mordenit (Mordenite). Potensi zeolit alam di Indonesia sebenarnya sangatlah besar, namun karena keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan dari sumberdaya manusia yang ada serta keterpaduan dengan pemerintah atau pun
Telah lama dikenal tentang keunggulan zeolit klinoptilolit sebagai material yang sangat potensil sebagai penukar kation dan adsorben untuk proses-proses pengolahan air, termasuk juga sebagai bahan penjerap unsur-unsur radioaktif yang sangat ampuh (misalnya: Cs), termasuk juga di bidang pertanian. Sifat-sifat fisika dan kimiawi dari zeolit klinoptilolit yang terpenting dapat disenaraikan seperti di bawah ini:
pengguna lainnya masih relatif rendah, maka sampai saat ini mineral zeolit alam di Indonesia belum banyak dikembangkan atau diteliti lebih
Rumus Empiris :
Ukuran Pori :
(Na 4 K 4 )(Al 8 Si 40 O 96 ). 24 H 2 O
2,4 - 5,6 Å
Makalah Workshop Jurusan Teknik Kimia – Institut Teknologi Indonesia: Beberapa Teknologi Pengolahan Air Modern yang Terkait dengan Tuntutan dan Tanggung Jawab Profesi Teknik Kimia
[3]
Luas permukaan :
47 - 60 m2/g
Keasaman (pH) :
5,6 - 6,7
Deret selektivitas :
K > NH4 > Ca Na > Mg
semenjak tahun 1998 sampai kini. Bekerjasama
dengan
instansi
lain
(baik
swasta
ataupun
pemerintah) untuk penelitian tentang masalah-masalah pertanian
Dari sifat-sifat fisika dan kimiawi zeolit klinoptilolit di atas, dapat
dan peternakan, misalnya: dengan CV. Minatama Mineral
disimpulkan bahwa zeolit klinoptilolit tersebut memiliki kation-kation logam
Perdana – Bandar Lampung (1994 – kini), dengan Politeknik
alkali (K dan Na) di permukaan strukturnya yang sangat mudah
Negeri Lampung (1999 – kini), dengan PT. Pupuk Kujang –
+
Dawuan, Cikampek (1999 – 2000), dan lain-lain.
+
bertukaran dengan kation amonium (terutama ion K atau ion H yang diperoleh dari proses pengasaman zeolit ini menjadi H-zeolit). Sifat-sifat
Karakteristik sifat-sifat fisika dan kimiawi zeolit alam klinoptilolit
yang menonjol inilah yang dimanfaatkan oleh Prof. Roekmijati W.S.
lainnya yang dapat dimanfaatkan sebagai penjerap amoniak, secara
dalam penelitannya di RUT V yang lalu, yaitu sebagai adsorben senyawa
umum sangat berkaitan dengan 5 hal berikut (Boles, 1972; Belitski dkk.,
amoniak dan turunannya yang terdapat dalam limbah cair.
1973; Chelischev dkk., 1974):
Selain penelitian yang dilakukan oleh Prof. Roekmijati W.S. di atas, sebenarnya para peneliti di Departemen TGP-FTUI juga melakukan penelitian-penelitian lainnya, di antaranya adalah sebagai berikut: Meningkatkan luas permukaan yang sangat berarti, sampai ± 250 % dengan menerapkan metode-metode baru yang dikembangkan sendiri (1996 – 1997). Menghasilkan suatu produk modifikasi (H-Zeolit) yang aktif dan efektif sebagai material adsorben dan senyawa kimia polutan:
Rasio Si/Al, Ukuran bukaan pori (pore aperture) dan luas permukaan (surface area), Keasaman zeolit (solid acidity), terutama yang berhubungan dengan kekuatan asam (inti aktif asam-asam Brønstëd dan Lewis), Kestabilan asam (acid stability), dan Kestabilan zeolit terhadap panas (thermal stability). Ke lima faktor di atas, sebenarnya saling terkait satu dengan lainnya.
NH 3 , H 2 S, CO 2 dan Fenol (C 6 H 5 OH), pada tahun 1997 - 1999.
Sebagai contoh: rasio antara Si : Al sebenarnya juga berkaitan dengan
Menghasilkan suatu bahan padatan penukar kation logam-logam
kesetimbangan struktur asam-basa Brønstëd dan Lewis di dalam
berat dan beracun : Hg, Pb dan Fe, pada tahun 1997 - 2000. Mendapatkan material atau bahan unggulan sebagai katalis reaksi-reaksi oksidasi dan asam-basa, pada tahun 1997 - 2001. Meningkatkan penelitian-penelitian yang berkaitan langsung
(permukaan) padatan zeolit tersebut. Di samping itu juga, kesetimbangan asam-asam Brønstëd dan Lewis tersebut (gambar 3.) sebenarnya juga sangat
menentukan
keaktifan
permukaan
zeolit
dan
seterusnya
berhubungan dengan sifat katalis dari zeolit tersebut.
dengan masalah pengolahan limbah cair dan pengolahan air, Makalah Workshop Jurusan Teknik Kimia – Institut Teknologi Indonesia: Beberapa Teknologi Pengolahan Air Modern yang Terkait dengan Tuntutan dan Tanggung Jawab Profesi Teknik Kimia
[4]
Air Produk (keluaran)
Air Produk (keluaran)
Penahan entrainment zeolit
support atau penyangga zeolit
unggun zeolit
Gambar 3. Kesetimbangan struktur antara Asam Brønstëd dan Asam Lewis.
Air Umpan (masukan)
Sampai saat ini, pengembangan aplikasi zeolit dalam bidang industri
Air Umpan (masukan)
(a)
(b)
air bersih dan atau air minum masih sangat terbatas baik sebagai adsorben, penukar kation ataupun sebagai katalis. Jika dilihat dari konstelasi pengolahan air di dunia industri pengolahan air, maka aplikasi
distributor dan penyangga zeolit
unggun zeolit terfluidisasi
Gambar 4. Aplikasi kolom unggun isian zeolit: (a). unggun diam dan (b). unggun terfluidisasi.
teknologi zeolit dapat direalisasikan pada: Pengolahan primer (primary
Teknik dan aplikasi dari zeolit alam yang paling banyak digunakan
treatment) ataupun Pengolahan Sekunder (secondaray treatment),
adalah dalam bentuk kolom unggun isian (packed column), baik yang
dalam hal ini dimanfaatkan baik sebagai penyaring, adsorben partikel-
memiliki unggun isian diam (fixed bed) ataupun sebagai unggun bergerak
partikel koloid hasil proses koagulasi dan flokulasi secara kimiawi
terfluidisasi (fluidized bed). Unggun diam memiliki keunggulan baik
(umumnya menggunakan alum atau Al 2 (SO 4 ) 3 , poly alumunum chloride
sebagai penyaring maupun sebagai penukar kation, namun memiliki
atau PAC, FeSO 4 , atau koagulan sejenisnya), maupun sebagai penukar
kendala jatuh
kation dari zat-zat berbahaya (radioaktif atau material B3 lainnya). Dalam
regenerasinya. Unggun fluidisasi unggul dalam hal penukar kation,
banyak hal, penggunaan zeolit sebagai penukar kation memberikan
penggunaan energi tekanan yang rendah, dan efektifitas kontak aerasi
kendala pada waktu penjenuhan zeolit yang terlalu cepat, sehingga
dari air yang diolah, namun memiliki kelemahan dalam hal investasi
memerlukan siklus periode regenarsi yang sangat singkat. Ada juga
peralatan yang mahal serta kehilangan yang relatif besar akibat terbawa
beberapa industri yang memanfaatkan zeolit untuk bahan membran
arus air.
tekanan yang
besar
dan kesulitan
dalam tahap
mikrofiltrasi. Makalah Workshop Jurusan Teknik Kimia – Institut Teknologi Indonesia: Beberapa Teknologi Pengolahan Air Modern yang Terkait dengan Tuntutan dan Tanggung Jawab Profesi Teknik Kimia
[5]
akibat aliran umpan yang mengandung molekul-molekul makro dan partikel besar lainnya, disebut filtrasi aliran silang
2. TEKNOLOGI MEMBRAN DALAM PROSES PENYEDIAAN AIR BERSIH Teknologi membran bekerja berdasarkan suatu “tabir penghalang” yang selektif, yang memungkinkan suatu proses pemisahan dari suatu spesi atau spesi-spesi tertentu dalam suatu fluida dengan mekanisme kombinasi antara metode “penyaringan” dan “difusi serapan”. Peristiwa penyaringan memerlukan gaya penggerak (driving force) berupa tekanan (p),
sedangkan
peristiwa
difusi
memerlukan
gaya
penggerak
konsentrasi zat terlarutnya (c).
(cross flow filtration). Membran aliran silang memberikan keuntungan dalam hal umur pemakaian yang lama dan ukuran alat yang minimal. Prinsip filtrasi aliran silang memiliki tiga arah aliran, yaitu aliran umpan (masukan), aliran produk encer (permeat), dan aliran konsentrat atau produk kental (retentate atau reject), seperti dapat dilihat pada gambar 6. Untuk selanjutnya, pembahasan tentang terminologi membaran akan lebih difokuskan pada jenis filtrasi aliran silang ini.
Secara fundamental, prinsip pemisahan yang ada dapat dibagi atas 2 bagian besar, yaitu: Filter
(a).
Operasi
penyaringan
yang
memanfaatkan
penyaring
(membran atau tapis) secara maksimal sedemikian rupa
Aliran Umpan Aliran Filtrat
sehingga semua partikel yang lebih besar dari ukuran pori filter tidak akan lolos, sedangkan seluruh fluida dipaksa melewati saringan. Dalam hal ini, arah aliran fluidanya benarGambar 5. Skematisasi Filtrasi Dead-End.
benar tegak lurus terhadap bidang saringan, oleh karenanya, prinsip penyaringan konvensional seperti ini disebut dead-end filtration atau perpendicular filtration. Prinsip penyaringan
Arah Paralel
seperti ini hanya memiliki dua arah aliran saja, yaitu aliran umpan (masukan) dan aliran produk (keluaran), seperti dapat
Aliran Retentat
Aliran Umpan Arah Tegak-lurus
dilihat pada gambar 5. (b).
Aliran Retentat
Jika aliran dalam arah tangensial sepanjang membran dimanfaatkan permukaan
untuk tapis
Aliran Permeat
membersihkan
sehingga
dapat
secara
mengurangi
kontinyu
Membran
Gambar 6. Skematisasi Filtrasi Membran (Aliran Silang).
dampak
pembentukan lapisan kerak atau kotoran lainnya (fouling)
Ditinjau dari energinya, pemisahan dengan membran memiliki
Makalah Workshop Jurusan Teknik Kimia – Institut Teknologi Indonesia: Beberapa Teknologi Pengolahan Air Modern yang Terkait dengan Tuntutan dan Tanggung Jawab Profesi Teknik Kimia
[6]
keunggulan dibandingkan evaporasi dan distilasi: tidak ada perubahan
paling sering dijumpai di pasaran dalam bentuk cartridge filter, yang
fasa yang diperlukan (tidak ada energi dalam bentuk panas yang
umur operasinya jauh lebih singkat dibandingkan dengan filtrasi
diperlukan, termasuk untuk panas laten). Oleh karena itulah, dalam dunia
membran.
industri kimia, teknologi membran sangat tepat digunakan untuk proses-
Ukuran pori dari membran MF ini adalah dalam rentang 0,03 – 10
proses pemurnian, pemekatan, fraksionasi, dan produksi bahan-bahan
m sehingga dapat menghambat ukuran partikel-partikel (seringkali
dan atau produk-produk dengan kualitas utama dibandingkan dengan proses-proses konvensional (seperti: distilasi, evaporasi, ekstraksi, dll.).
disebut molecular weight cutting off atau MWCO) yang lebih besar dari 100.000 dalton, dan beroperasi pada tekanan yang
Penyaringan dengan teknologi membran secara selektif dapat
relatif rendah, yaitu antara 0,3 – 3,5 bar dan kecepatan aliran silang
memisahkan komponen-komponen dari campuran induknya dalam
(cross-flow velocity) sebesar 3 – 6 m/detik dalam modul tubular.
rentang ukuran partikel dan berat molekul yang sangat bervariasi, mulai
Dalam skala industri, membran MF banyak dijumpai dalam
dari material-material makromolekul, seperti kanji dan protein, sampai
konfigurasi operasi multi-tahap atau multistage (stages-in-series)
+
+
ion-ion monovalen seperti Na , K dan lain-lain. Secara umum, membran
terutama untuk proses pra-pemisahan material-material makro,
yang akan digunakan sebaiknya dipilih berdasarkan ukuran porinya yang
suspensi-suspensi terlarut (koloid), pasir, endapan, lempung, Giardia
lebih kecil dari ukuran ukuran partikel yang terkecil (yang ada dalam
lamblia, Cryptosporidium cysts, algae, beberapa jenis spesi bakteri,
aliran di umpan) yang akan disaring oleh membran.
dan juga proses-proses pemisahan fluida dari aliran umpan.
Berdasarkan ukuran pori dari membran yang digunakan, secara
Konfigurasi membran MF ini tidak dapat menyisihkan baik prokursor-
umum spektrum kerja membran dapat dibagi atas 4 kategori seperti
prekursor maupun produk-produk reaksi samping dari zat-zat
dijelaskan di bawah ini (lihat juga tabel 1.).
disinfektan (disebut DBP, disinfectant by products) seperti klor, hipoklorit, kloramin, dan ozon
(a). Membran Mikrofiltrasi (MF) Secara umum, membran MF dijumpai dalam 2 (dua) bentuk atau
(b). Membran Ultrafiltrasi (UF)
mode filtrasi, yaitu filtrasi aliran silang (cross-flow separation) dan
Membran UF lebih banyak digunakan untuk pemisahan campuran
filtrasi konvensional (dead-end filtration). Dalam pemisahan secara
berbagai macam fluida dan ion-ion (macromolekular). Membran UF
aliran
(pressure
bekerja pada tekanan relatif rendah untuk proses fraksionasi, oleh
Fenomena
tersebut
karena itu disebut juga low-pressure fractionation (berdasarkan
menembus
membran,
ukuran komponen yang akan dipisahkan). Membran UF memiliki
sementara fluida sisanya terus mengalir di sepanjang permukaan
ukuran pori efektif sekitar 10 kali lebih besar dari nanofiltrasi (NF),
membran sambil membersihkannya. Di sisi lain, filtrasi dead-end
yaitu sekitar 1,5 – 7,0 bar, sehingga energi yang dibutuhkan untuk
silang,
differential) mengakibatkan
terjadi
graduasi
sepanjang sejumlah
perbedaan
membran. (kecil)
fluida
tekanan
Makalah Workshop Jurusan Teknik Kimia – Institut Teknologi Indonesia: Beberapa Teknologi Pengolahan Air Modern yang Terkait dengan Tuntutan dan Tanggung Jawab Profesi Teknik Kimia
[7]
pengoperasian membran UF lebih kecil dibandingkan membran NF.
samping itu juga, sisi lain yang menjadi penyebab jenis membran ini
Salah satu contoh umum dari penggunaan membran UF di industri
relatif
adalah proses pemisahan dan penggunaan ulang (recovery) pigmen
pengolahan alternatif di industri dibandingkan membran-membran
cat dari resin cat. Membran UF dapat digunakan untuk berbagai
MF dan UF) adalah karena kebutuhan energinya yang relatif besar.
tujuan lainnya, seperti: pemekatan koloni bakteria, produksi
Pengguna terbanyak dari membran NF ini adalah industri-industri
beberapa jenis protein makromolekul, zat-zat pewarna (dyes), dan
pengolahan air minum di daerah pemukiman (municipal drinking
konstituen-konstituen lainnya yang memiliki MWCO antara 10,000 –
water plants), untuk menurunkan alkalinitas sampai ambang batas
100.000 dalton. Ukuran pori membran UF adalah sekitar 0,002 – 0,1
alkalinitas
mikron (m atau mikrometer) sehingga konfigurasi sebesar ini tidak
trihalometana).
tepat digunakan untuk pemisahan garam-garam terlarut (terutama
Kemampuan membran NF ini yang dapat menyisihkan ion-ion
monovalen dan divalen) dan molekul-molekul senyawa organik
divalen dan polivalen (muatan ion yang lebih besar dari 2), yang
(proteinm asam humat, dan prekursor-prekursor reaksi samping dari
berarti juga mampu menyisihkan alkalinitas, dapat berdampak pada
disinfektan atau DBP).
meningkatnya korosivitas pada air produk (permeat). Salah satu cara
(c). Membran Nanofiltrasi (NF)
penanggulannya adalah mengamati harga alkalinitas sekaligus pH
tidak
50
terlalu
ppm
banyak
dan
dikembangkan
regulasi
tentang
(sebagai
THM
proses
(senyawa
Hampir serupa dengan membran UF, membran NF digunakan untuk
dari cairan produk tersebut. Membran NF ini juga mampu
pemisahan campuran berbagai macam fluida dan ion-ion (terutama
menyisihkan kesadahan air sehingga seringkali membran ini disebut
divalen), dengan energi tekanan yang dibutuhkan sekitar 3 kali lebih
juga membran pelunak (softening membrane). Di sisi lain, produk
besar dari membran UF (yaitu sekitar 4,0 – 10,0 bar). Energi
pekatan (konsentrat) dari membran NF ini perlu diperhatikan tau
tersebut digunakan untuk pemisahan partikel-partikel dan atau ion-
diperlakukan lebih teliti karena dampaknya yang dapat memberikan
ion dengan rentang MWCO sebesar 1000 – 100.000 dalton melalui
presipitasi (fouling) pada dinding membran.
pori yang lebih halus dari membran UF (yaitu sekitar 0,001 mikron).
(d). Membran osmosis-balik atau reverse osmosis (RO)
Sistem membran NF mampu menyisihkan polutan-polutan dalam
Membran RO, yang sering juga disebut sebagai hiperfiltrasi
bentuk kista (cyst), bakteria, virus, ion-ion divalen, zat-zat pewarna
(hyperfiltration), merupakan teknologi penyaringan yang paling
(dyes), protein, material-material asam humat, dan prekursor-
halus yang dikenal sampai saat ini. Sistem RO menerapkan teknik-
prekursor ataupun produk reaksi samping dari disinfektan (DBP),
teknik yang paling kompleks, sehingga mampu menyisihkan partikel-
tetapi tidak mampu menyisihkan molekul-molekul organik dengan
partikel yang memiliki rentang ukuran sebesar ion-ion monovalen
berat molekul kecil seperti metanol dan formaldehida (formalin). Di
+ + (seperti Na dan K ) dari larutan air. Tekanan yang dibutuhkan
Makalah Workshop Jurusan Teknik Kimia – Institut Teknologi Indonesia: Beberapa Teknologi Pengolahan Air Modern yang Terkait dengan Tuntutan dan Tanggung Jawab Profesi Teknik Kimia
[8]
proses ini relatif paling tinggi dibandingkan sistem membran
Beberapa keuntungan potensial dari penggunaan membran RO ini
sebelumnya, yaitu antara 5 – 70 bar, yang sebanding dengan
adalah sebagai berikut:
tekanan osmotik untuk menembus dinding membran semipermeabel tersebut.
Menyisihkan hampir semua ion kontaminan dan juga zat-zat terlarut non-ionik lainnya,
Teknik membran RO mampu menyisihkan polutan-polutan dalam
Relatif tidak sensitif terhadap kuantitas aliran dan kualitas
bentuk bakteria, virus, garam, gula, protein, zat warna, dan partikel-
TDS dari air, sehingga cocok untuk sistem berukuran kecil
partikel lainnya yang memiliki MWCO lebih besar dari rentang 150
yang memiliki fluktuasi kebutuhan air berdasarkan musim,
– 250 dalton. Proses pemisahan atau penyisihan ion dengan teknik
Sistem RO beroperasi secara spontan, tanpa kesenjangan minimum proses yang berarti,
RO dibantu juga oleh jumlah muatan dalam partikel yang akan
diproses, yang berarti bahwa garam atau ion-ion bermuatan akan
Memungkinkan
mendapatkan
konsentrasi
efluen
yang
lebih mudah ditolak (rejected) oleh membran dibandingkan senyawa-
sangat rendah, bahkan sampai nihil (jika dalam konfigurasi
senyawa organik yang tidak bermuatan. Makin besar muatan dan
seri).
ukura partikel, makin besar daya tolek membran terhadap partikel Tabel 1. Karakteristik umum dari keempat jenis teknologi pemisahan dengan membran.
tersebut. Teknik RO banyak digunakan untuk proses-proses pemurnian air, karena secara teoretis mampu menyisihkan hampir semua polutan
Membran
Komponen tertolak Tekanan (MWCO) transmembran
yang ada. Polutan-polutan air yang dianggap pang mengganggu
10 - 70 bar
Desalinasi, penghilangan garam (desalting), pemurnian air umpan ketel, pralakuan untuk proses pertukaran ion, produksi air ultramurni (ultrapure water production).
9 - 16 bar
Penyisihan kesadahan, depolusi mikrobiologi dan zat organik, penyisihan zat warna dan warna ir (dye desalting and color removal).
adalah: polutan garam-garam (termasuk monoionik dan radium), zatzat organik natural, pestisida, kista, bakteria, dan virus, disamping juga
kemampuannya
yang
baik
dalam
memperbaiki
warna
RO
lebih besar dari 150250 dalton
(kejernihan) dan rasa atau sifat-sifat estetis air lainnya. Walaupun demikian, proses disinfeksi tetap dianjurkan untuk menjamin keamanan atau kesehatan dalam mengkonsumsi air. Dalam industri kimia, membran RO dapat digunakan untuk proses pemurnian fluida-fluida organik dalam industri kimia (dihasilkan
NF
lebih besar dari 1000 dalton
Aplikasi proses
dalam aliran konsentrat atau retentat), seperti etanol, glikol (etilenglikol), dan gliserol (gliserin). Makalah Workshop Jurusan Teknik Kimia – Institut Teknologi Indonesia: Beberapa Teknologi Pengolahan Air Modern yang Terkait dengan Tuntutan dan Tanggung Jawab Profesi Teknik Kimia
[9]
lebih besar dari 10.000 dalton
UF
Partikel-partikel tersuspensi halus dengan ukuran lebih besar dari 0,1 meter
MF
1.5 – 7.0 bar
0.3 – 3.5 bar
Pralakuan awal/akhir untuk pertukaran ion, pemurnian minuman, pemekatan zat organik dan enceran minyak tersuspensi, penyisihan pirogena, bakteria, virus, dan koloid.
(a). Membran Selulosa Nitrat (CN Membrane)
Proses-proses pralakuan awal dalam industri air minum, penyisihan Giardia lamblia, Cryptosporidium cysts, algae, beberapa spesi bakteri, dan proses pemisahan fluida.
(b). Membran Ester Selulosa Campuran (Mixed Cellulose Ester
Di sisi lain, beberapa hal yang dapat dianggap kelemahan dari penggunaan sistem membran RO ini adalah sebagai berikut:
Memerlukan investasi yang tinggi,
Memerlukan biaya operasi dan perawatan yang tinggi,
Pengelolaan produk pekat atau air limbah (retentat) merupakan problem tersendiri,
Seringkali memerlukan proses-proses pralakual awal yang
Membran selulosa nitrat paling banyak digunakan pada laboratorium dan analisis filtrasi. Membran ini memiliki sifat-sifat kebasahan (wetting properties) yang sangat baik dan memberikan laju alir terbesar untuk larutan air.
Membrane) Jenis membran yang memiliki keseragaman dan kehalusan lebih baik dibandingkan dengan membran ester-selulosa murni. Membran ini secara khusus banyak digunakan untuk analisis partikel yang dikandung dalam cairan atau tangkapan aerosol. (c). Membran Selulosa Asetat (Cellulose Acetate Membrane) Suatu bahan campuran dari selulosa triasetat dan diasetat yang membentuk kekuatan membran yang baik pada arah lateral dan longitudinal. Membran ini juga memiliki muatan statik yang rendah, ekstrabililitas larutan air yang sangat rendah, dan daya tahan yang baik terhadap pelarut-pelarut alkohol dengan berat molekul rendah. (d). Membran Nilon (Nylon Membrane)
cukup kompleks agar supaya sistem RO ini dapat beroperasi
Merupakan membran yang kuat, secara intrinsik hidrofilik, dan
dengan baik.
sangat kompatibel terhadap berbagai macam pelarut (air, alkohol, dan pelarut-pelarut untuk HPLC).
Bahan atau material membran yang digunakan dalam dunia industri cukup banyak ragamnya, terutama dari jenis-jenis membran keramik,
(e). Membran Polietersulfon (Polyethersulfone atau PES Membrane)
membran zeolit, dan membran polimer. Material-material polimer yang
Merupakan membran hidrofilik dan memiliki daya ikatan yang rendah
banyak digunakan sebagai membran dapat dibagi atas 6 (enam)
dengan protein. Tidak memerlukan zat-zat pembasah eksternal
golongan seperti di bawah ini.
sehingga memiliki ekstrabililitas larutan air yang sangat rendah. Membran PES ini secara umum memiliki laju alir yang tinggi dan
Makalah Workshop Jurusan Teknik Kimia – Institut Teknologi Indonesia: Beberapa Teknologi Pengolahan Air Modern yang Terkait dengan Tuntutan dan Tanggung Jawab Profesi Teknik Kimia
[ 10 ]
memiliki ketahanan yang baik terhadap bahan-bahan kimia (baik
(b). Pengolahan sekunder (secondary treatment), yang hampir
asam maupun basa) dibandingkan dengan jenis membran selulosa
serupa
asetat.
menggunakan teknik mikrofiltrasi untuk menyisihkan partikel-
dengan
aplikasi
pada
tahap
sebelumnya,
yaitu
partikel (halus) dan kesadahan yang dapat menyebabkan kerak (f). Membran TEFLON Membrane)
(PTFE,
Poly
Tetra-Fluoro
Ethylene
Merupakan membran yang sangat kuat dengan porositas yang tinggi, dan inert terhadap berbagai macam pelarut kimia (baik asam,
(scaling) pada proses selanjutnya. Selain itu juga, teknik ultrafiltrasi sudah mulai banyak diterapkan untuk proses-proses penyisihan mikroorganisme berukuran besar, seperti bakteria, virus, pirogen, dan lain sebagainya.
basa ataupun netral) dan relatif tahan terhadap panas. Sampai saat ini, pengembangan aplikasi teknologi membran yang terbanyak adalah dalam bidang industri air bersih dan atau air minum. Jika dilihat dari segmentasi pengolahan air di industri, maka aplikasi teknologi membran dapat direalisasikan pada posisi-posisi: (a). Pengolahan primer (primary treatment), sebagai tahapan dalam penyisihan limbah lumpur dan atau partikel-partikel besar dan koloid hasil proses koagulasi dan flokulasi secara kimiawi (umumnya menggunakan alum, PAC, FeSO 4 , atau koagulan sejenisnya). Jenis membran yang digunakan dalam tahap ini
Gambar 8. Skematis aplikasi membran MF/UF di bagian pengolahan primer atau sekunder.
adalah mikrofiltrasi.
Makalah Workshop Jurusan Teknik Kimia – Institut Teknologi Indonesia: Beberapa Teknologi Pengolahan Air Modern yang Terkait dengan Tuntutan dan Tanggung Jawab Profesi Teknik Kimia
[ 11 ]
Ukuran Ion
Ukuran Molekul
Ukuran Mikrometer (m)
0,001
Angstrom (Å)
10
1
Rentang Molekul Makro
0,01
0,1
100
Larutan Garam
Rentang Partikel Mikro
1,0
1.000
10
10.000
Carbon Black
Ukuran Relatif dari Beberapa Material
Dye
Jejari Atom
Kabut
Debu Batubara Pin Point
Gelatin Gula
Pasir Pantai
Bakteria
Asap Rokok/Tembakau
10.000.000
Rambut Manusia
Sel Ragi
Virus
1.000
1.000.000
Giardia Cyst
Endotoksin/Pirogen Ion Logam
100
100.000
Pigmen Cat
Partikel Makro
Silika Koloid
Indigo Dye
Pollen
Debu Pendingin Udara (AC)
Protein Albumin
GAC
Latex / Emulsi Asbestos
Proses Pemisahan
Reverse Osmosis Nano Filtrasi
Tepung Gandum
Filtrasi Partikel
Ultra Filtrasi Mikro Filtrasi
Gambar 7. Spektrum kerja keempat jenis membran (Mikro Ffiltrasi, Ultra Filtrasi, Nano Filtrasi, dan Reverse Osmosis).
Makalah Workshop Jurusan Teknik Kimia – Institut Teknologi Indonesia: Beberapa Teknologi Pengolahan Air Modern yang Terkait dengan Tuntutan dan Tanggung Jawab Profesi Teknik Kimia
[ 12 ]
(c).Pengolahan tahap lanjut (anvanced treatment), umumnya menerapkan
teknik-teknik
lebih
kompleks
dan
air.
canggih
menggunakan nanofiltrasi dan osmosis balik (reverse osmosis) untuk diarahkan pada produksi air minum (potable water atau drinking water). Aplikasi pada tahap akhir ini lebih banyak digunakan untuk menurunkan kadar TDS, kesadahan, garamgaram, bakteria, virus, rasa, dan bau (estetika air).
Gambar 10. Aplikasi unit operasi membran di industri air minum.
3. TEKNOLOGI OZON DALAM PROSES PENYEDIAAN AIR BERSIH DAN AIR MINUM Dalam kondisi ambien, ozon (O 3 ) berbentuk gas yang berwarna biru, berbau amis menyengat sebagai bentuk molekul alotropik oksigen (O 2 ) yang tidak stabil (meta-stable) sehingga keberadaannya di udara relatif singkat, hanya sekitar 5 sampai 30 menitan saja. Ketidakstabilan ozon ini yang menyebabkan molekul ozon tidak dapat disimpan ataupun ditransportasikan dengan mudah dari satu tempat ke tempat lainnya, sehingga gas ozon umumnya diproduksi di daerah dekat ia diaplikasikan Gambar 9. Skematis unit membran keramik yang digunakan di industri pengolahan
(in situ). Karakteristik fisik dari ozon adalah sebagai berikut:
Makalah Workshop Jurusan Teknik Kimia – Institut Teknologi Indonesia: Beberapa Teknologi Pengolahan Air Modern yang Terkait dengan Tuntutan dan Tanggung Jawab Profesi Teknik Kimia
[ 13 ]
– massa molar : 48 g/mol
Utara. Penggunaan ozon pada instalasi-instalasi pengolahan tersebut
– kerapatan relatif terhadap udara : 1,657
pada umumnya ditujukan untuk pengendalian rasa air, bau dan zat-zat
– berat jenis pada O ºC dan 760 mmHg : 2,143 kg/m3
yang menimbulkan warna. Ozon banyak dipakai sebagai disinfektan dan
– panas pembentukan pada volum tetap : 143 kJ/mol (34,2 kkal/mol).
proses depolusi air dalam pengolahan air bersih dan air minum karena sifatnya sebagai oksidator yang sangat kuat, hampir 6 kali lebih kuat dari
Keberadaan ozon di alam diakibatkan oleh dua hal, yang pertama
gas klor (tabel 2.).
adalah karena peristiwa alamiah, yaitu adanya ionisasi udara oleh petir (pada saat udara mendung, banyak hujan dan banyak petir). Keberadaan ozon yang kedua adalah karena pembuatan (secara artifisial) ozon oleh tegangan listrik tinggi (coronna discharge) ataupun oleh adanya pancaran gelombang UV. Pembuatan ozon dengan tegangan listrik jauh lebih efektif dan disukai, karena produktivitasnya yang tinggi walaupun energi yang diterapkan relatif cukup besar. Proses pembuatan senyawa ozon pada umumnya menggunakan bahan baku udara dan atau oksigen murni yang dilewatkan di antara 2 elektroda yang saling berdekatan yang dialiri arus listrik tegangan tinggi (antara 10 sampai 25 kilovolt). Korona energi tinggi yang terbentuk di antara kedua elektroda tersebut memicu terurainya O 2 menjadi dua molekul oksigen tunggal (radikal oksigen) yang kemudian bergabung dengan 2 molekul O 2 lainnya untuk membentuk 2 molekul ozon, seperti disajikan secara sederhana pada gambar 11. di bawah ini.
Gambar 11. Proses pembentukan ozon (O 3 ) dari molekul oksigen (O 2 ). Ozon juga dapat digunakan dalam pengolahan air bersih dan air minum untuk pengendalian bau dan dalam pengolahan lanjut untuk penyisihan zat-zat organik berbahaya yang terlarut dalam air limbah, sebagai pelengkap yang potensial dari proses pengolahan dengan adsorben karbon-aktif dan atau zeolit alam.
Ozon pertama kali digunakan sebagai senyawa disinfeksi dalam distribusi air minum di negara Perancis pada awal 1900-an. Pada saat ini pemakaiannya telah berkembang dengan sangat pesat, yaitu hampir sekitar 1000 instalasi disinfeksi dengan ozon telah dibangun (pada umumnya untuk pengolahan air minum), terutama di Eropa dan Amerika
Kemampuan ozon sebagai disinfektan juga jauh lebih baik dibandingkan dengan gas klor, sebagai ilustrasi pada tabel 3. di bawah ini diberikan data hasil penelitian tentang kemampuan ozon dalam menonaktifkan kista Giardia Lamblia, yang dinyatakan dalam orde ‘waktu kontak’ (CT, contact time dengan satuan mg*min/L) untuk bebagai
Makalah Workshop Jurusan Teknik Kimia – Institut Teknologi Indonesia (TK-ITI): Beberapa Teknologi Pengolahan Air Modern yang Terkait dengan Tuntutan dan Tanggung Jawab Profesi Teknik Kimia
[ 14 ]
jenis disinfektan yang banyak dipakai dalam industri pengolahan air,
NH 2 Cl
sedangkan pada tabel 4. diberikan harga-harga CT untuk inaktivasi virus
6–9
3.800
2.200
1.850
1.500
1.100
750
Sumber: Rice, R.G. dan P.K. Overbeck, GDT Corp., 1998.
oleh berbagai disinfektan. Tabel 4. Nilai CT dari berbagai disinfektan (germisida) untuk inaktivasi virus. Tabel 2. Kekuatan oksidasi relatif dari beberapa spesi
oksidator(*).
Rumus Molekul
Petensial Oksidasi (Volt)
Kekuatan Relatif Oksidator(*)
O3
2,08
5,2481
Hidrogen Peroksida
H2O2
1,78
2,6303
Asam Hipoklorit
HOCl
1,48
Cl 2
Spesi Oksidator Ozone
Gas Klor Asam Hipobromit
4-log 1,0
1,3183
Cl 2 (0,2 – 0,5 mg/L)
6–9
3
4
6
1,36
1,0000
ClO 2
6–9
4,2
12,8
25,1
NH 2 Cl
8
643
1,067
1,491
UV
–
21
36
tak ada data
0,9333
1,23
0,7413
Brom
Br 2
1,09
0,5370
Klordioksida
ClO 2
0,95
0,3890
I2
0,54
0,1514
Sumber: AWWA, 1991.
(*) Dihitung berdasarkan kekuatan oksidasi dari Cl 2 sebagai acuan (= E r ), yaitu sebesar: 10(E – Er) Water Quality Association Ozone Task Force. 1997. Ozone for Point-of-Use, Point-of-Entry, and Small System Water Treatment Applications: A Reference manual Water Quality Association. Lisie, IL, 2 - 4.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, sampai saat ini pengembangan aplikasi teknologi ozon yang paling dominan adalah dalam bidang pengolahan air bersih dan atau air minum. Jika dilihat dari segmentasi pengolahan air di industri, maka aplikasi teknologi ozon ini dapat
Nilai CT dari berbagai disinfektan untuk menonaktifkan 99,9 % (3-logs) dari kista Giardia Lamblia. pH
3-log 0,8
1,33
Disinfektan
2-log 0,5
O2
Tabel 3.
Harga CT untuk inaktivasi virus pada suhu 10 ºC (mg·min/L) atau (mW·s/cm2 untuk UV)
6–9
HOBr
Sumber:
pH
O3
Oksigen
Iodium
Disinfektan
direalisasikan pada posisi-posisi berikut:
Harga CT pada suhu kontak dalam larutan (mg·min/L)
(a). Pengolahan primer (primary treatment), sebagai coagulant
< 1 ºC
5 ºC
10 ºC
15 ºC
20 ºC
25 ºC
6
165
116
87
58
44
29
7
236
165
124
93
62
41
8
346
243
182
122
91
61
9
500
353
265
177
132
88
koagulan alum sampai sekitar 30 – 50 persen (dari sekitar 25
O3
6–9
2,9
1,9
1,43
0,95
0,72
0,48
mg/L alum menjadi 14 mg/L). Selain itu juga, pre-ozonasi ini
ClO 2
6–9
63
26
23
19
15
11
juga dapat digunakan untuk menurunkan turbiditas dari air baku
Cl 2 (2 mg/L)
aid pada proses sedimentasi dan koagulasi, selain juga untuk membantu proses penyisihan warna. Dengan dosis ozon sekitar 0,3 – 1,0 mg/L, proses pre-ozonasi ini dapat menghemat
Makalah Workshop Jurusan Teknik Kimia – Institut Teknologi Indonesia (TK-ITI): Beberapa Teknologi Pengolahan Air Modern yang Terkait dengan Tuntutan dan Tanggung Jawab Profesi Teknik Kimia
[ 15 ]
sekaligus memperbaiki performa pengendapan floc pada dosis
alum yang rendah. Pada tahan ini juga, pro-ozonasi sangat
Meningkatkan kelarutan oksigen dalam air (DO semakin besar),
membantu dalam menurunkan nilai TDS (total dissorlve solid)
Hampir tidak membutuhkan bahan-bahan kimia, kecuali yang
dari air baku yang digunakan, dan hasilnya akan lebih ekonomis
mutlak dibutuhkan dalam proses sedimentasi (koagulasi dan
lagi jika menggunakan pre-ozonasi dengan katalis (karbon aktif
flokulasi),
atau senyawa-senyawa silika-alumina seperti zeolit).
2+ 2+ Mampu mengendapkan besi (Fe ) dan mangan (Mn ) terlarut
melalui proses reaksi oksidasi, sedemikian rupa sehingga kualitas
(b). Pengolahan sekunder (secondary treatment), yang digunakan secara efektif untuk menekan pertumbuhan bakteri, virus, kista, alga, lumut, warna, dan bau. Ozonasi pada tahap sekunder ini
Tidak meninggalkan bau ataupun rasa,
air (termasuk TDS) dapat meningkat secara signifikan,
Mampu menghancurkan dan sekaligus menyisihkan algae dan lumut,
akan sangat ekonomis bila digunakan proses ozonasi katalititik,
Bereaksi dan sangat efektif dalam penyisihan senyawa-senyawa
yaitu proses ozonasi dengan menggunakan katalis-katalis
organik yang terlarut dalam air (TOC, total organic compounds),
alumina, zeolit, dan GAC (karbon aktif dalam bentuk granul). (c).Pada tahap “Pengolahan lanjut”, ozon digunakan untuk prosesproses disinfeksi sterilisasi air produk menggantikan peranan gas klor. Selain itu juga, ozonasi dalam tahap ini berperan dalam memperbaiki estetika air (rasa dan bau) sedemikian rupa sehingga kualitas air minum yang dihasilkan berada dalam kondisi terbaik. Bila diperhatikan semua peranan ozon secara umum, dimulai dari
Terurai dengan cepat dalam air (dalam orde 1 – 15 menit), sehingga efek residu dari ozon relatif mudah diatasi, Mampu menyisihkan warna, rasa dan bau sebagai parameterparameter estetika air. Disisi lain, beberapa kelemahan atau kendala dari aplikasi teknologi ozon ini di antaranya adalah sebagai berikut: Ozon merupakan gas atau senyawa kimia yang beracun (TLV dari OSHA adalah 0,1 ppm), yang tingkat peracunannya berbanding lurus dengan konsentrasi dan waktu paparan.
proses pengolahan primer sampai ke proses tahap lanjut, maka
Biaya ozonasi lebih tinggi dari klorinasi.
keuntungan-keuntungan yang dapat dipeoleh dari aplikasi teknologi ozon
Instalasi peralatan umumnya relatif lebih kompleks dari klorinasi.
ini adalah sebagai berikut:
Suatu katalis perusak ozon sangat disarankan untuk dipasang
Memiliki daya oksidasi yang sangat besar sehingga hanya memerluka waktu kontak (CT) yang relatif sangat pendek untuk menginaktifkan semua zat-zat renik (germs), yaitu dalam orde 5 – 15 detik saja,
pada bagian keluaran, untuk mencegah terjadinya keracunan dan kebakaran akibat ozon. Dapat menghasilkan senyawa-senyawa karbonil (aldehida dan keton) yang tidak diinginkan, terutama bila waktu kontak terlalu
Makalah Workshop Jurusan Teknik Kimia – Institut Teknologi Indonesia (TK-ITI): Beberapa Teknologi Pengolahan Air Modern yang Terkait dengan Tuntutan dan Tanggung Jawab Profesi Teknik Kimia
[ 16 ]
pendek.
pestisida, deterjen, dan fenol
Untuk sistem distribusi, masih diperlukan klorinasi atau sanitasi lanjut
(post-chlorination)
karena
sifat
ozon
yang
tidak
meninggalkan residu.
– penyisihan sianida (oksida) – penyisihan padatan tersuspensi, SS (oksidasi) – menaikkan biodegradabilitas dari senyawa organik terlarut
Ozon memiliki kelarutan dalam air yang jauh lebih rendah dari klor, sehingga diperlukan peralatan khusus untuk melarutkan ozon dalam air (dapat menggunakan diffuser, dengan efektivitas pelarutan maksimal sebesar 70 %; atau dapat juga menggunakan venturi injection dengan efektivitas pelarutan sampai sebesar
– sebagai proses pendukung dari penyisihan amonia dan zat organik terlarut dengan proses GAC (granular activated carbon). Unit pembangkit ozon atau generator ozon (ozonator) yang banyak dipakai di industri dan unit-unit pengolahan air dan air limbah umumnya dapat dikategorikan dalam 2 bagian besar, yaitu :
90 %). Cenderung tidak menyisihkan atau melumat beberapa jenis
A.
Ozonator jenis pelat (plate-type ozonizer), yang terdiri dari
senyawa organik yang sulit diuraikan dalam air (refractory
dielektrik dan elektroda metal yang berbentuk lempeng.
organics), sehingga perlu difikirkan menggunakan katalis dari
Secara keseluruhan, unit ini terbungkus secara aman pada
bahan-bahan silika-aluminat ataupun GAC.
suatu ruangan isolasi yang digabungkan dengan unit air
Masih ada banyak lagi kegunaan dan peranan ozon dalam pengolahan air dan limbah cair, karena kelebihannya sebagai zat
pendingin. Secara skema-tis digambarkan pada gambar 5 sebagai berikut :
pengoksidasi yang sangat kuat, baik di berbagai industri maupun sistem pengolahan air kota. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini dijelaskan secara garis besar manfaat dan aplikasi ozon (Rice dan Browning, 1981) : – disinfeksi bakteri – inaktivasi virus – oksidasi besi/mangan terlarut – dekompleksikasi ikatan mangan-organik (oksidasi) – penghilangan warna (oksidasi) – penghilangan rasa (oksidasi) – penghilangan bau (oksidasi) – penyisihan algae (oksidasi) – penyisihan
senyawa-senyawa
organik
(oksidasi),
seperti
:
Makalah Workshop Jurusan Teknik Kimia – Institut Teknologi Indonesia (TK-ITI): Beberapa Teknologi Pengolahan Air Modern yang Terkait dengan Tuntutan dan Tanggung Jawab Profesi Teknik Kimia
[ 17 ]
Gambar 14. Ozonator industri hasil rancangan Ozonia Inc. (IOA, 2000). Gambar 12.. Skematis ozonator jenis pelat (Rice dan Browning, 1981). B.
Ozonator jenis tabung (tube-type ozonizer), yang pada dasarnya
mempunyai
konfigurasi
konsentris
antara
elektroda
dan
dielektrik.
Berdasarkan
posisi
tabung
elektroda dan dielektriknya sebagai saluran air pendingin, ozonator jenis tabung ini dibagi atas 2 bagian besar, yaitu : jenis horizontal dan jenis vertikal.
Ozonator jenis pelat dewasa ini sudah semakin berkurang pemakainya karena efektivitas dan produktivitasnya yang lebih rendah dibandingkan dengan jenis tabung. Sebaliknya, ozonator jenis tabung horizontal semakin banyak dikembangkan oleh beberapa produsen, seperti Ozonia di Perancis (gambar 14.), dan Wedeco, Jerman (gambar 15.).
Gambar 13. Skematis ozonator jenis tabung (Rice dan Browning, 1981). Makalah Workshop Jurusan Teknik Kimia – Institut Teknologi Indonesia (TK-ITI): Beberapa Teknologi Pengolahan Air Modern yang Terkait dengan Tuntutan dan Tanggung Jawab Profesi Teknik Kimia
[ 18 ]
Gambar 15. Ozonator hasil rancangan Wedeco., Jerman (IOA, 2000).
Gambar 16. Ozonator rancangan OZONIA Corp., sedang menjalani perawatan rutin.
Dalam ozonator-ozonator skala industri seperti di atas, gas ozon dihasilkan dengan cara melewatkan aliran oksigen atau udara di antara 2 elektroda (tegangan tinggi dan massa) yang diberi tegangan tinggi dengan arus bolak-balik. Untuk mencegah terjadinya bunga listrik (arc) yang berlebihan, salah satu atau kedua elektroda dimaksud dilapisi oleh suatu dielektrik dengan ketebalan tertentu yang seragam (uniform) sehingga diperoleh permukaan yang bertegangan listrik seragam (equipotential surface).
Gambar 17.
Sistem pelarutan ozon dalam air: (a). sistem injeksi venturi (atas kiri) dan (b) proses pelarutan secara difusi dengan bubbler (bawah kanan).
Sebagai contoh, beberapa penggunaan ozon secara spesifik dalam Makalah Workshop Jurusan Teknik Kimia – Institut Teknologi Indonesia (TK-ITI): Beberapa Teknologi Pengolahan Air Modern yang Terkait dengan Tuntutan dan Tanggung Jawab Profesi Teknik Kimia
[ 19 ]
sistem pengolahan air limbah pada berbagai industri (industri petrokimia, industri plastik, pengilangan minyak, industri pengolahan batubara, industri farmasi dan industri kimia lainnya) disajikan secara skematis,
Tabel 5.
Pemanfaatan Ozon untuk Pengolahan Limbah Cair (Besselievre & Schwartz, 1976; Eckenfelder, 1989; Metcalf & Eddy, 1991).
masing-masing pada gambar 18. (bersama dengan sinar UV untuk penyisihan kloro-aromat) dan gambar 19. (untuk penyisihan sianida dan senyawa-senyawa organik tertentu yang sulit didegradasi secara biologis,
No.
Sumber/Pengguna
1.
British-American Oil Co., Kanada (Pengilangan minyak)
Penghilangan senyawa ± 85 kg/j ozon fenol dalam limbah cair kilang minyak
50 mg O 3 /l effl. 1150 liter/menit limbah cair
2.
Czech Technical Digest
Penghilangan senyawa 1,5 – 2,7 sulfur organik dan fenol mg/mgkontaminan
waktu kontak : 3 – 15 menit
3.
Welsbach Co., Philadelphia
4.
Industri pesawat terbang, automotif dan farmasi
Penghilangan sianida
5.
Industri Kimia, Instalasi air pendingin dan ketel uap
Pengolahan (recovery) kromat
Oksidasi-reduksi
6.
Industri pelapisan logam, industri pengolahan air
Penghilangan Fe dan Mn terlarut
Fe(II) Fe(III)
biorefractory). Sedangkan penggunaan ozon secara spesifik di dunia industri disenaraikan pada tabel 5. di bawah ini.
Gambar 18. Diagram alir penggunaan ozon/UV untuk penyisihan kloroaromat (Prengle & Mauk, 1977).
Dari uraian peralatan ozonator di atas, secara umum perbedaan tegangan listrik di antara kedua elektroda yang digunakan sangat bergantung pada jenis dan ketebalan dielektrik dan lebar jarak (gap) ruang ionisasi; dalam prakteknya berkisar antara 8 – 20 kilovolt. Tegangan sebesar ini dapat dibangkitkan melalui transformator tegangan tinggi ataupun secara elektronik, atau kombinasi dari keduanya.
Penggunaan O 3
-
Kapasitas
Keterangan
35 kg O 3 /hari
industri generator ozon di AS.
2 mg O 3 /mg sianida
oksidasi menjadi sianat
Mn(IV) Mn(VII)
Secara menyeluruh, reaksi pembentukan ozon dapat dijelaskan melalui reaksi endotermis berikut :
3 O2 2 O3 ,
H1 atm 284,5 kJ / mol
Demikian pula entropi pembentukan ozon ini cukup besar dan tidak menguntungkan :
Makalah Workshop Jurusan Teknik Kimia – Institut Teknologi Indonesia (TK-ITI): Beberapa Teknologi Pengolahan Air Modern yang Terkait dengan Tuntutan dan Tanggung Jawab Profesi Teknik Kimia
[ 20 ]
antara 10 sampai 20 gram/m3. Pada konsentrasi ini, dengan menganggap
S1 atm 69,9 ( J / mol ) / K
penggunaan
udara
kering
yang
selalu
terjaga
(dengan
cara
mengumpankan udara pada suhu –40 sampai –60 ºC), kapasitas produktif dari alat ozonator yang ada saat ini bervariasi, bergantung pada jenisnya, yaitu antara 50 sampai 100 gram perjam setiap m2 luas permukaan dielektrik dengan frekuansi arus listrik sekitar 50 - 60 Hz. Untuk suatu keperluan yang lebih spesifik, produktivitas ozon dapat ditingkatkan dengan penggunaan frekuensi arus listrik yang lebih tinggi (Dégremont, 1979). Gambar 19. Diagram alir penggunaan ozon/UV untuk penyisihan sianida dan senyawa organik yang sulit dioksidasi secara biologis (Prengle & Mauk, 1977). Jadi, sudah jelas bahwa ozon tidak mungkin diproduksi melalui aktivasi termis dari oksigen, karena energi bebas standar dari pembentukan
ozon
mempunyai
positif
yang
besar,
yaitu
Bergantung pada jenis dan dimensinya, total kebutuhan energi dari suatu instalasi ozonator secara lengkap adalah sekitar 20 sampai 30 Watt-jam per gram ozon yang diproduksi. Peralatan ozonator itu sendiri mengkonsumsi sekitar 14 sampai 18 Watt-jam per gram ozon. Adanya kehilangan yang sangat berarti dari energi listrik pada ozonator, sebagian besar porsinya adalah karena adanya konversi energi menjadi panas
G1 atm 161,3 kJ / mol . Dapat disimpulkan pula bahwa ozon
yang berakibat akan menaikan suhu gas pada ruang ionasasi secara
hanya dapat terdekomposisi secara mudah dengan pemanasan, dan
terdekomposisi secara berarti bila suhu gas menaik, untuk itulah
pengendalian temperatur yang memadai dari gas proses adalah suatu
diperlukan suatu sistem pendinginan yang biasanya berupa sirkuit air
faktor terpenting dari efisiensi pembentukan ozon.
pendingin sistem tertutup (radiator coolant).
berarti
(Dégremont,
1979).
Karena
ozon
yang
dihasilkan
akan
Untuk suatu perbedaan tegangan yang diberikan, produksi atau
Di Indonesia, sampai saat ini penggunaan ozon sebagai senyawa
ozon yang dihasilkan bergantung terutama pada geometri komponen
oksidator dalam industri masih sangat terbatas dan pada umumnya
peralatan, sifat dielektrik dari insulator, frekuensi arus listrik, derajat
hanya digunakan sebagai senyawa disinfeksi/sterilisasi pada industri
kekeringan dari udara (oksigen), tekanan dan konsentrasi ozon yang
pengolahan air minum kemasan. Alasan keterbatasan penggunaan ozon
diinginkan dalam udara atau oksigen. Produktivitas ozon tersebut juga
ini secara umum dapat dikatakan adalah besarnya biaya investasi dan
bergantung pada suhu air pendingin dalan ozonator.
kepraktisan instalasinya, seperti suhu produksi ozon yang terlalu rendah
Konsentrasi ozon dalam udara yang diozonasi umumnya berkisar di
sehingga energi yang dibutuhkan akan sengan tinggi.
Makalah Workshop Jurusan Teknik Kimia – Institut Teknologi Indonesia (TK-ITI): Beberapa Teknologi Pengolahan Air Modern yang Terkait dengan Tuntutan dan Tanggung Jawab Profesi Teknik Kimia
[ 21 ]
Rekayasa dan rancang bangun ozonator yang telah dilakukan Dr. Setijo Bismo telah berhasil membangun suatu unit pembangkit ozon yang dapat beroperasi pada suhu ambien, yaitu antara 28 – 30 ºC. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, diperoleh hasil-hasil yang paling menarik untuk alat ozonator hasil rancangan, seperti digambarkan pada grafik di bawah ini.
y = 6E-05x3 - 0.0518x2 + 15.993x - 1643.2 2 R = 0.9728
0.65
POzon (g/jam)
0.6 0.55 0.5
Data 0.45 0.4 290
Pers. Regresi
295
300
305
310
TWBR (K)
Gambar 20. Kinerja produksi ozonator hasil rancang bangun sebagai fungsi dari suhu. (S. Bismo, 1999).
Dari gambar 20. di atas terlihat dengan jelas bahwa kinerja produksi ozon yang optimum sekitar suhu 28 – 30 ºC. Hal yang cukup menarik untuk dicatat, adalah bahwa kinerja dari elektroda yang digunakan tidak berbeda dengan elektroda yang digunakan oleh ozonator-ozonator hasil rancangan perusahaan-perusahaan besar.
Makalah Workshop Jurusan Teknik Kimia – Institut Teknologi Indonesia (TK-ITI): Beberapa Teknologi Pengolahan Air Modern yang Terkait dengan Tuntutan dan Tanggung Jawab Profesi Teknik Kimia
[ 22 ]
PUSTAKA ACUAN
Dégremont, “Water Treatment Handbook”, edisi 5, John Wiley and Sons, New York 1979. Eckenfelder Jr., W.W. : “Industrial Water Pollution Control”, , McGraw-Hill Book Co., New York, 1989. Fan, Liang Shih, “Gas-Liquid-Solid Fluidization Engineering”, Butherworth, New York, 1989. Fishbein, L., “Chromatography of Environmental Hazards”, Vol. II Metals, Gaseous, and Industrial Pollutans. Elsevier Scientific Publishing Company. New York: 517pp, 1973. Freeman, H.M. (editor) : “Standard Handbook of Hazardous Waste Treatment and Disposal”, McGraw-Hill Book Co., New York, 1989. Hutzinger, O., Van Lelyveld, I. H., and Zoeteman, B. C. J., “Aquatic Pollutants: Transformation and Biological Effects. Proceeding of the Second International Symposium on Aquatic Pollutants”, Pergamon Press. New York. 519pp, 1978. Jorgensen, S. E., “Industrial Waste Water Management”, Elsevier Scientific Publishing Company. Amsterdam. 388pp, 1979. LaGrega, M. D. and Long, D. A., “Toxic And Hazardous Wastes”, Proceedings of the Sixteenth Mid-Atlantic Industrial Waste Conference. Technomic Publishing Company, Inc. Lancaster, Pennsylvania, 587pp, 1984. LaGrega, M. D., Buckingham, P. L., and Evans, J. C., “Hazardous Waste Management”, McGraw-Hill, Inc. Singapore. 1146pp, 1994. Langlais, B., D.A. Recklow, dan D.R. Brink : “Ozon in Water Treatment, Application and Engineering” (Cooperative Research Report), Lewis Publishers, 1991. Laporan Utama, “Pembangunan Sektor Air Bersih, Sebuah Peta Buta”, Majalah Air Minum, ISSN 0126-2785, Edisi 104, Mei 2004, halaman 5 – 7. Laporan Utama, “Pencapaian Air Minum dan Penyehatan Lingkungan pada Millenium Development Goals: Target Baru Masalah Klasik”, Majalah Percik, Februari 2004, halaman 3 – 11. Major, D. W. and J. Fitchko, “Hazardous Waste Treatment On-Site and In Situ”, Butterworth-Heinemann. London: 253pp, 1992.
Metcalf & Eddy, Inc.(Tchobanoglous, G., dan F.L. Burton) : “Wastewater Engineering : Treatment, Disposal, and Reuse”, McGraw-Hill Book Co., Singapore, 1991. Nemerow, N. L. and Dasgupta, A., “Industrial and Hazardous Waste Treatment”, 2nd ed. Van Nostrand Reinhold. New York. 743pp, 1991. Nemerow, N. L., “Industrial Water Pollution Origins, Characteristics, and Treatment”, Addison-Wesley Publishing Company. Massachusetts: 738pp, 1978. Potter, C., Soeparwadi, M., Gani, A.,”Limbah Cair Berbagai Industri di Indonesia - Sumber, Pengendalian dan Baku Mutu”, Project of the Ministry of State for the Environment, Republic of Indonesia and Dalhousie University, Canada. EMDI Jakarta. 220 hal, 1994. Rice, R.G., dan M.E. Browning : “Ozone Treatment of Industrial Waste Water”, Notes Data Corroration, Park Ridyl, 1981. Wentz, C. A., “Hazardous Waste Management”, McGraw-Hill Book Company. Singapore. 461pp, 1989.
Makalah Workshop Jurusan Teknik Kimia – Institut Teknologi Indonesia (TK-ITI): Beberapa Teknologi Pengolahan Air Modern yang Terkait dengan Tuntutan dan Tanggung Jawab Profesi Teknik Kimia
[ 23 ]