ISBN : 978-602-19421-0-9 Prosiding Seminar Nasional Kimia 2013
INOVASI PENDIDIKAN TINGGI KIMIA INDONESIA: SUATU KONSEP PEMIKIRAN PARADIGMA BARU
ABSTRAK Pengelompokan bidang ilmu/rumpun ilmu di Indonesia untuk kebutuhan pengelolaan kelembagaan didasarkan pada peran atau fungsi keilmuan tersebut pada aplikasi dan bukan pada kesamaan atau kemiripian materi kajian keilmuan.Hal ini telah mengakibatkan pemborosan sumberdaya terutama fasilitas laboratorium dan sumberdaya manusia khususnya staf pengajar. Laboratorium merupakan sumber belajar suatu Program Studi akan memiliki fasilitas dan desain yang sama dengan laboratorium Program Studi lainnya yang memiliki kesamaan atau kemiripan materi kajian.Hal ini terjadi pada keilmuan Kimia yaitu tergabung dalam Fakultas Matametika dan Ilmu Pengetahuan Alam untuk Program Studi Kimia, dan Program Pendidikan Kimia tergabung dalam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, serta Kimia Teknik tergabung dalam fakultas teknik atau lembaga tersendiri. Pengelolaan kelembagaan yang demikian itu telah berakibat pada pemborosan sumberdaya yaitu suatu Perguruan Tinggi akan memiliki sarana dan parasarana laboratorium yang sama pada beberapa fakultas, demikian pula untuk tenaga pengajar. Selanjutnya, keilmuan kimia pada Pendidikan Tinggi Kimia Indonesia terus menurun peminatnya dari tahun ke tahun karena keilmuan kimia tetap konsisten sebagai ilmu dasar dan enggan melanjutkan kajian pada terapan langsung terkait kebutuhan mahluk hidup.Dalam filsafat ilmu, ilmu kimia menempati seluruh strata ilmu pengetahuan yaitu mulai dari perihal mendasar hingg aplikatif, namun pada kenyataannya hanya peran sebagai dasar keilmuan untuk aplikatif. Jika kita menelaah lebih detail definisi ilmu kimia yaitu mengkaji materi dan perubahannya, seharusnya tidak terbatas pada materi yang namanya atom, unsur, dan senyawa, akan tetapi seluruh materi di jagat ini melibatkan proses perubahan kimia dan fisika. Karena itu sangatlah mudah merumuskan Program Studi Kajian Kimia yang berorientasi pada terapan langsung yang terkait dengan kebutuhan mahluk hidup.Terapan-terapan kimia secara langsungsaat ini justru muncul bukan dari para ahli kimia tetapi dari para pemanfaat ilmu kimia.Oleh karena itu diperlukan pemikiran baru tentang pengembangan Pendidikan Tinggi Kimia di Indonesia, antara lain membentuk Fakultas Kimia yang mengelola Program Studi-Program Studi berbasis keilmuan kimia dan terus mengembangkan Program Studi Baru tentang Kimia yang terkait secara langsung dengan kebutuhan masyarakat.Pengkajian perihal tersebut dapat dimulai dari pembentukan wadah asosiasi untuk keperluan diskusi para ahli kimia di Indonesia dalam mengembangkan kelembagaan Pendidikan Tinggi Kimia di Indonesia.
I. PENDAHULUAN Ilmu Kimia mempelajari tentang materi dan perubahannya.Materi yang dikaji dalam konteks ilmu kimia mulai dari atom, unsur, dan senyawa.Berbagai konvensi akhirnya harus disepakati oleh ilmuan kimia dalam mengkaji atom dan unsur karena perihal tersebut sangat penting untuk pengkajian lanjutan.Pengkajian atom sangat mendasar sehingga terungkap struktur atom dengan berbagai penyusunnya. Pengkajian-pengkajian struktur atom berorientasi pada pemahaman sifat yang dimiliki oleh suatu unsur sehingga akan lebih mudah memahami perubahannya. Perubahan dari atom menjadi unsur, dan unsur membentuk molekul sederhana, dan molekul sederhana menjadi molekul besar atau makromolekul merupakan kajian ilmu kimia.Akhirnya para ilmuan kimia memahami secara baik tentang atom dan isinya, hubungan atom dan unsur, hubungan unsur dengan molekul sederhana, hubungan molekul sederhana dan makromolekul.Pengetahuan ini diabadikan oleh para lembaga pendidikan tinggi ilmu kimia dalam berbagai jenjang studi. Para ilmuan kimia puas dengan keilmuannya dapat memahami proses perubahan materi-materi tersebut yang selalu disumbangkan kepada ilmu terapan, tanpa berpikir untuk melanjutkan pengkajiannya yang kelak dapat dinikmati secara langsung oleh manusia lain yang tidak memahami kimia. Sejak Ilmu Kimia dilantik sebagai ilmu dasar, maka para ahli kimia seolah hanya berpikir bagaimana mengungkap tabir alam ini dalam bentuk bahasa kimia yang ditujukan pada kepentingan ilmu lain. Ilmu Pengetahuan yang dilantik sebagai ilmu dasar adalah Ilmu Kimia, Ilmu Fisika, Ilmu Biologi, dan Ilmu Matematika.Keempat keilmuan tersebut digabung secara kelembagaan yang disebut dengan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.Apakah definisi alam memang hanya berupa fisik, sedang non fisik boleh tidak masuk kategori alam seperti ilmu
16
ISBN : 978-602-19421-0-9 Prosiding Seminar Nasional Kimia 2013 sosial.Penggabungan kelembagaan pendidikan berdasarkan perannya yang selama ini dianut apakah telah benar.Keempat ilmu dasar tersebut digabung karena peran mereka sebagai ilmu dasar dan bukan karena adanya kemiripan materi kajian.Hal ini telah mengakibatkan pemborosan pembiayaan kelembagaan karena laboratorium yang merupakan ciri khas keilmuan tersebut tidak memiliki kesamaan antara satu dan lainnyya sehingga masing-masing wajib memiliki laboratorium. Banyak keilmuan lain yang diklaim berbeda dengan kimia tetapi memiliki kesamaan laboratorium, sehingga jika keilmuan ini digabung secara kelembagaan dapat menghemat anggaran yaitu laboratorium dan tenaga pengajar. Lembaga Pendidikan Tinggi Kimia di Indonesia yang menggunakan ilmu Kimia sebagai dasar kajiannya adalah Program Studi Kimia, Program Studi Pendidikan Kimia, Program Studi Teknik Kimia, Program Studi Petro dan Oleo Kimia, Program Studi Industri Kimia Perkebunan, Program Studi Analisis Kimia, dan berbagai keilmuan lain dengan > 50 % keilmuan kimia untuk menunjang kompetensi yang ingin dicapai, tetapi tidak menggunakan nomenklatur kimia dalam program studinya. Program Studi yang kimia tersebut secara kelembagaan terpisah bahkan antara ahli kimia dari masing-masing kelembagaan kimia tersebut saling pro-kontra, yaitu kaum kimia yang dilahirkan dari Program Studi Kimia Murni tidak jarang melecehkan lulusan Program Studi Kimia yang lain yang bukan Kimia murni. Berdasarkan pengamatan tersebut maka perlu pemikiran baru tentang pengembangan keilmuan kimia dalam konteks kelembagaan pendidikan dan juga dalam konteks perluasan materi pengkajian.
II. KEDUDUKAN ILMU KIMIA DALAM FILSAFAT ILMU Ilmu Kimia mengkaji tentang materi dan perubahannya yaitu berupa materi dan perubahan yang sangat mendasar dalam kehidupan ini.Materi yang dimaksud dimulai dari atom beserta penyusunnya, unsur, molekul sederhana/mikromolekul, hingga pada molekul besar/makromolekul.Perubahan yang dikaji adalah dari atom membentuk unsur, dari unsur membentuk molekul sederhana/mikromolekul, dari molekul sederhana/mikromolekul membentuk molekul besar/makromolekul serta perubahan sebaliknya.Setiap perubahan dari status materi satu ke status materi lainnya melibatkan perubahan kimia dan perubahan fisika secara bersamaan.Kedua perubahan tersebut tidak mudah untuk dipelajari secara bersamaan sehingga terbentuk dua keilmuan yang mendasar yaitu ilmu Kimia dan Fisika. Kedua ilmu pengetahuan tersebut yang mendasari keilmuan lain di alam semesta ini sehingga terbentuklah kemajuan demi kemajuan dalam peradaban umat manusia. Kedudukan Ilmu Kimia dalam filsafat ilmu berada pada tempat yang paling mendasar bersama ilmu fisika dan matematika hingga pada seluruh strata ilmu pengetahuan. Secara sederhana dapat digambarkan melalui struktur mahluk hidup yaitu mulai dari mikromolekul bergabung secara kimia dan secara fisika membentuk molekul besar dan atau membentuk kumpulan molekul besar dan kecil dengan menghasilkan karakter tertentu yang disebut dengan sel, dan selanjutnya antara sel satu dan sel lainnya membentuk kumpulan baru yang teratur dengan karakter tertentu dan baru yang disebut dengan jaringan. Sejak kumpulan materi yaitu kumpulan molekul kecil dan molekul besar membentuk sel mahluk hidup telah terbentuk sifat baru yaitu sifat biologi, dan pada keadaan ini terbentuklah ilmu pengetahuan yang baru yaitu ilmu Biologi. Materi yang namanya molekul merupakan gabungan unsur dan proses pembentukannya telah dikaji secara baik oleh kimia, dan selanjutnya kumpulan molekul yang menghasilkan sifat atau karakter tertentu yang disebut sel untuk memahaminya melibatkan ilmu fisika dan matetika. Ilmu kimia seakan berhenti kajiannya setelah berhasil mengurai secara tuntas mekanisme pembentukan dan pemecahan molekul, sedangkan kehidupan adalah interaksi antar molekul, interaksi antar kumpulan molekul, dan interaksi kumpulan molekul dengan kumpulan molekul lainnya.Apakah memang kajian kimia hanya berhenti pada skala molekul, dan tidak ingin terlibat pengkajian karakter baru dari hasil penggabungan antara kumpulan molekul satu dengan kumpulan molekul lain, bahkan apakah hanya mengkaji satu mol dan satu molekul tetapi bukan banyak molekul.Ilustrasi kedudukan Ilmu Kimia dalam filsafat ilmu pengetahuan ditunjukkan pada Gambar 2.1.berikut ini:
17
ISBN : 978-602-19421-0-9 Prosiding Seminar Nasional Kimia 2013
Gambar 2.1. Kedudukan Ilmu Kimia daalam filsafat Ilmu Pengetahuan Pengertian materi dalam konteks ilmu kimia terbatas pada atom, unsur, dan molekul, sedangkan materi baru hasil kombinasi antar jenis molekul cenderung tidak dikaji secara kimia.Apakah memang perubahan tersebut tidak mengalami sifat kimia baru sebagai akibat interaksi fisika. Jika dipelajari secara struktur molekul organik, maka seluruh interaksi akan memberikan efek yang artinya terjadi perubahan sifat kimia yang baru. Kajian ilmu kimia selama ini berhenti di tepi jalan, bahkan ditepi jurang dan tidak masuk dalam arena kehidupan nyata. Para ahli kimia mengkaji proses sintesis molekul baru atau pemecahan molekul dengan perhatian penuh pada mekanisme proses serta perubahan kimia dan fisika yang menyertainya. Pengkajian paling jauh adalah mengungkap karakter tertentu suatu molekul yaitu karakter yang terkait dengan kemungkinan potensi untuk sesuatu, tetapi enggan melakukan uji yang sesungguhnya terhadap potensi molekul tersebut.Hasil kajian tertehenti pada pembuatan sesuatu yang berpotensi untuk sesuatu, sedangkan definisi potensi adalah kemampuan yang terpendam. Makin tinggi kemampuan tentang ilmu kimia seseorang makin takut melaksanakan riset yang terkait dengan kehidupan nyata, dan pada akhirnya peminat ilmu Kimia semakin menurun dan bahkan masuk pada Program Studi Ilmu Kimia bukan karena minat tetapi karena lebih berpeluang lulus masuk karena peminat sepi. Para juara olimpiade Kimia di dunia, adakah mereka yang melanjutkan pendidikan tinggi pada ilmu kimia?, jika tidak maka semakin hari ilmu kimia semakin menakutkan. Sekitar 90 % manusia mungkin tidak menyadari bahkan tidak mengakui bahwa perkembangan peradaban ini berasal dari perkembangan pengetahuan ilmu kimia dan fisika, bahkan kemungkinan termasuk manusia yang telah memilih kimia sebagai keahliannya juga tidak menyadari jasa kedua ilmu pengetahuan tersebut.Para penganut ilmu
18
ISBN : 978-602-19421-0-9 Prosiding Seminar Nasional Kimia 2013 kimia menyadari bahwa ilmu kimia memiliki peran penting dalam kehidupan di alam semesta ini setelah ilmuan tersebut pengetahuannya telah mencapai pemahaman tingkat tinggi, tetapi sang ilmuan tidak mampu untuk mengkomunikasikannya secara sederhana kepada halayak tentang pentingnya ilmu kimia dalam kehidupan ini, dan akibatnya tingkat pentingnya ilmu kimia di alam semesta ini hanya diketahui oleh para ilmuan kimia itu sendiri. Karyakarya ilmuan kimia hasil penemuan para ahlinya hanya dikomunikasikan kepada para ahli kimia lainnya dan paling jauh kepada para pemerhati ilmu kimia, terlebih karya-karya tersebut sangat mendalam sehingga tidak mudah untuk difahami oleh halayak.Kaitan kimia dan kehidupan sehari-hari kita tidak mampu menguraikannya secara teknik dan keilmuan sehingga peminat ilmu kimia terus merosot, terlebih sifat pragmatis manusia semakin meningkat. Akankah Ilmu Kimia itu punah, siapa yang bertanggung jawab, tentu barisan pertama adalah guru Kimia yang kadang dilecehkan oleh ahli kimia yang lulusan non keguruan yang menganggap diri menguasai kimia secara paripurna, lalu sejauh ini apakah ia telah memberikan kemanfaatan pada orang lain dibandingkan guru kimia. Jadi guru kimia adalah barisan utama pelestari ilmu kimia di dunia ini.
III. PENGEMBANGAN-PENGEMBANGAN ILMU KIMIA 3.1. Pengembangan Kelembagaan Pendidikan Tinggi Keputusan DIKTI Tahun 2007 menguraikan bahwa Lembaga Pendidikan Tinggi yang menyelenggarakan Pendidikan Kimia berbasis ilmu Kimia dan mengunakan nomenklatur Kimia adalah: 1. Program Studi Kimia jenjang DIII, S1, S2, S3 dengan Kode Bidang Ilmu, C 2. Program Studi Pendidikan Kimia jenjang S1, S2, S3 dengan kode Bidang Ilmu, L 3. Program Studi Teknik Kimia jenjang S1, S2, S3 dengan kode bidang ilmu, B 4. Program Studi Analisis Kimia jenjang DIII dengan kode bidang ilmu, B 5. Program Studi Petro dan Oleo Kimia jenjang DIII dengan Kode Bidang Ilmu, B 6. Program Studi Industri Kimia Perkebunan jenjang DIII dengan kode bidang ilmu, D Berdasarkan kode bidang ilmu dapat disimpulkan bahwa secara kelembagaan berbagai Program Studi tersebut berada pada Fakultas yang berbeda dan juga dalam rumpun ilmu yang berbeda. Kode C merupakan bidang Ilmu MIPA/sains, Kode B bidang Ilmu Teknik/Keteknikan, kode L bidang ilmu Pendidikan dan Keguruan, dan kode D bidang ilmu-ilmu pertanian. Pengelompokan rumpun ilmu dilakukan berdasarkan fungsi/peran keilmuan tersebut pada masyarakat dan tidak berdasarkan pada rumpun atau kesamaan/kemiripan ilmu yang dikaji. Program Studi Kimia yang diartikan sebagai Kimia Murni atau Kimia Sains dikelola pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam atau FMIPA. Pengelompokan kelembagaan ini didasarkan pada peran atau fungsi keilmuan Kimia yaitu sebagai Ilmu Dasar untuk ilmu terapan, bersama dengan Program Studi Biologi, Fisika, dan Matematika, bahkan bersama beberapa Program Studi lainnya yang dipandang memiliki kajian sains murni untuk mencapai kompetensinya. Keempat Program Studi tersebut memiliki materi kajian yang cukup berbeda sehingga diperlukan sumberdaya yang berbeda pula yaitu sumberdya fasilitas khususnya laboratorium dan staf pengajar atau sumberdaya manusia. Selanjutnya, untuk Program Studi Pendidikan Kimia/Kimia Pendidikan dikelola dalam bidang ilmu keguruan bersama berbagai Program Studi lainnya yang juga berperan dalam pengajaran. Pada Program Studi Kimia Pendidikan memerlukan laboratorium dan staf pengajar yang sama persis dengan Program Studi Kimia Murni/Sains. Program Studi Teknik Kimia dan Analisis Kimia masuk dalam rumpun ilmu Teknik atau keteknikan sehingga kelembagaannya masuk pada Fakultas Teknik, kecuali Perguruan Tinggi tertentu yang tidak menggunakan istilah Fakultas Teknik tetapi menggunakan istilah Fakultas Teknik Kimia dan lain-lain. Program-Program Studi tersebut pada dasarnya dapat dikelola dalam satu manajemen atau fakultas jika ditinjau dari segi kemiripan keilmuan yang dikaji. Konsekuensi pengelompokan keilmuan pada kelembagaan pendidikan berdasarkan peran/fungsi, dan tidak berdasarkan kesamaan atau kemiripan materi keilmuan yang dikaji telah berakibat pada pemborosan penggunaan sumberdaya baik itu sumberdaya manusia maupun fasilitas.Ditinjau dari segi laboratorium terhadap beberapa Program Studi tersebut memiliki kesamaan jenis peralatan, jenis bahan praktikum, dan kesamaan desain laboratorium yang diperlukan. Jika pengelompokan kelembagaan pendidikan dilakukan berddasarkan kesamaan atau kemiripan keilmuan yang dikaji, akan dapat menghemat anggaran jika berada pada manajemen yang sama misalnya fakultas. Selanjutnya, ditinjau dari segi sumberdaya manusia, staf pengajar keahlian tertentu dapat menjadi pengajar lintas program studi karena memiliki kesamaan atau minimal kemiripan materi ajar.Dengan demikain kebutuhan-kebutuhan sumberdaya terutama fasilitas laboratorium yang merupakan ciri khas Program Studi Keilmuan Kimia, kebutuhan anggaran dapat diminimalisir dibandingkan dengan manajemen terpisah.Selain itu, penyatuan secara kelembagaan pendidikan tinggi kimia berdasarkan kesamaan atau kemiripan keilmuan yang dikaji dapat dengan mudah menghasilkan inspirasi pembuatan program studi baru berdasarkan kebutuhan masyarakat terhadap keilmuan tersebut. Berdasarkan uraian tersebut, kelembagaan Pendidikan Tinggi sebaiknya dilakukan berdasrkan kesamaan atau kemiripan materi kajian sehingga dapat menghemat sumberdaya, yaitu sumberdaya manusia dan fasilitas pembelajaran. Hubungannya dengan hal tersebut, maka selayaknya adanya Fakultas Kimia yang mengelola beberapa Program Studi berbasis kimia dengan menggunakan istilah: a. Program Studi Kimia Sains
19
ISBN : 978-602-19421-0-9 Prosiding Seminar Nasional Kimia 2013 b. Program Studi Kimia Pengajaran c. Program Studi Kimia Teknik d. Program Studi Kimia Petro dan Oleo e. Program Studi Kimia Industri Perkebunan f. Program Studi dengan basis kimia > 50 % (Farmasi, Metalurgi, Material, dll) Saran terkait dengan pengembangan kelembagaan pendidikan tinggi ilmu kimia Indonesia adalah: a. Komunitas Kimia Indonesia segera membuat suatu wadah baru untuk diskusi pengkajian kebijakan-kebijakan Pendidikan Tinggi Kimia Indonesia, yang disebut dengan Asosiasi Pendidikan Tinggi Kimia Indonesia (APTKI) yang beranggotakan seluruh lembaga pendidikan tinggi yang menyelenggarakan Program Studi Kimia (Kimia Sains, Kimia Pengajaran/Pendidikan, Kimia Teknik, dll) b. Pemerintah Indonesia melalui Dinas Pendidikan Provinsi masing-masing untuk memberikan beasiswa S1, S2, dan S3 kepaada pemenang Olimpiade Kimia jika melanjutkan pendidikan pada Program Studi Kimia (Kimia Sains, Kimia Teknik, Kimia Pengajaran, dll) c. Segera mengusulkan pembentukan Fakultas Kimia yang mengelola berbagai Program Studi Kimia dan Program Studi yang memanfaatkan ilmu Kimia sebagai ilmu dasarnya dengan porsi > 50 %. 3.2. Pengembangan Materi Kajian Kimia pada Lembaga Pendidikan Tinggi Pengembangan Ilmu Kimia melalui pengembangan kelembagaan yang disebut dengan Program Studi sangat tidak produktif di Indonesia yaitu tidak adanya Program Studi Baru Kimia yang dirumuskan oleh para ahli kimia.Program Studi Kimia yang dianggap mengkaji kimia hanyalah Program Studi Kimia Murni dan Program Studi Pendidikan Kimia, sedangkan Program Studi dengan kode keilmuan B dan D tidak termasuk kategori Ilmu Kimia, tetapi menggunakan ilmu kimia untuk mencapai kompetensinya.Pemahaman ilmu kimia oleh para ahli kimia sebenarnya tidak diragukan lagi, namun tetap konsisten pada kajian dasar kimia dan enggan memanfaatkan ilmu kimia dalam kehidupan ini. Sikap konsisten terhadap batasan kajian kimia perlu diberikan apresiasi tetapi sayangnya peminat ilmu Kimia semakin menurun dan bukan tidak mungkin akan punah. Ilmu kimia akan bangkit melalui para ilmuan terapan karena penggunaan ilmu kimia oleh mereka bersifat kebutuhan sehingga dengan mudah belajar secara autodidak belajar kimia yaitu belajar dasar dan terapkan. Para ahli kimia tetap menganggap ada batasan kewenangan belajar tidak boleh dilanggar seolah ada undang-undang yang mengaturnya sehingga jika dilanggar akan terkena pasal layaknya undang-undang anti korupsi. Kedudukan ilmu kimia dalam filsafat ilmu cukup jelas, bahwa peran kimia dalam kehidupan sangat dominan, sehingga akan mudah merumuskan program studi baru kimia yang dapat berguna dalam pelayanan pada kehidupan mahluk hidup. Pengetahuan dan Ketrampilan seorang ilmuan kimia tidak terpisahkan, tetapi pengetahuan dan ketrampilan tersebut hanya diperlukan untuk kepentingan ilmu pengetahuan saja, dan bukan untuk aplikasi.Jika diamati materi kimia, tidak demikian halnya dan justru sebaliknya. Karena itu para ahli kimia rumuskanlah Program Studi Baru Kimia yang akan berperan membantu dalam kehidupan nyata. Banyak kesalahan ilmuan terapan dalam menerapkan keilmuannya sebagai akibat rendahnya pemahamannya dalam ilmu Kimia. Contoh, misalnya kesehatan itu sangat terkait dengan proses kimiawi dalam sel, jaringan, dan organ yang membentuk satu kesatuan. Satu kesalahan kimiawi dalam proses tersebut akan berpengaruh pada kesehatan, dan jika tidak memahami secara mendalan akan kesalahan proses kimiawi tersebut akan menyebabkan keselahan tindakan perbaikan misalnya pemberian molekul kimia untuk peerbaikan tetapi dalam waktu yang sama merusak proses kimiawi yang lain dan akibatnya sembuh dari satu penyakit dan masuk pada 3 penyakit lainnya. Berdasarkan uraian tersebut, maka saran untuk pengembangan keilmuan Program Studi Kimia di Indonesia adalah Pembuatan Program Studi Baru bidang Kimia yaitu: Program Studi Profesi Kimia dan Program Studi Kimia Terapan. Ciri khas Program Studi Profesi adalah berperan secara ahli dan profesional dalam pelayanan jasa kepada masyarakat individual atau pada masyarakat kelompok/institusi.Profesi kimia terkait dengan keahlian pelayanan jasa meliputi kebenaran analisis kimia terhadap berbagai obyek, kebenaran dan keamanan prosesing pembuatan terhadap suatu produk kimia, dan lain-lain. Seluruh profesi yang telah ada tidak berarti profesi tersebut tidak difahami oleh keilmuan lain, tetapi kewenangan profesi hanya berdasarkan oleh peraturan perundang-undangan. Misalnya saja profesi apoteker yang berwewenang pada penjaminan mutu produk farmasi mulai dari pembuatan, distribusi, penggunaan khususnya produk obat, dan pengawasan keamanan produk yang telah beredar.Seorang kimiawan pasti memahami mutu pembuatan produk, distribusi produk, dan keamanan kualitasi produk yang beredar, kecuali penggunaan produk obat.Keahlian kimia hanya tidak memiliki kewenangan tentang perihal tersebut sehingga tidak tercatat sebagai profesi kimia. Selanjutnya, kimia terapan yaitu pemanfaatan kimia dalam kehidupan sehari-hari. Kimia dalam bahasa Indonesia berarti proses dan bahan. Kimia terapan dapat memanfaatkan proses atau bahan sebagai terapan kebutuhan langsung pada mahluk hidup. Kimia tarapan bukan dalam arti sumbangannya terhadap ilmu lain, tetapi pemanfaatan secara langsung terhadap kebutuhan mahluk hidup.
20
ISBN : 978-602-19421-0-9 Prosiding Seminar Nasional Kimia 2013 IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan a. Ilmu kimia merupakan ilmu pengetahuan sangat penting dan mendasar dalam ilmu pengetahuan dan juga terhadap seluruh kehidupan di alam semesta b. Pengelolaan kelembagaan Pendidikan Tinggi Kimia di Indonesia belum tepat yang menyebabkan pemborosan penggunaan sumberdaya c. Peminat ilmu kimia semakin menurun di Indonesia dan terancam punah d. Program Studi kimia masih dapat dikembangkan dalam bentuk Program Studi Baru yang bersifat terapan dan profesional 4.2.
Saran-Saran Komunitas Kimia segera membentuk wadah pengkajian pengembangan Pendidikan Tinggi Kimia yang disebut dengan Asosiasi Pendidikan Tinggi Kimia Indonesia (APTKI) b. Para ahli kimia segera mengadakan pengkajian pembuatan program Studi Baru Kimia yang terkait langsung dengan kebutuhan masyarakat c. Pemerintah perlu memberikan beasiswa S1, S2, S3 pada siswa pemenang olimpiade Kimia jika melanjutkan pendidikan pada Program Studi Kimia (Kimia Sains, Kimia Pendidikan, atau Kimia Teknik) a.
21