Journal of Islamic Education Management ISSN: 2461-0674
76
Esensi Tranformasi Sistem Sentralisasi-Desentralisasi Pendidikan Dalam Pembangunan Masyarakat Kris Setyaningsih Program Studi Manajemen Pendidikan Islam UIN Raden Fatah Palembang E-mail :
[email protected] Abstrak: Negara Indonesia yang terdiri dari beberapa pulau dengan kultur dan geografis yang bermacam-macam. Kultur dan geografis yang bermmacam-macam tersebut telah membentuk setiap daerah dalam keunikan dan potensi masing-masing. Keunikan dan potensi yang tergambar dari sumber daya dan kehidupan setiap daerah tersebut. Untuk mengoptimalkan dari setiap keunikan dan potensi yang dimiliki masing-masing daerah dibutuhkan sumber daya manusia yang sesuai dan kompeten. Sumber daya manusia yang memahami setiap kesempatan dari keunikan dan potensi yang dimiliki daerah, khususnya sumber daya manusia lokal. Jalan keluar dari pemenuhan sumber daya manusia yang mampu mendukung pembangunan daerah dengan mengoptimalkan keunikan dan potensi adalah lembaga pendidikan. Mengacu dari bahwa daerah setiap daerah memiliki keunikan dan potensi sendiri-sendiri, maka dirubahlah sistem pendidikan yang tadinya sentralisasi menjadi desentralisasi. Dimana pengelolaan lembaga pendidikan diserahkan kepada daerah masing-masing khususnya berkaitan dengan tujuan lembaga pendidikan. Tujuan lembaga pendidikan seyogyanya mampu mendukung usaha pembangunan daerah setempat. Kata Kunci: Sentralisasi, Desentralisasi, Pendidikan, dan Kemajuan Masyarakat Abstract: Country of Indonesia consisting of several islands with various culture and geography. Such diverse culture and geography have shaped each region in their unique and potential. The uniqueness and potential of the resources and life of each region. To optimize from each unique and potential owned by each region needed appropriate and competent human resources. Human resources who understand every opportunity of the uniqueness and potential of the region, especially local human resources. The way out of the fulfillment of human resources capable of supporting regional development by optimizing the uniqueness and potential is educational institutions. Referring to that the area of each region has its own unique and potential, then changed the education system that had been centralized into decentralization. Where the management of educational institutions submitted to their respective areas in particular related to the purpose of educational institutions. The purpose of the educational institution should be able to support the local development efforts. Keywords: Centralization, Decentralization, Education, and Community Progress
Latar Belakang
ribuan pulau dan kepulauan. Letaknya
Indonesia adalah Negara besar
sangat strategis di antara benua Asia
yang berpenduduk lebih dari 220 juta
dan Australia dengan iklim tropis
jiwa dengan wilayah yang terdiri dari
memiliki dua musim, yaitu musim
El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
77
Juni 2017, Vol. 3 No. 1, pp 76-94
penghujan
dan
musim
kemarau.
seperti Amin Rais, gerakan untuk
Indonesia kaya dengan sumber-sumber
menunutut perubahan yang mendesak
daya alam baik dalam bumi berupa
terhadap
hasil-hasil pertambangan, di atas bumi
pemerintah yang tidak popular di mata
tanam-tanaman sumber bahan makanan
masyarakat mulai berkumandang di
dan industri, dan dalam laut berupa
seluruh penjuru tanah air. Rezim Orde
bermacam-macam biota laut.
Baru yang memerintah lebih dari 30
Kondisi bangsa yang semakin terpuruk
dalam
berbagai
tahun
berbagai
(1965-19970
kebijakan
yang
mustahil
dimensi
untuk dilengserkan berhasil dibuat
kehidupan yang ditandai dengan krisis
tidak berdaya oleh suara lantang rakyat
ekonomi serta krisis multi dimensi
dan mahasiswa. Karena suara rakyat
membuat masyarakat Indonesia tidak
yang tertindas adalah suara Tuhan, ini
sanggup menanggung beban hidup
yang
yang semakin menghimpit. Berbagai
perubah-an semakin kuat dari stiap
persoalan hidup bermunculan seperti
bangsa Indonesia.
membuat
gerakan
menuntut
kemiskin-an, pengangguran, bencana
Alhasil, perjuangan untuk menuntut
alam, kriminalitas, harga bahan pokok
perubahan di negeri ini dapat diraih
semakin
serta
biaya
melalui pemagzulan pemerintah yang
semakin
tinggi.
sedang berkuasa yang ditandai dengan
Setelah merdeka, bebas dari penjajahan,
runtuhnya rezim orde baru walaupun
pembangunan Indonesia dimulai melalui
harus mengorbankan jiwa dan raga.
tiga periode : 1956-1965 di bawah
Dari sinilah muncul berbagai ide untuk
pemerintahan presiden Soekarno, 1967-
lebih memaksimalkan pembangunan
1997 di bawah pemerintahan orde baru
bangsa yang adil dan merata.
pendidikan
melonjak, yang
rezim Suharto, dan periode reformasi
Daerah-daerah
mulai
berani
sekarang yang belum jelas hasil-hasil
menuntut
pembangunannya.
daerah. Mereka melihat bahwa sitem
Hal ini menggugah jiwa patriotis dari
kalangan
mahasiswa
haknya,
yakni
otonomi
sentralistik yang selama ini dijalankan
dan
tidak berhasil membawa Indonesia
masyrakat. Dipelopori oleh mahasiswa
kearah yang lebih baik. Pembangunan
yang didukung oleh beberapa tokoh
lebih banyak di pusat atau daerah
El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
Journal of Islamic Education Management ISSN: 2461-0674
78
tertentu sedangkan daerah penghasil
Development Indeks (HDI) masyarakat
devisa besar justru terbelakang.
Indonesia yang menjadi salah satu
Berbagai desakan dilakukan oleh
indikator mutu pendidikan di Indonesia
daerah termasuk mengancam keluar
jauh tertinggal dari negara-negara lain
dari NKRI jika tuntutan mereka tidak
di Asia. Kondisi rendahnya mutu
dipenuhi.
pendidikan
Akhirnya
UU
otonomi
ini
disebabkan
oleh
daerah oleh pemerintah dan DPR
kebijakan pembangunan di bidang
disepakati untuk disahkan maka pada
pendidikan yang
tahun 1999 yaitu UU No 22/1999.
input-output dengan analisis cenderung
Dengan
diberlakukannya
dilaksana-kan
daerah,
maka
mengurus
otonomi
wewenang
daerah
untuk
sendiri
Seiring otonomi
dengan
daerah,
pelaksanaan
persoalan
demi
secara
birokratik-
sentralistik.
mulai
dirancang oleh masing-masing daerah.
berorientasi pada
Oleh
karena
itu
paradigma
pembangunan pendidikan perlu di ubah sebagaimana telah diamanatkan Undangundang
yaitu
perubahan
paradigma
persoalan mulai muncul. Isu sumber
sentralistik kearah desentralisasi dengan
daya manusia yang sangat minim
berbasis masyarakat. Pendidikan berbasis
menjadi penyebab utama. Demikian
masyarakat merupakan salah satu solusi
halnya dengan persoalan pendidikan
alternatif untuk meningkatkan mutu
yang mana turut menjadi wewenang
pendidikan di Indonesia. Lebih tepat
daerah
lagi, pendidikan berbasis masyarakat
menjadi
pro-kontra
di
akan
masyarakat.
mampu
mendongkrak
dan
bahwa
mendorong kemajuan setiap daerah
pendidikan mengambil peran penting
sesuai dengan keunikan sumber daya
dalam
yang
Tidak
bisa
dibantah
mencerdaskan
berbangsa
saat
ini.
kehidupan Akan
tetapi
mereka
pendidikan
miliki.
seyogyanya
Untuk
itu,
memiliki
berbagai upaya yang telah pemerintah
relevansi langsung dengan kebutuhan
lakukan untuk meningkatkan mutu
masyarakat yang sebenarnya berdasar-
pendidikan belum menunjukkan hasil
kan dengan sumber daya yang ada.
Laporan
Krisis ekonomi yang dimulai
UNDP menunjukkan angka Human
dengan krisis moneter 1997 tidak
yang
memuasklan.
Dari
El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
Juni 2017, Vol. 3 No. 1, pp 76-94
79
kunjung pulih, di mana negara-negara
otonomi
Asia lainnya telah pulih hanya dalam 2-
menimbulkan fragmentasi kebijakan
3 tahun. Dalam kondisi seperti ini,
pendidikan nasional, walaupun hanya
sektor pendidikan mengalami tantangan-
terbatas pada pendidikan tingkat dasar
tantangan yang besar, ditambah lagi
dan menengah. 3) Ada pendapat untuk
dengan adanya tuntutan-tuntutan dari
mengatasi
perubahan-perubahan
pendidikan, kita harus kembali pada
lingkungan
daerah
tidak
kemandekaan
boleh
pemikiran
gelobal, bergesernya ekonomi industri
pemikiran
ke ekonomi pengetahuan (knowledge
Dewantara dan Muhammad Syafei.
economy) , inovasi dan kemajuan
Pemikiran itu pada masa lalu timbul
teknologi yang mempengaruhi tuntutan
dalam
pendidikan, tuntutan kompetensi dalam
cooperation
dunia kerja yang berubah, berkembang-
Belanda, dan untuk menumbuhkan
nya otonomi daerah yang tidak hanya
nasionalisme
sekedar aspek politik, tetapi harus
mencapai kemerdekaan. Sekarang baik
mempunyai
dan
lingkungan
nasional
dan
sumber-
lingkungan
global
sudah
manfaat
pembangunan
ekonomi
umumnya;
pendidikan
semangat
Ki
politik
terhadap
Hadjar
non-
penjajahan
dalam
perjuangan
maupun sangat
sumber daya alam yang makin terbatas,
berbeda. Indonesia sudah merdeka 71
dan lain-lain.
tahun. 4) Konsep dan pelaksanaan
Untuk itu diperlukan paradigma
pendidikan di Eropah didasarkan pada
baru dalam bidang pendidikan dari
pada Link and Match antara Sekolah
tingkat
sampai
atau University dan Industry modern,
pendidikan tinggi. Paradigma baru
antara dunia pendidikan dengan dunia
tersebut
mungkin
menyangkut
kerja; di Cina adalah belajar selama
pemikiran
tentang
masalah-masalah
hidup atau LLL ( Life Long Learning)
Perkembangan
dan tepat waktu atau Just in Time
pemikiran pendidikan di Indonesia
Learning (JiTL), di Jepang kreativitas
semenjak kemerdekaan hingga saat ini
dan praktik dari sekolah dasar sampai
tampaknya belum menemukan konsep
perguruan tinggi. Di Indonesia konsep
pendidikan
digunakan
dan pelaksanaannya bagaimana? Kalau
dalam jangka panjang. 2) Adanya
kita mau mencontoh, yang mana yang
dasar,
berikut
ini:
menengah
1)
yang
dapat
El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
Journal of Islamic Education Management ISSN: 2461-0674
lebih
cocok
Indonesia.
dan
5)
mungkin
Dalam
bagi
kurikulum
Sentralisasi
adalah
80
seluruh
wewenang terpusat pada pemerintah
pendidikan kita mana yng lebih baik:
pusat.
menggunakan kurukulum leading atau
instruksi dari pusat untuk melaksana-
following. Perlu diperhatikan dalam
kan kebijakan-kebijakan yang telah
kurikulum, apakah strateginya banyak
digariskan
tapi dapat sedikit, atau sedikit tapi
ekonomi manajemen sentralisasi adalah
dapat banyak? Jangan bebani murid-
memusatkan semua wewenang kepada
murid sekolah dengan terlalu banyak
sejumlah kecil manager atau yang
pelajaran, dan adanya anggapan bahwa
berada di suatu puncak pada sebuah
beberapa
struktur organisasi. Sentralisasi banyak
mata
overlaping
antara
menengah
pertama
pelajaran
yang
sekolah
dasar,
dan
menengah
Daerah
tinggal
menurut
digunakan
menunggu
UU.
pemerintah
Menurut
sebelum
otonomi daerah. Kelemahan sistem
lanjutan. 6) Antara pendidikan dan
sentralisasi
kebudayaan sesungguhnya tidak dapat
kebijakan dan keputusan pemerintah
dipisahkan tidak hanya dalam konsep
daerah dihasilkan oleh orang-orang
tetapi
yang
dalam
kelembagaan,
karena
adalah
dimana
sebuah
berada di pemerintah pusat
budaya itu adalah values bukan hanya
sehingga waktu untuk memutuskan
artifact. 7) Pendidikan adalah human
suatu hal menjadi lebih lama. Sekain
investment antar generasi, karena itu
itu,
perlu strategi jangka panjang, yang
pemerintah
seharusnya tidak terbatas pada periode-
dengan nilai-nilai di suatu daerah
periode satu pemerintahan, apalagi
tertentu.
kebijakan
yang diambil oleh
terkadang
berlawanan
terbatas hanya pada periode seorang menteri. Melalui kajian ke-7 masalah-
Kekuatan Dan Kelemahan Sentralisasi Pendidikan
masalah di atas akan membawa pada konsep pendidikan yang tepat secara untuh, sebagai solusi yang tepat untuk
sebagai
negara
berkembang dengan berbagai kesamaan
ciri sosial budayanya, juga mengikuti
bangsa Indonesia. Konsep Dasar Pendidikan
Indonesia
Sentralisasi
sistem sentralistik yang telah lama dikembangkan pada negara berkembang.
El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
Juni 2017, Vol. 3 No. 1, pp 76-94
81
Konsekuensinya
penyelenggaraan
kelompok kreatif penuh inisiatif dan
pendidikan di Indonesia serba seragam,
impati,
seba
seperti
interpersonal yang memadai sebagai
kurikulum yang seragam tanpa melihat
bekal masyarakat menjadi sangat sulit
tingkat relevansinya bai kehidupan
untuk di wujudkan.
keputusan
dari
atas,
memeliki
keterampilan
anak dan lingkungannya. Konsekuensinya, peran
siswa
posisi
cenderung
dan
dijadikan
Konsep
untuk
mengembangkan
kreatifitas dan minatnya sesuai dengan talenta
yang
dimilikinya.
Adanya
sentralisasi pendidikan telah melahirkan berbagai fenomena, seperti berikut: (1)
Totaliterisme
penyelenggaraan
pendidikan.
(2)
Keseragaman
manajemen,
sejak
perencanaan,
pengelolaan,
dalam
aspek evaluasi,
hingga model pengembangan sekolah dan pembelajaran. (3) Keseragaman pola pembudayaan masyarakat. (4) Melemahnya kebudayaan daerah. (5) Kualitas manusia yang robotic, tanpa
Desentralisasi di Indonesia sudah
demikian,
ada cukup lama, dimulai sejak tahun 1973, yaitu sejak diterbitkannya UU no. 5 tahun 1973 tentang pokok-pokok pemerintahan
daerah
pokok-pokok
otonomi
dan
penyelenggaraan
pemerintahan yang menjadi tugas pusat dan daerah. Dan terdapat pula pada PP No. 45 tahun 1992 dan dikuatkan lagi melalui PP No. 8 tahun 1995.Menurut UU No.22, desentralisasi dikonsepsikan sebagai penyerahan wewenang yang
disertai
pemerintah
oleh
tanggung
jawab
pemerintah
pusat
kepada daerah otonom. Dalam era reformasi deawasa ini, diberlakukan
inisiatif dan kreatifitas. Dengan
Desentralisasi
Pendidikan
sebagai objek agar yang memiliki peluang
Dasar
sebagai
dampak sistem pendidikan sentralistik, makaupaya mewujudkan pendidikan yang dapat melahirkan sosok manusia yang memiliki kebebasan berpikir, mampu memecahkan masalah secara
kebijakan otonomi yang seluas-luasnya dalam
bingkai
Negara
Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Otonomi daerah merupakan distribusi kekuasaan secara vertikal. Distribusi kekuasan itu dari pemerintah pusat
mandiri, bekerja dan hidup dalam
El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
ke daerah,
Journal of Islamic Education Management
82
ISSN: 2461-0674
Desentralisasi ialah pendelegasian
termasuk kekuasaan dalam bidang
wewenang dalam membuat keputusan
pendidikan. Beberapa alasan yang mendasari
dan kebijakan kepada orang-orang pada
(1)
level bawah (daerah). Pada sistem
Mendorong terjadinya partisipasi dari
pendidikan yang terbaru tidak lagi
bawah
menerapkan
perlunya
desentralisasi
secara
lebih
:
luas.
(2)
sistem
pendidikan
prinsip
sentralisasi, melainkan sistem otonomi
demokrasi. (3) Mengurangi biaya akibat
daerah atau otda yang memberikan
alur birokrasi yang panjang sehinmgga
wewenang kepada pemerintah daerah
dapat
untuk
Mengakomodasi
terwujudnya
meningkatkan
efisiensi.
(4)
mengambil
kebijakan
yang
Memberi peluang untuk memanfaatkan
tadinya diputuskan seluruhnya oleh
potensi
pemerintah pusat. Kelebihan sistem ini
daerah
secara
optimal.
(5)
Mengakomodasi kepentingan poloitik.
adalah
(6) Mendorong peningkatan kualitas
kebijakan yang ada di daerah dapat
produk yang lebih kompetitif.
diputuskan di daerah tanpa campur
Desentralisasi Community Based
sebagian
tangan
keputusan
pemerintah
pusat.
dan
Namun
Education mengisyaratkan terjadinya
kekurangan dari sistem ini adalah pada
perubahan
daerah khusus, euforia yang berlebihan
kewenangan
dalam
pemerintah antara lain : a) Perubahan
dimana
berkaitan dengan urusan yang tidak
menguntungkan pihak tertentu atau
diatur oleh pemerintah pusat, secara
golongan serta dipergunakan untuk
otomatis
mengeruk keuntungan para oknum atau
menjadi
tangung
jawab
pemerintah daerah, termasuk dalam
dengan
desentralisasi
Hal dikontrol
ini
Desentralisasi
pelempahan
keharusan
dalam
terjadi
oleh
pengelolaan pendidikan.dalam hal ini wewenang
itu
hanya
pribadi.
pengelolaan pendidikan. b) Perubahan berkenaan
wewenang
karena
pemerinah pendidikan
Rontoknya
sulit pusat. suatu
nilai-nilai
pengelolaan pendidikandan pemerintah
otokrasi Orde Baru telah melahirkan
pusat
suatu
kedaerah
otonom,
yang
visi
yang
baru
mengenai
menempatkan kabupaten / kota sebagai
kehidupan
sentra desentralisasi.
sejahtera ialah pengakuan terhadap
masyrakat
El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
yang
lebih
Juni 2017, Vol. 3 No. 1, pp 76-94
83
hak-hak asasi manusia, hak politik, dan
sejalan dengan prinsip otonomi daerah
hak asasi masyarakat (civil rights).
dan masalah kurang adanya koordinasi
Bangsa Indonesia ingin membangun
dan
suatu
yaitu
demikian
masyarakat demokrasi yang mengakui
beberapa
akan
yang
pemerintah pusat untuk mengendali-
bertanggungjawab. Pada masa orde
kan pendidikan di daerah; daerah tidak
baru hak-hak tersebut dirampas oleh
dapat
mengembangkan
pendidikan
pemerintah.
yang
sesuai
potensinya.
masyarakat
kebebasan
baru
individu
Keadaan ini telah melahirkan suatu
pemerintah
yang
otoriter
sinkronisasi.
Kondisi
dapat hal,
yang
menghadirkan
seperti
:
dengan
kesulitan
Apabila hal ini dibiarkan berbagai akibat yang tidak diinginkan bisa
sehingga tidak mengakui akan hak-hak
muncul.
daerah. Kekayaan nasional, kekayaan
kebijakan pendidikan yang sentralistis,
daerah
tetapi
telah
dieksploitasi
untuk
Misalnya,
sangat
kembali
pada
dimungkin-kan
juga
kepentingan segelintir elite politik.
daerah membuat kebijakan pendidikan
Kejadian yang terjadi berpuluh tahun
yang
telah melahirkan suatu rasa curiga dan
meskipun
sikap tidak percaya kepada pemerintah.
dengan kebijakan pusat.
Lahirlah gerakan separatisme yang
yang ditakutkan, sekarang telah terjadi.
ingin memisahkan diri dari Negara
Kerancuan yang terjadi telah
Kesatuan Republik Indonesia. Oleh
menjadi konflik antara pemerintah
karena itu, desentralisasi atau otonomi
pusat, pemerintah daerah provinsi dan
daerah merupakan salah satu tuntutan
pemerintah daerah kabupaten kota sulit
era reformasi. Termasuk di dalam
dihindari, khususnya konflik masalah
tuntutan
pengelolaan yang berkaitan dengan
otonomi
daerah
ialah
desentralisasi pendidikan nasional. Dalam
pelaksanaan
dianggapnya
paling
sebenarnya
tepat
bersebrangan Kerancuan
pembiayaan pegawai. Dalam sejarah
otonomi
konflik kepentingan pusat dan daerah
daerah di bidang pendidikan tampak
memicu terjadinya upaya – upaya
masih menghadapi berbagai masalah.
pemisahan
Masalah itu diantaranya tampak pada
mengancam
kebijakan
Artinya apabila kebijakan pendidikan
pendidikan
yang
tidak
diri
yang
disintegrasi
El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
tentunya bangsa.
Journal of Islamic Education Management ISSN: 2461-0674
dalam konteks otonomi daerah tidak
demokrasi
dilakukan
dan
pemerintah yang bersih (good and
koordinasi dengan baik, tidak mustahil
clean governance). 2) Pengembangan
otonomi tersebut dapat mengarah pada
sosial capital. Pengembangan “Social
disintegrasi bangsa. Dalam kondisi
Capital”. Para ahli ekonomi seperti
demikian diperlukan cara bagaimana
Amartya
agar kebijakan pendidikan di daerah
Ekonomi tahun 1998, menekankan
dengan pusat ada sinkronisasi dan
kepada nilai-nilai demokrasi sebagai
koordinasi.
diusahakan
bentuk social capital yang menjadi
membina
pemicu pertumbuhan ekonomi dan
secara
upaya
Juga
sinkronisasi
perlu
sistematis
untuk
memerlukan
84
Sen,
yang
suatu
pemenang
lebih
Nobel
generasi muda untuk tetap memiliki
kehidupan
manusiawi.
komitmen yang kuat dibawah naungan
Demokrasi sebagai social capital hanya
NKRI.
bias diraih dan dikembangkan melalui
Menurut H.A.R Tialar (2002),
proses pendidikan yang menghormati
ada tiga hal yang berkaitan dengan
nilai-nilai demokrasi tersebut. Suatu
urgensi desentralisasi pendidikan yaitu:
proses belajar yang tidak menghargai
1)
akan kebebassan berpikir kritis tidak
Pembangunan
masyarakat
demokrasi. Masyarakat demokrasi atau
mungkin
dalam khasanah bahasa kita dinamakan
demokrasi sebagai social capital suatu
masyarakat
bangsa.
madani
(civil
society)
menghidupkan
Sistem
nilai-nilai
pendidikan
adalah suatu masyarakat yang antara
sentralistik
lain mengakui hak-hak asasi manusia.
berinovasi tentunya tidak sesuai dengan
Masyarakat
pengembangan
madani
adalah
suatu
mematikan
yang
suatu
kemampuan
masyarakat
masyarakat yang terbuka dimana setiap
demokrasi terbuka. Oleh sebab itu,
anggotanya merupakan pribadi yang
desntralisasi pendidikan berarti lebih
bebas dan mempunyai tanggung jawab
mendekatkan proses pendidikan kepada
untuk
masyarakatnya
rakyat sebagai pemilik pendidikan itu
sendiri. Pemerintah dalam masyrakat
sendiri. Rakyat harus berpartisipasi di
madani adalah pemerintahan
dalam
dipilih
membangun
oleh
rakyat
dan
yang untuk
kepentingan rakyat sendiri. Masyarakat
pembentukan
social
capital
tersebut. Ikut sertanya rakyat di dalam penyelenggaraan
pendidikan
El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
dalam
85
Juni 2017, Vol. 3 No. 1, pp 76-94
suatu masyarakat demokrasi berarti
Eksistensi suatu masyarakat dan bangsa
pula rakyat ikut membina lahirnya
hanya dapat terjamin apabila dia terus-
social capital dari suatu bangsa. 3)
menerus
Peningkatan
meningkatkan
daya
saing
bangsa.
memperbaiki
diri
dan
kemampuanya.
Ada
Pengembangan daya saing pada kultur
empat faktor yang menentukan tingkat
masyarakat
daya
demokratis
setiap
saing
seseorang
atau
anggotanya dituntut partisipasi yang
masysrakat.
optimal
adalah intelegensi, informasi, ide baru,
dalam
pengembangan
kehidupan pribadi dan masyarakat-nya.
Faktor-fator
suatu
tersebut
dan inovasi.
Sistem kehidupan bersama tersebut
Sedangkan menurut Dwiyanto
diperlukan kemampuan daya saing
(2005:
yang tinggi di dalam kerja sama.
desentralisasi
Sedangkan
pemerintah pusat ke pemerintah daerah
pada
masyarakat
yang
49-50)
alasan
dilakukan
oleh
otoriter dan statis, daya saing tidak
antara
mempunyai tempat. Oleh sebab itu,
desentralisasi
masyarakat akan sangat lamban proses
kepentingan daerah maupun untuk
perkembangannya. Masyarakat bergerak
mendukung
dengan komando dan oleh sebab itu
nasional melalui pembangunan proses
sikap masa bodoh dan menunggu
demokrasi di lapisan bawah. Dari segi
merupakan
masyarakat
manajemen,
di
dalam
meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan
kemampuan
akuntabilitas publik. Dari segi kultural,
otoriter.
ciri Daya
masyarakat
dari saing
bukanlah
lain
berbagai
dari
segi
politik,
dimaksudkan
politik
dan
untuk
kebijakan
desentralisasi
dapat
untuk saling membunuh dan saling
desentralisasi
menyingkirkan satu dengan yang lain
memperhatikan kekhususan, keistime-
tetapi di dalam rangka kerjasama yang
waan suatu daerah, seperti geografis,
semakin
kondisi
lama
semakin
meningkat
dimaksudkan
penduduk,
untuk
perekonomian,
mutunya. Dunia terbuka, dunia yang
kebudayaan.
Segi
telah menjadi suatu kampung global
desentralisasi
dapat
(global village) menuntut kemampuan
formulasi dan implementasi program
daya saing dari setiap individu, setiap
untuk
masyarakat, bahkan setiap bangsa.
masyarakat. Dilihat dari kepentingan
meningkatkan
El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
pembangunan melancarkan
kesejahteraan
Journal of Islamic Education Management
86
ISSN: 2461-0674
pusat, desentralisasi dapat mengatasi
dari
kelemahan pemerintah pusat dalam
diharapkan
mengawasi program-programnya.
terhadap
Dalam praktiknya, desentrali-sasi pendidikan
berbeda
desentralisasi
bidang
dengan pemerintahan
itu.
Lemabga mampu
pendidikan berkontribusi
kemajuan
daerah
atau
masyarakat dimana mereka berada. Lembaga pendidikan harus mampu berevolusi
sesuai
dengan
kultur,
lainnya, kalau desentralisasi bidang-
geografis, sosial, dan dinamika suatu
bidang pemerintahan lain berada pada
daerah
pemerintahan di tingkat kabupaten/
pendidikan nasional.
tanpa
mengabaikan
tujuan
kota, maka desentralisasi dibidang
Dalam desentralisasi pendidikan,
pendidikan tidak berhenti pada tingkat
seyogyanya lembaga pendidikan bukan
kabupaten/kota, tetapi justru sampai
dijadikan sebagai obyek dari sistem
pada lembaga pendidikan atau sekolah
namun sebagai subyek.
sebagai ujung tombak pelaksanaan
pendidikan bukanlah sasaran akhir dari
pendidikan.
praktik
sistem desetralisasi namun sasaran
desentralisasi pendidikan itulah maka
akhir adalah masyarakat. Hal ini,
dikembangkanlah
terlihat
Dalam
yang
dinamakan
Lemabaga
dari prinsip otonomi dan
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
desentralisasi Pendidikan sudah dalam
(Hasbullah. 2010: 12-14).
GBHN 1999-2004 yang mencakup : 1)
Dapat
disimpulkan
bahwa
Perluasan dan pemerataan kesempat-an
desentralisasi pendidikan merupakan
memperoleh pendidikan yang bermutu.
salah
pengelolaan
2) Peningkatan kemampuan akademik,
pendidikan yang menjadikan sekolah
professional dan kesejahteraan tenaga
sebagai proses pengambilan keputusan
kependidikan. 3) Pembahasan sistem
dan merupakan salah satu upaya untuk
pendidikan (sekolah dan luar sekolah)
memperbaiki kualitas pendidikan serta
sebagai
sumber
termasuk
Kemampuan dan partisipasi masyarakat.
profesionalitas guru. Namun tujuan
5) Pembahasan dan pemantapan sistem
sebenarnya desentralisasi pendidikan,
pendidikan
tidak terletak pada lingkup internal
prinsip desentralisasi, otonomi dan
lembaga pendidikan saja, tetapi lebih
manajemen. 6) Peningkatan kualitas
satu
model
daya
manusia
pusat
nilai
nasional
El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
sikap.
4)
berdasarkan
Juni 2017, Vol. 3 No. 1, pp 76-94
87
lembaga pendidikan yang diselenggara-
sesuai dengan potensi daerah masing-
kan pemerintah dan masyarakat. 7)
masing. Kedua, bersifat elastis (tidak
Mengembangkan kualitas sumber daya
kaku) karena jalur birokrasinya praktis.
manusia sedini mungkin secara terarah,
Ketiga, orientasinya fleksibel tidak
terpadu, dan menyeluruh (Azyumardi
harus menunggu petunjuk dari pusat
Azra, 2002: 5). Dari ketujuh prinsip
(artinya
daerah
otonomi dan desentaralisasi pendidikan
inisiatif
sendiri
jelas
kubutuhannya).
bahwa
menjadikan
kebijakan
tersebut
masyaraka obyek dari
pembangunan.
kesempatan
dapat
mengambil
sesuai
dengan
Keempat,
memberi
kepada
daerah
untuk
menentukan nasib sendiri berdasarkan peraturan daerah yang berlaku. Kelima,
Kekuatan
Dan
Kelemahan
Desentralisasi Pendidikan
menekan
kebutuhan
pendidikan sesuai dengan daerahnya yang akan menopang perubahan dan pembangunan suatu daerah. Dimana muarah
dari
perubahan
dan
pembangunan
tersebut
adalah
kesejahteraan
masyarakat
daerah
tersebut
dengan
memberdayakan
potensi sumber daya alam dan sumber daya manusianya secara bersamaan. Menurut Yatimin (2009 : pp 44), desentralisasi pendidikan berpeluang untuk memberdayakan potensi lokal. Selanjutnya lapis-lapis
dapat birokrasi
yang
bermakna.
mendorong terbentuknya kemandirian menentukan
serimonial
selama ini penuh kepalsuan yang tidak
Desentralisasi pendidikan dapat
dalam
tradisi
memperpendek antara
lain:
Pertama, cepat berubah (beradaptasi)
Dari beberapa pengalaman di negara lain, kegagalan disentralisasi di akibatkan oleh beberapa hal : (1) Masa transisi dari sistem sentralisasi ke desintralisasi
ke
memungkinkan
terjadinya perubahan secara gradual dan
tidak
memadai
serta
jadwal
pelaksanaan yang tergesa-gesa. (2) Kurang
jelasnya
pembatasan
rinci
kewenangan antara pemerintah pusat, propinsi dan daerah. (3) Kemampuan keuangan daerah yang terbatas. (4) Sumber daya manusia yang belum memadai. (5) Kapasitas manajemen daerah yang belum memadai. (6) Restrukturisasi kelembagaan daerah yang belum matang. (7) Pemerintah
El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
Journal of Islamic Education Management
88
ISSN: 2461-0674
pusat secara psikologis kurang siap
pendidikan. (6) Kesenjangan sumber
untuk kehilangan otoritasnya.
daya
Berdasarkan pengalaman, pelak-
pendidikan
yang
tajam
di
karenakan perbedaan potensi daerah
sanaan disentralisasi yang tidak matang
yang
juga melahirkan berbagai persoalan
kesenjangan mutu pendidikan serta
baru, diantaranya : (1) Meningkatnya
melahirkan kecemburuan sosial. (7)
kesenjangan
pendidikan
Terjadinya pemindahan borok-borok
antara daerah, antar sekolah, antar
pengelolaan pendidikan dari pusat ke
individu warga masyarakat. Hal ini,
daerah.
anggaran
berbeda-beda.
Mengakibatkan
dipengaruh oleh kemampuan keuangan
Pada konsep desentralistik bukan
masing-masing daerah berbeda. (2)
hanya mengacu pada masalah sumber
Keterbatasan kemampuan keuangan
pembiayaan gaji guru dan tenaga
daerah dan masyarakat (orang tua)
kependidikan, namun lebih dari itu.
menjadikan jumlah anggaran belanja
Pendidikan
diharapkan
mampu
sekolah akan menurun dari waktu
menjadikan
masing-masing
daerah
sebelumnya, sehingga akan menurun-
unggul dan berkembang sesuai dengan
kan motivasi dan kreatifitas tenaga
kultur dan geografis yang mereka
kependidikan di sekolah untuk melaku-
miliki. Sumber daya manusia di suatu
kan pembaruan. (3) Biaya administrasi
daerah yang dilimpahi dengan alam
di sekolah meningkat karena prioritas
yang indah jangan dipaksakan belajar
anggaran dialokasikan untuk menutup
menjadi seperti daerah yang dipenuhi
biaya administrasi, dan sisanya baru
dengan area tambang-tambang. Untuk
didistribusikan ke sekolah. (4) Kebijakan
mensukses-kan sistem pendidikan yang
pemerintah
desetralistik,
daerah
yang
tidak
yang
mengacu
pada
memperioritaskan pendidikan, secara
otonomi daerah perlu memperhatikan
kumulatif berpotensi akan menurunkan
hal-hal berikut ini: (1) Kebijakan
kualitas pendidikan. (5) Penggunaan
pendidikan
otoritas masyarakat yang belum tentu
akomodatif terhadap aspirasi rakyatnya
memahami sepenuhnya permasalahan
sebagai
dan pengelolaan pendidikan yang pada
menganut sistem politik demokrasi.
akhirnya
Dengan diberlakukan otonomi daerah
akan
menurunkan
mutu
seharusnya
konsekuensi
El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
bersifat
Indonesia
Juni 2017, Vol. 3 No. 1, pp 76-94
89
yang termasuk di dalamnya otonomi
menjadikan pemerintah pada posisi
bidang pendidikan, maka kebijakan
”Fasilitator” dan “bukan pengendali”.
pendidikan
(8) Realitas birokrasi pendidikan yang
yang
demokratis
telah
mendapat wadah pengejawantahan-nya
terjadi
secara
konteks
manajemen tidaklah menguntungkan.
kepentingan upaya mewujudkan integrasi
(9) Pada tingkat praktis-pragmatis,
bangsa
pendidikan
sekolah yang menentukan bagaimana
diorientasikan pada peningkatan mutu
tujuan umum tersebut dicapai dengan
SDM dan pemerataannya di daerah. (3)
keterlibatan
Laksanakan amandemen UUD 1945
sekolah.
jelas.
(2)
perlu
Dalam
kebijakan
saat
ini
dalam
penuh
semua
perfektif
elemen
pasal 33 UUD 1945 yang mengamanat-
Untuk mengantisipasi muncul-
kan pengelolaan anggar-an minimal 20
nya permasalahan tersebut di atas,
%
dari
APBN.
(4)
Persiapkan
disentralisasi
pendidikan
dalam
pelaksanaan otonomi pendidikan yang
pelaksanaannya harus bersikap hati-
aplikasinya di mulai dengan upaya-
hati. Ketepatan strategi yang ditempuh
upaya penguatan manajemen sekolah.
sangat menentukan tingkat efektifitas
(5) Ide dasar desentralisasi pendidikan
implementasi
di
era
otonomi
pengembangan
daerah
pendidikan
adalah
disentralisasi.
Untuk
mengantisipasi berbagai kemungkinan
berbasis
buruk tersebut ada beberapa hal yang
masyarakat (school based managemen /
perlu di perhatikan : (1) Adanya
community).
jaminan
(6)
Berkaitan
dengan
otonomi pendidikan yang perlu juga di perhatikan
adalah
organisasi kabupaten
pendidikan
dan akan
keyakinan tetap
bahwa berfungsi
mewujudkan
sebagai wahana pemersatu bangsa. (2)
pendidikan
di
seluruh
Masa transisi benar-benar di gunakan
yang
demokratis,
untuk menyiapkan berbagai halyang
lebih
transparan, efisien melalui pendekatan
dilakukan
manajemen berbasis sekolah dengan
jadwalkan setepat mungkin. (3) Adanya
pembentukan Majelis Sekolah. (7)
kometmen dari pemerintah daerah
Dalam
desentralisasi,
terhadap pendidikan, terutama dalam
pembelajaran yang berlangsung di
pendanaan pendidikan. (4) Adanya
lembaga pendidikan hendaknya sudah
kesiapan sumber daya manusia dan
konteks
secara
garnual
El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
dan
di
Journal of Islamic Education Management ISSN: 2461-0674
90
sistem manajemen yang tepat yang
akan meningkatkan kualitas belajar
telah dipersiapkan dengan matang oleh
siswa.
daerah. (5) Pemahaman pemerintah daerah
maupun
DPRD
terhadap
keunikan dan keberagaman sistem pengelolaan pendidikan, dimana sistem
Kontribusi
Pendidikan Terhadap Pemerataan Pembangunan Desentralsasi pendidikan melahir-
pengelolaan pendidikan tidak sama dengan pengelolaan pendidikan daerah lainnya. (6) Adanya kesadaran dari semua
pihak
(pemerintah,
DPRD,
masyarakat) bahwa pengelolaan tenaga kependidikan di sekolah, terutama guru tidak sama dengan pengelolaan aparat birokrat lainnya. (7) Adanya keiapan psikologis dari pemerintah pusat dari propinsi untuk melepas kewenangannya pada pemerintah kabupaten / kota. Selain dampak negatif tentu saja disentralisasi pendidikan juga telah membuktikan keberhasilan antara lain : (1) Mampu memenuhi tujuan politis, yaitu
melaksanakan
demokratisasi
dalam pengelolaan pendidikan. (2) Mampu masyarakat pendidikan
membangun
partisifasi
sehingga
melahirkan
yang
relevan,
karena
pendidikan benar-benar dari oleh dan untuk
masyarakat.
(3)
Mampu
menyelenggarakan pendidik-an secara menfasilitasi proses belajar mengajar yang kondusif, yang pada gilirannya
Desentralisasi
kan warga negara yang inofatif. Dapat bersaing tetapi juga bekerja sama membangun suatu masyarakat yang demokratis. Maka yang dibutuhkan bagaimana komitmen, visi dan misi daerah
untuk
terus
meningkatkan
kualitasnya sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku. Menurut Burki, et al (1999: 57), tipologi komponen sektor pendidikan yang
dipertimbangkan
untuk
didesentralisasikan: Pertama, organisasi
dan poses belajar mengajar di sekolah. Organisasi dan proses belajar mengajar di sekolah merupakan jembatan untuk mencapai
tujuan
dari
pendidikan.
Organisasi dan proses belajar mengajar di
desain
penyampaian
untuk
mempermudah
konsep
ilmu
kepada
siswa. Oleh karena itu, pembentukan desain organisasi dan proses belajar mengajar harus disesuaikan dengan tujuan dan indikator keberhasilan yang telah
ditentukan
secara
El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
nasional
Juni 2017, Vol. 3 No. 1, pp 76-94
91
sekaligus cocok untuk pengembangan
harus
sumber daya manusia daerah tersebut.
pendidikan yang dilaksanakan oleh
Kedua,
sendiri
lembaga pendidikan. Penyama rataan
sekolah mana yang ingin dimasuki.
buku refrensi akan menjadikan konsep
Pemilihan sekolah oleh siswa itu
desentralisasi gagal sebelum dimulai.
sendiri akan berkaitan dengan minat
Kelima kurikulum. Kurikulum sebagai
dan bakat siswa, yang secara langsung
salah satu komponen dari sistem
akan menumbuhkan motivasi ketika
pendidikan selalu mendapat sorotan
mengikuti pendidikan. Realita yang
masyarakat termasuk pejabat, ilmuwan,
terjadi
kalangan
siswa
menentukan
tidak
sedikit
siswa
yang
disesuaikan
dengan
industri dan
orang
Kurikulum
tidak
memecahkan masalah tertentu, ternyata
inginkan,
sehingga
lahir
pendidikan yang mereka jalani. Ketiga,
Kurikulum bukan sesuatu yang kaku
waktu belajar di sekolah diefektifkan
dalam pelaksanaan pendidikan. Oleh
secara maksimal sesuai kebutuhan.
karena itu, pengembang kurikulum
Pengefektifan waktu belajar secara
harus dapat menganalisis, mengadakan
maksimal, bukan hanya menjadikan
koreksi terhadap kekurangannya dan
siswa terjebak pada rutinitas belajar
mencari alternatif pemecahan masalah
yang mengekang. Namun diperlukan
yang kreatif, inovatif dan misioner.
pandang
yang
majemuk.
Pada
sebagai
untuk
membuat mereka acuh pada proses
sudut
justru
diciptakan
tua.
terpaksa masuk pada sekolah yang mereka
yang
konsep
era
masalah.
persaingan
global
Pendidikan tidak dipandang hanya
sekarang, pendidikan sudah diarahkan
berkutat
pada
kognitif,
pada
pengembangan
tetap
Pengefektifan
harus
waktu
sisi
kompleks.
kompetensi.
Jika
mengacu pada pengertian pendidikan
harus
yaitu semua kegiatan yang memberikan
digunakan untuk pengembangan sisi
pengalaman kepada siswa di bawah
kognitif,
bimbingan sekolah, baik luar maupun
spritual,
emosional siswa Keempat, digunakan.
belajar
penekan
sosial, secara
penentuan Buku
bahkan seimbang.
buku
sebagai
yang refrensi
dalam proses belajar mengajar, tentu
di
dalam
lingkungannya.
Dalam
pendidikan berbasis kompetensi setiap mata
pelajaran
menampilkan
dituntut
realitas
El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
untuk
keseharian,
Journal of Islamic Education Management
92
ISSN: 2461-0674
mempertimbangkan realitas keseharian,
bebas
mem-pertimbangkan kompetensi siswa,
kompetitif,
inovatif
mengakomodasi budaya lokal maupun
Pendidikan
tidak
global, menampilkan penomena aktual
mengenai penguasaan materi secara
dari
kompleksitas, namun pendidikan yang
setiap
perkembangan
ilmu,
yang
membutuhkan dan
hanya
memberikan
jiwa kreatif.
berbicara
memetakan indikator pencapaian hasil
mampu
kemampu-an
belajar dengan keterampilan hidup.
untuk persaiang dengan memanfaatkan
Artinya pendidikan benar-benar harus
sumber daya yang mereka miliki.
memenuhi konsep pembelajaran multi dimensi
yang
bukan
sekadar
Kesimpulan Pengelolaan pendidikan yang
menampilkan materi-materi, melainkan harus memenuhi konsep populer, seperti kiat dan pertolongan mandiri. Pendidikan
berbasis
kompetensi
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a) Menekankan kompetensi
pada baik
ketercapaian
individual
siswa
maupun klasikal. b) Berorientasi pada hasil belajar (Learning Out Comnes) dan keberagaman. c) Penyampaian dalam
pembelajaran
pendekatan
dan
menggunakan metode
yang
bervariasi. d) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam
baik akan menghasilkan Indonesia yang baru. Desentralisasi pendidikan merupakan suatu keharusan jika kita ingin cepat mengejar ketertinggalan dari bangsa lain. Melalui pendidkan yang
berbasis
kompetensi,
haruslah
berlandaskan hasil analisis. Tugas guru disesuaikan
dengan
kebutuhan
masyarakat pemakainya. Kebutuhan masyarakat di era reformasi dan pasar
akan
melahirkan
masyarakat yang kritis dan bertanggung
jawab. Masyarakat yang demokratis akan mampu menciptakan masyarakat madani yaitu masyarakat yang berbudaya tinggi yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan yang mana sangat menghargai hak-hak asasi manusia. Desntralisasi pendidikan perlu
upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. Model pendidikan
demokratis
dijaga
dari
kemungkinan
–
kemungkinan terjadi hal-hal negatif seperti
desentralisasi
kebablasan,
misalnya penyerahan tanggung jawab pendidikan kepada daerah for the sake of
autonomy.
Apabila
El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
penyerahan
93
Juni 2017, Vol. 3 No. 1, pp 76-94
wewenang tersebut hanyalah sekadar memindahkan birokrasi pendidikan dan sentralisasi
pendidikan
di
tingkat
daerah, maka desnralisasi tersebut akan mempunyai
nasib
yang
sama
sebagaimana yang kita kenal pada masa orde baru. Daftar Pustaka Analisis, Tahun XXIX/2000, No 1. ”Otonomi Daerah, Penyelesaian Atau Masalah? ”Program Pembanguna Nasional (Propenas) 2000-2004”. Republik Indonesia, 2000 Andrias Harefa, Menjadi Manusia Pembelajar, Kompas Media Indonesia Jakarta, 2001
Kemeny,JG, (L959), A Philosopher Looks At Science, New Hersey, NJ: Yale Univ.Press Ki Hajar Dewantara, (L950), DasarDasar Perguruan Taman Siswa, DIY:Majelis Luhur Ki Suratman, (L982), Sistem Among Sebagai Sarana Pendidikam Moral Pancasila, Jakarta: Depdikbud Ki Fudyatanta, Filsafat Pendidikan Barat Dan Filsafat Pendidikan Pancasila, Amus Jogjakarta,2006 Kuhn, Ts, (L969), The Structure Of Scientific Revolution, Chicago:Chicago Univ. Langeveld, MJ, (L955), Pedagogik Teoritis Sistematis (Terjemahan), Bandung, Jemmars
Bobbi Deporter Dkk, Quantum Learning, Penerbit Kaifa, Bandung, 2001
Liem Tjong Tiat, (L968), Fisafat Pendidikan Dan Pedagogik, Bandung, Jurusan FSP FIP IKIP Bandung
H A R. Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Rineka Cipta, Jakarta 2000.
Sumarno Sudarsono, The Willingness To Change,Jakrta,2006
H A R. Tialar, Membenahi Pendidikan Nasional, Rineka Cipta, Jakarta, 2002
Rakajonit.(L977),Permbaharauanprofe sionaltenagakependidikan:Perma salahan Dan Kemungkinan Pendekatan, Jakarta, Depdikbud
Hidayat Syarief (1997) Tantangan PGRI Dalam Pendidikan Nasional. Makalah Pada Semiloka Nasional Unicef-PGRI. Jakarta: Maret,1997 Highet, G (L954), Seni Mendidik (Terjemahan Jilid I Dan II), PT.Pembangunan
Hasbullah. 2010. Otonomi Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Yatimin. 2009. Desentralisasi Pendidikan Islam : Studi Konsep Dalam Pengembangan Kbk Dan Kbs. Hikmah: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 1, No. 1. Azyumardi Azra. 2002. Paradigma Baru Pendidikan Nasional
El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
Journal of Islamic Education Management ISSN: 2461-0674
Rekonstruksi dan Demokratisasi. Jakarta : Buku Kompas. Burki, (et al), Beyond the Cente: Decentralizing the State, (Washington DC: The World Bank, 1999).
El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
94