Dari Redaksi Pembaca yang terhormat,
R
asanya bangga sekali kami bisa kembali hadir menyapa pembaca. Seperti edisi sebelumnya, edisi ini kami menyuguhkan beberapa liputan tentang berbagai kegiatan di lingkup Pemerintah Kabupaten Blitar. Diawali pada rubrik gerbang sebagai pembuka berita menyajikan kegiatan Wlingi Budaya Carnival. Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yang digelar dalam rangka memperingati Hari Jadi Kabupaten Blitar dan Hari Kemerdekaan RI. Namun Wlingi Budaya Carnival 2012 berbeda dengan kegiatan sebelumnya. Wlingi Budaya Carnival 2012 lebih banyak menampilkan aneka ragam busana yang spektakuler. Tak hanya menampilkan keanekaragaman busana yang kontras dengan warna yang menarik, beberapa kereta kencana lengkap dengan kuda penariknya juga ditampilkan dalam ajang tersebut. Kereta kencana ini, dinaiki Bupati Blitar, Herry Noegroho, kereta kencana kedua Wakil Bupati Blitar, Rijanto, Ketua DPRD Kabupaten Blitar, Guntur Wahono yang berperan sebagai Gajah Mada dengan gagah turut juga menunggangi kuda berwarna hitam. Selain itu juga ada liputan Diskusi Hasil Kajian Akademis Dalam Rangka Penetapan dan Penegasan Batas Daerah Antara Kabupaten Blitar dan Kabupaten Kediri di pendopo Kabupaten Blitar. Diskusi ini menghadirkan para akademisi dari 3 Perguruan Tinggi terkemuka di Indonesia. Para narasumber ini memberikan paparan kepada para peserta kajian dan diskusi yang hadir di Pendopo Kabupaten Blitar. Para akademisi yang menjadi narasumber dalam diskusi ini adalah DR. Sukamto (Universitas Negeri Malang), DR. Ari Sabto, S.Pd. M.Hum. (Universitas Negeri Malang), DR. Heri Andreas (Institut Teknologi Bandung), DR. Ahmad Imron Rosuli (Universitas Brawijaya). Diskusi ini diikuti para peserta yang terdiri dari Kepala SKPD, camat, kepala desa di sekitar lereng kelud, dan LSM. Bupati Blitar, H. Herry Noegroho, SE. MH. saat membuka “Diskusi Hasil Kajian Akademis Dalam Rangka Penetapan dan Penegasan Batas Daerah Antara Kabupaten Blitar dan Kabupaten Kediri” di pendopo Kabupaten Blitar mengatakan, kegiatan ini merupakan salah satu agenda Pemerintah Kabupaten Blitar dalam upaya penegasan batas wilayah Pada rubrik hambangun praja kami menyuguhkan kegiatan BUMDes di Kabupaten Blitar. Bupati Blitar serius mencermati perkembangan BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) di Kabupaten Blitar. Para Kepala Desa (Kades) dihimbau menyerahkan asset modal, guna pengembangan BUMDES di masa depan. Di rubrik yang sama juga mengulas Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam membina eks-TKI agar produktif. Disnakertrans sedang mengambil inisiatif untuk membentuk sebuah program bina eks-TKI. Tujuannya adalah untuk memberikan konseling bagi eks-TKI agar dapat memanfaatkan uang jerih payah banting tulang di luar negeri, agar memberi manfaat di hari tua. Program itu merupakan salah satu misi Disnakertrans, di antaranya peningkatan kesejahteraan pekerja dan purna kerja. Selain itu juga mengulas kegiatan Dinas Sosial dalam mendampingi penyandang cacat untuk terus berkarya. Selain itu rubrik-rubrik Real Action, Lensa Sport, Dinamika Kepegawaian, Edukatif, Peluang Bisnis, Ono Dino Ono Upo, Profesi, Pelesir dan lainnya tetap menampilkan dan menyajikan kabar-kabar dan cerita-cerita menarik bagi para pembaca setia Majalah Penataran. Harapan kami semoga Majalah Penataran akan selalu menjadi sumber informasi yang bermanfaat untuk pembaca setia. Terima kasih tak terhingga atas dukungan dan partisipasi serta kerja sama semua pihak. Redaksi
MP
KOMUNIKATIF INFORMATIF BERIMBANG
Pelindung : HERRY NOEGROHO, SE. MH Drs. RIJANTO, MM Penasehat : Drs. PALAL ALI SANTOSO, MM Penanggung jawab : SUYANTO, SH. MM Pemimpin Redaksi : Dra. SRI WAHYUNI, M.Si Redaktur : Ir. BUDI IRIANTO, MM Editor : RUDI WIDIANTO, ST Redaktur Pelaksana : ANTOK PURWANTO HENDRA NOVARIADI M. ENDRA PRASETYA NIZAR NUSFIANTO Anggota : JONI HARSONO DWI AGUS SANTOSO, ST ASYIK FAUZI, ST BINTORO, ST
ALAMAT REDAKSI Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Blitar. Jl. Raya Dandong No. 53, Srengat-Blitar. Telp. (0342) 555330, 555444. Fax. (0342) 555330. Email :
[email protected] DITERBITKAN Berdasarkan STT dari Menteri Penerangan RI No. 2470/SK/Dirjen PPG/ STT/1998, 09 September 1998. SK Bupati Blitar No. 188/211/409.012/KPTS/2012. Redaksi Majalah Penataran menerima kiriman naskah, opini, esai, features, laporan ilmiah, dan bentuk tulisan lain. Naskah minimal 3 halaman kwarto, dilengkapi foto copy identitas diri, dikirim dalam bentuk flash disk, CD maupun tulisan ke alamat email :
[email protected] atau ke alamat Redaksi Majalah Penataran. Redaksi tidak mengembalikan bahan-bahan yang telah dikirim. Redaksi berhak melakukan editing sesuai kebutuhan, sepanjang tidak mengubah isi.
2
ATARAN Majalah PEN PENA
S
Bendera Merah Putih sepanjang 67 meter dipamerkan dalam Wlingi Budaya Carnival
atu jam lebih lambat dari jadwal keberangkatan yang ditentukan panitia, sebelum akhirnya para peserta Wlingi Budaya Carnival dilepas Bupati Blitar, H. Herry Noegroho, SE. MH. Para peserta pun satu persatu melintas di depan panggung kehormatan yang ditempati Bupati Blitar, Herry Noegroho, SE. MH, Wakil Bupati Blitar, Drs. H. Rijanto, MM., Ketua DPRD Kabupaten Blitar, Guntur Wahono, SE., Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Blitar, Akhmad Tamim beserta pejabat Pemkab Blitar dan tamu undangan. Camat Wlingi, Totok Triwibisono disela-sela kegiatan Wlingi Budaya Carnival 2012 kepada Majalah Penataran mengungkapkan, kegiatan seperti ini merupakan kegiatan rutin yang digelar dalam rangka memperingati Hari Jadi Kabupaten Blitar dan Hari
Kemerdekaan RI. Namun Totok juga mengaku, Wlingi Budaya Carnival 2012 berbeda dengan kegiatan sebelumnya. “Ini merupakan pesta rakyat persembahan dari masyarakat Wlingi. Tahun ini agak berbeda dengan kegiatan tahun-tahun sebelumnya. Ini karena tahun ini, kita menggandeng seniman-seniman dari luar daerah yakni dari Madiun,” jelasnya. Menurut Totok, Wlingi Budaya Carnival 2012 lebih banyak menampilkan aneka ragam busana yang spektakuler yang dipinjam dari padepokan Kencono Wungu, Madiun. Tak hanya menampilkan keanekaragaman busana yang kontras dengan warna yang menarik, beberapa kereta kencana lengkap dengan kuda penariknya juga ditampilkan dalam ajang tersebut. Kereta kencana ini, dinaiki Bupati Blitar, Herry Noegroho, kereta kencana kedua Wakil Bupati Blitar,
Rijanto, Ketua DPRD Kabupaten Blitar, Guntur Wahono yang berperan sebagai Gajah Mada dengan gagah turut juga menunggangi kuda berwarna hitam. Lebih dari seribu peserta yang mengikuti Wlingi Budaya Carnival 2012, berjalan kaki yang dimulai dari Jalan Bromo, Jalam Hayam Wuruk, Jalan Gajah Mada, sebelum akhirnya finish di Lapangan PDAM Wlingi. Selain menampilkan busana yang spektakuler, para peserta juga menampilkan kesenian tradisional yang dibawakan sangat apik. Ada pula peserta yang membawa bendera merah putih sepanjang 67 meter yang menandai peringatan Hari Kemerdekaan RI ke 67. Kesenian langka, Budaya Tiban juga ditampilkan peserta. Jutaan pasang mata menyaksikan Wlingi Budaya Carnival 2012 ini. Alhasil, jalan protokol yang dijejali massa membuat lalu lintas di Wlingi macet total hingga puluhan kilometer. hend
Wlingi Budaya Carnival diawali Pasukan Drumband dari SMPN 1 Wlingi. (foto-foto: hendranova)
ATARAN 5 Majalah PEN PENA
Gerbang Mengintip APBD-Perubahan 2012
Dewan Desak
Pemerintah Rasionalisasi Anggaran Pembangunan di Kabupaten Blitar terus berjalan. Ini tak dapat dilepaskan dari perhatian Pemerintah Kabupaten Blitar, baik eksekutif maupun legislatif. Salah satunya dengan memanajemen anggaran agar dapat memeratakan pembangunan di Bumi Penataran ini.
Suasana Rapat Paripurna APBD Perubahan 2012
M
anagemen pembangunan tersebut tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan (APBD-P) tahun 2012. Sementara, Pemerintah Kabupaten
Blitar baru mengesahkan APBD-P ini pada Senin (17/9) malam. Diharapkan, APBD-P ini dapat menyempurnakan pembangunan Kabupaten Blitar di sepanjang tahun 2012 ini. Kebutuhan anggaran yang tidak sedikit ini pun
Rapat Paripurna APBD Perubahan 2012 digelar malam hari. (foto-foto: hendra nova)
6
ATARAN Majalah PEN PENA
memaksa Pemerintah Kabupaten Blitar sedikit berhemat. Badan Anggaran (Banggar) DPRD Kabupaten Blitar yang memaksa eksekutif untuk melakukan rasionalisasi anggaran. Hal ini disampaikan Banggar pada Rapat Paripurna Pengesahan APBD-P tahun 2012 yang digelar malam hari di Graha Paripurna DPRD Kabupaten Blitar. Juru Bicara Banggar DPRD Kabupaten Blitar, Suwito Saren Satoto mengungkapkan Badan Anggaran dan Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) menyepakati untuk melakukan rasionalisasi anggaran. “Pemerintah sepakat untuk melakukan rasionalisasi terhadap usulan atau kegiatan dari sejumlah SKPD untuk digeser atau menampung kegiatan yang lain,” jelas Suwito Saren Satoto. Banggar dan TAPD juga sepakat untuk menampung usulan kegiatan baru SKPD yang tidak tertampung dalam draf perubahan APBD tahun anggaran 2012 ini. Kementerian Keuangan Republik Indonesia menerbitkan buku tentang analisis APBD. Hasilnya cukup mengejutkan, dari 450 Kabupaten/ Kota di Indonesia komposisi belanja pegawai di atas 51 persen dan sisanya 21 persen untuk belanja modal. Dari tahun
Suwito Saren Satoto.(foto: dok.)
ke tahun, belanja pegawai terus mengalami peningkatan signifikan. Di sisi lain prosentase belanja modal terus menurun dalam 4 tahun terakhir. Dijelaskan Suwito, kondisi ini ternyata juga dialami Kabupaten Blitar. Termasuk dalam APBD Perubahan 2012 ini. “Kebutuhan belanja pegawai meningkat dalam perubahan APBD 2012, yakni dari Rp 823,672 milyar menjadi Rp 882,797 milyar, atau naik sebesar Rp 59,124 milyar,” jelas kader PDI Perjuangan ini. Bila dibandingkan dengan total APBD Perubahan Rp 1,374 trilyun, anggaran untuk belanja pegawai ini mencapai 64 persen. “Dengan kondisi ini mana mungkin kita dapat mengerjakan program bupati yang disebut akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Blitar, mengurangi angka kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja,” tandas Suwito. Kondisi ini, menurut
Suwito, Bupati Blitar akan kesulitan dalam meningkatkan kesejahteraan dan memakmurkan rakyat di Bumi Penataran ini. “Untuk itu kami Badan Anggaran Kabupaten Blitar mendesak eksekutif agar menata ulang pola belanja daerah, dengan meningkatkan porsi belanja modal. Sehingga dapat menggerakkan sentra-sentra perekonomian rakyat,” tegas Suwito Saren Satoto. Meningkatkan belanja modal juga berdampak mendorong laju pertumbuhan pembangunan, memberdayakan ekonomi rakyat, membuka lapangan pekerjaan, mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Selain menghitung ulang belanja pegawai, Banggar DPRD Kabupaten Blitar juga meminta kepada eksekutif mendorong SKPD yang membidangi pendapatan, untuk mencari sumber dan obyek pendapatan yang baru. Banggar DPRD Kabupaten Blitar juga mengingatkan kepada Pemerintah Kabupaten Blitar adanya prinsip efektifitas dan akuntabilitas yang mutlak dibutuhkan dalam rangka dasar penggunaan dana. “Kami yakin dengan penggunaan dana yang benar, sesuai kebutuhan publik, maka pemerintah akan mendapatkan dukungan kuat dari masyarakat,” imbuh Suwito. Demi untuk meningkatkan PAD Kabupaten Blitar, Banggar mendesak Pemerintah Kabupaten Blitar untuk memecah Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah. Yang semula gabungan dari Dinas Pendapatan Daerah, Kantor Aset Daerah, dan Kantor Kas Daerah. “Seiring dengan perjalanan waktu, pembentukan DPPKAD Kabupaten Blitar kurang efektif,
terutama kinerja di bidang pendapatan, sehingga pemungutan retribusi daerah kurang efektif,” tegas Suwito. Banggar merekomendasikan lembaga DPPKAD dibagi menjadi dua SKPD, yakni Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, dan Dinas Pendapatan Daerah. Banggar DPRD Kabupaten Blitar juga menyayangkan lambannya pembangunan fisik di Kabupaten Blitar. “Banggar juga merekomendasikan Pimpinan DPRD Kabupaten Blitar segera memanggil SKPD yang membidangi Pembangunan untuk mengetahui alasan keterlambatan pembangunan proyek fisik selama tahun 2012 ini, agar tidak berdampak pada SILPA yang besar seperti yang terjadi tahun 2011 lalu,” tambah Suwito Menanggapi itu, Bupati Blitar, H. Herry Noegroho, SE. MH, mengaku belanja modal lebih sedikit dibandingkan belanja pegawai. “Belanja pegawai memang lebih besar dari belanja modal. Sementara untuk meningkatkan belanja modal kita kesulitan karena aturan pusat yang mengharuskan kenaikkan belanja pegawai. Dulu pernah terjadi belanja modal lebih besar dari belanja pegawai,” jelasnya. Namun demikian, rekomendasi Banggar DPRD Kabupaten Blitar untuk merasionalisasi anggaran menjadi PR yang harus segera dilaksanakan. Sementara terkait lambatnya pembangunan fisik, ia telah memerintahkan kepada SKPD yang membidangi pembangunan untuk segera menyelesaikan permasalahan itu. “Seringkali sudah saya singgung terkait keterlambatan ini saat apel maupun rapat dengan SKPD. Mudah-mudahan keterlambatan ini segera dapat teratasi,” ungkap Herry Noegroho. hend
Bupati Blitar Herry Noegroho (kiri) bersama Ketua DPRD Kab Blitar, Guntur Wahono (kanan) tanda tangani APBD Perubahan 2012
ATARAN 7 Majalah PEN PENA
Gerbang
D
iskusi ini menghadirkan para akademisi dari 3 Perguruan Tinggi terkemuka di In donesia. Para narasumber ini memberikan paparan kepada para peserta kajian dan diskusi yang hadir di Pendopo Kabupaten Blitar. Para akademisi yang menjadi narasumber dalam diskusi ini adalah DR. Sukamto (Universitas Negeri Malang), DR. Ari Sabto, S.Pd. M.Hum. (Universitas Negeri Malang), DR. Heri Andreas (Institut Teknologi Bandung), DR. Ahmad Imron Rosuli (Universitas Brawijaya). Diskusi ini diikuti para peserta yang terdiri dari Kepala SKPD, camat, kepala desa di sekitar lereng kelud, dan LSM. Bupati Blitar, H. Herry Noegroho, SE. MH. saat membuka “Diskusi Hasil Kajian Akademis Dalam Rangka Penetapan dan Penegasan Batas Daerah Antara Kabupaten Blitar dan Kabupaten Kediri” di pendopo Kabupaten Blitar mengatakan, kegiatan ini merupakan salah satu agenda Pemerintah Kabupaten Blitar dalam upaya penegasan batas wilayah. “Kita bukan rebutan kawasan kawah kelud sebagai tempat wisata atau sebagainya. Kita hanya ingin penegasan batas wilayah,” tegasnya. Menurut Herry Noegroho, penegasan batas wilayah menjadi penting dalam pengaturan administrasi. Terkait otonomi daerah, jelas hal ini akan butuh tata batas daerah yang jelas untuk urusan masing-masing daerah. Batas daerah juga penting ditegaskan terkait dengan pengaturan pengelolaan sumber daya alam, seperti kekayaan pertambangan, perminyakan, sumber daya hutan, kelautan, dan lainlain. Penegasan ini mutlak diperlukan suatu daerah sehingga tidak menimbulkan konflik hak dan kepentingan.
Pemkab Blitar Gelar Diskusi Gunung Kelud Pemerintah Kabupaten Blitar terus berupaya untuk mempertegas batas wilayah di Blitar utara. Berbagai upaya dilakukan Pemkab Blitar untuk memperjelas batas wilayah khususnya kawasan kawah Gunung Kelud. Salah satu upaya tersebut dengan menggelar “Diskusi Hasil Kajian Akademis Dalam Rangka Penetapan dan Penegasan Batas Daerah Antara Kabupaten Blitar dan Kabupaten Kediri” di pendopo Kabupaten Blitar, 19 September lalu.
Narasumber dari akademisi memberikan kajian di depan para peserta
8
ATARAN Majalah PEN PENA
Seperti diketahui sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Blitar bersama segenap masyarakat di Bumi Penataran menolak Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur, Nomor 188/133/KPTS/013/2012 tentang Penyelesaian Perselisihan Batas Daerah antara Kabupaten Blitar dengan Kabupaten Kediri. SK Gubernur Soekarwo ini sangat merugikan pemerintah dan masyarakat Kabupaten Blitar. Salah seorang narasumber dari Universitas Brawijaya Malang, DR. Ahmad Imron Rosuli mengatakan, dalam proses fasilitasi oleh Gubernur Jawa Timur, kedua belah pihak belum mencapai kesepakatan terhadap batas wilayah. “Belum ada kesepakatan antara Pemkab Blitar dengan Pemkab Kediri, akan tetapi secara serta merta dikeluarkan SK Gubernur Nomor 188/113/KPTS/013/2012. Keputusan ini bertentangan dengan aturan-aturan yang lebih tinggi misalkan UU No. 32 Tahun 2004,” jelas Ahmad Imron Rosuli.
Mengacu Permendagri No. 1 Tahun 2006 Bab IV tentang Keputusan Penegasan Batas Daerah dalam pasal 19 (ayat 1) Keputusan Penegasan Batas Daerah ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri, pembuatan SK tersebut diduga telah menyalahi kaidah dalam bidang penyelesaian batas daerah dan prinsip-prinsip umum pemerintahan yang baik dan benar (Good and Clean Governance). “Kewenangan Gubernur dalam menerbitkan SK Nomor 188/113/KPTS/013/2012 diduga juga melampaui kewenangan yang dimiliki Gubernur,” tambah Ahmad Imron. Ahli Geodesi Institut Teknologi Bandung, DR. Heri Andreas mengatakan, ada dugaan upaya manipulasi atau “kebohongan” dari informasi publik di SK Gubernur Nomor 188/113/KPTS/013/2012. “Apabila berpikir positif maka mungkin telah terjadi kekeliruan karena ketidakpahaman atau “kebodohan” dalam aspek geodetik di SK Gubernur Jatim Nomor 188/113/KPTS/ 013/2012,” kata Heri Andreas. Menurutnya, dalam SK Gubernur tersebut dinyatakan daftar koordinat diambil atau mengacu pada peta tahun 1940 koleksi de Han. “Pertanyaannya, siapa yang dapat mengekstrak koordinat tersebut dari peta tersebut? Sistem Peta berskala kecil, tidak ada sistem koordinat, namun bisa keluar daftar koordinat, yang secara besaran nilai koordinat UTM, hebat bukan?,” jelas Heri Andreas. Salah satu Tim Fakultas Ilmu Sejarah, Universitas Negeri Malang, DR. Ari Sabto, MH. M.Hum. menyatakan, ditinjau dari sejarah berdirinya Kabupaten Blitar, Gunung Kelud masuk wilayah Kabupaten Blitar. “Kerajaan Surakarta pada tahun 1814 telah mengetahui dan mengakui Gunung Kelud berada di wilayah Blitar,” katanya. Keterangan tersebut ditulis langsung Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Amangkurat III (Ingkang Sinuwun Pakubuwana V, Surakarta). Waktu penyusunan “Paksa suci sabda ji” (1742 Jawa=1814 M).
Para peserta tampak antusias mendengarkan paparan para narasumber dari akademisi. (foto: hendranova)
Lebih lanjut Ari Sabto menambahkan, dari bukti sejarah dari J. Paulus, Encyclopaedie van Nenderlandsch-Indie, 1917: 315-316, menyatakan pada tahun 1905 Gunung Kelud bagian dari afdeling Blitar. “Saat itu Kabupaten Blitar terdiri dari empat kawedanan yakni, Wlingi, Srengat, Lodoyo, dan Gandusari,” imbuhnya. Blitar juga selalu dikaitkan dengan letusan Gunung Kelud. Misalnya, sering menderita kerusakan parah akibat letusan Gunung Kelud. Pemerintah kolonial Belanda pernah mencatat letusan 1919, sebagian besar mengarah ke Blitar. Catatan Redaksi, berbagai upaya menolak SK Gubernur Jatim Nomor 188/113/KPTS/013/2012 terus dilakukan Pemerintah Kabupaten Blitar. Salah satunya dengan menggugat Surat Keputusan Gubernur ke PTUN. Berikut sebagian situasi sidang di PTUN; awal September 2012 dalam sidang di PTUN, Penggugat (Bupati Blitar) melalui tim kuasa hukumnya, selama
persidangan menyampaikan 80 Bukti Surat dan 6 Saksi Ahli serta 4 Saksi Fakta. Tergugat (Gubernur) tidak menghadirkan saksi. Tergugat II Intervensi (Pemkab Kediri) menghadirkan 3 Orang saksi Fakta, Carik Ngancar menyampaikan Peta RBI Tahun 2003 yang dijadikan dasar Putusan oleh Gubernur (Tergugat), Peta RBI 2001 dan Peta RBI 2003 Disklamer. Kapolsek Ngancar menyampaikan Gunung Kelud merupakan wilayah hukumnya, namun berdasarkan Peta Kecamatan dan tidak dijadikan bukti. Danramil Ngancar juga menyampaikan Gunung Kelud Wilayah Hukumnya dari Keputusan Gubernur. Sementara itu, Tergugat (Gubernur Jatim) hanya menyampaikan 14 Bukti Surat, tidak menghadirkan Saksi Ahli dan Saksi Fakta. Tergugat II Intervensi (Pemkab Kediri) menyampaikan 14 Bukti Surat dan menghadirkan 3 Orang saksi Fakta, tidak menghadirkan Saksi Ahli. hend
(gb kiri) Peta lama yang menjadi salah satu bukti Pemkab Blitar di PTUN. (dok. Pemkab Blitar). (foto kanan) DR. Ari Sabto memberikan paparan sejarah Gunung Kelud
ATARAN 9 Majalah PEN PENA
Hambangun Praja
Wabup Bupati, Rijanto ketika memberikan sambutan pada Haul Mbah Moedjair
Nguri-nguri Kepeloporan Mbah Moedjair Minggu (23/9), Haul Mbah Moedjair yang Ke-55 digelar di makam sang penemu Ikan Mujair ini yang berada di Desa Papungan Kec. Kanigoro. Acara yang digelar mulai pukul 13.00 WIB cukup menyita perhatian masyarakat luas.
S
elain dihadiri oleh anggota keluarga, warga dan tokoh masyarakat, ikut hadir pula dalam acara ini Wakil Bupati Blitar, Drs. Zoned Moesni (Mantan Anggota DPR RI) dan Suwito, SH –Ketua Komisi III, DPRD Kabupaten Blitar bersama istri, Camat Kanigoro. Acara pokok Haul Mbah Moedjair dimulai dengan pembacaan sejarah singkat, kemudian sambutan dari Wakil Bupati, tausiah dan diakhiri dengan tabur bunga. Dalam bingkai yang sederhana, acara ini mengambil tema ‘Membangkitkan Kembali Semangat Perjuangan Sang Pelopor Untuk Membentuk Masyarakat Indonesia Yang Adil dan Makmur’. Lalu siapakah sosok Mbah Moedjair? Dia adalah penemu Ikan Mujair. Moedjair, seorang warga Desa Papungan RT. 04 RW. 06 Kecamatan Kanigoro. Ikan Mujair sendiri merupakan salah satu spesies dari ikan air tawar yang bentuk badannya pipih, umumnya berwarna abu-abu, coklat atau hitam dengan garis-garis samar berjajar vertikal di badan dengan nama latin Oreochromis mossambicus atau Mozambique tilapia.
10 Majalah PEN ATARAN PENA
Jika di goreng garing (kering) rasanya gurih. Meskipun jenis ikan ini berduri, dalam gorengan duri itu akan menjadi renyah (lunak). Dan bagi sebagian orang justru duri yang telah menjadi renyah (lunak) itulah yang menjadi daya tarik menu ikan ini. Dalam banyak literatur di sebutkan penemuan
ini terjadi pada tanggal 25 Maret 1936. Dan atas Mbah Moedjair memperoleh temuannya itu, banyak penghargaan. Beberapa diantaranya yaitu sebagai anggota Eksecitive Committee dari Indo Pasific Fisheries Council yang di berikan pada tanggal 30 Juni 1954 di Bogor, Piagam Nelayan Pelopor dari Departemen Perikanan Darat dan Laut RI (06 April 1965), penghargaan dari Kementrian Pertanian Republik Indonesia (17 Agustus 1951), dll. Wakil Bupati Blitar ketika memberikan sambutan, sangat mendukung terlaksananya acara ini. Katanya, sebagaimana tokoh-tokoh penting di negeri ini yang lahir di Blitar, sebut saja Wakil Presiden RI, Panglima TNI, Kapolri, dll., Mbah Moedjair termasuk salah satunya. Dengan mengutip salah satu ajaran dari Bung Karno, ‘Jangan Pernah Lupakan Sejarah’, H. Rijanto kemudian mengajak seluruh generasi penerus untuk mewarisi semangat Mbah Moedjair, untuk kemudian menjadikannya energi dalam memajukan Kabupaten Blitar. “Mari kita contoh semangat Mbah Moedjair untuk memajukan Kabupaten Blitar,” ujarnya. Ikan Mujair adalah salah satu karya anak bangsa yang lahir dari Desa Papungan, yang bahkan sudah ada sejak penjajah Jepang belum masuk ke Indonesia. Ikan Mujair lahir dari ketekunan, kegigihan dan daya inovasi yang tinggi, tambah H. Rijanto. Acara haul bukan sekedar untuk kumpul-kumpul. Namun yang terpenting, lanjut H. Rijanto, “Kita lestarikan nilai-nilai kepeloporan Mbah Moedjair untuk membangun Kabupaten Blitar.” Karenanya, kata Wabup, “Sangat disayangkan apabila diajak urunan untuk acara haul saja kok rekasa.”, yang kemudian disambut gelak tawa hadirin. Wabup meminta kepada panitia penyelenggara
Doni, menerima tumpeng dari Suwito dan disaksikan oleh Wabup
Batu nisan Mbah Moedjair, bantuan dari pemerintah pusat
agar pada tahun-tahun mendatang acara ini bisa dikemas lebih baik. Dan sebagai Wakil Bupati, ia menyampaikan akan berjuang untuk menjadikan makam Mbah Moedjair lebih baik dan layak sebagai tempat tujuan wisata baik melalui pemugaran makam ataupun perbaikan infrastruktur jalan. Mumpung ada anggota dewan (seraya menunjuk Suwito, SH –Ketua Komisi III DPRD) ditambah dukungan warga Desa Papungan, “Mari kita jadikan nama Mbah Moedjair lebih bergaung tidak saja di Kabupaten Blitar, tetapi juga secara nasioal dan bahkan internasional.” Suwito, SH ditemui disela-sela acara menyampaikan, “Acara semacam ini memang patut diapresiasi.” Penting untuk dilakukan dan harusnya menjadi tradisi agar setiap tahun bisa diselenggarakan. Acara yang tujuannya untuk pemuliaan terhadap penemuan dari Mbah Moedjair ini perlu dilaksanakan karena memang penemuan dari Mbah Moedjair itu sudah diakui secara nasional dan internasional. “Padahal penemuan itu terjadi pada jaman dahulu.” pungkas Suwito. Kalau penemuan terjadi sekarang , mungkin orang tidak banyak yang bertanyatanya. Namun ketika jaman duhulu dengan segala keterbatasan teknologi, tentu akan banyak nilai-nilai yang bisa kita contoh dari perjuangan seorang Moedjair. Dalam sejarahnya, Mbah Moedjair sampai harus sebelas kali berjalan kaki dari rumahnya ke Pantai Serang yang berjarak lebih kurang tiga puluh lima kilo meter sambil memikul gentong air untuk mengambil benih Ikan Mujair ke rumahnya. Melakukan berbagai
percobaan untuk merubah habitat Ikan Mujair yang semula hidup di air laut agar bisa dikembangkan di air tawar. “Harusnya hal ini bisa menginspirasi generasi sekarang,” tegas Suwito. Tentang niat yang mulia, arti ketekunan, kerja keras, tidak mudah menyerah, dll., nilai-nilai seperti inilah yang sekarang harus ditanamkan. Tidak seperti anak-anak jaman sekarang yang maunya serba instan, cepat ada, cepat tersaji atau cepat terealisasi. Kita semua perlu merefleksikan diri dari nilainilai pemuliaan penemuan Mbah Moedjair. “Dan itu
Blitar, dan itu adalah Papungan. Kalau bukan kita siapa lagi yang akan memuliakan penemuan Mbah Moedjair?” ujar Ketua Komisi III DPRD Kab. Blitar ini lantang. Doni Widodo, salah satu penggagas acara ini yang tergabung dalam Paguyuban Peduli Moedjair mengatakan, Haul Mbah Moedjair kali ini merupakan yang kedua kalinya setelah yang pertama pernah dilaksanakan pada Tahun 2009. “Terus terang saja karena terbentur masalah dana,” tambah Doni. Namun bukan sekedar berharap akan adanya haul rutin di makam Mbah Moedjair, tokoh muda Desa Papungan ini berharap banyak pada Pemerintah Daerah. Memang Mbah Moedjair selama ini telah memperoleh banyak apresiasi dari pemerintah pusat. Baik yang berupa penghargaan, atau sebut saja bantuan yang berupa pembangunan batu nisan dan hibah lahan pemakamannya. Kemudian pertanyaannya sekarang, lanjut Doni, “Apakah cukup begitu saja?” Kelompok Muda di Desa Papungan yang tergabung dalam Gerakan Peduli Mbah Moedjair mewakili warga disana menginginkan Pemerintah Kabupaten Blitar sebagai ‘tuan rumah’ lebih peduli kepada Mbah Moedjair. Agar Pemkab Blitar mau melakukan pemugaran kembali makam Mbah Moedjair dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan untuk ‘menghidupkan’ kembali semangat Mbah Moedjair. Berharap sebuah komplek makam yang multi fungsi dan sekaligus bisa menjadi sebuah lokasi wisata sehingga tercipta ladang baru bagi warga Desa Papungan untuk meningkatkan kesejahteraannya. zmoza
Suasana Haul Mbah Moedjair yang cukup menyita perhatian masyarakat
ATARAN 11 Majalah PEN PENA
Hambangun Praja Kemeriahan Hari Jadi Kabupaten Blitar
Tutup Perayaan Hari Jadi
dengan Wayangan
Dalang Ki Manteb Sudarsono, menutup kemeriahan kegiatan Hari Jadi Kabupaten Blitar ke-688
K
etua Panitia Peringatan Hari Jadi Kabupaten Blitar ke688 dan HUT Kemerdekaan RI ke-67, Drs. Izul Marom, M.Sc. mengatakan, pagelaran wayang kulit merupakan agenda yang sudah menjadi tradisi untuk digelar dalam rangka peringatan Hari Jadi Kabupaten Blitar. “Setiap Hari Jadi, pagelaran wayang kulit ini selalu digelar. Ini sebagai tradisi demi menghibur masyarakat Kabupaten Blitar,” katanya. “Sengaja tahun ini, kegiatan wayang kulit tidak digelar bertepatan dengan tanggal 5 Agustus karena bersamaan dengan bulan puasa. Akhirnya panitia hari jadi memutuskan untuk menggelar wayang kulit pada 4 September lalu,” tambah Izul Marom. Peringatan Hari Jadi ke 688 ini, panitia sengaja menghadirkan dalang kondang Ki Manteb Sudarsono untuk menghibur masyarakat Kabupaten Blitar. Tema Hari Jadi Kabupaten Blitar ke-688 adalah “Dengan Hari Jadi ke688 Kabupaten Blitar dan HUT
Bupati Herry Noegroho menyerahkan tokoh wayang kepada Ki Manteb Sudarsono. (foto-foto: hendranova)
12 Majalah PEN ATARAN PENA
Hari Jadi Kabupaten Blitar telah berlalu 5 Agustus lalu. Namun gemanya masih menggaung membangkitkan semangat masyarakat di Kabupaten Blitar. Sebagai kegiatan pamungkas pada peringatan Hari Jadi Kabupaten Blitar ke-688, Pemkab Blitar menggelar pagelaran wayang kulit dengan Ki Dalang Manteb Sudarsono. Pagelaran wayang kulit semalam suntuk ini digelar di Pendopo Kabupaten Blitar, Selasa (4/9) malam.
Kemerdekaan RI ke-67 tahun 2012, Kita Tingkatkan Kinerja Aparatur Pemerintah Menuju Masyarakat yang Sejahtera, Religius dan Berkeadilan”. Dalam tema tersebut terdapat dua kata kunci, yakni “Kita Tingkatkan Kinerja Aparatur Pemerintah” dan “Masyarakat yang Sejahtera, Religius dan Berkeadilan”. Menurut Izul Marom, yang dimaksud tema ini momentum Hari Jadi ke-688 Kabupaten Blitar dan HUT ke-67 RI, aparatur Pemerintah Kabupaten Blitar di tingkat kabupaten, kecamatan, kelurahan, dan desa bertekad untuk melaksanakan dan mensukseskan visi-misi Bupati dan Wakil Bupati Blitar. Yakni terwujudnya masyarakat Kabupaten Blitar yang sejahtera, religius dan berkeadilan. Peringatan Hari Jadi Kabupaten Blitar ke-688 merupakan hari yang sangat istimewa. Puncak kegiatan yang diperingati 5 Agustus lalu adalah bertepatan dengan 17 Ramadhan, Bulan delapan Agustus, dan 1945 dalam tahun penanggalan Jawa. “Secara numerik Hari Jadi Kabupaten Blitar tahun ini,
Bupati Blitar, Herry Noegroho, Ny. Era Herry Noegroho, dan Ketua DPRD Kabupaten Blitar, Guntur Wahono berfoto bersama dengan peraih juara pengumpul pajak terbaik, di sela-sela resepsi Hari Jadi Kab Blitar ke 688
yakni 5 Agustus 2012, adalah bertepatan dengan tanggal 17 (Penanggalan Hijrah), bulan 8 (Penanggalan Masehi), dan 1945 (Penanggalan Jawa),” jelas Izul Marom. Angka-angka ini menjadi istimewa dan menarik karena sama dengan 67 tahun yang lalu dimana tanggal, bulan, dan tahun kemerdekaan RI diproklamasikan. “Waktu dan kejadian seperti ini barangkali hanya terjadi sekali dalam kehidupan ini,” imbuh Izul Marom yang juga Kepala Dinas Porbudpar Kabupaten Blitar ini. Lebih lanjut Izul Marom menjelaskan, tak hanya pada penanggalan yang istimewa pada hari jadi kali ini, sejumlah kegiatan baru juga diselenggarakan untuk memperingati Hari Jadi Kabupaten Blitar ke-688. Kegiatan-kegiatan tersebut di antaranya, Ziarah ke Makam Pangeran Sambernyowo atau Sultan Amangkurat I di Solo. Pangeran Sambernyowo dipercaya sebagai leluhurnya orang Blitar. “Pangeran Sambernyowo dipercaya menjadi nenek moyangnya orang Blitar. Dan ini menjadi alasan kita melakukan ziarah ke sana,” jelas Izul Marom. Kegiatan lain untuk mengisi kemeriahan Hari Jadi Kabupaten Blitar ke-688 dan HUT RI ke-67 juga digelar. Di antaranya lomba kebersihan antar kecamatan dan SKPD. Kegiatan ini sebagai upaya untuk menumbuhkembangkan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam memperingati Hari Jadi Kabupaten Blitar dan HUT RI ke-67, serta penghormatan bagi para pejuang pendahulu. Kegiatan lainnya yang belum pernah digelar pada peringatan Hari Jadi Kabupaten Blitar juga digelar. Salah satunya kegiatan pameran spektakuler yang memamerkan aneka pusaka koleksi dari Bupati Blitar
H. Herry Noegroho, SE. MH. serta kolektor lainnya. Yakni Pameran Keris sebagai peninggalan warisan budaya yang patut untuk dilestarikan. Di berbagai kecamatan, kelurahan/desa, hingga RW dan RT di Kabupaten Blitar melaksanakan bermacam kegiatan guna memperingati Hari Jadi Kabupaten Blitar ke 688 dan HUT RI ke-67 ini. Macam kegiatan tersebut di antaranya dengan menggelar kesenian wayang kulit, musik dangdut, lomba-lomba tingkat RT, dan panjat pinang. Lingkup dan wilayah Peringatan Hari Jadi Kabupaten Blitar ke-688 ini tak jauh berbeda dengan 1 tahun ataupun 10 tahun yang lalu. Kabupaten Blitar memiliki 2,3 juta jiwa penduduk yang berdomisili di 22 kecamatan, 220 desa, 28 kelurahan, dan 6.978 Rukun Tetangga. Kabupaten Blitar memiliki luas
1.588,79 kilometer persegi. “Pada 5 Agustus lalu juga telah didoakan bersama agar Kabupaten Blitar dan masyarakatnya menjadi gemah ripah loh jinawi, menjadi kabupaten yang sejahtera, religius dan berkeadilan,” tegas Izul Marom. Dalam kesempatan ini, Panitia Hari Jadi Kabupaten Blitar ke-688 dan HUT RI ke-67 memberikan apresiasi dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Bupati Blitar, Wakil Bupati Blitar, Ketua dan anggota DPRD Kabupaten Blitar, Forum Pimpinan Daerah (Forpinda) atas dukungan yang penuh demi suksesnya kegiatan-kegiatan dalam memperingati Hari Jadi Kabupaten Blitar ke-688 ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh pimpinan SKPD beserta staf, camat, lurah, kepala desa, kepala dusun, ketua RW, ketua RT, dan masyarakat se-Kabupaten Blitar. Atas berpartisipasinya dalam menyelenggarakan berbagi kegiatan sebagai rangkaian peringatan Hari Jadi Kabupaten Blitar dan HUT RI ke-67. “Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Panitia Hari Besar Nasional di 22 kecamatan atas kegiatan yang sudah digelar sejak Mei 2012. Kami juga memberikan apresiasi kepada panitia lomba patrol dan Wlingi Budaya Carnival yang telah sukses menyelenggarakan kegiatan tersebut,” lanjut Izul Marom. Menurut Izul Marom, Wlingi Budaya Carnival 2012 merupakan event yang sangat spektakuler dengan melibatkan lebih dari 1000 peraga dan dihadiri ratusan ribu penonton. “Wlingi Budaya Carnival 2012 merupakan satu pertunjukan karnaval budaya termewah dan terbesar di Blitar. Kami berharap di tahun yang akan datang kegiatan baik tersebut kembali digelar,” katanya. hend
Bupati Blitar, Herry Noegroho dan Wabub Blitar Rijanto membuka lomba patrol keliling di Wlingi
ATARAN 13 Majalah PEN PENA
Hambangun Praja
H
imbauan Bupati Blitar itu tertuang dalam Surat Edaran Nomor : 414.3/393/409.203/ 2012 tanggal 18 September 2012. Surat tersebut menekankan, agar Kepala Desa merealisasikan modal BUMDES sebesar 10 % dari alokasi ADD yang telah diterima oleh masing-masing desa. Catatan Majalah Penataran, kebijakan Bupati Blitar tersebut merupakan respon terhadap hasil Workshop Fasilitator Bumdes Kabupaten Blitar yang dilaksanakan di Ruang Perdana, Agustus 2012 silam. Dalam workshop yang diikuti 44 pendamping Bumdes, muncul berbagai kendala penyaluran modal dari kas Pemdes ke Bendahara Bumdes. Kepala Bapemas Kabupaten Blitar, Drs. Agus Budi Handoko, M.Si yang mendampingi workshop itu mengaku, mendapatkan berbagai masukan yang penting bagi pembangunan BUMDES di masa depan. “Dari informasi seluruh pendamping yang kita terjunkan ke lapangan, kita mendapatkan 3 kategori BUMDES,” katanya.
BUMDES Slorok, serius didampingi
Bupati Himbau BUMDes Bergerak Bupati Blitar serius mencermati perkembangan BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) di Kabupaten Blitar. Para Kepala Desa (Kades) dihimbau menyerahkan asset modal, guna pengembangan BUMDES di masa depan. rantai program pembinaan BUMDES yang sedang digarap Bapemas bekerja sama dengan Pusat Inkubator Bisnis dan Layanan Masyarakat (PIBLAM) Unibraw Malang. Para pendamping direkrut dari kader-
kader masyarakat yang potensial, kemudian mendapat pembekalan teknis dari PIBLAM. Mereka-lah yang merekam persoalan yang dialami seluruh BUMDES. Direktrur PIBLAM, Profesor Dr. Abdul Andi Gani,
Kepala Bapemas, Drs. Agus Budi Handoko, M.Si
Kategori pertama, lanjutnya, adalah bumdes yang prospektif dan mampu menjalankan usahanya sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kategori kedua, ditemukan bumdes yang belum menemukan pola kerja yang jelas. Dan kategori ketiga, ditemukan bumdes yang tidak berjalan sesuai program yang telah dijalankan. Kegiatan workshop itu sendiri merupakan mata
14 Majalah PEN ATARAN PENA
Monitoring FASKAB di Dayu, Nglegok
MS ketika menandatangani nota kerjasama mengatakan, BUMDes di Kabupaten Blitar memiliki peluang menjadi ikon baru bagi bangkitnya ekonomi di desa-desa. Ia merujuk dari keseriusan Bupati Blitar yang berinisiatif melahirkan Perda Nomor 14 Tahun 2009 tentang Badan Usaha Milik Desa. Begitu pula dengan lahirnya Perbup Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Tata Cara Pendirian dan Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Menariknya, Kab Blitar tergolong daerah yang sangat aktif menangani BUMDes, semenjak lahirnya kebijakan nasional melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri dan Gubernur BI, yaitu NOMOR 351.1/ KMK.010/2009, NOMOR 900-639A Tahun 2009, NOMOR 01/SKBM/M.KUKM/IX/2009, dan NOMOR 11/43A/ KEP.GBI/2009 tentang Strategi Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro. Hasil kajian PIBLAM selama tiga bulan itulah, yang kemudian menjadi dasar terbitnya Surat Bupati yang juga dikirimkan kepada seluruh camat di Kabupaten Blitar . Secara serius, Bupati meminta seluruh Kepala Desa agar menyerahkan semua asset BUMDES dalam bentuk rekening bank, dilengkapi berita acara penyerahan asset, berikut bukti-bukti pelunasannya. “Kebijakan Bapak Bupati itu adalah agar masingmasing pihak dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Bumdes-nya agar dapat bekerja dengan baik karena modalnya bisa dioperasikan. Sedangkan Kadesnya tidak perlu pusing-pusing membawa asset yang memang bukan kewenangannya,” lanjut Agus Budi Handoko. Di samping seruan untuk mendistribusikan dana bumdes secara benar, Bupati juga menyerukan agar lembaga-lembaga keuangan mikro yang belum berbadan hukum, melakukan transformasi menjadi unit kelembagaan BUMDES. Tujuannya adalah memfokuskan program penyaluran bantuan mikro, agar tidak terlalu banyak lembaga yang justru membuat kebingungan masyarakatnya.
22 BUMDES Pilot Program Fasilitasi BUMDES tahun 2012 yang ditangani Fasilitator Kabupaten (FASKAB) dan Fasilitator Kecamatan (FASKEC), mulai membuahkan hasil. Sebanyak 22 bumdes dinyatakan sebagai pilot project di Kabupaten Blitar. Lembaga-lembaga tersebut dinilai memiliki komitmen untuk memajukan perkekonomian desanya masing-masing. Drs. Agus Budi Handoko, M.Si menegaskan, seluruh BUMDES Pilot Project itu diharapkan benarbenar akan menjadi andalan masyarakat Kabupaten
Kades Karanggayam, ingin maju
Blitar. “Banyak pemerintah daerah dari seluruh Indonesia melakukan studi banding ke Blitar. Mereka akan kita salurkan ke seluruh BUMDES Pilot itu agar melihat dari dekat cara kerjanya di lapangan. Catatan Majalah Penataran, salah satu temuan menarik dari FASKAB Blitar adalah BUMDES Selopuro yang mampu mengawinkan antara program bumdes
dengan aktivitas pasar desa setempat. Pengurus BUMDES dan pengurus pasar desa langsung bergabung dalam organsiasi yang solid, karena menangani banyak bidang. Di antaranya melayani setoran iuran PLN, sewa kios pasar, restribusi parkir di pasar dan sebagainya. pur
Daftar Pilot Project lokasi percontohan BUMDes Kabupaten Blitar 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.
Desa Bakung Kecamatan Bakung Desa Tawangrejo Kecamatan Binangun Desa Slorok Kecamatan Slorok Desa Sumberagung Kecamatan Gandusari Desa Slorok Kecamatan Garum Desa Plosorejo Kecamatan Kademangan Desa Gogodeso Kecamatan Kanigoro Desa Tapakrejo Kecamatan Kesamben Desa Dayu Kecamatan Nglegok Desa Panggungrejo Kecamatan Panggungrejo Desa Kebonduren Kecamatan Ponggok Desa Plosoarang Kecamatan Sanankulon Desa Selopuro Kecamatan Selopuro Desa Ngreco Kecamatan Selorejo Desa Karanggayam Kecamatan Srengat Desa Pandanarum Kecamatan Sutojayan Desa Tumpang Kecamatan Talun Desa Jati Kecamatan Udanawu Desa Wates Kecamatan Wates Desa Ngadirenggo Kecamatan Wlingi Desa Wonodadi Kecamatan Wonodadi Desa Wonotirto Kecamatan Wonotirto Sumber: FASKAB Bumdes Kab Blitar.
ATARAN 15 Majalah PEN PENA
Hambangun Praja
R
TH merupakan program penanganan lingkungan yang sedang menjadi perhatian dunia saat ini. Tingkat pencemaran yang tinggi, memaksa masyarakat dunia kangen adanya lingkungan yang sehat dan berkualitas. Kepala Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Blitar, Ir. M. Krisna Triatmanto, M.Si mengakui, pihaknya sedang menyusun langkah-langkah untuk program pengelolan RTH di Kabupaten Blitar. “Kita sedang ancang-ancang untuk membangun kawasan RTH di Kanigoro, sebagai sarana yang dibutuhkan untuk calon ibukota Kabupaten Blitar yang baru,” ujarnya kepada Majalah Penataran. Areal yang diproyeksikan untuk kawasan RTH itu adalah tanah kas desa yang sekarang berada di belakang kompleks Puskesmas, Koramil dan di pinggir jalan arteri serta bersebelahan dengan SMPN 1 Kanigoro. Jika kompleks Kantor Pemerintahan Kabupaten sudah terbangun, maka fasilitas RTH ini akan saling berdekatan. Seluruh proyek pembangunannya mengandalkan dana multi years dari APBN, karena
Kawasan hijau taman kantor
plot di APBD Kab Blitar sudah didistribusikan untuk kegiatan masyarakat yang lain. Secara teknis, RTH Kanigoro direncanakan
dibangun di atas tanah seluas 26.876 m2. Di dalam terdapat beberapa zona, di antaranya Zona Entrance : berisi main gate, pos jaga, parkir area, plaza, kantor
RTH Kabupaten Blitar Kabupaten Blitar memiliki kekayaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang banyak, tetapi belum ditangangani secara terprogram. Sudah saatnya, fasilitas umum ini mendapat perhatian yang sungguh-sungguh
Kepala Kantor Lingkungan Hidup, Ir. M. Krisna Triatmanto, M.Si
16 Majalah PEN ATARAN PENA
pengelola, mushola, kios PKL, toilet, mekanical elektrical. Kemudian Zona Play Ground yang berisi outbund area, education park (taman pintar), taman labirin, waterpark. Lalu Zona Forest Area yang berisi top wakl bridge, seding area (area pembibitan), food terrace, gazebo. Serta Zona Sport Area yang berisi extreme sport, volleyball, futsal, jogging track dan outdoor game. Kebijakan tentang RTRH Kabupaten Blitar sudah dicanangkan jauh-jauh hari. Ini bisa dilihat dengan terbitnya Perda No. 5 Tahun 2009 tentang RTRW Kab. Blitar Tahun 2008-2028. Secara khusus dalam Pasal 22 disebutkan penetapan Kota Kanigoro sebagai pusat pemerintahan Kab. Blitar yang harus ditunjang dengan penyediaan sarana dan prasarana pendukung. Krisna menambahkan, saat ini di Kanigoro sudah terdapat areal-areal RTH, di antaranya berupa lapangan olahraga, lapangan upacara, sempadan sungai, taman kota, pertamanan, lingkungan perumahan, lahan pertanian, perkebunan, dan pemakaman umum. “Nah, gara-gara akan menjadi ibukota itu, maka perlu ditambah fasilitas pengembangan,” lanjutnya.
Amanat Dunia Ketiga Catatan Majalah Penataran dari sejumlah literature menyebutkan, pengertian RTH adalah ruang yang didominasi oleh lingkungan alami, di luar maupun di dalam kota dalam bentuk taman, halaman, areal rekreasi kota dan jalur hijau. (Trancik: 1986:61). Jenisjenis RTH diantaranya : taman kota, taman wisata alam, taman rekreasi, taman lingkungan perumahan dan permukiman, taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial, taman hutan raya, hutan kota, hutan lindung, bentang alam (bukit, gunung, lereng, lembah), cagar alam, dsb. Uniknya, meskipun telah memiliki fasilitas RTH yang melimpah, tidak banyak produk hukum kebijakan pengelolaan yang diterbitkan Pemkab Blitar. Fokus perhatian hanya mengarah ke Wlingi, lantaran menjadi jago dalam kompetisi Adipura. Lihat saja, 5 unit RTH di Wlingi, hanya ada 1 RTH yang memiliki landasan hukum yaitu Perda No. 43 Tahun 2007 tentang Penetapan Lokasi Hutan Kota di Kecamatan Wlingi. Isu kebutuhan RTH muncul dalam KTT Bumi di Rio de Janeiro (1992) yang dipertegas pada KTT Johanesburg berikutnya. Dalam forum itu disepakati bahwa sebuah kota secara ideal harus memiliki luas RTH minimal 30 % dari total luas kota. Indonesia kemudian meratifikasi konvensi itu yang kemudian dituangkan dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Semangat membangun RTH ini seolah-olah berpacu dengan terus-menerus hilangnya potensi lahan hijau, gara-gara gairah pertumbuhan sarana dan prasarana kota, seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Di seluruh dunia selalu dikeluhkan hilangnya lahan hijau, berkurangnya hutan, dan berganti menjadi gedung-gedung baru baik untuk hunian maupun untuk manufaktur.
Kawasan hijau pesawahan
Kawasan Perkotaan di Kab Blitar No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.
Kecamatan Bakung Wonotirto Panggungrejo Wates Binangun Sutojayan Kademangan Kanigoro Talun Selopuro Kesamben Selorejo Doko Wlingi Gandusari Garum Nglegok Sanankulon Ponggok Srengat Wonodadi Udanawu
Desa/Kelurahan Ngrejo Sumberboto, Wonotirto Panggungrejo Wates Sumberkembar, Binangun Sutojayan, Kedungbunder, Sukorejo, Kalipang, Jingglong, dan Jegu Kademangan, Sumberjati Kanigoro, Kembangarum Talun, Kamulan, Bajang, Kaweron Selopuro Kesamben, Pagerwojo Selorejo Doko, Genengan Klemuman, Wlingi, Tangkil, Beru, Babadan Gandusari, Sukosewu, Tambakan Pojok, Sumberdiren, Garum, Bence, Tawangsari Nglegok Sanankulon, Kalipucung Ponggok, Pojok Kauman, Srengat, Dandong, Togoan, Bagelenan, Kendalrejo Wonodadi, Tawangrejo, Pikatan Bakung, Mangunan, Sukorejo, Slemanan
Sumber: Dinas PU Cipta Karya Kab. Blitar
Fungsi RTH akhirnya sangat dibutuhkan, di antaranya fungsi ekologis meningkatkan kualitas dan kuantitas air tanah, mencegah banjir, dan polusi. Secara sosial budaya, fungsinya adalah sebagai ruang interaksi sosial, rekreasi, dan landmark (tetenger) kota. Dan fungsi arsitektur adalah meningkatkan keindahan, dan secara ekonomi untuk memancing wisatawan.
Catatan di Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Blitar menyebutkan, areal RTH di Kabupaten Blitar sebesar 142.239,71 ha. Dari luas lahan di Kabupaten yang mencapai 1.588,79 ha, sudah dikapling untuk permukiman sebesar 33.874 ha, sawah irigasi dan tadah hujan 31.746 ha, tegalan 46.169 ha, perkebunan 13.347 ha, hutan 34.968,9 ha, tambak dan kolam 161 ha, lahan kosong 184 ha, dan lain-lain 7,604 ha. pur
Fasilitas taman anak, belum ditangani
ATARAN 17 Majalah PEN PENA
Hambangun Praja
Ajak Eks TKI
Agar Produktif
Mantan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Kabupaten Blitar tidak selalu sukses. Usai bekerja di luar negeri, akhirnya kembali jatuh miskin di usia tua. Perlu pendidikan kepada eks TKI untuk berpikir produktif. Hasil jerih payah TKI dijadikan modal usaha, mestinya cukup potensial untuk menjamin masa tua
“Kalau dulu orang suka bilang, bina TKI yang akan berangkat. Kalau saya lebih memilih membina TKI yang sudah pulang kampung,” ujar Drs. Djohar Sutrisno, M.Si, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Blitar. Hal ini berdasarkan kenyataan, banyak eks TKI di
Kabupaten Blitar yang gagal mengelola tabungan setelah bekerja di luar negeri. Kabupaten Blitar, lanjutnya, pemasok TKI ke luar negeri terbesar kedua setelah Malang. Kisah sukses para TKI sudah bukan barang baru, menghiasi aneka media massa. Begitu cerita pilu, TKI gagal bekerja
Drs. Djohar Sutrisno, M.Si
18 Majalah PEN ATARAN PENA
bahkan hingga pulang tinggal nama, juga merupakan bagian tidak terpisahkan dari masalah ketenagakerjaan di Indonesia saat ini. Catatan di Disnakertrans Kabupaten Blitar, saat ini tidak kurang 72 PPTKIS (Perusahaan Pengerah Tenaga Kerja Indonesia Swasta) yang menggaet caloncalon TKI di Kabupaten Blitar. Dari puluhan lembaga itu, disalurkanlah para TKI untuk tujuan Brunei, Hongkong, Malaysia, Singapura dan Taiwan. Dalam satu bulan, rata-rata puluhan PTKIS itu mengirimkan TKI sebanyak 800 orang. Tentu akan dibarengi oleh TKI dari luar negeri yang telah kehabisan masa kerjanya atau sebab-sebab lain., “Visi tugas kami adalah meningkatkan masyarakat dan tenaga kerja yang berkualitas. Jika banyak TKI yang hidupnya tidak berkualitas, justru menjadi tantangan kami,” lanjutnya. Hingga bulan Juli 2012 lalu, ketika dilakukan registrasi secara online, TKI asal Kabupaten Blitar tersebar pada 9 negara yaitu Qatar, Macau, Brunai, Abu Dabi, Saudi Arabia, Malaysia, Singapura, Hongkong dan Taiwan. Angka tersebut berflukstuasi tiap bulan, karena ada TKI yang masa kontraknya habis, namun disusul pula oleh TKI yang baru.
Beternak sapi, salah satu contoh usaha untuk menyelamatkan hasil kerja di luar negeri
Menurut Djohar, jika ditilik dari produktivitas kerja mereka, akan terekam pendapatan uang yang cukup menggiurkan. Jumlah pengiriman uang/ remitance TKI yang dikirim di Kabupaten Blitar sampai dengan bulan Juli 2012 mencapai angka Rp 39,191,519,216.75. Angka sebesar ini mustahil dihasilkan oleh tenaga kerja di perusahaan-perusahaan di Indonesia. “Andaikan dana itu dijadikan modal usaha, mestinya cukup potensial untuk menjamin masa tua para TKI. Tetapi mengapa kok banyak TKI yang kembali jatuh miskin di usia senja,” tanya Djohar tidak habis pikir. Usut punya usut, para TKI itu tidak memiliki wawasan yang cukup untuk berwiraswasta. Bidang kerja yang mereka geluti di luar negeri, bertolak belakang dengan kondisi di desanya. Misalnya di Hongkong sebagai pekerja di pabrik internasional, sedangkan di desanya ia tidak dapat bergantung kepada perusahaan manapun. Padahal, di tangannya sedang tergenggam banyak uang. “Akibat kebimbangan seperti itu, suara-suara yang masuk ke telinga justru para pedagang yang silih berganti menghasut agar membeli produkproduknya. Maka mereka jatuh menjadi pelaku konsumtif,” imbuhnya.
Kab Blitar. Beberapa puluh tahun, trend TKI ke luar negeri telah memberi banyak pelajaran, bagiamana Disnakertrans memerankan fungsinya sebagai regulator sekaligus pembina para TKI. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri telah mengatur, bagaimana Petugas Lapangan (PL) maupun Petugas Rekrut Calon Tenaga Kerja Indonesia (PRCTKI) melaksanakan perekrutan calon TKI di Kabupaten Blitar. “Kami sedang mengambil inisiatif untuk membentuk sebuah program bina eks TKI. Tujuannya memberikan konseling bagi eks TKI agar dapat memanfaatkan uang jerih payah banting tulang di luar
negeri, agar memberi manfaat di hari tua. Program itu merupakan salah satu misi Disnakertrans, di antaranya peningkatan kesejahteraan pekerja dan purna kerja. Piranti untuk merealisasikan tujuan besar itu, tentunya mencakup kesiapan sumberdaya manusia serta daya dukung peralatan yang memadai. Kedua hal itu saling membutuhkan satu sama lain. Rencana tersebut, sudah dilaporkan kepada pimpinan daerah. “Kabupaten Blitar yang disebut-sebut orang sebagai daerah pengekspor TKI ini, seyogyanya juga memiliki sarana yang peduli terhadap kebutuhan TKI tersebut,” lanjutnya. pur
Perlu BLK Eks TKI Untuk urusan pengiriman TKI ke luar negeri, mestinya bukan barang baru lagi bagi Disnakertrans
Hasil kerja di luar negeri diwujudkan lahan pertanian yang setiap tahun selalu menghasilkan keuntungan
ATARAN 19 Majalah PEN PENA
Hambangun Praja
Biar Cacat Terus Berkarya Penyandang cacat tubuh di Kabupaten Blitar terus menggeliat. Mereka berusaha menunjukkan eksistensinya, meski dalam kondisi keterbatasan tubuh. Dinas Sosial berusaha mendampingi untuk meraih kualitas hidup yang optimal.
H
al itu tercermin dalam kehidupan sejumlah penderita cacat di Kabupaten Blitar. Seperti kehidupan Bu Wiji (55) warga Ringinanom, Udanawu, Blitar. Wanita paruh baya penderita kaki lumpuh permanen itu, saat ini membuka usaha Mawar Collection di Jalan Mawar, Kota Blitar. Ia membuat tas untuk keperluan hajatan, ulang tahun dan sebagainya.
“Lha saget-te namung jahit-menjahit ngeten niki,” katanya ketika reporter Majalah Penataran bertandang di tokonya. Usahanya itu tidak sia-sia. Nyatanya ia terus-menerus kebanjiran order, sejak toko itu dibuka tahun 2009 silam atas bantuan yang diterimanya dari Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Blitar. Kepala Dinsos, Drs. Ec. Ahmad Husain, M.Si
Kepala Dinsos, Drs. Akhmad Husain memberikan bantuan kursi roda kepada penyandang cacat tubuh
20 Majalah PEN ATARAN PENA
membenarkan, toko yang dikelola Bu Wiji tersebut merupakan satu di antara ratusan usaha yang dilakukan oleh para penderita cacat yang berada di Kabupaten Blitar. “Para penderita cacat berada di seluruh wilayah Kabupaten Blitar. Sudah menjadi tugas kami untuk mendampingi mereka, mengoptimalkan potensi yang dimilikinya,” kata Husain. Ia menunjukkan data, para penderita cacat yang dibina Dinsos meliputi tuna rungu wicara mencapai 348 orang, tuna netra sebanyak 250 orang, tuna graita mencapai 348 orang, cacat tubuh mencapai 678 orang, dan cacat ganda (mental dan fisik sekaligus) mencapai 205 orang. Dampak yang ditimbulkan oleh kecacatan itu, lanjut Husain, semakin berantai. Selain terkendala oleh kelainan yang diderita, para penderita kemudian dijangkiti perasaan minder, terbelakang dan merasa terkucil. “Masalah ini kemudian juga menjadi beban bagi keluarganya juga,” imbuhnya. Dinsos memiliki program yang bertujuan mendampingi para penderita tersebut. Di antaranya adalah mendorong lahirnya organisasi-organisasi para penderita. Organisasi itu dimanfaatkan sebagai wadah untuk saling bertemu satu sama lain, melakukan kegiataan bersama-sama dan merencanakan hal-hal yang memungkinkan dilakukan para penderita, sebagaimana layaknya manusia normal lainnya. “Yang terus berlangsung adalah arisan dan anjangsana yang dilakukan organisasi-organisasi penyandang cacat itu,” lanjut Husain. Kegiatan tersebut mendapat sambutan antusias, karena para penyandang cacat memiliki greget untuk bersosialisasi. Perasaan senasib, membuat mereka menjadi akrab di antara sesama penyandang. Dalam kesempatan arisan-arisan itulah, Dinsos mengadakan kegiatan pembinaan pemberian ketrampilan, seperti jahit-menjahit, ketrampilan elektronika, ketrampilan membuat kue dan sebagainya. Pemberian pelatihan itu disesuaikan dengan kecacatan masing-masing. Para penyandang tuna rungu wicara diprioritaskan pelatihan usaha ternak. Penyandang kebutaan diberi ketrampilan pijat. Sedangkan penyandang cacat tubuh dilatih ketrampilan menjahit dan elektronika. Contoh pengusaha garmen penyandang cacat yang saat ini terbilang sukses adalah Choirul Anan, warga Bendowulung, Sanankulon, Blitar. Usahanya sangat maju dengan karyawan puluhan orang. Omzet tiap bulan, tidak kurang mencapai Rp 10 juta. pur
Bu Wiji, pemilik Mawar Collection
Lahir Dari Pelatihan
M
awar Collection terbilang ramai di jalan arteri masuk Kota Blitar. Dari luar tampak terpajang tas-tas kecil, hasil jahitan Bu Wiji yang menjadi etalase. Seorang gadis manis tampak sibuk melayani pembeli. Rohma, nama gadis itu, ternyata anak sulung Bu Wiji. Sejurus kemudian, ia memanggil ibunya untuk menemui reporter Majalah Penataran. “Awal-e nggih frustasi lho Pak. Lha wong buka toko, patang wulan mboten wonten pembeli,” kenang Bu Wiji mengisahkan usahanya membuka Mawar Colletion. Padahal usaha itu dibuka dengan mengandalkan tabungan yang tidak seberapa. Selain itu, Rohma sedang membutuhkan biaya untuk merampungkan sekolahnya di SMEA. Saking bingung, Bu Wiji sekeluarga hampir saja menutup toko itu, untuk kembali hidup di Udanawu, berkebun seperti keluarganya yang lain. Tapi rupanya, takdir berkata lain. Di tengah kegalauan Bu Wiji, tiba-tiba saja mulai ada pembeli berdatangan ke tokonya. Sejak itu, Mawar Collection ramai dikunjungi orang. Kepada reporter Majalah Penataran, Bu Wiji menunjukkan segepok tas yang dipesan oleh organisasi dari Kalimantan dan Ambon. Beberapa di antaranya, ada pesanan dari kota-kota di Jawa Timur. “Kula saged jahit-menjahit niki merga dilatih Dinsos wonten BLK Garum,” kisahnya menceritakan
Bu Wiji, penderita folio
kemampuannya menjahit. Awalnya ia membuat pakaian. Tapi sayang, mode-mode yang dihasilkanya, kalah bersaing dengan mode-mode buatan perusahaan besar. Akibatnya, ia menghentikan pembuatan baju, karena tidak ada pembeli. Ia mengalihkan produknya berupa tas kecil untuk penganan dan souvenir. Sasarannya adalah untuk hajatan dan kegiatan arisan-arisan. Di sinilah ia menemukan hoki-nya. Tas buatanya dikenal halus dan modelnya bisa mengikuti keinginan pembeli. Tahukah Anda, gara-gara pesanan terus meningkat, Bu Wiji akhirnya mengerahkan rekanrekannya sesama penyandang cacat untuk bersamasama membuat tas. Bahkan sablon untuk tasnya, juga dilakukan oleh para penyandang cacat. pur
Mawar Collection, binaan Dinsos Kab. Blitar
ATARAN 21 Majalah PEN PENA
Hambangun Praja pula, pelayanan KB di rumah sakit milik Pemkab Blitar ini terus berjalan. Pelayanan KB ini dilakukan melalui bimbingan konseling kepada calon peserta KB. Calon peserta KB berhak menentukan alat kontrasepsi yang cocok dan aman untuknya. Mereka berhak memilih salah satu alat kontrasepsi yang ada seperti MOW, IUD, Inplant, Suntik, Pil, dan Kondom. Rumah Sakit Umum Daerah Ngudi Waluyo Wlingi sudah melaksanakan program Pelayanan Obsetri Neonatal Emergency Komprehensip (PONEK). Kegiatan yang telah dilaksanakan melalui PONEK di antaranya, menerima rujukan dari Puskesmas dan Pelayanan Kesehatan di wilayah Kabupaten Blitar tentang ANC (senam hamil, gizi ibu hamil, dan penanganan komplikasi). Kegiatan lainnya yakni membina Puskesmas Pelayanan Obsetri Neonatal Emergency
Menuju PERSI Award 2012
RSUD Ngudi Waluyo Wlingi,
Sukseskan Program KB Keberhasilan Program KB di Kabupaten Blitar tak dapat terlepaskan dari peran serta RSUD Ngudi Waluyo Wlingi. Dari tahun ke tahun jumlah peserta KB yang ditangani rumah sakit milik Pemkab Blitar ini terus meningkat. Keberhasilan ini berkat tenaga medis yang turut serta dalam melakukan sosialisasi program KB kepada pasien.
S
ukses RSUD Ngudi Waluyo Wlingi dalam program KB ini mendapatkan respon positif dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Rumah sakit ini pun mendapatkan amanat untuk mengikuti lomba Persatuan Rumah Sakit Indonesia (PERSI) AWARD 2012 tingkat Nasional. Direktur RSUD Ngudi Waluyo Wlingi, dr. Budi
22 Majalah PEN ATARAN PENA
Winarno kepada Majalah Penataran mengatakan, PERSI Award merupakan lomba keberhasilan program KB khusus yang dilaksanakan rumah sakit se-Indonesia. “Saya menyambut positif adanya PERSI AWARD 2012 ini, apalagi kita mewakili Jawa Timur di tingkat Nasional,” katanya. Ditambahkan, dengan adanya PERSI AWARD ini menyemangati aparatur di RSUD Nguddi Waluyo Wlingi untuk lebih dalam memberikan pelayanan kesehatan khususnya program KB. Lebih lanjut Budi Winarno menambahkan, pelayanan KB di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi sudah dilaksanakan sejak lama. Sebelum program KSM (Kontrasepsi Mantap) dicanangkan, rumah sakit ini sudah melakukan KSM. Karena saat itu belum ada dokter spesialis ObGyn pelatihan KSM dilaksanakan tahun 1968. Pelayanan KB di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi dilakukan khususnya di Poliklinik Kebidanan dan Kandungan, Kamar Bersalin/Nifas, dan Kamar Operasi. Kegiatan KB sudah dilaksanakan sebelum pencanangan oleh BKKBN tepatnya pada 29 Juni 1970. Sejak itu
dr. Budi Winarno
Dasar (PONED). Puskesmas PONED adalah Puskesmas yang memiliki fasilitas untuk melakukan penanganan kegawat daruratan serta Puskesmas yang harus siap 24 jam. RSUD Ngudi Waluyo Wlingi juga berperan dalam meningkatkan peserta KB IUD melalui program pelayanan IUD pasca melahirkan. ”Metode pelayanan KB pasca placenta ini diberikan petugas medis kepada peserta KB sesaat setelah melahirkan,” kata Budi Winarno. Pemilihan pemakaian kontrasepsi diarahkan pada IUD pasca placenta karena IUD pasca placenta dipandang efektif, cukup menyenangkan dan aman. Sebelum dicanangkan Jaminan Persalinan, di tahun 2010 pelayanan pemakaian kontrasepsi cenderung memilih MOW dibandingkan dengan IUD. Yakni dari jumlah persalinan 941 persalinan yang memilih IUD 21 orang, implant 3 orang, inplant 3 orang, dan sisanya lebih banyak memilih MOW. Sebulan setelah Program Jampersal dicanangkan pemerintah, RSUD Ngudi Waluyo Wlingi langsung melaksanakan program tersebut dan terintegrasi dengan pelayanan KB. ”Pelayanan KB lebih diarahkan kepada kontrasepsi jangka panjang seperti IUD, AKB (Susuk KB), MOP, dan MOW. Ini sesuai dengan petunjuk teknis Jampersal dari Kemenkes RI tahun 2011,” jelas Budi Winarno. Dalam rangka meningkatkan cakupan peserta KB baru, pelayanan KB pasca persalinan di rumah sakit harus menjadi prioritas utama. Artinya, diharapkan sebelum pasien pasca persalinan pulang dari rumah sakit sudah dilakukan pelayanan KB. Hal ini sesuai petunjuk BKKBN dalam Pedoman Pelayanan KB di Rumah Sakit. Setelah dicanangkannya program Jampersal pada tahun 2011 lalu, jumlah layanan persalinan mengalami kenaikkan 212 persen. Jika pada tahun 2010 jumlah persalinan di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi hanya 941 persalinan, di tahun 2011 jumlah persalinan mencapai 1995. Hal ini berdampak pula terhadap peningkatan jumlah peserta KB di tahun 2011 dibandingkan tahun 2010. Seperti ditahun 2010, peserta MOW sebanyak 104 peserta, IUD 21 peserta, inplant 3 peserta, di tahun 2011 meningkat menjadi 197 peserta KB MOW, 895 peserta KB IUD, dan 67 orang lebih memilih inplant. Meski tampak sukses dalam memberikan pelayanan KB, RSUD Ngudi Waluyo Wlingi masih menemui beberapa kendala yang sedikit menghambat layanan Jampersal kepada masyarakat. Di antaranya, dalam akses persalinan adanya keterlambatan pengambilan keputusan di tingkat bawah, kurangnya biaya bagi para penunggu pasien, sosialisasi tenaga
RSUD Ngudi Waluyo masih butuh dokter spesialis ObGyn untuk layani pasien
kesehatan di masyarakat, serta keterbatasan SDM yang ada di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi. “Kita hanya mempunyai 16 bidan dan 1 dokter spesialis untuk menangani persalinan. Mestinya kita mempunyai tenaga medis khusus untuk bidang ini sebanyak 25 bidan dan 2 dokter spesialis. Kita sudah meminta tambahan tenaga medis ini kepada pemerintah,” tambah Budi Winarno. Tak hanya tenaga medis yang kurang, rumah sakit ini juga perlu tambahan sarana pendukung
seperti penambahan kamar bersalin dan kamar operasi. Saat ini rumah sakit ini hanya mampu menampung 28 pasien saja. Padahal pasien yang melakukan persalinan lebih banyak. “Kami sudah mengajukan bantuan untuk pengembangan gedung kamar bersalin dan kamar operasi. Semoga bantuan dari DAK akan turun dan dapat segera kita laksanakan pengembangan gedung untuk kebutuhan kenyamanan pasien persalinan,” jelas Budi Winarno. hend
Tenaga medis RSUD Ngudi Waluyo yang siap memberikan layanan KB
ATARAN 23 Majalah PEN PENA
Hambangun Praja Menelusuri “Ketok Magic Pak Turut” di Nusantara
Syamsi, Potret Bengkel di Pinggiran Jakarta (4)
M
Papan nama di pinggiran Jakarta. (foto-foto: antokpurwanto)
elongok bisnis bengkel ketok magic di Jakarta, kondisinya bervariasi. Ada yang sukses besar hingga bergaya hidup wah, namun ada pula yang pas-pasan untuk bertahan hidup. Tim HAKI Kabupaten Blitar menemui Syamsi, warga Desa Bangsri, Kecamatan Nglegok, yang sekarang memiliki Bengkel “Sido Mulyo” di Jalan Pegalarang Settu No. 68 Jakarta. Bengkelnya tidak terlalu besar. Itupun ia masih mengontrak, lahan milik warga setempat. “Ya begini cara kita bertahan hidup di Jakarta,” ujarnya. Syamsi mengaku jatuh bangun dalam meniti karir sebagai pelaku bengkel ketok magic ini. Pasalnya
memang ia tidak tertarik belajar ketok magic kepada Pak Turut, meskipun secara fisik rumahnya bertetangga dengan Pak Turut. Ketika Pak Turut moncer dengan bengkel kenteng teter-nya, Syamsi mengaku masih kelas III Sekolah Dasar. “Kalau ketemu Pak Turut, paling beliau cuma mau beli kue saya. Saya dikasih duit gitu aja,” ujarnya. Kadang Pak Turut makan kue, tapi yang sering malah tidak makan. Daya tarik di ketok magic justru muncul ketika beranjak jadi pemuda. Ia belajar kepada pamannya Slamet, yang juga pernah berguru ke Pak Turut. Secara resmi tahun 1987 ia mengikuti bengkel Slamet di Jatinegara, lalu berpindah ke Pondok Gede.
24 Majalah PEN ATARAN PENA Foto: Magic 1:
Merasa mampu belajar kepada pamannya, Syamsi mencoba peruntungan. Lalu bersama dengan Kaseni, murid Pak Turut, mengadu nasib ke Gianyar, Bali. Susah dan senang dialaminya ketika berusaha mandiri bersama Kaseni. Sampai akhirnya tahun 1996, ia memutuskan kembali ke Jakarta, di tempatnya sekarang ini. Dalam operasional sehari-hari, Syamsi dibantu 2 orang yang juga dari Blitar. Bengkelnya menjadi langganan masyarakat sekitarnya. Menurutnya, saat ini tidak terlalu sulit mencari bengkel ketok magic di Jakarta. Selain warga Blitar yang bertebaran membuka usaha ini, banyak pemilik bengkel bukan orang Blitar
Syamsi dan kru di bengkel, bekerja keras memuaskan hati pelanggan. (insert) Papan identitas bengkel yang senatiasa mendapat perhatian
yang juga mempraktikkan ilmu yang sama. Ilmu kenteng teter dari Pak Turut telah berkembang sedemikian pesat di Jakarta. Kendati banyak warga dari daerah lain yang membuka usaha ini, tetapi bisa ditebak, mereka mendapatkan ‘pendidikan’ kenteng teter ini dari murid-murid Pak Turut maupun kader di bawahnya.
Tak Pernah Lupa Ziarah Makam Meski telah memiliki kehidupan di Jakarta, Syamsi tergolong orang yang tidak pernah lupa akan akarnya. Setiap kali pulang ke Blitar, ia akan menyempatkan ziarah ke Makam Pak Turut yang terletak di Dusun Sanan, Desa Dayu. Ini sebagai bentuk penghormatan, atas jerih payah Pak Turut menciptakan ilmu kenteng, yang kini ia manfaatkan untuk mengais rejeki. “Sebenarnya kalau melihat kondisi makam Pak Turut, rasanya kita ini nggak enak juga,” kata Syamsi. Maksudnya, kondisi makam Pak Turut tidak sebesar namanya yang sangat harum sebagai pencetus ilmu ketok magic. Namun ia dan teman-temannya menyadari, kondisi itu tidak lepas dari kebiasaan Pak Turut yang semasa hidupnya lebih menyukai hidup yang penuh dengan kesederhanaan. ap
Syamsi dan putra kecilnya
ATARAN 25 Majalah PEN PENA
Lensa Sport
D
alam kesempatan itu, Bupati Blitar, Herry Noegroho, SE. MH. juga mengajak masyarakat untuk berolah raga jalan sehat. Bupati Blitar Herry Noegroho turun langsung mengikuti jalan sehat berbaur dengan masyarakat Kabupaten Blitar. Tak hanya Herry Noegroho yang ikut serta, namun juga Ketua DPRD Kabupaten Blitar, Guntur Wahono, didampingi Kepala SKPD dan Camat se Kabupaten Blitar juga turut mengikuti jalan sehat.
Peringatan HAORNAS XXIX Peringatan Hari Olahraga Nasional (Haornas) XXIX di Kabupaten Blitar dilaksanakan cukup meriah. Puncaknya, saat digelar Jalan Sehat Bareng Bupati Blitar di Stadion Srengat, Minggu (9/ 11) pagi. Kegiatan tersebut diikuti seribu lebih peserta dari berbagai daerah di Srengat dan sekitarnya. Para peserta juga berkesempatan untuk memperebutkan hadiah undian sepeda motor sebagai hadiah utamanya.
Dalam kesempatan itu, sebelum memberangkatkan peserta jalan sehat, Bupati Blitar Herry Noegroho menyampaikan, ucapan selamat Hari Olah Raga Nasional kepada masyarakat di Kabupaten Blitar. “Dirgahayu Hari Olah Raga Nasional XXIX Tahun 2012. Dengan peringatan Hari Olah Raga Nasional ini mari kita wujudkan olah raga sebagai gaya hidup. Oleh karenanya saya mengajak seluruh instansi pemerintah dan swasta, para orang tua dan anak-anak untuk ikut berolahraga,” katanya.
28 Majalah PEN ATARAN PENA
Sehat, Bareng Bupati Blitar Menurut orang nomor satu di Pemerintah Kabupaten Blitar ini, dengan berolahraga, hidup menjadi lebih sehat, gembira dan kerja lebih produktif. “Bila anak-anak sehat dan gembira kita akan mendapatkan jutaan bibit-bibit unggul sumber daya manusia Indonesia serta juga olahragawan yang nantinya menjadi tulang punggung tim nasional Indonesia untuk berbagai cabang olah raga,” jelasnya. Bibit-bibit olahraga perlu proses pembinaan yang berjenjang melalui olah raga rekreasi, olah raga
pendidikan di sekolah-sekolah dan pembinaan yang intensif melalui klub-klub, serta pemusatan latihan pada tingkat regional dan nasional di setiap cabang olah raga. Minat dan bakat alam harus diasah dengan metode latihan yang efektif, melibatkan sport science secara menyeluruh, serta melakukan kompetisi yang berkesinambungan di semua tingkatan. Hendaknya kita semua harus merasa terpanggil untuk terus-menerus meningkatkan partisipasi olahraga melalui sosialisasi, kompetisi di tingkat
Ketua Panitia Haornas, Izul Marom menyampaikan laporan pelaksanaan Haornas 2012 kepada Bupati Blitar, Herry Noegroho
sekolah, kabupaten/kota, provinsi dan nasional. Ini agar Kabupaten Blitar dapat meraih prestasi lebih tinggi di tingkat provinsi, nasional bahkan dunia pada kancah olah raga antar bangsa. Di antaranya, Sea Games, Asian Games, Asian Schools Games bahkan Olimpiade. Di Indonesia, dalam menyiapkan bibit olahragawan berprestasi, Pemerintah Republik Indonesia telah berupaya merevitalisasi sentra-sentra keolahragaan seperti Pusat Pembinaan dan Latihan Pelajar (PPLP) serta Pusat Pembinaan dan Latihan Mahasiswa (PPLM), meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana olah raga mulai dari tingkat pusat hingga tingkat desa, menyediakan tenaga keolahragaan yang memiliki standard kompetensi yang
tekad kuat kita semua untuk bersatu dan bekerjasama membangun budaya olahraga untuk mewujudkan kejayaan prestasi olah raga kita di tingkat internasional. Sementara itu, Ketua Panitia Kegiatan Haornas XXIX Kabupaten Blitar, Izul Marom mengungkapkan, kegiatan jalan sehat ini merupakan agenda yang telah dirancang pemerintah Kabupaten Blitar dalam memperingati Haornas 2012. “Kegiatan ini diikuti lebih dari seribu peserta. Mereka di antaranya dari perwakilan SKPD, Guru, siswa dan masyarakat Srengat dan sekitarnya,” katanya. Diakui Izul Marom, kegiatan ini sebagai ajang masyarakat untuk berekreasi sambil berolah raga. Menurut pria yang juga menjabat Kepala Dinas
Para pejabat Pemkab Blitar, turut serta dalam Jalan Sehat Bareng Bupati Blitar
memadai, serta meningkatkan tata kelola sentra olah raga yang lebih modern dan profesional. Peringatan Hari Olah Raga Nasional tanggal 9 September 2012, bertepatan dengan penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII di Riau. PON ini sebagai ajang peningkatan prestasi olah raga nasional. Kegiatan olah raga multievent ini diharapkan menjadi wahana lahirnya atlet-atlet prestasi yang dapat bersaing dan mengharumkan nama bangsa di tingkat internasional. Melalui peringatan ini merupakan momentum terbaik untuk menggerakkan masyarakat berolah raga melalui penyediaan sarana dan prasarana yang layak dan baik. Dianjurkan pula kegiatan-kegiatan olah raga di Hari Jum’at di instansi-instansi pemerintah, sekolahsekolah dan lainnya. Tema Haornas XXIX tahun 2012, “Bersatu, Budayakan Olahraga, Raih Puncak Prestasi,” sebagai
Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Blitar ini, momentum Haornas juga dijadikan ajang untuk mengingatkan kepada masyarakat terkait pentingnya olahraga bagi tubuh. “Nah… acara jalan sehat ini menjadi salah satu upaya Pemerintah Kabupaten Blitar untuk terus mengkampanyekan pentingnya olahraga,” imbuh Azul Marom. Pantauan di lapangan, tepat jam 07.00 WIB, para peserta jalan sehat dalam rangka Haornas XXIX Tahun 2012 diberangkatkan. Sebelumnya, digelar upacara pemberangkatan dengan mendengarkan laporan ketua panitia penyelenggara yang disampaikan Kepala Dinas Porbudpar, Izul Marom. Kemudian dilanjutkan sambutan Bupati Blitar Herry Noegroho. Usai memberikan sambutan, Bupati Blitar Herry Noegroho mengangkat bendera Start menandai dimulainya jalan sehat “Mlaku Bareng Bupati Herry Noegroho”. Para peserta pun tampak antusias mengikuti jalan sehat bersama orang nomor satu di Pemkab Blitar tersebut. Mereka berjalan santai melintasi jalan kampung di sekitar Stadion Srengat. Start dan Finísh di tengah stadion kebanggaan masyarakat Srengat tersebut. Di garis finish, para peserta disuguhi dengan atraksi hiburan musik dangdut dan campursari persembahan dari sponsor. Acara hiburan musik tersebut diselingi dengan pengundian hadiah. Dengan hati berdebar, para peserta jalan sehat pun antusias menanti nomor undian yang keluar. Berbagai hadiah menarik disiapkan panitia mulai dari hadiah hiburan, televisi, sepeda santai dan sepeda motor diberikan kepada peserta yang beruntung. hend
Siswa SMP antusias ikuti Jalan Sehat. (foto-foto: hendranova)
ATARAN 29 Majalah PEN PENA
Dinamika Kepegawaian Drs. Palal Ali Santoso, MM
Pejabat Baru Sekretaris Daerah Kab Blitar Gubenur Jawa Timur akhirnya secara resmi menetapkan Drs. Palal Ali Santoso, MM sebagai Pejabat Sekretaris Daerah Kabupaten Blitar. Pengambilan sumpah jabatan dilakukan 10 September 2012 silam di Pendopo Kabupaten Bllitar.
P
engambilan sumpah jabatan itu dilakukan dalam upacara resmi yang dipimpin langsung Bupati Blitar, Herry Noegroho, SE.MH. Dalam sambutannya Bupati menyampaikan, penetapan atas Drs. Palal Ali Santoso, MM ini dilakukan melalui seleksi administratif bersama dua calon lainnya yaitu Ir. Mangatas L Tobing, dan Suyanto, SH.MM “Pemilihan ini tidak mengandung unsur anak emas, pejabat khusus atau sebutan-sebutan lainya. Penetapanya melalui pemberian skor yang fair, meliputi standar pencapaian kerja, moralitas dan kepribadian,” kata Bupati. Ternyata Drs. Palal Ali
Drs. Palal Ali Santoso, MM. diambil sumpah jabatan.
Santoso, MM memperoleh skor yang tertinggi. Keputusan Gubernur Jatim akhirnya dituangkan dalam SK No 821/2561/212/2012 tentang Pengangkatan
Keluarga sumber kepercayaan
30 Majalah PEN ATARAN PENA
dalam jabatan Pejabat Sekretaris Daerah Kabupaten Blitar, yang diteken tanggal 28 Agustus 2012 oleh Gubernur Soekarwo. Catatan Majalah Penataran menyebutkan, Drs. Palal Ali Santoso, MM sebelumnya ditugaskan menjadi Plt. Sekda Kab. Blitar sejak tahun 2011 karena pejabat yang lama tidak dapat menjalankan tugasnya. Sedangkan secara teknis, Drs. Palal Ali Santoso, MM sedang memegang jabatan sebagai Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. Kemampuannya memangku jabatan strategis ini tidak perlu diragukan lagi, mengingat latar belakang pendidikannya adalah manajemen. Kepada Majalah Penataran, Drs. Palal Ali Santoso,MM mengaku sejak muda memang bercita-cita menjadi manajer di perusahaan. Ternyata cita-citanya jatuh menjadi manajer birokrasi. Menariknya, pejabat Sekda Kabupaten Blitar tahun 2012 ini tidak di-impor dari daerah lain. Sebelumnya, Drs. Soebiantoro didatangkan dari Pemkot Surabaya. Kemudian pejabat berikutnya Ir. Bahtiar
Berkunjung di daerah lain, belajar perbandingan
Sukarjajdji berasal dari Pemkot Mojokerto. Drs. Palal Ali Santoso, MM adalah birokrat yang lahir dan tumbuh besar di lingkungan Pemkab Blitar sendiri. Rekam jejaknya pun mudah ditelusuri. Alumnus Universitas Lambung Mangkurat itu dari keluarga asal Udanawu yang hijrah ke Tanah Laut, Kalimantan. Masuk di lingkungan Pemerintah Kabupaten Blitar sebagai petugas di Sekeretariat KORPRI Kabupaten Blitar tahun 1988. Dengan potensi yang dimiliki, lantas ia diorbitkan menjadi Camat Doko tahun 1992, dan bergeser menjadi Camat Talun pada tahun 1995. Empat tahun kemudian tepatnya tahun 1999 ia ditarik menjadi Kabag Humas. Tahun 2001 ia digeser menjadi Kabag Pemerintahan selama 1 tahun, karena berikutnya tahun 2002 posnya bergeser sebagai Kabag Umum dan
Perlengkapan. Tidak lama kemudian tahun 2003 ia digeser menjadi Kabag Pembangunan. Dan setahun kemudian pada 2005 ia dipromosikan sebagai Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Prasarana Wilayah. Tahun 2007 berikutnya berpindah menjadi Kepala Kesbangpolinmas hingga dua tahun kemudian, ia berpindah lagi sebagai Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah sampai merangkap sebagai Plt. Sekda yang lowong.
Raihlah Kepercayaan Bupati Blitar wanti-wanti, agar Sekda yang baru ini berhati-hati dalam bekerja. Sorotan masyarakat yang menyebutkan bahwa kursi Sekda Kabupaten Blitar laksana kursi panas, perlu direnungkan dan dijadikan cambuk untuk berhati-hati. “Saya pesankan, agar Pak
Palal menjaga disiplin, menciptakan budaya kerja yang bagus. Dan yang penting adalah raihlah kepercayaan dari semua pihak,” kata Bupati dalam wawancara bersama Reporter Majalah Penataran. Kasus hukum yang menimpa dua pejabat sekda sebelumnya, hendaknya memotivasi agar Drs. Palal Ali Santoso, MM memiliki metode kerja yang bersih dan akuntabel. “Saya percaya, Pak Palal akan mampu melakukan hal itu, karena berdasarkan penelitian yang dilakukan tim penguji, mendapatkan skor yang tinggi,” lanjut Bupati. Sementara itu Drs. Palal Ali Santosa, MM usai pelantikan bertekad untuk menjalankan amanah jabatan ini sebaik-baiknya. “Saya berterima kasih kepada pimpinan yang memberi kepercayaan, dan saya juga berterima kasih kepada semua pihak yang memberi dukungan baik moral maupun spiritual,” ujarnya. Prioritas awal yang ingin dilakukan setelah dilantik secara definitif menjadi Sekda adalah merealisasikan visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati hingga akhir jabatanya. Selain itu, hajat besar masyarakat Kabupaten Blitar yang ingin memiliki ibukota sendiri, juga menjadi pekerjaan yang sudah menumpuk di depan mata. “Kita akan menyongsong Ibukota Kabupaten Blitar, dengan perencanaan yang bagus, agar kelak kita dapat menjalankannya secara bagus pula,” lanjutnya. Ketika disinggung wartawan, tidakkah khawatir digoyang kiri-kanan seperti pejabat sekda-sekda yang lalu, Drs. Palal Ali Santosa, MM memilih tersenyum tipis. “Disiplin ilmu yang saya pakai selama ini adalah manajemen, dengan tujuan agar dapat menjalankan organisasi pemerintahan dengan baik. Bukan disiplin ilmu aneh-aneh seperti yang Anda pikirkan,” ujarnya tertawa. pur
Kabupaten Blitar. Cantik dan butuh penanganan
ATARAN 31 Majalah PEN PENA
Dinamika Kepegawaian Diklatpim III Angkatan 212
Mewujudkan
Aparatur yang Kompeten
Diklat... diklat..., dan diklat. Kata ini yang selalu saja menjadi kata yang seakan tak bisa dilepaskan dari aktivitas Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemkab Blitar. Yach... diklat merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari agenda kegiatan para PNS di lingkup Pemerintah Kabupaten Blitar. Melalui diklat ini, akan tercipta aparatur pemerintah yang lebih berkompeten, lebih berdisiplin, lebih terampil, berwawasan luas dan lebih produktif.
Drs. Totok Subihandono, M.Si. kepada Majalah Penataran mengungkapkan, Diklat Kepemimpinan (Diklatpim) Tingkat III ini digelar agar para PNS di lingkup Pemerintah Kabupaten Blitar dapat meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan sikap untuk melaksanakan tugas jabatan struktural eselon III. “Melalui Diklatpim ini, diharapkan para peserta dapat profesional dalam melaksanakan tugasnya dengan dilandasi kepribadian dan etika PNS sesuai kebutuhan instansinya,” katanya. Lebih lanjut Totok Subihandono menjelaskan, melalui Diklatpim III ini pula, diharapkan akan memantabkan sikap dan semangat pengabdian aparatur yang berorientasi pada pelayanan, pengayoman dan pemberdayaan masyarakat. Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan demi terwujudnya pemerintahan yang baik. “Diklatpim III ini akan dapat mewujudkan PNS yang memiliki kompetensi sesuai dengan persyaratan jabatan eselon III,” jelas pria yang sebelumnya menjabat Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Blitar ini. Diakui Totok Subihandono, pelaksanaan Diklatpim
I
nilah yang menjadi beberapa alasan Pemerintah Kabupaten Blitar menggelar Diklat Kepemimpinan (Diklatpim) Tingkat III Pola Kemitraan Angkatan 212, Rabu (19/09) siang di Local Education Center, Jalan Raya Pojok, Garum. Kegiatan ini diikuti sebanyak 40 orang Pegawai Negeri Sipil di lingkup Pemerintah Kabupaten Blitar. Terdiri dari 12 orang dari Kecamatan, 15 orang dari Badan, 11 orang dari Dinas, dan 2 orang dari Bagian. Kegiatan ini digelar mulai tanggal 19 September hingga 5 Nopember atau sekitar dua bulan lamanya. Kepala Badan Kepegawaian Kabupaten Blitar,
32 Majalah PEN ATARAN PENA
Drs. Palal Ali Santoso, MM. memberikan sambutan dalam pembukaan Diklatpim III angkatan 212
(dari kiri) Slamet Supriono, Palal Ali Santoso, dan Totok Subihandono
III Pola Kemitraan angkatan 212 ini sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. “Bedanya, Badan Diklat Provinsi Jawa Timur memperkenankan Pemkab Blitar melaksanakan diklat yang diikuti peserta secara keseluruhan berasal dari Kabupaten Blitar. Padahal sebelumnya, peserta diklat juga berasal dari daerah lain,” tambah Totok Subihandono. Diklatpim III ini, dibina dan diawasi langsung oleh tutor dari Badan Diklat Provinsi Jawa Timur dan Perguruan Tinggi. Hal senada diungkapkan pejabat Badan Diklat Jawa Timur, Slamet Supriono, M.Si. Diungkapkannya, diklat kepemimpinan III ini sangatlah dibutuhkan sesuai dengan amanat pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 101, tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil. “Dengan diklat ini, para PNS di Kabupaten Blitar dapat lebih berwawasan untuk mewujudkan pemerintahan yang baik,” katanya. Tugas yang berat akan diemban para PNS. Untuk itu dibutuhkan pendidikan dan latihan bagi PNS agar terlatih untuk menghadapi permasalahan yang ada. Selain itu, para PNS dituntut untuk menciptakan netralitas dari tekanan politik. “Untuk mewujudkan aparatur yang berkompeten, perlu diadakan sejuta diklat. Karena aparat pemerintah ini tak bisa lepas dari diklat dan diklat,” kata Slamet Supriono. Sementara itu, Bupati Blitar, H. Herry Noegroho, SE. MH. dalam sambutannya yang dibacakan Sekretaris Daerah Kabupaten Blitar, Drs. Palal Ali Santoso, MM. mengatakan, diklatpim ini merupakan sarana untuk melatih pejabat eselon III demi terwujudnya kedisiplinan, meningkatnya etos kerja dan menciptakan pegawai yang berkompeten. “Kegiatan ini menjadi
sarana untuk mengembangkan keterampilan pegawai. Serta untuk meningkatkan kompetensi, kemampuan dan wawasan pegawai untuk lebih profesional,” katanya. Lebih lanjut Palal Ali Santoso mengungkapkan,
kemampuan untuk membangun jaringan kerja,” tandas Palal Ali Santoso. Kegiatan ini merupakan peluang bagi peserta diklat untuk dapat meningkatkan kompetensinya. Peningkatkan kompetensi ini, salah satunya dilakukan dengan mengikuti Diklatpim III Pola Kemitraan. “Tangkaplah kesempatan baik ini untuk meningkatkan kemampuan sebagai pemimpin untuk bersama-sama membangun daerah,” jelasnya. Dalam kesempatan itu pula, Palal Ali Santoso juga berharap agar para PNS yang mengikuti Diklatpim III angkatan 212 mampu berkreatif demi kemajuan pembangunan di Kabupaten Blitar. “Beban yang berat diemban para peserta diklat ini, diantaranya tantangan ke depan yang harus segera dapat direalisasikan adalah meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. PNS harus pinter-pinter mengusulkan rencana pendapatan daerah daripada rencana belanja daerah,” tegas Palal Ali Santoso. Menurutnya, yang terjadi selama ini malah sebaliknya. PNS lebih kreatif dalam hal pembelanjaan dari pada memikirkan tambahan pendapatan daerah. Tingginya belanja pegawai menjadi masalah Pemerintah Kabupaten Blitar untuk segera diselesaikan. Belanja pegawai di sepanjang tahun 2012, mencapai
Palal Ali Santoso mengalungkan tanda peserta secara simbolis kepada peserta diklat. (foto-foto:hendranova)
di era global ini dibutuhkan peran aktif pegawai negeri sipil untuk melakukan pembaharuan agar para pegawai ini mampu menjembatani kebijakan organisasi dengan objek kebijakan. “Melalui diklat ini, para peserta dapat lebih memahami dan mampu mengembangkan visi organisasi, membangun kepercayaan kepada masyarakat, memiliki kemampuan untuk berpikir sistematik serta memiliki
61,20 persen dari jumlah APBD Kabupaten Blitar “Kita mendapatkan kritikan tajam dari Badan Anggaran, DPRD Kabupaten Blitar tentang kurangnya PAD yang berpengaruh terhadap tingginya belanja pegawai. Untuk itu tantangan ke depan kita harus pandai-pandai dalam menyusun rencana penerimaan PAD dari pada memikirkan rencana belanja daerah,” imbuh Palal Ali Santoso. hend.
ATARAN 33 Majalah PEN PENA
Edukatif
Menyongsong Era Globalisasi dengan Bahasa Asing Di daerah perbatasan tiga buah Kabupaten, Kabupaten Blitar, Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Kediri berdiri sebuah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) yang cukup maju. Madrasah itu memiliki nama resmi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kunir Wonodadi Blitar yang tepatnya terletak di Desa Kunir, Kecamatan Wonodadi.
M
eskipun berada diwilayah pedesaan, namun sebenarnya letak madrasah ini cukup strategis. Mudah dijangkau dari banyak arah dan hanya sekitar seratus lima puluh meter dari jalan raya yang menghubungkan ketiga kabupaten tersebut. MAN Kunir -demikian madrasah ini biasa disebut, juga merupakan satu-satunya MAN di Kab. Blitar yang berada dilingkungan pondok pesantren yang cukup terkemuka, PP. Al Kamal dan PP. Mahaijatul Qurro’. Sejak menjadi madrasah negeri pada Tahun 1997, madrasah ini terus berusaha meningkatkan kualitasnya agar bisa menjadi sekolah unggulan. Seperti disampaikan oleh Drs. Hamim Thohari, MA Kepala MAN Kunir, secara berkesinambungan sekolah telah menyusun berbagai konsep dengan banyak terobosan yang dapat mengangkat, mensejajarkan dan bahkan melebihi kualitas lembaga pendidikan lain. Model Pembelajaran dilaksanakan dengan berbagai variasi sesuai dengan kebutuhan materi yang
34 Majalah PEN ATARAN PENA
akan disampaikan. Tidak melulu didalam kelas, namun terkadang siswa juga belajar diluar kelas (out door), di laboratorium maupun diperpustakaan. Dengan kondisi guru yang sebagian besar sudah melek teknologi dan mayoritas telah bersertifikasi, pembelajaran dikelas tidak hanya dengan model ceramah semata. LCD merupakan peralatan yang hampir wajib pada setiap pembelajaran agar siswa lebih fokus dalam belajar dan tidak jenuh sehingga mudah memahami materi yang disampaikan. Selain itu, MAN Kunir melihat kesempatan belajar ke luar negeri semakin terbuka lebar bagi mereka yang mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa internasional khususnya Bahasa Inggris dan Bahasa Arab. “Untuk itu kami merasa harus menyiapkan siswa kami agar sanggup bersaing dalam perebutan kesempatan baik tersebut,” kata Hamim Thohari. Sebagai upaya untuk penguatan pemahaman pada kedua bahasa tersebut, belum lama ini pihak madrasah
telah mendatangkan dua orang tenaga ahli dari Australia dan Amerika untuk Penguatan Bahasa Inggris, serta seorang expert dari Sudan dalam penguatan Bahasa Arab-nya. Respon positif pun datang baik dari siswa maupun wali murid. “Mereka (siswa dan wali murid) menginginkan kegiatan ini lebih sering dilakukan untuk membiasakan siswa berkomunikasi dengan bahasa asing yang umum dan bukan sekedar bahasa pendidikan semata,” pungkas Kepala MAN. Bukan hanya mendatangkan tenaga expert dari luar negeri, upaya penguatan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris bagi siswa madrasah sebenarnya juga telah dilakukan sejak dua tahun yang lalu. Khusus bagi siswa Kelas X dilakukan dengan memberikan jam pelajaran tambahan (Full Day Scholl) yang kelasnya disesuaikan pada kemampuan dan minat siswa. Disamping madrasah juga menyediakan wadah khusus berupa Study Club bagi siswa yang mempunyai kemampuan lebih terhadap kedua bahasa asing tersebut. Masih untuk menguatkan kemampuan dalam berkomunikasi menggunakan Bahasa Inggris dan Bahasa Arab, pada Tahun Ajaran 2012/2013 mendatang, “MAN Kunir rencananya akan membuka program unggulan berupa kelas bilingual.” Kelas ini akan dibagi menjadi dua, yaitu kelas yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dan satu kelas lagi
Kepala MAN Kunir, Hamim Thohari
menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar dalam pembelajarannya. Dalam setiap langkahnya, Madrasah Aliyah Negeri yang berdiri diatas lahan seluas 6.337 m2 ini selalu berpedoman pada visi ‘Terwujudnya Generasi Unggul Dalam Prestasi, Mampu Berkompetisi dan Menguasai Iptek dan Imtaq’. “Fasilitas yang ada di madrasah pun terhitung lengkap,” ujar Drs. Muhisyam, M. Ag. -Waka Sarana dan Prasarana. Madrasah sudah memiliki Ruang Pembelajaran (Kelas) yang standart, Laboratorium Komputer yang nyaman, Laboratorium IPA dan Laboratorium Bahasa yang lengkap, Perpustakaan dengan koleksi buku cukup banyak dan beragam serta halaman sekolah yang luas dan aman untuk menunjang berbagai kegiatan warga madrasah. Belum lagi keberadaan dua buah Ponpes pesantren dilingkungan madrasah. “Tentu saja mampu memberikan kesempatan lebih bagi siswa dan siswi untuk mendalami ilmu agama dengan baik,” tambah Muhisyam, M.Ag. Dan fakta menunjukan bahwa sebagaian besar siswa/siswi dari jumlah keseluruhan sebanyak enam ratus enam puluh empat (664) murid atau setara dengan sembilan belas (19) rombel, sebagian besar merupakan santri yang bermukim di kedua Pondok Pesantren itu. Dalam perkembangannya, selain telah memiliki sarana pembelajaran yang memadahi, MAN Kunir juga dikelola oleh tenaga pendidik dan kependidikan yang handal. Sebanyak enam puluh tiga (63) personil mayoritas berlatar pendidikan S1-Kependidikan. Sebanyak lima orang diantara guru itu telah menyelesaikan pendidikan Pasca Sarjana (S2), “Dan seorang guru yang lain saat ini sedang menempuh Program Doktoral atau S3,” kata Eko Wahyono, S. Pd. -Waka Kurikulum. MAN Kunir juga dilengkapi Free Hotspot Area. Bukan hanya sebagai sumber belajar, namun jaringan internet yang ada juga digunakan untuk penilaian perkembangan peserta didik melalui website yang diisi secara langsung oleh para pendidik. “Dengan system ini, wali murid dapat melihat perkembangan putra putri mereka dari rumah atau dimanapun dan kapanpun melalui website madrasah,” tambah Eko Wahyono. Pembinaan kedisiplinan juga merupakan bagian serius yang dilakukan oleh MAN Kunir. Pembinaan kedisiplinan ini dilakukan dengan menerapkan system point dengan tanpa mengurangi kebebasan anak untuk berkreasi namun tetap terarah. Pada awal tahun pelajaran setiap siswa mendapatkan deposit point sebanyak seratus (100).
Halaman madrasah yang masih cukup luas juga berfungsi untuk lapangan olahraga
Setiap kali melakukan pelanggaran, maka point tersebut akan berkurang sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan. Dan sebagai syarat untuk kenaikan kelas, maka point yang tersisa tidak boleh kurang dari enam puluh (60). “Sesuai dengan peraturan, setiap pelanggaran yang telah mencapai batas tertentu, maka tahap demi tahap penanganan siswa akan dilakukan,” kata Drs. Zamroji -Waka Kesiswaan. Penanganan mulai dari peringatan, pemanggilan orang tua, skors sampai dengan pengembalian siswa/siswi kepada orang tua. Selain itu, dijelaskan oleh Drs. Sauji Mustofa, M. Si. –Waka Humas, potensi siswa juga dikembangkan di madrasah ini melalui berbagai kegiatan ekstrakurikuler pilihan. Kegiatan ekstrakurikuler pilihan itu diantaranya Karya Ilmiah Remaja (KIR), Study Club, Atletik, Bola Volly, Sepak Takraw, Sepak Bola dan Beladiri, seni Baca Al Qur’an, Seni Tari, Nasyid, Sholawat, Dangdut, Band, Pramuka,
PMR, Pidato Bahasa Asing, Qiro’atul Kutub, Jurnalistik, dll. Beberapa kegiatan ekstrakurikuler pilihan yang menyeruak diantaranya grup sholawat kontemporer Pambuko Jiwo. Grup sholawat ini bukan saja menjadi kebanggan warga madrasah, tetapi keberadaannya telah mendapat tempat dihati warga sekitar. Kemudian, MAN Kunir juga telah memiliki majalah siswa yang diberi nama An Nahdloh. Majalah ini memuat berbagai macam berita, ide dan gagasan siswa dan terbit secara periodik setiap enam (6) bulan sekali. Dan sebagai bentuk kepedulian serta apresiasi pihak sekolah kepada para peserta didiknya, madrasah memberikan beasiswa bagi siswa/siswi yang berprestasi dalam bidang akademik. Selain itu, “Juga memberikan beasiswa kepada siswa atau siswi yang mampu menghafalkan al Qur’an minimal sepuluh Juz,” terang Sauji Mustofa, M.Si. yang saat ini tengah menyelesaikan program doktoralnya. zmoza
Suasana Gelar Cipta Seni di MAN Kunir
ATARAN 35 Majalah PEN PENA
Pelangi Bumi Penataran
Mujib,
Petani Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2012
Dengan bermodal keinginan yang kuat supaya usahanya berhasil, Mujib bukan saja memperoleh hasil yang bisa mencukupi kebutuhan hidupnya. Ia yang memiliki prinsip “Hidup menjadi lebih bermakna ketika kita bisa bermanfaat bagi orang lain.”, bahkan baru saja meraih penghargaan sebagai Petani Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2012.
B
isa sampai ke istana negara? “Saya tak pernah memimpikannya.”, ujar suami dari Nunik Hariyanti ini. Namun begitulah kenyataannya. Bapak tiga anak ini pun berkesempatan foto bersama orang nomor satu di negeri ini sebagai bagian dari prestasinya itu. Warga Dusun Tlogo II RT. 01/01 Desa Tlogo Kecamatan Kanigoro ini memenangi lomba tingkat nasional khususnya bidang budidaya tanaman pangan
Diundang SBY di Istana Negara
dengan menonjolkan aktifitasnya sebagai petani terpadu atau integrated farming yaitu petani yang bisa memberikan nilai ekonomis dari subsistem on-farm (budidaya) hingga subsistem off-farm (pengolahan dan pemasaran hasil pertanian). Proses yang panjang dan berliku telah dilaluinya.
Petani Berprestasi Tingkat Nasional 2012
Mujib mendapatkan ucapan selamat dari Wapres Budiono
36 Majalah PEN ATARAN PENA
Dan bukannya tanpa kendala, namun sebagai petani ‘sungguhan’, semua matrik penilaian bisa dilaluinya dengan alami. Atau dalam kalimat lain, prestasinya bukan karbitan. “Sepuluh tahun menjadi petani saya memang benar-benar telah nglakoni hampir semua kriteria penilaian dari tim juri,” katanya.
Mujib, salah satu dari Teladan Nasional Tahun 2012
Sebagai petani terpadu, ia yang ‘hanya’ lulusan SMA ini bisa mengolah limbah pertanian berupa jerami dan jagung sebagai pakan ternak (sapi) yang sekaligus mampu mengolah urine dan limbah kasar dari ternaknya itu sehingga bermanfaat. Urine sapi ditampung untuk dijadikan bio-urine, sedangkan limbah kasarnya ditampung dalam bak kontrol untuk kemudian digunakan sebagai bio-gas. Kedua bahan ini lalu difermentasi yang selanjutnya diolah menjadi pupuk organik yang lebih bagus dari pupuk kimia. “Pemakaian pupuk kimia secara terusmenerus justru akan merusak dari struktur tanah,” Mujib menjelaskan kelebihan pupuk olahannya. Selain sebagai petani terpadu, beberapa matrik penilaian terpenting juga disebutkan oleh mantan karyawan PT. Brantas Abipraya ini. Diantaranya mengenai seberapa besar keterlibatannya dalam organisasi kemasyarakatan? Pertanyaan itu dijawabnya dengan menyebutkan posisinya yang sebagai Ketua Kelompok Tani Desa Tlogo, Pengurus Gapoktan Desa Tlogo, Sekretaris Gapoktan Kec. Kanigoro, Ketua II Gapoktan Karya Tani Mandiri Kab.Blitar dan sekaligus Ketua Koperasi Karya Tani Mandiri Kab.Blitar.
Kemudian berapa lama menjadi petani? Berapa banyak tanggungan keluarga? Berapa banyak komoditi tanaman yang dikerjakan? Bagaimana analisa usahanya? dll. Dengan lahan garapan milik pribadi seluas 0,4 Ha dan lahan sewa seluas 1,7 Ha, Mujib biasanya menanam komoditi padi, melon, kubis, ubi jalar, ubi kayu, lombok, dll. Sedangkan hasil dari analisa usaha pertaniannya, dalam satu bulan ia bisa memperoleh hasil bersih tidak kurang dari sepuluh juta rupiah. Tentu, selain bisa memberikan lapangan pekerjaan kepada warga dilingkungannya, Mujib juga terhitung sebagai petani yang kreatif dan inovatif. Dibantu pemerintah, Kelompok Tani yang dipimpinnya memiliki resi gudang sendiri. Kemudian aktif menjalin kerjasama dengan pihak luar, diantaranya dengan PT. Pioneer, PT. BISI, Bulog, Resi Gudang Kab. Blitar, dll. Sehingga secara umum penilaian ditingkat nasional, kata Mujib, “Meliputi keberhasilan dalam hal pengolahan lahan pertanian serta ketokohan dalam hal menciptakan inovasi, memberikan motivasi dan edukasi pada masyarakat.” Proses pencapaian prestasi nasional ini sebenarnya sudah dimulai sejak Tahun 2011. Dimana
pada tahun itu, Mujib dengan keberhasilannya sebagai petani ditunjuk oleh penyuluh pertanian di tingkat kecamatan untuk mengikuti lomba di tingkat kabupaten. Setelah lolos menjadi yang terbaik di Kabupaten Blitar, kemudian pada bulan Maret 2012 maju ke lomba di tingkat provinsi. Selanjutnya bersama petani terbaik lainnya asal Kabupaten Ponorogo dan Tulungagung, mereka mewakili Jawa Timur dan diusulkan ke Jakarta hingga pada akhirnya Mujib yang terpilih dan memperoleh penghargaan sebagai Petani Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2012. “Prestasi ini saya harap bisa memotivasi orang-orang yang seprofesi dengan saya,” kata Mujib bangga. Dan beberapa hal yang biasanya disepelekan namun sempat mengganjal langkahnya ia sampaikan pula untuk dipersiapkan sejak dini. Yaitu terkait dokumentasi berupa foto pada saat panen dan kegiatan kemasyarakatan (misalnya: musyawarah Kelompok Tani), catatan analisa usaha (modal dan hasil usaha yang diperoleh) serta dokumen/perjanjian tertulis kerjasama dengan pihak ketiga. zmoza
ATARAN 37 Majalah PEN PENA
Artikel
Mewujudkan Pemerintahan Transparan dan Akuntabel
Melalui UU KIP K
eterbukaan informasi publik sejalan dengan salah satu pilar reformasi yakni transparansi. Undang-Undang nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) Secara komprehensif mengatur mengenai kewajiban badan publik negara dan badan publik non negara untuk memberikan pelayanan informasi yang terbuka, transparan dan bertanggung jawab kepada masyarakat. Manfaat UU KIP ini antara lain menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan publik, program kebijakan publik, dan proses pengambilan keputusan publik serta alasan pengambilan suatu keputusan publik. Selain itu juga meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan Badan Publik untuk menghasilkan layanan informasi yang berkualitas, sehingga mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan publik. Hal ini juga dapat mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik (good governance) yaitu yang transparan, efektif dan efisien serta dapat dipertanggungjawabkan (akuntabel). Berkaitan dengan KIP tersebut Pemerintah Kabupaten Blitar melalui Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika menggelar Sosialisasi Undang-Undang KIP. Sosialisasi ini bertujuan untuk membekali para Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) sehingga dapat melaksanakan tugasnya secara profesional dan akuntabel. PPID merupakan pejabat yang bertanggung jawab di bidang penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan dan/atau pelayanan informasi di badan publik. Sosialisasi ini
38 Majalah PEN ATARAN PENA
diadakan dua kali yaitu hari Kamis, 02 Agustus 2012 dan Kamis, 09 Agustus 2012 di Ruang Perdana Sekretariat Pemerintah Kabupaten Blitar dengan sasaran peserta sosialisasi yang berbeda. Selain sesi paparan materi, ada pula sesi diskusi dan tanya jawab Peserta dengan Narasumber. Kegiatan pertama, tanggal 02 Agustus 2012 dibuka oleh Wakil Bupati Blitar dengan diikuti 90 peserta yang terdiri dari Sekretaris Dinas/Badan, Kepala Tata Usaha, Sekretaris Kecamatan, dan Sekretaris Kelurahan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Blitar. Sosialisasi ini dipandu oleh moderator Suyanto, SH., MM., Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Blitar, dengan nara sumber Djoko Tetuko, Ketua Komisi Informasi Provinsi Jawa Timur. Pada kegiatan kedua, tanggal 09 Agustus 2012, yang merupakan instruksi langsung dari Wakil Bupati Blitar, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika
bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar. Sosialisasi ini diikuti oleh 55 peserta yang merupakan Kepala Tata Usaha SLTP dan SLTA di wilayah Kabupaten Blitar. Kegiatan ini dipandu oleh moderator Dra. Sri Wahyuni, MSi., Kepala Bidang Komunikasi dan Informatika Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Blitar, dengan narasumber Daan Rachmad Tanod, Komisioner Komisi Informasi Provinsi Jawa Timur. Dengan terselenggaranya Sosialisasi Keterbukaan Informasi Publik ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan kepada Peserta mengenai Keterbukaan Informasi Publik (KIP) serta meningkatkan pemahaman tentang peraturan perundang-undangan terkait KIP sehingga diperoleh kesamaan persepsi baik dalam melakukan maupun mendukung kegiatan Keterbukaan Informasi Publik serta penyampaian informasi dengan baik dan benar kepada masyarakat luas. `NF-dishub
Tata Cara Memperoleh Informasi Publik Tata cara memperoleh informasi publik sebagaimana diatur dalam Undang-Undang KIP, dijabarkan dalam Pasal 21 dan Pasal 22. Bagan alur mekanisme permohonan dapat dilihat pada gambar berikut.
Tatacara pengajuan sengketa informasi
ATARAN 39 Majalah PEN PENA
Peluang Bisnis
Sebelas Tahun Menjadi Buruh Jahit,
Kini Sukses Jadi Pengusaha Konveksi
Anam, sukses setelah sebelas tahun menjadi buruh jahit
Sebelas tahun menjadi buruh jahit Pada Tahun 2006, karena merasa sudah cukup kini Khoirul Anam telah sukses mempunyai pengalaman di dunia konveksi dan menjadi salah satu pengusaha konveksi. Kendati tidak tampak luar biasa, namun usahanya terus berkembang dari tahun ke tahun. Usaha konveksinya yang diberi nama RJ (Rahmad Jaya) Collection semakin dikenal dengan hasil yang cukup menggiurkan pula.
keinginannya yang besar untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik, ia memutuskan untuk membuka usaha konveksi sendiri. Memulai usaha dari nol ternyata tidak mudah. Usahanya tidak langsung berjalan mulus. Terutama terbentur masalah modal usaha dan pemasaran produk. Namun beruntung, laki-laki kelahiran 20 September 1976 ini memiliki banyak saudara dan teman-teman yang sangat peduli. Dari bantuan saudara dan teman itu pada awal usahanya ia bisa membeli 3 (tiga) buah mesin jahit sederhana. Bukan hanya bantuan dalam bentuk materiil. Yang tak kalah penting, orang-orang disekitarnya pun tak pernah berhenti memberikan motivasi ketika ia merasa jatuh atau dalam kesulitan. “Kamu harus bisa!.” kata Anam menirukan ucapan mereka yang memberinya motivasi. Mula-mula Anam yang tinggal di Dusun Nggendong RT. 01 RW. 08 Desa Purworejo Kec. Sanankulon ini hanya memproduksi kaos olah raga untuk anak-anak sekolah di lingkungannya. “Order
A
walnya Khoirul Anam yang cacat fisik karena penyakit folio saat berusia tiga tahun hanya seorang buruh jahit. Masa remajanya habis dengan menjadi pekerja pada perusahaan-perusahaan konveksi baik yang ada di Blitar, Bangil sampai Surabaya selama sebelas tahun.
40 Majalah PEN ATARAN PENA
Tumpukan bahan kain sedang digarap oleh karyawan RJ Collection
kecil-kecilan saya telateni,” pungkasnya. Waktu terus berjalan. Dengan prinsip usaha ‘Selalu menjaga kualitas produk dan mengutamakan ketepatan waktu produksi’, Anam mendapat apresiasi positif dari pelanggan-pelangannya. “Akhirnya mereka (para pelanggan) tahu dan datang dengan sendirinya,” Anam menyebut awal perkembangan usahanya. Ia pun mengaku tidak pernah memasang bor atau banner usaha, apalagi melakukan promosi besar-besaran. Dengan menjaga kepercayaan teman atau pelanggan, kata Anam, secara tidak langsung mereka akan mempromosikan RJ Collection. “Dan itu (promosi) gratis,” timpal Anam dengan senang. Sehingga kini pesanan di RJ Collection datang dari mana-mana. Bukan saja datang dari kota-kota di Jawa Timur yang kebanyakan pemesannya berasal dari daerah Blitar, Kediri, Trenggalek, Tulungagung dan Surabaya. Produk suami dari Andri ini bahkan saat ini sudah dikenal sampai diluar Pulau Jawa. Secara rutin Anam telah mengerjakan pesanan aneka konveksi dari berbagai kantor dan instansi pemerintah yang berada di Pulau Kalimantan dan Sumatera (Medan). “Mereka (pelanggan) mengirimkan gambar atau modelnya, kemudian mentransfer biayanya, lalu saya kerjakan,” Anam menyebutkan prosesnya. Aneka jenis produk dengan berbagai desain yang bervariasi dan bahan yang berbeda tersedia di RJ Collection. Bapak satu anak ini bersama karyawannya bisa memproduksi bermacam-macam jenis kemeja, seragam, seragam kantor, jaket, kaos partai, almamater, seragam olah raga, dll. Umumnya pemesan membawa model sendiri berupa gambar atau foto jadi atau bisa juga dengan mendesain barengbareng di tempat kerja Anam. Kain yang dipakai ada banyak jenisnya. Mulai dari Higet (biasanya untuk kaos partai), PE dan TC (banyak mengandung bahan polister, jadi agak panas), Katun Combat, Katun Kardet, Double Nit, Single Nit, Lacoste, dll. “Tergantung permintaan customer. Tetapi untuk seragam kantor kebanyakan menggunakan bahan dari kain katun,” tutur Anam. Untuk mengerjakan pesanan konveksi, Khoirul Anam memiliki 11 (sebelas) unit mesin jahit. Jika seluruh kapasitasnya dikerahkan, Anam biasanya mempekerjakan 14 (empat belas) orang karyawan, namun bisa lebih. Ketika ada order dalam jumlah yang sangat besar, biasanya setelah kain selesai dipotong, pengerjaannya dilakukan (dilempar) ke penjahit-penjahit yang ada di Desa Purworejo dan sekitarnya. Hampir semua karyawan RJ Collection adalah tetangga atau warga setempat dimana kebanyakan
Khoirul Anam, sukses karena selalu menjaga kualitas & kepercayaan pelanggan. (foto-foto: moza)
dari mereka adalah perempuan. Kata Anam, bila sewaktu-waktu harus lembur sampai malam ia tidak perlu repot-repot mengantar pulang atau menyediakan tempat tinggal. Selain itu, karena sudah saling kenal komunikasi menjadi lebih bagus. “Komunikasi menjadi bagian sangat penting dalam bisnis ini,” terang Anam. Terutama saya bisa mendiskusikan, bagaimana produk kita supaya lebih baik? Model apa yang lagi nge-trend saat ini? dan lain-lain. Alhamdulillah, dengan begitu secara tidak langsung teman-teman (karyawan) menjadi ada rasa memiliki usaha ini dan hasilnya pun menjadi lebih baik.
Memang usaha ini ada pasang surutnya, lanjut Anam. Tidak selalu seluruh kapasitas dikerahkan. Namun begitu, sesekali demi menjaga kepercayaan pelanggan ia sampai harus menolak order karena order datang bersamaan dalam jumlah besar sehingga khawatir tidak bisa tepat waktu. Tetapi dalam pandangannya, bisnis ini tetap saja menguntungkan. Berapapun banyaknya pengusaha konveksi yang ada, Insyaallah akan tetap kebagian job (pekerjaan). “Nyatanya sehari-hari rata-rata saya bisa mempekerjakan sepuluh karyawan,” kata Khoirul Anam mengakhiri perbincangan. zmoza
Suasana produksi di RJ Collection
ATARAN 41 Majalah PEN PENA
Ono Dino Ono Upo Ibu bakul jajan dan masakan Jawa keliling ini bernama Wiji Utami. Warga Desa Tlogo RT. 04/04 Kec. Kanigoro, seorang janda dengan dua anak yang masih kecil-kecil ketika ditinggal mati suaminya tujuh tahun silam. Ketika sedang parah-parahnya sakit, cerita Wiji, Kusnan suaminya memanggil putri bungsunya yang saat itu masih duduk di Kelas V SD. Sambil berbisik suaminya bilang, “ Wis yo Nduk, Bapak ora iso nyekolahne kowe sampek SMP (Sudah ya Nak. Bapak tidak bisa menyekolahkanmu hingga SMP.).” “Aku sanggup.” sahut Wiji yang saat itu juga menyimak tanpa rasa curiga dan sadar jika itu kalimat terakhir sebelum suaminya menghadap sang khaliq. Wiji dan mendiang suaminya dulu yang bekerja sebagai bakul rosok (jual beli barang bekas) tidak memiliki pilihan lain. Selanjutnya dia menjadi tumpuan Sepedanya tak pernah dinaiki karena takut tak mendengar suara pembeli memanggilnya
Mahalnya Selembar Ijazah SMP Matahari mulai condong ke barat. Namun begitu, panasnya masih sangat terasa meskipun sudah pukul setengah tiga. Sore itu, seorang ibu, si penjual makanan keliling baru akan memulai aktifitas rutinnya. Berjalan perlahan, sambil menuntun sepeda tua yang di boncengannya ada obrok (keranjang dari bambu untuk sepeda, red.) penuh sesak oleh aneka jajan dan masakan jawa keliling kampung.
R
asa letih itu terlihat jelas di raut wajahnya. Suaranya lirih, hanya sayup-sayup terdengar terlontar dari bibirnya yang selalu diupayakan untuk tersenyum ramah. Walau terasa berat, dia tetap berjalan perlahan sambil menawarkan masakan kepada orang-orang desa yang melihatnya sambil terus berharap ada panggilan dari pelanggannya.
42 Majalah PEN ATARAN PENA
Sendirian membungkusi makanan
Memasakpun juga dilakukan seorang diri
hidup anak-anaknya dalam kondisi ekonomi yang serba pas-pasan setelah berusaha mengobatkan gagal ginjal suaminya, seorang diri. Jual beli barang bekas yang dulu pernah digeluti bersama suami selama puluhan tahun dijalaninya sendirian beberapa waktu lamanya. Sampai akhirnya dia menyerah, karena merasa terlalu berat untuk berkeliling dari desa ke desa kulak barang bekas dari rumahan untuk dijual lagi dan memilih untuk berhenti. Namun selalu ada dibenaknya harapan dari sang suami dan tak sedikitpun sebagai istri ia mau mengecewakannya. Apalagi di jaman seperti sekarang, disadarinya betapa penting pendidikan bagi masa depan anak-anaknya kelak. Akhirnya dia memilih usaha jualan aneka jajan dan masakan jawa keliling sejak enam tahun silam. Pagi jam enam ia sudah berangkat untuk berbelanja di Pasar Tlogo. Kemudian memasaknya hingga nanti pukul satu siang baru selesai lalu dilanjutkan dengan membungkusinya. Cukup banyak jenis masakan yang bisa ia buat. Ada nasi ampok (jagung) dan urap-urap, pecel punten, ketan, nasi kuning, aneka gorengan macam pisang, singkong, peyek, dll. Ada juga pepes pindang, linthingan gerih (pepes ikan asin) dan aneka laukpauk lainnya. Belum lagi minuman misalnya kolak pisang, rujak uyup, dll. Semua dikerjakannya seorang diri yang kalau di rata-rata dalam sehari tidak kurang ada seratus bungkus banyaknya. “Demi anak-anak.” katanya. Bahkan sebelum putra sulungnya menikah, untuk mencukupi segala kebutuhan ia sampai harus kerja ekstra. Di awal jualan
makanan dulu, kenang Wiji, kalau makanan yang ia jual sudah habis, sambil jalan pulang dia sempatkan untuk mencari dagangan berupa barang rosok dari rumah-rumah penduduk di jalur jualan yang dilaluinya. Berjalan beberapa bulan, sampai akhirnya ia menyerah lagi karena tenaganya yang semakin berkurang. Waktu terus berjalan. Sampai akhirnya dia berhasil mengantarkan puteri bungsunya memperoleh ijazah SMP, dengan penghasilan Rp. 20.000,- per hari. Jauh di lubuk hatinya ia sebenarnya masih sanggup dan ingin untuk menyekolahkan anaknya itu lebih tinggi lagi. Namun karena anak perempuannya yang gopok-an (gampang sakit, red.) bilang, “Wis Mak. Aku sekolah teko SMP ae. Mesakne sampean sing golekne ragat (Sudah Bu. Saya sekolah sampai SMP saja. Kasihan Ibu yang mencarikan biaya.).” Wiji Utami tidak bisa berbuat apa-apa kecuali hanya menuruti permintaan putri tersayangnya. Suatu malam ketika Majalah Penataran berkunjung kerumahnya yang sederhana ia sedang beristirahat. Katanya, badannya terasa capek semua. Kerja mulai jam enam pagi sampai sore menjelang maghrib itu telah menguras tenaganya sampai habis. “Kaki ini terasa sangat pegal,” keluhnya. Ya, maklum saja. Jalanan yang ia lalui untuk menjajakan makanan itu terhitung cukup jauh untuk perempuan seusia dia yang lahir tahun 1959. Apalagi sambil menuntun sepeda yang penuh sesak dengan dagangan sejauh kurang lebih empat kilo meter hingga desa sebelah (Gaprang). “Kalau dinaiki (sepeda), takut tidak terdengar kalau ada orang memanggil,” pungkas Wiji.
Sekarang kedua anaknya sudah berumah tangga. “Mpun plong rasanipun (Lega rasanya),” tutur Wiji dengan raut wajah senang. Rasa lega itu, lanjut Wiji, terutama bila ingat rekasane nggolek sandang pangan (mencari kebutuhan hidup, red.) sendirian. Pernah, cerita Wiji, suatu sore ketika hujan turun sangat deras dan baru saja berangkat jualan ia dipanggil seseorang yang berdandan rapi yang bilang hendak membeli makanan kepadanya. Tanpa ia ketahui, ternyata calon pembelinya itu adalah orang gila. Dan bukannya membeli makanan, obrok (keranjang dari bambu untuk sepeda, red.) tempat dagangannya yang masih penuh malah diobrak-abrik sehingga semua barang bawaannya hancur. Wiji pun hanya bisa diam dan menangis sejadi-jadinya. Kalaupun sekarang masih tetap jualan, katanya terutama untuk mencukupi kebutuhannya sendiri dan uang saku buat cucu. “Anak-anak memiliki keluarganya sendiri-sendiri,” ia menyampaikan alasannya mengapa tidak berhenti dan ikut dengan anak-anaknya. Ibu. Ibu.Ibu! Kapan kita terakhir kali menelepon Ibu? Kapan kita terakhir mengundang Ibu? Kapan terakhir kali kita mengajak Ibu jalan-jalan? Dan kapan terakhir kali kita memberikan kecupan manis dengan ucapan terima kasih kepada Ibu kita? Dan kapankah kita terakhir kali berdoa untuk Ibu kita? Berikanlah kasih sayang lebih selama Ibu kita masih hidup, percuma kita memberikan bunga maupun tangisan apabila Ibu telah meninggal, karena Ibu tidak akan bisa melihatnya lagi. zmoza
Obrok dagangannya penuh sesak oleh makanan
ATARAN 43 Majalah PEN PENA
Profesi Ini sisi lain dari tempat tinggalku, wilayah yang sebentar lagi akan menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Blitar. Saat dimana-mana sudah sangat jarang bisa ku temui Cikar, ternyata disini masih ada sebuah cikar yang setiap pagi sering melintas didepan rumahku. Rasanya sangat menyenangkan masih bisa melihat keberadaan alat transportasi jaman dulu yang pengemudinya oleh orang Jawa dinamai ‘Bajingan’ itu.
‘Bajingan’,
Cikar, Cita Rasa Indonesia
Pekerjaan Yang Mulai Ditinggalkan
T
Supriyanto, sudah puluhan tahun menekuni profesi yang oleh orang Jawa disebut Bajingan
A
ku tidak perlu pergi jauh-jauh untuk sekedar menunjukkan pada anakku tentang sebuah Cikar disaat banyak para kolektor barang-barang antik telah menempatkannya pada gallery-gallery seni. Alat transportasi sebagai simbol atau artefak cita rasa bangsa Indonesia yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian bercocok tanam itu masih ada disini.
44 Majalah PEN ATARAN PENA
idak ku temukan literatur yang menyebutkan kapan tepatnya alat transportasi jadul ini sudah mulai ada. Namun yang jelas, Cikar sudah ada jauh sebelum ditemukannya berbagai alat transportasi yang digerakan oleh mesin. Selain Cikar, ada juga alat transportasi yang sejenisnya seperti Delman, Sado, Dokar, dll. yaitu gerobak yang ditarik oleh kuda. Sedangkan Cikar pada umumnya ditarik oleh dua ekor Sapi yang gemukgemuk atau dalam Bahasa Jawa disebut dengan sapi benthung. Gerak Cikar tidak selincah Delman, Sado atau Dokar yang ditarik kuda. Cikar cenderung sangat lambat, namun sapi-sapi ini mampu menarik beban yang sangat berat sehingga cocok dipergunakan untuk angkutan yang memuat barang atau orang dalam jumlah yang besar. Supriyanto, demikian nama salah satu dari segelintir orang yang bisa ku temui karena masih setia memanfaatkan Cikar. Warga Dusun Tlogo III RT. 02 RW. 02 Desa Tlogo Kec. Kanigoro ini mengaku sudah sejak remaja sekitar Tahun 70-an telah bergelut dengan alat angkut kuno ini. Sejak Cikar masih menggunakan roda dari kayu yang dilapisi plat besi, sampai model yang ada sekarang yang beroda mobil (umumnya roda truk). Dulu, kata Supriyanto, pada jamannya Cikar merupakan alat angkut yang multi guna. Untuk urusan
pindah memindah barang (kadang-kadang juga orang) sangat bergantung pada keberadaannya. Mulai untuk mengangkut hasil bumi, berbagai jenis material mulai dari pasir, batu bata, kayu, gamping, dll., Cikar selalu menjadi andalan. “Dulu Cikar saya yang paling ramai untuk mengangkut merang (kulit padi setelah digiling, red.) untuk membakar batu bata,” tambahnya. Sekali jalan, berangkat jam tiga pagi dari Desa Tlogo menuju Desa Kendalrejo Kec. Srengat, jam sepuluh malam baru tiba kembali di rumah non stop. Sapi-sapi yang digunakan untuk pekerjaan ini, kata Supriyanto adalah sapi-sapi pilihan. Maksud dia, Sapi Jawa yang benthung, berumur, kelot dan bandel. Benthung berarti gemuk dan ber-punuk, berumur dimana usianya minimal lima tahun, kelot yang berarti kuat dan sehat, serta bandel sehingga tidak mudah kaget atau takut dengan kondisi sekitar terutama suara bising dan lalu lalang kendaraan waktu di jalan raya. Sapi-sapi hasil kawin silang sejenis Brahman, Limosin atau yang lain, kata Supriyanto kurang cocok untuk pekerjaan ini. “Memang jenis sapi impor itu sangat kuat,” pungkasnya. Jauh lebih besar tenaganya dibandingkan Sapi Jawa. Akan tetapi, kalau Sapi Jawa semakin berumur semakin mbeneh (pintar) sedangkan sapi hasil silangan tambah nggadur (maunya sendiri). Masih tentang sapi, asalkan dalam kondisi
kenyang tetap kuat berjalan atau bekerja. Bahkan ia biasa mempekerjakan sapi-sapinya mulai dari ba’da Subuh sampai waktu Shalat Subuh lagi esok harinya. Syaratnya dalam perjalanan itu ia harus selalu membawa pakan sapi berupa kolonjono (rumput gajah) atau tebon (batang jagung yang masih muda). Di awal Tahun 80-an saat masih ramai-ramainya angkutan Cikar, di Desa Tlogo terdapat belasan Bajingan. Namun saat ini, kata Supriyanto, “Tinggal saya saja yang masih aktif.” Yang lainnya sudah malas lantaran lapangan pekerjaannya kalah oleh deru truk atau mobil pick up yang lebih cepat dan praktis. Namun karena tidak memiliki keahlian pekerjaan lainnya, warga Desa Tlogo ini bilang akan tetap menekuni profesi ini. “Ditlateni mawon!,” katanya. Alhamdulillah, meskipun tidak seramai dulu, masih saja ada yang membutuhkan Cikar saya. Memang sangat berbeda jenis order yang dia dapat. Terutama tidak ada yang menyuruhnya mengangkut atau mengambil barang pada jarak yang jauh karena waktunya menjadi sangat lama. Pekerjaan yang masih tersisa umumnya ada pada saat musim panen ketika mengambil hasil bumi dari sawah, atau, “Mengecer pupuk kandang di sawah pada saat musim kemarau sedang panas-panasnya seperti sekarang.” Ada beberapa alasan, kata Supriyanto, sehingga angkutan tempo dulu ini masih tetap dibutuhkan. Ratarata mobil pick up tidak mau mengangkut benda-benda yang basah semisal pupuk kandang. Sebab, media angkutnya yang terbuat dari besi menjadi berkarat. Sedangkan sebaliknya, Cikar yang terbuat dari kayu tentu tidak berkarat.
Hanya sapi dengan kriteria khusus yang mampu menarik Cikar. (foto-foto: moza)
Selain itu, kebanyakan baik sopir truk atau mobil pick up biasanya tidak sabar menunggu saat para petani masih harus mengumpulkan hasil panennya terlebih dahulu di sawah. Atau mau saja menunggu akan tetapi biayanya menjadi lebih mahal. “Bila Cikar cukup dengan enam puluh ribu, dengan mobil angkutan menjadi seratus ribu rupiah.”. Dan spesialisasi Cikar yang tidak tergantikan oleh truk atau mobil pick up, lanjut Supriyanto, yakni mengangkut batang bambu yang masih utuh (panjang). Truk apalagi mobil pick up, akan kesulitan mengangkut batang bambu yang panjangnya lebih dari sepuluh meter. Namun Cikar, walaupun ukuran media angkutnya
hampir sama yaitu dua kali tiga meter persegi, bisa mengangkut batang bambu yang panjangnya dua belas sampai empat belas meter atau lebih. Diatas Cikar, batang bambu bisa ditumpuk rata. Dengan hanya menyisakan tempat duduk didepan bagi pengemudinya (tanpa bisa melihat kanan kiri) serta dengan penunjuk arah yang berada diatas tumpukan bambu, Cikar bisa mengatasinya. Sebaliknya bila ditaruh diatas truk atau mobil pick up, “Bila dibiarkan memanjang ke atas nyanthol, sebaliknya bila dibiarkan ke belakang akan menjuntai ke tanah dan rusak.”. zmoza
Meskipun lambat, namun cocok untuk muatan berat
ATARAN 45 Majalah PEN PENA
Liputan Khusus
Pameran Keris dan Tosan Aji Tahun 2012
Menuju Tuan Rumah Kota Pusaka Masih dalam rangkaian peringatan Hari Jadi Kabupaten Blitar yang Ke-688 dan HUT Kemerdekaan RI Ke-67, pada Sabtu (01/09) di Pendopo Kabupaten Blitar telah dibuka ‘Pameran Keris dan Tosan Aji Tahun 2012’ yang berlangsung selama empat hari mulai tanggal 01 sampai dengan 04 September.
K
Ny. Era Herry Noegroho menggunting pita pada pembukaan pameran keris
egiatan ini selain menampilkan bendabenda tradisional dan sejumlah lukisan koleksi pribadi Bupati Blitar, juga menampilkan milik beberapa kolektor lain. Diantaranya kolektor dari Kota Malang, Surabaya dan Solo serta koleksi milik anggota Paguyuban Pecinta Pusaka Keris dan Tosan Aji (Panji) Blitar. Sedikitnya ada empat ratus (400) benda cagar budaya yang dipamerkan. Dua ratus lima belas (215) bilah keris diantaranya dan lima puluh (50) buah lukisan karya seniman-seniman terbaik (termasuk dari guru/siswa) yang ada di Kabupaten Blitar dan di Indonesia serta koleksi Bupati Herry Noegroho.
46 Majalah PEN ATARAN PENA
Suasana pembukaan pameran malam itu terasa sangat mengesankan. Sesuai nama kegiatan dimaksud, seolah-olah semua yang hadir hendak dibawa kembali ke masa lampau. Hampir semua pejabat penting di Pemkab Blitar menghadiri acara pembukaan berbusana tempo doeloe. Diiringi lirih irama gamelan dan sayupsayup suara langgam-langgam Jawa sepanjang prosesi acara, pembukaan Pameran Keris dan Tosan Aji Tahun 2012 itu begitu regeng. Penyelenggaraan tahun ini merupakan yang kedua kalinya. Dan sedianya akan dijadikan agenda rutin tahunan di Kabupaten Blitar. Hal ini seperti disampaikan oleh Bupati ketika memberikan sambutan pembukaan
malam itu. Bupati Herry Noegroho menyampaikan, “Kegiatan ini akan diselenggarakan setiap tahun seperti komitmen kita pada pelaksanaan tahun lalu.” Bupati juga menyampaikan, dalam setiap penyelenggaraan akan terus ditingkatkan baik secara kualitas maupun kuantitas. Sekaligus Bupati juga meminta dukungan kepada semua pihak agar mendukung rencana Pemerintah Daerah untuk menjadikan Blitar sebagai tuan rumah kota pusaka dengan memecahkan rekor penyelenggaraan pameran benda pusaka terbesar tahun depan. “Tahun depan, Insyaallah, Kabupaten Blitar akan menjadi tuan rumah kota pusaka dengan memecahkan
Viking-nya. Mengapa kita tidak bangga pada keris kita? “Itu yang harus terus kita lestarikan.” Lebih lanjut Bupati menyampaikan, bahwa akhirakhir ini jati diri bangsa kita sudah mulai menurun. Bangsa kita yang dulunya bangsa yang ramah-tamah. Bangsa kita yang dulunya penuh dengan kegotongroyongan, kenyataannya saat ini sudah sangat menurun. Dimana-mana banyak terjadi tindak kekerasan. Disana-sini banyak sekali terjadi permasalahan-permasalahan. “Untuk itu mari kita kembalikan jati diri bangsa kita dengan nguri-nguri budaya kita. Mari kita lestarikan budaya kita, budaya Jawa,” demikian ajakan Bupati Blitar kepada seluruh yang hadir pada malam itu.
Sebelum para tamu undangan, pecinta dan pemerhati keris serta pengunjung memasuki lokasi pameran terlebih dahulu dilakukan pengguntingan pita tanda dimulainya Pameran Keris dan Tosan Aji Tahun 2012. Pengguntingan pita dilakukan oleh istri orang nomor satu di Kabupaten Blitar, Ny. Era Herry Noegroho. Sejauh pengamatan Majalah Penataran, hadirin malam itu begitu antusias menikmati acara ini. Satu persatu mereka mengamati lukisan yang menawan yang dipajang di pendopo bagian depan. Kemudian berjalan lebih ke dalam, mereka sepertinya tak henti mengagumi keris dan Tosan Aji milik para kolektor yang sedang dipamerkan. Disela-sela acara, Majalah Penataran juga sempat berbincang dengan K.R.T H. Harmono –Ketua
K.R.T H. Harmono , Ketua Panji sekaligus Ketua Panitia Pameran Keris dan Tosan Aji Tahun 2012
rekor penyelenggaraan pameran benda pusaka terbesar di Indonesia,” kata Herry Noegroho bersemangat. Pada kesempatan itu, Bupati Herry Noegroho juga menyampaikan, maksud dan tujuan dari kegiatan ini. Pameran ini diselenggarakan untuk nguri-nguri (melestarikan) budaya. “Bahwa bangsa kita sebenarnya memiliki budaya yang sangat tinggi atau adiluhung.” Oleh karenanya sangat salah apabila kita berkiblat pada negara lain. Bangsa kita memiliki suatu pusaka yang luar biasa berupa keris. Jika orang Jepang bangga dengan Samurai-nya, orang New Zeland bangga dengan Boomerang-nya, Orang Denmark bangga dengan Kapak
Suasana sebelum acara dimulai
Panji sekaligus Ketua Panitia Pameran Keris dan Tosan Aji Tahun 2012. Ketua Panji menyebutkan, Organisasi Dunia Bidang Pendidikan dan Kebudayaan (UNESCO) telah mengakui keris sebagai karya agung warisan kemanusiaan milik seluruh bangsa di dunia atau telah diakui sebagai karya agung warisan dunia. “Dunia telah mengakui keberadaan keris Indonesia sekaligus mendapat penghargaan dunia pada Tahun 2005,” pungkas K.R.T H. Harmono. “Keris dinilai bukan saja karena unsur fisiknya. Tidak melulu tentang keindahan dan seni yang kasat mata,” lanjut Harmono. Namun banyak aspek lain yang terdapat pada sebilah keris. Diantaranya meliputi aspek estetika, aspek teknik metalurgi, aspek filsafat, aspek fungsional, aspek sosial, aspek mistik magis, sejarah, dll. zmoza Pameran Keris, ramai dikunjungi masyarakat
ATARAN 47 Majalah PEN PENA
Pelesir
Wisata Religi, Makam Syech Shubakir Sangat beruntunglah kita sebagai warga Kabupaten Blitar. Ada banyak hal yang bisa mempertegas Kabupaten Blitar ini sebagai kota tujuan wisata favorit. Beragam tujuan wisata yang menjadi daya tarik pelancong ada di kota ini. Mulai dari wisata kuliner, wisata pantai, wisata alam, hingga wisata religi juga ada di Kabupaten Blitar.
M
engenai wisata religi ini, tentu warga Kabupaten Blitar sudah banyak yang tahu dengan keberadaan Makam Syech Shubakir yang berada di Dusun Penataran Desa Penataran Kecamatan Nglegok. Tepatnya berada di sebelah utara Pemandian Penataran atau kurang lebih berjarak lima ratus meter dari area wisata Candi Penataran. Makam Syech Shubakir, sebagai salah satu tempat tujuan wisata religi sudah dikelola dengan cukup bagus. Berada diatas lahan seluas kurang lebih tujuh ratus meter persegi, terlihat anggun dengan berbagai bangunan semi modern yang bersih dan rapi. Di area makam ini sudah dibangun fasilitas umum berupa sebuah masjid sejak Tahun 1993 yang diresmikan Bupati Blitar waktu itu Drs. Siswanto Adi yang diberi nama Masjid Syech Shubakir. Bukan itu saja, bahkan di area wisata ini sekarang juga sudah disediakan penginapan bagi para pengunjung yang berasal dari luar daerah atau siapa saja peziarah yang ingin menginap. Secara umum terdapat lima bangunan utama di area wisata Makam Syech Shubakir. Selain yang telah
48 Majalah PEN ATARAN PENA
Tampak dari luar tempat sujud dan makam Syekh Subakir
disebutkan diatas berupa masjid dan penginapan, tiga bangunan yang lainnya berupa Paseban (semacam pendopo), Pasujudan dan Makam Syech Shubakir. Ketiga bangunan ini terletak berjajar dari timur ke barat. Paseban berada yang paling timur, kemudian
makam atau pusara terletak di tengahnya dan berada yang paling barat adalah Pasujudan Syech Shubakir. Pasujudan atau tempat sujud atau sajadah di Makam Syech Shubakir inilah yang mungkin paling unik. Tidak seperti sajadah pada umumnya, Pasujudan
Pasujudan atau tempat sujud Syekh Subakir
Intermezo ULANGAN BAHASA INDONESIA Sehabis ulangan Bahasa Indonesia seorang anak SD kelas 4 pulang ke rumah dan bertanya ke ibunya : Anak Ibu Anak Ibu Anak Ibu Anak Ibu Anak Ibu :
: “Bu, tadi kayanya aku ulangan Bahasa Indonesia betul semua deh, tapi ada yg meragukan sih jawabnya, Bu...” : “Apa tuh sayang?” : “Kalau seorang laki-laki memiliki istri lebih dari 1 apa namanya bu!?” : “Poligami, Nak...” : “Asyiiik betul!! Kalau perempuan yang punya suami lebih dari 1?” : “Itu Poliandri Nak”. : “Horeee betul lagi!! Iya nih kayanya betul semua... Eh terus kalo laki-laki cuma punya 1 istri apa namanya?” : “Monogami dong sayang!” : “Ya sallaahh deh!! Kata Ayah jawabannya MONOTON...” : “Mana bapakmu...!!??”
COWOK IDAMAN
BURUNG BEO….
Cewek
: “Mas kerja dimana?”
Cowok
: “Saya cuma usaha beberapa hotel bintang 4 dan 5 di Jakarta dan Bali...”
Cewek
: “(WOW...Konglomerat pasti!)... Mas tinggal dimana?”
Ada seorang ibu pergi ke pasar burung disana ia melihat seekor burung Beo yang bisa menirukan suara manusia, dijual dengan harga murah sekali, Rp 25.000. Si wanita sangat kaget, dan menanyakan ke penjual burung tersebut
Cowok
: “Pondok Indah Bukit GOLF...”
Cewek
: “(W0W kereenn...Rumah Orang-Orang “The Haves”) Pasti gede rumahnya yah...?”
Cowok
: “Ngga ah...Biasa aja koq...cuma 3.000 m2...”
Cewek
: “(Busett!) Pasti mobilnya banyak yah...?”
Cowok
: “Sedikit koq...Cuma ada Ferrari. Jaguar. Mercedes. BMW. Mazda...”
Cewek
: “(Wah cowok idaman gue nihh!!) Mas udah punya istri...?”
Cowok
: “Hmm...Sampai saat ini belum tuh...hehe...”
Cewek
: “(Enak juga nih kalo gue bisa jadi bininya...) Mas merokok??”
Cowok
: “Tidak...rokok itu tidak bagus untuk kesehatan tubuh...”
Cewek
: “(Wah sehat nihh!) Mas suka minum-minuman keras?”
Cowok
: “Tidak donk...”
Cewek
: “(Gilee...Cool abissss!!) Mas suka maen judi??”
Cowok
: “Nggak...ngapain juga judi? ngabisin duit aja”
Cewek
: “(Ooohhhh...So sweett...) Mas suka dugem gitu ga??”
Cowok
: “Tidak tidak...”
Cewek
: “(Iihh...sholeh banget nih cowok!) Mas udah naik haji?”
Cowok
: “Yah...baru 3x dan umroh paling 6x...”
Cewek
: “(Subhanallah...calon surgawi...) Hobinya apa sih mas?”
Cowok
: “BOHONGIN 0rang......”
Cewek
: ??????!!!!!!...
Wanita :”Mas, ini burung Beo kok harganya murah sekali ?” Penjual: “ Ini, lo bu, burung ini pernah tinggal di rumah bordil, jadi kalau bicara suka yang jorok-jorok. Saya kesel, maka saya jual saja dengan harga murah.” Si wanita pikir-pikir, akhirnya burung beo itu di beli juga, karena murahnya lagipula, namanya juga burung, pelan-pelan nanti dilatih. Singkat kata, burung tersebut dibawa pulang dan di gantung di teras depan rumahnya. Si burung melihat sekeliling teras rumah dan si wanita, kemudian berkata; “Rumah bordil baru, germo baru ….” Si ibu kaget ! sekali, tapi kemudian bisa maklum, lagi pula lucu. Kemudian anak perempuan sang ibu yang berusia remaja pulang sekolah, si burung melihat dan berkata ; “Rumah bordil baru, germo baru, wanita nakal baru ….” Si anak juga kaget sekali, tapi setelah dijelaskan oleh ibunya, si anak maklum. Sore hari, waktu si ibu dan anak sedang duduk bersama sambil mengamati burung beo barunya, suami si wanita pulang kerja, si burung melihat dan berkata ;” Halo Om, ketemu lagi………………” Suami : “……….???!!!.”
ATARAN 51 Majalah PEN PENA