Dari Redaksi Pembaca yang terhormat,
R
asanya bangga sekali kami bisa kembali hadir menyapa pembaca. Pada edisi keempat ini kami sengaja banyak mengupas kegiatan di Kabupaten Blitar yang berkaitan dengan budaya. Kami menyajikan Festival Kesenian Kawasan Selatan atau yang disingkat FKKS Tahun 2013. Acara ini diselenggarakan di Kawasan Wisata Candi Penataran Kecamatan Nglegok. Acara yang dibuka oleh Sekdaprov Jatim ini diikuti oleh delapan peserta dari Kawasan Jawa Timur bagian selatan, yakni Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Jember, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Malang, Kabupaten Blitar, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Trenggalek dan Kabupaten Pacitan. Sekdaprov Jatim dalam sambutannya memberikan apresiasi yang luar biasa terhadap Kabupaten Blitar. Apresiasi diberikan bukan semata karena Kabupaten Blitar telah dua kali sebagai penyelenggara event ini, namun juga karena faktor-faktor yang lainnya. Yaitu tentang kesiapan panitia penyelenggara, tentang kemasan acara yang begitu menarik, tentang antusias warga dalam mendukung, mengikuti dan menyaksikan acara serta terutama tentang sejarah Kabupaten Blitar di masa lalu dan masa kini yang hebat. Kegiatan yang berkaitan dengan budaya yang kedua adalah “Metri Bumi” yang dilakukan oleh warga di Kelurahan Wlingi, Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar. Metri Bumi yang juga dapat diistilahkan Bersih Desa ini dilakukan warga Kelurahan Wlingi sebagai tradisi warisan budaya yang turun temurun dari generasi sebelumnya. Sebenarnya, kegiatan ini hampir sama dengan adat istiadat di beberapa desa yang ada di wilayah Kabupaten Blitar lainnya. Tujuannya sama, yaitu mendoakan arwah leluhur yang menjadi pendiri suatu daerah tersebut, agar diampuni dosa-dosanya dan diterima amal di sisi Tuhan Yang Maha Esa. Namun uniknya, Perayaan Metri Bumi di Kelurahan Wlingi ini diikuti oleh warga yang semuanya mengenakan pakaian adat Jawa. Kegiatan Metri Bumi ini, digelar di Dusun Karangan, Kelurahan Wlingi. Pada kegiatan Metri Bumi ini berbagai ritual adat digelar. Di antaranya ziarah ke makam leluhur, melakukan pawai keliling desa, menyembelih kambing, kenduri akbar, dan menggelar Kesenian Tayub (Beksan Danyang). Selain itu rubrik-rubrik Hambangun Praja, Edukatif, Pelangi Bumi Penataran, Suara Wakil Rakyat, Dinamika Kepegawaian, Lensa Sport, Ono Dino Ono Upo, Kesiapan Partai Songsong Pileg 2014, Liputan Khusus, Pelesir dan lainnya tetap menampilkan dan menyajikan kabar-kabar dan cerita-cerita menarik bagi para pembaca setia Majalah Penataran. Harapan kami semoga Majalah Penataran akan selalu menjadi sumber informasi yang bermanfaat untuk pembaca setia. Terima kasih tak terhingga atas dukungan dan partisipasi serta kerja sama semua pihak. Redaksi
MP
KOMUNIKATIF INFORMATIF BERIMBANG
Pelindung : HERRY NOEGROHO, SE. MH Drs. RIJANTO, MM Penasehat : Drs. PALAL ALI SANTOSO, MM Penanggung jawab : SUYANTO, SH. MM Pemimpin Redaksi : Dra. SRI WAHYUNI, M.Si Redaktur : Ir. BUDI IRIANTO, MM Editor : RUDI WIDIANTO, ST Redaktur Pelaksana : ANTOK PURWANTO HENDRA NOVARIADI M. ENDRA PRASETYA Anggota : JONI HARSONO DWI AGUS SANTOSO, ST ASYIK FAUZI, ST
ALAMAT REDAKSI Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Blitar. Jl. Raya Dandong No. 53, Srengat-Blitar. Telp. (0342) 555330, 555444. Fax. (0342) 555330. Email :
[email protected] Redaksi Majalah Penataran menerima kiriman naskah, opini, esai, features, laporan ilmiah, dan bentuk tulisan lain. Naskah minimal 3 halaman kwarto, dilengkapi foto copy identitas diri, dikirim dalam bentuk flash disk, CD maupun tulisan ke alamat email :
[email protected] atau ke alamat Redaksi Majalah Penataran. Redaksi tidak mengembalikan bahan-bahan yang telah dikirim. Redaksi berhak melakukan editing sesuai kebutuhan, sepanjang tidak mengubah isi.
2
Majalah PEN ATARAN PENA
Gerbang
Bandara Udara Ponggok, Butuh Dana Besar Jikalau memiliki anggaran yang memadai, pembangunan bandara udara di Ponggok Kabupaten Blitar, bisa saja dapat segera direalisasikan. Tetapi jika masih kesulitan untuk mendapat anggaran itu, keinginan besar itu tampaknya harus disimpan dulu dengan sabar. Jawa Timur, yang sudah melaunching Perda No. 54 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang dan Tata Wilayah Propinsi Jawa Timur. Di dalam Pasal 38 disebutkan, rencana pengembangan bandara udara di Jawa Timur, salah satu tempat yang dipilih adalah Kabupaten Blitar. “Jadi proyek ini bukan sematamata ide kami di Kabupaten Blitar, tetapi kami didorong untuk melakukan studi awal oleh pemerintah Propinsi Jawa Timur,” imbuh Tobing. Alasan yang bisa dipahami, masalah transportasi di Jawa Timur saat ini sudah mulai menjadi problem serius, terutama transportasi darat. Pertumbuhan Wabup Rijanto bersama Danlanud Abdurahman Saleh (tengah), dan Dan Skuadron III
P
rogram megaproyek bandara udara di Ponggok, sedang digodog Bapeda Kabupaten Blitar. Ini terlihat pada Rapat Koordinasi dan Seminar Pendahuluan Penyusunan Master Plan Bandara Udara di Kabupaten Blitar, di Hotel Grand Mansion, Agustus 2013 lalu. Tidak tanggung-tanggung, pakar yang didatangkan untuk narasumber antara lain Komandan Skuadron III Lanud Iswahyudi Madiun, Tri Wibowo, Komandan Lanud Abdurahman Saleh Malang, Marsma TNI Hutomo, Ketua Otoritas Bandara
4
Juanda, Ir. Budi Jatmiko, dan pakarpakar lainnya. Kepala Bapeda Kabupaten Blitar, Ir. Mangatas Lumban Tobing, M.Si dalam pengantarnya mengatakan, pertemuan ini baru merupakan rapat konsultasi. “Kami tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang perancangan bandara udara. Oleh sebab itu, kami undang para pihak yang memiliki kompetensi di bidang itu,” kata Tobing, panggilan akrabnya. Gebrakan Pemkab Blitar membangun proyek besar ini, tidak lepas dari program Pemerintah Provinsi
Majalah PEN ATARAN PENA
Ir. Haryono, Konsultan Universitas Brawijaya
Ketua Otoritas Bandara Juanda, Ir. Budi Jatmiko
mobil, demikian pesat, sehingga menimbulkan keruwetan di jalan dan berakibat banyak waktu yang terbuang di perjalanan akibat macet atau jalan melambat. Wakil Bupati Blitar, Drs. Rijanto, MM yang menjadi keynote speaker dalam seminar itu mengatakan, transportasi jalur udara saat ini bukan barang mewah lagi, melainkan jalan keluar untuk efisiensi waktu. “Kita mau ke Malang, atau ke Surabaya saja, sekarang sulit memprediksi ketepatan waktunya. Lonjakan industri automotif, telah menimbulkan dampak yang tidak kita duga, yaitu membuat kemacetan di jalanan,” katanya. Dalam perencananaan pembangunan bandara udara di Ponggok ini, lanjutnya, baru dilakukan langkah-langkah akademik. Tahun 2012 lalu sudah dimulai kajian akademiknya, dan pada tahun 2013 ini sedang dijajagi kemungkinan menyusun master plannya. Untuk kajian ini, konsultan yang dipilih adalah Universitas Brawijaya. Ir. Haryono, konsultan dari Unibraw ketika memberikan
paparannya, sudah melakukan pemetaan tingkat mobilitas masyarakat Blitar menuju kota-kota lain. Daerah tujuan yang sudah menjadi kebutuhan antara lain Surabaya, Yogyakarta, Jakarta, Bandung, dan Denpasar. “Kota yang
pasti menghasilkan keuntungan, Surabaya, Jakarta, Yogyakarta, dan Denpasar. Kalau Bandung, animonya rendah,” kata Haryono. Pakar dari Lanud Abdurahman Saleh, Marsma TNI Hutomo mengingatkan, pembangunan bandara membutuhkan dana cukup besar. Kisarannya, menembus trilyun-an rupiah. Ia membandingkan dengan kegiatannya di Lanud Abdurahman yang sedang dikembangkan. Dua pekerjaan besar, yaitu membangun taxiway dan run away. “Kami baru saja merenovasi taxi- way, sudah habis Rp 100 milyar. Padahal membuat run away, dana jauh berlipat-lipat, karena demikian panjang dan konstruksinya harus kualitas nomor satu,” katanya. Pertanyaanya, bisakah anggaran trilyun-an rupiah itu disediakan untuk proyek yang dibutuhkan masyarakat Blitar, Kediri, Tulungagung, dan Malang ini? Jawabanya, bergantung Pemprov Jatim yang memiliki goodwill karena amanah Perda RTRW itu, serta Pemkab Blitar yang harus gigih memperjuangkanya. (pur)
Camat Ponggok, dan peserta seminar
Majalah PEN ATARAN PENA
5
Gerbang
Pemkab Blitar Kembali Mutasi Pejabat Pemerintah Kabupaten Blitar kembali melakukan perombakan birokrasinya. Hal ini dilakukan demi melakukan penyegaran para pejabat guna meningkatkan professionalitas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Mutasi pejabat struktural dan pejabat fungsional ini dilakukan pada Rabu, (4/9) lalu di Pendopo Ronggo Hadinegoro Pemerintah Kabupaten Kabupaten Blitar.
S
ebanyak 249 pejabat struk-tural eselon II hingga eselon V, serta pejabat fungsional diambil sumpahnya di Pendopo Agung Ronggo Hadinegoro. Pengambilan Sumpah Jabatan dan Pelantikan ini dipimpin langsung Bupati Blitar. H. Herry Noegroho, SE. MH. Kegiatan tersebut disaksikan Wakil Bupati Blitar, H. Rijanto, MM, Anggota Forpinda Kabupaten Blitar, Kepala SKPD, Camat, dan undangan lainnya. Bupati Blitar, H, Herry Noegroho, SE. MH. dalam sambutannya mengungkapkan, mutasi pejabat ini merupakan kebutuhan dalam rangka mengisi kekosongan jabatan. “Mutasi ini sekaligus untuk
6
mengevaluasi kinerja pejabat terhadap promosi dan mutasi
Majalah PEN ATARAN PENA
sebelumnya,” katanya. Orang nomor satu di Pemkab Blitar itu berharap
pejabat yang baru saja dilantik ini bisa mengemban amanah, dan menjalankan tugas tanggung jawab dengan sebaik-baiknya. Menurut Herry Noegroho, pejabat yang menduduki jabatan baru akan lebih professional demi mendapatkan kemajuan ke arah lebih baik. Profesionalitas, disiplin, loyalitas dan integritas sebagai abdi negara juga harus ditingkatkan. Bupati Blitar juga mengatakan, jika dalam mutasi dan promosi kali ini masih ada yang tidak berkenan diharapkan mengambil hikmahnya. “Justru harus bersiap untuk bekerja dengan sungguh-sungguh, tanggungjawab dan mengabdi seoptimal mungkin yang dilandasi dengan rasa ikhlas dan penuh kesabaran,” jelas Herry Noegroho. Promosi dan mutasi pejabat eselon ini sesuai SK Bupati Blitar Nomor 820/165/409.205/2013 tentang pengangkatan dalam Jabatan Struktural tanggal 3 September 2013, 820/166/409.205/2013 tentang Pengangkatan/pemindahan pejabat fungsional guru dan tugas tambahan sebagai Kepala SMP/SMA/SMK Negeri, 820/167/409.205/2013 tentang pengangkatan promosi/pengangkatan dalam jabatan fungsional pengawas dan 820/168/409.205/2013 tentang pertama kali pengangkatan kembali dalam jabatan fungsional penilik. Dalam kesempatan tersebut, sejumlah pejabat mendapatkan promosi. Promosi pejabat ini di antaranya, pejabat Eselon II-b sebanyak 3 orang yang dipromosikan, eselon III-a dipromosikan 13 orang, eselon III-b sebanyak 32 orang dipromosikan, eselon IV-a sebanyak 87 orang, eselon IV-b sebanyak 55 orang, dan eselon V-a sebanyak 7 orang. Sedangkan pejabat fungsional, 11 Kepala Sekolah menduduki jabatan yang baru. Selain itu 31 orang pengawas dan 10 penilik juga menduduki jabatan yang baru. Catatan redaksi, mutasi pejabat
Pengambilan Sumpah Jabatan dipimpin Bupati Herry Noegroho
ini merupakan mutasi jilid 2 di tahun 2013 ini. Mutasi jilid pertama dilakukan pada pertengahan Januari lalu. Sebanyak 251 pejabat, saat itu menduduki jabatan baru. Sementara, pada mutasi jilid 2 kali ini, sebanyak 249 juga menduduki jabatan yang baru. Beberapa pejabat struktural yang menempati posisi baru ini di antaranya, Ir. Ulfie Zufiqar Zuaza yang menjabat Kepala Kantor Ketahanan Pangan, Achmad Budi Hartawan menjabat Kepala Bagian Perekonomian, Samsul Ma’arif dipercaya untuk menjabat Kepala Bagian Kesra, Khusna Lindarti menjabat Asisten Ekonomi dan Pembangunan, Mahin Abdullah sebagai Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan SDM, dan Ir. Indra Gunawan Staf Ahli Bidang Ekonomi. Sementara itu, Hari Margono dipercaya untuk menjabat
Camat Doko, Darmadi ditunjuk Camat Kademangan, Agus Santoso dipercaya menjabat Camat Ponggok, dan Rustin Trisetyo Budi menjabat Camat Wates. Sementara itu, Kepada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Blitar, Totok Subihandono kepada Majalah Penataran mengungkapkan, mutasi ini dilakukan untuk menggantikan kebutuhan pejabat struktural dan jabatan fungsional yang sudah atau dalam masa purna tugas. “Ada beberapa jabatan yang kosong karena pejabatnya pensiun. Jadi kegiatan ini untuk mengisi jabatanjabatan kosong tersebut,” katanya. Ia juga berharap, para pejabat baru ini segera melakukan inovasi bersamasama dengan pemerintah Kabupaten Blitar untuk mewujudkan pembangunan yang berorientasi kepada kesejahteraan masyarakat di daerah ini. (hend)
Majalah PEN ATARAN PENA
7
Gerbang
Puluhan truk angkut pasir, setiap hari keluar-masuk ke Blitar. Mereka mengirim pasir ke Mojokerto, Surabaya, Ponorogo, dan sebagainya. Jalan aspal pun rusak di sana-sini, dan masyarakat menjadi korban. Siapakah yang mengambil keuntungan dari bisnis yang semrawut pengelolaannya ini?
Kolam-kolam raksasa sedalam 8 meter yang disedot pasir di dalamnya
Pengusaha Pasir, Sumber Kerusakan Jalan
P
engusaha-pengusaha yang berbisnis pasir di Blitar, ternyata justru merugikan masyarakat secara umum. Mereka terus-menerus menggali pasir
menggunakan alat-alat berat, lalu mengirimkan ke luar kota untuk memenuhi kebutuhan pembangunan infrastruktur di perkotaan. Pantauan Majalah Penataran,
Rumah tangga membutuhkan pasir dalam skala kecil
8
Majalah PEN ATARAN PENA
puluhan bego (alat berat) yang beroperasi di kawasan Bladak Desa Sumberasri dan sekitarnya. Sejumlah sopir truk mengaku, mengirimkan pasirnya ke Mojokerto. Bahkan sopirsopir dari Tulungagung, mengambil pasir di Nglegok, untuk dikirim ke Ponorogo untuk mencukupi kebutuhan reklamasi di sana. Lebih lanjut reporter Penataran menelusuri penambangan di kantong lahar di Desa Kedawung. Pengusaha di sana menggunakan cara menyedot pasir di kedalaman tanah hingga 8 meter. Caranya, para penambang membuldozer permukaan kantong untuk mengelupas lapisan tanah paling atas. Setelah melewati padas dan mencapai batas air tanah, dicapailah lapisan pasir di perut bumi. Lalu disedotlah pasir itu dengan menggunakan diesel berukuran besar. Akibatnya, jadilah kolam-kolam raksasa mirip danau di sepanjang
kantong lahar. Para sopir truk itu membeli pasir di lokasi penambangan dalam kisaran Rp 220 ribu hingga Rp 240 ribu untuk sekali angkut. Mereka mencukupi kebutuhan pembangunan rumah tangga yang hanya 1 sampai 2 rit saja. Sedangkan permintaan proyek besar di kota lain, jumlahnya ratusan truk setiap hari. Kepala Dinas PU Cipta Karya, Sumantri dengan tegas menyatakan, para penambang itu masuk kategori liar. “Mereka tidak memiliki ijin tambang,” ujarnya pendek ketika ditanya soal legalitas para penambang pasir di kawasan Bladak itu. Tidak tanggung-tanggung, alat berat alias bego liar di seluruh kawasan Blitar jumlahnya mencapai 64 unit. Sumantri menambahkan, ketentuan pengelolaan wilayah pertambangan sungai Brantas dan Kantong Lahar sudah diatur dalam Perda Propinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2005 tentang Pengendalian Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C pada Wilayah Sungai di Propinsi Jawa Timur. “Dalam ketentuan itu, usaha pertambangan harus dilakukan secara manual atau tradisional dan tidak menggunakan alat mekanik,” tegasnya. Seorang penambang senior di Kabupaten Blitar, minta dirahasiakan namanya, mengaku tidak peduli dengan kerusakan jalan yang timbul. Jawabanya sederhana: “Kami ini sudah keluar duit untuk sewa lahan,” katanya. Usut punya usut, ternyata para pengusaha yang mengirimkan alatalat beratnya itu memang memiliki hak sewa atas lahan-lahan yang telah dikaping-kapling oleh warga setempat. Sejauh ini tidak jelas, siapakah pihak yang memiliki inisiatif pengkaplingan itu. Dampak Lain Bisnis tambang pasir pun berjalan, seolah- olah tanpa pengaturan tadi, sudah menghasilkan
Jalan dipatok, cegah truk besar ke lokasi tambang
kerugian, berupa rusaknya jalan-jalan di kawasan Nglegok dan sekitarnya. Polresta Blitar sudah berusaha menegakkan peraturan. Di antaranya, menyita sejumlah alat berat bego yang menyalahi peraturan. Di samping itu, Dinas Perhubungan dan Kominfo Kabupaten Blitar juga mematok 13 ruas jalan menuju lokasi penambangan, untuk mencegah masuknya truk besar yang ukuranya melebihi kekuatan kelas jalan desa. Wakil Bupati Blitar, Drs. Rijanto, MM merasa prihatin atas problem yang terjadi di lapangan itu. “Kami prihatin, mestinya para pengusaha bertanggung jawab atas rusaknya jalan-jalan itu,” ujar Wabup. Ia sangat berharap, agar eksplorasi pasir
Alat mekanik (bego) yang disita Polresta Blitar
ini memberi manfaat bagi semua pihak. Warga di sekitar lokasi bisa mendapat upah dari bongkar muat di lokasi penambangan. Dan yang penting, retribusi kendaraan yang datang, bisa dipakai untuk membiayai perawatan jalan yang rusak. (pur)
Tenaga kerja manual, masih kalah dibanding alat mekanik milik pengusaha tertentu.
Majalah PEN ATARAN PENA
9
Hambangun Praja
Blitar, Sukses Gelar Pilgub Jatim Tahapan demi tahapan pesta demokrasi Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jatim sukses di gelar Pemerintah Kabupaten Blitar. Tepatnya 29 Agustus lalu, ratusan ribu warga di Kabupaten Blitar menggunakan hak pilihnya untuk memilih calon Gubernur Jatim masa periode 2013-2018. Di Kabupaten Blitar sendiri, tahapan Pilgub Jatim 2013 berjalan dengan tertib dan aman.
K
epala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Blitar, Drs. H. Mujianto kepada Majalah Penataran mengungkapkan, Pilgub Jatim di Kabupaten Blitar berjalan dengan lancar . “Syukur Alhamdulillah, tahapan Pilgub di Kabupaten Blitar dapat dilaksanakan dengan baik,” katanya. Seluruh proses Pemilu Gubernur berjalan dengan lancar, mulai dari jelang kampanye, saat pencoblosan hingga hasil rekapitulasi suara. Menurutnya, kelancaran proses Pilgub Jatim ini tak lepas dari dukungan semua pihak mulai dari Kepolisian Republik Indonesia (Polri), TNI, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan masyarakat Kabupaten Blitar secara keseluruhan. Dalam mengawal pesta demokrasi tersebut, Polres Blitar menerjunkan 550 personilnya. Ratusan aparat kepolisian tersebut ditempatkan di masing-masing TPS. Selain personil dari Polri, pengamanan Pilkada Jatim pada 29 Agustus 2013 lalu juga melibatkan 1 kompi pasukan dari Kodim 0809 serta Yonif 511 Blitar. Dalam Pilgub 2013
10
Majalah PEN ATARAN PENA
ini, Pemerintah Kabupaten Blitar bersama KPU Kabupaten Blitar juga telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat melalui berbagai media. Sementara di Kabupaten Blitar, rekapitulasi hasil penghitungan suara Pilgub Jatim 2013 dilakukan melalui Rapat Pleno Terbuka yang dilaksanakan di Hotel Puri Perdana Kota Blitar, Selasa (3/9) lalu. Dari hasil rekapitulasi se-Kabupaten Blitar tersebut, pasangan Khofifah Indar Parawansa-Herman S Sumawiredja (Berkah) memenangkan secara mutlak dengan perolehan suara sebesar 237.679 suara (42,7%). Pasangan nomor urut IV ini memenangi perolehan suara di 18 kecamatan dari 22 kecamatan yang ada di Kabupaten Blitar. Sedangkan pasangan nomor satu SoekarwoSaifullah Yusuf (Karsa) hanya memenangi di 4 kecamatan, dengan perolehan suara sebesar 187.788 (33,7%). Pasangan nomor urut 3, Bambang D.H.-Said Abdullah (BDH-Said) berada di urutan 3 dengan perolehan suara 113.041 (20,3%). Dan pasangan nomor urut 2, Eggi Sudjana-
Muhammad Sihat (Beres) hanya mendapatkan 18.770 suara (3,3%). Dari jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) sebanyak 907.831 pemilih, suara tidak sah mencapai 19.788. dalam kegiatan tersebut juga dihadiri 3 saksi dari pasangan nomor urut 1, diwakili Bahrul Ulum, saksi pasangan nomor 3, Joko Supriono dan saksi pasangan nomor urut 4, Budianto Hendra Setiawan. Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Blitar, Miftahul Huda kepada wartawan mengatakan, hasil pleno terbuka rekapitulasi penghitungan suara Pilgub Jatim tersebut keesokan harinya atau tepatnya 4 September, diserahkan ke KPU Jatim. Hasil tersebut digunakan sebagai bahan rekapitulasi di tingkat Jatim pada 7 September. Catatan Redaksi, dalam penghitungan akhir di KPU Jatim, di Surabaya, Sabtu (7/9) malam, pasangan nomor urut 1 SoekarwoSaifullah Yusuf (Karsa) ditetapkan sebagai pemenang. KPU Jatim, melalui SK Nomor 24/KPTS/KPUProv-014/2013, memastikan pasangan Soekarwo-Saifullah Yusuf, sebagai pemenang Pilkada Jatim, periode 2013-2018. Pasangan Karsa diusung Partai Demokrat dan didukung 31 partai politik (parpol) parlemen dan nonparlemen, memperoleh 8.195.816 suara atau 47,25%. Peringkat kedua diraih Berkah diusung PKB dan didukung dua parpol non parlemen meraih suara sebanyak 6.525.015 suara atau 37,62%. Pasangan Bambang Dwi Hartono-Said Abdullah (Bangsa) diusung PDI- P, mengumpulkan 2.200.069 suara atau 12,69%. Sedangkan pasangan Eggi Sudjana-M Sihat (Beres) dari jalur perseorangan/ independen mendapat 422.932 suara atau 2,44%. Dalam Pilgub yang dilaksanakan, Kamis (29/8), Karsa unggul di 26 dari 38 kabupaten/kota di Jatim. Ke -26 daerah tersebut, masing-masing Bojonegoro,
Proses pencoblosan berlangsung tertib dan aman
Mojokerto, Bangkalan, Sampang, Nganjuk, Jombang, Ngawi, Surabaya, Kabupaten/Kota Pasuruan, Magetan, Kota Probolinggo, Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Kabupaten/Kota Kediri, Kota Blitar, Batu, Bondowoso, Situbondo, Kabupaten/Kota Madiun, Tulungagung, Malang, dan Lumajang. Sedangkan pasangan Nomor urut 4 Berkah unggul di 12 daerah, masing-masing Gresik, Pamekasan, Tuban, Lamongan, Kabupaten Mojokerto, Sumenep, Sidoarjo, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten
Blitar, Kabupaten Malang, Jember dan Banyuwangi. Dalam kesempatan tersebut, saksi pasangan Khofifah Indar Parawansa-Herman S Sumawiredja (Berkah), menolak hasil rekapitulasi suara Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Timur (Jatim), dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jatim. Berkah melayangkan gugatan menggugat ke Mahkamah Konstitusi. Gugatan ke MK, dimaksudkan agar pasangan Berkah, ditetapkan sebagai pasangan calon terpilih. (hend)
Antusias warga dalam Pilgub Jatim 2013 cukup tinggi.(foto-foto: hendranova)
Majalah PEN ATARAN PENA
11
Hambangun Praja
Doa bersama para jenderal tua di Kompleks Monumen PETA.
Jenderal-Jenderal Purna
Banjiri Blitar
Sejumlah jenderal purnawirawan, mengaku tidak keliru memilih Blitar untuk pelaksanaan puncak peringatan HUT ke 54 PEPABRI secara nasional, tanggal 10 hingga 12 September 2013 lalu. Mereka mendapat “oleh-oleh dahsyat” dari kota bersejarah ini, karena telah melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat.
S
elama tiga hari itu, masyarakat juga tampak sibuk. Itulah puncak kegiatan yang dipimpin langung oleh ketuanya, Ketua DPP PEPABRI, Jenderal Purn. Agum Gumelar. Oleh-oleh itu antara lain dirasakan pertama kali oleh Agum Gumelar, ketika melaksanakan Selamatan Tenger Gayuh di Monumen PETA Blitar. Jenderal flamboyan itu tampak ikut larut dalam doa-doa yang didengungkan para seniman macapat dari “Sanggar Abdiningsun” Blitar. Dalam kesempatan itu, dibacakan riwayat Kidung Banjaran PETA dalam bentuk tembang-tembang macapat. Isinya adalah perjalanan prajurit PETA hingga metamorfosa menjadi Tentara Nasional Indonesia.
12
Majalah PEN ATARAN PENA
Jenderal Purn. Agum Gumelar, khidmad mendengar Banjaran PETA
“Saya mendapat pengalaman spiritual yang hebat. Ini memunculkan kesadaran baru bagi saya, betapa tinggi makna perjuangan PETA Blitar bagi negeri kita, setelah berdoa bersama di halaman eks Batalion PETA ini,” ungkap Agum Gumelar merasa surprise. Meski ia menguasai bahasa Jawa sedikitsedikit, namun ia bisa merasakan uraian tembang Banjaran PETA yang ditulis seniman-seniman tradisional itu, isinya sangat menyentuhnya. Antara lain pemberontakan Supriyadi, putra Bupati Blitar yang memberontak kepada Jepang demi membela nasib rakyatnya. Malam harinya, para jenderal itu berbaur dengan masyarakat untuk menikmati hiburan rakyat di alunalun Blitar, berupa langen campursari. Kemudian esok harinya, para jenderal itu berolah raga bersama masyarakat lagi, berupa senam pagi dan jalan sehat bersama 5000 masyarakat Blitar. Usai jalan sehat, asyik menyaksikan hiburan artis ibukota, Ike Nurjanah. Dalam kesempatan itu, juga ada bhakti sosial donor darah yang diikuti tidak kurang 200 peserta. Sore harinya, para jenderal masih melakukan seminar wawasan kebangsaan di Balai Kota Kusuma Wicitra Blitar. Pembicaranya tidak main-main, antara lain Ketua Yayasan PETA, Tinton Suprapto, Ketua Korps PETA Jatim, Mayjend Purn. Sutjipto, Kepala Pusat Sejarah TNI, dan Irjen Pol Suhardiman, pengajar senior di Mabes Polri. Dalam seminar itu, Agum Gumelar berpesan, agar seluruh komponen PEPABRI tetap konsisten memberikan sumbangan pikiran bagi bangsa dan negara. “Usia boleh tua. Tenaga boleh renta, tetapi kita tidak pernah berpangku tangan memikirkan perjalanan negeri ini,” kata Agum kepada peserta seminar. Keesokan harinya, para jenderal melakukan upacara ziarah di Taman Makam Pahlawan Raden
Artis Ike Nurjanah menghibur masyarakat Blitar
Wijaya. Setelah itu, dilakukan ziarah ke Makam Proklamator Bung Karno. Puncak acara resepsi, dilaksanakan di Pendopo Kabupaten Blitar bersama dengan Bupati Blitar beserta para pejabat di lingkungan Kabupaten Blitar. Ketua Panitia Lokal, H. Parkan, mengaku lega, karena para jenderal
itu menyatakan kepuasannya atas pelaksanaan peringatan HUT PEPABRI di Blitar. “Bapak-bapak itu terkesan, karena masyarakat Blitar sangat menyenangkan. Baik Bapak Bupati, Bapak Walikota, dan seluruh lapisan masyarakat, kompak dalam melaksanakan kegiatan bersama,” kata Parkan. (pur)
Agum Gumelar bergembira bersama masyarakat
Majalah PEN ATARAN PENA
13
Hambangun Praja
Siap Kembangkan Tembakau Bernikotin Rendah
U
Tembakau merupakan ntuk itu, harapan komoditi yang masih petani tembakau di dapat memberikan Kabupaten Blitar, kesejahteraan bagi dibutuhkan langkah yang baik untuk masyarakat di Kabupaten Blitar. Banyak petani di Kabupaten Blitar yang menggantungkan hidupnya dari tanaman tembakau. Selain petani, keuntungan dari tanaman tembakau juga dirasakan para pedagang tembakau, pelaku jasa transportasi, pengusaha rokok, dan jutaan karyawan di perusahaan rokok.
Temu Lapang (Farm Field Day) dan Panen Raya Tembakau, di Desa Plosorejo, Kecamatan Kademangan,
14
Majalah PEN ATARAN PENA
lebih memacu produksi tanaman bahan baku pembuatan rokok tersebut. Salah satu langkahnya adalah dengan mengembangkan tanaman tembakau.
Utamanya tanaman tembakau yang rendah nikotin. Permintaan tembakau setiap tahun diindikasikan mengalami peningkatan. Hal ini diikuti dengan meningkatnya jumlah perokok pada setiap tahunnya. Dengan meningkatnya permintaan bahan baku industri rokok ini merupakan peluang petani tembakau untuk menghasilkan tembakau terbaik. Yang paling utama, untuk meningkatkan produktifitas petani dalam mengembangkan tembakau yang berkadar nikotin rendah, sehat, dan berdaya saing sesuai dengan permintaan pasar. Hal ini juga diakui Wakil Bupati Blitar, Drs. Rijanto, MM. saat memberikan sambutan dalam kegiatan Temu Lapang (Farm Field Day) dan Panen Raya Tembakau, di Desa Plosorejo, Kecamatan Kademangan, awal September lalu. Dalam kegiatan yang digelar Sekolah Lapang Pengelolaan Sumber Data dan Tanaman Terpadu (SLPTTTembakau) ditegaskan Rijanto, melalui kegiatan ini, petani tembakau dapat lebih fokus pada penguatan kelembagaan petani tembakau dan mengintensifkan budidaya tembakau Menurut Rijanto, berdasarkan Peraturan menteri Keuangan RI No.20/PMK.07/2009, Peraturan Gubernur Jawa Timur, serta Peraturan Bupati Blitar tentang Pedoman petunjuk teknis Penggunaan Dem Pengembangan Area Tembakau dan Panen-Pasca Panen Tembakau (DBHCHT) antara lain untuk mendorong pembudidayaan tembakau berkadar nikotin rendah. Dalam membudidayakan tembakau rendah nikotin ini memang tidak lah mudah. Diakui Rijanto, hambatan yang ada yakni minimnya ilmu pengetahuan dan keterampilan petani tembakau tentang tanaman tembakau rendah nikotin ini. “Pengetahuan petani yang masih relatif kurang terhadap tanaman tembakau rendah nikotin.
Petani Tembakau di Blitar, siap kembangkan tembakau rendah nikotin. (foto-foto: humaskabblitar)
Untuk itu melalui kegiatan kali ini, diharapkan akan mampu mengatasi hambatan tersebut,” tegasnya. Wabup Rijanto meminta, kegiatan pembelajaran terhadap para petani tembakau di Kabupaten Blitar bisa lebih fokus pada penguatan kelembagaan petani tembakau itu sendiri. Serta dapat lebih mengintensifkan budidaya tembakau rendah nikotin, sehingga ke depan petani tembakau di Kabupaten Blitar akan menjadi sumber penghasilan demi meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan para petani tembakau. Kepada penyuluh pertanian, Wabup Rijanto juga berharap, para penyuluh dapat meningkatkan pendampingan agar para petani mampu menerapkan rekomendasi teknologi budidaya yang sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan. Berdasarkan data FAO, Indonesia merupakan penghasil tembakau dunia peringkat ke-8 setelah Cina, USA, India, dan Brazil. Catatan redaksi, di Kabupaten Blitar, sampai dengan Tahun 2011
menghasilkan produksi tembakau rata-rata per-tahun mencapai kurang lebih 690,16 ton (tembakau kering). Hasil ini didapat dari tembakau lokal mapun tembakau hibrid dari perusahaan pengembang tanaman tembakau seperti PT. Sadhana Arifnusa dan UD. Supianto. Beberapa daerah di Kabupaten Blitar dikenal sebagai penghasil tembakau. Para petani tembakau tersebut tersebar di 12 kecamatan yang berpotensi menghasilkan tembakau. Daerah penghasil tembakau di antaranya, Kecamatan Selopuro, Kecamatan Kanigoro, Kecamatan Wlingi, Kecamatan Talun, dan Kecamatan Gandusari. Sayangnya, di tahun 2013 ini, para petani tembakau mengalami penurunan hasil panen. Hal ini dikarenakan anomali iklim yang kurang bersahabat bagi petani tembakau. Tanaman tembakau ditahun 2012 mencapai luas sekitar 750 hektar, sementara tahun ini hanya seluas 575 hektar. Terjadi penurunan seluas 175 hektar lahan tanaman tembakau. (hend)
Majalah PEN ATARAN PENA
15
Hambangun Praja
KONI, Mendorong Prestasi Atlit Pengurus Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Blitar serius membenahi manajemen organisasi. Tujuannya agar tercipta iklim pembinaan olahraga yang terprogram dan terkoordinasi.
H
Pertandingan volley antar kampung, bibit emas di Kabupaten Blitar
al ini disampaikan Plt. Ketua Umum KONI Kab Blitar, Drs. Dwi Wahyu HS, menyikapi perkembangan dunia olahraga yang makin diminati generasi muda. “Sebagai lembaga pembinaan olahraga, KONI tidak lagi bersikap pasif. Kami berusaha pro aktif membantu para atlit untuk memajukan kemampuannya,” ujar Dwi Wahyu. Dunia olahraga di Indonesia, mulai mendapatkan tempat di hati masyarakat. Atlit olahraga sudah mulai menembus menjadi selebritis. Mereka yang memiliki prestasi, namanya menjadi perbincangan di televisi dan media cetak lainnya. Alhasil, sponsor-sponsor perusahaan pun tidak segan-segan menjadikannya sebagai ikon produk.
16
Atlit-atlit sekarang sudah bisa menikmati hasil jerih payahnya. Uang mulai berdatangan, seiring dengan
Majalah PEN ATARAN PENA
prestasi yang diraih. Mulai dari para sponsor, uang bisa berdatangan dari hadiah kejuaraan, honor dari panitia
Tenis lapangan, memiliki penggemar fanatik
Dwi Wahyu, Plt Ketua Umum KONI Kab. Blitar
pelaksana, royalti, dan sebagainya. “Kami ingin merubah image, masyarakat sering menyudutkan bahwa KONI di-cap sebagai lembaga yang lamban, tidak mampu mengimbangi perkembangan, dan sebagainya,” imbuh Kepala SMA Negeri Srengat ini. Ia mencontohkan, peran KONI Kabupaten Blitar dalam event Pekan Olahraga Provinsi (PORPROV) Jatim ke 4 di Madiun yang baru berlangsung beberapa waktu lalu. “Atlit yang berprestasi, mendapat uang penghargaan seperti yang terjadi di daerah-daerah lain,” imbuhnya. Misalnya, peraih medali emas mendapatkan uang pembinaan Rp 10 juta, ditambah bonus lain sebesar Rp 2,5 juta. Dalam event tersebut, Kontingen Kabupaten Blitar sudah mampu merangkak dari posisi di klasemen bawah selama tiga edisi Porprov sebelumnya, untuk menembus klasemen di tengah. Raihan 4 medali emas, 3 perak, dan 9 perunggu, adalah bukti kerja keras para atlit dalam menggembleng dirinya. Perolehan itu lebih baik dibandingkan dengan
Porpov di Kediri tahun 2011, dimana Kontingen Kabupaten Blitar meraih 2 medali emas, 2 perak, dan 3 perunggu. Cabang-cabang olahraga yang menyumbangkan prestasi antara lain bola volley, balap sepeda, dan tenis lapangan. Penataan manajemen di tubuh
KONI Kabupaten Blitar mulai mendatangkan hasil. Cabang-cabang olahraga juga ikut membenahi organisasinya. Catatan di KONI menunjukkan, saat ini terdapat 27 pengurus cabang olahraga yang secara resmi terdaftar sebagai organisasi yang berinduk kepada KONI Kabupaten Blitar. Ini membuktikan keseriusan iklim pembinaan. “Jika ada permasalahan di bidang olahraga, jangan buru-buru menyalahkan KONI. Harus di-selidiki dengan benar, siapa biang keladinya. Seringkali, sumber persoalannya justru terletak di pengurus cabor, atau justru atlit dan pelatihnya yang telat informasi,” imbuh Dwi. Dwi Wahyu mengakui, dirinya telah dibesarkan oleh olahraga. Oleh sebab itu, ia bertekad akan membawa KONI Kabupaten Blitar menjadi lembaga pendorong prestasi atlit. Bukan lagi sebagai organisasi untuk sekedar berkongkouw-kongkouw. “Saya pribadi tidak akan mengkhianati dunia olahraga yang telah membesarkan nama saya,” tuturnya serius. (pur)
Jalur Blitar, kerap dilalui pembalap sepeda internasional.
Majalah PEN ATARAN PENA
17
Hambangun Praja
155 Desa di Blitar Laksanakan Pilkades Serentak Sebanyak 155 Desa di Kabupaten Blitar akan melaksanakan Pilkades dalam waktu bersamaan. Pilkades serentak tersebut dilaksanakan pada hari Minggu, 27 Oktober 2013. Berbagai persiapan pun dilakukan demi kelancaran pesta demokrasi di tingkat desa tersebut.
K
epala Bagian Tata Pemerin-tahan Kabupaten Blitar, Suhendro Winarso, S,STP. MSi. kepada Majalah Penataran mengatakan, rencananya ada 156 desa yang akan menggelar Pilkades serentak namun, ada satu desa yang menunda pelaksanaan Pilkades. “Akhirnya yang melak-sanakan Pilkades serentak sebanyak 155 desa. Satu desa yakni Desa Tegalasri, Kecamatan Wlingi ditunda pelaksanaanya,” terang Suhendro. Namun dari jumlah tersebut bisa berkurang lagi, tergantung dari situasi yang ada di desa. “Namun hingga akhir Oktober, belum ada laporan lagi desa yang menunda pelaksanaan Pilkades dari 155 desa yang akan melaksanakan Pilkades. Artinya Jumlah desa yang melaksanakan Pilkades pada 27
18
oktober, bisa berkurang nau ntidak bisa bertambah jumlahnya,” jelas Suhendro. Lebih lanjut Suhendro menambahkan, sesuai jadwal, dari
Majalah PEN ATARAN PENA
Suhendro Winarso, S,STP. MSi.
Pilkades serentak dilaksanakan di 155 desa di Kabupaten Blitar
155 desa yang menggelar Pilkades, sebagian besar sudah membentuk Panitia Pemilihan Kepala Desa dan mulai membuka pendaftaran calon. Pendaftaran calon dilaksanakan sepanjang bulan September 2013. Sesuai dengan mekanisme yang tertuang dalam Perbub, tidak diperbolehkannya calon tunggal. “Sesuai dengan peraturan, calon kades tidak boleh tunggal. Atau harus lebih dari satu,” katanya. Dijelaskan Suhendro, apabila hanya terdapat calon tunggal, maka pelaksanaan Pilkades ditunda hingga ada calon yang lain minimal 2 calon. Sementara itu, Pelantikan Kepala Desa terpilih, direncanakan bakal dilaksanakan pada tanggal 13 Desember 2013, atau bersamaan dengan berakhirnya masa jabatan Kades sebelumnya. Dalam Pilkades serentak ini, Suhendro juga berharap, pesta demokrasi ini bisa berjalan dengan lancar. Pihaknya terus melakukan pengawasan di tingkat desa dengan senantiasa melakukan komunikasi dengan pihak desa. “Kami berharap pelaksanaan Pilkades ini bisa berjalan dengan lancar dan aman, untuk itu masing-masing desa wajib ikut menjaga ketertiban,” katanya. “Untuk menjaga situasi tetap kondusif, jika terdapat hal-hal yang
Pilkades, pesta demokrasi di tingkat desa.
berpotensi menimbulkan konflik agar dikomunikasikan dengan baik. Koordinasi terus kita jalin dengan panitia Pilkades, BPD, Tim Kecamatan, serta Tim Monitoring dan Evaluasi Kabupaten Blitar,” ungkap Suhendro. Harapannya, komunikasi yang sudah terjalin dengan baik ini, akan menciptakan suasana yang kondusif demi kelancaran Pilkades serentak tersebut. Untuk kelancaran Pilkades dalam menjaga ketertiban dan keamanan, Pemerintah Kabupaten Blitar menerjunkan anggota Satpol PP, serta Linmas yang didampingi aparat
Kepolisian dan TNI. Personil keamanan tersebut akan bertugas sebelum hingga pasca pelaksanaan Pilkades serentak. Sementara itu, logistik untuk Pilkades sudah menjadi tanggungjawab pihak desa. “Sesuai dengan Perda Nomor 9 tahun 2006, biaya pelaksanaan Pilkades ditanggung desa yang bersangkutan serta donatur yang tidak mengikat. Hanya saja untuk tahun ini, Pemerintah Kabupaten Blitar juga memberikan bantuan sebesar Rp 5 juta kepada tiap desa yang melaksanakan Pilkades,” imbuh Suhendro. (hend)
Panitia Pilkades dibentuk dimasing-masing desa.( foto-foto: hendranova)
Majalah PEN ATARAN PENA
19
Hambangun Praja Kabupaten Blitar merupakan salah satu daerah sentra produk unggulan makanan olahan dan permebelan di Provinsi Jawa Timur. Berbagai usaha dilakukan Pemerintah Kabupaten Blitar untuk mengembangkan aneka usaha kecil yang ada di Bumi Penataran tersebut. Bentuk perhatian pemerintah daerah di antaranya dengan memberikan bantuan berupa peralatan atau mesin usaha kepada masyarakat.
Pemkab Blitar Hibahkan Mesin Usaha
D
engan peralatan itu diharapkan, pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) serta para pedagang kaki lima mampu meningkatkan pendapatan keluarga. Sehingga akan dapat pula meningkatkan perekonomian masyarakat. Langkah ini juga sebagai upaya untuk menekan angka pengangguran di Kabupaten Blitar. Wakil Bupati Blitar, H. Rijanto, MM. saat menyerahkan bantuan hibah mesin dan peralatan bagi usaha industri dan pedagang kaki lima di Kabupaten Blitar, pertengahan Agustus lalu, di Dusun Manding, Desa Bangle, Kecamatan Kanigoro mengungkapkan bantuan hibah tersebut merupakan kebutuhan masyarakat serta untuk menciptakan
20
lapangan kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan
Majalah PEN ATARAN PENA
keluarga. “Saya berharap mesin-mesin tersebut dapat dimanfaatkan dan
Siap Pakai- Oven pengering cat, bantuan dari pemerintah Kabupaten Blitar. (foto-foto: humaskabblitar)
dirawat dengan baik,” katanya. Ditambahkannya, hendaknya pelaku usaha kecil ini harus didasari dengan jiwa ulet dan tangguh. Diakui Rijanto, disadari atau tidak, saat ini persaingan usaha semakin ketat. Masalah yang masih dihadapi oleh pelaku usaha kecil di antaranya di bidang makanan olahan yakni soal kemasan. “Kemasan produk unggulan makanan olahan dari Kabupaten Blitar masih belum memuaskan konsumen, mesti rasanya sudah enak. Sayangnya belum dikemas dengan baik. Konsumen tertarik kepada suatu produk dari kemasannya. Untuk itu, aneka produk olahan seperti opak gambir Sekardangan, gethi Rejowinangun bisa dikemas dengan baik dan diminati banyak orang,” jelas Wabup Rijanto.. Dalam kesempatan tersebut, Wabup Rijanto yang didampingi Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Blitar, Drs. Molan, M.Si berkesempatan menyerahkan 64 paket bantuan secara simbolis kepada 44 kelompok usaha yang beranggotakan sekitar 352 orang. Bantuan ini sebagai bentuk kepedulian Pemerintah Kabupaten Blitar terhadap masyarakat yang mau untuk berinovatif menciptakan lapangan pekerjaan demi peningkatan perekonomian masyarakat di Kabupaten Blitar. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Blitar, Drs. Molan, M.Si menyatakan, saat ini industri kecil di Kabupaten Blitar mencapai sekitar 12 ribu. Pertumbuhan industry kecil tersebut sudah menyerap tenaga kerja sebanyak 44 ribu orang. Pada Tahun 2013 ini, Pemerintah Kabupaten Blitar telah memberikan bantuan kepada 44 pelaku industri dengan 352 orang yang tersebar di beberapa kecamatan. Tahun ini, masyarakat di Kecamatan Binangun mendapatkan bantuan mesin siler untuk mengemas permen, masyarakat di Kecamatan Kanigoro
Wabub Rijanto meninjau oven khusus untuk pengeringan cat mobil
mendapat peralatan cat dan body termasuk ruang pemanas atau oven mobil, warga di Kecamatan Kademangan mendapatkan alat pertukangan, warga di Kecamatan Garum mendapatkan bantuan peralatan bengkel. Dalam kesempatan itu, warga di Kecamatan Wlingi juga mendapatkan gerobak untuk PKL. Molan juga mengaku, meski sudah mendapatkan bantuan mesin atau perlatan lain untuk usaha, masih banyak kelemahan yang dimiliki pelaku insutri kecil di Kabupaten Blitar saat ini. Di antaranya,
manajemen yang kurang tepat, peralatan yang kurang modern. Disamping itu, jiwa wiraswasta yang dimilki masyarakat belum mumpuni. Pasalnya, jiwa wiraswasta sangat berpengaruh terhadap keberhasilan sebuah usaha. Molan juga berharap, jiwa berwiraswasta terus ditingkatkan sejalan dengan hibah mesin maupun peralatan usaha yang telah diberikan, hal ini agar produk yang dihasilkan juga semakin berkembang dan mendongkrak perekonomian masyarakat di Kabupaten Blitar. (hend)
Wabub Rijanto berfoto bersama dengan Kadisperindag dan penerima bantuan hibah mesin
Majalah PEN ATARAN PENA
21
Hambangun Praja
BPS Pemasok Data Akurat Lembaga mana yang paling bertanggung jawab atas penentuan warga miskin? Jawabanya adalah Badan Pusat Statistik (BPS). Pasalnya, instansi inilah yang memiliki petugas survey dengan kualitas yang bisa diandalkan.
P
ertanyaannya adalah, mengapa timbul gonjang-ganjing setiap kali ada program pemberian bantuan terhadap warga miskin? Tiba-tiba saja muncul pihak-pihak yang berang, lantas mengeluarkan tuduhantuduhan negatif kepada penyelenggara kegiatan. Contohnya, produk pemerintah paling gres saat ini, yaitu BLSM yang merupakan bantuan terhadap warga miskin sebagai akibat naiknya harga BBM. Kepala BPS Kabupaten Blitar, Lilik Wibawati, mengatakan bahwa tanggapan pro dan kontra seperti itu, hendaknya diterima saja di era keterbukaan seperti ini. “Masyarakat kita sudah memiliki hak untuk bebas menyatakan pendapat,” ujarnya kepada Majalah Penataran di kantornya. Kebijakan sebagus apapun di negeri ini, akan mendapat reaksi
22
Bentuk kemiskinan yang dipotret BPS Kab. Blitar
dari masyarakat secara beragam. Tentu ada pihak yang merasa senang, ada yang tidak senang, dan ada pula yang cuek-cuek saja. Yang penting, lanjutnya, ia dan seluruh petugas survey yang bekerja di BPS Kab. Blitar, senantiasa
Majalah PEN ATARAN PENA
berusaha bekerja sebaik-baiknya. Dalam menyajikan data warga miskin untuk program BLSM, pihaknya menurunkan tim ke lapangan, dan selalu berkoordinasi dengan aparat pemerintah desa dan kelurahan. “Kami cukup berhati-hati melakukan
Potensi tembakau, muncul di Kabupaten Blitar Dalam Angka.
Lilik Wibawati, Kepala BPS Kab. Blitar
validasi, mencocokkan benar dan tidaknya warga yang termasuk kategori miskin,” imbuh ibu berputra dua itu. Sebagai gambaran keseriusannya menentukan warga miskin, harus melalui program Pendataan Perlindunagn Sosial atau PPLS, yang bertujuan menentukan warga sasaran penerima bantuan. Adapun untuk pendataan makro, pihaknya menyelenggarakan Sensus Ekonomi Nasional (Susenas) untuk suplay angka dengan metodologi
keilmuan yang sudah terprogram dengan baik. “Jadi kalau yang meributkan soal angka, sebaiknya beliau-beliau membeberkan berdasarkan survey juga. Nanti kita uji secara keilmuan agar bisa diketahui, dimana sumber kesalahannya “ ungkapnya.
Data Kependudukan Lilik Wibawati juga menegaskan, munculnya problem akurasi data dalam kasus-kasus Pilkada. Ribut-ribut antar tim sukses,
Papan Nama Kantor BPS Kab. Blitar.
seolah sudah menjadi lagu wajib pada setiap Pilkada, baik gubernur, bupati atau walikota. Pihak yang kalah, secara gampang lalu menuding: ada rekayasa jumlah pemilih, ada penggelembungan suara, dan sebagainya. Lalu apa peran BPS di tengah tudingan itu? “Bagi insan BPS seperti kami, tugas yang kita laksanakan adalah menentukan jumlah penduduk berdasarkan Sensus Penduduk setiap 10 tahun sekali. Sedangkan status kewargaan berdasarkan KTP, sudah menjadi wewenang Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil,” ujarnya. Kejadian yang kerap terjadi, warga Kab. Blitar sudah dihitung berdasarkan sensus penduduk oleh BPS. Tetapi enam bulan kemudian, si warga berpindah kerja di kota, di luar pulau, atau bahkan di luar negeri. Implikasinya, Dinas Catatan Sipil dibuat sibuk atas status kependudukan si warga tersebut. “Jika PIlkada datang, siapa bisa menjamin bahwa warganya yang bekerja di Arab Saudi bisa pulang, untuk nyoblos dalam waktu lima menit saja,” tutur Lilik. Padahal untuk verifikasi jumlah pemilih, juga sudah dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum. “Jadi kalau basis data utamanya, sudah kami buat berdasarkan sensus. Sedangkan penggunannya, seperti Dinas Catatan Sipil, KPU, dan sebagainya. Merekalah yang kemudian menerapkannya dalam kegiatan,” ujar wanita asal Madiun yang menetap di Tulungagung itu. Produk BPS Kabupaten Blitar yang selalu diperbaharui, bisa dilihat dalam buku “Kabupaten Blitar Dalam Angka”. Di sanalah potensi sumber daya alam beserta manusianya digambarkan berdasarkan survey yang sungguh-sungguh di lapangan. Dengan cara ini, BPS Kabupaten Blitar memberikan referensi kepada investor, pengusaha, dunia akademik, dan sebagainya, untuk bisa mendayagunakan potensi itu untuk kesejahteraan masyarakat. (pur)
Majalah PEN ATARAN PENA
23
Hambangun Praja Ada berbagai cara untuk memperingati dan menghormati nenek moyang terdahulu. Salah satunya “Metri Bumi” yang dilakukan warga di Kelurahan Wlingi, Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar. Metri Bumi yang juga dapat diistilahkan Bersih Desa ini dilakukan warga setempat sebagai tradisi warisan budaya yang turun temurun dari generasi sebelumnya.
L
antas bagaimana gambaran Metri Bumi ini?. Sebenarnya, kegiatan ini hampir sama dengan adat istiadat di beberapa desa yang ada di Kabupaten Blitar. Tujuannya sama, mendoakan arwah leluhur yang menjadi pendiri suatu daerah tersebut, agar diampuni dosa-dosanya dan diterima amal di sisi Tuhan Yang Maha Esa. Uniknya, Perayaan Metri Bumi di Kelurahan Wlingi, diikuti seluruh warga dengan mengenakan pakaian adat Jawa. Kegiatan Metri Bumi tahun ini, digelar di Dusun Karangan, Kelurahan Wlingi. Kepala dusun atau biasa disebut Kamituwo Karangan,
24
Menengok Ritual “Metri Bumi” di Wlingi
Edi Prasetyanto mengungkapkan, pada kegiatan Metri Bumi berbagai ritual adat digelar. Di antaranya, dengan melakukan ziarah ke makam leluhur, melakukan pawai keliling desa, menyembelih kambing, kenduri akbar, dan menggelar Kesenian Tayub (Beksan Danyang). Menurut Edi Prasetyanto, kegiatan Metri Bumi dilaksanakan sehari suntuk dengan diawali di pagi hari pada Kamis Wage hingga malam. Pagi harinya, masyarakat setempat melakukan ziarah ke makam Ki Tugusari. Selanjutnya melakukan selamatan nyadran di area yang disebut Dhawuhan, kegiatan dilanjutkan dengan pawai keliling
Majalah PEN ATARAN PENA
desa yang diikuti warga di Kelurahan Wlingi. Usai pawai keliling desa dengan mengenakan pakaian adat Jawa, warga selanjutnya melakukan ritual menyembelih hewan kambing kendit di area yang disebut Brugan. Usai menyembelih kambing sebagai persembahan tersebut, kepala kambing selanjutnya dikuburkan di tempat itu. “Ini sudah menjadi tradisi warga di sini, dengan menyembelih kambing kendit yang selanjutnya kepala kambing tersebut dikubur di tempat itu. Saya sendiri secara pasti juga belum tahu ada berapa kepala kambing ditempat itu, yang pasti menurut orang tua terdahulu sudah
banyak sekali,” jelasnya. Pada malam hari, kegiatan dilanjutkan dengan kenduri akbar yang menghadirkan seluruh warga yang membawa tumpeng. Usai kenduri atau selamatan itu, kegiatan dilanjutkan dengan ritual Beksan Danyang, atau menggelar Kesenian Karawitan (Tayub). Ritual Danyang Beksan ini merupakan ritual terakhir dari seluruh rangkaian kegiatan Metri Bumi di Kelurahan Wlingi. Sementara itu, Kepala Kelurahan Wlingi, Sukarno mengatakan., menyambut baik diselenggarakannya kegiatan Metri Bumi ini. “Ini merupakan kegiatan budaya peninggalan nenek moyang yang harus dilestarikan. Melalui kegiatan ini, rasa persaudaraan dan kerukunan di antara warga masyarakat di Kelurahan Wlingi dapat terjalin dengan baik,” katanya. Sukarno juga berharap, kegiatan ini terus dilaksanakan di daerahnya sebagai perwujudan rasa syukur warga kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu juga dapat menanamkan jiwa patriotisme kepada generasi muda agar bisa mencintai dan menghormati para leluhur. “Kegiatan ini juga sebagai sarana untuk mempertebal keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kamituwo Karangan, Edi Prasetyanto (nomor dua dari kanan). (foto-foto:hendranova)
Adat yang Terus Dilestarikan
K
egiatan Metri Bumi ini sendiri rutin dilakukan setahun sekali pada Kamis Wage malam Jumat Kliwon setiap Bulan Selo (Penanggalan Jawa) atau Bulan Dzulqa’dah (Penanggalan Arab). Salah satu sesepuh desa, H. Mahmud Sumarno mengatakan, ritual Metri Bumi ini sudah dilakukan sejak dahulu kala. “Kegiatan Metri Bumi merupakan kegiatan budaya warisan dari nenek moyang,” katanya. Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengenang leluhur warga Kelurahan Wlingi yang dipimpin Ki Tugusari. Ki Tugusari, menurut Mahmud Sumarno, ia adalah seorang prajurit pengikut setia Pangeran Diponegoro. Pasca ditangkap dan dibuangnya Pangeran Diponegoro ke Manado pada tahun 1830 silam, pendukung setia salah satunya Ki Tugusari melarikan diri ke Kabupaten Blitar tepatnya di Kelurahan Wlingi. “Dahulu di sini adalah hutan rimbun yang salah satunya ditumbuhi tanaman buah nangka,” jelasnya. Hutan rimbun tersebut selanjutnya dijadikan lahan untuk menetap Ki Tugusari beserta teman-temannya. Untuk mencukupi kebutuhan pangan dan lainnya, masyarakat yang dipimpin Ki Tugusari membangun desa dengan membuat jalan, sawah, ladang, sungai dan parit untuk pengairan. Akhirnya, hutan rimba tersebut menjadi wilayah yang kini banyak dipadati penduduk yakni Kelurahan Wlingi. (hend)
Majalah PEN ATARAN PENA
25
Edukatif
MTsN Langkapan, Menuju Madrasah Adiwiyata Nasional Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Langkapan lahir dari sebuah Yayasan Pondok Pesantren Al - Hikmah yang sebelumnya bernama MTs Al - Hikmah Langkapan. Sebagai madrasah yang berkembang dalam naungan pondok pesantren, MTs ini memiliki cita-cita untuk mencetak generasi penerus yang islami, unggul, kreatif, mandiri dan berwawasan lingkungan. Untuk itu pihak madrasah terus menerus mengembangkan berbagai program mulai dari pembekalan dibidang imtaq, penataan lingkungan pembelajaran yang nyaman dan ideal untuk belajar serta peningkatan kualitas pembelajarannya.
M
adrasah yang telah berdiri sejak Tahun 1960 dan pada Tahun 1995 berubah statusnya menjadi MTs Negeri ini berada di sebuah desa di pinggiran Kali Brantas di wilayah Kec. Srengat Kab. Blitar. Kurang lebih jaraknya empat kilo meter dari ibu kota kecamatan ke arah selatan atau sekitar sepuluh kilo meter di sebelah barat Kota Blitar yang tepatnya berada di Dusun Langkapan, Desa Maron, Kec. Srengat. Sebagai madrasah yang berada di wilayah pedesaan, MTsN Langkapan harus berjuang dengan keras agar kedudukannya sejajar dengan madrasah ataupun sekolah yang berada di perkotaan. Program utama yang diterapkan kepada seluruh siswa adalah penanaman keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME yang dilakukan dengan pembiasaan membaca Al-Qur’an setiap hari pada lima belas menit pertama sebelum pelajaran dimulai secara bersama-sama
28
MTsN langkapan menuju sekolah adiwiyata nasional
didampingi oleh guru jam pertama. Sesuai target pihak madrasah, agar lulusan yang dihasilkan lancar membaca Al-Qur’an sebagai kitab sucinya dan bagi siswa yang kurang dalam hal kemampuan baca AlQur’an diberikan waktu khusus untuk bimbingan membaca Al-Qur’an. Shalat Dhuha serta Shalat Dhuhur berjama’ah diwajibkan juga kepada seluruh warga madrasah. Supaya seluruh peserta
Majalah PEN ATARAN PENA
didik memiliki kebiasaan shalat berjama’ah baik di madrasah maupun di rumah serta masih banyak lagi ibadah yaumiah lainnya. Ya… walaupun, musholla yang dibangun sebagai laboratorium keagamaan itu baru selesai dibangun enam puluh persen. Program lain yang dikembangkan dan tidak kalah pentingnya yaitu program adiwiyata. Dimana pada Tahun 2013 ini MTsN Langkapan berhasil menyandang
Fasilitas perpustakaan yang sangat representatif di MTs Langkapan
gelar sebagai Madrasah Adiwiyata Tingkat Propinsi Jawa Timur dan sudah menjadi keniscayaan untuk menghadapi visitasi Tingkat Nasional. “Dengan berbekal kerja keras dan komitmen bukan hal yang mustahil mimpi akan menjadi kenyataan,” demikian Dra. Hj. Anik Nurhajati -Kepala MTsN Langkapan mengawali perbincangan. Awalnya kami tidak yakin jika madrasah kami akan mendapatkan penghargaan itu sekalipun untuk tingkat kabupaten mengingat kondisi kami masih sangat jauh dari kriteria yang disyaratkan, tambah satu-satunya perempuan yang menjadi Kepala MTsN di wilayah Kankemenag Kab. Blitar ini. Dengan modal jumlah siswa sebanyak 524 anak, guru dan karyawan sejumlah 50 orang, dengan 17 rombel, MTs Negeri Langkapan telah di launching sebagai madrasah adiwiyata oleh Kepala Kankemenag Kab. Blitar pada tanggal 9 Juli 2012 untuk menanamkan nilai-nilai kepedulian siswa terhadap lingkungan. Dengan maskot ‘Merpati Putih’, segenap warga MTsN Langkapan pun siap menjaga lingkungan di manapun mereka berada. Merpati sendiri dalam hal ini merupakan kepanjangan dari ‘Madrasah yang elok, ramah lingkungan, pro aktif, tertib, dan inovatif’. Upaya membangun kesadaran siswa untuk mencintai lingkungan juga sudah mulai bisa dinikmati hasilnya. Diantaranya yaitu kesadaran siswa membuang sampah pada tempatnya, memungut sampah yang berserakan, serta kecintaan terhadap taman madrasah. Sehingga saat ini lingkungan madrasah menjadi sangat asri. Selain mendapatkan gelar Madrasah Adiwiyata, dengan dikelola oleh tenaga pendidik dan kependidikan sejumlah lima puluh (50) orang yang berkualifikasi S1 dan enam (6) orang di antaranya telah menyandang gelar magister, madrasah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan telah menjadi sekolah mitra program USAID PRIORITAS (organisasi non pemerintah Amerika Serikat) dengan harapan nantinya dapat meningkatkan mutu pendidikan di MTsN Langkapan dan menghasilkan output yang lebih berkualitas dengan berlandaskan imtaq yang kokoh. Tidak hanya kualitas dibidang akademik, prestasi non akademik pun menjadi target utama madrasah yang sedang berkembang ini. Diantaranya yakni pada event porseni MTs Tingkat Kab. Blitar, MTsN
Seni Kaligrafi yang sudah berprestasi di ajang Poreni
Langkapan memperoleh peringkat 4 dengan 7 medali sebagai: Juara I Lomba Lari 800 m Putra, Juara I Bola Voli Putri, Juara I Tenis Meja Tunggal Putri, Juara I Kaligrafi Putra, Juara II Bulu Tangkis Tunggal Putra, Juara II Lomba Atletik Lari 400 m Putra, dan Juara III Lomba Atletik Lari 100 m Putra. Juara I Lomba Pidato BNN Kab. Blitar. Juara I pada Turnamen Bola Voli Putri dalam rangka HUT PGRI Ke-67. Bahkan pada Porseni Tingkat Provinsi, salah satu siswa yang masih duduk di Kelas VII mampu meraih Juara II Lomba Kaligrafi Putra. Beberapa kegiatan ekstrakurikuler juga dikembangkan di madrasah ini. Diantaranya Pramuka, PMR, English Club, Kaligrafi, Band, Rebana, Qiro’ah, Khotmil Qur’an, Sepak Bola, Bola Voli, Catur, Bulu Tangkis, Tenis
Meja dan Pencak Silat. Menghadapi tahun pelajaran 2013/ 2014, MTsN Langkapan telah menerima peserta didik baru sebanyak dua ratus empat puluh (240) siswa. Panitia Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) madrasah ini melakukan seleksi terhadap pendaftar dari SD dan MI di sekitar Madrasah. “Sengaja panitia PPDB melakukan seleksi lebih awal untuk menjaring siswa yang benar-benar memiliki keinginan yang kuat untuk belajar di madrasah ini sekaligus sebagai tolak ukur seberapa jauh minat masyarakat terhadap madrasah ini. Dan alhamdulillah dari hasil seleksi itu madrasah telah memenuhi kuota sehingga tidak lagi membuka pendaftaran untuk tahap yang berikutnya,” tutur Hj. Anik Nurhajati bangga. (moza)
Kegiatan ekstra kurikuler beladiri di MTs langkapan
Majalah PEN ATARAN PENA
29
Pelangi Bumi Penataran
Lepas Status Honorer, Pilih Rawat Anak Yatim Piatu Jaman sekarang jaman susah. Susah cari kerja, susah cari makan … begitu kata banyak orang. Kalaupun keluhan itu memang benar adanya, apakah kita harus tidak peduli lagi pada hal-hal di luar diri sendiri? Semakin mudah kita temukan orangorang dengan sifat individualistis, bahkan bisa jadi kita termasuk salah satunya.
P
Agus paling kanan, Bersama GUbernur & Konjen ketika menerima penghargaan sebagai Juara II Penyelenggara Pendidikan Non-formal
adahal, jiwa sosial adalah salah satu pelajaran dasar universal. Kepedulian menjadi sangat penting dalam hidup karena tak ada seorang pun yang bisa hidup sendiri. Jiwa sosial yang tinggi adalah modal untuk bersosialisasi dan hidup nyaman dalam kebersamaan. Apa ruginya sedikit menilik lingkungan sekitar setelah terus-menerus sibuk mengejar target pribadi?
Nah, untuk urusan yang satu ini bolehlah kita belajar dari Agus Jamzuri, salah seorang warga Kab. Blitar yang tinggal di Dusun Jeruk RT. 01 RW. 04 Desa Mandesan, Kec. Selopuro. Agus, demikian panggilan akrabnya adalah Ketua dan salah satu pendiri dari Yayasan Panti Asuhan Insan Madani yang juga beralamatkan di Desa Mandesan, Kec. Selopuro. Yayasan Panti Asuhan Insan
Agus bersama Wabup Rijanto pada acara peresmian gedung baru panti asuhan
30
Majalah PEN ATARAN PENA
Madani, merupakan sebuah lembaga sosial yang berdiri pada Tahun 2007. Namun meski masih terbilang muda untuk lembaga sejenis, kontribusi nyata dari lembaga ini khususnya bagi warga setempat dan Kabupaten Blitar secara umum cukup layak untuk diapungkan. Dalam bidang sosial, lembaga ini telah menyelenggarakan penyantunan dan pembinaan anak yatim piatu baik didalam maupun diluar asrama. Kemudian dibidang pendidikan non formal, lembaga ini sudah memiliki sebuah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), Play Group atau Kelompok Bermain dan Taman Penitipan Anak atau TPA. Selain itu, Yayasan Panti Asuhan Insan Madani juga memiliki Program-program Pemberdayaan Masyarakat. Dimana, tutur Agus, Program Pemberdayaan Masyarakat ini merupakan program pelatihan untuk meningkatkan life skill masyarakat yang meliputi keterampilan menjahit, membordir dan beternak ayam pedaging jantan.”Semua kegiatan itu terkonsentrasi disini,” pungkas Agus Jamzuri. Kenyataan inilah yang pada akhirnya membuat alumni dari PTQ
(Perguruan Tinggi Ilmu Al Qur’an) - Jakarta ini tergerak hati untuk membantu warga sekitar. Demi untuk mewujudkan mimpinya itu, pada Tahun 2007 dia rela bila terlebih dahulu harus melepas statusnya sebagai tenaga honorer di Pengadilan Agama (PA) Jakarta Selatan untuk kemudian pulang kampung lantas beternak ayam jantan pedaging. Hasil dari usahanya itu selain untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya, sebagian ia gunakan untuk mencukupi keperluan beberapa anak yatim yang kala itu masih diasuhnya diluar asrama sambil
Gedung panti asuhan Insan Madani yang megah
Sebagaian dari anak yatim yang diasuh di Yayasan Panti Asuhan Insan Madani
sekaligus pada saat itu juga membuka Taman Pendidikan Al - Qur’an (TPA) dirumahnya. Lambat laun dengan semakin bertambahnya jumlah anak yatim yang diasuh, kemudian pada Tahun 2009 anakanak ini mulai dibuatkan pondok-pondok kecil dari bambu. “Ya sebut saja yayasan sudah memberlakukan sistem asrama walaupun bentuknya baru berupa pondok gedheg (bambu),” kenang Agus. “Ada teman, kolega, donatur sampai pejabat yang datang membantu kami. Hingga akhirnya yayasan kami bisa memiliki tempat pembelajaran sendiri berupa tanah wakaf seluas empat ratus meter persegi,” terang alumnus Fakultas Syariah, Jurusan Peradilan Agama Tahun 2005 ini. Seolah tak ingin membuat kecewa masyarakat luas yang sudah memberikan kepercayaan, kata Ketua Yayasan Panti Asuhan Insan Madani ini, “Kami (pengurus) terus berusaha bekerja se-profesional
mungkin.” Ya tentu saja yang terbaik sesuai kemampuan atau ukuran kami (pengurus) dengan minimal harus mencatat atau membukukan semua kegiatan dari yayasan. Dan sebagai jawabannya, lanjut Agus Jamzuri, pada kurun waktu Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2012 Yayasan Panti Asuhan Insan Madani menorehkan dua buah prestasi yang membanggakan. Pada Tahun 2011, penghargaan itu diperoleh dari Gubernur Jawa Timur sebagai Juara II Penyelenggara Pendidikan Non-formal. Dimana penghargaan ini diberikan karena yayasan telah berhasil menyelenggarakan kegiatan dengan tema ‘Perluasan Akses Pendidikan Non-formal kepada Masyarakat.” Sejahtera. Dengan sebuah Pra Koperasi atau Pusat Inkubasi Bisnis ini yayasan membentuk kelompok bersamasama berupa usaha ternak ayam pedaging jantan yang anggotanya sebanyak dua puluh orang dengan populasi ternak mencapai
empat puluh ribu ekor. “Disini berarti lembaga berhasil menciptakan lapangan pekerjaan bagi warga sekitar,” pungkas Agus Jamzuri. Kemudian pada Tahun 2012, yayasan memperoleh batuan hibah ‘Keamanan Manusia’ dari Pemerintah Jepang melalui Konjen (Konsulat Jenderal) Jepang di Surabaya bidang pendidikan, kesehatan dan sosial kemasyarakatan pada tingkat grassroot atau lapisan masyarakat yang membutuhkan. Bantuan itu kemudian digunakan untuk membangun asrama 2 lantai berukuran 8x32 meter dan aula berukuran 8x4 meter lengkap dengan tempat tidur, almari dan MCK. “Namun yang istimewa disini, Yayasan Panti Asuhan Insan Madani menjadi satu-satunya panti asuhan di Jawa Timur yang bisa mengakses bantuan (baca: dipercaya) Pemerintah Jepang,” kata Agus bangga. Sepulang sekolah, anak-anak mengikuti madrasah diniyah mulai pukul 15.00 WIB. Mereka bisa menikmati fasilitas internet, mengikuti kursus Bahasa Arab, Bahasa Inggris, dan pembelajaran mental spiritual berupa pengajian setiap malam. Dan karena mereka sebagian besar berasal dari keluarga yang kurang mampu, sejak dini Agus Jamzuri terus berupaya menanamkan pada mereka pemikiran atau jiwa usaha. Bagi anak laki-laki yang sudah dewasa diajarkan beternak ayam. Sedangkan bagi anak-anak perempuan, diajarkan untuk membuat kue kemudian dijual di sekolah masing-masing. (Moza)
Majalah PEN ATARAN PENA
31
Suara Wakil Rakyat Berikut ini sedikit uraian terkait pendidikan, kesehatan dan ketenaga kerjaan yang ada di Kab. Blitar, seperti disampaikan oleh H. Ahmad Tamim, SHI – Ketua Komisi IV DPRD Kab. Blitar yang sempat meluangkan sedikit waktu untuk berbincang-bincang disela-sela sidang paripurna.
Gus Tamim meninjau pelaksanaan UNAS
Harapan dari Ketua Komisi IV B
ahwa kependidikan adalah sesuatu yang mutlak menjadi k e w a j i b a n penyelenggaraannya oleh seluruh warga masyarakat. Dengan demikian harapan besar dari Pemerintah Kab. Blitar berkenaan dengan pendidikan yang pertama adalah dipahaminya terkait pendaftaran peserta didik baru. Terkait dengan hal itu, untuk warga kabupaten harapannya tempat belajar yang ideal bagi anak-anak kita adalah di Kab. Blitar. Bagi warga miskin di Kab. Blitar telah membuat terobosan-terobosan untuk kemudian adanya upaya membebaskan biaya pendidikan bagi warga miskin. Dan program yang telah bersinergi dengan masyarakat adalah ‘Tangan diatas lebih mulia dari tangan dibawah.’ “Dan ini dananya cukup untuk membiayai biaya pendidikan untuk warga miskin,” tegas H. Ahmad Tamim. Selanjutnya (bukan kemudian ada pemilahan terkait antara kota dan kabupaten) sehingga ada kejelasan berapa kuota peserta didik kita yang dari kabupaten. Kita juga sudah melakukan komunikasi aktif baik dengan lembaga pendidikan negeri maupun lembaga pendidikan swasta. Dimana dalam hal ini lembaga pendidikan swasta jumlahnya jauh lebih besar dari pada lembaga pendidikan negeri. Oleh karenanya, kami menghimbau agar lembaga pendidikan negeri untuk
32
mentaati kuota penerimaan peserta didik baru yang telah ditetapkan oleh Dinas Pendidikan. Mengapa demikian? Harapannya yaitu agar lembaga pendidikan swasta ini juga memiliki peran aktif terkait dengan penerimaan peserta didik baru. Sedangkan pembatasan kuota untuk sekolah negeri sendiri dikarenakan ada kecenderungan wali murid untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah negeri. Lebih lanjut, Ketua Komisi IV DPRD Kab. Blitar ini menyampaikan, Pendidikan ini adalah milik masyarakat, sehingga dari
Majalah PEN ATARAN PENA
masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. “Jangan kemudian pendidikan menjadi monopoli pemerintah,” pungkasnya. Sehingga karena di Kab. Blitar ini sudah terjadi penyelenggaraan pendidikan yang dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat, kami menghimbau kepada wali murid dan para peserta didik yang berdomisili di Kab. Blitar (sekali lagi) untuk bersekolah di lembaga pendidikan yang ada di Kab. Blitar. Mengapa kami menghimbau demikian? Karena kualitas pendidikan yang ada di Kab. Blitar adalah cukup bagus,
Gus Tamim dalam sebuah kesempatan di lokasi wisata Kawah Gunung Kelud
demikian juga dengan kapasitas sekolah yang sudah mencukupi serta kualitas para gurunya juga sudah memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Kemudian tentang masalah kesehatan. Komitmen Pemkab Blitar adalah membebaskan biaya dasar kesehatan untuk warga miskin. “Ini komitmen!,” tegas tokoh yang akrab dipanggil Gus Tamim ini. Nah komitmen itu telah bertahuntahun dibuktikan dengan adanya keberanian dari Pemkab Blitar untuk menerbitkan apa yang disebut dengan surat keterangan miskin. Akan tetapi kemudian penyempurnaan dari proses penganggaran untuk kesehatan warga miskin itu kita terjemahkan sebagai sinergi dengan pusat maupun dengan provinsi dengan menambah kepesertaan kuota Jamkesmas. Akan tetapi karena Jamkesmas ini adalah dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, maka ternyata kendala yang sekarang banyak yang terjadi adalah kepesertaan Jamkesmas ini banyak yang salah. Salah dalam arti ada PNS, ada Purnawiraan TNI, bahkan orang kaya dan bahkan ada juga orang yang sudah meninggal pun bisa masuk Jamkesmas. Nah dengan demikian pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan sudah berupaya untuk merevisi itu semua dengan cara mengajukan surat kepada Kementerian Kesehatan. Dan alhamdulillah ada respon sehingga yang salah-salah itu akan dibenahi dan itu akan menjadi hak kuota dari warga miskin. Pada Tahun 2013 ini kami dari DPRD yang bermitra dengan eksekutif telah menganggarkan delapan setengah milyar, harapannya adalah kepesertaan surat keterangan miskin tadi itu, yang kurang lebih jumlahnya seribu tujuh ratus itu bisa dinaikkan menjadi dua belas ribu. “Harapannya apa? Seluruh warga miskin sudah tidak lagi repot untuk mencari yang namanya Surat Keterangan Miskin,” kata H. Ahmad Tamim. Karena dengan penambahan kuota Jamkesmas maupun kuota Jamkesda itu, harapannya adalah seluruh warga miskin telah selesai dan terakomodir dalam kepesertaan. Ternyata apa yang terjadi? Data dari kementerian mengacu pada data Tahun 2008 sehingga amburadul seperti itu. Terus kemudian kepesertaan untuk Jamkesda juga belum final adanya, maka dengan itu tahun
Gaya Gus Tamim ketika menerima demonstran di kantor dewan
2013 ini yang rencananya per Januari kita sudah menutup Surat Keterangan Miskin karena kita berasumsi selesai jaminan kesehatan untuk warga miskin, ternyata pula juga masih ada kendala. Namun intinya Kabupaten Blitar komitmen untuk menanggung dan membebaskan biaya dasar kesehatan bagi warga miskin dan itu dimulai pada Tahun 2013 dan seterusnya. Kalau memang data kepesertaan Jamkesmas itu valid, kemudian yang tidak masuk Jamkesmas itu masuk Jamkesda yang itu merupakan kerjasama Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten maka warga miskin yang tidak masuk Jamkesmas atau jamkesda seharusnya tidak ada. Kemudian harapan besar dari Komisi IV melalui saya selaku ketua berharap dengan sangat agar supaya ada sinergi berbagi-bagi apa yang disebut dengan komitmen mengentaskan ekonomi warga. “Pengentasan ekonomi bisa dari dua sisi,” tutur Ketua Komisi IV ini. Bisa dari pemerintah yang tentu itu telah juga menjadi komitmen bersama antara Eksekutif dan Legislatif khususnya di persoalan yang namanya pemberdayaan ekonomi masyarakat desa. Kita juga sudah menyelesaikan Perda Pasar Desa. Sehingga pasar desa itu adalah menjadi bagian yang secara utuh baik itu tata kelola, baik itu penatausahaannya, baik itu hak akan retribusinya menjadi hak penuh desa. Tetapi komitmen ini kelihatannya juga tidak gampang. Karena Desa kurang pro aktif. Pemkab juga kurang memberikan suport sehingga harapan kami pemerintah
dapat memberikan support maksimal dan desa yang kebetulan mempunyai pasar untuk kemudian menjemput. “Sebabnya apa? Perda-nya sudah selesai,” tegas Gus Tamim. Komitmen terhadap Peraturan Daerah yang lain kami harapkan juga ada sinergi. Kita juga akan membagi hasil pajak dan retribusi sehingga desa selain memperoleh Alokasi Dana Desa (ADD), juga mengelola pasar dan masih akan berhak atas sepuluh (10) persen dari total retribusi dari pajak kita. Ini artinya apa? Kabupaten Blitar pro otonomi daerah utamanya yang berkaitan dengan pemberdayaan ekonomi warga. Disamping itu harapan kami adalah perusahaan-perusahaan yang ada di Kab. Blitar, komitmenlah dengan Pemerintah. Ayo rakyat ini bareng-bareng kita openi, bersamasama kita sejahterakan. Dan ingat! Para perusahaan harus, sekali lagi harus, memberikan upah sesuai UMK atau Upah Minimum Kabupaten yang telah disepakati . Jangan lupa bahwa rakyat-rakyat kita yang miskin harus kita berdayakan. Kalau perusahaan ingat anda juga harus mengeluarkan apa yag disebut dengan CSR (Corporate Social Responsibelity). Sehingga apa? Ada sinergi untuk memberdayakan warga miskin baik dari unsur pemerintah, dari diri masyarakat maupun dari perusahaanperusahaan besar. Disamping itu, bagi para pengerah tenaga kerja ke luar negeri, utamakan untuk mengirim tenaga kita yang sifatnya formal. Sehingga mereka akan mendapatkan penghasilan yang layak dan bisa kembali ke tanah air dalam kondisi yang sejahtera. (moza)
Majalah PEN ATARAN PENA
33
Dinamika Kepegawaian
Diklatpim IV, Menciptakan Birokrat Profesional
Pemerintah Kabupaten Blitar kembali menggelar Diklatpim. Diklatpin IV ini kembali digelar di Local Education Center (LEC) Pojok Garum akhir September lalu. Kegiatan rutin ini dilakukan untuk melahirkan birokrat yang professional demi memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.
P
emerintah RI melalui K e m e n t e r i a n Pemberdayaan Aparatur Negara di tahun 2013 ini, telah
mencanangkan tahun ini sebagai “Tahun Reformasi Birokrasi”. Fokusnya, aparatur birokrasi dituntut untuk dapat merubah moral,
Sekda Palal Ali Santoso, memasangkan tanda peserta Dikatpim ke 489
34
Majalah PEN ATARAN PENA
meningkatkan integritas dan etika. Karena tidak hanya sistem di lingkup birokrasi yang berubah, namun struktur organisasi juga harus dirubah. Hal ini seperti diungkapkan Kepala Bidang Diklat Kepemimpinan Badan Diklat Provinsi Jawa Timur, Drs. Bagus Pudjiono, MPd, saat Penutupan Diklatpim IV Angkatan 488 dan Pembukaan Diklatpim IV Angkatan 499 Pemerintah Provinsi Jawa Timur di LEC Pojok Garum. Dikatakannya, pola pikir dan budaya dari birokrasi juga harus berubah, mengingat aparatur birokrasi adalah pelayan masyarakat, abdi negara. “Birokrasi harus pula menumbuhkan etika personal dan profesional. Karena ini merupakan landasan pokok dalam menjalankan tugas. Untuk itu, melalui diklat ini diharapkan bisa mencapai hal itu,” jelasnya. Lebih lanjut Bagus Pudjiono menambahkan, melalui Diklapim IV ini, juga dimaksudkan agar pesertanya memiliki kesamaan pola pikir yang dinamis dan bernalar. Selain itu juga
dapat memiliki wawasan pengetahuan yang komprehensif. Serta memiliki semangat pengabdian yang berorientasi kepada pelayanan prima dan pengembangan partisipasi masyarakat. Dalam kesempatan tersebut, Bagus Pudjiono juga mengucapkan selamat kepada peserta Diklatpim IV Angkatan 488 yang telah selesai melaksankan pendidikan dan latiam kepemimpinan di LEC Garum. Kompetensi, profesionalitas, pemberdayaan organisasi yang telah diajarkan, serta harus terus belajar dan mengembangkan diri untuk dapat diaplikasikan di tempat kerja masingmasing. Hal senada juga diungkapkan Sekretaris Daerah Kabupaten Blitar, Drs. Palal Ali Santoso, MM. saat menyampaikan sambutan Bupati Blitar. Dalam sambutannya, Bupati Blitar H. Herry Noegroho, SE. MH. menyampaikan, para peserta Diklatpim IV hendaknya dapat merubah perilaku agar yang lebih baik dan lebih berdisiplin dalam bekerja. “Melalui Diklatpim IV ini, diharapkan para pesertanya dapat menyerap ilmuilmu yang diajarkan, guna menerapkannya di lingkungan kerja masing-masing,” ungkapnya. Sementara itu, Plh. Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten
Sekda Palal Ali Santoso menerima tanda peserta yang menandai penutupan Diklatpim anggkatan 488
Blitar, Hari Purnomo mengatakan, salah satu tujuan diselenggarakannya Diklatpim di antaranya untuk menciptakan aparatur pemerintah sebagai pelayan masyarakat serta merubah pola pikir demi terwujudnya good governance. “Selain itu, kegiatan ini juga untuk meningkatkan keahlian, ketrampilan yang dilandasi etika. Dijelaskan Hari Purnomo, Diklatpim IV Angkatan 488 yang telah berakhir pada akhir September lalu meluluskan sebanyak 40 orang. Empat puluh pegawai negeri sipil tersebut menjalani Diklatpim mulai 2
Para peserta Diklatpim, antusias mengikuti diklat yang digelar pemerintah. (foto-foto: humaskabblitar)
Agustus hingga 25 September 2013 lalu. Menurut Hari Purnomo, observasi lapangan Angkatan 488 dilakukan di luar daerah Kabupaten Blitar, yakni di Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Hasil Diklatpim angkatan 488 pun cukup memuaskan. Dari total peserta sebanyak 40 orang, dinyatakan lulus semua. Dengan nilai 5 memuaskan dan 35 Baik Sekali. Sementara dari penilaian tersebut, terdapat 10 besar peserta terbaik. Mereka adalah: 1. Amir Barata; 2. Handono; 3. Nanda Ratno; 4. M. Agus; 5. Joko Wiyono; 6. M. Jamil Faqih; 7. Eko Adi Candra; 8. Sri Nuryanti; 9. Norma; dan 10. Eko Yudi P. Dalam penutupan Diklatpim angkatan 488 ditandai dengan pelepasan tanda peserta yang dilakukan Sekkab Blitar, Palal Ali Santoso. Dalam kesempatan tersebut, Palal Ali Santoso juga menyematan tanda peserta kepada peserta Diklatpim angkatan 499. Para peserta Diklatpim IV angkatan 489 juga membacakan Pakta Integritas. Diklatpim Angkatan 499 ini juga diikuti 40 orang dari berbagai badan/ dinas, kecamatan, dan kelurahan tersebut digelar mulai 26 September lalu. (hend)
Majalah PEN ATARAN PENA
35
Lensa Sport Peringatan Haornas XXX Tahun 2013
Membudayakan Olahraga
Olahraga merupakan bagian yang penting dalam kehidupan di dunia ini. Dengan berolahraga, tubuh akan terasa lebih sehat dan segar bugar. Untuk itu, membudayakan olahraga merupakan langkah yang sangat baik demi terciptanya masyarakat yang sehat jasmani dan rohani.
P
eringatan Hari Olahraga Nasional (HAORNAS) XXX Tahun 2013 ini merupakan momentum yang tepat untuk kembali mengingatkan masyarakat untuk membangun budaya olahraga “Mengolahragakan masyarakat dan memasyarakatkan olahraga”. Olahraga dapat menjadikan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Melalui Tema, “ Olahraga Membangun Karakter Bangsa”, kita dapat membangun keolahragaan nasional dengan fondasi yang kokoh. Yakni membudayakan olahraga yang tumbuh dan kuat menuju hidup sehat dan bugar. Hal ini akan berpengaruh positif dalam aktivitas keseharian masyarakat.
36
Hal tersebut terungkap dalam sambutan Menteri Pemuda dan Olahraga, Roy Suryo yang dibacakan Bupati Blitar, H. Herry Noegroho, SE. MH. saat upacara peringatan Haornas di Halaman Kantor Bupati Blitar, Senin (9/9) lalu. Diungkapkan, apabila budaya olahraga itu tumbuh, maka secara langsung juga akan menumbuhkan budaya disiplin dan jujur. Selain itu juga menumbuhkan konsistensi, kompetisi, persahabatan, kesatuan dan persatuan, serta perdamaian. Pada dasarnya, apabila olahraga dimaknai dan dihayati secara benar, akan mewujudkan pembentukan karakter bangsa (Nation Character Building). Menurut Roy Suryo, negara-negara yang berprestasi di bidang olahraga tak lain karena telah
Majalah PEN ATARAN PENA
Bupati Herry Noegroho menjadi inspektur upacara Peringatan Haornas XXX Th 2013
Pembinaan olahraga semestinya dilakukan saa usia dini. (foto:Dinporburpar Kab. Blitar)
menanamkan budaya olahraga sepanjang hidupnya dengan moto “Tiada Hari Tanpa Olahraga” atau menjadikan olahraga sebagai Life style. Lebih lanjut, mantan Anggota DPR RI ini juga mengajak semua pimpinan lembaga, instansi pusat dan daerah, serta pihak swasta untuk menggerakkan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam mewujudkan “Pembudayaan Olahraga”. Yakni berperan serta dalam upaya mewujudkan penyediaan sarana dan prasarana, pendanaan, menggalakkan event-event olahraga. “Diharapkan semua pihak melaksanakan Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 1984 yakni Jam Krida Olahraga pada setiap hari Jum’at,” ungkap Herry Noegroho saat membacakan sambutan Menpora Roy Suryo. Catatan Redaksi, pada tanggal 9 September 1983 lalu, di Kota Solo telah dicanangkan Gerakan Nasional tentang Panji Olahraga yaitu Memasyarakatkan Olahraga dan Mengolahragakan Masyarakat. Hal ini, memberikan ruang gerak yang luas kepada masyarakat untuk melakukan aktivitas olahraga. Yang kemudian diperkuat melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor
67 tahun 1985 tentang Hari Olahraga Nasional (HAORNAS) yang diperingati secara nasional masyarakat olahraga setiap tanggal 9 September. Pada era Kabinet Indonesia Bersatu I Tahun 2004-2009 Pemerintah RI bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia telah berhasil melahirkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Kehadiran undang-undang ini merupakan tonggak pembudayaan olahraga, tidak saja semakin
memperkuat bangunan sistem pembinaan dan pengembangan olahraga nasional, melainkan sekaligus memperjelas pembagian kewenangan pemerintah dan pemerintah daerah serta partisipasi masyarakat dalam pengembangan dan pembinaan olahraga rekreasi, olahraga pendidikan dan olahraga prestasi. Pantauan di lapangan, Peringatan Haornas XXX tahun 2013 di Kabupaten Blitar dilaksanakan dengan menggelar upacara. Kegiatan ini berlasngusng di halaman belakang kantor Pemkab Blitar yang diikuti peserta dari berbagai SKPD. Dalam kesempatan itu, Drs. Bambang Supriadi bertindak sebagai komandan upacara. Sementara Bupati Herry Noegroho, bertindak sebagai inspektur upacara dalam peringatan Haornas XXX tahun 2013. Dalam Peringatan Haornas sekaligus Hari Jadi Blitar 689, Bupati Blitar beserta unsur Forpimda juga mengikuti beberapa cabang olahraga, di antaranya mengikuti olahraga bola voli, olahraga tradisional egrang dan terompah panjang. Kegiatan ini juga dimeriahkan peserta dari seluruh SKPD Pemerintah Kabupaten Blitar dan guru olahraga se-Kabupaten Blitar. (hend)
Olahraga dapat menyegarkan dan menyehatkan jasmani. (foto:Dinporburpar Kab. Blitar)
Majalah PEN ATARAN PENA
37
Ono Dino Ono Upo
Mari Belajar Kepada Bakul Tape Keliling Panas menyengat pada bulan Oktober ini. Namun, agaknya banyak orang yang tidak nyaman dengan panas yang katanya terjadi setiap pergantian musim ini. Terutama bagi orang-orang yang berada di luar rumah untuk mencari rezeki demi mencukupi kebutuhan hidupnya. Tentu profesi yang sangat terkait adalah pedagang, utamanya pedagang keliling. Yang tidak mempunyai lapak untuk menjajakan dagangannya, mereka yang harus menjajakan dagangannya kesana kemari untuk mendapatkan sedikit rupiah.
Siang itu, di bawah panas yang sangat menyengat, terdengar teriakan nyaring yang terasa begitu menyentuh, “ Tape??!!…..”. Penjual atau bakul tape keliling bersepeda itu memang terbiasa lewat di jalan-jalan protokol Kota Blitar. Usianya telah melebihi lima puluh tahun. Postur tubuhnya agak tinggi, kurus dengan kulit yang agak hitam dan sebagian sudah mulai keriput. Saat ada seseorang yang memanggil dia, segera ia menepi dan menghentikan laju sepeda onthel-nya. Sejenak kemudian setelah lipatan bungkus daun pisang terbuka, segera terlihat isi keranjang tapenya yang … nyaris masih penuh. Rupanya dagangannya belum banyak yang laku
38
sampai siang yang sangat panas ini. Ketika pembeli menyerahkan uang tiga ribu rupiah kepadanya sambil berkata, “Sedikit saja, Pak.” Si penjual tape ini menjawab, “Ya nggak, Bu, tape ini sesuai dengan uang yang ibu berikan.” Bakul tape yang bercaping nggunung ini pun kemudian menyerahkan sebungkus tape kepada pembelinya sambil tersenyum. Semenit berlalu, pembeli yang masih menatap bakul tape itu mengayuh sepedanya berkata kepada seorang teman yang berdiri disampingnya, “Ia (penjual tape) tidak mau mengambil sedikit pun hak orang lain. Dia tidak mau membuat orang lain rugi dengan memberikan tape yang lebih sedikit daripada jumlah yang semestinya.
Majalah PEN ATARAN PENA
Padahal aku ridho dengan kelebihan uang itu. Karena buat apa tape sebanyak ini, aku tidak berani makan terlalu banyak karena punya sakit maag. Seandainya semua orang berpikiran seperti bakul tape itu, tentu tak akan ada orang yang korupsi di muka bumi ini. Ah, betapa indahnya jika semua orang berpikiran sesederhana bakul tape. Semestinya kita belajar dari penjual tape tua itu,” kata si pembeli meskipun orang yang dia gunjingkan sudah jauh berlalu. Aku yang sejak tadi terus mengikuti untuk mencari kesempatan ngobrol dengan penjual tape ini, jadi lebih tertarik lagi mendengar percakapan orang yang tidak aku kenal itu. Terus ku ikuti kemana ia menjajakan dagangannya sampai
Dua keranjang tape yang bisa menjadikan si sulung seorang sarjana
ketemu lokasi dan kesempatan yang nyaman di Masjid Syuhada’ Haji sekalian Shalat Dzuhur. Lelaki paruh baya penjual tape keliling ini rupanya adalah Samuji, warga Desa Bendowulung RT. 03 RW. 02 Kec. Sanankulon. Katanya, ia sudah berjualan tape keliling ini selama sepuluh tahun atau sejak anaknya yang pertama masuk MTs. Pagi berangkat dari rumahnya jam sembilan sampai siang sekitar pukul 15.00 WIB baru tiba di rumah lagi. Jarak yang ditempuhnya pun cukup jauh. Dari rumahnya di Desa Bendowulung ke timur sampai di Kec. Sananwetan (Kel. Karangtengah), kemudian ke barat ke Istana Gebang, Kebun Rakyat/Bon Rojo kemudian istirahat di Masjid Syuhada’ Haji. Setelah itu pindah ke PIPP (Pusat Informasi Perdagangan dan Pariwisata), ke Pemandaian Sumberudel, kemudian ke aloonaloon, menuju Pasar Legi terus ke Stasiun dan terakhir ke Pasar Templek lalu pulang. Begitu terus menerus yang ia lakukan selama sepuluh tahun terakhir untuk menghidupi istri dan ke empat anak-anaknya. “Saya hanya
bisa bekerja seperti ini. Mau bagaimana lagi?”, tuturnya lugu. Namun begitu ia tetap terlihat optimis menghadapi kehidupannya. Sehari-hari bapak ini membawa sekitar tiga puluh kilo tape singkong untuk dijajakan keliling Kota Blitar. Bila bisa laku habis, keuntungan bersihnya antara empat puluh lima ribu sampai lima puluh ribu rupiah, jumlah rupiah yang tentunya tak cukup banyak untuk seorang istri dan empat anak di rumah tanpa sumber penghasilan lain dari sawah, ladang atau warung kelontong misalnya. Suami dari Masruroh ini bilang, keempat anaknya saat ini sedeng remagat sedaya atau sedang butuhbutuhnya biaya untuk sekolah. Anak sulungnya sedang menyelesaikan Tugas Akhir Kuliah S1, yang nomor dua kelas II MA, yang nomor tiga kelas VI MI dan si bungsu baru kelas I MI.
Padahal kata Samuji, meski ‘hanya’ berjualan tape keliling tak selalu lancar juga. Yang jelas tape bukan jenis masakan yang bisa tahan lama. Tape yang dijual hari ini, sudah dimasaknya sejak kemarin lusa. Sehingga harus diupayakan hari ini atau maksimal besok pagi harus sudah habis terjual tanpa memiliki pelanggan tetap misalnya restoran melainkan langsung kepada konsumen disepanjang jalan yang ia lalui. Untuk menghasilkan tape singkong yang bagus diperlukan bahan atau singkong yang bagus pula. Sayangnya, lima puluh kilogram singkong yang bagus jatah masakannya setiap hari hanya bisa diperoleh dari pemasok yang diambil dari petani di desa-desa di bawah kaki Gunung Kelud. “Itu pun tidak selalu tersedia setiap hari,” pungkas Samuji. Kalau sudah begitu, lanjut Samuji, ia sendiri yang harus berburu singkong kesana-kemari. Di desa tempat Samuji tinggal ada beberapa industri rumahan yang memproduksi tape singkong berskala besar. Namun Samuji berkata, ia tak tertarik untuk membesarkan usahanya itu. Sebab menurutnya, “Belum tentu kalau saya yang membesarkan usaha ini terus bisa sukses seperti mereka (para pengusaha tape singkong yang sudah eksis).” Manusia itu, lanjut Samuji, diciptakan dengan wadah atau tempat rezekinya masing-masing. Ada yang tempatnya besar dan ada yang wadahnya kecil. Namun yang lebih penting dari itu baginya adalah, “Kita harus bisa menjadi manusia yang temen.”. Entah apa padanan kata yang pas untuk Bahasa Jawa-nya ‘temen’. Namun secara tersirat Samuji mengatakan, kejujuran adalah modal utama baginya dalam mengarungi kerasnya kehidupan ini. Dan dia sudah cukup bahagia dan bangga bisa menyekolahkan semua anak-anaknya. Niatnya supaya anak-anaknya nanti bisa lebih pintar dari kedua orangtuanya tak lama lagi akan menjadi kenyataan. Setidaknya putri sulungnya segera memperoleh gelar sarjana dalam waktu dekat. (moza)
Majalah PEN ATARAN PENA
39
Kesiapan Partai Songsong Pileg 2014
Kantor DPC PKB Kab Blitar tak pernah sepi
PKB, Akan Kembalikan Kejayaan
I
Pengurus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kabupaten Blitar, bertekad mengembalikan kejayaan partainya, seperti ketika dibentuk Gus Dur di awal reformasi tahun 1999 lalu. Caranya, mengedepankan kepentingan Muslimat NU.
ni ditekankan oleh Ketua DPC PKB Kabupaten Blitar, Maskur, Spd, yang menyadari bahwa kekuatan besar di PKB selama ini adalah berbasis pada keberadaan para perempuan yang tergabung dalam gerakan Muslimat.
“Kami selama ini lebih sibuk ngurusi hal-hal yang populis, sehingga tidak sadar bahwa asset paling berharga milik kita, malah tidak kopen,” ujarnya kepada reporter Majalah Penataran. Fakta kehebatan Muslimat itu
Maskur SPd, Ketua DPC PKB Kab Blitar
40
Majalah PEN ATARAN PENA
sangat nyata, seperti yang terjadi dalam Pemilihan Gubernur Jawa Timur selama dua periode, yaitu Pilgub tahun 2008, serta Pilgub 2013 yang baru berlalu. “Ibu Kofifah Endar Parawansa yang lahir dari rahim Muslimat NU, selalu menang di kawasan Kabupaten Blitar,” imbuh Maskur. Secara keseluruhan, memang Kofifah akhirnya kalah dalam perhitungan akhir di seluruh Jawa Timur. Tetapi secara spesifik dalam peta politik lokal, Kofifah memang benar-benar menjadi ikon pujaan para wanita di lingkungan nahdliyin di Kabupaten Blitar. Ini fakta yang tidak bisa dipungkiri, bahkan kekuatankekuatan politik yang lain, ternyata tidak berkutik melawan basis ibu-ibu Muslimat. Maskur dalam seluruh jajaran PKB Kabupaten Blitar, menjadikan hasil Pilgub Jatim 2013 lalu, sebagai barometer penting untuk
Strategis, papan nama DPC PKB di Jurang Ludruk
mengkalkulasi perolehan suara dalam Pemilu tahun 2014 mendatang. “Kami optimis, suara kami akan meningkat,” imbuhnya. Catatan Majalah Penataran, posisi kursi PKB di DPRD Kabupaten Blitar mengalami trend menurun dari Pemilu ke Pemilu. Ketika dibentuk oleh Gus Dur pada Pemilu tahun 1999, PKB mampu meraup sebanyak 13 kursi. Pada lima tahun berikutnya, menyusut menjadi 12 kursi. Konflik yang melanda kepengurusan PKB secara nasional, membuat pukulan telak bagi PKB di seluruh Indonesia. Di Kabupaten Blitar, imbasnya tidak terelakkan, karena menjadikan kursi PKB benarbenar rontok. Pemilu tahun 2009, kursi yang diraih anjlok menjadi 8 kursi saja. “Menghadapi Pemilu 2014 nanti, kami sudah merapatkan barisan. Perpecahan yang terjadi selama ini, sudah kami persatukan kembali. Tidak ada lagi konflik di
partai kami,” ujar Maskur. Dan yang lebih penting lagi, PKB akan mendorong lahirnya Kofifah-Kofifah baru di masa depan. Apakah
termasuk menyiapkan bakal calon Bupati Blitar ? Tanya Penataran. “Bisa ya, bisa tidak,” jawab Maskur diplomatis. (pur)
Ibu-ibu dan anak-anak, pendukung Kofifah.
Majalah PEN ATARAN PENA
41
Peluang Bisnis
Sari Ikan Kuthuk dari Desa Tlogo
Rambah Pasar Nasional
Produk SAIKANKU siap dipasarkan
Trenyuh melihat banyaknya pasien di rumah sakit yang berasal dari keluarga kurang mampu dengan harga obat-obatan yang mahal menginspirasi pasangan Slamet Pudjianto dan Ukhti Rifa’ah untuk berusaha membantu mereka. Pasutri ini kemudian berusahan menyediakan suplemen berupa sari ikan kuthuk yang berfungsi untuk menjaga kesehatan tubuh.
S
elain menggunakan bahan alami, tentu saja produk yang mereka hasilkan harganya cukup terjangkau. Dan setelah hampir lima tahun lamanya bersusahsusah, sekarang pasutri warga Dusun Tlogo I, Desa Tlogo, Kec. Kanigoro ini menikmati sukses menjadi salah satu produsen ekstrak ikan kuthuk yang ada di tanah air. Ikan kuthuk merupakan salah satu spesies dari ikan air tawar yang hidup carnivora dengan memakan hewan-hewan lain yang lebih kecil dan bagi masyarakat Jawa memang sudah dipercaya turuntemurun baik untuk kesehatan. Kemudian dalam perkembangannya setelah melalui berbagai proses
42
Majalah PEN ATARAN PENA
penelitian, seperti kata Slamet Pudjianto, “Ikan kuthuk mengandung berbagai zat yang bagus untuk merawat organ tubuh.” Selain memiliki kandungan protein yang cukup tinggi dibandingkan dengan jenis ikan lainnya, ikan kuthuk atau ikan gabus ini juga memiliki kandungan albumin yang tinggi. Dimana albumin ini berfungsi untuk pembentukan jaringan sel baru. Albumin juga berfungsi sebagai transportasi obatobatan sehingga tidak menyebabkan penimbunan obat dalam tubuh. Selain itu, orang yang kekurangan albumin banyak organ tubuhnya yang sakit. Oleh karenanya saat ini banyak orang yang membutuhkan ikan kuthuk untuk diambil khasiatnya guna meningkatkan kadar albumin dan daya tahan tubuh, mempercepat penyembuhan pasca operasi, mempercepat penyembuhan luka dalam atau luka luar, memperbaiki gizi buruk pada bayi, anak dan ibu hamil, dll. Lima tahun yang lalu sekitar awal Tahun 2008, kenang Slamet, ia mengawali usahanya ini dengan cobacoba atau trial saja. Bahkan ia lebih suka
Slamet menunjukkan lab dan mesin ekstraksinya
diperlukan, misalnya kandungan airnya. menyebut masa itu Kemudian diproses lagi sampai diperoleh dengan “The Power Of hasil akhirnya berupa gel yang kemudian Kepepet,” saking inginnya dikemas didalam botol-botol plastik. memiliki lapangan usaha Ekstrak ikan kutuk ‘Saikanku’ sendiri. kemudian dijual per-tepak (toples plastik, Semua proses pada red.) yang masing-masing berisi dua (2) mulanya hanya dilakukan botol ekstrak ikan kuthuk @ 24 ml dengan menggunakan dengan standar harga jual tujuh puluh peralatan dan cara-cara lima ribu rupiah. yang sederhana. Produk Mahal? Pembaca bisa yang dihasilkan hanya menghitungnya sendiri. Untuk mengacu pada literatur menghasilkan 48 ml ekstrak ikan kuthuk ini, tutur Slamet, “Dibutuhkan satu dan informasi dari orangsampai dua kilo gram ikan kuthuk segar. orang yang sudah pernah Tergantung kualitas ikan kuthuk-nya.” membuat sari ikan kuthuk Bersama Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Prov Jatim Sedangkan harga 1 Kg ikan kuthuk antara ini. Proses produksinya dua puluh ribu sampai dengan tujuh pun sama seperti orang sudah memiliki cabang di Kota Bogor dan puluh lima ribu rupiah tergantung stok lain, setelah melalui proses penyiangan sebuah cabang lagi di Kota Balikpapan. ikan kuthuk di pasar. “Dengan standar atau pembersihan, daging ikan kuthuk ini “Rencananya dalam waktu dekat kami harga produk tujuh puluh lima ribu rudikukus atau steam kemudian akan buka cabang di Batam dan piah dan kita harus tetap berjualan, ya Jogjakarta,” pungkas Slamet. dikumpulkan sari atau filtrate-nya. kita pakai subsidi silang untuk menyiasati Dulu Slamet beranggapan ikan Nasib baik berpihak pada kerugian,” kata Slamet. pasangan Slamet dan Ukhti. Dinas kuthuk berlimpah di Blitar. Namun Selain mengandalkan jaringan, Perikanan dan Kelautan Kab. Blitar pada seiring perkembangan pesat bisnisnya, ia lanjut Slamet, kunci sukses usahanya juga sampai harus mendatangkan ikan kuthuk pertengahan Tahun 2008 mengadakan dari luar daerah untuk memenuhi didukung dari inovasi dan kreatifitas yang Program Pelatihan Produksi Ekstrak Al- kebutuhannya. “Sebagian besar kami tidak pernah berhenti. Salah satunya, bumin. Dan berbekal perbaikan kualitas mendatangkannya dari Madiun,” tutur produk Saikanku menyediakan ekstrak ikan kuthuk dalam empat (4) pilihan rasa. produk, Slamet yang asli dari Surabaya Slamet. ini kemudian berani memasarkan Proses produksi ekstrak ikan Yaitu rasa leci, jambu, jeruk dan strowbery. produknya keluar kota utamanya di kota kuthuk ini memakan waktu yang cukup Dan yang tidak kalah penting, apabila ada lama, dimana untuk sekali proses penunjukan dari instansi terkait untuk kelahirannya. mengikuti pameran tidak pernah Seiiring perjalanan waktu produksi membutuhkan waktu dua (2) sekalipun ditolak meski sudah sering hari. Sari ikan kuthuk yang dihasilkan produknya semakin dikenal, sehingga dari proses ekstraksi ini harus melalui mengikutinya. Sebab apa? Ajang pameran dalam kurun waktu antara Tahun 2008 – proses filtrasi atau penyaringan sehingga itu merupakan cara paling mudah dan 2011 Slamet berhasil membangun zat-zat yang dibutuhkan benar-benar murah untuk promosi, diskusi dan jaringan bisnis yang luas. Banyak kolega terpisah dari unsur lain yang tidak membangun jaringan usaha. (moza) baik dari kalangan peneliti, tenaga farmasi dan dokter yang mengakui ekstrak ikan kuthuk yang diproduksinya. Belum lagi respon positif dari Kementerian Perikanan dan Kelautan baik di daerah maupun di tingkat provinsi. Bukan hanya sekali ia diajak untuk mengikuti pameran produk Perikanan dan Kelautan sampai di tingkat nasional. Setelah pasar di Surabaya berhasil ia menangkan, perlahan namun pasti Slamet dan isterinya terus mengembangkan sayap bisnisnya ke berbagai daerah di tanah air. Mula-mula ia pasarkan produknya yang memiliki merk dagang ‘Saikanku’ itu di Blitar Raya. Setelah itu dipasarkan keluar kota hingga memiliki cabang di provinsi lain bahkan Slamet saat memberikan keterangan kepada Pak Dhe Karwo di stand pameran sampai diluar pulau Jawa. Slamet kini
Majalah PEN ATARAN PENA
43
Liputan Khusus
Bupati Berangkatkan 601 CJH
Akhirnya, setelah menunggu kesempatan sekian lama dan mengikuti semua tahap persiapan pelaksanaan ibadah haji, Calon Jama’ah Haji (CJH) asal Kab. Blitar diberangkatkan pada Selasa (24/09) pukul 06.15 WIB menuju Asrama Haji Sukolilo - Surabaya. Seperti pelaksanaan pada tahun sebelumnya, pemberangkatan CJH tahun ini juga dilaksanakan dari Halaman Kantor Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Blitar yang berada di Jalan Raya Dandong - Kec. Srengat.
M
ulai pukul 05.00 WIB Calon Jama’ah Haji mulai berdatangan bersama para kerabat. Ada sebagian yang melepas keluarganya yang hendak pergi ke baitullah itu dengan senyum. Namun tak jarang , ada pula yang mengantarkan keluarganya memasuki pintu bus CJH dengan isak tangis yang mengharukan. Ketika pukul 06.00 WIB upacara pemberangkatan Calon Jama’ah Haji dimulai. Tetapi tidak semua CJH mengikuti upacara pemberangkatan ini, sebagian besar CJH tetap berada di dalam bus dan hanya beberapa orang perwakilan yang mengikuti jalannya upacara pemberangkatan. Agenda utama dari upacara pemberangkatan ini yaitu laporan dari Drs. H. Suhadi, MM -
44
Plt. Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) sekaligus merangkap sebagai Kepala Staf
Majalah PEN ATARAN PENA
Penyelenggara Ibadah Haji Kab. Blitar dan sambutan pemberangkatan CJH oleh Bupati Blitar.
Suasana pemberangkatan CJH didepan Kantor Dishub dan Kominfo Kab Blitar
Sesuai laporan yang disampaikan oleh Drs. H. Suhadi, MM, Calon Jama’ah Haji Kab. Blitar yang akan berangkat pada Tahun 2013 ini sebanyak 601 jama’ah. Dimana dari jumlah tersebut sebanyak 288 adalah jama’ah laki-laki dan sisanya atau sebanyak 313 orang lainnya adalah CJH perempuan. Selanjutnya CJH asal Kab. Blitar ini nantinya akan dibagi dalam dua Kelompok Terbang (Kloter), yakni Kloter 29 dan Kloter 30. Yang mana 445 jama’ah tergabung pada Kloter 29 dan 156 jama’ah tergabung pada Kloter 30. Jadwal penerbangan CJH menuju Bandara Jeddah yaitu pada tanggal 25 September. Bedanya Kloter 29 menggunakan pesawat Saudi Arabian Airlines dengan Nomor Fligt SV5307 yang berangkat pukul 12.40 WIB dan akan tiba pada pukul 19.05 waktu setempat, sedangkan Kloter 30 menggunakan pesawat Saudi Arabian Airlines dengan Nomor Flight SV5309 berangkat pukul 14.40 WIB dan tiba pukul 21.05 waktu setempat. Kemudian jama’ah haji asal Kab. Blitar ini direncanakan akan meninggalkan Bandara Madinah pada tanggal 04 November dan tiba kembali ke tanah air tanggal 5 November dengan tetap menggunakan pesawat Saudi Arabian Airlines. Kloter 29 akan berangkat dari Bandara Madinah pukul 12.55 waktu setempat dan akan tiba di Bandara Juanda pukul 03.00 WIB, sedangkan Kloter 30 berangkat pukul 14.55 waktu setempat dan tiba di tanah air pukul 05.00 WIB. Pada akhir laporannya, Kepala Staf Penyelenggara Ibadah Haji Kab. Blitar ini mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah menjalin kerja sama yang baik dalam rangka pelayanan kepada tamu-tamu Allah yang mulia, juga permohonan ma’af atas segala kekurangan dan kekhilafan. Sementara itu Bupati Blitar H. Herry Noegroho, SE, MM yang hadir dalam acara pemberangkatan
Bupati ketika melepas rombongan CJH asal Kab Blitar
CJH asal Kab. Blitar ini diantaranya bersama Wakil Bupati, Ketua DPRD, Pengurus MUI, Pengurus IPHI, Perwakilan Bank Penerima Setoran, dll. Dalam pengarahannya Bupati menghimbau kepada seluruh Calon Jama’ah Haji asal Kab. Blitar agar selalu menjaga nama baik diri sendiri dan juga nama baik Kabupaten Blitar. Bupati juga meminta agar para CJH senantiasa tertib dan menjaga kerukunan dengan para jama’ah haji yang lain dengan tetap mengharap ridlha dari Allah SWT semoga menjadi Haji yang Mabrur. “Selamat sampai tujuan dan sampai kembali lagi di tanah air,” pungkas H. Herry Noegroho. Ditemui disela-sela acara pemberangkatan, Plt. Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Blitar memberikan apresiasi yang tinggi kepada Pemkab Blitar atas sukses penyelenggaraan ibadah haji tahun ini. Kata H. Suhadi, “Sukses ini salah satunya tentu karena terjalin koordinasi yang baik antara kita (Kemenag) dengan Pemkab Blitar.” Lebih jauh H. Suhadi menyampaikan, sejak Tahun 2012
Pemkab Blitar telah banyak memberikan bantuan untuk sukses penyelenggaraan haji yang ada di Kabupaten Blitar ini. Mulai dari bantuan untuk biaya pengadaan seragam nasional dan seragam daerah, kemudian menyediakan angkutan (bus) bagi CJH dari Blitar ke Asrama Haji Sukolilo - Surabaya dan sebaliknya. Selain itu Pemkab Blitar juga menyediakan kendaraan (truk) khusus untuk angkutan barang. Dimana untuk mengangkut barang bawaan CJH kemarin menggunakan empat (4) buah truk dan untuk proses pemulangan nanti rencananya Pemkab juga akan menyediakan enam (6) buah truk untuk mengangkutnya. Belum lagi, sepulang dari tanah suci nanti, untuk biaya tasyakuran rencananya juga akan di-handle oleh Pemkab Blitar. Dan bahkan, lanjut Kepala Staf Penyelenggara Ibadah Haji Kab. Blitar ini, sampai hal yang kecil-kecil pun Pemkab Blitar sangat peduli dengan kebutuhan warganya. “Termasuk untuk sarapan para jama’ah tadi pagi itu juga disediakan oleh Pemkab,” tutur Drs. H. Suhadi, MM mengakhiri perbincangan. (moza)
Majalah PEN ATARAN PENA
45
Liputan Khusus
Seniman berlatar peta Indonesia dan Bung Karno
Kidung Sesuci Nagari,
Pitulasan Ala Seniman Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Blitar, ikut ambil bagian dalam event Kidung Sesuci Nagari ke 1 tahun 2013 di Perpustakaan Bung Karno Blitar. Inilah peringatan Malam Proklamasi 17 Agustus yang digagas seniman-seniman Blitar Raya.
W
ima Bramantya, Ketua Dewan K e s e n i a n Kabupaten Blitar mengatakan, terpanggil mengikuti kegiatan tersebut, karena spiritnya yang luar biasa. “Ini malam renungan menjelang Peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI. Jadi menggugah rasa kebangsaan kita,” ujarnya ketika bersama dengan Ketua Dewan Kesenian Kota, Lilik Hartyono. Catatan Majalah Penataran, tidak kurang seribu orang memadati area Perpustakaan Bung Karno, tanggal 16 Agustus 2013 lalu. Mereka berasal dari seluruh penjuru wilayah
46
Majalah PEN ATARAN PENA
Lik Hir, pangesuh Sanggar Abdiningsun
KIDUNG SUCI NAGARI KIDUNG SUCI NAGARI KIDUNG SUCI KIDUNG SUCI NAGARI KIDUNG SUCI NAGARI KIDUNG Kabupaten dan Kota Blitar. Laki-laki dan perempuan, tua maupun muda, mengenakan busana tradisional pada malam itu. Kedatangan para undangan sudah disambut dalam acara Sekar Mangayu Bagya. Maklum, para undangan memang mayoritas berasal dari aktivis seni tembang macapat. Sehingga alunan tembang macapat, sudah menjadi menu utama sejak di awal acara. Secara resmi, acara dimulai sekitar pukul 20.00. Kepala Perpustakaan BK, Suyatno, mengawali kegiatan dengan membacakan sejumlah cacatan perjuangan Bung Karno. “Proklamasi Kemerdekaan RI identik dengan Bung Karno. Tanpa keberadaan Bung Karno dalam perjuangan kemerdekaan, belum tentu nasib RI seperti sekarang ini,” ujar Suyatno. Setelah itu, para undangan memasuki acara berikutnya yaitu Sekar Pangrantu. Secara bergantian, dibacakanlah kidung-kidung yang telah dirangkum dari berbagai penulis macapat. Setelah semua perwakilan sanggar-sanggar telah kebagian jatah membacakan macapat, lalu memasuki acara Sekar Pambuka Rasa. Acara Sekar Pambuka Rasa ini merupakan inti sari acara, berupa pengaduan para seniman karena merasa gagal menjalankan amanah kemerdekaan. Geguritan Kidung Sesuci Nagari diikrarkan, sebagai bentuk permintaan maaf kepada para pahlawan, karena generasi sekarang tidak mampu meneruskan perjuangan para pahlawan, sehingga gagal mengentaskan bangsa Indonesia dari kemiskinan. Puncak kepasrahan para seniman itu, dituangkan dalam acara Meneb Driya, berupa laku sunyi yaitu bermeditasi beberapa saat, hanya
Wima Bramantya, Ketua Dewan Kesenian Kab. Blitar
Ki Yoyok, koordinator acara
Suyatno, Kepala Perpustakaan BK
diiringi pukulan gong. Usai bermeditasi ini, seluruh peserta langsung bubar dan langsung pulang. Ditemui usai kegiatan, Pangesuh Sanggar Abdiningsun, Lik Hir mengatakan, acara ini merupakan bentuk unjuk rasa paling estetik dilakukan oleh seniman. “Kami berteriak sangat keras, tetapi lewat lagu. Kami adalah generasi yang gagal meneruskan cita-cita perjuangan, karena tata negara dirusak oleh aparatnya, dana rakyat dikorupsi
pelaksananya. Rakyat ini semakin jauh dari tujuan kesejahteraan,” tutur Lik Hir. Tempat yang dipilih adalah di depan Makam Bung Karno, karena kemerdekaan disampaikan oleh Bung Karno. “Kami meminta maaf kepada para pahlawan, semoga arwah mereka tenang di alam baka. Karena kami yakin, para koruptor dan perusak tata negara itu, tidak sadar telah mengkhianati perjuangan para pahlawan,” tukas Lik Hir. (pur)
KIDUNG SUCI NAGARI KIDUNG SUCI NAGARI KIDUNG SUCI KIDUNG SUCI NAGARI KIDUNG SUCI NAGARI KIDUNG Majalah PEN ATARAN PENA
47
Pelesir
Candi Simping,
Persemayaman Pendiri Kerajaan Majapahit
Candi Simping difoto dari arah barat atau bagaian depan
Mengagumi keindahan bangunan dan arsitektur candi seolah tiada habisnya. Begitu juga dengan sejarah yang melekat pada candi itu, selalu saja ada yang berbeda antara candi yang satu dengan yang lainnya. Termasuk salah satunya apa yang bisa kita lihat pada Candi Simping atau Candi Sumberjati.
C
andi Simping atau disebut juga dengan nama Candi Sumberjati, karena candi ini terletak di Dusun Krajan Desa Sumberjati, Kec. Kademangan. Berada kira-kira tujuh kilo meter dari pusat Kota Blitar ke arah selatan. Tak seberapa jauh menyempal ke selatan sekitar satu setengah kilo meter dari ruas jalan provinsi yang menghubungkan Kabupaten Blitar dengan Kabupaten Tulungagung setelah melewati Jembatan Kademangan di atas Kali Brantas. Karena berada tak jauh dari pusat kota Kec. Kademangan, akses untuk mencapai lokasi candi ini cukup mudah. Didukung infrastruktur jalan yang memadahi, keberadaan atau lokasi candi ini pun
48
sangat mudah dijangkau dan ditemukan. Sebab kompleks Candi Simping atau Candi Sumberjati ini berada di tengah-tengah wilayah pemukiman warga. Tetapi bila sudah sampai di lokasi Candi Simping, anda jangan kaget. Sebab bukan lagi sebuah bangunan candi yang masih tegak dan anggun berdiri yang akan anda temui disana. Ya, sayangnya Candi Simping ini kondisinya sudah tidak utuh lagi dan bahkan nyaris semua bagaiannya rata dengan tanah. Namun begitu, dari reruntuhan yang ada ini masih bisa kita nikmati sisa-sisa kemegahan dan nilai sejarah dari candi peninggalan Kerajaan Majapahit ini. Kondisinya hanya tinggal bagian batur atau kaki atau lantai pondasi candi saja yang masih terlihat
Majalah PEN ATARAN PENA
utuh dan berada ditempatnya. Sedangkan bagian yang lain yaitu tubuh dan atap candi hanya berupa batu-batu reruntuhan yang tertata rapi di sekeliling lantai pondasi candi tadi. Edy Suworo - Juru Kunci Candi yang ditemui di lokasi candi mengaku tidak tahu mengapa Candi Simping kondisinya sudah tidak utuh lagi. Ia mengatakan, apa yang dilihat nenek moyangnya dulu dan apa yang kita lihat saat ini sama, “Keadaannya ya sudah seperti itu.” Dalam sejarahnya, Candi Simping ini bukan tempat untuk melakukan ibadah atau melakukan tapa brata atau semedi. “Melainkan, candi ini merupakan tempat untuk menyemayamkan jenazah Raden Wijaya atau Bhre Wijaya, Raja Majapahit yang pertama,” kata Edy Suworo. Sedikit mengingat sejarah kejayaan masa lampau, jauh sebelum Maha Patih Gajah Mada berhasil menyatukan Nusantara atau pada masa keemasan pemerintahan Prabu Hayam Wuruk, siapakah yang mendirikan Kerajaan Majapahit? Ya, dia adalah Raden Wijaya atau Bhre Wijaya, pendiri dan sekaligus raja pertama Kerajaan Majapahit. Bagian kaki candi ini menghadap ke barat yang ditandai dengan adanya tangga atau flight step yang pada jaman dahulu digunakan sebagai jalan masuk ke ruang utama candi. Ukuran batur Candi Simping sendiri cukup besar dengan panjang 7,5 meter, lebar 6 meter dan tinggi 0,75 meter yang pada bagian luarnya dihiasi dengan berbagai macam relief binatang yang diantaranya berupa relief Singa, Angsa, Merak , Burung Garuda, Babi Hutan dan Kera. Ditengah-tengah kaki candi ini
terdapat batu berbentuk kubus yang ukuran panjang, lebar dan tingginya 75 cm. Pada bagian atas batu tersebut terdapat relief bulus atau kura-kura dan naga yang saling mengkait satu sama lain mengitari batu itu.”Dan di batu kubus inilah tempat abu jenazah dari Raden Wijaya disemayamkan,” pungkas Juru Kunci. Dulu, lanjut Juru Kunci Candi Simping keturunan keempat ini, “Di candi ini ada patung atau arca-nya.” Arca ini disebut dengan Arca Hariharayang merupakan perwujudan dari Raja Majapahit yang pertama. Arca yang tingginya kurang lebih dua meter itu sekarang disimpan di Museum Nasional Republik Indonesia, Jakarta. Selain faktor keamanan, “Dipindahkannya Arca Harihara ini juga terkait dengan nilainilai sejarah yang ada pada benda purbakala tersebut,” tutur Edy Suworo. Dan dari konstruksi gambar yang dibuat oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3), tutur Juru Kunci,Candi Simping ini konon merupakan bangunan candi yang sangat megah dan indah. Bangunannya sebagaimana candi-candi yang berarsitektur khas Jawa Timur-an, bentuknya ramping meninggi dengan banyak sekali ukiran pada tubuh dan atap candinya. Reruntuhan Candi Sumberjati sebagaian besar diletakkan disebelah barat batur candi dalam kondisi yang masih bagus dan terawat. Reruntuhan itu terdiri dari balok-balok batu andesit berukiran yang bertumpuk-tumpuk dan tertata rapi, sehingga sangat mungkin kalau tubuh dan atap dari Candi Simping ini dibangun dari bebatuan itu. Sedangkan di sebelah utara kaki candi diletakkan empat buah Makara atau lambang penyucian, “Pahatan Kepala Raksasa yang diletakkan diatas pintu masuk candi.” Sebagian tubuh dan atap candi yang lain diletakkan di timur lantai pondasi. Diantaranya disana terdapat batu-batu andesit yang dipahat bunga teratai, “Dan dari relief itulah ditunjukkan candi ini merupakan candi Hindu,” kata Juru Kunci. Sedangkan dibagian selatan atau didekat pintu masuk (gapura), terdapat sebuah Lingga–
Makara atau lambang penyucian yang seharusnya berada di atas pintu ruang utama candi
benda purbakala yang melambangkan atau simbul jenis kelamin laki-laki. Dari buku tamu yang disediakan oleh Juru Kunci, terlihat disana candi ini cukup ramai dikunjungi. Setiap hari pasti ada yang datang, sehingga tak kurang dari dua ratus orang yang berkunjung dalam sebulan. Kebanyakan memang berasal dari luar kota, namun warga asli Blitar tidak sedikit yang berkunjung. Ramainya pengunjung, menurut Juru Kunci, karena lokasi candi ini tak jauh dari jalur menuju ke pantai Tambakrejo. “Kebanyakan mereka hanya sekedar mampir karena penasaran, namun tak jarang serombongan siswa dalam acara
study tour juga kerap singgah.” Seperti apapun bentuk dan rupanya, keberadaan Candi Simping tetap patut untuk kita cermati. Karena bagaimanapun disana telah dimakamkan Raja Majapahit yang pertama yang tentunya memiliki peran dalam sejarah nusantara ini. Raden Wijaya atau Bhre Wijaya ini bisa dikatakan sebagai foundingfather-nya Kerajaan Majapahit setelah runtuhnya kerajaan Singosari yang bergelar Prabu Kertarajasa Jayawardana atau lengkapnya Nararya Sanggramawijaya Sri Maharaja Kertarajasa Jayawardhana yang memerintah Tahun 1293-1309 M. (moza)
Kumpulan reruntuhan candi yang diperkirakan tubuh dan atap candi
Majalah PEN ATARAN PENA
49
intermezo FOTO BERSAMA Suatu hari sebuah kelas berfoto bersama. Setelah foto jadi, Bu Guru membujuk anak-anak untuk membeli, tiap orang satu foto. Bu Guru berkata kepada muridmuridnya, “Kalian seharusnya membeli foto ini, mumpung semua teman kalian di sini lengkap berkumpul. Foto ini akan memberikan kenangan yang manis. Suatu hari nanti ketika kalian sudah besar-besar dan melihat foto ini, saya yakin kalian pasti akan senang”. Tak seorangpun berkata-kata, lalu Bu Guru melanjutkan, “Coba bayangkan, nanti kalian akan melihat foto ini dan berkata, `Oh ini si Tina, sekarang jadi dokter. Ini Totok, sekarang jadi pejabat, ini Tari yang sekarang jadi artis, ini…” Seorang murid lelaki bandel di belakang menyela, “Yang ini Bu Guru, sekarang sudah meninggal..” PESAWAT MENDARAT DARURAT Tiga orang perempuan sedang dalam perjalanan naik pesawat terbang. Setengah jam setelah mengudara, pilot mengumumkan adanya gangguan dan para penumpang diminta untuk mempersiapkan diri karena pesawat akan mendarat darurat. Perempuan pertama segera memakai semua perhiasannya, mulai dari kalung, gelang, cincin dan giwang. Dengan pandangan tak mengerti kedua perempuan yang lainnya bertanya apa maksud dari tindakannya tersebut. “Dengan memakai semua perhiasan ini semua orang akan tahu kalau aku kaya. Jadi mereka akan menolongku lebih dulu,” jawabnya. Perempuan kedua segera membuka blus dan branya. Ketika yang lain bertanya,ia menjawab, “Ketika regu penolong datang, mereka akan langsung melihat betapa seksinya dadaku dan aku akan ditolong lebih dulu.” Perempuan ketiga yang kebetulan berkulit sangat hitam melepaskan celana luar dan dalamnya. Kemudian ia berkata, “Biasanya sih orang-orang akan mencari kotak hitam lebih dulu.” KAKEK TUA DAN TOPLES KECIL Seorang kakek tua berusia 85 tahun pergi mengunjungi dokter kelamin untuk memeriksa kandungan spermanya. Sang dokter mengambil sebuah toples kecil dan berkata, “Bawa toples kecil ini pulang, dan bawa kembali esok hari dengan contoh sperma Anda didalamnya.” Keesokannya kakek tua tersebut datang kembali ke klinik dan memberikan toples kecil itu kepada sang dokter. Akan tetapi toples kecil itu masih kosong seperti kemarin, bersih dan tidak ada sedikit sperma pun didalamnya. Sang dokter bertanya mengapa toples itu masih kosong, dan sang kakek tua menjawab; “Begini dok, saya sudah coba dengan tangan kanan saya, tapi tidak bisa. Saya coba dengan tangan kiri saya, tetap tidak bisa.” “Lalu saya minta bantuan isteri saya. Ia gunakan tangan kanannya, tidak bisa. Ia gunakan tangan kirinya, tetap tidak bisa.” “Istri saya mencoba dengan mulut, tapi masih tidak bisa juga. Kami akhirnya memanggil Arlin gadis tetangga sebelah. Ia mencoba dengan tangan kanan, tapi tidak bisa. Ia mencoba dengan tangan kiri, tetap tidak bisa. Ia mencoba dengan kedua tangannya, masih tidak bisa juga. Dicoba diapit dengan ketiak Arlin masih tidak bisa juga. Bahkan Arlin sudah mencoba dengan menjepit diantara kedua pahanya, tetapi tidak bisa juga.” Ungkap kakek tua. “Bapak sampai minta bantuan gadis tetangga sebelah???” Tanya sang dokter sambil takjub. “Iya, dan sampai sekarang saya, istri saya dan Arlin tetap tidak bisa membuka tutup toples ini.” Jelas kakek tua. (dari berbagai sumber)
Majalah PEN ATARAN PENA
51