RANGKUMAN BERBAGAI POKOK PIKIRAN SEPUTAR KURIKULUM 2013 Fidelis Waruwu, M.Sc.Ed1 Pengantar Pemerintah telah menyiapkan kurikulum 2013 dan mengharapkan partisipasi masyarakat untuk uji publik kurikulum baru tersebut. Konsep kurikulum tersebut menawarkan sesuatu yang berbeda dari kurikulum sebelumnya. Apa persis yang berbeda? Konsep apa yang ditawarkan dan tujuannya apa? Untuk memperoleh gambaran mengenai apa kurikulum 2013 itu saya mencoba mengumpulkan berbagai pemikiran-pemikiran yang muncul di media dan dalam diskusi-diskusi di berbagai milis yang saya ikuti dan kemudian saya rangkum dalam bentuk poin-poin dengan memberi komentar-komentar termasuk saran kepada pemerintah. Saya harapkan rangkuman ini dapat memberi sedikit gambaran tentang apa itu kurikulum 2013 – tidak secara utuh, tapi terutama hal-hal yang menjadi bahan diskusi seputar kurikulum baru tersebut. Saya juga sertai dengan catatan-catatan kaki, yang berisi data yang dapat memperkaya pemahaman konsep. Mengapa Kurikulum perlu berubah? Kurikulum 2013 harus perlu berubah untuk mempersiapkan generasi sekarang agar mampu menjawab tantangan Masa Depan Indonesia. Tuntutan masa depan berubah2, maka kita perlu menyesuaikan kurikulum pendidikan kita. Substansi perubahan kurikulum 2013 adalah perubahan pada: Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi (kompetensi inti dan kompetensi dasar), Standar Proses, dan Standar Penilaian. (Anita Lie, KOMPAS, 5 Desember 2012). 3 Menurut Pak Wamen Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pendidikan Musliar Kasim Perubahan kurikulum merupakan keharusan. Kualitas pendidikan Indonesia sudah sangat jauh tertinggal dibandingkan dengan negara lain.4 Perubahan kurikulum ini untuk mengatasi ketertinggalan Indonesia. ”Jika penerapan kurikulum ditunda, akan
1
Fidelis Waruwu, Direktur Education Training & Consulting, Jakarta – pemerhati di bidang pendidikan karakter, khususnya bagaimana membangun budaya sekolah berbasis nilai demi membangun karakter bangsa. 2
Misalnya, agar lulusan dapat menjawab kebutuhan-kebutuhan masyarakat seperti: mampu menciptakan lapangan kerja sendiri, karena punya keahlian (wiraswasta); dan lulusan yang trampil bekerja pada industri (karena sudah profesional). 3
Kompetensi: kebiasaan berpikir dan bertindak yang merupakan perwujudan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dipelajari. Standar kompetensi lulusan: kemampuan lulusan satuan pendidikan tertentu yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kompetensi dasar: kemampuan minimal peserta didik untuk setiap matapelajaran pada setiap kelas yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan terkait atau bermuatan substansi. Standar Isi: tingkat kompetensi dan lingkup materi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi lulusan, kompetensi inti, kompetensi dasar matapelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. (Penjelasan istilah-istilah Kurikulum 2013, slide 98; http://kurikulum2013.kemdikbud.go.id/presentasi/slide/97). Kompetensi pelajar Indonesia masih di bawah pelajar lain di Asia, seperti Jepang, Thailand, Singapura, dan Malaysia. Hanya 5 persen pelajar Indonesia memiliki kompetensi berpikir analitis. Kompetensi sebagian besar pelajar pada tingkat mengetahui. Data itu mengacu laporan McKinsey Global Institute ”Indonesia Today” dan sejumlah data rangkuman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. KOMPAS, 3 Desember 2012
Page - 1
4
lebih lama kita mengejar ketertinggalan dari negara lain,” kata Pak Wamen. (KOMPAS, 4 Desember 2012, hal.1) Dengan kurikulum baru diharapkan menghasilkan lulusan dengan kompetensi tinggi dan berpikir analitis. (Mendikbud Mohammad Nuh, KOMPAS, 3 Desember 2013) Saran kepada pemerintah: Mengapa kompetensi anak-didik kita tertinggal jauh dari negara-negara lain? Mengapa mereka tidak mampu berpikir analitis? Mungkin karena metode pembelajaran kita selama ini: ceramah, menghafal, belajar untuk lulus ujian (termasuk UN). Jadi yang lebih mendesak adalah (a) memberdayakan para guru untuk mengajar dengan menekankan observasi, analisa, menalar dan refleksi; (b) memperbaiki sistem evaluasi dalam dunia pendidikan kita: menghapus pelaksanaan Ujian Nasional. Perlu dibuat riset ilmiah: apakah karena kualitas guru-guru atau kualitas kurikulum? Jangan-jangan kurikulum sudah bagus (CBSA, KBK dan KTSP) hanya tidak didukung dengan pemberdayaan guru. Juga setiap kurikulum itu tidak ada petunjuk teknis pelaksanaannya. Jadi masalah dunia pendidikan kita bukan membuat kurikulum baru. Tapi menjalankan dengan baik kurikulum yang sudah ada. Lebih mendesak adalah pemberdayaan guru (kompetensinya) dan sekaligus kesejahteraannya. Pemerintah perlu membuat evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum KBK dan KTSP lebih dulu. Berdasar ini baru kita mengetahui apa yang perlu diubah lebih awal agar kita dapat meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Hal-hal apa saja yang berubah? Ada empat substansi perubahan: I. Perubahan Standar Kompetensi Lulusan. Penyempurnaan Standar Kompetensi Lulusan memperhatikan pengembangan nilai, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu dengan fokus pada pencapaian kompetensi. Pada setiap jenjang pendidikan, rumusan empat kompetensi inti (penghayatan dan pengamalan agama, sikap, keterampilan, dan pengetahuan) menjadi landasan pengembangan kompetensi dasar pada setiap kelas. (Anita Lie, KOMPAS, 5 Desember 2012) II. Perubahan Standar Isi Perubahan Standar Isi dari kurikulum sebelumnya yang mengembangkan kompetensi dari mata pelajaran menjadi fokus pada kompetensi yang dikembangkan menjadi mata pelajaran melalui pendekatan tematik-integratif (Standar Proses). (Anita Lie, KOMPAS, 5 Desember 2012)
Perubahan pada Standar Proses berarti perubahan strategi pembelajaran. Guru wajib merancang dan mengelola proses pembelajaran aktif yang menyenangkan.
Page - 2
III. Perubahan Standar Proses
Peserta didik difasilitasi untuk mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. (Anita Lie, KOMPAS, 5 Desember 2012) Catatan: Perubahan metode mengajar ini hanya mungkin dilakukan ketika para guru menguasai metode-metode mengajar yang efektif. Jadi guru perlu diberdayakan sehingga menguasai bidang yang diajarkannya dengan baik sekaligus trampil menyampaikan topik itu dengan cara yang menarik, sederhana, mengasyikkan dan membuat anak didik paham. Untuk mencapai perubahan proses ini, guru perlu dilatih terus-menerus (didampingi selama proses belajar-mengajar). Calon-calon guru yang sedang belajar di Perguruan Tinggi juga dilatih standar proses ini sesuai dengan bidang yang diampunya,
IV. Perubahan Standar Evaluasi Penilaian yang mengukur penilaian otentik yang mengukur kompetensi sikap, keterampilan, serta pengetahuan berdasarkan hasil dan proses. (Anita Lie, KOMPAS, 5 Desember 2012). Sebelumnya ini penilaian hanya mengukur hasil kompetensi. Beberapa Konsekwensi akibat dari perubahan substansi tersebut: (A) Penambahan Jumlah jam belajar di SD Beberapa perubahan drastis ada dalam kurikulum 2013, di antaranya waktu belajar ditambah, tetapi jumlah mata pelajaran dikurangi. Di tingkat SD, dari 10 mata pelajaran (mapel) menjadi 6 mapel, yaitu Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan, Agama, Matematika, Sosial Budaya, dan Olahraga.Pelajaran IPA dan IPS ditiadakan, diintegrasikan ke mapel lain. ”Obyek kurikulum baru ini adalah fenomena alam, fenomena sosial dan budaya,” kata Nuh. (Mendikbud Mohammad Nuh, KOMPAS, 3 Desember 2013) Kls 1-2 SD: Jumlah jam pelajaran sebelumnya adalah SD 26 jam/minggu menjadi 32 jam/minggu. Catatan: Perlu dipikirkan secara serius: Apakah ini sungguh membuat anak-anak kita makin siap menghadapi tantangan masa depan? – Judul artikel KOMPAS: Target Kurikulum 2013 tidak tegas dan abstrak5 (KOMPAS, 5 Desember 2012) . Lalu Mang Usil berkomentar, "Lulusannya ”madesu” juga kok, masa depan suram."
Henny Supolo Sitepu, pelatih guru dari sekitar 2.000 sekolah, mengatakan, naskah Kurikulum 2013 sangat indah dan menarik, tetapi abstrak. Pelaku di lapangan, mulai dari guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah, sulit untuk menerjemahkan secara konkret target yang ingin dicapai dalam kurikulum baru ini. ”Kami menghargai kurikulum yang sudah dibuat Kemendikbud. Namun, kurikulum yang dibuat banyak memunculkan jargon yang abstrak, tidak jelas ukurannya. Sebagai contoh, murid diharapkan memiliki ’akhlak mulia’, tidak jelas fokusnya,” kata Henny dari Yayasan Cahaya Guru. KOMPAS, 5 Desember 2012
Page - 3
5
Anak lebih banyak tinggal di sekolah. Keadaan konkritnya, anak bangun pagi jam 5, berangkat ke sekolah jam 6 – sudah di sekolah jam 7 dan kemudian kembali lebih lama dari yang selama ini karena ada penambahan jam tinggal di sekolah. Anak juga masih perlu mengerjakan PR di rumah atau mengikuti les. Jadi perlu dipikirkan bagaimana dampak penambahan jam pelajaran ini pada anak-anak kita. (B) Penambahan jumlah jam belajar di SMP Jumlah jam belajar siswa SMP berubah dari 32 jam/minggu menjadi 38 jam perminggu. Kalau belajar 5 hari – berarti setiap hari anak belajar 8 jam setiap hari. Apa ini tidak penat? Perlu disiapkan makan siang anak dan guru. Catatan: Kemungkinan masalah yang akan muncul adalah anak-anak makin bosan berada di sekolah. Lebih-lebih kalau cara mengajar guru seperti yang selama ini. Jalan keluar guru perlu mengajar dengan lebih menarik dan membuat anak gembira belajar. Tapi apakah guru mampu berubah cepat? Kita sudah berapa kali berubah kurikulum 1984 (CBSA), 2004 (KBK) dan 2008 (KTSP) cara-cara mengajar guru tidak berubah. Lebih banyak menatar, meminta murid menghafal dan latihan-latihan (drill) menyiapkan UN. Pemerintah mengatakan: pelajaran akan menarik dengan metode baru. Tapi apakah guru siap mewujudkan ideal yang diharapkan pemerintah tersebut? Mungkin perlu penelitian. Kelihatannya ini asumsi oknum-terterntu yang kebetulan duduk dalam pemerintahan (?) Lalu kapan waktu untuk jam pelajaran ekstrakurikuler? (C) Penambahan Jumlah Jam Pelajaran Agama Jam Pelajaran agama di SD bertambah dari 2 jam/minggu menjadi 4 jam/minggu.6 Jam Pelajaran agama di SMP, bertambah dari 2 jam/minggu menjadi 3 jam per minggu. Jam pelajaran agama dan PPKn ditambah dengan harapan “pembentukan karakter” dan “moral” anak menjadi lebih baik. Apakah ada korelasi penambahan jumlah pelajaran agama dan PPKn dengan karakater? 6
Bila Pelajaran Agama ini ditambah, dengan kompetensi hanya untuk semakin mengenal dogma-dogma agamanya sendiri dan bukan untuk semakin kritis, serta mengenal agama-agama lain dan menghargainya, maka penambahan jumlah jam pelajaran ini – akan menciptakan generasi yang cenderung bersikap fundamentalis.
Apakah penambahan jumlah jam pelajaran agama ini secara nasional ada tujuan khusus? Mau menggunakan ruang publik untuk menanamkan dogma-dogma agama? Agar generasi makin mengenal lebih baik agamanya sendiri dan bersikap kritis terhadap agama lain? Lalu bagaimana dampaknya nanti pada sikap toleransi dengan agama lain?
Page - 4
Tambah lagi, bila pelajaran agama ini dibawakan seperti selama ini – boleh ditanyakan dan dibuat penelitian – dengan cara-cara ceramah, mencecokkin anak, maka pelajaran ini makin membosankan anak. Jadi bukannya membuat anak gembira, malah makin merasa bosan berada di sekolah.
Proses pembentukan karakter ditentukan oleh lingkungan hidup anak (keluarga, sekolah dan masyarakat). Apa yang diobservasi anak akan cenderung ditiru oleh anak. Apa konsekwensi menambah jumlah pelajaran agama dan PPKn? Bertambahnya jumlah guru agama dan PPKn. Saran Kepada Pemerintah: Alternatif 1: Jam pelajaran agama tidak perlu ditambah. Alternatif 2: Pelajaran Agama diserahkan sebagai urusan pribadi anak. Tidak perlu dimasukkan dalam kurikulum nasional. (D) Jumlah Mata Pelajaran dikurangi tapi Jumlah Jam Belajar ditambah Di negara lain, termasuk di Finlandia, jumlah mata pelajaran tetap banyak tapi jumlah total jam pelajaran per minggu dibatasi. Kurikulum 2013 kurangi jumlah mata pelajaran tapi menambah jumlah jam pelajaran per minggu (Pak S. Belen dari Pusat Kurikulum). Catatan: Perlu penelitian, bagaimana keadaan emosi anak-anak di sekolah? Dengan jumlah jam pelajaran yang seperti sekarang ini saja, bagaimana “suhu emosi” mereka?7 Faktor penentu sukses belajar anak adalah anak tertarik dan suka / senang mempelajari sesuatu, itu adalah metodologi yang mengaktifkan dan membuat kreatif siswa, bukan lamanya waktu. Indonesia adalah negara di dunia yang jumlah hari belajar efektif atau jumlah hari siswa ke sekolah per tahun tertinggi di dunia - 220 hari. (S. Belen) Saran kepada Pemerintah: Sebelum melaksanakan kurikulum baru, dengan penambahan jam belajar di sekolah, sebagiknya semua guru-guru dilatih metode pengajaran SEL (Social Emotonal Learning). Selain itu, guru-guru juga dilatih sehingga menjadi profesional di bidangnya. Menguasai materi kurikulum yang diajarkannya dan trampil mengajar materi itu dengan metode SEL.
Sejak Daniel Goleman (1990) mengemukakan kecerdasan emosi, maka mulailah dirancang metode SEL (Social Emotional Learning). Dari serangkaian penelitian pada beberapa sekolah di kota-kota Amerika, dengan pertanyaan survei pada peserta-didik. Kepada setiap peserta-didik ditanayakan, “Dari 24 jam waktunya dalam sehari, kapan waktu paling ia berbahagia?” Jawaban mereka sangat mengejutkan. Yakni waktu mereka keluar dari rumah dan sebelum sampai di sekolah. Atau waktu mereka keluar dari sekolah dan sebelum sampai di rumah. Peserta-didik ini juga mengisi kuesioner yang menggambarkan keadaan emosi mereka selama berada di sekolah. Hasilnya sangat mengejutkan. Skala emosi peserta-didik selama berada di sekolah sama persis dengan skala emosi mereka yang berada di dalam penjara. Dari situ, dikembangkan metode SEL dalam dunia pendidikan, untuk para guru, SEL bagi orang tua, dan bagi para peserta-didik berkebutuhan khusus. Keterangan lengkap mengenai SEL, lihat http://en.wikipedia.org/wiki/Social_emotional_learning
Page - 5
7
(E) Materi Pelajaran IPA diintegrasikan dalam Mapel Bahasa Indonesia Menggabungkan Sains dengan bahasa Indonesia – membingungkan fokus materi yang akan diajarkan pada anak. Materi Pelajaran (Mapel) IPA punya indikator sendiri. Bahasa Indonesia juga punya indikatornya sendiri. Tidak bisa diintegrasikan.8 Jika IPA atau IPS diajarkan ke dalam Bahasa Indonesia, perlu dipertanyakan pengukurannya. Perlu diperjelas apakah pelajaran tersebut berdasar pada kaidah bahasa atau sains. (Iwan Pranoto, Guru Besar Matematika Institut Teknologi Bandung). Apa konsekwensi menghapus IPA dan IPS pada anak-didik kelak? Seharusnya kita mempersiapkan anak-didik pada bidang sains sejak dini. Catatan: Justru pelajaran Bahasa, bisa masuk ke Sains atau IPS. Tidak boleh dibalik. Bahasa Indonesia memakai konsep sains atau ilmu pengetahuan sosial. Misalnya teks yang perlu dianalisis dalam sebuah bahasa berisi “artikel tentang tatanan kehidupan sosial” (IPS) atau “artikel penemuan ilmiah” (IPA) Bahasa dapat diterapkan pada semua mata pelajaran. Sebab kompetensi mendengarkan, beribicara, membaca dan menulis dapat dikembangkan pada semua mata pelajaran dengan tematik integratif. (Sam Mukhtar Chaniago, Dosen pada Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Jakarta, KOMPAS, 4 Desember 2012). Kurikulum tematik dikembangkan oleh guru. Hal itu terjadi di Inggris, Finlandia, Australia, AS, Singapura. Pada Kurikulum 2013 pemerintah pusat menentukan tema dan buku pelajaran yang akan diterbitkan nantinya per tema. Di sini terjadi lompatan yang berisiko. Yakni, tema-tema tampaknya bisa tidak sesuai dengan konteks 8
Bahasa punya indikator pencapaian, IPA punya indikator pencapaian. Indikator mana yang akan diambil oleh mapel integrasi? Jika ambil indikator bahasa, akan terjadi pengurangan materi IPA. Ini akan menyebabkan terjadinya proses pembodohan bangsa.Jika ambil indikator IPA, akan timbul pertanyaan kenapa mapel integrasi ini tidak disebut sebagai mapel IPA (bukankah isi dan indikatornya adalah IPA?). Kenapa harus disebut mapel Bahasa Indonesia? Sulit sekali mengintegrasikan IPA dengan bahasa, terutama untuk IPA kls 4-6 SD. Sampai saat ini kami (= Prof. Yohannes Surya, Ph.D) baru berhasil mengintegrasikan materi IPA SD kelas 1. Kelas 2 kesulitan integrasi ini sangat terasa. Kls 4-6 sangat sulit sekali (contohnya bagaimana mengintegrasikan listrik, magnet ke bahasa Indonesia).Ada istilah-istilah IPA yang berbeda dengan istilah-istilah umum bahasa Indonesia misalnya “usaha”, “gaya”, “daya” dsb. Ini juga menyulitkan integrasi.
Tidak satupun negara yang melakukan integrasi IPA dengan bahasa! Belum ada success story integrasi ini! Dengan melakukan integrasi ini secara massal di seluruh Indonesia, kita sedang mempertaruhkan masa depan bangsa kita pada sesuatu yang tidak punya justifikasi yang jelas. (Prof. Yohannes Surya, Ph.D)
Page - 6
Anak kls 4-6 SD sering berpikir kritis, menanyakan pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan hanya “membaca” atau “menulis” seperti dlm pelajaran bahasa Indonesia. Misalnya: kenapa air menguap? Kenapa kita cegukan? Kenapa awan ada yang hitam dan ada yang putih? Mengapa kapal besi bisa terapung? Mengapa daun putri malu menguncup ketika disentuh? Anak kls 4-6 SD suka diajak eksplorasi sains, sesuatu yang sulit dilakukan dalam pelajaran bahasa Indonesia biasa. Misalnya eksplorasi tentang mana yang lebih disukai semut, gula merah atau gula putih, eksplorasi tentang baterai merek apa yang paling tahan lama, eksplorasi membuat kapal kertas yang bisa terbang paling lama dsb.
masing-masing sekolah di berbagai daerah dengan ciri-ciri khas masing-masing. (S. Belen) Saran untuk Pemerintah: Pelajaran Ipa dan IPS jangan dihilangkan. Anak-anak perlu diperkenalkan sains sejak dini. Kita membutuhkan ilmuwan di bidang sain (agar jangan ketinggalan dengan negaranegara maju). Maka kurikulum sains hendaknya diperhatikan. Perlu kurikulum yang mendukung pengembangan sains. Guru-guru SD – perlu dilatih agar dapat mengajar lebih profesional (meletakkan dasar pengetahuan pada anak) (F) Beberapa Mata Pelajaran yang perlu diperhatikan Dalam kurikulum baru, muatan lokal diintegrasikan ke Seni Budaya dan Prakarya dan Pendidikan Jasmani – dengan demikian bagaimana nasib pelajaran Muatan Lokal seperti Pelajaran Bahasa Jawa dan Bahasa Daerah? Pelajaran Bahasa Inggris (yang memungkinkan anak-didik kita bisa bersaing diantar bangsa-bangsa) – tidak ada jam pelajaran di SD. Sementara tujuan perubahan kurikulum adalah mempersiapkan anak-didik mampu menjawab tantangan masa depan. Bahasa Inggris adalah tools untuk bisa bersaing di dunia modern. Data-data: Korea Selatan, China, Jepang, Prancis, Jerman, Mesir, Arab Saudi, dan banyak negara lain telah memasukkan bahasa Inggris di SD sebagai mata pelajaran wajib. Untuk persaingan international dalam ekonomi, politik, dan bisnis perlu fasih berbahasa Inggris. (S. Belen). Permasalahan seputar sosialisasi Kurikulum Baru? Waktu untuk sosialisasi kurikulum sangat singkat, hanya 6 bulan. Sementara materi kurikulum sendiri sangat berbeda. Apakah waktu 6 bulan cukup untuk mensosialisasikan dan melatih 3 juta guru yang akan menjadi ujung tombak pelaksanaan kurikulum tersebut? Apakah cukup pelatihan 3-4 hari? Apakah dengan seminar dan pelatihan ala kadarnya, mindset guru dapat diubah? Kemampuan masing-masing guru itu beragam (tidak semuanya sama!) Ada masalah dalam penerapan kurikulum baru, yakni kualitas guru yang sangat beragam dan lokasinya tersebar hingga pelosok harus menjadi bahan pertimbangan. (Hikmat Hardono, Direktur Eksekutif Indonesia Mengajar, KOMPAS, 4 Desember 2012)
Data survei yang dilakukan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) pada AgustusNovember 2012 di 20 kabupaten/ kota: Sekitar 62 persen dari 1.700 guru sekolah dasar yang disurvei di 20 kabupaten/kota tidak pernah mendapatkan pelatihan. Adapun guru di kota besar rata-rata hanya mengikuti pelatihan satu kali dalam lima
Page - 7
Catatan:
tahun. Bahkan, ditemukan guru pegawai negeri sipil yang mendapatkan pelatihan terakhir tahun 1980. Survei dilaksanakan di 20 kabupaten/ kota. Daerah-daerah itu antara lain Medan, Deli Serdang, Langkat, Tebing Tinggi Selatan, Muna, Brebes, Slawi, Ungaran, Salatiga, Jakarta, Indragiri Hilir, Batam, Serang, Lebak, Kota Tangerang, Pandeglang, dan Bolaang Mongondow Utara. KOMPAS, 6 Desember 2012. Data survei ini menegaskan kepada kita bahwa pelatihan guru-guru itu tidak semudah seperti diimaginasikan, bahwa akan segera melatih 40 ribu guru menjadi Trainer Utama yang akan melatih 350 ribu guru di seluruh pelosok tanah air. Belum lagi data-data adanya kekurangan guru di beberapa wilayah di Indonesia, seperti Indonesia Timur (Papua). Saran bagi Pemerintah: Sebaiknya pelaksanaan kurikulum 2013 itu ditunda dulu. Pemerintah tidak perlu terburu-buru dan tergesa-gesa tapi dikaji secara mendalam sehingga bisa menjawab kebutuhan generasi masa depan.9 Pemerintah menyusun kurikulumnya dulu secara lengkap (= membuat buku draft kurikulum yang lengkap) kemudian draft itu diuji oleh para pakar dan masyarakat. Draft kemudian disempurnakan sesuai saran-saran pakar. Setelah lolos uji pakar, barulah diperkenalkan pada guru-guru sehingga setiap guru memahami kurikulum baru tersebut dengan baik. Dibuat pelatihan-pelatihan guru (in house training) untuk memahami dengan baik kurikulum tersebut sebelum mereka melaksanakannya. Pemerintah membuat evaluasi atas pelaksanaan kurikulum KTSP (2008) yang sedang berlangsung. Apa yang sudah baik dan apa sebenarnya yang masih perlu diperbaiki? Rencana Pemerintah dalam Implementasi Kurikulum 2013 Menurut Wamen Musliar, pemerintah segera menyiapkan 40.000 guru yang menjadi pelatih inti (master trainer) untuk melaksanakan Kurikulum 2013. Mereka dilatih oleh pelatih guru atau dosen yang juga diuji sebelumnya. Pelatih ini diperuntukkan bagi guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, hingga kepala dinas pendidikan. (S. Hamid Hasan, anggota tim inti penyusun kurikulum, KOMPAS, 4 Desember 2012). Catatan: Pengamat pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Lody Paat mengatakan bahwa permasalahan utama dalam pemberlakuan kurikulum baru ini adalah 9
"Rencana perubahan kurikulum sekolah untuk 2013 nanti, menurut saya merupakan langkah yang tergesa-gesa. Ini bukan perkara ringan. Masalah implementasi kurikulum ini sudah dipikirkan belum. Guru harus disiapkan benar," kata Reni, saat dihubungi, Kamis (29/11/2012). KOMPAS.com 29 November 2012.
Page - 8
Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PPP, Reni Marlinawati, menilai, perubahan kurikulum dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ke Kurikulum 2013 ini dinilai tergesa-gesa. Dia mengaku khawatir bahwa kurikulum baru ini tak akan bertahan lama karena terganjal implementasi.
implementasinya. Secara konsep, kurikulum baru ini memang menawarkan sesuatu yang baru dan berbeda dari yang sebelumnya."Tapi saya jamin implementasinya tidak akan mulus karena persiapannya terutama untuk para guru tidak dibekali pemahaman konsep yang matang," ujar Lody. (KOMPAS, 29 November 2012) Implementasi kurikulum baru tergantung kualitas guru. Selain itu diperlukan petunjuk pelaksanaan yang jelas dalam implementasi kurikulum 2013 tersebut. (Prod. Dr. HAR Tilaar, Guru Besar Universitas Negeri Jakarta, Metronews, 2 Desember 2012) Dalam teori kurikulum, keberhasilan suatu kurikulum merupakan proses panjang, mulai dari kristalisasi berbagai gagasan dan konsep ideal tentang pendidikan10, perumusan desain kurikulum, persiapan pendidik dan tenaga kependidikan serta sarana dan prasarana, tata kelola pelaksanaan kurikulum—termasuk pembelajaran —dan penilaian pembelajaran dan kurikulum. Dalam konteks ini, keberhasilan ditentukan oleh komitmen pemegang otoritas pendidikan di tingkat daerah, pengembangan kapasitas guru, dan desain penilaian belajar siswa. (Prof. Anita Lie, KOMPAS, 5 Desember 2012). Proses pengembangan kurkulum: (a) Kurikulum dikembangkan berdasarkan inovasi bertahap di lapangan dulu sambil mempelajari beragam hasil riset pendidikan di seluruh dunia. (b) Sebelum kurikulum disusun diterbitkan satu report berbentuk buku untuk mendapatkan masukan dari berbagai pihak yang relevan, termasuk dari lembaga pendidikan guru. Waktu pengembangan kurikulum bisa berlangsung selama 5 tahun. (c) Kemudian guru-guru dipersiapkan melalui inservice training yang terutama dilakukan oleh lembaga pendidikan tinggi keguruan dan melalui teachers clubs dan inhouse training di masing-masing sekolah sebelum kurikulum diterapkan secara nasional. Setelah kurikulum dilaksanakan guru-guru secara kontinu meningkatkan diri melalui inservice training dalam beragam bentuk. (S. Belen) Tambah lagi keterangan Pak Wamen Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pendidikan Musliar Kasim yang mengatakan bahwa “Kurikulum 2013 mengantisipasi perkembangan ke depan. Materi yang ada dalam kurikulum pemerintah pusat ini memang minimal. Tiap sekolah bebas mengembangkan sesuai kebutuhan,” kata Musliar. – Semakin menjadi jelas bahwa kurkulum 2013 ini memang belum begitu komprehensif menjawab kebutuhan masa depan. Jadi semakin menguatkan argumen untuk menunda pelaksanakan kurikulum ini. Untuk melatih seseorang menjadi pelatih yang kualified tidak cukup hanya 2-3 minggu. Seorang pelatih mesti menguasai dengan sangat baik konsep dasar ilmu tersebut, mengetahui cara-cara mengajarkannya yang efektif, kemudian trampil membawakan materi itu dengan menarik. Trainer-trainer profesional melalui tahaptahap: (a) menjadi observer dulu; (b) memfasilitasi setiap sesi di bawah supervisor ahli; (c) menguasai semua materi/sesi yang akan dilatihkan; (c) lulus uji praktek sebagai seorang trainer yang ahli di bidangnya – diberi sertifikat. Jadi melatih 40.000
Artinya konsep-konsep dasar yang perlu diperhatikan dalam kurikulum perlu dikristalkan lebih dulu. Seperti Jawaban atas pertanyaan: apakah perubahan kurikulum sudah mengakomodasi kebutuhan Indonesia jauh ke depan.(anny Djohan, Direktur PT Kuark Internasional, penyelenggara Olimpiade Sains Kuark Tingkat SD). ”Sebagai contoh, Indonesia merupakan negara agraris sekaligus negara kelautan. Apakah kurikulum kita sudah mengakomodasi agar kelak anak-anak punya minat dan bisa menjadi ahli global yang unggul di bidang pertanian dan kelautan?” kata Sanny. KOMPAS, 5 Desember 2012.
Page - 9
10
guru menjadi master trainer untuk menjalankan kurikulum baru ini – sebuah gagasan yang perlu dikaji ulang apakah hal itu benar-benar real bisa diwujudkan. Saran kepada pemerintah: Pemerintah menunda pelaksanaan kurikulum 2013, jangan terburu-buru.11 Kurikulum disiapkan dengan baik lebih dulu melalui kristalisasi konsep-konsep dasar tentang pendidikan. Kemudian guru -guru dilatih hingga setiap guru siap dan memiliki kompetensi (menguasai materi kurikulum baru tersebut) dan trampil mengajar secara menarik dan menggembirakan (sesuai roh kurikulum baru.) Pelatihan itu hendaknya berkesinambungan, bukan hanya 3-4 hari (sekedar sosialisasi) tapi pelatihan profesional yang 2-3 minggu dalam setahun. Setiap guru kompeten di bidangnya dengan pelatihan terus-menerus. Master trainer yang profesional perlu dimiliki oleh setiap Kabupaten Kota dan melatih semua guru di wilayahnya. Pemerintah perlu membuat petunjuk teknis pelaksanaan yang mendetail, sehingga dapat dipahami dengan jelas oleh guru.12
Buku Pelajaran Buku teks pelajaran semuanya disediakan pemerintah untuk menjaga kualitas isi dan kemudian didistribusikan ke sekolah-sekolah. (Wamen, Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pendidikan Musliar Kasim, KOMPAS, 30 November 2012) Pemerintah membuat buku induk mata pelajaran pokok dan buku pegangan guru. Tidak diizinkan penerbit membuat buku pelajaran. Ada kemungkinan, setelah pemerintah membuat buku palajaran baru ditenderkan kepada penerbit.
11
Ketua Dewan Pendidikan Sumsel, yang juga pengamat pendidikan dari IAIN Raden Fatah, Sirozi menilai, kurikulum Indonesia yang sangat padat memang menghambat pengembangan diri dan kreativitas pelajar. Namun, penerapan kurikulum baru sebaiknya tak terburu-buru. ”Tahun 2013 terlalu cepat dilakukan,” katanya. Penerapan kurikulum, lanjut dia, perlu rencana matang. Lolos uji publik saja belum memadai. Kurikulum baru juga perlu lolos uji kelayakan di lapangan. Perubahan kurikulum yang terlalu sering karena belum matang justru bisa menyulitkan proses belajar dan mengajar siswa. Salah satu contoh petunjuk teknis yang sangat lengkap – yang saya ketahui – adalah apa yang telah dibuat oleh Lions Quest: Pendidikan Karakter. Apa yang harus dilakukan oleh fasilitator, mulai kegiatan awal sesi (aktivitas, permainan), bagaimana memainkannya, kemudian apa yang harus ditanyakan oleh fasilitator (discovery), jawaban dan refleksi yang diharapkan, kemudian bagaimana fasilitator melibatkan setiap siswa – bagaimana menghubungkan ide pokok dengan pengalaman peserta (connecting) kemudian bagaimana menerapkan hasil belajar itu dalam kehidupan sehari-hari (implementation). Semua itu dituliskan secara sangat detail dalam buku pedoman kurikulum Lions Quest. Jadi ada buku kurikulum, buku pegangan peserta, buku guru dan bahkan ada juga buku orang tua. Ini sebuah contoh kurikulum yang komprehensif.
Page - 10
12
Saran Kepada Pemerintah Pemerintah – di masing-masing daerah menyediakan buku murid, buku guru, pedoman dan petunjuk pelaksanaan setiap materi kurikulum bagi guru, sehingga lengkap. Pedoman dasarnya ditentukan oleh pemerintah pusat, tapi pemerintah daerah yang akan menyesuaikan bagaimana pelaksanaan kurikulum itu sesuai dengan tuntutan situasi setempat. Pemerintah menyediakan DVD bagaimana mengajarkan materi-materi pelajaran yang ada di dalam setiap kurikulum, sehingga bisa ditonton oleh guru, juga berbagai materi video yang menunjang penjelasan materi. Dengan demikian guru mempunyai bayangan bagaimana kurikulum itu diterapkan di depan kelas.13 Penutup Dari berbagai permasalahan yang muncul seputar penerapan kurikulum 2013 – permasalahan yang telah kita sadari hingga kini, maka kita menyarankan pemerintah untuk meninjau ulang pemberlakuan kurikulum 2013 ini pada tahun ajaran yang akan datang. Lebih bijaksana apabila draft lengkap kurikulum itu disusun lebih dulu dalam bentuk buku yang kemudian ditanggapi oleh para pakar pendidikan dan Perguruan Tinggi, para guru yang akan menjadi ujung tombak pelaksana kurikulum, orang tua, dan tokoh-tokoh masyarakat. Beberapa sekolah dapat dipilih menjadi pilot project – sehingga kurikulum itu dapat diujicobakan lebih dulu sebelum diberlakukan secara nasional. Dengan penundaan tersebut, pemerintah mempunyai waktu untuk menyiapkan para trainer profesional dengan melibatkan Perguruan Tinggi serta mempersiapkan guru-guru untuk siap melaksanakan kurikulum baru tersebut. Pada saat ini lebih mendesak adalah melatih para guru untuk mampu mengajar siswa belajar menganalisa, mengobservasi, menemukan dan menuliskan hasil temuannya. Masalah yang lebih urgen adalah mempersiapkan calon-calon tenaga pendidikan (guru) yang sekarang sedang belajar di Perguruan Tinggi sehingga mereka mampu menjadi ujung tombak yang menentukan kesuksesan kurikulum 2013 yang akan datang.
Sebagai contoh DVD dan program ini dapat dilihat bagaimana program 7 habits, kurikulum dan sekaligus buku pegangan pelatih, buku bacaan peserta, dan lembar kerja selama proses pembelajaran. Rekaman-rekaman bagaimana menjelaskan konsep-konsep tertetntu dengan video yang sesuai. Bahkan rekaman bagaimana membawakan materi tersebut – yakni video rekaman seminar-seminar Steven Covey sendiri. Jadi hanya dengan menontonnya saja, kita mendapat inspirasi bagaimana menjelaskan konsep-abstrak, seperti konsep “paradigma.”
Page - 11
13