Pustaka Rājya-Rājya i Bhumi Nusāntara [07.33] Transliterasi Teks dan Terjemahan
Oleh: Mamat Ruhimat, S.S.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat Balai Pengelolaan Museum Negeri Sri Baduga 2009
Pustaka Rājya-Rājya i Bhumi Nusāntara [07.33]
Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa) Jawa Barat Ketua
: Dr. H.I.Syarief Hidayat, M.S.
Sekretaris
: Tedi Permadi, S.S. M.Hum.
Bendahara
: Tien Wartini, M.Hum.
Peneliti
: Mamat Ruhimat, S.S.
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Naskah Naskah yang menjadi objek dalam penelitian ini berjudul Pustaka Rajya-rajya i Bhumi Nusantara Parwwa Kedua Sargah Ketiga (PRRBN 2.3). Kata parwwa sebagaimana dijelaskan oleh Atja dan Edi S Ekadjati (1987:1) berarti bagian. Sedangkan sargah adalah buku. Jadi naskah PRRBN 2.3 yang menjadi objek dalam penelitian ini merupakan buku ketiga dari bagian kedua. Naskah PRRBN 2.3 ini merupakan koleksi Museum Negeri Jawa Barat “Sri Baduga” dengan kode koleksi 179.1490/07.33. Naskah ini berukuran 36 x 28 cm dengan ruang tulisan 32 x 22 cm. Jumlah halaman seluruhnya adalah 222 halaman. Bahan naskah dari kertas daluang buatan pabrik yang sangat baik dan licin dengan warna kecoklatan. Sampulnya dibuat dari karton tebal dan kain blacu. Kondisi naskah pada umumnya masih baik, meskipun kertasnya tampaka kusam dan berjamur tulisan masih dapat dibaca. Demikian pula teks masih utuh secara keseluruhan karena tidak ada lembaran yang hilang. Teks PRRBN 2.3 ditulis dengan aksara Jawa Kuna dan berbahasa Jawa Kuna karena masih mengenal vokal eu [ö] yang tidak terdapat pada Jawa Tengahan dan Modern. Tulisan pada umumnya ditulis dengan ukuran besar dengan tipe kuadrat. Walaupun bahan naskah bisa disebut sangat muda, teks yang terdapat di dalamnya menyuratkan bahwa ia disusun pada abad ke-17 tepatnya pada tanggal 8 paro gelap bulan Badra tahun 1604 Saka atau 1682 Masehi. Kolofon pada bagian akhir teks berbunyi: iti pustaka rājya-rājya i bhumi nusāntara/ tritya sargah ing 15 dwitya parwa// iti pustaka wus kinawruhan mwang hinajengan dé ning duta rājya/ mandala saka nusa-nusa i bhumi nusāntara// telas sinusun mwang sinerat ing car20 bon çakakāla// ngemban suddha rasa samadi ing asta kresnapaksa/ bhādramasa/ pun/ Inilah Pustaka Rājya-rājya i Bhumi Nusāntara sargah ketiga 15 parwa kedua. Kitab ini telah diketahui dan disetujui oleh duta-duta kerajaan, wilayah dari pulau-pulau di Bumi Nusantara. Selesai disusun dan ditulis di
20 Carbon pada Tahun Saka ngemban suddha rasa samadi (1604) tanggal delapan paro-gelap bulan Bhadra. Selesai. 1.2 Ejaan Ejaan yang digunakan dalam transliterasi PRRBN 2.3 ini adalah disesuaikan dengan ejaan yang disarankan pada Pedoman Ejaan Bahasa Daerah Bali, Jawa, dan Sunda yang Disempurnakan. Pada dasarnya, baik vokal maupun konsonan yang digunakan dalam naskah PRRBN 2.3 secara umum tidak begitu sulit jika dialihaksarakan ke dalam huruf Latin dengan nilai fonetik yang diperkirakan sama. Hanya saja, ada beberapa lambang yang harus dibedakan dan menggunakan dua lambang untuk satu fonem. Beberapa lambang yang harus dibedakan itu di antaranya adalah: 1) Vokal [e] taling di dalam transliterasi ditulis dengan é. 2) Vokal [ö] di dalam transliterasi ditulis eu. 3) Vokal [a] panjang di dalam transliterasi ditulis dengan ā. 4) Vokal [i] panjang di dalam transliterasi ditulis dengan ī. 5) Vokal rangkap [ai] di dalam transliterasi tetap ditulis ai. 6) Vokal [u] panjang di dalam transliterasi ditulis dengan ū. 7) Semivokal [ŗ] di dalam transliterasi ditulis dengan re. 8) Konsonan dental [dh] dan [th] tetap ditulis dh dan th. 9) Konsonan labial [bh] dan [ph] tetap ditulis bh dan ph. 10) Konsonan velar [gh] tetap ditulis dengan gh. 11) Konsonan sibilant [ç] tetap ditulis ç. Tanda baca yang digunakan di dalam transliterasi bukanlah tanda baca yang biasa dalam pungtuasi. Karena di dalam naskah hanya ada dua tanda baca yaitu \ dan \\ maka di dalam transliterasi lambang itu diganti dengan / dan //. Sedangkan di dalam terjemahan, kedua bentuk itu kadangkadang bisa bernilai koma atau titik atau tidak bernilai apa-apa sama sekali dan harus disesuaikan dengan konteks kalimatnya. 1.3 Penyusun Teks PRRBN 2.3 ini disusun oleh kelompok kerja yang dipimpin oleh Pangeran Wangsakerta yang bergelar Abdulkamil Mohammad Nasaruddin sebagai Panembahan Carbon atau Panembahan Ageung Gusti Carbon atau Panembahan Tohpati. Dalam hal pelaksanaan penyusunan PRRBN 2.3 ini Pangeran Wangsakerta dibantu oleh tujuh orang jaksa yang masing-masing memiliki tugas tersendiri untuk mendukung lancarnya penyusunan teks tersebut. Ketujuh orang jaksa ini adalah: 1) Ki Raksanagara, sebagai penulis dan pemeriksa naskah 2) Ki Anggadiraksa, sebagai bendahara
3) Ki Purbanagara, sebagai pengumpul bahan tulisan dari berbagai tempat di Nusantara 4) Ki Singhanagara, sebagai pengawal keamanan keraton selama pertemuan para mahakawi 5) Ki Anggadiprana, sebagai duta dan jurubicara 6) Ki Anggaraksa, sebagai pemimpin dapur dan perjamuan 7) Ki Nayapati, sebagai penyedia akomodasi dan transportasi. Teks PRRBN 2.3 disusun berdasarkan hasil pemilihan terhadap naskah-naskah kuna dari berbagai tempat di Nusantara lalu disusun lagi menjadi sebuah cerita yang runtut dan objektif serta hasilnya disetujui oleh para utusan dari tiap kerajaan yang hadir dalam pertemuan di keraton Cirebon. BAB II RINGKASAN ISI 2.1 Manggala Sastra Manggala sastra dari PRRBN 2.3 ini merupakan pembukaan terhadap isi cerita yang sesungguhnya. Bagian ini memuat laporan tentang nama-nama penyusun naskah. Tujuan dan pemrakarsa penyusunan PRRBN 2.3, dan peristiwa-peristiwa yang terjadi selama penyusunan PRRBN 2.3 dari awal sampai selesai. Penyusun naskah PRRBN 2.3 sebagaimana telah dijelaskan pada bagian 1.3 adalah Pangeran Wangsakerta yang dibantu oleh tujuh orang jaksa. Pangeran Wangsakerta yang pada waktu itu menjadi Panembahan Cirebon mendapat perintah dari Sultan Banten (Sultan Ageung Tirtayasa) dan Sultan Sepuh Martawijaya untuk menyusun sebuah riwayat besar (bhretkatha) yang nantinya dapat digunakan oleh masyarakat dan para peneliti sejarah sebagai bahan rujukan sejarah. Dengan demikian, dapat didimpulkan bahwa pemrakarsa penyusunan PRRBN 2.3 adalah Sultan Ageung Tirtayasa atau Sultan Abdulfath Abdulfatah dan Sultan Sepuh Martawijaya. Selama penyusunan PRRBN 2.3 ini dijelaskan di dalam pembukaan bahwa terjadi perdebatan sengit di antara para utusan kerajaan dari seluruh Nusantara. Hal ini terjadi karena banyak para mahakawi dan utusan tersebut yang lebih mementingkan kisah secara subjektif untuk mengagungkan negerinya sehingga terjadi perbantahan dari utusan yang lain. Para utusan yang berbeda pendapat itu bahkan saling mencaci dan hampir saja terjadi perkelahian di dalam ruang pertemuan di keraton Cirebon pada saat itu. Namun karena kebijaksanaan dan pengetahuan Pangeran Wangsakerta yang sangat luas terhadap kisah-kisah timbul dan tenggelamnya sebuah kerajaan maka para utusan yang berbantahan itu akhirnya terdiam. Mereka mengaku kalah dengan pengetahuan Pangeran
Wangsakerta yang sangat luas akan riwayat-riwayat kuna dari berbagai pustaka di Nusantara. Selain itu, ada pesan dan nasihat dari Sultan Sepuh Martawijaya bagi para utusan yang datang ke Cirebon untuk keperluan penyusunan PRRBN 2.3 ini. Isi dari nasihat itu antara lain adalah agar para utusan selalu berlapang dada dalam menemukan perbedaan pendapat, dan saling menghargai sesama duta kerajaan, sehingga penyusunan karya besar ini dapat terlaksana dengan baik dan sempurna. 2.2 Rangkuman Isi Kisah dimulai dengan meriwayatkan kerajaan Kediri pada tahun 1103 Saka di bawah perintah Raja Sri Gandra yang bergelar Sri Kroncayyahanda Buwanapalaka Parakramanindita Digjayottunggadewa meperluas kerajaan untuk menjadi penguasa di Nusantara. Namun, citacitanya tidak terlaksana karena di bagian barat (Sumatera) telah berdiri kerajaan Sriwijaya. Raja Sriwijaya mengirimkan duta kepada sahabatnya yaitu Maharaja Cina untuk meminta bantuan dari kemungkinan serangan Kediri. Maharaja Cina menyarankan agar kedua negeri itu bersahabat saja dan harus mengadakan pertemuan yang bertempat di Sundapura. Pada tahun 1104 Saka dibuatlah kesepakatan antara Kediri dan Sriwijaya yang isinya menyatakan bahwa Sriwijaya menguasai negeri-negeri di wilayah barat, sedangkan Kediri menguasai wilayah timur Nusantara. Pada masa itu di Sumatera bagian utara telah berdiri kerajaan Islam Parlak dengan rajanya Sultan Alaiddin Syah (1083-1108) Saka. Di samping itu juga berdiri kerajaan Islam Paseh pada tahun 1050 Saka dengan raja pertama Sultan Abud Almalik. Kedua kerajaan ini sebenarnya berada di bawah kekuasaan kerajaan Sriwijaya, namun pada masa pemerintahan Sultan Makhdum Abdulmalik Syah (1189-1197) Saka, Sultan Parlak ini mencoba melepaskan diri dari Sriwijaya. Akan tetapi usaha ini sia-sia karena kerajaan Sriwijaya segera menyerang dan menghancurkan kerajaan Parlak pada tahun 1197 Saka.
Bab III Transliterasi dan Terjemahan 3.1 Pengantar Transliterasi 3.2 Transliterasi /1/
//purwa wakya// iti/ pustaka rājya rājya i bhūmi nusāntara// 5 tritiya sargah ri dwitiya parwa/ pinaka pustaka rājya warnnana i bhūmi nusantara/ cirakāla 10 lawan sarwwa kramanya// sinusun mwang pinustaka dé ni mami/ samyu ta pirang puluh siki sang mahākawi/ sang 15 pinakadi/ mantri patih/ rāja bhretya pinaka duta rājya mandala/ prana raja sa-
/2/
kéng prāja mandala/ dang accaryāgama/ mwang sakwéh ing mantri-mantri raja carbon sapina5 suk dyaksa pipitu/ lawan ninaya dé ni mami pinaka panghuluning sang manurat yatiku// 10 mwang pangéran wangsakreta namaçidam abdul kamil mohammad nasarudin pinaka panembahan carbon a15 thawa panembahan a-
geung gusti carbon panembahan tohpati ngaranku wanéh// /3/
//kathā mukha//
5
10
15
20
/4/
awighnamastu// yadyastun ngwang pinaka çastrājna/ makādi mangené kathā rājya cirakāla lawan niti rājya// tathapi rumuhun mangastungkara ri hyang tunggal mwang mami dharyya dharmma kuçala/ makādīslam māpan mami hana ta putropādāna ning susuhunan jati pinaka dang accaryyāgaméslam i bhumi jawa kulwan/ sabarin mangkana/ nityasa ngwang amursita ring kabéh agama// padarthaning iti pustaka/ dharyya samatā// kabéh kathokang kirnna-kirnna pinu-
staka dumadi sawiji/ ri huwus sinembawan mwang sanmata çrāwita déning pirang siki sang mahā5 kawi/ sirékang çastrājna sakéng prāja mandala i bhumi nusāntara// iti pustaka hana ta 10 anyamtara niti ning mahā prabhawa rājya-rājya // nihan ta/ anyamtara pretakkaryam lalāma bhuta/ ri kathā sarwwa gu15 na// ya thartha/ iti pustaka rājya-rājya maka padārtha i niti pustaka rājya-rājya warnnana
i bhumi nusāntara/ ma20 kādi jawadwipa mwang salwirnya wus sapinasuk / ya thartha sako-
/5/
5
10
15
20
/6/
pāyanya/ i wekasan alpiyasa kāléna/ iking kāryamsiddha ta lawan paripūrna// hanapwa ngwang manurat iti pustaka/ kārana dinawuhan déning ayayahku yata pangéran resmi lawan nama çidam panembahan adiningrat kusuma/ athawa panembahan ghiri laya ngaranya wanéh/ ri kala sang rama tatan angemasi// mangkana juga ngwang dinawuhan anyerat iti pustaka déning sultan banten yata pangéran abdul path abdulpatah lawa(n) pramānaran abhiséka sultan ageng tirtaya-
sa// kumwa juga susuhunan mataram yata pangéran arya prabhu adhi mataram ikang aranira/ abhi5 sékanira susuhunan amangkurat mahyuna i mangkana// kumwa jugākwéh manih sang pinakadi i bhumi swarnadwi10 pa mwang jawadwipānung mahyuna i mangkana// hétunya çastra ning kathā hana ta pinaka widya ning rat janapada/ ma15 kādi kenoh yan pinaka pustaka ning niti
rājya i damelnya swastā mwang kajayān nagaranira/ mwang janapada subhika ri 20 séwaka ring ratu nirékang dharmika// tekwan iti pustaka pinaka /7/
5
10
15
20
/8/
panghuluning sakwéh ing wwang ingkang mangadhyāya sarwa krama ring kuna/ mwang ahyun angawruhi purwa prastāwa ning sawiji nagara i bhumi nusāntara/ mwang salwirnya wanéh// matangyan ngwang nityasā mrih amét krama ning katha sayuktinya// hana pwa pinaka pénggyan ing magosti mangālocita mangené panusun mwang panyerat/ pustaka rājya warnana i bhumi nusāntara yata/ ing paséban karatwan kasepuhan carbon / satuluynya tucapa/ rasikékang tekan tumūti mawiwékéng malapakena panusun iti pustaka yata-
nyan ulih kagawayan ika siddha lawan kenoh mwang paripurna// māpan sira kabéh kathā wida5 gdha/ satmaka ri subhanindita/ mwang yathésta kita kabéh/ yatanyan siddha sadhya lawan paripurna// pantara ning 10 sira yatiku/ sang dharmmādhyaksa ring karasulan sang dharmmādhyaksa ring kawasnawan sang dharmmādhyaksa ring kaçé-
15 wan sang dharmmādhyaksa ring khong pu cé atawa kwam im po co yata sang mahakawi wwang cina sakéng semawis/ 20 ateher pirang sang mahākawi/ sang ghotrasawala sakéng pirang rā/9/
5
10
15
20
/10/
jya/ kumwa juga sang āmatya/ sang duta lawan pranaraja carbon ikang sakwéhnya ninaya dé ning mami// sira béh tinamuy lawan sarwa bhogo pabgogādi dé ning raka ngwang yata sultan sepuh pangéran samsudin mertawijaya ngaran ira/ satuluynya susultan sepuh winéh pitutur ring sira kabéh sang panekékang kapwa heumheum hanéng paséban nihan ta pitutur ira ngwang aminta samūhāmbek panyatrewanan papantaranira sowang-sowang/ yatanyan linūdaken/ samūhānung wus wartamāna/ gantyakna
lawan ambek pamitrékang yogya// lawan mangkana kagawayan ira siddha paripūrna// haywa 5 ta sira mijilaken wuwus tan rahayu ring duta rājya samanya// māpan sira kabéh wus tunggal citta niréng guma10 way karyāgeung iki// kumwa juga sira kabéh padānggeugeuh ma-
ryada ning prayéng lagi/ matutapadan la15 mpah ing sang kawitan/ mwang akwéh manih welingnya wanéh saking raka sultan sepuh// hana pwa sang mahā20 kawi/ sang āmatya / dang accaryāgama/ sang ghotrasawala pina-
/11/
5
10
15
20
/12/
ka duta sakéng sarwa rājya/ mwang lén nagara/ atāwa déça mandala i bhumi nusantara/ pantaraning sowang-sowang sakéng/ banten jayakarta/ mataram kudus lasem tuban surabayéki/ wirasaba/ pasuruan telegil panarukan ghresik semawis demak kediri/ mojwagung bagelén balangbangan mandura/ nusa bali/ bangka/ ghaluh/ jāmbi/ kertabhumi/ sumedang/ tanjungpura hanéng krawang/ cangkwang/ ukur sukapura/ parakanmuncang/ kuningan ghalunggung/
imbanagara/ rancamaya/ japara/ parllak burunéng/ paséh/ lamuri/ mengkasar/ banggawi/ 5 ghaliyao/ kutalingga/ çéran lwah ghajah/ ambwan maloku/ tampiwang/ ghurun bantaya10 n tanjungkuté/
tanjungnagara/ tanjungpuri/ manangkabwa/ kāmpétarwe/ palémbang syak barus a15 teher duta sakéng tumasik tringgano/ malaka/ i bhumi sanghyang hujung/ kuwa juga sakéng ta20 laga/ sindangkasih/ dermayu/ lwasari/ barebes/ satuluynya
/13/
5
10
15
20
/14/
sakéng carbon n pasamudaya sakwéh ira wanéh tekan iréka marumah// hana juga pirang āmatyānung tan teka/ māpan wighna sira // makabéhanira sang āmatya ning rājya carbon winéh swakārya / sowang-sowang pantaranya yatiku/ ngwang pangéran wangsakerta pinaka panghuluning kadamel mwang panusun pustaka/ mwang nānayati sakwéh ing sang āmatya/ lawan nānayati pulungrahī ri kang kala/ jugāng gunita kriyā/ krama salwir mārganing
kathokang sayūktinya yatanyan paripūrna mwang dumadinyā ya ikang aniwārya// sa5 tuluynya ki raksanagara pinaka sang manurat pustaka lawan umiweu sakwéh ing
sang duta i sedeng mawiwéka// ateher ki angga10 diraksa pinaka pangawak sang manurat mwang pinaka sang bandaharaning sira kabéh// ateher ki purbanagara/ pinaka sang 15 amét mwang malapakena sarwa serat sakéng pirang nagara/ ikang pilihana dé ning sira kabéh/ ndi tikānung kenoh/ 20 ndi tikānung salah atawa tan kenoh// apan sira makaguna
/15/
5
10
15
20
/16/
ning kathā ng atīta/ ngadeg mwang sirna ning sawiji rājya i bhumi nusantara// satuluynya ki singhanagara/ pinaka huluning pangraksa karatwan mwang kabéh duta sakéng sarwa nagarānung tekéng carbon/ rasika n pasamudaya wadya bala nirékang akwéhnya pitung puluh wwang// ateher ki anggadiprana/ pinaka sang duta kumaliling salwir ing rājya/ nagara lawan déça mandala// kumwa juga rasika pinaka sang jurubhasa pantaraning sang duta// ateher ki anggaraksa karmarasanira pina-
ka naya mahānasa sekul mwang umiweu sarwa bhogopabgogadi ning sang duta// ateher ki
5 nayapati karmarasanira pinaka sang umiweu panggwanan turu/ atawa pakuwwan ning kabéh ikang sanggha duta mwang wahana10 nira/ juga pinaka huluning bhayangkaranya// hana pwa sowang-sowang sang āmatya rājya carbon ikang winéhan swa15 kārya kabéh lawan kaulanira sowang-sowang// ri kala manusun iti pustaka/ mami nityasa tumenwaken duhka bhara20 maka sopana ning képwa / māpan hana pantaraning pirang sang mahāka/17/
5
10
15
20
/18/
wi lawan sang āmatya rājya duta bhéda/ ring manguccārānaken katha mangené nagaranira sowang-sowang jayéng sulaksana / mangkana wuwusnira// kumwa juga sang mahākawi jawa lawan sang mahākawi sakéng sunda/ ateher sang mahākawi sakéng banten lawan ang mahākawi sakéng mataram mwang sang mahākawi carbon hana bhédanirang manguccāranaken nagaranira sowang-sowang silihpratibanda// kumwa juga sang mahākawi sakéng paséh lawan sang mahākawi sakéng kudus kumwa juga sang mahākawi sakéng sumedang lawan sang mahākawi sakéng carbon ika méh aridu mwang/ sira méh
dumadi panyatrwanan lawa5 n aridu/ méh tan tumenwaken kathokang tatwa// kumwa juga sang mahākawi sakéng mengkasar lawan sang āmatya sakéng 10 mataram lawan mandura juga// ateher sang mahākawi sakéng tanjungkuté lawan sang duta sakéng palémbang mwang sang mahākawi sa15 kéng ukur// tathapi kabwat manih yatiku hana ning limang sangghāmanya sang mahākawi/ sang gotrasawala silihsa20 krodha wekasan harohara méh manwandwa yuddha hanéng jero pa-
/19/
séban awit tambayaning prathama manurat pustaka rājya warnana ibhumi nusāntara lawan sa5 lwirnya wanéh / pantaranya prathama sangghaduta sakéng surabayéki/ pasuruan panarukan blangbangan nusa bali/ mandura/ mengka10 sar/ banggawi/ ghaliyao/ çéran lwah ghajah/ ambwan maloku/ taliwang ghurun bantayan banten palémbang// ndi10 tiya sangghaduta sakéng mataram lasem tuban wirasaba/ semawis kediri/ mojwagung/ lwasari/ barebes 15 telegil japara// tri tiya sangghaduta sa-
/20/ kéng jayakarta/ dema-
5
10
15
20
/21/
5
10
15
20
k kudus carbon paséh/ ghresik tanjungpura/ hanéng krawang/ cangkwang/ kuningan barus malaka/ tumasik tringgano// caturtha sanggghaduta sakéng sumedang/ ukur/ sukapura/ parakanmuncang/ ghalunggung/ rancamaya/ talaga/ sindangkasih/ ghaluh/ kretabhūmi/ imbanagara/ rajagaluh lawan luragung// panca(ma) sangghaduta sakéng jambi/ bangka/ parllak burunéng/ lamuri/ kutalingga/ tanjungkuté/ tanjungnagara/ tanjungpuri/ manangkabwa/ kāmpéhar[w] mwang syak iki humeneng kawalya
mangrengeu tan mājar// ing abhawa rasaning kathokang sayuktinya/ tekwan pantaraning sira hanékang manguccāranaken ambek ira lawan wakroti// hanékang kathokang niskārana kawalya cittānung maya mwang wiparita// inuddéçékang mangkana tan inalap mwang tan kadamel serat// hanékang mijilaken wuwus awamāna mwang makaswabhawa tan yogya// méh kahanān harohara// kārana mami wus akwéh mangajya sarwa çastra katha ning rājya rājya i bhumi nusāntara mwang makadrewya sarwa pustaka rājyānung
/22/ angasoraken sira kabéh/ mwang juga mami pinaka panghulu sira kabéh// matangyan dé 5 mami kālap lampah tengah/ tathapi mami nityasa mapulung rahi mwang telas karuhun inālocita ma10 nih lawan kabéhan tan henti-hentinya // makādi lawan wwang atuha/ sang mahākawi/ sang āmatya duta rā15 jya kang widya nipuna// matangyan i mekasan sira kabéh améhaken kathā sayuktinya tan lawa 20 n wakroti manih mwang / ikang wisti tan durgama manih// māpan si/23/ ra kabéh wus tunggal cittanira/ yata padānggeugeuh welingira sultan sepuh carbon 5 yatiku sang duta rājya tunggal cittanira/ pada kaharep makolih paripūrnanya ri karyāgeung ikang pinaka panghulu wi10 dyaning kathā/ makādyanggwa kabéh janapada kanista madhyamottama mwang arddha pathyānggwa nitiçastra raja ng siniwi naga15 ra/ ata(wa) déça mandala// lawan kopāyanya mami lawasira pirang dina i wekasannirāwarana serat ngwang hi20 najengan sarasanya// matangyan telas sinera-
t pirang sargah pustaka /24/ rājya warnana i bhumi nusāntara// yadyapin mangkana waraksamakena yan hanékang salah a5 tawa kaluputan ing panusun iti pustaka// satuluynya prethakkāryam iki/ pinaka bhretkatokang hasta kreta ma10 min pesamudaya dutaduta rājya rat bhūmi nusāntarānung mahāprājna/ mwang priya sakha saking rāja kula carbon 15 pantaranya pitremitra/ pita mahāngku// kumwa juga kramena mami lumekas manurat ing prathama katha/ ikang rumu20 hun sakwéh ing mami sang panusun mwang sang manurat iti pustaka rājya warnana
/25/
i bhumi nusāntara pinaka sphatikaning sakwéhnya kathā çastra/ mami mangastungkara ring hyang tung5 gal ikang amurba wiçésa/ yatanyan awighnamastu / kumwa juga luputaken mami sakkéng pāpa karmma mwang mahābha10 ya/ tan hanā bhicāraka/ tan hanā bhayékang ksiaté ri piçuna ring swasthā rājya kita kabéh lawan mako15 lih swasthā ni hurip ing mami samāgama sang manurat iti pustaka/ pinaka widyaning kabéh janapada nātgata wartta-
20 māna/ makadi widyaning kathā raja-raja lawan rājyanya rat i bhumi
/26/ nusāntara// iti pustaka yatanyanken pituhun hutama sakéng kabéh ni ka5 thā/ lawan mami tama tan angowahi sakéng kathānung sayuktinya/ mwang atyanta makaguna pinaka panghuluning ka10 béh janapadānung kanista madhya mottama/ witan wartta māna tkaning dlaha mangkana ta pun// //prathama kathā// 15 amituhu préksaka padārthaning katipaya pūrwwa pustaka drewya ning sang mahākawi sakéng rat swarnabhumi 20 lawan sang mahākawi jawadwipa/ mangkana// witan sri ghandra madeg ra-
/27/ ja kediri/ ing sahasra satus punjul telu/ ikang çakakāla/ ageung ta cittanira ri kawaça ning rā5 ya kediri// çri gandra lawan nama çidam sri kroncayyahanda bhuwa(na) palaka parakramanindita digjayottunggadéwa// ring sa10 mangkana wadyabala kediri/ anglurug mwang ngalindihaken rājya-rājya hanéng nusa-nusa ing bhumi nusāntara/ sapina-
15 suk ikang hanéng jawadwipa mwang nusa-nusa sasawétaning ika// wadya sarwwajalāgeung umangkat hiring-hiring anduni 20 ngalor/ ngétan ngulwan sira nityasa makolih jayéng yuddhani/28/ ra// tathapi rājya-rājya i nusa bangkulwan kabéh wus ri séwaka ring rājya çriwijaya// dé nika 5 wadyabala kediri/ ateher anduni rājya çriwijaya// matangyan wadyabala sarwwajala kediri lawan sriwijaya maprang 10 i madhya samudra jawa kulwan/ ikang yudha marurek karwanya pada wīrya// tan hanā sing kasoran/ sowang-so15 wang mulih ring nagara nira// cittaning sang prabhu kediri tatan phala// i sedeng rājya çriwijaya tan wanten anduni ring ke20 diri// kéwala sira raja çriwijaya/ neher kumon dutanira lu/29/ ngha ring mahāraja cina/ winéh wruh mwang maçarana sang mahāraja cina/ kārana rājya kediri/ kaha5 rep anduni rājya çriwijaya// māpan wus lawas rājya çriwijaya mitranan lawan rājya cina// kumwa juga rājya kedi10 ri wus lawas mitranan lawan rājya cina// satuluynya mahāraja cina/ angutus dutanira
lawan amawa rwang sawa15 lan yatiku sasiki winéha ring raja çriwijaya/ sasiki manih winéha ring raja kediri// pina20 lakunira çri mahāraja cina/ marapwan rājya kediri lawan rājya
/30/ çriwijaya/ agya sumiddhakena panyatrwan pantaranira// mwang sapahalāgya mawiwéka// i weka5 san raja kediri magosti mangalocita mwang sumiddhakena panyatrwan lawan manghanake10 n pamitra// hana pwa pinaka pénggwan ing samaya ning pamitra karwa nagaréka/ yatiku hanéng sundapura i bhumi ja15 wa kulwan/ lawan pinaka saksin pirang nagara/ yatiku/ duta rājya cina/ duta rājya yawana/ duta rājya 20 syangka/ duta rājya singhala/ duta rājya cāmpā/ duta rājya gha/31/
udi/ mwang pirang duta rājya sakéng bhumi bharata// lawan sakopayanyānung niyata/ i wekasa 5 n siddhā lawan paripūrna / mwang amahateguh pamitra mwang silih atuntunan tangan pantara ning rājya çriwijaya la10 wan rājya kediri ikang krama/ ing sahasra satus punjul pat ikang
çakakāla// karwanya mamituhu samaya ning 15 pamitra/ ateher rājya çriwijaya kéwala/ amagehi nusa-nusa i bhumi nusantara bang kulwan mwang rājya sang20 hyanghujung// i sedeng rājya kediri kéwala/ amagehi nusa-nusa
/32/ i bhumi nusantara bang wétan/ pantara ning kacakrawartyan rājya çriwijaya/ athawa rājya-rā5 jyékang ri séwaka ri rājya çriwijaya yatiku/ tringgano/ pahang/ langkasuka/ kalantan jelutung/ sémwang/ ta10 mralingga/ ghrahi/ palémbang/ lamuri/ jambi/ dharmmaçraya/ kandis kahwas batak/ minangkabwa/ ri siyak ro15 kan1 kampar/ pané/ kāmpéharw athawa mandahiling/ tumihang/ parllāk mwang i barat lwas samu20 dra/ mwang i lamuri/ batan lampung/ barus kumwa juga jawa /33/ kulwan i bhumi sunda yatiku mandala hanéng bang kulwan i cimanuk nadi/ athawa sawétan ing cita5 rum nadi mangulwan// hana pwa bang wétannya rājya mandala kediri tkaning jawa wétan mwang ma1
rékan
hasin lawan swarnabhumi 10 salwirnya// i sedeng sapinasuk rājya mandala/ athawékang ri séwaka ring rājya kediri pantaraning yata/ tuma15 pél medang/ hujung ghaluh/ jénggi/ jawa madyamandala/ ghurun mwang sakwéh ing nusa-nusa ghurun né20 riti/ nusa bali/ badahulu/ lwah ghajah/ sukun ri taliwang// mwang /34/ domposapi/ sanghyang api/ bhima/ séran hutan lombok mirah/ saksakani/ ba5 ntayan luwuk/ ateher saka nusanusa makasar/ butun banggawi/ kunir/ ghaliyao/ sala10 ya/ sūmba solot muar/ wandan ambwan maloko/ timur tanjungnagara/ ri kapuhas/ kanti15 ngan sampit mwang kutalingga/ kutawaringin samas laway kandangan i landa/ mwang su20 medang/ tirem sédu / burunéng/ kalka saludung/ solot pa/35/ sir/ baritwa i sawaku/ tabalung/ tanjungpura/ mwang pirang puluh manih rājyarājya halit i nusa-nu5 sa salwirnya i bhumi nusāntara// mangkana kacakrawatyan ing rā-
jya kediri hanéng bang wétan i bhumi nusanta10 ra// lawan mangkana karwa rājya kediri mwang çriwijaya nityasa kenoh ing pamitranira// i samangkana rā15 jyékang wus ngadeg ing swarnabhumi banglwar/ yatiku kasultanan par[l]lak/ kawalya rājya halit rikang madeg sultan par20 lak yata/ sayid abdul ajis lawan nama çidam sultan alaiddin syah//
/36/ rasika nyakrawarti rājya/ ing sahasra wwalung puluh telu/ tkaning sahasra satus punjul wwalu/ ikang 5 çakakāla// māpan ing swarnabhumi banglwar akwéh ta paneka sakéng ngarab nagari/ ghujarat i bhumi bharata/ parsi/ sopa10 la nagari/ kibti nagari/ yaman i bhumi hadramaut bagdad mwang lényawanéh// sira sang paneka pamekulnira 15 yata/ agama rasul yatāgaméslam sang sultan pamekul nira yata islam syiah// hana pwa rénani20 ra yatiku putri raja parlak/ ri huwusnya sayid abdul a/37/ jis angemasi/ ateher ginantyani déning putranira yata sultan alauddin abdurakimsyah 5 nama çidamnira/ sayid a-
bdurakman madeg sultan ing sahasra satus punjul wwalu/ ikang çakakāla/ tkaning sa10 hasra satus telung puluh telu/ ikang çakakāla// i sedeng paséh nagari i bhumi swarnadwipa banglwar ju15 ga/ wus lawas madeg rājyā halit witan ing sahasra limang puluh/ ikang çakakāla// hana pwa sulta20 n paséh nagari prathama yatiku sultan abud alkamil nga/38/ ranira// matangyan lawasnya satus limang puluh pitu warça/ athawa tka ning sahasra rwangatus pu5 njul pitu/ ikang çakakāla, wus pirang siki raja paséh nagari// hana pwéka abud almalik purwa prastawani10 ra sang laksamana sarwwajala rājya mesir sakéng phatimiyah wamsa// sira kinon kawaça pinaka su15 ltan hanéng paséh i bhumi swarnawipa banglwar// ri huwus dumadi sultan paséh kang raja-raja satuluynya si20 nebut almalik wamsanira// kārana hanéng mesir ganti wamça su/39/ ltan kawaçanya// sakéng phatimiyah wamça ring mamaluk wamça/ juga sinebut ayyub wamça//
5 ateher sultan mesir angutus dutanira sang laksamana sarwwajala yata sék(h) ismail assiddik ngaranira/ 10 tekan ing swarnabhumi banglwar// riku sang laksamana neher angratwaken panghulu mandala paséh marah silu/ mapan15 n sira lawan kawula balanira wus mekul agama rasul/ marah silu rinatwaken ta sira dumadi sultan paséh 20 lawan namaçidam sultan malikus saléh/ madeg raja paséh ing /40/ sahasra rwangatus punjul pitu/ ikang çakakāla/ tkaning sahasra rwangatus sanga 5 welas ikang çakakāla// sultan malikus saléh tumuli mastri lawan putri perlak ratu ghang10 gansari ngarannira putrining sultan parlak makhdum alaiddin muhammad aminsyah ibnu malik abdulkadir rayi15 ning putri ghanggansari yatiku ratu ratna komalasari pinaka stri dé ning raja tumasik yata raja iska20 ndar syah// hana pwa sultan makhdum alaiddin muhammad aminsyah/ ma/41/
deg sultan parlak ing sahasra satus nemang puluh lima/ ikang çakakā-
la/ tka ning sahasra sa5 tus wwalung puluh sanga/ ikang çakakāla// namanira yata sultan makhdum alaiddin abdulkadir syah/ madeg sulta10 n parlak kawalya patang warça/ yaténg sahasra satus nemang puluh siji/ ikang çakakāla tka ning sahasra satus nemang 15 puluh lima/ ikang çakakāla// kawaçanira dumadi sultan ulih arebut saking sultan alauddi20 n mughayat syah/ sakéng abdulajis wamça// sultan makhdum alauddi/42/ n abdulkadir syah ika ngaran sayuktinya yatiku wwang agung méurah abdulkadir// hana 5 pwa sultan alauddin mughayat syah athawa sultan ikang karebut kawaçanira madeg raja kawalya te10 lung warça yatiku ing sahasra satus limang puluh wwalu/ ikang çakakāla tka ning sahasra satus nemang pu15 luh siji/ ikang çakakāla// rasika putraning sultan alauddin sayid abas syah ibnu sayid abdurakim syah// 20 sultan sayid abas syah madeg raja / ing sahasra satus telung puluh rwa/
/43/ ikang çakakāla/
5
10
15
20
tka ning sahasra satus limang puluh wwalu/ ikang çakakāla// satuluynya ri kathānya manih// rakaning putri ghanggansari yatiku sultan kahdu abdulmaliksyah ngaranira gumantyanira ramanira yata sultan makhdum alauddin muhammad aminsyah// sultan makhdum abdulmaliksyah madeg sultan ing sahasra satus wwalung puluh sanga/ ikang çakakāla tka ning sahasra satus sangang puluh pitu ikang çakakāla// kadīkang wus ri kathākenan sira kabéh rājya-rājya
/44/ i bhumi swarnadwipa pranatan mwang ri séwaka ring mahāraja çriwijaya// mangkana juga sultan-sulta5 n hanéng swarnabhumi banglwar witan mangadeg rājyanira// tathapi çansaya lawan ikang sultan akwéh tan sukha ri séwaka ring 10 sang mahāraja çriwijaya// māpan sang sultan hanéng swarnabhumi banglwar ika pamekulirāgaméslam/ i sedeng sang mahāra15 ja çriwijaya pamekulira budhayana// mākadi sira sultan paréla(k) yatiku sultan makhdum abdulmalik syah ibnu 20 muhammad amin syah/ tan angga ri séwaka mwang tan angga matura-tura ring sang
/45/ mahāraja çriwijaya// sultan abdulmalik wus mojar ta sira/ an rājangku ngké kaharep an wujug mahar5 dhika tan manih ri séwaka ring sang mahāraja çriwijaya// lawan sira rājya mesir2 mwang parsi/ juga rājya ghujarat pinaka 10 manggalaning rājya-rājya i bhumi swarnadwipa/ mwang winéh çarana ring sultan-sultan ikang angluputaken nagaranira sakéng kawaça15 ning rājya çriwijaya// ri huwusnya sang mahāraja karengeu ta ya/ ateher kroda ta ya wekasan/ matangyan ing 20 sahasra satus sangang puluh pitu/ ikang çakakāla / wadyabala /46/ çriwijaya ateher anduni sultan parlak / marurek ikang yuddha// wadya bala rājya parlak kaso5 ran mwang kaperep ing samara// i sedeng sultan parlak angemasi ri yuddhakāla// māpan aksohini çriwijaya samangkana geung 10 pasamudayanya tan wilang akwéhira// towi rājya çriwijaya makolih çarana sakéng mahāraja (cina) pantaranya 15 yata/ sanjata/ koçaning yuddha/ mwang sarwwa wastwan/ lawan abhiprāya rumaksa mwang amaguta çatrwikang anduni 20 bhumi çriwijaya// tathapi 2
masir
neher çriwijaya kasoran yuddhanira lawan wadya/47/ bala singhasarīkang ninaya dé ning sénapati kebo anabrang ing warçéka juga// satulu5 ynya gumantyaken ri kathanya sawatara/ anangkana ta// hana pwa rājya tumapél ikang tumuluy sinebut rājya si10 nghasari/ ri kala sang prabhu jaya wiçnuwardhana makaraja/ akwéh ta sira pamitra lawan pirang nagara// pirang siki pa15 ntaranya yatiku/ rājya sunda i bhumi jawa kulwan rājya malayu/ dharmmasraya i bhumi swarnadwipa/ rājya-rājya i bhu20 mi sanghyang hujung/ rājyarājya i tanjungpura/ rājya-rājya i bhumi bharata /48/ rājya singhala/ rājya i bhumi ghaudi/ pirang rājya-rājya i bhumi sopala/ rājya-rājya syang5 ka/ campa/ yawana/ tumasik singhanagari/ rājya cina/ mwang akwéh lénya manih// raja melayu dhar10 mmaçraya yatiku çri trailokyaraja maulibhuçana warmmadéwa nama çidamira/ mastri lawan putri raja syang15 ka// ing pasanggamaniréka manak ta pirang siki// telung siki pantaraning sowang-sowang yata/ sang panuhānung
20 dlaha gumantyaken ayayahnira pinaka raja lawan nama çida/49/ m tribhuwanaraja mauliwarmmadéwa// dwitiya stri darakencana ngaranira/ mwang tritiya da5 rapuspa ngaranira// lawan hana pirang siki manih anak ing raja melayu// ri kala prabhu kertanagara dumadi 10 yuwaraja singhasari mastri lawan darakencana // i sedeng darapuspa pinaka stri dé ning yuwaraja sunda yatiku ra15 kryan saunggalah sang prabhu ragasuci ngaranira// i pasanggamanira prabhu kertanegara lawan darakencana/ manak ta pi20 rang siki/ rwang siki pantaranya yatiku darajingga ngaranira mwang dara/50/ petak ngaranira// pasanggamanira darapuspa lawan rakryan saunggalah manak ta pirang siki/ sa5 lah tunggal pantaranya yatiku sang prabhu citragandha bhuwanaraja nama çidamirékang dlaha gumantyaken gamātuha10 nira yatiku prabhu ghuru dharmmasiksa dumadi raja sunda// ri kala sang tribhuwanarajamauliwarmmadéwa nyakrawar15 ti rājya melayu dharmmaçraya/ mahāraja cina ta tar kahyun ngalindih rājya-rājya ra-
t nusa-nusa i bhumi nu20 sāntara// mākadi rājya melayu mwang rājya rājya lénnya hanéng /51/
5
10
15
20
/52/
swarna bhumi// i sedeng rājya çriwijaya pinaka waçatkāra swarnabhumi banglwar pinaka sang pamitra ning mahāraja cina/ ikang pituhun ing citta sumorakena mwang mangdalam i bhumi nusāntara/ mākadi samanta nrpa// matangyan mahāraja cina nityakalān pamaritrāna rājya çriwijaya/ kumwa juga pawéh çarana sarwa koçaning yuddha mwang sarwa koçaning rājya// dé nika ri kala sultan parlak angluputaken nagaranira sakéng kacakrawartyan ing çriwijaya / sang sultan apakénak mwang amalaku çarana
ring rājya singhasari// ing sahasra satus sangang puluh pitu/ ikang çakakāla raja singhasari çri mahāra5 ja kartanagara sumangkepaken aksohininya mangkat ring melayu nagari ninaya dé ning sang kebo anabrang pinaka 10 sénapati sarwwajala mwang sénapati yuddhalaga// wadyabala singhasari mangkat lawan sarwa yuddha sangkep lawan sa15 rwwa koçanya// ikang wadyabala singhasari ring sabrang/ abhiprāya ni-
rātyan tākwéh/ pantaranya ya ta/ kaharep a20 n pamaritrāna rājya melayu/ rājya parlak lawan rājya-rājya ha/53/ néng nusa-nusa i bhumi nusāntara // kumwa juga mangmangkatira sang kebo anabrang ring swarnabhumi lawa5 n amawa mulih sang binihaji yatiku darakencana/ strining çri mahāraja kertanagara// māpan sang binihaji kaharep ta10 molah hanéng melayu nagari/ yata nagaranira// mākadi wadyabala singhasari pinaka manggalaning rājya-rājyānung ri 15 séwaka ring rājya singhasari kumwa nagarānung wus pamitra mwang ama(la)ku malar an pamaritrāna ring çri mahāraja kerta20 nagara// makadi mitréka wadya sarwwajala singhasari nityasa/ angli/54/ lingi nagara-nagara sabrang yatiku/ sanghyang hujung/ tanjungpura sapinasuk bakulapura/ makasar sapinasuk ri 5 nusa-nusanya/ ghurun séran mwang salwiring nusa-nusanya/ sunda i bhumi jawa kulwan ambun maloko mwang sa10 lwiring nusa-nusanya lawan akwéh manih lénya// dé nika ri kala sultan parlak manduni déning wadyabala çriwija15 ya/ wadyabala singhasari tkan rikung/ anglu-
putaken ikang rājya parlak hanéng swarnabhumi banglwar// i weka20 san wadyabala çriwijaya lumayu kasoran/ mahāraja cina /55/ kroda ta sira tuminghal wadyabala singhasari jayéng yuddha// tathapi wadyabala cina ta5 n anduni/ māpan hanéng jero nagaranirākwéh ta haro-hara/ kumwa juga wadyabala cina sedengira ngalindiha10 ken pirang nagarādoh// lawan wadyabala singhasari tan nyatrwani wadyabala cina// māpan rājya singhasari lawan rājya 15 cina pamitra// ateher ri kala putri ning çri mahāraja kertanagara sakéng stri darakencana yatiku putri 20 darajingga pinaka stri dé ning sang yuwaraja melayu çri wiswarupaku-
/56/ mara putraning raja melayu dharmmaçraya tribhuwanaraja mauliwarmmadéwa/ ing sahasra rwangatus pu5 njul wwalu/ ikang sakakāla/ çri kertanagara winéh daksina pratiçta amoghapāça mwang sawalan ring raja me10 layu/ lawan pasamudaya pirang āmatya raja/ pranaraja lawan wadyabala singhasari// atyanta twas ing janapada me-
15 layu nagari/ mākadi sira raja melayu tribhuwanaraja mauliwarmmadéwa// hana pwa tribhuwanaraja lawan darake20 ncana raka-rayi// dadyéka çri wiswarupakumara lawan strinya ya ta /57/
darajingga ya ta sadulur tunggal ra putu// satuluynya sang mahākawi sakéng sundagiri lawan sang mahā5 kawi ri kathāken manih mangkana/ mangené paduluran sakéng kulawanda raja sunda/ raja melayu/ mwang raja jawa// 10 hana pwa raja sunda prabhū ghuru darmasiksa lawan nama çidam prabhu sanghyang wiçnu/ juga sinebut sang paramārtha mahāpu15 rusa ngaranira wanéh mastri lawan putri swarnabhumi/ putropādana ning mahāraja sanggramawijayottunggawarman ikang wus turu20 n-tumurun/ sakéng pakurenanira lawan putri swarnabhumi/ raja sunda mapu-
/58/ tra pirang siki/ rwang siki pantaranya sowang-sowang ya ta prathama rakryan jayagiri yata rakryan ja5 yadarma ngaranira wanéh/ dwitiya rakryan saunggalah athawa sang prabhu ragasuci ngaranira wanéh/ ateher sinebut sang mo10 kteng taman/ dé ning prabhu jayawiçnuwardhana/ rakryan jayadarma pīnānigrahana lawan kulawāndhanira ya ta dé
15 wi singhamurti ngaranira yata/ putrining mahisa campaka/ mituhu sang mahākawi jawa/ ikang déwi singhamurti ngara20 nira dyah lembu tal/ sakéng pakurenira déwi singhamurti lawan ra/59/ kryan jayadarma manak ta sira/ sang nararya sanggramawijaya / amituhu sang mahākawi sakéng jawa/ 5 sang nararya sanggramawijaya dumadi raja wilwatikta prathama lawan nama çidam kretarajasa jayawardana/ athawa rahadyan wi10 jaya ngaranira wanéh// i sedeng rayining rakryan jayadarma yata rakryan ragasuci mastri lawan putrining mahāraja trailo15 kyaraja maulibhuçanawarmmadéwa/ raja melayu dharmaçraya yatiku darapuspa ngaranira// mwang rakaning darapuspa 20 yata darakencana pinaka stri dé ning prabhu kretanagara// mwang raka-
/60/ ning darakencana yatiku tribhuwanaraja mauliwarmmadéwa pinaka yuwaraja ring samangkana/ ate5 her pinaka raja gumantyani ramanira// hana pwa rakryan sunu jayagiri, sang jayadarmma tan kawenangan dumadi raja sunda 10 i bhumi jawa kulwan kārana rasika pejah ri kala ramanira tatan angemasi// matangya-
n sira déwi singhamurti 15 lawan putranira yatiku radén wijaya kala raray wangsuling bhumya nagaranira hurip lawan rama tuhanira mahisa campaka// 20 ri huwusnya sang nararya yuswa taruna/ rasika yuddhénipuna/ prajnéng sawidya/ /61/
prajnéng wédāstra mwang prajnéng nitirājya lawan salwirnya manih// hétunya sang nararya hurip ing 5 pura singhasari lawan ki sanakira yata prabhu kretanagara mwang sira nityasa maguru ring pirang amātya sénapati/ sang 10 prabhu lawan wwang-wwang ikang prajnéng widya// matangyan dé ning prabhu kretanagara sang nararya yata radén wijaya dinadyaken séna15 pati wadyabala singhasari// hana pwa pakurenira sang prabhu ragasuci lawan putri melayu darapuspa manak pirang siki/ 20 satunggal pantaraning sang prabhu citraghanda bhuwanaraja/ ikang gumantyani
/62/ ramanira sang prabhu ghuru dharmasiksa dumadi raja sunda// prathama tambayaning radén wijaya dumadi raja 5 wilwatikta/ ramātuhanira sang prabhu ghuru dharmasiksa wus mawuwus ring putunira// haywa ta sira kédeu/ atha10 wā merep ngalindih bhumi sunda māpan wus kinaliliran ring ki sanakira dla-
ha yan ngku wus angemasi// hétunya nagara15 mu wus ageung/ jaya santosa// wruh ngwang kottaman ra puyut kātisayan mwang jaya çatrumu/ ngké pinaka mahāpra20 bhu/ ikang hana ta daksina sakéng hyang tunggal wwang dumadi se-
/63/ ratnya// ikang sayogyanya rājya jawa lawan rājya sunda parasparopasarpana/ atuntunan ta5 ngan silihasih pantaraning padulur/ ya – tanyan tan pratibandhéng nyakrawarti rājya sowang-sowang/ yata10 nyan siddha hita sukha// yan rājya sunda duhkāntara/ wilwatikta sakopayanya winéh çarana/ mangkana juga rājya su15 nda ring wilwatikta// ateher welingira sang prabhu ghuru darmasiksa nityasa pituhun dé ning radén wijaya mwang mami20 tuhunya/ lawan gumés samayanira// matangyan witan mangadegira rā/64/ jya wilwatikta tka ning nemang puluh pat warça/ rājya sunda lawan rājya wilwatikta 5 nityasa hatut madulur/ tan hana panyatrwanan tan hana pratibandha pantara sunda lawan jawa// dlaha 10 lawan parikramékang
tan kenoh ulah ing sang patih amangkubhumi ghajah mada ta/ ikang angrencem paduluran pa15 ntaraning wwang sunda lawan wwang jawa// ri kala tambayaning radén wijaya madeg raja/ hanéng rājya sunda pinaka rājya ya20 ta sang prabhu guru darmasiksa/ ikang madeg rajéng sahasra sangang puluh /65/ pitu tka ning sahasra rwa ngatus sanga welas ikang çakakāla// ateher gumantyani dé ning putrani5 ra yata prabhu ragasuci/ ikang madeg raja nem warça// raja sunda prabhu ragasuci hana ta ki sanak ing radén wija10 ya// maka nimitta raja wilwatikta prathama yata kulī(nawamça), hétunya sakéng ramanira/ sira raputuning 15 prabhu ghuru darmasiksa yatiku raja sunda i bhumi jawa kulwan/ sakéng rénanira/ sira raputuning ratu angabhaya 20 rājya i bhumi jawa wétan/ i sedeng ki sanakira yata çri ma/66/ hāraja kretanagara pinaka rajyāgeung i bhumi nusantara// ateher radén wijaya kretasa5 maya yata padulur samaya lawan sakwéh ing ratu-ratu mandala i bhumi jawa kulwan māpan sira ka10 béh sagotra// ngūni-ngūni ring raja sunda
sang prabhu dharmasiksa yata ramātuhanira/ radén wijaya ni15 tyasāngarccana angaturaken daksina wastwan ring wwang atuhanira// ateher sang prabhu ghuru mangaçirwada ring 20 raputunira// nihan ta diwasa sang kakya sanggramawijaya madeg pra/67/ bhu wilwatikta/ pantaraing rājya-rājya i bhumi nusantara silihamitra rumaket sāksāt 5 hatut madulur/ nistanya rājya wilwatikta pinaka rājya parārdhya i bhumi nusantara// nangken nagara ku10 mon dutanira/ tamolah ing nagarāmitranira// dlaha dé ning patih amangkubhumi ghajah mada kabéh 15 amitraning rājya wilwatikta pinaka ri séwaka ring wilwatikta// ikang nagara tapwan panut a20 teher kaparajaya// tathapi tan kabéh nagara i bhumi nusānta/68/ ri séwaka ring rājya wilwatikta// witan ikang rājya melayu ri séwaka ring rājya çriwija5 ya lawas pantaranya// tathapi ri huwus rājya singhasari neher anjujug anduni swarnabhumi/ sira rājya çriwijaya 10 tan wenang amaguta lurugan ning wadyabala singhasari// māpan çri
kretanagara wus dumadi mantuning raja me15 layu// matangyan rājya singhasari pinaka manggalaning rājya melayu// i sedeng wadyabala çriwijaya wipla20 twang ngalwar// ateher ri huwusnya çri kertanagara apejah/ ing /69/ swarnabhumi padaāngadeg rājya-rājya halit sira sowang-sowang nyakrawarti pinaka 5 rājya mahardhika// mākodi hanéng swarnabhumi banglwar pirang siki rājyéslam ngadeg/ ikang kathā 10 raja hanéng tiraning sagara// salahtunggal pantaranya rājyéslam ikang pramānāran rājya paséh i 15 mandala swarnabhumi banglwar// sang raja sinebut sultan māpan agamaniréslam/ sultan paséh 20 yatiku/ al mali k assaléh nama çidamira// rasika made/70/ g raja pasai lawasira rwa welas warça/ yatiku/ ing sahasra rwa ngatus punjul pitu/ i5 kang çakakāla tka ning sahasra rwangatus sanga welas ikang çakakāla// ri huwusnya rasikā ngemasi/ a10 teher ginantyaken dé ning putranira yatiku sultan muhammad al malik al jahir
ngaranira// rasika ma15 deg sultan lawasnya wwalu likur warça yata/ ing sahasra rwa ngatus sanga welas ikang çakakāla tka 20 ning sahasra rwa ngatus patang puluh pitu/ ikang çakakāla// /71/
5
10
15
20
satuluynya ginantyaken dé ning putranira sultan ahmad lawan nama çidam sultan ali jainal abiddin al jahir// sultan ahmad nyakrawarti rājya/ i sahasra rwangatus patang puluh pitu/ tka ning sahasra rwangatus sangang puluh pitu/ ikang çakakāla// rasika pinaka sultan paséh kawalya limang puluh warça// hétunya sira dumadi dangaccarya gaméslam/ i sedeng singhasana rājya winéhaken dé ning putranirékang méh padāran yatiku sultan jaénal abidin ngaranira
/72/ i sedeng sultan ahmad angemasi/ ing sahasra telungatus pitu likur ikang çakakā5 la// sultan jainal abidin mastri/ ri kala sira pinaka yuwaraja yatiku/ ing sahasra rwangatus nemang puluh 10 wwalu/ ikang çakakāla// matangyan sultan jainal abidin lawasi-
ra madeg sultan paséh yatiku/ telung puluh 15 siji warça/ yata ing sahasra rwangatus sangang puluh pitu/ ikang çakakāla/ tkaning sahasra telungatus wwa20 lu likur ikang çakakāla// sultan jainal abidin manak pirang /73/ siki/ pirang siki pantaranya yatiku/ sang panuha wanodya ratu bhuhayya ngarani5 ra// satuluynya ri kathānya wanéh// ikang ratu bhuhayya sinebut juga sang ratu anisah halli/ māpan ngaranira 10 ri kala raray/ hana pwa ratu bhuhayya pinaka stri dé ning abdullah salahhuddin ibnu hasyim/ ri huwusnya sulta15 n jainal abidin angemasi// abdullah salahhuddin gumantyaken sultan paséh/ tathapi sira lawasnya kawalya rwang 20 warça// māpan sultan abdullah salahhuddin pejah hanéng yuddha lawa/74/ raja nakur/ ing sahasra telungatus telung puluh ikang çakakāla/ tathapi rājya paséh tatan kali5 ndih/ māpan wadyabala rājya tatan pinaribhawa/ mākadi wadya sarwwajala// téna kaléna sang binihaji yata 10 ratu bhuhayya duhkān ta ratwasira// kahyunira malespati ring ra-
ja nakur// ngké raja bhāryā pinaka raja paséh 15 sawatara/ gumantyani swaminirékang pejah/ mojar ta sira raja bhāryā ring kabéh/ sangapékang wenang matyani raja na20 kur/ sira rinatwaken i rājya paséh mwang sira pinaka swamining raja bhāryā// /75/
sawarça tumuli/ wadyabala raja nakur anduni paséh nagari// ring samangkana yudha marure5 k tathapi wadyabala raja nakur kasoran lumayu mulih ring nagaranira// i sedeng raja nakur pinatyan dé10 ning wadyasarwwajala paséh// tan hanāsing wruh/ ikang wangkay raja nakur ginawa ring sang raja bhāryā// sukha ta twas ing 15 sang ratu// mwang wadyabala paséh jayéng yuddhanira// ateher ikang wadyékang wenang matyani raja nakur rina20 twaken ta ya dumadi sultan paséh lawan nama çidam sultan hassan sa-
/76/ lahuddin mwang pinaka swami dé ning sang ratu bhuhayya// lawasira telung warça tumuli/ rayining 5 ratu buhayya yatiku said ngaranira/ tan suhka tuminghal ulahing sang sultan tan kenoh ring wadyabala mwang ja 10 napada// kabéh sang pinakadi/ dangacaryā-
gaméslam sang pranarājya/ samanta nrepā halit mwang kulawandha 15 kadatwan lawan kabéh janapada/ tan suhka ring sultan hanyar// mā pan prawrettinira tan kenoh mwang parikrama 20 duménda ring janapada/ pranarājya mwang wadyékang luput prawretti su/77/
5
10
15
20
ltan atyanta krurakara// wus akwéh ta janapada tiniban pati nimitta kaluputan tan sapira// matangyan rayining ratu bhuhayya yata said ateher siddha mamejahi sultan ing sahasra telungatus telung puluh pat ikang çakakāla// satuluynya rasika dumadi sultan paséh lawan namaçidam sultan said jainal abiddin/ rasika madeg sultan lawasira pitung warça/ yatiku/ ing sahasra telung ngatus telung puluh pat ikang çakakāla tkaning sahasra telungatus patang puluh
/78/ siji// ikang çakakāla// satuluynya ginantyaken dé ning putranira / yata sultan abdulma5 lik haidar ibnu said jainal abiddin namaçidamira/ lawasnya madeg raja kawalya patang warça/ yatiku 10 ing sahasra telunga-
tus patang puluh siji/ ikang çakakāla/ tkaning sahasra telungatus patang puluh lima/ i15 kang çakakāla/ iking sultan manak pirang siki// sasiki pantaraning sang panuha wanodya/ yatiku ratu na20 hrisah ngaranira// ateher ratu nahrisah dumadi raja paséh ing /79/ sahasra telungatus patang puluh lima ikang çakakāla/ tkaning sahasra telungatus sangang 5 puluh ikang çakakāla// hana pwa rājya paséh witan sultan ahmad athawa sultan ikang namaçidam a10 li jainal abiddin kawaça dumadi sultan akara/ ing sahasra rwangatus pitung puluh siji/ ikang ça15 kakāla/ rājya paséh ri séwaka ring rājya wilwatikta// henengngakna ng kathānya sakareng/ satuluynya 20 mulih manih mangené sang paneka sakéng pirang nagara ring nusa-nusa /80/ i bhumi nusantara// hana pwa tambayékang dumadi prayojananira yatiku pantara5 ning upakriya wikriya salwir ing wastwan hanggon-anggon lengkara/ sarwwa wastwan ing kuren bho10 janādi/ sarwwa lengkara
kanaka/ rajata/ manih ikang sulaksana pagawayanira/ mwang sarwwa koçaning raja15 yogya/ rajabhāryā mwang salwirnya wanéh// tathapi hana jugékang tekan rīking lawan sumaraken agama20 nira// hana pwa sakwéhing paneka sakéng nagara-nagara ngarab bang/81/
5
10
15
20
kidul parsi lawan mahawan prahwāgeung/ syam kibti nagari sira pamekul agami rasul/ pantaraning sira/ sasiki rwang siki/ hanékang ateher tamolah ing swarnabhumi banglwar mwang kitha warughasik ing jawadwipa// kumwa juga hanékang mawarah-warahaken agaméslam/ tathapi sakwéhing janapada pribhumi jawadwipa mekul mwang bhātara çangkhara puja/ budhayana puja/ bhātara wiçnu puja lawan pitrepuja// i sedeng janapada swarnabhumi mekul agama budhayana// matangyan aga-
/82/ ma rasul ikang winarahaken ring janapada tanpa phala sumar ring déçadéça/ kawalya sa5 siki rwang siki janapada// i sedeng dangacaryāgaméslam nityasa calambeknya/ hétunya sakwéhing janapa-
10 da/ wadyabala/ āmatya rājya lawan sang mahāprabhū tatan ahyun gumantyaken agamanira// tathapi hanéng 15 swarnabhumi banglwar wus akwéh wwang ngarab wwang parsi/ syam kibti mwang lénya wanéh ikang tamolah rika20 nang// matangyan sira séh hibatullah sakéng parsi nagari te/83/ kéng swarnabhumi/ ateher ring jawadwipāteher umareng swarnabhumi manih// anak putu sira ha5 nékang tamolah ing jawadwipa/ swarnabhumi/ sang(hyang) hujung/ bharata nagari/ cina nagari/ campa mwang lénya manih// 10 putunira wanodyānung tamolah ing jawa wétan angemasing sahasra punjul pat ikang çakakāla// swami putu15 nira wwang rajabrana sakéng swarnabhumi/ manak ta pirang siki tamolah hanéng jawadwipa/ hanékang tamolah i swarna20 bhumi/ mwang pirang nagara// hana pwa sékh sayid hibatallah ibnu muha/84/ mmad lawan rwang siki wwang sasanakira neher umareng swarnabhumi/ tamolah rikung pirang warça// satu5 luynya wangsul ing nagaranira// mwang sékh sayid ika hana ta putropadananing sayidina a-
li ibnu abithali10 b mantuning rasul muhammad/ satuluynya ri kathānya manih/ séh sayid hibatallah manak pirang siki/ rwang si15 ki pantaraning yata/ séh sayid maimun mwang séh muhammad saléh// hana pwa séh sayid maimun manak pirang siki/ sa20 lah tunggal pantaranya phatimah atemu tangan lawan sayid abu/85/ hasan wwang rajabrana mwang tamolah ing jawa wétan/ ing pasanggamaniréka manak pi5 rang siki/ pantaranya séh sayid abdurahman tamolah ing kitha tarim ngarab nagari bangkidul/ ikang putra lénya wa10 néh hanékang tamolah ing jawadwipa/ ghujarat mwang swarnabhumi/ séh sayid abdurahman manak pirang siki/ salah 15 tunggal pantaranya stri yata sarah/ pinaka stri dé ning séh sayid abdulmalik mwang manak pirang siki rikanang 20 lawan hana jugānung tamolah ing jawadwipa// i sedeng rayining /86/ séh sayid maimun yatiku séh muhammad saléh lungha sakéng parsi nagari/ ateher ta5 molah hanéng paséh i bhumi swarnadwipa banglwar// séh muhammad sa-
léh mastri lawan putri sultan paséh ro10 gayah putrining séh sayid burhannudin ibrahim lawan namaçidam sultan malik ibrahim makdum/ hana pwékang séh 15 sayid burhannudin ibrahim pūrwa prastawanira sakéng ghujarat i bhumi bhārata nagari/ putraning séh sayid mahdu20 m sidik/ rénanira putri sakéng nabdhabar wamsa ri bhārata /87/ nagari// sadurung ika séh sayid makdum ng atitanira/ tamolah ing parsi nagari mwang mastri lawa5 n wanodya parsi tumuluy manak pirang siki/ salah tunggal pantaranya séh sayid hibatallah// tumuluy sa10 kwéhing anak putuning séh sayid makdum sidik dumadi dangacaryāgaméslam hanéng pirangpirang nagara/ kumwa ju15 ga dumadi raja hanéng pirang nagari// māpan sira hana ta putropādananing rasul muhammad/ hana pwa rājya 20 paséh ika sangksépanya mangkana/ witan ing sahasra limang puluh /88/ ikang çakakāla tkaning sahasra rwangatus punjul pitu/ ikang çakakāla/ madeg rājya paséh 5 lawan sinebut al kamil wamsanya// ikang rājyéslam paséh inade-
gaken dé ning laksamana sarwwajala abud a10 l kamir sakéng masir ika samangkana/ phatimiyah wamsanya mwang rajanya yatiku sultan muntasir ngaranira// kārana 15 hanéng masir nagari ganti wamsékang kawaça// matangyan ing paséh nagari juga ganti wamsanira yatiku almali20 k wamsa/ tambayaning sultan prathama yata/ almalik assaléh /89/ ngaranira// sira rinatwaken dé ning laksamana sarwwajala ismail assiddikh sakéng ma5 sir ikang samangkana wamsanya yatiku/ ayyub wamsāthawa sinebut juga mameluk wamsa// satuluynya sang ma10 hākawi sakéng swarnabhumi banglwar mangkana kathanya akaréng sangang atus sanga ikang çakakāla/ tekan ta i 15 swarnabhumi banglwar yatiku hanéng paséh mandala séh burhanuddin ibrahim ibnu mahdum lawan pirang puluh ka20 wula balanira sakéng ghujarat i bhumi bharata nagari// sira wwang nabdhabar /90/ ikang mekul agaméslam/ rikung sira pinaka panghuluning janapada déça/ mākadi wwang paneka 5 sakéng sarwa nagara// ateher sira pinaka sang panga-
waça mwang mangadeg ta rājya halit lawan namaçidam sultan ibrahim mahdu10 m/ rasika madeg sultan paséh lawasnya lima welas warça/ ing sangangatus sawelas ikang çakakāla/ tkaning sa15 ngangatus telung puluh nem ikang çakakāla// ri huwusnya sirāngemasi/ neher gumantyani dé ning lén wwang sang paneka ha20 nyar sakéng parsi nagari// katekan sira lawan kawula balaniré/91/
5
10
15
20
kang akwéh ikang sultan hanyar lawan namaçidam sultan muhammad soléh// lawasira madeg ratu paséh yatiku nem likur warça/ ing sangangatus telung puluh nem ikang çakakāla/ tkaning sangangatus nemang puluh rwa/ ikang çakakāla// hana pwa rājya paséh ika kitha geungnya/ athawa kitha rajanya sinebut kitha darusalam/ satuluynya/ ujaring sang mahākawīka mangkana// ateher salawasing rājya madeg ganti-maganti sultan sowang-sowang yatiku// sultan mahmuddin syah ngaranira/ lawasnya made-
/92/ g sultan pitu welas warça/ ing sangangatus nemang puluh telu/ ikang çakakāla/ tkaning sa5 ngangatus wwalung puluh je-
jeg ikang çakakāla// ateher sultan mansur syah ngaranira/ lawasnya madeg sultan sanga wela10 s warça/ yatiku/ ing sangangatus wwalung puluh ikang çakakāla tkaning sangangatus sangang puluh sanga/ ikang çakakā15 la// satuluynya gumantyani dé ning sultan ahmad bakoy ngaranira/ lawasira dumadi sultan yata telung puluh 20 warça/ yatiku/ ing sangangatus sangang puluh sanga/ ikang çakakāla /93/ tkaning sahasra sanga likur ikang çakakāla// ri huwus sultan iki pejah/ ateher gumantya5 ni dé ning sultan abdullah jainuddin ngaranira// lawasira madeg sultan yata lima likur warça/ yatiku/ ing sa10 hasra sanga likur ikang çakakāla (tkaning sahasra limang puluh pat/ ikang çakakāla) // ikang sultan ateher gumantyani dé ning sultan ali ghiyasuddinsyah ngara15 nira// lawasira madeg sultan yata rwa likur warça yatiku/ ing sahasra limang puluh pat ikang çakakāla 20 tkaning sahasra pitung puluh nem ikang çakakāla// satuluynya /94/ gumantyani dé ning sultan mahmud syah ngaranira/ madeg sultan lawasi-
ra wwalu likur war5 ça yatiku/ ing sahasra pitung puluh nem ikang çakakāla tkaning sahasra satus punjul pat ikang ça10 kakāla// ri huwusnya sultan mahmud syah angemasi/ ateher gumantyaken dé ning sultan usman syah ngara15 nira// rasika madeg sultan kawalya nem welas warça// yatiku/ ing sahasra satus pat i kang çakakāla/ tka20 ning sahasra satus rwang puluh ikang çakakāla// ateher made/95/ g sultan paséh yata sultan muhammad syah ngaranira// rasika dumadi sultan lawasnya sanga li5 kur warça yata/ ing sahasra satus rwang puluh ikang çakakāla/ tkaning sahasra satus patang puluh sanga/ 10 ikang çakakāla// sampu(n)nya sultan muhammad syah ateher sultan ibrahim syah ngaranira// rasika made15 g sultan lawasnya telung puluh warça yatiku/ ing sahasra satus patang puluh sanga ikang çakakāla 20 tkaning sahasra satus pitung puluh sanga/ ikang çakakāla// ri /96/ huwusnya sultan ibrahim syah/ ateher made-
5
10
15
20
g sultan paséh yata sultan abdul jalil syah ngaranira// lawasnya madeg sultan yata telu likur warça yatiku ing sahasra satus pitung puluh sanga/ ikang çakakāla tkaning sahasra rwangatus rwa/ ikang çakakāla// ateher madeg sultan yata sultan ahmad syah ngaranira// lawasnya madeg sultan yata rwa likur warça/ [ikang çakakāla] yatiku witan ing sahasra rwangatus rwa/ ikang çakakāla/ tkaning sahasra
/97/ rwangatus pat likur ikang çakakāla// satuluynya madeg sultan paséh yata sulta5 n abdulajij syah ngaranira// lawasnya madeg sultan kawalya rwa welas warça/ yatiku ing sahasra rwangatus pat li10 kur ikang çakakāla tkaning sahasra rwangatus telung puluh lima/ ikang çakakāla// satuluynya ri ka15 thānya manih yatiku mangené sultan-sultan sakéng al kamil wamsa// ri huwusnya sultan abdulajij syah ange20 masi/ ateh er ginantyaken dé ning sultan ibrahim syah ngaranira// rasi/98/ ka madeg sultan lawa-
5
10
15
20
snya telung puluh warça yatiku ing sahasra rwangatus telung puluh lima/ ikang çakakāla tkaning sahasra rwangatus nemang puluh lima/ ikang çakakāla// satuluynya gumantyani dé ning sultan sulaiman syah ngaranira// rasika madeg sultan lawasnya patang puluh siji warça/ yatiku ing sahasra rwangatus nemang puluh lima/ ikang çakakāla tkaning sahasra telungatus nem ikang çakakāla// ateher sultan mukminsyah ngaranira madeg sultan lawasnya kawalya
/99/ pat welas warça/ yatiku ing sahasra telungatus nem ikang çakakāla tkaning saha5 sra telungatus rwang puluh ikang çakakāla// ri huwusnya sultan mukmin syah ateher gumantyani dé ning su10 ltan sabar syah ngaranira// rasika madeg sultan lawasnya rwa likur warça yatiku/ ing sahasra telungatus rwang 15 puluh ikang çakakāla/ tkaning sahasra telungatus patang puluh rwa/ ikang çakakāla// satuluynya gumantya20 ken dé ning sultan abas syah ngaranira madeg sultan lawasnya pi-
/100/ tung warça yatiku/ ing sahasra telungatus patang puluh rwa/ ikang çakakāla 5 tkaning sahasra telungatus patang puluh sanga/ ikang çakakāla// hana pwa sultan-sultan sakéng 10 al kamil wamsa putropādananing sultan muhammad soléh sakéng parsi/ witan sultan al malik assa15 léh madeg sultan samudra paséh/ sultan sakéng al kamil wamsa ri séwaka dé ning sultan samudra paséh 20 malik assaléh ikang ageung kacakrawartyanya// i sedeng su/101/ ltan sakéng al kamil wamsa yatiku sultan kasoran kawalya sadéça kawaçanya 5 tan sapira ta// hana pwa putropādananing sultan malik assoléh yata putraning sultan paséh 10 pinaka stri dé ning sultan malaka yatiku sultan muhammad syah// pakurenika/ ing sahasra telungatus patang 15 puluh nem ikang çakakāla// sayuktinya wwang-wwang ngarab athawa wwangwwang sakéng nagarékang mitra lawan na20 gara ngarab athawa wwangwwang sakéng nagarékang ri séwaka ring nagara
/102/ ngarab mākadi sirékang mekul agaméslam wus saranékang tekan ring swarnabhumi bang5 lwar i bhumi nusāntara/ witan ing pitungatus nemang puluh wwalu/ ikang çakakāla// sira waluy-waluy lawan a10 bhiprāyanira yatiku/ upakriya wikriya// tathapi sira tan angadegaken rājya// māpan rājya çriwijaya 15 kawaça hanéng swarnabhumi yatiku dlaha witan mangadeg ikang rājya i palémbang mandala/ rajanira 20 yata dapunta hyang çri jayanasa ngaranira// henengakna ng kathanya sa/103/ kareng/ ateher gumantyakna ri kathānya wanéh/ mākadi mangené çéléndra 5 wamsa lawan sanjaya wamsa/ mwang swarnabhumi kumwa juga jawa kulwan mangkana kathānya// amitu10 hu ujaring pirang sang mahākawi/ witan ing nemang ngatus limang puluh pat ikang çakakāla/ ing bhumi jawa ku15 lwan sapinasuk jawa pamotan yatiku pantara mandala/ bhumi jawa kulwan ing wétan lawan mandala i bhu20 mi jawa madya bangkulwan/ ring samangkana hana telung raja ka-
/104/ waça yatiku/ raja sundāthawa neher sinebut pakwan pajajaran raja guru saungga5 lah mwang ghaluh pakwan mwang sapinasuk jawa pawwatan/ hana pwa sinebut mangkana yatiku kārana ikang 10 mandala pinaka wwat pantara jawa mandala lawan sunda mandala// ring usāna sapinasuk mandala ka15 waçaning raja indraprahasta// tathapi i wekasan dumadi sawiji/ hétunya yata/ akwéh pantaranira 20 putri saunggalah pinaka stri dé ning sang jalu sakéng sunda/ /105/ athawa sang jalu sakéng ghaluh/ putri ghaluh pinaka stri dé ning sang jalu sakéng saunggalah/ athawa 5 sang jalu sakéng sunda/ putri sunda pinaka stri dé ning sang jalu sakéng ghaluh athawa saunggalah// matangya10 n ikang kitharaja nityasa ngalih ngétan athawa ngulwan makéring kaulaba(la)nira/ sakwéh ing ko15 ça/ rājayogya/ bhusananya mani/ kulawandhā/ sakatumbisajalwistri/ mwang sakwéh aksohininya sang20 kep lawan sarwwayuddha// satuluynya/ mami pra-
siddha makolih ké/106/ pwa lawan duhkabhara/ ing panusun raja-raja sunda/ saunggalah mwang ghaluh mangené kacakrawar5 tyanira// tathapi sakopayanya i wekasan kālap amituhu widyaning kathokang wisama mwang tatwānung sa10 phalānggwa janapada kabéh// sangka yan ika/ sinusun mangkanékang// ri sampunya kaléng nemangatus li15 mang puluh punjul telu/ ikang çakakāla/ rakyang sanjaya sang cakrawarti nagara ghaluh// ikang mandala20 nya pantaranya jawa kulwan jawa madhya mwang jawa wétan/ ka/107/ béhanira sang pinakadi raja-raja mandala/ raja-rajarsi/ ratu samanta déçāntara i bhumi ja5 wadwipa/ adipatyadipati/ sénapati/ pranaraja/ ratu samanta/ kyageung-kyageung sang mahapurusa i déça10 déça āmatyāmatya rājyāhalit pirang dangacaryyāgama yatiku sang mahabrahmana rsi/ sang dharma15 dhyaksa ring kawasnawan sang dharmadhyaksa ring kaçéwan dharmadhyaksa kasogatan pirang siki sang duta sa20 kéng mitra nagara/ sang
juru/ dipati wadana/ mwang akwéh manih sang /108/ pinakadi lénya// sira kabéh tinekakna dé ning rahyang sanjaya// hana juga lawa5 n maka pantaranira sang prabhu bratasénnawa/ hanékang maka pantaranira sang raja guru démunawan nekakna mari10 ka// ring samangkana ghaluh kadatwan pinaka pénggyan ning samaya// telas makabéhannira gosting riku/ mangālo15 cita salwirnya// tumuluy dé ning sanjaya/ jawadwipa dinadyaken pirang-pirang kuren mandala rājya/ pantaranya 20 sowang-sowang yatiku/ rājya mandala sunda mwang sapinasuk sakwéhing /109/ ratu-ratu mandalanya// rajāgama mandala saunggalah lawan sapinasuk sakwéhing ratu-ra5 tu mandalanya/ ng siniwi dé ning sang raja ghuru démunawan mwang putropādananya/ i sedeng ghaluh sapinasuk ratu-ratu manda10 la ghaluh/ jawa pamotan yata jawa madhya bangwétan sawatara/ ng siniwi dé ning putra rahyang sanjaya ya15 tiku rahyang tampéran/ ateher jawa madhyang ring dangu-dangū mangaran purwaghaluh yata ghaluh keli/ a20 thawa purwamedang i bhu-
mi tengah ginawé rwang rājya mandala yati/110/ ku rājya medang i bhumi mataram ikang amituhū sang mahakawi satuluynya/ la5 wan sapinasuk ratu-ratu mandalanya hana ta kacakrawartyan ning sang prabhu bratasénnawa mwang rahyang sanjaya// 10 ring samangkana sang prabhu sénna pinaka wredharāja/ dadi kawaçanira winéhaken dé ning putranira yata rahyang 15 sanjaya nyakrawarti rājya medang i bhumi mataram i sedeng ramanira dumadi sang patapa i dalem asrama/ 20 tkaning pejahnya// satuluynya sanjaya madeg ratu medang i bhu/111/ mi mataram lawan kithāgeungnya mamratipura/ tambayaning madeg ratu rikung/ ing nemang nga5 tus limang puluh pat ikang çakakāla// i sedeng jawa wétan sapinasuk bumi sambāra mwang ratu-ratu mandala 10 hanéng jawa madhya bangwétan hana ta kacakrawartyannira sang rakriyan narayana lawan namaçidam sang içwara 15 kéçawalingga jagatnata bhuwa(na)tala yatiku keling wamsa/ mwang satuluynya ng siniwi putropādanani-
20 ra/ ikang rājya dlaha dé ning putranira ngalih ngétan/ satu/112/ luynya ri kathānya manih/ iti raja parwawarnanāthawa raja-rajānung nyakrawarti hanéng rājya 5 jawa madhya/ mwang jawa wétan i bhumi jawadwipa sapinasuk nusa bali/ nihan ta kathānya// ri kala sanjaya made10 g raja medang/ rasika wus winangun praçasti mwang linggomarādhana hyang bhatara jagatnata athawa bhatara çiwa// ikang sera15 t ing watu maka padartha niti rājya téna kāléna// iti sasakakala ring wanocala i kunyarakunya dé20 ça i bhumi jawadwipa// hana pwa rakai sanjaya madeg raja mataram i bhu/113/ mi jawa madhya/ ing tri daça çuklapaksa/ kartikamasa nemangatus limang puluh pat i5 kang çakakāla// tkaning nemang ngatus pitung puluh nem ikang çakakāla/ dadi lawasira rwa likur warça ateher gina10 ntyaken dé ning putranira yatiku/ rakai panangkaran ngaranira/ mijil ing nemang ngatus telung puluh sanga/ ikang çaka15 kāla// rasika madeg raja matarām ing nemangatus pitung puluh nem ikang çakakāla/ tkaning pitungatus pu20 njul pat ikang çaka-
kāla/ lawan ngaran abhisékanira yata/114/ mahārāja téjahpūrnapana panangkaran/ setrinira rwang siki yata sang rajabhāryā dé5 wi tara pramathana ngaranira putrining çri mahārāja sakéng séléndra wamsa manak déwi yasodhara nga10 ranira pinaka stri sang dharanidra/ çri wirawa(i)ri mathana ngaranira wanéh/ sakéng séléndra wamsa/ yata sangkani15 ra raja ghandara sakéng hujungmendini/ stri kang dwitya déwi satyadharmika ngaranira manak rakai panunggala20 n ngaranira// raja keling prabhu déwasingha tan suhka twasira/ hé/115/ tunya rakai pangkaran mastri lawan putri çéléndra wamsa mwang wus ngalih pamujanira ya5 tiku hyang budhapuja/ mwang rakai panangkaran nityasa pratibandha lawan raja keling// matangyan raja keling prabhu dé10 wasingha ta ngalih rājyanira ring jawa wétan i mandala weruhgasik/ rikung tumuluy madeg kadatwan ha15 nyar/ ring samangkana/ ing nemangatus pitung puluh nem ikang çakakāla// satuluynya wekas ing mandalanira rājya keling
20 sapinasuk ratu-ratu mandalanya hanéng sor ing kawaçanira çri ma/116/ hārāja panangkaran ateher winéhaken dé ning mantunira sang dharanidra/ yata çri 5 wirawairi mathana// hana pwa çri wirawairi mathana/ ing nemangatus pitung puluh pitu tkaning pitungatus pat ikang 10 çakakāla dumadi raja mandala kidul ateher ing pitungatus pat tekaning pitungatus sangawela15 s ikang çakakāla/ inabhiséka dumadi çri mahārāja i bhumi jawa madhya// satuluynya kathānya manih/ ing 20 pitungatus ikang çakakāla çri mahārāja téjahpurnapana /117/ panangkaran mangdaksina – ken kawāça déçānggwa sang upāsaka mwang upāsikā// mwang magawa5 y wiharānggwa sang bhiksu lawan biksuni/ kumwa juga magaway pratiwimbaning dhyānibodhisattwa 10 sinebut tārā// ri huwusnya çri mahārāja téjahpūrnapana panangkaran pejah putranira sakéng strīkang dwi15 tya yatiku rakai panunggalan madeg raja matarām lawasnya wwalu welas warça yata/ ing pi-
tungatus pat tekaning pi 20 tungatus rwa likur ikang çakakāla// i sedeng sang dharanindra madeg ma/118/ hārāja tkaning pitungatus sangawelas ikang çakakāla// rakai panunggalan lawa5 n sang rajabhāryā manak pirang siki/ rwang siki pantaranya yata sowang-sowang// prathama sang rakai warak ngarani10 ra/ madeg raja gumantyaken ayayahnira/ ing pitungatus rwa likur tkaning pitungatus patang puluh punjul siki/ 15 ikang çakakāla/ lawasira dumadi raja mataram sanga welas warça/ kārana sang rakai warak tanpānak 20 matangyan sira ginantyaken dé ning rayinira yatiku sang rakai gharung /119/ athawa dangkarayan patapanpupalar ngaranira wanéh/ madeg raja lawasnya telu likur warça 5 yatiku/ pitungatus patang puluh siki tkaning pitungatus nemang puluh rwa/ ikang çakakāla, māpan kakawa10 çannira rakai gharung winéhaken dé ning anakira yata rakai pikatan ngaranira// i sedeng rakai gharung sa15 tuluynya hurip ri dalem patapan māpan sira huwus limpat sangkéng çūnyatā tkaning a-
ngemasi hanéng riku// 20 rakai gharung ginantyaken dé ning putranira yata/ rakai pika/120/ tan madeg raja lawasnya nem welas warça/ yata/ ing pitungatus nemang puluh rwa tkaning pi5 tungatus pitung puluh wwalu/ ikang çakakāla// çri mahārāja dharanidra athawa sang wirawairimathana sanggrama10 dananjaya ginantyaken dé ning putranira sang samaratungga athawa çri mahārāja samaragrawira ngaranira wa15 néh/ madeg raja hanéng jawadwipa/ lawasnya patang puluh lima warça yatiku/ ing pitungatus sanga we20 las tekaning pitungatus nemang puluh pat ikang çakakāla// putri/121/ ning sang samaratungga yata sang rani prāmodawardhani çri kahulunan ngaranira wanéh/ gumantya5 ken ayayahnira dumadi raja// tathapi sang rani pinaka stri dé ning rakai pikatan/ matangyan sakwéhing kaka10 waçan rājya i bhumi jawa hanéng sanjaya wamsa// ri huwus ika sang rakai pikatan nyakrawarti rājya mataram a15 teher putranirékang prathama yata, rakai kayuwangi ngaranira ma-
deg raja/ ing pitungatus pitung puluh punjul wwa20 lu/ ikang çakakāla/ tkaning wwalungatus punjul wwalu/ ikang çakakāla/ /122/ i sedeng swamining yayistrinira yatiku rakai ghurunwangi dyah ranumanggala ngaranira/ dumadi mantri 5 sénapati wadyabala/ pinaka sang pangawak raja hanéng déçantara kacakrawartyan rakanira/ makādi mangené sa10 kwéhing aksohini kawilang wadwa sarwajala// hana pwa sira sang rakai kayuwangi lawan yayistrinira yata sang 15 rani ghurunwangi dyah saladū ngaranira putra putri sakéng rwang wamsa yatiku sanjaya wamsa lawan sailéndra wamsa// 20 māpan ayayahnira yata sang rakai pikatan sakéng sanjaya wamsa/ /123/ i sedeng rénanira yatiku çri déwi prāmodawardhani sakéng çailéndra wamsa// mwang sira sang ma5 hārāja çriwijaya i bhumi swarnadwipa yata balaputradéwa rayining çri déwi prāmodawardhani sakéng lén réna10 nira// māpan rénaning sang mahārāja balaputradéwa/ yatiku stri dwitiya ning ramanira çri mahārāja samara15 grawira ngaranira nyakrawarti i bhumi jawa ma-
dhya bangkidul tathaphi kawaçanira méh sakala i jawa madhya 20 lawan jawa wétan/ rénaning sang balaputradéwa yatiku çri /124/ çitaradhaladéwi ngaranira/ sakéng soma wamsa athawa putrinira çri mahārāja dharmasé5 tu ngaranira/ sakéng nalanda i bhumi bharata bang wétan ikang dhumadi raja çriwijaya/ sang samaragrawira 10 juga prāmanāran çri mahārāja samaratungga wiréngyuddhanipuna\\ rasika putraning sang dharanindra lawan abhisé15 ka çri mahārāja wirawairimathana sanggramadananjaya ngaranira// lawan mangkana sira balaputradéwa raputu20 ning sang dharanindra/ raja i bhumi jawa madhya bangkidul i jawadwipa nikang /125/ rājyanya i bhumi sambāra// matangyan bhumi jawa madhya i bhumi jawadwipa/ hana ta rwang ka5 waçān yatiku banglwar dé ning sanjaya wamsa// bhatara sang karapūjanira/ i sedeng bangkidul ning çailé10 ndra wamsa panutannira yata sang budhayāna// yadyapin mangkana sanjaya wamsa kasoran dé ning çalilé15 ndra wamsa/ matangyan sira ri séwaka nītyasa// maka ni-
mittanira mangkana/ āpan sailéndra wa20 msa makadrawya aksohininya geung lawan sangkep sarwāstranya/ /126/ mwang wus sumirat lawan wus amagéhing déçantara rat jawa/ towi sira çailéndra 5 wamsa nityasa parenah mitranira rumaket lawan mahārāja ri rājya ghaudi i bhumi bharata bangwéta10 n/ kadācid sang sang bālaputradéwa yatiku rayinira sang déwi prāmodawardhani/ ahyun harayati lawan andu15 ni rakai pikatan/ tathapi sang raja wus wruh kaharep rayinirā/ kayun mangdalam rājya// matang sira bāla20 putradéwa lawan wadyabalanira/ aneher kapeukan dé ning wadya/127/ balaning rājya/ ring samangkana wadyabala rājya ninaya dé ning yuwaraja sang rakai kayuwangi pi5 naka sénapati ng yuddha/ ikang anjujug lawan amaguta ri kala çatru lumurug kadatwan/ akwéh ta çatrwikang 10 anduni kaparajaya/ wadwa çésaning pejah tan sapira lawan sang bālaputradéwa kapalayu/ ateher si15 rāmrih humeut ing bakagiri/ tathapi tan sowé sang bāla-
putradéwa pasamadaya kaula ba20 lanira lumayūmareng swarnadwipa/ ring kana sira madeg raja çriwi/128/ jaya// ikang krama/ ing pitungatus pitung puluh wwalu/ ikang çakakāla// ing warséka juga 5 kacakrawartyan rājya rakai pikatan sinangguhaken ri swaputra yata rakai kayuwangi athawa dyah lokapha10 la/ tumuluy rinatwaken ta sira dumadi raja mataram lawan ngaran abhisékanira yatiku çri mahārāja 15 rakai kayuwangi çri sajjanotsawatungga// ri huwusnya rakai kayuwangi angemasi/ rāja dinadyaken rwa rā20 jya/ pantaraning yata nagara madhya ning jawadwipa ng siniwi dé ning /129/ çri mahārāja rakai ghurunwangi ngaranira yatiku rayining rakai kayuwangi// i sedeng jawa wétan ng si5 niwi dé ning çri mahārāja rakai watuhumalang ngarannira yatiku putranira çri mahārāja rakai kayuwangi/ n nya10 krawarti jawa madhya lawan jawa wétan/ keneuhnya sang rakai ghurunwangi/ sinebut rakai haji/ tathapi ka15 harepnira/ ya sinebut çri mahārāja/ māpan rasika hana
rudira sakéng çailéndra juga/ i se20 deng amanggiha kacakrawartyan iki/ sakopāyanya prati/130/ bandha mwang tan keneuh yatiku kédeu lawan harayatinya sakéng wwang sanaknira// çri ma5 hārāja rakai ghurunwangi madeg raja/ ing wwalungatus punjul wwalu/ ikang çakakāla/ tkaning wwalungatu10 s rwa welas ikang çakakāla// çri mahārāja rakai ghurunwangi/ aneher gumantyaken dé ning putranira ya15 ta çri mahārāja rakai limus diyahdéwéndra ngaranira// rasi ka madeg raja jawa madhya/ ingwwalungatu20 s rwa welas ikang çakakāla/ tkaning wwalungatus wwalu welas i/131/ kang çakakāla/ i sedeng raja rakai watuhumalang nyakrawarti jawa wétan ing wwa5 lungatus punjul wwalu/ ikang çakakāla/ tkaning wwalungatus wwalu welas ikang çakakāla// mwang sakéng war10 çéki tkaning wwalungatus rwang puluh ikang çakakāla/ nyakrawarti jawa wétan lawan jawa madhya// matangyan sira 15 sinebut sri mahārāja// ri huwus ika çri mahārāja rakai watuhumalang angemasi/
gumantyaken dé ning putra20 nira sakéng stri kang dwitiya putri raja keling ing jawa wéta/132/ n sang putra yata dyah balitung ngaranira/ mapan sakéng paraméswari sira rakai watu5 humalang tanpānak/ dyah balitung madeg raja/ ing pitungatus sangang puluh wwalu/ ikang çakakāla/ 10 tkaning wwalungatus rwang puluh/ ikang çakakāla/ madeg raja mandala hanéng jawa wétan ateher ing wwalunga15 tus rwang puluh tkaning wwalungatus telung puluh rwa/ ikang çakakāla/ dumadi mahārāja lawan ngaran abhiséka20 nira yatiku/ çri mahārāja içwarakéçawotsawatungga// /133/ rasika nyakrawarti rat jawa madhya lawan jawa wétan ri huwusnya anduni mwang pumaribhawa ça5 trunirānung tapwan panūt pantaraning yata/ sang raja kanjuruhan mandala hanéng jawa wétan lawan raja bantan na10 gari// sang rakai watukura dyah balitung mastri lawan putrining çri mahārāja rakai limus diyahdéwéndra sa15 kéng rajabhārya mwang sang rakai balitung sinungan pasenggahan ngaran sri dharmodayama-
hāçambu// hana pwa ra20 yining rajabhārya rakai balitung ikang/ angaran rakai da/134/ ksa/ dumadi rakryan mahāmanti hutama/ pinaka pangawak i sor ing çri mahā5 rāja// towi sira rakai daksa hanéng jawa madhya dumadi raja mandala kadi ramanira// i sedeng rayining 10 çri mahārāja rakai balitung pinaka stri dé ning sang rakai daksa// mangkana ta/ ri huwusnya çri mahā15 rāja rakai balitung angemasi/ rakai daksa gumantyaken dumadi raja// ri kathānya/ an sira sang ra20 kai limus diyahdéwéndra makadrawya rwang stri/ yatiku prathama /135/ lawan rajabharya manak pirang siki/ rwang siki pantaraning stri dumadi rajabharyaning rakai ba5 litung/ mwang dwitiya jalu yata rakai daksa// sakéng strīkang dwitiya sang rakai déwéndra manak pirang si10 kī manih/ rwang siki pantaraning yatiku rakriyan manak lawan rakriyan ladhéyan ngaranira// ri huwusnya sang ra15 kai déwéndra angemasi/ rājya kāwéça dé ning rakriyan ladhéyan ng siniwi
rājya/ ing wwalu ngatus wwa20 lu welas ikang çakakāla/ mwang pirang warçatumuluy rājyanira/ /136/ hanéng swar ing kacakrawartyannira sang rakai balitung/ anung nyakrawarti jawa wé5 tan lawan jawa madhya// ateher ing wwalu ngatus telung puluh rwa/ ikang çakakāla/ sakwéhira raja mandala ra10 t jawa madhya kakawaça dé ning sang rakai daksa/ mwang witan ing wwalu ngatus telung puluh lima ikang çaka15 kāla rat jawa wétan i bhumi jawadwipa/ wus hanéng kaka(wa)çanira sang rakai daksa/ sira pina20 ka mahārāja jawa lawan ngaran abhisékanira yatiku sang /137/ mahāprabhu daksottama bahubajra pratipaksaksaya// ring samangkana rakai 5 layang dyah tulodong pinaka rakriyan mapatih utama/ mwang putraning rakai daksa yata rakri10 yan ketuwijaya pinaka rakriyan mapatih dwitiya// hana pwa rakai daksa ri kala rakai watuhumalang 15 mangdalam ing jawamadhya/ rasika dumadi rakriyan mahamantri dwi-
tiya// rakai daksa madeg raja/ tkaning wwa20 lu ngatus patang puluh punjul siki/ ikang çakakāla// ate/138/ her gumantiyaken dé ning rakai tulodong ikang madeg raja tkaning wwalungatus pa5 tang puluh punjul nem ikang çakakāla// ngaran abhisékanira yata rakai layang dyah tulodong çri sa10 jjanasanmatānuraga tunggadéwa//amituhu wrettāntara/ rakai tulodong wenang rinatwaken māpan si15 ra putraning rakai balitung sakéng pakurennira lawan rajabharya// i sedeng rajabharyā hana ta rayi20 ning çri mahārāja daksa// rayistrining rakai tulodong a/139/ temu tangan lawan rakai wawa ngaranira// diwaça ning kawaçanira çri mahārāja tulo5 dong/ mpu ketuwijaya dumadi rakriyan mahamentri hutama/ i sedeng rakriyan mahamentri dwitiya 10 yata mpu sindok/ sayogyanya mpu ketuwijaya hana ta ratwing sawiji mandala hanéng jawa madhya la15 wan namaçidam çri ketudhara manimantaprabā prabhuçakti triwikrama// ri huwusnya ra-
kai tulodong a20 ngemasi/ ateher gumantyaken dé ning rakai wawa/ āpan si/140/ ra mastri lawan putrining çri mahārāja rakai balitung yata rayining çri mahā5 rāja rakai tulodong// rakai wawa madeg raja/ ing wwalungatus patang puluh punjul nem ikang çaka10 kāla tkaning wwalungatus patang puluh punjul sanga/ ikang çakakāla/ sirā nyakrawarti kawalya 15 i jawa wétan / lawan ngaran abhisékanira yatiku/ rakai pangkaja dyah wawa çriwijayalokanamo20 ttungga/ i sedeng çri mahārāja hanéng jawa madhya kāwéça dé /141/ ning çri ketudhara/ ikang tambayaning wwalungatus patang puluh punjul nem tkaning wwalu5 ngatus limang puluh punjul siki/ ikang çakakāla/ nyakrawarti jawa madhya lawan jawa wétan/ hana pwa/ 10 çri mahārāja diyah wawa anak rakriya(n) ladhéyan yata sang lumāh ring alas rakriyan ladhéyan lawa15 n rakanira yata rakriyan manak sang lumāh ring bhumi sambāra/ juga rakanira manih mpu wiraguna sang lu-
20 mah ring patapan sakwéhnya anak sri mahārāja rakai li/142/ mus diyahdéwéndra sakéng strinirékang dwitiya // ri kala rakai wawa nyakrawarti rā5 jya/ ring samangkana mpu sindok dumadi rakriyan mapatih utama lawan namaçidam yata mpu sindok çri i10 çanawikrama// sampunya ramanira prabhu çaktiwikrama raja i bhumi jawa madhya/ angemasi gumantyake15 n dé ning putrinira yata mpu sindok lawan ngaran abhisékanira rakryan çri mahāmentri mpu sindok sang 20 çrīçanottunggadéwawijaya/ ateher rasika mastri lawa/143/ n putrining çri mahārāja dyah wawa pinaka mahārāja jawa wétan yatiku çri para5 méçwarā çriwardhani ngaranira// witan ikang rājya hanéng jawa wétan/ tumuluy mpu sindok lawan ngara10 n abhisékanira çri mahārāja rakai hino çri içāna wikramadharmottunggadéwa// çri mahārā15 ja sindok madeg raja/ ing wwalungatus limang puluh punjul siki ikang çakakāla/ tkaning wwalungatus nemang pu20 luh punjul sanga/ ikang
çakakāla// ri huwusnya mpu sindok angemasi/ /144/ kacakrawartyannira gumantiyaken dé ning putrinira yatiku çri içanottunggawijaya pinaka stri dé ning pra5 bhu lokapala ngaranira// çri içanottunggawijaya mijil ing wwalungatus telung puluh punjul siki/ ikang çakakāla/ nyakrawar10 ti rājya lawan swaminira/ tambayaning wwalungatus nemang puluh punjul sanga/ ikang çakakāla/ tkaning wwalungatus wwalung puluh 15 punjul sanga/ ikang çakakāla// tumuluy sira ginantiyaken dé ning putranira yata çri makutawangçawardhana 20 ngaranira/ mijil i wwalungatus limang puluh punjul pi/145/ tu/ ikang çakakāla// rasika madeg raja lawasnya tambayaning wwalungatus wwalung puluh punjul sanga ikang 5 çakakāla/ tkaning sangangatus telu welas ikang çakakāla// çri makutawangçawardhana manak putri rwang siki ya10 ta prathama déwi mahéndrayana athawa çri déwi paraméswari ngaranira wanéh/ dwitiya déwi mahéndra15 datta athawa çri déwi ghunapriyadharmmapatni ngaranira wanéh/ ateher çri déwi mahéndrayana atemu 20 tangan lawan sang prabhu
teguh/ ikang gumantiyaken sri makutawang/146/ çawardhana dumadi raja jawa/ lawan ngaran abhisékanira yatiku çri dharmmawangçateguh anantawikra5 mottunggadéwa/ madeg raja tambayaning sangangatus telu welas ikang çakakāla/ tkaning sangangatus telung puluh wwalu ikang 10 çakakāla// prabhu teguh juga sinebut sang mokténg kedatwan/ i sedeng çri déwi mahéndradattāneher 15 atemu tangan lawan udayana athawa çri dharmodayanawarmadéwa sakéng warmadéwa wamsa hanéng nusa ba20 li// satuluynya lawan sang swami/ sira çri déwi mahéndradattā/147/ nyakrawarti hanéng bali// rikaning çri mahéndradatta lawan ngaran abhisékanira yata/ sang ra5 tu luhur çri ghunapriya dharmapatni/ çri mahéndradatta madeg ratu hanéng bali/ tambayaning sanga3ngatus telu welas ikang 10 çakakāla tkaning sangangatus telung puluh punjul rwa ikang çakakāla/ mwang çri dharmodayanawarmadéwa nya15 krawarti tkaning sangangatus patang puluh punjul pat ikang çakakāla // ing pasanggamannira sang ratu lu3
wwalu
20 hur çri ghunapriya dharmapatni lawan sri dharmodayanawarmadéwa /148/ manak jalu rwang siki/ pantaraning sowang-sowang yata/ prathama airlangga ngaranira mwang 5 dwitiya anakwungsu ngarannira// ateher érlangga dumadi raja jawa gumatyaken çri mahārāja dharmawangça// rasi10 ka madeg raja/ ing sangangatus patang puluh punjul siki/ ikang çakakāla/ tkaning sasangangatus nemang puluh 15 punjul pat ikang çakakāla/ lawan ngaran abhisékanira yatiku çri mahārāja rakai halu çri lo20 kéçwaradharmawangsa/ māpan sira mastri lawan putrining çri mahā/149/ rāja teguh anantawikramottunggadéwa// i sedeng rayining airlangga yata anakwungçu 5 dumadi raja hanéng bali lawan ngaran abhisékanira çri dharmawangçawardhana marakata pangkajasdhanottungga10 déwa strinira pramānāran batāri mandul wastanya/ pakurennira tan panak/ anawungçu madeg raja la15 wasnya tambayaning/ sangangatus patang puluh pat ikang çakakāla// tkaning sahasra punjul rwa/ ikang ça-
20 kakāla// satuluynya kathanya manih// yatābhūténg pitu/150/ ngatus pitung puluh wwalu/ ikang çakakāla piçuna mwang humarānung ninaya dé ning bālapu5 tradéwa ring raja mataram yatiku rakai pikatan/ prayojana ning bālaputradéwa yata/ ahyun duma10 di raja hanéng jawadwipa// tathapi sang bālaputradéwa kahyunnira tanpaphala// hétunya wadyaba15 la sang bālaputradéwa kaparajaya wadyabala mataram ikang ninaya dé ning yuwaraja sang rakai kayu20 wangi// i sedeng sang bālaputradéwa pareng saparicaranirékang /151/ kawalya çéça pirang puluh siki manigit ring swarnabhumi// ri kanang sang bālaputradé5 wa dumadi raja çriwijaya/ māpan sira putropādananing raja-raja çriwijaya/ lawan wamsanira yata çéléndra 10 wamsa// mwang warçéku singhāsana rājya sakéng rakai pikatan winéhaken ring anakira yatiku sang rakai ka15 yuwangi/ dyahlokapala ngaranira wanéh// i sedeng sang rakai pikatan pinaka wreddharāja kawalya ta 20 sira makakarma sang-
hyang agamanira// ri huwusnya sang rakai pi/152/ katan angemasi/ ing pitungatus wwalung puluh pat ikang çakakāla/ ing warçéku hana pi5 çuna mwang humara manih ikang ninaya dé ning raja mandala/ sénapati rakai walaing pu kumbayoni ngaranira/ ikang 10 ring usāna pinakānucaraning sang bālaputradéwa// ri huwusnya wadwanira kasoran rakai walaing lumayū hu15 meut angayam alas ing çunyāranya pareng sasaparicaranya//ateher tan sowé pantaranya rasika malakwa 20 ring sang prabhu rakai pikatan kumwa juga ring sang yuwaraja rakai /153/ kayuwangi/ malar ksama salwir ing samācāranirékang wus misyani mwang prawrettīkang salah lawan ta5 n satya raja// i wekasan sang raja winéh ksama ring sang salah// tathapi ri huwusnya rakai pikatan angemasi/ rakai kayu10 wangi wus madeg raja ngké/ ing pitungatus patang puluh wwalu/ ikang çakakāla rasika pareng saparicāranya mwang ma15 kolih inupaçrayan sarana sarwakoça sakéng bālaputradéwa raja çriwijaya/ matangyan rakai walaing 20 pu kumbayoni angrebut kadatwan matarā-
m/ i sedeng sang prabhu /154/ kayuwangi malayū pareng saparicaranya humeut ing watu-watu/ ateher wadyabala 5 matarām ikang wus kāsah-mapasah mwang wus maré sumirat kārana lumurug dé ning wadyabalānung ninaya dé ning ra10 kai walaing ikang manalandang i téki karunya maseu// ngawekasan tan sowé pantaranya/ wadyabala ma15 tarām ikang ninaya dé ning rakai kayuwangi/ wadyabala sang salah akwéh ikang kaparajaya mwang atangke20 p kabéh/ tan hanékang malayū/ hétunya wadwageung matarām wu/155/ s kumaliling sakala kadatwan/ sirékang çésaning pejah kabéh tiniba5 n pati/ tan hana ksamānggwa sang piçuna// henengakna ng kathānya sakareng/ ateher gumantyakna ri kathānya 10 wanéh// satuluynya gumawéha sang ksépaning kathā mangené rājya i bhumi nusantara/ mangkana witan ma15 ngadegnya rājya salakanagara hanéng mandala jawa kulwan bangkulwan i bhumi jawadwipa yatiku sa20 lawas akara rwangatus telung puluh telu
warça/ yata tambaya/156/ ning limang puluh ikang çakakāla tkaning rwangatus wwalung puluh lima/ ikang çakakāla wu5 s pirang siki silih ginanti madeg raja hanéng riku// tathapi sirékang raja-raja mwang rājyanya sapinasuk rājyā hali10 t kumwa juga rajanira/ māpan ikang déça mandalanira tan ageung// ateher madeg rājya taruma mwang 15 rajanya yatiku mantuning raja salakanagara// witan mangadeg rājyatarumanagara ri séwaka ring rājya sa20 lakanagara// tathapi çansaya lawas ateher dumadyageung// /157/ māpan sira tritiya raja tarumanagara yatiku çri mahārāja purnawarman magawyageung 5 rājya taruma tkaning kacakrwartyanira rat jawa kulwan/ kabéh rājya i bhumi jawa kulwan pranata mwang 10 ri séwaka ring purnawaman pinaka bhimaparakramaraja mwang yuddhénipuna// ikang mahāprabhāwa rājya nitya15 sa mitra lawan atuntunan tangan lawan rājya-rājya geung i bhumi bharata nagari/ cina nagari/ singhala rājya/ syangka rājya/ 20 yawana rājya/ campa rājya/ abbasid nagari/ sopala nagari mwang akwéh
/158/ lénya manih// satuluynyāmituhu pustaka pararatwan i bhumi jawa kulwan sinerat mangka5 na// i wekasan sri mahārāja purnawarman anyakrawarti rat bumi jawa kulwan ri huwusnya katipaya 10 warça sirā merangaken sakwéhing çatrunira// ikang çatrwanung amaguta kaparajaya ta sira// sangapé15 kang tapwan panut inanduni ta nagaranira/ mwang sang rajanya tiniban pati/ athawa ginantiyaken dé ning 20 lén wwang ikang çatya bhakti// hana pwa mandalāntara ning rājya ta/159/ rumanagara lawan raja/ ratu athawa sang pinakadinya bhumi jawa kulwan yata pantaranya/ rā5 jya salakanagara/ rājya cupunagara/ rājya nusasabéy rājya purwanagara/ rājya hujungkulwan/ rājya gunungki10 dul rājya purwalingga/ rājya agrabhinta/ ratu mandala sabara// rājya bhumisagandhu/ raja déça paladu/ pinakā15 kuwu/ ratu mandala sabara/ rājya koçala/ raja désa légon rājya indraprahasta/ rājya manukrawa/ rājya 20 malabar/ rājyā halit sindangjero/ purwakreta déça huluning ja-
/160/ napada sira pinakākuwu/ raja mandala wanagiri/ déça mandala/ purwagaluh/ ratu manda5 la cangkwang/ karatwan sagara kidul/ ratu panghulu kubangghiri/ ratu déça cupugiri/ ateher ratu aléngkha/ 10 manikparwata déça/ mandala salakaghading/ ratu mandala pasirbatang/ ratu mandala karangsidulang/ ateher 15 manih ratu déça bitunggiri/ ghuru panghulu déça raja patapān satuluynya raja mandala tanjungkalapa/ 20 pakwan sumurwangi/ mandala kalapaghirang/ ateher mandala ta/161/ njungcamara/ ateher déça mandala sagarapasir/ ratu mandala rangkas raja déça puradalem ra5 ja mandala linggadéwa/ raja mandala wanadatar/ ratu déça jatyāgeung/ neher mandala çétyaraja/ ratu déça wa10 najati/ satuluynya wanéh kitha rajatapura/ ateher sundapura/ mandala dwakalapa/ raja mandala pa15 sirmuhara/ rājya purwasanggarung/ mwang akwéh manih déça/ mandalānung ri séwaka hanéng tarumanagara// ri kala 20 çri mahārāja purnawarman madeg raja tarumanagara/ akwéh ta sang ki-
/162/ rāta waluy-waluy pantaraning nagaranira ring nusa-nusa i bhumi nusantara/ mākadi jawadwipa mwang 5 swarnadwipa// ateher lén kathā manih yatiku mangené rājyarājya swarnadwipa/ mangkana// akāréng pata10 ngatus rwalikur ikang çakakāla i bhumi swarnadwipa/ hana ta rwang rājyāgeung yatiku rājya pali hanéng swar15 nabhumi banglwar mwang tengah banglwar// dwitiya rājya malayu sinebut juga çriboja hanéng swarnabhumi bangki20 dul lawan tengah bangkidul/ ing swarnabhumi banglwar ikang sapina/163/ suk kacakrawartyan ing rājya pali/ rikung pirang siki rājya-rājyā halit ri séwaka prana5 ta ring kawaçaning mahārāja pali// pirang siki pantaranya rājya-rājya kayata/ rājya indrapuri/ rājya indrapu10 rwa/ rājya indrapatra/ rājya kandhari mwang akwéh manih// kumwa juga déça mandala parlak paséh/ samudra/ nago/ 15 barus pagay lamuri/ haru/ tamyang mwang akwéh lénya manih/ kabéh akwéhnya déça yata/ aka20 ra satus patang puluh déça rat rājya pali i bhumi swarnadwipa// i/164/ kang rājya-rājya manda-
5
10
15
20
la janapada riku mekul agamanira budhayana// tathapi pirang siki déça mandajanapada hanéng pagay lamuri/ haru/ mwang tamyang agamanira pitrepuja/ parwatapuja/ agnipuja/ lwahpuja/ suryapuja/ candrapuja/watupuja/ sdhāwarapuja/ akaçapuja/ mwang akwéh manih sang pinujanira// janapadékang pamekul pitrepuja sira tan rumasuk anggwanan mwang rasika suhka ta mangan mwang samanya/ lawan anginum rāh manusa mwang satwa/ hana jugékang
/165/ rumasuk rondon rumasuk kupina walulang satwa/ hana jugékang mawalkala// pataraning 5 sira/ akwéh ikang wanawāsa/ humeut mwang sumirat/ hétunya janapada hanéng déça mandala pagay 10 lamuri/ haru/ mwang tamyang tan wring agama budha/ tan kadi déça mandala lénya// ing patangatus patang pu15 luh ikang çakakāla rājya pali mitran lawan rājya cina// ateher ing patangatus patang puluh 20 lima/ ikang çakakāla rājya palyangutus dutanira ring /166/ rājya cina// pinaka mitran raja pali winéh
5
10
15
20
sarwa wastan ulih ing bhumi mwang ulih ing hastakarya// hana pwa swarnadwipa bangkidul mwang tengah banglwar ika kabéh sapinasuk kacakrawartyan ing rājya çriboja/ athawa malayu nagara hanéng palémbang// rikung juga luwih saking satus déça geung halit/ pirang siki pantaranyānung kawilāng ageung tathapi ri séwaka ring rājya melayu yata/ rājya çriwijaya i jambi mandalanira/ rājya tulangbawang/
/167/ rājya syak ateher rekān kampay pané/ bangka/ balitung/ nayas tanjungki5 dul mwang akwéh lénya manih// ing (patangatus) telung puluh sanga / ikang çakakāla rājya malayu mitran lawan rājya cina// 10 hana pwa janapada rājya malayu mekul agama budhayana// ring samangkana rājya-rājya i bhumi nusāntara silih 15 amitra// kumwa juga rājya malayu mitran lawan rājya tarumanagara/ rājya pali/ rājya bakulapura/ 20 cina/ keling méh kabéh rājya i bhumi nusāntara mwang lé/168/ n nagara sabrang nusāntara// ing limangatus sangang puluh rwa/ ikang ça-
kakāla rājya çri5 wijaya wus dumadi rājyāgeung lawan wadyabala wirya santosa/ saparwa rājya malayu rinebūt dé10 ning aksohi(ni) rājya çriwijaya// sadurung ika/ ing limangatus sangang puluh wwalu/ ikang çakakā15 la rājya pali linurug inanduni déning wadyabala çriwijaya// marurek ta yuddhakala pantaraning 20 wadyabala rājya pali lawan wadyabala çriwijaya// hana pwa /169/ rājya kandharīkang wus mangadeg mahardhika witan ing patangatus wwalung puluh lima/ i5 kang çakakāla/ mwang mitran lawan rājya cina/ umilu yuddha lawan rājya çriwijaya// tathapi rājya kandha10 ri kasoran māpan nagaranira wus inanduni dé ning rājya çriwijaya // i wekasan alah ta kabéh 15 rājya-rājya hanéng swarnabhumi banglwar// matangyan sira kabéh wadyabala rājya pali mwang rājya-rājya samanta20 nira malakwaken panigit kumwa juga janapada mwang mantri-ma/170/ ntri/ pranaraja/ sang dwija/ sang pinakadi-pinakadi// ikang panigit umaréng ngidul lawan maha-
5 wan prahwāgeung halit pirang atus/ hanékang umaréng jawadwipa yatiku mandeg mwang tamolah ing rājya indra10 prahasta/ hanékang mandeg ateher tamolah ing mandala bakulapura/hanékang mandeg ateher ta15 molah ing hujung mendini mahasin jawa (ma)dhya/ jawa wétan/ lawan akwéh manih wadyabala rājya 20 pali sangkep lawan sarwwakoça rājya mandeg ateher tamolah /171/ ing nusa ghoh mwang rikung madeg rājya/ ateher sinebut rājya pali/ athawa neher sinebu5 t rājya bali// kumwa juga rājya mahasin i nusa hujung mendini neher inanduni dé ning wadyabala çriwijaya// 10 marurek ta nikang yuddha// i wekasan wadyabala rājya mahasin kasoran alah ta wekasan/ ikang wa15 dyabala çésa ning pejah kabéh manigit lawan mahawan pirang puluh prahwāgeung halit umaréng ngidul/ 20 ateher mandeg mwang tamolah hanéng banjar mandala i bhumi ta/172/ njungpura yatiku bakulapura bangkidul/ rikung sira madeg rājya i banjar déça 5 mwang ateher ikang rā-
jya sinebut rājya banjarmahasin/ hana pwa rājya mahasin ika ring usāna manda10 lanirékang ngké sinebut tumasik i nusa hujung mendini// ing nemang atus punjul pat ikang çakakāla/ wa15 dyabala çriwijaya lawan ninaya dé ning rajanira yata dapunta hyang çri jayanasa ngaranira/ mulih mangidu20 l ring manangkabwa// sakéng manangkabwa neher ing nemang atus punjul li/173/ lima/ ikang çakakāla wadyabala çriwijaya ninaya déning rajanira dapunta 5 hyang anduni saparwa rājya malaywikang tatan kasoran/ wadyabala çriwijayānung pasamudayanya rwang la10 ksa siddha paripurnā ngalahaken rājya melayu//wadya rājya melayu çésa ning pejah manigit ring rājya 15 sunda i bhumi jawa kulwan/ rājya melayu hanéng palémbang wus ngalindih dé ning rājya çriwijaya// ing nema20 ngatus punjul nem ikang çakakāla çri jayanasa magaway cétya/174/ praçasti hanéng çrikçétra pareng saparicāranira// yatanyan tan pratibandha mwang wasthā 5 kabéh janapada ka-
nista madhyamottama lawan ng siniwi nagara/ mahāraja çriwijaya magaway sangskā10 rāgama mwang malakwaken dana ring dharmadhyaksa ring kasogatan yatiku dangacāryya çakyakir15 ti ngaranira// makadi prayojana ning sang raja yata/ anggwa madamel wihāra mwang lénya wanéh // ring samang20 kana/ hanéng rikung ratu samanta i bhumi swarnadwipa/ raja manda/175/ la sakéng déçāntarānung ring séwaka mahāraja çriwijaya/ sang pinakadi/ sang pranaraja/ ma5 ntri raja/ sang tanda/ sang baladika wadyabala/ sénapati sarwajala/ dutā-duta sakéng mitranagara/ 10 dangacāryyāgama budhayāna/ dangacāryyāgama nirwānayāna/ dwija-dwija/ sang sanggha yatiku/ bhiksu/ bhi15 ksuni / upāsaka/ mwang upāsikā// kumwa juga pirang iwu wadyabala çriwijaya mwang sakwéhing jana20 pada// hana pwa rājya çriwijaya tkaning nemangatus telu welas i/176/ kang çakakāla wus nyakrawarti rat swarnabhumi pinaka raja kawaça// kabéh raja5 raja swarnabhumi wus pranata mwang ri séwaka
ring çriwijaya// lawan rājya sunda/ rājya çriwijaya wus magawa10 y samaya karwanya tan silih anduni nagaranira sowangsowang/ mwang atuntunan tangan ing pamitrani15 ra// matangyan duta çriwijaya hanéng rājya sunda/ mwang duta sunda hanéng rājya çriwijaya// ikang pasamayā20 n sinerat mwang hinajengan ing catur daça çuklapaksa/ māghama/177/ sa nemangatus punjul pitu/ ikang çakakāla dé ning karwanya pantaraning çri mahāraja jaya5 nasa raja rājya çriwijaya sakéng swarnabhumi lawan çri mahāraja tarusbawa raja rājya sunda sakéng jawa ku10 lwan i bhumi jawadwipa// ateher ing mandala rājya sunda ginawéha cétyapraçasti sinebut mitra pa15 samayān sinerat ing watu lawan rwang bhasa sowang-sowang// hana pwa raja çriwijaya nityasa tan suhka twasi20 ra tuminghal swasthāning rājya jawa// téna kāléna prānāh ing jana/178/ pada rājya jawa kreta subhika// janapadanyākwéh ikang prajnéng sarwa widya// akwéh ta/ u5 lih ing bhumi/ māpan wreddhi pretiwinya// ikang rājya makanama ke-
ling/ lawan rajanya wanodya yata déwi 10 çima ngaranira lawan namaçidam çri mahārani çima mahisāsuramardini mahāprabhawadéwi sakala15 bhumi// rasika madeg ratu keling/ ing lima ngatus sangang puluh pujul nem ikang çakakāla/ gumantyaken swa20 minira yata prabhu kārtikéyasingha sinebut juga sang /179/ mokténg mahamérwacala ngaranira wanéh// iti rājya wus mitran rumaket lawan mahāraja 5 cina// matangyan duta rājya keling hana ng kana/ duta rājya cina hana riking// prabhu kārtikéyasingha wu10 s pinrwākénkénan dutanira yata sang amatya pranaraja ring rājya cina// prathama yatiku/ ing limangatu15 s pitung puluh ikang çakakāla/ dwitiya/ ing limangatus wwalung puluh punjul wwalu/ ikang çakakāla/ yati20 ku tambayaning sang prabhu nyakrawarti rājya keling// hana pwa /180/ kawitan ing wamsanira sang prabhu yata sakéng bharata nagari bangkidul/ mwang ayayahning 5 sang prabhu kartikéyasingha yatiku ring usāna/ ri kala nyakrawarti rājya/ wwalung warça
ng atitā/ mwang to10 wi nem welas warça ng atita/ yata ing limang atus nemang puluh punjul rwa/ ikang çakakāla lawan ing lima15 ngatus limang puluh pat ikang çakakālākénkénan dutanira ring rājya cina/ kumwa juga duta ning rājya ci20 na tkan riking// ing pasanggamanira sang prabhu kārtikéyasingha /181/ lawan déwi çima/ manakta rwang siki/ stri lawan jalu/ pantaraning sowang-sowang yata/ i5 kang stri déwi parwati ngaranira pinaka stri dé ning sang prabhu mandiminyak sakéng ghaluh i bhumi jawa ku10 lwan/ ikang jalu sang raja kumara narayan(a) ngaranira//satuluynya ri kathānya wanéh// ri huwusnya sang 15 prabhu kārti(kéya)singhāngemasi/ déwi çima dumadi raja gumantyaken swaminira// ri samangkana/ déwi çima 20 hana ta wanodya kang lituhayu// atyanta dibya ning rupa /182/ rasika/ tan hana rwanya hanéng jawadwipa// sira stri paripūrnéng hayu/ kadi widyādari 5 sakéng swargaloka// matangyan sira sri jayanaça/ atyanta sarāga ring déwi çima// mwang ahyunirāno-
10 maha// tathapi cittanira nyarāgani déwi çima tan pantuk nguniwéh déwi çima ta15 tan angga tuminghal raja çriwijaya/ nguniwéh dumadi strinya suhka ta sirāngemasi swaraganira// kā20 rana déwi çima tatan angga dumadi strinya/ dé nika kro/183/ da ta raja çriwijaya wekasannya// ngké/ ananggadīpa mahāraja çriwijaya nityasa ca5 lambeknya mwang sarāga ring sang mahārani çima déwi// apan sang mahāraja çriwijayātyanta kahyun makastri ratu ke10 ling// tathapi déwi çima neher amuluhi makaswamya mahāraja çriwijaya// mwah sang ratu jawa sedengira tan su15 hka twas ing sang ratu ring u(lah)ira raja çriwijaya// hétunya raja çriwi(jaya) wus angdon mwang ngalindih rājya melayu// tekwa20 n ikang raja melayu sapinasuk uwaning swaminira yata prabhu kār/184/ tikéyasingha// māpan rénaning swaminira hana ta yayīstrining raja melayu// tekwa5 n pantara ning raja jawa mwang raja çriwijaya pratibandhāgamanira/ yatiku raja çriwijaya panutanira budha-
10 yana mwan(g) raja jawa panutannira bhatara çangkhara// tekwan sadhana yata/ kanaka wajra mwang salwir ing lengkara drewyaning rā15 jya melayu wus kakawaça mwang kajarah dé ning rājya çriwijaya// ateher raja çriwijayā malaku pamitran lawan ra20 ja keling// tathapi raja keling tan angga pamitra lawan sira// ma/185/ tangyan i nemangatus punjul wwalu/ ikang çakakāla/ raja çriwijaya kahyun angdoni 5 rājya jawa// tathapi cittaning raja çriwijaya tan siddha// kārana pirang nagarāpamaritrāna rājya jawa/ 10 yatiku rājya cina/ rājya bakulapura/ rājya hujung mendini/ rājyarājya bharata nagari mwang akwéh manih// i 15 sedeng rājya sunda kawalya tan humajengan ring kahyunira raja çriwijaya/ kumon suçila mwang mangalo20 cita manih kaharepira// matangyan akwéh prahwa kirata drewya /186/ ning wwang jawa/ ikang malabuh mandeg sawatara hanéng labuhan palémbang/ bangka 5 mwang pirang labuhan çriwijya kinon wangsul manih// tekwan akwéh manih ikang wastwanira kajarah/ i sedeng 10 kawulaning prahwa ki-
non apulih ring nagaranira// towi raja çriwijaya nityasa kinon sang bajo lu15 muda prahwa-prahwan wwang jawa hanéng madhya sagara// satuluynya ri kathānya rājya çriwijaya wus angawaça20 ni rājya-rājya mandala sanghyang hujung/ ateher rikung çriwijaya /187/ magaway candi telung siki/ lawan ing nemangatus sangang puluh pujul pitu/ ikang çaka 5 kāla/ raja çriwijaya magaway caitya rwang siki/ māpan inajnan dé ning sang mahāraja çriwijaya// kumwa juga 10 sang sthāpaka yatiku adhimukti ngaranira magaway caitya rwang siki// hana pwa raja çriwijaya sang 15 sthāpaka/ sang sanggha mwang janapada yata budhayāna mwang nirwanayāna hanéng kacakrawartyan ing rājya 20 çriwijaya// i sedeng raja keling mwang janapadanya pamuja bhata/188/ ra çangkhara mwang nirwanayāna tan sapira// satuluynya kadīkang ri kathāken dé ning sang mahā5 kawi/ mangkana ing pasanggamannira déwi çima lawan raja kārtikéyasingha/ manak ta pirang siki/ rwang siki/ 10 pantaranya yata déwi parwati mwang naraya-
na// déwi parwati pinaka stri dé ning mandiminyak ratu gha15 luh, ateher mānak ta déwi sanaha// ateher mandiminyak mastri lawan pwahaci rababu/ 20 manak sang sénna// ateher sang sénna/ athawa sang bratasénna/189/ wa ngaranira wanéh atemu tangan lawan déwi sannaha// ing pasanggamanira mānak ta sanja5 ya ngaranira// henengakna ng katha sakareng/ gumantyakna tumuluy kathānya wanéh yatiku/ amitu10 hu sang mahākawi sunda lawan jawa mwang amituhu/ pustaka parartwan i bhumi jawa kulwan mwang salwir ing 15 pustaka// mangkana tékang kathā mangené rājya purwaghaluh lawan rājya sunda/ ibhumi jawa kulwan 20 sakéng sang mahākawi/ hana sira dangacāryya sang maharsigu/190/ ru manikmaya ngaranira/ atemu tangan lawan putri çri suryawarmanbuwana mahāraja taruma5 nagara// i sedeng santāna pratisantānanira sang rsi/ dumadyakna duta ring rājya tarumanagara ing cina nagari// 10 ikang sang resighuru kumawaçakna amagéhing mandala ha-
néng kéndan/ rikung sira dumadi ratu/ la15 wasira patang daça rwawarça// ing pasanggamanira sang rajaresi kéndan lawan sang putri tarumanagara/ manak ta 20 sira rajaputra suraliman ngaranira// tambayaning yuswanira ta/191/ runa dumadyakna sang balādika hanéng rajya tarumanagara/ateher ing dwa daça kresnapaksa 5 asuji māsa/ patangatus sangang puluh ikang çakakāla rinatwaken ta sira dumadi ratu kéndan sumilihakna 10 ramanira// lawasira madeg ratu sanga likur warça/ sang rajaputra çuraliman ing yudha kala sira nityasa jaya ça15 tru// ing pasanggamanira lawan putri bakulapura sakéng wangça kudungga/ manak ta sira rwang siki jalu mwang stri ya20 ta prathama sang kandihawan sang rajarsi déwaraja/ sang layuwa/192/ tang ngaranira wanéh// dwitya sang kandiawati// rasika atemu tangan lawan wwang rajabra5 na sakéng swarnabhumi/ sang kandihawan tamolah ing medangjati// madeg rajarsi lawasira lima welas warça// sang 10 kandihawan manak ta sira pirang siki // salah tunggal pantaraning yata kanya kang pari-
pūrnéng ahayu sang wre15 tikandayun anung sumilihakna yayahnira dumadi ratwing ghaluh mwang dumadya rajarsi hanéng menir ma20 ndala// rasika madeg ratu ghaluh lawasnya sangang puluh warça// /193/ hana pwa sang wretikandayun atemu tangan lawan putrinira sang rsi makandria// ing pa5 sanggamanira/ manak ta sira jalu telung siki/ pantaraning sowang-sowang yata/ rahyang sémpakwaja ngara10 nira dumadi resiguru hanéng ghalunggung// rahyang kidul ngaranira dumadi rsi hanéng dénuh mandala mwang rahyang ma15 ndiminyak ngaranira anjeneng ratu ghaluh/ sumilihakna ramanira// rahyang sémpakwaja matemu tangan lawan nay ra20 babu/ kanya kang atyanta dibyaning rupa rasika/ saksat purné/194/ n dwing catur daçi çuklapaksa/ i rikang kala lituhayunira tanana rwanya ing sunda na5 gara/ katon ta sinang çariranya kasonwan déning bhūsananya mami// matangyan yayinira sang ratu ghaluh yata 10 sang mandiminyak mogha rāgiwaça tumon ing rupa rasika// ing pakurenanira sang sémpakwaja lawan nay rababu
15 mānak ta sira jalu rwang siki/ patunggalan ingaranira yata/ sang démunawan mwang sang purbasora ngaranira// hétunya sang 20 mandiminyak mahageung kāmarasa ring sira nay rababu// makanimita /195/ tatkala sang ayu ring ghaluh kadatwan sira tan patibrata/ aneher sang mandiminyak sang5 gama lawan nay rababu ring samangkana tan wihang/ ika tapān ng ulahnira/ ing wekasan sang ayu kaworan a10 neher putra janananira jalu mwang sinungan pasénggahan yata sang séna/ sang prabhu brataséna rajaputra linggabhumi 15 ngaranira wanéh// ikang sarwa karmāmédyanira kawruhan ta dé sang jalunira// matangyan ikang putra pūrwa kar20 maphala tarunākna ring prabhu mandiminyak/ i sedeng sang sémpakwa/196/ ja byakta tresna mastrinira// matangyan yatan dumenda saparikrama nikang strinira// nay rababu 5 mulih dumadi sawiji lawan jalunira yata sang sémpakwaja// sira sang mandiminyak mastri lawan putrining raja keling 10 sakéng jawa// ing pasanggamanira/ manak ta sira wanodya nay déwi sannaha rajaputri// ateher nay déwi wi15 narangakna lawan sang
sénna rajaputra// ing panigrahananira manak ta jalu sang jamri/ sanjaya/ prabhu harisdar20 ma ngaranira wanéh// sang mandiminyak lawasira madeg ratu ghaluh /197/ kawal(y)a pitung warça/ tumuli sira sang sénna sumilihakna ramanira anjeneng prabhu ring 5 ghaluh// ri huwusnya pitung warça dumadi ratwing ghaluh/ kalungguhannira rinebut dénira sang purbasora// a10 teher sang prabhu sénna lawan someringira/ miré ring jawa wé tan tamolah ri merapi/ tumuli duma15 di rajéng keling pasamudaya strinira// hana pwa putranira sang jamri yuswanira wus taruna lungha ma20 réng rahyang kidul i dénu(h) i jawa kulwan/ satuluynya lungha /198/ ring sunda/ rikung sang jamri pinaka mantu putu dé nira sang prabhu tarusbawa// iki nay putri sekar5 kencana athawa déwi téjakencana ngaranira wanéh/ atyanta dibya ning rupa rasika [kalungguhanira pi10 naribhawa dé ning sang purbasora // ateher sang prabhu sénna lawan someringnya miré ring jawa wétan mwang ta15 molah ing merapi/ tumuluy dumadi raja ke-
ling ikang dlaha dumadi mandala rājya medang i bhumi matara20 m/ rasika amagéhing ikang rājya lawasira nem wela/199/ s warça// hana pwa putraning sang sén(n)a yata sang jamri/ sanjaya ngaranira wanéh/ ri huwus ika 5 yuswanira taruna lungha ta mareng rahyang kidul i denuh lungha ta sira mangulwan ring sunda nagari//] hana pwa 10 mangené rājya sunda pūrwa prastāwanya mangkana// raja tarumanagara yatiku/ sang mahāraja linggawar15 man mastri lawan putrining prabhu wiçnumūrti raja indraprahasta yatiku déwi ghanggasari ngaranira/ 20 ing pasanggamanira manak ta pirang siki/ salah tunggal pantaraning / /200/ yata déwi manāsih rajaputri ngaranira// ateher déwi manāsih atemu tangan la5 wan sang tarusbawa ngaranira// ri huwus ika sang linggawarman angemasi/ sang rani déwi manāsih lawan sang swa10 mi nyakrawarti rājya// lawasnya limangpuluh pat warça/ yata sakéng limangatus sangang puluh punjul si15 ki ikang çakakāla/ teka ning nemangatus patang puluh
punjul lima/ ikang çakakāla// abhisé20 kanira yatiku/ mahārāja tarusbawa dharmawaskita manumang/201/ galajaya sundasambawa// witan ikahen rājya tarumanagara dé ning mahārāja taru5 sbawa/ makanama rājya sunda// ing pasanggamannira lawan déwi manāsih manak jalu sasiki/ yata ra10 kryan sundasembawa/ pinaka rakryan mandala/ rakryan sundasembawa manak pirang siki/ satunggal pantaraning 15 stri sang panuha yata déwi téjakencana ngaranira// ri kala mahāraja tarusbawa sumiwi rā20 jya/ rasikākwéh mitranan lawan pirang nagara janapada su202 nda nagara kreta subhika// akwéh ta prahwa tekan rājya sunda dhumārana 5 sarwwa wastwan lengkara/ hanggonan lawan salwirnya// sira mulih umawa gulay-gulayan byasa10 na tangan janapada rikung lawan salwir ing hulih bhumi// hana pwa sang rakriyan sundasambawa anak ing 15 raja sunda/ wus angemasi ri kala yuswa yowana mwang tatan inabhisékan dumadi
raja sunda// i sedeng 20 ayayahnira/ mahāraja tarusbawa angemasi ing yuswātu203 ha// putrining rakryan sundasambawa/ yata raputuning mahāraja tarusbawa/ pinaka 5 stri dé ning sanjaya putraning sang prabhu bratasénawa// yadyapin sira déwi téjakencana hana 10 ta raputu/ tathapi mahārāja tarusbawa mawéka ring sang déwi// tumuluy sanjaya gumantya15 ken mahāraja tarusbawa/ dumadi raja lawan ngaran abhisékanira sang mahāraja harisdharma bhimapara20 krama prabhu mahéçwara sarwajitaçatru yu204 dha// nihan ta ri huwusnya rājya ghaluh pinaribhawa lawan pirang rājya lénya wanéh// 5 sanjaya nyakrawarti jawa kulwan lawasnira sangang warça// sakeng nemangatus patang puluh lima ikang ça10 kakāla/ tkaning nemangatus limang puluh punjul pat ikang çakakāla// ring samangkana sang jamri pinaka ma15 ntu putu dé nira sang prabhu tarusbawa raja sunda// ikang putri nay sekarkencana ngaranira/ atyanta dibya ning rupa rasi20 ka// hanapwānung manga-
deg[ng]akna pakwan pajajaran lawan kedatwan sang bi205 ma punta narayana madura suradipati yata sang prabhu tarusbawa// ing pasanggamanira sanjaya kang winastwa5 n aran prabhu harisdharma lawan putri sunda/ manak ta sira sang tampéran rajaputra// tumuluy sang tampéran manak ta sira sang 10 manarah mwang sang banga// satuluynya sanjaya tekan ring rabuyut sawal majarajar yan sarika hana ta putraning sang sé15 na/ ikang kalungguhannya pinaribhawa dé ning sang purbasora, mwang rasika kawitanya hana ta sang resi ghuru// makani20 mita sira wus sayogya amamerangi wwang sanakira yata sang pur206 basora// tekapnya sanjaya lawan amawa wadyabala sunda sangkep rumasuk kawaça mwang padānggé5 geu sarwāstra hétu/ mapaga balakrama ghaluh anung rinatwing dé nira sang prabhu purbasora jayasakti mandraguna 10 ngaranira// wadya sanjaya rampah ta sirānjujug kedatwan kāncit anduni wadya ghaluh ri kala rahiné kule15 m/ ring samangkana nikang yudha marurek silih perep silih usi wadya sunda lumepa maseu/ angayati ga20 ndéwanira ring wadya
ghaluh/ i wekasan sang prabhu purbasora pi207 208 ça-déça// pantaraning sira sang démunawan rayinira sang purbasora yata uwanira sanjaya// nguniwéh 5 sang akinira danghyang ghuru ing ghalunggung yata sang sémpakwaja nityasān pamaritrana sang démunawan/ hana 10 ta danghyang ghurwan munggwing ghalunggung mandala/ ikāmagéhi pirang siki déça mwang janapadanya// dé nika sang dé15 munawan mangadegakna saunggalah kadatwan rasika pinaka raja riku/ tuwi sang démunawan mastri lawan pu20 trining ratu kuningan/ ring samangkana ratu samantanira yata// kya209 geung muladarma i parahyangan kyageung batutihang kuningan kyageung pasugihan i batur/ 5 kyageung sumajajah i pagajahan kyageung tujung putih i kahuripan kyageung darongdong i balaraja/ kyageung 10 padurungan i lembuhuyu/ kyageung pagergunung i muntur/ sang wulan ratu kajaron sang tumanggal ratu kalanggara i 15 balamoha mwang sang pandawa ratu layuwatang i kuningan, makabéhannya ka-
kapangawaça mandala mwang 20 kaula balanira/ awit anādikāla sumangguh ring danghyang ghuru 210 hanéng ghalunggung sang sémpakwaja/ tumuli sang démunawan ika rajanya sira kabéh / nityasa 5 bhakti ring sira sang démunawan ing saunggalah/ pinaka çatruning ghaluh// muwah pirang ratu wanéh manemah bhakti ring 10 sira ang démunawan hanéng saunggalah/ pantaraning yata sang luda ratwing puntang/ sang wulukebek rtawing kahu15 ripan sang suprémanah ratwing wiru/ sang içwara ratwing jawa wétan sang bramasidi ratwing keling mwang sang patih 20 kandarma hanéng bérawan sang mawuluasu ratwing cimara/ 211
sang pancadana ratwing cina/ sang ghana ratwing kémir// tathapyan mangkana dlaha akwéh pantaraning 5 sirékang rinangsang mwang ginepuk neher alah ta ya dé wadwanira sanjaya// rasika tanana katakut ring 10 sang démunawan ing saunggalah / tathapyan mangkana sira tatan angga malurug ring kadatwan uwanira// hé15 tunya ayayahnira yata sang prabhu sénna hanéng keling i bhumi jawa/ kumonaken ajnā nihan ta// kinon ta
20 sarika dibya guna ring santana pratisantananira/ haywa ta luma212 gé wwang sanak yata sang démunawan rumaket ta mwang hatut madulur parasparo pasarpana/ 5 gorawa ning wwang atuha/ mojar ayayahnira pituhun mwang rinaksā// ikahen hétunya ratu saunggalah pina10 ka nrepati mahardīka// kālāntara tatan dumadi rajéng ghaluh/ sanjaya kasoran lawan sang pandawa kya15 geung kuningan/ samangké wus jayéng yuddhanira/ tāpan geung wadyanya/ yata mahabala sunda ghaluh ing jawa kulwan mwang ing 20 bhumi jawa// ateher dinonira ta sang raja samanta/ alah ta ya 213 dénira sanjaya tumuluy sakwéhnya raja rat jawadwipa// rasika tan amerep sang 5 démunawan ing saunggalah anung tapwan panūt ring sira// satuluynya lawan geung balakramanira mangkat ring swarnabhu10 mi tamasi katha ning sanghyang hujung anjujug rājyékang geung yaça wiryya mwang tan pranata ring sira/ sakwéh15 niréng rājyālah ta ya ring sanjaya// rasika sinebut bhumiparakramoraja mwang yuddhénipuna// ateher mu20 lih yata ring ghaluh//
ri sampunyéka/ ing nemangatus limang puluh 214 punjul telu/ ikang çakāla/ prabhu sanjaya, sang demunawan sang içwara mwang santana 5 pratisantana/ saparāmatya/ ratu samanta sakéng rat jawadwipa/ dutaning sang prabhu sénna/ sang pinakadi-pi10 nakadi naya mandala/ pranaraja/ sang sangga/ sang dharmadhyaksa ring kaçéwan sang dharmadhyaksa ring kasogatan dhar15 madhyaksa ring wasnawa/ akuwu déça-déça/ adipati-adipati/ sang sénapati/ sang maharsi/ dang acar20 yyāgama siwa budha/ kumwa juga sakéng raja nagara sabrang ya215 ta sakéng swarnabhumi tumekakna dénira sanjaya// ring samangkana ghaluh kedatwan pi5 naka pénggyan ing samaya// telas makabéhanira gosting riku mangalocita salwirnya// tumuluy dé10 nira çri sanjayajawadwipa dumadyakna patang kuren yata sundanagari yata sakéng citarum mangulwa15 n tumeka hujungkulwan kinwanaken ring sira waték sunda putropādana prabhu tarusbawa// ghaluh pakwa20 n mwang saunggalah ki-
nwanaken ring sira sang prabhu demunawan mā216 pan ikang nagari kaliliranira sang resi ghuru// ateher i tengah ing jawadwipa yata medang i 5 bhumi mataram dénira çri sanjaya lawan ayayahnira sang prabhu sénna/ tumuluy jawa wétan kinwanaken dénira sang 10 prabhu içwara// kramékang katekan ika sangang warça lawasnirāmegahi nagari sunda mwang ghaluh ri jawa 15 kulwan pinaka mahaprabhu// ring samangkana sihka çi nrepatin jayéng sakala jawadwipa n nyarawarti mahaprabhu// 20 witan ing nemangatus limang puluh punjul pat ikang çakakāla/ 217
5
10
15
20
kalungguhanaira sang prabhu sénna kinwanaken ring putranira yata yata sang prabhu sanjaya// hétunya sang prabhu sénna kāmatita ing sanghyang agama/ tumuluy rasika ing dalem asrama/ dumadi sang siddha maharsi// çri sanjaya anjeneng mahaprabhu medang i bhumi mataram tumeka mokténg sira mangkana dlaha// pinaka sasakala tambayaning anjeneng prabhu medang/ çri sang ratu sanjaya ginawya dénira linggomārādhana bhatara jagatnata/ mwang serat ing watu maka padharthaning niti rājya
téna kaléna // i218 kihen sasakala ring wanacala kunjarakunja i jawadwipa// tumuluy anakira sang ta5 mpéran anjeneng prabhu/ gumantyani ramanira lawasnya pitung warça// kadi kang wus kinathākna yatiku/ ri huwusnya 10 rakryan sanjaya ngalindihaken ratu ghaluh sang prabhu purbaçura/ ing nemangatus patang puluh lima 15 ikang çakakāla/ ateher rakriyan sanjaya madeg ratu ghaluh// mangkana juga rājya indrapraha20 sta telas karuhun syah drawa mwang kawéça dé ning angdonira wa219 wadyabala sanjaya// hétunya string ratu ghaluh prabhu purbaçura hana ta putrining ratu indrapra5 hasta//towīkang amahāteguh rājya ghaluh yatiku wadyabala indraprahasta/ kumwa jugékang ngali10 ndihaken ratu ghaluh rakryan sénna hana ta wadyabala indraprahasta ninaya dé ning rakryan purba15 sora/ dé ning angdonira wadyabala sanjaya/ akwéh ta wadyabala indraprahasta pejah ing yuddhaka20 la// mākadi raja indraprahasta prabhu purbaçura mwang sang rajabhārya
220 pejah yuddhakala/ juga tan wilang sang pranarājya/ sang pinakadi/ mantri-mantri rājya/ sénapati 5 mwang wadyabalékang pejah/ sirna ta sampun rājya indraprahasta dé ning sanjaya// satuluynya wadyabala sanjaya ring ngétan ang10 doni rājya-rājya jawa// matangyan pirang siki rājya-rājya hanéng jawa madhya mwang jawa wétan kali15 ndih dé ning sanjaya/ ing nemangatus patang puluh nem ikang çakakāla// ri huwus ika/ mangdoni rājya-rājya 20 hanéng swarnabhumi/ sapinasuk rajya melayu/ çriwijaya, ba221 rus mwang akwéh manih rājya-rājya hanéng swarnabhumi/ kumwa juga nyabrang ngalor/ lawan mang5 kana lawasira telung warça/ rakryan sanjaya maprang anglindihaken pirang-pirang nagara// tathapi tamba10 yaning nemangatus limang puluh punjul pat ikang çakakāla/ rakryan sanjaya madeg ratu medang i bhumi 15 mataram ing jawadwipa// rakryan sanjaya gumantyani dé ning putranira yata çri maharaja téjahpurnapana 20 panangkaran/ strinira sakéng çéléndra wamsa ikang ate-
222 her çéléndra wamsa hanéng jawa madhya dumadi ratu kawaça// satuluynya i bhumi ja5 wa madhya pinarwa dwa yatiku pantaranya/ jawa madhya banglwar dumadi kacakrawartyan ning sanjaya wamsa/ i sedeng 10 jawa madhya bang kidul dumadi kacakrawartyan ing çéléndra wamsa// iti pustaka rājya-rājya ing bhumi nusāntara/ tritya sargah ing 15 dwitya parwa// iti pustaka wus kinawruhan mwang hinajengan dé ning duta rājya/ mandala saka nusa-nusa i bhumi nusāntara// telas sinusun mwang sinerat ing car20 bon çakakāla// {ngemban suddha rasa samadi} ing asta kresnapaksa/ bhādramasa/ pun// 3.3 Pengantar Terjemahan 3.4 Terjemahan /1/ Kata Permulaan Inilah Pustaka Kerajaankerajaan di Bumi Nusantara. 5 Sargah ketiga dari parwa kedua, merupakan pustaka Kerajaankerajaan di Bumi Nusantara, kejadian penting, 10 dan yang berhubungan dengan itu. Disusun dan dibukukan olehku, beserta beberapa puluh orang mahakawi, para 15 pemuka, raja, pemimpin yang merupakan duta kerajaan daerah, hulubalang,
/2/pemerintah daerah, pemuka agama, dan seluruh menteri Raja Carbon termasuk 5 jaksa yang tujuh orang. Dengan pimpinanku sebagai ketua yaitu: 10 Pangeran Wangsakreta bergelar Abdulkamil Mohammad Nasaruddin sebagai Panembahan Carbon 15 atau Panembahan Ageung Gusti Carbon Panembahan Tohpati namaku yang lain. /3/Cerita Pembuka
5
10
15
20
/4/
Semoga selamat. Walaupun aku sebagai penulis mengenai riwayat kerajaan, kejadian penting, dan tuntunan kerajaan terlebih dahulu menyampaikan pujian kepada Hyang Tunggal dan aku tunduk pada kewajiban utama, sebagai muslim karena aku adalah keturunan dari Susuhunan Jati sebagai gurubesar agama Islam di bumi Jawa Barat. Demikian pula karenanya aku senantiasa berkata kepada semua pemeluk agama yang terkait dengan naskah ini, sungguh-sungguhlah dalam keadian. Semua yang tersebar ke mana-mana
dibukukan menjadi satu. Setelah disetujui dan direstui oleh
beberapa orang maha5 kawi, yaitu mereka yang memahami sejarah wilayah di bumi Nusantara. Kitab ini adalah 10 kisah para raja yang besar pengaruhnya di kerajaan-kerajaannya. Kisah-kisah tentang nenek moyang yang sangat mengesankan dari cerita orang-orang pandai 15 yang sangat membantu. Inilah riwayat kerajaan-kerajaan yang memuat kisah raja dari kitab segala kerajaan yang ada di bumi Nusantara. Yaitu 20 Pulau Jawa dan sekitarnya yang sudah termasuk di dalamnya. Dengan segala daya /5/
5
10
15
20
/6/
upaya akhirnya selesai juga pada waktunya, pekerjaan yang baik dan lengkap ini. Adapun sang penulis kitab ini karena diberi tugas oleh ayahku yaitu Pangeran Resmi yang bergelar Panembahan Adiningrat Kusuma atau Panembahan Ghirilaya nama lainnya pada saat ayahku masih hidup. Demikian pula aku diperintahkan menulis kitab ini oleh Sultan Banten yaitu Pangeran Abdul Path Abdulpatah dengan gelar penobatannya Sultan Ageng Tirtaya-
sa. Begitu juga Susuhunan Mataram yaitu Pangeran Arya Prabu Adi Mataram namanya, bergelar 5 Susuhunan
Amangkurat menghendaki demikian. Begitu juga banyak lagi para pembesar di bumi Pulau Sumatera 10 dan Pulau Jawa yang menghendaki demikian. Oleh sebab itu tulisan pada kisah ini adalah sebagai ilmu pengetahuan bagi orang banyak. 15 Akan lebih baik jika kitab raja dan kerajaan ini dijadikan tuntunan kesejahteraan dan kejayaan negaranya, serta orang banyak senang 20 berbakti kepada raja mereka yang adil. Bahkan kitab ini dijadikan /7/
petunjuk bagi orang yang akan mempelajari segala adat istiadat kuna, serta ingin mengetahu asal mula 5 berdirinya suatu negeri di bumi Nusantara, dan di sekitarnya. Karena itu aku senantiasa berharap mendapat kisah 10 yang sesungguhnya. Adapun yang dijadikan tempat bermusyawarah dan berunding mengenai penyusunan dan penulisan Kitab Segala 15 Kerajaan di Bumi Nusantara ini yaitu di Paseban Keraton Kasepuhan Carbon. Selanjutnya hendak diceritakan mereka yang 20 datang untuk menghadiri perundingan dalam penyusunan kitab ini yaitu
/8/
agar dapat dikerjakan dengan baik dan benar serta lengkap. Karena mereka semua terkenal pandai 5 tiada celanya dan bersama-sama serta dengan
kita semua, agar mendapat hasil yang baik dan sempurna. Di antara mereka 10 itu adalah para pemuka agama Islam, pemuka agama Kawisnawan, pemuka agama Kasewan 15 pemuka agama Khong Pu Ce atau Kwam Im Po Co yaitu mahakawi orang Cina dari Semarang. 20 Kemudian beberapa orang mahakawi, kepala suku dari beberapa kerajaan /9/
5
10
15
20
/10/
serta juga para pembesar, para utusan, dengan abdi dalem Carbon yang semuanya berada di bawah pimpinanku. Mereka semua dijamu dengan serba kenikmatan oleh kakandaku yaitu Sultan Sepuh Pangeran Samsudin Mertawijaya namanya. Kemudian Sultan Sepuh memberikan nasihat kepada mereka semua yang hadir dalam penghadapan di balairung. Beginilah nasihatnya: “Aku meminta kepada semua yang merasa berseteru di antara pribadi masing-masing, agar segera dilapangkan dadanya, semua yang sudah terjadi, hendaknya diganti
dengan perasaan persahabatan yang baik. Dengan begitu pekerjaan kita berhasil dengan baik dan sempurna. 5 Janganlah kalian mengeluarkan kata-kata yang tidak senonoh kepada sesama utusan kerajaan. Bukankah
kalian semua sudah satu tekad dan pandangan untuk 10 mengerjakan karya besar ini. Tentu saja kalian semua memegang teguh adat-istiadat yang berlaku. Sesuai dengan jejak 15 langkah nenek moyang.” Serta banyak lagi nasihat lainnya dari kakanda Sultan Sepuh. Adapun sang mahakawi 20 para pembesar, gurubesar agama, para kepala suku, /11/
5
10
15
20
/12/
utusan dari beberapa kerajaan, dan negeri lainnya, atau desa dan wilayah Nusantara, di antaranya yaitu dari Banten, Jayakarta, Mataram Kudus, Lasem, Tuban, Surabaya, Wirasaba, Pasuruan, Telegil, Panarukan, Ghresik, Semarang, Demak, Kediri, Mojoagung, Bagelen, Balangbangan, Madura, Nusa Bali, Bangka, Ghaluh, Jambi, Kertabhumi, Sumedang, Tanjungpura di Karawang, Cangkwang, Ukur, Sukapura, Parakanmuncang, Kuningan, Ghalunggung,
Imbanagara, Rancamaya, Japara, Parllak, Buruneng, Paseh, Lamuri, Mengkasar, Banggawi, 5 Ghaliyao, Kutalingga, Seran, Lwah Ghajah, Ambwan,
Maloku, Tampiwang, Ghurun, Bantayan, 10 Tanjungkute, Tanjungnagara, Tanjungpuri, Manangkabwa, Kampeharwe, Palembang, Siak, Barus, kemudian 15 utusan dari Tumasik, Tringgano, Malaka, di bumi Sanghyang Hujung, serta juga dari Talaga, 20 Sindangkasih, Dermayu, Lwasari, Barebes, kemudian /13/
5
10
15
20
/14/
dari Carbon dan semuanya lagi datang mereka berkumpul. Ada juga beberapa pembesar yang tidak datang, karena mereka ada halangan. Mereka semua para pembesar di kerajaan Carbon melaksanakan tugasnya masing-masing, di antaranya yaitu, aku sendiri Pangeran Wangsakerta sebagai ketua kelompok penyusun naskah dan pemimpin dari semua pembesar dan pemimpin segala suku bangsa pada waktu pertemuan, juga dalam penulisan, cara dan jalan
riwayat yang sesungguhnya, agar sempurna dan menjadi jelas, serta tidak berlawanan. 5 Kemudian Ki Raksanagara sebagai juru tulis naskah dan pelayan para utusan yang hadir.
Kemudian Ki Angga10 diraksa sebagai wakil juru tulis, dan sebagai bendahara dari semuanya. Kemudian Ki Purbanagara, sebagai 15 pencari dan pengambil naskah-naskah dari negara lain, yang akan dipilih mereka semuanya. Mana yang benar 20 dan mana yang salah, atau tidak benar. Karena dia memiliki pengetahuan /15/
5
10
15
20
/16/
yang luas mengenai kisah berdiri dan runtuhnya sebuah kerajaan di bumi Nusantara. Selanjutnya, Ki Singhanagara sebagai pemimpin pengawal keraton dan semua utusan dari segala negeri yang datang di Carbon. Dia bersama dengan semua pasukan bersenjata yang banyaknya tujuh puluh orang. Kemudian Ki Anggadiprana, sebagai utusan yang berkeliling ke seluruh kerajaan, negeri, desa, dan wilayah. Serta dia juga sebagai penerjemah di antara para utusan. Kemudian Ki Anggaraksa tugas utamanya sebagai
pemimpin dapur, makanan, dan menyediakan segala kenikmatan bagi para utusan. Kemudian Ki 5 Nayapati tugas utamanya sebagai penyedia tempat menginap dan tidur, atau
tempat tinggal bagi para utusan dan kendaraannya. 10 Juga sebagai pemimpin pasukan pengawal. Adapun tiap-tiap pembesar kerajaan Carbon diberi tugas 15 mandiri bersama semua bawahannya masingmasing. Pada saat menyusun naskah ini, aku senantiasa menemukan rintangan besar, 20 kesulitan yang bertingkat-tingkat. Karena ada di antara para mahakawi /17/
5
10
15
20
/18/
dan pembesar sebagai utusan kerajaan berbeda pendapat dalam mengisahkan riwayat tentang negerinya masingmasing, tentang kejayaannya, keindahannya. Demikian mereka katakan. Seperti juga sang mahakawi Jawa dan sang mahakawi dari Sunda. Kemudian sang mahakawi dari Banten dan sang mahakawi dari Mataram dengan sang mahakawi Carbon terdapat perbedaan dalam menguraikan kisah negaranya masing-masing, sehingga saling berlawanan. Demikian pula sang mahakawi dari Paseh dengan sang mahakawi dari Kudus. Juga sang mahakawi dari Sume-
dang dengan sang mahakawi dari Carbon, dia hampir saja ribut, dan mereka menjadi bermusuhan serta 5 berkelahi. Hampir saja tidak dapat menemukan kisah yang sesungguhnya. Demikian pula sang mahakawi dari Mengkasar dan
pembesar dari 10 Mataram dengan Mandura. Kemudian sang mahakawi dari Tanjungkute dengan utusan dari Palembang dan sang mahakawi 15 dari Ukur. Tetapi sama halnya lagi yaitu ada lima kelompok mahakawi dan kepala suku yang saling memarahi 20 dan akhirnya ribut hampir saja menjadi perkelahian di dalam /19/
5
10
10
15
paseban sejak memulai pertama kali menulis kitab segala kerajaan di bumi Nusantara dan sekitarnya. Di antaranya, yang pertama beberapa utusan dari Surabaya, Pasuruan, Panarukan, Blangbangan, Nusa Bali, Mandura, Mengkasar, Banggawi, Ghaliyao, Seran, Lwah Ghajah, Ambwan, Maloku, Taliwang, Ghurun, Bantayan, Banten, Palembang. Yang kedua utusan dari Mataram, Lasem, Tuban, Wirasaba, Semawis, Kediri, Mojwagung, Lwasari, Barebes, Telegil, Japara. Yang ketiga utusan da-
/20/ ri Jayakarta, Demak, Kudus, Carbon, Paseh, Gresik, Tanjungpura di Krawang, Cang5 kwang, Kuningan, Barus, Malaka, Tumasik, Tringgano. Keempat utusan dari Sumedang, Ukur, Sukapura, Pa10 rakanmuncang, Ghalunggung, Ra-
ncamaya, Talaga, Sindangkasih, Ghaluh, Kretabhumi, Imbanagara, Rajagaluh, dan Luragung. 15 Kelima utusan dari Jambi, Bangka, Parllak, Buruneng, Lamuri, Kutalingga, Tanjungkute, Tanjungnagara, Tanjungpu20 ri, Manangkabwa, Kampehar, dan Syak ini terdiam sendiri /21/
5
10
15
20
mendengar tanpa bicara karena merasa terbawa dalam riwayat yang sesungguhnya. Tambahan pula di antara mereka ada yang menceritakan riwayatnya dengan berbelit-belit. Ada yang bercerita dibuat sendiri menurut kehendak dan hayalan semata. Semua yang dikatakan tersebut tidak diambil dan dijadikan tulisan. Ada yang mengeluarkan kata dengan hasratnya sendiri, dan tidak patut. Hampir saja terjadi keributan. Karena aku telah banyak mempelajari segala macam kisah tentang kerajaan-kerajaan di bumi Nusantara serta memiliki berbagai naskah kerajaan yang
/22/ membuat mereka terkalahkan semua. Selain itu juga aku dijadikan pemimpin mereka semua. Demikianlah 5 aku selalu mengambil jalan tengah. Tetapi aku senantiasa merundingkan kembali apabila telah selesai dan mempertimbangkannya
10 bersama mereka semua tanpa henti-hentinya. Bersama orang-orang tua, para mahakawi, para pembesar, utusan 15 kerajaan yang cerdik dan pandai. Demikianlah pada akhirnya mereka semua memberikan kisah yang sesungguhnya tanpa 20 berbelit-belit lagi, dan itu tidak menjadikan kesukaran lagi. Bukankah /23/ mereka semua sudah satu kehendak, yaitu memegang teguh amanat Sultan Sepuh Carbon, 5 yaitu para utusan kerajaan yang satu tujuan, sama-sama berharap mendapat kesempurnaan dari karya besar yang dijadikan acuan 10 pengetahuan sejarah. Dijadikan pegangan seluruh orang banyak dari rakyat jelata hingga bangsawan, serta dijadikan pedoman pemerintahan bagi raja pemimpin 15 negara, atau desa, dan daerah. Serta dengan segala daya upayaku yang lamanya beberapa hari akhirnya selesai juga ditulis dengan baik 20 dan disepakati. Dengan demikian selesailah ditulis beberapa sargah dari Kitab /24/ Segala Kerajaan di Bumi Nusantara. Meskipun demikian, akan diadakan perbaikan jika ada yang salah atau 5 kelalaian dalam penyusunan kitab ini. Kemudian karya besar ini dijadikan riwayat besar
yang dibuat olehku dan 10 semua utusan dari kerajaan-kerajaan di bumi Nusantara yang sangat pandai. Serta rekan yang menyenangkan bagi keluarga raja Carbon 15 yaitu sahabat nenek moyang, nenek moyangku. Begitulah caranya aku segera menulis kisah pembuka. Terlebih dahulu 20 semuanya, aku sebagai penyusun dan penulis Kitab Segala Kerajaan
/25/
di Bumi Nusantara ini dijadikan permata dari semua cerita yang tertulis, aku mengucap syukur kepada Hyang Tung5 gal Yang Mahakuasa. Supaya dijauhkan dari rintangan. Juga semoga aku dijauhkan dari dosa dan kesalahan serta mara10 bahaya. Tidak ada sumpah serapah. Tak ada bahaya yang merusak karena fitnah bagi kesejahteraan kerajaan kita semua, dan mendapat 15 kesejahteraan hidup bagiku dan semua penulis kitab ini. Dijadikan pengetahuan oleh semua orang, sekarang dan yang akan 20 datang. Sebagai pengetahuan tentang sejarah raja-raja dan kerajaannya di Bumi
/26/ Nusantara. Kitab ini hendaknya dijadikan sumber utama dari sekalian peristiwa yang sesungguhnya, 5 dan aku tidaklah mengubah peristiwa
yang sesungguhnya. Serta bermanfaat bagi pemimpin sekalian 10 warga masyarakat, golongan rendah, menengah, dan atas. Mulai masa sekarang hingga masa yang akan datang. Amin. Kisah Pertama 15 Berdasarkan pemeriksaan pada sekian banyak kitab-kitab kuna yang dimiliki oleh mahakawi dari Pulau Sumatera 20 dan mahakawi Pulau Jawa, beginilah kisahnya: dimulai ketika Sri Ghandra menjadi
/27/ Raja Kediri pada tahun seribu seratus tiga (1103) tahun Saka. Besar sekali keinginannya untuk memperluas Kerajaan Kediri. 5 Sri Gandra yang bergelar Sri Kroncayyahanda Bhuwa(na)palaka ParakramaninditaDigjayottunggadewa, kemudian 10 bersama angkatan perang Kediri menyerang dan menaklukkan kerajaan-kerajaan yang ada di pulau-pulau di bumi Nusantara, termasuk 15 yang ada di Pulau Jawa dan pulau-pulau sebelah timurnya. Armada lautnya yang besar berangkat beriringan menuju ke 20 utara, ke timur, ke barat. Mereka selalu mendapat kemenangan dalam perangnya. /28/ Tetapi kerajaan-kerajaan di pulau bagian barat semua
5
10
15
20
sudah tunduk kepada kerajaan Sriwijaya. Oleh karena itu, balatentara Kediri lalu menyerang kerajaan Sriwijaya. Demikianlah, armada laut Kediri dengan Sriwijaya berperang di tengah laut Jawa Barat. Pada peperangan itu keduanya bertempur dengan gagah berani, tiada yang kalah. Masing-masing kembali ke negerinya. Cita-cita Sang Prabu Kediri tidak tercapai. Sedangkan kerajaan Sriwijaya tidak berani menyerang Kediri. Dengan sendirinya Raja Sriwijaya kemudian menyuruh utusannya
/29/ pergi kepada Maharaja Cina memberitahukan dan meminta bantuan Sang Maharaja Cina, karena Kerajaan Kediri ingin 5 menyerang Kerajaan Sriwijaya. Bukankah sudah lama Kerajaan Sriwijaya bersahabat dengan Kerajaan Cina. Begitu juga Kerajaan Kediri 10 sudah lama bersahabat dengan Kerajaan Cina. Kemudian Maharaja Cina mengutus dutanya dengan membawa dua pucuk surat 15 yaitu sepucuk surat untuk diberikan kepada Raja Sriwijaya, dan yang sepucuk lagi untuk diberikan kepada Raja Kediri. Hal ini 20 dilakukan oleh Sri Maharaja Cina supaya Kerajaan Kediri dan Kerajaan
/30/ Sriwijaya segera mengakhiri perseteruan di antara mereka. Serta segera mengadakan perundingan. Pada akhirnya 5 Raja Kediri mempertimbangkan kembali dan mengakhiri perseteruan dengan menjalin 10 persahabatan. Adapun yang dijadikan tempat mengadakan perjanjian persahabatan kedua negeri ituadalah Sundapura di Bumi Ja15 wa Barat. Serta yang menjadi saksinya dari beberapa negeri yaitu utusan dari Kerajaan Cina, utusan Kerajaan Yawana, Utusan Kerajaan 20 Syangka, utusan Kerajaan Singhala, utusan Kerajaan Campa, utusan Kerajaan Gha/31/
5
10
15
20
udi, dan beberapa utusan kerajaan dari Bumi Bharata. Dengan segala usaha yang sungguh-sungguh akhirnya selesailah dengan sempurna, dengan mempererat persahabatan dan saling bekerjasama di antara Kerajaan Sriwijaya dengan Kerajaan Kediri dalam segala hal, pada tahun seribu seratus empat (1104) Saka. Keduanya menaati perjanjian persahabatan itu. Kemudian Kerajaan Sriwijaya sejak saat itu menguasai pulau-pulau di Bumi Nusantara sebelah barat serta Kerajaan Sanghyanghujung. Sedangkan Kerajaan Kediri semenjak itu menguasai pulau-pulau
/32/ di Bumi Nusantara sebelah timur. Di antara kekuasaan Kerajaan Sriwijaya atau kerajaan-kerajaan 5 yang takluk kepada Kerajaan Sriwijaya adalah Tringgano, Pahang, Langkasuka, Kalantan, Jelutung, Semwang, Ta10 mralingga, Ghrahi, Palembang, Lamuri, Jambi, Dharmasraya, Kandis, Kahwas, Batak, Minangkabwa, Siyak, Ro15 kan, Kampar, Pane, Kampeharw atau Mandahiling, Tumihang, Parllak, dan di barat Lwas Samu20 dra, dan di Lamuri, Batan, Lampung, Barus, termsuk juga Jawa /33/ Barat di Bumi Sunda yaitu daerah yang berada di sebelah barat Sungai Cimanuk, atau di sebelah timur Sungai Citarum 5 ke sebelah barat. Adapun bagian timurnya merupakan daerah Kerajaan Kediri sampai Jawa Timur dan Mahasin dan sekitar Pulau 10 Sumatera. Sedangka yang termsuk kerajaan daerah atau taklukan kerajaan Kediri di antaranya yaitu Tuma15 pel, Medang, Hujung Ghaluh, Jenggi, daerah Jawa Tengah, Ghurun, dan pulau-pulau yang ada di Ghurun Tenggara, 20 Nusa Bali, Badahulu, Lwah Ghajah, Sukun di Taliwang, dan
/34/ Domposapi, Sanghyang Api, Bhim, Seran, Hutan, Lombok, Mirah, Saksakani, Ban5 tayan, Luwuk, kemudian dari pulaupulau Makasar, Butun, Banggawi,Kunir, Ghaliyao, Salaya, 10 Sumba, Solot, Muar, Wandan, Ambwan, Maloko, Timur,Tanjungnagara di Kapuhas, Kanti15 ngan, Sampit, dan Kutalingga, Kutawaringin, Sam(b)as, Laway, Kandangan di Landa, serta Su20 medang, Tirem, Sedu, Buruneng, Kalka, Saludung, Solot, Pa/35/ sir, Baritwa di Sawaku, Tabalung, Tanjungpura, dan beberapa puluh lagi kerajaankerajan kecil di pulau-pulau 5 sekitar Bumi Nusantara. Demikianlah kekuasaan Kerajaan Kediri berada di sebelah timur Bumi Nusanta10 ra. Dengan demikian kedua kerajaan -- Kediri dan Sriwijaya -- senantiasa baik dalam persahabatannya. Pada saat itu ada kerajaan 15 yang sudah berdiri di Sumatera bagian utara yaitu Kesultanan Par[l]lak sebagai kerajaan kecil. Yang menjadi sultan Parlak 20 lak yaitu Sayid Abdulajis yang bergelar
Sultan Alaiddin Syah.
/36/ Beliau memerintah kerajaan pada tahun seribu delapan puluh tiga sampai seribu seratus delapan (1083-1108) Tahun 5 Saka. Bukankah di Pulau Sumatera bagian utara banyak para pendatang dari Negeri Arab, Ghujarat di Bumi Bharata, Parsi, Negeri 10 Sopala, Negeri Kibti, Yaman di Bumi Hadramaut, Bagdad, serta yang lainnya lagi. Mereka -- para pendatang -- itu memeluk 15 agama, yaitu agama Rasul yakni Agama Islam. Sang sultan sendiri memeluk agama Islam aliran Syi’ah. [Adapun keturunannya 20 yaitu putri Raja Parlak]. Sesudahnya Sayid Abdulajis /37/ mangkat kemudian digantikan oleh putranya yaitu Sultan Alaiddin Abdurakim Syah 5 gelarnya. Sayid Abdurakman menjadi sultan pata tahun seribu seratus delapan (1108) Saka sampai seribu 10 seratus tigapuluh tiga (1133) Saka. Sementara itu Negeri Paseh di Bumi Sumatera bagian utara juga 15 sudah lama berdiri sebagai kerajaan kecil sejak tahun seribu lima puluh (1050) Saka. Adapun Sultan
20 Negeri Paseh yang pertama yaitu Sultan Abud Alkamil /38/ namanya. Karena itu lamanya seratus lima puluh tujuh tahun atau sampai tahun seribu dua ratus tujuh 5 (1207) Saka, sudah beberapa orang raja Negeri Paseh. Adapun Abud Almalik tersebut asal mulanya adalah 10 seorang laksamana angkatan laut Kerajaan Mesir dari Dinasti Fatimiyah. Dia diberi kekuasaan sebagai sultan 15 di Paseh di Bumi Sumatera bagian utara. Setelah menjadi Sultan Paseh maka raja-raja setelahnya disebut 20 Almalik dinastinya. Karena di Mesir terjadi pergantian dinasti /39/ sultan yang memerintahnya, dari Dinasti Fatimiyah ke Dinasti Mamaluk, yang juga disebut Dinasti Ayyub, 5 kemudian Sultan Mesir mengutus dutanya yaitu laksamana angkatan laut Sekh Ismail Asiddik namanya. 10 Sampailah ia di Pulau Sumatera bagian utara. Di situlah sang laksamana kemudian merajakan kepala daerah Paseh Marah Silu. Bukankah 15 dia dan para pengikutnya sudah memeluk agama Rasul. Marah Silu dirajakan olehnya menjadi
Sultan Paseh 20 dengan gelar Sultan Malikus Saleh. Menjadi Raja Paseh pada /40/ seribu duaratus tujuh (1207) Tahun Saka hingga seribu dua ratus sembilan 5 belas (1219) Tahun Saka. Sultan Malikus Saleh kemudian menikah dengan putri Perlak Ratu Ghang10 gansari namanya, ia putri Sultan Parlak Makhdum Alaiddin Muhammad Amin Syah ibnu Malik Abdulkadir. Adik 15 Putri Ghanggansari yaitu Ratu Ratna Komalasari dijadikan istri oleh Raja Tumasik yaitu Raja Iskandar 20 Syah. Adapun Sultan Makhdum Alaiddin Muhammad Amin Syah, /41/
menjadi Sultan Parlak pada seribu seratus enam puluh lima (1165) Tahun Saka sampai seribu seratus 5 delapan puluh sembilan (1189) Tahun Saka. Namanya adalah Sultan Makhdum Alaiddin Abdulkadir Syah. Menjadi Sultan 10 Parlak sendiri empat tahun, yaitu pada seribu seratus enam puluh satu (1161) Tahun Saka sampai seribu seratus enam 15 puluh lima (1165) Tahun Saka. Dia berkuasa sebagai sultan dari
hasil perebutan terhadap Sultan Alaiddin 20 Mughayat Syah dari Dinasti Abdulajis. Sultan Makhdum Alaiddin /42/ Abdulkadir Syah tersebut nama yang sesungguhnya adalah Wong Agung Meurah Abdulkadir. Adapun 5 Sultan Alaiddin Mughayat Syah atau sultan yang direbut kekuasaannya menjadi raja sendiri selama 10 tiga tahun yaitu pada seribu seratus lima puluh delapan (1158) Tahun Saka hingga seribu seratus enam 15 puluh satu (1161) Tahun Saka. Dia adalah putra Sultan Alaiddin Sayid Abas Syah ibnu Sayid Abdurakim Syah. 20 Sultan Sayid Abas Syah menjadi raja pada seribu seratus tiga puluh dua
/43/ (1132) Tahun Saka. sampai seribu seratus lima puluh delapan (1158) Tahun Saka. Kemudian 5 menurut kisahnya lagi, kakanda Putri Ghanggansari yaitu Sultan Kahdu Abdulmalik Syah namanya, 10 menggantikan ayahnya yaitu Sultan Makhdum Alaiddin Muhammad Amin Syah. Sultan Makhdum Abdulmalik Syah menjadi sultan pada 15 seribu seratus delapan
puluh sembilan (1189) Tahun Saka sampai pada seribu seratus sembilan puluh tujuh (1197) Tahun Saka 20 Seperti yang sudah diceritakan tadi, seluruh kerajaan /44/ di Bumi Sumatera diatur dan takluk kepada maharaja Sriwijaya. Demikian pula sultan-sultan 5 yang ada di Sumatera bagian utara sejak berdiri kerajaannya. Tetapi ada kekhawatiran, sultan tersebut semuanya tidak suka berbakti kepada 10 sang Maharaja Sriwijaya. Bukankah sultan yang ada di Sumatera bagian utara tersebut adalah pemeluk agama Islam. Sedangkan sang Maharaja 15 Sriwijaya memeluk agama Budhayana. Oleh karenanya Sultan Parlak yaitu Sultan Makhdum Abdulmalik Syah ibnu 20 Muhammad Amin Syah tidak mau berbakti dan tidak mau memberikan upeti kepada
/45/ Maharaja Sriwijaya. Sultan Abdulmalik sudah berkata, katanya, “ Kerajaanku ini kelak akan menjadi merdeka 5 tidak lagi berbakti kepada Maharaja Sriwijaya. Bersamanya Kerajaan Mesir dan Parsi, juga Kerajaan Ghujarat menjadi 10 pemimpin kerajaan-kerajaan di Bumi Sumatera serta diberinya bantuan bagi sultan-sultan yang ingin melepaskan diri
dari kekuasaan 15 Kerajaan Sriwijaya. Pada akhirnya sang maharaja mendengar hal itu, kemudian murka tiada berkeputusan. Oleh karena itu pada 20 seribu seratus sembilan puluh tujuh (1197) Tahun Saka, bala tentara /46/ Sriwijaya kemudian menyerang Sultan Parlak dan terjadilah pertempuran yang seru. Bala tentara Kerajaan Parlak kalah 5 perang dan dikuasai. Sedangkan Sultan Parlak gugur di medan perang. Bukankah pasukan Sriwijaya demikian besar 10 semuanya tidak terhitung banyaknya. Meskipun Kerajaan Sriwijaya mendapat bantuan dari Maharaja (Cina) di antaranya 15 yaitu senjata, perlengkapan perang, serta bermacam-macam barang, dengan tujuan untuk menjaga serangan musuh yang menyerbu 20 Bumi Sriwijaya, tetapi kemudian Sriwijaya kalah perang melawan bala /47/ tentara Singhasari yang dipimpin oleh Senapati Kebo Anabrang pada tahun itu juga. Kemudian 5 digantikan kisahnya sementara. Demikianlah. Adapun Kerajaan Tumapel kemudian disebut Kerajaan 10 Singhasari pada waktu sang Prabu Jayawiçnuwardhana menjadi raja, banyaklah
sahabatnya dari berbagai negeri. Beberapa di 15 antaranya yaitu, Kerajaan Sunda di Bumi Jawa Barat dengan Kerajaan Melayu Dharmmasraya di Bumi Sumatera. Kerajaan-kerajaan di Bumi 20 Sanghyang Hujung, kerajaankerajaan di Tanjungpura, kerajaankerajaan di Bumi Bharata, /48/ Kerajaan Singhala, kerajaan di Bumi Ghaudi, beberapa kerajaan di Bumi Sopala, Kerajaan-kerajaan Syangka, 5 Campa, Yawana, Tumasik, Singhanagari, Kerajaan Cina, dan banyak lagi yang lainnya. Raja Melayu Dhar10 mmaçraya yaitu Sri Trailokyaraja Maulibhuçana Warmmadéwa gelarnya, memperistri Putri Raja Syangka. 15 Dari perkawinannya mempunyai anak beberapa orang. Tiga orang di antaranya masing-masing yaitu yang tertua di 20 kemudian hari menggantikan ayahnya menjadi raja dengan gelar /49/ Tribhuwanaraja Mauliwarmmadéwa. Yang kedua perempuan, Darakencana namanya. Dan yang ketiga 5 Darapuspa namanya, serta masih ada beberapa lagi anak Raja Melayu ini. Pada waktu Prabhu Kertanagara menjadi 10 rajamuda Singhasari memperistri Darakencana.
Sedangkan Darapuspa diperistri oleh rajamuda Kerajaan Sunda yaitu 15 Rakryan Saunggalah Sang Prabhu Ragasuci namanya. Dari perkawinannya, Prabhu Kertanegara dengan Darakencana lahirlah beberapa orang 20 anak.Dua orang di antaranya yaitu Darajingga namanya dan Dara/50/ petak namanya. Dari perkawinan Darapuspa dengan Rakryan Saunggalah lahirlah beberapa orang anak, salah 5 satu di antaranya yaitu sang Prabhu Citragandha Bhuwanaraja gelar kebesarannya, kelak menggantikan mertuanya 10 yaitu Prabhu Ghuru Dharmmasiksa menjadi raja Sunda. Pada saat sang Tribhuwanarajamauli Warmmadewa berkuasa 15 di Kerajaan Melayu Dharmmaçraya, Maharaja Cina na tidak berkeinginan menaklukkan kerajaan-kerajaan yang ada di pulau-pulau Bumi Nu20 santara. Seperti Kerajaan Melayu dan kerajaankerajaan lainnya yang ada /51/
di Sumatera. Sedangkan Kerajaan Sriwijaya sebagai penguasa Sumatera bagian utara dijadikan sahabat 5 oleh Maharaja Cina. Padahal sesungguhnya ada keinginan untuk mengalahkan dan menguasai Bumi Nusantara, menjadi raja segala raja. 10 Oleh sebab itu Maharaja Cina
selamanya bersahabat dengan Kerajaan Sriwijaya, serta juga memberikan bantuan segala macam perlengkapan 15 perang dan keperluan kerajaan olehnya pada waktu Sultan Parlak melepaskan negaranya dari kekuasaan 20 Kerajaan Sriwijaya. Sang Sultan berdamai dan mencari bantuan /52/
5
10
15
20
kepada Kerajaan Singhasari. Pada seribu seratus sembilan puluh tujuh (1197) Tahun Saka Raja Singhasari Sri Maharaja Kartanagara mempersiapkan bala tentaranya menuju ke Negeri Melayu dipimpin oleh Sang Kebo Anabrang sebagai Panglima Angkatan Laut dan Panglima Perang. Bala tentara Singhasari berangkat dengan segala peralatan perang dan perlengkapannya. Balatentara Singhasari yang berangkat ke seberang memiliki tujuan yang banyak, di antaranya yaitu ingin menjalin persahabatan dengan Kerajaan Melayu, Kerajaan Parlak, dan kerajaan-kerajaan yang ada
/53/ di pulau-pulau di Bumi Nusantara. Selain itu keberangkatan Sang Kebo Anabrang ke Sumatera dengan 5 membawa pulang permaisuri yaitu Darakencana, istri Sri Maharaja Kertanagara, karena sang permaisuri ingin
10 tinggal di Negeri Melayu, yaitu negerinya. Balatentara Singhasari dijadikan pemimpin bagi kerajaan-kerajaan yang 15 takluk kepada Kerajaan Singhasari termasuk negara yang sudah menjadi sahabat dan meminta agar terus menjalin persahabatan dengan Sri Maharaja Kerta20 nagara. Sebagai sahabat mereka, angkatan laut Singhasari selalu berkeliling /54/ ke negeri-negeri seberang yaitu Sanghyang Hujung, Tanjungpura, termasuk Bakulapura, Makasar termasuk pulau5 pulaunya, Ghurun, Seran, dan pulau-pulau di sekitarnya, Sunda di Bumi Jawa Barat, Ambun, Maloko, dan pulau-pulau 10 di sekitarnya, dan banyak lagi yang lainnya. Oleh karena itu, ketika Sultan Parlak diserang oleh balatentara Sriwijaya, 15 balatentara Singhasari datang ke situ, melepaskan Kerajaan Parlak yang ada di Pulau Sumatera bagian utara. Akhirnya 20 balatetara Sriwijaya melarikan diri karena kalah. Maharaja Cina /55/ marah ketika mengetahui balatentara Singhasari uggul perangnya. Tetapi balatentara Cina tidak 5 nembalas serangan itu, karena di dalam negerinya juga banyak pemberontakan. Selain itu balatentara Cina
juga sedang menaklukkan 10 beberapa negeri yang jauh. Serta balatentara Singhasari tidak memusuhi balatentara Cina, karena Kerajaan Singhasari dengan Kerajaan 15 Cina bersahabat. Kemudian ketika putri Sri Maharaja Kertanagara dari permaisuri Darakencana yaitu Putri 20 Darajingga dijadikan istri oleh sang Rajamuda Melayu Sri Wiswarupaku-
/56/ mara putra Raja Melayu Dharmmaçraya Tribhuwanaraja Mauliwarmmadéwa pada seribu dua ratus 5 tiga (1203) Tahun Saka. Sri Kertanagara diberi hadiah arca Amoghapāça dan surat dari Raja 10 Melayu dengan beberapa orang mentri raja, ahli nujum, dan balatentara Singhasari. Sangat senanglah hati rakyat negeri 15 Melayu, dirajai oleh Raja Melayu Tribhuwanaraja Mauliwarmmadéwa. AdapunTribhuwanaraja dengan Darake20 ncana itu kakak beradik. Jadilah Sri Wiswarupakumara dengan istrinya yaitu /57/
Darajingga saudara satu kakek. Kemudian sang mahakawi dari Sundagiri dan sang mahakawi 5 (Swarnabhumi) mengisahkan lagi demikian, tentang hubungan saudara
dari keluarga besar Raja Sunda, Raja Melayu, dan Raja Jawa. 10 Adapun Raja Sunda Prabu Ghuru Darmasiksa dengan gelar Prabu Sanghyang Wiçnu atau disebut juga Sang Paramārtha Mahāpurusa 15 namny yang lain beristrikan putri dari Swarnabhumi, keturunan Maharaja Ssanggramawijayottunggawarman yang suda turun20 temurun. Dari perkawinannya dengan putri Swarnabhumi Raja Sunda berputera /58/ beberapa orang, dua orang di antaranya masing-masing yaitu, pertama Rakryan Jayagiri yaitu Rakryan 5 Jayadarma namanya yang lain; kedua Rakryan Saunggalah atau sang Prabhu Ragasuci namanya yang lain, kemdian disebut sang 10 Mokteng Taman. Oleh Prabhu Jayawiçnuwardhana, Rakryan Jayadarma dinikahkan dengan keluarganya yaitu Dewi 15 Singhamurti namanya, ia adalah putri Mahisa Campaka. Menurut sang mahakawi Jawa, Dewi Singhamurti itu namanya 20 Dyah Lembu Tal. Dari perkawinannya, Dewi Singhamurti dengan /59/ Rakryan Jayadarma berputeralah Sang Nararya Sanggramawijaya. Menurut sang mahakawi dari Jawa, 5 Sang Nararya Sanggramawijaya menjadi Raja Wilwatikta yang pertaman dengan gelar
Kretarajasa Jayawardana atau Rahadyan Wijaya 10 namanya yang lain. Sedangkan adik Rakryan Jayadarma yaitu Rakryan Ragasuci menikah dengan putri Maharaja Trailokyaraja 15 Maulibhuçanawarmmadewa, Raja Melayu Dharmaçraya yaitu Darapuspa namanya. Dan kakaknya Darapuspa 20 yaitu Darakencana dijadikan istri oleh Prabhu Kretanagara. Dan kakandanya
/60/ Darakencana yaitu Tribhuwanaraja Mauliwarmmadéwa dijadikan rajamuda pada waktu itu juga. Kemudian 5 dinobatkan menjadi raja menggantikan ayahnya. Adapun Rakryan Sunu Jayagiri Sang Jayadarmma tidak pernah menjadi Raja Sunda di 10 Bumi Jawa Barat karena beliau meninggal waktu ayahnya masih hidup. Karena itu, Dewi Singhamurti 15 dengan putranya yaitu Raden Wijaya waktu masih kanak-kanak kembali ke negeri asalnya hidup bersama mertuanya yaitu Mahisa Campaka. 20 Ketika sang putera menginjak remaja, ia sangat pandai, mahir dalam segala ilmu, /61/
mahir memanah dan mahir dalam ilmu kenegaraan serta ilmu yang lainnya. Karena sang putera tinggal di 5 keraton Singhasari bersama
saudaranya yaitu Prabu Kretanagara, serta dia selalu belajar kepada beberapa menteri dan senapat, sang 10 prabu, dan orang-orang yang mahir dalam ilmu pengetahuan. Karena itu, oleh Sang Prabhu Kretanagara, sang putera yaitu Raden Wijaya dijadikan senapati 15 angkatan perang Singhasari. Adapun perkawinan Sang Prabu Ragasuci dengan puteri Melayu Darapuspa berputera beberapa orang, 20 salah satu di antaranya Sang Prabu Citraghanda Bhuwanaraja, yang menggantikan /62/ ayahnya yaitu Sang Prabu Ghuru Dharmasiksa menjadi raja Sunda. Waktu pertama mulai Raden Wijaya menjadi raja 5 Wilwatikta, mertuanya yaitu Sang Prabu Ghuru Dharmasiksa sudah berpesan kepada cucunya, “janganlah kamu memaksakan kehendak atau 10 ingin menyerang dan menguasai Bumi Sunda, karena sudah dikelilingi oleh saudaramu nanti kalau aku sudah meninggal. Karena negaramu sudah 15 besar, aman, dan sentosa. Aku tahu keutamaan cucuku dalam keunggulan dan kemenangan atas musuhmu, nanti engkau akan menjadi raja besar. 20 Itu adalah takdir dari Hyang Tunggal yang sudah menjadi
/63/ suratannya. Seyogyanya Kerajaan Jawa dengan Kerajaan Sunda saling berdekatan erat,
bekerja bersama-sama, 5 saling mengasihi di antara saudara! Karena itu janganlah saling menyerang kekuasaan kerajaan masing-masing, sehingga 10 menjadi baik, selamat, dan sejahtera! Jikalau Kerajaan Sunda mendapat kesusahan, Wilwatikta sedapat-dapatnya memberikan bantuan, demikian juga Kerajaan Sunda 15 kepada Wilwatikta!” Kemudian amanat Sang Prabu Ghuru Darmasiksa selalu ditaati oleh Raden Wijaya dengan 20 setia, serta menepati janjinya. Demikianlah, sejak berdiri Kerajaan /64/ Wilwatikta sampai pada enam puluh tahun Kerajaan Sunda dengan Kerajaan Wilwatikta 5 senantiasa rukun bersaudara, tidak pernah ada permusuhan, tidak pernah terjadi penyerangan antara Sunda dan Jawa. Kelak 10 dengan perbuatan tercela yang dilakukan oleh sang Patih Amangkubhumi Ghajah Madalah hancurnya persaudaraan 15 antara orang Sunda dengan orang Jawa. Pada permulaan Raden Wijaya menjadi raja, di Kerajaan Sunda yang menjadi raja 20 adalah sang Prabu Guru Darmasiksa, yang bertahta pada seribu sembilan puluh /65/ tujuh (1097) sampai seribu dua ratus sembilan belas (1219) Tahun Saka. Kemudian
digantikan oleh puteranya 5 yaitu Prabu Ragasuci, yang memerintah selama enam tahun. Raja Sunda Prabu Ragasuci adalah saudara Raden Wijaya. 10 Oleh sebab itu raja Wilwatikta pertama yaitu keturunan bangsawan, karena dari pihak ayahnya dia adalah cucunda 15 Prabu Ghuru Darmasiksa yaitu raja Sunda di Bumi Jawa Barat dari ibunya. Dia adalah cucu dari Ratu Angabhaya (Pelindung) 20 Kerajaan di Bumi Jawa Timur. Sedangkan saudaranya yaitu Sri Maharaja /66/ Kretanagara menjadi raja besar di Bumi Nusantara. Selanjutnya Raden Wijaya telah membuat 5 perjanjian yaitu perjanjian persaudaraan dengan semua raja-raja daerah di Bumi Jawa Barat karena mereka semua 10 satu keluarga. Lebih-lebih Raja Sunda sang Prabhu Dharmasiksa adalah mertuanya, Raden Wijaya senantiasa 15 menghormati dan mempersembahkan hadiah benda-benda berharga kepada ayahnya. Kemudian sang Prabu Ghuru memberkati 20 cucundanya. Pada masa sang kakek Sanggramawijaya menjadi /67/ Raja Wilwatikta, di antara kerajaan-kerajaan di Bumi Nusantara saling bersahabat dengan erat seakan-akan
5 bersaudara. Akhirnya Kerajaan Wilwatikta dijadikan kerajaan luar biasa di Bumi Nusantara. Setiap negara mengirimkan 10 utusannya, tinggal di negara sahabatnya. Kelak oleh Patih Amangkubhumi Ghajah Mada semua 15 sahabat Kerajaan Wilwatikta dijadikan taklukan Wilwatikta. Negeri yang tidak mau takluk kemudian 20 dibuatnya bertekuk lutut. Tetapi tidak semua negeri di Bumi Nusantara /68/ takluk kepada Kerajaan Wilwatikta. Semenjak Kerajaan Melayu takluk kepada Kerajaan Sriwijaya 5 lama antaranya. Tetapi setelah itu Kerajaan Singhasari kemudian menyerang Swarnabhumi, dan Kerajaan Sriwijaya sendiri 10 tidak kuat menahan serangan dari balatentara Singhasari. Bukankah Sri Kretanagara menjadi menantu Raja Melayu. 15 Karena itulah Kerajaan Singhasari menjadi pemimpin Kerajaan Melayu. Sedangkan balatentara Sriwijaya melarikan diri 20 ke utara. Kemudian sesudah itu Sri Kertanagara mangkat, di /69/ Swarnabhumi berdirilah kerajaan-kerajaan kecil yang masing-masing berkuasa sebagai 5 kerajaan merdeka.
Terutama di Swarnabhumi bagian utara beberapa kerajaan Islam berdiri, yang menurut kabar 10 berada di tepi pantai. Salah satu di antaranya ialah kerajaan Islam yang bernama Kerajaan Paseh di 15 daerah Swarnabhumi bagian utara. Rajanya disebut sultan karena agamanya Islam. Sultan Paseh 20 yaitu Al Malik Assaleh nama gelarnya. Beliau menjadi /70/ Raja Pasai lamanya dua belas tahun, yaitu pada seribu dua ratus tujuh (1207) Tahun 5 Saka hingga pada seribu dua ratus sembilan belas (1219) Tahun Saka. Sesudah beliau mangkat, kemudian 10 digantikan oleh puteranya yaitu Sultan Muhammad Al Malik Al Jahir namanya. Beliau menjadi 15 sultan selama dua puluh delapan tahun, yaitu pada seribu dua ratus sembilan belas (1219) Tahun Saka hingga 20 seribu dua ratus empat puluh tujuh (1247) Tahun Saka. /71/
Kemidian digantikan oleh puteranya yaitu Sultan Ahmad dengan bergelar Sultan Ali Jainal 5 Abiddin Al Jahir.
Sultan Ahmad memerintah kerajaannya pada seribu dua ratus empat puluh tujuh (1247) sampai dengan seribu 10 dua ratus sembilan puluh tujuh (1297) Tahun Saka. Beliau menjadi Sultan Paseh sendiri selama lima puluh 15 tahun. Oleh karena itu beliau menjadi gurubesar agama Islam. Sedangkan singgasana kerajaan diserahkan kepada puteranya 20 yang hampir sama namanya yaitu Sultan Jaenal Abidin namanya. /72/ Sementara itu Sultan Ahmad wafat pada seribu tiga ratus dua puluh tujuh (1327) Tahun Saka. 5 Sultan Jainal Abidin menikah, pada waktu ia menjadi raja muda yaitu pada seribu dua ratus enam puluh 10 delapan (1260) Tahun Saka. Karena itu Sultan Jainal Abidin lamanya menjdi Sultan Paseh yaitu tiga puluh 15 satu tahun, yaitu seribu dua ratus sembilan puluh tujuh (1297) Tahun Saka sampai dengan seribu tiga ratus dua puluh 20 delapan (1328) Tahun Saka. Sultan Jainal Abidin menurunkan beberapa /73/ orang anak. Beberapa orang di antaranya yaitu yang tertua perempuan, Ratu Bhuhayya namanya. 5 Kemudian menurut kabarnya
lagi, Ratu Bhuhayya itu disebut sang Ratu Anisah Halli, yaitu namanya 10 pada waktu kecil. Adapun Ratu Bhuhayya dijadikan istri oleh Abdullah Salahhuddin ibnu Hasyim. Sesudah Sultan 15 Jainal Abidin wafat, Abdullah Salahhuddin menggantikannya menjadi Raja Paseh, tetapi dia sendiri lamanya bertahta dua 20 tahun. Ini karena Sultan Abdullah Salahhuddin gugur di medan perang melawan /74/ Raja Nakur pada seribu tiga ratus tiga puluh (1330) Tahun Saka. Tetapi Kerajaan Paseh tidak dapat dikuasai, 5 karena balatentara kerajaan tidak dapat dikalahkan, apalagi angkatan lautnya. Pada waktu itu sang permaisuri yaitu 10 Ratu Bhuhayya sangat berduka cita. Ingin sekali ia membalas kematian suaminya kepada Raja Nakur. Kemudian raja isteri dinobatkan mnjadi raja Paseh 15 sementara, menggantikan suaminya yag gugur. Berkatalah ia sang raja isteri kepada semuanya, “barang siapa yang dapat membunuh Raja Nakur, 20 maka ia kan dirajakan di Kerajaan Paseh dan dia dijadikan suami raja isteri”. /75/
Setahun kemudian, balatentara Raja Nakur menyerang lagi negeri Paseh. Pada saat itu juga pecahlah perang
5 dengan hebatnya, tetapi balatentara Raja Nakur kalah dan melarikan diri pulang ke negerinya. Sedangkan Raja Nakur dibunuh oleh 10 tentara angkatan laut Paseh. Tidak ada yang tahu, mayat Raja Nakur dibawa kepada sang raja istreri. Suka citalah hati 15 sang ratu dengan balatentara Paseh yang meang berperang. Kemudian tentara yang dapat membunuh Raja Nakur dirajakanlah 20 menjadi Sultan Paseh degan gelar penobatannya Sultan Hassan Sa/76/ lahuddin, serta dijadikan suami oleh sang Ratu Bhuhayya. Lamanya tiga tahun saja, selanjutnya adik 5 Ratu Buhayya yaitu Said namanya tidak senang melihat kelakuan sang sultan yang tidak baik kepada balatentara dan 10 rakyatnya. Semua pembesar, gurubesar agama Islam, dan para ahli nujum, raja-raja daerah dan keluarga besar 15 istana serta orang banyak tidak senang kepada sultan yang baru. Karena tingkah lakunya tidak senonoh dan perbuatan 20 menghukum orang banyak, para ahli nujum, dan balatentara yang salah dilakukan /77/
sultan dengan sangat kejam. Sudah banyak orang-orang yang dijatuhi hukuman mati
hanya karena kesalahan yang tak 5 seberapa. Oleh karena itu, adik Ratu Bhuhayya yaitu Said kemudian berhasil membunuh sultan pada seribu tiga ratus 10 tiga puluh empat (1334) Tahun Saka. Kemudian beliau menjadi Sultan Paseh dengan nama nobatnya Sultan 15 Said Jainal Abiddin. Beliau menjadi sultan lamanya tujuh tahun, yaitu pada seribu tiga ratus tiga puluh 20 empat (1334) Tahun Saka sampai dengan seribu tiga ratus empat puluh /78/ satu (1341) Tahun Saka. Selanjutnya digantikan oleh puteranya yaitu Sultan Abdulmalik 5 Haidar ibnu Said Jainal Abiddin gelarannya. Lamanya menjadi raja sendiri empat tahun, yaitu 10 pada seribu tiga ratus empat puluh satu (1341) Tahun Saka sampai dengan seribu tiga ratus empat puluh lima (1345) 15 Tahun Saka. Sultan ini menurunkan beberapa orang anak, salah satu di antaranya yang tertua perempuan yaitu Ratu Nahrisah 20 namanya. Kemudian Ratu Nahrisah menjadi Raja Paseh pada /79/ seribu tiga ratus empat puluh lima (1345) Tahun
5
10
15
20
Saka sampai dengan seribu tiga ratus sembilan puluh (1390) Tahun Saka. Adapun Kerajaan Paseh pada masa Sultan Ahmad atau Sultan yang bergelar Ali Jainal Abiddin berkuasa sebagai sultan penyelang, pada seribu dua ratus tujuh puluh satu (1271) Tahun Saka, Kerajaan Paseh berada di bawah kekuasaan Kerajaan Wilwatikta. Tunda dahulu kisah itu sementara, marilah kembali melanjutkan kisah tentang para pendatang dari beberapa negeri di pulau-pulau
/80/ di Bumi Nusantara. Adapun yang mula-mula menjadi tujuan kedatangan mereka yaitu di antaranya 5 berbuat kebajikan dalam perniagaan berbagai macam barang-barang, pakaian, perhiasan, berbagai kebutuhan rumah tangga, bahan 10 makanan, bermacam-macam perhiasan dari emas, perak, yang sangat elok buatannya, juga berbagai macam perhiasan 15 raja-raja, permaisuri, dan banyak-banyak lagi. Tetapi ada juga yang datang di situ sambil menyebarkan agamanya. 20 Adapun kebanyakan para pendatang dari negeri-negeri Arab bagian /81/
selatan Parsi dengan menggunakan perahu-perahu besar, Syam,
5
10
15
20
Kibti, di negerinya mereka memeluk agama Rasul, di antara mereka satu atau dua orang ada yang kemudian tinggal di Pulau Sumatera bagian utara, serta di kota Warughasik di Pulau Jawa. Selain itu juga ada yang mengajarkan agama Islam, tetapi pada umumnya penduduk pribumi di Pulau Jawa masih memeluk agama Hindu Siwa, agama Budha, agama Hindu Waisnawa, dan kepercayaan kepada roh nenek moyang. Sedangkan penduduk di Pulau Sumatera memeluk agama Budha. Oleh karena agama
/82/ Rasul yang diajarkan kepada penduduk tidak berhasil menyebar ke desadesa, kecuali satu atau 5 dua orang penduduk saja, maka para gurubesar agama Islam selalu merasa khawatir karena pada umumnya penduduk, 10 balatentara, para menteri kerajaan, dan sang mahaprabu pun tidak berniat untuk mengganti agamanya. Tetapi di 15 Pulau Sumatera bagian utara sudah banyak orang Arab dan Parsi, Syam, Kibti, dan sebagainya yang sudah lama tinggal 20 di situ. Oleh karenanya, Syekh Hibatullah dari negeri Parsi datang /83/ ke Pulau Sumatera, kemudian
datang ke Pulau Jawa lalu kembali lagi ke Pulau Sumatera. Anak-cucunya ada 5 yang kemudian tinggal di Pulau Jawa, Sumatera, dan Semenanjung (Malaya), India, negeri Cina, negeri Campa, dan sebagainya. 10 Cucunya yang perempuan tinggal di Jawa Timur, dan meninggal pada seribu empat (1004) Tahun Saka. Suaminya adalah 15 saudagar kaya raya dari Sumatera. Ia menurunkan beberapa orang anak yang tinggal di Pulau Jawa, ada juga yang tinggal di Pulau Sumatera, 20 dan tinggal di negeri-negeri lainnya. Adapun Sekh Sayid Hibatallah ibnu Muhammad /84/ bersama dua orang saudaranya kemudian pergi ke Sumatera, tinggal di situ selama beberapa tahun. 5 Kemudian kembali lagi ke negerinya. Selain itu, Sekh Sayid ini adalah keturunan dari Sayidina Ali ibnu Abithalib 10 menantu Baginda Rasul Muhammad. Kemudian, menurut kabarnya pula, Sekh Sayid Hibatallah menurunkan anak beberapa orang, dua orang 15 di antaranya yaitu Sekh Sayid Maimun dan Sekh Muhammad Saleh. Adapun Sekh Sayid Maimun menurunkan beberapa orang anak, 20 salah satu di antaranya Phatimah, yang menikah dengan Sayid Abuhasan
/85/ saudagar kayaraya dan tinggal di Jawa Timur. Dari perkawinannya dikaruniai beberapa orang 5 anak, di antaranya Sekh Sayid Abdurahman yang tinggal di kota Tarim negeri Arab bagian selatan. Sedangkan putra-putra yang lainnya 10 ada yang tingal di Pulau Jawa, Ghujarat, dan Sumatera. Sekh Sayid Abdurahman dikaruaniai anak beberapa orang. Salah 15 satu di antaranya perempuan yaitu Sarah dijadikan isteri oleh Sayid Abdulmalik serta berputera beberapa orang yang tinggal di situ, 20 dan ada juga yang tinggal di Pulau Jawa. Sedangkan adik /86/ Sekh Sayid Maimun yaitu Sekh Muhammad Saleh pergi dari negeri Parsi. Kemudian tinggallah ia 5 di Paseh di Pulau Sumatera bagian utara. Sekh Muhammad Saleh menikah dengan putri Sultan Paseh yaitu Rogayah, 10 ia adalah putri Sekh Sayid Burhannudin Ibrahim, yang bergelar Sultan Malik Ibrahim Makdum. Adapun Sekh 15 Sayid Burhannudin Ibrahim ini asal mulanya adalah dari Ghujarat di negeri Bharata (India), ia adalahputra Sekh Sayid Mahdum 20 Sidik. Ibunya adalah putri dari Dinasti Nabdhabar di negeri Bharata.
/87/ Sebelum itu, Sekh Sayid Makdum pada awalnya tinggal di negeri Parsi dan beristrikan kepada 5 seorang wanita Parsi yang kemudian menurunkan beberapa orang anak. Salah seorang di antaranya ilah Sekh Sayid Hibatallah. Selanjutnya seluruh 10 anak-cucu Sekh Sayid Makdum Sidik menjadi gurubesar agama Islam yang berada di berbagai negeri. Selain itu juga 15 menjadi raja di beberapa negara. Tiada lain karena mereka adalah keturunan Baginda Rasul Muhammad. Adapun Kerajaan 20 Paseh itu pendek kata demikian, sejak seribu lima puluh (1050)