PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk LAPORAN KEUANGAN PADA TANGGAL DAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) DAN LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN
PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk LAPORAN KEUANGAN PADA TANGGAL DAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009)
DAFTAR ISI
Pernyataan Direksi
Laporan Auditor Independen Ekshibit Laporan Posisi Keuangan
A
Laporan Laba Rugi Komprehensif
B
Laporan Perubahan Ekuitas
C
Laporan Arus Kas
D
Catatan atas Laporan Keuangan
E
Ekshibit A PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) Catatan
2011
2010
2009
KAS DAN SETARA KAS
2c,e,3
166.696
334.479
165.759
DEPOSITO BERJANGKA
2e,4
INVESTASI NETO SEWA PEMBIAYAAN Piutang sewa pembiayaan – setelah dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai sebesar Rp 10.362, Rp 9.154 dan Rp 40.954 masing-masing pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009
2e,f,5
PIUTANG PEMBIAYAAN KONSUMEN Piutang pembiayaan konsumen – setelah dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai sebesar Rp 50.432, Rp 64.115 dan Rp 172.094 masing-masing pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009 Pihak ketiga Pihak berelasi
2e,g,6
ASET PAJAK TANGGUHAN - Bersih
2r,13c
ASET TETAP– setelah dikurangi akumulasi penyusutan sebesar Rp 87.381, Rp 72.326 dan Rp 59.331 masing-masing pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009
2j,7
DEPOSITO DAN KAS YANG DIBATASI PENGGUNAANNYA
2c,e,8
ASET KEUANGAN DERIVATIF - Bersih ASET LAIN-LAIN Bersih
ASET
JUMLAH ASET
64.000
-
-
1.084.706
511.442
167.261
3.648.429 17.434
2.793.652 13.051
1.908.006 8.159
4.403
6.337
27.100
204.196
144.972
54.864
130
127
1.076
2e,o,p,9
39.975
5.584
12.102
2d,e,h,i,p 10,23
74.808
60.447
48.653
5.304.777
3.870.091
2.392.980
2d,23
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan pada Ekshibit E terlampir yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan secara keseluruhan
Ekshibit A/2 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN (Lanjutan) 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) Catatan
2011
2010
2009
LIABILITAS DAN EKUITAS LIABILITAS Pinjaman yang diterima Utang pajak Beban yang masih harus dibayar Imbalan pasca kerja Utang dividen Utang obligasi – setelah dikurangi biaya emisi obligasi yang belum diamortisasi sebesar Rp 3.369 dan Rp 849 masing-masing pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 Utang lain-lain
2e,k,p,11 13a 2e,p,14 2m,22 2e,21
2.316.065 20.629 64.195 11.208 456
1.592.513 21.412 72.513 10.228 456
656.663 25.357 74.549 10.911 43.538
481.631 44.361
159.151 72.968
47.792
2.938.545
1.929.241
858.810
15
380.170 357.906
380.170 357.906
380.170 357.906
21 31
6.000 1.622.156
6.000 1.196.774
3.000 793.094
JUMLAH EKUITAS
2.366.232
1.940.850
1.534.170
JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS
5.304.777
3.870.091
2.392.980
2e,l,12 2e,p
JUMLAH LIABILITAS EKUITAS Modal saham - nilai nominal Rp 500 (nilai penuh) per saham Modal dasar - 1.000.000.000 saham Modal ditempatkan dan disetor penuh – 760.339.281 saham Tambahan modal disetor - bersih Saldo laba Telah ditentukan penggunaannya Belum ditentukan penggunaannya
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan pada Ekshibit E terlampir yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan secara keseluruhan
Ekshibit B PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
PENDAPATAN Pembiayaan konsumen Sewa pembiayaan Bunga Lain-lain
Catatan
2011
2010
2009
2d,e,g,n,16,23 2e,f,n 2e,n,17 2e,j,n,20
849.514 149.736 10.465 238.631
660.782 69.580 13.200 178.369
618.865 49.079 28.828 212.818
1.248.346
921.931
909.590
296.452 144.730 17.646 158 4) (
249.626 180.132 12.985 75.000 54)
Jumlah Pendapatan BEBAN Umum dan administrasi Keuangan Pemasaran Kerugian penurunan nilai Rugi (laba) selisih kurs – bersih (Keuntungan) kerugian dari perubahan nilai wajar instrumen keuangan derivatif - bersih
2i,j,l,m,n,19 2e,k,l,n,18 2n 2e,5,6,10 2p 2e,o
382.942 282.661 24.382 29.011 1 (
(
126 )
40
(
165)
Jumlah Beban
718.871
459.022
517.524
LABA SEBELUM PAJAK PENGHASILAN
529.475
462.909
392.066
102.159 1.934
97.238 3.594
77.260 13.438
Jumlah Pajak Penghasilan
104.093
100.832
90.698
LABA BERSIH TAHUN BERJALAN
425.382
362.077
301.368
PAJAK PENGHASILAN Kini Tangguhan
2r 13b 13c
PENDAPATAN KOMPREHENSIF LAIN
-
JUMLAH LABA KOMPREHENSIF LABA PER SAHAM DASAR (dinyatakan dalam Rupiah penuh)
-
-
425.382
362.077
301.368
559
476
396
2s,26
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan pada Ekshibit E terlampir yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan secara keseluruhan
Ekshibit C
PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
Catatan
Modal saham
Saldo pada tanggal 31 Desember 2008
380.170
Dividen tunai tahun 2008 Dividen tunai interim tahun 2009 Penggunaan saldo laba untuk cadangan umum Jumlah laba komprehensif tahun 2009
21 21 21
-
Saldo pada tanggal 31 Desember 2009 31
Saldo pada tanggal 1 Januari 2010 setelah penyesuaian terkait penerapan awal PSAK No. 55 (Revisi 2006)
31
Saldo pada tanggal 31 Desember 2011
-
21 21
-
-
357.906
380.170
357.906
380.170
619.421
1.357.497
81.356 ) ( 43.339 ) ( 3.000 ) 301.368
3.000
793.094
1.534.170
103.909
103.909
3.000
897.003
1.638.079
( 3.000 (
59.306 ) ( 3.000 ) 362.077
-
6.000 -
357.906
Jumlah ekuitas
( ( 3.000 (
-
-
-
-
-
-
Saldo laba Telah ditentukan Belum ditentukan penggunaannya penggunaannya
357.906
380.170
Saldo pada tanggal 31 Desember 2010 Jumlah laba komprehensif tahun 2011
357.906
380.170
Penyesuaian terkait penerapan awal PSAK No. 55 (Revisi 2006)
Dividen tunai tahun 2009 Penggunaan saldo laba untuk cadangan umum Jumlah laba komprehensif tahun 2010
Tambahan modal disetor - bersih
6.000
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan pada Ekshibit E terlampir yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan secara keseluruhan
81.356 ) 43.339 ) -
301.368
59.306 ) 362.077
1.196.774
1.940.850
425.382
425.382
1.622.156
2.366.232
Ekshibit D PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk LAPORAN ARUS KAS UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 2011 ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI Penerimaan dari transaksi pembiayaan Pembiayaan konsumen Sewa pembiayaan
Penerimaan dari pendapatan bunga Penerimaan bersih dari aktivitas operasi lainnya Administrasi Asuransi Denda Lain-lain
Pembayaran atas: Beban bunga Pinjaman – Rupiah Pinjaman – USD Pinjaman – JPY Obligasi Biaya administrasi bank
2010
2009
4.158.534 651.615
3.389.482 322.652
3.120.263 285.625
4.810.149
3.712.134
3.405.888
10.250
12.584
29.465
113.036 77.364 69.826 19.320
72.106 72.782 60.225 44.110
58.351 50.663 60.251 43.541
279.546
249.223
212.806
( ( ( ( (
180.929) ( 69.680) ( 241) ( 24.543) ( 1.511) (
94.887) ( 31.543) ( 1.818) ( 13.493) ( 881) (
84.160) 11.607) 16.958) 14.921) 713)
(
276.904) (
142.622) (
128.359)
(
405.010) (
318.878) (
227.011)
( (
4.654.691 )( 1.087.067 )(
3.584.267) ( 1.878.227) 570.392) ( 93.831)
(
5.741.758 )(
4.154.659) ( 1.972.058)
Arus kas (untuk) dari aktivitas operasi sebelum pembayaran pajak penghasilan Pembayaran pajak penghasilan
( (
1.323.727 )( 100.920 )(
642.218) 1.320.731 102.054) ( 101.567)
Arus kas bersih (untuk) dari aktivitas operasi
(
1.424.647) (
744.272)
( (
64.000) 5.935 82.688) (
1.519 105.026) (
1.276 12.777)
(
140.753) (
103.507) (
11.501)
Pembayaran beban umum dan administrasi Pembayaran untuk transaksi pembiayaan baru Pembiayaan konsumen Sewa pembiayaan
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI Penempatan Deposito berjangka Penerimaan dari penjualan aset tetap Perolehan aset tetap Arus kas bersih untuk aktivitas Investasi
-
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan pada Ekshibit E terlampir yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan secara keseluruhan
1.219.164
Ekshibit D/2
PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk LAPORAN ARUS KAS (Lanjutan) UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
2011 ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN Penerimaan dari: Pinjaman yang diterima Standard Chartered Bank PT Bank Permata Tbk PT Bank Pan Indonesia Tbk PT Bank Internasional Indonesia Tbk PT Bank Victoria International Tbk PT Bank Danamon Indonesia Tbk PT Bank BPD Jawa Barat & Banten Tbk PT Bank Hana LIM Asia Special Situations Master Fund Limited PT IFS Capital Indonesia PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk PT BCA Finance PT Bank Sinarmas Tbk PT ANZ Panin Bank PT Bank Central Asia Tbk PT Bank CIMB Niaga Tbk PT Bank Maybank Indocorp Penerimaan dari: Channeling, pengalihan piutang dan pembiayaan bersama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (Persero) Tbk PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk PT Bank DKI PT Bank Mutiara Tbk PT Bank ICB Bumiputera Tbk PT Bank CIMB Niaga Tbk PT Bank Mandiri Syariah PT Bank Permata Tbk PT Bank Hana PT Bank Ina Perdana
Utang obligasi - bersih
2010
2009
513.000 264.005 250.000 230.673 150.000 143.239 100.000 50.000 50.000 43.497 22.700 5.097 -
633.370 299.055 250.000 109.412 15.000 3.275 100.000 70.000 50.000 50.000 30.000
20.000 30.000 30.000 -
1.822.211
1.610.112
80.000
223.449 146.652 105.581 99.999 73.768 52.992 52.858 432 -
3.563 136.390 106.803 -
52.569 87.031 18.000 6.068
755.731
246.756
163.568
415.804
158.407
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan pada Ekshibit E terlampir yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan secara keseluruhan
-
Ekshibit D/3
PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk LAPORAN ARUS KAS (Lanjutan) UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
2011 ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN (Lanjutan) Pembayaran atas: Pinjaman yang diterima: Standard Chartered Bank PT Bank Permata Tbk PT Bank Internasional Indonesia Tbk PT Bank Danamon Indonesia Tbk PT ANZ Panin Bank PT Bank Maybank Indocorp PT Bank Victoria International Tbk PT Bank Hana PT Bank Sinarmas Tbk PT IFS Capital Indonesia PT Bank CIMB Niaga Tbk PT Bank Pan Indonesia Tbk The Royal Bank of Scotland Plc PT Bank Central Asia Tbk LIM Asia Special Situations Master Fund Limited PT Bank BPD Jawa Barat & Banten Tbk PT BCA Finance Merril Lynch Credit Product LLC
Angsuran atas penjualan, pengalihan piutang dan pembiayaan bersama Pelunasan pokok obligasi Pembelian kembali obligasi Pembayaran dividen kas Pembayaran biaya emisi obligasi Deposito dan kas yang dibatasi penggunaannya untuk pembayaran kembali pinjaman
( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( (
362.406) ( 207.660) ( 124.189) ( 116.099) ( 50.000) ( 38.099) ( 36.111) 33.220) ( 32.637) ( 28.974) 28.333) ( 18.056) 16.667) ( 16.667) ( 9.091) 6.429) 2.376) ( -
(
1.127.014) (
( (
374.115) ( 95.000) ( (
KAS DAN SETARA KAS PADA AWAL TAHUN PENGARUH BERSIH ATAS PERUBAHAN KURS PADA KAS DAN SETARA KAS DALAM MATA UANG ASING KAS DAN SETARA KAS PADA AKHIR TAHUN
1.397.617 (
2009
166.639) ( 285.584) ( 57.729) ( 63.108) ( 25.000) 37.429) ( 26.643) ( 10.080) ( 36.667) ( ( 16.667) ( 8.333) 162) (
358.033) 122.727) 100.151) 132.275) 31.000) 26.554) 8.003) 51.944) 6.250) 16.667) 215.102)
734.041) ( 1.068.706) 161.700) ( ( ( 102.388) ( 1.593)
-
Arus kas bersih dari (untuk) aktivitas pendanaan (PENURUNAN) KENAIKAN BERSIH KAS DAN SETARA KAS
2010
946
359.059) 105.500) 94.500) 81.331) 114.863
1.016.499 ( 1.350.665)
167.783)
168.720 (
143.002)
334.479
165.759
315.083
166.696
-
(
334.479
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan pada Ekshibit E terlampir yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan secara keseluruhan
6.322) 165.759
Ekshibit E PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 1. UMUM a.
Pendirian Perusahaan PT BFI Finance Indonesia Tbk (Perusahaan) didirikan pada tanggal 7 April 1982 berdasarkan akta No. 57 dari Kartini Muljadi, S.H., Notaris di Jakarta. Akta pendirian tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman (sekarang Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia) Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No. C2-2091-HT.01.01.TH.82 tanggal 28 Oktober 1982 dan telah diumumkan dalam Lembaran Berita Negara No. 102 tanggal 21 Desember 1982, Tambahan No. 1390. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, salah satunya berdasarkan akta No. 116 tanggal 27 Juni 2001 dari Aulia Taufani, S.H., pengganti dari Sutjipto, S.H., Notaris di Jakarta, sehubungan dengan perubahan nama Perusahaan dari PT Bunas Finance Indonesia Tbk menjadi PT BFI Finance Indonesia Tbk. Perubahan tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman (sekarang Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia) Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No. C-03668.HT.01.04. TH.2001 tanggal 24 Juli 2001 dan telah diumumkan dalam Lembaran Berita Negara No. 35 tanggal 30 April 2002, Tambahan No. 4195. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta No. 250 tanggal 22 April 2010 dari Aulia Taufani, S.H., pengganti dari Sutjipto, S.H., Notaris di Jakarta, mengenai perubahan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan tentang maksud dan tujuan Perusahaan sesuai dengan Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) Nomor IX.J.1 tentang Pokok-pokok Anggaran Dasar Perseroan yang Melakukan Penawaran Umum Efek Bersifat Ekuitas dan Perusahaan Publik, yang menguraikan secara rinci Bidang Usaha Pembiayaan. Perubahan Anggaran Dasar Perusahaan tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No. AHU-43372-AH.01.02.Tahun 2010 tanggal 2 September 2010 dan telah didaftarkan dalam Daftar Perseroan No. AHU-0066287.AH.01.09.Tahun 2010 tanggal 2 September 2010. Sampai dengan tanggal penyelesaian laporan keuangan ini, akta perubahan tersebut sedang dalam proses pencetakan Berita Negara Republik Indonesia. Perusahaan memperoleh izin usaha dalam bidang usaha lembaga pembiayaan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No. KEP-038/KM.11/1982 tanggal 12 Agustus 1982 yang telah diperbaharui berdasarkan Surat Keputusan No. 493/KMK.013/1990 tanggal 23 April 1990. Pada tanggal 20 Februari 2006, Menteri Keuangan Republik Indonesia telah mengamandemen ijin usaha Perusahaan melalui Surat Keputusan Menteri Keuangan No. KEP-038/KM.5/2006. Dengan adanya amandemen ini, ijin usaha yang sebelumnya diberikan kepada PT Bunas Finance Indonesia Tbk menjadi diberikan kepada Perusahaan yang berlaku surut sejak adanya persetujuan perubahan nama Perusahaan dari PT Bunas Finance Indonesia Tbk menjadi PT BFI Finance Indonesia Tbk dari Instansi yang Berwenang berdasarkan Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. C-03668.HT.01.04. TH.2001 tanggal 24 Juli 2001.
Ekshibit E/2 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 1. UMUM (Lanjutan) a.
Pendirian Perusahaan (Lanjutan) Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan terutama adalah menjalankan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal meliputi bidang-bidang sebagai berikut: a. b. c. d.
Sewa pembiayaan Pembiayaan konsumen Anjak piutang Usaha kartu kredit
Saat ini, Perusahaan menjalankan kegiatan pembiayaan dalam bentuk sewa pembiayaan dan pembiayaan konsumen. Kantor pusat Perusahaan berlokasi di MNC Tower (dahulu Menara Kebon Sirih), Lantai 25, Jl. Kebon Sirih No. 17-19, Jakarta. Perusahaan mempunyai masing-masing 110 kantor cabang dan 59 gerai pada tanggal 31 Desember 2011, 103 kantor cabang dan 18 gerai pada tanggal 31 Desember 2010, dan 76 kantor cabang pada tanggal 31 Desember 2009 yang berlokasi, antara lain, di Palembang, Banjarmasin, Surabaya, Samarinda, Bandung, Pekanbaru, Medan, Jambi, Makasar dan Tangerang. Perusahaan memulai kegiatan komersialnya pada tahun 1982. b. Penawaran Umum dan Kebijakan Perusahaan yang Mempengaruhi Efek Perusahaan Pada tahun 1990, Perusahaan melakukan penawaran umum perdana atas 2.125.000 sahamnya dengan nilai nominal sebesar Rp 1.000 (nilai penuh) per saham melalui bursa efek di Indonesia dengan harga penawaran sebesar Rp 5.750 (nilai penuh) per saham. Pada tahun 1993, Perusahaan melakukan penawaran tambahan sebanyak 8.500.000 saham dengan nilai nominal per saham yang sama melalui bursa efek di Indonesia. Seluruh saham Perusahaan telah terdaftar pada bursa efek di Indonesia. Pada tanggal 8 April 1993, para pemegang saham Perusahaan menyetujui pembagian dividen saham dengan dasar 1 (satu) saham baru untuk 10 (sepuluh) saham yang dimiliki, sebanyak 1.062.500 saham dengan nilai nominal sebesar Rp 1.000 (nilai penuh) per saham. Pada tanggal yang sama, para pemegang saham Perusahaan juga menyetujui untuk menerbitkan saham bonus dengan dasar 17 (tujuh belas) saham baru untuk setiap 20 (dua puluh) saham yang dimiliki, sebanyak 9.934.668 saham dengan nilai nominal yang sama. Pada tanggal 22 Januari 1994, para pemegang saham Perusahaan menyetujui pembagian dividen saham dengan dasar 1 (satu) saham baru untuk 3 (tiga) saham yang dimiliki, sebanyak 7.207.390 saham dengan nilai nominal sebesar Rp 1.000 (nilai penuh) per saham. Berdasarkan surat No. S-639/PM/1994 tanggal 18 April 1994, BAPEPAM-LK menyatakan efektifnya penawaran umum terbatas pertama (I) Perusahaan sebanyak 28.829.558 saham dengan harga penawaran sebesar Rp 1.500 (nilai penuh) per saham, di mana setiap 1 (satu) saham yang dimiliki berhak atas 1 (satu) saham baru. Selanjutnya, berdasarkan surat No. S-71/PM/1997 tanggal 17 Januari 1997, BAPEPAM-LK menyatakan efektifnya penawaran umum terbatas kedua (II) Perusahaan sebanyak 115.318.232 saham dengan harga penawaran sebesar Rp 1.000 (nilai penuh) per saham, di mana setiap 1 (satu) saham yang dimiliki berhak atas 2 (dua) saham baru. Pada tanggal 17 Juni 1997, para pemegang saham Perusahaan menyetujui pemecahan nilai nominal saham dari sebesar Rp 1.000 (nilai penuh) per saham menjadi sebesar Rp 500 (nilai penuh) per saham, sehingga mengakibatkan peningkatan jumlah saham beredar Perusahaan dari sebanyak 172.977.348 saham menjadi sebanyak 345.954.696 saham.
Ekshibit E/3 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 1. UMUM (Lanjutan) b. Penawaran Umum dan Kebijakan Perusahaan yang Mempengaruhi Efek Perusahaan (Lanjutan) Dalam rangka restrukturisasi utang, para pemegang saham Perusahaan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Para Pemegang Saham tanggal 27 Januari 2000 menyetujui penerbitan Mandatory Convertible Bonds atau Obligasi Wajib Konversi (MCB) yang wajib dikonversikan menjadi sebanyak 414.384.585 saham Perusahaan. Pada bulan Mei 2006, seluruh MCB telah dikonversi menjadi sebanyak 414.384.585 saham sehingga jumlah saham beredar Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2006 menjadi sebanyak 760.339.281 saham (lihat Catatan 15). Pada tanggal 7 Agustus 2007, Perusahaan telah memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK melalui surat No. S-3960/BL/2007 dalam rangka Penawaran Umum Obligasi BFI Finance Indonesia Tahun 2007 dengan Tingkat Bunga Tetap, dengan jumlah penawaran pokok sebanyak-banyaknya Rp 200.000 dengan jangka waktu terlama 24 (dua puluh empat) bulan sejak tanggal emisi. Pada tanggal 20 Agustus 2007, Obligasi tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Surabaya (BEI) dengan jumlah emisi final sebesar Rp 200.000. Bunga obligasi dibayarkan setiap 3 (tiga) bulan sejak tanggal 16 November 2007. Pada tanggal 16 Agustus 2009, Perusahaan telah melunasi seluruh nilai pokok Obligasi BFI Finance
Indonesia Tahun 2007 dengan Tingkat Bunga Tetap yang jatuh tempo pada tanggal tersebut. Pada tanggal 8 Januari 2010, Perusahaan telah memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK melalui surat No.S-94/BL/2010 dalam rangka Penawaran Umum Obligasi BFI Finance Indonesia II Tahun 2009 dengan Tingkat Bunga Tetap, dengan jumlah penawaran pokok sebanyak-banyaknya Rp 200.000 dengan jangka waktu terlama 24 (dua puluh empat) bulan sejak tanggal emisi. Pada tanggal 18 Januari 2010, Obligasi tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan jumlah emisi final sebesar Rp 160.000. Bunga obligasi dibayarkan setiap 3 (tiga) bulan sejak tanggal 15 April 2010. Pada tanggal 28 Juni 2011, Perusahaan telah memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK melalui surat No.S-7248/BL/2011 dalam rangka Penawaran Umum Obligasi BFI Finance Indonesia III Tahun 2011 dengan Tingkat Bunga Tetap, dengan jumlah penawaran pokok sebanyak-banyaknya Rp 450.000 dengan jangka waktu terlama 36 bulan sejak tanggal emisi. Pada tanggal 11 Juli 2011, Obligasi tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia dengan jumlah emisi final sebesar Rp 420.000. Bunga obligasi dibayarkan setiap 3 (tiga) bulan sejak tanggal 8 Oktober 2011. c.
Dewan Komisaris, Direksi, Internal Audit, Sekretaris dan Karyawan Berdasarkan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT BFI Finance Indonesia Tbk, yang diaktakan dengan akta No. 80 Tanggal 15 Juni 2011 juncto Akta Pernyataan Keputusan Rapat No. 82 masing-masing tertanggal 15 Juni 2011 yang dibuat dihadapan Aulia Taufani, S.H., pengganti Sutjipto, S.H., Notaris di Jakarta, susunan Dewan Komisaris dan Direksi Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut: Presiden Komisaris Komisaris
: Kusmayanto Kadiman : Johanes Sutrisno (Independen) Alfonso Napitupulu (Independen) Richard Andrew Deitz Emmy Yuhassarie (Independen)
Presiden Direktur : Francis Lay Sioe Ho Direktur Pemasaran dan Kredit : Yan Peter Wangkar Direktur Operasional dan Keuangan : Cornellius Henry Kho
Ekshibit E/4 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 1. UMUM (Lanjutan) c.
Dewan Komisaris, Direksi, Internal Audit, Sekretaris dan Karyawan (Lanjutan) Berdasarkan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT BFI Finance Indonesia Tbk, yang diaktakan dengan akta No. 73 Tanggal 15 Mei 2009 juncto Akta Pernyataan Keputusan Rapat No. 120 tanggal 120 tanggal 14 Oktober 2009, masing masing dibuat oleh Aulia Taufani, S.H., dan Sutjipto, S.H., Notaris di Jakarta, susunan Dewan Komisaris dan Direksi Perusahaan masing-masing pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 adalah sebagai berikut: Presiden Komisaris Komisaris
: Johanes Sutrisno (Independen) : Rudy Capelle (Independen) Alfonso Napitupulu (Independen) Richard Andrew Deitz
Presiden Direktur : Francis Lay Sioe Ho Direktur Pemasaran dan Kredit : Yan Peter Wangkar Direktur Operasional dan Keuangan : Cornellius Henry Kho Susunan Komite Audit pada tanggal 31 Desember 2011 sebagai berikut: Ketua Anggota
: Johanes Sutrisno : Kusmayanto Kadiman Dominic Picone Fendi Santoso Stefanus Ginting Rudy Capelle
Susunan Komite Audit pada tanggal 31 Desember 2010 sebagai berikut: Ketua Anggota
: Johanes Sutrisno : Stefanus Ginting Dani Firmansyah
Susunan Komite Audit pada tanggal 31 Desember 2009 sebagai berikut: Ketua Anggota
: Johanes Sutrisno : Stefanus Ginting Hariadi Widiarta
Beban gaji dan tunjangan yang diberikan kepada Dewan Komisaris untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009 masing-masing berjumlah keseluruhan sebesar Rp 3.369, Rp 5.097 dan Rp 4.813. Sedangkan beban gaji dan tunjangan yang diberikan kepada Direksi untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009 masingmasing berjumlah sebesar sebesar Rp 24.810, Rp 32.143 dan Rp 27.063. Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Perusahaan No. Corp/CH/L/VII/07-0115 tanggal 9 Juli 2007, Perusahaan menunjuk Cornellius Henry Kho sebagai Sekretaris Perusahaan. Internal Audit Berdasarkan Peraturan BAPEPAM-LK No. IX.I.7 tentang Pembentukan dan Pedoman penyusunan Piagam Unit Audit Internal, Perusahaan diwajibkan untuk membentuk Unit Audit Internal, yang terdiri dari paling sedikit 1 (satu) orang auditor internal, paling lambat pada tanggal 31 Desember 2009. Unit Audit Internal wajib memiliki Piagam Unit Audit Internal yang ditetapkan oleh Direksi setelah mendapat persetujuan Dewan Komisaris.
Ekshibit E/5 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 1. UMUM (Lanjutan) c.
Dewan Komisaris, Direksi, Internal audit, Sekretaris dan Karyawan (Lanjutan) Perusahaan telah memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan dalam peraturan tersebut. Sekretaris Perusahaan Berdasarkan Peraturan BAPEPAM-LK No. IX.I.4 tentang Pembentukan Sekretaris Perusahaan, Perusahaan diwajibkan untuk membentuk fungsi sekretaris Perusahaan yang antara lain bertugas: 1. Mengikuti perkembangan pasar modal khususnya peraturan-peraturan yang berlaku di bidang pasar modal; 2. Memberikan pelayanan kepada masyarakat atas setiap informasi yang dibutuhkan pemberi modal yang berkaitan dengan kondisi Perusahaan; 3. Memberikan masukan kepada Direksi Perusahaan untuk mematuhi ketentuan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal dan peraturan pelaksanaannya; 4. Sebagai penghubung antara Perusahaan dengan pihak-pihak berwenang (Bapepam-LK, BEI dan lainnya) serta publik; 5. Fungsi Sekretaris Perusahaan dapat dirangkap oleh Direktur Perusahaan. Perusahaan telah memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan dalam peraturan tersebut. Jumlah karyawan Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009 adalah sebagai berikut (tidak diaudit): 2011
2010
2009
Karyawan tetap Karyawan tidak tetap
2.560 2.075
1.774 1.880
1.468 887
Jumlah karyawan
4.635
3.654
2.355
2. KEBIJAKAN AKUNTANSI Berikut ini adalah ikhtisar kebijakan akuntansi penting yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan Perusahaan yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia yang mencakup peraturan BAPEPAM-LK No. VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan yang terdapat dalam lampiran keputusan Ketua Bapepam-LK No. KEP-06/PM/2000 tanggal 13 Maret 2000 dan perubahannya, Keputusan Ketua Bapepam-LK Keputusan No. KEP-554/BL/2010 tanggal 30 Desember 2010. Kebijakan akuntansi pokok yang diterapkan secara konsisten dalam penyusunan laporan keuangan adalah sebagai berikut: a.
Dasar Penyusunan Laporan Keuangan Laporan keuangan disusun dengan menggunakan konsep harga historis dan dasar akrual, kecuali untuk akun-akun tertentu yang disusun dengan menggunakan dasar pengukuran lain sebagaimana diuraikan dalam kebijakan akuntansi akun tersebut.
Ekshibit E/6 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 2. KEBIJAKAN AKUNTANSI (Lanjutan) a.
Dasar Penyusunan Laporan Keuangan (Lanjutan) Laporan arus kas disusun dengan menggunakan metode langsung dan menyajikan sumber dan penggunaan kas dan setara kas dengan mengelompokkan arus kas atas dasar kegiatan operasi, investasi dan pendanaan. Seluruh angka dalam laporan keuangan ini dibulatkan menjadi dan disajikan dalam jutaan Rupiah yang terdekat, kecuali dinyatakan secara khusus. Standar akuntansi baru Perubahan atas standar berikut wajib diterapkan untuk pertama kali untuk tahun buku yang dimulai pada tanggal 1 Januari 2011. -
PSAK No. 1 : Penyajian Laporan Keuangan Perusahaan dapat memilih untuk menyajikan satu laporan kinerja (laporan laba rugi komprehensif) atau dua laporan (laporan laba rugi dan laporan laba rugi komprehensif). Perusahaan memilih menyajikannya dalam bentuk satu laporan. Laporan keuangan telah disusun menggunakan pengungkapan yang disyaratkan.
-
PSAK No. 3 : Laporan Keuangan Interim Standar mengharuskan laporan keuangan interim berisikan laporan laba rugi komprehensif untuk periode interim yang dilaporkan dan secara kumulatif untuk tahun buku berjalan dalam bentuk satu laporan atau dua laporan. Informasi komparatif untuk laporan laba rugi komprehensif harus disajikan untuk perbandingan periode interim, namun informasi komparatif satu tahun untuk tahun buku terakhir tidak disyaratkan. Laporan keuangan interim ini telah disusun menggunakan pengungkapan yang disyaratkan.
-
PSAK No. 5 : Segmen Operasi Standar mengharuskan entitas untuk mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi sifat dan dampak keuangan dari aktivitas bisnis. Standar juga menyempurnakan definisi segmen operasi dan prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi dan melaporkan segmen operasi. Standar mengharuskan “pendekatan manajemen” dalam menyajikan informasi segmen menggunakan dasar yang sama seperti halnya pelaporan internal. Hal ini tidak menyebabkan tambahan penyajian segmen yang dilaporkan. Perusahaan mengoperasikan dan menjalankan bisnis melalui segmen tunggal dengan mengelola infrastruktur jaringan yang ada. Segmen operasi dilaporkan dengan cara yang konsisten dengan pelaporan internal yang disampaikan kepada pengambil keputusan operasional. Dalam hal ini pengambil keputusan operasional yang mengambil keputusan strategis adalah Direksi.
-
PSAK No. 7 : Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi Standar menyempurnakan panduan untuk pengungkapan hubungan pihak-pihak berelasi, transaksi termasuk komitmen. Standar juga memberikan penjelasan bahwa anggota personil manajemen kunci adalah pihak berelasi, sehingga mengharuskan pengungkapan atas kompensasi personil manajemen kunci untuk masing-masing kategori. Perusahaan telah melakukan evaluasi terhadap hubungan pihak-pihak berelasi dan memastikan laporan keuangan telah disusun menggunakan persyaratan pengungkapan yang telah direvisi.
Ekshibit E/7 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 2. KEBIJAKAN AKUNTANSI (Lanjutan) a.
Dasar Penyusunan Laporan Keuangan (Lanjutan) Penerapan standar-standar tersebut tidak berdampak material terhadap Laporan Keuangan Perusahaan. Sebagai tambahan, Perusahaan telah mengungkapkan informasi terkait dengan penyajian laporan keuangan, segmen operasi dan pengungkapan pihak-pihak berelasi sesuai dengan yang disyaratkan standar. Berikut adalah standar baru, perubahan atas standar dan interpretasi standar yang wajib diterapkan untuk pertama kalinya untuk tahun buku yang dimulai 1 Januari 2011, namun tidak relevan atau tidak berdampak material terhadap Perusahaan: -
PSAK No. 2 (Revisi 2009) PSAK No. 4 (Revisi 2009)
-
PSAK No. PSAK No. PSAK No. PSAK No. PSAK No. PSAK No. PSAK No.
-
PSAK No. 48 (Revisi 2009) PSAK No. 57 (Revisi 2009) PSAK No. 58 (Revisi 2009)
-
ISAK No. 7 (Revisi 2009) ISAK No. 9
-
ISAK No. 10 ISAK No. 11 ISAK No. 12
-
ISAK No. 14 ISAK No. 17
8 (Revisi 2010) 12 (Revisi 2009) 15 (Revisi 2009) 19 (Revisi 2010) 22 (Revisi 2010) 23 (Revisi 2010) 25 (Revisi 2009)
: Laporan Arus Kas : Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri : Peristiwa Setelah Periode Pelaporan : Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama : Investasi pada Entitas Asosiasi : Aset Tidak Berwujud : Kombinasi Bisnis : Pendapatan : Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan : Penurunan Nilai Aset : Provisi, Liabilitas Kontijensi, dan Aset kontijensi : Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan : Konsolidasi Entitas Bertujuan Khusus : Perubahan atas Liabilitas Purna Operasi, Liabilitas Restorasi, dan Liabilitas Serupa : Program Loyalitas Pelanggan : Distribusi Aset Non-kas kepada Pemilik : Pengendalian Bersama Entitas-Kontribusi Non-moneter oleh Venturer : Aset Tak Berwujud - Biaya Situs Web : Laporan Keuangan Interim dan Penurunan Nilai
b. Penyertaan Saham Efektif tanggal 1 Januari 2011, Perusahaan menerapkan PSAK No. 15 (Revisi 2009), “Investasi pada Entitas Asosiasi”. PSAK revisi ini diterapkan secara retrospektif dan mengatur akuntansi investasi dalam entitas asosiasi dalam hal penentuan pengaruh signifikan, metode akuntansi yang harus diterapkan, penurunan nilai investasi dan laporan keuangan tersendiri. Penerapan PSAK yang direvisi tersebut tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap laporan keuangan Perusahaan. Investasi Perusahaan pada entitas asosiasi diukur dengan menggunakan metode ekuitas. Entitas asosiasi adalah suatu entitas dimana Perusahaan mempunyai pengaruh signifikan. Sesuai dengan metode ekuitas, nilai perolehan investasi ditambah atau dikurang dengan bagian Perusahaan atas laba atau rugi bersih, dan penerimaan dividen dari investee sejak tanggal perolehan.
Ekshibit E/8 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 2. KEBIJAKAN AKUNTANSI (Lanjutan) b. Penyertaan Saham (Lanjutan) Laporan laba rugi komprehensif mencerminkan bagian atas hasil operasi dari entitas asosiasi. Bila terdapat perubahan yang diakui langsung pada ekuitas dari entitas asosiasi, Perusahaan mengakui bagiannya atas perubahan tersebut dan mengungkapkan hal ini, jika dapat dipakai, dalam laporan perubahan ekuitas. Laba atau rugi yang belum direalisasi sebagai hasil dari transaksi-transaksi antara Perusahaan dengan entitas asosiasi dieliminasi dengan jumlah sesuai dengan kepentingan Perusahaan dalam entitas asosiasi. Perusahaan menentukan apakah diperlukan untuk mengakui tambahan rugi penurunan nilai atas investasi Perusahaan dalam entitas asosiasi. Perusahaan menentukan pada setiap tanggal pelaporan apakah terdapat bukti yang obyektif yang mengindikasikan bahwa investasi dalam entitas asosiasi mengalami penurunan nilai. Dalam hal ini, Perusahaan menghitung jumlah penurunan nilai berdasarkan selisih antara jumlah terpulihkan atas investasi dalam entitas asosiasi dan nilai tercatatnya dan mengakuinya dalam laporan laba rugi komprehensif. Jika bagian investor atas kerugian perusahaan asosiasi sama atau melebihi nilai tercatat dari investasi, maka investasi dilaporkan nihil. Kerugian selanjutnya diakui oleh investor apabila telah timbul liabilitas atau investor melakukan pembayaran liabilitas perusahaan asosiasi yang dijaminnya. Jika perusahaan asosiasi selanjutnya memperoleh laba, investor akan mengakui penghasilan apabila setelah bagiannya atas laba menyamai bagiannya atas kerugian bersih yang belum diakui. Penyertaan saham merupakan investasi jangka panjang pada perusahaan non-publik. Penyertaan saham merupakan penyertaan saham Perusahaan pada PT Bunas Multi Finance (BMF) dengan persentase kepemilikan sebesar 20%. Berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa, yang diaktakan dengan akta No. 115 tanggal 27 Juni 2001 dari Aulia Taufani, S.H., Notaris pengganti Sutjipto, S.H., Notaris di Jakarta, para pemegang saham Perusahaan telah memberikan persetujuan untuk melakukan divestasi penyertaan Perusahaan pada BMF. Namun demikian, divestasi belum dapat dilaksanakan karena belum memperoleh persetujuan dari pemegang saham mayoritas BMF. Sejak tahun 1998, karena bagian Perusahaan atas rugi bersih BMF telah melebihi nilai tercatat penyertaannya, oleh karenanya investasi diakui sebesar nilai tercatat sebesar nihil dan sejak itu Perusahaan tidak lagi mengharapkan adanya pemulihan dari penyertaan tersebut. Pada tanggal 15 Februari 2006, Menteri Keuangan Republik Indonesia berdasarkan Surat Pengumuman No. Peng-197/MK.5/2006 telah membekukan seluruh kegiatan operasional BMF. Namun demikian, Perusahaan tidak lagi mempunyai hubungan usaha maupun memberikan garansi apapun terhadap BMF. c.
Kas dan Setara Kas Kas dan setara kas terdiri dari kas, bank dan semua investasi yang jatuh tempo dalam waktu 3 (tiga) bulan atau kurang dari tanggal penempatannya dan yang tidak dijaminkan serta tidak dibatasi penggunaannya. Sebelum tanggal 1 Januari 2010, kas di bank dinyatakan sebesar saldo penempatan di bank. Sejak tanggal 1 Januari 2010, pada pengukuran awal, kas di bank disajikan sebesar nilai wajar ditambah dengan biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung.
Ekshibit E/9 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 2. KEBIJAKAN AKUNTANSI (Lanjutan) d. Transaksi dengan pihak-pihak berelasi Pihak-pihak berelasi adalah orang atau entitas yang terkait dengan entitas pelapor: (a) Orang atau anggota keluarga terdekat mempunyai relasi dengan entitas pelapor jika orang tersebut: (i) memiliki pengendalian atau pengendalian bersama atas entitas pelapor; (ii) memiliki pengaruh signifikan atas entitas pelapor; atau (iii) personil manajemen kunci entitas pelapor atau entitas induk entitas pelapor. (b) Suatu entitas berelasi dengan entitas pelapor jika memenuhi salah satu hal berikut: (i) Entitas dan entitas pelapor adalah anggota dari kelompok usaha yang sama (artinya entitas induk, entitas anak, dan entitas anak berikutnya terkait dengan entitas lain). (ii) Satu entitas adalah entitas asosiasi atau ventura bersama dari entitas lain (atau entitas asosiasi atau ventura bersama yang merupakan anggota suatu kelompok usaha, yang mana entitas lain tersebut adalah anggotanya). (iii) Kedua entitas tersebut adalah ventura bersama dari pihak ketiga yang sama. (iv) Satu entitas adalah ventura bersama dari entitas ketiga dan entitas yang lain adalah entitas asosiasi dari entitas ketiga. (v) Entitas tersebut adalah suatu program imbalan pascakerja untuk imbalan kerja dari salah satu entitas pelapor atau entitas yang terkait dengan entitas pelapor. Jika entitas pelapor adalah entitas yang menyelenggarakan program tersebut, maka entitas sponsor juga berelasi dengan entitas pelapor. (vi) Entitas yang dikendalikan atau dikendalikan bersama oleh orang yang diidentifikasi dalam huruf (a). (vii) Orang yang diidentifikasi dalam huruf (a)(i) memiliki pengaruh signifikan atas entitas atau personil manajemen kunci entitas (atau entitas induk dari entitas). e. Aset dan Liabilitas Keuangan Perusahaan menerapkan PSAK No. 55 (Revisi 2006), “Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran” dan PSAK No. 50 (revisi 2006), “Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan” efektif sejak tanggal 1 Januari 2010, yang menggantikan PSAK No. 55 (Revisi 1999), “Akuntansi Instrumen Derivatif dan Aktivitas Lindung Nilai” dan PSAK No. 50 (Revisi 1998), “Akuntansi Investasi Efek tertentu”. Dalam menerapkan standar-standar tersebut di atas, Perusahaan juga telah mempertimbangkan Buletin Teknis No. 4 tentang Ketentuan Transisi untuk Penerapan Awal PSAK No. 50 (Revisi 2006) dan PSAK No. 55 (Revisi 2006) yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Dampak Penerapan awal PSAK No. 55 (Revisi 2006) dan PSAK No. 50 (Revisi 2006) dijelaskan pada Catatan 31.
Ekshibit E/10 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 2. KEBIJAKAN AKUNTANSI (Lanjutan) e. Aset dan Liabilitas Keuangan (Lanjutan) i.
Aset Keuangan Aset keuangan Perusahaan terdiri dari kas dan setara kas, deposito berjangka, investasi neto sewa pembiayaan, piutang pembiayaan konsumen, deposito kas yang dibatasi penggunaannya, aset keuangan derivatif dan pinjaman kepada karyawan (dicatat sebagai bagian dari aset lainlain). Sejak tanggal 1 Januari 2010, Perusahaan mengklasifikasikan aset keuangannya dalam kategori (1) aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi dan (2) pinjaman yang diberikan dan piutang. Klasifikasi tersebut tergantung dari tujuan perolehan aset keuangan tersebut. Manajemen menentukan klasifikasi aset keuangan tersebut pada saat awal pengakuannya. (1) Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi Kategori ini terdiri dari dua sub-kategori: aset keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan dan aset keuangan yang pada saat pengakuan awal telah ditetapkan oleh Perusahaan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi. Aset keuangan diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan jika diperoleh atau dimiliki terutama untuk tujuan dijual atau dibeli kembali dalam waktu dekat atau jika merupakan bagian dari portofolio instrumen keuangan tertentu yang dikelola bersama dan terdapat bukti mengenai pola ambil untung dalam jangka pendek (short term profit taking) yang terkini. Derivatif juga dikategorikan dalam kelompok diperdagangkan, kecuali derivatif yang ditetapkan dan efektif sebagai instrumen lindung nilai. Instrumen keuangan yang dikelompokkan ke dalam kategori ini diakui pada nilai wajarnya pada saat pengakuan awal; biaya transaksi diakui secara langsung ke dalam laporan laba rugi komprehensif. Keuntungan dan kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar dan penjualan instrumen keuangan diakui dalam laporan laba rugi komprehensif dan dicatat sebagai “Keuntungan/(kerugian) dari perubahan nilai wajar instrumen keuangan derivatif”. Perusahaan pada pengakuan awal dapat menetapkan aset keuangan tertentu sebagai nilai wajar melalui laporan laba rugi (opsi nilai wajar). Selanjutnya, penetapan ini tidak dapat diubah. Berdasarkan PSAK No. 55 (Revisi 2006), opsi nilai wajar dapat digunakan hanya bila memenuhi ketetapan sebagai berikut: penetapan sebagai opsi nilai wajar mengurangi atau mengeliminasi ketidakkonsistenan pengukuran dan pengakuan (accounting mismatch) yang dapat timbul, atau aset keuangan merupakan bagian dari portofolio instrumen keuangan yang risikonya dikelola dan dilaporkan kepada manajemen inti berdasarkan nilai wajar, atau aset keuangan terdiri dari kontrak utama dan derivatif melekat yang harus dipisahkan. Untuk mengurangi ketidak-konsistenan pengukuran dan pengakuan, opsi nilai wajar digunakan untuk piutang tertentu yang dilindung nilai menggunakan credit derivatives atau swap suku bunga, namun tidak memenuhi kriteria untuk akuntansi lindung nilai. Jika tidak, piutang dicatat menggunakan biaya diamortisasi dan derivatif akan diukur menggunakan nilai wajar melalui laporan laba rugi.
Ekshibit E/11 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 2. KEBIJAKAN AKUNTANSI (Lanjutan) e. Aset dan Liabilitas Keuangan (Lanjutan) i.
Aset Keuangan (Lanjutan) (2) Pinjaman yang diberikan dan piutang Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan non derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif, kecuali: (a) yang dimaksudkan oleh Perusahaan untuk dijual dalam waktu dekat, yang diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan, serta yang pada saat pengakuan awal ditetapkan sebagai diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi; (b) yang pada saat pengakuan awal ditetapkan dalam kelompok tersedia untuk dijual; (c) dalam hal pemilik mungkin tidak akan memperoleh kembali investasi awal secara substansial kecuali yang disebabkan oleh penurunan kualitas pinjaman yang diberikan dan piutang. Pada saat pengakuan awal, pinjaman yang diberikan dan piutang diakui pada nilai wajarnya ditambah atau dikurangi biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung atas pinjaman yang diberikan dan piutang. Biaya transaksi hanya meliputi biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk pemberian suatu pinjaman maupun perolehan piutang dan merupakan biaya tambahan yang tidak akan terjadi apabila pinjaman maupun piutang tersebut tidak diperoleh. Dalam halnya piutang, biaya transaksi ditambahkan pada atau dikurangkan dari jumlah yang diakui pada awal pengakuan piutang, dan diamortisasi selama umur piutang tersebut dengan menggunakan suku bunga efektif dan dicatat sebagai bagian dari ‘pendapatan pembiayaan konsumen’ atau ‘pendapatan sewa pembiayaan’. Pendapatan dari aset keuangan dalam kelompok pinjaman yang diberikan dan piutang dicatat dalam laporan laba rugi komprehensif dan dilaporkan sebagai “Pendapatan Bunga”. Sebelum tanggal 1 Januari 2010, biaya transaksi untuk pinjaman yang diberikan dan piutang tidak diamortisasi tetapi diakui dan dicatat secara langsung sebesar jumlah biaya transaksi tersebut di laporan laba rugi komprehensif dan bukan merupakan bagian dari piutang dan pinjaman yang diberikan tersebut. Dalam hal terjadi penurunan nilai, kerugian penurunan nilai dilaporkan sebagai pengurang dari nilai tercatat dari aset keuangan dalam kelompok pinjaman yang diberikan dan piutang, dan diakui dalam laporan laba rugi komprehensif sebagai “Cadangan Kerugian Penurunan Nilai”
ii. Liabilitas Keuangan Liabilitas keuangan Perusahaan terdiri dari pinjaman yang diterima, beban yang masih harus dibayar, utang dividen, utang obligasi, dan utang lain-lain. Perusahaan mengklasifikasikan liabilitas keuangan sebagai liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi.
Ekshibit E/12 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 2. KEBIJAKAN AKUNTANSI (Lanjutan) e. Aset dan Liabilitas Keuangan (Lanjutan) ii. Liabilitas Keuangan (Lanjutan) Pada saat pengakuan awal, liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi diakui pada nilai wajarnya ditambah atau dikurangi biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung. Setelah pengakuan awal, Perusahaan mengukur seluruh liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Biaya transaksi hanya meliputi biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk pengakuan suatu pinjaman yang diterima, dan merupakan biaya tambahan yang tidak akan terjadi apabila pinjaman yang diterima tidak diakui. Biaya transaksi dikurangkan dari jumlah pinjaman yang diterima pada awal pengakuan pinjaman, dan diamortisasi selama umur pinjaman yang diterima dengan menggunakan suku bunga efektif dan hasil amortisasinya dicatat sebagai bagian dari ‘beban keuangan’. Sebelum tanggal 1 Januari 2010, biaya transaksi untuk pinjaman yang diterima dicatat pada akun ‘aset lain-lain’ (bukan merupakan bagian dari pinjaman yang diterima), kemudian biaya transaksi tersebut diamortisasi secara garis lurus selama umur pinjaman yang diterima dan hasil amortisasinya dicatat sebagai ‘beban keuangan’ di laporan laba rugi komprehensif. iii. Penentuan Nilai Wajar Nilai wajar adalah nilai di mana suatu aset dapat dipertukarkan, atau suatu Liabilitas diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melaksanakan transaksi wajar (arm’s length transaction) pada tanggal pengukuran. Jika tersedia, Perusahaan mengukur nilai wajar instrumen keuangan dengan menggunakan harga kuotasi di pasar aktif untuk instrumen tersebut. Suatu pasar dianggap aktif jika harga kuotasi sewaktu-waktu dan secara berkala tersedia dan mencerminkan transaksi pasar yang aktual dan teratur dalam suatu transaksi yang wajar. Jika pasar suatu instrumen keuangan tidak aktif, Perusahaan menentukan nilai wajar dengan menggunakan teknik penilaian mencakup penggunaan transaksi pasar terkini yang dilakukan secara wajar oleh pihak-pihak yang memahami, berkeinginan, dan jika tersedia, referensi atas nilai wajar terkini dari instrumen lain yang secara substansial sama, penggunaan analisa arus kas yang didiskonto dan penggunaan model penetapan harga opsi (option pricing model). Teknik penilaian yang dipilih memaksimalkan penggunaan input pasar, dan meminimalkan penggunaan taksiran yang bersifat spesifik dari Perusahaan, memasukkan semua faktor yang akan dipertimbangkan oleh para pelaku pasar dalam menetapkan suatu harga dan konsisten dengan metodologi ekonomi yang dapat diterima dalam penetapan harga instrumen keuangan. Input yang digunakan dalam teknik penilaian secara memadai mencerminkan ekspektasi pasar dan ukuran faktor risiko dan pengembalian (risk-return) yang melekat pada instrumen keuangan. Bukti terbaik atas nilai wajar instrumen keuangan pada saat pengakuan awal adalah harga transaksi, yaitu nilai wajar dari pembayaran yang diberikan atau diterima, kecuali nilai wajar dari instrumen keuangan tersebut dapat dibuktikan dengan perbandingan dengan transaksi pasar terkini yang dapat diobservasi dari suatu instrumen yang sama (yaitu tanpa modifikasi atau pengemasan ulang) atau berdasarkan suatu teknik penilaian yang variabelnya hanya menggunakan data dari pasar yang dapat diobservasi. Saat harga transaksi memberikan bukti terbaik atas nilai wajar pada saat pengakuan awal, maka instrumen keuangan pada awalnya diukur pada harga transaksi dan selisih antara harga transaksi dan nilai yang sebelumnya diperoleh dari model penilaian diakui dalam laporan laba rugi komprehensif setelah pengakuan awal tergantung pada masing-masing fakta dan keadaan dari transaksi tersebut namun tidak lebih lambat dari saat penilaian tersebut didukung sepenuhnya oleh data pasar yang dapat diobservasi atau saat transaksi tertutup.
Ekshibit E/13 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 2. KEBIJAKAN AKUNTANSI (Lanjutan) e. Aset dan Liabilitas Keuangan (Lanjutan) iii. Penentuan Nilai Wajar (Lanjutan) Nilai wajar mencerminkan risiko kredit atas instrumen keuangan dan termasuk penyesuaian yang dilakukan untuk memasukkan risiko kredit Perusahaan dan pihak lawan, mana yang lebih sesuai. Taksiran nilai wajar yang diperoleh dari model penilaian akan disesuaikan untuk mempertimbangkan faktor-faktor lainnya, seperti risiko likuiditas atau ketidakpastian model penilaian, sepanjang Perusahaan yakin bahwa keterlibatan suatu pasar pihak ketiga akan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut dalam penetapan harga suatu transaksi. iv. Penghentian Pengakuan Perusahaan menghentikan pengakuan aset keuangan pada saat hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut kadaluarsa, atau Perusahaan mentransfer seluruh hak untuk menerima arus kas kontraktual dari aset keuangan dalam transaksi di mana Perusahaan secara substansial telah mentransfer seluruh risiko dan manfaat atas kepemilikan aset keuangan yang ditransfer. Setiap hak atau liabilitas atas aset keuangan yang ditransfer yang timbul atau yang masih dimiliki oleh Perusahaan diakui sebagai aset atau liabilitas secara terpisah. Perusahaan menghentikan pengakuan liabilitas keuangan pada saat liabilitas yang ditetapkan dalam kontrak dilepaskan atau dibatalkan atau kadaluarsa. Dalam transaksi dimana Perusahaan secara subtansial tidak memiliki atau tidak mentransfer seluruh risiko dan manfaat atas kepemilikan aset keuangan, Perusahaan menghentikan pengakuan aset tersebut jika Perusahaan tidak lagi memiliki pengendalian atas aset tersebut. Hak dan liabilitas yang timbul atau yang masih dimiliki dalam transfer tersebut diakui secara terpisah sebagai aset atau liabilitas. Dalam transfer dimana pengendalian atas aset masih dimiliki, Perusahaan tetap mengakui aset yang ditransfer tersebut sebesar keterlibatan yang berkelanjutan, dimana tingkat keberlanjutan Perusahaan dalam aset yang ditransfer adalah sebesar perubahan nilai aset yang ditransfer. Perusahaan menghapusbukukan saldo piutang pembiayaan konsumen dan investasi neto sewa pembiayaan, dan cadangan kerugian penurunan nilai terkait, pada saat Perusahaan menentukan bahwa piutang pembiayaan konsumen dan investasi neto sewa pembiayaan tersebut tidak dapat ditagih. Keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan informasi seperti telah terjadinya perubahan signifikan pada kemampuan keuangan konsumen sehingga konsumen tidak lagi dapat melunasi liabilitasnya, atau konsumen atau unit yang dibiayai tidak dapat ditemukan atau tidak dikuasai oleh pihak ketiga atau hasil penjualan agunan diperkirakan tidak akan cukup untuk melunasi seluruh ekposur piutang pembiayaan konsumen dan investasi neto sewa pembiayaan. iv. Saling Hapus Instrumen Keuangan Aset keuangan dan liabilitas keuangan dapat saling hapus dan nilai bersihnya disajikan dalam laporan posisi keuangan jika, dan hanya jika, Perusahaan memiliki hak yang berkekuatan hukum untuk melakukan saling hapus atas jumlah yang telah diakui tersebut dan berniat untuk menyelesaikan liabilitas secara simultan. Pendapatan dan beban disajikan dalam jumlah bersih hanya jika diperkenankan oleh standar akuntansi.
Ekshibit E/14 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 2. KEBIJAKAN AKUNTANSI (Lanjutan) e. Aset dan Liabilitas Keuangan (Lanjutan) v. Penurunan Nilai Dari Aset Keuangan Sejak tanggal 1 Januari 2010, kebijakan akuntansi atas penurunan nilai aset keuangan yang diukur pada biaya perolehan yang diamortisasi adalah sebagai berikut: Pada setiap tanggal laporan posisi keuangan, Perusahaan mengevaluasi apakah terdapat bukti yang obyektif bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai. Aset keuangan atau kelompok aset keuangan diturunkan nilainya dan kerugian penurunan nilai telah terjadi hanya jika terdapat bukti yang obyektif mengenai penurunan nilai tersebut sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal aset tersebut (peristiwa yang merugikan), dan peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa depan atas aset keuangan atau kelompok aset keuangan yang dapat diestimasi secara andal. Kriteria yang digunakan oleh Perusahaan untuk menentukan bukti obyektif dari penurunan nilai adalah sebagai berikut: (a) kesulitan keuangan signifikan yang dialami konsumen; (b) pelanggaran kontrak, seperti terjadinya wanprestasi atau tunggakan pembayaran pokok atau bunga; (c) Perusahaan, dengan alasan ekonomi atau hukum sehubungan dengan kesulitan keuangan yang dialami konsumen, memberikan keringanan (konsesi) pada konsumen yang tidak mungkin diberikan jika konsumen tidak memiliki kesulitan tersebut; (d) terdapat kemungkinan bahwa konsumen akan dinyatakan pailit atau melakukan reorganisasi keuangan lainnya; (e) hilangnya pasar aktif dari aset keuangan akibat kesulitan keuangan, atau (f) data yang dapat diobservasi mengindikasikan adanya penurunan yang dapat diukur atas estimasi arus kas masa datang dari kelompok aset keuangan sejak pengakuan awal aset dimaksud, meskipun penurunannya belum dapat diidentifikasi terhadap aset keuangan secara individual dalam kelompok aset tersebut, termasuk: (1) memburuknya status pembayaran konsumen dalam kelompok tersebut; dan (2) kondisi ekonomi nasional atau lokal yang berkorelasi dengan wanprestasi atas aset dalam kelompok tersebut. Estimasi periode antara terjadinya peristiwa dan teridentifikasinya kerugian ditentukan oleh manajemen untuk setiap portofolio yang diidentifikasi. Perusahaan pertama kali menentukan apakah terdapat bukti obyektif penurunan nilai secara individual atas aset keuangan yang signifikan secara individual, dan secara individual atau kolektif untuk aset keuangan yang tidak signifikan secara individual. Jika Perusahaan menentukan tidak terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai aset keuangan yang dinilai secara individual, terlepas aset keuangan tersebut signifikan atau tidak, maka Perusahaan memasukkan aset tersebut kedalam kelompok aset keuangan yang memiliki karekteristik risiko kredit yang serupa dan menilai penurunan nilai kelompok tersebut secara kolektif. Aset yang penurunan nilainya dinilai secara individual, dan untuk itu kerugian penurunan nilai diakui atau tetap diakui, tidak termasuk dalam penilaian penurunan nilai secara kolektif.
Ekshibit E/15 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 2. KEBIJAKAN AKUNTANSI (Lanjutan) e. Aset dan Liabilitas Keuangan (Lanjutan) vi. Penurunan Nilai Dari Aset Keuangan (Lanjutan) Jumlah kerugian penurunan nilai diukur berdasarkan selisih antara nilai tercatat aset keuangan dengan nilai kini dari estimasi arus kas masa datang yang didiskontokan menggunakan tingkat suku bunga efektif awal dari aset keuangan tersebut. Nilai tercatat aset tersebut dikurangi melalui akun cadangan kerugian penurunan nilai dan beban kerugian diakui pada laporan laba rugi komprehensif. Jika aset keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi memiliki suku bunga variabel, maka tingkat diskonto yang digunakan untuk mengukur setiap kerugian penurunan nilai adalah suku bunga efektif yang berlaku yang ditetapkan dalam kontrak. Perhitungan nilai kini dari estimasi arus kas masa datang atas aset keuangan dengan agunan (collateralized financial asset) mencerminkan arus kas yang dapat dihasilkan dari pengambilalihan agunan dikurangi beban-beban untuk memperoleh dan menjual agunan, terlepas apakah pengambilalihan tersebut berpeluang terjadi atau tidak. Untuk tujuan evaluasi penurunan nilai secara kolektif, aset keuangan dikelompokkan berdasarkan kesamaan karakteristik risiko kredit. Karakteristik yang dipilih adalah relevan dengan estimasi arus kas masa datang dari kelompok aset tersebut yang mengindikasikan kemampuan debitur untuk membayar seluruh utang yang jatuh tempo sesuai persyaratan kontrak dari aset yang dievaluasi. Arus kas masa datang dari kelompok aset keuangan yang penurunan nilainya dievaluasi secara kolektif, diestimasi berdasarkan arus kas kontraktual atas aset-aset di dalam kelompok tersebut dan kerugian historis yang pernah dialami atas aset-aset yang memiliki karakteristik risiko kredit yang serupa dengan karakteristik risiko kredit kelompok tersebut. Kerugian historis yang pernah dialami kemudian disesuaikan berdasarkan data terkini yang dapat diobservasi untuk mencerminkan kondisi saat ini yang tidak berpengaruh pada periode terjadinya kerugian historis tersebut, dan untuk menghilangkan pengaruh kondisi yang ada pada periode historis namun sudah tidak ada lagi pada saat ini. Estimasi terhadap perubahan arus kas masa datang dari kelompok aset harus mencerminkan dan memiliki arah yang konsisten dengan perubahan data terkait yang dapat diobservasi dari satu periode ke periode berikutnya. Metodologi dan asumsi yang digunakan dalam mengestimasi arus kas masa datang dikaji ulang secara berkala oleh Perusahaan untuk mengurangi perbedaan antara taksiran jumlah kerugian dengan jumlah kerugian aktualnya. Ketika piutang pembiayaan konsumen dan investasi neto sewa pembiayaan tidak tertagih, piutang tersebut dihapus buku dengan menjurnal balik cadangan kerugian penurunan nilai. Kredit tersebut dapat dihapus buku setelah semua prosedur yang diperlukan telah dilakukan dan jumlah kerugian telah ditentukan. Beban penurunan nilai yang terkait dengan piutang pembiayaan konsumen dan investasi neto sewa pembiayaan tidak tertagih diklasifikasikan ke dalam “Cadangan Kerugian Penurunan Nilai”. Jika, pada periode berikutnya, jumlah kerugian penurunan nilai berkurang dan pengurangan tersebut dapat dikaitkan secara obyektif pada peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai diakui, maka kerugian penurunan nilai yang sebelumnya diakui harus dipulihkan, dengan menyesuaikan akun cadangan. Jumlah pemulihan aset keuangan diakui pada laporan laba rugi komprehensif. Penerimaan kemudian atas kredit yang diberikan yang telah dihapus-bukukan sebelumnya, dikreditkan sebagai pendapatan lain-lain.
Ekshibit E/16 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 2. KEBIJAKAN AKUNTANSI (Lanjutan) e. Aset dan Liabilitas Keuangan (Lanjutan) vii. Penurunan Nilai Dari Aset Keuangan (Lanjutan) Sebelum tanggal 1 Januari 2010, Perusahaan menentukan penurunan nilai Piutang Pembiayaan Konsumen dan Investasi neto sewa Pembiayaan berdasarkan hasil penelaahan berkala terhadap keadaan piutang masing-masing pelanggan pada akhir tahun. Piutang tak tertagih dihapuskan pada saat dinyatakan tidak tertagih oleh manajemen Perusahaan. Penerimaan dari piutang yang telah dihapusbukukan diakui sebagai pendapatan lain-lain pada saat terjadinya. f.
Akuntansi untuk Sewa Berdasarkan PSAK No. 30 (Revisi 2007), penentuan apakah suatu perjanjian merupakan perjanjian sewa atau perjanjian yang mengandung sewa didasarkan atas substansi perjanjian pada tanggal awal sewa dan apakah pemenuhan perjanjian tergantung pada penggunaan suatu aset hak untuk menggunakan aset tersebut. Menurut PSAK ini, sewa yang mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset, diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan. Selanjutnya, suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi, jika sewa tidak mengalihkan secara substantial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset. Dalam sewa pembiayaan, perusahaan, sebagai lessor, mengakui aset berupa piutang sewa pembiayaan di laporan posisi keuangan sebesar jumlah yang sama dengan investasi neto sewa pembiayaan. Penerimaan piutang sewa diperlakukan sebagai pembayaran pokok dan penghasilan pembiayaan. Pengakuan penghasilan pembiayaan didasarkan pada suatu pola yang mencerminkan suatu tingkat pengembalian periodik yang konstan atas investasi bersih perusahaan sebagai lessor dalam sewa pembiayaan. Dalam sewa operasi, Perusahaan, sebagai lessor, mengakui aset untuk sewa operasi di laporan posisi keuangan sesuai sifat aset tersebut. Biaya langsung awal sehubungan proses negoisasi sewa operasi ditambahkan ke jumlah tercatat dari aset sewaan dan diakui sebagai beban selama masa sewa dengan dasar yang sama dengan pendapatan sewa. Rental kontijen, apabila ada, diakui sebagai pendapatan sewa operasi diakui sebagai pendapatan pada periode terjadinya. Pendapatan sewa operasi diakui sebagai pendapatan atas dasar garis lurus selama masa sewa. Bila sebagai lessee, Perusahaan mengakui pembayaran sewa sebagai beban dengan dasar garis lurus (straightline basis) selama masa sewa. Sejak tanggal 1 Januari 2010, investasi neto sewa pembiayaan diklasifikasikan sebagai pinjaman yang diberikan dan piutang. Lihat Catatan 2e untuk kebijakan akuntansi atas pinjaman yang diberikan dan piutang. Sebelum tanggal 1 Januari 2010, dalam investasi neto sewa pembiayaan, lessor mengakui aset berupa investasi neto sewa pembiayaan di laporan posisi keuangan sebesar jumlah yang sama dengan investasi neto sewa pembiayaan tersebut. Pengakuan penghasilan pembiayaan didasarkan pada suatu pola yang mencerminkan suatu tingkat pengembalian periodik yang konstan atas investasi bersih lessor dalam sewa pembiayaan.
Ekshibit E/17 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 2. KEBIJAKAN AKUNTANSI (Lanjutan) g.
Akuntansi untuk Pembiayaan Konsumen Piutang pembiayaan konsumen merupakan jumlah piutang setelah dikurangi dengan bagian pembiayaan bersama di mana risiko kredit ditanggung pemberi pembiayaan bersama sesuai dengan porsinya (without recourse) dan cadangan kerugian penurunan nilai. Penyelesaian kontrak sebelum masa pembiayaan konsumen berakhir diperlakukan sebagai pembatalan kontrak pembiayaan konsumen dan laba atau rugi yang terjadi diakui dalam laporan laba rugi komprehensif tahun berjalan pada tanggal terjadinya transaksi. Pembiayaan Bersama Pembiayaan bersama terdiri atas pembiayaan konsumen tanpa jaminan (without recourse) dan pembiayaan bersama konsumen dengan jaminan (with recourse). Piutang pembiayaan konsumen yang dibiayai bersama pihak-pihak lain dimana masing-masing pihak menanggung risiko kredit sesuai dengan porsinya (without recourse) disajikan di laporan posisi keuangan secara bersih. Pendapatan pembiayaan konsumen dan beban bunga yang terkait dengan pembiayaan bersama (without recourse) disajikan secara bersih di laporan laba rugi komprehensif. Piutang pembiayaan konsumen yang dibiayai bersama pihak-pihak lain di mana menanggung risiko kredit (with recourse) disajikan di laporan posisi keuangan secara bruto. Pendapatan pembiayaan konsumen dan beban bunga yang terkait dengan pembiayaan bersama with recourse tersebut disajikan secara bruto di laporan laba rugi komprehensif. Dalam pembiayaan bersama without recourse, Perusahaan berhak menentukan tingkat bunga yang lebih tinggi kepada pelanggan dari tingkat bunga yang ditetapkan dalam perjanjian dengan pemberi pembiayaan bersama yaitu Bank. Selisihnya merupakan pendapatan dan disajikan sebagai bagian dari “Pendapatan Bunga”. Sejak tanggal 1 Januari 2010, piutang pembiayaan konsumen diklasifikasikan sebagai pinjaman yang diberikan dan piutang. Lihat Catatan 2e untuk kebijakan akuntansi atas pinjaman yang diberikan dan piutang. Sebelum tanggal 1 Januari 2010, piutang pembiayaan konsumen disajikan bersih setelah dikurangi pendapatan pembiayaan konsumen yang belum diakui dan cadangan kerugian penurunan nilai. Pendapatan pembiayaan konsumen yang belum diakui, yang merupakan selisih antara jumlah pembayaran angsuran yang akan diterima dari pelanggan dengan jumlah pokok pembiayaan, akan diakui sebagai pendapatan sesuai dengan jangka waktu perjanjian pembiayaan konsumen pada tingkat pengembalian berkala yang tetap dari piutang pembiayaan konsumen. Piutang pembiayaan konsumen yang pembayaran angsurannya menunggak lebih dari 90 (sembilan puluh) hari diklasifikasikan sebagai piutang bermasalah dan pendapatan pembiayaan konsumen diakui pada saat pendapatan tersebut diterima (cash basis).
Ekshibit E/18 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 2. KEBIJAKAN AKUNTANSI (Lanjutan) h. Agunan yang Diambil Alih Agunan yang diambil alih sehubungan dengan penyelesaian piutang pembiayaan konsumen dan investasi neto sewa pembiayaan dinyatakan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan, dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai. Nilai bersih yang dapat direalisasi adalah nilai wajar agunan yang diambil alih setelah dikurangi estimasi beban pelepasan. Selisih lebih antara saldo piutang pembiayaan konsumen dan investasi neto sewa pembiayaan yang tidak dapat ditagih dengan nilai bersih agunan diambil alih yang dapat direalisasi tersebut dibebankan pada cadangan kerugian penurunan nilai. Jaminan yang diambil alih merupakan bagian dari aset lain-lain. Beban-beban sehubungan dengan perolehan dan pemeliharaan aset tersebut dibebankan pada saat terjadinya. Selisih antara nilai tercatat dan hasil penjualan dari agunan diambil alih diakui sebagai laba atau rugi pada saat penjualan agunan diambil alih, dan diakui sebagai “Pendapatan lain-lain” dalam laporan laba rugi komprehensif periode yang bersangkutan. i.
Beban Dibayar di Muka Beban dibayar di muka dibebankan sesuai masa manfaat masing-masing beban yang bersangkutan dengan menggunakan metode garis lurus.
j.
Aset Tetap Perusahaan menggunakan model biaya sebagai kebijakan akuntansi pengukuran aset tetapnya. Aset tetap pemilikan langsung dinyatakan berdasarkan biaya perolehan, tetapi termasuk biaya perawatan sehari-hari, dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai, jika ada. Biaya perolehan awal aset tetap meliputi harga perolehan, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan dan biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan sesuai dengan tujuan penggunaan yang ditetapkan. Beban-beban yang timbul setelah aset tetap digunakan, seperti beban perbaikan dan pemeliharaan, dibebankan ke laba rugi komprehensif pada saat terjadinya. Apabila beban-beban tersebut menimbulkan peningkatan manfaat ekonomis di masa datang dari penggunaan aset tetap tersebut yang dapat melebihi kinerja normalnya, maka beban-beban tersebut dikapitalisasi sebagai tambahan biaya perolehan aset tetap. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (straight-line method), berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aset tetap, sebagai berikut: Masa manfaat Bangunan Peralatan kantor Kendaraan Perabot dan perlengkapan kantor Rehabilitasi gedung kantor
20 tahun 5 5 5 5
Ekshibit E/19 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 2. KEBIJAKAN AKUNTANSI (Lanjutan) j.
Aset Tetap (Lanjutan) Tanah tidak disusutkan, biaya-biaya yang terjadi sehubungan dengan pengurusan hak atas tanah di tangguhkan dan diamortisasi dengan metode garis lurus selama periode hak atas tanah tersebut. Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya (derecognized) pada saat dilepaskan atau tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. Aset tetap yang dijual atau dilepaskan, dikeluarkan dari kelompok aset tetap berikut akumulasi penyusutan serta akumulasi penurunan nilai yang terkait dengan aset tetap tersebut. Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap ditentukan sebesar perbedaan antara jumlah neto hasil pelepasan, jika ada, dengan jumlah tercatat dari aset tetap tersebut, dan diakui dalam laporan laba rugi komprehensif pada tahun terjadinya penghentian pengakuan. Nilai residu, umur manfaat, serta metode penyusutan ditelaah setiap akhir tahun dan dilakukan penyesuaian apabila hasil telaah berbeda dengan estimasi sebelumnya. Aset dalam penyelesaian dan perangkat lunak dalam pengembangan dinyatakan sebesar biaya perolehan dan disajikan sebagai bagian dari aset tetap. Akumulasi biaya perolehan akan dipindahkan ke masing-masing akun aset tetap yang bersangkutan pada saat aset tersebut selesai dikerjakan dan siap digunakan. Penurunan nilai aset non-keuangan Efektif tanggal 1 Januari 2011, Perusahaan menerapkan secara prospektif PSAK No. 48 (Revisi 2009), “Penurunan Nilai Aset”. PSAK No. 48 (Revisi 2009) menetapkan prosedur-prosedur yang diterapkan entitas agar aset dicatat tidak melebihi jumlah terpulihkannya. Suatu aset dicatat melebihi jumlah terpulihkannya jika jumlah tersebut melebihi jumlah yang akan dipulihkan melalui penggunaan atau penjualan aset. Pada kasus demikian, aset mengalami penurunan nilai dan pernyataan ini mensyaratkan entitas mengakui rugi penurunan nilai. PSAK yang direvisi ini juga menentukan kapan entitas membalik suatu rugi penurunan nilai dan pengungkapan yang diperlukan. Penerapan PSAK No. 48 (Revisi 2009) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pelaporan keuangan. Pada setiap akhir periode pelaporan, Perusahaan menilai apakah terdapat indikasi suatu aset mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi tersebut atau pada saat pengujian penurunan nilai aset diperlukan, maka Perusahaan membuat estimasi formal jumlah terpulihkan aset tersebut.
k.
Pinjaman yang Diterima Pinjaman yang diterima merupakan dana yang diterima dari berbagai bank dan institusi keuangan, termasuk fasilitas joint financing with recourse. Fasilitas joint financing with recourse disajikan secara gross, yaitu sebanyak pinjaman yang diberikan kepada konsumen dan pinjaman yang diterima dari bank dicatat dalam nilai penuh dengan liabilitas pembayaran kembali sesuai dengan persyaratan perjanjian pinjaman. Sebelum 1 Januari 2010, pinjaman yang diterima dinyatakan sebesar biaya perolehan. Sejak tanggal 1 Januari 2010, pinjaman yang diterima diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan yang diukur dengan biaya perolehan diamortisasi. Biaya tambahan yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan pinjaman dikurangkan dari jumlah pinjaman yang diterima. Lihat Catatan 2e untuk kebijakan akuntansi atas liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi.
Ekshibit E/20 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 2. KEBIJAKAN AKUNTANSI (Lanjutan) l.
Utang Obligasi Obligasi yang diterbitkan dicatat sebesar nilai nominal dikurangi saldo diskonto yang belum diamortisasi. Beban emisi obligasi sehubungan dengan penerbitan obligasi diakui sebagai diskonto dan dikurangkan langsung dari hasil emisi obligasi untuk menentukan hasil emisi bersih obligasi tersebut. Sebelum tanggal 1 Januari 2010, diskonto diamortisasi selama jangka waktu obligasi tersebut dengan menggunakan metode garis lurus. Sejak tanggal 1 Januari 2010, utang obligasi diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif setelah pengakuan awalnya. Diskonto diamortisasi selama jangka waktu obligasi tersebut dengan menggunakan metode suku bunga efektif (lihat Catatan 2e).
m. Imbalan Pasca Kerja Imbalan pasca kerja seperti pensiun, uang pisah dan uang penghargaan masa kerja dihitung berdasarkan Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13/2003 (”UU 13/2003”). Sesuai dengan UU 13/2003, Perusahaan berkewajiban menutupi kekurangan pembayaran pensiun bila program yang ada sekarang belum cukup untuk menutupi kewajiban sesuai UU 13/2003. Liabilitas yang diakui di laporan posisi keuangan adalah nilai kini liabilitas imbalan pasti pada tanggal laporan posisi keuangan sesuai dengan UU 13/2003 atau Peraturan Perusahaan (mana yang lebih tinggi), dikurangi dengan nilai wajar aset program pensiun Perusahaan dan penyesuaian atas keuntungan atau kerugian aktuarial dan biaya jasa lalu yang belum diakui. Liabilitas imbalan pasti dihitung oleh aktuaris independen dengan menggunakan metode Projected Unit Credit. Dalam menghitung imbalan pasca kerja, aktuaris independen telah memperhitungkan juga kontribusi yang telah dilakukan oleh Perusahaan kepada PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia. Nilai kini liabilitas imbalan pasti ditentukan dengan mendiskontokan estimasi arus kas masa depan dengan menggunakan tingkat bunga Obligasi Pemerintah (dengan pertimbangan saat ini tidak ada pasar aktif untuk Obligasi korporasi berkualitas tinggi) dalam mata uang Rupiah, sama dengan mata uang di mana imbalan tersebut akan dibayarkan dan yang memiliki jangka waktu yang mendekati jangka waktu liabilitas imbalan pensiun yang bersangkutan. Keuntungan dan kerugian aktuarial yang timbul dari penyesuaian, perubahan dalam asumsi-asumsi aktuarial dan perubahan dalam program pensiun yang jumlahnya melebihi jumlah yang lebih besar antara 10% dari nilai wajar aset program atau 10% dari nilai kini imbalan pasti, dibebankan atau dikreditkan ke laporan laba rugi komprehensif selama rata-rata sisa masa kerja yang diharapkan dari karyawan tersebut. Biaya jasa lalu diakui secara langsung di laporan laba rugi komprehensif, kecuali perubahan terhadap program pensiun tersebut mengharuskan karyawan tersebut tetap bekerja selama periode waktu tertentu untuk mendapatkan hak tersebut (periode vesting). Dalam hal ini, biaya jasa lalu diamortisasi secara garis lurus sepanjang periode vesting. Biaya jasa kini diakui sebagai beban periode berjalan.
Ekshibit E/21 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 2. KEBIJAKAN AKUNTANSI (Lanjutan) n. Pengakuan Pendapatan dan Beban Sejak tanggal 1 Januari 2010, pendapatan dan beban bunga untuk semua instrumen keuangan dengan interest bearing dicatat dalam pendapatan bunga dan beban bunga di dalam laporan laba rugi komprehensif menggunakan metode suku bunga efektif. Metode suku bunga efektif adalah metode yang digunakan untuk menghitung biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau liabilitas keuangan dan metode untuk mengalokasikan pendapatan bunga atau beban bunga selama periode yang relevan. Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi pembayaran atau penerimaan kas di masa mendatang selama perkiraan umur dari instrumen keuangan, atau jika lebih tepat, digunakan periode yang lebih singkat untuk memperoleh nilai tercatat bersih dari aset keuangan atau liabilitas keuangan. Pada saat menghitung suku bunga efektif, entitas mengestimasi arus kas dengan mempertimbangkan seluruh persyaratan kontraktual dalam instrumen keuangan tersebut (seperti pelunasan dipercepat, opsi beli (call option) dan opsi serupa lainnya), namun tidak mempertimbangkan kerugian kredit di masa datang. Perhitungan ini mencakup seluruh biaya transaksi yang dibayarkan atau diterima oleh para pihak dalam kontrak yang merupakan bagian tak terpisahkan dari suku bunga efektif, dan seluruh premi atau diskon lainnya. Biaya transaksi merupakan biaya tambahan yang dapat diatribusikan secara langsung untuk perolehan, penerbitan atau pelepasan aset keuangan atau liabilitas keuangan. Biaya tambahan merupakan biaya yang tidak akan terjadi apabila Perusahaan tidak memperoleh, menerbitkan atau melepaskan instrumen keuangan. Jika aset keuangan atau kelompok aset keuangan serupa telah diturunkan nilainya sebagai akibat kerugian penurunan nilai, maka pendapatan bunga yang diperoleh setelahnya diakui berdasarkan suku bunga yang digunakan untuk mendiskonto arus kas masa datang dalam menghitung kerugian penurunan nilai. Pendapatan pembiayaan konsumen Perusahaan disajikan bersih setelah dikurangi dengan bagian pendapatan milik bank atau pihak lain sehubungan dengan transaksi-transaksi penerusan pinjaman, pembiayaan bersama, anjak piutang dan penunjukan selaku pengelola piutang. Pada umumnya pendapatan selisih premi asuransi dan selisih atas biaya komisi dan subsidi dealer diakui menggunakan basis akrual pada saat jasa telah diberikan. Pendapatan selisih premi asuransi dan selisih atas biaya komisi dealer dan subsidi dari dealer diakui sebagai penyesuaian atas suku bunga efektif atas pinjaman yang diberikan dan piutang. Sebelum tanggal 1 Januari 2010, Perusahaan mengakui pendapatan atas sewa pembiayaan dan pembiayaan konsumen sebagaimana yang dijelaskan masing-masing pada Catatan 2f dan 2g. Beban diakui pada saat terjadinya. Untuk pendapatan Perusahaan yang diakui berdasarkan cash basis antara lain: pendapatan atas penjualan piutang portofolio dengan metode valuasi diskonto, administrasi dan pendapatan denda. Pendapatan selisih premi asuransi diakui berdasarkan accrual basis yaitu pada saat terjadinya penutupan asuransi. Pendapatan administrasi diakui pada saat perjanjian pembiayaan konsumen ditandatangani.
Ekshibit E/22 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 2. KEBIJAKAN AKUNTANSI (Lanjutan) o.
Akuntansi Instrumen Derivatif dan Akuntansi Lindung Nilai Perusahaan melakukan transaksi/kontrak nilai tukar dan swap dalam mata uang asing untuk tujuan mengelola risiko perubahan nilai tukar mata uang asing yang berasal dari utang Perusahaan dalam mata uang asing. Setiap instrumen derivatif (termasuk instrumen derivatif melekat), diakui sebagai aset atau liabilitas berdasarkan nilai wajar setiap kontrak. Nilai wajar merupakan perhitungan nilai kini (present value) dengan mempergunakan asumsi-asumsi dan data yang berlaku umum. Berdasarkan kriteria khusus untuk akuntansi lindung nilai, semua instrumen derivatif yang ada pada Perusahaan tidak memenuhi persyaratan tersebut dan oleh karena itu tidak dikategorikan sebagai lindung nilai yang efektif untuk tujuan akuntansi. Oleh sebab itu, perubahan atas nilai wajar dari instrumen derivatif diakui langsung sebagai laba rugi komprehensif tahun berjalan.
p. Transaksi dan Saldo dalam Mata Uang Asing (1) Mata uang pelaporan Laporan keuangan dijabarkan dalam mata uang Rupiah. (2) Transaksi dan saldo Transaksi dalam mata uang asing, atau yang memerlukan penyelesaian dalam mata uang asing dijabarkan ke dalam Rupiah dengan menggunakan kurs yang berlaku pada tanggal transaksi. Aset dan liabilitas moneter dalam mata uang asing dijabarkan ke dalam Rupiah menggunakan kurs penutupan pada tanggal pelaporan dengan menggunakan kurs Bank Indonesia pada tanggal laporan posisi keuangan. Aset dan liabilitas non-moneter dalam mata uang asing yang diukur berdasarkan biaya perolehan diamortisasi dijabarkan ke dalam Rupiah dengan kurs pada tanggal pengakuan awal. Aset dan liabilitas non-moneter yang diukur berdasarkan nilai wajar dijabarkan ke dalam Rupiah dengan kurs pada tanggal nilai wajar ditentukan. Keuntungan atau kerugian selisih kurs yang berasal dari penyelesaian transaksi dalam mata uang asing dan dari penjabaran aset dan liabilitas moneter dalam mata uang asing menggunakan nilai tukar pada akhir tahun diakui dalam laporan laba rugi komprehensif. Seluruh keuntungan dan kerugian selisih kurs yang diakui dalam laporan laba rugi komprehensif disajikan bersih dalam laporan laba rugi komprehensif dalam akun tersebut. Kurs yang digunakan untuk menjabarkan mata uang asing ke dalam Rupiah adalah sebagai berikut (Rupiah penuh) :
1 Dolar AS (USD) 1 Yen Jepang (JPY)
2011 (nilai penuh)
2010 (nilai penuh)
2009 (nilai penuh)
9.068 116,8051
8.991 110,2855
9.400 101,7043
Ekshibit E/23 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 2. KEBIJAKAN AKUNTANSI (Lanjutan) q. Pelaporan Segmen Segmen operasi adalah suatu komponen dari entitas: (1) yang terlibat dalam aktivitas bisnis yang mana memperoleh pendapatan dan menimbulkan beban (termasuk pendapatan dan beban terkait dengan transaksi dengan komponen lain dari entitas yang sama); (2) hasil operasinya dikaji ulang secara regular oleh pengambil keputusan operasional untuk membuat keputusan tentang sumber daya yang dialokasikan pada segmen tersebut dan menilai kinerjanya; dan (3) tersedia informasi keuangan yang dapat dipisahkan. Perusahaan menyajikan segmen operasi berdasarkan laporan internal Perusahaan yang disajikan kepada pengambil keputusan operasional sesuai dengan PSAK No. 5 (Revisi 2009). Pengambil keputusan operasional Perusahaan adalah Direksi. Segmen operasi Perusahaan disajikan berdasarkan segmen primer dibagi ke dalam segmen-segmen usaha berikut: sewa pembiayaan dan pembiayaan konsumen, sedangkan segmen sekunder dibagi ke dalam, antara lain, Jawa, Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi. (Lihat Catatan 24) r.
Pajak Penghasilan Beban pajak terdiri dari beban pajak kini dan beban pajak tangguhan. Beban pajak diakui pada laporan laba rugi komprehensif kecuali untuk item yang diakui secara langsung di ekuitas, beban pajak yang terkait dengan item tersebut diakui di ekuitas. Beban pajak kini merupakan estimasi utang pajak yang dihitung atas laba kena pajak untuk periode yang bersangkutan dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku atau yang secara substansial telah berlaku pada tanggal laporan posisi keuangan. Perusahaan menerapkan metode aset dan liabilitas dalam menghitung beban pajaknya. Dengan metode ini, aset dan liabilitas pajak tangguhan diakui pada setiap tanggal pelaporan sebesar perbedaan temporer aset dan liabilitas untuk tujuan akuntansi dan tujuan perpajakan. Metode ini juga mengharuskan pengakuan manfaat pajak di masa yang akan datang, seperti kompensasi kerugian fiskal, jika kemungkinan realisasi manfaat tersebut di masa yang akan datang cukup besar (probable). Tarif pajak yang berlaku digunakan dalam menentukan pajak penghasilan tangguhan. Pajak tangguhan diukur dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku atau secara substansial telah berlaku pada tanggal laporan posisi keuangan. Pajak tangguhan dibebankan atau dikreditkan dalam laporan laba rugi komprehensif tahun berjalan kecuali pajak tangguhan yang dibebankan atau dikreditkan langsung ke ekuitas. Aset dan liabilitas pajak tangguhan disajikan di laporan posisi keuangan, kecuali aset dan liabilitas pajak tangguhan untuk entitas yang berbeda, atas dasar kompensasi sesuai dengan penyajian aset dan liabilitas pajak kini.
s.
Laba per Saham Laba per saham dasar dihitung dengan cara membagi laba bersih yang tersedia bagi pemegang saham dengan rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar pada tahun berjalan.
Ekshibit E/24 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 2. KEBIJAKAN AKUNTANSI (Lanjutan) t.
Pertimbangan akuntansi yang penting, estimasi dan asumsi Penyusunan laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan, mengharuskan manajemen membuat estimasi dan asumsi yang mempengaruhi aset, liabilitas, komitmen dan kontinjensi yang dilaporkan. Karena adanya unsur ketidakpastian melekat dalam melakukan estimasi sehingga dapat menyebabkan jumlah sesungguhnya yang dilaporkan pada periode yang akan datang berbeda dengan jumlah yang diestimasikan. I.
Penggunaan Pertimbangan Pertimbangan berikut ini dibuat oleh manajemen dalam rangka penerapan kebijakan akuntansi Perusahaan yang memiliki pengaruh paling signifikan atas jumlah yang diakui dalam laporan keuangan: (i) Klasifikasi aset dan liabilitas keuangan Perusahaan menetapkan klasifikasi atas aset dan liabilitas tertentu sebagai aset keuangan dan liabilitas keuangan dengan mempertimbangkan definisi yang ditetapkan PSAK No. 55 (Revisi 2006) dipenuhi. Dengan demikian, aset keuangan dan liabilitas keuangan diakui sesuai dengan kebijakan akuntansi Perusahaan seperti diungkapkan pada Catatan 2e. (ii) Cadangan atas kerugian penurunan nilai investasi neto sewa pembiayaan dan piutang pembiayaan konsumen Perusahaan mengevaluasi akun tertentu yang diketahui bahwa para pelanggannya tidak dapat memenuhi liabilitas keuangannya. Dalam hal tersebut, Perusahaan mempertimbangkan, berdasarkan fakta dan situasi yang tersedia, termasuk namun tidak terbatas pada jangka waktu, hubungan dengan pelanggan dan status kredit dari pelanggan berdasarkan catatan kredit pihak ketiga yang tersedia dan faktor pasar yang telah diketahui, untuk mencatat cadangan spesifik atas pelanggan terhadap jumlah terutang guna mengurangi jumlah piutang yang diharapkan dapat diterima oleh Perusahaan. Cadangan spesifik ini dievaluasi kembali dan disesuaikan jika tambahan informasi yang diterima mempengaruhi jumlah cadangan kerugian penurunan nilai investasi neto pembiayaan dan cadangan piutang pembiayaan konsumen. Nilai tercatat dari investasi neto sewa pembiayaan sebelum cadangan kerugian penurunan nilai pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009 masing-masing sebesar Rp 1.095.068, Rp 520.596 dan Rp 208.215. Penjelasan lebih lanjut diungkapkan dalam Catatan 5. Nilai tercatat dari piutang pembiayaan konsumen Perusahaan sebelum cadangan kerugian penurunan nilai pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009 masing-masing sebesar Rp 3.716.295, Rp 2.870.818 dan Rp 2.088.259. Penjelasan lebih lanjut diungkapkan dalam Catatan 6.
II. Estimasi dan Asumsi Asumsi utama masa depan dan sumber utama estimasi ketidakpastian lain pada akhir periode pelaporan yang memiliki resiko signifikan bagi penyesuaian yang material terhadap nilai tercatat aset dan liabilitas untuk tahun/periode berikutnya, diungkapkan dibawah ini. Perusahaan mendasarkan asumsi dan estimasi pada parameter yang tersedia pada saat laporan keuangan disusun. Asumsi dan situasi mengenai perkembangan masa depan, mungkin berubah akibat perubahan pasar atau situasi diluar kendali Perusahaan. Perubahan tersebut dicerminkan dalam asumsi terkait pada saat terjadinya.
Ekshibit E/25 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 2. KEBIJAKAN AKUNTANSI (Lanjutan) t.
Pertimbangan akuntansi yang penting, estimasi dan asumsi (Lanjutan) III. Estimasi dan Asumsi (Lanjutan) (1) Nilai wajar atas instrumen keuangan Jika nilai wajar aset keuangan dan liabilitas keuangan yang tercatat pada laporan posisi keuangan tidak tersedia di pasar aktif, ditentukan dengan menggunakan berbagai teknik penilaian termasuk penggunaan model matematika. Masukkan (input) untuk model ini berasal dari data pasar yang bisa diamati sepanjang data tersebut tersedia. Bila data pasar yang bisa diamati tersebut tidak tersedia, pertimbangan manajemen diperlukan untuk menentukan nilai wajar. Pertimbangan manajemen tersebut mencakup pertimbangan likuiditas dan masukan model seperti volatilitas untuk transaksi derivatif yang berjangka waktu panjang dan tingkat diskonto, tingkat pelunasan dipercepat dan asumsi tingkat gagal bayar. (2) Cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan Perusahaan telah menelaah pinjaman yang diberikan dan piutang pada setiap tanggal laporan posisi keuangan untuk menilai apakah penurunan nilai harus diakui dalam laporan laba rugi komprehensif. Secara khusus, justifikasi oleh manajemen diperlukan dalam estimasi jumlah dan waktu arus kas di masa mendatang ketika menentukan penurunan nilai. Dalam estimasi arus kas ini, Perusahaan membuat justifikasi tentang situasi keuangan peminjam dan nilai realisasi bersih agunan. Estimasi-estimasi ini didasarkan pada asumsi-asumsi tentang sejumlah faktor dan hasil aktual mungkin berbeda, yang tercermin dalam perubahan cadangan perubahan kerugian penurunan nilai tersebut di masa mendatang. Penjelasan lebih rinci diungkapkan dalam Catatan 5 dan Catatan 6. (3) Estimasi umur manfaat aset tetap Perusahaan melakukan penelahaan berkala atas masa manfaat ekonomis aset tetap berdasarkan faktor-faktor seperti kondisi teknis dan perkembangan teknologi di masa depan. Hasil operasi di masa depan akan dipengaruhi secara material atas perubahan estimasi ini yang diakibatkan oleh perubahan faktor yang telah disebutkan di atas. Lihat Catatan 7 untuk nilai tercatat aset tetap. (4) Imbalan Pasca Kerja Nilai kini liabilitas imbalan pasca kerja tergantung pada beberapa faktor yang ditentukan dengan dasar aktuarial berdasarkan beberapa asumsi. Asumsi yang digunakan untuk menentukan biaya (penghasilan) pensiun neto mencakup tingkat diskonto. Perubahan asumsi ini akan mempengaruhi jumlah tercatat imbalan pasca kerja. Perusahaan menentukan tingkat diskonto yang sesuai pada akhir periode pelaporan, yakni tingkat suku bunga yang harus digunakan untuk menentukan nilai kini arus kas keluar masa depan estimasian yang diharapkan untuk menyelesaikan liabilitas. Dalam menentukan tingkat suku bunga yang sesuai, Perusahaan mempertimbangkan tingkat suku bunga obligasi pemerintah yang didenominasikan dalam mata uang imbalan akan dibayar dan memiliki jangka waktu yang serupa dengan jangka waktu liabilitas yang terkait. Asumsi kunci liabilitas imbalan pasca kerja lainnya sebagian ditentukan berdasarkan kondisi pasar saat ini. Informasi tambahan diungkapkan pada Catatan 22.
Ekshibit E/26 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 2. KEBIJAKAN AKUNTANSI (Lanjutan) t.
Pertimbangan akuntansi yang penting, estimasi dan asumsi (Lanjutan) II. Estimasi dan Asumsi (Lanjutan) (5) Pajak penghasilan Pertimbangan signifikan dilakukan dalam menentukan provisi atas pajak penghasilan badan. Terdapat transaksi dan perhitungan tertentu yang penentuan pajak akhirnya adalah tidak pasti sepanjang kegiatan usaha normal. Perusahaan mengakui liabilitas atas pajak penghasilan badan berdasarkan estimasi apakah terdapat tambahan pajak penghasilan badan. Penjelasan lebih rinci diungkapkan dalam Catatan 13b. (6) Aset pajak tangguhan Aset pajak tangguhan diakui atas seluruh perbedaan temporer yang dapat dikurangkan, sepanjang besar kemungkinannya bahwa penghasilan kena pajak akan tersedia sehingga perbedaan temporer tersebut dapat digunakan. Estimasi signifikan oleh manajemen disyaratkan dalam menentukan jumlah aset pajak tangguhan yang dapat diakui, berdasarkan saat penggunaan dan tingkat penghasilan kena pajak serta strategi perencanaan pajak masa depan. Penjelasan lebih rinci diungkapkan dalam Catatan 13c.
3. KAS DAN SETARA KAS Kas dan setara kas terdiri dari: 2011 Kas
2010
2009
17.891
12.585
9.022
37.084 9.669 8.785 5.418 3.233 2.384 2.202 2.129
17.971 19.118 9.448 1.090 251 2.603 1.010 3.859
8.770 3.681 317 1.022 207 42 741 821
3.283
4.207
4.568
Jumlah bank
74.187
59.557
20.169
Jumlah Kas dan Bank
92.078
72.142
29.191
Bank Pihak ketiga Rupiah PT Bank Central Asia Tbk PT Bank Mandiri (Persero) Tbk PT Bank Internasional Indonesia Tbk PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Standard Chartered Bank, Jakarta Branch PT Bank CIMB Niaga Tbk PT Bank Danamon Indonesia Tbk PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Lain-lain (Saldo di bawah Rp 1.000)
Ekshibit E/27 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 3. KAS DAN SETARA KAS (Lanjutan) 2011
2010
2009
Setara kas (deposito berjangka) Pihak ketiga Rupiah PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk PT BPD Jawa Barat & Banten Tbk PT Bank Central Asia Tbk PT Bank Mutiara Tbk PT Bank Capital Indonesia Tbk PT Bank ICB Bumiputera Tbk PT Bank Syariah Bukopin PT Bank Muamalat Indonesia PT BPD Sumatera Utara PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk - Syariah PT Bank Syariah Mega Indonesia
30.000 29.618 15.000 -
40.000 7.000 75.212 45.031 40.094 25.000 20.000 10.000 -
36.296 8.000 28.700 22.341 10.337 20.704 10.190
Jumlah setara kas
74.618
262.337
136.568
166.696
334.479
165.759
Jumlah Kas dan Setara Kas
Pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009, Perusahaan tidak menempatkan kas dan setara kasnya pada pihak yang berelasi. Tingkat suku bunga dari deposito berjangka diatas adalah sebagai berikut: Tingkat bunga deposito per tahun Rupiah
2011
2010
2009
4,9%-10%
5,5%-10%
5,35%-15%
4. DEPOSITO BERJANGKA Akun ini merupakan deposito berjangka yang ditempatkan pada PT Bank Victoria International Tbk dengan jatuh tempo lebih dari 3 (tiga) bulan dengan tingkat suku bunga 4,9% sampai dengan 10% per tahun. Pada tanggal 31 Desember 2011, Perusahaan tidak menempatkan deposito berjangka pada pihak berelasi. 5. INVESTASI NETO SEWA PEMBIAYAAN Rincian investasi neto sewa pembiayaan adalah sebagai berikut: 2011 Piutang sewa pembiayaan Nilai sisa yang terjamin Pendapatan sewa pembiayaan yang belum diakui Biaya transaksi yang belum diamortisasi Simpanan jaminan
( ( (
Jumlah Dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai
(
Bersih
1.339.444 591.643
2010
2009
606.559 314.885
240.053 196.954
234.182 ) ( 10.194 ) ( 591.643 ) (
85.705 ) ( 258 ) 314.885 ) (
31.838 ) 196.954 )
1.095.068 10.362 ) (
520.596 9.154 ) (
208.215 40.954 )
1.084.706
511.442
167.261
Ekshibit E/28 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 5. INVESTASI NETO SEWA PEMBIAYAAN (Lanjutan) Angsuran sewa pembiayaan yang akan diterima dari pelanggan menurut jatuh temponya masingmasing pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009 : 2011 Telah jatuh tempo 2010 2011 2012 2013 2014 dan sesudahnya Jumlah
2010
2009
28.894 708.197 443.672 158.681
18.063 356.158 187.465 44.873 -
9.518 165.363 56.243 8.929 -
1.339.444
606.559
240.053
Sedangkan rincian jangka waktu sewa pembiayaan yang dilakukan oleh Perusahaan adalah sebagai berikut: Jangka waktu
2011
2 (dua) tahun 3 (tiga) tahun Lebih dari 3 (tiga) tahun Saldo akhir
2010
2009
121.363 969.884 3.821
506.411 14.185
186.775 21.440
1.095.068
520.596
208.215
Jangka waktu kontrak sewa pembiayaan yang disalurkan oleh Perusahaan atas alat-alat berat selama 36 (tiga puluh enam) bulan dan lebih dari 36 (tiga puluh enam) bulan. Rincian angsuran investasi neto sewa pembiayaan menurut kolektibilitasnya adalah sebagai berikut: 2011 Rp
2010 Rp
2009 Rp
2011 %
2010 %
2009 %
Belum jatuh tempo Lewat jatuh tempo: 1-30 hari 31-60 hari 61-90 hari 91-150 hari Macet
1.310.550
588.496
230.535
97,84
97,02
96,04
6.320 1.006 295 21.273
4.212 2.848 1.752 1.397 7.854
4.216 2.622 1.563 1.084 33
0,47 0,08 0,02 1,59
0,69 0,47 0,29 0,23 1,30
1,76 1,09 0,65 0,45 0,01
Jumlah
1.339.444
606.559
240.053
100,00
100,00
100,00
Mutasi cadangan kerugian penurunan nilai adalah sebagai berikut: 2011 Saldo awal Penambahan cadangan selama tahun berjalan - bersih Penghapusan piutang Penyesuaian terkait dengan penerapan PSAK No. 55 (Revisi 2006) (Catatan 31) Saldo akhir
2010
9.154 6.918 5.710) (
( -
10.362
(
2009
40.954 97 1.978 ) (
35.041 10.000 4.087 )
29.919 )
-
9.154
40.954
Ekshibit E/29 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 5. INVESTASI NETO SEWA PEMBIAYAAN (Lanjutan) Persentase cadangan kerugian penurunan nilai terhadap jumlah investasi neto sewa pembiayaan masing-masing sebesar 0,95%, 1,76% dan 19,67% pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009. Manajemen berkeyakinan bahwa jumlah cadangan kerugian penurunan nilai yang dibentuk memadai untuk menutup kerugian yang mungkin timbul akibat tidak tertagihnya investasi sewa pembiayaan. Seluruh transaksi sewa pembiayaan dilakukan dalam mata uang Rupiah dan dilakukan dengan pihak ketiga. Rincian suku bunga rata-rata dan suku bunga efektif yang dikenakan oleh Perusahaan dalam sewa pembiayaan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009 adalah sebagai berikut: 2011 2010 2009 % % % Suku bunga rata-rata sewa pembiayaan Suku bunga efektif sewa pembiayaan (kisaran)
19,94 16 - 24
18,50 15 – 22
21,02 15 - 27
Investasi neto sewa pembiayaan yang digunakan sebagai jaminan atas pinjaman yang diterima dari Standard Chartered Bank, PT IFS Capital Indonesia, PT Bank Internasional Indonesia Tbk, PT Bank Danamon Indonesia Tbk, PT Bank Pan Indonesia Tbk, PT Bank Victoria International Tbk, PT Bank Hana, PT BPD Jawa Barat & Banten Tbk, PT Bank Permata Tbk dan LIM Asia Special Situations Master Fund Limited berjumlah keseluruhan sebesar Rp 318.988, pada tanggal 31 Desember 2011 (Catatan 11b). Investasi neto sewa pembiayaan yang digunakan sebagai jaminan atas pinjaman yang diterima dari PT Bank Danamon Indonesia Tbk sebesar Rp 7.029 dan Rp 17.510 masing-masing pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 (Catatan 11b.5). Investasi neto sewa pembiayaan yang digunakan sebagai jaminan atas utang obligasi sebesar Rp 178.777 dan Rp Rp 148.388 masing-masing pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 (Catatan 12). 6. PIUTANG PEMBIAYAAN KONSUMEN Akun ini merupakan piutang dalam mata uang Rupiah yang dikenakan bunga, yang timbul dari kegiatan pembiayaan dalam bentuk kendaraan kepada pemakai akhir dengan pembayaran angsuran secara berkala. 2011 Piutang pembiayaan konsumen – kotor: Pembiayaan sendiri: Pihak ketiga Pihak berelasi (Catatan 23) Pembiayaan yang dibiayai bersama pihakpihak lain (without recourse): Pihak ketiga Jumlah piutang pembiayaan konsumen - kotor
2010
2009
4.533.097 19.373
3.523.036 14.806
2.510.029 9.256
4.552.470
3.537.842
2.519.285
42.786
199
1.692
4.595.256
3.538.041
2.520.977
Ekshibit E/30 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 6. PIUTANG PEMBIAYAAN KONSUMEN (Lanjutan) 2011 Pendapatan pembiayaan konsumen yang belum diakui: Pembiayaan sendiri: Pihak ketiga Pihak berelasi (Catatan 23) Pembiayaan yang dibiayai bersama pihakpihak lain (without recourse): Pihak ketiga
Biaya transaksi yang belum diamortisasi
2009
( (
837.667 ) ( 1.939 ) (
637.402 ) ( 1.755 ) (
431.449) 1.097)
(
839.606 ) (
639.157 ) (
432.546)
(
7.814 ) (
6) (
172)
(
847.420 ) (
639.163) (
432.718)
(
31.541 ) (
28.060)
Jumlah
3.716.295
Dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai
2010
(
Bersih
50.432 ) ( 3.665.863
-
2.870.818
2.088.259
64.115) ( 2.806.703
172.094) 1.916.165
Angsuran piutang yang akan diterima dari pelanggan menurut jatuh temponya masing-masing pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009 adalah sebagai berikut: 2011
2010
2009
Telah jatuh tempo 2010 2011 2012 2013 2014 2015 dan sesudahnya
73.542 2.600.482 1.256.826 532.280 132.126
40.837 2.117.868 946.087 361.714 71.535 -
45.408 1.736.234 605.436 125.911 7.988 -
Jumlah
4.595.256
3.538.041
2.520.977
Rincian angsuran piutang pembiayaan konsumen menurut kolektibilitasnya adalah sebagai berikut: 2011 Rp
2010 Rp
2009 Rp
2011 %
2010 %
2009 %
Belum jatuh tempo Lewat jatuh tempo: 1-30 hari 31-60 hari 61-90 hari 91-150 hari Macet
4.521.714
3.497.204
2.475.570
98,40
98,85
98,20
24.329 3.694 879 44.640
20.574 4.414 1.728 1.163 12.958
20.094 4.782 1.540 824 18.167
0,53 0,08 0,02 0,97
0,58 0,12 0,05 0,03 0,37
0,80 0,19 0,06 0,03 0,72
Jumlah
4.595.256
3.538.041
2.520.977
100,00
100,00
100,00
Jangka waktu kontrak pembiayaan konsumen yang disalurkan oleh Perusahaan atas kendaraan bermotor berkisar antara 6 (enam) sampai dengan 48 (empat puluh delapan) bulan.
Ekshibit E/31 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 6. PIUTANG PEMBIAYAAN KONSUMEN (Lanjutan) Mutasi cadangan kerugian penurunan nilai adalah sebagai berikut: 2011 Saldo awal Penambahan cadangan selama tahun berjalan - bersih Penghapusan piutang Reklasifikasi ke cadangan penurunan nilai agunan yang diambil alih Penyesuaian terkait dengan penerapan PSAK No. 55 (Revisi 2006) (Catatan 31) Saldo akhir
(
2010
64.115 16.185 30.730) (
2009
172.094 61 15.931) (
109.069 65.000 1.975)
862 (
950)
-
(
91.159)
-
50.432
64.115
172.094
Persentase cadangan kerugian penurunan nilai terhadap jumlah piutang pembiayaan konsumen masing-masing sebesar 1,36%, 2,23% dan 8,24% pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009. Manajemen berkeyakinan bahwa jumlah cadangan kerugian penurunan nilai yang dibentuk memadai untuk menutup kerugian yang mungkin timbul akibat tidak tertagihnya piutang pembiayaan konsumen. Rincian suku bunga efektif yang dikenakan oleh Perusahaan dalam pembiayaan konsumen untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009 adalah sebagai berikut:
Suku bunga efektif pembiayaan konsumen (kisaran)
2011 %
2010 %
2009 %
15 - 30
16 - 32
16 - 38
Perusahaan menerima jaminan dari pelanggan berupa Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) dan kendaraan bermotor yang dibiayai Perusahaan sebagai jaminan atas pembiayaan yang diberikan. Sebagian piutang pembiayaan konsumen digunakan sebagai jaminan atas pinjaman yang diterima pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009 (Catatan 11a dan 11b) dan utang obligasi (Catatan 12). Piutang pembiayaan konsumen yang digunakan sebagai jaminan atas utang obligasi sekurangkurangnya 110% dari nilai pokok obligasi yang masih terutang, masing-masing pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 (Catatan 12). Jumlah keseluruhan piutang pembiayaan konsumen (pokok) yang dialihkan atau dijual kepada PT Bank ICB Bumiputera Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank CIMB Niaga Tbk, PT Bank Mutiara Tbk, PT Bank DKI, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (Persero) Tbk dan PT Bank Syariah Mandiri adalah sebesar Rp 755.572 untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 (Catatan 25a, 25g, 25h, 25i, 25j, 25k, 25l dan 25m). Jumlah keseluruhan piutang pembiayaan konsumen (pokok) yang dialihkan atau dijual kepada PT Bank ICB Bumiputera Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Permata Tbk dan PT Bank Ina Perdana masing-masing sebesar 243.193 dan Rp 145.568 untuk tahun yang berakhir pada tanggaltanggal 31 Desember 2010 dan 2009 (Catatan 25a, 25d, 25e, 25g, dan 25h). Piutang pembiayaan konsumen kepada pihak-pihak berelasi merupakan pinjaman yang diberikan kepada karyawan kunci Perusahaan untuk pembelian kendaraan bermotor. Perusahaan mengenakan suku bunga efektif yang berbeda dengan yang dikenakan kepada pihak ketiga (Catatan 23). Perusahaan bekerja sama dengan beberapa perusahaan asuransi dalam menutup asuransi kendaraan bermotor konsumen yang dibiayai Perusahaan, terutama dengan PT Asuransi Bina Dana Arta, PT Asuransi Wahana Tata, PT Asuransi Sinarmas, PT Asuransi Astra Buana dan PT Asuransi Asoka Mas. Seluruh perusahaan asuransi yang bekerja sama tersebut tidak berelasi dengan Perusahaan.
Ekshibit E/32 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 7. ASET TETAP 2011 Saldo awal Biaya perolehan Tanah Bangunan Peralatan kantor Kendaraan Perabot dan perlengkapan kantor Rehabilitasi gedung kantor
Penambahan Pengurangan Reklasifikasi
67.853 18.839 59.506 21.994 2.861 37.578
2.107 403 6.438 10.796 670 5.420
Aset dalam penyelesaian
208.631 8.667
25.834 56.854
Jumlah Biaya Perolehan
217.298
82.688
Akumulasi penyusutan Bangunan Peralatan kantor Kendaraan Perabot dan perlengkapan kantor Rehabilitasi gedung kantor
3.902 34.923 11.536 1.890 20.075
1.436 7.867 5.096 475 7.030
Jumlah Akumulasi Penyusutan
72.326
21.904
Jumlah Tercatat 2010 Biaya perolehan Tanah Bangunan Peralatan kantor Kendaraan Perabot dan perlengkapan kantor Rehabilitasi gedung kantor
-
7.936 7.483 4.658 4.618 161 7.415
77.896 26.725 69.297 30.458 3.681 50.270
32.271 32.271)
258.327 33.250
8.409
-
291.577
1.158 5.688 3
-
5.338 41.632 10.944 2.362 27.105
6.849
-
87.381
1.305 6.950 11 143 -
-
-
Saldo akhir
8.409
(
144.972
204.196
Saldo awal
Penambahan Pengurangan Reklasifikasi Saldo akhir
13.576 9.523 42.417 17.493 2.478 25.833
52.167 8.028 11.451 5.327 335 3.036
Aset dalam penyelesaian
111.320 2.875
80.344 24.682
Jumlah Biaya Perolehan
114.195
105.026
Akumulasi penyusutan Bangunan Peralatan kantor Kendaraan Perabot dan perlengkapan kantor Rehabilitasi gedung kantor
3.161 29.970 9.023 1.497 15.680
741 5.303 3.391 393 4.557
Jumlah Akumulasi Penyusutan
59.331
14.385
Jumlah Tercatat
54.864
-
2.110 1.288 5.992 427 48 9.025
67.853 18.839 59.506 21.994 2.861 37.578
18.8900 18.890)
208.631 8.667
-
217.298
162
-
3.902 34.923 11.536 1.890 20.075
1.390
-
72.326
354 1.253 316 1.923
-
(( 1.923
-
350 878
144.972
Ekshibit E/33 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 7. ASET TETAP (Lanjutan) 2009 Biaya perolehan Tanah Bangunan Peralatan kantor Kendaraan Perabot dan perlengkapan kantor Rehabilitasi gedung kantor
Saldo awal
Penambahan Pengurangan Reklasifikasi Saldo akhir
9.446 8.904 38.067 17.995 2.317 24.618
4.130 619 4.437 939 165 1.215
Aset dalam penyelesaian
101.347 1.603
11.505 1.272
Jumlah Biaya Perolehan
102.950
12.777
Akumulasi penyusutan Bangunan Peralatan kantor Kendaraan Perabot dan perlengkapan kantor Rehabilitasi gedung kantor
2.784 26.100 6.369 1.107 11.599
377 3.929 3.336 394 4.081
Jumlah Akumulasi Penyusutan
47.959
12.117
Jumlah Tercatat
54.991
-
-
13.576 9.523 42.417 17.493 2.478 25.833
1.532
-
111.320 2.875
1.532
-
114.195
59 682 4
-
3.161 29.970 9.023 1.497 15.680
745
-
59.331
87 1.441 4
-
-
-
54.864
Jumlah penyusutan yang dibebankan pada operasi sebesar Rp 21.904, Rp 14.385 dan Rp 12.117 masing-masing untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009 (Catatan 19). Pengurangan aset tetap untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009 terdiri dari penghabusbukuan peralatan kantor dan rehabilitiasi gedung kantor, serta penjualan aset tetap kendaraan dan peralatan kantor dengan rincian keuntungan bersih yang diperoleh sebagai berikut: 2011
2010
2009
Hasil penjualan Jumlah tercatat
5.935 1.561
1.519 533
1.276 788
Keuntungan bersih atas penjualan aset tetap
4.374
986
488
Ekshibit E/34 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 7. ASET TETAP (Lanjutan) Perusahaan memiliki beberapa bidang tanah dengan status Hak Guna Bangunan (“HGB”) yang memiliki masa manfaat antara tahun 2014 sampai tahun 2040. Manajemen Perusahaan beryakinan bahwa tidak akan terdapat kesulitan dalam memperpanjang hak atas tanah karena tanah tersebut diperoleh secara sah dan dilengkapi dengan bukti kepemilikan yang sah. Aset tetap berupa kendaraan sebesar Rp 9.423 dan Rp 3.760 masing-masing pada tahun 2011 dan 2010 dijadikan jaminan atas utang pembiayaan kendaraan yang diperoleh dari PT BCA Finance (Catatan 11c). Seluruh aset tetap, kecuali tanah, telah diasuransikan kepada PT Asuransi Sinarmas, pihak ketiga, terhadap risiko kerugian kebakaran, banjir dan risiko kerugian lainnya (all risks) dengan jumlah nilai pertanggungan masing-masing sebesar Rp 105.276, Rp 65.901 dan Rp 64.082 pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009. Manajemen berkeyakinan bahwa nilai pertanggungan tersebut telah memadai untuk menutup kemungkinan kerugian atas aset tetap terhadap risiko-risiko yang dipertanggungkan. Manajemen Perusahaan berkeyakinan bahwa tidak terdapat kondisi atau peristiwa yang menimbulkan indikasi penurunan nilai atas jumlah tercatat aset tetap, sehingga tidak diperlukan cadangan kerugian penurunan nilai untuk aset tetap. 8. DEPOSITO DAN KAS YANG DIBATASI PENGGUNAANNYA Deposito dan kas yang dibatasi penggunaannya terdiri dari: 2011 Bank Rupiah PT Bank Central Asia Tbk PT Bank Hana (d/h PT Bank Bintang Manunggal) Deposito Rupiah PT Bank Danamon Indonesia Tbk Jumlah
2010
130 -
2009
127
130 756
127
886
130
-
130
190 127
1.076
Deposito dan kas yang dibatasi penggunaannya merupakan dana yang belum dicairkan untuk pembayaran bunga obligasi (Catatan 12), pembayaran dividen (Catatan 21), dan untuk jaminan atas pinjaman yang diterima (Catatan 11).
Ekshibit E/35 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
9.
ASET KEUANGAN DERIVATIF - BERSIH Ikhtisar transaksi derivatif berdasarkan lawan transaksi, jenis dan underlying pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009 adalah sebagai berikut:
Transaksi
31 Desember 2011 Nilai nosional kontrak (nilai penuh) Nilai wajar
Aset keuangan derivatif
Liabilitas keuangan derivatif
Standard Chartered Bank, Jakarta Branch Kontrak Valuta Berjangka pertukaran mata uang asing (Catatan 11a) Dolar Amerika Serikat
39.250.000
16.077
355.919
339.842
PT ANZ Panin Bank Kontrak Valuta Berjangka pertukaran mata uang asing (Catatan 11a) Dolar Amerika Serikat
30.000.000
15.540
272.040
256.500
PT Bank International Indonesia Tbk Kontrak Valuta Berjangka pertukaran mata uang asing (Catatan 11a) Dolar Amerika Serikat
20.486.111
8.358
185.768
177.410
813.727
773.752
39.975
Transaksi Standard Chartered Bank, Jakarta Branch Kontrak Valuta Berjangka pertukaran mata uang asing (Catatan 11a) Dolar Amerika Serikat Yen Jepang
31 Desember 2010 Nilai nosional kontrak (nilai penuh) Nilai wajar
37.000.000 ( 270.000.000
703) 6.287
Aset keuangan derivatif
Liabilitas keuangan derivatif
332.667 29.777
333.370 23.490
362.444
356.860
5.584
Transaksi Standard Chartered Bank, Jakarta Branch Kontrak Valuta Berjangka pertukaran mata uang asing (Catatan 11a) Dolar Amerika Serikat Yen Jepang
31 Desember 2009 Nilai nosional kontrak (nilai penuh) Nilai wajar
12.750.000 810.000.000
192 11.910
Aset keuangan derivatif
Liabilitas keuangan derivatif
119.850 82.380
119.658 70.470
202.230
190.128
12.102
Ekshibit E/36 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 9. ASET KEUANGAN DERIVATIF - BERSIH (Lanjutan) Standard Chartered Bank, Jakarta Branch Pada tanggal 18 September 2007, Perusahaan mengadakan perjanjian kontrak valuta berjangka pertukaran mata uang asing (foreign currency swap transaction) dengan Standard Chartered Bank, Jakarta Branch, dengan ketentuan Perusahaan membayar sebesar Rp 281.550 dan menerima sebesar USD 30.000.000 (nilai penuh). Kontrak ini berlaku sejak tanggal 19 September 2007 sampai dengan 19 Desember 2010. Pada tanggal 31 Desember 2009 nilai utang derivatif atas perjanjian tersebut sebesar Rp 119.658 dan piutang derivatif sebesar USD 12.750.000 (nilai penuh) atau setara dengan Rp 119.850. Pada tanggal 19 Desember 2010, kontrak tersebut telah diselesaikan. Pada tanggal 19 Juni 2008, Perusahaan mengadakan perjanjian kontrak valuta berjangka pertukaran mata uang asing (foreign currency swap transaction) dengan Standard Chartered Bank, Jakarta Branch, dengan ketentuan Perusahaan membayar sebesar Rp 158.500 dan menerima masing-masing sebesar USD 7.000.000 (nilai penuh) dan JPY 1.080.000.000 (nilai penuh). Kontrak ini berlaku sejak tanggal 19 Juni 2008 sampai dengan 19 Juni 2011. Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 nilai utang derivatif atas perjanjian tersebut sebesar Rp 23.490 dan Rp 70.470 serta piutang derivatif masing-masing sebesar JPY 270.000.000 (nilai penuh) setara dengan Rp 29.777 dan JPY 810.000.000 (nilai penuh) setara dengan Rp 82.380. Pada tanggal 19 Juni 2011, kontrak tersebut telah diselesaikan. Pada tanggal 27 Agustus 2010, Perusahaan mengadakan perjanjian kontrak valuta berjangka pertukaran mata uang asing (foreign currency swap transaction) dengan Standard Chartered Bank, Jakarta Branch, dengan ketentuan Perusahaan membayar sebesar Rp 333.370 dan menerima sebesar USD 37.000.000 (nilai penuh). Kontrak ini berlaku sejak tanggal 22 September 2010 sampai dengan 22 Maret 2012. Pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 nilai utang derivatif atas perjanjian tersebut sebesar Rp 83.343 dan Rp 333.370 serta piutang derivatif masing-masing sebesar USD 9.250.000 (nilai penuh) setara dengan Rp 83.879 dan USD 37.000.000 (nilai penuh) setara dengan Rp 332.667. Pada tanggal 27 Juli 2011, Perusahaan mengadakan perjanjian kontrak valuta berjangka pertukaran mata uang asing (foreign currency swap transaction) dengan Standard Chartered Bank, Jakarta Branch, dengan ketentuan Perusahaan membayar sebesar Rp 256.500 dan menerima sebesar USD 30.000.000 (nilai penuh). Kontrak ini berlaku sejak tanggal 22 September 2011 sampai dengan 15 September 2014. Pada tanggal 31 Desember 2011 nilai utang derivatif atas perjanjian tersebut sebesar Rp 256.500 dan piutang derivatif sebesar USD 30.000.000 (nilai penuh) atau setara dengan Rp 272.040. PT ANZ Panin Bank Pada tanggal 2 Agustus 2011, Perusahaan mengadakan perjanjian kontrak valuta berjangka pertukaran mata uang asing (foreign currency swap transaction) dengan PT ANZ Panin Bank, dengan ketentuan Perusahaan membayar sebesar Rp 256.500 dan menerima sebesar USD 30.000.000 (nilai penuh). Kontrak ini berlaku sejak tanggal 15 September 2011 sampai dengan 15 September 2014. Pada tanggal 31 Desember 2011 nilai utang derivatif atas perjanjian tersebut sebesar Rp 256.500 dan piutang derivatif sebesar USD 30.000.000 (nilai penuh) atau setara dengan Rp 272.040. PT Bank Internasional Indonesia Tbk Pada tanggal 20 April 2011, Perusahaan mengadakan perjanjian kontrak valuta berjangka pertukaran mata uang asing (foreign currency swap transaction) dengan PT Bank Internasional Indonesia Tbk, dengan ketentuan Perusahaan membayar sebesar Rp 216.500 dan menerima sebesar USD 25.000.000 (nilai penuh). Kontrak ini berlaku sejak tanggal 20 April 2011 sampai dengan 25 Mei dan 15 Juni 2014. Pada tanggal 31 Desember 2011 nilai utang derivatif atas perjanjian tersebut sebesar Rp 177.410 dan piutang derivatif sebesar USD 20.486.111 (nilai penuh) atau setara dengan Rp 185.768.
Ekshibit E/37 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 10. ASET LAIN-LAIN - BERSIH 2011
2010
2009
Beban dibayar dimuka Pinjaman kepada karyawan Pihak yang berelasi (Catatan 23b) Pihak ketiga Lain-lain
12.394
13.212
13.009
2.989 4.192 15.522
4.260 2.676 14.226
4.125 1.552 13.000
Sub-jumlah
35.097
34.374
31.686
Agunan yang diambil alih Investasi neto sewa pembiayaan Piutang pembiayaan konsumen
2.416 43.291
573 26.450
3.561 13.406
45.707
27.023
16.967
Dikurangi: cadangan kerugian penurunan nilai Bersih Jumlah aset lain-lain – Bersih
(
5.996 ) (
950)
-
39.711
26.073
16.967
74.808
60.447
48.653
Sebelum tanggal 1 Januari 2010, beban dibayar dimuka terdiri dari beban sewa dibayar dimuka, beban asuransi dibayar dimuka, biaya transaksi untuk penggunaan dana perjanjian kerjasama penerusan pinjaman dan pencairan dana pinjaman yang diterima. Setelah tanggal 1 Januari 2010, beban dibayar dimuka terdiri dari beban sewa dibayar dimuka, beban asuransi dibayar dimuka, dan biaya transaksi untuk penggunaan dana perjanjian kerjasama penerusan pinjaman. Manajemen berkeyakinan bahwa seluruh agunan yang diambil alih dapat dijual di atas harga pasar, sehingga tidak diperlukan cadangan kerugian penurunan nilai untuk menutup kerugian yang mungkin timbul akibat penjualan agunan yang diambil alih. 11. PINJAMAN YANG DITERIMA Pinjaman yang diterima terdiri dari: 2011 Pinjaman bank (mata uang asing) (a) (Dipindahkan) Pihak Ketiga (Dipindahkan) Standard Chartered Bank (USD 60.000.000) (1) Standard Chartered Bank (2011: USD 9.250.000 2010: USD 37.000.000) (2) Standard Chartered Bank (2011: JPY nihil 2010: JPY 270.000.000, 2009: JPY 810.000.000) (3) Standard Chartered Bank (2009: USD 12.750.000) (4) PT Bank Internasional Indonesia Tbk (USD 20.486.111) (5) Jumlah pinjaman bank (mata uang asing) (Dipindahkan)
544.080 83.879
2010
2009
-
-
332.667
-
29.777
-
-
185.768 813.727
362.444
82.380 119.850 202.230
Ekshibit E/38 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 11. PINJAMAN YANG DITERIMA Pinjaman yang diterima terdiri dari: 2011 Pinjaman bank (mata uang asing) (a) (Pindahan) Pihak Ketiga (Pindahan) Jumlah pinjaman bank (mata uang asing) (Pindahan) Pinjaman bank (Rupiah) (b) Pihak Ketiga PT Bank Permata Tbk (1) PT Bank Pan Indonesia Tbk (2) Standard Chartered Bank, Jakarta Branch (3) PT Bank Internasional Indonesia Tbk (4) PT Bank Danamon Indonesia Tbk (5) PT Bank Victoria International Tbk (6) PT BPD Jawa Barat & Banten Tbk (7) PT Bank Sinarmas Tbk (d/h PT Bank Shinta) (8) LIM Asia Special Situations Master Fund Limited (9) PT Bank Hana (d/h PT Bank Bintang Manunggal) (10) PT Bank Central Asia Tbk (11) PT ANZ Panin Bank (12) PT Bank CIMB Niaga Tbk (13) PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (14) PT Bank Maybank Indocorp (15) The Royal Bank of Scotland Plc (d/h ABN Amro Bank N.V) (16)
Dikurangi: Biaya transaksi yang belum diamortisasi Jumlah pinjaman bank - bersih
362.444
202.230
283.442 231.945 211.111 171.945 162.731 113.889 93.572 69.411 40.909 33.582 25.000 25.000 23.611 22.699 -
227.097 300.000 240.278 135.591 102.048 16.803 41.667 75.000 51.944 38.099
129.091 48.007 89.288 12.129 28.446 30.000 38.611 45.528
16.667
33.333
1.607.638
656.663
2.322.574 (
26.866) ( 2.295.708
Pinjaman lainnya (c) PT IFS Capital Indonesia (1) PT BCA Finance (2)
14.523 5.834
Jumlah pinjaman lainnya Jumlah
Tingkat bunga tahunan (%) Mata uang Rupiah Mata uang asing
2009
813.727
-
Jumlah pinjaman bank
2010
18.238) 1.589.400 -
656.663
3.113
-
20.357
3.113
-
2.316.065
1.592.513
656.663
2011
2010
2009
9,48-15,75 3,07–4,91
10,00-15,75 2,48–2,75
10,25-17,50 2,04–2,61
Ekshibit E/39 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 11. PINJAMAN YANG DITERIMA (Lanjutan) a.
Pinjaman bank (Valuta Asing) Standard Chartered Bank (1) Pada tanggal 3 Agustus 2011, Perusahaan menandatangani Perjanjian Fasilitas Pinjaman Berjangka (Term Loan) sebesar USD 60.000.000 (nilai penuh) dengan sejumlah Bank, antara lain, Standard Chartered Bank, Jakarta Branch dan Deutsche Bank AG., Singapore Branch yang bertindak sebagai “Mandated Lead Arrangers”, Standard Chartered Bank (Hongkong) Limited sebagai Agen Fasilitas (the “Facility Agent”) dan Standard Chartered Bank, Jakarta Branch sebagai Agen Jaminan (the “Security Agent”). Fasilitas pinjaman tersebut dikenakan suku bunga tahunan berdasarkan suku bunga LIBOR ditambah dengan margin 3,65% dan akan diangsur secara bertahap dalam waktu 24 (dua puluh empat) bulan terhitung sejak tanggal 15 Agustus 2012 – 15 September 2014. Pada tahun 2011, Perusahaan telah melakukan pencairan pinjaman sebesar USD 60.000.000 (nilai penuh). Fasilitas tersebut dijamin dengan piutang pembiayaan konsumen (Catatan 6). Pada tanggal 31 Desember 2011 saldo pinjaman tersebut sebesar USD 60.000.000 (nilai penuh) atau setara dengan Rp 544.080. Sehubungan dengan Perjanjian Fasilitas diatas, Perusahaan melakukan perjanjian Cross Currency Swap dengan Standard Chartered Bank, Jakarta Branch dan PT ANZ Panin Bank dengan tujuan mengelola risiko perubahan nilai tukar mata uang asing dan suku bunga (Catatan 2p, 9). (2) Pada tanggal 27 Agustus 2010, Perusahaan menandatangani Perjanjian Fasilitas Pinjaman Berjangka (Term Loan) sebesar USD 37.000.000 (nilai penuh) dengan sejumlah Bank, antara lain, Standard Chartered Bank (Hongkong) Limited yang bertindak sebagai Agen Fasilitas (the “ Facility Agent”) dan Standard Chartered Bank, Jakarta Branch sebagai Agen Jaminan (the “Security Agent”). Fasilitas pinjaman tersebut dikenakan suku bunga tahunan berdasarkan suku bunga LIBOR ditambah dengan margin 2,50% dan akan jatuh tempo secara bertahap dalam waktu 18 (delapan belas) bulan terhitung sejak tanggal awal pencairan kredit. Pada tahun 2010, Perusahaan telah melakukan pencairan pinjaman sebesar USD 37.000.000 (nilai penuh). Fasilitas tersebut dijamin dengan piutang pembiayaan konsumen (Catatan 6). Pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 saldo pinjaman tersebut masing-masing sebesar USD 9.250.000 (nilai penuh) dan USD 37.000.000 (nilai penuh) atau setara dengan Rp 83.879 dan Rp 332.667. Sehubungan dengan Perjanjian Fasilitas diatas, Perusahaan melakukan perjanjian Cross Currency Swap dengan Standard Chartered Bank, Jakarta Branch dengan tujuan mengelola risiko perubahan nilai tukar mata uang asing dan suku bunga (Catatan 2p, 9).
Ekshibit E/40 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 11. PINJAMAN YANG DITERIMA (Lanjutan) a.
Pinjaman bank (Valuta Asing) Standard Chartered Bank (3) Pada tanggal 19 Juni 2008, Perusahaan menandatangani Perjanjian Fasilitas Pinjaman Berjangka (Term Loan) yang terdiri dari Tranche A sebesar JPY 1.080.000.000 (nilai penuh) serta untuk Tranche B sebesar JPY 1.809.000.000 (nilai penuh) dan USD 7.000.000 (nilai penuh), dengan sejumlah bank, antara lain Standard Chartered Bank (Hongkong) Limited, yang bertindak sebagai Agen Fasilitas (the “Facility Agent”) dan juga sekaligus sebagai “Offshore Security Agent” serta Standard Chartered Bank, Jakarta Branch, sebagai “Lead Arranger” dan juga sekaligus sebagai “Onshore Security Agent”. Fasilitas pinjaman tersebut dikenakan suku bunga tahunan berdasarkan suku bunga LIBOR ditambah dengan margin 2,10% untuk Tranche B dan suku bunga LIBOR ditambah dengan margin 2,25% untuk Tranche A, dengan tanggal jatuh tempo final 36 (tiga puluh enam) bulan terhitung sejak tanggal perjanjian. Perusahaan telah melakukan pencairan pinjaman sebesar JPY 2.889.000.000 (nilai penuh) dan USD 7.000.000 (nilai penuh) pada tahun 2008. Fasilitas tersebut dijamin dengan piutang pembiayaan konsumen (Catatan 6). Pada tahun 2010, Perusahaan telah melakukan pembayaran saldo pinjaman Tranche A sebesar JPY 540.000.000 (nilai penuh), dan pada tahun 2009, Perusahaan telah melakukan pembayaran saldo pinjaman Tranche A sebesar JPY 270.000.000 (nilai penuh) dan melunasi saldo pinjaman Tranche B sebesar JPY 1.809.000.000 (nilai penuh) dan USD 7.000.000 (nilai penuh). Pada tanggal 31 Desember 2011 Perusahaan telah melunasi seluruh saldo pinjaman Tranche A dan Tranche B. Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 saldo pinjaman tersebut masing-masing sebesar JPY 270.000.000 (nilai penuh) atau setara dengan Rp 29.777 dan JPY 810.000.000 (nilai penuh) atau setara dengan Rp 82.380. Sehubungan dengan Perjanjian Fasilitas diatas, Perusahaan melakukan perjanjian Cross Currency Swap dengan Standard Chartered Bank, Jakarta Branch dengan tujuan mengelola risiko perubahan nilai tukar mata uang asing dan suku bunga (Catatan 2p, 9). (4) Pada tanggal 19 September 2007, Perusahaan menandatangani Perjanjian Fasilitas Pinjaman Berjangka (Term Loan) sebesar USD 30.000.000 (nilai penuh) dengan Standard Chartered Bank, Jakarta Branch, yang bertindak sebagai Agen Fasilitas (the “Facility Agent”) dan juga sekaligus sebagai Agen Jaminan (the “Security Agent”). Fasilitas pinjaman tersebut dikenakan suku bunga tahunan berdasarkan suku bunga LIBOR ditambah dengan margin 1,75% dan akan jatuh tempo secara bertahap dalam waktu 39 (tiga puluh sembilan) bulan terhitung sejak tanggal perjanjian. Fasilitas tersebut dijamin dengan piutang pembiayaan konsumen (Catatan 6). Pada tahun 2010, Perusahaan telah melunasi saldo pinjaman tersebut, dan pada tanggal 31 Desember 2009 saldo pinjaman tersebut sebesar USD 12.750.000 (nilai penuh) atau setara dengan Rp 119.850. Sehubungan dengan Perjanjian Fasilitas diatas, Perusahaan melakukan perjanjian Cross Currency Swap dengan Standard Chartered Bank, Jakarta Branch dengan tujuan mengelola risiko perubahan nilai tukar mata uang asing dan suku bunga (Catatan 2p, 9).
Ekshibit E/41 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 11. PINJAMAN YANG DITERIMA (Lanjutan) a.
Pinjaman bank (Valuta Asing) (Lanjutan) PT Bank Internasional Indonesia Tbk (5) Pada tanggal 18 April 2011, Perusahaan menandatangani Perjanjian Kredit Pinjaman Berjangka (Term Loan) dengan PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII), berupa tambahan fasilitas kredit dalam bentuk fasilitas Term Loan III dengan batas maksimum kredit sebesar USD 25.000.000 (nilai penuh) dan bersifat “non-revolving”. Jangka waktu pinjaman selama 48 (empat puluh delapan) bulan sejak tanggal Perjanjian Kredit. Pinjaman tersebut dijamin dengan investasi neto sewa pembiayaan dan piutang pembiayaan konsumen (Catatan 5 dan 6). Pada tahun 2011, Perusahaan telah melakukan pencairan pinjaman tersebut sebesar USD 25.000.000 (nilai penuh). Pada tanggal 31 Desember 2011 saldo pinjaman tersebut sebesar USD 20.486.111 (nilai penuh) atau setara dengan Rp 185.768. Sehubungan dengan Perjanjian Fasilitas diatas, Perusahaan melakukan perjanjian Cross Currency Swap dengan BII dengan tujuan mengelola risiko perubahan nilai tukar mata uang asing dan suku bunga (Catatan 2p, 9).
b. Pinjaman bank (Rupiah) PT Bank Permata Tbk (1)
Pada tanggal 10 Maret 2008, Perusahaan menandatangani Perjanjian Kredit Pinjaman Berjangka (Term Loan) dengan PT Bank Permata Tbk (Permata) dengan batas maksimum kredit sebesar Rp 200.000 dan bersifat “non-revolving”. Pinjaman tersebut akan jatuh tempo secara bertahap dalam waktu 36 (tiga puluh enam) bulan terhitung sejak tanggal perjanjian. Pinjaman tersebut dijamin dengan piutang pembiayaan konsumen (Catatan 6). Pada tahun 2008, Perusahaan telah melakukan pencairan pinjaman tersebut sebesar Rp 200.000. Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, saldo pinjaman tersebut masing-masing sebesar Rp 36.364 dan Rp 109.091. Pada tanggal 31 Desember 2011 Perusahaan telah melunasi seluruh saldo pinjaman tersebut. Pada tanggal 15 Oktober 2010, Perusahaan menandatangani Perubahan Perjanjian Kredit dengan Permata, berupa tambahan fasilitas kredit dalam bentuk fasilitas Term Loan II dengan batas maksimum kredit sebesar Rp 100.000 dan bersifat “non-revolving”. Jangka waktu pinjaman tersebut selama 36 (tiga puluh enam) bulan dari tanggal penarikan fasilitas. Pinjaman tersebut dijamin dengan piutang pembiayaan konsumen (Catatan 6). Pada tahun 2010, Perusahaan telah melakukan pencairan pinjaman tersebut sebesar Rp 100.000. Pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 saldo pinjaman tersebut masing-masing sebesar Rp 72.727 dan Rp 100.000.
Ekshibit E/42 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 11. PINJAMAN YANG DITERIMA (Lanjutan) b. Pinjaman bank (Rupiah) (Lanjutan) PT Bank Permata Tbk (Lanjutan) tanggal 27 April 2011, Perusahaan menandatangani Perubahan Perjanjian Kredit dengan Permata, berupa tambahan fasilitas kredit dalam bentuk fasilitas Term Loan III dengan batas maksimum kredit Rp 100.000 dan bersifat “non-revolving”. Jangka waktu pinjaman tersebut selama 36 (tiga puluh enam) bulan sejak tanggal pencairan fasilitas. Pinjaman tersebut dijamin dengan investasi neto sewa pembiayaan dan piutang pembiayaan konsumen (Catatan 5 dan 6). Pada tahun 2011, Perusahaan telah melakukan pencairan pinjaman tersebut sebesar Rp 100.000. Pada tanggal 31 Desember 2011 saldo pinjaman tersebut sebesar Rp 90.909. Pada tanggal 31 Maret 2010, Perusahaan menandatangani Perjanjian Pemberian Fasilitas Piutang Pembiayaan Kendaraan dengan Permata dengan batas maksimum pembiayaan sebesar Rp 100.000 dan bersifat “revolving”. Jangka waktu penarikan fasilitas tersebut berlaku sampai dengan tanggal 31 Maret 2012 dan jangka waktu pembayaran kembali maksimal 48 (empat puluh delapan) bulan sejak tanggal pencairan fasilitas. Fasilitas tersebut dijamin dengan piutang pembiayaan konsumen sesuai jumlah penggunaan kredit (Catatan 6). Pada tanggal 12 Mei 2011, Perusahaan menandatangani Perubahan Perjanjian Pemberian Fasilitas Piutang Pembiayaan Kendaraan dengan Permata, berupa tambahan fasilitas kredit dengan batas maksimum pembiayaan sebesar Rp 150.000 dan bersifat “revolving”. Jangka waktu fasilitas tersebut selama 48 (empat puluh delapan) bulan sejak tanggal penarikan fasilitas. Fasilitas tersebut dijamin dengan piutang pembiayaan konsumen sesuai jumlah penggunaan kredit (Catatan 6). Pada tahun 2011, Perusahaan telah melakukan pencairan fasilitas sebesar Rp 114.005, dan pada tahun 2010, Perusahaan telah melakukan pencairan fasilitas sebanyak 3 (tiga) kali masing-masing sebesar Rp 90.145, Rp 20.987 dan Rp 21.507. Pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010, saldo fasilitas tersebut masing-masing sebesar Rp 119.806 dan Rp 90.733. Pada tanggal 30 Juni 2008, Perusahaan menandatangani Perjanjian Kredit berupa fasilitas dalam bentuk fasilitas Money Market dengan Permata dengan batas maksimum sebesar Rp 50.000. Jangka waktu pinjaman tersebut selama 6 (enam) bulan. Fasilitas tersebut telah diperpanjang pada tanggal 28 Agustus 2009 untuk jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal perpanjangan perjanjian kredit. Pada tanggal 9 Agustus 2010, Perusahaan menandatangani perpanjangan jangka waktu fasilitas kredit tersebut menjadi berlaku sampai dengan tanggal 28 Agustus 2011. Pada tahun 2010, Perusahaan telah melunasi fasilitas tersebut di atas, dan pada tanggal 31 Desember 2009 saldo fasilitas kredit tersebut sebesar Rp 20.000.
Ekshibit E/43 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 11. PINJAMAN YANG DITERIMA (Lanjutan) b. Pinjaman bank (Rupiah) (Lanjutan) PT Bank Pan Indonesia Tbk (2) Pada tanggal 19 Agustus 2011, Perusahaan menandatangani Perjanjian Fasilitas Pinjaman Berjangka (Term Loan) dengan PT Bank Pan Indonesia Tbk dengan batas maksimum kredit sebesar Rp 250.000 dan bersifat “non-revolving”. Jangka waktu pinjaman tersebut selama 36 (tiga puluh enam) bulan sejak tanggal Perjanjian kredit. Pinjaman tersebut dijamin dengan investasi neto sewa pembiayaan dan piutang pembiayaan konsumen (Catatan 5 dan 6). Pada tahun 2011, Perusahaan telah melakukan pencairan pinjaman tersebut sebesar Rp 250.000. Pada tanggal 31 Desember 2011, saldo pinjaman tersebut sebesar Rp 231.945. Standard Chartered Bank (3) Pada tanggal 30 Maret 2010, Perusahaan menandatangani Perjanjian Fasilitas Pinjaman Berjangka (Term Loan), yang terdiri dari Tranche A sebesar Rp 200.000 dan Tranche B sebesar Rp 100.000, dengan Standard Chartered Bank, Jakarta Branch yang bertindak sebagai Kreditur Awal, Agen Fasilitas (the “Facility Agent”) dan juga sekaligus sebagai Agen Jaminan (the “Security Agent”). Pinjaman tersebut akan jatuh tempo dalam waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak tanggal awal pencairan kredit. Pinjaman tersebut dijamin dengan objek jaminan fidusia atas piutang dan rekening giro dari Standard Chartered Bank, Jakarta Branch dan PT Bank Central Asia Tbk (BCA). Pada tahun 2010, Perusahaan telah melakukan pencairan pinjaman sebesar Rp 300.000. Pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010, saldo pinjaman tersebut masing-masing sebesar Rp 211.111 dan Rp 300.000. PT Bank Internasional Indonesia Tbk (4) Pada tanggal 13 Desember 2006, Perusahaan menandatangani Perjanjian Kredit berupa fasilitas Pinjaman Berjangka (Term Loan) dengan PT Bank Internasional Indonesia (BII) dengan batas maksimum kredit sebesar Rp 250.000 dan bersifat “non-revolving”. Jangka waktu pinjaman tersebut selama 4 (empat) tahun dan berakhir pada tanggal 13 Desember 2010. Pinjaman tersebut dijamin dengan piutang pembiayaan konsumen (Catatan 6). Pada tahun 2010, Perusahaan telah melunasi saldo pinjaman kredit tersebut di atas, dan pada tanggal 31 Desember 2009, saldo pinjaman kredit tersebut sebesar Rp 48.007. Pada tanggal 2 September 2010, Perusahaan menandatangani Perjanjian Perubahan Akta Perjanjian Kredit Pinjaman Berjangka (Term Loan) dengan BII, berupa tambahan fasilitas kredit Term Loan II dengan batas maksimum kredit Rp 250.000 dan bersifat “non-revolving”. Jangka waktu pinjaman tersebut selama 43 (empat puluh tiga) bulan. Pinjaman tersebut dijamin dengan piutang pembiayaan konsumen (Catatan 6). Pada tahun 2010, Perusahaan telah melakukan pencairan fasilitas tersebut sebesar Rp 250.000. Pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 saldo pinjaman tersebut masing-masing sebesar Rp 156.944 dan Rp 240.278.
Ekshibit E/44 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 11. PINJAMAN YANG DITERIMA (Lanjutan) b. Pinjaman bank (Rupiah) (Lanjutan) PT Bank Internasional Indonesia Tbk Pada tanggal 18 November 2011 PT Bank Internasional Indonesia telah mengambilalih pinjaman perusahaan kepada PT Bank Maybank Indocorp sebesar Rp 15.000, dengan ketentuan dan persyaratan yang masih sama dengan yang dilakukan dengan PT Bank Maybank Indocorp sebelumnya. Pada tanggal 31 Desember 2011 saldo pinjaman tersebut sebesar Rp 15.000. PT Bank Danamon Indonesia Tbk (5) Pada tanggal 10 Oktober 2006, Perusahaan menandatangani Perjanjian Pengambilalihan Piutang dan Penunjukan Selaku Pengelola Piutang dengan PT Bank Danamon Indonesia Tbk (Danamon) berupa fasilitas Asset Buy dengan batas maksimum sebesar Rp 200.000 dan bersifat “revolving”. Jangka waktu fasilitas tersebut selama 5 (lima) tahun. Fasilitas tersebut dijamin dengan piutang pembiayaan konsumen (Catatan 6). Pada tanggal 10 Agustus 2007, Perusahaan menandatangani Perubahan Perjanjian Pengambilalihan Piutang dan Penunjukan Selaku Pengelola Piutang tersebut di atas dengan Danamon, berupa penurunan batas maksimum yang semula sebesar Rp 200.000 menjadi sebesar Rp 113.660. Pada tanggal 18 Maret 2008, Perusahaan menandatangani Perjanjian Kredit Angsuran Berjangka dengan Danamon dengan pokok perjanjian sebagai berikut: - Batas maksimum kredit baru Uncommitted Kredit Angsuran Berjangka (KAB) sebesar Rp 50.000 dan bersifat “revolving”, - Fasilitas Asset Buy sebesar Rp 113.660 dialokasikan sebesar Rp 48.009 ke fasilitas Uncommitted Kredit Angsuran Berjangka (KAB), - Batas maksimum kredit Uncommitted Kredit Angsuran Berjangka (KAB) yang semula sebesar Rp 50.000 ditingkatkan menjadi sebesar Rp 98.009 dan akan bertambah dari waktu ke waktu berdasarkan hasil pembayaran fasilitas Asset Buy sebesar Rp 65.651, - Jangka waktu fasilitas maksimal 4 (empat) tahun sejak tanggal pencairan, - Jangka waktu penarikan fasilitas selama 1 (satu) tahun sejak tanggal penandatanganan perjanjian tersebut, - Fasilitas Uncommitted Kredit Angsuran Berjangka (KAB) tersebut dijamin dengan piutang pembiayaan konsumen (Catatan 6). Perjanjian Kredit Angsuran Berjangka (KAB) tersebut telah diubah beberapa kali, dimana perubahan signifikan dilakukan pada tanggal 27 April 2010, dengan pokok perubahan perjanjian menjadi sebagai berikut: - Fasilitas Asset Buy sebesar Rp 6.143 dialokasikan ke fasilitas Uncommitted Kredit Angsuran Berjangka (KAB), - Fasilitas Sindikasi JPY sebesar Rp 54.964 dialokasikan ke fasilitas Uncommitted Kredit Angsuran Berjangka (KAB), - Batas maksimum kredit Uncommitted Kredit Angsuran Berjangka (KAB) yang semula sebesar Rp 98.009 ditingkatkan menjadi sebesar Rp 157.656, - Jangka waktu fasilitas diperpanjang dan akan berakhir pada tanggal 19 Oktober 2014, - Jangka waktu penarikan fasilitas sampai dengan tanggal 19 Oktober 2010. Pada tanggal 21 Oktober 2010, Perusahaan menandatangani perpanjangan jangka waktu fasilitas kredit dan batas waktu penarikan fasilitas kredit tersebut masing-masing menjadi sampai dengan tanggal 19 November 2014 dan 19 November 2010.
Ekshibit E/45 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 11. PINJAMAN YANG DITERIMA (Lanjutan) b. Pinjaman bank (Rupiah) (Lanjutan) PT Bank Danamon Indonesia Tbk (Lanjutan) Pada tanggal 28 Desember 2010, Perusahaan menandatangani perubahan Perjanjian Kredit Angsuran Berjangka (KAB) dengan pokok perubahan perjanjian menjadi sebagai berikut: - Batas maksimum kredit uncommitted Kredit Angsuran Berjangka (KAB) yang semula sebesar Rp 157.656 ditingkatkan menjadi sebesar Rp 200.000, - Jangka waktu penarikan fasilitas kredit diperpanjang menjadi sampai dengan tanggal 19 November 2011. Pada tahun 2010, Perusahaan telah melunasi saldo fasilitas Asset Buy tersebut, dan pada tanggal 31 Desember 2009 saldo fasilitas Asset Buy tersebut sebesar Rp 524. Perusahaan telah melakukan pencairan fasilitas KAB tersebut sebesar Rp 108.221 dan Rp 109.412 masing-masing pada tahun 2011 dan 2010. Pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009, saldo fasilitas KAB tersebut masing-masing sebesar Rp 142.049, Rp 129.320 dan Rp 72.470. Pada tanggal 10 Oktober 2006, Perusahaan menandatangani Perjanjian Kredit dengan Danamon berupa fasilitas Uncommitted Kredit Angsuran Berjangka (KAB) dengan batas maksimum kredit sebesar Rp 200.000 dan bersifat “revolving”. Jangka waktu pinjaman tersebut selama 5 (lima) tahun. Pinjaman tersebut dijamin dengan investasi neto sewa pembiayaan dan piutang pembiayaan konsumen (Catatan 5 dan 6). Pada tanggal 11 November 2007, Perusahaan menandatangani Perubahan Perjanjian Kredit tersebut di atas dengan Danamon, berupa penurunan batas maksimum kredit yang semula sebesar Rp 200.000 menjadi sebesar Rp 113.660. Pada tanggal 18 Maret 2008, Perusahaan menandatangani Perubahan Perjanjian Kredit tersebut di atas dengan Danamon berupa perpanjangan jangka waktu fasilitas kredit dan batas waktu penarikan fasilitas kredit tersebut masing-masing menjadi sampai dengan tanggal 10 Oktober 2012 dan 10 Oktober 2008. Perjanjian Kredit dalam bentuk Uncommitted Kredit Angsuran Berjangka (KAB) tersebut telah diubah beberapa kali, dimana perubahan signifikan dilakukan pada tanggal 27 Oktober 2009, dengan pokok perubahan perjanjian menjadi sebagai berikut: - Batas maksimum kredit yang semula sebesar Rp 113.660 diturunkan menjadi sebesar Rp 46.979. - Jangka waktu fasilitas diperpanjang dan akan berakhir pada tanggal 14 Oktober 2014. - Jangka waktu penarikan fasilitas sampai dengan tanggal 19 Oktober 2010. Pada tanggal 31 Desember 2010, Perusahaan menandatangani perubahan Perjanjian Kredit dengan pokok perubahan perjanjian menjadi sebagai berikut : - Batas maksimum kredit yang semula sebesar Rp 46.979 diturunkan menjadi sebesar Rp 40.000, - Jangka waktu fasilitas diperpanjang sampai dengan tanggal 19 November 2014, - Jangka waktu penarikan fasilitas diperpanjang sampai dengan tanggal 19 November 2011. Pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009, saldo pinjaman tersebut masing-masing sebesar Rp 20.682, Rp 6.271 dan Rp 16.294.
Ekshibit E/46 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 11. PINJAMAN YANG DITERIMA (Lanjutan) b. Pinjaman bank (Rupiah) (Lanjutan) PT Bank Danamon Indonesia Tbk (Lanjutan) Pada tanggal 10 Agustus 2007, Perusahaan menandatangani Perjanjian Kredit dengan Danamon berupa fasilitas Uncommitted Kredit Berjangka (KB) dengan batas maksimum kredit sebesar Rp 90.000 dan bersifat “revolving”. Jangka waktu pinjaman tersebut selama 1 (satu) tahun. Pinjaman tersebut dijamin dengan piutang pembiayaan konsumen sebesar total outstanding fasilitas (Catatan 6). Perjanjian Kredit dalam bentuk Uncommitted Kredit Berjangka (KB) tersebut telah diubah beberapa kali, dimana perubahan signifikan dilakukan pada tanggal 27 Oktober 2009, dengan pokok perubahan perjanjian sebagai berikut: - Batas maksimum kredit yang semula sebesar Rp 90.000 diturunkan menjadi sebesar Rp 18.409. - Jangka waktu pinjaman diperpanjang dan akan berakhir pada tanggal 19 Oktober 2010. Pada tahun 2009, Perusahaan telah melunasi saldo pinjaman tersebut. Pada tanggal 21 Oktober 2010, Perusahaan menandatangani Perubahan Perjanjian Kredit tersebut berupa perpanjangan jangka waktu fasilitas tersebut menjadi berlaku sampai dengan tanggal 19 November 2010. Pada tanggal 25 Januari 2011, Perusahaan menandatangani perubahan perjanjian uncommitted Kredit Berjangka dengan Danamon tanggal 27 Oktober 2009 berupa penurunan batas maksimum kredit yang semula sebesar Rp 18.409 menjadi sebesar Rp 10.000. Pada tahun 2011, Perusahaan telah melunasi saldo pinjaman tersebut. PT Bank Victoria International Tbk (6) Pada tanggal 14 Maret 2011, Perusahaan menandatangani Perjanjian Kredit Modal Kerja dengan PT Bank Victoria International Tbk (Victoria) dengan batas maksimum kredit sebesar Rp 150.000 dan bersifat “non-revolving”. Jangka waktu pinjaman tersebut selama 39 (tiga puluh sembilan) bulan sejak tanggal Perjanjian kredit. Pinjaman tersebut dijamin dengan investasi neto sewa pembiayaan dan piutang pembiayaan konsumen (Catatan 5 dan 6). Pada tahun 2011, Perusahaan telah melakukan pencairan fasilitas tersebut sebesar Rp 150.000. Pada tanggal 31 Desember 2011, saldo pinjaman tersebut sebesar Rp 113.889.
Ekshibit E/47 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 11. PINJAMAN YANG DITERIMA (Lanjutan) b. Pinjaman bank (Rupiah) (Lanjutan) PT BPD Jawa Barat & Banten Tbk (7) Pada tanggal 24 Februari 2011, Perusahaan menandatangani Perjanjian Kredit Modal Kerja Umum dengan PT BPD Jawa Barat & Banten Tbk (BPD Jabar Banten) dengan batas maksimum kredit sebesar Rp 25.000 dan bersifat “non-revolving”. Jangka waktu pinjaman tersebut selama 36 (tiga puluh enam) bulan sejak tanggal Perjanjian Kredit. Fasilitas tersebut dijamin dengan investasi neto sewa pembiayaan dan piutang pembiayaan konsumen (Catatan 5 dan 6). Pada tahun 2011, Perusahaan telah melakukan pencairan pinjaman tersebut sebesar Rp 25.000. Pada tanggal 31 Desember 2011, saldo pinjaman tersebut sebesar Rp 18.572. Pada tanggal 27 Oktober 2011, Perusahaan menandatangani Perjanjian Kredit Modal Kerja Umum dengan BPD Jabar Banten dengan batas maksimum kredit sebesar Rp 125.000 dan bersifat “non-revolving”. Jangka waktu pinjaman tersebut selama 36 (tiga puluh enam) bulan sejak tanggal Perjanjian Kredit. Fasilitas tersebut dijamin dengan investasi neto sewa pembiayaan dan piutang pembiayaan konsumen (Catatan 5 dan 6). Pada tahun 2011, Perusahaan telah melakukan pencairan pinjaman tersebut sebesar Rp 75.000. Pada tanggal 31 Desember 2011, saldo pinjaman tersebut sebesar Rp 75.000. PT Bank Sinarmas Tbk (d/h PT Bank Shinta) (8) Pada tanggal 21 April 2008, Perusahaan menandatangani Perjanjian Kredit dengan PT Bank Sinarmas Tbk (d/h PT Bank Shinta) (Sinarmas) berupa fasilitas Uncommitted Term Loan dengan batas maksimum kredit sebesar Rp 25.000 dan bersifat “non-revolving”. Jangka waktu pinjaman tersebut selama 36 (tiga puluh enam) bulan. Pinjaman tersebut dijamin dengan piutang pembiayaan konsumen (Catatan 6). Pada tahun 2008, Perusahaan telah melakukan pencairan pinjaman tersebut sebesar Rp 25.000. Pada tanggal 31 Desember 2011, Perusahaan telah melunasi saldo pinjaman tersebut. Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, saldo pinjaman tersebut masing-masing sebesar Rp 3.200 dan Rp 12.129. Pada tanggal 9 Juli 2010, Perusahaan menandatangani Perjanjian Penambahan Fasilitas Kredit dengan Sinarmas, berupa tambahan fasilitas Term Loan II dengan batas maksimum kredit sebesar Rp 100.000 dan bersifat “non-revolving”. Jangka waktu pinjaman tersebut selama 36 (tiga puluh enam) bulan sejak tanggal pencairan fasilitas. Pinjaman tersebut dijamin dengan piutang pembiayaan konsumen (Catatan 6). Pada tahun 2010, Perusahaaan telah melakukan pencairan pinjaman tersebut sebesar Rp 100.000. Pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010, saldo pinjaman tersebut masing-masing sebesar Rp 69.411 dan Rp 98.848.
Ekshibit E/48 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 11. PINJAMAN YANG DITERIMA (Lanjutan) b. Pinjaman bank (Rupiah) (Lanjutan) LIM Asia Special Situations Master Fund Limited (9) Pada tanggal 3 Maret 2011, Perusahaan menandatangani Perjanjian Kredit dengan LIM Asia Special Situations Master Fund Limited dengan batas maksimum kredit sebesar Rp 50.000. Jangka waktu pinjaman tersebut selama 36 (tiga puluh enam) bulan sejak tanggal pencairan awal kredit. Pinjaman tersebut dijamin dengan investasi neto sewa pembiayaan dan piutang pembiayaan konsumen (Catatan 5 dan 6). Pada tahun 2011, Perusahaan telah melakukan pencairan pinjaman tersebut sebesar Rp 50.000. Pada tanggal 31 Desember 2011, saldo pinjaman tersebut sebesar Rp 40.909. PT Bank Hana (d/h PT Bank Bintang Manunggal) (10) Pada tanggal 3 Juni 2009, Perusahaan menandatangani Perjanjian Kredit dengan PT Bank Hana (d/h PT Bank Bintang Manunggal) (Hana) berupa fasilitas Pinjaman dengan Angsuran dengan batas maksimum kredit sebesar Rp 12.000 pada pencairan awal dan Rp 18.000 pada pencairan selanjutnya. Jangka waktu pinjaman tersebut selama 2 (dua) tahun sejak tanggal pencairan dan akan berakhir pada tanggal 20 Agustus 2011. Pinjaman tersebut dijamin dengan piutang pembiayaan konsumen (Catatan 6). Pada tahun 2009, Perusahaan telah melakukan pencairan pinjaman tersebut sebesar Rp 30.000 dan pada tahun 2011, Perusahaan telah melunasi pinjaman tersebut. Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, saldo pinjaman tersebut masing-masing sebesar Rp 14.172 dan Rp 28.446. Pada tanggal 16 Februari 2010, Perusahaan menandatangani Perjanjian Kredit dengan Hana berupa fasilitas Pinjaman dengan Angsuran dengan batas maksimum kredit sebesar Rp 15.000. Jangka waktu pinjaman tersebut selama 1 (satu) tahun sejak tanggal pencairan dan akan berakhir pada tanggal 17 Februari 2011. Pinjaman tersebut dijamin dengan piutang pembiayaan konsumen (Catatan 6). Pada tahun 2010, Perusahaan telah melakukan pencairan pinjaman tersebut sebesar Rp 15.000. Pada tanggal 31 Desember 2011, Perusahaan telah melunasi saldo pinjaman tersebut, dan pada tanggal 31 Desember 2010 saldo pinjaman kredit tersebut sebesar Rp 2.631. Pada tanggal 30 Maret 2011, Perusahaan menandatangani Perjanjian Kredit dengan Hana berupa fasilitas Pinjaman dengan Angsuran dengan batas maksimum kredit sebesar Rp 50.000. Jangka waktu pinjaman tersebut selama 2 (dua) tahun sejak tanggal pencairan kredit. Pinjaman tersebut dijamin dengan investasi neto sewa pembiayaan dan piutang pembiayaan konsumen (Catatan 5 dan 6). Pada tahun 2011, Perusahaan telah melakukan pencairan pinjaman tersebut sebesar Rp 50.000. Pada tanggal 31 Desember 2011, saldo pinjaman tersebut sebesar Rp 33.582.
Ekshibit E/49 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 11. PINJAMAN YANG DITERIMA (Lanjutan) b. Pinjaman bank (Rupiah) (Lanjutan) PT Bank Central Asia Tbk (11) Pada tanggal 10 Juni 2010, Perusahaan mengadakan Perjanjian Kredit dengan PT Bank Central Asia Tbk (BCA) berupa fasilitas Pinjaman Kredit Angsuran (Installment Loan) dengan batas maksimum kredit sebesar Rp 50.000. Jangka waktu pinjaman tersebut selama 3 (tiga) tahun sejak tanggal penandatanganan Perjanjian tersebut dan akan berakhir pada tanggal 10 Juni 2013 dengan jangka waktu penarikan selama 6 (enam) bulan sejak tanggal penandatanganan perjanjian tersebut. Pinjaman tersebut dijamin dengan piutang pembiayaan konsumen (Catatan 6). Pada tahun 2010, Perusahaan telah melakukan pencairan pinjaman tersebut sebesar Rp 50.000. Pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010, saldo pinjaman tersebut masing-masing sebesar Rp 25.000 dan Rp 41.667. PT ANZ Panin Bank (12) Pada tanggal 18 November 2009, Perusahaan menandatangani Perjanjian Fasilitas Pinjaman Berjangka (Term Loan) dengan PT ANZ Panin Bank (ANZ Panin Bank) dengan batas maksimum kredit sebesar Rp 100.000. Jangka waktu pinjaman tersebut selama 30 (tiga puluh) bulan sejak tanggal penandatanganan perjanjian tersebut dan jangka waktu penarikan selama 6 (enam) bulan sejak tanggal penandatanganan perjanjian tersebut. Pinjaman tersebut dijamin dengan piutang pembiayaan konsumen (Catatan 6). Perusahaan telah melakukan pencairan pinjaman tersebut sebesar Rp 70.000 dan Rp 30.000 masing-masing pada tahun 2010 dan 2009. Pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009, saldo pinjaman tersebut masing-masing sebesar Rp 25.000, Rp 75.000 dan Rp 30.000. PT Bank CIMB Niaga Tbk (13) Pada tanggal 23 Februari 2007, Perusahaan menandatangani Perjanjian Kredit dengan PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) berupa fasilitas Pinjaman Tetap Angsuran (PTA) II dengan batas maksimum kredit sebesar Rp 50.000 dan bersifat “non-revolving”. Jangka waktu pinjaman tersebut selama 39 (tiga puluh sembilan) bulan sejak tanggal penandatanganan perjanjian tersebut. Seluruh jumlah fasilitas tersebut harus digunakan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal perjanjian. Pinjaman tersebut dijamin dengan piutang pembiayaan konsumen (Catatan 6). Pada tahun 2007, Perusahaan telah melakukan pencairan pinjaman tersebut sebesar Rp 50.000. Pada tahun 2010, Perusahaan telah melunasi saldo pinjaman tersebut, dan pada tanggal 31 Desember 2009 saldo pinjaman tersebut sebesar Rp 6.944.
Ekshibit E/50 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 11. PINJAMAN YANG DITERIMA (Lanjutan) b. Pinjaman bank (Rupiah) (Lanjutan) PT Bank CIMB Niaga Tbk (Lanjutan) Pada tanggal 7 April 2008, Perusahaan menandatangani Perjanjian Kredit dengan CIMB Niaga berupa fasilitas Pinjaman Tetap Angsuran (PTA) III dengan batas maksimum kredit sebesar Rp 60.000 dan bersifat “non-revolving”. Jangka waktu pinjaman tersebut selama 36 (tiga puluh enam) bulan sejak tanggal penarikan kredit dan akan berakhir pada tanggal 7 Juli 2011. Seluruh jumlah fasilitas tersebut harus digunakan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal perjanjian. Pinjaman tersebut dijamin dengan piutang pembiayaan konsumen (Catatan 6). Pada tahun 2008, Perusahaan telah melakukan pencairan pinjaman tersebut sebesar Rp 60.000. Pada tahun 2011, Perusahaan telah melunasi saldo pinjaman tersebut. Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, saldo pinjaman tersebut masing-masing sebesar Rp 11.666 dan Rp 31.667. Pada tanggal 15 Maret 2010, Perusahaan menandatangani Perjanjian Kredit dengan CIMB Niaga berupa fasilitas Pinjaman Transaksi Khusus IV dengan batas maksimum kredit sebesar Rp 50.000 dan bersifat on liquidity basis. Jangka waktu pinjaman tersebut selama 39 (tiga puluh sembilan) bulan sejak tanggal penandatanganan perjanjian tersebut dan akan berakhir pada tanggal 17 Juni 2013. Seluruh jumlah fasilitas tersebut harus digunakan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal perjanjian. Pinjaman tersebut dijamin dengan piutang pembiayaan konsumen (Catatan 6). Pada tahun 2010, Perusahaan telah melakukan pencairan pinjaman tersebut sebesar Rp 50.000. Pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 saldo pinjaman tersebut masing-masing sebesar Rp 23.611 dan Rp 40.278. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (14) Pada tanggal 22 Desember 2011, Perusahaan menandatangani Perjanjian Fasilitas Kredit Modal Kerja dengan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI). Jangka waktu pinjaman tersebut selama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pencairan awal kredit. Pinjaman tersebut dijamin dengan piutang pembiayaan konsumen (Catatan 6). Pada tahun 2011, Perusahaan telah melakukan pencairan pinjaman tersebut sebesar Rp 22.699. Pada tanggal 31 Desember 2011, saldo pinjaman tersebut sebesar Rp 22.699.
Ekshibit E/51 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 11. PINJAMAN YANG DITERIMA (Lanjutan) b. Pinjaman bank (Rupiah) (Lanjutan) PT Bank Maybank Indocorp (15) Pada tanggal 14 Mei 2008, Perusahaan menandatangani Perjanjian Kredit Modal Kerja dengan PT Bank Maybank Indocorp (Maybank) dengan batas maksimum kredit sebesar Rp 93.000 dan bersifat “non-revolving”. Jangka waktu pinjaman tersebut selama 36 (tiga puluh enam) bulan sejak tanggal pencairan kredit dan jangka waktu penarikan selama 6 (enam) bulan sejak tanggal penandatanganan perjanjian tersebut. Pinjaman tersebut dijamin dengan piutang pembiayaan konsumen (Catatan 6). Pada tahun 2008, Perusahaan telah melakukan pencairan pinjaman tersebut sebesar Rp 93.000. Pada tanggal 31 Desember 2011, Perusahaan telah melunasi saldo pinjaman tersebut. Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 saldo pinjaman tersebut masing-masing sebesar Rp 14.528 dan Rp 45.528. Pada tanggal 22 Maret 2010, Perusahaan menandatangani Perjanjian Kredit Modal Kerja dengan Maybank dengan batas maksimum kredit sebesar Rp 30.000 dan bersifat “nonrevolving”. Jangka waktu pinjaman tersebut selama 36 (tiga puluh enam) bulan sejak tanggal pencairan kredit dan jangka waktu penarikan selama 6 (enam) bulan sejak tanggal penandatanganan perjanjian tersebut. Pinjaman tersebut dijamin dengan piutang pembiayaan konsumen (Catatan 6). Pada tahun 2010, Perusahaan telah melakukan pencairan pinjaman tersebut sebesar Rp 30.000. Pada tahun 2011 PT Bank Internasional Indonesia telah mengambilalih pinjaman perusahaan kepada PT Bank Maybank Indocorp sebesar Rp 15.000. Pada tanggal 31 Desember 2010, saldo pinjaman tersebut sebesar Rp 23.571. The Royal Bank of Scotland Plc. (d/h ABN Amro Bank N.V) (16) Pada tanggal 14 Juli 2008, Perusahaan menandatangani Perjanjian Kredit Pinjaman Berjangka (Term Loan) dengan The Royal Bank of Scotland Plc. (d/h ABN Amro Bank N.V) (RBS) dengan batas maksimum kredit sebesar Rp 50.000 dan bersifat bersifat “non-revolving”. Jangka waktu pinjaman tersebut selama 36 (tiga puluh enam) bulan sejak tanggal pencairan kredit dan akan berakhir pada tanggal 14 Oktober 2011 dan jangka waktu penarikan selama 3 (tiga) bulan sejak tanggal penandatanganan perjanjian tersebut. Pinjaman tersebut dijamin dengan piutang pembiayaan konsumen (Catatan 6). Pada tahun 2008, Perusahaan telah melakukan pencairan pinjaman tersebut sebesar Rp 50.000. Pada tanggal 31 Desember 2011, Perusahaan telah melunasi saldo pinjaman tersebut. Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, saldo pinjaman tersebut masing-masing sebesar Rp 16.667 dan Rp 33.333.
Ekshibit E/52 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 11. PINJAMAN YANG DITERIMA (Lanjutan) c.
Pinjaman lainnya PT IFS Capital Indonesia (1) Pada tanggal 29 November 2010, Perusahaan menandatangani Perjanjian Anjak Piutang No. BF004D000 with recourse dengan PT IFS Capital Indonesia dengan batas maksimum fasilitas sebesar Rp 50.000 yang terdiri dari batasan untuk investasi neto sewa pembiayaan yang dialihkan dengan jumlah minimum sebesar Rp 80 dan maksimum sebesar Rp 3.000, dan batasan untuk pembiayaan konsumen yang dialihkan dengan jumlah minimum sebesar Rp 80 dan maksimum sebesar Rp 300. Jangka waktu perjanjian tersebut berlaku sampai dengan tanggal 29 November 2011. Pada tahun 2010, Perusahaan belum melakukan pencairan atas fasilitas tersebut. Pada tahun 2011, Perusahaan telah melakukan pencairan fasilitas tersebut sebesar Rp 43.497. Pada tanggal 31 Desember 2011, saldo fasilitas tersebut sebesar Rp 14.523. PT BCA Finance (2) Pada tanggal 26 Oktober 2010, Perusahaan menandatangani Perjanjian Pembiayaan Konsumen dengan PT BCA Finance. Perusahaan memperoleh pembiayaan tersebut untuk tujuan pengadaan 43 (empat puluh tiga) kendaraan untuk keperluan operasional Perusahaan senilai Rp 3.384. Jangka waktu pembayaran pembiayaan tersebut selama 3 (tiga) tahun. Pada tahun 2010, Perusahaan telah melakukan pencairan fasilitas tersebut sebesar Rp 3.384. Pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010, saldo fasilitas tersebut masing-masing sebesar Rp 2.079 dan Rp 3.113. Pada tanggal 25 Maret 2011, Perusahaan menandatangani Perjanjian Pembiayaan Konsumen dengan PT BCA Finance. Perusahaan memperoleh pembiayaan tersebut untuk tujuan pengadaan 24 (dua puluh empat) kendaraan untuk keperluan operasional Perusahaan senilai Rp 3.274. Jangka waktu pembayaran pembiayaan tersebut selama 3 (tiga) tahun. Pada tahun 2011, Perusahaan telah melakukan pencairan fasilitas tersebut sebesar Rp 3.274. Pada tanggal 31 Desember 2011, saldo fasilitas tersebut sebesar Rp 2.349. Pada tanggal 25 April 2011, Perusahaan menandatangani Perjanjian Pembiayaan Konsumen dengan PT BCA Finance. Perusahaan memperoleh pembiayaan tersebut untuk tujuan pengadaan 13 (tiga belas) kendaraan untuk keperluan operasional Perusahaan senilai Rp 1.823. Jangka waktu pembayaran pembiayaan tersebut selama 3 (tiga) tahun. Pada tahun 2011, Perusahaan telah melakukan pencairan fasilitas tersebut sebesar Rp 1.823. Pada tanggal 31 Desember 2011, saldo fasilitas tersebut sebesar Rp 1.406. Seluruh pinjaman pembiayaan tersebut diatas dijamin dengan kendaraan yang dibiayai (Catatan 7)
Ekshibit E/53 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 11. PINJAMAN YANG DITERIMA (Lanjutan) Syarat-syarat dan ketentuan yang tidak boleh dilanggar selama masa peminjaman Atas pinjaman-pinjaman yang diterima Perusahaan, para kreditur umumnya mensyaratkan adanya pembatasan-pembatasan dan liabilitas tertentu yang harus dipenuhi oleh Perusahaan, yang pada umumnya meliputi: - Persentase jumlah pencadangan piutang ragu-ragu tidak boleh kurang dari 0,50% dari jumlah piutang pembiayaan konsumen, atau - Menyerahkan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit kepada Bank selambat-lambatnya 4 (empat) bulan sejak berakhirnya tahun buku yang bersangkutan dan laporan keuangan kuartalan paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak berakhirnya tiap kuartal, atau - Menjaga tingkat pembagian dividen maksimal 50% dari laba bersih, atau - Menjaga perbandingan antara jaminan fasilitas kredit minimal 100% dari outstanding pinjaman, atau - Memelihara Gearing ratio (rasio antara pinjaman dengan modal sendiri) tidak lebih besar dari 5 (lima) sampai dengan 10 (sepuluh) kali, atau - Non performing Loan (NPL) tidak melebihi 5% dari piutang pembiayaan konsumen, atau - Dampak mata uang yang tidak dilindungi secara keseluruhan maksimum 25% dari jumlah nilai aset bersih berwujud secara keseluruhan, atau - Ekuitas diharuskan lebih besar dari Rp 900.000, atau - Melakukan pemberitahuan secara tertulis kepada Bank, diantaranya apabila terdapat perubahan komposisi pemegang saham mayoritas, perubahan susunan anggota komisaris dan direksi, perubahan bidang atau jenis kegiatan usaha Perusahaan, serta apabila Perusahaan melakukan pembubaran, penggabungan usaha dan atau peleburan dengan Perusahaan lain. Tingkat suku bunga tahunan untuk fasilitas-fasilitas pinjaman di atas adalah antara 9,48% sampai 15,75% pada tahun 2011, 10,00% sampai dengan 15,75% pada tahun 2010 dan 10,25% sampai dengan 17,50% pada tahun 2009. Besarnya jumlah piutang pembiayaan konsumen yang dijaminkan atas fasilitas pinjaman di atas berkisar antara 100% sampai 110% dari batas maksimum kredit, atau berkisar antara 100% sampai 110% dari jumlah outstanding pinjaman dan diikat secara fidusia.
Ekshibit E/54 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 12. UTANG OBLIGASI Nama Obligasi
Tanggal jatuh Tingkat bunga per tahun
Nilai nominal
Tempo
2011
2010
2009
2011
2010
2009
20 Januari 2011
-
12,00%
-
-
65.000
-
15 Juli 2011
-
12,75%
-
-
30.000
-
15 Januari 2012 13,25% 13,25%
-
65.000
65.000
-
Obligasi BFI Finance Indonesia II Tahun 2009 terdiri dari: Seri A Seri B Seri C Obligasi BFI Finance Indonesia III Tahun 2011 terdiri dari: Seri A
12 Juli 2012
9,00%
-
-
90.000
-
-
Seri B
8 Juli 2013 10,25%
-
-
102.000
-
-
Seri C
8 Juli 2014 11,00%
-
-
228.000
-
-
Jumlah nilai nominal Dikurangi: Biaya emisi Obligasi yang belum diamortisasi Bersih
485.000
(
3.369 ) ( 481.631
160.000
849 ) 159.151
-
-
Obligasi BFI Finance Indonesia I Tahun 2007 Pada tanggal 16 Agustus 2007, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK melalui surat No. S-3960/BL/2007 dalam rangka Penawaran Umum Obligasi BFI Finance Indonesia Tahun 2007 dengan Tingkat Bunga Tetap dengan jumlah nominal sebesar Rp 200.000, yang ditawarkan pada nilai nominal, dengan tingkat bunga tetap sebesar 12,50% per tahun (Catatan 1b). Bunga Obligasi tersebut dibayarkan setiap triwulan (3 bulan) sejak tanggal emisi. Berdasarkan hasil pemeringkatan atas surat utang jangka panjang sesuai dengan Surat No. Moody’s No. 032/Moody’s/FIG/VI/2007 tanggal 5 Juni 2007 dari PT Moddy’s Indonesia, Obligasi tersebut telah mendapat peringkat Baa1.id atau setara dengan peringkat BBB+. Berdasarkan hasil tahunan pemeringkatan atas obligasi, terakhir dengan Surat No. Peng-00760/BEI.PSU/07-2009 tanggal 16 Juli 2009 dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), Obligasi tersebut mendapat peringkat idA(Single A Minus; Stable Outlook) yang berlaku sampai dengan 16 Agustus 2009.
Ekshibit E/55 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 12. UTANG OBLIGASI (Lanjutan) Obligasi BFI Finance Indonesia I Tahun 2007 (Lanjutan) Obligasi tersebut dijamin secara fidusia dengan piutang pembiayaan konsumen dan investasi neto sewa pembiayaan kepada pihak ketiga dengan kategori lancar yang nilai seluruhnya sebesar 110% (seratus sepuluh persen) dari nilai pokok Obligasi yang terutang. Penerbitan Obligasi tersebut dilakukan berdasarkan Akta Perjanjian Perwaliamanatan Obligasi BFI Finance Indonesia Tahun 2007 dengan Tingkat Bunga Tetap, No. 7 tanggal 7 Juni 2007 beserta perubahan-perubahannya yang dibuat dihadapan Fathiah Helmi, S.H., Notaris di Jakarta, antara Perusahaan dengan PT Bank Mega Tbk, yang bertindak sebagai Wali Amanat. Perusahaan dapat melakukan pembelian kembali (buy back) untuk sebagian atau seluruh obligasi yang diterbitkan dengan ketentuan bahwa hal tersebut hanya dapat dilaksanakan setelah tahun pertaman sejak tanggal emisi. Pada bulan Februari, April dan Juli 2009, Perusahaan telah melakukan pembelian kembali Obligasi tersebut dengan jumlah nominal keseluruhan sebesar Rp 94.500. Pada tanggal 16 Agustus 2009, Perusahaan telah melunasi seluruh nilai pokok Obligasi BFI Finance Indonesia Tahun 2007 dengan Tingkat Bunga Tetap yang jatuh tempo pada tanggal tersebut. Obligasi BFI Finance Indonesia II Tahun 2009 Pada tanggal 8 Januari 2010, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK melalui surat No. No.S-94/BL/2010 dalam rangka Penawaran Umum Obligasi BFI Finance Indonesia II Tahun 2009 dengan Tingkat Bunga Tetap dengan jumlah nominal sebesar Rp 160.000, yang ditawarkan pada nilai nominal (Catatan 1b). Obligasi tersebut merupakan obligasi berseri yang meliputi Obligasi Finance Indonesia II Tahun 2009 Seri A dengan nilai nominal sebesar Rp 65.000 dengan tingkat bunga tetap sebesar 12,00% per tahun, Obligasi Finance Indonesia II Tahun 2009 Seri B dengan nilai nominal sebesar Rp 30.000 dengan tingkat bunga tetap sebesar 12,75% per tahun, dan Obligasi Finance Indonesia II Tahun 2009 Seri C dengan nilai nominal sebesar Rp 65.000 dengan tingkat bunga tetap sebesar 13,25% per tahun. Bunga Obligasi tersebut dibayarkan setiap triwulan (3 bulan) sejak tanggal emisi. Bunga Obligasi terakhir yang sekaligus jatuh tempo dengan masing-masing seri obligasi telah dibayarkan pada tanggal 20 Januari 2011 untuk Seri A, 15 Juli 2011 untuk Seri B dan 15 Januari 2012 untuk Seri C. Berdasarkan hasil pemeringkatan atas surat utang jangka panjang sesuai dengan Surat Pefindo No. 931/PEF-DIR/X/2009 tanggal 17 September 2009 dari Pefindo, Obligasi tersebut telah mendapat idA- (Single A Minus; Stable Outlook). Berdasarkan hasil tahunan pemeringkatan atas obligasi, terakhir dengan Surat No. 1237/PEF-DIR/IX/2011 tanggal 27 September 2011 dari Pefindo, Obligasi tersebut mendapat peringkat idA- (Single A Minus; Stable Outlook) yang berlaku sampai dengan15 Januari 2012. Obligasi tersebut dijamin secara fidusia dengan piutang pembiayaan konsumen dan investasi neto sewa pembiayaan kepada pihak ketiga dengan kategori lancar yang nilai seluruhnya sebesar 110% (seratus sepuluh persen) dari nilai pokok Obligasi yang terutang (Catatan 5 dan 6). Penerbitan Obligasi tersebut dilakukan berdasarkan Akta Perjanjian Perwaliamanatan Obligasi BFI Finance Indonesia II Tahun 2009 dengan Tingkat Bunga Tetap, No. 9 tanggal 13 Oktober 2009 beserta perubahan-perubahannya yang dibuat antara Perusahaan dengan PT Bank Mega Tbk. Perubahan terakhir akta tersebut dibuat pada tanggal 15 Januari 2010 dihadapan Fathiah Helmi, S.H., Notaris di Jakarta, antara Perusahaan dengan PT Bank Mega Tbk, yang bertindak sebagai Wali Amanat.
Ekshibit E/56 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 12. UTANG OBLIGASI (Lanjutan) Obligasi BFI Finance Indonesia II Tahun 2009 (Lanjutan) Perusahaan dapat melakukan pembelian kembali (buy back) untuk sebagian atau seluruh obligasi yang diterbitkan dengan ketentuan bahwa hal tersebut hanya dapat dilaksanakan setelah tahun pertaman sejak tanggal emisi. Pada tanggal 20 Januari 2011 dan 15 Juli 2011, Perusahaan telah melunasi nilai pokok Obligasi BFI Finance Indonesia II tahun 2009 seri A dan seri B dengan jumlah nominal masing-masing sebesar Rp 65.000 dan Rp 30.000. Pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010, saldo pokok Obligasi Finance Indonesia II Tahun 2009 yang terutang masing-masing sebesar Rp 65.000 dan Rp 160.000. Obligasi BFI Finance Indonesia III Tahun 2011 Pada tanggal 28 Juni 2011, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK melalui surat No. S-7248/BL/2011 dalam rangka Penawaran Umum Obligasi BFI Finance Indonesia III Tahun 2011 dengan Tingkat Bunga Tetap dengan jumlah nominal sebesar Rp 450.000, yang ditawarkan pada nilai nominal (Catatan 1b). Obligasi tersebut merupakan obligasi berseri yang meliputi Obligasi Finance Indonesia III Tahun 2011 Seri A dengan nilai nominal sebesar Rp 90.000 dengan tingkat bunga tetap sebesar 9,00% per tahun, Obligasi Finance Indonesia III Tahun 2011 Seri B dengan nilai nominal sebesar Rp 102.000 dengan tingkat bunga tetap sebesar 10,25% per tahun, dan Obligasi Finance Indonesia III Tahun 2011 Seri C dengan nilai nominal sebesar Rp 228.000 dengan tingkat bunga tetap sebesar 11,00% per tahun. Bunga Obligasi tersebut dibayarkan setiap triwulan (3 bulan) sejak tanggal emisi. Pembayaran bunga Obligasi terakhir yang sekaligus jatuh tempo dengan masing-masing seri Obligasi dibayarkan pada tanggal 12 Juli 2012 untuk Seri A, 8 Juli 2013 untuk Seri B dan 8 Juli 2014 untuk Seri C. Berdasarkan hasil pemeringkatan atas surat utang jangka panjang sesuai dengan Surat surat Fitch Ratings No. RC47/DIR/VI/2011 tanggal 22 Juni 2011 dari PT Fitch Ratings Indonesia (“Fitch”), Obligasi tersebut telah mendapat peringkat A(idn) yang berlaku sampai dengan 22 Juni 2012. Obligasi tersebut dijamin secara fidusia dengan piutang pembiayaan konsumen dan investasi neto sewa pembiayaan kepada pihak ketiga dengan kategori lancar yang nilai seluruhnya sebesar 110% (seratus sepuluh persen) dari nilai pokok Obligasi yang terutang (Catatan 5 dan 6). Penerbitan Obligasi tersebut dilakukan berdasarkan Akta Perjanjian Perwaliamanatan Obligasi BFI Finance Indonesia III Tahun 2011 dengan Tingkat Bunga Tetap, No. 1 tanggal 1 April 2011 beserta perubahan-perubahannya yang dibuat antara Perusahaan dengan PT Bank Mega Tbk. Perubahan terakhir akta tersebut dibuat pada tanggal 23 Juni 2011 dihadapan Fathiah Helmi, S.H., Notaris di Jakarta, antara Perusahaan dengan PT Bank Mega Tbk, yang bertindak sebagai Wali Amanat. Perusahaan dapat melakukan pembelian kembali (buy back) untuk sebagian atau seluruh obligasi yang diterbitkan dengan ketentuan bahwa hal tersebut hanya dapat dilaksanakan setelah tahun pertaman sejak tanggal emisi. Pada tanggal 31 Desember 2011, saldo pokok Obligasi BFI Finance Indonesia III Tahun 2011 yang terutang sebesar Rp 420.000.
Ekshibit E/57 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 13. PERPAJAKAN a. Utang Pajak 2011 Pajak penghasilan Pasal 21 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 4 (2) – Final Pasal 23 Taksiran pajak penghasilan badan terutang Jumlah
2010
2009
10.576 8.877 432 84 9
13.036 5.064 38 44 6
11.997 11.531 235 19 2
651
3.224
1.573
20.629
21.412
25.357
b. Pajak Penghasilan Rekonsiliasi antara laba sebelum pajak penghasilan, sebagaimana yang disajikan dalam laporan laba rugi komprehensif, dengan taksiran laba kena pajak untuk tahun yang berakhir pada tanggaltanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009, adalah sebagai berikut: 2011 Laba sebelum pajak penghasilan menurut laporan laba rugi komprehensif Beda tetap: Beban sewa Pendapatan bunga yang pajaknya bersifat final Beban lain-lain Jumlah beda tetap Beda temporer: Gaji dan imbalan kerja Cadangan kerugian penurunan nilai investasi neto sewa pembiayaan, piutang pembiayaan konsumen dan agunan yang diambil alih Penghapusan piutang Penyusutan aset tetap (Keuntungan) kerugian bersih atas penjualan aset tetap Amortisasi biaya emisi obligasi Biaya transaksi yang belum diamortisasi diamortisasi atas pinjaman Biaya transaksi yang belum diamortisasi diamortisasi atas piutang pembiayaan Jumlah beda temporer Taksiran laba kena pajak
2010
2009
529.475
462.909
392.066
545
196
133
(
10.307 ) ( 747
12.800 ) ( 950
28.794 ) 921
(
9.015) (
11.654 ) (
27.740 )
5.970 (
23.482 )
13.435
48.246 ( 16.955 ) ( 467 )
40.229 ) 3.395 ) 349
( (
32.897 28.180 ) ( 3.648 ) (
( (
737 ) 2.520 ) (
(
(
125 849 )
109 1.319
26.866 )
-
-
13.417
28.317
-
34.935 (
28.412 )
9.667 ) 510.793
486.190
335.914
Ekshibit E/58 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 13. PERPAJAKAN (Lanjutan) b. Pajak penghasilan (Lanjutan) Perhitungan beban pajak penghasilan dan taksiran pajak penghasilan badan terutang untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009 adalah sebagai berikut: 2011 Taksiran laba kena pajak
2010
510.793
Beban pajak penghasilan 2011 20% x Rp 510.793 2010 20% x Rp 486.190 2009 23% x Rp 335.914
102.159
486.190
2009 335.914
-
-
-
97.238
-
-
-
77.260
Beban pajak penghasilan
102.159
97.238
77.260
Dikurangi: kredit pajak penghasilan pasal 25
101.508
94.014
75.687
651
3.224
1.573
Taksiran pajak penghasilan badan terutang
Taksiran pajak penghasilan badan Perusahaan untuk tahun fiskal 2011 sebagaimana yang disajikan diatas akan sesuai dengan yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT-1771). Taksiran pajak penghasilan badan Perusahaan untuk tahun fiskal 2010 dan 2009 sebagaimana yang disajikan di atas telah sesuai dengan jumlah yang telah dilaporkan oleh Perusahaan dalam SPT-1771 masing-masing untuk tahun-tahun yang bersangkutan kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Kantor Pelayanan Pajak dapat menetapkan atau mengubah kewajiban pajak tersebut dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak tanggal terutangnya pajak. Koreksi terhadap kewajiban pajak Perusahaan diakui pada saat Surat Ketetapan Pajak diterima atau jika Perusahaan mengajukan keberatan, pada saat keputusan atas keberatan Perusahaan tersebut telah ditetapkan. c. Pajak Tangguhan Pengaruh pajak tangguhan atas beda temporer yang signifikan antara laporan komersial dan laporan fiskal terdiri dari:
31 Des 2010
Dikreditkan (dibebankan) ke laporan laba rugi komprehensif
31 Des 2011
Aset (Liabilitas) pajak tangguhan Cadangan kerugian penurunan nilai Cadangan imbalan kerja Beban yang masih harus dibayar Penyusutan aset tetap Biaya transaksi yang belum diamortisasi Biaya emisi obligasi yang belum diamortisasi Biaya pinjaman yang belum diamortisasi Aset Pajak Tangguhan – Bersih
( (
517 2.046 246 1.965) ( 5.663 170) ( ( 6.337 (
942 196 998 877) ( 2.684 504) ( 5.373) (
1.459 2.242 1.244 2.842) 8.347 674) 5.373)
1.934)
4.403
Ekshibit E/59 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 13. PERPAJAKAN (Lanjutan) c. Pajak Tangguhan (Lanjutan)
Dikreditkan (dibebankan) ke laporan laba rugi Komprehensif
31 Des 2009
Penyesuaian terkait dengan penerapan awal PSAK No. 50 (Revisi 2006) dan PSAK No. 55 (Revisi 2006)
31 Des 2010
Aset (Liabilitas) pajak tangguhan Cadangan kerugian penurunan nilai Cadangan imbalan kerja Beban yang masih harus dibayar Penyusutan aset tetap ( Biaya transaksi yang belum diamortisasi Biaya emisi obligasi yang belum diamortisasi
21.244 ( 2.510 ( 5.527 ( 2.181) -
Aset Pajak Tangguhan – Bersih
27.100 (
-
(
3.558) ( 464) 5.281) 216 5.663
-
170)
-
3.594) (
31 Des 2008
17.169)
517 2.046 246 1.965) 5.663
( (
170)
17.169)
Dikreditkan (dibebankan) ke laporan laba rugi komprehensif
6.337
31 Des 2009
Aset (Liabilitas) pajak tangguhan
Cadangan kerugian penurunan nilai Beban yang masih harus dibayar Penyusutan aset tetap Biaya emisi obligasi yang belum diamortisasi Beban lain-lain Aset Pajak Tangguhan – Bersih
( ( (
37.669 ( 6.022 2.784) 363) 6)
16.425) 2.015 603 ( 363 6
40.538 (
13.438)
Manajemen berkeyakinan bahwa laba fiskal pada masa datang mengkompensasikan perbedaan temporer yang dapat dikurangkan
akan
memadai
-
21.244 8.037 2.181)
27.100
untuk
Ekshibit E/60 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 13. PERPAJAKAN (Lanjutan) d. Beban Pajak Penghasilan Rekonsiliasi antara beban pajak penghasilan dihitung dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku atas laba sebelum pajak penghasilan, dengan beban pajak penghasilan sebagaimana disajikan dalam laporan laba rugi komprehensif untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009 adalah sebagai berikut: 2011 Laba sebelum pajak penghasilan sebagaimana disajikan dalam laporan laba rugi komprehensif
2010
2009
529.474
462.909
392.066
Beban pajak dengan tarif pajak tunggal yang berlaku Pengaruh pajak penghasilan atas beda tetap pada tarif pajak tunggal yang berlaku ( Penyesuaian
105.895
92.582
90.175
Beban Pajak Penghasilan
104.093
1.802) ( -
2.331) ( 10.581 100.832
6.380) 6.903 90.698
e. Administrasi Pada bulan September 2008, Undang-undang No. 36 tahun 2008 (Undang-undang) tentang perubahan ke-empat atas Undang-undang No. 7 tahun 1983 atas Pajak Penghasilan telah disahkan. Undang-undang ini berlaku efektif sejak 1 Januari 2009. Perubahan signifikan yang diatur dalam Undang-undang, salah satunya adalah perubahan tarif pajak penghasilan badan menjadi tarif tunggal, yaitu sebesar 28% untuk tahun fiskal 2009 dan 25% untuk tahun fiskal 2010 dan seterusnya. Berdasarkan Undang-undang No. 36 tahun 2008 tentang perubahan keempat atas Undang-undang No. 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, bagi perseroan terbuka yang paling sedikit 40% dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya memperoleh tarif sebesar 5% lebih rendah dari tarif pajak penghasilan pada umumnya. 14. BEBAN YANG MASIH HARUS DIBAYAR Akun ini terdiri dari: 2011
2010
2009
Bonus dan tunjangan Bunga Jasa tenaga ahli Lainnya
27.148 27.091 1.274 8.682
30.475 17.452 2.770 21.816
48.126 4.262 5.712 16.449
Jumlah
64.195
72.513
74.549
Ekshibit E/62 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 15. MODAL SAHAM (Lanjutan) Jumlah saham yang dimiliki oleh anggota dewan komisaris dan direksi Perusahaan berdasarkan laporan daftar pemegang saham dari Biro Administrasi Efek, PT Sirca Datapro Perdana, adalah sebanyak 4.463.739 saham, yang merupakan kepemilikan sebesar 0,59% dari jumlah saham beredar Perusahaan masing-masing pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, dengan rincian sebagai berikut: Nama Anggota
Jabatan
Jumlah Saham
Francis Lay Sioe Ho Cornelius Henry Kho Yan Peter Wangkar Johanes Sutrisno
Presiden Direktur Direktur Operasional dan Keuangan Direktur Pemasaran dan Kredit Presiden Komisaris
2.824.116 1.530.999 108.500 124
% 0,37 0,20 0,02 0,00
16. PENDAPATAN PEMBIAYAAN KONSUMEN 2011 Pendapatan pembiayaan konsumen Pihak ketiga Pihak berelasi (Catatan 23) Dikurangi: Bagian bank-bank sehubungan dengan transaksi kerjasama penerusan pinjaman dan pembiayaan bersama (Catatan 25)
901.877 3.193
(
Pendapatan pembiayaan konsumen - bersih
55.556) ( 849.514
2010 682.385 2.570
24.173 ) ( 660.782
2009 651.180 1.817
34.132) 618.865
Pada tahun 2011, 2010 dan 2009, tidak terdapat pendapatan pembiayaan konsumen yang melebihi 10% dari jumlah pendapatan kepada satu konsumen saja. 17. PENDAPATAN BUNGA Akun ini merupakan pendapatan bunga yang diperoleh dari: 2011
2010
2009
Deposito berjangka Jasa giro
10.258 207
12.497 703
27.913 915
Jumlah
10.465
13.200
28.828
18. BEBAN KEUANGAN Rincian beban keuangan adalah sebagai berikut: 2011
2010
2009
Beban bunga pinjaman Kontrak swap dan forward Beban administrasi bank
246.727 34.431 1.503
125.540 18.331 859
125.707 53.712 713
Jumlah
282.661
144.730
180.132
Ekshibit E/63 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 19. BEBAN UMUM DAN ADMINISTRASI Rincian beban umum dan administrasi adalah sebagai berikut: 2011
2010
2009
Gaji dan imbalan kerja Asuransi Perbaikan dan pemeliharaan Penyusutan aset tetap (Catatan 7) Komunikasi Perlengkapan kantor Sewa Perjalanan dinas, jamuan dan representasi Beban pensiun Pendidikan dan pelatihan Honorarium tenaga ahli Iklan Surat kabar dan iuran keanggotaan Registrasi saham Amortisasi biaya emisi obligasi (Catatan 12) Lain-lain
256.118 24.367 21.935 21.904 10.201 8.317 7.380 6.887 4.807 4.484 3.182 344 232 202 12.582
174.665 33.726 19.638 14.385 8.115 5.172 5.733 8.149 3.630 9.916 2.311 949 172 190 9.701
165.258 18.714 12.408 12.117 7.836 3.135 5.270 3.436 3.035 5.775 3.113 451 173 209 1.319 7.377
Jumlah
382.942
296.452
249.626
Sebelum tanggal 1 Januari 2010, biaya emisi obligasi ditambahkan pada jumlah Utang Obligasi dan kemudian diamortisasi sesuai umur obligasi tersebut dengan menggunakan metode garis lurus. Amortisasi dari biaya emisi obligasi dicatat pada akun ‘amortisasi biaya emisi obligasi’. Sejak tanggal 1 Januari 2010, Perusahaan mengukur seluruh liabilitas keuangan pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan suku bunga efektif berdasarkan umur liabilitas. Hasil amortisasi dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk perolehan suatu liabilitas dicatat sebagai bagian dari beban keuangan. 20. PENDAPATAN LAIN-LAIN Rincian pendapatan lain-lain adalah sebagai berikut: 2011
2010
2009
Pendapatan administrasi Denda keterlambatan Pendapatan terminasi Keuntungan bersih atas penjualan aset tetap (Catatan 7) Biaya transaksi Rupa-rupa
113.037 69.826 31.486 4.374 19.908
74.688 60.225 32.899 986 9.571
58.375 60.256 22.676 488 50.201 20.822
Jumlah
238.631
178.369
212.818
Ekshibit E/64 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 20. PENDAPATAN LAIN-LAIN (Lanjutan) Biaya transaksi merupakan pendapatan yang diterima Perusahaan dari selisih antara premi asuransi yang dibebankan oleh Perusahaan kepada pelanggan dengan jumlah aktual yang dibayarkan Perusahaan kepada perusahaan asuransi sehubungan dengan transaksi sewa pembiayaan dan pembiayaan konsumen dan disajikan secara bersih. Sebelum tanggal 1 Januari 2010, biaya transaksi diakui secara langsung di laporan laba rugi komprehensif oleh Perusahaan dan tidak dicatat sebagai bagian dari pendapatan pembiayaan konsumen dan pendapatan sewa pembiayaan. Sejak tanggal 1 Januari 2010, biaya transaksi ditambahkan pada jumlah piutang pembiayaan konsumen maupun investasi neto sewa pembiayaan kemudian diamortisasi sesuai dengan umur piutang tersebut berdasarkan metode suku bunga efektif. Amortisasi dari biaya transaksi dicatat sebagai bagian dari pendapatan pembiayaan konsumen dan pendapatan sewa pembiayaan. 21. DIVIDEN KAS DAN SALDO LABA YANG TELAH DITENTUKAN PENGGUNAANNYA Berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Perusahaan pada tanggal 15 Mei 2009, Perusahaan mengumumkan pembagian dividen tunai yang berasal dari laba bersih tahun 2008 sebesar Rp 107 (nilai penuh) per saham atau setara dengan Rp 81.356 kepada para pemegang saham Perusahaan yang merupakan 35,10% dari laba bersih Perusahaan untuk tahun buku 2008 dan membayarkan dividen tersebut pada tanggal 19 Juni 2009. Perusahaan juga menyisihkan sebesar Rp 3.000 untuk cadangan umum sesuai Undang-undang No. 40 tahun 2007 efektif tanggal 16 Agustus 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang mengharuskan Perusahaan di Indonesia untuk membuat penyisihan cadangan umum sebesar sekurang-kurangnya 20% dari jumlah modal yang ditempatkan dan disetor penuh. Undang-undang tersebut tidak mengatur jangka waktu untuk penyisihan cadangan umum minimum tersebut. Sisa laba bersih untuk tahun buku 2008 sebesar Rp 147.405 dibukukan sebagai Saldo Laba. Berdasarkan keputusan Rapat Direksi Perusahaan, dengan persetujuan Dewan Komisaris Perusahaan yang diadakan pada tanggal 11 Desember 2009 telah memutuskan untuk membagikan dividen tunai interim untuk tahun buku 2009 sebesar Rp 57 (nilai penuh) per saham atau setara dengan Rp 43.339 kepada para pemegang saham Perusahaan dan membayarkan dividen tersebut pada tanggal 29 Januari 2010. Berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Perusahaan pada tanggal 22 April 2010, Perusahaan mengumumkan pembagian dividen tunai yang berasal dari laba bersih tahun 2009 sebesar Rp 135 (nilai penuh) per saham atau setara dengan Rp 102.645 kepada para pemegang saham Perusahaan yang merupakan 34,06% dari laba bersih Perusahaan untuk tahun buku 2009, setelah diperhitungkan dengan dividen tunai interim yang telah dibagikan berdasarkan keputusan Rapat Direksi Perusahaan dengan persetujuan Dewan Komisaris Perusahaan pada tanggal 11 Desember 2009 sebesar Rp 57 (nilai penuh) per saham atau setara dengan Rp 43.339 yang dibagikan pada tanggal 29 Januari 2010. Sisanya sebesar Rp 78 (nilai penuh) per saham atau setara dengan Rp 59.306 dibayarkan pada tanggal 4 Juni 2010. Perusahaan juga menyisihkan sebesar Rp 3.000 untuk cadangan umum sesuai Undang-undang No. 40 tahun 2007 efektif tanggal 16 Agustus 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang mengharuskan Perusahaan di Indonesia untuk membuat penyisihan cadangan umum sebesar sekurang-kurangnya 20% dari jumlah modal yang ditempatkan dan disetor penuh. Undang-undang tersebut tidak mengatur jangka waktu untuk penyisihan cadangan umum minimum tersebut. Sisa laba bersih untuk tahun buku 2009 sebesar Rp 195.722 dibukukan sebagai saldo laba.
Ekshibit E/65 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 22. IMBALAN PASCA KERJA Imbalan Pasca Kerja Perusahaan menyelenggarakan program pensiun iuran pasti untuk karyawan tetap yang memenuhi syarat yang dikelola dan diadministrasikan oleh PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia. Seluruh iuran yang dibayarkan merupakan tanggungan dari Perusahaan, dan merupakan bagian dari program cadangan imbalan kerja sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13/2003. Besarnya iuran bulanan adalah sebesar 6% dari gaji pokok karyawan tetap setiap bulan atau maksimal iuran Rp 667.000 (nilai penuh) per bulan. Jenis investasi atas dana pensiun yang dibayarkan Perusahaan tersebut sepenuhnya ditetapkan oleh Perusahaan dan Pendapatan atas hasil investasi yang diperoleh ditambahkan sebagai bagian dari cadangan imbalan kerja. Apabila karyawan berhenti bekerja sebelum usia pensiun, maka besarnya iuran yang dibayarkan Perusahaan dan pendapatan hasil investasi yang diperoleh merupakan hak dari karyawan, sebaliknya apabila karyawan bekerja sampai dengan usia pensiun, maka jumlah tersebut akan diperhitungkan dengan besarnya pesangon pensiun yang menjadi hak karyawan. Apabila jumlah tersebut lebih besar daripada pesangon pensiun yang akan diterima, maka iuran pensiun dan pendapatan tersebut menjadi hak karyawan, dan sebaliknya apabila nilai tersebut lebih kecil daripada nilai pesangon yang diatur sesuai UU No. 13/2003, maka besarnya pesangon yang dibayarkan adalah sebesar nilai yang ditetapkan di UU tersebut. Cadangan atas imbalan kerja lainnya meliputi uang jasa, uang pisah, pesangon dan kompensasi lainnya dihitung oleh PT Prima Aktuaria, aktuaris independen, dalam laporannya bertanggal 24 Januari 2012 dan 10 Februari 2011 masing-masing untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 serta PT Prima Bhaksana Lestari dalam laporannya pada tanggal 19 Januari 2010 masing-masing untuk untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009, dengan menggunakan metode “Projected Unit Credit”. Jumlah karyawan yang berhak memperoleh imbalan kerja tersebut untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 dan 2009 masing-masing 2.561, 1.745 dan 1.448 karyawan. Perusahaan menghitung cadangan imbalan kerja sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13/2003. Perhitungan imbalan kerja untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009 adalah sebagai berikut: 2011 Nilai kini liabilitas imbalan pasti Nilai wajar aset program Nilai yang belum diakui: - (Kerugian) keuntungan aktuarial yang tidak diakui - Biaya jasa lalu yang tidak diakui
2010
2009
(
42.526 14.414) (
32.054 11.319 ) (
16.551 7.744 )
( (
13.359) ( 3.545) (
6.725 ) 3.782 ) (
6.124 4.020 )
Imbalan Pasca kerja karyawan
11.208
10.228
10.911
Berikut ini adalah mutasi cadangan imbalan kerja di laporan posisi keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009: 2011 Saldo awal 1 Januari Penambahan cadangan yang dibebankan ke laba rugi komprehensif tahun berjalan Imbalan pembayaran Pembayaran aset program Liabilitas yang diakui di laporan posisi keuangan
10.228
( (
6.734 2.658) ( 3.096) ( 11.208
2010 10.911 4.515 1.624 ) ( 3.574 ) ( 10.228
2009 13.652 2.555 1.722 ) 3.574 ) 10.911
Ekshibit E/66 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 22. IMBALAN PASCA KERJA (Lanjutan) Beban imbalan kerja yang diakui dalam laporan laba rugi komprehensif adalah sebagai berikut: 2011 Biaya jasa kini Biaya bunga atas liabilitas Pengembalian aset program yang diharapkan Amortisasi atas: -(Keuntungan) kerugian aktuarial yang tidak diakui - Biaya jasa lalu yang tidak diakui
( (
Jumlah beban
2010
4.740 2.940 1.057) (
3.198 1.821 929 ) (
1.532 2.091 1.119 )
187 ( 238
187 ) 238
127) 238 6.734
2009
4.515
2.555
Asumsi kunci yang digunakan dalam menentukan penilaian aktuarial adalah sebagai berikut:
Asumsi ekonomi: - Tingkat diskonto per tahun - Tingkat kenaikan penghasilan dasar per tahun Asumsi demografis: - Tingkat kematian - Tingkat cacat -
Tingkat pengunduran diri peserta
-
Usia pensiun normal
2011
2010
2009
9,34% per tahun
10% per tahun
11% per tahun
12% per tahun
12% per tahun
10% per tahun
TMI-2 Male 5% dari Tabel Mortalisasi 10% per tahun sebelum usia 29 dan terusmenerus menjadi 0% pada usia 55 55 tahun
TMI-2 Male TMI-2 Male 5% dari Tabel 5% dari Tabel Mortalisasi Mortalisasi 10% per tahun 10% per tahun sebelum usia 29 sebelum usia 29 dan terusdan terusmenerus menjadi menerus 0% pada usia 55 menjadi 0% pada usia 55 55 tahun 55 tahun
Ekshibit E/67 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 23. INFORMASI MENGENAI PIHAK-PIHAK BERELASI Dalam menjalankan kegiatan usahanya, Perusahaan melakukan transaksi-transaksi dengan pihak-pihak tertentu yang mempunyai keterkaitan kepemilikan atau kepengurusan secara langsung maupun tidak langsung dengan Perusahaan, yaitu dengan karyawan kunci dengan nilai transaksi masing-masing dibawah satu milyar Rupiah. Pihak berelasi Karyawan
Sifat dari hubungan Karyawan kunci
Sifat dari transaksi Piutang pembiayaan konsumen – bruto/ Pinjaman kepada karyawan/ Pendapatan pembiayaan konsumen
Saldo dan transaksi–transaksi kepada/dari pihak yang berelasi adalah sebagai berikut: a. Saldo piutang pembiayaan konsumen - bruto masing-masing pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009 adalah sebagai berikut: 2011 Karyawan: Piutang pembiayaan konsumen - bruto Persentase terhadap piutang pembiayaan konsumen – bruto
2010
2009
19.373
14.806
9.256
0,42%
0,42%
0,36%
b. Saldo pinjaman kepada karyawan masing-masing pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009 adalah sebagai berikut: 2011 Karyawan: Pinjaman kepada karyawan Persentase terhadap pinjaman kepada karyawan
2010
2009
2.989
4.260
4.125
42,00%
61,42%
72,66%
c. Jumlah pendapatan pembiayaan konsumen yang berasal dari karyawan kunci Perusahaan masingmasing untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009 adalah sebagai berikut: 2011
2010
2009
Karyawan: Pendapatan pembiayaan konsumen
3.193
2.570
1.817
Persentase terhadap total pendapatan pembiayaan konsumen
0,26%
0,28%
0,20%
Manajemen berkeyakinan bahwa untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009, tidak terdapat transaksi dengan pihak berelasi yang mengandung benturan kepentingan.
Ekshibit E/68 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 24. INFORMASI SEGMEN Kebijakan Perusahaan terkait informasi segmen disajikan dalam Catatan 2q atas laporan keuangan. Segmen Usaha – segmen pelaporan primer Pada tanggal dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 2011 Hasil Pendapatan segmen Beban keuangan Beban yang tidak dapat dialokasikan Cadangan kerugian penurunan nilai Laba selisih kurs – Bersih Laba sebelum pajak penghasilan Beban pajak penghasilan Laba bersih Aset dan Liabilitas Aset segmen Liabilitas segmen Informasi Segmen Lainnya Pengeluaran modal: - Aset tetap berwujud Penyusutan aset tetap Beban non kas lainnya: - Gaji dan kesejahteraan karyawan
Sewa Pembiayaan Tidak dapat pembiayaan Konsumen dialokasikan 178.522 6.918 1.084.706 6.870
1.054.204 16.186 ( 3.665.862 30.580
15.620 282.661 407.325 5.907 125) ( 104.092 -
Jumlah 1.248.346 282.661 407.325 29.011 125) 529.474 104.092 425.382
554.209 2.901.095
5.304.777 2.938.545
-
-
82.688 21.904
82.688 21.904
-
-
3.866
3.866
Pada tanggal dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 2010
Sewa Pembiayaan Tidak dapat pembiayaan Konsumen dialokasikan
Jumlah
Hasil Pendapatan segmen Beban keuangan Beban yang tidak dapat dialokasikan Cadangan kerugian penurunan nilai Rugi selisih kurs – Bersih Laba sebelum pajak penghasilan Beban pajak penghasilan Laba bersih
81.627 97 -
852.132 61 -
15.172 144.730 314.098 36 100.832 -
921.931 144.730 314.098 158 36 462.909 100.832 362.077
Aset dan Liabilitas Aset segmen Liabilitas segmen
511.442 4.561
2.806.703 44.579
551.946 1.880.101
3.870.091 1.929.241
Informasi Segmen Lainnya Pengeluaran modal: - Aset tetap berwujud Penyusutan aset tetap Beban non kas lainnya: - Gaji dan kesejahteraan karyawan
-
-
105.026 14.385
105.026 14.385
-
-
941
941
Ekshibit E/69 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 24. INFORMASI SEGMEN (Lanjutan) Segmen Usaha – segmen pelaporan primer (Lanjutan) Pada tanggal dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 2009
Sewa Pembiayaan Tidak dapat pembiayaan konsumen dialokasikan
Hasil Pendapatan segmen Beban keuangan Beban yang tidak dapat dialokasikan Cadangan kerugian penurunan nilai Laba selisih kurs – Bersih Laba sebelum pajak penghasilan Pajak penghasilan Laba bersih
56.763 10.000 -
Aset dan Liabilitas Aset segmen Liabilitas segmen
167.261 5.202
Informasi Segmen Lainnya Pengeluaran modal: - Aset tetap berwujud Penyusutan aset tetap Beban non kas lainnya: - Gaji dan tunjangan
820.726 65.000 ( 1.916.165 39.353
-
-
-
-
32.101 180.132 262.611 219) ( 90.698 -
Jumlah 909.590 180.132 262.611 75.000 219) 392.066 90.698 301.368
309.554 814.255
2.392.980 858.810
12.777 12.117
12.777 12.117
(
924) (
924)
Segmen Geografis – segmen pelaporan sekunder Pada tanggal dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 2011 Jawa Hasil Pendapatan segmen Aset dan Liabilitas - Aset segmen Informasi Segmen Lainnya Pengeluaran modal: - Aset tetap berwujud
Kalimantan
Sumatera
Sulawesi
Tidak dapat Dialokasikan
Jumlah
415.894
175.206
265.236
221.484
170.526
1.248.346
1.513.360
763.202
1.165.141
896.635
966.439
5.304.777
39.311
9.473
21.642
12.262
-
82.688
Ekshibit E/70 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 24. INFORMASI SEGMEN (Lanjutan) Segmen Geografis – segmen pelaporan sekunder (Lanjutan) Pada tanggal dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 2010 Jawa Hasil Pendapatan segmen Aset dan Liabilitas - Aset segmen Informasi Segmen Lainnya Pengeluaran modal: - Aset tetap berwujud
Kalimantan
Sumatera
Sulawesi
Tidak dapat Dialokasikan
Jumlah
313.657
126.136
206.727
178.467
96.944
921.931
1.119.849
492.231
754.029
618.100
885.882
3.870.091
41.538
17.185
32.443
13.860
-
105.026
Pada tanggal dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 2009 Jawa
Kalimantan
Sumatera
Sulawesi
Tidak dapat dialokasikan
Jumlah
Hasil Pendapatan segmen
295.486
129.597
234.810
163.631
86.066
909.590
Aset dan Liabilitas - Aset segmen
722.075
310.067
538.345
394.297
428.196
2.392.980
7.759
2.950
1.074
996
Informasi Segmen Lainnya Pengeluaran modal: - Aset tetap berwujud
-
12.779
Ekshibit E/71 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 25. PERJANJIAN PENTING DAN KOMITMEN a.
Pada tanggal 10 Oktober 2003, Perusahaan menandatangani Perjanjian Jual Beli Piutang dengan PT Bank ICB Bumiputera Tbk (Bumiputera), di mana Perusahaan mengalihkan portofolio piutang pembiayaan konsumen milik Perusahaan kepada Bumiputera dengan ketentuan jumlah baki debet piutang yang diambil alih oleh Bumiputera seluruhnya maksimum sebesar Rp 510.000 dengan dasar “without recourse “dan bersifat “non-revolving”. Berdasarkan perjanjian tersebut, Bumiputera memiliki hak untuk mengalihkan setiap piutang yang dijual yang tidak sesuai dengan kriteria yang telah disepakati kedua belah pihak berdasarkan perjanjian penjualan dan pembelian piutang tersebut. Pada tanggal 29 September 2006, Perusahaan menandatangani Perjanjian Jual Beli Piutang dengan Bumiputera, di mana Perusahaan mengalihkan portofolio piutang pembiayaan konsumen milik Perusahaan kepada Bumiputera dengan ketentuan jumlah baki debet piutang yang diambil alih oleh Bumiputera seluruhnya maksimum sebesar Rp 50.000 dengan dasar “without recourse” dan bersifat “revolving”. Berdasarkan perjanjian tersebut, Bumiputera memiliki hak untuk mengalihkan setiap piutang yang dijual yang tidak sesuai dengan kriteria yang telah disepakati kedua belah pihak berdasarkan perjanjian penjualan dan pembelian piutang tersebut. Pada tanggal 11 Maret 2008, Perusahaan menandatangani Perubahan Perjanjian Jual Beli Piutang dengan Bumiputera dengan pokok perubahan sebagai berikut: - Untuk Perjanjian Jual Beli Piutang dengan dasar “without recourse” dan bersifat “non revolving” tanggal 10 Oktober 2003, jumlah baki debet piutang Perusahaan yang diambil alih oleh Bumiputera yang sebelumnya sebesar Rp 510.000 dialokasikan sebesar Rp 75.000 ke Perjanjian Jual Beli Piutang revolving sehingga jumlah baki debet tersebut menjadi sebesar Rp 435.000. - Untuk Perjanjian Jual Beli Piutang dengan dasar “without recourse” dan bersifat “revolving” tanggal 29 September 2006, jumlah baki debet piutang Perusahaan yang diambil alih oleh Bumiputera yang sebelumnya sebesar Rp 50.000 ditingkatkan menjadi sebesar Rp 125.000. Perjanjian Jual Beli Piutang “non-revolving” dan “revolving” tersebut telah diubah beberapa kali, terakhir pada tanggal 21 Mei 2010, di mana jangka waktu perjanjian telah diperpanjang dan akan berakhir pada tanggal 21 Mei 2011. Jumlah piutang pembiayaan konsumen Perusahaan yang dialihkan kepada Bumiputera sebesar Rp 52.992, Rp 136.390 dan Rp 52.469 masing-masing untuk tahun yang berakhir pada tanggaltanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009. Pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009, jumlah keseluruhan piutang yang dialihkan oleh Perusahaan sehubungan dengan perjanjian kerja sama tersebut masing-masing sebesar Rp 61.383, Rp 112.990 dan Rp 72.058 dan pendapatan pembiayaan konsumen yang merupakan bagian Bumiputera adalah sebesar Rp 13.013, Rp 12.409 dan Rp 7.763 masing-masing untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009.
Ekshibit E/72 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 25. PERJANJIAN PENTING DAN KOMITMEN (Lanjutan) b. Pada tanggal 10 Juni 2004, Perusahaan menandatangani Perjanjian Jual Beli dan Pengalihan Hak/Cessie Portofolio Pembiayaan Konsumen dengan PT Bank Ina Perdana (BIP) dengan batas maksimum pembiayaan sebesar Rp 10.000 dengan dasar “without-recourse” dan bersifat “revolving”. Perjanjian Jual Beli dan Pengalihan Hak/Cessie Portofolio Pembiayaan Konsumen tersebut telah diubah beberapa kali, terakhir pada tanggal 24 Agustus 2009, berdasarkan Addendum Ke-6, di mana batas maksimum pembiayaan yang semula sebesar Rp 10.000 dan bersifat “revolving” ditingkatkan menjadi Rp 100.000 dan menjadi bersifat on liquidation basis yang berlaku efektif sejak tanggal 1 September 2009 sampai dengan tanggal 10 Juni 2010. Perjanjian tersebut tidak memiliki jangka waktu yang tetap, dan pengakhirannya dilakukan berdasarkan kesepakatan antara Perusahaan dan BIP, ataupun apabila menurut BIP Perusahaan melanggar ketentuan yang diatur dalam perjanjian. Pada tanggal 31 Desember 2011, Perusahaan telah melunasi saldo pembiayaan tersebut. Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, jumlah keseluruhan piutang yang dialihkan oleh Perusahaan sehubungan dengan perjanjian kerja sama tersebut masing-masing sebesar Rp 2.914, dan Rp 15.383 dan pendapatan pembiayaan konsumen yang merupakan bagian BIP sebesar RP 143, Rp 1.162, dan Rp 3.566 masing-masing untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009. c.
Pada tanggal 27 September 2006, Perusahaan menandatangani Perjanjian Kerjasama Pembiayaan Motor Vehicle Consume Asset Purchase dengan PT Bank Permata Tbk (Permata) dengan batas maksimum pembiayaan sebesar Rp 50.000 dan bersifat “revolving”. Berdasarkan perjanjian tersebut, Permata memberikan fasilitas pembiayaan kredit kendaraan bermotor dengan porsi pembiayaan sampai dengan 100% dari keseluruhan pembiayaan. Jangka waktu pembiayaan untuk kendaraan baru yaitu minimal 6 (enam) bulan dan maksimal 48 (empat puluh delapan) bulan sedangkan kendaraan bekas yaitu minimal 6 (enam) bulan dan maksimal 36 (tiga puluh enam) bulan sejak tanggal pencairan. Pada tanggal 25 Juni 2007, Perusahaan menandatangani Perubahan Perjanjian Kerjasama Pembiayaan dengan Permata tersebut di atas, di mana batas maksimum pembiayaan yang semula sebesar Rp 50.000 ditingkatkan menjadi sebesar Rp 100.000. Pada tanggal 31 Maret 2010, Perusahaan menandatangani Perjanjian Kesepakatan Pengakhiran Kerja Sama dengan Permata, di mana Perusahaan mengambilalih kembali seluruh piutang kepada konsumen yang pernah dialihkan kepada Permata berdasarkan Perjanjian Kerjasama Pembiayaan Motor Vehicle Consumer Asset Purchase tanggal 27 September 2006 dengan melunasi seluruh liabilitas konsumen beserta biaya-biaya lain sebesar Rp 100.000 kepada Permata pada tanggal 8 April 2010. Pada tanggal 31 Desember 2010, Perusahaan telah melunasi saldo pinjaman kredit tersebut dan pendapatan pembiayaan konsumen yang merupakan bagian permata adalah sebesar Rp 2.798 untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010. Pada tanggal 31 Desember 2009, jumlah keseluruhan piutang yang dialihkan oleh Perusahaan sehubungan dengan perjanjian kerja sama tersebut sebesar Rp 84.535, dan pendapatan pembiayaan konsumen yang merupakan bagian Permata adalah sebesar Rp 10.121 untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009.
Ekshibit E/73 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 25. PERJANJIAN PENTING DAN KOMITMEN (Lanjutan) d. Pada tanggal 4 Desember 2003, Perusahaan mengadakan Perjanjian Kerjasama Penyaluran Fasilitas Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) dengan PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII) dengan batas maksimum pembiayaan sebesar Rp 50.000 dengan dasar “without recourse”. Berdasarkan perjanjian tersebut, BII memberikan fasilitas pembiayaan kredit kendaraan bermotor dengan porsi pembiayaan sebesar 95% dari jumlah keseluruhan pembiayaan dan 5% dibiayai oleh Perusahaan untuk diberikan kepada nasabah Perusahaan, di mana Perusahaan bertindak sebagai manajer fasilitas dan manajer penjamin untuk BII. Pada tanggal 22 Juni 2007, batas maksimum pembiayaan yang semula sebesar Rp 50.000 ditingkatkan menjadi Rp 150.000. Perjanjian tersebut tidak memiliki jangka waktu yang tetap, dan pengakhirannya dilakukan berdasarkan kesepakatan antara Perusahaan dan BII, ataupun apabila menurut BII Perusahaan melanggar ketentuan yang diatur dalam perjanjian. Perjanjian tersebut telah diubah beberapa kali, terakhir pada tanggal 27 Februari 2008, di mana batas maksimum fasilitas KKB menjadi minimal sebesar Rp 20, maksimal Rp 1.000 untuk perorangan, dan sebesar Rp 2.000 untuk perusahaan. Pada tanggal 31 Desember 2011, Perusahaan telah melunasi saldo pembiayaan tersebut. Pada tanggal 31 Desember 2010, dan 2009, jumlah keseluruhan pokok yang dibiayai oleh BII sehubungan dengan perjanjian kerja sama tersebut masing-masing sebesar Rp 3.828, dan Rp 30.235 dan pendapatan pembiayaan konsumen yang merupakan bagian BII adalah sebesar Rp 2.007 dan Rp 8.452 masing-masing untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2010 dan 2009. e. Pada tanggal 2 Oktober 2009, Perusahaan mengadakan Perjanjian Kerjasama Pembiayaan Secara Syariah (Chanelling) dengan PT Bank Syariah Mandiri (BSM) dengan batas maksimum pembiayaan sebesar Rp 20.000 dengan dasar “without recourse” dan bersifat “non-revolving”. Berdasarkan perjanjian tersebut, BSM dapat memberikan fasilitas pembiayaan kredit kendaraan bermotor dengan porsi pembiayaan sampai dengan 100% dari keseluruhan pembiayaan. Kerja sama pembiayaan tersebut dilakukan berdasarkan Prinsip Syariah dalam bentuk pembiayaan Murabahah, dimana BSM bertindak sebagai pemilik dana dan Perusahaan sepenuhnya bertindak sebagai wakil Bank untuk memasarkan, mengoperasikan dan menata-usahakan pembiayaan konsumen syariah yang disalurkan. Jangka waktu perjanjian selama 4 (empat) tahun dan akan berakhir pada tanggal 2 Oktober 2013. Pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010, jumlah keseluruhan pokok yang dibiayai oleh BSM sehubungan dengan perjanjian kerja sama tersebut masing-masing sebesar Rp 1.388 dan Rp 2.771 dan pendapatan pembiayaan konsumen yang merupakan bagian BSM adalah sebesar Rp 303 dan Rp 265 untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2011 dan 2010. Pada tanggal 25 Oktober 2011, Perusahaan menandatangani Perjanjian Kerjasama Penyaluran Fasilitas Kredit Kendaraan Bermotor dengan BII dengan batas maksimum pembiayaan sebesar Rp 150.000 dengan dasar “without recourse” dan bersifat “non-revolving”. Pada tanggal 31 Desember 2011, Perusahaan belum menggunakan fasilitas tersebut.
Ekshibit E/74 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 25. PERJANJIAN PENTING DAN KOMITMEN (Lanjutan) f.
Pada tanggal 17 Februari 2010, Perusahaan menandatangani Perjanjian Kerjasama Pembiayaan Kendaraan Bermotor dengan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) dengan batas maksimum pembiayaan sebesar Rp 150.000 dengan dasar “without recourse” dan bersifat “non-revolving”. Berdasarkan perjanjian tersebut, BRI dapat memberikan fasilitas pembiayaan kredit kendaraan bermotor dengan porsi pembiayaan sampai dengan 100% dari keseluruhan pembiayaan. Perusahaan bertanggung jawab untuk, antara lain, melakukan penagihan, memelihara pencatatan dan penyimpanan dokumen-dokumen. Sebagai imbalannya, Perusahaan diperbolehkan untuk membebankan suku bunga tertentu kepada konsumen melebihi suku bunga yang dibayarkan Perusahaan kepada BRI. Jangka waktu perjanjian selama 12 (dua belas) bulan. Pada tanggal 13 Oktober 2010, Perusahaan menandatangani Addendum Perjanjian Kerjasama Pembiayaan Kendaraan Bermotor tersebut di atas terkait perubahan dan penambahan beberapa ketentuan-ketentuan, salah satunya mengubah jangka waktu fasilitas kendaraan menjadi maksimal 4 (empat) tahun untuk mobil bekas jenis penumpang dan kendaraan niaga. Pada tanggal 27 Mei 2011, Perusahaan kembali menandatangani Addendum Perjanjian Kerjasama Pembiayaan Kendaraan Bermotor tersebut di atas, dimana batas maksimum pembiayaan ditingkatkan menjadi sebesar Rp 300.000 dan mengubah jangka waktu kerja sama menjadi 24 (dua puluh empat) bulan sejak tanggal 27 Mei 2011. Pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010, jumlah keseluruhan pokok yang dibiayai oleh BRI sehubungan dengan perjanjian kerja sama tersebut masing-masing sebesar Rp 136.212 dan Rp 118.643 dan pendapatan pembiayaan konsumen yang merupakan bagian BRI adalah masingmasing sebesar Rp 16.253 dan Rp 4.942 untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2011 dan 2010.
g.
Pada tanggal 30 September 2010, Perusahaan menandatangani Perjanjian Kerjasama Dalam Rangka Pemberian Fasilitas Pembiayaan Bersama dengan PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) dengan batas maksimum pembiayaan sebesar Rp 50.000 dengan dasar “without recourse” dan bersifat “revolving”. Berdasarkan perjanjian tersebut, Niaga memberikan fasilitas pembiayaan kredit dengan porsi pembiayaan setinggi-tingginya 90% dari jumlah fasilitas pembiayaan bersama, dan 10% dibiayai oleh Perusahaan untuk diberikan ke nasabah Perusahaan. Jangka waktu fasilitas tersebut berlaku selama 1 (satu) tahun dengan jangka waktu penarikan selama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal penandatanganan perjanjian. Pada 29 November 2011, Perusahaan kembali menandatangani Addendum I Perjanjian Kerjasama Dalam Rangka Pemberian Fasilitas Pembiayaan Bersama dengan CMIB Niaga, berupa perubahan batas maksimum pembiayaan menjadi sebesar Rp 100.000 dan memperpanjang jangka waktu kerjasama sampai dengan tanggal 29 November 2012. Pada tanggal 31 Desember 2011, jumlah keseluruhan pokok yang dibiayai oleh CIMB Niaga sehubungan dengan perjanjian kerja sama tersebut sebesar Rp 39.959 dan pendapatan pembiayaan konsumen yang merupakan bagian CIMB Niaga sebesar Rp 4.609 untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011. Pada tahun 2010, Perusahaan belum menggunakan fasilitas pembiayaan bersama tersebut.
Ekshibit E/75 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 25. PERJANJIAN PENTING DAN KOMITMEN (Lanjutan) h. Pada tanggal 4 April 2011, Perusahaan menandatangani Perjanjian Kerjasama Dalam Rangka Pemberian Fasilitas Pembiayaan Bersama dengan PT Bank DKI dengan batas maksimum pembiayaan sebesar Rp 100.000 dengan dasar “without-recourse” dan bersifat “non-revolving”. Berdasarkan perjanjian tersebut, PT Bank DKI memberikan fasilitas pembiayaan kredit dengan porsi pembiayaan setinggi-tingginya 95% dari jumlah fasilitas pembiayaan bersama, dan 5% dibiayai oleh Perusahaan untuk diberikan ke nasabah Perusahaan. Jangka waktu fasilitas tersebut berlaku selama 3 (tiga) tahun dengan jangka waktu penarikan selama 36 (tiga puluh enam) bulan sejak tanggal penandatanganan perjanjian. Pada tanggal 31 Desember 2011, jumlah keseluruhan pokok yang dibiayai oleh PT Bank DKI sehubungan dengan perjanjian kerja sama tersebut sebesar Rp 68.016 dan pendapatan pembiayaan konsumen yang merupakan bagian PT Bank DKI adalah sebesar Rp 6.697 untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011. i.
Pada tanggal 15 Maret 2010, Perusahaan menandatangani Perjanjian Kerjasama Pembiayaan Kendaraan Bermotor dengan PT Bank Mutiara Tbk (Mutiara) dengan batas maksimum pembiayaan sebesar Rp 100.000 dengan dasar “without-recourse” dan bersifat “non-revolving”. Berdasarkan perjanjian tersebut, Mutiara memberikan fasilitas pembiayaan kredit kendaraan bermotor dengan porsi pembiayaan sampai dengan 100% dari keseluruhan pembiayaan. Perusahaan bertanggung jawab untuk, antara lain, melakukan penagihan, memelihara pencatatan dan penyimpanan dokumen-dokumen kredit yang dibiayai oleh Mutiara kepada nasabah. Jangka waktu perjanjian tersebut selama 36 (tiga puluh enam) bulan. Pada tahun 2010, Perusahaan belum mengggunakan fasilitas pembiayaan bersama tersebut. Pada tanggal 31 Desember 2011, jumlah keseluruhan pokok yang dibiayai oleh Mutiara sehubungan dengan perjanjian kerja sama tersebut sebesar Rp 51.058 dan pendapatan pembiayaan konsumen yang merupakan bagian Mutiara adalah sebesar Rp 5.076 untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011.
j.
Pada tanggal 10 Juni 2011, Perusahaan menandatangani Perjanjian Kerjasama Dalam Rangka Pemberian Fasilitas Pembiayaan Bersama dengan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (Mandiri) dengan batas maksimum pembiayaan sebesar Rp 125.000 dengan dasar “without-recourse” dan bersifat “revolving”. Berdasarkan perjanjian tersebut, Mandiri memberikan fasilitas pembiayaan kredit dengan porsi pembiayaan setinggi-tingginya 95% dari jumlah fasilitas pembiayaan bersama, dan 5% dibiayai oleh Perusahaan untuk diberikan ke nasabah Perusahaan. Jangka waktu fasilitas tersebut berlaku selama 3 (tiga) tahun dengan jangka waktu penarikan selama 36 (tiga puluh enam) bulan sejak tanggal penandatanganan perjanjian. Pada tanggal 22 September 2011, Perusahaan kembali menandatangani addendum Perjanjian Perjanjian Kerjasama Dalam Rangka Pemberian Fasilitas Pembiayaan Bersama tersebut, diatas dimana batas maksimum pembiayaan ditingkatkan menjadi sebesar Rp 245.000. Pada tanggal 31 Desember 2011, jumlah keseluruhan pokok yang dibiayai oleh Mandiri sehubungan dengan perjanjian kerja sama tersebut sebesar Rp 183.314 dan pendapatan pembiayaan konsumen yang merupakan bagian Mandiri adalah sebesar 7.623 untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011.
Ekshibit E/76 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 25. PERJANJIAN PENTING DAN KOMITMEN (Lanjutan) k.
Pada tanggal 25 Agustus 2011, Perusahaan menandatangani Perjanjian Kerjasama Pembiayaan Bersama dengan PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) dengan batas maksimum pembiayaan sebesar Rp 1.000.000 dengan dasar “without-recourse” dan bersifat “revolving”. Berdasarkan perjanjian tersebut, BTPN memberikan fasilitas pembiayaan kredit dengan porsi pembiayaan setinggi-tingginya 90% dari jumlah fasilitas pembiayaan bersama, dan 10% dibiayai oleh Perusahaan untuk diberikan ke nasabah Perusahaan. Jangka waktu fasilitas tersebut berlaku selama 3 (tiga) tahun dengan jangka waktu penarikan selama 36 (tiga puluh enam) bulan sejak tanggal penandatanganan perjanjian. Pada tanggal 31 Desember 2011, jumlah keseluruhan pokok yang dibiayai oleh BTPN sehubungan dengan perjanjian kerja sama tersebut sebesar 142.108 dan pendapatan pembiayaan konsumen yang merupakan bagian BTPN sebesar Rp 1.709 untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011.
l.
Pada tanggal 3 Juli 2008, Perusahaan menandatangani Perjanjian Pinjaman Asset Based Finance dengan PT Bank UIB (UIB) dengan batas maksimum pembiayaan sebesar Rp 18.000 dan bersifat on liquidation basis. Jangka waktu perjanjian tersebut selama 12 (dua belas) bulan. Perjanjian tersebut telah diubah beberapa kali, terakhir pada tanggal 10 November 2009, di mana batas maksimum pembiayaan yang semula sebesar Rp 18.000 diturunkan menjadi sebesar Rp 8.496 dan jangka waktu perjanjian tersebut akan berakhir pada tanggal 4 Juli 2010. Pada tanggal 31 Desember 2009, jumlah keseluruhan pokok yang dibiayai oleh UIB sehubungan dengan perjanjian kerja sama tersebut sebesar Rp 7.270 dan pendapatan pembiayaan konsumen yang merupakan bagian UIB sebesar Rp 425 dan Rp 1.563 masing-masing untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2010 dan 2009. Pada tahun 2010, perjanjian pinjaman Asset Based Finance dengan PT Bank UIB tersebut tidak diperpanjang. Berdasarkan kesepakatan antara Perusahaan dengan UIB, pada tanggal 13 Juli 2010, Perusahaan mengambilalih seluruh liabilitas konsumen yang sebelumnya dibiayai oleh UIB sebesar Rp 3.976 dan mencatatnya sebagai piutang pembiayaan konsumen yang dibiayai oleh Perusahaan.
m. Pada tanggal 25 Februari 2002, Perusahaan menandatangani Perjanjian Kerja Sama Penyaluran Pembiayaan dengan PT Bank Hana (d/h PT Bank Bintang Manunggal) (Hana) dengan batas maksimum pembiayaan sebesar Rp 10.000 dengan dasar “without recourse”. Berdasarkan perjanjian tersebut, Perusahaan bertanggung jawab untuk, antara lain, melakukan penagihan, memelihara pencatatan dan penyimpanan dokumen-dokumen. Sebagai imbalannya, Perusahaan diperbolehkan untuk membebankan suku bunga tertentu kepada konsumen melebihi suku bunga yang dibayarkan Perusahaan kepada Hana. Hana akan menanggung seluruh risiko kerugian yang mungkin timbul dari pinjaman yang disalurkan sesuai dengan perjanjian tersebut. Jangka waktu perjanjian tersebut selama 1 (satu) tahun. Obyek pembiayaan tersebut adalah kendaraan baru dan bekas dengan perbandingan 40% dan 60%. Perjanjian tersebut telah diubah beberapa kali, terakhir pada tanggal 25 Februari 2008, di mana perjanjian tersebut dapat diperpanjang untuk jangka waktu 1 (satu) tahun dan selanjutnya secara otomatis sampai diterimanya surat penghentian perjanjian yang diajukan 30 (tiga puluh) hari sebelumnya oleh salah satu pihak.
Ekshibit E/77 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 25. PERJANJIAN PENTING DAN KOMITMEN (Lanjutan) Pada tanggal 31 Desember 2009, jumlah keseluruhan pokok yang dibiayai oleh Hana sehubungan dengan perjanjian kerja sama tersebut sebesar Rp 3.904 dan pendapatan pembiayaan konsumen yang merupakan bagian Hana sebesar Rp 164 dan Rp 2.663 masing-masing untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2010 dan 2009. Pada tahun 2010, perjanjian kerjasama penyaluran pembiayaan dengan PT Bank Hana tersebut tidak diperpanjang. n. Perusahaan mengadakan kerjasama dengan berbagai dealer (pedagang kendaraan bermotor) di seluruh Indonesia untuk membiayai kendaraan yang dijual oleh dealer tersebut kepada konsumen yang persyaratan kredit dan administratifnya memenuhi ketentuan Perusahaan. Sifat perjanjian tersebut tidak mengikat satu sama lain untuk wajib memberikan seluruh dan atau sebagian penjualan kredit untuk dibiayai Perusahaan atau sebaliknya Perusahaan wajib membiayai seluruh dan atau sebagian transaksi yang diajukan oleh dealer tersebut. o.
Perusahaan mengadakan kerjasama dengan beberapa perusahaan asuransi seperti PT Asuransi Bina Dana Artha, PT Asuransi Wahana Tata, PT Asuransi Sinarmas, PT Asuransi Astra Buana dan PT Asuransi Asoka Mas untuk menutup risiko kerugian yang mungkin timbul atas hilangnya kendaraan yang dibiayai Perusahaan dan atau atas kerusakan kendaraan sesuai dengan pilihan polis konsumen. Dalam perjanjian tersebut, Perusahaan bertindak sebagai penerima ganti rugi yang utama (preferred loss payee).
p. Perusahaan tidak mengadakan kerjasama dengan Agen Tunggal Pemegang Merk (ATPM). Syarat-syarat dan ketentuan yang tidak boleh dilanggar selama masa kerjasama. Atas perjanjian kerjasama yang dilakukan Perusahaan, umumnya terdapat pembatasan-pembatasan dan liabilitas tertentu yang harus dipenuhi oleh Perusahaan, yang pada umumnya meliputi: - Mempertahankan Debt to Equity Ratio (DER) tidak boleh melebihi atau sama dengan 10 (sepuluh) kali, atau - Mempertahankan Current Ratio tidak boleh kurang atau sama dengan 1 (satu) kali, atau - Persentase total pencadangan piutang ragu-ragu tidak boleh kurang dari 0,5% dari total piutang pembiayaan konsumen. Tingkat suku bunga tahunan untuk perjanjian kerjasama di atas berkisar antara 10,50% sampai 14,50% pada tahun 2011, 11,50% sampai 15,50% pada tahun 2010, dan 11,50% sampai 15,50% pada tahun 2009. Perjanjian penting lainnya Pada tanggal 19 Desember 2011, Perusahaan menandatangani Perjanjian Kredit dengan PT Bank DKI dengan batas maksimum kredit sebesar Rp 175.000, dan bersifat “non-revolving”. Jangka waktu fasilitas tersebut selama 42 (empat puluh dua) bulan sejak tanggal perjanjian kredit. Pada tahun 2011, Perusahaan belum melakukan pencairan fasilitas tersebut. Pada tanggal 14 Desember 2011, Perusahaan menandatangani Perjanjian Kredit dengan PT BPD Kalimantan Selatan dengan batas maksimum kredit sebesar Rp 100.000 dan bersifat “nonrevolving”. Jangka waktu fasilitas tersebut selama 42 (empat puluh dua) bulan sejak tanggal perjanjian kredit. Pada tahun 2011, Perusahaan belum melakukan pencairan fasilitas tersebut.
Ekshibit E/78 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 26. LABA PER SAHAM Laba per saham dihitung dengan membagi laba bersih kepada pemegang saham dengan rata-rata tertimbang jumlah lembar saham yang beredar pada periode bersangkutan.
Laba bersih yang tersedia bagi pemegang saham Rata-rata tertimbang saham yang beredar Laba per saham dasar (nilai penuh)
2011
2010
2009
425.382 760.339.281
362.077 760.339.281
301.368 760.339.281
559
476
396
27. MANAJEMEN RISIKO Pendahuluan dan gambaran umum Perkembangan dunia multifinance yang disertai dengan meningkatnya kompleksitas aktivitas pembiayaan semakin mempertegas pentingnya tata kelola perusahaan yang sehat (good corporate governance) dan manajemen risiko yang dapat diandalkan. Kedua hal tersebut merupakan faktor penting yang menjadi perhatian para investor dalam penilaian pilihan target investasinya. Penerapan manajemen risiko di Perusahaan pada dasarnya sudah dilakukan sejak perusahaan berdiri, meskipun dengan cara yang masih konvensional dan berkembang sesuai dengan perkembangan kondisi internal dan eksternal. Perusahaan menyadari bahwa risiko merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari operasional Perusahaan dan dapat dikelola secara praktis dan efektif setiap hari, dengan empat tipe risiko utama: 1. Risiko kredit 2. Risiko pasar 3. Risiko pendanaan dan likuiditas 4. Risiko operasional Kerangka manajemen risiko Pengelolaan risiko di Perusahaan mencakup keseluruhan lingkup aktivitas usaha di Perusahaan, berdasarkan kebutuhan akan keseimbangan antara fungsi operasional bisnis dengan pengelolaan risikonya. Dengan kebijakan dan manajemen risiko yang berfungsi baik, maka manajemen risiko akan menjadi strategic partner bagi bisnis dalam mendapatkan hasil optimal dari operasi Perusahaan. Dalam rangka pengembangan manajemen risiko yang sesuai, Perusahaan terus mengembangkan dan meningkatkan kerangka sistem pengelolaan risiko dan struktur pengendalian internal yang terpadu dan komprehensif, sehingga dapat memberikan informasi adanya potensi risiko secara lebih dini dan selanjutnya mengambil langkah-langkah yang memadai untuk meminimalkan dampak risiko. Kerangka manajemen risiko dituangkan dalam kebijakan, prosedur, limit-limit transaksi, kewenangan dan ketentuan lain serta berbagai perangkat manajemen risiko, yang berlaku di seluruh aktivitas lingkup usaha. Untuk memastikan bahwa kebijakan dan prosedur tersebut sesuai dengan perkembangan bisnis yang ada, maka evaluasi selalu dilakukan berkala sesuai dengan perubahan parameter risikonya.
Ekshibit E/79 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 27. MANAJEMEN RISIKO (Lanjutan) Dalam penerapan manajemen risiko, Perusahaan menyadari pentingnya memiliki sebuah mekanisme yang memadai dalam mengakomodasi risiko-risiko yang dihadapi Perusahaan. Perusahaan bertumpu pada 4 (empat) pilar manajemen risiko sebagai berikut : 1.
Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi, yang mencakup: - Menyetujui dan melakukan evaluasi kebijakan manajemen risiko secara berkala; - Menetapkan kebijakan dan strategi Manajemen Risiko termasuk penetapan otoritas pemberian batasan serta tinjauan atas kualitas portfolio secara berkala; - Terdapatnya Komite Audit dan Manajemen Risiko dalam melakukan fungsi pengawasan.
2.
Kebijakan dan penerapan batasan Perusahaan menyusun kebijakan-kebijakan manajemen risiko yang diperiksa secara berkala dan selalu disesuaikan dengan kondisi usaha terkini. Kebijakan tersebut diterjemahkan ke dalam Prosedur Operasi Standar, Ketentuan Umum dan Surat Keputusan Dewan Direksi, dan disosialisasikan kepada seluruh karyawan terkait. Perusahaan juga menerapkan batasan persetujuan atau otorisasi untuk transaksi kredit maupun yang bukan transaksi kredit.
3.
Identifikasi, pengukuran, pengawasan dan sistem informasi manajemen Perusahaan memiliki perangkat untuk mengidentifikasi, mengukur dan mengawasi risiko, terutama risiko kredit dan operasional melalui mekanisme pelaporan dan sistim informasi manajemen. Untuk menjamin ketersediaan data risiko yang terkini dan komprehensif, Perusahaan telah melakukan implementasi sistem operasi Perusahaan yang ada menjadi centralized system yang dikenal dengan CONFINS. Selain itu, Perusahaan juga melakukan implementasi sistem informasi business intelligence agar data atau informasi risiko dapat disediakan secara cepat dan akurat kepada pihak manajemen atau pihak ketiga lainnya.
4.
Pengendalian internal Perusahaan memiliki Departemen Audit Internal yang secara independen melaporkan hasil pemeriksaannya kepada Dewan Komisaris dan Dewan Direksi. Tanggung jawab dari Departemen Audit Internal mencakup: - Menyediakan penilaian atas kecukupan dan efektifitas dari proses bisnis yang ada di dalam Perusahaan; - Melakukan pemeriksaan atas kepatuhan terhadap kebijakan-kebijakan risiko Perusahaan; - Melaporkan masalah-masalah penting yang terkait dengan proses pengendalian di dalam Perusahaan termasuk rekomendasi perbaikan yang potensial terhadap proses tersebut; dan - Melakukan koordinasi strategis dengan fungsi pengendali dan pengawasan lainnya (manajemen risiko, hukum, sistim dan prosedur, dan audit eksternal).
Proses dan penilaian risiko Pada dasarnya proses manajemen risiko dilakukan oleh masing-masing unit mengingat risiko yang dihadapi merupakan risiko individual yang melekat pada produk, transaksi maupun proses pada unit yang bersangkutan. Tugas utama dari Departemen Manajemen Risiko adalah menetapkan kebijakan dan prosedur manajemen risiko serta melakukan serangkaian proses untuk mengumpulkan, melakukan pengukuran dan pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Dewan Direksi. Penetapan kebijakan manajemen risiko dilakukan melalui proses persetujuan Direksi.
Ekshibit E/80 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 27. MANAJEMEN RISIKO (Lanjutan) Proses dan penilaian risiko 1. Risiko kredit Risiko kredit adalah risiko utama Perusahaan, yaitu risiko yang timbul apabila konsumen tidak dapat memenuhi liabilitasnya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati antara konsumen dengan Perusahaan. Manajemen risiko yang telah diterapkan Perusahaan adalah sebagai berikut: Diversifikasi portofolio menurut wilayah, sektor ekonomi dan industri, merk dan tipe barang Risk Adjusted Pricing Method, yaitu penetapan tingkat bunga pembiayaan berdasarkan risiko yang dihadapi, antara lain dinilai dari tingkat uang muka yang dibayar konsumen, usia kendaraan yang dibiayai, jenis penutupan asuransi yang dipilih dan lain sebagainya. Adanya Key Performance Indicators (KPI) sebagai “early warning system” atas suatu masingmasing produk pembiayaan maupun kantor cabang. Penanganan kontrak bermasalah yang dilakukan secara disiplin dan proaktif. Analisa atas kualitas portofolio secara periodik dan tindakan preventif dan sanksi bagi cabangcabang yang kualitas portofolionya tidak sesuai target. Tabel berikut menggambarkan jumlah risiko kredit dan konsentrasi atas piutang pembiayaan konsumen dan investasi neto sewa pembiayaan yang dimiliki Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009:
Korporasi Perorangan
2011
2010
2009
1.084.706 3.665.863
511.442 2.806.703
167.261 1.916.165
2. Risiko Pasar Risiko pasar meliputi risiko-risiko yang terutama berkaitan dengan perubahan perubahan nilai suku bunga, nilai tukar mata uang yang akan menyebabkan berkurangnya pendapatan, atau bertambahnya biaya modal Perusahaan. Dengan pola aktivitas usaha yang dijalankan Perusahaan saat ini, risiko pasar Perusahaan adalah minimal. Perusahaan tidak mempunyai kegiatan usaha pembiayaan konsumen dan sewa pembiayaan dalam bentuk maupun menggunakan mata uang asing, sementara seluruh utang Perusahaan dalam mata uang asing telah diproteksi dengan swap dalam jumlah dan tanggal jatuh tempo yang sama dengan utangnya. Dalam hal suku bunga, seluruh bunga yang dibebankan ke konsumen adalah suku bunga tetap (fixed interest rate), sementara utang yang diperoleh sebagian besar juga dalam suku bunga tetap dan hanya sebagian kecil utang dalam bentuk bunga mengambang (floating interest rate). Manajemen risiko yang telah diterapkan oleh Perusahaan adalah sebagai berikut: Liabilitas untuk mengelola risiko perubahan nilai tukar mata uang asing. Melakukan penelaahan atas tingkat bunga pembiayaan yang dikaitkan dengan tingkat suku bunga pinjaman. Membatasi eksposur dalam investasi yang memiliki harga pasar yang fluktuatif.
Ekshibit E/81 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 27. MANAJEMEN RISIKO (Lanjutan) Proses dan penilaian risiko (Lanjutan) 2. Risiko Pasar (Lanjutan) Berikut adalah rincian aset dan liabilitas keuangan Perusahaan yang dikelompokkan menurut mata uang yang menggambarkan eksposur Perusahaan terdapat risiko pasar pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009: USD (nilai penuh)
2011 JPY (nilai penuh)
Setara Rp
Aset Aset lain-lain
8.843
-
80
Jumlah Aset
8.843
-
80
Liabilitas Pinjaman yang diterima Beban yang masih harus dibayar Utang lain-lain
89.736.111 340.726 8.843
-
813.727 3.090 80
Jumlah liabilitas
90.085.680
-
816.897
Liabilitas Bersih Kontrak Valuta Berjangka pertukaran mata uang asing
90.076.837
-
816.817
89.736.111)
-
(
Eksposur bersih dalam mata uang asing
340.726
USD (nilai penuh)
(
2010 JPY (nilai penuh)
813.727) 3.090
Setara Rp
Aset Aset lain-lain
8.843
-
80
Jumlah Aset
8.843
-
80
Liabilitas Pinjaman yang diterima Beban yang masih harus dibayar Utang lain-lain
37.000.000 87.262 8.843
270.000.000 1.396.284
362.444 939 80
Jumlah liabilitas
37.096.105
271.396.284
363.463
Liabilitas Bersih Kontrak Valuta Berjangka pertukaran mata uang asing
37.087.262
271.396.284
363.383
37.000.000) (
270.000.000) (
362.444)
Eksposur bersih dalam mata uang asing
(
87.262
1.396.284
939
Ekshibit E/82 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 27. MANAJEMEN RISIKO (Lanjutan) Proses dan penilaian risiko (Lanjutan) 2. Risiko Pasar (Lanjutan) USD (nilai penuh)
2009 JPY (nilai penuh)
Setara Rp
Aset Aset lain-lain
8.843
-
83
Jumlah Aset
8.843
-
83
Liabilitas Pinjaman yang diterima Beban yang masih harus dibayar Utang lain-lain
12.750.000 39.427 8.843
810.000.000 4.542.286 -
202.230 833 83
Jumlah liabilitas
12.798.270
814.542.286
203.146
Liabilitas Bersih Kontrak Valuta Berjangka pertukaran mata uang asing
12.789.427
814.542.286
203.063
12.750.000 )(
810.000.000) (
202.230 )
Eksposur bersih dalam mata uang asing
(
39.427
4.542.286
833
Tabel berikut menggambarkan sensitivitas atas kemungkinan perubahan tingkat suku bunga baik pinjaman, dengan asumsi variable lain dianggap tetap (cateris paribus) terhadap pendapatan pembiayaan konsumen bersih: 2011 Kenaikan suku bunga 1% (100 basis point) Penurunan suku bunga 1% (100 basis point)
26.709 26.709
2010 13.521 13.521
2009 16.161 16.161
Ekshibit E/83 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 27. MANAJEMEN RISIKO (Lanjutan) Proses dan penilaian risiko (Lanjutan) 2. Risiko Pasar (Lanjutan) Berikut adalah rincian aset dan liabilitas keuangan Perusahaan yang dikelompokkan menurut tingkat bunga yang menggambarkan eksposur Perusahaan terdapat risiko pasar pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009: 2011 Tingkat bunga mengambang < 3 bulan 3-36 bulan Aset Keuangan kas dan setara kas Deposito berjangka investasi neto pembiayaan - bersih Piutang pembiayaan konsumen - bersih
166.696 -
64.000
Tingkat bunga tetap > 3 bulan
3-12 bulan
1-2 tahun
> 2 tahun
-
-
-
-
Jumlah 166.696 64.000
-
-
173.344
398.464
376.422
146.838
1.095.068
-
-
687.730
1.399.932
1.035.967
592.666
3.716.295
166.696
64.000
861.074
1.798.396
1.412.389
739.504
5.042.059
Liabilitas keuangan Pinjaman yang diterima Utang Obligasi
39.590 -
239.211 -
254.211 65.000
603.575 89.463
817.524 101.175
361.954 225.993
2.316.065 481.631
Jumlah liabilitas keuangan
39.590
239.211
319.211
693.038
918.699
587.947
2.797.696
127.106 (
175.211)
541.863
1.105.358
493.690
151.557
2.244.363
Jumlah aset keuangan
Bersih
2010 Tingkat bunga mengambang < 3 bulan 3-36 bulan Aset Keuangan kas dan setara kas investasi neto pembiayaan - bersih Piutang pembiayaan konsumen - bersih Jumlah aset keuangan
334.479
-
Tingkat bunga tetap > 3 bulan
3-12 bulan
1-2 tahun
> 2 tahun
-
-
-
-
Jumlah 334.479
-
-
552.449
1.141.952
786.488
389.929
2.870.818
-
-
100.328
211.721
166.499
42.048
520.596
-
652.777
1.353.673
952.987
431.977
3.725.893
334.479
Liabilitas keuangan Pinjaman yang diterima Utang Obligasi
83.928 -
262.235 -
74.238 -
518.480 159.151
429.389 -
224.243 -
1.592.513 159.151
Jumlah liabilitas keuangan
83.928
262.235
74.238
677.631
429.389
224.243
1.751.664
250.551 (
262.235)
578.539
676.042
523.598
207.734
1.974.229
Bersih
Ekshibit E/84 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 27. MANAJEMEN RISIKO (Lanjutan) Proses dan penilaian risiko (Lanjutan) 2. Risiko Pasar (Lanjutan) 2009 Tingkat bunga mengambang < 3 bulan 3-36 bulan Aset Keuangan kas dan setara kas investasi neto pembiayaan - bersih Piutang pembiayaan konsumen - bersih Jumlah aset keuangan
165.759
-
Tingkat bunga tetap > 3 bulan
3-12 bulan
1-2 tahun
> 2 tahun
-
-
-
-
Jumlah 165.759
-
-
500.571
948.098
518.252
121.338
2.088.259
-
-
54.954
95.037
50.021
8.203
208.215
-
555.525
1.043.135
568.273
129.541
2.462.233
165.759
Liabilitas keuangan Pinjaman yang diterima
74.315
327.986
67.154
159.748
27.460
Bersih
92.444 (
327.986)
488.371
883.387
540.813
129.541
656.663 1.805.570
3. Risiko Likuiditas Risiko likuiditas merupakan risiko terkait dengan kemampuan sumber dana Perusahaan untuk memenuhi liabilitasnya yang jatuh tempo. Manajemen risiko yang diterapkan oleh Perusahaan adalah sebagai berikut: Mendapatkan pinjaman dengan skedul pembayaran kembali pokok dan bunga yang sesuai dengan periode jatuh tempo piutang, sehingga tidak terjadi mis-match. Menjaga agar posisi kas bank Perusahaan selalu dalam posisi likuid untuk mendukung aktivitas pembiayaan selama minimal 7 (tujuh) hari. Memonitor posisi kas bank Perusahaan secara periodik, baik tahunan, bulanan, mingguan maupun harian, guna memastikan agar selalu terdapat surplus kas yang memadai. Menjaga agar jumlah piutang yang jatuh tempo pada periode tertentu lebih besar dibanding dengan utang yang jatuh tempo pada periode yang sama.
Ekshibit E/85 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 27. MANAJEMEN RISIKO (Lanjutan) Proses dan penilaian risiko (Lanjutan) 3. Risiko Likuiditas (Lanjutan) Berikut adalah rincian aset dan liabilitas keuangan Perusahaan yang dikelompokkan menurut periode jatuh tempo yang menggambarkan eksposur Perusahaan terhadap risiko likuiditas pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009: Profil jatuh tempo pada tanggal 31 Desember 2011 2012 2013 2014 >2015 Jumlah Aset keuangan Kas dan setara kas Deposito berjangka Pembiayaan konsumen Sewa pembiayaan Deposito dan kas yang dibatasi penggunaannya
166.696 64.000 2.087.661 571.808
1.035.967 376.422
-
-
Jumlah aset keuangan
2.890.165
1.412.389
Liabilitas keuangan Pinjaman yang diterima Utang obligasi Beban yang masih harus dibayar Utang lain-lain
1.020.287 154.463 64.195 44.361
Jumlah liabilitas keuangan Bersih
123.916 20
166.696 64.000 3.716.295 1.095.068
130
130
615.569
124.066
5.042.189
913.200 101.175 -
380.597 225.993 -
1.981 -
2.316.065 481.631 64.195 44.361
1.283.306
1.014.375
606.590
1.981
2.906.252
1.606.859
398.014
8.979
122.085
2.135.937
2011
Aset keuangan Kas dan setara kas Pembiayaan konsumen Sewa pembiayaan Deposito dan kas yang dibatasi penggunaannya Jumlah aset keuangan
468.751 146.818 -
Profil jatuh tempo pada tanggal 31 Desember 2010 2012 2013 >2014 Total
334.479 1.694.400 312.050 -
786.488 166.499 -
323.058 42.047
66.872 -
334.479 2.870.818 520.596
127
127
66.999
3.726.020
-
2.340.929
952.987
365.105
801.535 94.151 72.513 72.968
515.556 65.000 -
275.422 -
-
1.592.513 159.151 72.513 72.968
Jumlah liabilitas keuangan
1.041.167
580.556
275.422
-
1.897.145
Bersih
1.299.762
372.431
89.683
Liabilitas keuangan Pinjaman yang diterima Utang obligasi Beban yang masih harus dibayar Utang lain-lain
66.999
1.828.875
Ekshibit E/86 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 27. MANAJEMEN RISIKO (Lanjutan) Proses dan penilaian risiko (Lanjutan) 3. Risiko Likuiditas (Lanjutan) Profil jatuh tempo pada tanggal 31 Desember 2009 2010 2011 2012 >2013 Total Aset keuangan Kas dan setara kas Pembiayaan konsumen Sewa pembiayaan Deposito dan kas yang dibatasi penggunaannya Jumlah aset keuangan
165.759 1.408.281 149.991 -
551.268 50.021 -
120.990 8.203 -
7.720 -
165.759 2.088.259 208.215
1.076
1.076
8.796
2.463.309
1.724.031
601.289
129.193
Liabilitas keuangan Pinjaman yang diterima Beban yang masih harus dibayar Utang lain-lain
462.961 74.549 47.792
173.125 -
20.577 -
-
656.663 74.549 47.792
Jumlah liabilitas keuangan
585.302
173.125
20.577
-
779.004
1.138.729
428.164
108.616
Bersih
8.796
1.684.305
4. Risiko Operasional Risiko operasional adalah risiko yang berpotensi menyebabkan kerugian operasional karena kesalahan karyawan baik yang disengaja maupun tidak; kegagalan sistim dan proses operasional serta tidak berfungsinya sistim pengendalian internal dalam operasional Perusahaan sehari- hari. Manajemen risiko yang diterapkan oleh Perusahaan adalah sebagai berikut:
Menerapkan sistem yang tersentralisasi sehingga proses bisnis dapat dan terkontrol secara sistem dan dimonitor dari waktu ke waktu. Menyiapkan backup dan Disaster Recovery Plan yang memadai bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan atas sistem aplikasi utama Perusahaan, baik dari sisi hardware dan software. Menerapkan sistem audit kepatuhan yang berkelanjutan, baik di kantor cabang maupun kantor pusat. Menerapkan aturan kerja yang jelas (SOP) dan sanksi yang tegas atas penyimpangan yang terjadi, sesuai dengan tingkat kesalahan yang diperbuat. Adanya penanaman nilai-nilai dasar Perusahaan sejak dini kepada karyawan, sehingga dapat menghindarkan/mengurangi potensi penyimpangan. Adanya penilaian kinerja yang fair dan transparan serta adanya kesempatan untuk pengembangan karir.
Ekshibit E/87 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 28. ASET DAN LIABILITAS KEUANGAN Pada tabel berikut ini, instrumen keuangan telah dialokasikan berdasarkan klasifikasinya. Kebijakan akuntansi penting pada Catatan 2e menjelaskan bagaimana setiap kategori aset keuangan dan liabilitas keuangan diukur dan bagaimana pendapatan dan beban, termasuk keuntungan dan kerugian (perubahan nilai wajar instrumen keuangan) atas nilai wajar diakui. Pengelompokan aset keuangan telah diklasifikasikan menjadi aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi dan pinjaman yang diberikan dan piutang. Demikian halnya dengan liabilitas keuangan telah diklasifikasikan menjadi liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi. Tabel berikut merupakan nilai tercatat dan nilai wajar dari aset keuangan dan liabilitas keuangan Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010. 2011
Nilai tercatat Liabilitas Diukur pada keuangan yang nilai wajar Pinjaman yang diukur pada melalui laporan diberikan dan biaya perolehan laba rugi piutang diamortisasi
Nilai wajar
Jumlah nilai tercatat
Jumlah nilai wajar
Aset keuangan Kas dan setara kas Deposito berjangka Investasi neto sewa pembiayaan Piutang pembiayaan konsumen Aset keuangan derivatif - bersih Deposito dan kas yang dibatasi penggunaannya Aset lain-lain - bersih
-
166.696 64.000
-
166.696 64.000
166.696 64.000
-
1.084.706
-
1.084.706
1.084.706
-
3.665.863
-
3.665.863
3.665.863
-
39.975
39.975
-
130 7.181
130 7.181
39.975 -
130 7.181
Liabilitas keuangan Pinjaman yang diterima Beban yang masih harus dibayar Utang obligasi Utang lain-lain
-
-
2.316.065
2.316.065
2.316.065
-
-
64.195 481.631 44.361
64.195 481.631 44.361
64.195 481.631 44.361
Ekshibit E/88 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 28. ASET DAN LIABILITAS KEUANGAN (Lanjutan) 2010
Nilai tercatat Liabilitas keuangan yang Diukur pada diukur pada nilai wajar Pinjaman yang biaya melalui laporan diberikan dan perolehan Jumlah nilai laba rugi piutang diamortisasi tercatat
Nilai wajar
Jumlah nilai wajar
Aset keuangan Kas dan setara kas Investasi neto sewa pembiayaan Piutang pembiayaan Konsumen Aset keuangan derivatif - bersih Deposito dan kas yang terbatas penggunaannya Aset lain-lain - bersih
-
334.479
-
334.479
334.479
-
511.442
-
511.442
511.442
-
2.806.703
-
2.806.703
2.806.703
-
5.584
5.584
-
127 6.936
127 6.936
5.584 -
127 6.936
Liabilitas keuangan Pinjaman yang diterima Beban yang masih harus dibayar Utang obligasi Utang lain-lain
-
-
1.592.513
1.592.513
1.592.513
-
-
72.513 159.151 72.968
72.513 159.151 72.968
72.513 159.151 72.968
Metode dan asumsi yang digunakan untuk estimasi nilai wajar adalah sebagai berikut:
Nilai wajar kas dan setara kas, deposito berjangka, deposito yang dibatasi penggunaannya, beban yang masih harus dibayar dan utang lain-lain mendekati nilai tercatat karena jangka waktu jatuh tempo yang singkat atas instrumen keuangan tersebut.
Nilai wajar investasi neto sewa pembiayaan, piutang pembiayaan konsumen, aset lain-lain, pinjaman yang diberikan dan utang obligasi dinilai menggunakan arus kas yang didiskonto berdasarkan tingkat suku bunga efektif pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010.
Nilai wajar aset keuangan derivatif dinilai berdasarkan harga pasar.
Ekshibit E/89 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 29. LITIGASI Sebagai tindak lanjut dari Restrukturisasi Utang, Perusahaan telah melakukan eksekusi gadai saham sebanyak 210.192.912 saham yang sebelumnya dimiliki oleh PT Aryaputra Teguharta (APT) dan PT Ongko Multicorpora (OM) sebagai jaminan utang perusahaan-perusahaan dari Grup Ongko yang telah jatuh tempo dan tidak dibayar sesuai dengan Pledge of Shares Agreement (”Perjanjian Gadai Saham”). Perusahaan selanjutnya melakukan pengalihan dan pendistribusian saham-saham tersebut kepada kreditur dan pihak ketiga berdasarkan Surat Persetujuan Mengalihkan (Consent to Transfer), Surat Kuasa Menjual Yang Tidak Dapat Dibatalkan (Irrevocable Power of Attorney to Sell Shares), dari APT dan OM, persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa tanggal 27 Januari 2000 dan 22 Agustus 2000 serta Perjanjian Perdamaian tanggal 7 Desember 2000 yang telah diratifikasi oleh Pengadilan Niaga Jakarta pada tanggal 19 Desember 2000 berdasarkan Surat No. 04/PKPU/2000/ PN.Niaga.JKT.PST. Selanjutnya, sehubungan dengan pelaksanaan eksekusi dan pengalihan saham tersebut di atas, APT mengajukan gugatan perdata kepada Perusahaan, Direksi Perusahaan dan beberapa perusahaan yang terlibat dalam restrukturisasi pinjaman Perusahaan yaitu The Law Debenture Trust Corporation p.l.c., The Chase Manhattan Bank, The Royal Bank of Scotland p.l.c., PT Ernst & Young dan Alwi Syahri selaku turut Tergugat ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam registrasi perkara No. 123/Pdt.G/2003/PN.JKT.PST tanggal 14 April 2004. APT juga mengajukan permohonan Sita Jaminan (Conservatoir Beslag) terhadap saham-saham Perusahaan. Pada April 2003, Juru Sita Pengadilan Negeri Jakarta Selatan berdasarkan delegasi dari Pengadilan Negeri Jakarta Pusat melakukan Sita Jaminan atas saham-saham beberapa pemegang saham Perusahaan. OM juga mengajukan gugatan perdata kepada Perusahaan, The Law Debenture Trust Corporation p.l.c, Bapepam (sekarang Bapepam-LK) dan APT selaku Turut Tergugat dalam registrasi perkara No.517/Pdt.G/2003/PN.JKT.PST. Tanggal 9 November 2004. Gugatan dan/atau tuntutan APT dan OM terhadap Perusahaan didasarkan pada alasan dan latar belakang yang sama yaitu sebagai berikut: 1. APT dan OM tidak pernah memberikan persetujuan sehubungan dengan pelaksanaan gadai saham Perusahaan. 2. Bahwa sejak tanggal 1 Desember 2000, jangka waktu “Pledge of Shares Agreement” antara APT dan OM serta Perusahaan telah berakhir. Berdasarkan alasan-alasan tersebut, APT dan OM menuntut pengembalian masing-masing sebanyak 111.804.732 dan 98.388.180 lembar saham Perusahaan, menuntut pembagian dividen masing-masing sebesar lebih kurang Rp 150.000 dan juga menuntut kerugian imaterial masing-masing sebesar USD 1 miliar (nilai penuh). APT juga telah melaporkan Direksi Perusahaan kepada Markas Besar Polisi Republik Indonesia (Mabes POLRI) dengan tuduhan melakukan tindak pidana penggelapan saham pada bulan Juni 2003 dan tuduhan melakukan tindak pidana pemalsuan surat dan atau penggunaaan surat palsu pada bulan Februari 2006.
Ekshibit E/90 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 29. LITIGASI (Lanjutan) Perkembangan Kasus – APT melawan Perusahaan Pada tanggal 14 April 2004, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah menjatuhkan putusan yang pada pokoknya mengabulkan sebagian gugatan APT, tetapi Perusahaan dan beberapa perusahaan yang terlibat mengajukan banding kepada Pengadilan Tinggi DKI Jakarta. Pengadilan Tinggi DKI Jakarta menerima Banding yang diajukan oleh Perusahaan melalui putusan tanggal 1 September 2004 No. 302/Pdt/2004/ PT.DKI.Jo.No. 123/PDT.G/2003/PN.JKT.PST yang isinya antara lain menyatakan bahwa Pengadilan Tinggi: 1. Menerima permohonan banding yang diajukan oleh Perusahaan dan beberapa pembanding lainnya. 2. Membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal 14 April 2004 No. 123/Pdt.G/ 2003/PN.JKT.PST. Dalam pokok perkara, Pengadilan Tinggi menyatakan: 1. Menolak gugatan APT seluruhnya. 2. Menyatakan sita jaminan yang dilaksanakan jurusita pengadilan Negeri Jakarta Selatan terhadap saham-saham milik beberapa pemegang saham Perusahaan tidak sah dan tidak berharga oleh karenanya diperintahkan untuk diangkat. APT mengajukan Kasasi ke Mahkamah Agung R.I (MA) atas Putusan Pengadilan Tinggi tersebut. MA melalui putusan No. 677K/PDT/2005 tertanggal 20 Juli 2005 telah menolak permohonan kasasi APT tersebut dengan menguatkan Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta No. 302/PDT/2004/PT.DKI tanggal 1 September 2004. Selanjutnya, sebagai pelaksanaan dari Putusan MA tersebut, maka Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan telah membatalkan atau mengangkat sita jaminan (conservatoir beslag) atas saham-saham milik beberapa pemegang saham Perusahaan, yang sebelumnya sita jaminan tersebut telah diletakkan atas permohonan pihak APT. Dengan adanya pembatalan atau pengangkatan sita jaminan (conservatoir beslag) tersebut, maka tidak ada lagi saham-saham Perusahaan yang disita jaminan sehubungan dengan kasus tersebut di atas. APT mengajukan permohonan Peninjauan Kembali kepada MA atas putusan MA dalam tingkat Kasasi tertanggal 20 Juli 2005 No. 677K/PDT/2005, yang telah menguatkan Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta No. 302/PDT/2004/PT.DKI tanggal 1 September 2004. MA melalui Putusan No. 240PK/PDT/2006 tanggal 20 Februari 2007 menyatakan: 1. Mengabulkan permohonan Peninjauan Kembali dari Pemohon Peninjauan Kembali, PT Aryaputra Teguharta. 2. Membatalkan putusan Mahkamah Agung RI No. 677 K/Pdt/2005 tanggal 20 Juli 2005 jo. putusan Pengadilan Negeri Jakarta No. 302/PDT/2004/PT.DKI tanggal 1 September 2004 jo. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 123/PDT.G/2003/PN.Jkt.Pst tanggal 14 April 2004. MA mengadili kembali yang pada pokoknya antara lain menyatakan Perusahaan dan Direksi Perusahaan dihukum untuk mengembalikan dan menyerahkan saham-saham APT kepada APT. Pada bulan Oktober 2007, APT telah mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk pelaksanaan Putusan PK tersebut di atas (Eksekusi). Selanjutnya Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah mengeluarkan Surat Ketetapan No. 079/2007/EKS tanggal 5 Oktober 2007 yang mengabulkan permohonan APT dan memerintahkan Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk melakukan Sita Eksekusi terhadap Saham-saham APT di tempat kedudukan Termohon Eksekusi yaitu Perusahaan dan Direksi Perusahaan.
Ekshibit E/91 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 29. LITIGASI (Lanjutan) Sita Eksekusi telah dilaksanakan oleh Juru Sita Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan Juru Sita Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, dan Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 10 Oktober 2007 telah mengeluarkan Penetapan Nomor Daft. No. 079/2007/EKS yang menetapkan antara lain : menyatakan bahwa pelaksanaan eksekusi perkara atas putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung-RI tanggal 20 Februari 2007 No. 240/PK/ PDT/2006 yang terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat di bawah No. 079/2007/EKS, tidak dapat dilaksanakan (Non Executable). Atas Penetapan No. 079/2007/EKS tersebut APT mengajukan kembali permohonan kepada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk melaksanakan pembatalan Penetapan No. 079/2007/EKS dan melanjutkan eksekusi terhadap putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung RI No. 240PK/PD/2006 tanggal 20 Februari 2007. Atas permohonan APT tersebut Pengadilan Negeri Jakarta Pusat melalui Suratnya No. W10.U1.Ht.079/2007 Eks. 4758 VII.2009.01 tanggal 3 Juli 2009 dan Suratnya No. W10.U1.Ht.079/ 2007 Eks.5096 VII.2009.01 tanggal 15 Juli 2009 berpendapat bahwa tidak ada alasan bagi Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk membatalkan Penetapan No.079/2007 Eks tentang Non Executable. Terhadap tuduhan tindak pidana penggelapan saham maka pada tanggal 14 Mei 2004 melalui surat No. POL: S.Tap/37a/V/2004, Mabes POLRI telah mengeluarkan Surat Ketetapan Penghentian Penyidikan karena alasan tindak pidana penggelapan dan penipuan saham yang dipersangkakan kepada Direksi Perusahaan bukan merupakan tindak pidana. Demikian pula dengan tuduhan tindak pidana pemalsuan surat dan atau penggunaan surat palsu maka pada tanggal 5 Mei 2009 melalui surat No. POL. S.Tap/61a/V/2009, Mabes POLRI telah mengeluarkan Surat Ketetapan Penghentian Penyidikan karena tidak terdapat cukup bukti. Perkembangan Kasus – OM melawan Perusahaan Pada tanggal 9 November 2004, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah menjatuhkan putusan yang pada pokoknya mengabulkan sebagian gugatan OM dalam Putusan No. 517/Pdt.G/2003/PN.Jkt.Pst. Pengadilan Tinggi DKI Jakarta menerima banding yang diajukan oleh Perusahaan melalui putusan tanggal 23 Maret 2005 No.60/PDT/2005/PT.DKI.Jo.No.517/PDT.G/2003/PN.JKT.PST. MA melalui putusan No. 1478K/PDT/2005 tertanggal 27 Oktober 2005 menolak permohonan kasasi OM dengan menguatkan Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta No.60/PDT/PT.DKI tanggal 23 Maret 2005. MA melalui Putusan No. 115PK/PDT/2007 tanggal 19 Juli 2007 menyatakan menolak permohonan Peninjauan Kembali dari Pemohon Peninjauan Kembali dari Pemohon Peninjauan Kembali, PT Ongko Multicorpora. Gugatan dan/atau tuntutan APT dan OM tersebut disebabkan oleh eksekusi gadai saham yang dijadikan jaminan atas utang-utang perusahaan Ongko Group yang telah jatuh tempo dan tidak dibayar, serta pengalihan saham yang dilakukan oleh Perusahaan berdasarkan “Pledge of Shares Agreement”, Surat Persetujuan Mengalihkan (Consent to Transfer), Surat Kuasa Menjual Yang Tidak Dapat Dibatalkan (Irrevocable Power of Attorney to Sell Shares), hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa tanggal 27 Januari 2000 dan 22 Agustus 2000 yang telah disetujui oleh APT dan OM, dan Perjanjian Perdamaian tanggal 7 Desember 2000 dalam rangka restrukturisasi pinjaman Perusahaan yang telah diratifikasi oleh Pengadilan Niaga pada tanggal 19 Desember 2000. Untuk itu manajemen berpendapat, perkara tersebut tidak akan mempengaruhi kegiatan operasional Perusahaan.
Ekshibit E/92 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 30. PERISTIWA SETELAH TANGGAL LAPORAN POSISI KEUANGAN a. Pada tanggal 23 Januari 2012, Perusahaan telah melunasi pokok Obligasi BFI Finance Indonesia II Tahun 2009 Seri C dengan jumlah nominal sebesar Rp 65.000. b. Pada tanggal 25 Januari 2012, Perusahaan menerbitkan Medium Term Notes BFI Finance Indonesia I Tahun 2012 (MTN I) yang terdiri dari MTN I Seri A dengan nilai nominal sebesar Rp 25.000 dengan tingkat bunga tetap sebesar 9,50% per tahun, MTN I Seri B dengan nilai nominal sebesar Rp 200.000 dengan tingkat bunga tetap sebesar 10,50% per tahun. Bunga MTN I dibayarkan setiap triwulan (3 bulan) sesuai dengan tanggal pembayaran bunga MTN tersebut. Pembayaran Bunga MTN I terakhir yang sekaligus jatuh tempo dengan masing-masing pada tanggal 25 Januari 2014 untuk Seri A dan 25 Januari 2015 untuk Seri B.
31. PENERAPAN AWAL PSAK NO. 50 (REVISI 2006) DAN PSAK NO. 55 (REVISI 2006) Laporan keuangan Perusahaan pada tanggal dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 merupakan laporan keuangan pertama Perusahaan yang menerapkan PSAK No. 50 (Revisi 2006) dan PSAK No. 55 (Revisi 2006). Dalam menerapkan standar-standar tersebut di atas, Perusahaan telah mengidentifikasi penyesuaian transisi berikut sesuai dengan Buletin Teknis No. 4 tentang Ketentuan Transisi untuk Penerapan Awal PSAK No. 50 (Revisi 2006) dan PSAK No. 55 (Revisi 2006) yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Dampak transisi ke PSAK No. 50 (Revisi 2006) dan PSAK No. 55 (Revisi 2006) terhadap laporan posisi keuangan awal Perusahaan pada tanggal 1 Januari 2010 dijelaskan dalam tabel berikut ini:
Dilaporkan sebelumnya Aset Cadangan kerugian penurunan nilai Aset pajak tangguhan Ekuitas Saldo laba
Penyesuaian transisi ke PSAK No. 50 (Revisi 2006) dan PSAK No. 55 (Revisi 2006)
Setelah Disesuaikan
(
213.048 ) 27.100 (
121.078 ( 17.169 )
91.970 ) 9.931
(
796.094 )(
103.909 )(
900.003 )
32. STANDAR AKUNTANSI BARU Revisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang telah dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) sampai dengan penyelesaian laporan keuangan Perusahaan tetapi belum berlaku efektif adalah sebagai berikut: Efektif berlaku pada atau setelah tanggal 1 Januari 2012: a. PSAK No. 10 (Revisi 2010), “Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Valuta Asing”, menjelaskan bagaimana memasukkan transaksi-transaksi dalam mata uang asing dan kegiatan usaha luar negeri ke dalam laporan keuangan suatu entitas dan menjabarkan laporan keuangan ke dalam suatu mata uang pelaporan.
Ekshibit E/93 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 32. STANDAR AKUNTANSI BARU (Lanjutan) b. ISAK No. 13, “Lindung Nilai atas Investasi Neto pada Kegiatan Usaha Luar Negeri”, diterapkan terhadap entitas yang melakukan lindung nilai atas risiko mata uang asing yang timbul dari investasi netonya di dalam kegiatan usaha luar negeri dan berharap dapat memenuhi persyaratan akuntansi lindung nilai sesuai PSAK No. 55 (Revisi 2006). Mengacu pada entitas induk dan laporan keuangan dimana aset neto dari kegiatan usaha luar negeri dimasukkan sebagai laporan keuangan. c. PSAK No. 16 (Revisi 2011), “Aset Tetap”, mengatur perlakuan akuntansi aset tetap, sehingga pengguna laporan keuangan dapat memahami informasi mengenai investasi entitas dalam aset tetap dan perubahan dalam investasi tersebut. Masalah utama dalam akuntansi aset tetap adalah pengakuan aset, penentuan jumlah tercatat, pembebanan penyusutan, dan rugi penurunan nilainya. d. PSAK No. 18 (Revisi 2010), “Akuntansi dan Pelaporan Program Manfaat Purnakarya”, mengatur akuntansi dan pelaporan program manfaat purnakarya untuk semua peserta sebagai suatu kelompok. Pernyataan ini melengkapi PSAK No. 24 (Revisi 2010) “Imbalan Kerja”. e. PSAK No. 24 (Revisi 2010), “Imbalan Kerja” mengatur akuntansi dan pengungkapan imbalan kerja. f. PSAK No. 30 (Revisi 2011), “Sewa”, mengatur kebijakan akuntansi dan pengungkapan yang sesuai, baik bagi lessee maupun lessor terkait dengan sewa, yang berlaku untuk perjanjian yang mengalihkan hak untuk menggunakan aset meskipun penyediaan jasa substansial oleh lessor tetap diperlukan dalam mengoperasikan atau memelihara aset tersebut. a. PSAK No. 46 (Revisi 2010), “Akuntansi Pajak Penghasilan”, mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan dalam menghitung konsekuensi pajak kini dan masa depan untuk pemulihan (penyelesaian) jumlah tercatat aset (liabilitas) di masa depan yang diakui pada laporan posisi keuangan; serta transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian lain pada periode kini yang diakui pada laporan keuangan. b. PSAK No. 50 (Revisi 2010), “Instrumen Keuangan: Penyajian”, menetapkan prinsip penyajian instrumen keuangan sebagai liabilitas atau ekuitas dan saling hapus aset keuangan dan liabilitas keuangan. c. PSAK No. 53 (Revisi 2010), “Pembayaran Berbasis Saham”, mengatur pelaporan keuangan entitas yang melakukan transaksi pembayaran berbasis saham. d. PSAK No. 55 (Revisi 2011), “Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran”, mengatur prinsipprinsip dasar pengakuan dan pengukuran aset keuangan, liabilitas keuangan, dan kontrak pembelian atau penjualan item nonkeuangan. Persyaratan penyajian informasi instrumen keuangan diatur dalam PSAK 50 (revisi 2010): Instrumen Keuangan: Penyajian. Persyaratan pengungkapan informasi instrumen keuangan diatur dalam PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan. e. PSAK No. 56 (Revisi 2011), “Laba per Saham”, menetapkan prinsip penentuan dan penyajian laba per saham, sehingga meningkatkan daya banding kinerja antar entitas berbeda pada periode pelaporan sama, dan antar periode pelaporan berbeda untuk entitas yang sama. f. PSAK No. 60 “Instrumen Keuangan: Pengungkapan”, mensyaratkan pengungkapan dalam laporan keuangan yang memungkinkan para pengguna untuk mengevaluasi signifikansi instrumen keuangan atas posisi dan kinerja keuangan dan jenis dan besarnya risiko yang timbul dari instrumen keuangan yang mana entitas terekspos selama periode dan pada akhir periode pelaporan, dan bagaimana entitas mengelola risiko-risiko tersebut.
Ekshibit E/94 PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dengan Angka Perbandingan Tahun 2009) (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 32. STANDAR AKUNTANSI BARU (Lanjutan) g. ISAK No. 15, “PSAK No. 24 - Batas Aset Imbalan Pasti, Persyaratan Pendanaan Minimum dan Interaksinya”, memberikan pedoman bagaimana menilai pembatasan jumlah surplus dalam program imbalan pasti yang dapat diakui sebagai aset dalam PSAK No. 24 (revisi 2010), “Imbalan Kerja”. h. ISAK No. 20 “Pajak Penghasilan - Perubahan Dalam Status Pajak Entitas atau Para Pemegang Saham” berkaitan dengan bagaimana suatu entitas dapat memperhitungkan konsekuensi pajak atas suatu perubahan dalam status pajaknya atau para pemegang sahamnya. i. ISAK No. 23, “Sewa Operasi-Insentif”. j. ISAK No. 24, ”Evaluasi Substansi beberapa Transaksi yang Melibatkan suatu Bentuk Legal Sewa”. k. ISAK No. 25, ”Hak atas Tanah”. Perusahaan sedang mengevaluasi dan belum menentukan dampak dari Standar, Interpretasi dan Pencabutan Standar yang direvisi dan yang baru tersebut terhadap laporan keuangannya. 33. PENYELESAIAN LAPORAN KEUANGAN Manajemen Perusahaan bertanggung jawab atas penyusunan laporan keuangan ini yang telah diselesaikan pada tanggal 1 Maret 2012.