PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)
PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR SKALA LINGKUNGAN
PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) TAHUN 2017
PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS) PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR SKALA LINGKUNGAN
PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU)
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Kelurahan
i
DAFTAR ISI DAFTAR ISI | i DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN | ii A. B. C. D. E. F. G.
H.
I. J.
MAKSUD DAN TUJUAN | 3 SASARAN | 3 RUANG LINGKUP | 3 KETENTUAN KEGIATAN INFRASTRUKTUR | 3 JENIS-JENIS KEGIATAN INFRASTRUKTUR | 6 PERAN PELAKU | 8 TAHAP PERENCANAAN TEKNIS | 11 1. Tahap Persiapan Perencanaan Teknis | 12 2. Tahap Pelaksanaan Perencanaan Teknis | 14 TAHAP PELAKSANAAN FISIK | 36 1. Tahap Persiapan Pelaksanaan Konstruksi | 37 2. Tahap Pelaksanaan Konstruksi | 44 TAHAP KEBERLANJUTAN | 59 LAMPIRAN OUTLINE PROPOSAL | 65
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan
iii
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN APBD APBN BDI BKM BOP
: Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara : Bantuan Dana Investasi, dulu disebut dengan Bantuan Langsung Masyarakat : Badan Keswadayaan Masyarakat : Biaya Operasional Pelaksanaan
DED
: Detailed Engineering Design
FHO
: Final Hand Over/ Penyerahan Akhir Pekerjaan, setelah masa pemeliharaan Berakhir
KK KME KMP KMW KPP KSM KOTAKU
: Kepala Keluarga : Konsultan Manajemen Evaluasi : Konsultan Manajemen Pusat : Konsultan Manajemen Wilayah : Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara : Kelompok Swadaya Masyarakat : Kota Tanpa Kumuh
LKM LPJ LSM
: Lembaga Keswadayaan Masyarakat : Laporan Pertanggungjawaban : Lembaga Keswadayaan Masyarakat
M&E
: Monitoring and Evaluation
O&P OJT
: Operasional dan Pemeliharaan : On Job Training
PHO PJM PKP PKP2B PLPBK Pokja PKP PPK PS PT PUPR
: Provisional Hand Over / Serah Terima Pertama Pekerjaan : Perencanaan Jangka Menengah : Perumahan dan Kawasan Permukiman : Pengembangan Kawasan Permukiman dan Penataan Bangunan : Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas : Kelompok Kerja Perumahan dan Kawasan Permukiman : Pejabat Pembuat Komitmen : Pemetaan Swadaya : Perguruan Tinggi : Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan
v
RAB RDTR RDTRK RKP-KP RKTL RP2KP-KP RPD RPKPP RPLP RPK RT/RW RTH RTPLP RTRW
: Rencana Anggaran Biaya : Rencana Detail Tata Ruang : Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan : Rencana Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan : Rencana Kerja dan Tindak Lanjut :Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan : Rencana Penggunaan Dana : Rencana Pembangunan Kawasan prioritas Permukiman : Rencana Penataan Lingkungan Permukiman : Refleksi Perkara Kritis : Rukun Tetangga/Rukun Warga : Ruang Terbuka Hijau : Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman : Rencana Tata Ruang Wilayah
Satker SIM SK SP3 SPK SPMK SPPB SPPDL STBM
: Satuan kerja : Sistem Informasi Manajemen : Surat Keputusan : Surat Pernyataan Penyelesaian Pekerjaan : Surat Perintah Kerja : Surat Perintah Mulai Kerja : Surat Perjanjian Pemberian Bantuan : Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana Lingkungan : Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
TIPP ToT TAPP TPA TIPP TPPI TPS
: Tim Inti Perencanaan Partisipatif : Training of Trainer : Tenaga Ahli Perencanaan Partisipatif : Tempat Pembuangan Akhir (Sampah) : Tim Inti Perencanaan Partisipatif : Tim Perencana dan Pelaksana Infrastruktur : Tempat Penampungan Sementara (Sampah)
ULP UP UPK UPL UPP
: Unit Layanan Pengadaan : Unit Pengelola : Unit Pengelola Keuangan : Unit Pengelola Lingkungan : Urban Poverty Program
vi
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS) PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR SKALA LINGKUNGAN
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan
1
A. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dari buku ini adalah untuk dijadikan pegangan dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembangunan sarana prasarana dan utilitas umum dikawasan permukiman guna memenuhi persyaratan pelaksanaan kegiatan infrastruktur skala lingkungan. Tujuannya adalah untuk memberikan petunjuk dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembangunan sarana prasarana dan utilitas umum dikawasan permukiman guna memenuhi ketentuan teknis dan administrasi kegiatan sesuai dengan persyaratan kegiatan infrastruktur skala lingkungan yang telah ditetapkan program.
B. SASARAN Sasaran disusunnya panduan penyelenggaraan infrastruktur lingkungan ini, antara lain :
1. Tersedianya landasan konsepsi penyelenggaraan infrastrukrur lingkungan 2. Tersedianya acuan teknis bagi penyelenggaraan infrastruktur lingkungan 3. Tercapainya standar baku mutu dari produk penyelenggaraan infrastruktur lingkungan yang dihasilkan
C. RUANG LINGKUP Buku ini mencakup maksud, tujuan, ruang lingkup, ketentuan-ketentuan kegiatan infrastruktur, tahapan perencanaan teknis kegiatan infrastruktur, tahapan pelaksanaan konstruksi/fisik dan pengendalian pelaksanaan kegiatan infrastruktur sebagai upaya pencegahan maupun peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh skala lingkungan.
D. KETENTUAN KEGIATAN INFRASTRUKTUR 1. Umum a) Kegiatan pembangunan infrastruktur KOTAKU secara substansi bermakna sebagai media pembelajaran untuk menumbuh kembangkan kemampuan serta proses bekerja dan belajar masyarakat dalam pembangunan kawasan permukiman yang lebih baik, khususnya dalam pelaksanaan dan pengelolaan kegiatan sarana prasarana dan utilitas umum (fisik). Sehingga hasil dari pembangunan ini akan mewujudkan lingkungan perumahan dan permukiman yang sehat, aman, serasi, teratur, selaras dan lestari yang menjunjung nilai-nilai budaya lokal; b) Setiap kegiatan infrastruktur yang direncanakan dan dibangun harus benar-benar menjadi prioritas utama bagi penataan kawasan permukiman yang langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat setempat;
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan
3
c) Implementasi pembangunan infrastruktur skala lingkungan harus difokuskan pada lokasi kawasan kumuh prioritas sehingga penanganan pada lokasi tersebut dapat tuntas; d) Setiap kegiatan infrastruktur harus direncanakan dan dilaksanakan dengan umur konstruksi sekurang-kurangnya selama 5 tahun; e) Untuk kegiatan infrastruktur yang berskala Kelompok, maka calon pemanfaat dapat mengorganisasi diri dalam KSM/Panitia dan bertindak sebagai pelaksana kegiatan fisik. Untuk kegiatan infrastruktur yang berskala publik/umum, maka BKM/LKM dapat membentuk satu atau lebih Panitia selaku pelaksana kegiatan yang bertanggungjawab langsung kepada BKM/LKM dan dalam melaksanakan lingkup kerjanya, KSM/Panitia akan dikelola oleh unit pengelola kegiatan lingkungan (UPL); f)
Setiap kegiatan sarana dan prasarana yang direncanakan dan dibangun harus memenuhi persyaratan kelayakan/standar teknis bangunan, peraturan yang berlaku, memberikan manfaat bagi semua (universal accsess) dan merupakan prioritas hasil perencanaan masyarakat/pemda yang tertuang dalam dokumen Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) dan atau Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan/Desa;
g) Setiap kegiatan infrastruktur yang akan direncanakan dan dibangun harus memenuhi penyaringan kelayakan lingkungan. Untuk usulan kegiatan infrastruktur yang memerlukan UKL/UPL maka hanya dapat dibangun setelah dokumen UKL/UPL selesai dan telah mendapat persetujuan pihak-pihak terkait sesuai peraturan yang berlaku. Penyusunan UKL/UPL merupakan tanggungjawab pemerintah kab/kota. Untuk kegiatan yang tidak memerlukan UKL/UPL maka wajib memenuhi kriteria seleksi yang ditetapkan dalam ketentuan pengamanan dampak lingkungan dan sosial yang ditetapkan dalam Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Dampak Lingkungan dan Sosial program KOTAKU dalam bentuk SPPL/SOP; 2. Kriteria Umum Prioritas Pemilihan Kegiatan Infrastruktur
4
a)
Masyarakat/warga pemanfaat bersedia memelihara sarana dan prasarana yang dibangun;
b)
Jenis kegiatan infrastruktur yang direncanakan dan dibangun adalah infrastruktur yang secara langsung berkontribusi mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni, utamanya terkait penyelesaiaan permasalahan indikator kumuh;
c)
Untuk jenis infrastruktur yang terintegrasi dengan infrastruktur skala kota seperti jaringan Jalan, Drainase, Sanitasi/Air Limbah, Persampahan, Air Bersih Perpipaan maka harus direncanakan dan dibangun dengan memperhatikan keterpaduan fungsi dan pelayanan bangunan sesuai dengan rencana infrastruktur skala kota;
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
d)
Komponen infrastruktur yang akan dibangun harus benar-benar menjadi prioritas utama bagi penataan kawasan permukiman, memberikan dampak nyata terhadap perbaikan lingkungan permukiman yang ditata dan langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat setempat;
e)
Penyediaan tanah untuk lokasi pembangunan infrastruktur telah disediakan oleh masyarakat atau pemerintah kab/kota;
f)
Tidak bertentangan dengan kegiatan yang dilarang oleh program, tidak menimbulkan Dampak Negatif (merusak) terhadap Lingkungan dan Sosial;
g)
Tidak mempunyai masalah teknis yang berat dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat dalam kurun waktu ditetetapkan sesuai ketentuan program;
h)
Tidak tumpang tindih dengan yang dibangun oleh pemerintah, pemerintah daerah, swasta atau program lain;
i)
Untuk menjamin keterpaduan pembangunan kegiatan infrastruktur, maka bagi kegiatan yang memerlukan dukungan (prasarana/sarana atau tenaga bantuan teknis) dari pemda/pihak ketiga lainnya agar dapat berfungsi atau dioperasikan maka hanya dapat disetujui setelah ada bukti komitmen yang pasti antara masyarakat (BKM/LKM) dengan pihak yang akan memberikan dukungan tersebut;
j)
Secara khusus, kriteria infrastruktur skala kelurahan sebagaimana tabel berikut:
Tabel D.2.J : Kriteria Infrastruktur Skala Kelurahan No
Kriteria
1
Otoritas Kota
2 3 4
Sistem Jaringan Cakupan Lokasi Status Lahan Jelas & Sesuai Peruntukan RTRW Teknologi Pelaksanaan Nilai Investasi Dapat Dikerjakan Dalam 1 Tahun Anggaran Efektivitas Pengurangan Luasan Kumuh Dampak Lingkungan & Sosial
5 6 7 8 9
SKALA LINGKUNGAN Tidak termasuk dalam inventarisasi SKPD/Kota Jaringan tersier atau non jaringan Dalam kawasan Ya Sederhana Kecil Ya Besar Ditangani
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan
5
3. Kriteria Umum Pemilihan Teknologi Kegiatan Infrastruktur a) Memberikan prioritas pada pembangunan infrastruktur yang menggunakan teknologi sederhana, sehingga pembangunan dan pemeliharaannya dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat tanpa mendatangkan keahlian atau peralatan dari luar wilayah setempat; b) Memberikan prioritas sebanyak-banyaknya penggunaan tenaga kerja setempat sesuai kualifikasi yang diperlukan; c) Memberikan prioritas pemanfaatan bahan/material lokal yang memenuhi standar teknis/spesifikasi teknis; d) Dalam pemilihan bahan bangunan, teknologi konstruksi dan pelayanan prasarana harus menerapkan kriteria keberlanjutan dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan serta harus mempertimbangkan kemungkinan bencana alam (tanggap bencana); e) Dapat dibangun dengan harga yang seimbang (tidak terlampau mahal atau dibawah perkiraan biaya wajar); f)
Memenuhi standar teknis bangunan yang ditetapkan oleh pemerintah/instansi teknis terkait, seperti Pekerjaan Umum sehingga bangunan dapat menjamin Keselamatan (Kekuatan, Keamanan) dan Kesehatan warga pengguna, dapat berfungsi optimal serta tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat (sosial);
g) Dalam penyelenggaraan infrastruktur skala lingkungan diperlukan inovasi dan kreatifitas yang dapat memberikan nilai tambah estetika sesuai dengan kondisi lokasi/lingkungan prasarana dan budaya setempat;
E.
JENIS KEGIATAN INFRASTRUKTUR Jenis kegiatan infrastruktur yang dibangun melalui Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) adalah infrastruktur yang secara langsung berkontribusi mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni, utamanya terkait penyelesaiaan permasalahan 7+1 indikator kumuh. Implementasi penyelenggaraan infrastruktur sakala lingkungan harus terintegrasi dengan infrastruktur skala kota/jaringan infra kota dan difokuskan pada lokasi permukiman kumuh prioritas, sehingga penanganan pada lokasi tersebut dapat tuntas. Sebagai wujud tanggungjawab bersama, pemerintah pusat melalui program KOTAKU mengalokasi sebagian kecil dari kebutuhan dana investasi upaya pencegahan maupun peningkatan kualitas permukiman kumuh. Untuk memenuhi keseluruhan kebutuhan dana investasi diharapkan dapat disediakan oleh pemerintah daerah, dunia usaha, masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya. Pembangunan infrastruktur skala lingkungan umunya memerlukan perencanaan yang lebih sederhana, biaya yang tidak terlalu besar, teknologi sederhana, resiko kecil dan biaya
6
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
pemeliharaan yang kecil sehingga memungkinkan untuk laksanakan secara partisipatif dan swakelola oleh masyarakat dengan difasilitasi oleh Fasilitator kelurahan/desa. Pembangunan/rehabilitasi infrastruktur skala lingkungan perlu memperhatikan pembangunan infrastruktur skala kota, sehingga terjadi koneksitas antara kegiatan skala lingkungan dengan sistem kotanya. Tabel E.1.: Jenis Sarana Prasarana NO
INDIKATOR
1
Kondisi Bangunan Hunian
2
Jalan Lingkungan
3
Saluran Air Hujan (Drainase Lingkungan)
4
Pembuangan Air Limbah
5
Penyediaan Air Minum
6
Pengelolaan Persampahan
JENIS SARANA PRASARANA Rehab Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) *)
7
8
Pengamanan Bahaya Kebakaran
Ruang Terbuka Publik
Jalan Aspal/Hotmix (min.lebar perkerasan 1,5m) Jalan Paving Blok (min.lebar perkerasan 1,5m) Jalan Beton (min.lebar perkerasan 1,5m) Jembatan (min.lebar perkerasan 1,5m) Pedestrian Bangunan Pelengkap jalan seperti Gorong-gorong, Penahan Longsor, sal. samping jalan, dll Saluran terbuka Saluran tertutup Sumur Resapan/Biopori Pompa Air/Pintu Air/Pengendali Banjir Normalisasi Saluran Jamban Komunal MCK Septictank Komunal Saluran Pembuangan Air Limbah R.Tangga System Pengolahan Air Limbah Setempat/Terpusat Sumur Gali/Pompa/Bor Hidran/Kran Umum Penampung Air Hujan Jaringan Air Bersih Perpipaan Penangkap Mata Air Instalasi Pengolahan Air Sederhana Bangunan Pengelolaan Daur Ulang Sampah (Bank Sampah) Tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) pada skala lingkungan Tempat Penampungan Sampah (TPS) 3R Gerobak/Motor Sampah Penyediaan Pasokan Air (Bak/Kolam penampungan air, Sumur Dalam/Hidran) Motor pemadam kebakaran Alat Pemadam Api Ringan (APAR) Ruang Terbuka Hijau (RTH) Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH) seperti prasarana olahraga, sarana bermain, dll
Keterangan : *) Didanai dari sumber dana kemitraan (non KOTAKU)
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan
7
Seluruh usulan kegiatan harus merupakan kegiatan prioritas berdasarkan hasil perencanaan masyarakat yang tertuang dalam dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan/Desa.
F.
PERAN PELAKU Pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana lingkungan permukiman perlu didukung oleh berbagai pihak seperti BKM, UPL, serta masyarakat penerima manfaat langsung yaitu warga MBR dan warga sekitar. Sedangkan KSM/Panitia sebagai pelaksana pembangunanpun akan didukung peran sertanya oleh Fasilitator Kelurahan. Berikut ini penjelasan peran-peran pelaku pembangunan; 1. Peran BKM a). Menandatangani Surat Perjanjian Kerjasama (SPK) pelaksanaan kegiatan dengan PPK; b). Melakukan seleksi guna menyediakan Tenaga Ahli Penyunanan DED; c). Membentuk TIPP yang akan mendukung tugas-tugas UPL dalam kegiatan perencanaan; d). Membentuk/menetapkan KSM/Panitia Pelaksana Kegiatan Infrastruktur; e). Membuat Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana Lingkungan (SPPD-L) dengan KSM/Panitia pelaksana kegiatan Lingkungan; f). Melaksanakan pencairan dana kepada Tenaga Ahli Penyusunan DED dan KSM/Panitia Pelaksana Fisik; g). Melakukan serahterima hasil pekerjaan baik produk perencanaan teknis maupun fisik hasil kegiatan BKM kepada PPK; h). Memfasilitasi Serahterima Pengelolaan Pemanfaatan dan Pemeliharaan Infrastruktur yang telah dibangunnya dari Pemda/Pemerintah Desa/Kel kepada KPP dan i). Memfasilitasi penyelesaian permasalahan yang mungkin muncul ditingkat kelurahan, termasuk memberikan sanksi/peringatan kepada KSM/Panitia atas pelanggaran pemanfaatan dana dan atau pelanggaran atas ketentuan-ketentuan dalam SPPD-L. 2. Peran UPL a). Mengkoordinir TIPP dalam proses penyusunan perencanaan teknis; b). Memastikan seluruh produk perencanaan teknis sesuai persyaratan yang ditetapkan dan selesai tepat waktu; c). Memfasilitasi pembentukan Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP), termasuk Rencana Kerjanya; d). Menyelenggarakan Musyawarah Persiapan Pelaksanaan Konstruksi (MP2K) bagi semua KSM/Panitia; e). Bersama Faskel/Askot Infra memfasilitasi kegiatan Coaching atau On The Job Training (OJT) kepada TIPP dan KSM/Panitia;
8
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
f). g). h).
i).
j). k). l). m). n). o). p). q). r).
Memfasilitasi dan memverifikasi administrasi pencairan dana kepada KSM/Panitia pelaksana fisik (RPD, LPD, BA Pembayaran); Merekomendasi dan memfasilitasi pencairan dana kepada KSM/Panitia; Memfasilitasi, mengawasi dan mengkoordinir seluruh pelaksanaan kegiatan KSM/Panitia termasuk memberikan penguatan teknik konstruksi maupun administrasi kegiatan; Menyelenggarakan rapat-rapat evaluasi rutin bersama KSM/Panitia untuk mengevaluasi kemajuan kegiatan infrastruktur dan mendorong upaya-upaya percepatan penyelesaiaan kegiatan lapangan; Bersama Faskel Teknik dan KSM/Panitia melakukan Opname pekerjaan dilapangan; Memfasilitasi penyusunan dan memverifikasi laporan-laporan Kegiatan KSM/Panitia (Harian, Mingguan, Bulanan, LPJ, termasuk photo2 dokumentasi); Memfasilitasi dan merekomendasikan perubahan (amandemen) SPPD-L akibat adanya perubahan pekerjaan dilapangan (bila ada) Membuat dan menyampaikan laporan perkembangan kemajuan pekerjaan Infrastruktur kepada BKM; Memastikan semua infrastruktur memenuhi persyaratan teknis (tepat mutu), dapat diselesaikan tepat waktu, tepat biaya dan tertib administrasi; Bersama Fasilitator Teknik/Askot Infrastruktur melakukan Verifikasi Kelayakan proposal KSM/Panitia (termasuk membuat Berita Acara Verifikasi); Bersama Fasilitator Teknik/Askot Infrastruktur, pihak proyek (Tim PPK) dan pihak KSM/Panitia melakukan Sertifikasi Kegiatan (termasuk membuat BAP2-nya); Memfasilitasi terealisasinya swadaya masyarakat dan Memfasilitasi penyelesaian permasalahan yang mungkin muncul ditingkat kelurahan, termasuk merekomendasikan sanksi/peringatan atas pelanggaran pemanfaatan dana dan atau pelanggaran atas ketentuan-ketentuan dalam SPPDL.
3. Peran TIPP Peran utama TIPP adalah membantu UPL dalam pelaksanaan perencanaan teknis, sehingga tugas-tugas TIPP adalah tugas yang juga dijalankan UPL meliputi: a). Bersama UPL Memfasilitasi penyusunan prioritas investasi infrastruktur kelurahan sesuai dengan kriteria prioritas yang telah ditetapkan; b). Memfasilitasi penyediaan lahan lokasi proyek infrastruktur dan perijinan-perijinan pembangunan yang diperlukan; c). Menyusun perencanaan teknis kegiatan infrastruktur dan melakukan konsultasi untuk verifikasi kelayakannya pada Pokaj/SKPD/Dinas teknis terkait diwilayah setempat; d). Memfasilitasi koordinasi untuk keterpaduan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan dengan berbagai pihak terkait; e). Memfasilitasi pembentukan Organisasi Pengelola O dan P (termasuk penyusunan Rencana Kerja dan Kesepakatan Pembiayaannya);
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan
9
f). Memfasilitasi pembentukan/pengembangan KSM/Panitia pelaksana pembangunan infrastruktur; g). Memfasilitasi Coaching penyusunan proposal dan pengorganisasian pelaksanaannya bagi KSM/Panitia dan h). Memverifikasi kelayakan usulan proposal kegiatan KSM/Panitia. 4. Peran KSM/PANITIA a). Mengelola kegiatan infrastruktur yang menjadi tanggunjawabnya secara transparan dan dapat dipertanggung jawabkan; b). Mengikuti coaching/OJT yang dilaksanakan UPL/faskel baik terkait teknis infrastruktur, administrasi maupun pembukuan keuangan KSM/Panitia; c). Menyusun Proposal Kegiatan sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh BKM; d). Menyampaikan Jadwal Kerja, Rencana Pengadaan Bahan/Alat, Rencana Tenaga Kerja, Tim Pelaksana Kegiatan yang lebih rinci kepada UPL sebelum dilaksanakan MP2K; e). Membuat Papan Nama/Informasi Proyek sehingga dapat diketahui oleh masyarakat umum; f). Membangun prasarana dengan kualitas baik, tepat waktu, tepat biaya dan tertib administrasi sesuai ketentuan dalam dokumen SPPDL; g). Menyediakan Tenaga Pelaksana Lapangan yang memahami pekerjaan fisik (minimal kualifikasi Mandor) dilokasi pekerjaan selama proses pembangunan; h). Membuat seluruh administrasi proyek yang dipersyaratkan, termasuk photo-photo, laporan kemajuan dan laporan pertanggungjawaban kegiatan dan mengarsipkannya; i). Menyediakan tenaga kerja, bahan, alat sesuai kualitas yang dipersyaratkan, melakukan penggantian atau perbaikan bagian prasarana yang diperintahkan oleh konsultan/UPL; j). Memenuhi seluruh swadaya yang diusulakan dalam proposal kegiatan dengan tetap menjamin kualitas sesuai persyaratan yang ditetapkan; k). Mendorong pelibatan masyarakat sebanyak-banyaknya dalam pelaksanaan kegiatan dan l). Aktif melakukan penyelesaian permasalahan yang mungkin muncul akibat pelaksanaan kegiatannya. 5. Peran KPP Pengelola O&P/KPP bertindak selaku penggerak utama kegiatan atau penanggungjawab O&P. Secara umum perannya adalah : a). Terlibat aktif dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan fisik infrastruktur melalui KSM/Panitia atau bersama Kader Teknis membantu UPL dalam Pengendalian Pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh KSM/Panitia; b). Membangun peningkatan kesadaran dan kontribusi warga untuk melakukan pemeliharaan prasarana secara bersama sama;
10
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
c). Menyusun rencana pemanfaatan prasarana d). Menyusun rencana pemeliharaan, perbaikan, dan peningkatan pembangunan prasarana; e). Mengorganisasikan kegiatan pemanfaatan, pemeliharaan, perbaikan dan peningkatan pembangunan prasarana; f). Melaksanakan Rencana Kerja O dan P; g). Membuat laporan pertanggungjawaban kerja Pengelolaan Sarana dan Prasarana yang menjadi tanggungjawabnya dan h). Melakukan kerjasama kemitraan dengan pemerintah desa/kelurahan, Dinas/Instansi terkait dan pihak swasta atau lainnya guna meningkatkan peroleh pembiayaan pemeliharaan atau pengembangan layanan prasarana. 6. Peran Relawan/Kader Teknis Kader Teknis adalah relawan yang mempunyai pemahaman dan keterampilan teknis terkait pelaksanaan infrastruktur, seperti mandor/tukang bangunan, STM Bangunan, dll. Peran utama Kader Teknis adalah membantu UPL dalam pelaksanaan pengelolaan pelaksanaan fisik yang dibangun oleh KSM/Panitia, sehingga tugas-tugas Kader Teknis adalah tugas yang juga dijalankan UPL meliputi: a). Memfasilitasi penyusunan prioritas investasi infrastruktur kelurahan sesuai dengan kriteria prioritas yang telah ditetapkan; b). Memfasilitasi penyediaan lahan lokasi proyek infrastruktur dan perijinan-perijinan pembangunan yang diperlukan; c). Memfasilitasi koordinasi untuk keterpaduan pelaksanaan kegiatan dengan berbagai pihak terkait; d). Memfasilitasi pembentukan Organisasi Pengelola O dan P/KPP (termasuk penyusunan Rencana Kerja dan Kesepakatan Bersama); e). Memfasilitasi pembentukan/pengembangan KSM/Panitia pelaksana pembangunan infrastruktur; f). Membantu UPL memfasilitasi penyusunan proposal dan pengorganisasian pelaksanaannya bagi KSM/Panitia dan g). Membantu UPL dalam pengawasan/pengendalian kualitas, waktu, biaya, kemajuan dan tertib administrasi pelaksanaan kegiatan KSM/Panitia.
G. TAHAP PERENCANAAN TEKNIS Kegiatan perencanaan teknis secara substansi bermakna sebagai media pembelajaran untuk menumbuh kembangkan kemampuan serta proses bekerja dan belajar masyarakat dalam merencanakan pembangunan lingkungan permukiman diwilayahnya, khususnya dalam pengelolaan kegiatan perencanaan kawasan permukiman. Sehingga hasil dari pembangunan ini akan mewujudkan lingkungan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan yang menjunjung nilai-nilai budaya lokal.
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan
11
Pelaksanaan perencanaan teknis dalam mekanisme kegiatan skala lingkungan KOTAKU merupakan kegiatan lanjutan dari tahapan perecanaan penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP). Perencanaan Teknis adalah penyusunan DED dari prioritas rencana tahunan RPLP itu sendiri. Secara umum mekanisme perencanaan teknis mencakup dua tahapan yaitu Persiapan Perencanaan Teknis dan Pelaksanaan Perencanaan Tahapan pelaksanaan kegiatan-kegiatan perencanaan teknis tersebut dijelaskan seperti pada gambar gambar 1. Diagram alir Perencanaan Teknis kegiatan Infrastruktur. Secara rinci pelaksanaan setiap kegiatan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan Perencanaan Teknis Sebagai dasar pelaksanaan DED adalah adanya Surat Perjanjian Kerjasama (SPK) antara BKM dengaan PPK, dan tersusunnya dokumen RPLP, khususnya Program Prioritas Tahunan. Dari Program Prioritas Tahunan tersebut diperoleh data/informasi kegiatan infrastruktur yang akan disusun DEDnya.
a) Seleksi Tenaga Ahli Perencana (Penyusun DED) BKM dengan difasilitasi oleh konsultan pendamping melakukan seleksi penyediaan tenaga ahli untuk membantu pelaksanaan kegiatan perencanaan teknis. Jumlah personil dan kualifikasi serta-tugas-tugasnya sebagaimana ditetapkan dalam dokumen seleksi. Hasil seleksi ini kemuadian BKM membuat perjanjian kerjasama dengan tenaga ahli terpilih.
b) Coaching/Penguatan TIPP UPL bersama Tenaga ahli perencanaan teknis dan fasilitator memfasilitasi dan menyelenggarakan coaching/penguatan bagi anggota TIPP, terutama terkait pengorganisasian dan peningkatan pemahaman/keterampilan dalam melaksanakan tugas-tugas perencanaan teknis yang menjadi tanggungjawabnya.
12
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan
13
2. Tahap Pelaksanaan Perencanaan Teknis a) Penyediaan Lahan Untuk mewujudkan bangunan infrastruktur, tentunya diperlukan ketersediaan lahan/tanah (termasuk bangunan/tanaman produktif/aset berharga lainnya yang terkena) sebagai lokasi pembangunannya. Sementara disisi lain, tanah memiliki sifat yang terbatas dan keberadaannya dilindungi oleh hukum. Tidak ada pihak manapun yang diperkenankan membangun tanpa seijin pemilik tanah karena bukti kepemilikan diakui secara sah dalam hukum. Dan jika terjadi pelanggaran (membangun diatas tanah tanpa seijin pemiliknya) maka pihak yang melakukan pelanggaran akan dikenai sanksi sesuai ketentuan hukum yang berlaku. Oleh karena itu, program KOTAKU menempatkan kegiatan penyediaan lahan untuk lokasi pembangunan infrastruktur sebagai bagian penting yang tak terpisahkan dari proses pembangunan infrastruktur tersebut. Kegiatan ini dilakukan oleh masyarakat sejak awal penyiapan kegiatan pembangunan infrastruktur. Keluaran Kegiatan yang diharapkan, antara lain adalah : (1) Tersedia lahan yang sesuai kebutuhan bangunan yang diinginkan (dan mendukung tercapainya mutu/manfaat bangunan); (2) Pemilik/warga yang terkena dampak pembangunan termasuk penduduk asli disekitarnya, terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan memahami sepenuhnya konsekuensi/akibat-akibat penyediaan lahan tersebut bagi dirinya; (3) Kepuasan pemilik/warga yang terkena dampak atas terselesaikannya persyaratanpersyaratan atau tuntutan yang diinginkan, seperti kompensasi/ganti rugilainnya (bila ada); (4) Adanya bukti-bukti administratif yang benar dan lengkap, mencakup 1). proses musyawarah (Daftar Hadir, Notulen, BA) dan 2). Hasil Kesepakatan persetujuan lahan dari pemilik. sesuai cara penyediaan lahannya, seperti Surat Pernyataan Kontribusi lahan (Hibah/Ijin Pakai/Dilalui/Gantirugi), Surat Permohonan Pelepasan Hak Milik, Bukti/Kuitansi Ganti rugi (bila ada), Beberapa prinsip dalam proses penyediaan lahan adalah : (1) Menghindarkan atau meminimalkan adanya dampak sosial bagi masyarakat, termasuk bagi penduduk asli setempat; (2) Transparan, semua pihak (termasuk yang terkena dampak/pemiliknya) dapat mengetahui dan memahami semua informasi yang ada termasuk konsekuensi atau akibat-akibatnya, (3) Partisipatif, melibatkan semua pihak (termasuk yang terkena dampak/pemiliknya) dalam proses/forum pengambilan keputusannya;
14
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
(4) Akuntabel/dapat dipertanggungjawabkan, bahwa semua proses dilakukan secara benar sesuai ketentuan yang berlaku, proses didokumentasikan dan hasil-hasil kesepakatan/keputusan dibuat secara tertulis dan dihadapan saksi-saksi. Cara kontribusi Lahan, dapat dilakukan melalui : (1) Hibah, kontribusi secara sukarela yang disertai dengan pelepasan hak milik dari pemiliknya kepada pihak lain tanpa ada batas waktu tertentu (selamanya); (2) Ijin pakai, kontribusi secara sukarela tanpa disertai pelepasan hak milik dari pemiliknya kepada pihak lain dan hanya dalam kurun waktu tertentu; (3) Ijin dilalui, pada prinsipnya sama dengan ijin pakai, hanya disini bahwa pemilik masih tetap diperbolehkan memanfaatkan tanah tersebut sepanjang tidak merusak kepentingan pihak yang diberi ijin. Contoh sederhana adalah ijin pemasangan pipa air bawah tanah yang melewati pekarangan rumah warga, dimana pemilik masih diperbolehkan memanfaatkan tanah tersebut (bagian atas/permukaannya) sebagai tempat lalulintas orang atau ternaknya, dll. Dalam penyediaan lahan ini, bentuk kontribusi warga dapat berupa tanah, tanaman produktif atau aset lain didalamnya dan tidak harus melalui satu cara yang digunakan, tetapi dapat merupakan kombinasi dari kesemua cara dan pola tersebut diatas. Khusus untuk proyek yang bersifat rehabilitasi/peningkatan bangunan lama dimana tidak memerlukan lahan baru atau diatas tanah desa/kelurahan maka Surat Kontribusi Tanah cukup dibuat Surat Pernyataan Penggunaan Lahan dari Pemerintah Kelurahan/Desa setempat; Proses pelaksanaan kegiatan ini dilakukan secara partisipatif. Khusus untuk penyediaan lahan yang melibatkan proses pengurusan Surat Pemisahan Hak dari Pejabat Pembuat Akta Tanah/Instansi lain yang berwenang setempat yang memerlukan waktu yang cukup panjang maka administrasi ini boleh tidak tidak menjadi persyaratan memulai pelaksanaan pembangunan fisik tetapi tetap harus disediakan dan diharapkan dapat rampung sebelum pemanfaatan prasarana. Contoh bentuk Pernyataan penyediaan Lahan mengacu pada Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan dampak Sosial KOTAKU (lampiran 6,7 dan 8).
b) Survey dan Investigasi (1) Survey Teknis Sebelum dilakukan penyusunan desain bangunan maka terlebih dahulu harus dilakukan Survey teknis. Sasaran survey teknis ini adalah untuk mendapatkan data-data/informasi kondisi/situasi awal lokasi pembangunan infrastruktur yang sebenarnya. Jenis data/informasi yang diperlukan tergantung pada jenis infrastruktur yang akan dibangun, seperti : kondisi fisik lokasi (luasan, batas-batas, topografi), kondisi tanah (keras/lunak), keadaan air tanah, peruntukan lahan, rincian penggunaan lahan, perkerasan, penghijauan, dll.
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan
15
Data-data/informasi tersebut selanjutnya akan dipergunakan dalam menentukan desain/rancangan dan gambar rencana bangunan yang akan dibangun. Pelaksanaan Survey ini dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan warga. Oleh karena itu, sebelum melakukan survey, relawan/masyarakat yang akan terlibat perlu dibekali dengan pemahaman teknik dan diorganisasi, terutama mencakup :
(a). Jadwal, Urutan kegiatan, cara pelaksanaan dan hasil Survey yang akan diperoleh; (b). Cara penggunaan formulir survey dan cara penggunaan alat survey yang akan digunakan; (c). Kebutuhan dan penyediaan peralatan dan instrument yang dibutuhkan, seperti : patok-patok, meteran, formulir suirvey, peta desa, dll; Apabila jenis kegiatan yang akan disurvey cukup banyak maka sebaiknya TIPP/relawan dibagi atas beberapa tim kerja sehingga proses survey dapat berlangsung lebih efektif. Perlu menjadi perhatian juga sebelum melakukan survai untuk perencanaan, harus dilakukan konsultasi awal dengan pemerintah setempat (Lurah/Kepala Desa). Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan suatu koordinasi yang sebaik-baiknya dengan pihak Institusi, sehingga pekerjaan perencanaan ini tidak akan mendapatkan rintangan. Selain itu beberapa hal yang harus disurvey adalah: (2) Lokasi Titik Awal dan Akhir Pada kegiatan survey teknis ini, selain memastikan lokasi kegiatan juga menentukan titik awal kegiatan dan titik akhir kegiatan, sekaligus membuat dokumentasi/photo awal (0%) pada lokasi yang akan dibangun Infrastruktur. Jumlah titik lokasi yang didokumentasikan/dipotret disesuaikan dengan kondisi lapangan dan jenis infrastruktur yang akan dibangun, misalnya untuk jalan/drainase/saluran irigasi/air bersih perpipaan dapat diambil pada beberapa titik lokasi (awal, tengah dan ujung akhir atau tempat lain yang dianggap penting), sedangkan untuk bangunan seperti MCK, jembatan, air bersih non perpipaan, rehab perumahan/pendidikan/kesehatan, dll, cukup diambil dari sisi yang berbeda yaitu sisi depan, samping atau belakang. Penting untuk diperhatikan bahwa titik lokasi dan arah pengambilan gambar kondisi 0% ini, nantinya akan menjadi dasar pengambilan gambar pada saat pelaksanaan konstruksi kondisi 50% dan 100%. Perlu menjadi perhatian agar pemilihan lokasi kegiatan harus memberikan kemudahan akses dalam pemanfaatan infrastruktur bagi semua pengguna (Difabel, Lansia, Anak-anak, ibu-ibu hamil, dll). (3) Kondisi Lahan (Struktur Tanah) Struktur tanah adalah susunan atau agregasi partikel-parikel primer tanah (pasir, debu, liat) secara alami menjadi berbagai kelompok partikel yang satu sama lain berbeda dalam ukuran dan bentuknya, Jenis tanah dan kondisi tanah yang terdapat pada suatu wilayah memengaruhi perencanaan infrastruktur. Setiap wilayah memiliki jenis dan kondisi tanah yang berbeda. Perbedaan ini turut memengaruhi pergerakan serta
16
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
stabilitas tanah. Sebab, semakin padat tanah, maka semakin tahan pula bangunan diatasnya. Sebaliknya bila jenis tanahnya memiliki sifat rapuh, maka tanah akan mudah bergerak. Dengan mengetahui kondisi struktur lahan yang ada, maka perencanaan infrastruktur akan menyesuaikan kondisi struktur lahan yang ada. (4) Kondisi eksisting Infrastruktur yang ada Dalam melaksanakan survey teknis ini, juga dilakukan survey kondisi infrastruktur yang ada, apakah kondisi rusak ringan, rusak sedang atau rusak berat, bisa juga dari fungsinya, apakah masih berfungsi dengan baik, kurang berfungsi atau bahkan sudah tidak berfungsi, atau bahkan kondisi yang ada masih alami, seperti jalan tanah, sehingga akan mempengaruhi perencanaan yang dibuat. Selain survey teknis prasarana juga perlu dilakukan survey ketersediaan tenaga kerja/bahan/alat. Hal ini untuk membantu dalam pemilihan teknologi konstruksi yang akan dipergunakan dimana sedapat mungkin menggunakan konstruksi/bahan lokal yang berkualitas dan konstruksi yang mudah dilaksanakan oleh masyarakat/tenaga kerja setempat. (5) Harga Satuan Upah/Bahan/Alat Untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pemanfaatan dana kegiatan maka harga-harga satuan upah/bahan/alat yang akan dipergunakan harus merupakan hasil survey sekurang-kurangnya dari 3 toko/pemasok setempat/terdekat. Hasil survey tersebut selanjutnya dipilih harga terendah dan disepakati bersama melalui rembug warga. Beberapa hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan penggunaan dari hasil survey Harga satuan Bahan/Alat, antara lain :
(a). Ukuran satuan, Harga Bahan dari pemasok harus dinyatakan sesuai dengan satuan pengukuran bahan/alat untuk RAB. Apabila dijumpai bahan yang harganya belum sesuai maka perlu dilakukan penyesuaian. Misalnya pasir, yang dijual oleh pemasok per mobil angkutannya maka diperhitungkan dengan cara : Harga 1 m3 pasir sama dengan harga 1 mobil tersebut dibagi dengan volume/isi bak mobil (panjang (m) x lebar (m) x tinggi (m)). Ukuran bak mobil penuh (sesuai harga pemasok) harus ditanyakan/dicek langsung pada toko pemasok tersebut. Perlu diperhatikan bahwa setiap toko/pemasok menggunakan mobil yang ukuran baknya berbeda-beda dan harganya juga mungkin berbeda.
(b). Harga satuan bahan/alat harus merupakan harga sampai dilokasi proyek, apabila dijumpai harga yang dinyatakan oleh toko tidak termasuk transport sampai dilokasi proyek maka harga satuan tersebut harus disesuaikan. Hal ini dapat dihitung dengan menjumlahkan harga satuan (yang dinyatakan oleh toko tanpa diantar)
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan
17
ditambah biaya/ongkos tarnsportasi material tersebut sampai dilokasi pekerjaan. Secara sederhana perhitungannya dapat menggunakan rumus berikut: HARGA SATUAN BAHAN/ALAT (Rp)
=
Harga Satuan Bahan/Alat yang dinyatakan oleh Toko/pemasok tanpa diantar (Harga Satuan Dasar)
+
Biaya Satuan Transportasi Bahan/Alat sampai dilokasi
Adapun data/informasi yang perlu ditanyakan pada saat survey harga adalah harga satuan dasar, biaya transportasi sampai dilokasi proyek. Selain itu perlu juga diketahui jumlah stok material yang ada, tatacara pembayaran, termasuk nama yang ditemui. Seluruh informasi tersebut dicatat pada formulir survey harga. Khusus upah, selain informasi dari calon tenaga kerja setempat juga dapat menggunakan sumber informasi yang ditetapkan oleh instansi pemerintah terkait atau Upah Minimum Regional (UMR)/setempat. Seluruh informasi hasil kegiatan tersebut dicatat sekaligus untuk dilaporkan/disampaikan pada rembug kesepakatan harga nantinya. (6) Rembug ”Kesepakatan Harga” Hasil Survey Hasil Survey Harga Satuan Upah/Bahan/Alat yang telah dilaksanakan sebelumnya, harus disepakati bersama oleh warga melalui Rembug atau Musyawarah warga. Sasaran kegiatan adalah untuk menyepakati besarnya nilai harga satuan tiap jenis tenaga kerja, bahan/alat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan. Adapun Indikator keluarannya adalah Kesepakatan harga upah/bahan/alat dibuat dalam Berita Acara Kesepakatan dan ada Daftar Hadir Peserta Rembug; Beberapa Ketentuan Penetapan Harga Satuan yang harus diperhatikan :
(a). Harga Upah Tenaga Kerja, paling tinggi sama dengan upah standar yang ditetapkan oleh Instansi Pemerintah Setempat atau UMR yang berlaku untuk wilayah bersangkutan.
(b). Bahan/Alat, pada prinsipnya dipilih bahan yang berkualitas baik sesuai spesifikasi teknis, dengan harga yang termurah/terendah diantara minimal 3 Toko/Pemasok setempat yang di Survey;
(c). Harga Satuan Dasar Bahan/Alat yang dipilih harus sudah merupakan harga sampai dilokasi proyek (termasuk ongkos angkut bila ada);
(d). Sebagai pembanding Harga Satuan hasil survey, maka digunakan Harga satuan Kabupaten/Kota yang dikeluarkan oleh Instansi pemerintah setempat. Apabila terdapat Harga Satuan Bahan/Alat Terpilih lebih besar dari Harga Satuan Kabupaten/Kota maka Harga Satuan Terpilih tersebut harus di Justifikasi/ada perincian alasannya yang realistis.
(e). Apabila dalam 1 (satu) kelurahan/desa terdapat lebih dari 1 (satu) kegiatan/prasarana maka harga satuan dasar (bahan/upah/alat) yang digunakan
18
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
haruslah satu/tidak berbeda-beda. Dalam hal berbeda karena tingkat kesulitan akses kelokasi kegiatan maka harus dibuat justifikasi yang disepakati bersama.
c) Pembuatan Desain, Gambar-Gambar Dan Spesifikasi Teknis Persyaratan utama suatu infrastruktur yang dibangun adalah terpenuhinya mutu/manfaat bangunan tersebut sebagaimana yang dikehendaki. Oleh karena itu siapapun yang menginginkan suatu bangunan, perlu menentukan syarat penggunaan seperti apa yang diinginkannya dari bangunan tersebut. Membuat Desain, Spesifikasi dan Gambar-gambar perencanaan teknik, secara sederhana dapat dikatakan sebagai upaya untuk menentukan persyaratan bangunan yang diinginkan agar bangunan dapat berfungsi baik, menjamin keselamatan (keamanan/kekuatan termasuk kenyamanan) dan kesehatan masyarakat penggunanya. Dalam praktek pengelolaan proyek infrastruktur, lazimnya pernyataan-pernyataan tentang mutu bangunan dituangkan secara tertulis dan dalam proses penyusunannya diawali dari proses Desain/perancangan, Gambar-gambar dan Spesifikasi Teknis, kemudian diuraikan juga secara terbatas dalam Daftar Kuantitas (jenis pekerjaan dan volumenya), RAB (jenis pekerjaan dan volume yang diperhitungkan/dibiayai) dan Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan seperti SPPD-L. Kemudian pada tahap pelaksanaan pembangunannya, semua dokumen tersebut menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan sebagai pedoman mewujudkan mutu bangunan. Selain itu, mengingat bahwa wujud bangunan sebagai tujuan bersama masih merupakan sesuatu yang akan datang atau masih bersifat belum nyata maka dokumen-dokumen tersebut sangatlah penting keberadaanya sejak awal hingga akhir proyek, sebagai media komunikasi yang sangat penting bagi semua orang yang berkepentingan, khususnya bagi semua orang yang membutuhkan bangunan tersebut dan yang akan melaksanakan pembangunanannya sehingga memperoleh pemahaman yang sama tentang wujud tujuan itu (tidak hanya ada dalam bayangan sang perencana/orang-perorangan yang mengusulkan saja). Sasaran kegiatan ini adalah untuk menentukan persyaratan mutu sesuai kriteria dan persyaratan teknis bangunan. Adapun indikator keluarannya, adalah : (1). Diketahuinya tingkat pelayanan prasarana (siapa/apa dan berapa banyak yang menggunakan) sesuai kebutuhan, termasuk mengetahui apakah ada keterkaitan kesatuan fungsi pelayanan dengan infrastruktur lainnya); (2). Diketahuinya kelengkapan system/komponen bangunan sesuai standar teknis bangunan tersebut; (3). Adanya perhitungan dimensi konstruksi sesuai tingkat pelayanan (bila perlu), termasuk bila kondisi tanah dasar jelek; (4). Diketahuinya tataletak (termasuk keadaan sekitar) dimana bangunan akan dibuat sesuai kebutuhan;
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan
19
(5). Diketahuinya ukuran-ukuran bagian bangunan/konstruksi secara detail, seperti tebal plesteran; ukuran daun pintu, ukuran balok/kolom, ukuran papan lantai jembatan, tebal plat beton jembatan/gorong-gorong, Dinding pasangan ½ bata/Batako, dll, sesuai persyaratan teknis bangunan; (6). Diketahuinya ukuran-ukuran pokok bangunan (panjang, tinggi/kedalaman, lebar/diameter), termasuk bangunan pelengkap sesuai persyaratan teknis bangunan (bila ada); (7). Diketahuinya bidang-bidang mana yang terletak dimuka, sampaing kiri/kanan dan belakang bangunan sesuai persyaratan teknis bangunan; (8). Diketahuinya perbandingan campuran yang digunakan, misalnya plesteran campuran 1 semen : 4 pasir; pondasi pasangan batu kali camp. 1: 4, beton campuran 1 semen : 2 pasir : 3 kerili, pasangan bata/Batako camp 1sm : 5psr dll, sesuai persyaratan teknis bangunan; (9). Diketahuinya jenis bahan yang digunakan, misalnya Kuda-kuda/gelagar/lantai kayu kelas II, atap seng/genteng beton, dll.
(a). Desain, berdasarkan hasil Survey kondisi lapangan dimana bangunan akan dibuat dan persyaratan/kriteria desain bangunan yang telah ditetapkan maka dipilih alternatif-alternatif desain/rancangan bangunan yang sesuai. Dalam pemilihan desain ini juga harus telah mempertimbangkan kemungkinan dampak lingkungan yang muncul akibat dari pelaksanaan pekerjaan nanti. Bila bangunan yang dikehendaki cukup kompleks atau kondisi tanah jelek maka seringkali dibuat perhitungan konstruksi untuk memperoleh ukuran/komposisi suatu konstruksi guna menjamin keamanan bangunan. Hasil Desain ini kemudian dituangkan dalam Gambar-Gambar teknik/gambar perencanaan. Kriteria desain untuk setiap jenis infrastruktur yang direncanakan harus mengacu pada kriteria desain standar yang dikeluarkan oleh Departemnen Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat atau instansi teknis terkait lainnya. Perlu menjadi perhatian agar pemilihan rancangan konstruksi: Harus memastikan terpenuhinya seluruh persyaratan kelengkapan komponen bangunan untuk menjamin keselamatan (keamanan/kekuatan termasuk kenyamanan) dan kesehatan masyarakat penggunanya, termasuk akses jalan keluar/masuk bangunan. Khusus konstruksi Jalan Beton minimal menggunakan campuran 1sm :2ps :3kr atau diupayakan menggunakan paving blok/sejenisnya dengan kualitas memenuhi persyaratan teknis. Harus memberikan kemudahan akses dalam pemanfaatannya bagi semua pengguna (Difabel, Lansia, Anak-anak, ibu-ibu hamil, dll).
20
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
(b). Spesifikasi Teknis, dibuat untuk memberikan informasi lebih lengkap mengenai persyaratan-persyaratan teknis dan ketentuan-ketentuan pelaksanaan pekerjaan/bangunan yang ingin diwujudkan tersebut. Spesifikasi Teknis merupakan dokumen persyaratan teknis/standar bangunan yang secara garis besarnya berisi : uraian penjelasan dari tiap jenis pekerjaan (lingkup kegiatan), komposisi campuran, persyaratan material/peralatan, ketentuan/peraturan terkait yang harus diikuti, Metode Pelaksanaan, Cara pengukuran pekerjaan, dll).
(c). Gambar-gambar, berdasarkan desain/sketsa hasil perhitungan dan spesifikasi teknis ini, lalu dibuat gambar-gambar teknis bangunan dimana sering gambar-gambar tersebut dicantumkan juga hal-hal penting yang berkenaan dengan mutu prasarana tersebut. Terdapat beberapa macam gambar rencana yang dibuat pada tahap ini, yaitu: Gambar Peta Lokasi, kita dapat mengetahui lokasi dimana bangunan akan dibangun; Gambar Site Plan, kita dapat mengetahui tataletak termasuk mana awal dan akhir pekerjaan dan menjelaskan keadaan sekitar dimana bangunan akan dibuat. Gambar Denah, kita dapat mengetahui (membaca) ukuran-ukuran pokok (panjang dan lebar) bangunan termasuk bangunan pelengkap (bila ada). Gambar Pandangan/Tampak, kita dapat mengetahui bidang-bidang mana yang terletak dimuka, sampaing kiri/kanan dan belakang bangunan. Gambar Penampang/Potongan, biasanya gambar ini dibuat dalam 2 arah (memanjang dan melintang). Dari gambar ini kita dapat mengetahui ukuran tinggi, lebar bangunan/bagian bangunan. Selain itu, pada gambar ini juga dicantumkan spesifikasi teknis tiap konstruksi seperti perbandingan campuran yang digunakan, jenis bahan yang digunakan (misalnya kayu kelas II, atap genteng beton), dll. Untuk lebih memahami hubungan bagian-bagian struktur yang dianggap sangat penting maka perlu dibuat gambar lebih detail dari gambar potongan, seperti Detail Sambungan Kuda-kuda, detail sambungan balok/kolom, detail Pondasi, detail Kusen Pintu/Jendela, dll. Khusus untuk bangunan yang mempunyai bentuk sama seluruhnya atau sebahagian dapat menggunakan gambar typikal/prototype. Semua Desain/Gambar-Gambar Teknik dan spesifikasi teknis yang dibuat harus diverifikasi kelayakannya oleh Konsultan Pendamping (bidang Teknik) dan Disetujui oleh Tim Teknis dari SKPD terkait dan PPK. Hasil Verifikasi ini sekurang-kurangnya harus memberikan jaminan bahwa rencana bangunan dapat bermanfaat bagi warga untuk meningkatkan kualitas kawasan permukiman terkait 7+1 indikator kumuh, rencana teknis bangunan sesuai standar teknis (bangunan dapat berfungsi optimal, menjamin keselamatan (kekuatan dan keamanan) dan kesehatan warga pengguna, tidak menimbulkan dampak negatif atas lingkungan dan sosial-budaya setempat serta mudah dan aman diakses oleh warga pengguna bangunan).
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan
21
Sebagai acuan penyusunan rencana teknis rinci dapat mengacu kepada standar teknis yang digunakan yaitu Standar Nasional Indonesia (SNI) dan pedoman teknis lainnya, yang antara lain meliputi: Rencana Induk Kawasan, standar teknis bidang ini antara lain: SNI 02-2406-1991 dan Pt T-15-2002-C untuk kawasan yang pertumbuhannya normal dan satuan luas daerah tidak terlampau luas (<200 ha). Studi Kelayakan Kawasan, Standar teknis bidang ini antara lain: sesuai ABK/RESK/TC/001/98 Standar teknis penanganan jalan kawasan, SNI 03-2853-1995, SNI 03-24461991, SNI 03.6967-2003, Pedoman Sederhana Pembangunan Prasarana Jalan dan Jembatan, Puslitbang PU Tahun 1996, SK SNI T-04-1990-F; Standar teknis penyediaan prasarana drainase, SNI 06-2409-2002 dan SNI 0324532002. Standar teknis bidang sarana air minum: AB-K/RE-RT/TC/026/98 dan ABK/OP/ST/004/98, SNI.03-3981-1992 Standar teknis bidang pengelolaan Air Limbah, SNI 03-2398-2002, SNI 03-23991991, SNI. 03-3982-1992, PTT-19-2000-C dan PTS -09-2000-C Standar teknis bidang Pengelolaan sampah kawasan, SNI 19-3964-1994 dan SNI 033242-1994 dan SNI 19-3983-1995 sesuai PTS 06-2000-C dan PTS 07-2000-C Standar teknis bidang RTH, 009/T/BT/1995 Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan Puslitbang PU Tahun 1995 Permen PU No.11/MRTP/M/2013 tentang Pedoman Analisa Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) bidang Pekerjaan Umum. Permen PU No.14/PRT/M/2013 tentang perubahan Permen PU No. 7/PRT/M/2011 tentang Standard dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi untuk penyusunan RKS/Spesifikasi Teknis.
(d). Penyusunan Panduan Operasi dan Pemeliharaan (O dan P), Penyusunan panduan teknis Operasi dan Pemeliharaan prasarana dimaksudkan untuk memberikan panduan atau pegangan bagi masyarakat atau Pengelola O dan P/KPP yang dibentuk untuk melaksanakan pemanfaatan dan pemeliharaan prasarana yang dibangun. Panduan ini sekurang-kurangnya berisi tatacara pemanfaatan/penggunaan prasarana secara benar dan tatacara pemeliharaan prasarana. Untuk penyusunan tatacara pemanfaatan/penggunaan dan tatacara pemeliharaan setiap jenis prasarana dapat mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) dan pedoman teknis lainnya sebagaimana diuraikan diatas.
d) Rencana Pengamanan Dampak Lingkungan Dan Sosial (Safeguard) Selain ketentuan terkait dengan penyediaan tanah/lahan, ketentuan/peraturan lain yang menjadi persyaratan pelaksanaan pembangunan infrastruktur adalah adanya perlindungan/pelestarian terhadap lingkungan.
22
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
Prinsip-prinsip dasar dalam penilaian kelayakan lingkungan adalah :
(1) Usulan yang diajukan sedapat mungkin menghindari atau mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Usulan tersebut harus telah mengkaji alternatif desain lainnya yang tepat untuk memperkecil dampak negatifnya;
(2) Usulan tersebut harus mengacu pada Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Detail Tata Ruang (RTDR), serta menghindari kawasan lindung yang telah ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup, kecuali jika usulan kegiatan tersebut untuk mengembangkan kawasan lindung; dan
(3) Usulan yang membawa dampak negatif terhadap lingkungan, harus dilengkapi dengan suatu perencanaan pengelolaan dampak lingkungan untuk mengurangi dampak negatifnya. Setiap proposal kegiatan infrastruktur akan diperiksa dengan prosedur/kriteria pemeriksaan lingkungan Pemerintah untuk memastikan tidak ada kegiatan yang membutuhkan pemeriksaan lingkungan secara penuh. Pada pemeriksaan awal, tipe proyek, skala, lokasi, sensitifitas dan potensi dampak terhadap alam dan lingkungan hidup akan diidentifikasi untuk menentukan kegiatan tersebut layak atau tidak, sesuai kriteria pemeriksaan berikut : (1) Usulan kegiatan yang membutuhkan UKL (Upaya Pengelolaan Lingkungan) dan UPL (Upaya Pemantauan Lingkungan) berdasarkan kajian yang terbatas dan spesifik lokasi kegiatan hanya akan didanai bilamana telah disetujui hasil study UKL/UPLnya sesuai kriteria yang ditetapkan Menteri PU dan Menneg LH. Diharapkan tidak ada proposal yang masuk kategori ini. (2) Usulan-usulan yang cukup ditangani dengan prosedur operasi standar (standard operation procedure), dimana praktek yg baik (good practice) cukup menyelamatkan lingkungan. Diharapkan sebagian proposal akan masuk kategori ini. Pendekatan penanganan pengamaman dampak (safeguards) kegiatan yang tidak memerlukan study UKL/UPL, akan dilakukan melalui : (1) Desain perencanaan teknis bangunan yang mengacu pada kriteria desain/standar teknis pembangunan infrastruktur yang telah ditetapkan instansi teknis seperti Departemen Pekerjaan Umum; dan (2) Pemeriksaan terhadap dampak lingkungan kegiatan skala kecil/sederhana melalui prosedur khusus atau prosedur operasi standar/POS untuk setiap kegiatan infrastruktur yang diusulkan, yaitu Daftar Periksa/Uji Identifikasi Dampak Lingkungan dan Daftar Periksa Kegiatan Terlarang. (a). Daftar Periksa Kegiatan Terlarang (Negatif List) : Formulir ini telah menyediakan identifikasi semua masalah/kegiatan yang dilarang untuk dibiayai melalui dana bantuan (APBN) Program. Pengerjaannya dengan melakukan pemeriksaan kegiatannya terhadap butir-butir kegiatan yang dilarang, apakah ada yang sama atau termasuk dalam salah satu kegiatan yang dilarang sebagaimana telah tercantum
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan
23
dalam formulir tersebut. Caranya dengan mengisi ceklist disediakan.
pada kolom yang
Apabila terdapat kegiatan yang dilarang maka usulan kegiatan ditolak atau tidak dapat didanai. (b). Daftar Periksa/Uji Identifikasi Dampak Lingkungan : Formulir ini merupakan daftar identifikasi awal berupa, Potensi sumber dampak, usulan alternatif tindakan penanganannya dan rencana pemantauannya. Pengerjaannya dengan melakukan pemeriksaan desain/usulan kegiatan dengan mengidentifikasi potensi sumber dampak lalu membuat jenis tindakan pengamanan/mitigasinya yang sesuai. Hasil identifikasi potensi dan tindakan pengamanan selanjutnya dituangkan dalam formulir tersebut. Untuk memudahkan kegiatan ini maka telah disedikan referensi Daftar Periksa Dampak Lingkungan sebagai panduan. Sesuai dengan jenis infrastruktur yang akan dibangun, pemeriksaan potensi sumber dampak lingkungan mengacu pada potensi sumber dampak lingkungan seperti butir-butir potensi yang telah dicantumkan dalam Daftar (tersedia pada kolom potensi sumber dampak). Apabila Ada, maka pilih tindakan penanganannya/mitigasi yang sesuai (tersedia pada kolom alternatif penanganan dampak). Bersama dengan Desain/Gambar-Gambar Teknik dan spesifikasi teknis yang telah dibuat, Rencana Pengamanan Dampak Lingkungan dan Sosial ini juga harus diverifikasi kelayakannya oleh Konsultan Pendamping (bidang Teknik) dan Disetujui oleh Tim Teknis dari SKPD/Dinas PU setempat. Secara lebih detail penjelasan terkait hal ini dapat dilihat pada penjelasan Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Dampak Lingkungan dan Sosial program KOTAKU dalam bentuk SPPL/SOP.
e) Menentukan Lingkup Pekerjaan Konstruksi Lingkup pekerjaan konstruksi/proyek adalah keseluruhan pekerjaan/kegiatan konstruksi yang harus dilakukan untuk menghasilkan bangunan yang memenuhi persyaratan mutu sesuai standar teknis bangunan yang telah ditetapkan. Kemudian dari setiap pekerjaan tersebut perlu diketahui Kuantitas/Volumenya, Metode Pelaksanaan dan Urutan pelaksanaannya.
(1) Menentukan/Mengidentifikasi jenis-jenis pekerjaan konstruksi Untuk menentukan jenis-jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam pembangunan infrastruktur maka secara teknis harus ada gambar perencanaan infrastruktur, minimal gambar denah dan potongan dari infrastruktur yang akan dibangun tersebut, termasuk spesifikasi teknisnya. Sebab dari gambar-gambar tersebut dapat diketahui kegiatan-kegiatan apa saja yang harus dilakukan untuk membangun infrastruktur tersebut sampai selesai.
24
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
Pada tahap ini juga termasuk mengetahui lingkup aktivitas dari setiap jenis-jenis pekerjaan, satuan pengukurannya, batasan/syarat teknis kekuatannya seperti komposisi campurannya, dimensi, persyaratan material/peralatan, ketentuan/peraturan terkait yang harus diikuti dalam pelaksanaannya. Hasil identifikasi ini selanjutnya dapat dibuat dalam bentuk Tabel seperti contoh untuk Pekerjaan Pembangunan Jalan Sirtu, berikut : No
Item Pekerjaan
Satuan
1.
Pekerjaan Penyiapan Tanah Dasar/Badan Jalan
M2
2.
Penimbunan Badan Jalan
M3
3.
Lapis Pondasi Bawah Kelas C (Sirtu)
M3
4.
Galian Tanah Parit
M3
5.
Pekerjaan Beton
M2
6.
Pekerjaan Ps. Batu Kali
M3
Catatan : (a). Oleh karena hasil identifikasi jenis-jenis pekerjaan tersebut akan menjadi dasar dalam penyusunan biaya kegiatan maka perlu dipahami/diketahui cakupan lingkup aktivitas didalam setiap jenis pekerjaan tersebut, sehingga tidak terjadi pengulangan kegiatan/tumpang tindih pembiayaan. Misalnya Pekerjaan Galian Tanah, Pekerjaan Galian tanah ini mencakup aktivitas/biaya : membersihkan lokasi pekerjaan, memasang patok/bouwplank, mendatangkan tenaga kerja/peralatan kerja, melaksanakan penggalian tanah sesuai ukuran yang ditetapkan pada gambar, membuang tanah bekas galian dan pengamanan pekerjaan. Dari contoh tersebut maka dalam daftar Hasil Identifikasi Pekerjaan seharusnya tidak ada item pekerjaan tersendiri untuk pembuangan tanah bekas galian tetapi kegiatan tersebut telah diperhitungkan pada pembiayaan pekerjaan Galian Tanah (tidak akan terjadi tumpang tindih pembiayaan). (b). Dari pengalaman pekerjaan yang dilaksanakan masyarakat dalam KOTAKU, banyak dijumpai tidak dilakukan dan tidak ada pekerjaan pembersihan lapangan dalam daftar kuantitas pekerjaan pada hal kondisi lapangan diperlukan, oleh karena itu pada tahap identifikasi ini perlu menjadi perhatian agar identifikasi pekerjaan dilakukan secara lengkap agar dapat diketahui dan dilaksanakan oleh masyarakat. Terkait dengan pembiayaannya nanti, masyarakat diharapkan dapat berkontribusi melalui gotongroyong. (c). Untuk beberapa pekerjaan persiapan yang lazim ada dalam pekerjaan kontraktor proyek, disini perlu dipertimbangkan secara matang karena pendekatan pelaksanaan pekerjaan akan dilakukan oleh warga setempat. Misalnya pengadaan kantor/direksi keet, gudang, barak tenaga kerja, dll. Hal seperti ini mungkin tidak diperlukan secara khusus atau dapat disediakan melalui swadaya masyarakat (mengoptimalkan sumberdaya dimasyarakat setempat).
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan
25
(2) Menentukan Kuantitas/Volume Jenis-jenis pekerjaan Kuantitas/Volume pekerjaan yang dimaksudkan disini adalah banyaknya pekerjaan yang harus dibuat (rencana) menurut satuan pengukuran pekerjaannya. Data yang diperlukan adalah Daftar Pekerjaan yang telah diidentifikasi dan Gambar rencana (untuk mengetahui dimensi/ukuran pekerjaan). Ketentuan perhitungan volume tiap item pekerjaan adalah :
(a). Volume harus sesuai dengan satuan pengukuran pekerjaannya atau dengan kata lain bahwa setiap item pekerjaan yang satuan pengukurannya berbeda mempunyai cara perhitungan volume pekerjaan yang berbeda pula. Misalnya: Volume pekerjaan penyiapan badan jalan yang diukur dalam satuan meterpersegi (m2) = panjang tanah dasar yang akan disiapkan x lebar yang harus disiapkan; Berbeda dengan Volume Penimbunan Badan Jalan yang diukur dalam satuan meterkubik (m3) = panjang timbunan x lebar x tinggi (atau tebal) timbunan.
(b). Sedangkan ukuran (panjang, lebar, tinggi/tebal) harus sesuai dengan yang direncanakan (sesuai ukuran pada gambar). Berdasarkan jenis pekerjaan yang telah diidentifikasi sebelumnya maka selanjutnta dapat dilakukan perhitungan volume setiap pekerjaan, sebagai berikut : (a). Siapkan Daftar Pekerjaan dan Gambar-gambar Rencana untuk mengetahui ukuranukuran dari pekerjaan (panjang, lebar, tinggi/tebal); (b). Agar diperoleh ketelitian dan memudahkan perhitungan volume pekerjaan maka sebaiknya perhitungan dilakukan per item pekerjaan sesuai urutan item pekerjaan pada daftar pekerjaan yang telah dibuat sebelumnya. Cara melakukan perhitungan dapat dibuat Tabel seperti Contoh perhitungan berikut: Tabel I.5.b : Contoh Perhitungan Volume Pekerjaan No
Uraian Pekerjaan
Satuan
1.
Lapis Pondasi Bawah Kelas C (Sirtu)
M3
Sketsa dan Perhitungan T= 20cm
Volume
100
L= 2,5m
P (panjang)= 200m
Vol. = P x L x T = 200 x 2,5 x 0,2 = 100 Dst.
Karena Perhitungan Volume Pekerjaan tersebut akan menjadi acuan pada perhitungan biaya dan pelaksanaan pembangunan prasarana maka perhitungan volumenya harus cukup teliti, sederhana dan jelas sehingga mudah dipahami.
26
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
(3) Buat Rekapitulasi Daftar Kuantitas/Volume seluruh pekerjaan. Setelah seluruh jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan selesai dihitung volumenya (langkah 2 diatas), buuatlah Daftar Rekapitulasi Kuantitas berupa tabel yang menggambarkan/memuat volume dan satuan tiap jenis pekerjaan secara keseluruhan kegiatan (proyek). Contoh bentuk Daftar Kuantitas Pekerjaan dapat dibuat seperti tabel / formulir berikut.
Cara Pengerjaan Formulir :
No. Urut : Isi nomor urut jenis pekerjaan; Uraian Pekerjaan : Diisi nama jenis pekerjaan Satuan : Diisi dengan satuan pengukuran pekerjaan Volume/Kuantitas Diisi dengan nilai volume pekerjaan
(4) Menentukan Metode/Cara Pelaksanaan Pekerjaan Secara sederhana yang dimaksudkan dengan metode kerja disini adalah cara bagaimana setiap kegiatan/pekerjaan akan dilaksanakan atau lebih terkait dengan teknologi apa yang akan dipergunakan, Apakah setiap pekerjaan akan dilakukan dengan menggunakan tenaga kerja (manual) atau dengan peralatan (mekanis) atau kombinasi dari keduanya. Hasil kegiatan ini dapat diketahui metode kerja dari setiap jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan. Untuk menentukan metode kerja ini, diperlukan data dari hasil survey tentang ketersediaan tenaga kerja atau peralatan yang ada (dapat disediakan) dan kondisi lokasi pekerjaan, seperti apakah memungkinkan untuk melakukan pekerjaan dengan cara manual atau mekanis, termasuk apakah kondisi jalan kerja dan ketersediaannya dari dan kelokasi pekerjaan memungkinkan bila akan menggunakan peralatan berat/besar. Selain itu juga harus dipertimbangkan seberapa besar rencana volume pekerjaan yang harus dibuat dengan metode yang dipilih, dikaitkan dengan waktu yang tersedia sehingga pemilihan metode kerja ini betul-betul dapat mendorong upaya pencapaian kualitas yang baik dan kegiatan dapat diselesaikan dalam waktu yang tersedia. Penentuan metode kerja dalam uraian ini, lebih difokuskan pada bagaimana masyarakat memperoleh dasar untuk memahami cara menghitung biaya pekerjaan, karena didalam penentuan metode kerja ini akan secara jelas diketahui apa yang dibutuhkan untuk melaksanakan setiap pekerjaan, apakah tenaga kerja atau peralatan. Sehingga hal ini
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan
27
diharapkan akan membantu masyarakat dalam menghitung volume kebutuhan tiap pekerjaan (khususnya tenaga kerja/alat) karena dengan telah dipilihnya metode kerja tiap pekerjaan maka tentunya akan memudahkan dalam menentukan jenis analisa harga satuan setiap pekerjaan (sebagai referensi ”koefisien” perhitungan volume kebutuhan tiap pekerjaan). Misalnya bila harus menggunakan peralatan berat (seperti mesin gilas) maka harus mengacu pada analisa untuk pekerjaan Jalan/Jembatan (analisa K/E) tapi bila menggunakan tenaga kerja maka cukup dengan analisa pekerjaan yang biasa dipergunakan untuk pekerjaan bangunan seperti SNI atau BOW. Sesuai dengan azas pemilihan teknologi dalam pelaksanaan program ini maka diprioritaskan pemilihan metode kerja manual (dengan menggunakan tenaga kerja masyarakat sesuai kualifikasi pekerjaan) dengan tetap memprioritaskan pencapaian kualitas pekerjaan yang baik. Namun demikian, kadang-kadang tidak dapat dihindari untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu yang memerlukan peralatan atau beresiko yang meskipun dapat dilakukan secara manual tetapi hasilnya tidak dapat menjamin kualitas yang baik maka pekerjaan tersebut harus menggunakan peralatan atau tenaga terampil/khusus, misalnya pekerjaan pemadatan perkerasan jalan, pengelasan gelagar besi jembatan, dll.
(5) Menentukan Urutan Pekerjaan Konstruksi Kegiatan pelaksanaan pembangunan infrastruktur adalah kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis (berurut-urutan) untuk menghasikan bangunan/infrastruktur. Urutan atau susunan kegiatan pelaksanaan pembangunan infrastruktur tersebut dibuat berdasarkan urut-urutan (logika) pelaksanaan kegiatan dilapangan. Acuannya adalah selain pada urutan logika konstruksi bangunan juga mempertimbangkan metode kerja yang dipergunakan (khususnya bila ada penggunaan peralatan berat). Sebagai alat bantu sederhana untuk mengecek urut-urutan kegiatan pembangunan infrastruktur, maka terhadap setiap kegiatan dapat dibuat pertanyaan : Apakah Kegiatan ini didahului oleh kegiatan sebelumnya ? Apakah kegiatan ini diikuti oleh kegiatan berikutnya ?
Berikut diberikan contoh lingkup kegiatan yang disusun tidak terurut (salah) dan terurut (benar) pada Pembuatan Saluran Drainase berikut : Kegiatan Tidak Terurut
28
Kegiatan Terurut
1) Pembersihan Lapangan
1) Pembersihan Lapangan
2) Pemasangan Bouwplank
2) Pemasangan Bouwplank
3) Urugan Pasir dasar saluran
3) Galian Tanah
4) Galian Tanah
4) Urugan Pasir dasar saluran
5) Urugan kembali bekas galian
5) Pasangan Batu Kali
6) Pasangan Batu Kali
6) Urugan kembali bekas galian
7) Meratakan dan pemadatan urugan
7) Meratakan dan pemadatan urugan
8) Plesteran dan acian
8) Plesteran dan acian
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
Contoh: Dari Tabel diatas (Kolom Kegiatan Terurut), dapat dilihat bahwa Kegiatan Pasangan Batu Kali dilaksanakan setelah selesai “Kegiatan Memasang Pasir Urug didasar saluran” dan selanjutnya diikuti oleh “Kegiatan Urugan/Timbunan kembali tanah bekas galian”, dst.
f) Pembuatan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Secara sederhana Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan adalah formulir yang menggambarkan rencana waktu pelaksanaan dari semua jenis kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pembangunan suatu prasarana. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan pada dasarnya memberikan gambaran tentang rencana waktu dan urut-urutan pelaksanaan dari semua jenis kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pembangunan infrastruktur. Rencana jadwal pelaksanaan ini perlu dibuat, karena : (1) Waktu pemanfaatan atau pencairan dana telah ditetapkan batas waktunya; (2) Agar dapat diatur penggunaan (waktu dan jumlah) sumberdaya yang akan digunakan dalam pelaksanaan pembangunan prasarana seperti dana, tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan; (3) Agar semua jenis kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pembangunan prasarana dapat berjalan secara teratur dan terarah menuju terwujudnya bangunan/prasarana yang akan dibuat; (4) Untuk memenuhi persyaratan pelaksanaan pembangunan prasarana yang diajukan dalam proposal pelaksanaan kegiatan; Adapun Rencana Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ini berisi :
(1) (2) (3) (4)
Jenis-jenis kegiatan yang akan dilaksanakan; Volume dari setiap jenis kegiatan yang harus dibuat; Waktu pelaksanaan dari setiap jenis kegiatan (Durasi); Bobot Kegiatan, yaitu suatu ukuran untuk mengetahui besarnya nilai suatu jenis kegiatan terhadap keseluruhan kegiatan (proyek), yang dinyatakan dalam satuan prosen (%). Secara sederhana bobot ini bisa diartikan, makin besar bobot suatu kegiatan maka makin besar pula nilai pekerjaan tersebut. Nilai pekerjaan ini bisa berupa nilai biaya atau waktunya;
Bentuk Jadwal pelaksanaan kegiatan dapat digunakan bentuk jadwal yang sangat sederhana dan paling umum dipakai, yaitu berbentuk bagan balok (barchart). Prinsipnya kegiatan yang akan dilakukan digambarkan dalam bentuk balok pada skala waktu. Adapun langkah-langkah pembuatannya adalah sebagai berikut :
(1) (2) (3) (4)
Tentukan/Identifikasi semua jenis-jenis kegiatan yang akan dilaksanakan; Buat urut-urutan pelaksanaan semua jenis kegiatan tersebut. Tentukan Volume tiap jenis kegiatan (termasuk satuannya); Tentukan/perkirakan ”lamanya waktu setiap jenis kegiatan (biasa disebut juga durasi)”. Satuan durasi ini dapat dinyatakan dalam hari, minggu, dst; (5) Tentukan Bobot masing-masing jenis kegiatan
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan
29
(6) Gambarkan ”waktu pelaksanaan” dari tiap jenis kegiatan dalam bentuk bagan balok pada skala waktu. Tabel I.6.f : Contoh Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
g) Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (Rab) (1) Perhitungan Reancana Anggaran Biaya RAB yang disusun pada saat perencanaan teknis ini pada dasarnya merupakan perkiraan berdasarkan perhitungan teknik (Engineering Estimate/EE) yang akan menjadi acuan bagi BKM untuk mengalokasikan sumber dana yang diperoleh dan sebagai pedoman pada saat pelaksanaan verifikasi usulan biaya pelaksanaan pekerjaan yang diajukan oleh KSM/Panitia pelaksana pembangunan infrastruktur. Hasil penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) pada tahap ini adalah:
(a). Untuk mengetahui berapa besar rencana biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek/sub-proyek;
(b). Untuk mengetahui jumlah kuantitas/volume kebutuhan tenaga kerja, bahan dan alat yang diperlukan; Secara umum komponen biaya yang diperhitungkan dalam RAB disini adalah kompenen Tenaga Kerja, Bahan, Alat dan Administrasi yang diperlukan termasuk komponen pajak (PPN) dan tidak boleh ada biaya overhead/Keuntungan. Komponen PPN ditanggung pemerintah atau tidak dipungut. Untuk menyusun RAB maka harus diketahui data/informasi hasil identifikasi keseluruhan jenis-jenis pekerjaan yang akan dilakukan dan Volume/Kuantitasnya, Metode/Cara Pelaksanaan pekerjaaan, besarnya harga-harga satuan upah/bahan/alat yang akan dipergunakan. Metode kerja disini lebih kepada apakah pekerjaan dilakukan secara padat karya (menggunakan tenaga manusia) atau dengan menggunakan peralatan (mesin).
30
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
Kemudian sesuai metodekerja yang dipilih dilakukan perhitungan Analisa Harga satuan pekerjaan untuk setiap item pekerjaan. Metode perhitungan biaya pekerjaan dilakukan dengan cara: Menghitung/menganalisa Harga Satuan setiap jenis pekerjaan kemudian dikalikan dengan Volume pekerjaannya. Dasar perhitungan RAB pekerjaan, secara sederhana dapat digunakan rumus berikut:
RAB
=
VOLUME
x
HARGA SATUAN
Selanjutnya jumlah biaya keseluruhan pekerjaan diperoleh dengan cara menjumlahkan keseluruhan biaya setiap item pekerjaan yang tercakup dalam lingkup proyek/sub proyek. Acuan penyusunan RAB adalah Permen PU No.11/MRTP/M/2013 tentang Pedoman Analisa Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) bidang Pekerjaan Umum. Catatan: (a). Perbedaannya dengan RAB pelaksanaan yang dibuat oleh KSM/Panitia terletak pada kontribusi swadaya masyarakat dimana pada RAB yang dibuat oleh UPL/TIPP pada tahap ini belum mengintegrasikan atau mengalokasikan kontribusi swadaya masyarakat. Kontribusi swadaya masyarakat nantinya baru diperhitungkan pada proposal pelaksanaan KSM/Panitia sesuai dengan kesepakatannya. (b). Komponen kegiatan administrasi untuk menyelesaikan seluruh kegiatan proyek/sub proyek, disini hanya mencakup kegiatan administrasi minimal yang harus dibuat/dilakukan oleh KSM/Panitia selama pelaksanaan konstruksi, yaitu mencakup komponen : (1) Pembuatan Papan Nama Proyek; (2) Pembuatan administrasi Harian Mingguan, Backupdata opname pekerjaan KSM/Panitia, As-built drawing (gambar jadi pekerjaan); (3) Pembuatan Laporan Kegiatan KSM/Panitia (Kemajuan Dwi-Mingguan, Bulanan dan Pertanggungjawaban/Akhir); (4) Photo copy (seperti dokumen proposal, laporan, administrasi, dll); (5) Pengadaan ATK yang diperlukan; (6) Dokumentasi/photo-photo kegiatan (0%, 50%, 100%); (7) Materai secukupnya; (8) Pengujian Kualitas yang dipersyartkan dalam pekerjaan, seperti Beton, Air Minum, dll. Khusus Air Minum (1 sampel/contoh benda uji), hanya untuk infrastruktur Air Minum yang sumber airnya bukan berasal dari air hujan, PDAM atau perusahaan air minum lainnya. (c). Besarnya volume kebutuhan untuk tiap komponen administrasi tersebut pada dasarnya dihitung sesuai kebutuhan lapangan. Dalam hal volume setiap komponen tidak dapat diperkirakan dengan pasti maka dapat digunakan volume 1 (satu) dengan satuan ”Lumpsum” (Ls), kecuali untuk pengujian kualitas air minum, yaitu 1
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan
31
(satu) sampel/contoh benda uji. Sedangkan besarnya harga satuan setiap komponen disesuaikan dengan hasil survey setempat; (d). Biaya administrasi kegiatan KSM/Panitia, sangat didorong untuk dipenuhi dari dana swadaya masyarakat. Namun demikian dimungkinkan dapat menggunakan sumber dana program. Stimulan dana administrasi kegiatan bagi setiap KSM/Panitia dengan batasan, sebagai berikut : Pagu maksimum Rp. 500.000 untuk total Nilai Pekerjaan sampai dengan Rp. 100 Juta; Pagu maksimum Rp. 750.000 untuk total Nilai Pekerjaan diatas Rp. 100 Juta; Pagu tersebut tidak termasuk harga satuan untuk Pengujian Kualitas, (Pengujian Kualitas diperhitungkan sesuai harga setempat). (2) Perhitungan Volume Kebutuhan Tenaga Kerja/Bahan/Alat Pekerjaan/Proyek Sebagai dasar perhitungan Volume Kebutuhan Bahan, Tenaga kerja dan peralatan yang akan digunakan untuk menyelesaikan seluruh kegiatan pembangunan infrastruktur adalah Kuantitas/Volume tiap item Pekerjaan dan Analisa Harga satuan Pekerjaan yang digunakan. Adapun prosesnya dapat dilakukan sebagai berikut:
(a). Perhitungan kebutuhan tenaga kerja/bahan/alat tiap jenis pekerjaan. Cara pelaksanaannya adalah : Berdasarkan data Analisa Harga satuan Pekerjaan yang digunakan, maka setiap item pekerjaan perlu diidentifikasi semua jenis/macam dari : Tenaga Kerja yang diperlukan, misalnya Mandor/ketua kelompok, Tukang, Pekerja; Material/bahan yang dibutuhkan, misalnya pasir, semen, besi, dll; Peralatan Kerja yang dibutuhkan, misalnya beton molen, mesin gilas, dll. Untuk alat seperti cangkul, linggis, ember dapat dikelompokan menjadi satu set alat dan biasa disebut alat bantu; Kemudian dari Analisa Harga satuan Pekerjaan harus diketahui besarnya kebutuhan dasar untuk menyelesaikan satu satuan pengukuran pekerjaan tersebut atau biasa disebut koefisien dari setiap jenis/macam Tenaga Kerja, Material/bahan, Peralatan Kerja. Berdasarkan Data Analisa Harga Satuan dan Volume setiap item pekerjaan yang ada, lakukan perhitungan kebutuhan setiap macam komponen Tenaga Kerja, setiap macam Bahan dan setiap macam peralatan yang digunakan untuk semua jenis/item kegiatan selesai. Prinsip dasar perhitungan Volume kebutuhan ini adalah : koefisien tiap jenis kebutuhan dikali volume tiap jenis pekerjaan. Dengan demikian maka kebutuhan untuk masingmasing jenis/macam dari Tenaga Kerja, Bahan, Alat, dapat dihitung dengan rumus umum berikut :
32
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
Volume TK
=
Koefisien TK
x
Volume Pekerjaan
Volume Bahan
=
Koefisien Bahan
x
Volume Pekerjaan
Volume Alat
=
Koefisien Alat
x
Volume Pekerjaan
(b). Buat Rekapitulasi Kebutuhan total untuk setiap macam dari komponen Tenaga kerja, bahan dan alat yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proyek. Prinsip perhitungannya adalah Jumlah total masing-masing kebutuhan tiap jenis/macam dari Tenaga Kerja, Bahan dan Alat yang dibutuhkan pada tiap jenis pekerjaan dijumlahkan untuk seluruh jenis pekerjaan yang ada. Untuk memudahkan proses perhitungan maka dapat dibuat tabel bantu seperti berikut : Tabel I.7.b : Perhitungan Rekapitulasi Kebutuhan Bahan, Alat/Tenaga Kerja
(M3) (Buah) (…..) (Jam) (Jam) (Set)
Dst….
Alat Bantu
Mesin Gilas
Beton Molen
Vol. Kebutuhan Alat Dst….
(M3)
Bt Bata
(M3)
Bt. Kali
Kerikil
(HOK) (HOK) (HOK) (HOK) (Zak)
Pasir
Volume Kebutuhan Bahan Semen
Pekerja
Tukang
Ka. Tukang
No Uraian Pekerjaan
Mandor
Vol. Kebutuhan T. Kerja
(….)
1 2 dst
Total
Cara Pengerjaan Formulir :
No : Diisi Nomor urut pekerjaan; Uraian Pekerjaan : Diisi nama tiap jenis pekerjaan; Kolom Volume Kebutuhan Tenaga Kerja (Mandor/Ka. Tukang, Tukang,Pekerja) diisi nilai volume/jumlah masing-masing sesuai jenis pekerjaannya; Kolom Volume Kebutuhan Bahan dan Volume Kebutuhan Alat, prinsip pengisiannya sama dengan Volume Kebutuhan Tenaga Kerja Baris Total pada setiap kolom kebutuhan : Diisi hasil penjumlahan Volume Kebutuhan dari kegiatan pertama (baris teratas) sampai kegiatan terakhir (baris terbawah); Hasil perhitungan kebutuhan tersebut akan menjadi acuan dalam verifikasi kelayakan usulan biaya kegiatan KSM/Panitia.
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan
33
h) Penyusunan Dokumen Contoh Bentuk Proposal Pelaksanaan Kegiatan Ksm/Panitia Contoh Bentuk Proposal disini merupakan dokumen yang berisi contoh blanko/formulir proposal pelaksanaan kegiatan yang akan diisi/dibuat oleh KSM/Panitia untuk menjadi pelaksana kegiatan infrastruktur. UPL/TIPP menyusun Contoh Bentuk Proposal dan menjadi acuan yang akan diikuti oleh KSM/Panitia dalam menyusun proposal pelaksanaan kegiatan. Contoh bentuk proposal tersebut agar dibuat sesederhana mungkin sehingga KSM/Panitia mudah memahami dan membuat. Selain itu juga harus disusun sedemikian rupa sehingga memberikan kerangka penyusunan/pelaksanaan yang sistematis. Adapun cakupan substansi muatan proposal pelaksanaan kegiatan KSM/Panitia, sekurangkurangnya mencakup :
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Uraian Singkat Usulan Kegiatan, Daftar Calon Tenaga Kerja yang telah disurvey; Hasil Kesepakatan Swadaya Masyarakat; Hasil Kesepakatan Harga Satuan Upah/Bahan/Alat yang telah disurvey; Daftar Kuantitas Pekerjaan sesuai yang telah disusun dalam perencanaan teknis; Perhitungan RAB Pelaksanaan, mengacu pada Daftar Kebutuhan Tenaga Kerja/Bahan/Alat sesuai RAB Pelaksanaan yang telah disusun dalam perencanaan teknis; (7) Jadwal Pelaksanaan; (8) Rencana Pengadaan; (9) Struktur Organisasi/Susunan Tim Pelaksana Lapangan. Pada dokumen ini juga dicantumkan tatacara pengisian dan tatacara verifikasi kelayakannya. Sebagai referensi untuk penyusunan Contoh bentuk proposal ini dapat mengacu pada contoh outline proposal kegiatan sebagaimana terlampir.
i) Verifikasi Kelayakan Dokumen Perencanaan Teknis Setelah dokumen perencanaan teknis selesai maka dilakukan verifikasi/pemeriksaan kelayakannya. Verifikasi ini dilakukan sekurang-kurangnya untuk:
(1) Menjamin hasil perencanaan teknis kegiatan infrastruktur telah memenuhi persyaratan standar teknis/kriteria desain yang ditetapkan oleh PU dan memberikan jaminan bahwa rencana bangunan dapat bermanfaat bagi warga untuk meningkatkan kualitas kawasan permukiman terkait 8 indikator kumuh, rencana teknis bangunan sesuai standar teknis (bangunan dapat berfungsi optimal, menjamin keselamatan (kekuatan dan keamanan) dan kesehatan warga pengguna, tidak menimbulkan dampak negatif atas lingkungan dan sosial-budaya setempat serta mudah dan aman diakses oleh warga pengguna bangunan).
34
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
(2) Memastikan bahwa biaya pekerjaan optimum dan tidak kekurangan atau kelebihan; (3) Memastikan bahwa rancangan kegiatan infrastruktur dapat dibangun oleh masyarakat dan jadwal pelaksanaan pekerjaan dapat diselesaikan dalam kurun 1 tahun anggaran; Pendekatan pelaksanaannya adalah dilakukan secara Tim dengan anggotanya dapat berasal dari UPL/TIPP, Tim Teknis Pemda (bila ada) dan Konsultan Pendamping (bidang Teknik). Kegiatan ini agar dapat dikoordinasikan dengan PPK sehingga proses verifikasi ini diharapkan dapat sekaligus melibatkan Tim PPK sebagai bagian dari proses pemeriksaan hasil pekerjaan sebelum dilakukan serah terima hasil kepada PPK.
j) Produk Hasil Perencanaan Teknis Hasil kegiatan perencanaan teknis yang dilakukan oleh UPL/TIPP, sekurang-kurangnya berupa produk : (1) Dokumen Penyediaan Lahan lokasi kegiatan infrastruktur, termasuk perijinan terkait pelaksanaan pembangunan yang diperlukan (bila ada); (2) Dokumen Desain/Gambar (Detail Engineering Desain), Spesifikasi Teknik dan Panduan Teknis Operasi dan Pemeliharaan Prasarana; (3) Dokumen Pengamanan Dampak Lingkungan dan Sosial (Safeguards); (4) Daftar Kuantitas Pekerjaan; (5) Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan; (6) RAB Pekerjaan dan Daftar Kebutuhan Tenaga kerja, Bahan dan Alat yang diperlukan berikut Kesepakatan Harga Satuan (Upag/Bahn/Alat) Hasil Survey sekurang-kurang dari 3 toko/pemasok setempat; (7) Dokumen Contoh Bentuk Proposal bagi KSM/Panitia, termasuk contoh bentuk Surat Perjanjian Kerjasama antara BKM dengan KSM/Panitia;
k) Pemaketan Pekerjaan Pemaketan pekerjaan disini merupakan penentuan/pengelompokan pekerjaan-pekerjaan yang akan dilaksanakan melalui KSM/Panitia Pelaksana Pembangunan. Ketentuan Pemaketan pekerjaan yang perlu diikuti :
(1) Tetap mengutamakan prinsip efisiensi, kesatuan sistem infrastruktur, kualitas dan kemampuan teknis kelompok masyarakat; (2) Memaksimalkan penggunaan material dan tenaga kerja lokal yang berkualitas dan perluasan kesempatan kerja bagi kelompok masyarakat; (3) Dilarang menggabungkan/menyatukan beberapa pekerjaan yang menurut sifat pekerjaan dan besaran nilainya seharusnya dilakukan oleh kelompok masyarakat menjadi satu paket pekerjaan untuk dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa selain masyarakat;
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan
35
(4) Setiap Paket Pekerjaan harus dapat diselesaikan sesuai target waktu yang telah ditetapkan. (5) Pemaketan pekerjaan ini harus disepakati bersama oleh warga. Hasil dari pemaketan pekerjaan adalah ditetapkan paket-paket pekerjaan untuk setiap KSM/Panitai mencakup nama kegiatan, lokasi, besarnya Volume dan Biaya.
l) Pembentukan/Pengembangan Ksm/Panitia Setelah ditetapkan paket-paket pekerjaan kemudian dilakukan pembentukn/pengembangan KSM/Panitia selaku pelaksana kegiatan fisik/konstruksi. Untuk pelaksanaan kegiatan yang berskala semi publik, maka calon pemanfaat dapat mengorganisasi diri dalam KSM/Panitia dan bertindak sebagai pelaksana kegiatan. Dan untuk kegiatan yang berskala publik, maka BKM/LKM dapat membentuk satu atau lebih Panitia selaku pelaksana kegiatan. KSM/Panitia ini dapat merupakan kelompok swadaya yang sudah tumbuh sejak lama atau baru dibentuk atau dikembangkan/revitalisasi karena adanya kesamaan kepentingan dan kebutuhan dalam kelompok tersebut. Dan bukanlah organisasi yang dibentuk karena mengejar keuntungan (finansial) dari melaksanakan kegiatan/proyek KOTAKU. Proses pembentukan/pengembangan KSM/Panitia dilakukan melalui serangkaian rembug KSM/Panitia dengan difasilitasi oleh UPL/TIPP. Hal-hal yang perlu ditetapkan adalah Nama KSM/Panitia, Alamat Sekretariat, Nama Ketua, Susunan Pengurus (Nama dan Jabatan) dan anggota-anggotanya serta aturan main yang akan digunakan bersama.
m) Serah Terima Dokumen Produk Perencanaan Setelah seluruh produk perencanaan teknis selesai maka BKM melakukan serah terima hasil pekerjaan kepada PPK Satker Provinsi selaku pemberi pekerjaan. Dokumen yang diserahterimakan mencakup dokumen RTPLP dan hasil Perencanaan Teknis (DED). Khusus dokumen hasil perencanaan teknis dapat dijilid permasing-masing paket pekerjaan yang telah disepakati dan dibuat masing-masing beberapa rangkap sesuai kesepakatan dalam SPK BKM dengan PPK.
H. TAHAP PELAKSANAAN FISIK Setelah semua rencana disusun, organisasi telah ditetapkan, orang-orang telah ditunjuk dan memahami tugas dan tanggungjawabnya, maka tahap selanjutnya adalah pelaksanaan. Sasaran Pembangunan Infrastruktur adalah mewujudkan infrastruktur yang diinginkan sesuai dengan ketentuan, kriteria/standar teknis bangunan (mutu yang dipersyaratkan) dalam kurun waktu tertentu dan biaya yang telah ditetapkan (direncanakan) serta dapat bermanfaat secara berkelanjutan. Secara rinci sasaran ini meliputi :
36
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
1. Terwujudnya bangunan yang memenuhi atau sesuai dengan ketentuan/peraturan yang berlaku, standar/persyaratan teknis bangunan yang sudah ditetapkan, yaitu menjamin keselamatan (keamanan/kenyamanan dan kesehatan masyarakat yang menggunakannya) dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap sosial masyarakat dan pelestarian lingkungan (Tepat Mutu); 2. Terwujudnya bangunan dalam kurun waktu yang sesuai dengan jadwal yang ditentukan/direncanakan (Tepat Waktu); 3. Terwujudnya bangunan sesuai dengan biaya yang telah ditentukan/direncanakan (Tepat Biaya) dan 4. Terwujudnya akuntabilitas dan transparansi pelaksanaan pembangunan (Tertib Administrasi dan Keuangan proyek). Kegiatan tahapan pelaksanaan fisik ini pada garis besarnya dibagi atas 2 tahapan yaitu (a). tahap persiapan pelaksanaan konstruksi dan (b). tahap pelaksanaan konstruksi itu sendiri. Tahapan pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut dijelaskan seperti pada gambar gambar 2. Diagram alir Pelaksanaan Fisik. Dan secara rinci pelaksanaan setiap kegiatan dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Tahap Persiapan Pelaksanaan Konstruksi (1) Penandatanganan SPK BKM dengan PPK BKM melakukan penandatanganan Surat Perjanjian Kerja (SPK) dengan PPK Satker PIP Kabupaten/Kota selaku penanggungjawab pelaksana kegiatan pembangunan infrastruktur skala lingkungan.
(2) Penyiapan Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP) Hampir semua sarana prasarana yang selesai dibangun ternyata mengalami kerusakan karena tidak terpelihara. Hal ini kemungkinan disebabkan tidak tersedianya dana rehabilitasi dari sektor/instansi terkait, tidak ada swadaya masyarakat untuk pemeliharaan dan belum adanya kesadaran masyarakat untuk memelihara prasarana tersebut. Sehingga manfaat yang diterima oleh masyarakat dari adanya pembangunan prasarana tersebut tidak optimal dan belum berkelanjutan. Atau walaupun dapat dinikmati akan tetapi jangka waktu pemanfaatannya menjadi terbatas (kurang dari umur yang direncanakan). Selain itu, kualitas prasarana yang dibangun menjadi kurang terjamin dan harapan diperolehnya manfaat yang berkelanjutan tidak dapat tercapai. Kesadaran akan kondisi tersebut, maka pembangunan melalui program KOTAKU dengan entry poin pemberdaayan masyarakat, mengupayakan langkah antisipasi melalui pengembangan dan penguatan peranserta masyarakat mulai dari tahap perencanaan, yaitu bahwa masyarakat yang paling mengetahui permasalahan yang mereka hadapi, mengetahui kebutuhan mereka (solusi permasalahan), merencanakan teknis pelaksanaan dan memutuskan sendiri prasarana yang akan dibangun. Selanjutnya pada
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan
37
tahap pelaksanaan, masyarakat melaksanakan sendiri dan mengawasai kegiatan pembangunan prasarananya. Dari mekanisme peran serta tersebut, “rasa membutuhkan prasarana (tahap perencanaan)” dan “rasa memiliki prasarana (tahap pelaksanaan)“ ini diharapkan muncul “kesadaran dan rasa tanggungjawab” untuk memelihara sarana dan prasarana yang telah dibangunnya sehingga dapat memberikan manfaat yang berkesinambungan dan lestari. Selain itu, waktu pelaksanaan pembentukan organisasi Pengelola ini dilakukan sejak awal persiapan pelaksanaan kegiatan. Jadi tidak dibentuk setelah pekerjaan fisik selesai. Pendekatan ini diharapkan dapat memunculkan “kesadaran dan rasa tanggungjawab” bagi masyarakat untuk memelihara sarana dan prasarana yang telah dibangunnya sehingga dapat memberikan manfaat yang berkesinambungan dan lestari. Selain itu juga diharapkan agar Tim Pengelola yang dipilih sejak awal dapat terlibat langsung dalam pelaksanaan pembangunan fisik/konstruksi sehingga setelah pekerjaan selesai masyarakat/tim pengelola sudah siap melaksanakan pemeliharaan. Penyiapan KPP sebagai organisasi Pengelola Pemanfaatan dan pemeliharaan prasarana disini mencakup kegiatan (1). pembentukan Organisasi Pengelola termasuk penentuan orang-orang yang akan bertanggungjawab pada setiap unit kerja, dan (2). Penyusunan Rencana Kerja Pemanfaatan dan pemeliharaan. Untuk melaksanakan pemeliharaan perlu ditanamkan kesadaran kepada masyarakat bahwa pemeliharaan prasarana dan sarana harus dilakukan oleh semua warga pemakai, baik dari segi pembiayaan maupun pelaksanaan pemeliharaan.
38
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan
39
Bentuk Organisasi KPP dapat disesuaikan dengan kebutuhan prasarana, kemampuan warga pemanfaat dan karakteristik kelompok penerima manfaat (gender). Meski demikian, sebagai referensi dari beberapa bentuk yang pernah diterapkan, setidaknya terdapat pendekatan 2 bentuk yang umum dilakukan, yaitu : satu pengelola untuk semua jenis prasarana dalam satu wilayah permukiman atau satu pengelola untuk setiap jenis prasarana. Bentuk Pengelolaan mana yang dipilih, apakah pengelola perjenis prasarana atau satu pengelola untuk lebih dari satu jenis prasarana, hendaknya mempertimbangkan kemampuan SDM pengelola dan potensi sumber pembiayaan pemeliharaannya. Kemampuan SDM dimaksud adalah dapat berupa kemampuan manajemen pengelolaan dan ketersediaan orang yang sesuai dengan kebutuhan didalam Organisasi. Sedangkan kemungkinan untuk memperoleh sumber pembiayaan O dan P adalah berkenaan dengan potensi dari setiap prasarana untuk dapat menghasilkan/memperoleh dana dari warga pemafaat guna membiayai sendiri pemeliharaannya. Proses pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan melalui Rembug Warga yang sebelumnya telah dilakukan sosialisasi awal dan identifikasi kelembagaan masyarakat yang telah ada. Penanggungjawab kegiatan adalah BKM (UPL/TIPP) bersama dengan pemerintah Desa/Kelurahan. Secara lebih detail penjelasan pelaksanaan dari tahapan kegiatan (1). pembentukan Organisasi Pengelola termasuk penentuan orang-orang yang akan bertanggungjawab pada setiap unit kerja, dan (2). Penyusunan Rencana Kerja Pemanfaatan dan pemeliharaan ini dapat dilihat pada Buku POS Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana KOTAKU.
(3) Coaching/Penguatan KSM/Panitia KSM/Panitia yang akan menjadi Pelaksana Kegiatan Pembangunan Infrastruktur selanjutnya di coaching oleh UPL/TIPP dengan difasilitasi oleh Konsultan Pendamping dan Tim Teknis Pemda. Sasaran kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan KSM/Panitia dalam menyusun proposal pelaksanaan kegiatan yang akan menjadi tanggungjawabnya. Pada forum ini juga dilakukan dialog penjelasan terhadap data-data paket pekerjan yang akan dilaksanakan oleh KSM/Panitia;
(4) Penyusunan Proposal Pelaksanaan Kegiatan KSM/PANITIA Setelah KSM/Panitia memperoleh coaching/penjelasan tentang substansi dan cara penyusunan proposal kegiatan maka selanjutnya dapat menyusun proposal pelaksanaan kegiatannya sesuai dokumen contoh bentuk proposal yang disiapkan BKM. Sebagai acuan dalam penyusunan Proposal ini adalah dokumen DED hasil kegiatan perencanaan teknis yang telah disusun oleh BKM sebelumnya. Beberapa dari dokumen
40
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
tersebut disediakan copy satu set oleh BKM untuk diberikan kepada KSM/Panitia yang akan melaksanakan pekerjaan tersebut, yaitu : (a). Dokumen Desain/Gambar-gambar perencanaan teknis dan Spesifikasi Teknis; (b).Dokumen Pengamanan Dampak Lingkungan dan Sosial (Safeguards) (c). Daftar Kuantitas Pekerjaan dan perhitungannya; (d).Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan; (e).Hasil Kesepakatan Harga Satuan (Upah/Bahan/Alat) sebagai acuan/referensi; (f). Kebutuhan Tenaga Kerja, Bahan, Alat untuk keseluruhan pekerjaan tersebut dan Referensi Analisa Harga Satuan Pekerjaan yang digunakan sebagai acuan/referensi; (g). Contoh Bentuk Surat Perjanjian Kerjasama antara BKM dengan KSM/Panitia (h).Contoh Bentuk Proposal KSM/Panitia Sangat penting bagi KSM/Panitia untuk mempelajari dan memahami dokumendokumen tersebut karena merupakan acuan yang akan diikuti. Meskipun demikian KSM/Panitia perlu melakukan pengecekan agar hasil perencanaan teknis pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan dilapangan, terutama beberapa produk berikut: KSM/Panitia perlu melakukan pengecekan gambar teknis terutama untuk dicocokan dengan situasi lapangan dilokasi pekerjaan, apakah sesuai atau ada perbedaan, termasuk apakah telah mempertimbangkan kesesuaiannya dengan kondisi sosialbudaya warga penggunanya. Spesifikasi teknis, khususnya spesifikasi bahan/Alat, apakah jenis bahan/alat yang dipersyaratkan mudah diperoleh/didatangkan kelokasi pekerjaan. Terbuka peluang bagi KSM/Panitia untuk menawarkan alternatif teknologi/bahan konstruksi yang kualitasnya setara namun lebih murah/mudah didapatkan/didatangkan kelokasi pekerjaan. Daftar Kegiatan terlarang pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang harus dihindari oleh KSM/Panitia karena ketentuan-ketentuan tersebut memiliki dampak negatif atas lingkungan dan sosial masyarakat. Sedangkan hasil Study Dampak Lingkungan (bila ada) atau Daftar Uji Identifikasi Dampak Lingkungan pada dasarnya mencakup upaya-upaya yang diperlukan/akan dilakukan untuk mengantisipasi potensi/sumber dampak Lingkungan (dan Sosial) yang dapat terjadi akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan dan dioperasikannya bangunan tersebut. Butir-butir ketentuan sebagaimana telah ditetapkan dalam Daftar Kegiatan Terlarang dan Hasil Uji Identifikasi Dampak tersebut harus benar-benar dipahami dan menjadi patokan untuk dilaksanakan pada saat pelaksanaan kegiatan oleh KSM/Panitia. Terutama upaya-upaya penanganan dampak/mitigasi yang telah ditetapkan, KSM/Panitia harus mengeceknya dengan teliti, bilamana terdapat kegiatan penanganan yang sifatnya bangunan fisik (seperti gorong-gorong, drainase, penahan longsor, dll) apakah telah diperhitungkan dalam Daftar Kuantitas Pekerjaan, karena pelaksanaan hal ini juga akan memerlukan pembiayaan.
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan
41
KSM/Panitia perlu melakukan pengecekan Lingkup pekerjaan dan perhitungan kuantitas pekerjaan yang telah ditetapkan dalam Daftar Kuantitas Pekerjaan, apakah telah sesuai dengan kondisi lapangan dan gambar teknis yang ada atau ada perbedaan. Jadwal Induk Pelaksanaan Pekerjaan yang telah ditetapkan mungkin masih bersifat garis besar kegiatan saja dan belum rinci. Dari Jadwal Induk ini, KSM/Panitia menyusun jadwal pelaksanaan kegiatannya yang lebih rinci berdasarkan ketersediaan sumber daya yang dimilki, dan dapat dicapai dilapangan. Contoh Bentuk Proposal merupakan acuan dokumen proposal pelaksanaan kegiatan yang disusun oleh KSM/Panitia. KSM/Panitia tinggal mengisi atau membuat seperti formulir tersebut. Oleh karena menjadi acuan, maka KSM/Panitia harus benar-benar memahami substansinya dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk menyusun dokumen proposal pelaksanaan kegiatannya. Daftar Kebutuhan Tenaga Kerja/Bahan/Alat berikut Data Hasil Kesepakatan Harga Satuan Upah/Bahan/Alat dan Daftar Analisa Harga Satuan Pekerjaan yang dipergunakan. Data tersebut sifatnya merupakan referensi bagi KSM/Panitia untuk menyusun RAB pelaksanaan pekerjaannya. Bila ada perbedaan hasil pengecekan KSM/Panitia dengan hasil perencanaan teknis maka hal ini harus dikonsultasikan kepada BKM/UPL karena akan berpengaruh pada kuantitas/kualitas pekerjaan, rencana biaya dan waktu pelaksanaan pekerjaan yang akan dilaksanakan. Setelah Proposal KSM/Panitia selesai disusun selanjutnya disampaikan kepada BKM untuk dilakukan verifikasi kelayakannya.
(5) Verifikasi Kelayakan Proposal KSM/Panitia Setelah proposal pelaksanaan kegiatan disampaikan oleh KSM/Panitia kepada BKM maka selanjutnya dilakukan verifikasi. Verifikasi ini merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memeriksa dan menilai kebenaran/kelayakan dari dokumen proposal pelaksanaan kegiatan yang telah dibuat oleh KSM/Panitia. Pendekatan pelaksanaannya adalah dilakukan secara Tim dengan anggotanya dapat berasal dari UPL, TIPP, Tim Teknis Pemda (bila diperlukan) dan Konsultan Pendamping. Tatacara verifikasi mengacu pada tatacara yang telah ditetapkan dalam Dokumen Contoh Proposal yang telah disusun pada tahap perencanaan teknis sebelumnya.
(6) Penandatangan Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana Lingkungan (SPPD-L) SPPD-L merupakan bentuk kesepakatan perjanjian kerjasama antara BKM dengan KSM/Panitia dalam rangka pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana sesuai ketentuan-ketentuan yang dipersyaratkan.
42
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
Bentuk SPPD-L ini mengacu pada “Contoh Bentuk SPPD-L” yang ditetapkan oleh UPL/ TIPP sesuai hasil kegiatan perencanaan teknis. Dokumen-dokumen Desain/Gambar perencanaan, Spesifikasi Teknis pengamanan dampak lingkungan dan sosial dan Proposal Pelaksanaan Kegiatan (yang telah terisi KSM/Panitia) merupakan lampiran yang tak terpisahkan dari Surat Perjanjian Kerjasama Pemanfaatan Dana-Lingkungan (SPPD-L). Dengan adanya perjanjian beserta lampirannya tersebut maka semua pihak baik BKM/UPL maupun KSM/Panitia harus mentaatinya.
(7) Musyawarah/Rapat Persiapan Pelaksanaan Konstruksi (MP2K/RPPK) MP2K/RPPK merupakan Rapat/Forum musyawarah warga dalam rangka Persiapan Pelaksanaan Konstruksi (Pre Construction Meeting/PCM). Jadi Rapat ini diselenggarakan sesegera mungkin setelah ditandatanganinya SPPD-L dan sebelum dimulainya kegiatan pembangunan prasarana/fisik. Penyelenggara kegiatan MP2K ini adalah UPL/TIPP dan dihadiri oleh seluruh pihak KSM/Panitia yang akan melaksanakan kegiatan pembangunan infrastruktur diwilayahnya. Forum ini ditujukan untuk membahas dan mengetahui sejauh mana persiapanpersiapan yang telah dilakukan KSM/Panitia serta untuk memberikan penjelasanpenjelasan dan penyepakatan hal-hal yang menyangkut teknis maupun administrasi dalam rangka pelaksanaan pembangunan prasarana. Jadi pada forum ini juga pihak KSM/Panitia dapat melakukan konsultasi terkait hal-hal yang belum dipahami baik teknis maupun administrasi kegiatan. Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan MP2K adalah :
Adanya Rencana dan Jadwal Pengadaan Bahan/Alat bagi KSM/Panitia yang siap
dilaksanakan; Adanya Calon Tenaga Kerja yang siap dimobilisasi; Adanya struktur oraganisasi berikut Tim Pelaksana Lapangan KSM/Panitia yang siap melaksanakan tugas-tugas/tanggungjawabnya; Adanya kesepakatan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan; Meningkatnya pemahaman KSM/Panitia untuk melaksanakan SPPD-L/kegiatan secara tepat waktu, tepat kualitas, tepat biaya, tertib administrasi, dan tidak bertentangan dengan ketentuan Program;
(8) Coaching/Pelatihan Teknis dan Administrasi bagi KSM/Panitia Bimbingan/coaching bagi KSM/Panitia diberikan oleh UPL dan Tim Fasilitator tentang teknik-teknik pelaksanaan konstruksi prasarana dan administrasi pencatatan atau pelaporan kegiatan pembangunan prasarana yang akan dilakukan KSM/Panitia selama pelaksanaan konstruksi. Kegiatan ini sangat penting dan diharapkan dapat dilakukan sebelum pelaksanaan kegiatan konstruksi guna meningkatkan pemahaman dan keterampilan KSM/Panitia
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan
43
sehingga tidak menemui kesulitan dalam melaksanakan kegiatan konstruksi secara benar, sesuai persyarata teknis yang ditentukan. Proses pembelajaran KSM/Panitia ini diharapkan akan berlanjut pada kegiatan “Praktek Kerja dilapangan/On the Job Trainning (OJT)” pada pelaksanaan kegiatan konstruksi dilapangan.
(9) Pembuatan dan Pemasangan Papan Nama Kegiatan Sebelum kegiatan fisik dimulai, KSM/Panitia harus membuat dan memasang papan nama kegiatan/proyek pada tempat strategis dilokasi kegiatan. Papan nama ini dimaksudkan untuk memberikan informasi dan transparansi kegiatan serta wajib terpasang selama kegiatan pembangunan prasarana berlangsung. Informasi yang perlu tercantum dalam Papan Nama Proyek ini sekurang-kurangnya mencakup : Wilayah administratif kegiatan (kelurahan, kecamatan dan kabupaten); Nama BKM kelurahan sasaran; Jenis/Nama Kegiatan; Volume Kegiatan; Biaya Kegiatan (APBN, Swadaya dan Total); Waktu pelaksanaan; Lokasi kegiatan; Nama KSM/Panitia Pelaksana Pekerjaan.
b) Tahap Pelaksanaan Konstruksi (1) Pencairan Dana Pencairan dana kegiatan infrastruktur dari BKM kepada KSM/Panitia dilakukan melalui rekening KSM/Panitia secara tiga tahap/termin, yaitu : (a). Pencairan tahap/termin pertama Setelah ditandatanganinya SPPD-L, KSM/Panitia dapat mengajukan pembayaran uang muka kepada BKM sebagai pembayaran tahap pertama sebesar 60% dari nilai SPPD-L. Persyaratan untuk penarikan uang muka, yaitu : SPPD-L Rekening Buku Tabungan KSM/Panitia (untuk kegiatan yang nilai BLM lebih besar Rp. 30 juta) Berita Acara Penarikan Tahap Pertama; Rencana Penggunaan Dana (RPD) Tahap Pertama (b). Pencairan Tahap/termin Kedua KSM/PANITIA dapat mengajukan pembayaran tahap kedua sebesar 30 % dari nilai SPPDL setelah pekerjaan fisik mencapai kemajuan fisik sekurang-kurangnya sebesar 50 % dan pemanfaatan dana tahap pertama sekurang-kurangnya telah dimanfaatkan 90%. Persyaratan untuk pengajuan tahap kedua adalah : Laporan Kemajuan Pelaksanaan Pekerjaan; Laporan Penggunaan Dana (LPD) Termin Pertama; Berita Acara Pembayaran Termin Kedua;
44
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
Rencana Penggunaan Dana (RPD) Termin Kedua. (c). Pencairan tahap/termin ketiga Angsuran tahap ketiga sebesar 10 % dari SPPD-L diajukan setelah prestasi fisik pekerjaan mencapai minimal 85 % dan pemanfaatan dana tahap kedua sekurangkurangnya telah dimanfaatkan 90%. Persyaratan untuk pengajuan tahap ketiga, yaitu :
Laporan Kemajuan Pelaksanaan Pekerjaan; Laporan Penggunaan Dana (LPD) Termin Kedua; Berita Acara Pembayaran Termin Ketiga; Rencana Penggunaan Dana (RPD) Termin Ketiga. Surat Pernyataan Kesanggupan Menyelesaikan Seluruh Kegiatan Fisik.
(2) Mobilisasi Tenaga Kerja/Bahan/Alat KSM/Panitia segera melakukan mobilisasi tenaga kerja/bahan/alat ke lokasi pekerjaan sesuai jadwal yang telah disepakati dalam MP2K. Berkaitan dengan mobilisasi ini, proyek telah menetapkan tatacara pengadaan barang/jasa yang harus diikuti. Tatacara pengadaan ini lebih jauh diuraikan secara rinci pada buku Tatacara Pengadaan Barang/Jasa Pelaksana Pekerjaan.
(3) Musyawarah Pengadaan Barang/Jasa Pemborongan (bila ada) Musyawarah Pengadaan Barang/Jasa adalah forum musyawarah pengadaan terbatas/pemilihan langsung dengan penawaran, untuk menetapkan siapa pihak ketiga yang akan menjadi mitra kerja KSM/Panitia dalam rangka Pengadaan Barang/Jasa yang dibutuhkan. Jadi Forum ini hanya dilakukan pada setiap ada kegiatan Pengadaan terbatas/pemilihan langsung dengan penawaran. Penyelenggaraan Forum Musyawarah Pengadaan ini dimaksudkan untuk meningkatkan adanya transparanasi dan akuntabilitas pelaksanaan kegiatan, khususnya dalam pemanfaatan dana pada kegiatan pengadaan bahan/alat, bagi KSM/Panitia pelaksana kegiatan. Mekanisme pelaksanaan forum ini pada dasarnya merupakan mekanisme pelaksanaan secara sekaligus dari rangkaian acara : Pemasukan, Pembukaan, Evaluasi Penawaran dan Penetapan Pemenang pada proses pengadaan terbatas/ pemilihan langsung dengan penawaran. Sedangkan peserta yang diundang adalah calon pemasok/toko dan anggota KSM/PANITIA terkait, wakil BKM, wakil UPL/TIPP, Kepala Desa/Lurah, Tomas setempat dan Tim Konsultan.
(4) On The Job Trainning/Praktek Kerja Lapangan OJT/Trial, merupakan cara yang dipergunakan untuk melatih masyarakat sambil meningkatkan kualitas konstruksi. Dalam pelaksanaan sistem trial contoh harus betul-
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan
45
betul dibuat dengan kualitas yang benar/memenuhi persyaratan teknis, karena contoh akan dianggap sebagai batas maksimal kualitas yang akan dikejar/ikuti oleh masyarakat. Pelaksanaan OJT diselenggarakan oleh KSM/Panitia, difasilitasi/dibimbing oleh fasilitator teknik dan anggota TIPP/Tim Teknis Pemda yang memahami bidang Teknik konstruksi atau pihak ketiga mitra masyarakat dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi tersebut. Fokus utamanya lebih kepada memberikan keterampilan bagi tenaga kerja bagaimana cara pengerjaan yang benar/ketelitian dari suatu pekerjaan, misalnya bagaimana cara melaksanakan membuat campuran beton, bagaimana cara pengangkutan atau pemasangannya, bagaimana cara pemadatan, bagaimana cara penyambungan besi/beton, dll. Pendekatan pelaksanaannya adalah : (a). Disesuaikan dengan jenis pekerjaaan yang akan dilaksanakan dilapangan. Artinya OJT ini mengikuti tahapan/jadwal pekerjaan dilapangan sehingga tidak memerlukan biaya khusus untuk pengadaan tenaga kerja atau bahan/alat yang diperlukan, tetapi dapat langsung menggunakan tenaga kerja atau bahan yang sudah tersedia untuk pekerjaan tersebut. (b).Dilaksanakan pada awal memulai pekerjaan. Hal ini dimaksudkan agar dengan pemahaman/keterampilan yang telah dipraktekkan pada saat OJT tadi, dapat langsung diikuti oleh masyarakat untuk menyelesaikan seluruh volume pekerjaan tersebut. Setelah OJT ini, hasil pekerjaan harus dinilai kembali apakah sudah benar/memenuhi persyaratan teknis atau belum. Jika belum maka OJT ini harus diulangi hingga benar-benar menghasilkan pekerjaan yang memenuhi standar teknis yang dipersyaratkan. (c). Dilakukan untuk pekerjaan tertentu yang diprioritaskan. Artinya OJT ini tidak perlu dilakukan untuk semua pekerjaan tetapi cukup diprioritaskan pada pekerjaan tertentu yang dianggap paling menentukan kualitas dan atau kurang dipahami oleh pelaksana lapangan/tenaga kerja. On the Job Training harus dilakukan terutama untuk pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan konstruksi yang kurang dipahami oleh masyarakat/tenaga kerja selama pelaksanaan kegiatan konstruksi. Sistem trial terdiri dari tiga langkah : Contoh dibuat bersama konsultan pendamping/Dinas terkait. Orang yang ikut membuat contoh adalah mandor, Ketua Regu Kerja, Kader Teknis/UPL, Pelaksana Lapangan Panitia dan beberapa masyarakat yang lain. Konsultan ikut bekerja dan memberi instruksi kepada mereka. Atau Percobaan oleh masyarakat dibawah pimpinan orang yang memberikan contoh diatas. Setelah trial selesai (misalnya panjang jalan 10-20 meter), kualitas dinilai oleh
46
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
Konsultan pendamping. Jika kualitas masih kurang baik maka harus dilatih lagi dan diperiksa lagi. Jika kualitas telah baik, pelaksanaan diteruskan. Perlu ada contoh dan trial untuk tiap macam situasi yang dihadapi dilapangan. Misalnya trial jalan ditempat yang sudah mempunyai tanah dasar yang kokoh, trial jalan didaerah sawah yang dibuat contoh tersendir. Trial tidak diperlukan untuk bagian yang sangat kecil yang dapat diawasi secara langsung oleh konsultan. Trial juga diterapkan tidak hanya pada pekerjaan jalan, misalnya ada pekerjaan MCK maka MCK yang dibangun pertama dianggap sebagai trial. Untuk Jenis pekerjaan yang lain, trial dapat dilakukan pada pekerjaan kunci (paling menentukan kualitas), misalnya pekerjaan beton/beton bertulang dimana dilakukan praktek pemasangan tulangan, bekesting, pencampuran beton, pengangkutan dan pemadatan beton dilapangan, dll.
(5) Pelaksanaan Fisik/Konstruksi Pelaksanaan Konstruksi adalah serangkaian pelaksanaan pekerjaan pembangunan/fisik untuk mewujudkan bangunan yang direncanakan. Termasuk juga kegiatan-kegiatan penanganan Dampak Lingkungan/mitigasi yang bersifat konstruksi yang telah direncanakan. Sasaran/keluaran kegiatan yang ingin dicapai: (a). Terwujudnya hasil pekerjaan konstruksi/ bangunan sesuai volume dan kualitas yang dipersyaratkan/ telah direncanakan; (b).Terwujudnya hasil pekerjaan konstruksi/bangunan sesuai waktu pelaksanaan yang dipersyaratkan/ telah direncanakan; (c). Terwujudnya hasil pekerjaan konstruksi/bangunan sesuai biaya pelaksanaan yang dipersyaratkan/ telah direncanakan; Ukuran dan Standar Keluaran kegiatan: (a). Jumlah dari jenis-jenis pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan sesuai dengan jenisjenis pekerjaan dalam lingkup pekerjaan yang direncanakan; (b).Volume dari setiap jenis pekerjaan konstruksi yang dihasilkan sesuai dengan volume setiap jenis pekerjaan dalam lingkup pekerjaan yang direncanakan; (c). Jumlah waktu penyelesaiaan pekerjaan/proyek sesuai jadwal pelaksanaan yang telah direncanakan; (d).Jumlah Biaya/dana yang termanfaatkan pada keseluruhan pelaksanaan pekerjaan, minimal sesuai biaya pelaksanaan yang telah direncanakan; (e).Bahan-bahan bangunan yang dipergunakan memenuhi persyaratan bahan dari setiap pekerjaan yang telah direncanakan; (f). Cara pelaksanaan setiap pekerjaan dilapangan memenuhi persyaratan cara kerja yang telah direncanakan;
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan
47
(g). Penggunaan tenaga kerja/peralatan berat dalam pelaksanaan pekerjaan yang memenuhi persyaratan kualitas pekerjaan; (h).Progres pekerjaan telah mencapai 100% (selesai) sesuai jadwal pelaksanaan yang telah direncanakan; Langkah-langkah pelaksanaan : Berdasarkan rencana pelaksanaan kegiatan konstruksi yang telah disusun pada tahap perencanaan teknis sebelumnya (Proposal Pelaksanaan) yang telah menetapkan : Lingkup Kegiatan Konstruksi (jenis-jenis pekerjaan, dan batasan-batasannya seperti volume, persyaratan teknisnya), Urut-urutan pelaksanaannya, Rencana Biaya pekerjaan dan Jadwal Pelaksanaannya, kemudian telah pula ditetapkan struktur organisasi pelaksana, orang-orang yang akan bertanggungjawab didalam organisasi telah dipilih dan dilatih/dibimbing sehingga memahami tugas dan tanggunjawabnya masing-masing, maka tahap selanjutnya adalah pelaksanaan kegiatan-kegiatan konstruksi dari bangunan yang ingin diwujudkan (Gambar). Kegiatan pelaksanaan pekerjaan konstruksi adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara sistematis/berurutan sesuai dengan urut-urutan pelaksanaan pekerjaan konstruksi dari bangunan tersebut sebagaimana telah ditetapkan. Dari urut-urutan pekerjaan dan jadwal pelaksanaan yang telah direncanakan, maka setelah mendatangkan tenaga kerja/bahan/alat (sesuai dengan kualitas yang dipersyaratkan) dilokasi pekerjaan, selanjutnya dapat dilakukan pelaksanaan teknis dari setiap jenis pekerjaan konstruksi, yang garis besarnya meliputi : Menyiapkan lokasi pekerjaan (penyiapan lapangan), seperti pembersihan, penentuan elevasi/patok ukur, bouwplak, dll; Melaksanakan tindakan pengamanan, keselamatan tenaga kerja dan masyarakat disekitar lokasi pekerjaan; Melaksanakan semua aktivitas-aktivitas dari lingkup pekerjaan sesuai kualitas yang dipersyaratkan (spesifikasi/persyaratan teknisnya) sampai keseluruhan volume pekerjaan yang direncanakan terpenuhi. Persyaratan kualitas dari setiap jenis pekerjaan konstruksi mengacu pada Gambar-gambar teknis, spesifikasi teknis atau petunjuk-petunjuk teknis pembangunan sarana dan prasarana. Pelaksanaan keseluruhan aktivitas-aktivitas dari setiap pekerjaan tersebut dilakukan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Pelaksanaan pada hakekatnya adalah kegiatan menggerakkan, memotivasi dan mengkoordinasikan orang-orang atau unit kerja dalam organisasi agar dapat (Mampu dan Mau) melakukan tugas menurut aturan, efisiensi, produktif serta terkendali sehingga tujuan (terwujudnya bangunan sesuai standar mutunya) dapat dicapai sebaikbaiknya. Dalam hal ini maka peranan manajemen yang dilakukan adalah Memimpin/Mendampingi mereka dalam melaksanakan Apa Yang diInginkan
48
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
(Tugas/kegiatan yang mereka lakukan). Yang pada dasarnya melaksanakan fungsi/tugastugas: Mengkomunikasikan, sampaikanlah kebutuhan informasi penting yang diperlukan terkait dengan tugas-tugas atau informasi organisasi yang ingin dilakukan/dicapai berkaitan dengan pekerjaan, agar mereka bekerja lebih efektif dan dengan kepuasan kerja yang tinggi, jadikan ada saling percaya dan pengertian atas tugas/tanggungjawab diantara kita dan mereka, kemaslah informasi dalam bahasa yang mudah dimengerti mereka, dengarkan keluhan mereka; Mempengaruhi/Menggerakkan/Memotivasi (Mendorong, Mengajak, Melibatkan, Mendukung) agar mereka terus mau belajar melaksanakan tugas-tugasnya sehingga meningkatkan kemampuaannya; Koordinasikan kegiatan-kegiatan mereka agar berjalan secara terpadu (integrasi) dan selaras (sinkronisasi) sehingga terbangun kerjasama tim menjadi satu tim organisasi yang tangguh dan kompak; Membantu, Mengerjakan bersama secara langsung sehingga pekerjaan dapat diselesaikan sesuai persyaratannya sekaligus terjadi transfer pengetahuan, keahlian, dan sikap kepada setiap individu dalam meningkatkan kemampuannya;
(6) Supervisi kegiatan Konstruksi Pengawasan/supervisi dapat diartikan sebagai tindakan yang dilakukan untuk menjadikan segala kegiatan di proyek berlangsung dan berhasil sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Dengan demikian maka Supervisi pelaksanaan pekerjaan konstruksi mencakup kegiatan/tindakan mengawasi pelaksanaan pekerjaan sesuai standar konstruksi/rencana yang telah ditetapkan, kemudian mengadakan pengukuran/penilaian pelaksanaan sesuai standar pengukuran kegiatan tersebut dan membandingkan antara hasil pelaksanaan yang dicapai dengan standar/rencananya untuk mengetahui apakah ada penyimpangan (evaluasi). Standar yang dipergunakan adalah mencakup standar konstruksi itu sendiri atau spesifikasi/persyaratan teknis pekerjaan, seperti kuantitas, dimensi/ukuran, kualitas, cara pengerjaan atau rencana kerja yang telah ditetapkan sebelumnya seperti biaya atau jadwal/waktu pelaksanaan kegiatan, dan lain-lain. Sedangkan penyimpangan disini dapat merupakan hasil yang sesuai atau lebih baik (hal ini merupakan suatu prestasi) dan penyimpangan yang negatif atau tidak sesuai/dibawah standar yang telah ditetapkan (merupakan suatu masalah yang harus diselesaikan). Sasaran pengawasan pekerjaan konstruksi adalah untuk melihat apakah terjadi penyimpangan negatif dari standar teknis atau rencana yang telah ditetapkan, seperti apakah kualitas bahan yang dipergunakan kurang, apakah volume atau ukuran/dimensi pekerjaan kurang atau apakah cara pengerjaan salah, atau apakah waktu pelaksanaan
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan
49
pekerjaan terlambat, dll, yang bisa berakibat pada kualitas dan kuantitas bangunan yang hendak dibangun tidak terpenuhi sesuai standar teknis/rencana awalnya. Sedangkan tujuannya adalah agar dilakukan tindakan perbaikan atau penyelesaiaan (pengendalian) bilamana ditemukan adanya kesalahan atau kukurangan dari pekerjaan yang sedang dilaksanakan sehingga tujuan untuk mewujudkan bangunan/infrastruktur yang berkualitas baik (kuat) dan dapat berfungsi/dimanfaatkan lebih lama dapat tercapai dengan baik. Pengawasan secara teratur merupakan cara yang diperlukan untuk menghindari hasil yang tidak dapat diterima yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti bentuk/ukuran konstruksi yang dibuat dilapangan tidak sesuai dengan desain/gambar kerja, ketrampilan kerja yang kurang, perubahan bahan (bermutu jelek), peralatan yang tidak sesuai atau tidak memadai, kuantitas yang kurang dan kondisi lain yang merugikan/menghambat kelancaran pekerjaan di lapangan. Pengawasan pelaksanaan pembangunan prasarana pada prinsipnya dilakukan terhadap semua aspek kegiatan, namun demikian dalam proses pengawasan ini dapat difokuskan pada 5 (lima) aspek-aspek pengawasan pelaksanaan berikut : (a). Volume pekerjaan, termasuk dimensi atau ukuran konstruksi, yang perlu disupervisi antara lain, adalah :
Jenis dan volume tiap pekerjaan, termasuk dimensi atau ukuran konstruksi yang tercantum dalam daftar kuantitas dan gambar rencana, apakah sesuai dengan kondisi pada saat supervisi; Kondisi lokasi, apakah sesuai dengan perencanaan/gambar atau ada perubahan; Apakah secara keseluruhan bangunan dapat berfungsi/bermanfaat; Termasuk juga disini adalah apakah semua rencana pengamanan dampak lingkungan sudah dilaksanakan; (b). Mutu/Kualitas pekerjaan, yang perlu disupervisi antara lain, adalah :
Apakah sumber, kualitas, kuantitas bahan/Alat/tenaga kerja yang dipergunakan
50
pada sestiap jenis pekerjaan sesuai rencana; Apakah kualitas hasil pekerjaan sudah sesuai/baik; Apakah kelengkapan bangunan sudah cukup atau kurang untuk keamanan dan atau kenyamanan pemakai; Apakah metode atau cara pelaksanaan tiap jenis pekerjaan benar; Apakah telah dilakukan koordinasi pelaksanaan dengan pihak/instansi/dinas terkait setempat, seperti : Sumur dalam/Bor harus koordinasi dengan dinas pertambangan atau perindustrian dan geologi setempat, Prasarana Pendidikan harus berkoordinasi dengan dinas Pendidikan setempat; Prasarana kesehatan harus berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat;
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
Prasarana persampahan dengan dinas kebersihan kota/terkait. Khusus air bersih yang sumber airnya bukan dari Air PDAM/Sejenis, Air Hujan, apakah telah dilakukan pengujian kualitas Air bersih; (c). Waktu pelaksanaan, yang perlu disupervisi antara lain, adalah :
Apakah Pelaksanaan tiap-tiap item pekerjaan tetap mengacu pada jadual yang telah direncanakan. Apabila terjadi keterlambatan dan/atau percepatan waktu pelaksanaan pekerjaan maka harus diperhitungkan perubahan waktu kerja tersebut terhadap jadual kerja sehingga dapat dipastikan bahwa seluruh pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu sesuai jangka waktu yang ditetapkan dalam SPPD-L atau perubahannya (bila ada) Apabila diperkirakan seluruh pekerjaan tidak dapat diselesaikan sesuai jadual, maka konsultan memberikan justifikasi/pertimbangan teknis kepada UPL/BKM untuk : memperpanjang jangka waktu pelaksanaan kontrak atau menghentikan pekerjaan/pemutusan kontrak (bila perlu). (d).Biaya, yang perlu disupervisi antara lain, adalah:
Apakah tidak terjadi pembelanjaan atau penggunaan dana yang berlebihan
pada suatu kegiatan sehingga dapat mengakibatkan pekerjaan tidak dapat diselesaikan secara keseluruhan; Apakah tidak terjadi penyelewengan dana; Apakah proses transaksi selalu disertai dengan bukti-bukti tertulis; Apakah dilaksanakan pembukuan Keuangan dengan baik; Apakah aspek kontribusi swadaya masyarakat dipenuhi.
(e).Administrasi pelaksanaan, yang perlu disupervisi, adalah :
Apakah semua administrasi yang diperlukan dibuat lengkap, benar dan sesuai kondisi lapangan/yang sebenarnya; Apakah semua administrasi diarsipkan dan dipelihara dengan baik, Tanggungjawab Supervisi ini dilakukan secara rutin selama proses pelaksanaan kegiatan konstruksi oleh pihak UPL bersama Konsultan (pihak diluar KSM/Panitia) dan tentunya juga oleh KSM/Tim Pelaksana Lapangan secara internal sebagai fungsi yang melekat pada tugas/tanggungjawabnya. Termasuk hasil monitoring partisipatif yang dilakukan oleh warga masyarakat sebagai masukan dalam proses pengawasan.
(7) Pemantauan Dampak Lingkungan kondisi 50%, 100% Pengamanan dampak lingkungan adalah pelaksanaan seluruh kegiatan penanganan dampak lingkungan sebagaimana telah direncanakan sebelumnya. Untuk jenis kegiatan pengamanan yang bersifat/terkait teknis konstruksi pada dasarnya dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan konstruksi (menjadi bagian dari pekerjaan konstruksi
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur ^ŬĂůĂ͘>ŝŶŐŬƵŶŐĂŶ
51
bangunan, misalnya gorong-gorong) sedangkan kegiatan yang bersifat non teknis seperti O dan P MCK dilakukan sejak awal tahap pelaksanaan konstruksi. Pemantauan Dampak Lingkungan disini adalah merupakan pengawasan atas hasil pelaksanaan rencana tindakan penanganan dampak/mitigasi. Apakah telah selesai dikerjakan sesuai rencana atau belum selesai. Oleh karena itu kegiatan pemantauan ini juga pada dasarnya merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam pelaksanaan Supervisi/Pengendalian Pelaksanaan Konstruksi. Pelaksanaan Kegiatan Pemantauan Dampak ini dilakukan pada tahap pelaksanaan Konstruksi/pelaksanaan pembangunan dengan menggunakan instrumen pemantauan berupa Ceklist/Daftar Uji Identifikasi Dampak Lingkungan yang telah dibuat sebelumnya, yaitu :
(a). Kira-kira pada pertengahan proses konstruksi (kondisi kemajuan 50%), disaat peluang untuk memperbaiki masih ada maka dilakukan pemantauan kelapangan dimana daftar yang sama (checklist tadi) di cocokkan lagi, apakah semua tindakan yang telah direncanakan telah dilakukan sesuai rencana atau belum. Dan terakhir,
(b). Di akhir konstruksi (kondisi kemajuan selesai 100%), daftar yang sama (checklist tadi) dicocokkan lagi dibandingkan dengan rencana aslinya guna memastikan bahwa semua tindakan pengamanan yang telah direncanakan telah dilaksanakan. Keseluruhan kegiatan pemantauan diatas dilakukan baik oleh Pelaksana sendiri maupun oleh Tim Konsultan dan UPL dilapangan.
(8) Melakukan Rapat Evaluasi Kemajuan Rapat evaluasi ini pada prinsipnya merupakan bagian dari proses pengawasan/pengendalian pelaksanaan kegiatan, hanya umumnya dilakukan untuk periode waktu tertentu, meskipun juga dapat dilakukan sewaktu-waktu (mendesak). Rapat Evaluasi Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan dapat dilakukan sendiri (internal) KSM/Panitia atau dilaksanakan bagi semua KSM/Panitia oleh UPL sebagai upaya koordinasi dan evaluasi untuk mengevaluasi sejauhmana kemajuan pelaksanaan kegiatan telah dicapai, termasuk penyelesaiaan masalah yang muncul. Rapat Evaluasi ini sangat penting dilakukan karena selain untuk membagi/memberikan informasi hasil-hasil kegiatan yang telah dicapai juga untuk melaksanakan evaluasi (menilai laporan atau hasil temuan dalam pengawasan) dan merumuskan tindakantindakan yang perlu diambil apabila hasil pengawasan menunjukan adanya penyimpangan yang berarti dari rencana semula atau terdapat permasalahanpermasalahan yang mengganggu kelancaran kegiatan. Sehingga dengan adanya rapatrapat rutin ini maka diharapkan semua permasalahan yang terjadi dapat diselesaikan secara bersama-sama, terjadi koordinasi kerja yang baik antar semua unsur pelaksana
52
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
yang pada gilirannya akan membawa kelancaran pelaksanaan kegiatan dilapangan sesuai dengan yang diharapkan/direncanakan. Sasaran evaluasi ini adalah untuk mendeteksi apakah hasil kerja sesuai dengan rencana yang telah dibuat, dan untuk menggali masalah-masalah yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan kerja dan mencari jalan keluar untuk mengatasinya. Sebagai ukuran keluran kegiatan dapat dilihat dari adanya catatan/notulen hasil rapat dan daftar peserta yang hadir. Beberapa hal penting yang perlu menjadi agenda evaluasi berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan dilapangan, antara lain :
(a). Apakah Volume pekerjaan (kemajuan progres pelaksanaan) yang telah dicapai sesuai dengan yang direncanakan?
(b). Apakah Kualitas hasil pekerjaan sesuai dengan yang dipersyaratkan/direncanakan; (c). Apakah Waktu pelaksanaan masih sesuai dengan rencana; (d). Apakah Realisasi Volume Pengadaan Bahan/Alat/Tenaga Kerja sampai saat ini sesuai atau apakah masih cukup/memungkinkan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan sesuai dengan yang direncanakan? Coba bandingkan total Volume dari hasil pengadaan Tenaga/Bahan/Alat sampai saat ini dengan Volume yang masih harus dibeli/dibayar lagi sampai proyek selesai; (e). Apakah Realisasi Biaya Pengadaan Bahan/Alat/Tenaga Kerja sampai saat ini sesuai dan cukup/masih memungkinkan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan sesuai dengan yang direncanakan? Coba Bandingkan total biaya dari hasil pembayaran Upah/Bahan/Alat sampai saat ini dengan Biaya yang masih harus dikeluarkan/dibayar lagi sampai proyek selesai (termasuk total dana yang Belum dicairkan). (f). Apakah Realisasi Swadaya Masyarakat sesuai rencana swadaya? (g). Apakah Administrasi/laporan-laporan sudah dibuat dan diarsipkan? (h). Apakah masalah-masalah yang timbul dilapangan, termasuk dampak lingkungan/sosial sudah diselesaikan?, dll. Hasil pembahasan setiap agenda/permasalahan hendaknya dapat memberikan/menyepakati apa bentuk penyelesaian, siapa yang bertanggung jawab untuk pelaksanaannya, bagaimana cara pelaksanaannya dilapangan dan kapan akan dilakukan tindakan tersebut. Hasil-hasil kesepakatan/pembahasan tersebut dicatat pada Notulen/Catatan Hasil Rapat Mingguan dan diarsipkan dengan baik.
(9) Membuat Administrasi dan Dokumentasi Pelaksanaan Pekerjaan Administrasi adalah proses pencatatan setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh pihak Pelaksana Pekerjaan. Pencatatan dilakukan pada formulir – formulir yang telah
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur ^ŬĂůĂ͘>ŝŶŐŬƵŶŐĂŶ
53
disediakan dan tinggal mengisikan hal-hal yang terjadi, dilaksanakan, dan diperlukan dalam formulir tersebut. Pencatatan yang dilakukan oleh Pelaksana Pekerjaan adalah untuk mendokumentasikan atau merekam seluruh kegiatan pelaksana dilapangan. Pencatatan dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berjalan atau segera dilakukan setelah suatu pekerjaan selesai. Jadi tidak perlu menunggu sampai beberapa lama untuk mencatat suatu kejadian kegiatan, sebab kalau pencatatan ditunda-tunda, maka kemungkinan besar akan terjadi kesalahan-kesalalahan yang timbul karena lupa. Dengan pencatatan yang tertib dan kemudian menghimpun atau mengarsipkannya maka akan dapat digambarkan kembali proses-proses yang telah dilalui dan dilakukan oleh pihak pelaksana pekerjaan, sehingga apabila pada suatu saat dibutuhkan dapat dibuka kembali. Sasaran dilaksanakannya administrasi ini adalah untuk :
(a). Keterbukaan; dengan adanya pencatatan atas setiap kegiatan, dan hasil pencatatan tersebut dapat diketahui oleh semua pihak, maka akan sangat kecil sekali kemungkinan untuk menyembunyikan sesuatu, sebab semua kejadian sudah tercatat dalam formulir administrasi.
(b). Menghindari pertentangan; konflik dalam suatu organisasi biasanya terjadi karena adanya kesalahpahaman, sedangkan salah paham terjadi karena adanya perbedaan informasi di antara pihak-pihak yang berselisih tersebut. Perbedaan informasi tersebut dapat diperkecil atau bahkan dihilangkan dengan adanya pencatatan/administrasi yang benar dan lengkap.
(c). Alat monitoring; dokumen administrasi Pelaksana adalah dokumen yang terbuka dalam arti siapapun pihak yang terlibat dalam kegiatan yang sedang berjalan, berhak untuk mengetahui setiap kejadian ataupun kesepakatan yang telah dibuat bersama.
(d). Bahan penyusunan laporan; selama pelaksanaan kegiatan konstruksi fisik, Pelaksana harus menyusun beberapa laporan secara bertahap sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat serta berdasarkan perkembangan pelaksanaan pekerjaan. Apabila pencatatan administrasi Pelaksana dilakukan secara disiplin dan tertib, maka hasilnya dapat digunakan sebagai bahan penyusunan laporan. Sebagai data – data yang mempertanggungjawabkan seluruh kegiatan di lapangan, termasuk mutu pekerjaan. Ukuran keluaran yang ingin dihasilkan : Diketahuinya Personil dari Pelaksana Pekerjaan yang melaksanakan pengandministrasian pelaksanaan kegiatan/keuangan. Tempat Penyimpanan/pengarsipan administrasi yang dibuat, memudahkan bagi setiap orang untuk memperoleh/mengetahuinya;
54
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
Jumlah administrasi setiap kegiatan yang dibuat secara benar dan lengkap sesuai bentuk-bentuk administrasi/formulir yang telah direncanakan; Ketepatan waktu pembuatan administrasi kegiatan sesuai dengan waktu pelaksanaan setiap kegiatan dilapangan; Bentuk-bentuk formulir administrasi dan pelaporan untuk tahap konstruksi/pembangunan sarana dan prasarana yang dibuat oleh KSM/Panitia, sekurang-kurangnya mencakup : 1).
Catatan Harian Pelaksanaan Kegiatan, terdiri dari formulir berikut : a. Daftar Hadir Harian Tenaga Kerja, merupakan formulir harian (dibuat setiap hari) untuk mencatat kehadiran Tenaga Kerja yang ikut melaksanakan pekerjaan konstruksi (Mandor, Tukang, Pekerja) dilapangan b. Daftar Harian Penerimaan Bahan/Alat, merupakan formulir untuk mencatat penerimaan bahan/alat yang diperoleh melalui swadaya masyarakat dan yang diperoleh dari pemasok/toko. c. Nota Penerimaan Bahan/Alat;
2). Daftar Mingguan Pelaksanaan Kegiatan, terdiri dari formulir berikut : Administrasi Mingguan ini dapat dibuat untuk periode pelaksanaan kegiatan per minggu atau sesuai periode mingguan yang ditetapkan, yang mencakup : a. Daftar Hadir Mingguan Tenaga Kerja dari Swadaya, merupakan Formulir Rekapitulasi Mingguan Daftar Hadir Harian Tenaga Kerja dari Swadaya (Mandor, Tukang, Pekerja) yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan konstruksi. Sumber datanya adalah dari data-data Formulir Daftar Hadir Harian TK Swadaya dan BLM yang telah dibuat sebelumnya. b.Daftar Hadir Mingguan dan Pembayaran Upah Tenaga Kerja Dana Investasi, merupakan Rekapitulasi Mingguan Daftar Hadir Harian Tenaga Kerja untuk pekerjaan konstruksi dan Perhitungan Pembayaran Upah yang diperoleh/dibayarkan kepada masing-masing tenaga kerja. Sumber datanya dari data-data Formulir Daftar Hadir Harian Tenaga Kerja yang telah dibuat. Formulir ini juga sangat diperlukan untuk memastikan besarnya pembayaran upah yang harus diterima oleh setiap tenaga kerja dari dalam satu kurun waktu atau periode mingguan. Data ini selanjutnya dipergunakan sebagai surat bukti untuk proses pembukuan Ongkos tenaga kerja. c.
Daftar Mingguan Penerimaan Bahan/Alat, merupakan formulir Rekapitulasi pencatatan Penerimaan Harian bahan/alat yang diberikan melalui swadaya masyarakat dan yang dari pemasok/toko.
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur ^ŬĂůĂ͘>ŝŶŐŬƵŶŐĂŶ
55
d.Daftar Mingguan/Dwi-Mingguan Opname Pekerjaan, merupakan Formulir pencatatan hasil pengukuran/perhitungan dari Volume tiap jenis kegiatan yang dihasilkan selama periode satu minggu. Formulir ini dibuat oleh Pelaksana pada setiap akhir minggu 3). Laporan Kegiatan yang mencakup : a. Laporan Kemajuan Kegiatan Laporan Kemajuan merupakan formulir laporan tentang kemajuan kegiatan yang telah dicapai/dihasilkan oleh Pelaksana Pekerjaan untuk jangka waktu tertentu dalam masa pelaksanaan pekerjaan (periode pelaporan sesuai dengan yang telah ditetapkan). Formulir ini pada dasarnya merupakan rekapitulasi dari formulir Daftar Harian/Mingguan yang telah dibuat sebelumnya. Dengan demikian maka sumber data utama untuk pengisian formulir ini adalah data-data dari rekapitulasi daftar harian/mingguan sebelumnya. b. Laporan Akhir/Pertanggungjawaban Kegiatan Laporan Akhir atau Pertanggungjawaban Kegiatan Pelaksana Pekerjaan merupakan laporan yang dibuat KSM/Panitia setelah pekerjaan selesai (setelah dibuat Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan/BAP2, termasuk telah dilakukan perbaikan pekerjaan bila ada). Laporan ini sekaligus menjadi laporan kemajuan terakhir pelaksanaan kegiatan. Selanjutnya Laporan Akhir KSM/Panitia ini disampaikan kepada BKM (UPL). Tatacara pembuatan, berikut contoh formulir administrasi KSM/Panitia ini sebagaimana terlampir 4). Dokumentasi (photo-photo) Kegiatan Untuk dokumentasi (Photo-photo) pelaksanaan kegiatan, pada tahap ini KSM/Panitia cukup membuat photo kondisi : 50%, 100%. Photo kondisi 50%, yaitu potret kondisi atau keadaan pertengahan pelaksanaan pekerjaan (kira-kira pada progres mencapai 50%) dan photo kondisi 100% adalah potret kondisi keadaan akhir setelah pekerjaan selesai 100% pada lokasi dibangun Infrastruktur. Jumlah titik lokasi yang diambil/potret minimal sama dengan titik lokasi pengambilan potret kondisi nol (0%) sebelumnya. Penting untuk diperhatikan bahwa titik lokasi dan arah pengambilan gambar kondisi 50% dan 100% ini harus sama dengan titik dan arah pengambilan gambar kondisi awal (0%) sebelumnya. Bersama dengan photo kondisi nol/awal kegiatan, dokumentasi 50%, 100% ini menjadi bahan laporan akhir KSM/Panitia kepada BKM/LKM.
56
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
(10) Pemeriksaan/Sertifikasi Pekerjaan Sertifikasi atau pemeriksaan/penilaian kelayakan hasil kegiatan yang dimaksudkan disini adalah pemeriksaan akhir hasil pekerjaan dilapangan. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai suatu upaya yang diperlukan untuk memenuhi terwujudnya pembangunan sarana dan prasarana yang berkualitas memenuhi seluruh persyaratan yang ditetapkan dalam Kontrak. baik maka pada tahap pelaksanaan pembangunan fisik perlu dilakukan sertifikasi. Selain itu, pemeriksaan ini juga dilakukan sebagai bagian dari proses serah terima hasil pekerjaan dari BKM kepada PPK. Sasaran/keluaran yang diharapkan dari sertifikasi adalah agar kualitas hasil pelaksanaan pembangunan infrastruktur dapat tercapai sesuai dengan ketentuan/standar yang di persyaratkan/direncanakan sehingga dapat diterima oleh pihak pemberi pekerjaan (PPK). Ukuran pencapaian keluaran: (a). Terbentuknya Tim Sertifikasi Pekerjaan yang melibatkan unsur PPK, BKM, Tim Teknis Pemda dan Konsultan (Askot Infra/Fasilitator Teknik) (b). Kemajuan kegiatan sertifikasi telah mencapai 100% (selesai); (c). Diketahuinya rekomendasi atas kelayakan (kualitas dan manfaat) dari kegiatan infrastruktur yang telah dibangun sesuai hasil pemeriksaan lapangan; (d). Dibuat/adanya Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan (BAP2) sesuai Rekomendasi hasil pemeriksaan dilapangan; Sertifikasi infrastruktur, antara lain mencakup aspek : (a). Capaian Kualitas Proses dan Pemanfaatan, dengan indikatornya, antaralain: Kelengkapan komponen/bagian-bagian infrastruktur yang dibangun dapat memberikan keamanan/keselamatan bagi pemanfaat? Infrastruktur yang dibangun aman dan mudah diakses oleh pemanfaat? Infrastruktur yang dibangun dapat menjamin kesehatan bagi pemanfaat? Upaya penanganan dampak (lingkungan dan sosial) telah dilaksanakan dengan baik/terpenuhi (tidak menimbulkan dampak signifikan atas lingkungan/sosial)? Infrastruktur yang dibangun dapat berfungsi/dimanfaatkan oleh warga? (b). Capaian kesesuaian volume dan kualitas pekerjaan, dengan indikatornya berupa kesesuaian realisasi volume dan kualitas setiap jenis pekerjaan dengan volume yang direncanakan dan spesifikasi teknisnya. Bila ditemukan ada cacat atau kekurangan maka harus dicatat untuk diberikan solusinya. (c). Capaian pemanfaatan dana, dengan indikatornya berupa kesesuaian realisasi pemanfaatan swadaya masyarakat dan dana APBN dengan rencana pembiayaan yang telah ditetapkan. Apakah telah sesuai rencana atau tidak.
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur ^ŬĂůĂ͘>ŝŶŐŬƵŶŐĂŶ
57
Proses sertifikasi dilakukan langsung di lapangan oleh Tim Sertifikasi, dimana Tim Sertifikasi ini dibentuk terlebih dahulu oleh pihak PPK bersama BKM/UPL. Adapun mekanismenya secara diagram dapat dilihat pada gambar 1. yang dapat diuraikan sebagai berikut: Gambar 1. Diagram Alir Mekanisme Sertifikasi Kegiatan Infrastruktur
Hasil Pembangunan dan Administrasi Permintaan Sertifikasi ke PPK (Oleh BKM)
Pemeriksaan Oleh TIM SERTIFIKASI
Penyusunan B A P 2
Selesa iLaya k
LPJ BKM
Serahterima Pekerjaan kepada PPK (BA Serah terima)
Belum Selesai/ Layak dgn Penyempurnaan
(a). Berdasarkan laporan kemajuan pekerjaan dari Pelaksana Kegiatan yang menunjukan bahwa pekerjaan telah mencapai 100%, maka Pelaksana Kegiatan wajib mengajukan surat permohonan untuk dilakukan Sertifikasi hasil pekerjaan kepada BKM/UPL. Berdasarkan hal tersebut BKM mengajukan permohonan kepada PPK, ditembuskan kepada Konsultan Pendamping;
(b). Tim Sertifikasi melakukan pemeriksaan dan penilaian atas semua aspek sertifikasi. Hasil Penilaian masing-masing aspek sertifikasi disepakati bersama-sama oleh Tim Sertifikasi;
(c). Setelah seluruh pemeriksaan aspek selesai, maka dilanjutkan dengan membuat kesimpulan dan rekomendasi. Adapun alternatif bentuk kesimpulan dan rekomendasi, yaitu : Pekerjaan dinyatakan Layak/Selesai (berkualitas baik dan bermanfaat); Apabila pekerjaan dinyatakan layak/selesai maka dilanjutkan dengan Serahterima hasil pekerjaan dari BKM kepada PPK selaku pemberi pekerjaan dan dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima. Pekerjaan dinyatakan Belum Selesai/Layak dengan Penyempurnaan;
58
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
Apabila pekerjaan dinyatakan belum selesai maka tindaklanjutnya adalah Pelaksana Kegiatan harus melakukan perbaikan/penyempurnaan sebagaimana catatan/rekomendasi pemeriksaan. Hasil pemeriksaan harus dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan (BAP2). Tim Sertifikasi juga menyepakati batas waktu penyempurnaan yang akan dilakukan KSM/Panitia. Penyempurnaan ini harus dievaluasi kembali oleh Tim Sertifikasi, dan setelah hasil perbaikan/penyempurnaan dinyatakan diterima baru dapat dilanjutkan dengan Serahterima hasil pekerjaan kepada PPK selaku pemberi pekerjaan. Pekerjaan dinyatakan Tidak Layak Apabila pekerjaan telah selesai dan disertifikasi, tetapi bangunan tidak dapat dioperasikan/dimanfaatkan (tidak cukup hanya sekedar penyempurnaan), maka dinyatakan Tidak Layak. Dalam hal demikian maka tindaklanjutnya perlu dilakukan kesepakatan bersama masyarakat dan melibatkan pihak-pihak terkait, seperti BKM, pemerintah kelurahan/desa dan Pemda untuk mencari solusi agar bangunan dapat dioperasikan dan bermanfaat bagi masyarakat.
(d). Seluruh hasil Sertifikasi ini diarsipkan oleh PPK, BKM/UPL dan Konsultan Pendamping. Pembuatan Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan (BAP2). BAP2 dibuat bersama-sama antara Tim Sertifikasi dengan Pelaksana Pekerjaan setelah melakukan pemeriksaan/Sertifikasi pekerjaan dilapangan. Jadi syarat BAP2 dibuat adalah apabila telah dilakukan pemeriksaan pekerjaan bersama-sama.
(11) Serah Terima Prasarana Kepada Pengelola O dan P (KPP) Setelah serahterima hasil pekerjaan BKM kepada PPK selesai maka dilanjutkan dengan serahterima hasil pekerjaan infrastruktur kepada KPP untuk mengelola kegiatan pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur. Proses penyerahan tersebut agar melibatkan pemerintah kab/kota pemerintah Kelurahan/Desa setempat bersama BKM/LKM. Dengan proses serah terima ini diharapkan dapat meningkatkan komitmen bagi warga untuk melaksanakan pemeliharaan dan bagi pemerintah daerah untuk secara terusmenerus memberikan dukungan dan pembinaan secara berkesinambungan sehingga prasarana dapat bermanfaat secara terus-menerus bagi masyarakat;
I.
TAHAP KEBERLANJUTAN Tahap keberlanjutan pembangunan infrastruktur atau pasca konstruksi adalah merupakan tahap pelaksanaan operasi/pemanfaatan dan pemeliharaan sarana prasarana yang telah dibangun, termasuk pengembangan yang diperlukan.
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur ^ŬĂůĂ͘>ŝŶŐŬƵŶŐĂŶ
59
Pemanfaatan/Operasi dan Pemeliharaan (O dan P) adalah serangkaian kegiatan terencana dan sistematis yang dilakukan secara rutin maupun berkala untuk menjaga agar prasarana yang telah dibangun tetap dapat berfungsi dan bermanfaat sesuai rencana. 1. Kegiatan Operasional Dan Pemeliharaan Dalam rangka pelestarian dan keberlanjutan hasil-hasil pembangunan infrastruktur yang telah dilaksanakan maka perlu adanya pemanfaatan dan pemeliharaan yang optimal oleh masyarakat. Pembangunan melalui program KOTAKU dengan entry poin pemberdaayan masyarakat mengupayakan pengembangan dan penguatan peranserta masyarakat mulai dari tahap perencanaan, yaitu bahwa masyarakat yang paling mengetahui permasalahan yang mereka hadapi, mengetahui kebutuhan mereka (solusi permasalahan), merencanakan teknis pelaksanaan dan memutuskan sendiri infrastruktur yang akan dibangun. Selanjutnya pada tahap pelaksanaan, masyarakat dan melaksanakan sendiri dan mengawasai kegiatan pembangunannya. Dari mekanisme peran serta tersebut, “rasa membutuhkan infrastruktur (tahap perencanaan)” dan “rasa memiliki infrastruktur (tahap pelaksanaan)“ ini diharapkan muncul “kesadaran dan rasa tanggungjawab” untuk memelihara infrastruktur yang telah dibangunnya sehingga dapat memberikan manfaat yang berkesinambungan dan lestari. Dengan pertimbangan bahwa Konsultan Pendamping tidak dapat secara terus menerus memberingan pendampingan secara teknis selama tahap pemanfaatan dan pemeliharaan ini maka pemerintah kab/kota selaku pembina masyarakat perlu secara intensif memfasilitasi kegiatan pemanfaatan dan pemeliharaan. Kegiatan pada tahap ini mencakup:
a)
Pengorganisasian
Kegiatan pengeorganisasian ini mencakup:
(1) Pembentukan organisasi Pembentukan organisasi pengelola pemanfaatan dan pemeliharaan dilakukan oleh KPP. Kelompok ini dapat dibentuk dengan menggunakan organisasi kemasyarakatan yang sudah ada atau dengan membentuk organisasi baru dilengkapi dengan susunan kepengurusan.
(2) Penyusunan Program Kerja Untuk melaksanakan kegiatan maka organisasi KPP perlu menyusun program kerja pemanfaatan dan pemeliharaan. Program kerja ini meliputi Aturan organisasi dan rencana kerja yang disepakati bersama oleh masyarakat.
60
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
b)
Operasional dan pemeliharaan
Kegiatan pemanfaatan dan Pemeliharaan ini pada dasarnya mengandung 2 (dua) unsur kegiatan utama yaitu: Pemanfaatan/pengoperasian yang berarti penggunaan prasarana harus sesuai dengan fungsi utama prasarananya; Pemeliharaan yang berarti kegiatan yang dilakukan baik rutin maupun berkala harus tetap menjaga prasarana yang telah dibangun dapat berfungsi dengan baik. Kedua hal tersebut saling terkait, dimana pengoperasian secara benar akan mencegah terjadinya kerusakan dini dan agar fungsi/manfaat prasarana dapat berkelanjutan maka pemanfaatan prasarana harus dibarengi dengan pemeliharaannya. Uraian selengkapnya tentang Operasi dan Pemeliharaan dapat dilihat pada Buku POS Pemanfaatan dan Pemeliharaan Infrastruktur.
c)
Pengembangan Infrastruktur
Kegiatan pengembangan infrastruktur merupakan lanjutan dari kegiatan pemanfaatan dan pemeliharaan. Dari hasil pemanfaatan dan pemeliharaan dapat dilakukan pengembangan infrastruktur yang telah ada baik dari segi kualitas maupun kuantitatsnya guna memberikan pelayanan yang lebih luas kepada masyarakat. 2. Pemanfaatan Dana Dukungan Operasional Dan Pemeliharaan Sesuai dengan kerangka implementasi KOTAKU maka pada tahap keberlanjutan ini dialokasikan dana dukungan dari program sebagai stimulan kegiatan operasional dan pemeliharaan infrastruktur. Dana tersebut akan dicairkan melalui LKM/BKM dan selanjutnya dimanfaatkan untuk kegiatan operasional dan pemeliharaan melalui KPP. Kegiatan pemanfaatan dan pemeliharaan yang dapat didanai dari sumber dana program adalah kegiatan penguatan kapasitas Pengelola KPP dan kegiatan pemeliharaan berkala untuk mengembalikan fungsi pelayanan infrastruktur tetap optimal/sesuai rencana, seperti perbaikan/penggantian komponen bangunan yang telah mengalami kerusakan. Langkah-langkah kegiatan meliputi: a) b) c) d) e) f) g) h)
Penyusunan usulan kegiatan KPP (teknis dan biaya); Penyampaian Proposal dan Verifikasi Kelayakan oleh BKM Penyusunan Rencana Kerja LKM/BKM (teknis dan biaya) SPK BKM dengan PPK; Pencairan Dana; Pelaksanaan Kegiatan; Pengendalian pelaksanaan kegiatan; Administrasi dan Pelaporan Kegiatan
Masing-masing langkah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur ^ŬĂůĂ͘>ŝŶŐŬƵŶŐĂŶ
61
(1) Penyusunan usulan kegiatan KPP KPP difasilitasi oleh UPL, Tim fasilitator dan pemerintah Desa/Kelurahan menyusun proposal usulan kegiatan yang perlu mendapat perbaikan/penggantian komponen yang mengalami kerusakan. Proposal tersebut mencakup nama kegiatan, lokasi kegiatan, volume kegiatan, Daftar Kuantitas Pekerjaan, Daftar Kebutuhan Tenaga Kerja/Bahan/Alat, RAB, Jadwal Pelaksanaan, termasuk Gambar dan Spesifikasi (bila ada). Selain kegiatan yang berupa fisik, KPP juga dapat mengajukan kegiatan penguatan kapsitas/pelatihan. (2) Penyampaian Proposal dan Verifikasi Kelayakan oleh BKM Proposal kegiatan O dan P yang disusun oleh KPP disampaikan kepada BKM untuk diverifikasi kelayakannya. Kegiatan verfikasi ini dilakukan secara tim dengan anggotanya meliputi UPL/TIPP, Tim Fasilitator, Tim Pokja Kab/Kota (bila diperlukan). Tatacara verifikasi kelayakan proposal mengacu pada tatacara verifikasi kelayakan proposal KSM/Panitia sebagaimana diuraikan pada bab 4. (3) Penyusunan Rencana Kerja LKM/BKM (teknis dan biaya) Seluruh proposal kegiatan fisik maupun penguatan kapasitas pengelolaan O dan P yang disampaikan oleh KPP selanjutnya dikompilasi oleh UPL dibantu TIPP menjadi rencana kerja BKM yang akan diajukan kepada PPK dalam rangka pemanfaatan dana kegiatan Opersional dan Pemeliharaan. (4) SPK BKM dengan PPK Dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemanfaatan dana dukungan operasional dan pemeliharaan yang dialokasikan oleh KOTAKU maka BKM melakukan Perjanjian Kerja Sama (SPK) dengan PPK. (5) Pencairan Dana Setelah SPK dibuat, BKM dapat segera mengajukan pencairan dana kepada PPK. Tatacara pencairan dana mengacu pada ketentuan pencairan dana sebagaimana ditetapkan pada Petunjuk Teknis Bantuan Dana Investasi KOTAKU. (6) Pelaksanaan Kegiatan Untuk kegiatan berupa penguatan kapasitas maka BKM dapat membentuk Panitia Pelaksana kegiatan sedangkan untuk kegiatan berupa kegiatan pemeliharaan fisik maka pelaksanaannya diserahkan kepada KPP. Pada tahap ini dilaksanakan kegiatan sebagaimana diusulkan dalam proposal kegiatan. Untuk kegiatan berupa pelaksanaan fisik maka cakupan kegiatan sebagaimana pada tahapan pelaksanaan fisik yang diuraikan pada Bab.4 sebelumnya. (7) Pengendalian Pelaksanaan UPL bersama Tim Fasilitator melakukan pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan kegiatan pemanfaatan dana yang dilakukan oleh Panitia Penguatan Kapasitas maupun KPP selaku pelaksana kegiatan pemeliharaan fisik. Untuk kegiatan berupa pelaksanaan fisik maka
62
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
cakupan kegiatan sebagaimana pada tahapan pelaksanaan fisik yang diuraikan pada Bab.4 sebelumnya. (8) Administrasi dan Pelaporan Selama pelaksanaan kegiatan pemanfaatan dana dukungan keberlanjutan ini, BKM maupun Panitia/KPP harus menyusun administrasi dan pelaporan kegiatannya. Jenis administrasi dan pelaporan yang dipergunakan pada tahap ini mengacu pada jenis administrasi kegiatan KSM/Panitia Pelaksana Kegiatan Infrastruktur sebagaimana diuraikan pada Bab 4 sebelumnya.
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur ^ŬĂůĂ͘>ŝŶŐŬƵŶŐĂŶ
63
LAMPIRAN
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Kelurahan
65
PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) TAHUN ANGGARAN 2017
CAKUPAN ISI : F-1
USULAN KEGIATAN
F-2
PERNYATAAN KONTRIBUSI LAHAN
RAB-2
DAFTAR KUANTITAS PEKERJAAN
TK1 F-3
DAFTAR CALON TENAGA KERJA
RAB-4
RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)
F-5
KESEPAKATAN SWADAYA
F-6
RAB-1
KESEPAKATAN HARGA
F-7
F-Gbr
GAMBAR
F-Photo
PHOTO
F-4
LIST NEGATIF
UJI IDENTIFIKASI DAMPAK
JADWAL PELAKSANAAN DAFTAR RENCANA PENGADAAN TIM PELAKSANA
F-8
PERNYATAAN KESANGGUPAN
F-9
OPERASI & PEMELIHARAAN (O&P)
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur ^ŬĂůĂ͘>ŝŶŐŬƵŶŐĂŶ
67
FORM - 1 DATA USULAN KEGIATAN Kota/Kabupaten
:
Kecamatan
:
Kelurahan/Desa
:
Nama BKM
: Jumlah Anggota KSM/Panitia (Org)
Nama KSM/Panitia KSM/Panitia
:
Paket Kegiatan
:
Jenis Kegiatan
:
Volume Kegiatan
:
Alasan Pembangunan Prasarana
:
Lokasi Pekerjaan
:
Luas Kumuh (Ha)
L
MBR
Jumlah
Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Skala Lingkungan
Dusun/RT/RW
:
Metode Konstruksi
:
: ……………................................
Kelurahan/Desa : ……………................................ Total Luas Delineasi Kumuh
Luas Penanganan Kumuh (Ha)
(Ha)*)
2017**)
....................... Ha
....................... Ha
:
Penerima Manfaat
68
P
Jumlah : ............ KK ........... Jiwa ........... MBR Gotong Royong
........ Jiwa (L) ........ MBR (L)
Semi Gotong Royong
......... .........
Jiwa (P) MBR (P)
Kerjasama Pihak Ketiga
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
Status Tanah/Lokasi Kegiatan
:
Keterangan : Tanda : *) Diisi Luas Total Kumuh Delineasi dalam satu Kelurahan Tanda : **) Diisi Luas pengurangan Kumuh akibat penanganan BDI 2017
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur ^ŬĂůĂ͘>ŝŶŐŬƵŶŐĂŶ
69
FORM - 2 PERNYATAAN HIBAH / IJIN PAKAI / IJIN DILALUI / GANTI RUGI*) Yang bertanda tangan dibawah ini , Saya: Nama : ................................................. No. KTP : ........................................................ Pekerjaan : ................................................... Alamat : Jl. ...................................................... RT/RW/Dusun .................................... Kel /Desa .........................................................................................., Kab./Kota ........................................... Selaku pemilik tanah berdasarkan Surat Bukti Kepemilikan Yang Sah, Nomor: ............................. Tanggal ...................................dari Notaris/PPAT/Instansi lain yang Sah. Dengan ini menyatakan bersedia memberikan kontribusi dalam bentuk : Hibah/Ijin Pakai/Dilewati selama..............tahun Kepada Pemerintah Desa/Kelurahan : ................................................., untuk dimanfaatkan bagi kepentingan masyarakat umum sesuai rencana kegiatan : ................................... di Lokasi ...........................oleh KSM :.................................................... Volume & Satuan Asset
Bentuk Kontribusi
Alamat Asset
Sketsa Peta Lokasi Cantumkan :
1. Tanah/Lahan
1. Batas dan status kepemilikan kanan, kiri, depan dan belakang tanah warga 2. Bagian atau seluruh lahan milik warga disertai ukuran luas 3. Jalan sekitar lahan untuk identifikasi lokasi 4. Batas bagian tanah yang akan diberikan
2. Tanaman Produktif 3. Asset lainnya (sebutkan)
Syarat/Bentuk Kontribusi Yang disepakat dengan Pemilik :
Demikian surat pernyataan ini dibuat secara sukarela untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Yang Menerima Lurah/Ka Desa
Yang Memberikan (Pemilik Lahan) Meterai Rp.6000
(................................)
(................................) ........................................................201..... Mengetahui :
No
70
Nama
Jabatan
1
BKM/LKM
2
Ketua KSM
3
Ketua RT/RW
Tandatangan
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
FORM - 3 BERITA ACARA HASIL KESEPAKATAN SWADAYA MASYARAKAT Pada hari ini...................., .tanggal..........., bulan....................., tahun ...... bertempat di ...................................., Kelurahan/Desa .............................. , telah dilaksanakan Rembug Kesepakatan Swadaya Masyarakat untuk pelaksanaan kegiatan :...................................... .............................................................................., oleh KSM : .................................................. Atas nama warga masyarakat penerima manfaat kegiatan, disepakati bahwa jika usulan kegiatan KSM tersebut, disetujui oleh Badan Keswadayaan Masyarakat, kami sepakat dan sanggup untuk memberikan kontribusi swadaya sebagai berikut: No
Jenis Swadaya
Volume
Sat.
Tenaga Kerja
1
2
No 3
a. Mandor
HOK
b. Kepala Tukang c. Tukang d. Pekerja Juml. Laki-laki (L) Juml. Perempuan (P) Bahan a. Batu Kali b. Semen c. Kerikil d. Pasir d. Benang/Ember/ Linggis/Cangkul,dll Dst
HOK HOK HOK Org Org M3 Zak M3 M3
4 5 6
7
Jenis Swadaya
Volume
Sat.
Peralatan a. Truk/Mobil Pengangkut b. Mesin Gilas Administrasi Dana/Uang Tunai Tanah/ Tanaman : a. Tanah : M2 Tanaman b. Produktif c. Asset Lainnya Konsumsi
Rp.
Btg
Daftar Rincian Nama-nama dan bentuk Swadaya terlampir. Demikian berita acara ini kami buat dengan sebenarnya dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. .....................,.....................20.... Mengetahui, Dibuat, BKM/UPL, Lurah/Ka. Desa Ketua KSM/Panitia (...................................)
(.....................................)
(...................................)
Atas nama warga masyarakat , No
Nama
Jabatan
1.
Ketua RT
2.
Ketua RW
Alamat
Tanda Tangan
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur ^ŬĂůĂ͘>ŝŶŐŬƵŶŐĂŶ
71
RAB - 1
72
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
TK - 1
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur ^ŬĂůĂ͘>ŝŶŐŬƵŶŐĂŶ
73
FORM - GAMBAR
KABUPATEN :
KECAMATAN :
KELURAHAN :
KSM : ETIKET GAMBAR RENCANA BERISI : 1. 2. 3. 4.
Gambar site plan Gambar Tampak Gambar Potongan Memanjang dan Melintang Gambar Detail
NAMA PEKERJAAN :
DIGAMBAR OLEH : KSM DIPERIKSA OLEH : FASKEL TEKNIK/ASKOT INFRA
DISETUJUI OLEH : SATKER/PPK
74
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
FORM - PHOTO
DOKUMENTASI KEGIATAN INFRASTRUKTUR
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur ^ŬĂůĂ͘>ŝŶŐŬƵŶŐĂŶ
75
FORM - 4 PENILAIAN TERHADAP DAFTAR KEGIATAN TERLARANG (NEGATIF LIST) Apakah usulan kegiatan, termasuk dalam salah satu kegiatan yang dilarang untuk dibiayai oleh dana BDI KOTAKU ? No BUTIR / ITEM YA TIDAK 1
Pembangunan atau Rahabilitasi gedung Kantor Pemerintah atau kantor BKM
2
Pembangunan atau Rahabilitasi Rumah Ibadah, termasuk infrastruktur lainnya yang secara langsung berada didalam lokasi rumah ibadah;
3
Pembebasan Lahan;
4
Kegiatan yang berkaitan dengan politik praktis (kampanye, demonstrasi, sumbangan politik, dll);
5
Kegiatan Militer atau semi-militer (pembelian/perdagangan senjata dan sejenisnya);
6.
Kegiatan-kegiatan yang berdampak negatif terhadap lingkungan, seperti : Membangun didalam dan atau berbatasan langsung dengan area yang dilindungi seperti : Kawasan Hutan Lindung, Kawasan Bergambut, Kawasan pantai berhutan bakau (Mangrove), Kawasan Resapan Air, Cagar Alam, Suaka Marga Satwa, Hutan Wisata, Daerah Pengungsian Satwa, Taman Nasional, Taman Wisata Alam, Cagar Budaya & Ilmu Pengetahuan, Lokasi Situs Purbakala, lokasi peninggalan sejarah; Penggunaan bahan bangunan yang mengandung asbes; . Kegiatan produksi dan pengolahan yang menghasilkan emisi atau effluent cair dan gas kecuali kegiatan dalam skala kecil dan kegiatankegiatn yang telah direview dan diberikan sertifikat oleh Bappedalda berdasarkan standar kontrol polusi air dan udara. Memanfaatkan dan atau menghasilkan bahan-bahan limbah berbahaya, termasuk pestisida dan herbisida, dan produk terkait lainnya; Memproduksi, memproses, pengolahan, penyimpanan atau penjualan produk tembakau atau produk yang mengandung tembakau. Memproduksi atau menggunakan bahan yang membahayakan ozon; Memproduksi, menyimpan dan pengangkutan cairan, gas atau emisi yang berbahaya (termasuk kategori limbah berbahaya- B3); Kegiatan yang terkait dengan pengelolaan, pengadaan kayu dan peralatan perkayuan. Pengadaan Kayu diatas 3M3 per kegiatan harus memiliki SKSHH/FAKO Pembangunan MCK, Kakus/Jamban tanpa Septictank dan resapan; Bangunan/fasilitas Persampahan yang belum terintegrasi dengan sistem persampahan kota yang sudah ada; Drainase yang belum terintegarasi dengan sistem drainase kota yang telah ada atau drainase tanpa pembuangan akhir;. Jaringan Listrik (termasuk lampu penerangan) yang pengelolaan O&Pnya bukan oleh masyarakat; Berdampak negatif terhadap penduduk asli; Berdampak negatif terhadap kelestarian budaya lokal;
7
76
Deposito atau yang berkaitan dengan usaha memupuk bunga Bank;
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
No 8
9
YA
BUTIR / ITEM Kegiatan yang memanfaatkan BLM sebagai jaminan atau agunan atau garansi, baik yang berhubungan dengan lembaga keuangan dan perbankan atau pihak ketiga lainnya; Kegiatan yang bertentangan dengan hukum, kemanusiaan serta tidak sejalan dengan Visi, Misi, Tujuan dan nilai-nilai PNPM Mandiri Perkotaan
Diverifikasi Oleh : Faskel Teknik,
Diverifikasi Oleh : UPL,
(..............................)
(...............................)
TIDAK
nilai
agama, tata
Dibuat Oleh : Ketua KSM
(...........................)
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur ^ŬĂůĂ͘>ŝŶŐŬƵŶŐĂŶ
77
susila
FORM - 5
DAFTAR UJI IDENTIFIKASI DAMPAK LINGKUNGAN Hasil uji identifikasi dampak negatif terhadap lingkungan yang mencakup uraian jenis potensi dampak dan Rencana Tindakan penanganan/mitigasinya sebagaimana diuraikan pada tabel berikut. Kemudian kami akan melakukan pemantauan atas pelaksanaan pengamanan tersebut, pada saat perkembangan kegiatan kira-kira mencapai kemajuan 50% dan 100% guna memastikan bahwa seluruh pengamanan dampak telah kami lakukan. NO
POTENSI SUMBER DAMPAK NEGATIF
UPAYA PENANGGULANGAN / POTENSI
PEMANTAUAN PENYELESAIAN 50% 100%
...........................,..............201... Diverifikasi Oleh :
Diverifikasi Oleh :
Dibuat Oleh :
Faskel Teknik,
UPL,
Ketua KSM
(.................................) (..................................) (Lihat Referensi Daftar Uji Dampak Lingkungan-Lampiran 4)
78
(...................................)
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
RAB - 2 DAFTAR KUANTITAS PEKERJAAN Kabupaten Kecamatan
: :
............................ ............................
Jenis Kegiatan Volume
: :
.............................. ..............................
Kel/Desa KSM/Panitia
: :
............................. .............................
Lokasi
:
..............................
NO
URAIAN PEKERJAAN
SATUAN
VOLUME
...........................,..............201... Diverifikasi Oleh :
Diverifikasi Oleh :
Dibuat Oleh :
Faskel Teknik,
UPL,
Ketua KSM
(.................................)
(..................................)
(...................................)
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur ^ŬĂůĂ͘>ŝŶŐŬƵŶŐĂŶ
79
RAB - 3
80
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
FORM - 6
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur ^ŬĂůĂ͘>ŝŶŐŬƵŶŐĂŶ
81
FORM - 7
FORM - 8
82
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
FORM - 8 STRUKTUR ORGANISASI TIM PELAKSANA
Ketua KSM Sekreta ris Bendahara
Pelaksana Lapangan
Ketua Regu Kerja/ ( Mandor)
Logistik
Ketua Regu Kerja/
(Mandor)
MASYARAKAT SUSUNAN TIM PELAKSANA KSM : No
NAMA
POSISI
1
Ketua/Penanggungjawab
2
Sekretaris
3
Bendahara
4
Pelaksana Lapangan
5
Logistik/Pengadaan
6
Ketua Regu Kerja (Mandor)
7
Ketua Regu Kerja (Mandor)
Dst. Susunan Tim Pelaksana Lapangan dapat disesuaikan dengan kondisi Lapangan/SDM KSM Diverifikasi Oleh : Faskel Teknik,
Diverifikasi Oleh : UPL,
(............................)
(............................)
Dibuat Oleh : Ketua KSM
(..........................)
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur ^ŬĂůĂ͘>ŝŶŐŬƵŶŐĂŶ
83
FORM -9 SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGOPERASIAN & PEMELIHARAAN PRASARANA Yang bertanda tangan dibawah ini, kami : Nama Jabatan Alamat
: .................................................................. : Ketua KSM ......................................... Kel./Desa........................................... Kecamatan ....................................... Kab./Kota ......................................... : Jl. ............................... Dusun/RT/RW ...............................
Menyatakan kesanggupan untuk mengoperasikan dan memelihara sarana & prasarana yang kami bangun, yaitu : No
Jenis Sarana & Prasarana
Lokasi (Jl/Dusun/RT/RW)
1. 2. 3. dst Struktur Organisasi & Pengurus Pemanfaatan & Pemeliharaan Sarana & Prasarana tersebut akan kami sampaikan setelah kami ditetapkan sebagai pelaksanaan kegiatan pembangunan sarana & prasarana tersebut. Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya. ...........................,..................... 20......... Yang Menyatakan , Ketua KSM................................................ Materai Rp.6.000,(.................................) Mengetahui : No
84
Nama
Jabatan
1
BKM/Mewakili
2
UPL
3
Ketua RW/Mewakili
4
Ketua RT/Mewakili
Tandatangan
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
REFERENSI DAFTAR UJI IDENTIFIKASI DAMPAK LINGKUNGAN No
1
POTENSI/SUMBER DAMPAK NEGATIF
FORM -10
ALTERNATIF UPAYA PENANGGULANGAN/MITIGASI
PRASARANA JALAN, JEMBATAN, GORONG-GORONG, TAMBATAN PERAHU Resiko Longsor akibat Kegiatan Pemindahan jalur jalan atau bangunan ke tempat lain yang lebih Galian/Timbunan Tanah diarea aman lereng/tebing Batasi pemindahan tanah hanya pada musin kering/panas Dibangun tanggul atau turap penahan Tampingan diperlandai Penanaman Vegetasi/jerami didaerah kemiringan Dipasang pelindung tebing diarea terkena arus sungai/pantai
2
Jembatan mengganggu lalu lintas perahu
3
Jembatan/T.Perahu merubah arah/aliran sungai
Tata letak dipindahkan untuk menghindari masalah
4
Meningkatnya erosi pada tebing
5
Meningkatnya erosi pada saluran pinggir/samping
Tampingan diperlandai Penanaman Vegetasi/jerami didaerah kemiringan Dasar saluran diperlandai Dipasang penahan pelindung tebing saluran Dipasang gorong2 bantu untuk mengurangi debit (sub drainase)
6
Jalan tanah meningkatkan debu
7
Jalan menutup/memotong aliran air alamiah/drainase Saluran samping/drainase terjadi pendangkalan/ sedimentasi
8
Perletakan jembatan diperbaiki/disesuaikan
Perletakan jembatan diperbaiki/disesuaikan Dipasang pelindung tebing diarea terkena arus sungai/pantai
Perkerasan khusus pada badan jalan disekitar saluran, beton, aspal, dll. Permukaan jalan dipadatkan Permukaan jalan diberikan perkerasan dari bahan berbutir kasar (kerikil/sirtu)
seperti
Dipasang gorong2 sesuai aliran alamiah/drainase Drainase dibuat dari bahan pasangan batu/bata atau beton Drainase dibuat mengikuti kemiringan alamiah Drainase dibuat sampai ketempat pembuangan atau saluran kota yang ada (terintegrasi) Pemindahan trase/jalur jalan ke tempat lain yang lebih aman
Jalan baru akan menebang banyak pohonpohon 10 Tidak ada pembuangan akhir /ada genangan Drainase dibuat sampai ketempat pembuangan akhir (seperti air dari sungai, laut) atau terintegrasi dengan Sistem Drainase kota; drainase/Gorong-gorong 11 Bangunan tidak nyaman/aman Dibuat pagar pengaman pada Tikungan Jalan yang tajam 9
Dibuat penahan longsor diderah tebing/lereng atau badan jalan
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur ^ŬĂůĂ͘>ŝŶŐŬƵŶŐĂŶ
85
No
POTENSI/SUMBER DAMPAK NEGATIF
ALTERNATIF UPAYA PENANGGULANGAN/MITIGASI Dibuat pagar pengaman pada jembatan dan di pintu masuk/ keluar jembatan (kiri+kanan)
12 Belum terjamin O&P kegiatan
Dibuat tembok pengaman pada gorong-gorong (kiri+kanan) Dibentuk O&P kegiatan dan ada rencana kegiatan pemeliharaan PRASARANA AIR BERSIH
1
Galian Sumur (sumur dangkal) longsor
Dibuat turap penahan tanah Dinding Sumur menggunakan Cincin Beton
2
Koordinasi dengan dinas pertambangan & geologi/ instansi terkait sebelum kegiatan dimulai;
3
Kualitas air sumur bercampur mineral/bahan2 berbahaya bagi kesehatan Dilakukan Pengujian kualitas air sebelum dimanfaatkan
4
Sumur Gali (sumur dangkal) longsor
5
Sumur terlalu dekat dengan MCK/WC Air Sumur tercampur air permukaan/Air Rembesan
6 7
8
86
Galian sumur dalam/bor bisa memunculkan bahan2 tambang yang bisa berbahaya, seperti minyak,gas
Mata Air tercampur air permukaan
Belum terjamin O&P kegiatan
Dinding Sumur dibuat menggunakan Cincin Beton Lokasi Sumur dan Septicktank/Resapan minimal 11 meter Dibuat bibir sumur yang cukup tinggi Lokasi Sumur dicari tempat yang tidak sering banjir Dibuat Pelindung disekitar mata air untuk mencegah air masuk Daerah sekitar mata air diberi pelindung jalur hijau Dibentuk O&P kegiatan dan ada pemeliharaan
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
kegiatan
No
POTENSI/SUMBER DAMPAK NEGATIF
ALTERNATIF UPAYA PENANGGULANGAN/MITIGASI
PRASARANA MCK, JAMBAN, SALURAN LIMBAH RUMAHTANGGA 1
Tidak ada saluran pembungan limbah cair domestik (MCK,Jamban,Air Cucian Dapur,dsb)
Dibuat saluran pembuangan pembuangan atau drainase yang ada
sampai
ketempat
Dibuat Septictank dan Resapan untuk MCK/Jamban 2
Pipa sanitasi dipermukaan tanah yang sangat rawan thd sinar matahari, terinjak, dan kenakalan manusia
Tanam pipa sanitasi dari kakus keseptictank Buat Lubang septicktank
Kontrol
dan
Pipa
Udara
untuk
3
Bangunan MCK, Jamban, Drainase air limbah, tidak sesuai standar teknis
4
Septicktank/Resapan MCK/WC terlalu dekat dengan Sumur. Jenis bangunan Septicktank tidak sesuai jenis tanah Tidak ada pembuangan akhir dari saluran MCK, WC, Saluran Limbah Rumah Tangga/ada genangan air
Jarak lokasi Septicktank/Resapan dengan Sumur minimal 11 meter Jenis bangunan Septicktank disesuaikan dengan daya resap tanah
Belum terjamin O&P kegiatan
Dibentuk O&P kegiatan dan ada rencana kegiatan pemeliharaan
5 6
7
Desain/Spesifikasi teknis ketentuan standar teknis bangunan
disesuaikan
dengan
Dibuat Drainase sampai ketempat pembuangan akhir (seperti sungai, laut) atau terintegrasi dengan Sistem Drainase kota;
PRASARANA DRAINASE PERMUKIMAN 1.
Resiko Longsor akibat Kegiatan Galian/Timbunan Tanah diarea lereng/tebing
Pemindahan jalur atau bangunan ke tempat lain yang lebih aman Batasi pemindahan kering/panas
tanah
hanya
pada
musin
Dibangun tanggul atau turap penahan Tampingan diperlandai Penanaman Vegetasi/jerami didaerah kemiringan Dipasang penahan pelindung tebing saluran 2
Meningkatnya erosi pada tebing
Tampingan diperlandai Penanaman Vegetasi/jerami di daerah kemiringan Dipasang penahan pelindung tebing saluran
3
4
Saluran terjadi pendangkalan/sedimentasi akibat erosi dari dinding sal. Tanah/Tebing
Dasar saluran diperlandai Saluran dibuat dari bahan pasangan batu atau beton
Saluran dibuat mengikuti kemiringan alamiah Saluran pembuangan dibuat sampai ketempat pembuangan Tidak ada pembuangan akhir drainase/ada Drainase dibuat sampai ketempat pembuangan akhir (seperti genangan air sungai, laut) atau terintegrasi dengan Sistem
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur ^ŬĂůĂ͘>ŝŶŐŬƵŶŐĂŶ
87
5 6
1 2 3
88
Drainase kota; Bangunan Drainase Tiidak sesuai Desain/Spesifikasi teknis disesuaikan dengan standar teknis ketentuan standar teknis bangunan Belum terjamin O&P kegiatan Dibentuk O&P kegiatan dan ada kegiatan pemeliharaan PRASARANA PERSAMPAHAN Bangunan Sampah Tiidak sesuai standar Desain/Spesifikasi teknis disesuaikan dengan ketentuan standar teknis bangunan teknis Tidak ada Pembuangan Sampah dari TPS dibuat terintegrasi dengan Sistem persampahan kota; TPS Belum terjamin O&P kegiatan Dibentuk O&P kegiatan dan ada kegiatan pemeliharaan Persampahan
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
FORM – V.1
LEMBAR VERIFIKASI KELAYAKAN PROPOSAL USULAN KEGIATAN SKALA LINGKUNGAN
No
PENILAIAN KELAYAKAN
ASPEK YANG DIVERIFIKASI
YA A
ASPEK ORGANISASI
1
Adakah yang jelas ?
2
Apakah jumlah anggota perempuan, minimal 30% ?
3
Apakah KSM dinyatakan layak ?
4
Apakah Merupakan Pemanfaat & Pemelihara Sarana & Prasarana?
5
Adakah kontribusi Swadaya masyarakat ?
B
ASPEK MANAJEMEN, TEKNIS KEGIATAN
1
Apakah Kegiatan Infrastruktur yang diusulkan sesuai prioritas dalam dokumen RPLP ?
2
Apakah rencana lahan lokasi Bangunan dibebaskan (tidak akan ada dampak sosial)?
3
Adakah calon tenaga kerja yang akan terlibat ?
4
Adakah BA Kesepakatan Harga Hasil Survey (minimal 3 toko setempat) ?
5
Adakah Gambar Rencana (DED) Infrastruktur ? ,
6
Adakah dokumentasi/photo kondisi awal (0%) ?
7
Apakah rencana Bangunan tidak bertentangan dengan Daftar Kegiatan Terlarang ?
8
Apakah rencana Bangunan tidak berpotensi menimbulkan Dampak Negatif (merusak) Lingkungan?
9
Adakah Daftar Kuantitas Pekerjaan?
CATATAN (PENYEMPURNAAN)
TIDAK
pengurus, anggota, serta aturan organisasi organisasi
KSM
dari
telah Mendaftar pada BKM/LKM dan
telah
10 Adakah Perhitungan RAB (Swadaya & BDI) ? 11 Adakah Jadwal Pelaksanaan Kegiatan ? 12 Adakah Rencana Pengadaan Kegiatan ? 13 Adakah Struktur Organisasi/Susunan Tim Pelaksanaan Kegiatan ? 14 Apakah rencana Bangunan layak secara teknis? (Kesesuaian spesifikasi dengan standar teknis, Kualitas Bahan Utama, Pencapaian Manfaat, dan Keamanan /kenyamanan Pemakai).
1. Apakah Lokasi Yang Dipilih sesuai dengan Jenis Infrastruktur yang direncanakan ?
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur ^ŬĂůĂ͘>ŝŶŐŬƵŶŐĂŶ
89
2. Apakah Desain/Spesifikasi & kualitas bahan utama yang direncanakan baik/kuat (sesuai persyaratan stándar teknis bangunan) ?
3. Apakah
bangunan utama dan pelengkapdari prasarana sudah direncanakan (minimal untuk menjamin keamanan bagi pemakai atau agar usia pemakaian prasarana lebih lama) ?
4. Apakah desain
sudah
memperhatikan
kebiasaan lokal?
5. Apakah KSM Mampu mengerjakan sendiri Prasarana tersebut? (Untuk pekerjaan pemadatan perkerasan (Kerikil/Sirtu, Telfor, Makadam) agar diupayakan menggunakan mesin gilas/pemadat);
6. Apakah
desain sudah mempertimbangkan pencapaian manfaat dari prasarana (setelah bangunan selesai dapat langsung bermanfaat), khususnya prasarana seperti Air Bersih, Drainase, dll;
7. Dan lain2 persyaratan/standar teknis yang dianggap prinsip pada bangunan (lihat Pedoman Teknis perjenis prasarana);
JUSTIFIKASI KELAYAKAN No
Nama Yang Memverifikasi
1
BKM/LKM
2
(.....................................) Fasilitator Teknik
3
(....................................) Askot/TA Infrastruktur OSP
4
(.......................................) Wakil Satker PIP Kab/Kota
Rekomendasi Hasil Verifikasi *)
Tandatangan
1. LAYAK 2. LAYAK DENGAN PENYEMPURNAAN / 3. TIDAK LAYAK
(......................................)
90
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
FORM – V.2 BERITA ACARA HASIL VERIFIKASI KELAYAKAN USULAN KEGIATAN SKALA LINGKUNGAN Pada hari ini, tanggal .............................bulan ............................. tahun ................... telah dilaksanakan verifikasi kelayakan proposal usulan kegiatan KSM Lingkungan sebagaimana yang telah ditetapkan berdasarkan skala prioritas, Berdasarkan kesepakatan hasil verifikasi maka dinyatakan bahwa kegiatan berikut : No
Rekomendasi Kelayakan
Uraian Kegiatan
1. Nama pekerjaan 2. Lokasi 3. Volume 4.
Nilai Kegiatan a. BDI
LAYAK untuk dilaksanakan sesuai ketentuan Program KOTAKU
: Rp ...................................................................
b. Swadaya : Rp .................................................................. c. TOTAL (a+b) : Rp .................................................................. 5. Nama KSM/Panitia Secara lengkap hasil verifikasi terlampir (Formulir Verifikasi Form V.1). Demikian berita acara ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
......................,Tgl. . ................... 20....... Tim Verifikasi : Faskel Teknik (.................................)
Pengusul : U P L,
Ketua KSM
(..................................)
(.................................)
Askot Infra (......................................) Mengetahui/Saksi-saksi : No
Nama
Jabatan
Tandatangan
1
Lurah/Kades
1
2
Ketua RW
3
Ketua RT
2 2 3
4
Tokoh Masy/Mewakili 4
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur ^ŬĂůĂ͘>ŝŶŐŬƵŶŐĂŶ
91
SURAT PERJANJIAN PEMANFAATAN DANA LINGKUNGAN (SPPD-L) NATIONAL SLUM UPGRADING PROGRAM (NSUP) Proyek Paket Perjanjian Kerja Nomor SPPD-L
: NSUP Tahun Anggaran 201...1) : Nama Pekerjaan/Kegiatan …………………………………………………….. :………………………………………………………………………………………………..
2) 3)
Berdasarkan : Surat Perjanjian Kerjasama (SPK) antara BKM/LKM dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Satker PIP Kota ................................... 4), Nomor :....................................... tanggal 5)........................................ Kami yang bertandatangan dibawah ini : I.
Nama :........................................................................................................... Jabatan : Koordinator Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) ...................... Desa/Kelurahan:........................................................,8)Kecamatan,............................. Kab/Kota :..............................................Provinsi................................................. Alamat : ........................................................................................................... Berdasarkan Hasil Musyawarah Masyarakat Desa/Kelurahan dan disyahkan/dicatatkan di Notaris............................................................., tanggal.................................................... Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA II.
Nama
6) 7)
9) 10)
: ..............................................................................................................
11)
: Ketua KSM*) ............................................................................. : ..................................................................... ............................ : ...............………………….., Kecamatan...…………………………….,…….. Kabupaten/Kota ....................................... ……………………………. Provinsi ………………………………………………………………………..… Berdasarkan Hasil Musyawarah Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dan disyahkan/dicatatkan pada buku register BKM tentang KSM dengan No. Induk............... Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA
12), 13)
Jabatan Alamat Desa/Kelurahan
14) 15),
Maka dengan ini disetujui oleh dan diantara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA tersebut, hal-hal sebagai berikut :
92
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
PASAL 1 LINGKUP PEKERJAAN PIHAK KEDUA harus melaksanakan, menyelesaikan, memperbaiki Pekerjaan,yaitu : Nama Paket/Jenis Pekerjaan :....................................................................................................... 16) Lokasi :……………………………………………………………………………………………………………………………….…….17) PASAL 2 DOKUMEN PERJANJIAN KERJA Dokumen Perjanjian Kerja sebagaimana ditentukan dibawah ini harus dibaca serta merupakan bagian dari Perjanjian Kerja ini, yaitu : (1) Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana Lingkungan (SPPD-L) (2) Persyaratan Umum Perjanjian sebagaimana terlampir (3) Pedoman Umum dan Petunjuk Teknis Pembangunan Sarana & Prasarana (4) Dokumen Usulan Proposal Pelaksanaan Kegiatan (termasuk catatan/perubahan hasil verifikasinya) : (i) Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan (ii) Struktur Organisasi dan Usulan Tim Pelaksana Kegiatan KSM (iii) Rencana Anggaran Biaya Pelaksanaan & Kuantitas Pekerjaan (iv) Daftar Usulan Tenaga Kerja (v) Gambar Rencana (vi) Adendum, bila ada PASAL 3 JANGKA WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN 3.1. Sesuai dengan SPPD-L dan lampirannya ini, jangka waktu penyelesaian pekerjaan dihitung sejak Tanggal Mulai Kerja, adalah ........................18) (............................19) hari kalender kerja). 3.2. Perjanjian Kerja tersebut berlaku sejak tanggal penanda-tanganan oleh kedua belah pihak yang bersangkutan.Surat Perjanjian ini juga sekaligus sebagai Surat Perintah Mulai Kerja. PASAL 4 JUMLAH NILAI PERJANJIAN KERJA Jumlah Nilai Perjanjian Kerja untuk pekerjaan yang tertuang didalam Pasal (1) SPPD-L ini, sebagaimana dicantumkan dalam Rencana Anggaran Biaya pada dokumen Usulan Proposal Pelaksanaan Kegiatan PIHAK KEDUA bersangkutan, sebesar : 20) Rp.........................(...........................Rupiah) tanpa Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
5.1.
PASAL 5 HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK KEDUA menerima dari PIHAK PERTAMA untuk melaksanakan pekerjaan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 1, berdasarkan uraian pekerjaan, persyaratan serta gambar-gambar kerja dan ketentuan lain yang terdapat dalam SPPD-L ini.
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur ^ŬĂůĂ͘>ŝŶŐŬƵŶŐĂŶ
93
5.2.
5.3.
5.4
6.1. 6.2.
94
PIHAK KEDUA berkewajiban : (1). Melaksanakan, menyelesaikan, dan memperbaiki pekerjaan dengan penuh ketelitian dan kesungguhan, serta menyediakan tenaga teknis pelaksana lapangan (atau mandor), tenaga kerja, bahan-bahan bangunan, peralatan kerja, pengangkutan ke atau dari lapangan dan di dalam atau disekitar pekerjaan, serta melaksanakan segala sesuatu baik yang bersifat permanen maupun bersifat sementara yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan, penyelesaian, dan perbaikan pekerjaan. (2). Melaksanakan, menyelesaikan, dan memperbaiki seluruh pekerjaan sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah ditentukan dalam perjanjian ini sampai diterima baik oleh Konsultan Manajemen Wilayah, kecuali apabila menurut hukum ataupun secara fisik tidak mungkin dilakukan. (3). Menyediakan dan memenuhi seluruh kontribusi swadaya berupa uang dan natura atau lainnya, dalam jumlah dan waktu sesuai yang tercantum pada usulan proposal kegiatan KSM sebelumnya; (4). Melakukan pembongkaran dan atau perbaikan atas kekurangan pekerjaan yang telah dilaksanakan atas biaya sendiri/swadaya sesuai rekomendasi hasil sertifikasi atau sesuai perintah yang disampaikan oleh KMW. (5). Membuat papan nama pekerjaan dilokasi pekerjaan; (6). Membuat administrasi dan laporan kemajuan pekerjaan secara berkala maupun laporan akhir pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan dan keuangan dengan dilampiri photophoto kegiatan. (7). Dalam hal terdapat kelebihan sisa dana nilai perjanjian dan PIHAK KEDUAtidak bersedia ataupun secara fisik tidak mungkin melakukan pekerjaan tambah untuk memanfaatkan kembali sisa dana tersebut maka PIHAK KEDUA wajib mengembalikannya kepada PIHAK PERTAMA. PIHAK PERTAMA berkewajiban : (1). Membayar kepada PIHAK KEDUA atas pelaksanaan, penyelesaian, perbaikan pekerjaan pada waktu dan dengan cara yang telah ditentukan dalam Perjanjian ini. (2). Memantau dan memberikan bimbingan keterampilan kepada PIHAK KEDUA agar mutu konstruksi dan administrasi hasil pekerjaan dapat tercapai. Pelaksanaan hal ini selanjutnya secara harian akan dijalankan oleh Unit Pengelola Lingkungan (UPL). Tanggungjawab kedua belah pihak dijelasakan secara lebih rinci pada persyaratan umum perjanjian ini dan merupakan satu kesatuan dengan perjanjian ini. PASAL 6 TAHAP PENCAIRAN Pelaksanaan pencairan pekerjaan tersebut dalam pasal (1) Surat Perjanjian ini akan dilaksanakandalam 3 (tiga) tahap melalui Bank PIHAK KEDUA oleh PIHAK PERTAMA; Tahap Pertama sebesar 60 % dari nilai SPPD-L diberikan sebagai uang muka setelah penandatanganan dokumen SPPD-L tanpa harus ada jaminan/Bank Garansi. PIHAK PERTAMA mengajukan surat permintaan pembayaran dengan melampirkan Rekening Buku Tabungan
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
KSM (untuk nilai SPPD-L diatas Rp. 30 juta); Rencana Kerja dan Rencana Penggunaan Dana (RPD); 6.3. Tahap Kedua sebesar 30 % dari nilai SPPD-L dengan ketentuan prestasi pekerjaan telah mencapai minimum sebesar 50 % dengan melampirkan RPD, Laporan Penggunaan Dana (LPD) dan Laporan Mingguan/Bulanan terakhir. 6.4. Tahap Ketiga sebesar 10 % dari nilai SPPD -L dengan ketentuan prestasi pekerjaan telah mencapai minimum sebesar 85% dengan melampirkan RPD, Laporan Penggunaan Dana (LPD), Laporan Mingguan/Bulanan terakhir dan Surat Pernyataan Kesanggupan Menyelesaikan Seluruh Kegiatan Fisik. PASAL 7 SANKSI 7.1. Berdasarkan hasil penilaian Konsultan Manajemen Wilayah dan atau PJOK, apabila PIHAK KEDUAterbukti melakukan penyimpangan terhadap ketentuan teknis atau ditemukan adanya penyalahgunaan dana maka PIHAK PERTAMA dapat memberikan sanksi kepada PIHAK KEDUA berupa penghentian sementara pencairan dana dan atau pemutusan perjanjian dan atau pengembalian dana dan atau sanksi sesuai ketentuan hukum yang berlaku. 7.2. Bentuk-bentuk sanksi tersebut sebagaimana diuraikan secara rinci pada Persyaratan Umum Perjanjian Pemanfaatan Dana Lingkungan. PASAL 8 PENYELESAIAN PEKERJAAN 8.1. Setelah pekerjaan selesai 100% atau minimal 97%, PIHAK KEDUA berhak mengajukan secara tertulis kepada PIHAK PERTAMA dan Konsultan untuk melakukan Sertifikasi Pekerjaan. 8.2. Hasil Sertifikasi Pekerjaan yang dilaksanakan secara bersama -sama oleh kedua belah pihak dan KMW ini dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan (BAP2). PASAL 9 PEMELIHARAAN HASIL PEKERJAAN PIHAK KEDUA sepakat dan berjanji untuk memelihara hasil pekerjaan atau sarana dan prasarana yang telah dibangun melalui swadaya masyarakat dengan sebaik -baiknya. PASAL 10 KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEUR) 10.1 Selambat-lambatnya 14 (empatbelas) hari dari hari terjadinya keadaan memaksa, Para Pihakharus saling berkonsultasi untuk memperoleh kesepakatan mengenai tindakan tepat apa yang harus dilakukan dalam keadaan itu. 10.2 Yang dimaksud “Keadaan Memaksa” (“Force Majeure”) adalah sebagai suatu kejadian yangtidakdapat dihindari dan diluar kemampuan salah satu pihak, yang menyebabkan salah satu pihak tersebut tidak mungkin melaksanakan tanggungjawabnya, atau tidak dapat
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur ^ŬĂůĂ͘>ŝŶŐŬƵŶŐĂŶ
95
melaksanakan tugasnya; Keadaan seperti itu termasuk, tapi tidak terbatas pada, perang, huru-hara, epidemi, gempa bumi, badai, banjir atau akibat dari kondisi alam lainnya, pemogokan masal (kecuali apabila dalam hal pemogokan, larangan bekerja atau gangguan industri tersebut, Kedua belah pihak atau salah satu pihak memiliki kemampuan untuk mencegah terjadinya Keadaan Memaksa), penyitaan atau tindakan lain oleh pemerintah. 10.3 Keadaan memaksa tidak termasuk (i) kejadian yang disebabkan oleh kelalaian atau tindakandisengaja dari salah satu pihak. (ii) kejadian dimana salah satu pihak dapat menduga hal-hal sebagai berikut: (A) Pada saat itu sudah bisa mempertimbangkan konsekuensi dari adanya SPPD-L, (B) menghindari atau mengatasi kendala dalam pelaksanaan kewajiban-kewajiban yang ditentukan dalam proyek. 10.4 Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan oleh karena terjadinya keadaanmemaksa tidak dapat dikenai sanksi. PASAL 11 PENYELESAIAN PERSELISIHAN 11.1 Para Pihak yang akan mencari jalan keluar terbaik untuk menyelesaikan setiap perselisihan yang timbul, atau perselisihan yang berhubungan dengan pasal-pasal dalam SPPD-L ini atau perselisihan yang timbul karena penafsiran atas SPPD-L ini. 11.2 Jika ada perselisihan yang timbul diantara para pihak dalam SPPD-L ini yang tidak dapat diselesaikan secara musyawarah, maka salah satu pihak atau kedua belah pihak dapat menyelesaikan melalui ketentuan hukum yang berlaku. PASAL 12 PENUTUP Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana Sosial (SPPD-L) ini dianggap sah setelah ditandatangani oleh kedua belah pihak pada tanggal, bulan, dan tahun tersebut dibawah, dan dibuat dalam rangkap 3 (tiga), terdiri dari 2 (dua) lembar asli dan bermaterai secukupnya dan 1 (satu) lembar asli tanpa materai, serta mempunyai kekuatan hukum yang sama untuk PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA. .....................................,..................201.....21)
PIHAK PERTAMA,
PIHAK KEDUA
KOORDINATOR BKM/LKM...................22)
KETUA KSM..........................24) Materai 6000
(.........................................23)
96
(......................................25)
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
MENGETAHUI KORKOT/ASKOT MANDIRI
(...............................................26)
KETERANGAN : 1) = Tahun Anggaran Pelaksanaan Paket Pekerjaan 2) = Nama Pekerjaan/Paket Pekerjaan yang akan dilaksanakan 3) = Nomor Perjanjian Kerja 4) = Nama Kab/Kota Lokasi Kegiatan 5) = Nomor dan Tanggal SPK 6) = Nama Koordinator BKM bersangkutan 7) = Nama BKM bersangkutan 8) = Nama Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kab/Kota dan Provinsi Lokasi Kegiatan 9) = Alamat BKM/LKM 10) = Nomor dan Tanggal Pengesahan Notaris dari BKM 11) = Nama Ketua KSM 12) = Nama KSM 13) = Alamat Sekretariat KSM 14) = Lokasi Kegiatan/Prasarana Desa/Kelurahan/Kecamatan/Kabupaten/Kota 15) = Nomor Induk/Registari KSM yang tercatat dibuku Registrasi BKM 16) = Nama Paket Pekerjaan/Kegiatan KSM 17) = Lokasi Kegiatan/Prasarana RT/RW/Dusun 18) = Tanggal Mulai Kerja yang sama dengan tanggal penandatangan perjanjian ini 19) = Jumlah hari kalender pelaksanaan pekerjaan 20) = Jumlah Nilai BDI dalam angka dan huruf 21) = Tempat dan Tanggal Perjanjian dibuat 22) = Nama BKM/LKM 23) = Nama Koordinator BKM/LKM 24) = Nama KSM 25) = Nama Ketua KSM 26) = Nama Yang Mewakili KMW
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur ^ŬĂůĂ͘>ŝŶŐŬƵŶŐĂŶ
97
SERTIFIKASI INFRASTRUKTUR
No
PENILAIAN
BUTIR SERTIFIKASI
YA
TIDAK
CATATAN
A. CAPAIAN KUALITAS PROSES &PEMANFAATAN 1
Apakah KSM/Panitia sudah memperoleh pelatihan /coaching mengenai cara perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi dan pemeliharaan?
2
Apakah kelayakan Teknik KegiatanKSM/Panitia telah diverifikasi dan disetujui oleh Tim KMW ?
3
Apakah KSM/Panitia melakukan pemeriksaan terhadap kesesuaian bahan yang diterima dengan spesifikasi teknik/contoh yang disetujui konsultan? Apakah pekerjaan dilaksanakan oleh tenaga kerja/ tukang yang memahami cara melakukan pekerjaan? Apakah kelengkapan Bangunan yang dibuat dapat memberikan keamanan/kenyamanan bagi pemakai?
4 5 6
Apakah bangunan dapat berfungsi dengan baik dan bermanfaat?
7
Apakah prosedur penanganan dampak telah dilaksanakan denganbaik /terpenuhi? (Jawaban pertanyaan ini berdasarkan hasil ceklist pengamanan dampak/Form 5,Proposal)
8
Apakah Pemanfaatan
9
Apakah Panitia telah membentuk dan menyepakati Organisasi /Kelompok Pemanfaatan & Pemeliharaan (KPP)?
10
Apakah KSM/Panitia telah Rencana Kerja Pemeliharaan?
ada Surat Pernyataan Kesanggupan & Pemeliharaan Prasarana dari Panitia?
membuat dan menyepakati
:....................... :....................... :....................... :....................... % Berilahtanda (V) padaKolom ”Ya/Tidak” yang sesuai Nama KSM Jenis Kegiatan Volume Progres Fisik
Desa/Kelurahan Kecamatan Kota/Kabupaten KMW/Provinsi
: .......................... : .......................... : .......................... :...........................
B. CAPAIAN KESESUAIAN VOLUME & KUALITAS PEKERJAAN No
URAIAN KEGIATAN
KESESUAIAN VOLUME
CACAT & KEKURANGAN
REKOMENDASI PERBAIKAN
1 2 3 4 5 6 Dst
98
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
C. PEMANFAATAN DANA BDI &CAPAIAN SWADAYA MASYARAKAT a. b. c. d. e. f.
Nilai BDI SPPD-L s.d perubahan terakhir (bila ada) J u m l a h d a n a SPPD-L yang telah terserap dari BKM/LKM S i s a d a n a SPPD-L (a-b) J u m l a h Nilai Target Swadaya Jumlah Nilai Realisasi Swadaya Prosen Raealisasi Swadaya terhadap total nilai Kegiatan (dx100/e)
: R p ........................... : Rp........................... : Rp. .......................... : Rp. .......................... : Rp. ......................... : ... %
Kesimpulan & Rekomendasi : Demikian hasil Sertifikasi ini dibuat dalam keadaan yang sebenarnya dan apabila dikemudian hari ditemukan ada ketidak sesuaian maka bersedia mempertanggungjawabkan dan menerima sanksi sesuai ketentuan yang ada.
, ............................................................. 201....
Tim Seritifikasi: No 1 2 3 4 5
Nama
Jabatan/Posisi
Tanda Tangan
Unsur Satker PIP Unsur Konsultan Unsur BKM/LKM Unsur KSM Unsur Pemerintah Desa/Kel
Catatan : Lampirkan Copy Ceklist Daftar Uji Identifikasi Lingkungan yang telah terisi
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur ^ŬĂůĂ͘>ŝŶŐŬƵŶŐĂŶ
99
SURAT PERNYATAAN PENYELESAIKAN PEKERJAAN (SP3) BDI Kelurahan/Desa : .............................................................. Kecamatan :................................................................. Kotamadya/Kabupaten :................................................. KMW Provinsi
:................................................................
Yang bertandatangan di bawah ini, Koordinator Badan Keswadayaan Masyarakat dan Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) *) di Kelurahan sebagaimana dimaksud di atas, dengan ini secara bersama-sama menyatakan bahwa pelaksanaan kegiatan oleh KSM tersebut, telah mencapai kemajuan 100% sebagaimana dalam Proposal yang disetujui. Dengan selesainya pelaksanaan kegiatan tersebut maka selanjutnya tanggungjawab “pengoperasian dan pemeliharaan prasarana berada di tangan Tim Pemelihara (masyarakat) dibawah pendampingan UPL” . Yang MembuatPernyataan, KSM ...............
(___________________________) Ketua KSM
BKM/LKM............
(____________________) Koordinator, Diketahu/Disetujui
( ______________________ ) Askot Infra/ Fastek
(* Coret yang tidakperlu)
100
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur ^ŬĂůĂ͘>ŝŶŐŬƵŶŐĂŶ
101
102
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur ^ŬĂůĂ͘>ŝŶŐŬƵŶŐĂŶ
103
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KSM DATA REALISASI KEGIATAN Kota/Kabupaten
:
Kecamatan
:
Kelurahan/Desa
:
Nama BKM
: Nama KSM/Panitia
KSM/Panitia
:
Paket Kegiatan
:
Jenis Kegiatan
:
Volume Kegiatan
:
Alasan Pembangunan Prasarana
:
Jumlah Anggota KSM/Panitia (Org) L
P
MBR
Jumlah
Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Skala Lingkungan
Dusun/RT/RW : ……………................................ Lokasi Pekerjaan
:
Kelurahan/Desa : ……………................................ Total Luas Delineasi Kumuh (Ha)*)
Luas Kumuh (Ha)
Luas Penanganan Kumuh (Ha)
: ....................... Ha
Penerima Manfaat
:
Jumlah :............ KK ........... Jiwa ........... MBR
Metode Konstruksi
:
Gotong Royong
104
2017**) ....................... Ha
........ Jiwa (L) ........ MBR (L) Semi Gotong Royong
......... .........
Jiwa (P) MBR (P)
Kerjasama Pihak Ketiga
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
Status Tanah/Lokasi Kegiatan
:
Keterangan : Tanda : *) Diisi Luas Total Kumuh Delineasi dalam satu Kelurahan Tanda : **) Diisi Luas pengurangan Kumuh akibat penanganan BDI 2017
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur ^ŬĂůĂ͘>ŝŶŐŬƵŶŐĂŶ
105
DOKUMENTASI KEGIATAN PRASARANA
Halaman berikutnya diisi dengan Laporan Pembukuan Keuangan dan Bukti/Kuitansi Belanja KSM (Asli)
106
Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
GAMBAR PURNA LAKSANA/AS BUILD DRAWING
KABUPATEN :
KECAMATAN :
KELURAHAN :
KSM :
NAMA PEKERJAAN :
DIGAMBAR OLEH : TIPP/KSM
DIPERIKSA OLEH : FASKEL TEKNIK/ASKOT INFRA
DISETUJUI OLEH : PPK/SATKER PIP
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur ^ŬĂůĂ͘>ŝŶŐŬƵŶŐĂŶ
107
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Jl. Pattimura 20, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan - 12110
|
www.kotaku.pu.go.id