BREATHING EXERCISE SAMA BAIKNYA DALAM MENINGKATKAN KAPASITAS VITAL (KV) DAN VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK PERTAMA (VEP1) PADA TENAGA SORTASI YANG MENGALAMI GANGGUAN PARU DI PABRIK TEH PT. CANDI LOKA JAMUS NGAWI Dika Rizki Imania*, Ketut Tirtayasa*, Syahmirza Indra Lesmana* *Program Studi Magister Fisiologi Olahraga Konsentrasi Fisioterapi, Program Pascasarjana Udayana Denpasar, Bali. ABSTRAK Gangguan fungsi paru adalah penyakit paru yang disebabkan oleh berbagai sebab, seperti virus, bakteri, debu maupun partikel lainnya. Terpaparnya debu teh setiap hari pada tenaga kerja sortasi mengakibatkan penurunan fungsi paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran breathing exercise dalam meningkatkan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) dan kapasitas vital paru (KVP). Penelitian merupakan eksperimen murni, dengan the one group pre test & post test design, dimana pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara random yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Subjek terdapat 10 orang dan mendapatkan perlakuan Breathing Exercise. Frekuensi latihan 3 kali seminggu selama 6 minggu. Subjek penelitian adalah semua tenaga kerja sortasi yang mengalami gangguan paru yang sudah didiagnosis melalui prosedur pengukuran fungsi paru dengan menggunakan spirometer yang dilakukan di pabrik teh PT. Candi Loka Jamus Ngawi. Analisis kemaknaan dengan Paired t-test (berpasangan) menunjukkan bahwa pemberian breathing execise meningkatan nilai Volume Ekspirasi Paksa detik pertama (VEP1) dan Kapasitas Vital (KV), berbeda secara bermakna (p<0,05). Sedangkan uji beda selisih pada nilai VEP1 dan KV setelah perlakuan dengan Independent t-test (tidak berpasangan) menunjukkan bahwa nilai p = 0,749. Hasil tersebut menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan peningkatan antara nilai Volume Ekspirasi Paksa detik pertama (VEP1) dan Kapasitas Vital (KV) setelah perlakuan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberian breathing exercise sama baik dalam meningkatkan nilai volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) dan nilai kapasitas vital (KV). Kata Kunci : Breathing exercice, Volume Ekspirasi Paksa detik pertama (VEP1) dan Kapasitas Vital (KV)
BREATHING EXERCISE IS AS BETTER AS TO INCREASE THE FORCED EXPIRATORY VOLUME IN SECOND (FEV1) AND VITAL CAPACITY (VC) OF THE SORTER EXPERIENCE IN LUNG DISORDERS AT TEA FACTORY OF PT. CANDI LOKA JAMUS NGAWI Dika Rizki Imania*, Ketut Tirtayasa*, Syahmirza Indra Lesmana* *Master of Sports Physiology Physiotherapy Concentration, Graduate Program Udayana
Denpasar, Bali.
ABSTRACT Impaired lung function is a disease caused by various reasons, such as viruses, bacteria, dust and other particles. It is exposure by dust tea every day of labor sorting result in decrease of lung function. This study aims to determine the role of breathing exercise in improving forced expiratory volume in 1 second (FEV1) and vital capacity (VC). The research designs is experiment true by the one group pre-test and post-test design, where taking sample from the population by random that fulfill the inclusion and exclusion criteria. There are 10 as subjec of people and getting treatment Breathing Exercise. Frequency of exercise 3 times a week for 6 weeks. The subjects were all labors sorting who had impaired lung that has been diagnosed by the measured procedure with lung physiology measurements were performed using a spirometer in the tea factory of PT. Candi Loka Jamus Ngawi. The significance analysis of Paired t-test (paired) showed that giving breathing exercise increase the vital capasity (VC) and forced expiratory volume (FEV1) was significantly different (p <0.05). While different test on VC and FEV1 after treatment with the Independent t-test (unpaired) show that the value of p = 0.749. The results means that there is no an increase between the value of forced expiratory volume in 1 second (FEV1) and Vital Capacity (VC) after treatment. Thus it can be concluded, the giving of breathing exercises is as better as the increase of forced expiratory volume in 1 second (FEV1) and Vital Capacity (VC). Keyword: Breathing exercises, Forced expiratory volume in 1 second (FEV1) and Vital Capacity (VC). perkembangan kegiatan industri secara
PENDAHULUAN Kemajuan dalam bidang industri di
umum juga merupakan sektor yang
Indonesia memberikan berbagai dampak
potensial sebagai sumber pencemaran
positif yaitu terbukanya lapangan kerja,
yang akan merugikan bagi kesehatan dan
semakin baiknya sarana transportasi dan
lingkungan1.
komunikasi serta meningkatnya taraf sosial
ekonomi
masyarakat.
Suatu
kenyataan dapat disimpulkan bahwa
Tenaga Kerja harus memahami dan membudayakan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
(K3)
dalam
aktivitasnya, sehingga tenaga kerja dapat
Efek
yang
di
timbulkan
di
bekerja dengan aman, selamat, sehat dan
lingkungan kerja seperti terpapar debu
bergairah serta mampu menilai besarnya
yaitu
bahaya, resiko dan akibatnya selama
Beberapa
melakukan tugasnya di lingkungan kerja
pekerja
masing - masing. Sebaliknya dari pihak
mempengaruhi keadaan paru seperti
industri akan terhindar dari semua faktor
umur,
kerugian terpeliharanya proses produksi
penyakit, kebiasaan penggunaan alat
bahkan dapat terhindar dari hilangnya
pelindung diri, status gizi, kebiasaan
investasi di perusahaan2.
olahraga dan masa kerja5.
gangguan
fungsi
pernapasan.
dari
karakteristik
faktor itu
sendiri
kebiasaan
juga
merokok,
dapat
riwayat
Kontak yang terus – menerus,
Pada pekerja khususnya di bagian
menahan dan dalam konsentrasi yang
sortasi PT. Candi Loka Perkebunan Teh
cukup tinggi dengan debu-debu terhadap
Jamus Ngawi, peneliti melihat adanya
tenaga
debu teh yang cukup tinggi karena di
kerja
industri,
maka
lama
kelamaan pada jaringan parunya akan
bagian
mengalami suatu proses degenaratif.
pengayaan
Kelainan yang terjadi pada paru ataupun
pengayaan yang memilah teh yang telah
saluran pernafasan akibat dari debu
kering baik itu dari daun yang pucuk,
dapat berupa hal-hal sebagai berikut: (1)
tangkai dan dust (teh yang telah hancur).
Berkurangnya kualitas maupun kuantitas
Setelah teh di ayak lalu teh di kemasi
serabut elastis paru, (2) Terjadinya
dalam
restriksi pada saluran pernafasan, (3)
menimbulkan debu teh yang terbang di
Timbulnya
udara. Dilihat dari aspek kesehatan, debu
obstruksi
pada
saluran
pernafasan3. Pekerjaan
sortasi
ini
adalah
bagian
dimana
terdapat
mesin
kantong,
yang
tentunya
yang tinggi di bagian sortasi tersebut yang
selalu
dapat mempengaruhi saluran pernafasan
berhubungan dengan zat pencemar debu,
tenaga
lambat laun akan menderita aneka
mempengaruhi fungsi paru dari tenaga
gangguan di dalam tubuh pekerja pabrik
kerja tersebut.
yang
dikenal
dengan
nama
kerja
Dalam
yang
upaya
kemudian
meningkatkan
pneumokoniosis dan yang terganggu
kapasitas vital paru akibat terpajannya
diantaranya faal paru-parunya4.
debu dalam bekerja dapat dilakukan melalui latihan pernapasan (breathing
exercise)
dan
diharapkan
dapat
memperbaiki fungsi ventilasi paru6.
Penelitian ini bertujuan : Untuk mengetahui breathing exercise lebih
Penelitian El-Batanoun (2009),
meningkatkan kapasitas vital (KVP) atau
menyebutkan bahwa latihan pernapasan
volume ekspirasi paksa detik pertama
setelah
(VEP1)
enam
minggu
dapat
pada
tenaga
sortasi
yang
meningkatkan kekuatan otot pernapasan
mengalami gangguan paru di PT. Candi
sehingga fungsi ventilasi paru membaik.
Loka Perkebunan Teh Jamus Ngawi.
Perbaikan ventilasi dapat dicapai setelah latihan
diafragmatik,
nafas
dalam,
Manfaat yang dapat diambil pada penelitian adalah untuk :
spirometrik insentif, gaya berjalan dan
1. Memberikan
latihan ekstremitas. Adanya peningkatan
terutama
tahanan jalan udara dan penurunan udara
informasi-informasi yang sudah ada
residu mengakibatkan kekuatan otot
dari literatur maupun hasil-hasil
inspirasi
penelitian.
yang
dibutuhkan
menjadi
minimal7.
2. Hasil
Memperbaiki fungsi kerja paru dan
informasi dalam
ilmiah,
melengkapi
penelitian
ini
dapat
mengungkapkan seberapa pengaruh
bermanfaat untuk mengatur pernapasan
breathing
saat
nafas
meningkatkan kapasitas vital (KV)
merupakan fungsi dari Deep breathing
atau volume ekspirasi paksa detik
exercise. Pada saat inspirasi dalam,
pertama (VEP1) pada tenaga kerja
dinding perut relaks (pasif) dan udara
sortasi.
terjadi
keluhan
sesak
exercise
masuk ke paru-paru melalui hidung.
MATERI DAN METODE
Latihan ini sebaiknya diikuti tehnik
A. Ruang Lingkup Penelitian
relaksasi8.
Penelitian ini
Rumusan
dilakukan pada
dalam
Pabrik Teh PT. Candi Loka Jamus
penelitian ini adalah : Apakah breathing
Ngawi selama 8 minggu yaitu bulan Mei
exercise sama baik dalam meningkatkan
– Juni 2014. Perlakuan yang diberikan
kapasitas
volume
kepada responden dilakukan seminggu 3
ekspirasi paksa detik pertama (VEP1)
kali selama 30 menit dimulai pada pukul
pada tenaga sortasi yang mengalami
07.00WIB.
gangguan paru di pabrik teh PT. Candi
penelitian Pra Eksperimental dengan
Loka Jamus Ngawi.
rancangan penelitian yang digunakan
vital
masalah
lebih
(KV)
dan
Penelitian
ini
adalah
adalah
The One Group Pre and Post
Test Design.
(a) Normal, bila hasil KV >80% dan FEV1 >75%,
Adapun tujuan umum penelitian
(b) Gangguan restriksi, bila KV <80%
ini adalah untuk mengetahui adanya
dan FEV1 ≥75% atau <75%,
perbedaan
(c) Gangguan obstruksi, bila KV >80%
kapasitas
peningkatan vital
nilai
(KV)
dan
antara volume
dan FEV1 <75%.
ekspirasi paksa detik pertama (VEP1)
D. Analisa Data
pada tenaga kerja sortasi.
a. Statistik Diskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik fisik
B. Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah
sampel yang meliputi umur, denyut
tenaga kerja sortasi yang bersedia ikut
nadi, pernafasan dan masa kerja
dalam program penelitian di pabrik teh
yang datanya diambil sebelum tes
PT. Candi Loka Jamus Ngawi. Jumlah
awal dimulai.
sampel penelitian ini 10 orang dengan
b. Uji normalitas
jenis kelamin laki-laki 3 orang dan perempuan 7 orang, berusia antara 25 – 34 tahun sebanyak 3 orang dan 35 – 44 tahun sebanyak 7 orang. Pada sampel
data
shapirowilk test. c. Uji homogenitas data dengan uji Levene test. d. Uji peningkatan nilai KV sebelum
diberikan breathing exercise dengan
dan
teknik Deep Breating Exercise dan
menggunakan
Pursed Lip Breathing.
(paired sampel t-test).
diberikan
perlakuan
breathing
exercise
pemeriksaan
terlebih
yaitu
dilakukan dahulu
yaitu
pengukuran denyut nadi, pernafasan, tekanan
darah
dan
pemeriksaan
spirometri pada sampel. Setelah 18 kali perlakuan di evaluasi untuk mengetahui keberhasilan latihan. Hasil Pemeriksaan Spirometri :
sesudah uji
perlakuan parametrik
e. Uji peningkatan nilai VEP1 sebelum
C. Cara Pengumpulan Data Sebelum
dengan
dan
sesudah
menggunakan
uji
perlakuan parametrik
(paired sampel t-test) f. Uji selisih nilai VEP1 dan KV menggunakan
uji
parametrik
(independent sample t-test)
HASIL
PENELITIAN
DAN
antara usia 30 – 409. Dapat dilihat juga jumlah subyek
PEMBAHASAN Tabel 1
frekuensi denyut nadi tertinggi yaitu 88
Karakteristik Subjek
kali per menit sebanyak 5 orang dan
Rerata±SB Karakt
Rentanga n=10
eristik
n
jumlah subyek frekuensi denyut nadi terendah yaitu 92 kali per menit
KLP (n=10)
sebanyak 2 orang.
Subjek Usia
25 – 34
3
(th)
35 - 44
7
DN
88
5
(x/mnt)
90
3
kemampuan tubuh untuk mengkonsumsi
92
2
oksigen. Oksigen diangkut oleh darah
RR
20
2
(x/mnt)
21
4
22
4
1–5
4
6 - 10
6
MK (th)
Denyut nadi atau denyut jantung
1,70±0,48
merupakan salah satu ukuran tentang 89,4±1,64
21,2±0,78
dari paru paru ke otot, kemudian darah dapat sampai ke otot karena kekuatan
1,6±0,51
pemompaan otot jantung. Oksigen ini diperlukan dalam metabolisme sel otot sebagai
Tabel
1
memperlihatkan
karakteristik sampel dalam penelitian ini berupa umur, denyut nadi, frekuensi pernafasan,
masa
kerja
sebelum
perlakuan. Dapat dilihat bahwa usia antara 35-44 tahun yang lebih dominan dari pada usia 25-34 tahun. Usia antara 25-34 tahun sebanyak 3 orang dan usia antara 35-44 tahun sebanyak 7.
lebih banyak, hasil tersebut sama dengan penelian Kumedong tentang hubungan antara lama paparan dengan kapasitas tenaga
kerja
industri
mebel
diperoleh bahwa usia yang dominan mengalami gangguan fungsi paru pada tenaga kerja di industri mebel yaitu
glikogen
untuk
mendapatkan tenaga bergerak. Semakin banyak tubuh memerlukan oksigen maka semakin tinggi frekuensi denyut jantung, demikian juga sebaliknya. vital
paru
kebiasaan
dapat
Kapasitas
dipengaruhi
seseorang
oleh
melakukan
olahraga. Dengan laitah pernafasan yang rutin dapat meningkatkan aliran darah melalui
Data diperoleh usia diatas 35 tahun
paru
pembakar
paru-paru
sehingga
menyebabkan oksigen dapat berdifusi ke dalam kapiler paru dengan volume yang lebih besar atau maksimum11. Jumlah
subyek
frekuensi
pernafasan dalam tabel 1 tertinggi yaitu 21 dan 22 kali per menit masing-masing 4 orang dan jumlah subyek frekuensi
pernafasan terendah yaitu 20 kali per
masa kerjanya ≤ 5 tahun dan masa kerja
menit sebanyak 2 orang.
> 5 tahun sebanyak 7 orang (70%)9.
Sesuai
pernyataan
Alexandra
Tabel 2
dalam penelitian khotimah kontrol otot pernafasan pada aplikasi Pursed lip breathing
saat
inspirasi
akan
Hasil Uji Normalitas Variabel
p Uji Normalitas (Saphiro Wilk- Test)
KVP Pre
0.177
memfasilitasi peningkatan volume tidal /
KVP Post
0.258
Vt, dan penurunan inspiratory flow rate
VEP1 Pre
0,287
VEP1 Post
0,691
serta frekuensi pernafasan. Penurunan frekuensi
pernafasan
meningkatkan alveolus
(karena
ini
efisiensi ventilasi
akan ventilasi alveolus
adalah perkalian antara volume tidal / Vt dan frekuensi pernafasan / RR) , serta meringankan beban jantung memompa
Berdasarkan tabel 2 hasil uji normalitas data (shapiro wilk test) sebelum
dan
setelah
menunjukan bahwa dari uji tersebut pada kelompok perlakuan memiliki nilai p >0,05, yang berarti data kapasitas vital
darah keseluruh tubuh11. Masa kerja antara 1-5 tahun sebanyak 4 orang dan masa kerja antara 6-10 tahun sebanyak 6 orang. Dapat
(KV) dan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) pada sebelum dan setelah perlakuan berdistribusi normal. Tabel 3
dilihat bahwa masa kerja antara 6-10 tahun yang lebih dominan dari pada usia
Hasil Uji Homogenitas Variabel
1-5 tahun.
p Uji Homogenitas (Levene Test)
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat
perlakuan
Anderson,
masa
kerja
KV & VEP1 Pre
0.616
KV & VEP1 Post
0.407
Selisih KV & VEP1
0,757
merupakan faktor resiko terjadinya gangguan fungsi paru pada tenaga kerja, tenaga kerja dengan masa kerja >5 tahun berpotensi mengalami gangguan fungsi paru yang lebih besar dibandingkan 10
tenaga kerja yang bekerja <5 tahun . Diperoleh juga bahwa ada 3 orang (30%) yang mengalami gangguan paru dalam
Berdasarkan Tabel 3 hasil uji homogenitas data (Levene-Test) hasilnya nilai KV dan VEP1 sebelum perlakuan p = 0,616
dan KP dan VEP1 setelah
perlakuan p = 0,454 dimana (p = > 0,05) serta hasil uji selisi KV dan VEP1 yaitu p
=0,757 (p > 0,05) yang berarti data
sebelum
dan
setelah
pemberian
bersifat homogen.
Breathing Exercise selama 6 minggu yang dianalisis dengan uji paired sampel
Tabel 4 Uji Peningkatan Nilai KV Sebelum
t-test (dua sampel berpasangan) dengan
dan Setelah perlakuan Breathing
VEP1 Pre dan VEP1 Post nilai p = 0,000 (p>0,05).
Exercise. Uji paired Data
n
Rerata±SB
KV Pre
10
2360,0±107,49
KV Post
10
2750,0±84,98
sample t-test t
p
-16,71
0,000
Hasil
menyatakan
ada
tersebut
pengaruh
yang
signifikan pada pemberian breathing exercise terhadap peningkatan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1). Sejalan
Berdasarkan
nilai
Tabel
penelitian
nilai
Khotimah diperoleh hasil bahwa durasi
Kapasitas Vital (KV) setelah 6 minggu
latihan pernafasan dengan teknik Pursed
diberikan
yang
lips breathing, waktu antara 3 sampai 5
dianalisis dengan uji paired sampel t-test
menit dengan jeda 2 detik selama 15
(dua sampel berpasangan) dengan KV
menit, meningkatkan volume paru dan
Pre dan KV Post nilai p = 0,000
meningkatkan kualitas hidup pasien
(p>0,05).
penyakit paru obstruksi kronik11.
breathing
exercise
Hasil
menyatakan
ada
4
dengan
nilai
tersebut
pengaruh
yang
Dalam
penelitian
Westerdahl
signifikan pada pemberian breathing
latihan deep breathing, latihan yang
exercise terhadap peningkatan Kapasitas
terbukti
Vital (KV).
kemampuan otot inspirator. Kekuatan Tabel 5
otot
dapat
inspirator
meningkatkan
yang
terlatih
akan
Uji Peningkatan Nilai VEP1
meningkatkan compliance paru dan
Sebelum dan Setelah perlakuan
mencegah alveoli kolaps (atelektasis).
Breathing Exercise.
Dalam penelitiannya juga menyebutkan
Uji paired Data
n
Rerata±SB
VEP
t
Pre
10
2030,0±94,86
Post
10
24,10±119,72
bahwa latihan deep breathing dapat
sample t-test p
meningkatkan fungsi ventilasi dengan perbaikan karakteristik frekuensi dan
-19,00
0,000
keteraturan pernapasan12. Latihan
Berdasarkan Tabel 5 nilai volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1)
dilakukan
deep
breathing
yang
secara
rutin
dapat
meningkatkan
kemampuan
organ
dengan sesak nafas biasanya pernafasan
pernapasan. Terlatihnya otot inspirator
menjadi cepat dan pendek, ketika hal itu
akan meningkatkan kemampuan paru
terjadi otot pernafasan yang digunakan
untuk
lebih dominan pernafasan dada yang
menampung
volume
sehingga
pada
saat
melakukan
pekerjaan
udara
responden
dan
kegiatan
sehari-hari tanpa adanya gangguan13.
seharusnya
menggunakan
otot-otot
abdomen, dimana otot-otot pernafasan dada adalah tipe otot 1 yaitu otot yang
Tabel 6
mudah lelah sehingga jika tenaga kerja
Uji Selisih Rerata Nilai KV dan VEP1
cepat lelah maka terganngu aktifitasnya.
Independent ttest Selisih
n
Rerata ±
t
p
10
KV Selisih
10
VEP1
Exercise
meningkatkan
nilai
volume
ekspirasi paksa dalam 1 detik (VEP1)
390,0 ± 73,78
Breathing
dengan teknik pursed lips breathing dapat
SB Selisih
Pemberian
0,325
0,749
pada tenaga kerja sortasi, dimana teknik
380,0 ± 63,24
Tabel 6 di atas menunjukkan
pursed lips breathing adalah kontrol pernafasan
pendek
dan
teknik
ini
bahwa beda selisih rerata nilai kapasitas
menekankan pada proses ekspirasi yang
vital (KV) dan volume ekspirasi paksa
lebih panjang daripada inspirasi dengan
detik pertama (VEP1) dengan analisis
bibir di monyongkan seperti meniup
kemaknaan dengan uji Independent t-
lilin, tujuannya adalah mempermudah
test, menunjukkan bahwa nilai p adalah
pengeluaran udaya yang tesumbat oleh
p = 0,749 (p>0,05). Hasil nilai tersebut
debu.
menyatakan tidak ada pengaruh yang
breathing, udara yang dihambat oleh
signifikan dalam meningkatkan nilai KV
bibir
dan VEP1 sesudah perlakuan. Artinya
rongga mulut lebih positif yang akan
pemberian breathing exercise sama-
menjalar ke saluran napas
sama meningkatan nilai kapasitas vital
tersumbat dan mempertahankan tetap
(KV) dan volume ekspirasi paksa detik
terbuka.
pertama (VEP1). Pada tenaga kerja sortasi yang
Dengan
teknik
menyebabkan
Selain
pursed
tekanan
penyumbatan
lips
dalam
yang
saluran
pernafasan akibat terpapar debu pada
terpapar debu mengakibatkan adanya
tenaga
kerja
penyumbatan jalan nafas yang ditandai
mengakibatkan
sortasi adanya
dapat
juga
gangguan
pengembangan pada parunya sehingga
pertama (VEP1) pada tenaga sortasi
menurunnya nilai kapasitas vital (KV).
yang mengalami gangguan paru di
Pemberian
Breathing
Exercise
pabrik teh PT. Candi Loka Jamus
dengan teknik deeb breathing dapat meningkatkan nilai kapasitas vital (KV). Deeb
breathing
menekankan
Ngawi. 3.
Breathing exercise sama baik dalam
pada
meningkatkan kapasitas vital (KV)
pernafasan normal Vt sehingga otot
dan volume ekspirasi paksa detik
bantu pernafasan tidak terlibat, teknik ini
pertama (VEP1) pada tenaga sortasi
menurunkan
yang mengalami gangguan paru di
beban
kerja
otot
pernafasan.
pabrik teh PT. Candi Loka Jamus
Sejalan Nurhayati
dengan tentang
penelitian
bahwa
Ngawi.
Deep
Berdasarkan simpulan penelitian,
Breathing lebih meningkatkan nilai
disarankan beberapa hal yang berkaitan
Kapasitas Inspirasi daripada Diapragma
dengan peningkatan kapasitas vital paru
Breathing dengan frekuensi 3 kali per
pada tenaga sortasi:
minggu selama 6 minggu sebesar 15,5%.
1. Karena
Hasil penelitian Nury mengatakan bahwa
latihan
pernapasan
dengan
pentingnya
peningkatan
kapasitas vital (KV) dan volume ekspirasi
paksa
detik
pertama
pernapasan diafragma dan pursed lips
(VEP1) pada tenaga kerja sortasi,
breathing meningkatkan kapasitas paru
peneliti
sehingga memperbaiki kualitas hidup8.
penelitian
SIMPULAN DAN SARAN
mengetahui peningkatan kapasitas
Berdasarkan hasil analisis data dan
vital (KV) dan volume ekspirasi
pembahasan maka dapat disimpulkan
paksa detik pertama (VEP1) pada
bahwa :
tenaga kerja sortasi dengan jangka
1. Breathing exercise meningkatkan
panjang mengingat prevalensi dan
nilai kapasitas vital (KV) pada
mortalitinya akan terus meningkat
tenaga sortasi yang mengalami
pada
gangguan paru di pabrik teh PT.
penurunan fungsi paru pada tenaga
Candi Loka Jamus Ngawi.
kerja sortasi.
2.
Breathing exercise meningkatkan nilai volume ekspirasi paksa detik
2. Dapat
menyarankan
dilakukan
lanjutan
untuk
dekade
mendatang
menggunakan
(spirometer)
yang
dan
alat
ukur
lebih
baik
(spirometer
digital)
agar
hasil
pengukuran lebih tepat.
http://www.eprints.undip.ac.id/154 85/1/Dorce_Mengkidi.pdf. 6. Ignatavicius, D.D. & Workman,
DAFTAR PUSTAKA 1. Khumaidah. 2009. Analisis Faktor-
M.L.
2006.
surgical
Faktor Yang Berhubungan Dengan
nursing
Gangguan
collaborative care; fifth edition,
Pekerja
Fungsi
Mebel
Furnindo
Paru
Pada
PT. Kota
Desa
Jati
Suwawal
Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara,
Thesis,
Universitas
Diponogoro, Semarang. 2. Suma’mur. Kerja
1995.
volume
;
Medical
criticalthinking
2,
Elsevier
for
Saunders,
Westline Industrial Drive, St. Louis, Missouri. 7. El-Batanouny, M.M., Amin, M.A., Salem, E.Y. & El-Nahas, H.E. 2009.
Keselamatan
Effect of exercise on ventilatory
Pencegahan
function
Dan
in
welders.
Egyptian
Kecelakaan. CV. Haji Masagung.
Journal ofBronchology, Volume 3.
Jakarta.
No 1, Juni 2009, diperoleh 12
3. Mulyono, Djoko; Santoso DI. 1997. Tuberkulosis
Milier
Dengan
TuberkulonaIntrakrania
Dalam
Cermin Dunia Kedokteran 115; 3031.
Pebruari
2010
darihttp://www.
essbronchology.com/journal/june_2 009/PDF/7mohamed_elbatanony.pdf 8. Nury, N. 2008. Efek latihan otot-
4. Roslan, Rosidi. 2000. Exposure
otot pernafasan pada penyakit paru
Debu Kapas Hubungannya dengan
obstruksi
kronis
di
Kesehatan Fungsi Paru Pekerja
Rehabilitasi
pada Bagian Pelaksana Produksi di
Dr.Cipto
PT. Industri Sandang 1Unit Patal
diperoleh 2 Pebruari 2010 dari
Bekasi, Skripsi FKM-UI,Jakarta.
http://www.fkui.org.
Medik
Instalasi RSUPN
Mangunkusumo.Jakarta.
5. Mengkidi, Dorce. 2006. Gangguan
9. Kumendong, Donald J.W.M. 2011.
Fungsi Paru Dan Faktor-Faktor
Hubungan Antara Lama Paparan
Yang
Pada
dengan Kapasitas Paru Tenaga
Tonasa
Kerja Industri Mebel di CV. Sinar
Pangkep Sulawesi Selatan. Diakses
Mandiri Kota Bitung. Fakultas
Mempengaruhinya
Karyawan
14
PT.
Juni
Semen
2014
dari
Kesehatan Masyarakat Universitas
reduce
Sam Ratulangi Manado
pulmonary function after coronary
10. Anderson,
2006,
Patofisiologi
atelectasis
andimprove
artery bypass surgery. diperoleh 12
Proses-Proses Penyakit . Edisi 6,
Pebruari
Jakarta, EGC.
http://chestjournal.chestpubs.org/co
11. Khotimah,
Siti.
2011.
Latihan
Endurance Meningkatkan Kualitas
2010
ntent/128/5/3482.full.html. 13. Basuki, N . 2008. Fisioterapi
Hidup Lebih Baik Dari Pada
Kardiopulmonal.
Latihan Pernafasan Pada Pasien
Kesehatan Surakarta
PPOK Di Bp4 Yogyakarta. Thesis, Universitas Udayana. Denpasar 12. Westerdahl,
dari
Politehnik
14. Nurhayati. 2013. Latihan Deep Breathing Meningkatkan Kapasitas
E.,
Linmark,
B.,
Inspirasi Lebih Besar Daripada
T.,
Friberg,
O.,
Diaphragm
Breathing
Hedenstierna, G. & Tenling, A.
Pengendara
Motor.
2005. Deep breathing exercises
Kedokteran, Udayana Bali.
Ericksson,
Pada Fakultas