PERTEMUAN NASIONAL AIDS V, 25-29 OKTOBER 2015, MAKASAR-INDONESIA
Program Peningkatan Cakupan Tes HIV, Inisiasi Dini ART dan Kelangsungan ODHA Minum ARV pada Populasi Berisiko Tinggi di Kota Denpasar, 2014-2015 Sang Gede Purnama, Partha Muliawan, Dewa Wirawan
A.
Abstrak Selama Juli 2014 hingga Agustus 2015 yakni melakukan kegiatan rujukan LBT untuk tes
HIV ke layanan kesehatan sebanyak 570 orang (110%). Jumlah yang HIV positif 95 orang (144%) dan jumlah orang yang mengakses ARV 200 orang (123%). Jumlah ODHA yang dipertahankan akses ARV sebanyak 153 orang (96%). Jumlah ODHA yang drop out dari pengobatan sebanyak 46 orang. Persentase tersebut adalah mengacu kepada target yang telah ditetapkan dalam proposal. Adanya permasalahan ODHA yang putus obat, sebagian besar putus obat dikarenakan tidak kuat efek samping serta pindah alamat. Saat ini diupayakan agar petugas lapangan mampu memberikan konseling dengan penekanan pada efek samping obat disampaikan dengan baik sehingga ODHA siap menerimanya.
B. Latar Belakang Kasus-kasus HIV dan AIDS di Indonesia terus mengalami peningkatan sejak pertama kali ditemukan di Bali tahun 1987 pada seorang wisatawan Belanda. Sampai dengan Bulan November 2012 di Indonesia telah dilaporkan sebesar 6.917 kasus yang terdiri dari 3.628 kasus HIV dan 3.344 kasus AIDS. Provinsi Bali selalu menempati rangking lima besar di Indonesia, baik dilihat dari jumlah kasus AIDS (nomor lima), jumlah kasus HIV (nomor enam) maupun case rate-nya (nomor tiga). Sedangkan distribusi menurut kabupaten/kota di Provinsi Bali, maka Kota Denpasar (41%) menduduki urutan pertama jumlah kasus disusul dua besar lainnya, yaitu Kabupaten Buleleng (18%) dan Kabupaten Badung (14%). Berdasarkan estimasi tahun 2012, jumlah kasus infeksi HIV di Indonesia diperkirakan sebanyak 591.823 orang dan yang memerlukan ART sebesar 178.631 orang sedangkan proporsi 1
PERTEMUAN NASIONAL AIDS V, 25-29 OKTOBER 2015, MAKASAR-INDONESIA
yang pernah menerima ART sebesar 53% dan yang masih minum ART sampai saat ini hanya 17,4%. Angka ini menunjukkan adanya kesenjangan antara perkiraan jumlah Odha dengan jumlah Odha yang ditemukan dan dilaporkan serta pemberian ART kepada Odha. Di Provinsi Bali juga terdapat kesenjangan antara angka-angka tersebut, walaupun proporsi Odha yang minum ARV saat ini lebih tinggi, yaitu masing-masing sebesar 63,7% untuk Provinsi Bali dan Kota Denpasar. Tantangan yang dihadapi dalam program penanggulangan HIV - AIDS antara lain adalah (1) masih adanya stigma dan diskriminasi, 2) rendahnya pengetahuan tentang HIV-AIDS dan IMS 3) tingginya praktek berisiko tertular HIV, 4) adanya miss opportunity kebutuhan masyarakat, 5) terbatasnya akses dan utilisasi terhadap layanan, dan 6) logistik serta SDM yang memadai. Untuk menjawab tantangan tersebut maka telah dikembangkan program layanan komprehensif berkesinambungan (LKB) dengan melibatkan semua komponen terkait untuk berjejaring,
seperti
fasilitas layanan kesehatan (fasyankes), lembaga swadaya masyarakat
(LSM), kelompok pendukung, komunitas dan keluarganya. Kota Denpasar telah melakukan program LKB dengan melibatkan semua puskesmas sebagai fasyankes primer, Rumah Sakit Umum Wangaya (RSUW) sebagai fasyankes sekunder, LSM beserta sejumlah penjangkau lapangan (PL) yang berasal dari masyarakat dan populasi kunci. Provinsi Bali, melalui Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, telah terpilih juga sebagai kabupaten/kota yang mengikuti pilot proyek Startegic Use of ARV (SUFA), program percepatan tes HIV dan pemberian ART. Bersama-sama dengan 11 kabupaten/kota se-Indonesia, sebagai daerah prioritas telah dilibatkan dalam workshop percepatan minum ART (SUFA) sebagai pengembangan LKB di Jakarta pada tanggal 6-8 November 2013. Selanjutnya workshop khusus untuk Bali dilaksanakan di Kuta, Badung pada tanggal 18-20 November 2013 dan menghasilkan rencana kerja sampai dengan tahun 2014. Rencana kerja dikembangkan dalam tiga strategi yaitu: 1) memperluas tes HIV untuk penemuan kasus infeksi HIV, 2) meningkatkan efektifitas dan retensi pengobatan ARV, dan 3) memperkuat efektifitas upaya yang sudah ada dalam LKB (Lampiran-1). Selama periode tahun 2013 telah dilakukan penjangkauan pada 12.000 LBT di Kota Denpasar, dan hanya kurang dari 5 yang bersedia dirujuk dan tes HIV. Sedangkan mobile clinic VCT bekerja sama dengan Dinkes dan KPA Kota Denpasar telah diberikan penyuluhan 2
PERTEMUAN NASIONAL AIDS V, 25-29 OKTOBER 2015, MAKASAR-INDONESIA
dan tes HIV pada masyarakat di tempat kerja sebanyak 300 orang. Diperoleh hasil tes HIV reaktif sebanyak 7 orang dengan seorang klien yang bersedia dirujuk ke fasyankes dan bersedia minum ART. Kelangsungan minum ART klien ini hanya berlangsung selama dua minggu. Selain itu kesenjangan yang dihadapi pada Odha yang ditemukan adalah ketidaksediaannya untuk minum ART dan kelangsungan minum yang rendah bagi yang telah memakai obat. Setiap bulan di Klinik Amertha Yayasan Kerti Praja (YKP) ditemukan 20 klien yang reaktif HIV dan 15 orang harus memperoleh inisiasi ART tetapi hanya setengahnya bersedia memulai ART. Penanggulangan HIV-AIDS di Kota Denpasar telah dilakukan oleh berbagai LSM yang khusus di bidangnya, seperti Yayasan Gaya Dewata dengan komunitas gay dan waria, Yayasan Dua Hati dengan sasaran pemakai narkoba suntik, Yayasan Spirit Paramacitta untuk dampingan komunitas Odha, Yayasan Rama Sesana untuk populasi umum pengunjung pasar dan Yayasan Kerti Praja (YKP) dengan kelompok pekerja seks perempuan (PSP). Semua LSM tersebut mempunyai penjangkau lapangan (PL) sesuai dengan populasi yang menjadi sasarannya. Pertemuan Kelompok Dampingan Sebaya (KDS) yang didominasi oleh Odha pekerja seks perempuan (PSP) dilakukan secara rutin setiap bulan dikoordinir dari Yayasan Spirit Paramacitta. Jumlah PL di Kota Denpasar ada sebanyak 40 orang, dimana 50% diantaranya sudah terlatih menjadi konselor HIV. Penjangkau lapangan YKP sebanyak 21 orang dan 16 telah terlatih sebagai konselor. Selain LSM maka di Denpasar telah mempunyai 675 kader yang tersebar di tiap desa dalam bentuk Kader Desa Peduli AIDS (KDPA) dan siswa sekolah SMP, SMA dan SMK yang bergabung dalam Kelompok Siswa Peduli AIDS dan Narkoba (KSPAN) yang menyasar penduduk umum. Sedangkan lelaki berisiko tinggi (LBT) belum terjangkau secara khusus. Sehingga kebanyakan LBT yang terinfeksi HIV datangnya terlambat dan ditemukan setelah menjadi AIDS berakibat pengobatan ARV juga terlambat dan usianya menjadi pendek. Selain itu karena terlambat ditemukan LBT yang Odha, maka sudah menularkan kepada istrinya dan akhirnya kepada bayi yang terlahir. Guna mendukung program dengan sasaran LBT, YKP Denpasar telah terlibat dalam kegiatan LKB bekerja sama dengan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) dan Dinas Kesehatan (Dikes) Kota Denpasar menyusun proposal kegiatan “Program Peningkatan Cakupan Tes HIV, Inisiasi Dini ART dan Kelangsungan Minum Obat ARV pada Populasi 3
PERTEMUAN NASIONAL AIDS V, 25-29 OKTOBER 2015, MAKASAR-INDONESIA
Berisiko Tinggi di Kota Denpasar, 2014-2015’.
Tujuan Tujuan umum dari program ini adalah untuk meningkatkan cakupan tes HIV dan mempertahankan kelangsungan minum ART pada populasi lelaki berisiko tinggi. Sedangkan tujuan khususnya adalah untuk: 1. Meningkatkan cakupan tes HIV pada kelompok lelaki berisiko tinggi. 2. Meningkatkan jumlah Odha yang diberikan inisiasi dini ART. 3. Mempertahankan kelangsungan Odha yang minum ART.
C. Metode Berikutnya akan diuraikan metode atau kegiatan operasional yang dipergunakan dalam mencapai tujuan program intervensi ini adalah sebagai berikut: Strategi I: Meningkatkan penemuan penduduk risiko tinggi untuk mengikuti tes HIV. 1.
Membentuk Tim SUFA. Sebagai awal kegiatan maka akan dibentuk Tim SUFA. Pembentukan Tim SUFA akan dimotori oleh empat orang yang terlibat langsung dalam workshop di Jakarta. Jumlah anggota akan disesuaikan dengan kebutuhan, yaitu 5-10 orang. Selain empat orang di atas maka anggota lainnya dipilih dari peserta workshop di Kuta, Badung. Tim SUFA akan diajukan kepada Bapak Walikota Denpasar untuk dibuatkan surat keputusan.
2. Melakukan sosialisasi program SUFA dengan pemangku kepentingan. Tim SUFA menyelenggarakan pertemuan dengan pemangku kepentingan guna memberikan sosialisasi rencana kegiatan SUFA di Kota Denpasar. Pemangku kepentingan yang dilibatkan adalah puskesmas, Dias Kesehatan Kota Denpasar, KPA Kota Denpasar, LSM dan institusi lainnya yang terkait.
4
PERTEMUAN NASIONAL AIDS V, 25-29 OKTOBER 2015, MAKASAR-INDONESIA
3. Melakukan pertemuan dengan tokoh masyarakat di tingkat kecamatan. Pertemuan dengan tokoh masyarakat dilakukan di tingkat kecamatan sekali untuk setiap kecamatan. Melalui pertemuan ini dilakukan sosialisasi program LKB dan SUFA dalam menurunkan kejadian infeksi HIV. 4. Melakukan sosialisasi dengan petugas penjangkau lapangan (PL). Pertemuan dengan semua PL yang ada di Kota Denpasar untuk memberikan sosialisasi program intervensi dalam meningkatkan tes HIV, inisiasi dini pemberian ART dan mempertahankan kelangsungan minum obat. Dalam pertemuan ini dapat disepakati sistem kerja dalam melakukan penjangkauan populasi berisiko tinggi, khususnya LBT, untuk dirujuk ke klinik VCT, inisiasi ART bagi Odha dan dampingan untuk memelihara kepatuhan minum ARV. Penjangkau lapangan (PL) adalah staf LSM atau institusi yang mempunyai tugas utama di lapangan untuk menjangkau penduduk sasaran dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS berupa penyuluhan dan pendampingan untuk perubahan perilaku serta merujuk penduduk sasaran yang bermasalah ke klinik. 5. Melakukan sosialisasi dengan petugas fasilitas layanan kesehatan. Pertemuan dengan fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) primer dan sekunder di Kota Denpasar guna sosialisasi layanan peningkatan tes HIV, inisiasi dini layanan ART dan pendampingan untuk mempertahankan minum ARV bagi Odha. Fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) di Kota Denpasar berjenjang mulai dari primer adalah puskesmas se wilayah Kota Denpasar, sekunder adalah RSU Wangaya dan tersier adalah RSUP Sanglah. 6. Melakukan rujukan LBT ke klinik VCT. Lelaki berisiko tinggi yang ditemukan dan dijangkau oleh PL diharapkan mau dirujuk ke klinik VCT untuk melakukan tes HIV. Yang dimaksud dengan LBT adalah lelaki yang mempunyai perilaku memudahkan penularan HIV/AIDS, seperti 5
PERTEMUAN NASIONAL AIDS V, 25-29 OKTOBER 2015, MAKASAR-INDONESIA
pemakai narkoba suntik dan melakukan hubungan seks yang tidak aman. Dalam program intervensi ini maka yang dimasukkan ke dalam kelompok LBT adalah lelaki yang mempunyai mobilitas tinggi (sopir, ABK, tenaga kerja migran), pelanggan PSP, pemakai narkoba suntik dan lelaki suka seks dengan lelaki (LSL). Target jumlah LBT yang dirujuk selama setahun adalah 570 orang. Dengan meningkatnya klien yang dirujuk ke klinik VCT secara individual, maka beban konselor akan bertambah sehingga diperlukan bantuan dari seorang konselor lagi. 7. Melakukan pertemuan kader peduli AIDS. Pertemuan sosialisasi dengan kader desa peduli aids (KDPA) akan dilakukan setiap dua bulan sekali guna mengenalkan adanya program penanggulangan HIV melalui SUFA. Pertemuan dilakukan setiap dua bulan sekali yang diikuti oleh 25 orang setiap pertemuan. Strategi 2: Mempertahankan Odha minum ART. 8. Melakukan rujukan odha ke fasyankes. Dua puluh orang Odha baru yang ditemukan dan Odha lama yang belum mengkonsumsi ART setiap bulan akan dirujuk oleh PL ke fasyankes untuk inisiasi pemberian ART. 9. Memberikan dampingan Odha untuk minum ARV. Pada awalnya 50% dari 20 Odha baru yang dirujuk bersedia minum obat secara dini. Selama minum ART didampingi oleh PL untuk memelihara kepatuhannya minum obat ARV. Penjangkau lapangan termasuk mendampingi Odha mengingatkan minum obat ARV dan antisipasi timbulnya efek samping. Jumlah Odha yang bersedia minum ART setiap bulan mengalami kenaikan setiap bulannya sampai mencapai 20 Odha perbulan. Dalam setahun akan didampingi 182 Odha.
6
PERTEMUAN NASIONAL AIDS V, 25-29 OKTOBER 2015, MAKASAR-INDONESIA
D. Pelaksanaan dan hasil 1. Kegiatan pembentukan tim SUFA sudah dilakukan dan telah di buatkan SK dari KPA Kota Denpasar nomor 01/KPA DPS/I/2014 tentang pembentukan kelompok kerja (pokja) layanan komprehensif dan berkesinambungan (LKB) di Kota Denpasar. Tim SUFA ini beranggotakan Dinas Kesehatan Kota Denpasar, RS.UP Sanglah, RSUD Wangaya, KPA Kota Denpasar, Polresta Kota Denpasar, BAPEDA, Kecamatan Se-Kota Denpasar, Badan Pemberdayaan Masyarakat, Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Denpasar, Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan, LSM Peduli AIDS di Denpasar, Kader Desa Peduli AIDS Kota Denpasar, Puskesmas Se-Kota Denpasar.
2.
Sosialisasi Program SUFA dilakukan pada pemangku Kepentingan dan stakeholder terkait. Kegiatan ini di fasilitasi dari YKP bekerjasama dengan KPA Kota Denpasar dan Dinas Kesehatan Kota Denpasar. Sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan informasi dan pemahaman tentang program SUFA dan penanggulangan HIV-AIDS khususnya pada populasi lelaki berisiko tinggi. Melalui kegiatan ini bertujuan : Memahami program Layanan Komprehensif Berkesinambungan – Strategic Use of ARV (LKB – SUFA) yang memadukan unsur KPA dan Dinas Kesehatan (Puskesmas), rumah sakit dan lembaga swadaya masyarakat. Memahami peranan fasilitas layanan kesehatan dalam pelaksanaan program.Terjalin hubungan kerjasama antara tenaga fasilitas layanan kesehatan pemerintah maupun swasta dengan institusi terkait, petugas lapangan dan penduduk sasaran dalam menanggulangi HIV/AIDS di Kota Denpasar. Pada Kegiatan ini dibuat komitmen bersama dalam meperlancar pelaksanaan Layanan Komprehensif dan Berkesinambuangan (LKB) dan SUFA di masing-masing wilayah kerja.
3.
Melakukan pertemuan dengan tokoh masyarakat di tingkat kecamatan. Di Kota Denpasar terdapat 4 kecamatan. Setiap kecamatan dilakukan sosialisasi program LKB-SUFA. Kegiatan ini bertujuan untuk: 7
PERTEMUAN NASIONAL AIDS V, 25-29 OKTOBER 2015, MAKASAR-INDONESIA
1.
Memahami program Layanan Komprehensif Berkesinambungan – Strategic Use of ARV (LKB – SUFA) yang memadukan unsur KPA dan Dinas Kesehatan (Puskesmas) local, lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat
2.
Memahami peranan masing-masing lembaga dan tokoh masyarakat dalam pelaksanaan program.
3.
Mampu memberikan pemahaman kepada masyarakat agar berperan aktif dalam penanggulangan HIV/AIDS, mendorong masyarakat untuk melakukan tes HIV, dan minum ART apabila terinfeksi.
4.
Terjalin hubungan kerjasama antara tokoh masyarakat dengan petugas lapangan dalam menanggulangi HIV/AIDS di Kota Denpasar. Berdasarkan hasil pertemuan tersebut maka disepakati agar Kepala Kecamatan
melakukan koordinasi dengan KPA Kota Denpasar, Dinas Kesehatan maupun LSM yang ada apabila ada warganya yang membutuhkan informasi mengenai HIV, membutuhkan layanan dan perawatan HIV, pendampingan minum obat dan lainnya. Setiap Kecamatan dapat mengakses informasi dan layanan di direktori nomor telefon layanan kesehatan terdekat di wilayahnya.
4.
Melakukan sosialisasi dengan petugas penjangkau lapangan (PL). Sosialisasi Petugas lapangan ini bertujuan : 1.
Memahami program LKB–SUFA
2.
Memahami peranan lembaga dan petugas lapangan (PL) dalam pelaksanaan program.
3.
Mampu berperanaktif untuk merujuk klien tes HIV, pemberian ART dan pendampingan Odha minum ARV
4.
Terjalin hubungan kerjasama antara LSM (PL) dalam menanggulangi HIV/AIDS di Kota Denpasar Peserta sebanyak 47 orang terdiri dari petugas lapangan dari LSM yang ada di
Kota Denpasar dan aktif dalam penanggulangan HIV/AIDS. LSM tersebut adalah Yayasan Gaya Dewata, Yayasan Dua Hati, Yayasan Kerti Praja dan petugas lapangan dari Puskesmas. Nara sumber adalah dr. Partha Muliawan yang memaparkan peningkatan penemuan Odha melalui rujukan tes HIV, inisiasi dini ART dan 8
PERTEMUAN NASIONAL AIDS V, 25-29 OKTOBER 2015, MAKASAR-INDONESIA
pendampingan minum ARV bagi Odha. Petugas Lapangan ini berperan besar dalam melakukan penjangkauan populasi kunci serta pendampingan ODHA. LSM di Kota Denpasar termasuk Petugas lapangan dari puskesmas bekerjasama dalam mensukseskan program LKB-SUFA.
5.
Melakukan sosialisasi dengan petugas fasilitas layanan kesehatan. Kegiatan ini bertujuan 1.
Memahami program Layanan Komprehensif Berkesinambungan – Strategic Use of ARV
(LKB – SUFA) yang memadukan unsur KPA dan Dinas Kesehatan
(Puskesmas) lokal, lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat 2.
Memahami peranan fasilitas layanan kesehatan dalam pelaksanaan program.
3.
Terjalin hubungan kerjasama antara tenaga fasilitas layanan kesehatan pemerintah maupun swasta dengan petugas lapangan dan penduduk sasaran dalam menanggulangi HIV/AIDS di Kota Denpasar. Kegiatan ini diikuti oleh 40 orang peserta yang terdiri dari tenaga fasilitas layanan
kesehatan di Kota Denpasar seperti RS. Sanglah, RS Wangaya, RUMKITDAM, RS. Surya Husada, RS. Prima Medika, VCT lab prodia, PKBI, YRS, Lab Quantum dan 11 Puskesmas. Kegiatan ini di fasilitasi oleh : 1. Dr. Partha Muliawan, MSc (OM) dari YKP 2. Dr. IB Eka Putra, M. Kes dari Dinas Kesehatan Kota Denpasar
Pada pertemuan ini disepakati untuk pendanaan Pra ARV pada ODHA ditanggung oleh Dinas Kesehatan Kota Denpasar, ODHA yang memeriksakan diri di Puskesmas dan Rumah Sakit mendapatkan kartu khusus agar bisa gratis. Pemahaman terhadap Program Layanan Komprehensif Berkesinambungan–Strategic Use for ARV
(LKB–SUFA).
Terjalin hubungan kerjasama antara tenaga fasilitas layanan kesehatan pemerintah maupun swasta dengan petugas lapangan dan penduduk sasaran dalam menanggulangi HIV/AIDS di Kota Denpasar.
9
PERTEMUAN NASIONAL AIDS V, 25-29 OKTOBER 2015, MAKASAR-INDONESIA
6.
Melakukan pertemuan Kader Desa Peduli AIDS. Pertemuan Kader Desa Peduli AIDS (KDPA) ini dilakukan secara rutin selama 6 kali yang bergilir dibeberapa wilayah kecamatan secara merata. Pertemuan Kader Desa ini bertujuan 1. Memahami program Layanan Komprehensif Berkesinambungan–Strategic Use of ARV
(LKB – SUFA) yang memadukan unsur KPA dan Dinas Kesehatan
(Puskesmas) lokal, lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat 2. Memahami peranan kader peduli AIDS dalam pelaksanaan program. 3. Terjalin hubungan kerjasama antara Kader Peduli AIDS, petugas lapangan, fasilitas layanan kesehatan dan penduduk sasaran dalam menanggulangi HIV-AIDS di Kota Denpasar. Kegiatan ini difasilitasi oleh YKP, KPA Kota Denpasar dan Dinas Kesehatan Kota Denpasar. Terjalin hubungan kerjasama antara kader peduli AIDS, petugas lapangan, fasilitas layanan kesehatan dan penduduk sasaran dalam menanggulangi HIV-AIDS di Kota Denpasar.
7.
Melakukan rujukan LBT ke klinik VCT. Klien didekati oleh PL, apabila bersedia maka dirujuk ke Klinik VCT YKP. Ada yang diantar oleh PL dan juga ada yang datang sendiri. Setelah dikonseling oleh konselor di YKP maka darah klien diambil oleh dokter/perawat dilanjutkan dengan pemeriksaan laboratorium oleh petugas laboratorium/perawat. Hasil tes HIV negatif disuruh tes ulang 3 bulan lagi dan bila HIV positif dirujuk ke dokter untuk inisiasi ART. Sejak Agustus 2014 hingga Juli 2015 ini jumlah klien yang dirujuk sebanyak 570 orang pencapain sudah (110%). Adapun klien yang positif sebanyak 95 orang dengan capaian (144%).
Strategi 2: Mempertahankan Odha minum ART.
8.
Jumlah orang yang akses ARV Klien yang memperoleh hasil tes HIV+ dirujuk ke dokter Klinik Amertha untuk memulai minum ARV. Untuk inisiasi ART maka dokter klinik memberikan konseling 10
PERTEMUAN NASIONAL AIDS V, 25-29 OKTOBER 2015, MAKASAR-INDONESIA
kepada klien dengan menjelaskan kemungkinan efek samping obat dan risiko yang terjadi apabila putus minum ARV Jumlah klien yang akses ARV sebesar 200 orang (123%). Jumlah ini adalah kumulatif antara klien baru dan klien lama yang akses ARV. Klien yang akses ARV biasanya sebelumnya sudah melalui proses konseling oleh para konselor. Mereka sudah bersedia mengkonsumsi obat secara disiplin dan sudah tahu efek sampingnya.
9.
Jumlah ODHA yang dipertahankan akses ARV Apabila sudah sepakat konsumsi ARV diberikan dan PL bertugas mendampinginya.
Jumlah klien yang di damping selama 1 tahun ini sebanyak 153 orang (123%). Jumlah ini kumulatif dari klien baru dan klien yang baru bersedia minum ARV. Beberapa klien mengeluhkan efek samping minum obat dan paling banyak pada 2 minggu pertama. Jumlah yang putus obat selama setahun ini tercatat 46 orang (23%).
11
PERTEMUAN NASIONAL AIDS V, 25-29 OKTOBER 2015, MAKASAR-INDONESIA
Tabel 1. Jumlah target vs capaian LKB-SUFA
No
Indikator Target
Jumlah populasi kunci yang dijangkau Jumlah populasi kunci yang dirujuk 2 ke layanan Jumlah populasi kunci yang dirujuk 3 tes HIV 4 Jumlah orang yang HIV positif 1
5 Jumlah orang yang mengakses ARV 6
Jumlah ODHA yang dipertahankan akses ARV
61633
Jumlah Capaian setahun
persentase (%)
13164 570
520
570
110
66
95
144
162
200
123
160
153
96
12
PERTEMUAN NASIONAL AIDS V, 25-29 OKTOBER 2015, MAKASAR-INDONESIA
Gambar 1. Diagram target vs capaian SUFA
Perbandingan sebelum dan setelah program SUFA di Yayasan Kerti Praja Denpasar Berdasarkan data yang dimiliki Yayasan Kerti Praja Denpasar bahwa pada tahun 2013 jumlah WPS yang memakai ARV sebanyak 35 orang dan LSL sebanyak 28 orang. Setelah dilakukan program Layanan komprehensif berkesinambuangan (LKB) dan SUFA terjadi peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2014 setelah program LKB-SUFA berjalan dan dilakukan test and treat
didapatkan data jumlah WPS yang memakai ARV meningkat menjadi 129 orang dan LSL meningkat menjadi 83 orang. Peningkatan ini 2 kali lipat dari tahun-tahun sebelumnya. Kondisi ini memang didukung dengan kinerja petugas lapangan dalam melakukan penjangkauan semakin baik. Didukung dengan adanya sosialisasi direktori layanan kesehatan yang mudah diakses. Adanya Puskesmas yang terintegrasi dengan menempatkan petugas lapangan dalam melakukan penjangkauan yang didanai APBD. Adanya insentif kepada petugas lapangan yang melakukan penjangkauan dan pendampingan.
13
PERTEMUAN NASIONAL AIDS V, 25-29 OKTOBER 2015, MAKASAR-INDONESIA
129
83
Sebelum SUFA
35
Setelah SUFA
70 41
28
2013
2014
WPS
LSL
2015 (6 BLN)
Gambar 2. Jumlah PSK dan LSL yang menggunakan ARV sebelum dan setelah SUFA di YKP
Berdasarkan hasil Analisis Survival 308 Odha yang Test and Treat di YKP Sejak 9 November 2013 Sampai Dengan 1 Agustus 2015 ditemukan yang putus obat sebanyak 75 orang (24%). Berdasarkan Kaplan-meier analisis tampak ada kecendrungan penurunan tajam penggunaan obat di 2 minggu pertama.
0.00
0.25
0.50
0.75
1.00
Kaplan-Meier survival estimate
0
200
analysis time
400
600
Gambar 3. Analisis survival ODHA putus obat 14
PERTEMUAN NASIONAL AIDS V, 25-29 OKTOBER 2015, MAKASAR-INDONESIA
Berdasarkan analisis survival pada periode 2013 sd 2015 untuk 308 ODHA yang test dan treat di YKP terdapat WPS 166 orang dan LSL terdapat 142 orang. Berdasarkan Gambar 4 setelah dibandingkan antara WPS dan LSL terjadi trend yang sama. Jumlah penurunan penggunaan ARV tidak jauh berbeda. Sesuai gambar 5. Jumlah ODHA yang putus obat sebanyak 75 orang (24%). Ada kecendrungan memang putus obat pada 2 minggu pertama karena takut akan efek samping obat. Kemudian meningkat signifikan pada 2 tahunan penggunaan ARV bisa disebabkan karena pindah alamat.
Analisis Survival 308 Odha yang Test and Treat di YKP Biru = WPS (166 orang) dan Merah = LSL (142 orang)
Gambar 4. Perbandingan test dan treat pada WPS dan LSL
15
PERTEMUAN NASIONAL AIDS V, 25-29 OKTOBER 2015, MAKASAR-INDONESIA
Gambar 5. Histogram Odha yang Putus Obat 75 Orang (24%)
E. Tantangan dan Solusi Tantangan 1. Pada proses penjangkauan klien memiliki mobilitas tinggi dan lokasinya menyebar sehingga sulit dilakukan penyuluhan 2. Klien yang merasa sehat lebih sulit untuk dirujuk melakukan VCT 3. Waktu klien lebih banyak pada malam hari sehingga penjangkauan lebih sering dilakukan pada malam hari.
Solusi 1. Perlu dilakukan pemetaan populasi kunci sehingga mudah mendeteksi di komunitas 2. Penting melakukan pendekatan pada pimpinan komunitas untuk mengorganisir peserta 3. Penjangkauan lebih banyak di malam hari dengan melibatkan PL 4. KIE
yang
diberikan
berkesinambungan dengan
perlu
menggunakan
organisasi sosial di masyarakat
1. Beberapa klien tidak memiliki biaya untuk pra ARV
1. Kerjasama dilakukan dengan Dinas Kesehatan Kota Denpasar, KPA Kota
16
PERTEMUAN NASIONAL AIDS V, 25-29 OKTOBER 2015, MAKASAR-INDONESIA
2. Klien yang baru menerima hasil
Denpasar dan RS Wangaya untuk
positif tidak bersedia mengikuti tindak lanjut Pra ARV karena Belum percaya
membantu pelaksanaan Pra ARV 2. Memberikan konseling kepada klien
dengan hasil positif, takut efek
yang tidak percaya pada hasil agar bisa
samping dan takut ketahuan.
menerima hasil lab
3. Beberapa klien putus obat karena
3. Pendampingan yang intensif pada
beberapa faktor seperti: tidak kuat
semua klien agar tidak banyak yang
efek samping, takut ketahuan minum
DO terutama penjelasan mengenai efek
obat oleh temannya/bos (untuk odha
samping obat.
WPS) dan Belum Siap minum obat seumur hidup
F. Pembelajaran 1
Meningkatnya ODHA LSL. Hal ini sejalan dengan trend prevalensi dalam IBBS. WPS prevalensinya menurun 14% dan LSL naik menjadi 35%.
2
Untuk melakukan penjangkauan test and treat pada LSL harus melalui sosial media. Sedangkan WPS melalui outreach oleh PL.
3
Putus obat, kebanyakan 2 minggu pertama karena efek samping yang berat. Putus obat berikutnya adalah klien yang telah lama memakai ARV karena mereka pindah dan jenuh memakai ARV. Klien yang pindah tidak mau dirujuk ke RS luar bali.
G. Rekomendasi
1
Diperlukan regimen ARV yang efek sampingnya lebih ringan karena 24% putus obat sebagian besar mengeluhkan efek samping obat
2
Diperlukan pelayanan kesehatan yang bersahabat (friendly services) ketika konseling ARV. Jika tidak tepat maka klien cendrung akan menolak 17
PERTEMUAN NASIONAL AIDS V, 25-29 OKTOBER 2015, MAKASAR-INDONESIA
3
Penjangkauan pada WPS yang efektif melalui outreach oleh petugas lapangan dan LSL dilakukan melalui sosial media. Penjangkauan melalui kader desa kurang efektif jika menyasar populasi kunci.
18