Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
Hasil STHP Tahun 2006 di Tanah Papua
Kerjasama Badan Pusat Statistik dan Departemen Kesehatan
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006 Hasil STHP Tahun 2006 ISBN: No. Publikasi: Katalog BPS: Ukuran Buku: 21 cm x 29 cm Jumlah halaman: 113 halaman Tim Penyusun: Pengarah:
Arizal Ahnaf, MA Dr. Nyoman Kandun, MPH Dr. Nafsiah Mboi, SpA, MPH
Editor:
Arizal Ahnaf, MA Drs. Rusman Desiar, MSi Dr. Pandu Riono, MPH, PhD Dr. Pandu Harimurti, MPPM
Penulis:
Yeane Irmanigrum S., MA J. B. Priyono, MSc Drs. Ibram Syahboedin, MA Togi Siahaan, DpSc Ir. Purwanto Ruslam Aang Sutrisna
Asisten Penulis: Diyah Wulandari, SSi Pengolah Data: Sugih Hartono, SSi Aang Sutrisna Guy Morineau Desain:
Gaib Hakiki
Kata Pengantar Seperti kita ketahui, laporan AIDS dari Papua secara kumulatif sampai dengan akhir bulan Maret 2007 merupakan kasus AIDS nomor 2 paling tinggi setelah Jakarta. Namun bila dibandingkan dengan populasi penduduk maka case rate (jumlah kasus/jumlah penduduk x 100.000) di Papua adalah 60,93 per 100.000 penduduk dan merupakan 15,39 kali lebih tinggi dibandingkan dengan rate nasional (3,96). Sedangkan di Irian Jaya Barat sebesar 10,24 per 100.000 penduduk atau 2,59 kali lebih tinggi dibandingkan dengan rate nasional. Hal ini membuat Papua mempunyai proporsi kasus AIDS tertinggi dibandingkan dengan propinsi lainnya di Indonesia.
Pada tahun 2006 Depkes dan Dinas Kesehatan Tanah Papua bekerjasama dengan, KPA/KPAD, BPS, dengan didukung oleh World Bank dan USAID – FHI/ASA melakukan Surveilans Terpadu HIV dan Perilaku (STHP) di Tanah Papua, dengan jumlah sampel kabupaten/kota sebanyak 10 Kabupaten/Kota. STHP ini mengambil kelompok sasaran yaitu kelompok masyarakat umum, dan dilaksanakan pada bulan SeptemberOktober 2006.
Hasil STHP 2006 menunjukkan bahwa prevalensi HIV pada penduduk Tanah Papua sebesar 2.4 persen yang menggambarkan tingginya prevalensi HIV pada penduduk dewasa 15-49 tahun dibandingkan pada penduduk wilayah lain di Indonesia, dan tampaknya meluas ke semua wilayah Papua. Kondisi ini harus menjadi perhatian kita semua dan perlu diupayakan strategi penanggulangan HIV dan AIDS secara intensif dan khusus, agar tidak semakin berlanjut dan menjadi epidemi yang meluas (Generalized Epidemic) seperti yang terjadi di Sub Sahara Afrika. Kita harus mengambil sikap dan tindakan seperti yang dilakukan oleh negara tetangga kita, Thailand, yang membuktikan bahwa upaya komprehensif dan terpadu dengan memobilisasi seluruh sumber daya yang tersedia, ternyata mampu mengubah jalannya epidemi dan mencegah terinfeksinya jutaan masyarakat dari HIV dan AIDS.
Saat ini merupakan momentum yang sangat strategis untuk mengaplikasikan “Bringing Evidence into Action” dengan memanfaatkan Laporan STHP di Tanah Papua ini sebagai landasan bagi pengembangan Intensifikasi Program Pengendalian HIV dan AIDS di
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
i
Tanah Papua yang komprehensif dan mencapai sasaran yang diharapkan dengan memobilisasi sumber daya pemerintah pusat, daerah, masyarakat maupun lembaga donor secara optimal dalam kesatuan gerak untuk melakukan penanggulangan HIV dan AIDS di Tanah Papua.
Hasil STHP pada masyarakat umum di Tanah Papua ini diharapkan dapat dimanfaatkan secara optimal dalam penyusunan program-program penanggulangan HIV-AIDS. Sudah waktunya Pemerintah Pusat maupun Daerah bersama sama dengan semua sektor yang terkait untuk merencanakan respons yang sesuai dengan gambaran epidemi yang tergambar dari Hasil Survei tersebut.
Kepada semua pihak yang terlibat dan berkontribusi, baik dalam pelaksanaan Survei Terpadu HIV dan Perilaku di Tanah Papua maupun dalam penulisan laporan ini, kami mengucapkan terimakasih yang tak terhingga. Semoga upaya yang sudah kita lakukan ini memberikan dampak positif bagi upaya penanggulangan HIV dan AIDS di Tanah Papua khususnya dan di Indonesia pada umumnya. .
Jakarta, April 2007 Departemen Kesehatan RI Direktur Jenderal PP &PL
Dr. I Nyoman Kandun, MPH
ii
Kata Pengantar Memperhatikan dugaan cukup tingginya prevalensi HIV/AIDS di kalangan masyarakat umum di Tanah Papua, maka Badan Pusat Statistik (BPS) bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular & Penyehatan Lingkungan (Ditjen P2ML) Departemen Kesehatan, serta dengan dukungan dana dan teknis dari Bank Dunia dan Family Health International (FHI) melaksanakan survei perilaku dan surveilans HIV secara terintegrasi pada pertengahan tahun 2006. Kegiatan ini dirancang untuk mewakili Tanah Papua, yaitu mencakup Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, dan disebut “Surveilans Terpadu HIV-Perilaku 2006” (STHP 2006). Publikasi dengan judul “Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006” ini disusun dari hasil STHP 2006. Publikasi ini memuat antara lain tingkat pengetahuan dan perilaku berisiko penduduk terhadap penularan HIV, dan perkiraan prevalensi penderita HIV di Tanah Papua. Sesuai rancangan sampel, tabulasi hasil survei pada umumnya dapat disajikan menurut 3 (tiga) topografi wilayah, yaitu pegunungan, pesisir sulit dan pesisir mudah. Kepada semua pihak yang telah mendukung terselenggaranya STHP 2006, khususnya kepada Bank Dunia dan FHI sebagai pendukung dana, dan seluruh anggota tim teknis BPS, Depkes, Bank Dunia dan FHI yang berperan besar sampai dengan terbitnya publikasi ini disampaikan penghargaan dan terima kasih. Terima kasih disampaikan pula kepada Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPA), Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD), BPS, Dinkes, Universitas Cendrawasih, dan Lembaga Swadaya Masyarakat lainnya di Tanah Papua yang telah membantu persiapan dan pelaksanaan kegiatan di daerah. Semoga publikasi ini memberi manfaat yang berarti bagi upaya pencegahan penularan HIV/AIDS, khususnya di Tanah Papua.
Jakarta, April 2007 Badan Pusat Statistik Deputi Bidang Statistik Sosial,
Arizal Ahnaf, MA
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
iii
iv
Daftar Isi Kata Pengantar
i
Daftar Isi
v
Daftar Gambar Daftar Tabel Gambar Peta Tanah Papua 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Situasi Risiko Penularan HIV di Indonesia dan Papua Karakteristik Demografi Pengetahuan Tentang HIV/AIDS Perilaku Seks Perilaku Penggunaan Kondom Gejala Infeksi Menular Seksual (IMS) Penyalahgunaan Narkoba Layanan Voluntary Consulting and Testing (VCT) Prevalensi HIV di Papua
vi viii x 1 3 9 19 27 37 43 45 49
Kesimpulan dan Saran
57
Lampiran-lampiran: 1. Serologi 2. Pemeriksaan Darah 3. Metodologi Survei 4. Kuesioner STHP06. WANITA 5. Kuesioner STHP06. PRIA
63 65 77 85 97
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
v
Daftar Gambar Gambar
Judul Gambar
Halaman
3.1
Persentase Penduduk yang Tahu bahwa Berganti-ganti Pasangan Seks Lebih Mudah Tertular HIV dan Tahu Cara-cara Penularan HIV menurut Pendidikan yang Ditamatkan
10
3.2
Persentase Penduduk yang Menyatakan bahwa Menghindari AIDS dengan Cara tidak Makan dari Alat Makan/Minum Penderita HIV/AIDS menurut Pendidikan yang Ditamatkan
13
3.3
Persentase Penduduk yang Pernah Menghadiri Pertemuan dan Pernah Mendapatkan Buklet/Pamplet/Komik tentang HIV/AIDS menurut Pendidikan yang Ditamatkan
15
4.1
Persentase Penduduk yang Pernah Melakukan Hubungan Seks menurut Hubungan Pertama Kali dan Jenis Kelamin
20
4.2
Persentase Penduduk Papua yang Seks Pertama Sebelum 15 tahun menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
20
4.3
Persentase Perilaku Seks Berisiko menurut Jenis Kelamin
21
4.4
Persentase Perilaku Seks dengan Banyak Pasangan Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
22
4.5
Persentase Penduduk yang Melakukan Hubungan Seks pada Pesta Adat, Seks Antri, dan Seks dalam Perjalanan
23
4.6
Persentase Penduduk yang Mengkonsumsi Alkohol sebelum Melakukan Hubungan Seks
24
4.7
Persentase Penduduk yang Melakukan Anal Seks
24
4.8
Persentase Penduduk yang Memaksa/Dipaksa Melakukan Hubungan Seks
25
5.1
Persentase Penduduk yang Menggunakan Kondom pada Seks Terakhir menurut Jenis Kelamin
27
5.2
Persentase Penduduk yang Menggunakan Kondom pada Seks Terakhir menurut Pendidikan yang Ditamatkan
28
5.3
Persentase Penduduk yang Selalu Menggunakan Kondom pada Seks dengan Pasangan Tetap Sebulan Terakhir menurut Pendidikan yang Ditamatkan
29
5.4
Persentase Penduduk yang Selalu Menggunakan Kondom pada Seks dengan Pasangan Tidak Tetap Sebulan Terakhir menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin
30
5.5
Persentase Penduduk yang Menggunakan Kondom pada Seks dengan Memberi Imbalan menurut Jenis Kelamin
31
5.6
Persentase Penduduk yang Menggunakan Kondom pada Seks dengan Memberi Imbalan menurut Pendidikan yang Ditamatkan
31
vi
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
Gambar
Judul Gambar
Halaman
5.7
Persentase Penduduk yang Menyatakan bahwa Kondom Mudah Diperoleh menurut Topografi Wilayah
32
5.8
Persentase Penduduk yang Mengetahui Sumber Memperoleh Kondom menurut Sumbernya
33
5.9
Persentase Penduduk yang Mengetahui Sumber Memperoleh Kondom dari Klinik dan Apotik/Toko Obat menurut Topografi Wilayah
33
5.10
Persentase Penduduk yang Mengetahui Harga Kondom menurut Topografi Wilayah
34
5.11
Persentase Penduduk yang Menyatakan bahwa Kondom Mudah Diperoleh menurut Daerah Tempat Tinggal
35
5.12
Persentase Penduduk yang Mengetahui Sumber Memperoleh Kondom menurut Sumbernya dan Daerah Tempat Tinggal
35
5.13
Persentase Penduduk yang Mengetahui Harga Kondom menurut Daerah Tempat Tinggal
36
6.1
Persentase Penduduk menurut Gejala IMS dan Jenis Kelamin
38
6.2
Persentase Penduduk menurut Gejala IMS dan Jumlah Pasangan Seks
38
6.3
Persentase Penduduk menurut Gejala IMS dan Perilaku Seks dengan Imbalan
39
9.1
Prevalensi HIV menurut Jenis Kelamin
49
9.2
Prevalensi HIV menurut Topografi Wilayah
50
9.3
Prevalensi HIV menurut Etnis Penduduk
51
9.4
Prevalensi HIV menurut Kelompok Umur
51
9.5
Prevalensi HIV menurut Umur Pertama Kali Berhubungan Seks
52
9.6
Prevalensi HIV menurut Pasangan Seks
53
9.7
Prevalensi HIV menurut Jumlah Pasangan Seks Setahun yang Lalu
53
9.8
Prevalensi HIV menurut Perilaku Seks Imbalan
54
9.9
Prevalensi HIV menurut Riwayat IMS Setahun yang Lalu
54
9.10
Prevalensi HIV Penduduk yang Melakukan Seks dengan Pasangan Tidak Tetap menurut Riwayat Disirkumsisi
55
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
vii
Daftar Tabel Tabel
Judul Tabel
Halaman
2.1
Persentase Sebaran Penduduk menurut Topografi Wilayah, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
3
2.2
Persentase Sebaran Penduduk menurut Suku, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
4
2.3
Persentase dan Rata-rata Umur Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
4
2.4
Persentase Penduduk menurut Pendidikan yang Ditamatkan, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
5
2.5
Persentase Penduduk menurut Status Perkawinan, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
5
2.6
Persentase Penduduk Perempuan menurut Jumlah Kehamilan dan Kelompok Umur
6
2.7
Persentase Penduduk menurut Jenis Pekerjaan, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
6
2.8
Persentase Penduduk menurut Golongan Pendapatan per Bulan dan Jenis Kelamin
7
3.1
Persentase Penduduk yang Pernah Mendapat Informasi tentang HIV/AIDS menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin
9
3.2
Persentase Penduduk yang Tahu bahwa AIDS disebab oleh Virus menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin
10
3.3
Persentase Penduduk yang Tahu bahwa Menggunakan Kondom Dapat Terhindar dari Penularan HIV menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin
11
3.4
Persentase Penduduk yang Tahu bahwa Setia kepada Satu Pasangan Dapat Terhindar dari Penularan HIV menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin
11
3.5
Persentase Penduduk yang Tahu bahwa Dengan Tidak Menggunakan Jarum Suntik Bekas Dapat Terhindar dari Penularan HIV menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin
12
3.6
Persentase Penduduk yang Tahu bahwa Ada Obat yang dapat Menyembuhkan HIV/AIDS menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin
12
3.7
Persentase Penduduk yang Miskonsepsi Mengenai Penularan HIV menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin
13
3.8
Persentase Penduduk yang Menyatakan bahwa Menghindari AIDS dengan Cara tidak Makan dari Alat Makan/Minum Penderita HIV/AIDS menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin
14
viii
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
Tabel
Judul Tabel
Halaman
3.9
Persentase Penduduk yang Pernah Mengenal Secara Pribadi Orang yang Terinfeksi HIV/AIDS (ODHA) menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin
15
3.10
Persentase Penduduk (Laki-laki) menurut Sikap dan Perilaku Terhadap ODHA dan Pendidikan yang Ditamatkan
16
3.11
Persentase Penduduk (Perempuan) menurut Sikap dan Perilaku terhadap ODHA dan Pendidikan yang Ditamatkan
17
3.12
Persentase Penduduk (Laki-laki+Perempuan) menurut Sikap dan Perilaku terhadap ODHA dan Pendidikan yang Ditamatkan
17
5.1
Persentase Penduduk yang Menggunakan Kondom pada Seks dengan Pasangan Tetap Sebulan Terakhir menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin
28
5.2
Persentase Penduduk yang Menggunakan Kondom pada Seks dengan Pasangan Tidak Tetap Sebulan Terakhir menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin
30
5.3
Harga Kondom yang Diketahui Penduduk menurut Topografi Wilayah
34
5.4
Harga Kondom yang Diketahui Penduduk menurut Daerah Tempat Tinggal
36
6.1
Persentase Penduduk Berdasarkan Tindakan yang Dilakukan Ketika Mengalami Gejala IMS menurut Topografi Wilayah
40
6.2
Persentase Penduduk Berdasarkan Alasan Mengobati Sendiri Ketika Mengalami Gejala IMS menurut Topografi Wilayah
40
6.3
Persentase Penduduk Berdasarkan Jenis Obat yang Dipakai Ketika Mengalami Gejala IMS dan Mengobati Sendiri menurut Topografi Wilayah
41
6.4
Persentase Penduduk Berdasarkan Fasilitas Kesehatan yang Digunakan pada Saat Terakhir Mengalami Gejala IMS, menurut Topografi Wilayah
41
7.1
Persentase Penduduk yang Mengkonsumsi Narkoba menurut Jenis Narkoba dan Topografi Wilayah
43
8.1
Persentase Penduduk yang Tahu Tempat Tes menurut Topografi Wilayah dan Pendidikan yang Ditamatkan
45
8.2
Persentase Penduduk yang Pernah Tes HIV, Tes Atas Kemauan Sendiri, dan Menerima Hasil Tes menurut Topografi Wilayah dan Pendidikan yang Ditamatkan
46
8.3
Persentase Penduduk yang Pernah Konseling menurut Topografi Wilayah dan Pendidikan yang Ditamatkan
47
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
ix
GAMBAR PETA TANAH PAPUA Stratifikasi Wilayah Papua 23 27
72 06 22
09
07 24
25
08
26
71
19 03
05 21
04
11
10
18
20
02 12
16
17
15
PEGUNUNGAN PESISIR MUDAH
13
14
PESISIR SULIT
01
KODE KABUPATEN/KOTA 01 Merauke 02 Jayawijaya 03 Jayapura 04 Nabire 05 Fak Fak 06 Sorong 07 Manokwari 08 Yapen 09 Biak N 10 Paniai
11 Puncak Jaya 12 Mimika 13 Boven D 14 Mappi 15 Asmat 16 Yahukimo 17 Peg.Bintang 18 Tolikara 19 Sarmi 20 Keerom
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
21 Kaimana 22 Sorong Selatan 23 Raja Ampat 24 Tel Bintuni 25 Tel Wondama 26 Waropen 27 Supiori 71 Kota Jayapura 72 Kota Sorong
x
1 Situasi Risiko Penularan HIV di Indonesia dan Papua Situasi Epidemi HIV-AIDS di Indonesia Tingkat Epidemi HIV di sebagian besar di Indonesia tergolong dalam tingkat terkonsentrasi pada subpopulasi berisiko tinggi. Data Surveilans Nasional HIV dan AIDS Departemen Kesehatan, mengindikasikan penularan terus meningkat. Sampai akhir tahun 2006 tingkat epidemi yang dilaporkan tertinggi pada penularan seks komersial adalah 22.8% di Sorong, sedangkan pada penularan akibat penggunaan alat suntik yang tidak steril lebih dari 50% di Pusat Rehabilitasi Napza RSKO Jakarta dan 68% pada penghuni Lembaga Pemasyarakatan Bekasi. Kini Epidemi AIDS sudah meluas ke seluruh wilayah Indonesia. Pada akhir tahun 2000 hanya 16 provinsi yang melaporkan kasus AIDS, akhir 2003 meningkat menjadi 25 provinsi, kemudian tahun 2006 ada 32 provinsi yang melaporkan kasus AIDS. Data yang ada mengindikasikan terjadi pula peningkatan jumlah kasus AIDS secara signifikan yang dilaporkan unit layanan kesehatan. Laporan kasus AIDS secara kumulatif sampai Desember 2004 ada 2.682 orang, lalu meningkat 100 persen hanya dalam waktu setahun, tahun 2005 meningkat menjadi 5.321 orang dengan kasus AIDS. Peningkatan kasus AIDS terus terjadi, akhir September 2006 sudah terlaporkan sejumlah 6.871 kasus AIDS.
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
1
Situasi Epidemi HIV-AIDS di Papua Beberapa studi menunjukkan bahwa tingkat epidemi HIV-AIDS di Papua jauh lebih tinggi dibandingkan wilayah Indonesia lainnya. Jumlah kasus AIDS di Papua jauh lebih banyak dibandingkan wilayah lainnya. Prevalensi HIV tertinggi pada penjaja seks langsung yang dilaporkan berasal dari laporan sentinel di Tanah Papua. Berbagai studi mengindikasikan bahwa perilaku seks pada masyarakat Papua cukup berisiko. Antara lain, hasil Studi Kualitatif Perilaku Seks di Papua (Uncen, 2002) mengindikasikan banyak masyarakat Papua yang mempunyai banyak pasangan dan sebagaian besar memulai hubungan seks pada umur yang muda. Hasil Survei Perilaku pada pegawai negeri di Jayapura pada tahun 2003 menunjukkan bahwa sekitar 32 persen pegawai negeri lelaki di Jayapura membeli seks. Beberapa survei kecil mengindikasikan bahwa kemungkinan penularan HIV sudah meluas ke masyarakat umum di Papua. Kenyataan tersebut mendorong perlu dilakukan survei yang besar dan pada populasi umum Papua untuk lebih memahami prevalensi HIV dan dinamika penularan di Papua Departemen Kesehatan dan Badan Pusat Statistik -- dengan dukungan KPA nasional, KPA Papua dan KPA Papua Barat – telah melakukan Surveilans Terpadu HIV dan Perilaku Tahun 2006 (STHP2006) pada penduduk Tanah Papua diharapkan dapat memberikan gambaran lebih nyata tentang perilaku dan penyebaran HIV pada penduduk Papua. Penduduk Papua yang dimaksud dalam STHP2006 mencakup penduduk yang tinggal di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Dukungan dana diperoleh dari USAID -melalui Proyek Aksi Stop AIDS yang dilaksanakan oleh Family Health International – serta Bank Dunia.
2
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
2 Karakteristik Demografi Hasil Surveilans Terpadu HIV dan Perilaku Tahun 2006 (STHP2006) pada penduduk Papua diharapkan dapat memberikan gambaran lebih nyata tentang perilaku dan penyebaran HIV pada penduduk Papua. Penduduk Papua yang dimaksud dalam STHP2006 mencakup penduduk yang tinggal di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Pada bab ini akan disajikan beberapa data tentang karakteristik demografi penduduk yaitu umur, pendidikan, dan status perkawinan.
2.1 Sebaran Penduduk Berdasarkan Topografi Wilayah Kondisi topografi Tanah Papua dalam STHP2006 dibagi ke dalam 3 (tiga) kategori yaitu Pegunungan, Pesisir Mudah, dan Pesisir Sulit. Lebih dari 50 persen penduduk tinggal di Pesisir Mudah, kemudian sekitar 28 persen tinggal di Pegunungan, sisanya sekitar 20 persen tinggal di Pesisir Sulit. Pola sebaran penduduk menurut topografi wilayah, jenis kelamin, dan kelompok umur seperti pada Tabel 2.1 berikut. Tabel 2.1 Persentase Sebaran Penduduk Usia 15-49 Tahun menurut Topografi Wilayah, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Jenis Kelamin Topografi Wilayah
Kelompok Umur
Lakilaki
Perempuan
Total
15-24
25-39
40-49
Total
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Pegunungan
28,5
27,8
28,2
28,1
28,1
28,2
28,2
Pesisir Mudah
50,8
52,0
51,4
51,4
51,4
51,3
51,4
Pesisir Sulit
20,7
20,2
20,4
20,4
20,4
20,5
20,4
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
(1)
Total
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
3
Pola sebaran penduduk Papua per topografi wilayah menurut jenis kelamin dan kelompok umur menunjukkan kesamaan. Karakteristik penduduk berdasarkan etnis, yaitu antara Non Papua dan Papua, menurut jenis kelamin dan kelompok umur, disajikan pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Persentase Sebaran Penduduk Usia 15-49 Tahun menurut Etnis, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Jenis Kelamin Etnis (1) Non Papua
Lakilaki (2) 30,8
Perempuan (3) 31,4
Papua
69,2
Total
100,0
Kelompok Umur Total
15-24
25-39
40-49
Total
(4) 31,1
(5) 27,8
(6) 33,6
(7) 30,8
(8) 31,1
68,6
68,9
72,2
66,4
69,2
68,9
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
Ada kesamaan pola sebaran penduduk menurut etnis antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan, di mana penduduk Papua lebih besar dibandingkan Non Papua, yaitu masing-masing sekitar 69 persen penduduk Papua dan sekitar 31 persen penduduk Non Papua.
2.2 Umur dan Pendidikan yang Ditamatkan Batasan umur penduduk yang dicakup dalam STHP2006 adalah 15-49 tahun. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata umur penduduk laki-laki dan penduduk perempuan, yaitu 30,2 tahun untuk penduduk laki-laki, dan 29,5 tahun untuk penduduk perempuan. Persentase dan rata-rata umur penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur disajikan pada Tabel 2.3 berikut. Tabel 2.3 Persentase dan Rata-rata Umur Penduduk Usia 15-49 Tahun menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
Jenis Kelamin
Persentase/Rata-rata Umur
(1) Laki-laki Perempuan Total
4
Kelompok Umur 15-24
25-39
40-49
Total
(2) Persentase
(3) 33,5
(4) 44,9
(5) 21,6
(6) 100,0
Rata-rata Umur (tahun)
19,5
31,6
44,1
30,2
Persentase
34,2
48,1
17,7
100,0
Rata-rata Umur (tahun)
19,6
31,4
43,7
29,5
Persentase
33,8
46,4
19,7
100,0
Rata-rata Umur (tahun)
19,6
31,5
43,9
29,9
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
Menurut tingkat pendidikan, penduduk laki-laki yang berpendidikan tamat SLTA dan Universitas sebesar 32,2 persen, sementara penduduk perempuan untuk tingkat pendidikan yang sama jumlahnya 26,3 persen. Di sisi lain, masih banyak penduduk yang tidak pernah sekolah atau tidak tamat SD, yaitu untuk penduduk laki-laki persentasenya sebesar 29,2 persen, sementara untuk penduduk perempuan persentasenya jauh lebih tinggi, yaitu sebesar 42,3 persen. Persentase penduduk berdasarkan pendidikan yang ditamatkan menurut jenis kelamin dan kelompok umur disajikan pada Tabel 2.4. Tabel 2.4 Persentase Penduduk Usia 15-49 Tahun menurut Pendidikan yang Ditamatkan, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Jenis Kelamin Pendidikan yang Ditamatkan
Kelompok Umur
Lakilaki
Perempuan
Total
15-24
25-39
40-49
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Tidak Sekolah/ Tidak Tamat SD
29,2
42,3
35,5
31,0
34,4
45,7
35,5
SD dan SLTP
38,6
31,4
35,2
42,0
32,0
30,9
35,2
SLTA dan Universitas
32,2
26,3
29,4
27,0
33,6
23,4
29,4
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
Total
2.3 Status Perkawinan Sebanyak 2,5 persen penduduk laki-laki mengaku hidup bersama sedangkan pada penduduk perempuan yang mengaku hidup bersama jumlahnya mencapai 4,5 persen. Persentase penduduk yang belum menikah adalah sebesar 32,6 persen untuk laki-laki dan 21,6 persen untuk perempuan. Pada kelompok umur 40-49 tahun ada juga penduduk yang belum kawin, yaitu sebesar 2,0 persen. Persentase penduduk berdasarkan status perkawinan, jenis kelamin, dan kelompok umur, disajikan pada Tabel 2.5 berikut. Tabel 2.5 Persentase Penduduk Usia 15-49 Tahun menurut Status Perkawinan, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Status Perkawinan
Jenis Kelamin
(1) Belum Kawin
Lakilaki (2) 32,6
Perempuan (3) 21,6
Kawin Negara
33,2
Kawin Adat
Kelompok Umur Total
15-24
25-39
40-49
Total
(4) 27,3
(5) 63,2
(6) 12,0
(7) 2,0
(8) 27,3
38,0
35,5
13,2
45,0
51,4
35,5
29,8
32,4
31,0
19,1
36,4
38,8
31,0
Cerai Hidup
0,8
1,7
1,2
0,9
1,4
1,5
1,2
Cerai Mati
1,0
1,9
1,4
0,2
1,1
4,3
1,4
Hidup Bersama
2,5
4,5
3,4
3,4
4,1
2,0
3,4
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
Total
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
5
Untuk penduduk perempuan ditanyakan lebih rinci mengenai riwayat kehamilannya, yaitu jumlah kehamilan yang pernah dialami, termasuk jumlah kehamilan yang mengalami keguguran. Pada penduduk perempuan di kelompok umur 15-24 tahun terdapat 8,5 persen sudah pernah hamil 4 kali atau lebih. Di sisi lain, penduduk perempuan pada kelompok umur 40-49 tahun yang belum pernah hamil sebesar 4,4 persen. Tabel 2.6 Persentase Penduduk Perempuan Usia 15-49 Tahun menurut Jumlah Kehamilan dan Kelompok Umur Jumlah Kehamilan
15-24
25-39
40-49
Total
(1) 0
(2) 22,5
(3) 7,5
(4) 4,4
(5) 9,9
1
33,1
15,1
7,2
17,1
2
24,5
21,0
11,9
19,7
3
11,4
22,1
18,2
19,0
4+
8,5
34,3
58,4
34,3
100,0
100,0
100,0
100,0
Total
2.4 Pekerjaan Persentase terbesar penduduk bekerja sebagai petani, untuk penduduk laki-laki sebesar 40,2 persen, sementara untuk penduduk perempuan sebesar 38,6 persen. Ada perbedaan yang cukup signifikan untuk jenis pekerjaan “buruh/karyawan”, untuk penduduk laki-laki mencapai 25,0 persen, sementara untuk penduduk perempuan hanya sebesar 9,5 persen. Demikian juga penduduk yang “tidak punya pekerjaan”, untuk laki-laki sebesar 20,0 persen, sementara untuk perempuan mencapai 43,2 persen. Tabel 2.7 Persentase Penduduk Usia 15-49 Tahun menurut Jenis Pekerjaan, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Jenis Kelamin Jenis Pekerjaan
Lakilaki
Perempuan
(2) 40,2
Kelompok Umur Total
15-24
25-39
40-49
Total
(3) 38,6
(4) 39,4
(5) 29,4
(6) 43,0
(7) 48,3
(8) 39,4
6,1
1,6
4,0
3,2
4,0
5,1
4,0
25,0
9,5
17,5
10,0
21,4
21,1
17,5
Pedagang
4,4
5,9
5,1
2,9
6,3
6,2
5,1
Lainnya
4,3
1,1
2,8
2,1
3,0
3,4
2,8
20,0
43,2
31,2
52,4
22,2
15,8
31,2
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
(1) Petani Nelayan Buruh/Karyawan
Tidak Punya Total
6
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
Sebagian besar penduduk yang bekerja, baik untuk penduduk laki-laki maupun perempuan, mempunyai pendapatan antara 101 ribu sampai 500 ribu rupiah. Penduduk laki-laki persentasenya sebesar 34,0 persen, sementara penduduk perempuan sebesar 28,6 persen. Sebanyak 34,9 persen penduduk tidak mempunyai pendapatan, sebanyak 23,2 persen penduduk laki-laki dan 47,4 persen penduduk perempuan. Tabel 2.8 Persentase Penduduk Usia 15-49 Tahun menurut Golongan Pendapatan per Bulan dan Jenis Kelamin Golongan Pendapatan per Bulan
Laki-laki
Perempuan
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
Tidak Punya Pendapatan
23,2
47,4
34,9
≤ 100.000
7,7
10,3
9,0
101.000 – 500.000
34,0
28,6
31,4
501.000 – 1.500.000
27,0
10,9
19,2
≥ 1.500.000
8,1
2,7
5,5
100,0
100,0
100,0
(Ribuan Rupiah)
Total
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
7
3 Pengetahuan tentang HIV/AIDS Pada bab ini dibahas tentang pengetahuan penduduk Tanah Papua terhadap HIV/AIDS. Pengetahuan yang benar terhadap HIV/AIDS sangat membantu untuk merubah perilaku berisiko penularan HIV/AIDS.
3.1. Persepsi yang benar terhadap HIV/AIDS Ada sebesar 51,8 persen penduduk Tanah Papua yang pernah mendengar atau mendapat informasi tentang HIV/AIDS. Penduduk laki-laki lebih banyak mendapat informasi dari pada penduduk perempuan, yaitu 55,5 persen berbanding 47,8 persen. Berdasarkan tingkat pendidikan, terlihat bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi persentase penduduk yang pernah mendapat informasi tentang HIV/AIDS. Hal ini terjadi secara konsisten baik pada penduduk laki-laki maupun pada penduduk perempuan. Penduduk yang tidak sekolah/tidak tamat SD hanya 26,3 persen yang pernah mendapat informasi tentang HIV/AIDS sedangkan untuk yang tamat SD dan SLTP sebesar 54,7 persen, dan penduduk yang berpendidikan tamat SLTA ke atas mencapai 79,2 persen. Tabel 3.1
Persentase Penduduk yang Pernah Mendapat Informasi tentang HIV/AIDS menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin
Pendidikan yang Ditamatkan
Laki-laki
Perempuan
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD SD dan SLTP
29,5 55,8
23,9 53,3
26,3 54,7
SLTA dan Universitas
78,7
79,7
79,2
55,5
47,8
51,8
Total
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
9
Penduduk Tanah Papua yang tahu bahwa penyebab AIDS adalah virus sebanyak 41,4 persen. Penduduk laki-laki yang tahu lebih banyak dari perempuan, yaitu 44,0 persen berbanding 38,6 persen. Semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk semakin besar persentase yang mengetahui bahwa AIDS disebabkan oleh virus, baik pada penduduk lakilaki maupun penduduk perempuan. Diantara penduduk yang tidak sekolah/tidak tamat SD hanya sebanyak 14,2 persen yang tahu HIV/AIDS disebabkan oleh virus, sedangkan dari yang tamat SD dan SLTP sebesar 41,9 persen, dan yang tamat SLTA ke atas mencapai 73,7 persen. Tabel 3.2
Persentase Penduduk yang Tahu bahwa AIDS disebabkan oleh Virus menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin
Pendidikan yang Ditamatkan
Laki-laki
Perempuan
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD
15,7
13,1
14,2
SD dan SLTP
41,9
41,9
41,9
SLTA dan Universitas
72,1
75,8
73,7
44,0
38,6
41,4
Total
Salah satu penyebab penularan HIV adalah hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan. Ada 46,4 persen penduduk yang tahu bahwa dengan berganti-ganti pasangan akan mudah tertular HIV. Persentase penduduk laki-laki yang tahu hal ini (49,4 persen) sedikit lebih tinggi daripada penduduk perempuan (43,1 persen). Menurut tingkat pendidikan, maka yang tidak sekolah/tidak tamat SD hanya 20,1 persen yang tahu, sedangkan untuk yang berpendidikan SD dan SLTP 48,8 persen, dan yang tamat SLTA ke atas mencapai 75,3 persen. Gambar 3.1 Persentase Penduduk yang Tahu bahwa Berganti-ganti Pasangan Seks Lebih Mudah Tertular HIV dan Tahu Cara-cara Penularan HIV menurut Pendidikan yang Ditamatkan 100 90
75.3 78.2
80 70 60
48.8 51.5
46.4 48.9
50 40 30
20.1
22
20 10 0 Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD
SD dan SLTP
SLTA dan Universitas
Tahu ganti-ganti pasangan seks mudah tertular HIV
10
Total
Tahu cara-cara penularan HIV
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
Penduduk Papua yang mengetahui cara-cara penularan HIV sebesar 48,9 persen. Persentase penduduk laki-laki yang tahu penularan HIV ini lebih tinggi dari pada penduduk perempuan yaitu 52,3 persen berbanding 45,1 persen. Berdasarkan tingkat pendidikan, besarnya persentase penduduk yang tahu cara-cara penularan HIV, untuk yang tidak sekolah/tidak tamat SD, tamat SD dan SLTP, serta tamat SLTA ke atas masingmasing sebesar 22,0 persen, 51,5 persen, dan 78,2 persen. Persentase penduduk yang tahu bahwa menggunakan kondom dapat terhindar dari tertular HIV sebesar 35,4 persen. Persentase penduduk laki-laki lebih tinggi dari penduduk perempuan yaitu 38,4 persen berbanding 32,1 persen. Menurut pendidikan, penduduk yang tidak sekolah/tidak tamat SD hanya 10,6 persen yang tahu, sedangkan penduduk yang tamat SD dan SLTP 36,2 persen dan penduduk yang lulus SLTA ke atas mencapai 64,4 persen. Tabel 3.3 Persentase Penduduk yang Tahu bahwa Menggunakan Kondom Dapat Terhindar dari Penularan HIV menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin Pendidikan yang Ditamatkan
Laki-laki
Perempuan
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD
13,8
8,2
10,6
SD dan SLTP
35,7
36,8
36,2
SLTA dan Universitas
64,0
64,8
64,4
38,4
32,1
35,4
Total
Setia terhadap satu pasangan adalah salah satu cara untuk menghindari penularan HIV. Sebanyak 45,3 persen penduduk Papua tahu bahwa setia terhadap satu pasangan akan dapat mengindari tertular HIV. Tingkat pengetahuan penduduk terhadap hal ini juga berkorelasi positif dengan tingkat pendidikan. Tabel 3.4 Persentase Penduduk yang Tahu bahwa Setia kepada Satu Pasangan Dapat Terhindar dari Penularan HIV menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin Pendidikan yang Ditamatkan
Laki-laki
Perempuan
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD
22,5
17,3
19,5
SD dan SLTP
48,1
45,9
47,1
SLTA dan Universitas
73,2
75,4
74,2
48,7
41,6
45,3
Total
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
11
Menghindari penggunaan atau pemakaian jarum suntik bekas merupakan salah satu cara menghindari penularan HIV. Persentase penduduk yang mengetahui bahwa dengan tidak menggunakan jarum suntik bekas akan terhindar dari penularan HIV sebesar 39,1 persen, dengan komposisi menurut jenis kelamin adalah 41,3 persen penduduk laki-laki, dan 36,7 persen penduduk perempuan. Tingkat pengetahuan penduduk tentang hal ini menurut tingkat pendidikan adalah 14,0 persen untuk yang tidak sekolah/tidak tamat SD, 40,3 persen untuk yang tamat SD dan SLTP, dan 68,0 persen bagi yang tamat SLTA ke atas. Tabel 3.5 Persentase Penduduk yang Tahu bahwa Dengan Tidak Menggunakan Jarum Suntik Bekas Dapat Terhindar dari Penularan HIV menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin Pendidikan yang Ditamatkan
Laki-laki
Perempuan
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD
15,7
12,7
14,0
SD dan SLTP
39,1
41,9
40,3
SLTA dan Universitas
67,0
69,2
68,0
41,3
36,7
39,1
Total
3.2. Persepsi yang Salah tentang HIV/AIDS Dari penduduk yang pernah mendapat informasi tentang HIV/AIDS sebesar 16,1 persen berpendapat bahwa ada obat yang dapat menyembuhkan HIV/AIDS. Persentase pada penduduk laki-laki dan penduduk perempuan adalah 15,2 persen berbanding 17,3 persen. Pengetahuan tentang adanya obat yang dapat menyembuhkan HIV/AIDS penduduk yang tidak sekolah/tidak tamat SD (14,3 persen), penduduk yang berpendidikan tamat SD dan SLTP (20,0 persen), serta yang berpendidikan tamat SLTA dan Universitas (13,6 persen). Tabel 3.6 Persentase Penduduk yang Tahu bahwa Ada Obat yang dapat Menyembuhkan HIV/AIDS menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin Pendidikan yang Ditamatkan
Laki-laki
Perempuan
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD
14,5
14,1
14,3
SD dan SLTP
19,7
20,5
20,0
SLTA dan Universitas
11,6
16,2
13,6
15,2
17,3
16,1
Total
12
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
Dari penduduk yang pernah mendapat informasi tentang HIV/AIDS sebanyak 52,1 persen mempunyai pengetahuan dan pendapat yang salah (miskonsepsi) mengenai penularan HIV. Tidak ada perbedaan persentase yang berarti bila dibedakan menurut jenis kelamin dan menurut pendidikan. Tabel 3.7
Persentase Penduduk yang Miskonsepsi Mengenai Penularan HIV menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin
Pendidikan yang Ditamatkan
Laki-laki
Perempuan
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD
48,9
43,3
46,0
SD dan SLTP
53,6
55,0
54,2
SLTA dan Universitas
52,3
53,9
53,0
Total
52,2
52,0
52,1
Sebanyak 38,4 persen penduduk yang pernah mendapat informasi tentang HIV/AIDS menyatakan bahwa menghindari penularan HIV/AIDS dapat dilakukan dengan cara tidak menggunakan alat makan dan minum penderita HIV/AIDS. Persentase penduduk laki-laki dan penduduk perempuan sama sekitar 38 persen. Berdasarkan tingkat pendidikan maka urutan tingkat pengetahuan penduduk tentang hal ini adalah 26,8 persen dari yang tidak sekolah/tidak tamat SD, 39,4 persen dari yang tamat SD dan SLTP, dan 42,4 persen dari yang tamat SLTA dan Universitas. Gambar 3.2 Persentase Penduduk yang Menyatakan bahwa Menghindari AIDS dengan Cara tidak Makan dari Alat Makan/Minum Penderita HIV/AIDS menurut Pendidikan yang Ditamatkan 45
42.4 39.4
40
38.4
35 30
26.8
25 20 15 10 5 0
Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD
SD dan SLTP
SLTA dan Universitas
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
Total
13
3.3. Sumber Informasi tentang HIV/AIDS Radio dan televisi adalah sumber informasi utama tentang HIV/AIDS kepada masyarakat di Papua. Kedua media ini digunakan oleh lebih dari 50 persen penduduk sebagai sumber informasi tentang HIV/AIDS. Tabel 3.8
Persentase Penduduk yang Mendapatkan Informasi Mengenai HIV/AIDS menurut Sumber Informasi dan Pendidikan yang Ditamatkan
Sumber Informasi
Tidak Sekolah/ Tidak Tamat SD
SD dan SLTP
SLTA dan Universitas
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
10,1 5,0 12,4 2,1 9,3 9,3 2,2 4,3 6,4 3,8 0,4
26,3 24,7 22,7 16,1 18,3 11,9 13,2 8,3 8,8 3,9 1,9
45,2 53,9 32,3 42,4 21,4 14,8 14,2 16,7 11,6 3,3 3,4
26,1 26,3 21,8 18,9 16,0 11,8 9,6 9,3 8,8 3,7 1,8
1. Radio 2. Televisi 3. Petugas Kesehatan 4. Surat Kabar/Brosur 5. Teman 6. Tokoh Agama 7. Guru 8. Petugas LSM 9. Anggota Keluarga 10. Tokoh Adat 11. Lainnya
Media lain yang menjadi sumber informasi HIV/AIDS bagi masyarakat Papua adalah petugas kesehatan. Ada 21,8 persen penduduk yang mendapat informasi tentang HIV/AIDS dari petugas kesehatan. Kemudian surat kabar/brosur sebesar 18,9 persen, teman 16,0 persen, tokoh agama 11,8 persen, guru 9,6 persen, petugas LSM dan anggota keluarga masing-masing 9,3 dan 8,8 persen. Sementara itu, tokoh adat dan lainnya masing-masing hanya berkontribusi sebesar 3,7 persen dan 1,8 persen sebagai sumber informasi HIV/AIDS. Penduduk Papua yang pernah menghadiri pertemuan mengenai HIV/AIDS hanya 16,2 persen. Tidak terdapat perbedaan persentase yang berarti antara penduduk perempuan dan penduduk laki-laki yang pernah menghadiri pertemuan ini. Makin tinggi pendidikan makin besar persentase yang menghadiri pertemuan mengenai HIV/AIDS. Hal ini terjadi baik untuk penduduk laki-laki maupun penduduk perempuan. Dari 16,2 persen yang pernah menghadiri pertemuan tersebut ada 9 persen yang hanya sekali menghadiri pertemuan, 4 persen yang pernah menghadiri 2 kali pertemuan, dan 3 persen yang menghadiri pertemuan 3 kali dan lebih. Penduduk Papua yang pernah menerima atau mendapatkan buklet/pamlet/komik tentang HIV/AIDS sebesar 17,0 persen. Persentase penduduk laki-laki yang pernah menerima atau mendapat buklet/pamlet/komik (18,6 persen) lebih tinggi dari persentase penduduk perempuan (15,4 persen). Menurut tingkat pendidikan, penduduk yang tidak
14
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
sekolah/tidak tamat SD ada 2,3 persen yang pernah menerima buklet/pamlet/komik, dan penduduk yang berpendidikan tamat SD dan SLTP sebesar 16,0 persen, sedangkan penduduk yang berpendidikan tamat SLTA ke atas mencapai 36,1 persen. Gambar 3.3 Persentase Penduduk yang Pernah Menghadiri Pertemuan dan Pernah Mendapatkan Buklet/Pamplet/Komik tentang HIV/AIDS menurut Pendidikan yang Ditamatkan
40
36.1
35 30
26.4
25 20
15.9
16.2
16.0
17.0
15 8.1
10
2.3
5 0
Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD
SD dan SLTP
SLTA dan Universitas
Pernah menghadiri pertemuan HIV
Total
Pernah mendapat buklet tentang HIV
3.4. Stigmatisasi terhadap ODHA Penduduk Papua yang mengenal secara pribadi orang yang sudah terinfeksi HIV/AIDS (ODHA) sebesar 6,7 persen. Menurut jenis kelamin, persentase penduduk laki-laki yang mengenal secara pribadi ODHA ada 7,1 persen, sedikit lebih tinggi dari persentase penduduk perempuan yang mengenal ODHA secara pribadi yaitu 6,3 persen. Menurut tingkat pendidikan, persentase penduduk yang mengenal ODHA secara pribadi adalah 2,8 persen bagi penduduk yang tidak sekolah/tidak tamat SD dan 6,5 persen penduduk yang berpendidikan tamat SD dan SLTP serta 11,7 persen penduduk yang berpendidikan tamat SLTA ke atas. Tabel 3.9
Persentase Penduduk yang Pernah Mengenal Secara Pribadi Orang yang Terinfeksi HIV/AIDS (ODHA) menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin
Pendidikan yang Ditamatkan
Laki-laki
Perempuan
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD
2,9
2,6
2,8
SD dan SLTP
7,3
5,5
6,5
SLTA dan Universitas
10,6
13,2
11,7
7,1
6,3
6,7
Total
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
15
Sikap penduduk Papua yang mengenal ODHA secara pribadi terhadap penderita ini sangat bervariasi. Sikap yang paling besar persentasenya adalah menjauhi mereka yaitu mencapai 34,3 persen. Persentase penduduk laki-laki yang menjauhi ODHA lebih besar dari persentase penduduk perempuan (36,7 persen laki-laki dan 31,4 persen perempuan). Menurut tingkat pendidikan, semakin tinggi pendidikan maka semakin rendah persentase penduduk yang menjauhi ODHA (57,3 persen penduduk yang tidak sekolah/tidak tamat SD, 43,2 persen penduduk yang berpendidikan tamat SD dan SLTP, serta 21,8 persen penduduk yang berpendidikan tamat SLTA ke atas). Hal ini terjadi baik untuk penduduk laki-laki maupun penduduk perempuan. Persentase terbesar kedua adalah memperlakukan ODHA sama seperti orang lain yaitu sebesar 28,3 persen. Persentase penduduk perempuan lebih besar dari pada persentase penduduk laki-laki yang memperlakukan ODHA sama dengan orang lain (32,1 persen perempuan dan 25,2 persen laki-laki). Menurut pendidikan, secara umum makin tinggi pendididikan makin besar persentase yang memperlakukan ODHA sama dengan orang lain, baik untuk penduduk laki-laki maupun untuk penduduk perempuan. Persentase penduduk yang tidak sekolah/tidak tamat SD dan penduduk yang tamat SD dan SLTP yang memperlakukan ODHA sama dengan orang lain adalah masing-masing 13,6 dan 18,7 persen, sedangkan penduduk yang berpendidikan tamat SLTA ke atas ada 39,0 persen. Penduduk yang merasa kasihan dengan ODHA ada 20,9 persen dan yang memberi perhatian khusus sebanyak 16,2 persen. Secara umum persentase penduduk laki-laki untuk keduanya lebih besar dari persentase penduduk perempuan. Untuk kedua indikator yang disebutkan terakhir ini pengaruh tingkat pendidikan tidak begitu nyata. Tabel 3.10
Persentase Penduduk menurut Sikap dan Perilaku Terhadap ODHA dan Pendidikan yang Ditamatkan
Laki-laki Sikap dan Perilaku Terhadap ODHA
Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD
SD dan SLTP
SLTA dan Universitas
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1. Menjauh Darinya 2. Memperlakukan Sama Seperti Orang Lain 3. Merasa Kasihan Kepadanya 4. Memberikan Perhatian Khusus
56,0 7,7
44,7 17,7
25,2 35,9
36,7 25,2
18,3
21,2
19,4
20,0
18,0
16,5
19,5
18,1
100,0
100,0
100,0
100,0
Total
16
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
Tabel 3.11
Persentase Penduduk menurut Sikap dan Perilaku terhadap ODHA dan Pendidikan yang Ditamatkan
Perempuan Sikap dan Perilaku Terhadap ODHA
Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD
SD dan SLTP
SLTA dan Universitas
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1. Menjauh Darinya 2. Memperlakukan Sama Seperti Orang Lain 3. Merasa Kasihan Kepadanya 4. Memberikan Perhatian Khusus
58,4 18,5
40,6 20,4
18,3 42,2
31,4 32,1
17,3
25,6
22,0
22,1
5,9
13,5
16,6
13,8
Total
100,0
100,0
100,0*)
100,0
*) sebanyak 0,9 persen tidak menjawab
Tabel 3.12
Persentase Penduduk menurut Sikap dan Perilaku terhadap ODHA dan Pendidikan yang Ditamatkan
Laki-laki + Perempuan Sikap dan Perilaku Terhadap ODHA
Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD
SD dan SLTP
SLTA dan Universitas
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1. Menjauh Darinya 2. Memperlakukan Sama Seperti Orang Lain 3. Merasa Kasihan Kepadanya 4. Memberikan Perhatian Khusus
57,3 13,6
43,2 18,7
21,8 39,0
34,3 28,3
17,7
22,8
20,6
20,9
11,4
15,4
18,1
16,2
Total
100,0
100,0
100,0*)
100,0
*) sebanyak 0,4 persen tidak menjawab
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
17
4 Perilaku Seks 4.1 Hubungan Seks Berisiko Tinggi Tertular HIV/AIDS 4.1.1 Hubungan Seks dengan Pasangan Tidak Tetap dalam Setahun Terakhir Perilaku seks yang berisiko dapat menyebabkan seseorang terinfeksi HIV. Salah satu cara untuk menghindari terjangkit HIV adalah hanya berhubungan seks dengan satu pasangan saja. Perilaku seks sebagian kecil penduduk Papua cenderung berisiko untuk dapat terjangkit HIV. Hal ini tercermin dengan adanya penduduk yang melakukan hubungan seks dengan pasangan tidak tetap, mempunyai pasangan seks lebih dari satu atau melakukan hubungan seks dengan imbalan. Sekitar 82 persen penduduk Papua pernah melakukan hubungan seks. Rata-rata umur penduduk Papua ketika pertama kali melakukan hubungan seks adalah pada saat berumur sekitar 19 tahun. Umur pertama kali berhubungan seks perempuan lebih muda dari pada laki-laki, yaitu 18,8 tahun berbanding 19,5 tahun. Sebanyak 58,1 persen penduduk menyatakan pasangan seks pertamanya adalah istri/ suami, sedangkan yang melakukan hubungan seks untuk pertama kali dengan teman perempuan atau teman laki-laki sekitar 40 persen, dan dengan penjaja seks sebesar 1,6 persen. Perbedaan antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan ketika pertama kali melakukan hubungan seks terlihat sangat signifikan. Sekitar 41 persen penduduk lakilaki untuk pertama kali melakukan hubungan seks dengan istrinya, sedangkan penduduk perempuan yang pertama kali melakukan hubungan seks dengan suami sekitar 76 persen.
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
19
Gambar 4.1 Persentase Penduduk yang Pernah Melakukan Hubungan Seks menurut Hubungan Pertama Kali dan Jenis Kelamin 100 90
81.9
82.6 75.8
80 70
54.7
60 50
41.4
40 23.8
30 20 10
3.0
0.1
0 Pernah melakukan hubungan seks
Seks pertama kali dengan istri/suami Laki-laki
Seks pertama kali dengan teman
Seks pertama kali dengan penjaja seks
Perempuan
Ada kecenderungan semakin banyak penduduk dengan usia 15-24 tahun yang melakukan hubungan seks pertama sebelum usia 15 tahun dibandingkan penduduk dengan kelompok umur yang lebih tua (Lihat Gambar 4.2). Kecenderungan ini jauh lebih tinggi pada penduduk perempuan dibandingkan penduduk laki-laki. Gambar 4.2 Persentase Penduduk Papua yang Seks Pertama Sebelum 15 tahun menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
9% 8% 7%
PERSEN
6% 5%
Laki-laki Perempuan
4% 3% 2% 1% 0%
15-24
25-39
40-49
UMUR RESPONDEN SEKARANG
20
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
Sebanyak 16,4 persen penduduk Papua melakukan hubungan seks dengan pasangan tidak tetap pada setahun terakhir. Penduduk laki-laki lebih banyak yang melakukan hubungan seks dengan pasangan tidak tetap dibandingkan dengan penduduk perempuan yaitu 25,2 persen berbanding 7,1 persen. Lebih dari 20 persen penduduk laki-laki mengakui punya pasangan seks lebih dari satu selama setahun terakhir, sedangkan pada penduduk perempuan hanya sekitar 8 persen. Gambar 4.3 Persentase Perilaku Seks Berisiko menurut Jenis Kelamin
100 90 80 70 60
50.6
50
41.3
40 30
25.2
21.4
20 10
7.1
6.3
4.0
7.9
0 Hubungan seks dengan Seks dengan menerima pasangan tidak tetap imbalan selama setahun terakhir Laki-laki
Seks dengan memberi imbalan
Pasangan seks lebih dari satu
Perempuan
Perilaku seks dengan imbalan dapat mendorong perluasan penularan HIV melalui kegiatan seks dengan banyak pasangan dan berganti. Yang dimaksud seks dengan imbalan adalah hubungan seks yang dilakukan dengan pasangan tidak tetap yang disertai dengan pemberian atau penerimaan imbalan baik berupa barang maupun uang. Selama setahun terakhir, dari penduduk yang melakukan hubungan seks dengan pasangan tidak tetap sebanyak 41,2 persen diantaranya disertai dengan pemberian imbalan pada pasangan seksnya dan 11,9 persen disertai dengan penerimaan imbalan dari pasangan seksnya. Penduduk laki-laki yang melakukan hubungan seks dengan memberi imbalan pada pasangan seksnya sebesar 50,6 persen dan 4,0 persen yang mendapat imbalan dari pasangan seksnya. Penduduk perempuan yang melakukan hubungan seks dengan memberi imbalan pada pasangan seksnya sebesar 6,3 persen dan 41,3 persen yang mendapat imbalan dari pasangan seksnya.
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
21
Gambar 4.4 Persentase Perilaku Seks dengan Banyak Pasangan Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur 30%
28%
25%
22% Kelompok Umur
20%
15-24
16%
25-39
15%
40-49
12% 10%
7%
6%
5%
0%
Lelaki
Perempuan Jenis Kelamin
Persen penduduk Papua yang berusia lebih muda ternyata lebih banyak yang memiliki banyak pasangan seks dibandingkan penduduk yang lebih tua, terutama penduduk laki-laki (lihat Gambar 4.4)
4.1.2 Hubungan Seks dalam Pesta Adat dan Seks Antri Pesta adat (diantaranya Bakar Batu dan Emaida) merupakan salah satu kegiatan budaya yang banyak dihadiri penduduk Papua. Lebih dari 25 persen penduduk laki-laki Tanah Papua pernah menghadiri pesta adat selama setahun terakhir, sedangkan di antara penduduk perempuan terdapat sekitar 17 persen yang pernah menghadiri pesta adat dalam setahun terakhir. Dalam survei juga ditanyakan kepada responden tentang hubungan seks yang dilakukan pada saat menghadiri pesta adat. Pertanyaan ini ditujukan untuk mereka yang pernah melakukan hubungan seks dengan pasangan tidak tetap selama setahun terakhir. Sebanyak 34,3 persen dari penduduk Papua yang melakukan hubungan seks dengan pasangan tidak tetap selama setahun terakhir menyatakan melakukannya pada saat mereka menghadiri pesta adat; untuk penduduk laki-laki sebesar 30,8 persen, sedangkan untuk penduduk perempuan sebesar 56,1 persen.
4.1.3 Seks Antri Hasil studi oleh Universitas Cendrawasih-Jayapura1, menunjukkan adanya perilaku seks antri pada sebagian penduduk Papua; perilaku seks antri tergolong perilaku berisiko 1
Jack Morin: Gambaran Perilaku Seksual Umum Masyarakat papua, Jayapura 2006
22
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
karena dilakukan dengan banyak pasangan seks. Survei ini juga menanyakan tentang seks antri. Pertanyaan seks antri hanya ditujukan pada responden yang mengaku pernah berhubungan seks dengan pasangan lain (selain dengan pasangan tetapnya) dalam setahun terakhir. Penduduk laki-laki yang melakukan hubungan seks antri selama setahun terakhir ada sekitar 5,4 persen, sementara penduduk perempuan sebesar 1,7 persen.
4.1.4 Hubungan Seks pada Saat Melakukan Perjalanan ke Luar Daerah Perjalanan ke luar daerah/kota juga memungkinkan seseorang untuk melakukan hubungan seks dengan pasangan tidak tetap. Pertanyaan tentang hubungan seks pada saat melakukan perjalanan ke luar daerah juga ditujukan pada responden yang pernah melakukan hubungan seks dengan pasangan tidak tetap selama setahun terakhir. Ada sekitar 44 persen penduduk melakukan hubungan seks dengan pasangan tidak tetap ketika melakukan perjalanan ke luar daerah/kota, penduduk laki-laki ada 46,4 persen dan penduduk perempuan dengan persentase lebih rendah, yaitu 31,7 persen. Gambar 4.5 Persentase Penduduk yang Melakukan Hubungan Seks pada Pesta Adat, Seks Antri dan Seks dalam Perjalanan 100 90 80 70 56.1
60
46.4
50 40
31.7
30.8
30 20 5.4
10
1.7
0 Hubungan seks pada pesta adat
Hubungan seks antri
Laki-laki
Hubungan seks dalam perjalanan ke luar kota
Perempuan
4.1.5 Perilaku Minum Beralkohol Sebelum Berhubungan Seks Pertanyaan mengkonsumsi minum beralkohol ditujukan pada responden yang pernah melakukan hubungan seks selama setahun terakhir. Penduduk Tanah Papua yang minum alkohol sebelum hubungan seks hanya 13,6 persen. Penduduk laki-laki yang biasanya mengkonsumsi minuman beralkohol sebelum melakukan hubungan seks persentasenya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk perempuan yaitu 7,6 persen berbanding 0,9 persen. Sementara itu, persentase mereka yang selalu mengkonsumsi minuman
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
23
beralkohol sebelum melakukan hubungan seks jumlahnya dibawah 1 persen, yaitu 0,5 persen penduduk laki-laki dan 0,2 persen penduduk perempuan. Gambar 4.6 Persentase Penduduk yang Mengkonsumsi Alkohol sebelum Melakukan Hubungan Seks 10 9 7.6
8 7 6 5 4 3 2 0.5
1
0.9 0.2
0 Selalu mengkonsumsi alkohol sebelum hubungan seks Laki-laki
Biasa mengkonsumsi alkohol sebelum hubungan seks Perempuan
4.1.6 Seks Anal Perilaku seks anal, baik terhadap pasangan tetap maupun pasangan tidak tetap merupakan salah satu dari perilaku seks berisiko yang dapat menyebabkan tertularnya virus HIV, apabila dilakukan tanpa menggunakan kondom. Persentase penduduk laki-laki di Papua yang melakukan hubungan seks anal dengan pasangan tetap sebesar 3,7 persen. Hal yang sama juga dilakukan oleh penduduk perempuan yaitu sekitar 3,1 persen. Sementara itu, penduduk yang melakukan hubungan seks anal dengan pasangan tidak tetap sebanyak 7,4 persen untuk penduduk laki-laki dan 6,7 persen untuk penduduk perempuan. Gambar 4.7 Persentase Penduduk yang Melakukan Anal Seks 8
7.4 6.7
7 6 5 4
3.7 3.1
3 2 1 0 Anal seks dengan pasangan tetap Laki-laki
24
Anal seks dengan pasangan tidak tetap Perempuan
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
4.2. Kekerasan Seksual 4.2.1 Dipaksa Melakukan Hubungan Seks Dari penduduk yang pernah melakukan hubungan seks selama setahun terakhir, sebanyak 9,2 persen melakukan hubungan seks dengan unsur pemaksaan. Persentase penduduk pria yang melakukan pemaksaan dalam melakukan hubungan seks sebesar 6,2 persen, sedangkan penduduk perempuan yang menyatakan mengalami tindakan pemaksaan untuk melakukan hubungan seks sebesar 12,4 persen. Dari perempuan yang mengalami tindakan pemaksaan, 84,4 persen dilakukan oleh pasangan tetap, 14,9 persen dilakukan oleh pasangan tidak tetap, dan 2,1 persen dilakukan oleh sekelompok laki-laki. Gambar 4.8 Persentase Penduduk yang Memaksa/Dipaksa Melakukan Hubungan Seks 100 90
84.4
80 70 58.7
60 50
42.0
40 30 20 10
14.9
12.4 6.2
2.1
0 Memaksa/dipaksa hubungan seks
Memaksa/dipaksa hubungan seks dengan pasangan tetap Laki-laki
Memaksa/dipaksa hubungan seks dengan pasangan tidak tetap
Memaksa/dipaksa hubungan seks dengan sekelompok pria
Perempuan
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
25
4.3. Sirkumsisi
26
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
5 Perilaku Penggunaan Kondom Selain berpantang seks dan setia dengan satu pasangan saja, upaya lain untuk pencegahan terhadap penularan HIV adalah penggunaan kondom pada saat berhubungan seks.
5.1 Penggunaan Kondom pada Seks Terakhir Penggunaan kondom saat berhubungan seks relatif sangat rendah. Data penggunaan kondom pada seks terakhir, tanpa membedakan jenis hubungan seks (dengan pasangan tetap, tidak tetap, atau dengan imbalan), menunjukkan bahwa hanya 2,8 persen penduduk Papua yang menggunakan kondom. Pada penduduk laki-laki sebesar 3,9 persen, sedangkan pada penduduk perempuan sebesar 1,7 persen (Gambar 5.1) Gambar 5.1 Persentase Penduduk yang Menggunakan Kondom pada Seks Terakhir menurut Jenis Kelamin 4.5 3.9 4.0 3.5
2.8
3.0 2.5
1.7
2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 Laki-laki
Perempuan
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
Laki + Perempuan
27
Berdasarkan pendidikan, persentase pengguna kondom saat berhubungan seks terakhir pada penduduk yang berpendidikan tamat SLTA ke atas adalah sebesar 6,7 persen, sementara pada penduduk yang berpendidikan tamat SD/SLTP hanya 2,1 persen, dan dalam persentase yang relatif sangat kecil pada penduduk yang tidak sekolah atau tidak tamat SD yaitu 0,4 persen (Gambar 5.2).
Gambar 5.2 Persentase Penduduk yang Menggunakan Kondom pada Seks Terakhir menurut Pendidikan yang Ditamatkan 8.0
6.7
7.0 6.0 5.0 4.0 3.0
2.1
2.0
0.4
1.0 0.0
Tidak sekolah/Tidak tamat SD
SD dan SLTP
SLTA dan Universitas
5.2 Penggunaan Kondom pada Seks dengan Pasangan Tetap Berhubungan seks dengan pasangan tetap dinilai lebih aman agar tidak tertular penyakit kelamin dibandingkan berhubungan seks dengan pasangan tidak tetap. Walaupun demikian, penggunaan kondom saat berhubungan seks tetap dianjurkan. Tabel 5.1 Persentase Penduduk yang Menggunakan Kondom pada Seks dengan Pasangan Tetap Sebulan Terakhir menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan
(2)
(3)
Laki –laki + Perempuan (4)
3,1
2,3
2,7
SD dan SLTP
10,3
0,0
6,1
SLTA dan Universitas
25,4
20,6
24,0
Total
11,7
4,2
8,4
Pendidikan yang Ditamatkan (1) Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD
28
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
Sebanyak 8,4 persen penduduk menyatakan menggunakan kondom pada saat berhubungan seks sebulan terakhir. Ada kecenderungan, bahwa semakin tinggi pendidikan, semakin tinggi persentase yang menggunakan kondom. Hal ini terlihat dari persentase yang menggunakan kondom sebulan terakhir pada penduduk pendidikan SLTA dan Universitas sebesar 24,0 persen, sementara persentase pada penduduk dengan pendidikan SD dan SLTP dan penduduk tidak sekolah/tidak tamat SD masing-masing sebesar 6,1 persen dan 2,7 persen. Menurut jenis kelamin, terlihat kecenderungan penggunaan kondom pada penduduk lakilaki lebih tinggi dibandingkan penduduk perempuan, yaitu 11,7 persen berbanding 4,2 persen. Pada Gambar 5.3 berikut terlihat bahwa hanya 1,8 persen penduduk Papua yang selalu menggunakan kondom pada saat berhubungan seks sebulan terakhir dengan pasangan tetapnya. Sebesar 2,6 persen penduduk pendidikan SLTA dan Universitas menyatakan selalu menggunakan kondom, pada penduduk dengan pendidikan SD dan SLTP 3,7 persen sedangkan pada penduduk tidak sekolah/tidak tamat SD tidak ada yang pasangan tetapnya selalu menggunakan kondom pada saat berhubungan seks sebulan terakhir. Gambar 5.3 Persentase Penduduk yang Selalu Menggunakan Kondom pada Seks dengan Pasangan Tetap Sebulan Terakhir menurut Pendidikan yang Ditamatkan
4
3.7
3.5 3
2.6
2.5 1.8
2 1.5 1 0.5 0.0 0
Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD
SD dan SLTP
SLTA dan Universitas
Total
5.3 Penggunaan Kondom pada Seks dengan Pasangan Tidak Tetap Sebanyak 17,9 persen penduduk Papua menggunakan kondom pada hubungan seks dengan pasangan tidak tetap selama sebulan terakhir. Persentase pada penduduk laki-laki sebesar 17,9 persen, sedangkan pada penduduk perempuan sebesar 17,8 persen (Tabel 5.2). Dibandingkan persentase penggunaan kondom dengan pasangan tetap (seperti dijelaskan sebelumnya), persentase penggunaan kondom ketika berhubungan seks dengan pasangan tidak tetap relatif jauh lebih tinggi.
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
29
Pada Tabel 5.2 juga terlihat bahwa persentase penggunaan kondom saat berhubungan seks dengan pasangan tidak tetap pada penduduk yang berpendidikan SLTA dan Universitas jauh di atas persentase penggunaan kondom pada penduduk pendidikan di bawahnya. Pada penduduk berpendidikan SLTA dan Universitas, persentasenya sebesar 49,8 persen, sedangkan pada penduduk pendidikan SD dan SLTP dan penduduk yang tidak sekolah/tidak tamat SD, persentasenya masing-masing sebesar 10,9 persen dan 13,0 persen. Tabel 5.2 Persentase Penduduk yang Menggunakan Kondom pada Seks dengan Pasangan Tidak Tetap Sebulan Terakhir menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin Pendidikan yang Ditamatkan (1) Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD
Laki-laki
Perempuan
(2)
(3)
Laki –laki + Perempuan (4)
18,6
0,0
13,0
SD dan SLTP
11,5
0,0
10,9
SLTA dan Universitas
39,7
68,0
49,8
Total
17,9
17,8
17,9
Pada Gambar 5.4 ditunjukkan persentase penduduk yang selalu menggunakan kondom saat berhubungan seks dengan pasangan tidak tetap selama sebulan terakhir, yaitu sebesar 3,8 persen. Pada penduduk perempuan, persentasenya cukup tinggi yakni 8,4 persen; sementara pada penduduk laki-laki hanya 2,5 persen. Gambar 5.4 Persentase Penduduk yang Selalu Menggunakan Kondom pada Seks dengan Pasangan Tidak Tetap Sebulan Terakhir menurut Jenis Kelamin 9
8.4
8 7 6 5 3.8
4 3
2.5
2 1 0 Laki-laki
30
Perempuan
Total
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
5.4 Penggunaan Kondom pada Seks dengan Memberi Imbalan Di antara penduduk yang berhubungan seks dengan memberi imbalan, sebesar 14,1 persen menggunakan kondom pada saat berhubungan seks. Penggunaan kondom pada penduduk laki-laki jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pasangan seks penduduk perempuan, yakni 14,3 persen berbanding 8,8 persen. Gambar 5.5 Persentase Penduduk yang Menggunakan Kondom pada Seks dengan Memberi Imbalan menurut Jenis Kelamin 16
14.3
14.1
14 12
8.8
10 8 6 4 2 0
Laki-laki
Perempuan
Laki + Perempuan
Tingkat pemakaian kondom pada seks dengan memberi imbalan mempunyai korelasi positif dengan tingkat pendidikan. Pada penduduk yang tidak sekolah/tidak tamat SD dan SD dan SLTP persentasenya masing-masing hanya 6,3 persen dan 10,9 persen, maka pada penduduk yang berpendidikan SLTA dan Univ sebesar 33,3 persen (Gambar 5.6). Gambar 5.6 Persentase Penduduk yang Menggunakan Kondom pada Seks dengan Memberi Imbalan menurut Pendidikan yang Ditamatkan 35
33.3
30 25 20 15 10
10.9 6.3
5 0
Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD
SD dan SLTP
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
SLTA dan Universitas
31
5.5 Akses Terhadap Kondom Pada bagian ini dijelaskan mengenai tingkat kemudahan memperoleh kondom dan pengetahuan penduduk terhadap sumber-sumber untuk memperoleh kondom. Penjelasan dibedakan menurut topografi wilayah (pegunungan, pesisir mudah, dan pesisir sulit), sedangkan sumber kondom difokuskan pada klinik, apotik/toko obat, kios, LSM dan lainnya. 5.5.1 Kemudahan Memperoleh Kondom Sebanyak 16,6 persen penduduk Papua mengatakan bahwa kondom mudah diperoleh. Sebanyak 28,6 persen penduduk di pesisir mudah mengatakan bahwa kondom mudah diperoleh, sedangkan penduduk di pesisir sulit sebesar 6,6 persen, dan di pegunungan sebesar 2,0 persen. Gambar 5.7 Persentase Penduduk yang Menyatakan bahwa Kondom Mudah Diperoleh menurut Topografi Wilayah
16.6
PAPUA
2.0
Pegunungan
28.6
Pesisir Mudah
6.6
Pesisir Sulit 0
5
10
15
20
25
30
35
5.5.2 Sumber Memperoleh Kondom Sebanyak 21,0 persen penduduk Papua mengetahui apotik sebagai sumber memperoleh kondom, diikuti Klinik (10,7 persen), sedangkan sumber lainnya (toko/kios, LSM, dan lainnya) hanya berkisar 1 sampai 4 persen (Gambar 5.8).
32
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
Gambar 5.8 Persentase Penduduk yang Mengetahui Sumber Memperoleh Kondom menurut Sumbernya 25.0
21.0 20.0 15.0
10.7 10.0 5.0
3.2
2.8
Kios
LSM
1.5
0.0 Klinik
Apotik/Toko Obat
Lainnya
Gambar 5.9 berikut memperlihatkan persentase penduduk yang mengetahui sumber memperoleh kondom dari dua sumber yang banyak diketahui penduduk, yaitu klinik dan apotik/toko obat, dibedakan menurut topografi wilayah. Gambar 5.9 Persentase Penduduk yang Mengetahui Sumber Memperoleh Kondom dari Klinik dan Apotik/Toko Obat menurut Topografi Wilayah 37.4
40 35 30 25 20
15.6
15 7.8
10 5
3.8
4.5
2.3
0 Pegunungan
Pesisir Mudah Klinik
Pesisir Sulit
Apotik/Toko Obat
Penduduk di pesisir mudah dan pegunungan lebih mengenal apotik/toko obat sebagai sumber memperoleh kondom dibandingkan klinik; sebaliknya di pesisir sulit, penduduk lebih mengenal klinik dibandingkan apotik. Sebanyak 37,4 persen penduduk di pesisir mudah mengetahui bahwa apotik/toko obat merupakan sumber memperoleh kondom, dan 15,6 persen yang mengetahui bahwa sumber memperoleh kondom diperoleh dari klinik. Pola yang sama terlihat di daerah pegunungan, persentase penduduk yang mengetahui apotik/toko obat sebagai sumber memperoleh kondom lebih tinggi dibandingkan yang
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
33
mengetahui sumber kondom dari klinik, yakni 4,5 persen berbanding 3,8 persen. Penduduk di pesisir sulit justru lebih mengetahui klinik sebagai sumber memperoleh kondom dibandingkan apotik/toko obat dengan persentase 7,8 persen berbanding 2,3 persen. 5.5.3 Pengetahuan tentang Harga Kondom Sebanyak 5,2 persen penduduk mengetahui harga kondom. Pengetahuan mengenai harga kondom berbeda cukup signifikan antara penduduk di pesisir mudah, pesisir sulit, dan pegunungan. Pada Gambar 5.10, terlihat bahwa penduduk di pesisir mudah lebih tahu tentang harga kondom dibandingkan penduduk di pesisir sulit dan pegunungan. Gambar 5.10 Persentase Penduduk yang Mengetahui Harga Kondom menurut Topografi Wilayah
5.2
PAPUA
2.8
Pegunungan
8.0
Pesisir Mudah
1.3
Pesisir Sulit 0.0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
7.0
8.0
9.0
Harga rata-rata kondom yang diketahui oleh penduduk adalah Rp 4.400 (empat ribu empat ratus) rupiah. Berdasarkan topografi wilayah, penduduk di pesisir mudah mengetahui harga sebuah kondom secara rata-rata adalah tiga ribu delapan ratus rupiah, penduduk di pesisir sulit mengetahuinya seharga delapan ribu tiga ratus rupiah, sementara penduduk di pegunungan mengetahuinya seharga enam ribu empat ratus rupiah. Tabel 5.3. Harga Kondom yang Diketahui Penduduk menurut Topografi Wilayah Topografi Wilayah (1)
Harga Kondom (rupiah) *) Rata-rata (2)
Median (3)
Pegunungan
6.400
5.000
Pesisir Mudah
3.800
2.500
Pesisir Sulit
8.300
5.000
RATA-RATA
4.400
3.000
*) Angka pembulatan
34
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
Kotak 5.1 Khusus pada bab ini disajikan data menurut daerah tempat tinggal (perkotaan dan perdesaan), untuk melihat adanya perbedaan pada kedua tipologi daerah tersebut. Secara metodologi, rancangan survei tidak disiapkan untuk estimasi menurut daerah perkotaan dan perdesaan. Gambar 5.11 Persentase Penduduk yang Menyatakan bahwa Kondom Mudah Diperoleh menurut Daerah Tempat Tinggal
34.8
Perkotaan
5.1
Perdesaan
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Gambar 5.12 Persentase Penduduk yang Mengetahui Sumber Memperoleh Kondom menurut Sumbernya dan Daerah Tempat Tinggal 50
44.7
45 40 35 30 25 20
16.2
15 7.2
10
6.2
6.0
5
5.0 1.5
1.4
2.1
1.1
0 Klinik
Apotik/Toko Obat
Kios
Perkotaan
LSM
Lainnya
Perdesaan
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
35
Kotak 5.2 Gambar 5.13 Persentase Penduduk yang Mengetahui Harga Kondom menurut Daerah Tempat Tinggal
9.5
Perkotaan
2.4
Perdesaan
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tabel 5.4. Harga Kondom yang Diketahui Penduduk menurut Daerah Tempat Tinggal Harga Kondom (rupiah) *) Daerah Tempat Tinggal Rata-rata
Median
(2)
(3)
Perkotaan
3.900
3.000
Perdesaan
5.600
5.000
(1)
*) Angka pembulatan
36
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
6 Gejala Infeksi Menular Seksual (IMS) Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah penyakit yang umumnya terjadi pada alat kelamin dan ditularkan terutama melalui hubungan seksual. Beberapa IMS juga dapat ditularkan dari ibu yang menderita ke janin atau bayinya serta lewat kontak darah. Gejala-gejala IMS diantaranya adalah: o Keluar cairan tidak normal dan atau sakit pada vagina (keputihan) o Keluar cairan tidak normal dan atau sakit pada penis o Luka pada dan sekitar alat kelamin o Nyeri perut bagian bawah pada perempuan o Pembengkakan testis (skrotum) o Tumbuhan vegetasi o Radang mata pada bayi baru lahir
6.1 Mengalami Gejala IMS IMS merupakan ko-faktor yang memudahkan penularan HIV sehingga penderita lebih rentan terhadap HIV, atau dengan kata lain IMS akan mempermudah penularan HIV. Gejala IMS mudah dikenali pada laki-laki dibandingkan perempuan.
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
37
Gambar 6.1 Persentase Penduduk menurut Gejala IMS dan Jenis Kelamin 9.0 7.7
8.0 7.0 6.0 5.0 4.0
4.4 3.9
3.7
3.0
2.4
2.0
1.2
1.0 0.0 Luka/koreng di kelamin
Nyeri/sakit benjolan di kelamin Laki-laki
Kencing nanah
Keputihan
Perempuan
Persentase penduduk laki-laki yang mengalami gejala luka/koreng di kelamin sebesar 3,7 persen, sementara penduduk perempuan sebesar 2,4 persen. Untuk gejala benjolan di kelamin, perbandingannya jauh lebih mencolok, penduduk laki-laki persentasenya sebesar 3,9 persen, sedangkan perempuan sebesar 1,2 persen. Penduduk laki-laki yang mengalami gejala kencing nanah sebesar 4,4 persen, sementara penduduk perempuan yang mengalami keputihan sebesar 7,7 persen.
Gambar 6.2 Persentase Penduduk menurut Gejala IMS dan Jumlah Pasangan Seks
20
18.6
18 16
14.3
14 12 9.1
10
8.4 7.0
8 6 4
2.2
1.8
2
2.2
0 Luka/koreng di kelamin
Nyeri/sakit benjolan di kelamin
Satu pasangan seks
38
Kencing nanah
Keputihan
Lebih dari satu pasangan seks
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
Penduduk yang memiliki lebih dari satu pasangan seks menunjukkan persentase mengalami gejala IMS yang jauh lebih tinggi dibanding penduduk yang hanya memiliki satu pasangan seks. Perbedaan yang paling nyata adalah pada penduduk laki-laki yang mengalami gejala kencing nanah, di mana laki-laki yang memiliki satu pasangan seks yang mengalami gejala kencing nanah sebesar 2,2 persen sementara yang memiliki lebih dari satu pasangan seks sebesar 14,3 persen (lihat Gambar 6.2).
Gambar 6.3 Persentase Penduduk menurut Gejala IMS dan Perilaku Seks dengan Imbalan
30.0
28.5
25.0 21.5 20.0 15.0
13.6
12.3
10.0 5.0
7.2 2.5
1.9
2.6
0.0 Luka/koreng di kelamin
Nyeri/sakit benjolan di kelamin
Melakukan seks tidak dengan imbalan
Kencing nanah
Keputihan
Seks dengan imbalan
Persentase penduduk laki-laki yang melakukan kegiatan seks dengan memberi/menerima imbalan yang mengalami gejala kencing nanah adalah sebesar 21,5 persen, sementara persentase penduduk perempuan yang melakukan kegiatan seks dengan imbalan yang mengalami gejala keputihan sebesar 28,5 persen. Persentase penduduk yang melakukan kegiatan seks dengan imbalan dan mengalami gejala luka atau koreng di kelamin, sebesar 12,3 persen sedangkan pada penduduk yang mengalami gejala luka atau koreng di kelamin, yang tidak melakukan kegiatan seks dengan imbalan persentasenya sebesar 2,5 persen.
6.2 Perilaku Pencarian Pengobatan IMS Meski tidak selalu berkaitan langsung dengan upaya yang diambil dan cara yang ditempuh untuk menghindari penularan IMS atau HIV, mengetahui tentang cara menghindar dan kemana mencari pertolongan ketika terserang penyakit menular seksual, merupakan hal yang perlu diketahui oleh setiap orang, apalagi yang berisiko tinggi.
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
39
Terdapat perbedaan persentase yang cukup signifikan antara penduduk yang berobat ke petugas kesehatan ketika mengalami gejala IMS berdasarkan topografi wilayah (lihat Tabel 6.1). Tabel 6.1 Persentase Penduduk Berdasarkan Tindakan yang Dilakukan Ketika Mengalami Gejala IMS menurut Topografi Wilayah Tindakan yang Dilakukan Ketika Mengalami Gejala IMS
Pegunungan
Pesisir mudah
Pesisir sulit
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Berobat ke Petugas Kesehatan
77,0
42,6
20,0
52,1
Melakukan Pengobatan Sendiri
5,4
35,3
32,6
23,2
Tidak Melakukan Sesuatu/Tidak Diobati
14,9
20,0
43,2
21,9
Lainnya (berobat ke dukun/tabib)
2,8
2,0
4,2
2,7
100,0
100,0
100,0
100,0
Total
Penduduk yang tinggal di pegunungan, 77,0 persen berobat ke petugas kesehatan ketika mengalami gejala IMS, sementara penduduk yang tinggal di pesisir mudah sebesar 42,6 persen, dan yang tinggal di pesisir sulit hanya sebesar 20,0 persen. Di antara penduduk yang mengalami gejala IMS, penduduk yang tinggal di pesisir sulit sebesar 32,6 persen mengobati sendiri, sementara untuk penduduk yang tinggal di pesisir mudah sebesar 35,3 persen, dan yang tinggal di pegunungan hanya sebesar 5,4 persen. Tabel 6.2 Persentase Penduduk Berdasarkan Alasan Mengobati Sendiri Ketika Mengalami Gejala IMS menurut Topografi Wilayah Alasan Mengobati Sendiri Ketika Mengalami Gejala IMS
Pegunungan
Pesisir mudah
Pesisir sulit
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Merasa Malu
56,9
38,2
32,6
40,5
Tidak Mendapat Pelayanan yang Baik
2,7
4,6
2,8
3,9
Sarana Kesehatan Sulit Dijangkau
6,0
6,3
28,7
10,2
Lainnya, termasuk Tidak Tahu dan Tidak Menjawab
36,9
53,2
38,7
47,8
40
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
Alasan bagi mereka yang mengobati sendiri pada umumnya adalah merasa malu yaitu sebesar 40,5 persen. Alasan lainnya adalah tidak mendapat pelayanan yang baik sebesar 3,9 persen, dan sarana kesehatan sulit dijangkau sebesar 10,2 persen (lihat Tabel 6.2). Tabel 6.3 Persentase Penduduk Berdasarkan Jenis Obat yang Dipakai Ketika Mengalami Gejala IMS dan Mengobati Sendiri, menurut Topografi Wilayah Jenis Obat yang Dipakai Ketika Mengalami Gejala Pegunungan IMS dan Mengobati Sendiri (1) Obat Modern Obat Tradisional Amoksilin Supertetra Jamu Buah Merah Lainnya
(2) 74,6 11,4 42,3 59,2 2,6 8,8 25,9
Pesisir Mudah
Pesisir Sulit
(3) 39,3 25,7 31,1 13,6 25,0 0,8 42,5
(4) 35,3 12,3 18,3 19,8 12,3 0,0 52,2
Total (5) 44,8 20,8 30,7 22,7 18,8 2,0 41,4
Jenis obat yang dipakai ketika mengalami gejala IMS dan kemudian melakukan pengobatan sendiri disajikan pada Tabel 6.3. Sebesar 74,6 persen penduduk yang tinggal di pegunungan memakai obat modern, diantaranya juga ditunjukkan dengan pemakaian amoksilin sebesar 42,3 persen, dan supertetra sebesar 59,2 persen. Dari penduduk yang mengalami gejala IMS dan mengobati sendiri sebesar 44,8 persen menggunakan obat modern, sedangkan pemakaian Amoksilin serta Supertetra masing-masing sebesar 30,7 persen dan 22,7 persen.
Tabel 6.4 Persentase Penduduk Berdasarkan Fasilitas Kesehatan yang Digunakan pada Saat Terakhir Mengalami Gejala IMS, menurut Topografi Wilayah Fasilitas Kesehatan
Pegunungan Pesisir Mudah
Pesisir Sulit
Total
(1) Rumah Sakit
(2) 12,5
(3) 24,8
(4) 10,6
(5) 16,8
Puskesmas/Pustu
76,3
31,9
53,5
58,7
Dokter Praktek
0,7
26,0
14,7
10,8
Mantri Kesehatan/Bidan
9,4
16,4
15,1
12,3
Klinik
0,6
1,0
0,0
0,7
Lainnya
0,6
0,0
6,1
0,7
100,0
100,0
100,0
100,0
Total
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
41
Lebih dari separuh penduduk yang mengalami gejala IMS berobat ke Puskesmas/Pustu, yaitu sebesar 58,7 persen. Ada perbedaan yang cukup signifikan persentase penduduk yang berobat ke Puskesmas/Pustu antara yang tinggal di pegunungan dengan penduduk yang tinggal di pesisir, yaitu 76,3 persen, sementara penduduk yang tinggal di pesisir sulit sebesar 53,5 persen, bahkan yang tinggal di pesisir mudah, hanya sebesar 31,9 persen. Perbedaan yang juga cukup signifikan adalah berobat ke dokter. Penduduk yang tinggal di pesisir sulit yang berobat ke dokter sebesar 14,7 persen, sementara penduduk yang tinggal di pesisir mudah sebesar 26,0 persen, dan penduduk yang tinggal di pegunungan, hanya 0,7 persen.
42
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
7 Penyalahgunaan Narkoba Selain melalui jalur seks, penularan HIV juga dapat melalui penggunaan jarum suntik secara bersama. Penularan melalui jarum suntik bersama justru lebih ‘efisien’ dibanding melalui jalur seks. Pada umumnya, pola pemakaian narkoba dimulai dari konsumsi rokok dan minuman beralkohol, kemudian meningkat ke narkoba tidak yang disuntikkan, dan akhirnya ke narkoba suntik.
7.1 Penyalahgunaan Narkoba Umum Penduduk Papua yang mengkonsumsi narkoba relatif sangat kecil, yaitu hanya sebesar 0,8 persen. Di antara penduduk yang mengkonsumsi narkoba, sebesar 1,5 persen adalah penduduk yang tinggal di pesisir mudah, sementara yang tinggal di pesisir sulit dan pegunungan masing-masing hanya 0,2 persen dan 0,1 persen. Tabel 7.1 Persentase Penduduk yang Mengkonsumsi Narkoba menurut Jenis Narkoba dan Topografi Wilayah
Jenis Narkoba
Pegunungan
Pesisir Mudah
Pesisir Sulit
(1)
(2)
(3)
(4)
Shabu-shabu
0,0
8,4
50,0
Kokain
0,0
2,1
0,0
Putaw/Heroin
0,0
2,1
0,0
Ganja/Marijuana
100,0
51,8
0,0
Pil Koplo/Ekstasi
0,0
16,8
50,0
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
43
Penduduk Papua yang tinggal di pegunungan hanya mengkonsumsi ganja/marijuana, yang tinggal di pesisir sulit 50,0 persen mengkonsumsi shabu-shabu, dan 50,0 persen mengkonsumsi pil koplo/ekstasi, sedangkan yang tinggal di pesisir mudah sebesar 51,8 persen mengkonsumsi ganja/marijuana.
7.2 Penyalahgunaan Narkoba Suntik Dari 1,5 persen penduduk Papua yang tinggal di pesisir mudah yang mengaku mengkonsumsi narkoba suntik sebesar 4,2 persen. Salah satu faktor yang mempercepat peluang tertular HIV di kalangan pengguna narkoba suntik adalah perilaku suntik bersama atau berbagi jarum. Hasil STHP2006 menunjukkan bahwa di antara penduduk Papua yang mengaku mengkonsumsi narkoba suntik, tidak ada yang melakukan suntik bersama atau berbagi jarum suntik.
44
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
8 Layanan Voluntary Consulting and Testing (VCT) Pemanfaatan Layanan VCT Tes darah adalah satu-satunya cara untuk mengetahui apakah seseorang telah terinfeksi HIV atau belum. Tabel 8.1 Persentase Penduduk yang Tahu Tempat Tes menurut Topografi Wilayah Pendidikan yang Ditamatkan Topografi Wilayah Tes HIV
(1) Tahu Tempat Tes Tahu Tempat Tes di Lab Swasta Tahu Tempat Tes di PMI Tahu Tempat Tes di Rumah Sakit Tahu Tempat Tes di Puskesmas Tahu Tempat Tes di LSM Tahu Tempat Tes di Tempat Lainnya
Pendidikan yang Ditamatkan Tidak Sekolah/ SD dan Tidak SLTP Tamat SD
SLTA dan Universitas
Total
(7)
(8)
(9)
10,6
22,4
46,5
31,0
24,4
14,4
28,0
23,9
24,4
18,9
19,0
12,6
19,0
19,6
19,0
90,1
88,7
89,4
78,1
88,8
90,67
89,4
60,0
18,1
44,7
23,0
53,4
28,2
18,0
23,0
25,4
8,9
24,1
11,2
8,4
11,5
11,4
11,2
0,0
2,4
2,5
2,3
0,0
4,2
1,7
2,3
Pegunungan
Pesisir Mudah
Pesisir Sulit
Total
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
11,6
38,9
17,4
31,0
30,2
23,0
34,7
19,2
19,0
80,5
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
45
Sebanyak 31,0 persen penduduk Papua tahu tempat tes HIV. Menurut topografi wilayah, penduduk yang tinggal di pesisir mudah, jauh lebih tahu dibanding penduduk yang tinggal di pesisir sulit, maupun pegunungan, di mana besarnya persentase masing-masing adalah 38,9 persen, 17,4 persen, dan 11,6 persen. Menurut tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin banyak yang mengetahui tempat tes HIV. Hal ini ditunjukkan dengan perbedaan persentase yang mengetahui tempat tes HIV antar jenjang pendidikan, yaitu 10,6 persen untuk yang tidak sekolah/tidak tamat SD, 22,4 persen untuk yang SD dan SLTP, dan 46,5 persen untuk yang SLTA dan Universitas. Dari penduduk yang tahu tempat tes, 89,4 persen tahu bisa melakukan tes di Rumah Sakit. Tiga urutan pertama tempat tes yang paling diketahui penduduk Papua adalah Rumah Sakit, Laboratorium Swasta, dan Puskesmas dengan besarnya persentase masing-masing adalah 89,4 persen, 24,4 persen, dan 23,0 persen. Tabel 8.2 Persentase Penduduk yang Pernah Tes HIV, Tes Atas Kemauan Sendiri, dan Menerima Hasil Tes menurut Topografi Wilayah dan Pendidikan yang Ditamatkan Topografi Wilayah
Pendidikan yang Ditamatkan
Pegunungan
Pesisir Mudah
Pesisir Sulit
Total
Tidak Sekolah/ Tidak Tamat SD
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Pernah Tes HIV
22,9
7,4
9,2
9,2
17,0
7,7
8,6
9,2
Tes Atas Kemauan Sendiri
59,1
68,4
46,5
62,8
52,4
65,8
67,4
62,8
Terima Hasil Tes
9,8
34,2
13,0
24,2
7,5
21,3
37,5
24,2
Keterangan Tes HIV
(1)
SD dan SLTP
SLTA dan Universitas
Total
Persentase penduduk Papua yang pernah melakukan tes HIV sebesar 9,2 persen. Menurut topografi wilayah penduduk yang pernah tes HIV, paling tinggi persentasenya di pegunungan, yaitu sebesar 22,9 persen. Untuk pesisir mudah dan pesisir sulit, angkanya masing-masing sebesar 7,4 persen dan 9,2 persen. Menurut tingkat pendidikan, persentase penduduk yang pernah tes HIV justru lebih tinggi yang tidak sekolah atau tidak tamat SD dibanding yang berpendidikan SD dan SLTP, maupun SLTA/Universitas, yaitu 17,0 persen berbanding 7,7 persen dan 8,6 persen. Dari 9,2 persen yang pernah melakukan tes HIV, sebesar 62,8 persen melakukan tes atas permintaan sendiri, namun hanya sebesar 24,2 persen yang menerima hasilnya.
46
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
Tabel 8.3 Persentase Penduduk yang Pernah Konseling menurut Topografi Wilayah dan Pendidikan yang Ditamatkan Topografi Wilayah Keterangan Konseling
Pendidikan yang Ditamatkan Tidak Tamat Sekolah/ Tamat SMA/ Tidak SD/SMP UniverTamat SD sitas
Pegunungan
Pesisir Mudah
Pesisir Sulit
Total
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Hanya Sebelum Tes
71,4
49,2
55,8
53,7
50,1
62,0
48,7
53,7
Hanya Sesudah Tes
11,5
2,8
10,3
5,0
14,5
2,7
4,1
5,0
Sebelum maupun Sesudah Tes
11,5
46,6
33,9
39,3
28,3
35,3
45,2
39,3
(1)
Total
Penduduk Papua yang pernah melakukan konseling ‘sebelum maupun sesudah tes’ sebesar 39,3 persen, yang melakukan konseling ‘hanya sebelum tes’ sebesar 53,7 persen dan yang melakukan konseling ‘hanya sesudah tes’ sebesar 5,0 persen. Terlihat adanya pola konseling ‘sebelum dan sesudah tes’, dilihat menurut tingkat pendidikan penduduk di mana semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi persentase yang melakukan konseling ‘sebelum dan sesudah tes’.
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
47
9 Prevalensi HIV di Papua Gambaran tingkat penularan HIV pada masyarakat merupakan salah satu hasil yang penting dari STHP2006. Pada Bab ini akan disajikan tingkat prevalensi HIV di Tanah Papua dengan dikaitkan dengan beberapa karakteristik demografi penduduk dan perilaku berisiko.
9.1 Prevalensi HIV Berdasarkan Jenis Kelamin Prevalensi HIV pada penduduk di Tanah Papua adalah 2,4 persen, suatu tingkat penularan yang tergolong sangat tinggi dibandingkan perkiraan prevalensi HIV di berbagai wilayah Indonesia lainnya. Tingkat penularan HIV pada penduduk laki-laki sebesar 2,9 persen, lebih tinggi dibandingkan penduduk perempuan dengan prevalensi HIV sebesar 1,9 persen (Lihat Gambar 9.1). Gambar 9.1 Prevalensi HIV menurut Jenis Kelamin 5 4 3
2.9 2.4 1.9
2 1 0 Laki-laki
Perempuan
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
Total
49
9.2 Prevalensi HIV Berdasarkan Topografi Wilayah Prevalensi HIV yang tertinggi terdapat di wilayah pesisir sulit, yaitu 3,2 persen, diikuti oleh wilayah pegunungan sebesar 2,9 persen. Prevalensi HIV paling rendah terdapat di wilayah pesisir mudah sebesar 1,8 persen.
Gambar 9.2 Prevalensi HIV menurut Topografi Wilayah 4 3.2 3
2.9
1.8
2
1
0 Pegunungan
Pesisir Mudah
Pesisir Sulit
9.3 Prevalensi HIV Berdasarkan Jenis Etnis Prevalensi HIV pada etnis Papua lebih tinggi hampir dua kali dibandingkan etnis NonPapua, yaitu 2,8 persen berbanding 1,5 persen. Membandingkan tingkat prevalensi HIV berdasarkan etnis bukan mencerminkan bahwa ada perbedaan kerawanan berdasarkan faktor etnis saja, melainkan lebih mencerminkan adanya perbedaan tingkat pengetahuan mengenai pencegahan dan perilaku berisiko. Diharapkan upaya pencegahan penularan dan pelayanan kesehatan akan menjangkau semua penduduk Papua yang rawan, terutama pada prevalensi yang lebih besar.
50
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
Gambar 9.3 Prevalensi HIV menurut Etnis Penduduk
2.8
3 2.5 2
1.5 1.5 1 0.5 0 Papua
Non-Papua
9.4 Prevalensi HIV menurut Kelompok Umur
Prevalensi HIV pada penduduk Papua yang berusia antara 40-49 tahun, yaitu 3,4 persen. Angka tersebut paling tinggi dibandingkan penduduk pada kelompok umur 15-24 tahun (3,0 persen) dan 25-39 tahun (2,0 persen). Umur yang lebih tua, lebih mencerminkan pengalaman berisiko yang lebih tinggi untuk terkena HIV, sehingga dapat dimengerti prevalensi HIV pada kelompok umur ini jauh lebih tinggi. Gambar 9.4 Prevalensi HIV menurut Kelompok Umur 4 3.4 3.0 3 2.0 2
1
0 15-24
25-39
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
40-49
51
9.5 Prevalensi HIV menurut Umur Berhubungan Seks Pertama Kali Bila seseorang mulai melakukan hubungan seks dengan usia yang lebih muda, maka risiko penularan HIV melalui hubungan seks dapat meningkat, karena secara biologis mereka tidak saja lebih rawan tetapi juga dipengaruhi oleh jenis kelamin dan umur pasangan seksnya. Prevalensi HIV penduduk Papua yang melakukan seks pertama pada kelompok usia 10-14 tahun sebesar 3,3 persen, pada kelompok usia 15-24 tahun sebesar 2,3 persen, dan pada kelompok usia 25 tahun ke atas 1,9 persen (Lihat Gambar 9.5)
Gambar 9.5 Prevalensi HIV menurut Umur Pertama Kali Berhubungan Seks 4 3.5
3.3
3 2.3
2.5
1.9
2 1.5 1 0.5 0 10-14
15-24
25+
9.6 Prevalensi HIV menurut Pasangan Non-Marital Prevalensi HIV pada penduduk Papua yang mempunyai pasangan tidak tetap adalah 4,3 persen, lebih tinggi dibandingkan penduduk Papua yang hanya mempunyai pasangan tetap yaitu sebesar 2,4 persen (Lihat Gambar 9.6). Risiko seseorang untuk terkena HIV memang lebih tinggi pada penduduk yang mempunyai pasangan tidak tetap.
52
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
Gambar 9.6 Prevalensi HIV menurut Pasangan Seks 5 4.3
5 4 4 3
2.4
3 2 2 1 1 0 Ya
Tidak
Punya pasangan tidak tetap setahun yang lalu
9. 7 Prevalensi HIV menurut Jumlah Pasangan Pada umumnya banyak pasangan seks dan suka berganti-ganti pasangan akan meningkatkan risiko penularan. Prevalensi HIV pada penduduk dengan banyak pasangan seks (2 dan lebih pasangan seks) lebih tinggi, yaitu 4,0 persen, berbanding 2,3 persen pada penduduk yang mempunyai hanya satu atau tidak punya pasangan seks (Lihat Gambar 9.7). Gambar 9.7 Prevalensi HIV menurut Jumlah Pasangan Seks Setahun yang Lalu 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
4.0
2.3
0-1
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
2+
53
9. 8 Prevalensi HIV menurut Perilaku Seks dengan Imbalan Prevalensi HIV lebih tinggi pada penduduk yang mempunyai pasangan tidak tetap dan melakukan hubungan seks dengan imbalan, yaitu 5,1 persen. Angka prevalensi ini dua kali lebih besar dibandingkan dengan prevalensi penduduk yang melakukan seks tanpa imbalan. Gambar 9.8 Prevalensi HIV menurut Perilaku Seks Imbalan 6 5.1 5 4 3 2.2 2 1 0 Ya
Tidak
9.9 Prevalensi HIV menurut Riwayat IMS Adanya riwayat IMS pada seseorang menunjukkan bahwa ia tidak hanya mempunyai perilaku seks dengan banyak pasangan (mungkin juga dengan seks imbalan), tetapi yang lebih pasti karena tidak memakai kondom pada setiap kali berhubungan seks. Prevalensi HIV pada penduduk yang mempunyai riwayat IMS dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang tidak mempunyai riwayat IMS. Gambar 9.9 Prevalensi HIV menurut Riwayat IMS Setahun yang Lalu 7 6
5.9
5 4 2.7
3 2 1 0 Ya
54
Tidak
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
9.10 Prevalensi HIV Penduduk Lelaki yang Disirkumsisi Sirkumsisi (sunat) telah terbukti menurunkan risiko penularan HIV, karena secara biologis bagian kulit kelamin yang tidak disirkumsisi, lebih rawan untuk terkena HIV. Sekitar 5 persen penduduk etnis Papua yang disirkumsisi, dibandingkan penduduk etnis non-Papua 70 persen. Prevalensi HIV pada penduduk yang mempunyai pasangan tidak tetap dan disirkumsisi sebesar 1,0 persen, sedangkan pada penduduk yang tidak disirkumsisi jauh lebih tinggi, yaitu sebesar 5,6 persen. Gambar 9.10 Prevalensi HIV Penduduk yang Melakukan Seks dengan Pasangan Tidak Tetap menurut Riwayat Disirkumsisi 6
5.6
5 4 3 2 1.0 1 0 Ya
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
Tidak
55
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan 1.
Prevalensi HIV pada penduduk Tanah Papua sebesar 2.4 persen, lebih tinggi dibandingkan pada penduduk wilayah lain di Indonesia, dan tampaknya meluas ke semua wilayah Papua. Prevalensi penduduk laki-laki jauh lebih tinggi (2,9 persen) dibandingkan penduduk perempuan (1,9 persen). Prevalensi pada kelompok umur 40 – 49 tahun paling tinggi dengan 3,4 persen, diikuti oleh kelompok 15-24 tahun dengan 3,0 persen
2.
Distribusi prevalensi HIV berdasarkan topografi lebih tinggi pada mereka yang bertempat tinggal di wilayah dengan akses sulit, dan di daerah perdalaman; prevalensi HIV/AIDS di wilayah pesisir sulit 3,2 persen dan wilayah pegunungan 2,9 persen, sedangkan pesisir mudah 1,8 persen. Hal ini konsisten dengan tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS yang rendah dan pemakaian kondom yang rendah di daerah-daerah relatif sulit terjangkau tersebut.
3.
Prevalensi HIV pada penduduk etnis Papua lebih tinggi (2,8 persen), dibandingkan penduduk bukan Papua yang hanya 1,5 persen. Ini tidak berarti mencerminkan perbedaan kerawanan berdasar jenis etnis, melainkan lebih mencerminkan adanya perbedaan tingkat pengetahuan tentang pencegahan dan perilaku berisiko. Meskipun demikian masih memerlukan kajian lebih mendalam apakah hal ini berkaitan dengan perbedaan status sirkumsisi (sunat). Prevalensi HIV lebih tinggi pada penduduk yang tidak disunat, 5,6 persen, dibandingkan 1,0 persen pada penduduk yang disunat. Sementara itu hanya sekitar 5 persen kelompok etnis Papua yang disunat, dibandingkan etnis non-Papua 70 persen.
4.
Secara umum tingkat pengetahuan penduduk Tanah Papua mengenai HIV/AIDS masih rendah, yaitu 48 persen diantaranya belum pernah mendengar tentang HIV/AIDS. Kelompok penduduk dengan tingkat pendidikan terendah (tidak sekolah atau tidak tamat SD) memiliki tingkat pengetahuan jauh lebih rendah, sebanyak 74 persen belum pernah mendengar tentang HIV/AIDS dibandingkan sebanyak 20 persen pada kelompok lulus SLTA atau Universitas. Pemahaman yang salah tentang HIV/AIDS masih tinggi pada sebagian besar penduduk, dan hal ini merata pada berbagai tingkat pendidikan.
5.
Sumber informasi utama mengenai HIV/AIDS adalah radio dan televisi. Media tersebut dimanfaatkan oleh 52 persen penduduk yang sebagian besar dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Hanya sebagian kecil penduduk pernah menghadiri
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
57
pertemuan mengenai HIV/AIDS; Penduduk dengan tingkat pendidikan rendah hanya 8 persen, sedangkan penduduk dengan pendidikan tertinggi hanya 26 persen. 6.
Penduduk dengan umur yang lebih muda, lebih banyak yang melakukan hubungan seks pertama sebelum menginjak 15 tahun dibandingkan dengan kelompok umur yang lebih tua. Kecenderungan ini jauh lebih tinggi pada penduduk perempuan dibandingkan penduduk laki-laki. Rata-rata umur seks pertama pada penduduk Papua padalah 19 tahun; Penduduk perempuan lebih muda (18,8 tahun) dibandingkan penduduk laki-laki (19,5 tahun). Lebih dari 50 persen melakukan hubungan seks pertama dengan isteri atau suami atau pasangan tetap; sebanyak 40 persen dengan teman, dan 1,6 persen melakukan hubungan seks dengan penjaja seks.
7.
Kelompok umur muda, baik laki-laki maupun perempuan, lebih banyak memiliki pasangan lebih dari satu dibandingkan kelompok umur yang lebih tua. Secara umum dalam setahun terakhir lebih dari 20 persen penduduk laki-laki mengaku punya pasangan seks lebih dari satu, dan penduduk perempuan 8 persen. Perilaku hubungan seks dengan bukan pasangan tetap dalam setahun terakhir didapatkan pada sekitar 16 persen penduduk, yaitu sebesar 25 persen pada penduduk laki-laki berbanding 7 persen penduduk perempuan. Lebih dari setengahnya melakukan dengan imbalan.
8.
Tidak seperti perkiraan sebelumnya, alkohol tidak banyak terkait dengan perilaku seks. Penduduk Tanah Papua yang minum alkohol sebelum hubungan seks hanya 13,6 persen, dan hanya 4,6 persen mengaku sering atau setiap kali mengkonsumsi alkohol sebelum hubungan seks. Penduduk perempuan yang sering mengkonsumsi alkohol sebelum hubungan seks hanya 0,9 persen, sedangkan pada penduduk lakilaki jauh lebih besar sekitar 7,6 persen.
9.
Kondom sulit diperoleh baik di wilayah pesisir mudah, pesisir sulit maupun di pegunungan. Hanya sekitar 17 persen penduduk Tanah Papua menyatakan kondom mudah diperoleh. Apotik dan klinik merupakan sumber utama untuk memperoleh kondom. Pemakaian kondom yang masih sangat rendah terkait dengan keterbatasan akses kondom.
10. Persen penduduk dengan gejala infeksi menular seksual (IMS) ditemukan lebih tinggi pada penduduk yang punya banyak pasangan seks, juga pada yang melakukan hubungan seks dengan imbalan. Ternyata persen penduduk dengan HIV, dua kali lebih tinggi pada penduduk yang melaporkan gejala IMS, yaitu 5,9 persen dibandingkan 2,7 persen. Petugas kesehatan merupakan pilihan utama untuk berobat IMS, terutama di wilayah pegunungan; Tetapi penduduk di wilayah pesisir sulit, sebanyak 43 persen tidak melakukan tindakan pengobatan.
58
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
Saran 1.
Pendidikan pencegahan penularan HIV perlu ditingkatkan jangkauannya. Upaya penanggulangan perlu terarah pada penduduk dengan perilaku berisiko, terutama pada perilaku dengan banyak pasangan seks dan seks imbalan. Upaya yang sama juga perlu menjangkau penduduk usia muda di seluruh wilayah Tanah Papua.
2.
Ketersediaan pelayanan pencegahan termasuk kondom perlu ditingkatkan dan dimudahkan aksesnya di seluruh wilayah Tanah Papua. Di samping itu perlu peningkatan pelayanan pengobatan IMS.
3.
Masih diperlukan informasi yang lebih mendalam tentang pandangan, norma, budaya dan perilaku penduduk Papua yang dapat memberikan penjelasan yang lebih rinci untuk memahami epidemi HIV serta membantu upaya penanggulangan HIV/AIDS di Tanah Papua.
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
59
Lampiran 1
SEROLOGI Testing Algorithm First parallel testing SD Bioline HIV Determine HIV
2 Tests Positives
2 Tests Negatives
1 Test positive 1 Test Negative
Second parallel testing SD Bioline HIV Determine HIV
2 Tests Positives
1 Test positive 1 Test Negative
2 Tests Negatives
ELISA 1 Positive
POSITIVE
ELISA 2 Positive
Negative
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
1 Test Negative NEGATIVE
63
Laboratory results for HIV tests First parallel testing 6,223
Positive 131
Negative 5,942
Indeterminate 150
Second parallel testing 150
Positive 14
Indeterminate 127
Negative 9
ELISA 127 Positive 2
POSITIVE 147
64
Indeterminate 0
Negatives 125
NEGATIVE 6,076
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
Lampiran 2
PEMERIKSAAN DARAH Prosedur Tetap Pemeriksaan HIV dari ujung jari untuk Petugas Laboratorium di Lapangan Langkah Kegiatan: 1. Responden datang membawa nomor kode sebanyak 2 buah 2. Tempelkan kode ke tabung mikrotube dan lembar hasil pemeriksaan. 3. Tanyakan kesediaan responden untuk diambil darahnya. 4. Bujuk pasien bila enggan diambil darahnya. 5. Bila pasien tetap menolak tidak boleh diambil sampelnya. 6. Bila ya, ambil darah kapiler ikuti petunjuk pengambilan darah perifer 7. Bila sudah diambil darah, beri responden kartu layanan VCT terdekat lengkap dengan alamat dan kontak personnya, kemudian diberi tahu bila ingin mengetahui status HIVnya dapat langsung datang ke layanan VCT terdekat. 8. Lakukan pemeriksaan anti-HIV secara paralel dengan 2 buah reagensia yang tersedia. 9. Jalankan timer dan tunggu sesuai waktu dalam prosedur kerja 10.Catat hasil dengan memberi tanda √ sesuai hasil yang diperiksa pada lembar kerja pemeriksaan. 11. Lakukan pemeriksaan setiap 3 – 4 sampel, jangan lebih. 12. Ingat, jagalah selalu kerahasiaan responden. 13. Selesai pemeriksaan pisahkan masing – masing tabung berdasarkan hasilnya : Non reaktip, reaktip dan hasil yang berbeda. 14. Selesai bekerja ikutilah petunjuk penyimpanan sampel.
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
65
ALUR LANGKAH KERJA PEMERIKSAAN ANTI HIV DI LAPANGAN Responden setelah selesai diwawancara dan bersedia diambil darahnya diberi 2 buah label Petugas pencacah memberitahu laboran, lokasi responden yang akan diambil sampelnya Laporan mendatangi responden, dan meminta kesediaannya untuk diambil contoh darahnya Tidak
Ya
Laporan tidak mengambil sampel & mengucapkan terima kasih
Laporan mengambil sampel darahnya, ikuti petunjuk pengambilan sampel darah perifer
Laboran melakukan pemeriksaan secara paralel dengan 2 reagensia Mencatat hasil pemeriksaan pada lembar kerja pemeriksaan dengan memberi tanda √ Memisahkan sampel berdasarkan hasil Mengirimkan sampel yang positip dan indeterminate ke Dinas Kesehatan setempat Dinas Kesehatan setempat mengirimkan sampel Ke BLK Jayapura untuk pemeriksaan ulang
Semua hasil dikirimkan ke Dinas Kesehatan Provinsi Papua
66
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
Alat dan Bahan yang diperlukan a) Automatic Blood Lancet b) Mikrotube EDTA vol 500 ul c) Kapas d) Alkohol Swab 70% e) Sarung tangan f) Spidol tahan air g) Timer h) Reagensia SD HIV 1/2 Bioline 3.0 (Multi) i) Reagensia Determine HIV 1/2 Abbott j) Reagensia Advanced Quality - One Step Anti-HIV (1&2) Tri-line Test k) Reagensia HIV Oncoprobe l) Kotak peralatan pengambilan darah m) Wadah limbah tahan tusukan n) Plastic limbah biohazard o) Tissue p) Taplak meja plastic q) Bayclin r) Pipet Pasteur
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
67
PROSEDUR PENGAMBILAN SPESIMEN 1.
Persiapan a. Alat dan Bahan i. Kapas alkohol 70% ii. Lancet steril iii. Kapas/gauze bersih dan kering iv. Kaca objek bersih dan bebas lemak v. Kartu spesimen darah (filter paper blood collection) vi. Tempat sampah medis dan tajam vii. Alat tulis dan formulir yang dibutuhkan b. Partisipan i. Bersihkan tangan partisipan ii. Jika memungkinkan cuci dengan sabun dan air hangat
2.
Letakan alat dan bahan pada tempat datar dan mudah dijangkau
3.
Tuliskan tanggal pengambilan spesimen, umur, jenis kelamin, suku dan asal partisipan pada kaca objek dan kartu spesimen darah
4.
Lepaskan penutup lanset a. Buka penutup lancet b. Jangan sentuh bagian tajam yang akan digunakan untuk menusuk
5.
Pilih lokasi pengambilan a. Lokasi pengambilan darah kapiler pada orang dewasa biasanya pada ujung jari manis atau jari tengah bagian samping b. Pada bayi dapat diambil pada tumit atau ibu jari kaki bagian samping
6.
Disinfeksi tempat pengambilan/penusukan dengan kapas alkohol 70% dan biarkan mengering
7.
Tegangkan kulit tempat penusukan dengan memijatnya antara 2 jari
8.
Lakukan penusukan dengan cepat dan dalamnya luka ± 3 mm
9.
Hapus tetesan darah yang pertama keluar dengan kapas/gauze kering karena tetesan mungkin masih tercampur dengan alkohol dan juga agar lubang bekas tusukan lancet tidak cepat menutup serta darah yang keluar tidak melebar
10. Hadapkan jari tangan yang ditusuk kebawah kemudian urut mulai dari pangkal jari yang ditusuk 11. Lakukan pembuatan sediaan tebal dan apus darah tepi untuk pemeriksaan malaria a. Teteskan dua tetes darah pada kaca objek b. Tetesan pertama dibuat lingkaran dengan menggunakan ujung kaca objek lain untuk sediaan tebal darah tepi. c. Tetesan kedua digunakan untuk pembuatan sediaan apus darah tepi i. Dengan tangan kanan letakan kaca penggeser disebelah kiri tetesan darah dengan sudut kemiringan 45º ii. Gerakkan kekanan hingga menyentuh tetesan kedua iii. Biarkan darah menempel dan meyebar rata dipinggir kaca penggeser iv. Segera geserkan kaca tersebut kekiri dengan sudut 30º - 45º. Jangan menekan kaca penggeser tersebut kebawah. Gerakan ini harus dilakukan dengan cepat dan tidak putus-putus.
12. Lakukan pembuatan spesimen pada kartu spesimen darah (filter paper blood collection) a. Letakan kartu spesimen darah yang sudah diberi label data pada tempat yang rata. b. Teteskan 2 – 3 tetes darah disetiap lingkaran sampai dengan lingkaran terisi penuh. Biarkan darah menetes atau bila perlu sentuhkan tetesan darah pada kartu spesimen darah tetapi jangan sentuhkan jarinya. c. Biarkan kartu spesimen darah mengering diudara terbuka dan hindarkan dari semut atau lalat. d. Setelah kering masukan kartu spesimen darah kedalam plastik ziplock. Satu plastik hanya untuk satu kartu spesimen darah 13. Tutup luka tusukan dengan kapas/gauze kering dan bersih dan mintalah pasien untuk memegangnya sendiri 14. Kirimkan kartu spesimen darah yang sudah terisi lengkap dengan data yang diperlukan kepada dinas kesehatan setempat
PEMERIKSAAN ANTI-HIV Metoda : Rapid Test Reagensia : SD HIV 1/2 3.0 (Multi) Bahan Pemeriksaan : Darah Lengkap Cara kerja : 1. Gunakan sarung tangan 2. Siapkan kantong plastik limbah biohazard beri larutan hipoklorit 0.5 % 3. Buka kemasan lalu beri identitas sampel sesuai dengan kode tabung pada membrane. 4. Teteskan 1 tetes darah ke lubang sampel. 5. Tunggu dan biarkan menyerap. 6. Lalu teteskan 3 tetes sampel diluent. 7. Jalankan timer, tunggu dan biarkan menyerap 8. Baca Hasil dalam waktu 5 – 20 menit (jangan melebihi 30 menit). 9. Catat hasil pada lembar hasil pemeriksaan laboratorium Interpretasi hasil
:
REAKTIP C
NON REAKTIP
1
2
S
C 1
2
1 2
C
INVALID 1
2
S
S
C 1
2
S
S
C 1 2
S
C 1
S
C
1
2
S
C
2
PEMERIKSAAN ANTI-HIV Metoda : Immunochromatography Reagensia : Determine Anti HIV Bahan Pemeriksaan : Darah Lengkap Cara Kerja : 1. Gunakan sarung tangan 2. Siapkan kantong plastik limbah biohazard beri larutan hipoklorit 0.5 % 3. Biarkan reagen pada suhu kamar. 4. Buka strip test dari penutup lalu beri identitas sampel sesuai dengan kode tabung pada membrane. 5. Teteskan 2 tetes sampel darah pada bantalan sampel (lihat panah). 6. Teteskan 1 tetes chase buffer 7. Tunggu sekurang – kurangnya 15 menit (s/d 1 jam). 8. Baca Hasil. 9. Catat hasil pada formulir dan lembar hasil pemeriksaan laboratorium Interpretasi Hasil : ♦ Reaktip = terdapat 2 garis merah pada garis kontrol dan garis pasien. ♦ Negatip = terdapat 1 garis merah pada garis kontrol. ♦ Invalid = tidak ada garis merah baik garis kontrol dan garis pasien.
PEMERIKSAAN ANTI-HIV Metoda : Rapid Test Reagensia : HIV Oncoprobe Bahan Pemeriksaan : Darah lengkap Cara kerja : 1. Gunakan sarung tangan 2. Siapkan kantong plastik limbah biohazard beri larutan hipoklorit 0.5 % 3. Biarkan reagen pada suhu kamar. 4. Buka kemasan lalu beri identitas sampel sesuai dengan kode tabung pada membrane. 5. Teteskan 2 tetes darah ke lubang sampel (S). 6. Lalu teteskan 2 tetes buffer, 7. Jalankan timer, tunggu dan biarkan menyerap. 8. Baca Hasil dalam waktu 15 – 20 menit (jangan melebihi 20 menit). 9. Catat hasil pada lembar hasil pemeriksaan laboratorium
Interpretasi hasil
:
REAKTIP
NON REAKTIP
C T1 T2
S
C T1 T2
C T1 T2
INVALID C T1 T2
S
S
C T1 T2
S
S
C T1 T2
S
C T1 T2
S
C T1 T2
S
LEMBAR HASIL PEMERIKSAAN ANTI- HIV Tanggal : _________________ NO
KODE SAMPEL
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. Dicatat Oleh Penanggung Jawab
Reagen ___________________
Reagen ___________________
HASIL
HASIL
Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip
Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip
Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip Non Reaktip
Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip Reaktip
KET
PROSEDUR DESINFEKSI MEJA PEMERIKSAAN 1. Gunakan hipoklorit yang mudah didapat dipasaran (Bayclin/Sunclin/Soklin pemutih) konsentrasi 5,25% dan tanpa aroma khusus 2. Encerkan hipoklorit 1 : 10 dengan cara sebagai berikut : 1 bagian hipoklorit ditambah 9 bagian air 3. Lakukan desinfeksi meja pemeriksaan dengan hipoklorit 0.5% 4. Diamkan selama 15 menit 5. Lap meja pemeriksaan dengan air, agar meja tidak mudah rusak karena hipoklorit korosif. 6. Permukaan meja harus didekontaminasi setelah adanya tumpahan, sebelum dan setelah selesai bekerja PENANGANAN LIMBAH PEMERIKSAAN 1. Buang autolancet yang telah digunakan kedalam wadah tahan tusukan, gambar terlampir
2. Pisahkan sampah infeksius dan non infeksius 3. Sampah infeksius gunakan kantong plastik limbah kuning yang telah diberi desinfektan hipoklorit 0.5%. 4. Sampah non infeksius gunakan kantong plastik hitam. 5. Buang & bakar wadah tahan tusukan yang berisi autolancet dan sampah infeksius kedalam incenerator.
PROSEDUR PENYIMPANAN SAMPEL 1. Sampel yang telah diperiksa dipisahkan sesuai dengan hasil. 2. Untuk sampel yang reaktip dan hasil yang berbeda dikirim ke Balai Laboratorium Kesehatan Jayapura. 3. Sampel dapat disimpan pada suhu 2-8ºC maksimal 7 hari.
Lampiran 3
Metodologi Survei Pada Bab ini dijelaskan metode sampling yang meliputi stratifikasi wilayah, alokasi sampel (kabupaten/kota, blok sensus, dan responden yang memenuhi syarat), prosedur penarikan sampel, dan prosedur estimasi. Stratifikasi wilayah ditujukan untuk memperoleh sampel yang mewakili penduduk Papua berdasarkan karakteristik topografi wilayah, dan pengorganisasian pelaksanaan survei yang lebih efisien.
1. Cakupan Wilayah STHP2006 dilaksanakan di beberapa kabupaten/kota di Tanah Papua. Topografi Tanah Papua dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu: kabupaten/kota di wilayah pegunungan, kabupaten/kota di wilayah pesisir mudah, dan kabupaten/kota di wilayah pesisir sulit. Topografi wilayah ini selanjutnya digunakan sebagai strata dalam pemilihan sampel.
2. Kerangka Sampel Sebelum STHP2006 dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan identifikasi wilayah yang akan disurvei sehingga diketahui jumlah populasi dari setiap strata (topografi wilayah) yang akan disurvei. Populasi merupakan agregat individu yang akan diteliti dan dibentuk sebagai kerangka sampel untuk menentukan kelompok sasaran survei. Kerangka sampel yang digunakan dalam kegiatan STHP2006 ini dibedakan menurut tahapan pemilihan unit sampling, yaitu: kerangka sampel untuk pemilihan kabupaten/kota dan blok sensus serta kerangka sampel untuk pemilihan responden yang memenuhi syarat. Dalam pemilihan sampel kabupaten/kota, kerangka sampel yang digunakan adalah daftar kabupaten/kota yang telah dikelompokkan menjadi 3, yaitu: a. Kabupaten/Kota Pegunungan meliputi Kab. Jayawijaya, Kab. Yahukimo, Kab. Tolikara, Kab. Pegunungan Bintang, Kab. Puncak Jaya, dan Kab. Paniai. b. Kabupaten/Kota Pesisir Mudah meliputi Kota Jayapura, Kab. Keerom, Kab. Sarmi, Kab. Jayapura, Kota Sorong, Kab. Fakfak, Kab. Biak Numfor, Kab. Yapen Waropen, Kab. Merauke, Kab. Sorong, Kab. Manokwari, dan Kab. Nabire. c. Kabupaten/Kota Pesisir Sulit meliputi Kab. Waropen, Kab. Kaimana, Kab. Asmat, Kab. Mappi, Kab. Boven Digoel, Kab. Sorong Selatan, Kab. Raja Ampat, Teluk Bintuni, Kab. Teluk Wondama, Kab. Supiori, dan Kab. Mimika. Dalam pemilihan blok sensus, kerangka sampel yang digunakan adalah daftar blok sensus pada kabupaten/kota terpilih, sedangkan dalam pemilihan responden yang
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
77
memenuhi syarat, kerangka sampel yang digunakan adalah daftar responden yang memenuhi syarat pada blok sensus terpilih yang diperoleh melalui listing. Yang dimaksud responden yang memenuhi syarat dalam kegiatan ini adalah penduduk yang berusia 15 – 49 tahun.
3. Rancangan Penarikan Sampel Rancangan sampling yang digunakan adalah sampling tiga tahap, yaitu: Tahap I:
Memilih sejumlah sampel kabupaten/kota secara PPS (Probability Proportional to Size) dengan peluang sebanding dengan jumlah penduduk P4B. Jumlah kabupaten/kota terpilih untuk masing-masing wilayah topografi sebanding dengan jumlah penduduk.
Tahap II:
Memilih sejumlah blok sensus secara PPS dalam setiap kabupaten/kota terpilih dengan peluang sebanding dengan jumlah penduduk. Listing dilakukan pada seluruh rumahtangga dan penduduk dalam blok sensus terpilih. Tujuan listing adalah untuk membentuk kerangka sampel pemilihan responden yang memenuhi syarat.
Tahap III:
Memilih 25 responden yang memenuhi syarat secara sistematik pada setiap blok sensus terpilih. Sebelum penarikan sampel, individu hasil listing diurutkan menurut jenis kelamin dan kelompok umur.
Pemilihan sampel pada tahap pertama dan kedua dilakukan di BPS. Sedangkan pemilihan sampel pada tahap ke tiga dilakukan di daerah.
4. Jumlah Sampel Penentuan besarnya ukuran sampel dilakukan untuk menghasilkan penyajian estimasi menurut strata (topografi wilayah), yaitu wilayah pegunungan, wilayah pesisir mudah dan wilayah pesisir sulit. Target sampel kabupaten/kota ditetapkan adalah 10, yang selanjutnya dialokasikan ke setiap topografi wilayah sebanding dengan akar jumlah penduduk. Jumlah kabupaten/kota terpilih pada setiap topografi wilayah seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Kabupaten/Kota menurut Topografi Wilayah Topografi Wilayah
78
Kabupaten/Kota
1. Pegunungan
3
2. Pesisir Mudah
4
3. Pesisir Sulit
3
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
Target sampel responden yang memenuhi syarat adalah 6.500 yang meliputi 260 Blok Sensus dialokasikan ke setiap kabupaten/kota terpilih sebanding dengan akar jumlah penduduk. Target sampel Blok Sensus dan responden yang memenuhi syarat seperti tercantum pada Tabel 2. Tabel 2. Target Sampel Blok Sensus dan Responden yang memenuhi syarat menurut Kabupaten/Kota Terpilih dan Topografi Wilayah
Kabupaten/Kota (1)
Topografi Wilayah
Urban
Rural
Total
Jumlah Sampel Responden yang Memenuhi Syarat
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Juml;ah Blok Sensus
04
Teluk Bintuni
Pesisir Sulit
1
13
14
350
06
Sorong Selatan
Pesisir Sulit
2
20
22
550
71
Sorong
Pesisir Mudah
40
2
42
1.050
02
Jayawijaya
Pegunungan
3
33
36
900
03
Jayapura
Pesisir Mudah
7
18
25
625
08
Yapen
Pesisir Mudah
6
15
21
525
10
Paniai
Pegunungan
--
15
15
375
14
Mappi
Pesisir Sulit
--
17
17
425
17
Pegunungan Bintang
Pegunungan
--
19
19
475
71
Jayapura
Pesisir Mudah
39
10
49
1.225
260
6.500
Jumlah
5. Pendaftaran Penduduk (Listing) Seperti sudah diterangkan di atas, penentuan wilayah kerja atau blok sensus dilakukan di BPS. Koordinator Lapangan dengan dibantu oleh pengawas mengidentifikasi blok sensus terpilih tersebut dan mengunjungi wilayah tersebut untuk melakukan sosialisasi kepada tokoh-tokoh masyarakat yang disegani dan dihormati masyarakat setempat. Hal ini perlu agar pelaksanaan survei di daerah tersebut dapat dilaksanakan dengan baik dan tepat waktu. Kegiatan ini sekaligus sebagai inventarisasi wilayah-wilayah yang terpilih sebagai wilayah sasaran. Setelah identifikasi lokasi berdasarkan sketsa peta blok sensus, lalu petugas melakukan kegiatan penelusuran lokasi listing, yaitu mengenali batas-batas wilayah dengan mengelilingi wilayah tersebut. Selanjutnya melakukan pendaftaran seluruh rumah tangga/bangunan yang ada di blok sensus tersebut (listing) dengan menggunakan Daftar STHP2006-L.
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
79
Penelusuran lapangan dan listing bertujuan untuk mengetahui jumlah penduduk pada blok sensus tersebut dan sekaligus memperbarui keterangan yang ada dalam sketsa peta blok sensus. Perlu diingat bahwa sebelum tim masuk ke wilayah tugasnya perlu informasi mengenai orang yang dapat menjadi mediator atau penunjuk jalan (key person/contact person). Informasi lain yang diperlukan adalah waktu kunjungan yang memungkinkan dilakukannya wawancara di daerah tersebut.
6. Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, responden terpilih diwawancarai secara langsung dan diambil sampel darahnya oleh petugas STHP2006 yang telah dilatih. Wawancara dilakukan pada suatu tempat tertentu dan responden tidak ditemani oleh orang lain sehingga kerahasiaan hasil wawancara dan tes darah dapat dijamin.
7. Skema Metodologi Secara umum metodologi pengumpulan data survei surveilans perilaku dapat digambarkan seperti diagram alir pada Diagram 1 sebagai berikut: Diagram 1. Skema Metodologi Surveilans Terpadu HIV-Perilaku 2006
Data Populasi / Kabupaten
Pemilihan Kota/Kabupaten
Kabupaten Terpilih
Pemilihan Blok Sensus
Peta Wilayah
Listing Anggota Rumah Tangga
Pengambilan Darah Perifer Pemeriksaan Antibodi HIV
Hasil Pemeriksaan Anti-HIV Daftar Blok Sensus Dinkes
Kerangka Sample
Wawancara
Data Entry, Analisis dan Pelaporan
Tawarkan VCT Hasil Wawancara
80
BPS
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
8. Metode Estimasi Jumlah sampel yang direncanakan hanya dapat digunakan untuk estimasi rata-rata, proporsi/persentase, atau rasio menurut jenis kelamin, kelompok umur dan strata. Metode estimasi yang digunakan adalah metode secara tidak langsung (indirect estimate) yaitu ratio estimate, dengan penimbang (weight) adalah rasio antara realisasi target sampel responden yang memenuhi syarat menurut jenis kelamin, kelompok umur, dan strata dengan penduduk hasil proyeksi menurut jenis kelamin, kelompok umur, dan strata. Metode ini menghasilkan estimator yang bias tetapi konsisten. Bila ukuran sampel besar, maka bias akan kecil. Keuntungan dari penerapan metode ini dibandingkan dengan direct estimate ini adalah variance lebih kecil dan hasil estimasi tidak terpengaruh oleh hasil listing yang sering kali under coverage. Bila hasil listing under coverage 10 persen, maka hasil estimasinya akan under estimation kurang lebih 10 persen.
~ Misalkan Phij dan mhij masing-masing menyatakan proyeksi penduduk dan realisasi target sampel di strata h, jenis kelamin i dan kelompok umur j, maka penimbang dapat ~ Phij dirumuskan sebagai Whij = . mhij Misalkan y hijk dan x hijk menyatakan nilai karakteristik Y dan X responden ke-k, kelompok umur j, jenis kelamin i, strata h, maka estimasi total bagi karakteristik tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: mhij
Yˆhij = ∑ Whij y hijk . k =1
mhij
Xˆ hij = ∑ Whij x hijk k =1
Sehingga estimasi rasio antara karakteristik Y dan X dirumuskan sebagai berikut : Yˆhij Rˆ hij = Xˆ hij
9. Tingkat Partisipasi Setiap responden diwawancarai oleh petugas dengan menggunakan kuesioner untuk menggali informasi tentang perilaku seks dan kemudian diambil darahnya untuk diuji. Jumlah responden yang berhasil diwawancarai tentang perilaku seks disajikan pada Tabel 4.
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
81
Tabel 4. Jumlah Responden Perilaku menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin dan Topografi Wilayah
Kelompok Umur
Jenis kelamin
(1)
(2) Laki-laki Perempuan
15 – 24 25 – 39
Laki-laki Perempuan
40 - 49
Laki-laki Perempuan
Topografi Wilayah Pegunungan (3) 268 288 426 423 216 126
Pesisir Mudah (4) 556 602 739 749 313 288
Pesisir Sulit (5) 198 231 318 328 142 94
Jumlah (6) 1.022 1.121 1.483 1.500 671 508
Jumlah
1.747
1.747
1.311
6.305
% terhadap target sampel
99,8
99,8
98,9
97,0
Target sampel
1.750
1.750
1.325
6.500
Secara keseluruhan sampel yang memenuhi syarat yang berhasil diwawancarai sebanyak 6.305 (97,0 persen dari target sampel), dengan rincian 3.247 (94,8 persen dari target sampel) di strata pesisir mudah, 1.311 (98,9 persen dari target sampel) di strata pesisir sulit, dan 1.747 (99,8 persen dari target sampel) di strata pegunungan (Tabel 4). Secara keseluruhan tingkat non-partisipasi adalah sebesar 3,0 persen. Tingkat nonpartisipasi pada umumnya disebabkan karena responden menolak dan tidak berada di tempat (rumah) ketika petugas pewawancara datang. Terdapat kecenderungan, untuk wilayah yang mudah dijangkau (strata pesisir mudah) tingkat partisipasi lebih rendah dibandingkan dengan wilayah-wilayah yang sulit dijangkau (strata pesisir sulit dan strata pegunungan). Hal ini disebabkan mobilitas penduduk di strata pesisir mudah relatif tinggi sehingga petugas mengalami kesulitan ketika akan menjumpai responden karena tidak ada di tempat. Tujuan khusus STHP2006 adalah menduga parameter prevalensi HIV berdasarkan spesimen darah, dan parameter indikator sosial yang berkaitan dengan perilaku seksual, penyalahgunaan narkotika melalui jarum suntik, persepsi terhadap resiko HIV, dan sebagainya. Kedua parameter tersebut dikumpulkan dari unit sampling yang sama melalui pendekatan yang berbeda, yaitu: untuk prevalensi HIV informasi dikumpulkan melalui pengujian terhadap spesimen darah yang diambil dari setiap responden, sedangkan untuk indikator perilaku sosial data dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan responden. Dengan cara demikian akan diperoleh data berpasangan antara hasil pengujian spesimen darah dan data tentang berbagai indikator perilaku sosial. Dari hasil pengambilan
82
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
spesimen darah ternyata tidak semua responden yang berhasil diwawancarai berhasil juga diambil darahnya.
Tabel 5.
Jumlah Responden Perilaku Seks yang Bersedia Diambil Darahnya menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin dan Topografi Wilayah Topografi Wilayah Kelompok Umur
Jenis kelamin
(1)
(2)
Pegunungan
Pesisir Mudah
Pesisir Sulit
(3)
(4)
(5)
Laki-laki
267
549
191
Perempuan
287
596
222
Laki-laki
425
728
312
Perempuan
422
741
322
Laki-laki
216
307
139
Perempuan
126
281
92
Jumlah
1.743
3.202
1.278
% terhadap resp. perilaku
99,8
98,6
97,5
Jumlah responden perilaku
1.747
3.247
1.311
15 – 24
25 – 39
40 - 49
Dari 6.305 responden yang berhasil diwawancarai tentang perilaku seksnya hanya 6.223 responden atau 98,7 persen yang bersedia diambil darahnya untuk pengujian virus HIV (Tabel 5). Tingkat Partisipasi tertinggi terdapat di strata pegunungan 99,8 persen, kemudian 98,6 persen dan 97,5 persen masing-masing untuk strata pesisir mudah dan strata pesisir sulit.
Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006
83
Lampiran 4 STHP06-WANITA
SURVEILANS TERPADU HIV-PERILAKU 2006 Kerjasama Badan Pusat Statistik dan Departemen Kesehatan dengan Dukungan
ASA-FHI dan Bank Dunia
RAHASIA
PENDATAAN UNTUK WANITA BLOK I. KETERANGAN TEMPAT
1
Provinsi
2
Kabupaten/Kota *)
3
Distrik
4
Desa/Kelurahan *)
5
Klasifikasi Desa/Kelurahan
6
Nomor Blok Sensus
7
Nomor Kode Sampel
8
Nomor urut Responden
9
Nomor Kode Responden
1. Perkotaan
2. Perdesaan
Tempel stiker di sini BLOK II. KETERANGAN PETUGAS
1
Nomor urut Tim
2
Nama dan Kode Pewawancara
.......................................................................... Tanggal Wawancara
Tanda Tangan
.....................................................
..........................................................................
.....................................
3
Wawancara dilakukan dengan menggunakan bahasa:
1. Bahasa Indonesia
4.
Kelengkapan dan konsistensi jawaban dalam kuesioner ini telah diperiksa: Nama dan Kode Pewawancara/Pengawas
Status Pewawancara II Pewawancara III Pengawas
*) Coret yang tidak perlu
2. Bahasa Daerah
Tanggal Pemeriksaan
Tanda Tangan
RINGKASAN PROSES WAWANCARA
1.
Ucapkan salam (misalnya: Selamat Pagi/Selamat Sore/Selamat Malam) dan perkenalkan diri Anda. Contohnya: “Nama saya (sebutkan). Saya adalah salah seorang petugas yang sedang mengumpulkan data kesehatan”
2.
Bacakan formulir Informed Consent untuk proses wawancara kepada calon responden.
3.
Tanyakan apakah calon responden sudah mengerti tentang tujuan survei dan peran mereka, serta jawablah setiap pertanyaan yang diajukan mereka. Pastikan bahwa calon responden sudah benarbenar mengerti dengan menjelaskan ulang atau menanyakan apa yang diharapkan dari mereka.
4.
Setelah itu tanyakan apakah mereka bersedia untuk berpartisipasi. Jika setuju, tanda tangani informed consent dan mintalah seorang saksi atau pewawancara lain untuk menandatangani di bagian saksi sebelum memulai wawancara. Jika menolak, ucapkan terima kasih atas waktunya dan lakukan pencacahan pada calon responden berikutnya.
5.
Sebelum memulai wawancara ingatkan calon responden tentang pentingnya menjawab dengan jujur dan mereka boleh tidak menjawab pertanyaan yang tidak ingin mereka jawab serta menghentikan proses wawancara sewaktu-waktu.
6.
Setelah wawancara selesai, ucapkan terima kasih lalu bacakan informed consent untuk pemeriksaan serologi HIV.
7.
Setelah itu tanyakan apakah responden sudah mengerti tujuan dari pengambilan darah dan jawablah apabila ada pertanyaan dari mereka. Pastikan bahwa calon responden sudah benar-benar mengerti dengan menjelaskan ulang atau menanyakan apa yang diharapkan dari mereka. Tanyakan kesediaan responden untuk diambil darahnya dan jika mereka bersedia, tanda tangani informed consent serta mintalah seorang saksi atau pewawancara lain untuk menandatangani bagian saksi sebelum pengambilan darah dilakukan. Jika responden menolak, ucapkan terima kasih, berikan brosur HIV/AIDS dan souvenir atas partisipasi mereka dalam survei, lalu lakukan pencacahan pada calon responden berikutnya.
8.
Untuk responden yang bersedia diambil darahnya, lakukan pengambilan darah perifer sesuai prosedur, tempelkan nomor stiker pada tabung dan kuesioner serta simpanlah sampel darah dan bahan habis pakai sesuai prosedur.
BLOK III. KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. Berapa usia Anda? 2. a. Pendidikan tertinggi apa yang pernah/ saat ini sedang Anda tempuh?
b. Tingkat pendidikan tertinggi apa yang telah/sedang Anda selesaikan?
..................... tahun 1. Tidak sekolah [R.3] 2. SD/sederajat 3. SMP/sederajat 1
2
3
4
5
4. SMU/sederajat 5. Perguruan Tinggi/ Universitas
6
7
8 (tamat)
3. Apa status perkawinan Anda saat ini?
1. Belum kawin [R.7] 4. Cerai hidup 2. Kawin negara 5. Cerai mati 3. Kawin adat 6. Hidup bersama
4. Berapa kali Anda pernah hamil?
0
5. Apakah suami (mantan suami)/pasangan hidup (mantan pasangan hidup) Anda memiliki istri/pasangan lain?
1. Ya 2. Tidak [R.7] 9. Tidak menjawab [R.7]
6. Berapa orang?
1
2
3
4
5
6
7 (lebih dari 6)
..................... orang
7. Apakah Anda berasal dari etnis Papua?
1. 2. 3. 4.
Ya, bapak dan ibu Papua Ya, bapak Papua Ya, ibu Papua Tidak
8. Jenis pekerjaan yang dilakukan:
1. 2. 3. 4.
Petani Nelayan Buruh/karyawan Pedagang
5. Lainnya: ................................ 6. Tidak punya
[dalam ribuan rupiah] 9. Besar rata-rata penghasilan Anda sebulan:
Rp ...............................................
BLOK IV. PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA 1. Sebutkan tiga penyakit yang paling sering dialami masyarakat di sini?
2. Apakah Anda pernah mendapat informasi tentang penyakit yang disebut HIV/AIDS sebelum wawancara ini?
1. 2. 4. 8. 16.
Malaria ISPA TBC AIDS Diare
32. Kulit 64. Lainnya: .................... 998. Tidak tahu 999. Tidak menjawab
1. Ya 2. Tidak [Blok V]
9. Tidak menjawab
3. Dari sumber mana saja Anda mendapatkan informasi tentang HIV/AIDS? (Pilihan jawaban jangan dibacakan) a. Radio
1. Ya
2. Tidak
a
b. TV
1. Ya
2. Tidak
b
c. Surat kabar/brosur
1. Ya
2. Tidak
c
d. Petugas LSM
1. Ya
2. Tidak
d
e
1. Ya
2. Tidak
e
f. Tokoh adat
1. Ya
2. Tidak
f
g. Guru
1. Ya
2. Tidak
g
h. Petugas kesehatan
1. Ya
2. Tidak
h
i.
Teman
1. Ya
2. Tidak
i
j.
Anggota keluarga
1. Ya
2. Tidak
j
1. Ya
2. Tidak
k
Tokoh agama
k. Lain-lain (sebutkan): .............................. 4. Berapa kali Anda pernah menghadiri pertemuan yang berkaitan dengan HIV/AIDS pada setahun terakhir?
...................... kali
5. Apakah Anda pernah mendapatkan pamflet, buklet, komik, dll. tentang HIV/AIDS pada setahun terakhir?
1. Ya
2. Tidak
BLOK IV. [LANJUTAN] 6. Apakah pernyataan-pernyataan ini menurut Anda benar atau salah? a. AIDS disebabkan oleh virus yang disebut HIV:
1. Benar
2. Salah
8. Tidak tahu
a
b. Ada obat yang dapat menyembuhkan AIDS:
1. Benar
2. Salah
8. Tidak tahu
b
c. Orang dengan HIV terlihat sehat:
1. Benar
2. Salah
8. Tidak tahu
c
d. HIV dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk:
1. Benar
2. Salah
8. Tidak tahu
d
e. Orang yang suka berganti-ganti pasangan seks lebih mudah tertular HIV: f. Pembuatan tato atau tanda pada kulit berisiko tertular HIV: g. HIV/AIDS disebabkan oleh sihir (guna-guna, fui-fui): h. Seseorang yang berhubungan seks dengan satu pasangan saja berisiko rendah tertular HIV: i. Seseorang dapat tertular virus HIV walaupun hanya sekali berhubungan seks dengan orang tertentu: j. Bayi dapat tertular HIV dari ibunya yang mengidap HIV:
1. Benar
2. Salah
8. Tidak tahu
1. Benar
2. Salah
8. Tidak tahu
f
1. Benar
2. Salah
8. Tidak tahu
g
1. Benar
2. Salah
8. Tidak tahu
h
1. Benar
2. Salah
8. Tidak tahu
i
1. Benar
2. Salah
8. Tidak tahu
j
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
a. Hanya berhubungan seks dengan pria yang tampak bersih dan sehat?
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
a
b. Tidak pernah berhubungan seks dengan orang yang baru saja dikenal?
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
b
c. Saling setia kepada satu pasangan?
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
c
d. Selalu menggunakan kondom/sargo (sarung gosi)?
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
d
e. Meminum obat sebelum berhubungan seks?
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
e
f. Hanya makan makanan bergizi?
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
f
g. Tidak menggunakan alat makan dan minum secara bersama dengan orang yang mengidap HIV/AIDS? h. Tidak menggunakan alat suntik yang telah digunakan orang lain? i. Selalu mencuci/membasuh alat kelamin setelah berhubungan seks?
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
g
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
h
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
i
7. Menurut Anda, apakah Anda dapat mengetahui bahwa seseorang telah terinfeksi virus penyebab AIDS (HIV) dgn hanya melihat fisiknya saja?
e
8. Menurut pendapat Anda, apakah pernyataan yang saya bacakan ini dapat menghindari tertularnya HIV?
BLOK IV. [LANJUTAN] 9. Apakah secara pribadi Anda mengenal seseorang yang terinfeksi HIV atau yang mempunyai gejala AIDS? 10. Bagaimana sikap dan perlakuan Anda terhadapnya?
1. Ya 1. 2. 3. 4.
2. Tidak [R.11]
Menjauh darinya Memperlakukan sama seperti orang lain Merasa kasihan kepadanya Memberikan perhatian khusus kepadanya
11. Apakah Anda mengetahui adanya program pelayanan atau kelompok dukungan bagi orang-orang dengan HIV/AIDS?
1. Ya
2. Tidak
12. Apakah Anda mengetahui di mana dapat menjalani tes HIV?
1. Ya
2. Tidak [R.14]
a. Laboratorium Swasta
1. Ya
2. Tidak
a
b. Palang Merah Indonesia (PMI)
1. Ya
2. Tidak
b
c. Rumah Sakit (Laboratorium rumah sakit)
1. Ya
2. Tidak
c
d. Puskesmas
1. Ya
2. Tidak
d
e. Lembaga swadaya masyarakat (LSM)
1. Ya
2. Tidak
e
f. Lain-lain (sebutkan): ............................
1. Ya
2. Tidak
f
13. Jika “Ya” (R.12=1), di mana?
14. a. Pernahkah darah Anda diambil untuk dites? b. Apakah pengambilan darah tersebut untuk tes HIV? [Jelaskan bahwa pewawancara tidak ingin tahu hasil tesnya]
1. Ya 2. Tidak [Blok V]
9. Tidak menjawab
1. Ya 2. Tidak [Blok V]
8. Tidak tahu 9. Tidak menjawab
15. Kapan Anda terakhir melakukan tes tersebut?
1. 2. 8. 9.
Dalam setahun terakhir Lebih dari setahun lalu Tidak tahu/tidak ingat Tidak menjawab
16. Apakah Anda melakukan tes atas kemauan Anda sendiri?
1. Ya 2. Tidak
17. Apakah Anda pernah mendapat konseling pada waktu mengikuti tes tersebut?
1. Ya 9. Tidak menjawab [R.19] 2. Tidak [R.19]
18. Apakah Anda mendapatkan konseling sebelum dan sesudah tes?
1. Hanya sebelum tes 9. Tidak menjawab 2. Hanya sesudah tes 3. Sebelum maupun sesudah tes
19. Apakah Anda menerima hasil tes?
1. Ya 2. Tidak
9. Tidak menjawab
9. Tidak menjawab
Instruksi untuk Pewawancara: Pewawancara memberitahukan kepada responden bahwa pertanyaan-pertanyaan selanjutnya bersifat sangat pribadi dan memohon kepada responden agar menjawab secara jujur setiap pertanyaan yang diajukan dan pewawancara menjamin kerahasiaan dari jawaban responden.
Ungkapkan kalimat berikut kepada responden: Pertanyaan berikut bersifat sangat pribadi karena berkaitan dengan seks dan pemakaian kondom. Mohon agar Anda menjawab atau memberikan uraian sejujur mungkin atas beberapa pertanyaan yang akan saya ajukan. Anda tidak perlu khawatir karena kerahasiaan jawaban Anda akan kami jamin dan tidak akan pernah diketahui oleh orang lain.
BLOK V. PERILAKU SEKS 1. Apakah Anda pernah melakukan hubungan seks? (vaginal atau anal) 2. a. Pada usia berapa Anda pertama kali melakukan hubungan seks? b. Dengan siapa?
3. Dengan berapa pria yang berbeda (termasuk suami) Anda pernah melakukan hubungan seks pada setahun terakhir?
1. Ya, pernah 2. Tidak pernah [R.6, Blok VI] 9. Tidak menjawab
.................... tahun
98. Tidak ingat
1. Suami 2. Teman laki-laki 3. Saudara laki-laki 0
1 2 3 [R.6, Blok VI]
4. a. Berapa kali Anda melakukan hubungan seks vaginal dengan suami/pasangan tetap pada sebulan terakhir?
4. Pria Penjaja Seks 5. Lainnya: ................................. 4
5 orang (lebih dari 4)
..................... kali
b. Dalam hubungan seks vaginal tersebut berapa kali suami/pasangan tetap Anda menggunakan kondom?
..................... kali
5. a. Berapa kali Anda melakukan hubungan seks anal dengan suami/pasangan tetap pada sebulan terakhir?
..................... kali
b. Dalam hubungan seks anal tersebut berapa kali suami/pasangan tetap Anda menggunakan kondom?
..................... kali
6. Dalam hubungan seks terakhir, apakah suami/pasangan tetap Anda menggunakan kondom?
1. Ya
2. Tidak
9. Tidak menjawab
Mohon maaf, kami akan menanyakan hal-hal yang lebih sensitif tentang pasangan seks yang lain, mohon dijawab dengan jujur, semua jawaban akan kami rahasiakan! BLOK V. [LANJUTAN]
Hubungan seks dengan pria lain 7. Apakah Anda pernah berhubungan seks dengan pria lain (yang bukan suami/ pasangan tetap) pada setahun terakhir?
1. Ya
8. a. Berapa kali Anda melakukan hubungan seks vaginal dengan pria lain (bukan suami/pasangan tetap) pada setahun terakhir?
2. Tidak [Blok VI]
..................... kali
b. Dalam hubungan seks vaginal tersebut berapa kali pria lain (bukan suami/ pasangan tetap) Anda menggunakan kondom?
..................... kali
9. a. Berapa kali Anda melakukan hubungan seks anal dengan pria lain (bukan suami/pasangan tetap) pada setahun terakhir?
..................... kali
b. Dalam hubungan seks anal tersebut berapa kali pria lain (bukan suami/ pasangan tetap) Anda menggunakan kondom?
..................... kali
10. Dalam hubungan seks terakhir dengan pria lain, apakah pria tersebut menggunakan kondom?
1. Ya
2. Tidak
11. Apakah Anda mendapat imbalan/dibayar untuk berhubungan seks dengannya pada setahun terakhir?
1. Ya
2 . Tidak [R.14]
8. Tidak menjawab
12. Berapa pria yang memberi imbalan/ membayar pada setahun terakhir?
...................... orang
13. Berapa pria yang tidak memberi imbalan apapun pada setahun terakhir?
...................... orang
14. Apakah Anda pernah memberi imbalan/ membayar pria untuk berhubungan seks dengan Anda pada setahun terakhir?
1. Ya
15. Berapa kali Anda berhubungan seks dengan memberi imbalan/membayar pada setahun terakhir? 16. Pada hubungan seks terakhir dengan pria yang diberi imbalan/dibayar, apakah pria tersebut menggunakan kondom?
2. Tidak [R.17]
...................... kali
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
BLOK V. [LANJUTAN] 17. Apakah Anda pernah berhubungan seks dengan pria yang menggunakan salah satu dari alat bantu seks ini? a. Penis buatan: b. Viagra atau pil atau obat kemasan serupa: c. Cara tradisional untuk membesarkan penis: d. Obat tradisional untuk menambah kekuatan ereksi: e. Suntikan minyak:
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
a
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
b
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
c
1. Ya 1. Ya
2. Tidak 2. Tidak
8. Tidak tahu 8. Tidak tahu
d
f.
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
f
1. Ya
2. Tidak [R.20]
a. Air ludah
1. Ya
2. Tidak
a
b. KY Jelly
1. Ya
2. Tidak
b
c. Krim tubuh/rambut
1. Ya
2. Tidak
c
d. Minyak
1. Ya
2. Tidak
d
e. Lain-lain (sebutkan: ............................)
1. Ya
2. Tidak
e
Alat/asesoris lain untuk penis
18. Apakah Anda pernah menggunakan pelumas seks? 19. Jika “Ya” (R.18=1), apa jenisnya?
Hubungan seks dalam pesta adat 20. a. Apakah Anda pernah menghadiri pesta adat pada setahun terakhir? b. Jika “Ya”, apa nama pesta tersebut?
1. Ya
2. Tidak [R.23]
................................................................................
21. Apakah pada pesta tersebut Anda berhubungan seks dengan bukan suami/pasangan tetap?
1. Ya
2. Tidak [R.23]
22. Apakah pasangan seks Anda menggunakan kondom pada hubungan seks terakhir?
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
Seks antri 23. Apakah Anda pernah melakukan hubungan seks antri pada setahun terakhir?
1. Ya
2. Tidak [R.26]
24. Pada seks antri yang terakhir, dengan berapa pria Anda berhubungan seks?
...................... orang
25. Berapa dari pria-pria ini yang menggunakan kondom?
...................... orang
98. Tidak tahu
e
Hubungan seks dalam perjalanan 26. Berapa kali Anda mengadakan perjalanan ke desa atau kota yang jauh (menginap lebih dari 2 hari) pada setahun terakhir?
...................... kali
98. Tidak ingat
( Jika jawabannya “00” [Blok VI] )
27. Apakah Anda berhubungan seks dengan pria lain dalam periode perjalanan tsb.?
1. Ya
28. Dengan berapa pria Anda berhubungan seks selama melakukan perjalanan?
...................... orang
29. Dalam hubungan seks terakhir selama melakukan perjalanan, apakah pria tersebut menggunakan kondom?
1. Ya
2. Tidak [Blok VI]
2. Tidak
8. Tidak menjawab
BLOK VI. KEKERASAN SEKSUAL DAN PENGGUNAAN NARKOBA 1. Apakah Anda pernah dipaksa melakukan hubungan seks yang bertentangan dengan keinginan Anda pada setahun terakhir? 2. Siapa yang melakukan?
3. Berapa kali hal ini terjadi pada setahun terakhir? 4. Berapa sering Anda meminum miras sebelum berhubungan seks pada sebulan terakhir?
5. Pada hubungan seks yang terakhir (saat Anda minum miras), apakah pasangan seks Anda juga meminum miras? 6. Sebagian orang menggunakan narkoba untuk bersenang-senang, apakah Anda pernah menggunakan narkoba? 7. Jenis narkoba yang digunakan pada setahun terakhir?
1. Ya 1. 2. 4. 8.
2. Tidak [R.4]
Suami/pasangan tetap Pria lain/pasangan tidak tetap Sekelompok pria Lainnya: ....................................
....................... kali 1. 2. 3. 4. 9.
Tidak pernah [R.6] Jarang/kadang-kadang Biasanya/sering Selalu/setiap kali berhubungan seks Tidak menjawab
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak ingat
1. Ya
2. Tidak [Blok VII]
a. Shabu-shabu
1. Ya
2. Tidak
a
b. Kokain
1. Ya
2. Tidak
b
c. Putaw (heroin)
1. Ya
2. Tidak
c
d. Ganja (marijuana)
1. Ya
2. Tidak
d
e. Pil koplo/ekstasi
1. Ya
2. Tidak
e
f. Lain-lain (sebutkan): .............................
1. Ya
2. Tidak
f
8. Apakah Anda pernah menggunakan narkoba suntik pada setahun terakhir?
1. Ya
2. Tidak [Blok VII]
9. Apakah Anda menggunakan jarum suntik secara bersama? (sharing needle)
1. Ya
2. Tidak
BLOK VII. PENGETAHUAN TENTANG IMS DAN PERILAKU MENCARI PENGOBATAN 1. Dalam setahun terakhir ini, apakah Anda pernah mengalami gejala-gejala sbb: a. Luka atau koreng di daerah kelamin
1. Ya
2. Tidak
a
b. Benjolan di sekitar kelamin
1. Ya
2. Tidak
b
c. Keputihan disertai dengan bau tidak sedap
1. Ya
2. Tidak
c
Bila semua berkode 2 (Tidak) [R.8] 2. Jika "Ya" (R.1.a/b/c = 1), apa yang Anda lakukan saat mengalami gejala tersebut?
1. 2. 3. 4.
Berobat ke petugas kesehatan Berobat ke dukun/tabib [R.5] Melakukan pengobatan sendiri [R.6] Tdk melakukan sesuatu/tdk diobati [R.8]
3. Jika berobat ke petugas kesehatan (R.2 = 1), ke mana Anda pergi berobat?
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Rumah Sakit Puskesmas/Pustu Dokter praktek Mantri kesehatan/bidan/perawat Klinik: ................................................ Lainnya: ............................................
4. Apakah orang yang Anda temui saat berobat menyarankan kepada Anda untuk menggunakan kondom? 5. Apakah sebelumnya Anda pernah melakukan pengobatan sendiri untuk mengatasi gejalagejala tsb.? 6. Kalau mengobati sendiri (R.2 = 3 atau R.5 = 1), obat apa yang dipakai?
7. Alasan Anda melakukan pengobatan sendiri?
1. Ya
2. Tidak
1. Ya
2. Tidak [R.8] 8. Tidak ingat [R.8]
1. 2. 4. 8.
16. Lainnya: .................................... 98. Tidak tahu 99. Tidak menjawab
1. 2. 4. 8. 98. 99.
Amoksisilin Super Tetra Jamu Buah Merah
Merasa malu Tidak mendapat pelayanan yang baik Sarana kesehatan sulit dijangkau Lainnya: ..................................................... Tidak tahu Tidak menjawab
8. Apakah Anda pernah melakukan pengobatan tradisional dengan cara menyayat bagian tubuh?
1. Ya
2. Tidak
9. a. Apakah kondom mudah didapat di tempat ini?
1. Ya
2. Tidak
b. Di mana Anda dapat memperoleh kondom?
10. Berapa harga sebuah kondom?
1. 2. 4. 8. 16. 98.
Klinik kesehatan/Puskesmas/Rumah Sakit Apotek/Toko obat Toko/Kios setempat LSM Lain-lain (sebutkan): ................................. Tidak tahu
Rp ....................................
8. Tidak tahu
BLOK VIII. CATATAN
Sebelum mengakhiri wawancara, tinjau kembali kuesioner/jawaban responden apakah sudah lengkap Terima kasih atas partisipasi Anda!
Lampiran 5 STHP06-PRIA
SURVEILANS TERPADU HIV-PERILAKU 2006 Kerjasama Badan Pusat Statistik dan Departemen Kesehatan dengan Dukungan
ASA-FHI dan Bank Dunia PENDATAAN UNTUK PRIA RAHASIA BLOK I. KETERANGAN TEMPAT 1
Provinsi
2
Kabupaten/Kota *)
3
Distrik
4
Desa/Kelurahan *)
5
Klasifikasi Desa/Kelurahan
6
Nomor Blok Sensus
7
Nomor Kode Sampel
8
Nomor urut Responden
9
Nomor Kode Responden
1. Perkotaan
2. Perdesaan
Tempel stiker di sini BLOK II. KETERANGAN PETUGAS
1
Nomor urut Tim
2
Nama dan Kode Pewawancara
.......................................................................... Tanggal Wawancara
Tanda Tangan
........................................................
...........................................................................
..................................
3
Wawancara dilakukan dengan menggunakan bahasa:
1. Bahasa Indonesia
4.
Kelengkapan dan konsistensi jawaban dalam kuesioner ini telah diperiksa: Nama dan Kode Pewawancara/Pengawas
Status Pewawancara II Pewawancara III Pengawas
*) Coret yang tidak perlu
2. Bahasa Daerah
Tanggal Pemeriksaan
Tanda Tangan
RINGKASAN PROSES WAWANCARA
1.
Ucapkan salam (misalnya: Selamat Pagi/Selamat Sore/Selamat Malam) dan perkenalkan diri Anda. Contohnya: “Nama saya (sebutkan). Saya adalah salah seorang petugas yang sedang mengumpulkan data kesehatan”
2.
Bacakan formulir Informed Consent untuk proses wawancara kepada calon responden.
3.
Tanyakan apakah calon responden sudah mengerti tentang tujuan survei dan peran mereka, serta jawablah setiap pertanyaan yang diajukan mereka. Pastikan bahwa calon responden sudah benarbenar mengerti dengan menjelaskan ulang atau menanyakan apa yang diharapkan dari mereka.
4.
Setelah itu tanyakan apakah mereka bersedia untuk berpartisipasi. Jika setuju, tanda tangani informed consent dan mintalah seorang saksi atau pewawancara lain untuk menandatangani di bagian saksi sebelum memulai wawancara. Jika menolak, ucapkan terima kasih atas waktunya dan lakukan pencacahan pada calon responden berikutnya.
5.
Sebelum memulai wawancara ingatkan calon responden tentang pentingnya menjawab dengan jujur dan mereka boleh tidak menjawab pertanyaan yang tidak ingin mereka jawab serta menghentikan proses wawancara sewaktu-waktu.
6.
Setelah wawancara selesai, ucapkan terima kasih lalu bacakan informed consent untuk pemeriksaan serologi HIV.
7.
Setelah itu tanyakan apakah responden sudah mengerti tujuan dari pengambilan darah dan jawablah apabila ada pertanyaan dari mereka. Pastikan bahwa calon responden sudah benar-benar mengerti dengan menjelaskan ulang atau menanyakan apa yang diharapkan dari mereka. Tanyakan kesediaan responden untuk diambil darahnya dan jika mereka bersedia, tanda tangani informed consent serta mintalah seorang saksi atau pewawancara lain untuk menandatangani bagian saksi sebelum pengambilan darah dilakukan. Jika responden menolak, ucapkan terima kasih, berikan brosur HIV/AIDS dan souvenir atas partisipasi mereka dalam survei, lalu lakukan pencacahan pada calon responden berikutnya.
8.
Untuk responden yang bersedia diambil darahnya, lakukan pengambilan darah perifer sesuai prosedur, tempelkan nomor stiker pada tabung dan kuesioner serta simpanlah sampel darah dan bahan habis pakai sesuai prosedur.
BLOK III. KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. Berapa usia Anda? 2. a. Pendidikan tertinggi apa yang pernah/ saat ini sedang Anda tempuh?
b. Tingkat pendidikan tertinggi apa yang telah/sedang Anda selesaikan? 3. Apa status perkawinan Anda saat ini?
........................ tahun 1. Tidak sekolah [R.3] 2. SD/sederajat 3. SMP/sederajat 1
3
4
5
1. Belum kawin [R.6] 2. Kawin negara 3. Kawin adat
4. Berapa jumlah istri/pasangan tetap Anda saat ini? 5. Apakah istri (mantan istri)/pasangan hidup (mantan pasangan hidup) Anda memiliki suami/pasangan lain?
2
4. SMU/sederajat 5. Perguruan Tinggi/ Universitas
6
7
8 (tamat)
4. Cerai hidup [R.5] 5. Cerai mati [R.5] 6. Hidup bersama
........................ orang
1. Ya 9. Tidak menjawab
2. Tidak
6. Apakah Anda berasal dari etnis Papua?
1. 2. 3. 4.
Ya, bapak dan ibu Papua Ya, bapak Papua Ya, ibu Papua Tidak
7. Jenis pekerjaan yang dilakukan:
1. 2. 3. 4.
Petani Nelayan Buruh/karyawan Pedagang
5. Lainnya: ............................... 6. Tidak punya
[dalam ribuan rupiah] 8. Besar rata-rata penghasilan Anda sebulan:
Rp .......................................
BLOK IV. PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA 1. Sebutkan tiga penyakit yang paling sering dialami masyarakat di sini?
2. Apakah Anda pernah mendapat informasi tentang penyakit yang disebut HIV/AIDS sebelum wawancara ini?
1. 2. 4. 8. 16.
Malaria ISPA TBC AIDS Diare
32. Kulit 64. Lainnya: ................... 998. Tidak tahu 999. Tidak menjawab
1. Ya 2. Tidak [Blok V]
9. Tidak menjawab
3. Dari sumber mana saja Anda mendapatkan informasi tentang HIV/AIDS? (Pilihan jawaban jangan dibacakan) a. Radio
1. Ya
2. Tidak
a
b. TV
1. Ya
2. Tidak
b
c. Surat kabar/brosur
1. Ya
2. Tidak
c
d. Petugas LSM
1. Ya
2. Tidak
d
e
1. Ya
2. Tidak
e
f. Tokoh adat
1. Ya
2. Tidak
f
g. Guru
1. Ya
2. Tidak
g
h. Petugas kesehatan
1. Ya
2. Tidak
h
i.
Teman
1. Ya
2. Tidak
i
j.
Anggota keluarga
1. Ya
2. Tidak
j
1. Ya
2. Tidak
k
Tokoh agama
k. Lain-lain (sebutkan): .............................. 4. Berapa kali Anda pernah menghadiri pertemuan yang berkaitan dengan HIV/AIDS pada setahun terakhir? 5. Apakah Anda pernah mendapatkan pamflet, buklet, komik, dll. tentang HIV/AIDS pada setahun terakhir?
......................... kali
1. Ya
2. Tidak
BLOK IV. [LANJUTAN] 6. Apakah pernyataan-pernyataan ini menurut Anda benar atau salah? a. AIDS disebabkan oleh virus yang disebut HIV:
1. Benar
2. Salah
8. Tidak tahu
a
b. Ada obat yang dapat menyembuhkan AIDS:
1. Benar
2. Salah
8. Tidak tahu
b
c. Orang dengan HIV terlihat sehat:
1. Benar
2. Salah
8. Tidak tahu
c
d. HIV dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk:
1. Benar
2. Salah
8. Tidak tahu
d
e. Orang yang suka berganti-ganti pasangan seks lebih mudah tertular HIV:
1. Benar
2. Salah
8. Tidak tahu
f. Pembuatan tato atau tanda pada kulit berisiko tertular HIV:
1. Benar
2. Salah
8. Tidak tahu
f
g. HIV/AIDS disebabkan oleh sihir (guna-guna, fui-fui):
1. Benar
2. Salah
8. Tidak tahu
g
h. Seseorang yang berhubungan seks dengan satu pasangan saja berisiko rendah tertular HIV:
1. Benar
2. Salah
8. Tidak tahu
h
i. Seseorang dapat tertular virus HIV walaupun hanya sekali berhubungan seks dengan orang tertentu:
1. Benar
2. Salah
8. Tidak tahu
i
j. Bayi dapat tertular HIV dari ibunya yang mengidap HIV:
1. Benar
2. Salah
8. Tidak tahu
j
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
a. Hanya berhubungan seks dengan wanita yang tampak bersih dan sehat?
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
a
b. Tidak pernah berhubungan seks dengan orang yang baru saja dikenal?
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
b
c. Saling setia kepada satu pasangan?
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
c
d. Selalu menggunakan kondom/sargo (sarung gosi)?
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
e. Meminum obat sebelum berhubungan seks?
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
e
f. Hanya makan makanan bergizi?
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
f
g. Tidak menggunakan alat makan dan minum secara bersama dengan orang yang mengidap HIV/AIDS? h. Tidak menggunakan alat suntik yang telah digunakan orang lain? i. Selalu mencuci/membasuh alat kelamin setelah berhubungan seks?
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
h
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
i
7. Menurut Anda, apakah Anda dapat mengetahui bahwa seseorang telah terinfeksi virus penyebab AIDS (HIV) dgn hanya melihat fisiknya saja?
e
8. Menurut pendapat Anda, apakah pernyataan yang saya bacakan ini dapat menghindari tertularnya HIV?
d
g
BLOK IV. [LANJUTAN] 9. Apakah secara pribadi Anda mengenal seseorang yang terinfeksi HIV atau yang mempunyai gejala AIDS? 10. Bagaimana sikap dan perlakuan Anda terhadapnya?
1. Ya 1. 2. 3. 4.
2. Tidak [R.11]
Menjauh darinya Memperlakukan sama seperti orang lain Merasa kasihan kepadanya Memberikan perhatian khusus kepadanya
11. Apakah Anda mengetahui adanya program pelayanan atau kelompok dukungan bagi orang-orang dengan HIV/AIDS?
1. Ya
2. Tidak
12. Apakah Anda mengetahui di mana dapat menjalani tes HIV?
1. Ya
2. Tidak [R.14]
a. Laboratorium Swasta
1. Ya
2. Tidak
a
b. Palang Merah Indonesia (PMI)
1. Ya
2. Tidak
b
c. Rumah Sakit (Laboratorium rumah sakit)
1. Ya
2. Tidak
c
d. Puskesmas
1. Ya
2. Tidak
d
e. Lembaga swadaya masyarakat (LSM)
1. Ya
2. Tidak
e
f. Lain-lain (sebutkan): _____________
1. Ya
2. Tidak
f
13. Jika “Ya” (R.12=1), di mana?
14. a. Pernahkah darah Anda diambil untuk dites? b. Apakah pengambilan darah tersebut untuk tes HIV? [Jelaskan bahwa pewawancara tidak ingin tahu hasil tesnya]
1. Ya 2. Tidak [Blok V]
9. Tidak menjawab
1. Ya 2. Tidak [Blok V]
8. Tidak tahu 9. Tidak menjawab
15. Kapan Anda terakhir melakukan tes tersebut?
1. 2. 8. 9.
Dalam setahun terakhir Lebih dari setahun lalu Tidak tahu/tidak ingat Tidak menjawab
16. Apakah Anda melakukan tes atas kemauan Anda sendiri?
1. Ya 2. Tidak
17. Apakah Anda pernah mendapat konselling pada waktu mengikuti tes tersebut?
1. Ya 2. Tidak [R.19]
18. Apakah Anda mendapatkan konseling sebelum dan sesudah tes?
1. Hanya sebelum tes 9. Tidak menjawab 2. Hanya sesudah tes 3. Sebelum maupun sesudah tes
19. Apakah Anda menerima hasil tes?
1. Ya 2. Tidak
9. Tidak menjawab 9. Tidak menjawab [R.19]
9. Tidak menjawab
Instruksi untuk Pewawancara: Pewawancara memberitahukan kepada responden bahwa pertanyaan-pertanyaan selanjutnya bersifat sangat pribadi dan memohon kepada responden agar menjawab secara jujur setiap pertanyaan yang diajukan dan pewawancara menjamin kerahasiaan dari jawaban responden. Ungkapkan kalimat berikut kepada responden: Pertanyaan berikut bersifat sangat pribadi karena berkaitan dengan seks dan pemakaian kondom. Mohon agar Anda menjawab atau memberikan uraian sejujur mungkin atas beberapa pertanyaan yang akan saya ajukan. Anda tidak perlu khawatir karena kerahasiaan jawaban Anda akan kami jamin dan tidak akan pernah diketahui oleh orang lain.
BLOK V. PERILAKU SEKS 1. Apakah Anda pernah melakukan hubungan seks? (Vaginal atau Anal)
1. Ya, pernah 2. Tidak pernah [R.7, Blok VI] 9. Tidak menjawab
2. a. Pada usia berapa Anda pertama kali melakukan hubungan seks?
.................... tahun
b. Dengan siapa?
3. Dengan berapa wanita yang berbeda (termasuk istri), Anda pernah melakukan hubungan seks pada setahun terakhir?
1. 2. 3. 4.
Istri Teman perempuan Teman laki-laki Saudara laki-laki 0
1 2 3 [R.7, Blok VI]
4. a. Berapa kali Anda melakukan hubungan seks vaginal dengan istri/pasangan tetap pada sebulan terakhir?
5. 6. 7. 8. 4
Saudara perempuan Wanita Penjaja Seks Pria Penjaja Seks Lainnya: ................... 5 orang (lebih dari 4)
..................... kali
b. Dalam hubungan seks vaginal tersebut berapa kali Anda menggunakan kondom?
..................... kali
5. a. Berapa kali Anda melakukan hubungan seks anal dengan istri/pasangan tetap pada sebulan terakhir?
..................... kali
b. Dalam hubungan seks anal tersebut berapa kali Anda menggunakan kondom? 6. Dalam hubungan seks terakhir, apakah Anda menggunakan kondom?
98. Tidak ingat
..................... kali
1. Ya
2. Tidak
9. Tidak menjawab
Mohon maaf, kami akan menanyakan hal-hal yang lebih sensitif tentang pasangan seks yang lain, mohon dijawab dengan jujur, semua jawaban akan kami rahasiakan! BLOK V. [LANJUTAN]
Hubungan seks dengan wanita lain 7. Apakah Anda pernah berhubungan seks dengan wanita lain (yang bukan istri/ pasangan tetap) pada setahun terakhir?
1. Ya
2. Tidak [Blok VI]
8. a. Berapa kali Anda melakukan hubungan seks vaginal dengan wanita lain (yang bukan istri/pasangan tetap) pada setahun terakhir?
..................... kali
b. Dalam hubungan seks vaginal tersebut berapa kali Anda menggunakan kondom?
..................... kali
9. a. Berapa kali Anda melakukan hubungan seks anal dengan wanita lain (yang bukan istri/pasangan tetap) pada setahun terakhir?
..................... kali
b. Dalam hubungan seks anal tersebut berapa kali Anda menggunakan kondom?
..................... kali
10. Dalam hubungan seks terakhir dengan wanita lain, apakah Anda menggunakan kondom?
1. Ya
2. Tidak
11. Apakah Anda mendapat imbalan/dibayar untuk berhubungan seks dengannya pada setahun terakhir?
1. Ya
2 . Tidak [R.14]
9. Tidak menjawab
12. Berapa wanita yang memberi imbalan/ membayar pada setahun terakhir?
..................... orang
13. Berapa wanita yang tidak memberi imbalan apapun pada setahun terakhir?
..................... orang
14. Apakah Anda pernah memberi imbalan/ membayar wanita untuk berhubungan seks dengan Anda pada setahun terakhir?
1. Ya
15. Berapa kali Anda berhubungan seks dengan memberi imbalan/membayar pada setahun terakhir?
2. Tidak [R.17]
..................... kali
16. Pada hubungan seks terakhir dengan wanita yang diberi imbalan/dibayar, apakah Anda menggunakan kondom?
1. Ya
17. Apakah Anda pernah berhubungan seks dengan sesama pria pada setahun terakhir?
1. Ya
2. Tidak
2. Tidak
8. Tidak tahu
BLOK V. [LANJUTAN] 18. Apakah Anda pernah berhubungan seks dengan menggunakan salah satu dari alat bantu seks ini? a
a. Penis buatan: b. Viagra atau pil atau obat kemasan serupa: c. Cara tradisional untuk membesarkan penis: d. Obat tradisional untuk menambah kekuatan ereksi: e. Suntikan minyak:
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
f.
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
1. Ya
2. Tidak [R.21]
a. Air ludah
1. Ya
2. Tidak
a
b. KY Jelly
1. Ya
2. Tidak
b
c. Krim tubuh/rambut
1. Ya
2. Tidak
c
d. Minyak
1. Ya
2. Tidak
d
e. Lain-lain (sebutkan): .............................
1. Ya
2. Tidak
e
1. Ya
2. Tidak
Alat/asesoris lain untuk penis
19. Apakah Anda pernah menggunakan pelumas seks?
b c d e f
20. Jika “Ya” (R.19=1), apa jenisnya?
21. Apakah Anda dikhitan/disunat?
8. Tidak tahu
Hubungan seks dalam pesta adat 22. a. Apakah Anda pernah menghadiri pesta adat pada setahun terakhir? b. Jika “Ya”, apa nama pesta tersebut?
1. Ya
2. Tidak [R.25]
................................................................................
23. Apakah pada pesta tersebut Anda berhubungan seks dengan bukan istri/ pasangan tetap?
1. Ya
2. Tidak [R.25]
24. Apakah Anda menggunakan kondom pada hubungan seks yang terakhir?
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
Seks antri 25. Apakah Anda pernah melakukan hubungan seks antri pada setahun terakhir?
1. Ya
2. Tidak [R.27]
26. Apakah Anda menggunakan kondom pada hubungan seks antri?
1. Ya
2. Tidak
Hubungan seks dalam perjalanan 27. Berapa kali Anda mengadakan perjalanan ke desa atau kota yang jauh (menginap lebih dari 2 hari) pada setahun terakhir? 28. Apakah Anda berhubungan seks dengan wanita lain dalam periode perjalanan tersebut?
....................... kali
( Jika jawabannya “00” [Blok VI] ) 1. Ya
29. Dengan berapa wanita Anda berhubungan seks selama melakukan perjalanan? 30. Pada hubungan seks terakhir dengan wanita tersebut, apakah Anda menggunakan kondom?
98. Tidak ingat
2. Tidak [Blok VI]
...................... orang 1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
BLOK VI. KEKERASAN SEKSUAL DAN PENGGUNAAN NARKOBA 1. Apakah Anda pernah memaksa seseorang untuk melakukan hubungan seks dengan Anda pada setahun terakhir? 2. Apakah seks paksaan tersebut dilakukan sendiri atau bersama orang lain? 3. Dengan siapa Anda melakukan hubungan seks tersebut? 4. Berapa kali hal ini terjadi pada setahun terakhir? 5. Berapa sering Anda meminum miras sebelum berhubungan seks pada sebulan terakhir? 6. Pada hubungan seks yang terakhir (saat Anda minum miras), apakah pasangan seks Anda juga meminum miras? 7. Sebagian orang menggunakan narkoba untuk bersenang-senang, apakah Anda pernah menggunakan narkoba? 8. Jenis narkoba yang digunakan pada setahun terakhir?
1. Ya 1. 2. 1. 2. 4.
2. Tidak [R.5]
Sendiri 3. Pernah sendiri dan Berkelompok pernah berkelompok Istri/pasangan tetap Wanita lain Lainnya: ...........................................
......................... kali 1. 2. 3. 4. 9.
Tidak pernah [R.7] Jarang/kadang-kadang Biasanya/sering Selalu/setiap kali berhubungan seks Tidak menjawab
1. Ya
2. Tidak
1. Ya
2. Tidak [Blok VII]
1. Ya
2. Tidak
1. Ya
2. Tidak
b
1. Ya
2. Tidak
c
1. Ya
2. Tidak
d
e. Pil koplo/ekstasi
1. Ya
2. Tidak
e
f. Lain-lain (sebutkan): .............................
1. Ya
2. Tidak
f
9. Apakah Anda pernah menggunakan narkoba suntik pada setahun terakhir?
1. Ya
2. Tidak [Blok VII]
10. Apakah Anda menggunakan jarum suntik secara bersama? [sharing needle]
1. Ya
2. Tidak
a. Shabu-shabu b. Kokain c. Putaw (heroin) d. Ganja (marijuana)
8. Tidak ingat
a
BLOK VII. PENGETAHUAN TENTANG IMS DAN PERILAKU MENCARI PENGOBATAN 1. Dalam setahun terakhir, apakah Anda pernah mengalami gejala-gejala sbb: a. Luka atau koreng di daerah kelamin
1. Ya
2. Tidak
a
b. Kencing nanah
1. Ya
2. Tidak
b
c. Nyeri, sakit/benjolan di sekitar kelamin
1. Ya
2. Tidak
c
Bila semua berkode 2 (Tidak) [R.8] 2. Jika "Ya" (R.1.a/b/c = 1), apa yang Anda lakukan saat mengalami gejala tersebut?
1. 2. 3. 4.
Berobat ke petugas kesehatan Berobat ke dukun/tabib [R.5] Melakukan pengobatan sendiri [R.6] Tidak melakukan sesuatu/tdk diobati [R.8]
3. Jika berobat ke petugas kesehatan (R.2 = 1), ke mana Anda pergi?
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Rumah Sakit Puskesmas/Pustu Dokter praktek Mantri kesehatan/bidan/perawat Klinik: ................................................ Lainnya: ............................................
4. Apakah orang yang Anda temui saat berobat menyarankan kepada Anda untuk menggunakan kondom? 5. Apakah sebelumnya Anda pernah melakukan pengobatan sendiri untuk mengatasi gejala-gejala tsb?
1. Ya
2. Tidak
1. Ya
2. Tidak [R.8] 8. Tidak ingat [R.8]
6. Kalau mengobati sendiri (R.2 = 3 atau R.5 = 1), obat apa yang dipakai?
1. 2. 4. 8.
7. Alasan Anda melakukan pengobatan sendiri?
1. 2. 4. 8. 98. 99.
Amoksisilin Super Tetra Jamu Buah merah
16. Lainnya: .................................... 98. Tidak tahu 99. Tidak menjawab.
Merasa malu Tidak mendapat pelayanan yang baik Sarana kesehatan sulit dijangkau Lainnya: ............................................. Tidak tahu Tidak menjawab
8. Apakah Anda pernah melakukan pengobatan tradisional dengan cara menyayat bagian tubuh?
1. Ya
2. Tidak
9. a. Apakah kondom mudah didapat di tempat ini?
1. Ya
2. Tidak
b. Di mana Anda dapat memperoleh kondom?
10. Berapa harga sebuah kondom?
1. 2. 4. 8. 16. 88.
Klinik kesehatan/Puskesmas/Rumah Sakit Apotek/Toko obat Toko/Kios setempat LSM Lain-lain (sebutkan): ....................................... Tidak tahu
Rp ......................................
8. Tidak tahu
BLOK VIII. CATATAN
Sebelum mengakhiri wawancara, tinjau kembali kuesioner/jawaban responden apakah sudah lengkap Terima kasih atas partisipasi Anda!
Dengan Dukungan USAID, FHI-ASA, Bank Dunia, , dan KPA