TESIS
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENERIMAAN TES HIV OLEH IBU HAMIL DI PUSKESMAS KOTA DENPASAR
NI KETUT ARNITI
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014
TESIS
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENERIMAAN TES HIV OLEH IBU HAMIL DI PUSKESMAS KOTA DENPASAR
NI KETUT ARNITI NIM 1292161021
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENERIMAAN TES HIV OLEH IBU HAMIL DI PUSKESMAS KOTA DENPASAR
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pascasarjana Universitas Udayana
NI KETUT ARNITI NIM 1292161021
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014
ii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 19 JUNI 2014
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH NIP. 194810101977021001
dr. Luh Putu Lila Wulandari, MPH NIP. 197806272005012002
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH NIP.194810101977021001
iii
Prof. Dr. dr. A.A.Raka Sudewi, Sp.S (K) NIP.195902151985102001
Tesis ini Telah Diuji pada Tanggal 19 Juni 2014 Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana No : 1755/UN 14.4/HK/2014 Tanggal 17 Juni 2014
Ketua : Prof.dr.Dewa Nyoman Wirawan, MPH
Anggota : 1. dr. Luh Putu Lila Wulandari, MPH 2. Prof. Dr. dr. Tuti Parwati Merati, SpPD 3. Prof. Dr. dr. Mangku Karmaya, M.Repro, PA(K) 4. Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, MSi
iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Nama
: Ni Ketut Arniti
NIM
: 1292161021
Program Studi
: Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
Judul Tesis
: Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Penerimaan Tes HIV oleh Ibu Hamil di Puskesmas Kota Denpasar
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah *tesis/disertasi ini bebas plagiat. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmuah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI Nomor : 17 tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar,
Ni Ketut Arniti NIM. 1292161021
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama
perkenankanlah
penulis
memanjatkan
puji
syukur
kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas asung kerta wara nugraha-Nya, tesis dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof.dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH sebagai pembimbing I yang dengan penuh perhatian telah memberi dorongan, semangat, bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti program magister, khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada dr. Luh Putu Lila Wulandari, MPH sebagai pembimbing II yang telah dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis. Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. I Ketut Suatika, SpPD(KEMD) atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr. A.A.Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pasca Sarjana Universitas Udayana. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH selaku ketua Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Kordinator Peminatan KIA-Kespro Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana dan semua dosen serta staf di Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis ini, yaitu Prof. Dr. dr. Tuti Parwati Merati, Sp.PD, Prof. Dr. dr. Mangku Karmaya, M.Repro PA(K) dan Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, M.Si yang telah memberikan masukan dan koreksi.
vi
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Kepala Puskesmas II Denpasar Selatan dr. AA Candrawati dan Kepala Puskesmas I Denpasar Utara dr. AAA. Ampera Prihatini, MM yang telah memberi ijin untuk melakukan penelitian di tempat ini. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus disertai penghargaan kepada seluruh guru-guru, mulai dari SD sampai perguruan tinggi. Juga penulis ucapkan terima kasih kepada Ayah dan Ibu yang telah mengasuh dan membesarkan penulis, memberikan dasar-dasar berfikir logik dan suasana demokratis sehingga tercipta lahan yang baik untuk berkembangnya kreativitas. Akhirnya penulis sampaikan terima kasih kepada suami tercinta I Putu Agus Wahyu Arta Negara, SH serta anak-anak Putu Arnelita Devaney Arta Negara dan Made Averina Mieko Arta Negara tersayang, yang dengan penuh pengorbanan telah memberikan kepada penulis kesempatan untuk lebih berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini, serta kepada penulis sekeluarga.
Denpasar,
Penulis
vii
ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENERIMAAN TES HIV OLEH IBU HAMIL DI PUSKESMAS KOTA DENPASAR HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia termasuk Indonesia. Jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia terus mengalami peningkatan begitupula kasus HIV pada perempuan dan anak. Tes HIV selama kehamilan merupakan salah satu upaya untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke anak. Berdasarkan wawancara awal, diketahui bahwa berbagai faktor dapat mempengaruhi penerimaan ibu hamil terhadap tes HIV. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan ibu hamil menerima atau tidak menerima tes HIV serta faktor-faktor yang berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan rancangan penelitian cros-sectional dan besar sampel penelitian adalah 120 ibu hamil. Data dikumpulkan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner terstruktur. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dengan uji chi-square dan analisis multivariat dengan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (67,5%) menerima tes HIV. Faktor yang ditemukan berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil adalah faktor dukungan suami atau keluarga (OR=8,711;95%CI=2,887–26,279), faktor persepsi keparahan penyakit HIV/AIDS (OR=3,392;95%CI=1,076-10,692) serta faktor pekerjaan (OR=2,816;95%CI=1,070–7,416). Faktor usia, pendidikan, paritas, frekuensi ANC, pengetahuan tentang HIV MTCT dan PMTCT, persepsi kerentanan, persepsi manfaat, persepsi halangan, dukungan petugas kesehatan dan dukungan teman tidak berhubungan secara signifikan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Alasan menerima tes adalah karena mengikuti anjuran petugas kesehatan, ingin tahu status HIV nya saja dan hanya sebagian kecil alasan untuk melindungi anak. Alasan tidak menerima tes yang diungkapkan responden adalah takut diambil darah, takut hasil yang akan diterima dan tidak mendapat persetujuan untuk tes HIV dari suami. Simpulan dari penelitian adalah dukungan suami atau keluarga, persepsi keparahan penyakit HIV/AIDS dan pekerjaan merupakan faktor yang ditemukan berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi petugas kesehatan di tempat pelayanan antenatal care dan dapat dipakai sebagai dasar penelitian lebih lanjut. Kata Kunci : penerimaan tes HIV, ibu hamil, denpasar
viii
ABSTRACT FACTORS RELATED TO ACEPTENCE OF HIV TESTING BY EXPECTANT MOTHERS IN COMMUNITY HEALTHCEARE CENTRES IN DENPASAR HIV/AIDS is a health problem throughout the world, including Indonesia. HIV is becoming an increasing concern in Indonesia, particularly among women of reproductive age. HIV testing during pregnancy is one way to prevent the transmission of HIV from mother to child. This study aims to determine the reasons behind the acceptance of pregnant women in undergoing HIV testing and the factors associated with the client willingness. This study was quantitative methods study design was cross sectional with a large sample of 120 expectant mothers. Data were collected by interviews using a structured questionnaire. Univariate data analysis, bivariate chi-square test and multivariate analysis with logistic regression was used to assess findings The results showed that the majority of respondents (67.5%) would be willing to undergo HIV testing. Factors associated with the acceptance of HIV testing by expectant mothers were husband/family support (OR=8.711,95%CI=2.88726.279), perceived severity of HIV (OR = 3.392, 95% CI = 1.076 to 10.692) and employment status (OR = 2.816, 95% CI = 1.070 to 7.416). Factors of age, education, parity, frequency of ANC, knowledge, perception of susceptibility, perceived benefits, perceived barrier, support health workers and peer support were not significantly associated with acceptance of HIV testing by expectant mothers. Supporting factors include encouragement and advice from healthcare providers, concern about HIV status, and a minority were accepting because of concern for future children. Reasons behind non-acceptance of HIV testing included fear of the use of syringe in sample extraction, fear of results and lack of agreement from partner. The conclusions of the study is factors associated with the acceptance of HIV testing by expectant mothers were husband/family support perceived severity of and employment status. The results of this study are expected to be useful for health workers in the antenatal care and can be used as a basis for further research. Keywords: acceptance of HIV testing, expectant mothers, Denpasar
ix
DAFTAR ISI Halaman Halaman Sampul Dalam………………………………………………………......
i
Lembar Persyaratan Gelar Magister..................................................................... ii Lembar Persetujuan Pembimbing Tesis………………………………………...
iii
Lembar Penetapan Panitia Penguji Tesis………………………………………... iv Surat Pernyataan Bebas Plagiat………………………………………………….
v
Ucapan Terima Kasih……………………………………………………………
vi
Abstrak……………………………………………………………………………
vii
Abstract……………………………………………………………………………
ix
Daftar Isi…………………………………………………………………………… x Daftar Gambar…………………………………………………………………….
xiii
Daftar Tabel……………………………………………………………………….
xiv
Daftar Singkatan………………………………………………………………….
xv
Daftar Lampiran………………………………………………………………….
xvii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……………………………………………………………… 1 1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………... 6 1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………………
7
1.3.1 Tujuan Umum………………………………………………………… 7 1.3.2 Tujuan Khusus………………………………………………………..
8
1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………………….
9
x
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu Ke Anak (PPIA)...................................
10
2.2 Provider Initiated HIV Testing and Counseling (PITC)…………………………....
11
2.3 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penerimaan Tes HIV oleh Ibu Hamil..........................................................................................................................
2.4 Teori Perubahan Prilaku oleh Para Ahli...................................................................
12 22
BABA III KERANGKA BERPIKIR, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir…………………………………………………………...
26
3.2 Konsep Penelitian…………………………………………………………...
28
3.3 Hipotesis Penelitian…………………………………………………………
28
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian……………………………………………………….
30
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………………………….
30
4.3 Ruang Lingkup Penelitian………………………………………………….
30
4.4 Sumber Data………………………………………………………………..
30
4.4.1 Populasi Penelitian……………………………………………………
31
4.4.2 Sampel Penelitian…………………………………………………….
31
4.5 Variabel Penelitian………………………………………………………………
34
4.5.1 Variabel Bebas…………………………………………………………
34
4.5.2 Variabel Tergantung……………………………………………………
34
4.5.3 Definisi Operasional Variabel…………………………………………
34
4.6 Instrumrn Penelitian……………………………………………………………
35
4.7 Cara Pengumpulan Data……………………………………………………......
36
4.8 Analisis Data……………………………………………………………………
37
xi
4.8.1 Teknik Pengolahan Data………………………………………………..
37
4.8.2 Teknik Analisis Data…………………………………………………...
40
4.9 Pertimbangan Etik………………………………………………………………
42
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian dan Pelaksanaan PPIA…………………..
43
5.2 Karakteristik Responden Penelitian…………………………………………….
44
5.3 Hubungan Penerimaan Tes HIV oleh Ibu Hamil dengan Variabel Independen…………………………………………………………………….
50
5.4 Hasil Analisis Multivariat……………………………………………………..
53
BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Penerimaan Tes HIV oleh Ibu Hamil………………………………………..
55
6.2 6.2 Faktor-faktor yang berhubungan dengan Penerimaan Tes HIV oleh Ibu Hamil di Kota Denpasar..................................................................................................
59
6.3 Keterbatasan Penelitian………………………………………………………....
68
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan………………………………………………………………………...
70
7.2 Saran……………………………………………………………………………
71
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………
72
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Model Prilaku Green (1980)...........................................................23 Gambar 3.2 Konsep Penelitian diadopsi dari Teori Lawrence Green dan Teori Health Belief Model………………………………………………..28
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman Table 4.1 Perhitungan Besar Sampel……………………………………………..32 Tabel Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel…………………………………………34 Tabel 5.2.1 Penerimaan Tes HIV Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Kota Denpasar……………………………………………………………..44 Tabel 5.2.2 Karakteristik Responden Penelitian di Puskesmas Kota Denpasar……………………………………………………………..44 Tabel 5.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban mengenai Sumber Informasi HIV/AIDS, MTCT, PMTCT, Alasan Menerima dan Menolak Tes HIV …………………………………………………...47 Tabel 5.3 Analisis Bivariat Hubungan Penerimaan Tes HIV oleh Ibu Hamil dengan Variabel Independen………………………………………….50 Tabel 5.4 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penerimaan Tes HIV oleh Ibu Hamil…………………………………...…………..53
xiv
DAFTAR SINGKATAN AIDS
=Acquired Immune Deficiency Syndrome
ARV
=Antiretroviral
ANC
= Antenatal Care
ARR
=Adjusted Ratio Risk
CI
=Confodent Interval
Dinkes
=Dinas Kesehatan
Depkes RI
=Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Ditjen P2PL =Direktorat Jenderal Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dkk
=dan kawan-kawan
HIV
=Human Immunodeficiency Virus
KB
=Keluarga Berencana
Kemkes RI
=Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
KIA
=Kesehatan Ibu dan Anak
KPA
=Komisi Penanggulangan AIDS
LKB
=Layanan Komprehensif Berkesinambungan
MTCT
=Mother to Child HIV Transmission
ODHA
=Orang Dengan HIV/AIDS
OR
=Odds Ratio
PITC
=Provider Initiated HIV Testing and Counseling
xv
PMTCT
=Prevention Mother to Child HIV Transmission
PPIA
=Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi
Puskesmas
=Pusat Kesehatan Masyarakat
RR
=Rate Ratio
UNAIDS
=United Nations Programme on HIV/AIDS
VCT
=Voluntary Counseling Test
WHO
=World Health Organization
xvi
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 : Output SPSS .................................................................76 Lampiran 2 : Kuesioner Pengumpulan Data ......................................98 Lampiran 3 : Keterangan Kelaikan Etik.............................................109 Lampiran 4 : Ijin Penelitin dari Kesbanglinmas.................................110
xvii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa HIV/AIDS menjadi ancaman global dan mengakibatkan dampak merugikan di semua sektor. Penyakit HIV/AIDS merupakan penyakit infeksi penyebab kematian peringkat atas dengan angka kematian dan angka kejadian penyakit yang tinggi serta membutuhkan diagnosis serta terapi yang cukup lama (WHO, 2006). Laporan Epidemi HIV Global UNAIDS tahun 2012 menunjukan terdapat 34 juta orang dengan HIV di seluruh dunia dan 50% di antaranya adalah perempuan dan 2,1 juta anak berusia kurang dari 15 tahun. Di Asia Selatan dan Tenggara, terdapat kurang lebih 4 juta orang dengan HIV dan AIDS dan 1,3 juta orang atau 37% adalah perempuan (WHO, 2011). Jumlah perempuan yang terinfeksi HIV dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, seiring dengan meningkatnya jumlah laki-laki yang melakukan hubungan seksual tidak aman, yang selanjutnya akan menularkan pada pasangan seksualnya. Infeksi HIV pada ibu hamil dapat mengancam kehidupan ibu dan selain itu juga dapat menularkan virus kepada bayinya. Virus HIV dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi HIV kepada anaknya selama kehamilan saat persalinan dan menyusui. Risiko penularan HIV dari ibu ke anak tersebut diperkirakan 5-10% selama kehamilan, 10-20% selama persalinan dan 5-20% selama menyusui. Lebih
1
2
dari 90% kasus anak yang terinfeksi HIV, ditularkan melalui proses penularan dari ibu ke anak atau mother to child HIV transmission (MTCT) (Kemenkes, 2012). UNAIDS tahun 2009 memperkirakan 22.000 anak di wilayah Asia Pasifik terinfeksi HIV dan tanpa pengobatan dan setengah dari anak yang terinfeksi tersebut akan meninggal sebelum berusia dua tahun. Di Indonesia, infeksi HIV merupakan salah satu masalah kesehatan utama dan merupakan penyakit menular yang dapat mempengaruhi kematian ibu dan anak. HIV telah ada di Indonesia sejak kasus pertama ditemukan di Bali tahun 1987. Indonesia juga merupakan salah satu negara di dunia dengan estimasi peningkatan insidens rate infeksi HIV lebih dari 25% (UNAIDS, 2012). Saat ini Indonesia merupakan negara dengan tingkat epidemi HIV terkonsentrasi, karena terdapat beberapa daerah dengan prevalensi HIV lebih dari 5% pada subpopulasi tertentu, dan prevalensi HIV 2,4% pada populasi umum 15-49 tahun yang terjadi di Provinsi Papua dan Papua Barat. Jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia terus mengalami peningkatan begitupula kasus HIV pada perempuan dan anak. Seiring dengan meningkatnya proporsi HIV pada perempuan yaitu 28%, terjadi pula peningkatan jumlah kasus AIDS pada ibu rumah tangga dari 172 orang pada tahun 2004 menjadi 3.368 orang sampai bulan Juni 2012. Jumlah anak dengan AIDS yang tertular HIV dari ibunya meningkat pula dari 48 orang pada tahun 2004 menjadi 912 sampai bulan Juni 2012 (Kemenkes RI, 2012). Meskipun angka prevalensi dan penularan HIV dari ibu ke bayi masih terbatas, jumlah ibu hamil yang terinfeksi HIV cenderung meningkat. Prevalensi
3
HIV pada ibu hamil diproyeksikan meningkat dari 0,38% tahun 2012 menjadi 0,49% pada tahun 2016. Infeksi HIV dari ibu ke anak dapat dicegah, melalui upaya pencegahan penularan dari ibu ke anak yang merujuk dari rekomendasi WHO tahun 2010, dimana pada dasarnya semua ibu hamil ditawarkan tes HIV. Penawaran tes HIV pada ibu hamil bisa dilakukan saat ibu datang untuk kunjungan antenatal. Hal ini sebagai wujud layanan integrasi Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) dengan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) (Kemenkes, RI, 2012). Data WHO melaporkan bahwa cakupan ibu hamil yang sudah melakukan tes HIV mengalami peningkatan, kecuali Indonesia yang masih tetap paling rendah yaitu < 1% sedangkan Thailand pencapainnya paling tinggi yaitu 94%, China 64%, Vietnam 52% dan Cambodia 41% (WHO, 2012). Data Kementerian Kesehatan juga menyebutkan bahwa hingga tahun 2012 kejadian penularan dari ibu ke anak sudah mencapai 2,6 persen dari seluruh kasus HIV/AIDS yang dilaporkan di Indonesia (Kemenkes RI, 2012). Di Provinsi Bali kasus kumulatif HIV/AID sejak di temukan di Bali tahun 1987 sampai dengan bulan Mei 2013 adalah sebesar 7.856 orang dan 35,5 % dari keseluruhan kasus adalah perempuan. Pada tahun 2012 jumlah ibu hamil yang sudah melakukan tes HIV sebanyak 1.284 orang atau 1,8% dari sasaran ibu hamil sebanyak 72.713 orang. Dari ibu hamil yang melakukan tes HIV tersebut 53 orang dinyatakan positif HIV (Dinkes Provinsi Bali, 2013). Data dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Bali menyatakan bahwa berdasarkan perhitungan secara statistik epidemiologi menunjukan bahwa sekitar
4
500 ibu hamil di Bali diperkirakan positif HIV/AIDS setiap tahun. Pola penularan HIV pada ibu hamil tersebut, adalah penularan dari suami yang berganti-ganti pasangan seksual kepada istrinya. Penularan tersebut tidak hanya pada ibu hamil yang terinfeksi HIV dari suami saja, namun berlanjut kepada anak yang dikandungnya (Wirawan, 2012). Di Provinsi Bali, kota Denpasar merupakan penyumbang angka HIV/AIDS tertinggi dibandingkan dengan 8 kabupaten lainnya. Jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS sejak ditemukan tahun 1978 sampai dengan bulan Mei 2013 di Kota Denpasar sebanyak 3.146 orang atau 40,05% dari seluruh kasus HIV di Provinsi Bali. Sedangkan cakupan ibu hamil yang melakukan pemeriksaan HIV baru mencapai 2,58% dari 17.552 orang sasaran ibu hamil tahun 2012 (Dinkes Provinsi Bali, 2013). Terkait pelaksanaan Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi (PPIA) yang terintegrasi pada layanan KIA, Bali mempunyai peluang untuk mengatasi permasalahan penularan HIV dari ibu ke bayi. Hal ini dapat kita lihat dari cakupan K1 atau akses layanan kesehatan bagi ibu hamil mencapai 97,58% pada tahun 2012 (Dinkes Provinsi Bali, 2012). Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan terdepan, dan penawaran tes HIV bagi ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC dimulai dari unit layanan pemerintah salah satunya puskesmas. Dengan penawaran tes HIV secara aktif dilakukan oleh petugas kesehatan bagi ibu hamil di Puskesmas maka harapan untuk penemuan dan pengobatan kasus HIV/AIDS menjadi lebih besar dan risiko penularan HIV dari ibu ke bayi dapat diturunkan.
5
Penawaran tes HIV secara aktif oleh petugas kesehatan bagi seluruh ibu hamil yang melakukan pemeriksaan ANC di Puskesmas di Bali khususnya Denpasar sebagian besar dilakukan sejak tahun 2012 dan ditingkatkan terus pada tahun 2013. Namun seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa cakupan ibu hamil yang melakukan pemeriksaan HIV masih belum mencapai target yang diharapakan. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 8 ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC di 4 Puskesmas Kota Denpasar, berbagai alasan dikemukaan oleh ibu hamil untuk menerima dan menolak tes HIV. Alasan menerima tes HIV adalah karena mengikuti anjuran petugas kesehatan dan merasa memiliki risiko. Alasan menolak tes HIV oleh ibu hamil, karena merasa tidak memiliki faktor risiko untuk tertular HIV, takut dengan hasil jika dilakukan tes, takut dengan pandangan negatif orang yang melihat ketika mengunjungi klinik VCT, khawatir pandangan masyarakat bila ketahuan positif HIV, ibu bekerja sehingga tidak ada waktu untuk melakukan tes HIV serta tidak mendapatkan ijin dari pasangan atau suami. Pemeriksaan HIV pada ibu hamil merupakan peluang yang baik dalam upaya mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi. Namun dari hasil wawancara awal, diketahui bahwa berbagai faktor dapat mempengaruhi penerimaan ibu hamil terhadap tes HIV. Sejauh ini, belum pernah dilakukan kajian lebih lanjut mengenai faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengkaji secara mendalam
6
faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apa alasan ibu hamil untuk menerima atau tidak menerima tes HIV? 1.2.2 Apakah usia berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil di Puskesmas Kota Denpasar? 1.2.3 Apakah pekerjaan berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil di Puskesmas Kota Denpasar? 1.2.4 Apakah pendidikan berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil di Puskesmas Kota Denpasar? 1.2.5 Apakah status perkawinan berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil di Puskesmas Kota Denpasar? 1.2.6 Apakah paritas berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil di Puskesmas Kota Denpasar? 1.2.7 Apakah jumlah kunjungan ANC berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil di Puskesmas Kota Denpasar? 1.2.8 Apakah pengetahuan tentang HIV, MTCT, dan PMTCT berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil di Puskesmas Kota Denpasar ? 1.2.9 Apakah persepsi kerentanan (perceived susceptibility) terhadap HIV dan AIDS berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil di Puskesmas Kota Denpasar ?
7
1.2.10 Apakah persepsi keparahan (perceived saverity) HIV dan AIDS berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil di Puskesmas Kota Denpasar ? 1.2.11 Apakah persepsi manfaat (perceived benefits) tes HIV berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil di Puskesmas Kota Denpasar ? 1.2.12 Apakah persepsi hambatan (perceived barrier) tes HIV berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil di Puskesmas Kota Denpasar ? 1.2.13 Apakah dukungan suami atau keluarga berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil di Puskesmas Kota Denpasar ? 1.2.14 Apakah dukungan petugas kesehatan berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil di Puskesmas Kota Denpasar ? 1.2.15 Apakah dukungan teman berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil di Puskesmas Kota Denpasar?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui alasan ibu hamil untuk menerima maupun tidak menerima tes HIV dan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil di Puskesmas Kota Denpasar.
8
1.3.2 Tujuan Khusus Penelitian ini ingin mengetahui : 1.3.2.1 Alasan ibu hamil untuk menerima dan tidak menerima tes HIV. 1.3.2.2 Hubungan antara penerimaan tes HIV oleh ibu hamil dengan : a. usia; b. pekerjaan; c. pendidikan; d. status perkawinan; e. paritas; f. jumlah kunjungan ANC; g. pengetahuan tentang HIV, MTCT, dan PMTCT; h. persepsi kerentanan terhadap HIV dan AIDS; i. persepsi keparahan HIV dan AIDS; j. persepsi manfaat tes HIV; k. persepsi halangan tes HIV; l. Dukungan suami atau keluarga; m. Dukungan petugas kesehatan; n. Dukungan teman; 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat teoritis penelitian adalah menjadi masukan dalam upaya pengembangan dan penerapan Ilmu Kesehatan Masyarakat bidang Kesehatan Ibu dan Anak.
9
1.4.2 Manfaat praktis penelitian adalah dapat bermanfaat bagi pemegang kebijakan
pada bidang Kesehatan Ibu dan Anak
serta HIV/AIDS
khususnya dalam melakukan intervensi terhadap hal-hal yang dipandang perlu untuk perbaikan program penanggulangan kasus HIV/AIDS di masyarakat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu Ke Anak (PPIA) Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) atau Prevention of Mother to Child Transmission (PMTCT) merupakan bagian dari upaya pengendalian HIV/AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS) di Indonesia serta Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Layanan PPIA diintegrasikan dengan paket layanan KIA, KB, kesehatan reproduksi, dan kesehatan remaja di setiap jenjang
pelayanan
kesehatan
dalam
strategi
Layanan
Komprehensif
Berkesinambungan (LKB) HIV/AIDS dan IMS. Pada akhir tahun 2011 Kemenkes melaporkan baru terdapat 94 layanan PPIA di Indonesia, yang baru menjangkau sekitar 7% dari perkiraan jumlah ibu yang memerlukan layanan PPIA. Program PPIA juga telah dilaksanakan oleh beberapa lembaga masyarakat khususnya untuk penjangkauan dan perluasan akses layanan bagi masyarakat. Agar penularan HIV dari ibu ke anak dapat dikendalikan, diperlukan peningkatan akses program dan pelayanan PPIA yang diintegrasikan ke dalam kegiatan pelayanan KIA, KB serta kesehatan remaja (PKPR) di setiap jenjang fasilitas layanan kesehatan dasar dan rujukan (Kemenkes RI, 2011). Pengembangan strategi implementasi PPIA merupakan bagian dari tujuan utama pengendalian HIV/AIDS secara global yaitu, yaitu untuk menurunkan kasus HIV serendah mungkin dengan menurunnya jumlah infeksi HIV baru,
10
11
mengurangi stigma dan diskriminasi, serta menurunnya kematian akibat AIDS atau lebih dikenal dengan Getting to Zero (UNAIDS, 2010). Pelaksanaan PPIA memperhatikan hal-hal berikut (Kemenkes, 2012). 1. Semua perempuan yang datang ke pelayanan KIA, KB, kesehatan reproduksi, dan kesehatan remaja bisa mendapatkan informasi terkait reproduksi sehat, penyakit IMS/HIV, dan pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak selama masa kehamilan dan menyusui. 2. Tes HIV, skrining IMS dan tes sifilis merupakan pemeriksaan yang wajib ditawarkan kepada semua ibu hamil pada daerah epidemi HIV meluas dan terkonsentrasi yang datang ke layanan KIA/KB. Di layanan KIA tes HIV, skrining IMS dan tes sifilis ditawarkan sebagai bagian dari paket perawatan antenatal terpadu mulai kunjungan antenatal pertama hingga menjelang persalinan. Apabila ibu menolak untuk dites HIV, petugas dapat melaksanakan konseling pra-tes HIV atau merujuk ke layanan konseling dan testing sukarela. 3. Konseling pasca tes bagi ibu yang hasil tesnya positif sedapatnya dilaksanakan bersamaan atau couple conselling, termasuk pemberian kondom sebagai alat pencegahan penularan IMS dan HIV di fasilitas pelayanan kesehatan. 4. Perlu partisipasi laki-laki dalam mendukung keberhasilan PPIA. 2.2 Provider Initiated HIV Testing and Counseling (PITC)
Provider Initiated HIV Testing and Counseling (PITC) adalah layanan tes dan konseling HIV terintegrasi di sarana kesehatan, yaitu tes dan konseling diprakarsai oleh petugas kesehatan ketika pasien mencari layanan kesehatan. Persyaratan penting bagi penerapan PITC tersebut adalah adanya lingkungan yang
12
memungkinkan. PITC sendiri harus disertai dengan paket layanan pencegahan, pengobatan, perawatan dan dukungan yang terkait HIV. Juga dilengkapi dengan mekanisme rujukan pada konseling pasca tes HIV yang efektif kepada semua pasien serta rujukan dan dukungan medis serta psikososial bagi mereka yang positif. Harus dipastikan bahwa dalam PITC tidak mengesampingkan kesukarelaan pasien dalam mengambil keputusan untuk tes HIV dan tidak berubah menjadi tes mandatori. Konseling pra‐tes sebagai komponen VCT disederhanakan tanpa sesi konseling dengan paket edukasi yang lengkap, namun tetap diupayakan agar tersedia layanan edukasi dan dukungan emosional di tatanan klinis bila diperlukan. Pendekatan PITC dapat merupakan jalan keluar dalam mengatasi keterbatasan waktu petugas kesehatan di tatanan klinis dan menyediakan anjuran yang jelas dan langsung tentang cara intervensi (Kemenkes RI, 2010). 2.3 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penerimaan Tes HIV oleh Ibu Hamil Pada kenyataannya untuk mengetahui apakah individu terinfeksi HIV/AIDS atau tidak, bukanlah sesuatu yang mudah seperti pemeriksaan pada penyakit lainnya. Berbagai faktor menyebabkan masyarakat kurang menyadari bahwa HIV/AIDS sebetulnya mengancam kita semua sehingga mereka tidak ada keinginan untuk melakukan tes HIV. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil, banyak penelitian telah dilakukan di berbagai negara. Ada banyak faktor yang mempengaruhi penerimaan ibu hamil untuk tes
13
HIV salah satunya dilihat dari karakteristik ibu hamil yaitu usia. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Thior dkk. (2006), tentang konseling dan tes sukarela di Botswana. Penelitian tersebut menyatakan bahwa penerimaan tes HIV secara sosiodemografi dipengaruhi oleh usia ibu. Hasil penelitia oleh Thior dkk. (2006) menemukan Ibu dengan usia 21 atau lebih muda lebih mungkin untuk menerima tes HIV daripada ibu dengan usia 32 tahun atau lebih tua (OR=2,5;95%CI=1,8-3,7). Dalam penelitian ini dijelaskan ibu yang lebih tua lebih mungkin terkena HIV karena riwayat praktek-praktek seksual sebelumnya. Hasil penelitian ini sejalan pula dengan hasil penelitian untuk menilai prediktor ibu hamil untuk tes HIV di antara peserta antenatal di Lusaka, Zambia, oleh Thierman dkk. (2006). Dalam penelitian tersebut menemukan bahwa wanita yang lebih muda dari 20 tahun (ARR=1,14), lebih mungkin untuk menjalani tes HIV. Usia telah terbukti menjadi faktor yang signifikan dalam penentuan apakah ibu akan menerima tes HIV karena persepsi risiko lebih tinggi pada wanita yang lebih tua. Namun penelitian oleh Bajunirwe dan Muzoora, (2005) di Uganda dengan menganalisis usia sebagai dikotomis variabel menggunakan 25 tahun sebagai cut off, usia tidak terkait dengan kesediaan untuk menerima tes HIV (OR=0,87;95%CI=0,47-1,62). Penelitian oleh Demissie dkk. (2009) dalam PS, dkk (2012) mengatakan bahwa perilaku ibu hamil untuk tes HIV tidak hanya berhubungan dengan umur, namun berhubungan dengan pekerjaan, pengetahuan, persepsi risiko, persepsi manfaat dan keterlibatan suami.
14
Status perkawinan, merupakan salah satu faktor yang berubungan dengan penerimaan ibu terhadap tes HIV. Ibu atau perempuan yang sudah menikah lebih mungkin untuk menerima tes HIV dibandingkan dengan mereka yang tidak menikah (OR=5,83;95%CI=1,25-36,38). Demikian pula di kalangan perempuan menikah mereka yang hidup dengan suami mereka lebih mungkin untuk tes HIV dibandingkan
dengan
mereka
yang
pasangannya
tinggal
jauh
(OR=7,38;95%CI=3,65-15,23) (Worku, 2005). Tingkat pendidikan, berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk menerima dan merespon terhadap berbagai informasi. Menurut Notoatmodjo (1989),
pendidikan
adalah
proses
dimana
seseorang
mengembangkan
kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat dimana dia hidup. Pendidikan merupakan proses sosial dimana seseorang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol, sehingga mereka dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum. Penelitian oleh Banjurniwe dan Muzoora, (2005) dalam analisisnya menyebutkan, ibu yang memiliki pendidikan lebih dari tujuh tahun hampir tiga kali lebih mungkin untuk melaporkan kesediaan untuk di tes HIV dibandingkan dengan mereka yang belum tamat pendidikan dasar atau belum berpendidikan sama sekali (OR=2,8;95 %CI=1,2-6,9). Selain itu, ibu yang mampu membaca dua kali lebih mungkin menerima tes HIV dibandingkan ibu yang tidak bisa membaca (OR=2,2;95%CI=1,02-4,9). Sejalan pula dengan penelitian oleh Worku. (2005) Wanita dengan pendidikan sekunder dan tersier adalah 3-5 kali lebih mungkin
15
untuk menerima tes HIV dibandingkan ibu yang hanya berpendidikan dasar atau tidak sekolah (OR=2,88;95%CI=1,43-5.84). Namun berbeda dengan hasil penelitian oleh Paoli dkk. (2004) yang mengatakan bahwa perilaku ibu hamil untuk mengikuti tes HIV tidak hanya berhubungan dengan pendidikan, namun berhubungan dengan persepsi kerentanan, persepsi keparahan, persepsi halangan, petunjuk berperilaku dan keterlibatan suami. Selain pendidikan, dalam penelitian Thior dkk. (2006),
juga disebutkan
bahwa pekerjaan berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Penelitian oleh Moges dan Ambarbir (2011) menegaskan bahwa status pekerjaan wanita itu ditemukan menjadi faktor penting dalam penerimaan tes HIV. Ibu yang bekerja di sektor swasta ataupun pemerintah 4 kali lebih mungkin untuk meneriama tes HIV dibandingkan dengan ibu rumah tangga. Hal ini disebabkan karena ibu yang bekerja lebih banyak terpapar informasi tentang VCT di tempat kerja mereka sementara ibu rumah tangga sebagian besar waktu mereka di rumah. Berbeda dengan hasil penelitian oleh Kwofie (2008) bahwa pekerjaan tidak signifikan berhubungan dengan penerimaan konseling dan tes HIV oleh ibu hamil (OR=0,83;95%CI=0,41-1,68;P=0,71). Penelitian sejenis oleh PS, dkk (2012) di Semarang Indonesia, menemukan bahwa sebagian besar responden tidak bekerja dan proporsi yang menerima tes HIV sebagian besar adalah ibu hamil yang tidak bekerja. Namun, secara statistik tidak ditemukan adanya hubungan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil dengan pekerjaan. Jumlah kunjungan ANC juga berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Saat ANC ibu mendapatkan informasi-informasi penting tentang
16
kehamilannya di tiap-tiap kunjungan termasuk informasi tentang penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi. Jumlah kunjungan antenatal yang dilakukan oleh ibu berhubungan dengan penerimaan tes HIV. Ibu yang melakukan setidaknya dua kali kunjungan antenatal lebih mungkin untuk menerima tes HIV dibandingkan dengan
ibu
yang
hadir
kurang
dari
dua
kunjungan
antenatal
(OR=2,73;95%CI=1,13-5,7) penelitian oleh Worku, tahun 2005. Sejalan pula dengan penelitian oleh Malaju dan Alene tahun 2012 bahwa Ibu yang menerima dua atau lebih perawatan antenatal 2,6 kali (95%CI=1,17-5,95) lebih mungkin untuk menerima tes HIV daripada mereka yang menghadiri pelayanan antenatal hanya sekali. Selain itu, ibu hamil dengan paritas lebih dari satu memiliki pengalaman dan pengetahuan lebih banyak tentang kehamilan sehingga berusaha untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik untuk diri dan janin yang dikandungnya termasuk juga upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi. Namun penelitian oleh PS dkk. (2012) menemukan bahwa tidak ada hubungan antara paritas ibu hamil dengan prilaku untuk tes HIV. Sejalan pula dengan Paoli dkk. (2004) bahwa prilaku ibu hamil untuk tes HIV tidak hanya dipengaruhi oleh paritas namun dipengaruhi pula oleh faktor-faktor lainnya. Selain dukungan fasilitas pelayanan dan dorongan dalam diri seseorang sering dibutuhkan orang terdekat yang mampu memberi dukungan dan pendapat pada ibu tentang apakah ibu menerima atau menolak tes HIV yang ditawarkan kepadanya. Orang terdekat yang dimaksud umumnya suami, pasangan ataupun dukungan keluarga terdekat ibu. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan di
17
Ethiopia bahwa selain sosiodemografi ibu, pengetahuan ibu tentang HIV, VCT, PMTCT, pengobatan HIV dan penularan HIV, persepsi terhadap HIV dan sikap ibu hamil, bahwa peran pasangan untuk pengambilan keputusan dan reaksi pasangan terhadap hasil tes yang positif mempengaruhi ibu untuk menerima tes HIV. Penelitian ini menyebutkan bahwa 74,1% ibu hamil bersedia untuk dikonseling dan melakukan tes HIV (Ambaye, 2006). Sejalan pula dengan penelitian oleh Paoli dkk. (2004) bahwa dukungan dari pasangan dan atau anggota keluarga akan menjadi faktor penting dalam menentukan apakah seorang wanita mampu sepenuhnya berpartisipasi dalam tes HIV untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi. Sama seperti penelitian yang dilakukan oleh PS dkk. (2012) di Semarang Indonesia bahwa faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap prilaku ibu hamil untuk tes HIV adalah dukungan suami. Dukungan suami yang baik, 15,711 kali lebih memungkinkan ibu untuk menerima tes HIV dibandingkan ibu hamil yang tidak mendapat dukungan suami. Begitu pula dukungan petugas kesehatan khususnya bidan juga berpengaruh terhadap penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Dalam penelitian ini ditemukan dukungan petugas kesehatan secara statistik mempunyai hubungan yang signifikan dengan prilaku tes HIV Informasi-informasi serta dukungan dari teman juga berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Ibu hamil bisa berbagi informasi dan pengalaman mereka selama kehamilan. Kondisi seperti ini akan menambah pengetahuan ibu tentang berbagai informasi kehamilan termasuk tes HIV.
18
Setiap individu mempunyai cara yang berbeda dalam mengambil tindakan penyembuhan atau pencegahan untuk mengatasi gangguan kesehatan yang dirasakan. Semua itu tergantung pada belief masing-masing individu apakah dia mau mengakses layanan kesehatan yang ada atau tidak. Belief yang dimaksud berkaitan dengan kognitif seperti pengetahuan tentang masalah kesehatan dan persepsi individu mengenai simptom penyakit yang dirasakan (Sarafino,2006). Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Lamarque (2013), di Fort Dauphin, Madagascar yang menunjukkan bahwa pengetahuan tentang berbagai aspek HIV/AIDS adalah faktor yang ditemukan oleh peneliti bisa memainkan peran dalam keputusan untuk tes HIV. Kesenjangan informasi dapat menyebabkan kesalahpahaman tentang penyakit dan ini dapat meningkatkan diskriminasi dan stigma yang terkait dengan penyakit. Takut akan kemungkinan penolakan oleh pasangan, dan masyarakat luas, bisa berasal dari salah memahami suatu penyakit, sehingga bisa mempengaruhi keputusan untuk tes. Takut hasil tes yang akan diterima juga memainkan peran. Hal ini sejalan pula dengan penelitian oleh Worku (2005) bahwa penerimaan tes HIV adalah bermakna dikaitkan dengan pengetahuan tentang penularan vertikal atau penularan HIV dari ibu ke bayi (OR=7.34;95%CI=3,44-15,67). Ibu yang tahu adanya intervensi yang dapat menurunkan risiko infeksi HIV juga sekitar 3 kali lebih mungkin untuk menerima tes HIV dibandingkan dengan mereka yang tidak (OR=3,26;95%CI=1,02-11,55). Pengetahuan yang dimiliki ibu terkait HIV, MTCT dan PMTCT juga akan membentuk sikap dan keyakinan ibu terhadap manfaat tes HIV. Sikap ibu hamil terhadap manfaat tes HIV adalah bagaimana ibu menilai atau berpendapat
19
terhadap manfaat tes HIV tersebut. Pendapat dan penilaian inilah yang kemudian mendorong individu untuk melaksanakan dan mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapi atau dinilai baik. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Fernandez dkk. (2000) bahwa penerimaan tes HIV oleh ibu hamil ditemukan berkaitan dengan persepsi yang kuat tentang manfaat tes HIV. Persepsi halangan tes HIV timbul sebagai akibat stigma dan diskriminasi yang ditujukan kepada penderita HIV/AIDS. Hal ini semakin membuat ibu hamil tidak mau melakukan pemeriksaan HIV. Penelitian yang dilakukan oleh Meiberg dkk, dalam Sitepu (2008) di Afrika Selatan menunjukkan bahwa ketakutan untuk menerima stigma dan ketakutan untuk mengetahui status HIV positif merupakan penghambat utama seseorang melakukan tes HIV. Kondisi seperti ini membawa konsekuensi negatif terhadap tindakan pencegahan dan pengobatan HIV/AIDS. Akibatnya sebagian masyarakat terutama mereka yang pernah melakukan perilaku beresiko tinggi tertular HIV/AIDS masih enggan untuk memeriksakan dirinya ke klinik VCT karena merasa takut mendapatkan hasil yang positif. Hal ini sejalan dengan penelitian PS dkk. (2012) serta Paoli dkk.(2004) yang menyatakan bahwa ada hubungan persepsi halangan terhadap prilaku tes HIV. Persepsi kerentanan terhadap HIV/AIDS
juga berhubungan dengan
penerimaan ibu hamil terhadap tes HIV. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh PS dkk. (2012) dalam hasil penelitianya disebutkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi kerentanan terhadap HIV dengan prilaku tes HIV. Begitu pula persepsi keparahan HIV dan AIDS berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil.
20
Studi terkait tentang penolakan tes HIV oleh ibu hamil yang melakukan ANC juga dilakukan di Ethiopia tepatnya di Gambella tahun 2008. Penelitian dengan rancangan gabungan cross sectional dan kualitatif ini, menyatakan ibu hamil dengan 2-3 kelahiran hidup di masa lalu, menyatakan perceraian sebagai respon yang diberikan oleh suami mereka setelah hasil tes yang diterima ibu adalah HIV positif. Begitu pula ketika tidak mengungkapkan dan mencari persetujuan dari suami mereka untuk tes HIV (Fanta dan Worku, 2008). Sebuah penelitian yang menggunakan pendekatan Health Belief Model di Northwestern Ethiopia tahun 2011 menyebutkan alasan yang diungkapkan oleh responden untuk menolak tes HIV adalah ketidaksetujuan pasangan, takut diambil darah dan mengetahui status HIV mereka, serta stigma dan diskriminasi yang diterima ODHA yang disebutkan sebagai hambatan (Moges dan Amberbir, 2011). Veloso dkk. (2008) dalam studinya di Brazil menyatakan hubungan antara penerimaan ibu hamil untuk ikut tes HIV berbeda disetiap kota. Perbedaan penerimaan ini dipengaruhi oleh frekuensi dan kualitas ANC, ras, konseling, serta pengetahuan ibu sebelum tes HIV. Selain di Afrika penelitian terkait juga dilakukan di negara maju seperti Amerika. Penelitian dilakukan di Florida, Connecticut, dan New York City. Dalam penelitian ini menemukan 86% ibu hamil melaporkan telah melakukan tes HIV. Penerimaan tes ditemukan berkaitan dengan keyakinan yang kuat tentang manfaat tes, pengetahuan tentang penularan vertikal, adanya dukungan penyedia layanan tes, dan dukungan sosial. Wanita yang menolak tes mengatakan bahwa mereka melakukannya karena mereka tidak menganggap diri mereka berada pada
21
risiko untuk HIV atau mereka menghadapi kesulitan administrasi dengan beberapa aspek dari proses tes misalnya penjadwalan, dan terbatasnya ketersediaan pre-test koseling (Fernandez dkk, 2000). Di Bali pernah dilakukan penelitian untuk mengetahui alasan ibu hamil menolak untuk tes HIV. Penelitian dengan rancangan kualitatif ini dilakukan oleh Ariasih (2012) di Singaraja. Dalam penelitiannya Ariasih menyebutkan alasan ibu hamil tidak melakukan tes HIV adalah dikarenakan kuatnya budaya patriarki mempengaruhi penerimaan ibu hamil terhadap tes HIV, masih adanya stigma di masyarakat tentang HIV dan persepsi ibu hamil bahwa dirinya kurang berisiko tertular HIV. Hasil-hasil penelitian diatas menunjukan bahwa prilaku seseorang selain dipengaruh oleh faktor dari dalam individu itu sendiri juga dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari luar individu. Perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada didalam diri seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia dalam hidupnya mempunyai keinginan mempunyai kesehatan yang optimal sehingga jika tubuh merasakan timbulnya gejala yang menganggu kesehatannya maka akan berusaha untuk melakukan tindakan pencegahan atau pengobatan. Munculnya keinginan untuk melakukan tindakan tersebut menjadi bagian dari perilaku kehidupan manusia. Menurut Sudarman (2008), bahwa dengan adanya dorongan dari dalam diri manusia maka menimbulkan keinginan seseorang untuk melakukan tindakan atau perilaku khusus yang mengarah kepada tujuannya. Seperti yang diuraikan diatas bahwa sudah banyak dilakukan penelitian yang dilakukan terkait faktor-faktor penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Namun
22
kebanyakan penelitian tersebut dilakukan di negara-negara seperti Afrika, dan Amerika dan hanya satu penelitian di Indonesia dan baru satu penelitian dengan rancangan kualitatif yang dilakukan di Bali. Oleh karena itu dipandang perlu untuk melakukan kajian lebih lanjut mengenai faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. 2.4 Teori Perubahan Prilaku olah Para Ahli 2.4.1 Teori Lawrence Green (1980) Menurut Lawrence Green (Notoatmojo, 2003) kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu prilaku atau behavior causes dan faktor diluar prilaku atau non behavior causes. Selanjutnya prilaku itu sendiri ditentukan oleh tiga faktor yaitu : 1. Predisposing Factors (Faktor Predisposisi ) faktor ini merupakan faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang. Faktor-faktor predisposisi terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai keyakinan, kebiasaan, norma sosial, budaya dan lain-lain. 2. Enabling Factors (Faktor
Pendorong)
merupakan
faktor-faktor
yang
memungkinkan terwujudnya perubahan perilaku, seperti adanya fasililitas, lingkungan, atau sumber-sumber khusus yang mendukung dan keterjangkauan sumber dan fasilitas kesehatan. 3. Reinforcing Factors (Faktor Penguat) faktor-faktor penguat terjadinya perilaku, termasuk sikap dan perilaku petugas, dukungan suami atau keluarga, dan tokoh masyarakat.
23
Predisposing Factors Keyakinan tentang prilaku Nilai-nilai yang diperoleh dari prilaku Keyakinan normatif Motivasi untuk mengikuti dorongan orang lain Reinfocing Factors Sikap dan prilaku tenaga kesehatan Dukungan suami atau keluarga dan tokoh masyarakat Enabling Factors Ketersediaan sumber daya Aksesbilitas Rujukan Aturan yang berlaku Keterampilan
Prilaku individu, kelompok atau kmunitas
Faktor lingkungan
Gambar 2.1 Model Prilaku Green (1980)
2.4.2 Teori Health Belief Model Rosenstock (1980) menyatakan teori tentang suatu bentuk penjabaran dari model sosio-psikologi. Munculnya model ini didasarkan pada kenyataan bahwa masalah-masalah kesehatan ditandai oleh kegagalan individu atau masyarakat untuk
menerima
usaha-usaha
pencegahan
dan
penyembuhan
yang
diselenggarakan oleh penyedia layanan kesehatan. Dalam perkembangan model ini lebih menjelaskan pada kurangnya partisipasi publik dalam melakukan pemeriksaan dan program pencegahan. Model ini
24
diadaptasi untuk mengeksplorasikan berbagai perilaku kesehatan jangka panjang dan jangka pendek. Model kepercayaan ini mencakup lima unsur penting, yaitu : 1.
Unsur pertama yaitu persepsi individu tentang kemungkinan mereka terkena penyakit (Perceived susceptibility). Persepsi ini mempunyai banyak pengertian dan diikuti oleh beberapa variabel kunci , yaitu perceived threat , ancaman persepsi. Variabel ini mengambarkan kerentanan yang di rasakan. Persepsi kerentanan merupakan persepsi subjektif seseorang dari resiko tertular penyakit. Agar seseorang bertindak mengobati atau mencegah penyakit, ia merasakan bahwa dia rentan terhadap penyakit tersebut. Hal ini membuat model kepercayaan kesehatan bergantung dari persepsi individu. Berkaitan dengan evaluasi terhadap pemanfaatan pelayanan apakah menerima konsekuen terhadap pelayanan medis dan klinis serta mengahadapi kondisi sosial.
2.
Unsur kedua merupakan pandangan individu tentang keparahan penyakit (Perceived severy) atau parahnya kondisi penyakit seseorang. Persepsi keparahan merupakan perasaan yang serius tertular penyakit atau meninggal karena tidak diobati. Sehingga menemukan kesulitan dalam pengobatan. Seseorang akan melakukan tindakan pengobatan atau pencegahan bila diancam oleh penyakit yang dirasakan lebih parah dibandingkan dengan penyakit yang dirasakan lebih ringan. Hal ini menjadi stigma bagi penderita.
3.
Unsur ketiga merupakan persepsi manfaat atau perceived benefits. Persepsi ini mengungkapkan tentang kepercayaan akan efektifnya sebuah strategi yang dirancang dalam menanggulangi ancaman penularan penyakit. Tindakan yang
25
dilakukan akan tergantung pada manfaat yang dirasakan setelah mengambil keputusan tersebut. 4.
Unsur keempat merupakan hambatan yang dirasakan atau perceived barrier. Persepsi ini menjelaskan akan kemungkinan hambatan yang dirasakan pada saat melakukan sebuah pengobatan, atau munculnya konsekuensi negatif yang mungkin timbul dari pengambilan tindakan kesehatan tertentu. Keputusan yang diambil untuk menerima suatu bentuk tindakan akan menemui rintangan. Misalnya tuntutan fisik, diskriminasi, psikologi dan keuangan.
5.
Cues to action bisa sebagai isyarat atau tanda-tanda dengan melakukan aksi kegiatan sehubungan dengan mempromosikan pelayanan kesehatan melalui media tertentu yang benar. Diperlukan isyarat beberapa faktor eksternal untuk mendapat tindakan penerimaan yang benar. Faktor ekstenal tersebut misalnya adanya pesan-pesan pada media
masa,
nasihat
atau anjuran dari
teman-teman/dukungan sebaya, anggota keluarga. Media yang ada berupa poster, iklan bisa disampaikan berupa kegiatan penyuluhan tentang gejala fisik dari kondisi kesehatan atau melalui lingkungan berupa penjelasan melalui media publikasi yang kesemua acaranya memotivasi seseorang untuk mengambil tindakan.
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Penyakit HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia termasuk Indonesia. Memeriksakan diri untuk tes HIV merupakan langkah yang penting dalam kehidupan seseorang terutama bagi ibu hamil karena bukan hanya untuk ibu tetapi juga bermanfaat untuk janin yang dikandung. Dengan mengetahui status HIV lebih awal maka risiko penularan HIV dari ibu ke bayi dapat diturunkan. Pemerintah telah membuat program sebagai upaya untuk menurunkan risiko penularan HIV dari ibu ke bayi. Salah satu bentuk program tersebut adalah penawaran tes HIV bagi setiap ibu hamil yang melakukan ANC di pelayanan kesehatan dasar maupun rujukan. Namun sampai saat ini cakupan pemeriksaan HIV pada ibu hamil masih sangat rendah. Banyak penelitian telah dilakukan di berbagai negara untuk menganalisis faktor-faktor penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Dari penelitian-penelitian tersebut diketahui banyak faktor yang berhubungan dengan tes HIV oleh ibu hamil . Faktor-faktor tersebut antara lain karakteristik ibu hamil yaitu faktor sosiodemografi baik itu usia, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, jumlah kunjungan ANC dan paritas. Kepercayaan, nilai-nilai keyakinan, kebiasaan, norma social dan budaya juga dikatakan sebagai faktor predisposisi perubahan prilaku untuk menerima tes HIV. Disamping faktor sosiodemografi tersebut, faktor predisposisi lainnya dari penerimaan tes HIV oleh ibu hamil adalah
26
27
pengetahuan ibu hamil tentang HIV/AIDS, MTCT, dan PMTCT, persepsi kerentanan terhadap HIVdan AIDS, persepsi keparahan HIV dan AIDS serta persepsi manfaat serta halangan tes HIV. Dalam berbagai penelitian faktor-faktor ini banyak ditemukan sebagai faktor yang berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Sebagai faktor pendorong penerimaan tes HIV oleh ibu hamil adalah ketersediaan layanan tes HIV yang dibutuhkan oleh ibu hamil tersebut. Layanan tes HIV yang lengkap dan tersedia dalam satu unit pelayanan kesehatan akan memudahkan akses terhadap pelayanan kesehatan sehingga berpengaruh terhadap penerimaan ibu hamil terhadap tes HIV. Tersedianya pelayanan VCT secara bersama-sama dengan layanan ANC dalam satu pelayanan kesehatan, merupakan bentuk pelayanan yang mendorong penerimaan ibu terhadap tes HIV. Dukungan dari petugas kesehatan yang ada di tempat pelayanan kesehatan dan dukungan keluarga dalam hal ini suami atau pasangan ibu, tokoh masyarakat dan teman merupakan faktor pendorong ibu untuk menerima tes HIV. Dukungan suami, teman dan petugas kesehatan dalam berbagai penelitian sering disebut-sebut sebagai faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap penerimaan tes HIV.
28
3.2 Konsep Penelitian Faktor Predisposisi 1. Usia 2. Pekerjaan 3. Pendidikan 4. Status Perkawinan 5. Jumlah kunjungan ANC 6. Paritas 7. Pengetahuan tentang HIV, MTCT dan PMTCT 8. Persepsi kerentanan 9. Persepsi keparahan 10. Persepsi manfaat 11. Persepsi halangan Faktor Enabling (Pendukung ) 1. Ketersediaan layanan VCT (tes HIV) 2. Aksesbilitas 3. Biaya
Penerimaan tes HIV oleh ibu hamil
Faktor Reinforcing (Pendorong) 1. Dukungan suami atau keluarga 2. Dukungan petugas kesehatan 3. Dukungan teman
Keterangan : = diteliti = tidak diteliti
Gambar 3.2 Konsep Penelitian diadopsi dari Teori Lawrence Green dan Teori Health Belief Model 3.3 Hipotesis Penelitian 3.3.1 Ada hubungan usia terhadap penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. 3.3.2 Ada hubungan pekerjaan terhadap penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. 3.3.3 Ada hubungan pendidikan, terhadap penerimaan tes HIV oleh ibu hamil.
29
3.3.4
Ada hubungan status perkawinan, terhadap penerimaan tes HIV oleh ibu hamil.
3.3.5 Ada hubungan paritas terhadap penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. 3.3.6 Ada hubungan jumlah kunjungan ANC terhadap penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. 3.3.7 Ada hubungan pengetahuan ibu hamil tentang HIV, MTCT dan PMTCT terhadap penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. 3.3.8 Ada hubungan persepsi kerentanan HIV dan AIDS terhadap penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. 3.3.9 Ada hubungan persepsi keparahan HIV dan AIDS terhadap penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. 3.3.10 Ada hubungan persepsi manfaat tes HIV terhadap penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. 3.3.11 Ada hubungan persepsi halangan tes HIV terhadap penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. 3.3.12 Ada hubungan dukungan suami atau keluarga terhadap penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. 3.3.13 Ada hubungan dukungan petugas kesehatan terhadap penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. 3.3.14 Ada hubungan dukungan teman terhadap penerimaan tes HIV oleh ibu hamil.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan menggunakan desain cross sectional , yaitu penelusuran sesaat, artinya subjek diamati hanya sesaat atau satu kali. Untuk memperoleh informasi tentang variabel dependen dan variabel independen maka pengukuruannya dilakukan bersama-sama pada saat penelitian (Sastroasmoro dan Ismael, 2011). 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua Puskesmas di Kota Denpasar yaitu Puskesmas II Denpasar Selatan dan Puskesmas I Denpasar Utara. Penelitian dilaksanakan dari tanggal 26 Maret 2014 sampai dengan 22 April 2014. 4.3 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah bidang Kesehatan Ibu dan Anak. Penelitian ini membahas beberapa faktor yang berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil sebagi upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak. 4.4 Sumber Data Sumber data penelitian adalah dengan wawancara langsung pada subjek penelitian. Data tentang karakteristik subjek dan faktor-faktor yang berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil diperoleh dari
30
31
responden dengan cara melakukan wawancara dengan menggunakan panduan kuesioner terstruktur. 4.4.1 Populasi Penelitian a. Populasi Target Semua ibu hamil yang ada di Provinsi Bali b. Populasi Terjangkau Populasi terjangkau dari penelitian ini adalah ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC di dua Puskesmas di Kota Denpasar yaitu Puskesmas II Denpasar Selatan dan Puskesmas I Denpasar Utara. 4.4.2 Sampel Penelitian Sampel penelitian diambil dari populasi terjangkau sesuai dengan perhitungan besar sampel sebanyak 120 ibu hamil. Ibu hamil yang menjadi sampel penelitian adalah ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC di Puskesmas II Denpasar Selatan dan Puskesmas I Denpasar Utara dari tanggal 26 Maret 2014 sampai dengan 22 April 2014 yang sudah mendapat penawaran tes HIV. Adapun kriteria inklusi penelitian adalah ibu hamil yang sudah pernah melakukan ANC dan mendapat penawaran tes HIV dari petugas kesehatan serta bersedia menjadi responden. Kriteria eksklusi penelitian adalah ibu hamil yang belum pernah mendapat penawaran tes HIV oleh petugas kesehatan, sudah pernah diwawancara pada penelitian ini sebelumnya dan tidak bersedia menjadi responden.
32
4.4.2.1 Besar Sampel Besar sampel untuk penelitaian ini dihitung berdasarkan besar sampel penelitian cross-sectional dengan rencana analisa data tabulasi silang. Cara penghitungan sampel adalah dengan menetapkan variabel tertentu sebagai patokan. Dalam penelitian ini variabel yang dijadikan sebagai patokan adalah penerimaan tes HIV oleh ibu hamil sebagai variabel tergantung dan dukungan suami sebagai variabel bebas. Berdasarkan penelitian sejenis yang dilakukan di Semarang Indonesia tahun 2012 didapatkan bahwa ibu hamil yang menerima tes HIV adalah 135 orang (75,7%) dan yang menolak tes adalah 45 orang (24,3%). Ibu hamil dengan dukungan suami baik sebanyak 103 orang (57,2%) sedangkan ibu hamil dengan dukungan suami tidak baik adalah 77 orang (42,8%). Table 4.1 Perhitungan Besar Sampel Menerima tes Menolak Tes HIV HIV (0,757) (0,243) Dukungan suami baik (0,572) Dukungan suami tidak baik (0,428) 50 5 n 205 n 48 0,243 (0,243) X (0,428)
Berdasarkan perhitungan besar sampel diatas opsi pertama jumlah sampel penelitian adalah 205 sampel, dan opsi kedua adalah 48 sampel atau sebagai sampel minimal. Selain dengan perhitungan besar sampel seperti diatas, dalam penelitian ini memperhatikan pula cara perhitungan besar sampel menggunakan rule of tumb oleh Sastroasmoro dan Ismael (2011). Jumlah subjek yang diperlukan dalam penelitian antara 5 sampai 50 kali jumlah variabel independen dan pada
33
umumnya 10 kali. Berdasarkan uraian perhitungan besar sampel diatas dan mempertimbangkan keterbatasan waktu, dana serta tenaga maka diambil 120 sampel ibu hamil. Dasar pertimbangan jumlah tersebut adalah masih memenuhi kriteria dari rule of tumb dan perhitungan besar sampel dalam penelitian cross sectional. 4.4.2.2 Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel adalah non probability sampling. Teknik ini menjadi pilihan peneliti karena tidak mendapatkan kerangka sampel. Sampel diambil dari dua lokasi yang berbeda dengan harapan sampel yang didapatkan lebih bervariasi dari segi karakteristik demografi sehingga menyerupai hasil pemilihan sampel dengan probability sampling. Peneliti mengambil setiap kedatangan ibu hamil yang melakukan ANC di Poliklinik KIA di dua lokasi penelitian mulai tanggal 26 Maret sampai dengan 22 April 2014 yang memenuhi kriteria inklusi sampai dipenuhi 120 sampel. Peneliti memiliki asumsi bahwa semua ibu hamil yang melakukan pemeriksaan ANC pasti ditawari tes HIV karena penawaran sudah merupakan kebijakan bagi seluruh Puskesmas khususnya di Kota Denpasar dari bulan Januari tahun 2014. Jumlah sampel yang diambil di masing-masing lokasi ditentukan dengan membuat proporsi. Sampel yang diambil di Puskesmas II Denpasar selatan sebanyak 60 ibu hamil dan di Puskesmas I Denpasar Utara sebanyak 60 ibu hamil.
34
4.5 Variabel Penelitian 4.5.1 Variabel Bebas Usia, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, jumlah kunjungan ANC, paritas, pengetahuan tentang HIV, MTCT dan PMTCT, persepsi kerentanan terhadap HIV dan AIDS, persepsi keparahan HIV dan AIDS, persepsi manfaat tes HIV, persepsi halangan tes HIV, dukungan suami atau keluarga, dukungan petugas kesehatan dan dukungan teman. 4.5.2 Variabel Tergantung Variabel tergantung yaitu penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. 4.5.3 Definisi Operasional Variabel Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel
Kuesioner
Skala Pengukuran Interval
Skala Analisis Kategorikal
Status pekerjaan responden pada saat wawancara mengenai pekerjaan
Kuesioner
Nominal
Kategorikal
Pendidikan
Pendidikan formal terakhir yang ditamatkan oleh responden
Kuesioner
Ordinal
Kategorikal
Status Perkawinan
Status perkawinan responden berdasarkan pengakuan responden
Kuesioner
Nominal
Kategorikal
Jumlah Kunjungan ANC
Jumlah kunjungan perawatan kehamilan yang dilakukan ibu selama kehamilan ini
Kuesioner
Interval
Kategorikal
Paritas
Jumlah anak hidup atau mati yang pernah dilahirkan ibu saat wawancara
Kuesioner
Interval
Kategorikal
Variabel
Definisi Operasional
Usia
Usia dalam tahun responden saat wawancara mengenai usia
Pekerjaan
Alat Ukur
35
Lanjutan Tabel 4.2 Variabel
Definisi Operasional
Alat Ukur
Persepsi Pandangan ibu hamil tentang Kuesioner kerentanan besarnya risiko untuk terkena HIV terhadap HIV dan AIDS dan AIDS Persepsi keparahan HIV /AIDS Persepsi Manfaat HIV
Skala Pengukuran Interval
Skala Analisis Kategorikal
Pandangan ibu hamil tentang keparahan penyakit HIV/AIDS
Kuesioner
Interval
Kategorikal
Pandangan ibu tentang manfaat tes tes HIV
Kuesioner
Interval
Kategorikal
Persepsi halangan tes HIV
Pandangan ibu terhadap hal-hal yang dapat menjadi penghalang ibu untuk tes HIV
Kuesioner
Interval
Kategorikal
Dukungan suami atau keluarga
Dukungan dari suami atau keluarga terhadap ibu untuk melakukan tes HIV
Kuesioner
Nominal
Kategorikal
Dukungan petugas Kesehatan
Dukungan dari petugas kesehatan di puskesmas untuk melakukan tes HIV
Kuesioner
Nominal
Katagorikal
Dukungan teman
Dukungan dari teman ibu hamil untuk melakukan tes HIV
Kuesioner
Nominal
Kategorikal
Penerimaan Pernah melakukan tes HIV selama Kuesioner tes HIV oleh kehamilan ini dan CM ibu hamil pasien
Nominal
Kategorikal
4.6 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner yang diadopsi dari penelitian sejenis dengan judul ”Factors Determining Acceptance of Voluntary HIV Testing Among Pregnant Women Attending Antenatal Clinic at Armed Force Hospitals in Addis ababa” oleh Worku (2005) yang dimodifikasi sesuai dengan
36
situasi
di
Bali
dan
variabel
penelitian.
Untuk
memastikan
bahwa
pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuesioner dapat dimengerti oleh responden, kuesioner ini sudah dicoba terlebih dahulu pada sepuluh responden dengan tingkat pendidikan yang bervariasi. Responden tersebut adalah tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, dan yang sudah tamat akademi atau universitas. 4.7 Cara Pengumpulan Data Penelitian Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah data primer yang meliputi umur, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, usia kehamilan, paritas, pengetahuan ibu hamil tentang HIV, MTCT dan PMTCT, persepsi kerentanan terhadap HIV dan AIDS, persepsi keparahan HIV dan AIDS, persepsi manfaat tes HIV, persepsi halangan tes HIV, dukungan suami atau keluarga, dukungan petugas kesehatan, dukungan teman serta penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Pengambilan data dilakukan di Puskesmas II Denpasar Selatan dan di Puskesmas I Denpasar Utara. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara langsung pada responden. Pewawancara membacakan pertanyaan penelitian dan dijawab oleh responden. Wawancara dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh 4 orang tenaga kesehatan yang dilatih sebelumnya. Untuk menghindari pertanyaan yang terlewatkan pewawancara mengcek kembali lembar pertanyaan sebelum mengakhiri wawancara. Langkah-langkah yang dilakukan adalah : a. Peneliti meminta izin kepada responden agar dapat melakukan penelitian, dengan cara menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.
37
b. Peneliti memberikan lembar persetujuan menjadi responden dalam penelitian kepada calon responden. c. Peneliti membacakan pertanyaan pada responden. d. Responden menjawab secara langsung, dan peneliti mencatat jawaban dari responden. e. Semua informasi yang dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada hasil penelitian. f. Peneliti mengcek kembali semua pertanyaan sebelum mengakhiri wawancara, untuk menghindari pertanyaan yang terlewatkan. Apabila ada pertanyaan yang belum ditanyaakan maka peneliti menanyakan kembali kepada responden untuk mendapatkan data yang lengkap dan akurat. 4.8 Analisis Data 4.8.1 Teknik Pengolahan Data Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data di lokasi penelitian diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Editing Pada tahap ini data diperiksa untuk mengetahui kelengkapan data. Apabila ditemukan data yang kurang jelas atau kurang lengkap, maka dilengkapi dengan menanyakan kembali kepada responden. b. Scoring Beberapa variabel pada skala pengukuran pada saat pengumpulan data dikategorikan untuk kebutuhan analisis data sesuai tujuan penelitian.
38
1) Karakteristik responden dikategorikan sesuai dengan variasi data yang diperoleh dalam penelitian. 2) Variabel pengetahuan tentang HIV, MTCT dan PMTCT Ada 10 pertanyaan yang diajukan kepada responden untuk menilai pengetahuan tentang HIV, MTCT dan PMTCT. Dari 10 pertanyaan tersebut hanya 8 pertanyaan yang diskoring untuk memperoleh skor pengetahuan. Delapan pertanyaan tersebut adalah pertanyaan nomor 301, 303, 305, 306,307, 308, 309, 310. Nilai untuk jawaban benar dari masing-masing pertanyaan adalah 1 dan 0 untuk jawaban salah. Untuk pertanyaan nomor 305, 307 dan 310 bisa memiliki jawaban lebih dari satu, jadi semakin banyak jawaban benar semakin tinggi skor yang didapat. Nilai masing-masing pertanyaan dijumlahkan sehingga menjadi skor pengetahuan masing-masing responden. Skor pengetahuan seluruh responden
dijumlahkan
dan
selanjutnya
dihitung
skor
rata-rata
pengetahuan responden. Pengetahuan dikategorikan baik apabila skor yang diperoleh responden ≥ rata-rata, dan dikategorikan kurang baik apabila skor < rata-rata. 3) Variabel persepsi kerentanan terhadap HIV/AIDS. Ada 4 pertanyaan yang diajukan kepada responden untuk memperoleh nilai persepsi kerentanan terhadap HIV/AIDS. Pertanyaan tersebut adalah 401sampai dengan 404. Nilai untuk jawaban benar dari masing-masing pertanyaan adalah 1 dan 0 untuk jawaban salah. Seluruh skor yang diperoleh responden dijumlahkan dan dihitung nilai rata-ratanya. Responden dikategorikan memeiliki
39
kerentanan tinggi terhadap penyakit HIV/AIDS bila skor yang diperoleh ≥ rata-rata skor dan kerentanan rendah bila skor yang diperoleh < skor rata-rata. 4) Variabel persepsi keparahan penyakit HIV/AIDS. Pertanyaan untuk variabel ini adalah 405 sampai dengan 408. Nilai jawaban benar adalah 1 dan 0 untuk jawaban salah. Responden dikategorikan memeiliki keparahan tinggi terhadap penyakit HIV/AIDS bila skor yang diperoleh ≥ rata-rata skor keseluruhan responden dan persepsi keparahan rendah bila skor yang diperoleh < skor rata-rata. 5) Variabel manfaat tes HIV, terdapat dua pertanyaan persepsi manfaat tes HIV yaitu pertanyaan nomor 412 dan 413. Untuk pertanyaan 413 jawaban yang diberikan bisa lebih dari satu, jadi semakin banyak jawaban benar semakin tinggi skor yang diperoleh responden artinya semakin tinggi persepsi responden terhadap manfaat tes HIV. 6) Variabel halangan tes HIV, variabel ini memeiliki satu pertanyaan yaitu nomor 414 dengan jawaban bisa lebih dari satu. Semakin banyak jawaban yang diberikan responden semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi halangan yang dirasakan oleh ibu untuk melakukan tes HIV. 7) Variabel dukungan suami atau keluarga, variabel ini memiliki 3 pertanyaan yaitu nomor 505 sampai dengan 507. Responden dikategorikan mendapat dukungan yang baik dari suami atau keluarga untuk melakukan tes HIV, bila skor yang diperoleh ≥ rata-rata skor keseluruhan responden
40
dan dukungan suami atau keluarga dikategorikan kurang bila skor yang diperoleh < skor rata-rata. 8) Variabel dukungan petugas kesehatan, variabel ini memiliki 3 pertanyaan yaitu nomor 502 sampai dengan 504. Responden dikategorikan mendapat dukungan yang baik untuk melakukan tes HIV, bila skor yang diperoleh ≥ rata-rata skor keseluruhan responden dan dukungan dikategorikan kurang bila skor yang diperoleh < skor rata-rata. 9) Variabel dukungan teman untuk tes HIV. Variabel ini memiliki 3 pertanyaan yaitu nomor 508 sampai dengan 510. Responden dikategorikan mendapat dukungan yang baik dari teman untuk melakukan tes HIV, bila skor yang diperoleh ≥ rata-rata skor keseluruhan responden dan dukungan dikategorikan kurang bila skor yang diperoleh < skor rata-rata. c. Entering Data yang telah dikategorikan kemudian dimasukkan ke dalam Microsoft Excel, kemudian dibuatkan ke dalam softwere analisis data. d. Tabulating Data kemudian dianalisis dengan softwere dan disajikan secara deskriptif dalam bentuk tabel dan diinterpretasikan. 4.8.2 Teknik Analisis Data 1. Analisis univariat Analisis ini dilakukan secara deskriptif dengan tabel distribusi frekuensi yang meliputi karakteristik responden, variabel bebas dan variabel terikat. Analisis ini untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi dan proporsi dari
41
masing-masing variabel, baik variabel independen maupun variabel dependen. Data disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan proporsi untuk menjelaskan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. 2. Analisis bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk menilai hubungan satu variabel bebas dengan satu variabel tergantung. Untuk menilai apakah hubungan variabel bebas dengan variabel tergantung bermakna secara statistik maka dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square. Nilai OR=1 maka dikatakan tidak ada hubungan, dan jika nilai OR≠1 maka dikatakan ada hubungan. Nilai OR yang lebih dari 1 artinya faktor tersebut mendukung prilaku ibu hamil untuk menerima tes HIV. Jika nilai OR kurang dari 1 maka sebaliknya faktor tersebut dapat mencegah penerimaan ibu hamil untuk tes HIV. Tingkat kemaknaan hubungan dilihat menggunakan p value atau nilai p. Disebut bermakna secara statistik apabila nilai p≤0,05. Jika sebaliknya nilai p>0,05 maka hubungan tersebut tidak bermakna secara statistik 3. Analisis multivariat Analisis ini digunakan untuk menilai hubungan satu atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel tergantung. Sehingga didapatkan pengaruh masing-masing variabel tersebut terhadap variabel tergantung. Uji satatistik yang dipakai pada analisis ini adalah Regresi logistik.
42
4.9 Pertimbangan Etik Penelitian ini diajukan ke komisi etik untuk mendapatkan kelaikan etika penelitian. Upaya yang dilakukan peneliti agar aspek etik pada subjek penelitian terjaga adalah dengan memberikan Informed Concent terlebih dahulu sebelum subjek berpartisipasi. Dalam Informed Concent calon responden memperoleh gambaran dan tujuan penelitian, penjelasan prosedur, ketidaknyamanan dan risiko yang mungkin terjadi, keuntungan, kerahasiaan, tentang pemutusan dan penolakan berpartisipasi serta hak dan keluhan subjek. Partisipasi subjek dalam penelitian ini bersifat sukarela dan ketika subjek menolak berpatisipasi dalam penelitian maka tidak ada pengaruh terhadap haknya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Dalam penelitian ini juga mengutamakan kerahasiaan identitas subjek meskipun hasil penelitian ini kemungkinan akan dibagi dengan orang lain dan mungkin dipublikasikan dalam laporan ilmiah, namun kenyataan bahwa identitas subjek yang terlibat dalam penelitian ini tetap dirahasiakan.
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian dan Pelaksanaan PPIA Penelitian dilakukan di dua Puskesmas di Kota Denpasar, yaitu Puskesmas I Denpasar Utara dan Puskesmas II Denpasar Selatan. Pada proposal penelitian, peneliti membedakan kedua lokasi penelitian dari segi ketersediaan fasilitas layanan VCT di Puskesmas tersebut. Namun untuk analisis selanjutnya tidak dibedakan lagi oleh karena pada saat penelitian dilakukan, kedua Puskesmas sama-sama telah memiliki layanan tes HIV atau klinik VCT. Di Puskesmas II Denpasar Selatan dua orang bidan yang telah dilatih PPIA bertugas di KIA penawarkan tes HIV pada ibu hamil dilakukan bagi semua ibu hamil yang berkunjung untuk ANC. Ibu hamil yang bersedia di tes akan di minta data-data pendukung dan diminta persetujuan untuk tes, dilanjutkan ke laboratorium dan hasil dikembalikan ke bagian KIA. Hasil tes non reaktif, langsung disampaikan kepada ibu hamil oleh bidan KIA namun, hasil reaktif di buka di klinik VCT dan dilakukan konseling pasca tes HIV. Pelaksanaan PPIA di Puskesmas I Denpasar Utara sedikit berbeda, setelah ibu hamil setuju untuk tes HIV, maka akan dilanjutkan dengan pre tes konseling oleh konselor VCT dilanjutkan dengan tes di laboratorium dan untuk membuka hasil ibu hamil kembali ke VCT untuk konseling post tes dan baru kembali ke bagian KIA. Prosedur tes di Puskesmas ini lebih panjang begitupula
43
44
waktu yang dibutuhkan. Sehingga ada beberapa pasien yang memutuskan untuk kembali keesokan harinya untuk membuka hasil.
5.2 Karakteristik Responden Penelitian Variabel tergantung dari penelitian ini adalah penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Dari hasil pengumpulan data diperoleh penerimaan ibu hamil terhadap tes HIV seperti tabel 5.2.1 berikut. Tabel 5.2.1 Penerimaan Tes HIV pada Ibu Hamil Di Puskesmas Kota Denpasar Peneriman Tes HIV Ya Tidak Jumlah
n (%) 81(67,5) 39(32,5) 120(100)
Pada analisis univariat dapat dilihat bahwa ibu hamil yang menerima tes HIV sebanyak 67,7% dan yang tidak menerima tes HIV sebanyak 32,5%. Ibu hamil yang menerima tes HIV lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak menerima atau menolak tes HIV. Tabel 5.2.2 Karakteristik Responden Penelitian di Puskesmas Kota Denpasar Karakteristik Responden Umur <25 tahun ≥25 tahun Pekerjaan Tidak Bekerja Bekerja Pendidikan ≥ SMA < SMA Status Perkawinan Kawin
n=120
%
40 80
33,3 66,7
66 54
55,0 45,0
60 60
50,0 50,0
120
100
45
Lanjutan Tabel 5.2.2 Karakteristik Responden Paritas Multigravida Primigravida Jumlah kunjungan ANC ≥2 <2 Pengetahuan tentang HIV, MTCT dan PMTCT Baik Kurang Persepsi kerentanan terhadap HIV Ada Tidak ada Persepsi keparahan HIV/AIDS Tinggi Rendah Persepsi manfaat tes HIV Ada Tidak ada Persepsi halangan tes HIV Tidak ada Ada Dukungan suami atau keluarga Baik Kurang Dukungan petugas kesehatan Baik Kurang Dukungan teman Ada Tidak ada
n=120
%
78 42
65,0 35,0
107 13
89,2 10,8
74 46
61,7 38,3
100 20
83,3 16,7
87 33
72,5 27,5
113 7
94,2 5,8
81 39
67,5 32,5
57 63
47,5 52,5
109 11
90,8 9,2
13 107
10,9 89,2
Berdasarkan tabel 5.2.2 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar (66,7%) responden berumur diatas atau lebih dari 25 tahun. Begitupula dilihat dari pekerjaan, sebagian besar (55%) responden adalah tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga. Setengah (50%) responden adalah berpendidikan tinggi.
46
Dalam penelitian ditemukan bahwa semua responden dalam status kawin sehingga status perkawinan tidak bisa dikatakan sebagai variabel karena tidak ada variasi nilai status perkawinan. Sebagian besar (65%) responden sdang hamil yang kedua atau lebih (multigravida). Ibu hamil yang menjadi respnden dalam penelitian ini sebagaian besar (89,2%) melakukan kunjunga antenatal dua kali atau lebih. Dilihat dari pengetahuan responden tentang HIV, MTCT dan PMTCT dari keseluruhan
responden
ditemukan
bawa
61,7%
responden
memiliki
pengetahuan baik. Sebagian besar (83,3%) responden memiliki persepsi kerentanan terhadap HIV/AIDS. Begitupula mengenai persepsi keparahan sebagian besar responden (72,5%) memiliki persepsi bahwa penyakit HIV/AIDS merupakan penyakit dengan tingkat keparahan yang tinggi. Selain persepsi keparahan yang tinggi, dari keseluruhan responden 94,2% menjawab bahwa tes HIV selama kehamilan memiliki manfaat. Walaupun sebagian besar merasakan adanya manfaat tes HIV, namun masih ada responden yang merasa ada halangan untuk melakukan tes HIV yaitu sebesar 32,5%. Penerimaan tes HIV oleh ibu hamil juga tidak terlepas dari dukungan yang diberikan oleh orang sekitar pada ibu seperti dukungan suami atau keluarga, tenaga kesehatan dan teman. Dari tabel 5.2.2 dapat dilihat bahwa 47,5% responden menyatakan memiliki dukungan suami baik dan 52,5% responden memiliki dukungan suami yang kurang. Begitupula dukungan dari tenaga kesehatan yang memberi pelayanan saat ibu melakukan kunjungan antenatal,
47
hampir seluruh responden (90,8%) menyatakan dukungan petugas kesehatan baik. Tabel 5.1.2 diatas menunjukan hanya sebagian kecil (10,9%) responden mendapat dukungan dari teman untuk menerima tes HIV selama kehamilan. Distribusi responden mengenai sumber informasi HIV/AIDS, MTCT dan PMTCT serta alasan menerima maupun menolak tes HIV disajikan dalam tabel 5.2.3 berikut. Tabel 5.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban mengenai Sumber Informasi HIV/AIDS, MTCT, PMTCT, Alasan Menerima dan Menolak Tes HIV Jawaban Responden Sumber Informasi mengenai HIV/AIDS Media cetak Media elektronik Teman Keluarga Petugas Kesehatan Lainnnya Cara Penularan HIV/AIDS Hubungan seksual Darah yang terinfeksi virus HIV Jarum suntuk bergantian Dari ibu hamil ke bayi yang dikandung Penggunaan jarum suntik tidak steril Lainnya Waktu Penularan HIV/AIDS Sejak kehamilan Saat melahirkan Saat menyusui Tidak tahu Lainnya Cara Mengurangi Penularan HIV/AIDS Menggunakan obat untuk HIV/AIDS Tidak menyusui bayi Melahirkan dengan cara operasi Tidak tahu Lainnya
n=120
%
43 95 29 10 73 2
35,8 74,2 24,2 8,3 60,8 1,7
106 22 41 57 11 1
88,3 18,3 34,2 47,5 9,2 0,8
54 7 29 56 0
45,0 5,8 24,2 46,7 0,0
10 14 4 93 3
8,3 11,7 3,3 77,5 2,5
48
Lanjutan Tabel 5.2.3 Jawaban Responden Cara Mengurangi Penularan HIV/AIDS Menggunakan obat untuk HIV/AIDS Tidak menyusui bayi Melahirkan dengan cara operasi Tidak tahu Lainnya Alasan Menerima Tes HIV Untuk melindungi anak Untuk melindungi pasangan Untuk mengetahui status saya Merasa memiliki risiko Mengikuti anjuran petugas kesehatan Tidak tahu Lainnya Alasan Tidak Menerima Tes HIV Mahal Akses Jauh Waktu tidak sesuai jam kerja Takut diambil darah Takut hasil tes yang akan diterima Takut pandangan negatif orang lain yang melihat (takut dikucilkan di masyarakat) Merasa malu Tidak mendapat ijin suami/pasangan Lainnya
n=120
%
10 14 4 93 3
8,3 11,7 3,3 77,5 2,5
23 3 74 2 79 0 0
19,2 2,5 61,7 1,7 65,8 0,0 0,0
0 0 6 28 22 1
0,0 0,0 5,0 23,3 18,3 0,8
1 20 1
0,8 16,7 0,8
Tabel 5.2.3 diatas menunjukan bahwa sumber informasi tentang HIV/AIDS terbanyak didapat dari media elektronik yaitu sebesar 74,2%. Sumber informasi lainnya yang di ungkapkan oleh responden adalah dari petugas kesehatan sebesar 60,8% dan yang terbanyak ketiga adalah dari media cetak sebesar 35,8%. Mengenai cara penularan HIV/AIDS sebanyak 88,3% responden menjawab melalui hubungan seksual, 18,3% dari darah yang terinfeksi virus
49
HIV, Sedangkan cara penularan dari ibu hamil ke bayi yang dikandung sebesar 47,5%. Sebanyak 46,7% responden adalah tidak tahu kapan saat penularan virus HIV dari ibu ke bayi, 45,0% mengatakan sejak kehamilan dan 24,2% menjawab saat menysui. Mengenai cara mengurangi penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi sebanyak 77,5% responden menjawab tidak tahu. Hanya sebagian kecil responden menjawab dengan benar mengenai cara mengurangi penularan HIV dari ibu ke bayi. Sebanyak 65,8% responden mengatakan melakukan tes HIV oleh karena mengikuti anjuran petugas kesehatan. Alasan lainnya yang cukup banyak yaitu 61,7% responden mengatakan alasan tes HIV adalah oleh karena ingin tahu ststus HIV nya sendiri. Sedangkan responden yang menjawab alasan tes oleh karena untuk melindungi anak hanya sebesar 19,2%. Sebanyak 23,3% responden tidak menerima tes HIV oleh karena takut diambil darah. Selain takut diambil darah, takut hasil tes yang akan diterima merupakan alasan kedua untuk tidak menerima tes HIV (18,3%). Alasan lain yang dinyatakan responden untuk tidak tes HIV adalah karena tidak mendapat persetujuan suami (16,7%) dan sebanyak 5,0% responden menjawab waktu tes tidak sesuai jam kerja. Alasan tidak menerima tes oleh karena stigma yang dirasakan seperti adanya pandangan negatif orang yang melihat saat mengunjungi tempat tes HIV ataupun takut dikucilkan bila hasil tes positif hanya sebagian kecil dinyatakan responden.
50
5.3 Hubungan Penerimaan Tes HIV oleh Ibu Hamil dengan Variabel Independen Hubungan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil dengan variabel independen menggunakan uji chi-square disajikan pada Tabel 5.3. Tabel 5.3 Analisis Bivariat Hubungan Penerimaan Tes HIV oleh Ibu Hamil dengan Variabel Independen Variabel Independen Usia < 25 tahun ≥ 25tahun Pekerjaan Tidak bekerja Bekerja Pendidikan ≥ SMA < SMA Paritas Multigravida Primigravida Kunjungan ANC ≥2 <2 Pengetahuan Baik Kurang Persepsi kerentanan HIV/AIDS Ada Tidak ada Persepsi keparahan HIV/AIDS Tinggi Rendah Persepsi manfaat tes HIV Ada Tidak ada
Penerimaan tes HIV Ya Tidak n(%) n(%)
Nilai p*
30(75,0) 51(63,8)
10(25,0) 29(36,3)
50(75,8) 31(57,4)
16(24,2) 23(42,6)
0,033
41(68,3) 40(66,7)
19(31,7) 20(33,3)
0,845
52(66,7) 29(69,0)
26(33,3) 13(31,0)
0,791
74(69,2) 7(53,8)
33(30,8) 6(42,6)
0,266
58(78,4) 23(50,0)
16(21,6) 23(50,0)
0,001
72(72,0) 9(45,0)
28(28,0) 11(55,0)
0,019
67(77,0) 14(42,4)
20(23,0) 19(57,6)
<0,001
80(70,8) 1(14,3)
33(29,2) 6(85,7)
0,002
0,215
51
Variabel Independen
Persepsi halangan tes HIV Tidak ada Ada Dukungan suami atau keluarga Baik
Penerimaan tes HIV Ya Tidak n(%) n(%)
Nilai p*
81(100) 0(0,0)
0(0,0) 39(100)
50(87,7)
7(12,3)
31(49,2)
32(50,8)
74(67,9) 7(63,6)
35(32,1) 4(36,4)
0,774
8(61,5) 73(68,2)
5(38,5) 34(31,8)
0,627
<0,001
<0,001 Kurang Dukungan petugas kesehatan Baik Kurang Dukungan teman Baik Kurang *Chi-Square test
Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa faktor usia, pendidikan, paritas, jumlah kunjungan ANC, dukungan petugas kesehatan serta dukungan teman tiadak ada hubungan yang signifikan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Hasil analisis pekerjaan dengan penerimaan tes HIV pada ibu hamil diperoleh bahwa ada sebanyak 75,8% responden tidak bekerja atau hanya berperan sebagai ibu rumah tangga dan menerima tes HIV. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,033 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Hasil analisis pengetahuan tentang HIV, MTCT dan PMTCT dengan penerimaan tes HIV pada ibu hamil diperoleh bahwa ada sebanyak 78,4%
52
responden berpengetahuan baik dan menerima tes HIV. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai, p=0,001 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang HIV, MTCT dan PMTCT dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Hasil analisis persepsi kerentanan HIV dan AIDS dengan penerimaan tes HIV pada ibu hamil diperoleh bahwa ada sebanyak 72,0% responden menyatakan ada kerentanan terhadap HIV dan AIDS dan menerima tes HIV. Hasil uji statistik menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi kerentanan terhadap HIV dan AIDS dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil (p=0,019). Hasil analisis persepsi keparahan HIV dan AIDS dengan penerimaan tes HIV pada ibu hamil diperoleh bahwa ada sebanyak 77,0% responden memiliki keparahan yang tinggi terhadap HIV dan AIDS dan menerima tes HIV nilai p<0,001 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi keparahan HIV dan AIDS dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Hasil analisis persepsi manfaat tes HIV dengan penerimaan tes HIV pada ibu hamil diperoleh bahwa ada sebanyak 70,8% responden memiliki persepsi ada manfaat tes HIV dan AIDS dan menerima tes HIV dan nilai p=0,002, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi manfaat tes HIV dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Hasil analisis persepsi halangan tes HIV dengan penerimaan tes HIV pada ibu hamil diperoleh bahwa ada sebanyak 81(100%) responden memiliki
53
persepsi halangan yang rendah atau tidak ada halangan untuk tes HIV. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p<0,001, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi halangan tes HIV dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Tabel 5.3 diatas menunjukkan bahwa dukungan suami atau keluarga, memiliki hubungan yang signifikan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil dengan nilai p<0,001. 5.4 Hasil Analisis Multivariat Dari hasil uji bivariat, semua variabel yang mempunyai nilai p<0,25 maka disertakan dalam uji multivariat. Hasil uji multivariat dengan regresi logistik disajikan dalam table 5.4 berikut. Tabel 5.4 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penerimaan Tes HIV oleh Ibu Hamil Variabel Pekerjaan Tidak bekerja Bekerja Pengetahuan Baik Kurang Persepsi kerentanan Ada Tidak ada Persepsi keparahan Tinggi Rendah Persepsi manfaat Ada Tidak ada Dukungan suami atau keluarga Baik Kurang
OR
95% C.I.
Nilai p
2,816
1,070 – 7,416
0,036
1,614
0,508 – 5,128
0,417
1,574
0,405 – 6,118
0,512
3,392
1,076 – 10,692
0,037
4,901
0,472 – 50,946
0,183
8,711
2,887 – 26,279
<0,001
54
Hasil analisis multivariat, menggunakan regresi logistik. Untuk menguji apakah data fit untuk model ini maka dilakukan goodness of fit test. Dari output goodness of fit test didapatkan nilai p=0,459, ini menunjukkan bahwa data fit dengan model regresi logistik. Hasil
analisis
multivariat
menunjukkan
OR
pekerjaan
=2,816
(95%CI;1,070–7,416), berarti ibu hamil yang tidak bekerja 2,816 kali lebih mungkin untuk menerima tes HIV daripada ibu hamil yang bekerja. OR
persepsi
keparahan
terhadap
HIV/AIDS
adalah
3,392
(95%CI=1,076–10,692), berarti ibu hamil yang memiliki persepsi keparahan tinggi terhadap HIV/AIDS 3,392 kali lebih mungkin untuk menerima tes HIV daripada ibu hamil yang memiliki persepsi keparahan rendah terhadap HIV/AIDS. OR
dukungan
suami
atau
keluarga
adalah
8,711
(95%CI=2,887–26,279), berarti ibu hamil yang memiliki dukungan suami atau keluarga baik 8,711 kali lebih mungkin untuk menerima tes HIV daripada ibu hamil yang memiliki dukungan suami atau kelurga yang kurang baik. Untuk jumlah kunjungan ANC, pengetahuan tentang HIV, MTCT dan PMTCT, persepsi kerentanan dan persepsi manfaat setelah dilakukan analisis multivariat variabel tersebut tidak berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil.
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Penerimaan Tes HIV oleh Ibu Hamil Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (67,5%) ibu hamil di Kota Denpasar menerima tes HIV. Media elektonik merupakan sumber informasi terbanyak dijawab oleh responden sebagai sumber informasi tentang HIV/AIDS (74,2%). Informasi tentang HIV/AIDS yang mudah diakses oleh masyarakat seperti media elektronik akan sangat membantu masyarakat untuk mendapat informasi tentang HIV/AIDS. Berbagai alasan yang yang diungkapkan oleh ibu hamil untuk tidak menerima tes HIV adalah karena takut diambil darah, takut hasil tes yang akan diterima, tidak mendapat ijin dari suami dan alasan waktu yang tidak sesuai dengan jam kerja. Alasan untuk menerima tes HIV adalah oleh karena mengikuti anjuran petugas kesehatan, ingin tahu status HIV nya saja dan hanya sebagian kecil alasan untuk melindungi anak yang dikandung yang sesungguhnya merupakan tujuan tes HIV selama kehamilan. Alasan-alasan penolakan atau tidak menerima tes HIV selama kehamilan ini dapat dijadikan sebagai acuan oleh petugas kesehatan khususnya di pelayanan ANC agar memberi informasi selengkap-lengkapnya kepada ibu hamil dan suami atau keluarga terdekat ibu sehingga dapat mengurangi kehawatiran dengan hasil tes yang akan diterima. Penjelasan prosedur tes dan pendekatan yang baik pada ibu diharapkan mampu mengurangi ketakutan ibu saat diambil darah.
55
56
Dalam penelitian ditemukan bahwa faktor yang memiliki hubungan paling kuat dengan penerimaan tes HIV adalah faktor dukungan suami atau keluarga. Ibu hamil yang memiliki dukungan suami atau keluarga yang baik 8,771 kali lebih mungkin untuk menerima tes HIV dibandingkan dengan ibu yang memiliki dukungan yang kurang baik dari suami atau keluarga. Bentuk dukungan yang diberikan oleh suami atau keluarga dapat berupa informasi tentang HIV/AIDS, penularan vertikal, manfaat tes HIV maupun segala aspek informasi tenrkait HIV. Bentuk dukungan lainnya adalah berupa dukungan kepada ibu dengan mengantarkan ibu hamil ke tempat pelayanan tes HIV dan yang terpenting adalah bagaimana persetujuan yang diberikan oleh suami atau keluarga untuk ibu saat akan menjalani tes HIV. Dukungan dari suami atau keluarga merupakan salah satu bentuk dukungan yang dapat meningkatkan penerimaan ibu terhadap tes HIV selama masa kehamilan. Bentuk dukungan oleh suami atau keluarga merupakan diharapkan mampu menurunkan diskriminasi dan stigma terhadap penderita HIV/AIDS, dari suami atau keluarga. Sejalan dengan tujuan global dalam penanggulangan HIV di seluruh dunia, yaitu getting to zero (UNAIDS, 2010). Dalam tujuan global tersebut dijelaskan bahwa pengurangan infeksi baru, maupun pengurangan kematian akibat HIV/AIDS erat kaitannya dengan pengurangan diskriminasi dan stigma terhadap penderita HIV/AIDS. Rendahnya stigma dan diskriminasi pada penderita HIV akan memberi peluang besar dalam penaggulangan HIV/AIDS. Kematian akibat HIV/AIDS dapat diturunkan karena penderita mendapatkan dukungan yang baik dari
57
lingkungan terdekatnya seperti suami atau kelurga. Dukungan yang baik dari orang sekitar dan pengobatan, dapat
mengurangi penularan dari penderita
kepada orang lain termasuk penularan HIV dari ibu ke anak. Salah satu bentuk kegiatan pengurangan infeksi HIV dari ibu ke anak adalah dengan melakukan deteksi dini berupa tes HIV pada ibu hamil. Dukungan suami juga merupakan salah satu hal yang harus mendapat perhatian dalam pelaksanaan Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) oleh Kementerian Kesehatan. Program PPIA menjelaskan bahwa sangat perlu partisipasi suami untuk mendukung keberhasilan upaya Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak. Penelitian sejenis dengan rancangan kualitatif di Singaraja, Bali oleh Ariasih menyebutkan alasan ibu hamil tidak melakukan tes HIV adalah dikarenakan kuatnya budaya patriarki yang mempengaruhi penerimaan ibu hamil terhadap tes HIV. Hasil pnelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Semarang, Indonesia oleh PS dkk. pada tahun 2012. Dalam penelitian PS juga menemukan bahwa sebagian besar (51,1%) ibu hamil menerima tes HIV dan dukungan suami ditemukan sebagai faktor yang memiliki hubungan paling dominan terhadap prilaku penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Dalam penelitian tersebut dinyatakan ibu hamil dengan dukungan suami yang baik 15,711 kali lebih mungkin untuk menerima tes HIV daripada ibu hamil yang memiliki dukungan yang kurang.
58
Penerimaan terhadap tes HIV oleh ibu hamil yang tinggi juga terjadi di negara maju seperti Amerika. Penelitian yang dilakukan di Florida, Connecticut, dan New York City menemukan 86% ibu hamil melaporkan telah melakukan tes HIV. Sejalan pula penelitian yang dilakukan di Ethiophia oleh Ambaye tahun 2006 menyebutkan bahwa 74,1% ibu hamil bersedia untuk dikonseling dan melakukan tes HIV. Dalam penelitiannya juga menyebutkan bahwa peran pasangan untuk pengambilan keputusan dan reaksi pasangan terhadap hasil tes yang positif mempengaruhi ibu untuk menerima tes HIV. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori perubahan perilaku. Dukungan suami atau keluarga sesuai dengan teori Lawrence Green (1980) merupakan salah satu faktor penguat terjadinya perubahan perilaku. Hasil penelitian juga menemukan selain dukungan suami atau keluarga faktor yang ditemukan berhubungan secara signifikan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil adalah pekerjaan. Ibu hamil yang tidak bekerja memiliki kemungkinan lebih besar untuk menerima tes HIV dibandingkan dengan ibu yang bekerja. Faktor persepsi keparahan penyakit juga ditemukan berhubungan secara signifikan dengan penerimaan tes HIV. Sesui dengan teori Health Belief Model seseorang akan melakukan tindakan pengobatan atau pencegahan bila diancam oleh penyakit yang dirasakan lebih parah dibandingkan dengan penyakit yang dirasakan lebih ringan. Begitupula persepsi keparahan yang tinggi tentang penyakit HIV/AIDS akan membuat seseorang mengambil tindakan pencegahan atau deteksi dini terhadap penyakit tersebut.
59
6.2 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penerimaan Tes HIV oleh Ibu Hamil di Kota Denpasar Dalam penelitian ini didapatkan bahwa ibu hamil dengan usia lebih muda dari 25 tahun proporsi yang melakukan tes HIV (75,0%) lebih besar daripada usia yang sama atau lebih dari 25 tahun (64,8%). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa uji statistik dengan taraf signifikansi 5% diperoleh nilai p=0,57 yang berarti usia tidak berhubungan secara signifikan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian oleh Thior dkk. (2006) yang menemukan ibu dengan usia 21 atau lebih muda lebih mungkin untuk menerima tes HIV daripada ibu dengan usia 32 tahun atau lebih tua (OR=2,5;95%CI=1,8-3,7). Dalam penelitian tersebut dijelaskan ibu yang lebih tua lebih mungkin terkena HIV karena riwayat hubungan seksual sebelumnya. Hasil penelitian lainnya untuk menilai prediktor ibu hamil untuk tes HIV di antara peserta antenatal di Lusaka, Zambia, oleh Thierman dkk. (2006) juga menemukan hal yang sama bahwa wanita yang lebih muda dari 20 tahun (Adjusted Ratio Risk (ARR=1,14), lebih mungkin untuk menjalani tes HIV. Umur telah terbukti menjadi faktor yang signifikan dalam penentuan apakah ibu menerima tes HIV karena persepsi risiko lebih tinggi pada wanita yang lebih tua. Namun hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Bajunirwe dan Muzoora, (2005) di Uganda dengan menganalisis usia sebagai dikotomis variabel menggunakan 25 tahun sebagai cut off, usia tidak terkait dengan kesediaan untuk menerima tes HIV (OR=0,87;95%CI=0,471,62).
60
Penelitian oleh Demissie et.al (2009) dalam PS, dkk (2012) yang mengatakan bahwa perilaku ibu hamil untuk mengikuti tes HIV tidak hanya berhubungan
dengan
umur,
namun
berhubungan
dengan
pekerjaan,
pengetahuan, persepsi risiko, persepsi manfaat dan keterlibatan suami. Selain faktor umur, faktor karakteristik demografi lain yang dikumpulkan adalah pekerjaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang tidak bekerja proporsi untuk melakukan tes HIV lebih besar (75,8%) daripada ibu hamil yang bekerja (57,4%). Bekerja atau tidaknya ibu berhubungan secara signifikan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil (OR=2,816;95%CI=1,070–7,416). Dalam beberapa penelitian ditemukan bahwa pekerjaan berhubungan dengan penerimaan tes HIV dan ada pula yang menemukan pekerjaan tidak berhubungan dengan penerimaan tes HIV. Penelitian oleh PS, dkk (2012) di Semarang menemukan bahwa sebagian besar responden tidak bekerja dan proporsi yang menerima tes HIV sebagian besar adalah ibu hamil yang tidak bekerja. Secara statistik tidak ditemukan adanya hubungan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil dengan pekerjaan. Penelitian oleh Kwofie (2008) menemukan bahwa pekerjaan tidak berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil (OR=0,83;95%CI=0,41-1,68;P=0,71). Penelitian oleh Moges dan Amberbir, (2011) menyatakan pekerjaan berhubungan secara signifikan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Hal ini disebabkan oleh karena ibu yang bekeja lebih banyak terpapar oleh informasi tentang HIV/AIDS. Hasil penelitian ini berbeda karena justru ibu yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga yang ditemukan 2,816 kali lebih mungkin untuk menerima tes
61
HIV daripada ibu yang bekerja. Hal ini erat kaitannya dengan waktu yang dimiliki oleh ibu untuk melakukan tes HIV pada saat kunjungan ANC. Waktu yang terbatas yang dimiliki ibu bekerja membuat keenggan ibu untuk tes HIV. Hasil tabulasi silang antara pekerjaan dengan alasan bahwa waktu tes HIV yang tidak sesuai dengan jam kerja, diperoleh bahwa alasan waktu tidak sesuai jam keja merupakan alasan yang diungkapkan oleh ibu hamil yang bekerja. Hasil penelitian ini menemukan bahwa ibu hamil dengan pendidikan tinggi sedikit lebih tinggi (68,3%) penerimaannya terhadap tes HIV bila dibandingkan dengan ibu hamil yang berpendidikan rendah (66,7%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pendidikan tidak berhubungan secara signifikan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian oleh Banjurniwe dan Muzoora, (2005) dalam analisisnya menyebutkan, ibu yang memiliki pendidikan lebih dari tujuh tahun hampir 3 kali lebih mungkin untuk melaporkan kesediaan untuk di tes HIV dibandingkan dengan mereka yang belum tamat pendidikan dasar atau belum berpendidikan sama sekali (OR=2,8;95%CI 1,2-6,9). Hasil yang sama juga ditemukan dalam penelitian oleh Worku (2005). Wanita dengan pendidikan sekunder dan tersier adalah 3-5 kali lebih mungkin untuk menerima tes HIV dibandingkan ibu yang hanya berpendidikan dasar atau tidak sekolah (OR=2,88, 95%CI=1,43-5,84). Selain memang masih ada hasil penelitian yang berbeda namun, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Paoli, dkk (2004) yang mengatakan bahwa penerimaan ibu hamil terhadap tes HIV tidak hanya berhubungan dengan pendidikan, namun berhubungan dengan persepsi
62
kerentanan, persepsi keparahan, persepsi halangan, petunjuk berperilaku dan keterlibatan suami. Dalam penelitian status perkawinan tidak bisa dilihat hubungannya dengan penerimaan tes HIV karena semua responden dalam status menikah. Kondisi ini berbeda dengan penelitian di negara-negara lain karena lokasi dan karakteristik responden yang memang berbeda. Karakteristik dan situasi lokasi penelitian yang berbeda ini tentunya akan menjadi bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya tentang status perkawinan. Dilihat dari paritas hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi ibu hamil yang memiliki dua anak atau lebih 66,7% melakukan tes HIV, lebih besar bila dibandingkan dengan ibu hamil yang pertama atau ibu primipara. Namun secara statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan antara paritas ibu dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil (p=0,79) Hal ini senada dengan penelitian oleh PS, dkk (2012) yang menemukan bahwa tidak ada hubungan antara paritas ibu hamil dengan prilaku untuk tes HIV. Sejalan pula dengan Paoli dkk. (2004) bahwa prilaku ibu hamil untuk tes HIV tidak hanya dipengaruhi oleh paritas namun dipengaruhi pula oleh faktor-faktor lainnya. Jumlah kunjungan
ANC
juga
dikatakan
berpengararuh terhadap
penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Semakin banyak ANC yang dilakukan oleh ibu hamil semakin banyak pula informasi yang didapat oleh ibu hamil di tiap-tiap kunjungannya termasuk informasi tentang HIV/AIDS. Namun hasil penelitian ini berbeda karena menemukan bahwa jumlah kunjungan ANC tidak berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil (p=0,266).
63
Data hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan baik, proporsi yang melakukan tes HIV (78,4%) lebih besar daripada pengetahuan kurang (50,0%). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa uji statistik dengan taraf signifikansi 5% diperoleh dan nilai p adalah 0,001, yang berarti secara statistik ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil dengan penerimaan tes HIV. Namun setelah dilakukan uji secara multivariat pengetahuan ditemukan tidak berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil (OR=1,614;95%CI=0,508-5,128). Hal ini berbeda dengan dengan penelitian oleh Lamarque (2013), di Fort Dauphin, Madagascar yang menunjukkan bahwa pengetahuan tentang berbagai aspek HIV/AIDS adalah faktor yang ditemukan oleh peneliti bisa memainkan peran dalam keputusan untuk tes HIV. Berbeda pula dengan penelitian oleh Worku (2005) bahwa penerimaan tes HIV adalah bermakna dikaitkan dengan pengetahuan tentang penularan vertikal atau penularan HIV dari ibu ke bayi (OR=7,34;95%CI=3,44-15,67). Ibu yang tahu adanya intervensi yang dapat menurunkan risiko infeksi HIV juga sekitar 3 kali lebih mungkin untuk menerima
tes
HIV
dibandingkan
dengan
mereka
yang
tidak
(OR=3,26;95%CI=1,02-11,55). Perbedaan ini kemungkinan diakibatkan oleh penerimaan tes HIV tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pendidikan tetapi juga oleh faktor lainnya seperti adanya dukungan suami atau keluarga, persepsi tentang keparahan penyakit yang akan diderita bila tidak melakukan tes HIV dan faktor pekerjaan.
64
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa responden yang memiliki persepsi adanya kerentanan terhadap HIV/AIDS, melakukan tes HIV (72,0%) lebih besar daripada responden yang tidak memiliki persepsi kerentanan terhadap HIV/AIDS (45,0%). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa uji statistik dengan taraf signifikansi 5% diperoleh nilai p adalah 0,019, yang berarti secara statistik ada hubungan antara persepsi kerentanan terhadap HIV/AIDS dengan penerimaan tes HIV. Namun setelah dilakukan analisis multivariat persepsi kerentanan tidak berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil (OR=1,574;95%CI=0,405-6,118). Hasil ini berbeda dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh PS, dkk (2012) di Semarang yang menemukan bahwa persepsi kerentanan berhubungan secara signifikan dengan penerimaan tes HIV. Begitupula penelitian oleh Moges dan Amberbir (2011) di Ethiophia yang menemukan bahwa persepsi kerentanan berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Perbedaan hasil penelitian dengan penelitian sebelumnya disebabkan karena ibu hamil yang menerima tes HIV merasa kurang berisiko untuk terkena HIV namun tetap melakukan tes oleh karena mengikuti apa yang dianjurkan oleh petugas kesehatan. Hal ini terbukti dari keseluruhan jawaban yang diberikan oleh responden 65,8% adalah oleh karena mengikuti anjuran petugas kesehatan dan hanya 1,7% jawaban yang diberikan oleh karena memiliki risiko atau kerenatanan terhadap HIV/AIDS. Dari penelitian diperolah bahwa proporsi ibu hamil yang memiliki persepsi keparahan penyakit HIV/AIDS tinggi proporsi yang menerima tes HIV
65
(77,0%) lebih besar daripada persepsi keparahan rendah (42,4%). Hasil uji statistik menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi keparahan
dengan
penerimaan
(OR=3,392;95%CI=1,076-10,692).
tes Ibu
HIV
hamil
yang
oleh
ibu
memiliki
hamil persepsi
keparahan yang tinggi 3,392 kali lebih mungkin untuk menerima tes HIV daripada ibu yang memiliki persepsi keparahan yang rendah tentang HIV/AIDS. Hal ini sesuai dengan teori Health Belief Model yang menyatakan bahwa persepsi keparahan merupakan perasaan yang serius tertular penyakit atau meninggal karena tidak diobati. Sehingga menemukan kesulitan dalam pengobatan. Seseorang akan melakukan tindakan pengobatan atau pencegahan bila diancam oleh penyakit yang dirasakan lebih parah dibandingkan dengan penyakit yang dirasakan lebih ringan. Begitupula persepsi keparahan yang tinggi tentang penyakit HIV/AIDS akan membuat seseorang mengambil tindakan pencegahan atau deteksi dini terhadap penyakit tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi penerimaan tes HIV oleh ibu hamil yang memiliki persepsi adanya manfaat tes HIV jauh lebih besar (70,8%) daripada ibu hamil yang tidak memiliki persepsi bahwa tes HIV bermanfaat (14,3%). Hasil uji statistik juga menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara persepsi manfaat tes HIV dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil (0,002). Namun setelah dilakukan uji statistik secara multivariat persepsi tentang manfaat tes HIV tidak berhubungan dengan penerimaan tes HIV (OR=4,901;95%CI=0,472-50,946).
66
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Fernandez dkk. (2000) bahwa penerimaan tes HIV oleh ibu hamil ditemukan berkaitan dengan persepsi yang kuat tentang manfaat tes HIV. Teori Health Belief Model menyatakan bahwa persepsi manfaat ini mengungkapkan tentang kepercayaan akan efektifnya sebuah strategi yang dirancang dalam menanggulangi ancaman penularan penyakit. Tindakan yang dilakukan akan tergantung pada manfaat yang dirasakan oleh seseorang. Perbedaan ini terjadi disebabkan oleh karena responden yang melakukan tes HIV bukan hanya karena manfaat yang dirasakan tetapi lebih merujuk kepada mengikuti anjuran petugas kesehatan. Hal ini terbukti dari keseluruhan jawaban yang diberikan tentang alasan tes HIV, 65,8% jawaban yang diberikan oleh karena mengikuti anjuran petugas kesehatan. Sedangkan manfaat tes HIV selama kehamilan agar dapat melindungi anak yang dikandung hanya 19,2% dinyatakan oleh responden. Padahal manfaat untuk melindungi anak ini merupakan esensi sesungguhnya dari tes HIV selama kehamilan. Hasil penelitian menunjukkan, semua responden yang menerima tes HIV tidak mengalami hambatan atau halangan untuk tes dan semua responden yang tidak menerima tes HIV memiliki persepsi adanya hambatan untuk tes. Hambatan yang dirasakan oleh responden sehingga tidak menerima tes HIV adalah sebagian besar oleh karena takut diambil darah (23,3%), takut hasil tes yang akan diterima (18,3%), tidak mendapat ijin suami (16,7%) dan waktu tes tidak sesuai jam kerja (5,0%). Selain alasan tersebut masih ada yang merasa malu untuk tes HIV dan takut pandangan negatif masyarakat.
67
Alasan takut diambil darah dan takut hasil tes yang akan diterima juga ditemukan sebagai alasan untuk tidak menerima tes HIV dalam sebuah penelitian yang menggunakan pendekatan Health Belief Model di Northwestern Ethiopia (Moges dan Amberbir, 2011). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa responden yang memiliki dukungan suami yang baik dan menerima tes HIV sebesar 87,7%. Hasil uji statistik dengan chi-square menunjukan ada hubungan yang signifikan antara dukungan yang baik dari suami atau keluarga terhadap penerimaan tes HIV oleh ibu hamil dengan nilai p<0,001. Uji statistik multivariat menunjukan bahwa ibu hamil yang mendapat dukungan yang baik dari suami atau kelurga 8,711 kali lebih mungkin untuk menerima tes HIV dibandingkan ibu hamil yang
mendapat
dukungan
kurang
baik
dari
suami
atau
keluarga
(OR=8,711;CI=2,887-26,279). Hasil penelitian ini sesuai dengan teori perubahan perilaku. Dukungan suami atau keluarga sesuai dengan teori Lawrence Green (1980) merupakan salah satu faktor penguat terjadinya perubahan perilaku Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Paoli dkk. (2004) bahwa dukungan dari pasangan dan atau anggota keluarga akan menjadi faktor penting dalam menentukan apakah seorang wanita mampu sepenuhnya berpartisipasi dalam tes HIV untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi. Sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan oleh PS dkk. (2012) di Semarang Indonesia yang menyatakan bahwa faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap prilaku ibu hamil untuk tes HIV adalah dukungan suami.
68
Dukungan suami yang baik, 15,711 kali lebih memungkinkan ibu hamil untuk mengikuti tes HIV dibandingkan ibu hamil yang tidak mendapat dukungan suami. Senada pula dengan hasil penelitian yang dilakukan di Ethiopia, bahwa peran pasangan untuk pengambilan keputusan dan reaksi pasangan terhadap hasil tes yang positif mempengaruhi ibu untuk menerima tes HIV (Ambaye, 2006). Dukungan petugas kesehatan, dan dukungan teman dalam penelitian ini tidak berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Hal ini berbeda dengan penelitian oleh PS, dkk (2012) di Semarang, Indonesia yang menyatakan dukungan petugas kesehatan khususnya bidan berpengaruh terhadap penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Dukungan petugas kesehatan secara statistik mempunyai hubungan yang signifikan dengan prilaku tes HIV (p<0,001). Kodisi ini disebabkan oleh penerimaan tes HIV oleh ibu hamil dominan dikarenakan dukungan suami atau keluarga terdekat mereka. Begitu pula dukungan dari teman, hanya sedikit responden yang mendapat dukungan dari teman baik untuk dukungan informasi, anjuran untuk tes HIV maupun untuk mengantar ibu ke tempat tes HIV. Informasi-informasi yang diterima oleh ibu hamil terkait HIV/AIDS lebih banyak bersumber dari media elektonik.
6.3 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini tentunya tidak luput dari keterbatasan, adapun keterbatasan penelitian adalah adanya variabel yang disertakan dalam penelitian namun
69
setelah dilakukan pengumpulan data ternyata tidak ada variasi sehingga tidak bisa disebut sebagai variabel. Variabel yang dimaksud adalah adalah status perkawinan. Status perkawinan yang ditemukan pada seluruh responden adalah semua menikah. Selain itu dalam penelitian ini masih ada faktor-faktor yang ditemukan memperoleh hasil yang berbeda dari penelitian yang sudah ada sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut dengan metode yang berbeda ataupun jumlah sampel yang lebih besar.
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan 1. Alasan yang diungkapkan oleh ibu hamil untuk menerima tes HIV adalah oleh karena mengikuti anjuran petugas kesehatan, ingin tahu status HIV nya saja dan hanya sebagian kecil alasan untuk melindungi anak yang dikandung yang sesungguhnya merupakan tujuan tes HIV selama kehamilan. Alasan idak menerima tes HIV adalah karena takut diambil darah, takut hasil tes yang akan diterima tidak mendapat ijin dari suami dan alasan waktu yang tidak sesuai dengan jam kerja. 2. Faktor yang ditemukan berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil adalah dukungan suami atau keluarga, persepsi keparahan penyakit HIV/AIDS dan faktor bekerja atau tidaknya ibu. 3. Masih ada faktor-faktor yang ditemukan tidak ada hubungan secara signifikan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil seperti usia, pendidikan, paritas, jumlah kunjungan ANC, pengetahuan tentang HIV, MTCT dan PMTCT, persepsi kerentanan terhadap HIV/AIDS, persepsi manfaat tes HIV, persepsi halangan tes HIV, dukungan petugas kesehatan, serta dukungan teman.
70
71
7.2 Saran 1. Bagi
petugas
kesehatan
agar
memberikan
informasi
yang
selengkap-lengkapnya tentang prosedur tes, informasi tentang penularan HIV dari ibu ke bayi dan upaya untuk menurunkan risiko penularan tersebut. Dengan pemahaman yang baik diharapakan ibu mampu mengurangi ketakutan hasil tes yang akan diteima dan rasa takut saat diambil darah. Petugas kesehatan perlu juga melakukan edukasi kepada suami atau pasangan ibu hamil tentang tes HIV selama kehamilan untuk meningkatkan dukungan yang diberikan pada ibu agar menerima tes HIV. 2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota agar meningkatkan peran Bidan maupun Dokter Praktesk Swasta untuk melaksanakan program PPIA agar mampu menjangkau lebih banyak ibu hamil termasuk ibu hamil yang bekerja yang tidak memiliki waktu datang pada jam buka pelayanan Puskesmas. Perlu juga meningkatkan upaya promosi tentang HIV melalui media elektronik untuk memudahkan akses informasi oleh masyarakat. 3. Untuk peneliti selanjutnya perlu dilakukan studi yang lebih mendalam dengan pendekatan kualitatif untuk mengkaji kembali faktor-faktor yang tidak ditemukan berhubungan secara signifikan dengan penerimaan tes HIV.
72
DAFTAR PUSTAKA Aryasih, P.T. 2012 “Peran, Hambatan dan Tantangan Bidan di Layanan Antenatal Care (ANC) untuk Merujuk Ibu Hamil dalam Penemuan Kasus HIV di Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng Tahun 2011” (tesis). Denpasar : Universitas Udayana. Bajunirwe, F. dan Muzoora, M. 2005, Barriers to the Implementation of Programs for the Prevention of Mother-to-Child Ttransmission of HIV: a Crosssectional Survey in Rural and Urban Uganda, (AIDS Research and Therapy 2005, 2:10), Available from : http://www.aidsrestherapy.com/content/2/1/10 (Accessed : 2013, October 27). Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman pelayanan Konseling dan Testing HIV/AIDS Secara Sukarela (Vouluntary Counselling and Testin) Jakarta : Depkes RI Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2013. Laporan Bulanan Konseling dan Testing Sukarela (KTS/VCT). Denpasar Dinas Kesehatan Kota Denpasar, 2012. Laporan Bulanan Konseling dan Testing Sukarela (KTS/VCT). Denpasar Fanta, W. dan Worku, A. 2012. Determinants for refusal of HIV testing among women attending for antenatal care in Gambella Region, Ethiopia, (Reproductive Health, 9:8) Available from : http://www.reproductive-healthjournal.com/content/9/1/8 (Accessed 2013, September 25). Fernandez, M.I., Wilson, T.E., Ethier, K.A., Walter, E.B., Gay, C.L., Moore, J. 2000. Acceptance of HIV Testing During Prenatal Care”, (Public Health Reports September-October 2000, 460 Volume 115), Available From : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1308602/pdf/pubhealthrep000200066.pdf (Accessed : 2014, Januari 24). Kawichai, S., Celentano, D.D., Chariyalertask, S., Visturtartna, S., Short, O., Ruangyuttikarn, C., Chariyalertask, C., Genberg, B., Beyrer, C. 2007. Community-based Voluntary Counseling and Testing Services in Rural Communities of Chiang Mai Province, Northern Thailand, (AIDS Behav DOI 10.1007/s10461-007-9242-7), Available From : http://www.cbvct.med.ucla.edu/pubs/kawichai2.pdf (Accessed : 2013 September 27). Kementerian Kesehatan RI, 2010. Tes dan Konseling HIV Terintegrasi di Sarana Kesehatan/PITC Jakarta : Kemenkes RI.
73
Kementerian Kesehatan RI, 2012. Laporan Pemodelan Matematika Epidemi HIV di Indonesia. Jakarta : Kemenkes RI Kementerian Kesehatan RI, 2012. Data HIV/AIDS Indonesia. Ditjen P2PL Jakarta : Kemenkes RI Kementerian Kesehatan RI, 2012. Pedoman Nasional Pencegahan penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) Jakarta : Kemenkes RI Kementerian Kesehatan RI, 2013. Laporan Perkembagan HIV-AIDS Triwulan IV Tahun 2012. Jakarta : Kemenkes RI Kwuofie, 2008. ”Acceptance of HIV Counselling and Testing Among Pregnant Women in the Kumasi Metropolis” (tesis). Kumasi : Kwame Nkrumah University Of Science And Technology. Lamarque, K.J. 2013. “HIV Testing of Pregnant Women in the Fort Dauphin Region of Madagascar” (tesis). Madagascar : Stellenbosch University. Malaju, M.T. dan Alene, G.D. 2012. Assessment of utilization of providerinitiated HIV testing and counseling as an intervention for prevention of mother to child transmission of HIV and associated factors among pregnant women in Gondar town, North West Ethiopia, (BMC Public Health. 2012; 12: 226) Available from : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3350437/?tool=pmcentrez&report =abstract (Accessed : 2013, September 25). Moges, Z. dan Ambarbir, A. 2011. Factors Associated with Readiness to VCT Service Utilization among Pregnant Women Attending Antenatal Clinics in Northwestern Ethiopia : A Health Belief model Approac, (Ethiopian Jurnal Of Health Scinences, 21 (Supp1 1), pp.107-15) Available from : http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=3275874&tool=pmcen trez&rendert pe=abstract (Accessed : 2013, October 27). Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Paoli, De M.M., Manongi, R., Klepp, K.I. 2004. Factors influencing acceptability of Voluntary Counselling and HIV-testing Among Pregnant Women in Northern Tanzania (AIDS CARE (May 2004), Vol. 16, No. 4, pp. 411_/425) Available from : http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/09540120410001683358#.Uuxp_T1 _t1g (Accessed : 2013, September 25).
74
PS, T.L., Shaluhiyah, Z., Suryoputro, A. 2012. Prilaku Ibu Hamil untuk Tes HIV di Kelurahan bandarharjo dan Tanjung Mas Kota Semarang, Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol, 7/No.2/Agustus 2012 Available from : ejournal.undip.ac.id/index.php/jpki/article/download/5560/4942 (Accessed : 2014, Januari 15). Rosenstock, I.M., Strecher, V.J., Becker, M.H., 1988. Sosial Learning theory and health Belief Model. Health Education Quarterly, Vol 15 (2) : 175-183 Sarafino, E.P. 2006. Health Psychology : Biopsychosocial Interactions. Fifth Edition.USA : John Wiley & Sons. Sastroasmoro dan Ismael. 2011. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta : Sagung Seto Setiawan, B. 2011. “Determinan Pemanfaatan pelayanan klinik Voluntary Counseling and Testing (VCT) keliling bagi Wanita Pekerja Seks (WPS) di kabupaten Pelalawan-Propinsi Riau tahun 2011” (tesis). Jakarta : Universitas Indonesia. Sitepu, M. 2012. “Pengaruh Pengetahuan Persepsi Dan Motivasi PSK Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Klinik IMS/HIV-AIDS Di Puskesmas Bandar Baru”(tesis). Medan : Universitas Sumatera Utara. Sulastomo. 2007. Manajemen Kesehatan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Thierman, S., Chi, B.H., Levy, J.W., Srinkala, M., Goldenberg, R.L., Stinger, J. 2006. Individual-Level Predictors for HIV Testing Among Antenatal Attendees in Lusaka, Zambia, (American Journal of the Medical Sciences Volume 332 issue 1), Available from : http://journals.lww.com/amjmedsci/Abstract/2006/07000/Individual_Level_Predi ctors_for_HIV_Testing_Among.3.aspx (Accessed : 2014, Januari 15). Thior, I., Lesago, G., Grimes, J., Shaporo, R., Lockman, S., Kim, S., Kabaabetswe, P., Garmey, E., Montono, M., Peter, T., Chang, S.Y., Marlink, R., Essex, M. 2006. Voluntary counseling and testing among post-partum women in Botswana, (National Institutes Of Health Patient Educ Couns. 2007 March ; 65(3): 296–302), Available from : http://www.pec-journal.com/article/S0738 3991(06)00290/abstrac (Accessed : 2013 Juli 20). UNAIDS. 2010. Getting to Zero 2011-2015 Strategy Available at :http://www.unaids.org/en/media/unaids/contentassets/documents/unaidspublicati on/2010/jc2034_unaids_strategy_en.pdf
75
UNAIDS. 2012. Guidance on Provider-initiated HIV Testing and Counselling in Facilities. Available at : http://www.unaids.org UNAIDS. 2012. UNAIDS World AIDS Day Report. (online). Available at : http://www.unaids.org. Velozo, V.G., Portela, M.C., Vasconceiios, M.T.L., Matzenbacher, L.A., de Vasconcelos, A.L.R., Grinsztejn, B., Bastos, F. 2008. HIV Testing Among Pregnant Women in Brazil: Rates and Predictors Rev Saúde Pública 2008;42(5):859-67 Available from : http://www.scielo.br/pdf/rsp/v42n5/6970.pdf Wirawan, D.N, 2012 Bali, Setiap Tahun Diperkirakan 500 Ibu Hamil Tertular HIV/AIDS dari Suami Available from : http://www.aidsindonesia.com/2012/09/bali-setiap-tahun-diperkirakan-500ibu.html (Accessed : 2013 September 20). Worku, G. 2005. “Factors Determining Acceptance of Vouluntary HIV Testing Among Pregnant Women Attending Antenatal Clinic at Armed Force Hospitals in Addis Ababa (tesis). Addis Ababa. WHO. 2012. Draf Working Paper : Antiretroviral Treatment as HIV Prevention Translating Research to Implementation in Asia. Cambodia : WHO WHO-WPRO. 2006. The Integration of Harm Reduction into AbstinenceBased Therapeutic Communities: World Health Organization Western Pacific Regional Office. WHO. 2011 South-East Asia
Laporan Progres HIV/AIDS WHO Regional Office For
76
Lampiran 1 Output SPSS 1. Hasil Analisis Univariat Frequencies Statistics
N
Valid Missing
Mean Median Minimum Maximum Frequency Table
umur 120 0 27.81 27.00 17 42
pendidikan 120 0 3.36 3.50 1 5
pekerjaan 120 0 5.07 6.00 1 7
status_perka winan 120 0
paritas 120 0 1.94 2.00 1 4
umur Frequency Valid
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 42 Total
2 1 2 4 3 10 10 8 10 8 8 6 5 7 1 6 5 6 1 6 4 2 4 1 120
Percent 1.7 .8 1.7 3.3 2.5 8.3 8.3 6.7 8.3 6.7 6.7 5.0 4.2 5.8 .8 5.0 4.2 5.0 .8 5.0 3.3 1.7 3.3 .8 100.0
Valid Percent 1.7 .8 1.7 3.3 2.5 8.3 8.3 6.7 8.3 6.7 6.7 5.0 4.2 5.8 .8 5.0 4.2 5.0 .8 5.0 3.3 1.7 3.3 .8 100.0
Cumulative Percent 1.7 2.5 4.2 7.5 10.0 18.3 26.7 33.3 41.7 48.3 55.0 60.0 64.2 70.0 70.8 75.8 80.0 85.0 85.8 90.8 94.2 95.8 99.2 100.0
Pendidikan Frequency Valid
Tidak Sekolah SD/sederajat SMP/sederajat SMA/sederajat Akademi/Universitas Total
2 22 36 51 9 120
Percent 1.7 18.3 30.0 42.5 7.5 100.0
Valid Percent 1.7 18.3 30.0 42.5 7.5 100.0
Cumulative Percent 1.7 20.0 50.0 92.5 100.0
banyaknya_ anc 120 0 3.13 4.00 1 4
77
pekerjaan Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid PNS 2 1.7 1.7 1.7 Karyawati Swasta 31 25.8 25.8 27.5 Buruh 4 3.3 3.3 30.8 Dagang 9 7.5 7.5 38.3 Ibu Rumah Tangga 66 55.0 55.0 93.3 Lainnya 8 6.7 6.7 100.0 Total 120 100.0 100.0 Sataus Perkawinan Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Menikah 120 100.0 100.0 100.0 paritas Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Kehamilan Pertama 42 35.0 35.0 35.0 Kehamilan Kedua 47 39.2 39.2 74.2 Kehamilan Ketiga 27 22.5 22.5 96.7 Kehamilan Keempat atau Lebih 4 3.3 3.3 100.0 Total 120 100.0 100.0 banyaknya_anc Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Pemeriksaan Pertama 13 10.8 10.8 10.8 Pemeriksaan Kedua 22 18.3 18.3 29.2 Pemeriksaan Ketiga 21 17.5 17.5 46.7 Pemeriksaan Keempat atau 64 53.3 53.3 100.0 Lebih Total 120 100.0 100.0 Statistics Skor_Pengetahuan Skor_Kerentanan Skor_Keparahan Skor_Manfaat Skor_Hambatan N Valid 120 120 120 120 120 Missing 0 0 0 0 0 Mean 5.38 1.69 3.09 2.47 .68 Median 5.00 2.00 4.00 3.00 .00 Minimum 1 0 0 0 0 Maximum 16 4 4 5 4 Statistics Skor_dukungan_s Skor_dukungan_n Skor_dukungan_tema uami akes n N Valid 120 120 120 Missing 0 0 0 Mean 1.51 2.91 .17 Median 1.00 3.00 .00 Minimum 0 2 0 Maximum 3 3 3
78
Frequency Table Skor_Pengetahuan Frequency Valid
Valid
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 16 Total
0 1 2 3 4 Total
Percent Valid Percent 8 6.7 6.7 20 16.7 16.7 9 7.5 7.5 9 7.5 7.5 16 13.3 13.3 13 10.8 10.8 18 15.0 15.0 13 10.8 10.8 5 4.2 4.2 5 4.2 4.2 1 .8 .8 1 .8 .8 1 .8 .8 1 .8 .8 120 100.0 100.0 Skor_Kerentanan
Frequency 20 33 38 22 7 120
Frequency Valid
0 1 2 3 4 Total
5 11 17 22 65 120
Frequency Valid
Valid
0 1 2 3 4 5 Total
7 32 6 50 23 2 120
0 1 2 3 4 Total
Frequency 81 8 22 7 2 120
Percent Valid Percent 16.7 16.7 27.5 27.5 31.7 31.7 18.3 18.3 5.8 5.8 100.0 100.0 Skor_Keparahan Percent Valid Percent 4.2 4.2 9.2 9.2 14.2 14.2 18.3 18.3 54.2 54.2 100.0 100.0 Skor_Manfaat Percent Valid Percent 5.8 5.8 26.7 26.7 5.0 5.0 41.7 41.7 19.2 19.2 1.7 1.7 100.0 100.0 Skor_Hambatan Percent 67.5 6.7 18.3 5.8 1.7 100.0
Valid Percent 67.5 6.7 18.3 5.8 1.7 100.0
Cumulative Percent 6.7 23.3 30.8 38.3 51.7 62.5 77.5 88.3 92.5 96.7 97.5 98.3 99.2 100.0
Cumulative Percent 16.7 44.2 75.8 94.2 100.0
Cumulative Percent 4.2 13.3 27.5 45.8 100.0
Cumulative Percent 5.8 32.5 37.5 79.2 98.3 100.0
Cumulative Percent 67.5 74.2 92.5 98.3 100.0
79
Skor_dukungan_suami
Valid
Valid
0 1 2 3 Total
Frequency Percent Valid Percent 46 38.3 38.3 17 14.2 14.2 7 5.8 5.8 50 41.7 41.7 120 100.0 100.0 Skor_dukungan_nakes
2 3 Total
Frequency Percent Valid Percent 11 9.2 9.2 109 90.8 90.8 120 100.0 100.0 Skor_dukungan_teman
Cumulative Percent 38.3 52.5 58.3 100.0
Cumulative Percent 9.2 100.0
Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid 0 107 89.2 89.2 89.2 1 7 5.8 5.8 95.0 2 5 4.2 4.2 99.2 3 1 .8 .8 100.0 Total 120 100.0 100.0 [DataSet1] D:\HASIL PENELITIAN\DATA PENELITIAN arniti.sav revisi kode.sav Statistics Klp_pekerjaanBar status_perkawina Klp_umur u2 Klp_Pendidikan n N Valid 120 120 120 120 Missing 0 0 0 0 Mean 1.45 1.45 1.50 Median 1.00 1.00 1.50 Minimum 1 1 1 Maximum 2 2 2
N
Valid Missing
Mean Median Minimum Maximum
N
Valid Missing
Mean Median Minimum Maximum Frequency Table
Valid
< 25 tahun ≥25 tahun Total
Klp_ANC2 120 0 1.11 1.00 1 2
Statistics Persepsi_kerenta persepsi_kepara Persepsi_manfaa pengetahuan nan2 han t2 120 120 120 120 0 0 0 0 1.38 1.17 1.27 1.06 1.00 1.00 1.00 1.00 1 1 1 1 2 2 2 2
Statistics Persepsi_hambat an2 dukungan_suami2 120 120 0 0 1.33 1.53 1.00 2.00 1 1 2 2
Frequency 40 80 120
Klp_Paritas 120 0 1.26 1.00 1 2
dukungan_petuga s_kesehatan 120 0 1.09 1.00 1 2
Klp_umur Percent Valid Percent 33.3 33.3 66.7 66.7 100.0 100.0
dukungan_teman 120 0 1.89 2.00 1 2
Cumulative Percent 33.3 100.0
80
Klp_Pekerjaan2 Frequency 66 54 120
Valid
Tidak bekerja Bekerja Total
Valid
Pendidikan Tinggi Pendidikan Rendah Total
Percent Valid Percent 55.0 55.0 45.0 45.0 100.0 100.0 Klp_Pendidikan Frequency Percent Valid Percent 60 50.0 50.0 60 50.0 50.0 120 100.0 100.0
status_perkawinan Percent Valid Percent
Frequency Valid
Menikah
120
100.0
Cumulative Percent 55.0 100.0
Cumulative Percent 50.0 100.0
Cumulative Percent
100.0
100.0
Klp_Paritas
Frequency Valid
Valid
≤2 >2 Total
89 31 120 Klp_ANC2
Kunjungan ANC 2 kali atau lebih Kunjungan ANC pertama Total
Frequency 107 13 120
Percent 74.2 25.8 100.0
Percent 89.2 10.8 100.0
Valid Percent 74.2 25.8 100.0
Valid Percent 89.2 10.8 100.0
Cumulative Percent 74.2 100.0
Cumulative Percent 89.2 100.0
pengetahuan
Valid
Valid
Valid
Valid
Pengetahuan Baik Pengetahuan Kurang Total
ada tidak Total
Frequency 100 20 120
Frequency 74 46 120
Percent 61.7 38.3 100.0
Valid Percent 61.7 38.3 100.0
Persepsi_kerentanan2 Percent Valid Percent 83.3 83.3 16.7 16.7 100.0 100.0 persepsi_keparahan
Cumulative Percent 61.7 100.0
Cumulative Percent 83.3 100.0
Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Persepsi Keparahan Tinggi 87 72.5 72.5 72.5 Persepsi Keparahann Rendah 33 27.5 27.5 100.0 Total 120 100.0 100.0 Persepsi_manfaat2 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Ada 113 94.2 94.2 94.2 Tidak ada 7 5.8 5.8 100.0 Total 120 100.0 100.0
81
Persepsi_hambatan2 Percent Valid Percent 81 67.5 67.5 39 32.5 32.5 120 100.0 100.0 dukungan_suami2
Frequency Valid
Tidak ada Ada hambatan Total
Valid
baik kurang Total
Frequency 57 63 120
Percent Valid Percent 47.5 47.5 52.5 52.5 100.0 100.0 dukungan_petugas_kesehatan
Dukungan Petugas Kesehatan Baik Dukungan Petugas Kesehatan Kurang Total
Dukungan Teman Baik Dukungan Teman Kurang Total
Cumulative Percent 47.5 100.0
109
Valid Percent 90.8
Cumulative Percent 90.8
11
9.2
9.2
100.0
100.0
100.0
120 dukungan_teman
Frequency Valid
67.5 100.0
Percent 90.8
Frequency Valid
Cumulative Percent
13 107 120
Percent 10.8 89.2 100.0
Valid Percent 10.8 89.2 100.0
Cumulative Percent 10.8 100.0
Statistics
N
Valid Missing
P302_A 120 0
P302_B 120 0
N
Valid Missing
p305_B 120 0
p305_C 120 0
N
Valid Missing
p307c 120 0
p307d 120 0
N
Valid Missing
P310E 120 0
P412A 120 0
N
Valid Missing
P414A 120 0
N
Valid Missing
P412G 120 0 Statistics P414G 120 0
P302_C 120 0 Statistics p305_D 120 0 Statistics p307e 120 0 Statistics P412B 120 0 Statistics P414B 120 0
P414H 120 0
P414I 120 0
P302_D 120 0
P302_E 120 0
P302_F 120 0
p305_A 120 0
p305_E 120 0
p305_F 120 0
p307a 120 0
p307b 120 0
P310A 120 0
P310B 120 0
P310C 120 0
P310D 120 0
P412C 120 0
P412D 120 0
P412E 120 0
P412F 120 0
P414C 120 0
P414D 120 0
P414E 120 0
P414F 120 0
82
Frequency Table P302_A
Valid
Valid
Ya Tidak Total
YA TIDAK Total
Frequency 43 77 120
Frequency 95 25 120
Percent 35.8 64.2 100.0 P302_B Percent 79.2 20.8 100.0
Valid Percent 35.8 64.2 100.0
Valid Percent 79.2 20.8 100.0
Cumulative Percent 35.8 100.0
Cumulative Percent 79.2 100.0
P302_C
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
YA TIDAK Total
YA 2 Total
YA TIDAK Total
Frequency 29 91 120
Frequency 10 110 120
Percent 24.2 75.8 100.0 P302_D Percent 8.3 91.7 100.0 P302_E
Valid Percent 24.2 75.8 100.0
Valid Percent 8.3 91.7 100.0
Frequency 73 47 120
Percent 60.8 39.2 100.0 P302_F
Valid Percent 60.8 39.2 100.0
Frequency
Percent 1.7 98.3 100.0 p305_A
Valid Percent 1.7 98.3 100.0
YA TIDAK Total
2 118 120
YA TIDAK Total
Frequency 106 14 120
Percent 88.3 11.7 100.0 p305_B
Valid Percent 88.3 11.7 100.0
YA TIDAK Total
Frequency 22 98 120
Percent 18.3 81.7 100.0 p305_C
Valid Percent 18.3 81.7 100.0
YA TIDAK Total
Frequency 41 79 120
Percent 34.2 65.8 100.0
Valid Percent 34.2 65.8 100.0
Cumulative Percent 24.2 100.0
Cumulative Percent 8.3 100.0
Cumulative Percent 60.8 100.0
Cumulative Percent 1.7 100.0
Cumulative Percent 88.3 100.0
Cumulative Percent 18.3 100.0
Cumulative Percent 34.2 100.0
83
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
YA TIDAK Total
Frequency 57 63 120
Percent 47.5 52.5 100.0 p305_E
Valid Percent 47.5 52.5 100.0
YA TIDAK Total
Frequency 11 109 120
Percent 9.2 90.8 100.0 p305_F
Valid Percent 9.2 90.8 100.0
Frequency
Percent
Valid Percent
YA TIDAK Total
1 119 120
.8 99.2 100.0 p307a
.8 99.2 100.0
YA TIDAK Total
Frequency 54 66 120
Percent 45.0 55.0 100.0 p307b
Valid Percent 45.0 55.0 100.0
Frequency
Percent 5.8 94.2 100.0 p307c
Valid Percent 5.8 94.2 100.0
YA TIDAK Total
7 113 120
YA TIDAK Total
Frequency 29 91 120
Percent 24.2 75.8 100.0 p307d
Valid Percent 24.2 75.8 100.0
YA TIDAK Total
Frequency 56 64 120
Percent 46.7 53.3 100.0 p307e
Valid Percent 46.7 53.3 100.0
TIDAK
Frequency 120
Percent 100.0 P310A
Valid Percent 100.0
YA TIDAK Total
Frequency 10 110 120
Percent 8.3 91.7 100.0 P310B
Valid Percent 8.3 91.7 100.0
YA TIDAK Total
Frequency 14 106 120
Percent 11.7 88.3 100.0
Valid Percent 11.7 88.3 100.0
Cumulative Percent 47.5 100.0
Cumulative Percent 9.2 100.0
Cumulative Percent .8 100.0
Cumulative Percent 45.0 100.0
Cumulative Percent 5.8 100.0
Cumulative Percent 24.2 100.0
Cumulative Percent 46.7 100.0
Cumulative Percent 100.0 Cumulative Percent 8.3 100.0
Cumulative Percent 11.7 100.0
84
P310C Frequency Valid
Valid
Valid
Percent 3.3 96.7 100.0 P310D
Valid Percent 3.3 96.7 100.0
YA TIDAK Total
4 116 120
YA TIDAK Total
Frequency 93 27 120
Percent 77.5 22.5 100.0 P310E
Valid Percent 77.5 22.5 100.0
Frequency
Percent 2.5 97.5 100.0
Valid Percent 2.5 97.5 100.0
YA TIDAK Total
3 117 120
Cumulative Percent 3.3 100.0
Cumulative Percent 77.5 100.0
Cumulative Percent 2.5 100.0
412A
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
YA TIDAK Total
Frequency 23 97 120
Percent 19.2 80.8 100.0 P412B
Valid Percent 19.2 80.8 100.0
Frequency
Percent 2.5 97.5 100.0 P412C
Valid Percent 2.5 97.5 100.0
YA TIDAK Total
3 117 120
YA TIDAK Total
Frequency 74 46 120
Percent 61.7 38.3 100.0 P412D
Valid Percent 61.7 38.3 100.0
Frequency
Percent 1.7 98.3 100.0 P412E
Valid Percent 1.7 98.3 100.0
Cumulative Percent 19.2 100.0
Cumulative Percent 2.5 100.0
Cumulative Percent 61.7 100.0
Cumulative Percent
YA TIDAK Total
2 118 120
1.7 100.0
YA TIDAK Total
Frequency 79 41 120
Percent 65.8 34.2 100.0 P412F
Valid Percent 65.8 34.2 100.0
TIDAK
Frequency 120
Percent 100.0 P412G
Valid Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
TIDAK
Frequency 120
Percent 100.0
Valid Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
Cumulative Percent 65.8 100.0
85
P414A
Valid
Valid
TIDAK
Frequency 120
Percent 100.0 P414B
Valid Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
TIDAK
Frequency 120
Percent 100.0 P414C
Valid Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
Frequency Valid
Valid
Valid
Valid
YA 2 Total
6 114 120
Valid
Valid
Valid Percent 5.0 95.0 100.0
1 TIDAK Total
Frequency 28 92 120
Percent 23.3 76.7 100.0 P414E
Valid Percent 23.3 76.7 100.0
YA TIDAK Total
Frequency 22 98 120
Percent 18.3 81.7 100.0 P414F
Valid Percent 18.3 81.7 100.0
Frequency
Percent
Valid Percent
YA TIDAK Total
1 119 120
Frequency Valid
Percent 5.0 95.0 100.0 P414D
.8 99.2 100.0 P414G Percent
.8 99.2 100.0
Valid Percent
YA TIDAK Total
1 119 120
.8 99.2 100.0 P414H
.8 99.2 100.0
YA TIDAK Total
Frequency 20 100 120
Percent 16.7 83.3 100.0 P414I
Valid Percent 16.7 83.3 100.0
Frequency
Percent
Valid Percent
YA TIDAK Total
1 119 120
.8 99.2 100.0
.8 99.2 100.0
Cumulative Percent 5.0 100.0
Cumulative Percent 23.3 100.0
Cumulative Percent 18.3 100.0
Cumulative Percent .8 100.0
Cumulative Percent .8 100.0
Cumulative Percent 16.7 100.0
Cumulative Percent .8 100.0
86
P414C YA Klp_pekerjaanBaru 2
Tidak bekerja Bekerja
Total
2.
Count % within Klp_pekerjaanBaru2 % within P414C Count % within Klp_pekerjaanBaru2 % within P414C Count % within Klp_pekerjaanBaru2 % within P414C
2
0 .0% .0% 6 11.1% 100.0% 6 5.0% 100.0%
Total
66 100.0% 57.9% 48 88.9% 42.1% 114 95.0% 100.0%
66 100.0% 55.0% 54 100.0% 45.0% 120 100.0% 100.0%
Hasil Analisis Bivariat
Klp_umur * menerima_tes Klp_pekerjaanBaru2 * menerima_tes Klp_Pendidikan * menerima_tes Klp_Paritas * menerima_tes Klp_ANC2 * menerima_tes pengetahuan * menerima_tes Persepsi_kerentanan2 * menerima_tes persepsi_keparahan * menerima_tes Persepsi_manfaat2 * menerima_tes Persepsi_hambatan2 * menerima_tes dukungan_suami2 * menerima_tes dukungan_petugas_kesehatan * menerima_tes dukungan_teman * menerima_tes
[Case Processing Summary Cases Valid Missing N Percent N Percent 120 100.0% 0 .0% 120 100.0% 0 .0%
Total N 120 120
Percent 100.0% 100.0%
120 120 120 120 120
100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
0 0 0 0 0
.0% .0% .0% .0% .0%
120 120 120 120 120
100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
120
100.0%
0
.0%
120
100.0%
120
100.0%
0
.0%
120
100.0%
120
100.0%
0
.0%
120
100.0%
120
100.0%
0
.0%
120
100.0%
120
100.0%
0
.0%
120
100.0%
120
100.0%
0
.0%
120
100.0%
Klp_umur * menerima_tes Crosstab
Klp_umur
< 25 tahun
≥25 tahun
Total
Count % within Klp_umur25 % within menerima_tes Count % within Klp_umur25 % within menerima_tes Count % within Klp_umur25 % within menerima_tes
menerima_tes Menerima Tes Tidak Menerima HIV Tes HIV 30 10 75.0% 25.0% 37.0% 25.6% 51 29 63.8% 36.3% 63.0% 74.4% 81 39 67.5% 32.5% 100.0% 100.0%
Total 40 100.0% 33.3% 80 100.0% 66.7% 120 100.0% 100.0%
87
Value .323a .139 .322
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2df sided) 1 .570 1 .710 1 .570
Exact Sig. (2sided)
Pearson Chi-Square Continuity Correction b Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association .320 1 .572 N of Valid Cases 120 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.55. b. Computed only for a 2x2 table
Exact Sig. (1sided)
.696
.354
Risk Estimate
Odds Ratio for Klp_umur (< 28 tahun / >= 28 tahun) For cohort menerima_tes = Menerima Tes HIV For cohort menerima_tes = Tidak Menerima Tes HIV N of Valid Cases
Value 1.249
95% Confidence Interval Lower Upper .580 2.687
1.075
.835
1.385
.861
.515
1.441
120
Klp_pekerjaanBaru2 * menerima_tes Crosstab
Klp_peke Tidak bekerja rjaanBar u2 Bekerja
Total
Count % within Klp_pekerjaanBaru2 % within menerima_tes Count % within Klp_pekerjaanBaru2 % within menerima_tes Count % within Klp_pekerjaanBaru2 % within menerima_tes
Value 4.559a 3.761 4.560
df
menerima_tes Tidak Menerima Tes Menerima HIV Tes HIV 50 16 75.8% 24.2% 61.7% 41.0% 31 23 57.4% 42.6% 38.3% 59.0% 81 39 67.5% 32.5% 100.0% 100.0%
Asymp. Sig. (2sided) .033 .052 .033
Total 66 100.0% 55.0% 54 100.0% 45.0% 120 100.0% 100.0%
Exact Sig. (2sided)
Pearson Chi-Square 1 Continuity Correction b 1 Likelihood Ratio 1 Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association 4.521 1 .033 N of Valid Cases 120 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.55. c. Computed only for a 2x2 table
.049
Exact Sig. (1-sided)
.026
88
Risk Estimate Value 2.319
Odds Ratio for Klp_pekerjaanBaru2 (Tidak bekerja / Bekerja) For cohort menerima_tes = Menerima Tes HIV For cohort menerima_tes = Tidak Menerima Tes HIV N of Valid Cases
95% Confidence Interval Lower Upper 1.063 5.056
1.320
1.010
1.724
.569
.336
.964
120
Klp_Pendidikan * menerima_tes Crosstab
Klp_Pe ndidika n
Pendidikan Tinggi
Pendidikan Rendah
Total
menerima_tes Menerima Tidak Menerima Tes HIV Tes HIV Count 41 19 % within Klp_Pendidikan 68.3% 31.7% % within menerima_tes 50.6% 48.7% Count 40 20 % within Klp_Pendidikan 66.7% 33.3% % within menerima_tes 49.4% 51.3% Count 81 39 % within Klp_Pendidikan 67.5% 32.5% % within menerima_tes 100.0% 100.0% Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2sided) .845 1.000 .845
Value df Pearson Chi-Square .038a 1 Continuity Correction b .000 1 Likelihood Ratio .038 1 Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association .038 1 .846 N of Valid Cases 120 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.50. d. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Odds Ratio for Klp_Pendidikan (Pendidikan Tinggi / Pendidikan Rendah) For cohort menerima_tes = Menerima Tes HIV For cohort menerima_tes = Tidak Menerima Tes HIV N of Valid Cases Klp_Paritas * menerima_tes
Value 1.079
95% Confidence Interval Lower Upper .502 2.317
1.025
.800
1.314
.950
.567
1.591
120
Total 60 100.0% 50.0% 60 100.0% 50.0% 120 100.0% 100.0%
Exact Sig. (2sided)
1.000
Exact Sig. (1sided)
.500
89
Crosstab
Klp_Pa ritas
Paritas Kurang dari atau sama dengan 2 Paritas Lebih dari 2
Total
menerima_tes Menerima Tes Tidak Menerima HIV Tes HIV 62 27 69.7% 30.3% 76.5% 69.2% 19 12 61.3% 38.7% 23.5% 30.8% 81 39 67.5% 32.5% 100.0% 100.0%
Count % within Klp_Paritas % within menerima_tes Count % within Klp_Paritas % within menerima_tes Count % within Klp_Paritas % within menerima_tes
Total 89 100.0% 74.2% 31 100.0% 25.8% 120 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2sided) .391 .526 .396
Value df Pearson Chi-Square .735a 1 Continuity Correction b .403 1 Likelihood Ratio .721 1 Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association .729 1 .393 N of Valid Cases 120 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.08. b. Computed only for a 2x2 table
Exact Sig. (2sided)
Exact Sig. (1sided)
.505
.261
Risk Estimate
Odds Ratio for Klp_Paritas (Paritas Kurang dari atau sama dengan 2 / Paritas Lebih dari 2) For cohort menerima_tes = Menerima Tes HIV For cohort menerima_tes = Tidak Menerima Tes HIV N of Valid Cases
Value 1.450
95% Confidence Interval Lower Upper .618 3.401
1.137
.832
1.552
.784
.455
1.349
120
Klp_ANC2 * menerima_tes Crosstab
Klp_ANC2
Total
Kunjungan ANC 2 kali atau lebih
Count % within Klp_ANC2 % within menerima_tes Kunjungan Count ANC pertama % within Klp_ANC2 % within menerima_tes Count % within Klp_ANC2 % within menerima_tes
menerima_tes Menerima Tes Tidak Menerima HIV Tes HIV 74 33 69.2% 30.8% 91.4% 84.6% 7 6 53.8% 46.2% 8.6% 15.4% 81 39 67.5% 32.5% 100.0% 100.0%
Total 107 100.0% 89.2% 13 100.0% 10.8% 120 100.0% 100.0%
90
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2sided) .266 .424 .277
Exact Sig. (1sided)
Exact Sig. (2sided)
Value df Pearson Chi-Square 1.239a 1 Continuity Correction b .639 1 Likelihood Ratio 1.180 1 Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association 1.229 1 .268 N of Valid Cases 120 a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.23. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Lower Upper Odds Ratio for Klp_ANC2 1.922 .600 6.162 (Kunjungan ANC 2 kali atau lebih / Kunjungan ANC pertama) For cohort menerima_tes = 1.284 .764 2.158 Menerima Tes HIV For cohort menerima_tes = .668 .348 1.283 Tidak Menerima Tes HIV N of Valid Cases 120
.348
.209
pengetahuan * menerima_tes Crosstab
pengetah uan
Pengetahuan Baik
Pengetahuan Kurang Total
Count % within pengetahuan % within menerima_tes Count % within pengetahuan % within menerima_tes Count % within pengetahuan % within menerima_tes
Value 10.413a 9.160 10.303
menerima_tes Tidak Menerima Tes Menerima HIV Tes HIV 58 16 78.4% 21.6% 71.6% 41.0% 23 23 50.0% 50.0% 28.4% 59.0% 81 39 67.5% 32.5% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2df sided) 1 .001 1 .002 1 .001
Exact Sig. (2sided)
Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear 10.327 1 .001 Association N of Valid Cases 120 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.95.
.002
Total 74 100.0% 61.7% 46 100.0% 38.3% 120 100.0% 100.0%
Exact Sig. (1-sided)
.001
91
Risk Estimate Value 3.625
Odds Ratio for pengetahuan (Pengetahuan Baik / Pengetahuan Kurang) For cohort menerima_tes = 1.568 Menerima Tes HIV For cohort menerima_tes = .432 Tidak Menerima Tes HIV N of Valid Cases 120 Persepsi_kerentanan2 * menerima_tes
95% Confidence Interval Lower Upper 1.628 8.069
1.147
2.143
.257
.728
Crosstab
Persepsi_ker entanan2
ada
tidak
Total
Count % within Persepsi_kerentanan2 % within menerima_tes Count % within Persepsi_kerentanan2 % within menerima_tes Count % within Persepsi_kerentanan2 % within menerima_tes
Value 5.538a 4.376 5.223
menerima_tes Menerima Tes Tidak Menerima HIV Tes HIV 72 28 72.0% 28.0% 88.9% 71.8% 9 11 45.0% 55.0% 11.1% 28.2% 81 39 67.5% 32.5% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2df sided) 1 .019 1 .036 1 .022
Pearson Chi-Square Continuity Correction b Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association 5.492 1 .019 N of Valid Cases 120 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.50. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate
Odds Ratio for Persepsi_kerentanan2 (ada / tidak) For cohort menerima_tes = Menerima Tes HIV For cohort menerima_tes = Tidak Menerima Tes HIV N of Valid Cases
Value 3.143
95% Confidence Interval Lower Upper 1.176 8.400
1.600
.971
2.637
.509
.307
.844
120
Exact Sig. (2sided)
.034
Total 100 100.0% 83.3% 20 100.0% 16.7% 120 100.0% 100.0%
Exact Sig. (1-sided)
.020
92
persepsi_keparahan * menerima_tes
Crosstab
persepsi_k eparahan
Persepsi Keparahan Tinggi Persepsi Keparahann Rendah
Total
Count % within persepsi_keparahan % within menerima_tes Count % within persepsi_keparahan % within menerima_tes Count % within persepsi_keparahan % within menerima_tes
menerima_tes Menerima Tes Tidak Menerima HIV Tes HIV 67 20 77.0% 23.0% 82.7% 51.3% 14 19 42.4% 57.6% 17.3% 48.7% 81 39 67.5% 32.5% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2df sided) 1 .000 1 .001 1 .000
Value 13.047a 11.518 12.542
Exact Sig. (2sided)
Pearson Chi-Square Continuity Correction b Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association 12.938 1 .000 N of Valid Cases 120 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.73. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate
Odds Ratio for persepsi_keparahan (Persepsi Keparahan Terhadap HIV Tinggi / Persepsi Keparahann Terhadap HIV Rendah) For cohort menerima_tes = Menerima Tes HIV For cohort menerima_tes = Tidak Menerima Tes HIV N of Valid Cases
Value 4.546
95% Confidence Interval Lower Upper 1.939 10.659
1.815
1.200
2.745
.399
.246
.647
120
.000
Total 87 100.0% 72.5% 33 100.0% 27.5% 120 100.0% 100.0%
Exact Sig. (1-sided)
.000
93
Persepsi_manfaat2 * menerima_tes Crosstab
Persepsi_m Ada anfaat2 Tidak ada
Total
Count % within Persepsi_manfaat2 % within menerima_tes Count % within Persepsi_manfaat2 % within menerima_tes Count % within Persepsi_manfaat2 % within menerima_tes
Value 9.596a 7.192 9.102
menerima_tes Tidak Menerima Tes Menerima Tes HIV HIV 80 33 70.8% 29.2% 98.8% 84.6% 1 6 14.3% 85.7% 1.2% 15.4% 81 39 67.5% 32.5% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2df sided) 1 .002 1 .007 1 .003
Exact Sig. (2sided)
Pearson Chi-Square Continuity Correction b Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association 9.516 1 .002 N of Valid Cases 120 a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.28. b. Computed only for a 2x2 table
Total 113 100.0% 94.2% 7 100.0% 5.8% 120 100.0% 100.0%
Exact Sig. (1sided)
.005
.005
Risk Estimate Value 14.545
Odds Ratio for Persepsi_manfaat2 (Ada / Tidak ada) For cohort menerima_tes = Menerima Tes HIV For cohort menerima_tes = Tidak Menerima Tes HIV N of Valid Cases Persepsi_hambatan2 * menerima_tes
95% Confidence Interval Lower Upper 1.685 125.558
4.956
.804
30.538
.341
.225
.517
120
Crosstab
Persepsi_hambata n2
Tidak ada
Ada hambatan
Total
Count % within Persepsi_hambatan2 % within menerima_tes Count % within Persepsi_hambatan2 % within menerima_tes Count % within Persepsi_hambatan2 % within menerima_tes
menerima_tes Tidak Menerima Menerima Tes HIV Tes HIV 81 0 100.0% .0% 100.0% .0% 0 39 .0% 100.0% .0% 100.0% 81 39 67.5% 32.5% 100.0% 100.0%
Total 81 100.0% 67.5% 39 100.0% 32.5% 120 100.0% 100.0%
94
Value 120.000a 115.485 151.339
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2df sided) 1 .000 1 .000 1 .000
Exact Sig. (2sided)
Pearson Chi-Square Continuity Correction b Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association 119.000 1 .000 N of Valid Cases 120 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.68. b. Computed only for a 2x2 table
Exact Sig. (1sided)
.000
.000
Risk Estimate Value a Odds Ratio for Persepsi_hambatan2 (Tidak ada / Ada hambatan) a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only computed for a 2*2 table without empty cells. dukungan_suami2 * menerima_tes
Crosstab
dukungan_suami2
baik
kurang
Total
menerima_tes Menerima Tes Tidak Menerima HIV Tes HIV 50 7 87.7% 12.3% 61.7% 17.9% 31 32 49.2% 50.8% 38.3% 82.1% 81 39 67.5% 32.5% 100.0% 100.0%
Count % within dukungan_suami2 % within menerima_tes Count % within dukungan_suami2 % within menerima_tes Count % within dukungan_suami2 % within menerima_tes Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value df sided) 20.233a 1 .000 18.516 1 .000 21.556 1 .000
Exact Sig. (2sided)
Pearson Chi-Square Continuity Correction b Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association 20.064 1 .000 N of Valid Cases 120 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18.53. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate
Odds Ratio for dukungan_suami2 (baik / kurang) For cohort menerima_tes = Menerima Tes HIV For cohort menerima_tes = Tidak Menerima Tes HIV N of Valid Cases
Value 7.373
95% Confidence Interval Lower Upper 2.902 18.735
1.783
1.362
2.333
.242
.116
.504
120
.000
Total 57 100.0% 47.5% 63 100.0% 52.5% 120 100.0% 100.0%
Exact Sig. (1sided)
.000
95
dukungan_petugas_kesehatan * menerima_tes Crosstab
dukungan_petugas _kesehatan
Dukungan Petugas Kesehatan Baik Dukungan Petugas Kesehatan Kurang
Total
Count % within dukungan_petugas_kesehatan % within menerima_tes Count % within dukungan_petugas_kesehatan % within menerima_tes Count % within dukungan_petugas_kesehatan % within menerima_tes Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2sided) Exact Sig. (2-sided) .774 1.000 .776 .747 .775
Value df Pearson Chi-Square .082a 1 Continuity Correction b .000 1 Likelihood Ratio .081 1 Fisher's Exact Test Linear-by-Linear .082 1 Association N of Valid Cases 120 a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.58. b. Computed only for a 2x2 table
menerima_tes Tidak Menerima Menerima Tes HIV Tes HIV 74 35 67.9% 32.1% 91.4% 89.7% 7 4 63.6% 36.4% 8.6% 10.3% 81 39 67.5% 32.5% 100.0% 100.0%
Total 109 100.0% 90.8% 11 100.0% 9.2% 120 100.0% 100.0%
Exact Sig. (1-sided)
.507
Risk Estimate
Odds Ratio for dukungan_petugas_kesehatan (Dukungan Petugas Kesehatan Baik / Dukungan Petugas Kesehatan Kurang) For cohort menerima_tes = Menerima Tes HIV For cohort menerima_tes = Tidak Menerima Tes HIV N of Valid Cases
Value 1.208
95% Confidence Interval Lower Upper .332 4.400
1.067
.670
1.698
.883
.386
2.021
120
dukungan_teman * menerima_tes
Crosstab
dukungan_teman
Dukungan Teman Baik Dukungan Teman Kurang
Total
Count % within dukungan_teman % within menerima_tes Count % within dukungan_teman % within menerima_tes Count % within dukungan_teman % within menerima_tes
menerima_tes Menerima Tes Tidak Menerima Tes HIV HIV 8 5 61.5% 38.5% 9.9% 12.8% 73 34 68.2% 31.8% 90.1% 87.2% 81 39 67.5% 32.5% 100.0% 100.0%
Total 13 100.0% 10.8% 107 100.0% 89.2% 120 100.0% 100.0%
96
Value .236a .030 .230
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2df sided) 1 .627 1 .863 1 .631
Exact Sig. (2sided)
Pearson Chi-Square Continuity Correction b Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear .234 1 .628 Association N of Valid Cases 120 a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.23. b. Computed only for a 2x2 table
.755
Exact Sig. (1sided)
.421
Risk Estimate
Odds Ratio for dukungan_teman (Dukungan Teman Baik / Dukungan Teman Kurang) For cohort menerima_tes = Menerima Tes HIV For cohort menerima_tes = Tidak Menerima Tes HIV N of Valid Cases
Value .745
95% Confidence Interval Lower Upper .227 2.447
.902
.576
1.413
1.210
.577
2.541
120
3. Hasil Analisis Multivariat DataSet1] D:\HASIL PENELITIAN\DATA PENELITIAN arniti.sav revisi kode.sav Case Processing Summary Unweighted Casesa Selected Cases
N
Percent 120 100.0 0 .0 120 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 120 100.0 a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Dependent Variable Encoding Original Value Internal Value Menerima Tes HIV 0 Tidak Menerima Tes HIV 1 Included in Analysis Missing Cases Total
Block 0: Beginning Block Classification Tablea,b Observed
Step 0
menerim a_tes
Menerima Tes HIV Tidak Menerima Tes HIV Overall Percentage a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Predicted menerima_tes Tidak Menerima Menerima Tes HIV Tes HIV 81 0 39 0
Percentage Correct 100.0 .0 67.5
97
B Step 0
Step 0
C o ns ta nt
-.731
Variables in the Equation S.E. Wald df .195 14.063
Variables not in the Equation Score Va Klp_pekerjaan2 4.559 ria Pengetahuan 10.413 ble Persepsi_kerentanan2 5.538 s Persepsi_keparahan 13.047 Persepsi_manfaat2 9.596 dukungan_suami2 20.233 Overall Statistics 38.255
Sig. .000
1
df 1 1 1 1 1 1 6
Exp(B) .481
Sig. .033 .001 .019 .000 .002 .000 .000
Block 1: Method = Enter Variables in the Equation 95% C.I.for EXP(B) B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper Step Klp_pekerjaan2 1.035 .494 4.395 1 .036 2.816 1.070 7.416 1a Pengetahuan .479 .590 .659 1 .417 1.614 .508 5.128 Persepsi_kerentanan2 .454 .693 .429 1 .512 1.574 .405 6.118 Persepsi_keparahan 1.221 .586 4.348 1 .037 3.392 1.076 10.692 Persepsi_manfaat2 1.589 1.195 1.770 1 .183 4.901 .472 50.946 Dukungan_suami2 2.165 .563 14.762 1 .000 8.711 2.887 26.279 Constant -10.306 2.066 24.875 1 .000 .000 a. Variable(s) entered on step 1: Klp_pekerjaanBaru2, pengetahuan, Persepsi_kerentanan2, persepsi_keparahan, Persepsi_manfaat2, dukungan_suami2.
98
Lampiran 2 Persetujuan untuk Berpartisipasi dalam Penelitian FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENERIMAAN TES HIV OLEH IBU HAMIL DI PUSKESMAS KOTA DENPASAR TAHUN 2014
Anda diminta mengambil bagian dalam suatu penelitian. Penelitian ini sedang dilaksanakan oleh peneliti dari Mahasiswi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana Denpasar yang sedang menyelesaikan tugas akhir. Peneliti pertamatama akan menjelaskan penelitian ini kepada Anda, kemudian meminta kesediaan Anda untuk berpartisipasi. Anda akan diminta menandatangani persetujuan ini yang menyatakan bahwa penelitian telah dijelaskan, bahwa pertanyaan Anda telah dijawab dan bahwa Anda setuju untuk berpartisipasi. Peneliti akan menjelaskan tujuan penelitian ini. Ia akan menjelaskan pelaksanaan penelitian dan apa yang diharapkannya dari Anda. Peneliti juga akan menjelaskan kemungkinan manfaat dari keikutsertaan Anda dalam penelitian. Anda diharapkan menanyakan kepada peneliti setiap pertanyaan yang Anda miliki tentang penelitian ini sebelum Anda memutuskan apakah Anda ingin berpartisipasi dalam penelitian ini. Proses ini disebut informed consent. Formulir ini juga menjelaskan penelitian ini. Silahkan membaca formulir ini dan sampaikan kepada peneliti tentang berbagai pertanyaan yang Anda miliki. Jika Anda memutuskan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, mohon menandatangani dan memberi tanggal formulir ini di depan orang yang menjelaskan penelitian ini kepada Anda. Anda akan diberi salinan formulir ini untuk disimpan. 1.
Gambaran dan Tujuan Penelitian
Peneliti sebagai pelaksana penelitian ini ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Hasil penelitian ini akan menjadi masukan yang sangat berharga bagi pemegang kebijakan bidang kesehatan khusunya Dinas Kesehatan Kota Denpasar dalam upaya penanggulangan penyakit HIV/AIDS dan institusi pendidikan khususnya Universitas Udayana Denpasar 2.
Penjelasan Prosedur
Jika Anda memutuskan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, maka anda akan ditanyakan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil.
99
3.
Ketidaknyamanan dan Risiko
Mungkin anda akan merasa kurang nyaman dengan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat pribadi yang akan ditanyakan. Namun Anda boleh tidak menjawab pertanyaan penelitian apabila Anda merasa sungkan atau risih menjawab pertanyaan penelitian tersebut. 4.
Keuntungan
Menjadi bagian dari penelitian ini membuat Anda berpartisipasi memberi masukan dalam program upaya penanggulangan penyakit HIV/AIDS khusunya penularan HIV dari ibu ke anak. Hasil dari penelitian ini akan membantu dalam mengembangkan strategi pelaksanaan program integrasi Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan program penanggulangan HIV/AIDS yang lebih baik. 5.
Kerahasiaan
Semua catatan tentang Anda dan dalam penelitian ini akan diperlakukan sebagai catatan medik rahasia dan disimpan dalam kabinet yang terkunci dan hanya peneliti yang mempunyai akses untuk membuka kabinet tersebut. Beberapa data juga akan disimpan di komputer, dimana hanya peneliti yang mempunyai akses untuk membuka komputer tersebut. Meskipun hasil penelitian ini kemungkinan akan dibagi dengan orang lain dan mungkin dipublikasikan dalam laporan ilmiah, nama Anda dan kenyataan bahwa Anda terlibat dalam penelitian ini tetap akan dirahasiakan. 6.
Penolakan/Pemutusan Partisipasi
Keputusan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini sepenuhnya tergantung Anda. Partisipasi Anda bersifat sukarela. Jika Anda menolak, maka penolakan Anda tidak akan berpengaruh terhadap hak Anda untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang sudah baku di Puskesmas/Klinik/Rumah Sakit. 7.
Hak dan Keluhan
Jika Anda masih mempunyai pertanyaan mengenai penelitian ini, Anda dapat menghubungi Ni Ketut Arniti, SKM (087862847906/0361-8769018) selaku peneliti. Jika anda memiliki keluhan tentang partisipasi Anda dalam penelitian ini, atau membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai peraturan-peraturan dalam penelitian atau hak-hak dari orang-orang yang terlibat dalam penelitian. Anda dapat menghubungi Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT.,M.Kes Kepala Komisi Etik RSUP Sanglah/FK Unud, Denpasar, nomor telepon (0361) 244534
100
LEMBAR CONSENT (PERSETUJUAN)
SAYA MEMBENARKAN BAHWA SAYA TELAH MEMBACA/MENDAPAT PENJELASAN PENELITIAN DI ATAS, BAHWA SEMUA PERTANYAAN SAYA TELAH DIJAWAB DENGAN MEMUASKAN, DAN SAYA SETUJU BERPARTISIPASI DALAM PENELITIAN INI.
Tanda tangan relawan penelitian/wakil*
Tanggal
SAYA MENYATAKAN BAHWA SAYA TELAH MENJELASKAN SEPENUHNYA KEPADA PASIEN DI ATAS TENTANG GAMBARAN DAN TUJUAN, PROSEDUR DAN KEMUNGKINAN RISIKO DAN KEMUNGKINAN MANFAAT DARI PENELITIAN INI
Tanda tangan peneliti atau perwakilannya
Tanggal
*Jika ditandatangani oleh orang yang bukan relawan penelitian, mohon dijelaskan dibawah ini