LAPORAN AKHIR
PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS
PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS BAGI GURU BAHASA JEPANG SMA DI KABUPATEN BULELENG Oleh: Kadek Eva Krishna Adnyani S.S., M.Si NIP : 198705122012122001 Dewa Ayu Eka Agustini S.Pd., M.S NIP : 198108142009122002 Ni Wayan Surya Mahayanti, S.Pd., M.Pd NIP : 198805172012122002 Luh Diah Surya Adnyani, S.Pd., M.Pd NIP : 198309232008122001
Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha SPK No197/UN48.15/LPM/2015 Tanggal 5 Maret 2015
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA OKTOBER 2015
0
HALAMAN PENGESAHAN Judul Pengabdian
:
Pelatihan Dan Pendampingan Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru BahasaJepang SMA Di Kabupaten Buleleng
: : : : : : :
Kadek Eva Krishna Adnyani S.S., M.Si 198705122012122001 Bahasa (dan Sastra) Jepang Asisten Ahli Pendidikan Bahasa Jepang Jl. Gatot Subroto I / IV No.6 Dps 081805515150
: : : : : : :
Dewa Ayu Eka Agustini, S.Pd., M.S. 198108142009122002 Asisten Ahli/Penata Muda Tingkat I/IIIb
: : :
Luh Diah Surya Adnyani, S.Pd., M.Pd 198309232008122001 Asisten Ahli/Penata Muda/IIIa
Lokasi Kegiatan
:
Jumlah Biaya yang Diusulkan
:
Desa Kaliuntu, Kec. Buleleng, Kab. Buleleng – Bali Rp. 11.100.000
Peneliti Pelaksana Ketua Tim Pengusul a. Nama (lengkap dengan gelar) b. NIP c Bidang Keahlian d. Jabatan Fungsional e. Program Studi f. Alamat Rumah g. No. Hp Identitas Anggota (I) a. Nama Lengkap b. NIDN c. Jabatan/Pangkat/Gol Identitas Anggota (II) a. Nama Lengkap b. NIP c. Jabatan/Pangkat/Gol Identitas Anggota (III) a Nama Lengkap b NIP c Jabatan/Pangkat/Gol
Ni Wayan Surya Mahayanti, S.Pd.,M.Pd. 198805172012122002 Asisten Ahli/Penata Muda Tingkat I/IIIb
Singaraja, 7 Oktober 2015
ii
Ringkasan
Sebagai salah satu upaya peningkatan kualitas pendidikan dewasa ini, kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam mengadakan PTK merupakan sesuatu yang wajib menjadi perhatian. Penelitian Tindakan Kelas dipandang sebagai bentuk penelitian peningkatan kualitas pembelajaran yang paling tepat karena selain sebagai peneliti, guru juga bertindak sebagai pelaksana proses belajar mengajar sehingga tahu betul permasalahan yang dihadapi, dan kondisi yang ingin dicapai. Jika guru telah mampu melakukan PTK dengan benar, maka berbagai permasalah dalam proses pembelajaran dapat diatasai sedikit demi sedikit. Berdasarkan analisis kebutuhan, ditemukan bahwa perlu diadakan pelatihan dan pendampingan mengenai PTK. Target dari program P2M ini adalah: peserta pelatihan memahami konsep dasar dan tujuan dilaksanakannya PTK, peserta pelatihan terampil dalam menganalisis permasalahan pembelajaran yang ada di kelas, dan peserta pelatihan mampu membuat proposal PTK yang berkualitas baik. Adapun luaran dari program P2M ini adalah: terdapatnya 4 buah proposal PTK berkualitas baik dan terdapatnya jurnal yang akan di kumpulkan ke Jurnal Aplikasi IPTEKS ’Ngayah’ Bali. Dari hasil analisis pre-test, didapatkan bahwa rata-rata nilai pre-test peserta adalah 56,5. Dari hasil tersebut, dapat dilihat bahwa peserta masih belum memiliki informasi yang cukup mengenai PTK. Berdasarkan hasil kuesioner I, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar guru pernah melakukan penelitian dan sebagian diantaranya adalah penelitian tindakan kelas. Hampir seluruh guru pernah mendengar mengenai PTK, namun belum semua mengetahui PTK secara lebih mendalam. Selanjutnya diberikan materi oleh narasumber dan kemudian peserta dibagi menjadi 4 kelompok. Setiap kelompok membuat satu proposal PTK. Proposal tersebut dipresentasikan pada hari kedua pelatihan. Narasumber sebagai penguji juga memberikan penilaian terkait proposal yang telah dibuat, yang kemudian diklasifikasikan untuk melihat kualitas proposal tersebut. Kelompok dengan proposal terbaik dengan poin 185 (kategori cukup), yaitu kelompok 3, mendapat penghargaan berupa sertifikat dan buku Metodologi Penelitian Tindakan Kelas bagi masing-masing anggota kelompoknya. Pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat menjadi motivasi lebih bagi peserta untuk membuat proposal dengan sebaik-baiknya. Dari hasil post-test yang terdiri dari 20 pertanyaan pilihan ganda, rata-rata nilai peserta yang diperoleh adalah 75,25. Berdasarkan hasil tersebut, terlihat bahwa pemahaman peserta mengenai Penelitian Tindakan Kelas meningkat dari 56,5 menjadi 75,25. Selain itu, dari hasil kuesioner II, 100% peserta mengatakan termotivasi untuk membuat PTK setelah diberikan pelatihan. Dapat disimpulkan bahwa pelatihan PTK yang dilaksanakan oleh tim pengabdian pada masyarakat memberi dampak langsung pada pengetahuan peserta terkait dengan PTK. Setelah pelatihan, dilakukan pendampingan dengan masing-masing kelompok. Pendampingan menghasilkan 4 proposal yang sudah direvisi dengan baik sesuai dengan masukan yang diberikan penguji saat pelatihan.
Kata Kunci : PTK, guru, bahasa Jepang
iii
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ……………………………………………………………... HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………………….. RINGKASAN ………………………………………………………………………… DAFTAR ISI ………………………………………………………………………..
i ii iii iv
…………………………………………………………..
1
1. PENDAHULUAN 2. METODE PELAKSANAAN
……….…………………………………………………
8
3. HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………………. …. 4. PENUTUP
13
……….………………………
25
LAMPIRAN Lampiran 1. Absensi Peserta Pelatihan Lampiran 2. Foto-Foto Pelatihan Lampiran 3. Peta Lokasi Lampiran 4. Pre-test Lampiran 5. Post-test Lampiran 6. Kuesioner 1 Lampiran 7. Kuesioner 2 Lampiran 8. Lembar Observasi Lampiran 9. Modul Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas Lampiran 10. Panduan Penyusunan Proposal PTK Lampiran 11. Empat Proposal Yang Telah Direvisi
iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Perkembangan dalam dunia pendidikan kita dewasa ini telah menitikberatkan perhatian pada kualitas pendidikan itu sendiri. Pendidikan yang dulunya berkutat pada kuantitas pendidikan, dapat dilihat dalam upaya wajib belajar, kini telah beralih pada peningkatan kualitasnya. Berbagai upaya pun telah dilakukan para pelaku di dunia pendidikan guna peningkatan kualitas pendidikan Indonesia, salah satunya yakni dengan pemanfaatan hasilhasil penelitian. Dalam pelaksanaannya, pemanfaatan hasil-hasil penelitian tidak begitu saja dapat secara langsung mempengaruhi praktik pembelajaran di kelas (Dantes: 2006). Dantes (2006:2) mengemukakan beberapa alasan yang mempengaruhi hal tersebut. Pertama, penelitian-penelitian tersebut dilakukan bukan oleh guru/dosen/sekolah/institusi tempat permasalahan sebenarnya terjadi. Sekolah hanya digunakan sebagai kancah (seting) penelitian, dimana permasalahan penelitian ditentukan oleh peneliti yang merupakan pihak luar, bukan masalah-masalah riil yang terjadi di tempat tersebut. Akibatnya, sekolah (murid dan guru) hanya semata-mata berperan sebagai instrumental, dalam arti hanya digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan peneliti. Alasan kedua yakni dengan masalah yang dibawa dari luar berarti guru tidak terlibat secara langsung dalam menentukan masalah tersebut. Akibatnya, masalah-masalah itu tidak dihayati oleh guru, atau bahkan bukan permasalahan sebenarnya yang dihadapi oleh guru, sehingga pembentukan pengetahuan (knowledge construction) tidak terjadi. Dengan demikian, tidak ada masukan yang dapat dipakai guru untuk meningkatkan pembelajarannya. Alasan ketiga, penyebarluasan hasil-hasil penelitian memakan waktu lama karena prosedur diseminasi yang harus dilalui sangat panjang. Proses tersebut meliputi berbagai kegiatan seperti penerjemahan hasil-hasil penelitian itu dalam suatu program. Selain itu, prosedur birokratik yang harus dilalui dirasa cukup melelahkan. 1
Berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas, hendaknya penelitian dilakukan langsung oleh guru atau pihak sekolah bersangkutan berdasarkan permasalahan nyata yang ditemui langsung di tempat bersangkutan. Dantes (2006) mengemukakan bahwa orientasi baru dalam cara memandang proses pembelajaran, yaitu yang mengedepankan tanggungjawab semua pihak dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, telah menempatkan guru/sekolah tidak semata-mata sebagai objek, melainkan sebagai subjek pelaku penelitian. Orientasi ini memunculkan penelitian tindakan kelas, suatu jenis penelitian dimana guru berperan sebagai pelaku langsung penelitian itu, sehingga guru dapat membangun sendiri pengetahuannya melalui praktik pembelajarannya. Penelitian Tindakan Kelas dipandang sebagai bentuk penelitian peningkatan kualitas pembelajaran yang paling tepat karena selain sebagai peneliti, guru juga bertindak sebagai pelaksana proses belajar mengajar sehingga tahu betul permasalahan yang dihadapi, dan kondisi yang ingin dicapai (Santoso dkk: 2010). Kemmis dan McTaggart ( 1988) menekankan bahwa penelitian tindakan digunakan sebagai upaya pengentasan masalahmasalah riil, untuk meningkatkan efektifitas. Upaya perbaikan kualitas pembelajaran demikian menuntut adanya inisiatif dan keinginan dari dalam diri guru bersangkutan untuk mau melakukan perbaikan (Tantra, 2005). Dengan demikian, dapat kita katakan bahwa penelitian tindakan sebagai suatu upaya peningkatan kualitas pendidikan serta profesionalisme guru sebagai pelaku pendidik yang paling tepat dilakukan oleh guru/sekolah bersangkutan berdasarkan masalah-masalah riil yang dihadapi.
1.2.
Analisis Situasi Sebagai salah satu upaya peningkatan kualitas pendidikan dewasa ini, kemampuan guru mengadakan PTK merupakan sesuatu yang wajib menjadi perhatian. Jika guru telah mampu melakukan PTK dengan benar, maka berbagai permasalah dalam proses pembelajaran dapat diatasai sedikit demi sedikit. Namun antusiasme guru dalam melakukan PTK masih kurang. Hal itu disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengalaman penelitian guru bersangkutan. 2
Berbagai pelatihan penyusunan PTK telah dilakukan berbagai pihak, baik pemerintah, institusi kependidikan, serta individu pendidik yang peduli akan kompetensi meneliti guru guna kemajuan pendidikan negeri ini. Kenyataan tersebut disupport oleh hasil dari FGD (Focused group discussion) yang dilakukan oleh Rinjin dkk (2008) dengan para guru, yang mana diperoleh informasi bahwa Guru sesungguhnya sering dikirim oleh pihak sekolah untuk mengikuti pelatihan-pelatihan atau seminar tentang PTK atau topik-topik yang lain, tetapi para guru mengakui bahwa model pelatihan lebih banyak memfokuskan pada kajian teoritis dan kurang penyajian contoh-contoh kongkret sehingga ketika selesai mengikuti pelatihan mereka tidak memahami dengan baik konsep yang telah diajarkan dan ketika kembali ke sekolah mereka kembali tidak mampu melakukan penelitian. Selain itu, dari wawancara dengan anggota MGMP Bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, didapatkan informasi bahwa 65% dari guruguru tersebut belum pernah mengikuti pelatihan PTK baik dalam skala lokal, nasional, bahkan internasional. Dari 35% guru yang pernah mengikuti pelatihan
PTK,
keseluruhannya
mengatakan
bahwa
mereka
masih
kebingungan dalam pengimplementasiannya di kelas. Dari hasil wawancara lebih lanjut, didapatkan hasil bahwa guru-guru tersebut memerlukan adanya bimbingan lebih lanjut, setelah selesainya pelatihan, mulai dari penyusunan proposal, pengambilan data, analisis data, sampai pada penyusunan laporan PTK. Berdasarkan pemaparan teori dan keadaan di lapangan tersebut diatas, para guru, khususnya guru Bahasa Jepang di Kabupaten Buleleng memerlukan pelatihan PTK yang dapat membantu mereka memahami bagaimana pelaksanaan penelitian tindakan kelas sehingga hasil dari penelitian tersebut dapat
membantu
meningkatkan
kualitas
pembelajaran
yang
mereka
selenggarakan. Selain pelatihan tersebut, perlu pula diberikan pendambingan berupa bimbingan selama proses penyusunan proposal. Disisi lain dengan adanya pengabdian masyarakat yang berkaitan dengan penelitian tindakan kelas, akan diperoleh beberapa manfaat lainnya, seperti 1) dalam uji sertifikasi (PLPG), guru harus memahami dan 3
melaksanakan PTK dengan baik dan benar, sehingga dengan diadakannya program P2M ini guru akan sangat terbantu, 2) adanya mahasiswa yang akan melaksanakan penelitian tindakan kelas di sekolah guru bersangkutan, sehingga jika guru telah memahami benar konsep PTK, mereka dapat mendampingi dan membimbing para mahasiswa tersebut, dan 3) berkaitan dengan program PPL mahasiswa, guru dapat diajak berkolaborasi dengan pihak perguruan tinggi dalam bentuk pengarahan dan pembimbingan ide-ide dalam penyusunan skripsi dimulai dari observasi keadaan di tempat PPL secara langsung.
1.3.
Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan ketua dan anggota MGMP Bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, masalahmasalah yang dihadapi para guru tersebut berkaitan dengan PTK dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a. Rendahnya kemampuan guru dalam menemukan dan menentukan permasalahan- permasalahn sekolah yang dapat dipergunakan sebagai masalah PTK b. Rendahnya kemampuan guru dalam menemukan cara memperbaiki (treatment) masalah-masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran c. Rendahnya kemampuan guru dalam menyusun usulan Penelitian Tindakan Kelas Berdasarkan
identifikasi
masalah
diatas,
Rumusan
Masalah
Pengabdian Masyarakat ini adalah : Apakah Kemampuan Guru Bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng dalam menyusun Penelitian Tindakan Kelas dapat ditingkatkan melalui Pelatihan dan Bimbingan PTK?
1.4.
Tinjauan Pustaka Seorang guru bukan hanya melakukan persiapan belajar mengajar, tetapi
juga harus mengembangkan keprofesionalannya. Salah satu cara untuk mengembangkan keprofesionalan adalah dengan melakukan penelitian tindakan 4
kelas (PTK). Rahmawati (2008) menyebutkan bahwa penelitian tindakan kelas secara umum dilaksanakan untuk memecahkan permasalahan – permasalahan yang terjadi di dalam kelas. Juwairiah (2013) menekankan bahwa guru yang profesional harus bisa melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terutama dalam merencanakan, melaksanakan, dan melakukan refleksi dengan memberikan tindakan sebaik mungkin. Setelah melakukan PTK, guru dapat menyusun laporan PTK dalam sebuah karya ilmiah untuk pengembangan keprofesionalannya. Masih banyak guru yang belum memahami betul mengenai PTK. Mengingat pentingnya kemampuan melakukan PTK bagi guru, kegiatan pengabdian pada masyarakat berupa pelatihan penyusunan proposal PTK bagi guru pun diselenggarakan dengan harapan bisa mendorong dan memfasilitasi guru dalam melakukan PTK. Di Universitas Pendidikan Ganesha, P2M dengan kegiatan pelatihan penyusunan proposal PTK sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh Wisudariani dkk (2014) yang diselenggarakan untuk guru-guru SD di wilayah gugus VIII Kecamatan Abiansemal Badung. Hasil pelatihan ini menunjukkan bahwa pelatihan yang telah dilaksanakan memberikan dampak positif terhadap peserta dalam merancang proposal penelitian dimana pokok-pokok pikiran yang harus dibuat dalam latar belakang penelitian PTK telah mampu dirancang dan prosedur penelitian sudah berhasil dirumuskan. Di Universitas Pendidikan Indonesia, P2M dengan tema sejenis juga pernah dilakukan oleh Supriyanti (2009). Supriyanti mengadakan workshop peningkatan profesionalisme guru melalu penelitian tindakan kelas. Kesimpulan dari kegiatan ini adalah bahwa workshop ini dapat menginisiasi dan sekaligus membantu guru dalam penelitian, khususnya PTK. Kekurangannya adalah, guruguru merasa terbantu dengan adanya kegiatan workshop namun dirasakan waktu yang disediakan untuk merencanakan proposal penelitiannya masih kurang. Hal inilah yang kemudian dicermati dan dipelajari kekurangannya, sehingga P2M yang akan diadakan menjadi tidak hanya pelatihan namun juga pendampingan. Tearkhir, kegiatan P2M yang cukup terbaru dan dilakukan dalam bentuk pelatihan PTK guru bahasa, dilakukan di Universitas Negeri Padang, selama 2 hari pada tanggal 21-22 Juli 2014. Acara diisi dengan penyajian materi dan 5
diskusi, pelatihan menyusun proposal penelitian tindakan kelas, yang kemudian setelah kegiatan pelatihan selesai, dilanjutkan dengan bimbingan dimana guru dibimbing oleh keempat nara sumber untuk melaksanakan PTK sesuai dengan proposal. Hal ini dirasa cukup membantu karena waktu yang diberikan cukup untuk membantu guru-guru memahami PTK secara lebih mendalam (Saputra, 2014)
1.5.
Tujuan Kegiatan Berdasarkan permasalahan yang dihadadapi oleh Guru Bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng seperti yang disampaikan di atas, maka tujuan kegiatan ini adalah Memberikan Pelatihan dan Bimbingan Penelitian Tindakan Sekolah yang dapat : a. Meningkatkan kemampuan guru dalam menemukan dan menentukan permasalahan- permasalahan sekolah yang dapat dipergunakan sebagai masalah PTK b. Meningkatkan kemampuan guru dalam menemukan cara memperbaiki (treatment) masalah-masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran c. Meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun usulan Penelitian Tindakan Kelas
1.6.
Manfaat Kegiatan Hasil Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini diharapkan akan memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan profesionalisme guru Bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng. Secara lebih eksplisit manfaat kegiatan ini adalah sebagai berikut: a. Guru Bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng memperoleh wawasan tentang : (1) bagaimana menemukan dan menentukan permasalahanpermasalahn sekolah yang dapat dipergunakan sebagai masalah PTK, (2) bagaiman menemukan cara terbaik dalam memperbaiki (treatment) masalah-masalah
yang
dihadapi
dalam proses
pembelajaran, (3)
bagaimana menyusun usulan Penelitian Tindakan Kelas
6
b. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan memperoleh peluang untuk memiliki SDM (Guru Bahasa Jepang SMA) yang berkualitas dan profesional c. Staf Dosen Universitas Pendidikan Ganesha dapat mengimplementasikan hasil penelitian yang dilakukan. Secara umum Staf Dosen Universitas Pendidikan Ganesha dapat melaksanakan salah satu darma dari tri dharma Perguruan Tinggi yaitu Pengabdian Pada Masyarakat.
7
BAB II METODE PELAKSANAAN KEGIATAN
2.1. Kerangka Pemecahan Masalah Berangkat dari permasalahan yang dihadapi para guru Bahasa Jepang di Kabupaten Buleleng, maka alternatif pemecahan masalah yang akan dilaksanakan dalam P2M ini dapat dilihat dalam diagram alur berikut : PERMASALAHAN
PEMECAHAN MASALAH
a. Rendahnya kemampuan guru dalam menemukan dan menentukan permasalahan- permasalahn sekolah yang dapat dipergunakan sebagai masalah PTK b. Rendahnya kemampuan guru dalam menemukan cara memperbaiki (treatment) masalah-masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran c. Rendahnya kemampuan guru dalam menyusun usulan Penelitian Tindakan Kelas
a. Meningkatkan kemampuan guru dalam menemukan dan menentukan permasalahan- permasalahn sekolah yang dapat dipergunakan sebagai masalah PTK b. Meningkatkan kemampuan guru dalam menemukan cara memperbaiki (treatment) masalah-masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran c. Meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun usulan Penelitian Tindakan Kelas
METODE KEGIATAN 1. Ceramah dan Diskusi 2. Praktik membuat Proposal PTK 3. Bimbingan Perbaikan proposal PTK 4. Bimbingan dan revisi agar menjadi proposal yang siap diajukan untuk hibah dsb
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH Memberikan Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas disertai Bimbingan Penyusunan Penelitian Tindakan Kelas sehingga menjadi proposal yang baik dan siap diajukan
Gambar 2.1. Bagan Alur Kerangka Pemecahan Masalah P2M 8
2.2. Khalayak Sasaran Tujuan kegiatan pengabdian pada masyarakat (P2M) ini adalah untuk membantu para Guru Bahasa Jepang meningkatkan profesionalisme dalam merancang dan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas. Sehubungan dengan hal tersebut, khalayak sasaran strategis dan tepat dilibatkan adalah seluruh guru Bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng. Total jumlah guru adalah 35, namun yang berkesempatan hadir berjumlah 20 orang (karena ada keperluan upacara agama, sedang sakit, dsb). Rendahnya kemampuan guru Bahasa Jepang dalam menemukan dan menentukan masalah-masalah Penelitian Tindakan Kelas menyebabkan mereka kurang mampu menyusun proposal dan melaksanakan PTK di sekolah tempat mereka mengajar padahal seharusnya sebagai guru sudah selayaknya mengetahui hal ini.
2.3. Keterkaitan Kegiatan P2M ini akan melibatkan institusi Undiksha dan SMA Kabupaten Buleleng yang memiliki guru Bahasa Jepang. Kedua instansi yang terlibat ini memperoleh keuntungan secara bersama-sama sebagai berikut : 1. Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Buleleng sebagai instansi yang memiliki Guru Bahasa Jepang akan memperoleh manfaat dari kegiatan P2M ini dalam hal peningkatan kualitas SDM terutama dalam Penelitian Tindakan Kelas. 2. Universitas Pendidikan Ganesha melalui Lembaga Pengabdian pada Masyarakat berperan menyediakan dana, sehingga mendukung pelaksanaan dharma ketiga dari Tri Dharma Perguruan Tinggi.
2.4
Metode Kegiatan Dalam upaya mengatasi kesulitan yang dialami khalayak mitra, solusi yang ditawarkan adalah dengan mengadakan pelatihan dengan menerapkan suatu metode inovatif. Metode tersebut yaitu metode peta pikiran. Adapun langkah-langkah pelaksanaan program adalah sebagai berikut. (1) pelatihan pembuatan proposal PTK melalui metode peta pikiran dan (2) pendampingan 9
pembuatan proposal PTK sesuai masalah nyata yang dihadapi di sekolah/kelas masing-masing. Secara skematik, metode yang akan digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi khalayak mitra disajikan pada Gambar 2 berikut ini:
Pelatihan Pembuatan Proposal PTK
Ceramah dan Diskusi
Praktik
Pendampingan Pembuatan PTK
Analisis Permasalahan
Penyusunan Proposal
Masukan dan saran
Revisi Proposal
Proposal PTK
OUTPUT
Meningkatnya kompetensi guru Bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng dalam membuat proposal Penelitian Tindakan Kelas
Dampak
Gambar 2. 2. Metode Kegiatan P2M
10
Berdasarkan Gambar 2.2, dapat dilihat bahwa kegiatan pertama dimulai dengan melakukan pelatihan pembuatan proposal PTK. Pelatihan yang dilakukan akan menggunakan peta pikiran sebagai metode yang merupakan langkah awal untuk memulai menyusun proposal PTK. Dalam kegiatan pelatihan tersebut, terdapat ceramah mengenai teori-teori yang berkaitan dengan PTK, diskusi tentang permasalahan dalam menyusun proposal PTK, serta diakhiri dengan praktik pembuatan proposal PTK. Pelatihan dirancang dilaksanakan selama dua hari. Setelah melakukan rangkaian kegiatan pelatihan, untuk memastikan produk yang dihasilkan, maka dilanjutnya dengan proses pendampingan. Pendampingan dilaksanakan melalui bimbingan face to face secara berkelanjutan sampai dihasilkan produk berupa proposal PTK yang berkualitas baik. Pendampingan akan dilakukan di sekolah tempat guru bersangkutan bertugas untuk mempermudah mereka sehingga tidak mengganggu tugas lainnya di sekolah.
2.4 Rancangan Evaluasi 1. Prosedur dan Alat Evaluasi Pada kegiatan P2M ini, Prosedur dan alat evaluasi yang akan digunakan dapat dilihat secara rinci pada gambar 3 di bawah ini. Awal Kegiatan
Pelaksanaan Kegiatan
Akhir Kegiatan
Post-Test
Pre-Test Observasi
Produk PTK Gambar 2.3 Prosedur dan Alat Evaluasi Pre-tes akan dilakukan di awal kegiatan untuk mengetahui pemahaman para guru Bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng tentang Penelitian Tindakan Kelas sebelum diberikan pelatihan. Sedangkan Post-test akan dilaksanakan pada akhir pelatihan untuk mengetahui perubahan pemahaman mereka tentang PTK setelah mengikuti pelatihan. Data pre-tes
11
dan post-tes dikumpulkan melalui tes yang akan mengungkap pemahaman khalayak mitra tentang Penelitian Tindakan Kelas. Selanjutnya observasi terhadap pelaksanaan kegiatan pelatihan mencakup ketekunan dan keseriusan khalayak mitra dalam mengikuti kegiatan pelatihan. Instrumen yang akan dipergunakan adalah lembar observasi. Penilaian dilakukan terhadap aspek-aspek sikap dan aktivitas para Guru Bahasa Jepang SMA yang mencirikan perilaku dan kemampuan mereka sebagai guru. Teknik pemberian skor pada masing-masing indikator menggunakan skala lickert dengan rentang 1-5. Produk dari kegiatan ini, yaitu Proposal PTK akan dievaluasi untuk mengetahui kemampuan khalayak mitra dalam menyusun proposal PTK, dengan menggunakan rentangan skor dari 0 sampai 100.
2. Teknik Analisis Data dan Kriteria Keberhasilan Program Data dari hasil pre-test dan post-tes tentang pemahaman para Guru Bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng sehubungan dengan Penelitian Tindakan Kelas dan data kemampuan peserta dalam merancang proposal PTK sampai laporan PTK akan dianalisis dengan teknik statistik deskriptif.
12
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Kegiatan Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat ini dilaksanakan dalam bentuk pelatihan Penelitian Tindakan Kelas. Pelatihan tersebut diperuntukkan bagi seluruh guru-guru Bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng. Peserta berjumlah 20 orang yang tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Buleleng. Pelatihan dilaksanakan di Ruang Seminar Fakultas Bahasa dan Seni dengan pola 30 Jam pada tanggal 11-12 Mei 2015. Narasumber pada pelatihan tersebut merupakan pakar penelitian tindakan kelas yang berasal dari jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dan Bahasa Jepang Undiksha. Selanjutnya, seusai mengikuti pelatihan, peserta diharapkan telah membuat sebuah proposal yang ditindaklanjuti dengan pendampingan. Pendampingan dilakukan oleh tim anggota pengabdian pada masyarakat ini yang ditujukan untuk memperbaiki kualitas proposal, dan mendampingi dalam pelaksanaan proposal menjadi laporan PTK. Pada hari pertama, kegiatan diawali dangan pemberian pre-test dan pengisian kuesioner 1. Pre-test terdiri dari 20 soal pilihan ganda yang berisikan pertanyaan mengenai pemahaman peserta akan Penelitian Tindakan Kelas (item soal Pre-test dapat dilihat pada appendix 4). Dari hasil analisis pre-test, didapatkan bahwa rata-rata nilai pre-test peserta adalah 56,5. Dari hasil tersebut, dapat dilihat bahwa peserta masih belum memiliki informasi yang cukup mengenai PTK. Lebih lanjut, peserta juga diminta mengisi kuesioner (kuesioner lengkap dapat dilihat pada appendix 6) yang berisikan pertanyaan mengenai pengalaman penelitian peserta secara umum dan pengalaman melakukan PTK secara khusus. Adapun hasil kuesioner dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Hasil Analisis Kuesioner 1 No. 1.
Pertanyaan Jawaban Peserta Keterangan Apakah anda pernah melakukan 80% pernah melakukan penelitian? penelitian 20% belum pernah melakukan penelitian 13
2.
Bila Ya, Apa jenis penelitian 45% melakukan PTK yang anda dilakukan? 30% melakukan penelitian deskriptif 5% melakukan penelitian dan pengembangan (R&D)
3.
Bila ya, Apa tujuan anda melakukan penelitian tersebut?
20% belum pernah melakukan penelitian 45% menyebutkan untuk menyelesaikan S1 (Skripsi) / D3 (Tugas Akhir) 5% menyatakan untuk meningkatkan kemampuan siswa 10% menyatakan untuk menyelesaikan permasalahan 5% menyatakan untuk mengetahui bagaimana guru menginsersi pendidikan karakter 5% menyatakan untuk mengetahui pengetahuan guru tentang pendidikan karakter 5% menyatakan untuk memenuhi ankta 4 5% menyatakan untuk persiapan guru teladan
4.
20% belum pernah melakukan penelitian Apakah anda pernah mendengar 95% menyatakan pernah penelitian tindakan kelas? mendengar mengenai PTK 5% menyatakan belum pernah mendengar 14
5.
mengenai PTK Apakah anda pernah melakukan 65% pernah melakukan penelitian tindakan kelas? PTK 35% belum melakukan PTK
pernah
Berdasarkan tabel 3.1 diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar guru pernah melakukan penelitian dan sebagian diantaranya adalah penelitian tindakan kelas. Hampir seluruh guru pernah mendengar mengenai PTK, namun belum semua mengetahui PTK secara lebih mendalam. Dari hasil pre-test dan kuesioner yang didapatkan, dapat ditarik kesimpulan bahwa pelatihan ini diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan peserta (guru-guru SMA/SMK Bahasa Jepang) dalam melakukan PTK. Kegiatan selanjutnya adalah Pelaksanaan Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas. Pelatihan yang dilaksanakan selama 2 hari ini diawali dengan Registrasi peserta yang ditangani oleh panitia dari tim dan mahasiswa (Daftar hadir lengkap dapat dilihat pada lampiran 1). Saat dilakukan registrasi tersebut, masing-masing peserta mendapat map berisikan seluruh dokumen terkait dengan pelatihan yang dilaksanakan, seperti pre-test, post-test, kuesioner 1, kuesioner 2, modul pelatihan penelitian tindakan kelas (lihat appendix 9), modul panduan penyusunan proposal PTK (lihat appendix 10), serta alat tulis. Selanjutnya, acara pembukaan berisikan menyanyikan lagu Indonesia Raya, pembacaan doa, laporan ketua panitia, dan Sambutan dari Ketua LPM, Prof. Dr. Ketut Suma, M.S., yang sekaligus membuka acara secara resmi. Kegiatan pelatihan pada hari pertama dibagi menjadi 3 sesi, yakni pertama penyampaian materi dari masing-masing narasumber, kedua diskusi, dan ketiga penyusunan proposal dalam kelompok kecil. Sesuai dengan rancangan awal, metode pelatihan mengikuti metode ceramah & diskusi, dimana setelah pemaparan materi oleh masing-masing pembicara, dibukalah kesempatan berdiskusi mengenai hal-hal yang belum jelas, masalah-masalah nyata yang dihadapi, serta komentar atau saran terkait dengan materi bahasan. Beberapa gambar di bawah ini merupakan foto-foto yang diambil saat sesi ceramah dan diskusi.
15
Gambar 3.1 Pemaparan Materi oleh Narasumber
Gambar 3.2 Diskusi Antara Peserta dan Narasumber Dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan, tentu dilakukan observasi guna mengamati ketekunan, keseriusan, kejujuran, serta tanggung jawab peserta pelatihan. Penilaian dilakukan dengan melihat aspek-aspek sikap peserta yang mencirikan perilaku dan kemampuan peserta. Dengan mengacu pada lembar observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya, hasil observasi rinci dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2 Hasil Observasi saat Pelatihan No 1 2
Aspek yang di observasi SS Ketekunan mendengarkan ceramah 60% yang disampaikan Keseriusan dalam melakukan kerja 65%
S 40%
KS
TS
STS
35% 16
3
4
5 6
7 8
kelompok yang diminta untuk Keseriusan dalam melakukan refleksi terhadap permasalahan yang dialami di sekolah Kejujuran dalam mengemukakan permasalahan yang dialami di sekolah masing-masing Kemampuan memilih masalah yang urgen untuk dilaksanakan Tanggung jawab dalam melakukan diskusi untuk memilih metode yang sesuai untuk memecahkan masalah yang dialami Tanggungjawab untuk menyelesaikan proposal penelitian Keseriusan dalam menulis proposal penelitian
30%
70%
10%
90%
5%
95%
50%
50%
45%
55%
35%
65%
Berdasarkan tabel 3.1 diatas, dapat dilihat bahwa 60% peserta pelatihan sangat tekun mendengarkan pemaparan materi dari para narasumber. Sisanya, 40% dari mereka terlihat serius mengikuti kegiatan tersebut. Selain itu, berdasarkan observasi tiap individunya, 65% sangat serius dalam melaksanakan kerja kelompok yang dirancang dan 35% lainnya serius. Terkait dengan keseriusan dalam melakukan refleksi terhadap permasalahan yang dialami di sekolah, 70% peserta nampak serius, bahkan 30% sisanya sangat serius. Selain hal-hal tersebut, kejujuran peserta dalam mengemukakan permasalahan yang dialami di sekolah masing-masing juga diamati. 90% peserta jujur memaparkan bahwa terjadi banyak masalah dalam proses pembelajaran bahasa Jepang di sekolah mereka masing-masing, bahkan 10% sisanya sangat jujur dengan memaparkan secara sangat terperinci mengenai kendala yang nyata dihadapi di lapangan. Pada saat kerja kelompok merancang draft proposal, nampak 95% peserta telah mampu memilih masalah yang urgen untuk diangkat dalam proposal yang mereka rancang. Terdapat 5% sisanya yang sangat mampu melakukannya meski tanpa bimbingan narasumber/fasilitator. Terkait dengan tanggung jawab peserta, 50% peserta terlihat bertanggung jawab, dan 50% lainnya sangat bertanggung jawab dalam melakukan diskusi untuk memilih metode yang sesuai untuk memecahkan masalah yang dialami dalam kegiatan diskusi kelompok. Masih terkait dengan tanggungjawab peserta pelatihan, 55% dari peserta 17
bertanggung jawab, bahkan 45% lainnya sangat bertanggung jawab dalam menyelesaikan proposal PTK yang mereka buat secara berkelompok. Selama proses pembuatan, 65% peserta nampak serius mengerjakannya, dan 35% lainnya sangat serius. Berikut Beberapa gambar yang menunjukkan keseriusan peserta berdiskusi dalam kelompok.
Gambar 3.3. Diskusi Kelompok Pembuatan Proposal PTK
Pada hari kedua, peserta kembali datang dengan draft proposal kelompok yang sudah di cetak dan mendapat kesempatan untuk memaparkan proposal tersebut di depan peserta lainnya dan para narasumber. Berikut merupakan juduljudul proposal penelitian tindakan kelas yang dibuat oleh kelompok peserta saat pelatihan.
Tabel 3.3 Judul Proposal yang Dihasilkan Oleh Kelompok Peserta Kelompok I
Judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) Berbantuan Lembar Kerja Siswa Word Square untuk Meningkatkan Penguasaan Kosakata Siswa Kelas XI Bahasa 1 18
SMAN 1 Gerokgak Tahun Ajaran 2014/2015 Penggunaan Strategi Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Huruf Katakana Siswa Kelas XI IB di SMA Negeri 1 Seririt Tahun Ajaran 2014/2015 Penerapan Teknik Permainan Domino Card untuk Meningkatkan Penguasaan Huruf Hiragana pada Siswa Kelas X.IBB SMA Negeri 3 Singaraja Tahun Ajaran 2014/2015 Penerapan Strategi Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan Berbantuan Media Audiovisual dapat Meningkatkan Kemampuan Menyimak dalam Pembelajaran Bahasa Jepang pada Siswa Kelas X Bahasa di SMA Negeri 1 Atap Tejakula Tahun Ajaran 2014/2015
II
III
IV
Selanjutnya, kelompok presenter diberikan waktu selama 20 menit setelahnya mereka akan mendapat masukan, komentar, atau pertanyaan terkait dengan proposal yang mereka paparkan. Secara rinci, masukan, komentar, dan pertanyaan bagi tiap kelompok dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.4 Masukan, Komentar, dan Pertanyaan Saat Presentasi Proposal Kelompok Kelompok I
Penguji I 1. Beri sumber
2. Tambahkan kajian empiris 3. Mengkritik pernyataan “jika hasil pre-test buruk berarti penelitian gagal”
II
III
Masukan Penguji II 1. Paragraf I bertele-tele, langsung saja bawa ke pembelajaran kosakata 2. Sebutkan jumlah siswa di kelas tersebut 3. Penulisan masih kurang baik
4. Sistem perujukan sumber 5. Tidak ada daftar pustaka 1. Strategi perlu diganti, 1. Tambahkan kajian perlu strategi baru utuk empiris mengenal huruf 2. Peningkatan 2. Strategi harus lebih ke keterampilan membaca akar permasalahan : diganti dengan menguasai 1. Sangat baik 1. Sangat baik
Penguji III 1. Informasikan KKM
2. Media yang digunakan : harus lebih jelas 3. Ada kata “square” yang diartikan sebagai “mencari”?
1. Teknik penulisan
2. Perlu kajian empiris
1. Bagus sekali
19
IV
2. Tambahkan relevansi kajian empiris dengan penelitian ini
2. Perhatikan cara penulisan daftar pustaka
2. Jika siswa sudah bisa mengenal huruf Hiragana maka langkah berikutnya bisa membuat domino kata, dengan demikian meningkat ke arah penguasaan kosakata
1. Teknik penulisan masih kurang
1. Sudah memenuhi kaidah penulisan proposal
1. Basic masalahnya sebenarnya apa? pola kalimat atau menyimak?
2. Cara mengutip
2. Menyimak tapi dengan video bisa saja membuat ada masalah yaitu orang terdistraksi dengan gambar
3. Perhatikan dalam memilih video pembelajaran 4 Melatih siswa dengan slow motion tidak melatih menyimak sesuai pengucapan orang Jepang Adapun beberapa gambar terkait presentasi masing-masing kelompok dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.4. Presentasi Kelompok 20
Selain itu, narasumber sebagai penguji juga memberikan penilaian terkait proposal yang telah mereka buat, yang kemudian diklasifikasikan untuk melihat kualitas proposal tersebut. Kelompok dengan proposal terbaik mendapat penghargaan berupa buku Metodologi Penelitian Tindakan Kelas bagu masingmasing anggota kelompoknya. Pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat menjadi motivasi lebih bagi peserta untuk membuat proposal dengan sebaikbaiknya. Berikut gambar penyerahan penghargaan bagi kelomok dengan proposal terbaik.
Gambar 3.5 Penyerahan Penghargaan Bagi Kelompok dengan Proposal Terbaik
21
Adapun hasil nilai proposal peserta dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.5 Nilai Proposal Kelompok Peserta Kelompok 1 2 3 4
Narasumber 1 55,5 44,5 62 48,5
Narasumber 2 55,4 45 61 49
Narasumber 3 58 66 62 56
Total Nilai 168,9 155,5 185 153,5
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai total dari masingmasing kelompok adalah Kelompok 1 168,9, Kelompok 2 155,5, Kelompok 3 185, dan Kelompok 4 153,5. Nilai-nilai tersebut kemudian dikonversikan dengan kriteria Proposal yang baik, seperti tabel di bawah ini.
Tabel 3.6 Kriteria Proposal yang Baik No. 1 2 3 4 5
Nilai 250-300 200-249 150-199 100-149 0-99
Kriteria SANGAT BAIK BAIK CUKUP KURANG SANGAT KURANG
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa proposal PTK yang dihasilkan pada saat pelatihan oleh kelompok peserta masuk dalam kriteria Cukup. Untuk itu, pendampingan lebih lanjut guna perbaikan proposal menjadi proposal dengan kriteria minimum baik. Diakhir kegiatan, peserta juga harus mengerjakan post-test guna mengukur efektivitas pelatihan yang diselenggarakan. Dari hasil post-test yang terdiri dari 20 pertanyaan pilihan ganda, rata-rata nilai peserta yang diperoleh adalah 75,25. Berdasarkan hasil tersebut, terlihat bahwa pemahaman peserta mengenai Penelitian Tindakan Kelas meningkat dari 56,5 menjadi 75,25. Dapat disimpulkan bahwa pelatihan PTK yang dilaksanakan oleh tim pengabdian pada masyarakat member dampak langsung pada pengetahuan peserta terkait dengan PTK. Sama halnya pada saat awal kegiatan, di akhir kegiatan juga terdapat kuesioner terkait dengan kesan dan pesan peserta mengenai kegiatan pelatihan 22
yang telah dilaksanakan. Secara lebih rinci, hasil kuesioner di akhir kegiatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.7 Hasil Kuesioner di Akhir Kegiatan No. 1.
2.
Pertanyaan Jawaban Peserta Keterangan Apakah pelatihan penulisan PTK 70% Mengatakan menarik yang telah anda ikuti menarik? 30% mengatakan sangat menarik Bila Ya, Apa materi dari 75% mengatakan sesuai pelatihan ini sesuai dengan apa yang anda butuhkan dalam 25% mengatakan sangat pembuatan PTK? sesuai
3.
Setelah mengikuti pelatihan ini, apakah anda termotivasi untuk membuat PTK?
100% mengatakan termotivasi untuk membuat PTK
4.
Apakah anda memerlukan pelatihan yang lebih mendalam terkait dengan pelaksanaan PTK?
80% menyatakan perlu
5.
15% menyatakan sangat perlu
5% menyatakan tidak perlu karena lebih memerlukan pelatihan mengenai cara membuat bahan ajar Bila Ya, jenis pelatihan apa yang - Membuat bahan ajar anda perlukan? Sebutkan secara - Media berbasis ICT lebih spesifik! - Strategi Pembelajaran inivatif yang sesuai masalah - Menyusun kenaikkan pangkat - Menganalisis data dan membuat pembahasan penelitian tindakan kelas Pendampingan telah dilakukan untuk merevisi keempat proposal yang
telah dikerjakan sebelumnya tapi masih memiliki beberapa kesalahan. Pada kelompok I, diberikan pengertian mengenai kajian empiris, panduan penulisan, dan cara menulis latar belakang yang baik sehingga meyakinkan pembaca bahwa penelitian tersebut memang perlu untuk dilakukan. 23
Pada kelompok II, diarahkan ke strategi yang lebih sesuai dengan akar permasalahan. Perbaikan juga dilakukan terkait kajian empiris dalam penelitian. Pada kelompok III, revisi ditekankan pada bagian relevansi kajian empiris yang digunakan. Selain itu, diberi penjelasan mengenai penulisan daftar pustaka. Pada kelompok IV, dibahas mengenai video yang akan dipilih dalam penelitian tindakan kelas. Selain itu teknik penulisan serta latar belakang juga disesuaikan dengan penelitian. Setelah pendampingan dilakukan, dihasilkan 4 buah proposal berkualitas baik yang dapat digunakan peserta pelatihan untuk keperluan hibah maupun naik pangkat.
24
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan Dari hasil analisis pre-test, didapatkan bahwa rata-rata nilai pre-test peserta adalah 56,5. Dari hasil tersebut, dapat dilihat bahwa peserta masih belum memiliki informasi yang cukup mengenai PTK. Berdasarkan hasil kuesioner I, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar guru pernah melakukan penelitian dan sebagian diantaranya adalah penelitian tindakan kelas. Hampir seluruh guru pernah mendengar mengenai PTK, namun belum semua mengetahui PTK secara lebih mendalam. Selanjutnya diberikan materi oleh narasumber dan kemudian peserta dibagi menjadi 4 kelompok. Setiap kelompok membuat satu proposal PTK. Proposal tersebut dipresentasikan pada hari kedua pelatihan. Narasumber sebagai penguji juga memberikan penilaian terkait proposal yang telah dibuat, yang kemudian diklasifikasikan untuk melihat kualitas proposal tersebut. Kelompok dengan proposal terbaik dengan poin 185 (kategori cukup), yaitu kelompok 3, mendapat penghargaan berupa sertifikat dan buku Metodologi Penelitian Tindakan Kelas bagi masing-masing anggota kelompoknya. Pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat menjadi motivasi lebih bagi peserta untuk membuat proposal dengan sebaik-baiknya. Dari hasil post-test yang terdiri dari 20 pertanyaan pilihan ganda, rata-rata nilai peserta yang diperoleh adalah 75,25. Berdasarkan hasil tersebut, terlihat bahwa pemahaman peserta mengenai Penelitian Tindakan Kelas 25
meningkat dari 56,5 menjadi 75,25. Selain itu, dari hasil kuesioner II, 100% peserta mengatakan termotivasi untuk membuat PTK setelah diberikan pelatihan. Setelah pelatihan, dilakukan pendampingan menghasilkan 4 proposal yang sudah direvisi dengan baik sesuai dengan masukan yang diberikan penguji saat pelatihan. Dapat disimpulkan bahwa pelatihan dan pendampingan PTK yang dilaksanakan oleh tim pengabdian pada masyarakat memberi dampak langsung pada pengetahuan peserta terkait dengan PTK.
4.2 Saran 1. Perlu diadakan pelatihan yang lebih mendalam terkait dengan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas 2. Berdasarkan kuesioner, diketahui bahwa jenis pelatihan yang diperlukan selanjutnya adalah Membuat bahan ajar, Media berbasis ICT, Strategi Pembelajaran inovatif yang sesuai masalah, Menyusun kenaikkan pangkat, dan Menganalisis data dan membuat pembahasan penelitian tindakan kelas
26
DAFTAR PUSTAKA Juwairiah. 2013. Profesionalisme Guru Melalui Penelitian Tindakan Kelas. Diakses melalui website : sumut.kemenag.go.id/file/file/prof/tgub1333533431 tanggal 16 September 2014. Rahmawati, Diana. 2008. Pelatihan Penelitian dan Penulisan Karya Ilmiah Bagi Guru Se Kabupaten Sleman dengan Materi Penelitian Tindakan Kelas. Diakses melalui website : www.staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/diana-rahmawatimsi/penelitian-tindakan-kelas.pdf tanggal 15 September 2014. Saputra, Erdinas. 2014. Pelatihan PTK Guru Bahasa Inggris SMP Kota Padang. Diakses melalu website : www.fbs.unp.ac.id/component/content/article/8uncategorised/berita/123-pelatihan -ptk-guru-bahasa-inggris-smp-kotapadang/ tanggal 17 September 2014. Supriyanti, Florentina Maria Titin. 2009. Workshop Peningkatan Profesionalisme Guru melalui Penelitian Tindakan Kelas. Laporan Akhir P2M (tidak diterbitkan) Wisudariani dkk. 2014. Pelatihan Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru-Guru SD di Wilayah Gugus VIII Kecamatan Abiansemal Badung. Laporan Akhir P2M (tidak diterbitkan).
27
Lampiran I Absensi Peserta Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas Tanggal 11 Mei 2015
28
Tanggal 12 Mei 2015
29
Lampiran II Foto-Foto Pelatihan PTK
Gambar 1. Diskusi Kelompok Pembuatan Proposal PTK
Gambar 2. Presentasi Kelompok 30
Gambar 3. Penyerahan Penghargaan Bagi Kelompok dengan Proposal Terbaik
31
Gambar 4. Foto Pendampingan
32
Lampiran 3 Peta Lokasi Pelatihan
33
Lampiran 4. Soal Pre Test PRE-TEST Nama Peserta Asal Sekolah NIP
: : :
1. Penelitian tindakan mengadakan rangka kerja penelitian empiris yang didasarkan pada …………………… kecuali: a. Praktis dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran b. Untuk memecahkan masalah-masalah yang ada c. Observasi obyektif masa lalu d. Actual dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran 2. Yang manakah masalah-masalah berikut ini yang dapat dijawab melalui penelitian tindakan kelas? a. Meningkatkan kemampuan mendengarkan siswa dengan strategi kerja kelompok b. Studi tentang perhatian guru dalam penerapan Kurikulum 2006 di kelas c. Meneliti efektivitas dari 2 metode dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa d. Studi komparatif antara 2 macam assesmen dalam pengajaran menulis 3. Penelitian tindakan kelas ditujukan untuk membuat perubahan. Manakah pernyataan penelitian berikut ini yang relevan dalam penelitian tindakan kelas? a. Seberapa jauh perubahan telah terjadi? b. Apa yang terjadi selama masa transisi? c. Faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala untuk membuat perubahan? d. Seberapa besar pengaruh antara variabel yang dominan dalam perubahan? 4. Yang manakah kegiatan-kegiatan di bawah ini yang merupakan kegiatan paling awal dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas? a. Perencanaan tindakan b. Melakukan evaluasi c. Mencari literature yang relevan d. Melakukan pengamatan masalah 5. Penelitian tindakan kelas merupakan: a. Bentuk penelitian tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah b. Suatu penelitian deskriptif c. Penerapan pendekan kuantitatif dalam penelitian d. Semua jawaban salah 34
6. Penelitian tindakan kelas mengembalikan rasa percaya diri guru karena ………… a. Kurang memperhatikan kinerja di kelas b. Guru harus mencari aktivitas tambahan c. Membuka kesempatan untuk melakukan tindakan reflektif-inovatif di kelas d. Masyarakat menghargai upaya guru 7. Penelitian tindakan kelas bersifat ………………….. a. ‘Grass roots’ yang dilakukan guru di ruang kelas b. ‘Top down’ untuk mengembangkan suatu kebijakan c. ‘Bottom up’ untuk melaksanakan kurikulum nasional d. ‘Grounded’ yang secara deduktif mengaplikasikan teori 8. Untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah penelitian diperlukan ………….. a. Keikutsertaan dalam seminar hasil penelitian tindakan kelas di universitas b. Pengamatan proses pembelajaran di kelas c. Instruksi dari kepala sekolah d. Bimbingan dari pengawas 9. Kerangka pemikiran atau paradigm diperlukan dalam penelitian tindakan kelas untuk …… a. Memahami masalah, mencari solusi, dan kriteria pembuktiannya b. Menambah bacaan untuk meningkatkan pengetahuan peneliti c. Meningkatkan kerjasama dengan mitra peneliti d. Memahami relasi kerja di antara komponen-komponen penelitian 10. Dalam melakukan penelitian tindakan kelas, seorang peneliti perlu berkolaborasi artinya adalah: a. Melakukan penelitian sendiri-sendiri b. Melakukan penelitian bersama-sama c. Melakukan penelitian dalam kemitraan yang setara d. Melakukan penelitian dalam profesi sebagai guru 11. Permasalahan pokok yang ingin diteliti dalam PTK yakni: ‘Apakah metode permainan dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan membaca bahasa Jepang di SMA?’ Yang manakah pertanyaan berikut ini yang tidak dapat menjawab permasalahan di atas? a. Bagaimakah kemampuan membaca siswa sebelum dilakukan tindakan? b. Bagaiman pendapat guru dan siswa dalam pembelajaran membaca sebelumnya? c. Seberapa jauh pengaruh kendala yang dihadapi guru dalam mengajar membaca terhadap hasil belajar siswa? 35
d. Metode pembelajaran yang bagaimana yang diharapkan guru dan siswa di masa datang? 12. Sehubungan dengan soal pada no. 13 di atas, berikut ini dirumuskan tujuan penelitian antara lain ……………… terkeuali: a. Mengusulkan kepada pihak yang berwenang agar memasukkan metode tersebut dalam pedoman proses pembelajaran di SMA b. Mendeskripsikan hasil belajar membaca siswa c. Menjajagi pendapat guru dan siswa mengenai proses pembelajaran d. Memperbaiki kualitas pembelajaran membaca di SMA 13. Yang dimaksud dengan siklus dalam penelitian tindakan kelas adalah ……………. a. Urutan kegiatan yang dimulai perencanaan awal b. Urutan kegiatan diskusi dengan para mitra penelitian c. Urutan kegiatan di kelas yang direncanakan setiap tahapnya d. Urutan kegiatan mulai perencanaan awal sampai perencanaan siklus berikutnya 14. Instrumen utama yang sangat berperan dalam penelitian tindakan kelas adalah: a. Format observasi bentuk cek list b. Format wawancara terstruktur c. Pre-test dan Post-test d. Field notes 15. Banyak siklus dalam penelitian tindakan kelas dapat dihentikan jika: a. Sudah melakukan 3 siklus b. Sudah melakukan 5 siklus c. Sudah memenuhi indikator keberhasilan sesuai kesepakatan dengan mitra d. Semua jawaban salah 16. Field notes yang dibuat peneliti ketika tindakan berlangsung divalidasi dengan menanyakan kembali kebenarannya kepada mitra yang melaksanakan tindakan di kelas, biasa disebut: a. Member check b. Saturation c. Triangulation d. Etic dan Emic 17. Proses berpikir, menafsirkan atau mengomentari tentang apa yang diamati kemudian mengolah apa yang diamati, mencari makna kemudian menemukan pola, disebut: a. Audit trial 36
b. Refleksi c. Validasi katalitik d. Understanding 18. Menulis karya ilmiah tidak semudah menulis karangan biasa. Terdapat beberapa prinsip dalam menulis karya ilmiah berikut ini …… kecuali: a. Obyektif dan empiris b. Induktif dan deduktif c. Trial and eror d. Data yang berdasarkan rasio 19. Laporan hasil penelitian tindakan kelas yang disusun sesuai dengan sistematika penulisan yang standard termasuk jenis: a. Scientific paper b. Research paper c. Karya ilmiah d. Position paper 20. Penelitian tindakan kelas direncanakan debagaimana mestinya dan dilaksanakan decara konsisten oleh guru (peneliti) maka akan dapat memperbaiki: a. Kualitas pendidikan nasional b. Apa yang terjadi dalam proses pembelajaran di kelas c. Kualitas dan kuantitas penelitian pendidikan d. Meningkatkan promosi karier guru
37
Lampiran 5. Soal Post Test POST-TEST Nama Peserta Asal Sekolah NIP
: : :
1. Penelitian tindakan mengadakan rangka kerja penelitian empiris yang didasarkan pada …………………… kecuali: a. Praktis dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran b. Untuk memecahkan masalah-masalah yang ada c. Observasi obyektif masa lalu d. Actual dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran 2. Yang manakah masalah-masalah berikut ini yang dapat dijawab melalui penelitian tindakan kelas? a. Meningkatkan kemampuan mendengarkan siswa dengan strategi kerja kelompok b. Studi tentang perhatian guru dalam penerapan Kurikulum 2006 di kelas c. Meneliti efektivitas dari 2 metode dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa d. Studi komparatif antara 2 macam assesmen dalam pengajaran menulis 3. Penelitian tindakan kelas ditujukan untuk membuat perubahan. Manakah pernyataan penelitian berikut ini yang relevan dalam penelitian tindakan kelas? a. Seberapa jauh perubahan telah terjadi? b. Apa yang terjadi selama masa transisi? c. Faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala untuk membuat perubahan? d. Seberapa besar pengaruh antara variabel yang dominan dalam perubahan? 4. Yang manakah kegiatan-kegiatan di bawah ini yang merupakan kegiatan paling awal dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas? a. Perencanaan tindakan b. Melakukan evaluasi c. Mencari literature yang relevan d. Melakukan pengamatan masalah 5. Penelitian tindakan kelas merupakan: a. Bentuk penelitian tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah b. Suatu penelitian deskriptif c. Penerapan pendekan kuantitatif dalam penelitian d. Semua jawaban salah 38
6. Penelitian tindakan kelas mengembalikan rasa percaya diri guru karena ………… a. Kurang memperhatikan kinerja di kelas b. Guru harus mencari aktivitas tambahan c. Membuka kesempatan untuk melakukan tindakan reflektif-inovatif di kelas d. Masyarakat menghargai upaya guru 7. Penelitian tindakan kelas bersifat ………………….. a. ‘Grass roots’ yang dilakukan guru di ruang kelas b. ‘Top down’ untuk mengembangkan suatu kebijakan c. ‘Bottom up’ untuk melaksanakan kurikulum nasional d. ‘Grounded’ yang secara deduktif mengaplikasikan teori 8. Untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah penelitian diperlukan ………….. a. Keikutsertaan dalam seminar hasil penelitian tindakan kelas di universitas b. Pengamatan proses pembelajaran di kelas c. Instruksi dari kepala sekolah d. Bimbingan dari pengawas 9. Kerangka pemikiran atau paradigm diperlukan dalam penelitian tindakan kelas untuk …… a. Memahami masalah, mencari solusi, dan kriteria pembuktiannya b. Menambah bacaan untuk meningkatkan pengetahuan peneliti c. Meningkatkan kerjasama dengan mitra peneliti d. Memahami relasi kerja di antara komponen-komponen penelitian 10. Dalam melakukan penelitian tindakan kelas, seorang peneliti perlu berkolaborasi artinya adalah: a. Melakukan penelitian sendiri-sendiri b. Melakukan penelitian bersama-sama c. Melakukan penelitian dalam kemitraan yang setara d. Melakukan penelitian dalam profesi sebagai guru 11. Permasalahan pokok yang ingin diteliti dalam PTK yakni: ‘Apakah metode permainan dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan membaca bahasa Jepang di SMA?’ Yang manakah pertanyaan berikut ini yang tidak dapat menjawab permasalahan di atas? a. Bagaimakah kemampuan membaca siswa sebelum dilakukan tindakan? b. Bagaiman pendapat guru dan siswa dalam pembelajaran membaca sebelumnya? c. Seberapa jauh pengaruh kendala yang dihadapi guru dalam mengajar membaca terhadap hasil belajar siswa? 39
d. Metode pembelajaran yang bagaimana yang diharapkan guru dan siswa di masa datang? 12. Sehubungan dengan soal pada no. 13 di atas, berikut ini dirumuskan tujuan penelitian antara lain ……………… terkeuali: a. Mengusulkan kepada pihak yang berwenang agar memasukkan metode tersebut dalam pedoman proses pembelajaran di SMA b. Mendeskripsikan hasil belajar membaca siswa c. Menjajagi pendapat guru dan siswa mengenai proses pembelajaran d. Memperbaiki kualitas pembelajaran membaca di SMA 13. Yang dimaksud dengan siklus dalam penelitian tindakan kelas adalah ……………. a. Urutan kegiatan yang dimulai perencanaan awal b. Urutan kegiatan diskusi dengan para mitra penelitian c. Urutan kegiatan di kelas yang direncanakan setiap tahapnya d. Urutan kegiatan mulai perencanaan awal sampai perencanaan siklus berikutnya 14. Instrumen utama yang sangat berperan dalam penelitian tindakan kelas adalah: a. Format observasi bentuk cek list b. Format wawancara terstruktur c. Pre-test dan Post-test d. Field notes 15. Banyak siklus dalam penelitian tindakan kelas dapat dihentikan jika: a. Sudah melakukan 3 siklus b. Sudah melakukan 5 siklus c. Sudah memenuhi indikator keberhasilan sesuai kesepakatan dengan mitra d. Semua jawaban salah 16. Field notes yang dibuat peneliti ketika tindakan berlangsung divalidasi dengan menanyakan kembali kebenarannya kepada mitra yang melaksanakan tindakan di kelas, biasa disebut: a. Member check b. Saturation c. Triangulation d. Etic dan Emic 17. Proses berpikir, menafsirkan atau mengomentari tentang apa yang diamati kemudian mengolah apa yang diamati, mencari makna kemudian menemukan pola, disebut: a. Audit trial 40
b. Refleksi c. Validasi katalitik d. Understanding 18. Menulis karya ilmiah tidak semudah menulis karangan biasa. Terdapat beberapa prinsip dalam menulis karya ilmiah berikut ini …… kecuali: a. Obyektif dan empiris b. Induktif dan deduktif c. Trial and eror d. Data yang berdasarkan rasio 19. Laporan hasil penelitian tindakan kelas yang disusun sesuai dengan sistematika penulisan yang standard termasuk jenis: a. Scientific paper b. Research paper c. Karya ilmiah d. Position paper 20. Penelitian tindakan kelas direncanakan debagaimana mestinya dan dilaksanakan decara konsisten oleh guru (peneliti) maka akan dapat memperbaiki: a. Kualitas pendidikan nasional b. Apa yang terjadi dalam proses pembelajaran di kelas c. Kualitas dan kuantitas penelitian pendidikan d. Meningkatkan promosi karier guru
41
Lampiran 6. Kuesioner Awal KUESIONER 1 Nama Peserta Asal Sekolah NIP
: : :
Petunjuk Pengisian: Kami mohon kesediaan Bapak/Ibu Guru meluangkan waktu untuk mengisi angket ini sesuai dengan pengalaman nyata yang pernah dialami. Angket ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan penilaian tugas dan profesi Bapak/Ibu Guru. Atas kesediaan Bapak/Ibu Guru kami ucapkan terima kasih. 1. Apakah anda pernah melakukan penelitian? ……………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… 2. Bila Ya, Apa jenis penelitian yang anda dilakukan? ……………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… 3. Bila ya, Apa tujuan anda melakukan penelitian tersebut? ……………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… 4. Apakah anda pernah mendengar penelitian tindakan kelas? ……………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… 5. Apakah anda pernah melakukan penelitian tindakan kelas? ……………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………
42
Lampiran 7. Kuesioner Akhir KUESIONER 2 Nama Peserta Asal Sekolah NIP
: : :
Petunjuk Pengisian: Kami mohon kesediaan Bapak/Ibu Guru meluangkan waktu untuk mengisi angket ini sesuai dengan pengalaman nyata setelah mengikuti pelatihan tindakan kelas yang diadakan. Angket ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan penilaian tugas dan profesi Bapak/Ibu Guru. Atas kesediaan Bapak/Ibu Guru kami ucapkan terima kasih. 1. Apakah pelatihan penulisan PTK yang telah anda ikuti menarik? ……………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… 2. Bila Ya, Apa materi dari pelatihan ini sesuai dengan apa yang anda butuhkan dalam pembuatan PTK? ……………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… 3. Setelah mengikuti pelatihan ini, apakah anda termotivasi untuk membuat PTK? ……………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… 4. Apakah anda memerlukan pelatihan yang lebih mendalam terkait dengan pelaksanaan PTK? ……………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… 5. Bila Ya, jenis pelatihan apa yang anda perlukan? Sebutkan secara lebih spesifik! ………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………
43
Lampiran 8. Lembar Observasi LEMBAR OBSERVASI
Nama Peserta Asal Sekolah NIP No 1
: : : Aspek yang di observasi
Ketekunan
mendengarkan
ceramah
SS
S
KS
TS
STS
yang
disampaikan 2
Keseriusan dalam melakukan jig saw yang diminta untuk
3
Keseriusan dalam melakukan refleksi terhadap permasalahan yang dialami di sekolah
4
Kejujuran dalam mengemukakan permasalahan yang dialami di sekolah masing-masing
5
Kemampuan memilih masalah yang urgen untuk dilaksanakan
6
Tanggung jawab dalam melakukan diskusi untuk memilih metode yang sesuai untuk memecahkan masalah yang dialami
7
Tanggungjawab untuk menyelesaikan proposal penelitian
8
Keseriusan dalam menulis proposal penelitian
Singaraja,
Mei 2015
Penilai,
(___________________________)
44
Lampiran 9. Modul Pelatihan MODUL PELATIHAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh: Kadek Eva Krishna Adnyani, S.S., M.Si. Ni Wayan Surya Mahayanti, S.Pd., M.Pd. I Nyoman Pasek Hadisaputra, S.Pd., M.Pd. A. Pengertian Penelitian Tindakan Penelitian tindakan (action research) merupakan salah satu jenis penelitian terapan (applied research) yang menggabungkan antara pengetahuan, penelitian dan tindakan. Secara sederhana, action research merupakan “learning by doing” yang di terapkan dalam konteks pekerjaan seseorang. Pada saat seseorang bekerja, dia selalu menghasilkan ide-ide baru yang diwujudkan dalam tindakan untuk memperbaiki proses maupun hasil pekerjaannya. Penyelenggaraan pendidikan di lembaga pendidikan formal dilaksanakan oleh tenaga pendidik (guru) dan tenaga kependidikan (kepala sekolah dan pengawas). Dalam konteks pekerjaan tersebut, guru menerapkan action research pada kegiatan belajar mengajar di kelas sedangkan kepala sekolah menerapkan action research untuk memperbaiki manajemen sekolah. Action research yang dilakukan oleh guru dinamakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) sedangkan action research yang dilakukan kepala sekolah dinamakan penelitian tindakan sekolah (school action research) Menurut O'Brien (2001) penelitian tindakan dilakukan ketika sekelompok orang (siswa) diidentifikasi permasalahannya, kemudian peneliti (guru) menetapkan suatu tindakan untuk mengatasinya. Selama tindakan berlangsung, peneliti melakukan pengamatan perubahan perilaku siswa dan faktor-faktor yang menyebabkan tindakan yang dilakukan tersebut sukses atau gagal. Apabila peneliti merasa tindakan yang dilakukan hasilnya kurang memuaskan maka akan dicoba kembali tindakan kedua dan seterusnya. Dalam PTK, jarang ada keberhasilan yang dapat dicapai dalam satu kali tindakan, oleh sebab itu PTK sering dilakukan dalam beberapa siklus tindakan. Pengaruh action research kemudian dipelajari dan dilaporkan secara mendalam dan sistematis. Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk mengembangkan strategi pembelajaran yang paling efisien dan efektif pada situasi yang alamiah (bukan eksperimen). Action research berasumsi bahwa pengetahuan dapat dibangun dari pengalaman, khususnya pengalaman yang diperoleh melalui tindakan (action). Dengan asumsi tersebut, orang biasa mempunyai peluang untuk ditingkatkan kemampuannya melalui tindakan-tindakan penelitian. Peneliti yang melakukan penelitian tindakan diasumsikan telah mempunyai keahlian untuk mengubah kondisi, perilaku dan kemampuan subjek (siswa) yang menjadi sasaran penelitian. Peningkatan mutu pembelajaran di kelas dapat dilakukan dengan dua metode penelitian yaitu metode eksperimen dan action research. Penelitian eksperimen lebih banyak menggunakan data kuantitatif sedangkan penelitian tindakan (action research) dapat menggunakan data kuantitatif dan kualitatif. Penelitian eksperimen minimal menggunakan dua kelas paralel yaitu satu kelas digunakan sebagai kelas perlakuan atau kelas eksperimen dan satu kelas yang lain digunakan sebagai kelas kontrol atau kelas yang tidak diberi perlakuan. Penelitian tindakan kelas cukup menggunakan satu kelas, tetapi tindakan yang dilakukan dapat berulang-ulang sampai menghasilkan perubahan menuju arah perbaikan.
45
B. Karakteristik Penelitian Tindakan Penelitian tindakan mempunyai karakteristik khusus yang tidak terdapat pada penelitian lain. Sesuai dengan tujuan penelitian tindakan yaitu untuk memperbaiki kinerja mengajar bagi guru/dosen atau kinerja manajerial bagi kepala sekolah maka penelitian tindakan mempunyai karakteristik sebagai berikut: 1. Tema penelitian bersifat situasional Tema penelitian diangkat dari permasalahan yang dihadapi guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari. Berdasarkan masalah yang ditemukan tersebut, dilakukan diagnosis faktor-faktor yang menjadi penyebabnya dan dirancang alternatif tindakan untuk mengatasi permasalahan. Sambil melaksanakan pekerjaan rutinnya tersebut, peneliti mengamati perilaku subjek yang akan diberi tindakan supaya mendapat data empirik untuk menyusun latar belakang masalah penelitian. Mengingat masalah dan tindakan yang sangat situasional ini, ada kemungkinan tindakan yang sama tidak cocok untuk mengatasi masalah yang sama pada waktu dan kelas yang berbeda. Dengan demikian, masalah dan tindakan bersifat eksklusif yaitu hanya sesuai untuk masalah pada kelas dan waktu kejadian saat itu. Hasil penelitian tindakan yang eksklusif tersebut memiliki validitas eksternal yang rendah karena tidak dapat digeneralisasikan pada semua tempat yang memiliki situasi sama. Hal ini disebabkan karena subjek penelitian tindakan tidak diambil secara acak dari beberapa kelas paralel tetapi hanya diambil pada kelas yang mengalami masalah sehingga hasilnya juga hanya berlaku pada kelas yang diteliti tersebut. 2. Tindakan diambil berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi diri Penelitian tindakan berbasis pada hasil evaluasi diri (self-evaluative) dan pengambilan tindakan diputuskan berdasarkan refleksi diri (self-reflective) dari peneliti. Proses pengambilan tindakan tersebut dapat dilakukan dengan mempelajari akar permasalahan yang menyebabkan kegagalan kinerja dan hasil analisisnya kemudian diungkapkan untuk mengambil tindakan baru. Kegiatan ini berlangsung secara terus menerus, sehingga tidak menutup peluang kepada guru untuk memodifikasi tindakan yang dianggap perlu selama proses penelitian tindakan berlangsung. Karakteristik ini mencerminkan penelitian tindakan bersifat luwes dan mampu menyesuaikan dengan situasi nyata yang dihadapi (fleksibel dan adaptif). Jenis-jenis tindakan yang dipilih dapat berupa model, pendekatan, strategi, metode, teknik atau media baru yang sesuai untuk mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi. 3. Dilakukan dalam beberapa putaran Paket tindakan terbagi menjadi beberapa putaran atau siklus. Hal ini memberi kemungkinan satu macam dan satu kali tindakan saja tidak cukup untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi sehingga perlu dilengkapi dengan tindakan-tindakan lain pada putaran waktu (siklus) berikutnya. Kegiatan penelitian tindakan diakhiri sampai permasalahan yang dihadapi dapat diatasi bukan pada satuan kegiatan telah selesai dilakukan. 4. Penelitian bertujuan untuk memperbaiki kinerja Penelitian bertujuan untuk pemberdayaan, perbaikan, peningkatan mutu dan peningkatan kemampuan/kompetensi. Keberhasilan penelitian tindakan diketahui dari perubahan yang terjadi sebelum, selama dan sesudah pelaksanaan tindakan. Penelitian dinyatakan berhasil apabila tindakan dapat membuat orang yang sebelumnya kurang berdaya menjadi lebih berdaya, terjadi peningkatan nilai atau perbaikan kinerja, dan lain-lain tergantung pada tujuan dilakukannya tindakan. Untuk mengetahui adanya perubahan, peningkatan atau perbaikan selama pelaksanaan tindakan, maka perlu dilakukan pengukuran yang berulang-ulang sesuai dengan objek/masalah yang sedang diatasi dengan tindakan. 46
Pada penelitian eksperimen, keberhasilan penelitian diukur dengan membandingkan hasil belajar antara kelas yang diberi perlakuan dengan kelas yang tidak diberi perlakuan (kelas kontrol). Apabila hasil belajar kelas perlakuan lebih baik dari pada kelas yang tidak diberi perlakuan (kelas kontrol) maka eksperimen dinyatakan berhasil. Mengingat penelitian tindakan tidak menggunakan kelas pembanding untuk mengukur keberhasilannya, maka prosedur pengumpulan data, pengolahan dan pelaporan hasil penelitian tindakan dilakukan secermat mungkin. 5. Dilaksanakan secara kolaboratif atau parisipatorif. Kegiatan penelitian bersifat kolaboratif antara guru/kepala sekolah, peneliti dan siswa. Kegiatan yang bersifat kolaboratif mengandung pengertian bahwa masing-masing individu yang terlibat dalam penelitian mempunyai tugas, tanggung jawab dan kepentingan yang berbeda tetapi tujuannya sama yaitu memecahkan masalah untuk peningkatan kualitas pembelajaran/manajemen sekolah. Dalam hal ini, guru/kepala sekolah mempunyai kepentingan untuk meningkatkan kemampuan mengajar, peneliti bertujuan mengembangkan ilmu pengetahuan sedangkan subjek yang diteliti/siswa memiliki kepentingan untuk meningkatkan kinerja/hasil belajar. Penelitian tindakan kolaboratif sering dilakukan pada mata pelajaran yang diampu oleh beberapa orang guru. Dalam pelaksanaan penelitian, salah satu guru bertindak sebagai perancang dan pelaksana tindakan sedangkan guru lain sebagai pengamat pelaksanaan tindakan. Apabila kegiatan penelitian merupakan bentuk kerjasama dengan pihak lain, guru/kepala sekolah bertindak sebagai pelaksana tindakan yang dirancang oleh peneliti dan perubahan perilaku subjek yang diteliti dapat diamati oleh tenaga peneliti. Hasil penelitian dapat digunakan bersama-sama oleh guru dan peneliti. Penelitian tindakan partisipatoris dirancang, dilaksanakan dan hasilnya digunakan sendiri oleh peneliti. Kegiatan penelitian sepenuhnya dilakukan oleh guru atau peneliti dan tidak diwakilkan kepada orang lain. Selama proses penelitian berlangsung, guru/kepala sekolah bertindak sebagai pelaksana tindakan sekaligus sebagai pengamat perubahan perilaku. Guru harus langsung mencatat kejadian-kejadian khusus setelah pelaksanaan tindakan supaya guru tidak kehilangan informasi penting untuk dilaporkan. Untuk membantu mengingat kejadian, guru dapat merekam dan mendokumentasikan kejadian-kejadian penting tersebut. 6. Sampel terbatas. Penelitian tindakan mengambil sampel spesifik pada kelas atau sekolah dengan sasaran kelompok siswa, kelompok guru atau manajemen sekolah yang mengalami permasalahan. Pengambilan sampel tidak dilakukan secara acak sehingga hasil penelitian tindakan kelas tidak dapat digeneralisasikan untuk wilayah yang lebih luas. Keputusan hasil penelitian ini hanya berlaku untuk sampel yang diteliti. Temuan penelitian menjadi wacana informasi dan pertukaran pengalaman yang dapat diterapkan pada kelas/sekolah lain yang mengalami permasalahan sejenis.
C. Model-model Penelitian Tindakan Seperti telah dipaparkan di atas bahwa penelitian tindakan dilakukan dalam beberapa putaran (siklus). Jumlah putaran tidak ditentukan karena indikator keberhasilan di ukur dari kepuasan peneliti terhadap pencapaian hasil yang berupa perubahan perilaku subjek yang diteliti. Pada umumnya, tiap-tiap siklus penelitian tindakan berisi kegiatan: perencanaan → tindakan → observasi → evaluasi/refleksi. Berikut ini dipaparkan model-model penelitian tindakan yang telah dikembangkan beberapa ahli. 1. Model Lewin 47
Lewin mengembangkan model action research dalam sebuah sistem yang terdiri dari sub sistem input, transformation dan output. Pada tahap input dilakukan diagnosis permasalahan awal yang tampak pada individu atau kelompok siswa. Data identifikasi masalah dikumpulkan berdasarkan umpan balik hasil evaluasi kinerja sehari-hari. Peneliti telah melakukan studi pendahuluan sebelum menetapkan tindakan penelitian atau menyusun proposal. Dengan demikian, orang yang paling memahami masalah yang dihadapi subjek penelitian dan cara mengatasinya adalah peneliti itu sendiri.
Pada tahap transformation, dilaksanakan tindakan yang telah dirancang. Apabila penelitian tindakan diterapkan di kelas, maka pelaksanaan tindakan diintegrasikan pada proses pembelajaran. Perubahan perilaku yang diharapkan diobservasi selama pelaksanaan tindakan. Apabila perilaku yang diharapkan tidak tercapai, maka peneliti dapat mengulangi proses yang terjadi pada input yaitu mengidentifikasi masalah dan merencanakan tindakan baru yang sesuai untuk mengatasi masalah (Feedback Loop A). Sebaliknya, apabila terjadi perubahan perilaku yang diinginkan, pada tahap berikutnya dilakukan pengukuran hasil (melalui tes/ujian) untuk mengetahui kemajuan yang sudah dicapai. Hasil pengukuran ini kemudian dievaluasi untuk memutuskan perlu atau tidak perlu tindakan perbaikan berikutnya menggunakan rencana baru (feedback loop C) atau memperbaiki tindakan yang sudah direncanakan (feedback loop B). 2. Model Riel Model ke dua dikembangkan oleh Riel (2007) yang membagi proses penelitian tindakan menjadi tahap-tahap: (1) studi dan perencanaan; (2) pengambilan tindakan; (3) pengumpulan dan analisis kejadian; (3) refleksi. Kemajuan pemecahan masalah melalui tindakan penelitian diilustrasikan pada Gambar berikut.
48
Riel (2007) mengemukakan bahwa untuk mengatasi masalah, diperlukan studi dan perencanaan. Masalah ditemukan berdasarkan pengalaman empiris yang ditemukan seharihari. Setelah masalah teridentifikasi, kemudian direncanakan tindakan yang sesuai untuk mengatasi permasalahan dan mampu dilaksanakan oleh peneliti. Perangkat yang mendukung tindakan (media, RPP) disiapkan pada tahap perencanaan. Setelah rencana selesai disusun dan disiapkan, tahap berikutnya adalah pelaksanaan tindakan. Setelah dilakukan tindakan, peneliti kemudian mengumpulkan semua data/informasi/kejadian yang ditemui dan menganalisisnya. Hasil analisis tersebut kemudian dipelajari, dievaluasi, dan ditanggapi dengan rencana tindak lanjut untuk menyelesaikan masalah yang masih ada. Putaran tindakan ini berlangsung terus, sampai masalah dapat diatasi. 3. Model Kemmis dan Taggart Kemmis dan Taggart (1988) membagi prosedur penelitian tindakan dalam empat tahap kegiatan pada satu putaran (siklus) yaitu: perencanaan – tindakan dan observasi – refleksi. Model penelitian tindakan tersebut sering diacu oleh para peneliti tindakan. Model Kemmis dan Taggart dapat disimak pada Gambar berikut.
Kegiatan tindakan dan observasi digabung dalam satu waktu, yaitu pada saat dilaksanakan tindakan sekaligus dilaksanakan observasi. Guru sebagai peneliti sekaligus melakukan observasi untuk mengamati perubahan perilaku siswa. Hasil-hasil observasi kemudian direfleksikan untuk merencanakan tindakan tahap berikutnya. Siklus tindakan tersebut dilakukan secara terus menerus sampai peneliti puas, masalah terselesaikan dan peningkatan hasil belajar sudah maksimum atau sudah tidak perlu ditingkatkan lagi. Hambatan dan keberhasilan pelaksanaan tindakan pada siklus pertama harus diobservasi, dievaluasi dan kemudian direfleksi untuk merancang tindakan pada siklus kedua. Pada umumnya, tindakan pada siklus kedua merupakan tindakan perbaikan dari tindakan pada siklus pertama tetapi tidak menutup kemungkinan tindakan pada siklus kedua adalah mengulang tindakan siklus pertama. Pengulangan tindakan dilakukan untuk meyakinkan peneliti bahwa tindakan pada siklus pertama telah atau belum berhasil. 4. Model DDAER Tiga model PTK yang telah dicontohkan di atas memberi gambaran bahwa prosedur PTK sebenarnya sudah lazim dilakukan dalam program pembelajaran. Prosedur PTK akan lebih lengkap apabila diawali dengan kegiatan diagnosis masalah dan dilengkapi dengan evaluasi sebelum dilakukan refleksi. Desain lengkap PTK tersebut disingkat menjadi model DDAER (diagnosis, design, action and observation, evaluation, reflection) dapat disimak pada gambar berikut. 49
1. Diagnosis masalah 2. Perancangan tindakan 3. Pelaksanaan tindakan dan observasi kejadian 4. Evaluasi 5. Refleksi
Dalam model tersebut, penelitian tindakan dimulai dari diagnosis masalah sebelum tindakan dipilih. Secara implisit, diagnosis masalah ini ditulis dalam latar belakang masalah. Setelah masalah didiagnosis, peneliti mengidentifikasi tindakan dan memilih salah satu tindakan yang layak untuk mengatasi masalah. Prosedur penelitian berikutnya hampir sama dengan prosedur pada model PTK yang lain. Berikut ini dipaparkan contoh kegiatan yang dilakukan pada tahap diagnosis masalah, perancangan – tindakan – observasi-interpretasianalisis data, evaluasi dan refleksi. D. Prosedur Penelitian Tindakan Dari berbagai macam model penelitian tindakan yang telah dipaparkan di atas dapat dirangkum bahwa secara umum penelitian tindakan terdiri dari empat siklus yaitu: diagnosis masalah, perancangan tindakan – pelaksanaan tindakan – observasi, analisis data, evaluasi dan refleksi. Dalam sebuah penelitian, contoh kegiatan yang dilakukan pada masing-masing tahap penelitian dapat dipaparkan sebagai berikut: 1. Diagnosis Masalah Diagnosis masalah dilakukan paling awal, yaitu pada saat peneliti/guru melakukan pekerjaan sehari-hari. Peneliti mengamati komponen pembelajaran yang belum optimal sehingga masih memungkinkan untuk diperbaiki lagi. Banyak hal-hal yang sering menjadi masalah klasik dalam proses pembelajaran seperti: perhatian siswa, pemahaman materi, motivasi belajar, hasil belajar, kreativitas, aktivitas belajar, kompetensi, perangkat materi (modul, job sheet, lab sheet, hand out), media, metode, ruang belajar, sumber belajar, dsb. Untuk menemukan masalah PTK diperlukan kepekaan peneliti melihat situasi kelas. 2. Perancangan Tindakan Perancangan tindakan dimulai sejak seorang peneliti menemukan suatu masalah dan merumuskan cara pemecahan masalahnya melalui tindakan. Setelah peneliti menetapkan tindakan yang akan dilakukan, peneliti membuat perancangan tindakan dan menyusun 50
perangkat yang diperlukan selama tindakan berlangsung. Dalam perancangan tindakan tersebut disusun: a. Skenario tindakan. Skenario tindakan serupa dengan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) pada penelitian tindakan kelas. Guru yang bekerja secara professional selalu membuat RPP sebelum mengajar. Skenario pembelajaran berisi langkah-langkah tindakan yang dilakukan oleh guru dan kegiatan siswa ketika guru menerapkan tindakan. Skenario tindakan sebaiknya ditulis dalam bahasa operasional dan prosedural sehingga mudah dipahami orang lain. b. Instrumen pengumpulan data penelitian. Perencanaan tindakan sudah memikirkan cara pengambilan data, alat yang digunakan untuk mengambil data dan orang yang bertugas mengumpulkan data. Agar peneliti tidak kehilangan informasi yang penting selama momen tindakan berlangsung, maka alat-alat pengumpul data seperti lembar observasi atau perangkat tes sudah disiapkan pada tahap perencanaan. c. Perangkat tindakan. Pada tahap perencanaan, perangkat pelaksanaan tindakan sudah disiapkan. Perangkat tindakan meliputi alat, media pembelajaran, petunjuk belajar, dan uraian materi pembelajaran yang sudah tercetak. Kesiapan perangkat pembelajaran menentukan tindakan tersebut layak atau tidak layak untuk dilaksanakan. Perangkat pembelajaran yang lengkap turut menentukan kesuksesan suatu tindakan. d. Simulasi tindakan. Apabila peneliti belum yakin terhadap kesuksesan tindakan yang telah direncanakan maka peneliti dapat melaksanakan simulasi pada teman sejawat atau kelas kecil.
3. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Guru/peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan skenario yang telah dibuat dan perangkat yang telah disiapkan. Selama pelaksanaan tindakan ini, observasi kejadian dapat dilakukan oleh peneliti atau teman sejawat yang membantunya. Lembar observasi sudah disiapkan peneliti namun bisa dikembangkan lebih lanjut selama tindakan berlangsung apabila terdapat kejadian menarik yang belum terungkap dalam lembar observasi. Observasi dilaksanakan untuk mengamati proses dan dampak. Observasi proses merekam apakah proses tindakan sesuai dengan skenarionya, dan gejala-gejala apa yang muncul selama proses tindakan, baik pada peneliti sebagai aktor, sasaran tindakan, atau situasi yang menyertainya. Observasi dampak merekam hasil atau dampak dari pelaksanaan tindakan tersebut. Dampak tindakan yang berupa prestasi/kompetensi dapat diukur dengan alat tes. Perekaman data yang bersifat kualitatif sebaiknya langsung diinterpretasikan agar peneliti tidak kehilangan makna. Apabila selama tindakan terjadi kejadian unik yang tidak diduga sebelumnya, peneliti sebaiknya langsung mendiskusikan dengan seluruh personal yang terlibat dalam penelitian. 4. Analisis Data Analisis data dalam penelitian tindakan dapat dilakukan secara deskriptif kuantitatif maupun kualitatif tergantung pada tujuan penelitian. Penelitian tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa akan memperoleh data kuantitatif tentang prestasi siswa. Penelitian tindakan yang bertujuan meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas akan memperoleh data kualitatif tentang peningkatan kualitas proses pembelajaran atau pengurangan hambatan-hambatan yang menyebabkan kualitas proses pembelajaran menjadi rendah. Penyajian data dapat dilakukan secara deskriptif kuantitatif maupun kualitatif. Penyajian data menjadi lebih bermakna apabila peneliti memaparkan kejadian-kejadian yang berkaitan dengan pencapaian tujuan pelaksanaan tindakan. Laporan hasil analisis data menjadi lebih lengkap apabila dilakukan pengukuran tentang ketercapaian hasil tersebut pada setiap
51
siklus tindakan. Dengan demikian peningkatan atau perbaikan kinerja akan tergambar semakin jelas. 5. Evaluasi dan Refleksi Evaluasi adalah proses penemuan, penyediaan data dan informasi untuk menetapkan keputusan yang rasional dan objektif. Kizlik (2007: 1) menyatakan bahwa evaluasi digunakan untuk mengklasifikasikan aspek yang dievaluasi (bisa berupa objek atau situasi) menurut indikator kualitas yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan dinyatakan telah tercapai dan kegiatan dinyatakan efektif apabila telah memenuhi indikator kualitas yang ditetapkan dengan menggunakan kriteria-kriteria baku. Menurut pengertian tersebut, evaluasi dalam penelitian tindakan berfungsi untuk mengambil keputusan keberlanjutan tindakan penelitian. Keputusan diambil berdasarkan pertimbangan yang membandingkan antara hasil yang diobservasi, dengan hasil yang diharapkan atau kriteria-kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Alternatif keputusan yang diambil antara lain: tindakan layak untuk dilanjutkan, perlu perbaikan atau dihentikan dan diganti dengan tindakan lain. Tindakan dapat dilanjutkan apabila hasil tindakan lebih baik dari kriteria yang telah ditetapkan, memberi manfaat pada peningkatan kualitas pembelajaran. Tindakan perlu diperbaiki apabila hasil tindakan belum dapat mencapai kriteria yang ditetapkan. Tindakan harus dihentikan dan diganti dengan tindakan lain apabila banyak menimbulkan dampak negatif dan hasil berada di bawah kriteria yang telah ditetapkan. Refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan dan kegagalan dalam mencapai tujuan sementara, dan untuk menentukan tindak lanjut dalam rangka mencapai tujuan akhir. Evaluasi dan refleksi mempunyai fungsi yang sama yaitu untuk menetapkan keputusan keberlanjutan setelah tindakan dilaksanakan. Dalam tahap refleksi, keputusan perlu didiskusikan dengan seluruh personal yang terlibat dalam penelitian. Dalam tahap ini, tindakan pada siklus kedua atau seterusnya mulai dirancang dan ditetapkan. Rencana tindak lanjut diputuskan jika hasil dari siklus pertama belum memuaskan dan berdasarkan refleksi ditemukan hal-hal yang masih dapat dibenahi/ ditingkatkan. Kegiatan siklus berikutnya mengikuti langkah-langkah sebelumnya yaitu perencanaan-tindakan-observasi-refleksi sampai PTK berakhir.
52
Lampiran 10. Modul Panduan Penyusunan Proposal PTK
MODUL PANDUAN PENYUSUNAN PROPOSAL PTK Oleh: Kadek Eva Krishna Adnyani, S.S., M.Si. Ni Wayan Surya Mahayanti, S.Pd., M.Pd. I Nyoman Pasek Hadisaputra, S.Pd., M.Pd. Pengantar Penyusunan proposal selalu mengacu pada pedoman penulisan. Masing-masing lembaga, sponsor atau pemberi dana membuat pedoman yang berbeda-beda. Peneliti harus cerdas dan mampu menyesuaikan karya tulisannya dengan panduan bentuk apapun. Berikut ini ada salah satu contoh format penelitian tindakan dan informasi yang diperlukan pada setiap sub bab laporan penelitian. Format penyusunan proposal/laporan penelitian merupakan persyaratan administratif yang harus dipenuhi oleh peneliti. Laporan penelitian tidak akan mendapat skor yang bagus apabila poin-poin yang akan dinilai tidak ditulis oleh peneliti karena peneliti tidak menaati panduan penulisan. Dalam panduan penulisan proposal/laporan penelitian selalu diberikan petunjuk penulisan. Peneliti harus cermat dan cerdas menjawab permintaan yang tertulis pada panduan. Contoh Kerangka Isi Penelitian Tindakan 1. JUDUL PENELITIAN TINDAKAN Masalah yang layak untuk diteliti memiliki beberapa persyaratan, antara lain: (1) masih berada di dalam lingkup kompetensi keahlian bidang studi peneliti; (2) pemecahan masalah masih terjangkau dari sisi dana, waktu, dan tenaga; (3) masalah menjadi skala prioritas yang ditetapkan lembaga (sekolah). Setelah masalah yang urgen ditemukan, langkah selanjutnya adalah merumuskan masalah tersebut dalam bentuk judul PTK. Judul penelitian sudah mencerminkan jenis penelitian yang digunakan. Karakteristik judul PTK adalah ada unsur masalah yang akan dipecahkan dan ada unsur tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Subjek dan objek pada umumnya ditulis tetapi dengan bahasa yang singkat dan mudah dipahami. Contoh: Masalah Tindakan Penerapan Metode Pemberian Tugas dengan Penggunaan Media Gambar Berseri untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Berbahasa Jepang pada Siswa SMA Kelas XI IPB Di SMAN 1 Kubutambahan Tahun Ajaran 2013/2014 Masalah penelitian tindakan kelas diangkat dari fenomena yang dihadapi guru sehari-hari bukan dari kajian literatur mutakhir. Untuk menemukan masalah tersebut, guru harus mengumpulkan fakta atau bukti empiris melalui survey pendahuluan. Setelah guru menyadari kekurangan dirinya dalam mengajar, selanjutnya guru membuka wawasan untuk menemukan cara-cara pemecahan masalah yang dihadapi. Mengatasi masalah pembelajaran dapat dilakukan dengan cara menerapkan model, pendekatan, metode, teknik dan perangkat pembelajaran baru yang selama ini belum dilakukan.
53
Contoh-contoh judul PTK: 1) IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DALAM BERBAHASA JEPANG DI KELAS XI BAHASA SMA WIRA BHAKTI SINGARAJA TAHUN AJARAN 2013/2014 2) PENGGUNAAN HIRAGANA NO BENKYOU UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS HURUF HIRAGANA KELAS X IPS DI SMA NEGERI 1 SINGARAJA 3) PENERAPAN TEKNIK DRILL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS HURUF KATAKANA SISWA KELAS XI IA 4 SMA NEGERI 2 SINGARAJA TAHUN AJARAN 2013/2014 4) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK BAHASA JEPANG SISWA KELAS XI BAHASA 3 DI SMA KARYA WISATA SINGARAJA TAHUN AJARAN 2013/2014 5) Penggunaan Strategi Paired Story Telling untuk Meningkatkan Kemampuan Mengarang Bahasa Jepang Siswa Kelas XI Bahasa SMA Laboratorium Undiksha Tahun Ajaran 2013-2014 6) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) MELALUI PERMAINAN TEKA-TEKI SILANG UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KOSAKATA BAHASA JEPANG PADA SISWA KELAS XI UPW B SMK NEGERI 1 SINGARAJA TAHUN AJARAN 2013/2014 7) PENGGUNAAN TEKNIK PERMAINAN BINGO UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JEPANG PADA SISWA KELAS X5 SMA NEGERI 1 SUKASADA TAHUN AJARAN 2013/2014 8) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGARANG (SAKUBUN) PADA SISWA KELAS X IS SMA NEGERI 1 SINGARAJA TAHUN AJARAN 2013/2014 9) PENERAPAN STRATEGI ROUND TABLE UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN POLA KALIMAT BAHASA JEPANG PADA SISWA KELAS XI IB 2 SMA NEGERI 1 SUKASADA TAHUN AJARAN 2013/ 2014 10) PENERAPAN STRATEGI ROLE PLAY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JEPANG SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 2 SINGARAJA TAHUN AJARAN 2013/2014 2. PENDAHULUAN a. Latar Belakang Masalah Garis besar isi latar belakang masalah antara lain menguraikan: 1) fakta-fakta penyebab masalah yang terjadi di kelas. Fakta tersebut ditunjukkan dari hasil pengamatan atau pengukuran kemampuan siswa/mahasiswa; 2) argumentasi teori tentang tindakan yang dipilih. Argumen lebih kuat apabila didukung oleh kajian tindakan sejenis yang sudah pernah diterapkan pada penelitian terdahulu; 3) alasan-alasan logis pentingnya penelitian tindakan dilakukan; 4) dampak negatif apabila tindakan tidak segera dilakukan dan dampak positif setelah pelaksanaan tindakan.
54
Uraian inti yang ditulis pada latar belakang masalah adalah adanya kesenjangan antara situasi yang ada dengan situasi yang diharapkan. Dalam memaparkan situasi yang ada, masalah yang ditulis menjadi lebih berbobot apabila didukung dengan data/fakta hasil survei pendahuluan. Penulisan kondisi yang diharapkan mengungkap ide peneliti untuk mengatasi permasalahan dan harapan-harapan peneliti setelah masalah diatasi. Pemaparan kesenjangan antara situasi yang ada dengan yang diharapkan untuk menunjukkan bahwa permasalahan sangat mendesak untuk diatasi dan apabila permasalahan tidak segera diatasi dapat menyebabkan keadaan yang semakin buruk. Permasalahan yang urgen dapat menjadi pendorong bagi peneliti untuk segera mengatasinya. b. Perumusan Masalah Rumusan masalah merupakan bagian terpenting dalam sebuah penelitian. Rumusan masalah berisi pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya akan dikaji melalui penelitian. Rumusan masalah dapat disusun berdasarkan analisis masalah yang terdapat pada judul penelitian. Contoh rumusan masalah dari penelitian yang berjudul “Penerapan Metode Pemberian Tugas dengan Penggunaan Media Gambar Berseri untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Berbahasa Jepang pada Siswa SMA Kelas XI IPB Di SMAN 1 Kubutambahan Tahun Ajaran 2013/2014” antara lain adalah: 1) Bagaimanakah respon siswa terhadap metode pemberian tugas dengan penggunaan media gambar berseri untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan berbahasa Jepang? 2) Apakah metode pemberian tugas dengan penggunaan media gambar berseri dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan berbahasa Jepang siswa? c. Tujuan Penelitian Tujuan PTK mencerminkan hasil yang ingin dicapai melalui penelitian tindakan. Tujuan penelitian ditulis dengan kata-kata operasional yang dapat dicapai dan diukur keberhasilannya pada akhir penelitian. Sejalan dengan rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian ditulis dalam bentuk pernyataan namun isinya harus konsisten dengan pertanyaan yang ada dalam rumusan masalah. Contoh kongkret tujuan penelitian yang diambil dari contoh rumusan masalah di atas antara lain: 1) Mengetahui respon siswa terhadap metode pemberian tugas dengan penggunaan media gambar berseri untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan berbahasa Jepang 2) Mengetahui peningkatan kualitas kemampuan menulis karangan berbahasa Jepang siswa setelah menggunakan metode pemberian tugas dengan penggunaan media gambar berseri d. Manfaat Penelitian PTK merupakan penelitian terapan sehingga hasil penelitian lebih banyak memberi manfaat praktis atau nyata. Sasaran subjek yang memanfaatkan hasil penelitian disebutkan secara eksplisit misalnya siswa, guru, sekolah dan lembaga pemberi dana. Contoh: 1) Siswaa terbimbing untuk memperoleh hasil belajar yang berkualitas 2) Guru dapat meningkatkan aktivitas siswa untuk belajar. 3) Sekolah dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk memperkaya referensi yang dapat digunakan oleh guru pada mata pelajaran lain 4) Kalangan akademisi memperoleh gambaran umum tentang metode pemberian tugas dengan penggunaan media gambar berseri
e. Kerangka berpikir
55
Berisi alur pemikiran tentang pencapaian hipotesis berdasarkan teori yang telah dikaji. Misalnya: Strategi cooperative learning tipe peer tutoring dapat meningkatkan kualitas hasil belajar karena mahasiswa yang tidak mampu akan mendapat bimbingan dari teman sebayanya. Intensitas belajar dengan teman sejawat lebih banyak daripada belajar dengan dosen karena satu tutor hanya bertugas membimbing 2-5 orang mahasiswa. Sementara itu, peer tutoring tidak akan berhasil meningkatkan kualitas hasil belajar apabila kemampuan akademik semua mahasiswa setara sehingga tidak ada yang dapat dipilih untuk menjadi tutor 3. KAJIAN TEORI a. Deskripsi Kajian teori memaparkan: (1) deskripsi tentang masalah yang diteliti; (2) deskripsi teori tentang tindakan yang dipilih; (3) kajian hasil penelitian yang relevan; dan (4) hipotesis tindakan. Kerangka kajian teori dari contoh judul “Penerapan Metode Pemberian Tugas dengan Penggunaan Media Gambar Berseri untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Berbahasa Jepang pada Siswa SMA Kelas XI IPB Di SMAN 1 Kubutambahan Tahun Ajaran 2013/2014” minimal berisi: a. Metode Pemberian Tugas 1. Pengertian Metode Pemberian Tugas 2. Karakteristik Metode Pemberian Tugas 3. Keunggulan Metode Pemberian Tugas b. Media Gambar Berseri 1. Pengertian Media 2. Pengertian Media Bergambar 3. Pengertian Media Bergambar Berseri 4. Keunggulan Media Bergambar Berseri c. Kemampuan Menulis Karangan 1. Pengertian Menulis 2. Pengertian Menulis Karangan 3. Aspek dalam Menulis Karangan 4. Masalah dalam Menulis Karangan d. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan 1. Kajian Penelitian yang Menggunakan Metode Pemberian Tugas 2. Kajian Penelitian yang Menggunakan Media Bergambar b. Kerangka berpikir Berisi alur pemikiran tentang pencapaian hipotesis berdasarkan teori yang telah dikaji. Misalnya: Penggunaan Media Gambar Berseri mampu Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Berbahasa Jepang karena siswa memiliki tanggung jawab dalam penyelesaian tugas yang diberikan. Selain itu, media gambar berseri dapat mempermudah siswa dalam menetukan urutan karangan yang mereka tulis, sehingga masalah dalam kelancaran ide dapat terpecahkan.
c. Hipotesis Tindakan Merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah yang diperoleh setelah mengkaji teori. Contoh hipotesis tindakan dari rumusan masalah di atas adalah: “Metode Pemberian Tugas dengan Penggunaan Media Gambar Berseri mampu Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Berbahasa Jepang pada Siswa SMA Kelas XI IPB Di SMAN 1 Kubutambahan Tahun Ajaran 2013/2014” 56
4. METODE PENELITIAN Penulisan metode penelitian tindakan sangat bervariasi. Hal-hal yang ditulis pada sub bab ini mengikuti pedoman penelitian dari lembaga yang memberi dana atau mengevaluasi laporan penelitian. Secara umum, dalam penulisan metode penelitian minimal mengandung unsur: (1) siapa orang yang mau diteliti; (2) bagaimana cara mengumpulkan data penelitian dan (3) bagaimana cara menganalisis data penelitian. Dalam contoh format laporan PTK yang ditulis pada BAB III terdiri dari: a. Desain/Prosedur Penelitian; Berdasarkan keterlibatan peneliti, Penelitian Tindakan Kelas dibagi menjadi dua jenis yaitu PTK partisipatori atau PTK kolaborasi. Desain PTK dapat dipilih atau dimodifikasi dari beberapa contoh model yang terdapat dalam buku ini, misalnya: Model Lewin, Reil atau Kemmis. Model PTK kemudian digambarkan (didesain) dalam sub bab ini. Model PTK pada umumnya bersifat prosedural yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi kemudian evaluasi dan refleksi. Masing-masing prosedur kemudian diberi keterangan sesuai apa yang dilakukan peneliti. 1) Perencanaan Tindakan Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan penelitian tindakan meliputi: a. Menyusun RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran) b. Menyusun instrumen penelitian (lembar observasi, pedoman wawancara, angket dan soal) c. Menyusun perangkat pembelajaran (media dan materi) Dalam usulan maupun laporan PTK, kegiatan yang dilakukan tersebut ditulis garis besarnya secara naratif. Bukti fisik berupa RPP lengkap, instrumen dan perangkat pembelajaran ditulis dalam lampiran. 2) Pelaksanaan Tindakan Pada penulisan proposal, pada bagian pelaksanaan tindakan ditulis mirip dengan penulisan skenario drama, atau rancangan kegiatan belajar mengajar. Hal-hal yang ditulis dalam usulan maupun hasil penelitian berupa aktivitas-aktivitas guru dan siswa. Aktivitas yang ditulis misalnya: bagaimana cara guru mengawali, melaksanakan dan mengevaluasi tindakan selama proses pembelajaran dan bagaimana cara guru mengamati perilaku siswa untuk memperoleh data penelitian. Pelaksanaan pembelajaran disusun mencerminkan metode yang digunakan.
3) Observasi Pengumpulan data PTK dilakukan dengan observasi kelas untuk melihat kualitas hasil belajar sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan misalnya: motivasi siswa/mahasiswa, aktivitas belajar, interaksi antar siswa/mahasiswa, hasil belajar, kerjasama dalam pelaksanaan tugas, dll. Agar guru/dosen tidak kehilangan momen-momen penting di mana aktivitas siswa/mahasiswa yang diamati tersebut muncul, guru/dosen dapat meminta bantuan teman sejawat untuk mengamati atau merekam proses belajar mengajar dengan video. Pengambilan data PTK tidak hanya dilakukan dengan observasi saja tetapi dapat menggunakan angket, wawancara, memberi tes awal (pretest) dan tes akhir pelajaran (posttest). Alat pengumpul data disesuaikan dengan jenis data yang akan diambil dan variabel yang akan diamati. 4) Evaluasi dan Refleksi Data hasil observasi dianalisis secara deskriptif-interpretatif. Hasil penelitian dibahas dalam forum diskusi dengan seluruh anggota tim peneliti dan teman sejawat. Hasil tindakan dievaluasi dan direfleksi untuk merencanakan tindakan siklus berikutnya. Contoh laporan hasil evaluasi dan refleksi misalnya: “Berdasarkan hasil diskusi diputuskan tindakan siklus pertama akan diulang kembali dengan bimbingan yang lebih intensif kepada tutor di luar jam belajar karena hasil belajar belum menunjukkan peningkatan yang berarti” 57
b. Teknik Pengumpulan Data Seperti telah disebutkan dalam prosedur PTK pada tahap pelaksanaan dan observasi, metode pengumpulan data PTK dapat dilakukan dengan observasi, angket, wawancara maupun tes. Dalam penyusunan proposal, metode pengumpulan data disebutkan kegunaannya untuk apa. Misalnya: observasi digunakan untuk mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Tes digunakan untuk mengukur kemampuan awal (pretest) dan hasil belajar (posttest) setelah penerapan tindakan. c. Instrumen Penelitian Instrumen merupakan penjabaran lebih lanjut dari metode pengumpulan data. Secara kronologis instrumen dapat disusun melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1) Mendefinisikan variabel penelitian 2) Mengidentifikasi indikator tentang variabel kualitas hasil belajar 3) Membuat kisi-kisi instrumen dan butir soal 4) Membuat kunci jawaban, cara penilaian jawaban dan lembar observasi sikap siswa selama proses pembelajaran
d. Teknik Analisis Data Teknik analisis data disesuaikan dengan jenis data yang diperoleh. Teknik analisis data PTK dapat dilakukan dengan cara deskriptif kuantitatif, kualitatif atau campuran deskriptif kuantitatif dan kualitatif. 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dapat ditulis dengan berbagai macam cara tergantung pada rumusan masalah dan jenis data yang diperoleh. Sebagian peneliti memilih melaporkan hasil penelitian dengan membaginya dalam beberapa siklus, kemudian setiap siklus tersebut dilaporkan hasil sesuai urutan rumusan masalah. Sebagian peneliti lagi memilih melaporkan berdasarkan urutan rumusan masalah kemudian membandingkan perubahan yang terjadi pada siklus pertama dan siklus berikutnya. Masing-masing peneliti memiliki gaya dalam penulisan laporan hasil penelitian. Tidak ada satu aturan pun yang dapat mengikat peneliti untuk menggunakan cara yang sama dalam menulis laporan. Ada satu hal yang tidak boleh di langgar yaitu masalah yang telah dirumuskan pada bab pendahuluan harus dapat terjawab pada hasil penelitian. Pemaparan harus dilakukan secara logis dan rasional dengan disertai bukti pendukung supaya tidak terkesan data hanya berupa karangan atau fiktif karena sesungguhnya tidak pernah dilakukan. 6. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ditulis sesuai urutan rumusan masalah. Simpulan menjawab rumusan masalah sesuai dengan bukti dan temuan penelitian. Hipotesis penelitian tidak harus diterima apabila tidak ada data yang mendukungnya. Saran ditulis sesuai dengan temuan penelitian dan sudah disimpulkan.
DAFTAR BACAAN Jarvis, P. (2001). Learning in later life: An introduction for educators and careers. London: Kogan Page. Neuman, W. L. (2003). Social research methods, qualitative and quantitative approaches (5th ). Boston: Pearson Education Inc. 58
Oakes, J. (1990). Multiplying inequities, The effect of race, social class, an tracking on opportunities to learn mathematics and science. Santa Monica, CA: The BAND Corporation Kemmis, Stephen and McTaggart, Robin (1988) The Action Research planner, 3rd Edition, Deakin University, Geelong Kurt Lewin, (1958). Action Research and Minority Problems, Journal of Social Issues 2: 3446. O'Brien, R. (2001). An overview of the Methodological Approach of Action Research. Toronto: Faculty of Information Studies. Available: http://www.web.ca/robrien/.html Riel, M. (2007). Understanding Action Research, Center For Collaborative Action Research. Available at http://cadres.pepperdine.edu/ccar/define.html McTaggart, Robin (1991) ‘Principles of Participatory Action Research’ Adult Education Quarterly, Vol. 41, No 3, 1991:170
59
Lampiran 11. Empat Proposal Yang Telah Direvisi
60
61
62
63