Laporan Semester
Periode Mei – Oktober 2012
Laporan Semester I
Program Dukungan Kepada CSO
(Support to CSO) Periode Mei – Oktober 2012
1
2
Laporan Semester
Periode Mei – Oktober 2012
DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF......................................................................................................... 5 BAB I 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5. 1.6. 1.7. 1.8.
: PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM ...............................................9 CSO Mapping.........................................................................................................9 Diseminasi Hasil CSO Mapping...........................................................................9 Training dan Pembekalan Tim Pelaksana Program............................................10 Baseline Survey..................................................................................................... 11 Pembuatan Modul................................................................................................ 11 Rekrutmen Fasilitator Training I.........................................................................12 Technical Assistance Jaringan CSO untuk Review APBD..................................12 Progress Program Provinsi...................................................................................13 1.8.1. Provinsi Papua.........................................................................................13 1.8.2. Propinsi Papua Barat...............................................................................15 1.8.3. Provinsi Nusa Tenggara Timur................................................................18 1.8.4. Provinsi Nusa Tenggara Barat.................................................................21 1.8.5. Provinsi Jawa Timur................................................................................ 23
BAB II : ANALISIS TERHADAP INPUT DAN PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM............................................................................................................29 2.1. CSO Mapping....................................................................................................... 30 2.2. Diseminasi Hasil CSO Mapping......................................................................... 30 2.3. Pengembangan Modul 1 dan 2.............................................................................31 2.4. Technical Assistance Review APBD.....................................................................31 2.5. Quality Control untuk Percepatan Pencapaian Output.....................................31 BAB III : MANAJEMEN PROGRAM................................................................................... 33 3.1. Staffing dan Set up office..................................................................................... 33 3.2. Kordinasi Program............................................................................................... 33 3.3. Penyerapan Anggaran.......................................................................................... 34 3.4. Kebutuhan Anggaran Periode Berikutnya......................................................... 34 3.5. Monitoring dan Evaluasi Program...................................................................... 36 BAB IV : TANTANGAN, RESIKO, DAN ANTISIPASINYA................................................ 37 4.1. ProvinsiPapua...................................................................................................... 37 4.2. Provinsi Papua Barat............................................................................................ 38 4.3. Provinsi Nusa Tenggara Timur............................................................................ 38 4.4. ProvinsiNusa Tenggara Barat ............................................................................. 39 4.5. Provinsi Jawa Timur.............................................................................................40 BAB V : WORKPLAN PERIODE NOVEMBER 2012 – JANUARI 2013 . ...........................41 4.1. ProvinsiPapua......................................................................................................42 4.2. Provinsi Papua Barat............................................................................................42 4.3. Provinsi Nusa Tenggara Timur............................................................................42 4.4. ProvinsiNusa Tenggara Barat ............................................................................. 43 4.5. Provinsi Jawa Timur............................................................................................. 43 LAMPIRAN-LAMPIRAN.........................................................................................................44
3
4
Laporan Semester
Periode Mei – Oktober 2012
RINGKASAN EKSEKUTIF
P
rogram yang bertajuk Dukungan AIPD terhadap Peningkatan Kapasitas CSO dalam Perencanaan dan Penganggaran serta Pengawasan Penggunaan Anggaran Publik atau biasa yang disebut dengan Support to CSO, pada semester pertama (Mei-Oktober) program fokus pada persiapan, penataan manajemen, dan upaya-upaya untuk mencapai output 1 tentang data CSO, output 2 tentang pembentukan dan konsolidasi jaringan CSO, serta output 3 peningkatan kapasitas CSO tentang Public Finance Management. Upaya pencapaian output-output tersebut dilakukan melalui beberapa kegiatan, antara lain; CSO Mapping, Baseline Survey, penulisan modul training tentang PFM, Diseminasi Hasil CSO Mapping, dan pendampigan CSO untuk analisis anggaran daerah. Selama periode semester pertama ini, beberapa capaian utama telah dihasilkan, antara lain: • Rekrutmen dan mobilisasi staf pelaksana program di semua propinsi dan kabupaten lokasi program sudah dilakukan pada triwulan pertama, periode Mei – Juli 2012. • Setup kantor di semua propinsi yang juga selesai dalam triwulan pertama. • Training pembekalan tim pelaksana program telah dilakukan.
•
•
•
Pembekalan seluruh tim pelaksana program telah dilaksanakan pada tanggal 2-5 September 2012 di Surabaya yang melibatkan seluruh tim pelaksana program di provinsi dan kabupaten. Penyusunan TOR generik beberapa kegiatan telah selesai. TOR generik kegiatan yang akan menjadi acuan Korprov dalam melaksanakan kegiatan di lapangan telah diapprove oleh AIPD. TOR Tersebut antara lain: TOR Pelatihan dan Pendampingan CSO, TOR pembentukan jaringan CSO, dan TOR pertemuan CSO. Proses tender baseline survey telah rampung dilaksanakan. Seluruh proses pelaksanaan tender baseline survey telah selesai pada bulan September 2012, service provider yang dipilih adalah Yayasan Skepo. Saat ini Skepo telah mulai melakukan survey lapangan. Diharapkan kegiatan ini bisa selesai pada bulan Desember 2012. Penulisan Modul 1 dan 2 telah selesai. Seluruh tahapan rangkaian kegiatan modul 1 telah dilaksanakan, mulai dari diskusi tim penulis yang diaksanakan selama tiga kali, expert meeting dan konsultasi modul kepada AIPD. Sedangkan modul 2, expert
5
•
•
•
•
6
meeting baru akan dilaksanakan pada bulan Desember 2012. Draft Modul Training 1 sudah dishareke para Korprop untuk digunakan dalam pelaksanaan training. Rekrutmen Fasilitator pelatihan 1 telah selesai. Rekrutmen fasilitator pelatihan merupakan bagian dari tahapan persiapan pelaksanaan pelatihan 1 (implementasi modul 1). Fasilitator yang direkrut berjumlah 22 orang, yang terdiri dari fasilitator utama dan co-fasilitator. Setiap fasilitator akan memfasilitasi pelatihan di 2 (dua) wilayah kabupaten/provinsi. Diseminasi hasil CSO mapping di 5 propinsi telah selesai. Pelaksanaan CSO mapping di 3 propinsi (Jatim, NTT, dan Papua) seluruhnya telah usai. Juga dilakukan review terhadap hasil CSO Mapping yang dilakukan oleh AIPD.. Pembentukan Jaringan CSO. Kegiatan penting setelah CSO Mapping adalah workshop pembentuk jaringan CSO di level propinsi, yang dijadwalkan akan dilaksanakan pada bulan November 2012. Meskipun begitu, ada proses pembentukan jaringan CSO yang dilakukan di level kabupaten, salah satunya adalah di Kabupaten Trenggalek dimana CSO-CSO membentuk Forum Masyarakat Sipil Kabupaten Trenggalek. Pembentukan jaringan ini merupakan kolaborasi antara program PATTIRO CSO dan CATI. Pendampingan analisis APBD untuk CSO. Sebagai bentuk upaya percepatan pencapaian output, di beberapa kabupaten telah melakukan analisis APBD. Seperti yang dilakukan di 4 kabupaten provinsi Jawa Timur, dan jaringan CSO di provinsi NTB.
•
•
Analisis APBD yang dilakukan oleh CSO ini akan menjadi amunisi untuk melakukan advokasi RAPBD 2013 sebagai “pemanasan” untuk advokasi yang akan dilakukan pada tahun anggaran berikutnya. Di propinsi lain, persiapan untuk melakukan analisis APBD ini dilakukan dengan pengumpulan dokumen-dokumen perencanaan dan penganggaran daerah. Review APBD oleh CSO yang dilakukan di Jawa Timur menhasilkan kertas posisi yang akan dijasikan bahan untuk melakukan audiensi kepada Pemda dan DPRD. Di Propinsi lain, proses ini baru mengumpulkan dokumen rencana dan anggaran daerah. Identifikasi isu strategis oleh CSO. Di beberapa kabupaten,jaringan CSO telah memiliki isu strategis yang akan menjadi fokus utama advokasi. CSO di Trenggalek concern pada isu alokasi anggaran untuk Bea Operasional Sekolah Daerah (BOSDA), di Kabupaten Malang memilih isu implementasi Perda tentang KIBLA, di Situbondo fokus pada isu Bosda dan Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit, sedangkan di Sampang memilih isu pengurang kebuta-aksaraan. Hasil analisis anggaran yang berkaitan dengan isu-isu di atas akan diadvokasi agar dialokasikan dalam RAPBD 2013. Konsolidasi Jaringan CSO di Papua Barat dan NTB telah dilakukan. Hal ini dilakukan melalui workshop konsolidasi koalisi CSO di Papua Barat (Dema Suara) maupun melalui diskusi serial dengan CSO dan koalisi CSO di NTB (DPA). Di Papua Barat, konsolidasi dilakukan melalui diskusi dengan jajaran Sekretariat Jenderal Dema Suara dan menghasilkan
Laporan Semester
Periode Mei – Oktober 2012
kesepahaman untuk melakukan beberapa kegiatan untuk advokasi anggaran bersama dengan Pattiro. Di Nusa Tenggara Barat, konsolidasi koalisi CSO dilakukan dilakukan melalui pertemuan dengan DPA dan CSO anggota DPA. Selain disepakati untuk konsolidasi CSO anggota DPA, juga sharing agenda CSO berkaitan agenda yang sama khususnya yang berkaitan dengan advokasi perencanaan penganggaran kegiatan baik di level propinsi maupun kabupaten dan adanya kesepakatan untuk melakukan kolaborasi dalam melakukan analisa KUA PPAS. Selanjutnya tindak lanjut dari pertemuan ini adalah pembahasan KUA PPAS dan kelengkapan data pendukung lainnya Selama implementasi program, ada beberapa tantangan yang ditemui di lapangan baik internal maupun eksternal. Hambatan internal diantaraya tidak meratanya kapasitas SDM di lapangan yang berkonsekuensi pada pencapaian output di beberapa daerah. Hal ini akan terus diantisipasi dengan melakukan quality control, serta monitoring dan supervisi, baik di kabupaten maupun dalam kesempatan pelaksanaan event di propinsi. Sedangkan tantangan eksternal yang ditemui di lapangan diantaranya perlunya sinkronisasi workplan di dalam program PATTIRO dan workplan AIPD. Perbedaan workplan ini memunculkan adanya beda persepsi pencapaian output pada tahun 2012. Mulai awal 2012 dilakukan penyesuaian-penyesuaian, diantaranya berkaitan dengan pembentukan Jaringan CSO dilaksanakan lebih cepat, serta mendorong CSO dan jaringan CSO untuk melakukan advokasi anggaran serta menyesuaikan kegiatan dengan siklus
perencanaan dan penganggaran daerah –dengan mempertimbangkan kesiapan CSO dan peluang yang ada di masingmasing propinsi atau kabupaten. Ada beberapa kegiatan yang masih berlangsung pada periode ini dan akan dilanjutkan pada periode berikutnya adalah: • Pelaksanaan Baseline Survey di 5 provinsi: Papua, Papua Barat, Jatim, NTT, dan NTB • Pendampingan analisis dan advokasi RAPBD 2013. Dalam Periode ini ada beberapa kegiatan yang terlaksana lebih lambat dari rencana, diantaranya sebagai berikut1: 1. Diseminasi Hasil CSO Mapping yang direncanakan pada bulan September, jadinya dilaksanakan pada bulan Oktober 2012. 2. Diskusi Serial (Meeting with CSO) yang direncanakan mulai September, baru bisa dilaksanakan pada Oktober 2012. 3. Workshop pembentukan Jaringan CSO, yang direncanakan untuk dilaksanakan pada bulan Oktober 2012, dijadwalkan ulang untuk dilaksanakan pada bulan November 2012. 4. Technical Assistance jaringan CSO, ada dua agenda di Jawa Timur dan Papua Barat yang dilaksanakan sesuai dengan rencana pada bulan akhir Agustus 2012, sedangkan di NTB, NTT dan Papua agenda ini dijadwalkan ulang untuk dilaksanakan pada bulan November 2012. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, di periode berikutnya ada dilaksanakan beberapa kegiatan yang terdiri dari gabungan 1 Berdasarkan Quarterly Report 1 Periode Mei – Juli 2012 hal. 30
7
antara kegiatan yang dijadwalkan ulang dari periode semester ini dan kegiatankegiatan yang memang dijadwalkan untuk dilaksanakan di periode berikutnya, sebagai berikut: • Pelatihan CSO tentang perencanaan dan penganggaran • Workshop pembentukan jaringan di tiga propinsi • Pelaksanaan Technical Assistance (Pendampingan CSO untuk Penguatan Jaringan dan Analisis APBD.
8
•
Serial Diskusi dengan untuk mempersiapkan pembentukan jaringan, menguatkan jaringan yang sudah terbentuk, maupun sebagai persiapan untuk analisis RAPBD tahun 2013.
Dari aspek penggunaan anggaran, hingga triwulan kedua ini program CSO PATTIRO telah menyerap dana sebesar Rp 1.925.988.642 atau 9,48% dari total anggaran.
Laporan Semester
Periode Mei – Oktober 2012
BAB I
PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM 1.1 CSO Mapping Kegiatan ini disiapkan sejak bulan Juli dan mulai dilaksanakan pada Agustus sampai dengan September 2012. CSO Mapping dilakukan di 3 provinsi, yaitu: Provinsi Jawa Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Provinsi Papua.Tujuan kegiatan ini adalah untuk: a) mengidentifikasi CSO-CSO yang aktif pada isu penganggaran daerah b) mengidentifikasi stakeholder kunci yang terlibat dalam proses penganggaran di daerah c) menganalisis kapasitas CSO dalam proses penganggaran daerah; d) menganalisis peta pengaruh CSO dan stakeholder dalam proses penganggaran daerah. Lingkup Kegiatan dalam CSO Mapping ini terdiri dari: pembuatan instrumen dan tools mapping, pengambilan data lapangan melalui survey dan, serta pembuatan laporan hasil pemetaan. Dalam pekerjaan ini, sub kegiatan yang harus dilakukan adalah 1) survey CSO melalui angket atau kuesioner kepada beberapa CSO yang dilakukan oleh District Facilitator; dan 2) kegiatan lainnya yang mendukung kegiatan CSO mapping, termasuk analisis data dan pelaporan. CSO Mapping di tiga propinsi dan review atas CSO Mapping yang dilakukan oleh AIPD, mengidentifikasi keterlibatan CSO di
dalam proses perencanaan dan penganggaran, keterlibatan CSO dalam melakukan analisis rencana dan anggaran daerah, keterlibatan CSO dalam melakukan publikasi APBD, keterlibatan CSO dalam melakukan public monitoring, dan keterlibatan CSO dalam koalisi CSO. Secara umum, keterlibatan CSO di dalam perencanaan pembangunan melalui Musrenbang di daerah sudah cukup tinggi, tapi keterlibatan CSO di dalam penganggaran daerah pada umumnya masih rendah. Selain itu ada perbedaan yang cukup signifikan, dimana CSO-CSO di Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat sudah lebih banyak terlibat di dalam proses penganggaran daerah, demikian juga di dalam analisis APBD dan publikasi APBD. CSO-CSO di NTT, Papua Barat dan Papua relatif belum banyak CSO yang terlibat di dalam proses penganggaran, meskipun sudah cukup banyak CSO yang terlibat di dalam proses Musrenbang. Baik di level desa sampai level kabupaten. Hasil CSO Mapping terlampir. 1.2. Diseminasi Hasil CSO Mapping Diseminasi Hasil CSO Mapping dilaksanakan di semua provinsi, baik di 3 propinsi dimana CSO Mapping dilaksanakan oleh tim program AIPD CSO maupun hasil review terhadap CSO Mapping yang dilakukan oleh AIPD.
9
Provinsi
Bahan Diseminasi
Waktu
Jawa Timur
Hasil CSO Mapping
4 Oktober 2012
Nusa Tenggara Timur
Hasil CSO Mapping
17 Oktober 2012
Papua
Hasil CSO Mapping
21 – 31 Oktober 2012
Nusa Tenggara Barat
Hasil Review terhadap CSO Mapping 9 Oktober 2012
Papua Barat
Hasil Review terhadap CSO Mapping 11 Oktober 2012
Hasil penting dalam Workshop Diseminasi Hasil CSO Mapping ini adalah kesepahaman bahwa keterlibatan CSO dalam perencanaan dan penganggaran masih rendah, kesepekatan bahwa CSO penting untuk terlibat lebih aktif di dalam proses perencanan dan penganggaran daerah, dan pentingnya ada jaringan atau koalisi CSO agar pengaruh keterlibatan CSO menjadi lebih besar. Di akhir workshop, secara umum diseminasi hasil CSO Mapping ini menghasilkan rekomendasi: (1) CSO yang akan terlibat dalam penguatan/pembentukan jaringan CSO harus benar-benar terpilih dengan selektif, sehingga pada kegiatan selanjutnya bisa berjalan dengan baik tanpa ada problem halangan yang berarti. (2) Perlu ada forum diskusi berseri de-
Training Pembekalan Pelaksana Program
10
ngan CSO dalam menggali berbagai informasi tentang CSO-CSO yang ada sehingga kita dapat mengetahui kapasitas CSO masing-masing, dan bisa menbuat strategi yang sesuai dalam proses penguatan/pembentukan jaringan CSO. 1.3. Training dan Pembekalan Tim Pelaksana Program Training dan Pembekalan Tim Pelaksana Program Pattiro CSO dilakukan di Surabaya pada 2 – 5 September 2012. Training dan pembekalan ini diikuti oleh seluruh pelaksana program, mulai dari Tim Nasional, Tim Provinsi, dan para District Facilitator. Tarining dan pembekalan ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman utuh tentang skema program, capaian-capaian program (goal, outcome,
Laporan Semester
Periode Mei – Oktober 2012
dan output), kegiatan-kegiatan program, serta mekanisme pelaksanaan dan pola relasi antar-pelaksana program. Beberapa hal yang berkaitan dengan ini antara lain: aspek administrasi, keuangan, sampai dengan protokol komunikasi.Tim pelaksana program Pattiro CSO yang terlibat di dalam Training dan Pembekalan ini ini sebanyal 42 orang, terdiri dari 34 laki-laki dan 8 perempuan. Daftar terlampir. Satu perseta yang tidak ikut Training dan Pembekalan ini adalah DF Kabupaten Keerom, karena waktu itu belum terekrut. DF Keerom baru terekrut pada bulan September 2012, yaitu Muslimin. Pada akhir Oktober 2012 DF ini mengundurkan diri, Pattiro melakukan rekrutmen DF lagi untuk Kabupaten Keerom, namanya Ignasius Taslim, S.Ag. Dari Training dan Pembekalan ini bisa diidentifikasi tantangan dan konsekuesinya bagi pelaksanaan program serta antisipasiantisipasi yang penting dilakukan agar kegiatan-kegiatan dalam program ini bisa dilaksanakan dengan baik, sesuai dengan rencana. Selain itu juga diperoleh gambaran tentang situasi lebih detil tentang keterlibatan CSO dari masing-masing DF.
maksud dan tujuan baseline survey, pemahaman instrumen dan tools survey, serta penjadwalan pelaksanaan pengambilan data di daerah. Dalam kick off meeting ini juga dilakukan ujicoba instrumen survey serta menghimpun masukan untuk perbaikan berdasarkan situasi daerah lokasi program. Instrumen survey yang mendapatkan masukan dari peneliti inti dari propinsi ini kemudian dikonsultasikan dengan ME Specialist AIPD pada pertengahan Oktober dan dengan CS Coordinator pada akhir Oktober. Instrumen Survey terlampir. Dalam pelaksanaan pengambilan data, Tim SKEPO bekerjasama dengan lembaga lokal yang berkedudukan di 4 propinsi lokasi program, melibatkan 4 peneliti inti dari 4 propinsi dan merekrut enumerator dari kabupaten lokasi program AIPD. 4 peneliti inti sudah terlibat dalam persiapan pda kick off meeting di Bandung, dan sudah membuat kesepakatan jadwal pelaksanaan baseline survey.Pelaksanaan pengambilan data dimulai tanggal 16 November 2012, workshop verifikasi temuan baseline survey dijadwalkan dilakukan antara tanggal 3 sampai dengan.
1.4. Baseline Survey Kontrak kerjasama antara Pattiro dengan Yayasan Sketsa Pojok (SKEPO) sudah dilakukan pada Oktober 2012 dan Tim Survey sudah melakukan workshop kick off meeting di Bandung pada 18 – 22 Oktober 2012, yang melibatkan tim peneliti inti dari semua provinsi. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menyamakan pemahaman para peneliti dan enumerator tentang program,
1.5. Pembuatan Modul Pembuatan Modul ini merupakan kelanjutkan dari proses awal pekerjaan serupa yang mulai dilakukan pada bulan Juli 2012. Apabila di bulan Juli prosesnya baru sampai pada pembuatan ToR, pembuatan concept note oleh Specialist, dan perekrutan penulis, mulai bulan Agustus mulai dilakukan penulisan modul. Penulisan modul dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
11
Kegiatan
Keterangan
Briefing Penulis Modul
Tim penulis modul 1 terdiri dari 3 orang dan 1 orang konsultan gender dengan penanggungjawab utama penulis adalah PFM spesialis. Sedangkan tim penulis modul 2 terdiri dari 4 orang dengan penanggungjawab utama penulis PS spesialis. Briefing tim penulis dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan untuk membahas perkembangan penulisan modul. Briefing pertama dilakukan pada tanggal 13 Agustus 2012 dengan agenda pembahasan outline dan penyamaan persepsi tentang tujuan dan isi modul. Briefing kedua dilaksanakan pada tanggal 13 September 2012 dengan agenda pembahasan draft satu dari modul 1 dan 2. Sedangkan briefing ketiga dilaksanakan pada tanggal 24 September 2012 dengan membahas draft dua dari modul 1 dan 2.
Konsultasi dan Approval ke AIPD
Konsultasi ke AIPD tentang sunstansi modul, design cover modul, dan Kata Pengantar untuk modul dari AIPD sudah dilakukan, dan telah mendapatkan persetujuan baik secara substansi maupun desain cover.
Technical Meeting denganExpert
Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 29 Oktober 2012 dengan menghadirkan satu orang expert, Sukriy Abdullah dari Universitas UGM. Rencana semula, expert meeting ini dihadiri oleh dua orang expert, yaitu expert di perencanaan dan penganggaran dan expert tentang training dan pengembangan modul, tetapi Expert Pengembangan Modul dari Sekolah Anggaran (Sanggar) Bandung berhalangan hadir pada saat expert meeting dilaksanakan. Expert meeting dilakukan untuk mendapatkan masukan dari expert mengenai substansi modul. Expert meeting modul 2 direncanakan dilakukan pada pertengahan November 2012.
Perbaikan dan Finalisasi
Finalisasi modul dengan mengakomodasi hasil expert meeting dan Kata Pengantar dari AIPD, serta finalisasi design untuk proses cetak.
Editing dan Setting Layout
Proses seeting-lay out dan design cover on going, diharapkan proses cetak bisa selesai akhir bulan November 2012.
1.6. Rekrutmen Fasilitator Training I Training Modul 1 tentang Perencanaan dan Penganggaran akan dilaksanakan pada minggu ke-3 November 2012. Setelah proses pengembangan Modul Training 1 menghasilkan draft final, tim pelaksana program di Jakarta mulai melakukan proses rekrutmen fasilitator.Training I Perencanaan dan Penganggaran bagi CSO rencananya akan dilakukan secara serentak di 5 propinsi dan 20 kabupaten yang dimulai pada akhir November 2012. Untuk persiapan pelaksanaan training, kami telah melakukan rekrutmen calon fasilitator yang akan memfasilitasi training di 5 propinsi dan 20 kabupaten. Fasilitator yang direkrut adalah Fasilitator di tingkat nasional, lokal, dan melibatkan para penulis modul. Jumlah
12
Fasilitator yang dibutuhkan kurang lebih sebanyak 22 orang (11 orang fasilitator utama, dan 11 orang co-fasilitator). 1.7. Technical Assistance Jaringan CSO untuk Review APBD Kemampuan CSO dan jaringan CSO untuk melakukan analisis APBD sangat penting sebagai dasar bagi CSO untuk mampu terlibat secara produktif dalam proses perencanaan dan penganggaran di daerah. TA kepada jaringan CSO dilakukan terutama untuk memfasilitasi CSO dan Jaringan CSO, baik di level provinsi maupun kabupaten. TA sudah dilakukan di 4 Kabupaten di Jawa Timur: Trenggalek, Malang, Situbondo dan Sampang. TA dilakukan oleh Tim Provinsi, para DF, PFM
Laporan Semester
Periode Mei – Oktober 2012
Specialist dan fasilitator eksternal.Output dari review APBD ini adalah Kertas Posisi yang kemudian dijadikan bahan untuk merumuskan usulan alokasi anggaran dari CSO. Hasil Analisis APBD terlampir. Di empat provinsi lainnya, kegiatan yang berkaitan dengan TA Jaringan CSO untuk advokasi anggaran ini masih dilakukan di tahap pengkondisian, yang mulai dilakukan dilakukan dalam bentuk pengumpulan dokumen APBD di masing-masing daerah, yang dilakukan oleh tim propinsi maupun para DF. 1.8. Progress Program Provinsi Selama 3 bulan kedua implementasi program Pattiro CSO, periode Agustus sampai dengan Oktober 2012, pada umumnya ada 4 kegiatan yang dilaksanakan di level provinsi dan kabupaten, yaitu: (a) CSO Mapping, (b) Diseminasi Hasil CSO Mapping, (c) Quality Control atau monitoring dan supervisi tim provinsi ke para DF, dan (d) persiapan TA Jaringan CSO untuk review anggaran daerah. Selain itu juga dilakukan beberapa kegiatan koordinasi dengan sesama Implementing Partner, diantaranya untuk sinkronisasi pelasanan program dan penyusunan Annual Work Plan tahun 2013 di level Kabupaten. 1.8.1. Provinsi Papua a. CSO Mapping • Di Provinsi Papua CSO Mapping didahului dengan briefing Tim Provinsi dan para DF dari 4 kabupaten lokasi program yang dilakukan pada 24 Agustus – 12 Setember 2012. Dalam briefing ini, Tim Propinsi (selain Koprov) dan para DFdiberikan orientasi awal tentang AIPD, Program Pattiro CSO, CSO Mapping dan kaitannya dengan pembentukan Koalisi CSO, pemahaman instrumen dan tools
pengambilan data serta formal pengolahan dan analisis data. Pengambilan data tentang kondisi CSO di Provinsi Papua baru bisa dilaksanakan pada akhir Agustus sampai pertengahan September 2012. Hal ini karena proses pembekalan relatif terlambat dan melewati libur panjang. Konsekuensi lanjutannya, pengolahan data relatif lebih terlambat dari propinsi lain. Laporan hasil CSO Mapping juga baru bisa dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 • Temuan-temuan hasil CSO Mapping ini kemudian dibahasn dalam Focus Group Discussion (FGD) di Jayapura untuk mendapatkan verifikasi, klarifikasi dan tambahan dari CSO dan Stakeholder lain yang aktif di level propinsi dan punya relasi dengan CSO dilevel kabupaten. b. Diseminasi Hasil CSO Mapping Update terakhir persiapan Workshop Diseminasi hasil Mapping CSO untuk level Provinsi Papua, 31 Oktober 2012. Sebelumnya, 25 Oktober diselenggarakan di Merauke dengan peserta CSO 18, PMC, DF-DF dan pers 13 orang. Sementara di Supiori, 27 Oktober 2012, peserta 11, 4 DF dan Korprov. Secara umum, baik dari hasil Diseminasi di Kabupaten maupun persiapan (sebelumnya ada Roadshow CSO dan Audiensi PMC), arah penguatan kapasitas dan perlunya jaringan isu anggaran sudah “on the track” sesuai rencana. Disemnasi Hasil CSO Mapping di level propinsi dilaksanakan di Jayapura pada 31 Oktober 2012, dan diikuti oleh 17 orang laki-laki dan 5 orang perempuan. Kegiatan ini
13
Quarterly Report pada bulan Agustus direncanakan pada 5 Oktober dan baru dilaksanakan pada 31 Oktober 2012. Beberapa temuan penting yang disampaikan dalam disminasi Hasil CSO Mapping ini antara lain sebagai berikut:
Diseminasi Hasil CSO Mapping di Provinsi Papua
14
a) Berdasarkan hasil mapping CSO Tidak ada satupun CSO di area program yang banyak kerja di isu perencanaan dan penganggaran. Namun demikian, terdapat beberapa CSO yang memiliki potensi untuk terlibat di isu perencanaan dan penganggaran daerah. Para CSO tersebut dianggap memiliki sedikit potensi untuk terlibat di isu anggaran dan concern di isu pelayanan publik serta potensial terlibat dalam isu anggaran. b) Relatif sedikit CSO yang pernah menganalisis dokumen APBD/ RPJMD. Bahkan, untuk menganalisis RPJMD, KUA dan PPAS dan Renstra SKPD masih sangat terbatas. Hasil analisis tersebut,
umumnya tidak disampaikan ke pemerintah, seperti terlihat di Jayapura (provinsi), Pegunungan Bintang dan Merauke. c) Respon pemerintah terhadap hasil analisis CSO pada umumnya belum diterima. Faktor belum diterimanya usulan ini disebabkan kemampuan analisis CSO yang perlu ditingkatkan. d) Relatif sedikit CSO yang mampu mengakses dokumen publik. Mereka yang mampu mengakses dokumen publik, umumnya bersumber dari DPRD. Dan mereka yang tidak mampu mengakses, menganggap Pemerintahan saat ini belum transparan. Diseminasi Hasil CSO Mapping ini menghasilkan rencana tindak lanjut sebagai berikut: a) Membangun jaringan CSO yang memfokuskan kerja pada isu-isu penganggaran. b) Melaksanakan training terhadap seluruh anggota jaringan. c) Melaksanakan diskusi rutin di antara para jaringan, sebagai bentuk peningkatan kapasitas anggota jaringan. d) Membuat publikasi terhadap hasil setiap diskusi rutin. e) Membangun sistem informasi dan data base pembangunan di kalangan jaringan. f ) Membangun kesepahaman dengan stakeholder di daerah, Pemda dan DPRD, dalam bentuk pertemuan rutin dengan jaringan. c. Quality Control Fasilitator Kabupaten Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan kunjungan ke 4 kabupaten
Laporan Semester
Periode Mei – Oktober 2012
lokasi program. Ke Merauke dan Keerom dilakukan pada bulan September sedangkan ke Kabupaten Supiori dan Pegunungan Bintang dilakukan pada bulan Oktober. Kunjungan tim Propinsi ke kabupaten ini dilakukan untuk beberapa agenda, yaitu monitoring dan supervis kepada para DF untuk meningkatkan pemahaman program dan support dalam pelaksanaan CSO Mapping. Selain itu, kesempatan kunjungan ke kabupaten ini juga dilakukan untuk meningkatkan koordinasi dengan PMC, Pemda, CSO dan stakeholder lain yang punya keterkaitan dengan pelaksanaan program. Ada beberapa tantangan komunikasi yang perlu diatasi untuk meningkatkan koordinasi –baik dalam tim program maupun dengan AIPD. d. Persiapan TA Review Anggaran Daerah Persiapan yang dilakukan untuk kegiatan ini belum cukup banyak di Papua. Ada dua hal yang dilakukan untuk hal ini, yaitu memonitor perkembangan proses penganggaran di daerah dan mengumpulkan dokumen rencana pembangunan dan anggaran daerah yang diharapkan bisa dijadikan bahan praktek analisis Anggaran daerah oleh CSO di Papua. Sejauh ini dokumen anggaran yang baru bisa diperoleh adalah untuk Kabupaten Merauke.Sulitnya CSO dan Tim Program untuk mendapatkan akses dokumen anggran daerah ini mem-buat Technical Assistance kepada CSO untuk review APBD belum bisa dilakukan. Selain itu, tahap pelak-sanaan program masih pada tahap persiapan untuk pembentukan koalisi CSO.
1.8.2. Provinsi Papua Barat a. Workshop Konsolidasi Koalisi Dema Suara Workshop Konsolidasi Dema Suara dilaksanakan pada taggal Mulai. 13 Agustus 2012 selama satu hari penuh bertempat di Kantor Pattiro Papua Barat, Jln. Pertanian Wosi Gg Goronggorong, Manokwari Papua Barat. Peserta kegiatan adalah anggota kesekjenan Demasuara dan staff CSO Budgeting Pattiro. Tujuan workshop ini adalah:(a) meningkatkansoliditas Sekretariat Jenderal Jaringan CSO Demasuara,(b) melengkapi dan menyempurnakan struktur, SOP, daftar anggota, profil serta RKTL Demasuara., dan (c) meningkatkan kerjasama antara Pattiro dan Demasuara. Demasuara diinisiasi oleh AIPD,
Konsolidasi Jaringan CSO Dema Suara Provinsi Papua Barat
sementara untuk keberlanjutan dan penguatan anggota-anggotanya sudah diserahkan kepada Pattiro CSO Budgeting.
15
Setelah konsolidasi, dilanjutkan dengan launching Demasuara kepada public, tujuannya selain untuk memperkuat jaringan dalam pelaksanaan program PATTIRO AIPD, juga untuk mengajak organisasi lain yang mempunyai kepedulian terhadap transparansi anggaran dan pelayanan publik untuk ikut bergabung. b. Diseminasi Hasil CSO Mapping Workshop Diseminasi Hasil Mapping ini sekaligus dilakukan untuk Launching Demasuara dan Seminar Peluang dan Tantangan CSO-CSO Di Papua Barat dalam Mendorong Per-
dilakukan juga sharing pengalaman CSO yang ada di level provinsi dan 4 kabupaten dalam melaksanakan advokasi kebijakan dalam bentuk Diskusi Peluang dan Tantangan CSO Di Papua Barat dalam Mendorong Perbaikan Perencanaan, Penganggaran Dan Pelayanan Publik. Ada catatan penting yang disampaikan oleh Imanuel mengenai problem relasi CSO dengan pemerintah daerah. (1) Pemerintah Daerah sudah mulai terbuka dan memberikan kesempatan CSO untuk terlibat, khususnya dalam pemberdayaan masyarakat, dan mulai dalam perencanaan
Diseminasi Hasil CSO Mapping Provinsi Papua Barat
baikan Perencanaan, Penganggaran Dan Pelayanan Publik. Peserta terdiri dari 37 orang. 6 Perempuan dan 31 Laki-laki. Workshop ini direncanakan pada 6 sampai 15 September tapi dilaksanakan pada 11 Oktober 2012. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memaparkan hasil CSO Mapping yang dilakukan di level propinsi dan 4 kabupaten daerah program AIPD sekaligus launching Jaringan Demasuara. Selain itu
16
dan dan penganggaran daerah. (2) dalam beberapa kasus hubungan pemerintah daerah dan CSO bisa bersifat kooperatif ketika ada Pihak Ketiga, baik itu Pemerintah Pusat maupun Lembaga Donor, yang memfasilitasi perubahan kebijakan diaras local. Dalam pemaparan hasil CSO Mapping, ada beberapa kesimpulan: 1. Masih ada lembaga yang legalitasnya belum lengkap
Laporan Semester
Periode Mei – Oktober 2012
2. Advocacy yg dilakukan oleh 1 lembaga relatif beragam, akibatnya terkesan tidak fokus. 3. Ada lembaga yang pengurusnya banyak tapi tidak diketahui bidang urusannya. Untuk itulah diperlukan kajian lebih dalam lagi terkait pemetaan OMS Papua Barat. c. Quality Control Pelaksanaan Program Kegiatan ini dilakukan untuk keperluan koordinasi dan tinjau lapang perkembangan program di Kabupaten Raja Ampat dan Sorong Selatan. Kegiatan ini dilaksanakan secara informal. Quality Control pelaksanaan program di Papua Barat dilakukan melalui beberapametode,diantaranya: (a) melakukan meeting koordinasi rutin tim pelaksana program, (b) Meeting Koordinasi dengan program lain untuk membangun sinergi, (c) Diskusi dengan CSO dan Jaringan CSO dan (d) kunjungan tim propinsi ke Kabupaten. Quality Control dari tim Propinsi ke Kabupaten Raja Ampat dan Sorong Selatan dilakukan pada 21-27 Oktober 2012. Di Raja Ampat dilaksanakan dengan diskusi bersama DF CSO dan DF AIPD serta pertemuan dengan PMC Kabupaten Raja Ampat. Di Sorong Selatan, hanya dilakukan bersama DF CSO dan Pattiro Cati. Cuaca buruk dan libur Idul Adha tidak memungkinkan bertemu dengan PMC. Meskipun demikian situasi local dan kesiapan untuk percepatan program untuk tahun 2012. Adapun untuk ke Kabupaten Fakfak belum bisa dilakukan, menunggu kegiatan TA dilaksanakan terlebih dahulu.
d. Persiapan TA Review Anggaran Daerah Technical Assistance bagi CSO dalam Analisis Anggaran Daerah, APBD 2009-2012 akan dilaksanakan dalam satu pertemuan sebelum pelatihan dan diskusi serial. TA ini lebih dimaksudkan untuk Untuk menjaga elan jaringan yang sudah terbentuk. Selain itu untuk memperkuat pemahaman serta meningkatkan kesadaran, kapasitas, partisipasi, sebelum pelatihan. Diharapkan pertemuan ini akan membuka pemahaman kepada anggota jaringan yang sudah terbentuk tersebut, khususnya berkaitan dengan proses perencanaan penganggaran. Terutama mengenai alur perencanaan penganggaran, pembahasan istilah dan definisinya serta metode dan model analisis anggaran yang akan dilaksanakan. Hal itu penting dilakukan karena CSO inilah yang nantinya akan melakukan review dan analisis APBD. Desain kegiatan akan berkaitan langsung dengan pelatihan 1 yang akan diselenggarakan pada akhir November 2012. Di mana dalam pelatihan nanti, dengan bekal yang sudah didapatkan dalam pertemuan pendampingan ini, anggota jaringan nantinya akan lebih fokus pada analisis dan review APBD di wilayahnya masing-masing. Adapun peserta kegiatan ini adalah tim PATTIRO CSO (Korprov, DF empat kabupaten (Manokwari, Raja Ampat, Sorong Selatan dan FAkfak), kesekjenan Demasuara dan perwakilan CSO dari masing-masing kabupaten. Jumlah peserta diperkirakan mencapai lebih kurang 25 orang. Kegiatan ini direncanakan
17
pada awal Oktober 2012 dilaksanakan pada awal November 2012.
1.8.3. Provinsi Nusa Tenggara Timur a. CSO Mapping Berdasarkan kriteriayang diberikan berkaitan dengan CSO yang akan dipetakan adalah memiliki legalitas, memiliki struktur kepengurusan yang masih berjalan, memiliki agenda kegiatan hingga saat disurvey, dan memiliki sekretariat. Pemetaan awal yang dilakukan pada awal bulan Agustus 2012 menemukan 116 CSO yang akan disurvey. Data tersebut berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Kesbangpol, dan informasi dari jaringan CSO di propinsi dan 4 kabupaten wilayah program. Rincian data awal CSO yang akan disurvey adalah Propinsi terdapat 49 CSO, Kabupaten Timor Tengah Utara 15 CSO, Kabupaten Flores Timur 20 CSO, Kabupaten Ngada 21 CSO, dan Kabupaten Sumba Barat Daya 11 CSO. Berdasarkan survey yang sudah dilakukan, secara umum ditemukan fakta bahwa. Pertama, sebagian besar CSO (50% lebih) sudah terlibat dalam proses perencanaan. Meskipun begitu, masih sangat sedikit CSO yang terlibat dalam proses penganggaran daerah. Baik pada tingkat propinsi dan kabupaten masih kurang dari 5 % responden. Kedua, terdapat beberapa stakeholder kunci yang terlibat dalam proses penganggaran di daerah program yang bisa menjadi mitra strategis dalam implementasi program. Ketiga, masih dibutuhkan peningkatan kapasitas CSO dalam proses perencanaan pembangunan di daerah, khususnya kapasitas di aspek penganggarandaerah. Prosespenganggaran
18
banyak dilakukan oleh CSO di level Desa, sementara untuk level kabupaten dan propinsi masih belum banyak dilakukan. Keempat, Sebagian besar CSO pernah melakukan pengawasan terhadap pelayanan publik di daerah, yaitu melalui media. Hanya saja pengawasan yang dilakukan dengan menggunakan metode atau tools yang bisa mengembangkan evidence untuk advokasi masih sangat sedikit. Metode-metode seperti Citizen Report Card, Budget Tracking Selain dilakukan pemetaan berdasarkan Quisioner, juga dilakukan clustering. Proses clustering ini dilakukan melalui proses wawancara. Wawancara dilakukan terhadap SKPD, DPRD & Tokoh Masyarakat. Wawancara dimaksudkan untuk mengidentifikasi keberadaan CSO dan jaringan CSO terutama yang berkaitan dengan (1). Eksistensi CSO dan Pengaruhnya dalam pembuatan kebijakan publik di daerah, (2). Keterlibatan CSO dalam perencanaan dan penganggaran daerah, (3). Relasi CSO atau jaringan CSO dengan stakeholder lain di daerah, (4). Keberadaan jaringan CSO dan pengaruhnya dalam perencanan dan penganggaran daerah. Wawancara dalam CSO Mapping ini dilakukan terhadap 11 responden di setiap wilayah program. Responden tersebut berasal dari 7 SKPD (DINSOS, DIKNAS, DINKES, PU, Kesbangpol, BAPPEDA & BPMPD), 2 CSO, 1 anggota DPRD, dan 1 orang Tokoh Masyarakat/Adat. b. Diseminasi Hasil CSO Mapping Setelah berkoordinasi dengan AIPD NTT tanggal 12 Oktober 2012
Laporan Semester
Periode Mei – Oktober 2012
maka tim Pattiro CSO dan budgeting– NTT menjadwalkan kegiatan Workshop Diseminasi CSO Mapping tanggal 18 Oktober 2012 dengan pesertanya adalah CSO-CSO yang yang di mapping dan stakeholder terkait (Bappeda, Kesbangpolinmas, DPRD, SKPD Kesehatan, SKPD PPO dan SKPD PU). Kegiatan ini semula direncanakan pada 27 September 2012. Dari hasil mapping, maka peserta yang akan diundang meng-hadiri Workshop Diseminasi CSO Mapping sebanyak 40 CSO dan stakeholder terkait. Di akhir workshop dihasilkan Rencana Tindak lanjut sebagai berikut: 1. Pembentukan Jejaring CSO. 2. Pertemuan Berkala. 3. Membangun kerjasama dan kemitraan dengan SKPD terkait, baik di level propinsi/kabupaten/kota. 4. Melakukan audiensi/hearing/ mengkritisi dan mendiskusikan perencanaan dengan DPR sebagai pemegang kewenangan memutuskan. 5. Terlibat langsung dalam proses pembangunan (perencanaan, penganggaran, monitoring & evaluasi). 6. Advokasi & Riset Anggaran
7. Mempublikasikan informasi kepada masyarakat melalui berbagai media yang ada. 8. Mendorong keterbukaan informasi publik oleh pemda sesuai UU KIP (Keterbukaan Informasi Publik). c. Quality Control Pelaksanaan kegiatan quality control baru dilaksanakan di dua kabupaten. Yaitu Kabupaten Ngada dan Sumba Barat Daya. Di Kabupaten Ngada quality control dilaksanakan pada tanggal 4-7 Oktober 2012. Sedangkan di Sumba Barat Daya dilaksanakan pada tanggal 20-23 Oktober 2012. Kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1. Koordinasi dengan DF AIPD. Koordinasi dilakukan untuk menyampaikan tujuan kegiatan dan sinkronisasi beberapa agenda kegiatan. Koordinasi diikuti oleh DF, DF AIPD, dan Implementing Partners lainnya. Koordinasi tersebut menghasilkan beberapa hal. Pertama,pelaksanaan program sudah berjalan sesuai kegiatan yang direncanakan. Kedua, dibutuhkan
Diseminasi Hasil CSO Mapping Provinsi NTT
19
koordinasi rutin antar Implementing Partners agar dapat bersinergi dalam pencapaian program. Baik dalam kegiatan maupun substansi program. Ketiga, peningkatan kapsitas pelaksana program harus selalu ditingkatkan agar pencapaian program bisa lebih baik dan lebih cepat. Keempat, kegiatan-kegiatan yang dilakukan DF sebaiknya dikomunikasikan kepada DF AIPD. 2. Monitoring Pelaksanaan Program Monitoring pelaksanaan program meliputi pelaporan perkembangan pelaksanaan program di Kabupaten, perkembangan proses perencanaan dan penganggaran di daerah, partisipasi CSO dalam proses perencanaan dan penganggaran daerah, sinergi program dengan Implementing Partners lainnya, dan kebutuhan peningkatan kapasitas pelaksana program. Perkembangan proses perencanaan pembangunan dan penganggaran daerah, di Kabupaten Ngada dan Kabupaten Sumba Barat Daya baru pada pembahasan KUA PPAS. Melihat kondisi ini, peluang keterlibatan CSO masih terbuka,terutama pada tahapan pembahasan KUA PPAS dan APBD di level Legislatif.. 3. Roadshow dan Diskusi Bersama Stakeholders Roadshow dan Diskusi Bersama Stakeholders dilaksanakan dengan berkunjung ke beberapa CSO dan Stakeholders pemerintah daerah. Di Kabupaten Ngada, diskusi dan roadshow dengan menemui 3 CSO (Forum Analisis Anggaran Kabupaten Ngada (FA2KN), LAPMAS, dan Yayasan Citra Mandiri),
20
2 Tokoh Masyarakat, 1 Orang anggota Legislatif, dan Bappeda. Sedangkan di Kabupaten Sumba Barat Daya roadshow dilakukan dengan menemui 3 CSO (Yayasan Sosial Donders, Yayasan Waimaringi Sumba, Yayasan Harapan Sumba), 1 Orang Tokoh Masyarakat, 1 Orang Anggota Legislatif, Kepala Bappeda, Sekretaris Daerah, dan Bupati. Pemerintah daerah menyambut baik upaya untuk mendorong keterlibatan CSO dalam proses perencanaan pembangunan dan penganggaran yang dilakukan oleh PATTIRO atas dukungan AIPD ini. DPRD juga berupaya untuk membuka ruang partisipasi bagi masyarakat untuk bisa terlibat dalam pembahasan anggaran daerah. 4. Peningkatan Kapasitas Pelaksana Program Peningkatan Kapasitas program dilaksanakan melalui beberapa sesie pertemuan. Peningkatan kapasitas pelaksana program dilaksanakan dengan memberikan materi Perencanaan pembangunan, Analisis Penganggaran, Strategy advokasi anggaran, dan strategi sinergi antar Implementing Partners AIPD. d. Persiapan TA Review APBD Persiapan TA Review APBD sudah dilaksanakan sejak pertengahan bulan Agustus 2012. Tahap pertama yang dilakukan oleh pelaksana program adalah pengumpulan dokumendokumen penganggaran. Seperti RPJMD, RKPD tahun 2012 dan 2013, Renstra 3 dinas (Dinas Kesehatan, Dinas PPO, dan Dinas PU), APBD 2010, APBD 2011, APBD 2012, dan
Laporan Semester
Periode Mei – Oktober 2012
Dokumen KUA PPAS 2013. Dokumen dokumen tersebut kemudian dilakukan analisis oleh pelaksana program dengan tools analisis sederhana yang dibuat oleh team propinsi. Tools tersebut menghasilkan review anggaran yang siap didiskusikan bersama CSO.Diskusi bersama CSO baru akan dilakukan pada bulan Nopember 2012, bersamaan dengan moment pembahasan KUA PPAS di Kabupaten dan Propinsi, selanjutnya Review APBD akan dilakukan bersamaan dengan pembahasan RAPBD 2013. Hasil Review akan diserahkan kepada Legislatif untuk kemudian bisa dijadikan bahan pertimbangan dan masukan dalam pembahasan RAPBD 2013 pada bulan Desember 2012.
lakukan klarifikasi dan mendapatkan masukan AIPD terkait laporan yang telah disusun oleh Tim PATTIRO CSO. Sebelum didiseminasi, draft laporan juga dikirim ke para DF PATTIRO CSO untuk diklarifikasi dan diberikan masukan sesuai dengan kondisi daerah masing-masing dan juga kepada Tim PATTIRO Jakarta untuk diberikan input. Kegiatan ini menghasilkan laporan hasil pemetaan CSO di tingkat
1.8.4. Provinsi Nusa Tenggara Barat a. Review hasil CSO Mapping Pemetaan CSO pada awalnya dilakukan secara cepat oleh AIPD dan menghasilkan data-data dan informasi awal kondisi CSO di propinsi dan 4 kabupaten lokasi program. Namun karena hasil pemetaan yang dilakukan oleh AIPD belum terlalu mendalam dan mengcover semua potensi CSO yang ada, maka dilakukan mapping lanjutan bersama PATTIRO. Hasil mapping ini kemudian dianalisis dan disusun menjadi draft laporan yang akan didiseminasikan kepada para pihak yang kompeten dalam sebuah workshop. Review hasil CSO mapping dilaksanakan sejak Agustus sampai dengan pertengahan September 2012 yang dilakukan secara bersama oleh Tim PATTIRO CSO dan Tim AIPD NTB baik dengan pertemuan langsung maupun via email. Misalnya saja pada tanggal 18 September 2012, meeting dengan CSOfficer AIPD untuk me-
propinsi dan kabupaten yang memuat fokus aktivitas dan kapasitas mereka.
Diskusi Review Hasil Diseminasi CSO Mapping Provinsi NTB
b. Diseminasi Hasil CSO Mapping Workshop diseminasi hasil CSO maping dilakukan pada tanggal 9 Oktober 2012 di Kota Mataram. Kegiatan ini dilaksanakan satu bulan lebih lambat dari rencana semula yaitu tanggal 1-15 September 2012. Peserta yang diundang dalam disseminasi ini adalah lembaga/ organisasi yang memiliki concern dan telah aktif melakukan program advokasi anggaran dan/atau kebijakan publik, Lembaga pemerintahan (SKPD) dan lain-lain. Secara kese-
21
luruhan peserta hadir sebanyak 32 orang dengan komposisi 12 perempuan dan 20 laki-laki. Secara ringkas dari hasil pemaparan dan diskusi dalam workshop diseminasi yaitu pada sisi kapasitas CSO di propinsi maupun kabupaten memiliki kapasitas yang beragam diantaranya analisis anggaran, pengorganiasian masyarakat, Advokasi, riset dan monitoring anggaran, Lobi & hearing, kampanye, analisis kebijakan dll. Keterlibatan CSO pada level kabupaten dalam tahapan proses perencanaan penganggaran belum sampai menyeluruh, namun pada beberapa tahapan saja yang baru bisa diintervensi, sehingga belum mampu mempengaruhi kebijakan pada skala yang lebih besar. Dalam rangka mendukung kekuatan dan potensi CSO yang ada dilevel provinsi, maka dibutuhkan jaringan dan mitra yang bisa dijadikan sebagai sarana untuk memperkuat posisi dan kekuatan gerakan pada isu perencanaan dan penganggaran. Adapun jaringan Jaringan CSO yang ada di level provinsi yaitu: Gerak NTB (Gerakan Rakyat anti korupsi), APPGAK (Aliansi pondok pesantren untuk gerakan anti korupsi), Fortal (Forum Transfaransi Anggaran Lokal), DPA (Dewan Peduli Anggaran). Sedangkan untuk Kabupaten Lombok Barat ada JMS, MPA, AKAD. Untuk kabupaten Lombok Utara ada DPA dan Forum KPM, Dompu DPA dikecamatan dan kabupaten dan khusus kabupaten Bima belum ada jaringan yang teridentifikasi. Beberapa rekomendasi yang disampaikan adalah terkait dengan strategi CSO dalam melakukan intervensi atas proses siklus APBD,
22
Kapasitas yang dibutuhkan CSO untuk mengawal proses, serta pola dan bentuk jaringan yang efektif (direkomendasikan), berupa strategi untuk terlibat dalam siklus perencanaan dan penganggaran daerah. Mulai dari proses perencanaan, dalam Pembahasan dan Penetapan APBD, dalam Implementasi APBD, dan dalam dalam evaluasi dan pertanggungjawaban. c. Konsolidasi Jaringan CSO Konsolidasi jaringan CSO di NTB dalam periode ini dilakukan dalam 2 kegiatan, yaitu (1) Diskusi dengan DPA dan (2) Meeting dengan DPA. Ad 1. Diskusi dengan DPA sebagai Koalisi CSO NTB Pertemuan dengan jaringan CSO ini Kegiatan ini dilaksanakan Kanttor Pattiro CSO pada 12 Oktober 2012. Peserta pertemuan sebanyak 7 orang, 3 orang Tim Pattiro CSO (Korprop, PSO, PFMO) dan 4 orang dari DPA (Sekjen DPA, 1 org Div. Kelembagaan DPA dan 2 orang anggota DPA) dengan komposisi 4 perempuan dan 3 laki-laki. Pertemuan ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan dan kondisi terkini jaringan CSO (DPA) dan menjajagi kesiapan DPA sebagai lembaga jaringan untuk bersama-sama melakukan pengawalan APBD. Di akhir pertemuan ada rekomendasi dan komitmen DPA terkait program ke depan, yaitu: Sekjen DPA akan berkomunikasi dan membangun silaturahmi dengan presidium dan anggota DPA. Selain itu dibicarakan tentang strategi yang akan dilakukan DPA untuk meningkatkan konsolidasi
Laporan Semester
Periode Mei – Oktober 2012
koalisi, yaitu: • Membangun komunikasi—terkait komitmen dalam berjejaring dalam DPA • Kunjungan ke beberapa tokoh— mengundang untuk pertemuan silaturahmi • Silaturahmi dengan beberapa kelompok strategis ormas-ormas anggota DPA (Muhammadiyah, NU, NW—terutama anak-anak muda ormas: karena sangat interes utk dikonsolidir) Ad 2. Pertemuan Jaringan CSO Propinsi (DPA + CSO lain) Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 24 Oktober 2012. Pertemuan ini diikuti oleh 11 orang peserta (4 perempuan, 7 laki-laki) yang berasal dati Tim PATTIRO CSO (Korprop, PSS, PSO, PFMO, DF Lombok Barat dan DF Lombok Utara) dan dari CSO (Lensa, FITRA NTB, Solidaritas Perempuan, Somasi NTB). Hasil dari pertemuan ini adalah: Adanya sharing agenda CSO berkaitan agenda yang sama khususnya yang berkaitan dengan advokasi perencanaan penganggaran kegiatan baik di level propinsi maupun kabupaten dan adanya kesepakatan untuk melakukan kolaborasi dalam melakukan analisa KUA PPAS. Tindak lanjut dari pertemuan ini adalah pembahasan KUA PPAS dan kelengkapan data pendukung lainnya.
tariat Pattiro, Jl Gayungan VIII/46 Surabaya. FGD ini dimulai pukul 09.00 dan berakhir pada pukul 14.00, serta dihadiiri oleh 21 peserta dari CSO. Dalam FGD CSO mapping ini dilakukan penyampaian hasil sementara Mapping CSO yang dilakukan di tingkat Propinsi dan Kabupaten (Trenggalek, Malang, Situbondo dan Sampang) untuk mendapatkan masukan penyempurnaan hasil Mapping CSO sebelum di disesminasikan. Dalam FGD ini juga ada 2 isu perencanaan dan penganggaran yang perlu dicermati yaitu terkait dengan pelayanan publik yaitu bidang kesehatan dan pendidikan. Adapun isu di Bidang Pendidikan, sebagai berikut: 1. Pendidikan nonformal kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah 2. Pendidikan non formal harusnya juga disupport dengan program jangka panjang
1.8.5. Provinsi Jawa Timur a. CSO Mapping CSO mapping ini Dilaksanakan sejak agustus 2012 sampai dengan pertengahan September 2012 kemudian dilanjutkan dengan FGD pada 19 September 2012 bertempat di Sekre-
FGD CSO Mapping Provinsi Jawa Timur
23
3. Monitoring proses pendidikan yang kurang maksimal 4. Pendidikan bagi difabel 5. Terpenuhinya anggaran 20 persen belanja publik sektor pendidikan 6. Fasilitas pendidikan harus tersedia dan layak baik untuk pendidikan formal maupun non formal 7. PAUD juga harus diserta perencanaan dan kebijakan yang memadai 8. Transparansi pengelolaan pendidikan Sedangkan isu Bidang Kesehatan sebagai berikut: 1. Transparansi Jampersal, Jamkesda dan Jamkesmas 2. Institusi Pelayanan masih cenderung mempersulit 3. Validasi data penerima jaminan kesehatan 4. Inisiasi untuk mengorganisir dana kesehatan dari masyarakat 5. Sistem jaminan kesehatan 6. Meningkatkan pendekatan promotif dalam pelayanan kesehatan b. Diseminasi Hasil CSO Mapping Workshop Diseminasi Hasil Map-
Workshop Diseminasi Hasil CSO Mapping Provinsi Jawa Timur
24
ping CSO dilaksanakan pada 4 Oktober 2012 di Agis Restaurant Surabaya Jl. Wisma Pagesangan 197 (sebelah Masjid Nasional Al-Akbar) Surabaya pada jam 09.00 sampai dengan 14.00. kegiatan ini berkontribusi pada output ke 2 yaitu terbentuknya jaringan CSO di tingkat propinsi dan kabupaten yang aktif berpartisipasi dalam isu perencanaan, penganggaran dan monitoring managemen keuangan daerah. Dalam workshop ini disampaikan hasil Mapping CSO yang dilakukan di tingkat Propinsi dan Kabupaten (Trenggalek, Malang, Situbondo dan Sampang) yang sudah disempurnakan dengan hasil FGD dan informalmeeting oleh Public Service Officer Jatim, Asiswanto D. Wokshop ini dihadiri oleh 29 CSO dengan komposisi 8 perempuan dan 21 laki, Pemda 1 orang (Bappeda), DPRD 1 orang yaitu anggota Banggar DPRD Jatim dari FKS yaitu Bapak Irwan Setiawan, Ibu Esty Rahayu (CSO Officer AIPD Jatim) serta 4 orang Didtrick facilitator dari 4 Kabupaten dampingan (Sampang, Malang, Situbondo dan Trenggalek). Setelah pemaparan dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh Bapah
Laporan Semester
Periode Mei – Oktober 2012
Nur Cahyo dari Pusdakota Surabaya. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi yang dipandu oleh Sudarno, PFM Officer Jatim. Beberapa hal yang dihasilkan serta menjadi sorotan dalam workshop diseminasi adalah kondisi saat ini dengan era keterbukaan informasi serta tuntutan pelayanan publik yang prima, sangat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya lahir CSO dengan berbagai bentuk dan bidang garap. CSO sebagai representasi masyarakat dirasa sangat memberikan peran dalam masyarakat untuk bisa membantu menyuarakan problematika yang dihadapi masyarakat kepada para pembuat kebijakan yaitu pemerintah daerah dan DPRD. Kerja-kerja CSO akan sangat bisa memberikan dorongan perbaikan layanan yang berarti bila dilakukan secara bersama dan terkoordinasi dengan baik. Beberapa fakta yang dapat kita masukan sebagai potensi adalah sebagai berikut: a. Banyaknya CSO yang ada di masyarakat dengan berbagai issue yang mereka garap. b. Adanya semangat dari aktor-aktor CSO untuk duduk bersama mendiskusikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kondisi masyarakat . c. Adanya beberapa CSO yang telah memiliki pengalaman dalam kerja-kerja advokasi Anggaran publik d. Keinginan kuat dari CSO untuk terus mendorong perbaikan perencanaan dan penganggaran daerah sehingga memberikan imbas positif bagi perbaikan layanan publik (pendidikan, kesehatan, infrastruktur)
Beberapa tantangan yang dapat berpotensi menjadi penghambat (masalah) dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut: a. Banyak CSO yang tidak hanya memiliki satu issue garap, namun bisa melakukan beberapa issue garap, sehingga menjadi bias dan sulit untuk di identifikasi. b. CSO masih sedikit menaruh curiga keberdaan Pattiro sebagai mitra pelaksana AIPD apakah sebagai kompetitor atau sebagai kawan, sehingga penyampaian informasi saat dilakukan indepth interview, FGD dan workshop menjadi kurang sempurna. c. Kesibukan CSO dengan kerja garap masing-masing sehingga berdampak pada kehadiran mereka dalam berbagai diskusi menjadi kurang maksimal. Ada Koalisi CSO (Forum Nahdliyin Peduli Anggaran), namun belum bisa merepresentasi CSO diluar NU, sehingga perlu pola pendekatan yang intens untuk memilih memperkuat jaringan CSO yang telah ada atau membentuk jaringan CSO baru. Mencermati berbagai Potensi dan Tantangan tersebut di atas maka beberaparekomendasi akandisampaikan sebagai berikut: a. CSO yang akan terlibat dalam penguatan/pembentukan jaringan CSO harus benar-benar terpilih dengan selektif, sehingga pada kegiatan selanjutnya bisa berjalan dengan baik tanpa ada problem halangan yang berarti. b. Perlu ada forum diskusi berseri dengan CSO dalam menggali berbagai informasi tentang CSO-CSO yang ada sehingga kita dapat me-
25
ngetahui kapasitas CSO masingmasing, dan bisa menbuat strategi yang sesuai dalam proses penguatan/pembentukan jaringan CSO. c. Quality Control Quality Control dari tim Propinsi ke Kabupaten Sampang dan Trenggalek dilakukan pada 20-21 September 2012. Ini sebagai kegiatan pendukung. Hal ini dilakukan untuk keperluan koordinasi dan tinjau lapang perkembangan program di Kabupaten Sampang dan Trenggalek, bersamaan dengan agenda turun lapang tim CS Officer APD Jatim. Kegiatan ini berlangsung di ruang Bappeda Trenggalek dan Sampang. Adapun yang hadir dalam kegiatan ini adalah Tim CSO Propinsi, Tim Cati Propinsi, Tim Mazars Propinsi, CS Officer APD Jatim, DF AIPD, DF CSO, DF Cati, DF Mazars, serta DF UB serta pemda setempat. Adapaun yang dihasilkan dalam kegiatan lini adalah Sinkronisasi pelaksanaan agenda kegaitan program AIPD bersama para Implementing Partner (IP) dan Pemerintah Kabupaten yang difasilitasi oleh DF dan CS Officer APD Jatim. d. TA Review APBD Technical Assistance bagi CSO dalam Analisis Anggaran Daerah, APBD 2009-2012 dilakasanakan di 4 Kabupaten (Sampang, Situbondo, Malang dan Trenggalek). Sedangkan di tingkat propinsi jawa timur belum bisa dilaksanakan dikarenakan terkendala belum terbentuknya jaringan CSO di Propinsi Jatim. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada 16-18 Oktober 2012. Kegiatan ini berkontribusi pada out ke-3 yaitu
26
Masyarakat sipil / CSO terlatih dalam hal Public Finance Management. Kegiatan tersebutdiikuti oleh sekitar 10 CSO untuk setiap kabupaten dengan rincian sebagai berikut: Situbondo dan Malangmasing-masing 4 perempuan dan 6 laki-laki dengan fasilitator Adi Khisbul Wathon (KorProp) dan Sudarno (PFM Officer), Sampang dan Trenggalek masingmasing 2 perempuan dan 8 laki-laki dengan Fasilitator Asiswanto (PS Officer Jatim) dan Fitria Muslih (PFM Specialist) Ada bebeberapa hal yang dihasilkan serta disepakati untuk ditindaklanjuti yaitu hasil analisis APBD 2009-2012 yang dilakukan oleh CSO khusus di 3 sektor Pendidikan, Kesehatan dan Infrastruktur, serta satu isu utama di Kabupaten masing-masing. CSO sepakat untuk menuliskan hasil analisis APBD ini ke dalam Policy Paper untuk dijadikan bahan Audiensi atau hearing dengan pemda (eksekutif dan legislatif ) sebelum penetapa APBD 2013 Namun demikian ada masalah urgen yang cukup menghambat jalannya analisis APBD ini yaitu CSO belum terlatih dan waktu sangat terbatas, CSO dituntut untuk tetap bisa menghasilkan kajian APBD yang sebaik-baiknya. Training PFM untuk CSO belum dilaksanakan, jadi sebelum Dalam TA ini fasilitator baik tim Propinsi dibantu DF mengawali dengan “breaking Training” yang secara perlahan transfer of knowledge tentang Budget Analysis. Output dari TA ini adalah : • Adanya isu strategis yang akan menjadi fokus utama advokasi jaringan CSO. Misalnya di Kab.
Laporan Semester
Periode Mei – Oktober 2012
TA Analisis APBD di Kab. Trenggalek
Trenggalek, isu strategis yang menjadi agenda advokasi pada RAPBD 2013 adalah adanya alokasi anggaran BOSDA dalam APBD. • Adanya rencana tindaklanjut jaringan CSO untuk melakukan advokasi RAPBD. • Adanya draft hasil analisis APBD dalam bentuk kertas posisi advokasi BOSDA (Kab. Trenggalek).
27
28
Laporan Semester
Periode Mei – Oktober 2012
Bab II
Analisis terhadap Input dan PERKEMBANGAN Pelaksanaan Program
D
alam triwulan kedua dari Agus-tus sampai dengan Oktober 2012, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam program Pattiro CSO, sebagian besar berkaitan dengan pencapaian output 1, serta kegiatan-kegiatan yang mengarah pada pencapaian output 2 dan output 3. Pencapaian output 1 dilakukan melalui CSO Mapping yang dilakukan oleh Tim Pelaksana Program, baik tim Jakarta, Tim Propinsi maupun pada District Facilitator. Selain itu, dilakukan persiapan akhir untuk Baseline Survey setelah melalui proses bidding, penandatanganan kontrak dengan service provider, kick off meeting yang melibatkan peneliti utama dari 5 provinsi lokasi program, serta finalisasi instrumen dan tools yang akan digunakan untuk pengambilan data di semua propinsi dan kabupaten. Baseline survey ini diharapkan bisa menyediakan yang lebih lengkap dan lebih detil dari informasi yang diperolah melalui CSO Mapping. Kontribusi pada pencapaian output 2 dihasilkan melalui 2 kegiatan, yaitu: (1) rangkaian kegiatan CSO Mapping dan (2) Workshop Diseminasi Hasil CSO Mapping. Mungkulnya kebutuhan atau komitmen
untuk pembentukan Koalisis CSO mulai muncul di dalam Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan di akahir tahap pengambilan data dalam CSO Mapping. Kebutuhan dan komitmen untk membentuk Koalisis CSO ini makin menguat di dalam Workshop Diseminasi Hasil CSO Mapping. Setelah mendapatkan gambaran tentang situasi keterlibatan CSO di dalam proses perencanaan, penganggaran dan pengawasan terhadap anggaran daerah, CSO dan stakeholder yang menjadi peserta workshop mengusulkan rekomendasi untuk membentuk Jaringan CSO. Kontribusi pada pencapaian output 3 diahasilkan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut: (a) Pendampingan CSO untuk Review APBD, (b) Quality Control Tim Propinsi ke Kabupaten yang disertai dengan pertemuan dengan CSO, (c) Quality Control tim Jakarta kepada Tim Propinsi danpara DF untuk memantau perkembangan proses penganggaran di daerah pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2012, (d) pengembangan modul training untuk CSO, dan (e) persiapan pelaksanaan training tentang perencanaan dan penganggaran di daerah.
29
2.1. CSO Mapping CSO Mapping dilakukan oleh Tim Pelaksana Program dengan melibatkan Tim Program di Jakarta, Tim Program Propinsi dan para Fasilitator Kabupaten. Pengambilan data secara langsung oleh pra DF dan Tim Propinsi dalam CSO Mapping ini selain bisa mendaatkan data tentang kapasitas dan keterlibatan CSO dalam perencanan dan penganggaran di daerah, secara langsung juga memberikan kesempatan kepada para DF dan Tim Propinsi untuk berinteraksi secara langsung dengan CSO, tokoh CSO, pejabat SKPD maupun anggota DPRD yang biasa terlibat dalam interaksi maupun kerjasama dengan CSO di daerah. Baik CSO yang terlibat di dalam Musrenbang, Forum SKPD, maupun dalam pembahasan anggaran di DPRD. Salah satu hal yang cukup penting tentang kapasitas dan keterlibat CSO di dalam perencanaan dan penganggaran daerah, terutama berkaitan dengan 3 hal, yaitu (a) Pengaruh CSO di dalam pembuatan kebijakan publik di daerah –termasuk perencanaan dan penganggaran, (b) Keterlibatan dalam isu Perencanaan dan Penganggaran, (c) Relasi CSO dengan sesama CSO maupun stakeholder daerah lainnya. Data tentang CSO ini dijadikan pertimbangan dalam implementasi program di daerah, diantaranya berkaitan dengan kebutuhan peningkatan kapasitas dalam perencanaan dan penganggaran, CSO yang tepat menjadi mitra karena pengaruh dan keterlibatannya dalam isu perencanan dan penganggaran, serta CSO yang memiliki relasi yang baik dengan sesama CSO dan/ atau dengan stakeholder lain di daerah –terutama pemerintah daerah dan DPRD. Penggunan Focus Group Discussion (FGD) sebagai salah satu metode pengambilan data dalam CSO Mapping, cukup memberikan kontribusi yang mengarah
30
pada pemahaman tentang perlunya pembentukan Koalisi CSO. Hal ini bisa dipastikan memberikan kontribusi pada tercapaianya output 2. 2.2. Diseminasi Hasil CSO Mapping Workshop Diseminasi Hasil CSO Mapping yang dilakukan di Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur maupun Papua, semuanya menghasilkan kesepakatan dari CSO yang terlibat tentang pentingnya pembentukan koalisi CSO dan kebutuhan peningkatan kapasitas bagi CSO agar bisa terlibat dalam perencanaan dan penganggaran secara lebih produktif, dalam arti mampu melakukan analisis anggaran, merumuskan usulan anggaran, dan melakukan advokasi ke penentu kebijakan anggaran. Di tiga propinsi ini, Diseminasi Hasil CSO Mapping mengarah secara langsung pada pencapaian output 2, yaitu dengan rekomendasi untuk pembentukan koalisi CSO. Selain itu, diseminasi hasil CSO Mapping di 3 propinsi ini juga menghasilkan konfirmasi dari CSO tentang kebutuhan peningkatan kapasitas tentang perencanaan dan penganggaran daerah, yang mengarah pada pencapaian output 3. Agak berbeda dengan tiga propinsi di atas, Workshop Diseminasi Hasil CSO Mapping di Nusa Tenggara Barat dan Papua Barat, lebih berkontribusi pada pencapaian output 3. Di NTB, di akhir Diseminasi Hasil CSO Mapping peserta menghasilkan rekomendasi tindak lanjut untuk mulai melakukan advokasi anggaran. Di Papua Barat juga demikian, salah satu rekomendasi utama adalah segera diadakan pandampingan analisis anggaran daerah yang melibatkan dan/atau kerjasama dengan Dema Suara sebagai koalisi CSO di Papua Barat. Kegiatan ini dilaksanakan lebih lambat daripada jadwal yang dibuat pada Agustus 2012 dan dituangkan di dalam Quarterly
Laporan Semester
Periode Mei – Oktober 2012
Report 2012. Hal ini membuat workshop pembentukan jaringan CSO harus dijadwal ulang ke bulan November 2012. 2.3. Pengembangan Modul 1 dan 2 Modul 1 tentang Perencanaan dan Penganggaran dan Modul 2 tentang Pengawasan terhadap Implementasi Anggaran Daerah merupakan bahan utama dalam upaya peningkatan kapasitas CSO dan Jaringan CSO agar lebih mampu terlibat dalam perencanaan, penganggaran dan pengawasan terhadap implementasi anggaran daerah. Selesainya modul Training 1 memberikan kepastian bahwa Training 1 tentang Perencanaan dan Penganggaran bisa dilaksanakan mulai minggu IV bulan November 2012, sedangkan pengembangan modul 2 yang sampai pada tahp finalisasi, memberikan kepastian bahwa modul bisa diselesaikan pada bulan Desember 2012 dan bisa digunakan untuk pelatihan modul 2 pada bulan Februari 2013. 2.4. Technical Assistance Review APBD Technical Assistance atau pendampingan untuk review atau analisis APBD sejauh ini baru dilaksanakan di 4 kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Technical Assistance di 4 kabupaten ini masih pada tahap meningkatkan pemahaman tentang proses penganggaran dan membaca atau melakukan review terhadap APBD yang
sudah disahkan. Pendampingan berikutnya akan dilakukan untuk merumuskan usulan alokasi anggaran yang akan diusulkan pada pembahasan RAPBD 2013. Ini jelas membrikan kontribusi pada peningkatan kapasitas CSO dalam hal Public Finnance Management (Output 3). 2.5. Quality Control untuk Percepatan Pencapaian Output Quality Control terutama dilakukan untuk memastikan tim pelaksana program di level propinsi dan kabupaten mempunyai pemahaman yang cukup tentang maksud dan tujuan serta skema dan pendekatan program. Kegiatan ini dilakukan dengan memberikan coaching clinic kepada tim program tentang keterkaitan antara perbaikan pelayanan publik dengan perencanaan, penganggaran dan pengawasan terhadap implementasi anggaran dan pengawasan terhadap pelayanan publik. Tim pelaksana program sudah diberikan peningkatan kapasitas tentang perencanaan dan penganggaran, sehingga bisa memfasilitasi atau mengawal pelaksanaan pelaksanaan training, pendampingan, maupun diskusi dan workshop yang ditujukan untuk memfasilitasi pembentukan jaringan CSO maupun memfasilitasi CSO untuk meningkatkan kapasitas untuk bisa terlibat aktif dalam perencanaan dan penganggaran.
31
32
Laporan Semester
Periode Mei – Oktober 2012
BAB III
Manajemen Program
3.1. Staffing dan Set up office Pada semester pertama ini seluruh staf telah terekrut, diberikan training pembekalan tentang program, dan dimobilisasi ke seluruh propinsi dan kabupaten lokasi program. Pada periode ini juga terdapat pergantian DF Kabupaten Keerom yang telah mengundurkan diri. Pergantian ini tidak mempengaruhi implementasi program karena pergantian dapat dilakukan dengan segera. DF Keerom (Muslimin) paling akhir direkrut, yaitu pada bulan September 2012, tapi kemudian mengundurkan diripada Oktober 2012. Rekrutmen segera dilakukan dan pada akhir minggu keempat direkrut Ignatius Taslim sebagai DF Keerom. Di akhir Oktober DF Pegunungan Bintang mengajukan ijin untuk mengundurkan diri sebagai DF di Pegunungan Bintang dengan alasan untuk melanjutkan kuliah di Jakarta. DF Pengunungan Bintang Michael Uropmabin, akhirnya membuat Surat Pengunduran Diri pada tanggal 15 November 2012. Set up office di seluruh propinsi telah rampung semuanya, semua perlengkapan kerja telah dimiliki untuk mendukung berjalannya program. Sedangkan untuk kantor di kabupaten, beberapa DF memanfaatkan kantor jaringan CSO
maupun kantor bersama yang digunakan oleh seluruh Implementing Partner AIPD. 3.2. Kordinasi Program Dalam implementasi program, kordinasi dilakukan melalui media online maupun offline. Kordinasi online dilakukan secara berkala dengan Korprop melalui skype meeting bulanan dan group email. Kordinasi program secara online ini seringkali menghadapi kendala komunikasi jaringan terutama untuk provinsi Papua dan Papua Barat. Sedangkan kordinasi offline dilakukan melalui kunjungan tim nasional dan kordinator propinsi ke daerah. Kunjungan ini merupakan bagian dari quality control untuk memastikan capaian output di setiap provinsi/kabupaten. Selain itu, kunjungan spesialis dilakukan untuk memberikan suport pengetahuan melalui kegiatan tehnical asistance analisis APBD baik kepada tim program maupun jaringan CSO. Korprop sebagai penanggungjawab di lapangan, juga melakukan quality control dan capacity building kepada DF mengenai perencanaan dan penganggaran di daerah. DF dibekali pengetahuan tentang anggaran agar mereka dapat mendampingi jaringan CSO secara intens dalam melakukan kerja advokasi anggaran.
33
Koordinasi pelaksanaan program dilakukan cukup intensi, diantaranya dalam bentuk presentasi tentang skema program melalui briefing persiapan CSO Mapping, secara lebih intensi dalam Training dan Pembekalan di awal September 2012, dan melalui Quality Control oleh Tim Propinsi ke Kabupaten maupun oleh Tim Nasional ke Propinsi. Salah satu isu penting yang menjadi topik koordinasi dan quality control ini adalah tentang percepatan pencapaian output yang berkaitan dengan peningkatan kapasitas CSO dalam ublic finance management –terutama peningkatan kapasitas CSO dalam melakukan analisis anggaran, merumuskan usulan alokasi anggaran dan advokasi anggaran.
Uraian
3.3. Penyerapan Anggaran Hingga periode Oktober 2012, PATTIRO Program CSO telah menyerap dana sebesar Rp 2.982.215.510 atau 9,48% dari total anggaran, dengan rincian sebagai berikut: personnel fee sebesar Rp1.282.444.414 atau 9,67%, procurement cost sebesar Rp. 986.875.504 atau 53,25%%, operational dan travel cost sebesar Rp. 616.874.968 atau 4,53%. Laporan status anggaran terlampir. 3.4. Kebutuhan Anggaran Periode Berikutnya Kebutuhan anggaran untuk program CSO pada periode sampai akhir NovemberDesember 2012 dan Januari 2013, diperkirakan sebesar Rp4.042.063.000, dengan rincian sebagai berikut:
November
Procurement cost
Desember
39.150.000
39.150.000
1.127.250.000
1.127.250.000
Januari 2013 39.150.000
Operasional and travel cost : - Training 1 - Workshop pembentukan jaringan
201.325.000
- TA Analisis APBD
182.166.000
- Monitoring dan Evaluasi
182.166.000
61.800.000
Personnel fee Total
34
182.166.000
286.830.000
286.830.000
286.830.000
1.836.721.000
1.697.196.000
508.146.000
Laporan Semester
Periode Mei – Oktober 2012
3.5. Monitoring dan Evaluasi Program Di Semester 1, periode Mei – Oktober 2012, ada beberapa kegiatan yang berkaitan dengan monitoring dan evaluasi, yaitu: (1) Penyusunan Sistem Monitoring dan Evaluasi, (2) Diseminasi Sistem Monitoring dan Evaluasi kepada semua tim pelaksana program, dan (3) sinkronisasi kerja-kerja monitoring dan evaluasi dalam pelaksanaan program. Ad 1. Penyusunan Sistem Monitoring dan Evaluasi sudah dilakukan pada bulan Mei 2012, pada saat program baru mulai. Rancangan Sistem ME dibahas di dalam Kick Off Meeting yang melibatkan Tim Inti program di Jakarta bersama para Koordinator Propinsi, kemudian dikonsultasikan dengan ME Specialist AIPD dan disetujui pada akhir Mei 2012. Ad 2. Sistem ME ini didiseminasikan kepada seluruh pelaksana program baik di Tim Jakarta, Tim Propinsi maupun pada DF. Sistem ME ini disosialisasikan dan dibahas dengan tim propinsi dan DF di Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur dan Papua di dalam
Briefing Persiapan CSO Mapping pada minggu kedua dan ketiga Agustus 2012, serta di dalam Training dan Pembekalan bagi semua staf pelaksana program yang diadakan di Surabaya pada 2-5 September 2012. Sistem ME ini digunakan di dalam penyusunan ToR kegiatan yang akan dilaksanakan oleh di dalam program ini. Format monitoring dan evaluasi kegiatan yang ada di dalam lampiran Sistem ME disampaikan kepda Tim Propinsi undtuk digunakan sebagai format standar untuk memonitor pelaksanaan kegiatan. Ad 3. Sinkronisasi kerja-kerja ME dilakukan dengan terlibat di dalam Workshop tentang ME yang dilaksanakan oleh AIPD pada 12 September 2012. Dalam workshop ini, Sistem ME program dipresentasikan kepada para CS Officer AIPD yang bekerja di level propinsi. Kegiatan Monitoring dan Evaluasi internal oleh tim pelaksana program dalam periode ini belum dilaksanakan dan dijadwalkan akan dilaksanakan pada bulan Desember 2012.
35
36
Laporan Semester
Periode Mei – Oktober 2012
BAB IV
TANTANGAN, RESIKO DAN ANTISIPASI
K
ondisi dan dinamika keterlibatan CSO dalam perencanaan dan penganggaran daerah serta peluang untuk terlibat yang tersedia membuat tantangan yang dihadapi oleh tim pelaksana program di daerah juga relatif berbeda. Tantangan lain yang dihadapi oleh pelaksana program juga berkaitan dengan kondisi geografis dan transportasi dan tahap perkembangan pencapaian output. Untuk tiga bulan ke depan, tantang yang perlu diidentifikasi
dan diantisipasi sejak awal adalah terutama yang berkaitan pembentukan Koalisi CSO dan Peningkatan CSO dalam Public Finance Management. Tantangan dan resiko yang dihadapi di masing-masing propinsi serta antisipasi yang disiapkan oleh tim propinsi dipaparkan sebagai berikut: 4.1. ProvinsiPapua Tantangan dan Resiko yang berkaitan dengan Pencapaian Output 2
Tantangan
Resiko
Antisipasi
Banyak Jaringan Koalisi yang masih eksis di Papua yang dipandang concern di isu pelayanan publik dan potensial terlibat di isu perencanaan dan penganggaran daerah. Keberadaan mereka sampai tingkat kabupaten di area program. Namun terdapat jaringan anggaran di kabupaten yang statusnya sudah mati dan ingin dihidupkan lagi oleh CSO di kabupaten tersebut. Untuk itu, Perlu pendekatan berbeda untuk efektifitas jaringan. Selain itu, terdapat embrio jaringan anggaran dari CSO yang tidak menjadi anggota jaringan koalisi hasil adanya CSO mapping di area program
Tidak semua CSO, baik yang disurvey maupun tidak disurvey berminat dalam jaringan anggaran ini. Resistensi CSO yang tidak terlibat dalam Jaringan Anggaran ini perlu pendekatan personal, baik dari Tim Program maupun embrio jaringan anggaran ini.
Embrio Jaringan Anggaran perlu diarahkan berbentuk informal yang fungsinya untuk mendukung efektifitas program di masing-masing institusi CSO. Sebelum dilaunching, embrio ini difasilitasi untuk melakukan konsolidasi frame jaringan dan identifikasi support dari Embrio Jaringan Anggaran ini. Agar Jaringan Anggaran ini efektif, anggota dapat berasal dari personal maupun lembaga CSO. Anggota personal setidaknya berkualifikasi memiliki skill analisa anggaran atau pengaruh yang besar kepada CSO. Sementara anggota dari CSO berasal CSO yang keberadaanya (track) diakui oleh CSO lainnya dan mendapat mandat resmi dari lembaganya.
37
Tantangan yang pencapaian output 3
berkaitan
dengan
Tantangan
Resiko
Antisipasi
Relatif sedikit CSO yang memiliki kapasitas analisis anggaran dan penguasaan metodologi monitoring pelayanan publik. Mereka yang memiliki kapasitas sudah senior di lembaganya masing-masing atau sudah berprofesi sebagai konsultan, asisten ahli atau profesi lainnya yang strategis.
Tidak semua CSO mendapat dukungan penguatan kapasitas (Training 1 dan 2).
Identifikasi peserta dapat dimulai dari asesmen WS Diseminasi dan disusul dengan diskusi serial maupun pendampingan review APBD. Dari mereka yang diidentifikasi dapat dilakukan seleksi untuk pemenuhan peserta yang mengarah pada kemampuan analisis dan peserta yang berpotensi pada monitoring pelayanan publik.
4.2. Provinsi Papua Barat Tantangan dan Resiko yang berkaitan dengan Pencapaian Output 2 Tantangan
Resiko
Antisipasi
Fakumnya Demasuara karena mengandalkan kegiatan yang dilaksanakan oleh AIPD/Pattiro sebagai IP.
Munculnya ketidakpuasan dan disuarakan di antara sesame CSO maupun ke ruang public akan mengganggu pelaksanaan program secara keseluruhan.
Mempercepat kegiatan yang melibatkan Demasuara dan anggotanya. Pendekatan lebih intensif terhadap kesekjenan dan tokoh CSO setempat.
Tantangan yang berkaitan dengan pencapaian output 3 Tantangan
Resiko
Tidak meratanya sebaran CSO di Ada perbedaan hasil khususnya wilayah kerja AIPD dan review dan analisis yang menjadi pemahaman key product. tiap-tiap CSO mengenai planing & budgeting tidak merata, ada yang sudah sangat advance khususnya di ibukota provinsi yang pernah mengikuti program sejenis. Namun tidak sedikit yang justru tidak paham dengan isu ini.
4.3. Provinsi Nusa Tenggara Timur Tantangan dan Resiko yang berkaitan dengan Pencapaian Output 2, sebagai berikut:
38
Antisipasi Kegiatan TA dan diskusi serial sebagai awal pemahaman mengenai perencanaan penganggarantidak meratanya pemahaman bisa dikurangi.
Laporan Semester
Periode Mei – Oktober 2012
Tantangan
Resiko
Antisipasi
Di Tingkat propinsi Nusa Tenggara Timur sudah ada beberapa forum pemerhati kebijakan publik, sehingga keberadaan koalisi yang terbangun harus mampu mengambil peran yang sesuai agar tidak berbenturan dengan koalisi CSO yang ada
Benturan peran antar koalisi justru akan menjadikan peran CSO dalam berpartisipasi pada proses perencanaan pembangunan dan penganggaran daerah akan mengalami kemunduran.
Bentuk koalisi harus mengakomodir kebutuhan semua pihak.
CSO menginginkan koalisi yang terbentuk adalah koalisi yang berdiri sejajar dengan pemerintah, bukan sebagai Kepanjangan tangan pemerintah, sehingga memiliki daya tawar.
Benturan antara koalisi dengan pemerintah daerah dapat memunculkan resistensi. Sehingga justru akan menghambat proses kemitraan kritis yang dibangun.
Membangun kesadaran bersama tentang kemitraan kritis yang bisa diperankan koalisi dalam berpartisipasi pada proses perencanaan pembangunan dan penganggaran daerah. Membangun pemahaman bersama berkaitan dengan upaya yang dilakukan adalah memperbaiki pelayanan publik di wilayah Nusa Tenggara Timur.
Koalisi harus dibangun secara partisipatif, agar anggota koalisi ikut memiliki keberadaan koalisi ini.
Tantangan yang berkaitan dengan pencapaian output 3, sebagai berikut: Tantangan
Resiko
Antisipasi
Analisis anggaran yang dilakukan Hasil analisis dapat memicu CSO di wilayah Nusa Tenggara resistensi dari pengambil Timur, lebih banyak pada kebijakan pengawasan penggunaan anggaran berkaitan dengan penyelewengan anggaran (Korupsi)
Analisis harus dilakukan berdasarkan data riil, dan berdasarkan pada perbaikan pelayanan publik.
Belum banyak CSO yang melakukan analisis anggaran daerah
Memberikan tools analisis anggaran yang mudah dipahami dan dimerngerti.
Waktu pemahaman terhadap analisis anggaran daerah dan perbaikan pelayanan publik lebih lama
4.4. ProvinsiNusa Tenggara Barat Tantangan
Resiko
Antisipasi
Kesibukan CSO dalam menjalankan program-program lain, mengingat focus isu yang dikerjakan beragam
Pelaksanaan program terhambat
Melakukan pendekatan, Komunikasi dan koordinasi secara intens khususnya kepada CSO dan jaringan
Tantangan yang pencapaian output 3
berkaitan
dengan
39
Tantangan
Resiko
Antisipasi
Pengetahuan CSO tentang perencanaan dan penganggaran tidak merata, ada yang sudah kuat namun masih banyak pula yang belum terbiasa dengan isu ini.
Mempengaruhi strategi perencanaan dan implementasi kegiatan.
Optimalkan peran CSO yang sudah memiliki kemampuan dan pengalaman untuk mentransformasikan pengetahuan dan pengalaman dalam analisis dan advokasi anggaran kepada CSO yang belum bersentuhan/belum melakukan advokasi anggaran.
Kapasitas analisis masih minim, bukan karena tidak tahu tetapi tidak ada kemauan untuk melakukan
CSO yang terlibat dalam kegiatan analisis anggaran daerah tidak berkembang
Melakukan diskusi untuk menguatkan langkah visioning tentang anggaran bagi kehidupan masyarakat dan keterkaitan erat antara pelayanan publik dengan kebijakan anggaran.
Keterlibatan perempuan dalam analisis dan advokasi anggaran yang masih minim
Target sasaran untuk Mengupayakan affirmative action 30 mendukung kesetaraan gender persen tercapai dengan cara tidak tercapai mengidentifikasi sebanyak mungkin potensi pegiat perempuan.
4.5. Provinsi Jawa Timur Tantangan dan Resiko yang berkaitan dengan Pencapaian Output 2 Tantangan
Resiko
Berbagai CSO dengan beraneka isu Tidak solid, karena berbedanya garap dan latar belakang, sehingga fokus dan kepentingan setiap agak susah dalam menyatukan CSO persepsi tentang advokasi planning & budgeting
Tantangan yang pencapaian output 3
40
berkaitan
Antisipasi Pengelompokan CSO berdasarkan isu dan atau memperkuat jaringan yang sudah ada seperti FNPA (khusus nahdliyyin), INE untuk isu pendidikan dan sebagainya. Pendekatan lebih intensif terhadap policy maker di setiap CSO, terutama CSO kunci.
dengan
Tantangan
Resiko
Antisipasi
Pengetahuan tiap-tiap CSO tentang planing & budgeting tidak merata, ada yang sudah sangat advance namun tidak sedikit pula yang belum familier dengan isu ini.
Substansi materi yang harus berbeda sesuai dengan kapasitas CSO dalam hal planning dan budgetting
Pengelompokan CSO berdasarkan tingkat pengetahuannya dalam hal planning dan budgeting untuk keperluan penyesuaian materi yang akan ditransfer. Atau memaksimalkan pegiat2 dari CSO yang sudah advance dalam hal planning dan budgetting yang masih membutuhkan peningakatan kapasitasnya (seperti pegiat baru di CSO bersangkutan).
Laporan Semester
Periode Mei – Oktober 2012
Bab V
WORKPLAN PERIODE November 2012–JANUARI 2013
U
ntuk periode November 2012 sampai dengan Desember 2013, ada tiga agenda umum yang harus dilaksanakan dalam program ini, yaitu: Pelaksanaan Baseline Survey, Pembentukan dan Konsolidasi Koalisi CSO, dan Peningkatan Kapasitas CSO tentang Public Finance Managemen (PFM). Baseline Survey akan dilakukan di semua propinsi dan Kabupaten dan dilaksanakan oleh Yayasan Sketsa Pojok (Skepo) bekerja sama dengan mitra lokal yang berkedudukan di propinsi lokasi program. Enumerator juga direkrut dari propinsi dan kabupaten lokasi program, kecualis di Jawa Timur yang dilakukan langsung oleh tim Skepo. Baseline Survey ini dilaksanakan secara terintegrasi dengan Program Community Access to Information (CATI). Beberapa kegiatan yang berkaitan dengan pembentukan Koalisi CSO antara lain Serial Diskusi dan Workshop Pembentukan CSO. Dua kegiatan ini merupakan tindaklanjut dari kesepakatan yang dihasilkan dalam Workshop Diseminasi Hasil CSO Mapping yang dilakukan pada bulan Oktober 2012.
Skema ini dilakukan di Provinsi Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur dan Provinsi Papua. Di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Papua Barat skemanya sedikit berbeda. Serial diskusi dilakukan bukan untuk mempersiapkan pembentukan koalisi CSO melainkan untuk konsolidasi koalisi CSO untuk melakukan advokasi anggaran daerah. Untuk peningkatan kapasitas CSO tentang PFM, kegiatan yang dilaksanakan antara lain: technical assistance atau pendampingan bagi CSO tentang PFM dan Training tentang Perencanaan dan Penganggaran Daerah. Bersamaan dengan TA dan Training ini akan dilakukan fasilitasi CSO untuk melakukan analisis anggaran daerah, perumusan usulan alokasi anggaran dan advokasi anggaran daerah. Kegiatan lain yang direncanakan untuk dilaksanakan pada periode triwulan III adalah persiapan untuk pelaksanaan training tentang Citizen Report Card (CRC) yang akan dilaksanakan pada bulan Februari 2013. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh Tim Jakarta adalah:
41
No
Kegiatan
Prediksi Waktu
1
Baseline Survey
November – Desember 2012
2
Pengawalan Workshop Pembentukan Koalisi CSO
Minggu 2 - 4 November 2012
3
Briefing Fasilitator Training
Minggu 3 November 2012
4
Pelaksanaan Training Perencanaan dan Penganggaran
Minggu 4November – Minggu 2 Desember 2012
5
Technical Assistance
5.1. Provinsi Papua No
Kegiatan
Prediksi Waktu
1
Technical Assistance kepada Jaringan CSO untuk Analisis Anggaran Daerah
Minggu I, II, III, IV November
2
Workshop Pembentukan Koalisi CSO
Minggu IV November
3
Diskusi Serial Konsolidasi Koalisi CSO
Minggu I, II, III, IV November
4
Pelaksanaan Training Perencanaan dan Penganggaran Minggu I Desember
5
Pelaksanaan Baseline Survey
5.2. ProvinsiPapua Barat No
Kegiatan
Prediksi Waktu
1
Technical Assistance kepada Jaringan CSO untuk Analisis Anggaran Daerah
12 Nopember 2012
3
Diskusi Serial Konsolidasi Koalisi CSO
Nopember, Desember 2012
4
Pelaksanaan Training Perencanaan dan Penganggaran I
Nopember, Desember 2012
5
Pelaksanaan Baseline Survey
November
5.3. Provinsi Nusa Tenggara Timur
42
No
Kegiatan
Prediksi Waktu
1
Technical Assistance kepada Jaringan CSO untuk Analisis Anggaran Daerah
Propinsi NTT: 19 Nop 2012, 4 Des 2012 Kab TTU: 20 Nop 2012, 4 Des 2012 Kab. Flotim: 21 Nop 2012, 6 Des 2012 Kab. SBD: 22 Nop 2012, 6 Des 2012 Kab. Ngada: 23 Nop 2012, 6 Des 2012
2
Workshop Pembentukan Koalisi CSO
12 Desember 2012
3
Diskusi Serial Konsolidasi Koalisi CSO
Propinsi NTT, Kab TTU, Kab. Flotim, Kab. Ngada, Kab. SBD : 7 dan 14 Nopember 2012
4
Pelaksanaan Training Perencanaan dan Penganggaran
Propinsi NTT: 26-28 Nopember 2012 Kab TTU: 26-28 Nopember 2012 Kab. Flotim: 30 Nop – 2 Des 2012 Kab. SBD: 26-28 Nopember 2012 Kab. Ngada: 30 Nop – 2 Des 2012
5
Pelaksanaan Baseline Survey
Nopember 2012
Laporan Semester
Periode Mei – Oktober 2012
5.4. ProvinsiNusa Tenggara Barat No
Kegiatan
Prediksi Waktu
1
Technical Assistance kepada Jaringan CSO untuk Analisis Anggaran Daerah
Nopember 2012
2
Workshop Konsolidasi CSO
Nopember 2012
3
Diskusi Serial Konsolidasi Koalisi CSO
Nopember, Desember 2012, Januari 2013
4
Pelaksanaan Training Perencanaan dan Penganggaran
Nopember, Desember 2012
5
Pelaksanaan Baseline Survey
November, Desember 2012
6
Quality Control Tim Provinsi ke Kabupaten
November 2012
5.5. ProvinsiJawa Timur No
Kegiatan
Prediksi Waktu
1
Technical Assistance kepada Jaringan CSO untuk Analisis Anggaran Daerah
Nopember 2012
2
Workshop Pembentukan Koalisi CSO
Nopember 2012
3
Diskusi Serial Konsolidasi Koalisi CSO
Nopember, Desember 2012, Januari 2013
4
Pelaksanaan Training Perencanaan dan Penganggaran
Nopember, Desember 2012
5
Pelaksanaan Baseline Survey
November, Desember 2012
43
LAMPIRAN-LAMPIRAN
44
•
Lampiran 1. Peserta Training dan Pembekalan
•
Lampiran 2. Jadwal Pelaksanaan CSO Mapping
•
Lampiran 3. Penyerapan Anggaran
•
Lampiran 4. Catatan Proses Quality Control Tim Pelaksana Program
•
Lampiran 5. Progres Pencapaian Output
Laporan Semester
Periode Mei – Oktober 2012
Lampiran 1.
Peserta Training dan Pembekalan Tim Jakarta
Tim Propinsi
DF
Program Director (L)
Papua: Korprov (L), PFM Officer (L), dan PS Officer (L)
Papua: Supiori (L), Pengunungan Bintang (L), dan Merauke (L).
Program Manager (L)
Papua Barat: Korprov (L), PFM Officer (L), dan PS Officer (L)
Papua Barat: Sorong Selatan (L), Manokwari (P), Raja Ampat (L), Fak-fak (L).
ME Officer (L)
NTT: Korprov (L), PFM Officer (P), dan PS Officer (L)
NTT: Timor Tengah Utara (L), Flores Timur (L), Ngada (P), dan Sumba Barat Daya (L).
PFM Specialist (P)
NTB: Korprov (P), PFM Officer (L), dan PS Officer (L)
NTB: Bima (P), Dompu (P), Lombok Barat (L) dan Lombok Utara (L).
PS Specialist (L)
Jatim: Korprov (L), PFM Officer (L), dan PS Officer (L)
Training & Advicacy Specialist (P) Adm Support 2 orang (1 L dan 1 P)
45
Lampiran 2.
Jadwal Pelaksanaan CSO Mapping Kegiatan
Tujuan
Pelaksana
Waktu
Finalisasi Instrumen Pengambilan data dan Analisis Data
Tersedia instrumen dan tools untuk pengambilan data dan tools untuk pengolahan dan analisis data.
Tim Jakarta
31 – 5 Agustus 2012
Briefing Tim Provinsi
Terbangun kesamaan Tim Jakarta, Tim persepsi dan pemahaman Provinsi dan DF. tentang Posisi CSO Mapping dalam Kerangka besar program Instrumen dan tools bisa digunakan oleh tim Provinsi dan DF.
7 – 14 Agustus 2012
Pengambilan Data Lapangan Terkumpul data hasil Tim Provinsi dan DF wawancara, survey dan FGD
46
Pengolahan Analisis Data
Hasil analisis data tentang situasi CSO.
DF dan Tim Provinsi
22 – 27 Agustus 2012
FGD
Tanggarapan dan verifikasi Tim Provinsi dan DF hasil temuan CSO Mapping.
September 2012
Penyusunan Laporan Hasil CSO Mapping
Laporan hasil CSO Mapping yang siap didiseminasikan kepada stakeholder di daerah.
Oktober
Laporan Semester
Periode Mei – Oktober 2012
Lampiran 3.
Penyerapan Anggaran No.
Budget Description
1
Reimbursable Personnel Fees
2
Reimbursable Procurement Cost
3
Contract Budget (a)
Actual Cost (b)
Balance (a-b)
13.255.858.980
1.282.444.414
11.973.414.566
1.853.155.000
986.875.504
866.279.496
Operational and Travel Cost
13.609.753.083
616.874.968
12.992.878.115
Sub Total Cost (1-3)
28.718.767.063
2.886.194.886
25.832.572.177
4
Contingecy Reserve (if any)
5
Total Direct Cost (4+5)
28.718.767.063
2.886.194.886
25.832.572.177
6
Fixed Management Fee
2.871.876.706
96.020.624
2.775.856.082
7
Grand Total Cost (6+7)
31.590.643.770
2.982.215.510
28.608.428.260
47
Lampiran 4.
Catatan Proses Quality Control Tim Pelaksana Program
Q
uality Control terhadap pelaksanaan program Pattiro CSO dilakukan melalui beberapa metode dan kegiatan, yaitu: (a) skype meeting, (b) Meeting Koordinasi, dan (c) Kunjungan ke Daerah. Quality Control tim pelaksana program dilakukan secara berjenjang, yaitu: dilakukan oleh tim Nasional kepada tim Provinsi dan dilakukan oleh Tim provinsi kepada para District Facilitator. Ad a. Skype Meeting secara reguler dilakukan pada minggu terakhir setiap bulan pada hari Jumat. Pada bulan Oktober, Skype Meeting dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu pada tanggal 2 Oktober, 10 Oktober, dan 31 Oktober 2012. QR Tim Nasional ke Tim Provinsi mulai dilakukan pada bulan Oktober 2012, yaitu pada ke Tim Nusa Tenggara Timur dan Tim Jawa Timur pada 16-19 Oktober 2012 dan ke Tim Nusa Tenggara Barat pada 26 sampai 26 Oktober 2012. QR 1 ini dilaksanakan berkaitan dengan perlunya dilakukan percepatan pencapaian output program ke-3 yaitu “Terjadinya Peningkatan Kapasitas CSO dalam PFM” yang bisa diidentifikasi dengan terjadinya peningkatan dalam analisis anggaran daerah, kapasitas dalam perumusan usulan anggaran daerah, dan advokasi anggaran daerah. QR di NTT dilakukan sebelum dan sesudah pelaksanaan Workshop Diseminasi Hasil CSO Mapping pada tanggal 18 Oktober 2012. Diskusi tentang strategi percepatan dan tools analisis anggaran daerah ini diikuti oleh Koordinator Provinsi, PS Officer, PFM Officer dan para District Facilitator dari semua kabupaten lokasi program. Materi yang dibahas dalam QR ini antara lain
48
terntang: (a) Keterkaitan antara Pelayanan Publik dengan Anggaran Daerah, (b) Siklus Perencanaan dan Penganggaran Daerah, (c) Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Daerah yang tepat untuk dipengaruhi, (d) peluang bagi masyrakat sipil untuk terlibat dalam proses penganggaran di daerah di bulan Oktober sampai dengan Desember 2012 –sabagai salah satu tindakan konkret untuk percepatan pencapaian output 3 program. QR di Jawa Timur dilaksanakan bersamaan dengan dilaksanakannya Technical Assistance terhadap jaringan CSO di 4 kabupaten di Jawa Timur. QR dilakukan di level provinsi terhadap tim provinsi kemudian dilanjutkan dengan proses pendampingan jaringan CSO dalam review APBD tahun 2010-2012. Tim Jakarta melakukan QR dan sekaligus TA kepada Jaringan CSO di Kabupaten Trenggalek, sedangkan tim provinsi melakukan TA di Kabupaten Malang, Kabupaten Situbondo, dan Kabupaten Sampang. QR di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dilakukan kepada tim provinsi dan DF di Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Utara. QR dilakukan dengan melalui simulasi analisis APBD oleh tim pelaksana program di provinsi dan teknik fasilitasi CSO untuk analisis APBD. Quality Control di NTB ini juga memfasilitasi Tim Program untuk koordinasi dengan CSO dan Koalisi CSO di NTB. Salah satu hasil pertemuan dengan DPA adalah adanya kesepakatan untuk melakukan konsolidasi anggota DPA. Dari pertemuan ini juga diagendakan untuk persiapan untuk advokasi anggaran.
Laporan Semester
Periode Mei – Oktober 2012
Lampiran 5.
Progres Pencapaian Output Output
Indikator Output
1. Dihasilkannya laporan - Peta CSO di 5 propinsi dan 20 hasil pemetaan CSO kabupaten/kota lokasi program, di tingkat propinsi berkaitan dengan kapasitasnya dan kabupaten yang untuk terlibat di dalam memuat fokus perencanaan dan penganggaran aktivitas dan kapasitas serta pemantauan terhadap mereka pelayanan publik di daerah.
Alat Bukti Verifikasi
Pencapaian Periode ini
- Laporan Hasil CSO Mapping terlampir - Daftar CSO di 5 Propinsi, terlampir
- Laporan Hasil CSO Mapping terlampir - Daftar CSO di 5 Propinsi, terlampir
2. Terbentuknya jaringan - Terbentuk Jaringan CSO di 5 - Risalah pertemuan atau berita Kesepakatan pembentukan CSO di tingkat propinsi dan di sebagian besar acara tentang kesepakatan Koalisi/Jaringan CSO di propinsi dan kabupaten/kota lokasi program. terbentuknya Jaringan CSO. Jatim, NTT, dan Papua kabupaten (bila - Semua Jaringan CSO yang - Berita acara yang berisi diperlukan) yang aktif terbentuk punya kesepakatan kesepahaman atau berpartisipasi dalam agenda untuk lebih produktif kesepakatan CSO untuk perencanaan, terlibat dalam perencanaan dan bersama terlibat dalam penganggaran dan penganggaran daerah. perencanaan dan monitoring penganggaran daerah. management Statuta (AD/ART) atau Kode Etik anggaran public Atau sejenisnya 3. CSO di tingkat propinsi dan kabupaten mendapatkan pelatihan mengenai PFM (Public Finance Management)
- 500 pegiat CSO di 5 propinsi dan - Daftar kegiatan peningkatan Training belum 20 kabupaten/kota kapasitas CSO yang dilaksanakan di Periode ini. mendapatkan pelatihan tentang dilaksanakan. anggaran daerah dan - Daftar peserta yang mengikuti pemantauan anggaran daerah. kegiatan-kegiatan - Meningkatnya kapasitas pegiat peningkatan kapasitas CSO CSO mengenai PFM yang terpilah antara laki-laki dan perempuan dan representasi stakeholder. - Pretest dan post test
4. Laporan Pelaksanaan Survey Citizen Report Cards yang siap didiseminasikan
- 500 pegiatan CSO yang - Laporan hasil CRC, yang mengikuti pelatihan CRC. meliputi: metode, instrument - Pelaksanaan CRC oleh CSO lokal survey, hasil analisis dan di 20 Kabupaten/Kota dan 5 rekomendasi. propinsi di daerah lokasi - Bahan expose yang berisi program. temuan-temuan penting dan rekomendasi perbaikan.
- Kegiatan yang berkaitan dengan output ini belum dilaksanakan. Direncanakan pada pada semester 2.
5. Publikasi dan distribusi buku saku “Mari Membaca APBD” dan poster yang terdistribusi di kalangan CSO di daerah program AIPD
- 5000 eksemplar poster dan 5000 - Produk Poster dan buku saku eksemplar buku saku yang - Laporan distribusi poster dan terdistribusikan ke stakeholder buku saku. daerah. - daftar penerima publikasi - Terbitnya 5000 eksemplar dan yang terpilah berdasarkan terdistribusikannya publikasi gender dan representasi dalam bentuk poster dan buku stakeholder. saku ke stkeholder yang tepat.
- Kegiatan yang berkaitan dengan output ini belum dilaksanakan.
49
50