Tor Konsultan Untuk Mapping CSO Latar belakang
Estimasi insidensi TB di Indonesia pada tahun 2013 adalah 185/100,000 penduduk dengan perkiraan angka kematian adalah 27/100,000 penduduk, sedangkan estimasi prevalensi TB adalah 281/100,000 penduduk. Total jumlah kasus TB yang dicatat pada 2011 adalah 321,308 kasus dan perkiraan jumlah kasus MDR adalah 6,620 per tahun dengan kasus yang dicatat sebanyak 383 (0,12%) di tahun 2011. Prevalensi HIV dalam pasien TB yang dilaporkan sebanyak 3,3%. Indonesia masih menjadi salah satu Negara dengan beban TB terbesar di dunia dan diperkirakan terdapat 52 kasus baru ditemukan serta 8 orang meninggal akibat TB setiap jamnya. Sehubungan dengan hal tersebut, sangat penting mendorong program pengendalian TB nasional menjadi bagian utama dalam sistem pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai target MDG’S secara global. Banyak hal yang dibutuhkan untuk mencapai target nasional dalam akses universal dan tidak ada kematian akibat infeksi TB di tahun 2035. Beberapa tahun terakhir, angka penemuan kasus TB di Indonesia mencapai 69% per tahun, hal ini menunjukkan bahwa masih ada kasus yang belum ditemukan, diobati dan dilaporkan. Diperlukan kerjasama yang baik antara pemerintah, sector swasta dan CSO (Lembaga Swadaya Masyarakat) . Peran Masyarakat dan Lembaga swadaya Masyarakat adalah sangat penting dalam penemuan kasus baru, pengobatan dan dukungan terhadap pasien. Beberapa hal berikut ini adalah peran masyarakat dan lembaga swadaya masyarakt dalam pengendalian TB: penemuan kasus TB, kontak investigasi, memberikan dukungan terhadap kepatuhan pasien serta pemberdayaan Pasien agar Hak-hak pasien seperti yang terdapat dalam Piagam Hak dan Kewajiban Pasien dapat terlaksana. Berdasarkan data Pemetaan CSO pengendalian Subdit TB, Kementrian Kesehatan tahun 2012, di Indonesia terdapat 32 lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dalam pengendalian TB. Sebagian merupakan organisasi yang berbasis keagamaan yang memiliki jaringan dari nasional sampai tingkat Kelurahan dan sebagian yang lainnya hanya bersifat perkumpulan kelompok peduli TB yang hanya bekerja untuk area kecil di wilayah kabupaten, salah satunya adalah Paguyuban pasien TB di Jember, misalnya. Tahun 2012-2015, ditandai dengan perkembangan baru dalam lembaga swadaya masyarakat, terutama dengan munculnya 7 organisasi pasien TB MDR di Indonesia. Bahkan salah satu organisasi pasien tersebut mampu menempatkan berhasil menempatkan representativenya dalam Country Coordinating Mechanism Global Fund Indonesia (CCM GF). Hal lainnya adalah Lembaga swadaya masyarakat yang memiliki banyak sumber daya dan pendapatan dan bekerja dalam isu kesehatan untuk orang miskin, perempuan dan anak tetapi tidak memasukan program TB dalam program kerjanya. Misalnya CSO yang bekerja di Issue HIV tetapi tidak memasukan program TB dalam programnya. Pada kenyataannya 40% kasus kematian pada ODHA (Orang dengan HIVAIDS) disebabkan oleh Infeksi TB. Dalam rangka memaksimalkan Peran dari semua lembaga swadaya masyarakat dalam pengendalian TB, maka akan dilakukan mapping kapasitas Organisasi dan manajemen program CSO. Mapping diharapkan mampu memetakan kapasitas CSO secara detail: berdasarkan kapasitas Organisasi ( Bentuk dan cakupan wilayah organisasi, Rencana Strategis, rencana kerja jangka panjang dan jangka pendek, struktur organisasi, Kapasitas kepengurusan, akuntabilitas pelaporan) dan manajemen program (bentuk
Tor Konsultan Untuk Mapping CSO program, lama menjalankan program, besaran pendanaan, kegiatan yang dilakukan, wilayah kerja, kegiatan, dll). Dengan Pemetaan ini diharapkan akan bisa menjadi dasar bagi NTP dan CTB dalam mengembangkan strategi pelibatan Lembaga swadaya masyarakat dalam pengendalian TB, terutama dalam memaksimalkan peran CSO dalam pemberdayaan pasien, penemuan kasus baru, kontak investigasi, dan dukungan terhadap pasien TB serta dapat memepengaruhi pemerintah dalam mengalokasikan porsi pendanaan yang lebih besar untuk penanggulangan TB di Indonesia.
Kegiatan (36 hari efektif) 1. Penyusunan Alat Bantu untuk mapping (5 Hari) Konsultan diharapkan dapat mengumpulkan studi kepustakaan dan “based evidence” terkait pemetaan CSO yang pernah dilakukan baik di Indonesia ataupun di negara lain, dengan fokus pada pemetaan kapasitas CSO, berdasarkan kapasitas Organisasi ( Bentuk dan cakupan wilayah organisasi, Rencana Strategis, rencana kerja jangka panjang dan jangka pendek, struktur organisasi, Kapasitas kepengurusan, akuntabilitas pelaporan) dan manajemen program (bentuk program, lama menjalankan program, besaran pendanaan, kegiatan yang dilakukan, wilayah kerja, kegiatan, dll). Berdasarkan studi kepustakaan tersebut, Konsultan kemudian menyusun alat bantu yang akan digunakan dalam mapping dengan mendiskusikan terlebih dahulu dengan KNCV dan NTP. Alat bantu yang telah disepakati akan digunakan sebagai dasar bagi konsultan dalam melakukan pemetaan kapasitas CSO. 2. Kunjungan ke 5 Provinsi intensified CTB selama 4 hari Konsultan utama dan konsultan pembantu akan melakukan kunjungan ke Provinsi Intensified CTB yaitu; DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatera Utara selama 4 hari efektif untuk melakukan:
A. Pertemuan Mapping CSO di Provinsi terpilih ( 1 hari) Konsultan bekerjasama dengan KNCV di provinsi dan Dinas kesehatan setempat akan merencanakan dan melaksanakan pertemuan stakeholder ditingkat provinsi untuk pemetaan CSO. Pendanaan pertemuan ini terdapat di KNCV Provinsi B. Interview mendalam dengan stakeholder di Provinsi terpilih (3 hari). Konsultan melakukan interview untuk assestment terhadap stakeholder terkait di tingkat provinsi dengan fokus utama pada kota/kabupaten intesif. 3. Analisa data hasil pertemuan dan Interview ( 5 Hari) 4. Workhop desiminasi hasil mapping CSO di Nasional (4 hari) 5. Laporan Final ke NTP dan CTB ( 1hari)
Tor Konsultan Untuk Mapping CSO
Output 1. Adanya pemetaan kapasitas CSO secara detail: berdasarkan kapasitas Organisasi ( Bentuk dan cakupan wilayah organisasi, Rencana Strategis, rencana kerja jangka panjang dan jangka pendek, struktur organisasi, Kapasitas kepengurusan, akuntabilitas pelaporan, Ketersedian tenaga dan waktu utk kegiatan social, sumber pendanaan, besaran sumber budget mandiri organisasi) dan manajemen program (bentuk program, lama menjalankan program, besaran pendanaan, kegiatan yang dilakukan, wilayah kerja, kegiatan terkait CI dan ICF sebelumnya, Training Tb yang pernah dilakukan, dll). 2. Teridentifikasi CSO-CSO yang memiliki kemampuan untuk memberikan dukungan tekhnis, implementasi di lapangan, advocator, dll 3. Adanya Rekomendasi terkait pengembangan strategi pelibatan CSO dalam Penemuan kasus baru, dukungan dan pengobatan Pasien TB MDR 4. Adanya rekomendasi terkait pelibatan CSO dalam pemberdayaan organisasi pasien di Indonesia Peran dan Kriteria Kegiatan bantuan tekhnis ini akan dilaksanakan oleh team konsultan yang terdiri dari: konsultan utama dan konsultan pendamping yang bertanggungjawab penuh terhadap semua kegiatan pemetaan CSO yang dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:
Memiliki pengetahuan yang baik tentang system kesehatan di Indonesia
Memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam pelibatan CSO dalam bidang kesehatan, terutama untuk isu TB dan atau HIV
Pernah melakukan mapping kapasitas CSO lebih diutamakan
Memiliki kemampuan berbahasa inggris yang baik
Memiliki kemampuan dalam mengoperasikan computer: Microsoft, Words, Excell, powerpoint, dll
Konsultan Utama Peran 1. Melakukan koordinasi dengan team Konsultan 2. Bertanggungjawab terhadap pencapaian semua ouput kegiatan Persyaratan
Lulusan S2 di Bidang kesehatan, sosial,
Memiliki pengalaman dalam penguatan organisasi berbasis masyarakat lebih diutamakan
Memiliki pengalaman dalam pelibatan organisasi berbasis masyarakat di bidang TB dan HIV
Tor Konsultan Untuk Mapping CSO
Memiliki pengalaman bekerja dengan pemerintah, CSO dan organisasi pasien
Berpengalaman dalam memfasilitasi Workshop, training dengan skill komunikasi yang bagus
Berpengalaman sebagai pemimpin sebuah team dalam organisasi
Memiliki kemampuan analisa yang bagus.
Consultan pembantu Peran:
Membantu Konsultan utama dalam melakukan merumuskan hasil mapping Membantu konsultan utama dalam mengadakan pertemuan dan interview Membantu Konsultan utama dalam mencapai output kegiatan
Persyaratan: Minimum lulusan S1 Kesehatan masyarakat atau ilmu sosial Paling sedikit berpengalaman selama 1 tahun dalam pelibatan CSO untuk issue kesehatan. Berpengalaman sebagai fasilitator pertemuan dan diskusi Berpengalaman dalam melakukan interview. Berpengalaman bekerja dengan pemerintah, CSO dan organisasi pasien lebih diutamakan Waktu Pelaksanaan Kegiatan akan dimulai 15 Agustus 2015- 15 Oktober 2015 Tempat CTB AREA Budget Kegiatan ……….
Mekanisme Pembayaran. 1. Pembayaran dilakukan dilakukan per output dari kegiatan di saat output kegiatan I dan 2 selesai pembayaran sebesar 15 % 2. Pembayaran ke II dilakukan saat telah tersusun output kegiatan 3 ,4 dan 5 selesai dilakukan pembayaran 50 % 3. Pembayaran ke III dilakukan saat telah ada output ke 6 dan 7 selesai dilakukan pembayaran 35 %
Tor Konsultan Untuk Mapping CSO