MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
KAK/TOR PER KELUARAN KEGIATAN HASIL KAJIAN/PENELITIAN PENGUASAAN TEKNOLOGI INDUSTRI
Kementerian Negara/Lembaga
: KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
Unit Eselon I
: BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI (BPKIMI)
Program
: Pengkajian Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri
Hasil
: -
Unit Eselon II/Satker
: Balai Riset dan Standardisasi Industri Samarinda
Kegiatan
: Riset dan Standardisasi Industri
Indikator Kinerja Kegiatan
: Terselenggaranya Riset dan Standardisasi Bidang Industri
Satuan Ukur dan Jenis Keluaran : Hasil Litbang dan Hasil Kajian/Penelitian Penguasaan Teknologi Industri Volume
: 6 (enam) Hasil Litbang
A. Latar Belakang 1. Dasar Hukum Pelaksanaan penelitian dan pengembangan teknologi industri di bidang bahan baku,
bahan
penolong,
proses,
peralatan/mesin,
dan
hasil
produk,
serta
penanggulangan pencemaran industri.
2. Gambaran Umum Singkat Balai Riset dan Standardisasi Industri Samarinda dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsi penyiapan teknologi bahan proses dan standardisasi, melakukan berbagai riset teknologi. Hasil-hasil riset ini diharapkan dapat menghasilkan teknologi yang dapat membantu dan diterapkan pada industri, khususnya dalam peningkatan daya saing melalui efisiensi dan inovasi teknologi.
Kalimantan Timur telah ditetapkan sebagai klaster industri oleo chemical dan industri yang berbasis kondensat. Dengan ditetapkan klaster industri daerah ini, menjadi acuan tema-tema riset yang akan dilakukan dan inovasi teknologi yang akan dikembangkan. Untuk tahun 2015 Baristand Industri Samarinda, menetapkan 6 (enam) judul penelitian. Dibandingakan tahun 2014 penelitan di Baristand Industri Samarinda jumlah tetap sama .
PENELITIAN YANG AKAN DILAKSANAKAN PADA TAHUN 2015 No 011 1
2
Judul Kegiatan
Latar Belakang
Penelitian Produk / Teknik Produksi Pemanfaaatn Ekstrak Tanaman tahongai (Kleinhovia hospital Linn.) digunakan oleh Tahongai (Kleinhovia masyarakat untuk pengobantan penyakit kuning/liver. Menurut hospital Linn.) sebagai Arun dan Kusuma daun Tahongai mengandung senyawa aktif pangan fungsional berupa Eleutherol dan Kaemperol 3-glukosida-6-metoksi kumarin antioksidan (sikloletin) mampu membrikan efek antihipertensi, anti inflansi dan anti alergi serta prostaglandin synthetase yang merupakan senyawa asam lemak. Daun tahongai telah dibuat dalam bentuk the celup yang memiliki tiga fungsi utama yaitu sebagai obat herbal. Karena kandungan yang dimiliki oleh daun tahongai, maka pengembangan produk fungsional masih memungkinkan. Salah satunya sebagai pangan fungsional dengan fungsi tersier, yaitu memiliki fungsi untuk menjaga kesehatan, mengurangi terjadinya suatu penyakit dan menjaga metabolism tubuh. Pemanfaatan Ekstrak Buah Karamunting (Rhodomyrtus tomentosa) Sebagai Bahan Pengembang Alami Pada Produk Pangan
Seiring dengan perubahan zaman maka semakin pesat pula perkembangan industry dan teknologi pangan. Seiring waktu, tuntutan agar industry pangan berkembang ke arah yang lebih baik terus meningkat. Industri pangan dituntut menghasilkan berbagai macam produk pangan yang sarat akan nilai gizi serta aman untuk dikonsumsi. Pada proses produksi produk pangan, biasanya mengunakan bahan-bahan tambahan pangan (BTP). Penambahan BTP ini bertujuan untuk memperbaiki penampakan, cita rasa, tekstur, warna dan memperpanjang umur simpan suatu produk pangan. Ada banyak jenis bahan tambahan pangan yang digunakan dalam industry. Menurut peraturan Kepala BPOM nomor 33 tahun 2013 tentang Bahan Tambahn Pangan, terdapat 27 golongan bahan tambahan pangan yang diizinkan digunakan pada produk pangan. Salah satu golongan BTP tersebut adalah bahan pengembang pangan (raising agent). Pengembang (raising agent) adalah bahan tambahan pangan berupa senyawa tunggal atau campuran untuk melepaskan gas sehingga meningkatkan volume adonan (BPOM, 2013). Terdapat 9 jenis BTP pengembang yaitu natrium karbonat, kalium hydrogen karbonat, natrium hydrogen karbonat, ammonium karbonat ammonium hydrogen
Tujuan
Keluaran
Tahapan
Mengetahui teknologi pembuatan pangan fungsional dari tumbuhan Tahongai menjadi minuman dalam bentuk instan dan sirup.
Minuman bubuk instan dan sirup tahongai
Pembuatan Ekstraksi tahongai untuk minuman instan & sirup, Pembuatan minuman instan & sirup, Pengujian minuman instan & sirup, Tabulasi dan Analisis Data
Mengetahui komponen bioaktif dan senyawasenyawa kimia pada buah karamunting (Rhodomyrtus tomentosa) yang dapat digunakan sebagai bahan baku pengembang pangan alami pada produk pangan. .
Pengembang kue
Studi literatur, survei dan studi banding, pengadaan bahan, rancangan pelaksanaan, pelaksanaan penelitian, pengujian produk,tabelisasi dan analisis, penyusunan laporan.
No
Judul Kegiatan
Latar Belakang karbonat, natrium alumunium fosfta, glukono delta lakton, dekstrin dan pati asetat. Secara umum masyarakat mengenal jenis pengembang yaitu soda kue dan baking powder. Bahan pengembang yang beredar pada saat ini kebanyakan merupakan bahan pengembang sintetis menggunakan bahan-bahan kimia.Dengan semakin meningkatnya perhatian masyarakat terhadap penggunaan bahan-bahan sintetis pada produk-produk pangan, maka hal ini membuka peluang dikembangkannya bahanbahan pengembang alami. Salah satu bahan pengembang alami yang dipakai oleh masyarakat adalah buah karamunting (Rhodomyrtus tomentosa). Karamunting (Rhodomyrtus tomentosa) adalah salah satu tumbuhan obat yang sering digunakan oleh masyarakat. Tumbuhan ini termasuk ke dalam famili Myrtaceae dan mempunyai nama internasional Rosemyrle. Secara tradisional, daun tumbuhan ini digunakan untuk mengobati luka, kudis, sakit perut, diare, sakit kepala, mencegah infeksi dan pendarahan setelah melahirkan (Burkill, 1966). Buahnya digunakan sebagai antibisa dan obat diare. Sari akarnya digunakan untuk mengobati sakit jantung, mengurangi rasa sakit setelah melahirkan, obat diare, infeksi kulit dan untuk perawatan bekas luka pada kornea mata (Burkill, 1966; Bailey, 1930). Ekstrak daun karamunting mengandung senyawa aleuron, tannin, katekol, alkaloid dan saponin (Sutomo, 2012). Menurut Liu et al., (2012), buah karamunting mengandung 5 komponen anthocyanin yaitu delphinidin-3-glucoside, cyaniding-3-glucoside, peonidin-3glucosyde, petunidin-3-glucoside dan malvidin-3 glucoside. Di Vietnam buah karamunting digunakan dalam proses pembuataan sejenis minuman anggur yang disebut “ru’qu sim”. Sedangkan di Indonesia secara tradisional buah karamunting biasanya dikonsumsi langsung dan sebagian kecil memanfaatkannya sebagai bahan pengembang pada adonan kue. Berdasarkan informasi penggunaan secara tradisional sebagai bahan pengembang makanan, maka diduga buah karamunting mengandung bahan baku pengembang pangan. Oleh karena itu membuka peluang dilakukannya penelitian buah karamunting sebagai bahan pengembang dan pewarna pangan alami.
Tujuan
Keluaran
Tahapan
No
Judul Kegiatan
Latar Belakang
Tujuan
3
Pemanfaatan Fraksi Padat Hasil Samping Minyak Sawit Sebagai Edible Coating
Dalam 20 tahun terakhir, bahan kemasan yang berasal dari polimer petrokimia atau yang lebih dikenal dengan plastik, merupakan bahan kemasan yang paling banyak digunakan termasuk penggunaan wax/paraffin/lilin sebagai coating dari jenis Fully Refined Wax (FRW). Hal ini disebabkan karena berbagai keunggulan plastik seperti fleksibel,mudah dibentuk, transparan, tidak mudah pecah dan harganya yang relatif murah. Namun ternyata, polimer kemasan dari petrokimia tersebut juga mempunyai berbagai kelemahan, yaitu sifatnya yang tidak tahan panas, mudah robek dan yang paling penting adalah dapat menyebabkan kontaminasi melalui transmisi monomernya ke bahan yang dikemas. Di samping berbahaya bagi tubuh, kemasan dari petrokimia termasuk bahan yang tidak dapat diperbaharui (renewable). Pengolahan CPO menghasilkan produk minyak sawit padat (RBD Stearin) dan minyak sawit cair (RBD Olein). Secara keseluruhan proses penyulingan minyak sawit tersebut dapat menghasilkan 73% olein, 21% stearin, 5% PFAD ( Palm Fatty Acid Distillate) dan 0.5% buangan. Pada pembuatan minyak goreng akan dihasilkan produk samping RBD stearin yang digunakan untuk margarin dan shortening, disamping untuk bahan baku industri sabun, deterjen dan lilin. Palm Stearin (stearin sawit) bersifat padat pada suhu ruang, sering dianggap sebagai “hasil-samping” dari olein sawit. Karena itu stearin sawit umumnya mempunyai harga yang lebih rendah dibandingkan harga olein atau pun minyak sawit itu sendiri. Stearin sawit merupakan ingridien penting sebagai komponen lemak keras (hard fat) untuk berbagai produk seperti shortening, pastry dan margarin untuk produk bakery (Hariyadi, 2010) Hidrokoloid yang digunakan dalam pembuatan edible film berupa protein atau polisakarida. Bahan dasar protein dapat berasal dari jagung, kedele, wheat gluten, kasein, kolagen , gelatin, corn zein, protein susu dan protein ikan (Gioia and Guilbert, 1999). Gelatin adalah derivat protein dari serat kolagen yang ada pada kulit, tulang, dan tulang rawan. Susunan asam aminonya hampir mirip dengan kolagen, dimanaglisin sebagai asam amino utama dan merupakan 2/3 dari seluruh asam amino yang menyusunnya, 1/3 asam amino yang tersisa diisi oleh prolin dan hidroksiprolin(Chaplin, 2005).
Memanfaatkan hasil samping pengolahan minyak sawit berupa fraksi padat (stearin) sehingga diperoleh edible coating yang biodegradable.
Keluaran Edible coating
Tahapan Studi literatur, survei dan studi banding, pengadaan bahan, rancangan pelaksanaan, pelaksanaan penelitian, pengujian produk,tabelisasi dan analisis, penyusunan laporan.
No
Judul Kegiatan
Latar Belakang Edible film adalah lapisan tipis yang terbuat dari bahan yang dapat dimakan, dibentuk melapisi produk (coating) atau diletakkan diantara komponen produk yang berfungsi sebagai penghalang terhadap perpindahan massa (misalnya uap air, gas, zat terlarut, cahaya) dan untuk meningkatkan penanganan suatu makanan (Ahmed et.al.,2008). Bahan dasar pembuatan edible coating dapat digolongkan dalam 3 (tiga) kelompok yaitu hidrokoloid (protein dan karbohidrat), lemak (asam lemak dan wax), dan campuran (hidrokoloid dan lemak). Lemak yang umum digunakan adalah lilin alam (beeswax, carnauba wax, paraffin wax), asam lemak (asam oleat dan asam laurat), emulsifier (asetil monogliserid, gliserin)(Garnida, 2006). Keprihatinan atas pencemaran lingkungan dari bahan kemasan bersumber petrokimia menyebabkan penelitian diarahkan ke dalam coating yang dapat dimakan atau biodegradable untuk kemasan makanan umum dan coating yang dapat digunakan untuk melapisi buah segar untuk mengendalikan laju respirasi, diantaranya adalah penggunaan fraksi padat dari minyak sawit yang termasuk bahan renewable.
Tujuan
Keluaran
Tahapan
No
Judul Kegiatan
Latar Belakang
Tujuan
Keluaran
Tahapan
4
Pemanfaatan Limbah Padat Serat Kelapa Sawit Sebagai Alternatif Bahan Pengganti Serat Sintetis
Menurut Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup RI (2006) sumber daya alam adalah adalah kesatuan tanah, air, dan ruang udara, termasuk kekayaan alam yang ada di atas dan di dalamnya yang merupakan hasil proses alamiah baik hayati maupun nonhayati, terbarukan dan tidak terbarukan, sebagai fungsi kehidupan yang meliputi fungsi ekonomi, sosial, dan lingkungan. Salah satu sumber daya alam yang memiliki prospek untuk dimanfaatkan adalah sumber daya alam hayati, termasuk didalamnya adalah kelapa sawit. Secara umum sumber daya alam diklasifikasikan atas sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui (non renewable resources) dan sumber daya alam yang dapat diperbarui (renewable resources). Sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui atau sumberdaya stok atau bersifat exhaustible seperti logam, minyak bumi, mineral, dan gas adalah sumberdaya dengan supply terbatas. Sedangkan Sumberdaya yang dapat diperbarui atau disebut juga sebagai “flow”, yakni sumberdaya yang supply-nya dapat mengalami regenerasi secara terus menerus baik secara biologi maupun bukan melalui proses biologi. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi unggulan dari sector pertanian dan berperan strategis dalam perekonomian nasional. Salah satu hasil olahan kelapa sawit adalah minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO). Hingga saat ini produk turunan CPO yang telah teridentifikasi sebanyak 23 jenis produk turunan. Dan dengan pengolahan CPO dalam berbagai produk turunan akan memberikan nilai tambah yang lebih besar bagi negara. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional menetapkan bahwa industri berbasis minyak sawit mentah sebagai prioritas untuk dikembangkan ke arah yang mempunyai nilai tambah lebih tinggi dimana yang pengembangannya dapat dilakukan dengan pendekatan klaster. Oleh karena itu dalam rangka pengembangangnya perlu didukung oleh seluruh pemangku kepentingan mulai dari budidaya, proses produksi dan pemasaran. Upaya ini perlu didukung oleh lembaga terkait dan salah satunya adalah lembaga litbang. Sejalan itu pula maka rencana penelitian pemanfataan serat dari
Menghasilkan serat alami pengganti serat sintetis dengan kualitas yang lebih baik dan dapat digunakan pada berbagai komponen berbahan dasar serat.
Alternatif serat sintetis
Studi literatur, survei dan studi banding, pengadaan bahan, rancangan pelaksanaan, pelaksanaan penelitian, pengujian produk,tabelisasi dan analisis, penyusunan laporan.
No
Judul Kegiatan
Latar Belakang
Tujuan
Keluaran
Tahapan
1)Merancang sistem informasi manajemen proek untuk pengelolaan laboratorium 17025 Balai, 2)Pembuatan
Arsitektur & Prototipe Sistem Informasi Manajemen Proyek untuk Pengelolaan
Studi literatur, survei dan studi banding, pengadaan bahan, rancangan pelaksanaan, pelaksanaan penelitian, pengujian
limbah hasil pengolahan kelapa sawit menjadi CPO dilaksanakan untuk menunjang program pemerintah khususnya di Kalimantan Timur untuk menyukseskan program pemerintah khususnya industri berwawasan lingkungan. Sebagaimana diamanatkan dalan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang mengamanatkan adanya penggunaan sumber daya alam harus selaras, serasi, dan seimbang dengan fungsi lingkungan dan menghasilkan produk yang bermanfaat bagi masyarakat tanpa menyebabkan kerusakan lingkungan.
5
Perancangan Sistem Informasi Manajemen Proyek untuk Pengelolaan Laboratorium 17025 Baristand Industri Samarinda
Balai Riset dan Standardisasi (Baristand) Industri Samarinda adalah salah satu unit kerja dari Kementerian Perindustrian di daerah, salah satu tupoksi dari balai adalah melakukan pelayanan publik. Beberapa layanan publik yang disediakan oleh balai bersifat profit dan non profit, hal ini menjadi konflik tersendiri terutama dalam hal pengelolaan keuangan Negara. Selain itu sebagai lembaga publik Baristand juga menghadapi tuntutan untuk
No
Judul Kegiatan
Latar Belakang melakukan peningkatan kinerja yang terukur, padahal sumber daya yang dimiliki sangat terbatas, baik itu sumber daya manusia, mesin, metode, modal dan lain sebagainya. Secara sekilas pengelolaan balai adalah sesuatu yang komplek akan tetapi sangat dibatasi oleh pelbagai peraturan yang mengikat sesuai dengan fungsi balai sebagai lembaga layanan publik. Salah satu pengelolaan yang dilakukan dibalai adalah pengelolaan laboratorium 17065. Pengelolaan Laboratorium saat ini memiliki manajemen tersendiri dengan personel yang berasal dari pegawai Baristand Industri Samarinda. Saat ini jumlah klien tetap yang terikat kontrak dengan Balai adalah 125, dengan jumlah rata-rata pengujian pertahun 9000 sampel. Pengelolaan laboratorium yang memiliki jumlah klien dan jumlah pengujian sampel yang cukup banyak membuat pihak manajemen kesulitan untuk menentukan prioritas penyelesaian layanan. Sehingga kadang kala target penyelesaian layanan tidak dapat dicapai, hal ini tentunya menurunkan kepuasan klien dan kinerja balai sendiri. Untuk itu diperlukan sistem majemen proyek agar penyelesaian target pekerjaan dapat tercapai, sehingga kepuasan pelanggan bisa ditingkatkan dan juga kinerja balai menjadi lebih baik lagi. Penelitian ini bertujuan untuk merancang sistem majemen proyek pengelolaan laboratorium lingkungan 17065 Baristad Industri Samarinda. Guna mengefisiensikan sistem maka rancangan sistem selain untuk pengelolaan proyek di internal lingkungan Baristand juga dikaitkan dengan laporan kinerja di lingkungan kementerian perindustrian. Ada lima tahap perancangan yaitu: business modeling, data modeling, process modeling, architecture system dan evaluation. Perancangan yang terkait dengan laporan kinerja akan melakukan studi banding ke Pusdatin dan Biro Kepegawaian Kementerian Perindustrian, hal ini disebabkan karena mereka mengelola laporan kinerja dan framework yang digunakan adalah wisangeni. Framework wisangeni adalah framework yang khusus dikembangkan untuk pengembangan software yang digunakan di lingkungan Kementerian Perindustrian.
Tujuan prototype aplikasi sistem informasi maanjemen proyek berbasis web, menggunakan metodelogi RAD untuk pengembangan software, framework yang digunakan adalah wisangeni, bahasa pemograman dan database adalah PHP dan MySQL.
Keluaran
Tahapan
Laboratorium 17025
produk,tabelisasi dan analisis, penyusunan laporan.
No 6.
Judul Kegiatan Optimalisasi Proses Sterilisasi Media Jamur Tiram Putih Terhadap Mutu Bibit Yang Dihasilkan
Latar Belakang
Tujuan
Keluaran
Tahapan
Jamur tiram adalah jenis jamur kayu yang memiliki kandungan nutrisi lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur kayu lainnya. Jamur tiram mengandung protein, lemak, fospor, besi, thiamin dan riboflavin lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur lain. Jamur tiram mengandung 18 macam asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh manusia dan tidak mengandung kolesterol.
Mengingat proses sterilisasi yang telah dilakukan pada penelitian terdahulu alat sterilisasi belum menunjukkan performa yang optimal baik secara fisik maupun ekomois, sehingga dengan dilakukan penelitian diharapkan mendapatkan efisiensi waktu dan penggunaan bahan bakar yang efisien
Proses sterilisasi media jamur yang
Studi literatur, survei dan studi banding, pengadaan bahan, rancangan pelaksanaan, pelaksanaan penelitian, pengujian produk,tabelisasi dan analisis, penyusunan laporan.
Pada budidaya jamur tiram putih, media tanam yang umum digunakan oleh para petani jamur (baglog), merupakan campuran dari serbuk gergaji, bekatul, kapur, tepung jagung dan tepung tapioka yang dimasukkan ke dalam plastik dan dibentuk menyerupai potongan kayu gelondongan. Dalam komposisi ini serbuk gergaji dapat diganti dengan ampas tebu, jerami, atau bahan lain yang mengandung lignoselulosa (Suriawiria, 1986). Komposisi bahan ini antara satu daerah dengan daerah lain akan berbeda tergantung dengan kemudahan cara mendapatkannya (Satriyanto, 2013). Cara membuat media tanam adalah dengan mencampur semua bahan, kemuadian ditambah air hingga kandungan airnya 60% dan dimasukan kedalam baglag, Sambil dilalukan pemadatan pada media. Setelah selesai membuat baglog (media tanam),langkah yang harus kita lakukan selanjutnya adalah sterilisasi Menurut Suriawiria (2002), sterilisasi bertujuan untuk mencegah pertumbuhan semua jasad hidup yang berada dalam baglog (yang terbawa bersama bahan baku), yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur yang ditanam. Sterilisasi baglog dilakukan dengan menggunakan uap air panas bertekanan tinggi, yaitu pada temperatur air sekitar 100 ºC dan tekanan 2 – 3 atm (Suriawiria, 2002). Untuk mengatasi kerugian yang diakibatkan oleh tingginya nilai kontaminasi jamur liar, telah dibuat alat sterilisasi (Rekayasa Alat Proses Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih, kegiatan penelitian 2013) yang terdiri dari dua buah bejana yaitu boiler dan sterilisator. Boiler adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air sampai terbentuk air panas atau steam. Air panas atau steam pada tekanan tertentu kemudian digunakan untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Sterilisator atau autoklaf adalah alat pemanas tertutup yang digunakan untuk
No
Judul Kegiatan
Latar Belakang mensterilisasi suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi (1210C, 15 lbf/in2) selama kurang lebih 15 menit Penurunan tekanan pada autoklaf tidak dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme, melainkan meningkatkan suhu dalam autoklaf. Suhu yang tinggi inilah yang akan membunuh microorganisme. Teknis pengukusan untuk menghasilkan uap panas pada boiler menggunakan bahan bakar ; kayu bakar, minyak tanah atau LPG. Dari hasil penelitian terdahulu perlu dilakukan kajian perporman alat sterilisasi tersebut. Rencana penelitain yang dilakukan menggunakan bahan bakar LPG mencoba membandingkan sterilisasi media jamur tiram dengan menggunakan waktu proses sterilisasi 3 jam, 5 jam, dan 7 jam, pengukuran lama pendidihan air dan efisiensi penggunaan bahan bakar. Hasil penelitain ini di harapkan dapat memberikan manfaat dan informasi kepada petani tentang efisiensi waktu sterilisasi media tumbuh jamur tiram terhadap mutu bibit (baglog) yang dihasilkan.
Tujuan
Keluaran
Tahapan
PENELITIAN YANG SEDANG DILAKSANAKAN PADA TAHUN 2014 No 011 1
Judul Kegiatan
Latar Belakang
Penelitian Produk / Teknik Produksi Penggunaan Bahan Pada penelitian ini akan dilakukan mikroenkapsulasi dengan Penyalut Dan Kondisi Spray metode spray drying. Bahan penyalut yang akan digunakan Drying Terhadap Kualitas adalah maltodekstrin dan natrium kaseinat. Maltodekstrin memiliki Mikroenkapsulasi Ekstrak kemampuan ketahanan oksidasi yang tinggi, mudah diperoleh dan Bawang Tiwai terjangkau dari segi biaya (Desmawarni, 2007). Natrium kaseinat Sebagai Bahan Pengawet adalah salah satu jenis protein susu yang potensial sebagai bahan Pangan penyalut. Keungulan bahan ini yaitu emulsifikasinya yang sangat baik sehingga bahan aktif dapat tersaluti lebih baik di dalam bahan penyalut (Desmawarni, 2007). Selain bahan penyalut mikroenkapsulasi juga dipengaruhi oleh kondisi spray drying (suhu inlet dan laju alir umpan). Ketidaksesuaian suhu inlet dan laju alir umpan dengan kestabilan bahan penyalut terhadap panas dapat menyebabkan penurunan retensi dan kerusakan struktur mikrokapsul.
Tujuan Melakukan mikroenkapsulasi ekstrak bawang tiwai dengan 2 (dua) bahan penyalut dan kondisi spray drying. Memperoleh bahan penyalut dan kondisi spray drying yang terbaik dalam proses mikroenkapsulasi ekstrak bawang tiwai sebagai bahan pengawet pangan
Keluaran Bahan Penyalut
Tahapan
Pembuatan Ekstraksi Bawang Tiwai Penentuan komposisi penyalut dan konsentrasi bahan penyalut Penentuan kondisi spray drying Mikroenkapsulasi dengan variasi komposisi bahan penyalut Pengaruh kondisi pengeringan (spray drying) terhadap mikrokapsul berkomposisi bahan penyalut terpilih Rancangan Percobaan dan Analisa Data Pengujian mikroenkapsulat Tabulasi dan
No
Judul Kegiatan
Latar Belakang
Tujuan
Keluaran
Tahapan Analisis Data
2
Pemanfaatan Ekstrak Rosella (Hibiscus Sabdarifa Linn) pada Pembuatan Permen Jelly Rumput Laut (Eucheuma cottonii )
Rosella (Hibiscus sabdarifa L) merupakan tanaman herba tahunan yang termasuk dalam anggota family Malvaceae. Rosella di Indonesia lebih banyak digunakan untuk bahan makanan dan minuman kesehatan. Selain rasanya yang enak, kelopak bunga rosella memiliki efek farmakologis seperti diuretic (melancarkan air seni), onthelmintic (membasmi cacing), antibakteri, antiseptik, antiradang, menurunkan panas meluruhkan dahak, menurunkan tekanan darah, mengurangi kekentalan darah dan menstimulasi gerak peristaltic usus (www.respiratory.usu.ac.id, 2012). Besarnya khasiat bunga rosella ini tidak terlepas dari kompoisisi kimia dalam kelopak bunga rosella. Kelopak bunga rosella mengandung campuran asam sitrat dan asam malat 13%, vitamin C (214,68 mg/100g bahan), kalsium (486 mg/100g), fosfor (60 mg/100g), betakaroten (285 mg/100g), besi, thiamin, riboflavin dan niasin (Depkes RI No.Spp.1065/35.15/05). Zat aktif yang berperan dalam kelopak bunga rosella meliputi gossypetin, antosianin dan glucosidehibiscin. Antosianin merupakan pigemn alami yang member warna merah pada seduhan kelopak bunga rosella dan bersifat sebagai antioksidan. Selain itu terdapat pula 18 asam amino termasuk argini dan leginin yang berperan dalam peremajaan sel tubuh. Rumput laut merupakan salah satu komoditas ekspor hasil perikanan yang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pemanfaatan rumput laut sendiri sangat luas dalam berbagai industry diantaranya industry makanan, farmasi, kosmetik dan pakan ternak (Mc.Hugh, 2003). Di provinsi Kaltim sendiri rumput laut Eucheuma cotonii telah banyak dimanfaatkan untuk industry makanan dan minuman. Pada tahun 2013 telah dilakukan penelitian pemanfaatan rumput laut Eucheuma cottonii sebagai permen jelly dengan penambahan pectin dan gelatin. Permen jelly merupakan produk olahan bertesktrur lunak, yang diproses sedemikian rupa dan biasanya dicampur dengan lemak, gelatin, emulsifier dan lain-lain sehingga dihasilkan produk yang cukup keras untuk dibentuk namun cukup lunak untuk dikunyak
Mengetahui pengaruh penambahan ekstrak rosella (Hibiscus sabdarfifa L) dalam pembuatan permen jelly rumput laut Eucheuma cottonii sehingga dihasilkan permen jelly berkualitas baik yang berfungsi sebagai pangan fungsional.
Pengembang an Produk Permen Jelly Rumput Laut
Studi literatur, survei dan studi banding, pengadaan bahan, rancangan pelaksanaan, pelaksanaan penelitian, pengujian produk,tabelisasi dan analisis, penyusunan laporan.
No
3
Judul Kegiatan
Pemanfaatan limbah padat abu cangkang sawit dari boiler sebagai bahan pembuatan bata ringan
Latar Belakang
Tujuan
Keluaran
Tahapan
dalam mulut sehingga setelah adonan masak dapat langsung dibentuk dan dikemas dengan atau tanpa perlakuan aging (SNI, 2008) Dilihat dari kandungan nutrisi pada kelopak bunga rosella dan adanya kandungan pectin sebesar 3,19% yang berfungsi untuk memperbaiki tekstur pada pembuatan permen jelly serta telah dikembangkannya produk permen jelly dari rumput laut, maka perlu dilakukan penelitian pemanfaatn rosella pada pembuatan permen jelly rumput laut Eucheuma cottonii sehingga dihasilkan produk permen jelly yang dapat berfungsi sebagai pangan fungsional. Pada penelitian ini juga akan dilakukan studi banding ke Kota Malang dan Kota Yogyakarta, dengan tujuan untuk mengetahui jenis-jenis produk dari Rosella maupun produk olahan dari rumput laut yang ada di kedua kota tersebut. Selain itu dilakukan perjalanan ke kota Nunukan, untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi IKM dalam pengolahan rumput laut melihat besarnya potensi rumput laut di kota tersebut. Untuk pengambilan bahan baku rumput laut akan diperoleh dari Kota Bontang, selain itu akan dilakukan uji coba pembuatan permen jelly rosella rumput laut pada IKM yang ada di kota tersebut. Pemanfaatan cangkang sawit memiliki prospek yang sangat baik sebagai sumber energi minimal di industri pengolahan sawit sendiri. Dari ± 100 ton TBS yang diolah dihasilkan limbah padat berupa cangkang ± 20% dan serat ± 7%. Penanganan limbah padat tersebut saat ini hanya digunakan sebagai bahan bakar di boiler. Untuk penggunaan sebagai bahan bakar di boiler sebanyak ± 200 ton dapat menghasilkan ± 10 ton abu atau sekitar 5% (Sumber PT. REA KALTIM 2011). Berdasarkan potensi abu cangkang sawit yang dihasilkan dari pembakaran di boiler serta komposisi dan kandungan abu yang terdiri silika (SiO2) yang cukup tinggi sebesar 68,82%, alumina (Al2O3) 3,08% , Kalsium (CaO) 6,95% serta Magnesium (MgO) 4,35%, demikian pula dengan abu tandan kosong sawit CaO 6,95%. Memiliki prospek untuk dimanfaatkan sebagai bahan yang bernilai tinggi disamping itu pula dapat menjadi solusi pemanfaatan limbah padat sisa proses di industri (green industry) yang saat ini belum termanfaatkan secara maksimal.
Memanfaatkan limbah padat abu cangkang sawit sisa pembakaran diboiler sebagai bahan campuran pembuatan bata ringan sehingga dapat memberikan nilai tambah abu dalam bentuk produk bata ringan sekaligus dapat mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh limbah padat abu tersebut.
Produk batu bata ringan berbahan dasar limbah padat abu cangkang sawit.
Studi literatur, survei dan studi banding, pengadaan bahan, rancangan pelaksanaan, pelaksanaan penelitian, pengujian produk,tabelisasi dan analisis, penyusunan laporan.
No
4
Judul Kegiatan
Optimalisasi Proses Pemurnian Asap Cair dari Cangkang Sawit sebagai Bahan Antiseptik
Latar Belakang Kandungan silika dan kalsium serta alumina dalam abu cangkang sawit yang cukup tinggi sangat cocok dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan bata ringan. Bata ringan dibuat dari pasir kwarsa, semen, kapur, sedikit gypsum, air, dan alumunium pasta sebagai bahan pengembang selain itu pula berfungsi terhadap kekerasan beton (Hakiki, 2011). Saat ini kebutuhan penggunaan bata ringan cukup tinggi khususnya menggantikan bata merah dan batako, tidak hanya dipergunakan pada bangunan bertingkat, tapi sekarang juga mulai banyak dipergunakan pada bangunan berlantai satu, mengingat sulitnya mendapatkan batu bata konvensional. Keunggulan bata ringan dibandingkan bata merah dan batako adalah ringan, daya serap panas yang kecil, pemasangan yang cepat, serta daya serap air yang kecil serta ukuran yang lebih besar dari batu bata dan batako. Cangkang sawit selain mempunyai energi tinggi sekitar 4000 kKalori/kg biasa digunakan sebagai bahan bakar energy juga mengandung kelompok senyawa fungsional komponen aktif yang berperan sebagai bahan antiseptik (asam, fenol dan alkohol) yang mempunyai peranan penting dalam pengendalian aroma, mikroorganisme, pengobatan dan dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur (Pujilestari, Titik, 2010). Aktifitas produksi pabrik kelapa sawit menghasilkan limbah yang cukup besar terutama limbah padat berupa cangkang dan cangkang tersebut dapat dimanfaatkan untuk dibuat asap cair. Asap cair adalah merupakan campuran larutan dari dispersi asap kayu atau tempurung kelapa dalam air yang dibuat dengan mengkondensasikan asap cair hasil pirolisis (Darmaji ,dkk,1988) Asap cair tersebut mengandung kelompok senyawa fungsional (asam, fenol dan alcohol) yang mempunyai peranan penting dalam pengendalian aroma, mikroorganisme, pengobatan dan dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur. Asap cair dari cangkang sawit sebelum dilakukan proses pemurnian (tanpa perlakuan) mempunyai bau yang khas menyengat dan warna dari kuning kecoklatan sampai hitam, namun mempunyai daya hambat terhadap 3 jenis bakteri dengan kategori kuat (Fauziati, dkk, 2011). Asap cair (tanpa perlakuan) tidak dapat digunakan langsung
Tujuan
Keluaran
Tahapan
Melakukan proses pemurnian asap cair dengan berbagai proses sehingga dihasilkan asap cair yang mempunyai aroma tidak menyengat, warna jernih dan dapat mempertahankan daya hambat bakteri sehingga dapat digunakan sebagai bahan antiseptik dari berbagai produk .
Asap cair cangkang sawit yang dapat digunakan sebagai bahan antiseptik
Studi literatur, survei dan studi banding, pengadaan bahan, rancangan pelaksanaan, pelaksanaan penelitian, pengujian produk,tabelisasi dan analisis, penyusunan laporan.
No
Judul Kegiatan
Latar Belakang
Tujuan
Keluaran
Tahapan
sebagai bahan baku industri, baik sebagai antiseptik maupun sebagai pengawet, hal tersebut dikarenakan bau asap cair yang sangat menyengat dan warna yang dapat mengganggu penampilan dari produk yang dibuat. Asap cair hasil pemurnian yang telah dilakukan pada penelitian terdahulu yaitu pemanfaatan asap cair sebagai antiseptik pencuci tangan (Fauziati, 2012) belum memberikan hasil yang optimal pada produk antiseptik yang dihasilkan terutama dari segi aroma ,untuk itu itu pada penelitian ini dicoba untuk melakukan penelitian tentang Optimalisasi Proses Pemurnian Dari Cangkang Sawit Sebagai Bahan Antiseptik Pembersih Tangan. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan proses pemurnian asap cairi cangkang sawit dengan berbagai proses dan perlakuan pemurnian sehingga diperoleh produk asap cair sebagai bahan baku antiseptik yang memenuhi persyaratan seperti aroma, warna dan daya hambat terhadap bakteri. 5
Pebuatan Gelatin dari Limbah Tulang Ikan Industri Amplang
Kota Samarinda terkenal dengan potensi ikan dan produk olahannya yaitu amplang. Jenis ikan yang digunakan antara lain belida, tenggiri dan gabus. Pemanfaatan ikan pada pembuatan amplang tidak sepenuhnya dapat dimanfaatkan. Tulang ikan yang merupakan salah satu permasalahan limbah pada produksi amplang biasanya hanya dibuang dan belum ditangani secara maksimal. Rata rata limbah tulang ikan yang dihasilkan sekitar 20 persen dari berat ikan yang diolah. Gelatin adalah derivat protein dari serat kolagen yang ada pada kulit, tulang, dan tulang rawan. Susunan asam aminonya hampir mirip dengan kolagen, dimanaglisin sebagai asam amino utama dan merupakan 2/3 dari seluruh asam amino yang menyusunnya, 1/3 asam amino yang tersisa diisi oleh prolin dan hidroksiprolin(Chaplin, 2005). Asam-asam amino saling terikat melalui ikatan peptida membentuk gelatin. Gelatin yang terbuat dari tulang ikan sangat terjamin kehalalannya sedangkan gelatin yang terbuat dari tulang hewan mamalia masih diragukan kehalalannya misal dari jenis babi (Junianto, 2006). Selain itu, pemanfaatan tulang ikan sebagai bahan baku gelatin merupakan pengolahan bersih (cleaner production) dari pengolahan ikan. Produksi bersih
3)Memberi nilai lebih limbah tulang ikan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan gelatin. 4)Menyediakan gelatin produk dalam negeri yang halal dan membantu pemerintah untuk meningkatkan pendapatan bruto domestik dengan mengurangi impor gelatin. 5)Meminimalisasi limbah tulang ikan yang ada di
Gelatin tulang ikan
Studi literatur, survei dan studi banding, pengadaan bahan, rancangan pelaksanaan, pelaksanaan penelitian, pengujian produk,tabelisasi dan analisis, penyusunan laporan.
No
Judul Kegiatan
Latar Belakang
Tujuan
merupakan konsep pengolahan untuk mengurangi dampak terhadap pencemaran lingkungan. Produksi gelatin dari tulang ikan dapat membantu pemerintah dalam meningkatkan pendapatan domestik brutonya. Hal ini disebabkan untuk memenuhi kebutuhan gelatin dalam negeri selama ini masih mengimpor seluruhnya. Impor gelatin sejak tahun 2000 terus meningkat dan pada tahun 2003 telah mencapai 6.233 ton dengan nilai Rp. 69.622.370.000,-. Negara pemasok gelatine ke Indonesia tiga terbesar adalah China (3.877 ton), Jepang (969 ton) dan Perancis (278 ton). (Departemen Kelautan dan Perikanan dalam Abdullah, 2005). Gelatin terbagi menjadi dua tipe berdasarkan perbedaan proses pengolahannya, yaitu tipe A dan tipe B. Dalam pembuatan gelatin tipe A, bahan baku di beri perlakuan perendaman dalam larutan asam sehingga proses ini dikenal dengan sebutan proses asam. Sedangkan dalam pembuatan gelatin tipe B, perlakuan yang diaplikasikan adalah perlakuan basa. Proses ini disebut proses alkali (Utama, 1997). Bahan baku yang biasanya digunakan pada proses asam adalah tulang dan kulit babi, sedangkan bahan baku yang biasa digunakan pada proses basa adalah tulang dan kulit jangat sapi. Menurut Wiyono (2001), gelatin ikan dikatagorikan sebagai gelatin tipe A. Menurut Junianto (2006), limbah tulang ikan tuna yang mempunyai habitat di air asin menunjukan bahwa karakteristik gelatine yang dihasilkan memenuhi standar sebagai bahan baku farmasi. Tulang ikan yang merupakan limbah di industri amplang, belum banyak diketahui manfaatnya sebagai bahan baku gelatine. Di satu sisi perlunya penanganan limbah tulang ikan juga perlu mendapat perhatian agar tidak mencemari lingkungan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian pembuatan gelatin dari limbah tulang ikan di industri amplang. Banyaknya limbah tulang ikan yang dihasilkan pada industri amplang yaitu sekitar 20% dari berat ikan yang digunakan belum dimanfaatkan secara maksimal. Rata-rata kapasitas produksi amplang per hari untuk satu perusahaan adalah 100 kg, dengan penggunaan ikan sebanyak 50 kg. Dari total ikan yang digunakan menghasilkan limbah tulang ikan sebesar 10 kg. Apabila di
industri amplang (cleaner production). 6)Sebagai bahan informasi cara pembuatan gelatin dari limbah tulang ikan.
Keluaran
Tahapan
No
6
Judul Kegiatan
Pengaruh Proses Pemurnian Biodiesel Terhadap Standar Mutu Biodiesel dan Pemanfaatannya Sebagai Bahan Bakar Pada Mesin Diesel
Latar Belakang Samarinda terdapat 50 perusahaan amplang dengan produksi rata-rata yang sama akan dihasilkan 500 kg limbah tulang ikan per hari. Kapasitas limbah tulang ikan tersebut cukup besar dan merupakan permasalahan lingkungan apabila tidak ditangani secara maksimal. Menurut Junianto (2006), limbah tulang ikan tuna menunjukan bahwa karakteristik gelatine yang dihasilkan memenuhi standar sebagai bahan baku farmasi. Sebagai kebaharuan penelitian ini adalah potensi limbah tulang ikan hasil produksi amplang selama ini tidak mempunyai nilai lebih dan belum diketahui manfaatnya sebagai bahan baku pembuatan gelatine. Menyikapi hal di atas dan permasalahan limbah yang belum ditangani secara maksimal serta melihat peluang pemanfaatan penggunaannya sebagai bahan baku gelatin, maka perlu dilakukan penelitian pembuatan gelatine dari limbah tulang ikan di industri amplang. Beberapa tahun terakhir ini Indonesia sudah menjadi salah satu negara net oil importer. Hal ini disebabkan karena jumlah produksi minyak nasional tidak mampu memenuhi kebutuhan konsumsi BBM yang cenderung naik sepanjang tahun, walaupun sudah dikeluarkan kebijakan energi nasional melalui Instruksi Presiden No. 10/2005 tentang Penghematan energi. Untuk itu pemerintah mengeluarkan kebijakan energi nasional melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 5 tahun 2006 tentang pengembangan sumber energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak. Walaupun kebijakan tersebut lebih difokuskan pada penggunaan batu bara dan gas alam sebagai pengganti bahan bakar minyak, namun kebijakan tersebut juga menetapkan penggunaan bahan bakar dengan sumber daya alam nabati yang dapat diperbarukan (renewable). Secara umum, jenis bahan bakar alternatif dari bahan nabati tersebut dinamakan biodiesel (bahan bakar pengganti solar) dan bioethanol (bahan bakar pengganti bensin). Biodiesel dibuat dari minyak nabati seperti minyak sawit, kelapa, jarak pagar, kapuk, malapari, nyamplung, dan sebagainya. Indonesia relatif terlambat dibandingkan beberapa negara lain dalam memanfaatkan biodiesel dan bioetanol sebagai sumber energi alternatif. Amerika sudah mengeluarkan B-20 untuk campuran bahan bakar minyak
Tujuan
Untuk memisahkan senyawa aromatik dalam minyak pelumas bekas dan menaikkan indeks viskositas dengan furfural
Keluaran
Proses Pemurnian Biodiesel
Tahapan
Studi literatur, survei dan studi banding, pengadaan bahan, rancangan pelaksanaan, pelaksanaan penelitian, pengujian produk,tabelisasi dan analisis, penyusunan laporan.
No
Judul Kegiatan
Latar Belakang
Tujuan
Keluaran
Tahapan
dengan kandungan 20% biodiesel. Sementara negara-negara di Eropa sudah mengeluarkan EN228 (biodiesel dicampur sampai dengan 5% volume) dan EN590 (solar dicampur sampai dengan 5% volume) (Anonim, 2012). Selama ini biodiesel diproduksi melalui proses esterifiksi diikuti dengan transesterifikasi kimia, tetapi dalam satu dekade terakhir ini telah dikembangkan penelitian-penelitian penggunaan bioteknologi untuk memproduksi biodiesel tersebut, yaitu proses esterifikasi dan transesterifikasi enzimatis. Menurut Sukartin dkk (2009), biodiesel dapat dihasilkan secara enzimatis pada suhu 60 ºC dengan perbandingan mol CPO dan Methanol 1:15 selama 6 jam, namun menurut Priatni dkk (2012), biodiesel yang dihasilkan tersebut masih belum sesuai dengan yang disyaratkan SNI - 04 – 7182 – 2006 oleh karena itu dilakukan penelitian Pengaruh Proses Pemurnian Biodiesel Terhadap Standar Mutu Biodiesel dan Pemanfaatannya Sebagai Bahan Bakar Pada Mesin Diesel
PENELITIAN YANG TELAH DILAKSANAKAN PADA TAHUN 2013 No 011 A
Judul Kegiatan
Latar Belakang
Penelitian Produk / Teknik Produksi Diversifikasi Produk Rumput Rumput laut mengandung mineral (makro dan mikro) yang cukup tinggi Laut Sebagai Sumber mengingat habitatnya yang merupakan muara mineral terbesar, karena Yodium Pada Makanan translokasi mineral dari daratan ke lautan akibat proses dari pencucian (leaching) dan aliran hidrologis. Kandungan utama rumput laut segar adalah air yang mencapai 80-90 persen, sedangkan kadar protein dan lemaknya sangat kecil. Meski kadar lemaknya rendah, susunan asam lemaknya sangat penting bagi kesehatan. Lemak rumput laut kaya akan omega-3 dan omega-6. Disamping itu rumput laut merupakan salah satu sumber bahan pangan yang mengandung yodium dan serat. Kandungan yodium rumput laut sekitar 2.400-155.000 kali lebih banyak dibanding kandungan yodium sayuran yang tumbuh di daratan. Menurut Winarno (1996) kandungan iodium
Tujuan
Keluaran
Tahapan
Membuat diversifikasi produk olahan rumput laut yang mengandung yodium dan serat, Menambah nilai lebih rumput laut, Didapat teknologi pembuatan mie dan es krim dari rumput laut
• Aneka produk diversifikas i olahan rumput laut • Teknologi proses • Laporan
Studi literatur, survei dan studi banding, pengadaan bahan, rancangan pelaksanaan, pelaksanaan penelitian, pengujian produk,tabelisasi dan analisis, penyusunan laporan.
No
Judul Kegiatan
Latar Belakang
Tujuan
Keluaran
Tahapan
rumput laut Eucheuma spinosum yaitu 0,1 – 1,15 %. Walaupun hanya sedikit yang dibutuhkan, iodium berpengaruh besar pada kualitas kesehatan seseorang. Menurut WHO, 2002, kurang iodium menjadi penyebab utama keterbelakangan (retardasi) mental pada anak-anak serta penyebab apatis pada anak di seluruh dunia (Kompas 2010). Banyak orang kurang memahami bahwa kekurangan iodium, terlebih bagi anak, berpotensi menurunkan tingkat intelektual hingga 10-15 poin. Orang yang tinggal pada komunitas dengan kekurangan iodium secara endemik menunjukkan nilai IQ lebih rendah 13,5 poin daripada orang dari komunitas sama dengan ketersediaan iodium yang adekuat. Mengingat demikian pentingnya peranan iodium dalam upaya menuntaskan masalah GAKI dan mencegah meluasnya penyakit degeneratif, maka perlu diupayakan pemanfaatan rumput laut secara optimal melalui pendekatan ketersediaan konsumsi pangan (food based approach), yaitu dengan membuat produk yang mempunyai nilai gizi yang tinggi. Dalam hal ini makanan kesukaan anak terutama mie dan es krim perlu kita olah sedemikian rupa sehingga mempunyai nilai lebih terutama untuk kandungan yodium dan seratnya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan penambahan rumput laut (E. cotonii) sebagai food based approach yang dapat memperkaya kadar yodium dan serat pangan sehingga mempunyai nilai lebih. B.
Optimalisasi waktu dan suhu pemurnian furfural dari tandan kosong sawit
Furfural (C5H4O2) atau sering disebut dengan 2-furankarboksaldehid, furanaldehid, 2-furfuraldehid, furaldehid, merupakan senyawa organik yang berfasa cair yang berwarna kuning hingga kecoklatan dengan o berat molekul 96,086 g/gmol dan titik didih 161,5 C dan densitas pada o suhu 20 C adalah 1,16 g/cm3 yang digunakan sebagai pelarut (solvent) dalam industri pengolahan minyak bumi, bahan pembantu industri cat, plastik, serat sintesis dan juga sebagai bahan pembantu pada industri farmasi, dan herbisida (Hidajati N., 2006). Furfural merupakan senyawa yang kurang larut dalam air, namun larut dalam alkohol, eter, dan benzena (Kirk and Othmer, 1955). Furfural lazim diproduksi mengunakan limbah pertanian seperti : tongkol jagung, bagasse, serbuk gergaji tandan kosong sawit dan bahan yang mengandung serat lainnya. Bahan-bahan tersebut mudah diproduksi di Indonesia, mengingat Indonesia adalah Negara agraris dalam produk pertaniaan tersedia melimpah. Salah satu bahan baku pembuatan furfural adalah tandan kosong sawit
Untuk mendapatkan waktu dan suhu optimum proses pemurnian furfural
Furfural murni
Studi pustaka, persiapan bahan, survey, studi banding dan pengumpulan data, pelaksanaan penelitian, pengujian, evaluasi, penyusunan laporan
No
Judul Kegiatan
Latar Belakang yang merupakan limbah yang dihasilkan dari perkebunanan kelapa sawit yang tiap hari terus meningkat 650228.8 ton/thn (Dinas Perkebunan Prov. Kaltim, 2011), sehingga perlu suatu tempat untuk menempatkannya dan minimbulkan bau yang tidak sedap yang dapat mencemari lingkungan . Limbah tandan kosong sawit memiliki senyawa kimia antara lain : pentosa 25,90%, lignin 22,60%, A-selulosa 45,80%, holoselulosa 71,80%, kadar abu 1,60 % larut dalam air dingin 13,89%, larut dalam air panas 2,50%, larut dalam alkohol-benzene 4,20%, larut dalam NaOH 1% seesar 19,50%. (Purwito & Firmanti A., 2005). Menurut Sampepana E., dkk., 2010 diperoleh rendamen furfural sebesar 27,49% pada hidrolisis tandan kosong kelapa sawit dengan konsentrasi H2SO4 7,5 % selama 3 jam. Tandan kosong sawit yang digunakan sebanyak 100 gr. Berdasarkan identifikasi furfural yang terdiri dari uji warna, identifikasi dengan kromotografi gas spektrofotometer (GC-MS) dan penentuan gugus fungsi dengan Spektrofotometer Infra Merah (IR) bahwa produk yang dihasilkan merupakan furfural dengan konsentrasi sebesar 78,40%. Furfural ini diperoleh masih banyak mengandung impuritis seperti kloroform karena O proses pemurnian furfural dilakukan pada suhu 60 C selama 8 jam dengan menggunakan alat water batch. Untuk itu perlu dilakukan suatu penelitian untuk mendapatkan furfural murni dengan cara mengoptimilisasi waktu dan suhu pemurnian furfural. Dalam penelitian dilakukan pengumpulan data di daerah dalam Propinsi Kaltim seperti Kabupaten Pasir dan muara badak (kutai kartanegara) dalam rangka mengambil sampel berupa tandan kosong sawit sebagai bahan naku dan meninjau langsung ke industri kelapa sawit, serta Balikpapan di PT. Pertamina untuk konsultasi tentang penggunaan furfural dalam pengolahan minyak bumi, serta Samarinda untuk pengumpulan data di Dinas Perkebunan Prop. Kaltim, Laboratorium Kimia dan Pulp Fakultas Kehutana Universitas Mulawarman. Sedangkan diluar kaltim yaitu Jakarta seperti Biro Statistik Jakarta dan lab migas, untuk konsultasi harga- furfural dan estimasi kebutuhan furfural dan pengujian, Bogor untuk konsultasi tentang pengujian di Balitro dan BBIA serta konsultasi kepada peneliti di IPB yang pernah melakukan penelitian furfural. Selain itu juga dibutuhkan pengadaan bahan baku berupa tandan
Tujuan
Keluaran
Tahapan
No
C.
Judul Kegiatan
Peningkatan Mutu Berbahan Baku Cangkang Sawit.
Eternit Abu
Latar Belakang kosong sawit. Bahan kimia untuk proses dan pengujian seperti H2SO4, HCl, NaCL, Furfural, anilin, hydroxylamine, anilin asetat, kloroform, phloroglucinol, kertas saring, kertas pH, indikator amylum, iodium, Natrium bisulfit,. Bahan glassware untuk proses dan pengujian yang terdiri dari labu leher tiga dan tutup, kondensor liebig, termometer, stirer, sambungan bentuk L, vaselin, erlenmayer asa, erlenmayer tutup ulir, penyaring, propeller, thermometer, gelas ukur, corong pisah, penyaringan, dll, serta bahan penolong seperti tisu, sabun cuci, botol sampel, botol lab, toples, parang, terpal, panci, karung, tali rapiah, botol, spidol, kertas label, plastik silotif, lakban, dll. Setelah proses selasai dan didapatkan produk yaitu furfural maka dilakukan pengujian dengan parameter kadar air, visualisasi di laboratorium baristand industri samarinda. Dan dilakukan pengujian diluar seperti Laboratorium Kimia Fakultas Kehutan dan di Bogor karena laboratorium yang ada di Baristand Industri Samarinda tidak dapat dilakukan karena fasilitas alatnya tidak ada seperti pengujian indek bias, viskositas, identifikasi senyawa aktif melalaui spektrofotometer infra merah, komposisi kimia secara GC-MS, berat jenis, warna, dll Pemanfaatan cangkang sawit memiliki prospek yang sangat baik sebagai bahan bakar minimal di industri pengolahan sawit sendiri sebagai bahan bakar boiler. Namun masih menyisakan bahan sisa pembakaran berupa abu cangkang dalam jumlah yang cukup banyak. Sebagaimana data penggunaan bahan bakar cangkang di boiler sebanyak ± 200 ton dapat menghasilkan ± 10 ton abu (Sumber PT. REA KALTIM 2011). Berdasarkan potensi abu cangkang sawit yang dihasilkan dari pembakaran di boiler serta komposisi dan kandungan abu yang terdiri silika (SiO2) yang cukup tinggi sebesar 68,82%, alumina (Al2O3) 3,08% , Kalsium (CaO) 6,95% serta Magnesium (MgO) 4,35%, maka dalam penelitian ini abu cangkang sawit telah dilakukan penelitian pemanfaatan sebagai bahan pembuatan eternit mensubtitusi bahan utama seperti kapur dan semen. Dalam penelitian yang telah dilakukan dengan komposisi bervariasi mulai 20%, 40%, 60% dan 80% mensubtitusi penggunaan kapur dan semen, berdasarkan hasil uji sifat fisik dan mekanik menunjukkan hasil yang cukup baik untuk sifat fisik, namun sifat mekanik masih memiliki mutu yang rendah atau masih perlu dilakukan perbaikan khususnya proses pembuatan yang
Tujuan
Tujuan kegiatan penelitian adalah menghasilkan eternit yang memiliki sifat fisik maupun mekanik yang baik.
Keluaran
Enternit
Tahapan
Studi pustaka, pengumpulan data dan konsultasi, pengadaan bahan dan alat, pelaksanaan penelitian, pengujian, menganalisa data, pelaporan
No
Judul Kegiatan
Latar Belakang
Tujuan
Keluaran
Tahapan
Menentukan formulasi permen jelly rumput laut dengan perlakuan penambahan gelatin dan pektin dan pengaruhnya terhadap sifat fisikokimia permen jelly rumput laut
Diperoleh produk olahan rumput laut berupa permen jelly yang mempunyai kualitas yang baik dengan konsistensi/t ekstur yang lunak dan tidak liat. Diperolehnya teknologi proses pengolahan permen jelly dengan formulasi
Studi pustaka, survei dan pengumpulan data, pengadaan bahan, melakukan penelitian, melakukan pengujian kualitas sabun, pembuatan laporan
berhubungan langsung dengan sifat mekanik. Sifat mekanik eternit yang diukur adalah kuat tekan dan kuat lentur. Hasil pengujian untuk kuat tekan dari penggunaan 20%, 40%, 60% dan 80% berbanding lurus dengan kuat lentur. Bila dibandingkan dengan kontrol masih jauh di bawah sampel kontrol. Demikian pula dengan kuat lentur secara umum masih dibawah dari sampel kontrol Sehingga diperlukan penelitian lanjut untuk memperbaiki sifat mekanik eternit berdasarkan evaluasi yang dilakukan dalam penelitian sebelumnya dengan mengacu kepada proses pembuatan eternit yang dilakukan oleh beberapa pengrajin eternit di Bandung yang akan dikunjungi sebagai sumber informasi teknik, yaitu perbaikan proses pencetakan dengan tekanan tertentu diharapkan dapat meningkatkan kekuatan dan kekompakan material yang berpengaruh terhadap sifat mekanik. Dengan proses ini diharapkan dapat meningkatkan mutu eternit sehingga dapat mengoptimalkan fungsi dari eternit sebagaimana eternit yang ada dipasaran. D.
Pengaruh Penambahan Pektin dan Gelatin Terhadap Sifat Permen Jelly Rumput Laut Eucheuma cotonii
Rumput laut merupakan salah satu komoditas ekspor hasil perikanan yang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Ekspor rumput laut Indonesia dari tahun 2002-2004 telah mengalami peningkatan yang berarti dari sebesar 28.559.885 kg pada tahun 2002 menjadi 44.847.821 kg pada tahun 2004 (BPS, 2007). Propinsi Kalimantan Timur sendiri terutama di daerah Bontang, Kabupaten Kutai Timur serta Kabupaten Berau telah mengembangkan budidaya perikanan khususnya rumput laut, rumput laut yang dibudidayakan di daerahdaerah tersebut adalah rumput laut jenis Eucheuma Cottonii. Berdasarkan data BPPMD Kaltim, produksi rumput laut yang ada di daerah Bontang mencapai 118,5 ton dan Kutai Timur sebesar 4,74 ton (BPPMD, 2009). Pemanfaatan rumput laut sendiri sangat luas dalam berbagai bidang industri diantaranya industri makanan, farmasi, kosmetik dan pakan ternak (McHugh 2003). Rumput laut merupakan salah satu komoditas hasil laut yang potensial untuk dikembangkan. Namun demikian, rumput laut masih di ekspor dalam bentuk bahan mentah, yaitu berupa rumput laut kering dan industri pengolahan bahan baku rumput laut tersebut masih sedikit dan terbatas, maka pengembangan pengolahan rumput laut merupakan salah satu alternatif yang perlu diwujudkan, salah satunya adalah dengan mengolahnya menjadi produk olahan rumput laut seperti dodol,
No
Judul Kegiatan
Latar Belakang permen dan manisan. Permen jelly merupakan jenis makanan yang banyak digemari oleh berbagai masyarakat mulai anak-anak sampai orang dewasa. Permen Jelly mempunyai karakteristik rasa manis dan tekstur yang kenyal. Proses pembuatan permen pada dasarnya adalah pemasakan, pencampuran bahan, pencetakan, pendinginan dan pengemasan. Pemasakan merupakan salah satu tahapan proses yang perlu mendapat perhatian karena sangat berpengaruh terhadap sifat dan mutu permen yang dihasilkan terutama warna dan tekstur. Rumput laut jenis Eucheuma cotonii menghasilkan karagenan. Karakteristik gel kappa-karagenan dicirikan oleh tipe gel yang lebih kuat dan rapuh dengan sineresis dan memiliki efek sinergis yang tinggi dengan locust been gum (Glicksman 1983). Pada umumnya rumput laut yang menghasilkan karagenan dapat melakukan interaksi dengan makromolekul yang bermuatan misalnya protein sehingga mempengaruhi peningkatan viskositas, pembentukan gel dan pengendapan (Winarno 1990). Gelatin merupakan protein hasil hidrolisis kolagen tulang dan kulit yang banyak digunakan untuk keperluan industry. Dalam industry pangan, gelatin digunakan untuk meningkatkan daya ikat air produk daging, menjernikan produk minuman sari buah dan sebagai pembentuk gel pada produk permen (Jones, 1977). Sifat gelatin antara lain hampir tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna atau berwarna kuning kecoklatan, larut dalam air, asam asetat, dan pelarut alcohol seperti gliserol, propilen glikol, sorbitol dan manitol, tetapi tidak larut dalam alcohol, aseton, dan pelarut organic. Gelatin dapat berubah secara reversible dari bentuk sol ke gel, mengembang dalam air dingin dan dapat membentuk film. Pektin adalah senyawa polisakarida yang larut dalam air dan merupakan asam-asam pektinat yang mengandung gugus-gugus metoksil. Fungsi utamanya sebagai bahan pengental dan pembentuk gel. Pektin larut dalam air, terutama air panas, sedangkan dalam bentuk larutan koloidal akan berbentuk pasta. Jika pektin dalam larutan ditambah gula dan asam akan terbentuk gel. Prinsip inilah yang digunakan dalam pembentukan gel pada pembuatan selai dan jelly buah-buahan. Dengan penambahan pengental berupa gelatin atau pectin, diharapkan diperoleh permen jelly rumput laut yang memiliki sifat fisiko kimia yang baik dan disukai oleh konsumen.
Tujuan
Keluaran yang tepat untuk menghasilka n mutu produk olahan yang mampu bersaing, yang pada akhirnya dapat meningkatka n nilai ekonomis dari rumput laut tersebut
Tahapan
No
E
Judul Kegiatan
Pemanfaatan serbuk arang cangkang sawit sebagai body scrub sabun mandi
Latar Belakang Untuk mengetahui jenis-jenis produk olahan rumput laut, dalam penelitian ini akan dilakukan pula studi banding ke kota Makasar dan kota Jakarta. Selain melakukan penelusuran ilmiah, di kota Makasar telah terdapat sentra produksi olahan rumput laut, sehingga diharapkan dengan kunjungan ke kota ini, dapat melihat dan mengetahui secara langsung proses produksi olahan rumput laut (permen jelly). Selain itu dilakukan pula perjalanan ke beberapa daerah di dalam propinsi Kaltim, untuk mengetahui potensi yang ada di daerah serta permasalahan nyata yang dihadapi petani rumput laut maupun industry olahan rumput laut. Sehingga dapat dijadikan sebagai dasar/bahan acuan maupun perbandingan dalam penelitian rumput laut yang berasal dari wilayah Kaltim sendiri. Destilasi kering cangkang sawit menghasilkan asap cair yang dapat digunakan sebagai bahan baku industri diantaranya adalah bahan antiseptik pembersih tangan seperti ANTIS .Asap cair mengandung kelompok senyawa fungsional (asam, fenol dan alcohol) yang mempunyai peranan penting dalam pengendalian aroma, mikroorganisme, pengobatan dan dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur dan anti oksidan ( Fauziati dkk,2011 ) , sedangkan hasil samping pembuatan asap cair adalah arang yang dapat digunakan sebagai arang aktif dan lain lain . Dan karena arang cangkang sawit masih mengandung sebanyak 25 senyawa fungsional dan paling dominan adalah CO2 (27,08%) karena mempunyai pori-pori yg besar digunakan sebagai adsorben dapat menyerap kotoran dan racun pada kulit , senyawa asam dodekanoat (10,08% ) sebagai anti bakteri dan jamur , Fenol (8,42%) sebagai anti oksidan dan serat dapat menghaluskan kulit . Oleh karena itu,pada penelitian ini arang cangkang sawit hasil samping pembuatan asap cair digunakan sebagai bahan scrub sabun mandi. Fungsi scrube adalah untuk membersihkan kulit dari lapisan kulit mati dan kotoran/daki yang menempel pada tubuh sehingga diperoleh kulit yang lebih cerah , maka pada penelitian ini digunakan sebagai body scrube Pada penelitian ini dilakukan perjalanan dinas ke Medan (PPKS) dalam rangka konsultasi tentang olahan industry hilir sawit, ke Yogyakarta dalam rangka studi banding ke industri kecil Coco Power milik guru besar Mipa Kimia UGM Bapak Prof. Bambang Setiadji tentang olahan kelapa menjadi beraneka sabun dan kosmetik dari bahan kelapa dan
Tujuan
Keluaran
Tahapan
Membuat serbuk arang cangkang sawit sebagai bahan scrube sabun mandi padat dan membandingkan dengan sabun scrube lain seperti kopi .
Serbuk arang cangkang sawit dan sabun mandi scrube padat
Studi pustaka, persiapan bahan, survey, studi banding dan pengumpulan data, pelaksanaan penelitian, pengujian, evaluasi, penyusunan laporan
Bahan yang digunakan selama ini diantaranya adalah untuk sabun mandi padat menggunakan scrube kopi dengan harga lebih mahal,sedangkan arang cangkang sawit masih mengandung senyawa fungsional sebagai bahan antiseptic dan anti bakteri, yang dapat digunakan sebagai
No
F
012 A
Judul Kegiatan
Mikroenkapsulasi β-karoten dari Minyak Sawit Mentah untuk Suplemen Pro Vitamin A
Latar Belakang
Tujuan
Laboratorium MIPA Kimia UGM dalam rangka konsultasi uji komponen aktif dan kualitas produk dengan GC MS . Dan untuk perjalanan ke daerah tingkat II seperti PPU adalah industri kelapa sawit PT Waru Kaltim Plantation dalam rangka pemanfaatan limbah cangkang sawit dan sekaligus memberikan informasi penelitian tersebut . tentang pemanfaatan arang cangkang sawit untuk produk sabun scrube ,sedangkan perjalanan dinas ke Kutim adalah konsultasi tentang rencana pemanfaatan cangkang sebagai bahan scrube sabun ,ke Tarakan adalah ke Dinas Perindagkop dalam rangka pengembangan produk baru sabun scrub tersebut . Bahan –bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah cangkang sawit fungsinya sebagai bahan scrube sabun dan fungsi scrube adalah untuk membersihkan kulit dari lapisan kulit mati dan kotoran/daki yang menempel pada tubuh sehingga diperoleh kulit yang lebih cerah ,Etil Alkohol sebagai pelarut,KOH untuk reaksi penyabunan untuk sabun lunak (sabun mandi ) ,olive oil pelembut, Caraginan dan manitol pelembab ,minyak zaitun pelembut ,asam sitrat sebagai pengendali pH dan mengkelat logam ,gliserin sebagai pelembut , EDTA untuk bahan pengujian, asam miristat dan palmitat pada sabun dan kosmetik digunakan sebagai plavor. Minyak sawit mentah (MSM) sebagai bahan utama untuk pembuatan minyak goreng dan sebagian kecil di buat oleokimia. Pada saat proses pembuatan minyak goreng dari MSM digunakan tanah yang berfungsi untuk menyerap pigmen berwarna kuning – jingga, sehingga akan diperoleh warna minyak yang jernih. Warna kuning yang terdapat dalam MSM merupakan senyawa karotenoid yang jumlahnya sekitar 500-600 ppm, dimana senyawa karotenoid yang dominan adalah β-karotenoid yang jumlahnya mencapai 80% dari total senyawa karotenoid di dalam MSM. Manfaat dari β-karotenoid adalah sebagai provitamin A, anti kanker dan antioksidan. Pada penelitian ini akan dilakukan mikroenkapsulasi β karoten dari minyak sawit mentah untuk pro vitamin A
bahan scrub pada sabun mandi adalah limbah olahan sawit dan bisa juga limbah olahan asap cair sehingga lebih bermanfaat secara teknis maupun ekonomis .
Penelitian In house Training Pemanfaatan Pewarna Alam Produk kacang goyang diproduksi oleh industri kecil di Kab Kutai Herbal Sebagai Bahan Kertanegara Kalimantan Timur, dalam proses produksinya Pewarna Produk Kacang menggunakan pewarna sintetis ( bahan kimia ). Kemudian melalui
Keluaran
Tahapan
Memanfaatkan ekstrak minyak sawit mentah sebagai sumber b-karoten
Suplemen
Studi literatur, Survei dan studi banding, pembelian bahan dan alat, pemisahaan karotenoid, ekstraksi, pembuatan kacang goyang, aplikasi, pengujian, menganalisa data, penyusunan laporan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan
Diperoleh produk kacang
a) Pengumpulan literatur / referensi pendukung
No
Judul Kegiatan Goyang
Latar Belakang kegiatan Balai Industri Samarinda telah dicoba menggunakan bahan pewarna alami secang, bawang tiwai dan bunga rosella yang berwarna merah, Bahan pewarna herbal tersebut diindikasi mengandung senyawa aktif yang bersifat obat yaitu anti oksidan, menurunkan kolesterol dan anti kanker, sehingga pada penelitian ini dicoba untuk menggunakan bahan pewarna alami yang bersifat herbal seperti bawang tiwai /bawang dayak, secang dan bunga rosela.
Tujuan rekomendasi pada produk kacang goyang tersebut disamping rasa kacang juga berhasiat obat
Keluaran
Tahapan
goyang penelitian dengan b) Inventarisasi warna yang kebutuhan dan sesuai alami kesesuaian, dan ketersediaan komponen peralatan di aktif sebagai laboratorium serta indikasi bahan baku kesehatan. dilapangan c) Pengambilam sampel untuk penelitian
MATRIK JUDUL PENELITIAN TAHUN 2010, 2011 DAN 2012
No
Judul Penelitian
PENELITIAN TAHUN 2012 A Penelitian Pengembangan Karya Ilmiah/Seminar/Iptek 5 judul penelitian B Penelitian Produk / Teknik Produksi (6 Judul Penelitian) 1. Pengaruh Penambahan Natrium Bisulfit Terhadap Kualitas NORI dari Rumput Laut Kaltim 2. Penelitian Teknologi Pengolahan Kaldu Instan Dari Hasil Perikanan dan Rumput Laut 3. Penelitian Penggunaan Ekstrak Rumput Laut Sebagai Sumber Tekoferol pada Sabun Berbasis Sawit. 4. Pengaruh Penambahan Aditive Pada Pembuatan Antiseptik Pembersih Tangan Dari vinegar cangkang sawit 5. Pemanfaatan Ekstrak dan Isolasi Beta karoten dari Minyak Sawit Mentah (MSM) untuk Suplemen Pro Vitamin A 6. Pengembangan metil ester sulfonat (MES) sebagai bahan emulsifier Pada Pembuatan Detergent PENELITIAN TAHUN 2011 1 Pemanfaatan Limbah Padat Sisa Pembakaran Cangkang Sawit pada Unit Boiler sebagai Bahan Pembuata Eternit 2 Teknologi Proses Pengolahan dan Pegemasan Terhadap Tahapan Simpanan Ikan Kendia 3 Pengolahan Biosurfaktan Secara Enzimatis dari Minyak Sawit 4 Pengembagan Wood Vinegar dari Limbah Kelapa Sawit sebagai Antiseptik Pembersih Tangan 5 Pengolahan Buah Nenas sebagai Bahan Industri Olahan Pangan 6 Pengembangan Ekstrak dan Isolasi Bahan aktiv Kunyit Kancing sebagai Antioksida Alami untuk Minyak 7 Pemanfaatan Limbah Tandan Kosong Sawit dan Cangkang Sawit sebagai Bahan Baku Bio Pelet Produk energi PENELITIAN TAHUN 2010 1 Pemanfaatan Tandan Kosong Sawit Untuk Pembuatan Furfural 2 Pengolahan Cpo Menjadi Mono-Digliserol (Emulsifier) Sebagai Produk Hilir 3 Optimasi Pengolahan Limbah Cair Industri Cold Storage Sistem Flug Flow Activated Sludge 4 Pengembangan Cpo Untuk Produk Pelumas Padat Ramah Lingkungan 5 Pengembangan Teknologi Proses Pembuatan Konsentrat Zat Esktraktif Limbah Serbuk Kayu Ulin Sebagai Coating 6 Perbaikan Proses Penyulingan Minyak Atsiri Dari Gaharu Bermutu Rendah Untuk Bahan Industri 7 Pengembangan Isoalsi Bahan Aktif Kunyit Kancing Sebagai Bahan Pengawet Alami Untuk Minuman
Biaya
97.621.000,180.973.000,118.643.000,116.373.000,112.482.000,127.918.000,217.523.000,-
88.152.000,73.607.000,81.276.000,82.551.000,80.522.000,78.349.000,86.122.000,-
B. Penerima Manfaat Nelayan, Industri Kelapa Sawit, pangan, kesehatan dan energi, pegawai dan pelanggan Baristand Indusstri Samarinda.
C. Strategi Pencapaian Keluaran 1. Metode Pelaksanaan : melalui anggaran DIPA 2015 dalam bentuk UP / GUP dan LS 2. Tahapan dan waktu Pelaksanaan : Tahap pelaksanaan kegiatan: •
Setelah mendapatkan pagu tetap dan DIPA Balai Riset dan Standardisasi Industri Samarinda seluruh pejabat dan staf merumuskan tindak lanjut realisasi dan pelaksanaan rencana kegiatan / program melalui rapat awal tahun;
•
Menyusun jadwal penarikan / realisasi anggaran
•
Merumuskan kebijakan-kebijakan alternatif terhadap kegiatan yang akan dilaksanakan;
•
Penetapan pelaksana kegiatan dalam bentuk Surat Keputusan yang diterbitkan oleh Kepala Baristand Industri Samarinda penetapan SK Penunjukan tim penelitian.
•
Membagi habis tugas dan tanggung jawab masing-masing kegiatan sesuai kapasitas dan kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing pejabat dan seluruh staf; Tabel 1. Waktu Pelaksanaan
Tahapan
1
2
3
3986.012 Penelitian 11 Penelitian produk/teknik produksi 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Studi Pustaka Survei dan Studi Banding Pelaksanaan Kegiatan Evaluasi/Pengujian Tabulasi dan Analisis Data Pembuatan Laporan
4
5
Bulan Ke 6 7 8
Ket. 9
10
11
12
Perkiraan total biaya untuk pelaksanaan kegiatan Hasil Kajian/Penelitian Penguasaan Teknologi sebesar Rp. 351.626.000,- (Tiga Ratus Lima Puluh Satu Juta Enam Ratus Dua Puluh Enam Ribu Rupiah).
D. Waktu Pencapaian Keluaran Kegiatan persiapan ini akan dilaksanakan bulan Pebruari dan Desember 2015
E. Biaya yang Diperlukan Rincian biaya tersebut dapat dilihat pada lampiran Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Samarinda, 16 September 2014 Kepala
Drs. Sri Widodo, MM NIP. 19660725 199203 1 002