Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
PROFITABILITAS PENGGEMUKAN SAPI PO PADA DAERAH BERBASIS USAHATANI PADI DI KABUPATEN SUBANG (Profitability of Fattening Ongole Cross Breed Cattle on Rice Farming System Area In Subang District) UKA KUSNADI, AMLIUS THALIB dan M. ZULBARDI Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002 ABSTRACT The development of cattle fattening on rice ecosystems has double functions: (1) providing the availability and cheap price of feed; (2) producing organic compost fertilizer and an important component of rice farming and to keep the soil fertility. An assessment on fattening farming of Ongole cross-bred cattle on rice ecosystems was carried out in collaboration with farmers under a coordination of a cooperative agency, at Sukamandi, Subang district. This study aimed to calculate the cost and receive structures and profitability. Thirty-two cattle were used in this assessment with a total starting body weight of 5.878 kg. The ration fed was based on concentrate and rice straw. Results showed that the benefit was recorded Rp.25,761,100.00/32 head/4 months or Rp.201,259.00/head/months with benefit cost ratio 1.26 and Pay Back Period 2.16 years. Concluded that fattening farming of Ongole cross-bred cattle area technically and financially are feasible.
Key word: Fattening of Ongole Cross-Bred, rice ecosystem, Subang ABSTRAK Pengembangan ternak sapi di daerah berbasis tanaman padi memiliki manfaat ganda yaitu (1) pakan khususnya hijauan berupa jerami padi tersedia sepanjang tahun dengan jumlah tidak terbatas dan harga murah, dan (2) pupuk kandang bisa menjadi hasil sampingan bernilai ekonomi tinggi karena dapat menjadi pupuk organik untuk tanaman padi dan sebagai alternatif mereklamasi lahan sakit. Kajian usaha penggemukan sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan langkah awal memperkenalkan usaha sapi di daerah berbasis tanaman padi. Kegiatan ini dilakukan pada tahun 2000 melalui kerjasama dengan petani yang tergabung dalam sebuah koperasi di Sukamandi Kabupaten Subang dengan tujuan untuk mengetahui struktur biaya dan penerimaan dengan menghitung profitabilitas Benefit Cost Ratio dan Pay Back Period. Jumlah sapi bahan penelitian sebanyak 32 ekor dengan berat badan awal total 5.878 kg. Pakan yang diberikan berupa jerami padi dan konsentrat dengan masa penggemukan selama 4 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha penggemukan sapi PO di daerah berbasis usahatani padi secara teknis dapat dilakukan dan secara finansial menguntungkan. Tingkat keuntungan yang diperoleh adalah Rp.25.761.100,-/32 ekor/4 bulan atau Rp.201.259,-/ekor/bulan dengan BCR 1,26 dan PBP 2,16 tahun.
Kata kunci: Penggemukan sapi PO, ekosistem sawah, Subang PENDAHULUAN Usaha peternakan untuk menghasilkan daging dengan kualitas baik, sekarang ini dihadapkan pada masalah ketidak tersediaan pakan baik berupa bahan hijauan maupun penguat. Untuk menghasilkan bahan hijauan diperlukan lahan luas, pengelolaan intensif. Sebagian bahan baku konsentrat komersial harus diimpor, sehingga harga konsentrat tinggi dan peternak dengan cara pengelolaan konvensional tidak bisa memperoleh keuntungan.
435
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
Di Jawa Timur dan di Jawa Tengah penggunaan jerami padi untuk pakan hijauan ternak khususnya sapi sudah biasa dilakukan (PRAMUDYATI, 1990). Di daerah Jalur Pantura (Pantai Utara Pulau Jawa) merupakan daerah berbasis usahatani padi yang banyak menghasilkan jerami padi. Pemanfataan jerami padi di jalur Pantura saat ini sebagian dikembalikan kedalam tanah baik dengan cara dibakar, dibiarkan membusuk di petakan sawah atau dalam bentuk kompos. Sebagian lagi jerami diangkut keluar untuk digunakan sebagai media pembuatan jamur atau pakan ternak. Jerami yang diangkut ke luar dari lahan petani tidak dikembalikan lagi ke sawah petani (KUSNADI et al., 2001). Cara-cara ekploitasi tersebut menyebabkan ketersediaan hara tidak lagi berimbang sehingga lahan menjadi tidak subur atau menjadi sakit. Salah satu indikasi lahan sakit yaitu kandungan Corganik dalam tanah rendah (kurang dari 1%), dan terjadi akumulasi senyawa yang meracuni tanaman padi. Keadaan ini menyebabkan produktivitas tanaman padi menurun, atau produktivitas total faktor produksi menurun. Keadaan ini bisa terjadi di semua lahan sawah yang sudah lama dikelola intensif, seperti di jalur Pantura. Salah satu cara menyembuhkan lahan sawah demikian yang dikelola intensif yaitu melalui penambahan pupuk organik (kotoran ternak) dalam bentuk kompos yang kaya unsur kalium dan hara mikro (PROJODIHARDJO, 1988). Agar daerah jalur pantura bisa menjadi sumber ternak maka pengelolaan usahatani padi harus dipadukan dengan usaha ternak. Masalah yang dihadapi yaitu bahwa petani padi di jalur pantura dan daerah lain yang berbasis tanaman padi belum terbiasa memelihara ternak ruminansia besar seperti sapi. Dalam kaitan inilah penelitian dilakukan dengan tujuan 1) untuk mengetahui profitabilitas usaha penggemukan sapi Peranakan Ongole pada daerah berbasis usahatani padi. 2) Untuk mengembangkan model usahatani ternak sapi-padi di jalur pantura. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gairah dan semangat bagi petani padi sawah untuk memelihara/beternak sapi dalam upaya meningkatkan pendapatan dan sekaligus memperbaiki lahan sakit. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian dilaksanakan bekerjasama dengan Koperasi Karyawan Penelitian Balitpa (KOPKARLITAN) dan kelompok tani yang dibina Koperasi, di Instalasi Penelitian Tanaman padi Sukamandi mulai April-Desember tahun 2000. Bahan dan rancangan Sapi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sapi PO (Peranakan Ongole) jantan sebanyak 32 ekor milik petani anggota Koperasi, yang dipelihara dalam kandang secara kelompok. Berat badan rata-rata per ekor sapi adalah 183,68+24,17 kg dengan umur rata-rata 15,5+1,5 bulan. Makanan yang diberikan berupa jerami padi sebagai hijauan secara adlibitum tidak lebih dari 4 kg/ekor/hari dan konsentrat berupa konsentrat komersial dan campuran ampas tahu dan dedak padi sebanyak tidak lebih dari 3 kg. Air minum diberikan secara adlibitum. Pada awal pemeliharaan semua sapi diberi obat cacing dan vaksinasi. Lama masa penggemukan 4 bulan mulai bulan Agustus sampai dengan bulan Desember tahun 2000.
436
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
Rancangan analisis Analisa ekonomi yang dilakukan pada penelitian ini terbatas pada struktur biaya dan penerimaan dengan menghitung parameter untung-rugi (profitabilitas), Benefit Cost Ratio (BCR) dan Pay Back Period (PBP) menurut RANGKUTI (1999) dan SAPTANA (2001). Dalam penelitian ini digunakan asumsi dan batasan-batasan sebagai berikut: 1.
Semua input produksi dinilai dengan harga yang berlaku pada saat penelitian berjalan.
2.
Semua hasil usaha berupa sapi potong dan pupuk kandang laku terjual dengan harga yang sesuai dengan taksiran harga per ekor sapi dan per kilogram pupuk di pasaran setempat.
3.
Data mengenai keragaan teknis produksi berdasarkan hasil penelitian KUSNADI (2001) dipakai sebagai acuan dalam analisa profitabilitas. HASIL DAN PEMBAHASAN
Keragaan teknis produksi Keragaan teknis produksi sapi PO jantan yang digemukkan selama 4 bulan dapat dilihat pada Tabel 1. Dari Tabel tersebut terlihat bahwa hasil pengamatan dan penimbangan mulai bulan Agustus sampai dengan bulan Desember tahun 2000, menunjukkan rata-rata pertambahan berat badan selama penggemukan adalah 0,35 kg/ekor/hari. Padahal pada pengamatan 2 bulan pertama menunjukkan angka yang lebih baik yaitu 0,51 kg/ekor/hari. Hal ini mungkin disebabkan karena kualitas pakan konsentrat pada dua bulan pertama lebih baik dari pada konsentrat pada dua bulan terakhir yang berupa ampas tahu dan dedak padi saja tanpa konsentrat komersial. Tabel 1. Keragaan teknis produksi sapi PO jantan di daerah penelitian Parameter Jumlah sapi yang diamati (ekor) Total bobot badan awal (kg) Rata-rata konsumsi konsentrat (kg/ekor/hari) Rata-rata konsumsi jerami padi (kg/ekor/hari) Bobot badan 2 bulan pengamatan (kg) Pertambahan bobot badan selama 2 bulan (kg) Rata-rata pertambahan bobot badan selama 2 bulan pengamatan (kg/ekor/hari)
Besaran 32 5.878 2,77 2,53 6.855,6 977,6 0,51
Total bobot badan akhir (kg)
7.102,5
Pertambahan bobot badan selama penggemukan (kg)
1.224,5
Rata-rata pertambahan bobot badan selama penggemukan (kg/ekor/hari) Produksi pupuk kandang selama penggemukan (kg/4 bulan)
0,35 14.826
Rata-rata konsumsi konsentrat per ekor per hari adalah 2,77 kg, namun pakan konsentrat yang disediakan dalam masa pemeliharaan adalah 3 kg/ekor/hari. Begitu juga untuk konsumsi hijauan berupa jerami padi kering rata-rata per ekor per hari adalah 2,53 kg padahal yang disediakan 4 kg/ekor/hari. Oleh karena itu dalam analisa digunakan banyaknya pakan yang disediakan. 437
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
Sementara itu sisanya digunakan untuk pembuatan kompos. Produksi kompos seperti terlihat pada Tabel 1 adalah 14.826 kg (kompos kering) selama 4 bulan. Berdasarkan hasil pengamatan kompos ini terbaik dalam kualitas dan teksturnya karena mudah dikemas. Kompos ini bahan bakunya berupa kotoran sapi 500 kg dalam satu ton jerami padi diberi perlakuan standar berupa mikroba penghancur selulosa, urea dan kapur. Struktur biaya Dalam usaha penggemukan sapi PO, struktur biaya dapat dikelompokan kedalam modal kerja. Jumlah dan komposisi modal yang digunakan di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah dan komposisi modal usaha penggemukan sapi PO di lokasi penelitian Struktur biaya Modal tetap: Tanah usaha
Besarnya biaya (Rp. 1000)
(%)
74.000
42,67
pm
pm
Bangunan kandang
64.000
86,49
Alat perlengkapan
10.000
13,51
99.428
57,33
Sapi bakalan PO 32 ekor @ Rp.2.450.000,-
78.400
78,85
Makanan konsentrat 3 kgx32 ekorx120 harixRp.1.300,-
14.976
15,06
1.152
1,16
Modal kerja:
Makanan hijauan (jerami padi) 4 kgx32 ekorx120 harixRp.75,Tenaga kerja 2 orangx5 bulanxRp.250.000,-
2.500
2,51
Vaksin dan obat-obatan 32xRp.50.000,-
1.600
1,61
Lain-lain (keamanan, listrik) 32xRp.25.000,Jumlah
800 173.428
0,81 100
Dari Tabel 2 terlihat bahwa biaya untuk usaha penggemukan sapi PO sebanyak 32 ekor dibutuhkan biaya untuk modal sebanyak Rp.173.428.000,- (seratus tujuh puluh tiga juta empat ratus dua puluh delapan ribu rupiah) tidak termasuk tanah untuk usaha (khusus dalam kegiatan ini tanah usaha sudah tersedia milik kelompok tani). Dari biaya tersebut sebagian besar berupa modal kerja (57,33%) dan sebagian kecil berupa modal tetap (42,67%). Dari modal kerja jenis pengeluaran yang paling besar berturut-turut adalah untuk pembelian sapi bakalan (78,85%), makanan konsentrat (15,06%) dan tenaga kerja pemeliharaan (2,51%). Makanan hijauan yang berupa jerami padi yang besarnya 1,16% merupakan upah buruh untuk mengumpulkan jerami padi pada areal penelitian. Sedangkan modal tetap berupa bangunan kandang 86,49% dan alat perlengkapan (13,51%) termasuk pompa air untuk keperluan ternak sapi. Penerimaan usaha Penerimaan usaha penggemukan sapi PO dalam kegiatan ini bersumber dari hasil penjualan sapi potong dan pupuk kompos. Besarnya penerimaan dari hasil penjualan sapi potong berdasarkan nilai jual sapi pada saat akhir periode penggemukan yaitu Rp.3.750.000,- per ekor atau Rp.120.000.000,-untuk 32 ekor. Harga ini cukup tinggi karena menjelang Natal dan hari raya Idul 438
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
Fitri yaitu Rp.16.895,50 per kilogram bobot hidup, padahal dalam keadaan normal harganya adalah Rp.14.000,-/kg. Begitu juga besarnya penerimaan dari pupuk kompos didasarkan pada nilai jual kompos pada saat akhir penggemukan yaitu Rp.400,-/kg, untuk kompos terbaik (imbangan kotoran sapi per ton jerami 500 kg). Produksi kompos terbaik dilihat dari waktu untuk memproduksi kotoran sapi, dan lama pembentukan kompos untuk memproduksi satu ton kompos dari 10 ekor sapi memerlukan waktu 25,9 hari (KUSNADI, 2001). Dari angka tersebut dapat dihitung bahwa produksi kompos dari 32 ekor sapi selama 4 bulan masa penggemukan adalah 14,826 ton atau nilai penerimaan dari pupuk sebesar Rp.5.930.000,- sedangkan biaya untuk pembuatan kompos dan pembelian biomikro, urea dan kapur dibutuhkan biaya Rp.741.300,- sehingga diperoleh penerimaan bersih dari pupuk adalah Rp.5.189.100,Perhitungan profitabilitas, BCR dan Pay Back Period Dalam menganalisa profitabilitas dan efisiensi finansial usaha penggemukan sapi PO dalam penelitian ini digunakan parameter untung rugi, BCR (Benefit Cost Ratio) dan PBP (Pay Back Period). Hasil pengamatan dan perhitungan analisa usaha penggemukan sapi PO di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Analisa usaha selama 4 bulan masa penggemukan sapi PO di lokasi penelitian. Produksi sapi potong
Uraian
Total
Sapi potong
Kompos
Penerimaan (Rp.000)
120.000
5.930
125.930
Pengeluaran (Rp.000)
99.428
741
100.169
Keuntungan (Rp.000)
20.572
5.189
25.761
BCR
-
-
1,26
PBP
-
-
2,16
Dari Tabel 3. dapat dilihat bahwa secara keseluruhan usaha penggemukan sapi PO sebanyak 32 ekor selama masa penggemukan 4 bulan memberikan nilai keuntungan sebesar Rp. 25.761.100,atau Rp. 6.440.275,- per bulan dengan nilai BCR 1,26. Nilai ini artinya tingkat profitabilitas selama 4 bulan adalah 26%. Nilai ini apabila dibandingkan dengan nilai suku bunga bank yang berlaku sekarang yaitu 13% per tahun jauh lebih tinggi atau lebih menguntungkan. Ditinjau dari PBP dengan nilai 2,16 artinya bahwa modal usaha dapat dikembalikan dalam jangka waktu selama 2,16 tahun atau 26 bulan. Kondisi ini menunjukkan bahwa usaha penggemukan sapi PO di daerah berbasis usahatani padi merupakan usaha yang cepat menghasilkan keuntungan. Sehingga apabila modal merupakan kredit atau pinjaman maka akan cepat kembali. Namun demikian apabila saat penjualan sapi dalam keadaan normal tidak dipengaruhi oleh hari Natal dan hari raya Idul Fitri dengan harga Rp.14.000,-/kg bobot hidup, maka nilai jual sapi menjadi rendah yaitu Rp. 99.435.000,- untuk 32 ekor sapi (7.012,5 kg), sehingga peternak tidak memperoleh keuntungan dari penjualan sapi potong. Oleh karena itu dalam pemeliharaan sapi penjualan ternak menjelang hari raya nasional atau Idul Adha merupakan salah satu pertimbangan yang diperhitungkan.
439
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa usaha penggemukan sapi PO di daerah berbasis usahatani padi secara teknis dapat dilakukan dan secara ekonomis menguntungkan. Profitabilitas yang diperoleh dengan memelihara 32 ekor sapi PO jantan selama empat bulan masa penggemukan menghasilkan keuntungan sebesar Rp.25.761.100,- dengan BCR 1,26 dan PBP 2,16 tahun. Dalam memasarkan sapi hasil penelitian ini disesuaikan dengan waktu-waktu menjelang harihari besar nasional khususnya menjelang hari raya Idul Adha. DAFTAR PUSTAKA PRODJODIHARDJO, S. 1988. Prospek Pengembangan Peternakan dalam Usahatani di Lahan Kering dan Rawa Pasang-surut. Risalah Lokakarya Sistem Usahatani di Lima Agroekosistem. Puslitbang Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian. RANGKUTI, F. 1999. Analisis Swot, Teknik Membedah Kasus Bisnis, Reorientasi konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. SAPTANA dan I. WAYAN RUSASTRA. 2001. Dampak Krisis Moneter dan Kebijakan Pemerintah terhadap Daya Saing Agribisnis Ayam Ras Pedaging di Jawa Barat. Pusat Penelitian Sosial ekonomi Pertanian. Badan Litbang Pertanian.
440