Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
PROFIL USAHA PETERNAKAN ITIK SAWANG DI KEPULAUAN RIAU POTENSI DAN PERMASALAHANNYA A.R. SETIOKO,
L .H.
PRASETYO,
dan A.P . SINURAT
Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor 16002
ABSTRAK Itik Sawang berasal dari Desa Sawang, Kecamatan Kundur, Kabupaten Kepulauan Riai kemungkinan besar itik ini adalah turunan itik Tsaiya dari Taiwan . Pengamatan secara umul menunjukkan bahwa populasi itik telah jauh menurun di Desa Sawang dan peternak itik jug menunjukkan sikap kurang serius terhadap usahanya. Hal ini merupakan masalah yang serius da perlu ditangani dengan segera agar itik Sawang tidak punah. Umur peternak itik yang ada di Des Sawang masih tergolong pada kelompok umur produktif sehingga memiliki potensi yang cuku baik untuk dikembangkan. Pemilikan itik bervariasi dari 40 ekor sampai 650 ekor per peterna dengan variasi umur dari DOD sampai 24 bulan . Pakan yang diberikan umumnya berupa sagu da rebon . Dedak jarang digunakan untuk pakan itik karena tidak tersedia di lokasi clan haru didatangkan dari lain daerah . Rata-rata mortalitas itik sebesar 0,59% merupakan angka yao cukup rendah . Produksi telur pada saat kunjungan (40,55%) lebih rendah dari produksi sehai sebelumnya (52,02%) dan seminggu sebelumnya (67,00%) . Penurunan produksi pada satu mingg terakhir kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya hasil tangkapan udang kecil (rebon) di laul sehingga ketersediaan pakan itik juga berkurang . Telur umumnya dijual pada tengkulak yang tela', lama mempunyai ikatan dengan peternak . Hanya sebagian kecil peternak menjual telur di pasa terdekat dan sebagian ditetaskan . Mengingat peternak itik di Desa Sawang adalah WNI keturunai Cina, maka pendekatan yang perlu dilakukan adalah melalui aspek sosial dan ekonomi . Pengadaai kursus/latihan bagi peternak dapat memberikan manfaat bila dikaitkan dengan perhitungai ekonomis . Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, maka pembentukan kelompok atau koperas nampaknya mutlak diperlukan tentama sebagai sarana dalam pembinaan peternak dan untul memperkuat posisi peternak baik dalam pengadaan sarana produksi maupun pemasaran hasil . Kata kunci : Itik, usaha, potensi PENDAHULUAN Pemeliharaan itik sudah lama dikenal dan merupakan salah satu mata pencaharian pokol bagi masyarakat petani di pedesaan . Indonesia merupakan salah satu negara penghasil telur itil terbesar di dunia (FAo, 1994). Di Jawa umumnya itik dipelihara secara gembala dan sangat era hubungannya dengan daerah persawahan. Itik digembala di sawah lepas panen untui memanfaatkan padi yang rontok, siput air, ikan kecil, katak dan hijauan yang ada di sawah. Di daerah lain seperti Kalimantan Selatan dan sebagian Sumatera, cara pemeliharaan dengan memanfaatkan sagu serta ikan/udang kecil sudah banyak dilakukan (ROSINSON et al., 1977; VONDAL, 1983). Pemeliharaan seperti ini umumnya terkait dengan daerah pantai di mana pohou sagu masih berlimpah dan kehidupan nelayan yang hasil tangkapan berupa udang dan ikan kecil dan bersifat musiman dapat dimanfaatkan untuk pakan itik. Itik Sawang berasal dari Desa Sawang, Kec . Kundur, Kabupaten Kepulauan Riau, sekitar 15 km dari Tanjung Batu, Ibu Kota Kecamatan . Sejarah itik Sawang masih belum jelas, namun dari 706
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1998
hasil wawancara dengan peternak dan penduduk setempat, itik ini pertama kali didatangkan dari Singapura pada tahun 1955 yaitu sebanyak 30 ekor yang menurut keterangan, itik ini berasal dari Taiwan. Telur yang dihasilkan kemudian ditetaskan dengan menggunakan ayam kampung di mana setiap ekor mampu mengerami 10 butir telur dengan daya tetas antara 5070%. Apabila dilihat dari postur tubuhnya, warna bulunya dan warna kerabang telurnya, itik Sawang ini mirip dengan itik Tsaiya dari Taiwan, sehingga kemungkinan besar itik ini adalah tunman itik Tsaiya. Data tentang potensi itik Sawang masih sangat langka, mungkin karena lokasinya yang jauh dan terpencil sehingga kurang mendapat perhatian . Namun dari hasil observasi menunjukkan bahwa itik ini pernah dipelihara dalam jumlah cukup besar di daerah tersebut. Rata-rata jumlah pemilikan yang mencapai 3 .000 - 5.000 ekor per peternak merupakan jumlah yang cukup besar . Karena semakin berkurangnya ketersediaan pakan baik berupa sagu maupun rebon yang semakin langka, maka populasi itik kian menurun . Penurunan populasi itik Sawang ini juga telah diidentifikasi dan didiskusikan dengan Kepala Dinas Peternakan Tk I Riau, sehingga diperlukan upaya untuk mencegah kepunahan itik Sawang ini . Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi itik Sawang, praktek pemeliharaan yang ada, mengidentifikasi kendala dan upaya pemecalian permasalahannya untuk pengembangan peternakan itik selanjutnya . METODOLOGI a Lokasi Penelitian : Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sawang, Kecamatan Kundur, Kabupaten Kepulauan Riau, Propinsi Riau di mana di daerah tersebut terdapat itik Sawang . b. Survai Potensi : Penelitian ini bersifat deskriptif dan dilakukan dengan metoda survai berupa observasi lapang dan pengisian kuesioner. Wawancara dilakukan terhadap 16 peternak itik Sawang, sedangkan observasi tentang sistem pemeliharaan dilakukan secara langsung di lokasi peternak. Data potensi kemudian ditabulasikan dan dianalisis secara dekriptif, sedangkan nilai rata-rata dan standar deviasi disajikan dalam bentuk tabel. c. Program Pelatiban Peternak Itik : Program ini dilaksanakan melalui kerjasama antara Dinas Peternakan Kabupaten Kepulauan Riau, Kepala Desa setempat, KCD Kecamatan Kundur, peneliti Balitnak dan peternak itik setempat . Peternak yang ada di lokasi penelitian dikumpulkan oleh aparat desa di Balai Desa untuk diberikan program pelatihan pada hari pertama dan kedua, dilanjutkan praktek lapang pada hari ketiga. d Aktifitas Kelompok Peternak Ilik : Pembentukan kelompok peternak itik di desa Sawang telah beberapa kali diupayakan baik oleh Dinas Peternakan setempat maupun oleh aparat desa, namun mengalami beberapa kendala, mengingat seluruh peternak adalah warga negara keturunan Cina yang sulit untuk berkomunikasi . Dengan adanya program pelatihan peternak itik diharapkan dapat segera tersusun pengunis kelompok. HASIL DAN PEMBAHASAN Survai potensi Jumlah itik yang dipelihara peternak rata-rata sebanyk 163 ekor di mana pemiliknya adalah warga negara keturunan Cina yang rata-rata bermata pencaharian sebagai nelayan (69%) sedangkan sisanya (31%) adalah pedagang (Tabel 1).
707
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
Tabel 1.
Profil peternak itik dan jumlah itik yang dipelihara di Desa Sawang, Kec . Kundur, Kab. Riau
Nama Peternak
Pekerjaan utama
Bun Cay Puncy/Bendi Sungling/Abun Nguang King/Tono Siak Cay Ciak Nang Lik Siang Ahan Cang M Kapao (Suwandi) Sing Ho (Agus) Angre Cing Liang Ahai Bal Bun Cun Rataan Standar deviasi
Dagang Nelayan Nelayan Nelayan Nelayan Dagang Nelayan Dagang Nelayan Dagang Dagang Nelayan Nelayan Nelayan Nelayan Nelayan
Umur peternak
> 6 bln
43 37
150
34 37 34 30 25 60
50 50 45
200 70 150
250
200 300 150
100 20
Asal itik
2-6
< 2 bln
50 -
250
70 200
180 100
300
70
110
-
450
150
200
50 100 20
250
100 200
250
37
50 300
20 200
150
41,44
250,
125,71 78,80
43 54 32
52
9,48
60
Umur itik
150 150
300
188,00
150
150
200 150 100 189,23
DOD DOD DOD DOD DOD DOD DOD DOD DOD DOD DOD DOD DOD DOD DOD DOD
195,63
Umur petemak bervariasi dari 25 tahun sampai 60 tahun dengan rata-rata 41 tahun . It dikandangkan di halaman rumah dengan pagar keliling setinggi t 2 meter terbuat dari papan ca terdapat tempat untuk berteduh di mana tempat pakan disediakan di bawahnya. Pemilikan it dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan umur yaitu dewasa (>6 bulan), remaja (2-6 bulan) di anak (< 2 bulan) . Pemilikan itik dewasa bervariasi dari 20 ekor sampai 300 ekor dengan rata-ra 162 ekor, itik dara antara 0-300 ekor dengan rata-rata 126 ekor dan anak antara 0-400 ekor. Angj rata-rata ini jauh lebih rendah dibanding pemilikan beberapa tahun yang silam berdasarkan ha wawancara dengan peternak yaitu antara 2.000-3 .000 ekor per peternak . Pakan yang diberikan berupa sagu yang dicincang, udang kecil (rebon) dan dedak pa dengan perbandingan yang sangat bervariasi di antara peternak (Tabel 2.). Harga pakan unt rebon kering, sagu dan dedak pada saat survai masing masing Rp 1000,-, Rp 100,- clan Rp 50 per kg. Rebon umumnya diberikan dalam keadaan segar setelah terlebih dahulu direbus d ditiriskan. Pada saat musim rebon, harga rebon turun dan umumnya peternak mengeringk dengan tidak selalu diberikan peternak mengingat bahan pakan ini tidak tersedia di lokasi d harus mendatangkan dari Tanjung Pinang. Sagu yang merupakan sumber karbohidrat terse( sepanjang tahun, sehingga peternak selalu memberikannya. Beberapa peternak di Sawang juga memelihara itik Pekin yang bibitnya dibeli dari Tanju Pinang . Itik ini dijual pada umur 3 bulan untuk keperluan sembahyang masyarakat keturun Cina. Mengingat cara pemeliharaan yang dicampur dengan itik petelur, maka kemungkinan tel terjadi kawin campur antara itik Sawang dan itik Pekin. Hal ini terlihat dengan adanya kelomp itik Sawang yang warna bulunya putih, kaki dan paruhnya kuning clan bertubuh langsing sept 70 8
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
tipe petelur. Peternak umumnya tidak mencatat produksi telur dari itik yang dipelihara, sehingga pengamatan produksi telur dilakukan dengan menanyakan produksi hari tersebut, sehari sebelumnya dan seminggu sebelumnya, dengan asumsi bahwa para peternak masih mengingatnya. Rata-rata produksi telur pada saat kunjungan adalah 40,55% dengan variasi antara 16-67% (Tabel 3). Tabel 2.
Jenis dan jumlah pakan serta mortalitas itik yang dipelihara di Desa Sawang, Kec. Kundur, Kab. Riau
Nama peternak Bun Cay Buncy Bendi Sungling/Abun Nguang King/Tono Siak Cay Ciak Nang Lik Siang Ahan Cang Hi Kapao (Suwandi) Sing Ho (Agus) Angre Cing Liang Ahai Balak Bun Cun Rataan Standar deviasi
Sagu
Pakan Rebon
Dedak
Mortalitas per bulan
% Mortalitas
67
33
-
5
0,88
64
32
4
8
1,78
67
33
-
3
1,67
67
33
-
7
1,17
67
33
-
6
1,20
67
33
-
3
0,60
70
30
-
5
0,77
67
33
-
5
2,50
70
30
-
2
30
-
0
0,44
70 70
30
-
2
1,25
70
30
-
4
0,67
70
30
-
3
0,60
64
29
7
2
0,91
70
25
5
10
1,54
60
20
20
5
0,91
67,500
30,250
2,250
4,375
1,055
22,612
12,658
5,303
2,472
0,586
0
Sedangkan rata-rata produksi telur sehari sebelumnya sedikit lebih tinggi yaitu 52,03%, sehingga dalam sehari terjadi penurunan produksi sekitar 11,5%. Bila dibandingkan dengan produksi telur seminggu sebelumnya yang mencapai 67%, maka tatnpak sekali adanya penurunan produksi selama kurun waktu satu minggu . Berdasarkan hasil wawancara, penurunan produksi disebabkan meningkatnya jumlah itik yang mengalami rontok bulu atau molting. Keadaan ini disebabkan oleh faktor pakan berupa menurunnya hasil tangkapan udang kecil dari jalur pemasaran telur itik masih terlalu panjang di mana telur dari peternak umumnya (56,2%) dijual ke tengkulak yang datang ke lokasi atau peternak sendiri yang membawa telurnya ke rumah tengkulak yang tinggal di Desa Sawang (Tabel 4). Dari tengkulak inilah biasanya peternak meminjam uang bila memerlukan, sehingga ada ikatan informal antara tengkulak clan peternak . Setelah telur terkumpul, kemudian oleh tengkulak dibawa ke Tanjung Batu dan seterusnya dijual ke Tanjung Pinang atau Batam. Peran tengkulak dalam pemasaran telur itik maupun penyediaan sarana produksi sangat penting, sehingga pendapatan peternak ditentukan oleh tengkulak langsung ke pasar atau ditetaskan sendiri bila memiliki mesin tetas. Hasil wawancaran juga menunjukkan bahwa seluruh telur dijual dalam bentuk segar, dengan kata lain bahwa peternak itik tidak ada 709
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
yang mengasinkan telurnya . Rata-rata peternak mengafkir itiknya setelah selesai produksi pa umur 28,5 bulan dengan variasi 24-36 bulan. Tabel 3.
Produksi telur itik yang dipelihara di Desa Sawang, Kec . Kundur, Kab. Riau
Nama petemak Bun Cay BuncyBendi Sungling/Abun Nguang King/Tono Siak Cay Ciak Nang Lik Siang Ahan Cang Hi Kapao (Suwandi) Sing Ho (Agus) Angre Cing Liang Ahai Balak Bun Ctm Rata-rata Standar deviasi
Hari ini % 40
Produksi telur Kemaren % 60
Mnggu lalu 75
53,33
73,33
80
42,86
57,14
85,71
33,33
66,67
73,33
16
32
48
45
45
65
16,67
53,33
66,67
26,67
40
66,67
30
30
40
75
75
75
50
50
50
66,67
66,67
86,67
40
46,67
66,67
60
60
60
33,33
50
83,33
201
26,671
50
40,551
52,031
67,00
16,821
14,421
13,83
Program pelatihan peternak itik
Tujuan dilaksanakannya program pelatihan peternak itik adalah untuk meningkatka pengetahuan peternak dalam pemeliharaan itik dan untuk ikut mendorong pembentukan kelompa peternak itik di Desa Sawang, Kecamatan Kundur, Kabupaten Riau Kepulauan yang merupaka pusat peternakan itik. Peserta training terdiri dari 24 peter,* di mana 2 peternak berasal dari 1 Buru dan sisanya dari Desa Sawang dan Desa Kundur, sedangkan 5 peternak yang diharapka datang dari P. Rupat tidak hadir. Materi yang disampaikan mencakup aspek pemuliaan, pakai penetasan, pemeliharaan itik dari DOD sampai siap bertelur, dan teori inseminasi buatan. Disktu secara umum tentang kendala yang ada di lapang dan upaya pemecaliannya . Di samping itu, disampaikan pula beberapa hal tentang pembentukan kelompok peternak itil mekanisme pembentukan serta pengelolaan kelompok tersebut . Administrasi dalam pengelolaa kelompok terutama aspek finansial baik berupa iuran kelompok, pembagian keuntungan da mekanisme pengelolaan dana juga merupakan bahan diskusi yang cukup menarik . Dalam diskusi, terungkap beberapa masalah pokok di lapangan antara lain ketersediaan serl pengadaan bahan pakan dan masalah pemasaran hasil. Selama ini peternak kecil yang ada di des Sawang umumnya terikat pada tengkulak baik dalam pengadaan sarana produksi maupq pemasaran telur itik. Dengan demikian peternak kecil dalam posisi yang lemah dalam penjuala 710
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
hasil . Dengan dibentuknya kelompok diharapkan dapat meningkatkan posisi peternak kecil dalam menentukan harga dan sekaligus melepaskan keterikatan dengan tengkulak . Tabel4 .
Pemasaran telur itik dan utnur itik afkir pada itik yang dipelihara di Desa Sawang, Kec . Kundur, Kab. Riau
Nama petemak Bun Cay Buncy/Bendi Sungling/Abun Nguang King/Tono Siak Cay Ciak Nang Lik Siang Ahan Cang Hi Kapao (Suwandi) Sing Ho (Agus) Angre Cing Liang Ahai Balak Bun Cun Rata-rata Standar deviasi
Telur dijual Pasar Tengkulak Pasar Tengkulak Tengkulak Pasar Pasar Tengkulak Tengkulak Ditetaskan Ditetaskan Tengkulak Tengkulak Tengkulak Tengkulak Pasar
Segar/asin segar segar segar segar segar segar segar segar segar segar segar segar segar segar segar segar
Umur afkir (bln) 30 24 24 24 30 30 36 36 30 30 30 24 24 24 30 301
28,5 3,97
Aktivitas kelompok peternak itik Pada akhir kegiatan penelitian, telah terbentuk kelompok peternak itik yang diberi nama "DUD Sawang Jaya" di mana ketuanya dipilih oleh para anggota sendiri . Jumlah anggota kelompok sebanyak 28 peternak dengan jumlah pemilikan itik mencapai 12 .000 ekor dengan komposisi 50% dewasa dan 50% muda. Selain mengumpulkan modal dari simpanan wajib dan sukarela dari anggota, juga mengadakan kegiatan berupa pengadaan bibit itik untuk melayani proyek-proyek pemerintah daerah setempat dan pembinaan penetasan telur itik. Kegiatan lain seperti pengadaan bahan pakan, pemasaran telur dan itik pedaging masih belum tampak. Namun demikian pembinaan kelompok oleh staf Dinas Peternakan setempat terus dilakukan dan aktivitasnya juga dimonitor . Upaya untuk membina petemak sebagai pembibit untuk menyediakan itik bagi anggota lain belum dapat berjalan dengan baik disebabkan beberapa faktor, yaitu: 1. 2.
3.
kontinuitas ketersediaan bahan pakan masih belum terjamin, terutama karena masalah permodalan yang lemah di samping hasil tangkapan ikan di laut yang semakin berkurang akibat adanya proyek pertambangan di perairan pantai, populasi itik yang dimiliki tampaknya masih dari jenis campuran antara itik petelur clan pedaging (dualpurpose), peternak pembibit masih sepenuhnya tergantung pada pembinaan oleh Dinas Peternkan, karena kurangnya kesadaran akan mekanisme pembibitan yang baik .
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
Dengan adanya hambatan-hambatan tersebut, pembentukan populasi dasar bagi pelaksanaa program pemuliabiakan untuk memperbaiki kualitas bibit belum dapat terlaksana . KESIMPULAN 1.
2.
3.
4.
Pengamatan secara umum menunjukkan bahwa populasi itik telah jauh menurun di dell Sawang dan peternak itikjuga menunjukkan sikap kurang serius terhadap usahanya. Peterna memelihara itik hanya sebagai usaha sambilan dan tidak terlalu optimis apakah usahan) menguntungkan atau tidak . Hal ini dapat merupakan hambatan bagi usaha pengembanga itik Sawang, jika ditinjau dari 2 segi. Pertama, minat peternak sudah menurun sehin& walaupun ada usaha perbaikan mungkin mereka sudah tidak tertarik lagi. Kedua, dari sel genetik jika populasi tinggal kecil saja maka akan sulit untuk memperbaiki tinglc produksinya melalui program seleksi, karena keragaman sumber genetik sudah hampir tida ada . Hal ini merupakan masalah yang serius dan perlu ditangani dengan segera . Umur peternak itik yang ada di Desa Sawang masih tergolong pada kelompok umur produkl sehingga memiliki potensi yang c4up baik untuk dikembangkan. Pemilikan itik bervaria dari 40 ekor sampai 650 ekor per peternak dengan variasi umur dari DOD sampai 24 bula Pakan yang diberikan umumnya berupa sagu dan rebon, sedangkan beberapa peterna menggunakan dedak dengan presentase yang kecil. Dedak jarang digunakan untuk pakan it karena tidak tersedia di lokasi dan harus didatangkan dari lain daerah. Rata-rata mortalit; itik sebesar 0,59% merupakan angka yang cukup rendah . Produksi telur pada saat kunjung, (40,55%) lebih rendah dari produksi sehari sebelumnva (52,02%) dan seminggu sebelumnm (67,00%) . Penuranan produksi pada satu minggu terakhir kemungkinan disebabkan ol( berkurangnya hasil tangkapan udang kecil (rebon) di laut, sehingga ketersediaan pakan it juga berkurang . Telur umumnya dijual pada tengkulak yang telah lama mempunyai ikata dengan peternak . Hanya sebagian kecil peternak menjual telur di pasar terdekat dan sebagi, ditetaskan. Mengingat peternak itik di Desa Sawang adalah WNI keturunan Cina, maka pendekatan yat perlu dilakukan adalah melalui aspek sosial dan ekonomi sebagai prioritas pertama dalai program pengembangan itik Sawang . Pengadaan kursus/latihan bagi peternak dap memberikan manfaat bila dikaitkan dengan perhitungan ekonomis . Inti dari kurs peternakan itik yang diberikan di Desa Sawang adalah " Menawarkan suatu sistem pemeliharaan itik sesuai dengan model yang telah disusul " Menekankan pentingnya memperbaiki sifat-sifat keturunan dari ternak itik yaj dimiliki . " Menegaskan perlunya dibentuk suatu kelompok peternak itik untuk menanggulan masalah-masalah yang ada secara bersama-sama . " Adanya suatu proyek percontohan oleh Dinas Peternakan sekaligus untuk pus pembibitan itik. Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, maka pembentukan kelompok atau KL nampaknya mutlak diperlukan terutama sebagai sarana dalam pembinaan peternak clan unti memperkuat posisi peternak baik dalam pengadaan sarana produksi maupun pemasaran has DAFTAR PUSTAKA
ANommovs .1995. FAO Production Year Book 1994. FAO Rome .
71 2
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1998
ROBiNsoN D.W ., A. UsmAN, E. DARTOJO, and E.R . CHAvEz . 1977 . The husbandry of Alabio ducks in South Kalimantan Swamplands . Centre for Animal Research and Development, Bogor, hidonesia. SJREGAR, A.P . 1981 . Program Nasional Penelitian Komoditi Itik . Pusat Penelitian dan Pengembangan Petemakan, Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian. VONDAL, P.J . 1983 . Financing duck farm by Hulu Sungai Utara Farmers. Provincial Area Development Program (PDP 11). NTT, Bengkulu, East Java, South Kalimantan, West Java, NTB. Occasionally Rpt. #21 . Resources Management International hic. Jakarta, Indonesia.