JPPI, Vol. 1, No. 1, November 2015, Hal. 26-41 e-ISSN 2477-2038
Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA
PROFIL PENILAIAN OTENTIK PADA KONSEP BIOLOGI DI SMA NEGERI KOTA TANGERANG SELATAN
(Diterima 28 September 2015; direvisi 27 Oktober 2015; disetujui 12 November 2015) Ella Nurlela Sari1, Eny Supriyati Rosyidatun2, Nengsih Juanengsih3 1
SMPIT Daarussalam, Bekasi Email:
[email protected] 2,3
Prodi Pendidikan Biologi, FITK, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
Abstract The objective of this study was to describe the use of authentic assessment by tenth grade Biology teachers of state senior high school in Tangerang Selatan. This study was carried out in the first half year of 2014/2015, started from October to December 2014. The survey method was used in this study. The technique of sampling was purposive sampling. The samples were: SMAN 3, SMAN 5, SMAN 9, and SMAN 11 Tangerang Selatan. We used non-test instruments which consisted of authentic assessment checklist sheet, teaching observation sheet, and questionnaire. By using descriptive percentage formula, we analyze quantitative data, and then the results were categorized according to parameter. The results showed that the worthiness level of attitude, knowledge, and skill assessment document of those research subjects were counted “suitable” category. The results of questionnaire and teaching observation showed that the use of authentic assessment in Biology teaching of state senior high school in Tangerang Selatan has been included in “good” category. Keywords: Authentic Assessment, Attitude, Knowledge, Skill. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran sistematis mengenai penggunaan penilaian otentik oleh guru biologi kelas X SMA Negeri di Kota Tangerang Selatan. Penelitian dilaksanakan pada Semester Gasal Tahun Pelajaran 2014/2015, dimulai pada bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Sampel penelitan ini berjumlah empat sekolah yaitu SMAN 3, SMAN 5, SMAN 9, dan SMAN 11 Tangerang Selatan. Instrumen yang digunakan adalah instrumen non-tes yang terdiri dari lembar analisis dokumen penilaian otentik, observasi pembelajaran, dan kuesioner. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan rumus deskriptif persentase, kemudian hasil analisis dibandingkan dengan parameter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kelayakan dokumen penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan subjek penelitian termasuk kategori “layak”. Hasil angket dan observasi pembelajaran menunjukkan bahwa penggunaan penilaian otentik dalam pembelajaran biologi SMA Negeri di Kota Tangerang Selatan termasuk dalam kategori “baik”. Kata Kunci: Penilaian otentik, Sikap, Pengetahuan, Keterampilan.
26
mencakup bukti-bukti yang menjadi
PENDAHULUAN Penilaian sering dianggap sebagai
petunjuk
pencapaian
hasil
belajar
salah satu dari tiga pilar utama yang
peserta didik, maka dari itu penilaian
sangat
kegiatan
dilakukan
tersebut
pembelajaran.
menentukan
pembelajaran.
Ketiga
pilar
terpadu
dengan
Ketika
kegiatan melakukan
adalah perencanaan, pelaksanaan dan
penilaian dalam pembelajaran, banyak
penilaian. Apabila ketiga pilar tersebut
kegiatan yang akan lebih jelas apabila
sinergis dan berkesinambungan, maka
dinilai langsung, misalnya kemampuan
akan
berargumentasi,
sangat
menentukan
kualitas
keterampilan
pembelajaran. Dalam paradigma baru,
menggunakan
suatu
peran guru bukanlah menjadi pemeran
keterampilan
melakukan
utama dalam pembelajaran lagi tetapi
Begitu pula menilai sikap atau perilaku
guru berperan menjadi fasilitator dan
siswa terhadap sesuatu atau pada saat
motivator belajar siswa terutama dalam
mengerjakan sesuatu.
kelas, berawal dari paradigma tersebut
alat
dan
percobaan.
Penilaian oleh guru dilakukan
munculah istilah asesmen (assessment).
secara
berkesinambungan
hingga
Penilaian atau assessment adalah
diperoleh hasil akhir belajar siswa dalam
proses pengumpulan berbagai data yang
satu periode pembelajaran menggunakan
bisa
teknik yang sesuai dengan kompetensi
memberikan
gambaran
perkembangan belajar siswa. Gambaran
pembelajaran
perkembangan
hendak
dicapai
siswa
perlu
siswa. Untuk itu penilaian hasil belajar
agar
bisa
oleh pendidik menggunakan berbagai
memastikan bahwa siswa mengalami
teknik penilaian berupa tes, observasi,
proses
benar
penugasan perseorangan atau kelompok,
(Rianto, 2009). Menurut Hart (dalam
dan bentuk lain yang sesuai dengan
Muslich, 2011), “ asesmen didefinisikan
karakteristik kompetensi dan tingkat
sebagai proses pengumpulan, pelaporan,
perkembangan peserta didik (Republik
penggunaan informasi tentang hasil
Indonesia,
belajar peserta didik yang diperoleh
pengajaran pada dasarnya terdiri dari
melalui pengukuran untuk menganalisis
penilaian
atau menjelaskan unjuk kerja/kinerja
otentik. Penilaian tradisional secara
atau
dalam
konvensional menggunakan tes tertulis
terkait”.
dan menekankan pada keterampilan atau
Penilaian merupakan bagian integral
pengetahuan tertentu yang dapat diuji
dari
secara objektif. Karena itu, bentuknya
diketahui
belajar
yang
oleh
guru
pembelajaran
prestasi
mengerjakan
proses
peserta
dengan
didik
tugas-tugas
pembelajaran
yang
JPPI, Vol. 1, No. 1, November 2015, Hal. 26-41 e-ISSN 2477-2038
27
2007).
Penilaian
tradisional
dan
dalam
penilaian
Ella Nurlela Sari, dkk
sering berupa tes objektif atau tes
semua
pilihan
afektif dan psikomotorik).
berganda.
Penilaian
selama
pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai
cara
diantaranya
ranah
kompetensi
(kognitif,
Dalam usaha memperbaiki sistem
dengan
pendidikan di Indonesia,
perubahan
pengumpulan hasil kerja peserta didik
kurikulum pun dilakukan. Perubahan
(portfolio),
hasil
karya
(product),
kurikulum ini memiliki tujuan untuk
(project),
kinerja
meningkatkan rasa ingin tahu siswa dan
(performance), dan tes tertulis (paper
mendorong siswa untuk aktif dalam
and pencil). Guru menilai kompetensi
pembelajaran.
dan
kurikulum
penugasan
hasil
belajar
peserta
didik
Penilaian 2013
dalam
mengacu
pada
berdasarkan tingkat pencapaian prestasi
Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013
peserta didik,. Proses penilaian yang
mengenai standar penilaian pendidikan
demikan disebut authentic assessment
(Republik Indonesia, 2013). Kurikulum
yang diterjemahkan ke dalam Bahasa
2013
Indonesia menjadi “asesmen otentik”
penilaian otentik (authentic assessment),
atau
yaitu siswa dinilai kesiapannya, proses,
“penilaian
otentik”.
(Rosalin,
2008).
mengisyaratkan
penggunaan
dan hasil belajar secara utuh. Dalam
Menurut Hart (dalam Rasyid dan Mansur,
2008)
penilaian
kurikulum KTSP sebenarnya sudah
autentik
memberikan
ruang
untuk
penilaian
sebagai salah satu hasil dari pendekatan
otentik namun dalam penerapannya di
penilaian
lapangan masih belum optimal, karena
dapat
dijadikan
alternatif
solusi dalam menilai perkembangan
penilaian
belajar siswa secara lebih komprehensif
penilaian berbasis kompetensi (proses
dan
dan hasil) dan belum secara tegas
objektif
autentik
yang
mengingat lebih
penilaian
secara
akurat
menuntut
belum
mengarah
adanya
remediasi
pada
secara
mencerminkan dan mengukur apa yang
berkala (Kunandar, 2013). Oleh karena
kita nilai dalam pendidikan. Penilaian
itu, penilaian otentik perlu digunakan
otentik merupakan suatu cerminan dunia
untuk mengukur perkembangan siswa
nyata dalam arti bahwa semua kegiatan
dari kesiapan, proses hingga akhir
yang dilakukan peserta didik dalam
pembelajaran baik sikap, pengetahuan
pencapaian kompetensi harus diarahkan
dan keterampilannya.
dalam kegiatan yang kontekstual dan
Berdasarkan hasil survei peneliti
bersifat komprehensif dan holistik yang
terhadap beberapa orang guru biologi,
terlihat pada penilaian yang melibatkan
ditemukan terdapat kesenjangan antara pembelajaran biologi dengan teknik
JPPI, Vol. 1, No. 1, November 2015, Hal. 26-41 e-ISSN 2477-2038
28
Ella Nurlela Sari, dkk
penilaian. Proses penilaian yang selama
yang
ini
dilakukan
mengungkap
guru
apa
dan
mampu
bagaimana format penilaian otentik serta
perkembangan
belajar
tujuan dan manfaat dari menggunakan penilaian otentik.
tersebut terungkap berdasarkan hasil bahwa
menggunakan
mengetahui
hanya
siswa pada salah satu ranah saja. Hal
survey,
belum
66,67%
guru
berdasarkan
ini
dilakukan
dokumentasi
penilaian
ranah
otentik yang digunakan oleh guru
menggunakan
biologi. Penelitian ini perlu dilakukan
penilaian pada ranah pengetahuan, dan
karena pembelajaran biologi tidak hanya
75% guru menggunakan penilaian pada
mementingkan produk saja, tetapi proses
ranah
pembelajaran
sikap,
penilaian pada
Penelitian
58,33%
guru
keterampilan.
Adapun
juga
perlu
dilakukan
pembelajaran biologi menekankan pada
identifikasi dan penilaian dari keutuhan
pemberian pengalaman langsung untuk
kompetensi
peserta
mengembangkan
(sikap,
pemahaman
dan
pengetahuan dan keterampilan) untuk
Berdasarkan
uraian
menjelajahi dan memahami alam sekitar
penelitian
secara ilmiah. Selain itu, untuk menilai
memberikan gambaran mengenai profil
hasil belajar peserta didik, guru dituntut
penggunaan Penilaian Otentik pada
untuk merencanakan dan menyusun
Konsep Biologi di SMA Negeri
instrumen penilaian yang disusun sesuai
Tangerang Selatan, khususnya di Kelas
dengan tujuan pembelajaran. Dalam
X”.
Permendikbud No. 66 Tahun 2013,
METODE PENELITIAN
kompetensi
ini
didik
(sikap,
keterampilan). di
atas
maka
bertujuan
untuk
di
Standar penilaian pendidikan adalah
Metode penelitian yang digunakan
kriteria mengenai mekanisme, prosedur
dalam penelitian ini adalah penelitian
dan instrumen penilaian hasil belajar
deskriptif
peserta
dilakukan
didik
(Republik
Indonesia,
survei.
Penelitian
dengan
ini
mencari,
2013). Namun demikian, tidak semua
mengumpulkan, menggambarkan dan
guru
menafsirkan data mengenai penggunaan
mampu
menyusun
instrumen
penilaian berdasarkan kurikulum 2013,
penilaian
karena penilaian otentik baru dikenal
melalui dokumen-dokumen penilaian
secara teori dan konsep. Adapun untuk
yang telah disusun dan digunakan oleh
penyusunan dan penggunaan penilaian
guru biologi kelas X.
otentik dalam prosedur penilaian kelas sehari-hari
masih
belum
otentik yang
Dokumentasi
dipahami.
penilaian
dalam penelitian ini
Bahkan, terdapat sebagian kecil guru
dokumen
JPPI, Vol. 1, No. 1, November 2015, Hal. 26-41 e-ISSN 2477-2038
29
dilakukan
penilaian
otentik
dibatasi pada hasil
tes
tulis,
Ella Nurlela Sari, dkk
observasi
sikap
keterampilan
dan
yang
penilaian
digunakan
dengan
proses
pembelajaran.
Hasil
pada
kuesioner yang diisi oleh guru, hasil
proses pembelajaran semester gasal.
analisis dokumen serta hasil observasi
Deskripsi
dilakukan
dokumen
pembelajaran
penilaian
otentik
mengulas
diinterpretasikan.
substansi
penilaian
pada tanpa
otentik
dalam
kemudian
HASIL DAN PEMBAHASAN
pembelajaran. Analisis hanya terhadap
Berdasarkan hasil survei terhadap
materi, konstruk dan bahasa instrumen
12 SMA Negeri se-Kota Tangerang
yang digunakan pada materi virus dan
Selatan, diperoleh informasi mengenai
protista.
data kepemilikan dokumen penilaian
Adapun sampel penelitian ini yaitu sejumlah menggunakan
SMAN yang penilaian
otentik guru biologi SMA Negeri di
telah
Tangerang
Selatan
beserta
di
penggunaan penilaian otentik. Data
wilayah Kota Tangerang Selatan yaitu
kepemilikan dokumen penilaian otentik
yaitu SMAN 3, SMAN 5, SMAN 9, dan
guru biologi SMA Negeri di Kota
SMAN 11.
Tangerang Selatan beserta data tentang
Intrumen
otentik
Kota
penelitian
yang
jenis-jenis
penilaian
otentik
yang
digunakan adalah instrumen non-tes
digunakan guru, disajikan dalam Tabel
dokumentasi berupa lembar analisis
1.
instrumen
penilaian
otentik
dan
Data pada Tabel 1 menunjukkan
kuesioner penilaian otentik. Selain itu,
bahwa 6 (enam) dari total 12 (dua belas)
pada tahap survei kedua digunakan
orang guru telah memiliki dokumen
daftar cek yang diisi oleh peneliti saat
penilaian otentik atau sekitar 50% guru
pembelajaran berlangsung.
memiliki dokumen penilaian otentik.
Dokumen yang telah terkumpul
Penilaian otentik dalam kurikulum 2013
selanjutnya dianalisis. Hasil analisis
adalah model penilaian yang dilakukan
dokumen penilaian tersebut digunakan
saat proses pembelajaran berlangsung
untuk mendata sekolah subjek penelitian
berdasarkan
yang memiliki dokumen penilaian yang
(pengetahuan, sikap dan keterampilan).
layak dengan tuntutan kurikulum 2013.
Dari enam sekolah yang telah memiliki
Selanjutnya,
melakukan
dokumen penilaian otentik, terdapat
observasi dalam pembelajaran dengan
empat sekolah yang memiliki dokumen
mengisi daftar cek. Hal tersebut perlu
penilaian berdasarkan tiga ranah. SMAN
dilakukan
4 hanya memiliki penilaian sikap dan
peneliti
karena
penilaian
otentik
dalam kurikulum 2013 erat kaitannya
keterampilan
JPPI, Vol. 1, No. 1, November 2015, Hal. 26-41 e-ISSN 2477-2038
30
tiga
kompetensi
sedangkan SMAN 10 Ella Nurlela Sari, dkk
hanya
memiliki
dokumen
penilaian
Keterangan: √ = Memiliki dokumen penilaian otentik
keterampilan saja.
Tabel 1 Data Kepemilikan Dokumen
Berdasarkan data pada Tabel 2
Penilaian Otentik SMA Negeri se-Kota
diketahui bahwa dokumen yang dimiliki
Tangerang Selatan
oleh guru hanya pada satu konsep
No.
Nama Sekolah (SMA Negeri) 1. SMAN 1 2. SMAN 2 3. SMAN 3 4. SMAN 4 5. SMAN 5 6. SMAN F 7. SMAN G 8. SMAN H 9. SMAN 9 10. SMAN 10 11. SMAN 11 12. SMAN 12 Persentase (%)
tertentu yang terdiri dari dokumen
Memiliki Dokumen Penilaian Otentik
penilaian
X X √ √ √ X X X √ √ √ X 50
dan
menggunakan penilaian otentik pada konsep virus, sedangkan SMAN 5 dan SMAN
keempat sekolah. Analisis dilakukan menggunakan rubrik yang telah disusun sebelumnya. Tabel 3 Data Hasil Analisis Dokumen Penilaian Sikap Aspek penilaian Relevansi Konten Kelengkapan instrumen Penulisan instrumen Tampilan instrumen Persentase (%)
Tangerang Selatan
√
√
√
√
√
√
√
√
penilaian
dokumen penilaian yang dimiliki oleh
Pembelajaran SMA Negeri se-Kota
√
menggunakan
disajikan tabel hasil analisis dari setiap
Penilaian Otentik dan Konsep
Jenis Dokumen Penilaian SiPeKetekap ngeramtahuan pilan √ √ √
11
otentik pada konsep protista. Berikut ini
Tabel 2 Data Kelengkapan Dokumen
SMAN 3 SMAN 5 SMAN 9 SMAN 11
sikap
keterampilan. SMAN 3 dan SMAN 9
Keterangan: √ = Memiliki dokumen penilaian otentik X = Tidak memiliki dokumen penilaian otentik
SMAN
pengetahuan,
Konsep
3 5
SMAN 5 9 4 5
5
4
5
4
5
5
5
5
4
4
4
5
95
85
95
90
11 4
Setiap dokumen penilaian sikap, keterampilan
maupun
pengetahuan
dilakukan analisis berdasarkan aspek Virus Protista Virus Protista
penilaian dokumen yang telah dibuat oleh peneliti. Dokumen penilaian sikap memuat berbagai indikator sikap dan perilaku yang dilakukan siswa selama pembelajaran
JPPI, Vol. 1, No. 1, November 2015, Hal. 26-41 e-ISSN 2477-2038
31
berlangsung.
Indikator
Ella Nurlela Sari, dkk
tersebutlah
yang
menjadi
fokus
penilaian guru.
memiliki
hasil
analisis
penilaian
dokumen
yang
berbeda.
Perbedaan
Bentuk dokumen penilaian sikap
kedua dokumen terletak pada tampilan
berbeda-beda, SMAN 3 memiliki bentuk
instrumen, karena tampilan instrumen
penilaian berupa daftar cek penilaian diri
milik guru SMAN 5 dalam kategori baik
dan penilaian antar peserta didik. SMAN
dan tampilan instrumen milik guru
5, SMAN 9 dan SMAN 11 memiliki
SMAN 11 dengan kategori sangat baik.
dokumen penilaian sikap berupa lembar
Persentase
kelayakan
setiap
observasi yang diisi oleh guru saat
dokumen
pembelajaran.
layak digunakan. Jika dilihat dari setiap
Dokumen
penilaian
keempat sekolah termasuk
keempat sekolah dianalisis berdasarkan
aspek
aspek
kemudian
dokumen,
kelayakan
memperoleh nilai kelayakan tertinggi
dokumen tersebut. Persentase penilaian
yang disebabkan dari segi bahasa,
aspek relevansi konten, kelengkapan
pengolahan
instrumen,
tampilan
kalimat keempat dokumen dari keempat
instrumen untuk dokumen penilaian
sekolah sangat baik. Dokumen penilaian
guru
9
sikap yang ditampilkan sudah baik,
memperoleh 95% yaitu dengan kategori
hanya saja beberapa penulisan atau
sangat
gambar yang kurang jelas.
penilaian,
ditentukan
yang
persentase
penulisan
SMAN
baik,
3
dan
dan
dokumen
SMAN
SMAN
5
memiliki persentase sebesar 85% dan
penilaian
untuk
penulisan
kata
dan
Kekurangan
keempat instrumen
kespesifikan
instrumen
yang
SMAN 11 90%. Meskipun persentase
dibuat guru terjadi karena memang
berbeda, namun dokumen setiap sekolah
dalam pembuatannya setiap guru hanya
layak untuk digunakan karena nilai
mengandalkan
persentase lebih dari 61%.
diperoleh dari pelatihan atau workshop
pengetahuan
yang
Dokumen penilaian sikap SMAN
yang diselenggarakan oleh pemerintah
3 dan SMAN 9 pada konsep yang sama
terkait implementasi kurikulum 2013.
yaitu konsep pembelajaran virus. Hasil
Selain dalam penyusunan instrumen,
analisis dari empat aspek penilaian
guru juga
dokumen menunjukkan persentase yang
menggunakan instrumen penilaian sikap
sama pula 95%. Maka kedua instrumen
untuk
dari
pembelajaran. Hal tersebut disebabkan
kedua
sekolah
memiliki
nilai
mengalami kendala dalam
menilai
setiap
siswa
dalam
kelayakan yang sama pula. Lain halnya
oleh kesulitan guru
dengan dokumen penilaian sikap SMAN
yang dilakukan setiap siswa, apakah
5 dan SMAN 11 dengan konsep protista,
telah mencirikan indikator yang hendak
JPPI, Vol. 1, No. 1, November 2015, Hal. 26-41 e-ISSN 2477-2038
32
mengamati apa
Ella Nurlela Sari, dkk
dinilai atau belum. Beberapa guru
Dokumen penilaian pengetahuan
mengatasinya dengan menggunakan satu
milik guru SMAN 3 dan SMAN 5
instrumen penilaian sikap untuk satu
memperoleh
konsep, yaitu satu konsep tersebut
termasuk kategori sangat baik digunakan
memiliki
kali
dan menjadi persentase yang tinggi
pertemuan. Setiap pertemuan guru dapat
untuk penilaian dari keempat aspek.
menilai atau mengamati sikap dari
Hasil penilaian dokumen guru SMAN 9
sepertiga jumlah siswa dalam kelas,
dan SMAN 11 masuk dalam kategori
maka
baik, karena persentasenya di atas 61%
dua
dalam
hingga
tiga
kali
tiga
pertemuan
dengan
dokumen penilaian pengetahuan SMAN
konsep
pembelajaran tertentu.
konsep
yang
yaitu
satu
Dengan
95%
diperoleh nilai seluruh siswa bersamaan tuntasnya
80%.
persentase
virus,
3 dan SMAN 9 memiliki perbedaan
Dokumen penilaian pengetahuan
persentase yang cukup jauh, perbedaan
diperoleh dari keempat sekolah
tersebut sangat terlihat pada aspek
dalam bentuk penilaian yang beragam.
kelengkapan unsur instrumen SMAN 11
SMAN 3 memiliki dokumen penilaian
yang dalam kategori cukup sedangkan
pengetahuan berupa tes tulis, tes lisan
aspek
dan penugasan. Instrumen tes tulis
penilaian SMAN 3 termasuk kategori
berbentuk pertanyaan pilihan ganda dan
sangat baik atau skor tertinggi. Sama
uraian. SMAN 5 memiliki dokumen
halnya, selisih persentase cukup besar
penilaian tes tulis dalam bentuk uraian.
juga terjadi pada persentase kelayakan
Sama dengan dokumen SMAN 3,
SMAN 3 dan SMAN 11. Kedua
dokumen
untuk
dokumen penilaian pada konsep yang
penilaian pengetahuan dengan instrumen
sama yakni protista, namun dengan
pilihan ganda dan uraian tes tulis.
persentase yang selisihnya 15%. Selisih
Dokumen penilaian pengetahuan milik
tersebut
SMAN 11 berupa lembar pengamatan
penilaian kelengkapan unsur instrumen
yang dilengkapi dengan pertanyaan tes
SMAN 5 yang berkategori sangat baik
tulis dalam bentuk uraian. Seluruh
dan
dokumen penilaian tersebut dianalisis
dokumen SMAN 11 dengan kategori
dengan beberapa aspek penilaian untuk
baik. Dokumen penilaian SMAN 9 dan
kelayakan instrumen penilaian yang
SMAN
dimiliki guru dan berikut ini disajikan
kelayakan yang selisihnya cukup jauh
tabel persentase kelayakan hasil analisis
dengan SMAN 3 dan SMAN 5 terlihat
yang
milik
SMAN
9
kelengkapan
dapat
aspek
11
untuk
dilihat
penilaian
memperoleh
dokumen
pada
aspek
kelengkapan
persentase
dari dokumen penilaian pengetahuan. JPPI, Vol. 1, No. 1, November 2015, Hal. 26-41 e-ISSN 2477-2038
33
Ella Nurlela Sari, dkk
dari skor aspek kelengkapan unsur
instrumen tersebut sudah praktis untuk
instrumen penilaian.
digunakan.
Tabel 4 Data Hasil Analisis Dokumen
Data pada Tabel 5 menunjukkan
Penilaian Pengetahuan Aspek Penilaian Relevansi Konten Kelengkapan Instrumen Penulisan Instrumen Tampilan Instrumen Persentase (%)
bahwa persentase penilaian terhadap
3 5
SMAN 5 9 5 4
5
5
3
dokumen penilaian keterampilan yang 11 4
dimiliki guru SMAN 3 dan SMAN 11 sebesar 95% yang artinya sangat baik
3
untuk digunakan. Begitu juga untuk 5
5
4
5
dokumen SMAN 5 termasuk sangat baik
4
4
5
4
untuk
95
95
80
80
persentasenya 90%. Dokumen penilaian
digunakan
keterampilan
Dokumen
penilaian
meskipun
SMAN
9
memiliki
kategori baik untuk digunakan dengan
keempat
sekolah terdiri dari beberapa jenis
persentase
penilaian
lain
SMAN 3 dan SMAN 9 memiliki selisih
penilaian projek, penilaian praktikum,
persentase kelayakan yang cukup besar
penilaian
yakni 20%, sedangkan kedua sekolah
keterampilan
portofolio,
antara
dan
penilaian
kelayakan
sebesar
presentasi. Untuk menilai keterampilan
tersebut
peserta
3
penilaian keterampilan pada konsep
penilaian
virus. Berdasarkan selisih persentase
didik,
menggunakan
guru
SMAN
instrumen
menggunakan
75%.
projek dan kinerja, sedangkan dokumen
tersebut,
penilaian keterampilan yang dimiliki
keterampilan yang dimiliki guru SMAN
guru
instrumen
3 lebih baik untuk digunakan jika
penilaian portofolio. Dokumen penilaian
dibandingkan dengan instrumen milik
portofolio juga dimiliki oleh guru
guru SMAN 9 untuk konsep virus.
SMAN 11, dan untuk SMAN 9 memiliki
Karena pada aspek relevansi konten dan
dokumen penilaian projek dan penilaian
tampilan
kinerja
memperoleh skor cukup, dan skor sangat
SMAN
untuk
5
berupa
menilai
keterampilan
instrumen
instrumen
instrumen
penilaian
SMAN
9
peserta didik. Praktis tidaknya suatu
baik dimiliki oleh instrumen SMAN 3.
instrumen penilaian memang termasuk
Tabel 5 Data Hasil Analisis Dokumen
relatif,
Penilaian Keterampilan
tetapi
jika
instrumen
telah
Aspek Penilaian Relevansi Konten Kelengkapan Instrumen
disajikan terstruktur dengan pengolahan bahasa yang baik dan benar serta penyajian kalimat yang spesifik dan tidak menimbulkan penafsiran lain maka JPPI, Vol. 1, No. 1, November 2015, Hal. 26-41 e-ISSN 2477-2038
34
3 5
SMAN 5 9 4 3
5
4
5
11 5 4
Ella Nurlela Sari, dkk
Penulisan instrumen Tampilan instrumen Persentase (%)
5
5
4
5
penulisan
4
5
3
5
demikian,
95
90
75
95
untuk
pengetahuan
berpersentase
dan
relevansi
9 dan SMAN 11 pada dasarnya mampu menyusun dan menggunakan instrumen
konten,
penilaian otentik dalam ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Sehingga
untuk
digunakan
dipakai
dalam
dikemukakan
(2013)
bahwa
oleh
guru
Pantiwati
membutuhkan
secara
holistik
konten,
peserta
instrumen
dapat
pendidikan
yang
didik
mutu
dan
penilaian otentik,
dan penilaian
menggunakan meliputi
ranah
sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Keempat
dokumen
sekolah
tersebut
yang
kemudian dilakukan analisis dokumen
memiliki keunggulan dan kelemahan secara
diperoleh
menerapkan
menggambarkan kemampuan siswa.
baik
mutu
memberikan
terdapat empat sekolah yang telah
kriteria dan aspek yang akan diukur agar
Masing-masing
gambaran
analisis dokumen
karena itu guru perlu menyesuaikan apa
sehingga
dalam
lembaga
Berdasarkan hasil kuesioner dan
asesmen autentik sangat bervariasi, oleh
bermakna
dan
2010).
meliputi
kognitif, afektif, dan psikomotor. Jenis
penilaian
guru
pendidikan secara nasional (Muchtar,
asesmen autentik yang dapat melakukan penilaian
oleh
pendidikan
pembelajaran. Hal ini sejalan dengan yang
Yang
selanjutnya penilaian autentik dapat
seluruh instrumen dari keempat guru layak
Perolehan
biologi dari SMAN 5, SMAN 3, SMAN
kelengkapan unsur instrumen, penulisan instrumen.
90%.
persentase tersebut menunjukkan guru
tingkat persentase di atas 61% untuk
tampilan
Karena
71% bahkan banyak dokumen yang
instrumen
SMAN 9 dan SMAN 11 memperoleh
dan
pendidikan.
menunjukkan persentase yang di atas
demikian,
aspek
penilaian
setiap dokumen dari setiap sekolah,
keterampilan dari SMAN 3, SMAN 5,
penilaian
ranah
berdasarkan penghitungan persentase
instrumen
instrumen SMAN 5.
sikap,
setiap
kurikulum
SMAN 11 dan skor “sangat baik” untuk
penilaian
yang
penilaian otentik yang menyesuaikan
saja, hal tersebut karena skor “baik”
Dengan
instrumen
telah dapat digunakan dalam melakukan
5 dan SMAN 11 memiliki selisih 5%
konten
semua
Walaupun
(pengetahuan, sikap dan keterampilan)
pada konsep protista milik guru SMAN
relevansi
tampilan.
dimiliki guru dari keempat sekolah
Instrumen penilaian keterampilan
untuk
atau
penilaian
kelengkapan,
JPPI, Vol. 1, No. 1, November 2015, Hal. 26-41 e-ISSN 2477-2038
35
dan
observasi
kegiatan
Ella Nurlela Sari, dkk
pembelajaran. Namun untuk observasi
langsung untuk ranah sikap dan spiritual
pelaksanaan
(Republik Indonesia,
pembelajaran
hanya
dilakukan di SMAN 5 dan SMAN 11. Penilaian
dan
2013). Dalam
RPP, guru juga menyiapkan instrumen
pembelajaran
penilaian yang sesuai dengan tema
dilaksanakan secara terpadu, karena
pembelajaran agar tujuan pembelajaran
penilaian
tercapai.
dalam
kurikulum
2013
mengisyaratkan penggunaan penilaian
Proses pembelajaran terdiri dari
otentik, yaitu siswa dinilai kesiapannya,
lima pengalaman belajar pokok yaitu,
proses dan hasil belajar secara utuh.
mengamati,
Mulai dari awal hingga pembelajaran
pertanyaan), mengumpulkan informasi,
berakhir guru melakukan penilaian baik
mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.
sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Dalam
Strategi dan model pembelajaran hingga
membuka
jenis dan bentuk penilaian yang hendak
melakukan pengamatan dengan melalui
digunakan guru, harus dipersiapkan
kegiatan melihat, menyimak, mendengar
terlebih dahulu dalam bentuk RPP.
dan
Sebagaimana dalam Permendikbud 81A
memfasilitasi siswa. Sebagaimana yang
tahun 2013, pelaksanaan pembelajaran
dilakukan oleh guru SMAN K dalam
didahului dengan menyiapkan rencana
pembelajaran protista yang dilakukan di
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
kelas, memberi kesempatan siswa untuk
dikembangkan oleh guru baik secara
menyimak
individu
pengelompokan protista. Saat kegiatan
mengacu
maupun pada
kelompok
kegiatan
mengamati,
kesempatan
membaca
video
(menyusun
siswa
sedangkan
terkait
guru untuk
guru
jenis
dan
(Republik
mengamati
guru
juga
Indonesia, 2013). Dalam Pemendikbud
kesempatan
siswa
untuk
RI No. 81A Tahun 2013 pembelajaran
mengenai apa yang dilihat dan disimak.
tersebut berkenaan dengan pembelajaran
Dengan
yang menyangkut KD (Kompetensi
pertanyaan, guru dapat menjawab dan
Dasar) yang dikembangkan dari KI-3
menjelaskan langsung kepada siswa
dan KI-4. Keduanya dikembangkan
penanya atau pula memberi kesempatan
bersamaan untuk pembelajaran dalam
siswa
ranah pengetahuan dan keterampilan,
jawabannya. Dari kegiatan menanya ini,
yang
guru dapat mengembangkan rasa ingin
disebut
langsung.
silabus
yang
bertanya
dengan
pembelajaran
Sedangkan
untuk
bimbingan
lain
untuk
guru
membuka bertanya
mengenai
menyampaikan
tahu peserta didik. Tindak lanjut dari
mengembangkan KD pada KI-1 dan KI-
bertanya
2 berkenaan dengan pembelajaran tidak
informasi dengan dari berbagai sumber
JPPI, Vol. 1, No. 1, November 2015, Hal. 26-41 e-ISSN 2477-2038
36
adalah
mengumpulkan
Ella Nurlela Sari, dkk
dan berbagai cara. Guru SMAN 11
perpustakaan, laboratorium, lapangan
memberikan
atau lingkungan. Seperti yang dilakukan
kesempatan
siswa
mengumpulkan dan mengasosiasikan
oleh
informasi dari buku dan internet dengan
eksplorasi dilakukan di laboratorium,
cara
karena dalam pembelajaran protista ini
berdiskusi
dalam
kelompok.
guru
SMAN
pelaksanaan
Dengan cara diskusi siswa dapat saling
siswa
membantu
dalam
keberadaan dan keragaman jenis protista
keterkaitan
informasi
menemukan
untuk
mengamati
bahkan
yang ada dalam air sawah, kolam,
mengambil berbagai kesimpulan dan
sungai dan air rendaman jerami. Setelah
pola
melakukan
yang
berikutnya
ditemukan. yaitu
menjelaskan ditemukan
pengamatan
dalam
atau
laboratorium, siswa menceritakan apa
yang
yang ditemukan dalam pengamatan
kegiatan
mencari
kepada siswa lain dan dinilai oleh guru
mengasosiasi
dan
sebagai hasil belajar kelompok peserta
kembali
informasi,
Kegiatan
menuliskan
dalam
menemukan
dan
dituntut
5,
pola.
apa
Hasil
tersebut
didik tersebut.
disampaikan di kelas dan dinilai oleh
Dalam kegiatan penutup, guru
guru sebagai hasil belajar peserta didik
bersama peserta didik atau peserta didik
atau kelompok peserta didik.
sendiri, membuat rangkuman sebagai
Untuk
pembelajaran
yang
simpulan
pembelajaran.
Selain
itu,
berkenaan dengan KD yang bersifat
dalam kegiatan penutup juga dilakukan
prosedur untuk melakukan sesuatu, guru
penilaian atau refleksi terhadap kegiatan
memfasilitasi agar peserta didik dapat
yang
melakukan
terhadap
konsisten dan terprogram, melakukan
pemodelan/demonstrasi oleh guru atau
umpan balik terhadap proses dan hasil
ahli,
pembelajaran.
pengamatan
peserta
didik
menirukan,
sudah
dilaksanakan
secara
selanjutnya guru melakukan pengecekan
Penilaian otentik dapat dilakukan
dan pemberian umpan balik, dan latihan
oleh guru dengan berbagai bentuk
lanjutkan pada peserta didik. Dalam
penilaian untuk ranah pegetahuan, sikap
setiap
harus
dan keterampilan. Teknik dan instrumen
memperhatikan kompetensi yang terkait
penilaian yang digunakan guru dalam
dengan sikap seperti jujur, teliti, kerja
menilai
sama, toleransi yang tercantum dalam
penilaian
silabus dan RPP. Cara pengumpulan
portofolio,
data sedapat mungkin relevan dengan
penilaian
data
pengetahuan
kegiatan
yang
guru
dieksplorasi
seperti
di
JPPI, Vol. 1, No. 1, November 2015, Hal. 26-41 e-ISSN 2477-2038
37
keterampilan unjuk
siswa
kerja,
penilaian produk.
berupa penilaian
projek
Dalam
peserta
didik,
dan
menilai guru
Ella Nurlela Sari, dkk
menggunakan instrumen penilaian tes
4. Dalam penilaian kinerja, kesulitan
tertulis dapat berbentuk pilihan ganda,
menilai setiap skill setiap peserta
isian atau uraian. Selain tes tulis adapula
didik dengan jumlah yang tidak
guru
sedikit.
yang
menggunakan
teknik
penugasan dan tes lisan. Untuk menilai
5. Terlalu banyak bukti fisik penilaian
sikap peserta didik, guru memiliki
yng
kesamaan dalam teknik dan instrumen
penilaian diri dan penilaian antar
yang digunakan yakni dengan teknik
peserta didik yang dinilai setiap satu
observasi saat pembelajaran baik di
KD
kelas
atau
saat
praktikum
harus
disimpan,
terutama
dengan
Kesulitan menerapkan penilaian
instrumen berupa daftar cek dengan
otentik dalam pembelajaran biologi
beberapa indikator sikap. Berdasarkan
disebabkan oleh beberapa penyebab,
hasil
pelaksanaan
diantaranya:
menerapkan
1. Kurangnya pelatihan yang diikuti
penilaian otentik tampak sejalan dengan
oleh guru, sehingga pengetahuan
hasil penelitian Azim dan Khan (2012)
guru
bahwa penilaian adalah suatu proses
masih terbatas.
observasi
pembelajaran
dengan
yang memfasilitasi siswa untuk belajar,
mengenai
2. Pelaksanaan
penilaian otentik
pelatihan
dan
yang
tidak
lebih dari sekedar suatu evaluasi dari
pendampingan
proses belajar mengajar.
berkesinambungan.
Guru biologi kelas X mengaku terdapat
banyak
dalam
setiap kelas yang harus dinilai dan
menerapkan penilaian otentik. Berikut
diamati untuk setiap poin sikap oleh
kesulitan-kesulitan yang dialami guru:
seorang guru.
1. Belum
kesulitan
3. Jumlah siswa yang banyak dalam
memahami
bagaimana
4. Waktu KBM yang masih kurang jika
menyusun instrumen penilaian. 2. Meskipun instrumen kelompok menggunakan
dalam
bersamaan
pembelajaran juga harus menilai
dalam
berbagai kompetensi peserta didik
dilakukan guru,
kesulitan
instrumen
satu per satu.
saat
5. Jadwal kegiatan sekolah dan KBM yang sering tumpang tindih.
3. Mengamati berbagai sikap setiap didik
proses
menyusun
pembelajaran tetap menjadi kendala.
peserta
dengan
bersamaan
6. Moving class bagi sekolah tertentu
dengan
yang
proses pembelajaran.
membutuhkan
waktu
penyesuaian (apersepsi) yang lebih lama.
JPPI, Vol. 1, No. 1, November 2015, Hal. 26-41 e-ISSN 2477-2038
38
Ella Nurlela Sari, dkk
7. Sarana
untuk
penilaian
kinerja
Dokumen
penilaian
yang
banyak
(praktikum) dalam laboratorium yang
memang harus dikumpulkan oleh guru
masih kurang
untuk
Penilaian kaitannya
otentik
dengan
sangat
kurikulum
erat
mengetahui
perkembangan
kemampuan setiap peserta didiknya,.
2013,
Meskipun
banyak
data
harus
tetap
harus
sedang kurikulum 2013 masih kategori
dikumpulkan,
baru
mendokumentasikannya karena dalam
diterapkan.
Kesulitan
dalam
guru
yan
menerapkan suatu hal baru tentunya
kondisi
tertentu
selalu ada, tidak menutup kemungkinan
menjadi
suatu
hal
dibutuhkan guru.
tersebut
dalam
menerapakan
dokumen bukti
tersebut
yang
sangat
Keutamaan tersebut
penilaian otentik. Pelatihan bagi setiap
yang menjadikan penilaian tersebut
guru terkait teknis maupun persiapan
menjadi otentik, karena terdapat bukti
pembelajaran
dibutuhkan,
penilaian terhadap peserta didik. Dalam
tertutama bagi para guru baru, karena
menilai sikap setiap peserta didik yang
kurikulum
jumlahnya
2013
diberlakukan termasuk
sangatlah
di
ini
baru
seluruh
jenjang
saja
sekolah
menengah
banyak,
guru
dapat
melakukan penilaian dalam dua atau tiga
atas
kali
pertemuan.
Jadi
dalam
satu
sehingga pemahaman dan kemampuan
pertemuan guru dapat menilai setengah
guru masih terbatas. Namun demikian,
atau sepertiga dari jumlah total siswa
jika hanya mengandalkan pelatihan saja
saja
tentu guru membutuhkan waktu lama
penilaian.
untuk memahami
penilaian otentik,
untuk
memudahkan
dalam
Walaupun banyak kendala yang
maka dari itu guru dapat lebih kreatif
menyebabkan
untuk mendapatkan informasi melalui
otentik tidak mudah, namun penilaian
berbagai buku ataupun dari berbagai
otentik tetap perlu dilakukan untuk
sumber di internet. Kesulitan teknis
melibatkan siswa baik persiapan, proses
pelaksanaan penilaian terkait waktu
hingga hasil pembelajaran. Agar setiap
tentu menjadi kendala besar, dengan
kompetensi sikap, pengetahuan dan
persiapan pembelajaran mulai dari RPP
keterampilan siswa secara terpadu dan
dan media pembelajaran yang telah
berkesinambungan dapat diketahui dan
terprogram, guru dapat mengurangi
dinilai oleh guru. Oleh karena penilaian
kendala tersebut. Dengan demikian,
otentik tidak hanya sebagai suatu model
proses
pelaksanaan
penilaian bagi guru saja tetapi dapat
pembelajaran menjadi sangat penting
mengevaluasi hasil belajar peserta didik
dan memudahkan teknis pelaksanaan.
dalam rangka membantu peserta didik
persiapan
JPPI, Vol. 1, No. 1, November 2015, Hal. 26-41 e-ISSN 2477-2038
39
pelaksanaan
penilaian
Ella Nurlela Sari, dkk
memahami dirinya. Dengan penilaian
Peningkatan Mutu Pendidikan. Jurnal Pendidikan Penabur. www.bpkpenabur.or.id, diakses pada 02 September 2014.
otentik yang memiliki berbagai jenis, dapat
memperkaya
guru
dalam
penggunaan variasi metode dan model
Muslich, M. 2011. Authentic Assesment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi. Refika Aditama. Bandung.
pembelajaran yang disesuaikan dengan materi dan karakteristik peserta didik. KESIMPULAN
Pantiwati, Yuni. 2013. Hakekat Asesmen Autentik dan Penerapannya dalam Pembelajaran Biologi, JEMS (Jurnal Edukasi Matematika dan Sains. 1. www.ejournal.unri.ac.id, diakses pada 03 Juni 2014.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa terdapat 4 sekolah dari 12 sekolah telah memiliki dokumen penilaian otentik yang disusun berdasarkan kurikulum 2013 yaitu penilaian yang mengukur
Rasyid, H., dan Mansur. 2008. Penilaian Hasil Belajar Cet. II. Wacana Prima. Bandung.
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Secara umum tingkat kelayakan keempat
dokumen sekolah
penilaian
Republik Indonesia. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2007 Standar Nasional Pendidikan. Sekretariat Negara. Jakarta. http://staff.unila.ac.id. Diakses tanggal 14 Agustus 2014.
dari
termasuk kategori
“layak” untuk digunakan dari hasil analisis relevansi konten, kelengkapan, penulisan
dan
tampilan
instrumen
diperoleh persentase lebih dari 75%.
Republik Indonesia. 2013. Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Sekretariat Negara. Jakarta. http://pgsd.uad.ac.id. Diakses tanggal 17 Desember 2014.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2005. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. Azim, Sher & Mohammad Khan. 2012. Authentic Assessment: An Instructional Tool to Enhance Students Learning, Academic Research International. 2. www.ecommons.aku.edu, diakses pada 03 Juni 2014.
Republik Indonesia. 2013. Salinan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum. Sekretariat Negara. Jakarta. http://sman 78-jkt.sch.id. Diakses tanggal 17 Desember 2014.
Kunandar. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013). Raja Grafindo Persada. Jakarta. Muchtar, Hartati. 2010. Penerapan Penilaian Autentik dalam Upaya JPPI, Vol. 1, No. 1, November 2015, Hal. 26-41 e-ISSN 2477-2038
40
Ella Nurlela Sari, dkk
Rianto, Y. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Kencana. Jakarta. Rosalin, E. 2008. Gagasan Merancang Pembelajaran Kontekstual. Karsa Mandiri Persada. Bandung.
JPPI, Vol. 1, No. 1, November 2015, Hal. 26-41 e-ISSN 2477-2038
41
Ella Nurlela Sari, dkk