PERILAKU BERISIKO dan FAKTOR RISIKO KEJADIAN SEKS PRANNIKAH PADA SISWA/SISWI SMA SEDERAJAT DI KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2015 Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
Oleh:
RENI DWI PARIHAT NIM: 1112103000087 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436H/ 2015 M
i
KATA PENGANTAR Assalamu’alikum warrahmatullahi wabarakatuh, Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, karunia, kasih saying dan ridho-Nya kepada kita semua. Sholawat beserta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang karena rahmat dan ridho-Nya saya dapat menyelesaikan penelitian dan laporan penelitian dengan judul “Perilaku Berisiko Dan Faktor Risiko Kejadian Seks Pranikah Pada Siswa/Siswi SMA Sederajat Di Kota Tangerang Selatan Tahun 2015.” Penyusunan laporan penelitian ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingiin mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri,M.Kes. Selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta yang selalu membimbing kami dalam segala hal untuk menjadi lebih baik. 2. dr. Achmad Zaki, M.Epid., SpOT selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter beserta segenap dosen program studi pendidikan dokter yang selalu memberikan bimbingan dan ilmu kepada saya selama menjalani masa pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. dr. Nouval Shahab, SpU, PhD, FICS,FACS selaku penanggung jawab Modul Riset Program Studi Pendidikan Dokter 2012 yang selalu membimbing dan memberikan motivasi dalam pelaksaan penelitian ini. 4. dr. Risahmawati, PhD selaku pembimbing pertama yang telah banyak sekali memberikan ilmu dan waktu beliau serta memberikan arahan, motivasi dan semangatkepada saya untuk selalu membimbing dengan penuh kesabaran dan kasih sayang sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan sebaik-baiknya. 5. dr. Mustika Anggiane Putri, M. Biomed selaku pembimbing kedua saya yang selalu memberikan waktu, tenaga dan ilmu untuk selalu memeberikan bimbingan, arahan dan semangat sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan sebaik-baiknya. 6. dr. Khalimah, MARS, SPKJ dandrg. Laifa Hendarmin, PhD selaku penguji siding saya yang telah menyempatkan waktu dan ruangnya untuk menguji skripsi saya,
v
memberikan masukan berupa kritik dan saran untuk menyempurnakan penelitian ini dan telah memberikan Ilmu baru. 7. Kedua orang tua saya tercinta, H. Kurma Kurniawan dan Hj. Iyos Rosyadah, kakak kandung saya Ridzal Hudzaeni, adik kandung saya Fihris Sa’adah serta seluruh keluarga besar saya yang telah turut serta dan selalu memberikan dorongan , motivasi, do’a dan kasih sayang yang tak terhingga selama penelitian ini. Tanpa do’a dan dukungan mereka penelitian ini tidak akan berjalan lancar. 8. Teman riset seperjuangan saya, Khairunnisa Dewi Adawiyah, Amelia Rosita, Irma Sari Muliadi yang telah memberikan semangat dan motivasi sukacita, bahagia telah kita lalui bersama hingga terselesaikannya penelitian ini. 9. Imas Maspupah , Sari Dewi Apriana Nst yang telah memberikan bantuan, do’a, semangat dan senyuman sehingga penelitian ini dapat berjalan sebaik-baiknya. 10. Seluruh siswa/siswi dan pihak sekolah SMA sederajat di kota tangerang selatan yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk menjadi responden dalam penelitian ini. 11. Teman – Teman keluarga besar PSPD 2012 dan CSS Mora UIN Syarif Hidayatullah untuk waktu yang telah dilalui bersama selama masa pendidikan saya di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 12. Semua pihak yang telah memebrikan dukungan dan do’a kepada saya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Laporan penelitian ini kemungkinan besar masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran untuk dapat memperbaiki laporan penelitian ini menjadi lebih baik lagi. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti, masyarakat serta yang membaca penelitian ini. Segala bentuk bantuan dan kebaikan yang telah dilakukan demi selesainya laporan penelitian ini, semoga mendapatkan balasan dari Allah SWT. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Jakarta, 14 September 2015
Penulis
vi
ABSTRAK Reni Dwi Parihat. Program Studi Pendidikan Dokter. Perilaku Berisiko dan Faktor Risiko Kejadian Seks Pranikah pada Siswa/Sisiwi SMA sedrajat di Kota Tangerang Selatan Tahun 2015. Kejadian seks pranikah dikalangan remaja dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, seiring dengan meningkatnya kejadian seks pranikah kita perlu mengetahui faktor yang mempengaruhinya. Tujuan penelitian: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perilaku berisiko serta faktor risiko kejadian seks pranikah pada siswa/siswi SMA , MA dan SMK di kota Tangerang selatan. Metode Penelitian :Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional yang dilakukan dengan metode cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April sampai Mei 2015. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa/siswi SMA, MA dan SMK di wilayah Kota Tangerang Selatan dengan sampel penelitian sebanyak 983 responden dari total
16 sekolah yang diambil secara multistage random sampling.
Instrumen penelitian ini adalah Kuesioner. Hasil penelitian ini dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil Penelitian :Dari data penilitian ini diketahui responden yang pernah berkontak fisik ( pegangan tangan, memeluk atau mencium pipi) sebesar (58,3%), mencium bibir (22,4%), memegang payudara kekasih (8,4%), memegang alat kelamin kekasih dengan tangan (5,8%), mengelus kelamin kekasih sehingga terangsang (5,6%), kekasih memegang kelamin (6,2%), kekasih memegang kelamin hingga terangsang (6,5%), pernah bersetubuh (2,8%), melakukan bersetubuh 1 kali seminggu (1,0%), dan melakukan aborsi (0,4%), pernah hamil setelah melakukan hubungan seksual (0,6%), takut terinfeksi HIV atau penyakit menular seksual lainnya (18,3%). Terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian seks pranikah (p = 0,030). Terdapat hubungan antara riwayat hubungan heteroseksual dengan kejadian seks pranikah (p = 0,000). Terdapat hubungan antara media mengakses film porno dengan kejadian seks pranikah (p = 0,063). Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi dengan kejadian seks pranikah (p = 0,247). Tidak terdapat hubungan antara pemahaman agama dengan kejadian seks pranikah (p = 0,892). Tidak terdapat hubungan antara norma dan gender dengan kejadian seks pranikah (p = 0,417). Terdapat hubungan antara peran keluarga dengan kejadian seks pranikah (p = 0,000). Terdapat hubungan antara lingkungan sosial dengan kejadian seks
vii
pranikah (p = 0,000). Terdapat hubungan antara pendidikan dengan kejadian seks pranikah (p = 0,000). Terdapat hubungan antara usia dengan kejadian seks pranikah (p = 0,026). Terdapat
hubungan
antara
uang saku
dengan
kejadian
seks
pranikah
(p
=
0,000).Kesimpulan :Kejadian seks pranikah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis kelamin, riwayat hubungan heteroseksual, media mengakses film porno, peran keluarga, lingkungan sosial, pendidikan, dan usia, uang saku. Kata Kunci: Seks, Pranikah, Jenis Kelamin, pacaran, film porno, keluarga, uang saku,interaksikeluarga.
viii
ABSTRACT
Reni DwiParihat. Doctor Education Program. The RiskBehaviour and Risk FactorOf Incidence Unmarriage Sex in SMA, MA and SMK School Students in South Tangerang City. 2015 Unmarriage sex among teenagers is affected by several factors, because of the high rate of unmarriage sex, we have to understand what factor that leads to this.Tujuan:The purpose of this research is to identify the behaviour and risk factor that lead to unmarriage sex in SMA,MA, and SMK in south tangerang.Methods: The method of this research was analytical observation with a cross-sectional data collection (cross sectional). The research was conducted from March to May 2015. The study population is all high school students and vocational schools in South Tangerang City areaas much as 983 students from a total of 16 schools taken as research sample. The research instrument in this research is questionnaire. The Results study by using the chi-square test.Results:The data that we collect from our respondent that have done some physical contact (holding hands,kiss on the cheek,hugging) is 58,3%. Kissing mouth-to-mouth 22,4%, touching and grabbing girlfriend’s breast 8,4%. Touch the girlfriend’s genitalia with his own hand 5,8%. Touch the girlfriend’s genitalia until she get turned on 5,6%. Touching boyfriend’s genitalia 6,2%. Touching boyfriend’s genitalia until turned on 6,5%.Have done sexual intercouse 2,8%. Did a regular intercourse once a week 1,0%. Did an abortion 0,4%. Got pregnant after sexual intercourse 0,6%. Afraid to be infected by HIV or STD 18,3%. There are correlation between gender and unmarriage sex (p=0,030). History of heterosexual course with unarriage sex (p=0,000). There is a correlation between the availability to access porn with unarriage sex (p=0,063). There are no correlation between reproduction knowledge with unmarriage sex(p=0,247). There are no correlation between intellectual capacity of religion to unmarriage sex(p=0,892). There are no correlation between gender and norm to umarriage sex(p=0,417). There are correlation between family’s factor and unmarriage sex(p=0,000). There are correlation between social environment and unmarriage sex(p=0,000). There are correlation between education and umarriage sex(p=0,000). There are correlation between age and unmarriage sex(p=0,026). There are correlation between pocket money and unmarriage sex (p=0,000).Conclusion:Unmarriage sex is affected by some factors, such as gender,availability media to access porn, family’s factor, social environment, education, age and pocket money
Key words: unmarriage sex, gender,porn movies,being in a relationship,family,pocket money, interaction of family.
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ................................................................................................................. i LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. ii LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................................. iii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................. iv KATA PENGANTAR ...........................................................................................................v ABSTRAK .......................................................................................................................... vii DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ix DAFTAR TABEL ............................................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .....................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................4 1.3 Hipotesis...............................................................................................................4 1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................................5 1.5 Manfaat Penelitian ...............................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ....................................................................................................7 2.1.1 Remaja...............................................................................................................7 2.1.1.1 Definisi Remaja………………………………………………….. 7 2.1.1.2 Epidemiologi Remaja di Indonesia………………..………..……………. 8 2.1.1.3 Tahap-Tahap Masa Remaja. ………………………………………………8 2.1.2 Perilaku Seksual. .............................................................................................13 2.1.2.1 Pengertian Perilaku Seksual Pra Nikah………………………………..…13 2.1.2.2 Bentuk-Bentuk Tingkah Laku Seksual…………………………………..15 2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkah Laku Seksual. .........................16 2.1.4 Masalah - Masalah Yang Diakibatkan Perilaku Seksual Remaja………...….20 2.2 Kerangka Konsep ...............................................................................................22 2.3Definisi Operasional ............................................................................................23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN
x
3.1 Desain Penelitian ................................................................................................26 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................25 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian .........................................................................28 3.3.1 Populasi dan Sampel .......................................................................................28 3.3.2 Kriteria Sampel ...............................................................................................28 3.3.3 Tehnik Pemilihan Sampel ...............................................................................29 3.3.4 Besar Sampel. ..................................................................................................30 3.4 Cara Kerja Penelitian. ........................................................................................32 3.5 Manajemen Data ................................................................................................33 3.5.1 Pengumpulan Data ..........................................................................................33 3.5.2 Instrumen Penelitian........................................................................................33 3.5.3 Pengolahan Data..............................................................................................34 3.5.4 Analisis Statistik .............................................................................................34
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Responden ....................................................................................35 4.2 Hasil Penelitian ..................................................................................................38 4.2.1 Riwayat Hubungan Heteroseksual ..................................................................38 4.2.2 Aktivitas Saat Berkencan ................................................................................39 4.2.3 Lingkungan Sosial. ..........................................................................................43 4.2.4 Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi. ................................................45 4.3 Analisis Bivariat. ...............................................................................................46 4.3.1 Hubungan Antara Jenis kelamin Dengan Perilaku Seks Pra Nikah. ..............46 4.3.2 Hubungan Antara Riwayat hubungan Heteroseksual Dengan Perilaku Seksual Pra Nikah. ........................................................................................................46 4.3.3 Hubungan Antara Media Informasi Mengakses Film Porno Dengan Perilaku Seksual Pra NIkah. ..........................................................................................47 4.3.4 Hubungan Antara Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Dengan Perilaku Seksual Pra Nikah. ..........................................................................................48 4.3.5 Hubungan Antara Pemahaman Agama Dengan Perilaku Seksual Pra Nikah. 49 4.3.6 Hubungan Antara Persepsi Tentang Gender Dengan Norma Dan Perilaku Seksual Pra Nikah. ..........................................................................................50 4.3.7Hubungan Antara Peran Keluarga Dengan Perilaku Seksual Pra Nikah. .......51 4.3.8 Hubungan Antara Lingkungan Sosial Dengan Perilaku Seksual Pra Nikah ...52 4.3.9 Hubungan Antara Pendidikan Dan Perilaku Seksual Pra Nikah. ....................53 4.3.10 Hubungan Antara Umur Dan Perilaku Seksual Pra Nikah. ..........................54
xi
4.3.11 Hubungan Antara Uang Saku Dan Perilaku Seksual Pra Nikah. ..................54 4.4 Pembahasan. .......................................................................................................55 4.4.1 Gambaran perilaku seks pra nikah ..................................................................55 4.4.2 Hubungan Antara Jenis kelamin Dengan Perilaku Seks Pra Nika. .................56 4.4.3 Hubungan Antara Riwayat Pacaran Dengan Perilaku Seksual Pra Nikah.. ....57 4.4.4Hubungan Antara Media Informasi Mengakses Film Porno Dengan Perilaku Seksual Pra NIkah. ..........................................................................................58 4.4.5 Hubungan Antara Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Dengan Perilaku Seksual Pra Nikah.. .........................................................................................59 4.4.6 Hubungan Antara Pemahaman Agama Dengan Perilaku Seksual Pra Nikah.. ..................................................................................................................................60 4.4.7 Hubungan Antara Persepsi Tentang Gender Dengan Norma Dan Perilaku Seksual pranikah. ............................................................................................61 4.4.8 Hubungan Antara Peran Keluarga Dengan Perilaku Seksual Pra Nikah. .......62 4.4.9 Hubungan Antara Lingkungan Sosial Dengan Perilaku Seksual Pra Nikah. ..63 4.4.10 Hubungan Antara Pendidikan Dengan Perilaku Seksual Pra Nikah. ............64 4.4.11 Hubungan Antara Umur Daengn Perilaku Seksual Pra Nikah......................65 4.4.12 Hubungan Antara Uang Saku Dengan Perilaku Seksual Pra Nikah. ............66 4.5
Keterbatasan Penelitian. ..................................................................................67
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ........................................................................................................68 5.2 Saran ...................................................................................................................69
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................77
LAMPIRAN .........................................................................................................................78
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1Proses perkembangan fisik pada remaja .................................................................9 Tabel 2.2Proses perkembangan psikologis remaja ..............................................................10 Tabel 4.1Daftar Sekolah Terpilih .........................................................................................34 Tabel 4.2Distribusi responden berdasarkan Sekolah ...........................................................35 Tabel 4.3Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..........................................36 Tabel 4.4Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ...............................................36 Tabel 4.5Karakteristik Responden Berdasarkan Agama .....................................................37 Tabel 4.6Karakteristik Responden Berdasarkan Umur .......................................................37 Tabel 4.7Distribusi frekuensi riwayat pacaran dengan lawan jenis .....................................38 Tabel 4.8Distribusi frekuensi aktivitas saat berkencan ........................................................40 Tabel 4.9Distribusi frekuensi aktivitas saat berkencan berdasarkan jenis kelamin .............41 Tabel 4.10Distribusi frekuensi lingkungan sosial ................................................................43 Tabel 4.11Distribusi frekuensi pengetahuan tentang kesehatan reproduksi ........................44 Tabel 4.12Hubungan antara jenis kelamin dan perilaku seksual pra nikah .........................47 Tabel 4.13Hubungan antara riwayat pacaran dengan lawan jenis dan perilaku seks pra nikah. ..................................................................................................................48 Tabel 4.14Hubungan antara media informasi mengakses film porno dengan perilaku seksual pra nikah. ...............................................................................................52 Tabel 4.15Hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual pra nikah, ..................................................................................................................53 Tabel 4.16Hubungan antara aspek religi dengan perilaku seksual pranikah. ........................3 Tabel 4.17 Hubungan antara persepsi tentang norma, gender dengan perilaku seksual pra nikah . .................................................................................................................54 Tabel 4.18 Hubungan antara riwayat hubungan heteroseksual dengan perilaku seksual pra nikaH. .................................................................................................................55 Tabel 4.19 Hubungan antara peran keluarga dengan perilaku seksual pra nikah. ...............56 Tabel 4.20 Hubungan antara lingkungan sosial dengan perilaku seks pra nikah.................57 Tabel 4. 21 Hubungan antara pendidikan dan perilaku seksual pranikah.. ..........................58 Tabel 4.21Hubungan antara pendidikan dan perilaku seksual pranikah. .............................59 Tabel 4.22 Hubungan antara umur dengan perilaku seksual pra nikah. ..............................60 Tabel 4.23Hubungan antara uang saku dengan perilaku seksual pranikah. .........................61
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup .......................................................................................74
xiv
xv
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Remaja merupakan peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.
Untuk
dipertimbangkan
menyempurnakan
definisi
mengenai
remaja
harus
definisi remaja menurut faktor biologis, psikologis dan
perubahan sosial. Secara biologis remaja dapat didefinisikan sebagai masa pubertas yaitu masa peralihan fungsi tubuh secara seksual dan fisik menjadi fungsi dewasa yang sudah matang. Secara psikologis remaja didefinisikan dilihat dari bentuk sudah tercapainya tugas-tugas pembangunan yang berhubungan dengan terciptanya identitas diri. Secara sosiologis remaja dapat didefinisikan sebagai bentuk dari status dan lingkungan yang secara spesifik merupakan periode transisi diantara masa kanak-kanak dan masa dewasa. 1 Remaja didefinisikan WHO sebagai seseorang yang berusia 10-19 tahun, tetapi Kementrian Kesehatan Indonesia mendefinisikan remaja sebagai seseorang yang belum menikah dan berusia 10-19 tahun. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mendefinisikan remaja sebagai seseorang yang belum menikah yang berusia 10-21 tahun..2 Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa, 63,4 juta jiwa diantaranya adalah remaja yang terdiri dari laki-laki sebanyak 32.164.436 jiwa (50,7 %) dan perempuan sebanyak 31.279.012 jiwa (49,3%).3 Besarnya angka populasi remaja membutuhkan perhatian khusus karena kemajuan masa depan bangsa ditentukan oleh kualitas remaja saat ini. Mereka memasuki masa sekolah dan angkatan kerja yang harus dipersiapakan secara jasmani, rohani, mental dan spiritual dengan baik, termasuk kesehatan reproduksi untuk menentukan kualitas generasi penerus bangsa yang baik. 2
2
Perilaku seksual adalah tindakan yang dilakukan oleh remaja berhubungan dengan dorongan seksual yang datang baik dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya yang meliputi Awakening Exponation misal berfantasi, membaca buku porno, masturbasi atau onani, pacaran dengan berkunjung ke rumah, bercanda, cium pipi, leher (petting) cium bibir, memegang buah dada, memegang alat kelamin, berhubungan seks (kopulasi).4 Perilaku
seksual
pranikah
pada
remaja
dapat
menimbulkan
permasalahan dari banyak aspek. Permasalahan yang timbul dari sisi kesehatan antara lain dapat menyebabkan remaja tertular HIV (Human Acquired Virus) /AIDS (Acquired Immunodeficiency Virus)
dan penyakit
menular seksual (PMS) lainnya. Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia yang dikeluarkan pada juni 2013, menyebutkan bahwa jumlah penderita positif HIV/ AIDS di Indonesia berjumlah 103.759 orang dan sebanyak 14.527 remaja terdiagnosis positif HIV.5 Selain itu risiko sosial yang didapat akibat perilaku seksual pranikah adalah kehamilan remaja yang tidak diharapkan. Remaja yang hamil cenderung mengalami anemia dan mengalami komplikasi prematuritas, dibandingkan ibu dengan usia 20 hingga 24 tahun. Remaja ibu yang terpaksa menjadi seorang ibu cenderung putus sekolah akibat dari beban moral, sosiobudaya, dan peran sebagai ibu. Meskipun banyak remaja yang melanjutkan pendidikan kembali di sekolah formal maupun program persamaan, umumnnya mereka tidak mencapai taraf ekonomi yang setara dengn perempuan lainnya yang tidak mengalami hal serupa.6 Hal tersebut akan mempengaruhi kualitas hidup remaja Indonesia di masa yang akan datang, didukung dengan data yang menunjukkan tingginya risiko Kekurangan energi kronis (KEK) pada wanita subur usia 15-49 tahun secara nasional sebanyak 24,2 % dan tingginya angka prevalensi anemia.7 KEK dan anemia akan mempengaruhi kesiapan remaja puteri untuk mengahadapi kehamilan usia dini.10
3
Pada tahun 2011 Greater Jakarta Transition to Adulthood survey (GTAS) mengadakan survey pada remaja di daerah Jakarta, Bekasi, dan Tangerang dan didapatkan hasil bahwa 11% dari responden yang belum menikah pernah melakukan seks, dengan perbandingan 16% pada laki-laki dan 5 % pada perempuan.8 Berdasarkan data penelitian The 2012 Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) menunjukkan sebanyak 8,3 % remaja laki-laki dan sebanyak 0,9% remaja perempuan usia 15-19 tahun yang belum pernah menikah pernah melakukan hubungan seks. Presentasi terbanyak saat pertama kali melakukan seks pada umur 17 tahun dan 16 tahun. Perempuan yang memiliki latar belakang pendidikan yang lebih rendah empat kali lebih banyak melakukan seks dibandingkan perempuan yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi, hal ini berbanding terbalik pada laki-laki.9 Penelitian IDHS (2012) juga menunjukkan alasan pertama kali melakukan seks pada laki-laki dan perempuan usia 15-24 tahun yang belum pernah menikah. Rasa penasaran sebanyak 54% (laki-laki 58%,perempuan 11%), reaksi spontan sebanyak 24%(laki-laki 22%, perempuan 38 %) dan paksaan oleh pasangan sebanyak 2,6% (laki-laki 2%,perempuan 13%), alasan lainnya sebanyak 16%, tidak ingat 1% dan missing 0,3%. (9)Sangat tingginya pengaruh pengetahuan reproduksi, perilaku seksual berisiko , lingkungan keluarga serta media sosial terhadap terjadinya hubungan seks diluar nikah dan kehamilan yang tidak diinginkan.8 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah remaja cukup banyak dan sangat kompleks. Penelitian ini hanya membatasi pada beberapa faktor, yaitu keluarga, sosio-ekonomi, riwayat pacaran dengan lawan jenis, norma dan gender, lingkungan sosial, pengetahuan reproduksi dan aspek religi.
4
Berdasarkan
latar
belakang
tersebut,
penulis
tertarik
untuk
mengadakan penelitian mengenai PERILAKU BERISIKO DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN SEKS DILUAR NIKAH pada SISWA/SISWI SMA SEDERAJAT DI KOTA TANGERANG SELATAN. 1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Diketahui
gambaran
perilaku
seks
pranikah
pada
siswa/siswi SMA sederajat di kota Tangerang Selatan. 1.2.2
Apakah peran keluarga mempengaruhi perilaku seks pranikah pada siswa/siswi SMA sederajat di Kota Tangerang Selatan ?
1.2.3
Apakah
sosio-ekonomi
mempengaruhi
perilaku
seks
pranikah pada siswa/siswi SMA sederajat di Kota Tangerang Selatan ? 1.2.4
Apakah pengetahuan kesehatan reproduksi mempengaruhi perilaku seks pranikah pada siswa/siswi SMA sederajat di Kota Tangerang Selatan?
1.2.5
Apakah
riwayat
pacaran
dengan
lawan
jenis
mempengaruhi perilaku seks pranikah pada siswa/siswi SMA sederajat di Kota Tangerang Selatan ? 1.2.6
Apakah pemahaman agama mempengaruhi perilaku seks pranikah pada siswa/siswi SMA sederajat di Kota Tangerang Selatan ?
1.2.7
Apakah lingkungan sosial mempengaruhi perilaku seks pranikah pada remaja SMA sederajat di Kota Tangerang Selatan ?
1.2.8
Apakah norma dan gender mempengaruhi perilaku seks pranikah pada remaja SMA sederajat di Kota Tangerang Selatan ?
5
1.3 Hipotesis
1.3.1
Keluarga, Sosio-ekonomi, lingkungan sosial, riwayat pacaran dengan lawan jenis, pengetahuan reproduksi dan aspek religi, norma dan gender sangat berpengaruh terhadap terjadinya seks pranikah pada siswa/siswi SMA sederajat di Kota Tangerang Selatan.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1
Tujuan umum
1.4.1.1 Untuk mengetahui perilaku siswa/siswi SMA sederajat di Kota Tangerang Selatan mengenai seks pranikah. 1.4.1.2 Untuk mengetahui faktor risiko terjadinya perilaku seks pranikah pada siswa/siswi SMA sederajat di Kota Tangerang Selatan.
1.4.2
Tujuan khusus
1.4.2.1 Menganalisa pengaruh peran keluarga sebagai faktor risiko terjadinya seks pranikah pada siswa/siswi SMA sederajat di Kota Tangerang Selatan. 1.4.2.2 Menganalisa pengaruh sosio-ekonomi sebagai faktor risiko terjadinya seks pranikah pada siswa/siswi SMA sederajat di Kota Tangerang Selatan. 1.4.2.3 Menganalisa pengaruh pengetahuan kesehatan reproduksi sebagai faktor risiko terjadinya seks pranikah pada siswa/siswi SMA sederajat di Kota Tangerang Selatan. 1.4.2.4 Menganalisa pengaruh riwayat pacaran dengan lawan jenis sebagai faktor risiko terjadinya seks pranikah pada siswa/siswi SMA sederajat di Kota Tangerang Selatan.
6
1.4.2.5 Menganalisa pengaruh aspek religi sebagai faktor risiko terjadinya seks pranikah pada siswa/siswi SMA sederajat di Kota Tangerang Selatan. 1.4.2.6 Menganalisa pengaruh lingkungan sosial sebagai faktor risiko terjadinya seks pranikah pada siswa/siswi SMA sederajat di Kota Tangerang Selatan. 1.4.2.7 Menganalisa pengaruh norma dan gender sebagai faktor risiko terjadinya seks pranikah pada siswa/siswi SMA sederajat di Kota Tangerang Selatan.
1.5 Manfaat Penelitian
1.
Bagi Subjek Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi
yang valid mengenai perilaku seks diluar nikah
beserta faktor apa saja berperan dalam meningkatkan perilaku seks diluar nikah yang diwakili oleh sampel.
2.
Bagi Institusi Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk institusi pendidikan terkait perilaku seks diluar nikah beserta faktor apa saja berperan dalam meningkatkan perilaku seks diluar nikah. Sehingga dapat dilakukan tindakan promotif dan preventif dan edukatif dalam lingkungan sekolah.
3.
Bagi Peneliti Melalui penelitian ini diharpakan dapat menerapkan dan memanfaatkan ilmu yang didapat selama pendidikan sebagai sarana dalam meningkatkan kemampuan menganalisi hasil penelitian.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Remaja 2.1.1.1 Definisi remaja Remaja merupakan perpindahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Untuk menyempurkan definisi mengenai remaja harus dipertimbangkan
definisi remaja menurut faktor biologis,
psikologis dan perubahan sosial. Secara biologis remaja dapat didefinisikan sebagai masa pubertas yaitu masa
peralihan
fungsi
tubuh secara seksual dan fisik menjadi fungsi dewasa yang sudah matang. Secara psikologis remaja didefinisikan dilihat dari bentuk sudah tercapainya tugas-tugas pembangunan yang berhubungan dengan terciptanya identitas diri. Secara sosiologis remaja dapat didefinisikan sebagai bentuk dari status dan lingkungan yang secara spesifik merupakan periode transisi diantara masa kanak-kanak dan masa dewasa.1 Remaja juga didefinisikan berdasarkan usia dan norma sosiokultural yang ada dalam wilayah tersebut. WHO mendefinisikan remaja sebagai seseorang yang berusia 10-19 tahun, akan tetapi Kementrian Kesehatan Indonesia mendefinisikan remaja sebagai seseorang yang belum menikah dan berusia 10-19 tahun. BKKBN mengkatagorikan remaja ke dalam seseorang yang belum menikah yang berusia 10-21 tahun.2 Masa remaja menurut Larson (2002) didefinisikan sebagai periode transisi perkembangan dari masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan bilogis, kognitif, dan sosioemosional.6
8
2.1.1.1 Epidemiologi remaja di Indonesia Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa, 63,4 juta jiwa diantaranya adalah remaja yang terdiri dari laki-laki sebanyak 32.164.436 jiwa (50,7 %) dan perempuan sebanyak 31.279.012 jiwa (49,3%).3
Data Sensus Penduduk tahun 2010 juga menggambarkan bahwa 55 dari 100 remaja kelompok umur 10-14 tahun ada yang sudah kawin, 10 dari 1000 remaja umur 10-14 tahun berstatus cerai hidup serta 1 dari 100 remaja umur 10-14 tahun pernah melahirkan hidup antara 1-2 anak. Kejadian kawin muda pada remaja umur 15-19 tahun lebih besar pada remaja pedesaan sebesar 3,53% di bandingkan di perkotaan sebanyak 2,81%.3
Hasil survey RPJM tahun 2010 Secara nasional remaja yang mengetahui masa subur dengan benar sebesar 21,6%. Remaja yang terpapar informasi PIK-Remaja (Pusat Informasi dan Konseling Remaja) hanya mencapai 28%, hal tersebut menjelaskan bahwasannya hanya 28 dari 100 remaja yang mengakses informasi yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi. 11 2.1.1.2 Tahap-tahap masa remaja a. Masa remaja awal12 Masa transisi setelah melewati masa anak dan baru memulai pubertas. Pada anak perempuan biasanya terjadi antara umur 10-13 tahun sedangkan pada anak laki-laki 10,5 – 15 tahun. Pada masa ini terjadi perubahan pubertal terbesar.6
9
b. Masa remaja menengah
Masa remaja menengah adalah masa pertumbuhan yang paling dramatis. Umur kronolgis dari masa ini bervariasi, dapat berkisar antara umur 11-14 tahun pada anak perempuan dan 12-15,5 tahun pada anak laki-laki
c. Masa remaja akhir Masa
remaja
akhir
merupakan
tahap
terakhir
dari
perkembangan remaja, seperti perkembanganan di tahap-tahap sebelumnya, umur pada tahap ini bervariasi. Pada anak laki-laki antara 14-16 tahun dan pada anak perempuan berkisar antara 13-17 tahun. Pada masa ini seringkali lebih menonjol minat karir, pacaran dan eksplorasi identitas.6 Tabel 2.1. Proses perkembangan fisik pada remaja Tahap perkembang an remaja
Masa remaja awal
Sexual maturi ty rating
1-2
Laki-laki Ciri seks primer16
Ciri seks sekunder12,16
Perempuan Ciri seks primer16
Ciri seks sekunder12,1 6
pembesaran testis munculnya rambut pubis
Bahu melebar,pinggul menyempit pertumbuhan rambut disekitar alat kelamin,ketiak,da da, tangan, dan kaki kulit menjadi lebih kasar dan tebal produksi keringat menjadi lebih banyak
perkembangan payudara
berfungsinya organ reproduksi wanita menjadi matur
pinggul melebar, bulat, membesar, putting susu membesar dan menonjol, payudara menjadi besar dan lebih bulat
perubahan tampilan genitalia eksterna menjadi lebih dewasa.
kulit menjadi kasar, lebih tebal, agak pucat,lubang pori kulit
uterus dan serviks membesar
10
Masa remaja menengah
3-5
volume testis berkisar 1014 ml
Endometrium berkembang serviks dan korpus uteri membesar
terjadi percepatan pertumbuhan dalam vesikula seminalis, epididimis dan prostat
Masa remaja akhir
5
kelenjar serviks mulai mensekresikan cairan, pH mucus menjadi asam
kemampuan ejakulasi
sebagian besar mengalami menarche
fungsi organ reproduksi seperti orang dewasa
fungsi organ reproduksi seperti orang dewasa
bertambah besar, kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif otot semakin besar dan kuat suara menjadi lenting
Tabel 2.2. Proses perkembangan psikologis pada remaja 16 Variable
Masa remaja awal
Masa remaja menegah
Masa remaja akhir
Somatik
Karakteristik seks sekunder Awal dari pertumbuhan yang sangat cepat Penampilan terlihat gugup
Puncak pertumbuhan tinggi badan Bentuk dan komposisi tubuh berubah Timbul jerawat dan bau badan Menarche/spermache
Secara fisik terlihat matur Pertumbuhan lebih lambat
Kognitif dan moral
Mampu mengoperasikan konsentrasi Mampu menolak peraturan yang sudah ada Moral yang masih konvensional
Pemikiran yang abstrak belum mampu membuat keputusan sendiri Lebih banyak bertanya
Mempunyai idealism untuk masa depan Mampu berpikir secara mandiri
Konsep diri/
Sadar akan perubahan
Focus pada ketertarikan
Bentuk tubuh yang lebih
11
pembentukan identitas
yang sedang terjadi dalam diri dan senang dengan perubahan tersebut, lebih suka berfantasi
meningkatkan mawas diri “Stereotypical adolescent”
stabil Terbentuk identitas yang lebih mantap Emansipasi mulai sempurna
Keluarga
Peningkatan kebutuhan privasi diri Peningkatan penawaran untuk lebih mandiri
Konflik antara kontrol dan kemandirian Perjuangan untuk menerima kemandirian
Meningkatkan kemandirian Pemisahan emosional dan fisik dari keluarga
Grup/teman sekelompok
Mencari jalinan teman yang berjenis kelamin sama sebagai wadah ekspresi
Lebih suka berteman secara grup Asyik dengan budaya kelompok
Mulai kurang menyenangi teman berkelompok, lebih suka secara kedekatan
Seksual
Meningkatnya ketertarikan terhadap anatomi seksual Merasa gelisah dan banyak bertanya mengenai anatomi seksual Keterbatasan dalam berkencan.
Mencoba untuk menarik perhatian patner Bertanya mengenai seksual Mulai menginisiasi hubungan dan aktivitas seksual
Fokus pada hubungan dengan lawan jenis yang stabil konsolidasi dari identitas seksual perencanaan masa depan dan komitmen
Pergaulan dengan masyarakat
Penyesuaian sekolah
Mengukur kemampuan dan kesempatan
Memutuskan karir
2.1.1.4 Teori perkembangan psikososial anak Banyak teori mengenai perkembangan psikososial mengenai anak salah satunya adalah teori Erik Erikson yang meliputi delapan tahap – tahap yang saling berurutan sepanjang hidup. Berikut adalah delapan tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson : 1. Tahap I : Trust versus Mistrust (0-1 tahun) Pada tahap ini, bayi berusaha untuk mendapatkan pengasuhan dan kehangatan, jika sang ibu memenuhi kebutuhan anaknya, maka sang anak akan mengembangkan kemampuannya untuk dapat mempercayai dan mengembangkan asa.
12
2. Tahap II : Auotonomy versus Shame and Doubt (1-3 tahun) Pada tahap ini anak belajar bahwa dirinya memiliki control atas tubuhnya, sehingga diharapkan orang tuanya menuntun anaknya, mengajarkan untuk mengontrol keinginan atau implus-implusnya, namun tidak dengan perlakuan yang kasar. Harapan idealnya, anak bisa belajar menyesuaikan diri dengan aturan-aturan sosial tanpa banyak kehilangan pemahaman awal mereka mengenai otonomi.
3. Tahap III : Initiative versus Guilt (3-6 tahun) Pada tahap ini anak belajar bagaimana merencanakan dan melaksanakan tindakannya. Resolusi yang tidak berhasil dari tahapan ini akan membuat sang anak takut mengambil inisiatif, memiliki rasa percaya diri yang rendah dan tidak mau mengembangkan harapan. Bila tahap ini terselesaikan dengan baik maka anak mempunyai tujuan dalam hidupnya.
4. Tahap IV : Industry versus Inferiority (6-12 tahun) Pada saat ini, anak belajar memperoleh kesenangan dan kepuasan
dari
menyelesaikan
tugas,
khususnya
tugas-tugas
akademik.penyelesaian yang baik dari tahap ini akan menciptakan anak yang dapat memecahkan maslah dan bangga akan prestasi dan hasil resolusi ego berupa kompetensi.sebalaiknya, apabila gagal maka anak akan merasa inferior.
5. Tahap V : Identity versus Role Confusion (12-18 tahun) Pada tahap ini, terjadi perubahan baik pada fisik maupun jiwa di masa biologis seperti orang dewasa, tetapi disisi lain dia dianggap belum dewasa. Pada masa ini anak mencari identitas dalam bidang seksual, umur dan kegiatan. Peran sebaya dan kelompok lebih tinggi pengaruhnya ketimbang peran orang tua.
13
6. Tahap VI : Intimacy versus Isolation ( masa dewasa muda) Pada masa dewasa muda, lebih mempelajari cara berinteraksi dengan orang lain secara lebih mendalam.apabila proses ini berhasil maka akan timbul resolusi ego berupa cimta.
7. Tahap VII : Generativity versus dtagnation ( masa dewasa menengah) Pada tahap ini, individu berusaha memberikan balasan kepada dunia atasa apa yang telah diberikan, juga melakukan sesuatu yang dapat memastikan kelangsungan generasi penerus di masa depan.
8. Tahap VIII : Ego Integrity versus Despair (masa dewasa akhir) Pada masa dewasaakhir ini, mereka mengingat kembali masa lalu dan melihat makna, ketentraman, dan integritas. Refleksi ke masa lalu akan sangat menyenangkan dan pencarian saat ini adalah unntuk mengintegrasikan tujuan hidup yang telah dikejar selama bertahuntahun. Kegagalan tahap ini akan membuat putus asa.
2.1.2 Perilaku seksual 2.1.2.1 Pengertian perilaku seksual pranikah a. Perilaku Menurut Lewit yang dikutip oleh Notoatmodjo (1993), perilaku merupakan
hasil
pengalaman
dan
proses
interaksi
dengan
lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan sehingga diperoleh keadaan seimbang antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan. 13 Suatu perilaku yang merupakan respon terhadap beberapa stimulus dapat dibagi menjadi beberapa aspek yang terdiri dari: 13
14
1. Perilaku tertutup ( convert behavior) Perilaku yang sifatnya masih tertutup dan masih berbentuk seperti perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan sikap seseorang dalam menerima stimulus.
2. Perilaku terbuka ( overt behavior) Suatu respon yang bersifat terbuka dan sudah berbentuk sebagai tindakan nyata terhadap suatu stimulus yang sudah diterimanya serta mudah dipahami dan dapat dilihat oleh orang lain.
b. Seksual
Menurut stenzel dan Krigiss (2003), seks adalah suatu ekspresi fisik diatas komitmen, kepercayaan dan saling ketergantungan yang membentuk pernikahan. Ketika seseorang tersenyum, memeluk, meremas tangan dengan pasangannya maka pada dasarnya ia tengah melakukan aktivitas seksual. 17 Menurut KBBI (2014) seksual adalah berkenaan dengan seks ( jenis kelamin); berkenaan dengan perkara persetubuhan antara lakilaki dan perempuan.19
c. Pranikah
Menurut KBBI (2014) pra artinya sebelum; di depan. Nikah artinya ikatan (akad) perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama. Dapat disimpulkan bahwa pra nikah adalah sebelum terjadi ikatan perkawinan yang dilakukan sesuai dengan hukum agama.19
15
d. Perilaku seksual pra nikah Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku seksual pra nikah adalah tindakan yang dilakukan oleh remaja berhubungan dengan dorongan seksual yang datang baik dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya yang meliputi Awakening Exponation misal berfantasi, membaca buku porno, masturbasi atau onani, pacaran dengan berkunjung ke rumah, bercanda, cium pipi, leher, petting, cium bibir, memegang buah dada, memegang alat kelamin, berhubungan seks (kopulasi).4 2.1.2.2 Bentuk-bentuk tingkah laku seksual Menurut Sarwono (2007) bentuk tingkah laku seks bermacammacam mulai dari perasaan tertarik, pacaran, kissing, kemudian sampai intercourse meliputi: 18
a. Kissing Ciuman yang dilakukan untuk menimbulkan rangsangan seksual, seperti di bibir disertai dengan rabaan pada bagian-bagian sensitif yang dapat menimbulkan rangsangan seksual. Berciuman dengan bibir tertutup merupakan ciuman yang umum dilakukan. Berciuman dengan mulut dan bibir terbuka, serta menggunakan lidah itulah yang disebut french kiss. Kadang ciuman ini juga dinamakan ciuman mendalam/ soul kiss.
b. Necking Berciuman di sekitar leher ke bawah. Necking merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan ciuman disekitar leher dan pelukan yang lebih mendalam.
c. Petting Perilaku menggesek-gesekkan bagian tubuh yang sensitif, seperti payudara dan organ kelamin. Merupakan langkah yang lebih mendalam dari necking.Ini termasuk merasakan dan mengusap-usap
16
tubuh pasangan termasuk lengan, dada, buah dada, kaki, dan kadangkadang daerah kemaluan, baik di dalam atau di luar pakaian.
d. Intercouse Bersatunya dua orang secara seksual yang dilakukan oleh pasangan pria dan wanita yang ditandai dengan penis pria yang ereksi masuk ke dalam vagina untuk mendapatkan kepuasan seksual
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual
Menurut Santrock (2007) beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seksual antara lain:6 a. Status Sosioekonomi Menurut Miller, Benson & Gallbraith (2001) Tinggal didalam lingkungan berbahaya dan/atau tergolong sosio-ekonomi rendah akan memberikan risiko untuk mengalami kehamilan di masa remaja.
b. Lingkungan keluarga Menurut Miller Benson & Gallbraith (2001) kedekatan atau keterjalinan, pengawasan atau pengaturan terhadap aktivitas remaja oleh orangtuanya, serta nilai-nilai yang ditanamkan orang tua untuk menentang hubungan seksual di masa remaja akan mengurangi risiko kehamilan di masa remaja. Menurut Williams & Schmidt (2003) hubungan yang sangat jauh atau saling mengindari didalam keluaraga sangat erat kaitannya dengan hubungan seksual dini. Selain itu memiliki kakak atau saudara yang aktif seksual atau saudara perempuan yang hamil/menjadi orang tua dapat meningkatkan risiko remaja untuk hamil.
c. Regulasi diri (self regulation) Menurut Lombardo (2005) regulasi diri adalah kemampuan seseorang untuk mengatur emosi-emosi dan perilakunya. Sebuah
17
penelitian yang dilakukan oleh Raffaelli & Crockett pada tahun 2003 menyebutkan bahwa rendahnya regulasi diri pada usia 12 hingga 13 tahun berkaitan dengan meningkatkan risiko seksual empat tahun sesudahnya. Penelitian yang dilakukan oleh Vesely dkk, pada tahun 2004 juga menyebutkan adanya kaitan antara regulasi diri yang rendah dengan tingginya risiko seksual. Para remaja yang belum pernah melakukan hubungan seksual cenderung lebih memiliki orang tua yang positif, kawan sebya yang positif, yang terlibat dalm aktivitas agama, dan memiliki aspirasi yang positif.
Modifikasi dari santrock (2007) yang mengutip Bandura (1998) dan menurut Suryoputro, dkk (2007) faktor yang berpengaruh pada perilaku seksual antara lain:
a. Umur Pubertas Pubertas adalah masa ketika seseorang mengalami perubahan fisk, psikis dan pematangan fusngsi seksual. Perubahan – perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual ( libido seksualitas).18
b. Pengetahuan Reproduksi Menurut notoatmodjo (2007) pengetahuan tentang kesehatan reproduksi adalah mencangkup apa yang diketahui seseorang terhadap kesehatan reproduksi meliputi: sistem reproduksi, fungsi, prosesnya dan cara-cara pencegahan/penanggulangan terhadap kehamilan, aborsi, penyakit-penyakit kelamin. Pengetahuan yang salah mengenai kesehatan reproduksi dan perilaku seksual maka akan membawa remaja kedalam kerugian seperti kehamilan, Penyakit menular seksual serta kerusakan moral.
18
c. Sikap Menurut Bungin (2001) Sikap seksual merupakan respon seksual yang diberikan seseorang setelah melihat, mendengar, atau membaca informasi serta pemberitaan, gambar-gambar yang berbau porno dalam wujud orientasi atau kecenderungan dalam bertindak.
d. Harga diri Harga diri cenderung menurun pada masa remaja, terutama pada remaja perempuan berumur 12-17 tahun. Menurunnya harga diri remaja perempuan adalah karena mmereka memiliki citra tubuh yang lebih negatif selama mengalami perubahan pubertas, dibandingkan remaja laki-laki. 20 e. Meningkatnya Perilaku Seksual Meningkatnya perilaku seksual membuat remaja selalu berusaha lebih banyak mencari informasi mengenai seks. Media elektronik dapat menjadi wadah untuk menarik perhatian dan meningkatkan
kesadaran
berbagai
pihak
terhadap
berbagai
perkembangan situasi yang terjadi dewasa ini. Kecenderungan pelanggaran terhadap perilaku seksual remaja makin meningkat oleh karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan teknologi canggih (video cassette, DVD, telepon genggam, internet, dan lain lain) menjadi tak terbendung lagi, akan meniru apa yang dilihat atau didengar dari media massa, khususnya karena mereka pada umumnya belum pernah mengetahuai masalah seksual secara lengkap dari orang tuanya.22
e. Peran Orang Tua Ketidaktahuan orang tua atau sikap yang masih mengaggap pembicaraan tentang seks kepada anak masih tabu cenderung membuat jarak dengan anak. Peran orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap remaja, orang tua yang sibuk, pengasuhan yang
19
buruk, dan perceraian orang tua akan menyebabkan remaja mengalami depresi, kebingungan, dan ketidakmantapan emosi yang menghambat mereka untuk bersikap tanggap sehingga remaja dapat dengan mudah terjerumus pada perilaku yang menyimpang seperti seks pranikah.21 f. Teman Sebaya Remaja mulai belajar mengenai pola hubungan timbal balik dan setara melalui interaksi dengan teman sebaya. Mereka juga belajar untuk mengamati minat dan pandangan teman sebaya supaya memudahkan proses penyatuan ke dalam kelompok aktifitas teman sebaya. Sullivan berangggapan bahwa teman memainkan peran penting dalam membentuk kesejahteraan dan perkembangan anak dan remaja.20
g. Peluang/ waktu luang Dengan adanya waktu luang yang tidak bermanfaat akan cenderung menimbulkan pergaulan bebas. Karena sifat dasar remaja yang masih mementingkan hidup bersenang-senang, bernalas-malasan, berkumpul-kumpul sampai larut malam sehingga akan membawa remaja kedalam pergaulan bebas.15
h. Budaya Budaya memiliki peranan penting dalam membentuk suatu pola berpikir dan pola pergaulan dalam masyarakat, yang berarti juga membentuk kepribadian dan pola pikir masyarakat tertantu. Peran budaya dalam masyarakat dapat dijadikan titik acuan dalam membentuk kepribadian seseorang atau kelompok. Masyarakat sering kali menerima langsung kebudayaan negatif yang menentang norma-norma
sehingga
remaja
dengan
proses
perkembangan
pembentukan identitas yang masih dini dapat menerima begitu saja budaya yang negatif.18
20
i. Gender Peran gender pada beberapa penelitian menyebutkan bahwa perubahan pubertas mendorong laki-laki dan perempuan untuk menyesuaikan diri berperilaku masukilin dan feminin. Harga diri cenderung menurun di masa remaja , terutama pada remaja perempuan berumur 12 – 17 tahun. Pada umumnya laki laki menunjukkan harga diri yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Menurunnya harga diri remaja perempuan adalah karena mereka memiliki citra tubuh yang lebih negatif selama mengalami perubahan pubertas, dibandingkan remaja laki laki.6 Sebuah studi yang dilakukan oleh Hyde & DeLamater (2005) menyatakan bahwa dibandingkan remaja laki-laki terdapat lebih banyak remaja perempuan yang menyatakan jatuh cinta sebagai alasan mereka aktif secara seksual.
2.1.4
Masalah-masalah yang diakibatkan perilaku seksual remaja
a. Kehamilan Remaja6 Kehamilan remaja mengandung risiko kesehatan bagi ibu dan bayi, umumnya bayi yang lahir cenderung memiliki berat badan lahir yang rendah, Kematian pada bayi, maupun masalah neurologis dan penyakit pada masa kanak-kanak. Hanya 1 dari 5 kehamilan remaja perempuan yang memperoleh perawatan pra kelahiran selama periode kehamilan. Remaja yang hamil cenderung mengalami anemia dan mengalami komplikasi prematuritas, dibandingkan ibu dengan usia 20 hingga 24 tahun. Selain itu para ibu cenderung putus sekolah akibat dari beban moral, sosio-budaya, dan peran sebagai ibu, meskipun banyak remaja yang melanjutkan pendidikan kembali di sekolah
21
formal maupun program persamaan, umumnnya mereka tidak mencapai taraf ekonomi yang setara dengn perempuan lainnya yang tidak mengalami hal serupa. Sebuah studi penelitian yang dilakukan oleh Hofferth & Reith (2002) mendapatkan bahwa anak yang lahir dari ibu remaja memiliki skor tes yang lebih rendah dan memperlihatkan perilaku yang bermasalah. Menurut Resnick,Wattenberg & Brewer (1992) masalah yang ditimbulkan bukan hanya dari masalah ibu dan bayinya tetapi berpengaruh juga terhadap para ayah yang masih remaja. Umumnya para ayah yang masih remaja memiliki penghasilan yang lebih rendah, kurang berpendidikan dan memiliki banyak anak dibandingkan pria lain yang tidak mengalami hal serupa. Hal ini terjadi dikarenakan mereka harus putus sekolah setelah menikahi pasangannya yang hamil.
Remaja putri yang hamil pada usia 15-19 tahun memiliki risiko 2 kali meninggal yang tinggi dibandingkan dengan yang berusia 20 tahun keatas, sementara remaja yang hamil dibawah usia 14 tahun memiliki risiko 5 kali lebih besar untuk meninggal. Hal ini dikarenakan panggul perempuan belum berkembang secara sempurna. Setelah dua tahun menstruasi, seorang remaja puteri masih mengalami perkembangan 2% - 9%, sehingga remaja yang hamil di bawah usia 14 tahun berisiko terjadinya disproporsi kepala bayi dan panggul ibu atau disproporsi sefalopelvik.
b. Infeksi yang menular secara seksual Diantara Penyakit Menular seksual (PMS) yang banyak dialami remaja, terdapat tiga penyakit yang disebabkan oleh virus yakni AIDS (acquired immune deficiency syndrome), herpes genital dan kutil genital, serta tiga PMS yang disebabkan oleh infeksi bakteri, yakni, Gonorrhea, Sifilis, dan Chlamydia.
22
2.2 Kerangka Teori
2.3 Kerangka Konsep
Variabel Bebas 1. Pengetahuan 2. Karakteristik keluarga dan sosio-ekonomi 3. Riwayat pacaran dengan lawan jenis 4. Lingkungan sosial 5. Pemahaman agama 6. Gender, dan normanorma .
Variabel Terikat Perilaku seks pranikah remaja
23
2.3 Definisi Operasional No
Nama Variable
Definisi
Skala Ukur
Hasil Ukur
Alat dan cara ukur
Nominal
Jenis
Menyebarkan
Operasional 1.
Sosio-ekonomi
Mengetahui tingkat
ekonomi
dan
aktivitas
kelamin,
umur, uang saku.
kuisioner
Tinggi,
Menyebarkan
sosial remaja. 2.
Pengetahuan
Kemampuan
seks pranikah
siswa
Ordinal
dalam
Nilai
Mean dari Skor
memahami tentang
>
kuisioner
pengetahuan seks ciri-ciri
pra nikah.
seks primer dan sekunder
beserta
fungsinya
untuk
Rendah,≤
Nilai
seksual,
fungsi
Median
Skor
fisiologis
tubuh
pengetahuan seks
dalam
pra nikah
bereproduksi dan dampak
seks
pranikah.
3.
Sumber
Media
informasi
Internet,
Tv,
Smartphone, jika
Menyebarkan
radio,
menggunakan
kuisioner
media
cetak,
gadget
teman,
seminar,
Nominal
dan
smartphone.
petugas kesehatan,
yang
menyediakan
Komputer,
pengetahuan
menggunakan
mengenai seksualitas
warnet dan
jika
dan
computer rumah.
lingkup reproduksi. 4.
Peran keluarga
Ada, ≤ nilai Mean
Menyebarkan
dalam mengawasi,
skor
kuisioner
megasuh,
keluarga
Peran orang tua
komunikasi,
Ordinal
peran
24
orangtua
yang
Tidak ada, > nilai
bercerai
atau
Mean
tidak,
tunggal,
tinggal
bersama
orang
tua
peran
keluarga
atau
tidak. 5.
Baik,
≤
Nilai
Peran
Peran lingkungan
lingkungan(tem
sekolah,
Mean skor peran
an)dan budaya
lingkungan
lingkungan.
Ordinal
Menyebarkan kuisioner
rumah, yangmempengaru hi
perilaku
seksual,
Buruk,
seperti
Nilai
Mean skor peran
banyaknya teman yang
>
lingkungan.
sudah
melakukan hubungan seksual pranikah. 6.
Aspek religi
Pengetahuan,
Ordinal
Tinggi,
>
Nilai
Menyebarkan
skor
kuisioner
ketaatan
Median
beragama,
pemaham agama.
wawasan mengenai agama serta
agama
rendah,
≤
sebagai indikator
skor
mawas diri dalam
pemahaman
berperilaku
agama
nilai
Median
seksual. 7.
Gender
dan
norma-norma.
Aturan
yang
terkait
dengan
perilaku
seksual
yang
diperoleh
Ordinal
Positif,
>
Nilai
Menyebarkan
Median
skor
kuisioner
gender,
dan
norma-norma
oleh remaja. Tanggapan mengenai
peran
Negatif,≤
Nilai
gender
Median
skor
terhadap perilaku
gender,
dan
seksual.
norma-norma.
utama
Seperti
25
kewajiabn menggunakan alat kontrasepsi, kekerasan terhadap
seksual
dll. 8.
Perilaku
seks
pranikah remaja
Aktivitas
remaja
Ordinal
Berisiko, apabila
Menyebarkan kuisioner
yang
didorong
Pernah melakukan
oleh
hasrat
salah satu perilaku
seksual baik yang
seks pranikah
dilakukan sendiri. Dengan jenis
lawan maupun
sesama jenis tanpa adanya
ikatan
apabila
agama,
misalnya berpegangan tangan, mencium pipi, berpelukan, dll selama atau pernah pacaran.
Berisiko, tidak
pernah melakukan perilaku pranikah
pernikahan menurut
Tidak
seks
26
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional yang menggunakan
desain
cross
sectional
(potong
lintang)
untuk
mengetahui perilaku berisiko dengan faktor risiko kejadian seks diluar nikah pada siswa/siswi SMA sederajat di kota Tangerang Selatan.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di 16 Sekolah SMA, SMK, dan MA yang ada di wilayah kota Tangerang Selatan. Waktu penelitian adalah bulan April hingga Mei 2015. Lokasi penelitian tersebar di 4 kecamatan di kota Tangerang Selatan.
Total SMA, SMK, MA dan MAN di wilayah koya Tangerang Selatan terdapat 138 sekolah.
Dilakukan multistage random sampling sehingga didapatkan 16 sekolah target di 4 kecamatan terpilih.
Satu sekolah di kocok untuk mewakili satu kecamatan, sisa sekolah lainnya di ambil dari sekolah yang berjarak paling dekat dengan sekolah sebelumnya di masingmasing kecamatan.
27
Tabel 3.1. Daftar sekolah terpilih No 1.
Kecamatan Ciputat
Nama Sekolah/Cluster
Tanggal Penelitian
Sekolah A
Senin, 20 April 2015
2.
Sekolah B
Senin, 20 April 2015
3.
Sekolah C
Selasa,21 April 2015
4.
Sekolah D
Jum’at, 24 April 2015
5.
Sekolah E
Rabu, 22 April 2015
Sekolah F
Selasa, 21 April 2015
7.
Sekolah G
Selasa, 21 April 2015
8.
Sekolah H
Selasa, 21 April 2015
Sekolah I
Rabu, 22 April 2015
10.
Sekolah J
Selasa, 28 April 2015
11.
Sekolah K
Selasa, 28 April 2015
12.
Sekolah L
Senin, 11 Mei 2015
Sekolah M
Rabu, 14 Mei 2015
Sekolah N
Rabu, 14 Mei 2015
15.
Sekolah O
Senin, 18 Mei 2015
16.
Sekolah P
Senin, 18 Mei 2015
6.
Pamulang
9.
Serpong
3
13.
Pondok Aren
. 14.
3
28
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi pada penelitian ini adalah 138 sekolah SMA sederajat baik negeri maupun swasta yang ada di Kota Tangerang Selatan, yang tersebar di 7 Kecamatan, yakni Kecamatan Ciputat sebanyak 40 sekolah, Kecamatan Ciputat Timur sebanyak 4 sekolah, Kecamatan Pondok Aren sebanyak 31 sekolah, Kecamatan Serpong Utara sebanyak 3 sekolah, Kecamatan Serpong sebanyak 33 sekolah, Kecamatan Pamulang sebanyak 21 sekolah, Kecamatan Setu sebanyak 6 sekolah.
3.3.2 Kriteria Sample i. Kriteria Inklusi a.
Siswa/siswi SMA sederajat di Kota Tangerang Selatan
b.
Siswa/Siswi yang belum menikah
c.
Siswa/siswi yang melakukan seks dengan lawan jenis
ii.
Kriteria Eksklusi a.
Siswa/siswi yang menolak jadi responden
b.
Siswa/siswi yang tidak hadir
29
3.3.3 Pemilihan Sampel Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah jenis probability sampling dengan metode multistage random sampling. Izin penelitian ke Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan
Mendapatkan surat izin penelitian
Izin penelitian ke Fakultas dan Program studi
Dilakukan pendataan jumlah sekolah (SMA, SMK, MA, MAN) di kota Tangerang Selatan melalui website kementrian dan kebudayaan Indonesia dan sejumlah websiter resmi lainnyahttp://www.psma.kemdikbud.go.id
Didapatkan jumlah sekolah sebanyak 138 sekolah dan jumlah total murid sebanyak 47.707 siswa di 7 kecamatan
Dilakukan pemilihan sampel kelas di masing-masing sekolah dengan menggunakan simple random sampling
Satu sekolah di kocok untuk mewakili satu kecamatan, sisa sekolah lainnya di ambil dari sekolah yang berjarak paling dekat dengan sekolah sebelumnya di masing-masing kecamatan.
Dengan jumlah sekolah perkecamatan diambil sesuai dengan proporsi jumlah sekolah yang ada.Didapatkan hasil: Kec. Ciputat: 5 sekolah kec. Pondok aren: 4 sekolah Kec.Serpong: 4 sekolah kec. Pamulang: 3 sekolah
Dilakukan pengambilan sampel sebanyak 886 sampel dari populasi dengan membagi jumlah seluruh murid ditangerang selatan dengan jumlah sampel yang akan di ambil
Di dapatkan hasil 53 siswa/sekolah, dikarenakan ada sekolah dengan jumlah siswa yang tidak lebih dari 50 siswa, maka target sampel yang dipilih adalah 50 siswa/ sekolah
Dilakukan penghitungan untuk memilih sekolah terpilih dengan membagi jumlah seluruh sampel dibagi dengan jumlah sampel per sekolah di dapatkan hasil sebanyak 16 sekolah terpilih
Selanjutnya dilakukan penghitungan untuk mencari jumlah sekolah per kecamatan, di dapatkan sebanyak 4 kecamatn terpilih; Ciputat, Pondok Aren, Serpong, Pamulang.
30
3.3.4 Besar Sampel Pada penelitian ini, penentuan besar sampel minimum yang diperlukan dapat dihitung dengan menggunakan rumus analisis kategorik tidak berpasangan
atau hipotesis dua proporsi tidak
berpasangan karena variabel dependen dan independen merupakan data kategorik, yaitu: Zα = 1,96 P1 = 0,50 P2 = 0,60 P = (P1+P2) / 2 = 0,55 Q = 1 – P = 0,40 Q1 = 1 – P1 = 0,50 Q2 = 1 – P2 = 0,482 Zβ = 1,282
Keterangan : Zα
= deviat baku normal untuk α
Zβ
= deviat baku normal untuk β
α
= tingkat kemaknaan sebesar 5%
β
= power penelitian sebesar 90%
P1
= Proporsi efek standar (proporsi responden dengan pengetahuan dan perilaku berisiko terhadap kejadian seks pranikah remaja di kecamatan ciputat timur)
31
P2
= Proporsi efek yang diteliti / clinical judgment (proporsi responden dengan pengetahuan dan perilaku tidak berisiko terhadap kejadian seks pranikah remaja di kecamatan ciputat timur)
√
√
√
√
Jumlah minimal sampel sebanyak 443 responden, kemudian sampel dikalikan dengan Deff 2 karena penelitian ini termasuk penelitian survei. Untuk meminimalisir adanya bias, maka 443x2 = 886 orang. Kemudian ditambah 10% untuk mengantisipasi adanya sampel yang rusak (drop out) yaitu 886 x 10% = 89. 886+89= 975 responden, namun pada penelitian ini di ambil sampel yang berjumlah 983 responden.
32
3.4 Cara Kerja Penelitian
Melakukan perizinan kepada dinas pendidikan KotaTangerang Selatan dan pihak kampus
Sumber kuisioner didapatkan dari kuisioner WHO mengenai perilaku seksual pada remaja.
Mendata seluruh SMA sederajat di Kota Tangerang Selatan Dilakukan validasi kuisioner kepada 30 siswa/siswi SMA
Memilih sampel penelitian
Datang ke sekolah yang terpilih sebagai sampel
Hasil
Permintaan izin kepada kepala sekolah dan melakukan perjanjian
Diskusi
Randomisasi kelas
Siswa/siswi kelas X dan XI yang hadir di kelas pada saat pengambilan data
Informed consent kesediaan untuk pengisian kuisioner
Bersedia
Kuisioner akhir
Tidak bersedia
Penjelasan tentang pengisian kuisioner
Pengisian kuisioner Clearing data Pengumpulan dan pengolahan data dengan SPSS 18
Drop out 16 kuisioner
33
3.5 Manajemen Data 3.5.1 Pengumpulan Data Penelitian ini akan dilaksanakan bila telah memperoleh persetujuan setelah penjelasan atau informed consent dari responden. Data dikumpulkan dengan cara menyebarkan kuesioner. Data primer diperoleh dari hasil kuisioner yang di bagikan kepada semua responden. Kuisioner berisi beberapa pertanyaan yang telah dijawab oleh responden berdasarkan pengetahuan dan pengalaman pribadi responden.
3.5.2 Instrumen Penelitian Instrumen atau alat dari penelitian ini adalah sejumlah kuisioner yang akan dibagikan kepada responden yang berisi: a. Sebelas pertanyaan mengenai karakteristik keluarga dan sosioekonomi responden. b. Tujuh belas pertanyaan mengenai sumber informasi dan pengetahuan responden terhadap kesehatan reproduksi yang bersangkutan dengan kehamilan, PMS dan alat kontrasepsi. c. Tujuh pertanyaan mengenai riwayat pacaran dengan lawan jenis. d. Delapan belas pertanyaan mengenai aktivitas saat berkencan. e. Tujuh pertanyaan mengenai keadaan lingkungan sosial. f. Sepuluh pertanyaan mengenai aspek religi. g. Dua puluh empat pertanyaan mengenai seksualitas gender dan norma-norma.
34
3.5.3 Pengolahan Data
Kuisioner penelitian yang telah di isi oleh siswa dan siswi SMA di kota Tangerang Selatan dikumpulkan berdasarkan nama sekolah, kemudian dilakukan pengecekan jumlah dan isi kuisioner. Setelah itu dilakukan input data kuisioner menggunakan excel dan dilakukan pengecekan terhadap data yang hilang atau input yang tidak benar. Setelah di dapatkan data yang lengkap kemudian dilakukan pengolahan data menggunakan program SPSS 18.
3.5.4 Analisis Statistik
Analisis data dilakukan dengan menggunakan komputer dan software SPSS versi 18. Analisis statistik menggunakan uji non parametrik dikarenakan data berskala pengukuran kategorikal atau kualitatif. Uji statistik yang dipilih adalah Chi-Square.
3.5.4.1
Analisis Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran atau distribusi frekuensi secara umum masing-masing variabel baik variabel dependen maupun variabel independen. Pada penelitian ini analisis univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran perilaku seksual pranikah beserta gambaran faktor-faktor risiko perilaku seks pra nikah pada anak SMA sederajat di Kota Tangerang Selatan.
3.5.4.2 Analisis
Analisis Bivariat bivariat
pada
penelitian
ini
dilakukan
untuk
mengetahui hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Pada penelitian ini analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan faktor risiko dengan perilaku seks pranikah.
35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Responden Tabel 4.1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan sekolah No.
Nama Sekolah/Cluster
Jumlah Responden
Persentase (%)
1.
Sekolah A
50
5,08
2.
Sekolah B
50
5,08
3.
Sekolah C
50
5,08
4.
Sekolah D
50
5,08
5.
Sekolah E
50
5,08
6.
Sekolah F
50
5,08
7.
Sekolah G
49
4,98
8.
Sekolah H
57
5,79
9.
Sekolah I
51
5,18
10.
Sekolah J
124
12,61
11.
Sekolah K
50
5,08
12.
Sekolah L
61
6,20
13.
Sekolah M
80
8,13
14.
Sekolah N
80
8,13
15.
Sekolah O
76
7,73
16.
Sekolah P
60
6,10
983
100%
Total
36
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa responden terbanyak dari Sekolah J yaitu sebanyak 124 responden (12,61%) dan responden dengan jumlah paling sedikit dari Sekolah G sebanyak 49 responden (4,98%). Perbedaan jumlah pengambilan responden didasarkan pada kebijakan sekolah mengenai proses jam pembelajaran sekolah yang berbeda-beda tiap sekolah. Hampir seluruh sekolah mengizinkan peneliti mengambil data pada jam pembelajaran tertentu dengan waktu yang telah ditentukkan oleh sekolah. Sehingga sampel yang di dapatkan tidak merata di semua sekolah.
Tabel 4.3. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin
N
Persentase(%)
Laki-laki
445
46,0
Perempuan
522
54,0
Total
967
100
Berdasarkan tabel diatas diketahui jumlah responden sebanyak 967 responden , dengan perbandingan antara jumlah laki-laki dan perempuan hampir sama. Jumlah responden terbanyak berjenis kelamin laki-laki sebanyak 522 orang (54,0%). Tabel 4.4. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan Riwayat Pendidikan
N
Persentase(%)
SMP
705
72.9
MTSN
90
9.3
Pondok Pesantren
66
6.8
Tidak Menjawab
106
11.0
967
100
Total
37
Berdasarkan tabel diatas diketahui jumlah responden yang mengisi pertanyaan mengenai riwayat pendidikan sebanyak 930 orang. Responden paling banyak berasal dari SMP sebanyak 705 orang (72,9%) dan paling sedikit berasal dari pondok pesantren sebanyak 66 orang (6,8%). Sebanyak 106 responden tidak menjawab.
Tabel 4.5. Karakteristik responden berdasarkan agama Agama
N
Persentase (%)
Islam
868
89.8
Protestan
58
6.0
Katolik
19
2.0
Hindu
4
0.4
Budha
5
0.5
Konghucu
7
0.7
Yahudi
2
0.2
Tidak menjawab
4
0.4
967
100.0
Total
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa responden paling banyak memeluk agama islam sebanyak 868 orang (89,8 %) dan protestan sebanyak 58 orang (6,0%). Tabel 4.6. Karakteristik responden berdasarkan umur
Umur
N
Presentase (%)
< 16 Tahun
741
76.6
≥ 16 tahun
226
23.4
Total
967
100.0
38
Pada penelitian ini usia dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu umur dibawah 16 tahun dan diatas 16 tahun. Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa responden paling banyak berumur kurang dari umur 16 tahun sebanyak 741 orang (76,6%).
4.2 Perilaku Berisiko 4.2.1 Riwayat Hubungan Dengan Lawan Jenis Karakteristik hubungan dengan lawan jenis digambarkan dengan memiliki pacar dan jumlahnya, intensitas berkencan dan kategori hubungan pacaran. Berikut distribusi frekuensi riwayat pacaran dengan lawan jenis. Tabel 4.6. Distribusi frekuensi riwayat pacaran dengan lawan jenis Riwayat Hubungan dengan Lawan Jenis
Persentase (%)
Memiliki pacar Pernah mempunyai pacar (n=983)
Jumlah pacar (n=967)
Hubungan telah berakhir (n=967)
Ya
82,1
Tidak
17,9
Satu
43.4
Dua
22.8
Tiga
0.6
Lebih dari Tiga
3.6
Tidak Ada
29.6
Ya
42,0
Tidak
58.0
Setiap hari
4.3
Satu kali dalam seminggu
55.0
Satu kali dalam sebulan
18.1
Intensitas berkencan Berkencan dengan pacar (n=967)
39
Satu kali dalam setahun
4.9
Tidak pernah
17.7
Biasa saja
75,6
Serius
24,0
Penting,akan menikah segera
0,4
Kategori hubungan pacaran Kategori (n=967)
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa mayoritas responden memiliki pacar (82,1%), berkencan seminggu satu kali (55,0%) dan hubungan pacaran kategori biasa saja (75,6%).
4.2.2 Aktivitas Saat Berkencan Aktivitas saat berkencan responden terdiri dari kontak fisik ringan, mencium bibir, dan pernah bersetubuh. Tabel 4.7.Distribusi frekuensi aktivitas saat berkencan Aktivitas Saat Berkencan
Kontak fisik ringan (pegangan tangan, memeluk atau mencium pipi) (n=967)
Mencium bibir (n=967)
Memegang payudara kekasih
N
Persentase (%)
Ya
564
58.3
Tidak
358
37.0
Tidak menjawab
45
4.7
Ya
217
22.4
Tidak
710
73.4
Tidak menjawab
40
4.1
Ya
81
8.4
40
(n=967)
Memegang alat kelamin kekasih dengan tangan (n=967)
Mengelus kelamin kekasih sehingga terangsang (n=967)
Kekasih memegang kelamin anda (n=967)
Kekasih mengelus kelamin anda sehingga terangsang (n=967)
Pernah bersetubuh (n=967)
Tidak
449
46.4
Tidak menjawab
437
45.2
Ya
56
5.8
Tidak
843
87.2
Tidak menjawab
68
7.0
Ya
54
5.6
Tidak
846
87.5
Tidak menjawab
67
6.9
Ya
60
6.2
Tidak
842
87.1
Tidak menjawab
65
6.7
Ya
63
6.5
Tidak
835
86.3
Tidak menjawab
69
7.1
Ya
27
2.8
Tidak
878
90.8
Tidak menjawab
62
6.4
Pasangan melakukan hubungan intim (n=33)
41
Kekasih
14
42.4
Teman
1
3.0
Kenalan
2
6.0
Pekerja seks komersial
6
18.2
Tidak menjawab
10
30.3
4
.4
Tidak Pernah
184
19.0
Tidak menjawab
779
80.6
> 2 kali per minggu
5
.5
1 kali seminggu
10
1.0
1 kali sebulan
6
.6
Tidak pernah
159
16.4
Tidak menjawab
787
81.4
6
.6
Tidak Pernah
170
17.6
Tidak Tahu
19
2.0
Tidak menjawab
772
79.8
Melakukan aborsi (n=967) Pernah
Intensitas melakukan hubungan seksual (n=967)
Mengalami Hamil (n=967) Pernah
Dari tabel diatas diketahui responden yang pernah berkontak fisik ( pegangan tangan, memeluk atau mencium pipi) sebesar (58,3%), mencium bibir (22,4%), memegang payudara kekasih (8,4%), memegang alat kelamin kekasih dengan tangan (5,8%), mengelus kelamin kekasih sehingga terangsang (5,6%), kekasih memegang
42
kelamin (6,2%), kekasih memegang kelamin hingga terangsang (6,5%), pernah bersetubuh (2,8%), melakukan bersetubuh 1 kali seminggu (1,0%), dan melakukan aborsi (0,4%), pernah hamil setelah melakukan hubungan seksual (0,6%), takut terinfeksi HIV atau penyakit menular seksual lainnya (18,3%). Tabel 4.8. Distribusi frekuensi aktivitas saat berkencan berdasarkan jenis kelamin Aktivitas saat berkencan
N total
Presentase
Perempuan
Laki-laki
Total (%)
(%)
(%)
Kontak fisik (Pegangan tangan, memeluk atau mencium pipi) (n=967)
Ya
564
58.3
51.1
48.9
Tidak
358
37.0
57.3
42.7
Tidak menjawab
45
4.7
64.4
35.6
Mencium bibir (n=967)
Ya
217
22.4
40.6
59.4
Tidak
710
73.4
57.6
42.4
Tidak menjawab
40
4.1
62.5
37.5
Ya
81
8.4
6.2
93.8
Tidak
449
46.4
22.9
77.1
Tidak menjawab
437
45.2
94.3
5.3
Memegang alat kelamin kekasih dengan tangan (n=967)
Ya
56
5.8
25.0
75.0
Tidak
843
87.2
54.2
45.8
Tidak menjawab
68
7.0
75.0
25.0
Mengelus kelamin kekasih sehingga terangsang
Ya
54
5.6
24.1
75.9
Tidak
846
87.5
54.4
45.6
Memegang ayudara kekasih (n=967)
43
(n=967)
Tidak menjawab
67
6.9
73.1
26.9
Kekasih memegang kelamin anda (n=967)
Ya
60
6.2
30.0
70.0
Tidak
842
87.1
54.2
45.8
Tidak menjawab
65
6.7
73.8
26.2
Kekasih mengelus kelamin anda sehingga terangsang (n=967)
Ya
63
6.5
28.6
71.4
Tidak
835
86.3
54.6
45.4
Tidak menjawab
69
7.1
69.6
30.4
Pernah bersetubuh(n=967)
Ya
27
2.8
40.7
59.3
Tidak
878
90.8
53.2
46.8
Tidak menjawab
62
6.4
71.0
29.0
4.2.3 Lingkungan Sosial Variabel penelitian ini berisi tentang ijin orang tua tentang anaknya yang berpacaran, lingkungan sosial responden yang telah berpacaran, berhubungan seksual dan aborsi. Tabel 4.9. Distribusi frekuensi lingkungan sosial Lingkungan Sosial Orang tua mengijinkan berpacaran/berkencan/keluar bersama lawan jenis (n=967)
N
Persentase (%)
Iya
374
38.7
Tidak
307
31.7
Tidak Tahu
244
25.2
Tidak menjawab
42
4.3
44
Teman yang sudah memiliki pacar (n=967)
Sedikit
282
29,2
Sebagian besar
685
70.8
Teman yang pernah mengaku sudah kontak fisik (berciuman,berpegangan tangan, memeluk) walaupun belum menikah (n=967)
Ada, 1-3 orang
418
43,4
Ada lebih dari 3 orang
291
30.1
Tidak ada
258
26,5
Teman yang mengaku sudah pernah berhubungan suami istri walaupun belum menikah (n=967)
Ada, 1-3 orang
255
26.2
Ada lebih dari 3 orang
65
6,8
Tidak ada
647
66.9
Ada, 1-3 orang
323
37,7
Ada lebih dari 3 orang
64
6,8
Tidak ada
590
66.5
Ada, 1-3 orang
77
8,1
Ada lebih dari 3 orang
35
3,7
Tidak ada
855
88,2
Ada, 1-3 orang
324
33,9
Ada lebih dari 3 orang
62
6,5
Tidak ada
581
59,6
Teman yang hamil sebelum menikah (n=967)
Teman yang pernah aborsi (n=967)
Lingkungan rumah (saudara kandung/saudara sepupu/tetangga/teman Sebaya) pernah hamil sebelum menikah (n=967)
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa (38,7%) responden diijinkan berpacaran oleh orang tua, sebagian besar teman responden memiliki pacar (70,8%), dari masing-masing responden mengaku lebih
45
dari tiga orang temannya telah melakukan kontak fisik (30,1%), ada teman yang pernah melakukan hubungan suami istri diluar pernikahan (26,2%) dan hamil sebelum menikah sebanyak (37,7%). 4.2.4 Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Pengetahuan responden tentang kesehatan reproduksi dibagi menjadi pengetahuan rendah dan pengetahuan tinggi. Dasar dari pengelompokkan tersebut adalah responden yang menjawab benar pertanyaan diatas nilai mean, sebaliknya responden yang menjawab benar sama dengan dibawah nilai mean di kategorikan pengetahuan rendah. Berikut distribusi frekuensi pengetahuan responden. Tabel 4.10. Distribusi frekuensi pengetahuan tentang kesehatan reproduksi Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi
N
Persentase (%)
Rendah
495
51,2
Tinggi
472
48,8
Total
967
100
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa pengetahuan responden berimbang antara responden yang memiliki pengetahuan rendah sebanyak 495 (51,2%) dengan responden yang memiliki pengetahuan tinggi sebanyak 472 (48,8%).
46
4.3 Hubungan Faktor Risiko Dengan Kejadian Seks Pranikah 4.3.1 Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Perilaku Seksual Pra Nikah
Tabel 4.11. Hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku seksual pra nikah
Perempuan
Perilaku Seksual Pra Nikah Berisiko Tidak Berisiko N % N % 227 58.4 295 51.0
Laki-Laki
162
41.6
283
49.0
Total
389
100
578
100
Jenis Kelamin
P Value 0,030
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa perempuan yang memiliki perilaku seksual pra nikah berisiko sebesar 58,2% sedangkan laki-laki yang memiliki perilaku seksual pra nikah berisiko sebesar 41,6%. Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui bahwa P value sebesar 0,030 yang berarti bahwa pada signifikansi 5% disimpulkan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku seksual pra nikah pada siswa SMA di Kota Tangerang Selatan.
4.3.2
Hubungan Antara Riwayat Pacaran dengan Lawan Jenis Dan Perilaku Seksual Pra Nikah
Tabel 4.12. Hubungan antara riwayat pacaran dengan lawan jenis dan perilaku seksual pra nikah Riwayat pacaran dengan lawan jenis Iya
Perilaku Seksual Pra Nikah Berisiko Tidak Berisiko N % N % 251
64.5
543
93.9
Tidak
138
35.5
35
6.1
Total
389
100,0
578
100,0
P Value
0,000
47
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa responden yang memiliki riwayat pacaran dengan lawan jenis yang memiliki perilaku seksual pra nikah berisiko sebesar 64,5% sedangkan responden yang tidak memiliki riwayat pacaran dengan lawan jenis yang memiliki perilaku seksual pra nikah berisiko sebesar 35,5%. Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui bahwa P value sebesar 0,000 yang berarti bahwa pada signifikansi 5% disimpulkan bahwa ada hubungan antara riwayat pacaran dengan lawan jenis dengan perilaku seksual pra nikah.
4.3.3
Hubungan Antara Media Informasi Mengakses Film Porno dengan Perilaku Seksual Pra Nikah Media
informasi
dikategorikan
kedalam
handphone
(smartphone dan gadget) dan komputer (warung internet dan computer pribadi). Tabel 4.13. Hubungan antara media informasi mengakses film porno dengan perilaku seksual pra nikah
Media N
Perilaku Seksual Pra Nikah Berisiko Tidak Berisiko % N %
P Value
Handphone (Smartphone dan
101
63.9
249
72.6
Gadget) Komputer (Warung Internet dan
0,063 57
36.1
94
158
100,0
343
27.4
Komputer Pribadi) Total
100
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa responden yang memiliki media handphone dan memiliki perilaku seksual pra nikah berisiko sebesar 63,9% sedangkan responden yang memiliki komputer dan memiliki perilaku seksual pra nikah berisiko sebesar 36,1%. Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui bahwa P value sebesar 0,063 yang berarti bahwa pada signifikansi 5% disimpulkan bahwa
48
tidak ada hubungan antara media informasi mengakses film porno dengan perilaku seksual pra nikah pada siswa SMA di Kota Tangerang Selatan. 4.3.4
Hubungan Antara Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dengan Perilaku Seksual Pra Nikah
Pengetahuan responden tentang kesehatan reproduksi dibagi menjadi pengetahuan rendah dan pengetahuan tinggi. Dasar dari pengelompokkan tersebut adalah responden yang menjawab benar pertanyaan diatas nilai mean, sebaliknya responden yang menjawab benar sama dengan dibawah nilai mean di kategorikan pengetahuan rendah. Berikut distribusi frekuensi pengetahuan responden. Tabel 4.14. Hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual pra nikah
Rendah
Perilaku Seksual Pra Nikah Berisiko Tidak Berisiko N % N % 189 48.6 304 52.6
Tinggi
200
51.4
274
47.4
Total
389
100,0
578
100,0
Pengetahuan
P Value 0,247
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa pengetahuan responden yang rendah dan memiliki perilaku seksual pra nikah berisiko sebesar 48,6% sedangkan responden yang pengetahuan tinggi dan memiliki perilaku seksual pra nikah berisiko sebesar 51,4%. Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui bahwa P value sebesar 0,247 yang berarti bahwa pada signifikansi 5% disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual pra nikah pada siswa SMA di Kota Tangerang Selatan.
49
4.3.5
Hubungan Antara Aspek Religi Dengan Perilaku Seksual Pra Nikah Aspek
religi
dibagi
menjadi
pemahaman
rendah
dan
pemahaman tinggi. Dasar dari pengelompokkan tersebut adalah dikatakan tinggi apabila skor responden diatas nilai mean, sebaliknya skor sama dengan dibawah nilai mean di kategorikan rendah.
Tabel 4.15. Hubungan antara pemahaman agama dengan perilaku seksual pranikah
Rendah
Perilaku Seksual Pra Nikah Berisiko Tidak Berisiko N % N % 228 58.6 335 58.0
Tinggi
161
41.4
243
42.0
Total
389
100
578
100
Aspek Religi
P Value 0,892
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa responden yang memiliki religius rendah dan memiliki perilaku seksual pra nikah berisiko sebesar 58,6% sedangkan responden yang memiliki religius tinggi dan memiliki perilaku seksual pra nikah berisiko sebesar 41,4%. Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui bahwa P value sebesar 0,892 yang berarti bahwa pada signifikansi 5% disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara aspek religi dengan perilaku seksual pra nikah pada siswa SMA di Kota Tangerang Selatan. 4.3.6
Hubungan Antara Persepsi tentang Norma dan Gender dengan Perilaku Seksual Pra Nikah
Tabel 4.16. Hubungan antara persepsi tentang norma, gender dan perilaku seksual pra nikah
Negatif
Perilaku Seksual Pra Nikah Berisiko Tidak Berisiko N % N % 213 54.8 333 57.6
Positif
176
45.2
245
42.4
Total
389
100
578
100
Persepsi
P Value 0,417
50
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa responden yang memiliki persepsi negatif tentang seksual, norma dan gender dan memiliki perilaku seksual pra nikah berisiko sebesar 54,8% sedangkan responden yang memiliki persepsi positif tapi memiliki perilaku seksual pra nikah berisiko sebesar 45,2%. Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui bahwa P value sebesar 0,417 yang berarti bahwa pada signifikansi 5% disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara persepsi tentang seksualitas, gender dan norma dengan perilaku seksual pra nikah pada siswa SMA di Kota Tangerang Selatan.
4.3.7
Hubungan Antara Peran Keluarga dengan Perilaku Seksual Pra Nikah Peran keluarga di kelompokan kedalam dua kategori, yakni
Ada dan Tidak ada, Responden dikategorikan memiliki peran keluarga yang baik apabila skor pertanyaan peran keluarga ≤ nilai mean skor peran keluarga. Sebaliknya Responden dikategorikan tidak memiliki peran keluarga, apabila skor pertanyaan peran keluarga > Nilai Mean skor peran keluarga.
Tabel 4.17. Hubungan antara peran keluarga dengan perilaku seksual pranikah Peran Keluarga Ada
Perilaku Seksual Pra Nikah Berisiko Tidak Berisiko N % N % 49 12,6 34 5.9
P Value 0,000
Tidak Ada
340
87,4
544
94,1
Total
389
100,0
587
100,0
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa responden yang memiliki peran keluarga dan memiliki perilaku seksual pra nikah berisiko sebesar 12,6% sedangkan responden yang tidak memiliki
51
peran keluarga dan memiliki perilaku seksual pra nikah berisiko sebesar 87,4%. Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui bahwa P value sebesar 0,000 yang berarti bahwa pada signifikansi 5% disimpulkan bahwa ada hubungan antara peran keluarga dengan perilaku seksual pra nikah pada siswa SMA di Kota Tangerang Selatan.
4.3.8
Hubungan Antara Lingkungan Sosial dengan Perilaku Seksual Pra Nikah Lingkungan sosial di kelompokkan kedalam dua kategori,
yakni baik dan buruk. responden dikategorikan memiliki lingkungan sosial yang baik apabila skor pertanyaan lingkungan sosial < nilai mean skor peran lingkungan. Sebaliknya responden dikategorikan memiliki lingkungan sosial yang buruk ,apabila skor peran lingkungan sosial ≤ nilai mean skor peran lingkungan. Tabel 4.18. Hubungan antara lingkungan sosial dengan perilaku seksual pra nikah Lingkungan Sosial Baik
Perilaku Seksual Pra Nikah Berisiko Tidak Berisiko N % N % 149 38,3 356 61.6
Buruk
240
61,7
222
38,4
Total
389
100,0
587
100,0
P Value 0,000
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa responden yang lingkungan sosial baikk dan memiliki perilaku seksual pra nikah berisiko sebesar 38,3% sedangkan responden yang memiliki lingkungan sosial buruk dan memiliki perilaku seksual pra nikah berisiko sebesar 61,7%. Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui bahwa P value sebesar 0,000 yang berarti bahwa pada signifikansi 5% disimpulkan bahwa ada hubungan antara lingkungan sosial dengan
52
perilaku seksual pra nikah pada siswa SMA di Kota Tangerang Selatan. 4.3.9
Hubungan Antara Pendidikan dengan Perilaku Seksual Pra Nikah
Tabel 4.19. Hubungan antara pendidikan dengan perilaku seksual pra nikah
SMP
Perilaku Seksual Pra Nikah Berisiko Tidak Berisiko N % N % 261 75,8 444 85,7
MTS
37
11,0
53
10,3
Pondok
46
13,3
20
4,0
344
100,0
517
100,0
Pendidikan
P Value
0,000
Pesantren Total
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa responden yang pendidikan SMP dan memiliki perilaku seksual pra nikah berisiko sebesar 75,8% sedangkan responden yang memiliki pendidikan pondok pesantren dan memiliki perilaku seksual pra nikah berisiko sebesar 13,3%. Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui bahwa P value sebesar 0,000 yang berarti bahwa pada signifikansi 5% disimpulkan bahwa ada hubungan antara pendidikan responden dengan perilaku seksual pra nikah pada siswa SMA di Kota Tangerang Selatan.
53
4.3.10
Hubungan Antara Umur dengan Perilaku Seksual Pra Nikah
Tabel 4.20. Hubungan antara umur dengan perilaku seksual pra nikah
≤ 16 tahun
Perilaku Seksual Pra nikah Berisiko Tidak Berisiko N % N % 313 80.5 428 74.0
> 16 tahun
76
19.5
150
26.0
Total
389
100,0
578
100,0
Umur
P Value 0,026
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa responden yang berusia kurang dari 16 tahun dan memiliki perilaku seksual pra nikah berisiko sebesar 80,5% sedangkan responden yang berusia lebih dari 16 tahun dan memiliki perilaku seksual pra nikah berisiko sebesar 19,5%. Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui bahwa P value sebesar 0,026 yang berarti bahwa pada signifikansi 5% disimpulkan bahwa ada hubungan antara umur dengan perilaku seksual pra nikah pada siswa SMA di Kota Tangerang Selatan.
4.3.11
Hubungan Antara Uang Saku dengan Perilaku Seksual Pra Nikah
Tabel 4.21. Hubungan antara uang saku dengan perilaku seksual pra nikah Uang Saku
Perilaku Seksual Pra Nikah Berisiko Tidak Berisiko % N % 6,8 26 4,6
< Rp 10.000/hari
N 26
Rp 11.000 - Rp
288
75.0
355
62,3
> Rp 21.000
70
18.2
189
33,2
Total
384
100,0
570
100,0
20.000/hari
P Value
0,000
54
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa responden memiliki uang saku kurang dari Rp 10.000 dan memiliki perilaku seksual pra nikah berisiko sebesar 6,8% sedangkan responden yang memiliki uang saku lebih besar dari Rp 21.000 dan memiliki perilaku seksual pra nikah berisiko sebesar 18,2%. Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui bahwa P value sebesar 0,000 yang berarti bahwa pada signifikansi 5% disimpulkan bahwa ada hubungan antara uang saku dengan perilaku seksual pra nikah pada siswa SMA di Kota Tangerang Selatan.
4.4 Pembahasan 4.4.1 Gambaran perilaku seks pranikah Responden
yang memiliki
pacar (82,1%),
aktivitas
berkencan dengan pacar sebanyak satu kali dalam seminggu merupakan
presentasi
terbesar
sebanyak
(55,0%).
Responden
menganggap kategori hubungannya termasuk dalam kategori biasa saja (hanya mengisi waktu luang, tidak ada target menikah) sebanyak (75,6%). Berkontak fisik ( pegangan tangan, memeluk atau mencium pipi) sebesar (58,3%), mencium bibir (22,4%), memegang payudara kekasih (8,4%), memegang alat kelamin kekasih dengan tangan (5,8%), mengelus kelamin kekasih sehingga terangsang (5,6%), kekasih memegang kelamin (6,2%), kekasih memegang kelamin hingga terangsang (6,5%), pernah bersetubuh (2,8%), melakukan bersetubuh 1 kali seminggu (29,2%), dan melakukan aborsi (0,4%), pernah hamil setelah melakukan hubungan seksual (0,6%), Presentase alasan terbanyak adalah mau sama mau sebanyak (30,3%), jumlah pasangan yang melakukan hubungan suami isteri dengan kekasih sebanyak(42,4%). Takut terinfeksi HIV atau penyakit menular seksual lainnya (18,3%).
55
Hasil penelitian ini kontradiktif dengan penelitian yang dilakukan oleh Ririn (2009) di Surakarta yang menyatakan bahwa perilaku seksual terbanyak yang dilakukan oleh remaja SMA adalah ciuman bibir (61,6%). Hal ini kontradiksi disebabkan oleh perbedaan bentuk pertanyaan kuisioner masing-masing peneliti dan perbedaan sosiokultural di masing – masing daerah. 37
Budaya memiliki peranan penting dalam membentuk suatu pola berpikir dan pola pergaulan dalam masyarakat, yang berarti juga membentuk kepribadian dan pola pikir masyarakat tertentu. 18 Peran budaya dalam masyarakat dapat dijadikan titik acuan dalam membentuk kepribadian seseorang atau kelompok. Masyarakat sering kali menerima langsung kebudayaan negatif yang menentang norma-norma
sehingga
remaja
dengan
proses
perkembangan
pembentukan identitas yang masih dini dapat menerima begitu saja budaya yang negatif.18
4.4.2 Hubungan Antara Jenis Kelamin Dan Perilaku Seksual Pra Nikah Berdasarkan penelitian diatas diketahui bahwa perempuan memiliki proporsi terhadap perilaku seksual pra nikah berisiko sebesar 58,4% sedangkan laki-laki memiliki proporsi sebesar 41,6% terhadap perilaku seksual pra nikah berisiko. Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui bahwa P value sebesar 0,030 yang berarti pada signifikansi 5% disimpulkan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku seksual pra nikah pada siswa SMA di Kota Tangerang Selatan. Hal ini kontradiksi dengan penelitian yang dilakukan oleh Christiana di daerah Yogyakarta yang menyatakan bahwa tingkat
56
perilaku seksual pranikah remaja laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan.23 Menurut teori, Peran gender pada beberapa penelitian menyebutkan bahwa perubahan pubertas mendorong laki-laki dan perempuan untuk menyesuaikan diri berperilaku masukilin dan feminin. Harga diri cenderung menurun di masa remaja , terutama pada remaja perempuan berumur 12 – 17 tahun. Pada umumnya lakilaki menunjukkan harga diri yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Menurunnya harga diri remaja perempuan adalah karena mereka memiliki citra tubuh yang lebih negatif selama mengalami perubahan pubertas, dibandingkan remaja laki laki.6 Sebuah studi yang dilakukan oleh Hyde & DeLamater (2005) menyatakan bahwa dibandingkan remaja laki-laki terdapat lebih banyak remaja perempuan yang menyatakan jatuh cinta sebagai alasan mereka aktif secara seksual di Amerika.6 4.4.3 Hubungan Antara Riwayat Hubungan Heteroseksual Dan Perilaku Seksual Pra Nikah Responden yang memiliki riwayat hubungan heteroseksual yang memiliki perilaku seksual pra nikah berisiko sebesar 64,5% sedangkan responden yang tidak memiliki riwayat hubungan heteroseksual yang memiliki perilaku seksual pra nikah berisiko sebesar 35,5%. Analisis statistik diketahui bahwa P value sebesar 0,000 yang berarti bahwa ada hubungan antara riwayat hubungan heteroseksual dengan perilaku seksual pra nikah pada siswa SMA di Kota Tangerang Selatan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rony setiawan & Siti Nurhidayah (2008) yang menyebutkan ada hubungan positif antara pacaran dengan perilaku seksual pranikah.24
57
Menurut teori, pengalaman seksual yang menyenangkan selama pacaran akan menyebabkan sepasang kekasih menganggap bahwa perilaku seksual sebagai suatu hal yang menyenangkan untuk dilakukan dengan pasangannya karena perilaku seksual mereka anggap sebagai perilaku yang normal dilakukan oleh orang yang telah dewasa dan kebanyakan remaja tidak ingin dianggap sebagai anak kecil.25 Akhirnya proses pacaran yang dilakukan remaja dipengaruhi oleh faktor imitasi dan kematangan usia yang tidak dibarengi oleh kematangan psikologisnya maka perilaku seksual pranikah akan mudah terjadi.26 4.4.4 Hubungan Antara Media Informasi Mengakses Film Porno Dan Perilaku Seksual Pra Nikah
Responden yang memiliki media handphone dan memiliki perilaku seksual pra nikah berisiko sebesar 63,9% sedangkan responden yang memiliki komputer dan memiliki perilaku seksual pra nikah berisiko sebesar 36,1%. Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui bahwa P value sebesar 0,063 yang berarti bahwa pada signifikansi 5% disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara media informasi mengakses film porno dengan perilaku seksual pra nikah pada siswa SMA di Kota Tangerang Selatan. Data dari penelitian yang dilakukan oleh Ririn pada pelajar SMA Surakarta tahun 2009 yang menyatakan bahwa 88,6% remaja SMA disurakarta menonton video porno yang lebih banyak bersumber dari Handphone dan internet (P value=0,022). 37 Hal ini juga tidak sejalan dengan penelitian yang didilakukan oleh Christiana yang dilakukan pada remaja usia 15-18 tahun di kota yogyakarta yang menyebutkan bahwa makin tinggi eksposur media pornografi makin tinggi pula perilaku seksual pranikah.23 Meningkatnya perilaku seksual membuat remaja selalu berusaha untuk mendapatkan lebih banyak informasi mengenai seks.
58
Media elektronik dapat menjadi wadah untuk menarik perhatian dan meningkatkan
kesadaran
berbagai
pihak
terhadap
berbagai
perkembangan situasi yang terjadi dewasa ini. Kecenderungan pelanggaran terhadap perilaku seksual remaja makin meningkat oleh karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan teknologi canggih (video cassette, DVD, telepon genggam, internet, dan lain lain) menjadi tak terbendung lagi, akan meniru apa yang dilihat atau didengar dari media massa, khususnya karena mereka pada umumnya belum pernah mengetahuai masalah seksual secara lengkap dari orang tuanya.22Penelitian ini kontradiksi diakibatkan oleh karena responden menjawab pertanyaan lebih dari satu jawaban yaitu smarthphone dan komputer sehingga menyulitkan peneliti untuk mengolah data.
4.4.5 Hubungan Antara Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dengan Perilaku Seksual Pra Nikah
pengetahuan responden yang rendah dan memiliki perilaku seksual pranikah berisiko sebesar 48,6% sedangkan responden yang pengetahuan tinggi dan memiliki perilaku seksual pra nikah berisiko sebesar 51,4%. Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui bahwa P value sebesar 0,247 yang berarti bahwa pada signifikansi 5% disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual pra nikah pada siswa SMA di Kota Tangerang Selatan. Faktor pengetahuan tidak berhubungan dengan perilaku seks pra nikah pada remaja SMA se derajat di Kota Tangerang Selatan tahun 2015. Berbeda halnya dengan penelitian Yuli, Tri, dkk (2010) yang menyakatakan ada hubungan antara pengetahuan dan perilaku seks pranikah. Secara teori, pengetahuan dan perilaku seksual memikiki hubungan yang positif, semakin baik pengetahuan remaja maka semakin rendah perilaku seks pranikah dan sebaliknya.27
59
Apabila terdapat kontradiksi terhadap suatu faktor maka ada faktor lain yang lebih besar pengaruhnya yang mengendalikan faktor, karena perilaku dipengaruhi oleh banyak hal.28 Pada penelitian ini terjadi kontradiksi mungkin disebabkan oleh belum mendapat informasi pelajaran dari sekolah dikarenakan pada saat penelitian responden belum melewati pelajaran reproduksi. Disamping itu responden yang memiliki perilaku seks pra nikah bisa jadi sangat paham akan pengetahuan reproduksi, karena informasi yang didapat bukan hanya sekedar pengetahuan tapi juga pengalaman.
4.4.6 Hubungan Antara Pemahaman Agama Dengan Perilaku Seksual Pra Nikah
Responden yang memiliki pemahaman agama rendah dan memiliki perilaku seksual pra nikah berisiko sebesar 58,6% sedangkan responden yang memiliki pemahaman agama tinggi dan memiliki perilaku seksual pra nikah berisiko sebesar 41,4%. Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui bahwa P value sebesar 0,892 yang berarti bahwa pada signifikansi 5% disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pemahaman agama dengan perilaku seksual pra nikah pada siswa SMA di Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini kontradiksi dengan penelitian yang dilakukan oleh Ririn (2009) yang menyebutkan adanya pengaruh agama terhadap perilaku seks pranikah.37 Secara teori pemahaman agama yang baik akan menumbuhkan perilaku yang baik. Seseorang yang memilki keimanan yang kuat akan senantiasa merasakn bahwa Tuhan mengawasi setiap apa yang dilakukan baik yang sembunyi-sembunyi maupun yang terangterangan.29 Menurut Hurlock banyak remaja yang menyelidiki agama sebagai suatu sumber
dari rangsangan emosional dan intelektual.
Mereka tidak mau menerima agama begitu saja, melainkan mereka
60
ingin menerima agama sebagai suatu yang bermakna berdasarkan keinginan mereka untuk mandiri dan bebas menentukan keputusan sendiri dimana terdapat perubahan minat religius dan salah satunya adalah keraguan meyakini nilai religius sehingga membuat mereka kurang taat, selanjutnya remaja tersebut mencari kepercayaan lain yang dapat lebih memenuhi kebutuhan.25 Banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan perilaku manusia dan salah satunya faktor personal. Agama bagian dari sistem nilai yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku sosial, sehingga dapat terwujud dalam perbuatan nyata, meskipun tidak selamanya tingkat religius mempengaruhi perilaku sosial seseorang. 25
4.4.7 Hubungan Antara Persepsi tentang Norma dan Gender Dan Perilaku Seksual Pra Nikah
Bahwa responden yang memiliki persepsi negatif tentang seksual, norma dan gender dan memiliki perilaku seksual pra nikah berisiko sebesar 58,4% sedangkan responden yang memiliki persepsi positif tapi memiliki perilaku seksual pra nikah berisiko sebesar 45,2%. Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui bahwa P value sebesar 0,417 yang berarti bahwa pada signifikansi 5% disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara persepsi tentang seksualitas, gender dan norma dengan perilaku seksual pra nikah pada siswa SMA di Kota Tangerang Selatan. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang
dilakukan oleh
Desinta tahun 2014 yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara pemahan norma dalam masyarakat dengan perilaku seks pra nikah (P value=0,439). Didukung dengan penelitian Ilvia Rahma (2010) Yang menyatakan Bahwa tidak ada hubungan antara persepsi norma sosial dengan perilaku seks pra nikah. Semakin tinggi atau
61
tidaknya pemahaman pada norma sosila dalam masyarakat tidak berpengaruh terhadap perilaku seksual.30 Sarwono (2012) mengatakan, walaupun pada zaman sekarang ini marak terjadi perilaku seks bebas tetapi sebenarnya dalam masyarakat Indonesia masih menjungjung tinggi nilai tradisional. Nilai tradisional dalam perilaku seksual yang paling utama adalah tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Nilai ini tercermin dalam bentuk keinginan mempertahankan kegadisan seseorang sebelum menikah. Akan tetapi saat ini nilai moral dan norma sosial dalam masyarakat cenderung menurun. Banyak sekali remaja yang melakukan aktivitas seksual di depan umum, mereka terkesan acuh dan tidak memperdulikan norma sosial yang ada dalam masyarakat.18
4.4.8 Hubungan Antara Peran Keluarga dengan Perilaku Seksual Pra Nikah
Responden yang memiliki peran keluarga dan memiliki perilaku seksual pra nikah berisiko sebesar 12,6% sedangkan responden yang tidak memiliki peran keluarga dan memiliki perilaku seksual pra nikah berisiko sebesar 87,4%. Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui bahwa P value sebesar 0,000 yang berarti bahwa pada signifikansi 5% disimpulkan bahwa ada hubungan antara peran keluarga dengan perilaku seksual pra nikah pada siswa SMA di Kota Tangerang Selatan. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ika,dkk, (2013) yang menunjukkan tidak ada hubungan antara peran orang tua dengan perilaku seks pranikah (P value=0,720).31 Menurut Santrock (2007) Lingkungan keluarga dan sosial memberikan dorongan dan suasana untuk menggiring perilaku seksual. Pada lingkungan keluarga hubungan yang tidak harmonis dalam keluarga atau kurangnya pengawasan orang tua terhadap anak akan menimbulkan masalah-masalah pada remaja.6 Sebaliknya, apabila
62
relasi dengan orangtua terjalin baik maka akan berkolerasi dengan kecenderungan menunda keterlibatan dalam hubungan seksual, kurangnya frekuensi melakukan hubungan seksual, dan lebih sedikitnya
partner.6
Pada
remaja
umumnya
sangat
kurang
mendapatkan pengetahuan seks dari orangtuanya dan antara orang tua dan anak sangat jarang membicarakan masalah seputar seks. Kedekatan atau keterjalinan, pengawasan atau pengaturan terhadap aktivitas remaja oleh orangtuanya, serta nilai-nilai yang ditanamkan orang tua untuk menentang hubungan seksual di masa remaja akan mengurangi risiko kehamilan di masa remaja.6 Hubungan yang sangat jauh atau saling mengindari di dalam keluarga sangat erat kaitannya dengan hubungan seksual dini. Selain itu memiliki kakak atau saudara yang aktif seksual atau saudara perempuan yang hamil/menjadi orang tua dapat meningkatkan risiko remaja untuk hamil..6
4.4.9 Hubungan Antara Lingkungan Sosial dengan Perilaku Seksual Pra Nikah
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa responden yang lingkungan sosial baik dan memiliki perilaku seksual pra nikah berisiko sebesar 38,3% sedangkan responden yang memiliki lingkungan sosial buruk dan memiliki perilaku seksual pra nikah berisiko sebesar 61,7%. Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui bahwa P value sebesar 0,000 yang berarti bahwa pada signifikansi 5% disimpulkan bahwa ada hubungan antara lingkungan sosial dengan perilaku seksual pra nikah pada siswa SMA di Kota Tangerang Selatan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuli, dkk (2010) tentang pengaruh kelompok teman sebaya, yang menyatakan
63
ada
hubungan
antara
perilaku
seksual
dan
teman
sebaya
(Pvalue=0,045).32 Penelitian Christiana pada remaja usia 15-18 di kota Yogyakarta menyebutkan bahwa tekanan teman sebaya berpengaruh langsung terhadap perilaku seksual pranikah, makin tinggi tekanan untuk berperilaku negatif dari teman sebayanya untuk melakukan perilaku seksual pranikah.23 Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukkan oleh Ika,dkk (2013) yang menyebutkan tidak ada hubungan antara lingkungan tempat tinggal dengan perilaku seks pra nikah dengan nilai (P=0,398).31 Menurut teori perilaku sosial seseorang dipengaruhi dari lingkungan keluarga dan sekitarnya. Seseorang akan berperilaku dengan baik dan positif apabila lingkungannya memberikan pengaruh positif pula.34 Menurut teori lingkungan fisiko-bio-psiko-sosial merupakan lingkungan yang sangat mempengaruhi tumbuh kembang seorang anak dalam menuju kedewasaan dengan kualitas hidup yang baik. Dengan terjaminnya pemenuhan kebutuhan fisiko-bio-psikososial yang merupakan kebutuhan dasar tumbuh kembang yang adekuat maka diharapkan tumbuh kembang anak dapat berjalan secara optimal dan mencapai potensi bawaannya menuju dewasa.12
4.4.10 Hubungan Antara Pendidikan dengan Perilaku Seksual Pra Nikah
Dari hasil Penelitian diatas dapat diketahui bahwa responden yang pendidikan SMP dan memiliki perilaku seksual pra nikah berisiko sebesar 75,8% sedangkan responden yang memiliki pendidikan pondok pesantren dan memiliki perilaku seksual pra nikah berisiko sebesar 13,3%. Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui bahwa P value sebesar 0,000 yang berarti bahwa pada signifikansi 5% disimpulkan bahwa ada hubungan antara pendidikan responden dengan
64
perilaku seksual pra nikah pada siswa SMA di Kota Tangerang Selatan. Hal ini dibuktikan oleh penelitian Minah, dkk pada tahun 2014 dimana terdapat hubungan tingkat pemahaman agama dengan perilaku seksual pranikah, ada hubungan positif antara kecerdasan spiritual dengan
kemampuan
pemecahan
masalah
pada
remaja
(Pvalue=0,002).33 Menurut teori perilaku sosial seseorang dipengaruhi dari lingkungan keluarga dan sekitarnya. Seseorang akan berperilaku dengan baik dan positif apabila lingkungannya memberikan pengaruh positif pula dan apabila masyarakat di sekelilingnya religius dalam agama akan memberikan pengaruh pula pada perilaku
sosial
seseorang. Agama sendiri memiliki tiga peran penting dalam agama itu sendiri, yaitu fungsi agama dalam masyarakat yakni kebudayaan, sistem sosial dan kepribadian.34 4.4.11 Hubungan Antara Umur dengan Perilaku Seksual Pra Nikah Responden yang berusia lebih dari 16 tahun dan memiliki perilaku seksual pra nikah berisiko sebesar 80,5%. Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui bahwa P value sebesar 0,026 yang berarti bahwa pada signifikansi 5% disimpulkan bahwa ada hubungan antara umur dengan perilaku seksual pra nikah pada siswa SMA di Kota Tangerang Selatan. Berdasarkan data penelitian The 2012 Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) menunjukkan sebanyak 8,3 % remaja lakilaki dan sebanyak 0,9% remaja perempuan usia 15-19 tahun yang belum pernah menikah pernah melakukan seks. Presentase terbanyak saat pertama kali melakukan seks pada umur 17 tahun dan 16 tahun. 5
65
Menurut Teori pubertas adalah masa ketika seseorang mengalami perubahan fisk, psikis dan pematangan fungsi seksual. Perubahan – perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual (libido seksualitas).18
4.4.12 Hubungan Antara Uang Saku dengan Perilaku Seksual Pra Nikah Diketahui bahwa responden memiliki uang saku kurang dari Rp 10.000 dan memiliki perilaku seksual pra nikah berisiko sebesar 6,8% sedangkan responden yang memiliki uang saku lebih besar dari Rp 21.000 dan memiliki perilaku seksual pra nikah berisiko sebesar 18,2%. Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui bahwa P value sebesar 0,000 yang berarti bahwa pada signifikansi 5% disimpulkan bahwa ada hubungan antara uang saku dengan perilaku seksual pra nikah pada siswa SMA di Kota Tangerang Selatan. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ika (2013) yang menyebutkan tidak ada hubungan antara status ekonomi ( uang saku) dengan perilaku seks pranikah dengan nilai (p=0,976).31 Serta penelitian yang dilakukan oleh Anjarwati (2009) yang menyebutkan bahwa prevalensi remaja dengan status sosial ekonomi yang rendah memiliki perilaku seksual pra nikah yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja dengan status sosial ekonomi yang tinggi. 35
Hal ini dikarenakan dengan meningkatnya status ekonomi maka akan meningkatkan pula daya beli remaja, dan semakin membuat peluang bagi remaja untuk melakukan keingininanya. Remaja dengan sosial Ekonomi tinggi cenderung melakukan kenakalan seperti berjudi,merokok, menonton film porno, membaca buku porno, kebutkebutan, minum-minuman beralkohol, melakukan hubungan seksual dan mengkonsumsi obat-obatan terlarang.
66
4.5. Keterbatasan Penelitian 1. Kuisioner berisi pertanyaan-pertanyaan yang mungkin bagi sebagian siswa dianggap tabu sehingga kemungkinan besar malu untuk menjawabnya. 2. Penelitian ini dilakukan hanya dengan kuisioner sehingga kurang kuat untuk menyatakan perilaku.
67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1.
Responden yang melakukan berkontak fisik ( pegangan tangan, memeluk atau mencium pipi) sebesar (58,3%), mencium bibir (22,4%), memegang payudara kekasih (8,4%), memegang alat kelamin kekasih dengan tangan (5,8%), mengelus kelamin kekasih sehingga terangsang (5,6%), kekasih memegang kelamin (6,2%), kekasih memegang kelamin hingga terangsang (6,5%), pernah bersetubuh (2,8%), melakukan bersetubuh 1 kali seminggu (1,0%), dan melakukan aborsi (0,4%), pernah hamil setelah melakukan hubungan seksual (0,6%), takut terinfeksi HIV atau penyakit menular seksual lainnya (18,3%).
2.
Ada pengaruh secara signifikan antara jenis kelamin, riwayat pacaran dengan lawan jenis, peran keluarga, lingkungan sosial, latar pendidikan, usia dan uang saku terhadap perilaku seks pranikah pada siswa/siswi SMA sederajat di Kota tangerang selatan.
3.
Tidak ada pengaruh secara signifikan antara Pengetahuan Kesehatan Reproduksi, Pemahaman Agama, Persepsi Norma dan Gender, dan media informasi akses film porno terhadap perilaku seks pranikah pada siswa/siswi SMA sederajat di Kota tangerang selatan.
68
5.2. Saran 1. Bagi siswa/siswi (remaja) Siswa perempuan maupun laki-laki dapat lebih berhati-hati lagi dalam menjaga pergaulan agar tidak terjerumus kedalam perilaku seksual pranikah, siswa diharapkan mampu menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua, memiliki latar pendidikan yang baik, menghindari akses film porno, mampu beradaptasi dalam lingkungan sosial dengan hati-hati, memanfaatkan uang saku dengan baik dan benar dan menghindari hubungan seksual sedini mungkin.
2. Bagi Sekolah Sekolah mampu memberikan edukasi, mendidik moral dan menghadirkan lingkungan sosial yang baik, serta mengadakan banyak kegiatan positif yang bermanfaat bagi para murid. Penelitian ini juga dapat menjadi pertimbangan untuk memasukan kurikulum kesehatan reproduksi.
3. Bagi orang tua Orang tua dapat menjalin hubungan yang baik dan harmonis dengan anaknya, serta mengawasi proses sosial anak.
4. Bagi peneliti lain Diharapkan mampu meneliti faktor lain yang mempengaruhi perilaku seks pranikah dan mengembangkan penelitian yang sudah ada.
69
DAFTAR PUSTAKA 1. Statistic Indonesia(Badan Pusat Statistisk-BPS); (BKKBN), National Population and Family Planning Broad; Kementrian Kesehatan, (KemenkesMOH); ICF International. Indonesia Demographic and Health Survey 2012: Adolescent Reproductive Health. Jakarta: Indonesia:BPS,BKKBN,Kemenkes and ICF International; 2013. 2. (BKKBN) NPaFPB. Adolescent and Youth; Status,Challenges Programmes. Jakarta: BKKBN, indonesia country report; 2012.
and
3. RI DK. Program kesehatan reproduksi dan pelayanan integratif. Jakarta: Departemen Kesehtan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat,Direktorat Bina Kesehatan Ibu; 2008. 4. Kemenkes. Statistik kasus HIV/AIDS di Indonesia dilaporkan sampai juni 2013. Jakarta:, Ditjen PP & PL 2013; 2013. 5. Santrock JW. Remaja. 11th ed. Wibi Hardani MM, editor. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007. 6. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku Jakarta: Rineka Cipta; 2007. 7. Survei indikator kinerja rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJM) Program Kependudukan dan Kb Nasional Tahun 2010. Jakarta: Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Pusat Penelitian dan Pengembangan Keluarga Berencana; 2010. 8. Badan penelitian dan pengembangan. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS 2013). Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2013. 9. Wahyuni, Dwi; , Rahmadewi. Kajian profil penduduk remaja (10-24 thn). Jakarta: BKKBN, Puslitbang Kependudukan-BKKBN; 2011. 10. Utomo, Dr.Iwu Dwisetyani; Utomo, Dr. Ariane. Adolescent pregnancy in indonesia:A literature review. literature review. The Australian National
70
University, Australian Demographic and Social Research Institute; 2013. 11. Psychiatry, The academy of child and adolescent. 2010 Sinauer Associates,Inc. [Online].; 2008 [cited 2010 april 3. Available from: http://sites.sinauer.com/cobb/chapter01.html. 12. IDAI. Tumbuh kembang anak dan remaja. 1st ed. Jakarta: Sagung seto; 2005. 13. Gunarsa. Psikologi praktis; anak, remaja dan keluarga .Jakarta: Gunung mulia; 1995. 14. Hartley F. Romantic mood induction and attraction to dissimiliar other: Love is blind. Personality and Social Psychology Buletin. 2004. 15. Maulana. Promosi kesehatan .Yudha , editor. Jakarta: EGC; 2009. 16. Nelson WE. Nelson textbook of pediatrics. 19th ed. Robert M. BF,JWRE, editor: Elsevier. 17. Santrock. Adolescence .Jakarta: Erlangga; 2003. 18. Sarwono SW. Psikologi remaja .Jakarta: Grafindo persada; 2012. 19. Setiawan E. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online].; 2014 [cited 2015 August 8. Available from: http://kbbi.web.id/pustaka. 20. Sarwono SW. Psikologi remaja .Jakarta: Grafindo persada; 2007. 21. Sarwono sw. Psikologi Sosial: psikologi kelompok dan psikologi terapan. Jakarta: Balai Pustaka; 2005. 22. Sarwono SW. Psikologi remaja .Jakarta: PT. Grafindo Persada; 2011. 23. Christiana HS. Disertasi Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pranikah pada remaja. Yogyakarta: UGM; 2008. 24. Rony SSN. Pengaruh pacaran terhadap perilaku seks pranikah. Jurnal Portal Garuda. 2008 September; 1 No. 2. 25. Hurlock EB. Psikologi perkembangan.Jakarta: Erlangga; 1999. 26. Imran I. Modul dua: Perkembangan seksuallitas remaja: Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia; 2000.
71
27. Yuli Trisnawati d. Perilaku seksual remaja SMA di Purwokerto dan faktorfaktor yag mempenngaruhinya. Jurnal Ilmiah Kebidanan. 2010 Desember; 1 No. 1. 28. Suryoputro A. Faktor -faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja di Jawa Tengah: implikasinya terhadap kebijakan dan layanan kesehatan seksual dan reproduksi. MAKARA UI; 2006. 29. Yahya. AA. Bahaya seks bebas pada remaja: suatu tinjauan aspek medis dan islam. [Online].; 2006 [cited 2015 Juli 26. Available from: http://www.dokumen.org/ppt/5917. 30. Rahma I. Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja di Jawa Tengah:implikasinya terhadap kebijakan dan layanan kesehatan seksual dan reproduksi. 2010 Juni; 1. 31. Ika Ayu Lestari d. Faktor - faktor yang berhubungan dengan perilaku seks pranikah pada mahasiswa UNNES tahun 2013. UNNEs Journal of Public Health. 2013. 32. Yuli Trisnawati d. Perilaku seksual remaja SMA di Purwokerto dan faktorfaktor yang mempengaruhinya. Bidan Prada: Jurnal Ilmiah Kebidanan. 2010 Desember; 1 No. 1. 33. Minah d. Faktor- faktor yang berhubungan dengan perilaku seks pranikah pada remaja di desa susukan kecamatan sumbang. Bidan Prada: Jurnal Ilmiah Kebidanan. 2014 Juni; 5 No. 1. 34. Nata A. Metodologi studi islam. Jakarta: Jakarta Rajawali Pers; 2001. 35. Anjarwati. Hubungan status sosial ekonomi dengan perilaku seksual remaja pada siswa SMA negeri di kabupaten gunung kidul. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada; 2009. 36. Barus CP. Sosial ekonomi keluarga dan hubungnya dengan kenakalan remaja di desa lantasan baru kecamatan patumblak kabupaten deli serdang. Medan: Universitas Sumatera Utara; 2012. 37. Darmasih R. Faktor yang mempengaruhi perilaku seks pranikah pada remaja SMA di surakarta. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2009. 38. Crain W. Teori perkembangan, konsep dan aplikasi.Jakarta: Pustaka Pelajar; 2007.
72
39. Jahja Y. Psikologi perkembangan.Jakarta: Kencana Media Group; 2011. 40. L Z. Psikologi perkembangan.Bandung: Remaja Karya CV; 2008. LAMPIRAN 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Reni Dwi Parihat Tempat, tanggal lahir : Bekasi, 15 Januari 1994 Jenis Kelamin : Perempuan Agama: Islam Alamat : Kp. Kaum Lebak 004/002 Ds. Simpangan Kec. Cikarang Utara Kab. Bekasi Telepon : 081297598949 e-mail :
[email protected]/
[email protected]
Riwayat Pendidikan : 1. Taman Kanak- Kanak (TK) Al- Barkah, lulus tahun 2000 2. Sekolah Dasar (SD) Negeri 01 Simpangan, lulus tahun 2006 3. Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2 Cikarang Utara, lulus tahun 2009
73
4. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Model Cipasung, lulus tahun 2012 5. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan ( FKIK) jurusan Pendidikan dokter, 2012 hingga saat ini.