Jurnal Budidaya Air Tawar Vol. 9 No. 2 Nopember 2013, hal 46-60.
PRODUKSI UDANG GALAH H. Sutomo, D. Rohmana, S. Rosellia, K. Tisna Wibowo, A. Djadjanurdjasa, S. Hastuti, Sudiana, L. Rahmi, T. Bastian, Nendih, Bunga Abstrak Dalam rangka meningkatkan produktivitas udang galah di kolam budidaya, dilakukan pembentukan populasi dasar sintetis, dengan harapan pada generasi tertentu akan diperoleh benih yang menunjukkan kinerja pertumbuhan yang jauh lebih baik. Produksi benih sebar dilakukan melalui pemijahan induk MahakamMahakam dan Mahakam-Bone. Sedangkan sistem teknologi budidaya yang diterapkan adalah budidaya terintegrasi udang galah bersama padi di sawah atau UGADI. Kegiatan pembentukan populasi dasar sintetis menghasilkan calon induk dasar sintetis sebanyak 1.000 pasang dengan ukuran dan bobot calon induk jantan dan betina masing-masing 14,1cm dan 39,1 g serta 11,9 cm dan 18,5 g. Kegiatan budidaya udang galah di sawah bersama padi menghasilkan kelangsungan hidup antara 34,2-72,5% dan FCR antara 1.1-1.9.
dan binatang lain, padi-padian, biji-bijian,
PENDAHULUAN
kacang-kacangan, Latar Belakang Udang
galah
(Macrobrachium
Bahkan dapat memanfaatkan bakteri heterotrof
secara
(Rohmana, 2009).
komersil
khususnya
di
Asia
Tenggara untuk konsumsi lokal maupun sebagai produk ekspor yang bernilai tinggi. Selain pangsa pasarnya yang masih terbuka luas, udang galah relatif mudah dibudidayakan karena makanannya tidak tergantung pada pakan buatan dan dapat dibesarkan secara polikultur dengan ikan tawar lain (Asaduzzaman et al., 2009). Weidenbach
(1982)
M.
rosenbergii di alam memiliki kebiasaan makan yang bersifat omnivor, makan dengan
frekuensi
sering
dan
rakus
terhadap cacing air, serangga air, larva serangga, moluska kecil, krustase (udang jenis lain), daging dan organ dalam ikan
46
alga,
serta daun dan batang lunak tanaman air.
rosenbergii) merupakan spesies penting
Menurut
buah-buahan,
dalam
Pengembangan terkendala
dengan
bentuk
biofloc
udang
galah
ketidakberhasilan
produksi benih di hatchery akibat infeksi penyakit
yang
terpungkiri
beragam
bahwa
dan
saat
ini
tidak banyak
hatchery udang galah yang berhenti beroperasi. Kerentanan larva terhadap penyakit
sebagai
dampak
dari
manajemen induk yang salah. Pada umumnya hatchery menggunakan induk dari hasil pembesaran sendiri tanpa memperhatikan induk
yang
sebelumnya
kaidah
memproduksi
seharusnya. memperlihatkan
Kegiatan bahwa
hibridisasi udang galah Mahakam-Bone
PRODUKSI UDANG GALAH (H. Sutomo, D. Rohmana, S. Rosellia, K. Tisna Wibowo, A. Djadjanurdjasa, S. Hastuti, Sudiana, L. Rahmi, T. Bastian, Nendih, Bunga)
dan
pemijahan
mampu
Mahakam-Mahakam
meningkatkan
Mahakam (Kalimantan Timur), Sungai
kelangsungan
Cenranae-Bone (Sulawesi Selatan) dan
hidup larva yang jauh lebih baik sehingga
Citanduy (Jawa Barat). Induk F3 dari ketiga
produktivitas
sumber tersebut akan dijadikan sebagai
benih
di
hatchery
meningkat. Oleh karena itu produksi
bahan dasar pembentukan
benih sebar pada tahun 2011 pun akan
sintetis udang galah.
menggunakan
kedua
kombinasi
pemijahan tersebut.
Mina padi atau UGADI (Udang Galah dan
Sementara itu produktivitas udang
populasi
Padi)
belum
lama
dikenal
di
masyarakat tetapi belum berkembang
galah di kolam pembesaran mengalami
secara
permasalahan dengan pertumbuhan yang
Gerakan ugadi merupakan sinergi antara
lambat. Peningkatan performa udang
pertanian
galah dapat dilakukan melalui upaya
menambah pendapatan petani. Budidaya
perbaikan
benih
ugadi adalah budidaya terpadu yang
hibridisasi,
dapat meningkatkan produktivitas lahan
penggunaan induk hasil seleksi dan
sawah, yaitu selain tidak mengurangi hasil
pembentukan populasi dasar sintetis.
padi, juga dapat menghasilkan udang.
Penggunaan
Selain
mutu
diantaranya
genetik
dengan
benih
hibrida
untuk
intensif
dan
dan
berkelanjutan.
perikanan
menyediakan
pangan
sekaligus
sumber
meningkatkan kinerja pertumbuhan telah
karbohidrat, sistem ini juga menyediakan
dilakukan.
protein, sehingga cukup baik untuk
Namun
demikian
upaya
tersebut belum menunjukkan hasil yang
meningkatkan
memuaskan.
masayarakat.
Untuk
mendukung
kebutuhan Dengan
teknologi
gizi yang
produktivitas udang konsumsi di kolam
tepat,
budidaya, pada tahun 2011 ini akan
keuntungan bagi petani. Keuntungan yang
dilakukan pembentukan populasi dasar
didapat dari usaha tani ugadi berupa
sintetis, dengan harapan pada generasi
peningkatan produksi padi dan udang,
tertentu akan diperoleh benih yang
mengurangi penggunaan pestisida, pupuk
menunjukkan kinerja pertumbuhan yang
organik dan penyiangan. Pada saat harga
jauh lebih baik. Pada saat ini BBPBAT
gabah turun atau bahkan gagal panen,
Sukabumi memiliki induk udang galah F3
petani tetap mendapatkan pendapatan
terseleksi
dari pemeliharaan udang galah konsumsi.
yang
berasal
dari
Sungai
ugadi
dapat
memberikan
47
Jurnal Budidaya Air Tawar Vol. 9 No. 2 Nopember 2013, hal 46-60.
Tujuan Kegiatan
48
ini
bertujuan
untuk
PRODUKSI UDANG GALAH (H. Sutomo, D. Rohmana, S. Rosellia, K. Tisna Wibowo, A. Djadjanurdjasa, S. Hastuti, Sudiana, L. Rahmi, T. Bastian, Nendih, Bunga)
• Pengolahan tanah dasar - Pembalikan
tanah
menyempurnakan
dasar proses
untuk oksidasi
dalam tanah
b. Persiapan sarana dan prasarana • Bangunan hatchery dibersihkan dengan sapu, lantainya didesinfeksi dengan
- Pengapuran bila pH tanah < 6,7
kalsium hipoklorit 10%
dengan bahan CaCO3 (ton/ha) - Pemupukan
menggunakan
pupuk
organik (kompos) dengan dosis 1 – 3
• Mencuci kotoran yang menempel pada permukaan
bak
dengan
memakai
detergen selanjutnya diseka dengan
ton/ha
kalsium hipoklorit 10% • Pengisian
air
dan
penumbuhan
plankton
cara
- Menutup
pintu
pengeluaran
air
sampai tidak ada kebocoran - Air
• Pipa saluran air didesinfeksi dengan
dimasukkan
melalui
memasukkan
larutan
kalium
permanganat dengan dosis 100 g/ton ke dalamnya dan ditahan selama
pintu
pemasukan yang dilengkapi saringan dengan mesh size 1 mm untuk mencegah masuknya ikan liar dan sampah dari saluran air
minimal 24 jam • Perlengkapan aerasi dan perlengkapan lapang lainnya dicuci dengan detergen selanjutnya direndam pada larutan iodin dengan dosis 100 ml/ton selama
- Pemupukan anorganik awal 5 ppm dengan rasio N : P = 3 : 1 hingga 5 : 1 - Pemupukan anorganik susulan 2 ppm
minimal 24 jam, lalu dibilas dan dikeringkan (dijemur) di tempat yang bersih
dengan rasio yang sama • Bangunan Tabel 1. Kebutuhan Kapur Bakar (CaO) pada Berbagai pH pan Tekstur Tanah
pH TANAH < 4,0 4,0 – 4,5 4,6 – 5,0 5,1 – 5,5 5,6 – 6,0 6,1 – 6,5 >6,5
LIAT BERPASIR 7,16 5,37 4,48 3,58 1,79 1,79 Nihil
BERPASIR 4,48 4,48 3,58 1,79 0,90 Nihil Nihil
bak
pemeliharaan
dibiarkan terjemur selama minimal 1 minggu
TANAH LIAT 14,32 10,74 8,95 5,37 3,58 1,79 Nihil
dan
dengan
selanjutnya
dicuci
menggunakan
ulang natrium
thiosulfat 5% sampai residu kaporit hilang
49
Jurnal Budidaya Air Tawar Vol. 9 No. 2 Nopember 2013, hal 46-60.
• Pemasangan perlengkapan aerasi dan pipa
outlet/dop
di
setiap
wadah
pemeliharaan
• Mengisi air pada bak pencampuran dengan salinitas yang dikehendaki • Menimbang
kalsium
hipoklorit
sebanyak 30 g/m3, ditempatkan di ember 10 liter, lalu diencerkan dengan
c. Pengelolaan air sumber
air, diaduk dan disebar merata pada air • Air tawar berasal dari sumur dalam, dipompa
dan
diendapkan
di
yang didesinfeksi
bak - Pengaerasian dilakukan selama 1 jam
reservoir air tawar
untuk • Air laut diambil pada saat kondisi jernih di
hamparan
karang
dengan
menggunakan pompa dan diendapkan di bak reservoir air laut • Air tawar dialirkan melalui send filter dan air laut disaring dengan filter bag ke dalam bak pencampuran Pada
kegiatan
pembenihan
dibutuhkan air bersalinitas 5‰ untuk penetasan
telur
dan
12‰
untuk
pemeliharaan larva, dan untuk membuat air dengan salinitas tersebut digunakan perhitungan dengan rumus:
ScVc = StVt + SlVl St: salinitas air tawar, Vt: volume air tawar Sl: salinitas air laut, Vl: volume air laut Sc: salinitas air campuran, Vc: volume air campuran
Desinfeksi air dilakukan dengan cara berikut:
50
menghomogenkan
kalsium
hipoklorit - Air dibiarkan selama minimal 24 jam
PRODUKSI UDANG GALAH (H. Sutomo, D. Rohmana, S. Rosellia, K. Tisna Wibowo, A. Djadjanurdjasa, S. Hastuti, Sudiana, L. Rahmi, T. Bastian, Nendih, Bunga)
• Pemijahan dilakukan di bak pemijahan berukuran 15 m2secara masal dengan kepadatan
2-3
ekor/m2
serta
scoopnet dan ditampung di baskom 10 liter f. Pengelolaan larva
perbandingan jantan dan betina adalah 1 : 3. Model pemijahan yang akan dilakukan adalah persilangan induk betina Mahakam F3 Mahakam dengan induk jantan Bone F3 dan pemijahan
induk
yang
fiber glass volume 1,5 m3 dan diisi dengan air bersalinitas 12 ppt sebanyak 1 m3 yang telah didesinfeksi • Manajemen pemberian pakan larva
sesama induk Mahakam F3 • Pemilahan
• Wadah pemeliharaan larva berupa bak
bertelur
dilakukan setelah 3 minggu pemijahan.
disajikan pada Tabel 2 • Mulai stadia hari ke-31, benih diberi pakan cramble sebanyak 2 g/m3
e. Penetasan telur
bersamaan dengan pemberian pakan • Wadah penetasan berupa bak volume
egg custard
2 m3 dan diisi dengan air bersalinitas 5 • Penambahan air dilakukan pada hari
ppt yang telah didesinfeksi
ke-7 dan 10 sebanyak 0,25 m3 hingga • Induk yang bertelur dikelompokkan berdasarkan tingkat kematangan telur. • Selama pengeraman induk diberi pakan pellet
sebanyak
3
%/BB
dengan
frekuensi 2 kali yaitu pagi dan sore hari
mencapai volume maksimal (1,5 m3) selanjutnya dilakukan pergantian air sebanyak 10-25% setiap tiga hari bertepatan dengan waktu penyifonan kotoran
• Telur akan menetas setelah kira-kira 21
• Monitoring kesehatan dan lingkungan
hari sejak diovulasikan; telur yang telah
dilakukan secara rutin dan apabila
berwarna
segera
terjadi gejala penyakit dan penurunan
menetas, biasanya tidak lebih dari dua
kualitas air dilakukan tindakan berupa
hari
pemberian probiotik dan pergantian air
kecoklatan
akan
• Induk yang telah menetaskan telur dipindahkan
ke
induk
larva
dan
bak
pemeliharaan
dipanen
dengan
• Penurunan salinitas dimulai pada saat stadia
D-28
secara
gradual
dan
mencapai salinitas 0 promil pada saat stadi juvenil D-5.
51
Jurnal Budidaya Air Tawar Vol. 9 No. 2 Nopember 2013, hal 46-60.
Tabel 2. Manajemen Pemberian Pakan Larva Udang Galah STADIA (hari ke-) D1 D2-5 D6-10 D11-15 D16-20 D21-25 D26-30 D31-35 D36-40
07.00 ARTEMIA (ekor/ml) 1 1 1-2 1-2 2 2 2 2
09.00 EGG CUSTARD 3 (g/m ) 2 4 6 8 6 4 2
11.00 ARTEMIA (ekor/ml) 1 1-2 1-2 2 2 2 2
13.00 EGG CUSTARD 3 (g/m ) 2 4 6 8 6 4 2
15.00 ARTEMIA (ekor/ml) 1 1 1-2 1-2 2 2 2 2
17.00 EGG CUSTARD 3 (g/m ) 2 4 6 8 6 4 2
g. Penyediaan pakan buatan larva
h. Penyediaan pakan alami-artemia
• Menimbang bahan-bahan pakan yang
• Dekapsulasi artemia dengan tahapan
terdiri dari tepung terigu 250 g, tepung
proses sebagai berikut:
kanji 10 g, udang kering 15 g, cumi-
- Menimbang siste artemia sebanyak
cumi segar 10 g, udang segar 10 g, ragi
75 gram dan memasukkan dalam
roti 10 g, minyak ikan 5 g, telur ayam
kantong
10 butir, vit mix 2 g
direndam dalam air tawar selama ½
• Bahan yang masih kasar diiris dengan
mesh
200
selanjutnya
jam - Membuat larutan dekapsulasi yang
pisau sehingga mudah diblender • Semua bahan dibender hingga hancur
terdiri dari kaporit 30 gram dan soda api 15 gram dalam 1 liter air tawar
dan tercampur merata
- Membuat larutan penetral natrium • Adonan
ditempatkan
pada
wadah
plastik tahan panas dan dikukus hingga matang
dengan
mempunyai
kain
mata
kasa
lubang
1
yang
direhidari direndam dalam larutan dekapsulasi
selama
5
menit
mm
selanjutnya diremas-remas hingga
sehingga menghasilkan butiran pakan
cangkang terkelupas yang dicirikan
berukuran 0,5-1 mm
dengan terjadinya perubahan warna
• Pengawetan pakan dapat dilakukan dengan cara menyimpannya dalam kulkas 52
tawar - Siste dalam kantong yang telah
• Pakan buatan yang sudah matang dicetak
thiosulfat 15 gram dalam 1 liter air
menjadi oranye - Siste dicuci dengan air tawar sampai bersih untuk membuang larutan
PRODUKSI UDANG GALAH (H. Sutomo, D. Rohmana, S. Rosellia, K. Tisna Wibowo, A. Djadjanurdjasa, S. Hastuti, Sudiana, L. Rahmi, T. Bastian, Nendih, Bunga)
dekapsulasi lalu direndam dalam
• Penebaran juvenil muda sebaiknya
larutan penetral selama 5 menit dan
dilakukan pada pagi hari dengan
dibilas lagi dengan air tawar
kepadatan 1000-2000 ekor/m3
- Siste siap ditetaskan dan untuk pengawetan dapat disimpan dalam kulkas
• Pemberian
alami
artemia
dilakukan hanya pada saat penebaran selanjutnya
• Wadah penetasan berupa fiber glass
pakan
yang
diberikan pakan buatan
mengandung
sebanyak
bersalinitas
frekuensi 3 kali yaitu jam 07.00, 12.00
yang
telah
didesinfeksi • Menimbang siste hasil dekapsulasi
BB/hari
40%
berbentuk kerucut dan diisi dengan air 12‰
40%
protein
dengan
dan 17.00 • Pemeliharaan juvenil dilakukan selama
sesuai kebutuhan lalu dimasukkan ke dalam corong penetasan yang telah berisi air dan diberi aerasi kuat • Panen dilakukan setelah 24 jam dengan cara menyifon menggunakan selang ½ inchi yang bagian ujungnya dilengkapi kantong mesh 200 • Siste dibilas dengan air steril lalu diberikan pada larva udang. i. Pengelolaan juvenil • Wadah pemeliharaan juvenil berupa bak outdoor volume 20 m3 dengan air tawar (0 ‰) sebanyak 15 m3 yang telah didesinfeksi. Aerasi diberikan sangat kuat supaya terjadi pengadukan bahan organik.
53
Jurnal Budidaya Air Tawar Vol. 9 No. 2 Nopember 2013, hal 46-60.
terpisah, bersih dan siap pakan sesuai
ukuran 6-8 gram/ekor selama 2 bulan
peruntukannya
(60
hari)
pemeliharaan,
dengan
kepadatan yang sama yaitu 5 ekor/m2.
• Pengaturan akses masuk lokasi
Pembentukan Populasi Dasar Sintetis • Sterilisasi
wadah,
peralatan
dan Calon Induk Udang Galah
ruangan Prosedur • Sanitasi lingkungan pembenihan
pembentukan
populasi
dasar sintetis mengacu pada protokol P4
• Pengelolaan limbah buangan hatchery
Pemuliaan
• Pengaturan personil:
Sukamandi, 2010) dan Teknis pembesaran
- Pakaian
dan
perlengkapan
kerja
Udang
Galah
(LRPTBPAT
udang galah mengikuti Standar Prosedur Operasional (SPO) Pembesaran Udang
personil harus bersih
Galah di Kolam (BBPBATS, 2007).
- Sterilisasi alas kaki dan tangan
a. Penyediaan induk dari populasi/strain k. Pembesaran udang galah bersama
yang berbeda
padi di sawah • Populasi/strain bersumber dari tiga • Dalam pemeliharaan ugadi, benih padi yang digunakan yaitu dari jenis INPARI 13
dan
benih
udang
galah
populasi budidaya generasi ke-3 (F3) asal Mahakam (M), Cenranae-Bone (B) dan Citanduy (C)
(Macrobrachium rosenbergii). • Kriteria induk jantan dan betina adalah • Pupuk yang digunakan pada awal pemeliharaan padi dengan NPK.
yang secara visual tampak normal dan sehat dan berukuran masingmasing 50
• Pakan buatan (pellet) dengan protein 30%. Pemberian pakan pada awal penebaran sebanyak 4% bobot biomass
dan 40 gram. b. Pemijahan, penetasan telur dan pemeliharaan larva
dan berkurang pada 1 bulan terakhir masa
pemeliharaan,
sebanyak
2%
• Pemijahan
untuk
menghasilkan
populasi dasar sintetik dilakukan secara
bobot biomass.
resiprokal, yaitu induk jantan dari • Ukuran benih yang ditebar yaitu ukuran 3-5
gram/ekor
dengan
masa
pemeliharaan 3 bulan (90 hari) dan
54
populasi A dikawinkan dengan induk betina dari populasi B dan sebaliknya. Selain itu, pemijahan pada masing-
PRODUKSI UDANG GALAH (H. Sutomo, D. Rohmana, S. Rosellia, K. Tisna Wibowo, A. Djadjanurdjasa, S. Hastuti, Sudiana, L. Rahmi, T. Bastian, Nendih, Bunga)
masing populasi/strain juga dilakukan.
• Memindahkan induk induk betina yang
Jumlah kombinasi persilangan adalah
telah memijah dan mengerami telur
N2; dimana N adalah jumlah populasi.
berwarna
Sehingga terdapat 32 (=9) kombinasi
penetasan sampai telur dilepaskan dari
persilangan yaitu MM, MB, MC, BM,
kantung pengeraman (brood chamber).
BB, BC, CM, CB dan CC.
ke
wadah
• Memindahkan induk betina setelah
• Pemijahan antara suatu kombinasi populasi dengan kombinasi populasi lainnya dilakukan secara terpisah. Hal ini untuk memastikan bahwa setiap kombinasi
kecoklatan
populasi
memiliki
semua telur menjadi larva. • Memelihara larva secara terpisah antar famili dalam bak pemeliharaan larva. Metoda pemeliharaan larva mengikuti SOP produksi benih (BBPBATS, 2009).
representasi (turunan) yang dapat dikontribusikan kepada populasi dasar. Sementara pemijahan pada masing-
c. Pendederan (pentokolan) Tahap
pendederan
bertujuan
dapat
menyediakan benih udang galah dengan
menerapkan salah satu dari dua cara,
ukuran yang siap ditebar ke kolam
yaitu pemijahan secara berpasangan
pembesaran. Bergantung pada ukuran
atau pemijahan secara komunal. Dalam
tokolan yang dikehendaki untuk tujuan
hal ini di BBPBAT Sukabumi dilakukan
pembesaran, dikenal istilah tokolan I dan
pemijahan secara komunal.
tokolan 2. Tokolan satu adalah tokolan
masing
kombinasi
populasi
• Pemijahan secara komunal dilakukan dengan
menebar
dan
memelihara
calon-calon induk jantan dan betina secara
bersama-sama
dalam
satu
kolam dan membiarkan perkawinan
berukuran panjang total 3-5 cm yang didapat dari pemeliharaan PL selama satu bulan sedangkan tokolan 2 berkuran 5-7 cm yang didapatkan dari pemeliharaan PL selama
2
bulan.
Pendederan
dapat
dilakukan di kolam tanah atau waring
terjadi di kolam.
dengan kelebihan dan kekurangannya • Mengecek
induk-induk
yang
telah
memijah dengan cara memanen dan mengamati secara visual setelah 15 hari masa pemijahan.
masing-masing. Pendederan dalam kolam tanah dapat menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik, namun biasanya memiilki kelangsungan
hidup
yang
rendah.
55
Jurnal Budidaya Air Tawar Vol. 9 No. 2 Nopember 2013, hal 46-60.
Sebaliknya, pendederan dalam waring
4 kali per hari, untuk kontrol pakan
umumnya
menggunakan anco
hidup
menghasilkan
yang
lebih
kelangsungan
tinggi,
walapun
- Memonitor parameter kualitas air
pertumbuhan sedikit lebih rendah. Uraian
(kuantitas
dalam
periodik
protokol
ini
adalah
untuk
dan
kualitas)
dan
secara
kondisi
waring.
pendederan yang dilakukan dalam waring
Diupayakan agar sirkulasi air dalam
yang dipasang di kolam tanah untuk masa
waring terjaga dengan menggosok
pemeliharaan selama 1 bulan.
sisi-sisi waring secara rutin terutama
• Mempersiapkan
kolam,
meliputi
mengolah tanah dasar, mengangkat sisa-sisa bahan organik, dan menabur
apabila populasi organisme penempel pada waring telah rata - Memasukkan volume
kapur bila pH tanah rendah.
air per
sebayak
10%
hari
guna
mempertahankan kualitas air kolam • Mengisi
kolam
melalui
sistem
penyaringan hingga ketinggian air 30 cm, memupuk kolam dengan kotoran ayam 250-500 kg/ha, 15 kg/ha urea dan 10 kg/ha TSP • Memasang waring ukuran 2x2 m dengan ukuran mata waring 1 mm beserta perangkat pendukungnya, yaitu shelter dan aerasi. - Memasukkan air hingga ketinggian 80 cm, dengan penetrasi cahaya 25-40 cm - Menebar juvenil yang telah siap dari
50% populasi terbaik dari masingmasing kombinasi pemijahan dan dilakukan
pembesaran
d. Pembesaran Tahap pembesaran ditujukan untuk mendapatkan udang galah calon induk dengan ukuran >30 gram/ekor. • Persiapan wadah pemeliharaan Persiapan pembesaran
kolam sama
kolam
dengan kepadatan 250 ekor/m2
(pemeliharaan induk).
berprotein 38-40%, sebanyak 20% dari bobot biomass dengan frekwensi
secara
komunal.
masing-masing kombinasi pemijahan
- Memberi pakan benih dengan pakan
56
- Pada saat pemanenan, mengambil
untuk
untuk
seperti produksi
kegiatan persiapan benih
PRODUKSI UDANG GALAH (H. Sutomo, D. Rohmana, S. Rosellia, K. Tisna Wibowo, A. Djadjanurdjasa, S. Hastuti, Sudiana, L. Rahmi, T. Bastian, Nendih, Bunga)
• Penebaran benih - Padat tebar : o tahap pentokolan II (ukuran 10 – 15 ekor/m2) o tahap pembesaran (ukuran 5 – 10 ekor/m2) - Waktu tebar benih/tokolan dilakukan pada pagi atau sore hari - Aklimatisasi dilakukan hingga ada kesuaian dengan air kolam
pemijahan pada kegiatan pembentukan populasi dasar sintetis disajikan pada Tabel 3. Induk betina F3 Citanduy paling baik dalam hal pemijahan, lebih dari 75% berhasil
bertelur
selama
15
hari
pemijahan. Kelangsungan hidup larva tertinggi diperoleh dari hasil pemijahan Bone-Ciamis,
diikuti
Bone-Bone
Mahakam-Mahakam.
Sedangkan
dan pada
- Benih yang sehat dengan sendirinya
kegitan pentokolan, kelangsungan hidup
akan keluar dari wadah aklimatisasi
tertinggi diperoleh dari hasil pemijahan Mahakam-Bone diikuti Mahakam-Ciamis
• Pemberian pakan - Menimbang pakan sesuai kebutuhan o Pentokolan II : 10 – 6% biomass dengan frekuensi 3 – 4 x per hari o Pembesaran : 5 – 3% biomass dengan frekuensi 3-4 kali per hari - Ukuran butiran pakan disesuaikan dengan ukuran udang - Pemberian pakan disebar merata ke
dan dan Bone-Bone (Tabel 4). Setiap kombinasi pemijahan diambil tokolan yang paling besar sebanyak 1000 ekor sehingga terdapat 9000 tokolan hasil pencampuran 9 kombinasi pemijahan. Tokolan
tersebut
dipelihara
sampai
mencapai ukuran calon induk. Pada akhir pemeliharaan diseleksi calon induk yang ukurannya paling besar sebanyak 1000
seluruh kolam ekor jantan dan 1000 ekor betina dengan ukuran dan bobot jantan 14,1 cm dan HASIL DAN PEMBAHASAN Pembentukan Populasi Dasar Sintetis Hasil
pemijahan dan pemeliharaan
larva udang galah dari sembilan kombinasi
39,1 g serta betina 11,9 cm dan 18,5 g. Hasil kegiatan pendederan juvenil udang galah dengan teknologi bioflok disajikan pada Tabel 5.
57
Jurnal Budidaya Air Tawar Vol. 9 No. 2 Nopember 2013, hal 46-60.
58
PRODUKSI UDANG GALAH (H. Sutomo, D. Rohmana, S. Rosellia, K. Tisna Wibowo, A. Djadjanurdjasa, S. Hastuti, Sudiana, L. Rahmi, T. Bastian, Nendih, Bunga)
Tabel 6. Data Kegiatan Sistem Budidaya Terintegrasi Udang Galah-Padi (UGADI)
PARAMETER 2
Luas (m ) Jumlah Tebar (ekor) 2 Padat Tebar (ekor/m ) Pakan (% BBM) Tebar Tanggal Panjang (cm) Berat (g) Pakan (g/hari) Panen Tanggal Ukuran Besar (kg) Ukuran Kecil (kg) Total (kg) Total (ekor) FCR SR (%)
Laju
pertumbuhan
SAWAH 1 1,126 5,750 5 4
SAWAH 2 1,028 5,180 5 4
NOMOR SAWAH SAWAH 3 875 4,377 5 4
07 Jun 7.31 3.31 305
07 Jun 10.42 10.47 868
22 Aug 61.0 9.0 70.0 1,965.0 1.58 34.2
09 Aug 97.0 6.0 103.0 3,037.0 1.51 58.6
harian
dan
kelangsungan hidup benih udang galah pada
perlakuan
bioflok
lebih
SAWAH 4
SAWAH 5
666 2,544 4 4
849 4,425 5 4
31 Mei 7.61 3.64 255
31 Mei 7.92 3.98 162
31 Mei 7.61 3.64 258
22 Aug 61.5 9.0 70.5 2,226.0 1.40 50.9
22 Aug 52.5 4.0 56.5 1,845.0 1.11 72.5
22 Aug 65.0 4.0 69.0 2,270.0 1.94 51.3
Udang Galah Pamarican, Balai Udang Galah Karawang dan VEDCA Cianjur.
tinggi
Hasil
kegiatan
sistem
budidaya
daripada kontrol sebagai akibat dari selalu
terintregasi antara udang galah dan padi
tersedianya pakan dalam bentuk bioflok.
(Ugadi) disajikan pada Tabel 6. Kegiatan
Udang galah dapat meretensi protein
budidaya udang galah di sawah bersama
sebanyak 17,3-25% (Rohmana dkk., 2010).
padi
Udang windu hanya meretensi nitrogen
antara 34,2-72,5%, lebih rendah dari
sebesar 16,3-17,1% (Hari et al.. 2004).
budidaya
Benih sebar udang galah pada tahun 2011 telah didistribusikan ke wilayah Jawa Barat
(Sukabumi,
Garut,
Karawang),
Banten (Pandeglang), Kalimantan Timur, DI
Yogyakarta
(Sleman),
dan
Riau
(Kampar). Sedangkan induk/calon induk
menghasilkan kelangsungan hidup
udang
di
kolam
yang
menghasilkan kelangsungan hidup antara 60-80%.
Namun demikian FCR pada
budidaya
ugadi
lebih
baik
daripada
budidaya monokultur di kolam yaitu antara 1.1-1.9. FCR budidaya monokultur udang galah umumnya di atas 2.
pada tahun 2011 mulai didistribusikan ke Loka Riset Pemuliaan Sukamandi, Balai
59
Jurnal Budidaya Air Tawar Vol. 9 No. 2 Nopember 2013, hal 46-60.
KESIMPULAN DAN SARAN Kegiatan
DAFTAR PUSTAKA
pembentukan
populasi
dasar sintetis menghasilkan calon induk dasar sintetis sebanyak 1.000 pasang. Benih sebar udang galah didistribusikan ke wilayah Jawa Barat (Sukabumi, Garut, Karawang), Kalimantan
Banten Timur,
(Pandeglang), DI
Yogyakarta
(Sleman), dan Riau (Kampar). Sedangkan induk/calon induk didistribusikan ke Loka Riset Pemuliaan Sukamandi, Balai Udang Galah Pamarican, Balai Pengembangan Budidaya Air Payau dan Laut Karawang dan VEDCA Cianjur. Kelangsungan hidup pada kegiatan budidaya udang galah bersama padi lebih rendah daripada budidaya udang di kolam.
Namun
demikian FCR pada budidaya ugadi lebih baik daripada budidaya monokultur di kolam.
Asaduzzaman M, Wahab MA, Verdegem MCJ, Benerjee S, Akter T, Hasan MM, Azim ME. 2009. Effect of addition of tilapia Oreochromis niloticus and substrates for periphyton developments on pond ecology and production in C/N-controlled freshwater prawn Macrobrachium rosenbergii farming systems. Aquaculture 287: 371-380. [BBPBATS] Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi. 2007. Standar Prosedur Operasional (SPO) Pembesaran Udang Galah di Kolam. Sukabumi: BBPBATS, DJPB-DKP. [BBPBATS] Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi.2009. Standar Prosedur Operasional (SPO) Pembenihan Udang Galah. Sukabumi: BBPBATS, DJPB-DKP. [LRPTBPAT] Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar Sukamandi.2010. Protokol Pemuliaan Udang Galah. Sukamandi: LRPTBPAT, PRPB-BRKP. New MB. 2002. Farming Freshwater Prawns: A Manual for Cultureof The Gaint River Prawn (Macrobrachium rosenbergii). Roma: Food and Agriculture Organization of The United Nations. Rohmana, D. 2009. Konversi limbah budidaya ikan lele, Clarias sp., menjadi bakteri heterotrof untuk perbaikan kualitas air dan makanan udang galah, Macrobrachium rosenbergii [Tesis]. Bogor: Mayor Ilmu Akuakultur, Sekolah Pascasarjana, IPB. Weidenbach RP. 1982. Dietary components of freshwater prawns reared in Hawaiian ponds. Di dalam: New MB, Editor. Giant Prawn Farming. ‘Giant Prawn 1980’, An International Conference on Freshwater Prawn Farming; Bangkok, 15-21 June 1980. Amsterdam: Elseiver. hlm 257-267.
60