PEMANFAATAN CACING LUR (Nereis sp.) SEBAGAI PAKAN UDANG WINDU (Penaeus monodon L.) DAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii de Man)1 THE USE OF RAGWORM (Nereis sp.) AS FEED FOR TIGER PRAWN (Penaeus monodon L.) AND GIANT PRAWN (Macrobrachium rosenbergii de Man) Edy Yuwono, Bambang Haryadi, Untung Soesilo, Farida Nur Rachmawati and Sorta B. Ida Laboratorium Fisiologi Hewan, Fakultas Biologi, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto 53123
e-mail:
[email protected]
Abstract A series of experiments have been done to reveal the use of ragworm (Nereis sp.) as feed for tiger prawn (Penaeus monodon L.) and giant prawn (Macrobrachium rosenbergii de Man). Post larvae (PL) 20 of tiger prawn fed chopped ragworm showed significantly higher survival rate than that fed Artemia salina. Tiger prawn PL 20 fed flake containing ragworm meal also showed that the higher ragworm meal inclusion in the flake the higher the growth rate and feeding rate. In addition, the giant prawn (Macrobrachium rosenbergii de Man) fed chopped ragworm showed significantly higher growth rate than that fed commercial pellet. Inclusion of the ragworm meal in experimental diets also resulted in higher growth rate and higher feeding response in giant prawn. The ragworm meal may contain attractant required for inducing feeding activity in the prawn.
Key words: ragworm, feed, survival rate, growth rate, prawn.
Abstrak Penelitian telah dilakukan untuk mengetahui efek pemanfaatan cacing lur (Nereis sp.) dalam pakan terhadap laju pertumbuhan dan kelulusan hidup post larva udang windu (Penaeus monodon L.) dan juvenil udang galah (Macrobrachium rosenbergii de Man). Udang windu PL20 diberi pakan cacahan cacing lur menunjukkan kelulusan hidup yang secara signifikan lebih tinggi dari yang diberi pakan Artemia. Udang windu PL20 yang diberi pakan remahan yang mengandung tepung cacing lur juga menunjukkan bahwa semakin tinggi kandungan tepung cacing lur dalam pakan semakin tinggi laju pertumbuhan dan pengambilan pakannya. Udang galah juvenil yang diberi pakan cacahan cacing lur menunjukkan laju pertumbuhan lebih tinggi dari udang yang diberi pakan pellet komersial. Penggunaan tepung cacing lur dalam pakan berupa pellet juga memberikan laju pertumbuhan dan respon makan lebih tinggi pada udang galah. Tepung cacing lur diduga mengandung senyawa penarik yang dapat menginduksi aktivitas makan pada udang.
1
Makalah dipresentasikan dalam Aquaculture Indonesia 2001 Conference, di UNDIP, 30-31 Oktober 2001.
2
I. Pendahuluan Cacing lur (Nereis sp.) termasuk dalam kelas Polychaeta yang merupakan pakan alami bagi udang laut dari famili Penaeidae (Dall et al., 1990). Kandungan asam amino essensial pada cacing lur yang dibutuhkan oleh udang penaeid cukup memadai (Yuwono et al., 1995). Telah dilaporkan pula bahwa respon perilaku makan dan pertumbuhan juvenil udang galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) dapat ditingkatkan dengan pemberian pelet yang mengandung tepung cacing lur (Mujatmoko et al., 1995). Potensi cacing lur untuk meningkatkan kelulusan hidup dan memacu pertumbuhan udang belum dilaporkan. Dalam sistem budidaya terkontrol baik untuk udang galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) maupun udang windu (Penaeus monodon L.), sangat dibutuhkan penyediaan pakan yang mengandung nutrisi seimbang guna memperoleh pertumbuhan yang terbaik. Pendekatan sederhana untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah dengan mendayagunakan pakan alami yang hidup di habitat udang tersebut dan cacing lur memnuhi kriteria ini. Pengaruh penggunaan cacing lur, dalam bentuk cacahan sebagai pakan dan dalam bentuk tepung yang dibuat pelet, terhadap kelulusan hidup dan pertumbuhan udang galah dan udang windu dilaporkan dalam makalah ini.
II. Materi dan Metode Empat eksperimen yang berbeda dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan berupa cacahan cacing lur dan remahan serta pellet yang mengandung tepung cacing lur terhadap kelulusan hidup dan pertumbuhan udang windu dan udang galah. Materi yang digunakan meliputi post larva udang windu (Penaeus monodon L.), PL20 dari Panti Pembenihan di Cilacap, Jawa Tengah dan juvenil udang galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) dari Panti Pembenihan Adiraja, Cilacap, Jawa Tengah dan dari Samas, Yogyakarta. Udang diaklimasikan selama seminggu di laboratorium sebelum digunakan dalam eksperimen. Cacing lur (Nereis sp.) diperoleh dari kawasan tambak udang di Brebes, Jawa Tengah. Cacing ini kemudian dipelihara di laboratorium sehingga untuk pemberian pakan berupa cacahan cacing tersebut masih dalam keasdaan segar. Untuk membuat tepung cacing terlebih dahulu dikeringkan kemudian digiling sampai berbentuk tepung halus untuk selanjutnya digunakan dalam pembuatan pakan remahan dan pelet.
3
Keempat eksperimen dirancang sebagai berikut: 2.1. Pengaruh pemberian pakan cacing lur cacahan terhadap kelulusan hidup post larva udang windu Dua kelompok udang windu PL20 masing-masing terdiri atas 75 ekor dipelihara dalam wadah berisi air laur sebanyak 2 liter dan diberi pakan cacahan cacing lur (kelompok I) dan diberi Artemia (kelompok II). Setelah 20 hari dari awal pemeliharaan dilakukan pengamatan terhadap laju kelulusan hidup udang uji. Data dianalisis dengan uji t.
2.1. Pengaruh pemberian pakan remahan yang mengandung tepung cacing lur pada pakan terhadap pertumbuhan dan respon makan pada larva udang windu Pakan yang digunakan berupa pakan remahan (flake) yang mengandung tepung cacing lur dengan persentase 0%, 15%, 30%, 45% dan 60%. Lima macam pakan yang dicobakan disusun menurut rancangan acak lengkap dengan 3 ulangan, sehingga terdapat 15 akuarium percobaan. Pakan diberikan tiga kali sehari yaitu pada jam 07.00, 13.00 dan 19.00. Sisa pakan dikumpulkan dan ditiriskan pada kertas saring Whatman no. 40 dan disimpan dalam oven pada suhu 600 selama 48 jam sehingga kering dan kemudian ditimbang. Pertumbuhan dihitung dengan mengukur bobot hewan uji menggunakan timbangan elektrik dengan ketelitian 0,1 gram, pada awal percobaan, kemudian berturut-turut pada hari ke 5, 10, 15 dan 20. Pertambahan bobot (G) dihitung dengan mengurangi bobot hewan uji pada saat akhir penelitian (Wt) dengan bobot hewan uji pada awal penelitian (Wo), dengan rumus: G = Wt – Wo. Laju makan dihitung dengan menggunakan rumus menurut Haiqing & Xiqin (1994). Data dianalisis menggunakan analisis varians dan dilanjutkan uji BNT.
2.3. Pengaruh pemberian cacing lur cacahan terhadap pertumbuhan udang galah Dua kelompok unit percobaan ditempatkan dalam laboratorium pada temperatur ruangan. Setiap kelompok percobaan terdiri atas 7 unit akuarium ukuran 35x35x50 cm3 yang masing-masing berisi air setinggi 30 cm dan 1 ekor udang galah dengan bobot 6,5 ± 1 gram. Kelompok I diberi pakan berupa cacahan cacing lur dan kelompok II diberikan pakan berupa pelet komersial, masing-masing sebanyak 10% dari bobot udang. Setelah 12 minggu diamati pertambahan bobot dan pertambahan panjang tubuhnya. Data dianalisis dengan uji t.
4
2.4. Pengaruh pemerian pelet cacing lur terhadap pertumbuhan dan respon makan pada udang galah Empat kelompok udang galah, bobot tubuh 6±1 gram, dipelihara secara individual didalam akuarium percobaan ukuran 35x35x50 cm3 yang masing-masing berisi air setinggi 30 cm. Setiap kelompok percobaan terdiri atas 4 unit akuarium. Masing-masing kelompok diberi pelet yang mengandung tepung ikan (kelompok 1), tepung udang (kelompok 2), tepung ulat sutera (kelompok 3) dan tepung cacing lur (kelompok 4). Setelah 6 minggu dilakukan pengamatan terhadap pertambahan bobot tubuh. Konsumsi pakan, laju konversi mutlak dan efisiensi konversi dihitung, demikian pula laju pertumbuhan spesifiknya. Data dianalisis secara deskriptif.
III. Hasil dan Pembahasan 3.1. Pemanfaatan cacing lur untuk pakan udang windu (Penaeus monodon L.) Hasil penelitian menunjukkan bahwa udang windu PL20 yang diberi pakan cacahan cacing lur menunjukkan laju kelulusan hidup yang secara signifikan lebih tinggi dari yang diberi pakan artemia (Tabel 1.). Tabel 1. Laju kelulusan hidup udang windu post larva yang diberi pakan cacahan cacing lur dan artemia. Laju kelulusan hidup (%) ±SD Cacahan cacing lur
95,67
5,03
Artemia
51,00
2,28
Data pertumbuhan, konversi pakan serta efisiensi protein disajikan dalam tabel 2.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertambahan bobot rata-rata benih udang windu PL 20 – PL 40 berkisar antara 0,09 gram sampai dengan 0,27 gram (Tabel 2). Pertambahan bobot benih udang uji meningkat dengan meningkatnya kandungan tepung cacing lur dalam pakan yang diberikan. Pada benih udang yang diberi pakan yang mengandung tepung cacing lur 15% pertumbuhannya berbeda nyata dari benih udang yang diberi pakan yang tidak mengandung tepung cacing lur. Pertumbuhan meningkat secara signifikan (P<0,05) pada benih udang yang diberi pakan yang mengandung tepung cacing lur 30%, tetapi tidak berbeda nyata dengan benih udang yang diberi pakan yang mengandung tepung cacing lur 45% dan 60%.
5
Tabel 2. Pertumbuhan dan laju makan udang windu post larva yang diberi pakan remahan mengandung tepung cacing lur. Parameter
Persentase tepung cacing lur dalam pakan 0% 15% 30% 45%
60%
Bobot awal (gr)
0,33
0,34
0,33
0,33
0,34
Bobot akhir (gr)
0,42
0,52
0,60
0,56
0,57
Pertambahan bobot (gr)
0,09c
0,18b
0,27a
0,23ab
0,23ab
103,55d
157,66c
177,45bc
184,61a
178,28b
Laju makan
Data dalam tabel yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata (P<0,05)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat nilai optimal bagi persentase bahan sumber protein hewani dalam pakan udang windu untuk memacu pertumbuhannya. Menurut Dall et al. (1990) udang Penaeidae bersifat opportunistic omnivorous dan hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan yang lebih tinggi ditemukan pada udang yang diberi pakan yang mengandung sumber protein hewani dengan persentase sama atau lebih tinggi dari kandungan sumber protein nabati yaitu yang diberi pakan mengandung tepung cacing lur 30%, 45% dan 45%. Pada berbagai tingkat perkembangan larva P. monodon yang diberi pakan sumber protein hewani tinggi menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibanding larva hewan karnivora yang lebih banyak menggunakan energi yang diasimilasi untuk pemeliharaan tubuhnya (Kurmaly et al., 1989). Laju makan udang windu meningkat dengan meningkatnya kandungan tepung cacing lur (P<0,05), tetapi laju makan benih udang windu yang diberi pakan dengan kandungan tepung cacing lur 60% lebih rendah dari laju makan benih udang windu yang diberi pakan dengan kandungan tepung cacing lur 45% (P<0,05). Laju makan tertinggi ditemukan pada hewan uji dengan pengambilan pakan tertinggi, jadi laju makan juga dipengaruhi oleh keberadaan kemoatraktan. Bahkan pada udang galah kemo atraktan tidak hanya meningkatkan laju makan tetapi juga meningkatkan pertumbuhan juvenil (Harpaz et al., 1987, Harpaz & Steiner, 1997). 3.2. Pemanfaatan cacing lur untuk udang galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) Udang galah yang diberi pakan cacahan caing lur selama 45 hari dalam pemeliharaan di laboratorium menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dari yang diberi pakan pelet komersial. Data dalam tabel 3. menunjukkan bahwa pertambahan bobot dan pertambahan panjang udang galah yang diberi pakan cacing lur secara signifikan lebih tinggi dari udang galah yang diberi pakan pelet komersial (P<0,05).
6
Tabel 3. Pertumbuhan udang galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) yang diberi pakan cacahan cacing lur dan pelet komersial selama 45 hari pemeliharaan, n=7. Pertambahan bobot tubuh (g)
Pertambahan panjang tubuh (cm)
Pakan cacahan cacing lur
3,27
1,11
Pakan pelet komersial
2,17
0,84
Cacing lur memberikan pertumbuhan yang lebih baik karena dimungkinkan kandungan nutrisi cacing lur, utamanya kandungan asam aminonya (lihat Yuwono, 1995), lebih sesuai dengan kebutuhan udang galah. Menurut Dall et al. (1990) pakan yang diberikan kepada udang dalam pemeliharaan hendaknya mengandung asam amino yang menyerupai kebutuhannya di alam. Pakan yang diformulasikan sedemikian rupa untuk dapat memenuhi kebutuhan nutrisi udang galah dibuat dengan menggunakan tepung ikan, tepung udang, tepung ulat sutera dan tepung cacing lur. Pemanfaatan pakan tersebut oleh udang galah disajikan dalam tabel 4.
Tabel 4. Pertambahan bobot tubuh, konsumsi pakan, laju konversi mutlak, efisiensi konversi dan laju pertumbuhan spesifik udang galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) yang dipelihara selama 6 minggu. Pelet tepung ikan
Pelet tepung udang
Pelet tepung ulat sutera
Pelet tepung cacing lur
Pertambahan bobot tubuh udang(g)
0,81
0,91
0,74
0,94
Konsumsi pakan harian (g)
0,09
0,06
0,07
0,06
Laju konversi mutlak
4,48
2,90
3,85
2,66
Efisiensi konversi
0,22
0,34
0,26
0,37
Laju pertumbuhan spesifik
0,12
0,15
0,11
0,13
Data dalam tabel 4. menunjukkan bahwa pelet yang mengandung tepung cacing lur memberikan pertumbuhan dan konversi pakan terbaik. Hal ini disebabkan kandungan asam amino tepung cacing lur (Yuwono et al., 1995) lebih sesuai bagi kebutuhan udang galah.
7
Kesimpulan Cacing lur, baik dalam bentuk segar berupa cacahan maupun dalam bentuk tepung yang dicampurkan dalam pembuatan pelet, sangat baik untuk meningkatkan pertumbuhan dan pendaya gunaan pakan udang galah dan udang windu
Daftar Pustaka Dall, W., B.J. Hill, P.C. Rithesberg and D.J. Sharples, 1990. The Biology of Penaeidae. Academic Press, London. Haiqing, S. and H. Xiqin. 1994. Effect of dietary animal and plant protein ratios and energy level on growth and body composition of bream. Aquaculture, 127: 189-196. Harpaz, S., D. Kahan and R. Galun, 1987. Variability in feeding behavior of the Malayan prawn Macrobrachium rosenbergii de Man, Crustaceana, 52: 53-60. Harpaz, S., J.E. Steiner, 1990. Analysis of betain induced feeding in the prawn Macrobrachium rosenbergii de Man, Crustaceana, 58: 175-185. Kurmaly, K., A. B. Yule and D. A. Jones, 1989. An energy budget for the larvae of Penaeus monodon (Fabricius), Aquaculture, 81: 13-25. Mujatmoko, Soeminto, E. Yuwono dan U. Soesilo, 1995. Respon perilaku udang galah terhadap pakan berbahan baku berbeda, Majalah Ilmiah Biologi Biosfera 1(2): 10-16. Yuwono, E., N.R. Nganroo and A. Sahri, 1995. Kultur cacing lur dan pemanfaatannya untuk pakan udang. Laporan RUT3, Lemlit UNSOED.