PRO SIDING LOKAKARYA
PENINGKATAN KOMPETENSI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN APLIKASI TELEMATIKA & KOMUNIKASI PUBLIK
Kcmenterian Komunikasi dan lnformatika Badan Penelitian dan Pengembangan SDM Puslitbang APTIKA IKP 2011 KOMI FO
Prosiding Lokakarya Peningkatan Kompetensi Penelitian dan· Pengembangan Aplikasi Telematika & Komunikasi Publik @
Puslitbang Aftik.a & IKP 2011
ISBN: 978-602-99599-1-8 Pengarah
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan SDM Kementerian Komunikasi dan InforMatika
Penanggung Jawab
Kapuslitbang APTIKA & IKP Balitbang SDM Kementerian Kominikasi dan Informatika
Editor
S. Arifianto
Disain Cover
Rieka Mustika
Ditcrbitkan oleh : Pusat Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Informatika dan Informasi dan Komunikasi Publik Badan Penelitian dan Pengembangan SDM Kementerian Komunikasi dan Informatika JI. Medan Merdeka Barat No. 9 Jakarta Pusat Telp/Fax: 021-3800418 Website : www.balitbang.dcpkominko.go.id
.I
KATA PENGANTAR Kegiatan yang bertajuk "Pengembangan Kompetensi Penelitian Dan Aplikasi Telematika dan Sarana Komunikasi Diseminasi Infonnasi" merupakan bagian dari kepedulian untuk ikut mengembangkan kualitas SDM dan produktivitas basil basil penelitian di Balitbang SDM, khususnya Puslitbang APTIKA dan IKP. Kegiatan lokakarya juga merupakan bagian dari pelaksanaan tupoksi Puslitbang APTIKA dan IKP yang melibatkan berbagai pibak untuk berkolaborasi di dalamnya. Meski kegiatan Lokakarya yang dilaksanakan dari tanggal 22 s/d 24 Maret 2011 ini belum sempurna, tetapi banyak mendapatkan apresiasi positif dari para pesertanya. Hal ini terlihat sejak pembukaan Lokakarya sampai penutupan antusias peserta sangat luar biasa. Boleh dibilang Lokakarya ini dapat digunakan sebagai ajang berdiskusi para peneliti dengan para nara sumber yang kompeten dibidangnya. Lokakarya semacam ini memiliki arti yang sangat penting sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan kualitas basil penelitian dan pengembangan di Puslitbang APTIKA dan IKP, maupun Puslitbang Jain di jajaran Balitbang SDM Kementerian Komunikasi dan Informatika. Interaksi ilmiah yang terjadi seJama Lokakarya memang berbeda dengan diklat ilmiah pada umumnya. Dalam Lokakarya tidak terjadi subordinasi, tetapi saling mengi~i dan memberikan pandangan terhadap materi ilmu pengetahuan yang disampaikan oleh nara sumber sebagai tim pakar. Kegiatan seperti ini sangat penting, maka dari itu agar bisa terdokumentasi dengan baik perlu di abadikan dalam sebuah buku. Meski ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang pesat, dan dokumen dalam bentuk digital telah menjadi suatu keniscayaan, tetapi dokumentasi dalam bentuk buku masih juga tidak kehilangan pamornya. Buku Prosiding Pengembangan Kompetensi Penelitian dan Aplikasi Telematika & Informasi Komunikasi Publik ini merupakan perwujudan komitmen Puslitbang APTIKA & IKP untuk ikut serta peduli terhadap peningkatan kualitas 1
"
~
SDM maupun basil basil penelitian di Balitbang SDM Kem Komunikasi dan lnfonnatika. Pada sisi yang lain penerbita s prosiding ini merupakan bentuk lain untuk memberikan pengh kepada para penyumbang naskah (peneliti) baik nara sumber mau ) partisipan. Penerbitan buku prosiding ini masih jauh dari sempum /~ maka kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk ~ -- ".. perbaikan penerbitan yang sama dimasa mendatang. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Kepala Badan Litbang SDM Kementerian Kominfo yang telah memberikan berbagai motivasi bagi peneliti agar berkatya cipta, dan kepada Kapuslitbang APTIKA & IKP yang telah mem berikan kebebasan para peneliti untuk berkatya. Disamping itu kami juga mengucapkan terima kasih kepada Panitia penyelenggara, para nara sum ber, partisipan dan semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materiil atas terbitnya buku prosiding ini. Semoga buku ini bisa memberikan inspirasi baru, ada guna dan manfaatnya.
r
1
I
Jakarta, April 2010
Editor
ii
DAFTAR ISi
\
"\
PENGANTAR .................................................................................... i DAFTAR ISi ..................................................................................... iii • Sambutan Kepala Puslitbang APTIKA & IKP Balitbang SOM Kementerian Kominfo (Selaku Penanggung Jawab) .....................vi • Sambutan Kepala Badan Litbang SOM Kementerian Kominfo ... ix BAB. I PENYAJIAN MATERI NARA SUMBER I. Paradigma BaruPengelolaan lnformasi dan Komunikasi Publik di Era Konvergensi ..................................................... I
Fredy H.Tulung 2. Pengembangan Aplikasi Informatika Menuju Masyarakat Informasi .... ............... .. .. ....... ......... ... ... .. .. ... .. ..... ... .... ..... .. ...... 7
Joko Agung Hariyadi 3. Cloud Computing Era Baru Perkembangan Teknologi lnformasi dan Komunikasi ................................................. 11
Andrian.Karnelian 4. Focus Group Discussion Sebagai Teknik Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif .... ...... ...... ... ..... ... .. ..... .. ... .... .. ... .. .. 14
Febri Hendri 5. Teknik Pemilihan Responden Jajak Pendapat Melalui Telephone ........................................................................... 27
Harianto Santoso 6. Dari Profesi Peneliti Menjadi Penulis ................................ 30
Johan Wahyudi
iii
BAB Il PARTISIPAN PENYUMBANG MAKALAH ILMIAH 1. Pemanfaatan Open Source Untuk M .................................. 33 Ahmad Budi Setiawan · 2. Analisis E-library di Balitbang SOM Kominfo dengan Tek TAM.................................................................................... 49 Fahrizal Lukman Budiono 3. Analisis Citizen e-Readines dan Pemgembangan Oesa Berbasis Infonnasi ............................................................... 63 Anton Susanto 4. Perkembangan Open Source Pada Teknologi Seluler......... 76 Awangga Febian
5. Pemanfaatan Hp Siswa SLTA Kota Mataram dan Kah. Lombok Tengah .................................................................. 87 Bambang Riawan Eko 6. Analisis Isi Website Badan Litbang SOM Kominfo .......... 98 Diab Arum Maharani 7. Apresiasi Masyarakat Terhadap Siaran Lokal Jatiluhur Televisi .............................................................................. 111 8. Dida DirgahayuPembelajaran Berbasis TIK Untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa SMU di Kota Banjarmasin .................................................................................. 127 Heru Pudjo Buntoro 9. Penyelenggaraan Pelatihan CIO di orontalo....................... 147 lka Desy Ariyani I 0. Implementasi website Pengrajin Keris dan Batik Di desa Girirejo BantuI................................................................... 160 Agus Prabowo & Inasari Widyastuti
iv
11. Pelayanan Insfrastruktur Jaringan Data Dan Internet Kah. Kepulauan Siau Tangguladang dan Biaro................ 177 Arsyat
12. Bencana Erupsi Gunung Merapi Dalam Peliputan Media.. 193 Djoko Martono
13. Pengembangan Aplikasi Informatika Untuk Tuna Netra... 204 Kautsarina Adham
14. Tanggapan Pengguna Internet Terhadap Pemblokiran Situs Pomo di Kota Medan............................................... 208 Erisvaha Kiki Purwaningsih
15. Peran CIO Dalam Pengelolaan lnformasi Di Lingkungan Instansi Pemerintah Kota Mataram................................... 231 Meutia Rahmatika
16. Tingkat Literasi teknologi Informasi dan Komunikasi Pada Masyarakat Kota Makasar................................................. 246 Yudhita Christiani
17. Pola Pengembangan Internet di BPPKI Banjarmasin .........264 Victor 18. Trend lnformasi dan Komunikasi Media Sebagai
Hypermarket...................................................................... 273 Ropingan
19. Pengetahuan Masyarakat Terhadap UU KIP ..................... 292 Syarif
20. Kesiapan Penyelenggara Layanan Pos Universal... ........... 300 Sri Wahyuningsih
v
SAMBUTAN KAPUSLITBANG APTIKA & 1KP BALITBANG SDM KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Puja dan puji syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, bahwa atas rahmat dan hidayah-Nya sampai dengan hari ini kita masih diberikan berbagai nikmat, terutama nikmat sehat, sehingga kita semua dapat hadir disini untuk mengikuti acara Loka Karya "Peningkatan Kompetensi Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Informatika dan Informasi dan Komunikasi Publik". Bersama ini kami laporkan bahwa Loka Karya ini diselenggarakan, dengan tujuan untuk menyelaraskan dan mensinergikan tugas-tugas peneliti-an pasca restrukturisasi organisasi dan tata kerja Kementerian Ko-minfo, serta untuk meningkatkan kompetensi fungsional peneliti se-bagai bagian dari perkuatan peran Balitbang SOM dalam mewujudkan "Indonesia Informative Nation (IIN) 2014". Loka Karya yang berlangsung selama 3 hari, mulai tanggal 22 s/d 24 Maret 2011, ini diikuti sekitar SO peserta, terdiri dari : Pejabat Eselon II dilingkungan Balitbang SOM, Kepala BBPPKI dan BPPKI, Peneliti/Calon Peneliti, serta para peneliti dari lintas instansi terkait, seperti : LIPI, BPPT, BPS, Litbang Kementerian Perhubungan dan Polri. Dalam Loka Karya ini, para peserta dapat berinteraksi sating memberikan masukan dalam forum diskusi. Disamping itu peserta juga mendapatkan pencerahan seputar perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, yang diantaranya terkait dengan perkembangan teori dan metodologi penelitian dari para nara sumber, yang terdiri dari:
1. Dirjen Aplikasi Informatika, Kementerian Kominfo, " Aswin Sasongko " 2. Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Kominfo, " Freddy Tulung " 3. Kapus Data dan Sarana Informatika Kementerian Korn info, " Dr. Yan Rianto " Vl
I
/
I
\\ \
4. Pengajar Universitas Indonesia " Prof. Ors. Zulhasril Nasir, M.Si, Ph.O " 5. Manajer dari BIZNET " Adrian. K " 6. Pengajar Universitas Budi Luhur "Dr. Ir. Prabowo Pudjo Widodo, MS" 7. Peneliti Senior ICW "Febri Henri" 8. GM Litbang Hr. Kompas "F. Harianto Santoso" 9. Direktur Lembaga Survei Indonesia "Dr. Hendro Prasetyo" 10.Peneliti danjuga seorang Motivator "Dr. Johan Wahyudi" Lokakarya yang bertajuk 'Paradigma Baru Pengembangan Aplikasi Infonnatika dan dan Komunikasi Publik Menuju Terwujudnya Balitbang 2.0', ini antara lain akan mendiskusikan dan merumuskan hal-hal penting untuk diaplikasikan dalam rangka mendukung tupoksi Puslitbang Aptika IKP. Diskusi akan dipandu oleh para moderator, baik dari lingkungan internal Kementerian Kominfo, maupun lintas instansi, yang terdiri dari : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Staf Khusus Menteri Kominfo, " Rudi Lumanto " Peneliti dari LIPI "Dra. Nina Widyawati, M.Si " PWI Pusat "Djoko Saksono " Ditjen Aptika Kemkominfo" Ir. Fauzie Dahmir, M.Eng" Ditjen Aptika Kemkominfo "Ir. Nur Izza, M.Sc" Peneliti Puslitbang Aptika IKP Kemkominfo "S. Arifianto,SE, MA " 7. Peneliti Puslitbang Aptika IKP Kemkominfo "Ors. Djoko Waluyo" Melalui Lokakarya ini setiap peserta, khususnya bagi peneliti dan calon peneliti diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dibidang penulisan karya ilmiah. Karena Lokakarya ini juga disertai paparan Karya Tulis Ilmiah {KTI}. Dalam lokakarya ini karya tulis ilmiah yang masuk dan terseleksi sejumlah 27 judul.
vii
KTI yang bersangkutan ditulis peneliti dan calon peneliti, baik dari Puslitbang, maupun Balai. Topik KTI dibagi dua : pertama, menyangkut aplikasi infonnatika, kedua, menyangkut infonnasi dan komunikasi publik. Kemudian, oleh Tim penilai KTI tersebut diseleksi dan diberikan penilaian, untuk menentukan 4 KTI terbaik. Kepada penulis KTI terbaik, diberikan kesempatan untuk mempresentasikan basil karyanya di forum Lokakarya. Para pemenang mendapatkan reward atau penghargaan dari panitia. Demikianlah beberapa hal yang dapat disampaikan, terima kasih kami sampaikan kepada bapak-bapak nara sumber, hadirin sekalian yang telah berkenan hadir, semua pihak yang telah membantu dan berpartisipasi atas terselenggaranya Iokakaiya ini. Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amien.
Jakarta Februari, 2011 Kapuslitbang APTIKA & IKP
Selamatta Sembiring
viii
)
/
\.
SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG SDM KEMENTERIAN KOMINFO Loka Karya dengan tema "Peningkatan Kompetensi Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Informatika dan Infonnasi dan Komunikasi Publik (APTIKA IKP)". yang dilaksanakan hari ini memiliki peranan yang sangat penting dan strategis. Karena terkait dengan kontribusi Balitbang SOM untuk mewujudkan Visi Kementerian Komunikasi dan Informatika yaitu "Terwujudnya masyarakat infonnasi yang sejahtera melalui penyelenggaraan komunikasi ~an informatika yang efektif dan efisien dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia". Yakni peran untuk mengembangkan sistem Kominfo yang berbasis kemampuan lokal yang berdaya saing tinggi dan ramah Jingkungan sehingga mendorong tumbuhnya iklim penelitian dan pengembangan SOM unggul di bidang Kominfo. Sejalan dengan restrukturisasi Kementerian Kominfo, berdasarkan Peraturan Menteri Kominfo Nomor :. 17/PER/M. KOMINFO/l 0/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Komunikasi dan Infonnatika, maka struktur organisasi Badan Litbang SOM juga mengalami perubahan, salah satunya adalah Puslitbang Aptel SKDI yang kini menjadi Puslitbang Aplikasi Informatika dan Informasi dan Komunikasi Publik (Puslitbang APTIKA IKP). Pusat ini bertugas untuk melakukan penelitian dan pengembangan Aplikasi lnfonnatika dan Informasi dan Komunikasi Publik untuk mendukung program/kegiatan prioritas Ditjen Aplikasi Informatika dan Oitjen lnformasi dan Komunikasi Publik. Arab penelitian Pusat ini adalah untuk pengembangan aplikasi informatika, dan infonnasi dan komunikasi publik, serta kegiatan indikator utama bidang aplikasi informatika dan infonnasi dan komunikasi publik dan peningkatan penguasaan metodologi penelitian. Sebagaimana kita ketahui, guna pencapaian rencana strategis serta untuk menghasilkan suatu kebijakan yang tepat diperlukan dukungan penelitian.
ix
Secara umurn Penelitian dan Pengembangan (R&D) terdiri dari 3 jenis, yakni : pertama, riset dasar yang menghasilkan pengetahuan ilmiah baru tanpa tujuan aplikasi, kedua, riset terapan yang memanfaatkan pengetahuan yang sudah ada untuk menemukan atau memperbaiki proses atau produk tertentu, dan, ketiga, adalah riset untuk pengembangan aplikasi baru untuk dikomersilkan Puslitbang APTIKA IKP tentunya bisa melakukan ketiga jenis riset tersebut untuk kepentingan regulatory, technology dan market. Dalam konteks peningkatan kompetensi R&D pada bidang APTIKA IKP khususnya, tentu saja, kunci sukses dalam meraih keberhasilan dalam menyikapi perkembangan teknologi adalah inovasi. R&D merupakan sub sektor industri kreatif yang didefinisikan sebagai "kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar; termasuk yang berkaitan dengan humaniora seperti penelitian dan pengembangan bahasa, sastra dan seni; serta jasa konsultasi bisnis dan manajemen". Tentu saja kita memerlukan inovasi yang merupakan basil dari R&D, dalam upaya menjadi bagian integral yang dinamis dari sebuah persaingan global. Teknologi tidak bisa datang begitu saja tanpa adanya suatu inovasi terbaru. Namun suatu inovasi dapat terbentuk karena suatu komunitas didalamnya. Model "Community of Practices" (CoP) merupakan suatu langkah yang harus kita tanamkan dan lakukan dalam kehidupan kita sehari-hari terutama di lingkungan peneliti yang menjadi bagian utama urat nadi kehidupan bangsa Indonesia dalam mewujudkan "innovation Nation" yang akhirnya mewujudkan masyarakat informatif yang kreatif dan inovatif. Karena itu, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, keniscayaan globalisasi dan dorongan arus demokratisasi, secara simultan telah menciptakan paradigma baru di bidang komunikasi dan informasi.
x
/
\
Bukan hanya pola dan sistem komunikasi yang berubah, namun juga perilaku dan kebiasaan masyarakat ikut bergeser dengan nilai-nilai baru. Komunitas masyarakat modern yang tumbuh sebagai dampak perkembangan pesat TIK, dan lahirnya generasi baru teknologi informasi dan komunikasi setiap saat, mendorong peneliti untuk selalu meng-create dan meng-update diri selaras dinamika perkembangan yang terjadi. Perkembangan TIK merupakan fenomena penting abad ini, yang wajib kita kuasai, agar penerapan TIK dapat secara optimal dipergunakan demi kepentingan dan kesejahteraan masyarakat. Menteri Komunikasi dan lnformatika menegaskan peran dan manfaat TIK dalam dalam pembangunan di Indonesia, yakni : TIK sebagai pilar penting penggerak pembangunan, TIK sebagai pembangkit dan penyerap tenaga kerja, TIK sebagai somber devisa baru, TIK sebagai pilar penting mencerdaskan bangsa, dan TIK sebagai alat demokrasi dan pemersatu bangsa. Mengacu pada peran TIK tersebut, maka para peneliti Balitbang SDM diharapkan lebih melihat user needs (kebutuhan pengguna atau stakeholder), yang lebih membumi dan memprioritaskan penelitian ke arah mencari solusi kebutuhan riil masyarakat. Para peneliti harus mampu mendorong percepatan pembentukan Indonesia lnformatif, serta kompetitif dan selalu unggul dibidangnya. Dengan demikian, penelitian yang dilakukan harus menjawab kepentingan beberapa stakeholder : masyarakat dan publik, untuk menuju masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge based society) dan layanan .. elektronik (Services); pemerintah, untuk menuju e-Govemment; lndustri, untuk menuju industri TIK yang global dan berdaya saing; serta Lembaga lptek, untuk menuju lembaga Iptek berkelas tingkat. dunia. Karena itu, profesi peneliti membutuhkan keseriusan, kejelian, keuletan, dan dedikasi yang tinggi, serta harus secara terus menerus beradaptasi dengan dinamika perubahan yang terjadi. Dukungan SDM yang handal sangat menentukan pencapaian tugas Balitbang SDM dalam menghasilkan inovasi riset yang bermanfaat bagi masyarakat.
xi
Karena itu peningkatan kualitas SDM merupakan prioritas dalam meningkatkan kompetensi melalui program pendidikan jangka panjang maupun jangka pendek, baik di dalam maupun luar negeri. Sesuai dengan tema Lokakarya ini, maka, dalam rangka peningkatan kompetensi penelitian dan pengembangan APTIKA IKP di lingkungan Balitbang SDM, ada sejumlah hal penting yang harus kita bangun dan laku~. Diantaranya, yaitu, peningkatan etos kerja dan kreativitas. Peneliti dengan kompetensi tinggi biasanya memiliki kreativitas yang tinggi serta menunjukkan etos kerja, sikap dan cara kerja yang baik. Mereka selalu berusaha meningkatkan kualitas penelitian, sehingga mereka menjadi ikon bagi kebijakan organisasi. ldealisme ini sangat penting untuk memberikan arah untuk menjaga agar seluruh peneliti kita tidak kehilangan sense of being dan sense of purpose-nya. Saya menyadari bahwa alokasi dana penelitian dan pengembangan di lingkungan Balitbang SDM khususnya, masih rendah. Karena itulah, kita mencoba membuka peluang dalam melakukan investasi dan pendanaan R&D dari kerjasama baik nasional maupun intemasional disamping juga sumberdaya dan dana penelitian dan pengembangan yang berasal dari APBN. Saya mendorong para peneliti untuk menjalin networking dan kolaborasi yang seluas-luasnya dengan lembaga penelitian, lembaga kajian dan universitas manapun di dunia melalui wadah apapun. Saat ini telah disediakan sebuah web http://balitbang.depkominfo.go.id/ yang dapat dimanfaatkan sebagai media untuk jejaring penelitian TIK bagi para peneliti. Ini merupakan salah satu cara dalam meningkatkan kompetensi penelitian dan pengembangan yang produktif dan terpercaya yang sedang dilakukan sebagai satu kunci sukses mewujudkan Balitbang 2.0 sebagai a centre of excellence dalam bidang pengajaran (teaching institution) dan bidang penelitian (research institution).
xii
I
I'
,I , ,\
Tentunya tidak mudah untuk menjadi atau menciptakan peneliti yang berkualitas dan profesional. Namun, itulah realitas, dan sekaligus tantangan yang harus dihadapi. Bagaimanapun situasi dan kondisinya, kita perlu membuka peluang-peluang serta kesempatan baru dengan berbasis pada perubahan lingkungan dan tuntutan globalisasi. Tanpa kesadaran untuk mau berubah melalui peningkatan kreativitas dan etos kerja, yang didukung oleh kolaborasi serta dukungan pihak Iain, mustahil kita dapat menghasilkan R&D yang berkualitas dan terpercaya. Demikianlah yang dapat saya sampaikan dalam Loka Karya ini. Pada kesempatan ini juga saya sampaikan ucapan terima kasih kepada para pembicara atas kesediaannya berbagi pengetahuan kepada jajaran peneliti Balitbang SDM untuk meningkatkan kompetensinya sebagai peneliti. Apresiasi yang besar juga saya sampaikan kepada Puslitbang Aplikasi Informatika dan Informasi dan Komunikasi Publik beserta jajarannya atas pelaksanaan kegiatan ini. Semoga kegiatan ini dapat bermanfaat guna merumuskan perkuatan peran Balitbang SDM dalam mewujudkan "Indonesia Informative Nation (IIN) 2014" sebagai bagian dari Visi dan Misi Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Kepala Balitbang SDM Kominfo
Aizirman Djusan
xiii
BAB.I
BERBAGAI MATERI DAN PANDANGANNARASUMBER TANTANGAN MENUJU INDONESIA CONNECTED 2014
Freddy H.Tulung 1 Paradigma lama bidang komunikasi, menempatkan posisi komunikator dan komunikan pada keterbatasan dimensi ruang, waktu, dan sulitnya berinteraksi. Kini, seiring berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi (TIK), keterbatasan-keterbatasan tersebut menjadi kabur, dan komunikasi berada pada dimensi nyata atau real time. Perbedaannya, barangkali, hanya pada jarak, siang dan malam. Namun, ketika dicermati dari segi informasi, apapun, dimanapun, bagaimanapun, bisa kita ketahui, sehingga informasi menjadi bermakna komunikasi, karena sifatnya yang interaktif. Dulu, untuk membedakan antara informasi dan komunikasi, cukup sulit. Seiring perkembangan TIK, on text informasi dan komunikasi, saat ini bergabung menjadi satu makna sekaligus sebagai komunikasi. Dengan demikian, konsumen tidak hanya berfungsi sebagai pengkonsumsi informasi, tapi juga sekaligus produsen (news maker) informasi. Artinya disini, bahwa setiap orang telah menjadi penikmat dan pembuat berita, atau obyek sekaligus subyek pada waktu bersamaan. Pola komunikasi global ini, telah mengubah teknologi informasi untuk mendekatkan yang jauh. Namun demikian, bukan berarti teknologi informasi itu, selalu membuat yang jauh menjadi dekat, adakalanya justru sebaliknya malah menjauhkan yang dekat. Contoh, dalam satu rumah tangga, si bapak asyik browsing internet, sedangkan si ibu serius nonton sinetron, dan sang anak yang berada disebelahnya, sedang berkomunikasi melalui HP dengan temannya 1 Artlkel lni dltulls berdasarkan hasil transkrip dari ceramah Dl~en IKP, Kementerian Komlnfo, Freddy H. Tulung, yang disampaikan pada acara Lokakarya 'Penlngkatan Kompetensl Penelltl Sadan Litbang SOM', Cisarua, 22 Maret2011)
1
yang di Amerika. Secara fisik mereka memang dekat, karena dalam melakukan aktivitasnya, sama-sama berada di satu ruangan (rumah). Namun, sekalipun secara fisik, ketiganya dekat, tapi, sesungguhnya secara sosial mereka jauh, karena tidak adanya komunikasi dan interaksi diantara mereka.
Edukasi Publik Penting dicermati disini adalah bagaimana TIK memainkan peran informasi dan mengisi edukasi publik di ruang publik. Artinya, bagaimana memanfaatkan ruang publik sebagai bagian dari proses pembelajaran bersama untuk meningkatkan keterikatan sosial dan sejenisnya. Hal ini menarik, karena kita menyebut TIK sebagai hitech, dan kenyataannya kita juga merupakan bagian dari hi-tech itu sendiri. TIK telah menjadi kebutuhan dan gaya hidup, hampir setiap rumah memiliki komputer, laptop, dan rata-rata kebanyakan orang memiliki 2 HP. Jika, dalam satu rumah, terdiri dari 4 anggota keluarga, berati ada 8 HP di rumah tersebut. Ironisnya, justru karena hitech inilah, hubungan antar anggota keluarga mengalami low-touch interaction, seiring bergesernya pola komunikasi, yang telah mengarah menuju web 2.0. Dalam konteks ini, penting kiranya kita cermati data yang diungkap AC-Nielsen, pada minggu terakhir Desember 2010. Disebutkan, pada periode tersebut, kurang lebih 12.000 unit Netbook terjual habis. Untuk booming net generation, masih menu-rut AC-Nielsen, mencapai sekitar 69% akes online to update news. Semua ini mengindikasikan bahwa web 2. 0 telah menjadi tren, dan sekaligus simbol gaya hidup generasi muda. Sedangkan, untuk perkembangan indikator TIK tahun 2010, terungkap bahwa jumlah fix telephone mencapai 25,6 juta, dan mobile telephone menyentuh angka 203 juta. Namun demikian, jumlah ini, secara prosentase ma-sih rendah, baru mencapai 60-65% total penduduk Indonesia, karena adanya kepemilikan beberapa mobile telephone (HP) oleh satu orang. Sementara, untuk pengguna internet, disebutkan, sekitar 38 juta, dan ini menarik, karena pertumbuhannya
2
\
\
\
1
mencapai double digit, atau mencapai 11-12%. Berapa jumlah pengguna facebook? AC-Nielsen menyebutkan 17 juta orang, dan angka ini terns meningkat. Disektor pengguna broadband, juga mengalami pertumbuhan double digit, kurang lebih 10 juta. Data lain, tentang televisi receiver, menyebutkan jumlah sekitar 39 juta, belum termasuk televisi illegal, bisa mencapai 45-50 juta. Bagaimana dengan jumlah penonton televisi? Data BPS tahun 2010, mengungkap, rata-rata satu televisi ditonton oleh 4 sampai 8 orang. Seperti diketahui penduduk Indonesia .237 juta orang. Betapa majunya informasi di Indonesia ini, disamping terekam melalui perkembangan TIK, juga secara sederhana dapat dicermati dari pemakaian mobile telephone (HP) oleh masyarakat awam golongan bawah, yang berprofesi sebagai tukang sayur keliling, pembantu rumah tangga, pemungut sampah, bahkan masyarakat primitif di Papua yang kesehariannya masih menggunakan 'koteka'. Memang, penggunaan TIK, khususnya HP, telah merambah, tidak hanya masyarakat di kota-kota, tapi juga daerah-daerah pedalaman yang masih primitif. Namun demikian, kalau kita cermati, utamanya dalam konteks kematangan pengguna, terdapat kesenjangan sosial. Pemanfaatan informasi oleh pengguna HP di Kota dan pengguna HP yang masih berkoteka di Papua, dibedakan oleh tingkat kecerdasan dan kebijakan masing-masing dalam penggunaannya. Bisa jadi, kemungkinannya mereka cerdas, tapi tidak bijaksana, begitu juga sebaliknya, bijaksana tapi · tidak cerdas. Untuk itulah, setiap program yang berhubungan dengan bidang kominfo, kalau mau sukses, seperti : M-Cap, CAP, Warmasif, desa berdering, desa pintar, desa informatif, dan media center, harus tepat sasaran, baik tepat lokasi, maupun tepat masyarakat yang dituju. Cerdas, sekaligus bijaksana, itulah muara akhir dari program-program kominfo yang hendak kita bangun di tengah masyarakat.
3
Indonesia Connected 2014 Ditargetkan, pada 2014, melalui project Palapa Ring, seluruh Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, sudah all connected dalam konteks communication ~ystem kita. Dengan Indonesia connected pada 20 14 ini, maka diharapkan program desa berdering dan desa pintar, seluruhnya dapat berfungsi penuh. Pertanyaannya, apakah masyarakat sudah siap, begitu juga ketersediaan kontennya? Disini lah tugas berat Kementerian Kominfo menanti , terutama yang berkaitan dengan penyediaan konten-konten positip, mendidik, dan mencerdaskan bagi kehidupan anak bangsa. Diakui atau tidak, selama ini kita baru ber-orientasi pada pembangunan infrastruktur, ketimbang edukasi publik melalui sarana atau media ruang publik, lewat penyediaan konten-konten yang mencerahkan dan mencer-daskan. Tak heran jika media ruang publik seperti facebook, yang jumlahnya mencapai 237 juta, 40 juta diantaranya memuat situs porno. Indonesia termasuk negara yang masyarakatnya sangat menggemari facebook. Jumlah pengguna facebook di Indonesia te1masuk nomor cmpat terbesar di dunia, dan setiap tahun jumlah penggunanya meningkat hingga 126%. Sedangkan, jumlah pengguna !willer menduduki urutan 6 dunia, dan ini mengindikasikan masyarakat Indonesia cukup intensif dalam berkomunikasi. Mirisnya, ternyata masyarakat Indonesia juga termasuk nomor empat di dunia, yang gemar mencari kata "porno", dan ranking enam dunia mengetikkan kata "sex'', melalui search engine google. Betapa media maya
4
dan media jejaring sosial telah begitu dominan mempengaruhi masyarakat kita. Lalu, kalau pemanfaatan media maya, temyata banyak diperuntukkan untuk hal-hal yang kurang bemilai edukatif, seperti fakta yang terekam diatas, pertanyaannya adalah apa yang akan terjadi terhadap generasi muda kita kedepan? Keterbatasan media publik yang dimiliki pemerintah sebagai sarana untuk memberikan edukasi dan proses pembelajaran bagi pencerdasan masyarakat, semakin mempersempit ruang gerak pemerintah dalam membangun komunikasi dan infonnasi yang positip ditengah masyarakat. Media jejaring sosial, seperti face book, twitter, dan sejenisnya telah memungkinkan bagi para penggunanya untuk saling terconnected, sekaligus menjadi news maker. Inilah karakteristik dari web 2. 0, dimana komunikasi bersifat real time, tidak terkendala jarak dan waktu, serta semua orang, disamping menjadi penikmat, juga pembuat berita (news maker). Pengguna website yang berkolaborasi, kemudian berwacana di ruang publik ini, menjadi semakin terbuka. Facebook, goog/e, yahoo, blogger. com, saat ini telah menjadi dan menguasai 'otak dunia', dimana kekuatannya begitu dahsyat, tak terbendung serta tak terkendali. Apa yang harus dilakukan Kementerian Kominfo ditengah gencamya serbuan infonnasi global, melalui web-web berpengaruh tadi? "Pertahanan terbaik adalah dengan menyerang". Artinya, bahwa Kementerian Kominfo harus gencar menyediakan dan mem-publish konten-konten yang edukatif serta mencerdaskan. Oisinilah peran Ditjen Infonnasi & Komunikasi Publik (IKP) menjadi penting, terlebih ketika fungsi sebagai government public relation benar-benar mau dijalankan secara optimal. Persoalannya, bagaimana Ditjen IKP akan menjalankan fungsi sebagai juru bicara, kalau selama ini kurang didukung data melalui public system rise/ yang komprehensif dan representatif dari Balitbang SOM, Kementerian Kominfo. Hasil Researh and Development (R&O) dari Balitbang SOM, menjadi sangat penting artinya bagi pengembangan strategi operasional Ditjen IKP, utamanya dalam
5
mempublish konten-konten edukatif dan mencerdaskan, ditengah semakin dominannya pengaruh media maya. Ketelanjangan Informasi Fenomena menarik, sekaligus memprihatinkan sejak diberlakukannya UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, adalah bahwa keterbukaan informasi justru telah mengarah kepada ketelanjangan informasi. Jadi, adanya kecenderungan masyarakat mencari dan mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya, bukan atas dasar keperluannya, tetapi untuk mengungkap atau mencari-cari kesalahan pihak lain. Padahal konsep dasar transparansi adalah, dengan keterbukaan (termasuk keterbukaan birokrasi kepa-da publik), publik menyadari akan hak dan kewajibannya, sehingga untuk selanjut-nya dapat berpartisipasi dalam perumusan serta pelaksanaan kebijakan publik. Partisipasi publik inilah yang diharapkan dapat mendorong pemerintah untuk menciptakan program-program yang uncountable, dan sebagai penyelenggara, pemerintah akan menjalankannya berdasarkan masukan dari masyarakat. Sayangnya, keterbukaan informasi dan transparansi yang ada, oleh sebagian masyarakat, justru digunakan untuk maksud-maksud kurang positip, seperti menelanjangi, mempermalukan, dan menghukum pihak lain. Partisipasi publik dalam bentuk sumbangsih pemikiran, untuk mendorong terwujudnya program-program pemerintah yang uncountable, masih belum maksimal, padahal harapan dan tujuan utama dari adanya keter-bukaan informasi dan transparansi adalah menguatnya partisipasi serta interaksi publik. Komunikasi butuh adanya transparansi, karena dalam konteks negara kita, yang Bhineka Tungga Ika, atau keanekaragaman dalam persatuan, interaksi melalui komunikasi yang transparan, menjadi kunci sukses terbangunnya hubungan harmonis antar anak bangsa. Komu-nikasi konstruktif dan interaksi intensif antara suku, agama, budaya, tradisi dan golongan, termasuk antara pemerintah dengan masyarakat, akan memunculkan saling kepercayaan serta
6
kepedulian. Sebaliknya, terbatasnya interaksi dan menguatnya primordialisme, seperti yang kita alami sekarang, telah mengakibatkan tidak adanya lagi kepercayaan dan kepedulian diantara kita. Benihbenih perpecahanpun mulai menyeruak, dan akuntabilitas publik juga akan sulit tercapai PENGEMBANGAN APLIKASI INFORMATIKA MENUJU MASY ARAKAT INFORMASI Joko Agung Hariyadi 1 Kegiatan Ditjen APTIKA pada saat ini cukup menantang, dalam konteks ini kegiatan yang ada di Dijten APTIKA, dapat didiskusikandalam kegiatan lokakarya ini. Karena seperti yang telah dijelaskan sekarang ini regulasi, kebijakan, standar, format di bidang APTIKA itu sudah ada. Memang konsep dasar dan data hanya sebagian diambil dari International Telecommunication Union, atau lembaga lainnya. Jadi mana yang sudah lama melekat dan menjadi kegiatan rutin masih tetap dipertahankan. Data itu kita ambil,dan kita adopsi, kemudian kita jadikan program. Misalnya bassed practice egovernment yang katanya menjelaskan penerapan Pusat PenyeJenggara Informatika, kita bisa memanfaatkan penyerapan 20%, 30%, tapi kenapa yang 70%nya sulit?. J~ko Agung sependapat dengan teks pembukaan yang dibacakan Ses Balitbang SDM, Ors Sunamo MM, bahwa mendorong teknologi, menjalin networking penelitian dengan institusi-institusi, perlu didukung. ·Kita berharap kalau bisa jangan hanya network penelitian, tetapi network itu juga penting di lapangan. Karena praktek lapangan ini yang kita butuhkan, apalagi dinamika di Indonesia sangat berbeda. Sekarang ini pengguna Black Berry di Indonesia begitu besar, teman-teman dari luar negeri sering binggung. 1
Artikel ini diolah dari transkrip presentasi Sekretaris Ditjen APTIKA
Kementerian Kominfo, Ir.Joke Agung Hariyadi.
7
~ Banyak sekali pengguna Black Berry di Indonesia, demikian juga - pengguna OPS. Karena penggunaan Black Berry di Luar Negeri tidak secerah di Indonesia, pengguna Black Berry disana hanya terbatas di lingkunan kantor yang pengguna komunikasinya tinggi. Kita lebih banyak narsisnya, tukaran pin, mengubah status dan lainnya. Intinya adalah kita mendukung net working tersebut.
't>itjin 'tlPTIK'tl Kslmintirian Kominfo $ilkarang bir$intuhan dingan $ilmua $iZktor. ~iktor tir$ibut kita rang$ang, dorong, motiVa$i ·untuk ma$uk dan mimanfaatkan egbrzr spaerz.
Agenda Dijen APTIKA, m.eliputi, (a). Landasan Menuju Masyarakat lnformasi Indonesia (Mii), (b ). Perkembangan APTIKA mendukung Mil dan (c). Program untuk mendukung Mil. Undangundang No: 11 /2008 tentang Infonnasi Transaksi Elektronik (ITE), adalah dasar Ditjen APTIKA untuk bekerja, dan memanfaatkan teknologi infonnasi, internet sehat dan aman. Kemudian mendorong pemanfaatan Cyber Space seoptimal mungkin.Paparan Pak Menteri dalam Raker tahun 2010 lalu, menunjukkan bahwa hasil penggunaan internet digunakan untuk tujuan-tujuan yang belum produktif. Email, sosial networking, blog, yang dipakai untuk e-commerce, research, tentu saja sangat berguna. Misalnya membuat regulasi dan kerjasama dengan peneliti untuk membahas profil penggunaan Internet di
8
Indonesia. Dari data riset dapat digunakan sebagai dasar pembuatan kebijakan untuk memberikan kepastian hukum legalisasi terhadap aktivitas di Cyber Space, dan memberikan sanksi bagi pelanggaran atau kejahatan di Cyber Space. Yang tertarik dengan cyber crime juga diperlukan data riset seperti itu. Menurut Joko Agung, kita sekarang ini sedang berada di era digital technology, yang diperlihatkan ini adalah gambar dari perkembangan cyberspace. Jadi perkembangan iptek di tingkat akses, ditingkat jaringan, ditingkat aplikasi dan kontennya. Singapura itu luasnya hanya sebesar Jakarta, tapi cyber spacenya itu bisa 10 kali Indonesia. Di Negara itu hampir disemua sektor, sudah ma8uk cyberspace. Ini catatan ke-dua, bagaimana cyber space kita dapat dimanfaatkan secara optimal, bukan sekedar untuk bloging, email, chatting dan lainnya. Ditjen APTIKA Kominfo sekarang bersentuhan dengan semua sektor, sektor perdagangan, industri, pertanian, dan lainnya. Sektor-sektor tersebut kita rangsang, dorong, motivasi untuk masuk dan memanfaatkan cyberspace. Setelah masuk di cyberspace, setidaknya para pelaku industry dapat meningkatkan kualitas produknya. Kita senang sekali, ada satu sektor yang mau masuk dunia scyber space. Program pengembangan Ditjen Aptika. Pertama adalah peningkatan penerapan dan kualitas aplikasi egovernment di pemerintah Kab/Kota. Kita punya data yang luar biasa banyak, tentang bagaimana e-government dilaksanakan di instansi pusat, di tingkat propinsi, kabupaten dan kota. Kemudian data tersebut diberi skor dengan skala 0 sampai 4. Dari data tersebut bisa menjadi suatu analisis, untuk membuat suatu regulasi e-govemment terkait dengan pemanfaatan aplikasi dst. Kemudian ada proyek di Jogjakarta, yaitu PHLN Utilization of JCT for education Quality Enhancement. Proyek di Jogyakarta ini menarik, karena pembangunan e-Learning di 500 sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jadi guru bisa merivisi materi abjad dan bisa langsung berhubungan dengan murid. Ini bisa di
9
jadikan model, apakah suatu e-learning bisa diterapkan atau tidak, ini tantanggannya. Kemudian e-business. Peningkatan Produktivitas komunitas e-UK.M melalui Trust(+). Di sini ada angka-angka mengenai, data situs-situs yang kita larang, termasuk situs pomografi. Kemudian dapat diJihat apakah SePP dapat diakses dengan baik oleh para pengguna sehingga kegiatan pengadaan barangljasa dapat berjalan dengan baik. Selanjutnya adalah aplikasi yang di gunakan oleh semua instansi untuk swakelola, pengadaan barang jasa. Kemudian, pusat komputer kreatif, sedang di bangun di Lombok. Mereka juga sedang membangun 220 CAP di Lampung, Banten, Jabar, Sinjai. Pemanfaatan CAP daii M-CAP untuk masyarakat yang dibiayai dari dana hibah World Bank. Lalu, kemudian juga program mengenai gerakan internet sehat aman di masyarakat. Dibidang keamanan informasi, kita menjalankan cyber patrol. Di Ditjen APTIKA ada modul yang namanya cyber patrol, dan terdapat road mapnya. Ternyata 50% jaringan tidak di proteksi, kalau di proteksi masih kurang, dengan cara yang sangat primitif. Kalau di kaji lebih mendalam lagi akan sangat menarik, data-datanya sangat banyak sekali. Untuk diketahui bahwa di bidang APTIKA sedang disusun regulasi revisi UU No: 11/2008/tentang ITE terkait dengan sanksisanksinya, kemudian ada penyempumaan UU tindak pidana, kemudian ·ada pembahasan, bimtek mengenai kajian keamanan informasi. Kami terus terang kalau membahas mengenai regulasi mengenai hal ini, biasanya kalau tidak ke-UI ya ke-UNPAD. Ke depan kami berharap Puslitbang APTIKA IKP menjadi salah satu kelompok penelitian yang memang khusus membahas tentang penelitian, pengkaj ian bidang regulasi. Mestinya ada yang lebih paham tentang regulasi di bidang Kementerian Komunikasi dan lnformatika.Usulan tema penelitian yang perlu diterbitkan di masa mendatang diantaranya : Profil pengguna jaringan Kominfo di Indonesia, Pemanfaatan internet secara produktif, Kesiapan Indonesia menghadapi Free Trade 2015, Pembajakan HAKI
10
dan dampaknya, Pelaku industri telematika kesulitan pembiayaan, Pengembangan Industri Informatika melalui incubator, Peran ICT Award dalam menumbuhkan industri kreatif bidang informatika dan membudayakan TIK dikalangan remaja, Prospek Usaha Cloud Computing di Indonesia. Demikian, semoga nantinya kita bisa lebih sering share infonnasi sating bekerja sama dengan para peneliti ke depannya.(* *) CLOUD COMPUTING DI ERA BARU TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI Adrian Karnelian 3 Cloud computing merupakan teknologi baru yang lebih dikenal sebagai komputasi awan Dalam konteks ini perlu dijelaskan mengenai apa yang di definisi sebagai cloud computing, klasifikasi cloud computing, dan public private cloud. Apa yang menjadi keuntungan cloud computing. Cloud computing atau komputasi awan adalah sebuah mekanisme dimana kita sebagai user dari sebuah teknologi informasi, dimungkinkan untuk mendapatkan berbagai sumber teknologi infonnasi seperti; software, pemrosesan aplikasi dan media penyim panan melalui sebuah teknologi internet. Melalui teknologi internet, kita dapat berbagi sumber atau resources dengan orang lain yang terhubung di internet. Salah satu contoh pemanfaatan teknologi cloud computing adalah pada mailing server Yahoo dan Gmail (Google mail). palam hal ini kita tidak perlu software atau ser-ver untuk menggunakannya. Semua konsumen hanya perlu koneksi internet dan mereka dapat mulai mengirimkan email. Software manajemen email dan server semuanya ada di cloud (internet) dan secara total dikelola provider seperti Yahoo, Google. Dengan cloud computing, perusahaan atau organisasi cukup berlang-
3
Andrian Kamclian. adalah Sales Manager di PT Biznct Network di Jakarta
11
ganan satu atau lebih service yang dibutuhkan dengan pembayaran dilakukan per service melalui Internet.
Beberapa klasifikasi cloud computing. Terdapat beberapa hal · yang dibuthkan dalam teknologi cloud computing ,diantaranya : (1). Infrastructure as a Services, cloud computing jenis ini menawarkan sebuah solusi dalam bentuk virtual server dan jasa penyimpanan data (storage data center). Salah satu model pengembangannya adalah Web Services In The Cloud, merupakan jenis c/o'Uli computing yang menyedikan service APis yang bisa digunakan para developer untuk membangun sebuah aplikasi, contohnya: Google Maps, ADP Payroll Processing, the U.S Postal Service, Bloomberg, dan lain sebagainya. (2). Platform As A Service, merupakan jenis cloud computing yang menye dikan service berupa application development environment, yaitu sebuah lingkungan pengembangan aplikasi dimana pe-ngembang bisa menjalankan aplikasinya di server provider dan dise-rahkan kepada client-nya melalui Internet. Pengembangannya model ini adalah MSP (Manage Service Provider), yaitu merupakan service untuk melakukan manajemen terhadap aplikasi yang digunakan olehcloud computing. Dengan service ini, manajemen aplikasi akan menjadi lebih mudah, karena dilakukan pada satu aplikasi yang digunakan oleh banyak user, sehingga hisa lebihfocus, contoh-nya: scanning virus, spam dan lain sebagainya. (3). SAAS (Software As A Service), merupakan konsep dimana perusa haan penyedia jasa (provider) memiliki sebuah aplikasi yang bisa digunakan banyak client, dengan ini client tidak perlu menyiapkan sebuah server dan membeli lisensi software, mereka cukup membeli service dari aplikasi tersebut, tentu saja hal ini akan memangkas biaya operasional perusahaan. Bentuk hybrid dari teknologi ini dengan Manage Service Provider adalah Service Commerce Platforms. Layanan ini menghubungkan antara satu user dengan
12
user lainya, jika diibaratkan dalam sebuah jaringan komputer, layanan ini bertindak sebagai hub atau penghubung yang menguhubungkan satu client dengan client lainnya. Layanan ini banyak digunakan dalam ling kungan bisnis TIK. Berdasarkan pemanfaatannya, ada dua jenis cloud computing, yaitu: Public Cloud dan Private Cloud. Public Cloud adalah salah satu dasar pada model standar cloud computing dimana sebuah penyedia layanan menyediakan sebuah somber seperti; aplikasi dan penyimpanan. Model ini tersedia untuk pengguna umum di internet. Layanan public cloud boleh jadi bersifat 'free' (gratis/bebas) untuk digunakan atau ditawarkan dengan cara membayar setiap model yang digunakan. Sedangkan Private Cloud adalah teknologi cloud computing, dimana infrastruktur digunakan hanya oleh suatu organisasi tertentu dan dioperasikan oleh pengelola organisasi tersebut. selanjutnya. penjelasan saya yang terakhir adalah menenai keuntungan yang didapat dari perkembangan Cloud Computing. seperti : ( 1). Lebih efisien karena menggunakan anggaran yang rendah untuk somber daya. (2). Membuat lebih eglity, dengan mudah dapat berorientasi pada profit dan perkembangan yang cepat. (3 ). Membuat operasional dan manajemen lebih mudah, dimungkinkan karena system pribadi atau perusahaan yang terkoneksi dalam satu cloud dapat dimonitor dan diatur dengan mudah. (4). Menjadikan koloborasi yang terpecaya dan lebih ramping. (S). Membantu dalam menekan · biaya operasi biaya modal pada saat kita meningkatkan reliability dan kritikal sistem informasi yang kita bangun. Bersama ini saya perkenalkan tentang Biznet Cloud Computing. Biznet Cloud Computing adalah sebuah teknologi komputasi generasi baru dengan platform teknologi virtualisasi (VMware ESXi based virtualization technology). Biznet Cloud Computing melayani virtual datacenter dengan sejumlah pemrosesan, memory dan penyimpan-an data berskala yang ditunjang dengan bermacam sistem operasi. Adapun spesifikasi layanan Biznet Cloud Computing. Spesifikasi teknis untuk Biznet MegaPOP : (1). Luas area Data Center :
13
700m2 • (2). Struktur Data Center dengan raised floor yang mampu menahan beban hingga 300 kg /m2 • (3). Backup UPS N+l dengan backup time +/-15 menit. (4). Teknologi pendingin dengan konfigurasi N+ I dimana suhu dijaga pada +/- 22° C dengan kelembaban +/55%. (). Teknologi pemadam api dengan mempergunakan gas FM200. (6). Petugas keamanan 24x7. (8). Kamera CCTV dengan recording.(**) FOCUS GROUP DISCUSSION SEBAGAI TEKNIK PENGUMPUL DATA DAN METODE PENELITIAN KUALITATIF
Febri Hendri 4 Focus Group Discussion adalah tools untuk mendapatkan data. Namun demikian, bagi ICW, tools itu selalu berkait dengan perspektif ,kedekatan dengan konteksnya. Sebagaimana diketahui, ICW adalah lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dalam avokasi antikorupsi. ICW berpandangan bahwa korupsi terjadi karena ada relasi yang tidak seimbang antara penyelenggara negara dengan warga negara. Mereka melihat bahwa apa pun tools instrumen, baik itu instrumen pengawasan maupun instrumen penelitian, selalu dikaitkan dengan bagaimana sebuah tools, baik itu riset atau lainnya, ditujukan untuk melakukan empowering kepada masyarakat yang lebih luas. Di ICW, FGD ditujukan untuk pemetaan masalah. Misalnya ketika melihat sebuah pennasalahan baru, sebuah konsekuensi atas kebijakan baru, biasanya mereka lakukan FGD. Fungsi pertama FGD adalah untuk memetakan masalah. Fungsi kedua, FGD ditujukan untuk explanatory, atau menjelaskan sebuah masalah. Misalkan ada sebuah kebijakan pemerintah atau sebuah masalah dalam institusi pelayanan publik, mereka lakukan FGD di tingkat masyarakat. Materinya apa konsekuensi kebijakan tersebut, bagaimana penilaian masyarakat atas pelayanan terse4
Aktivis ICW di Jakarta
14
but. Fungsi ketiga, FGD untuk menguji sebuah kebijakan. Untuk yang terakhir ini, biasanya mereka melakukan FGD bersama beberapa pakar, membahas mengenai sebuah kebijakan pemerintah. ltu tiga fungsi FGD yang sering mereka pakai di ICW. Namun demikian, untuk target peserta FGD, biasanya digunakan dua jenis kelompok. Pertama, FGD yang dilakukan bersama ahli, seperti FGD untuk menguji atau memetakan masalah, biasanya mengumpulkan beberapa ahli, kemudian di dalam FGD itu mereka lakukan pemetaan masalah. Bisa juga menjelaskan kenapa muncul masalah kemudian mengidentifikasi solusi, dan akhimya membuat sebuah rekomendasi. FGD bisa dilakukan untuk melihat isu dengan beberapa kelompok, dengan cara membandingkan antara basil FGD yang satu dengan basil FGD lainya. Memang agak sedikit berbeda, antara FGD di kelompok ahli dengan FGD dengan kelompok masyarakat. FGD dengan kelompok masyarakat lebih banyak di arahkan selain untuk mendapatkan informasi, juga sebagai alat pencerahan, dan empowerment. FGD, juga bisa dilakukan bersama masyarakat untuk identifikasi apa saja masalah-masalah pelayanan publik yang mereka hadapi, dan kemudian secara bersama-sama menganalisis apa penyebab munculnya masalah dalam pelayanan publik tersebut. Sebagai contoh, mereka melakukan FGD dengan kelompok warga terkait dengan pelayanan jaminan kesehatan di sektor kesehatan, dalam FGD dikumpulkan para pemegang kartu Jamkesmas dan kemudian membahasnya apa yang menjadi penyebab masalah dalam pelayanan Jamkesmas, terutama pelayanan di rumah sakit. Dari basil FGD terungkap berbagai masalah, misalkan: pengurusan administrasi yang berbelit-belit, informasi pelayanan rumah sakit yang tidak cukup, konsekuensinya kualitas pelayanan rumah sakit atau pengobatan dokter. Dari masalah-masalah itu kemudian di analisis. Menganalisisnya memang tidak terlalu berteoritis, tapi berdasarkan logika empiris. Misalkan, kalau ditemukan dalam pelayanan rumah sakit ada pelayanan administrasi rumit, maka secara bersama-sama diidentifikasi kenapa bisa rumit. Hasil analisis
15
itu bisa untuk menjelaskan pennasalahan yang mereka hadapi. Karena peserta FGD ada yang menguasai infonnasi tapi ada juga yang tidak menguasai infonnasi. Bagi mereka yang tidak menguasai infonnasi, biasanya dilakukan interview. Antara satu FGD dengan FGD yang lain dibandingkan dan barukemudian di analisis dan di simpulankan. Kalau di internal ICW sendiri, secara teknis sebelum melakukan FGD biasanya dilakukan preliminary research. Preliminary research dilakukan dengan mengumpulkan berbagai lite-ratur terkait dengan apa yang akan di research. Kemudian baru di turunkan menjadi pertanyaan penelitian dan infonnasi, data, dokumen apa yang dibutuhkan. Setelah itu, diseleksi mana data yang membutuhkan FGD, dan data mana yang in-depth interview, atau yang membutuhkan survei menggunakan teknik kuantitatif. Seperti itu lah FGD yang biasanya dilakukan ICW. Memang agak sedikit berbeda, penelitian di NGO, terutama di ICW. Mereka lebih banyak pada research aksi. Jadi, FGD tidak hanya sekedar untuk mencari infonnasi, tetapi selain empowering, juga mendorong masyarakat untuk melakukan perubahan juga (**) Moderator: Terima kasih, Mas Hendri. Saya kira ini sangat menarik karena beliau memberi kita paparan FGD dari tataran praktis. Memang, Mas Hendri tadi sudah memberi introduction bahwa kalau misalnya hal-hal yang sifatnya teknis bukunya banyak, bahkan browsing juga banyak. Mas Hendri tadi juga mengatakan FGD itu untuk tiga hal. Pertama kali untuk pemetaan masalah. Bisa saja ini berhenti sampai kualitatif. Tapi ada juga pemetaan yang dilanjutkan dengan s~rvei. Contoh, misalnya orang melakukan research, untuk membuat kuesioner kadang-kadang juga FGD dulu karena untuk pemetaan masalah. Kedua adalah menjelaskan masalah. Jadi, untuk explanatory kadang-kadang juga bisa di-mix. Kadangkadang ada orang yang sudah melakukan kuantitatif tapi tidak meaningful, makanya dia melakukan FGD lagi. Ketiga adalah untuk menguji sebuah kebijakan. Karena beliau adalah dari LSM, saya kira
16
yang ketiga ini adalah bal yang menarik karena tidak banyak literatur yang menyebutkan bal ini. Interaktif : Vina LIPI : .Secara teknis saya pikir benar-benar empirikal pendekatannya karena sudah turun ke lapangan dan melakukan hal-bal semacam itu. Kebetulan dulu saya juga pemah melakukan bal semacam itu, dan rumit banget. Saya sangat tertarik dengan empowering itu. Empowering 'kan seperti action research. Pertama, apakah FGD itu salah satu bentuk dari repeat assessment juga? Kedua, FGD ini teknis banget, apakab FGD itu juga bisa discoring. Apakah ICW juga melakukan pen-scoring-an, dengan pendekatannya kuantitatif. Lantas bagaimana untuk mengetahui masalahnya, ataukah semuanya kualitatif mumi? Iman Sanjaya : Saya mau menanyakan tentang hal-bal praktis dari paparan FGD. Pertama ketika di dalam FGD, misalkan ada salahsatu anggotanya yang pendapatnya dominan sebingga mengaburkan pendapat anggota-anggota lainnya. Bagaimana kita menyikapi bal tersebut? Kedua misalkan pendapat yang betul di FGD tersebut sangat beterogen sebinga kita kebingungan mengambil benang merah dari itu. Ketiga, apakah FGD bisa diulang, atau dilakukan dalam beberapa tabapan dengan mengundang para peserta yang sama? Sri Wahyuninsih : Dari paparan tersebut ada tiga target, yaitu FGD bersama ahli, bersama expert, dan masyarakat. Sebagai penggagas FGD, apakah perlakuannya sama? Dalam bal ini, di mana posisi peneliti sebagai ·penggagas, ataukah sebagai pengumpan dari masalah basil preliminary research, atau anda tidak ikut terlibat? Kalau ikut terlibat, bagaimana dengan bentuk FGD nya? Apakah itu akan mewakili basil misalnya dari masyarakat? Tapi kalau tidak terlibat, bagaimana Jawaban : Pertama, dari mbak Vina. ICW juga sering melakukan repeat assessment, tapi dalam kontek research membangun kontak baru di tingkat. lokal. Misalnya di suatu daerah ICW belum punya partner, biasanya mereka melakukan repeat assessment
17
dengan siapa yang mereka anggap cocok. Setelah itu kemudian bikin
scoring juga dari beberapa kandidat. Repeat assessment itu bisa untuk melihat perkembangan sebuah kebijakan.Sebagai contoh, soal keterlambatan dana BOS, mereka melihat langsung ke sekolah, dan melakukan diskusi dengan beberapa kelompok guru atau orang tua murid. Di situ mereka mendapatkan beberapa informasi, yang kemudian dianalisis menjadikan dasar untuk memberikan per-nyataan. Paling tidak di tingkat media sebagai campaign basil repeat assessment. Riset ICW itu jarang yang pakai teknik kuantitatif. Lebih banyak kualitatif karena lebih banyak informasi yang didapat. Namun demikian, ketika mau mengambil keputusan atau melihat antara satu variabel dan variabel yang lain mana yang dominan, itu biasanya memang ada pen-scoring. Teknik scoring yang dibutuhkan bisa disesuaikan. Misalnya ada peserta FGD 10, kemudian dibuat beberapa variabel untuk menilai sesuatu objeknya, dan kemudian masing-masing peserta FGD memberikan nilai, untuk diranking. Memang mereka tidak banyak pakai literatur tjset sosial untuk teknik scoring. Biasanya teknik scoring sederhana yang mereka pakai. Mengenai pertanyaan Mas Imam, memang kalau dalam FGD mereka mengaku termasuk yang berprinsip bahwa penelitian itu tidak ada sepenuhnya objektif. Penelitian itu subjektif, tetapi fakta dan informasi di lapangan itu adalah objektif. Tinggal bagaimana peneliti menilai, memberikan makna, dan memberikan interpretasi atas data riset itu. Proses agar informasi/ data itu muncul, senantiasa berusaha untuk objektif. Ketika dalam proses FGD, untuk mendapatkan data, mereka berusaha untuk rnembuat semua kondisi diskusi itu berjalan sekondusif mungkin sehingga semua peserta FGD bisa rnengeluarkan pendapatnya secara lis~. Tetapi beberapa kali FGD ada juga peserta yang tidak bisa mengeluarkan informasi secara lisan. Misalnya dari kelompok-kelompok masyarakat miskin, ketika melakukan FGD, mereka diam saja. Apalagi kalau kemudian ada pemuka agama di situ, yang bicara pemuka agama terus. Dalam kontek ini, harus pakai tools, biasanya pakai kartu. Perserta FGD itu
18
ada fasilitator, dan mereka ada yang mendampingi. Biasanya fasilitator membantu peserta FGD untuk menuliskan apa pendapat dia tentang isu yang dibahas. Kalau misalnya peserta FGD dari . kelompok miskin itu tidak bisa menulis, nanti dibantu menulis o.leh asistennya. Kemudian setelah ada kartu biasanya dipampangkan di depan. Dari situ kelihatan semua pendapat-pendapat dari kelompok peserta FGD. Itu kalau seandainya ada FGD-nya terlalu dominan. Atau kalau ada seseorang yang dominan, biasanya fasilitatomya berusaha untuk tidak memberikan terlalu banyak kesempatan pada orang yang dominan ini untuk memberikan pendapatnya. Bagaimana kalau pendapatnya heterogen? kalau pendapatnya heterogen, sebelum kita melakukan FGD, sebenamya kita sudah bisa melihat kemungkinan informasi/pendapat yang akan keluar itu seperti apa. Kalau kemudian FGD-nya ditujukan untuk membuat sebuah kesepakatan, ini tentu bermasalah. Tapi kalau FGD ditujukan untuk mendapatkan data untuk exploratory, itu tidak masalah. Justru semakin banyak infonnasi heterogen, semakin bagus. Jika ada informasi yang homogen bagus juga, supaya informasi jadi kaya. "Apakah basil FGD bisa diulang?" Kalau menurut mereka beIum pemah melakukan FGD itu diulang. Yang sering mereka pakai adalah FGD dalam beberapa kelompok. Kalau FGD sampai diulang, khawjtimya informasi yang akan keluar itu tidak sesuai dengan informasi yang sebenamya diharapkan. Karena peserta FGD sudah mengetahui pendapat peserta FGD yang lain, jadi tidak mumi, tidak genuine-informasi yang keluar adalah dari dirinya sendiri. Kemudian pertanyaan lbu Ning, "apakah perlakuan sama antara FGD dengan bersama ahli dengan bersama masyarakat?" Secara konsep, berbeda perlakuannya karena kalau FGD bersama ahli, harus siapkan semua berbagai kerangka dan skenario. Ahli itu, kalau mengeluarkan pendapat, seringkali di luar dugaan. Ada banyak fakta, informasi, dan kemudian kesimpulan yang terkadang itu di luar apa yang kita pikirkan sejak mendesain FGD. Namun kalau dengan masyarakat,
19
masalahnya FGD-nya. kurang dinamis, kecuali kalau isu-isunya langsung terkait dengan kehidupannya sehari. Dalam berbagai FGD, biasanya ICW memposisikan dirinya sebagai fasilitator. Namun demikian, tetap ada kerangka dan target untuk setiap FGD yang dilakukan. Misalkan, FGD untuk pemetaan biasanya dibuat paling tidak ada informasi, fakta-fakta tertentu yang seharusnya keluar ketika FGD. Sebagai penggagas, sekali lagi, prinsipnya punya perspektif atas informasi. Namun demikian, informasi, data, fakta yang keluar, atau pendapat yang keluar di usahakan sedemikian rupa sehingga itu adalah murni pendapat dari peserta FGD itu sendiri. Kalau terlibat, tidak, karena mereka melakukan FGD tergantung juga. Kalau FGD mencari informasi, biasanya tidak terlalu terlibat. Tapi kalau FGD-nya tujuannya untuk menguji sebuah kebijakan, biasanya mereka ikut terlibat memberikan pendapat, tapi konteksnya untuk memancing informasi-informasi atau pendapatpendapat yang lain supaya muncul. Sekali keterlibatan itu dianggap akan mempengaruhi informasi, sebaiknya tidak dilakukan. Tapi kalau FGD itu bertujuan sebagai sebuah basil kesepakatan bersama yang akan didorong untuk membuat perubahan, maka ICW terlibat sebagai penggagas dalarn FGD tersebut. Moderator: Sebelum sesi selanjutnya, saya ingin memberi sedikit background agar supaya teman-teman yang punya basic pengetahuan FGD merasa tidak sama dengan apa yang dibacanya. Kita sekarang melihat dulu latar belakangnya, mas Hendri adalah aktivis NGO. Dia menggunakan FGD untuk action research. Action research adalah bagian dari critical paradigm. Oleh karena itu, FGDnya mungkin berbeda dengan yang pernah kita lakukan. Sebenarnya academic research juga ada yang menggunakan critical paradigm. Tetapi, ada juga sebenamya FGD itu yang digunakan sebagai tools tadi. Kadang-kadang di-mix dengan kuantitatif seperti yang saya katakan tadi. Orang mau membuat kuesioner, tapi dia tidak tahu apa yang dilakukan dalam FGD. Atau, orang setelah membuat kuseioner,
20
hasilnya tidak meaningful buat FGD. Tapi itu biasanya dilakukan oleh orang-orang dari paradigma dominan. Febri Hendri: Misalkan mereka ingin mendorong sebuah kebijakan. Maka di undang berapa ahli, dan setelah FGD ada semacam kesepakatan. Dalam kontek itu mereka terlibat di situ, disitu ICW memberikan pendapat, tetapi juga berbeda pendapat. Ada proses dialektis dalam FGD tersebut, pada akhimya ada sebuah keputusan untuk membuat rekomendasi kebijakan. Dalam kontek FGD ini ICW terlibat sebagai penggagasnya. Moderator: Semoga tidak membingungkan. Oke, saya buka sesi kedua.Bapak Parwoko, Bapak Sembiring, dan Bapak Kominfo yang di sana. Oke, karena Mas Hendri sukanya angka tiga, saya selesai pada angka tiga ini. Dan saya kira karena kalau kita nggak ngantuk, kita lanjutkan kembali nanti. Parwoko: FGD dalam hal ini kita sepakat sebagai satu tools, baik untuk penelitian maupun sebagai karyanya ICW orang NGO. Dalam hal FGD sebagai kolektor data dan penelitian, tentunya akan selalu berangkat dari permasalahan, tujuan, metode, karena ini adalah penelitian kualitatif, dan juga bahkan ada teori yang digunakan sebagai instrumen untuk memasuki manakala dia adakan suatu FGD tersebut. Lalu akhimya ada pembuktian, dalam artian dia melakukan penelitian kualitatif. Mungkin saya salah mengartikan FGD dalam hal collecting data bagi pihak ICW sebagai NGO. Kami menyatakan mungkin tidak pakai teori, atau tidak menggunakan hipotesis. Berarti FGD dari ICW merupakan karya preparatory analystic. Permasalahannya, sasaran publikasi dari pada karya FGD NGO, ke mana dan untuk apa? Kalau kami jelas, adalah untuk mendufmng kebijakan pemerintah, entah itu da-lam bentuk mendukung sebagai sebuah koreksi maupun mendukung dalam artian membetulkan. Sementara, versi NGO sudah barang pasti, semua yang datang dari pemerintah mungkin salah, pelayanan pemerintah kurang, dan lain sebagainya, sehingga produk yang dihasilkan sudah dengan hipotesis pasti salah. Ini yang saya ingin saya katakan. Metodenya mungkin sama, tapi hanya mencari
21
satu jawaban itu bagaimana? Kalau kita pasti pakai teori, kalau di ICW apakah juga seperti itu? Karena hanya, bagaimana pendapat orang tentang layanan ini? Orangnya ngomong solusinya begini 'kan hanya solusinya menurut dia, tidak menurut teori yang sesungguhnya. ltulah yang ingin saya katakan. Tapi, paling tidak, ada satu kesamaan, cuma saya mengatakan karya FGD-nya ICW adalah karya investigative journalism yang untuk dikombinasikan ke arah pasar umum. Kami bukan punya sangka buruk sama NGO. Pemerintah tanpa NGO juga nggak akan bisa jalan karena nggak ada yang mengingatkan sebagai single fighter tentunya. Selamatta Sembiring : Pertama, kita ingin tahu, kalau ICW itu Indonesian Currution Watch visi misinya sudah jelas, yaitu secara makro me-reduce atau mengurangi aktivitas korupsi negeri ini. Kalau mikronya, jangka pendeknya, menguak kasus-kasus korupsi yang ada. Jadi, semestinya, sesuai dengan visi misi tersebut, maka semua aktivitas yang ada di ICW berkiblat ke sana, diorientasikan ke arah visi dan misi itu. Jadi, kalaupun ada salah satu di sana aktivitas FGD, maka FGD yang dilakukan adalah dalam rangka itu. Ini pertanyaan usil. Adakah signifikansi apa yang bapak lakukan di FGD ini untuk menguak kasus korupsi tersebut? Cuma ada tadi statement bapak yang mengatakan untuk meng-empowering. ltu pekerjaan mulia, memang, tapi saya rasa bukan di FGD tempatnya. Kalau dia empowering, mungkin sifatnya itu lebih pada sosialisasi. Mungkin bapak bisa undang lebih banyak peserta lalu ada sosialisasi di sana. Sosialisasi yang dilanjutkan ke debat publik tidak apa-apa, tapi bukan dalam konteks FGD. Kedua, pada umunya FGD dilakukan dengan peserta yang homogen. Tapi tadi bapffk juga udah singgung ada yang heterogen, dan saya memang lebih cenderung yang heterogen ini. Artinya, ada yang setuju, ada yang tidak setuju dipertemukan. Kita tidak mencari kesepakatan, tapi kita ingin mengetahui lebih banyak tentang hal ihwal atau infonnasi, data tentang kasus yang mau kita ketahui. Bukan mereka masalah berantem atau sepakat, tapi kita mau mencari data sebanyak-banyaknya dari yang pro dan kontra. Dari
22
sanalah nanti muncul objektivitas, tetapi sepengamatan saya, tadi sudah disinggung juga oleh pak Parwoko, bahwasanya bukan pula bapak diundang ke sini lalu kita mencoba untuk mencuci otak atau mem-brainwash. lni hanya diskusi saja, jadi ICW selama ini kalau kita lihat dengan rilis-rilis yang ada, versi bapak itu objektif. Tapi kalau umum melihat, terutama kalau kita yang penyelenggara negara melihat, tendensius, selalu menyalahkan penyelenggara negara. Memang, kita akui banyak penyelenggara negara yang nakal, yang korupsi. Tetapi masih lebih banyak yang tidak korupsi, karena memang tidak punya kesempatan untuk bisa korupsi. Terus terang saja, kalau di Litbang seperti ini, apa yang bisa dikorupsi? Data-data, barangkali. Jadi, hendaklah objektivitas itu didasarkan kepada yang pro dan kontra untuk bapak FGD-kan. Artinya, kalau ada yang pro, ya kita oke pro, tapi undang jugalah kita-kita yang penyelenggara negara yang tidak pro. Jadi, informasinya bisa menjadi lebih objektif untuk menghindari kesubjektivitasannya. Saya sudah tua, sudah nggak tahu membaca tulisan saya sendiri. Saya ingin tahu, bagaimana proses daripada mau membuat suatu rilis tentang opini atau pemberitaan dari Pak Teten Masduki,? Misalnya, mau mengadakan rilis, itu apakah spontanitas, atau ada yang bapak berikan input-input dari basil FGD, dan selain dari pada FGD, apa lagi yang di-input kepada mereka, kepada yang mau m~mberikan rilis, sehingga keluar rilis yang sedemikian rupa? Tiga pertanyaan ini aja, pak Hendri. Mohon maaf kalau memang ada yang keliru dalam penyampaian. Tapi, saya rasa, ICW tidak ada yang keliru dalam hal seperti ini. Ropingan: Saya, kalau dengan ICW, sering menonton ketika ICW sendiri mengungkapkan suatu masalah-masalah. Pertanyaan saya berapakah jumlah peserta FGD itu maksimal dan minimalnya. Kira-kira kalau ada yang prokontra mungkin di masyarakat seperti itu, pengalaman pak Hendri untuk menyelesaikan supaya tetap kondusif di awal dan di akhir. Febri Hendri: Pertanyaannya menarik, dan ini juga kritik ke ICW juga. Kalau ICW suka mengkritik, jadi wajar kalau kemudian
23
dia dikritik juga. Pada pnns1pnya, karena kita adalah negara demokratis, jadi kita boleh berbeda pendapat asal jangan melakukan kekerasan. Pertama, sebenamya tadi saya sudah menyampaikan, ICW memiliki perspektif, dimana perspektif itu juga disertai dengan teori-teori. Kemudian, teori itu yang menjadi ruh dari tools-tools kami. Sebe-namya tidak juga kalau dikatakan bahwa kami tidak menggunakan teori. Kalau yang muncul di media, atau yang muncul ke publik selama ini, lebih banyak hasil-hasil temuan fakta-fakta lapangan yang kemudian kami interpretasikan berdasarkan perspektif tersebut. Apa perspektif ICW?, secara umum, ICW memandang bahwa korupsi itu terjadi, ada relasi kekuasaan yang tak seimbang antara penyelenggara negara dengan warga negara. Relasi kuasa itulah yang perlu dibuat setara. Selain FGD, ada lagi beberapa metode recearch, PRA, RRA, dan macam-macam lagi. ltu kami pakai dalam kontek untuk membuat relasi kekuasaan itu berjalan setara. Makanya, FGD itu tidak hanya sekedar sebagai pemetaan masalah, bukan sekedar explanatory, bukan sekedar mendapatkan informasi kemudian dianalisis, tapi FGD juga untuk membangun relasi dengan masyarakat. Dalam kontek, relasi kekuasaan negara supaya seimbang harus ada masyarakat yang terorganisir, yang paham hak-haknya sebagai warga negara dan bagaimana cara memperjuangkannya. FGD, adalah awalnya saja,kalau teori, banyak, tetapi kalau teori korupsi misalnya Robert Quitgard yang bicara tentang korupsi, dan bagaimana kira-kira langkah-langkah melaku. kan pengorganisasian ·gerakan antikorupsi. Teori mengenai FGD memang tidak punya karena lebih penting pada isi substansi FGD itu dan tujuan FGD. Jadi, tidak terlalu fokus pada teorinya. Yang memang concern adalah bagaimana informasi dan data yang keluar dari FGD dan kemudian tindak lanjut hasil dari FGD tersebut. Kalau ICW dikatakan sebagai FGD jurnalistik investigatif, itu betul juga bahwa ICW melakukan ionvestigasi dan kemudian menulis. Namun, kalau dikatakan bahwa konteksnya itu bukan bagian turunan dari perspektif. ICW untuk beberapa kasus korupsi melakukan investigasi dan
24
menggunakan FGD untuk memahami ma-salah, memetakan masalah dalam sebuah kasus korupsi. Misalnya, dalam beberapa bal, ICW itu tidak punya abli terkait dengan kasus korupsi di sektor minyak dan gas. Maka kami mengundang ahli untuk melakukan FGD. Sebenarnya apa sib peta masalah dalam sektor migas. Kami coba libat, kok bisa muncul korupsi di sektor migas. Nah, dalam kontek seperti itu, tidak ada teorinya, karena sifatnya banya untuk pemenuban dan investigasi mengungkap kasus korupsi dan pola-polanya. Kalau kemudian itu keluar, memang pada akbimya berupa basil jumalistik investigatif. Namun demikian, ketika kami publish ke masyarakat itu dalam kontek ada pembelajaran pada publik untuk mengetahui apa yang jadi pada pokok permasalahan dari korupsi di sektor migas tersebut. Hasil FGD tidak sepenubnya semua mengkritik pemerintah, tetapi ada juga yang mendukung kebijakan pemerintah. Beberapa kebijakan, misalnya kebijakan MBS, Manajemen Berbasis Sekolab. Namun, memang sebagian besar FGD mungkin karena turunan dari perspektif tadi, bahwa negara terlalu mengbegemoni warga negara, sebingga seringkali penyelenggara negara itu seakan-akan lebib tahu banyak tentang masalah warga negara ketimbang warga negara itu sendiri. Dalam kontek itu, sebetulnya FGD yang di lakukan itu bukan mereka yang berbicara, tapi suara warga itu. Misalnya kemarin ICW menyoroti pelayanan rumah sakit. melakukan FGD dan terungkap berbagai masalah. Kemudian masalah itu dikelompok-kelompokkan, dan petakan, untuk dibuat instrumen guna melihat apakah kasuskasus yang muncul dalam FGD itu bersifat kasuistik, atau bukan. Untuk menjawab pertanyaan itu, kami menyusun sebuah survei kuantitatif. Survei kuantitatif ini kami dasarkan pada metode ilmiah, kadiah-kaidah statistik. Dalam beberapa hal, memang temyata basil temuan-temuan FGD itu bersifat general, bahwa tidak hanya terjadi di satu tempat, tapi juga terjadi di tempat-tempat yang lain. Dalam kontek itu, kami bisa mengambil kesimpulan bahwa temyata masalah dalam pelayanan rumah sakit tidak hanya terjadi di satu tempat, tapi
25
ini adalah masalah yang umum. Nab, harus dipahami bahwa kontennya media ya seperti itu. Media itu tidak akan seksi kalau bukan memuat yang jelek. Kalau yang bagus itu tidak tennuat, itu juga yang perlu dipahami. Filosofi media memang bad news is a good news. Biasanya basil FGD di ICW yang berkonotasi baik sering tidak muncul di pemberitaan media. Tetapi jika masalah korupsi, media memburunya lantas apanya yang menarik? misalnya, siapa yang terlibat, berapa kerugian ~egaranya. FGD merupakan inisiasi atau juga prioritas untuk empowering. Maka dari itu suatu ketika dalam FGD ICW bertindak sebagai sosialisator, mensosialisasikan kebijakan. Karena .banyak dari peserta FGD justru, tidak tahu kebijakan, tidak tahu masalah. Dalam kontek ini, FGD bukan lagi mendapatkan infonnasi, tapi lebih banyak pada sosialisasi. Memang ada FGD dilakukan modifikasi untuk mencari infonnasi-informasi atau menggali masalah, menganalisis masalah yang sesuai dengan level peserta FGD itu. Kalau mereka tidak tahu infonnasi, ya sudah selesai. Tapi kalau kemudian kita membutuhkan infonnasi yang lain, maka FGD perlu dimodifikasi, misalnya pertanyaan atau infonnasi yang digali apa. Dengan demikian, FGD tidak sepenuhnya untuk empowring. FGD yang untuk empowering, adalah sebagai silaturahmi awal,dan sebagai perkenalan. FGD tidak selesai begitu saja tetapi akan terus membangun hubungan dengan kelompok-kelom-pok peserta FGD itu. Mereka itu menjadi kelompok-kelompok pendamping ICW. Kalau penelitian akademik seringkali setelah FGD, ke-lompok-kelompok peserta FGD itu ditinggalkan begitu saja. Bedanya di ICW setelah FGD selesai, kelompok-kelompok itu masih di ako-modir, atau dibina keberlangsungannya. Jumlah peserta FGD mak-simal, 1S orang. Lebih dari itu, biasanya FGD sudah tidak kondusif lagi. Minimal itu biasanya S orang. Kalau di bawah S orang, biasanya juga usahakan menambah. Memang tidak ada aturan mana yang di pakai, hanya demi efektivitas dan efisiensinya saja. Kalau misalnya ada lebih dari 15 itu sudah tidak fokus lagi, tidak efisien.**
26
TEKNIK PEMILlllAN RESPONDEN DALAM "POLLING MELALUI TELEPHONE" F. Harianto Santoso Survei merupakan penarikan data secara sistematik untuk mendapatkan gambaran tertentu tentang suatu populasi. Sedangkan polling adalah penarikan data untuk suatu isu yang bersifat tunggal, opini, khusus yang bersifat terbatas. Polling yang dilakukan dengan telepon mempunyai kelemahan karena tergantung dari mood atau terpengaruh kedekatan isu terhadap responden dan jawaban yang diberikan bisa asal-asalan. Maka perlu dikumpulkan agar jawabannya konsisten dan meyakinkan. Sedangkan kelebihannya adalah tidak substantive, jika melakukan penelitian kelapangan dinilai kurang efektif. Dalam survey harus dicari interviewer dan sebelum melakukan wawancara dilakukan brief kepada interviewer, kemudian dilakukan eek kelapangan untuk melihat kinerja interviewer. Hal ini memerlukan waktu dan biaya, sehingga kompas sebagai media masa memilih melakukan polling telepon meskipun penduduk di Indonesia hanya 37% yang memi~iki telepon. Hal ini disebabkan oleh efisiensi waktu dan biaya meskipun diperlukan suatu konsistensi. Konsistensi ini dilakukan dengan beberapa kali polling untuk meyakinkan bahwa yang dilakukan peneliti itu benar. Dalam melakukan sampling kompas menggunakan sampel frame paling banyak 3 kali dengan waktu penggunaan yang tidak terlalu mepet, jadi setiap sampel diberi kode a, b, c dan digunakan variaan selama 3 kali polling. Polling melalui telepon di-lakukan dengan menggunakan · teknik random sederhana sistematik. Dari pengalaman Kompas jika polling dilakukan siang atau malam hari yang menjawab lebih banyak ibu-ibu rumah tangga. Jadi kurang mewakili sehingga dilakukan studi untuk mendekatkan pada kebenaran. Jika tulisan basil penelitian pemerintah ingin diterbitkan dikoran misalnya Kompas maka tulisan ilmiah tersebut bentuknya harus diubah kemodel jurnalistik karena tulisan koran bersifat mema-
27
parkan hal yang sulit menjadi mudah dan sangat mudah, dan tulisannya disesuaikan dengan isu yang terjadi. Dalam diskusi tersebut ada beberapa pertanyaan dari flor, diantaranya sebagai berikut : lnteraksi : Apakah kekuatan dan kelemahan polling telepon, dan kiat-kiat apa yang dilakukan untuk polling telepon? (Kanti. W). Apakah sampel yang sudah dipakai bisa digunakan lagi untuk kasus yang lain? Saya melakukan anlisis framing tentang jajak pendapat UU Keistimewaan Yogyakarta yang dilakukan Kompas, bagaimana pendapat Kompas mengenai hal ini? Kerjasama apa yang bisa dilakukan dengan kompas atas penelitian saya? Apa yang akan ter-jadi dengan interprestasi kebijakan Kompas? (Dida,Bandung). J:>enelitian menjadi bias karena dibuku telepon tidak ditulis latabelakang, kelas sosial, dari pengalaman bapak bagaimana mengurangi bias, apakah acak sederhana atau stratifikasi? Seberapa jauh kompas memandang bias dan bagaimana cara untuk mengurangi biasnya? Menyuarakan suara rakyat seperti apa dari polling? (Nina LIPI). Kompas meneliti perubahan sikap responden dari waktu ke waktu sehingga ditemukan trend, apakah penyususnan sampel tiap bulan atau diawal? (Imam Sanjaya - Jakarta). Bagaimana Kompas menentukan apa yang akan dipolling, faktor-faktor apa yang diperhitungkan dalam rangka framing atau agenda setting? Polling disempumakan dengan kualitatif, akan menarik jika basil polling di cross dengan pihak yang berkompeten misalnya pemerintah. Polling telepon ditentukan oleh mood, bagaimana mensiasati waktu yang cocok berdasarkan pengalaman kompas? (Selamatta Sembiring-Jakarta). FHS : untuk pertanyaan ibu Kanti : Kelemahannya adalah mood atau terpengaruh kedekatan isu yang bersangkutan, individu jawabannya bisa asal-asalan. N dikumpulkan sehingga jawabannya menjadi konsisten sehingga lebih yakin kalau yang dilakukan benar. Dalam konteks ini ada tim Kompas yang bertugas untuk memperbarui metodologi. Kekuatannya tidak substantive,di awal field survey sulit mencari interviewer. Sebelum wawancara biasanya dilakukan · brief, kemudian eek kelapangan yang memakan waktu. Karena kom-
28
pas media masa maka sistemnya diubah menjadi polling telepon. Meskipun Indonesia banya 37% penduduknya yang memiliki telepon. Hal ini disebabkan oleb efisiensi waktu dan biaya meski diperlukan suatu konsistensi dan dilakukan beberapa kali untuk meyakinkan yang dilakukan benar. Jawaban untuk Bapak Iman Sanjaya : Sam-pel frame paling ·banyak dipakai 3 kali dan waktu penggunaan tidak terlalu mepet,jadi tiap sampel diberi kode a, b, c dan digunakan selang seling selama 3 kali polling. Jawaban untuk Bapak Dida : anali-sis isi koran kompas, silakan saja dikritik dengan catatan barus obyektif berdasarkan frame korannya. Analisis framing dan sekali waktu bisa kelibatan mana yang bias dan tidak dengan membandingkan Koran-koran yang lain. Content analisis ada bagiannya sendiri, silakan kalau melakukan studi dan interprestasi. Kompas tidak ada bentuk kerjasama penelitian untuk bal ini. Kalau ingin menulis barus sesuai dengan basil dan Kompas akan menanggap ini merupakan resiko pekerjaan. Mekanisme kontrol dan ram bu-ram bu jelas. Dalam melakukan analisa konten disesuaikan dengan kontek. Jawaban untuk lbu Nina : Bias dengan 3 model. Kuota sampling tidak perlu karena buku telepon banya nama. Bias tidak tergantung nama karena homogen~tas dan beterogenitas. Polling telepon dilakukan dengan teknik random sederbana sistematik. Polling telepon dengan pengandaian pemilik telepon kelas menengab keatas mau tidak mau mewakili masyarakat urban atau masyarakat kota. Jawaban untuk Bapak Salamata : Jika dilakukan siang atau malam yang menjawab lebih banyak ibu RT jadi kurang mewakili. Perlu dilakukan studi untuk mendekatkan pada kebenaran. Kompas sudah melakukan cross eek untuk beberapa kasus dengan pibak terkait. Kompas mengbarap basil tulisan basil penelitian pemerintah bisa diterbitkan namun kendala yang dibadapi adalah tulisan ilmiab bentuknya barus diubab kemodel jurnalistik. Tulisan dikoran bersifat memaparkan bal sulit menjadi mudah dan sangat mudah, kalau bisa tulisannya sesuai dengan isu yang terjadi. **
29
DARI PROFESI PENELm MENJADI PENULIS Dr. Johan Wahyudi Kita jangan pemah mengatakan tidak, tetapi katakanlah belum. Rasa percaya diri itu perlu ditumbuhkan dengan mengatakan belum. Karena tidak itu berarti mutlak, sedangkan belum itu proses. Misalnya bagaimana saya menulis I SO halaman dalam satu bulan? Ya saya me-manage waktu saya sendiri supaya bisa bagaimana caranya. Kita jangan mudah menyerah kita targetkan satu bulan satu tulisan kita hasilkan, peneliti harus produktif kalau bisa satu hari lima halaman, satu bulan? Ya dapat 150 halaman gampang kan. Jangan pemah bilang tidak bisa, semuanya itu kembali ke diri kita masingmasing, wong saya aja bisa kok. Kita harus membuat dan mencanangkan target pribadi untuk menulis. Kita juga harus bersikap positif, marilah kita jadikan menjadi energi positif. Kita sebagai peneliti/penulis mempunyai tanggung jawab yang luar biasa kita tidak hanya bertugas menemukan masalah tapi juga mencari jalan, disamping itu setiap penelitiannya itu mempunyai implikasi. Tidak perlu khawatir dengan yang namanya honor, itu akan datang dengan sendirinya Tugas peneliti adalah mencari masalah untuk ditemukan cara penyelesaian masalah secara sistemik dan terstruktur-terukur dengan memper timbangkan asas kebermanfaatan. Sebagai peneliti juga harus objektif dan terukur, menjunjung tinggi sikap ilmiah jauhkan diri kita dari sikap plagiasi. Banyak doktor maupun profesor yang dicabut gelamya akibat plagiasi ini, misalnya ada seorang doktor di Jerman yang dicabut gelar doktomya juga kemarin itu juga kasus plagiasi yang dilakukan seorang doktor disalah satu perguruan tinggi Indonesia. Apa susahnya sih mencantumkan sumber? Tidak susah kok malah kita akan mendapatkan apresiasi dari itu. Kemudian peneliti juga harus responsif, dan bertanggung jawab. Tanggung jawab kepada siapa?, ya karena peneliti PNS dibiayai oleh rakyat berarti bertanggungjawablah kepada rakyat. Ada beberapa hal yang
30
perlu di benahi dalam pandangan saya, ini saya tulis di Blog. Kebetulan saya sering berkomunikasi dengan direktur pasca sarjana UNS, mengapa banyak penelitian sebanyak itu hanya seperti itu. Ya karena selama ini hanya mengejar target, pokoknya dalam satu tahun harus menghasilkan beberapa jumlah peneliaitan gitu. Kalo gitu namanya proyek, yang namanya proyek pasti profit oriented kan? Ya saya tahu lab apa lagi dengan adanya internet itu sangat·membantu sekali. Malah terkadang ada yang sama jenis peneliti-annya, yang salah siapa ya. Menurut saya yang salah itu pemeriksa kenapa tidak teliti. Selain itu dalam melakukan penelitian kita jangan lupa mendokumentasikan penelitian kita. Hasil penelitian jangan hanya disimpan dilaci kemudian ditutup rapat-rapat, karena doku-mentasi itu akan berguna di masa yang akan datang. Kita tidak boleh jadi seperti itu, maka kewajiban peneliti yang utama adalah? lni saran saya sebaiknya yang seperti itu diuji pak, maksudnya dipublish nanti ada semacam timbal balik/respon dari masyarakat mungkin ke otentikannya mungkin metodenya, dsb itu uji publik. Dalam bahasa kampusnya di seminarkan atau bagaimana teknisnya yang penting perlu adanya pengujian. Setiap basil penelitian kita harus di publish, tidak boleh tidak karena itu merupakan salah _satu bentuk tanggungjawab kita terhadap masyarakat. Kalau tidak aduh kasian pak, kita pakai uang rakyat tapi tidak memberikan sesuatu yang berarti untuk mereka. Salah satu medianya yaitu dengan membuatnya menjadi buku, lho kok bisa? Wah gini pasti belum tau enaknya nulis buku, ini sangat bennanfaat bagi kita. Honor yang lumayan, serta mengangkat nama kita sebagai peneliti. Karena jujur saja kita bekerja memang salah satu yang utama untuk mencari honor akui saja. Dari buku, kerja dari · satu bulan memenuhi target saya bisa mendapatkan lima juta atau sepuluh juta, tetapi itu nanti sampai anak cucu Ibo karena sistem royalti itu sistem waris tidak putus, lumayan kita dapat mendapatkan sampingan dan juga arigka kredit. Tapi mengapa kok kita sendiri tidak kearah sana, basil penelitian tadi semata-mata untuk sesuatu yang diwajib-
31
kan. Mendapatkan satu juta dari penelitian sudah dianggap banyak padahal ada potensi bisa mendapatkan yang lebih banyak dari itu. Kasus-kasus plagiasi menurut saya penulis berbeda dengan pengarang, kalau penulis itu diwajibkan mencantumkan sumbersumber ilmiah dari idenya makanya di sebut penulis. Sedangkan pengarang itu bebas saja, wong namanya ngarang. Ngarang-ngarang gitu Ibo, imajiner masalah itu berhubungan dengan kenyataan menunjukkan ada peristiwa yang berhubungan dengan peristiwa itu. Salah satu cara yang paling baik untuk berdakwah adalah menulis kalau kata Ali bin Abu Thalib ikatlah ilmu dengan menulisnya. Dalam menyusun buku hal-hal yang mesti kita perhatikan antara lain, membaca kebutuhan pasar, melibatkan dua pakar (ilmuwan dan ahli bahasa), susun mindset serta kita kembangkan, mintalah saran dari pakar luar, kemudian kita publikasikan. Penulis yang baik adalah pembaca yang baik, sudah baikkah tulisan saya dia akan selalu berpikir mengenai itu. Dengan banyak membaca dia bisa mengetahui aspek-aspek penulisan dari penulis Iain. Mari kita jangan bersikap setengah-setengah karena kalau kita setengah-setengah maka yang kita dapatkan ya hanya setengah-setengah. Penulis itu jangan salah Ibo, berkaitan erat dengan kedisiplinan karena kita sudah kontrak dengan penerbit, kalau kita melanggar bisa sangat bermasalah. Jadi komit-men, waktu, disiplin. Akhir kata banyak waktu habis tersia-sia untuk membicarakan masa lampau, dan betapa sedikit waktu .yang dicurahkan untuk membahas masa depan yang lebih menjanjikan. **
32
BAB II PARTISIPAN PENYUMBANG MAKALAH ILMIAH
PEMANFAATAN OPEN SOURCE UNTUK UKM Ahmad Budi Setiawan Mengadopsi Teknologi Informasi untuk pendukung bisnis, Usaha Kecil dan Menengah seringkali mengalami ketertinggalan. Sementara perusahaan-perusahaan besar senantiasa memiliki kepedulian terhadap penggunaan teknologi baru untuk menunjang bisnisnya. Adalah suatu fakta bahwa pemanfaatan TI telah merambah di berbagai bidang. Apabila kita ragu untuk menggunakannya akan sulit bagi kita untuk mengikuti percepatan jaman. Pada dasamya IT berfungsi untuk memudahkan pekerjaan manusia dalam bidang apapun termasuk bisnis UKM. Di sektor usaha, IT juga berfungsi untuk meningkatkan daya saing. Untuk memenangkan persaingan, UKM harus berkembang dan menggunakan TI secara eksis. Teknologi Informasi dan Komunikasi dapat mendongkrak kinerja sehingga menjadi lebih efektif dan efisien. Jadi meskipun ada sedikit perbedaan biaya dengan sistem tradisional, UKM dapat menikmati fasilitas TI karena akan memberikan nilai balik yang sepadan. Sementara Tek-nologi lnformasi yang dibutuhkan UKM tidak saja yang berhubungan dengan produksi atau pemberian jasa. Tetapi juga dalam kegiatan operasional usaha sehari-hari. Perkembartgan dunia teknologi sa-ngat cepat, apabila kita tidak mampu mengikutinya maka perkem-bangan UKM akan ketinggalan. Para pengusaha UKM harus mau berkreasi dengan produknya agar dapat menarik perhatian konsu-men. Sebagian besar konsumen, pertama kali akan melihat kemasan produk pada saat mereka memilih. Kualitas produk juga
33
berperan sangat penting selain kemasan. Sekarang ini bukanlah saat yang tepat untuk hanya memilki kualitas yang baik. Pada saat ini, suatu produk harus memiliki keduanya, yakni kualitas yang baik dan kemasan yang menarik. Dengan kecanggihan TI, produk dapat dikemas sedemikian rupa sehingga terlihat menarik bagi para calon pembelinya. Pada era pasar global seperti saat ini kita dapat memanfaatkan jasa toko on-line untuk terjun lebih dalam pada persaingan pasar dengan produk luar. Kita boleh mencontoh gaya promosi produk-produk saingan dari luar sudah banyak yang membanjiri situs-situs internet. Melalui internet, konsumen di seluruh dunia yang dapat dijangkau apabila UKM menggunakan toko online. Melalui keberadaan TI, saat ini sudah banyak tersedia langganan keanggotaan to~o on-line yang dapat dimanfaatkan. Hanya beberapa menit setelah mendaftar, pengguna akan mendapatkan panduan yang terotomatisasi (wizard) untuk mendapatkan online store-nya. Bahkan ada beberapa yang tidak menarik biaya pendaftaran dan hanya dan menarik biaya berlangganan yang relatif murah. Ada banyak macam perangkat TI yang bisa dimanfaatkan oleh UKM. Seperti untuk mengelola konten dari website toko on-line atau tata kelola hubungan dengan konsumen secara elektronis. Untuk menghindari penghambur-an biaya dalam pengadaan perangkat-perangkat yang tidak terlalu penting, maka sebaiknya UKM harus pandaipandai memilih perangkat TI mana yang dapat membantu oprasional perusahaan secara optimal.
Peran Teknologi lnformasi Teknologi lnformasi (Tl) mempunyai 5 (lima) peran utama dalam kaitan pendukqng aktifitas usaha/bisnis, antara lain untUk meningkatkan; (1) efisiensi, (2) efektivitas, (3) komunikasi, (4) kolaborasi dan (5) kompetitif. Teknologi lnformasi & Komunikasi diguna-kan untuk pengolahan transaksi atau Transaction Processing System (TPS) yang bertujuan untuk menggantikan pengolahan transaksi yang dilakukan oleh manusia dengan teknologi sistem
34
teknologi inforinasi. TI yang berorientasi ke TPS saja, lebih berperan untuk meningkatkan efisiensi. Peran TI yang kedua, yaitu efektifitas dapat dipenuhi dengan pemanfaatan aplikasi TI dalam berbagai proses, tidak hanya produksi tetapi juga dalam proses manajemen dan distribusi. Aplikasi ini menyediakan informasi bagi para pengambil keputusan dalam suatu organisasi bisnis untuk mengambil keputus-an lebih efektip dengan dukungan sumber data yang terintegrasi hingga membentuk suatu sistem informasi pendukung dalam pe-ngambilan suatu keputusan. Peran ketiga dan keempat dari TI adalah untuk komunikasi dan kolaborasi dipenuhi dengan menerapkan OAS (Office Automation System) yang mengintegrasikan pengguna TI secara elektronik. Dalam wujud nyata, peningkatan komunikasi dicapai dengan menggunakan e-mail dan chat, lalu peningkatan kolaborasi dicapai dengan menggunakan video conference dan teleconference. Sedangkan peran kelima dari TI adalah untuk meningkatkan. daya kompetisi yang dapat dipenuhi dengan memanfaatkan strategic information system (SIS). Dimana, sistem ini bermanfaat untuk mengimplemen-tasikan strategi untuk keunggulan kompetisi.
Aplikasi Teknologi Infonnasi Sebagaimana dijelaskan, peran TI memberi dampak luar biasa dalam globalisasi. Penggunaan TI menghapus batas ruang dan waktu sehingga menggoyahkan paradigma lama. Serangkaian pekerjaan yang biasa dilakukan oleh manusia, saat ini sudah dapat dibantu bahkan digantikan dengan kecanggihan aplikasi Teknologi Informasi & Komunikasi. Semuanya bertujuan untuk membuat suatu pekerjaan menjadi efektip dan efisien. Dalam suatu organisasi bisnis, fungsi-fungsi organi~i dapat diterapkan dengan menggunakan aplikasi TIK. Dalam suatu organisasi bisnis pada umumnya, terdapat beberapa fungsi, diantaranya adalah; fungsi akuntansi, pemasaran, sumber daya manusia, produksi dan keuangan. Fungsi-fungsi tersebut, lebih lanjut dapat diimplementasikan menggunakan fungsi-
35
fungsi TIK yang mengadopsi pola kerja manual menjadi sebuah sistem terintegrasi dan pada pemanfaatannya dapat bergantung pada level penggunaan sistem tersebut. Dalam suatu organisasi bisnis, sistem TI dimanfaatkan untuk mendukung proses bisnis, seperti contohnya; Enterprise Resource Planning (ERP), Customer Relationship Mana-gement (CRM), Content Management System
(CMS). Sistem TI ter-sebut tidak hanya berfungsi sebagai tata kelola aktifitas bisnis secara internal tapi juga berfungsi sebagai penghubung dengan pihal luar (external). Secara um um sistem tersebut juga dapat di kenal sebagi interorganization system. Dengan kecanggihan TIK, sangat me-mungkinkan untuk menciptakan keunggulan kompetisi. Teknologi Infonnasi (Tl) memiliki peranan yang cukup penting dalam me-nunjang proses bisnis sebuah perusahaan, tidak terkecuali sektor usaha kecil dan menengah. Penerapan Teknologi infonnasi pada perusahaan besar telah banyak dilakukan untuk mendukung kemajuan bisnisnya. Namun penggunaan Teknologi Informasi bagi sektor UKM temyata masih cukup rendah. Ada beberapa pemikiran mengapa UKM belum mengadopsi Teknologi Tl, antara lain belum merasa butuh, biaya tinggi, rumit sampai masalah ketidaktahuan mengenai teknologi itu sendiri. Meski adopsi TI di kalangan UKM memang terhitung masih cukup rendah. Dengan memanfaatkan Tl, UKM bisa menyamai akselerasi pertumbuhan usaha skala besar. Namun di sisi yang lain investasi di bidang TI bagi UKM memang terasa sangat berat, karena memerlukan biaya dan tenaga ahli bidang IT yang cukup mahal. Untuk membeli hardware sebagai .pendukung penerapan TI bagi UKM saja sudah cukup besar, belum lagi software, aplikasi dan lain sebagainya~ Bagi kalangan UKM yang sudah mulai memanfaatkan TI dalam aktifitas bisnisnya, masih ada saja kekhawatiran seperti belum tersedianya sumber daya yang mencukupi untuk membeli, memelihara serta mengamankan sistem infonnasi mereka sendiri. Investasi besar inilah yang masih menjadi permasalahan bagi sebagian besar
36
pelaku UKM untuk mau mengaplikasikan Teknologi Infonnasi bagi pengembangan bisnisnya. Solusi murah dan etisien penerapan IT bagi UKM yang saat ini dapat digunakan adalah pemanfaatan · TI berbasis Open Source. Untuk skala bisnis UKM, pemanfaatan Open Source terbilang cukup efektif karena Program Open Source tidak memiliki lisensi dan boleh digunakan secara bebas. Sistem Open Source Open Source atau dalam terminologi Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai Sumber terbuka merupakan sistem pengembangan yang tidak dikoordinasi oleh suatu individu / lembaga pusat, tetapi oleh para pelaku yang bekerja sama dengan memanfaatkan kode sumber (source-code) yang tersebar dan tersedia bebas (biasanya menggunakan fasilitas komunikasi internet). Pola pengembangan ini mengambil model ala bazaar, sehingga pola Open Source ini memiliki ciri bagi komunitasnya yaitu adanya dorongan yang bersumber dari budaya memberi, yang artinya ketika suatu komunitas menggunakan sebuah program Open Source dan telah menerima sebuah manfaat kemudian akan termotivasi untuk menimbulkan sebuah pertanyaan apa yang bisa pengguna berikan balik kepada orang banyak. Secara historis, Konsep Sistem Open Source digagas oleh Richard M. Stallman, pendiri Free Software Foundation yaitu sebuah organisasi yang mendukung Open Source, dengan mengeluarkan sebuah lisensi software untuk Open Source yang dinamakan GPL (GNU Public License). Lisensi inilah yang saat ini paling banyak digunakan untuk mendistribusikan software Open Source. Selain GPL, masih banyak lisensi software lainnya yang dikembangkan oleh komunitas Open Source. Pola Open So~rce lahir karena kebebasan berkarya, tanpa intervensi berpikir dan mengungkapkan apa yang diinginkan dengan menggunakan pengetahuan dan produk yang cocok. Kebebasan menjadi pertimbangan utama ketika dilepas ke publik. Komunitas
37
yang lain mendapat kebebasan untuk belajar, mengutak-ngatik, merevisi ulang, membenarkan ataupun bahkan menyalahkan, tetapi kebebasan ini juga datang bersama dengan tanggung jawab, bukan .bebas tanpa tanggung jawab.
Manfaat Sistem Open Source Sebagaimana telah dijelaskan bahwa terdapat dua pilihan perangkat lunak. Pilihan pertama adalah perangkat lunak berlisensi (proprietary software) yang mewajibkan pengguna untuk membayar lisensi dari perangkat lunak yang digunakan, sedangkan pilihan kedua adalah perangkat lunak Open Source, bersifat free. Free disini berarti bebas, dimana pengguna diperbolehkan secara bebas berkreasi dan mengembangkan Open Source menjadi perangkat lunak sistem operasi yang bebas didistribusikan tanpa adanya lisensi. Dengan demikian setiap perangkat lunak sistem operasi basil pengembangan suatu komunitas Open Source dikenal sebagai sebuah distro. Di Indonesia sendiri banyak sekali distro yang berkembang di masyarakat, diantara-nya; Ubuntu, Blank-On, IGOS Nusantara, WinBI, Trustix Merdeka dan lain sebagainya. Open Source bagi negara berkembang seperti Indonesia, seolah menjadi solusi yang tep~t. Negara Indonesia tidak ingin selalu menjadi negara dengan tingkat pembajakan perangkat lunak yang tinggi. Predikat yang buruk ini dapat merugikan Indonesia di berbagai bidang dalam kancah dunia internasional. Penggunaan Open Source dapat menekan biaya · lis.ensi sehingga dapat mengurangi kesen-jangan digital (digital divide) dengan negara-negara maju. Berikut ini adalah keuntungan menggunakan perangkat lunak dan sistem operasi Open Source; • Tidak ada biaya lisensi untuk perangkat lunak Open Source. Pengguna bebas mendistribusikan perangkat lunak Open Source, adapun pengeluaran biaya hanya tertuju pada perawatan (maintenance) sistem OSS
38
•
•
•
•
• • •
Open Source tidak terlalu bergantung pada jenis perangkat keras tertentu. Artinya perangkat Lunak Open Source dapat beroperasi pada PC standar dan berbagai platform perang-kat keras tanpa mempersyaratkan spesifikasi perangkat keras tertentu. Kualitas program dibuat dengan memperhatikan reliabilitas dan kinerja yang terkait dengan keseluruhan sistem yang digunakan .. Perangkat lunak yang berbasis open source lebih fleksibel digunakan tanpa terpengaruh oleh perangkat keras atau perangkat lunak lain pada sistem. Faktor keamanan (security) Open Source selalu dapat ditingkatkan. Akses pada source code yang terbuka akan memudahkan pendeteksian kerusakan sistem, sehingga bisa Iangsung diperbaiki. Pengembang Open Source dapat memodifikasi program sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat sekitar. Dapat meningkatkan kapasitas pengembang perangkat lunak lokal. Dapat membantu mengurangi ketergantungan terhadap suatu vendor perangkat lunak.
Sebuah produk software memiliki dua nilai (value), yaitu: nilai kegunaan (use value) dan nil~i jual (sale value). Nilai kegunaan merupakan nilai ekonomis yang diperoleh dari penggunaan produk tersebut sebagai alat (tool). Sementara nilai jual merupakan nilai dari program tersebut sebagai komoditi. Banyak orang menilai bahwa nilai ekonomi dari produksi software berdasarkan model pabrik (factory model), yaitu: Software developer dibayar bedasarkan nilai jual. Nilai jual dari software nilainya proposional terhadap biaya pengembang-an (development cost) software.
39
Pemanfaatan Open Source di UKM Mengingat pentingnya peran teknologi informasi dalam kehidupan masyarakat terkait dengan pertumbuhan perekonomian, maka perlu peningkatan kemandirian, daya saing, kreativitas serta inovasi bangsa sebagai kunci utama keberhasilan pembangunan Bangsa Indonesia. Pemerintah bersama masyarakat bersepakat untuk melakukan upaya yang sungguh-sungguh dalam menguasai, mendayagunakan dan memanfaatkan teknologi informasi. Maka dalam rangka mendukung keberhasilan upaya tersebut, pengembangan dan pemanfaaatn Open Source Software merupakan salah satu langkah strategis dalam mempercepat penguasaan teknologi informasi di Indonesia. Dalam hal meningkatkan daya saing UKM · dengan pemanfaatan TI pada strategi dan aktifitas bisnis UKM, pendayagunaan perangkat lunak Open Source dapat menjadi solusi yang baik. Biaya yang akan dikeluarkan oleh pengusaha UKM untuk pemanfaatan sistem TI dalam mendukung aktifitas bisnis dapat ditekan seminimal mungkin. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, beberapa contoh sistem TI yang dimanfaatkan untuk mendukung proses bisnis, diantaranya; Content Management System (CMS), Customer RelatiOIJShip Management (CRM), Enterprise Resource Planning (ERP). 1. Content Management System (CMS) CMS adalah sebuah sistem yang memberikan kemudahan kepada para penggunanya dalam mengelola dan mengadakan perubahan isi sebuah website dinamis tanpa sebelumnya dibekali pengetahuan tentang hal-hal yang bersifat teknis. Dengan demikian, setiap orang, penulis maupun editor, setiap saat dapat menggunakannya secara Ieluasa untuk membuat, menghapus atau bahkan memperbaharui isi website tanpa campur tangan Iangsung dari pihak webmaster. Dengan CMS memungkinkan seseorang untuk menambahkan dan/atau memanipulasi (mengubah) isi dari suatu situs web. Pada umumnya, sebuah CMS terdiri dari dua elemen: (a). Aplikasi
40
manajemen isi (content management application). (b). Aplikasi pengmman isi (content deliveiy application). Penggunaan CMS untuk mendukung aktifitas usaha UKM, antara lain untuk mengelola web-site untuk usaha/bisnis U.KM, aplikasi e-commerce sebagai wadah untuk mempromosikan produk serta melakukan interaksi antara perusahaan UKM dan konsumen, dan lain sebagainya. Dalam dunia Open Source, terdapat beberapa aplikasi CMS, namun beberapa yang cukup populer antara lain; Drupal, Joomla dan Xoops. a. Aplikasi CMS Drupal Drupal adalah salah satu CMS yang populer di dunia Open Source saat ini. Untuk kegiatan usaha UKM, Drupal sangat memudahkan pengelola website bisnis UKM dalam hal mempublikasikan dan mengelola serta mengorganisirkan situs usaha/bisnis UKM. Drupal memiliki berbagai fitur yang dapat terhubung antara satu fitur dengan lainnya, seperti: Biogs, Lingkungan penulisan secara kolaborasi, Sistem pengelolaan isi (Content Management System), Unggah (upload) dan unduh (download) file, Forum, Newsletter, Galeri gambar, dan lain sebagainya. Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan spesifikasi sistem yang diperlukan:
Tabel 1. Spesifikasi Kebutuhan Sistem Drupal
.....,.,...,.,,..,..,,.....,...............
-•~r:fil~
Web Server Bahasa Pemrograman Database Server
Apache versi 1.3.x atau versi 2.0.x PHP versi 4.3.xkeatas, PHP XML MySQL versi 3.23.17, MySQL vesi 4.x, PostgreSQL versi 7 .3
Drupal memiliki lisensi GPL (GNU Public License), artinya Drupal dapat didistribusikan, diunduh dan digunakan dengan bebas karena Drupal berbasis Open Source. Drupal terus dikembangkan oleh komunitas yang terdiri dari ribuan pengguna dan pengembang.
41
b. Aplikasi CMS Joomla Joomla! adalah Sistem manajemen konten yang bebas dan terbuka (free open source) ditulis menggunakan PHP dan basisdata MySQL untuk keperluan di internet maupun intranet. Joomla pertamakali dirilis dengan versi 1.0.0. Fitur-fitur Joomla! diantaranya adalah sistem caching untuk peningkatan performansi, RSS, biogs, poling, dll. Joomla! menggunakan lisensi GPL. Asal kata Joomla sendiri berasal dari kata Swahili yang mengandung arti "kebersamaan". Joomla! dikembangkan oleh para pengembang yang dulunya ikut membangun CMS Mambo. Secara garis besar, Jooml~! terdiri dari 3 elemen dasar, yaitu server web (webserver}, skrip PHP dan basis-data MySQL. Server web diasumsikan terhubung dengan Internet/ Intranet yang berfungsi sebagai penyedia layanan situs. Skrip PHP terdiri dari kode program dalam bahasa PHP dan basisdata merupakan tempat penyimpanan konten. Joomla menggunakan Apache sebagai server web dan MySQL untuk basisdatanya. c. Aplikasi CMS XOOPS XOOPS adalah singkatan dari eXtensible Object Oriented Portal System. Aplikasi dikembangkan dengan menggunakan PHP. XOOPS bertujuan agar siapapun dapat mengelola dan mengadmi-nistrasi website dinamisnya dengan lebih mudah. XOOPS dapat menjadi aplikasi yang ideal bagi situs web bisnis dan portal internal perusahaan baik skala besar maupun skala kecil dan menengah. XOOPS menggunakan modular architecture yang mengijinkan user untuk melakukan kustomisasi, update, dan mengubah themes. XOOPS berbasiskan GPL dan bebas untuk digunakan, dimodifikasi, dan didistribusikan. XOOPS sebenamya adalah portal syst~m, kemudian berkembang menjadi sebuah Web Application Platform. Tujuannya sendiri adalah melayani sebagai web framework yang digunakan oleh situs kecil, menengah, dan besar melalui instalasi modul. XOOPS sangat direkomendasikan untuk diinstalasikan pada
42
Sistem Operasi Open source dan/atau keluarga Sistem Operasi FreeBSD 2. Customer ]J.elationship Management (CRM) CRM adalah sebuah sistem infonnasi yang terintegrasi yang digunakan untuk merencanakan, menjadwalkan, dan mengendalikan aktivitas-aktivitas prapenjualan dan pascapenjualan dalam sebuah organisasi. CRM melingkupi semua aspek yang berhubungan dengan calon pelanggan dan pelanggan saat ini, tennasuk di dalamnya adalah pusat panggilan (call center), tenaga penjualan (sales force), pemasaran, dukungan teknis (technical support) dan layanan lapangan (field service). Sebuah sistem CRM harus bisa menjalankan fungsi: • Mengidentifikasi faktor-faktor yang penting bagi pelanggan. • Mengusung falsafah customer-oriented (customer centric) • •
Mengadopsi pengukuran berdasarkan sudut pandang pelanggan Membangun proses ujung ke ujung dalam melayani pelanggan
• • • •
Menyediakan dukungan pelanggan yang sempurna Menangani keluhan/komplain pelanggan Mencatat dan mengikuti semua aspek dalam penjualan Membuat informasi holistik tentang infonnasi layanan dan penjualan dari pelanggan Sasaran utama dari CRM adalah untuk meningkatkan pertumbuhan jangka panjang dan profitabilitas perusahaan melalui pengertian yang lebih baik terhadap kebiasaan (behavior) pelanggan. CRM bertujuan untuk menyediakan umpan balik yang Iebih efektif dan integrasi yang lebih baik deng~ pengendalian return on investment (ROI) di area ini. Aplikasi CRM dalam dunia Open Source yang sangat terkenal adalah SugarCRM.
Aplikasi SugarCRM. SugarCRM merupakan paket aplikasi CRM yang dibuat berbasiskan platfonn LAMP (Linux, Apache HTIP Server, MySQL, PHP/PerV
43
Python). Aplikasi ini tersedia sebagai Perangkat Lunak Open Source dan proprietary software. Khusus untuk SugarCRM open ·source, dibagi lagi ke dalam dua jenis lisensi, yakni SugarCRM Public License, dan Microsoft Shared Source License. Beberapa fitur yang dimiliki SugarCRM, antara lain memiliki banyak fungsi yang berhubungan dengan CRM seperti (Account, Activities, Leads, dan Opportunities), internasionalisasi, home page yang dapat di konfigurasi, forum, studio, memiliki beberapa pilihan themes, dapat menggabungkan duplikasi record, plugin untuk active directory authentiflcation, upgrade wizard, mendukung penggunaan database MySQL dan MS SQL, dan memiliki finir pencarian secara global. Pada halaman utama Sugar CRM, terdapat sejumlah submenu utama, seperti Home,
MyPortal, Calendar, Activities, Contact, Account, Leads, Cases, Bug Tracker, Documents, Projects, E-mail, Campaign, RSS, dan Dashboard. 3. Enterprise Resource Planning (ERP) Enterprise Resource Planning (ERP) atau dalam istilah Bahasa Indonesia disebut sebagai Perencanaan sumber daya perusahaan, adalah sistem informasi yang diperuntukkan bagi perusahan manufaktur maupun jasa yang berperan mengintegrasikan dan mengotomasikan proses bisnis yang berhubungan dengan aspek operasi, produksi maupun distribusi di perusahaan bersangkutan. Secara modular, software ERP biasanya terbagi atas modul utama yakni Operasi serta modul pendukung yakni Finansial dan akuntasi serta Somber Daya Manusia. • Modul Operasi, terdiri dari; General Logistics, Sales and
•
•
Distribution, Materials Management, Logistics Execution, Quality Management, Plant Maintenance, Customer Service, Production Planning and Control, Project System, Environment Management Modul Finansial dan Akuntansi, terdiri dari; General Accounting, Financial Accounting, Controlling, Jnvesrment Management, Treasury, Enterprise Controlling. Modul Somber Daya Manusia, terdiri dari; Personnel Management, Personnel Time Management,Payroll, Training and
44
Event Management, Organizational Management, Travel Management. Perangkat Lunak ERP berbasis Open Source layak menjadi semacam pengganti nadi penerapan software ERP pada organisasi perusahaan UKM. Software ERP dibawah ini tidak selalu digunakan oleh perusahaan besar, perusahaan keciV Usaha Kecil Menengah (UKM) pun dapat menikmati keuntungan dan kelebihan dari perangkat ERP ini. Dan bagi pengusaha UKM yang dapat melihat peluang besar ini dari segi penyedia jasa /dukungan untuk penggunaan software ini tentunya sudah paham bahwa UKM adalah pemain strategis yang menjaga stabil dan berputarnya roda perekonomian di belahan negeri manapun, termasuk di Indonesia. ERP berbasis open source yang sebagian besar dikhususkan untuk penggunaan UKM sudah layak menjadi perhatian. Berikut ini adalah beberapa profit mengenail Aplikasi ERP berbasis Open Source; a. Aplikasi Open Bravo Open Bravo adalah salah satu aplikasi open source software ERP yang terbaik untuk UKM. Openbravo adalah sebuah program berbasis web yang berbasis ·open source program ERP Compiere. Memberikan status seluruh perusahaan yang mencakup informasi produksi, inventaris, informasi pelanggan, agar informasi pelacakan dan alur kerja. Software ERP menawarkan kompatibilitas yang lebih baik dan berbagi, yang memungkinkan ekspor file tunggal atau sebuah kumpulan file ke Excel, CSV, atau PDF langsung dari aplikasi. Pengguna dapat dengan mudah membuat modul pihak ketiga atau plugin atau bahkan browser direktori dan memilih fungsi bersama dibuat oleh pengguna lain untuk menginstal. Hal ini memungkinkan skalabilitas tinggi memungkinkan penyebaran dalam server tunggal atau sekelompok dari mereka, melayani sampai dengan ribuan pengguna. Openbravo menyertai luas fitur yang membuatnya lebih mudah untuk menangani untuk pengguna akhir. Beberapa fitur utamanya terma-
45
suk dimensi pelaporan, alert, email, navigasi keyboard. Hal ini mudah dikonfigurasi dan penjahit fungsionalitas yang ada dan aturan bisnis, serta menambahkan fungsi baru tanpa pemrograman. b. Compiere Compiere adalah perangkat lunak ERP yang berbasis Open Source. Sebagaimana aplikasi ERP lainnya, Compiere juga memiliki modulmodul seperti penjualan dan pemasaran, Layanan, Produksi, Pengendalian Inventori, Pengadaan, Distribusi, Pengelolaan Sumber Daya (SDM), Keuangan dan Akunting. Pada dasarnya Compiere tidak dirancang untuk perusahaan yang sangat besar, etapi sangat cocok untuk perusahaan kecil dan menengah (UKM) dan yang penting adalah mudah untuk diinstalasikan. Spesifikasi yang digunakan Compiere, ERP ini pada mulanya hanya dapat menggunakan database Oracle akan tetapi saat ini sudah dapat menggunakan PostgreSQL. Aplikasi ini juga membutuhkan aplikasi Java™ sudah terinstalasi pada server. Compiere diatur unik untuk menghindari duplikasi informasi dan kebutuhan untuk sinkronisasi. Dengan desain yang inovatif mudah Compiere memungkinkan kustomisasi aplikasi. Modul termasuk dalam solusi ERP termasuk manajemen hubungan pelanggan,Partner Relations Management, Warehouse,Supply Chain Management, Performance Analysis, Double-entry Pembukuan, Alur Kerja Sistem Manajemen dan Web Store. c. Apache OFBiz Apache OFBiz adalah Open Source Enterprise Resource Planning (ERP) yang menyediakan paket aplikasi perusahaan yang mengintegrasikan dan mengotomatiskan beberapa proses bisnis suatu perusahaan. Menawarkan kerangka umum model data dan proses bisnis yang canggih. Ada arsitektur yang umum untuk semua aplikasi membangun sekitar data, logika dan proses komponen. Apache OFBiz dibangun pada teknologi open source dan standar seperti Java, Java Enterprise Edition (JEE), XML dan SOAP. Apache OFBiz datang dengan berbagai fungsi yang meliputi
46
•
Accounting (perjanjian, faktur, vendor manajemen, buku besarumum)
•
Asset Maintenance
• • •
Katalog dan Manajemen Produk Warehouse Management Manufaktur
• • • • • • •
Order Processing Inventory Management; otomatis pengisian ulang saham dll Content Management System (CMS) Project Management Sales Force Automation Electronic Point OfSale (EPOS) E-commerce
• Manajemen Sumber daya manusia (SDM) OFBiz memperkenalkan konsep layar di mana setiap halaman biasanya mewakili sebuah Iayar. Perfonna sistem yang cepat memungkinkan kustomisasi aplikasi untuk kebutuhan bisnis baru tanpa melakukan coding (pemrograman).
Kesimpulan Untuk memiliki daya saing dalam bisnisnya, Usaha kecil dan Menengah (UKM) juga harus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. UKM perlu memanfaatkan Teknologi lnfonnasi (Tl) dan Komunikasi agar dapat mendongkrak kinerja sehingga menjadi Iebih efektif dan efisien. Jadi meskipun ada sedikit perbedaan cost dengan sistem tradisional, UKM dapat menikmati fasilitas dari I CT yang akan memberikan nilai kembali yang sepadan. Ada beberapa alasan mengapa UKM belum banyak yang menga dopsi TI, alasan yang paling populer adalah tingginya biaya investasi yang dikeluarkan untuk pemanfaatan TI. Kehadiran Sistem Open Source merupakan suatu solusi dari pennasalahan tersebut. Open Source merupakan sistem perangkat lunak yang bebas untuk dikembangkan dan didistribusikan oleh siapapun dan untuk keperluan apapun. Dengan demikian jika dimanfaatkan untuk keperluah bisnis oleh UKM, maka hal ini akan mem-
47
bantu karena UKM tidak perlu berinvestasi di bidang TI dengan biaya yang sangat mahal. Akan tetapi UKM tetap terbantu dalam mening-katkan kinerja mereka dengan memanfaatkan TI. Aktifitas bisnis UKM pun menjadi efektif dan efisien. Dengan demikian Open Source dapat membantu meningkatkan daya saing UKM melalui pemanfaat-an TI tanpa perlu mengeluarkan biaya investasi TI yang sangat mahal. Dengan demikian, perlu adanya dukungan dari pihak peme-rintah terkait untuk mensosialisasikan dan menggalakkan penggu-naan Perangkat Lunak Open Source untuk UKM demi meningkatkan kinerja dan daya saing mereka. Selain itu untuk memperkaya fungsi Perangkat Lunak Open Source, maka perlu dikembangkan aplikasi dan konten yang sifatnya khusus untuk mendukung aktifitas bisnis UKM dan juga pelatihan mengenai penggunaan Perangkat Lunak Open Source bagi sumber daya manusia yang mengguna kannya.
DAFfARPUSTAKA 1. Tim Peneliti Puslitbang APTEL SKDI, "Daya Saing Bangsa & Pemanfaatan Teknologi lnfonnasi Komunikasi", Balitbang SOM. Kominfo, 2008. 2. Tim Peneliti Puslitbang APTEL SKDI, "Penggunaan dan Pengembangan Perangkat Lunak Open Source Pada Instansi Pemerintah", Balitbang SDM. Kominfo, 2008. 3. Rianto. Yan, Triyono. Budi, Laksani. Chichi Shintia, "Studi Faktor-Faktor Determinan Kemampuan Inovasi UKM". LIPI Press, Jakarta. 2006. 4. Yayasan Penggerak Linux Indonesia (YPLI) & Kementerian Ristek, "Panduan Pendayagunaan Open Source Software; CMS, CRM, ERP", KNRT RI, Jakarta 2007. 5. http://galeriukm.web.id/.. ./penerapan-teknoloei-informasibagi-ukm 6. http://id.wikipedia.org/wiki/Perencanaan sumber daya perusa haan 7. http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen hubungan pelanggan 8. htt.p://id. wikipedia.org/wiki/Sistem manajemen konten
48
i. I
I
ANALISIS E-LIBRARY DI BALITBANG SDM KOMINFO DENGAN TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL Fahrizal Lukman Budiono Perkembangan teknologi infonnasi mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, sehingga segala sesuatu saat ini dapat diintegrasikan dengan teknologi informasi tersebut. Salah satu hal yang telah banyak diintegrasikan dengan teknologi infonnasi adalah perpustakaan, atau dalam bahasa lain sering disebut e-library atau perpustakaan elektronik. E-library atau perpustakaan digital dapat didefinisikan sebagai suatu perpustakaan yang menyimpan data baik itu buku (tulisan), gambar, suara dalam bentuk file elektronik dan mendistribusikannya dengan menggunakan protokol elektronik melalui jaringan komputer atau intemet. 1 E-Library juga bertujuan untuk memudahkan akses infonnasi ilmu pengetahuan dalam format digital tanpa terhalang jarak dan waktu. 2 E-library mulai berkembang pesat sejak tahun 1990-an seiring dengan kemajuan teknologi jaringan komputer yang memungkirikan pengaksesan infonnasi dari satu tempat ke tempat lain yang sangat jauh dalam waktu singkat dan e-library semakin mendunia semenjak terselenggaranya Workshop on Digital Libraries tahun 1994. 1 Pemanfaat teknologi e-library saat ini tidak saja digunakan pada instansi pendidik-an, namun juga pada instansi-instansi pemerintahan. Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Balitbang SDM) sebagai bagian dari satuan kerja Kementerian Komunikasi da~ lnformatika (KemKominfo) memiliki tugas pokok dan fungsi (tupoksi) sebagai institusi penelitian dan pengembangan di bidang komunikasi dan infonnatika (kominfo), telah berupaya menerapkan teknologi e-library tersebut. E-library Balitbang SDM dikembangkan seiring dengan pengembangan website resmi Balitbang SDM. Keberadaan e-library diharapkan cukup membantu para pegawai maupun peneliti untuk dapat mencari literatur-Iiteratur yang berkaitan dengan tupoksi Balitbang SOM.
49
Pertanyaan yang muncul adalah apakah keberadaan e-library tersebut dapat diterima oleh para pengguna e-library tersebut. Oleh karena itu diperlukan sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui tingkat penerimaan e-library tersebut bagi para penggunanya. Salah satu model yang dapat digunakan untuk mengukur. tingkat persepsi penerimaan teknologi informasi adalah Technology Acceptance Model (TAM). TAM adalah model yang telah dikembangkan oleh Davis, et al3 pada tahun 1989, yang merupakan adaptasi dan pengembangan dari model Theory of Reason Action (TRA) yang telah dikembangkan sebelumnya. Menurut Davis, et al3, di dalam TAM terdapat empat variabel kunci yaitu perceived ease of use (persepsi kemudahan}, perceived use-fullness (persepsi keguna-an}, behavioral intention to use (tindakan penggunaan) dan actual system use (kenyataan penggunaan). Hubungan antara variabel-variabel TAM tersebut membentuk sebuah model hubungan korelasi multivariat seperti dapat dilihat pada Gambar 1. Perceived
Usefulness Behavioral Intention to Use
Actual System Use
Perceived Easeo/Use
Gambar 1. Technology Acceptance Modef Untuk menghitung jenis model korelasi seperti TAM dibutuhkan penghitungan model korelasi multivariat, salah satu model yang mendukung teknik korelasi multivariat tersebut adalah model struktural Structured Equation Model (SEM). Terdapat dua model SEM yaitu Cova-riance Based SEM yang menggunakan software AMOS dan Lisrel, serta Component Based SEM yang menggunakan metode Partial Least Square (PLS) dengan software SmartPLS atau
50
PLS graph. 5 Perbedaan antara dua model SEM tersebut adalah pada dasar teorinya. Covariance Based SEM harus didukung teori yang kuat
karena sering membutuhkan
asumsi-asumsi,
sedangkan
Component Based SEM tidak membutuhkan dukungan teori yang kuat karena menitikberatkan pada model prediksi.6 Merujuk pada model standar TAM yang telah dijelaskan pada Gambar I, maka penelitian ini mencoba mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi penerimaan penerapan e-library dalam menunjang tupoksi Balitbang SOM dengan men.remukakan empat hipotesis yang sesuai dengan model TAM tersebut , yaitu : H 1. Terdapat hubungan antara persepsi kemudahan penggunaan aplikasi e-library terhadap persepsi kegunaan aplikasi e-library, H2. Terdapat hubungan antara persepsi kemudahan penggunaan aplikasi e-library terhadap perilaku tindakan penggunaan aplikasi e-library, H3. Terdapat hubungan antara persepsi kegunaan aplikasi e-library terhadap perilaku tindakan penggunaan aplikasi e-library, H4. Terdapat hubungan antara perilaku tindakan penggunaan aplikasi e-library terhadap penggunaan nyata aplikasi e-library. Berdasarkan hipotesis yang telah ditetapkan maka selanjutnya dapat dibuat model penelitian yang sesuai seperti di gambarkan berikut. Perceived Usefullness (PU)
H
Behavioral Intention to Use
Actual System Use
(Bl)
Perceived Ease of Use (EU)
Gambar 2. Konstruksi Model Penelitan
51
(AS)
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa persepsi penerimaan elibrary Balitbang SDM KemKominfo, dengan menguji hipotesishipo-tesis yang sesuai dengan model TAM. Oiharapkan penelitian ini da-pat menjelaskan Gambaran mengenai persepi penerimaan penerap-an e-library di Balitbang SDM KemKominfo. Selain itu, diharapkan pula penelitian ini dapat menjadi landasan kebijakan dalam pengem-bangan selanjutnya e-library Balitbang SOM KemKominfo di masa yang akan datang sehingga penggunaan aplikasi e-library dapat lebih optimal dan semakin menunjang tupoksi Balitbang SOM Kem-Kominfo sebagai institusi riset yang produktif, inovatif, dan kreatif. Metode dan lmplementasinya Oalam kajian ini penulis memillih melakukan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data primer diperoleh dari basil survei lapangan, melalui penyebaran kuesioner online kepada para pegawai di Ke~Kominfo dan juga melalui observasi langsung e-/ibrary.7 Sedangkan pengumpulan data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan, dokumen, dan internet. Model analisis dapat dilihat pada Gambar 2 yang digambarkan dengan hubungan-hubungan hipotesis yang akan dianalisis. Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian adalah menggunakan skala likert (Licert scale) 5 po in dengan (1) "Sangat Tidak Setuju" sampai dengan (5) "Sangat Setuju", indikator variabel dapat dilihat pada Tabel 1. Instrumen yang dipakai untuk mengumpulkan data adalah daftar pertanyaan berupa kuesioner yang akan disebarkan secara online kepada para pegawai KemKominfo.7
52
Tabel 1: Variabel dan Indikator Penelitian Variabel Indikator Laten
1. Fleksibilitas penggunaan Perceived Ease of Use
dari e-library 2. Kemudahan pemahaman d~ij
e-library
Kode Variabel EUI EU2 EU3 EU4
·3. Kemudahan penggunaan dari e-library 4. Penampilan yang menarik dari e-library
Perceived Usefullness
1. Membantu
2. 3.
Behavioral Intention to Use
pencarian buku/ jumal Efisiensi pencarian buku I jumal Bermanfaat untuk pencarian buku I jumal
1. Termotivasi
2.
untuk menggunakan e-library Termotivasi mengajak orang lain menggunakan
PUI PU2 PU3
Bil Bl2
e-librarv Actual System Use
1. Frekeunsi penggunaan elibrary 2. Kepuasan Penggunaan elibarary
ASI AS2
Populasi untuk penelitian survey terdiri dari seluruh pegawai KemKominfo di lokasi yang terpilih. Sampel dipilih dengan cara accidental sampling, artinya sampling dilakukan dengan menganggap bahwa seluruh pegawai kementerian KemKominfo adalah pengguna aplikasi e-library Balitbang SDM. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) yang terdiri dari 7 (tujuh) satuan kerja yang ada di lingkungan ~emKominfo yaitu; Sekretariat Jenderal, Inspektorat Jenderal, Direktorat Jenderal Aplikasi Telematika, Direktorat Jenderal
53
Sarana Komunikasi dan Diseminasi lnformasi, Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi, Badan Informasi Publik, dan Balitbang SOM beserta Unit Pelaksana Tugas (UPT) dibawah masing-masing satuan kerja tersebut. Lokasi dipilih dengan pertimbangan bahwa satuan-satuan kerja tersebut menggambarkan keseluruhan KemKominfo sehingga diharapkan dapat memenuhi dimensi-dimensi persepsi yang akan diteliti. Sebelum dilakukan uji hipotesa untuk mendapatkan tingkat penerimaan e-library, dilakukan analisa konstruksi awal dan optimalisasi model penelitian menggunakanan SMARTPLS 2. 0 M3, selanjutnya dilakukan uji prasyarat pada instrumen (kuesioner) yang digunakan pada penelitian.Pengujian prasyarat yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji validitas data, dan uji realibilitas data. Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui apakah semua pertanyaan dalam kuesioner penelitian yang diajukan untuk mengukur variabel penelitian adalah valid. Uji validitas dilakukan dengan melihat nilai signifikansi masing-masing instrumen kuesioner. Sedangkan uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi jawaban responden. Sesuai dengan petunjuk penggunaan PLS, maka kriteria pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan pengujian Average Variance Extracted (AVE) dan akar AVE, sedangkan pengujian ·reliabilitas dilakukan dengan menggunakan pengujian Composite Reliability (CR) dan Cronbach Alpha (CA). 8 Setelah dilakukan uji prasyarat, maka selanjutnya adalah dilakukan uji hipotesis yang dilakukan sesuai dengan metode TAM. Uji hipotesa dilakukan untuk dapat mengetahui hubungan antara variabel-variabel penelitian. Selain itu uji hipotesa juga dapat menjadi sarana untuk membuktikan kebenaran metoda TAM yang telah begitu banyak digunakan dalam penelitian-penelitian mengenai penerapan penerimaan teknologi informasi sebelumnya.4 Untuk dapat memudahkan perlakuan uji-uji statistik yang digunakan dalam penelitian kali ini, digunakan sebuah software statistik yaitu SMARTPLS 2. 0 M3 yang merupakan software untuk membantu melakukan perhitungan model stmktural SEM dengan metode PLS. Dasar penggunaan software Smart PLS 2.0 M3 adalah
54
karena dalam penelitian ini data hasil kuesioner yang didapatkan berjumlah kurang dari I00 (seratus) yang merupakan syarat penggunaan pengukuran TAM dengan Covariance Based SEM seperti AMOS dan Lisrel, sedangkan SMARTPLS 2.0 MJ tidak mensyaratkan jumlah data minimal untuk diolah. Eksternalisasi E-library Balitbang SOM E-libra1J1 yang dimi liki oleh Balitbang SOM KemKominfo adalah perpusta kaan digital yang menggunakan basis web sebagai lokasi hosting-nya, sepe1ti terlihat pada Gambar 3. 9
,Veftnmf Tc ICT &. H111lolo Rlnou~ Resurch ood Dnelopmenl -D'r
9fttiu, Ill our U~·.vy.
Ot. ''ll' ~icAr!ks Cm' ; (O?AC t;se
Select Language IEnrPsh
:::J
Advanced Search
OurlSe.irth:
Tiiie . Author(s) •
XML Result
Sejarah kecil "petite histoire· Indonesia Jitid 1
Subject(s) ·
Aulmr{s) ' ' Retonl llel•il XML Det•il
Panduan Hidup Sukse1 dan Bahacia : Vane Selllrusnya Sudah Anda Ketahuf Sejak Lahlr
-
I
GllD :
IAll GM!lr'Medla Collection Type
I,11 Coledlens
Author(s) '"' ~ Retonl Detoil XML llel•il
3 3
Location
.1
Gambar 3. E-liba1y Balitbang SOM KemKominfo9
55
Pada Gambar 4 ditampilkan model awal penenmaan e-librmy menggunakan SMARTPLS 2.0 M3.
Gambar 4. Model Awai Penelitian dengan SMARTPLS 2.0 M3 Gambar 4 menampilkan hasi l awal model penelitian menggunakan software SMARTPLS 2.0 M3, berdasarkan hipotesis penelitian dan indikator-indikator variabel. Bulatan menunjukkan variabel-variabel penelitian, sedangkan kotak menunjukkan indikator-indikator yang terdapat dalam masing-masing variabel. Selanjutnya pada Gambar 5 ditampilkan hasi l running mode SMARTPLS 2.0 M3 pada model awal penelitian.
....
Gambar 5. Hasil Awai Running Model SMARTPLS 2.0 M3 Berdasarkan Gambar 5 ditunjukkan bahwa model awal penel itian memiliki satu indi kator variabel yang memiliki nilai loading Factor
56
terlalu rendah untuk digunakan dalam analisis penerimaan e-librmy yaitu indikator AS2 dari variabel Actual System Use. Pada Gambar 6 ditampilkan basil optimalisasi model awal penelitian setelah indikator variabel yang kurang berpengaruh dihilangkan.
...,
Gambar 6. Hasil Optimalisasi Konst:ruksi Penelitian Berdasarkan Gambar 6 ditunjukkan bahwa setelah indikator variabel yang kurang berpengaruh dihi langkan, model penelitian telah layak diolah untuk dijadikan dasar analisa persepsi penerimaan e-libraty yang akurat. Selanj utnya pada Tabel 2 ditampi lkan hasil Tabel Loading Factor keseluruhan indikator penelitian. Loading Factor perlu dilakukan untuk mengukur tingkat pengaruh indikator-indikator terhadap masing-masing variabel. Tabel 2. loading Factor lndikator Factor Loadinf! Variabel EUl 0,683455 EU2 0,577732 Perceived Ease of Use EU3 0,718918 EU4 0,889590 PUl 0,8 1650 I Perceived Usefulness PU2 0,817045 PU3 0,925557 Bll 0,965527 Behavioral Intentio11 lo Use BI2 0,965496 ASl 1,000000 Actual Svstem Use 57
batas cut-oflyaitu 0,7. 8 Pada Tabel 7 ditampilkan basil penghitungan R Square yang menunjukkan tingkat kecocokan model dengan data di lapangan. Tabet 7. R Square Variabel
R Square
Perceived Ease of Use
-
Perceived Usefulness
0, 146088
Behavioral Intention to Use
0,249300
ActuC1l System Use
0,451064
Berdasarkan Tabcl 7 dapat disimpulkan bahwa R Square pada pene1itian ini rendah dan hasil tidak dapat diinterpretasikan, karena tingkat kecocokan data di lapangan dengan model berkisar 10 sampai 25 %. Hal ini menunjukkan terdapat sekitar 75 % faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi model penelitian. Setelah dilakukan uji-uj i prasyarat statistik, selanjutnya pada Gambar 7 ditampilkan hasil Bootstrapping SMARTPLS 2.0 M3 yaitu fas ilitas yang terdapat pada SMARTPLS 2.0 M3 untuk mendapatkan nilai I-statistic.
Gambar 7. Bootstrapping SMA RTPLS 2.0 M3 Gambar 7 menjelaskan hipotesa-hipotesa mana saja yang diterima atau ditolak, dengan taraf kepercayaan 95 % yaitu dengan batas penerimaan hipotesa dengan nilai I-statistic diatas 1,96. 8 Pada Tabel 8 ditampi lkan nilai-nilai koefisien stati stik yang merupakan hasil
60
keluaran dari proses Bootstrapping SMARTPLS 2. 0 M3 khususnya pada Tabel koefisien I-statistic. Tabel 8. Koefisien T-statistic
0.382491
0.407276
0.062820
0.062820
6.088723
0.361872
0.382260
0.088739
0.088739
4.077944
Kesimpulan Merujuk uji validitas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kete-patan arah pertanyaan kuesioner sebagai instrumen penelitian sangat penting, karena bal tersebut akan sangat berpengarub pada analisa berikutnya. Merujuk uji reliabilitas, arah pertanyaan dari kuesioner juga sangat mempengarubi tingkat reliabilitas data. Secara umum, sesuai dengan basil penelitian yang dilakukan dan dengan memperhatikan basil uji-uji prasayarat, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi kemudahaan penggunaan e-/ibrary mempengaruhi persepsi kegunaan e-library, persepsi kegunaan elibrary mempengarubi perilaku tin-dakan penggunaan e-library, dan perilaku tindakan penggunaan e-/ibrary mempengaruhi penggunaan nyata e-library. Namun di sisi lain, dalam penelitian ini ditemukan
61
bahwa persepsi kemudahan penggunaan e-library tidak mempengaruhi secara nyata perilaku tindakan penggunaan e-library. Hal ini menunjukkan bahwa selain dari model yang telah digunakan dalam penelitian, temyata terdapat indikator-indikator lain yang mempengaruhi variabel-variabel penelitian.
DAFfARPUSTAKA 1
Tabata, Kouichi. 1996. What is Digital Library. IPSJ Journal . Vol.37 No.9, Japan, Japanese.
2
Badan Perpustakaan Prop. Jatim. 2007. Mimbar Pustaka Jatim, no 01/Th.1/Januari-Maret: 5-8.
3
Davis, Fred D. 1989. Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and User Acceptance of Information Technology. Dalam MIS Quarterly, September, Vol. 13 Issue 3 p. 318-340.
4
Fumeaux, Brent. 2010. Theory Used in IS Researh Technology Acceptance Model. (http://www.-istheory.yorku.ca/Technologyacceptancemodel.htm diakses 17 November 2010, Pukul 16:52).
5
Hair, J.F, Anderson RE Tatham, and RL. 1998. Multivariate Analysis, 5 Edition.New Jersey : Prentice Hall International, Inc.
6
Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi Pertama. Program Studi Magister Akuntansi, Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
7
Kuesioner E-Library Badan Litbang SDM Kementerian Komunikasi · dan Informatika.2010. (https:// spreadsheets.google. com/viewform?formkey=dDVKVmVpYOhneXEyZUhzR.kF CZ252N 1E6MO,diakses 19 November 2010, Pukul 01.49).
8
Vinzi, V. Esposito, W.W. Chin, J. Hensler, and H. Wang. 2010. Hand Book of Partial Least Squares:Concepts, Methods, and Applications. Berlin : Springer Heidelberg.
9
Perpustakaan Badan Litbang SDM, Kementerian Komunikasi dan Info-rmatika. 2010. (http://balitbang.depkominfo.go.id/perpustakaan/ index.php, diakses 17 November 2010, Pukul 16.52).
62
ANALISIS CITIZEN E-READINES DAN PENGEMBANGAN DESA BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI Anton Susanto Pengembangan e-government di Indonesia sebagaimana menjadi amanah dalam Instruksi Presiden No.3 Tahun 2003 telah diimplementasikan melalui kebijakan e-government pemerintah daerah dengan variasi yang disesuaikan dengan local resources dan kebutuhan daerah. Salah satu implementasi e-government pemerin-tah daerah yang sudah menjadi benchmark dan sering dijadikan lesson learn pengembangan e-government adalah penerapan e-go-vernment di pemerintah daerah kabupaten Sragen. Indikator-indikator keberhasilan penerapan e-govemment sudah mulai bisa dilihat dan diukur, dari mulai efisiensi pelayanan publik sampai efeknya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Dan tentunya keberhasilan tersebut butuh waktu yang lama, karena kesuksesan e-govemment merupakan sebuah proses implementasi secara incrementaf. Sedangkan di Yogyakarta, implementasi e-govemment juga sudah mulai dicanangkan sejak tahun 2002 dimulai dengan pembangunan situs www.pemda-diy.go.id yang diikuti dengan penyusunan Rencana Induk Pengembangan e-Govemment dan pembangunan infrastruktur interkoneksi serta pengadaan perangkat keras pendukungnya seperti komputer server, personal komputer, dan lain sebagainya. Pada tahun 2005, dikenalkan konsep Jogja Cyber Province (JCP), sebagai arah pengembangan e-govemment. JCP sendiri merupakan model provinsi yang melakukan transformasi layanan yang berorientasi pelanggan (masyarakat) dengan berbasis proses bisnis, infonnasi dan pengetahuan yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi sebagai akselerasi pembangunan wilayah propinsi yang berdaya saing, nyaman, mandiri, efisien, dan efektif. Perkembangan selanjutnnya dari implementasi e-govemment di Pemerintah Provinsi DIY adalah pengembangan konsep Digital Government Services (DGS)3. Dalam pelaksanaannya, implementasi
63
DGS ini terdapat beberapa kendala yang menjadi catatan, sepertinya belum adanya sinergitas antar unit, budaya organisasi, SDM dan regulasi pendukung. Kondisi yang umum dan banyak terjadi dibeberapa wilayah di Indonesia yang mencoba menerapkan e-government. Namun demikian, keberhasilan e-government Pemerintah Provinsi DIV. paling tidak sudah diakui setelah diraihnya peringkat pertama dalam E-Govemment Award tahun 2009. Terobosan-terobosan terus dilakukan dalam implementasi e-government. Salah satu terobosan yang sedang dilakukan adalah pengembangan desa berbasis teknologi infonnasi. Tujuannya jelas untuk menerapkan e-government sampai pada level pemerintahan tingkat pedesaaan. Sebagai percontohan, Desa Terong, Dlingo Bantul mulai menerapkan TI dengan membangun website desa Terong www.terong-bantul.web.id sebagai media peningkatan ·pelayanan publik sekaligus membangun potensi ekonomi desa. Keberadaan desa berbasis TI ini merupakan langkah yang perlu dievaluasi dan dikaji secara matang agar keberhasilannya dapat berkelanjutan. Aspek kesiapan masyarakat desa menjadi bahasan yang menarik untuk dikaji sebagai upaya melihat sejauh mana masyarakat desa sebagai pelaku dan juga objek dari program pengembangan desa berbasis teknologi informasi telah siap untuk mendukung. dan terlibat secara aktif di dalam program desa TI tersebut. Upaya untuk mendapatkan kerangka ideal pengembangan desa berbasis TI dengan melihat kesiapan masyarakat merupakan suatu gambaran yang dapat dijadikan referensi dalam pengembang-an program-program pemerintah yang terkait dengan pemberdayaan masyarakat desa melalui teknologi infonnasi, seperti: desa pinter ataupun desa informasi. Dengan latar belakang masalah yang ada, maka artikel ini mencoba menjawab pertanyaan: Berapa besar tingkat e-readiness masyarakat desa Terong, Bantul Yogyakarta terhadap teknologi informasi dan komunikasi? dan upaya apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan tingkat e-readiness tersebut?
64
Konsep Pembahasan
Electronic Government atau yang lebih dikenal dengan e- · government memiliki pengertian yang beragam. Sebenarnya konsep e-government memiliki prinsip-prinsip dasar yang universa16• E-Government merupakan sebuah bentuk proses interaksi yang baru an-tara pemerintah dengan stakeholder dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dengan tujuan meningkatkan kualitas layanan baik antara pemerintah dengan pemerintah (Government to Government/020), Pemerintah dengan dunia bisnis (Government to Bussiness/02B) dan Pemerintah dengan Masyarakat (Government to Citizen/02C). Di Indonesia, konsep e-government baru mulai ramai dibicarakan pada tahun 2001, pemerintah telah mengeluarkan Instruksi Presiden No.6 Tahun 2001 tentang Pengembangan dan Pendayagunaan Telematika di Indonesia. Melalui lnpres inilah lahirlah Kerangka Teknologi Informasi Nasional (KTIN) yang merupakan kebijakan responsif pemerintah terhadap perkembangan teknologi informasi yang sedemikian pesat. Implementasi e-government di Indonesia kemudian diperkuat dengan terbitnya Instruksi Presiden No.3 Tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi pengembangan e-Government. Kebijakan ini merupakan bentuk komitmen pemerintah baik pusat maupun daerah da-lam rangka tercapainya efektivitas, efisiensi dan transparansi penge-Iolaan pemerintahan sehingga dapat meningkatkan kualitas layanan publik yang diberikan. Dengan adanya kebijakan dan strategi pengembangan e-government tersebut, di beberapa daerah mulai melakukan langkah-langkah implementasi, seperti penyiapan anggaran, infrastruktur dan tatakelola TI di Iingkungan masing-masing. Namun demikian dalam proses implementasinya, e-government di Indonesia tidak berjalan mudah. Selain keterbatasan anggaran di beberapa daerah, ada juga beberapa hambatan yang juga sa-ngat berpengaruh, diantaranya adalah : kultur berbagi belum terben-tuk, kultur dokumentasi yang belum lazim dan kurangnya sumber daya manusia yang handal. dan infrastruktur yang terbatas 7• E-Government merupakan sebuah proses transformasi dalam pelayanan
65
publik dari tradisional menjadi digital4• Proses tranformasi ini membutuhkan perubahan budaya organisasi pemerintahan. Organisasi pemerintahan yang cukup gemuk dan birokratis menjadi suatu kendala tersendiri dalam transformasi menuju e-governance. Konsep on demand enterprise2 merupakan sebuah altematif baru bentuk organisasi yang gemuk tapi adaptif terhadap perubahan. Dengan dukungan internetworking, hubungan dan koordinasi antar unit maupun antar instansi dapat dilakukan dengan mudah sehingga antisipatif terhadap perubahan. Pelajaran menarik dari dunia bisnis adalah perubahan besar-besaran yang dilakukan IBM dalam kondisi organisasi yang gemuk tapi kemudian mampu adaptif terhadap perubahan lingkungan bisnis5•
E-Government Readiness E-Government readiness merupakan bentuk kemampuan untuk memanfaat kan teknologi informasi dalam peningkatan kinerja pemerintahan dalam pembangunan dan pencapaian kesejahteraan masyarakat. Dengan melihat metode evaluasinya, analisis e-readiness meliputi: infrastruktur teknologi, penggunaan atau adopsi TI dalam masyarakat maupun bisnis, kapasitas SDM, kebijakan pemerintah dan perkembangan bisnis sektor TI 12 • Sedangkan menurut Wisnujaya dan Surendro 10, analisis terhadap e-government readiness dibagi menjadi dua, yaitu sudut pandang pemerintah (government e-readiness) dan sudut pandang masyarakat pengguna (user/citizen e-readiness). Faktor-faktor e-readiness meliputi faktor kesediaan (willingness factor) dan faktor kapasitas (capacty factor). Faktor-faktor yang berhubungan dengan government e-readiness meliputi: (1). E-leadership: Faktor ini terkait dengan prioritas dan inisitaif pimpinan. (2). Culture: faktor ini menyangkut penerimaan individu/aparat pemerintah dalam menggunakan teknologi. (3). Human resources: Aspek ini menyangkut kemampuan koginitif dan kemampuan teknis dalam penggunaan teknologi. (4). E-governance: Aspek yang menyangkut tata kelola e-government. (5). JCT infrastructure: Aspek ketersediaan infrastruktur. (6). Business climate:
66
Aspek ini terkait dengan kondisi pasar, regulasi dan sistem pasar yang berhubungan dengan ketersediaan hardware dan software. Sedangkan dari sudut pandang masyarakat, kesiapan dalam implementasi egovernment meliputi: faktor budaya adopsi teknologi dalam masyarakat, kapasitas sumber daya manusia (JCT literacy), infrastruktur teknologi yang dimiliki atau sampai pada masyarakat, lingkungan bisnis yang mempengaruhi masyarakat dan pendapatan atau penghasilan yang mempengaruhi belanja masyarakat. Secara bersama-sama, factor government e-readiness dan user/citizen e-readiness menjadi syarat kesuksesan implementasi e-government (lihat gambar 1). E-Govemment Implementation Success £-Government Readiness User/Citizen e-readiness
Govemment e-readiness
Gambar 1. Model E-government Strategy Sumber: Wisnujaya & Surendro (2006)
Artikel ini merupakan ringkasan penelitian studi kasus di Desa Terong, Kee. Dlingo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta yang dijelaskan secara deskriptif. Data-data yang diperoleh dari basil survei, wawancara maupun data sekunder seperti dokumentasi dan studi kepustakaan. Analisis e-readiness ini meliputi faktor-faktor : budaya adopsi TI, sumber daya manusia, infrastruktur TI, lingkungan bisnis, dan pendapatan masyarakat. Objek penelitian adalah masyarakat desa Terong, Dlingo Bantul Yogyakarta, sebagai desa yang menjadi proyek percontohan program desa berbasis teknologi informasi yang sedang dikembangkan pemerintah Provinsi DIY. Masing-masing variabel kesiapan masyarakat tersebut diukur dengan skala likert yang kemudian dilakukan pembobotan untuk mengukur tingkat kesiapan. Skala likert yang digunakan adalah 0 s/d 3, dimana masing-masing nilai menunjukkan 0 = tidak ada nilai, 1 = nilai rendah, 2=nilai ratarata dan 3=nilai baik. ·Skala ini mengadopsi model peng-ukuran e-
67
readiness Al-Osaimi1 • Tingkat e-readiness kemudian diukur dengan menggunakan formula yang diadopsi dari model matematis sebagai i=n
berikut: Tingkat e-readiness
=Lw;.M;,
dengan wi = Bobot Tiap
i=I
Faktor , mi= Nilai indikator faktor yang diukur. Sedangkan untuk bobot untuk masing-masing faktor dalam kesiapan masyarakat masing-masing sebesar 20%.
Desa Terong Berbasis Teknologi lnformasi 11 Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi mendorong perubahan media informasi dan interaksi dalam pemerintahan desa dan dengan masyarakatnya. Hal ini juga didorong dengan kebutuhan akan keterbukaan informasi publik, yang menstimulus penyelenggaraan pemerintahan secara tranparan, efisien dan efektif. Keberadaan radio komunitas MSP FM di Desa Terong menjadi sebuah · media informasi dan interaksi pemerintah desa dengan warganya. Salah satu contohnya adalah penyampaian Keterangan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Terong Tahun 2008 dan Tahun 2009 kepada Badan Permusyawaratan Desa Terong disiarkan langsung ( live ) melalui melalui Radio MSP FM yang siarannya bisa diikuti secara baik di seluruh wilayah Desa Terong. Perke~bangan teknologi juga menjadi tuntutan yang telah disadari oleh aparatur pemerintah desa Terong. Sejak tanggal I 0 November 2009, Desa Terong telah memiliki website dengan alamat /1ttp:/lteronghantuL web.id melalui kerjasama dengan COMBINE Resource Institution (CRI). Website ini mulai diluncurkan secara resmi dan bisa diakses secara luas mulai tanggal 22 Maret 2010. Komitmen untuk mewujudkan pemerintah dan masyarakat desa yang melek teknologi informasi terns dibangun. Dengan dibantu oleh CRI, pengembangan aplikasi dilakukan dengan penambahan basis data kependudukan dalam aplikasi profil desa dan sistem informasi desa. Layanan ke masyarakat desa seperti pembuatan surat pengantar SKCK dan perijinan lainnya manjadi semakin mudah dengan adanya aplikasi dan sistem informasi desa tersebut. Dari seratus quesioner yang disebar ke
68
40 RT, yang kembali dan dapat diolah datanya hanya 74 quesioner. Berikut deskripsi sampel yang berasal dari masyarakat. Jumlah responden dari laki-laki sebanyak 46 orang dan perempuan sebanyak 28 orang. Sedangkan distribusi pekerjaan dari responden, 23 % sebagai wiraswasta dan 21,6% sebagai karyawan.
Citizen E-Readiness Komponen faktor SDM meliputi: a) Pengetahuan warga desa terhadap penerapan TI dalam pemerintahan desa (website desa); b) Kemampuan menggunakan internet; c) Level persetujuan terhadap perlunya mengikuti pelatihan internet; d) Kemampuan berkomunikasi melalui internet dan e) Kemampuan menggunakan internet dengan mobile phone. Website Desa Terong telah banyak diketahui oleh warga desa Terong, hal ini terlihat dari sebanyak 40.54% masyarakat sudah tahu, 35,14% paham dan bahkan 24, 32% sangat paham sekali. Sebagian besar warga desa pada level biasa dalam menggunakan internet (59,5%) danjuga sebagian besar warga desa sudah biasa dan cukup pintar menggunakan internet sebagai media berkomunikasi terbukti dengan nilai persentase berturut-turut 36,5% dan 35, 1%. Dalam hal kemampuan mengggunakan internet melalui mobile phone, sudah 48,6% responden menganggap bahwa teknologi ini mudah dilakukan. Ini menunjukkan adanya peningkatan utilitas mobile phone untuk akses internet dan juga melakukan aktivitas berkomunikasi, baik melalui e-mail maupun jejaring sosial yang lain, seperti facebook. Kemudian kalau dilihat dari level persetujuan responden terhadap kebutuhan pelatihan teknologi informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan menunjukkan nilai yang signifikan karena 50% setuju dan 44,6% sangat setuju. Ini dapat diartikan perlu upaya pengembangan kompetensi SDM masyarakat desa melalui program-program pelatihan teknologi informasi yang tentuny disesuaikan dengan kebutuhan dan format yang sesuai dengan budaya masyarakat. Sosialisasi pemanfaatan teknologi informasi bagi masyarakat desa perlu terus dilakukan untuk memberikan pemahaman terhadap pendayagunaan teknologi informasi/internet
69
untuk kegiatan-kegiatan produktif masyarakat, terutama dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa. Dari beberapa aspek SDM masyarakat yang sudah disebutkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kondisi SDM masyarakat desa Terong sudah cukup mampu menerima teknologi informasi, hal ini dilihat dari nilai rata-rata dari penilaian terhadap aspek SDM dengan nilai 1,7 dalam skala 0 s/d 3 (lihat tabel 4) . Pengembangan internet sebagai media komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat desa dapat di-kembangkan untuk aplikasi-aplikasi yang dapat diakses melalui mo-bile phone. Misalnya, Short Message Service (SMS) sebagai media aduan masyarakat dan juga pembentukan komunitas masyarakat desa bisa dilakukan melalui media jejaring sosial.
Faktor Budaya/Adopsi Teknologi lnformasi Adopsi teknologi informasi dalam masyarakat desa tentunya masih menjadi suatu masalah, karena kondisi sosial yang mempengaruhi persepsi dan juga kond_isi ekonomi yang menjadi kendala dalam pemenuhan akses. Kontek adopsi teknologi dalam penelitian ini tentu dilihat dari persepsi terhadap manfaat dan kemudahan dari teknologi internet dan juga dilihat dari actual usage dari teknolgi internet dalam kehidupan sehari-hari. Komponen yang diukur dalam menilai aspek budaya/adopsi teknologi ini meliputi: a) Kebiasaan pengecekan e-mail; b) Kebiasaaan dalam mengakses internet; c) Value website desa bagi masyarakat; d) Persepsi terhadap pentingnya budaya masyarakat dalam adopsi teknologi dan e) Kebiasaan menggunakan mobile phone untuk akses internet. Dari basil olah data tersebut, dapat disimpulkan bahwa frekuensi akses internet maupun pengecekan e-mail masih jarang. Masyarakat masih pada level 1 dalam kedua aktivitas tersebut. Hal ini bisa disebabkan oleh terbatasnya akses, baik secara infrastruktur maupun resources yang harus dikeluarkan. Namun demikian, kalau diperhatikan bahwa sebagian besar warga desa menilai adanya website desa Terong sebagai suatu hal yang memberikan nilai manfaat yang besar dalam mendapatkan informasi (48,6%) maupun sebagai
70
media interaktif (48,6%). Disamping aspek ~ perilaku ·)'&.lg ~.-Pk1'r:· melalui frekuensi penggunaan, budaya adopsi terknologi juga· dilihat dari persepsi. masyar3kat terhadap pentirignya buday~{'; ifia§ya-rakat dalam mendukung program desa TI. ·Warga yang. seµij.u.,t~r-b.adap program tersebut sebany.ak 59,5%. Yang .menarik dari hasilpenelitiaµ '.ini adalah ~ukup t"inggihya frekuensi penggunaan mobiie phohe.'.·'UiiiUK . : meng~ses · in:ternet yang sebanyak 39,2 % pada . level..... s~r~ng· ·-. menggunakan. Ini berarti terdapat potensi media informasi dengan menggunakan teknologi mobile phone dalam pengembangan egovernment di Desa Terong.
Faktor ~nfrastruktur Teknologi Informasi Rendahnya frekuensi akses . internet oleh masyarakat desa Terong dapat disebabkan salah satunya adalah terbatasnya infrastruktur. Untuk menjelaskan kesiapan infrastruktur TI pada masyarakat desa Terong, penelitian ini men.coba mengkaji 'beberapa komponen, yaitu: a) Media akses yang sering digunakan; b) Aksesibilitas internet sampai ke rumah warga; c) Waktu dari aksesibilitas . internet di rumah; d) Kecepatan transfer dari akses internet dan .e) Urgensi mobile phone sebagai sarana akses internet. Hasil analisis data menunjukkan bahwa penggunaan modem sebagai sarana akses internet· ternyata merupakan media akses yang paling dominan (58,1%). Penggunaan modem ini memungkinkan juga warga desa mengakses internet di rumah, hal ini dibuktikan dengan sejumlah 3 7_,8% warga dapat mengakses internet di rumah masing-masing. Aksesibilitas internet sampai ke rumah mem~g masih suatu yang baru, hal ini dilihat dari sejumlah SO % warga hanya baru menikmati akses internet ini kurang dari 6 bulan. Namun demikian, hasil penelitian ini menjadi suatu yang menarik, karena dalam kondisi terbatasnya akses telepon fixed line, kemauan dan inisiatif warga untuk dapat menikmati internet tetap tinggi. Penggunaan modem menunjukkan inisiatif untuk menggunakan mobile phone sebagai media akses internet dan ini sesuai dengan nilai penting mobile phone bagi warga untuk dapat mengakses internet.
71
Faktor Iklim Bisnis Faktor iklim bisnis menjadi variabel yang cukup mempengaruhi perkembangan teknologi infonnasi itu sendiri baik dari sisi hardware maupun kontennya. Persaingan bisnis di bidang telekomunikasi adalah driver utama yang mendorong munculnya berbagai layanan ke masyarakat disamping peningkatan kualitas layanan. Semua itu dilakukan sebagai upaya menangkap peluang pasar yang cukup besar. Komponen iklim bisnis dianalisis untuk mengukur ting-kat pengaruh perkembangan bisnis terhadap kesiapan masyarakat terhadap suatu teknologi baru. Komponen-komponen yang diukur untuk melihat pengaruh perkembangan iklim bisnis terhadap kesiapan warga desa Terong terhadap teknologi infonnasi, meliputi: a) Persaingan bisnis yang berimplikasi terhadap semakin murahnnya internet; b) Daya tarik dari internet sebagai media pemasaran baru; c) Model bisnis baru yang muncul dari internet (e-commerce); d) Jaminan keamanan transaksi online dan e) Peningkatan daya saing UKM melalui internet. Hasil penelitian menunjukkan adanya signifikansi pengaruh iklim bisnis terhadap citizen e-readiness. Level persetujuan terhadap semua variabel menunjukkan nilai mendekati angka 2, ini berarti sebagian besar warga desa Terong sepakat bahwa iklim bisnis sangat penting dan berpengaruh terhadap e-readiness. Adanya internet yang murah, potensi internet sebagai media promosi dan transaksi bisnis serta peningkatan daya saing Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan indikator pengaruh iklim bisnis yang positif bagi penggunaan teknologi internet dalam masyarakat desa Terong.
Faktor Pendapatan Pendapatan merupakan variabel yang menentukan dalam kemampuan akses teknologi infonnasi dalam suatu masyarakat. Penelitian ini mencoba menganalisis beberapa hal sebagai berikut: a) Alokasi waktu menggunakan internet dalam sehari; b) Kebutuhan bertelekomunikasi dan pendapatan; c) Persepsi terhadap teknologi infonnasi sebagai barang mewah; d) Ketersediaan biaya sendiri untuk
72
pelatihan TI dan e) Pengaruh TI terhadap pendapatan. Hasil analisis kelima komponen tersebut dapat dilihat pada tabel 11. Dari basil olah data. dapat dilihat bahwa alokasi waktu berinternet oleh sebagian warga masih kurang dari satu jam. Persepsi teknologi infonnasi bukan sebagai barang mewah juga hanya diadopsi oleh 24,3% responden. Namun demikian, sebagian besar responden merasa sudah cukup alokasi pendapatan untuk bertelekomunikasi dan pelatihan TI. Sedangkan pengaruh TI terhadap pendapatan, oleh sebagian besar warga masih pada level 1, artinya signifikasi TI atau internet terhadap peningkatan pendapatan warga masih kurang terasa. Kondisi seperti ini yang harus disikapi melalui langkah-langkah riil dalam mewujudkan peranan TI untuk meningkatkan pen-dapatan warga desa. Aktivitas bisnis warga dalam bentuk UKM perlu ditingkatkan terus dengan mengikutsertakan teknologi infonnasi/ internet sebagai media bisnis, yaitu sebagai media promosi berbagai produk UKM Desa Terong secara lebih luas. Kesimpulan Program desa berbasis teknologi infonnasi yang dicanangkan pemerintah Desa Terong, Dlingo, Bantul dengan me-launching website desa sebagai media infonnasi dan layanan masyarakat merupakan salah satu bentuk pengembangan e-government yang dapat menyentuh masyarakat pada level pedesaaan. E-government yang bertujuan meningkatkan efisiensi, transparansi pelayanan publik membutuhkan peran sertu publik tidak hanya sebagai objek tetapi juga menjadi aktor dalam interaksi dengan pemerintah. Oleh karena itu, dalam implementasi e-govemment baik pada level pemerintahan pusat, daerah dan bahkan level pedesaan harus memperhatikan faktor masyarakat, baik dalam hal kesiapan (e-readiness) maupun adopsi teknologi e-government itu sendiri. Sekalipun studi ini bersifat kasuistik, karena objeknya yang khusus dan juga karena inisiatif program desa TI berasal dari pemerintahan desa bukan dari pemerintahan pada level yang lebih tinggi diatasnya, namun demikian basil penelitian ini bisa menjadi gambar-
73
an kesiapan masyarakat dalam pengembangan e-government sam-pai pada tingkat pedesaan. Dari analisis terhadap faktor kesiapan masyarakat desa yang meliputi: somber daya manusia, budaya/adop-si teknologi, infrastruktur, iklim bisnis dan pendapatan masyarakat, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: a. Masyarakat Desa Terong dapat dikatakan cukup siap dalam implementasi desa berabsis TI. Hal ini dilihat dari level e-readiness secara keseluruhan yang mendekati nilai rata-rata (2) berdasarkan skala Al-Osaimi 1 yaitu mencapai nilai 1,58 (skala 0 s/d 3). Sekalipun pengetahuan dan kemampuan berinternet masih rendah (kisaran nilai 1), namun value dan persepsi masyarakat terhadap pentingnya teknologi informasi menunjukkan porsi yang cukup besar pada nilai 2. Secara keseluruhan tingkat e-readiness masyarakat desa lebih tinggi pada faktor SDM, budaya, dan iklim bisnis dibandingkan faktor infrastruktur dan pendapatan memiliki nilai lebih rendah. Rendahnya faktor infrastruktur dan pendapatan ini memang disebabkan oleh keterbatasan akses internet karena keterbatasan jaringan fixed line yang sampai ke desa. Penggunaan modem dan mobile phone sebagai sarana akses internet merupakan suatu bentuk inisiatif warga. Namun de-mikian hal ini tentunya dipengaruhi oleh pendapatan warga yang terbatas. b. Pengembangan e-govemment dengan memanfaatkan teknolo-gi mobile phone menjadi alternatif yang bisa dilakukan. Hal ini karena dilihat dari persepsi manfaat dan kemudahan dalam penggunaan akses internet melalui mobile phone cukup ting-gi. SMS center yang selama ini belum optimal perlu dikelola dan dikembangkan secara lebih baik. Disamping itu, teknolo-gi internet bagi masyarakat desa memberikan peluang dalam bentuk model bisnis baru, dimana internet menawarkan daya jangkau pemasaran yang lebih luas dan juga model interaksi bisnis yang lebih interaktif. Internet diyakini dapat menjadi media pemberdayaan ekonomi masyarakat desa melalui pengembangan promosi produk-produk usaha lokal dan usaha kecil masyarakat desa.
74
DAFTAR PUSTAKA 1
Al-Osaimi, Khalid Ibrahim S., 2007. Mathematica/ Models for E-Readiness Assessment a/Organizations with Intranets, htq?: //reposi tozy.ksu.edu.sa I jspui/ bitstream/ 123456789/8708/1/ Mathematical %20 models%20for°/O 20e-readiness %20assessment%20of>/o 20or ganizations%20with%20intranets. pdf. Di download 8 juni 2010.
2
Austin, Robert D., Lynda M. Applegate, and Deborah Soule. Corporate Information- Strate~ and Management: Text and Cases. 8th ed. McGraw Hill, 2008.
3
Djunaedi, Achmad. 2006. Pengalaman Pengembangan Digital Government Services di Pemerintah Propinsi DIY, Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi untulc Indonesia 3-4 Mei 2006. Finger, Matthias dan Pecoud, Ga~lle, 2003. From e-Government to eGovernance? Towards a model of e-Governance, EPFL (Swiss Federal Institute of Technology) Lausanne, Switzerland, Electronic Journal of eGovernment, Volume 1 Issue 1 (2003) 1-10.
4
5
Gerstner, Louis V. 2002. Who Says Elephants Can't Dance?: Leading a Great Enterprise through Dramatic Change, Harper Business.
6
Richardus Eko, 2002, Electronic Government: Strategi Pembangunan dan Pengembangan Sistem Pelayanan Publik berbasis Telcnologi Digital, Penerbit Andi: Yogyakarta.
Indrajit,
7
Rahardjo, Budi, 2001, Membangun E-Government, PPAU Mikroelektronika ITB, Bandung.
8
Sekaran, Uma. 2000, Research Methods For Busines: A Skill-Building Approach, Third Edition, John Wiley & Sons, Inc
9
Wahid, Fathul. 2007, Pelajaran dari lmplementasi E-Government di Sragen., Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Infonnasi 2007 (SNATI 2007), Yogyakarta, 16 Juni 2007
10
Wisnuwijaya,Stevanus;Kridanto Surendro, 2006. Strategic Planning for EGovernment Implementation of Kabupaten/Kota at Indonesia, Proceedings
of iiWAS2006. 11
Website Desa Terong, /1110://teronrbantulweb.ld.
12
www.schoolnetafrica.org/fileadmin/resources/E-readiness_as_a_tool.pdf di download 21Juni2010.
75
PERKEMBANGAN OPEN SOURCE PADA TEKNOLOGI SELULER Awangga Febian Open source adalah istilah untuk software yang kode programnya disediakan oleh pengembangnya untuk umum agar dapat dipelajari cara kerjanya, diubah atau dikembangkan lebih lanjut, dan disebarluaskan. Jika pembuat program melarang orang lain untuk mengubah dan atau menyebarluaskan program buatannya, maka program itu bukan open source, meskipun tersedia kode programnya. Open source merupakan salah satu syarat free software. Free software pasti open source software, namun open source software belum tentu free software. Contoh free software adalah Linux. Contoh open source software adalah FreeBSD. Linux yang berlisensi free software tidak dapat diubah menjadi berlisensi tidak free software, sedangkan FreeBSD yang berlisensi open source software dapat diubah menjadi tidak open S
76
kepentingannya. Hasil modifikasinya juga mereka sebarkan ke komunitas tersebut. Perkembangan di atas antara Iain dipelopori oleh Richard Stallman dan kawan-kawannya yang mengembangkan banyak aplikasi di komputer DEC PDP-10. Awai tahun 1980-an komunitas hacker di MIT dan universitas-universitas lain tersebut bubar karena DEC menghentikan PDP-10. Akibatnya banyak aplikasi yang dikembangkan di PDP-10 menjadi banyak yang kadaluarsa. Pengganti PDP-10, seperti VAX dan 68020, memiliki sistem operasi sendiri, dan tidak ada satupun piranti lunak bebas. Pengguna harus menanda-tangani nondisclosure agreement untuk bisa mendapatkan aplikasi yang bisa dijalankan di sistem-sistem operasi ini. Karena itulah pada Januari 1984 Richard Stallman keluar dari MIT, agar MIT tidak bisa mengklaim piranti-piranti lunak yang dikembangkannya. Dan tahun 1985 dia mendirikan organisasi nirlaba Free Software Foundation. Tujuan utama organisasi ini adalah untuk mengembangkan sistem operasi. Dengan FSF Stallman telah mengembangkan berbagai pir~ti lunak: gee (pengompilasi C), gdb (debugger, Emacs (editor teks) dan perkakas-perkakas lainnya, yang dikenal dengan peranti lunak GNU. Akan tetapi Stallman dan FSFnya hingga sekarang belum berhasil mengembangkan suatu kernel sistem operasi yang menjadi target utamanya. Ada beberapa penyebab kegagalannya, salah satunya yang mendasar adalah sistem operasi tersebut dikembangkan oleh sekelonipok kecil pengembang, dan tidak melibatkan komunitas yang lebih luas dalam pengembangannya. Pada tahun 1991, seorang mahasiswa S2 di Finland mulai mengem bangkan suatu sistem operasi yang disebutnya Linux. Dalam pengembangannya Linus Torvalds melempar kode program dari Linux ke komunitas terbuka untuk dikembangkan bersama. Komunitas Linux terus berkembang dimana kemudian akhimya melahirkan distribusi-distribusi Linux yang berbeda tetapi mempunyai pondasi yang sama yaitu kernel Linux dan librari GNU glibc seperti RedHat, SuSE, Mandrake, Slackware, dan Debian dan lainnya. Beberapa dari distribusi di atas ada yang bertahan dan besar, bahkan sampai menghasilkan distro turunan, contohnya adalah Distro
77
Debian GNU/Linux. Distro ini telah menghasilkan puluhan distro anak, antara lain Ubuntu, Knoppix, Xandros, dan lainnya. Kontribusi utama lain dari FSF selain perangkat lunak adalah lisensi GPL (GNU public License), dimana lisensi ini memberi kebebasan bagi penggunanya untuk menggunakan dan melihat kode program, memodifikasi dan mendistribusi ulang peranti lunak tersebut dan juga jaminan kebe-basan untuk menjadikan basil modifikasi tersebut tetap bebas didis-tribusikan. Linus Torvalds juga menggunakan lisensi ini dalam pe-ngembangan dasar Linux. Seiring dengan semakin stabilnya rilis dari distribusi Linux, semakin meningkat juga minat terhadap peranti lunak yang bebas untuk di sharing seperti Linux dan GNU tersebut, juga meningkatkan kebutuhan untuk mendefinisikan jenis peranti lunak tersebut. Akan tetapi teminologi "free" yang dimaksud oleh FSF menimbulkan banyak persepsi dari tiap orang. Sebagian mengartikan kebebasan sebagaimana yang dimaksud dalam GPL, dan sebagian lagi mengartikan untuk arti gratis dalam ekonomi. Para eksekutif di dunia bisnis juga merasa khawatir karena keberadaan perangkat lunak gratis dianggap aneh. Kondisi ini mendorong munculnya terminologi "open source" dalam tahun 1998, yang juga mendorong terbentuknya OSI (Open Source Initiative) suatu organisasi nirlaba yang mendorong pemasyarakatan dan penyatuan "Open Source", yang diinisiasi oleh Eric Raymond dan timnya.
Open Source di Indonesia Indonesia, Go Open Source! disingkat IGOS adalah sebuah semangat gerakan untuk meningkatkan penggunaan dan pengembangan perangkat lunak sumber terbuka di Indonesia. IGOS dideklarasikan pada 30 Juni 2004 oleh 5 kementerian yaitu Kementerian Negara Riset dan Teknologi, Departemen Komunikasi dan lnformatika, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Departemen Pendidikan Nasional. Gerakan ini melibatkan seluruh stakeholder TI (akademisi, sektor bisnis, instansi pemerintah dan masyarakat) yang dimulai dengan
78
program untuk menggunakan perangkat Iunak sumber terbuka di lingkungan instansi pemerintah. Diharapkan dengan langkah ini dapat diikuti oleh semua lapisan masyarakat untuk menggunakan perangkat lunak legal. Semangat gerakan ini memiliki sasaran sebagai berikut: • Memberikan lebih banyak altematif perangkat lunak yang dapat digunakan oleh masyarakat secara legal dan terjangkau, sehingga jumlah pengguna komputer meningkat. • Peningkatan kemampuan riset dan pengembangan te.knologi informasi nasional bidang perangkat lunak. • Menciptakan kompetisi pengembangan teknologi informasi untuk dapat bersaing di percaturan global Mengingat pentingnya peran teknologi informasi dalam kehidupan masyarakat terkait dengan pertumbuhan perekonomian, maka perlu peningkatan kemandirian, daya saing, kreativitas serta inovasi bangsa sebagai kunci utama keberhasilan pembangunan Bangsa Indonesia. Pemerintah bersama masyarakat bersepakat untuk mela-kukan upaya yang sungguh-sungguh dalam menguasai, mendayagu-nakan dan memanfaatkan teknologi informasi. Dalam rangka mendukung keberhasilan upaya tersebut, pengembangan dan pemanfaatan Open Source Software merupakan salah satu langkah strategis dalam mempercepat penguasaan teknologi informasi di Indonesia. Untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya dari upaya tersebut, perlu dilakukan langkah-langkah aksi sebagai berikut: (1). Mengingat pentingnya peran teknologi informasi dalam kehidupan masyarakat terkait dengan pertumbuhan perekonomian, maka perlu peningkatan kemandirian, daya saing, kreativitas serta inovasi bangsa sebagai kunci utama keberhasilan pembangunan Bangsa Indonesia. (2). Pemerintah bersama masyarakat bersepakat untuk melakukan upaya yang sungguh-sungguh dalam menguasai, mendayagunakan dan memanfaatkan teknologi informasi. (3). Dalam rangka mendukung keberhasilan upaya tersebut, pengembangan dan pemanfaaatn Open Source Software merupakan salah satu langkah strategis dalam mempercepat penguasaan teknologi informasi di Indonesia. (4). Untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya
79
dari upaya tersebut, perlu dilakukan langkah-langkah aksi sebagai berikut: Menggunakan perangkat lunak legal di setiap instansi pemerintah. Menyebarluaskan pemanfaatan Open Source Software di Indonesia. Menyiapkan panduan (guideline) dalam pengembangan dan pemanfaatan Open Source Software di Indonesia. Mendorong terbentuknya pusat-pusat pelatihan, competency center dan pusatpusat inkubator bisnis berbasis open source di Indonesia. Mendorong dan meningkatkan koordinasi, kemampuan, kreativitas, kemauan dan partisipasi di kalangan pemerintah dan masyarakat dalam pemanfaatan Open Source Software secara maksimal. Dengan filosofi kode sumber yang bebas dan terbuka, telah banyak usaha yang dilakukan baik oleh pemerintah, komu~itas, dan swasta dalam mengembangkan distro lokal. IGOS Center adalah salah satu cara menciptakan komunitas bisnis Open Source Software. Dengan sumber kode yang bebas dan terbuka, perlu dicari bentuk model bisnis OSS. Saat ini sudah mulai beroperasi IGOS Center Bandung. Pelatihan OSS Salah satu kegiatan pelatihan Piranti Lunak OSS adalah yang di motori oleh Pemerintah dan di dukung oleh stakeholder maupun komunitas OSS seperti Ardelindo (http://www.ardelindo.com), IGOS/ POSS setempat dan sebagainya. Beberapa kegiatan sosialiasi OSS untuk lnstansi pemerintah baik pusat maupun daerah dan juga unruk um um adalah : (I). Kegiatan pelatihan open source software di 14 kota Indonesia, oleh RISTEK periode 2008. (2). Kegiatan pelatihan open source software di 20 Kota Indonesia, oleh RISTEK periode 2009. (3). Kegiatan pelatihan OSS untuk level admin dan Blender dan Gimp untuk Peningkatan Konten Kreatif Digital, periode 2010 . Bebe-rapa situs infonnasi yang memuat mengenai kegiatan pendayaguna-an OSS: URL http://www.igos.or.id, http://www.igoscenter.com dan atau http://www. igos. web.id. Perkembangan Open Source selain diperangkat-perangkat computer juga berkembang di perangkat tele-komunikasi seperti telepon seluler. OS open source
80
yang paling berkembang di ranah telepori selulei adalah Android yang di keluar-kan Google Inc.
Android (sistem operasi) Android adalah sistem operasi untuk telepon seluler yang berbasis Linux. Android menyediakan platform terbuka bagi para pengembang buat menciptakan aplikasi mereka sendiri untuk digunakan oleh bermacam peranti bergerak. Awalnya, Google Inc. membeli Android Inc., pendatang baru yang membuat peranti lunak untuk ponsel. Kemudian untuk mengembangkan Android, dibentuklah Open Handset Alliance, konsorsium dari 34 perusahaan peranti keras, peranti lunak, dan telekomunikasi, termasuk Google, HTC, Intel, Motorol~ Qualcomm, T-Mobile, dan Nvidia. Pada saat perilisan perdana Android, 5 November 2007, Android bersama Open Handset Alliance menyatakan mendukung pengembangan standar terbuka pada perangkat seluler. Di lain pihak, Google merilis kode-kode Android di bawah lisensi Apache, sebuah lisensi perangkat lunak dan standar terbuka perangkat seluler. Di dunia ini terdapat dua jenis distributor sistem operasi Android. Pertama yang mendapat dukungan penuh dari Google atau Google Mail Services (GMS) dan kedua adalah yang benar-benar bebas distribusinya tanpa dukungan langsung Google atau dikenal sebagai Open Handset Distribution (OHD).
Kerjasama Android Inc. Pada Juli 2000, Google bekerjasama dengan Android Inc., perusahaan yang berada di Palo Alto, California Amerika Serikat. Para pendiri Android Inc. bekerja pada Google, di antaranya Andy Rubi, Rich Miner, Nick Sears, dan Chris White. Saat itu banyak yang menganggap fungsi Android Inc. hanyalah sebagai perangkat lunak pada telepon seluler. Sejak saat itu muncul rumor bahwa Google hendak memasuki pasar telepon seluler. Di perusahaan Google, tim yang dipimpin Rubin bertugas mengembangkan program perangkat seluler yang didukung oleh kernel Linux. Hal ini menunjukkan indikasi bahwa Google sedang bersiap menghadapi persaingan dalam
81
pasar telepon seluler. versi android terbaru yaitu versi 3.0. Android juga sudah bergabung dengan beberapa smart mobile seperti Nokia, -~ony Eri(:sson, dan lainnya.
2007-2008:
Produ~
awal,
Sekitar September 2007 sebuah studi melaporkan bahwa Google mengajukan hak paten aplikasi telepon seluler (akhirnya Google mengenalkan Nexus One, salah satu jenis telepon pintar yang menggunakan Android pada sistem operasinya. Telepon seluler ini diproduksi oleh HTC Corporation dan tersedia di pasaran pada 5 Januari 2010). Pada 9 Desember 2008, diumumkan anggota baru yang bergabung dalam program kerja Android ARM Holdings, Atheros Communications, diproduksi oleh Asustek Computer Inc, Garmin Ltd, Softbank, Sony Ericsson, Toshiba Corp, dan Vodafone Group Pie. Seiring pembentukan Open Handset Alliance, OHA mengumumkan produk perdana mereka, Android, perangkat mobile yang merupakan modifikasi kernel Linux 2.6. Sejak Android dirilis telah dilakukan berbagai pembaruan berupa perbaikan bug dan penambahan fitur baru. Telepon pertama yang memakai sistem operasi Android adalah HTC Dream, yang dirilis pada 22 Oktober 2008. Pada penghujung tahun 2009 diperkirakan di dunia ini paling sedikit terdapat 18 jenis telepon seluler yang menggunakan Android.
Android versi 1.1: Pada 9 Maret 2009, Google merilis Android versi 1.1. Android versi ini dilengkapi dengan pembaruan estetis pada aplikasi, jam alarm, voice search (pencarian suara), pengiriman pesan dengan Gmail, dan pemberitahuan email.
Android versi 1.5 (Cupcake): Pada pertengahan Mei 2009, Google kembali merilis telepon seluler dengan menggunakan Android dan SDK (Software Development Kit) dengan versi 1.5 (Cupcake). Terdapat beberapa
82
pembaruan tennasuk juga penambahan beberapa fitur dalam seluler versi ini yakni kemampuan merekam dan menonton video dengan modus kamera, mengunggah video ke Youtube dan ganibar ke Picasa langsung dari telepon, dukungan Bluetooth A2DP, kemampuan terhubung secara otomatis ke headset Bluetooth, animasi layar, dan keyboard pada layar yang dapat disesuaikan dengan sistem.
Android versi 1.6;(Donut) Donut (versi 1.6) dirilis pada September dengan menampilkan proses pencarian yang lebih baik dibanding sebelumnya, penggunaan baterai indikator dan kontrol applet VPN. Fitur lainnya adalah galeri yang memungkinkan pengguna untuk memilih foto yang akan dihapus; kamera, camcorder dan galeri yang dintegrasikan; CDMA I EVDO, 802.lx, VPN, Gestures, dan Text-to-speech engine; kemampuan dial kontak; teknologi text to change speech (tidak tersedia pada semua ponsel; pengadaan resolusi VWGA. Android versi 2.0/2.1 (Eclair) : Pada 3 Desember 2009 kembali diluncurkan ponsel Android dengan versi 2.0/2.1 (Belair), perubahan yang dilakukan adalah pengoptimalan hardware, peningkatan Google Maps 3 .1.2, perubahan UI dengan browser baru dan dukungan HTMLS, daftar kontak yang baru, dukunganjlash untuk kamera 3,2 MP, digital Zoom, dan Bluetooth 2.1. Untuk bergerak cepat dalam persaingan perangkat generasi berikut, Google melakukan investasi dengan mengadakan kompetisi aplikasi mobile terbaik (killer apps - aplikasi unggulan). Kompetisi ini berhadiah $25,000 bagi setiap pengembang aplikasi terpilih. Kompetisi diadakan selama dua tahap yang tiap tahapnya dipilih 50 aplikasi terbaik. Dengan semakin berkembangnya dan semakin bertambah-nya jumlah handset Android, semakin banyak pihak ketiga yang ber-minat untuk menyalurkan aplikasi mereka kepada sistem operasi Android. Aplikasi terkenal yang diubah ke dalam sistem operasi An-droid adalah Shazam, Backgrounds, dan WeatherBug. Sistem opera-si Android dalam situs Internet juga dianggap penting untuk menciptakan aplikasi Android asli, contohnya oleh MySpace dan Facebook.
83
Android versi 2.2 (Froyo: Frozen Yoghurt) Pada 20 Mei 2010, Android versi 2.2 (Froyo) diluncurkan. Perubahan-perubahan umumnya terhadap versi-versi sebelumnya antara lain dukungan Adobe Flash 10.1, kecepatan kinerja dan aplikasi 2 sampai 5 kali lebih cepat, intergrasi V8 JavaScript engine yang dipakai Google Chrome. yang mempercepat kemampuan rendering pada browser, pemasangan aplikasi dalam SD Card, kemampuan WiFi Hotspot portabel, dan kemampuan auto update dalam aplikasi Android Market. Android versi 2.3 (Gingerbread) Pada 6 Desember 2010, Android versi 2.3 (Gingerbread) diluncurkan. Perubahan-perubahan umum yang didapat dari Android versi ini antara lain peningkatan kemampuan permainan (gaming), peningkatan fungsi copy paste~ layar antar muka (User Interface) didesain ulang, dukungan format video VP8 dan WebM, efek audio baru (reverb, equalization, headphone virtualization, dan bass boost), dukungan kemampuan Near Field Communication (NFC), dan dukungan jumlah kamera yang lebih dari satu. Android open source Android memiliki berbagai keunggulan sebagai software yang memakai basis kode komputer yang bisa didistribusikan secara terbuka (open source) sehingga pengguna bisa membuat aplikasi baru di dalamnya. Android memiliki aplikasi native Google yang terintegrasi seperti pushmail Gmail, Google Maps, dan Google Calendar. Para penggemar open source kemudian membangun komunitas yang membangun dan berbagi Android berbasis firmware dengan sejumlah penyesuaian dan fitur-fitur tambahan, seperti FLAC lossless audio dan kemampuan untuk menyimpan download aplikasi pada microSD card. Mereka sering memperbaharui paket-paket firmware. dan menggabungkan elemen-elemen fungsi Android yang belum resmi diluncurkan dalam suatu carrier-sanction firmware.
84
Tren Andoid di Donia Android memang benar-benar menjadi pesaing dan juga ancaman bagi para kompetitomya di pasar platfonn smartphone saat ini. Kali ini berdasarkan data dari comScore, Android terbukti melejit dengan cepat sebagai platfonn smartphone yang memiliki lonjakan terbesar berdasarkan data comScore. 53 .4 juta orang di Amerika Serikat menjadi pembeli dan pemakai smartphone di jangka waktu 3 bulan yang berakhir pada bulan Juli. Berdasarkan data tersebut RIM masih menduduki peringkat teratas untuk platfonn smarthphone dengan persentase 39.3 persen subscriber di pasar Amerika Serikat, kemudian diikuti Apple dengan 23.8 persen. Google dengan Android-nya menunjukan perkembangan yang signifikan dengan pencapaian persentase yang meningkat sebanyak 5 persen sehingga sekarang presentase untuk si Google menjadi 17 persen dari 12 persen. Kemu-dian di bawah Google ada Microsoft yang memegang presentase sebanyak 11.8 per~en. Yang terakhir masuk top 5 adalah Palm dengan 4.9 persen. Berikut tabel lengkap mengenai data subscriber platfonn smartphone di Amerika Serikat berdasarkan data com Score. Top Smartphone Platforms 3 Month Avg. Ending Jul. 2010 vs. 3 Month Avg. Ending Apr. 2010 Total U.S. Smartphone Subscribers Ages 13+ Source: comScore Mobilens Share (%)of Smartphone·Subscribers Apr-10
Ju1-10
Poiot Change
Total Smsrtphone_ Subscribers
100.0%
100.0%
NIA
RIM
41.1~
39.3%
·;.1;8
Apple
25.1%
23.8%
-1.3
Google
12.0%
17.0%
5.0
Microsoft
14.0%
11.8%
-2.2
Palm
4.9%
4;9%
0.0
85
Tren Android di Indonesia Perkembangan Android di Indonesia akan sangat dipengaruhi dari 3 aspek yaitu konsumen, developer dan vendor. Dari aspek konsumen, hal yang paling menarik bagi konsumer adalah basil dari inisiatif Google yang selalu menawarkan best practice kepada userusemya dan bersifat open. Tetapi agar fasilitas dan aplikasi terns terbarnkan dan kembali ke konsumen, maka penting bagi Google Inc dalam perannya seperti Google educate developer mengenai pembeIajaran tentang Android, sehingga masing-masing konsumen dapat memahami kinerja dan bias dapat mengembangkan sendiri Android tersebut. Hal ini diperlukan karena pasar Indonesia belum lama mengenal Android sebagai OS open source barn untuk gadget meskipun konsumen yang selalu mengikuti perkembangan teknologi akan sangat tertarik. Apabila dilihat dari sisi developer, perkembangan SDK Android sangat didukung oleh aplikasi-aplikasi kecil akan bertaburan di market. Oleh karena sifat Android yang menembus berbagai vendor handset, maka developer akan diuntungkan oleh marketing activities tiap vendor. Disini yang dapat berkembang mungkin · monetization dari aplikasi-aplikasi local. Dengan dukungan dari berbagai vendor macam HTC, Samsung, Sony Ericsson, Huawei, LG, Nexian, dll , hal ini mernpakan kekuatan dari OS open source ini tetap berkembang. DAFTARPUSTAKA http://wiki.linllX.or.id/Linux http://purbaya.ac.id/index.php/artikel/35-artikel/54-sejarah-oss http://osc.ugm.ac.id/ossdata/index. php?title=Distribusi_Linux http://opensource.telkomspeedy.com/wiki/index.php/Sejarah Internet Indonesia:Open Source Software http://id.wikipedia.org/wiki/lndonesia. Go Open Source http://kabarit.com/2009/05/android-sistem-operasi-ponsel-buatangoogle/ http://teknologi.vivanews.com/news/read/322 78google_android_akan_perkuat_eeepc http:/ltekno.kompas.com/read/xml/2010/03/11/13215035/Siapa.Bilan g.Operator.Tak.Serius.Sambut.Android ·
86
PEMANFAATAN HAND PHONE SISWA SLTA DI KOTA MATARAM DAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH Bambang Riawan Eko Hand Phone atau yang dikenal dengan sebutan HP merupakan sarana kom~nikasi yang sangat populair sekarang ini. Disebut juga dengan telepon seluler atau dikenal deng~ ponsel, karena telepon tersebut dapat dibawa kemana mana. Keberadaan handset ini temyata mampu mengalahkan keberadaan telepon rumah dan pada sisi lain temyata sangat membantu program dari PT. Telkom dalam pengadaan telepon di Indonesia. Seperti di ketahui bahwa PT. Telkom mencanangkan program desa berdering dimana pada akhir tahun 20015, diharapkan setiap desa minimal ada satu sambungan telepon. Posisi atau letak geografis Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau besar kecil serta desa-desa yang berada di bukit, gunung serta lembah menjadi kendala yang berarti bagi program desa berdering tersebut. Kekurang- siapan PT. Telkom dalam mempersiapkan sarana dan prasarana perangkat komunikasi agar setiap desa dapat tersambung dengan jaringan PT. Telkom tersebut temyata mendapat bantuan dari pengelola operator telekomunikasi lain. Sehingga kendala jaringan kabel Telkom dapat diganti dengan tersedianya BTS-BTS milik operator telepon yang hamper menyebar diseluruh pelosok tanah air. Dalam dasa warsa yang Ialu, harga perangkat hand phone sangat mahal maka tidaklah _heran apabila barang ini digolongkan sebagai barang mewah pan hanya orang-orang kaya saja yang memiliki hand phone. Saat ini hal seperti itu tidak berlaku lagi. Membanjimya hand pho~e- hand phone dari Negara Cina temyata menjadi penyebab;' jatuh"-nya harga hand phone di pasaran. Harga yang bervariasi, mulai ratusan ribu hingga jutaan rupiah menyebabkan setiap orang bisa membeli perangkat komunikasi ini sesuai dengan kemampuhannya. Dengan murahnya harga hand phone di pasaran menyebabkan hampir setiap orang memiliki hand phone dan tidak sedikit orang yang memiliki hand phone lebih dari satu. Kecanggihan hand phone memang sangat
87
diminati oleh masyarakat, khususnya kalangan remaja. Mereka cenderung ganti hand phone karena muncul hand phone baru dimana fitur atau fasilitas yang diusung jauh lebih lengkap dibanding dengan yang terdahulu. Pada awalnya hand phone hanya berfungsi sebagai sarana untuk berkomunikasi atau telepon atau untuk mengirimkan pesan singkat (sms). Perkembangan selanjutnya, fitur dari hand phone ditambah sebagai dengan berbagai fasilitas, seperti: pemutar lagu, video, kamera dan lain sebagainya sehingga hand phone tersebut sering disebut dengan multimedia. Saat ini banyak hand phone yang dihubungkan dengan internet sehingga digandrungi oleh anak muda. Menurut Everett M. Rogers dan F. Floyd Shoemakers dalam bukunya yang berjudul" Communication of Innovations " dan dialih bahasa oleh Ors. Abdillah Hanafi dengan judul: " Memasyarakatkan Ide-Ide baru" menjelaskan bahwa sistem sosial modem mempunyai ciri-ciri: ( 1). Pada umumnya mempunyai sikap posif terhadap perubahan. (2). Teknologinya sudah maju dengan sistem pembagian kerja yang komplek. (3). Pendidikan dan ilmu pengetahuan dinilai tinggi. (4 ).Hubungan sosial lebih bersifat rasional dan bisnis daripada bersifat emosial. (5).Pemandangannya kosmopolit, karena anggota sistem sering berhubungan dengan orang luar, mudah memasukkan ide baru ke dalam sistem sosial.(6). Anggota sistem sosial mampu berempathi, dapat menghayati peranan orang lain yang betul-betul berbeda dengan dirinya sendiri. (Rogers, 1981: 132) Memang sekarang ini dengan perkembangan teknologi dan komunikasi, sulit untuk mencari masyarakat dengan sistem sosial tradisional, yang merupakan sisi lain atau kebalikannya dari sistem sosial modem yang disebutkan di atas. Lebih lanjut Rogers menyatakan bahwa menurut teori Adopsi-Inovasi menjelaskan bahwa orangorang yang inovatif usianya lebih muda dibanding kelompok lain, demikian pula dengan tingkat pendidikannya. Hal ini disebabkan mereka (orang yang inovatif)) lebih kosmopolitan dibanding dengan yang lain. Penelitian ini memilih siswa SLTA sebagai responden dirasa cukup tepat, sebab terkait dengan pemanfaatan hal-hal yang berhubungan dengan inovasi, siswa SLTA dan mahasiswa lebih cepat
88
menerima hal-hal baru. Selain itu mereka selalu berupay.a ingin mencari hal-hal yang baru dari sekelilingnya. Hand phone sebagai perangkat komunikasi yang baru apabila dikaitkan dengan teori dari Rogers tentang Adopsi-Inovasi sangatlah tepat. Berdasar uraian di atas, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Pemanfaatan Hand Phone Pada Siswa SLTA di Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Tengah ".
Kebutuhan Informasi Telah dijelaskan di atas, bahwa banyak pilihan media bagi siswa SLTA untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Tetapi ada kecenderungan bagi siswa untuk memanfaatkan satu media yang mempunyai banyak fungsi, sebab lebih praktis dibanding dengan memanfaatkan satu media dengan satu fungsi saja. Hal ini mengharuskan mereka untuk membawa banyak media atau peralatan untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu alasan mengapa mereka memilih hand phone yang satu dan tidak memilih hand phone yang lain dapat dijelaskan melalui teori Uses and Gratification (penggunaan dan pemuasan).Teori Uses and Gratifications atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan teori Kegunaan dan Kepuasan pertama kali diperkenalkan oleh Elihu Katz pada tahun 1959. Teori ini berasumsi bahwa kebutuhan manusialah yang mempengaruhi bagaimana mereka menggunakan serta merespon media yang ada. Meskipun banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa penggunaan media sebenarnya terkait dengan kebiasaan, ritual. Sebagai contoh saat anak-anak pulang dari sekolah, biasanya makan siang dan duduk di depan TV. Tidak ada alasan yang benar-benar nyata mengapa ia melakukan hal tersebut (memilih media TV) dibanding dengan media yang lain. Atau orang tua yang membaca Koran pagi hari sambil minum kopi, ini semua lebih ditentukan oleh kebiasaan daripada pilihan secara nyata. Meskipun begitu, teori pemenuhan kebutuhan dan pemenuhan kepuasan ini dapat digunakan untuk menentukan hal-hal yang berkaitan dengan pemilihan media. Sehingga dapat memberi jawaban mengapa siswa tertentu memilih media tertentu dan tidak memilih
89
media yang lain. Se lain itu teori ini juga dapat menjawab kenapa pada siswa SLTA memilih konten tertentu dan mengabaikan konten yang lain. Atau kenapa siswa mengakses data tertentu dan tidak mengakses data yang lain. Apakah sudah sesuai dengan kebutuhannya atau karena faktor lain. Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah diskriptif kuantitatif, yakni berupaya menjelaskan atau menggambarkan secara jelas fenomena yang terdapat di lapangan dan dikaitkan dengan teori-teori tentang komunikasi serta data pendukung lainnya. Pengumpulan data dapat dikelompokkan menjadi dua yakni data primer dan data sekundair. Data primer dikumpulkan dikumpulkan dengan cara mengajukan pertanyaan secara terstruktur yang terhimpun dalam kuesioner kepada responden yang menjadi sampel penelitian. Sedang data sekundair diperoleh melalui studi kepustakaan serta melakukan wawancara secara mendalam terhadap beberapa orang yang paham serta tahu tentang permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini. Realitas Penggunaan Hand Phone Di Kalangan SLTA Kota Mataram dan Lombok Tengah Di b~gian pendahuluan telah dijelaskan bahwa artikel 101 merupakan bagian dari penelitian "Pemanfaatan Media Konvergensi Pada Siswa SLTA"di Jawa Timur dan NTB, dengan mengambil lokasi ·di SLTA Kota Mataram dan Kabupaten Lombok T~ngah". Merujuk pada penelitian induknya, jumlah sampel dalam sebanyak 82 orang (Kota Mataram 53 orang dan Kab.Lombok Tengah 29 orang). Penelitian ini dilakukan Bulan Mei dan Bulan Juni 2010, sehingga siswa yang menjadi responden adalah mereka yang duduk di kelas X dan kelas XI. Hal ini dikarenakan pada saat diadakan penelitian, siswa kelas XII atau kelas 3 telah menyelesaikan Unas dan tidak masuk sekolah. Berdasar jenis kelamin, dari 82 orang responden, 33 orang (40,2%) pria dan 49 orang responden (59,8%) wanita.Sementara responden terbanyak adalah jurusan IPA, sebanyak 31 orang (3 7,8%,). Sedang responden terkecil adalah jurusan budaya atau bahasa sebanyak 7 orang (8,5%). Tempat kedua siswa jurusan Informatika,
90
yakni 25 orang (30,5%). Data lapangan menunjukkan bahwa dari seluruh responden sebanyak 82 orang, hanya empat (4) orang ( 4,9%) yang tidak mempunyai hp. Data tersebut menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden memiliki hand phone lebih dari tiga (3) tahun. Menurut Pew Research Center's Internet & American Life Proyect memaparkan 75 % anak muda sudah memilki telepon seluler. Mereka rata-rata mengirimkan sekitar SO SMS per-hari. Responden yang tidak memiliki hand phone di Kota Mataram tiga orang dengan rincian dua orang laki-laki dan seorang perempuan. Jumlah siswa yang memiliki hand phone lebih dari 3 tahun didominasi siswa perempuan. Responden yang tidak memiliki hand phone di kabupaten Lombok Tengah hanya seorang perempuan.
Kepemilikan Hand Phone Responden pemilik hp di Kota Mataram dan Kab.Lombok hampir sebanding, yakni 37 orang (69,81%) sedang di Kab.Lombok Tengah 20 orang (68,96%). Hand phone yang mereka gunakan bervariatif, baik merk, model serta fasilitas fiturnya, demikian pula harganya. Semakin mahal harga hand phone, fasilitas yang· tersedia semakin canggih. Secara umum fasilitas yang dibawa atau dimiliki oleh hand phone dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar. Pertama hand phone dengan fasilitas standar, yakni hand phone yang hanya dapat digunakan untuk berkomunikasi melalui telepon dan untuk mengirim serta menerima SMS (pesan singkat) .. Kedua ialah perkembangan dari kelorrpok yang pertama dimana ada penambahan fasilitas atau fungsi sebagai kamera, pemutar lagu/ musik, perekam dan lain sebagainya. Kelompok ini sering disebut dengan hand phone dengan fasilitas multi media. Terakhir, yakni ketiga dimana merupakan penambahan fasilitas internet pada hand phone multi media sehingga untuk saat ini hand phone yang dapat digunakan untuk internet merupakan hand phone yang laing canggih.
91
Hand Phone Berfasilitas Internet Responden banyak yang memiliki hand phone dengan fasilitas internet. Meskipun begitu jumlah siswa yang memiliki hand phone dengan fasilitas internet untuk Kabupaten Lombok Tengah persentasenya lebih banyak yakni 20 orang (68, 96%) di banding siswa di Kota ma~am, yaitu 33 orang (62,26%). Selisih keduanya adalah 6,70%, suatu jumlah yang lumayan besar. Siswa yang memiliki hand phone dengan fasilitas multi media untuk Kota Mataram jumlah lebih sedikit dibanding dengan siswa yang memiliki hand phone yang lain, sedang siswa pada Kabupaten Lombok Tengah yang memiliki hand phone dengan fasilitas standar jumlahnya lebih sedikit dibanding dengan siswa yang memiliki hand phone yang lain. Disamping itu juga dicoba membandingkan antara fasilitas hand phone dengan jurusan siswa pada kedua daerah penelitian. Ada satu hal yang menarik dimana pada jurusan IPA dan jurusan Informatika/ komputer, semua siswa yang menjadi responden memiliki hand phone dengan fasilitas internet. Hal yang menarik lagi adalah siswa yang memiliki hand phone dengan fasilitas multi media jumlahnya sedikit dibanding yang lain. Persoalannya apakah fasilitas internet yang ada pada hand phone tersebut dimanfaatkan atau tidak. Ternyata dari 33 orang di Kota Mataram, hanya 3 orang yang tidak memanfaatkan fasilitas tersebut sedang sisanya sebanyak 19 orang kadang-kadang menggunakan internet dan 11 orang lainnya menyatakan sering menggunakan internet melalui hand phonenya . Untuk Kabupaten Lombok tengah kurang lebih juga sama, yang tidak menggunakan hanya seorang sedang yang kadang-kadang menggunakan internet sebanyak 15 orang dan sisanya yakni empat orang sering memanfaatkan fasilitas internet pada hand phone miliknya.
Pemanfaatan Hand Phone Banyaknya siswa SLTA yang memiliki hand phone ini dapat dimengerti sebab perangkat komunikasi nirkabel ini sudah bukan barang baru lagi. Hand phone sebagai sarana komunikasi saat ini bukan lagi melambangkan status sosial sebab mulai dari kalangan
92
bawah seperti tukang, pedagang juga memanfaatkan hand phone. Saat ini orang lebih memilih memiliki hand phone dari pada mema-sang telepon rumah, sebab biayanya lebih murah. Biaya yang dikelar-kan untuk telepon rumah adalah abonemen dan biaya pemakaiali sedang kalau menggunakan hand phone hanya membayar biaya pemakaian saja. Selain itu bagi siswa SLTA karena pembelian pulsanya sering ditanggung sendiri, maka dengan memakai hand phone mereka dapat membeli pulsa sesuai dengan dana yang dimi-liki, misalnya Rp. 5.000 atau Rp. 10.000 setiap minggu. Pengeluaran ini temyata dapat "dinikmati" oleh siswa dan orang-orang lapisan bawah dibanding dengan membayar telepon rumah dimana biaya abonemennya saja berkisar Rp. 35.000- an belum biaya pemakaian. Dengan memakai hand phone sebenarnya orang dapat mengatur sendiri biayanya dibanding dengan menggunakan telepon rumah. Sekarang ini masyarakat cenderung memakai hand phone karena seringkali di daerahnya memang belum dilalui oleh jaringan kabel telepon dari PT.Telkom. Daripada menunggu lama sedang pada saat yang bersamaan ada perangkat komunikasi yang lebih canggih dengan harga dapat terjangkau, maka banyak masyar~at yang tertarik dan memilih menggunakan hand phone. Hal seperti ini akan terasa pada daerah-daerah yang jauh dari kota. Sebagai gam-baran pada kegiatan penelitian yang lain, banyak masyarakat di da-erah Pulau Sumbawa yang sudah berhenti memakai telepon rumah karena mahalnya biaya abonemen dari PT. Telkom. Apalagi banyak diantara pengelola jaringan telepon :..eluler (provider) yang member-kan biaya gratis untuk berkomunikasi dan atau berkirim SMS pada sesamanya sehingga biaya yang ditanggung oleh pemakai menjadi lebih murah I sedikit. Sehingga tidak salah kalau tujuh tahun yang lalu hand phone dikenal dengan barang mewah dan telepon rumah sebagai suatu hal yang lumrah saat ini berbalik menjadi hand phone sebagai suatu hal lumrah dan telepon rumah dianggap sebagai barang mewah dikarenakan biaya yang dikeluarkan cukup besar.
93
Perbedaan Penguna Hp,Laki & Wanita Secara sepintas memang tidak ada perbedaan yang menyo-lok antara siswa laki-laki dan siswa perempuan dalam kepemilikan hand phone sebab jumlah responden siswa perempuan lebih banyak dibanding dengan siswa laki-laki. Tetapi secara riil ternyata banyak siswa perempuan yang memiliki hand phone. Dari 49 orang responden hanya dua orang yang tidak memiliki sedang siswa laki-laki yang tidak memiliki hand phone juga dua orang dari 33 orang responden. Demikian pula lamanya memiliki hand phone serta pemanfaatan fasilitas internet pada hand phone yang dimiliki, dimana jumlah siswa perempuan rata-rata dua kali jumlah siswa laki-laki. Secara umum telah dijelaskan diatas bahwa orang memiliki hand phone lebih mementingkan fungsinya daripada modelnya. Tetapi pernyataan tersebut tidak berlaku bagi siswa SLTA, khususnya siswa perempuan. Mereka ternyata lebih mementingkan modelnya. Hal ini dapat diamati bahwa hand phone dengan fasilitas internet dimiliki oleh lebih dari separuh responden, sedang sebagian kecil saja yang memiliki hand phone dengan fasilitas multi media. Sehingga dapat dikatakan bahwa siswa yang memiliki hand phone dengan fasilitas internet lebih "bergaya" dibanding dengan mereka yang memiliki hand phone dibawahnya, perilaku ini sedikit banyak mempengaruhi gaya hidup seseorang. Pengaruh paling besar dari gaya hidup adalah lingkungan atau kelompok. Mereka yang berada dalam lingkungan atau kelom-pok tertentu cenderung memakai nilai-nilai yang dipakai oleh kelom-pok tersebut. Demikian pula dengan siswa SLTA, khususnya siswa perempuan. Mereka cenderung berkelompok dan ada kecenderung-an pula diantara mereka untuk memiliki benda-benda atau barang yang sama sebagai salah satu identitas kelompok tersebut termasuk diantaranya adalah keinginan untuk memiliki hand phone yang sama dengan teman-teman satu kelompoknya. Meskipun begitu kepemilikan hand phone oleh siswa di daerah penelitian tidak dapat serta mer-ta sebagai bagian gaya hidup tanpa mengedepankan fungsi manfaat dari perangkat tersebut. Hal ini dibuktikan bahwa mereka yang memiliki hand phone dengan fasilitas internet memakai fasilitas terse-but untuk
94
.chatting atau mencari infonnasi meskipun pemakaiannya hanya kadang-kadang dilakukan. Banyak faktor mengapa mereka ha-nya kadang-kadang melakukan chatting dengan menggunakan hand phone, salah satunya adalah karena LCD pada hand phone kecil sehingga sulit untuk membacanya. Hal ini berbeda kalau chatting menggunakan laptop atau komputer dengan layar yang lebar. Selain itu biayanya juga cukup mahal, tetapi karena hand phone keluaran baru banyak yang memasukkan fasilitas internet, khususnya chatting apa itu facebook, twitter, dan lain sebagainya mungkin mereka (para siswa) akan menyenanginya. Jadi dapat dikatakan mereka jarang menggunakan mungkin perangkat baru (hand phone) tersebut belum "familiar" bagi para siswa. Berbeda dengan para siswa, memang di kalangan masyarakat banyak juga yang membeli hand phone dengan fasilitas chatting, tetapi banyak juga yang tidak memanfaatkan fasilitas tersebut memang karena tidak bisa memanfaatkan. Hal seperti ini memang sering disebabkan karena mereka adalah"korban mode", sebab apa yang dibeli tidak dimanfaatkan secara optimal. Tidak jarang ditemui banyak orang memiliki hand phone dengan fasilitas canggih tetapi yang dimanfaatkan hanya fungsi telepon dan SMS saja.
Perbedaan Pengguna Hp di Kota Mataram & Kabupaten Lombok Tengah Pada awalnya muncul asumsi ada perbedaan antara siswa di kedua kota tersebut dala1 t memanfaatkan hand phone. Asumsi ini muncul karena Kota mataram merupakan ibu kota Propinsi Nusa tenggara Barat sedang Kota Praya adalah ibukota Kabupaten Lombok Tengah. Jarak antara dua kota tersebut berkisar 30 Km- an ·sehingga ada pengaruh dalam menyerap atau menerima inovasi. Tetapi kenyataan di lapangan temyata lain, meskipun ada perbedaan lokasi temyata dalam penyerapan inovasi temyata tidak ada perbedaan yang berarti. Pada ·era digital seperti ini, memang perbedaan jarak tidak menjadi kendala yang berarti didalam penyerapan infonnasi, tetapi yang menjadi kendala adalah kepemilikan dari media itu sendiri
95
sebagai sarana penyebarluasan infonnasi. Artinya siapa yang memiliki dan menguasai media maka mereka mempunyai kedudukan di dalam masyarakatnya. Kedudukan ini bukan berarti status sosialnya tinggi seperti gelar bangsawan tetapi Iebih kepada kemampuan dan pengetahuannya. Demikian halnya dengan siswa, karena mereka banyak yang menggunakan hand phone dengan fasilitas internet, maka yang bersangkutan mempunyai nilai lebih dibanding dengan yang tidak menggunakan atau memanfaatkan. Satu hal yang perlu diketahui bahwa teknologi itu merupakan alat atau sarana. Penggunaan atau pemanfaatannya tergantung manusia yang menggunakan alat tersebut. Pisau untuk kegiatan positif adalah alat untuk memotong daging atau sayur, tetapi bagi orang jahat, pisau dapat digunakan untuk menodong atau membunuh orang. Untuk itu perlu kiranya para guru memhimhing dan mengawasi para siswa agar hand phone yang dimiliki tidak dimanfaatkan untuk hal-hal yang merugikan bagi siswa itu sendiri maupun orang lain. Hal ini perlu ditekankan sebab sering dimuat di berbagai media massa terjadi tindak a-susila diantara pelajar yang diawali chatting melalui facebook. Kesimpulan Dari uraian di atas, dapat disimpulkan: ( 1). Sebagian besar siswa memiliki hand phone dengan fasilitas yang canggih, yakni fasilitas multi media plus internet. Hand phone seperti ini merupakan hand phone terlengkap saat ini. Dalam hal pemanfaatan, para siswa hanya kadang-kadang saja menggunakan internet melalui hand phone sebab layar yang kecil masih dianggap kurang nyaman sehingga kurang "familiar". (2). Sifat perempuan yang cenderung konsutif mungkin menyebabkan banyak siswa perempuan yang memiliki hand phone dengan fasilitas internet dibanding dengan siswa laki-laki. Selain itu faktor lingkungan atau pergaulan juga berpengaruh terhadap kepemilikan hand phone. Sehingga kepemilikan hand phone bagi siswa perempuan lebih pada gaya hidup atau penampilan daripada fungsi dari hand phone itu sendiri. (3). Lokasi atau daerah antara Kota mataran sebagai ibukota propinsi dan Kota Praya sebagai
96
ibukota Kabupaten Lombok Tengah ternyata tidak berpengruh terhadap kepemilikan hand phone para siswa SLTA.
Daftar pustaka Blake, Reed H. Dan Edwin 0. Haroldsen: Taksonomi Konsep Komunikasi, Surabaya, Papyrus, 2005. Depkominfo: Majalah Konvergensi, Edisi X tahun 2009, Jakarta, Depkominfo, 2009. Dirjen Postel: Arah Penelitian Yang Mendukung Pemanfaatan Sumber Daya TIK Pada Era Konvergensi, Makalah disampaikan pada Seminar Arab Penelitian Kebijakan Bidang Kominfo Pada Era Konvergensi di Jakarta, 4 November 2009 Jawa Pos, 7 Januari 2010., Surabaya, 2010. Lembaga Informasi Nasional: Undang-Undang nomer22 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta, LIN, 2003 Mc Quail, Denis: Teori Komunikasi Massa, Jakarta, Erlangga, 1989 Salim Peter dan Yenny Salim: Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta, 1995. S. Hamijoyo, Santoso : Komunikasi Partisipatoris, Bandung, Humanior ~, 2005 Uchjana Effendi, Onong.: I/mu, Teori & Filsafat komunikasi, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1993
97
ANALISIS ISi WEBSITE BADAN LITBANG SDM KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Diab Arum MahariJ.ni Saat ini perkembangan teknologi Internet sudah mencapai perkembangan yang sangat pesat. Aplikasi Internet sudah digunakan untuk e-commerce dan berkembang kepada pemakaian aplikasi Internet pada lingkungan pemerintahan yang dikenal dengan eGovernment. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah berlombalomba membuat aplikasi e-Government. F ra globalisasi yang terjadi pada saat ini telah memberikan dampak besar terhadap perkembangan teknologi informasi. Perkembangan teknologi informasi yang cepat tersebut juga telah memberikan dampak besar terhadap perkembangan berbagai sektor, salah satu diantaranya yakni penerapan e-Government. Penerapan e-Government ini tak lain adalah untuk memenuhi tuntutan masyarakat akan peningkatan kualitas pelayanan publik oleh aparatur pemerintah. Dengan adanya e-Government dalam lingkungan pemerintah maka birokrasi yang selama ini dianggap berbelit-belit dapat diatasi dan proses pelayanan dengan waktu yang cukup lama dapat dihindari. Istilah e-Government menurut Clay. G Wescott diartikan sebagai: e-Government is the use of information and communication technology (JCT) to promote more efficient and cost-effective government, facilitate more convenient government services, allow greater public access to information and make government more accountable to citizen (e-Government adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (Icn untuk memajukan efisiensi dan efektif biaya pemerintah, fasilitas pelayanan pemerintah yang lebih baik, terhadap akses publik terbesar untuk informasi dan membuat pemerintah lebih bertanggung jawab kepada masyarakat'' (Wescott dalam Indrajit, 2002). Berdasarkan pendapat tersebut, e-Government bertujuan untuk emajukan efisiensi dan efektif biaya pemerintah serta penyediaan layanan
98
dari pemerintah kepada masyarakat dengan layanan yang lebih baik. Penggunaan teknologi infonnasi ini kemudian menghasilkan hubungan bentuk baru seperti: G2C (Government to Citizen), G2B (Government to Business Enterprises), dan G2G (inter-agency relationship). Dengan kata lain e-Government akan meningkatkan transparansi dan tanggung jawab dari pemerintah kepada masyarakat. lmplementasi eGovernment ini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya dengan penyediaan sumber infonnasi, khususnya informasi yang sering dicari oleh masyarakat. lnfonnasi ini dapat diperoleh langsung dari tempat kantor pemerintahan, dari kios info (info kiosk), ataupun dari Internet (yang dapat diakses oleh masyarakat dimana pun dia berada); penyediaan mekanisme akses melalui kios informasi yang tersedia di kantor pemerintahan dan juga di tempat umum. Usaha penyediaan akses ini dilakukan untuk menjamin kesetaraan kesempatan untuk mendapatkan informasi; dan E-procurement dimana pemerintah dapat melakukan tender secara on-line dan transparan. Dalam rangka ikut serta menerapkan e-Government Badan Litbang SDM membentuk website dengan alamat http://balitbang.depkominfo .go.id. Dengan adanya website tersebut diharapkan dapat lebih memberikan kemudahan dalam memperoleh berbagai infonnasi. Selain itu dapat digunakan juga untuk lebih mengintegrasikan antara satuan kerja serta UPT-UPT dalam Badan Litbang SDM Kominfo sehingga dapat lebih terkoordinasi dan mudah dalam melakukan kerjasama. Untuk mengetahui kelayakan suatu website e-Government maka perlu analisa yang lebih me1,Jalam mengenai konten dari website eGovernment. Analisa yang dilakukan berguna untuk memberikan saran apabila masih terdapat kekurangan mengenai website tersebut, ataupun pengukuran baik atau buruknya suatu pengelolaan e-Govern-ment berdasarkan ketentuan yang berlaku. Tulisan ini, mencoba untuk mengetahui bagaimanakah tingkat kelayakan website Badan Litbang SDM Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan menggunakan content analysis?. Metode yang digunakan adalah content analysis dengan pertimbangan metode ini fleksibel dalam meng-
99
analisis data teks, dan berguna untuk meneliti pola komunikasi dalam dokumen. Analisis pertama kali dilakukan terhadap homepage karena merupakan halaman utama yang dapat menggambarkan keseluruhan isi umum website tanpa harus masuk ke halaman-halaman berikutnya. Langkah selanjutnya adalah menemukan pola dan hubungan berdasarkan temuan analisis dokumen. Pola-pola yang diharapkan dapat ditemukan yakni pola mengenai kepemilikan situs, pola isi situs, pola fasilitas interaksi dan navigasional. Selanjut-nya ditarik kesimpulankesimpulan dan memperoleh temuan-temuan saran yang operasional. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah website Badan Litbang SDM Kementerian Komunikasi dan lnformatika. e-Government & Masalahnya Menurut World Bank, e-Government didefinisikari sebagai upaya pemanfaatandan pendayagunaan telematika untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemerintahan, memberikan berbagai jasa pelayanan kepada masyarakat secara lebih baik, menyediakan akses informasi kepada publik secara lebih luas, dan menjadikan penyelenggaraan pemerintahan lebih bertanggungjawab (accountable) serta transparan kepada masyarakat. Intinya e-Government adalah proses pemanfaatan teknologi informasi sebagai alat untuk memban-tu menjalankan sistem peme~intahan secara lebih efektif dan efisien. Terdapat dua hal utama dalam pengertian e-Government, pertama adalah penggunaan teknologi komunikasi informasi (salah satunya adalah internet) sebagai alat bantu, dan kedua adalah tujuan pemanfaatannya sehingga jalannya pemerintahan dapat lebih efisien. Melalui teknologi informasi dalam hal ini internet, seluruh proses atau prosedur yang ada di pemerintahan dapat dilalui dengan lebih cepat sesuai dengan aturan jelas yang telah ditetapkan. E-Government bukan berarti mengganti cara pemerintah dalam berhubungan dengan masyarakat. Pada konsep e-Government, masyarakat masih bisa berhubungan dengan pos-pos pelayanan, berbicara melalui telepon untuk mendapatkan pelayanan pemerintah, atau mengirim surat. E-Government hanya berfungsi pada konteks penggunaan teknologi informasi
100
yang dapat meningkatkan hubungan antara pemerintah dan pihakpihak lain (Karim, 2009). Pada pelaksanaan e-Government, informasi, komunikasi, dan transaksi antara masyarakat dan pemerintah dilakukan melalui internet. Sehingga ada beberapa manfaat yang dihasilkan seperti misalnya, komunikasi dalam sistem administrasi berlangsung dalam hitungan jam, bukan hari atau minggu. Artinya, pelayanan pemerintah pada masyarakat menjadi sangat cepat, pelayanan dan informasi dapat disediakan 24 jam sehari, tujuh hari dalam seminggu. lnformasi dapat diperoleh di kantor, rumah bahkan lewat ponsel dimanapun tanpa harus secara fisik datang ke kantor pemerintahan atau tempat-tempat pelayanan umum. Akselerasi kecepatan pelayanan berarti juga merupakan penghematan dalam waktu, energi maupun sumber daya (Karim, 2009). Model e-Government yang diterapkan di negaranegara luar adalah menggunakan model empat tahapan perkembangan yang meliputi : (1). Pase pertama, berupa penampilan situs web (web presence) yang be~isi informasi dasar yang dibutuhkan masyarakat. (2). Fase kedua, fase interaksi yaitu isi informasi yang ditampilkan lebih bervariasi, seperti fasilitas download dan komunika-si e-mail dalam situs web pemerintah. (3). Pase ketiga, tahap transak-si berupa penerapan aplikasi atau formulir untuk secara online mulai diterapkan. (4). Pase Keempat, fase transformasi berupa pelayanan yang terintegrasi, tidak hanya menghubungkan pemerintah dengan masyarakat tetapi juga dengan organisasi lain yang terkait (pemerin-tah ke antar pernerintah, sektor nonpemerintah serta sektor swasta). (5). Pengembangan e-Government di Indonesia dilaksanakan melalui 4 (em pat) tingkatan, yaitu: (a). Tingkat 1 merupakan tingkat Persiap-an berupa pembuatan situs web sebagai media informasi dan komu-nikasi pada setiap lembaga serta sosialisasi situs web untuk internal dan publik. (b). Tingkat 2 merupakan tingkat Pematangan yang beru-pa Pembuatan situs web informasi publik yang bersifat interaktif dan Pembuatan antar muka keterhubungan dengan lembaga Iain. (c). Tingkat 3, tingkat Pemantapan yang berisi Pembuatan situs web yang bersifat transaksi pelayanan publik dan Pembuatan
101
interoperabilitas aplikasi dan data dengan lembaga lain. (d). Tingkat 4 adalah tingkat Pemanfaatan yang berisi Pembuatan aplikasi untuk pelayanan yang bersifat Government to Government (G2G), Government to Business (G2B), Government to Consumers (G2C). Ada sejumlah kriteria yang ditetapkan oleh Kementrian Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia (Kominfo) dalam buku panduan penyelenggaran e-Government. Kriteria yang diberikan me-rupakan gambaran ciri-ciri kunci bentuk dasar situs web pemerintah yang terdiri dari : • Fungsi, aksesbilitas, kegunaan ; Isi informasi situs web pemerintah berorientasi pada keperluan masyarakat, yaitu menyediakan informasi dan pelayanan yang diinginkan oleh masyarakat. Pada kriteria ini ditekankan adanya anti diskriminasi bagi pengguna, artinya situs web pemerintah dapat dibuka tanpa membedakan fasilitas dan kemampuan komputer yang dimiliki oleh pengguna. Disain situs web pemerintah adalah profesional, menarik, dan berguna. Berita atau artikel yang ditujukan kepada masyarakat sebaiknya disajikan secara jelas, dan mudah dimengerti. • Bekerjasama ; Situs web pemerintah harus saling bekerjasama untuk menyatukan visi dan misi pemerintah. Semua dokumen pemerintah yang penting harus memiliki URL (Uniform Resource Locator) yang tetap, sehingga mesin pencari (search engine) dapat menghubungkan kepada informasi yang diinginkan secara langsung. • ls i yang Efektif; Masyarakat pengguna harus mengetahui bahwa informasi tertentu akan tersedia pada situs-situs pemerintah. Pengguna memiliki hak untuk mengharapkan isi dari suatu situs web pemerintah adalah data terbaru dan tepat, serta mengharapkan berita dan materi baru selalu diketengahkan. • Komunikasi Dua Arah ; komunikasi yang disediakan pada situs web pemerintah dalam bentuk dua arah (interaktif). Situs web pemerintah harus memberikan kesempatan pengguna untuk menghubungi pihak-pihak berwenang, menjelaskan pandangan mereka, atau membuat daftar pertanyaan mereka sendiri.
102
• Evaluasi Kesuksesan ; Situs-situs web pemerintah harus memiliki sistem untuk mengevaluasi kesuksesan, dan menentukan apakah situs webnya memenuhi kebutuhan penggunanya. Artinya Situssitus web pemerintah harus mengumpulkan, minimal, statistik angka pengguna, pengunjung, jumlah halaman, permintaan yang sukses dan tidak sukses, halaman yang sering dikunjungi dan jarang dikunjung, halaman rujukan utama. Informasi tambahan mengenai siapa yang menggunakan situs ini, tingkat transfer data. Evaluasi empat bulanan sangatlah direkomendasikan. • Kemudahan Menemukan Situs; pihak pemerintah harus mempromosikan situs webnya dan mendaftarkannya ke mesin pencari. Masyarakat pengguna mungkin tidak bisa menemukan suatu situs web pemerintah kecuali pengelola mempromosikannya dan memastikan bahwa mesin pencari mendaftarkannya. Serta mensosialisasikannya melalui pemberitahuan lewat pers, hubungan masyarakat dan brosur. • Pelayanan yang diatur dengan baik ; Pihak pemerintah harus menggunakan somber yang terpercaya; strategi yang jelas, ·tujuan, dan target pengguna; serta strategi pengembangan masa depan, termasuk langkah menuju pusat data yang dinamis dari media digital lainnya. Dalam mengimplementasikan e-Govemment terdapat hambatan dan tantangan yang seringkali dihadapi diantaranya masih minimnya kultur saling berbagi informasi dalam birokrasi pemerintahan, masih kurangnya budaya untuk mendokumentasikan informasi dengan baik dan sistematis, masih kurangnya SDM yang berkualitas dan koin- · peten dalam mengelola website, serta infrastruktur telekomunikasi yang kurang memadai.
Eksistensi Website BLSDM Kominfo Website Badan Litbang SDM Kominfo dengan alamat http:// balitbang. depkominfo.go.id telah dipatenkan pada tahun 2010, dan dibangun melalui kerjasama dengan Bandung Techno Park ICT Innovation Centre. Penyampaian informasi yang diberikan kepada user
103
bisa dibilang cukup lengkap dan up to date, tampilan yang di sajikannya pun sederhana namun tetap menarik, tidak terlalu banyak animasi-animasi yang tidak terlalu penting. Berikut ada lah analisa yang lebih mendalam mengenai website Badan Litbang SOM Kominfo berda-sarkan kategori website yang baik menurut panduan Oepkominfo tahun 2003 :
aW~\
';ws•
•
.....
rF\llffi\\ 0\\ Pf\f.lllh\~\ 11\lt i'' • u11u••011U ua"\91•
•=- •
11
PROC .R\\181 "I\\\ \\?ll \R\l t ,IKI I.I \11 \I I Kl\\ t.tl\11\1111 \Ill\ 2011
..,.. .,.,...,_!H· .. ,..
,.,. l:bll
k
1......
-~--
111t.1:tt;Jl~t ......-t1S&.A•fP
....,.,-..u.-.w
tf ..... Utt~•'
wt.I
ti.:a'U-•11~ttCtt:•~'1Wt•
. . ... . ......... ......... .....-.
..,.,~,~ ~
,
.•'-W",....,, .._,....,,
\A:•Uf'r- . ..... ....,
_,l.Y'llUU
U9''9
""""""•· .._..~
~
...,,.
MaA I
. .......... -........
Gambar I : Tampilan website Badan Litbang SOM Kominfo
104
Tabel 1:
&15% 10% 10% 10% 10% 10%
enyediaan ubungan
15%
ksesibilitas
10%
% %
8
%
5
%
7
%
esign
10%
0% 6% 15%
2C 28 20
1% 100%
18% 1%
ingkat 1 ingkat 2 ingkat 3 ingkat 4
6
umlah
10,5%
7% 10%
nformasi ambahan dalam asilitas Website
5
7
100%
15,4%
10,8%
10%
7,1%
14,5%
17,5% 17,5%
5,55%
Keterangan range : 1-5 : tidak bagus 6-7 : cukup bagus 8-10: bagus
105
Analisis Menu Utama Website Tentang Kami, menginfonnasikan tentang profil lembaga, visi dan strategi, organisasi dan pejabat, peneliti dan litkayasa, serta unit kerja dan UPT pada Badan Litbang SOM Kominfo.Nilai bobot website ini :7 dengan perhitungan 7110 x 20% = 14% karena pada website ini penjelasan yang mengenai profil lembaga, visi dan strategi sudah cukup lengkap, tetapi untuk organisasi dan pejabat, peneliti dan litkayasa serta unit kerja dan UPT masih kurang up-to-date informasi yang ditampilkan. Berita dan Acara, menjelaskan atau menginformasikan tentang berita terkait program kegiatan yang diselenggarakan oleh Badan Litbang SDM. 1\.filai bobot website ini : 7 dengan perhitungan 7/10 x 15% = 10,5% karena pada website ini infonnasi mengenai program kegiatan Badan Litbang SOM Korninfo sudah ditampilkan dengan cukup lengkap, meskipun masih belum menampilkan seluruh kegiatan dari UPT di daerah. Publikasi dan Penelitian, menginformasikan mengenai berbagai basil kajian dan penelitian dari Badan Litbang SOM Korn info. Nilai bobot website ini : 7 dengan perhitungan 7110 x 15% = 10,5% karena dalam website ini meskipun telah memiliki fitur untuk menampilkan berbagai basil kajian tetapi belum dimanfaatkan secara maksimal. Misalnya saja pada Blue Print SOM TIK, masih belum ditampilkan informasi dimaksud. Profesi TIK, menampilkan infonnasi mengenai data SOM TIK, sertifikasi dan pelatihan TIK. Nilai bobot website ini : 7 dengan perhitungan 7/10 x 10% = 7% karena dalam website ini masih belum terlalu lengkap menampilkan informasi yang semestinya ditampilkan dalam fitur Profesi TIK. Beasiswa, menginformasikan mengenai informasi beasiswa, tennasuk didalamnya proses seleksi penerima beasiswa, publikasi thesis dan disertasi dari penerima beasiswa. Nilai bobot website ini : 9 dengan perhitungan 9/10 x 10% = 9% karena dalam website ini telah cukup lengkap menampilkan informasi terkait beasiswa dan juga terdapat interaksi antara user dengan pengelola website. Perpustakaan, menginformasikan tentang katalog dan koleksi buku-buku serta jurnal ilmiah Badan Litbang SOM. Nilai bobot website ini : 8 dengan perhitungan 8/10 x 10% = 8 % karena dalam website ini telah menampilkan infonnasi yang cukup lengkap dan
106
user juga dapat berinteraksi dalam fitur ini, meskipun aksesnya kebanyakan terbatas pada member. Komunitas, menginfonnasikan mengenai forum diskusi, blog, e-leaming, dan mitra kerja serta link terkait. Nilai bobot website ini : 5 dengan perbitungan 5/10 x 10% = 5% karena dalam website ini rencana isi fiturnya sudah cukup memadai tetapi temyata masib belum dapat diakses atau eror ketika dicoba dibuka. Multimedia, menginfonnasikan tentang galeri foto, video dari basil-basil kegiatan Badan Litbang SDM Kominfo. Nilai bobot website ini : 7 dengan perbitungan 7/10 x 10% = 7% karena dalam website ini sudah cukup menampilkan infonnasi berupa gambar serta multimedia lainnya, meskipun belum ada peran serta dari UPT daerah. Informasi Dalam Fasilitas Website a. Tahap I merupakan informasi tambahan mengenai pendidikan baik infonnasi pendidikan maupun ilmu pengetahuan secara umum maupun infonnasi basil penelitian Badan Litbang SDM. Nilai bobot website ini : kami beri nilai 9 dengan perbitungan 9/10 x 30% = 27%, karena pada website ini menampilkan infonnasi yang baik bagi user mengenai pendidikan maupun ilmu pengetahuan. b. Tahap II merupakan infonnasi tambahan mengenai pemiagaan. Nilai bobot website ini : 5 dengan perbitungan 5/10 x 20% = 10%, karena dalam website ini belum menampilkan infonnasi niengenai pemiagaan. c. Tahap III merupakan infonnasi tambahan baik infonnasi secara umum diluar dari kegiatan pemerintahan maupun infonnasi kbusus yang berkaitan dengan kegiatan pemerintahan. Nilai bobot website ini : 8 dengan perbitungan 8/10 x 50% = 40%, karena secara keseluruhan infonnasi yang diberikan baik informasi secara umum ataupun mengenai kegiatan dalam pemerintahan khususnya kegiatan Badan Litbang SDM Kominfo itu sendiri ditampilkan secarajelas dan up-to-date.
107
Penyediaan Hubungan a. G2C (goverment to citizien) ialah website tersebut melakukan hubungan langsung ke masyarakat contohnya komunikasi secara online antara user dengan website Balitbang SOM tersebut. Nilai bobot website ini : 9 dengan perhitungan 9/10 x 40% = 36% karena pada website ini menampilkan menu-menu yang membuat interaksi antara penduduk dengan pemerintah semakin baik seperti menu buku tamu, forum diskusi, formulir pendaftaran beasiswa dll. b. G2B (goverrnent to business) ialah we'1site tersebut melakukan kerjasama antara beberapa perusahaan untuk menghasilkan suatu keuntungan (bisnis). Contohnya dalam bidang pengembangan SOM yang bekerjasama dengan lembaga sertifikasi. Nilai bobot website ini: 5 dengan perhitungan 5/10 x 30% = 15% karena pada website ini belum menampilkan link dengan pihak-pihak entitas bisnis ·yang memiliki keterkaitan hubungan dalam pelaksanaan tupoksi Badan Litbang SOM Kominfo. c~ G2G (goverment to goverment) ialah website tersebut menjelaskan tentang kerjasama antar UPT. Nilai bobot website ini : 7010 x 30% = 21% karena pada website ini sudah melakukan kerjasama antara UPT, namun belum maksimal pemanfaatannya. 1
Aksisibilitas
Aksesibilitas adalah kecepatan jaringan untuk mengakses pada ·setiap menu. Nilai bobot website ini : 1OD10 x 100% = 100% karena kecepatan akses untuk menampilkan setiap menu :sangat cepat kurang dari 10 detik Desain a. Animasi adalah suatu benda atau gambar yang didesain untuk bergerak. Nilai bobot website ini : 6 dengan perhitungan 6/10 x 30% = 18% karena pada website ini kurang atraktif, tidak terdapat banyak animasi yang membantu menjelaskan informasi dengan lebih menarik.
108
b. Grafts adalah gambar dengan perpaduan warna yang senada. Nilai bobot website ini : 7 dengan perhitungan 7/10 x 30% = 21 % karena pemilihan warna dan pelatakan struktur navigasi yang cukup baik tetapi masih kurang atraktif. c. Teks Lengkap ialah tulisan yang menjelaskan tentang website tersebut secara detail dan dalam penulisannya menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. Nilai bobot website ini: 8 dengan perhitungan 8/10 x 40% = 32% karena infonnasi yang dibutuhkan user sudah cukup jelas dan mudah dimengerti dengan menggunakan pembahasan yang lengkap dan bahasa yang baku.
Jumlah Tingkatan Informasi a. Tingkat 1 adalah persiapan, meliputi pembuatan situs infonnasi di setiap lembaga, penyiapan SDM, penyiapan sarana akses yang mudah. Nilai bobot website ini : 8 dengan perhitungan 8/10 x 25% = 20% karena telah menampilkan infonnasi mengenai Badan Litbang SDM Kominfo dengan jelas. b. Tingkat 2 adalah pematangan, meliputi pembuatan situs infonnasi publik interaktif dan pembuatan antar muka keterhubungan dengan lembaga lain. Nilai bobot website ini : 7 dengan perhitungan 7/1 O x 25% = 17,5% karena pada situs website ini cukup menampilkan informasi secara interaktif dengan adanya kontak, kritik dan saran, serta FAQ, walaupun belum digunakan dengan maksimal. c. Tingkat 3 adalah pemantapan, meliputi pembuatan situs infonnasi pelayanan publik dan pembuatan interoperabilitas aplikasi dan data dengan lembaga lain. Nilai bobot website ini : 7/10 x 25% = 17,5% karena pada situs website ini tidak ada transaksi layanan publik tetapi yang disajikan hanya berupa informasi saja. d. Tingkat 4 adalah pemanfaatan, meliputi pembuatan aplikasi untuk pelayanan yang bersifat G2G, G2B dan G2C. Nilai bobot website ini: 7/10 x 25% = 17,5% karena hubungan antara G2B, G2C dan G2G yang disampaikan hanya berupa informasi saja dan tidak interaktif.
109
Dan dari total nilai analisis website di atas diperoleh nilai sebesar 75,55%. Hal ini berarti bahwa secara umum website Badan Litbang SDM Kominfo 75,55% telah memenuhi kriteria kelayakan eGovernment. Namun demikian, nampaknya dalam proses pemutakhiran konten website ini belum maksimal dilaksanakan oleh pengelola website. Ini terlihat dari kurang up-date-nya informasi terutama informasi yang berasal dari UPT Badan Litbang SOM di daerah.
Kesimpulan Hasil dari content analysis menunjukkan bahwa 75,55% website Badan Litbang SOM Kominfo telah memenuhi kriteria kelayakan penerapan e-Govemment, meskipun masih belum sempurna dalam pengelolaannya. DAFTAR PUSTAKA Indrajit, Richardus E., 2002, Electronic Government, Penerbit Andi, Yogyakarta. Karim, Akbar, 2009. Analisis Popularitas Situs Web di Indonesia: Studi Kasus Situs Web Pemerintah Daerah Tingkat Provinsi, Kotamadya dan Kabupaten, Universitas Gunadharma. Panduan Penyelenggaraan Situs Pemerintah Daerah, 2003, Kementerian Komunikasi dan Informasi. Sosiawan, Edwi Arief, 2008, Evaluasi Implementasi e-Government Pada Situs Web Pemerintah Daerah di Indonesia : Perspektif Content dan Manajemen, Penelitian LPPM UPN
110
APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP SIARAN LOKAL JATILUHUR TELEVISI Dida Dirgahayu Seiring dengan tumbuhnya otonomi daerah dan terbitnya undang-undang penyiaran telah memberi peluang munculannya lembaga penyiaran lokal, baik radio, televisi maupun lembaga penyiaran lainnya. Hal ini didukung pula oleh komunitas lokal yang merasa berkepentingan dengan eksistensi penyiaran lokal karena selama ini aspirasi dan informasi daerahnya kurang terakomodasi oleh lembaga penyiaran nasional, khususnya siaran televisi. Perkembangan teknologi komunikasi yang demikian pesat dewasa ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam masyarakat, termasuk perubahan perilaku dalam berkomunikasi, semakin banyak akses informasi dan semakin mudahnya lalu lintas informasi dari berbagai penjuru dunia baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Terjadinya akses informasi dari berbagai media kepada khalayak sebagai pengguna media memiliki banyak pilihan dan dengan bebas pula mengakses informasi dan media massa yang dikehendaki. Bahkan muncul kecenderungan khalayak memilih program yang disiarkan dari media yang doritinan diminati yaitu siaran televisL Hal ini tidak saja karena keunggulan televisi sebagai media pandang dengar (media visual) tetapi juga karena sifatnya yang acceptable terhadap perkembangan teknologi komunikasi baru. Di Indonesia fenomena ini sudah mulai banyak sejak tahun 1986, saat diterapkan kebijaksanaan udara terbuka (open sky policy) oleh pemerintah sehubungan peluncuran Satelit Komunikasi Domestik (SKSD) Palapa tahun 1976, kondisi ini pemerintah dengan sendirinya melegalisasi penggunaan antena parabola yang sudah ada di masyarakat. Konsekwensi dari kebijakan ini adalah tidak ada lagi pembatasan masuknya informasi global di Indonesia. Secara ideal kehadiran televisi sangat dfoantikan komunitas lokal dan menjadi harapan besar bagi masyarakat dalam mengakses berbagai informasi. Unsur kedekatan (proksinitis) pasti terpenuhi oleh televisi lokal apalagi
111
sebagaimana tercantum dalam UU nomor.22 tahun 1999, keberadaan televisi lokal menjadi sangat berharga baik ·bagi pemerintah daerah maupun bagi masyarakat. Demikian pula dengan keberadaan Jatiluhur TV sebagai media penyiaran lokal di Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat, meskipun sampai saat ini siaran televisi nasional masih dominant, keberadaan televisi lokal merupakan salah satu alternatif bagi komunitas lokal untuk memenuhi kebutuhan informasi dan hiburan. Kondisi inilah yang mendorong perlunya dilakukan penelitian untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya tentang bagaimana apresiasi masyarakat di Kabupaten Purwakarta terhadap siaran lokal Jatiluhur TV. Penelitian ini perlu dilakukan karena dengan meningkatnya kuantitas dan kualitas siaran televisi dan beragam media lairinya, menjadikan masyarakat mempunyai bahan ·pembanding terutama dalam era regulasi media massa dan era kebebasan mengeluarkan pendapat, transparansi serta tidak adanya lagi penyensoran informasi melalui ragam media. Tulisan ini untuk menjawab permasalahan,Bagaimana pengetahuan dan pemahaman masyarakat Kabupaten Purwakarta terhadap fungsi media. televisi lokal?. Bagaimana penilaian masyarakat Kabupaten Purwakarta terhadap keberadaan Jatiluhur TV sebagai lembaga penyiaran televisi lokal? Bagaimana kepuasan masyarakat Kabupaten Purwakarta terhadap keberadaan Jatiluhur TV sebagai lembaga penyiaran televisi lokal? Penelitian menggunakan metode survey, dan didukung data kualitatif. · Apresiasi Dalam Konsep teoritis Apresiasi adalah suatu proses yang kompleks di mana kita menerima dan menyadap informasi dari lingkungan (Fleming & Levie, 1978). Persepsi juga merupakan proses psikologis sebagai basil penginderaan serta proses akhir dari persepsi mempunyai implikasi penting untuk bertingkah lakunya seseorang dan akan menentukan bagaimana ia akan berinteraksi dan bereaksi baik atau buruk pada obyek yang dipersepsi tersebut (.www.infoskripsi. com). Teori-teori yang berorientasi kognitif adalah teori-teori yang menitik beratkan
112
proses proses sentral (misalnya sikap, ide, dan harapan) untuk menerangkan tingkah. Teori-teori kognitif di lain pihak lebih banyak mempelajari pembentukan konsep, berfikir dan membangun pengetahuan" (Sarwono,1984:89) Kognisi menurut Scheerer, adalah proses sentral yang menghubungkan peristiwa-peristiwa di luar (eksternal) dan di dalam (internal) diri sendiri. Penekanan Scheerer tidak hanya peristiwa-peristiwa yang sifatnya ekstemal tetapi lebih jauh adalah peristiwa yang ada dalam dirinya atau faktor internal. Sedangkan Festinger, kognisi adalah elemen-elemen kognitif, yaitu hal-hal yang diketahui oleh seseorang tentang dirinya sendiri,. tentang tingkah lakunya dan tentang keadaan disekitarnya. Neisser, adalah proses yang merubah, mereduksi, memermc1, menyimpan, mengungkapkan dan memakai setiap masukan (input) yang datang dari alat indera. Dan Zajonc, struktur kognitif adalah serangkaian sifat-sifat (attributes) yang terorganisir yang digunakan oleh individu untuk mengidentifikasi dan mendiskriminasi suatu objek atau peristiwa tertentu. Sedangkan Scott , struktur kognisi adalah struktur yang terdiri dari elemen-elemen berupa ide-ide yang secara sadar dipertahankan oleh seseorang atau satu set ide-ide yang dipertahankan oleh orang yang bersangkutan dan setiap waktu tersedia bagi kesadaran. Predisposisi untuk bertindak senang atau tidak senang terhadap obyek tertentu mencakup komponen kognisi, afeksi dan konasi. Komponen kognisi menjr .vab pertanyaan tentang apa yang dirasakan (senang atau tidak senang) terhadap obyek. komponen konasi akan menjawab pertanyaan bagaimana kesediaan/kesiapan untuk bertindak terhadap obyek (Shaver, 177). Ketiga komponen tersebut tidak berdiri sendiri, akan tetapi menunjukan bahwa manusia merupakan suatu sistem kognitif. Ini berarti bahwa yang dipikirkan seseorang tidak akan terlepas dari perasaannya. Masing-masing komponen tidak dapat berdiri sendiri, namun merupakan interaksi dari komponen-komponen tersebut secara komplek. Aspek kognisi merupakan aspek penggerak perubahan karena informasi yang diterima menentukan perasaan dan kemauan berbuat.
113
Komponen kognisi dalam membentuk pengetahuan memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan faktor ekonomi seperti yang dikemukakan Tichenor, Donohue, dan Olien dalam hipotesisnya mengenai kesenjangaan pengetahuan, yakni " Ketika pemasukan informasi media massa ke sistem sosial meningkat, segmen-segmen populasi dengan status social ekonomi yang lebih rendah, sehingga kesenjangan pengetahuan di antara segmen tersebut cenderung melebar daripada menyempit (Severin-Tankard 2005:295) Dalam kaitannya dengan penelitian ini, maka apresiasi masyarakat Kabupaten Purwakarta terhadap siaran lokal Jatiluhur TV· sebagai lembaga penyiaran televisi lokal akan dit~ntukan dari penginderaan serta proses kesadaran yang pada akhirnya mendorong pada tingkah laku dan reaksi atas keberadaan persepsi masyarakat Kabupaten Purwakarta terhadap siaran lokal Jatiluhur TV sebagai lembaga penyiaran televisi lokal sehingga membentuk proses berpikir. Apresiasi dan sikap merupakan kecenderungan bereaksi terhadap objek-objek, dimana kecenderungan bereaksi ini merupakan cara yang khas tergantung dari motivasi, emosi, dan proses kognitifnya, Operasional konsep dari persepsi mengacu kepada tiga komponen sebagai indikator, dimana masing-masing mempunyai fungsi yang diarahkan terhadap objek tertentu atau stimulus tertentu. Indikator itu adalah : ( 1). Komponen kognitif, yaitu pengetahuan pengalaman, pengertian, pemahaman masyarakat Kabupaten Purwakarta terhadap siaran lokal Jatiluhur TV sebagai lembaga penyiaran televisi lokal. (2). Komponen afektif, yaitu penilaian menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Objek dirasakan sebagai hal yang menyenangkan, hal disukai atau tidak. Reaksi ini dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang kita percayai sebagai benar dan berlaku bagi suatu objek. (3). Komponen konatif, berhubungan dengan kecenderungan untuk bereaksi, bertingkah laku, kepuasan dengan cara tertentu, tapi konatif ini tidak meramalkan tingkah laku aktual itu sendiri. Terdapat beberapa model komunikasi yang terbagi dalam dua bagian, yaitu model linear dan model sirkuler.
114
Model linear terediri dari fonnula lasswell dan model Braddock serta model Shannon dan weaver (model matematika). Sementara model sirkuler dian-taranya adalah model De Fleur dalam penelitian ini, model komu-nikasi yang dipakai adalah medel komunikasi Lasswell. Lasswell menyebutkan terdapat 5 unsur penting dalam proses komunikasi, yaitu who, say what, in which channel, to whom dan with what effect. Model ini sangat flreksibel dan dapat diterapkan pada proses komunikasi massa pada umumnya, Kelima unsur tersebut erat kaitannya satu dengan lainnya. Komunikator menyampaikan pesanpesannya dengan menggunakan media massa kepada sasaran, selanjutnya sasaran menyampaikan umpan batik. Apabila diproyeksikan pada lembaga siaran lokal, maka kegiatan penyampaian pesan dapat dilakukan oleh stasiun siaran lokal muatan dan kemasan lokal dan sangat beragam sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan masyarakat setempat (lokal). Masyarakat luas yang merasa terpenuhi kebutuhan infonnasi, hiburan, pendidikan yang sesuai dengan karakteristik lokalnya, akan memberikan respon (feedback) terhadap pesan yang diterima maupun kepada media penyampai pesannya. Pada akhimya proses komunikasi tersebut akan berdampak pada dukungan masyarakat terhadap eksistensi lembaga penyiaran lokal di masing-masing daerah. (Gerungan, 1996: 150), Apresiasi adalah suatu tingkat pemahaman, sikap (ke-cenderungan tindakan) (Kamus Umum Bahasa Indonesia hal. 2003). Dalam konteks penelitian ini apresiasi adalah kecenderungan pemahaman, pengetahuan, kepuasan dan saran pemirsa terhadap fungsi televisi yang ada atau beredar di wilayah Kabupaten Purwakarta. Apresiasi ialah rangsangan yang dilanjutkan dengan pemberian makna kepada rangsanganyang diterima. Terdapat dua jenis persepsi, yaitu persepsi aktif dan persepsi non aktif. Persepsi terdiri dari 3 peringkat proses, yaitu proses pemilihan rangsangan, proses penyusunan dan membentuk struktur tentang yang dilihat, dan proses menginterpretasikan atau member makna tentang apa yang diperhatikan. Apresiasi maupun persepsi seseorang melibat-kan 3 proses, yaitu proses pembentukan impresi atau gambaran tentang objek, proses penyusunan tatiggapan/
115
maklumat terhadap objek, dan proses pemahaman makna terhadap objek. Seseorang yang termotivasi akan siap bertindak karena dipengaruhi oleh persepsi terhadap objek tertentu. Menurut Kotler (2003). (.www.scribd.com) Persepsi berhubungan dengan keyakinan (belief), adalah gambaran pemikiran yang dianut tentang suatu hal. Keyakinan berdasarkan pengetahuan, pendapat, atau kepercayaan (faith). Sikap (attitude) adalah evaluasi, perasaan emosional, dan kecende rungan pendapat yang menguntungkan atau tidak menguntungkan serta bertahan lama dalam diri seseorang ter; .adap suatu objek atau gagasan. www.scribd.com)
Profit Kabupaten Purwakarta Kabupaten Purwakarta merupakan bagian dari Wilayah Propinsi Jawa Barat Batas wilayah Kabupaten Purwakarta adalah: Bagian Barat dan sebagian wilayah Utara berbatasan dengan Kah. Karawang. Bagian Utara dan sebagian wilayah hagian Timur herbatasan dengan Kah Subang. Bagian Selatan berbatasan dengan Kah. Bandung Bagian Barat Daya herbatasan dengan Kah. Cianjur. Kahupaten Purwakarta berada pada titik-temu tiga jalur utama lalulintas yang sangat strategis, yaitu jalur Purwakarta-Jakarta, Purwakarta-Bandung dan Purwakarta-Cirebon yang merupakan jalur utama ke wilayah Jawa Tengah. Luas wilayah Kahupaten Purwakarta tercatat 971,72 km2 atau sekitar 2,81 persen dari luas wilayah Prop. Jawa Barat. Sejak Januari 2001, Kah. Purwakarta mempunyai 17 kecamatan dengan 192 desa/kelurahan (183 desa dan 9 kelurahan). Jarak antara Kecamatan bervariasi, dimana jarak terdekat sepanjang 4 km terdapat anatara Kee. Sukatani dengan Kee. Plered. Sementara jarak terjauh adalah 60 km yang terdapat antara kecamatan Bojong de-ngan Kecamatan Sukasari.Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor: 821.26-672 tanggal 29 Agustus 1989 tentang lahirnya lembaga baru yang bernama Wilayah Kerja Pembantu Bupati Purwakarta Wilayah Purwakarta yang meliputi Wilayah Kecamatan Purwakarta, Kecamatan Jatiluhur, Kecamatan Campaka, Perwakilan Kecamatan Cibungur
116
yang pusat kedudukan Pembantu Bupati Purwakarta berada di Purwakarta. Sedangkan wilayah kerja Pembantu Bupati Wilayah Plered meliputi wilayah Kecamatan Plered, Kecamatan Darangdait, Kecamatan Tegalwaru, Kecamatan Maniis, Kecamatan Sukatani yang pusat kedudukan Pembantu Bupati Purwakarta herada di Plered. Wilayah kerja Pemhantu Bupati Wilayah Wanayasa yang meliputi Kecamatan Wanayasa, Kecamatan Pasawahan, Kecamatan Bojong, Perwakilan Kecamatan Kiarapedes, Perwakilan Kecamatan Margasari, dan Perwakilan Kecamatan Parakansalam yang pusat kedudukan Pemhantu Bupati Purwakarta Wilayah Wanayasa herada di Wanayasa yang telah diresmikan pada tangga 31 Januari 1990 oleh Wakil Guhernur Jawa Barat. Pertumhuhan Penduduk Kah. Purwakarta adalah 2,28 % pertahun. Berdasarkan hal tersehut, maka penduduk Kah. Purwakarta Tahun 2009 diproyeksikan menjadi 952.591 orang, terdiri dari 426.369 orang laki-Iaki dan 525.222 orang perempuan. Tingkat kepadatan penduduk di Kahupaten sebanyak 773 orang per Km2 .. Sementara itu jumlah WNA tercatat sehanyak 538 orang dimana warga Negara India merupakan jumlah terhanyak, yaitu 440 orang yang tersehar di Kecamatan Jatiluhur, Purwakarta, Bahakancikao dan Campaka. Profil Jatiluhur TV Jatiluhur TV berdiri pada tahun 2006 di Purwakarta dengan kekuatan pemancar 2 KW. Didukung dengan tenaga SOM yang kreatif serta mempunyai visi yang sama sampai saat ini, Jatiluhur TV menjadi satu-satunya stasiun TV di Purwakarta, Suhang, Karawang). Visi: Berupaya menjadi TV yang berwawasan pendidikan, serta teknologi dengan berskala global berlandaskan Hemanan dan Ketakwaan kepada Allah SWT. Misi Jatiluhur TV adalah : Sebagai media infor-masi, pendidikan serta hiburan yang sehat dalam rangka mencerdas-kan kehidupan bangsa. Terciptanya kemampuan perekonomian rak-yat serta terwujudnya pemerataan dalam upaya memperkuat daya saing bangsa dalam era globalisasi, Berusaha menjadi media TV yang mampu menamhahkan semangat wirausaha,
117
sikap profesionalisme, komitmen pada kebenaran serta keadilan, dan meningkatkan, mengembangkan juga melestarikan budaya masyarakat Jawa Barat umumnya serta wilayah IV dan Purwakarta khususnya. Demografi Jatiluhur TVFormat Program: News: 20 %, Agama: 5 %, Entertemen 15%, Sport: 5%,Informasi : 5%, Layanan masyarakat : 10%, Pendi-dikan dan Kebudayaan : 20%, Iklan: 20%.Penonton di PURWASUKA dan sekitarnya berjumlah kurang lebih 4, 1 juta sedangkan jumlah penonton Jatiluhur TV berdasarkan dari Coverage Area kurang lebih 70%. Cov~rage Area : Purwakarta, Cikampek, Kosambi/Klari, Cilama-ya, Cikalong, Rengasdengklok, Wadas, Subang, Kalijati, Padagen/ Binong, Jalan Cagak, Sukanegara, Purwadadi.
Program reguler Jatiluhur TV Kabar PURWASUKA : Program di pagi hari yang mengutamakan informasi untuk masyarakatPURWASUKA, diharapkan in-formasi tersebut dapat menjadi informasi disetiap aktivitas. Durasi-nya 60 menit setiap hari jam tayangnya : jam 11. 00 - 12.00. Jenis siarannya : langsung. Materinya : Informasi seputar social, budaya, politik dan keamanan. Selintas Jatiluhur : Program yang ditayang-kan dengan durasi 3-5 menit memberikan informasi utama juga ter-~ini setiap 1 jam. Jenis siarannya : live dan taping Materinya : lnfor-masi teknik seputar PURWASUKA mencakup bidang : seni, budaya, politik, ekonomi, criminal, hokum dan Olahraga. Jatiluhur 9 : Berita seputar PURWASUKA. Durasinya : 45 menit Hari dan jam tayang : Senin-Sabtu Jam 21.00 WIBJenis siarannya : liveJenis beritanya : 90% straight newsFiature : 10 %Materinya : Informasi terkini seputar PURWASUKA mencakup bidang seni, budaya politik, ekonomi, hukum dll. 4.Warta Sunda : Berita seputar PURWASUKA yang di-kemas dalam bahasa Sunda, Durasinya 30 menit, Hari dan Jam ta-yangnya : jam 17 .00 WIB Jenis siarannya : live. Jenis beritanya : 90% straight news. Feature : 10% Materinya: Informasi terkini seputar PURWASUKA mencakup bidang seni, budaya politik, ekonomi, hukum dll. 5.0n Your Attension: Program
118
hiburan remaja, bagaimana remaja dalam mengisi waktu di luar sekolah, informasi teknologi, lifestyle dan tentang remaJa. ada di program 0 YA, Durasinya : 60 menit setiap hari jam 16.00 - 17.00 WIB. Jenis siaran : Live dan taping. Materinya : Tips dan informasi teknologi, lifestyle dan permasalahan tentang remaja. 6.Kawih Sunda : Program yang lebih menekankan kepada sisi huburan budaya kesenian sunda, serta bagaimana melestarikan kebudayaan sunda. Durasinya : 60 menit j, Jam tayangnya : Senin, Selasa dan Rabu, Jam 16.00 - 19.00 WIB. Jenis siaran : Live. Materinya : Lagu-lagu Sunda dan tokoh kesenian sunda
Program Khusus Jatiluhur TV: Profil Usaha : Suatu program atau acara untuk mempromosikan suatu jenis usaha baik jasa maupun lainnya diharapkan dengan program atau acara tersebut menjadi sarana publikasi dan promosi dapat disampaikan dengan jelas dan gambling disisi lain pemirsa mempunyai suatu gambaran mengenai suatu produk yang ada di sekelilingnya. Durasinya : setiap hari senin, jam tayangnya : pukul 19.00. Jenis siarannya : recording, materi siarannya : UKM, Perusahaan dalam bidang jasa barang jadi. 2.Rumor dan Rumeuk : Program atau acara sosialisasi yang lebih menitik beratkan kepada sisi huiburan, lawakan, atau lebih bersifat menghibur dengan mengangkat tema kehidupan social di masyarakat. Durasinya : 60 menit hari selasa jam 19. 00. Jenis siaran : Live, materi siarannya : suatu permasalahan yang sedang terjadi di masyarakat. 3.Rukun Wargaku. Program acara yang mempublikasikan komunitas masyarakat di tingkat Rukun Warga, dengan menampilkan potensi dan prestasi masyarakatnya. Dikemas sedemikian rupa dan diharapkan dapat menjadi gambaran atau ajakan kepada masyarakat lainnya untuk berbuat lebih baik. Durasinya 40 menit setiap hari Rabu jam 19.00 WIB. Jenis siarannya : Recording, materi siarannya : Komunitas Masyarakat Rukun Warga (RW) 4.Dendang Asyik : Acara yang menitik beratkan pada hiburan dengan maksud menggali potensi masyarakat di bidang kesenian, khususnya
119
di bidang tarik suara. Durasinya : 150 menit setiap Jumat pukul 19.00 - 21.00. Jenis siarannya : Live, materinya :Lagu Pop, Dangdut dan Mancanegara
Pemahaman fungsi televisi lokal Untuk mengetahui bagaimana apresiasi masyarakat di Kabupaten Purwakarta terhadap siaran local Jatiluhur TV sebagai median televisi lokal, terlebih dahulu harus diketahui sarana komunikasi dan media infornl.asi apa saja yang dimiliki oleh masyarakat, khususnya media televisi. Selanjutnya diukur oleh intensitas atau frekuensi menonton siaran televisi, waktu dan lamanya menonton siaran televisi, siaran televisi mana saja yang sering ditonton dan materi siaran apa saja yang diminati. Kepemilikan sarana komunikasi dan media informasi sebagai salah satu sumber informasi sangat berpengaruh terhadap responden dalam memberikan memahami, mengetahui,serta memberikan tanggapannya terhadap fungsi media televisi . Pemilikan sarana komunikasi dan media informasi oleh responden dapat menggambarkan kebutuhan pemiliknya terhadap berbagai informasi yang berkaitan dengan kehidupan dan lingkungannya. Perolehan data dari · sarana media informasi menyatakan, sebanyak 96 responden (96%) memiliki pesawat televisi, 4 responden (4%) tidak memiliki pesawat televisi karena masih bersama orang tuanya (pelajar). Sebanyak 92 responden (92%) memiliki pe-sawat radio dan 8 responden (8%) tidak memiliki pesawat radio. S~banyak 47 responden (47%) memiliki juga fasilitas internet. Se lain media televisi, radio dan surat kabar, sebagian responden menyatakan membaca majalah dan media lainnya, namun dalam kapasitas yang kecil dan tidak pasti frekuensinya (kadang-kadang). Intensitas responden dalam menonton dan mengikuti tayangan acara di televisi terungkap bahwa sebagian besar responden 27 responden (27%) menyatakan sangat sering menonton acara siaran di televisi, 39 responden (39%) menyatakan sering, 21 res-ponden . (21 %) menyatakan cukup sering, dan .13 responden ( 13 %) menyatakan
120
kadang-kadang menonton siaran televisi. Waktu yang dipergunakan oleh responden untuk menonton dan mengikuti siaran . televisi, sebagian besar responden yaitu sebanyak 52 responden. (52%) menyatakan menonton antara I sampai dengan 3 jam. Sebanyak 23 responden (23%) menyatakan menonton televisi antara 3 sampai dengan 5 jam, 14 responden (14%) menonton an-tara 5 sampai denga 7 jam, dan 11 responden ( 11 %) menyatakan hanya menonton kurang dari satu jam .. Perbedaan lamanya meng-ikuti perkembangan isu di televisi ini disebabkan karena masing-masing responden mempunyai kesempatan dan kesibukan yang berbada-beda. Data tentang siaran stasiun televisi yang diikuti, dapat terlihat bahwa hampir seluruh responden mengikuti seluruh siaran televisi yang tersiar di daerahnya. Terdapat hal yang menarik, bahwa 87 responden (87%) masih mengikuti siaran dari Televisi Republik Indonesia (TVRI) Jakarta, dan seluruh 9100%) responden menonton Jatiluhur TV . Hal ini menepis pendapat atau anggapan sebagian besar orang yang menyatakan bahwa TVRI telah ditinggalkan pemirsanya. Rating kedua stasiun televisi yang diikuti adalah stasiun Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) sebanyak 93 responden (93%) diikuti stasiun SCTV dan RCTI yang diikuti oleh masing-masing 89 responden (89%) serta stasiun televisi lainnya yang pada kenyataannya mempunyai rating tinggi sebagai stasiun televisi nasional yang ditonton oleh responden.Seperti ter-lihat dalam table dibawah ini : Data yang diperoleh menggambar-kan bahwa 94 responden (94%) sangat mengetahui tentang fungsi televisi lokal sebagai media informasi, dan 6 responden (6%) tidak mengetahui fungsi televisi sebagai media informasi. Pengetahuan responden tentang fungsi televisi sebagai media hiburan, tergambar dalam data sebagai berikut Bahwa seluruh responden yaitu 100 responden ( 100%) mengetahui tentang fungsi televisi sebagai media hiburan. Tentang fungsi televisi sebagai media pendidikan, sebanyak 63 responde (63%) mengetahui tentang fungsi televisi sebagai media pendidikan, dan 37 responden (3 7%) tidak mengetahui fungsi televisi sebagai media pendidikan. Sebanyak 34 121
responden (34%) menyatakan sangat mengetahui bahwa media televise mempunyai fungsi sebagai media kontrol, dan 66 responden (66%) tidak mengetahui tentang fungsi kontrol media televisi. Penilaian Terhadap Jatiluhur TV Tentang materi siaran yang ditonton pada siaran Jatiluhur TV, Sebanyak 36 responden (36%) menyatakan menonton siaran berita, 67 responden (67%) menonton siaran hiburan. 13 res-ponden (13%) menonton siaran olah raga. Sebanyak 87 responden (87%) menonton siaran kebudayaan lokal, 13 responden (13%) menonton siaran asing serta sebanyak 21 responden (21 %) menyatakan menonton siaran pendidikan. Data tentang program siaran regular yang paling mencerminkan budaya lokal pada siaran lokal Jatiluhur TV, Sebanyak 42 responden (42%) menyataka11; mep.onton program siaran kawih sunda, 23 responden (23%) me-nonton siaran warta sunda, hiburan. 13 responden (13%) menontcm kabar purwasuka, dan diikuti oleh program siaran selintas jatiluhur, jatiluhur 9, serta on yor attention. Seperti terlihat pada table di bawah ini : Data tentang program siaran regular yang paling disukai pada siaran lokal Jatiluhur TV, Sebanyak 36 responden (36%) menyatakan menonton program siaran kawih sunda, 21 responden (21 %) menonton siaran w~rta sunda, 14 responden (14%) menonton kabar purwasuka, 11 responden (11 %) menyukai siaran selintas jatiluhur, dan diikuti oleh program, jatiluhur 9, serta on yor attention. Seperti terlihat pada table di bawah ini: Selain program siaran reguler, Jatiluhur TV mengetengahkan program siaran khusus. Data menunjukan bahwa siaran khusus yang paling mencerminkan budaya lokal adalah profil usaha, dimana sebanyak 39 responden (39%) memilihnya. Sebanyak 31 responden (31%) menjawab .siaran rumor rumeuk, 23 responden (23%) menjawab siaran rukun wargaku, dan 7 responden (7%) menjawab program siaran khusus dendang asyik sebagao siaran lokal yang paling mencerminkan budaya lokaV Seperti tergambar pada tabel di bawah ini : Data tentang program siaran yang paling disukai pada siaran
122
lokal Jatiluhur TV, Sebanyak 37 responden (37%) menyatakan menyukai menonton program siaran dendang asyik, 23 responden (23%) menyukai siaran rukun wargaku, 21 responden (21 %) menyukai tontonan rumor rumeuk, dan 19 responden ( 19%) menyukai siaran profil usaha. Tentang bahasa yang dipergunakan, Sebanyak 72 responden (72%) menyatakan bahwa bahasa yang dipergunakan pada program siaran Jatiluhur TV mencerminkan budaya lokal setempat, dan 28 responden (28%) menilai tidak mencerminkan budaya lokal. Sebanyak 83 responden (83%) menyatakan bahwa program siaran Jatiluhur TV mencerminkan budaya lokal setempat, dan 17 responden (17%) menilai bahwa siaran Jatiluhur TV tidak mencerminkan budaya lokal. Mengenai manfaat yang diperoleh, masyarakat di Kabupaten Purwakarta menmyatakan bahwa siara local jatiluhur TV memberikan manfaat terhadap masyarakat penontonnya.
Kepuasan terhadap Jatiluhur TV Data tentang kepuasan terhadap fungsi informasi, hiburan, pendidikan, dan kepuasan terhadap fungsi kontrol. Dalam hal fungsi informasi media televisi, 89 responden (89%) puas, dan 11 responden (11 %) menyatakan tidak puas dengan fungsi informasi Jatiluhur TV. Kepuasan terhadap fungsi hiburan, sebanyak 92 re~ponden (92%) menyatakan sangat puas, dan 8 responden (8%) menyatakan tidak puas dengan fungsi hiburan yang dilakukan Jatiluhur TV. Sebanyak 32 responden (32%) menyatakan sangat puas terhadap fungsi pendidikan , 68 responden (68%) tidak puas dengan fungsi pendidikan pada Jatiluhur TV. Kepuasan tentang fungsi kontrol media televisi diperoleh data sebagai berikut, 68 responden (68%) menyatakan puas, ,dan 32 responden (32%) menyatakan tidak puas dengan fungsi kontrol Jatiluhur TV sebagai media televisi lokal. Dari berbagai program siaran yang ditayangkan oleh Jatiluhur TV, sebanyak 93 responden (93%) menyatakan puas, dan hanya 7 responden (7%) menyatakan tidak puas terhadap program tayangan Jatiluhur TV. Seperti yang tergambar pada tabel di bawah ini:
123
Kesimpulan Sebagian besar masyarakat di Kabupaten Purwakarta mengikuti seluruh siaran televisi yang tersiar di daerahnya. Terdapat hal yang menarik, bahwa sebagian besar masyarakat masih mengikuti siaran dari Televisi Republik Indonesia (TVRI) Jakarta,. hal ini menepis pendapat atau anggapan sebagian besar orang yang menyatakan bahwa TVRI telah ditinggalkan pemirsanya. Tentang keberadaan Jatiluhur TV, masyarakat di Kabupaten Purakarta mengetahui keberadaannya dan hampir sebagian besar mengikuti siarannya. Tentang materi siaran yang ditonton pada siaran Jatiluhur TV, sebagian besar masyarakat menonton program kebudayaan lokal, siaran hiburan, diikuti dengan menonton program siaran pen-didikan dan olah raga yang terjadi di wilayah Kabupaten Purwak~a dan sekitamya. Sebagian besar masyarakat telah mengetahui dan memahami fungsi Jatiluhur TV sebagai media informasi, media hiburan, media pendidikan, serta sebagai media kontrol. Hal ini menunjukan bahwa selain sebagai bagian dari kehidupan dan lingkungan sosialnya, fungsi media televisi telah difahami secara normatif. Dengan pemahaman tersebut, masyarakat dapat menilai baik buruknya, bermanfaat atau tidaknya tayangan televisi, baik dari sudut materi siaran maupun penyajiannya. Seluruh masyarakat yang terwakili dalam populasi penelitian ini telah mengetahui bahwa Jatiluhur berfungsi sebagai media infonnasi dan berfungsi sebagai media hiburan. Tetapi walaupun dalam prosentase yang lebih kecil, tidak semua masyarakat mengetahui Jatiluhur TV sebagai media televisi lokal mempunyai fungsi sebagai media pendidikan. Sama halnya dengan fungsi kontrol, tidak seluruh manyarakat di Kabupaten Purwakarta mengetahui dan memahami bahwa Jatiluhur TV berfungsi sebagai media kontrol. Masyarakat menilai bahwa program siaran Jatiluhur TV telah mencerminkan media televisi lokal melalui berbagai program siaran. Yaitu Kabar Purwasuka yang berisikan tentang kabar sosial, budaya, politik, ekonomi, dan kabar tentang siyuasi keamanan yang ada di wilayah Kabupaten Purwakarta. Progeam siaran Selintas Jatiluhur,
124
yang berisikan siaran seni dan budaya lokal, serta seputar peristiwa kriminal. Selain itu, masyarakat menilai keberadaan Jattiluhur TV sebagai stasiun televisi lokal tercermin dari program siaran lainnya, seperti Jatiluhur 9, dan kawih Sunda. Diantara berbagai program siaran yang ditayangkan oleh Jatiluhur TV, sebagian besar masyarakat menyukai program siaran Kawih Sunda, siaran Warta Sunda, diikuti oleh siaran Selintas Jatiluhur, On Your Atenttion, dan program siaran Jatiluhur 9 yang kesemuanya masuk dalam katagori program siaran reguler Jatiluhur TV. Selain penilaian tentang katagori program siaran reguler Jatiluhur TV, sebagian besar masyarakat menyukai siaran Profil Usaha, Rumor rumeuk, dan siaran lainnya seperti Rukum wargaku serta Dendang Asyik yang masuk dalam katagori siaran khusus Jatiluhur TV. Secara umum, masyarakat di Kabupaten Purwakarta ·menilai bahwa stasiun televisi lokal Jatiluhur TV telah mampu menjadi stasiun televisi lokal yang mencerminkan budaya lokal di Kabupaten Purwa-karta. Masyarakat menilai bahwa keberadaan Jatiluhur TV berman-faat dan dapat ikut menunjang budaya lokal yang ada di wilayah Jatiluhur. Masyarakat menyatakan puas terhadap fungsi informasi, fungsi hiburan, dan fungsi kontrol yang dijalankan oleh Jatiluhur TV. Namun demikian, masyakat merasa tidak puas dengan fungsi pe~didikan Jatiluhur TV sebagai lembaga penyiaran televise local. Dengan kata lain, sekalipun masyarakat menyatakan puas terhadap pelaksanaan fungsi informasi, hiburan, dan fungsi kontrol Jatiluhur TV sebagai televisi lokal , masih terdapat sebagaian kecil masyarakat yang menyatakan tidak puas dengan pelaksanaan fungsi televisi terutama dalam bidang pendidikan. Ketidak puasan masyarakat bisa disebabkan pada penilaian bahwa siaran Jatiluhur TV masih kurang dalam memberikan kesempatan, waktu yang kurang memadai dalam menyampaikan siaran yang memberikan pendidikan yang berhubungan langsung dengan peningkatan taraf hid up masyarakat. Media televisi dengan segala keterbatasan dan kelebihan yang dimilikinya dapat memberikan pemenuhan kebutuhan masyara-
125
kat karena teknologi informasinya, teknologi medianya, waktu dan materi siarannya. Dengan teknologi yang dimilikinya, televisi dapat mela~rnkan editing tentang teknik pandangan (angle dan background) melalui sistem komputerisasi. Materi siaran budaya lokal dapat dikemas malelaui tata panggung (stage) dan tata cahaya (lighting) bahkan melakukan animasi yang dapat menimbulkan estetika yang lebih baik dari tampilan aslinya. Keberadaan atau eksistensi lembaga penyiaran televisi lokal dalam program siarannya sebagian besar mengarah kepada potensi yang ada di wilayahnya, seperti kebudayaan, potensi daerah, disamping melaksanakan fungsi-fungsi yang lainnya seperti fungsi pendidikan, hiburan, informasi dan sebagai kontrol sosial. Sesuai dengan tujuannya, materi siaran yang paling menonjol adalah Budaya Sunda (lokal). Dalam siaran-siaran yang di tampilkan sudah mampu menyajikan Budaya lokal seperti keseniaan-keseniaan lokal, bahasa-bahasa lokal dan keadaan lainnya yang ada dan terjadi di wilayahnya.. DAFTAR PUSTAKA Ardianto, Elvinaro, Erdiyana, Komala, 2004, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Simbiosa Rekatama Media, Bandung Depdiknas, 2003, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta Gerungan, 1996, Psikologi Sosial, Eresco, Bandung Panuju, Redi, 2002, Relasi Kuasa, Pustaka Pelajar, Yogyakarta Sumadiria, Haris, AS, 2005, Jurnalistik Indonesia, Simbiosa Rekatama Media, Bandung Suryabrata, 1983 : Metode Penelitian, Raja Grafido, Jakarta Saverind-Tankard, 2003 : Communication theoris, writing and digital media, New York Undang-Undang No.32 Tahun 2002, Tentang Penyiaran Sumber Iainnya: www.infoskripsi.com www.zcribd.com
126
PEMBELAJARAN BERBASIS TIK UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA SMU DI KOTA BANJARMASIN
Hero Pudjo Buntoro Kualitas sumber daya manusia Indonesia saat ini masih sangat rendah jika dibanding dengan bangsa-bangsa lain di Negaranegara maju, bahkan dengan sesama anggota ASEAN. Toshiko Kinosita, Guru Besar Universitas Waseda Jepang mengemukakan bahwa; "sumber daya manusia Indonesia masih sangat lemah untuk mendukung perkembangan industri dan ekonomi. Penyebabnya karena pemerintah selama ini tidak pemah menempatkan pendidikan sebagai prioritas terpenting. Tidak ditempatkannya pendidikan sebagai prioritas terpenting karena masyarakat Indonesia, mulai dari masyarakat awam hingga politisi dan pejabat pemerintah, yang hanya berorientasi mengejar uang untuk memperkaya diri sendiri dan tidak pemah berfikir panjang". (Kompas, 24 Mei 2002) Dalam kaitannya dengan pembangunan bangsa saat ini salah satu faktor utama rendahnya kualitas sumber daya manusia ini sangat erat kaitannya dengan dunia pendidikan nasional. Sedangkan program pendidikan nasional yang dilaksanakan pemerintah sekarang ini tampaknya belum mampu menjawab harapan dan tantangan bangsa ini di masa depan. Oleh sebab itu pembangunan pendidikan bangsa merupakan sesuatu yang sangat berharga dan dibutuhkan. Pendidikan di masa depan memainkan peranan yang sangat penting di mana citacita suatu bangsa dan negara dapat diraih. Jadi remaja dengan kepribadian kuat dan pendidikan yang berkualitas merupakan dua masalah bangsa yang harus mendapatkan perhatian utama karena sangat menentukan masa depan Negara ini. Menurut Undang-undang RI. No. 20 Tahun 2003, Bab 2 Pasal 3; disebutkan bahwa Fungsi dan Tujuan Fundamental pendidikan nasional di Indonesia adalah;
127
"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab". (Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003). Pemerintah telah bertekad untuk meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia karena menyadari akan pentingnya peran manusia sebagai subyek pembangunan. Untuk itu maka pengenalan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terutama komputer dan internet menjadi sangat penting. Karena melalui komputer/intemet manusia Indonesia bisa berinteraksi dan berselancar melihat dan berinteraksi dengan manusia lainnya di dunia intemasional. Menteri Pendidikan Moh. Nub pemah mengatakan bahwa; "Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah mengubah kita semua dalam berinteraksi dan bersosialisasi. Eranya telah lama datang, yang ditandai dengan kemampuan masing-masing individu untuk mentransfer informasi secara bebas, dan setiap saat dapat mengakses pengeta huan, sesuatu yang sulit atau bahkan tidak mungkin dilakukan sebelum nya. Suatu era yang juga dikenal sebagai Abad Digital (Digital Age) atau Revolusi Digital (Digital Revolution), yang mempengaruhi pergeseran dari industri tradisional yang timbul dari revolusi industri melalui industrialisasi, ke ekonomi yang berbasis pengolahan informasi. Dunia pendidikan pun tidak bisa mengelak dari perubahan itu, bahkan sudah sewajarnya mengambil peran aktif untuk memanfaatkan TIK demi kemajuan pendidikan.
128
Refonnasi pendidikan adalah kuncinya, dan TIK adalah urat nadi yang memperlancar reformasi tersebut". (http://bse .depdiknas.go.id) Pengembangan kualitas sumber daya manusia sangat erat kaitannya dengan perolehan informasi individu, dan perolehan informasi individu sangat erat kaitannya dengan TIK (komputer/intemet). Telah banyak program yang dicanangkan pemerintah misalnya program OSOL (One School One Lab) dimana banyak sekolah-sekolah yang dianjurkan dan dibantu untuk memiliki laboratorium komputer untuk mendukung peningkatan kualitas proses belajar mengajar. Disamping itu juga telah dilakukan program Jardiknas (Jejaring Pendidikan Nasional) untuk memfasilitasi penyebaran informasi pendidikan dan komunikasi antara guru dan murid. Saat ini telah banyak sekolahsekolah negeri dan swasta yang memiliki laboratorium komputer, bahkan kepemilikan lab. Komputer tersebut menjadi trend yang ko~on dapat mendongkrak mutu sekolah. Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 juga telah mengakomodir keberadaan teknologi informasi dan komunikasi ini sebagai mata pelajaran pada kurikulum tingkat satuan pendidikan mulai dari SD hingga perguruan tinggi. Bahkan di beberapa SMU dan SMK konon telah dikembangkan jaring internet antar sekolah, jaring info sekolah di Kabupaten/Kota, Wide Area Network, dan JCT Center. Dan tentunya hal ini juga semakin mempermudah para siswa untuk sating berkomunikasi. "Pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan akhir-akhir ini digalakkan oleh pemerintah dengan memanfaatkan Information and Communication Technology (ICT). Pemanfaatan ICT ini secara umum bertujuan menghubungkan murid-murid dengan jaringan pengetahuan dan informasi. Selain itu mengembangkan sikap dan kemampuan murid-murid untuk belajar sepanjang hidup (life-long education), meningkatkan kinerja guru dalam bidang ICT. Pada akhimya akan mengubah sekolah di Indonesia menjadi institusi pembelajaran yang kreatif dan dinamis dengan
129
murid-murid menjadi · pembelajar yang lebih termotivasi, selalu ingin tahu, dan kreatif." (htt,p://www.lpmp-gorontalo.go.iQ, 5 April 2010). Di lingkungan sekolah setingkat SMU yang telah memiliki laboratorium sendiri disamping mata pelajaran Komputer juga ada praktek pemanfaatannya bagi para siswa. Namun kita tidak tahu apakah pelajaran komputer/internet yang diberikan disekolah tersebut sudah tepat atau masih banyak mengandung kelemahan. Hal inilah yang mengundang perhatian penulis untuk melakukan studi lebih jauh tentang bagaimana sebenarnya penerapan strategi pembelajaran berbasis TIK (komputer/internet) yang dilakukan sekolah terhadap para siswanya. Dan apakah pola penerapan TIK (komputer/internet) ini dapat mendukung kompetensi pembelajaran para siswa. Dengan kata lain, apakah mereka memanfaatkannya untuk mendukung aktivitas tugas belajar mereka, atau untuk memperluas wawasan pengetahuan mereka, ataukah mereka justru menggunakannya hanya untuk memperoleh hiburan semata. Selain itu juga perlu dilihat apakah ada kurikulum khusus untuk ini dan sudah diberikan kepada para siswa secara tepat di sekolah. Jadi Ada dua masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini, yaitu Apakah Guru telah menerapkan Strategi Pembelajaran berbasis TIK (komputer/internet) di Sekolah secara benar ? Apakah para siswa telah mengadopsi pelajaran TIK (komputer/internet) di sekolah sehingga dapat menjadi pendukung utama dalam proses belajar mengajar ? Studi ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan termasuk dalam paradigma klasik. Analisis data dilakukan secara deskriptif. Selain pengumpulan. data sekunder melalui studi pustaka, dilakukan pula pengumpulan data lapangan dengan menyebarkan kuesioner kepada para siswa dan siswi SMU di Iokasi penelitian. Untuk memperkuat data lapangan dilakukan pula wawancara mendalam (Depth Interview) dengan informan kunci yang ditetapkan secara purposive. Populasi sampling dalam penelitian ini ialah SMU Negeri III dan SMU Sabilal Muhtadin di kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kedua SMU tersebut sudah dikenal reputasinya dan mempunyai Lab. komputer. Jumlah sampel
130
seluruhnya ditetapkan 100 dimana masing-masing SMU mendapatkan 50 responden. Selanjutnya dari masing-masing SMU tersebut responden diambil secara acak sederhana. "Ada dua imbalan kenapa orang memilih media, menurut wilbur schram ada dua prinsip, bahwa orang memilih media yaitu prinsip kemudahan dan prinsip harapan imbalan ...... orang akan memilih media yang paling mudah diperolehnya. Yang kedua bahwa prinsip harapan imbalan berarti orang akan memilih media yang menurut harapannya akan memberikan imbal~n terbesar. Schramm sendiri mendefinisikan dua macam imbalan, yakni imbalan langsung dan imbalan yang tertunda. Jika seseorang merasa senang dengan membaca suatu artikel, maka ia memperolah imbalan langsung. Jika seseorang membaca artikel tentang meningkatnya kriminalitas lalu bersikap lebih hati-hati, maka ia memperoleh imbalan yang tertunda". (William L. Rivers, et al., 2004: 311, 312, 313). Melalui internet para siswa memperoleh pengetahuan yang luar biasa luasnya. Ini jauh berbeda dengan masa sebelum adanya komputer/internet, di mana para siswa hanya belajar dengan memanfaatkan buku-buku saja. Dengan komputer pula mereka bisa membuat karya tulis dengan cepat bahkan mencetaknya sekaligus. Bahkan dengan internet pula mereka bisa saling berkomunikasi satusama lain, melakukan wawancara dengan sahabatnya, dan bermain "game". Rivers mengutip pendapat Schramm menyatakan bahwa; "Luas-sempitnya ruang kehidupan seseorang, yang awalnya ditentukan oleh seberapa banyak ia bergaul dengan media massa. Peningkatan ruang kehidupan akan terjadi jika orang itu menaruh perhatian pada berbagai hal yang termuat dalam media cetak dan pada aspek-aspek serius dari media audio-visual." (William L. Rivers, et al., 2004: 319).
131
Indonesia saat ini telah memasuki jaman teknologi informasi, dimana komputer dan Internet mempunyai peran yang semakin penting sebagai alat untuk berkomunikasi baik secara lokal, regional maupun global. Perkembangan ini memiliki dampak yang semakin terbuka dan tersebamya informasi dan pengetahuan dari dan ke seluruh dunia menembus batas jarak, tempat, ruang, dan w~tu. Pengaruhnya pun meluas ke berbagai kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Pendidikan adalah merupakan suatu proses yang tujuannya untuk meningkatkan nilai sosial, budaya, moral, dan agama, serta mempersiapkan para siswa menghadapi tantangan dan pengalaman dalam kehidupan nyata. Untuk itu dalam pendidikan diperlukan proses pembelajaran yang efektif dan efisien yang menjadikan pembelajar menyerap informasi dan pengetahuan serta teknologi yang dipelajarinya sebagai bagian dari dirinya. Dalam kaitan ini penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sangat diperlukan dalam proses belajar-mengajar. Penerapan . TIK (Komputer/lntemet) telah dilakukan di dunia pendidikan di Indonesia sejak tahun l 980an. Gubemur Kalimantan Selatan H. Rudy Ariffin dalam acara "Workshop dan Sosialisasi Warung Masyarakat lnformasi (Warmasit)" di hotel Arum Kalimantan, Banjarmasin 15 April 2008, mengatakan; "kegagalan dalam memanfaatkan teknologi informasi bisa berdampak buruk bagi kehidupan kita dalam bermasyarakat, berbangsa dan bemegara. Karena itu apabila kita pandai, cerdas, terampil dan pada tempatnya menggunakan teknologi informasi, maka akan membawa kemudahan dan menjadi sarana untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan sehat". (http://www.depkominfo.go.id/;29 April 2008) Penerapan TIK di sekolah-sekolah adalah sebuah inovasi yang harus dilakukan untuk mempercepat pegembangan Sumber Daya Manusia. Oleh sebab itu perlu dilakukan langkah-langkah pembenahan sekolahsekolah secara hati-hati baik yang menyangkut prasarana, sarana, maupun Sumber Daya Manusianya terutama para Guru. Pertama-tama
132
yang perlu dilakukan adalah menyediakan sarana telekomunikasi. Di sebagian besar kota-kota di indonesia saat ini telah tersedia jaringan telekomunikasi. Ini penting sekali karena Komputer/Internet hanya. bisa bekerja dengan dukungan jaringan telekomunikasi. Terkecuali daerah-daerah yang terpencil yang kondisinya masih sulit dijangkau oleh transportasi darat, dan ini jumlahnya relatif sangat kecil. Kedua adalah menyediakan fasilitas TIK (Komputer/internet). Beberapa Sekolah saat ini telah memilikinya terutama sekolah-sekolah yang ada di kota-kota. Ketiga adalah menyediakan tenaga Guru yang menguasasi TIK (Komputer/internet). Keempat adalah menyiapkan kurikulum berbasis TIK (Komputer/ internet). Dalam kaitan ini seorang pakar menulis; "Hal-hal yang perlu dilakukan dalam rangka pemanfaatan ICT ini adalah dengan menyediakan prasarana dan fasilitas TIK untuk murid dan guru yang memungkinkan mereka mengakses informasi, mendorong pemain kunci dalam sistem sekolah dalam menjalankan peran baru mereka, terutama dalam hal ini adalah guru. Di samping itu juga, sekolah mengintegrasikan TIK dalam pendidikan sekolah melalui kurikulum yang sesuai dan dukungan sumberdaya dan mendorong tumbuhnya lingkungan berbasis komunitas yang kondusif terhadap manajemen perubahan." (http://www.lpmp-gorontalo.go.id). Kemampuan untuk menggunakan komputer di era globalisasi saat ini merupakan salah satu syarat yang umumnya diminta oleh lapangan kerja di Indonesia dan di luar negeri, disamping persyaratan lainnya seperti kemampuan berbahasa asing. Hal tersebut merupakan tantangan bagi sekolah untuk terus berpacu dalam mengembangkan kemampuan dan kemahiran komputer bagi para siswanya. Untuk mendukung upaya tersebut, pemerintah telah menempatkan pembangunan fasilitas laboratorium komputer diseluruh sekolah-sekolah di Indonesia sebagai prioritas yang utama. Dalam kaitan ini pula maka Internet telah menjadi pilihan yang cukup baik untuk mengem-
133
bangkan komunikasi antar sekolah, Kanwil, Kandep, dan Depdiknas. Bahkan beberapa sekolah telah mengambil inisiatif untuk membangun fasilitas mereka sendiri. (http://pendidikan.tvD. Risa R. Simanjuntak SS MAppLing MA, Koordinator Self-Access Language Learning Center (SALLC), Universitas Bina Nusantara, 4 Juni 2007, menyatakan; "Pada era Teknologi Informasi {TI), pembelajaran mandiri semakin mudah dijalani. Internet menawarkan sumberdaya hampir tidak terbatas untuk meningkatkan kualitas dan daya saing seseorang. Jendela pengetahuan terbuka lebar bagi seorang pembelajar yang memiliki akses internet. Melalui internet seorang pelajar bisa mengakses berbagai jenis materi yang mendukung pembelajaran mandiri, termasuk multimedia, jumal, berita, dan latihan-latihan". (Media Kominfo, No. 6 tahun 2, 2007; hal. 26). Banyak cara yang dapat dilakukan dengan teknologi informasi untuk menjalin komunikasi antar sesama guru, sesama murid, dan antara guru dan murid walaupun dalam jarak yang jauh sekalipun. Lily Huang, seorang guru pengajar bahasa mandarin di China daratan, mengatakan bahwa "Dengan memanfaatkan sistem teleponi internet skype seorang guru bisa langsung bertatap muka dengan muridnya yang berkedudukan di Negara lain, dengan menggunakan webcam". (Media Kominfo, No. 6 tahun 2, 2007; hal 26). Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dsb. lnteraksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media tersebut. Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet. Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang disebut cyber teaching atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dila-kukan dengan 1
134
menggunakan internet. Istilah lain yang makin poluper saat ini ialah
e-Iearning yaitu satu model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi khususnya internet.(http://1eniuwita. wordpress.comD. Akan tetapi dibalik kekuat-annya yang mampu meningkatkan intelektualitas seseorang, internet juga memiliki sisi lain yang saat ini juga menjadi perhatian dan keprihatinan para orang tua. Sebagaimana dikemukakan oleh DR. H. Yamin M. Saleh Msi.; "Aspek pornografi merupakan sebuah sisi gelap dari berbagai kelebihan yang ditawarkan oleh internet. Masyarakat resah dengan penetrasi informasi sexual yang vulgar pada berbagai situs web yang ada. Sehingga internet tetap. di cap buruk dan menyesatkan. Banyak keluarga takut internet di rumah menjadi referensi sex bagi anak-anak". (DR. H. Yamin M. Saleh Msi., Ceramah "Teknologi Informasi Sebagai Peluang dan Ancaman Terhadap Moral Masyarakat", disampaikan pada "Seminar Sehari Peningkatan Kualitas dan Kapasitas SOM Peneliti dan Staf Puslitbang APTEL dan SKOi", Hotel Permata, Bogor, I maret 2008). Keprihatinan para orang tua ini juga menjadi perhatian pemerintah Wakil Presiden Yusuf Kalla sendiri di Bandung, tanggal 23-3-2008 menyatakan bahwa "Pada April mendatang pemerintah akan mulai memblokir akses ke situs-situs porno yang bisa dibuka di sejumlah Warnet di sejumlah wilayah. Ini dilakukan untuk mencegah situs-situs porno tersebut dibuka oleh pelajar". (Kompas, 24-3-2008). Demikian pula menteri Komunikasi dan Jnformatika Tifatul Sembiring telah mengambil langkah kongkret dengan menghimbau para pengusaha warnet untuk sedapat mungkin memblokir situs-situs porno tersebut agar tidak merusak akhlak para remaja. JCT merupakan kebutuhan mendasar bagi generasi mendatang. Kompetensi abad 21 menuntut adanya kemampuan JCT pada generasinya. Akan tetapi apakah JCT telah diintegrasikan dalam kurikulum pembelajaran SMU ? Selama ini JCT hanya diajarkan sebagai suatu mata pelajaran yang khusus diberikan secara terpisah dari matapelajaran yang lain. Inilah yang juga akan dilihat dalam penelitian ini. Menurut Departemen Pendidikan Nasional, rumusan
135
kompetensi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan pernyataan apa yang diharapkan dapat diketahui, disikapi, atau dilakukan siswa dalam setiap tingkatan kelas dan sekolah dan sekaligus menggambarkan kemajuan siswa yang dicapai secara bertahap dan berkelanjutan untuk menjadi kompeten (Departemen Pendidikan Nasional, 2004). Di samping itu seorang pakar dari Philipina John Timothy Denny dari lembaga PC4Peace Philippines dalam diskusi pada Kongres Guru Indonesia 2010 Pembangunan Berkelanjutan yang diselenggarakan Putera Sampoerna Foundation, jumat (21/5) di Jakarta mengemukakan; "Pemanfaatan teknologi informasi dan komunik~i (information and communication technology/ICT) sebagai sarana pembelajaran di sekolah belum maksimal. Selain persoalan teknis seperti harga yang relatif mahal dan minimnya ketersediaan jaringan listrik, juga masih banyak tenaga pendidik atau guru yang belum siap menggunakan ICT". (Kompas, 22 Mei 2010). Berbagai basil studi tentang pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi oleh masyarakat menunjukkan temuan yang menggambarkan adanya manfaat yang dapat mendukung perkembangan masyarakat dalam mengikuti dinamika kehidupan. Teknologi Informasi dan Komunikasi telah memfasilitasi berbagai kegiatan dalam sektor kehidupan manusia seperti ekonomi, perbankan, pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya. Mereka dapat menikmati hiburan dan menyerap berbagai informasi tanpa harus meninggalkan rumah atau wilayah tempat tinggalnya, serta dapat saling berhubungan/berinteraksi satu sama lain. Berangkat dari berbagai macam teori tersebut di atas, maka timbul pertanyaan yang perlu mendapatkan jawaban. Apa yang sebenarnya dilakukan para siswa sekolah dalam memahami pelajaran TIK (Komputer/internet) ? Dan apa yang dilakukan oleh para guru dalam memberikan pelajaran TIK (Komputer/internet) selama ini ? Oleh sebab itu maka yang dioperasionalkan dalam penelitian ini
136
adalah Penerapan strategi pembelajaran berbasis TIK (Komputer/ internet) dalam upaya meningkatkan kompetensi pelajaran di sekolah/SMU di kota Banjarmasin, provinsi Kalimantan Selatan. Dari konsep tersebut maka dapat ditarik beberapa variabel yang diukur dalam studi ini dengan indikator sebagai berikut.: Apakah kurikulum berbasis TIK (Komputer/internet) telah menjadi bagian dalam proses belajar mengajar di sekolah. Kebiasaan menggunakan internet dan informasi apa yang biasa mereka cari melalui internet; Bagaimana para Guru memberikan pelajaran tentang TIK (Komputer/internet); Apakah penggunaan internet bisa memperkuat kompetensi pelajaran di sekolah.
Pendidikan Di Kota Banjarmasin. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan salah satu tugas pokok yang harus dipenuhi oleh pemerintah daerah dalam era otonomi daerah. Hal ini sejalan dengan salah satu program pemerintah kota Banjarmasin yang dijabarkan ke dalam salah satu misinya yaitu "Pemanfaatan dan penggalian sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan peningkatan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi". Berdasarkan data statistik tahun 2008/2009 dari 8.132 orang PNS di lingkungan Pemerintah Kota Banjarmasin tersebut di atas, sebanyak 5.412 orang adalah berprofesi sebagai Guru. Jadi jumlah PNS yang berprofesi sebagai Guru lebih banyak dari PNS yang berprofesi sebagai pegawai non-guru. Menurut data Dinas Pendidikan Nasional kota Banjarmasin tahun 2008, untuk kota Banjarmasin, jumlah murid SMU baik negeri maupun swasta tahun 2008 adalah 11.441. Sedangkan untuk jumlah guru baik negeri maupun swasta adalah 1050. SMU Negeri 7 & SMU Islam Sabi/al Muhtadin. Saat ini di kota Banjarmasin terdapat 13 buah SMU Negeri. Salah satu diantaranya ialah Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 7 Banjarmasin yang berlokasi di JI. Dharma Praja V, No. 47, RT.12 Banjarmasin-70249. Website: www.smun7-bjm.sch.id\.E-mail:
137
[email protected]\. SMU Negeri 7 adalah SMU unggulan di kota ini serta memiliki Lab. Komputer sendiri. Jumlah komputer. yang ada di SMU Negeri 7 adalah; Ruang ruang multimedia: 37 unit dalam keadaan baik, ruang kantor 15 unit dalam keadaan baik. Sedangkan komputer yang rusak sekitar 10 buah. SMU Islam Sabilal Muhtadin beralamat di kompleks Masjid Raya Banjarmasin. Jumlah Guru seluruhnya adalah 23 orang, yaitu Guru tetap, Guru Honorer, dan Guru perbantuan. Jumlah murid seluruhnya ada 244 orang. Kelas 1 terdiri atas 3 kelas dan biasa disebut kelas 10, kelas 2 terdiri atas 2 kelas dan biasa disebut kelas 11, dan kelas 3 terdiri atas 2 kelas dise-but kelas 12. SMU Islam Sabilal Muhtadin juga merupakan SMU unggulan di kota Banjarmasin. SMU ini juga mempunyai Lab. Kom-puter yang berasal dari basil swadaya serta infaq sadakah dari wali murid. Jumlah komputer yang ada di Lab. adalah 28 Komputer, 20 buah bisa dipakai sedang yang 8 buah dalam kondisi rusak. 20 buah komputer telah terkoneksi internet dan sudah menggunakan Pentium 4.
Penguasaan TIK (komputer/internet) Mengenai perolehan kemampuan responden dalam menggunakan komputer, sebagian besar responden (44%) mengaku ·bisa menggunakan komputer karena belajar sendiri. Sebanyak 32% mengaku diajari teman/saudara/kerabat, dan 23% mengaku bisa menggunakan komputer karena pelajaran komputer di sekolah. Bahwa pelajaran komputer di sekolah ternyata hanya menyumbangkan 23% terhadap literasi mereka terhadap TI khususnya komputer. Selebihnya mereka belajar sendiri dan persahabatan serta persaudaraan telah ikut memberikan nilai tambah di bidang IT terhadap mereka. Seluruh siswa ( 100%) telah bisa mengoperasikan internet. Sebagian besar responden (49 %) mengatakan memperoleh kemampuan pengoperasikan internet karena diajari teman/saudara/kerabat. Sedangkan yang lainnya sebanyak 35% menyatakan memperoleh kemampuan mengoperasikan internet dari belajar sendiri. Hanya 14% yang menyatakan bahwa mereka bisa megoperasikan internet berkat
138
pelajaran di sekolah. Dan hanya 2% yang memperoleh kemampuan dari mengikuti kursus komputer. .
Kebiasaan Menggunakan internet Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden 58% menyatakan tempat yang paling s(fring dikunjungi untuk mengoperasikan internet adalah rumah sendiri. Sebanyak 26% menyata-kan bahwa tempat yang paling sering di kunjungi untuk mengope-rasikan internet adalah di warnet, warintek, warmasif. Sementara hanya 9% yang menyatakan bahwa mereka paling sering mengope-asikan internet di sekolah. Mungkin karena di sekolah mereka diba-tasi oleh waktu atau jam pelajaran. Frekuensi penggunaan komputer/ internet kebanyakan (44%) menyatakan menggunakan internet setiap hari. Sebanyak 35% menyatakan satu-dua hari seminggu, dan 16% menyatakan tiga-empat hari seminggu. Dalam sehari sebagian besar responden (48%) menggunakan komputer/internet selama lebih dari 2 jam. Sebanyak 20% menggunakan komputer/internet selama 60 menit ( 1 jam). Dan sebanyak 11 % menyatakan menggunakan kom- · puter/internet selama 30 menit dan 120 menit. Hal yang paling sering dilakukan para siswa pada saat mengakses internet ialah Menggun,akan facebook. Hal ini dinyatakan oleh sebagian besar siswa 35%. Sedangkan sebanyak 29% responden paling sering menggunakan komputer/internet untuk mencari informasi melalui Google. Dan 20% responden mengaku menggunakan komputer/internet untuk Mencari hiburan. Serta 5% responden menyatakan menggunakan komputer/ internet untuk membaca berita dan melakukan chatting. Mengenai situs gambar/video porno basil penelitian menunjukkan sebagian besar siswa (61 %) menyatakan tidak pernah mengakses situs gambar/video porno. Hanya 22% dari mereka yang menyatakan sekali-sekali, dan 17% menyatakan ragu-ragu.
Pembelajaran Berbasis TIK. Sebagian besar (77%) responden berpendapat bahwa materi pelajaran TIK (komputer/internet) yang didapatkan di sekolah telah
139
sesuai dengan kebutuhan siswa. Sebanyak 4% siswa berpendapat sangat sesuai, namun ada 19% yang berpendapat belum sesuai. Bagi mereka yang berpendapat belum sesuai alasannya _adalah Komp~ter masih banyak yang rusak, sehingga siswa tidak kebagian. Selain itu waktu pembelajaran dan fasilitas waktu pelajaran hanya 2 jam pelajaran (2 x 45 menit), sedangkan materi yang dipelajari cukup banyak. Mayoritas siswa berpendapat bahwa peran Pembimbing/ Guru dalam mengajarkan TIK (k_?mputer/intemet) di sekolah itu sangat penting (43%) dan penting 54%. Hanya 3 responden (3%) yang menyatakan bahwa itu tidak begitu penting. Karena itu, kemampuan guru dalam penguasaan teknologi informasi juga merupakan tuntutan yang tidak bisa dihindarkan dalam kebijakan pendidikan kita. Masalah baru yang muncul dan dihadapi otoritas pendidikan kita adalah mahalnya perangkat digital sekolah dan sulit serta lamanya melatih guru untuk melek teknologi informasi. (Ahmad B.) Sumber: Media Indonesia Online.
Penilaian Siswa Tentang Perbandingan Teori dan Praktik Dalam Pelajaran Komputer/internet Di Sekolah Data penelitian menunjukkan bahwa mayoritas siswa (39%) menilai teori sedikit, tapi praktek lebih banyak. Yang lain (3 7%) menilai bahwa antara teori dan praktek sama pembagian waktunya. Sedangkan 20% menyatakan teori lebih banyak dari praktek. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perbandingan antara jumlah komputer yang tersedia dan jumlah murid yang praktek di sekolah, mayoritas siswa 48% menilai jumlah komputer lebih sedikit dari jumlah muridnya. Akibatnya pemakaian harus diatur secara bergantian. Selanjutnya juga ditunjukkan bahwa mayoritas siswa (55%) menilai bahwajam pelajaran praktek Komputer/intemet adalah cukup. Akan tetapi sebagian siswa lainnya (41%) menilai jam pelajaran praktek Komputer/intemet kurang mencukupi.
140
Proses Adopsi Pelajaran TIK/lnternet Mengenai pelajaran TIK (komputer/internet) yang diajarkan di sekolah tabel: 7 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden (79%) menyatakan sangat mendukung pelajaran. Sedangkan sebanyak 12 % menyatakan kurang mendukung pelajaran. Sedangkan Tabel: 8 menunjukkan bahwa mayoritas 70% menilai bahwa pelajaran TIK (Komputer/intemet) yang di peroleh di sekolah memuaskan. Sebanyak 1% _ bahkan menilai sangat memuaskan. Mayoritas responden (65%) menilai internet memudahkan mereka belajar. Bahkan sebanyak 3 5% responden menyatakan internet sangat memudahkan mereka belajar. Hasil penelitian juga menunj-ukkan bahwa mayoritas responden (55%) menyatakan tidak mengenal situs Jaringan Pendidikan Nasional (Jardiknas). Sedang-kan yang mengenal situs Jardiknas sebanyak 45%. Jadi jumlahnya relatif hampir imbang. Demikian pula dengan penggunaan Buku Sekolah Elektronik (BSE}, sebagian besar responden (90 %) menya-takan tidak menggunakan Buku Sekolah Elektronik. Alasan mereka buku yang dipakai disekolah sudah merupakan paket dari sekolahan.
Realitas Pemanfaatan TIK dan Internet Peran Internet terutama di bidang pendidikan sangat penting sekali, apabila ia dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Oleh sebab itulah maka Internet sangat digemari oleh anggota masyarakat, baik usia dewasa maupun para pemuda, terutama para remaja usia sekolah. Seperti halnya populasi sasaran studi ini yang mana dari 99 responden yang mengisi kuesioner, sebagian besar dari mereka berusia antara 16, 17, dan 18 tahun, diusia mana seseorang akan cenderung ingin mengetahui segala persoalan serta informasi yang ada di dunia. Dalam dunia pendidikan Internet menawarkan berbagai kesempatan untuk pengembangan profesi Guru. Dengan memanfaat-kan Internet secara benar, seorang Guru dapat menambah penge-tahuan mereka, dapat berkomunikasi antar sesama profesi, dan dapat berpartisipasi aktif dalam suatu forum diskusi secara elektronik. Dan dengan Internet pula seorang Guru dapat mencari bahan untuk proses belajar mengajar. Selain dari pada itu Internet juga mem-punyai manfaat
141
yang sangat besar bagi para sisw~ dimana Internet menawarkan kesempatan untuk: 1). Belajar sendiri secara cepat : a).Meningkatkan pengetahuan, b).Belajar berinteraktif, c).Mengembangkan kemampuan di bidang penelitian. 2). Memperkaya diri : a). Meningkatkan komunikasi dengan siswa lain, b). Menb1gkatkan kepekaan akan permasa-lahan yang ada diseluruh dunia (http://e-pendidik-an.ne!L). Sebagian besar responden 44% mengaku bisa menggunakan komputer karena belajar sendiri. Pelajaran komputer di sekolah ternyata hanya menyum bangkan 23% terhadap literasi mereka terhadap TI khususnya komputer. Dari sisi ini sebenamya dapat diduga bahwa sekolah belum banyak memberikan nilai tambah di bidang IT terhadap mereka. Bahkan sebagian besar responden (49 % ) mengatakan memperoleh kemampuan pengoperasikan internet karena diajari teman/saudara/ kerabat. Sedangkan yang lainnya sebanyak 35% menyatakan memperoleh kemampuan mengoperasi-kan internet dari belajar sendiri. Hanya 14% (14 responden) yang menyatakan bahwa mereka bisa megoperasikan internet berkat pelajaran di sekolah. Hal yang paling sering dilakukan para siswa pada saat mengakses internet ialah menggunakan/acebook (3 5%). Sebanyak 20% responden mengaku menggunakan komputer/internet untuk mencari hiburan. Sebagian responden 29% paling sering menggunakan komputer/internet untuk mencari informasi melalui Google. Ini membuktikan bahwa penggunaan internet untuk mencari informasi guna memperkaya wawasan baru dilakukan oleh sebagian kecil siswa. Namun ada hal positifnya dimana sebagian besar para siswa ( 61 %) menyatakan tidak pernah mengakses situs gambar/video porno. Hanya 22% dari mereka yang menyatakan sekali-sekali. Dan 17% menyatakan ragu-ragu. 77% responden berpendapat bahwa materi pelajaran TIK (komputer/internet) yang didapatkan di sekolah telah sesuai dengan kebutuhan siswa. Bahkan sebanyak 4% siswa berpendapat sangat sesuai, namun ada 19% yang berpendapat belum sesuai. Bagi mereka yang menganggap belum sesuai alasannya
142
waktu pelajaran yang sangat singkat, hanya 2 jam pelajaran ·(2 x 45 menit), sedangkan materi yang dipelajari cukup banyak. Pelajaran komputer kurang bisa mengimbangi kebutuhan sosial di masyarakat, disamping itu cara penyampaiannya kurang profesional. Peran pembimbing/guru dalam mengajarkan TIK (komputer/intemet) di sekolah, sangat penting (43%) dan penting (54%). Oleh sebab itu kualitas seorang Guru sangat menentukan sukses tidaknya pelajaran TIK di sekolah. Dalam hal ini sertifikasi Guru TIK mutlak diperlukan bila ingin pendidikan TIK mencapai sasaran. Demikian pula perbandingan antara jumlah komputer yang tersedia dan jumlah murid yang praktek di sekolah sangat penting. Mayoritas siswa 48% menilai jumlah komputer lebih sedikit dari jumlah muridnya. Sadangkan kebutuhan ideal tersebut diperlukan 48 komputer, hal ini menjadi target yang tidak realistis bagi semua sekolah di Indonesia saat ini. Jam pelajaran praktek Komputer/intemet perlu dipertimbangkan kembali kareda sebagian siswa menilai cukup, sedangkan sebagian lain menilai kurang. Sebagian besar responden 79% menyata-kan sangat mendukung pelajaran TIK (komputer/intemet) yang diajar-kan di sekolah. Mereka juga menilai bahwa pelajaran TIK (Komputer/intemet) yang di peroleh di sekolah sudah memuaskan. Karena dengan pelajaran internet sangat memudahkan mereka belajar. Namun hal yang cukup mengecewakan ialah bahwa mayoritas responden (55%) menyatakan tidak mengenal situs Jardiknas. Mereka yang menyatakan mengenal situs Jardiknas sebanyak 45%. Demikian pula dengan penggunaan Buku Sekolah Elektronik (BSE). sebagian besar responden 90 % menyatakan bahwa mereka tidak menggunakan Buku Sekolah Elektronik. Alasan mereka buku yang dipakai disekolah sudah merupakan paket dari sekolahan.
Kesimpulan Berdasarkan uraian di atas kiranya dapat diambil kesimpulan bahwa yang dapat kita baca pada umumnya di Sekolah-sekolah Menengah Umum sarana & prasarana kurang mendukung, komputer banyak yang rusak, jumlah komputer juga kurang jadi murid hams
143
dijadwal bergilir. Hal ini dirasakan sangat merugikan para siswa. Selain itu jaringan Internet sangat lamban dan seringkali tidak konek serta sering ada gangguan. Waktu pelajaran TIK masih kurang, jam pelajaran sering kosong, dan pelajaran dari guru kurang tuntas sehingga kurang dapat dimengerti para siswa. Hal ini dikarenakan guru pembimbing sendiri kurang profesional, ada yang tidak berpendidikan IT, dia hanya memperoleh pengetahuannya dari kursus IT, sehingga pelajaran yang diberikan pun kurang baguslkompeten. Sementara itu Perkembangan TI semakin pesat, jadi harus terus diikuti. Sebab kalau tidak diikuti para siswa akan semakin ketinggalan. Jam praktek masih kurang, khususnya untuk tanya jawab, sehingga kurang pendalaman bagi para siswa. Selain itu tidak ada buku panduan yang baku. Walaupun Internet berpotensi untuk menyampaikan keuntungan-keuntungan bagi para siswa, akan tetapi kalau tidak disertai dengan metode pembelajaran yang baik, hasilnya pasti kurang menguntungkan bagi para siswa. Kegiatan siswa juga harus dimonitor dengan baik, karena Internet juga mengandung informasi yang tidak/kurang berguna bagi para siswa, sehingga hanya menghabis-kan waktu saja. Bahkan dapat mengganggu pelajaran siswa dengan mud~ya. Oleh sebab itu rencana belajar mengajar yang efektif untuk menggunakan Internet akan memerlukan beberapa kemampuan baru guru untuk dapat Iebih mengefisienkan waktu. Saran: a. Peran penting Guru/pembimbing di Sekolah Menengah Umum dalam memberikan pelajaran komputer di sekolah perlu terus ditingkatkan cakupan dan kualitasnya. Jadi tidak hanya mendidik kemampuan menggunakan komputer saja, tetapi juga dikembangkan pada kemampuan menggunakan internet serta meningkatkan penggunaan Internet untuk pengembangan pendidikan. b. SMU baik negeri maupun swasta perlu terus mengembangkan fasilitas lab yang dimiliki agar rasio jumlah murid dan komputer yang tersedia di sekolah cukup bagus. Selain itu kualitas materi pelajaran perlu juga terus dikembangkan agar dapat dicapai kualitas lulusan yang bagus pula.
144
DAFTAR PUSTAKA 1.
Gati Gayatri, DR., 2008
2.
H. Yamin M. Saleh, DR. Msi., 2008
3.
lbnu Hamad, DR., 2007
4.
Rivers, et.al.
William
L.,
2004 5. 6.
7.
Rogers, Everett, M., 1974 Severin, Werner J. and James W. Tankard, JR., 1982 Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, 1988 Dokumen:
"Teknik Analisis Isi Web Sites", disampaikan pada Seminar di Departemen Kominfo, Jakarta, "Teknologi Informasi Sebagai Pe-luang dan Ancaman Terhadap Mo-ral Masyarakat", Ceramah dalam "Seminar Sehari Peningkatan Kuali-tas dan Kapasitas SOM Peneliti dan Staf Puslitbang APTEL dan SKOi", Hotel Permata, Bogor, 1 maret. "Perkembangan Mutakhir Metode Penelitian Kualitatif', Disampaikan pada "Temu Ilmiah Peneliti Badan Litbang SOM Depkominfo", Bogor 22 Nopember. Media Massa & Masyarakat Modern, diterjemahkan oleh Haris Munandar dan Dudy Priatna, edisi kedua, Prenada Media, Jakarta. Komunikasi dan Pembanguan, dalam Majalah Titian Nomor 17, Jakarta. Communication Theories; Oriogins, Methods, Uses, Hasting House Publishers, New York. Metode Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta.
Perubahan keempat UUD 1945 Pasal 31 tentang Pendidikan. 2 Undang-Undang No. 25 tahun 2000 . tentang Progam Pembangunan Nasional (PROPENAS) 3 Undang-undang No. 20 Th. 2003 . tentang Sistem Pendidikan Nasional.
145
Peraturan Pemerintah No. 25 Th. 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Daerah Provinsi sebagai Daerah Otonom. 5 Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun . 2005 tentang standar nasional pendidikan. 6 Peraturan Presiden No. 10 tahun 2005 . jo Peraturan Presiden RI No. l~ tahun 2005, tentang Unit Organisasi Dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia.
4 .
Majalah/Suratkabar
Jumal Penelitian Pers Dan Komunikasi Pembangunan, Vol. . . . .. No..... . September 2009, Vol. 13 No. 3, Februari 2010. 2 Media Kominfo, No. 6, tahun II, 2007.
3 Suratkabar Harian Kompas, 24 Mei
Internet
.
2002, 24 Maret 2008, 22 Mei 20 I 0.
I
htq,://www .depkominfo.go.id/
2 htq,://banjarmasinkota.go.id// 3 http://id.wikipedia.org/ 4 http://lenjuwita.wordpress.com/ 5 htq,://e-pendidikan.net/ 6 htq,://www.antara.eo.id/ 7 http://www. lpmp-gorontalo.go. id/ 8 htq?://staipuimajalengka. fi Jes. word pres s.com/ 9 http://www.bkn.go.id/ I htq,://bse.depdiknas.go.id 0 I htq,://jardiknas.depdiknas. go. id/ I 1 http://e-endidikan.com/comp.html 2
146
PENYELENGGARAAN PELATIHAN "CHIEF INFORMATION OFFICER" DI PROVINS! GORONTALO lka Deasy Ariyani Undang-Undang (UU) Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik telah berlaku mulai tanggal 1 Mei 2010. 1 UU tersebut merupakan landasan hukum yang berkaitan dengan hak setiap orang untuk memperoleh informasi; kewajiban Badan Publik menyediakan dan melayani permintaan infor-masi secara cepat, tepat waktu, biaya ringan/proporsional, dan cara sederhana; pengecualian bersifat ketat dan terbatas; kewajiban Badan Publik untuk membenahi sistem dokumentasi dan pelayanan informasi. 2 Demikian juga dengan diundangkannya UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, maka tersedia jaminan hukum atas kegiatan yang memanfaatkan internet sebagai medianya, baik transaksi maupun pemanfaatan informasinya sehingga memungkinkan setiap warga masyarakat menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) secara optimal. Pemberlakuan kedua UU tersebut memiliki konsekuensi bahwa setiap lembaga publik termasuk pemerintah harus menyiapkan sistem pelayanan informasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi, karena dengan berlakunya UU tersebut diperkirakan bahwa kebutuhan terhadap pelayanan informasi yang berkualitas dan cepat akan meningkat, sehingga setiap lembaga yang memiliki fungsi Badan Publik memerlukan jabatan yang bertanggung jawab untuk menjamin ketersediaan, keakuratan, kesinambungan, dan keamanan informasi yang diminta oleh organisasi untuk mencapai tujuan bisnis dan meningkatkan eksistensi organisasi di lingkungannya, yakni Chief Information Officer (CI0). 3 Dalam panduan Tata . Kelola. TIK Nasional (Peraturan Menteri Komunikasi dan lnformatika Nomor 41/PER/MEN. KOMINF0/11/2007), disebutkan bahwa: untuk memastikan kapasitas kepemimpinan pengelolaan TIK di semua level pemerintahan, setiap institusi pemerintahan harus menetapkan Chief
147
Information Officer. CIO ini bertugas mengkoordinasi perencanaan, realisasi, operasional harian dan evaluasi internal TIK di institusinya masing-masing, bekerjasama dengan satuan kerja TIK dan satuansatuan kerja pengguna lainnya. CIO pemerintah merupakan pejabat pada posisi tertinggi di bidang pengelolaan informasi yang bertugas di bidang perencanaan, pengendalian operasional, dan evaluasi di bidang pelayanan informasi berbasis TIK. Dalam jangka panjang, CIO merupakan sebuah lembaga (unit kerja yang memiliki perangkat). Sementara dalam jangka pendek, CIO merupakan pejabat yang memiliki tugas dan fungsi serta kewenangan tertentu sebagai CIO, yang melekat pada unit organisasi yang ada yang selama ini menangani tugas dan fungsi pelayanan informasi dan kebijakan serta fasilitasi pendayagunaan TIK. 4 Dalam rangka mewujudkan CIO dalam jangka pendek, salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan memberikan pelatihan kepada para pejabat pengelola informasi di lembaga pemerintah dan pemerintah daerah agar memiliki pengetahuan tentang tugas fungsi, dan kegiatan pokok CIO. 5 Untuk mengundang peserta pelatihan, panitia bekerja sama dengan Sekretariat Daerah Provinsi. Kerja sama yang dilakukan adalah dengan meminta Sekretariat Daerah Provinsi untuk mengundang pimpinan instansi terkait dengan komunikasi dan informatika atau pejabat pemerintah daerah yang memiliki bidang tugas dan kewenangan yang terkait dengan pengelolaan informasi di wilayah pemerintahannya, termasuk kabupaten dan kota yang terletak di wilayah provinsi tersebut. Salah satu provinsi tujuan penyelenggaraan pelatihan CIO berlokasi di Gorontalo. Gorontalo merupakan provinsi ke-32 di Republik lndonesia. 6 Diresmikan pada 16 Februari 2001, 7 dapat dikatakan bahwa Gorontalo merupakan provinsi yang tergolong masih muda. Di provinsi ini terdapat 5 kabupaten dan 1 kota: Kabupaten Boalemo, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato, Kabupaten Bone Bolango, Kabupaten Gorontalo Utara, dan Kota Gorontalo. 8 Dalam pelaksanaannya, diharapkan peserta yang hadir sesuai dengan .kriteria sebagaimana disebutkan sebelumnya. Mengingat kondisi administratif kabupaten dan kota di Provinsi Gorontalo yang
148
belum lama terbentuk, terdapat kemungkinan bahwa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) masih memiliki keterbatasan jumlah, baik dalam hal unit kerja maupun sumber daya manusia. Menilik kemungkinan keterbatasan pada SKPD di Provinsi Gorontalo tersebut, menarik untuk diketahui tentang pendelegasian tugas mengikuti pelatihan CIO bagi peserta oleh Sekretariat Daerah, dalam hal ketepatan penunjukan pejabat yang berwenang untuk ikut serta dalam pelatihan CIO. Dalam studi ini ingin diketahui apakah tugas mengikuti pelatihan CIO diberikan kepada pejabat pemerintah daerah yang memiliki bidang tugas dan kewenangan yang terkait dengan pengelolaan informasi. Oleh karena itu, masalah dalam studi ini dirumuskan dengan, "Bagaimana gambaran pendelegasian kewenangai:i keikutsertaan dalam pelatihan CIO oleh Sekretariat Daerah Provinsi Gorontalo?" Pendelegasian Kewenangan Seorang manajer (di dalam suatu organisasi.) tidak dapat melakukan semua tugas yang diberikan kepadanya. Dalam upaya untuk mencapai sasarannya, manajer harus mendelegasikan kewenangan. Pendelegasian kewenangan berarti pembagian kewenangan dan kekuasaan ke arah bawah kepada subordinat. Pendelegasian adalah perihal mempercayakan orang lain untuk melakukan bagianbagian dari pekerjaan. Pendelegasian kewenangan dapat didefinisikan sebagai " ... subdivision and sub-a/location of powers to the subordinates in order to achieve effective results.9 Pendelegasian memiliki elemen-elemen, antara lain: 10 Kewenangan dalam konteks sebuah organisasi bisnis, kewenangan dapat didefinisikan sebgai kekuasaan dan hak seseorang untuk menggunakan dan mengalokasikan sumber daya secara efisien, untuk mengambil keputusan dan untuk memberi perintah dalam upaya untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Setiap or~ng yang memiliki kewenangan harus mengetahui cakupan kewenangan mereka dan tidak menyalahgunakannya. Kewenangan merupakan hak untuk memberikan komando, perintah, dan mendapatkan segala
149
sesuatu selesai dilaksanakan. Manajemen tingkat atas memiliki kewenangan terbesar. Kewenangan selalu mengalir dari atas ke bawah, dan menjelaskan bagaimana pekerjaan terselesaikan dari bawahannya. Tanggung jawab, dalah kewajiban seseorang untuk menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. Seseorang yang diberikan tanggung jawab sebaiknya memastikan bahwa ia tuntas menyelesaikan tugas yang diberikan. Jika tugas yang ia pegang tanggungjawabnya tidak terselesaikan, maka sebaiknya ia tidak memberikan penjelasan-penjelasan atau alasan-alasan. Tanggungjawab yang tanpa disertai kewenangan yang adekuat mengarah ke ketidaksenangan dan ketidakpuasan di antara individu. Tanggung jawab mengalir dari bawah ke atas. Manajemen tingkat menengah dan yang lebib bawah memegang tanggung jawab yang lebib besar. Orang yang memegang tanggung jawab terbadap suatu tugas dapat menjawab peribal pekerjaannya. Akuntabilitas, berarti memberikan penjelasan terbadap setiap keragaman dalam pelaksanaan kinerja yang sebenamya dari yang dibarapkan. Sebagai contob, jika A diberikan suatu tugas dengan kewenangan yang cukup, dan A mendelegasikan tugas tersebut kepada B dan meminta B agar memastikan bahwa tugas tersebut terlaksana, maka tanggung jawab terletak pada B, namun akuntabilitas tetap terletak pada A. Manajemen tingkat atas adalab yang paling akuntabel. Menjadi akuntabel berarti menjadi inovatif karena seseorang tersebut akan berpikir melebibi cakupan pekerjaannya. Akuntabilitas secara singkat berarti dapat menjawab peribal basil akhir. Akuntabilitas tidak dapat dilepaskan. Ia muncul dari tanggung jawab. Pendelegasian kewenangan merupakan dasar bagi bubungan antara atasan dan bawahan. Agar tercapai pendelegasian, seorang manajer barus bekerja di dalam suatu sistem . dan barus mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 11 1. Penugasan kewajiban, pemberi delegasi pertama-tama mencoba mendefini sikan tugas-tugas dan kewajibankewajiban kepada bawahannya. la juga barus mendefinisikan basil yang dibarapkan dari bawabannya.
150
2. Pemberian kewenangan, pembagian kewenangan ke dalam subdivisi terjadi ketika atasan memilah dan membagikan kewenangannya dengan bawahannya. Untuk alasan ini, setiap bawahan sebaiknya diberikan kebebasan yang cukup untuk melaksanakan tugas yang. diberikan oleh atasannya. Para manajer di setiap tingkatan mendelegasikan kewenang-an dan kekuasaan yang melekat pada posisi pekerjaan mereka. Pembagian kekuasaan ke dalam subdivisi sangat penting untuk mencapai basil yang efektif. 3. Penciptaan Tanggung Jawab dan Akuntabilitas, proses pendeJegasian tidak berakhir ketika kekuasaan diberikan kepada para bawahan. Pada waktu yang sama, mereka harus mematuhi kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepada mereka. Tanggung jawab dikatakan merupakan faktor atau kepatuhan seorang individu untuk melaksanakan kewajibannya dengan kemampuan terbaiknya sesuai dengan arahan atasannya. Pada saat yang sama, tanggung jawab bersifat absolut dan tidak dapat digantikan. Di sisi yang lain, akuntabilitas merupakan kepatuhan individu untuk melaksanakan kewajiban-kewajibannya sesuai standar kinerja. Dengan demikian, dikatakan bahwa kewenangan didelegasikan, tanggung jawab diciptakan, dan akuntabilitas ditentukan. Akuntabilitas muncul dari tanggung jawab dan tanggung jawab muncul dari kewenangan. Dengan demikian menjadi hal yang penting bahwa di dalam setiap posisi berwenang, kewajiban yang sama maupun yang berlainan harus disertakan. Alasan Pendelegasian Pendelegasian kewenangan adalah proses pemilahan dan pembagian kewenangan dan kekuasaan di antara para bawahan. Ketika pekerjaan manajer melebihi kapasitasnya, sebaiknya terdapat semacam sistem pembagian pekerjaan. Pada saat tersebut, pendelegasian kewenangan menjadi perangkat penting di dalam fungsi o~ganisasi.
151
Melalui pendelegasian, seorang manajer pada kenyataannya, menggandakan dirinya dengan membagi/menggandakan pekerjaannya dengan para bawahannya. Pendelegasian dilaksanakan dengan alasan 12 : ( 1). Melalui pendelegasian, seorang manajer dapat memilah pekerjaan dan mengalokasikannya kepada para bawahannya. Hal tersebut membantu dalam mengurangi beban kerjanya sehingga ia dapat bekerja di area-area penting seperti pe-rencanaan, analisis bisnis, dan sebagainya. (2). Dengan pengurang-an beban pada atasan, maka atasan dapat mengkonsentrasikan energinya pada masalahmasalah penting dan kritis yang perlu mendapat perhatian [di dalam organisasinya, pen]. Dengan cara tersebut, manajer dapat mendatangkan keefektifan dalam pekerjaannya sebagaimana halnya di dalam unit kerja. Efektivitas tersebut membantu manajer untuk meningkatkan kemampuan dan keahliannya dengan paling baik. (3). Pendelegasian kewenangan merupakan dasar berdirinya hubungan antara atasan dan bawahan. Organisasi menjalankan fungsinya saat kewenangan mengalir dari tingkat atas ke bawah. Hal tersebut menunjukkan bahwa melalui pendelegasian, hubungan atasan-bawahan menjadi bermakna. Arus kewenangan yang mengalir dari atas ke bawah merupakan cara untuk mencapai basil. (4). Pendelegasian kewenangan dapat memberikan tempat dan ruang yang cukup bagi bawahan untuk memajukan kemampuan dan keahlian mereka. Melalui pendelegasian kekuasaan, bawahan mendapatkan perasaan penting (feeling of importance). Mereka menjadi termotivasi untuk bekerja dan motivasi tersebut memunculkan hasil-hasil yang layak untuk perusahaan. Kepuasan kerja merupakan kriteria penting untuk mendatangkan stabilitas dan kekuatan dalam hubungan antara atasan dan bawahan. Pendelegasian juga membantu dalam menghentikan kemonotonan pada bawahan sehingga mereka dapat lebih kreatif dan efisien.
152
Kekurangan Pendelegasian Meskipun pendelegasian dapat memberikan keuntungan bagi organisasi, banyak manajer kekurangan motivasi atau pengetahuan untuk mendelegasi secara efektif, dan dengan demikian pendelegasian (atau kekurangan pendelegasian) dapat mengganggu. perusahaan. Beberapa manajer juga dapat mengalami kekurangan kompetensi yang diperlukan untuk mendelegasi secara efektif. Mereka bisa saja memilih tugas-tugas yang salah untuk didelegasikan, memilih bawahan yang tidak tepat untuk dipercaya, atau memberikan arahan yang tidak adekuat untuk bawahan saat mendelegasikan. Pendelegasian yang kurang tepat dapat menyebabkan sejumlah masalah, yang terutama merupakan tugas yang diselesaikan secara kurang benar, yang dapat menciderai keseluruhan produktivitas organisasi. Sebagai tambahan, karir atasan dan bawahan juga dapat mengalami derita. Sang manajer cenderung disalahkan karena mendelegasikan tugas yang salah, mendelegasikan kepada orang yang salah, atau tidak menyediakan bimbingan yang sesuai. Sang bawahan juga bisa jadi disalahkan karena mengerjakan tugas secara kurang benar. Dengan demikian, pendelegasian yang kurang baik dapat mengurangi keberhasilan personal manajer dan karyawan. 13 Pendelegasian Efektif Pendelegasian efektif adalah memberikan tugas kepada orang yang tepat. Seorang delegator yang efektif menugaskan pekerjapekerjanya pada tugas-tugas yang memiliki kemungkinan tinggi berhasil dikerjakan oleh mereka. Ia membuat prediksi keber-hasilan berdasarkan kecocokan antara tuntutan pekerjaan dan kompetensi pekerjanya. Delegator yang tidak efektif memiliki harapan bahwa pekerjanya akan berhasil [dalam melaksanakan pekerjaan-pen.] namun sebenarnya tidak memiliki dasar bagi harapan tersebut karena tidak mendefinisikan keberhasilan. Jika keberhasilan didefini-sikan dan dikomunikasikan kepada bawahan, maka bawahan/pekerja memiliki pemahaman yang jelas terhadap tuntutan pekerjaan dan dapat memusatkan usahanya pada kegiatan-kegiatan yang penting. 14
153
Kondisi CIO di Gorontalo Sebelum pelaksanaan kegiatan Pelatihan CIO, panitia meminta kerja sama dengan Sekretariat Daerah agar mengundang pimpinan instansi terkait dengan komunikasi dan informatika atau pejabat pemerintah daerah yang memiliki bidang tugas dan kewenangan yang terkait dengan pengelolaan informasi di wilayah pemerintahannya, termasuk kabupaten dan kota yang terletak di wilayah provinsi tersebut. Dari pelaksanaan kegiatan pelatihan CIO di Provinsi Gorontalo didapatkan data kepesertaan sebagai berikut: 15 1. Staf Bagian Humas, Biro Umum dan Humas Sekretariat Daerah Provinsi Gorontalo 2. Kepala Subbidang Informasi, Pusat lnformasi Jagung Provinsi Gorontalo 3. Kepala Bidang Korn info, Dinas Perhubungan Pariwisata Komunikasi dan Informatika Kabupaten Boalemo 4. Kepala Bidang Kominfo, Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Gorontalo Utara 5. Kepala Bidang Informasi, Pos, dan Telekomunikasi-Dinas Perhubungan Informasi dan Komunikasi Kota Gorontalo 6. Staf Bidang Kepegawaian-Badan Kepegawaian dan Pengembangan Aparatur Daerah Provinsi Gorontalo 7. Kepala Subbidang Statistik dan Data Informasi-Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Gorontalo 8. Staf Bagian Humas-Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Gorontalo 9. Staf Seksi Pengelola Data Elektronik, Kantor Pengolahan Data Elek.1ronik dan Perpustakaan Kota Gorontalo 10. Kepala Subbidang Sistem Informasi-Badan Investasi daerah Provinsi Gorontalo 11. Humas Dinas Perkebunan dan Peternakan 12. Kepala Bagian Hukum, Teknis, dan Hubungan MasyarakatKomisi Pemilihan Umum Provinsi Gorontalo
154
/ 13. Staf Seksi Arsip-Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Gorontalo ,14. Sekretaris Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Komunikasi, dan Informatika Kabupaten Gorontalo 15. StafKantor Satuan Polisi Pamong Praja dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Gorontalo 16. StafTata Usaha-Balai Pengembangan Kegiatan Belajar, UPTD Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Gorontalo 17. Staf Program-Dinas Kehutanan dan Pertambangan Provinsi Gorontalo 18. Sekretaris Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Gorontalo 19. Kepala Subbagian Program-Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Gorontalo 20. StafBalai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang-Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Gorontalo 21. Staf Subbagian Program-Dinas Sosial Provinsi Gorontalo 22. Staf Subbidang Perencanaan-Dinas Sosial Provinsi Gorontalo 23. Staf Umum dan Kepegawaian-Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Gorontalo 24. Staf Penelitian dan Pengembangan-Badan Perenc~aan Pembangunan Daerah Kabupaten Gorontalo 25. Staf Pengawasan dan Penyuluhan-UPTD Balai Metrologi, Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Gorontalo 26. Kepala Subbagian Tata Usaha, Badan Pelaksana Kesehatan Mandiri Provinsi Gorontalo 27. Kepala Subbagian Um um dan Kepegawaian-Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo 28. Kepala Subbagian Bantuan Hukum dan Sosial-Sekretari? Korps Pegawai Republik Indonesia Provinsi Gorontalo
155
~/
....... - ........... .._,_.
29. Kepala Seksi Pengawasan dan Perizinan Media~Din~s Perhubungan Kota Gorontalo 30. Kepala Subbagian Pelayanan .Pengadaan barang/Jasa-Biro Pengendalian Pembangunan dan Ekonotni, Sekretariat Daerah . """, Provinsi Gorontalo 31. Kepala Seksi Pos dan Telekomunikasi-Dinas Pethubungan dan Pariwisata Provinsi Gorontalo 32. Kepala Bidang Pengawasan dan Pengendalian-Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan Kabupaten Pohuwato 33. Staf Subbagian Program-Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 34. Kepala Subbidang Rehabilitasi Penyakit Komplikasi-Badan Narkotika Provinsi Gorontalo 3 5. Kepala Urusan Pengawasan Pemasaran-Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo 36. Kepala Bidang Fisik dan Prasarana-Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pohuwato 37. Kepala Subbagian-Sekretariat Daerah Provinsi Gorontalo Dari daftar kepesertaan tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat 37 peserta yang menghadiri kegiatan Pelatihan CIO dari penugasan oleh Sekretariat Daerah. Daftar peserta nomor 1 sampai dengan 32 termasuk dalam kategori yang langsung maupun tidak langsung sesuai dengan kriteria peserta yang ditetapkan panitia, nomor 34 sampai dengan 36 tidak terkait dengan kriteria peserta yang ditentukan panitia, dan nomor 37 memiliki identitas kedudukan yang kurang jela5 menerangkan tentang fungsi tugasnya di instansinya. Dari daftar peserta, yang menarik untuk diperhatikan adalah keikutsertaan peserta dengan nomor 34 sampai dengan 36. Jika ditinjau dari tugas pokok dan fungsi pada divisi di instansi tempat kerja mereka, ketiga peserta tersebut tidak memiliki tugas pokok dan fungsi terkait dengan komunikasi dan informatika ataupun memiliki bidang tugas dan kewenangan yang terkait dengan pengelolaan
156
,,""
informasi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pendelegasian tugas untuk mengikuti pelatihan CIO dari Sekretariat Daerah pada ketiga unit kerja instansi tersebut kurang efektif. Hal tersebut dikarenakan tugas pokok dan fungsi terkait komunikasi dan informatika ataupun kewenangan terkait pengelolaan informasi tidak melekat pada keempat peserta tersebut. Dalam teori pendelegasian, disebutkan bahwa dalam pendelegasian yang efektif, seorang delegator membuat prediksi keberhasilan berdasarkan kecocokan antara tuntutan pekerjaan dan kompetensi pekerjanya. Ia menugaskan pekerja-pekerjanya pada tugas-tugas yang memiliki kemungkinan tinggi berhasil dikerjakan oleh mereka. Ditambah lagi, banyak delegator yang kurang mengetahui atau kurang kompeten untuk melakukan pendelegasian secara efektif. Mereka bisa jadi salah memilih tugas untuk didelegasikan, tidak tepat memilih bawahan untuk ditugaskan, atau tidak adekuat memberikan arahan saat mendelegasikan. Pendelegasian yang kurang tepat dapat menyebabkan masalah, yang terutama adal$ tugas terselesaikan secara kurang benar, yang pada akhirnya dapat menciderai keseluruhan produktivitas organisasi. Jika dikaitkan dengan kasus peserta nomor 33 sampai dengan 36, dapat dikatakan bahwa pendelegasian yang dilakukan di keempat unit kerja instansi peserta tersebut kurang efektif, karena ketidakcocokan antara tuntutan pekerjaan dengan kompetensi pekerjanya. Dalam hal ini, pemberi tugas (Sekretariat Daerah) memberikan tugas/pekerjaan kepada orang-orang dengan kompetensi di bidang yang kurang sesuai dengan komunikasi dan informatika ataupun pengelolaan informasi. Kemungkinan yang dapat terjadi akibat pendelegasian yang kurang tepat di keempat unit kerja instansi tersebut adalah tidak terselesaikannya tugas secara benar karena tugas menghadiri pelatihan tidak diikuti oleh peserta yang memiliki kewenangan yang dipersyaratkan.
157
Kesimpulan Pendelegasian tugas dari Sekretariat Daerah Provinsi Gorontalo kepada instansi-instansi di provinsi, kabupaten, dan kota yang terletak di wilayah Provinsi Gorontalo untuk mengikuti pelatihan CIO sebagian besar (86,5%) sudah tepat karena diberikan kepada pimpinan instansi terkait dengan komunikasi dan infonnatika atau pejabat pemerintah daerah yang memiliki bidang tugas dan kewenangan yang terkait dengan pengelolaan infonnasi di wilayah pemerintahannya, termasuk kabupaten dan kota yang terletak di wilayah provinsi tersebut. Namun, ditemukan terdapat 3 peserta yang tidak memenuhi kriteria tersebut. Berdasarkan teori pendelegasian, penugasan kepada 3 peserta tersebut tergolong pendelegasian yang kurang efektif, karena tugas diberikan dengan kurang memperhatikan kecocokan antara tuntutan pekerjaan dan kompetensi pekerjanya. Kemungkinan akhir dari pendelegasian yang kurang efektif tersebut berdampak pada produktivitas organisasi di masa yang akan datang, yakni tidak terlaksanakannya tugas, fungsi, atau kewenangan terkait pengelolaan informasi REFERENSI 1 Situs Resmi Kepresidenan htqJ://www.presidensby.info/index.php/fokus/2010/04/30/5372.html, 30 April 2010, diakses 10-02-2011 2 Kata Pengantar Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik 3 Kerangka Acuan Kerja Pelatihan Chief Information Officer (CIO) di Seluruh Indonesia 4 /bid 5 Ibid 6 ff!'ebsite Sekretariat Negara Republik Indonesia, http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com conterit&task =view&id=3026&Itemid=l594, diakses 10-02-2011
158
7
Website Gorontalo' Online, http://www.gorontalo.netfirms.com/page%203.htinl, diakses 10-022011 8 Website Resmi Pemerintah Provinsi Gorontalo, htt.p:// gorontaloprov. go.id/provinsi-gorontalo-dan-berbagaiaspek/kondisi-geografis-gorontalo.html, diakses 9 Feb 2011 9 Delegation ofAuthority. Website Management Study Guide, htt.p://www .managementstudyguide.com/delegation of authority.ht m: diakses tgl 7 Feb 2011 10 Ibid 11 1bid 12 Importance ofDelegation. Website Management Study Guide htt_p://www .managementstudyguide.com/importance of delegation. htm, diakses tanggal 7 Februari 2011 13 Delegation. Website Encyclopedia ofBusiness, 2nd ed http://www.referenceforbusiness.com/management/DeEle/Delegation.html, diakses 11 Februari 2011 14 Ibid . 15
Laporan Fisik Pelatihan CIO di Gorontalo. (2010). Pusat Penelitian dan Pengembangan Profesi Komunikasi dan lnformatika
159
IMPLEMENTASI WEBSITE PENGRAJIN KERIS DAN BATIK DESA GIRIREJO BANTUL Agus Prabowo & Inasari Widiyastuti Berdasarkan data Indonesia ICT White Paper 2010 (Kemkominfo, 2010), kepemilikan komputer di rumah tangga Indonesia mengalami peningkatan signifikan antaran tahun 2006 - 2008. Laju peningkatan kepemilikan komputer rumah tangga di tahun 2008 mengalami kenaikan 4% dari tahun 2006. Menurut SUSENAS 20062008 yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat kepemilikan komputer dalam rumah tangga di Jawa lebih tinggi dibanding daerah lainnya. Tingginya laju pertumbuhan kepemilikan komputer mendorong peningkatan akses internet rumah tangga. Pada tahun 2008, peningkatan akses internet rumah tangga mencapai 8,56% dibanding tahun 2007. Peningkatan akses internet juga terjadi di luar lingkungan rumah tangga seperti sekolah, kantor, maupun warung internet. Hadimya internet berdampak pada perubahan perilaku baik dalam hal berkomunikasi, berinteraksi, mencari informasi maupun berbisnis. . Kehadiran internet juga mendorong pertumbuhan domaindomain baru baik yang dimiliki secara korporasi maupun perorangan. Pada masa awal internet, jumlah kepemilikan domain masih terbatas pada pihak yang memiliki kemampuan secara teknis maupun finansial. Rumitnya membangun sebuat website dengan beberapa syntax programming yang menyulitkan menjadi pemicu kepemilikan website terbatas pada korporasi. Hambatan juga terjadi pada biaya yang harus dikeluarkan untuk menyewa domain, hosting, maupun web programming. Namun saat ini kemudahan dalam hal pembiayaan clan pembangunan website mendorong munculnya banyak domaindomain baru. Tidak perlu keahlian khusus untuk membangun sebuah website dan tersedianya website gratis baik berjangka waktu tertentu maupun tak terbatas. Peruntukan website yang berkembang saat ini sangat beragam sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh pemilik atau pengelola website. Desa Girirejo terletak di Kecamatan lmogiri,
160
Kabupaten Bantul, Yogyakarta merupakan salah satu desa pengrajin keris dan batik terbaik di wilayah Yogyakarta. Sebagian besar penduduk Girirejo, yaitu 11, 19% adalah pengrajin keris dan batik, baik yang berdiri sendiri maupun tergabung dalam kelompok pengrajin (Budiyono., et.al, 2010). Dalam penelitian Budiyono., et.al (2010), di Desa Girirejo telah dibentuk Community Acces Point (CAP) yang berperan dalam pengelolaan komunitas informasi masyarakat pengraj in. Selama ini proses promosi dan pemasaran produk keris dan batik dilakukan melalui penjualan langsung ke konsumen akhir dan penjualan tidak langsung melal~i melalui piha~ ketiga yaitu distributor atau agen. Pengrajin batik di Desa Girirejo lebih cenderung menggunakan pihak ketiga meski memiliki showroom yang menjadi satu dengan tempat tinggal. Sedangkan pengrajin keris terutama keris dengan jenis pamor menjual .ke. konsumen akhir dengan metode make to order. Penjualan ni~Ialui pihak ketiga hanya untuk keris berjenis souvenir dan kodi. Sebagi~ besar pengrajin tidak mengikuti pameran dalam mempromosikan. produknya. Proses promosi berlangsung dari mulut ke mulut karena umumnya merupakan usaha turun temurun. Di samping sebagai desa pengraji keris dan batik, Desa Girirejo juga mempunyai potensi yang tidak dipunyai daerah Iain di Yogyakarta yaitu makanan olahan dan wisafa spiritual. Potensi makanan olahan yang ada di desa Girirejo cukup banyak misalnya wedang uwuh (wedang cengkeh), lempeng telo, pecel kembang turi, sedangkan wisata spiritual yang ada antara lain Makam lmogiri, Makam Pangeran Pekik, "malem selikuran" dan lain-lain. Media pemasaran yang terbatas menjadi salah satu kendala dalam mempromosikan sekaligus memasarkan produk kerajinan dan potensi yang ada di desa Girirejo sedangkan sebagian besar konsumennya berada di luar Yogyakarta bahkan dari luar negeri. Oleh karenanya diperlukan suatu media pemasaran yang bersifat universal, tidak terbatas ruang dan waktu, serta mencapai pasar tertarget (niche market). Website menjadi salah satu jawaban untuk mempromosikan sekaligus memasarkan produk kerajinan keris dan batik di Desa
161
Girirejo secara online yang diakses oleh siapa saja terutama pasar tertarget. Dengan hadimya website ini, masyarakat Girirejo, diharapkan tidak hanya bisa memasarkan produk keraj inan tapi juga mempromosikan potensi Desa Girirejo. Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, penelitian ini bertujuan untuk merancmig dan membangun website pengrajin keris dan batik di Desa Girirejo. Tujuan penelitian ini adalah merancang dan membangun website pengrajin keris dan batik di desa Girirejo. Manfaat dari penelitian ini adalah dapat mempromosikan dan memasarkan produk kerajinan keris dan batik desa Girirejo melalui website sehingga dapat meningkatkan pemasaran. Dengan demikian diharapkan kesejahteraan masyarakat desa Girirejo menjadi meningkat. Model Community Access Point Kajian Implementasi Website Pengrajin Keris dan Batik Desa Girirejo Bantu} merupak~ action research. Dalam implementasinya penelitian ini menciptakan website dengan nama imogiricenter.com. Dalam penelitian Budiyono., et.al (2010), pengembangan CAP merupakan salah satu upaya memberikan akses informasi pada masyarakat perdesaan dalam pengembangan kapasitas masyarakt setempat. Sayangnya, beragam model CAP yang ada saat ini tidak mencapai sasaran yang diharapkan seperti yang terjadi di warmasif Semarang, te/ecenter Pabelan (Magelang), dan internet desa Gadingsari (Bantul). Permasalahan yang timbul dari model CAP tersebut menurut Castells adalah infrastruktur yang tidak mendukung seperti jaringan listrik dan jaringan internet, belum adanya pengembangan kapasitas pengelola, dan konten informasi yang belum terkelola dengan baik. Berdasarkan pengalaman pada CAP di daerah lain, Budiyono., et.al mengembangkan model CAP di Desa Girirejo melalui peningkatan kapasitas masyarakat pengrajin dan pengembangan aspek konten informasi melalui pembangunan sebuah website. Jika model CAP Desa Girirejo dikelola dan dikembangkan dengan baik dan optimal, secara ekonomis akan mendorong peningkatan produksi pengrajin yang mampu mensejahterakan masyarakat.
162
Penelitian ini merupakan eksperimen terapan yaitu perancangan dan pembangunan website pengrajin keris dan batik di Desa Girirejo dalam rangka mempromosikan sekaligus memasarkan basil kerajinan. Objek yang diamati dalam penelitian ini adalah proses bisnis yang berlangsung di Desa Girirejo. Pendekatan yang digunakan dalam perancangan website adalah pendekatan sepotong (piecemeal approach) dan pendekatan berkembang. Metode analisis dan desain website menggunakan metode FAST (Framework for The Application of System Technology). Metode FAST mendukung pengembangan sistem dan tahapan operasional dari siklus daur hidup sistem (Whitten., et. al. 2002). Analisis dalam tahapan FAST terdiri dari tahap preliminary investigation, problem analysis, require-ment analysis, decision analysis, design, construction,dan implementation. Tahap investigasi awal bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan pada proses bisnis yang berlangsung saat ini. Tahap ini tidak untuk memecahkan masalah tetapi menge-lompokkan masalah yang ada. Kelompok-kelompok masalah selan-jutnya diidentifikasi penyebab masalah, titik keputusan, dan personil kunci me-lalui tahapan analisis masalah. Dari masalah dan .penyebab masalah ini akan dirumuskan kebutuhan akan website yang dikembangkan (requirement analysis). Jika masalah, penyebab masalah, dan kebu-tuhan telah teridentifikasi, maka berlanjut pada tahap perancangan website (design).
Pengenalan Website Secara Konseptual Website adalah sumber informasi yang diperoleh melalui World Wide Web (WWW). Lee., et.al (2010) dalam penelitiannya, website merupakan sekelompok antar muka dengan atribut fungsional yang saling berhubungan satu sama lain untuk melayani memanjakan, memberikan kepuasan, memenuhi kebutuhan pengguna. Website dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuannya yaitu hiburan, informasi, komunikasi, dan perdagangan (Korgaonkar dan Lindgaard dalam Lee., et.al, 2010). Meski terklasifikasi, tidak tertutup kemung-
163
kinan website memiliki tujuan ganda bahkan multi tujuan seperti tergambar pada gambar 1. Web Sites
Gambar 1. Klasiflkasi website menurut tujuannya Dalam pembangunan website, terdapat beberapa aspek yang harus dipenuhi yaitu kemudahaan penggunaan (usability) dan kemudahan pengaksesan (accesibility). Sejalan dengan itu, penelitian Liu., et.al (2000) menemukan tiga faktor kritis kesuksesan sebuah website. Pertama, pengembangan website perlu mencari jalan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan informasi. Kedua, pengembangan website perlu memikirkan cara pengunjung (visitors) dalam menggunakan website. Ketiga, website mampu mempertahankan pengunjung untuk datang kembali dengan menyediakan fitur-fitur yang menarik dan nyaman digunakan ataupun dilihat oleh pengunjung. Berdasarkan penelitian tersebut, faktor penting dalam membangun website yang baik adalah kualitas informasi dan kualitas desain yang mampu mempertahankan sekaligus mendatangkan kembali pengunjung. Menurut James O'Brien (1997) sebuah informasi dikatakan berkualitas jika memenuhi tiga dimensi yaitu dimensi waktu (time dimension), dimensi isi (content dimension), dan dimensi bentuk (form dimens.ion). Berdasarkan dimensi waktu, informasi dikatakan berkualitas jika (I) informasi tersedia saat dibutuhkan, (2) informasi· tersedia dalam frekuensi waktu tertentu, (3) informasi memiliki kemampuan kekinian (up to date). Dari sisi dimensi isi, informasi berkualitas jika bersifat akurat, relevan, dan diperlukan pengguna. Sedangkan dari
164
dirnensi bentuk, penyajuan inforrnasi (presentation) rnudah digunakan dan di.paharni oleh pengguna.
Model Perancangan Website Proses Bisnis Yang Berlangsung Saal lni : Pengrajin keris di Desa Girirejo urnurnnya tergabung dalam koperas i setempat, yaitu Koperasi Gandring, baik dalam proses produksi rnaupun pemasaran. Pengraj in terbagi dalam beberapa bagian produksi berdasarkan spesifikasi pernbuatan bagian-bagian keris. Ada pengrajin yang khusus rnembuat warangka, bilah, dan sarung. Bagian-bagian ini kernudian diserahkan ke pengepul untuk disatukan menjadi keris utuh . Proses ini terjadi bila keris yang dipasarkan berjenis keris souvenir atau keris kodi. Proses ini tidak berlaku pada jenis keris pamor dimana semua bagian dikerjakan oleh satu pengrajin dengan teknik dan keahlian khusus. Jenis keris pamor ini bisa dibuat sesuai inspirasi mpu (made to stock) atau berdasarkan pesanan (make to order). Proses bisnis pembuatan dan pemasaran keris seperti terlihat pada gambar 2.
Pengrajin Warangka
Pengepul/Penyatu bagian-bagian keris
Pengrajin Sarung
Pengrajin bilah
Gambar 2. Proses bisnis pembuatan dan pemasaran keris
165
Proses bisnis pembuatan dan pemasaran batik tidak j auh berbeda dengan proses bisnis keris. Hanya, belum ada koperasi yang mewadahi pengrajin batik sehingga proses pembuatan dan pemasaran tergantung pada jaringan dan kekuatan brand pengrajin sendiri. Pada proses pembuatan batik terdapat dua mekanisme yang berlangsung, yaitu membuat batik dari tahap awal dan melanjutkan proses pembatikan. Membuat batik dari tahap awal umumnya terjadi pada pengraj in yang telah eksis dan merupakan bisnis keluarga. Sedangkan melanj utkan proses pembatikan adalah melakukan tahap pewarnaan dan plorotan dari batik yang telah ditulis dari daerah lain. Proses bisnis pembuatan dan pemasaran batik terlihat pada gambar 3. Pembeli langsung
Pengrnjin batik
Gambar 3. Proses bisnis pembuatan dan pemasaran batik Analisis Kebutuhan Informasi Dalam merancang website pengrajin keris dan batik di Desa Girirejo, analisis kebutuhan terhadap website ini yaitu: (1). Website akan dikelola oleh administrator yang tidak didominasi oleh perorangan, dukuh, atau produk tertentu. (2). Website diharapkan bisa berfungsi sebagai media pemasaran produk kerajinan keris dan batik serta menjadi media promosi potensi Desa Girirejo. (3). Konten
166
website bersifat dinamis, dapat diubah, ditambah, atau dihapus dengan mudah. Dari kebutuhan diatas, maka dapat diidentifikasi website yang dirancang: (a). Website yang dirancang adalah website non-profit organization. Website dikelola oleh CAP Desa Girirejo yang berorientasi pada kemajuan masyarakat Desa Girirej~ bukan berorientasi pada kemajuan CAP semata. (b). Meski bukan komersial website murni ada kemungkinan untuk pengembangan ke arah ecommerce. Website hanya terbatas sebagai display produk sedangkan transaksi dan negosiasi dilakukan melalui komunikasi dua arah, terutama untuk produk make to order.
Target Segmentasi Pasar (niche market) Menentukan segmentasi pengunjung website penting artinya untuk memperoleh pasar tertarget (niche market). Aakers dan Myers dalam Padmanabhan., et.al ( 1998) mengidentifikasi sasaran pasar tertarget berdasarkan demografi, geografi, dan psikografi. Identifikasi pasar tertarget dari perancangan website pengrajin keris dan batik di Desa Girirejo menurut varibael Kotler (1997) yaitu: (1 ). Demografi , Sasaran jenis kelamin dari website adalah terbuka, tidak terbatas pada jenis kelamin tertentu. Sasaran pendidikan dari website juga terbuka, tidak mengenal tingkat pendidikan meskipun sebagian besar pasar tertaget diharapkan mereka yang well-educated karena jenis keris dan batik yang dipromosikan adalah jenis terbaik dengan proses pembuatan yang lama. Mereka yang tidak memahami filosofi pembuatan dan kualitas batik serta keris akan menganggap sama dengan produk lain sejenis. (2). Geografi, Sasaran geografis website tidak terbatas. (3). Psikografi, Psikografi terkait dengan minat pengunjung pada keris dan batik. Tidak dapat dipungkiri sekarang ini keris dan batik merupakan produk kerajinan yang tidak mengenal · segmen. Produk keris ada yang dihasilkan oleh seorang empu sehingga berharga mahal ada pula keris kodian yang berharga murah demikian pula dengan batik, menurut bahan dan cara pengerjaan batik bisa berharga mahal ataupun murah.
167
Tahap Perancangan Umum Tahap perancangan umum diawali dengan membuat perancangan konten informasinya, model perancangannya dapat dilihat pada gambar 4 di bawah ini : lnformasi pemcsanan
lnfonnasi pemesanan
Content Informasi
...
Publik I User
~
r
..._
....
~
-
Administrat or
....
,
~
Update content, Konfinnasi pemesanan
Infonnasi content, Konfirmasi pemesana ~
""
Gambar 4. Perancangan model konten informasi publik/user mendapatkan informasi content, publik/user akan mendapat konfirmasi pemesanan apabila telah melakukan pemesanan, publik/user sendiri dapat melakukan pemesanan lewat sistem. Administrator melakukan update content dan mengkonfirmasi pemesanan bila publik/user telah melakukan pemesanan, administrator mendapat informasi pemesanan dari sistem.
Tahap Desain Website Perancangan website pengraj in keris dan batik Desa Girirejo meliputi: (1).Layout website dibagi dalam dalam enam kolom utama rata kanan. Maksud rata kanan adalah, kolom navigasi diposisikan di sisi kanan dengan tujuan untuk meningkatkan trafik pengunjung melalui strategi SEO. Lay out website tampak pada gambar S.
168
header
Main body
Gambar 5. Rancangan lay out website Header terletak di bagian atas website, berisi banner web dan judul atau nama dari web. Menu merupakan bagian navigasi yang merujuk pada link atau halaman konten web. Terdiri dari menu utama dan menu pendukung. Menu utarna diposisikan di bagian atas setelah header dengan tujuan mudah dilihat langsung oleh pengunjung. Main body adalah bagian utarna dari web yang berisi informasi baik gambar, teks, maupun multimedia. (2). Tipografi web merujuk pada navigasi web yang dirancang. Tipografi web terbagi dalarn tiga bagian utama yaitu menu khusus keris, menu khusus batik, dan menu e-commerce. Pembagian 1m bertujuan untuk memudahkan pengunjung langsung menuju pada minat masing-masing dan memberi otorisasi ruang bagi pengelola yang terdiri dari pengrajin batik dan keris. Navigasi pada menu utama terlihat pada garnbar 6.
169
Gambar 6. Struktur navigasi menu utama (3). Konten Website terdiri dari tiga jenis yaitu teks, gambar, dan mul-timedia. Konten berbentuk teks berupa informasi edukatif tentang ser-ba-serbi keris dan batik serta informasi tentang potensi Desa Girirejo seperti wisata budaya, wisata alam, kuliner, dan sebagainya. Konten berbentuk gambar lebih banyak ditampilkan karena merupakan tujuan utama sebagai media promosi dan pemasaran. Gambar yang ditam-pilkan adalah produk keris dan batik serta gambar lain yang terkait.
lmplementasi Website Aplikasi Website Pengrajin Keris dan Batik Desa Girirejo: Website pengrajin keris dan batik Desa Girirejo dibangun dengan menggunakan open source Joomla 1.5. Pemilihan Joomla 1.5 didasari oleh: (1). Bersifat.free licence sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan. (2). Merupakan aplikasi open source sehingga dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan pengelola. (3). Aplikasi pendukung bersifat terbuka dan bebas bea lisensi baik theme, komponen, modul, maupun plugins. (4). Mendukung aplikasi e-commerce seperti virtuemart sehingga sangat mendukung pengembangan website menuju e-
170
commerce. Nama website adalah www .imogiricenter.com. Penamaan ini memiliki makna bahwa, suatu saat kelak seluruh potensi industri rakyat di Kecamatan lmogiri dapat ditampi lkan melalui situs ini terutama produk keris dan batik. Namun untuk saat ini, konten informasi yang tersedia baru sebatas produk keraj inan dari Desa Girirejo. Tampi lan muka website pengrajin keris dan batik Girirejo tcrli hat pada gambar 7.
.....
_,.,.,.,.
.
~- =-~-=---=-~. ---'!T.!:::::t.!.~
-·...:-.:.
?·?;~;;:_~~~E.;:~;:.~
Gambar 7. Tampilanfrontpage website Pada tampilan muka tersedia beberapa menu yang dapat dikunjungi user dcngan menu utama (main menu) berada di bagian atas setelah header dengan tujuan terl ihat langsung oleh pengunjung. Menu utama menggunakan mekanisme dropdown dimana submenu akan terlihat setelah disentuh. Bagian utama dari menu utama adalah Gan-dring bcrupa konten informasi keris, Sidomuk:ti berupa konten infor-masi batik, dan e-Commerce berupa konten informasi produk dan cara pemesanan. Main body terdiri dari dua jenis konten yaitu konten galeri produk kerajinan dan konten in formasi dalam bentuk teks. Dua jenis konten ini bertujuan untuk memberi penckanan awal pada pe-
17 1
ngunjung yaitu selain galeri produk juga informasi sehingga mengindikasikan website bukan mumi website e-Commerce. Menu-menu pendukung merupakan menu navigasi yang membawa pengunjung ke konten pendukung berupa informasi seputar desa-desa di Kecamatan Imogiri dan berita terkini. Terdapat pula informasi populer yang diakses oleh pengunjung. Kemudian menu status admin adalah layanan customer service yang diberikan bagi pengunjung yang ingin berkomunikasi dengan pengelola terkait tentang potensi dan kerajinan Desa Girirejo. Konten informasi batik dan keris disediakan dalam bentuk categorylist yaitu informasi ditampilkan adalah judul artikel dan bagian pembuka artikel dengan jumlah posting yang telah ditentukan berdasarkan kategori. Tampilan konten artikel terlihat pada gambar 8. Keris ICcris:Antar.11 ~~vs knda r>usab
'E ~..• t~r#
~!
'r.A;"'i :.:.:..:. ':':'~!
a:·.-.-..,
Smtuhan £mpv ~ M~ Mcnuijubn ll'ldmtri Kais diGirin!jo E·-..~¥_.,-,ui;~;-;~~L~~~:·a~;.:;,,···--~
--~·--_.--
-~-·~·-~.
-·
v ..
~-·~·"-·-·,.
...
_,,~
[If~
E;
:Mu~-a b.rz.ji:c.ul bffll di d-.&Xi ~~~. ~ Gir~jo.. ~~ =-~ Su=!. Yo~.a ~ 1ep&.l d:ri .-:--h:::I ~ !°A'O ~jo. Pm~ ko:S! 'I\lbuj(WlQOI) dt6 kim ~Sb ~~5= so~~ J"'ttW. hliir di 'Su.)~~! J't
1'rr..r=t&·l9 &ri~ ~d:ri :\!:j~~' :i.o~=::.;r.i dia-:;zlhoju h~ bo:-..41: l6t::!zz!,. ~~= :or~~"L Tida:rol:~ ~ 1o~ J.a-qz. r..>S\=s. mm ~po!mh~iaw~~~~mm~~m:idldi~-...
- kw r.aro ....
Gambar 8. Tampilan konten artikel
Dari sisi administrator, konten informasi yang ditampilkan di website diatur dalamcontent management system (CMS). Pengaturan konten berdasarkan section dan category untuk mempermudah pegelolaan dan pengelompokan konten. Section dan category dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan admin. Pengelolaan section dan category dapat terlihat pada tabel 1.
172
Tabel 1. Pengelo/aan section dan category konten Section Tentang Girirejo
Category Wisata
(About Girirejo) Ekonomi
Profil Imogiri Community Center Berita
Administratif Girirejo Girirejo Community Center Batik Keris Makanan Olahan Berita Terkini
Konsultasi Informasi Pelatihan Informasi Pameran e-Commerce
Terms of Service
General Data
Industri Perdesaan
173
Keteranga1:1. Konten potensi wisata alam, budaya, spritual Konten potensi ekonomi termasuk potensi pengrajin Konten wilayah dan administratif Desa Girirejo profil Girirejo Konten Community Center; tujuan, visi dan misi, pengelola Konten serba serbi batik Konten serba serbi keris Konten serba serbi makanan olahan Konten berita-berita lokal Desa Girirejo dan isu terkini lokal, nasional, baik maupun intemasional Konten kiat-kiat wirausaha Konten informasi pelatihan ditujukan utamanya bagi pengrajin Konten informasi pameran ditujkan utamanya bagi pengrajin Konten informasi cara pemesanan, pembayaran, pengiriman, dan hal-hal lain terkai transaksi jual beli Konten informasi industri perdesaan
Analisis SWOT Pengelolaan Website Analisis SWOT dilakukan untuk mengetahui posisi Desa Girirejo berdasarkan kekuatan dan kelemahan serta peluang dan tantangan yang ada. Kekuatan (strength) yang dimiliki yaitu (i) website ini akan dikelola oleh CAP Desa Girirejo yang telah dibentuk struktur organisasinya, (ii) pengelola CAP telah berinteraksi dengan internet sebelumnya sehingga cukup terbiasa dengan content management system sebuah website. (iii) telah tersedia koneksi jaringan internet wireless berbiaya murah yang dipancarluaskan dari sebuah wamet desa. Sedangkan kelemahan yang dimiliki terletak pada koordinasi antar beragam jenis pengrajin yang berbeda dukuh. Hal ini disiasati dengan pengelolaan oleh dua administrator dengan ruang khusus yang telah disediakan di sistem berdasarkan core business masing-masing pengrajin. Jadi, dalam sistem akan tersedia ruang khusus pengrajin keris (Gandring) dan ruang khusus pengrajin batik (Sidomukti) dengan administrator dan customer service yang berbeda. Sedangkan ruang potensi desa dikelola bersama. Adanya website pengrajin batik dan keris memberikan peluang bagi pengrajin, diantaranya pangsa pasar batik dan keris belum banyak merambah ke ruang maya, terutama jenis keris berpamor. Kompetitor dalam bisnis ini belum banyak sehingga menjadi peluang bagi pengrajin Desa Girirejo untuk berekspansi. Namun ada beberapa tantangan pengembangan kapasitas pengelola yaitu: (a). Kemampuan berbahasa Inggris dasar untuk browsing. Hal ini dikarenakan content management system (CMS) Joomla 1.5 belum mengakomo~asi bahasa Indonesia. (b). Kemampuan pengelolaan website dasar dengan tipe websiteWYSIWYG, seperti ubah, hapus, tambah, dan unduh. (c). Kemampuan fotografi dasar. Sebagian besar konten website adalah produk basil kerajinan sehingga perlu difoto dengan baik sehingga menarik minat konsumen. (d). Kemampuan desain grafis dasar. Kemampuan ini diperlukan untuk membuat konten website enak dilihat dan eyecatching. Beberapa foto perlu diubah seperti croping, pencahayaan, dan kompresi. (e). Kemapuan dasar marketing SEO (search engine optimization). Meski bukan murni website e-
174
commerce, SEO perlu diperhatikan untuk meningkatkan trafik pengunjung. Hingga saat 101 jumlah pengunjung www.imogiricenter.com sebanyak 2167 pengunjung (akses tanggal 21 Januari 2011). (f). Kemampuan kewirausahaan. Pengelolaa diharapkan memiliki j iwa entrepreneur dalam mempromosikan dan memasarkan potensi Desa Girirejo serta memanfaatkan peluang yang mungkin timbl dari adanya website ini. Tantangan ini dapat diatasi dengan learning by doing melalui aktivitas pengelolaan website secara berkelanjutan.
Kesimpulan Berdasarkan analisis masalah dan kebutuhan, website pengraj in keris dan batik dipandang perlu sebagai media promosi dan pemasaran. Website pengrajin keris dan batik menjadi salah satu saluran promosi selain saluran yang telah ada dan berlangsung selama ini. Dengan adanya website diharapkan terjadi peningkatan pemesanan produk kerajinan maupun potensi yang ada di desa Girirejo sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa Girirejo.
Daftar Pustaka Chu, Sung-Chi., Leung, Lawrence C., Hui, Yer Van., Cheung, Waiman. 2007. Evolution of e-commerce W eh sites: A conceptual framework and a longitudinal study. Journal of Information & Management~ Vol. 44 pp 154-164. Lee, Sangwon., Koubek, Richard J. 201 o·. The effects of usability and web design attributes on user preference for e-commerce web sites. Journal of Computers in Industry Vol. 61pp329-341. Liu, Chang., Arnett, Kirk P. 2000. Exploring the factors associated with Web site success in the context of
175
electronic commerce. Information & Management Vol. 38. Padmanabhan, Balaji., Tuzhilin, Alexander., White, Norman., Stein, Roger. 1998. The identification and satisfaction of consumer analysis-driven information needs of marketers on the WWW. European Journal of Journal Marketing. Vol. 32 No. 7/8 pp 688-702. Tim Peneliti BPPK.I Yogyakarta. 2010. Model Community Access Point (Cap) Pada Masyarakat Pengrajin Di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantu[. Yogyakarta Whitten, J. L., Bentley, L. D., & Dittman, K. C. (2002). System Analysis and Design Methods. Singapore: McGraw-Hill Higher Education. Kementerian Komunikasi dan lnformatika RI. 2010. ICT White Paper Indonesia 2010. Budiyono., Prabowo, Agus., Darmanto, A., Poentarie, Emmie. 2010. Pengembangan Model Community Access Point (Cap) Pada Masyarakat Pengrajin Di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul. DRN R:istek.
176
RANCANGAN INSFRASTRUKTUR JARINGAN DATA DAN INTERNET KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG DAN BIARO (SITARO) Irsyat Komunikasi clan informatika dewasa ini telah berkembang pesat dan semakin kompleks seiring dengan dinamika masyarakat global serta perkembangan teknologi komunikasi dan Informasi (TIK), kebijakan publik tidak lagi harus aspiratif, namun juga harus berdasarkan pada kebutuhan publik berdasarkan data yang objektif dan realitas yang ada di masyarakat, namun demikian pemerintah pun harus berhati-hati dalam mengadopsi satu teknologi karena bisa memicu semakin tingginya kesenjangan digital. Dengan adanya otonomi daerah yang mempunyai hak otoritas dalam pembangunan daerah-nya menjadikan setiap daerah lebih terkonsentrasi untuk memajukan daerahnya masing-masing, sehingga perlu dibangun keseragaman serta jaringan komunikasi dan informatika antar-daerah. Pembuatan jaringan tersebut memerlukan data dan informasi lintas sektoral yang akan terolah menjadi indikator komunikasi dan informatika· untuk dijadikan sebuah rujukan pengambilan keputusan bagi pemerintah, baik di tingkat pusat maupun di daerah sendiri. Buku putih kemeterian Kominfo 2010 telah melakukan evalusi bahwa Hubungan antara TIK dengan pertumbuhan ekonomi suatu negara memiliki hubungan yang positip, artinya pembangunan TIK akan menghasilkan efek berantai ke meningkatnya angka partumbuhan ekonomi. Meskipun angka korelasi ini berbeda antara tiap negara akan tetapi pemahaman bahwa pembangunan TIK secara positif dan pasti akan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi perlu diyakini agar kita tidak ragu dan terus kontinyu untuk melanjutkan pembangunan ini. Dampak pertama yang bisa dilihat adalah sisi (a) infrastruktur (b) peningkatan keterampilan (c) peningkatan penggunaan berbagai aplikasi TIK dalam kehidupan. Saat ini, penerapan dan implementasi ICT semakin berkembang clan mulai merambah ke berbagai sektor. Semua aktivitas yang dilakukan oleh sebuah bidang
177
usaha baik pemerintah maupun swasta semakin tidak bisa lepas dari pengaruh teknologi. Namun Keterbatasan SDM dan infrastruktur rupanya menjadi kendala implementasi ICT di kawasan Indonesia timur (daerah terpencil, daerah kabupaten Kepulauan, pedalaman) dan daerah perbatasan negara yang rencananya akan dijadikan wa-jah terdepan (etalase) Indonesia di mata Negara tetangga. Berbagai Langkah dan terobosan telah ditempuh oleh pemerintah untuk menjembatani kesenjangan digital (Digital Divide) antara kawasan Timur Indonesia dengan Kawasan Barat Indonesia. Dimana kita ketahui bahwa gap kesenjangan digital sangat nyata di depan mata kita Kesenjangan digital ini kalau kita urai satu persatu akan memunculkan banyak masalah yang sebenarnya bukan masalah baru lagi yang belum terselesaikan dari dulu sampai sekarang dan salah satu diantaranya yang sangat urgent dan harus kita tuntaskan sesegera mungkin adalah di bidang pendidikan. Sektor pendidikan di Indonesia merupakan salah satu sektor penting dan memerlukan perhatian khusus untuk pengembangannya. Pendidikan di Indonesia bertujuan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan lebih baik serta dapat mengembangkan kemampuannya lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan yang lebih tinggi, kesenjangan pendidikan yang sangat mencolok antara kawasan timur dan kawasan barat Indonesia harus kembali didobrak. Walaupun sebenarnya, berbagai upaya telah dilakukan agar terjadi pemerataan di bidang pendidikan. Namun pada kenyataannya, hingga puluhan tahun ini, mutu pendidikan di kawasan timur Indonesia (KTI) tetap jauh lebih rendah dibanding kawasan barat, terutama di Pulau Jawa. Berbicara masalah perbedaan fasilitas dan infrastruktur antara daerah dan kota merupakan salah satu faktor penyebab tertinggalnya informasi yang sampai ke daerah menjadi lebih lambat dibandingkan dengan kota, hal ini tentunya akan menyebabkan kesenjangan kualitas pendidikan antara daerah dan kota. Melihat kondisi geografis Kawasan Timur Indonesia (K.TI) yang daerahnya terpisah-pisah oleh lautan, dan banyaknya pulau-pulau yang tersebar tam bah lagi dengan penyebaran penduduk serta daerah-daerah potensi ekonomi yang
178 i
I
tidak merata, maka wilayah KTI (Kawasan Timur Indonesia) memerlukan suatu sistem yang bisa mengakomodir pemerataan kesenjangan digital ini. Tersebarnya wilayah KTI menjadi pulau-pulau yang bervariasi luasnya dan relatif masih rendahnya kerapatan jaringan infrastruktur akses Teknologi Ko~unikasi di · wilayah tersebut. Begitu pula dengan Sulawesi Utara yang terdiri dari 15 Kabupaten yang mana dari 15 kabupaten itu terdapat beberapa kabupaten kepulauan yang secara geografis sangat sulit memperoleh akses Jaringan Inter-net karena kendala geografis dan keterbatasan anggaran. Untuk menjembatani kesenjangan digital ini maka kami berinisiatif membuat rancangan infrastruktur Jaringan Data dan. Internet untuk daerah Kabupaten Kepulauan Sitaro (Siau Tagulandang dan Biaro). Tujuan dari tulisan ini adalah membuat konsep sederhana membangun infrastruktur Jaringan Data dan Internet untuk daerah Kabupaten Kepulauan Sitaro (Siau Tagulandang dan Biaro). Metodologi penulisan yang digunakan oleh penulis adalah Studi Literatur, yaitu berupa studi kepustakaan dan kajian dari jumal-jumal pendukung baik dalam bentuk hard copy maupun soft copy.
Teknologi VISAT VSAT atau "Very Small Aperture Terminal ,, adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan terminal-terminal stasiun bumi satelit kecil yang menggunakan antena berdiameter antara 0,9 sampai dengan 3,8 meter yang digunakan untuk melakukan pengiriman data, gambar maupun suara via satelit. Pada awalnya teknologi satelit membutuhkan antena-antena besar dan hanya dapat menghubungkan point-to-point. Komunikasi satelit pada saat itu masih sangat terbatas untuk kapasitas besar saja, sehingga biayanya sangat mahal dan hanya digunakan untuk keperluan tertentu seperti untuk operator telekomunikasi, trunking, microwave back-up, dan pelayanan telekomunikasi pada daerah terpencil. Dengan munculnya VSAT, sistem komunikasi satelit saat ini selain melayani pengguna bisnis juga dapat melayani pengguna personal (rumah). VSAT masuk pertama kali ke
179
Indonesia tahun 1989 seU111g dengan bermunculannya bank-bank swasta yang sangat membutuhkan sistem komunikasi online seperti ATM (Automated Teller Machine). Penggunaan infrastruktur jaringan telekomunikasi VSAT oleh perusahaan ataupun instansi pe-merintah yang memiliki kantor cabang yang tersebar di seluruh wila-yah Indonesia dirasakan lebih efektif dibanding teknologi microwave maupun jaringan kabel. Selain kurang efektif, jaringan microwave maupun kabel juga kurang efisien karena instalasinya memakan waktu lama dan menelan biaya besar. Keduanya sangat rentan terhadap gangguan, sedangkan cakupan areanya pun sangat terbatas karena kendala geografis. Teknologi VSAT merupakan solusi dengan cost efektif untuk hubungan jaringan komunikasi inde-penden· dengan jumlah besar dengan site-site yang tersebar. VSAT menawarkan value added service berbasis satelit seperti: Internet, data, LAN, voice/fax dan dapat menyediakan jaringan komunikasi private/public serta layanan multimedia. Pada umumnya VSAT dile-takan langsung di site pengguna. Seorang end user VSAT memerlu-kan perangkat untuk menghubungkan komputemya dengan antena luar yang mempunyai transceiver. Transceiver menerima atau meng-irim sinyal ke transponder satelit di angkasa. Satelit menerima sinyal dari bumi, menguatkan dan mengirimkan kembali sinyal ke bumi.
'··
Satellt Dish
180
Pada dasarnya teknologi jaringan komputer itu sendiri merupakan perpaduan antara teknologi komputer dan j uga teknologi komunikasi. SES Amerlcom AMC·6
Customer Location
Networked Workstations
---
NOC
Satelllte
Hub
Ragam Jaringan Komputer Berdasarkan Ruang Lingkup Geografis: Berdasarkan ruang lingkup gcografisnya terdapat tigajenisjaringan komputer, antara lain : (I). Local Area Network : Jarak jangkauan Local Area Network (LAN) tidak terlalu jauh. Biasanya diterapkan pada suatu gedung atau antar gedung dalam suatu kompleks perkantoran atau sekolah dan merupakan jaringan milik pribadi di dalam sebuah gedung yang berukuran sampai beberapa ki lometer. LAN seringkal i digunakan untuk menghubungkan komputer-komputcr dan workstation dalam kantor suatu instansi atau perusahaan unruk memakai bersama 18 1
sumberdaya (misalnya printer) dan saling bertukar informasi. (2). Metropolitan Area Network : Jarak jangkaunya lebih luas dari LAN. Jangkauan Metropolotan Area Network (MAN) dapat mencapai antar kota. Contoh penerapan dari MAN ialah peyediaan layanan internet oleh Internet Service Provider (ISP). Pengguna jasa ISP ini akan tercakup dalam jaringan MAN yang disediakan oleh ISP tersebut. MAN (Metropolitan Area Network), pada dasarnya merupakan versi LAN yang berukuran lebih besar dan biasanya menggunakan teknologi yang sama dengan LAN. MAN dapat mencakup kantorkantor instansi yang letaknya berdekatan atau juga sebuah kota dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan pribadi (swasta) atau umum. MAN mampu menunjang data dan suara. (3). Wide Area Network : Jaringan Wide Area Network <WAN) mempunyai cakupan terluas, bahkan dapat dikatakan mencakup seluruh dunia. Jaringan ini sendiri dapat dihubungkan dengan menggunakan satelit dan media kabel fiber optic.
Berdasarkan Service Berdasarkan service, jaringan komputer terdiri dari : ( 1). Intranet: Service yang diberikan hanya diberikan kepada pihak-pihak dalam yang mendapat ijin dari otoritas jaringan, dan bukan untuk pihak luar. Terdapat kerahasiaan di dalamnya. (2). Extranet : Terdapat suatu layanan yang juga dapat digunakan oleh pihak luar yang telah memiliki account yang diijinkan. Layanan yang diberikan kepada pihak luar ini bersifat terbatas. (3). Internet : Layanan yang disediakan diberikan secara luas kepada pihak manapun, tanpa harus mendapatkan account terlebih dahulu.
HUB Secara sederhana, hub adalah perangkat penghubung. Pada jaringan bertopologi star, hub adalah perangkat dengan banyak port yang memungkinkan beberapa titik (dalam hal ini komputer yang sudah memasang NIC) bergabung menjadi satu jaringan. Pada jaringan sederhana, salah satu port pada hub terhubung ke komputer
182
server. Bisa juga hub tak langsung terhubung ke server tetapi juga ke hub lain, ini terutama te1jadi pada jaringan yang cukup besar. Hub memiliki 4 - 24 port plus I port untuk ke server atau hub lain (uplink). Sebagian hub - terutama dari generasi yang lebih baru bisa ditumpuk (stackable) untuk mendukung jumlah port yang lebih banyak. Jumlah tumpukan maksimal bergantung dari merek hub, ratarata mencapai 5 - 8. Hub yang bi sa ditumpuk biasanya pada bagian belakangnya terdapat 2 port untuk menghubungkan antar hub.
Gambar 2: HUB Router
Router beke1ja dengan cara yang mirip dengan sw itch dan bridge Perbedaannya, router menyaring (filter) lalu lintas data. Penyaringan dilakukan bukan dengan melihat alamat paket data, tetapi dengan menggunakan protokol tertentu. Router muncul untuk menangani perlunya membagi jaringan secara logikal bukan fisikal. Sebuah JP router bisa membagi jaringan menjadi beberapa subnet sehingga hanya lalu lintas yang ditujukan untuk IP address tertentu yang bisa mengalir dari satu segmen ke segmen lain. Anda mungkin bingung dengan defini si di atas, tetapi untuk mudah diingat, Anda menggunakan router ketika akan menghubungkan jaringan komputer ke jaringan lain. Jaringan ini bisa berupa jaringan pribadi (LAN/WAN) a tau jaringan publik (Internet).
183
Gambar 3 : Router Antena
Spesifikasi Teknis:
0 0 0 0 0
Grid Hyperlink 5,8 27 dB Product: 5,8 GHz 27 dBi Grid Antena Aplikasi: 5,8 GHz U hil aplikasi 5,8 GHz 15M Ranges: 5725-5850 MHz Aplikasi: 5,8 GHz wireless LAN system Long-range Directional Application. Point to point Point to multi-point system, wire less bridges Frekuensi pada radio mencapai 2,4 GHz pada j arak 12 km-
28km
184
NanoStation 5
Perangkat outdoor antenna yang menggunakan frekuensi 5,8 GHz di dalam sudah termasuk antenna patch 14 dBi dan wireless 400 mw diperkuat dengan chipset Atheros. Koneksi point to point hingga 15 km. Spesifikasi Tekn is: 0 Processor Specs: Atheros AR23 l 650C, MJPS 4KC, 180Mhz 0 Memory: l 6Mb SD-Ram , 4Mb Flash 0 Networking Interface: I 0/ 100 BASE-TX (Cat.5 , RJ-45). Ethernet Interface 0 TX power: 26 dBM 0 RX Sensitivity: -97 dBM I -2 dB 0 Out door Range: Over 15 Km
185
Tower(BTS) Nmaauno1'on b••i tdt'*""~•b1h k.UA.1 kr-n P•AAmP•na& 1••1\Y• l•bih,pa<\i&na
Tur.na; bot& Whel 1'5m.m
Proftl Dan Rancangan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro atau disingkat Kabupaten Sitaro adalah satu kabupaten kepulauan barn basil pemekaran pada tahun 2007 dari Kabupaten Sangihe, Propinsi Sulawesi Utara. lbukotanya adalah Ondong Siau. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2007 tanggal 2 Januari 2007. Terletak di bagian utara Propinsi Sulawesi Utara yang terdiri dari 47 buah pulau besar dan kecil dimana 10 buah pulau diantaranya berpenghuni dan 37 buah pulau tidak berpenghuni. 80%wilayahnya merupakan lautan dengan panjang garis pantai ±98,6 km dengan luas wilayah 275,96 km2. Terletak pada koordinat: 02° 4' 13"...:. 02 52' 47" LU dan 125° 09' 28" - 125° 24' 25" BT dengan topologi berbukitbukit dan terdapat 2 (dua) gunung Api yang Aktif yaitu Gunung Karangetan di pulau Siau dan Gunung Ruang di pulau Ruang Utara Berbatasan dengan Kah. Kepi. Sangihe
186
Timur Berbatasan dengan taut Maluku Selata Berbatasan dengan Kab. Minahasa Utara Barat Berbatasan dengan Laut Sulawesi Masyarakat Kabupaten Siau Tagulandang Biaro tergolong sebagai masyarakat yang majemuk. Penduduk yang bermukim di wilayah kepulauan ini terdiri dari warga asli dan kaum pendatang. Kaum pendatang tersebut berasal dari beberapa wilayah di Indonesia, seperti Minahasa, Gorontalo, Makassar, dan Jawa. Menurut Brilman (2000), ada juga kaum pendatang dari cina dan Arab yang awalnya datang beberapa abad yang lalu untuk berdagang tetapi kemudian menetap setelah menikah dengan wanita pribumi. Sebagian dari keturunan mereka tetap bermukim di wilayah ini sampai sekarang. Berikut data jumlah penduduk SITARO dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang dan Biaro Kabupaten Kepulauan Siau, Tagulandang dan Biaro tahun 20 I0 Ta be/ 2 : Jum/alz penduduk Kabupaten Kepulauan Siem Tagulandang Biaro menurutjenis kelamin ta/11m 2010
I
2 3 4 5 6 7 8 9 10
SIAUTIM UR SIA U BARAT TAGULANDANG SIAU TIMUR SELATAN SIAU BARAT SELATAN TAG ULANDANG UT A RA Bl A RO SIA U BARAT UTA RA SIAUTENGA H TAGU LANDANG SELA TAN
4646 3 188 33 16 2267
7820 3854 6083 3971
8336 4060 6068 3793
16156 79 14 12151 7764
11 83
2 11 5
2199
43 14
11 93 956 1235 531
2 181 1768 2079 9 19
2111 1704 2162 957
4292 3472 4241 1876
1251
2217
2286
4503
Sumber : Dinas Kepemludukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Siau Tag11/anda11g Biaro ta/um 2010.
187
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro memiliki 10 Kecamatan 4 Kelurahan dan 80 Desa. Secara kelembagaan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro terdiri dari Sekretariat Daerah dengan 2 Asisten dan 6 Bagian; Sekretariat DPRD dengan 1 Sekwan dan 2 Bagian; 10 Dinas; 4 Badan; 10 Kecamatan; A Kelurahan; 80 Kampung; 3 Cabang Dinas dan 10 Puskesmas, ditarnbah l Rumah Sakit dan beberapa sekolah yang tersebar di tiga gugusan pulau. Berikut adalah Data Rekap sekolah DIKNAS tahun 2010 Ringkasan Data Sekolah DIKNAS TK/RA
SD/MI
SMP/MTS
SM A/MA
SMK
48
102
25
9
0
PT
LAINLAIN
Gambar l : Peta Kabupaten Kepulauan S
188
JUMLAH 184
Kabupaten Kepulauan Sitaro adalah gugusan tiga pulau besar dan beberapa pulau-pulau kecil yang terpisah secara geografis dan tergolong masih terisolir dari aspek peningkatan infrastruktur jaringan koneksi data dan Internet, olehnya itu kami membuat konsep sederhana tentang perancangan koneksi tersebut untuk mempermudah masyarakat kabupaten Kepulauan Sitaro dalam mengakses informasi yang real time dan memberdayakan SDM lokal dalam persaingan Teknologi komunikasi dan Informatika dan sekaligus menjadikan Sitaro sebagai Kabupaten Kepulauan Percontohan dalam penggunaan akses internet via Satelit yang terintegrasi antar pulau. Belum adanya koneksi internet untuk kantor pem~rintah (SKPD-SKPD) dan Sekolah-sekolah yang ada di kabupaten kepulauan Sitaro dikarenakan keterbatasan Infrastruktur dan mahalnya koneksi internet di Kabupaten Kepulauan tersebut. Oleh karena itu dalam rancangan kali ini kami akan menghubungkan semua SKPD dan sekolah-sekolah SMK/SMU dan SMP yang ada di· Sitaro dengan koneksi internet. Sesuai dengan "Pentahapan pembangunan dalam RPJPN 2005- 2025" RPJM 2 (2010- 2014) yaitu: Memantapkan penataan kembali NKRI, meningkatkan kualitas SDM membangun kemampuan IPTEK, memperkuat daya saing perekonomian Jarak antara pulau Siau - Tagulandang kurang lebih 46 KM Jarak antara pulau Siau - Biaro kurang lebih 73 KM Jarak antara Tagulandang - Biaro kurang lebih 28 KM
189
·- ·-
t.ec To looreng Kob Kepi. Son1iJ1h e~ ·- . .(l;g,~ . lnduk) \.I -· ~(< ·))-·-· T ·- ·-· - ·-·- · - ·· Kt c. •
1 111 ~
• • :--.
-,}lau Siau
~. ou t
Maluku
Lau t Sulawesi 4 "' "- • l J
'
Ante a GRID
Pulau Biaro
....... Pada rancangan ini kami memaka i 6 buah tiang (Tower BTS) 5 diantaran ya dengan ketinggia n 40 M dan I dengan keti nggian 30 M yang di tempatka n d i tiga gugusan pulau di kabupaten Sitaro dengan menggunakan antena G rid 5.8 Ghz dan antena Na no Bridge 5.8 G hz.
190
ONDONG
I. Wilayah Pulau Biaro akan ditempatkan I BTS dengan keting-gian 40 M dengan antena Grid 5.8 Ghz dan 2 antena Nano Bridge 5.8 Ghz. 2. Wilayah Pulau Tagulandang ditempatkan I BTS dengan ketinggian 40M dengan antena Grid 5.8Ghz dan 2 antena Nano Bridge 5.8Ghz. 3. Wilayah Siau Balirangeng ditempatkan I BTS dengan keti ng-gian 40 M dengan antena Grid 5.8 Ghz dan antena Nano Bridge 5.8 Ghz. 4. Wilayah Ulu Siau ditempatkan I BTS dengan ketinggian 40 M dengan antena Grid 5.8 Ghz dan 2 antena Nano Bridge 5.8 Ghz. 191
5. Wilayah Desa Salili ditempatkan 1 BTS dengan ketinggian 30 M dengan antena Grid 5.8 Ghz dan 2 antena Nano Bridge 5.8 Ghz. 6. Wilayah Desa Ondong ditempatkan 1 BTS dengan ketinggian 40 M dengan antena Grid 5.8 Ghz dan 2 antena Nano Bridge 5.8 Ghz.
Kesimpulan Dengan adanya infrastruktur jaringan data dan internet ini menjadi solusi untuk mempercepat akses internet di kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang dan Biaro sehingga masyarakat Sitaro bisa mengakses infonnasi secara cepat murah dan real time. Dapat meminimalisir kesenjangan digital di indonesia pada umumnya dan di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang dan Biaro pada khususnya dan pemberdayaan SDM lokal dari sisi IPTEK dapat lebih dimaksimalkan. Sebagai media deseminasi informasi bagi masyarakat Kab Kepulauan Sitaro. Sebagai media promosi untuk memasarkan komoditi unggulan (Hasil perikanan, Cengkeh, Pala Dll) dan menarik investor dari dalam dan luar negeri untuk berinvestasi di Sitaro. Bisa mewujudkan misi dan visi Kemkominfo menuju Terwujudnya masyarakat infonnasi yang sejahtera melalui penyelenggaraan komunikasi dan informatika yang efektif dan efisien dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia Dafiar Pustaka 1. www.dunia-informatika pengertian BTS & Spesifikasi WAN. html 2. http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten Kepulauan Siau Tagulanda ng Biaro 3. http://www.ubnt.com/airmax 4. http://www.scribd.com/doc/25737043/TUGAS-TEKOMDAT-VSAT 5. http://www.scribd.cornNSAT-IP/d/2955107 6. Buku Putih Kementerian Kominfo
192
BENCANA ERUPSI GUNUNG MERAPI DALAM PELIPUTAN MEDIA Joko Martono Letusan atau erupsi Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober 2010 dan 5 November 2010 telah menyebabkan sebagian besar lereng dalam radius 10 km dari puncak Merapi luluhlantak dan mengakibatkan banyak korban. Daerah paling parah terlanda bencana alam ini meliputi Kecamatan Cangkringan, Pakem, dan Ngemplak. Di Kabupaten Magelang yaitu Kecamatan Srumbung, Dukun dan Sawangan. Di Klaten bencana terjadi di Kecamatan Kemalang, sedangkan di Kabupaten Boyolali bencana m~landa Kecamatan Cepogo, Musuk dan Selo. Sesaat se-telah letusan dahsyat mengakibatkan sedikitnya 14 korban mengalami Iuka bakar akibat terkena semburan awan panas Gunung Merapi pada pukul 17.02 dan 17.23 petang yang disusul dengan letusan sebanyak tiga kali pada pukul 18.00 WIB (detikNews, 26/10/2010). Jumlah korban terus bertambah bahkan ledakan explosive yang terjadi dalam kurun waktu 100 tahunan ini berdampak lebih luas menyangkut berbagai aspek kehidupan, terutama bagi masyarakat sekitar hingga dampak lain yang dapat merugikan berbagai daerah sekitar lereng hingga daerah-daerah aliran sungai yang menuju ke laut selatan. Bencana Gunung Merapi ini pada mulanya terfokus pada daerah lereng dan sekitar yaitu di mana daerah tersebut menjadikan tempat tinggal Kuncen Gunung Merapi, Mbah Maridjan yang ikut tewas akibat serbuan awan panas dan meluluhlantakkan Dusun Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Semburan awan panas atau sering disebut "wedhus gembef' ini pada akhirnya meluas mengingat letusan Gunung Merapi yang cukup dahsyat dan tidak bisa diprediksi seperti letusan terjadi beberapa waktu sebelumnya sebatas erupsi yang menyebabkan sebagian wilayah itu hanya terlewati awan panas. Dusun Kinahrejo kini dapat dikatakan rusak parah, luluhlantak dan hampir semua unsur kehidupan yang ada di sana porakporanda. Tak terkecuali abu vulkanik yang berasal dari Gunung Merapi ini menyebarluas melingkupi seluruh wilayah Provinsi DIY, bahkan ke
193
arah barat hingga mencapai wilayah banyumas dan ke utara hingga Semarang dan sekitarnya. Menyikapi peristiwa tragis tersebut, pemerintah daerah maupun pemerintah pusat segera merespon dan memutuskan bahwa situasi bencana dinyatakan dalam kondisi ''tanggap darurat" seiring dengan status Gunung Merapi yang dalam posisi "awas." Lembaga-lembaga lain secara serta merta juga telah bersikap dengan melakukan penyelamatan korban di lokasi bencana, bantua·n kesehatan/obat-obatan dan pangan. Pengungsi ditampung di tempat-tempat yang lebih aman hingga erupsi mereda. Seluruh aktivitas bantuan maupun pertolongan berada di bawah koordinasi Badan Nasional Penanggu langan Bencana (BNPB) yang bermarkas di Yogyakarta, tepatnya di JI. Kenari 14-A Yogyakarta. Di bawah koordinasi BNPB .selanjutnya be-berapa kementerian bergabung, bahkan Tim Pusdatin dan Humas BNPB menjalin kerjasama dengan Kemkominfo R1 mengoptimalkan fungsi Media Center Merapi yang secara berkelanjutan mel akukan konferensi pers, mengundang wartawan dari berbagai media supaya mendapatkan sumber pemberitaan yang kredibel dan akurat berkait bencana erupsi Gunung Merapi. Setidaknya, hingga pertengahan bulan November 20 l 0 tercatat jumlah korban semakin meluas di beberapa lokasi sebagai berikut: No.
Provins!
Ksbupaten I Kota
1
3
2
Jumlab Jiwa Men inggal Rawat Pengungsi I nap 4 5 6
I
D.I. Yogya.karta Kabupaten Bantu!
0
0
20472
2
D.I. Yogya.karta Kabupaten Gunungkidul
0
0
12162
3
D.I. Yogya.karta Kabupaten Kulon Progo
0
0
963 1
4
D.l. Yogya.karta Kabupaten Sleman
199
273
10958 1
5
D.I. Yogya.karta Kota Yogya.karta
0
0
511 8
6
Jawa Tengah
Kabupaten Boyolali
9
37
9936
7
Jawa Tengah
Kabupaten Klaten
28
79
531 13
8
Jawa Tengah
Kabupaten Magelang
39
133
61752
9
Jawa Tengah
Kabupaten Semarang
0
0
238
194
10 Jawa Tengah
Kabupaten Temanggung
0
0
2428
Kota Magelang
0
54
3268
275 576 Jumlah Total Sumber: Pusdalops BNPB,18 November 20IO pukul 12.00 WIB
287699
11
Jawa Tengah
Korban bencana erupsi Gunung Merapi ternyata merambah ke berbagai aspek kehidupan, misalnya menyangkut sektor peternakan, perikanan, agroindustri atau sektor pertanian lain, industri pariwisata dan segala aktivitas terkait ikutan lumpuh untuk sementara waktu. Penerbangan dari/ke Yogyakarta ditutup, Bandara Intemasional Adi Sutjipto tidak dimungkinkan untuk operasional bagi maskapai penerbangan domistik maupun internasional karena tertutup debu vulkanik yang membahayakan. Demikian halnya Candi Borobudur sebagai obyek wisata handal telah diguyur debu mencapai ketebalan 1,5. centimeter terpaksa juga harus ditutup (tidak boleh dikunjungi) untuk sementara waktu yang tidak dapat dipastikan kapan dibuka kembali. Dari on the spot penulis di lapangan (tanggal S, 17 November 2010, disusul 20, 21 dan 28 November 2010) ditemui bahwa dampak erupsi telah pula menimpa sektor agro di kawasan tersebut. Salah satunya, suplai salak pondoh khas Yogyakarta terancam menghilang dari pasaran karena banyak pohon Salak Pondoh di daerah Kecamatan Turi (Sleman) rusak berat terkena awan panas dan abu vulkanik, sebagian besar pohon salak roboh, rata tertutup debu vulkanik dan terancam akan hilang untuk memenuhi kebutuhan pasar, diperkirakan kerugian bagi petani cukup besar. Demikian halnya di lereng barat Merapi yaitu daerah Srumbung dan Kecamatan Dukun (Kabupaten Magelang) nasib serupa menimpa petani salak pondoh. Berkait peristiwa tersebut Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian sejak awal November 2010 melakukan pendataan ke lapangan dan segera mengambil langkah praktis untuk membuat sebuah kebijakan. Dampak lain atas erupsi Gunung Merapi di sektor pertanian ditemui per-tanggal 14 November 2010 tercatat 1.962 ekor sapi dan kerbau yang telah teridentifikasi mati. Data kementerian pertanian
195
(Kementan) c.q Dirjen Petemakan dan Kesehatan Hewan menyebutkan temak yang mati itu mencakup sapi perah, sapi potong dan kerbau. Korban temak mencakup di daerah rawan 20 Km dari puncak Gunung Merapi yaitu di Kabupaten Sleman, Klaten, Magelang dan Boyolali. Total temak yang terancam erupsi Gunung Merapi mencapai 61.884 ekor, namun di antaranya sudah dievakuasi 6. 787 ekor, sebanyak 243 ekor sapi dan kerbau telah dijual sendiri oleh petemak melalui pedagang. Sejak tahap "tanggap darurat" berlangsung, hampir setiap saat media massa memublikasikan perkembangan bencana. Peristiwa yang dapat dikategorikan "unusual" ini tidak disia-siakan media untuk dijadikan agenda pemberitaan, bahkan terhadap kasus unik tertentu, media (khususnya televisi) memfokuskan sorotan sekaligus membingkainya dalam sebuah kemasan berformat features melalui penyampaian pesan melodrama. Melalui peliputan bencana yang terus menerus, disertai kekuatan tampilan gambar yang mencekam diharapkan khalayak ingin mengetahui lebih jauh apa yang sedang terjadi. Banyak pihak tergugah untuk memusatkan perhatian terhadap peristiwa erupsi Gunung Merapi. Dampak fisik atas pemberitaan media massa terhadap bencana di antaranya berbagai bantuan mengalir, bahkan sebagian media massa dan kalangan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) turutserta menjadi agen penyalur bantuan untuk selanjutnya diberikan kepada para korban bencana. Dampak Psikologis Pemberitaan Media Gencamya pemberitaan media massa maupun media online terhadap bencana erupsi Gunung Merapi temyata kian hari cenderung tinggi frekuensinya. Hal demikian logis seiring meningkatnya tuntutan dan harapan masyarakat terhadap kehadiran media massa dalam menjalankan fungsi kontrol sosial yang membela kepentingan masyarakat. Di samping pemberitaan erupsi Merapi ini telah memenuhi unsur proksimitas, citra kinerja pemerintah sebagai pelayan publik (public service) akan diuji sejauhmana kebijakan diambil dalam menyelesaikan masalah berkait bencana yang sedang dihadapi. Besamya atensi media terhadap bencana erupsi Merapi dapat dilihat
196
dari laporan Charla Politika, sebuah lembaga riset politik di Indonesia yang memiliki kekuatan database dan penelitian politik terlengkap, menyebutkan bahwa tren pemberitaan periode November 2010 di antaranya: (1) Makelar Kasus Pajak, (2) Masalah Tenaga Kerja Indonesia, (3) Letusan Gunung Merapi, (4) Privatisasi dan Perbaikan. Kinerja BUMN, dan (5) Penerbangan Maskapai Nasional Database ini menggambarkan bahwa peristiwa erupsi Gunung Merapi menduduki ranking 3 (tiga) sehingga dapat dikategorikan sebagai the big news di bulan November 2010. (http://chartapolitika.com). Dalam perkembangannya, peliputan oleh media massa (terutama televisi) terhadap bencana telah mengundang kontroversial, banyak pendapat maupun tanggapan bersliweran dari berbagai sudut kepentingan yang disampaikan melalui media. Bersamaan suasana "tanggap darurat" dengan bertambahnya korban erupsi Merapi selanjutnya pihak media sepertinya tidak menyia-nyiakan peristiwa accident tersebut untuk mengoptimalkan peliputan sekaligus event bencana ini menjadi agenda setting demi memenuhi kepentingannya sebagai lembaga industri informasi. Berita bencana telah mendapat tempat utama di media. Stasiun televisi menempatkan siaran tayang khusus dalam Breaking News, berisi seputar perkembangan peristiwa yang terjadi di Merapi dan disiarkan langsung, real time. Beragam peristiwa disampaikan, mulai dari perkembangan Merapi detik per detik, situasi desa yang ditinggalkan penduduknya, kisah para pengungsi, barak pengungsi. Bahkan mereka yang tidak berhubungan secara langsung pun mendapat porsi, yakni para komentator yang tinggal di Jakarta, seolah mendapat validitas atas otoritas pendapatnya. Padahal mereka bukan ahli vulkanologi yang relevan menjelaskan berbagai seluk beluk seputar peristiwa Merapi. Di tengah gentingnya peristiwa bencana erupsi Merapi dan gencarnya publikasi media massa, tiba-tiba muncul pemberitaan dari stasiun televisi RCTI melalui acara Infotainment SILET edisi 7 November 2010, menyebutkan bahwa "di Yogyakarta diramalkan akan terjadi gempa besar pada tanggal 8 November 2010, disebutkan pula bahwa radius awan panas Merapi sudah mencapai 65 km dan diramal
197
akan ada ledakan besar lebih dahsyat ! Disu8ul pernyataan bahwa Yogya akan menjadi kota malapetaka. " Sontak, tayangan ini berdampak psikologis ditandai dengan terjadinya eksodus pengungsi dan menye-bar ke bebagai tempat lebih jauh. Akibat pemberitaan ini, sebanyak 550 warga Muntilan berbondong-bondong melakukan langkah eksodus ke Nanggulan (Kulonprogo). Sementara itu para relawan di posko-posko pengungsian, yang notabene berhadapan langsung dengan warga, kini merasa kewalahan. Para relawan kesusahan menenangkan warga yang panik dan ingin pergi dari barak pengungsian ke tempat yang lebih aman." Demikian dikatakan perwakilan relawan, Aryo Bilowo (detik News, 8111/2010). Sehubungan hal tersebut, jaringan relawan di Y ogyakarta mengirimkan surat terbuka kepada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Mereka keberatan dengan berita televisi mengenai bencana Gunung Merapi yang dinilai berlebih-lebihan sehingga menambah resah para pengungsi. Disebutkan Koordinator Relawan, Aryo bahwa "banyak kejadian dalam 10 hari letusan Gunung Merapi di perbatasan Yogyakarta-Jawa Tengah yang diberitakan secara tidak sahib oleh televisi. Media cenderung mendramatisasi keadaan, sehingga membuat warga semakin panik. Contohnya, Aryo menyebut berita di salah satu stasiun TV swasta pada tanggal 29 atau 30 Oktober 2010. Wartawan televisi itu melaporkan awan panas telah mencapai JI. Kaliurang Km 6,2 atau hampir 25 km dari puncak Merapi. Belakangan diketahui, bahwa yang mencapai lokasi tersebut adalah hujan abu, bukan awan panas. Lalu, pada tanggal 4 November, stasiun TV yang lain melaporkan adanya korban meninggal karena lahar panas. Setelah dicek, korban meninggal bukan karena lahar panas, melainkan terkena awan panas. Namun, wartawan televisi itu tetap bersikukuh dengan liputannya." Se lain hal tersebut, "pengulangan berita, stok gambar, running text dan sebagainya tidak menyertakan waktu, seolaholah semua digambarkan kondisi terkini, bikin tambah parah, sehingga keadaan bertambah tidak kondusif' (http://goedang. com, 8/11/2010). Berkait persoalan tersebut, KPI telah menerima seba-nyak 1.128 aduan terkait penayangan Si/et tersebut. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) telah memberikan teguran dan menghentikan program Silet untuk
198
sementara waktu, berlaku sejak 9 November 2010. Komisi menilai Si/et memberikan informasi yang membuat kepanikan warga dan menambah beban korban bencana. Hal ini disampaikan Dadang Rahmat Hidayat sebagai Ketua KPI, Senin 8 November 2010 dalam pertemuan bersama Dewan Pers dan pihak media terkait pemberitaan mengenai bencana yang menimpa Indonesia akhir-akhir ini mulai dari Wasior, Mentawai dan letusan Gunung Merapi (dektikNews, 8111/2010).
Perspektif Ekonomi Politik Media Memahami fenomena demikian, beberapa hal dapat dikemukakan untuk melakukan sorotan terhadap pemberitaan media, di antaranya penulis menyoba mengetengahkan perspektif ekonomi politik media. Dalam runut sejarahnya di tanah air sesungguhnya perspektif ini muncul ke permukaan sejak globalisasi berlangsung dan era reformasi mulai berlaku. Perubahan sosial politik telah membawa dampak perubahan pada pengelolaan media massa ditandai demokratisasi, hak asasi manusia dan kelestarian lingkungan hidup, termasuk di dalamnya adanya kebebasan pers sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan sistem komunikasi sosial di negeri ini. Namun demikian, globalisasi akan pula membawa dampak negatif. Fenomena globalisasi media massa telah membuka kondisi dunia menjadi tanpa batas. Dunia tanpa batas berimplikasi terhadap penyeragaman cara, sistem komunikasi umat manusia, terjadi budaya tanding dalam bentuk tren nasionalisme, primordialisme, lokalisme kebudayaan. Ini artinya dalam globalisasi media massa, terjadi tarik ulur kecenderungan holisme-kolektivistik dengan tendensi parsialisme-individualistik manusia. Globalisasi media massa telah pula membuahkan dua dimensi kebijakan, yaitu kebijakan internal (editorial) yang bersifat horizontal dan kebijakan politik-ideologi pelaku media yang bersifat vertikal. Perkembangan kapitalisme global tidak jarang kedua dimensi tersebut menimbulkan konflik kepentingan. Tarik ulur kebijakan politik-ideologi yang dipunyai oleh pelaku media terkait dengan kebijakan-kebijakan publik yang dikeluarkan oleh pemerintah. Perbenturan kepentingan antara kebijakan internal dan eksternal yang ada dalam konteks budaya
199
komunikasi di Indonesia ini kemudian menuntut pemaknaan kebebasan pers. Dalam konteks perspektif ekonomi politik, kebebasan diletakkan dalam konstelasi jalinan kekuasaan yang mendistribusikan, memproduksi dan mengkonsumsi seluruh produk media sebagai output kebudayaan sosial. Seiring dengan pergeseran fungsi media yang telah mengindustri, maka media massa modem memiliki kecenderungan menjalankan market-driven journalism. Artinya, pembentukan berita dan segala bentuk informasi tidak lagi sekadar masalah "politik media", tetapi menyangkut model kapitalisme industri. Struktur ekonomi menjadi hal yang sangat penting, terutama ketika media menjadi bagian dari suatu industri bisnis yang besar. Akibatnya, seperti dikatakan Mosco (1996: 140-212), bahwa produk media selalu dikemas untuk menarik perhatian audiens dalam skala massal. Layaknya barang dagangan, pengelolaan media sarat akan nilai-nilai ekonomis yang berkiblat pada oplah, angka rating, efisiensi, dan efektivitas produksi). Dalam kaitan pemberitaan erupsi Merapi, sebuah fakta bisa diolah dan dikemas sedemikian menariknya untuk memenuhi kebutuhan pasar. Dari sekadar membuka dompet amal, menjadi agen-agen penyalur bantuan, hingga menggelar siaran langsung, seolah-olah media tertentu berhasil mengumpulkan jumlah nominal bantuari terhadap korban bencana. Di tengah gentingnya bencana berlangsung, liputan media massa terutama televisi swasta melalui siaran tayang khusus dalam Breaking News, seringkali menampilkan sisi melodrama peristiwa bencanaerupsi Merapi. Mulai gambar-gambar isak tangis, ratapan, kepanikan, sampai ekspos besamya angka-angka jumlah korban. Mayat yang ditemukan akibat bencana erupsi Merapi disorot sedemikian rupa dengan maksud untuk menggugah rasa iba dan memberi kesan mencekam. Apalagi ditampilkan dengan jelas bagaimana penanganan yang lambat, spekulatif. Media dalam posisi ini sesungguhnya berpotensi menjadi "pembawa teror informasi" karena liputan yang disajikan menimbulkan rasa trauma bagi warga. Kerapnya pemberitaan adanya isu bencana susulan atau bencana lebih besar yang berkembang di masyarakat tanpa melibatkan narasumber yang relevan
200
ikut mewarnai kemasan untuk memikat publik. Jika diamati lebih seksama, siaran televisi swasta di Indonesia dalam meliput peristiwa bencana cenderung membingkai sedikit fakta disertai bumbu beraneka, disampaikan secara berulang-ulang dengan gambar peristiwa tragis terdahulu, melalui babasa basil konstruksi yang telah mengalami penambaban maupun pengurangan. karena turut-campumya faktor subyektivitas pelaku representasi yang terlibat dalam media. Pada kondisi ini, tidaklab sesederbana pandangan reflektif, penggunaan istilah representasi berangkat dari kesadaran babwa apa yang tersaji di media seringkali tidak selalu persis dengan apa yang ada dalam realitas empirik. Dengan perkataan lain, realitas sosial tidak selalu akan sama dengan realitas media massa. Tayangan stasiun televisi RCTI melalui acara infotainment SILET (7/11/2010), tentang peristiwa bencana erupsi Merapi yang disebutkan bahwa "di Yogyakarta diramalkan akan terjadi gempa besar pada tanggal 8 November 2010, disebutkan pula bahwa radius awan panas Merapi sudah mencapai 65 km dan diramal akan ada ledakan besar lebih dahsyat ! Disusul pernyataan bahwa Yogya akan menjadi kota malapetaka" merupakan salah satu basil rekonstruksi pesan dari awak media. Ini sekaligus merupakan sebuah gambaran tentang sejaub mana media mengambil posisi di tengah pergulatan kepentingan dan ideologi dalam setting kepemilikan (ekonomi) dan setting kekuasaan (politik). Penelusuran dari taraf mikro (tekstual) dibadapkan pada serangkaian konsep teoritik tentang relasi sosial, ekonomi dan jalinan kekuasaan yang berlangsung dalam produksi dan distribusi babasa media. Untuk menjelaskan relasi ini, (Mosco, 1996:139, dalam bukunya The Political Economy of Communication: Rethinking and Renewal) menyebutnya sebagai komodifikasi (commodification) media massa dalam memproduksi informasi untuk memenubi kepentingannya. Komodifikasi (commodi.fication) dimaksudkan sebagai proses transformasi barang dan jasa beserta nilai gunanya menjadi sebuah komoditas yang mempunyai nilai tukar di pasar. Memang agak aneb, produk media pada umumnya berupa informasi dan biburan. Sementara kedua jenis produk tersebut tidak dapat diukur seperti balnya barang
201
bergerak dal~ ukuran-ukuran ekonomi konvensional. Aspek tangibility-nya akan relatif berbeda dengan 'barang' dan jasa lain. Dengan demikian, produk media menjadi barang dagangan yang dapat dipertukarkan dan bemilai ekonomis. Pada tataran ini, isi media tidak mungkin lagi dilihat sebagai cermin dari realitas. Keyakinan ini muncul dalam paradigma konstruktivisme. Media tidak layak lagi disebut sebagai refleksi, melainkan media sekadar 'representasi' apa yang berlangsung dalam masyarakat, sehingga klaim-klairn obyektif untuk memahami bahasa media tidak layak lagi diterapkan. Pikiran manusia membawa konstruksi nilai tertentu yang kemudian dalam .mewujud sebagai produk media. Dalam perspektif konstruktivisme, produk media adalah man made; sehingga subyektivitas manusia pembuatnya adalah hal yang wajar terjadi sehingga untuk disebut sebagai realitas obyektif adalah tidak mungkin. Menurut Eriyanto (2001 :5), pandangan ini berasal dari tradisi fenomenologi yang menolak pemisahan antara subyek dan obyek bahasa. Subyek atau pengguna bahasalah yang menjadi faktor sentral dalam kegiatan wacana, karena subyeklah yang mula-mula memilih dan menggunakan bahasa untuk menyampaikan maksud tertentu. Khasanah ilmu komunikasi pun kini semakin bertumbuh-kembang, terutama pengertian komunikasi sudah sewajamya berubah. Dalam bahasa Fiske, komunikasi adalah produksi dan pertukaran makna (Fiske, 1990: 1). Paralel dengan pengertian itu, sebuah produk media lantas tidak layak lagi untuk disebut sebagai refleksi, melainkan representasi. Konsep mengenai 'representasi' itu sendiri hadir menempati tempat baru dalam studi komunikasi dan kebudayaan -budaya. Tumbuhnya kajian kebudayaan dalam studi ilmu sosial dan humaniora cenderung menempatkan pentingnya makna. Berkaitan dengan komunikasi, secara khusus Alan O'Connor bahkan menggambarkan budaya seba-gai proses komunikasi dan pemahaman yang aktif dan terus-menerus (O'Connor, 1990:29). Dari gambaran ini dapat dipahami bahwa pemaknaan terhadap teks-teks kebudayaan (termasuk produk media) tergantung pada pemahaman subyektif di antara aktor atau subyek di dalam lingkungan kebudayaannya. Implikasi dari sepintas analisis di atas,
202
selanjutnya dapat dikatakan bahwa media tidak hanya sebagai mekanisme penyebaran berita, tapi juga merupakan suatu organisasi yang kompleks dan institusi sosial yang penting bagi masyarakat. Dengan kata lain, media merupakan pemain yang berpengaruh dalam pertarungan ideologi yang dikembangkan media dalam masyarakat. Dalam pertarungan ideologi, media langsung menampilkan sebuah cara dalam memandang realita (Littlejohn, 1996: 409). Dan salah satunya adalah pemberitaan peristiwa erupsi Gunung Merapi yang banyak membawa korban, baik harta benda maupun nyawa manusia.
Daftar Pustaka: Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, LkiS, Yogyakarta, 2001. Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, Penerbit LKiS, Yogyakarta, 2004. Fiske, John, Introductions to Communication Studies, Routledge, London, 1990. Littlejohn, Stephen W., Theories of Human Communication, Wardsworth, Belmont, California, 1996. McQuail, Denis & Sven Windahl, Communication Models For The Study ofMass Communications, Longman, London, 1993. Mosco, Vincent, The Political Economy of Communication: Rethinking and Renewal, Sage, London, 1996. O'Connor, Alan, "Culture and Communication", dalam Downing, Muhammadi, Muhammadi, ed., Questioning the Media A Critical Introduction, Sage Publications, lnc.,Newburry Park.1990. William R. Rivers at.al., Media Massa dan Masyarakat Modem: Edisi Kedua, Prenada Media, Jakarta, 2003. _ _ __.. on the spot ke lokasi bencana, tanggal 5, 17, disusul 20, 21 dan 28 November 2010) _ _ _ _, Pusdalops BNPB, 18 November 2010, pukul 12.00 WIB ------- detikNews, 26/10/2010 - - - detikNews, 8/11/2010 _ _ __, http://goedang.com, 8/1112010).
203
PENGEMBANGAN APLIKASI INFORMATIKA UNTUK TUNA NETRA Kautsarina Adham
Seiring perkembangan zaman, manusia paling tidak sudah mengalami empat revolusi berbeda yaitu revolusi komunikasi bicara (speech), menulis (writing), cetak (printing), dan yang keempat telekomunikasi (telecommunication). Setiap revolusi berkaitan dengan gaya hidup dilihat dari perkembangan teknologi yang berbeda. Komunikasi bicara yang terjadi pada masyarakat berburu dan pengumpul (hunting and gathering) merupakan tanda-tanda yang memungkinkan masyarakat waktu itu mencapai tujuan bersama. Kemudian, berkembanglah tulisan yang menjadi dasar masyarakat pertanian dalam menyebarkan infonnasi. Setelah itu, muncullah era cetak yang menjadi dasar penyebaran pustaka dan pendidikan masal bagi masyarakat industri. Terakhir, telekomunikasi melalui kabel, radio, telegraf, telepon, televisi, dan teknologi terbaru saat itu menjadi dasar bagi masyarakat informasi atau information society (Bell, 1989). Pertumbuhan pesat ·teknologi informasi dan komunikasi (Information and Communication Technology - ICT) akibat revolusi dalam sistem digital yang mengubah cara orang-orang berpikir, berperilaku, berkomunikasi, bekerja, dan menghidupi diri. Revolusi digital ini menyediakan cara baru menciptakan pengetahuan, mendidik orang-orang, dan menyebarkan infonnasi. Revolusi ini membuka peluang meningkatkan standar hidup bagi jutaan orang di dunia. Revolusi digital dalam ICT, yang melahirkan antara lain internet dan telepon selular, dalam dua dekade terakhir sangat mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi memasuki sendi-sendi kehidupan sehari-hari masyarakat mulai dari pola kerja, konsumsi, pendidikan, kegiatan politik, sampai struktur komunitas. Namun ada juga masyarakat kurang beruntung yang belum bisa menerima manfaat dari penerapan teknologi infonnasi dan komunikasi dalam kehidupannya. World Health Organization (WHO) memperkirakan di wilayah Asia Tenggara ada sekitar 15 juta tuna netra
204
atau sepertiga dari populasi tuna netra di dunia. Indonesia merupakan negara yang tingkat kebutaannya tertinggi di Asia Tenggara, dengan laju prevalensi kebutaan kurang lebih 1,47%. Setiap menitnya empat orang menjadi buta di Indonesia. Jumlah ini terns meningkat dengan tingkat kenaikan 0, 1% setiap tahunnya. Mereka yang tidak bisa mengakses ICT dengan berbagai alasan, antara lain status sosial, miskin dan pendapatan rendah, cacat tubuh termasuk tuna netra, orang lanjut usia, bisa disebut sedang mengalami proses eksklusi sosial. Eksklusi sosial adalah proses yang menghalangi atau menghambat individu dan keluarga, kelompok dan kampung dari sumber daya yang dibutuhkan untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial, ekonomi, dan politik di dalam masyarakat dengan utuh. Proses ini terutama sebagai konsekuensi dari kemiskinan dan penghasilan yang rendah, tetapi bisa juga dampak dari faktor lain seperti diskriminasi, tingkat pendidikan yang rendah, dan merosotnya kualitas lingkungan. Melalui proses . inilah individu atau kelompok masyarakat untuk beberapa periode waktu kehidupan terputus dari layanan, jejaring sosial, dan peluang berkembang yang sebenarnya dinikmati sebagian besar masyarakat (Pierson, 2002). Pengaruh ICT pada dimensi kehidupan membuka peluang agar pemanfaatan ICT bisa membantu membentuk masyarakat keluar dari proses eksklusi. Dalam Sujadi(2008), penelitian kualitatif yang dilakukan Department for Communities and Local Government, Pemerintah lnggris, menunjukkan pentingnya teknologi digital dalam menguatkan individu maupun komunitas. Misalnya, pemanfaatan teknologi jaringan sosial untuk membantu mengatasi keterisolasian dan ketidakmampuan individu atau komunitas, sehingga bisa menguatkan modal sosial. Revolusi teknologi digital, yang memunculkan telepon digital, telepon selular, televisi digital, dan internet, membawa masyarakat informasi pada dimensi baru kehidupan lama. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi membentuk masyarakat baru yaitu masyarakat informasi atau information society (May, 2003). Tuna netra karena kondisi fisiknya menyebabkan mereka tereksklusi di dalam masyarakat informasi. Jaggi (2003) dan Barja dan Gigler (2004)
205
menyebutkan kelompok atau individu yang tidak bisa mengakses ICT atau tereksklusi dari sumber daya baru ini sedang mengalami kemiskinan informasi atau information poverty atau ICT poverty di masyarakat informasi. Tulisan 1m mgm mengkaji pentingnya pengembangan aplikasi informatika di Indonesia untuk kaum berkebutuhan khusus, dalam hal ini tuna netra, yang dapat membantu orang-orang tersebut untuk memperoleh kesempatan yang sama dalam memperoleh informasi sehingga meningkatkan taraf hidup. Diharapkan dengan gambaran kondisi yang ada saat ini, bisa menggiatkan peran pemerintah dalam mewujudkan masyarakat informasi.
Kaidah lnformasi Dalam Perspektif Teoritis Menurut Davis dalam Kadir (2003), informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang penting bagi si penerima dan mempunyai nilai yang nyata yang dapat dirasakan dalam keputusankeputusan yang sekarang atau keputusan-keputusan yang akan datang. Penulis lain, Burch dan Strater, menyatakan informasi adalah pengumpulan atau pengolahan data untuk memberikan pengetahuan atau keterangan. Sedangkan menyatakan bahwa informasi adalah data yang penting yang memberikan pengetahuan yang berguna. Jadi, secara umum informasi adalah data yang sudah diolah menjadi suatu bentuk lain yang lebih berguna yaitu pengetahuan atau keterangan yang ditujukan bagi penerima dalam pengambilan keputusan, baik masa sekarang atau yang akan datang.n Untuk memperoleh informasi yang berguna, tindakan yang pertama adalah mengumpulkan data, kemudian mengolahnya sehingga menjadi informasi. Dari data-data tersebut informasi yang didapatkan lebih terarah dan penting karena telah dilalui berbagai tahap dalam pengolahannya diantaranya yaitu pengumpulan data, data apa yang terkumpul dan menemukan informasi yang diperlukan. Terry(l962) menjelaskan, berguna atau tidaknya infor-masi tergantung pada beberapa aspek, yaitu: (1). Tujuan si penerima; apabila informasi itu tujuannya untuk memberikan bantuan maka infor-masi itu harus membantu si penerima dalam usahanya untuk mendapatkannya.(2). Ketelitian penyampaian dan pengolahan data; penyam-
206
paian dan mengolah data, inti dan pentingnya info harus dipertahankan.(3 ). Waktu; informasi yang disajikan harus sesuai dengan perkembangan informasi itu sendiri.(4). Ruang dan tern pat; lnfonnasi yang didapat harus tersedia dalam ruangan atau tempat yang tepat agar penggunaannya lebih terarah bagi si pemakai. (5). Bentuk, Dalam hubungannya bentuk infonnasi harus disadari oleh penggunaannya secara efektif, hubungan-hubungan yang diperlukan, kecenderungankecenderungan dan bidang-bidang yang memerlukan perhatian manajemen serta menekankan informasi tersebut ke situasi-situasi yang ada hubungannya. (6). Semantik; Agar informasi efektif informasi harus ada hubungannya antara kata-kata dan arti yang cukup jelas dan menghindari kemungkinan salah tafsir. Jelaslah bahwa agar informasi itu menjadi berguna harus disampaikan kepada orang yang tepat, pada waktu yang tepat, dan dalam bentuk yang tepat pula.
Masyarakat Informasi Information society atau masyarakat informasi adalah sebuah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan sebuah masyarakat dan sebuah ekonomi yang dapat membuat kemungkinan terbaik dalam menggunakan informasi dan teknologi komunikasi baru. Menurut Loader ( 1998) masyarakat informasi adalah masyarakat dengan paradigma sosial dan ekonomi yang dimensi waktu dan ruangnya baru yang berbeda dengan dimensi waktu dan ruang tradisional. Dan tenaga pendorong pembangunan bukan lagi modal dan tenaga kerja tetapi informasi dan pengetahuan. McQuail menjelaskan, istilah masyarakat infonnasi pertama kali dikemukakan oleh Daniel Bell (1973) sehubungan dengan banyak bermunculannya sektor-sektor ekonomi berbasis infonnasi pada akhir era masyarakat industri tahun 1960an, yang mana proses produksi dan distribusi segala bentuk infonnasi, terutama berbasis teknologi komputer, telah menjadi sektor utama dalam perekonomian masyarakat. Van Cuilenburg (1987) dalam McQuail (2000) menyebutkan karakte-ristik utama dari masyarakat infonnasi yaitu peningkatan yang sangat menonjol dalam proses produksi dan aliran segala bentuk infonnasi,
207
terutama sebagai akibat dari murahnya biaya produksi, miniaturisasi dan komputerisasi. Rendahnya biaya transmisi dan distribusi informasi juga semakin mendorong pesatnya pertumbuhan industri informasi. Selain itu, sensitivitas terhadap jarak geografis pun terus mengalami penurunan, dan sekaligu~ kecepatan, volume dan interaktifitas dalam berkomunikasi juga terus mengalami peningkatan.
Kemiskinan Informasi Kemiskinan informasi menurut definisi Barja dan Gigler (2004) adalah ketidakadaan kapabilitas dasar (basic capabilities) yang dibutuhkan untuk berpartisipasi dalam masyarakat informasi. Teori kemiskinan informasi menurut Chatman, jika dilihat dari sudut pandang perilaku individu, bisa dikategorikan dalam enam hal yaitu (Rowley dan Hartley, 2008): (1) Orang-orang yang dikategorikan sebagai miskin informasi merasa diri mereka tidak memiliki sumber daya yang bisa me-nolong mereka, (2) Kemiskinan informasi sebagian berhubungan dengan perbedaan kelas. Kondisi miskin informasi ini dipengaruhi oleh orang luar yang memiliki akses istimewa pada informasi, (3) Kemiskinan informasi ditentukan oleh perilaku melindungi diri yang digunakan ketika merespon norma-norma sosial, (4) Mekanisme kerahasiaan dan juga membohongi diri sendiri akibat rasa tidak percaya pada maksud dan kemampuan orang lain memberikan informasi bermanfaat, ( 5) Sebuah keputusan mengambil risiko mengungkap persoalan sesung-guhnya sering diambil karena persepsi konsekuensi negatif lebih besar daripada manfaatnya; (6) Pengetahuan baru akan diperkenalkan de-ngan selektif kepada dunia informasi orang-orang miskin. Sebuah kon-disi yang mempengaruhi proses ini adalah relevansi dari informasi itu dalam merespon persoalan dan kepedulian sehari-hari. Barja dan Gigler (2004) juga menjelaskan bahwa kemiskinan informasi dan komunikasi juga mempengaruhi dimensi kehidupan lainnya. lnformasi bukan hanya sumber pengetahuan tetapi juga sumber daya spesial yang bisa memajukan kebebasan ekonomi, sosial, politik, dan budaya. Bisa dikatakan bahwa akses dan pemanfaatan informasi dan komunikasi adalah kondisi dasar untuk pembangunan karena
208
memberikan dampak pada setiap dimensi kehjdupan. Demikian juga, kemiskinan informasi dan komunikasi hanya satu dimensi dari kemiskinan tetapi memberikan dampak pada semua dimensi lainnya. Untuk alasan itulah, upaya pengurangan kemiskinan informasi dan komunikasi saling tergantung dengan dimensi lainnya (Gigler, 2005).
Informatika Dalam Wikipedia, Informatika merupakan disiplin ilmu yang mempelajari transformasi fakta berlambang yaitu data maupun informasi pada mesin berbasis komputasi. Disiplin ilmu ini mencakup beberapa macain bidang, termasuk di dalamnya: ilmu komputer, ilmu informasi, sistem informasi, teknik komputer dan aplikasi informasi dalam sistem informasi manajemen. Secara umum informatika mempelajari struktur, sifat, dan interaksi dari beberapa sistem yang dipakai untuk mengumpulkan data, memproses dan menyimpan basil pemrosesan data, serta menampilkannya dalam bentuk informasi. Aspek dari informatika lebih luas dari sekedar sistem informasi berbasis komputer saja, tetapi masih banyak informasi yang tidak dan belum diproses dengan komputer. Informatika mempunyai konsep dasar, teori, dan perkembangan aplikasi tersendiri. Informatika dapat mendukung dan berkaitan dengan aspek kognitif dan sosial, termasuk tentang pengaruh serta akibat sosial dari teknologi informasi pada umumnya. Assistive Technology
Assistive Technology atau Adaptive Technology (AT) adalah i~tilah
umum yang mencakup alat bantu adaptif dan perangkat rehabilitasi bagi para pe~yandang cacat dan juga termasuk proses yang digunakan dalam memilih, menemukan, dan mengg.unakan alat tersebut. Hersh and Johnson(2008) menjelaskan bahwa AT memberikan kesempatan kebebasan yang lebih luas dengan memungkinkan orang untuk melakukan aktivitas yang dahulu tidak dapat atau sulit dilakukan, dengan memberikan perangkat tambahan atau mengubah metode berinteraksi dengan teknologi yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas tersebut, sehingga dapat meminimalisasi jurang pemisah antara
209
orang cacat dan orang normal. Salah satu alat bantu untuk tuna netra adalah teknologi braille. Menurut American Foundation for the Blind, teknologi braille mampu merevolusi kehidupan ribuan orang karena memungkinkan mereka untuk terlibat dalam dunia maya yang tidak bisa dirasakan melalui mata mereka. Teknologi braille memungkinkan orang dengan keterbatasan penglihatan untuk melakukan tugas umum seperti menulis, menjelajah internet, mengetik dalam huruf braille dan mencetak dalam teks, terlibat dalam obrolan, mengunduh file, musik, menggunakan surat elektronik, membakar musik, dan membaca. Selain itu, teknologi dengan braille memungkinkan siswa buta atau gangguan penglihatan untuk menyelesaikan semua tugas di sekolah dan memungkinkan mereka mengambil kursus online. Hal ini memungkinkan para profesional untuk melakukan pekerjaan dan guru untuk kuliah perangkat keras menggunakan dan aplikasi perangkat lunak. Kemajuan teknologi Braille sangat bermakna karena orang dengan keterbatasan penglihat-an dapat mengakses lebih banyak teks, buku dan perpustakaan dan juga memfasilitasi pencetakan teks braille.
Aplikasi Informatika Untuk Tuna Netra Saat ini perkembangan dunia literasi sangat pesat. Ribuan buku baru, dalam maupun luar negeri membanjiri toko buku setiap tahunnya. Namun, kepesatan perkembangan literasi ini tidak sebanding dengan kemampuan produsen buku Braille menyediakannya untuk tunanetra, karena jumlah penerbit buku (biasa) sangat banyak, sementara, jumlah produsen buku Braille sangat sedikit. Akibatnya, tunanetra senantiasa tertinggal dari perkembangan literasi. Pesatnya perkembangan teknologi informasi seharusnya dapat menciptakan solusi bagi masalah ini. Beberapa aplikasi informatika yang ada untuk tuna netra saat ini di Indonesia berdasarkan basil penelusuran ·dalam mesin pencari, antara lain seb~gai berikut : 1. Meldict adalah kamus elektronik Inggris-Indonesia dan lndonesia-Inggris yang khusus dibuat untuk tunanetra. Meldict dikemas dalam CD, dan untuk memanfaatkannya, tunanetra harus mengunakan komputer bicara, yaitu komputer yang
210
dilengkapi dengan perangkat lunak pembaca layar (Mitra Netra,2008). 2. MBC 5, merupakan perangkat lunak pengolah kata yang dikembangkan oleh Yayasan Mitra Netra dan tiga orang programer berasal dari mahasiswa Institut Teknologi Bandung, · yang dapat menolong para masyarakat tuna netra memenuhi kebutuhan mereka akan buku bacaan(Tribun News,2008) . 3. Distro Linux, dibangun oleh Debi dan Eko, mahasiswa Politeknik ITS pada tahun 2008, dengan memanfaatkan teknologi Natural Language Processing dan Digital Signal Processing yang bisa digunakan oleh para tuna netra (Technology Indonesia,2010) 4. Nightvision SMS, dibuat oleh Sandy Arief Permana untuk dapat membantu mereka yang memiliki masalah dalam penglihatan agar tetap dapat menggunakan SMS. Nightvision SMS dapat membantu penyandang tunanetra dalam penuUsan dan pembacaan SMS pada perangk~t ponsel, dimana setiap tombol yang dipencet akan mengeluarkan suara dan setiap huruf pada teks SMS akan dibacakan satu persatu. (Digital Library Universitas Padjadjaran,2009). 5. Situs forum http://www.kartunet.com/ yang diprakarsai oleh 4 orang tuna netra yaitu Irawan Mulyanto, Aris Yohanes, M Ikhwan Toriqo dan Dimas Prasetyo Muharam, sebagai media publikasi terhadap karya-karya para tunanetra, namun tidak menutup kemungkinan pengunjung diluar penyandang cacat mata untuk menyalurkan karyanya. Berdasarkan basil penelusuran tersebut, ternyata mahasiswa dan kaum muda menjadi pelaku dalam pengembangan aplikasi informatika untuk tuna netra. Hal ini berarti menunjukkan bahwa mahasiswa dapat menjadi salah satu penggerak industri kreatif, dimana industri ini berasal dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.
211
Pengembangan Aplikasi Informatika untuk Tuna Netra Masyarakat infonnasi dihadapkan tantangan-tantangan baru dan kesempatan perkembangan-perkembangan menuju seluruh area dari masyarakat. Potensi ICT untuk memberdayakan masyarakat sangat besar. Hal ini terutama dalam kasus untuk orang cacat. ICT dapat membantu membangun kapasitas dan keterampilan untuk mendptakan peluang kerja yang lebih banyak, membantu usaha kecil dan menengah, dan meningkatkan partisipasi serta menginformasikan pembuat keputusan pada setiap level melalui peningkatan pendidikan dan latihan. Penerapan ICT dalam mewujudkan lingkungan ekonomi global yang berpengetahuan dan oleh karenanya memainkan peran yang penting dalam mempromosikan pembangunan yang berkelanjutan dan menghapus kemiskinan. Kapabilitas dasar yang dibutuhkan untuk berpartisipasi dalam masyarakat informasi itu berhubungan dengan asetaset yang dimiliki individu atau kelompok dan kapabilitas individu atau kelompok itu memanfaatkan aset-aset. lndividu dan kelompok yang memiliki aset-aset itu dan memiliki kapabilitas memanfaatkannya akan menentukan kapabilitasnya memanfaatkan peluang ICT. Aset-ase~ itu antara lain aset fisik untuk ICT (seperti komputer atau telepon selular), aset manusia (layanan kesehatan dan pendidikan yang mendasar untuk ICT), aset sosial Garingan sosial untuk ICT) serta aset ekonomi (pemanfaatan ICT yang produktit). Lumiers dan Schimmel (2004) melihat informasi sebagai barang utama (primary good), sumber daya yang dibutuhkan untuk mempertahankan hidup sehari-hari, dan produk yang bisa dipedagangkan. Perkembangan industri informasi telah membagi masyarakat menjadi dua kelompok yaitu mereka yang memiliki akses dan kapasitas memanfaatkan teknologi infonnasi modem dengan mereka yang tidak memiliki akses dan kapasitas dalam memanfaatkan teknologi infonnasi, sehingga muncullah digital divide atau kesenjangan digital. Kesenjangan ini terjadi tidak hanya antara negara-negara di dunia, tetapi juga terjadi di dalam satu negara dan antara satu orang dengan lainnya. Kesenjangan digital ini menjadi bagian dari persoalan kemiskinan informasi.
212
Kriteria yang menentukan tingkatan kemiskinan informasi atau kekayaan informasi seseorang adalah informasi itu sendiri, infostruktur, dan tingkat pemahaman informasi (information literacy). Mereka yang miskin informasi tidak memiliki cukup informasi atau tidak memiliki kesempatan mendapatkan informasi yang tepat. Hal inilah yang dirasakan oleh kaum tuna netra. Masih rendahnya literasi informasi kaum tuna netra ada kaitannya pada keterbatasan jumlah buku dan akses informasi yang dikhususkan pada mereka yang berkebutuhan khusus. Pada umumnya buku Braille sangat tebal, karena membutuh-kan kertas lebih tebal dan ukuran huruf Braille yang besar dan standar. Sebagai perbandingan, I 00 halaman buku biasa, akan menjadi sekurangkurangnya 300 halaman buku Braille. Agar lebih praktis saat digunakan, biasanya buku Braille dengan jumlah halaman lebih banyak dan lebih tebal harus dibuat dalam beberapa volume. Untuk memenuhi kebutuhan kamus, misalnya, produser buku Braille hanya dapat membuat "kamus saku" versi Braille, dengan jumlah kata yang sangat terba~. Selain itu masih minimnya jumlah teknologi yang dapat memenuhi kebutuhan pengguha penyandang tuna netra juga menjadi kendala. Sehingga, kaum tuna netra tidak hanya mengalami eksklusi sosial tetapi juga kesenjangan digital. Hal ini tentu perlu menjadi perhatian pemerintah untuk dapat menyediakan aplikasi informatika yang dapat membantu para penyandang cacat untuk mendapatkan kesempatan yang sama dalam memperoleh informasi dan memanfaat-kaannya sehingga mendukung kaum tuna netra agar dapat berparti-sipasi dalam mewujudkan masyarakat informasi. Salah satu bentuk aplikasi yang dapat dikembangkan adalah E-Learning. Electronic Learning disebut juga sebagai proses belajar-mengajar jarak jauh yang menggunakan teknologi internet dan komputer sebagai media penyampaian informasi. Menurut Romi Satrio Wahono, E-Learning tersusun atas tiga komponen dasar berikut: 1. Infrastruktur (hardware) yaitu perangkat keras yang digunakan untuk menunjang terlaksananya proses e-learning, antara lain Personal Computer (PC), jaringan dan akses internet, perangkat multimedia, perangkat teleconference, dan lain-lain.
213
2. Aplikasi (software) yaitu perangkat lunak yang digunakan sebagai antarmuka antara pelajar atau pengguna dengan materi yang akan disampaikan. Pada e-learning berbasis web biasanya disebut Learning Management System (LMS). LMS merupakan aplikasi yang digunakan untuk menyampaikan, mengevaluasi dan mengelola sebuah pembelajaran. 3. Konten e-leaming yaitu modul atau materi pembelajaran yang dibuat oleh pengajar. Saat ini, hampir semua LMS menggunakan standar konten berbasis Sharable Object Reference Model (SCORM). Sebuah paket SCORM merupakan kumpulan beberapa file, baik itu gambar, suara atau materi teks yang membangun sebuah konten pembelajaran, yang diatur oleh sebuah file manifest yang menggambarkan bagaimana filefile konten dalam paket ini tersusun. Aplikasi e-leaming untuk tuna netra tentunya berbeda dengan orang normal, karena dalam aplikasi tersebut tidak mungkin menggunakan tampilan visual. Untuk itu, perlu memanfaatkan kemampuan lain yang dimiliki tuna netra yaitu pendengaran dan perabaan. Sehingga dibutuhkan teknologi yang dapat mengubah sesuatu yang bisa dilihat agar bisa didengar atau diraba dan dimengerti oleh pengguna, dalam hal ini adalah penyandang tuna netra. Teknologi yang dapat dimanfaatkan antara lain Natural Language Processing (NLP) atau Pemrosesan Bahasa Alami. NLP merupakan proses pembuatan model komputasi dari bahasa sehingga dapat terjadi suatu interaksi antara manusia dengan komputer dengan perantaraan bahasa alami. NLP merupakan ·salah satu tujuan jangka panjang dari Artificial Intelegence (kecerdasan buatan) yaitu pembuatan program yang memiliki kemampuan untuk memahami bahasa manusia. Pada prinsipnya bahasa alami adalah suatu bentuk representasi dari suatu pesan yang ingin dikomunikasikan antar manusia. Bentuk utama representasinya adalah berupa suara atau ucapan (spoken language), tetapi sering sering dibuat dalam bentuk tulisan. Salah satunya yaitu dengan memasukkan perangkat lunak untuk mem-baca teks atau text-to-speech. Setiap informasi tertulis akan dilisankan
214
sehingga dapat didengar oleh pengguna. Setelah infrastruktur dan aplikasi tersedia, kemudian dapat dikembangkan konten-konten elearning yang dapat dimanfaatkan oleh para penyandang tuna netra dalam mengakses informasi sehingga keterbatasan yang mereka miliki tidak lagi menghalangi kesempatan para tuna netra untuk belajar kapanpun dan dimanapun. Kelak, dengan peningkatan akses informasi, dapat membantu kaum tuna netra untuk keluar dari eksklusi sosial. Dengan begitu, harapan pemerintah untuk mewujudkan masyarakat informasi akan tercapai.
Kesimpulan Mereka yang tidak memiliki akses dan kemampuan memanfaatkan sumber daya JCT bisa dikategorikan sebagai kelompok yang miskin informasi di dalam masyarakat informasi. Padahal, upaya peningkatan pemanfaatan teknologi informasi secara optimal hanya dapat tercapai jika tersedia ragam aplikasi dan konten yang mampu memenuhi berbagai jenis kebutuhan pengguna, termasuk diantaranya para penyandang tuna netra. Untuk itu, dibutuhkan perhatian pemerintah serta stakeholder terkait, seperti institusi pendidikan dan bisnis, untuk terus melakukan pengembangan aplikasi informatika bagi mereka yang berkebutuhan khusus, sehingga mereka tidak lagi mengalami eksklusi sosial. Salah satu aplikasi yang dapat dikembangkan lebih lanjut dalam mengatasi masalah literasi dan keterbatasan akses informasi bagi tuna netra adalah dikembangkannya aplikasi e-learning dengan memanfaatkan teknologi seperti natural language processing untuk mengakomodir kebutuhan pengguna yang terbatas pada indera penglihatan, namun memiliki kelebihan pada indera pendengaran dan indera peraba. Selain itu, pemerintah juga perlu memfasilitasi para pelaku industri kreatif untuk terus melakukan pengembangan aplikasi informatika dan ragam konten yang dapat memenuhi kebutuhankebutuhan pengguna.
215
Daftar Pustaka American Foundation for the Blind. . Diakses pada 11 Februari 2011. Barja, Gover dan Bjorn-Soren Gigler. 2004. "The Concept of
Information Poverty and How to Measure it in the Latin American Context." Pp. 11-28. Di dalam Digital Poverty: Latin American and Carribean Perspectives. Peru: REDIS-DIRSI. Bell, Daniel. 1989. "Communication Technology: For Better or for Worse?" Pp. 89-103. London: Lawrence Erlbaum Associates. Bure, Claire. 2005. "Digital Inclusion Without Social Inclusion: The Consumption of Information and Communication Technologies (ICTs) within Homeless Subculture in Scotland" The Journal of Community Informatics, Vol. 1., Iss. 2.: 116-133. Bruch and Strater. 1974. Information System: Theory and Practice, Hamilton Publishing Company, Santa Barbara, California. Davis, Gordon B. 1974. Management Information System: Conceptual Foundation, Structure, and Development, McGraw-Hill International Book Company, Auckland, 1974, halaman 32. Digital Library Universitas Padjajaran.2009. . Diakses pada 11Februari2011. Gigler, B.S. 2005 .. Enacting and Interpreting Technology from Usage to Well-being: Experiences of lndigenof!S People with JCT. Pp. 124164. Idea Group. Hersh, Marion A. and Michael A. Johnson. 2008. Assistive Technology for Visually Impaired and Blind People. Pp 4. SpringerLink. Jaggi, Anil. 2003. Transforming Regional Economies and Communities with JCT Developing Countries: An Indian Perspective. Pp. 181194. Westport: Praeger Publishers. Kadir, Abdul. 2003. Pengenalan Sistem Informasi. Yogyakarta : Andi. Kartunet. . Diakses pada 11Februari2011. Lumiers, Esther M. dan Martin Schimmel. 2004. "Information Poverty: A Measureable Concept?" Pp. 47-61. North Carolina: Farland. Loader, B.D., ed. 1998. Cyberspace Divide: Equity, Agency and Policy in the Information Society. London dan New York: Routledge. May, Christopher, ed. 2003. Key Thinkers of the Information Society. London dan New York: Routledge. McQuail, Dennis. 2000. McQuail 's Mass Communication Theory, 4'h Edition, I London, Thousand Oaks, New Delhi: Sage Publications.
216
Millar, Jane. 2007. Social Exclusion and Social Policy Research:
Defining Exclusion. "Multidisciplinary Handbook of Social Exclusion Research. .West Sussex: John Wiley & Sons, Ltd. Pierson, John. 2002. Tackling Social Exclusion. London and New York: Routledge. Rowley, Jennifer and Richard Hartley. 2008. Organizing Knowledge:
An Introduction to Managing Access to Information,
4'1' Edition.
Manchester: Ashgate. Surjadi, Harry .2009. Memahami Kondisi Eklusi' dan Inklusi Sosial Tuna Netra. Universitas Indonesia. Technology Indonesia. . Diakses pada 11 Februari 2011. Terry, George R .. 1962. Office Management and Control, Fourth Edition, Richard D. Irwin Inc.: Homewood, Ilinois. Tribun News.< http://www.tribunnews.com/2010/05/26/fasli-negaraberhutang-kepada-yayasan-mitra-netra>. Diakses pada 11 Febuari 2011. Wahono, Romi Satrio. 2008. Meluruskan Salah Kaprah tentang ELearning. Diakses 10 Februari 2011. WHO Reports. Noncommunicable Diseases and Mental Health. Diakses 12 Februari 2011. WHO Project Document. Strategic Plan for Vision 2020: The Right to
Sight. Diakses 12 Februari 2011.
217
TANGGAPANPENGGUNAINTERNETTERHADAP PEMBLOKIRANSITUSPORNODIKOTAMEDAN Erisvaha Kiki Purwaningsih5 Pornografi semakin menjadi fenomenal semenjak kasus video porno yang menyeret nama artis terkenal Indonesia. Orang tua yang memiliki anak usia rem,aja mulai gerah dengan kecanggihan teknologi. Saat ini produk teknologi yang berbau porno tidak lagi bisa dicegah keberadaannya. Berbagai foto, gambar, tulisan dan video yang berbau pornografi dan pornoaksi sangat mudah ditemukan dan di download dari internet. Siapapun bisa mengaksesnya tanpa melihat batasan usia, pekerjaan, lokasi ataupun status sosial. Guna mengantisipasi meluas-nya akses situs porno, pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan lnfonnatika telah melakukan pemblokiran terhadap situs-situs yang berbau pornografi. Terdapat 3 UU yang mendasari upaya pemblokiran ini, yaitu UU Telekomunikasi, UU ITE dan UU Pornografi1. Sesuai dengan yang tertuang pada pembukaan UU Pornografi No. 44 tahun 20082 (butir b), "mengingat : bahwa pembuatan, penyebarluasan dan penggunaan pornografi semakin berkembang luas di tengah masyarakat yang mengancam kehidupan dan tatanan sosial masyarakat Indonesia". Dengan pertimbangan ini dikeluarkanlah undang-undang pornografi dengan tujuan yang tertera pada BAB I Pasal 32• Dengan adanya pemblokiran ini, masyarakat pengguna internet mulai dibatasi ruang geraknya untuk bisa mengakses situs porno. Sesuai dengan peran pemerintah yang tertuang pada BAB IV pasal 1i tentang peran pemerintah, yaitu "Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib melakukan pencegahan pembuatan, penyebarluasan,dan penggunaan pornografi." Dan pasal 18 yang berbunyi: "Untuk melaku-kan pencegahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, Pemerintah berwenang:
s Erisvaha Kiki Purwaningsib.Pcncliti di Balai Bcsar Pcngkajian Komunilcasi dan Infonnatilca Medan
218
a.
Me1akukan pemutusan jaringan pembuatan dan penyebar]uasan produk pornografi atau jasa pomografi, termasuk pemblokiran pomografi melalui internet; b. Melakukan pengawasan terhadap pembuatan, penyebarluasan, dan penggunaan pomografi; dan c. Melakukan kerja sama dan koordinasi dengan berbagai pihak, baik dari dalam maupun dari luar negeri, dalam pencegahan pembuatan, penyebarluasan, dan penggunaan pomografi". Pemblokiran situs porno di internet oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika telah menimbulkan berbagai reaksi dan tanggapan dari masyarakat. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mendeskrip-sikan tanggapan pengguna internet terhadap pemblokiran situs porno oleh Kementerian Komunikasi dan lnformatika. Situs porno adalah sekelompok halaman (web page) di internet, yang menampilkan dan menyajikan pornografi. Sesuai dengan yang tertuang pada Ketentuan Umum2 BAB 1 Pasal 1 butir 2, yang berbunyi "Jasa pomografi adalah segala jenis layanan pornografi yang disediakan oleh orang perse-orangan atau korporasi melalui pertunjukan langsung, televisi kabel, televisi teresterial, radio, telepon, internet, dan komunikasi elektronik lainnya serta surat kabar, majalah, dan barang · cetakan lainnya".Adapun yang dimaksud dengan pornografi (sesuai dengan yang tertuang pada Ketentuan Umum2 BAB 1 Pasal 1, butir 1), berbunyi "Pornografi adaJah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gam bar bergaerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat". Penelitian ini dimak-sudkan untuk menjawab bagaimana tanggapan pengguna internet terhadap pemblokiran situs porno. Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, penelitian ini dibatasi menggunakan responden dari pengun-jung galeri Internet BBPPKI Medan. Penelitian exploratif ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan didukung data kualitatif untuk mendapatkan basil penelitian yang
219
benar-benar dapat dihandalkan3•4• Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden, sedangkan pende-katan kualitatif dilakukan dengan memberikan pertanyaan terbuka ke-pada responden. Penelitian ini dilakukan di galeri internet BBPPKI Medan pada bulan Oktober 2010. Galeri internet BBPPKI Medan dipilih untuk penelitian ini, dengan pertimbangan bahwa pengunjung internet di Galeri BBPPKI Medan banyak dikunjungi oleh mahasiswa dari beberapa Universitas Negeri dan Swasta di Kota Medan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengunjung galeri internet BBPPKI Medan selama 5 hari kerja yang berjumlah 170 orang. Berdasarkan data Galeri BBPPKI pada bulan September 2010, jumlah pengunjung rata-rata adalah 35 orang per hari. Jumlah sampel populasi tersebut selanjutnya digunakan sebagai sampel penelitian (total sampling) untuk menggambarkan sebaran penggunaan internet dan deskripsi kunjungan situs porno oleh responden. Data yang diperoleh ditabulasikan dan dideskripsikan. Galery Internet Sebagai Subyek Galeri Internet BBPPKI Medan adalah salah satU fasilitas layanan publik agar masyarakat bisa menggunakannya tanpa dipungut biaya. Di Galeri tersebut tersedia 15 Unit Kompqter dengan rata-rata pengunjung setiap hari 35 orang. Pengunjung Galeri Internet juga dibimbing oleh petugas/tutor galeri yang bertanggung jawab untuk mengatur dan memastikan setiap unit komputer tidak ada masalah dan bisa digunakan. Deskripsi pengunjung galeri yang dijadikan sampel survey dapat di jelaskan sbb, Mereka adalah siswa dan mahasiswa dengan status belum menikah. Perbandingan antara jumlah responden perempuan dan lakilaki tidak terlalu besar yaitu berbeda hanya 4, 12% lebih besar jumlah responden perempuan (42,94% responden laki-laki dan 57,06% perempuan). Rata-rata usia pengunjung galeri adalah remaja. Menurut para ahli psikologi perkembangan dinyatakan bahwa usia remaja berada antara 14-21 tahun5• Dengan demikian siswa dan mahasiswa pengguna galeri dapat dikategorikan berada di kalangan remaja. Dari basil
220
penelitian di dapatkan bahwa rata-rata pengunjung galeri adalah pengguna internet aktif. Fasilitas yang mudah dijangkau adalah wamet yang memang saat ini sangat mudah dijumpai. Selain itu juga handphone dan fasilitas lain yang mereka miliki di rumah, kampus dan tempat-tempat yang terkoneksi dengan Wi-Fi. Internet paling banyak diminati responden adalah dari wamet (41 %). Hal ini membuktikan bahwa wamet adalah salah satu faktor yang memiliki andil cukup besar dalam penyebaran akses pornografi. Rata-rata intensitas koneksi responden ke internet 3 sampai 4 kali seminggu dengan lama waktu setiap satu kali online rata-rata 1-2 jam. Daftar situs yang sering dikunjungi oleh responden, terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. Daftar Situs yang sering dikunjungi No
1
2
3
4
Kateeori
Jejaring Sosial
Blogger
Search Engine/Email
Hiburan
Daftar Site
Persentase %
www.facebook.com
91,76
www.twitter.com
22,94
www.friendster.com
5.29
www.blogger.com
2,29
www.triatmono.wordnress.com
0,59
www.komikfox.blogsgot.com
0,59
www.cinema3satu.blogsnot.com
0,59
www .hitsuke.b)o(?soot.com
0.59
www.google.com
84,12
www.l:'.ahoo.com
47,65
www.wikimania.com
1,76
www.manggacom
0,59
www.konrol.com
0,59
www.l:'.outube.com
1,76
www.4shared.com
1,71
www.bursalDgu.com
1,18
www.gudanglagy.com www.nvolnnmnn~
221
.•
2,35 ,.,........
() .c;Q
5
6
7 8
Pendidikan
Bisnis
Pemerintah Dan lain-lain
www.okezone.com
1,76
www.mtvampuh.com
0,59
www.gemscool.com
7,06
www .exelaz.com
1,18
www.snaptu.com
1,18
www.livcscore.com
0,59
www.deviantart.com
0,59
www.stafaband.info
0.59
www.wikiuedia.com
2,94
www.manajemensdm.com
0,59
www.dakwatuna.com
0,59
www.hizbuttahrir.com
1,18
www.19lilafah-l224.com
0,59
www.kickandi.com
0,59
www.geogmnhic.com
0,59
www.sebarinsoal.com
0,59
www .ruangmuslim.com
0,59
www.osnoti2010
0.59
www.imfreedom.com
0,59
www.bisnisonline.com
0,59
www.entemreneuruniversi~.com
0,59
www.indonesia4online.com
0,59
www.duta4future.com
0,59
www.kaskus.us
0.59
www.bps.go.id
0,59
www .disoendasumut.20.id
0.59
www.e-cpns.com
0,59
www.tube8.com
2,94
www.youjizz.com
1,18
www.gmtisindo.com
0,59
www.bunker.com
4.12
222
www .sex.com
0,59
www .xvideos.com
0,59
www.indowebster.com
0,59
www.indowebster.web.id
0,59
www.zonarnobile.com
0,59
www.lautanindonesia.com
0,59
www.detik.com
I, 18
www.tviexgress.com
0,59
www.bangbross.com
0,59
www.sukatoro.com
0,59
WWW.l'.OUQOm.com
2,35
www.redgom.com
1,18
www.sederet.com
0,59
Table 2. menunjukkan bahwa situs yang paling sering dikunjungi adalah jejaring sosial dan search engine/email. Untuk menggambarkan kunjungan situs porno oleh responden dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. DeskriIPSl. kumungan st'tus porno o Ieh responden No 1 2
3
Deskripsi Apakah pemah mengunjungi situs porno Mengetahui tentang situs porno darimana?
Berapa kali mengunjungi situs porno dalarn seminggu?
Tanggapan Responden Pernah
Tidak earl sendiri/coba-coba ternan saudara/keluarga tabloid/majalah/media cetak lain radio, televisi dan media elektronik lain
223
Jumlah (org) 78
92 25 92 0 15 38 58 6 1 0
Persentase (%) 45,88
54,12 14,71 54,12 0,00 8,82 22,35 74,36 7,69 1,28 0,00
>6x 4
5
Penggunaan situs porno
Yang Paling Banyak di download dari situs porno
13
Having Fun/Kesenangan sendiri Simpan Berbagi Tulisan/cerita Garnbar Video
16,67
61 78,21 16,67 5,13 5,13 26,92 67,95
13 4 4 21 53
Dari 170 orang responden, sebanyak 45 .88% diantaranya mengaku pemah mengunjungi situs porno, padahal dilihat dari usia responden paling banyak adalah 16-20 tahun (77,65%) dengan status belum menikah. Pada periode usia ini berdasarkan perspektif perkem-bangan, remaja dihadapkan dengan berbagai masalah, sehingga sering disebut usia penuh masalah (problem age). Sebagai usia transisi remaja dituntut untuk melakukan berbagai proses penyesuaian, terutama proses penyesuaian hubungan sosial dengan lawan jenis, proses me-nemukan jati diri dan menemukan nilai-nilai, serta dihadapkan dengan persoalan dalam mengontrol dorongan seksual yang meningkat6• Tanggapan responden tentang pemblokiran situs porno dapat dilihat pada tabel 4. Tabel4. Tanggapan responden tentang Pemblokiran Situs Pomo Tanggapan Resoonden
Deskripsi No 1
2
3
Pengetahuan responden tentang Pemblokiran Situs Pomo Media yang digunakan responden untuk mengetahui kebijakan pemerintah
Tanggapan responden tentang Pemblokiran Situs Pomo
Tahu TidakTahu Website Koran dan Tabloid Pee:awai oemerintah Teman keluarH Perlu Tidakoerlu R.atzu-rae:u
224
Jumlah (Ore)
Persentase (%)
108 62
63.5336.47
29
17.06 44.71 9,41
76 16 42 7 149 9 12
24.71 4.12 87.65 5.29 7.06
4
5
Apakah Pemblokiran Situs Pomo mengganggu/membatasi resoonden Tanggapan responden tentang basil kerja Pemblokiran Situs Pomo (telah maksimal/belum)
Ya
2
1.18
168
98.82
Sud ah
43
25,29
Belum 30%
127 57
74,71 33.53
± 31-45% ±46-60% ± 61-75%
44 38 22
25.88 22.35
~
9 27 49
12.94 5.29 15.88 28.82
79
46.47
15
8.82
Tidak
s 6
7
Persentase keberhasilan Pemblokiran Situs Pomo Oleh Pemerintah
Media paling efektif untuk mencegah akses pomografi
76%
Rumah Tan22a Sekolah Lint?kungan Dan lain-lain
Pengunjung situs porno tidak hanya laki-laki, tetapi perempuan juga ikut mengakses situs tersebut, meskipun secara persentase lebih banyak responden laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa gender tidak berpengaruh terhadap kurangnya keinginan untuk mengakses situs porno. Apabila dilihat dari intensitas kunjungan ke situs porno, gender memberikan implikasi berbeda. Rata-rata responden laki-laki lebih sering mengunjungi situs tersebut dibandingkan dengan responden perempuan. Responden laki-laki bisa mengunjungi situs tersebut setiap terhubung ke internet (13/170), 16,67%. Status belum meri1kah juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap keinginan untuk lebih mengetahui tentang seks dengan mengakses situs porno. Seperti yang dikemukakan Sarwono6 penundaan usia kawin, ku- . rangnya informasi tentang seks, terutama dari orang tua sebagai sumber pertama dan utama, perubahan standar tentang perilaku seks ·dan pergeseran nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, merupakan berbagai faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku seksual pada remaja. Rata-rata responden pertama kali mengetahui adanya situs porno dari teman dan sahabat dan yang paling banyak diakses dan di download dalam bentuk video. Vitalis5 mengungkapkan bahwa pada umumnya remaja telah mempunyai sedikit informasi tentang seks, apakah dari te-
225
man-teman atau membaca referensi. Hanya saja seringkali informasi yang mereka miliki itu berdasarkan terkaan atau dugaan yang diberikan terhadap adanya perubahan-perubahan yang dialaminya. Dapat dijabarkan bahwa sedikit informasi tersebut menyebabkan keingin-tahuan terhadap seks dilakukan dengan mengunjungi situs porno. Daftar situs porno yang sering di kunjungi oleh responden, terlihat pada Tabel S.· Table 5. . Daftar s·1tus Porno yang sermg d'k 1 UnJUllgl Daftar Situs Persentase (%) 1 www .google.com 28,21 2 www.youtube.com 14,10 3 www.youjizz.com 15,38 4 www.worldsex.com 5,13 5 www.younom.com 10,26 6 www.xvideo.com 14,10 7 www.89.com 2,56 8 www.tube.com 6,41 www.moviesguy.com 9 2,56 10 www.tube8.com 4,03 11 www.naught)!girl.com 3,85 12 www .lalatx.com 2,56 13 www.zixa.ru 1,28 14 www.nornhub.com 1,28 15 www.uorn.com 1,28 16 www .youtube8.com 1,28 17 www.redtube.com 10,26 18 www .nhoneerotica.com 3,85 19 www.dewasa.com 1,28 20 www.xxx.com 7,69 21 www.sex.com 1,28 22 www.bunker.com 7,69
226
23 24
www.elemele.com www.68.com
1,28 1,28
25 26
www.johnbroot.com www.bitchits.com
1,28 1,28
27 28 29
www.torbe88.com www .krucil.com www.animalsex.com
30 31
www .bangbross.com www.sukatoro.com
1,28 1,28 2,56 1,28 1,28
32 33
www.younorn.com www.red12orn.com www.myvideox.com
34 35 36
11,54 2,56 3,85 1,28
www.sexuorn.com
1,28 Dengan banyak beredarnya situs porno di internet, maka pemerintah dalam bal ini Kementerian Komunikasi dan lnformatika melakukan pemblokiran situs porno. Masib banyak responden yang belum mengetahui tentang pemblokiran situs porno oleb pemerintah, meskipun dinilai secara persentase pada basil penelitian ini telab lebib dari 50 persen (63,53%). Koran, tabloid, majalah dan media cetak lain menjadi media paling banyak memberikan informasi kepada responden· tentang pemblokiran situs porno oleb pemerintah. Rata-rata tanggapan responden terhadap pemblokiran situs porno menjawab pemblokiran situs porno ini perlu dilakukan pemerintah meskipun sebagian kecil responden menjawab mereka merasa terganggu dan dibatasi karena tidak bisa melibat dan mendownload lagi. Penilaian basil kerja pemblokiran situs porno oleb pemerintah menurut responden, rata-rata belum maksimal, karena masib ada beberapa situs porno yang masih dibuka oleb responden saat koneksi dan terbubung ke internet. Berikut daftar situs yang masib bisa dibuka oleb responden, pada Table 6. www.Run~-Run~.com
227
Tabel 6. Situs p~mo yang masih bisa dibuka Daftar Situs www.~outube.com
www.tube8.com www .lalatx.com www.naugh~girl.com www.~oujizz.com
www.mariaozawa.com Dari jawaban responden ini dapat disimpulkan bahwa pemerintah belum cukup berhasil dalam melakukan pemblokiran situs porno. Jika dilihat dari jawaban responden terhadap jumlah persentase keberhasilan pemerintah dalam pemblokiran situs porno lebih dari 61 % hanya 18.23 %. Responden menjawab lingkungan adalah wadah yang paling efektif untuk mengurangi akses ke pornografi (46,47%), tetapi keluarga juga memiliki peranan penting untuk memberikan edukasi atau pengetahuan tentang seks agar remaja tidak lagi mencari tahu hal tersebut dari situs-situs porno, yang akhimya menjadikan itu sesuatu kebiasaan untuk kesenangan sendiri. Konsep remaja tentang dirinya dan oranglain .dibentuk oleh keluarga ketika masih kecil dan ditentukan faktor-faktor serta suasana yang dihayati dalam keluarga5• Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dijabarkan bahwa rata-rata responden sangat setuju dan mendukung kebijakan pemerintah tentang pemblokiran situs porno karena dapat merusak moral. Pemblokiran situs porno diharapkan da-pat mengurangi tingkat kejahatan terutama kejahatan seksual di kalang-an remaja dan anak di bawah umur. Responden berharap kepada pemerintah agar pornografi tidak hanya dibasmi dari situs di internet saja, tetapi juga dari televisi, radio, majalah dan media cetak lain yang banyak beredar di masyarakat. Secara umum responden menyatakan situs porno tidak berpengaruh apa-apa terhadap perilaku responden, tetapi sebagian lagi merasakan ada pengaruh positif dan negatif.
228
Sisi positif menurut responden adalah menambah wawasan ilmu dan pengetahuan mereka tentang seks, dari sisi negatifnya menggang-gu pikiran dan ingin melakukan, terpengaruh dunia malam dan sulit mengontrol yang berakibat ketergantungan. Media lain yang digunakan responden selain website untuk mendapatkan akses pomografi adalah majalah, VCD, DVD, dan handphone. Menjamumya keberadaan wamet juga memberi dampak terhadap tingkat akses pomografi. Sebagian responden mengakui bahwa keberadaan wamet membuat akses pornografi semakin mudah, sehingga responden berharap akan ada razia terhadap wamet-wamet yang masih bisa melakukari akses pornografi. Sebagian lagi menyatakan tidak masalah dengan banyaknya wamet, karena hal itu tergantung kepada pribadi masing-masing. Wamet juga sering menjadi tempat yang aman bagi mereka yang berpasangan un-tuk menonton dan mengakses situs porno dengan pasangan masing-masing, sehingga wamet langsung menjadi tempat mesum yang ber-imbas terhadap pergaulan bebas atau seks di luar nikah yang diakui beberapa responden yang datang ke warnet dengan pasangan untuk menonton situs porno dan kemudian mempraktek kannya dengan pasangan masing-masing. Karena meningkatnya minat pada seks, remaja selalu berusaha mencari lebih banyak informasi mengenai seks. Sayangnya, hanya sedikit remaja yang dapat berharap bahwa seluk beluk tentang seks dapat dipelajari dari orang tuanya. Oleh karena itu remaja lebih banyak mencari berbagai sumber informasi yang mungkin dapat diperoleh, misalnya karena hygiene seks di sekolah, atau perguruan tinggi, membahas dengan teman-temannya, buku-buku tentang seks, atau mengadakan percobaan dengan jalan masturbasi, bercumbu atau bersenggama6 • Kesimpulan Berdasarkan basil penelitian dapat disimpulkan bahwa tanggapan pengguna internet terhadap pemblokiran situs porno cukup beragam. Dapat dikelompokkan menjadi dua tanggapan, yaitu tanggapan positif dan negatif. Tanggapan positif, responden sangat setuju dengan pem-
229
blokiran situs porno oleh pemerintah karena pornografi dapat merusak moral, bahkan responden ikut senang dan mendukung kebijakan pemerintah untuk memblokir situs karena tidak mendidik dan tidak memiliki nilai positif. Setiap mengunjungi situs porno, menimbulkan pikiran-pikiran untuk dapat berbuat seperti yang ditayangkan pada gambar atau video. Responden menyatakan pemblokiran situs porno ini perlu dilakukan. Tanggapan negatif, responden merasakan ada kendala yaitu merasa dibatasi karena tidak bisa lagi mengakses situs tersebut. Pemblokiran situs porno tidak perlu dilakukan karena responden meyakini hal itu iergantung pada kepribadian masing-masing. Mereka menyatakan bahwa situs porno juga bernilai positif karena dianggap menambah wawasan ilmu dan pengetahuan tentang seks. Meskipun demikian juga diakui bahwa ada efek negatif, yaitu mengganggu pikiran dan ingin melakukan, terpengaruh 9unia malam dan sulit mengontrol yang berakibat ketergantungan. DAFTAR PUSTAKA 1 Pemblokiran situs porno. 2010. (www.depkominfo.go.id, diakses 25 Oktober 2010). 2 UU No. 44 Tahun 2008 tentang pornografi. 2010. (www.depkominfo.go.id, diakses 25 Oktober 2010) 3 Kriyantono, R. 2006, Riset Komunikasi, Jakarta : Kencana Prenada Media Group. 4 Arikunto, S. 1986. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Bina Aksara. 5 Prastuti, E. 2004, Survey: Sikap, Perilaku Seks Pranikah serta Asertivitas Hubungan Heteroseksual Remaja di Jawa Timur (Implikasinya pada Pendidikan Seks di Kalangan Remaja). Jurnal Penelitian Kependidikan /KIP Malang, 14(1): 68-78. 6 Sumarwoto, V. D. 2005, Problematika Seks di Kalangan Remaja (SuatuPendekatan Masalah Seksual dari Sudut Pendidikan). Jurnal Pendidikan !KIP PGRI Madiun, 11 (2): 203-212.
230
PERAN CIO DALAM PENGELOLAAN INFORMASI DI LINGKUNGAN INSTANSI PEMERINTAHAN KOTA MATARAM
Meutia Rahmatika Pentingnya pengelolaan informasi secara efektif berbasis teknologi informasi dan komunikasi dalam upaya mencapai tujuan organisasi khususnya di lingkungan pemerintah sudah dirasakan oleh berbagai pihak, namun perhatian untuk mengimplentasikan belwn sebagaimana diharapkan. Pengelolaan informasi khususnya dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi sering ditangani secara parsial dan tidak berkesinambungan dan kurang terkoordinasi dengan baik. Dengan telah diundangkannya UU No 14 tahun 2008 tentang Kebebasan lnformasi Publik (KIP), memiliki konsekuwensi setiap lembaga publik termasuk pemerintah harus menyiapkan sistem pelayanan informasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Demikian juga dengan telah diundangkannya UU Informasi dan Transaksi Elekronik (ITE), maka tersedia jaminan hukum dalam implementasi teknologi informasi dalam memberikan pelayanan publik yang memungkinkan setiap warga masyarakat akan penggunakan TIK secara optimal. Artinya dengan berlakunya UU tersebut diperkirakan akan meningkatkan kebutuhan akan pelayanan informasi yang berkualitas dan cepat, serta dalam rangka menyongsong era Masyarakat Informasi Indonesia pada tahun 2015 maka lembaga memerlukan adanya jabatan Chief Information Officer (CIO) termasuk lembaga pemerintahan. CIO merupakan sebuah jabatan dalam organisasi yang memiliki tanggung jawab agar menjamin infonnasi yang tersedia akurat, berkesinambungan dan aman yang diminta oleh organisasi untuk mencapai tujuan bisnis dan meningkatkan ekstensinya di lingkungannya. Dalam Panduan Tata Kelola TIK Nasional (Peraturan Menteri Komunikasi dan lnfonnatika Nomor : 41/PER/MEN. KOMINF0/11/2007), disebutkan bahwa untuk memastikan kapasitas kepemimpinan pengelolaan TIK di semua level pemerintahan, setiap
231
institusi pernerintah8;n harus menetapkan Chief Information Officer (CIO). CIO ini bertugas mengkoordinasi perencanaan, realisasi, operasional harian dan evaluasi internal TIK di institusinya masingmasing, bekerjasama dengan satuan kerja TIK dan satuan kerja-satuan kerja pengguna lainnya. Untuk mewujudkan CIO di semua lernbaga pemerintahan baik pusat dan daerah, memerlukan langkah-langkah konkrit baik dalam aspek penyiapan kelembagaan dan SDM maupun infrastruktur. Dalam rangka penyiapan kelembagaan dan SOM memerlukan regulasi mengenai kelembagaan dan standar kompetensi yang dilanjutkan dengan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan berbasis kurikulum (can yang disusun sehingga pada tahun 2015 semua lembaga pemerintahan dari tingkat pusat sampai tingkat kabupaten memiliki CIO. Denga11 konsep dan strategi sebagai berikut : (1). CIOpemerintah, merupakan pejabat pada posisi tertinggi di bidang pengelolaan informasi yang bertugas di bidang perencanaan, pengendalian operasional serta evaluasi di bidang pelayanan informasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi. (2). Dalarn jangka pendek CIO merupakan pejabat yang memliki tugas dan fungsi serta kewenangan tertentu sebagai CIO, yang melekat pada unit organisasi yang ada yang selama ini menangani tugas dan fungsi pelayanan informasi dan kebijakan dan fasilitasi pendayagunaan teknolgi informasi dan komunikasi. (3). Untuk mewujudkan CIO dalam jangka pendek, diberikan landasan legal kepada pejabat yang bersangkutan melalui peraturan pemerintah dan ditingkatkan kornpeten sinya rnelalui bimbinganan teknis. (4). Penyiapan SDM jangka pendek dengan pemberikan pelatihan terhadap pejabat pengelola informasi mengenai unit kompetensi CIO yang dianggap strategis. (5). Dalam jangka panjang CIO merupakan sebuah lembaga (unit kerja yang memiliki perangkat). (6). Penyiapan CIO dalam jangka panjang, dilakukan melalui fasilitasi pendidikan S2 bidang CIO dan pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi CIO (bersetifikat kompetensi). (7). Jika mengacu pada berlakunya UU KIP dan ITE, yang berlaku April 2010, maka pada tahun 2010, semua pejabat pengelola informasi di lembaga
232
pemerintah dan pemerintah daerah (39 kementerian, 33 prov, 471 kab/kota) harus memiliki pengetahuan tentang tugas dan fungsi, serta kegiatan pokok CIO. Tujuan dari penulisan studi kasus ini adalah untuk mengetahui sejauh mana implementasi CIO di dalam lingkungan pemerintahan di kota Mataram agar pengelolaan informasi khususnya dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi menjadi terkoordinasi dengan baik. Perkembangan IT didorong oleh perkembangan digital organisasi atau bisnis. Perkembangan IT lebih cepat lOx dari perkembangan industri. Dimulai dari IT yang tadinya hanya sebagai alat bantu dalam pekerjaan atau kehidupan sehari-hari, sekarang IT merupakan salah satu kebutuhan hidup yang tak bisa dipisahkan dalam kebutuhan sehari-hari. Dengan adanya IT diharapkan adanya peningkatan keuntungan dalam bidang bisnis seperri menurunkan biaya produksi serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam pekerjaan. Ada empat fase trend pemanfaatan IT dalam bisnis: pertama adalah, (1). IT Support (IT sebagai alat bantu); (2). IT Enabler (dengan adanya IT bisa menjadikan sesuatu yang tadinya tidak bisa dilakukan secara cepat dan efisien menjadi bisa); (3). IT Driver (perkembangan di bidang bisnis didorong dengan adanya IT). (4 ). IT Transformer. Dalam mobile computing ada 3 (tiga) fase, yaitu: fase pertama yaitu membuat komputer dengan ukuran yang cukup kecil sehingga mudah untuk dibawa; kedua mengganti media komunikasi yang awalnya dengan kabel menjadi nirkabel; ketiga menggabungkan fase pertama dengan kedua yang mengakibatkan munculnya smartphones, fungsinya adalah agar menjadi ubiquitous computing yang berarti kapan saja dan dimana saja kita dapat melakukan proses komputasi. Begitu juga dengan perkembangan IT ada beberapa fase juga, yaitu: dimulai dengan adanya MIS (Management Information system) dilanjutkan dengan Office automation yaitu supaya dokumen bisa terkirim dengan cepat, kemudian adanya ERP dimana seluruh sistem sudah dikontrol dengan komputer, kemudian ada DSS (decision support system) yang dibutuhkan di level pimpinan untuk mendapatkan data yang sangat segera, kemudian munculnya posisi CIO kemudian juga munculnya web
233
2.0 menggantikan web 1.0. IT harus ditangani dengan benar, karena bukan saja akan mengakibatkan kerugian secara financial, tetapi juga bisa menghilangkan nyawa seseorang. Contohnya sebagai berikut: (a). Blue Cross & Blue Shield, sebuah perusahaan asuransi di Amerika menghabiskan dana sebesar US$ 200 juta untuk membangun sistem baru. Karena kurangnya pengujian, sistem bermasalah, mengirimkan eek yang bemilai US$ 60juta kepada alamat yang tidak dikenal. Kerugian yang diderita perusahaan setara dengan nilai bisnis dari 35ribu pemegang polis. (b). Pada tahun 1985, Bank of New York mengalami error pada software yang ditemukan saat pengujian. Akibatnya, bank mengalami overdrawn sebesar US$23 .6 miliar. Bank harus memimjam sebesar US$24 miliar dari Federal Reserve Bank dengan bunga sebesar US$5 juta per hari. (c). Informasi tentang kondisi CAR Bank Century tidak aktual, sehingga keputusan yang diambil tentang besaran dana untuk bailout berbeda secara tajam, dari semula Rp 689 miliar menjadi Rp 6,7 triliun (kompas.com). (d). Pada tahun 1986, dua orang pasien meninggal akibat kelebihan dosis dalam proses radiasi. Hal ini terjadi karena permasalahan di perrangkat lunaknya "software problem" sehingga mesin mengabaikan pengkalibrasian datanya. Information System adalah mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi untuk tujuan tertentu. Sementara Information Technology adalah teknologi untuk menyebarkan informasi tersebut. Beberapa masalah IT yang umum dalam organisasi atau bisnis antara lain adalah: Investasi IT sudah sangat tinggi di perusahaan, tapi kinerja bisnis masih belum meningkat dengan baik, solusinya adalah pertama menentukan rencana bisnis dengan jelas, kedua membuat IT masterplan yang mengikuti rencana bisnis, ketiga melakukan pengembangan IT secara konsisten mengikuti masterplan ; kedua perusahaan sudah menerapkan IT untuk sektorsektor penting, tapi lalu lintas informasi masih tersendat dan integrasi informasi masih sulit! Solusinya ada tiga yaitu pertama membangun middleware, kedua membangun data warehouse atau pindah ke ERP ; ketiga perusahaan sudah melakukan perencanaan aplikasi IT dengan hati-hati dan matang, hasilnya tidak efektif juga solusinya adalah IT
234
bukan suatu aspek yang dapat berdiri sendiri, tetapi terkait dengan aspek
People dan Process juga, dan ketiga aspek ini harus sejalan; keempat ketergantungan akan IT solusinya adalah perancangan akan IT harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Metode penelitian yang digunakan dalam studi kasus ini adalah metode survey dan wawancara dengan sample perwakilan dari beberapa instansi pemerintahan di Kota Mataram yaitu: BPDE Dishubkominfo Prov. NTB, Bappeda Prov. NTB, Setda Prov. NTB dan BKD Prov. NTB. Pelaksanaan penelitian dilakukan di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat pada bulan November 2010.
Pengertian Tentang CIO CIO merupakan sebuah jabatan dalam organisasi yang memiliki tanggung jawab agar menjamin informasi yang tersedia akurat, berkesinambungan dan aman yang diminta oleh organisasi untuk mencapai tujuan bisnis dan meningkatkan ekstensinya di lingkungannya. Chief dalam konteks CIO disini sebuah jabatan sebagai pimpinan yang memimpin pelaksanaan TIK bisa bermanfaat didalam instansinya yang memiliki kompetensi, dan ada unsur manajerial di dalamnya tetapi teknisnya hams tahu walaupun kebanyakan teknisnya dilaksananakan oleh lembaga outsourcing. Ada beberapa fakta di lapangan tentang teknologi informasi. I. Berbagai sistem dan aplikasi TI yang selama ini sudah dibangun dengan biaya sangat tinggi, temyata tidak dapat diintegrasikan. 2. Berbagai sistem dan aplikasi TI yang selama · ini sudah dibangun dengan biaya sangat tinggi, temyata tidak dapat diintegrasikan. 3. Sejumlah aplikasi yang sudah dibangun perlu dimodifikasi, tetapi tidak dapat dilakukan walaupun instansi memiliki SOM yang dapat diandalkan. 4. Pengembangan sistem sudah dilakukan secara konsisten mengikuti plan yang sudah dibuat 3 tahun yang lalu, tetapi system yang dibangun tidak menjawab kebutuhan.
235
5. Organisasi tidak mampu menangani operasional sistem secara efektif karena pengetahuan /kompetensi tidak cukup. 6. Tidak ada IT Plan yang diturunkan menjadi detail plan yang mencakup daftar proyek dan prioritasnya. Agar kinerja IT dalam sebuah organisasi berjalan dengan baik, maka diperlukan sebuah arahan strategis yang sudah dibuat dengan lengkap (ada visi, misi, dan strateginya) dilakukan sistem eksekusi dengan manajemen kinerja yang benar. Ada 3 (tiga) aspek besar dalam kinerja organisasi yaitu financial orientasi, proses orientasi dan multi prospektif strategi. IT Plan adalah suatu rencana tertulis (resmi) yang dibuat dengan metodologi tertentu dan di-review secara berkala, yang menyatakan Rencana Strategis Pengembangan dan Implementasi Teknologi Informasi dalam suatu organisasi yang disesuaikan dengan tujuan organisasi. Prinsip pengembangan IT Plan antara lain adalah: mengacu pada tujuan organisasi, mendengarkan keinginan/keluhan user, dilakukan secara menyeluruh bersama aspek-aspek pendukung-nya (People, Process, Technology), di-review secara berkala, menggu-nakan metodologi yang teruji. Metodologi Pengembangan IT secara umum adalah pertama melakukan pengumpulan Informasi Strategis organisasi melalui wawancara kepada pimpinan, dan pengumpulan dokumen strategis, mencari gap analisisnya, kedua memperhatikan kondisi teknologi informasi saat ini, ketiga melakukan rencana-rencana pengembangan dari IT yang sudah ada, kemudian melakukan perancangan IT Plan sehingga menghasilkan konfigurasi IT, roadmap IT, standar IT, serta rekomendasi tambahan untuk organisasi atau SDMnya. Dari basil survey, ditemukan bahwa 40% orang dalam pekerjaan di instansinya masing-masing dihabiskan untuk urusan administrasi. Sehingga birokrasi sering dijadikan kambing hitam dalam urusan waktu. Oleh sebab itu diperlukan pengelolaan yang baik dalam proses administrasi sebuah instansi. Dengan implementasi TIK yang bagus ditambah dengan proses birokrasi yang baik, maka akan dihasilkan suatu proses birokrasi yang efektif, efisien, cepat, mudah dan akuntabel.
236
f~l I
o, I
: Pi
I• I, !i
i
m ~ ~
-==--
~
P(ij3bal ~
~m , ~ JObc' E
, agd ·a~
~
I ~l ~__.../' l..... OMMmMOMOHJ
..............
SERVER
"'"'"':~·-1 •
...............................................,.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1111111111111
lI1
Remote Access
~ Another Offire
Gb. I Sistcm administrasi dokumen clcktronik (c-doc) Agar proses adrninistrasinya dapat bc1jalan lebih baik, c(cktif dan efisicn dapat ditcrapkan sistem administrasi dokumen clektronik ( edoc). Prinsip kc1ja dari sistem ini adalah menyederhanakan proses administrasi dalam suatu instansi. Dimana, surat yang datang pertama kali masuk kc pusat distribusi surat. Dari pusat distribusi surat diteruskan ke server yang nantinya akan disimpan dalam database. Selai n itu, untuk bukti otentiknya, pusat distribusi surat akan mcnyimpan bentuk berkas fisik dari surat tcrscbut. Kemudian, melalui server, surat tcrsebut akan diteruskan kc pcjabat yang dituju dan sckretariat. Dengan sistcm administrasi dokumen elektronik tersebut ada beberapa keuntungan yang didapat, diantaranya:
237
1. Akan tercipta paperless office (ramah lingkungan) 2.
Dapat diproses/baca dimana saja, melalui akses internet dan bisa tanpa komputer. 3. Personal yang dituju seketika dapat membaca surat tersebut. 4. Tiap sekretariat unit yang harus ·dilalui akan mendapatkannya dan cukup melakukan konfirmasi saja. 5. Untuk kasus disposisi, jejak kasus administrasi akan dicatat. 6. Surat masuk/keluar dapat diproses langsung di unit te1tentu, dan tetap "terlihaf' oleh unit diatasnya. 7. Pengagendaan hanya Ix, penomoran otomatis. juga harus Disamping proses administrasinya, seorang Chief memikirkan faktor keamanan dari data yang beredar didalam sebuah organisasi tersebut. Untuk mencapai keamanan 100% sangatlah sulit. Terdapat trade off antara keamanan dan kenyamanan dalam suatu jaringan data. Beberapa penyebab peningkatan kejahatan komputer: 1. Meningkatnya aplikasi bisnis yang berbasis komputer atau internet. 2. Statistik e-commerce meningkat. 3. Semakin ban yak yang terhubung kc jaringan 4. Terdapat banyak kesempatan untuk menjajal aplikasi baru (hacker) dengan mendownload software dari internet (script
kiddies). 5. Kesulitan penegak hukum untuk mengejar kemajuan dunia telekomunikasi dan komputer. cyberlaw belom matang tingkat awareness masih rendah technical capability masih rendah 6. Meningkatnya kompleksitas sistem. schingga program menjadi semakin besar, pola bisnis berubah, dan potensi lubang keamanan juga semakin besar. Klasifikasi keamanan berdasarkan elemen sistem, antara lain:
I.
Network Security Fokus kepada saluran (media) pembawa informasi. Application Security
238
fokus kepada aplikasinya sendiri, terrnasuk di dalanmya adalah database 3. Computer Security fokus kepada keamanan dari komputer (end system), terrnasuk operating system (OS). Aspek didalam service keamanan diantaranya adalah: I. Confidentiality I privacy Y aitu mengetahui bahwa tidak ada pihak lain yang dapat membaca pcsan yang dipertukarkan diantara 2 orang. 2. Integrity Yaitu mengetahui bahwa pesan tidak diubah selama pengiriman pesan (transmit). 3. Availability Yaitu informasi hams dapat tersedia ketika dibutuhkan. 4. Authentication Yaitu mengetahui bahwa orang yang dituju adalah orang yang benar. 5. Non repudiation Yaitu mengetahui bahwa seseorang tidak dapat mengelak bahwa dia telah mengirim pesan. 6. Access control Yaitu untuk menentukan 's.iapa' yang boleh melakukan ·apa· Pengamanan yang dilakukan seharusnya menyeluruh, menyang-kut: a. People -7 awareness, skill b. Process Security sebagai bagian dari proses bisnis c. Technology -7 implementasinya
239
IDS
Q. Customer • •
I
inlru ·1011
1 1t1on device)
Firewal
Web server(s)
,, t ·' f "'i' 10 \', eb ser.rer
Firewall I
l
Internet banking gateway
to SOL
Gb.2 Skema pengamanan berlapis dalam sebuah instansi Web Component - Secure Pack -
G.nw•uMR
Utmber applallon
'°''-""" iZ":ci1
Backup Wtb MNtr (common) / Var1ous main MIVfl'I
Gb.3 Contoh aplikasi pengamanan berlapis pada Osaka Bank
240
Ada berbagai standar dalam menerapkan keamanan informasi, diantaranya adalah ISO 27000 series. International Organization for Standardization (ISO) telah menerbitkan standar intemasional manajemen keamanan informasi (ISM) seri 27000 yang secara umum memberikan panduan yang berkaitan dengan fitur keamanan : Confidentiality, Integrity, dan Availability
27005 Risk. Management
j
27002. COde of Practice: tor ISM .
I ·27003. Implementation: 9~_idance I 27004 Metrics & Measurement
27006 Guidelines on. ISMS accre.cfatation. .:
·2:7007:':Gu.icielin~s.•on'.1sMs.Auditirl9'<'
:·•·.o····
·1
Gb.4 Struktur ISO seri 27000 Jumlah
Negara
2550
Jepang
UK
370
India
430
Taiwan
175
China
110
Germany
90
Lainnya (Hungary, Italy, USA, Korea
60
Gb.5 Jumlah perusahaan yang telah mengimplementasikan ISO 27000 bedasarkan negaranya.
241
Pembahasan Dari basil survey dan wawancara yang dilakukan diperoleh infonnasi sebagai berikut: Dalam struktur organisasi dari masing-masing instansi sudah terdapat unit yang menangani implementasi TIK di pemda. Pada instansi tersebut, unit yang menangani implementasi TIK di pemda nya sebagian besar sudah memi liki kewenangan untuk: a. Memberikan saran-saran TIK strategis kepada pimpinan b. Merespon berbagai kebijakan pemerintah setempat dalam bentuk implementasi TIK. c. Mengkoordinasikan perencanaan TIK untuk seluruh organisasi. d. Mengakomodir kepentingan TIK seluruh sauan kerja. e. Menyusun rencana belanja/investasi TIK satuan kerja. f. Menjaga keberlangsungan dan kualitas aspek teknis sistem TIK dalam tahap operasional. g. Bertanggung jawab atas pemeliharaan sumber daya TIK pemprov /pemkab/ pemkot. Tetapi ada pada sebagian instansi yang unit implementasi TIK nya belum memiliki semua kewenangan seperti yang disebut kan diatas, contohnya: Pada BPDE Dishubkominfo Provinsi NTB, unit tersebut belum memiliki kewenangan untuk menjaga keberlangsungan dan kualitas aspek teknis sistem TIK dalam tahap operasional dan bertanggung jawab atas pemeliharaan sumber daya TIK pemprov /pemkab/ pemkot. Sebagian besar implementasi TIK di pemda sudah memakai software aplikasi tertentu, contohnya: h. Pada Setda Provinsi NTB: Aplikasi SIM Keuangan Daerah Aplikasi SIM Aset Daerah Windows Linux, dll i. Aplikasi Arc. GIS dan Arc. Reader pada Bappeda Prov. NTB 2. Sebagian dari software aplikasi yang digunakan ada yang berupa open source software dan ada juga software aplikasi yang berbayar. 3. Software aplikasi yang digunakan tersebut dianggap belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan implementasi TIK di
242
4.
5.
6.
7.
8.
pemda, sehingga tidak bisa dipakai bersama-sama oleh semua unit dalam pemda. Pada sebagian instansi, software aplikasi yang direalisasikan telah disertai dengan training dan/atau transfer pengeahuan kepada pengguna dan admin, sedangkan pada sebagian insansi lainnya belum. Pada sebagian besar instansi sudah terdapat kebijakan pemba-tasan akses ke perangkat lunak sistem yang hanya diperbolehkan untuk admin saja, serta setiap software aplikasinya telah menyertakan prosedur back up dan restore. Dari segi infrastruktur, pada semua instansi telah tersedia infrastruktur komunikasi jaringan dan hampir pada sebagian besar instansi, jaringan tersebut sudah mencakup jaringan komunikasi, perangkat pemrosesan informasi, software s~rta media penyimpanan data. Sayangnya jaringan tersebut hanya dimanfaatkan oleh sebagian kecil instansi untuk melakukan operasi harian pemda. Pelatihan dan alih pengetahuan kepada pennelola infrastruktur teknologi sudah dilaksanakan pada sebagian instansi. Untuk setiap realisasi infrastruktur teknologi nya hanya pada sebagian instansi yang memiliki dokumentasi untuk pengelola sistemnya, begitu juga halnya dengan kebijakan dan prosedur pengamanan dari sisi infrastruktur teknologi baru sebagian instansi yang memilikinya. Dari segi SOM TIK nya, sudah terdapat kebijakan umum mengenai pelatihan SOM untuk implementasi software aplikasi dan infrastruktur teknologi pada semua instansi. Begitupun dari segi SOM yang menangani admin jaringan dan aplikasi software sudah ada pada hampir semua instansi kecuali pada Kantor BPDE Dishubkominfo NTB, sementara SOM yang menangani bagian IT Security nya masih kurang, yang memiliki SOM yang menangani bagian IT Security hanya Bappeda Prov NTB Dalam penetapan peran TIK organisasinya, pada sebagian instansi yang ditemui sudah terdapat kebijakan umum mengenai keharusan
243
keselarasan antara implementasi TIK dengan visi dan tujuan organisasi. 9. Dalam perencanaan teknologi informasi, belum terdapat kebijakan tata kelola TIK, khususnya mengenai perencanaan sistem TIK pada sebagian besar instansi yang ditemui. 10. Untuk pengelolaan resiko TIK, semua instansi yang ditemui tidak memiliki kebijakan umum tata kelola TIK mengenai Manajemen Risiko yang mencakup mencakup risiko proyek, risiko atas informasi, dan risiko atas keberlangsungan layanan. 11. Dalam pengelolaan IT Security nya juga masing-inasing instansi tersebut masih belum terlalu baik, kecuali pada Bappeda Prov. NTB dan Setda Prov. NTB, dimana disitu sudah terdapat kebijakan dan prosedur keamanan yang mencakup hal confidentiality, integrity, authentication dan availability.
Kesimpulan Pada instansi - instansi yang ditemui unit yang menangani implementasi TIK sudah ada. Dari segi infrastruktur, pada semua instansi telah tersedia infrastruktur komunikasi jaringan dan hampir pada sebagian besar instansi, jaringan tersebut sudah mencakup jaringan komunikasi, perangkat pemrosesan informasi, software serta media penyimpanan data. Sayangnya jaringan tersebut. hanya dimanfaatkan oleh sebagian kecil instansi untuk melakukan operasi harian pemda. Pelatihan dan alih pengetahuan kepada pengelola infrastruktur teknologi sudah dilaksanakan pada sebagian instansi. Untuk setiap realisasi infrastruktur teknologi nya hanya pada sebagian instansi yang memiliki dokumentasi untuk pengelola sistemnya, begitu juga halnya dengan kebijakan dan prosedur pengamanan dari sisi infrastruktur teknologi baru sebagian instansi yang memilikinya. Dari segi SOM TIK nya, sudah terdapat kebijakan umum mengenai pelatihan SDM untuk implementasi software aplikasi dan infrastruktur teknologi pada semua instansi. Begitupun dari segi SDM yang menangani admin jaringan dan aplikasi software sudah ada pada
244
hampir semua instansi kecuali pada Kantor BPDE Dishubkominfo NTB, sementara SOM yang menangani bagian IT Security nya masih kurang, yang memiliki SOM yang menangani bagian IT Security hanya Bappeda Prov NTB
DAFrAR PUSTAKA [1]. Introduction to Security, Budi Rahardjo, STEI ITB. [2]. Security Principles, Budi Rahardjo, STEI ITB.
[3]. Information Security Management: ISO 27000 series of standard development, Vernon Poole, BSC (Jersey), 29 April 2008.
[4]. ICT Security : The Need for International Standard, Reinhard Scholl, Materi Presentasi pada kegiatan Confidence and Security in the Use ofICT, Malaysia, 21Agustus2003.
[S]. Perencanaan Strategis Teknologi Informasi di Lingkungan Pemerintahan, Dr. Ir. Albarda, M.T, STEI ITB [6]. Keamanan TIK, Ir. Herry Irawan, MM, STEI ITB.
245
TINGK.AT LITERASI TEKNOLOGI INFORMASI KOMUNIKASI PADA MASYARAK.AT KOTA MAKASSAR Yudhita Christiani6 Saat ini teknologi informasi dan komunikasi (TIK) berkembang dengan pesatnya yang diakibatkan kuatnya arus globalisasi. Sifatnya yang interaktif dan dinamis menjadikan TIK banyak diperlukan di berbagai sektor kehidupan masyarakat. Hal ini mengakibatkan perubahan paradigma yaitu pekerjaan yang dulunya dik.erjakan secara manual dan waktu yang relatif lama dengan tingkat akurasi yang rendah, kini dengan TIK seperti komputer dan internet bisa dapat menjadi semakin cepat dengan akurasi yang juga tinggi, sehingga menghemat baik tenaga maupun waktu. Teknologi informasi dan komunikasi juga memungkinkan terjadinya internetworking yang menyebabkan faktor jarak menjadi sangat dekat. Bahkan informasi dapat mengalir dari satu tempat ke tempat yang lain dengan kecepatan tinggi dan dapat dimanfaatkan dan dapat menghasilkan tindakantindakan yang menguntungkan bagi penggunanya. TIK telah menjadikan informasi sebagai salah satu sumberdaya yang paling penting dalam upaya peningkatan taraf hidup masyarakat global. Pembangunan teknologi informasi dan komunikasi pada hakekatnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam rangka membangun peradaban. Kenyataan menunjukkan bahwa TIK telah membawa perubahan penting dalam perkembangan peradaban, terutama perekonomian dunia abad ke-21 bahkan diyakini akan menjadi abad baru dengan ciri khas perdagangan yang memanfaatkan electronic commerce. Kondisi ini mengakibatkan adanya pergeseran paradigma strategi pembangunan bangsa-bangsa dari pembangunan industri menuju ke era infonnasi. Perkembangan komputer dan internet sebagai salah satu produk TIK yang paling pesat dibanding teknologi-teknologi lainnya. Perkembangan tersebut sangat 6
Yudhita Christiani. Peneliti di Balai Basar Pengkajian Komunikasi dan Infonnatika Makasar
246
menggembirakan karena diikuti dengan harganya yang semakin turun sehingga masyarakat juga mampu membelinya. Dengan demikian pemanfaatannya menjadi semakin layak dan semakin jauh membantu kegiatan manusia dan organisasi, mengubah pola kehidupan dan pola kerja, dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, dan mempengaruhi tatanan sosial. Indonesia kini berada pada urutan kelima pengguna internet di seluruh dunia setelah China di peringkat pertama (338 juta}, Jepang (94 juta}, India (81 juta}, Korea Selatan (37,5 juta). Menurut laporan Internetworldstats (IWS}, pada tahun 2000 pengguna internet di Indonesia diperkirakan sebesar 2 juta orang, sedangkan sampai akhir 2009, angkanya telah meningkat menjadi sekitar 30 juta pengguna. lni berarti dalam kurun waktu tersebut, pengguna int~rnet di Indonesia tumbuh sebesar 1.150 persen. Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang sampai 30 September 2009 diperkirakan mencapai 240,2 juta, berarti penetrasi internet telah mencapai 12,5 persen dari populasi. Dan dibandingkan dengan total pengguna internet di seluruh Asia, kata dia, maka Indonesia menguasai 4, 1 persen pengguna internet di asia. 7 Sedangkan penggunaan telepon selular (ponsel) yang juga merupakan salah satu perangkat TIK dari hari ke hari juga berkembang dengan sangat cepat. Tidak hanya dari segi perangkat keras, desain, tetapi juga perangkat lunak dengan fitur menarik dan sekaligus harga yang relatif lebih murah. Bahkan kalau dulu, ponsel hanya dipakai sebagai alat komunikasi saja sekarang sudah dapat digunakan sebagai media untuk mendapatkan informasi karena fasilitas internet yang telah melekat dalam ponsel itu sendiri. Pengguna internet mobile atau internet menggunakan ponsel di Indonesia diperkirakan telah mencapai 40 juta atau sekitar 10,5 persen dari pelanggan layanan seluler. Disejumlah kota besar di Indonesia termasuk di kota Makassar telah banyak memanfaatkan teknologi informasi untuk memudahkan berbagai pekerjaan sekaligus sebagai media untuk mendapatkan berbagai informasi. Kota Makassar sebagai kota terbesar di bagian timur 7http://www.antaranews.com/berlta/1283791173/lndonesla-urutan-llma-pengguna-lnternet
247
Indonesia tentunya menjadi barometer dalam pengembangan TIK untuk daerah lainnya di wilayah timur. Apalagi peinerintah kota Makassar telah mencanangkan kota ini menjadi Cyber City sejak tahun 2007. Tujuan yang ingin dicapai pemeritah kota dengan pencanangan ini yaitu untuk mencerdaskan masyarakat agar melek teknologi. Dengan langkah ini diharapkan semakin banyak pengguna dan masyarakat tidak gagap lagi dengan teknologi informasi khususnya untuk mengakses internet. Selain itu salah satu faktor pendukung cyber city ini selain infastruktur adalah adanya literasi TIK pada masyarakat kota. Artinya masyarakat yang melek atau menguasai TIK untuk mensukseskan program pemerintah kota tersebut. Setelah tiga tahun pencanangan kota Makassar sebagai Cyber City tersebut dianggap perlu untuk melihat tingkat pemanfaatan TIK masyarakat di kota Makassar. Karena itulah penelitian tentang Tingkat Literasi Teknologi Iinformasi Komunikasi pada Masyarakat Kota Makassar perlu dlakukan. Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskanlah permasalahan dalam penelitian ini yaitu : Bagaimana tingkat literasi Teknologi Informasi Komunikasi pada masyarakat kota Makassar ?
Berbagai Pandangan dan Tinjauan teori Sejumlah penelitian tentang pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi sudah banyak dilakukan diantaranya adalah penelitian dengan judul : Survei Tingkat Literasi Mahasiswa Terhadap Media dan Informasi yang di tulis oleh· Lossy dan Evita. Hasilnya menyebutkan bahwa keterampilan mahasiswa terhadap literasi media tidak begitu mengkhawatirkan. Mereka sudah mempunyai kemampuan untuk mengakses, berpikir kritis untuk melihat dampak yang menyertai kehadiran sebuah media, sampai dengan mampu mengenali dan mengerti keakuratan sebuah informasi/berita (dengan melakukan kroscek dengan media lainnya). 8 Berbagai penelitian juga menunjukkan bahwa Komunikasi Mediasi Komputer (KMK) bukanlah sesuatu yang netral karena dapat menyebabkan berbagai perubahan dalam cara orang 8
S.F. Lussy Dwlutaml Wahyunl & Evita, 2008, Survel Dngkat Llteras! Mahaslswa Terhadao Media Dan lnformasl CMec!la And Information Llteracvl (http://lussysf.multlply.com)
248
berkomunikasi dengan pihak lain. Selain itu, KMK.juga telah membawa dampak yang begitu besar pada pola komunikasi dan jaringan sosial. Dengan demikian K.MK berbeda dengan komunikasi face-to-face. KMK membatasi tingkat interaksi langsung, sinkronus, yang mengkin menyebabkan terjadi reduksi dalam interaksi. Lebih jauh dikatakan bahwa KMK dapat meminimalisir berbagai ketergantungan terhadap waktu dan tempat. 9 Hasil penelitian yang dilakukan beberapa ahli seperti Guimares dan Ramanujam tahun 1996, Lee pada tahun 1986, Strassman pada tahun 1985, menemukan bahwa penerapan teknologi infonnasi dalam suatu organisasi mendorong terjadinya perubahan revolusioner terhadap prilaku individu dalam bekerja, ~an dalam konteks penggunaan Personal Computer (PC), kemungkinan seseorang mempunyai keyakinan bahwa penggunaan komputer akan memberikan manfaat bagi dirinya dan pekerjaannya. Sedangkan has ii survei dan riset parsial yang dilakukan Yahoo! Indonesia dan Taylor Nelson Sofres (TNS) Mei 2010 menyebutkan Makassar merupakan kota dengan pertumbuhan penggunaan internet via ponsel (mobile internet) terbesar ketiga di Indonesia. Makassar berada di bawah Semarang dan Bandung. Jika pada tahun 2009 pertumbuhan pengakses mobile internet di Semarang hanya sekitar 29 persen maka pada tahun ini meningkat menjadi 70 persen. Adapun pertumbuhan pengguna mobile internet di Bandung melonjak dari 42 persen pada tahun lalu menjadi 62 persen tahun ini. Sedangkan pertumbuhan di Makassar pada tahun ini menjadi 52 persen (tahun lalu hanya 15 persen). Survei itu membuktikan Makassar sebagai kota yang memiliki potensi besar dalam pengembangan teknologi infomatika. Ini sejalan dengan obsesi pemerintah untuk menjadikan Makassar sebagai cyber city. JO
9
Rice, R.E. & Gattfker, U.E.New media and organizational structuring, 2001 (http://www.ON.utwente.nl/theorleenoverzlcht/Theory%20dusters/ Communlcatlon%20and% 10 http://bahasa.makassarkota.go.ld/lndex.php/teknologl-lnformasl/228-menuju-cyber-clty-llham-slapsambut-wlmax
249
Teknologi Informasi dan Komunikasi Menurut ensiklopedia Wikipedia, teknologi informasi yang sekarang disebut sebagai Teknologi lnformasi dan Komunikasi (TIK) adalah teknologi yang diperlukan untuk memproses informasi. Maksud yang lebih spesifik lagi adalah digunakannya perangkat keras· (komputer elektronik) dan perangkat lunak untuk mengubah, menyimpan, melindungi, memanipulasi, mengirimkan, dan menerima informasi yaitu berupa pesan, pola, rangsangan panca indera, pengaruh untuk perubahan dan properti fisik. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi saat ini sudah mencapai masyarakat di seluruh penjuru dunia. Tujuan utama dari TIK adalah agar setiap informasi yang dibutuhkan oleh manusia dapat disajikan dan dikirimkan dengan lebih cepat dan akurat. Informasi dapat berupa berita, data keuangan, percakapan, data penduduk, dan lain-lain. Dengan teknologi informasi semua ini akan dapat tersajikan dengan lebih cepat. Seperti dijelaskan dalam Infonnation Technology Association of America (ITAA), yang dimaksud dengan teknologi informasi adalah ilmu yang mempelajari tentang desain, pengembangan, implementasi, manajemen sistem informasi yang berbasiskan komputer, khususnya aplikasi software dan hardware. 11 Teknologi lnformasi menuDJt definisi ini berhubungan dengan penggunaan komputer secara elektronik dan software komputer untuk mengubah, menyimpan, memproteksi, memproses, mentransmisi, dan memanggil kembali segala informasi secara aman. Teknologi informasi adalah studi atau penggunaan peralatan elektronika, terutama komputer, untuk menyimpan, menganalisa, dan mendistribusikan apa saja termasuk katakata,bilangan dan gambar. Teknologi informasi mencakup perangkat keras, perangkat lunak untuk melaksanakan satu atau sejumlah tugas pemrosesan data seperti menangkap, mentransmisikan, menyimpan, mengambil dan memanipulasi atau menampilkan data. Selain itu, teknologi informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang digunakan untuk 11
Wiklpedla, Information Technology, 2009 hal. 1.
(http://en.wlklpedla.org/wlkl/Informatlon_technology)
250
memproses dan menyimpan infonnasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk mengirimkan infonnasi. 12 Sedang menurut Abdul Kadir (2005) mengutip Marthin ( 1999) memiliki pendapat bahwa teknologi informasi tidak hanya terbatas pada teknologi. komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang digunakan untuk memproses dan menyimpan infonnasi melainkan juga mencakup ' teknologi komunikasi untuk mengirim infonnasi. Hal yang sama juga diuangkapan oleh William dan Swayer (2003) yang dikutip Adbul Kadir (2005) yang menyatakan bahwa tteknologi Informasi adalah teknologi yang menggabungkan komputasi (komputer) dengan jalur komunikasi berkecepatan tinggi yang membawa data suara dan video. Literasi Teknologi lnformasi dan Komunikasi Konferensi Tingkat Tinggi {KTT) di Berlin tahun 2002 menghasilkan Buku Putih yang menyebutkan bahwa literasi abad ke 21 yang lebih dari sekedar literasi tradisional yang berbasis membaca, menulis, matematika dan ilmu pengetahuan. Konsep baru literasi antara lain adalah literasi teknologi atau kemampuan untuk memanfaatkan media baru seperti internet untuk mengakses dan mengkomunikasikan informasi secara efektif. 13 Literasi TIK memiliki empat bagian yaitu literasi informasi, literasi komputer, literasi digital dan literasi internet. Literasi infonnasi adalah kemampuan mengakses, mengevaluasi, dan menggunakan infonnasi dari berbagai bentuk - buku, suratkabar, video, CD rom atau Web. Literasi komputer adalah kemampuan menggunakan komputer untuk memenuhi kebutuhan pribadi (Rhodes, 1986). Literasi Digital adalah kemampuan memahami dan menggunakan informasi dari berbagai sumber ketika disajikan melalui alat digital (Gilster, 1997). Literasi internet adalah kemampuan menggunakan pengetahuan teoritis dan praktis mengenai internet sebagai satu media komunikasi dan informasi retrieval (Doyle, 1996) 14 • Dengan demikian,
12
Media Jardlknas. Gambaran Umum Istem Informasl dan Teknologl Informasl, 2007 Yosal Irlantara, 2009,Uterasl Media, hal .9-10 14 Mynlstry of Communication And Information Technology : The Strategic Blue Print of Planning And Devefoplng The !CT-Literate Human Resources In Indonesia,Version 1.0-Desember 2006 13
251
literasi TIK adalah satu kombinasi dari kemampuan intelektual, konsep fundamental, dan keterampilan kontemporer yang harus dimiliki seseorang untuk berlayar menggunakan teknologi informasi dan komunikasi secara efektif (Young, 1999).
Dampak Pemanfaatan Teknologi Infonnasi dan Komunikasi Rogers berpendapat bahwa teknblogi komunikasi adalah peralatan perangkat keras, struktur-struktur organisasi dan nilai-nilai sosial dimana individu mengumpulkan, mengolah dan saling bertukar informasi dengan individu lain. 15 Menurut Zulkarmein Nasution, menga-takan diperkirakan akan terjadinya berbagai perubahan di bidang komunkasi maupun bidang-bidang kehidupan lain yang berhubungan, sebagai implikasi dari perkembangan TIK Hal ini disebabkan disebabkan berbagai kemampuan dan potensi teknologi informasi yang memungkinan manusia untuk sating berhubungan dan memenuhi kebutuan informasi secara hampir tanpa batas. Beberapa keterbatasan yang dulu dialami manusia dalam berhubungan satu sama lainnya seperti faktor jarak, waktu, jumlah, kapasitas, kecepatan dan lain-lain kini dapat diatasi dengan dikembangkannya berbagai teknologi informasi. Begitu pula dengan kemampuan menerima, mengumpulkan, menyimpan dan menelusuri kembali informasi yang dimiliki oleh perangkat teknologi komunikasi seperti komputer maka hampir tidak ada lagi hambatan yang dialami untuk memenuhi segala kebutuhan. 16 Sedangkan hadijojo, 1998, mengatakan bahwa dampak positif teknologi informasi dan komunikasi telah membawa perubahan yang mendasar terutama menyangkut kualitas materi informasi dan data yang lebih ampuh, kualitas informasi semakin besar, jangkauan sasaran semakin luas, dan arus penyebaran semakin cepat. Chin dan Todd (1995) memberikan beberapa dimensi tentang manfaat teknologi informasi yaitu menjadikan pekerjaan lebih mudah, bermanfaat, menambah 15
Rodgers, E.M. 1986, Communication Technology, The New Media In Society, New York; The Free Press.
16
Zulkarmeln Nasutton, Teknologl Komunlkas~ Dalam Perspektlf, Latar Belakang dan Perkembangannya, Lembaga Penerblt Fakultas Ekonoml Unlversltas Indonesia, 1989, Jakarta, hal.11
252
produktifitas, mempertinggi efektifitas, serta mengembangkan kine1ja peke1jaan 17 • Kerangka Konsep Yang di Bangun
Dari pemaparan teori-teori diatas maka dapat disusun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
scnong serta bcrkomunikasi
Gambar 1. Kerangka Konsep
Dalam penelitian ini untuk dapat mengukur tingkat literasi TlK (komputer, internet dan telepon selular) masyarakat maka indicator-indikator yang harus dilihat adalah jika ia mampu memanfaatkan TIK tersebut, frekuensi, waktu dan lokasi penggunaan TIK serta tujuan Penggunaan TIK dalam hal ini untuk bekerja, mengakses data dan informasi, bersenang-senang serta berkomunikasi. Dari sini kemudian dapat ditarik kesimpulan seberapa jauh tingkat literasi TIK seseorang. HASIL PENELITIAN Identitas Responden
Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 22 1, berusia 17 tahun keatas dengan tingkat pendidikan yang cukup memadai untuk memberikan pendapatnya. Untuk identitas responden , peneliti membaginya dalam berbagai karakteristik antara lain, jenis kelamin, usia, status perkawinan, pendidikan terakhir dan pekerjaan. Dalam 17
Chin W.Wynne, Todd Peter, 1991, On The Use Usefullness, Ease of Use OfStructural Equation Modeling In MIS Research : A note of Caution" Management Information system Quarterly.
253
penelitian ini dari 221 responden tersebut jumlab laki-laki sebanyak 127 responden atau 57,5 % dan jumlah perempuan sebanyak 94 responden orang atau 42,5%. Dengan demikian laki-laki adalab responden yang paling dominan dalam penelitian ini. Untuk usia, responden yang berusia 17-26 tahun aalab responden yang terbanyak yaitu 80 responden (36,2%), menyusul responden berusia 27 - 36 tabun sebanyak 54 responden (24,5% ), responden berusia 37 - 46 tahun sebanyak 47 responden (21,2%) dan yang berusia 47-56 tabun sebanyak 33 responden atau 6,3%. Sedangkan diatas 57 tabun sebanyak 8 responden (3,6%). Sedangkan untuk status pernikaban, sebanyak 130 responden atau 58,8% yang berstatus telah menikab, 87 responden atau 39,4% yang belum menikah dan sisanya masing-masing sebanyak 1 responden (0,5%) dan 3 responden (1,4%) yang berstatus cerai mati dan tidak menjawab. Dengan demikian responden yang terbanyak adalab berstatus sudah menikab. Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir, basil penelitian menunjukkan babwa tingkat pendidikan terakhir responden yang paling banyak adalah tamatan SLTA yakni sebanyak 96 responden (43,4% ), sedangkan yang paling sedikit adalah tidak sekolah/tidak tamat SD yakni sebanyak 1 responden atau 0,5% dan tidak menjawab sebanyak 1 responden (0,5% ). Sementara untuk pekerjaan utama yang terbanyak adalah pegawai swasta yaitu 53 responden (24%) menyusul Pegawai Negeri Sipil, 35 responden ( 15,8%) dan Pelajar/Mahasiswa 29 responden (13,l %).
Tingkat Literasi TIK pada masyarakat kota Makassar Pada bagian ini pembahasan dan analisa dilakukan untuk mengetabui pemanfaatan komputer, internet dan telepon selular/ponsel oleb masyarakat kota Makassar yang menjadi responden dalam penelitian ini. Komputer: Berdasarkan data basil penelitian, responden yang bisa menggunakan komputer sebanyak 156 responden atau 70,6%, sedangkan yang tidak bisa menggunakan sebanyak 65 responden atau 29,4%. Dengan demikian sebagian besar responden bisa menggunakan/ memanfaatkan komputer. Dan dari 70,6% ini, sebanyak 67 ,9% responden mengatakan pernah menggunakan komputer salam satu bulan 254
terakhir ini. Responden yang menggunakan komputer paling banyak 5 kali dalam seminggu yaitu 48 responden (21,7%) kemudian 4 kali dalam seminggu sebanyak 36 responden (16,3%) dan yang paling sedikit adalah 1 responden 0,5% meng-gunakan komputer 7 kali dalam Untuk waktu rata-rata menggunakan komputer paling seminggu. banyak adalah 2-4 jam sehari digunakan oleh 80 responden (36,2%) dan yang paling sedikit dalah lebih dari 8 jam sehari oleh 16 responden (7,2%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menggunakan komputer dalam 1 bulan terakhir, dengan frekuensi 5 kali dalam seminggu dan rata-rata menggunakan 2-4 jam sehari. Pada umumnya para responden menggunakan komputer di rumah sendiri yaitu sebesar 115 responden (52%) kemudian di tempat terja sebanyak 66 orang atau 29,9% dan yang terkecil adalah ditempat kursus hanya 1 responden (0,5%). (Lihat grafik I). Grafik 1 Lokasi Menggunakan Komputer Lainnya
ii 8
Tempat Kursus
1
Kampus/sekolah .~
Rumah Sendiri
3•
--------·
'
! -~
-
115
66
Tempat Kerja
so
0
100
150
Sumber : data primer diolah Pada grafik 2 dibawah ini merupakan gambaran tujuan penggunaan komputer oleh responden. Dari hasil penelitian menyebutkan bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 126 (57%) menggunakan komputer untuk mengelolah kata,data dan angka atau dengan kata lain mereka menggunakan komputer untuk menyelesaikan tugas dan pekerjaan. Bersenang-senang dalam hal ini bermain game menjadi kegiatan terbanyak kedua yang dimanfaatkan oleh 71 responden
255
(32,1%). Sedangkan menggunakan komputer untuk tujuan lainnya adalah yang paling sedikit yaitu digunakan oleh 13 responden (5,9%). Grafikl Tingkat Penggunaan Aplikasi Komputer Lainnya
•••11;63
•lliiifiiil71
Game Multimedia Desain Grafis
_liiiiliiilll\ii!
Mengolah ....
so
0
100
150
Sumber : data primer diolah Grafik3 Tingkat Penggunaan Program Komputer Lainnya Open Source Macintosh Windows
l3 -i j 12 -
-
l
0
6
152
so
100
150
200
Sumber : data primer diolah Berdasarkan data pada grafik 3 di atas dapat terlihat bahwa untuk penggunaan program aplikasi standar seperti aplikasi pe~kantoran, aplikasi multimedia dan games atau permainan sudah dipahami, digunakan dan dimanfaatkan oleh para responden, hal ini disebabkan aplikasi ini merupakan aplikasi standar pada setiap komputer. Sedangkan program yang paling banyak digunakan adalah Windows sebanyak 152 responden (68,8%), kemudian open source sebanyak 12 responden (5,4%). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebanyak 83 responden (3 7,6%) menyatakan bahwa komputer sangat membantu
256
pekerjaan yang mereka kerjakan. lni berarti bahwa media TIK komputer ini sudah menjadi perangkat utama responden dalam membantu menyelesaikan pekerjaan. Internet : Untuk penggunaan internet, basil penelitian menunjukkan sebanyak 142 responden (64,3%) menyatakan bisa menggunakan internet. Hal ini menunjukkan bahwa animo masyarakat dan tingkat penggunaan internet masyarakat tergolong tinggi. Dan sebagian besar responden (62,9%) menjawab bahwa mereka pernah menggunakan internet dalam l bulan terakhir ini. Kebanyakan dari responden juga menggunakan internet 3 kali dalam seminggu yaitu sebanyak 28 responden (12,7%) kemudian 2 kali/minggu sebanyak 27 responden atau 12,2% dan yang paling sedikit adalah 6 kali dalam seminggu sebanyak 11 responden atau 5%. Kebanyakan responden juga menghabiskan waktu sekitar 2-4 jam dalam sehari saat menggunakan internet yaitu 84 responden (38%) menyusul 4-6 jam/sehari sebanyak 22 responden (10%) dan yang paling sedikit menggunakan 6-8 jam sehari yaitu sebanyak 4 responden (1,8%). Sedangkan penggunaan internet untuk bekerja, waktu rata-rata yang digunakan responden untuk bekerja paling banyak berkisar 2-4 jam sebanyak 66 responden (29,9%) dan yang paling minim adalah 6-8 jam sehari yaitu sebanyak 4 responden (1,8%). Dan sebanyak 70 responden (31,7%) menjawab internet sangat membantu dalam pekerjaan mereka. Dan rata-rata responden menghabiskan biaya internet dalam sebulan adalah 50-100 ribu rupiah. Grafik4 Lokasi Menggunakan internet I
Hotspot Gratis
I
44
O~~~ r
Warn et
~= 1
Kampus/Sekolah/Perspust..
I
Tempat Kerja
65
~
4 47
I
Rumah Sendiri
7 T
0
20
40
Sumber : data primer diolah
257
60
80
Pada grafik 4 diatas menunjukkan bahwa umumnya para responden menggunakan internet di rumah sendiri sebanyak 71 responden (32, 1%) kemudian di warnet sebanyak 65 responden (29,4%) dan yang paling sedikit yaitu di kampus/sekolah/perpustakaan sebanyak 34 responden (15,4%). Grafik 5
Kegiatan Saat Menggunakan internet e-commers Download
80
Website Jejaring Sosia l
76
email
0
50
100
115 109 150
Sumber : data primer diolah Adapun kegiatan yang yang dilakukan responden saat menggunakan internet yang paling banyak adalah membuka/mengirim email dengan 119 responden (53,8%), menyusul kemudian mengakses data dan informasi sebanyak 115 responden (52%) serta jejaring sosial sebanyak I 09 responden (49,3%). Lihat grafik 5. Telepon Selu/er : Untuk penggunaan telepon seluler data penelitian menunjukkan bahwa mayoritas atau 207 responden (93,7%) memiliki telepon seluler, dan 13 responden (5,9%) mengaku tidak memiliki dan I responden (0,5%) yang tidak menjawab. Data selanjutnya juga menyatakan bahwa 88 responden (39,8%) memiliki lebih dari I telepon seluler.
258
Grafik6 Kegiatan Saat Menggunakan Telepon Selular I
Game
Internet Video Call
76
68
)it 13
MMS
45
SMS
~89
Menelepon -~~-"'·~~·~~~2~0~2_j
.
.
.
0
so
100
150
200
250
Sumber : data primer diolah
Grafik 6 diatas mengungkap bahwa menelepon merupakan kegiatan yang paling banyak dilakukan responden saat menggunakan telepon selular, menyusul SMS, Game, internet, MMS dan terakhir adalah video call. Dan rata-rata pemakaian pulsa dalam sebulan oleb responden adalab 50-100 ribu rupiah. Dari tiga perangkat TIK yang diteliti penggunaannya yaitu komputer, internet dan telepon seluler sangat berbubungan erat dengan teori kemanfaatan TI yang dikemukakan oleb Davis.F.D (1989) yang mengatakan babwa kemanfaatan sebagai suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa penggunaan suatu subyek tertentu akan dapat meningkatkan prestasi kerja orang tersebut. Berdasarkan definisi tersebut dapat diartikan bahwa manf~tan dari penggunaan TIK seperti komputer, internet dan telepon seluler dapat meningkatkan kinerja, prestasi kerja orang yang menggunakannya. Dan bal ini dapat dilihat dari basil penelitian dimana rata-rata responden sangat setuju jika dikatakan bahwa ketiga TIK ini sangat membantu mereka dalam menunjang pekerjaan dan tugas-tugas lainnya. Bahkan basil penelitian di atas juga melengkapi basil-basil penelitian sejenis lainnya yang telah dilakukan babwa keterampilan mahasiswa terbadap literasi media tidak begitu mengkhawatirkan. Mereka sudah mempunyai kemampuan untuk mengakses, berpikir kritis untuk melibat dampak
259
yang menyertai kebadiran sebuah media. Termasuk melengkapi basil penelitian beberapa ahli seperti Guimares dan Ramanujam (1996), Lee (1986), Strassman (1985) yang menemukan bahwa penerapan teknologi informasi komunikasi mendorong terjadinya perubahan revolusioner terbadap prilaku individu dalam bekerja, dan dalam. konteks penggunaan komputer, kemungkinan seseorang mempunyai keyakinan bahwa penggunaan komputer akan memberikan manfaat bagi dirinya dan pekerjaannya. Sedangkan Zulkarmein Nasution, mengatakan akan terjadinya perubahan di bidang komunikasi maupun bidang-bidang kebidupan lain yang berbubungan, sebagai implikasi dari perkembangan TIK. Hal ini disebabkan berbagai kemampuan dan potensi teknologi informasi yang memungkinan manusia untuk saling berbubungan dan memenubi kebutuan informasi secara bampir. tanpa batas. Beberapa · keterbatasan yang dulu dialami manusia dalam berbubungan satu sama lainnya seperti faktor jarak, waktu, jumlah, kapasitas, kecepatan dan lain-lain kini dapat diatasi dengan dikembang-kannya berbagai teknologi informasi. lni terlihat dari basil penelitian dimana sebagian besar responden menggunakan email untuk berbubungan dengan orang lain. Juga dengan banyaknya responden memiliki telepon selular sebingga lebih memudahkan untuk beraktivitas, berkomunikasi dengan orang lain tanpa dibatasi jarak dan waktu. Begitu pula dengan kemampuan menerima, mengumpulkan; menyimpan dan menelusuri kembali informasi yang dimiliki oleb perangkat teknologi komunikasi seperti komputer maka bampir tidak ada lagi bambatan yang dialami untuk memenubi segala kebutuhan. Sedangkan Hadijojo, 1998, mengatakan bahwa dampak positif teknologi informasi dan komunikasi telah membawa perubahan yang mendasar terutama menyangkut kualitas materi infonnasi dan data yang lebib ampub, kualitas infonnasi semakin besar, jangkauan sasaran semakin luas, dan arus penyebaran semakin cepat. Teori ini sangat mendukung basil penelitian ini dimana lebih dari 50% responden yang memanfaatkan internet untuk mengakses data dan informasi yang mereka butuhkan terutama untuk menunjang apa yang mereka sedang kerjakan. Dengan demikian bukan saja pemanfaatan literasi media TIK
260
saja yang dirasakan oleh responden namun juga literasi informasi. Seperti yang juga disampaikan oleh Chin dan Todd (1995) bahwa beberapa dimensi tentang manfaat teknologi informasi yaitu menjadikan pekerjaan lebih mudah, bermanfaat, menambah produktifitas, mempertinggi efektifitas, serta mengembangkan kinerja pekerjaan. Sehingga dapat dikatakan bahwa basil penelitian diatas sangat relevan dengan teori-teori para ahli di atas. Dimana kehadiran TIK di tengah kehidupan masyarakat yang sehari-hari telah memanfaatkannya sebagai suatu kebutuhan utama telah mengakibatkan perubahan-perubahan yang sangat berpengaruh bagi kehidupan pengguna. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa Komunikasi Mediasi Komputer (KMK) benar-benar dapat menyebabkan berbagai perubahan dalam cara orang berkomunikasi dengan pihak lain. Ini terbukti dengan basil penelitian bahwa banyak responden tidak hanya menggunakan telepon saja untuk berkomunikasi tetapi juga melalui SMS, email, chatting, jejaring sosial dan lain sebagainya sehingga dapat meminimalisir berbagai ketergantungan terhadap waktu daii tempat. Dengan demikian survei ini juga bisa membuktikan bahwa kota Makassar sebagai kota yang memiliki potensi besar dalam pengembangan teknologi infomatika. Ini sejalan dengan obsesi pemerintah untuk menjadikan Makassar sebagai cyber city. Kesimpulan Tingkat literasi TIK masyarakat kota Mak~sar dapat ditegorikan cukup baik/tinggi, karena berdasarkan tiga media TIK yang diteliti yaitu komputer, internet dan telepon selular kesemuanya telah dimanfaatkan oleh sebagian besar responden. Tingkat literasi komputer oleh responden cukup tinggi karena 70,6% menyatakan bisa menggunakan komputer. Pemanfaatan media ini rata-rata 5 kali seminggu atau 5 hari dalam seminggu selama 2-4 jam/hari dan kebanyak responden menggunakan komputer di rumah sendiri dan ditempat kerja. Tujuan responden menggunakan komputer untuk mengolah kata, data dan angka atau dengan kata lain untuk bekerja atau menyelesaikan tugas. Sehingga dari sini juga dapat dilihat bahwa
261
program aplikasi Windows yang menjadi program estandar yang digunakan oleh mayoritas responden. Sedangkan tingkat literasi internet responden juga dapat dikatakan cukup tinggi karena 64,3% responden yang memanfaatkannya di rumah sendiri dan kantor dengan tingkat penggunaan rata-rata 3 kali seminggu selama 2-4 jarn/hari. Adapun kegiatan yang banyak dimanfaatkan responden adalah email, akses data dan informasi serta jejaring sosial. Manfaat internet juga sangat dirasakan oleh responden yaitu mempennudah mendapatkan informasi, mempennudah komunikasi dan membantu mempercepat pekerjaan. Untuk literasi telepon selular dapat dikatakan sangat tinggi. Karena media ini merupakan TIK yang paling banyak dimiliki oleh responden (93,7%) bahkan 39,8% responden memiliki lebih dari 2 telepon selular. Ini mengindikasikan bahwa kebutuhan akan berkomunikasi juga semakin besar. Disamping itu, telepon selular tidak hanya dipakai sebagai alat untuk berkomunikasi tetapi juga untuk mengakses data dan informasi mengingat telepon selular sudah menawarkan. berbagai aplikasi dan fitur untuk mengakses internet. Begitu pula dengan literasi informasi, sebagian besar responden dapat dengan mudah mengakses berbagai data dan informasi melalui internet. Dan informasi-informasi ini dimanfaatkan untuk menunjang pekerjaan dan tugas-tugas responden.
262
Daftar pustaka
Chin W.Wynne, Todd Peter, 1991, On The Use Use.fullness, Ease of Use Of Structural Equation Modeling in MIS Research : A note of Caution" Management Information system Quarterly. Media Jardiknas. 2007, Gambaran Umum Istem Informasi dan Teknologi Informasi. Mynistry of Communication And Information Technology : The Rice, R.E. & Gattiker, U.E.New media and organizational structuring, 2001. Rodgers, E.M. 1986, Communication Technology, The New Media in Society, New York ; The Free Press. S.F. Lussy Dwiutami Wahyuni & Evita, 2008, Survei Tingkat Literasi Mahasiswa Terhadap Media Dan lnformasi (Media And Information Literacy) (http://lussysf.multiply.com) Strategic Blue Print of Planning And Developing The JCT-Literate Human Resources in Indonesia,Version 1.0-Desember 2006 Wikipedia, Information Technology, 2009. Yosal lriantara, 2009, Literasi Media. Zulkarmein Nasution, 1989, Teknologi Komunikasi, Dalam Perspektif, Latar Belakang dan Perkembangannya, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. http://www.antaranews.com/berita/ 1283 791173/indonesia-urutan-limapengguna-internet http://en.wikipedia.org/wiki/lnformation_technol9gy) hal. I. http://www.cw .utwente.nVtheorieenoverzicht/Theozy%20clusters/ Communication%20and% http://bahasa.makassarkota.go.id/index.php/teknologi-informasi/228menuju-cyber-city-ilham-siap-sambut-wimax
263
POLA PENGGUNAAN INTERNET DI BPPKI BANJARMASIN Victor
Internet sebagai media komunikasi dan informasi yang vital sudah merupakan bagian penting yang tidak dapat terlepas dari kehidupan masyarakat maupun kantor-kantor untuk mendukung kegiatannya, termasuk Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Banjarmasin dalam aktifitas sehari-harinya untuk memperoleh informasi guna mendukung kegiatan kantor yang bergerak di bidang penelitian Teknologi Informatika dan Komunikasi (TIK). Internet memungkinkan hampir semua orang di belahan dunia manapun untuk saling berkomunikasi dengan cepat dan mudah, internet juga telah membuktikan sebagai medium berjangkauan massal yang paling fleksibel. Internet mengubah pola komunikasi tradisional yang berupa surat menjadi email yang jauh lebih praktis, cepat, bisa dikirim ke banyak penerima (alamat) tanpa perlu mengeluarkan biaya. Internet juga sudah diajarkan di sekolah-sekolah mulai Perguruan Tinggi, bahkan hingga Taman Kanakkanak sehingga makin banyak orang mampu menggunakannya terutama bagi kalangan pegawai kantor yang rata-rata berpendidikan tinggi. Tumbuhnya masyarakat informasi, tidak terlepas dari adanya revolusi digital yang muncul pada pertengahan abad 20. "Revolusi digita! telah menciptakan satu kerangka (platform) bagi arus informasi, ide dan pengetahuan lintas dunia yang bebas. Revolusi ini telah memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap fungsi-fungsi dunia. Internet telah menjadi sesuatu sumber daya global yang sangat penting, satu sumber daya yang sangat kritis dalam dunia maju sebagai suatu alat sosial yang sangat diperhitungkan dalam pembangunan dunia, sebagai satu kunci partisipasi yang adil, seperti pembangunan ekonomi, sosial dan pendidikan." Bagi para peneliti informasi merupakan hal penting yang tidak bisa dipisahkan dari kebutuhan mereka untuk membuat atau merancang suatu penelitian terutama yang terkait dengan bidang komunikasi dan informasi. Disinilah peran internet sangat dibutuhkan karena merupakan media informasi yang tidak terbatas dalam hal
264
pengaksesan maupun tempat dimana sebuah informasi diperlukan bisa diperoleh hanya dalam hitungan detik walau jarak informasi sulit ditempuh bila informasi tersebut harus berupa buku yang mungkin hanya diterbitkan di wilayah/negara tempat penulis atau penerbit berada.Bertolak dari latar belakang tersebut, maka permasalahan yang diteliti yakni bagaimana para Banjarmasin menggunakan internet. dalam pegawai di BPPKI kesehariannya untuk mendu-kung pekerjaan. Tulisan ini bertujuan untuk menggambarkan profil peng-gunaan internet di Banjarmasin Secara khusus, untuk mendeskripsikan tingkat penggunaan internet dan aplikasinya dalam keseharian di BPPKI Banjarmasin. Dan untuk menjelaskan faktor-faktor berpengaruh dalam penggunaan internet di BPPKI Banjarmasin. Mengenal Internet Intemet telah mengubah wajah seluruh masyarakat dengan penerapan Integrated Management Information System dengan mengunakan jaringan komputer lokal (LAN = Local Area Network), maupun jaringan komputer area luas (WAN = Wide Area Network). Sejak eksploitasi internet diperkenalkan ke masyarakat dunia tahun 1997, e-mail (surat elektronis) telah menggantikan surat biasa, telepon internet menggantikann telepon biasa, radio dan TV via internet akan mengantikan radio dan TV lewat gelombang elektromagnetik, transaksi bisnis lokal maupun ekspor lewat internet mulai merebak, dan ini akan mengarah kepada pengunaan uang elektronis sebagai ganti uang kertas dan bahkan identitas diri elektronis sebagai ganti identitas diri fisik 1• Satu kajian tentang masyarakat informasi dan usaha-usaha dalam meningkatkan akses informasi masyarakat, telah dilakukan pada tahun 1933, oleh seorang ekonom, Dr.Fritz Machlup dengan fokus kajian pada perspektif ilmu pengetahuan industri. Puncak dari kajiannya adalah dengan menerbitkan sebuah buku pada tahun 1962 yang berjudul The Production and Distribution of Knowledge in the United Stated1. Dalam buku tersebut Machlup mengemukakan bahwa ilmu pengetahuan industri mencakup lima sektor, yaitu sektor: pendidikan, penelitian dan pengem-bangan (R&D), media massa, teknologi informasi, dan jasa informasi3• Tentang
265
masyarakat infonnasi, Castells menyatakan: "Masyarakat infor-masi adalah satu masyarakat yang menciptakan, menyebarkan, meng-gunakan, mengeksploitasi infonnasi sebagai satu yang penting dalam kegiatan ekonomi, politik dan budaya. Secara spesifik teknologi informasi pada masyarakat infonnasi berada pada posisi sentral dalam kegiatan produksi, ekonomi dan kegiatan kemasyarakatan secara luas. Masyarakat infonnasi tampak hadir sebagai pengganti masyarakat industri. Lebih dekat berhubungan dengan konsep masyarakat post-industri, post-modem, masyarakat ilmu pengetahuan, masyarakat telematika, revolusi infonnasi, dan jaringan masyarakat4 • Direktur Perwakilan UNESO, Prof.Huber J Gijzen dalam makalahnya pada seminar tentang "Melek lnformasi sebagai Sebuah Kunci untuk Membangun Masyarakat Informasi" tanggal 22 Pebruari 2007 di Jakarta menjelaskan bahwa "melek informasi adalah salah satu prasyarat penting bagi masyarakat untuk masuk dan mendapatkan manfaat dari keberadaan suatu masyarakat informasi. Melek informasi memungkinkan kita untuk membuat penafsiran dan keputusan yang berdasarkan pada sumber-sumber informasi, bahkan memproduksi informasi itu sendiri." 5 Dalam meningkatkan akes informasi bagi masyarakat, telah dilak~an berbagai riset di berbagai negara terutama negara-negara maju untuk memberikan sumbangan pemikiran. Rise.t tersebut antara lain sebagaimana dilaksanakan oleh Duncome (2004) tentang "Growth and Formalisation of Information Systems in Developing Country SMEs".· Riset ini mengkaji sekitar masalah informasi pengetahuan, sistem informasi dan teknologi komunukasi dalam proses pembangunan ekonomi dan sosial. GAO, salah satu lembaga riset di Amerika, telah meneliti tentang "Karakteristik dan Pilihan Pengguna Internet pada tahun 2001, yang menggambarkan profit pengguna internet di Amerika. Riset lain misalnya yang berkaitan dengan content media baru ini, seperti yang dilaksanakan oleh Xiang Zhou (2004) di Cina, yang difokuskan pada analisis kontent Web Site Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Provinsi di Cina. Di Indonesia, riset tentang teknologi informasi dan komunikasi ini, dilaksanakan oleh tiga lembaga pemerintahan, yaitu BPPT, LIPI dan Departemen Koinunikasi dan Informatika. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah menjadi
266
salah satu faktor penting bagi kemajuan suatu bangsa di era global ini. Selain menjadi faktor produksi dan ekonomi, TIK juga berj>eran sebagai "enabler'' dalam perubahan kemasyarakatan di berbagai aspek, seperti dalam pengembangan kehidupan politik yang lebih demokratis, pengembangan budaya dan pendidikan, serta peningkatan kapasitas governance di berbagai sektor pembangunan. (Kadiman, K., www.ristek.go.id). Terkait dengan teori tentang aplikasi atau penggunaan TIK, teori Uses and Gratification dianggap tepat sebagai acuan untuk memahaminya. Teori ini berpandangan bahwa manusia menggunakan TIK karena dianggap memiliki manfaat baginya. Salah satu hasil penelitian (Chang, 1998) menunjukkan bahwa orang menggunakan internet karena media ini memiliki sifat kesiapan yang dapat memenuhi kebutuhan seseorang untuk memperoleh informasi dengan segera; intenet memiliki sifat stabilitas yaitu seseorang dapat memperoleh berita kapan saja mereka inginkan; internet memiliki sifat mengatasi keterbatasan ruang; internet dapat menaklukkan jarak; dapat memberikan rangkuman berita; menyediakan berbagai pilihan; bersifat eksklusif; dan bersifat interaktif. Disamping itu, menurut hasil penelitian tersebut bahwa mayoritas pengguna internet untuk mempelajari sesuatu; kemudian sebagai kebiasaan; untuk mengisi waktu; untuk hiburan; untuk relaksasi; dan untuk kebersamaan. (Severin, W.J., James W. Tankard, Jr. 2005; 455). Tidak bisa dipungkiri bahwa kehadiran TIK, khususnya internet telah membawa perubahan bagi masyarakat.. Secara teoritis, untuk sampai ke tingkat ICTLiteracy ( Information and Communication Technology - Literacy) mempunyai empat tahap yang harus dilalui, yaitu: (1) Information Literacy, (2) Computer Literacy, (3) Digital Literacy, dan (4) Internet Literacy. (] ). Information Literacy: kemampuan mengakses, mengevaluasi, dan menggunakan informasi dari berbagai bentuk - buku, suratkabar, video, CD-ROMs, atau Web. (2). Computer Literacy: kemampuan menggunakan computer untuk memenuhi kebutuhan pribadi" (Rhodes, 1986), ..... Kumpulan keterampilan, pengetahuan, pemahaman, nilai, dan hubungan kerabat yang mengijinkan seseorang berfungsi sebagai warga negara yang produktif dalam masyarakat yang berkiblat pada komputer (Watt, 1980). (3). Digital Literacy: kemampuan memahami dan
267
menggunakan informasi dari berbagai sumber ketika disaj ikan melalui alat digital ( Gilster, 1997) ..... kemampuan untuk memahami bagaimana informasi di dihasilkan dan dikomunikasikan dalam berbagai bentuk melalui penciptaan kerangka kerja kritis untuk retrieval, lembaga, evaluasi, presentasi, dan menggunakan infonnasi menggunakan alat-alat teknologi digital( Central European Universi'ty). (4). Jntemet Literacy: kemampuan menggunakan pengetahuan teoritis dan praktis mengenai internet sebagai satu media komunikasi dan informasi retrieval (Doyle, 1996). (5). ICTLiteracy: satu kombinasi dari kemampuan intelektual, konsep fundamental, dan keterampilan kontemporer yang harus dimiliki seseorang untuk berlayar yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi secara efektif (Young, 1999). Dengan mengunakan teori Personal-Capabilty Maturity Model (PCMM), /CT-Literacy seorang individu dapat dikategorikan atas lima tingkat, yaitu : Tingkat 0 Jika seorang individu sama sekali tidak tahu dan tidak ped· akan pentingnya informasi dan teknologi untuk kehidupan sehari-hari. Tingkat 1 Jika seorang individu pernah memiliki pengalaman satu dt kali, dimana informasi merupakan sebuah komponen penti untuk pencapaian keinginan dan pemecahan masalah, dan telah melibatkan teknologi informasi untuk mencarinya. Tingkat 2
Jika seorang individu telah berkali-kali menggunakan teknologi untuk membantu aktivitas sehari-hari dan telah memiliki pola keberulangan dalam peggunaannya. Tingkat 3 Jika seorang individu telah memiliki standar penguasaan d pemahaman terhadap informasi maupun teknologi yang diperlukannya, dan secara konsisten mempergunakan stanc tersebut sebagai acuan penyelenggaraan aktivitas sehari-h~
Tingkat 4
Jika seorang individu telah sanggup meningkatkan secara signifikan (dapat dinyatakan kuantitatit) kinerja aktivitas kehidupan sehari-harinya melalui pemanfaatan informasi c teknologi.
268
Tingkat 5 Jika seorang individu telah menganggap infonnasi dan teknologi sebagai bagian tidak terpisahkan dari aktivitas sehari-hari, dan secara langsung maupun tidak langsung te mewarnai perilaku dan budaya hidupnya (bagian dari information society atau manusia berbudaya informasi) . PENGKAJIAN DAN BASIL Dari total jumlah pegawai BPPKI Banjarmasin sebanyak 20 orang pegawai, dibagikan quesioner kepada 10 orang pegawai · yang terbiasa menggunakan internet. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pende katan kualitatif. Penentuan lokasi penelitian berdasarkan lokasi unit kerja penulis, waktu pelaksanaan penelitian dan kemampuan personil. Pengambilan sampel responden dilakukan dengan penggunaan t~knik random sampling. Sehingga diperoleh data responden sebagai berikut : ( 1). Prosentase responden berdasarkan jenis kelamin adalah seimbang antara laki-laki dan perempuan, yaitu masing-masing 50%. (2). Prosentase responden berdasarkan usia adalah 40 % berusia 21-30 tahtin dan sisanya masing-masing 30 % untuk usia 30-40 tahun dan >40 tahun. (3). Prosentase responden berdasarkan tingkat pendidikan adalah 100 % berpendidikan di atas D 3, yaitu SI I S2 I S3. Hasil penelitian diperoleh berdasark~ jawaban pada kuesioner yang telah dianalisa dengan rumus prosentase, semua data tersedia pada tabel-tabel di bawah ini: Tabel 1. Jenis Kelamin Responden No
Jenis Kelamin
1
Laki-laki
5
50
2
Perempuan
5
50
Total
10
100
Frelaiensi
Tabel 2. Usia Responden
269
Prosentase
No
Usia
Frekuensi
1
21-30 tahun
4
40
2
30-40 tahun
3
30
3
> 40 ta.bun
3
30
Total
10
100
Prosentase
.
T a be13 T"mg.kat Pend.1d"ka 1 n
No
Tingkat Pendidikan
Frekuensi
Prosentase
1
SMU
0
0
2
03
0
0
3
Sl I S2 I S3
10
100
Total
10
100
Tb a e14• Sum ber P enaenalan I nternet Sumber pengenalan Internet Frekuensi Prosentase 20 MediaCetak 2 Media Elektronik 4 40 Brosur I Spanduk 0 0 Teman 1 10 Lainnya 3 30 Total 10 100
No 1 2 3 4
s
.
Ne 1 2 3
a tu Peneeunaan I nternet Tb a e15 F rek uens1·wk Frekuensi Penggunaan Internet Frekuensi Prosentase di kantor Sering 4 40 Kadang - kadang 6 60 Tidakpernah Total
270
0
0
10
100
.
. Tb a e16 Pen22unaan Internet unt u k mem bant u >ek er1aan '.
No
Penggunaan internet untuk membantu pekerjaan
1
Frekuensi
Prosentase
Sering
3
30
2
-Kadang - kadang'
6
60
3
Tidakpemah
1
10
Total
10
100
Tabet 7. Penggunaan internet secara dominan
Penggunaan internet
No
Frekuensi
Prosentase
secara dominant 1
Keperluan Kantor
7
70
2
Keperluan Pribadi
2
20
3
Lainnya
1
10
Total
10
100
Tabel 8. Aktivitas dalam penggunaan internet
INo Respond
Tele/Video Hiburan Internet Down Lain Mencari Akses Jejaring Banking load nya Informas: Email /Komunita Conference
1
I
1
2
1
1
3
1
I
4
1
1
s
1
6
1
1 1
1
..1
1
1 1 1
1
I
7 8
1
I
I
1
I
9 IO
Jumlah
7
4
Prosen1
70
40
3 30
1 IO
Kesimpulan
271
s so
2 20
3 30
1
Berdasarkan pengkajian dan basil penelitian yang telah dibahas, maka bisa diambil kesimpulan bahwa pola penggunaan internet di BPPKI Banjarmasin menunjukkan bahwa pegawai yang biasa menggunakan internet masih belum optimal dalam membantu pekerjaan sehari-harinya, hal ini tergambar dari : Sebanyak 60 % pegawai hanya kadang-kadang menggunakan internet dalam membantu pekerjaan, walaupun sebesar 70% pegawai menggunakan internet untuk keperluan kantor. Sementara aktivitas yang sering digunakan dalam menggunakan internet adalah 70 % untuk mencari informasi. Pada sisi yang lain 60 % menyatakan pandapat bahwa fasilitas internet di kantor tidak baik dan tidak memadai dan hal inilah yang memungkinkan pola penggunaan internet di BPPKI Banjarmasin dinilai belum optimal dalam membantu pekerjaan dan aktivitas sehari-hari di kantor.
Daftar Pustaka [ 1] Kardiman, 2004. Era komputerisasi dan internet, Jakarta, Gramedia Pustaka [2] La Quey, Trancy, 1997, Sahabat Internet Pedoman Bagi Pemula Untuk Memasuki Jaringan Global, Bandung, Penerbit ITB [3] Tabloid Komputek Nomor 617, minggu ke V, Mei 2000 [S] Werner J Severin, James W Tankard Jr, 2005, Teori Komunikasi, Sejarah, Metode dan Terpaan di dalam Media Massa, Jakarta, Prenada Media [6] Wibisono, Arya, 2004, Pengenalan Internet Kepada Pemula, Jakarta, Elex Media Computindo.
272
TREND INFORMASI DAN KOMUNIKASI MEDIA SEBAGAI HYPERMARKET Ropingan Budaya masyarakat modem adalah dibarengi dengan trend informasi dan komunikasi media yang serba canggih. Tehnologi informasi sebelumnya mempunyai hanya satu fungsi seperti telepon maupun handphone, dalam perkembangan teknologi ini secara terus menerus mempunyai fungsi ganda, sebagai fungsinya primemya didukung dengan fungsi sekundemya, yang mengarah kepada entertainment. Perkembangan mengarah kepada entertainment, adalah dengan menyediakan fitur yang mendukung fungsinya mendengarkan radio, memutar musik, memutar video, dan mendukung informasi data. Fungsi teknologi informasi sebagai fungsi sekendemya entertaiment, misalnya fungsi handphone, dahulu hanya mampu untuk memanggil, dan sekarang fungsi primertnya sudah dikalahkan dengan fungsi sekendemya. Dalam membeli handphone sudah tidak lagi melihat fungsinya, akan lebih dominan melihat pilihan tawaran fiturnya, yang lebih banyak berfungsi untuk hiburan. Handphone sebagai alat komunikasi dan pertukaran informasi, menurut Fiske tentang komunikasi terdapat dua mazhab dalam studi komunikasi. "Mazhab pertama melihat komunikasi sebagai transmisi pesan. Ia tertarik dengan bagaimana pengiriman dan penerima mengkonstruksi pesan (encode) dan menerjemahkannya (dekode), dan dengan bagaimana transmiter menggunakan saluran dan media komunikasi." (Fiske, 2007 : 9). Handphone bagian dari teknologi komunikasi sebagai alat mentransmisi pesan, pesan yang ditranmisikan dengan berbagai macam dan model, bisa jadi pesan singkat, sms, mms, video, game, dan gambar bergerak (stremming). Transmisi pesan yang mempunyai banyak pilihan yang bisa digunakan, produk handphone tanpa mempunyai banyak pilihan, pemakai tak akan melirik produk yang dihasilkan. Supermarket, barang-barang dipajang agar pengunjung merasa membutuhkan dan membeli. hypermaket, bisa berasumsi menyediakan · banyak pilihan bagi pengunjung agar pengunjung membeli barang.
273
Supennaket clan hypennaket sebagai · bagian dari bentuk persaingan pasar yang menggunakan makna simbolis dari keragaman barang kebutuhan, agar barang dibutuhkan. Mengutip asumsi Fiske tersebut, bahwa media sebagai hypermaket konten informasi, bahwa semua informasi mengandung nilai, dimana nilai akan berkonotasi pada nilai uang, dalam mengakses media harus membayar, yang diclalamnya semua informasi yang diperkukan telah tersedia. Mengakses internet sebagian besar informasi yang tersedia bisa mengambilnya secara gratis atau pun membayar. Mengakses internet secara gratis temyata belum ada, mengaksesnya sendiri sudah harus membayar, melalui portal yang memberikan layanan transmisi. Transmisi pelayanan di Indonesia yang lum~yan banyak, sampai-sampai para penggunanya akan bingung memilih pelayanan transmisi yang lebih murah. Dari sisi ini perusahaan terus mengembangkan ide-ide baru bagaimana mengambil keuntungan yang sebesar-besarnya tetapi pengguna tidak mengetahui, atau mungkin pengguna mengetahui, tetapi belum secara kritis dari layanan yang ditawarkan untuk bertanya lebih jauh. Diverisifikasi layanan merupakan bagian dari market, programprogram layanan terus diciptakan, dan terus berubah dan berinovasi · dengan teknologi baru. Pengguna layanan akan memilih mulai dari yang paling murah sampai paling mahal. Paket-paket transmisi yang menawarkan pilihan akan menggiurkan para pengguna transmisi. Paketpaket traminsi yang murah di dukung oleh perangkat teknologi yang murah, teknologi informasi diproduksi secara massal, produksi secara massal akan menjangkau para pengguna yang lebih banyak. Produkproduk perangkat lokal akan menawarkan dengan spesifikasi lebih beragam, produk-produk yang sudah mapan akan tetap menawarkan pada gaya dan kemapanan, kurang beragam. Sebagai contoh produksen bermerek akan menawarkan satu fungsi dari nomor yang digunakan, dan produsen lokal akan menawarkan satu perangkat dua nomor, atau tiga nomor. Market handphone dengan produsen yang berbeda terus saja bertarung, dan masing-masing produsen ternyata mempunyai pangsa pasar sendiri-sendiri. Satu konter handphone akan menawarkan berbagai macam marek. Siapakah yang diuntungkan, tentu pengguna. ·
274
Tetapi kembali lagi pada transmisi tidak gratis, menggunakan perangkat yang dibelinya, sudah pasti mengeluarkan biaya membeli pulsa. Timbul pertanyaan siapakah kiranya mengambil keuntungan, tentu yang mendapat keuntungan yang terus menerus adalah pemberi layanan jasa transmisi. Layanan jasa transmisi berlomba menawarkan paket murah, dari beberapa vendor yang terus bersaing. Menurut Fiske "Mazhab kedua melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna. Ia berkenaan dengan bagaimana pesan atau teks berinteraksi dengan orang-orang dalam rangka menghasilkan makna yakni, ia berkenaan dengan peran teks dalam kebudayaan kita." (Fiske, 2007: 9). Pertukaran makna, Fiske melihat bagaimana koran-koran yang berbeda melaporkan peristiwa yang sama secara berbeda untuk merealisasikan betapa pentingnya pemahaman ini, pandangan dunia ini, yang tiap-tiap koran bagikan kepada para pembacanya. (Fiske, 2007 : 10). Penjelasan pertukaran makna, menurut Fiske selanjutnya; "Maka pembaca dengan pengalaman sosial yang berbeda atau dari budaya yang berbeda mungkin menemukan makna yang berbedapada teks yang sama. Ini bukanlah, seperti yang telah kami katakan, bukti yang penting dari kegagalan komunkasi." Persoalan infonnasi dan komunikasi selain pemasalahan transmisi, juga pertukaran makna, bagaimana infonnasi yang didapat dari sumber aslinya tidak disampaikan seuai dengan konteksnya, misalnya churcat Presiden dihadapan para petinggi 1NI dan Polri, yang akhir-akhir ini menjadi polemik. Dua makna yang saling kontroversi. Pemyataan presiden, gajinya tidak naik selama tujuh tahun, konteks memberikan semangat . para petinggi lNI dan Polri, dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya bahwa pemerintah telah dengan sungguh-sungguh memperhatikan nasib kesejahteraan TNI dan Polri. N amun konteks penyataan Presiden dimaknai bahwa presiden sudah tujuh tahun gajinya tidak naik, maka perlu dinaikkan. Polemik tentang kenaikan gaji presiden menurut mazhab komunkasi sebagai pertukaran makna, maka polemik yang terjadi pada media-media Indonesia pada saat menguatkan teori Fiske tersebut. Menurut Fiske pesan bukanlan sesuatu yang dikirim dari A ke B, melainkan suatu elemen dalam sebuah hubungan terstruktur yang elemen-elemen lainnya
275
termasuk realitas ekstemal dan produser/pembaca....model struktur ini sebagai sebuah segitiga dengan anak panah yang menunjukkan interaksi yang konstan, struktur tersebut tidak stati~, melainkan suatu praktik yang dinamis. (Fiske, 2007 : 11 ). Pesan teks
b~!a~ eferent
Prod user oembaca
Gambar : Pesan dan makna Produk Inforlilasi sebagai Ekonomi Baru Dua mazhab yang telah menciptakan ekonomi baru, mazhab "komunikasi sebagai transmisi pesan dan produksi dan pertukaran makna". Baru saja Kemkominfo melakukan filtering konten pomografi melalui RIM pada layanan BlacBerry. Tuntutan Filtering oleh sebagian masyarakat mennganggap suatu yang mengada-ada, tetapi tuntutan itu sebagai tunturan yang realistis sesuai dengan peraturan perundangundang yang berlaku. Menurut informasi jumlah pengguna BlacBerry di Indonesia mencarai 2,5 juta orang. Dari sisi ekonomis dalam P.ertahunnya, nilai pengeluaran pelangganya mencapai kisaran 3 trilyun rupiah. Layanan informasi sebagai produk technologi informasi dan conten informasi telah menciptakan ekonomi baru. Ekonomi baru ini j¢las, dalam pandangan pemerintah sangat penting dan urgen mengingat masyarakat Indonesia sangat membutuhkan peluang kerja yang lebih besar, disamping penduduk Indonesia mempunyai penduduk yang besar pula. Yang menjadi pertanyaan nilai trilyunan itu apakah ada bagian yang masuk ke negara. Dari sisi ini ketika Kemkominfo melalui siaran persnya, sebagian masyarakat menganggap bahwa Kemkominfo
276
mengeluarkan peraturan yang mengada-ada dimana bila peraturan itu diterapkan pada pihak RIM, jika peraturan Kominfo dipatuhi oleh RIM, maka kemungkinan pelanggan BlacBerry takan akan bermasalah, bagaimana bila sebaliknya, dan timbul kecurigaan sampai anggota Dewan pun menyayangkan tuntutan Kemkominfo. Indonesia menjadi hypermatket teknologi informasi, dan produk hypermaket yang dipasarkan bukan produk Indonesia. Berbeda dengan jasa hypermakte konten informasi menawarkan konten lokal (konten Indonesia). Berita yahoo.co.id lebih menonjolkan berita-berita lokal dari berita lntemasional. Bentuk informasi dan komunikasi publik, lebih menekankan bagaimana informasi mendorong masyarakat menjadi kreatif, dan menjadikan masyarakat sebagai subyek, bukan lagi masyarakat menjadi obyek informasi. Teori jarum hipordemik menunjukkan masyarakat akan menjadi obyek informasi, konsep ini bertolak dari dasar informasi satu arah, pemerintah sebagai penguasa tunggal dalam memberikan sebuah informasi, dan transmisi informasi yang berupa radio dan televisi dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah. Di Indonesia pada pemerintahan Habibie menjabat presiden kran media massa dibuka seluas-luasnya khususnya konten media. Konten media tidak lagi menggunakan siupp, konten media bebas berekspresi, secara bebas, dan yang membatasi hanyalah etika. Masyarakat bukan lagi..menerima informasi dari satu satu arah, masyarakat menerima informasi dari berbagai arah, meminjam teori media baru, bahwa informasi dari satu untuk semua, dan dari semua untuk satu. Dalam era kebebasan pers ini, pers tidak menyiakan-menyiakan kebebasan, media berlomba-lomba memunculkan media baru, yang tumbuh seperti jamur tumbuhnya jamur pada musih hujan. Tumbuhnya jamur tidak berlangsung lama, seperti tumbuhnya media massa baru juga tidak berlangsung lama, satu-persatu gulung tikar lebih-lebih media cetak lokal, satu kali atau dua kali terbit kemudian bubar. Bagi media yang bermodal kuat akan lebih mampu bersaing dan mengontrol media yang lemah. Kebebasan pers belum mempunyai pengaruh tumbuhnya media cetak yang beragam, bagi media cetak yang tidak terpengaruh dengan modal. Media yang dengan
277
modal kuat akan terus mengembangkan diversifikasi medianya, dengan menyediakan media maya sebagai media pilihan, yang bisa diakses kapan saja, pelanggan media mau, atau bahkan dapat mengakses secara gratis. Teori komunikasi massa dalam edisi ke delapan dalam bukunya Vivian, Vivian membagi dalam tulisannya menjadi tiga bagian, bagian pertama Media Massa, bagian kedua adalah pesan media massa, dan bagian ketiga tentang lsu Massa Media. Pembagian ketiga bagian tersebut dengan teori komunikasi, Fiske membaginya dalam dua mazhab, komunikasi sebagai transmisi dan komunikasi sebagai produk dan pertukaran makna. Komunikasi sebagai transmisi menurut Fiske, sebagai transmisi Vivian dalam bukunya "Teori Komunikasi Massa, membagi dalam sembilan bab. Sembilan bah ini membahas, tentang literasi media massa, buku, koran, majalab, sound recording, film, radio, televisi, dan komunikasi sebagai transmisi adalab melalui internet. Pembagian tersebut juga bisa diasumsi sebagai market transmisi informasi, dan tentu masyarakat yang menjadi pilihannya juga harus mengeluarkan anggaran dan tidak yang gratis. Delapan transmisi dalam mazhab komunikasi sebagai transmisi, trend saat ini transmisi manakah mungkin yang paling sering digunakan. Mulai dari buku, koran, majalah, sound recording, film, radio, televisi, dan internet sebagai market transmisi. Dari delapan transmisi media komunikasi, yang mencakup pendidikan, hiburan dan informasi. Trend pilihan masyarakat dari transmisi yang digunakan bagi masyarakat yang lebih menyukai hiburan akan lebih cenderung memilih transmisi televisi, dan memilih internet bagi masyarakat yang lebih memahami teknologi komputasi. Dan yang hanya menginginkan hiburan saja kecenderungan akan memilih media televisi, radio, film, sound recording. Teori Komunikasi Massa John Vivian, bagian kedua Pesan Massa, didalamnya, berita, publik relations, Advertising, Entertaµmtent dan Riset Media. Dalam berita, yang dianggap oleh penulis menarik tentang Tren Junalisme "dimana televisi dan internet telah mengubab pengumpulan berita dan mendefinisikan ulang praktik ·berita dan ekspektasi audien." (Vivian, 2008 : 324). Hasil-hasil beberapa
278
penelitian menunjukkan bahwa televisi menjadi tren untuk berita maupun hiburan. Di tanah air munculnya televisi swasta beberapa tahun lalu membuat tayangan televisi hampir dua puluh empat jam siaran, berita yang disajikan secara breaking news setiap jam. Bahkan liputan peristiwa tertentu akan melipu hampir dua puluh empat jam. Jauh melebih berita terbitan melalui media cetak, media cetak yang terbit secara rutin pada setiap pagi, siang, khususnya koran harian. Perbandingan siaran televisi dengan berita di media cetak, manakah berita yang paling disukai, tentang kelengkapan isi berita asumsi jawaban akan lebih menyukai membaca berita media cetak, namun asumsi ini bukan berdasarkan basil penelitian hanya pendapat secara subyektif. Fakta dan realita menyukai membaca media cetak (korang), pada warung-warung kopi yang menyediakan koran, akan selalu dibaca oleh para pengunjung di warung kopi tersebut, bahkan kumpulan koran yang terbagi beberapa lembaran koran masih saling bergantian membaca halaman demi halaman. Misalnya pengunjung pertama membaca bagian headline, setelah selesai membaca yang diinginkan, akan menanti lembaran koran bagian halaman olah raga, atau lebaran headline isi berita lokal. Komunikasi Digital "Dunia maya (Cyberspace), Istilah "dunia maya" memiliki makna berbeda Dalam novel William Gibson (1984/1994 ), Neuromancer, ... untuk merujuk pada jaringan informasi luas yang oleh para penggunanya disebut dengan console cowboys akan "muncul", atau koneksi lanssung dengan sistem-sistem syaraf mereka."(Severin, 2007 : 445). Istilah lain dunia maya (Benedikt dalam Saverin, 2007 :445) "Dunia maya adalah realita yang terhubung secara global, didukung komputer, berakses komputer, multimedia artifial, atau "virtual"... komputer sebuah cendela terlihat atau terdengar objek-objek yang bukan bersifat fisik dan bukan representasi objek fisik, namun Iebih merupakan gaya, karakter, dan aksi pembuatan data, perbuatan informasi resmi." Bagaimana berita di Internet, berita di internet secara khusus juga menyediakan berita hot news diletakkan pada headline,
279
ketika pengakses membuka pertama halaman yang muncul. Berita yang tersedia kadangkala hanya merupakan judul berita yang dianggap hot news, untuk selanjutnya dalam mendapatkan berita yang lebih mendetail pembaca perlu mengklik "berita selengkapnya". Berita selengkapnya sebagia besar masih free (bebas) mengakses, meng-copy paste berita. Berita-berita yang disediakan pada umumnya berita secara singkat. Memuat hanya judul-judul berita untuk mengetahui berita selanjutnya bisa mengklik dari judul-judul berita yang tersedia dengan tanda perbedaan pada ujung kaser (dari mouse). Up date berita, bisa dilakukan kapa saja, tetapi yang biasanya mengikuti visi dan misi koran cetak akan di up date sesuai dengan koran terbit. Media maya (internet) koran tertentu di media maya sebagian beritanya juga pengguna untuk membukanya perlu menggunakan password, bila belum mempunyai password maka harus mendaftar terlebih dahulu, pendaftaran ini ada juga yang gratis dan membayar. Berita yang membayar perlu berlangganan dalam setiap bulannya baru mendapatkan password untuk mengakses berita. Dan berita yang gratis juga ada juga berita yang sebagian di password, untuk mendapatkan berita perlu menggunakan password, dan untuk mendaftar passwordu juga gratis tidak membayar. Isi berita pada dunia maya (internet) yang sudah familir para pengguna di Indonesia menyedikan berita-berita lokal, berita lokal berisi berita yang seperti berita yang dimuat pada koran nasional. "Lokal disini dapat berarti satu kota, kabupaten, atau provinsi, atau wilayah yang dihuni atau suatu kelompok suku, dalam suatu wilayah geografis yang lebih besar. Bahasa pers lokal bisa saja bahasa nasional bahkan bahasa daerah." (Mulyana, 2008 : ios). Dari paparan di tersebut diatas, apa yang menjadi Trend Informasi dan Komunikasi Media Massa sebagai Hypermaket, sebagai penyederhanaan pembahasan dapat diasumsikan permasalahan sebagai berikut yaitu: Bagaimana Trend Pengelolaan Informasi dan Komunikasi Sebagai Hypermaket Pada Pengelolaan Media swasta, Pengelolaan Informasi dan Komunikasi Pada Media Publik, Pengelolaan Regulasi Informasi dan Komunikasi.
280
Trend lnformasi dan Komunikasi Sebagai Hypermaket Pengelolaan Infonnasi dan Komunikasi Sebagai Hypennaket, kepemilikan media radio, televisi dan media cetak (surat kabar). Untuk lebih terns eksis dalam perkembangan teknologi informasi yang lebih menyatu dan diversifikasi. Kepemilikan media penyiaran radio, berdasarkan UU Pers dalam ketentuan umumnya bahwa pers; dalam pasal 1. (1) Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. Ketentuan umum dalam UU Pers No. 40 tahun 1999, media elektronik berupa radio bisa melakukan kegiatan jurnalistik seperti halnya media cetak untuk berita di radio siarannya. Dalam kegiatan jurnalistik dengan jelas menyebutkan informasi dalam bentuk suara, kegiatan jurnalistik bisa menyampaikan informasi dalam bentuk suara, siaran dalam bentuk suara lebih banyak dilakukan oleh radio. Radio siaran Swasta yang mengandalkan suara, juga mempunyai reporter dalam memperoleh berita, siaran langsung maupun laporan khusus. Radio siaran juga bisa jadi tidak mempunyai wartawan hanya mempunyai beberapa orang penyiar saja, siaran radio yang berita-berita bagian dari transmisi dari jejaring siaran radio. Radio siaran yang mengadalkan pada suara, mempuyai kelebihan tersendiri, yang menembus ruang dan waktu, dalam mendengarkan radio bisa melakukan aktivitas lain sambil bekerja, sambil tidur. Dalam siaran langsungnya informasi bisa langsung dari pendengar sebagi subyek berita, pendengar bisa memberikan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat pendengar lainnya. Infonnasi mendadak juga bisa diinfonnasikan melalui radio. Lebih bagi orang yang kegiatan sangat mobil maka radio bisa didengarkan melalui headphone pada HP yang mempunyai fitur radio. Siaran Televisi, UU Pers No. 40 Tahun 1999, dalam ketentuan umu111nya media elektronik berupa televisi bisa melakukan kegiatan jumalistik seperti halnya media cetak untuk berita
281
di siaran televisi. Kegiatan jurnalistik televisi bisa menyampaikan informasi dalam bentuk gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik pada siaran televisi. Televisi sebagai media tidak secara tersurat disebut sebagai media tetapi sebagai media elektronik, didalamnya adalah radio, televisi. Televisi sebagai media para reportenya sebagai wartawan elektronik. sebelum lahimya UU No. 40 Tahun 1999 yang disebut wartawan, merujuk pada media cetak. Namun setelah UU No. 40 tahun 1999, wartawan media adalah termasuk wartawan media cetak dan media elektronik. Hadimya media televisi pada tahun 1970-an hadir di tengahtengah masyarakat perdesaan, atas kebijakan pemerintah dalam mendukung program keluarga berencana. Televisi pada tahun 1970-an mungkin masih menjadi barang mewah untuk kepemilikan secara pribadi. Apalagi di daerah pedesaan belum tersambung jaringan listrik. Media televisi untuk menghidupkannya perlu Accu (aki), televisi menjadi pusat perhatian dan hiburan walaupun kebanyak televisi hitam putih. Bagi masyarakat desa bisa melihat televisi harus menempuh jarak jauh puluhan kilometer, karena televisi disediakan oleh pemerintah pusat kota kecamatan, dipasang televisi umum. Tidak bisa membayangkan yang sebelum hanya. bisa mendengar suara . dari . kotak persegi yang namanya radio mendengarkan saja, akan menjadi pertanyaan yang mengherankan bagaimana kotak persegi bisa berbunyi, ketika berspikir secara awam. Namun menginjak tahun 1990-an media televisi sudah tersebar luas, dan pada tiga puluh tahun kemudian media televisi bukan barang mewah lagi, para pedagang kaki lima, para pemulung, dan orang-orang yang tidak mempunyai tempat tinggal pun media televisi menjadi hiburannya yang paling murah. Tidak kalah pentingnya kurang lebih 20-an tahun kita sudah bisa menikmati media televisi sebagi market informasi, dimana informasi dan hiburan apa yang menjadi keinginan penonton bisa memilihnya. Begitu juga media televisi sebagai hypermaket melalui iklan yang ditayangkan oleh televisi swasta. Melalui iklan media televisi produk properti, keperluan rumah tangga, iklan kesehatan dengan bintang film lokal maupun dunia terpampang disana. Maka tidak heran masyarakat karakter masyarakat
282
secara perlahan terus berubah. Perubahan ini mengikuti desain yang diciptakan oleh dunia periklanan yang menawarkan produk-produk baru. Produk iklan sebagai informasi layaknya seperti hypermaket, sebagian besar kebutuhan terpampang dalam dunia informasi yakni melalui media televisi. Perubahan gaya (style) cara berpakaian secara positif telah didesain oleh peracang mode, tentu basil para perancang mode akan masuk iklan pada media televisi. Iklan televisi terutama mode apakah mempunyai pengaruh besar terhadap cara berpakaian bagi masyarakat secara luas, mode-mode pakaian wanita yang banyak terpampang pada media televisi. Munculnya film Virgin mengetengahkan cewek muda yang perpakaian celana panjang yang kelihatan tali pusamya, setelah filmnya beredar apakah kiranya ada pengaruhnya terhadap trend mode pakaian, cewek memakai celana panjang. Fakta dan realita menunjukkan bahwa dalam asumsi umum yang telihat sehari pada tempat umum kaum wanita lebih banyak memakai celana panjang, untuk aktivitas sehari-harinya. Berapakah prosentasenya 70 prosen lebih atau 80 prose lebih. Style mode pakaian -iklan televisi sebagai informasi, apakah juga mendorong trend para pemakai cenderung mode pakaian yang lagi trend. Sepintas iklan televisi akan mendorong para perancang mode untuk menciptakan model baru dimana model pakaian menjadi trend untuk saat ini. Internet media, internet tidak saja menyuguhkan berita-berita yang bersifat informatif, dan juga bisa menyajikan berita provokasi. Internet apakah sebagai media elektronik, secara teknik sebagian besar akan menjawab "ya". Klarifikasi media internet lebih banyak membicarakan konten di internet. Ketertarikan membicarakan konten internet lebih berkonotasi internet sebagai yang negatif. Namun untuk menjadi masyarakat informatif internet bisa sebagai alternatif. Internet sebagai bagian dari hypermaket informasi dan komunikasi, dimana sebagian besar informasi dan komunikasi bisa berlangsung melalui internet. Sebagai bukti, dalam pertemanan hubungan antar individu, internet digunakan sebagai jejaring sosial, dalam jejaring sosial, model
283
pertemenan berantai dalam hobi maupun keahlian dari pe11emenan di dunia internet. Internet sebagai sarana informasi produk, tetapi produk yang diinfomrnsikan bisa di format melalui internet bagaikan hypermaket, model-model produk apa saja bisa diformat melalui internet dalam model hypermaket, produk yang disajikan bisa dilengkapi dengan daftar harga. Internet sebaga i ruang memasarkan segala produk yang telab dihasilkan.
Hypennaket pakaian wanita (Female Store). http://fema le.store.eo. id/model_celana_pensil_wanita_harga_map.html Internet sebagai bagian dari market informasi, secara makro terdapat tiga bagian bentuk informasi. Sesuai dengan teori media baru, media baru dari satu untuk semua, dari semua untuk satu, dan dari satu untuk satu. Internet sebagai media yang secara demokratis memberikan infonnasi global , korporat, kelompok dan individual. Internet sebagai media korporat, internet keberdaannya memberikan informasi sebagaimana media massa lainnya. Terdapat struktur modal, manajemen, dan karyawan. Salah satu contoh sebagai media korporat media detik.com dan yang terbaru adalah vivanews.com. sepintas detik akan mengasumsikan detik.com bcrlatar belakang media cetak, kemudian mengubah media itu menjadi media maya. Kelebihan dan keuntungan dalam memberikan informasi secara cepat tanpa adanya deadline, tidak membutuhkan ke11as dimana harga kertas dari hari-ke hari semakin mahal , disamping isu-isu lingkungan. Penggunaan kertas
284
koran bukan tidak mungkin akan semakin dikurangi. Pendirian media elektronik (internet) sebagai koporat yang mempuayai tujuan adalah untuk meraih laba, dan dalam menghidupi medianya lebih mengandalkan pada pemasukan iklan. Opitismis sebagai media maya detik.com mampu menunjukkan eksistensi salah media maya di Indonesia yang berani tampil sebagai media koporat. Media baru yang mengikuti jejaknya adalah vivanews.com, media ini dikenal saat bencana merapi mencapai puncaknya dimana salah satu anggota wartawan menjadi korban letusan Gunung Merapi. Alcses kedua media terhadap berita yang aktual, bisa mengakses dengan gratis, meng-copy paste. Berita-berita tentu juga tidak dibatas oleh password. Berbeda dengan berita kompas, sebagian beritanya untuk mengakses yang dianggap penting, dan sekiranya mempunyai hot news untuk membuka kelengkapan berita harus menyertakan password. Internet sebagai media online, detik.com juga mengembangkan sayapnya membuka server di Surabaya dengan surabayadetik.com, keberhasilan detik.com dengan banya mengandalkan dukunga iklan mampu mengembangkan sayapnya, namun tidak berlaku bagi jawapos.co.id, beberapa tahun lalu jawapos.co.id berita-beritanya dapat diakses secara gratis, namun mulai tahun belakang ini bila ingin mengakses beritanya perlu berlangganan. Media cetak, perjalanan media sebagai transmisi dalam. penyampaian informasi dan komunikasi, para pemikir ahli-ahli media diramalkan sudah lenyap yang diperkirakan di tahun 2000, namun keberadaan media cetak sampai sekarang masih ekses, dan masih saja dibutuhkan oleh para pembacanya. Pengelolaan Informasi dan Komunikasi Pada Media Publik, Pengelolaan informasi dan komunikasi pada media publik, berdasarkan UU Keterbukaan Informasi Publik No. 14 Tahun 2008, bahwa lahimya Undang-undang Keterbukaan lnformasi Publik dilandasi perbimbangan diantaranya, pertama, bahwa informasi merupakan kebutuhan pokok setiap orang bagi pengembangan pribadi dan lingkungan sosialnya serta merupakan bagian penting bagi
285
ketahanan nasional; Kedua, bahwa hak memperoleh · informasi merupakan hak asasi manusia dan keterbukaan informasi publik merupakan salah satu ciri penting negara demokratis yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik; Ketiga bahwa keterbukaan informasi publik merupakan sarana dalam mengoptimalkan pengawasan publik terhadap penyelenggaraan negara dan Badan Publik lainnya dan segala sesuatu yang berakibat pada kepentingan publik; dan keempat, bahwa pengelolaan informasi publik merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan masyarakat informasi. Ketent uan umum Undangundang Keterbukaan Informasi Publik, yang dimaksud dalam undangundang ini pasal I (I) Infonnasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun nonelektronik. Ayat (2) menyatakan bahwa, Infonnasi Publik adalah infonnasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan penyelenggaraan badan publik lainnya yang sesuai dengan UndangUndang ini serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publ ik. Pada ayat (3) menjelaskan siapa yang dimaksud badan publik, Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, atau organisasi nonpemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, sumbangan 111asyarakat, dan/atau luar negeri. Undang-undang keterbukaan informasi secara umum menginvestigasi pada badan publik dalam melakukan kegiatan dan aktivitas perlu transparan, dan secara berkala
286
Badan Publik memberikan infonnasi kepada masyarakat (publik}, karena dalam melakukan kegiatan dan aktivitas anggaran yang digunakan seluruhnya maupun sebagian berasal dari dana masyarakat. Maka bagi masyarakat yang dilayani jika perlu mengetahui pola pelayanan yang didukung oleh anggaran dari masyarakat. Pengelolaan infonnasi dan komunikasi di Badan Publik, mewajiban badan publik untuk menyediakan pusat infonnasi, jika masyarakat memerlukan infonnasi sesuai dengan kepentingannya, dan juga mewajibkan adanya petugas khusus pengelola informasi publik. Pengelolaan infonnasi dan komunikasi secara umum kepada masyarakat sesuai dengan UU Penyiaran dalam pasal 13' (1) Jasa penyiaran terdiri atas, jasa penyiaran radio, dan jasa penyiaran televisi. Pada ayat 2 penyelenggara siaran sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1) diselenggarakan oleh : lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas, dan lembaga penyiaran berlangganan. Undang-undang penyiaran secara umum mengatur media elektronik dalam melakukan kegiatan penyiarannya serta verifikasi lembaganya, namun tidak memberikan uraian apakah internet juga bagaian dari media elektronik (UU Pers No. 40 Tahun 1999), dan secara teknis internet bagian dari media elektronik, karena transmisi yang digunakan tran~misi elektronik. Pengelolaan Regulasi Informasi dan Komunikasi Pengelolaan Regulasi lnfonnasi dan Komunikasi, pengelolaan dilakukan dengan paradigma koordinatif, Regulasi infonnasi dan komunikasi, tidak berada dalam satu institusi atau lembaga. Pusat pengelolaan infonnasi tidak secara sentralistik pada satu lembaga. Pengelolaan infonnasi dan komunikasi dilaksanakan oleh lembaga dan komisi-komisi penyiaran Indonesia. Lembaga dan institusi penyiaran juga membuat peraturan sesuai dengan kewenangannya berdasarkan Undang-undang. Regulasi yang dilaksanakan oleh lembaga maupun komisi-komisi memberikan peraturan pada penggunaan transmisi dan konten. Regulasi lebih menekankan pada perlindungan sesama pengguna jasa transmisi dan konten, selain memberikan perlindungan
287
kepada masyarakat pengguna jasa transmisi dan konten. Peraturan Menteri Komunikasi dan lnformatika No. 44 tahun 2009, menerapkan tentang pelaksanaan sistem elektronik dalam rangka Indonesia National Single Window. Dalam ketentuan umum, peraturan menteri dalam pasal 1 (1) sistem elektronik adalah sistem untuk mengumpulkan, mempersiapkan, menyimpan, memproses, menganalisis, dan menyebarkan informasi elektronik; (2) Indonesia National single window yang selanjutnya disebut dengan INSW adalah' sistem nasional Indonesia yang memungkinkan dilakukannya suatu penyampaian data dan informasi secara tunggal (single submission of data and information), pemrosesan data dan informasi secara tunggal dan sinkron (single and synchronous processing data ofInformation), dan pembuatan keputusan secara tunggal untuk pemberian izin kepabeanan dan pengeluaran barang (single decision-making for custom release and clearance of cargoes); (3) fortal INSW adalah sistem yang akan metakukan integrasi informasi berkaitan dengan proses penanganan dokumen kepabeanan dan pengeluaran barang yang menjamin keamanan data dan informasi serta memadukan alur dan proses informasi antar sistem internal secara otomatis, yang meliputi sistem kepabeanan, perizinan, kepelabuhanan/ kebandarudaraan, -dan sistem lain yang terkait. dengan proses penangan an dokumen kepabeanan dan pengeluaran barang; (3) Dokumen kepabeanan dan perizinan adalah sertifikat alat dan perangkat telekomunikasi atau surat keterangan yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal atau pejabat yang ditunjuk; (4) Menteri adalah Menteri Komunikasi dan lnformatika. Prediksi Trend lnformasi Trend Informasi dan Komunikasi Media Massa sebagai Hypermaket, infonnasi sebagai hypermaket maka keperluan akan informasi sudah tersedia dimana saja membutuhkan infonnasi. Komunikasi manusia saat ini tidak lagi dibatasi ruang dan waktu, manusia dapat berkomunikasi dalam lintas global dimana saja berada.
288
Bisa berkomunikasi secara individu pada antar desa, antar kapabuaten, pulau terpencil, antar provinsi dan antar negara. Menurut konsep Fiske, komunikasi terdapat dalam dua mazhab, mazhab pertama melihat komunikasi sebagai transmisi pesan, dan bagaimana transmiter menggunakan saluran dan media komunikasi. Transmisi komunikasi merujuk pada buku Vivian, melalui saluran media apa yang digunakan, transmisi media sampai sekarang belum berubah, yang berubah hanya pada tingkat keseringan transmisi media itu dipakai, transmisi yang dipakai masih saja berupa buku, koran, majalah, sound recording, film, radio, televisi dan internet, dari beberapa transmisi media tersebut dalam perkembangan teknologi informasi baru Handphone menjadi bagian transmisi yang· diJupakan, bahwa Handphone sebagai alat berkomikasi dan juga sebagai transmisi baru, sebagai transmisi mempunyai fungsi sekendernya yang lebih dominan dari fungsi primernya yang sebagai ala berkomunikasi antar individu. Namun fitur yang disediakan oleh vendor untuk memenuhi fungsi sekendernya menjadi market taruhannya, sebab Handphone yang kurang memiliki fitur lebih mungkin kurang dilirik oleh para penggunanya. Maka produsen Handphone saling bersaing dalam melengkapi fitur tehnologi canggih. Selain itu dalam handphone fitur yang tersedia dengan yang difungsikan tidak sebanding, lebih-lebih bagi yang gagap teknologi kalaupun memegang handphone high end dan hanya beberapa saja fitur yang dipakai. Beberapa basil penelitian menunjukkan bahwa radio dan televisi, masih juga masyarakat menyukainya, kesenjangan informasi dan komunikasi perkotaan dan pedesaan serta daerah terpencil pada kenjangan transmisi, sejauhmana transmisi menjangkau wilayah pedesaan dan pulau terpencil. Radio dan televisi publik yang sekiranya menjadi pusat perhatian dalam mendorong tumbuhnya masyarakat informasi, dimana informasi menjadi bagian dari kebutuhan masyarakat. Untuk menjadi masyarakat informasi di tengah-tengah trend informasi dan komunikasi sebagai hypermket. Kebutuhan masyarakat informasi sesuai dengan keterbukaan informasi publik, dimana pertama masyarakat perlu informasi dalam
289
rangka mengetahui kebijakan dari badan publik {pemerintah), kedua masyarakat infonnasi, masyarakat membutuhkan infonnasi untuk melakukan kegiatan sehari-hari, dan ketiga bagaimana produk informasi menjadi ekonomi baru bagi masyarakat. Pembangunan transmisi, keberhasilan pembangunan transmisi dapat menjangkau seluruh masyarakat Indonesia akan mendorong tumbuhnya ekonomi baru bagi masyarakat, mendorong tumbuh rasa persaudaraan, tumbuhnya demokrasi. Tumbuhnnya ekonomi baru, merupakan dari konten informasi, yang selama ini belum menjadi perhatian, namun banyak transmisi-transmisi swasta yang sedang tumbuh, kemungkinan besar mampu mendorong konten transmisi informasi bisa dipenuhi oleh karya bangsa sendiri, ragamnya budaya bangsa menunjukkan ragamnya konten, dan tidak lagi kebutuhan konten transmisi informasi sampai memberli dari produk negara lain. Para penyedia transmisi informasi lebih memilih membeli konten dari negara asing karena konten bisa membeli dengan murah, dan lebih disukai oleh pemirsa televisi (transmsi). Namun sebenarnya konten lokal produk dalam negeri belum tumbuh secara memadai. Konten lokal yang diperlukan oleh anak-anak juga belum banyak muncul, dan terdapat kecenderungan untuk membudahkan memahami konten dalam bahasa asing penyedia transmisi terp~sa men-dubbing suara, dubbing suara akan memudahkan para pemirsa dalam menonton langsung mengetahui percakapan yang dimaksud, dari membaca teks terjemahan, yang bergerak cepat, dan bagi penglihatannya kurang tajam akan bermasalah dalam memahami film yang dilihatnya, namun kerugiannya akan lebih besar, bila banyak film-film asing yang disuguhkan dengan suara dubbing, akan mengaburkan sebuah budaya yang telah ada. Pengelolaan Regulasi lnformasi dan Komunikasi, diakukan pada lintas lembaga dan komisi-komisi, hal ini berbeda dengan jaman orde baru, regulasi tentang penyiaran, media massa, dilakukan sepenuhnya oleh lembaga. Namun sejakjaman reformasi, regulasi tidak berada dalam satu lembaga.
290
Kesimpulan, Trend Pengelolaan Informasi clan Komunikasi Sebagai Hypermaket Pada Pengelolaan Media swasta, informasi sebagai hypermaket maka keperluan akan infonnasi sudah tersedia ~imana saja membutuhkan informasi. Komunikasi manusia saat ini tidak lagi dibatasi ruang dan waktu, manusia dapat berkomunikasi dalam lintas global dimana saja berada. Bisa berkomunikasi secara individu pada antar desa, antar kapabuaten, pulau terpencil, antar provinsi dan antar negara. Pengelolaan Informasi dan Komunikasi Pada Media Publik, Radio dan televisi publik yang sekiranya menjadi pusat perhatian dalam mendorong tumbuhnya masyarakat informasi, dimana informasi menjadi bagian dari kebutuhan masyarakat. Untuk menjadi masyarakat informasi di tengah-tengah trend informasi dan komunikasi sebagai hypennket. Kebutuhan masyarakat infonnasi sesuai dengan keterbukaan informasi publik, dimana pertama masyarakat perlu informasi dalam rangka mengetahui kebijakan dari badan publik (pemerintah), kedua masyarakat informasi, masyarakat membutuhkan informasi untuk melakukan kegiatan sehari-hari, dan ketiga produk informasi menjadi ekonomi baru bagi masyarakat. Pengelolaan Regulasi Infonnasi dan Komunikasi, pengelolaan dilakukan dengan paradigma koordinatif, Regulasi informasi dan komunikasi, tidak berada dalam satu institusi atau lembaga. Pusat pengelolaan informasi tidak secara sentralistik pada satu lembaga. Pengelolaan informasi dan komunikasi dilaksanakan oleh lembaga kementerian komunikasi dan informatika dan komisi-komisi penyiaran Indonesia. Daftar Pustaka Fiske, John, (2007) Cultural and Communication Studies, Jalasutra Yogyakarta. Vivian, John, (2008) Teori Komunikasi Massa, Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Mulyana, Deddy, (2008) Komunikasi Massa Kontroversi, Teori, dan Aplikasi, Widya Padjadjaran, Bandung. Severin, Werner J.-Tankard, Jr, James W (2007) Teori Komunikasi Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa. Kencana Prenada Media Group.
291
PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP UU KIP Syarif Kebutuhan masyarakat akan informasi dewasa ini semakin meningkat, lnformasi saat ini juga sudah menjadi fenomena yang hamper mengisi semua ruang kehidupan manusia. Seiring semakin tinggi nya tuntutan masyarakat akan transfaransi informasi, khusus nya informasi publik yakni "informasi yang di hasilkan, disimpan, di kelola, dikirim dan atau di terima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan penyelenggaran Negara, penyelenggaran oleh badan publik dan informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik" (Depkominfo,2008:2) Perkembangan media massa cetak dan elektronik, yang semakin beragam nampaknya belum maksimal dalam m .emberikan pelayanan informasi publik yang di butuhkan masyarakat, hal ini dimungkinkan karena banyak nya pemberitaan media massa yang hanya mengulas secara umum, demi kepentingan komersial dari media itu sendiri atau demi kepentingan pihak tertentu. T. Syahriani (2010) "berpendapat peranan media massa tidak dapat dilepaskan dari kepen-tingan akumulasi capital sehingga informasi yang disajikan ataupun wacana publik yang diselenggarakan, memiliki kecenderungan terbatas hanya pada isu-isu permasalahan yang mempunyai nilau jual dan tidak bertentangan dengan kepentingan ekonomi institusi media massa yang bersangkutan". (http://www.waspada.co.id/ndex.php? option= com) Kebebasan berpendapat dan berserikat menurut Anwari WMK (2008) "mendapat aksentuasi baru untuk diwujudkan di tengah kancah praktis demokrasi. Tetapi pada sisi lain, ketertutupan tetap mewarnai keberadaan sektor publik apa boleh buat, selama lebih dari satu dasawarsa, rezim ketertutupan hadir secara bersamaan dengan pelaksanaan demokrasi. Tak bisa tidak, inilah ironi yang mewarnai praksis demokrasi di Indonesia. Realitas inilah sesungguhnya yang turut serta mendorong lahimya suatu format demokrasi tanpa kejujuran, demokrasi yang dilumuri distrust (ketidak percayaan). Karena nya ia menyimpulkan bahwa " terhitung sejak Indonesia merdeka badan-badan publik telah sedemikian rupa mencederai dirinya sendiri dengan berbagai macam penyimpangan. Distorsi kepentingan rakyat justru
292
dilakukan oleh badan-badan publik melalui upaya-upaya yangbersifat sistemik. Tanpa bisa dielakkan, badan-badan publik lalu tak memiliki kecanggihan mengutamakan kepentingan rakyat. Justru badan-badan publik menumbuh suburkan kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN). Sedimikian rupa, ketertutupan informasi lantas mengkristal sebagai atmosfer yang pada giliran selanjutnya justru mengkondisi badan-badan publik tumbuh sebagai persemaian subur KKN. Sungguh, ssegenap ketidakbecusan itu menemukan momentumnya melalui ketertutupan infonnasi" (htt.p://www .kebebasan infonnasi.org/ver2/ detail. php/opini= 14). Disahkan nya Undang-Undang Keterbukaan Infonnasi Publik pada tanggal 30 April 2008 dan mulai berlaku efektif tanggal 30 April 2010, merupakan landasan hukum bagi masyarakat akan hak nya untuk mendapatkan pelayanan informasi dari badan publik, mengevaluasi kebijakan publik sekaligus berpartisipasi dalam proses kebijakan publik. Undang-Undang keterbukaan infonnasi publik pada intinya memuat tiga prinsip dasar yakni adanya transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas. Implementasi dari UU KIP di harapkan terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik (Good Govermenet) di setiap lembaga publik. Adanya UU KIP adalah suatu upaya "revolusioner" membuka culture of secrecy. Asumsi nya bukan sebagai tool of social engineering. UU KIP ini justru bisa menjadi pendorong bagi lahimya pusat-pusat informasi di daerah, baik di kabupaten/kota, provinsi dan pusat yang terkoordinasi. Penerapan UU KIP memerlukan dukungan semua pihak, sesuai azas yang terkandung didalamnya yakni infonnasi yang bersifat terbuka dan dapat di akses oleh setiap pengguna infonnasi, harus dapat diperoleh dengan cepat, tepa waktu, biaya ringan dan dengan cara sederhana. Hanya saja saat ini ada indikasi belum meratanya pengetahuan masyarakat terhadap UU KIP ini. Sejalan dengan hal tersebut maka relevan untuk di lakukan penelitian tentang pengetahuan masyarakat mengenai UU KIP.Tulisan ini untuk menjawab permasalahan, bagaimana pengetahuan masyarakat mengenai Undang-Undang Keterbukaan Infonnasi Publik..?
293
Memahami Konsep Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan basil ''tahu" dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suati objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjasi melalui panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat di pengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi ter-hadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo,2003). Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) nomor 14 tahun 2008, merupakan pelaksanaan dari pasal 28 F UUD tahun 1945 yang menyatakan dengan tegas bahwa "setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangan pribadi dan lingkungan sosial nya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyim-pan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia". Dalam konteks Indonesia, UU KIP juga menjadi sarana bagi masyarakat untuk ikut serta berpartisipasi dalam penyelenggaran kehidupan berbangsa dan bernegara. Partisipasi masyarakat ini hanya bisa di lakukan jika mereka mendapat informasi publik yang memadai. Derajat partisipasi yang paling tinggi akan bisa dicapai bila masyarakat mengetahui mekanisme proses pengambilan kebijakan" (D~pkominfo, Direktorat Kelembagaan Pemerintah, Direkto~at Jenderal Sarana Komunikasi dan Disiminasi Informasi, 2008:1). Esensi dari UU KIP adalan transparansi lembaga publik pada steakholdemya yang tidak lain Undang-Undang adalah masyarakat.Yang dimaksud dengan Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) adalah undang-undang nomor 14 tahun 2008, yang telah di sahkan oleh DPR RI dan di undangkan oleh pemerintah Republik Indonesia dan berlaku efektif pada tanggal 30 April 2010. Terpaan media mengenai UU KIP di Sulawesi tengah belum merata hal ini dapat di lihat dari responden yang di terpa media Informasi TV sebanyak 78 responden mengatakan ya dan 122 responden mengatakan tidak, responden di terpa media lnformasi radio sebanyak 41 responden mengatakan ya dan 159 mengatakan tidak,
294
responden di terpa media Informasi surat kabar sebanyak 1SO responden mengatakan ya dan 50 mengatakan tidak, responden di terpa media lnformasi internet sebanyak 55 responden mengatakan ya dan 145 mengatakan tidak, responden di terpa media Informasi buku, brosur, pamplet sebanyak 36 responden mengatakan ya dan 164 mengatakan tidak. Sisi lain di ketahui bahwa terpaan media cetak dan elektronik mengenai materi UU KIP belum merata di peroleh responden, akan tetapi responden juga pemah mengetahui ada nya UU KIP melalui sumber lain nya seperti dari Kemkominfo, pemprop/pemkab/pemkot, tokoh masyarakat, tokoh agama, rekan kerja dan atasan kerja. Responden pernah mengetahui melalui Kemkominfo sebanyak 62 responde pernah dan 138 responden belum pemah, Responden pemah mengetahui melalui Pemda sebanyak 58 responden pernah dan 142 responden belum pernah, Responden pemah mengetahui melalui atasan kerja sebanyak 40 responden pernah dan 160 responden belum pernah, Responden pernah mengetahui melalui rekan kerja sebanyak 90 responden pemah dan 110 responden belum pemah, Responden pemah mengetahui melalui Tokoh Masyarakat sebanyak 20 responden pernah dan 180 responden belum pemah, Responden pernah mengetahui melalui tokoh agama sebanyak 20 responden pemah dan 180 responden belum pemah. Adapun cara responden mendapatkan informasi UU KIP melalui forum diskusi, forum sosialisasi/ceramah, kegiatan pelatihan, perbincangan, interaktif melalui TV/Radio. Responden yang mendapatkan informasi UU KIP melalui forum diskusi sebanyak 8 responden, Responden yang mendapatkan informasi UU KIP melalui forum sosialisasi/ceramah sebanyak 30 responden, Responden yang mendapatkan informasi UU KIP melalui kegiatan pelatihan sebanyak 5 responden, Responden yang mendapatkan informasi UU KIP melalui perbincangan sebanyak 99 responden, Responden yang mendapatkan informasi UU KIP melalui interaktif melalui TV/radio sebanyak 58 responden. Dalam penelitian ini tempat responden memperoleh informasi UU KIP, Responden memperoleh informasi tentang adanya UU KIP di rumah sebanyak 33 responden, Responden memperoleh
295
informasi tentang adanya UU KIP di kantor pemprop/pemko/pemkab sebanyak 42 responden, Responden memperoleh informasi tentang adanya UU KIP di kantor kecamatan atau kelurahan sebanyak 6 responden, Responden memperoleh informasi tentang adanya UU KIP di tempat kerja sebanyak 95 responden, Responden memperoleh informasi tentang adanya UU KIP di warung sebanyak 5 responden, Responden memperoleh informasi tentang adanya UU KIP di tempat lainnya sebanyak 19 responden. Sehubungan dengan perolehan informasi tentang UU KIP baik melalui media cetak, elektronik maupun melalui sumber informasi lainnya dengan beragam cara baik formal maupun non formal, ditelesuri sejak kapan responden mengetahui adanya UU KIP. Responden mengetahui UU KIP sejak < 1 bulan sebanyak 20 responden, Responden mengetahui UU KIP sejak 1-3 bulan sebanyak 30 responden, Responden mengetahui UU IqP sejak 46 bulan sebanyak 60 responden, Responden mengetahui UU KIP sejak 7-9 bulan sebanyak 50 responden, dan Responden mengetahui UU KIP sejak 10 bulan lalu sebanyak 20 responden. Kepada responden juga ditanyakan mengenai b~rlakunya UU KIP, temuan penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang UU KIP yang mulai berlaku pada tanggal 30 April 201 masih banyak yang belum mengetahui. Responden yang mengetahui berlakunya UU KIP tgl 30 april 2010 sebanyak 76 resp.onden dan responden yang tidak mengetahui mulai berlakunya UU KIP pada tanggal 30 april 2010 sebanyak 124 responden. UU KIP mengatur bahwa, selain badan publik (seperti eksekutif dan legislative dan yudikatif), pihak BUMN/BUMD, partai politik dan organisasi non pemerintah termasuk LSM, pengurus mesjid, pengurus anak yatim dan organisasi lainnya yang menerima bantuan dana dari ~BN dan APBD atau sumbangan pihak lainnya juga berkewajiban untuk menyediakan informasi terkait dengan ketentuan ini, melalui penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan responden tentang aturan ini nampaknya belum merata. Responden yang mengetahui tentang adanya ketentuan dalam UU KIP tentang kewajiban badan publik BUMN/BUMD, Parpol, dan ormas untuk menyediakan informasi sebanyak 67 responden dan
296
responden yang tidak mengetahui tentang adanya ketentuan dalam UU KIP tentang kewajiban badan publik BUMN/BUMD, Parpol, dan ormas untuk menyediakan informasi sebanyak 133 responden. Kondisi Realitas UU KIP merupakan salah satu cara untuk mewujudkan pemerintahan yang transparan. Meski diselimuti dengan atmosfir kebebasan informasi dan harapan terciptanya kondisi yang lebih transparan. Berlaku nya UU KIP membawa aroma baru. Bila dulu berpikir bahwa informasi tertutup kecuali yang di buka, sekarang sebaliknya. Semua informasi dari semua badan publik bersifat terbuka kecuali yang di tutup. Pengecualian tersebut disebutkan oleh UU KIP seperti isu pertahanan, diplomasi, persaingan usaha, proses penegakkan hukum dan rahasia pribadi. Sejak 30 April 2010 UU NO 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik sudah mulai efektif berlaku, sesuai dengan yang di atur pada pasal 64 ayat ( 1) yang menyebutkan, bahwa UU ini mulai berlaku 2 tahun sejak tanggal di undangkan, sebagai mana di ketahui UU KIP di sahkan dan di undangkan pada tanggal 30 April 2008. Waktu 2 tahun hingga efektif berlakunya UU KIP tentu di harapkan masayrakat sudah mengetahui adanya UU KIP, baik melalui media massa cetak dan elektronik maupun melalui sumber informasi lainnya. Namun demikian dari basil penelitian ternyata kondisinya tidak sebagaimana yang di harapkan. UU KIP masih belum merata di ketahui oleh masyaraka, terpaan media massa cetak dan elektronik sangat kurang, karena secara keseluruhan kecenderungan responden diatas 50% mengatakan tidak pernah mendapatkan informasi melalui media komunikasi dan informatika seperti Televisi, Radio, Internet, Buku, Brosur serta pamphlet. Terpaan media mengenai UU KIP di Sulawesi tengah 75% responden mendapatkan informasi UU KIP melalui media cetak surat kabar dan 82% responden tidak mendapatkan informasi UU KIP melalui buku, brosur dan pamphlet. Responden dalam penilitian ini tidak saja kurang mendapatkan infonnasi melalui media massa, namun melalui sumber lainnya juga kurang, rata-rata di bawah 40% dari
297
responden di beberapa lokasi penelitian dominan mengatakan belum pemah mendapatkan informasi tentang UU KIP melalui sumber seperti Kemkominfo, Pemda, atasan kerja, tokoh masyarakat dan tokoh agama, kecuali melalui rekan kerja. Karena itu pula wajar kalau responden cenderung mendapatkan informasi UU KIP melalui obrolan/bincangbincang tidak resmi di tempat kerja. Wajar kalau responden belum banyak inengetahui adanya UU KIP bahkan 60% responden mengetahui 4-6 bulan lalu. UU KIP efektif berlaku 30 april 2010 sebagian besar responden juga tidak mengetahui nya ini jawab oleh 62% responden. Demiki~ pula pengetahuan responden mengenai adanya kewajiban badan publik, BUMN/BUMD, parpol, dan ormas untuk menyediakan informasi, kecenderungan responden tidak mengetahui. Kurangnya terpaan media dan rendahnya pengetahuan responden akan adanya UU KIP serta rendahnya pengetahuan mengenai ketentuan berlaku efektifuya UU tersebut dan dan minimnya pengetahuan akan adanya kewajiban badan publik, BUMN/BUMD, parpol, ormas untuk menyediakan informasi. Pada dasamya prinsip dari UU KIP adalah transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas publik yang implementasinya berdampak pada tercapai tata kelola yang baik bagi setiap lembagalembaga publik yang dalam ketentuan ini lembaga publik adalah tidak saja institusi pemerintah baik eksekutif, legislative, eksekutif tapi juga bagi BUMN/BUMD dan organisasi lainnya termasuk Parpol, ormas dan LSM juga mempunyai kewajiban untuk memberikan informasi. Kesimpulan Pengetahuan masyarakat di Sulawesi tengah terhadap adanya UU No.14 tahun 2008 atau UU KIP belum merata, terpaan media massa cetak dan elektronik juga minim dan juga sumber lainnya seperti Kemkominfo, Pemda, tokoh agama, tohoh masyarakat bahka nrata-rata 60% tidak pemah mendapatkan informasi dari sumber tersebut. Namun demikian diantar sumber informasi tersebut melalui rekan kerja atau teman kecenderungan dominan mengetahuinya. Be~gam pengetahuan yang di dapat, diperoleh responden melalui obrolan/bincang-bincang tidak resmi dan tempat mendapatkannya cenderung di tempat kerja.
298
Pengetahuan masyarakat terhadap UU KIP belum lama kare~a resonden mengatakan sejak 4-6 bulan yang lalu dan pengetahuan masyarakat terhadap berlaku nya UU KIP pada tanggal 30 april 2010 juga tidak mengetahui.
Daftar Pustaka Achamd Gunawan, 2006 "Memberdayakan masyarakat dengan informasi", Jurnal Komunikasi, Jakarta Departemen Komunikasi dan lnformatika RI, Transparansi dan keterbukaan informasi publik, Jakarta Kementerian Komunikasi dan Infonnatika RI, 2010, "Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan informasi publik ---------------------------- 2009, Tanya jawab Undang-undang nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik, Direktorat Jenderal Sarana Komunikasi dan Disminasi Informasi, Jakarta R.A Santoso Sastropetro, 1987, "Pendapat publik, pendapat umum dan pendapat khalayak dalam komunikasi sosial, Remaja Karya Bandung Tusiman, 2009, "Komunikasi massa dan menyongsong keterbukaan informasi publik,Rosdakarya, Jakarta Website Anwari WMK "Demokrasi dan keterbukaan infonnasi" analisis berita vol 3, nomor 8 2010,http://www.kebebasan informasi org/ver2/detail,php? No-opini-14. Diakses jumat 04--6-2010 http://www.waspada.co.icl/index.php?option=com Ari SAputra UU KIP semua terbuka kecuali yang tertutup httj>://www.detiknews.com/reacl/2010/05/03/142545/1350174/10/uukin semua-terbuka-kecuali-yang-ditutup. Diakses 03-05-2010
299
KESIAPANPENYELENGGARALAYANANPOSUNIVERSAL Sri Wahyuningsih 18) Industri jasa pos merupakan bagian dari sarana komunikasi dan informasi antar individu, individu dengan organisasi, antar organisasi maupun dalam lingkup pemerintahan. Setelah duapuluh lima tahun penyelenggaraan pos diatur dalam Undang-undang no 6 tahun 1984 tentang Pos mulai terhitung mulai September 2009 memasuki era baru dengan disempurnakannya undang-undang tersebut daiam Undangundang Nomor 38 tahun 2009 tentang Pos yang disahkan d~ PPR- RI tanggal 15 September 2009. Dalam kesempatan sambutannya di depan Rapat Paripuma DPR-RI sebagai tanggapan disahkanya undang-undang basil penyempurnaan tersebut, Menteri Kominfo Mohammad Nub antara Iain menyatakan, beberapa fenomena yang menarik dari RUU Pos yang kemudian disahkan menjadi Undang-undang ini adaiah tentang telah dihapuskannya hak monopoli atau hak eksiusivitas sehingga sepenuhnya persaingannya diserahkan pada mekanisme pasar. 19 • Undang-undang tersebut disahkan dan diberlakukan muiai tanggal 14 Oktober 2009, yang kemudian disebut dengan Undang-undang No.38 tahun 2009 tentang Pos dan pertimbangan dibentuknya Undang-undang Pos tersebut antara Iain karena sebagai bagian dari sarana komunikasi dan informasi, pos mempunyai peran penting dan strategis dalam mendukung pelaksanaan pembangunan, mendukung persatuan dan kesatuan, mencerdaskan kehidupan bangsa, mendukung kegiatan ekonomi, serta meningkatkan hubungan antarbangsa20 Disamping haI tersebut, antara lain dilatar belakangi prinsip konstitusi daiam Pasal 28F UUD 1945, yang menyatakan, setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan Iingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan 11 ) Penu/ls adalahPenelltl Bldang Pos dan Telekomunikasl Puslltbang Sumbe,. Daya dan Perangkot Pos dcm Infonnatiko. Dep. Komlnfo 19 Siaran Pers, No. 186/PIH/KOMINF0/9/2009 tentang Tambahan Tingkat Pencapaian Departemen Kominfo Di Bulan Ramadhan 1430 H: Telab Disahkannya RUU Mcngenai Pos Scbagai Pcngganti UU No. 6 Tahun 1984 Mengenai Pos, September IS, 2009, 5:44 pm 20 Pertimbangan dibentuknya Undang-undang tentang Pos.
300
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. 21 Masuknya industri pos dalam persaingan bebas dapat dilihat dengan akan diberlakuk.annya interkoneksi penyelenggara pos yang diatur dalam Undang-undang No.38 tahun 2009 pada pasal 14 antara lain menyatakan setiap penyelenggara pos wajib menyediakan interkoneksi terhadap Penyelenggara Pos lainnya untuk Layanan Pos Universal. Sedangkan pada ketentuan umumnya dijelaskan interkoneksi adalah ket~rhubungan jaringan pos antar penyelenggara pos. Dimaksudkan dengan Layanan Pos Universal adalah layanan pos jenis tertentu yang wajib dijamin oleh pemerintah untuk menjangkau seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang memungkinkan masyarakat mengirim dan/atau menerima kiriman dari satu tempat ke tempat lain di dunia. Sebelum disahkannya UU No.38 tahun 2009 tentang Pos, penyelenggaraan Layanan Pos Universal ditugaskan kepada PT.Pos Indonesia, sebagai Badan Usaha Milik Negara, yang dalam melaksanakan layanan pos, disamping berusaha mendapatkan profit, juga mendapat penugasan misi sosial. Penyelenggaraan Layanan Pos Universal, diatur dalam Keputusan Menteri No.KM.68 tahun 2004 tentang Kewajiban Pelayanan Umum Pos. Implikasi dari penyelenggaraan Layanan Universal adalah Pemerintah Wajib menyediakan kompensasi, yaitu kewajiban Pemerintah untuk membiayai kerugian atas pelaksanaan Kewajiban Pelayanan Umum Pos yang dilakukan oleh penyelenggara. 22 Namun penugasan terhadap PT.Pos Indonesia dianggap sebagai bentuk monopoli yang dilindungi Pemerintah, sehingga dianggap tidak sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Demikian juga perkembangan pasar memasuki pasar bebas yang mempunyai ketentuan tidak ada intervensi ekonomi dan regulasi oleh pemerintah kecuali untuk mengatur terhadap paksaan atau penipuan 23 • Hasil tinjauan literatur menunjukan belum ditemukan penelitian terhadap penyelenggara layanan pos universal , 21
Perubahan II Undang-undang Dasar Negara Republlk Indonesia Tahun1945
22
Km.68 Tahun 2004 tentang Kewajiban Pelayanan Umum Pos. fhttp://en.wlklpedla.om/wlkl/Free mar1<et 1 maret 2010)
23
301
sehingga perlu dilakukan penelitian terhadap ketentuan Undang-undang No.38 tahun 2009 tentang kewajiban setiap penyelenggara Pos untuk Layanan Pos Universal.
Problematika di Sek.tor Pemerintah Alasan Pemerintah memberikan penugasan kepada PT.Pos Indonesia, karena kesiapan jaringan PT.Pos Indonesia sampai ke tingkat pedesaan bahkan sampai ke wilayah terpencil, karena layanan pos universal mengharuskan penyelenggara pos bersedia menyampaikan kiriman sampai ke pedesaan Penyelenggara pos swasta (Perjastip) yang selama ini melakukan penyelenggaraan jasa pos, lebih banyak beroperasi didaerah potensial dan komersial karena tidak ada keharusan bagi penyelenggara jasa layanan pos swasta yang biasa disebut dengan Perjastip, untuk mempunyai cabang di daerah terpencil, namun juga tidak ada aturan tidak boleh menerima kiriman sampai ke daerah terpencil. Saat ini Layanan Universal masih ditugaskan kepada PT.Pos Indonesia dan diatur dalam Undang-undang No 38 tahun 2009 tentang Pos pasal 50 yang menyatakan: Untuk menjamin kesinambungan Layanan Pos Universal, penugasan pelak-sana Layanan Pos Universal tetap di/akukan oleh badan usaha mi/ik negara yang te/ah ditugaskan oleh Pemerintah saat ini sampai jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun. Memperhatikan latar belakang dan fakta-fakta tersebut, maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: Faktor-faktor apa saja yang harus dipenuhi Penyelenggara Pos agar dapat menyelenggarakan Layanan Universal?. Tujuan dari penelitian yang berkaitan dengan Penyelenggaraan Layanan Pos Universal, adalah untuk mendapatkan gambaran kesiapan penyelenggara pos melaksanakan penyelenggaraan Layanan Pos Universal. Konsep Pelayanan Post Universal. Menurut UU Nomor 38 tahun 2009, Layanan Pos Universal adalah layanan pos jenis tertentu yang wajib dijamin oleh pemerintah untuk menjangkau seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
302
memungkinkan masyarakat mengirim dan/atau menerima kiriman dari satu tempat ke tempat lain di dunia. Sesuai dengan PP Nomor 39 Talmn 2008, menurut Konvensi Dunia, definisi Layanan Pos Universal adalah ketentuan tetap mutu layanan pokok pos di semua titik di wilayah negara anggota, untuk pelanggan, dengan tarif terjangkau. Layanan Pos Universal mencakup: a. surat, kartupos, barang cetakan, dan bungkusan kecil (surat berisi barang) sampai dengan 2 kilogram; b~ sekogram sampai dengan 7 kilogram; c. barang cetakan yang dikirim dalam kantong khusus yang ditujukan untuk penerima dengan alamat yang sama dengan berat sampai dengan 30 kilogram (M-bag); dan d. paket pos dengan berat sampai dengan 20 kilogram Dengan memperhatikan ketentuan tersebut diatas, yang perlu diperhatikan, perlunya kelanjutan Layanan pos Universal sangat penting untuk masyarakat, terutama Indonesia merupakan negara dengan ribuan kepulauan, dengan tingkat pengetahuan dan ekonomi yang tidak sama, terutama di daerah terpencil dan non bisnis. Disamping hal tersebut perlu juga diperhatikan kelompok-kelompok dan individu, dengan mempertimbangkan kepentingan masyarakat rentan termasuk penyandang cacat, sakit kronis, pensiunan, mereka yang berpenghasilan rendah dan mereka yang tinggal di daerah pedesaan. Meskipun teknologi telah menghasilkan cara-cara altematif bagi individu untuk berkomunikasi dengan satu sama lain (seperti telepon, faks dan email) banyak orang masih mengandalkan pos sebagai alat komunikasi penting. Layanan pos sangat penting untuk bisnis dan, karena itu, untuk pembangunan ekonomi yang bergantung pada penyediaan layanan pos untuk distribusi surat dan barang kepada pelanggan, Secara ekonomis memainkan peran ekonomi dan sosial dalam masyarakat.
Metoda Pengukuran ~~
Penelitian ini merupakan Studi Penjajakan, yaitu k~ena belum ada gambaran yang jelas mengenai masalah yang akan dihadapi dalam penelitiannya. Melalui penjajakan para peneliti mengembangkan
303
konsep-konsep dengan lebih jelas,menentukan prioritas. 24 Bidang yang akan diteliti masih baru sehingga peneliti perlu mengadakan penjajakan lebih dulu untuk mengetahui sedikit mengenai permasalahan yang dihadapi. Cara-cara penjajakan, dengan teknik kualitatif yang masih menggunakan dokumen dan referensi yang terkait dengan pos. Dalam kajian ini teknik penjajakan dengan analisa data sekunder, pertama dengan penelitian kepustakaan. Data yang berasal dari sumbersumber sekunder dapat membantu untuk memutuskan apa yang harus dilakukan Kedua dalam banyak hal dapat dilakukan suatu pencarian data sekunder dari perpustakaan atau kantor, jumal dengan memakai komputer dan jasa on line, internet. PROFIL PENYELENGGARA POS SAAT INI Sesuai dengan Undang-undang No 38 tahun 2009 tentang Pos, yang dimaksud dengan Penyelenggaraan Pos adalah keseluruhan kegiatan pengelolaan dan penatausahaan layanan pos sedangkan penyelenggara pos adalah suatu badan usaha yang menyelenggarakan pos yang salah satu asas penyelenggaraanya berasaskan kemitraan. Sedangkan penyelenggara dapat berbentuk badan ·usaha milik negara atau PT.Pos Indonesia, badan usaha milik daerah, badan usaha milik swasta yang saat ini disebut perusahaan jasa titipan /perjastip dan .koperasi. Sedangkan layanan yang dapat diselenggarakan sama yaitu layanan komunikasi tertulis dan /atau surat elektronik, layanan paket, layanan logistik, layanan transaksi keuangan dan layanan keagenan pos. PT.Pos Indonesia (BUMN). Kekuatan terbesar dari PT.Pos Indonesia adalah jumlah jaringan, digambarkan sebagai berikut:
24
Donald R Cooper clan C William Em01')'(1996),Metode Penelitian Blsnls, Hal.126
304
Jaringan PT.Pas Indones ia 1
Sumber: PTPos Jndonesia,201 0
Sebelas wilayah usaha pos dapat dilihat pada gambar 2 yang menggambarkan wilayah kerja, sedangkan sebaran jaringan dapat d il ihat pada gambar berikut. Sebaran Jaringan PT.Pas Indonesia
--
575
Sumber: PT.Pas lndonesia,2010 Inovasi pada jasa keuangan dengan menerima pembayaran rekening telepon, listri k, pajak dan angsuran pembiayaan melalu i kredit serta reservas i kereta api lain-lain. Pelayanan surat korporat dilakukan dengan ke1jasama sebagai salah satu terobosan menyikapi penurunan pengiriman smat individu . Perusahaan Jasa Titipan (Sadan Usaha Milik Swasta). Perusahaan Jasa Titipan adalah perusahaan swasta yang bergerak di layanan pos. Data dari Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres Indonesia (Asperindo) sampai tahun 20 I 0 menunjukan jumlah
305
Perusahaan Jasa Titipan (Swasta) sebanyak 954 perusahaan sedangkan jumlah yang tidak menjadi anggota asosiasi belum terdeteksi. Perusahaan Anggota Asperindo terdiri dari tiga kompartemen yaitu, 1). Kompartemen lntemasional yaitu perusahaan yang melayani pengiriman dan penerimaan barang/dokumen ke dan dari Luar Negeri, Salah satu contoh perusahaan yang masuk kompar-temen Intemasional adalah PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir. Perusahaan ini sudah banyak melakukan kerjasama dengan penyelenggara lain dalam bentuk bentuk kerjasama adalah dalam hal Delivery Agent Agreement dan Joint Sales & Marketing Agreement. Bidang yang dikerjasamakan dalam pengantaran layanan Surat dan Paket serta Logistik. 2).Kompartemen Domestik yaitu perusahaan-perusahaan yang melayani pengiriman dan penerimaan barang/dokumen untuk seluruh wilayah Indonesia. Perusahaan yang masuk kompartemen Domestik misalnya PT.Prima Multi Cipta dan PT. Kerta Gaya Pusaka (KGP). 3).Kompartemen Intra Kota yaitu perusahaan-perusahaan yang melayani pengiriman dalam kota/City Courier. 25 Penyelenggaraan PSO Sebagai anggota dari perhimpunan pos dunia, Indonesia wajib mengikuti peraturan yang berlaku umum terhadap layanan pos intemasional, yaitu ketentuan dari Universal Postal Union (UPU), sebagai konvensi pos sedunia, antara lain peraturan yang berlaku umum terhadap layanan pos intemasional, dalam Layanan Pos Universal sebagai berikut: a. Untuk mendukung konsep wilayah pos tunggal, Negara anggota harus menjamin bahwa semua pengguna/pelanggan menikmati hak atas layanan pos u~versal yang meliputi ketentuan tetap mengenai mutu layanan pokok pos di semua titik dalam wilayahnya, dengan tarif terjangkau; b. Dengan sasaran tersebut Negara anggota harus menetapkan cakupan layanan pos yang ditawarkan dan persyaratan untuk
25
Sriwahyuningsib,Penelitian interkoneksi Penyelenggara Pos.2010
306
mutu dan tarif terjangkau dalam kerangka kerja undang-undang pos dalam negerinya atau dengan sarana lain yang disesuaikan, mempertimbangkan baik kebutuhan penduduk dan kondisi nasionalnya; c. Negara anggota harus menjamin bahwa tawaran layanan pos dan standard mutu akan dicapai oleh operator yang bertanggung jawab untuk menyediakan layanan pos universal. Dari ketentuan tersebut diatas berarti masyarakat berhak memperoleh standar pelayanan yang sama untuk setiap pengiriman surat/barang dengan tarif terjangkau. Penyelenggara harus melayani sampai ke tingkat pedesaan, termasuk pada titik layanan dan jangkauan layanan yang tidak potensial dan secara ekonomis tidak menguntungkan, karena biaya operasional lebih besar dari pendapatan diluar penugasan. Untuk mendukung terselenggaranya Dalam melaksanakan fungsi pelayanan umum, penyelenggara diharapkan dapat pertama melindungi kepentingan masyarakat, karena pelayanan pos menghidupi hajat orang banyak dalam arti terjaminnya ketersediaan layanan di seluruh pelosok tanah air, kedua terjaminnya kerahasiaan surat dan ketiga sebagai salah satu jalur dalam upaya pemerintah mencerdaskan kehidupan bangsa. Pemerintah sebagai regulator perlu meningkatkan perannya dalam hal pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan Layanan Pos Universal. Sesuai dengan UU No.38 tahun 2009 tentang Pos, pemerintah memberikan kesempatan yang sama kepada semua Penyelenggara Pos yang memenuhi syarat untuk menyelenggarakan Layanan Pos Universal. Namun pada Pasal 50 dinyatakan Untuk menjamin kesinambungan Layanan Pos Universal, penugasan pelaksana Layanan Pos Universal tetap dilakukan oleh badan usaha milik negara yang telah ditugaskan oleh Pemerintah saat ini sampai jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun. Kriteria Kantor Pos Sebagai Pelaksana Layanan Universal harus dipenuhi sebagai berikut: 26
26
http://www.posindonesia.eo.id/profile.pbp?id=S
307
• Pelayanan pos harus dapat diakses oleh seluruli anggota masyarakat dan menjangkau ke semua tempat di dalam dan di luar negeri. • Tarif pelayanan jasa pos ditetapkan oleh Pemerintah. • Pelayanan pos sesuai dengan standar pelayanan publik. • Penyelenggaraan pos harus memenuhi syarat minimal dari aspek operasional dan sarana atau prasrana. Layanan Pos Universal mempunyai satu kuwajiban menyampaikan sampai ke seluruh wilayah Indonesia, artinya penyelenggara harus mempunyai jaringan sampai ke pelosok dan wilayah non komersil. Permasalahan jaringan bagi PT.Pos Indonesia tidak menjadi masalah lagi, karena jaringan sudah menyebar di seluruh wilayah Indonesia, sedangkan untuk Perusahaan Jasa Titipan, lebih banyak hanya memiliki kantor di wilayah bisnis atau wilayah potensial. Dengan adanya perbedaan yang sangat prinsip antara PT.Pos Indonesia dengan Perjastip dalam hal layanan, dari segi bentuk layanan maupun jangkauan layanan, kerjasama dapat dilakukan dengan pemanfaatan sarana dan prasarana PT Pos Indonesia Dalam UU No 3 8 tahun 2009 tentang Pos pasal 14 menyatakan Penyelenggara Pos wajib menyediakan Jaringan Pos sesuai dengan izin penyelenggaraannya. Penyelenggara Pos dapat melakukan Interkoneksi dengan Penyelenggara Pos lain untuk menjamin layanan pos di setiap daerah. Dan setiap Penyelenggara Pos wajib menyediakan Interkoneksi terhadap Penyelenggara Pos lainnya untuk Layanan Pos Universal dan dilakukan secara nondiskriminatif, transparan, bertanggung jawab, dan saling menguntungkan. Ketentuan lebih lanjut mengenai Interkoneksi akan diatur dalam Peraturan Pemeriiltah. Kesimpulan Kesiapan penyelenggara pos untuk menyelenggarakan Layanan Pos Universal, adalah sebagai berikut: a .. Terdapat ketidak samaan yang mendasar antara PT.Pos Indonesia yang terkait dengan penyelenggaraan Perjastip.
308
b. Pola interkoneksi dapat dilakukan antara PT.Pos. Indonesia selaku BUMN dan Perusahaan Jasa Titipan sebagai Penyelenggara Layanan Pos Universal c. Jumlah Perjastip di daerah tidak dapat dideteksi oleh PT.Pos Indonesia, karena perjastip tidak/ belum ada ketentuan yang mengatur ketentuan minimal kantor Cabang Perjastip di daerah, disamping itu sebagai penyelenggara perposan, tidak ada kewajiban koordinasi atau laporan kepada PT.Pos Indonesia.
DAFTARPUSTAKA Donald R.Cooper danWilliam Emory (1996), "Metode Penelitian Bisnis ", Ji/id I, Erlangga, Jakarta. Eko lndrajid (1996) "Ragam Model Bisnis Kemitraan PemerintahSwasta", dalam Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 3-4 Mei 2006 di ITB. Philip Kotler (1994) Perencanaan, lmplementasi dan Pengenda/ian,Prentice-Hall.Ed.Indonesia Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani (2008), "Manajemen Pemasaran Jasa Ed2 ", Salemba Empat, Jakarta. -------Siaran Pers No. 186/PIH/K.OMINF0/9/2009 tentang Tambahan Tingkat Pencapaian Departemen Kominfo Di Bulan Ramadhan 1430 H: Telah Disahkannya RUU Mengenai Pos Sebagai Pengganti UU No. 6 Tahun 1984 Mengenai Pos Sri Wahyuningsih (2010) Penelitian Model Interkoneksi Penyelenggara Pos, Puslitbang Postel, Badan Litbang SDM Kem Koniinfo. Sugiyono (2004)," Metode Penelitian Bisnis ",Bandung, Alfabeta Sugiarta Yasa, "lnterkoneksi Penyelenggaraan Pos ", disampaikan pada seminar Kajian Mandiri Puslitbang Postel, 30 Agustus 2010. -------Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2009 Tentang Pos.
309
.
-. ;}) 'i
,l
~-
.....t
.I ,: ~·:
. · .• J!
lilt I
:
'. '
! ~
.
-~
~
! :
;.
·I
. •'
: It
-.:
.
'
·;·, !··I.
'1,.
i ..
····:;,
; -- -_,"~
: : •.. ' ! :
.
.:
f' .
',, .• ·
f! ..... ·,
.
,-.,.
•i
~ i~ :_.. '
\ '· ~-\. ,:'.{: \; j
;;,
.. ; ~ · ~ l ; i
=·
I '
.: ....
11=
!!~ i"
I
/;
-•
.. '.(.(
.:
'i
._, :/