PRO SIDING SEMILOKA NASIONAL PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANAU DAN WADUK

PRO SIDING

SEMILOKA NASIONAL PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANAU DAN WADUK TEMA PENINGKAT AN KUALIT AS DAN PEMANFAAT AN DANAU DAN WADUK tlERKELANJUTAN DALAM MENUNJANG PENDAPAT AN ASLI DAERAf+

BANDUNG, 7 NOPEMBER 2000

PENYELENGGARA

JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNlVERSITAS -PADJADJARAN

PRO)IDING

)EMILOI
TEMA PENINGKATAN KUALITAl DAN PEMANFAATAN DANAU DAN WADUK BERKELANJUTAN DALAM MENUNJANG PENDAPATAN AlLi DAERAH

EDITOR YAYAT DHAHIYAT. lRI AlTUN. lRIATI. ZAHIDAH

JURUS"AN PERIJ(ANAN fAI
" / u /' Semiloka Nasomal '-PengeJoJaan dan Pemanfaalan Danau dan Wadu f.!'. Universitas Padjadjaran.,

2000

TINGKA T KESUBURAN PERAlRAN SITU CIGUDEG, KABUPATENBOGOR, JAWA BARAT (THE TROPHIC STATUS OF SITU CIGUDEG, BOGOR, WEST JA WA) Niken T.M. Pratiwi Kardiyo Praptokardiyo Nur Indrayani J urusan Manajemen Surnberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor

ABSTRAK Cigudeg adalah perairan terbuka berukuran luas 1,089 ha. dan merupakan ~laIllpulng;m air buangan, yang terletak di Desa Cigudeg, Kabupaten Bogor. Air mas uk ke Situ Cigudeg membawa bahan organik dan anorganik yang "il:rpotensi sebagai sumber unsur hara serta bahan padatan. Penelitian ini Iknujuan untuk mengetahui tingkat kesuburan serta peran unsur hara nitrogen dan '6ao;fnr di perairan Situ Cigudeg. dilaksanakan pada bulan September 1999 dengan metode survei Parameter kualitas air yang diamati meliputi suhu, kecerahan, epatan arus, pH, DO, CO 2 , alkalinitas, N0 2 , NO), NH) (total), P04 , dan P , yang dilakukan di lima stasiun pengamatan, dan produktivitas primer lode botol gelap-botol terang) serta kelimpahan fitoplankton di bagian tengah Iran. lisis data yang dilakukan meliputi penerapan Indeks Nygaard, rasio ortofosfat II:I:badap fosfat total (Oprrp), rasio N dan P, serta analisis regresi berganda untuk ngetahui hubungan antara produktivitas primer dengan unsur hara. ondisi fisika dan kimia perairan tergolong layak bagi perkembangan plankton. Keberadaan unsur hara dalam perairan menunjukkan bahwa Situ igudeg tergolong eutrofik (memiliki tingkat kesuburan yang tinggi) untuk bentukan biomassa fitoplankton. Selama penelitian ditemukan 34 spesies fitoplankton dari empat kelas Chlorophyceae, Bacillariophyceae, Cyanophyceae, dan Euglenophyceae. Meski omposisi spesies mengalami perubahan, urutan persentase dari keempat kelas ebut sarna, yaitu diawali oleh Euglenophyceae, Chlorophyceae, anophyceae, dan Bacillariophyceae. Dengan demikian diduga bahwa kebutuhan akan unsur hara relatif tidak berubah. Secara keseluruhan keberadaan fitoplankton dalam perauan memiliki eanekaragaman sedang, tingkat keseragaman tinggi, dan tidak terdapat dominansi. Nilai Indeks Nygaard memperlihatkan bahwa Situ Cigudeg tergolong perairan yang eutrofik. Demikian pula dari hasil pengukuran produktivitas primer yang meunjukkan nilai sebesar 2,6 - 7,5 grCIm2Ihari. Selanjutnya berdasarkan 1- 199

Prosiding Semiloka Nasoinal '"Pengelolaan dan Pemanfaalon Danau dan Waduk", Universitas Padjadjaran, 7 Nopembcr 2000

analisis regresi diperoleh hubungan yang erat antara produktivitas primer dengan ortofosfat. Kata kunci: lingkal kesuburan, produklivilas, unsur hara, Situ Cigudeg

ABSTRACT Situ Cigudeg is small open water, approximately 1.089 ha, laid in Cigudeg Village, Bogor, and is functioned as waste water disposal. This condition is potential to increase the amount of nutrients and solids. This aim of this observation is to study the trophic status and the role ofN and P in the water. The observation was carried out in September 1999, based on natural phenomenon. The measurement of water quality consist of: water temperature_ water transparency, water current, the condition of pH, DO, CO 2 , alkalinity, and the concentration ofN0 2 , N0 3 , NH3 (total), PO., and total P that were done at aI five stations. The measurement of primary productivity (light-dark bottle method and the sampling of phytoplankton were done at the center ofthe water. The applied of Nygaard Index is one of the data analysis. The others are the ratio between orthophosphate and total phosphate (OPfTP), the ratio of NIP, and the relationship between primary productivity and the nutrient condition. The water quality of Situ Cigudeg is relatively good for the development of the community of phytoplankton. Even the nutrients condition show that the water is classified as a eutrophic. There were found 34 kinds of phytoplankton from four classes (Chlorophyceae Bacillariophyceae, Cyanophyceae, and Euglenophyceae). The change of the composition of genera was occurred but the order of the four groups was not. The value of Nygaard Index and the primary productivity (2.6-7.5 gC/m21 pointed that Situ Cigudeg is in eutrophic status. There are also found that the pnmary productivity IS significantly related to the concentration orthophosphate. Key words: trophic status, productivity, and nutrients, Situ Cigudeg

1- 200

iding Scmiloka Nasoinal "Pengelolaan dan Pemanf aatan Danau dan WaduJl', Un iversitas Padjadjaran., . 'cpember 2000

PENDAHULUAN Situ Cigudeg adalah suatu perairan buatan yang merupakan penampung air saluran pembuangan yang telah melewati area persawahan, pemukiman, p:1tenlakan, peternakan, dan perkebunan, dengan luas efektif 1,089 ha (semula 2,5 dan kedalaman maksimum 3,7 m. Proses penciutan perairan diikuti oleh lCicelmbanl~an

tumbuhan air serta adanya aktivitas sebagian masyarakat yang

-':mamtilatl
Berhubung beban masukan tidak dikendalikan, maka

unsur hara berfluktuasi secara musiman dengan kecenderungan Perubahan ketersediaan unsur hara berpotensi untuk mempengaruhi ,.,dulkti'l'it'IS perairan sebagai penentu perkembangan fitoplankton. Pennasalahan teIjadi adalah bahwa perubahan atau peningkatan ketersediaan un sur hara tidak selalu diikuti oleh peningkatan produktivitas perairan serta dan fitoplankton yang berkualitas. lII!~rrlbang1m

Dengan demikian upaya

dan pemanfaatan sumberdaya perairan secara optimal tidak dapat

Peranan unsur hara perlu dievaluasi untuk dijadikan dasar __~enClallan beban masukan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan untuk mengetahui tingkat kesuburan serta peran unsur hara nitrogen dan dan perairan Situ Cigudeg.. .

METODE PENELITIAN Kegiatan penelitian dilakukan pada bulan "September 1999 di Situ Cigudeg terletak di Desa Cigudeg, Bogor, Jawa Bara!. Penelitian dilakuakn dengan survei \apangan yang bertujuan untuk megetabui kondisi \apangan yang 1- 201

Prosiding Semiloka Nasomal "Penge/o/aan dan Peman/ooccn Danau dan Waduk"', Universitas Padjadjaran, 7 Nopernbcr 2000

terjadi yang meliputi kualitas air dan populasi fitoplankton sehingga diperoleh informasi mengenai tingkat kesuburan perairan Situ Cigudeg. Parameter kualitas air yang ditera meliputi suhu, kecerahan, kecepatan arus, pH, DO, CO 2, alkalinitas, N0 2 , NO), NHJ (total), P04 , dan P total, yang dilakukan di lima stasi un pengamatan, dan produktivitas primer (metode botol gelap-botol terang) sesuai dengan prosedur APHA (1989), serta kelimpahan fitoplankton di bagian tengah perairan. disajikan pada

Gambar 1.

Sketsa lokasi pengambilan contoh

Pengambilan contoh di bagian inlet dan outlet

dilakukan sebanyak dua kali, sedangkan di bagian tengah dilakukan sebanyak lima kali. Bahan dan alat yang digunakan adalah air contoh untuk analisis fisika, kimia, dan biologi; laruta lugol, serta bahan kimia untuk analisis kualitas air. Ala: yang digunakan adalah Kemmerer Water Sampler, jaring plankton dengan ukuran mata jaring 40 flm, ember 10 liter, botol BOD, Sedgwick Rafter Cell, mikroskop. dan buku identifikasi plankton (Prescott, 1970). Pengambilan contoh pada bagian tengan dilakukan sebanyak lima k dengan selang waktu empat hari, sedangkan pada inlet dan outlet hanya dilaku pada awal dan akhir pengamatan. Pengambilan contoh air dilakukan pada puk 08.00-11.00.

Adapun pengukuran produktivitas primer dengan metode oksigea

dilakukan dengan mengambil waktu lama inkubasi tiga jam atau lebih. Analisis

data

yang

dilakukan

meliputi

penentuan

nilai

keanekaragaman, indeks keseragaman, indeks dominansi, dan indeks Nygaar penentuan rasio ortofosfatltotal fosfat (OP:TP) dan rasio nitrogen/fosfor (N:P serta analisis statistik menggunakan regresi berganda untuk melihat keterkai antara produktivitas primer dengan keberadaan unsur hara di perairan.

1-202

. ing Semiloka Nasoinal "Pengelolaan dan Pemanfaatan Danau dan WadllK'o Universitas Padjadjaran, Sopember 2000

HASIL DAN PEMBAHASAN dromorfologi Perairan Hidromorfologi perairan mencakup informasi tentang kondisi peralran rti luas, kedalaman, jumlah inlet dan outlet, kecepatan arus, debit air, serta ber air dan keluarnya air.

Situ atau danau biasanya berarus lambat atau

an tidak mengalir. Hal ini mempengaruhi lama tinggal (retention timelRt) air badan perairan. Tinggi rendahnya nilai Rt ini berpengaruh terhadap proses yuburan perairan (Effendi, 2000). Luas efektif perairan Situ Cigudeg semula ± 2,5 ha dan saat ini tinggal ± I karena mengalami pendangkalan dengim kedalaman maksimal mencapai 3,7 m. • Cigudeg memperoleh masukan air dan tiga saluran air, yang melalui daerah wahan, pemukimanpetemakan, dan perkebunan karet (Gambar I). Debit air g masuk melaluiketiga inlet selama penelitian adalah sebesar 98,58 m3/jam - . gga (ama waktu tinggaf air di dafam badan perairan (Theorethica[ Retention elRt) adalah 8 han. Dengan lama Rt 8 han maka perairan tidak mencirikan

tergenang (stagnan water) melainkan serupa dengan tipe perairan I_eng:alil (running water). Dari perairan ini air keluar menuju Sungai Cisasungka. . karaktenstik hidromorfologi tersebut, perairan Situ cigudeg dapat dinyatakan .ran yang terbuka untuk menenma beban masukan organik dan anorganik dan

• ualitas air dan Kesuburan Perairan Kualitas perairan dapat menggambarkan kesuburan suatu perairan. Data itas air Situ Cigudeg selaml! penelitian disajikan dalam Tabel I. Selanjutnya, ing-masing parameter terulrur diuraikan sebagai benkut. Nilai suhu rata·rata di bagian tengah perairan selama penelitian adalah _ ,7±0,34°C dengan nilai minimum 28°C dan maksimum 28,5°C. Nilai tersebut enunjukkan bahwa perairan Situ Cigudeg masih layak bagi pertumbuhan oplankton, yang menurut Ray dan Rao (1969) dapat berkembang pada kisaran hu 20-30°C. 1-203

Presiding Semiloka Nasoina l "'Pengelolaan dan Pemanfaatan Danau dan WaduJ!" Universitas Padjadjaran, 7 Nopcmber 2000

Nilai rataan oksigen terlarut di bagian tengah situ selama penelitian adalah 6,88±O,24 mg/I dengan nilai minimu 6,15 mg/I dan nilai maksimum 7,78 mg/I. Nilai tersebut meneirikan bahwa perairan dalam keadaan aerob sehingga berpotensi mengimbangi hasil penguraian bahan organik.

Dengan keadaan

tersebut, maka hasil proses nitrifikasi akan didominasi oleh nitrat (Saeni dan Darusman, 1989). Selain itu keberadaan oksigen terlarut demikian eukup Iayak untuk peri kanan, sesuai dengan kriteria Boyd (1982) yang menetapkan bahwa untu kepentingan perikanan maka suatu perairan setidaknya memiliki kadar oksigen sebesar 5 mg/I. Nilai rataan alkalinitas di bagian tengah selama penelitian adalah 55,6±14,74 mg/I CaC03 dengan nilai minimum 48 mg/I CaCO) dan maksiinum 62 mg/I CaC03. Swingle (1968) menyatakan bahwa dengan nilai demikian, maka suatu perairan memiliki kandungan alkalinitas yang relatif rendah serta kurang produktif bagi perikanan. Nilai rataan karbondioksida perairan adalah 4,79±O,96 mg/I dengan nilai minimum 3,99 mg/I dan maksimum 5,99 mg/I. Nilai ini jauh Iebih rendah dan hasil

penelitian

Siregar (1997),

yaitu

sebesar 9,87

mg/I.

Keberadaan

karbondioksida selama penelitian tergolong Iayak bagi kehidupan ikan. Nilai pH perairan yang terukur tidak jauh berbeda dari hasil penelitian Siregar (1997) dengan rataan sebesar 5,8.

Bagi kepentingan perikanan, pH

perairan Situ Cigudeg kurang menunjang produktivitas perikanan karena men Peseod (1973) pH dari perairan yang produktif dan ideal untuk perikanan ada! 6,5-8,5. Nilai keeerahan Secchi disk bagioan tengah situ adalah 36,75±l4, dengan nilai minimum 31 em dan maksimum 50 em. Selanjutnya

hf'l"rl,,<:IIIII

formulasi Frey (1975) diperoleh nilai kedalaman eufotik 1% pada 6, Dengan demikian jelas bahwa seluruh kolom air Situ Cigudeg mendapatkan sinar matahari. Berdasarkan uraian tersebut, suhu dan keeerahan Iayak bagi pel"keltnb. fitoplankton, sedangkan keberadaan alkalinitas dan pH kurang mt:nu,ll\.u. , 1- 204

Prosiding SemiJoka Nasoinal "Penge/o/aon dan Pemanfaatan Danau dan Waduk"

- Nopember 2000

'

Universitas Padjadjaran,

epentingan perikanan meskipun O 2 dan CO2 dalam kondisi yang baik bagi ehidupan ikan. Kesuburan perairan ditentukan oleh keberadaan unsur hara, terutama P dan Keberadaan masing-masing komponen unsur hara yang terukur diuraikan ~"" ~'" berikut.

Nilai rataan total fosfat di bagian tengah selama penelitian adalah _49±0,07 mg/l , sedangkan nilai ortofosfat yang terukur adalah 0,067±0,009 gil. Dengan keberadaan ortofosfat tersebut Siu Cigudeg tergolong eutrofik. Hal

didasarkan pada pernyataan Wetzel (19 75 ) bahwa perairan dengan kandungan ofos fat 0,031-0, !0O mg/l termasuk perairan eutrof. Di perairan, nitrogen biasanya berada dalam bentuk nitrit, nitrat, dan Nilai rataan nitrat selama pengamatan adalah 1,487±O,24 mg/I. dasarkan kriteria Vollenweider (1969) dalam Wetzel (1975) perairan Situ gudeg termasuk perairan mesotrofik. Nilai rataan nitrit perairan selama pengamatan menunjukkan bahwa kadar 't Situ Cigudeg tergolong rendah, yaitu sebesar 0,025±O,003 mgli.

Hal ini

arkan pada pernyataan Moore (1991) dalam Effendi (2000) bahwa kadar trit bersifat toksik pada kadar lebih dari 0,05 mgll bagi organisme perairan yang iti f. Amonia yang terukur adalah amonia total yang terdiri dari amonia bebas ~J -N)

dan amonium (Nl-Lt-N). Nilai amonia total terukur sebesar 0,554±0,22

gil pada pH 5,5-6 belum mencapai tingkat toksik bagi kehidupan ikan karena

pada kondisi demikian komposisi amonium akan lebih besar dan tidak embahayakan kehidupan organisme akuatik.

Keberadaan NHJ-N sebesar

O,OI2±O,003 rnasih dapat ditoleransi oleh ikan. Nilai rataan amoniurn sebesar O,542±O,22 rnendukung pertumbuhan fitoplankton karena amoniurn cenderung lebih cepat diserap oleh fitoplankton. Selama penelitian rasio N:P berkisar antara 16,95-33,63.

Berdasarkan

kriteria Ryding dan Rast (1982) hal tersebut menunjukkan bahwa fosfor menjadi faktor pernbatas. 1-205

Presiding Semiloka Nasoinal "Pengelolaan dan Pe.lIIOIlfOOtDn Danat: dan WaduK', Universitas Padjadjaran,. 7 Nopcmbcr 2000

Struktur Komunitas Fitoplankton dan Produktivitas Perairan Selama penelitian ditemukan 34 spesies fitoplankton dari empat kelas (Chlorophyceae,

Bacillariophyceae,

Cyanophyceae,

dan

Euglenophyceae).

Komposisi dari keempat kelompok fitoplankton tersebut disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan tabel tersebut tampak bahwa komposisi fitoplankton relatif tetap dengan urutan kelimpahan dari yang terbesar yaitu Euglenophyceae, diikuti oleh Chlorophyceae, Cyanophyceae, dan Bacillariophyceae.

Hal ini memunculkan

dugaan bahwa kebutuhan akan unsur hara pun relatiftidak berubah. Nilai indeks keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi tercantum dalam Tabel 3. Berdasarkan tabel tersebut tampak bahwa Situ Cigudeg memiliki keanekaragaman sedang, tingkat keseragaman tinggi, dan tidak ada dominansi. Tingkat kesuburan perairan dapat dievaluasi dari lndeks Nygaard (Vollenweider, 1988). Nilai Indeks Nygaard (IN) ini diperoleh dari hasil bagi dari jumlah jenis Cyanophyceae, Chlorococcales, Diatom, dan Euglenophyceae terhadap jumlah jenis Desmid. Selama penelitian nilai rataan IN Situ Cigudeg adalah 2,98. Hal ini menunjukkan bahwa Situ Cigudeg tergolong eutrofik. Nilai produktivitas primer selama penelitian berkisar antara 2,7 gC/m2/han - 7,5 gC/m1/hari dengan rataan 4,2 gClm 2/hari. Pola perubahan produktivitas primer Situ Cigudeg sejalan dengan pola perubahan kelimpahan fitoplankton. Berdasarkan nilai rataan produktivitas primer, perairan Situ Cigudeg tergolon" eutrofik. Hubungan antara produktivitas pnmer dan unsur hara dieval Ua51 berdasarkan hasil anal isis regresi linear berganda. adalah Log Y

=

3,47 + 0,125 Log NO J

-

Persamaan yang diperole

46,7 Log NH3 + 11 ,2 Log P0 4 (r_

. 90,9%). Dari masing-masing peubah bebas yang dimasukkan, hanya Orlofosfar: yang memiliki hubungan yang nyata (p<0,05) dengan nilai keofisien positif. Dan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa produktivitas primer Situ Cigud hanya berhubungan secara nyata dengan keberadaan ortofosfat. Oleh karena . dapat dikatakan bahwa orlofosfat menjadi faktor pembatas bagi produktivi primer Situ Cigudeg. Hal ini dapat difahami karena:

1-206

Presiding Semiloka Nasoinal "PengeJoJaan dan Pemanfaolan Danau dan WaduJ(', Universitas Padjadjaran., - Nopcmber 2000

•

Ketersediaan nitrogen yang cukup (rnenurut Reynold (1985) dalarn Ryding dan Rast (\ 989) kebutuhan minimum fitoplankton terhadap nitrat adalah 0,100 rngfl) sehingga tidak menjadi pembatas

•

Berdasarkan rasio N:P temyata P merupakan faktor pembatas (menurut Wetzel (\983) kebutuhan P minimum adalah 1-3 J..lgIJ). Tingkat produktivitas pnmer perairan tinggi, sehingga kebutuhan P (ortofosfat) nebjadi sangat besar. Meskipun perairan Situ Cigudeg eutrofik untuk pertumbuhan fitop lankton , otapi tidak produktif untuk perikanan. Hal ini didasarkan bahwa pada pH dan

alkalinitas rendah pertumbuhan ikan serta efisiensi pemanfaatan biomassa fitoplankton sangat rendah atau tidak efisien.

KESIMPULAN Berdasarkan ketersediaan unsur hara nitrogen dan fosfor, dapat dinyatakan bahwa tingkat kesuburan perairan Situ Cigudeg termasuk eutrofik.

Tingkat

aproduktivitas primer Situ Cigudeg juga termasuk eutrofik, dengan ortofosfat sp-bagai faktor pembatas.

Tingkat kesuburan dan produktivitas yang tinggi

tersebut tidak berpotensi bagi perkembangan peri kanan, karena rendahnya nilai pH dan alkalinitas.

1- 207

Prosiding S~miloka Nasoinal"Pengeioiaan dan PElnanfixno" Danou dan Waduk", Universitas Padjadjaran, ; Nopcmber 2000

Tabel 1. Nilai Rataan Kualitas Air Situ Cigudeg Selama Pengamatan Parameter pH Suhu DO Kecerahan Alkalinitas CO 2 N0 2-N NO)-N NH3-N NH4 -N NH3 Total P0 4 -P Total P Rasio N:P Rasio OP:TP

Inlet 5,83 30,20 6,76 60,66 6,65 0,Q3 1,55 0,05 0,4353 0,4882 0,0897 0,2255

Tengah 5,80 28,70 6,88 44,95 55,60 4,79 0,024 1,48 0,012 0,542 0,554 0,067 0,248 23,91 0,236

Outlet 6,00 27,75 7,14 36,00 7,99 0,065 2,47 0,043 0,504 0,548 0,096 0,626

Tabel 2. Kelimpahan Setiap Kelas Fitoplankton Situ Cigudeg Selama Pengamatan

,

Kelas FitoplanJ..'ton Chlorophyceae Bacillariophyceae Cyanophyceae Euglenophyceae Total

I 7.322 1.447 853 17.07 26.692

II 13.781 5.361 1.618 15.091 32.851

Pengamatan III 9.044 5.58 1.619 27.184 43.427

IV 26.713 26 .. 248 .1.786 43.091 97.932

Tabel3. Nilai Indeks Keanekaragaman (H'), Keseragaman (E), (C) Situ Cigudeg Pengamatan Indeks III I II 3,022 3,143 3,317 Keanekaragaman, H' 0,940 0,880 0,907 Keseragaman, E 0,215 0,187 Dominansi, C 0,161

1- 208

V 31.007 27.006 2.691 32.738 93.442

dan Dominansi

IV 3,488 0,971 0,156

V 3,470 0,992 0,061

Prosiding Stmiloka Nasoinal "Penge/o/aan dan Pemonfaotan Danau dan Woduf.!" Universitas Padjadjaran. 7 Nopcmbcr 2000

DAFT AR PUST AKA

I. American Public Health Association (APHA)., 1979. Standard Methods for

Examination of Water and Wastewater. 14"' ed. American Water Works Association (A WWA). Water Pollution Control Federation. Washington DC. 2. Boyd, c.E. , 1982. Water Q uality Management for Fish Ponds Culture. Interbational Center for Agriculture. Experiment Station Auburn University. Alabama. 3. Effendi, H., 2000. Telaah Kualitas Air Bagi Pengdolaan Sumberdaya dan

Lin gkungan Pesisir. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan. Perikanan dan llmu Kelautan . lPB. Tidak dipublikasikan.

Fakultas

4. Frey, D.G. , 1975. Investigation of Open System (Limnological Survey of Lakes, Swamps, and Stram). Indiana University, Bloomington Indiana. USA. 5. Prescott, G.W., 1970. How to Know the Freshwater Algae. W. Mc. Brown

Company. Publication Dubuque, Iowa. 6. Ray, P. dan N.G.S. Rao, 1969. Density of Freshwater Diatom in Relation to Some Physicoshemical Condition of Water. Blachistar Inc.

7. Ryding, S.O.P. dan W. Rast, 1989. The Control of Eutrophication of Lakes and Reservoir. Man and the Biosphere Series Vol. L The Parthenon Publishing Group. 8. Saeni, M.S. dan L.K. Darusman, 1997. Universitas, Ilmu Hayat, IPE. Bogor.

Kimia Lingkungan.

Pusat Antar

9. Siregar, B.D., 1997. Distribusi Vertikal Oksigen Terlarut di Situ Cigudeg Jurusan Manajemen Leuwi1iang, Bogor. Laporan Praktek Lapang. Sumberdaya Perairan, IPB. Bogor. Tidak dipublikasikan. 10. Swingle, H.S., 1968. Standardization of Chemical Analysis of Water and Pond Muds. In Proceeding of the World Symposium on Warm Water Pond Fish Culture. FAO Fisheries Report No. 44, Vol 4: 397-421. 11. Wetzel, RG., 1975. Limnology. 2nd ed. W.B. Saunders Collage Company, Philadelphia. London. 12. Wetzel, RG., 1983. Limnology. 3m ed. W.E. Saunders Collage Company, Philadelphia. LondoD1- 209