Pengaruh Faktor UTAUT terhadap E-retention dengan E-satisfaction sebagai Variabel Antara (Studi pada E-learning karyawan PT Indo Tambangaraya Megah Tbk Jakarta Office) PRIYANKA AGUSTINA dan FIBRIA INDRIATI DWI LIESTIAWATI Program studi Ilmu Administrasi Niaga FISIP, Universitas Indonesia
Abstrak Faktor Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) merupakan faktor yang berasal dari Model penerimaan teknologi UTAUT, yang digunakan untuk menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan individu terhadap implementasi suatu teknologi baru dalam perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor UTAUT terhadap E-retention dengan E-satisfaction sebagai variabel antara. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik pengumpulan data total sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat pengaruh Performance Expectancy terhadap E-retention secara signifikan; (2) terhadap pengaruh Effort Expectancy terhadap E-retention secara signifikan; (3) tidak terhadap pengaruh Social Influence terhadap E-retention secara signifikan; (4) terdapat pengaruh Facilitating Conditions terhadap E-retention secara signifikan; (5) terdapat pengaruh E-satisfaction terhadap E-retention secara signifikan; dan (6) terdapat pengaruh Faktor UTAUT terhadap Eretention dengan E-satisfaction sebagai variabel antara. Akan tetapi, pengaruh lebih besar ditunjukkan melalui pengaruh antara faktor UTAUT terhadap E-retention secara langsung tanpa melalui E-satisfaction.
Abstract Factors on Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) are factors derived from UTAUT technology acceptance model, which is used to describe the factors that influence the acceptance of individuals on the implementation of a new technology in the enterprise. This study aimed to analyze the influence of UTAUT factors on E-retention with Esatisfaction as mediating variable. This study uses a quantitative approach with the total samples. The results showed that: (1) Performance Expectancy influences E-retention significantly, (2) Effort Expectancy influences E-retention significantly, (3) Social Influence influences E-retention not significantly, (4) Facilitating Conditions influences E-retention significantly, (5) E-satisfaction influences E-retention significantly, and (6) UTAUT Factors influence E-retention with E-satisfaction as an mediating variable. However, the bigger impact is shown through the influence of UTAUT Factors on E-retention directly without going through the E-satisfaction. Keywords: E-learning; E-retention; E-satisfaction; Conditions; Performance Expectancy; Social Influence.
Effort
Expectancy;
Pengaruh faktor ..., Priyanka Agustina, FISIP UI, 2013
Facilitating
PENDAHULUAN Internet atau Interconnection Networking bukan menjadi hal baru dalam masyarakat. Teknologi informasi tersebut saat ini berkembang dengan sangat pesat (Indonesia Press Online Services, 2012). Di zaman sekarang ini, masyarakat pada umumnya mulai mengandalkan teknologi informasi internet karena dianggap semakin menuju ke arah efisiensi, sehingga menghemat waktu dan biaya. Berdasarkan perspektif sistem pembelajaran yang dikemukakan Marquardt (1996) dalam Wan-Tzu Wong dan Neng-Tang Norman Huang (2011), teknologi dapat digunakan sebagai dasar pembelajaran berbasis teknologi yang berkontribusi sebagai infrastuktur dan ketika digunakan untuk mendukung pembelajaran (learning) melalui internet, maka dapat disebut dengan teknologi e-learning. E-learning merupakan konsekuensi logis dari adanya perkembangan teknologi internet. Rae (2000) mengatakan bahwa e-learning telah menjadi ‘revolusi’ terbesar di dalam dunia pelatihan dan pengembangan pada beberapa tahun terakhir. Karena memberikan banyak fleksibilitas dalam hal pemilihan tempat dan waktu dalam belajar Fuji et al. (2004) dalam Imamoglu (2007), e-learning merupakan suatu pembelajaran diri (self-learning), di mana karyawan melakukan sendiri, tidak ada pihak yang dapat mengontrol secara langsung penggunaan e-learning. Maka dari itu, penting bagi perusahaan untuk berfokus pada retensi karyawan terhadap e-learning atau disebut dengan e-retention. Retensi sering dilihat identik dengan loyalitas (Al-Hawari, 2006; Al-Hawari dan Ward, 2004 dalam Al-Hawari & Mouakket 2010). Hal ini dibuktikan dengan terdapatnya kesepakatan di antara akademik dan praktisioner, bahwa retensi dan loyalitas adalah dua hal yang sama (Maloles, 1997, dalam Al-Hawari & Mouakket, 2010). Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini melihat dua hal tersebut sebagai suatu konsep yang sama dan istilah retensi yang akan digunakan dalam penelitian ini. Untuk dapat menghasilkan retensi terhadap e-learning dibutuhkan adanya kepuasan atau yang disebut dengan e-satisfaction. Kozak dan Rimmington (2000) dalam Mechinda et. al (2009) mengatakan kepuasan memiliki peranan yang sangat penting terhadap loyalitas atau retensi karena mempengaruhi keputusan seseorang untuk memilih tujuan dan memilih untuk kembali. Untuk itu, secara umum, kepuasan yang positif ditemukan dalam mempengaruhi retensi (Nguyen dan LeBlanc, 1998 dalam Al-Hawari dan Mouakket, 2010). Salah satu perusahaan yang mengadopsi e-learning sebagai program pelatihan karyawan adalah PT Indo Tambangraya Megah Tbk, yang merupakan salah satu perusahaan
Pengaruh faktor ..., Priyanka Agustina, FISIP UI, 2013
pemasok batubara di Indonesia. Penelitian ini akan berfokus pada program Tell Me More (TMM) sebagai program yang sudah berjalan selama satu periode yaitu 2011/2012. Berdasarkan
hasil
survei
evaluasi
perusahaan,
terdapat
faktor-faktor
yang
mempengaruhi penggunaan e-learning pada karyawan. 2
Trending Topics Intranet Reward Work Load Personal Habit Social Influence
6 2 13 0 3 0
2
4
6
8
10
12
14
Sumber: Data Sekunder dari PT. Indo Tambangraya Megah Tbk (2012) Gambar 1. Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan E-learning Tell Me More (TMM) (n= 24)
Hasil survei pada gambar 1 membuktikan bahwa teknologi seperti e-learning yang dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas, memang harus diterima dan digunakan oleh karyawan dalam perusahaan (Venkatesh, et al., 2003). Maka dari itu, diperlukannya suatu evaluasi dalam pelatihan (Decenzo & Robbins, 2002) yang menjadi suatu tahapan di mana perusahaan dapat melihat seberapa baik hasil yang didapat melalui pelatihan dan apakah metode pelatihan yang dipakai adalah metode terbaik untuk mencapai tujuan (Dessler, 2003). Perusahaan perlu memutuskan bagaimana menentukan efektivitas program pelatihan dengan mengidentifikasi hasil pelatihan atau terdapat kriteria yang akan diukur (Noe, 2010). Dalam penelitian ini akan digunakan model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) untuk mengukur implementasi e-learning yang terdiri empat faktor, yaitu performance expectancy (kepercayaan yang dimiliki individu bahwa kinerjanya akan semakin baik apabila menggunakan teknologi), effort expectancy (ekspektasi kemudahan dalam penggunaan teknologi), social influence (pengaruh orang lain untuk menggunakan teknologi), dan facilitating conditions (dukungan infrastruktur dan teknikal perusahaan dalam menggunakan teknologi). Model tersebut diperkenalkan oleh Venkatesh et al. (2003) dan dianggap lebih cocok untuk menilai kemungkinan suksesnya implementasi suatu teknologi baru dalam organisasi serta sudah divalidasi dalam penelitian yang empiris (Lai & Chen, 2009; Min, Ji & Qu, 2008; dalam Wan-Tzu Wong & Neng-Tang Norman Huang, 2011). Yang ingin dilihat peneliti dalam penelitian ini adalah: (1) pengaruh Performance Expectancy terhadap E-retention; (2) pengaruh Effort Expectancy terhadap E-retention; (3)
Pengaruh faktor ..., Priyanka Agustina, FISIP UI, 2013
pengaruh Social Influence terhadap E-retention; (4) pengaruh Facilitating Conditions terhadap E-retention; (5) pengaruh E-satisfaction terhadap E-retention; serta, (6) pengaruh Performance Expectancy, Effort Expectancy, Social influence, dan Facilitating Conditions terhadap E-retention dengan E-satisfaction sebagai variabel antara.
TINJAUAN TEORITIS E-learning Menurut Mondy (2008), e-learning merupakan sistem penyampaian pelatihan dan pengembangan untuk instruksi online. Dalam hal ini, “e” pada e-learning mengacu pada electronic (Barrow, 2003). E-learning didefinisikan Davies (2001, p:9) dalam Vaugan dan MacVicar (2004) sebagai penggunaan teknologi multimedia elektronik yang digunakan untuk memberikan pendidikan, keterampilan informasi, pengetahuan dan program belajar individu untuk khalayak yang besar, yang berpotensi di seluruh dunia, dengan menggunakan internet, intranet dan berbasis sistem teknologi lainnya. Kemudian, Rosenberg (2001) mengatakan elearning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk memberikan susunan solusi yang luas yang dapat meningkatkan pengetahuan dan kinerja. Dalam Implementasinya, e-learning memberikan kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan sistem penyampaian pelatihan lainnya. Menurut Noe (2010), e-learning adalah dapat diakses kapan saja dan di mana saja, dan pelatihan dapat disampaikan kepada karyawan yang tersebar secara geografis pada lokasi masing-masing yang akan mengurangi biaya perjalanan terkait dengan membawa karyawan pada satu lokasi pelatihan. Selain memiliki keuntungan, penerapan e-learning juga ternyata memiliki kekurangan. Menurut Rosenberg (2006), e-learning menggunakan teknologi informasi, sehingga tidak semua orang terutama orang yang masih awam dapat menggunakannya dengan baik dan juga tidak semua orang mau menggunakan e-learning sebagai media belajar. Selain itu, karena dilakukan secara online, kurang terdapatnya motivasi di antara karyawan untuk menggunakan. Akses menggunakan e-learning pun dapat terbatas apabila karyawan kesulitan dalam akses intranet (Noe, 2010).
Teori Penerimaan Teknologi (Technology Acceptance Theory) Technology Acceptance Model (TAM), yang diperkenalkan oleh Davis pada tahun 1989, adalah teori penerimaan teknologi yang secara umum digunakan untuk memprediksi penerimaan, adopsi, dan penggunakan sistem informasi (Halawi dan McCarthy, 2007; dalam
Pengaruh faktor ..., Priyanka Agustina, FISIP UI, 2013
Al-Hawari dan Mouakket, 2010). TAM menjelaskan penerimaan teknologi informasi dalam menjalankan tugas serta dua kunci penentu yang meningkatkan penggunaan teknologi yaitu mengidentifikasi kegunaan yang dirasakan (perceived of usefulness) dan kemudahan yang dirasakan dalam penggunaan (perceived ease of use) (Wan-Tzu Wong & Neng-Tang Norman Huang, 2011). Meskipun model tersebut didukung oleh studi empiris (Lee and Lee, 2008; Parka, Romanb, Leec, dan Chungd, 2009; Roca et al., 2006), para kritikus meragukan model ini hanya dapat digunakan dalam konteks pendidikan (Ma, Andersson, Streith, 2005), dan mengabaikan pengaruh sosial dalam penerimaan teknologi (Chen, Gillensonb, & Sherrell, 2002, dalam Wan-Tzu Wong & Neng-Tang Norman Huang, 2011). Salah satu model teoritis yang dapat digunakan untuk mengatasi kelemahan dari TAM adalah Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT). UTAUT merupakan model teoritis diperkenalkan oleh Venkatesh et .al pada tahun 2003. Dalam konsepnya, UTAUT menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan individu terhadap teknologi informasi dengan menggunakan teori terkait psikologi (psychology) dan perilaku (behavior), sehingga memperluas konsep dari TAM agar sesuai dengan lingkungan kerja (Wan-Tzu Wong & Neng-Tang Norman Huang, 2011). Untuk itu, Model UTAUT dinilai lebih cocok, sehingga dapat digunakan untuk menilai kemungkinan keberhasilan implementasi suatu teknologi baru dan telah divalidasi melalui penelitian empiris (Lai& Chen, 2009; Min, Ji, & Qu, 2008); dalam Wan-Tzu Wong & Neng-Tang Norman Huang, 2011). UTAUT dikembangkan melalui pengkajian yang dilakukan terhadap delapan model teori penerimaan yang banyak digunakan pada penelitian informasi sebelumnya. Tabel 1. Model dan Teori Penerimaan Individu terhadap Teknologi Model
Technology Acceptance Model (TAM) Motivational Model (MM)
Peneliti Fishbein dan Azjen (1975) Davis (1989) Davis et al. (1992)
Theory of Planned Behavior (TPB)
Ajzen (1998)
Combine TAM and TPB (C-TAM-TPM)
Taylor dan Todd (1995)
Model of PC Utilization (MPCU)
Thompson, et. al (1991)
Theory of Reasoned Action (TRA)
Innovation Diffusion Theory (IDT)
Rogers (1962)
Konsep Diambil dari social Psychology, TRA adalah salah satu teori yang paling mendasar dan berpengaruh pada perilaku manusia. Model ini telah digunakan untuk memprediksi berbagai perilaku (Sheppard et. al, 1988). Didesign untuk memprediksi penerimaan dan penggunaan teknologi informasi pada pekerjaan. Teori motivasi yang dikembangkan untuk memahami adopsi dan penggunaan teknologi baru. TPB diperpanjang TRA dengan menambahkan konstruk kontrol perilaku yang dirasakan (perceived behavioral control). Di TPB, kontrol perilaku yang dirasakan diteori menjadi penentu tambahan niat dan perilaku. Merupakan kombinasi antara TPB dengan perceived of usefulness dari TAM untuk mendukung sebuah model hybrid. Merupakan pengembangan dari Triandis Theory of Human Behavior yang diadaptasikan dan diperhalus untuk konteks sistem infomasi. Model ini digunakan untuk memprediksi pemanfaatan PC. Telah digunakan sejak tahun 1960 untuk mempelajari berbagai inovasi, mulai dari alat-alat pertanian untuk inovasi organisasi (Tornatzky & Klein, 1982). Moore and Benbasat (1991) kemudian mengadopsi karakteristik
Pengaruh faktor ..., Priyanka Agustina, FISIP UI, 2013
Model
Peneliti
Social Cognitive Theory (SCT)
Bandura (1977)
Konsep inovasi tersebut dan memperhalus satu set konstruksi yang dapat digunakan untuk mempelajari penerimaan pada teknologi. Memahami perilaku manusia guna mengetahui penerimaan dan penggunaan pengguna terhadap teknologi informasi secara general. Sumber: Venkatesh et al. (2003)
Berdasarkan kajian dari delapan model teoritis tersebut, Venkatesh et. al (2003) mengemukakan empat gagasan teori yang akan memainkan peranan penting sebagai faktor langsung yang mempengaruhi penerimaan pengguna dan perilaku pemakaian (usage behavior). Lebih lanjut lagi, dalam penelitian ini, peneliti tidak menggunakan model UTAUT secara keseluruhan. Penelitian ini hanya akan berfokus pada faktor-faktor yang langsung mempengaruhi penerimaan pengguna dan perilaku pemakaian teknologi, yaitu: 1. Performance Expectancy, didefinisikan sebagai tingkat ekspektasi yang dimiliki setiap individu bahwa penggunaan sistem teknologi akan membantu dalam peningkatan kinerja (job performance). Faktor ini merupakan prediktor terkuat dan tetap signifikan baik dalam penggunaan secara sukarela atau wajib (Venkatesh et .al, 2003). 2. Effort Expectancy, didefinisikan sebagai tingkat ekspektasi yang dimiliki seorang individu terhadap kemudahan dalam penggunaan teknologi. Konstruk Effort Expectancy pada setiap model tersebut signifikan, baik dalam konteks penggunaan secara sukarela maupun kewajiban. Namun, masing-masing hanya signifikan hanya pada saat periode pertama saja, dan menjadi tidak signifikan lagi selama periode penggunaan diperpanjang kembali dan berkelanjutan. 3. Social Influence didefinisikan sebagai sejauh mana seorang individu merasakan bahwa pentingnya kepercayaan orang bahwa individu harus menggunakan teknologi tersebut. Venkatesh dan Davis (2000) dalam Venkatesh et .al (2003) mengatakan bahwa kepatuhan menggunakan dalam konteks wajib akan menyebabkan pengaruh sosial memiliki efek langsung pada niat, dan begitu pula sebaliknya. 4. Facilitating Conditions, didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan individu bahwa infrastruktur organisasi dan teknikal tersedia untuk mendukung penggunaan teknologi.
E-satisfaction Menurut Jamal dan Naser (2003, dalam Al-Hawari & Mouakket, 2010), kepuasan adalah lahan pemasaran yang diartikan secara umum sebagai perasaan atau pertimbangan dari konsumen kepada produk atau jasa setelah konsumen menggunakannya. Dalam konteks kepuasaan terhadap elektronik, e-satisfaction muncul sebagai suatu istilah. Electronic
Pengaruh faktor ..., Priyanka Agustina, FISIP UI, 2013
satisfaction menurut Lee (2001: p.75; dalam Teimouri dan Kazemi, 2012) adalah kepuasan pelanggan terhadap tingkat dukungan untuk menerima dan mengirim barang atau jasa pesanan, layanan purna jual, harga barang dan jasa, kualitas konten website, kecepatan situs, keandalan situs, kemudahan menggunakan situs, dan situs keamanan finansial serta privasi pribadi. Sedangkan, Oliver (1989: p. 29) dalam Teimouri dan Kazemi (2012) mengatakan Electronic satisfaction merupakan kepuasan pelanggan terhadap tingkat desain web serta kenyamanan dan keamanan pembelian. Selain itu, Szymanski dan Hise (2000) dalam Sahadev dan Purani (2008) melihat bahwa e-satisfaction sebagai penghakiman atas keseluruhan pengalaman online selama periode waktu tertentu. Kemudian, loyalitas atau retensi terhadap e-learning dianggap sebagai hasil dari kepuasan terhadap e-learning (Sahadev dan Purani, 2008). Kepuasan memiliki peranan yang sangat penting terhadap loyalitas atau retensi karena mempengaruhi keputusan seseorang untuk memilih tujuan dan memilih untuk kembali. Jika mereka puas, mereka akan lebih mungkin untuk menggunakan e-learning kembali. Untuk itu, secara umum, kepuasan yang positif ditemukan dalam mempengaruhi retensi (Nguyen dan LeBlanc, 1998 dalam AlHawari& Mouakket, 2010).
E-retention Retensi (retention) sering disamakan sebagai loyalitas (Al-Hawari, 2006, Al-Hawari & Ward, 2004, dalam Al-Hawari & Mouakket, 2010). Dalam hal ini, tampaknya terdapat kesepakatan di antara akademik dan praktisioner, bahwa retensi dan loyalitas adalah dua hal yang sama (Maloles, 1997 dalam Al-Hawari & Mouakket, 2010). Maka dari itu, penelitian ini akan memperlakukan kedua sebagai sesuatu yang sama. Untuk alasan tersebut, peneliti akan menggunakan istilah e-retention dalam menggambarkan retensi terhadap e-learning. Hal serupa juga dilakukan oleh Al-Hawari & Mouakket (2010). Oliver (1997) menjelaskan loyalitas atau retensi sebagai sebuah komitmen mendalam untuk melakukan pembelian ataupun kunjungan ulang terhadap suatu produk ataupun jasa yang dipilih secara konsisten di masa mendatang, yang akan menyebabkan pengulangan pembelian merek yang sama atau lini produk dari merek yang sama, meskipun terdapat pengaruh situasi dan usaha pemasaran yang berpotensi menyebabkan perilaku berpindah. Selain melakukan pembelian ulang secara teratur, menurut Griffin (2005), pelanggan yang loyal akan mereferensikan atau merekomendasikan produk yang dikonsumsinya kepada orang lain, sehingga orang lain mau menggunakan. Tidak hanya itu, menurut Zeithaml (1996) dalam Sahadev dan Purani (2008), konsumen dengan loyalitas yang lebih besar akan
Pengaruh faktor ..., Priyanka Agustina, FISIP UI, 2013
melakukan hal-hal seperti mengeluarkan kata-kata positif terkait produsen maupun produk (positive word of mouth). Lebih lanjut lagi, loyalitas konsumen dapat dinyatakan dalam perilaku. Perilaku ini dapat diwujudkan dalam keinginan besar untuk mempertahankan hubungan, seperti kecenderungan untuk menyampaikan keluhan serta kritik yang membangun atau pun kata-kata yang yang mengekspresikan kesediaan positif untuk bergabung dengan penyedia barang atau jasa pilihan konsumen (Cristou, 2001; dalam Ltifi, 2012). Mengacu pada jurnal yang ditulis oleh Al-Hawari & Mouakket (2010), e-retention dalam penelitian ini dapat didefinisikan sebagai sejauh mana pengguna menunjukkan perilaku (behavior) berulang untuk e-learning, dan memiliki disposisi sikap dan kognitif yang positif.
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Berdasarkan tujuannya, penelitian ini termasuk ke dalam penelitian eksplanatif yang bertujuan menjelaskan bagaimana sebuah fenomena sosial terjadi dengan melakukan pengujian terhadap sebuah prediksi teori atau prinsip dan menguji hubungan antar variabel. Kemudian dilihat dari manfaat, penelitian ini dikategorikan dalam penelitian terapan karena ditujukan secara langsung untuk memecahkan masalah dan menghasilkan rekomendasi-rekomendasi bagi masalah tertentu (Neuman, 1994). Kemudian, teknik pengumpulan data dibagi menjadi dua, yaitu: (1) studi kepustakaan melalui buku, internet, jurnal, dan tinjauan pustaka terhadap beberapa penelitian sebelumnya serta data sekunder dari perusahaan terkait dengan e-learning, dan (2) studi lapangan dengan menggunakan kuesioner dan wawancara mendalam untuk mendukung data kuesioner yang dilakukan terhadap staf karyawan learning administration dan juga karyawan yang menjadi peserta dan pengguna e-learning. Skala penilaian yang digunakan dalam instrumen penelitian yaitu skala likert yang digunakan secara luas dan sangat umum digunakan pada penelitian survei (Neuman, 1994). Skala ini di-design untuk memeriksa seberapa kuat subjek menyepakati atau tidak dengan pernyataan dalam 5 skala yaitu sangat sangat tidak setuju, setuju, bukan setuju atau pun tidak setuju (netral), setuju dan sangat setuju (Sekaran, 2011). Dalam penelitian ini, sampel yang akan digunakan oleh peneliti adalah total sampling, yaitu mencakup seluruh karyawan PT Indo Tambangraya Megah Tbk Jakarta Office yang menjadi partisipan dalam e-learning pada periode 2011/2012 sejumlah 84 karyawan. Dengan metode pengambilan sampel ini diharapkan hasilnya dapat cenderung lebih mendekati nilai sesungguhnya dan dapat memperkecil pula terjadinya kesalahan atau penyimpangan terhadap nilai populasi (Usman dan Akbar, 2006). Pemilihan Jakarta Office didasarkan pada beberapa pertimbangan seperti: (1) Permasalahan teknis terkait sistem internet di site yang kurang
Pengaruh faktor ..., Priyanka Agustina, FISIP UI, 2013
mendukung, (2) karyawan site masih banyak yang mengakses internet melalui Personal Computer (PC) di mana koneksi intranet yang didapat lebih sulit daripada ketika menggunakan laptop, (3) masalah praktis karena akses ke site yang tidak memungkinkan, dan (4) masalah efisiensi waktu dalam penelitian. Faktor UTAUT H1
Performance Expectancy (X1)
H2 Effort Expectancy (X2)
H5
E- Satisfaction (Y)
E-retention (Z)
Social Influence (X3) H3 Facilitating Conditions (X4)
H4 Gambar 2. Model Penelitian Sumber: Hasil olah peneliti (2012)
Penelitian
terdahulu
menunjukkan
bahwa
terdapat
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi pengguna secara langsung maupun tidak langsung dalam menggunakan elearning. Menurut hasil penelitian Jiinpo Wu (2006) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi Information System Continuance Intention seperti Computer Self Efficacy pada pengguna e-learning, Perceived Usefulness, Confirmation, dan Satisfaction levels. Sementara hasil penelitian Imamoglu (2007) menyatakan intention to use, ability to use dan komitmen memainkan peranan sebagai mediator antara perceived ease of use dan perceived of usefulness terhadap e-learning. Kemudian dalam penelitian Packham (2004) juga dinyatakan terdapat hambatan intrinsik dan ekstrinsik yang mempengaruhi siswa tertarik dalam elearning. Yang terakhir, penelitian Ya-Ching Lee (2006) menunjukkan adanya pengaruh langsung mau pun tidak langsung yang berasal faktor-faktor penerimaan dalam mengadopsi E-learning System. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan faktor-faktor dari model penerimaan teknologi dari Venkatesh et. al (2003) Unified Theory of Acceptanceand Use of Technology (UTAUT) yang akan mempengaruhi e-retention. H1: Terdapat pengaruh performance expectancy terhadap e-retention; H2: Terdapat pengaruh effort expectancy terhadap e-retention; H3: Terdapat pengaruh social influence terhadap e-retention; dan, H4: Terdapat pengaruh facilitating conditions terhadap e-retention.
Pengaruh faktor ..., Priyanka Agustina, FISIP UI, 2013
Banyak penelitian melakukan investigasi terhadap hubungan antara tingkat kepuasan dan retensi (Ranaweera dan Prabhu, 2003, dalam Al-hawari dan Mouakket, 2010). Ribbink et. al (2004) mengatakan bahwa e-loyalty umumnya dikaitkan pada e-satisfaction. Hasil penelitiannya mengatakan bahwa e-satisfaction mempengaruhi e-loyalty secara positif dan signifikan. Selain itu, penelitian Al-hawari dan Mouakket (2010) menunjukkan E-satisfaction menjadi salah satu faktor penting dalam menentukan level E-retention dan memiliki pengaruh signifikan terhadap salah satu faktor TAM, yaitu ease of use, terhadap e-retention. H5: Terdapat pengaruh e-satisfaction dengan e-retention; H6: Terdapat pengaruh performance expectancy, effort expectancy, social influence, dan facilitating conditions terhadap e-retention dengan e-satisfaction sebagai variabel antara. Tabel 2. Operasionalisasi Konsep Variabel Performance Expectancy (Venkatesh, et. al, 2003) Effort Expectancy (EE) (Venkatesh, et. al, 2003)
Social Influence (SI) (Venkatesh, et. al, 2003)
Facilitating Conditions (FC) (Venkatesh, et. al, 2003) E-satisfaction (Ribbink et al., 2004; Sahadev dan Purani , 2008; dalam Alhawari & Mouakket, 2010) E-retention (Zeithaml et al., 2006; Ribbink et al., 2004; Cry et al., 2006; dalam Al-hawari & Mouakket, 2010)
Indikator
Skala
Menggunakan e-learning bermanfaat bagi pekerjaan (PE1) Menggunakan e-learning membantu menyelesaikan pekerjaan dengan cepat (PE2) Pembelajaran melalui e-learning membuat produktivitas meningkat (PE3) E-learning membantu meraih peningkatan kemampuan (PE4) Interaksi dengan e-learning dapat dipahami dan jelas bagi pengguna (EE1 dan EE2) Akan lebih mudah bagi pengguna untuk menggunakan e-learning jika pengguna memiliki keahlian dalam teknologi (EE3) – E-learning mudah untuk digunakan (EE4) – Memperlajari bagaimana mengoperasikan e-learning adalah hal yang mudah (EE5)
Interval Interval Interval Interval Interval
– Orang-orang yang mempengaruhi perilaku pengguna berpikir bahwa pengguna harus menggunakan e-learning (SI1) – Orang-orang yang berarti bagi pengguna berpikir bahwa pengguna harus menggunakan e-learning (SI2) – Senior dalam perusahaan membantu dalam menggunaan e-learning (SI3) – Secara umum, perusahaan mendukung penggunaan e-learning (SI4)* – Memiliki pengetahuan yang cukup untuk menggunakan e-learning (FC1) – Teknologi lain mendukung dalam penggunaan e-learning (FC2 dan FC3) – Memiliki sumber daya yang cukup untuk menggunakan e-learning (FC4,FC5, dan FC6) – Ada seseorang yang membantu apabila mengalami kesulitan dalam penggunaan elearning (FC7, FC8, dan FC9)* – Kepuasan terhadap service yang diberikan e-learning (E-satisfaction1) – Kepuasan terhadap fitur design yang ada pada e-learning (E-satisfaction2 dan Esatisfaction3) – Kepuasan terhadap kegunaan yang dirasakan melalui e-learning (E-satisfaction4) – Kepuasan terhadap kenikmatan yang didapat saat menggunakan e-learning (Esatisfaction5) – Kepuasan terhadap kemudahan dalam menggunakan e-learning (E-satisfaction6) – Keinginan untuk menggunakan e-learning secara kontinu (E-retention1) – Merekomendasikan e-learning kepada orang lain (E-retention2) – Menganjurkan orang lain untuk menggunakan e-learning (E-retention3) – Mengatakan hal yang positif mengenai e-learning (E-retention4) – Keinginan untuk tetap terus menggunakan e-learning walaupun menghadapi masalah dalam penggunaannya (E-retention5)
Interval
– – – – – –
Sumber: Hasil Olah Peneliti (2012)
Catatan: * dihapus berdasarkan uji validitas
Pengaruh faktor ..., Priyanka Agustina, FISIP UI, 2013
Interval Interval Interval
Interval Interval Interval Interval Interval Interval Interval Interval Interval Interval Interval Interval Interval Interval Interval Interval Interval
Analisis data yang dilakukan menggunakan regresi sederhana (simple regression) untuk melihat pengaruh masing-masing variabel independen yaitu Performance Expectancy; Effort Expectancy; Social Influence; dan Facilitating Conditions terhadap variabel dependen E-retention serta pengaruh E-satisfaction terhadap E-retention. Kemudian digunakan juga regresi berganda (multiple regression) untuk melihat pengaruh variabel independen yaitu Performance Expectancy; Effort Expectancy; Social Influence; dan Facilitating Conditions secara bersama-sama terhadap variabel antara E-satisfaction dan yang terakhir digunakan analisis jalur (path analysis) untuk menentukan seberapa besar pengaruh dari masing-masing variabel (De Vaus, 1996), dengan menggunakan SPSS 17.0. Untuk pengujian hipotesis, pada regresi sederhana (simple regression), peneliti akan menggunakan uji t dengan melihat nilai signifikansinya pada pada tabel uji koefisien variabel, sedangkan uji signifikansi pada regresi berganda (multiple regression) akan digunakan uji F dengan melihat nilai signifikansinya pada tabel ANOVA. Nilai signifikansi yang diperkenankan untuk menjawab hipotesis utama adalah 0,05. Apabila nilai signifikansi berada di bawah 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sedangkan, jika nilai signifikansinya berada di atas 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Dari 84 responden, sebanyak 9 karyawan sudah resign dari perusahaan, 3 karyawan pindah ke site lain dan seorang karyawan yang sedang mengambil cuti. Dengan demikian sampel penelitian ini adalah 71 karyawan. Dari 71 kuesioner yang disebarkan kepada para karyawan pengguna e-learning, kuesioner kembali seluruhnya dengan jumlah yang sama. Akan tetapi, setelah melakukan uji validitas, dari 71 responden yang mengisi kuesioner, hanya 62 kuesioner yang datanya dinyatakan valid dan dapat digunakan dalam penelitian. Karakteristik responden dibagi menjadi enam kategori, yaitu jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jabatan, masa kerja dan lama menggunakan e-learning. Berdasarkan data hasil survei, 53,2% responden berjenis kelamin laki-laki dan wanita sebanyak 46,8%. Dari segi usia, 30,6% berusia 24-31 tahun, 40,4% berusia 32-38 tahun dan 29% berusia 39-50 tahun. Dari 62 responden, tingkat pendidikan yang paling dominan adalah S1 sederajat dan responden paling banyak menempati posisi sebagai supervisor. Berdasarkan masa kerja, ratarata sebanyak 53,2% responden memiliki masa kerja > 5 tahun dan sisanya 46,8% memiliki masa kerja di antara 1-5 tahun. Yang terakhir, dari 62 respondennya yang menjawab
Pengaruh faktor ..., Priyanka Agustina, FISIP UI, 2013
pertanyaan mengenai lama penggunaan e-learning, satu orang responden tidak menjawab. Yang paling mendominasi adalah responden yang telah menggunakan e-learning < 3 bulan (36,10%). Kemudian, 21,30% responden menggunakan 3-6 bulan dan 26,20% responden menggunakan e-learning > 6 dan sudah mencapai satu tahun. Sementara itu, reponden yang menggunakan e-learning > 1 tahun hanya sebanyak 16,40%.
Uji Validitas dan Reliabilitas Pada penelitian ini, pengukuran validitas dilakukan dengan menganalisis faktor melalui hasil pre-test kuesioner untuk melihat nilai Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy, Barlett’s Test of Sphericity, Anti Image Matrices, dan Component Matrix (Hair et. al, 2010). Bersadarkan hasil uji validitas, satu indikator dengan satu pertanyaan dari variabel Social Influence harus dihapus karena berdasarkan anti-image correlation berada < 0,5 dan satu indikator dengan tiga pertanyaan dari Facilitating Conditions harus dihapus karena tidak valid berdasarkan component matrix. Setelah dilakukan uji validitas, selanjutnya dilakukan uji keandalan. Uji keandalan (reliabilitas) digunakan untuk menguji kekonsistenan dan ketepatan hasil pengukuran kuesioner (Hair et. al., 2010). Menurut Sekaran (2011), koefisien reliabilitas yang mendekati 1 adalah yang paling baik. Secara umum, jika koefisien alpha nya di bawah 0,6 maka menunjukkan reabilitas yang buruk, angka disekitar 0,7 menunjukkan reliabilitas dapat diterima dan koefisien alpha yang berada di atas 0,8 menunjukkan reliabilitas yang baik. Hasil uji reliabilitas masing-masing variabel menunjukkan bahwa seluruh variabel penelitian adalah reliable. Hal ini dibuktikan dengan besar nilai Croanbach’s Alpha yang berada > 0,6 (Sekaran, 2011). Reliabilitas variabel Facilitating Fonditions dinilai dapat diterima karena nilainya berada dikisaran 0,7, sedangkan variabel Performance Expectancy, Effort Expectancy, Social Influence, E-satisfaction dan E-retention memiliki reliabilitas yang baik karena nilainya berada lebih dari 0,8.
Analisis Statistik Deskriptif Pembahasan statistik deskriptif per variabel dilakukan dengan analisis mean untuk mengetahui kecenderungan jawaban responden kearah persetujuan atau ketidakpersetujuan. Tabel 3 menunjukkan mean dari masing-masing pertanyaan dalam kuesioner penelitian dengan kategori kelas, di mana 4,20 ≤ X < 5,00 (sangat tinggi), 3,40 ≤ X < 4,20 (tinggi), 2,60 ≤ X < 3,40 (cukup tinggi), 1,80≤ X < 2,60 (rendah), 1,00 ≤ X < 1,80 (sangat rendah).
Pengaruh faktor ..., Priyanka Agustina, FISIP UI, 2013
Tabel 3. Mean Variabel Penelitian Indikator Performance Expetancy (PE) PE1 E-learning TMM bermanfaat bagi pekerjaan saya di perusahaan Dengan menggunakan e-learning TMM, mampu menyelesaikan PE2 pekerjaan dengan cepat. Dengan menggunakan e-learning TMM, produktivitas kerja PE3 meningkat. Jika menggunakan e-learning TMM, akan memiliki kesempatan untuk PE4 meraih peningkatakan kemampuan dalam bekerja. Effort Expectancy (EE) EE1 Interaksi dengan e-learning TMM dapat dilakukan dengan jelas. EE2 Interaksi dengan e-learning TMM dapat dipahami dengan baik. Akan lebih mudah untuk menggunakan e-learning jika memiliki EE3 keahlian dalam teknologi. EE4 Menemukan bahwa e-learning mudah digunakan. Mempelajari cara mengoperasikan e-learning TMM adalah hal yang EE5 mudah. Social Influence (SI) Orang-orang yang mempengaruhi perilaku pengguna dalam SI1 perusahaan berpikir bahwa pengguna harus menggunakan e-learning TMM. Orang-orang yang berarti bagi pengguna dalam perusahaan berpikir SI2 bahwa pengguna harus menggunakan e-learning TMM. Senior dalam perusahaan membantu saya dalam menggunaan eS13 learning TMM. Facilitating Conditions (FC) Memiliki pengetahuan yang dibutuhkan untuk menggunakan eFC1 learning TMM. Komputer atau laptop yang di gunakan mendukung dalam menggunaan FC2 e-learning TMM. Koneksi intranet yang didapat mendukung dalam menggunakan eFC3 learning TMM. Headset yang didapat dari perusahaan berfungsi dengan baik, sehingga FC4 mendukung dalam menggunaan e-learning TMM. Petunjuk- petunjuk (panduan) mengenai penggunaan e-learning TMM FC5 tersedia dengan baik. Situasi lingkungan di mana mengakses e-learning TMM mendukung FC6 dalam menggunakan e-learning TMM. E-satisfaction E-satisfaction 1 Puas terhadap layanan yang ditawarkan dalam e-learning TMM. E-satisfaction 2 Puas terhadap design yang ada pada e-learning TMM. E-satisfaction 3 Puas terhadap fitur yang ada pada e-learning TMM. E-satisfaction 4 Puas terhadap kegunaan yang rasakan melalui e-learning TMM. E-satisfaction 5 Merasa nyaman saat dapat menggunakan e-learning TMM. Puas terhadap kemudahan yang dirasakan ketika menggunakan eE-satisfaction 6 learning TMM. E-retention E-retention 1 Berniat untuk menggunakan e-learning TMM secara kontinu. E-retention 2 Akan merekomendasikan e-learning TMM kepada rekan kerja. Akan mendorong rekan kerja yang lain untuk menggunakan e-learning E-retention 3 TMM. E-retention 4 Akan mengatakan hal yang positif mengenai e-learning TMM. Akan tetap terus menggunakan e-learning TMM, walaupun E-retention 5 menghadapi masalah dalam penggunaannya. Sumber: Hasil olah peneliti menggunakan SPSS 17.0 (2013)
Pengaruh faktor ..., Priyanka Agustina, FISIP UI, 2013
Mean 3,16 3,50
Kategori Cukup tinggi Tinggi
2,89
Cukup tinggi
2,95
Cukup tinggi
3,26
Cukup tinggi
3,27 3,15 3,27
Cukup tinggi Cukup tinggi Cukup tinggi
3,23
Cukup tinggi
3,32
Cukup tinggi
3,39
Cukup tinggi
2,73
Cukup tinggi
2,76
Cukup tinggi
2,84
Cukup tinggi
2,58
Rendah
3,45
Mendukung
3,50
Mendukung
3,66
Mendukung
3,50
Mendukung
3,68
Mendukung
3,29 3,21 3,27 3,32 3,32 3,34
Cukup mendukung Cukup mendukung Cukup tinggi Cukup tinggi Cukup tinggi Cukup tinggi Cukup tinggi Cukup tinggi
3,27
Cukup tinggi
3,25 3,11 3,34
Cukup tinggi Cukup tinggi Cukup tinggi
3,28
Cukup tinggi
3,45
Tinggi
3,05
Cukup tinggi
3,34 3,00
Analisis Statistik Regresi Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh masing-masing faktor UTAUT terhadap Eretention dengan E-satisfaction sebagai variabel antara. Tabel 4. Hasil Regresi Pengaruh Antar Variabel Performance Expectancy terhadap E-retention Effort Expectancy terhadap E-retention Social Influence terhadap E-retention Facilitating Conditions terhadap E-retention E-satisfaction terhadap E-retention Pengaruh Antar Variabel Pengaruh Performance Expectancy, Effort Expectancy, Social Influence, Facilitating Conditions terhadap Esatisfaction
Performance Expectancy terhadap E-Satisfaction Effort Expectancy terhadap E-satisfaction Social Influence terhadap Esatisfaction Facilitating Conditions terhadap E-satisfaction
Standardized Coefficients 0,650 0,548 0,152 0,519 0,609 Standardized Coefficients
Signifikansi (t) 0,000 0,000 0,240 0,000 0,000 Signifikansi F t
Signifikan Signifikan Tidak Signifikan Signifikan Signifikan
0,182
Tidak Signifikan
0,136
Tidak Signifikan
0,097
0,370
Tidak Signifikan
0,390
0,003
Signifikan
0,156 0,197
Keterangan
Keterangan
0,000
Sumber: Hasil olah peneliti menggunakan SPSS 17.0 (2013)
Tabel 4 menunjukkan hasil akhir dan signifikansi hubungan antar variabel. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa memang terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penggunaan e-learning, sehingga pada akhirnya juga mempengaruhi keputusan seseorang untuk kontinu dalam menggunakan. Hasil akhir menunjukkan, apabila melihat pengaruhnya secara langsung terhadap Eretention, variabel yang paling mempengaruhi adalah Performance Expectancy. Performance Expectancy adalah faktor yang paling kuat dalam mempengaruhi E-retention dibandingkan dengan faktor UTAUT lainnya (Venkatesh et. al, 2003). Venkatesh et. al (2003) berpendapat bahwa Performance Expectancy merupakan prediktor terkuat dalam setiap individual model penerimaan teknologi terdahulu. Seperti yang dikatakan staf Learning Administration perusahaan, bahwa e-learning diharapkan mampu membantu karyawan agar dapat berkomunikasi dalam bahasa Inggris dengan lancar dan juga jelas, terutama bagi mereka yang berhubungan dengan ekspatriat (Hasil wawancara mendalam dengan staf learning administration, 2013). Maka dari itu, karyawan dengan jabatan atau job desk pekerjaan tertentu merasa e-learning memberikan manfaat. Akan tetapi, seorang responden mengatakan masih merasakan manfaat e-learning sebatas pada peningkatan kemampuan dan pengembangan pengetahuan, tetapi belum berdampak secara langsung dan signifikan pada pekerjaan (Hasil wawancara mendalam dengan pengguna e-learning, 2013). Staf Learning
Pengaruh faktor ..., Priyanka Agustina, FISIP UI, 2013
Administration menambahkan bahwa faktor kepentingan, kebutuhan dan prioritas seseorang akan membuatnya bertahan dalam menggunakan e-learning. Effort Expectancy juga memberikan kontribusi dalam menentukkan tingkat retensi karyawan dalam menggunakan e-learning. Menurut Rosenberg (2006), tidak semua orang terutama orang yang masih awam dalam menggunakan e-learning dapat menggunakannya dengan baik. Dalam hal ini, beberapa karyawan ingin e-learning dibuat dalam dual bahasa sebab ketika mereka menemukan kesulitan dalam memahami materi dan tidak paham dengan bahasa dalam petunjuknya, karyawan akan jadi cenderung tidak rajin untuk menggunakan. Selain awan dalam menggunakan, terdapat karyawan yang memang tidak mau menggunakan e-learning sebagai media belajar (Rosenberg, 2006). Berbeda dengan Performance Expectancy dan Effort Expectancy, menurut Venkatesh et. al (2003), Social Influence tidak signifikan dalam konteks penggunaan secara sukarela. Hal ini dikarenakan Social Influence tidak mempengaruhi niat untuk menggunakan E-learning secara langsung. Menurut staf Learning Administration dalam wawancara mendalam, tidak semua atasan mendukung karyawannya dalam menggunakan e-learning. Hal ini dikarenakan karyawan dianggap jadi tidak bekerja dan e-learning dianggap tidak berhubungan langsung dalam menyelesaikan pekerjaan. Selain itu, diakui oleh responden dalam wawancara mendalam, bahwa teman kerja tidak mempengaruhi dalam menggunakan e-learning. Dalam hal ini sesama karyawan tidak berusaha mempengaruhi atau dipengaruhi oleh teman kerjanya. Noe (2010) mengatakan salah satu kekurangan e-learning adalah kurangnya motivasi di antara karyawan untuk melakukan pembelajaran online, sehingga pemakaian e-learning antar karyawan tidak menjamin akan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Facilitating Conditions juga memberikan kontribusi dalam mempengaruhi tingkat retensi karyawan terhadap e-learning. Berdasarkan hasil wawancara mendalam pada staf Learning Administration (2013), dikatakan bahwa infrastuktur adalah faktor eksternal yang mempengaruhi seorang karyawan dalam menggunakan e-learning. Dalam hal ini, karyawan masih mengalami keterbatasan dalam meluangkan waktu dan fleksibilitas tempat karena elearning tidak dapat diakses di luar kantor. Selain itu, menurut Noe (2010), penggunaan elearning bisa saja terbatas karena karyawan kesulitan dalam akses intranet. Penelitian ini juga membuktikan bahwa kepuasan (e-satisfaction) memang dapat mempengaruhi retensi seseorang dalam menggunakan e-learning. Szymanski dan Hise (2000) melihat bahwa E-satisfaction sebagai penghakiman atas keseluruhan pengalamannya online selama periode waktu tertentu (Sahadev dan Purani, 2008). Atas dasar ini pula, kepuasan karyawan tidak hanya ditentukan berdasarkan aspek-aspek indikator pengukuran yang
Pengaruh faktor ..., Priyanka Agustina, FISIP UI, 2013
digunakan peneliti. Pengalaman terkait dengan pelayanan, design dan fitur, kegunaan serta kenyamanan dalam menggunakan e-learning telah terbukti dapat mempengaruhi retensi seorang karyawan dalam menggunakan e-learning.
Analisis Jalur (Path Analysis) Untuk mengetahui pengaruh Performance Expenctancy; Effort Expentancy; Social Influence; dan Facilitating Conditions, E-satisfaction sebagai variabel antara, serta Eretention sebagai variabel dependen, maka digunakan analisis jalur (path analysis). Faktor UTAUT 0,650
Performance Expectancy (x1) 0,156
0
0
0,548
, 6 5, 05
0 , 1 0 E-satisfaction 0,197 0,609 5 , 4 (y) 6 1 8 Social Influence 0,097 0 9 (x3) 0 7 , 0,152 , 0 0,650 0,390 0 1 Facilitating 09 5, Condition (x4) , 7 0,519 25 3 1 Berdasarkan gambar tersebut, substruktural yang9terbentuk adalah: 9 0 Effort Expectancy (x2)
0 E-retention , (z) 6 0 9
Subsutruktural 1: Y = X1YX1 + X2YX2 + X3YX3 + X4YX4 + ε1 = 0,156X1 + 0,197X2 + 0,097X3 + 0,390X4+ ε1
Subsutruktural 2: Z = X1ZX1 + X2ZX2 + X3ZX3 + X4ZX4 + YZYε2 = X1 + X2 + X3 + X4 + 0,609Yε2
Berdasarkan model substruktural 1 pada analisis jalur, pengaruh yang dimiliki faktor UTAUT terhadap E-satisfaction hanya ada pengaruh langsung. Tabel 5. Pengaruh Langsung Faktor UTAUT terhadap E-satisfaction Pengaruh Langsung Perhitungan X1 langsung (0,156) (0,156) X1Y) x X1Y) X2 langsung (0,197) (0,197) X2Y) x X2Y) X3 langsung (0,097) (0,097) X3Y) x X3Y) X4 langsung (0,390) (0,390) X4Y) x X4Y) Total Pengaruh X1, X2, X3 dan X4 terhadap Y Sumber: Hasil Olah Peneliti (2013)
Besar Kontribusi 0,0243 0,0388 0,0094 0,1521 0,2246
Pengaruh faktor ..., Priyanka Agustina, FISIP UI, 2013
Pengaruh faktor UTAUT (X1, X2, X3 dan X4) terhadap E-satisfaction adalah 0,2246 atau sebesar 22,46%. Sedangkan sisanya sebesar 77,54% dapat dipengaruhi aspek-aspek lain. Faktor UTAUT yang paling mempengaruhi E-satisfaction karyawan adalah Facilitating Conditions dan yang memiliki pengaruh paling kecil adalah Social Influence di mana tempat karyawan bekerja. Artinya, dalam penelitian ini, Facilitating Conditions mempengaruhi tingkat kepuasan karyawan, sedangkan Social Influence kurang memberikan kontribusi dalam mempengaruhi tingkat kepuasan karyawan dalam menggunakan e-learning. Selanjutnya, peneliti akan menjelaskan mengenai pengaruh langsung masing-masing faktor UTAUT terhadap E-retention dan pengaruh tidak langsung melalui E-satisfaction. Tabel 6. Total Pengaruh Faktor UTAUT terhadap E-retention Variabel Performance Expectancy (X1)
Pengaruh Bobot Langsung 0,650 Tidak Langsung (0,156) (0,609) = 0,0950 Langsung 0,548 Effort Expectancy (X2) Tidak Langsung (0,197) (0,609) = 0,1200 Langsung 0,152 Social Influence (X3) Tidak Langsung (0,097) (0,609) = 0,0591 Langsung 0,519 Facilitating Conditions (X4) Tidak Langsung (0,390) (0,609) = 0,2375 Langsung 0,609 E-satisfaction (Y) Tidak Langsung Total Pengaruh Faktor UTAUT terhadap E-retention Sumber: Hasil Olah Peneliti (2013)
Jumlah
Total
(0,7450)2
0,5550
(0,6880)2
0,4462
(0,2111)2
0,0446
(0,7565)2
0,5723
(0,609)2
0,3709 1,9890
Nilai total dari koefisien determinasi (R Square) menunjukkan bahwa dengan menggunakan model analisis jalur, variabel independen yaitu Performance Expectancy (X1); Effort Expectancy (X2); Social Influence (X3); dan Facilitating Conditions (X4), memiliki pengaruh terhadap perubahan variabel dependen E-retention (Z) dengan E-satisfaction (Y) sebagai variabel antara sebanyak 1,98 atau sebesar 198,90%. Dalam pengaruh secara langsung, Performance Expectancy memiliki pengaruh yang paling besar dibandingkan dengan faktor UTAUT lainnya. Sedangkan, ketika melalui Esatisfaction, Facilitating Conditions memiliki pengaruh tidak langsung yang paling besar dan sekaligus menjadi faktor yang paling mempengaruhi retensi karyawan secara keseluruhan dalam menggunakan e-learning, di antara faktor UTAUT lainnya. Artinya, Facilitating Conditions harus melalui kepuasan terlebih dahulu, baru kemudian berujung pada retensi. Dalam hal ini, fasilitas yang mendukung ternyata mempengaruhi tingkat kepuasan dan akhirnya mempengaruhi tingkat retensi karyawan. Hal menarik pertama yang ditemukan dalam penelitian ini adalah Performance Expectancy dan Effort Expectancy memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap E-
Pengaruh faktor ..., Priyanka Agustina, FISIP UI, 2013
satisfaction, tetapi memiliki pengaruh signifikan terhadap E-retention. Artinya, karyawan merasa bahwa peningkatan kinerja dan kemudahan dalam menggunakan e-learning tidak memberikan kontribusi terhadap kenaikan tingkat kepuasan, tetapi menjadi suatu hal yang penting bagi para karyawan tersebut untuk dapat melekat dan kontinu dalam menggunakan elearning. Penjelasan yang lebih jauh lagi, ketika karyawan merasakan bahwa e-learning telah memberikan peningkatan kinerja, e-learning telah menjadi suatu kebutuhan bagi karyawan, sehingga hal tersebut langsung mempengaruhi kontinuitas dalam menggunakan. Selain itu, karyawan sudah memiliki kemampuan yang cukup baik dalam menggunakan teknologi, sehingga mudah bagi para karyawan tersebut untuk mempelajari suatu sistem yang baru pula. Hal menarik berikutnya yang ditemukan dalam penelitian ini adalah pengaruh langsung masing-masing faktor UTAUT terhadap E-retention ternyata lebih besar dibandingkan pengaruh ketika secara tidak langsung melalui E-satisfaction. Artinya, Esatisfaction bukan menjadi faktor utama bagi para karyawan dalam melekatnya e-learning dan kontinuitas dalam menggunakan.
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut: (1) terdapat pengaruh Performance Expectancy terhadap E-retention secara signifikan; (2) terhadap pengaruh Effort Expectancy terhadap E-retention secara signifikan; (3) tidak terhadap pengaruh Social Influence terhadap E-retention secara signifikan; (4) terdapat pengaruh Facilitating Conditions terhadap E-retention secara signifikan; (5) terdapat pengaruh Esatisfaction terhadap E-retention secara signifikan; dan (6) Terdapat pengaruh Faktor UTAUT terhadap E-retention dengan E-satisfaction sebagai variabel antara. Akan tetapi, pengaruh lebih besar ditunjukkan melalui pengaruh antara faktor UTAUT terhadap E-retention secara langsung tanpa melalui E-satisfaction.
SARAN Penelitian ini dilakukan pada perusahaan sektor pertambangan dan hanya dilakukan pada Jakarta Office. Selain itu hanya ditujukan pada salah satu program e-learning dalam perusahaan. Walaupun penelitian ini memberikan informasi dan pemahaman mengenai pengaruh Faktor UTAUT terhadap E-retention dengan E-satisfaction sebagai variabel antara, hasilnya tidak dapat digeneralisasi terhadap semua e-learning. Untuk itu, penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukannya pada sektor lain dengan cakupan yang lebih luas.
Pengaruh faktor ..., Priyanka Agustina, FISIP UI, 2013
DAFTAR REFERENSI Al-hawari, M. Ahmad, & Mouakket, Samar. (2010). “The Influence of Technology Acceptance Model (TAM) Factors on Students’ E-satisfaction and E-retantion within the Context of UAE E-learning”. Emerald Group Publish Limited. Vol. 3 No. 4. pp 299-314. Barrow, Colin. (2003). E-training and Development. United Kingdom: Capstone Publishing Limited. Data Sekunder Hasil Survei Tell Me More (TMM) pada Karyawan PT Indo Tambangraya Megah Tbk Periode 2011/2012 De Vaus, D.A. (1996). Survey in Social Research Fourth Edition. Australia: Allen & Unwin Pty Ltd. Decenzo, David, A & Stephen, P Robbins. (2002). Human Resource Management. (7th Ed). New York: John Wiley & Sons, Inc. Dessler, Gary. (2003). Human Resource Management (9th Ed). New Jersey: Prentice Hall. Griffin, Jill. (2005). Customer Loyalty: Menumbuhkan & Mempertahankan Kesetiaan Pelanggan (Dwi Kartini Yahya, Penerjemah). Jakarta: Erlangga. Hair, Joseph F, Jr, William C. Black, Barry J. Babbin, & Rolph E. Anderson. (2010). Multivariate data analysis (7th edition). New Jersey: Pearson Prentice Hall. Hasil wawancara mendalam dengan staf learning administration, pada tanggal 4 Januari 2013. Hasil wawancara mendalam dengan pengguna e-learning, pada tanggal 11 Januari 2013. Imamoglu, Salih Zeki. (2007). “An Empirical Analysis Concerning the User Acceptance of E-learning”. Journal of American Academy Business, Cambrige. Vol. 11 No.1. pp 132-137. Indonesia
Press
Online
Services.
(2012).
Internet
Mobile
Jadi
Tren
yang
Tumbuh
http://www.iposnews.com/2012/06/07/internet-mobile-jadi-tren-yang-tumbuh-pesat/.
(diakses
Pesat. pada
tanggal 3 Oktober 2012). Jiinpo Wu, Ray J. Tsai, Charlie C. Chen, & Yachen Wu. (2006). “An Integrative Model to Predict the Continuance Use of Electronic Learning Systems: Hints for Teaching”. International Journal on Elearning. Vol. 5 No.2. pp 287-302. Ltifi, Moez & Jamel-Eddine Gharbi. (2012). “E-satisfaction and E-loyalty of Costumer Shopping Online”. Journal of Internet Banking and Commerce. Vol. 17 No.1. pp 1-20. Mondy, R. Wayne. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia (Bayu Airlangga, penerjemah). Jakarta: Penerbit Erlangga. Noe, Raymond, A. (2010). Employee Training and Development (5th Ed). New York: McGraw-Hill. Mechinda, Panisa, Sirivat, Serirat & Nak, Gulid. (2009). “An Examination of Tourists’ Attitudinal and Behavioral Loyalty: Comparison between Domestic and International Tourists”. Journal of Vacation Marketing. Vol.15 No. 2. pp 129-148. Oliver, C., (1997). “Sustainable Competitive Advantage: Combining Institutional and Resources-based View”. Strategic Management Journal. Vol.18 No.9. pp 697-713. Packham, Gary, P. Jones, C. Miller & B. Thomas. (2004). “E-learning and Retantion: Key Factors Influencing Student Withdrawal”. Emerald Group Publishing Limited. Vol. 43 No.6/7. pp 335-342. Rae, Leslie. (2000). Effective Planning in Training and Development. London: Kogan Page Limited.
Pengaruh faktor ..., Priyanka Agustina, FISIP UI, 2013
Ribbink, Dina, Allard, C.R Van Riel Veronica Liljander, & Sandra, Streukens. (2004). “Comfort Your Online Customer: quality, trust and loyalty on the internet”. Managing Service Quality. Vol. 14 No. 6. Pp 446456. Rosenberg, Mar, J. (2001). E-learning: Strategies for Delivering Knowledge in the Digital Age. United State of America: McGraw-Hill. Rosenberg, Marc, J. (2006). Beyond E-learning. San Fransisco: Pfeiffer. Sahadev, S, & Purani, K. (2008). “Modelling the Consequances of e-service Quality”. Marketing Intelligence and Planning.Vol. 26 No. 6, pp 605-620. Sekaran, Uma & Roger, Bougie. (2011). Research Methods for Business: A sill Building Approach (5 th Ed). United KinFgdom: John Wiley & Sons Ltd. Teimouri, Maliheh, Nour Mohamad Yaghoubi, & Kazemi, Mehdi. (2012). “The Effect of Electronic Service Quality on Costumers Behavioral Intention”. International Journal of Marketing Studies. Vol.4 No.2. pp 179-187. Vaugan, Kirsty & Anna, MacVicar. (2004). “Employees’ Pre-implementation Usman, Husaini, & Purnomo Setiady Akbar. (2006). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara. Venkatesh, Viswanath dan kawan-kawan. (2003). “User Acceptance of Information Technology Toward a Unified View”. MIS Quaeterly. Vol. 27 No.3. pp 428-478. Wan-Tzu, Wong & Neng-Tang Norman Huang. (2011). “The Effect of E-learning System Service Quality and Users’ Accepatance on Organizational Learning”. International Journal of Business and Information. Vol. 6 No. 2. pp 205-225. Ya-Ching, Lee. (2006). “An Empirical Investigation Into Factors Influencing the Adoption of an E-learning System”. Emerald Group Publishing Limited. Vol. 30 No. 5. Pp 517-541.
Pengaruh faktor ..., Priyanka Agustina, FISIP UI, 2013