1
i
PRAKATA Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya Proses Penulisan laporan akhir program IbW Nusa Penida tahun III (2013) dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Rampungnya pelaksanaan program IbW Nusa Penida ini tidak terlepas dari bantuan dan kerjasama berbagai pihak, antara lain: (1) Rektor Undiksha, (2) Ketua LPM Undiksha, (3) Ketua LPM Unmas, (4) Bupati Klungkung, (5) Sekda Klungkung, (6) Kepala Bappeda Klungkung, (7) Kabid Sosbud Pemda Klungkung, (8) Camat Nusa Penida, (9) Kepala Desa Suana,Desa Batukandik, Desa Ped, dan Desa Sakti, (10) Dosen dan mahasiswa, serta peran serta partisipasi masyarakat yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Atas kerjasamanya, penulis menyampaikan banyak terima kasih. Semoga amal dan budi baiknya mendapat imbalan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. Tujuan utama dari kegiatan P2M ini adalah memberdayakan masyarakat sesuai dengan sumber daya yang ada di wilayah IbW, khususnya di Desa Suana, Desa Batukandik, Desa Ped dan Desa Sakti. Pada tahun III (2013) program IbW Nusa Penida meliputi 10 program, antara lain: (1) pelatihan komputer, (2) pelatihan industri krupuk dan ikan asap, (3) pelatihan pupuk organik, (4) penyelenggaraan keaksaraan fungsional (KF), (5) pelatihan PAUD, (6) pelatihan pembuatan media pembelajaran IPA, (8) pembibitan dan penghijauan, (9) pendaftaran legalitas produk industri rumahan, dan (10) pengembangan jarak kepyar. Penulis beserta tim peneliti menyadari sepenuhnya, penulisan laporan P2M program IbW Nusa Penida ini masih jauh dari sempurna, namun besar harapan penulis laporan ini ada manfaatnya.
Singaraja, Desember 2013 Penulis,
ii
DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................
i
PRAKATA………….............................................................................................
ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................
iii
DAFTAR TABEL…..............................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................
vi
RINGKASAN.........................................................................................................
vii
SUMMARY............................................................................................................
viii
BAB I
1 1 13 14 14 15 17 18 19 20 21 21 22 24 29 29 30 30 32 32 32
PENDAHULUAN............................................................................. 1.1 Analisis Situasi........................................................................... 1.2 Permasalahan Wilayah..........................................……............. BAB II SOLUSI YANG DITAWARKAN................................................... 2.1 Metode Pelaksanaan Program IbW........................................ 2.2 Rencana dan Pelaksanaan Program IbW................................ 2.3 Target Luaran…………………..……………………………... 2.4 Struktur Organisasi………………………………………......... 2.5 Jadwal Kegiatan…………………........................................... 2.6 Biaya Kegiatan…………………............................................. BAB III HASIL PELAKSANAAN PROGRAM IBW.................................. 3.1 Partisipasi Masyarakat Terhadap Program IbW......................... 3.2 Dokumentasi Program IbW….................................................. 3.3 Indikator Kinerja RAB……................................................... 3.4 Hambatan/Kendala…………...................................................... 3.5 Upaya Tindak lanjut……………………................................... 3.6 Dampak dan Manfaat................................................................. 3.7 Pembahasan................................................................................. BAB IV PENUTUP…………………......................................................... 4.1 Kesimpulan................................................................................. 4.2 Saran............................................................................................ LAMPIRAN-LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Jadwal Kegiatan Tahun III (2013)……….…...................................
19
Tabel 2.2 Biaya Kegiatan Tahun III (2013)....................................................
20
Tabel 3.1 Indikator Kinerja RAB tahun III (2013)...........................................
25
iv
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1
Peta Wilayah Nusa Penida.........................................................
1
Gambar 1.2
Alat transportasi Kapal RORO...................................................
2
Gambar 1.3
Ternak Sapi dan Babi penduduk…...……………………………..
3
Gambar 2.1
Struktur Organiasi………………………………………………...
18
v
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran: 01
Foto-foto Kegiatan....................................................................
33
Lampiran: 03
Denah/Peta Lokasi Wilayah...…………………………………….
42
vi
PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW) NUSA PENIDA TAHUN III (2013) I Nyoman P Suwindra1, I Ketut Suma 1, I Kade Suardana 1, I Ketut Yoda 2, Ketut Widnyana3, I Wayan Bagia4, dan Risa Panti Ariani5 1
2
FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja 3 Fakultas Pertanian, Universitas Mahasaraswati, Denpasar 4 Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja 5Fakultas Teknik Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja
RINGKASAN Program Ipteks bagi Wilayah (IbW) di Kecamatan Nusa Penida Kabupaten Klungkung tahun 2012 ditujukan untuk memberdayakan potensi yang ada di masyarakat. Sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pemberian bantuan Iptek dari Perguruan Tinggi, dukungan Pemda, BUMN, serta peran partisipasi masyarakat menjadi hal yang sangat penting. Bidang-bidang yang menjadi fokus perhatian dalam program ini adalah bidang pendidikan, pertanian-peternakan, industri rumahan, infrastruktur, dan lingkungan hidup. Desa lokasi program IbW Nusa Penida adalah Desa Suana, dan Desa Batukandik. Desa Ped, dan Desa Sakti sebagai lokasi pengembangan jarak kepyar. Program ini dilaksanakan melalui metode/model: Partisipatory Rural Apprasial (PRA), Enthrepreneurship Capasity Building (ECB), Technology Transfer (TT), dan Information Technology (IT), dalam berbagai bentuk kegiatan seperti pendidikan dan pelatihan (diklat), pembinaan dan pendampingan, penyuluhan, percontohan (demplot), dan penghijauan. Adapun hasil dari kegiatan ini adalah; (1) meningkatnya pengetahuan dan keterampilan dalam bidang komputer bagi staf desa, kecamatan, dan guru-guru SD; (2) meningkatnya pengetahuan dan keterampilan bagi ibu-ibu rumah tangga dalam pembuatan krupuk dan ikan asap; (3) meningkatnya keterampilan kelompok petani-peternak dalam pembuatan pupuk organik dari limbah ternak; (4) meningkatkan keterampiran proses pembelajaran bagi bagi guru-guru PAUD; (5) meningkatnya keterampilan masyarakat sesuai minatnya bagi kelompok keaksaraan fungsional; (6) meningkatkan keterampilan membuat media pembelajaran IPA berbasis lokal; (7) meningkatkan kualitas seni ukir kayu bagi pengerajin seni ukir kayu; (8) meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang cara pembibitan dan menanam pohon penghijauan masing-masing sekitar 2.000 pohon jati dan sentul di Desa Suana dan Desa Batukandik; (9) meningkatnya gairah pembuatan minyak VCO dengan terdaftarnya produk di Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung, dan (10) pengembangan budidaya jarak kepyar bekerjasama dengan Kimia Farma yang melibatkan sekitar 300 petani. Kata-kata Kunci: pemberdayaan, masyarakat, partisipatif, krupuk, VCO, jarak kepyar.
vii
SUMMARY The program of Sciences, Technology and Arts for Area at Nusa Penida District, Klungkung Regency in year of 2012 was purposed to empower the potencies in community. In order toinprove the communitywelfare, giving sciences, technology and arts from University, supporting from government of regency, and participating of the community are very important. Some aspects focused in this program were education, agriculture, home industry and environment. Two villages targeted on conducting the program are Suana, Batukandik, and Sakti Villages. Method/model used in this program were the Partisipatory Rural Apprasial (PRA), Enthrepreneurship Capasity Building (ECB), Technology Transfer (TT), dan Information Technology (IT), in many kinds of activities, such as educating and training, partnering, capitalizing, building of infrastructure, and reboisation. Some impacts of this program were: (1) increased knowledge and skills in the field of computers for staff villages, districts, and elementary school teachers, (2) increasing the knowledge and skills for mothers of households in the manufacture of crackers and smoked fish, (3) the increased farmer-group skills farmers in the production of organic fertilizer from animal waste , (4) enhance the learning process for keterampiran for early childhood teachers, (5) increased public esteem skills of functional literacy groups, (6) improve the skills of the media locally based science learning; (7) improve the quality of the wood carving wood carving craftsmen; (8) increasing public knowledge about how to plant a tree nursery and reforestation each about 2,000 teak trees and Sentul in the village and village Suana Batukandik; (9) increased arousal manufacture VCO with products registered in Klungkung Regency Health Office, and (10) the development of aquaculture of jarak kepyar collaborated with Kimia Farma involving about 300 farmers . Key Words: empowerment, society, participative, biogas, crackers, VCO, jarak kepyar.
viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Nusa Penida merupakan salah satu wilayah kecamatan di Kabupaten Klungkung, dengan luas wilayah hampir 2/3 luas wilayah Kabupaten Klungkung. Nusa Penida adalah gugusan kepulauan yang terdiri dari 3 pulau, yaitu: Pulau Nusa Penida, Pulau Lembongan dan Pulau Ceningan. Wilayah Nusa Penida tergolong wilayah tandus, hampir 95% daerah perbukitan, dengan puncak tertinggi adalah Puncak Mundi. Oleh karena Nusa Penida adalah wilayah kepulauan, maka wilayahnya dikelilingi lautan dengan panjang pantai sekitar 70 km. Batas-batas wilayah Nusa Pendia adalah sebagai berikut: di sebelah Utara dan Barat adalah Selat Badung, sebelah Timur adalah Selat Lombok, dan sebelah Selatan adalah Samudra Indonesia. Kecamatan Nusa Penida terdiri dari 16 Desa Dinas, dengan jumlah penduduk 47,709 jiwa atau 8.543 KK yang terdiri dari laki-laki 23.239 jiwa dan perempuan 24.470 jiwa, antara lain: Desa Ped, Desa Tanglad, Desa Kutampi, Desa Kutampi Kaler, Desa Batununggul, Desa Suana, Desa Pejukutan, Desa Bunga Mekar, Desa Sekartaji, Desa Batumadeg, Desa Batukandik, Desa Klumpu, Desa Sakti, Desa Toya Pakeh, Desa Lembongan dan Desa Jungutbatu.
Gambar 1.1 Peta Wilayah Nusa Penida
Pulau Nusa Penida bisa ditempuh dari empat tempat yaitu lewat Benoa dengan menumpang Quiksilver/Balihai ditempuh dalam waktu +1 jam perjalanan, lewat Sanur 1
dengan menumpang Jukung waktu tempuh + 2,5 Jam perjalanan. Lewat Kusamba dengan menumpang Jukung butuh waktu +1,5 jam perjalanan. sedangkan kalau lewat Padangbai dengan menumpang Boat atau Kapal RORO waktu tempuh + 1 jam perjalanan.
Gambar 1.2 Alat Transportasi Kapal RORO
Secara umum kondisi Topografi Nusa Penida tergolong landai sampai berbukit. Desa-desa pesisir di sepanjang pantai bagian utara berupa lahan datar dengan kemiringan 0-3% dari ketinggian lahan 0-268 m di atas permukaan laut. Semakin ke selatan kemiringan lerengnya semakin terjal dan bergelombang. Demikian juga Pulau Lembongan bagian Utara merupakan lahan datar dengan kemiringan 0-3% dan di bagian Selatan kemiringannya 3-8%. Sedangkan Pulau Ceningan mempunyai kemiringan lereng bervariasi antara 8-15% dan 15-30% dengan kondisi tanah bergelombang dan berbukit. Mata pencaharian utama penduduk adalah pertanian. Di sektor perikanan termasuk rumput laut hanya sekitar 6,68% dari jumlah penduduk yang tersebar di desa-desa pesisir yaitu Desa Suana, Desa Batununggul, Desa Kutampi Kaler, Desa Ped dan Desa Toyapakeh. Sedangkan di Pulau Lembongan sekitar 16,80% penduduk bergerak di bidang perikanan dan rumput laut, dan di Ceningan sekitar 12,88%. Taman laut yang ada di Nusa Penida tergolong indah dan sudah dikenal oleh turis asing dari manca Negara. Melihat kondisi dan topografi daerah maka yang cocok dikembangkan adalah sektor pertanian, perikanan dan pariwisata. Di samping sektor-sektor tersebut, sektor peternakan juga menjadi komuditas andalan penduduk di Nusa Penida. Hampir setiap keluarga memiliki ternak antara 3 sampai 5 ekor sapi, minimal 1 ekor induk babi, dan beberapa ekor ayam. Ternak sapi merupakan kebutuhan mutlak bagi petani, karena dimanfaatkan untuk membajak tanah di musim tanam. Sedangkan ternak babi hanya sekedar untuk penampung limbah dapur, dan hingga saat ini belum ada yang menjalakan usaha ternak secara khusus. 2
Gambar 1.3 Ternak sapi dan babi penduduk
Sumber air di Nusa Penida untuk pertanian adalah air hujan. Oleh penduduk setempat air hujan ditampung dalam bentuk Cubang untuk kebutuhan keluarga dan air minum ternak. Di Nusa Penida hanya ada sebuah sungai bernama Tukad Penida yang airnya mengalir sepanjang tahun. Sedangkan sungai yang lainnya hanya ada air mengalir sesaat pada musim hujan. Hal ini mungkin disebabkan bukit-bukit di Nusa Penida sebagian besar masih gundul dan tandus. Nusa Penida memiliki sembilan mata air, seperti: Sekartaji, Pejukutan, Tabuanan, Temeling, Penida, Prasi, Guyangan, dll, dengan debit seluruhnya sebesar 480 liter per detik. Hampir semua mata air itu terletak di tebing yang curam, dan airnya mengalir langsung ke laut. Dari kesembilan mata air tersebut, ada dua mata air yang mempunyai debit yang cukup besar, yaitu mata air Guyangan mempunyai debit sekitar 178 liter/detik, sedangkan mata air Penida 163 liter per detik. Kedua mata air tersebut sudah dikelola oleh PDAM untuk kebutuhan air minum penduduk. Observasi pendahuluan telah dilakukan oleh Tim LPM Undiksha ke Nusa Penida pada tanggal 21 dan 22 Desember 2009. Pada acara pertemuan audensi antara Tim LPM Undiksha dengan staf kecamatan Nusa Penida diperoleh gambaran tentang berbagai aspek serta permasalahan yang ada, baik tentang infrastruktur, sumber daya manusia maupun tentang sumber daya alam di Nusa Penida. Permasalahan-permasalahan yang dimaksud secara garis besarnya adalah sebagai berikut. (1) Bidang Administratif, antara lain: di tingkat kecamatan belum ada basis data sumber daya desa, tata layanan masyarakat masih belum optimal, RPJMD
kurang
menyentuh pemberdayaan masyarakat dan lebih banyak ke arah pembangunan fisik, penerapan sistem teknologi informasi antar desa maupun desa dan kecamatan masih kurang efektif, data kualifikasi objek wisata belum jelas. (2) Bidang Pendidikan, antara lain: data Angka Partisipasi Kasar (APK) belum terungkap karena tidak tersedianya basis 3
data yang akurat, banyak anak putus sekolah disebabkan faktor ekonomi dan jarak sekolah, belum ada peta lokasi sekolah, data manajemen dan kinerja sekolah, data fasilitas sumber daya sekolah, administrasi sekolah, buta aksara, beasiswa, dan insentif guru, jarang dilakukan penyegaran dan peningkatan profesionalitas guru. (3) Sistem informasi, antara lain: belum ada pusat informasi wisata, belum ada basis data titik-titik lokasi wisata rekreasi, wisata relegi, informasi sejarah dan legenda, kesenian sakral Nusa Penida, infrastruktur wisata, pusat kerajinan rakyat, kuliner Nusa Penida, sistem informasi transportasi darat dan laut, serta akomudasi wisata. (4) Tatanan Masyarakat Desa, antara lain: manajemen administrasi desa, kegiatan masyarakat desa, tata perumahan para petani rumput laut, peternakan (sapi, babi, kambing, ayam), pemanfaatan PDAM, pengelolaan sampah pasar Mentigi dan Toya Pakeh, sistem keamanan lingkungan, pengangguran, perbankan, industri rumahan. (5) Perkebunan dan Pertanian, antara lain: belum ada pola pengaturan tanaman keras (nangka, mangga, kelapa, dll), sistem olah lahan dan pemeliharaan tanaman jagung, kacang-kacangan, ketela pohon, ubi rambat, pisang, masih tradisional. (6) Peternakan dan Perikanan, antara lain: belum ada petani peternak melakukan pengawetan pakan dan pengolahan limbah ternak, kelompok ternak kurang efektif, sistem integrasi peternakan dan pertanian, sistem penangkapan ikan, pemeliharaan ikan, ikan untuk wisata, petani rumput laut tidak berdaya karena dikendalikan oleh pengepul, (7) Industri rumahan, antara lain: desain tenun ikat cepuk, pengeringan rumput laut, pengolahan rumput laut, pengolahan hasil tangkapan ikan, pengolahan hasil pertanian, pengolahan hasil perkebunan, industri seni (seni ukir, lukis, dalang, tari, dll), tanaman hias, ikan hias, bahan bangunan (paping, batako, kusen, dll). (8) Bidang Wisata, antara lain: masih terbatas pada wisata spritual, belum ada rumah penginapan yang memadai sehingga turis asing hanya lewat saja di Nusa Penida, potensi pengembangan wisata bahari maupun wisata spritual sangat besar, belum ada pusat informasi wisata baik dalam bentuk pamplet maupun elektronik. Sedangkan berdasarkan RPJMD yang diperoleh dari kecamatan dapat dijelaskan sebagai berikut. Dalam bidang pertanian dan peternakan terungkap permasalahan tentang kondisi tanah, perairan, jenis tanaman, sistem penanaman dan perawatan, sistem panen dan hasil pasca panen, pemasaran hasil pertanian, kesulitan pakan ternak pada saat musim kemarau sebaliknya berlimpah dimusim hujan. Berkaitan dengan hal tersebut, penerapan teknologi tepat guna di bidang pertanian baik pembuatan pupuk kandang, pengolahan lahan maupun pasca panen perlu mendapat perhatian. 4
Di bidang pendidikan, perlu didata tentang tingkat pendidikan penduduk, motivasi pendidikan keluarga, keberadaan sekolah menyangkut masalah fasilitas, daya tampung, pengelolaan, kualitas lulusan dan tenaga pendidik, keberadaan pendidikan non-formal yang relevan, serta penunjang lainnya yang memungkinkan untuk lebih meningkatnya tingkat pendidikan seluruh warga masyarakat di desa tersebut. Di bidang kesehatan, perlu didata tentang keberadaan pos pelayanan kesehatan baik menyangkut aktivitas dan jenis pelayanan, jangkauan pelayanan, kesesuaian dengan harapan masyarakat, termasuk dukungan terhadap program KB dan posyandu. Data tentang jenis kegiatan dan penanggulangan penyakit menular atau kemungkinan penyakit masyarakat yang ada, serta kesehatan dan kebersihan lingkungan dari tingkat keluarga, banjar/dusun sampai lingkungan desa. Di samping ketiga bidang di atas terkait masalah ketertinggalan dan kemiskinan perlu juga diperoleh data tentang pelaksanaan pembangunan ekonomi masyarakat. Untuk hal tersebut perlu digali informasi berkaitan dengan tahapan yang telah dilakukan, partisipasi masyarakat, keberadaan dan perluasan lapangan kerja usaha, kewirausahaan, perkoperasian, industri, peternakan, dan usaha lain yang dipandang dapat menunjang pembangunan ekonomi masyarakat. Sehingga dapat direncanakan langkah-langkah yang mungkin dapat dilakukan dalam rangka memberdayakan potensi yang ada di masyarakat. Untuk lebih lengkapnya basis data perlu didata tentang fasilitas penunjang seperti keberadaan alat transpotasi, jaringan komunikasi dan pos, sektor pariwisata, hukum, keamanan dan ketertiban, pemukiman dan perumahan, pertumbuhan penduduk, sosial dan budaya, pos-pos pelayanan umum. (1) Desa Suana Desa Suana Kecamatan Nusa Penida
terletak
sekitar 12 km dari pusat kota
kecamatan Nusa Penida. Desa Suana merupakan sebuah desa yang berlokasi di bagian Timur Pulau Nusa Penida. Wilayah Desa Suana sebagian berupa dataran rendah dan sebagian lagi berupa perbukitan dengan ketinggian 0 s.d 300 meter di atas permukaan laut. Batas-batas wilayah Desa Suana adalah sebagai berikut: - Sebelah Barat
: Desa Batunggul dan Kutampi
- Sebelah Utara
: Desa Batununggul
- Sebelah Timur
: Selat Lombok (Laut)
- Sebelah Selatan
: Desa Pejukutan.
5
Luas Wilayah Desa Suana sekitar 2.348 ha, dengan jumlah penduduk 3.745 jiwa (1.110 KK/RT), yang terdiri dari laki-laki 1.410 jiwa dan perempuan 1.835 jiwa. Di Desa Suana terdapat 266 RTM (Rumah Tangga Miskin) dengan 1.101 jiwa. Desa Suana terdiri dari 4 dusun/Banjar Dinas, yaitu: Dusun Karangsari, Dusun Celagilandan, Dusun Semaya, dan Dusun Kelemahan. Penggunaan lahan di wilayah Desa Suana, terdiri dari: lahan untuk pemukiman seluas 18 ha, untuk tanah pertanian dan perkebunan sekitar 2.324 ha, dan untuk fasilitas umum seluas sekitar 6 ha. Tingkat pendidikan penduduk Desa Suana, berdasarkan RPJMD tidak begitu lengkap, namun secara umum dijelaskan sebagai berikut: (1) Penduduk yang umurnya di bawah 16 tahun, 98% sedang mengikuti pendidikan, sisanya 2% tidak bersekolah. (2) Penduduk yang berusia di atas 16 tahun, 18,71% sedang mengikuti pendidikan, 81,29% tidak melanjutkan sekolah (putus sekolah). Mencermati RPJM Desa Suana, tampak data yang ada tidak begitu detail, dan prioritas program lebih banyak mengarah pada pembangunan bidang fisik saja. Program dalam bidang pemberdayaan masyarakat tampak sangat kurang. Hal ini mungkin disebabkan keterbatasan kemampuan aparat dan tokoh-tokoh masyarakat yang ditugaskan menyusun RPJMD. Demikian juga dalam hal penggunaan komputer bagi aparat desa masih tergolong kurang. Hal ini terlihat dari tampilan fisik dari RPJMD yang ada masih sederhana. Mata Pencaharian penduduk Desa Suana, antara lain: (1) Sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan termasuk rumput laut sekitar 92,3%. (2) Sektor lainnya, seperti: nelayan, pedagang, pegawai, buruh, pengerajin, dan pariwisata sekitar 7,7%. Komuditi yang menonjol adalah jagung, ketela pohon, kelapa, rumput laut, dan ikan tongkol. Desa Suana memiliki areal pertanian dan perkebunan lahan kering yang cukup luas yaitu 2.324 ha. Di samping itu, Desa Suana juga memiliki lahan rumput laut di sepanjang pantai sebelah timur dengan panjang sekitar 5 km. Pertanian dan perkebunan yang ada merupakan tanaman musiman, seperti: jagung, ketela pohon, kacang-kacangan dan pisang. Hasil panen komuditas ini cukup melimpah, sehingga harga menjadi anjlok pada musim panen. Tanaman perkebunan yang lainnya adalah kelapa. Perkebunan kelapa di Desa Suana tergolong cukup luas. Walaupun dalam RPJMD tidak tersirat dengan jelas, namun dari informasi yang diperoleh dari pemuka masyarakat, luas perkebunan kelapa mencapai 200 ha. Hasil panen biasanya dijual butiran ke Bali daratan. Di samping dijual dalam bentuk butiran, kelapa juga sebagai bahan pembuatan minyak kelapa secara tradisional 6
oleh ibu-ibu rumah tangga. Bungkil kelapa yang diperoleh dijadikan sebagai bahan makanan ternak babi. Lahan tandus di daerah perbukitan dengan tanaman musiman di Desa Suana arealnya tergolong sangat luas sekitar 2.324 ha, dan seluas sekitar 24 ha hanya ditumbuhi semak-semak. Lahan perbukitan tersebut di musim hujan tampak seperti lahan subur karena kelihan hijau. Namun, di musim kemarau lahan tersebut tampak kering kerontang. Dengan keadaan ini, petani yang pada umumnya juga sebagai peternak sapi sangat kesulitan memperoleh pakan ternak mereka di musim kemarau. Saat ini lahan tandus tersebut secara bertahap mulai dihijaukan dengan tanaman gamal dan jati. Fasilitas Pendidikan dan Kesehatan yang ada di Desa Suana, antara lain: Taman Kanak (TK) 1 buah, dan Sekolah Dasar (SD) 6 buah. Sedangkan fasilitas kesehatan yang ada adalah Posyandu 8 buah. Lembaga-lembaga atau kelompok masyarakat yang ada di Desa Suana, antara lain: Pemdes, LPM, BPD, dan PUSTU, Karang Taruna, Desa Adat, Banjar Adat, Seka Taruna, PKK/Desa Wisma, Kelompok Tani/Nelayan. Badan Perkreditan Desa (BPD) yang ada sangat menopang usaha perekonomian masyarakat Desa Suana. Di samping potensi tersebut di atas, Desa Suana juga memiliki Pura Goa Giri Putri sebagai Pusat Persembahyangan Umat Hindu yang telah terkenal, sehingga setiap hari tidak pernah sepi dari pengunjung untuk tujuan sembahyang. Dampak dari keberadaan pura tersebut, perputaran ekonomi masyarakat di sekitar pura cukup baik. Namun, produkproduk industri lokal yang diperlukan pengunjung masih tergolong langka. Hasil analisis situasi yang telah dilaksanakan tim program IbW Universitas Pendidikan Ganesha menunjukkan bahwa Desa Suana sangat potensial untuk dikembangkan terutama sektor pendidikan, pertanian, peternakan,industri rumahan dan wisata spiritual. Pada bidang Pendidikan yang perlu diadakan pembenahan dalam rangka meningkatkan potensi desa dalam bidang pendidikan adalah sebagai berikut. (1) Masih ada anak-anak berusia di bawah 16 tahun yang tidak/berhenti bersekolah (sekitar 2%), dipandang perlu diadakan pendidikan Kejar Paket A, sehingga seluruh anak-anak di Desa Suana mengenyam pendidikan dasar. (2) Penduduk yang berusia di atas 16 tahun mengalami putus sekolah lebih dari 81% baik ke jenjang SMP, SMA, maupun perguruan tinggi, dipandang perlu diadakan pendidikan Kejar Paket B bagi yang belum memiliki pendidikan setingkat SLTP, dan Kejar Paket C bagi yang belum memiliki pendidikan setingkat SLTA. (3) Kualitas pendidikan yang ada di Desa Suana, baik TK, maupun SD masih rendah. Untuk itu perlu ditingkatkan melalui penyegaran materi, metode pembelajaran, karena
7
sampai saat ini para guru terlalu jarang mendapat kesempatan mengikuti seminar maupun lokakarya. (4) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sangat perlu digalakkan, karena masa depan bangsa ada di pundak mereka. Oleh karena itu, PAUD perlu dikembangkan dan ditingkatkan kualitasnya. (5) Anak-anak yang putus sekolah pada umumnya masih pengangguran. Untuk itu perlu diberikan pelatihan kewirausahaan seperti: ketrampilan elektronik, bengkel, komputer, internet, dll. (6) Dalam bidang adminitrasi dipandang perlu diberikan pelatihan keterampilan penggunaan komputer bagi aparat desa. Di samping itu, peningkatan keterampilan dalam hal penyusunan RPJMD bagi aparat dan totoh-tokoh masyarakat dipandang perlu dilakukan, sehingga RPJMD yang ada dapat lebih disempurnakan. Pada bidang pertanian dan perkebunan permasalahan yang harus diatasi dalam rangka meningkatkan potensi Desa Suana, antara lain: (1) Penganekaragaman jenis tanaman musiman palawija yang relevan dapat berproduksi di lahan kering seperti kacang tanah, kacang merah, kacang kedelai, kacang hijau, serta cara pembibitan, cara penanaman, pengolahan pasca panen, dan pemasaran produk. (2) Pengembangan tanaman pisang, seperti pembibitan pisang, penanaman, pengolahan pasca panen, dan pemasaran produk perlu diupayakan. (3) Pemanfaatan lahan tidur yang cukup luas sangat potensial dihutankan dengan menanam pohon jati, dan tanaman keras lainnya, sehingga dalam jangka waktu 15-20 tahun mendatang dapat menghasilkan kayu yang berkualitas dan bernilai ekonomi yang tinggi. (4) Pengefektifan pembudidayaan rumput laut, pembibitan, penanaman, pengelolaan pasca panen dan pemasaran. (5) Pengenalan teknologi tepat guna dalam pengolahan hasil perkebunan kelapa menjadi minyak kelapa tradisional, sehingga buah kelapa yang selama ini banyak dijual dalam bentuk butiran dapat diolah di desa menjadi minyak kelapa. Dengan demikian, bungkilnya dapat berfungsi sebagai makanan babi, tempurungnya sebagai bahan kerajinan, bahan pembuatan dupa, airnya dapat diolah menjadi bahan adonan kue, dll. (6) Mengoptimalkan kinerja kelompok tani yang ada melalui pembinaan-pembinaan, memotivasi peningkatan kegiatan, cara pengelolaan kegiatan, dll. Pada bidang Peternakan yang perlu diadakan pembenahan dalam rangka meningkatkan potensi masyarakat desa adalah sebagai berikut: 8
(1) Nusa Penida terkenal dengan ternak sapinya, yang saat ini masih bebas dari penyakit mulut dan kuku, dipandang perlu dikembangkan dan digalakkan, karena memiliki potensi yang sangat handal dalam menunjang perekonomian masyarakat selama ini. (2) Petani/peternak saat ini kesulitan dalam hal memperoleh bibit ternak, karena keterbatasan modal mereka. Mengembangkan dan mengaktifkan kelompok-kelompok ternak yang ada selama ini perlu digalakkan kembali. Cara yang dapat ditempuh, diantaranya membantu kelompok ternak untuk membuat proposal ke pemerintah agar mendapat bantuan ternak bergulir, memberikan pelatihan dalam hal pengolahan dan pengawetan pakan ternak, pengolahan limbah limbah ternak menjadi biogas, dll. (3) Pembentukan kelompok-kelompok ternak yang baru, khususnya dari peternak yang dilakukan ibu-ibu rumah tangga, seperti kelompok ternak babi. (4) Kambing tergolong ternak yang tidak terlalu sulit dalam pemeliharaannya, pemeliharaan kambing dipandang perlu dikembangkan, karena nilai jualnya cukup tinggi. Harga satu ekor kambing bisa mencapai Rp.1.000.000,(5) Ayam kampung yang banyak diperlukan baik sebagai bahan lauk bagi rumah makan, maupun dalam kegiatan hajatan dan upacara keagamaan, perlu dikembangkan dan digalakkan dalam pemeliharaannya, karena jangka waktu pemeliharaannya tidak terlalu lama. Dalam bidang perekonomian, Desa Suana memiliki potensi yang sangat besar, terutama dalam hal pengolahan pasca panen, baik hasil panen pertanian, perkebunan, perikanan termasuk rumput laut. Produksi rumput laut mencapai 300 ton per-bulan. Ikan tongkol hasil tangkapan para nelayan sangat berlimpah. Dari sekitar 700 nelayan yang ada di Desa Suana dapat menghasilkan tangkapan ikan rata-rata 2 ton, dan pada musim panen bisa mencapai 5-7 ton setiap hari. (1) Sampai saat ini, rumput laut masih dijual secara sendiri-sendiri oleh masing-masing petani rumput laut kepada pengepul. Dengan demikian, harga sangat dikendalikan oleh para pengepul. Untuk hal itu, perlu dibentuk koperasi yang bertindak sebagai pengepul dan penyedia peralatan yang diperlukan oleh petani rumput laut. (2) Pengolahan pasca panen rumput laut perlu ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat bersaing dengan kualitas dari daerah lain dengan jalan membuat tempat pengeringan dengan kuantitas yang memadai oleh koperasi petani rumput laut. (3) Perlu dibentuk koperasi Sembako (Sembilan Bahan Pokok), atau Pasar Desa, agar masyarakat dapat memperoleh kebutuhan sembako dengan harga yang terjangkau.
9
Sementara ini, penduduk memperoleh kebutuhan pokok dari Mentigi yang jaraknya hampir 7 km. Sehingga mereka harus mengeluarkan biaya tranportasi. (4) Harga minyak kelapa kemasan yang makin tinggi, para ibu-ibu rumah tangga perlu didorong untuk membuat minyak kelapa tradisional dengan penerapan teknologi tepat guna, sehingga dapat menopang perekonomian keluarga. Minyak kelapa ini juga dapat dimurnikan menjadi minyak kelapa murni atau VCO yang saat ini banyak diburu konsumen dengan harga lebih mahal. (5) Ibu-ibu rumah tangga dan remaja putri perlu diberikan keterampilan industri rumahan dalam hal pengolahan dan pengemasan produk sehingga produk memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi, seperti: keterampilan membuat keripik singkong, keripik pisang, rempeyek kacang tanah, rempeyek kedelai, dodol (iwol), sagon rangin, manisan rumput laut, dll. Sedangkan dalam bidang kesehatan masyarakat Desa Suana yang perlu ditingkatkan adalah: (1) Gizi anak-anak balita dan ibu hamil perlu ditingkatkan melalui penyuluhan kepada para ibu rumah tangga dan pasangan usia subur, serta meningkatkan kegiatan Posyandu yang telah ada di Desa Suana. Hal ini dapat dilakukan oleh kader-kader desa bekerja sama dengan petugas kesehatan desa. (2) Membudayakan mengkonsumsi makanan sehat yang bebas bahan pengawet, mengembangkan apotik dan dapur hidup di pekarangan rumah, dll. (3) Penataan sumber air atau sumur-sumur umum yang masih menjadi sumber air utama masyarakat baik untuk air minum, memasak maupun mandi perlu diusahakan secara bertahap. Pada musim kemarau, penduduk terutama di Dusun Kelemahan dan Dusun Semaya sangat kesulitan memperoleh air minum. (4) Perluasan dalam pendistribusian air bersih oleh PDAM kepada masyarakat perlu mendapat perhatian, karena baru sebagian kecil masyarakat menikmati fasilitas tersebut. (2) Desa Batukandik Desa Batukantik sebagai salah satu desa di Kecamatan Nusa Penida, terletak kurang lebih 17 km dari kota kecamatan dan posisinya di bagian paling selatan Pulau Nusa Penida. Desa Batukandik merupakan daerah tandus yang terdiri atas gugusan batu karang dan perbukitan yang berhadapan langsung dengan Samudra Indonesia.
10
Sejarah singkat Desa Batukandik diketahui dari informasi secara turun-temurun oleh orang-orang tua yang dapat dipercaya. Berdasarkan informasi yang terkumpul, diketahui bahwa Desa Batukandik merupakan desa tua yang dibangun oleh sekelompok masyarakat pada jaman dahulu. Pada masa itu, ada sekelompok anak keturunan raja yang berasal dari Desa Akah Klungkung datang memerangi “Merana”, dan sebagai tanda sejarah dibuat pesanggaran yang terletak di Pura Meranting dengan simbul orang menjinjing benda berbentuk pesanggaran yang terbuat dari batu. Batas-batas wilayah Desa Batukandik adalah sebagai berikut: - Sebelah Utara
: Desa Klumpu dan Desa Kutampi
- Sebelah Selatan
: Lautan Samudra Indonesia
- Sebelah Barat
: Desa Batumadeg
- Sebelah Timur
: Desa Sekartaji dan Desa Tanglad.
Luas Wilayah Desa Batukandik adalah 21,660 km2, dengan jumlah penduduk 4.783 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 2.145 jiwa dan perempuan 2.628 jiwa. Desa Batukandik terdiri dari 8 dusun, yaitu: Dusun Batukandik, Dusun Batuguling, Dusun Dungkap I, Dusun Dungkap II, Dusun Bangunurip, Dusun Bingin, Dusun Sukun, dan Dusun Tulad. Tingkat pendidikan penduduk Desa Batukandik, adalah sebagai berikut. (1) Tidak berpendidikan 1019 orang, (2) Sekolah Dasar 3.085 orang, (3) SLTP/sederajat 395 orang, (4) SLTA/Sederajat 245 orang, (5) Diploma dan Sarjana 39 orang. Mata Pencaharian penduduk Desa Batukandik, antara lain: (1) Petani dan Peternak 2.573 orang, (2) PNS/TNI 59 orang, (3) Karyawan Swasta 65 orang, (4) Pedagang 91 orang, (5) Pensiunan 1 orang, dan (6) Pengerajin. Jumlah Penduduk Miskin 915 KK atau 250 orang. Sebagai daerah pertanian lahan kering, maka desa ini berpotensi sebagai daerah produsen hasil bumi. Di samping itu, karena panorama wilayah yang indah dengan jurang dan bukitnya yang khas serta hamparan samudra yang luas dengan gelombangnya yang menghantam tebing-tebing terjal batas selatan Desa Batukadik, sangat berpotensi sebagai daerah wisata alam. Mata air guyangan yang letaknya di tebing juga sebagai salah satu daya tarik wisata. Pura Saab merupakan salah satu pura tujuan wisata spiritual. Hasil bumi yang dihasilkan di Desa Batukandik adalah holtikura, seperti sayur, kacang tanah, jagung, ketela pohon, undis, komak, kacang merah, pisang, ubi jalar, dll. Pada saat musim panem, komuditi ini jumlahnya melimpah sehingga harganya anjlok. Hasil ternak bagi masyarakat Desa Batukandik adalah sapi, babi dan ayam. Masalah yang paling umum terjadi adalah kesulitan air minum dan pakan ternak di musim kemarau. 11
Wilayah Desa Batukandik sebagian besar merupakan perbukitan yang tandus dan gundul. Penghijauan dengan tanaman keras seperti pohon jati maupun tanaman keras lainnya hingga saat ini sudah dikembangkan di sekitar pusat desa. Tanaman jati yang telah dikembangkan ternyata tumbuh dan hidup dengan baik. Hal ini tampaknya perlu terus digalakkan, karena masyarakat masih enggan melakukan pemeliharaan tanaman penghijauan tersebut. Potensi lain yang ada di Desa Batukandik adalah seni kerajinan ayaman dan kerajinan souvenir. Hasil kerajinan yang dibuat oleh masyarakat Desa Batukandik, antara lain: tikar pandan, topi, tenun, dan sarana upakara lainnya. Masalah yang dihadapi adalah bahan baku, variasi produk, dan pemasarannya. Di samping itu, kerajinan ukir kayu yang ada perlu dikembangkan. Berdasarkan potensi yang ada di Desa Batukandik, rencana pengembangan yang akan dilaksanakan melalui program IbW adalah sebagai berikut. (1) Dalam bidang pertanian dan perkebunan, akan dilakukan pengembangan tanaman palawija, pisang dan singkong lebih intensif, peningkatan keterampilan dalam pengolahan pasca panen dari hasil pertanian dan perkebunan tersebut. (2) Pengembangan peternakan yaitu dengan pembentukan kelompok ternak sapi, kambing dan babi. Peningkatan ketrampilan dalam pengolahan dan pengawetan pakan ternak dalam mengatisipasi kesulitan pakan ternak sapi dan kambing pada musim kemarau. Di samping itu, pengolahan limbah menjadi biogas dan pupuk akan menjadi prioritas dalam program IbW. (3) Pembinaan kerajinan ukir kayu yang ada, serta membantu mempromosikannya dalam pemasaran produk yang dihasilkan dipandang perlu diupayakan. (4) Pembinaan Koperasi Simpan Pinjam yang ada di Desa Batukandik untuk kepentingan warga masyarakat maupun permodalan bagi UKM yang ada di desa tersebut. (5) Pembinaan/pelatihan industri rumahan, seperti: cara pembuatan keripik singkong, keripik pisang, rempeyek kacang tanah, keripik biji jambu mete, dll. (6) Dilakukan penghijauan di daerah bukit yang tandus dan gundul dengan tanaman jati, jambu mete, cendana dan melinjo. (7) Dalam bidang kesehatan dilakukan pembinaan terhadap kader-kader Posyandu, peningkatan kesadaran penanaman apotek dan dapur hidup di pekarangan rumah, kesehatan anak balita dan ibu. (8) Dalam bidang pendidikan dilakukan pembinaan dan penyegaran materi ajar para guru baik SD. Pemberantasan buta aksara, kejar paket A dan kejar paket B menjadi 12
perhatian rencana program IbW. Di samping itu, pengembangan dan peningkatan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). 1.2 Permasalahan Wilayah Berdasarkan analisis situasi, permasalahan wilayah desa lokasi IbW Nusa Penida yang utama adalah sebagai berikut. (1) Bidang Administratif, antara lain: sistem tata layanan masyarakat masih belum optimal, keterampilan staf kecamatan maupun desa dalam pemanfataan komputer dan Internet belum belum optimal, RPJMD kurang menyentuh pemberdayaan masyarakat namun lebih banyak ke arah pembangunan fisik. (2) Bidang Pendidikan, antara lain: masih banyak penduduk buta aksara terutama di Desa Batukandik, angka anak-anak putus sekolah di kedua wilayah Desa Suana dan Desa Batukandik masih cukup tinggi disebabkan faktor ekonomi dan jarak sekolah, mutu pendidikan masih belum optimal karena kurangnya peningkatan profesional bagi guru. (3) Bidang Pertanian, antara lain: sistem olah lahan dan pola tanam musiman seperti jagung, kacang-kacangan, ketela pohon, ubi rambat, pisang, masih tradisional, pemanfaatan pupuk kandang masih belum optimal. (4) Bidang Peternakan dan Perikanan, antara lain: kurangnya pengetahuan tentang pengolahan pakan ternak bagi petani, keberadaan kelompok ternak belum efektif, belum ada peternak melakukan pengolahan limbah, pengolahan pasca panen rumput laut, dan hasil tangkapan ikan. (5) Bidang Industri rumahan, antara lain: pengetahuan tentang pengolahan rumput laut, pengolahan ikan, pengolahan hasil pertanian, pengolahan hasil perkebunan menjadi produk siap jual di supermakert masih rendah. Industri seni (seni ukir, lukis, dalang, tari) potensinya cukup baik namun masih hanya sebagai pekerjaan sambilan. (7) Penghijauan lahan tandus, antara lain: lahan tandus masih sangat luas perlu terus dihijaukan, kurangnya pengaturan tata penghijauan yang sudah ada bagi masyarakat sehingga banyak lahan produktif ditanami pohon jati, kesadaran masyarakat akan pentingnya penghijauan sebagai investasi masa depan masih perlu ditingkatkan.
13
BAB II SOLUSI YANG DITAWARKAN 2.1 Metode Pelaksanaan Program IbW a. Indentifikasi masalah menggunakan model partisipatory rural apprasial. Yang dimaksud model ini adalah dalam melaksanakan identifikasi masalah setiap program baik program bidang pendidikan, bidang pertanian/peternakan maupun bidang ekonomi, juga dalam perumusan program dan pendanaan dilakukan secara terarah dengan berpihak dan melibatkan masyarakat. Dengan demikian dalam merumuskan masalah, mengatasi masalah, penentuan proses dan kriteria masalah harus mengikutsertakan bahkan ditentukan oleh masyarakat/kelompok sasaran. Penggunaan model pendekatan di atas diharapkan akan: (1) dikenalnya masalah secara tepat/efektif sesuai dengan pesepsi, kehendak, dan ukuran/ kemampuan serta kebutuhan mereka, (2) tumbuhnya kekuatan (enpowering) masyarakat atau kelompok sasaran dalam pengalaman merancang, melaksanakan, mengelola dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan/pertumbuhan diri dan ekonominya, dan (3) efektifitas dan efisiensi penggunaan sumber daya masyarakat atau kelompok sasaran. Selanjutnya melalui analisis akan terinventarisir keterbatasan dan keterpenuhan berbagai sumber daya, sarana dan prasarana, maupun jenis-jenis usaha masyarakat. Di samping itu, akan ditemukan berbagai jenis kesenjangan dan kemiskinan secara mendalam baik secara natural, struktural, ataupun kultural. Berdasarkan identifikasi masalah akan dirancang berbagai perencanaan profil wilayah berupa program aksi. Rencana program aksi sebelum disosialisasikan kepada masyarakat atau kelompok sasaran, terlebih dahulu dikonsultasikan dengan Bappeda, Camat, dan Kepala Desa untuk kemudian memperoleh tanggapan/umpan balik/masukkan dari masyarakat atau kelompok sasaran yang akan digunakan sebagai bahan revisi dari rancangan program aksi. b. Pelaksanaan program dengan model enthrepreneurship capasity building (ECB) dan model Technology Transfer (TT) serta menerapkan Teknologi Tepat Guna (TTG). Model ECB terkait erat dengan kemampuan berwirausaha dari masyarakat, dengan model ini diharapkan: (1) memberikan wawasan, sikap, dan keterampilan usaha, (2) memberikan peluang, (3) memfasilitasi (modal pinjamaan dsb.), dan (4) memonitor dan mengevaluasi bagaimana perkembangan usahanya. Model TT dilakukan agar masyarakat atau kelompok sasaran: (1) menguasai prinsip-prinsip 14
penerapan teknologi terutama yang berkaitan dengan proyek yang sedang/akan dilaksanakan, (2) kalau teknologinya dirasakan terlalu rumit untuk menyelesaikan masalah/kebutuhan,
maka
ketua
proyek
mempunyai
kewajiban
untuk
menyederhanakan melalui penerapan TTG, (3) memproduk yang bersifat mereplikasi/modifikasi
dengan
alat
sederhana
yang
dapat
menyelesaikan
masalah/kebutuhan. c. Penyebarluasan informasi dan dan sosialisai program dengan menggunakan model Information Technology (IT). TTG yang telah diujicobakan dengan hasil yang cukup layak dan memuaskan dapat dikemas dalam kemasan informasi media cetak/elektronik, kemudian disebarluaskan kepada kelompok pengguna yang lain melalui IT. Dengan demikian model IT dalam program IbW digunakan untuk menyebarluaskan hasil replikasi dan modifikasi TTG yang aplikasinya benar-benar telah teruji secara layak dan memuaskan. 2.2 Rencana dan Pelaksanaan Program IbW Tahap III Tahun 2013 Adapun rencana dan pelaksanaan program IbW Nusa Penida dilaksanakan selama 3 tahun, yaitu dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013. Pada tahun III (2013), rencana dan pelaksanaan program adalah sebagai berikut. Persiapan 1. Sosialisasi IbW tahun III 2. Konsolidasi dan koordinasi dengan pihak Pemerintah Kabupaten Klungkung dan mitra usaha pendukung pengembangan potensi sesuai bidang kegiatan. 3. Penyusunan indikator dan instrumen program IbW. 4. Penetapan tim pelaksana program IbW. 5. Pembekalan peserta/pelatihan pelaksanaan teknis lapangan. Pelaksanaan 1. Pelatihan komputer/internet bagi guru-guru di Nusa Penida. 2. Penyelenggarakan program keaksaraan fungsional (KF) bagi pendudukan buta aksara dan anak-anak putus sekolah di kedua desa lokasi IbW. 3. Penyelenggarakan Pendididikan Anak Usia Dini (PAUD). 4. Pelatihan pembuatan media pembelajaran kontektual berbasis lokal bagi guru-guru IPA. 5. Pelatihan pembuatan krupuk ikan dan ikan asap di Desa Suana. 6. Pelatihan pembuatan pupuk kandang dari limbah ternak di kedua desa lokasi IbW. 15
7. Pelatihan pembibitan dan penghijauan lahan tandus serta penyuluhan manfaat penghijauan bagi masyarakat di kedua desa lokasi IbW. 8. Pelatihan variasi desain seni ukir kayu di Desa Batukandik. 9. Pendaftaran/legalitas produk hasil industri rumahan masyarakat wilayah IbW. 10. Pengembangan Jarak Kepyar di Nusa Penida. Pemantauan 1. Pemantauan pelaksanaan pelatihan komputer/internet bagi guru-guru. 2. Pemantauan pelaksanaan program keaksaraan fungsional (KF). 3. Pemantauan penyelenggarakan Pendididikan Anak Usia Dini (PAUD). 4. Pemantauan pelatihan pembuatan media pembelajaran kontektual berbasis lokal bagi guru-guru IPA. 5. Pemantauan pelatihan pembuatan krupuk ikan dan ikan asap di Desa Suana. 6. Pemantauan pelatihan pembuatan pupuk kandang dari limbah ternak di kedua desa lokasi IbW. 7. Pemantauan penghijauan lahan tandus dan penyuluhan manfaat penghijauan di kedua desa lokasi IbW. 8. Pemanatauan variasi desain seni ukir kayu di Desa Batukandik. 9. Pemantauan pendaftaran/legalitas produk hasil industri rumahan masyarakat desa wilayah program IbW. 10. Pemantauan Pengembangan Jarak Kepyar di Nusa Penida. Evaluasi 1. Evaluasi pelaksanaan pelatihan komputer/internet bagi guru-guru. 2. Evaluasi pelaksanaan program keaksaraan fungsional (KF). 3. Evaluasi penyelenggarakan Pendididikan Anak Usia Dini (PAUD). 4. Evaluasi pelatihan pembuatan media pembelajaran kontektual berbasis lokal bagi guru-guru IPA. 5. Evaluasi pelatihan pembuatan krupuk ikan dan ikan asap di Desa Suana. 6. Evaluasi pelatihan pembuatan pupuk kandang dari limbah ternak di kedua desa lokasi IbW. 7. Evaluasi pelaksanaan pelatihan pembibitan dan penghijauan lahan tandus serta penyuluhan manfaat penghijauan di kedua desa lokasi IbW. 8. Evaluasi pelaksanaan pelatihan variasi desain seni ukir kayu di Desa Batukandik. 9. Evaluasi pendaftaran/legalitas produk hasil industri rumahan masyarakat desa wilayah program IbW. 16
10. Evaluasi Pengembangan Jarak Kepyar di Nusa Penida. 11. Pembuatan Laporan Akhir Tahun III 2.3 Target Luaran Adapaun target luaran pelaksanaan program IbW Nusa Penida pada tahun III (2013) adalah sebagai berikut. (1) Target luaran program DP2M 1. Mininimal 30 orang guru-guru terampil komputer dan Internet. 2. Minimal 30 orang guru-guru IPA SD dan SMP terampil membuat media pembelajaran kontektual berbasis lokal. 3. Minimal 1 (satu) kelompok tani ternak sebagai percontohan terampil dalam pengolahan limbah ternak menjadi pupuk kandang di masing-masing desa lokasi IbW. 4. Minimal 50% peserta pelatihan terampil mengembangkan variasi desain seni ukir kayu di Desa Batukandik. (2) Target luaran program Pemda 1. Minimal 1000 pohon hasil pembibitan penghijauan ditanam di daerah tandus kedua desa lokasi dengan tanaman keras, jati, cendana, dll. 2. Minimal 50 orang penduduk buta aksara dan anak-anak putus sekolah dapat mengikuti program keaksaraan fungsional (KF) sesuai yang diminati. 3. Minimal 15 orang anak-anak usia dini dan 2 orang pembina di masing-masing desa lokasi mendapat keterampilan PAUD. 4. Minimal 3 orang peserta pelatihan pengolahan hasil tangkapan ikan penjadi pengusaha krupuk ikan dan ikan asap di Desa Suana. 5. Produk hasil industri rumahan masyarakat desa wilayah program IbW yang berkualitas terdaftar di Dinas Kesehatan Klungkung/BPOM Provinsi Bali. 2.4 Struktur Organisasi Secara struktural susunan organisasi pelaksanaan program IbW adalah seperti yang ditujukkan pada Gambar 2.1.
17
Gambar 2.1 Struktur Organisasi
Penanggungjawab: 1. Ketua LPM Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja (Prof. Dr. Ketut Suma, M.S.) 2. Ketua LPM Universitas Mahasaraswati Denpasar. (Prof. Dr. Ir. IGN. Alit Wiswasta, M.P.) 3. Bupati Kabupaten Klungkung. (I Wayan Candra, S.H, M.H) Pengarah : 1. Ketua BAPPEDA Kabupaten Klungkung (AA Ngurah Agung, Dipl.H.E. M.Sc) 2. Kabid Sosbud Bappeda Kabupaten Klungkung (I Gusti Ngurah Agung, S.H) 3. Camat Nusa Nusa Penida (I Wayan Suteja, AP, M.Si) Koordinator Pelaksana Kegiatan : Drs. I Nyoman Putu Suwindra, M.Kom. (LPM Undiksha Singaraja) Sekretaris : I Ketut Yoda, S.Pd, M.Or. (LPM Undiksha Singaraja) Bendahara : I Kade Suardana, SPd, M,Si. (LPM Undiksha Singaraja) Anggota : (1) Ir. Ketut Widnyana, M.Si. (LPM Unmas Denpasar) (2) Dr. I Wayan Bagia, M.Si ` (LPM Undiksha Singaraja) (3) Dra. Risa Panti Ariani, M.Si. ` (LPM Undiksha Singaraja) 2.5 Jadwal Kegiatan Adapun jadwal kegiatan pelaksanaan program IbW Nusa Penida tahun III (2013) adalah sebagai berikut.
18
Tabel 2.1 Rencana Jadwal Tahun III (Anggaran Tahun 2013) NO
KEGIATAN
1
Konsultasi-Konsolidasi program dengan Pemkab. Sosialisasi IbW tahun I kepada kecamatan, dan desa lokasi IbW. Penyusunan Instrumen program IbW. Pelatihan Teknis Lapangan bagi dosen dan mahasiswa pelaksana program. Pelatihan komputer dan Internet bagi guru-guru. Pelaksanaan pendidikan keaksaraan fungsional (KF). Pelaksanaan pendididikan anak usia dini (PAUD). Pelatihan pembuatan media pembelajaran kontekstual berbasis lokal bagi guru-guru IPA. Pelatihan pembuatan krupuk dan ikan asap di Desa Suana. Pelatihan pembuatan pupuk kandang dari limbah ternak di Desa Batukandik. Pelatihan variasi desain seni ukir kayu di Desa Batukandik. Pembibitan dan penghijauan lahan tandus di kedua desa lokasi IbW. Pendaftaran legalitas produk hasil industri rumahan. Pembuatan Laporan IbW Tahun III
2
3 4
5 6
7
8
9
10
11
12
13
14
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
2.6 Biaya Kegiatan (1) Alokasi Anggaran Biaya Tahun III (2013) Adapun alokasi anggaran biaya setiap kegiatan program IbW pada tahun III (2013) serta sumber dananya adalah seperti tabel berikut. 19
Tabel 2.2 Biaya Kegiatan Tahun III (2013) No
Program Kegiatan
1
Pelatihan komputer dan Internet bagi aparat kecamatan, desa dan guru-guru. Pelatihan pembuatan pupuk kandang dari limbah ternak di kedua desa lokasi IbW Pelatihan pembuatan media pembelajaran kontektual berbasis lokal bagi guru-guru IPA.
2 3 4 5 6
Biaya (Rp.)
Pelatihan variasi desain seni ukir kayu di Desa Batukandik. Penyelenggaraan pendidikan Keaksaraan Fungsional (KF) di kedua desa lokasi IbW. Pembibitan dan penghijauan lahan tandus di kedua desa lokasi IbW.
Sumber Dana
10.000.000 Undiksha 50.000.000 DP2M Dikti 20.000.000 DP2M Dikti 30.000.000 DP2M Dikti 40.000.000 Pemda Klungkung 40.000.000 Pemda Klungkung
7
Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini (PAUD) di kedua desa lokasi IbW.
40.000.000 Pemda Klungkung
8
Pelatihan pengolahan ikan menjadi produk ikan asap dan krupuk ikan di Desa Suana. Pendaftaran/legalitias produk hasil industri rumahan. Pengembangan Jarak Kepyar dan Sosialisasi penanaman kepada Petani di Nusa Penida.
30.000.000 Pemda Klungkung
9
10
Total
10.000.000 Pemda Klungkung Program tambahan 270.000.000
20
BAB III HASIL PELAKSANAAN PROGRAM IbW 3.1 Partisipasi Masyarakat Terhadap Program IbW Pada tahun III (2013) program IbW Nusa Penida yang berlokasi pada dua desa, yaitu Desa Suana dan Desa Batukandik melibatkan partisipasi masyarakat dari kedua desa tersebut. Di samping Desa Suana dan Desa Batukandik, pada tahun III (2013) ini, diperluas dua desa lagi yaitu Desa Ped dan Desa Sakti. Di kedua desa ini, pengembangan jarak kepyar dilaksananakan. Partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan program IbW Nusa Penida tergrolong sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari setiap program yang ditawarkan selalu mendapat respon postif dari masyarakat. Jumlah masyarakat yang berpartisipasi belum terekam seluruhnya, karena masih ada program-program yang belum tuntas pelaksanaannya, seperti program penghijauan yang harus menunggu hujan turun secara kontinyu, yang diperkirakan akan dilaksanakan pada akhir Bulan Desember 2013. Adapun kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan, antara lain: (1) Pelatihan komputer staf Desa Suana 5 orang, staf Desa Batukandik 5orang, dan guru-guru 12 orang. Pelatihan kerampilan krupuk ikan di Desa Suana 22 orang.
(2) Kegiatan KF dan keterampilan kain rangrang 24 orang. Sedangkan kegiatan KF dan keterampilan kripik singkong di Dusun Sukun Desa Batukandik 32 orang.
(3) Kegiatan diklat program PAUD melibatkan guru-guru PAUD di seluruh Nusa Penida sebanyak 43 orang. Kegiatan ini langsung diarahkan oleh Ketua UPT Dinas Pendidikan Nusa Penida.
(4) Kegiatan diklat media pembelajaran guru-guru IPA sebanyak 24 orang. Program ini, di samping pelatihan pembuatan media pembelajaran berbasis lokal, juga sesuai dengan permintaan guru-guru IPA, pelatihan pembuatan media berbasis online, antara lain: weblog, bertempat di Laboratorium SMA Negeri 1 Nusa Penida.
(5) Pendaftaran legaliats produk Dinas Kesehatan Klungkung sedang dilakukan proses perlengkapan persyaratan. Persyaratan yang paling penting adalah sertifikat pelatihan/penyuluhan kesehatan yang diselenggarakan oleh Kantor Dinas Kesehatan bekerjasama dengan Badan POM Provinasi Bali. Kegiatan ini sudah dilakukan pada tanggal 20 November 2013. Pengerajin industri rumah tangga yang hadir dari Nusa Penida hanya 1 orang yaitu Pengolahan minyak VCO. Di samping produk VCO, krupuk rumput laut juga mempunyai potensi yang sangat potensial. Untuk membantu proses pemasaran, tim IbW Nusa Penida telah mengadakan penjajagan dengan pihak Krisna Mall. 21
(6) Untuk menjamin keberlanjutan tentang produk VCO dan krupuk laut, pengerajin ini tetap dibina dan didampingi agar terus melakukan produksi, walaupun prosesnya masih tergolong sederhana, namun kualitasnya tetap dapat dijamin baik. (7) Kegiatan Penghijauan, telah dipersiapkan bibit penghijauan sebanyak 4.000 pohon Jati Kabelina, dan juga 200 pohon buah langka Sentul. Berdasarkan kajian lingkungan hidup pohon sentul, tampaknya pohon ini cocok ditanam di Nusa Penida. Kegiatan ini akan dilaksanakan pada akhir Bulan Desember 2013. (8) Sosialisasi pengembangan jarak kepyar di Desa Ped dengan peserta 32 orang dan Desa Batukandik dengan peserta 38 orang, dan telah disebarkan bibit 50 kg untuk Desa Batukandik dan 25 kg untuk Desa Ped. Pengembangan jarak kepyar bekerjasama
dengan Kimia Farma telah dibangun beberapa demplot. Dari hasil evaluasi dapat disimpulkan bahwa jarak kepyar cocok dikembangkan di Nusa Penida. Hasil pertemuan antara masyarakat dan Kimia Farma yang dimediasi oleh FlipMas Indonesia, FlipMas Ngayah, dan LPM Undiksha, disepakati bahwa mulai tahun 2012 jarak kepyar dikembangkan di Nusa Penida melalui suatu perjanjian kesepakatan antara petani yang tergabung dalam sebuah koperasi “Tani Kita”dan Kimia Farma. (9) Beberapa kegiatan yang sedang dipersiapkan adalah pelatihan seni ukir kayu, pelatihan pupuk organik, dan pelatihan ikan asap. 3.2 Dokumentasi Program IbW Tahun III 2013 (1) Produk/kegiatan yang dinilai bermanfaat dari berbagai perspektif 1. Keterampilan komputer yang dimiliki staf desa maupun staf kecamatan dapat meningkatkan kelancaran pelayanan kepada masyarakat. 2. Keterampilan pengolahan minyak kelapa murni: VCO dapat meningkatkan nilai tambah bagi pengerajin pengolahan minyak kelapa tradisional. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Setiap 20 butir kelapa dapat menghasikan 1,5 liter VCO atau 14 botol VCO. Setiap botol VCO dijual dengan harga Rp.20.000,- sehingga hasil penjualan mencapai Rp.280.000,- Biaya produksi, seperti: kelapa, botol, label, listrik sekitar Rp.80.000,sehingga keuntungan yang diperoleh sekitar Rp.200.000,-. Di samping itu, pengerajin juga memperoleh keuntungan lainnya, seperti: bungkil, roroban, blondo, dan tempurung. 3. Program keaksaraan (KF) cukup membantu dalam meningkatkan keterampilan masyarakat sesuai dengan minatnya, sambil mereka belajar membaca dan berhitung. Jenis keterampilan yang ditingkatkan antara lain: pengolahan singkong menjadi kripik, krupuk ikan, kain ranrang, dll., tanpa merubah keterampilan dasar yang sudah mereka miliki.
22
4. Meningkatnya keterampilan guru-guru PAUD dalam bidang seni, antara lain: cara pemilihan materi, cara membimbing baik klasikal maupun individu, dan cara evaluasi pekerjaan siswa. Pada tahun ini dikombinasikan dengan pelajaran olah gerak yang sangat penting bagi tumbuh kembang anak. 5. Program pelatihan pembuatan media pembelajaran berbasis lokal dapat meningkatkan kreativitas guru-guru IPA dalam mempersiapkan proses pembelajaran yang berkualitas, antara lain: membuat rangkaian listrik sederhana, membuat spring dari kawat nikelin, membuat stroboskop, elektroskop, dll. Pada tahun ini, sesuai dengan permintaan guru-guru diberikan pelatihan media pembelajaran berbasis ICT. 6. Pembibitan dan penghijauan lahan tandus bermanfaat bagi masyarakat baik sebagai proses konservasi alam maupun sebagai investasi jangka panjang dalam meningkatkan perekonomian masyarakat di masa depan. Adapun jenis bibit yang ditanam, antara lain: jati kabelina, dan karet. Pada tahun ini, dicoba ditanam bibit buah langka seperti sentul. 7. Program peningkatan kualitas batako dan dampak lingkungan dapat meningkatkan pemahaman pengerajin batako akan kualitas dan kelestarian lingkungan. Sehingga diharapkan para pengerajin batako dapat melestarikan lingkungan, dan tidak akan terjadi korban akibat longsor, seperti yang pernah terjadi beberapa kali di Nusa Penida. Kegiatan ini masih dilakukan pendampingan, kepada beberapa pengerajin batako. 8. Program pengembangan jarak kepyar di Nusa Penida diharapkan dapat mendayagunakan lahan-lahan marginal dan memvariasikan jenis tanaman pada lahan produktif melalui cara tanam tumpang sari. Pada tahun 2013 telah ditanam sebanyak direncanakan ditanam sekitar 250 kg bibit yang diperoleh dari hasil panen penanaman tahun 2012. Beberapa lokasi telah dilaksanakan penanaman, seperti di Dusun Dumkap Batukandik yang saat ini sudah mulai turun hujan. (2) Potret permasalahan lain yang terekam 1. Produk yang dihasilkan dari pelatihan VCO masyarakat masih merasa kesulitan
dalam pemasarannya, karena VCO tergolong hal yang baru, namun untuk mengatasi hal ini diupayakan mengenalkan secara bertahap melalui penitipan di warung di sekitar Pura Ped Nusa Penida, dan pembuatan brosur tentang manfaat dari VCO. Di samping itu, ijin legalitas produk masih sedang diproses pengurusannya. 2. Masyarakat cepat berubah keinginan dan ambisi, seperti pohon jati yang mereka
tanam yang belum layak dipanen ditebang diganti dengan dengan tanaman karet. Sehingga ada kekhawatiran program penghijauan yang dilaksanakan tidak dipelihara dengan baik. Namun, kejadian ini hanya sebuah kasus yang terjadi di 23
Desa Bunga Mekar, dimana ada petani yang menebang pohon jati diganti dengan tanaman karet. Dari hasil pantauan tim IbW, di lokasi penghijauan penghijauan berjalan dengan baik, dan belum ada penggantian tanaman. 3. Program keaksaraan bagi masyarakat kurang mendapat respon positif, karena
masyarakat tampak sangat afatis yang cenderung menjalani kehidupannya apa adanya. Namun, hal ini dapat diatasi dengan jalan memberi keterampilan yang sejalan dengan keterampilan dasar yang telah mereka miliki, sehingga tampak cukup bergairah mengikuti program ini. Keterampilan yang dimaksud antara lain: pengerajin tenun ranrang, kripik singkong, anyaman ingke dari bambu, dan krupuk ikan. 3.3 Indikator Kinerja RAB Adapun indikator kinerja program dapat dilihat seperti tabel berikut.
24
No.
Jenis Program/Kegiatan
Realisasi
Sumber Dana (Rp.)
Keuangan (%)
1.
Pelatihan Komputer dan Internet bagi staf desa lokasi IbW dan staf kecamatan, serta guru-guru.
Undiksha Rp.10.000.000,-
100% sumber dana dari Undiksha
2.
Pelatihan variasi desain seni ukir kayu di Desa Batukandik.
DP2M Dikti Rp.30.000.000,-
100% sumber dana dari DP2M Dikti
3.
Pelatihan pembuatan pupuk kandang dari limbah ternak di kedua desa lokasi IbW
DP2M Dikti Rp.50.000.000,-
100% sumber dana dari DP2M Dikti
25
Fisik (%) Sudah terlaksana 100%, antara lain: (1) Dua unit laptop sudah disumbangkan kepada kedua desa IbW masing-masing 1 unit, yang langsung diserahkan oleh ketua LPM Undiksha kepada Camat Nusa Penida, dan diteruskan kepada kepala desa. (2) 32 orang peserta telah mengikuti keterampilan komputer dalam bidang yang difokuskan pada Ms.Office (Word dan Excel) dan cara akses Internet. Sudah terlaksana 70%, antara lain: (1) Merencanakan jadwal kegiatan. (2) Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan dalam pelatihan. Sudah terlaksana 70%, antara lain: (1) Dua unit demplot percontohan untuk pembuatan pupuk kandang. masing-masing Desa Batu Kandik dan di Desa Suana. (2) Di Desa Batukandik bertempat di Dusun Guyangan, dekat kandang ternak milik Bapak I Nyoman Bawa, sedangkan di Desa Suana bertempat di Dusun Karangsari.
Keterangan Pencapaian target sesuai dengan yang direncanakan, yaitu menyumbangkan masing-masing 1 unit komputer (laptop) untuk setiap desa dan peserta sebanyak minimal 30 orang peserta dari staf desa, dan staf kecamatan dan serta guru-guru.
Pencapaian target belum tercapai karena kegiatan akan dilaksanakan pada awal Desember 2013.
Belum tercapai sesuai target, karena pelatihan sedang dipersiapkan.
4.
Penyelenggaraan program keaksaraan fungsional (KF) sesuai yang diminati bagi pendudukan buta aksara dan anak-anak putus sekolah.
APBD Pemda Klungkung Rp.40.000.000,-
100% sumber dana dari APBD Pemda Klungkung
Sudah terlaksana 100%, antara lain: (1) Terbentuknya kelompok keaksaraan fungsional (KF), seperti: keterampilan membuat anyaman dari bahan bambu seperti: keranjang, ingke, capil, dll. Keterampilan mengolah hasil panen, seperti: krupuk ikan, kripik singkong, dll. Kegiatan ini dilakukan sambil belajar membaca dan berhitung. (2) Sedangkan kelompok KF di Desa Suana berhubungan dengan nelayan: krupuk ikan laut, dan kerajinan kain rangrang. (3) Jumlah peserta yang mengikuti program keaksaraan fungsional (KF), sebanyak 32 orang dari Desa Batukandik, dan 24 orang dari Desa Suana. (4) Program kegiatan KF ini tetap dilakukan pendampingan hingga diharapkan ada muncul pengerajin yang mampu memproduksi produk sesuai keterampilan yang diikuti.
Tercapai sesuai dengan target yang direncanakan, dimana untuk tahun III sebanyak minimal 50 orang terlibat dalam kelompok keaksaraan fungsional (KF).
5.
Pembibitan dan penghijauan lahan tandus, dan penyuluhan manfaat penghijauan.
APBD Pemda Klungkung Rp.40.000.000,-
100% sumber dana dari APBD Pemda Klungkung
Sudah terlaksana 90%, antata lain: (1) Pelatihan sudah dilaksanakan, demikian juga penghijauan sudah dilaksanakan di Desa Batukandik. Sedangkan di Desa Suana akan dilanjutkan pada awal tahun mendatang, karena di desa ini hujan belum
Target tercapai sekitar 90%.
26
6.
Pelatihan keterampilan bagi guru-guru PAUD di kedua desa lokasi IbW
APBD Pemda Klungkung Rp.40.000.000,-
100% sumber dana dari APBD Pemda Klungkung
7.
Pelatihan pembuatan media pembelajaran berbasis lokal bagi guru-guru IPA
DP2M Dikti Rp.20.000.000,-
100% sumber dana dari DP2M Dikti
8.
Pelatihan pengolahan ikan menjadi produk ikan asap dan krupuk ikan di Desa Suana.
APBD Pemda Klungkung Rp.30.000.000,-
100% sumber dana dari APBD Pemda Klungkung
27
kontinyu. (2) Jumlah bibit yang ditanam tahun ini sebanyak 4.000 bibit Jati kabelina, dan 200 pohon sentul. Sudah terlaksana 90%, antara lain: (1) Telah dilaksanakan pelatihan keterampilan bagi guru-guru PAUD tentang cara pemilihan materi, cara membimbing baik secara klasikal, maupun secara individu, dan cara evaluasi pekerjaan siswa. (2) Jumlah peserta yang mengikuti pelatihan keterampilan sebanyak 43 orang. (3) Sertifikat peserta sedang diproses. Sudah terlaksana sekitar 90%, antara lain: (1) Pelatihan pembuatan media pembelajaran berbasis lokal, seperti: rangkaian listrik sederhana, spring, stroboskop, elektroskop, bandul, dll (2) Peserta yang terlibat dalam kegiatan sebanyak 24 orang guru-guru IPA SMP, SMA dan SMK. Sudah terlaksana 80%, antara lain: (1) Pelatihan krupuk ikan sudah terlaksana, sedangkan pelatihan ikan asap sedang dipersiapkan. (2) Peralatan untuk ikan asap sedang diusahakan, sehingga
Tercapai peserta melebihi target yaitu 43 orang guru PAUD di seluruh Nusa Penida.
Tercapai jumlah peserta kurang dari target, hal ini disebabkan karena saat kegiatan banyak peserta yang tidak bisa hadir. Yang bisa hadir hanya 24 orang, sedangkan undangan beredar sebanyak 45 orang.
Tercapai belum sesuai dengan target, karena masih ada satu kegiatan, yaitu pelatihan ikan asap belum dilaksanakan.
9.
Pendaftaran legalitas produk hasil industri rumahan
APBD Pemda Klungkung Rp.10.000.000,-
10.
Pengembangan jarak kepyar di Desa Sakti dan sosialisasi kepada petani di Nusa Penida
Dana PKBL Kimia Farma
pelaksanaan pelatihan tertunda. 100% sumber dana Sudah terlaksana 90%, antara lain: dari APBD Pemda (1) Penyuluhan bagi pengerajin Klungkung yang akan mengurus ijin sebagai syarat sudah dilaksanakan. (2) Proses SIUP di kantor perijinan sudah selesai. (3) Ijin PIRT dari Dinas Kesehatan sedang diproses. 100% sumber dana Sudah terlaksana 100%, antara lain: dari PKBL Kimia (1) Telah ditanda-tangani kontrak Farma dengan sistem kerjasama antara Kimia Farma pimjaman lunak dan Koperasi tani Kita pada dengan bunga 6% tanggal 16 Oktober 2012 per-tahun. (2) Pada tahun 2012, Kimia farma memberikan bantuan pinjaman lunak dari dana PKBLnya kepada petani yang memerlukan biaya penanaman melalui Koperasi Tani Kita sebesar Rp.200 juta. (3) Pada pengembangan tahun ini, Kimia farma memberikan bibit diperoleh dari hasil produksi tahun lalu. Tahun ini akan ditanam sebanyak 250 kg. (4) Semua hasil produksi dibeli oleh Kimia Farma dengan harga Rp.4.000,-/kg di Semarang.
28
Belum semua produk industri rumah tangga (PIRT) diproses ijinnya karena, hanya 2 produk yang bisa diproduksi secara kontinyu, yaitu: VCO dan krupuk rumput laut.
Dana PKBL Kimia Farma langsung dikelola oleh Koperasi Tani Kita. Pada tahun ini diharapkan jumlah petani yang terlibat mencapai 300 orang petani. Telah dilakukan penanaman biji jarak kepyar sekitar 230 kg.
3.4 Hambatan/Kendala Adapun hambatan/kendala yang dihadapi selama pelaksanaan program IbW Nusa Penida pada tahun III (2013), antara lain: (1) Jarak lokasi program IbW Nusa Penida yang relatif jauh dari lembaga pelaksana. (2) Dana pendamping Pemda Klungkung turunnya akan terlambat menyebabkan pelaksanaan program menjadi terhambat. (3) Menumbuhkan mental masyarakat menjadi seorang enterpreneur masih menjadi kendala dalam upaya membangun ekonomi pedesaan. (4) Produk-produk yang dihasilkan, seperti: VCO ada kendala dalam pemasaran, karena jenis produk ini tergolong baru, dan ijin PIRT sedang diproses. (5) Kegiatan penghijauan harus menunggu turunnya hujan secara kontinyu, diperkirakan dilaksanakan pada pertengahan Bulan Desember 2013. 3.5 Upaya Tindak lanjut Adapun upaya tindak lanjut untuk mengatasi permasalahan/kendala yang dihadapi antara lain: (1) Menunjuk kader-kader pembina untuk masing-masing program di desa lokasi IbW sebagai pendamping, sehingga program pendampingan dapat berjalan sesuai rencana. (2) Mendahulukan pelaksanaan program-program yang tidak berhubungan dengan peralatan dan investasi, sehingga pelaksanaan program tidak banyak terhambat. (3) Membentuk kelompok atau pioner baru dalam mengembangkan jenis usaha, diharapkan akan ditiru oleh masyarakat. (4) Mempercepat proses pendaftaran legalitas produk, sehingga bisa terdaftar dengan ijin PIRT di Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung. (5) Menjembati rencana mendirikan Koperasi Serba Usaha (KSU) untuk memfasilitasi proses pemasaran produk-produk yang dihasilkan oleh kelompok-kelompok tani dan kelompok industri rumahan. Di samping itu, koperasi nantinya dapat dikembangkan menjadi lembaga simpan pinjam yang dapat membantu anggota dalam memperoleh modal kerja. Salah satu koperasi yang sudah terbentuk adalah “Koperasi Tani Kita” (6) Mencarikan terobosan dalam hal membantu pemasaran produk-produk industri rumah tangga, seperti: krupuk rumput laut dan VCO yang sudah kontinyu 29
produksinya ke toko-toko, dan swalayan. Yang sudah ada kesanggupan bekerjasama untuk ditindaklanjuti adalah Krisna Mall yang kini sedang tahap penyelesaian pembangunan di daerah wisata Lovina Singaraja. 3.6 Dampak dan Manfaat Beberapa dampak dan manfaat dari pelaksanaan program Ipteks bagi Wilayah (IbW) ini adalah sebagai berikut. (4) Adanya perbaikan tingkat pelayanan masyarakat oleh staf desa, karena adanya penambahan perangkat komputer, serta tingkat keterampilan staf desa. (5) Adanya jenis produk alternatif minyak kelapa murni VCO sebagai upaya peningkatan nilai tambah pengolahan minyak kelapa tradisional. (6) Adanya jenis produk industri rumah tangga yang lainnya, seperti: krupuk rumput laut, dan kain rangrang, yang cukup membantu perekonomian masyarakat. (7) Terbentuknya kelompok-kelompok belajar keterampilan sambil belajar membaca dan berhitung, untuk mengurangi angka buta aksara, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. (8) Meningkatnya kualitas lingkungan melalui program penghijauan lahan tandus di kedua desa lokasi IbW. (9) Meningkatnya keterampilan guru-guru PAUD dalam hal cara pembelajaran bagi anak-anak usia dini. (10) Meningkatnya pengetahuan guru-guru IPA dalam memanfaatkan bahan-bahan lokal sebagai media pembelajaran. (11) Adanya tambahan komuditi bagi para petani, di samping komuditas rutin yang ditanam di lahan mereka, sehingga diharapkan taraf perekonomian masyarakat petani yang terlibat mengembangkan jarak kepyar akan meningkat. 3.7 Pembahasan Berdasarkan keberhasilan pelaksanaan program IbW yang telah dicapai dapat dikaji secara lebih mendalam, antara lain sebagai berikut. (1) Keterampilan staf desa, kecamatan maupun guru-guru masih dipandang perlu ditingkatkan melalui program pendampingan, karena dalam menjalankan tugas pelayanan masyarakat mereka masih sering mengalami kendala, seperti: pembuatan tabel, penataan teks, menyisipkan logo, dll. Di samping itu, cara mengakses internet 30
juga perlu dilakukan pendampingan, karena masih banyak belum terampil dalam melakukan akses internet. (2) Produk yang berhasil dibuat melalui pelatihan pada mulai tahun II (2012) dan kini pendampingannya tetap dilanjutkan tahun III (2013) ini, seperti: VCO, dan krupuk rumput laut, hingga diharapkan produk ini akan menjadi produk unggulan yang terdaftar di Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung. Di samping itu, perlu dibantu proses pemasarannya. Pengujian oleh Badan POM dilakukan jika produk bisa beredar luas di seluruh wilayah propinsi Bali atau di luar Bali. (3) Kelompok-kelompok keaksaraan fungsional (KF) yang terbentuk perlu terus dikembangkan, karena cukup efektif memotivasi masyarakat untuk meningkatkan keterampilannya sambil mereka belajar membaca dan berhitung. Namun harus diutamakan meningkatkan keterampilan kecakapan hidup yang berorientasi pada keterampilan dasar yang mereka telah miliki. (4) Gairah masyarakat dalam hal penghijauan perlu tetap ditumbuhkembangkan, karena dalam jangka panjang sudah banyak yang berhasil meningkatkan perekonomian masyarakat. (5) Pengembangan jarak kepyar bekerjasama dengan Kimia Farma, dan kini telah mendapat respon positif dari petani, perlu dikawal agar program ini dapat berjalan dengan baik dan berkesinambungan.
31
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan pemaparan pelaksanaan program IbW Nusa Penida yang disajikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut. (1) Semua program kegiatan IbW Nusa Penida tahun III (2013) dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana, walaupun melalui banyak hambatan. (2) Produk-produk yang dihasilkan oleh para pengerajin industri rumahan, seperti VCO, dan krupuk rumput laut sedang diproses legalitasnya di Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung untuk mendapat legalitas formal, sehingga lebih mudah dalam pemasarannya. (3) Program-program yang berhubungan dengan industri kreatif, seperti: keterampilan membuat anyaman dari bahan bambu yang mempunyai nilai tambah tinggi, masih dipandang perlu pendampingan. 4.2 Saran Beberapa saran yang perlu mendapat perhatian dan pertimbangan untuk programprogram pemberdayaan yang akan datang, antara lain: (1) Perlu dilakukan sinkronisasi program antar lembaga, sehingga tidak terjadi tumpang tindih program di lokasi yang sama. (2) Dalam rangka mengefektifkan pelaksanaan program, pemberdayaan pendamping lokal perlu ditingkatkan, sehingga proses pendampingan dapat berjalan secara rutin dan berkesinambungan. (3) Pengembangan jarak kepyar di Nusa Penida perlu mendapat dukungan dari semua pihak, sehingga masyarakat akan merasakan memperoleh jaminan dalam keterlibatannya mengembangkan jarak kepyar. (4) Program-program
pemberdayaan
yang
dapat
meningkatkan
perekonomian
masyarakat hendaknya terus diupayakan sehingga secara bertahap dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Nusa Penida.
32
LAMPIRAN: 01 FOTO-FOTO KEGIATAN Foto Kegiatan
Keterangan Rapat evaluasi pelaksanaan kegiatan Tahun II dan persiapan pelaksanaan Tahun III 2013 di Kantor Bappeda Klungkung. Tampak dalam gambar tim IbW, Sekretaris Bappeda Klungkung dan staf.
Kepala Bappeda, Kepala Bidang Sosbud, Ketua Tim IbW Nusa Penida, dan Sekretaris LPM Undiksha.
33
Pelatihan guru-gur PAUD. Tampak Bapak Wayan Natih, S.Pd sedang memberi sambutan dan pengarahan bersama dengan tim IbW Pak Kt Yoda dan Ibu Risa.
Peserta guru-guru PAUD mengikuti pelatihan.
Bu Risa tampak semangat memberi pelatihan.
34
Pelatihan media pembelajaran berbasis TIK bagi guru-guru IPA di Nusa Penida.
Pelatihan program KF dengan keterampilan krupuk singkong di Dusun Sukun Batukandik.
Pelatihan program KF dengan keterampilan krupuk singkong di Dusun Sukun Batukandik. Bu Risa sedang memberikan penjelasan kepada peserta.
35
Peserta serius mengikuti pelatihan kripik singkong di Dusun Sukun Batukandik.
Peserta serius mengikuti pelatihan kripik singkong di Dusun Sukun Batukandik.
Pelatihan program KF dengan keterampilan krupuk singkong di Dusun Sukun Batukandik. Anggota tim IbW Bu Risa sedang menyerahkan alat pres pengemas listrik.
36
Salah seorang peserta berdiri menulis angka hitungan di papan tulis dalam pogram keaksaraan fungsional (KF) di Desa Batukandik
Ketua tim IbW sedang tes membaca peserta KF saat latihan keterampilan menganyam Ingke di Desa Batukandik.
Beberapa Ingke sudah berhasil dibuat saat pelatihan.
37
Produk Ingke yang dihasilkan oleh kelompok KF di Desa Batukandik.
Diskusi dengan ketua kelompok pengerajin batako Bapak Made Dastra di Dusun Dumkap.
Beberapa pengerajin batako sudah menggunakan mesin cetak batako secara swadaya.
38
Ketarampilan kain rangrang di Desa Suana.
Hasil produksi kain rangrang.
Botol-botol kemasan VCO hasil produksi Kelompok industri Saring Gading Desa Ped Nusa Penida
39
Demplot bak permentasi pupuk organik di Desa Suana.
Kandang sapi dan pembuatan bak pembuatan pupuk di Dusun Guyangan Desa Batukandik
Pembuatan demplot biogas penggati yang sebelumnya meledak akibat tekanan gas yang terbentuk.
40
Jarak Kepyar yang sedang berbuah
Buah jarak kepyar yang baru dipanen yang akan dipersiapkan sebagai bibit pengembangan jarak kepyar.
Persiapan Bibit penghijauan pada musim hujan bulan Desember 2013
41
Lampiran: 02 DENAH/PETA LOKASI WILAYAH
Keterangan Jarak dan Biaya Transport Umum: 1) Singaraja - Padangbai: 112 km dengan biaya angkutan umum Rp.25.000,-/orang 2) Padangbai - Pelabuhan (Nusa Penida) : 14 km, dengan biaya Kapal RORO Rp.15.000,-/orang 3) Pelabuhan - Desa Suana: 12 km 4) Pelabuhan – Desa Batukandik: 17 km
U
Pelabuhan
Suana
Batukandik
42