PPKN DOSEN PJMK: DRS. H. MOHAMMAD ADIB, MA. “PLAGIAT = KEJAHATAN AKADEMIK”
OLEH:
KANZA TAMARINDORA
071211531064
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA SEMESTER GASAL 2012/2013
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/plagiat-adalah-kejahatan-akademik/
1
Penjiplakan adalah dosa besar dalam dunia pengetahuan, seni, dan sastra. Penjiplakan menunjukkan bahwa otoritas keilmiahan seseorang dikangkangi dengan brutal demi kepentingan pribadi. Namun, apakah yang pantas disebut sebagai plagiat? Menurut Ajib Rosidi, plagiat adalah pengumuman sebuah karya pengetahuan atau seni oleh ilmuwan atau seniman kepada publik atas semua atau sebagian besar karya orang lain tanpa menyebutkan nama sang pengarang yang diambil karyanya. Sikap ini agar publik mengakui bahwa karya yang diambil sebagian atau semua karya orang lain itu sebagai karyanya (Kompas, 26/8 2006). Plagiarisme atau sering disebut plagiat adalah penjiplakan atau pengambilan karangan, pendapat, dan sebagainya dari orang lain dan menjadikannya seolah karangan dan pendapat sendiri. Plagiat dapat dianggap sebagai tindak pidana karena mencuri hak cipta orang lain. Di dunia pendidikan, pelaku plagiarisme dapat mendapat hukuman berat seperti dikeluarkan dari sekolah/universitas. Pelaku plagiat disebut sebagai plagiator. Dalam buku Bahasa Indonesia: Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah, Felicia Utorodewo dkk. menggolongkan hal-hal berikut sebagai tindakan plagiarisme: mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan sendiri, mengakui gagasan orang lain sebagai pemikiran sendiri, mengakui temuan orang lain sebagai kepunyaan sendiri, mengakui karya kelompok sebagai kepunyaan atau hasil sendiri, menyajikan tulisan yang sama dalam kesempatan yang berbeda tanpa menyebutkan asal-usulnya, meringkas dan memparafrasekan (mengutip tak langsung) tanpa menyebutkan sumbernya, dan meringkas dan memparafrasekan dengan menyebut sumbernya, tetapi rangkaian kalimat dan pilihan katanya masih terlalu sama dengan sumbernya. Yang digolongkan sebagai plagiarisme: menggunakan tulisan orang lain secara mentah, tanpa memberikan tanda jelas (misalnya dengan menggunakan tanda kutip atau blok alinea yang berbeda) bahwa teks tersebut diambil persis dari tulisan lain dan mengambil gagasan orang lain tanpa memberikan anotasi yang cukup tentang sumbernya. Sedangkan yang tidak tergolong plagiarisme: menggunakan informasi yang berupa fakta umum, menuliskan kembali (dengan mengubah kalimat atau parafrase) opini orang lain dengan memberikan sumber jelas, dan mengutip secukupnya tulisan orang lain dengan memberikan tanda batas jelas bagian kutipan dan menuliskan sumbernya. Plagiarisme dalam literatur terjadi ketika seseorang mengaku atau memberi kesan bahwa ia adalah penulis asli suatu naskah yang ditulis orang lain, atau mengambil mentahmentah dari tulisan atau karya orang lain atau karya sendiri (swaplagiarisme) secara keseluruhan atau sebagian, tanpa memberi sumber. http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/plagiat-adalah-kejahatan-akademik/
2
Selain masalah plagiarisme biasa, swaplagiarisme juga sering terjadi di dunia akademis. Swaplagiarisme adalah penggunaan kembali sebagian atau seluruh karya penulis itu sendiri tanpa memberikan sumber aslinya. Menemukan swaplagiarisme sering kali sulit karena masalah-masalah hukum yang berkaitan dengan fair use. Beberapa organisasi profesional seperti Association for Computing Machinery memiliki kebijakan untuk menangani hal ini. Plagiarisme sebagai bentuk kebersalahan timbul dari mitos kesucian pengarang yang ditentukan oleh orisinalitasnya. Meski secara filosofis dominasi pengarang atas teks sudah terhapus, tidak berarti bahwa plagiarisme menjadi halal karena mengakui ketidakmungkinan untuk jadi asli tidaklah sama dengan pemberian izin untuk mengutip tanpa menyebutkan sumbernya. Plagiarisme sebagai masalah etis, meski moralitasnya merupakan tanggung jawab pelaku terhadap dirinya sendiri, layak diterjemahkan secara legal dan sosial, sejauh terdapat pihak yang karenanya mendapat kerugian dan ketidakadilan dalam segala bentuk. Setiap bentuk kebersalahan dalam konteks ini tentunya diandaikan dapat ditebus kembali. Sudah dijelaskan dan diatur dalam Undang-Undang Repubik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, Peraturan Menteri Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat, Surat Dirjen Dikti No. 3298/D/T/99 tanggal 29 Desember 19999, dan Surat Dirjen Dikti No. 1311/D/C/2010 tanggal 18 Oktober 2010. Selama mengikuti rangkaian kegiatan pembelajaran sampai pertemuan ke-12 PPKn Kelas D Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UNAIR, saya mendapat banyak materi dan pengetahuan tentang Filsafat Pancasila, Identitas Nasional, Hak dan Kewajiban Warga Negara, HAM dan Rule of Law, Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi, Geopolitik Indonesia, Geostrategi Indonesia, Negara Indonesia dan Pancasila, dan tidak ketinggalan Pendidikan Anti Korupsi. Banyak hal yang dibahas dalam materi Pendidikan Anti Korupsi, antara lain: pengertian korupsi; batas-batas perilaku yang disebut korupsi; faktor penyebab korupsi; dampak bagi kemanusiaan, ekonomi, politik, pendidikan, lingkungan, dan dampak bagi kehidupan berdemokrasi; nilai-nilai anti korupsi; prinsip-prinsip anti korupsi; pendekatan kebudayaan dalam gerakan anti korupsi; gerakan anti korupsi dalam konteks kebangsaan Indonesia; dan strategi pemberantasan korupsi di Indonesia. Tidak lupa, setiap mengawali perkuliahan kami selalu menyanyikan lagu kebangsaan yaitu Indonesia Raya, dilanjutkan mengheningkan cipta, berdoa, lalu presentasi kelompok. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan semangat kebangsaan dan rasa nasionalisme. Merinding ketika kami benar-benar menghayati lagu dan doa itu. Dapat dibayangkan bahwa http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/plagiat-adalah-kejahatan-akademik/
3
Indonesia merupakan negara kepulaun yang sebenarnya memiliki potensi luar biasa dengan 33 provinsi, 17.508 pulau, dan 238 juta penduduk serta masih banyak lagi keanekaragaman, keindahan, dan pesona alam lainnya. Apalagi jika kita mampu memaksimalkan dan mengoptimalkan dengan sungguh-sungguh dibarengi niat, kemampuan, dan moral yang baik. Miris rasanya ketika masalah plagiarisme apalagi korupsi semakin merajalela. Itu menunjukkan bahwa negeri ini sedang mengalami degradasi moral. Itulah sebabnya mengapa Pak Adib mengajarkan kepada kami tentang karakter/jati diri yang merupakan kekuatan jiwa (the power of mind) manusia yang terdiri dari sifat, watak, faham, semangat, kepribadian, moralitas, akhlak, dan keyakinan yang merupakan hasil proses belajar dalam waktu yang panjang, dan yang muncul dalam ekspresi dan aktualisasi diri, serta dalam pola-pola perilaku berkehidupan, bermasyarakat dan berbudaya. Karena sesungguhnya tiap bangsa memiliki Volkgeist (jiwa bangsa). Di dalam presentasi kelompok, kami bisa mengajukan pertanyaan dan memberikan tanggapan sehingga disitu kami bisa mengutarakan pendapat dan berdiskusi secara kritis dan rasional. Bahwa sesungguhnya Pancasila merupakan sumber nilai anti korupsi. Korupsi itu terjadi ketika ada niat dan kesempatan. Kunci terwujudnya Indonesia sebagai negara hukum adalah menjadikan nilai-nilai Pancasila dan norma-norma agama. Serta peraturan perundangundangan sebagai acuan dasar untuk seluruh masyarakat Indonesia. Suatu pemerintah dengan pelayanan publik yang baik merupakan pemerintahan yang bersih (termasuk dari korupsi) dan berwibawa. Upaya menghidupkan komunisme dan soparatisme merupakan lawan dari Pancasila. Ancaman terhadap Pancasila sebagai ideologi dapat dikategorikan sebagai tindakan ingin meniadakan Pancasila dan ingin merubah Pancasila. Korupsi adalah perubuatan pelanggaran hukum, sebuah tindak pidana. Memang tidak ada hubungannya dengan Pancasila tetapi termasuk menghianati negara. Sedangkan penghianatan negara lewat korupsi sudah pasti penghianat terhadap azas atau dasar dari negara. Dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi warga negara yang baik, kita harus mencintai bangsa kita terlebih dahulu atau dengan kata lain meningkatkan semangat nasionalisme. Maka dengan demikian kita tidak akan melukai negeri ini dengan melakukan tindakan yang melenceng dari nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Sedih rasanya ketika menyaksikan mereka yang melakukan korupsi padahal mereka telah lahir, telah meminum air di negeri ini, yang nantinya akan mati dan menyatu kembali di tanah negeri ini namun mereka malah menggerogoti yang bukan harta mereka sehingga dapat mengancurkan dan merusak bangsa dan negara. http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/plagiat-adalah-kejahatan-akademik/
4
DAFTAR PUSTAKA
http://www.duniaesai.com/index.php?option=com_content&view=article&id=267:plagiatdan-kegersangan&catid=44:pendidikan&Itemid=93
http://id.wikipedia.org/wiki/Plagiarisme
http://indonesiabuku.com/?p=11195 madib.blog.unair.ac.id
Pengalaman
empiris
selama
mengikuti
perkuliahan
Pendidikan
Pancasila
dan
Kewarganegaraan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pendidikan Anti-Korupsi untuk Perguruan Tinggi, Jakarta, 2011
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/plagiat-adalah-kejahatan-akademik/
5