REALITA PAHLAWAN DEVISA
Nama
: Luh Medi Turyani
NIM
: 11.12.5665
Kelompok
:H
Jurusan
: Sistem Informasi
Dosen
: Mohammad Idris .P, Drs, MM
STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 1
REALITA PAHLAWAN DEVISA 1. Latar belakang Pada zaman sekarang ini, sebagian besar orang mengakui bahwa mencari pekerjaan sangatlah susah. Persaingan untuk mendapatkan pekerjaan sangat lah ketat.Tidak jarang lulusan sarjana-pun ikut menganggur.Yang lulusan S1 saja menganggur apalagi lulusan SMA.Maka dari itu, banyak perempuan maupun laki-laki memutuskan untuk bekerja sebagai pembantu di luar negeri atau biasa kita sebut TKI.Mereka hanya cukup mempunyai keterampilan dalam membersihkan rumah dan memahami sedikit bahasa majikannya.Gaji seorang TKI cukup besar di bandingkan mereka bekerja sebagai pembantu di Negara sendiri.Rata-rata sekitar 2juta per bulan untuk Negara Malaysia dan Singapura.Dan lebih banyak lagi jika kita bekerja di Hong Kong, gajinya kurang lebih 10jt per bulan.Hal ini yang membuat orang Indonesia tergiur untuk bekerja sebagai TKI.Dengan pendidikan yang tidak sampai pada jenjang perkuliahan tetapi bisa mendapatkan gaji lebih dari orang kantoran.Tetapi hal itu ternyata tidak selalu membawa dampak positif.Tidak jarang terdengar di berita jika TKI yang bekerja di luar negeri di siksa oleh majikannya sendiri. Mereka di jadikan budak seks,mereka di perlakukan seperti binatang, mereka di pukuli setiap hari, tangan dan kaki mereka di sayat dengan pisau dan lebih parah lagi gaji mereka tidak di berikan selama berbulanbulan. Sungguh kejadian yang di luar dugaan mereka semua.Semula mereka datang untuk mencari nafkah tetapi yang di dapat adalah perlakuan-perlakuan tidak adil dan melanggar nilai-nilai pancasila.Mereka semua berhak mendapatkan perlindungan dari pemerintah di Indonesia. Maka dari itu, penulis akan menjabarkan tentang bagaimana cara agar para TKI bisa mendapatkan uang sekaligus perlindungan hukum di Negara orang. Agar kasus TKI yang pulang membawa derita akan berkurang dan mereka bisa menjadi lebih sejahtera hidupnya.
2
2. Rumusan masalah a. Apakah menjadi TKI merupakan tindakan yang salah? b. Mengapa TKI sering di siksa oleh majikannya sendiri? c. Dorongan apa yang membuat warga Indonesia banyak yang menjadi seorang TKI? d. Apa yang bisa di lakukan pemerintah agar TKI tidak di perlakukan seenaknya? e. Apa hukuman yang pantas di berikan kepada majikan yang menyiksa TKI?
3
3. Pendekatan a. Historis TKI atau Tenaga Kerja Indonesia sudah di kenal sejak Indonesia belum merdeka.Migrasi TKI saat itu di pegang olehpemerintah Hindia Belanda.TKI tersebut banyak di tempatkan di negara Suriname, Amerika Selatan, yang juga merupakan wilayah koloni Belanda.Sejak tahun 1890 pemerintah Belanda sudah mulai mengirim kuli kontrak asal Jawa bahkan Madura, Sunda, dan Batak untuk dipekerjakan di perkebunan di Suriname.Tujuannya adalah untuk menggantikan tugas para budak asal Afrika yang telah dibebaskan pada 1 Juli 1863 sebagai wujud pelaksanaan politik penghapusan perbudakan sehingga para budak tersebut beralih profesi serta bebas memilih lapangan kerja yang dikehendaki. Dampak pembebasan para budak itu membuat perkebunan di Suriname terlantar dan mengakibatkan perekonomian Suriname yang bergantung dari hasil perkebunan turun drastis.Pemerintah Belanda memilih TKI
asal Jawa karena rendahnya tingkat perekonomian penduduk pribumi (Jawa) akibat meletusnya Gunung Merapi dan padatnya penduduk di Pulau Jawa.Gelombang pertama pengiriman TKI oleh Belanda diberangkatkan dari Batavia (Jakarta) pada 21 Mei 1890 dengan Kapal SS Koningin Emma.Pelayaran jarak jauh ini singgah di negeri Belanda dan tiba di Suriname pada 9 Agustus 1890.Jumlah TKI gelombang pertama sebanyak 94 orang terdiri 61 pria dewasa, 31 wanita, dan 2 anak-anak.Kegiatan pengiriman TKI ke Suriname yang sudah berjalan sejak 1890 sampai 1939 mencapai 32.986 orang, dengan menggunakan 77 kapal laut.Seiiring berjalan waktu pada tanggal 3 Juli 1947 terbentuklah kementrian perburuhan yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah No 3/1947.Pada masa awal Orde Baru Kementerian Perburuhan diganti dengan Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Koperasi sampai berakhirnya Kabinet Pembangunan III.Saat Kabinet Pembangunan IV berubah menjadi Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, sementara Koperasi membentuk Kementeriannya sendiri.Pada masa kemerdekaan Indonesia hingga akhir 1960-an, penempatan TKI ke luar negeri belum melibatkan pemerintah, namun dilakukan secara orang perorangan, kekerabatan, dan bersifat tradisonal.Pada
4
kebijakan pemerintah Indonesia baru terjadi pada 1970, penempatan TKI ke luar negeri melibatkan pihak swasta.Agar TKI yang di kirim merasa terjamin hidupnya maka terbentuk pula Badan Koordinasi Penempatan TKI (BKPTKI) pada 16 April 1999 melalui Keppres No 29/1999.Dan akhirnya saat ini urusan TKI di pegang oleh BNP2TKI.Dengan kehadiran BNP2TKI ini maka segala urusan kegiatan penempatan dan perlindungan TKI berada dalam otoritas BNP2TKI, yang dikoordinasi Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Saat ini BNP2TKI telah bekerja sama dengan korea dan jepang dalam hal penyaluran TKI. b. Sosiologis Menjadi TKI tidak lah segampang membalikkan telapak tangan.Banyak orang menganggap
bahwa
TKI
hanya
di
lakukan
oleh
orang-orang
tidak
berpendidikan.Padahal sebelum menjadi TKI mereka harus di ajarkan bahasa yang di pakai oleh majikannya.jika sudah di anggap cukup menguasai maka orang tersebut baru akan di berangkatkan ke negeri orang. Dan di sana tentu mereka harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru yang kadang kala tidak membuat kita nyaman. Orang-orang sering menganggap remeh pekerjaan ini,tetapi apakah mereka tahu bahwa TKI disebut juga dengan pahlawan devisa?mereka ikut membuat Negara Indonesia menjadi lebih kaya dengan uang mereka. Pahlawan di sini tidak sama dengan pahlawan yang ada di negeri dongeng yang selalu bisa mengatasi masalah dan hidup bahagia. Sungguh sangat di sayangkan, banyak peristiwa-peristiwa mengenaskan yang di alami oleh pahlawan devisa ini. Nasib mereka di negeri orang tidak sebaik yang mereka harapkan.Walaupun mereka sudah berjuang, tetapi kadang mereka tidak mendapatkan keadilan. Apakah mungkin karena kendala bahasa yang memuat mereka di perbudak seperti hewan oleh majikannya?.Mungkin orang luar negeri menganggap TKI adalah budak yang mereka beli dengan uang yang besar sehingga mereka berhak untuk menghakimi atau menyakiti TKI tersebut.Mereka menganggap bahwa TKI itu seakan milik-nya sendiri.Tidak ada yang bisa melarang mereka untuk menjadikan TKI-TKI sebuah benda yang bisa di peralat. Mereka yang masih punya hati nurani pasti tidak akan
5
membuat sesama-nya menjadi budak. Tetapi untuk menemukan orang seperti itu mungkin butuh 1000 dewi fortuna di sampingnya. c. Yuridis Untuk menjamin kehidupan TKI di negeri orang perlu adanya sebuah perlindungan yang tertulis di atas kertas.Pada tahun 2004 lahir Undang-undang No 39/2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, yang pada pasal 94 ayat (1) dan (2) mengamanatkan pembentukan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI). Kemudian disusul dengan lahirnya Peraturan Presiden (Perpres) No 81/2006 tentang Pembentukan BNP2TKI yang struktur operasional kerjanya melibatkan unsur-unsur instansi pemerintah pusat terkait pelayanan TKI, antara lain Kemenlu, Kemenhub, Kemenakertrans,
Kepolisian,
Kemensos,
Kemendiknas,
Kemenkes,
Imigrasi
(Kemenhukam), Sesneg, dan lain-lain.Tetapi peraturan tersebut belum maksimal untuk melindungi para TKI di luar sana. Buktinya saja, masih banyak juga TKI yang meninggal karena disiksa oleh majikannya di luar negeri.Maka dari itu, perlu adanya revisi agar UU tersebut menjadi lebih bermanfaat. Menurut Ansory, ada tiga poin besar yang harus masuk dalam revisi UU tersebut. Pertama, pemerintah harus memperketat syarat Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI).Kedua, menitikberatkan pada perlindungan dan penguatan lembaga yang berhubungan dengan penanganan TKI.Ketiga, Poin yang terpenting adalah memasukkan beragam sanksi berat
yang
selama
ini
hanya
termuat
dalam
peraturan
menteri
(Permenakertrans).Saat di wawancarai dalam media massa, Bisnis Indonesia, Rabu, 08
Oktober
2008,,
Ketua
Umum
APJATI,
Nurfaizi
mengatakan
”Kami jamin dengan revisi UU No. 39/2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri, penempatan TKI bisa mencapai 1-2 juta orang. APJATI juga menjamin penempatan TKI yang murah, mudah, aman, dan lancar secara legal dan berkualitas," ungkapnya.Semoga dengan adanya revisi UU maka tidak ada lagi TKI yang di siksa oleh majikannya sendiri.
6
4. Pembahasan Kasus TKI sedang marak-marak terjadi di Indonesia.Mulai dari pembunuhan, penyiksaan, pemasungan dll. Baru-baru ini terdengar kabar bahwa Tuti Tursilawati yang berasal dari Desa Cikeusik RT 01 RW 01 Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat terancam hukuman mati. Di karenakan dia telah melakukan pembunuhan terhadap Suud Malhaq Al Utibi dengan cara memukulkan sebatang kayu. Tuti mengaku terpaksa, sebab majikannya diduga akan melecehkannya.Setelah majikannya tewas, Tuti kemudian kabur, membawa uang senilai 31.500 Real Saudi berikut satu buah jam tangan dari rumah keluarga majikannya itu.Setelah majikannya tewas, Tuti kemudian kabur, membawa uang senilai 31.500 Real Saudi berikut satu buah jam tangan dari rumah keluarga majikannya itu. Hingga saat ini tuti masi mendekam di penjara kota Thaif,Arab Saudi. BNP2TKI mengaku, pihaknya sedang mengupayakan pembebasan Tuti. Kata Jumhur, ia telah bertemu dengan keluarga TKW kelahiran 1984 itu, yang diwakili ayahnya, H Ali Warjuki.Dalam pertemuan itu, keluarga Tuti Tursilawati memohon kepada pemerintah untuk memberi perhatian khusus atas kasus yang menima Tuti termasuk melakukan pembelaan secara maksimal."Pemerintah akan melakukan penanganan dan mengambil langkah-langkah keras untuk melakukan pembelaan terhadap nasib Tuti di Arab Saudi," ujar Jumhur.Jumhur juga menyampaikan, BNP2TKI telah berkoordinasi dan mendapatkan informasi perkembangan kasus yang dihadapi Tuti dari Konsulat Jenderal RI di Jeddah dan dari Humphrey Djemat selaku juru bicara Satuan Tugas WNI/TKI Terancam Hukuman Mati di Luar Negeri. Menurut saya, dalam keadaan terancam apa saja bisa dilakukan. Apalagi kita sebagai perempuan, jika akan di lecehkan maka apapun bisa kita perbuat termasuk membunuh orang tersebut. Jika majikan menghormati kita sebagai sesama pasti pembunuhan itu tidak akan terjadi. Ntah bagaimana nasib tuti di Arab Saudi tersebut.Sejauh ini keluarga korban belum memaafkan pelaku serta menolak digantikan dengan pembayaran denda dalam bentuk diyat.Jika kita telaah lebih lanjut, sebenarnya ini bukan sepenuh nya kesalahan pemerintah.Kadang kesalahan itu datang dari TKI itu sendiri dan badan illegal yang menjual perempuan ke luar negeri.Karena malas dengan urusan panjang dan mengurus
7
banyak surat-surat agar menjadi TKI yang legal, banyak TKI memilih menjadi TKI illegal. Maka dari itu kita juga kadang tidak bisa menyalahkan pemerintah atas kejadian buruk yang menimpa TKI di Negara orang lain. Terkadang muncul juga badan-badan illegal yang menyelundupkan pekerja-pekerja di bawah umur.Hal itu juga bisa menjadi salah satu faktor mengapa TKI selalu di siksa.Mereka seperti itu karena mereka belum bisa bekerja dan pekerjaan pun jadi berantakan. Terkadang itu membuat sang majikan tak segan-segan untuk memukul TKI itu. Mereka telah di bayar mahal tetapi mereka tidak bisa bekerja dengan baik. Agar tujuan tercapai maka di butuhkan kerja sama di setiap pihak. Baik TKI maupun Pemerintah.
8
5. Kesimpulan dan saran Kesimpulan : Kasus kekerasan pada TKI akan terus berlanjut jika kita tidak bisa bekerja sama untuk menghentikan-nya.
Saran :Pemerintah harus merevisi ulang agar UU tersebut bisa melindungi TKI yang berada di luar negeri. Calon TKI juga harus mempersiapkan diri agar bisa menjadi pembantu rumah tangga yang baik dan setidaknya bisa berkomunikasi dengan majikannya.dan kita sebagai mahasiswa harus bisa memberi masukan pada pemerintah atau memberi pendapat jika di perlukan agar kita semua bisa mengurangi jumlah angka kematian TKI pada masa-masa berikutnya.
9
6. Refrensi
http://www.infotki.50megs.com/persyaratan.htm
http://tesis-disertasi.blogspot.com/2008/04/perumusan-masalah.html http://kampungtki.com/baca/27301 http://bataviase.co.id/node/556126 http://imwuinhk.multiply.com/reviews/item/23 http://www.trunity.net/buruhmigran/news/view/159440/
10