RATIO RATIO ANALYSIS FINANCIAL STATEMENTS FINANCIAL INSTITUTIONS sharia, Baitul Maal WATAMWIL BMT "MUBAARAK" MARKET Argosari, Wonosari, DISTRICT GUNUNGKIDUL. PERIOD 2005 - 2007 Mujiyana, Drs. Supardi. MM
Abstract
This study aims to determine (1) The ability of Islamic Financial Institutions BMT Mubaarak in meeting short-term liabilities (2) The Efficiency of Financial Institutions Syariah BMT Mubaarak in using its own funds (3) The level of effectiveness achieved by the financial institution of Sharia. BMT Mubaarak through its operating business (4) Efficiency Operational Performance Islamic Financial Institutions. BMT Mubaarak.
Data collection using observation techniques, interviews and documentation. The method of analysis used descriptive analysis of the collection and arrangement of data and then analyze and interpret the data is classified
The results of this study indicate that the Islamic Financial Institutions. BMT Mubaarak viewed keseluruan of financial reporting data that has last (financial statement data end in 2005, 2006 and 2007) are in good health, is also supported by the statement (PINBUK) Small Business Incubation Center stating that BMT in the healthy category.
ANALISA RASIO RASIO LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN SYARI’AH, BAITUL MAAL WATAMWIL BMT “ MUBAARAK “ PASAR ARGOSARI, WONOSARI, KABUPATEN GUNUNGKIDUL . PERIODE 2005 – 2007 Mujiyana, Drs. Supardi. MM
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ( 1 ) Kemampuan Lembaga Keuangan Syariah BMT Mubaarak dalam memenuhi kewajiban jangka pendek ( 2 )
Tingkat Efisiensi
Lembaga Keuangan Syariah BMT Mubaarak dalam
memanfaatkan dana yang dimilikinya ( 3 ) Tingkat Efektifitas yang dicapai Lembaga Keungan Syariah. BMT Mubaarak melalui usaha operasionalnya ( 4 ) Efisiensi Kinerja Operasional Lembaga Keuangan Syariah. BMT Mubaarak. Pengambilan data dengan menggunakan tehnik observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode analisisnya menggunakan analisis deskriptif yaitu pengumpulan
dan
penyususunan
data
kemudian
menganalisis
dan
menginterpretasikannya setelah data itu diklasifikasikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Lembaga Keuangan Syariah. BMT Mubaarak dilihat secara keseluruan dari data laporan keuangan yang telah lalu ( data Laporan keuangan akhir tahun 2005, 2006 dan 2007 ) dalam keadaan sehat, ini juga didukung dari pernyataan ( PINBUK ) Pusat Inkubasi Usaha Kecil yang menyatakan bahwa BMT tersebut dalam kategori sehat.
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG. Dalam era bisnis Global seperti sekarang ini, persaingan usaha sangat ketat sekali, untuk itu diperlukan manajer yang handal yang dapat membawa dan mengarahkan perusahaan untuk maju dan memenangkan persaingan. Sehungga perusahaan tidak akan kollep ( bangkrut ) karena mis manajemen atau tidak baiknya manajer dalam mengelola perusahaan. Untuk dapat mengelola perusahaan dengan baik seorang manajer harus berbekal pengalaman baik dari teori maupun pengalaman lapangan dari dunia usaha. Pengalaman – pengalaman itulah yang akan membantu manajer dalam mengatasi masalah yang dihadapi, sehingga akan dapat mengatasi masalah dan mencari solusi yang terbaik dan membawa keberuntungan perusahaan yaitu memenangkan persaingan. Perusahaan dalam rangka memenangkan persaingan didunia bisnis memerlukan adanya strategi usaha yang tepat. Untuk menentukan strategi yang tepat manajemen memerlukan informasi yang akurat sebagai dasar pengambilan keputusan, karena kondisi yang semakin komplek terdapat kemungkinan bahwa para pengambil keputusan akan memperoleh informasi yang tidak dapat dipercaya dan tidak dapat diandalkan
1.
Diantara informasi – informasi yang diperlukan manajemen adalah informasi dibidang keuangan, informasi ini berupa laporan keuangan. Laporan keuangan sangat berarti bagi mereka yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu usaha, mereka sangat perlu untuk mengetahui kondisi keuangan usaha ( perusahaan ) tersebut
.
dan
kondisi
keuangan
suatu
perusahaan akan dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari Neraca, Laporan Perhitungan Rugi / Laba serta laporan laporan lainnya. Dengan mengadakan analisis terhadap pos pos neraca akan dapat diketahui atau diperoleh gambaran tentang posisi keuangan, sedang analisa terhadap laporan rugi laba akan memberikan gambaran tentang hasil atau perkembangan usaha yang bersangkutan. Pada awalnya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanya sebagai alat uji dari pekerjaan bagian pembukuan. Tetapi untuk selanjutnya laporan keuangan tidak hanya sebagai alat uji saja tetapi juga sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan tersebut, dimana dengan hasil analisa tersebut pihak pihak yang berkepentingan mengambil suatu keputusan. Jadi untuk mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan serta hasil hasil yang telah dicapai oleh perusahaan tersebut perlu adanya laporan keuangan dari suatu usaha atau perusahaan. Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas usaha dengan pihak pihak yang berkepentingan, pihak yang 2 .
berkepentingan terhadap posisi keuangan atau perkembangan suatu usaha antra lain : Pemilik, Manajer, Kreditur ( Pemberi Pinjaman / Banker ), Investor, Pemerintah, Pegawai ( Karyawan ) dll. Pemilik Usaha ( komisaris )
sangat berkepentingan terhadap laporan
keuangan usahanya, karena dengan laporan keuangan tersebut komisaris dapat menilai sukses tidaknya manajer dalam memimpin usahanya, kesuksesan manajer biasanya diukur dengan keuntungan atau laba yang diperoleh. Karena hasil hasil, Stabilitas,Kontinuitas dan kelangsungan usaha tergantung cara kerja atau efisiensi manajemennya. Manajer / Pimpinan Perusahaan , dengan mengetahui posisi keuangan usaha periode yang lalu akan dapat disusun rencana yang lebih baik, memperbaiki sistim pengawasan, menentukan kebijaksanaan kebijaksanaan yang lebih tepat. Yang penting bagi manajemen adalah laba yang dicapai cukup tinggi, cara kerja efisien, aktiva / harta aman dan terjaga baik, struktur permodalan sehat, perusahaan mempunyai rencana yang baik
untuk masa depan, baik bidang
keuangan maupun dibidang operasi. Jadi melalui laporan keuangan akan dapat
dinilai
kemampuan usaha
/ perusahaan untuk memenuhi kewajiban kewajibannya jangka pendek, struktrur modal usaha, distribusi aktivanya, keefektifan penggunaan aktiva, pendapatan yang telah dicapai, beban beban tetap yang harus dibayar ,dll Dalam menganalisis rasio rasio laporan keuangan untuk menilai posisi keuangan serta kemajuan usaha / bank / BMT, faktor yang penting mendapat 3.
perhatian adalah faktor ; Likuiditas, Aktivitas, Profitabilitas dan Biaya . Atas dasar uraian tersebut diatas penulis mengambil judul ANALISA RASIO RASIO LAPORAN KEUANGAN PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARI’AH, BAITUL MAAL WATAMWIL BMT MUBAARAK PASAR ARGOSARI, WONOSARI,GUNUNGKIDUL . PERIODE 2005 – 2007.
B. PERUMUSAN MASALAH. Dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan masalah masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana rasio rasio likuiditas BMT Mubaarak pada akhir periode, tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 ? 2. Bagaimana rasio rasio aktivitas BMT Mubaarak pada akhir periode, tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 ? 3. Bagaimana rasio rasio profitabilitas BMT Mubaarak pada akhir periode, tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 ? 4. Bagaimana rasio biaya BMT Mubaarak pada akhir periode, tahun 2005 sampai dengan 2007 ? C. BATASAN MASALAH Dalam penulisan skripsi ini karena keterbatasan waktu dan tenaga penulis hanya akan membatasi rasio keuangan bank ( Muhammad, Manajemen Dana Bana Syariah, Penerbit EKONESIA Kampus
Fakultas Ekonomi UII
Yogyakarta 2005 halaman 58 – 60 ): 4 .
1. Rasio Rasio Likuiditas a. Current Rasio b. Acid Test Rasio ( Quiik Rasio ) c. Loan Deposit Rasio 2. Rasio Rasio Aktivitas a. Fixed Asset Turnover b. Total Asset Turnover 3. Rasio Rasio Profitabilitas a. Profit Margin b. Return on Asset 4. Rasio Biaya D. TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana rasio rasio likuiditas Lembaga Keuangan Syari’ah. BMT
MUBAARAK pada akhir periode tahun 2005 – 2007.
2. Untuk mengetahui bagaimana rasio rasio aktivitas Lembaga Keuangan Syari’ah .BMT MUBAARAK pada akhir periode tahun 2005 – 2007. 3. Untuk mengetahui rasio rasio profitabilitas Lembaga Keuangan Syari’ah .BMT MUBAARAK pada akhir periode tahun 2005 – 2007. 4. Untuk mengetahui rasio biaya Lembaga Keuangan Syari’ah BMT MUBAARAK pada akhir periode tahun 2005 – 2007.
5.
E. MANFAAT PENELITIAN Dengan melakukan penelitian sesuai dengan tujuan penelitian diatas diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Penulis a. Sebagai sarana untuk mempraktekkan ilmu pengetahuan yang diterima dibangku kuliah dengan kenyataan yang ada dilapangan b. Sebagai sarana berpikir dan berlatih dalam menghadapi masalah kemudian berusaha mencari pemecahannya 2. Bagi Lembaga Keuangan Syari’ah BMT MUBAARAK Membantu manajemen dalam mengelola Lembaga Keuangan , khususnya bagian keuangan untuk menentukan kebijaksanaan dimasa yang akan datang 3. Bagi STIENUS Yogyakarta. Sebagai bahan perpustakaan STIENUS Yogyakarta, yang nantinya dapat dimanfaatkan mahasiswa dalam pengembangan ilmu dan pengetahuan. F. METODE PENELITIAN 1. Jenis penelitian : Studi Kasus ( Case and Field Study ) Studi Kasus ( Case and Field Study ) menurut Drs. Nur Indriantoro M.Sc Akt dan Drs. Bambang Supomo M.Si. Akt Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen edisi pertama, BPFE Yogyakarta, tahun 2002 halaman 26.
merupakan penelitian dengan
karakteristik masalah yang berkaitan dengan latar belakang dan kondisi 6.
saat ini dari subyek yang diteliti, serta interaksinya dengan lingkungan. Subyek yang diteliti dapat berupa, individu, kelompok, lembaga atau komunitas tertentu. Dengan tujuan melakuan penyelidikan secara mendalam mengenai subyek tertentu untuk memberikan gambaran yang lengkap. Untuk itu penulis mengambil sampel pada Lembaga Keuangan Syariah, BMT Mubaarak, pasar Argosari, Wonosari, Gunungkidul berupa laporan keuangan akhir periode tahun 2005 – 2007. 2. Data yang diperlukan meliputi : a. Data Primer. Data yang dikumpulkan langsung melalui obyek penelitian dengan cara observasi dan wawancara b. Data Skunder Data yang diambil melalui studi pustaka dengan membaca buku yang berhubungan dengan tehnik Analisa Rasio rasio Laporan Keuangan 3.
Metode Pengumpulan Data. Untuk memperoleh data yang akurat dan memperlancar proses penelitian , maka metode pengumpulan data yang digunakan adalah: a. Wawancara. Wawancara merupakan suatu cara untuk mengumpulkan data dengan cara bertanya langsung dengan manajer atau pihak pihak yang bersangkutan
7.
b. Observasi Observasi merupakan cara mengumpulkan data dengan mengamati catatan catatan yang obyektif dan laporan yang relevan yang ada pada Lembaga Keuangan Syari’ah BMT MUBAARAK yaitu berupa Laporan Keuangan dari tahun 2005 sampai dengan 2007 c. Studi Pustaka Pengumpulan data dengan studi pustaka dilakukan dengan membaca buku buku yang berkaitan dengan Tehnik Analisa Rasio Rasio Laporan Keuangan 4.
Metode Analisa data. Dalam menganalisa data yang diperoleh dalam penelitian ini penulis menggunakan analisa analisa sebagai berikut: a. Analisa Data Kualitatif. Analisa data kualitatif
yaitu analisa data secara logika dengan
mengacu pada teori yang ada didasarkan pada keterangan keterangan, pendapat, pemikiran dan pembahasan. Data ini akan diolah dalam bentuk kalimat yang menjelaskan rasio keuangan dari Lembaga Keuangan Syari’ah BMT MUBAARAK b. Analisa Data Kwatitatif Yaitu analisa data dengan menggunakan rumus rumus yang sesuai dengan masalah yang akan diteliti.
Rumus rumus yang akan
digunakan antara lain : 8.
1) Rasio Likuiditas Rasio
likuiditas
adalah
menunjukkan
kemampuan
suatu
perusahaan, bank, BMT untuk memenuhi kewajiban keuangannnya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih . Alat pengukur rasio rasio likuiditas. a) Current Rasio Current rasio adalah perbandingan jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan bahwa nilai kekayaan lancar dibanding hutang lancar ada sekian kalinya atau dijamin berapa kalinya. Dengan rumus :
Current Rasio
Kas + Penempatan = ------------------------------------- x 100 % Hutang Lancar
b) Acid Test Rasio. Acid Test Rasio disebut juga Quick Rasio, rasio ini untuk mengukur kemampuan
perusahaan, Bank, BMT
dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dengan komponen komponen yang dapat direalisir menjadi uang dalam waktu relative pendek. Atau bahkan hanya uang kas saja , dengan Rumus. Kas Acid Test Rasio = -------------------------------------- x 100% Hutang Lancar 9.
c) Loan Deposit Rasio Loan Deposit Rasio adalah menunjukkan kesehatan bank, BMT dalam memberikan pembiayaan atau kredit kepada nasabah dan calon nasabah, rasio ini dengan rumus Total Pembiayaan LDR
: --------------------------------------- x 100 % Total DPK ( Dana Pihak Ketiga )
2) Rasio Aktivitas. Rasio Aktivitas adalah ukuran untuk menilai tingkat efisiensi bank, BMT dalam memanfaatkan sumber dana yang dimilikinya a) Fixed Asset Turnover ( FAT ) Fixed Asset Turnover adalah kemampuan aktivitas ( efisiensi ) dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva tetap bank, BMT dalam suatu periode tertentu dengan jumlah keseluruhan aktiva. Dengan rumus: Aktiva Tetap Fixed Asset Turnover : ------------------------------------Total Aktiva
b) Total Asset Turnover Adalah rasio yang menunjukkan kemampuan dan yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu atau kemampuan bank, BMT, dalam mengelola 10.
sumber dana dalam menghasilkan pendapatan atau revenue dengan Rumus : Pendapatan Operasional Total Asset Turnover : ------------------------------------Total Aktiva
3). Rasio Profitabilitas Rasio Profitabilitas adalah rasio yang menunjukkan tingkat efektivitas yang dicapai bank, BMT. melalui usaha operasionalnya
a) Profit Margin Profit Margin adalah gambaran efisiensi suatu bank, BMT, dalam menghasilkan laba, dengan rumus : Laba Profit Margin : --------------------------Total Pendapatan b) Return On Asset Return
on
Asset
adalah
rasio
yang
menggambarkan
kemampuan bank, BMT dalam mengelola dana yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang menghasilkan keuntungan. ROA ini adalah gambaran produktivitas bank dalam mengelola dana sehingga menghasilkan keuntungan. efisiensi penggunaan aktiva untuk operasi kegiatan perusahaan, dengan Rumus : 11.
Laba Return On Asset :
-----------------------------Total Aktiva
4). Rasio Biaya Rasio Biaya adalah menunjukkan tingkat efisiensi kinerja operasional bank, BMT. Penentuan besarnya rasio ini dihitung dengan rumus : Biaya Operasional Rasio Biaya
:
---------------------------------------Pendapatan Operasional
G. SISTEMATIKA PENULISAN Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan terperinci mengenai penulisan skripsi, maka berikut ini penulis sajikan sistematika penulisan sebagai berikut : BAB. I
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Perumusan Masalah C. Batasan Masalah D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis. 2. Bagi Lembaga Keuangan Syariah BMT Mubaarak. 3. Bagi STIENUS Yogyakarta. 12.
F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian 2. Data yang diperlukan 3. Metode Pengumpulan data 4. Metode Analisa G. Sistematika Penulisan BAB. II
LANDASAN TEORI A. Pengertian Analisa Rasio Rasio Laporan Keuangan B. Arti Pentingnya Analisa Rasio Rasio Laporan Keuangan 1. Analisa Rasio Rasio Likuiditas 2. Analisa Rasio Rasio Solvabilitas 3. Analisa Rasio Rasio Rentabilitas 4. Analisa Rasio Rasio Aktivitas C. Bentuk Laporan Keuangan 1. Neraca 2. Laporan Laba / Rugi D. Analisa Rasio Rasio Laporan Keuangan 1. Rasio Rasio Likuiditas a. Current Rasio b. Acid Test Rasio ( Quick Rasio ) c. Loan Deposit Rasio
13.
2. Rasio Rasio Aktivitas a. Fixed Asset Turnover b. Total Asset Turnover 3. Rasio Rasio Profitabilitas a. Profit Margin b. Return on Asset 4. Rasio Biaya BAB. III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA / BMT A. Sejarah Berdirinya B. Struktur Organisasi C. Bidang Usaha D. Proporsi Pembagian Laba
BAB. IV.
ANALISIS DATA Dalam bab ini dibahas rasio rasio laporan keuangan dari data laporan keuangan BMT Mubaarak yang disesuaikan pada akhir periode tahun 2005 - 2007 berupa : Rasio rasio likuiditas ( a ) Current Rasio ( b) Acid Test Rasio ( c ) Loan Deposit Rasio. Rasio rasio aktivitas ( a ) Fixed Asset Rasio, ( b ) Total Asset Turnover. Rasio rasio Profitabilitas ( a ) Profit Margin, ( b ) Return on Asset. Dan Rasio Biaya.
BAB.V.
PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran
. 14.
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Pengertian Analisa Rasio Rasio Laporan Keuangan. Secara harfiah Analisa Rasio Laporan Keuangan terdiri atas tiga kata yaitu Analisa, Rasio dan Laporan Keuangan. Ini berarti juga bahwa Analisa Rasio laporan Keuangan merupakan suatu kegiatan menganalisis rasio laporan keuangan suatu perusahaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “ Analisis “ didefinisikan sebagai “ Penguraian suatu pokok atas berbagai bagian dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperolehpengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan “ Dalam mengadakan interpretasi tersebut seorang penganalisa memerlukan adanya ukuran
tertentu (Bambang Riyanto, Dasar dasar
pembelanjaan Perusahaan. Yayasan Penerbit UGM Yogyakarta, cetakan ke 10 tahun 1984 hal.263 ) ukuran yang sering digunakan dalam analisa finansiil adalah “ Rasio “ yaitu alat yang digunakan dalam “ arithmetical terms” yag dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data finansiil. Sedangkan Laporan Keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan, yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. 15.
( Drs. Zaki Baridwan. M.Sc. Akuntan. Intermediate Accounting .BPFE Yogyakarta. Tahun 1984 hal.14 ) Analisa rasio laporan keuangan merupakan suatu proses untuk membedah laporan keuangan kedalam unsur unsurnya, menelaah masing masing unsur tersebut, dan menelaah hubungan antara unsur unsur tersebut dengan tujuan memperoleh pengertian dan pemahaman yang bauk dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri. Berarti penganalisa laporan keuangan dituntut mempunyai pengertian yang cukup tentang unsur unsur yang membentuk laporan keuangan. Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggung jawabkan tugas tugas yang dibebankan
kepadanya oleh
para pemilik perusahaan. Disamping itu laporan keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuan tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak pihak diluar perusahaan. Perkembangan keuangan suatu perusahaan akan dapat diketahui dari analisa terhadap data keuangannya. Data keuangan tersebut terlihat dalam Laporan Keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan laba / rugi. Neraca menggambarkan aktiva, kewajiban atau hutang dan modal pada saat tertentu,sedangkan laporan laba / rugi menggambarkan hasil hasil yang telah dicapai selama periode tertentu yang biasanya satu tahun. Analisa Rasio Rasio Laporan Keuangan merupakan tehnik atau alat untuk mengukur prestasi perusahaan dalam hal menentukan tingkat Likuiditas,Solvabilitas, keuntungan perusahaan.
Aktivitas,
keefektifan
kegiatan
serta
tingkat 16.
Dengan menganalisis data keuangan perusahaan tersebut akan dapat
dievaluasi
keadaan
keuangan
dimasa
lalu,
sekarang
serta
memproyeksikan hasilnya pada masa yang akan datang. Dari
hasil
analisa
dapat
diketahui
kelemahan
kelemahan
perusahaan yang pada akhirnya dapat disusun rencana atau polecy serta langkah langkah untuk mengatasinya. bahkan untuk mengembangkannya lebih baik lagi B. Arti Pentingnya Analisa Rasio Rasio Laporan Keuangan. Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan.data keuangan tersebut akan lebih berarti bagi pihak pihak yang berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan baik antar data dalam satu periode maupun untuk beberapa periode. Perbandingan ini akan menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dan dengan menggunakan alat analisa. Dari hasil analisa akan dapat menjelaskan atau menggambarkan tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila hasil angka angka rasio tersebut di bandingkan dengan angka angka rasio standar Adapun tujuan dari analisa Rasio Rasio laporan keuangan sebagai berikut ( Drs. Toto Sucipto dkk Akuntansi Keuangan. Angkasa Bandung 1995 hal. 109 – 117 )
17.
1. Analisa Rasio Likuiditas Analisa ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat likuiditas perusahaan. bagi kreditur jangka pendek, bank,manajemen, atau kreditur jangka panjang sangat penting untuk menganalisa dan menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek, untuk mengecek efektifitas modal kerja yang digunakan dalam perusahaan. Sedang bagi pemegang saham atau pemilik ingin mengetahui prospek bunga / keuntungan yang akan diterima dimasa yang akan datang. Suatu perusahaan dikatakan mempunyai posisi keuangan yang kuat apabila : a.
Mampu memenuhi kewajiban jangka pendek ( Hutang ) dengan tepat waktu
b.
Mampu memelihara modal kerja yang cukup untuk kegiatan perusahaan dengan normal
c.
Mampu membayar bunga dan deviden yang segera dibayar
d.
Mampu memelihara tingkat kredit yang menguntungkan
2. Analisa Rasio Solvabilitas. Analisa ini bertujuan untuk mengukur sampai berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Atau mengukur efektifitas operasi. Analisa ini sangat sangat berguna untuk kepentingan kreditur jangka panjang atau pemegang saham. Sehingga dapat diketahui : a. Apakah
perusahaan
sudah
menggunakan
secara
baik
dan
menguntungkan modal yang berasal dari pinjaman. 18.
b. Apakah modal yang diperoleh dari pinjaman sudah diinvestasikan dengan keseimbangan yang baik. c. Apakah jumlah investasi dalam harta ( aktiva ) yang dioperasikan sesuai dengan penghasilan dimasa yang akan datang. 3. Analisa Rasio Rentabilitas. Analisa ini bertujuan untuk mengukur prestasi perusahaan dalam mendapatkan keuntungan atau rentabilitas usaha atas modal yang digunakan. Rasio ini juga merupakan alat pengukur prestasi dari manajemen perusahaan atau pengelola perusahaan atas hasil akhir sejumlah kebijaksanaan atau keputusan keputusannya 4. Analisa Rasio Aktivitas. Rasio ini
dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa besar
effektivitas perusahaan dalam menggunakan sumber sumber dananya. Analisa rasio rasio laporan Keuangan adalah “ Future Oriented “ oleh karena itu penganalisa harus mampu untuk menyesuaiakan faktor faktor yang ada pada periode atau waktu sekarang dengan faktor faktor dimasa yang akan datang yang mungkin akan mempengaruhi posisi keuangan atau hasil operasi perusahaan yang bersangkutan. C. Bentuk Laporan Keuangan. Unsur unsur laporan keuangan secara garis besar terdiri dari neraca, laporan laba / rugi . Neraca berisi unsur unsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran posisi ( Equitas )
keuangan perusahaan yaitu Aktiva, Kewajiban dan Modal 19.
Sedang laporan laba / rugi berisi unsur unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja yaitu penghasilan dan beban. Laporan Keuangan terdiri dari : 1.
Neraca. Neraca ( Balance Sheet ) adalah laporan mengenai Aktiva, Kewajiban dan
Modal ( Equitas ) perusahaan pada suatu saat tertentu, neraca harus dapat menggambarkan posisi keuangan perusahaan, oleh karena itu unsur unsur Aktiva, kewajiban dan Modal ( Equitas ) harus disusun secara sistematis. Pada dasarnya aktiva adalah sumber daya dalam bentuk harta benda atau hak yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dimana manfaat ekonomi dimasa depan diperoleh perusahaan, aktiva perusahaan dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar. Aktiva lancar ( Current Assets ) meliputi kas dan sumber sumber daya lain yng diharapkan dapat menjadi kas atau dipakai habis dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun atau dalam siklus perusahaan yang normal.termasuk golongan aktiva lancar antara lain : Uang tunai,Surat surat berharga jangka pendek,Deposito jangka pendek, Wesel tagih jangka pendek, Piutang ,Sediaan, Beban dibayar dimuka,Pendapatan yang masih harus diterima. Dalam neraca aktiva lancar disusun berdasar tingkat likuiditasnya yaitu kemudahan untuk diuangkan.
20.
Aktiva tidak lancar adalah aktiva yang
mempunyai
masa
kegunaan
( manfaat ) lebih dari satu tahun atau manfaatnya dapat dinikmati perusahaan dalam beberapa periode akuntansi.. termasuk dalam golongan aktiva tidak lancar antara lain : Investasi jangka panjang , Aktiva tetap, Aktiva tidak
berwujud
( intangible : lebih merupakan hak istimewa yang dimiliki dan memberikan manfaat ekonomi terhadap perusahaan ) dan aktiva lain lain. Kewajiban adalah hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu dan harus diselesaikan dimasa datang dengan menyerahkan aktiva atau jasa ( sumber daya perusahaan ). Dalam neraca biasanya diklasifikasikan sebagai berikut : Hutang lancar ( Hutang usaha, hutang wesel, hutang beban, hutng pajak) Hutang jangka panjang ( Pinjaman Obligasi, Hutang Hipotik ) dan hutang lain lain ( hutang pada direksi, hutang pada perusahaan yang berafiliasi ) Modal ( Equitas ) adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban dengan demikian besarnya equitas sama dengan selisih antara aktiva dan kewajiban perusahaan. Equitas dapat diklasifikasikan dalam neraca ( Dalam PT : Setoran Modal, Saldo laba, penyisihan saldo laba dan Penyisihan penyesuaian pemeliharaan modal ) Bentuk neraca dapat disusun dalam dua bentuk yaitu bentuk skontro dan bentuk staffel atau vertical. a. Bentuk Scontro ( Account Form ) Dalam bentuk ini semua aktiva
perusahaan disusun di sebelah
kiri
( Debet ) kewajiban dan equitas disusun di sebelah kanan ( Kredit ) 21 .
b. Bentuk Staffel / Vertikal ( Report Form ) Dalam bentuk ini aktiva, kewajiban dan equitas disusun berurutan kebawah / vertical. 2.
Laporan Laba / Rugi. Laporan laba / Rugi ( Income Statement )
adalah laporan mengenai
penghasilan dan beban suatu perusahaan untuk suatu periode tertentu. Laporan ini menggambarkan kinerja perusahaan dalam suatu periode akuntansi. Prinsip dari laporan laba / rugi ini adalah memadukan antara unsur pendapatan dan unsur beban, jika pendapatan lebih besar dari beban akan diperoleh laba dan begitu sebaliknya jika beban lebih besar dari pendapatan akan didapat rugi.. Laporan laba / rugi dapat disajikan dalam bentuk bentuk sebagai berikut : a.
Bentuk Single Step Dalam bentuk ini pendapatan usaha dan pendapatan diluar usaha disusun dalam satu kelompok. Demikian pula untuk beban usaha dan beban diluar usaha juga dalam satu kelompok. Laba atau rugi bersih dihitung dengan mengurangi total pendapatan dengan total beban.
b.
Bentuk Multiple Step Dalam bentuk ini baik pendapatan maupun beban dipisah secara rinci antara pendapatan dan beban usaha dan pendapatan dan beban diluar usaha.
22.
D. Analisa Rasio Laporan Keuangan. Dengan mengadakan analisa hubungan antar pos dalam laporan keuangan akan dapat menginterpretasikan keadaan keuangan dan hasil operasi dari suatu perusahaan. Rasio ini menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain . dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik buruknya kondisi keuangan suatu perusahaan, terutama kalau hasil analisa rasio ini diperbandingkan dengan rasio rasio standar atau rasio rasio dari perusahaan yang sejenis. Penganalisa laporan keuangan dalam mengadakan analisa rasio dapat melakuan dua macam cara pembandingan yaitu ( Drs. Bambang Riyanto, Dasar Dasar Pembelanjaan Perusahaan Yayasan Badan Penerbit UGM Yogyakarta. Tahun 1984 hal.236 : 1.
Membandingkan rasio sekarang ( present rasio ) dengan rasio dari waktu waktu yang lalu ( rasio historis ) atau dengan rasio rasio yang diperkirakan untuk waktu waktu yang akan datang
2.
Membandingkan rasio rasio dari suatu perusahaan ( rasio perusahaan / company ratio ) dengan rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau rasio industri yang sejenis ( rasio industri / rasio rata rata / rasio standar ) untuk waktu yang sama. Dengan mengadakan pembandingan antar perusahaan akan dapat diketahui
apakah perusahaan yang bersangkutan keadaan keuangannya berada diatas rata rata industri sejenis atau berada pada pisisi rata rata atau berada
23.
dibawah rata rata perusahaan industri yang sejenis ,apabila berada di bawah rata rata maka perlu dianalisa penyebab terjadinya atau faktor faktor yang menyebabkan, untuk kemudian diambil kebijaksanaan dibidang finansiil untuk meningkatkan rasionya, sehingga berada pada posisi rata rata atau bahkan berada di atas rata rata perusahaan yang sejenis. Ada dua metode analisa
yang digunakan penganalisa rasio rasio laporan
keuangan yaitu : a. Metode Analisa Horizontal ( metode Dinamis ) Metode Analisa Horisontal adalah analisa dengan mengadakan pembandingan rasio rasio laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat, sehingga diketahui perkembangannya. b. Metode Analisa Vertical ( metode Statis ) Metode Analisa Vertikal yaitu apabila rasio rasio laporan keuangan yang dianalisa hanya meliputi satu periode atau satu saat saja, dengan mengadakan pembandingan antara pos yang satu dengan pos lainnya dalam laporan keuangan tersebut, sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja. Dalam skripsi ini penulis menggunakan metode analisis horizontal atau dinamis untuk mendapatkan gambaran perkembangan usaha BMT Mubaarak untuk tiga tahun terakhir dari 2005 – 2007. 1) Rasio Likuiditas. Rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
24.
kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi ( ditagih ) Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya dengan tepat waktu berarti perusahaan tersebut dalam keadaan “ likuid “ Perusahaan dapat memenuhi kewajiban keuangan tepat waktu kalau perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran atau aktiva lancarnya lebih besar dari pada hutang
lancarnya
( hutang jangka pendek ). Sebaliknya perusahaan yang tidak dapat memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih, berarti perusahaan tersebut dalam keadaan “ illikuid “ Kewajiban keuangan suatu perusahaan dapat digolongkan menjadi dua yaitu : a) Kerajiban keuangan yang berhubungan dengan pihak luar perusahaan ( Kreditur ) . kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan yang berhubungan dengan pihak luar perusahaan disebut “ likuiditas badan usaha “ b) Kewajiban keuangan yang berhubungan dengan pihak dalam perusahaan ( intern perusahaan ). Kemampuan perusahaan
untuk memenuhi
kewajiban keuangan yang berhubungan dengan pihak intern dinamakan “ likuiditas perusahaan “ (1). Current Ratio. Current rasio adalah kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancarnya. Current ratio yang tinggi menunjukkan
jaminan yang lebih baik atas hutang jangka
pendek.dan belum tentu menjamin akan dibayarnya
25.
hutang perusahaan yang sudah jatuh tempo karena proporsi atau distribusi aktiva lancar yang tidak menguntungkan. Current rasio yang terlalu tinggi menunjukkan kelebihan uang kas atau aktiva lancar lainnya dibanding dengan yang dibutuhkan sekarang atau tingkat likuiditas aktiva lancarnya rendah. Current rasio dihitung dengan rumus :
Current Ratio
=
Kas + Penempatan ----------------------------------- x 100% Hutang Lancar
( 2 ). Acid Test Rasio ( Quick Rasio ). Acid Test Rasio adalah kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid ( quick assets ). Jika current rasio tinggi tetapi quick rasio rendah menunjukkan adanya investasi yang sangat besar dalam penempatan. Acid test ratio dihitung dengan rumus :
Acid Test Rasio
=
Kas ---------------------------- x 100% Hutang Lancar
( 3 ). Loan Deposit Rasio Loan Deposit Rasio adalah menunjukkan kesehatan bank, BMT dalam memberikan pembiayaan ( kredit ) dengan rumus : Total Pembiayaan Loan Deposit Rasio :
---------------------------------------------Total DPK ( Dana Pihak Ketiga )
26.
Dilihat dari rumus LDR ( Loan Deposit Ratio) adalah total pembiayaan dibagi dengan total dana pihak ketiga berarti perbandingan antara total dana yang digunakan untuk pembiayaan ( dipinjamkan ) dengan total dana dari pihak ketiga yang diterima bank ( BMT ) berarti menunjukkan tingkat kesehatan bank ( BMT ) dalam memberikan pembiayaan dan menunjukkan
dana pihak ketiga yang digunakan
sebagai pembiayaan. Sudah diketahui bahwa dana yang masuk dalam bank ( BMT ) bisa berasal dari dalam bank ( BMT ) itu sendiri dan juga bisa dari dana pihak ketiga ( dari luar ) .
2) Rasio Aktivitas Rasio aktivitas yaitu rasio rasio yang digunakan untuk mengukur sampai
seberapa
besar
efektifitas
perusahaan,
bank,
BMT
dalam
menggunakan sumber sumber dananya. a) Fixed Asset Turnover Fixed Asset Turnover ( FAT ) adalah kemampuan aktivitas ( efisiensi ) dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva tetap bank dalam suatu periode tertentu dengan jumlah keseluruhan aktiva. Dengan rumus : Aktiva Tepat Fixed Assat Turnover :
------------------------------------Total Aktiva
27.
b)
Total Asset Turnover. Total Asset Turnover adalah rasio yang menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu. Atau kemampun bank ( BMT ) dalam mengelola sumber dana dalam menghasilkan pendapatan ( revenue ). Rasio ini dihitung dengan menggunakan rumus : Pendapatan Operasional Total Asset Turnover :
------------------------------Total Aktiva
3). Rasio Profitabilitas Rasio
Profitabilitas
menunjukkan
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan untuk menggunakan aktivanya secara produktif. Dengan demikian profitabilitas ini dapat diketahui dengan membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau modal yang digunakan perusahaan pada periode yang bersangkutan. Modal perusahaan berasal dari dua sumber yaitu modal dari pemilik ( modal sendiri ) modal berasal dari kreditur ( modal asing ) untuk itu rentabilitas perusahaan juga dapat dihitung dengan dua cara yaitu : a)
Rentabilitas Ekonomis. Rentabilitas Ekonomis adalah perbandingan antara laba usaha dengan seluruh modal yang digunakan ( modal sendiri dan modal asing ) 28.
b)
Rentabilitas Modal Sendiri / Rentabilitas Usaha Rentabilitas Modal Sendiri adalah perbandingan antara laba yang tersedia untuk pemilik perusahan dengan jumlah modal sendiri. ( 1 ). Profit Margin Profit Margin adalah gambaran efisiensi suatu bank ( BMT ) dalam menghasilkan laba. Rasio ini dengan rumus : Laba Profit Margin
: -----------------------------Total Pendapatan
( 2 ). Return on Asset Return on Asset adalah rasio yang menggambarkan kemampuan bank ( BMT ) dalam mengelola
dana yang di investasikan dalam
keseluruhan aktiva untuk
menghasilkan keuntungan. ROA
merupakan gambaran produktivitas bank dalam mengelola dana sehingga menghasilkan keuntungan. Dengan rumus : Laba Return on Asset
: ----------------------------------Total Aktiva
4). Rasio Biaya Rasio biaya adalah menunjukkan tingkat efisiensi kinerja operasional bank. Rasio ini dihitung dengan rumus : Biaya Operasional Rasio Biaya
: -----------------------------------------------Pendapatan Operasional
29.
BAB. III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Berdirinya. BMT ( Baitul
Maal Wa Tamwil
: Rumah harta dan
pengembangannya ) MUBAARAK yang berlokasi di Pasar Argosari. Wonosari Lantai II kios no: 09 adalah suatu lembaga keuangan yang menjalankan usahanya berdasar prinsip Syari’ah. Menurut Undang Undang Perbankan no 10 tahun 1998 : Prinsip Syari’ah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai Syari’ah. Lembaga ini didirikan pada tahun 1997 pada saat negara Republik Indonesia terjadi krisis moneter dan krisis politik yang perkepanjangan. melihat lembaga keuangan mikro yang ada di Wonosari pada saat itu banyak yang menggunakan sistem bunga dengan prosen bunga tinggi. Maka beberapa tokoh ingin mendirikan suatu lembaga keuangan yang tidak menerapkan bunga yang tinggi atau bahkan tidak menerapkan sistem bunga sama sekali. Tokoh tokoh tersebut antara lain: 1. Drs. H. Djumhidi..MA 2. Diyan Sugiyono 3. H. Syafrudin 4. Drs. Khadirin 5. Ir. H. Eddy Praptono 6. HM. Bekti Hendrianto.SE 7. Arif Setiadi, S.IP
30.
BMT MUBAARAK adalah lembaga keuangan berdasar prinsip syariah sudah berbadan hukum dengan nomor : BH Nomor 0305/KDK.12.3/I/IX/1998. adapun mekanisme kerja dari BMT MUBAARAK adalah modal atau dana dari pendiri dan dari nasabah yang terkumpul di investasikan pada dunia usaha. Ketika ada hasil (profit ) maka bagian profit untuk bank ( BMT) dibagi kembali antara bank dengan nasabah., disamping itu bank ( BMT ) dapat melakukan transaksi jual beli baik dengan pengusaha maupun nasabah menggunakan skema yang sudah ditentukan dalam syari’ah. Lokasi BMT MUBAARAK berada pada posisi yang strategis untuk pengembangan sebuah lembaga keuangan karena berada di lokasi pasar yang berada di pusat kota Wonosari Kabupaten Gunungkidul. Dan denah lokasi sebagai berikut : Gambar : 3.1 Denah Lokasi BMT Mubaarak ( Lantai II. Kios no 9 Pasar Argosari Wonosari , Gunungkidul )
Pendopo Kab. Lama
Komplek PEMDA
Pertokoan
Dari Jogja
DPRD GK
Pertokoan
Jln Jogja- Wonosari / Jln. Brid Katamso
Pertokan
Pasar Argosari Wonosari
Perkoto an 31.
B. Struktur Organisasi. Lembaga Keuangan Syari’ah BMT MUBAARAK merupakan lembaga keuangan mikro dengan payung hukumnya adalah koperasi. Karena itu struktur organisasinya juga hampir sama dengan koperasi digabungkan dengan struktur organisasi lembaga keuangan syari’ah. Adapun struktur organisasinya adalah Gambar 3.2. Struktur Organisasi. RAT
DEWAN PENASEHAT / PEMBINA
PENGURUS
KOMISARIS
PENGAWAS SYARI’AH DAN MANAJEMEN
MANAJER
PEMBIAYAN
MARKETING ADMINISTRASI
ANGGOTA Keterangan : Garis Wewenang ----------------
Garis Pengawasan
Garis Pelayanan 32.
Struktur organisasi merupakan gambaran skematis tentang pembagian tugas dan tanggungjawab,serta hubungan kerja yang terdapat dalam suatu badan atau lembaga. Struktur organisasi BMT MUBAARAK berbentuk garis artinya, wewenang dari pimpinan tertinggi didelegasikan kepada pimpinan rapat anggota tahunan yang diteruskan kepada fungsi yang ada pada bagian tersebut. Sedangkan bentuk hubungan masing masing dengan garis wewenang, pelayanan dan pengawasan adalah sebagai berikut : Rapat anggota tahunan merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dan mempunyai beberapa bawahan diantaranya Dewan Penasehat atau pembina, Pengurus, dan Dewan Pengawas Syariah dan Dewan Pengawas Manajemen. Sedang pengurus mempunyai bawahan komisaris dan manajer. Dan manajer sebagai pengelola atau pelaksana harian dibantu atau mempunyai bawahan bagian Pembiayaan ( bagian Kredit ) bagian Marketing dan Bagian Administrasi dari bagian bagian pelaksana harian tersebut dibantu oleh beberapa karyawan. Anggota pengurus mempunyai wewenang mempertanggungjawabkan keputusan rapat anggota tahunan dan mengangkat serta memberhentikan manajer. Hubungan antara rapat anggota tahunan dengan pengurus, bahwa rapat anggota tahunan berhak meminta keterangan pertanggungjawaban pengurus dan pengawas mengenai pengelolaan BMT serta rapat anggota tahunan mengesahkan pertanggungjawaban pengurus. Rapat anggota tahunan mempunyai wewenang kepada dewan penasehat dan pengawas Syari’ah maupun menejemen dalam hal pengambilan keputusan. 33.
Dewan penasehat dan pengawas syari’ah maupun manajemen berhak memberi saran atau anjuran kepada pengurus untuk kemajuan lembaga / BMT baik diminta atau tidak. Untuk memperlancar hubungan antara lembaga ( BMT ) dengan anggota dibentuk komisariat yang dipimpin oleh Komisaris. Komisaris merupakan pembantu sekaligus pengatur kepentingan anggota. Oleh karena itu komisaris dipilih oleh anggota dan ditetapkan oleh pengurus. Untuk memperlancar pelaksanaan tugas, pengurus mengangkat manajer umum dan manajer Pembiayaan, Manajer Marketing manajer Administrasi serta beberapa karyawan sebagai pembantu pelaksana tugas tersebut. Tugas dari masing masing bagian antaralain sebagai berikut : 1. Dewan Penasehat / pembina a.
Memberikan nasehat atau pembinaan kepada BMT lewat pengurus baik diminta atau tidak untuk kemajuan BMT
b.
Memberikan layanan kepada anggota bila diperlukan
2. Pengurus a.
Ketua 1) Memimpin tata kehidupan BMT 2) Mengesahkan anggaran 3) Menandatangani dan meneliti bukti bukti transaksi 4) Membina / mengawasi manajer, bag pembiayaan, bag marketing, bag administrasi
34.
b.
Wakil Ketua 1)
Melaksanakan tugas ketua bila berhalangan
2)
Menghimpun dan membuat Laporan
c. Sekretaris 1)
Memimpin kantor, Organisasi dan administrasi
2)
Menghimpun laporan, surat menyurat dan rapat rapat
3)
Mengatur karyawan bersama pengurus harianlainnya
d. Bendahara 1)
Mengerjakan pembukuan
2)
Menyusun anggaran tiap bulan
3)
Pengendalian dan pengawasan keuangan tiap bulan
4)
Menyusun Laporan Keuangan
3. Dewan Pengawas Syari’ah dan Manajemen a. Tugas Dewan Pengawas Syari’ah : mengawasi kegiatan usaha BMT agar tidak menyimpang dari ketentuan dan prinsip syari’ah yang di fatwakan DSN ( Dewan Syari’ah Nasional ) b. Tugas Dewan Pengawas Manajemen : mengawasi kegiatan usaha BMT agar tidak terjadi kesalahan dalam pengelolaan c. Memberikan pelayanan langsung atau tidak langsung kepada anggota 4. Komisaris a. Sebagai pembantu sekaligus pengatur kepentingan anggota b. Memberikan pelayanan kepada anggota 35.
5. Manajer a. Memimpin atau mengawasi bagian bagian yang menjadi bawahannya b.
Membagi tugas kepada karyawan
6. Bagian Pembiayaan a. Memberikan pelayanan pembiayaan ( kredit ) kepada anggota atau bukan anggota b. Mengadakan identifikasi kepada calon penerima pembiayaan c. Mengadakan survey calon penerima pembiayaan d. Pelayanan kepada anggota 7. Bagian Marketing a. Melakukan promosi penjualan produk produk jasa BMT kepada calon nasabah b. Menjaring calon nasabah termasuk melakukan penagihan terhadap nasabah bila diperlukan c. Melakukan pelayanan kepada anggota 8. Bagian Administrasi a. Mambantu pengurus melakukan tata administrasi BMT b. Melakukan Pembukuan c. Menyusun Laporan keuangan d. Melakukan pelayanan kepada anggota
36.
9. Karyawan a. Sebagai pembantu pelaksana administrasi b. Membantu bagian pembukuan mencatat transaksi kepada nasabah atau calon nasabah c. Melakukan pelayanan kepada anggota
C. Bidang Usaha. Lembaga keuangan syari’ah termasuk BMT menjalankan kegiatan usaha harus sesuai dengan prinsip syari’ah yaitu aturan aturan perjanjian yang dilaksanakan harus sesuai dengan kaidah Islami dan tidak boleh menyimpang dari aturan aturan yang ada dalam hukum Islam. adapun karakteristik usaha yang dilakukan dalam Lembaga keuangan syari’ah antara lain ( menurut :Standar Akuntansi Indonesia ( SAK ) per 1 Oktober2004.Oleh Ikatan Akuntan Indonsia / IAI diterbitkan Salemba Empat Jakarta. ) ciri ciri bank syai’ah ( Lembaga Keuangan Syari’ah antara lain : 1.
Berdasarkan prinsip syari’ah
2.
Penerapan prinsip ekonomi Islam dengan cirri : a.
Pelarangan riba dalam berbagai bentuk
b.
Tidak mengenal “ Time Value of Money “
c.
Uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditi yang diperdagangkan
d.
Tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang bersifat spekulatif
3.
Beroperasi atas dasar bagi hasil
4.
Kegiatan usaha untuk memperoleh imbalan atas jasa
37.
5.
Tidak menggunakan bunga sebagai alat untuk memperoleh pendapatan
6.
Asas utama : Kemitraan, Keadilan dan transparansi
7.
Tidak membedakan secara tegas sektor moneter dan sektor riil
Disamping bidang usaha lembaga keuangan syari’ah harus sesuai dengan ciri ciri diatas transaksi yang dilaksanakanpun harus sesuai syari’ah antara lain : 1. Tidak mengandung unsur kedzaliman 2. Bukan riba 3. Tidak membahayakan diri sendiri atau pihak lain 4. Tidak ada penipuan (gharar ) 5. Tidak mengandung materi materi yang diharamkan 6. Tidak mengandung unsur judi Berdasarkan ciri ciri dan syarat transaksi diatas maka kegiatan usaha BMT antara lain, sesuai fungsi BMT ( Baitul Maal Wa Tamwil ) yaitu : 1. Fungsi Tamwil ( Pengembangan ) a. Sebagai Manajer Investasi Sebagai Manajer Investasi yaitu BMT sebagai penghimpun dana masyarakat dengan menggunakan prinsip Wadiah dan Mudharabah. Dalam hal ini BMT membuka produk simpanan. 1) Simpanan Amanah Simpanan ini menampung Zakat, Infak dan shodakoh 2) Simpanan Wadi’ah Amanah
38.
Simpanan ini untuk menampung simpanan dari pembiayaan ( anggota yang mendapat pembiayaan diwajibkan membuka simpanan ini untuk menerima dana pembiayaan dan bagi hasil ) 3) Simpanan Wadi’ah Dhomanah Simpanan ini untuk menampung Simpanan sukarela, Simpanan pendidikan, Simpanan Qurban, dan Simpnan lembaga Islam. 4) Simpanan Berjangka b. Sebagai Investor Sebagai Investor yaitu BMT sebagai penyalur dana ke masyarakat, dengan menggunakan prinsip jual beli ( murabahah, salam, istishna dsb ) dan prinsip bagi hasil ( mudharabah, musyarakah ) Akad Jual beli : 1) Murabahah Murabahah adalah akad jual beli atas suatu barang dengan harga yang disepakati antara penjual dan pembeli setelah sebelumnya penjual menyebutkan dengan sebenarnya harga perolehan atas barang tersebut dan besarnya keuntungan yang diperolehnya. 2) As Salam As Salam adalah akad jual beli atas suatu barang dengan jenis dan dalam jumlah tertentu yang penyerahannya dilakukan beberapa waktu kemudian , sedang pembayarannya segera ( dimuka )
39.
3) AL Istishna AL Istishna merupakan akad jual beli antara pemesan / pembeli dengan pihakprodusen
/
penjual
atas
suatu
barang
tertentu
yang
dipesan terlebih dahulu dengan spesifikasi dan harga yang disepakati. Sementara pembayaraannya dapat dilakukandimuka, ditengah, atau pada saat penyerahan barang. Akad Bagi Hasil : 1) Mudharabah Mudharabah adalah akad kerjasama antara pemilik dana, yang menyediakan seluruh kebutuhan modal dengan pihak pengelola usaha. untuk melakukan sustu kegiatan usaha bersama. Keuntungan yang diperoleh dibagi menurut perbandingan ( nisbah ) yang disepakati. 2) Musyarakah ( Syrkah ) Musyarakah ( Syirkah ) adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk melakukan suatu kegiatan usaha tertentu, masing masing pihak memberikn kontribusi dana sesuai dengan porsi yang disepakati. Sementara keuntungan yang diperoleh maupun kerugihan yang mungkin timbul akan dibagi secara proporsional atau sesuai dengan kesepakatan bersama. Atas dasar prinsip jual beli dan prinsip bagi hasil tersebut BMT memberikan pembiayaan ( kredit ) kepada nasabah atau calon nasabah yang dananya bersumber dari : 40.
1.
Modal sendiri BMT
2.
Dana Pengalihan Subsidi BBM
3.
Dana Bergulir Syari’ah
c. Sebagai Pemberi Jasa Layanan Untuk produk jasa layanan. BMT belum banyak memberikan jasa pelayanan karena belum kuatnya permodalan BMT dan belum banyak dikenal masyarakat mengenai BMT. Dari kegiatan ini BMT akan memperoleh pendapatan jasa. Yang mungkin bisa dilaksanakan antara lain: 1. Rahn atau Gadai 2. Qardh Pinjaman kebajikan ( talangan haji ) 2. Fungsi Maal ( Harta ) Untuk fungsi ini BMT sebagai lembaga sosial yang menerima / menghimpun dana dan menyalurkannya kepada yang berhak menerima misalnya dana kebajikan ( dana gempa bumi.,dana bantuan banjir dll ) D. Proporsi Pembagian Laba. Berdasarkan Anggaran dasar dari BMT MUBAARAK. Bahwa proporsi pembagian labanya adalah sebagai berikut : 1. 40% untuk anggota BMT 2. 35% untuk pemupukan modal BMT 3. 15% untuk pengelola BMT 4. 10% untuk Dana Cadangan BMT pembagian diatas dibagi dari laba setelah dipotong Zakat. 41
BAB. IV. ANALISIS DATA
Dalam bab ini penulis akan melakukan analisis rasio rasio terhadap data yang diperoleh dari BMT MUBAARAK yaitu dari data laporan keuangannya yang berupa data Neraca dan data Laporan Rugi / Laba selama tiga tahun yaitu dari tahun 2005, 2006 dan 2007 . Data data diatas adalah data yang diperoleh pada akhir tahun masing masing periode. Dari data data yang ada selama tiga tahun tersebut akan diketahui trend atau kecenderungan apakah rasio rasio laporan keuangannya mengalami peningkatan atau tidak. Data data diatas akan dibahas dibandingkan dengan teori teori yang ada tentang rasio laporan keuangan, Perlu diketahui bahwa teori teori yang ada dalam buku bukan merupakan suatu patokan yang pasti bahwa suatu rasio yang baik itu sama dengan yang ada dalam buku tersebut , tetapi dalam buku itu hanya suatu kecenderungan atau pada umumnya, atau rata rata. Sehingga suatu rasio dikatakan baik bagi suatu perusahaan belum tentu baik pula bagi perusahaan yang lain. Tetapi perlu dianalisa lebih lanjut faktor faktor yang membentuk rasio tersebut, karena faktor faktor yang mempengaruhi suatu rasio dalam suatu perusahaan, antara perusahaan yang satu dengan lainnya sangatlah berbeda. Dalam analisa rasio rasio ini penulis menggunakan pedoman analisa rasio, untuk
rasio rasio keuangan bank syari’ah, dengan anggapan bahwa BMT
merupakan lembaga keuangan syari’ah yang hampir sama dengan bank syari’ah 42.
A.
Rasio Likuiditas
Rasio Likuiditas adalah ukuran kemampuan bank ( BMT ) dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, meliputi : 1.
Current Rasio
Current Rasio adalah kemampuan bank ( BMT ) dalam membayar utang atau kewajiban dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki. Rasio ini dihitung dengan rumus: Kas + Penempatan Current Ratio :
--------------------------------Hutang Lancar
Tabel 4.1. Tabel trend likuiditas
Komponen
Th 2005
Th 2006
Perubahan
Th 2007
Perubahn
Kas
40.985.850
39.166.900
( 1.818.950 )
209.133.000
169.966.100
Penempatan
75.457.417
74.353.417
( 1.104.000)
36.817.417
(37.536.000 )
Kas + Penemp
116.443.267
113.520.317
( 2.922.950 )
245.950.417
132.430.100
Hutang Lancar
397.683.160
544.575.839
156.892.679
962.211.939
407.636.100
Current Rasio
0,292804118
0,204697553
29,28%
20,46%
Prosentase ( % )
0,255609401 ( 8,82% )
25,56%
5,10 %
Sumber : BMT MUBAARAK dari tahun 2005 - 2007 yang diolah.
Analisis : Likuiditas perusahaan menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditur jangka pendek. 43.
Jumlah modal kerja ( Selisih antara total aktiva lancar dengan hutang lancar ) yang dimiliki perusahaan menjadi perhatian kreditur jangka pendek. Karena angka ini menunjukkan jumlah aktiva yang dibelanjai dari sumber dana jangka panjang. yang tidak memerlukan pengembalian dalam jangka pendek. Makin besar angka ini berarti makin besar tingkat keamanan kreditur jangka pendek, dan makin besar kepastian
bahwa utang
jangka pendeknya dapat
dilunasi pada waktunya. Elemen elemen yang digunakan dalam perhitungan current rasio di atas adalah Kas, Penempatan dan Hutang lancar. Kas dan Penempatan merupakan aktiva lancar yang menggambarkan alat bayar dan diasumsikan sebagai aktiva lancar yang benar benar dapat digunakan untuk membayar. Sedang hutang lancarnya menggambarkan yang harus dibayar dan diasumsikan sebagai hutang yang benar benar akan dibayar. Current Rasio untuk BMT Mubaarak tahun 2005 adalah 29,28 % atau ( 116.443.267 / 397.683.160 ) berarti setiap hutang Rp.1. dijamin Rp. 0,2928 aktiva lancar , dari hasil ini kalau dilihat
tingkat keamanan kreditur jangka
pendek kurang aman, karena kalau terjadi likuidasi yang mendadak dari semua hutang lancarnya hanya akan terbayar kurang dari sepertiganya Kemudian tahun 2006 sebesar 20,46% yaitu berasal dari (113.520.317 / 554.575.839 ) kalau dibandingkan dengan tahun sebelumnya ada penurunan sebesar 8,82% dari ( 229,28 % - 20,46 % ) penurunan ini disebabkan karena adanya penurunan di omponen kas ( 1.818.950 ) 44.
dan komponen penempatan ( 1.104.000 ) sedang pada hutang lancarnya terjadi kenaikan ( 156.892.679 ) yang menyebabkan penurunan yang sangat mencolok sekali, komponen kas dan penempatan terjadi penurunan namun pada hutang lancarnya sebaliknya terjadi kenaikan, sehingga penurunannya sangat ironis sekali. Kalau dibandingkan tahun selanjutnya
2007 sebesar 25,56 % dari
( 245.950.417 / 962.211.939 ) ada kecenderungan kenaikan. Yaitu naik sebesar 5,10% tetapi dengan kenaikan sebesar itu belum dapat melampoi tahun 2005 yang 29,28%. Kenaikan 5,10% ini disebabkan karena adanya kenaikan pada komponen kas yaitu sebesar ( 169.966.100 ) namun masih terjadi penurunan pada komponen Penempatan yaitu ( 37.536.000 ) dan terjadi pula kenaikan pada sektor hutang lancarnya sebesar ( 407.636.100 ) Dilihat dari trend 2005 sampai 2007 secara global terjadi adanya kenaikan hutang ( hutang lancar ) yang terjadi tiap tahun. Ironisnya pada sektor penempatan terjadi penurunan yang terus menerus setiap tahun hampir tidak terjadi penambahan pada sektor penempatan. Sekarang pada kas dari tahun 2005 ke tahun 2006 terjadi penurunan ( 1.818.950 ) namun dari tahun 2006 ke tahun 2007 terjadi kenaikan sebesar ( 169.966.100 ) atau sekitar 4 kali lipat ( diatas 400% ), kenaikan yang sangat drastis ini perlu dianalisa lebih lanjut. Apa yang menyebabkannya , untuk itu perlu analisa yang menyeluruh.
45.
Apakah yang menyebabkan itu berasal dari BMT itu sendiri atau penyebab dari luar ( bantuan / subsidi pemerintah misalnya ) kalau penyebab itu berasal dari dalam memang benar benar likuid tapi kalau subsidi atau bantuan menjadikan likuiditas yang semu, suatu saat kalau bantuan ditarik lagi malah menjadikan Illikuid. 2. Quick ( Acid Test ) Rasio Quick ( Acid Test ) Rasio adalah ukuran untuk mengetahui kemampuan bank ( BMT ) dalam membayar hutang jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang lebih likuid. Dengan rumus : Kas Quick Rasio :
--------------------------Hutang Lancar
Quick rasio atau Acid test rasio ini merupakan ukuran likiuditas perusahaan, bank ( BMT ) yang sangat teliti. Karena dalam ratio ini hanya menyisakan pos pos aktiva lancar yang lebih likuid saja yang akan dibagi dengan hutang lancar.rasio ini memang dirancang untuk mengukur seberapa baik bank. ( BMT ) dapat memenuhi kewajibannya tanpa harus melikuidasi atau terlalu tergantung pada penempatan. Sebab penempatan tidak sepenuhnya dapat diandalkan karena juga melihat tingkat likuiditas dari bank yang kita gunakan untuk penempatan. Lagi pula penempatan bukan merupakan sumber kas yang segera dapat kita peroleh. Dan bahkan dalam keadaan dunia usaha yang lesu likuiditas usaha ( bank ) juga akan terganggu.
46.
Tabel 4.2. Tabel Trend Likuiditas Komponen
Th 2005
Th 2006
Perubahan
Th 2007
Perubahn
Kas
40.985.850
39.166.900
( 1.818.950 )
209.133.000
169.966.100
Hutang Lancar
397.683.160
544.575.839
156.892.679
962.211.939
407.636.100
ATR
0,103061568
0,070624966
10,28%
7,06%
Prosentase %
0,217346087 3,24%
21,73
14,67%
Sumber : BMT Mubaarak tahun 2005 - 2007 yang diolah. Acid Test Ratio ( Quick Ratio ) dari BMT Mubaarak tahun 2005 adalah sebesar 10,28% ( 40.955.850 / 397.683.160 ) ini menggambarkan bahwa setiap hutang lancar Rp.1 dijamin aktiva yang paling lancar sebesar Rp.0,0128 dan tahun 2006 sebesar 7,06 % ( 39.166.900 / 554.575.839 ) kalau dibanding dengan tahun 2005 telah terjadi penurunan sebesar 3,24% penurunan ini terjadi karena adanya penurunan pada komponen kas sebesar (1.818.950 ) dan kenaikan pada hutang lancar sebesar ( 156.892.679 )
sehingga terjadi penurunan tingkat
likuiditas BMT dari sisi Acid Test Ratio. Kemudian dilihat tahun 2007 Acid Test Rationya sebesar 21,73% ( 209.133.000 / 962.211.939 ) terjadi kenaikan yang mencuat juga yaitu sekitar 300 % dari 7,06 % menjadi 21,73% yaitu naik sebesar 14,67% kenaikan ini karena adanya kenaikan pada komponen kas sebesar (167.966.100 ) dan kenaikan pada hutang lancar juga sebesar (407.636.100 ) Untuk quick ratio sama dengan current rastio, kalau ada kenaikan pada current ratio dan kenaikan quick ratio berarti juga ada kenaikan pada tingkat likiuditas bank ( BMT ) yang bersangkutan sebaliknya kalau terjadi penurunan berarti juga ada penurunan pada likuiditasnya. 47.
3. Loan Deposit Rasio Loan Deposit Ratio ( LDR ) adalah merupakan alat untuk mengukur tingkat kesehatan bank ( BMT ) dalam
memberikan
pembiayaan
( Pinjaman / Kredit ). Dengan rumus : Total Pembiayaan Loan Deposit Ratio :
-------------------------------------------------Total DPK ( Dana Pihak Ketiga )
Dilihat dari rumus LDR ( Loan Deposit Ratio) adalah total pembiayaan dibagi dengan total dana pihak ketiga berarti perbandingan antara total dana yang digunakan untuk pembiayaan ( dipinjamkan ) dengan total dana dari pihak ketiga yang diterima bank ( BMT ) berarti menunjukkan tingkat kesehatan bank ( BMT ) dalam memberikan pembiayaan dan menunjukkan
dana pihak ketiga yang
digunakan sebagai pembiayaan. Sudah diketahui bahwa dana yang masuk dalam bank ( BMT ) bisa berasal dari dalam bank ( BMT ) itu sendiri dan juga bisa dari dana pihak ketiga ( dari luar ) . Dari rumus diatas kalau tingkat LDR tinggi berarti sebagian pembiayaan dibayar dengan dana sendiri
dan kalau LDR rendah berarti sebagian besar
pembiayaan dibayar dengan dana pihak ketiga ( BMT ) yang bersangkutan. Misal dari total pembiayaan ( =100% ) dengan rasio LDR 1 ( 100 % ) berarti pembiayaan itu 100% dibiayai dari dana pihak ketiga dan misalnya lagi rasio 75% berarti pembiayaan itu 0,75 nya dibiayai dari dana pihak ketiga . Kalau 200% atau 2 kali berarti setengah dari pembiayaan didanai dari pihak ketiga 48.
Dilihat dari bank pendonor ( BMT ) kalau LDR tinggi berarti tingkat kesehatan pembiayaan sehat karena sebagian besar pembiayaan didanai dari dana sendiri dan LDR rendah berarti sebagian besar pembiayaan didanai dari dana pihak ketiga ( BMT ) sendiri. Tabel 4.3. Tabel Trend Likuiditas Komponen
Th 2005
Th 2006
Perubahan
Th 2007
Perubahn
Total Pembiayaan
487.458.130
657.449.771
169.991.641
977.781.305
320.331.534
Dana Pihak Ketiga
65.200.000
110.000.000
44.800.000
120.000.000
10.000.000
7,476351686
5,.9768161
747,63 %
597,68 %
LDR Prosentase %
8,148177541 ( 149,95 % )
814,81 %
217,13 %
Sumber : BMT Mubaarak 2005 - 2007 yang diolah Loan Deposit Ratio dari BMT Mubaarak tahun 2005 sebesar 747,6 % atau ( 487.458.130 / 65.200.000 ) berarti pembiayaan sekitar 1 / 7 ( sepertujunya ) berasal dari dana pihak ketiga . menggambarkan kalau BMT dalam keadaan sehat dalam pembiayaannya. Kemudian dilihat
tahun
2006
LDR 597,68 %
( 657.449.771 / 110.000.000 ) dibanding dengan tahun 2005 terjadi penurunan tingkat LDR, penurunan ini disebabkan karena adanya kenaikan pada sektor pembiayaan ( 169.991.641 ) dan
kenaikan dari
dana
pihak ketiga sebesar
( 44.800.000 ) dimana kenaikan yang menjadi unsur LDR itu tidak sebanding, lebih besar kenaikan pada
sektor pembiayaan sehingga terjadi penurunan
tersebut. Kemudian
tahun 2007 LDR BMT sebesar 814,81 %
terjadi
dari
( 977.781.305 / 120.000.000 ) dibanding tahun sebelumnya terjadi kenaikan yang drastic yaitu sekitar 217,13 % ini terjadi karena
49.
kedua komponen LDR mangalami kenaikan. Kenaikan pembiayaan ini karena dimungkinkan karena : a.
Berhasilnya pemasaran BMT sehingga banyak calon nasabah yang mengajukan permohonan pembiayaan dan dikabulkan
b.
Jumlah tersebut mungkin merupakan akumulasi dari pembiayaan pembiayaan sebelumnya yang belum terlunasi
Kedua sebab itu perlu dianalisa lebih lanjut , kalau penyebabnya adalah poin a. berarti memang suatu keberhasilan, pemasaran dari BMT. Tapi kalau poin b. merupakan ketidakberhasilan dalam mengelola pembiayaan karena banyak nasabah yang tidak dapat melunasi kewajibannya secara rutin sehingga terjadi penumpukan sisa pembiayaan pembiayaan sebelumnya hal ini mungkin karena keadaan ekonomi yang tidak stabil sehingga banyak nasabah yang paillit dan tidak dapat melunasi kewajibannya atau mungkin juga dalam pemberian pembiayaan analisanya yang keliru atau kurang tepat ( pemberian pembiayaan yang kurang tepat ) / salah sasaran atau penyebab lainnya perlu dianalisa lebih lanjut. Komentar : Dari hasil analisa Likuiditas BMT dari segi Current Ratio memang rasionya kecil , kemungkinan disektor keuangan karena dananya selalu berputar sehingga dimungkinkan dengan current ratio kecil lembaga keuangan seperti BMT masih dapat berjalan dengan normal dan lancar karena dananya selalu mangalir masuk dan keluar tiap saat. 50.
Kemudian kalau ditinjau dari sisi acid test ratio juga kecil karena unsur acid test ratio merupakan unsur dari current ratio juga . dan acid test rastio merupakan rastio yang paling lancar ( atau hanya mengambil unsur yang paling likuid yaitu kas saja ) unsur unsur yang kurang likuid dikesampingkan Dari sisi Loan Deposit Ratio menunjukkan perbandingan yang besar atau rationya tinggi ini menggambarkan kalau dana pembiayaan sebagian besar di danai dari modal sendiri BMT. Sehingga secara umum likuiditasnya rendah kalau dibandingkan dengan perusahaan yang bukan moneter seperti perusahaan dagang atau manufaktur atau memang trend likuiditas disektor keuangan memang rendah karena adanya perputaran keuangan yang tinggi tiap saat. Untuk itu disarakan perlu adanya cadangan likuiditas di sektor keuangan seperti ini. Sehingga BMT senantiasa membentuk dana cadangan likuiditas untuk mengantisipasi suatu saat kalau terjadi Illikuid. Dana tersebut mungkin bisa dibentuk dari dana pemupukan modal atau laba yang ditahan untuk penambahan modal dan mungkin juga ada dana talangan dari pemerintah untuk itu, seperti bank bank yang besar dengan adanya BLBI ( Bantuan Likuiditas Bank Indonesia )
B. Rasio Aktivitas Rasio Aktivitas
adalah
ukuran
untuk
menilai tingkat efisiensi
bank ( BMT ) dalam memanfaatkan sumber dana yang dimilikinya.
51.
1. Fixed Asset Turnover Fixed Asset Turnover ( FAT ) adalah kemampuan aktivitas ( efisiensi ) dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva tetap bank dalam suatu periode tertentu dengan jumlah keseluruhan aktiva. Dengan rumus : Aktiva Tepat Fixed Assat Turnover :
------------------------Total Aktiva
Dari data yang ada pada BMT Mubaarak jika dianalisa dengan Fixed Asset Turnover akan tampak sebagai berikut : Tabel 4.4. Tabel Trend Aktivitas Komponen
Th 2005
Th 2006
Perubahan
Th 2007
Perubahn
Aktiva Tepat
16.965.000
27.225.000
10.260.000
71.819.000
44.594.000
Total Aktiva
630.875.747
813.204.438
182.326.691
1.308.300.072
495.095.634
FAT
0,026891191
0,033478666
0,054894899
2,69 %
3,35 %
5,48 %
Sumber : BMT Mubaarak 2005 - 2007 yang diolah. Fixed Asset Turnover dari BMT Mubaarak tahun 2005 adalah sebesar 2,69 % ( 16.965.000 / 630.875.747 ) atau perbandingan aktiva tetap yang dimiliki BMT yang digunakan untuk operasional ( kegiatan ) dengan keseluruhan aktiva yang dimiliki BMT adalah perputarannya 2,69 kali. Kemudian untuk tahun 2006 sebesar
3,35
%
(
27.225.000
/
813.204.438
)
atau
perputarannya 3,35 kali . dibanding tahun sebelumnya 2005 berarti ada kenaikan pada aktiva tetap sebesar 10.260.000 dan total aktiva sebesar 182.328.691. 52.
karena total aktiva unsurnya banyak sekali termasuk aktiva tetap berarti ada selisih sebesar 172.068691 jumlah ini bisa terjadi dari kenaikan unsur kas, penempatan, pembiayaan dll yang juga merupakan aktiva yang tingkat perputarannya tinggi Tahun 2007 sebesar 5,48% atau 5,48 kali ( 71.819.000 / 1.308.300.072 ) ini merupakan tingkat perputaran yang cukup besar , karena pada jumlah aktiva tetap yang dimiliki ada kenaikan 44.594.000 dan pada sisi total aktiva ada kenaikan sebesar 495.095.634 sehingga terjadi tingkat perputaran yang tinggi. Pada lembaga keuangan bank ( BMT ) tingkat perputaran ini jika terlalu rendah kurang baik karena terjadi inefisiensi ( atau tidak efisiennya pemanfaatan aktiva tetap ) tetapi kalau terlalu cepat juga tidak baik karena terjadi over kapasitas ( melebihi kemampuan yang ada ) penggunaan aktiva
tetap. Sehingga bank
( BMT ) harus bisa menjaga agar tidak terlalu cepat dan tidak terlalu rendah sehingga kestabilan usaha akan baik. 2.Total Asset Turnover. Total Asset Turnover adalah rasio yang menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu. Atau kemampun bank ( BMT ) dalam mengelola sumber dana dalam menghasilkan pendapatan ( revenue ). Rasio ini dihitung dengan menggunakan rumus : Pendapatan Operasional Total Asset Turnover :
------------------------------Total Aktiva 53.
Tabel 4.5. Tabel Trend Aktivitas Komponen
Th 2005
Th 2006
Perubahan
Th 2007
Perubahn
Pendap Operasi
115.702.493
143.819.441
28.116.948
159.146.734
15.327.293
Total Aktiva
630.875.747
813.204.438
182.326.691
1.308.300.072
495.095.634
TAT
0,183399811
0,176855209
18,33 %
17,68 %
0,121643908 ( 0,65 % )
12,16%
( 5,52%)
Sumber : BMT Mubaarak tahun 2005 – 2007 yang dioalah. Dari data laporan keuangan BMT Mubaarak rasio Total Asset Turnover antara lain sebagai berikut : Tahun 2005 Totlal Asset Turnover sebesar 18,33% atau perputaran 18,33 yang terjadi dari ( 115.702.493 / 630.875.747 ) ini menggambarkan kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva BMT berputar dalam suatu periode tertentu atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan revenue atau pendapatan. Dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva BMT rata rata dalam satu tahun berputar adalah sebesar 18,33 kali atau setiap rupiah aktiva selama setahun dapat menghasilkan revenue ( Pemdapatan ) sebesar Rp.18,33. Tahun
2006 Total
Asset Turnover sebesar 17,68 %
terjadi
dari
( 143.819.441 / 813.204.438 ) dibanding dengan tahun 2005 terjadi penurunan sebesar ( 0,65 % ) penurunan ini disebabkan karena
kenaikan komponen
pendapatan operasional sebesar 28.116.948 yang diimbangi kenaikan yang lebih besar
pada
komponen
total
aktiva
sebesar
182.328.691
atau
kenaikan total aktiva 6 kali kenaikan pendapatan operasional sehingga terjadi penurunan sebesar 0,65 % tersebut.
54.
Tahun 2007 total asset turnover sebesar ( 159.146.734 / 1.308.300.072 ) atau setara dengan 12,16% atau perputaran 12,16 kali. Dibanding tahun sebelumnya terjadi penurunan yang tajam yaitu naik sebesar 5,52%, penurunan yang
tajam ini disebabkan karena ada kenaikan pada komponen pendapatan
operasional sebesar 15.327.293, dan pada sisi total aktiva ada kenaikan yang sangat tajan yaitu 495.095.634 atau kenaikan total aktiva naik hampir 32 kali dari kenaikan pendapatan operasional. C. Rasio Profitabilitas Rasio Profitabilitas adalah rasio yang menunjukkan tingkat efektifitas yang dicapai melalui usaha operasional bank ( BMT ). Atau rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan keputusan.. rasio ini meliputi : 1. Profit Margin Profit Margin adalah gambaran efisiensi suatu bank ( BMT ) dalam menghasilkan laba. Rasio ini dengan rumus : Laba Profit Margin : -----------------------------Total Pendapatan
Dari data laporan rugi laba yang diperoleh dari BMT Mubaarak tampak sebagai berikut :
55 .
Tabel 4.6. Tabel Trend Profitabilitas Komponen
Th 2005
Th 2006
Perubahan
Th 2007
Perubahn
Laba
16.869.791
26.585.791
9.715.998
28.094.534
1.508.743
Pendapt Operasi
115.702.493
143.819.441
28.116.948
159.146.734
15.327.293
Profit Margin
0,145803194
0,184855335
14,58%
18,48%
Prosentase
0,176532269 3,90%
17,65%
( 0,83 % )
Sumber : BMT Mubaarak 2005 - 2007 yang diolah. Profit margin yang diperoleh BMT Mubaarak tahun 2005 dari data diatas sebesar 14,58% ini terjadi dari ( 16.869.792 / 115.702.493 ) dari gambaran ini dapat di perkirakan bahwa laba adalah sekitar 14 % nya pendapatan. Berarti sekitar 86 % dari pendapatan digunakan untuk biaya operasional dan biaya biaya yang lain. Makin besar profit margin makin besar pula jumlah laba bersihnya sebaliknya kalau profit margin makin kecil berarti makin kecil pula labanya, yang artinya sebagian besar dari pendapatan digunakan untuk membayar biaya operasional. Tahun 2006. profit margin naik lagi menjadi 18,48% atau ( 26.585.791 / 143.819.441 ), kenaikan ini disebabkan kenaikan pada pendapatan kalau dibanding dengan tahun 2005 yaitu sebesar 28.116.948 sehingga labanya juga mengalami kenaikan sebesar 9.715.999 atau kalau dalam prosentase kenaikan sebesar 3,90% Tahun 2007 profit margin terjadi penurunan. Prafit marginnya sebesar 17,65 % ( 28.094.534 / 159.146.734 ) ini disebabkan total pendapatan naik 15.327.293 dan pendapatan naik sebesar 1.508.743 atau ada penurunan profit margin sebesar 0,83 % kalau dilihat total pendapatan
56.
ada penambahan yang besar tapi profit margin kecil berarti sebagian dari pendapatan untuk tahun 2007 banyak digunakan untuk biaya operasi 2. Return on Asset Return on Asset adalah rasio yang menggambarkan kemampuan bank ( BMT ) dalam mengelola dana yang di investasikan dalam keseluruhan aktiva yang menghasilkan keuntungan.. ROA adalah gambaran produktivitas bank dalam mengelola dana sehingga menghasilkan keuntungan. Dengan rumus Laba Return on Asset
: ----------------------------------Total Aktiva
Dari data Neraca dan Laporan Rugi / Laba BMT Mubaarak dapat dianalisa antara lain sebagai berikut : Tabel 4.7. Trend Profitabilitas Komponen
Th 2005
Th 2006
Perubahan
Th 2007
Perubahn
Laba
16.869.791
26.585.791
9.715.998
28.094.534
1.508.743
Total Aktiva
630.875.747
813.204.438
182.326.691
1.308.300.072
495.095.634
ROA
0,026740278
0,032692629
2,67 %
3,26 %
Prosentase
0,0214474075 0,59 %
2,14 %
( 1,12 % )
Sumber : BMT Mubaarak 2005 - 2007 yang diolah. Return on Assets ( ROA ) dari BMT untuk tahun 2005 adalah sebesar 2,67% ( 16.869.793 / 630.875.747 ) ini adalah perbandingan antara laba dengan total aktiva yang di tanamkan / diinvestasikan
57.
untuk memperoleh laba tersebut berarti semakin tinggi ROA semakin efektif penginvestasian aktiva tersebut. ROA tahun 2005 jika dibandingkan dengan tahun 2006. ada kenaikan sebesar 0,59%. Kenaikan ini disebabkan naiknya jumlah laba dan jumlah total aktiva yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut. Laba naik 9.715.998 dan jumlah aktiva yang di investasikan naik 182.328.691 Tahun 2007 ROA BMT Mubaarak terjadi penurunan sebesar 1.12 % atau tepatnya ROA sebesar 2,14% dari ( 28.094.534 / 1.308.300.072 ) penurunan ini karena adanya kenaikan laba yang sedikit dibanding tahun 2006 yaitu sebesar 1.508.743 dan kenaikan total aktiva yang digunakan sebesar 495.095.634 sehingga perubahan tersebut kalau dibandingkan antara tambahan laba dan tambahan aktiva yang digunakan 1 : 328 adalah perbandingan yang sangat besar sekali sehingga memicu penurunan ROA sebesar 1,12 % dan dapat dianalisa lebih lanjut pada sisi laba dan sisi aktiva yang menyebabkan perubahan tersebut.
D. Rasio Biaya Rasio biaya adalah menunjukkan tingkat efisiensi kinerja operasional bank Penentuan besarnya rasio ini dihitung dengan rumus : Biaya Operasional Rasio Biaya
: -----------------------------------------------Pendapatan Operasional
Dari data laporan rugi / laba BMT Mubaarak dapat dianalisa tingkat efisiensi operasioanal atau kegiatan BMT sebagai berikut : 58.
Tabel 4.8 Tabel Trend Rasio Biaya Komponen
Th 2005
Th 2006
Perubahan
Th 2007
Perubahn
Biaya Operasional
98.832.700
117.233.650
18.400.950
131.052.200
13.818.550
Pendapatan Opr
115.702.493
143.819.441
28.116.948
159.146.734
15.327.293
Rasio Biaya
0,854196806
0,815144665
Prosentase
85,41 %
81,51 %
0,823467731 ( 3,90 % )
82,34%
0,83 %
Sumber : BMT Mubaarak tahun 2005 – 2007 yang diolah. Dari data laporan Rugi laba dapat di hitung tingkat efisiensi operasional BMT yaitu : Tahun 2005 rastio biaya sebesar 85,41 % ( 98.832.700 / 115.702.493 ) menunjukkan tingkat efisienasi kegiatan dari BMT. Semakin kecil rasio ini semakin efektif kinerja dari BMT. Dari data diatas rasio biaya sebesar 85 % berarti labanya sama dengan 15 % dari pendapatan operasional, kalau rasio biaya misalnya 75 % berarti labanya yang 25 % Tahun 2006 rasio biayanya adalah 81,51 % ( 117.233.650 / 143.819.441 ) dibanding tahun 2005 terdapat penurunan sebesar 3,90 % penyebab penurunan ini karena adanya kenaikan dari dua komponen tersebut yang tidak seimbang. Biaya naik 18.400950 dan pendapatan naik 28.116.948. Sedang pada tahun 2007 rasio biayanya sebesar 82,34 % ( 131.052.200 / 159.146.734 ) terhadap tahun 2006 ada kenaikan sedikit yaitu 0,83%. Kenaikan yang hamper setara ini karena kedua komponen mengalami kenaikan yang hampir seimbang yaitu biaya naik 13.818.550 sedang pada pendapatan operasional naik 15.327.293.
BAB. V PENUTUP
A. KESIMPULAN. Pemicu utama kebangkrutan yang dialami oleh suatu bank besar atau kecil maupun lembaga keuangan seperti BMT, BUKP, BPR dan lain lain, bukanlah kerugian yang dideritanya. Melainkan lebih kepada ketidakmampuan bank dalam memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Likuiditas secara luas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dana dengan segera dan dengan biaya yang sesuai. Likuiditas penting bagi suatu bank , lembaga keuangan mikro, BMT, BUKP, BPR dan lain lain untuk menjalankan transaksi bisnis sehari hari, mengatasi kebutuhan dana yang mendesak, memuaskan permintaan nasabah terhadap pinjaman, dan memberikan fleksibelitas dalam meraih kesempatan investasi yang menarik dan menguntungkan. Likuiditas yang tersedia harus cukup, tidak boleh terlalu kecil sehingga menggangu kebutuhan operasional sehari hari, tetapi juga tidak boleh terlalu besar karena akan menurunkan efisiensi dan berdampak pada rendahnya tingkat profitabilitas. Berdasarkan hasil analisis data dari laporan keuangan BMT MUBAARAK yang berupa laporan neraca dan laporan rugi / laba dapat disimpulkan 1.
Dari sisi rasio rasio likuiditas BMT dalam keadaan likuid menurut ( rasio Current Rasio, Quick Rasio dan Loan Deposit Rasio ).dengan Current Rasio yaitu dari tahun 2005 ( 29,28 % ) tahun 2006 ( 20,48% )
60.
dan
tahun 2007 ( 25,56 % ) dan Quick Rasio tahun 2005 ( 10,30 % )
tahun 2006 ( 7,06% ) dan tahun 2007 ( 21,73 % ) sedang dari segi Loan Deposit Rasio tahun 2005 ( 747,63 % tahun 2006 ( 597,68 % ) dan
tahun
2007 ( 814,81 % ) dari segi likuiditas secara garis besar BMT dalam keadaan likuid atau cukup sehat. Sedang kalau kita bandingkan dengan penilaian dari PINBUK tingkat likuiditasnya
dengan rasio perbandingan antara total
pembiayaan dengan dana yang diterima adalah tahun 2005 ( 77,26 % ) tahun 2006 ( 89,99 % ) dan tahun 2007 ( 74,73 % ) dengan kreteria sebagai berikut Tabel : 5.1 Kreteria Likuiditas dan Skor Rasio : Total Pembiayaan / Dana masuk
Nilai
< 71 % dan > 94 %
1
71 – 74 % dan 91 – 94 %
2
75 – 80 % dan 86 – 90 %
3
81 – 85 %
4
Sumber : Pedoman Penilaian Likuiditas Kesehatan BMT ( Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil ) hal 14
Dari data tersebut maka indikator likuiditas tahun 2005 ( 77,26 % ) mendapat nilai skor 3, tahun 2006 ( 89,99 % ) mendapat skor nilai 3 dan tahun 2007 ( 74,73 % ) dengan skor nilai 2. dari kreteria diatas menggambarkan kalau BMT dalam kategori cukup sehat dari sisi likuiditasnya.
61.
2.
Dari segi aktivitas BMT cukup efisien. dan sehat dalam memanfaatkan sumber dana yang dimilikinya yang terlihat dalam rasio aktivitasnya Fixed Asset Rasio tahun 2005 ( 2,69 % ) tahun 2006 ( 3,35 % ) dan tahun 2007 ( 5,48 % ) dan rasio TAT nya tahun 2005 ( 18,33 % ) tahun 2006 ( 17,68 % ) dan tahun 2007 ( 12,16 % ) sedang penilaian menurut PINBUK yang dilihat dari sisi permodalan dan kwalitas aktiva produktifnya adalah sebagai berikut: tahun 2005 rasio struktur modalnya ( 47,29 % ) tahun 2006 ( 52,46 % ) dan tahun 2007 ( 30, 91 % ) dengan kriteria sebagai berikut : Tabel : 5.2, Kriteria Struktur Modal Rasio : Total Modal / Simpanan Wadiah
Nilai
<5%
1
6% - 15%
2
16% - 25%
3
> 25%
4
Sumber : Pedoman Penilaian Kesehatan Permodalan BMT ( Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil ) hal 10 ) dari kreteria di atas berarti tahun 2005 rasio ( 47,29% ) dengan skor nilai 4, tahun 2006 ( 52,46% ) dengan nilai 4 dan 2007 ( 30,91 % ) dengan skor 4 berarti dilihat dri sisi permodalan BMT dalam keadaan sehat 3.
Dari segi Profitabilitas BMT cukup efektif dan sehat dalam mengoperasikan lembaga keuangan terlihat dalam rasionya , Profit Margin tahun 2005 ( 14,58% ) tahun 2006 ( 18,48% ) dan tahun 2007 ( 17,65 % ) sedang dari rasio Return on Asset / ROA tahun 2005 ( 2,67 % ) tahun 2006 ( 3,26 % ) dan tahun 2007 ( 2,4 % ) sedang menurut penilaian dari PINBUK dari rasio Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional
62.
sebagai berikut tahun 2005 ( 85,41% ) tahun 2006 (81,51% ) dan tahun 2007 ( 82,34% ) dengan kreteria penilaian sebagai berikut : Tabel : 5.3. Penilaian tingkat Efisiensi Rasio : Biaya Op / Pendapatan Op
Nilai
> 90 %
1
76 % - 90 %
2
60 % - 75 %
3
< 60%
4
Sumber : Pedoman Penilaian Efisiensi Kesehatan BMT ( Pusat Inkubasi Bisnis Usaha kecil ) hal 15 dari data di atas keadaan BMT sebagai berikut : tahun 2005 ( 85,41 % ) dengan skor 2, tahun 2006 ( 81,51 % ) skor 2 dan tahun 2007 ( 82,34 % ) dengan skor nilai 2 Dilihat dari sisi rasio Inventaris dan Total Modalnya sebagai berikut: tahun 2005 ( 10,09%) tahun 2006 ( 13,70 ) dan tahun 2007 ( 31,76 % ) dengan kreteria penilaian sebagai berikut : Tabel . 5.4. Kreteria Penilaian Efisiensi Rasio : Inventaris / Total Modal
Nilai
> 50%
1
41 % - 50 %
2
31% - 40 %
3
<30 %
4
Sumber : Pedoman Penilaian Efisiensi BMT ( Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil ) hal 17 dari data diatas dengan skor tingkat kesehatan dari efisiensi sebagai berikut ; tahun 2005 ( 10,09 % ) skor 4, tahun 2006 ( 13,70 % ) skor 4 dan tahun 2007 ( 31,76 % ) skor 3
63.
4.
Dari tingkat kinerjanya cukup efisien dan sehat terlihat dari rasio biayanya tahun 2005 ( 85,41 % ) Tahun 2006 ( 81,51 % dan tahun 2007 ( 82,34 %) dan dilihat dari sisi perbandingan antara laba dan total harta adalah sebagi berikut tahun 2005 ( 2,67 % ) tahun 2006 ( 3,26 % ) dan tahun 2007 ( 2,14 % ) dan dilihat dari skor penilaian kesehatan adalah : Tabel : 5.5. Kreteria Penilaian Laba dengan Total Harta Rasio : Laba / Total Harta
Nilai
> 3%
4
2%-3%
3
1 % - 1,9 %
2
< 1%
1
Sumber : Pedoman Penilaian Rentabilitas ( Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil ) hal 18 dari data diatas kreteria penilaiannya sebagai berikut , tahun 2005 ( 2,67 % ) skor 3 , tahun 2006 ( 3,26 % ) skor nilai 4 dan tahun 2007 ( 2,14 % ) skor 3 dan dari sisi perbandingan antara laba dengan total modal sebagai berikut : tahun 2005 ( 10,04 % ) tahun 2006 ( 13,38 % ) dan tahun 2007 ( 12,42 % ) dengan skor menurut kreteria sebagai berikut : Tabel. 5.6 Indikator Laba dengan Total Modal Rasio : Laba / Total Modal
Nilai
<5%
1
5 % - 15%
2
16% - 25 %
3
> 25%
4
Sumber : Pedoman Penilaian Kesehatan BMT 64.
Dari data yang ada pada BMT dengan skor nilai sebagai berikut . tahun 2005 ( 10,04 % ) skor 2 , tahun 2006 ( 13,38 % ) skor 2 dan tahun 2007 ( 12,42 % ) dengan skor nilai 2 Untuk meng “ generalisasi “ kan penilaian secara keseluruhan tentang kesehatan BMT dari aspek keuangan dengan nilai teoritis 1 sampai dengan 4 atau nilai mutlak tertinggi 4 ( Nilai mutlak mungkin tak pernah tercapai secara umum ). Tiap skor dari kenyataan data / prestasi/ kinerja keuangannya dikalikan dengan bobot ( persentasi ) akan diperoleh kesimpulan tentang kesehatan BMT. Tabel .5.7 Pembobotan Indikator No
Indikator
Komponen
Bobot %
Total % 25
1
Struktur Modal
Total Modal / Simp Wadiah
20
2
Aktiva Produktif
a. Pembiayaan Masalah / Tot
25
Pembiayaan
35
b. Cad penghap / Pemby Mas
5
3
Likuiditas
Pembiayaan /dana diterima
20
4
Efisiensi
a. Biaya Op / Pendapt Op
5
b. Invent / Total Modal
5
a. Laba / Total Harta
13
b. Laba /Total Modal
7
5
Rentabilitas
15
10
15
Sumber : Pedoman Penilaian Kesehatan BMT Dari penilain per komponen tersebut jika digabungkan menjadi total skor sebagai berikut :
65.
Tabel .5.8 Penilaian Tingkat Kesehatan BMT ( Penilaian tahun terkhir 2007 ) No 1 2 3 4
5
Komponen
Rasio
Struktur Modal 30,91 % Aktiva Produktif Pemby Mas / Tot Pemmby 6,7 % Cadaangan / Pemby Mas 164% Likuiditas Total pemby / Asset 74,73 % Efisiensi 82,34 % Biaya Op / Pendp Op 31,76 % Inventaris / Total modal Rentabilitas 2,14 % Laba / Assets 12,42 % Laba / Total Modal Jumlah Skor
Nilai
Bobot
Skor
4
20
0,80
2 4
25 5
0,50 0,20
2
20
0,40
2 3
5 5
0,10 0,15
3 2
13 7
0,39 0,14 2,68
Tabel 5. 9 Tingkat Kesehatan BMT. Skor
Predikat
3.50 – 400
SEHAT
2,50 – 3.49
CUKUP SEHAT
1,50 – 2,49
KURANG SEHAT
Kurang dari 1,50
TIDAK SEHAT
Sumber : Penilaian Tingkat Kesehatan BMT ) ( Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil ) hal 21. Dari skor yang diperoleh BMT ( 2,68 ) dan kreteria tingkat kesehatan BMT disimpulkan bahwa BMT Mubaarak Pasar Argosari Wonosari mendapat predikat CUKUP SEHAT dilihat dari rasio rasio laporan keuangannya masa lalu.
66 .
B. SARAN Untuk menjaga kelangsungan usaha dan tingkat kesehatan BMT perlu adanya ( deversifikasi / perluasan ) produk pembiayaan dan jasa lembaga keuangan syariah yang diperbolehkan oleh Dewan Syariah Nasional. Dan tidak hanya mengejar keuntungan dari usaha usaha / pengusaha pengusaha menengah keatas / besar saja. Tetapi juga harus banyak melayani usaha usaha kecil sesuai komitmen dari BMT yaitu Membangun Ekonomi Umat, karena mayoritas umat Islam adalah ekonomi menengah kebawah. Dan sangat penting dibentuk adanya cadangan likuiditas untuk menjaga sewaktu waktu ada kebutuhan dana yang mendadak dan sangat besar sehingga tidak akan menggoyangkan likuiditas BMT. Adapun dana cadangan tersebut bisa berasal dari 1. Pembentukan sendiri ( Misal ): a. Dari dana pemupukan modal/ keuntungan yang tidak dibagikan dan digunakan untuk pemupukan modal b.
Dari cadangan cadangan selama belum digunakan
2.
Dari Hibah yang diterima
3.
Dari dana bantuan pemerintah misal dari BLBI untuk unit unit usaha kecil
67.
DAFTAR PUSTAKA
IAI (Ikatan Akuntan Indonesia ), Standar Akuntansi Keuangan / SAK Salemba Empat Jakarta, per Oktober 2004. Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Gema Insani Jakarta, 2001. Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, Penerbit EKONISIA Kampus Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta,2005 Zaki Baridwan Drs M.Sc, Akuntan, Intermediate Accounting, BPFE
UGM
Yogyakarta 1984 Bamabang Riyanto Drs Dasar Dasar Pembelanjaan Perusahaan, BPFE UGM Yogyakarta 1984. S. Munawir Akuntan Drs, Analisa Laporan Keuangan, Penerbit Liberty Yogyakarta. Dwi Prastowo D. Drs, MM, Ak dan Rifka Juliaty SE. Analisa Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi, UPP AMP YKPN Yogyakarta Modul Short Court Perbankan Syariah 2007. Basic Level, P3EI, Fakultas Ekonomi Univesitas Islam Indonesia. Dr Nur Indriantoro M.Sc., Akuntan dan Drs Bambang Supomo, M.Si. Akuntan Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen. BPFE Yogyakarta, Agustus 1999. PINBUK. Pedoman Penilaian Kesehatan BMT, Balai Usaha Mandiri, Jln Kebon sirihno85. Jakarta. Kata Kunci :
Analisa, Rasio dan Laporan Keuangan