POS RONDA “Masyarakat secara bersama-sama akan dapat menyelesaikan permasalahan yang tidak dapat diselesaikan dengan menyatukan tenaga dan pikiran mereka sehingga akan tercapai suatu kekuatan yang dahsyat” (Daniel Webster)
Bekerjasama :
Bersama Masyarakat Menjaga Keamanan & Ketertiban
SuratPembaca
Sapa Redaksi Assalamualaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera! Pembaca yang setia, tak terasa kita telah memasuki bulan keenam. Edisi kali ini kami memilih menampilkan kehidupan anak kost di Yogyakarta, mengapa kost..? Perilaku anak kost yang semakin hari semakin mengkhawatirkan agar terciptanya keamanan dan ketertiban pada masyarakat. Saat ini bukan hanya kehidupan anak kost tanpa induk semangnya, dengan induk semangnya juga mengkhawatirkan. Kami berkeyakinan bahwa akan ada interaksi yang baik antara anak kost, warga setempat dan Polisi dalam menciptakan kembali keamanan dan ketertiban. Teknis dan kualitas yang sama masih kami hadirkan dengan edisi sebelumnya, harapan kami akan ada informasi tambahan mengenai perilaku anak kost dan tercipta hubungan yang baik dengan semuanya. Semoga! Wassalam.
S NEW Kami mengucapkan terima kasih atas dukungan materiil yang diberikan untuk pendidikan publik dari warga Gambiran RT 45, semoga pendidikan ini bisa kita manfaatkan semaksimal mungkin oleh semua.
POS RONDA Diterbitkan oleh : Pusham UII kerjasama dengan POLDA DIY didukung oleh The Asia Foundation Penanggungjawab : Eko Prasetyo, SH. Konsultan Team : Suparman Marzuki, SH. M.Si. M. Busyro Muqoddas, SH, M.Hum. Drs. Soeharto, SH. Tim Redaksi : Imran, SH. Kumala Sari, Nova Umiati, S.Ip. Agung Kurniawan,SE. Nurdayad,S. Ag. Zainal A.M. Husain, Sholeh Eskawanto, Roziqin Foto & Lay Out : Roziqin. Ilustrasi : Hengki Clemong. Alamat Redaksi : Jl. Suroto 14 Kotabaru Yogyakarta 55223. Telp. 0274 561809. Fax. 0274 561809.
2
Bicara mengenai keamanan dan ketertiban masyarakat tidak bisa lepas dari berbagai permasalahan yang sangat kompleks yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Memang untuk menjaga keamanan dan ketertiban serta mengayomi masyarakat adalah tugas pokok dari Kepolisian negara, tetapi tanpa adanya partisipasi dan peran serta masyarakat hal tersebut akan sulit untuk terwujud. Terkait dengan peran masyarakat maka berbagai pihak didalam lapisan masyarakat baik dari tingkat yang paling rendah yaitu keluarga,RT/RW, pemuda dan seluruh Pamong Praja yang ada harus mau bekerja keras bagaimana supaya warganya punya sikap kepedulian terhadap lingkungannya dalam hal keamanan dan ketertiban. Apabila lingkup terkecil sudah berhasil maka niscaya untuk yang lebih besar akan mudah untuk terwujud. Catur Tunggal merupakan sebuah desa tepatnya berada di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman letaknya sangat strategis, karena disitu terdapat beberapa sekolah, perguruan tinggi, hotel maupun restoran. Didaerah ini terdapat banyak pelajar maupun mahasiswa yang menuntut ilmu dan berasal dari berbagai pelosok daerah di Indonesia. Efek positif yang ditimbulkan adalah meningkatnya taraf kehidupan ekonomi masyarakat dengan adanya usaha membuka pondokan, warung dan usaha lainnya, tetapi juga menyisakan sekelumit masalah tentang keamanan dan ketertiban karena sulitnya mengontrol para indekos apalagi yang tidak ada induk semangnya. Tahun 80-an warga indekos banyak yang bersosialisasi dengan warga, karena mereka menganggap bahwa tempat kostnya sebagai kampung kedua mereka. Tetapi sejak tahun 90-an sampai sekarang para penghuni indekost yang merasa cuek dengan lingkungan sekitar, bahkan terkesan didaerah itu asal bayar kost dan belajar dikampus sudah cukup!. Ini adalah salah satu kendala dimasyarakat, berbagai kasus seperti narkoba dan ranmor yang kebanyakan pelaku dan korbannya adalah mereka sendiri. Kadang karena kurangnya sosialisasi warga indekost dengan warga kampung setempat sering terjadi gesekan-gesekan yang sebenarnya tidak perlu terjadi apabila terbangun komunikasi yang baik. Hal-hal diatas hanya merupakan bagian kacil dari permasalahan yang terjadi yang apabila tidak mendapat perhatian serius dan diambil solusi dari semua pihak maka tidak menutup kemungkinan dapat menjadi sumber dari berbagai gangguan keamanan dan katertiban masyarakat. Akhir kata saya berharap tulisan ini dapat dijadikan bahan pemikiran semua pihak. Budi Cahyono Ketua KMSY (Keluarga Muda-mudi Samirono Yogyakarta)
Kegiatan Pemolisian Berbasis Masyarakat sudah berjalan 6 bulan, selama waktu itu banyak yang permasalahan, tuntutan, usulan dan harapan yang didapat dari setiap pertemuan. Permasalahan kebanyakan yang diutarakan mengenai Kamtibmas yang diwakili masing-masing wilayah yang nota bene telah menjadi tugasnya menjaga keamanan. Salah satu yang diangkat adalah permasalahan anak kos terutama yang tidak memiliki induk semang, dan ini tidak hanya terjadi dikawasan Mergangsan aja tapi sudah menjadi permasalahan bersama. Sikap anak kost yang kurang berbaur dengan masyarakat menjadi salah satu pemicu terganggunya keamanan dan ketertiban dimasing-masing wilayah. Disisi lain kadang masyarakat sendiri yang hanya mengejar materi, yang penting mereka membayar kos dengan rutin, mengenai tingkahnya banyak yang tidak mau tahu. Harapan saya agar pertemuan yang difasilitatori oleh Pusham UII dapat menyentuh akar permasalahan dengan mempertemukan anak kost dengan masyarakat. Sehingga dapat dicari solusi secara bersama untuk tercipta suasana yang lebih kondusif dan anak kost menganggap sebagai kampung keduanya.
POS RONDA
Edi, Pokja Mergangsan
RAMBU Program kerjasama masyarakat yang terdiri dari Pendidikan Publik, Kampanye dan Pos Keamanan Terpadu yang dimulai pada bulan Juni dibuka dengan peresmian dari Kapolri yang diwakili oleh Ins. Jend. Dewa GK Astika. Acara ini mengambil tempat di Fak. Hukum UII, tertanggal 3 Juni 2003. Dalam acara peresmian Program Pemolisian Masyarakat, sambutan juga diberikan oleh Bp. Zaki Husain sebagai perwakilan dari Asia Foundation, Bp. Kombes. Pol. Soeharto perwakilan dari Polda DIY, dan PUSHAM-UII diwakili oleh Bp. Busyro Muqqodas. Peresmian Program dilakukan dengan diserahkannya secara simbolik bahan-bahan pendidikan publik oleh Bp. Dewa Astika kepada tiga Kapolsek yaitu Kapolsek Umbulharjo, Kapolsek Mergangsan dan Kapolsek Depok Barat. Dilanjutkan oleh penyerahan simbolik kepada Bp. Subroto (wkl. masyarakat Mergangsan), Bp. Edy (wkl. Masyarakat Umbulharjo) dan terakhir Bp. Broto (wkl. masyarakat Caturtunggal). Di akhir acara sebelum Bp. Dewa Astika melakukan perjalanan pulang ke Jakarta beliau menyempatkan diri untuk melihat Polsek dan Pos Ronda yang saat ini difungsikan sebagai Pos Keamanan Terpadu di ke-3 wilayah.
Pertemuan Masyarakat Pendopo kel. Sorosutan, 19 Mei 2003, di sore hari yang cerah pertemuan ke 5 Umbulharjo dilaksanakan. Pertemuan ini menjadi spesial karena kehadiran 87 orang ibuibu PKK. Dibuka oleh Ibu Rochmani Astuti Ningsih sebagai Lurah Sorosutan, yang juga menjadi tuan rumah pada kesempatan kali ini, acara ini berjalan dengan sangat lancar. Dalam perbincangan antara ibu-ibu dengan Kapolsek Umbulharjo terlihat betapa antusiasme Ibu-ibu dalam mengikuti pertemuan ini melalui banyaknya pertanyaan yang mengalir tentang bagaimana mengenali bentukbentuk kejahatan yang sering terjadi dan terlihat oleh ibu-ibu, sekaligus bagaimana menanganinya. Karena Modus kejahatan lebih sering terjadi siang hari dimana ibu-ibu menjadi penguasa tunggal dirumahnya. Dalam forum ini juga, Pokja yang diwakili Ibu Sutinah menyampaikan pengalamannya sepanjang menjadi Pokja dan menghadapi masyarakat yang masih berapriori atas Polisi. Beliau juga menjelaskan tentang akan adanya Pendidikan Publik dimana peran Ibu-ibu akan sangat dibutuhkan sebagai patner kepolisian dalam menangani masalah sosial di lingkungan mereka.
Pada minggu yang sama 22 Juni 2003, pertemuan ke-5 Mergangsan juga di adakan, kali ini pertemuan diadakan di Pujokusuman. Sebuah wilayah yang relatif aman dan tertib, dimana rasa keperdulian masyarakat antara satu sama lain masih dijunjung tinggi. Dibuka oleh Ketua RW 05, yang sekaligus menjadi tuan rumah untuk acara pertemuan tersebut. Meskipun acara dilakukan pada malam hari, hal tersebut tidak mengurungkan niat 49 warganya untuk tetap hadir pada acara Pertemuan Masyarakat. Dilanjutkan oleh pemaparan Bapak Munggaran, Kapolsek Mergangsan ini menjelaskan tentang pentingnya keperdulian warga akan lingkungannya. Pak Soehardjono salah satu warga Pujokusuman mempertajam perlunya digalakkan Pos Ronda mengingat saat ini pendatang sudah banyak memasuki wilayah Pujokusuman. Pos Ronda dapat dijadikan salah satu ajang silaturrahim oleh warga setempat.
Karang Malang, 13 Juni 2003, diminggu yang berbeda, pertemuan ke-5 Depok Barat (Caturtunggal) diadakan. Seperti halnya di Umbulhardjo pertemuan kali ini juga dihadiri oleh ibu-ibu PKK Karang Malang. Ditengah pemaparan Bp. Heri tentang kondisi keamanan Caturtunggal. Dituturkan juga oleh Bu Tuti (Bimas Polsek Depok Barat) tentang banyaknya kasus asusila yang sedang melanda anak-anak muda di kawasan Caturtunggal. Untuk itu sangat dibutuhkan perhatian pada para orang tua untuk memperhatikan pola tingkah laku anak-anaknya. Sedang untuk rencana Pendidikan Publik diwilayah Caturtunggal disampaikan oleh Pokja yang diwakili oleh Pak Broto, selain menginformasikan perkembangan laju program Pemolisian Berbasis Masyarakat.
15
POS RONDA
SOSOK
Rochmani Astuti Lurah Sorosutan
TAJUK “Mereka Hanya Tidak Tahu… ”
Dikenal dengan nama Ibu Rochmani Astuti Ningsih, seorang Lurah. Jabatan yang sudah dipegangnya selama kurang lebih 11 tahun, bukan waktu yang sebentar tentunya, karena saking lamanya masa jabatan, ia dikenal oleh hampir seluruh warga. Untuk memenuhi amanat sebagai seorang pejabat. Ia datang langsung dan melihat kondisi wilayahnya yang berada dibawah kecamatan Umbulhardjo. Ibu dengan tiga orang anak ini berkeyakinan bahwa perilaku anak kost yang kurang berbaur dengan masyarakat dikarenakan mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan ditengah masyarakat, dan umumnya mereka menunggu ada warga yang mengajak untuk ikut kegiatan kampung, Jadi bukannya karena mereka tidak mau untuk berbaur, tuturnya. Pernah juga bekerjasama dengan Walikota dalam memberikan penyuluhan tentang narkoba yang menghadirkan anak kost dari masing-masing RW sebagai peserta, dan ternyata acara ini diikuti dengan cukup antusias oleh anak kost. Disini terbukti bahwa pelibatan anak kost dalam berbagai kegiatan kampung juga perlu dilakukan, sekaligus menyatakan bahwa mereka juga bagian dari masyarakat setempat. Dalam mewujudkan perilaku anak kost yang baik dikawasannya, ia menyerahkan segala persoalan keamanan dan ketertiban sepenuhnya pada masingmasing RW/RT. Menurutnya, kelurahan lebih berperan sebagai fasilitator. Apabila kami mengeluarkan suatu kebijakan tentang anak kost, pada pelaksanaannya ditiap wilayah bisa berbeda satu dengan yang lain, tergantung kondisi di masingmasing wilayah, oleh karenanya diserahkan sepenuhnya pada masing-masing aparat kampung yang lebih mengetahui keadaan wilayahnya. Tuturnya Sedangkan masalah pondokan tanpa induk semang diwilayahnya, pondokan seperti itu umumnya dititipkan pada tetangga dan orang yang dipercaya oleh sipemilik. Jika ada perilaku yang meyimpang dari penghuninya, maka orang yang dititipi bisa bertindak, namun kewenangannya terbatas, hanya sebatas bisa mengingatkan saja. Nah, disinilah peran RT/RW yang diharapkan bisa menyelesaikan dan berperan aktif
14
POS RONDA
Membangun Kesadaran Bersama
sebagai fungsi kontrol atas keberadaan anak kost tadi. Bu lurah yang membawahi 15 RW dan 59 RT ini sering kali mengingatkan adanya perilaku dan modus kejahatan terbaru yang menimpa anak kost maupun warga kampung melalui pertemuan ibuibu PKK. Kendala terbesar yang ditemui ketika berhadapan dengan anak kost adalah ada beberapa anak kost yang berprinsip “Lu-Lu, GuaGua”. Dengan kata lain mareka hanya bayar kost, tinggal menempati dan tidak mau tahu keadaan sekitarnya. Dari beberapa kasus yang pernah ditemui, salah satunya adalah penggunaan narkoba oleh teman penghuni kost disalah satu kawasan. Namun setelah ditanya pada tetangga di kanan-kirinya, mereka rata-rata tidak tahu apalagi mengenal si pelaku. Disebutkan pula bahwa pelaku jarang sekali bergaul dengan masyarakat setempat. Sehingga ketika kasus tersebut terjadi, masyarakat setempat tidak bisa berbuat banyak. Tapi ia juga kerap melihat anak kost yang mengikuti pengajian RW bahkan yang memimpin pengajian itu adalah anak kost dan lain-lain, juga beberapa kegiatan dikampung seperti kerja bakti, ronda malam dan lain-lain. Anak kost bukanlah sumber utama masalah sosial, tetapi ada juga sisi lain yang harus kita nilai dan kalau kurang benar menjadi tanggung jawab kita untuk membenahinya. Tambahnya. Sebenarnya di kawasan Sorosutan sudah ada perkumpulan para induk semang, tapi kegiatannya belum begitu aktif karena kesibukan induk semang masing-masing. Kelompok ini didirikan untuk mengontrol kemungkinan adanya perilaku menyimpang yang dilakukan anak kost yang menghuni masing-masing pondokan tapi karena belum berfungsi maksimal maka kontrol ini dilakukan melalui pertemuan RT, RW dan ibu-ibu PKK. Ia berharap anak kost akan selalu berinteraksi dengan masyarakat setempat dan bisa terlibat dalam kegiatan kampung. (Kin't)
Remaja bagai bis cekli antar kota. “Full AC, Full Video, Full WC” (Darmanto Yatman)
Demikianlah Darmanto Yatman dalam bukunya “Perilaku Kelas Menengah Indonesia” mengistilahkan kaum muda yang penuh dengan energi, penuh kontrol dan juga penuh stress. Menurutnya kaum muda hidup penuh dengan stimulasi yang tinggi, setiap detik masa kehidupannya mereka terus dirangsang oleh berbagai kegiatan, mereka harus berjumpalitan bagai 'pemain ledhek-munyuk' yang terus menerus beratraksi. Bahkan dalam tidurnya-pun ia dirangsang berbagai mimpi, di jalan dirangsang oleh papan-
papan reklame, di rumah di satroni MTV. Sehingga tak ayal lagi mereka akan over loaded (terlalu banyak beban), kebingungan mencari eksistensi diri yang larut dalam budaya pop mereka.
mempunyai peran yang sangat penting bagi pembangunan lingkungan, sesuai harapan anak muda sebagai generasi penerus bangsa. Kesadaran akan identitas tumbuh bersama ketidak berdayaan mengatur diri (self control), demikian ungkap Darmanto menyoroti keberadaan pemuda yang selalu berada dalam sebuah bentuk kekacauan, ketidakberaturan, dan menyimpang yang lekat dengan tindakan pemuda. Sehingga Ia menggambarkannya sebagai makhluk serba kedodoran, kobol-kobol. Bahkan Sosiologi memandang dengan semenamena, misalnya menganggap pemuda adalah kelompok usia yang paling potensial untuk melakukan pelanggaran nilai, norma, moralitas dan sebagainya. Pemuda mempunyai kans terbesar untuk menjadi devian atau menyimpang.
Havighrust seorang ahli Psikologi menempatkan pemuda dalam tahap perkembangan masa remaja akhir, di mana menurut para ahli Psikologi masa remaja adalah masa topan badai (stormy). Disebut demikian karena pada masa ini terjadi gejolak, dimana fluktuasi keseimbangan jiwa membuat mereka sangat labil secara emosional. Pertentangan antara integrasi dan partisipasi kritis dalam diri remaja menjadi fokus perhatian Mollenhour, dimana supaya masyarakat bisa berfungsi dengan baik, maka semua warganya perlu memikul tanggung jawab bersama dan para remaja perlu disiapkan untuk itu. Oleh karenanya keberadaan remaja
3
POS RONDA
anacaW Wacana
Investigasi
yang tengah asik mojok di kamar kost, ironisnya mereka dalam keadaan tanpa busana. Tentu saja bukan alang kepalang malunya mereka, masyarakat pun berkerumun menjadikannya tontonan. Walaupun kejadian tersebut membuat marah sekaligus sedih bagi warga tetapi sekaligus PR bagi seluruh komponen lingkungan dalam mengatasi ketertiban dan perlunya koordinasi lebih dengan pihak Kepolisian. Dalam pertemuan ini lain yang juga di Mergangsan, salah seorang tokoh masayarakat bertutur bahwa anak kost idealnya harus mempunyai ruang tamu sehinggakalo ada teman datang ngak perlu masuk kamar, kalaupun harus terjadi maka setiap induk semang harus mengawasinya. Salah satu anggota pokja juga mengatakan bahwa disekitar tempat tinggalnya banyak anak kost yang menjadi pengurus Ta'mir masjid ada pula yang menjadi penceramah pada pengajian ibu-ibu, aktifitas tersebut mengindikasikan bahwa perilaku anak kost haruslah dikaji lagi lebih obyektif karena ada fakta yang memperlihatkan keterlibatan mereka dengan masyarakat sekitarnya. Lain lagi dengan kisah dari Umbulharjo, sebagaimana yang diceritakan oleh salah seorang warga, suatu ketika ada seorang ibu pemilik kost
6
yang mengeluhkan perilaku salah satu anak kost di rumahnya. Ibu tersebut mempunyai pondokan yang menjadi satu dengan rumahnya, salah satu penghuni pondokannya adalah seorang mahasiswi yang berkuliah di salah satu kampus terke nal di Yogya. Anak kost tersebut sering menerima tamu seorang pemuda yang diakuinya sebagai kakak kandungnya. Berhubung asalnya dari luar kota, maka pemuda tersebut sering menginap di kamar anak kost yang diakui sebagai adiknya itu. Sampai suatu saat anak kost tersebut pamit pulang ke daerahnya, tetapi tiba-tiba orang tua gadis tersebut datang ke tempat kost. Dan ketika diberitahu bahwa anaknya sudah pulang selama beberapa hari yang lalu bersama kakak orang tua laki-lakinya. Orang tua gadis tersebut cukup kaget karena anaknya belum sampai di rumah, tetapi yang lebih membuatnya bagai tersambar petir disiang bolong adalah ketika mendengar bahwa anaknya pulang bersama kakak laki-lakinya, padahal ibu tersebut tidak mempunyai anak laki-laki. Lalu siapa pemuda yang selalu tidur di kamar anak tersebut ? Tentu saja si ibu kost tak kalah terperanjatnya, dan tidak percaya karena ia telah dibohongi padahal anak kostnya terlihat santun dan alim. Kisah ini memberi kita pelajaran untuk lebih waspada, terutama kepada para induk semang supaya mereka benarbenar menjalin komunikasi yang harmonis dengan orang
POS RONDA
tua dari anak kostnya. Jangan hanya berorientasi pada materi. Sampai saat ini program Pemolisian Masyarakat selalu berusaha mendekatkan hubungan antara polisi dan masyarakat untuk mengatasi persoalan kemanan dan ketertiban baik yang disebabkan oleh anak kost ataupun sebab lain dan yang pasti selalu mencoba mencari solusi bersama. Dalam kehidupan sehari-hari anak kost misalnya, peran induk semang sebenarnya menjadi kunci utama dalam menekan perilaku menyimpang anak kost. Induk semang menjadi kunci utama karena perannya sebagai anggota lingkungan yang pertama kali berinteraksi secara resmi dengan anak kost, dari sana anak kost akan memulai peran barunya sebagai bagian dari lingkungan tersebut dan mulai belajar mengenal serta bersosialisasi lebih dengan jauh lingkungan barunya. Idealnya seorang induk semang harus seatap dengan anak kostnya, karena jika terjadi sesuatu induk semang segera tahu dan dapat segera menindaklanjuti. Bapak Musni Arifin, Kapolsek Umbulhardjo menjelaskan bahwa di daerah Nitikan, banyak anak kost yang menjadi sasaran empuk pencurian, umumnya pencurian sepeda motor dan barang elektronik. Ia juga mengamati modus pencurian sepeda motor
telah mengarah pada penghakiman, maka akan memicu perilaku aktual diskriminatif. Karena stereotip menentukan sikap terhadap semua orang yang dihakimi, hal ini akan mengarah pada prasangka sosial, yaitu gejalagejala dan peristiwa-peristiwa yang bercorak tindakantindakan diskriminatif terhadap suatu golongan. Sikap perasaan kita yang tadinya mula-mula hanya merupakan sikap-sikap perasaan negatif terhadap anak kost, lambat laun menyatakan dirinya dalam tindakan-tindakan yang diskriminatif terhadap mereka. Tindakan ini akan merugikan perkembangan bahkan mengancam kehidupan pribadi orang-orang hanya karena mereka kebetulan termasuk golongan yang diprasangkai itu. Sekali lagi mari kita melakukan pemetaan dengan cermat terhadap realitas anak kost, karena acapkali kita menemui suatu lingkungan yang motor utama penggerak pembangunannya adalah anak kost. Bahkan di wilayah Depok Barat, ada sebuah masjid yang sebagian besar pengelolanya adalah anak kost, mereka bahkan bekerjasama dengan warga setempat berinisiatif mendirikan sebuah yayasan untuk mengumpulkan dana masyarakat dan menyalurkannya dalam bentuk beasiswa kepada anak-anak kurang mampu di lingkungan kampung itu. Lain lagi dengan di Umbulharjo, dimana banyak dijumpai yang menjadi pengurus dan pengajar di TPA (Tempat Pengajian Anak) adalah anak-anak kost, dan masih banyak lagi contoh lain di sekitar kita. Tentu saja ini bukanlah sebuah fakta pembelaan terhadap anak kost, tetapi kita harus bijaksana dalam
memandang suatu permasalahan dengan berdasarkan fakta dan obyektifitas. Hal ini penting sekali dilakukan karena kita harus mampu melakukan pembenahan terhadap kondisikondisi lingkungan yang dapat memicu terjadinya perilaku 'menyimpang' yang dituduhkan terhadap anak kost. Karena sekali lagi mesti diingat bahwa kita memberikan kontribusi terhadap terciptanya kondisi yang tidak kondusif bagi anak kost untuk mengembangkan diri secara optimal dan positif. Oleh karena itu langkah mendasar pertama yang dilakukan adalah memberikan label positif terhadap anak kost untuk melepaskan diri dari label negatif yang melekat terlebih dahulu. Jangan lupa, yang lebih penting lagi adalah mengobati masyarakat dari steriotipe, diskriminasi, prasangka yang alih-alih menjadi tindakan agresif.
Ciri pribadi yang membuat steriotipe bertahan : tidak bertoleransi, kurang mengenal akan dirinya sendiri, kurang berdaya cipta, tidak merasa aman, memupuk khayalankhayalan yang agresif. (Frenkel-Brunswik)
Ironis memang jika anak kost sebagai simbol negatif, di satu sisi menjadi aset ekonomi tetapi seiring dengan itu juga menjadi permasalahan sosial. Coba kita hitung berapa besar dampak pertumbuhan ekonomi makro daerah, sebuah kota kecil yang mempunyai ratusan
Perguruan Tinggi bahkan mungkin ribuan jika lembaga pendidikan ketrampilan juga dimasukkan, tentunya bukan angka yang main-main untuk memberikan angka signifikasi pertumbuhan ekonomi. Belum lagi ditambah dengan pertumbuhan ekonomi mikro, sungguh angka yang fantastis. Melihat begitu besar dampak ekonominya, tentunya kita harus melakukan kajian yang bijaksana untuk melakukan pembenahan dalam pengelolaan aset tersebut. Mengkaji permasalahan anak kost di atas, maka timbul pertanyaan apakah memang kesalahan mereka sehingga mempunyai gambaran negatif tersebut, ataukah itu hanya hasil dari pemotretan yang tidak lengkap. Kejahatan atau perilaku menyimpang tentu saja bukan hanya menjadi milik anak kost, tetapi karena penilaian kita sudah negatif sehingga kadangkala kita menafikkan perilaku diri kita yang mengaku sebagai warga asli. Tetapi di sini kita tidak akan berdebat tentang perilaku siapa yang lebih baik, sikap terbaik adalah memandang setiap permasalahan baik yang melibatkan anak kost maupun warga asli pada porsi yang sesuai. Dengan demikian maka tindakan hukum yang dapat dikenakan bukan berdasarkan pendatang atau asli tetapi berdasarkan nilainilai keadilan. Tentu saja akan ada banyak faktor yang memicu terjadinya kerawanan sosial, dimana semua faktor tersebut melibatkan ke-empat elemen, yaitu anak kost sendiri, pemilik pondokan, aparat pemerintah dan masyarakat. Oleh karenanya dituntut kesadaran semua pihak untuk mengelola lingkungannya. (Imran dan Ariana)
11
POS RONDA
K
I
S
A
H
SEPERTI MENGGENGGAM AIR Dibawah lampu dop lima watt beberapa kursi berjajar rapi, seorang laki-laki setengah baya menunggu resah sambil menghisap kretek ditangannya. Jam ditangannya sudah menunjukkan pukul 22.35 WIB. Mestinya sudah lewat jam bertamu bagi anak kost di kampung itu, tapi tamu tersebut belum juga beranjak dari tempatnya. Namun, tak lama kemudian seorang anak muda yang rupanya salah satu anak kost di pondokan itu turun dari lantai atas dengan terburuburu dan tampak kebingunan, “Pak teman saya nggak mau disuruh pulang,” ucapnya singkat. Tanpa basa-basi lelaki ini langsung naik keatas dan masuk ke dalam kamar kost yang berukuran 4 x 3 meter dan berkata, “Mbak, bisa kita bicara sebentar dibawah?”. Sesampainya di bawah, perempuan yang dimintanya turun tadi mengaku kalau sedang ada masalah dengan penghuni kost yang tak lain adalah pacarnya sendiri. Bapak tersebut kemudian berusaha membantu menyelesaikan masalah dan meminta si gadis ini agar segera pulang. “Nggak enak dengan orang kampung,” katanya. Pemandangan ini mungkin sudah jarang terlihat didaerah lain, kalaupun masih pastilah ditemui pada masa-
12
masa tahun 80-an. Bagi lakilaki pengelola pondokan dengan dengan 5 penghuni tersebut menganggap kejadian seperti itu bukan hal yang baru baginya. Selalu terkait dengan perihal penegakan peraturan ketertiban dan kesopanan yang diterapkan di pondokan menjadi santapan sehari-hari bagi seorang induk semang. Bapak yang juga berprofesi sebagai Polisi ini tidak takut pondokannya tidak berpenghuni, karena ketatnya penerapan disiplin di pondokannya. Jika para penghuninya tidak dapat diatur dan selalu hidup 'saenake udhele dhewe' ia rela disebut “galak” asal penghuninya tertib dan mau diatur. Mengawasi segala aktivitas anak muda di kampung menjadi salah satu tugasnya sebagai seorang ketua keamanan kampung. Menghadapi kelakuan anak muda yang selalu mengikuti trend bukanlah hal yang mudah, tetapi bagi bapak yang berprinsip menjadi apapun pastilah ada resikonya. Ia beranggapan bahwa serbuan arus pendatang ke-Yogya di satu pihak memberikan keuntungan tetapi di lain pihak menuntut adanya kewaspadaan ekstra terhadap dampak sosial yang mungkin terjadi. Tetapi walau bagaimana
POS RONDA
Investigasi
Potret Kehidupan Anak Kost
karena posisinya sebagai induk semang maka ia tetap berusaha memberi contoh pada anak kostnya. Peristiwa ini akan jauh berbeda, jika terjadi di pondokan tanpa induk semang yang seatap dengan anak kost. Kita tidak akan tahu apa kelanjutan dari kejadian tadi jika tidak ada yang mengontrol. Diakui atau tidak, anak kost memberikan kontribusi bagi peningkatan ekonomi di lingkungan sekitar, bukan saja bagi pemilik pondokan, tetapi juga bagi pemilik warung, berbagai jasa persewaan dan lain-lain. Tetapi sayang, hal ini tidak dibarengi dengan kepedulian yang tinggi akan perilaku para penghuni pondokan. 'Yang penting setoran bulanan lancar', demikian kilah pemilik kost lain, yang menganggap faktor ekonomi menjadi orientasi utama membuka kost-kostan. Kasus seperti ini biasanya terjadi pada pondokan yang umumnya milik orang dari luar kota, sementara pondokan hanya dititipkan pada orang yang dipercaya atau pembantu. Dan pemilik hanya datang untuk mengambil 'jatahnya setoran' belaka. Prinsipnya 'yang penting nge-kost disini mbayar'. Selanjutnya terserah anda…
Petugas keamanan kampung kaget, bingung dan heran semua bercampur menjadi satu, yang mereka temukan bukanlah senjata tajam tapi sosok laki-laki yang tergeletak setengah pingsan didalam almari plastik berukuran 1 x 1,5 meter. Sambil mencoba bernapas dengan udara seadanya melalui celah lemari. “Masyaallah,
Orang pasti akan menggeleng-gelengkan kepala jika mendengar cerita salah seorang bapak yang hadir dalam pertemuan trantib di kawasan Mergangsan, pertemuan yang dihadiri para pengurus keamanan dari masing-masing RW, pemuda dan tokoh masyarakat. Sebagaimana yang telah menjadi kegiatan rutin warga untuk mengadakan ronda siang, suatu saat sambil melaksanakan ronda pengurus keamanan bermaksud merazia Senjata Tajam (Sajam) di lingkungan kampung. Dalam pelaksanaannya mereka harus memeriksa semua tempat, tanpa kecuali harus menggeledah kost putri. Setelah melalui beberapa kamar mereka tidak menemukan apa-apa, tetapi ada sesuatu yang janggal ketika memasuki kamar terakhir, wajah penghuni kamar terlihat pucat dan ketakutan. Rasa kecurigaan mulai menyeruak di kepala masingmasing petugas keamanan,
dan terbukti setelah membuka lemari pakaian, Alamak. Petugas keamanan kampung kaget, bingung dan heran semua bercampur menjadi satu, yang mereka temukan bukanlah senjata tajam tapi sosok laki-laki yang tergeletak setengah pingsan didalam almari plastik berukuran 1 x 1,5 meter. Sambil mencoba bernapas dengan udara seadanya melalui celah lemari. “Masyaallah, bagaimana kalau laki-laki itu samapai mati” itulah salah satu komentar orang kampung, entah apapun alasannya sehingga ada kejadian 'luar biasa' tersebut. Pertemuan yang dimoderatori dan difasilitatori oleh Pusham UII bisa mengungkapkan kejadian 'nyeleh' lainnya mulai dari penggrebekan anak kost yang tengah asik berduaan dikamar, anak kost yang ‘make’ (pemakai narkoba)sampai anak kost yang rawan menjadi korban pencurian. Ketika sedang melakukan penggeberakan, masyarakat menemukan sepasang kekasih
5
POS RONDA
K
TAJUK Kehidupan remaja yang sangat hingarbingar tersebut selalu menimbulkan imajinasi bagi para pencipta untuk mengangkat kehidupan mereka dalam lagu, tulisan, film, dan sinetron. Ingatan kita tentunya masih lekat dengan sebuah film garapan Mira Lesmana yang mendapat apresiasi luar biasa dari kaum muda. Dalam beberapa bulan sejak munculnya film Ada Apa Dengan Cinta, langsung saja sinetron dan film remaja menjadi booming. Tetapi babak baru tayangan televisi segera diwarnai dengan munculnya ikon baru remaja Asia,F4 dengan Meteor Garden-nya. Remaja menjadi gila dengan segala sesuatu yang berbau oriental. Maka rating sinetron mandarin melejit di tempat teratas. Memang luar biasa, dunia muda selalu dipenuhi dengan hingar-bingar mode dan trend baru, mereka menjadi target pasar utama dalam dunia kapitalist, mereka kelompok paling konsumeris. Lalu, bagaimana jadinya ketika kaum muda yang masih suka 'trojing-trojing' itu harus pergi meninggalkan kampungnya, peer-groupnya (kelompok sebaya), komunitasnya, kelangenannya (hobi) untuk merantau ke negeri seberang. Gonjang-ganjing tentunya mereka, tiba-tiba harus berhadapan dengan dunia baru yang menuntut mereka untuk menjadi cepat dewasa, grow-up dong!, Bagi remaja tentunya bukan hal mudah, karena harus mampu melakukan kontrol terhadap diri sendiri, sementara kondisi mereka sangat labil di tengah pencarian eksistensi diri. Inilah hasilnya, steriotipe (label negatif) disandang oleh anak kost. Keberadaannya menjadi perdebatan antara keuntungan ekonomi dengan masalah sosial. Berbagai tulisan sampai penelitian digelar untuk memperlihatkan kepada masyarakat perilaku menyimpang anak kost. “Awas hati-hati dengan anak kost lho” mungkin itu warning yang ingin disampaikan pada masyarakat. Mereka dicap sebagai pemicu kemaksiatan, perkelahian, keributan dan perilaku negatif lainnya. Sulit sekali tentunya menerima kenyataan tersebut, kobol-kobol juga tentunya para orang tua yang menyekolahkan anaknya ke Yogya, 'jangan-jangan anak saya sudah kebablasan' demikian pikiran orang tua.
Tetapi tentu saja tidak sepenuhnya demikian, karena kadangkala sesuatu yang buruk lebih mudah dilihat dan diingat oleh orang daripada sesuatu kebaikan. Demikian juga dengan anak kost, tentunya masih banyak anak kost yang mempunyai kontribusi bagi pengembangan lingkungan, ikutan menjadi pengurus Masjid, menjadi team sepak bola kampung, ikut ngurusin acara 17 Agustus-an dan masih banyak lagi. Dan ini yang sering dinafikkan oleh orang. Ada permasalahan penting yang mengancam keberadaan anak kost, yaitu menjadi korban kejahatan. Dari data pihak kepolisian ditemukan fakta bahwa korban pencurian kendaraan bermotor dan pencurian barang sebagian besar adalah anak kost, bahkan ada yang mencapai 80 % dari jumlah kasus. Tentunya bukan angka yang main-main. Kondisi lingkungan yang kurang harmonis antara anak kost dengan warga sekitar seringkali membuka ruang bagi para pelaku kejahatan untuk melaksanakan aksinya. Walaupun pihak kepolisian telah mencoba strategi baru dengan mengadakan patroli keliling kawasan dan masyarakat sendiri mengadakan ronda siang dan malam untuk menekan terjadinya kejahatan tetapi tetap saja angkanya tidak menunjukkan perubahan yang berarti. Oleh karena itu sepertinya kita bukan hanya melakukan perubahan sistem keamanan, tetapi yang lebih utama lagi adalah merubah konsepsi dalam pikiran kita akan arti pentingnya membangun hubungan yang selaras antara anak kost, masyarakat dan pihak berwajib, sehingga jaringan kerjasama ketiga komponen inilah yang kemungkinan akan memberikan kontribusi terbesar dalam melakukan pengontrolan keamanan lingkungan. Salah satu program COP, di bentuknya Pokja (Kelompok Kerja) dimasing-masing kawasan juga memberikan ruang bagi anak kost, masyarakat, dan kepolisian untuk memulai babak baru dalam penciptaan hubungan yang harmonis dan dinamis. Diharapkan dengan program ini akan tercipta lingkungan yang aman, tertib dan tentram.Dan saat ini sudah mulai terwujud forum komunikasi peduli pondokan di beberapa wilayah. (Ariana )
4
POS RONDA
Kontrol yang lemah dari si pemilik pondokan terhadap perilaku anak kost inilah yang kemudian menjadi celah yang sangat manis untuk 'dimanfaatkan'. Maka tak aneh bila kemudian 'pondokan mandiri' ini sering disalahgunakan, dijadikan sarana transaksi narkoba, seks bebas, judi dan berbagai kegiatan serupa. Dan yang jelas, tanpa si pemilik tahu..!! Suatu kampung akan kehilangan wibawanya apabila para pendatangnya tidak lagi dapat dikontrol kelakuannya, inilah yang menjadi prinsip dirinya ketika menjadi ketua keamanan ditempat tinggalnya. Menurutnya anak kost adalah anak-anak kita juga, yang harus disayangi juga, bukan pula asal dikerasi agar mereka patuh terhadap sama kita. Sebagai seorang yang pernah menjadi anggota unit narkoba di POLDA DIY, sangat mudah baginya untuk mengenali gelagat para anak asuhnya yang 'make' (pengguna narkoba). Jadi kami tinggal mengingatkan dan menindak tegas apabila ia masih tetap melakukannya. Idealnya, para mahasiswa yang nge-kost dan datang ke kota ini hanyalah untuk menyelesaikan studinya dan bukan untuk yang lain. Maka hubungan yang dibangun antara masyarakat, pemilik dan anak kost mestinya bersifat kekeluargaan. Mulai dari orang tua anak kost
I
S
H
A
harus saling kenal dengan pemilik pondokan dan kontak sebulan sekali, atau ada acara makan bersama antara keluarga dengan penghuni kost seminggu sekali, sampai menjadwalkan mereka mengikuti ronda keamanan di kampung. Apa yang ia lakukan saat ini memang membutuhkan kerja ekstra dan biaya yang tidak sedikit, tapi ini semua demi kebaikan kita bersama, dan bermanfaat ke depan. Setiap kamar yang disewakannya dikenakan tarif Rp. 800 ribu perbulan, ia tidak ingin menarik apapun lagi dari penghuninya, biar uangnya ditabung atau dibelikan keperluan yang lain, ujarnya. Dengan cara yang diterapkannya ini, hubungan dengan para anak asuh terjalin semakin baik, kondisi ini
mampu mendorong anak kostnya untuk terlibat aktif dalam kegiatan lingkungan. Bisa dilihat dengan aktifitas beberapa penghuninya yang memberikan kursus bahasa Inggris pada anak kampung, mengajari mengaji dan yang pasti anak kost bisa menyelesaikan masa kuliahnya sesuai target yang ingin dicapainya terkecuali bagi mereka yang juga harus mandiri dikota ini. Ia berkeinginan supaya anak kostnya merasa seperti berada dirumah sendiri. Dan yang terpenting lagi, hubungan dengan masyarakat bisa semakin erat. Harapannya, mereka pun bisa peduli akan ketertiban dan keamanan di kampung tempat mereka tinggal. Ia juga berharap diadakan suatu pertemuan atau dibentuknya komunitas bersama antar pemilik pondokan agar saling bertukar informasi tentang perilaku anak kost dan langkah apa yang diambil apabila ada perilaku yang menyimpang, itulah hal penting yang harus ditanamkan pada setiap induk semang. Merengkuh penghuni kost itu seperti menggenggam air. Jika terlalu dibuka, kebablasan... Tapi dipegang terlalu erat juga justru malah bisa bubar semua. Ya.. yang wajar-wajar sajalah… (Kin't)
13
POS RONDA
anacaW Wacana
Investigasi
MELAWAN 'KEMAKSIATAN' : REALITA VS STEREOTIP (Membangun Kerangka Obyektifitas atas Realitas Anak Kost) “Jihad melawan kemaksiatan. Kampung ini terkenal sebagai basis 'hijau', Karena itu selamatkan lingkungan kita dari perbuatan maksiat. Jangan biarkan kemaksiatan merajalela dan mengotori kampung kita. Sekali lagi jagalah sikap kita. Tertibkan kost-kostan, jangan jadikan pondokan sebagai tempat maksiat!”
Provokatif, blak-blakan, keras dan kasar malahan, kata-kata di atas, sebagaimana yang tertera dalam selembar maklumat tertempel di papan pengumuman suatu Masjid di Yogya. Tulisan tersebut muncul belum berselang lama setelah geger dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh seorang mahasiswa di Yogya, yang menyatakan bahwa hampir 97 % mahasiswi di Yogya sudah tidak perawan. Maka semakin menguatlah gambaran terhadap anak kost, yang tadinya hanya berupa grundelan masyarakat, dengan tulisan tersebut mendapatkan pengesahan menjadi realitas ilmiah yang menggocang Yogya dengan skala 7 richter (cukup dahsyat, walau masih kalah dengan 'ngebornya Inul'). Tentu saja selebaran tersebut cukup janggal dilontarkan dalam atmosfer kota Yogya yang dikenal sebagai kota intelektual, di mana biasanya terjalin sharing isu dengan lebih logis dan intelek
10
Sebuah tulisan yang mampu mengobarkan konformitas kelompok untuk menggunakan atribut-atribut moral melakukan tindakantindakan anarkis, bukan saja terhadap sesuatu yang secara riil bertentangan dengan nilai moral tetapi juga dengan segala sesuatu yang telah diberi stereotip bertentangan dengan kelompoknya. Anak kost dituding sebagai penyebab kebobrokan moral, maksiat, acuh lingkungan, narkoba, dan berbagai perilaku negatif lainnya. Ketika stereotip anak kost ini telah mengendalikan seluruh fungsi kognitif untuk memandang keberadaan mereka dalam dinamika masyarakat maka kendali bukan lagi berada dalam rasionalitas dan obyektifitas tetapi telah melebur dalam kendali subyektifitas kelompok pemberi label. Dan di sini terpampang secara gamblang bahwa anak kost dijadikan bentuk ancaman baru terhadap
POS RONDA
penegakkan moral masyarakat. Bahkan penekanan terhadap kata Melawan, menjadi bentuk provokasi yang sangat kuat untuk mengintimidasi kelompok-kelompok tertentu melakukan tindakan agresif terhadap kelompok stereotip. Pandangan negatif mengenai orang lain sudah terbentuk pada orang yang berprasangka sebelum ia mempunyai kesempatan untuk bergaul sewajarnya dengan orang lain yang dikenakan prasangka itu. Dan biasanya stereotip itu terbentuk berdasarkan keteranganketerangan yang kurang lengkap dan subyektif. Oleh karena itu stereotip yang dilekatkan kepada anak kost ini terlalu 'gebyah uyah' (pukul rata), karena berangkat dari informasi yang tidak lengkap dan bahkan cenderung bersifat subyektif.
tersebut mengalami perubahan dari siang hari menjadi petang antara jam 5-7 sore. Dikatakan bahwa kekurang-waspadaan anak kost menjadi faktor utama terjadinya pencurian itu. Oleh karena itu saat ini masyarakat di Umbulhardjo mulai mendirikan paguyuban yang menaungi anak kost FKPP (Forum Komunikasi Peduli Anak Kost) dan SAPA (Sayang pada Anak Kost) kedua peguyuban ini bertujuan untuk menciptakan keharmonisan hubungan antara anak kost dan masyarakat. Dengan terciptanya hubungan yang erat tentunya akan meningkatkan kewaspadaan
terhadap lingkungan, karena antara keduanya bisa dapat saling mengingatkan dan saling memperhatikan. Dengan demikian diharapkan terciptanya lingkungan yang aman dan tentram. Mau bagaimana lagi, ada keuntungan tentu saja juga ada resiko demikian juga tingginya angka pendatang yang mengalir ke Yogya. Pendatang yang hilir-mudik tentu saja menguntungkan tetapi resikonya tentu ada, beberapa resiko yang mungkin terjadi adalah sebagaimana yang telah diulas di atas. Dari kisah-kisah di beberapa wilayah dampingan COP memberi gambaran bahwa seolah-olah lingkungan di Yogya sangat terbuka yang memungkinkan siapa saja bebas keluar-masuk, setiap pendatang bebas berpindahpindah kost tanpa ada proses pelaporan terhadap aparat kampung. Kondisi tersebut tentu saja membuat tingkah laku anakanak kost seakan lepas dari panca indera kita, asumsi kita bahwa mereka sudah dewasa sehingga dapat menentukan hidupnya sendiri ternyata pendapat tersebut ternyata membuka peluang buatnya bebas berbuat apa saja dan hampir tanpa batas lagi. Tetapi selain itu kondisi yang tidak teratur ini juga dapat memicu terjadinya kerawanan akan tindak kriminalitas. (Ariana dan Shari)
Ketika gambaran kognitif terhadap anak kost
7
POS RONDA
Sergap
Sergap
Sergap
Sergap
Tabel II Data Kasus dalam Penyelidikan & Selesai (Januari-Maret)
Dari tabel terlihat bahwa hampir seluruh kasus sedang dalam penyelidikan pihak berwajib. Tetapi Curat Curanmor Jambret Pencurian Jumlah Total Jenis Kejahatan jangan gegabah dahulu untuk memberikan penilaian terhadap 3 3 Umbulhardjo 2 2 10 kinerja Polisi berdasar tabel tersebut, karena ada beberapa hal 3 34 Mergangsan yang harus diperhatikan ketika mencermati data dari kepolisian 7 27 Depok Barat 3 tentang proses penanganan kasus. Hal pertama yang harus dipahami adalah bahwa data tersebut tidak berhubungan secara langsung antara suatu kejadian pencurian dengan penyelesaiannnya dalam satu kurun waktu, karena bisa saja penyelesaiannya memerlukan waktu beberapa bulan ke depan, dan proses ini cukup sulit diprediksi. Selanjutnya, karena tidak semua kasus dilaporkan, dan Polisi akan tetap melakukan proses penyelidikannya, sehingga bisa saja kasus terselesaikan tetapi tidak ada berkas pelaporan. Selain itu berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh pendamping COP juga ditemukan bahwa saat ini, di wilayah Depok Barat mengalami peningkatan penyelesaian kasus (clear clearence). Kesimpulan yang dapat ditarik dari kedua data di atas adalah tingkat kerawanan pencurian yang tinggi terhadap anak kost. Karena ada beberapa hal yang dapat dijadikan alasan mengapa anak kost dapat dijadikan sasaran empuk para pencuri tersebut. Salah satu alasan yang paling sering dijumpai pada wilayah-wilayah yang mempunyai tingkat kerawanan tinggi dari hasil pemantauan COP adalah karena masyarakat tidak mengenal dengan baik barang (misal: kendaraan) milik anak kost. Kondisi ini bisa diakibatkan karena hubungan yang kurang harmonis dalam lingkungan tersebut, atau karena keengganan anak kost untuk bersosilisasi dengan masyarakat. Dari data yang diperoleh di Polsek Depok Barat. (Grafik Curat & Curanmor)
Anak KostSasaran Empuk Pencurian..!
Dengan segenap tekad, merantau di Yogya hanya untuk mencari ilmu, melanjutkan pendidikan dengan harapan membawa bekal membangun tanah kelahiran. Begitu mungkin kiasan kata yang menggambarkan anak kost dengan semangatnya melanjutkan pendidikan di kota ini. Memasuki dunia baru yang menuntut kecerdasan emosional mereka untuk dapat bersosialisasi dengan lingkungan baru, tentu saja bukan hal yang mudah karena harus menanggung kewajiban menyelesaikan studi di sisi lain, tetapi tentu saja bukan hal yang tidak mungkin dilakukan. Lebih dari itu mereka juga harus mampu menjaga keamanan dan keselamatan diri mereka di sini. Karena tidak mungkin akan ada banyak gangguan, hambatan dan halangan yang mengganjal langkah mereka. Berbicara mengenai keamanan dan keselamatan anak kost, maka kita akan dihadapkan pada sejumlah data dari kantor kepolisian tentang kejahatan yang menimpa mereka. (Tabel I)
Tabel I Data Korban Anak Kost (Januari-Mei) Curat
Jenis Kejahatan
Curanmor Jambret
Pencurian
L
S
L
S
L
S
L
S
Umbulhardjo
10
-
8
-
-
-
-
-
Mergangsan
-
-
4
-
-
-
-
-
Depok Barat
12
-
27
-
-
-
3
8
POS RONDA
-
Dalam catatan Polisi yang dikeluarkan oleh ke-tiga Polsek Umbulharjo, Mergangsan, dan Depok Barat menunjukkan angka yang cukup tinggi pada pencurian kendaraan bermotor, terutama yang terjadi di Depok Barat. Kondisi ini dapat dipahami, karena sebagian besar anak kost mempunyai kendaraan bermotor. Fakta di lapangan juga membuktikannya, coba saja anda berkeliling di Yogya, dapat dipastikan di jalan akan banyak sekali ditemui kendaraan ber-plat nomor dari luar Yogya. Sedangkan dari hasil pendampingan yang dilakukan oleh team COP PUSHAM, dapat diperoleh keterangan bahwa jumlah pencurian kendaraan bermotor (roda dua) yang menimpa anak kost mencapai 80% dari jumlah total pencurian kendaraan bermotor. Tentu saja jumlah yang luar biasa. Sebagaimana yang terjadi di Depok Barat, jumlah pencuriannya sangat tinggi, sehingga nanti kita akan memberi grafik kasus yang terjadi dalam kurun waktu Januari 2001 Mei 2003 untuk menggambarkan pola kejahatannya. Lalu, bagaimana penanganan dan upaya yang telah dilakukan oleh aparat kepolisian untuk menanggulangi masalah ini. Tabel II akan menunjukkan kasus-kasus yang dalam penyelidikan maupun yang sudah diselesaikan :
Grafik I : Curanmor 70
Grafik II : Curat
67
60
30
50 45
40
25
25
48
24
46 37
47
20
18
28
30
15 12
13
20
10 12
9
10 3
0
14 7
6
17 12
8
15
9
12 7
20
8
2
30
40
5 3
5
3
10
7
6
5
0
2
2
2
1
20
10
Series 1
3
4
30
40
Series 1
Dari grafik tersebut, terlihat bahwa pola pencurian mengalami kondisi pasang-surut, dimana titik rawan tertinggi untuk kasus curanmor terjadi di bulan Juli, sedangkan untuk kasus pencurian dengan pemberatan titik rawan tertinggi terjadi di bulan Agustus. Oleh karena jumlah korban anak kost yang mencampai hampir 80% dari kasus, maka sangat dimungkinkan karena pada bulan-bulan tersebut sedang ada proses pergantian tahun ajaran kuliah, sehingga jumlah pendatang baru sedang meningkat. Padahal mereka masih belum mengetahui kondisi keamanan di Yogya, selain itu juga karena bulan tersebut masa liburan, sehingga banyak pondokan yang kosong. Oleh karena itu bisa dikatakan adanya kemungkinan terjadinya lonjakan jumlah kasus pada bulan Juni sampai dengan September tahun ini. Dengan melihat kondisi ini, maka sepantasnya kita harus meningkatkan kewaspadaan (Ariana)
9
POS RONDA