Kalo, kita ronda terus pasti akan aman khan...pak?
“ Berbagi Rasa, Berbagi Kerja “
Tentu saja, kita akan aman tanya pak komandan..!!
Pertemuan Masyarakat Kedua Pertemuan ke II Umbulharjo mengambil tempat di Pendopo Kecamatan. Dibuka oleh Pak Camat, pertemuan yang diadakan pada tanggal 21 febuari ini memformat program-program yang telah disepakati. Disambung dengan penjelasan Polsek tentang meningkatnya kejahatan jenis Curat yang justru dilakukan pada siang hari. Kemudian dipaparkan oleh Pokja tentang programprogram pilihan yang hendak dilaksanakan oleh Masyarakat dan polisi seperti; KAMPANYE, PELATIHAN KAMTIBMAS dan RADIO KOMUNITAS. Mergangsan , didera derasnya hujan, tidak mengurungkan niat beberapa anggota masyarakat untuk tetap terlibat dalam perbincangan bagaimana program-program masyarakat dengan polisi dapat berjalan. Diawali dengan paparan Pak Munggaran tentang situasi keamanan yang tengah dikuasai oleh Curat. Lalu disambung dengan paparan dari pak Broto tentang hasil suvey beliau akan kondisi-kondisi pos kamling yang dipersiapkan untuk program-program yang direncanakan.
Rambu
Pada 9 Maret 2003, bertempat di pendopo Karang Wuni , pertemuan masyarakat Caturtunggal ke II dilaksanakan. Dalam pertemuan ini Polsek Depok Barat diwakili oleh Wakapolsek- nya. Pertemuan kali ini lebih banyak membincangkan tentang seluk-beluk pelatihan Kamtibmas, pembuatan KIPEM untuk warga dan Kampanye untuk pembangunan kesadaran masyarakat Depok Barat yang dikuasai oleh pendatang dengan status mahasiswanya. Nampaknya Kipem menjadi program khusus Depok Barat, Kipem berfungsi agar pendataan jumlah penduduk dan kontrol atas masyarakat dapat lebih memungkinkan terjadi. Sedang untuk program Pelatihan Kamtibmas masyarakat sangat meekankan perlunya penempatan waktu yang tepat agar masyarakat dapat dengan maksimal mengikuti program tersebut.
Bekerjasama:
Bekerjasama :
Pos Ronda
Hee..m..m
Edisi : Maret 2003
Bersama Masyarakat Menjaga Keamanan & Ketertiban Didukung :
Sergap D a l a m dua bulan menjadi anggota Pokja di Umbulharjo kami berhasil menetapkan beberapa program-program yang akan dilaksanakan oleh masyarakat bersama dengan polsek Umbulharjo, sebagai salah satu bentuk penyelesaian tanggung jawab kami. Program yang hendak dilaksanakan diantaranya; yang pertama KAMPANYE untuk menggugah kesadaran masyarakat akan lingkungan sosialnya, sekaligus ajang sosialisasi programprogram masyarakat dengan polisi. Kampanye ini menggunakan media pamflet, spanduk, dan buletin bulanan yang membahas spesifik Umbulharjo; kedua PELATIHAN KAMTIBMAS, program ini akan diawali dengan mengadakan Pertemuan dengan sie Keamanan Kecamatan (transtib) untuk koordinasi pengaktifan pos kamling agar masyarakat tergugah kesadarannya dengan terlibat aktif di penjagaan pos kamling di empat tinggalnya, sekaligus mendata pos-pos mana saja yang aktif. secara teknis kepada warga masyarakat dengan ketentuan yang diundang adalah yang bersinggungan langsung dengan kejahatan. Misalnya ibu-ibu rumah tangga, PRT, pemuda kampung, sie keamanan dan lain-lain; yang terakhir adalah Pembuatan RADIO KOMUNITAS, yang akan ditempatkan di Pos Pengaduan, dengan tujuan untuk mempermudah komunikasi antara masyarakat dengan polisi terutama menyangkut pelaporan. Itulah rencana program yang kami kedepankan yang Insya Allah akan dilaksanakan mulai bulan Maret. Kunci keberhasilan program ini tak lain kerjasama dan partisipasi masyarakat.
Selama menjadi anggota pokja, banyak hal yang sebelumnya saya kurang mengerti mngenai sistem di Kepolisian. Dan program ini sangat berguna untuk perbaikan sistem yang ada sehingga akan terbina hubungan yang harmonis antara aparat Kepolisian dan masyarakat. Entah keberhasilan dari program ini akan terasa 25 tahun yang akan datang, namun kita ( khususnya Pusham UII ). Hubungan yang harmonis antara aparat dan kepolisian memang terkesan agak sulit, hal ini dikarenakan masyarkat kurang mengerti akan sistem yang ada dalam tubuh kepolisian antara kenyataan dan tindakan yang ada dalam lapangan. Beberapa program yang telah direncanakan antara lain Radio Komunitas, Kampanye dan Pelatihan Kamtibnas sangatlah perlu untuk mengurangi tindakan kejahatan yang ada erutama apabila itu berda dalam kawasan rawan. Pusham UII diharapkan selalu berperan aktif mengontrol, serta memberi sarana yang dibutuhkan yang sekiranya dapat dilaksanakan setelah 10 bulan nanti masyarakat dapat melanjutkan program tersebut dengan penuh kesadaran. Yusuf, anggota Pokja Depok.
Sapa Redaksi Assalamualaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera Para pembaca yang budiman, kembali kami hadir lagi dengan tema tentang Bekerja Bersama Polisi. Masih merupakan sambungan dari bangunan keyakinan yang kami bangun dalam edisi-edisi sebelumnya. Ketika kami mempertanyakan tentang dapat tidaknya polisi berubah, kemudian menguji kesungguhan mereka dengan mempertemukan polisi dan masyarakat. Secercah harapan terlihat ketika menikmati tontonan pertemuan mereka. Hal ini yang melahirkan sebuah keyakinan baru bahwa mereka dapat memulai upaya-upaya untuk bekerja secara bersama-sama. Tentu bukan untuk semua masyarakat mengerjakan tugas polisi ataupun sebaliknya, tetapi hal-hal yang berintikan bahwa mereka dapat saling berbagi peran dalam penanggulangan setiap problema yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat yang juga mereka diami secara bersama. Tampil dengan mempertahankan kualitas yang sebelumnya memang bukan hal yang baik, tetapi setidaknya bukan hal yang buruk. . Semoga anda sekalian menikmati edisi kali ini. Dan, selamat membaca!!!
Pos RonDa
Diterbitkan oleh : Pusham UII kerjasama dengan POLDA DIY didukung oleh The Asia Foundation. Penaggungjawab : Eko Prasetyo, SH. Konsultan Team : Suparman Marzuki, SH. M.Si. M. Busyro Muqoddas, SH, M.Hum. Drs. Soeharto, SH. Tim Redaksi : Imran, SH. Kumala Sari, Nova Umiati, S.Ip. Agung Kurniawan,SE. Nurdayad,S. Ag. Zainal A.M. Husain, Sholeh Eskawanto. Foto & Lay Out : Roziqin. Ilustrasi : Sidiq Kurniawan. Alamat Redaksi : Jl. Suroto 14 Kotabaru Yogyakarta 55223. Telp. 0274 561809. Fax. 0274 561809.
cukup-cukup sabar melihat tingkah-laku pengendara jalan yang ugal-ugalan, sebab kadang-kadang ia malah ngotot bahwa kamilah yang mencari-mencari kesalahan. Misalnya, ketika persimpangan jalanan yang berlampu merah dan ada tanda belok kiri jalan terus. Banyak pengendara yang akan belok kiri lalu berputar dan belok kiri lagi dengan alasan dikejar waktu. Tapi terpaksa kami diamkan, asalkan tidak terjadi kecelakaan. Belum lagi setiap kali kita beroprasi kita dikatakan 'ngobjek' padahal itu sudah menjadi kewajiban yang harus kita lakukan. Malahan kadang-kadang pengendara yang melanggar memaksa kami untuk 'damai' dengan alasan sedang ujian dan sedang terburu-buru. Jika ada pelanggaran lalu lintas yang terjadi dan kebetulan masih berstatus seorang pelajar saya jadi ingat sama anak saya dan itu membuat saya tidak tega untuk menilangnya. Saya sudah pernah bertugas dibeberapa tempat di pulau Jawa. Itu yang membuat saya mulai mengerti karakter-karakter masyarakat yasng saya hadapi. Ada yang keras dan ada yang tidak mau dikerasi. Tapi mau diapa lagi, saya hanya selalu
teringat kata-kata yang coba terus saya praktekkan, bahwa tugas polisi itu pengayom masyarakat, jadi tugas saya adalah mengabdi pada masyarakat kapan dan dimana saja. Saya hanya selalu sangat berharap bahwa masyarakat juga mau mengerti kami. Kami punya banyak sekali keterbatasan kesempatan dan kemampuan. Ada hal-hal yang tidak mampu kami lakukan tanpa bantuan masyarakat, oleh karena itu seharusnya kami dan masyarakat saling menjaga keamanan dan bisa saling kerjasama, sehingga apabila ada kesalahan bukan hanya kami yang disalahkan semata, tapi juga masyarakat mengerti kenapa bisa kesalahan itu terjadi. Pengertian itu sangat kami harapkan dan semoga mereka bisa merasakan apa yang kami rasakan bahwa “Apa jadi polisi itu enak?”... (Kint')
Tajuk
Kisah
“Apa Jadi Polisi Itu Enak” Membayangkan berdiri dengan gagah dan tegap sambil mengatur lalu lintas, menggunakan seragam ditengah jalan adalah menjadi impian saya sewaktu masih bocah. Saya selalu nongkrong terlebih dahulu apabila berangkat sekolah untuk melihat para polisi mengatur lalu lintas. Hal itu yang membuat ketika ditanya tentang cita-cita, maka dengan lantang dan merasa hebat saya menjawab “POLISI!!!”. Bagi saya sosok polisi adalah berwibawa, ditakuti orang jahat, berseragam langkap dengan senjata dan selalu gagah, dan yang pasti berbeda dengan yang lain. Hal itulah yang terus menerus tergambar dalam benak saya sehingga ketika diterima menjadi polisi, saya bahkan merasa bahwa dunia ini menjadi milik saya. Gembira, bahagia dan merasa hebat adalah perasaan yang bercampur pada manakala pertama kali saya menggunakan seragam tersebut. Ternyata, menjadi seorang polisi tidaklah segembira, sebahagia dan sehebat seperti apa yang saya bayangkan pada saat masih kecil. Menjadi polisi yang penuh tanggungjawab dan pekerjaan dengan imbalan yang sangat minim menjadi hal utama yang melunturkan perasaan gembira, bahagia dan hebat yang selalu saya bayangkan waktu kecil dulu. Saat ini saya adalah kepala keluarga dengan seorang istri dan 2 orang anak, dengan upah yang saya 'cukupcukupi' dengan segala upaya dan harus berusaha menghemat untuk dapat menghidupi seluruh keluarga saya. Saat ini saya mendapat tunjangan keluarga sehari sebesar Rp. 15.000. Dengan jumlah anggota keluarga saya yang empat orang dan membayangkan bahwa sehari makan 2 kali, maka setiap anggota keluarga rata-rata sebesar Rp. 1.250, sekali makan. Coba bayangkan! Apakah masih ada makanan yang layak gizi untuk pertumbuhan anak-anak saya dengan jumlah uang segitu? Belum untuk kebutuhan yang lain. Anak-anak saya juga butuh sekolah, pakaian dan rumah yang cukup layak dibanding dengan yang saya tinggali saat ini. Memang saat masih bujangan dulu saya mendapatkan fasilitas
asrama, walaupun tempatnya pas-pasan tapi cukuplah untuk mengurangi pengeluaran sebulan. Tapi sekarang sudah berkeluarga, jadi pekewuh kalau masih di asrama. Tanpa bermaksud untuk membela korps saya (maksudnya kepolisian, red), tapi masyarakat sering hanya tahu menyalahkan kami apabila kami terlambat datang pada saat ada kejadian dalam bentuk apapun yang dianggap masyarakat membutuhkan kehadiran kami. Gimana tidak terlambat kalau semua kendaraannya masih dipakai berpatroli. Tidak semua dari kami mendapatkan kendaraan patroli, makanya kami harus naik apa? Belum lagi jatah uang untuk patroli yang sangat kecil, makanya tidak jarang kami nombok bahkan untuk beli bensin. Belum lagi harapan masyarakat bahwa kami harus terus menerus siap 24 jam. Bagaimana dengan teman-teman saya yang tinggalnya berpuluh-puluh kilo dari kantor kami. Bukan karena ingin jauh, tapi karena harga rumah disekitar sini yang sudah terlampau mahal, otomatis tidak bisa kami beli. Sabar boleh dikatakan harus sering-sering kami miliki. Di lapangan, kami akan selalu bertemu dengan berbagai macam karakter manusia, makanya kami harus sabar dan mencoba untuk menyesuaikan dengan orang yang kita temui. Kebetulan tugas saya harus memantau keadaan lalu lintas, maka boleh dibilang saya harus
Belajar dari Perubahan Tidak ada sesuatu yang sia-sia ketika kita memutuskan untuk berbuat baik. Ini bukan sebuah seruan moral akan tetapi kata yang tepat untuk menunjukkan bagaimana pertemuan Polisi dengan masyarakat. Sudah kedua kalinya pertemuan itu diadakan dan makin nampak kalau masyarakat bukan berada dalam daerah yang aman. Sejumlah angka gangguan kamtibmas dikutip dan masyarakat makin dikejutkan karena kejahatan kini beroperasi dengan cara yang lebih pintar. Pencurian dilakukan di siang hari bahkan ada sejumlah anggota masyarakat yang mengetahuinya akan tetapi bersikap cuek. Meski sarana dan prasarana Polisi ditingkatkan akan tetapi berhadapan dengan kultur masyarakat yang tak mau peduli bagaimana mungkin gangguan keamanan mampu diatasi. Semua mungkin paham kalau masyarakat makin individualistik tetapi dampak keamanan ternyata jauh dari jangkauan pemikiran mereka. Keamanan menjadi kebutuhan dasar semua orang dan perubahan yang terjadi memporak-porandakan semua harapan itu. Dalam pertemuan Polisi dengan masyarakat, krisis dan pemecahan itu bertemu. Maka cukup beruntung mereka yang datang dalam pertemuan mengingat dari sana mulai muncul sejumlah informasi yang menarik. Informasi itu menyangkut tentang bagaimana kejahatan itu beroperasi dan apa saja yang terjadi selama ini dalam lingkungan masyarakat. Persepsi Polisi tentu menjadi menarik karena selama ini mereka-lah yang banyak tahu tentang tipologi kejahatan sekaligus pelakunya. Seperti bagaimana pelaku kejahatan benar-benar tahu tentang situasi rumah dan melakukan pengawasan saat kejahatan itu berlangsung. Juga yang menarik seperti sasaran pencurian yakni komputer yang ternyata lebih mudah saluran penjualannya. Yang mungkin agak istimewa adalah keleluasaan pelaku kejahatan membobol rumah korban dan diketahui oleh tetangga sekitar tetapi didiamkan saja. Ini menarik, karena kejadian berlangsung bukan di Jakarta melainkan
Yogyakarta, yang dikenal masyarakatnya sangat ramah. Kondisi demikian memerlukan pemecahan serta keterlibatan sejumlah pihak. Pertama perubahan persepsi masyarakat tentang keamanan. Keamanan sudah tidak mungkin dipahami sebagai keamanan diri sendiri melainkan juga keamanan bersama atau wilayah. Keamanan ini tidak lagi menjadi tanggungan perseorangan apalagi hanya institusi semacam Polisi atau birokrasi. Keamanan juga bukan berarti membentuk satuan sipil atau memperbanyak jumlah Satpam. Keamanan menjadi beban dan tanggung jawab bersama. Karena bersama itulah maka yang patut dilakukan adalah menumbuhkembangkan solidaritas antar semua pihak. Baik bagi Polisi, birokrasi maupun anggota masyarakat pada umumnya. Tulang punggung keamanan rasarasanya hanya satu, yakni kebersamaan untuk saling menjaga dan memiliki satu sama lain. Karenanya untuk mereka yang punya 'kelebihan' harta hendaknya juga mau berbagi dalam soal keamanan. Muncul keluhan dari anggota masyarakat, yang mengatakan, biarin mereka dicuri soalnya di kampung terkenal pelit. Atau guyonan yang bilang, aku suruh pencuri itu untuk mengambil hartanya biar kapok. Komentar ini sudah tentu keliru akan tetapi ada juga benarnya. Ini peryataan yang menuntut dan memprotes agar sesama anggota masyarakat untuk saling berbagi. Kedua memang diperlukan program yang bisa merubah keadaan. Program yang mendekatkan masing-masing anggota masyarakat untuk bertemu dan membahas berbagai hal. Bukan penyuluhan dan tentu tidak sekedar arisan. Program yang akan memberikan bekal pada anggota masyarakat untuk merangsang inisiatif mereka saat terjadi gangguan keamanan. Program yang tujuannya hanya satu yakni mendidik masyarakat untuk bisa menjadi mitra Polisi sekaligus terlatih untuk menyelesaikan permasalahan keamanan tidak dengan cara main hakim sendiri. Akan tetapi program ini semestinya muncul dari inisiatif masyarakat tidak karena pesanan apalagi sebuah instruksi. Malahan dalam
anacaW Wacana
Investigasi Investigasi
Masyarakat & Polisi Menuju Program Perubahan
Ketiga faktor yang saling berkelindan tersebut menjadi faktor pendorong bagi terciptanya kerjasama antara masyarakat dan polisi. Dan dalam posisi inilah kerjasama yang tercipta seharusnya bukan hanya pada wilayah yang hanya dipermukaan semata tapi tidak pada inti perasaan. Maka dalam hal inilah cinta sangat dibutuhkan dalam prosesproses kerjasama tersebut. Tapi memang menjadi masalah adalah dapatkah tercipta proses saling mencintai dalam menjalankan kerjasama tersebut? Ada semacam keyakinan bahwa ketika kita memulai dengan menghindari bentuk pertanyaan kesangsian, dan mau memulai dengan bentuk motivasi, maka juga seharusnya dapat tercipta proses saling cinta dalam kerja diantara mereka. Hanya karena dalam wilayah itulah maka prosesproses simpati dan empati dapat tumbuh dan berkembang. Bekerja bersama dengan polisi dalam bentuk pos kamling atau ronda yang lahir dari
Semangat bersama dan semangat cinta untuk melihat lingkungan yang aman dari segala macam gangguan merupakan bentuk cintamasyarakat yang paham akan beratnya tugas-tugas polisi dalam menjaga keamanan dan ketertiban. Bekerja bersama polisi dalam bentuk penyuluhan akan tindakantindakan pertama dalam penanggulangan kejahatan merupakan bentuk cinta polisi pada keselamatan masyarakat secara luas. Hal-hal ini seharusnya bukan hanya tinggal dan kandas dalam bingkai harapan, tetapi mengusahakan perwujudannyalah yang harus dilakukan. Tindakan simpatik dan empatik dari keduanya harus sudah dimulai dari sekarang, karena meminjam perkataan Rumi tentang wanita dan pria, Keduanya bagaikan langit dan bumi dan mereka ditakdirkan untuk menikah dan memberikan makna yang lebih dalam kehidupan didunia ini. (Uchenk)
Memang sudah saatnya kita mengganti pertanyaan “Dapatkah polisi dan masyarakat bekerja bersama?”, dengan pernyataan “Seharusnya mereka bekerja bersama!”
P e n g e m b a n g a n program kerja-sama antara Polisi dengan masyarakat kini mulai ditindak-lanjuti. Meski pertemuan baru berlangsung selama dua kali akan tetapi sudah muncul sejumlah usulan. Inisiatif yang selama ini ada di lingkungan masyarakat kembali diangkat dan biasanya bentuk program ini mengacu pada peningkatan keamanan lingkungan. Seperti pertemuan yang pertama maka pertemuan berikutnya mulai menentukan fokus issu pada masing-masing wilayah. Pada pertemuan kedua ini bukan saja masyarakat yang hadir lebih majemuk melainkan juga beberapa alternatif program mulai ditawarkan. Meski di pertemuan masing-masing wilayah kerapkali bermunculan suara kecurigaan pada kerja-kerja Kepolisian akan tetapi protes ini masih ditanggapi secara wajar. Kesangsian tentang kredibilitas polisi atau keluhan masyarakat tentang kurangnya keterlibatan Polisi dalam patroli hampir menjadi keluhan yang ada pada tiga kawasan. Dengan antusias Polisi memberikan jawaban bahkan sejumlah keterangan, yang kadang masih dinilai, sebagai upaya untuk membela diri.
“
Apapun yang dikatakan oleh kalangan Kepolisian yang jauh lebih penting jawaban atas sejumlah pertanyaan itu menjadi titik komunikasi yang penting. Di Umbulhardjo, yang pertemuannya diadakan pada tanggal 21 Februari 2003, mulai dikemukakan sejumlah persoalan menarik menyangkut tentang keamanan. Angka pencurian berat pada bulan Februari ternyata membesar dan bahkan terjadi di sejumlah perumahan elite pada siang hari. Keterangan dari Kapolsek Umbulhardjo memberikan sinyal mengenai apa yang kemudian dinamakan dengan proses individualisasi. Satu proses sosial yang
mana masyarakat berada dalam alam pemikiran pragmatis dan lebih m e m i l i h u n t u k mementingkan urusan diri-sendiri. Pencurian dilakukan pada siang hari dan kadangkala tetangga samping kiri kanan mengetahui, akan tetapi lebih memilih untuk bersikap cuek. Tidak mau peduli atau membiarkan saja para pelaku kejahatan bereaksi jelas merupakan sikap yang membahayakan. Pencurian terhadap harta benda, seperti sepeda motor atau komputer kembali marak dan repotnya ini tidak dilakukan pada malam hari. Menuntut peran Polisi secara maksimal memang bukan jawaban yang tepat akan tetapi yang jauh lebih masuk akal, bagaimana mengembangkan solidaritas dan daya tahan masyarakat dalam mencegah gangguan keamanan ini.
“
***
Soal serupa dialami oleh Mergangsan meski angkanya tidak terlalu besar. Gangguan yang dialami tetap saja sama, pencurian kendaraan bermotor, perkelahian, pencopetan dan narkoba. Usaha pencegahan maupun penanggulangan memang mau tak mau harus melibatkan semua anggota masyarakat. Ada usulan menarik yang dikemukakan oleh salah seorang anggota Pokja (kelompok kerja) yakni untuk mendirikan Pos Keamanan di kawasan-kawasan rawan. Pos ini berfungsi untuk mewadahi semua laporan yang ada di masyarakat serta mendekatkan kembali hubungan antar masyarakat di daerah rawan dengan kalangan Kepolisian. Memang sudah ada Pos Ronda akan tetapi peran maupun fungsinya tidak maksimal, apalagi keaktifan Pos Ronda hanya di malam hari. Sedangkan sejumlah gangguan kamtibmas berlangsung di siang hari. Usulan lain menyangkut radio komunitas yang diharapkan akan melibatkan partisipasi aktif masyarakat sekaligus
Sosok
Tajuk
sejumlah program yang menjadi usulan dari masyarakat maupun kalangan Kepolisian. Meski
(Prasetya)
“Mari Kita Ciptakan Rasa Saling Memiliki!” Gemuruh bising suara bis antar kota maupun bis kota yang tak pernah sepi hilir mudik di tempat ini sering meninggalkan asap pekat yang tidak begitu nyaman dirasakan. Terlebih untuk sebuah kantor pelayanan publik yang cukup vital bagi masyarakat banyak, kantor polisi. Markas Kepolisian Sektor Umbulharjo berlokasi tepat di samping salah satu terminal bis yang terpadat di Indonesia, Terminal Bis Umbulharjo. Sebagai salah satu tempat dengan kepadatan dan mobilitas manusia yang cukup tinggi, tentu polsek Umbulharjo memiliki tugas dan tanggung jawab yang tidak ringan. Dengan jumlah personel yang hanya 69 orang, wilayah yang cukup luas, dan sarana yang terbatas dan sudah lapuk dimakan usia tentu ini tidak mudah dalam penggunaannya, apalagi dalam memimpinnya. Ini yang dirasakan oleh Masni Arifin SiK, Kapolsek yang bertanggungjawab atas keamanan dan ketertiban di wilayah Umbulharjo ini. Perwira yang lahir di Boyolali, 26 juli 1970 ini memang belum lama berkarir sebagai kapolsek di Umbulharjo. Namun ia punya harapan besar terhadap wilayah yang dinaunginya, baik itu peningkatan kinerja personilnya sendiri, peran serta dan dukungan dari masyarakat, maupun hubungan ideal yang dicitacitakan bersama antara polisi dan masyarakat melalui program Community Policing. Ia percaya bahwa ini bukan sekedar sebuah program saja, tapi lebih pada harapan yang bersama yang ingin diwujudkan secara nyata. Kepercayaan akan harapan yang ia anut tersebut, apalagi setelah ia menyadari bahwa tempat tugasnya adalah wilayah yang sangat heterogen dan ramai, dengan potensi kerawanan yang juga cukup tinggi. Dari sinilah ia mengharapkan peran serta masyarakat secara bersama untuk menciptakan kondisi yang nyaman dan aman untuk hidup bersama. Keterlibatan aktif masyarakat untuk mendukung kinerjanya sangat ia harapkan, seperti kecepatan masyarakat dalam melaporkan perkara, agar perkara itu bisa dengan cepat juga ditangani dan pelakunya tidak sempat melarikan barang bukti terlalu jauh. Juga informasi atas berbagai kejadian yang bersinggungan dengan kamtibmas bisa segera dilaporkan, misalnya baru-baru ini ada yang melaporkan via telpon tentang kasus pemakaian ganja yang bermula dari kecurigaan akan bau asapnya yang sempat tercium oleh
pelapor. Dan ketika diperiksa ternyata terbukti. Dan jangan khawatir kerahasiaan pelapor akan dijamin, serunya. Ada perkembangan yang cukup menarik terjadi di wilayah ini, misalnya kasus penghakiman massa terhadap pelaku menurun secara drastis. Dulu, setiap pelaku yang tertangkap massa dan diserahkan ke kantornya rata-rata sudah habis babak belur dihajar massa, akibatnya ia harus mengeluarkan tenaga ekstra tidak hanya untuk menyidik tapi juga mengobati tersangka terlebih dahulu. Kini kasus serupa sudah jarang ditemui. Ia yakin sebenarnya kesadaran kearifan warga terhadap pelaku secara perlahan bisa diwujudkan, namun sekali lagi itu semua jika warga dan polisi mau saling mengerti dan memahami kesulitankesulitan bahkan peluang-peluang untuk penanggulangannya. Perwira yang memulai karirnya di kepolisian sejak lulus Akpol tahun 1994 ini, pernah bertugas di Ternate tahun 1995-1999. Kemudian sempat meneruskan pendidikan di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian sampai lulus tahun 2001. Selama berkarir, ia sudah cukup merasakan suka dukanya berhubungan dengan masyarakat yang beragam budayanya, tapi satu hal yang sangat ia harapkan dari hubungan yang terjalin antara masyarakat dan personil Kepolisian adalah munculnya rasa saling memiliki antara kedua belah pihak. Sehingga kecurigaan yang selama ini ada bisa terkikis dan kepercayaan itu bisa tumbuh, pelan tapi pasti. Dan persoalan keamanan tidak hanya dibebankan pada Polisi semata tapi bisa dipikul bersama dengan masyarakat sekitarnya. Termasuk kesulitan-kesulitan yang selama ini hanya berupa gerundelan bisa lebih jujur dan terbuka diungkapkan, dan secara bersama bisa ditemukan solusinya. Ia tidak pernah lupa untuk berharap melalui program Community Policing ini dapat ikut menyumbangkan perubahan yang lebih baik bagi kehidupan masyarakat, paling tidak untuk wilayah Jogjakarta. Semoga! (Wawan)
Masni Arifin SiK, Kapolsek Umbulharjo
soal penggalangan dana masyarakat punya kiat usulan itu mendapatkan tanggapan beragam akan sendiri untuk mendapatkan biaya. Sebuah contoh tetapi sebagai sebuah niat untuk mendorong idiil di kawasan Mergangsan dan Umbulhardjo perubahan yang lebih baik, usulan itu patut yang mana anggota masyarakatnya rela untuk diperhatikan. Usulan yang menginginkan membuat proposal bahkan mulai mencari lahan lingkungan lebih aman dan masyarakat yang saling bagi pembuatan sebuah pos keamanan. Tanggung bantu. Usulan yang menghendaki agar Polisi itu jawab muncul ketika mereka mau berkorban dan dibantu dengan maksimal dan Polisi sendiri berbagi tanggung jawab. Di saat pemerintah dituntut untuk menjadi lembaga yang transparan lengah memang harapannya terpulang pada dan akuntabel. Wajar jika kemudian bermunculan a n g g o t a s e j u m l a h masyarakat, yang u s u l a n , Yang mungkin agak istimewa adalah keleluasaan g a g a s a n , memiliki modal sosial, yang jauh pelaku kejahatan membobol rumah korban dan diketahui i n i s i a t i f y a n g lebih kaya. Modal boleh dikata oleh tetangga sekitar tetapi didiamkan saja. s o s i a l i t u imajinatif dan m e m b e r i k a n brillian. Sebagai sumbangan bagi fasilitator, penguatan solidaritas sosial dan secara tidak Pusham UII percaya, kalau masyarakat memiliki langsung membawa masyarakat dalam kekayaan ide dan bahkan mungkin keberanian kemandirian. Akan tetapi untuk menumbuhuntuk menjalankan gagasanya sendiri. Dengan kembangkan solidaritas sosial memang terlebih mempertimbangkan itu semua sudah selayaknya dulu harus ditumbuhkan rasa kepercayaan. Polisi dan masyarakat bersama-sama untuk Kepercayaan kalau masyarakat dan polisi adalah mengembangkan program dan agenda. Keduanya dua aktor sosial yang saling memerlukan dan berada dalam harapan serta tujuan yang sama dan sudah sepatutnya untuk berbagi tanggung jawab. pertemuan itu telah membimbing mereka untuk bertemu. Satu pertemuan yang niscaya akan Dua pertemuan yang difasilitasi oleh membawa perubahan lebih baik di hari-hari Pusham UII ini mempertemukan itu semua, antara mendatang. Sebuah pertemuan yang diharapkan kebutuhan untuk menyelesaikan masalah kelak akan terwujud dengan sendirinya bahkan keamanan dengan gagasan masyarakat lokal. tanpa fasilitator sekalipun. Semoga! Dalam pertemuan kedua mulai diusulkan
anacaW Wacana
Investigasi sarana kampanye atas program ini. Kampanye tampaknya masih dibutuhkan mengingat program ini belum banyak dip ahami dan mendapat dukungan luas masyarakat. Melalui kampanye pasti akan bermunculan usulan menarik dari program keamanan bersama. Mungkin karena luasnya wilayah dibandingkan dengan dua kawasan lain maka Depok Barat memerlukan penanganan yang berbeda. Angka pencurian jumlahnya cukup tinggi apalagi untuk pencurian kendaraan bermotor. Padahal sudah ada Pos Ronda bahkan di setiap dusun juga dipasang sejumlah peringatan agar warga waspada terhadap tindak pencurian yang sewaktu-waktu terjadi. Belum jika kita menengok sarana dan prasarana yang dimiliki oleh kepolisian. Jumlahnya selain memprihatinkan juga banyak yang terpaksa keluar ongkos sendiri untuk memburu pelaku kejahatan. Dalam analisis yang dikemukakan oleh salah seorang anggota Pokja (Kelompok Kerja) kondisi kerawanan kamtibmas kebanyakan disebabkan oleh kurang adanya koordinasi antara kepolisian dengan masyarakat. Lemahnya koordinasi ini mungkin juga disebabkan oleh kurangnya kepercayaan diantara Polisi dengan anggota masyarakat. Dalam pertanyaan yang dikemukakan oleh anggota masyarakat, bagaimana mau dekat dengan polisi jika ada perhelatan kampung tak ada Polisi yang mau datang. Hal yang sebaliknya juga muncul apa masyarakat tahu juga kalau Polisi memiliki sarana yang minim. Situasi menjadi memburuk jika ditunjang oleh individualisme yang mulai muncul di masyarakat. Budaya yang membikin mereka untuk tidak peduli terhadap kesulitan atau persoalan orang lain. Dengan melihat situasi pada tiga kawasan itulah mulai muncul sejumlah rancangan program. Ada masalah yang hampir semua wilayah memilikinya, pertama ada arus individualisme yang tumbuh di masyarakat. Arus kebudayaan ini mengancam solidaritas bahkan menunjang bagi tingginya angka gangguan Kamtibmas. Diperlukan sejumlah usaha yang bisa merekatkan antar anggota masyarakat sehingga seandainya terjadi gangguan keamanan dengan mudah masyarakat dapat b ersama-sama men gatasin ya. K edua memang diperlukan usaha untuk makin mengintensifkan pertemuan antara Polisi dengan masyarakat bahkan melalui program-program keamanan bersama. Infrastruktur yang ada perlu didaya-gunakan, seperti Pos Ronda dengan menambah fungsi dan memberikan peran yang
baru. Ketiga, masih dirasa penting untuk melakukan kampanye atas program ini baik melalui media atau sarana audio visual (seperti radio) Melalui kampanye diharapkan dapat diperoleh dukungan bahkan yang lebih penting masukan atas ditetapkannya berbagai program. Ketiga hal itulah yang mencuat dalam pertemuan yang kemudian ditindak-lanjuti dengan pertemuan bersama antara Bimas, Kelompok Kerja dan Pusham UII. Pertemuan yang bertempat di Pusham UII kemudian memunculkan usulan-usulan menarik yang dapat dijadikan pijakan. Membuat pelatihan untuk warga masyarakat menjadi kebutuhan yang hampir disuarakan oleh semua wilayah. Pada pertemuan dengan anggota masyarakat dan kalangan Kepolisian ada beberapa gagasan tentang pelatihan ini. Soal materi ada usulan untuk memberikan bantuan kepada masyarakat menyangkut tentang apa yang harus dilakukan ketika ada gangguan keamanan atau seandainya muncul pelaku kejahatan. Usaha ini dilakukan untuk mencegah main hakim sendiri yang sering dicontohkan oleh sejumlah tayangan televisi. Yang diklasifikasikan dalam materi ini termasuk bagaimana memberi pertolongan terhadap korban kejahatan, aspek perlindungan pada saksi dan tindakan yang perlu dilakukan pada tempat kejadian perkara. Yang kedua adalah mediasi atau negoisasi ketika ada salah satu anggota masyarakat yang mengalami masalah dengan Kepolisian. Termasuk dalam materi ini adalah tehnik untuk melakukan pemantuan baik terhadap institusi Kepolisian maupun kawasan rawan di lingkungan masyarakat. Peserta pelatihan ini adalah wakil dari masing-masing wilayah yang nantinya akan memberikan pelatihan yang sama pada anggota masyarakat yang lain. Kemudian yang diusulkan adalah menghidupkan kembali Pos Ronda dan bahkan mendorong Pos Keamanan didirikan pada sejumlah kawasan yang rawan. Usaha ini muncul melalui inisiatif sejumlah anggota masyarakat bahkan beberapa dengan iktikad sendiri mulai mencari tanah. Dicontohkan oleh salah seorang masyarakat, bagaimana keberadaan Pos Polisi yang cukup berjasa dalam menurunkan angka kejahatan atau gangguan kamtibmas. Pos ini ibaratnya berfungsi seperti rumah keamanan yang mana para anggota Kepolisian bisa memfungsikan itu sebagai sarana pertemuan, komunikasi bahkan mungkin disana dapat dioperasikan radio komunitas. Sejumlah contoh diberikan dan bahkan dukungan mengalir dari sejumlah pejabat daerah untuk mendorong pendirian tempat ini. Sebab dengan tempat atau pos keamanan pada daerah rawan akan dapat diketahui
bayangan yang muncul adalah orang ini bekerja dalam upaya membantu polisi dalam peran antagonisnya pada masyarakat. Entah punya efek yang signifikan atau tidak, tapi kemudian rentetan hal tersebut diatas ikut menyumbangkan fakta semakin ruwetnya kerjasama antara polisi dan masyarakat. Paling tidak, sesuatu yang tercipta di relung kesadaran cukup banyak orang akan mengatakan bahwa orangorang yang bekerja dengan polisi adalah orang-orang yang diperalat atau orang-orang yang punya tendensi dan kepentingan tertentu sehingga mau bekerja bersama polisi. Artinya, orang-orang yang bekerja bersama polisi pun tidak luput dari stereotip buruk. Dan hal tersebut ditanamkan terus menerus sehingga seakan timbul rasa keengganan masyarakat untuk bekerja bersama polisi. Sesungguhnya, sejarah pernah berkata lain atas kerjasama polisi dan masyarakat tersebut. Tanpa bermaksud nostalgis, masa-masa itu banyak mempertontonkan kemanunggalan yang berwujud kerjasama antar keduanya. Memang benar bahwa mungkin hanya oleh karena adanya musuh bersama dan kepentingan bersama, tetapi juga oleh perasaan bersama dan saling memiliki oleh karena adanya ikatan kesadaran bahwa toh polisi tetap berasal dari masyarakat, bukan merupakan hal yang dapat diindahkan begitu saja. Ikatan yang oleh salah seorang bijak dari negeri Cina dikatakan bahwa hal itulah bentuk ikatan cinta, sebuah cinta oleh karena berasal dari sumber yang sama, punya kepentingan yang sama, keinginan yang sama serta saling ketergantungan. Dan selanjutnya mereka mengejawantahkan seperi kata Buscaglia, “Cinta berarti tumbuh dan bekerja bersama orang yang dicintai!”.
*** Memang sudah saatnya kita mengganti pertanyaan “Dapatkah polisi dan masyarakat bekerja bersama?”, dengan pernyataan “Seharusnya mereka bekerja bersama!”. Bukan lagi kesangsian, tetapi seharusnya menanamkan motivasi untuk hal tersebut. Ada beberapa alasan untuk hal itu. Pertama, Ada beberapa kepentingan bersama yang oleh karenanya juga seharusnya digarap secara bersamasama. Polisi dan masyarakat sama-sama menghendaki suatu suasana yang aman, tentram dan jauh dari segala tindakan kejahatan. Selain
mempreventikasi kejahatan seperti pos kamling atau pos ronda, juga bantuan untuk pengungkapan kejahatan seperti informasi yang kadang-kadang lebih banyak dimiliki oleh masyarakat. Selain berwujud kepentingan bersama, juga berupa adanya musuh bersama yang berwujud pada segala tindakan kejahatan yang mengancam keamanan dan ketertiban. Polisi seharusnya menghendaki tidak adanya pengampunan pada setiap tindakan
kejahatan. Sesuatu yang juga oleh masyarakat juga sangat diidam-idamkan. Sehingga suatu saat polisi dan masyarakat dapat berikrar secara bersama, “Crime doesn't pay!” bahwa tidak ada kejahatan yang tidak dihukum. Kedua, adanya saling ketergantungan antara masyarakat dan polisi. Ketergantungan ini bukan bersifat ketergantungan patologis, tetapi seharusnya fungsionalis. Dalam artian, polisi sangat membutuhkan masyarakat karena kehadiran polisi tidak dapat tidak merupakan representasi dari masyarakat. Sedangkan masyarakat sangat membutuhkan polisi sebagai sosok yang dapat menjadi pengawal bagi terciptanya tatanan hukum ataupun juga kesadaran hukum. Dalam hal inilah polisi berperan bagi masyarakat dan masyarakat dapat berperan bagi polisi. Saling ketergantungan ini menjadikan makin dibutuhkannya berbagi peran antara masyarakat dengan polisi. Suatu pembagian peran yang juga bisa diwujudkan dalam bentuk kerjasama. Ketiga, adanya perasaan bersama yang dimiliki oleh masyarakat dan polisi karena masyarakat dan polisi tumbuh dan tinggal di lingkungan yang sama dan memiliki ketergantungan pada lingkungan yang juga bersama. Lingkungan yang melingkupi keduanya tersebut bukan merupakan lingkungan yang bisa dinikmati bersama tanpa perasaan bersama dalam berada didalamnya. Secara otomatis kesamaan hal tersebut dapat menimbulkan perasaan yang juga bersama akan pembagian peran untuk menjaga kepentingan bersama dan saling ketergantungan tersebut.
anacaW Wacana
Investigasi Investigasi karakteristik seperti apa yang membikin sebuah wilayah menjadi rawan. Walaupun sudah ada pos keamanan akan tetapi fungsinya selama ini belum optimal, karena diisi hanya oleh anggota Polisi dan masyarakat yang kadangkala, kurang rasa kepemilikanya, sehingga pos itu terlihat kumuh dan tak terawat. Di samping usulan untuk mendirikan pos juga yang banyak diusulkan adalah kegiatan kampanye dimana kegiatan ini bisa dikemas melalui media atau sarana audio visual.
Photo : Erick
1
Be ke rja De ngan Ci nt a Be rsam a P o li si
semua orang. Kesemua program ini diorientasikan pada bagaimana masyarakat turut terlibat dalam soal keamanan. Keamanan yang sekarang menjadi ancaman tela h memotivasi semua orang untuk berkumpul kemudian menggagas sebuah kegiatan. Bagaimanapun kegiatan ini terasa mendesak, bukan karena ancaman keamanan semata melainkan sudah saatnyauntuk memulai mengembangkan hubungan yang lebih baru antara aparat dengan masyarakat. Hubungan yang dilandasi oleh sebuah kebutuhan bersama dan dipercayai sebagai satu-satunya cara untuk mengatasi persoalan keamanan yang terus menganggu. Di balik semua program yang direncanakan ini, dituang kepercayaan besar, kalau keamanan yang kini jadi masalah, hanya bisa diatasi dengan cara-cara kreatif yang digali dari masyarakat. Kiat maupun cara ini diperoleh dengan melibatkan kembali semua komponen masyarakat, untuk mau mengembangkan gagasan, inisiatif bahkan imajinasi sekali-pun; yang tujuan utamanya, membuat kawasan yang aman dan dijauhkan dari segala gangguan kejahatan. Satu harapan yang kini sedang dirintis melalui sejumlah program. (Prasetya)
Perubahan tampaknya bukan sesuatu yang mustahil. Lagi-lagi keamanan menjadi prioritas utama yang kini menjadi persoalan
“Kerja adalah cinta yang mengejawantah, dan apabila kau tiada sanggup bekerja dengan cinta maka lebih baik kau berdiri di pintu gapura candi dan mengharap sedekah dari orang yang bekerja dengan cinta”
2
3
(Sang Nabi, Kahlil Gibran)
Hampir sekitar puluhan tahun belakangan ini, bekerja dengan polisi sama sekali bukan sesuatu yang nyaman ketika masyarakat mengetahui hal tersebut. Seorang aktifis mungkin akan mengernyitkan alisnya pertanda penuh curiga pada orang tersebut, seorang pedagang mungkin akan menelan ludah karena gugup memandang orang tersebut dan seorang tukang becak mungkin akan merunduk karena ketakutan jika ia mengetahui berhadapan dengan orang yang bekerja bersama polisi. Bukan hal yang aneh memang, karena tahun-
tahun yang silam tersebut telah melahirkan stereotip hubungan polisi dan masyarakat adalah pengontrol dan dikontrol ataupun penjinak dan yang dijinakkan ataupun segala posisi yang pada intinya terpetakan berhadapan dan berseberangan secara diametral. Sesuatu yang seakan membenarkan kata Weber bahwa polisi sebagai aparat kontrol sosial dari pemerintah mempunyai hak memonopoli kekuasaan sehingga posisi hukum polisi yang memiliki otoritas berhadapan dengan masyarakat, seperti mencurigai, menahan, menggeledah dan lainnya yang mengakibatkan polisi dalam posisi “keberdayaan” dan masyarakat dalam posisi “ketidakberdayaan”. Hal inilah yang menggariskan bahwa ketika masyarakat bertemu dengan orang yang bekerja pada polisi maka
6 4
5
Sergap
Sergap
Sergap
Tugas Besar di Tengah Minimnya Sarana
Sergap Mergangsan Sarana dan Prasarana Utama
Tahukah anda kalau tidak semua Polisi dibekali borgol? Atau apa anda tahu bahwa masih banyak kantor Polsek yang mobil patrolinya keluaran lama? Yang lebih merisaukan jumlah HT (Handy Talky) yang sangat terbatas. Untuk ukuran luas wilayah Depok Barat yang paling banyak disibukkan dengan kejadian pencurian hanya punya 10 borgol. Dengan tingkat pencurian yang tinggi dan dilakukan pada siang hari, Polsek Umbulhardjo hanya bermodalkan 2 motor dinas dengan jatah bensin yang pasti minim. Padahal sepeda motor pelaku kejahatan bensinnya selalu penuh, apalagi mereka melengkapi dengan handphone yang jumlahnya sesuai dengan anggotanya.
Umbulharjo Sarana dan Prasarana Utama Depok Barat Sarana dan Prasarana Pendukung
Sergap Ta b e l d i a t a s m e m a n g m e n y i r a t k a n keprihatinan. Bayangkan seadainya tabel ini di sampingnya dimuat jumlah kekayaan para pejabatpejabat kita, tentu akan terasa jurangnya. Kantor Polisi yang tugasnya menjaga keamanan dari semua bentuk gangguan ternyata modalnya minim. Sesekali anda Tempo akan tampak perlu masuk ke kantor-kantor Polsek betapa 'sederhananya' kursi yang dimiliki, mesin ketik keluaran lama bahkan tidak ada satupun perpustakaan.Pembenahan mungkin kuncinya dan itu dapat diawali dengan 'keterbukaan' Polisi dalam memberikan informasi kebutuhan pada masyarakat. Bahkan seorang anggota masyarakat mengatakan, Polisi 'minta' secara institusional dengan kebutuhan yang jelas pasti masyarakat tak segan-segan menolong. Padahal di kantor Polsek yang 'miskin' ini bertempat tinggal sejumlah pengusaha yang punya motor dan mobil yang kadang melebihi jumlah anggota keluarga. Di kantor Polsek yang minim ini bertempat para pejabat yang memiliki akses bagi peningkatan anggaran keamanan. Kantor Polsek ini, tidak tinggal di gurun pasir yang jauh dari tempat uang, melainkan berada di tengah masyarakat yang masih punya kelebihan. Uluran tangan dan bantuan mungkin jawaban untuk berbagi tanggung jawab.
Ventilasi sel yang kecil sebagai pergantian udara.
Kondisi ruangan dengan tikar dan tembok yang berjamur.
Minimnya sarana prasarana yang dimiliki polisi, hal ini dapat dilihat dari keberadaan sel yang hanya berukuran 2,5m x 2m. Ini dihuni oleh sepuluh tahanan orang. Bisakah kita bayangkan bagaimana para tahanan melakukan aktivitas mereka sehari-hari.
Daftar Tahanan, para tahanan yang menghuni Polsek Depok Barat. Tempat minum, para tahanan menggunakan pintu sel untuk menaruh minum dan sebagainya
Bercanda, para tahanan sedang bersenda gurau dengan npetugas yang berjaga.