POLA PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK (STUDI KASUS PADA KELUARGA DI LINGKUNGAN WISATA PACUAN KUDA TEGALWATON TENGARAN) SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh: NUR ASYIYAH 111-11-157 FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2016
i
ii
POLA PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK (STUDI KASUS PADA KELUARGA DI LINGKUNGAN WISATA PACUAN KUDA TEGALWATON TENGARAN) SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh: NUR ASYIYAH 111-11-157 FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2016
iii
iv
v
vi
MOTTO Hai orang-orang yang beriman, periharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. Hai orang-orang beriman, periharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka (at Tahrim 6) “Dan kami di perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya: ibunya yang mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah, dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-kulah kembalimu” (luqman 14) Lebih baik menyalakan satu lilin daripada mengutuk kegelapan. Jika tidak dapat mengubah nasib maka ubahlah sikap. Percaya diri adalah cara untuk meraih sukses. Manusia akan mati tapi bakat teteap abadi. „‟Dan janganlah kamu berjalan dimuka bumi dengan sombong‟‟ (Al-Isra: 37).
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1.
Kedua orang tua tercinta, terutama Ibuku Mujiyati dan ayahku M.Ridwan yang senantiasa mendoakan, mencurahkan kasih sayang, mengorbakan jiwa dan raga untuk membahagiakan keluarga dan yang tak pernah putus memberikan nasehat. Semoga selalu sehat dan selalu dilindungi Allah.
2.
Adikku tersayang Nur Cholis yang senantiasa memberikan semangat serta kebahagiaan sehingga membuatku termotivasi untuk berbuat lebih baik. Semoga selalu sukses dan mendapat rahmat Allah.
3.
Keluarga besarku, terutama kakek nenek tersayang Mbah Bati, Mbah Gito yang selalu mendoakanku. Saudaraku Mbak Yekti, Mak Siti, Mbk Kayah, Prihati, Ngatiyah, Abas, Sugeng, Agus, yang Selalu memotivasi.
4.
Kepada beliau Bapak, Muh. Hafidz M.Ag. selaku pembimbing skripsi yang senantiasa selalu mengarahkan dan membimbingku dengan penuh ketulusan dan kesabaran.
5.
Untuk semua teman-teman seperjuangan di Kampus yaitu kelas PAI D angkatan tahun 2011, kelompok PPL, kelompok KKN, teman-teman UKM dan Alfian Candra M yang selalu memberikan semangat dan menemaniku menyelesaikan Skripsi.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robil‟alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan Taufiq serta Hidayah-Nya yang tiada terhingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”Pola Pendidikan Keluarga Dalam Pembentukan Akhlak Anak (Study Kasus Pada Keluarga Di Lingkungan Wisata Pacuan Kuda Tegalwaton Tengaran)”. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya. Skripsi ini disusun dalam rangka untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Penulisan skripsi ini pun tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2.
Bapak Suwardi M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3.
Ibu Siti Rukhayati, M. Ag, selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga.
4.
Bapak, Muh. Hafidz, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran dan ketulusan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5.
Semua Warga Dusun Ngelo Desa Tegalwaton yang sudah mendukung.
ix
6.
Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, dan membantu sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.
7.
Ayah, Ibu dan keluarga tercinta yang telah mengasuh, mendidik, membimbing serta memotivasi, baik moral maupun spiritual.
8.
Teman sekaligus sahabatku (Enggar, Lely, Luluk, Iza, Lilis, Laila, Hamidah, Eva, Wulan, Arip, Fatikin, Riyanto, Imam ) yang selalu membantu dan memberi semangat.
9.
Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu, sehingga dapat terselesaikan dengan baik semoga amal kebaikannya diterima disisi Allah SWT. Skripsi ini masih jauh dari sempurna, banyak kekurangan yang perlu
diperbaiki. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan penuliasan di masa yang akan datang. Semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi penulis khususnnya serta para pembaca pada umumnya. Salatiga, 07 September 2016 Penulis
Nur Asyiyah 111 11 157
x
ABSTRAK Asyiyah, Nur. 2016.Pola Pendidikan Keluarga Dalam Pembentukan Akhlak Anak (Studi Kasus pada Keluarga di Lingkungan Wisata Pacuan Kuda Tegalwaton, Tengaran ). Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK). Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Institut Agama Islam Negri (IAIN) Salatiga. Dosen Pembimbing: Muh. Hafidz, M.Ag. Kata Kunci : Pola Pendidikan Keluarga, dan Pembentukan Akhlak Anak Penelitian ini dilatar belakangi oleh dampak lingkungan wisata pacuan kuda terhadap akhlak anak-anak dan remaja dusun Ngelo Tegalwaton, terutama pergaulan yang kurang terkontrol, serta pergaulan di lingkungan wisata kuda yang kurang efektif dalam mendorong anak-anak dan remaja dusun setempat dalam hal pendidikan. Maka dari itu keluarga harus mempunyai pola pendidikan untuk anak dalam pembentukan akhlak yang baik. Sebagai contoh, di lingkungan wisata berkuda ini terdapat dampak positif dan negatif, dampak negatifnya pada anak yang duduk di bangku SD sekolahnya teralihkan dalam pekerjaan merawat kuda, remaja yang ikut-ikutan mencoba miras dan para orangtua yang resah dengan pergaulan anak-anaknya di lingkungan yang banyak pendatang. Dampak positif dari lingkungan wisata kuda ini yaitu dalam segi perekonomian, para pengangguran warga setempat mendapat peluang pekerjaan sebagai perawat kuda, joki, peluang untuk berjualan, mendirikan warung makan dan mendirikan kandang kuda. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah pola pendidikan keluarga dalam pembentukan akhlak anak di lingkungan wisata pacuan kuda ini, agar anak terbekali pendidikan yang baik oleh lingkungan keluarganya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dan menggunakan metode pengumpulan data dengan cara melakukan obsevasi, wawancara dan dokumentasi dan teknik analisis data pengumpulan data, model data dan penarikan kesimpulan. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Pola pendidikan dari keluarga Dusun Ngelo Tegalwaton termasuk sudah baik, kebanyakan mengunakan pola asuh yang Demokratis dan Otoriter. Anak dibekali pendidikan terbaik oleh keluarga, seperti disekolahkan dan disuruh mengaji akan tetapi kembali lagi kepada lingkunganya. Lingkungan yang banyak pendatang dari pekerja kuda berdampak kurang baik untuk anak-anak dan remaja warga setempat. Kurangnya pengetahuan orang tua dalam mendidik anak juga bisa menjadi salah satu faktor kurang suksesnya dalam pembentukan akhlak anak. (2) Dalam pembentukan dan pembinaan akhlak anak agar menjadi baik, anak sudah di bekali pendidikan yang terbaik seperti disekolahkan, diajari mengaji, mengingatkan untuk sholat 5 waktu, mencontohkan sopan santun, mencontohkan akhlak yang baik di kesehariannya dan hal baik lainya.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN BERLOGO............................................................................
i
LEMBAR JUDUL ......................................................................................
ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ........................................................
iii
PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................
v
MOTTO ......................................................................................................
vi
PERSEMBAHAN........................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ................................................................................
viii
ABSTRAK ..................................................................................................
X
DAFTAR ISI ...............................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
xvi
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ............................................
1
B. Rumusan Masalah.....................................................
11
C. Tujuan Penelitian .....................................................
12
D. Kegunaan Penelitian .................................................
12
1. Kegunaan Teoritik ................................................
12
2. Kegunaan Praktik .................................................
12
E. Penegasan Istilah .......................................................
13
xii
1. Pendidikan Keluarga.......................................................
13
2. Pembentukan Akhlak.............................................
13
F. Metode Penelitian.................................................................
14
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ......................................
14
2. Kehadiran Peneliti ...........................................................
15
3. Lokasi Penelitian .............................................................
15
4. Sumber Data ....................................................................
16
5. Prosedur Pengumpulan Data ...........................................
16
6. Analisis Data ...................................................................
17
7. Pengecekan Keabsahan Data ...........................................
18
8. Tahap-tahap Penelitian ....................................................
19
G. Sistematika Penulisan Skripsi ..............................................
20
BAB II KAJIAN PUSTAKA ……………………………………. A. Pendidikan Keluarga......................................................
22 22
1. Pengertian pendidikan...............................................
22
2. Pengertian Keluarga..............................................
25
3. Pola Asuh Orangtua
28
B. Pembentukan Akhlak......................................................
32
1. Pengertian Akhlak..................................................
32
2. Jenis Akhlak..........................................................
33
3. Macam-macam Akhlak............................................
33
4. SumberAkhlak……………………………………...
34
xiii
5. Ruang Lingkup Akhlak...........................................
34
6. Ciri-ciri Akhlak......................................................
37
7. Fungsi Akhlak........................................................
38
8. Tujuan Pembinaan Akhlak......................................
39
9. Pembentukan dan pembinaan Akhlak........................
40
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ......
42
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................
42
1. Letak Geografis ...............................................................
42
2. Kondisi Monografi ..........................................................
43
3. Sejarah Singkat Dusun Ngelo Tegalwaton......................
47
4. Temuan Tentang Lapangan Pacuan Kuda.......................
48
B. Gambaran Informan .............................................................
52
C. Temuan Penelitian ...............................................................
54
1. Deskripsi
Pola
Pendidikan
Keluarga
dalam
Pembentukan Akhlak Anak (Study kasus pada keluarga di lingkungan wisata pacuan kuda desa tegalwaton…..
54
2. Hasil wawancara 7 Orang ...............................................
55
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................
68
A. Pola pendidikan Keluarga di lingkungan wisata pacuan kuda................................................................................
74
B. Pembentukan Akhlak anak di Lingkungan wisata pacuan kuda................................................................................ BAB V PENUTUP ............................................................................
xiv
80 81
A. Kesimpulan ..........................................................................
81
B. Saran ....................................................................................
82
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
1. Tabel 3.1 Jumlah penduduk Menurut Usia.........................................43 2. Tabel 3.2 Jumlah penduduk menurut Agama......................................44 3. Tabel 3.3 Jumlah penduduk menurut pendidikan..............................44 4. Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencarian........................45
xvi
DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN 2
SURAT TUGAS PEMBIMBING
LAMPIRAN 3
SURAT IZIN PENELITIAN
LAMPIRAN 4
SURAT BALASAN
LAMPIRAN 5
LEMBAR KONSULTASI
LAMPIRAN 6
SKK
LAMPIRAN 7
DOKUMENTASI KEGIATAN
LAMPIRAN 8
PEDOMAN WAWANCARA
xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, baik sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial. Ini berarti pendidikan merupakan suatu kebutuhan hidup yang asasi bagi manusia yang harus dilindungi. Setiap individu mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran, tanpa ada perbedaan. Oleh sebab itu, dalam penyelengaraan
pendidikan
diperlukan
hukum
dan
peraturan
yang
mengaturnya, sehingga pendidikan dapat berjalan secara baik. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa Pendidikan dimaknai sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi
dirinya
untuk
memiliki
kekuatan
spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Pasal 1 Ayat 1). Sementara Pendidikan Nasional dimaknai sebagai pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman (Pasal 1 Ayat 2). Sementara tujuan pendidikan kewarganegaraan sebagai bagian dari Pendidikan Nasional adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan nusantara, serta ketahanan nasional dalam diri
1
para calon-calon penerus bangsa yang sedang dan mengkaji dan akan menguasai ilmu pengetahuaan dan teknologi serta seni. Selain itu juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia indonesia yang berbudi luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani (Ramadhan, 2011: 03). Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka pendidikan pada hakekatnya dimaknai sebagai usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintahan. Begitu urgennya pendidikan bagi anak tentu akan muncul perbedaan antara anak yang mendapatkan pendidikan dan mereka yang kurang beruntung dan tidak mendapatkan pendidikan dalam arti yang sebenarnya. Pendidikan dalam arti yang sebenarnya membantu mengembangkan potensi-potensi peserta didik kearah yang baik dan lebih baik, pendidikan tidak hanya transfer pengetahuan (transfer of knowledge), lebih dari itu pendidikan merupakan upaya untuk memanusiakan manusia. Dalam proses pendidikan akan muncul proses belajar mengajar baik dalam kelas atau di luar kelas, dan akan muncul proses komunikasi antara guru dan murid yang intensif dan dialogis, serta penanaman nilai-nilai luhur atau mulia. Melalui pendidikan juga murid-murid mengadopsi nilai sosial, dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik di sekolah maupun keluarga dan masyarakat.
2
Oleh karena itu, pendidikan dapat pula dimaknai sebagai proses pembelajaran pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan sekelompok orang yang ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak, akan tetapi bimbingan orang tua dan keluargalah yang sangat berpengaruh. Dengan kata lain, orang tua sangat dominan dalam proses pendidikan dalam arti yang sebenarnya kepada anak-anaknya. Pendidikan dalam keluaraga adalah tanggung jawab orang tua, dengan peran ibu lebih banyak, karena ayah biasanya pergi bekerja dan tidak banyak waktu yang tersedia dirumah. Meskipun demikian peran ayah juga sangat penting, terutama sebagai tauladan dan pemberi pedoman bagi anak-anaknya. Jika anak sudah mendekati remaja, peran ayah sebagai penasehat juga penting, karena bisa memberikan pelajaran atau aspek yang berbeda dari yang diberikan oleh ibu, maka dari itu hubungan ayah dan anak terbatas karena sibuknya bekerja, maka ayah harus sering meluangkan waktunya dalam berbagai kesempatan. Pendidikan dalam keluarga dapat memberi pengaruh besar terhadap karakter dan akhlak anak, sebab itu kunci utama untuk menjadikan pribadi anak yang saleh, lebih baik adalah peran orang tua. Dalam kenyataannya, karakter anak berbeda-beda, ada yang mudah untuk dididik dengan baik, dan ada juga yang susah untuk dididik dengan baik, tidak heran karena anak mempunyai egoisme yang berbeda, akan tetapi orang tua harus berusaha sebisa mungkin memberikan yang terbaik untuk anak, agar akhlaknya menjadi baik dan bisa menjadi contoh. 3
Orang tua harus bisa memberikan pelajaran atau memberi contoh yang baik untuk membangun akhlak anak-anaknya dalam kehidupan seharihari.orang tua dapat mengambil contoh dari akhlak Nabi Muhammad SAW, atau mungkin orang tua yang secara tidak langsung mencontohkan perilaku baik di hadapan anak-anaknya, seperti menjalankan sholat lima waktu denga tepat, banyak bersodaqah. Dengan demikian secara tidak langsung, anak akan melakukan
kebiasaan
atau
perilaku
baik
lainnya
yang
dilakukan
olehorangtuanya tersebut. Akan tetapi sebaliknya, bila dirumah orang tua berperilaku kurang baik atau tidak bisa menjadi contoh bagi anak-anaknya, mungkin dirumah, ibu terlalu cuek dengan anak, bertengkar didepan anak, itu semua akan memberi pengaruh buruk untuk anak,dengan secara tidak langsung orangtua telah memberi contoh akhlak yang tidak baik. Anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
سانِ ِو ِّ َ فَأَبَ َىاهُ يُ َه ِّىدَانِ ِو َويُن, َما ِمنْ َم ْىلُى ٍد إِ اَّل يُ ْىلَ ُذ َعلًَ ا ْلفِ ْط َر ِة َ ص َرانِ ِو َويُ َم ِّج )(رواه البخاري Artinya:“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanyalah yang menjadikannya nasrani, yahudi atau majusi.”(HR Bukhari). Dengan ini orang tualah yang menjadi peran utama dan penanggung jawab atas anak-anaknya. Jadi pola pendidikan keluaraga terutama orang tua itu sangatlah penting bagi pendidikan anak-anaknya dan masa depan mereka. Keluarga merupakan pendidik yang pertama dan utama dalam kehidupan anak,karena dari merekalah anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya serta menjadi dasar perkembangan dan kehidupan anak di
4
kemudian hari. Keluarga memberikan dasar pembentukan akhlak dan pendidikan anak yang utama. Peran pendidikan keluarga sangat penting, dari pengertian keluarga adalah kumpulan beberapa oranag yang karena terikat satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, enak dan berkehendak
bersama-sama
memperteguh
hubungan
itu.
Keluarga
mempunyai peran atau tugas sebagai orang tua, peran ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarg, sebagai anggota dari kelompok masyarakat atau sosial di lingkungannya. Peran ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anak, ibu juga mempunyai peran mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, sebagai pelindung dan sebagai anggota kelompok sosial di masyarakatnya. Disamping itu, ibu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan. Anak melaksanakan peran sesuai dengan tinggkat perkembanganya baik fisik,mental, sosial maupun spiritual. Jadi didalam keluarga mempunyai peran masing-masing, lingkungan keluarga sangat mempengaruhi kejiwaan anak dan dampaknya akan terlihat sampai berusia dewasa. Suasana yang nyaman dan penuh kasih sayang akan berdampak baik, dan akan membuat seorang anak mampu beradaptasi dengan dirinya sendiri, dengan keluarganya dan dengan masyarakat sekitar. Oleh sebab itu, proses pendididkan memerlukan program yang terpadu dan terarah, agar tidak menghilangkan peran orang tua terhadap pembentukan akhlak anak, maka sebagai orang tua tidak boleh meninggalkan peran untuk mengajarkan akhlak
5
kepada anak. “Akhlak sendiri yaitu bedi pekerti, atau tingkah laku. Manusia akan menjadi sempurna jika mempunyai akhlak terpuji serta menjauhkan segala akhlak tercela” (Mansur, 2005: 221). Akhlak juga dimaknai sebagai sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari karakteristik-karakteristik akal atau tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa. Karakteristik-karakteristik ini membentuk kerangka psikologi seseorang dan membuatnya berperilaku sesuai dengan dirinya dan nilai yang cocok dengan dirinya dalam kondisi yang berbedabeda. Terkadang definisi akhlak atau moral sebagaimana disebut di atas dalam batas-batas tertentu berbaur dengan definisi kepribadian, hanya saja perbedaan yang pokok antara keduanya sebagai berikut: moral lebih terarah pada kehendak dan diwarnai dengan nilai-nilai, kepribadian mencakup pengaruh fenomena sosial bagi tingkah laku (Mahmud, 2004: 27). Akhlak merupakan sistem nilai yang bersumber pada al-Qur‟an, sebagai wahyu Allah yang tidak diragukan keasliannya dan kebenarannya. Pembinaan akhlak dalam keluarga akan berjalan dengan baik, apabila orang tua sebagai pembimbing utama, sekaligus contoh memberikan tauladan melalui pembiasaan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Pembiasaan seperti melaksanakan ajaran agama Islam (beribadah), berpuasa di bulan suci Ramadhan, atau interaksi yang harmonis dalam keluarga, akan tetapi jangan melupakan peran orang tua dalam pengawasan dan nasehat.
6
Berbagai metode dapat diterapkan orang tua. Metode mendidik dapat dilakukan dengan membuat senang dan ataupun membuat takut. Metodemetode ini, dapat diterapkan dalam mendidik akhlak anak,bisa melalui percakapan, bisa dengan menceritakan kisah tauladan Nabi Muhammadatau yang lainya. Disini akhlak menjadi penting ketika dalam kehidupan bersosial maupun individu. Dengan demikian jelasnya bahwa yang dibuat ukuran akhlah bukanlah perilaku seseorang semata, seseorang memberikan pertolongan kepada orang lain belum dapat dikatakan ia seorang yang berakhlak baik, apabila seseorang itu terdorong oleh hati ikhlas dan rasa kasihannya terhadap bangsa, maka dapat dikatakan berakhlak atau berbudi pekerti baik. Akan tetapi bila mempunyai tujuan tertentu ingin mengharapkan pujian atau pamprih, maka tidak dapat dikatakan berakhlak atau berbudi pekerti baik. Jadi akhlak adalah masalah kejiwaan, bukan masalah perbuatan sedangkan yang nampak berupa perbuatan itu sebagai tanda atau gejala akhlak. Akhlak menjadi ukuran tinggi rendahnya derajat seseorang, sekalipun orang itu pandai, namun suka melanggar norma-norma agama atau suka melanggar peraturan-peraturan pemerintah, maka orang tersebut tidak dikatakan orang yang mulia. Akhlak tidak hanya menentukan tinggi rendahnya derajat seseorang, akan tetapi mencakup pula derajat masyarakat. Tujuan orang tua mendidik akhlak anak adalah menciptakan anakanaknya supaya menjadi manusia yang tinggi, berderajat dan sempurna, agar mempunyai sopan santun, etika yang baik dalam kehidupan bersosial
7
masyarakat dan agar membedakan dari seseorang yang lain yang tidak mendapat pendidikan akhlak. Orang tua pasti ingin melihat anaknya berbakti. Pendidikan merupakan aspek terpenting dalam membudayakan manusia. Melalui pendidikan, kepribadian dibentuk dan diarahkan sehingga dapat membentuk derajat kemanusiaan sebagai makhluk berbudaya yang berkualitas dan bertanggung jawab serta mampu mengantisipasi masa depan. Demikian pula peran pendidikan dikalangan umat islam merupakan salah satu bentuk manifestasi cita-cita hidup untuk melestarikan, mengalihkan dan menampilkan nilai-nilai kultural religius yg dicita-citakan dapat berfungsi dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi (Uhbiyati, 1997: 4). Pendidikan pertama dilakukan di lingkungan keluarga, pada tahap ini peran orang tua sangat menentukan proses masa depan anak. Orangtua bisa mendidiknya mengenai cara makan, cara berpakaian, berbicara atau mungkin mendidik ilmu-ilmu agama misalnya tentang akhlak yaitu cara bertamu dengan mengucapkan salam dan sebagainya. Yang terpenting harus di ajarkan tentang cara-cara beragama, agar menjadi generasi penerus muslim yang dibanggakan. Jika kita lihat catatan sejarah pra abad ke 19 tentang Pendidikan Agama Islam tingkat dasar yang menginformasikan bahwa sebagian keluarga muslim melaksanakanya sendiri pendidikan agama dasar untuk anak anak mereka yang diajarkan oleh orang tua, kakak laki-laki, atau kakak perempuannya yang dilakukan di rumah (Saerozi, 2013:22).
8
Sementara itu menurut Snouck Hurgronje yang dikutip oleh Saerozi (2013: 22) bahwa keluarga yang kurang memiliki kompetensi agama, menyerahkan anak-anaknya untuk mempelajari dasar-dasar agama kepada orang lain, seperti tetangga, kiai, modin, atau lebih yang biasanya membuka pengajian di langgar, serambi masjid, atau rumahnya sendiri. Berdasarkan pendapat Hurgronje tersebut, maka pendidikan sudah tidak di keluarga lagi. Untuk itu pendidikan yang kedua setelah di keluarga yaitu di sekolah. Pada tahap ini yang berperan aktif dalam mendidik anak adalah pendidik atau guru. Guru sebagai pengganti orang tua di sekolah yang akan membantu menentukan perkembangan anak. Selain pendidikan keluarga dari orang tua yang diberikan untuk mendidik akhlak anak dan sangat berpengaruh sekali terhadap pendidikan di luar contoh lingkungan masyarakat berpengaruh terhadap akhlak anak, maka sebagai orang tua harus selalu memantau dalam pergaulan dan perkembangan anak. Bermacam-macam problem di zaman sekarang tentang pola asuh orang tua, yang berkaitan dengan lingkungan masyarakat. Artinya setelah melalui kedua proses pendidikan tersebut diharap dapat bermanfaat bagi masyarakat. Masyarakat yang baik, maju dan berpendidikan pasti akan berpengaruh baik juga terhadap orang disekelilingnya baik anak-anak, remaja dan orang tua. Sebaliknya lingkungan masyarakat yang kurang efektif, yang lingkunganya mayoritas penduduk banyak pengangguran, hobi bermaksiat dan sering membuat kekacauan pasti dampaknya ke semuanya, walaupun hanya satu dua orang akan tetapi secara tidak langsung hal kecil seperti itu
9
akan berdampak kepada penduduk entah itu anak-anak, remaja maupun orang tua. Jadi orang tua harus mempunyai pola pendidikan sendiri agar anak tidak mudah terpengaruh lingkungan sekitar. Jangan terlalu dikekang dan jangan terlalu dibebaskan. Orang tua harus mengetahui karakter anaknya terlebih dulu, karena setiap individu mampunyai karakter dan pikiran yang berbeda-beda agar mudah orang tua dalam mendidik. Dalam kenyataan di dusun Ngelo Rt.22/06 dan Rt.23/06 desa Tegalwaton, pendidikan anak masih kurang karena lingkungan yang didominasi oleh pemuda pendatang, mempengaruhi penduduk sekitar dusun Ngelo Rt.22/06 dan Rt.23/07 desa Tegalwaton yang mempunyai kebiasaan merawat kuda, dan menjadi joki kuda, disamping itu pemuda-pemuda desa setempat terpengaruh oleh peluang kerja untuk merawat kuda dan menjadi joki kuda tersebut, bahkan anak-anak yang duduk di bangku SD ikut serta bergaul dan sedikit lebih tahu dalam pekerjaan sebagai perawat kuda tersebut, sehingga mereka ikut terbiasa membantu merawat kuda, dan menjadi pekerjaan sehingga melupakan akan kewajiban sekolahnya melainkan lebih mengutamakan bekerja untuk merawat kuda tersebut. Mereka tidak sadar akan pergaulan pemuda yang biasa merawat kuda tersebut kurang baik untuk anak-anak yang seharusnya baru mengenyam pendidikan, karena jelas menggangu waktu belajarnya. Ada kelebihan dan ada kekurangan dalam lingkungan wisata berkuda tersebut, dari segi positifnya cenderung
keperekonomian
yaitu
tercipta
lapangan
pekerjaan
bagi
penganggur dan kekurangannya adalah dampak kurang bagi anak yang 10
seharusnya masih sekolah terganggu dengan pekerjaan, pendidikan akhlak menjadi kurang di dapatkan. Dari segi pola pendidikan keluarga dusun setempat bermacam-macam, untuk mengarahkan anak-anaknya pada pergaulan dan pembentukan akhlak yang didominasi oleh pemuda pendatang yang kurang mengutamakan pendidikan akhlaknya, yang otomatis mempengaruhi pergaulan dan akhlak pemuda-pemudi dan anak-anak di dusun Ngelo Rt.22/06 sampai Rt.23/06. Dusun Ngelo ini termasuk dusun yang kecil, ada 2 RT, 1 RW dan Bayan 1 ikut dengan dusun Rekesan. Jumlah KK dusun Ngelo hanya 97, dan jumlah KK Se bayan Ngelo-Rekesan ada 200an KK, jadi saya fokuskan ke dusun Ngelo saja yang nanti saya akan wawancara dengan keluarga dilingkungan wisata pacuan kuda ini, dan saya akan krucutkan jawaban dan hasinya menjadi beberapa orang saja untuk mewakili hasil penelitian saya, dengan memilih informan tokoh masyarakat dan para orang tua dikeluarga tertentu. Dari uraian dan pemikiran tersebut, penulis terdorong untuk meneliti seberapa jauh pola pendidikan keluarga dalam pembentukan akhlak anak yang penulis rangkum dengan judul: POLA PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK (STUDY KASUS PADA KELUARGA DI
LINGKUNGAN
WISATA
PACUAN
TENGARAN).
11
KUDA
TEGALWATON
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pola pendidikan keluarga pada lingkungan wisata pacuan kuda? 2. Bagaimana peran pendidikan keluarga dalam pembentukan akhlak anak di lingkungan pacuan wisata kuda? C.Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pola pendidikan keluarga pada lingkungan wisata pacuan kuda. 2. Untuk mengetahui peran pendidikan keluarga dalam pembentukan akhlak anak di lingkungan wisata pacuan kuda.
C. Manfaat Penelitian Peneliti mengharapkan hasil penelitian ini dapat diambil manfaatnya, sebagai berikut: 1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, kasusnya dunia penelitian serta memberikan teori tentang pentingnya pola pendidikan keluarga dalam pembentukan akhlak anak. 2. Secara praktis a. Untuk masyarakat 1) Sebagai informasi bagi masyarakat, calon mahasiswa, calon orang tua, dan orang yang peduli terhadap akhlak anak.
12
2) Sebagai penyadaran untuk para orang tua dalam hal mendidik anak. D. Penegasan Istilah Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas dalam skripsi ini, maka perlu kiranya peneliti menjelaskan kata-kata yang terkandung di dalam penelitian ini, adapun kata-kata yang terdapat dalam skripsi ini, sebagai berikut: 1. Pendidikan Keluarga Pada
hakikatnya
pendidikan
adalah
usaha
sadar
untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintahan. Keluarga Dari pengertian keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang karena terikat satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabunagn
yang
hakiki,
enak
dan
berkehendak
bersama-sama
memperteguh hubungan itu. Keluarga terdiri dari kepala keluarga (Ayah), Ibu dan Anak. 2. Pembentukan Akhlak Pembentukan akhlak yaitu usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan konsisten (Nata. 2002: 156).
13
Jadi
pengertian
judul
secara
keseluruhan,
pola
pendidikan
keluargadalam pembentukan akhlak anak, pencapaian tujuan secara tepat dengan model atau cara dalam pendidikan usaha sadar yang dilakukan keluarga khususnya ibu dan bapak, dalam pembentukan budi pekerti, tingkah laku yang baik untuk anak. Pada intinya yaitu, pola pendidikan yang diberikan keluarga dalam pembentukan akhlak anak.
E. Metode Penelitian Metodologi penelitian ialah ilmu tentang metode-metode yang akan digunakan dalam melakukan suatu penelitian. Adapun metode yang digunakan dalam pengumpulan data ini diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomenan yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Dari segi pengertian ini, para penulis masih tetap mempersoalkan latar alamiah dengan maksud agar hasilnya dapat digunakan untuk menafsirkan fenomena dan yang dimanfaatkan untuk peneliti kualitatif adalah berbagai macam metode penelitian. Dalam penelitian kualitatif metode yang biasanya dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen (Moleong, 2009: 5). Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk
14
mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Arikunto, 2005: 234). 2. Kehadiran Peneliti Penelitian dalam hal ini bertindak sebagai instrumen penelitian, artinya peneliti terjun langsung ke lapangan untuk proses penelitian dan pengumpulan data, adapun karakteristik dalam penelitian ini adalah: Pertama, peneliti menggunakan sistem wawancara tidak bersetruktur, dengan pemahaman tentang sikap sosial yang dimiliki oleh peneliti, sehingga memungkinkan untuk mengembangkan pertanyaan untuk wawancara secara mendalam. Kedua, peneliti mengadakan komunikasi dengan obyek dengan menggunakan bahasa pertemanan agar lebih akrab dan mudah di pahami, sehingga terjalin suasana yang baik antara peneliti dan informan. Ketiga, peneliti menggumpulkan dan mencatat data secara terperinci
dengan hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan yang
diteliti (Sugiyono, 2006:12). 3. Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian ini adalah di lingkungan wisata pacuan kuda khususnya dusun Ngelo Rt.22 dan Rt 23 desa Tegalwaton Tengaran, yang beralamatkan di dusun Ngelo, Rt22/Rw06, desa Tegalwaton, Kec. Tengaran, Kab. Semarang. Desa ini terkenal dengan desa koboy, atau desa wisata pacuan kuda, dari mulai tahun 2005-sekarang masih aktif diadakan pacuan kuda tersebut.
15
4. Sumber Data a. Sumberdata primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2006: 253). Sumber data primer dapat diperoleh dari ibu, bapak, keluarga, ketua RT di lingkungan pacuan kuda Tegalwaton Tengaran. b. Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misal melalui orang lain atau melalui dokumentasi (Sugiyono, 2006: 253). Sumber data sekunder dapat diperoleh dari buku, jurnal, internet, artikel, majalah atau koran serta hasil penelitian lainya. Sumber data sekunder dalam penelitian ini yaitu berupa foto dan arsip. 5. Prosedur Pengumpulan Data Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: a. Observasi Pengamatan (observasi) adalah metode pengumpulan data dimana peneliti atau kalaboratornya mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama penelitian. Peneliti mengadakan pengamatan secara langsung datang ke lokasi penelitian untuk mengamati peristiwa-peristiwa yang terjadi berkaiatan dengan pola pendidikan keluaraga dalam pembentukan akhlak anak yang ada di dusun Ngelo Rt.22 dan Rt.23 desa Tegalwaton.
16
b. Wawancara Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan responden. Komukasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab dalam hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal. c. Dokumentasi Dokumen adalah catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau peristiwa pada waktu yag lalu. Semua kategori dokumen yang mendukung penelitian. Semua dokumen yang berhubungan dengan penelitian yang bersangkutan perlu dicatat sebagai sumber informasi. 6. Analisis Data Secara umum penelitian dengan metode kualitatif merupakan penelitian non hipotesis, maka proses analisis datanya seperti yang dikemukakan Lexy J. Moleong adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan susunan uraian dasar, sehingga dapat menemukan hipotesis kerja yang disarankan oleh data (Sukandarrumidi, 2004: 101). Secara
prosedural,
data
yang
digunakan
direduksi
mengoptimalkan metode penelitian yang digunakan direduksi, disajikan, disimpulkan dan diverbalkan serta dipilah-pilah menurut kategori data. Dimana sebelumnya dipersiapkan antisipasi terhadap kemungkinan reduksi data serta merumuskan konsep. Reduksi
data
merupakan
suatu
bentuk
analisis
yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak 17
perlu dan kemudian mengorganisasikan data sehingga dapat mengarah pada simpulan akhir. Tahapan berikutnya adalah penyajian data dilakukan dalam rangka upaya penanaman terhadap sekumpulan informasi yang tersusun, sehingga dapat tersaji rapi dan sistematis. Sesudah data tersaji, maka proses penarikan kesimpulan-kesimpulan dilakukan sejak penelitian bermula sampai berakhir, diteliti dan tinjauan ulang sehingga dapat teruji validitasnya. 7. Pengecekan Keabsahan Data Dalam penelitian metode analisis data yang digunakan yaitu triangulasi (keabsahan). Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau perbandingan terhadap data itu. Triangulasi dengan sumber dan metode membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dicapai dengan jalan : a. Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara. b. Membandingkan apa yang dikatakan anak dengan apa yang dikatakan orangtua. c. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang terkait. d. Membandingkan apa yang dikatakan key informan dan informan.
18
8. Tahap-tahap Penelitian Dalam penelitian ada beberapa tahap-tahap yang dilakukan oleh peneliti, antara lain : a. Kegiatan administratif yang meliputi pengajuan ijin operasional untuk melakukan penelitian dari rektor IAIN Salatiga selaku penanggung jawab, kemudian menyusun pertanyaan untuk wawancara, serta melakukan administratif lainya. b. Memilih jumlah orang untuk menjadi key informan dan informan. c. Melakukan observasi lapangan dan informan sehingga langsung mendapat data. d. Meminjam dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk kelengkapan data penelitian. e. Penyajian
data
dengan
susunan
dan
urutan-urutan
yang
memungkinkan dan memudahkan untuk dilakukan pemaknaan. f. Mereduksi data dengan cara membuat data-data yang lemah atau menyimpang setelah mulai tampak adanya kekurangan data sebagai akibat proses reduksi. Selanjutnya direncanakan untuk mengumpulkan data. F. Sistematika Penulisan Bab I
: Pendahuluan Merupakan gambaran keseluruhan skripsi yang meliputi :Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan
19
Bab II
: Kajian Pustaka Pada bab ini akan dijelaskan hal-hal yang melingkupi teori dalam skripsi ini, meliputi; pengertian pendidikan, pengertian keluarga, pembentukan dan pembinaan akhlak, tujuan pembinaan akhlak, dan pola asuh orang tua.
Bab III
: Paparan Data Pada bab ini akan dibahas, mengenai: gambaran umum lingkungan wisata pacuan kuda tegalwaton tengaran, pola pendidikan
keluarga,
bentuk
pendidikan
keluarga
dalam
pembentukan akhlak anak, dan deskripsi hasil temuan penelitian. Bab IV
: Pembahasan Pada bab ini akan dibahas 3 sub pokok yaitu: pola pendidikan keluarga, pembentukan akhlak anak serta cara menerapkan dan mengatasi problematika pola pendidikan keluarga dalam pembentukan akhlak anak di lingkungan wisata pacuan kuda
khususnya dusun Ngelo Rt.22 dan Rt 23
Tegalwaton Tengaran Bab V
: Penutup Bagian ini terdiri dari 3 sub bab, antara lain: kesimpulan, saran, penutup.
20
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan Keluarga 1. Pengertian pendidikan a. Menurut Bahasa Pendidikan menurut bahasa , pendidikan berasal dari kata didik, dengan diberi awalan “pe” dan akhiran “an”, yang berarti “proses pengubahan sikap dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 263). Istilah pendidikan sepadan dengan bahasa yunani paedagogie yang berarti “pendidikan” dan paedagogia yang berarti “pergaulan” dengan anak-anak. b. Menurut Istilah Menurut John Dewey (1950: 371) dalam Suwarno (2006: 20) mengartikan pendidikan sebagai sebuah rekontruksi atau reorganisasi pengalaman agar lebih bermakna, sehingga pengalaman tersebut dapat mengarahkan pengalaman yang akan di dapat berikutnya. Secara etimiologi, pengertian pendidikan, menyatakan bahwa proses tersebut berupa pengajaran dan bimbingan, bukan paksaan, yang terjadi di dalam interaksi dengan masyarakat.
21
Pendidikan adalah seluruh aktivitas atau upaya sadar yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik terhadap semua aspek perkembangan kepribadian, baik jasmani dan rohani, secara formal, informal dan nonformal yang berjalan terus-menerus untuk mencapai kebahagiaan dan nilai yang tinggi baik nilai insaniah maupun ilahiyah. Pendidikan ialah tindakan yang sadar tujuan untuk memelihara dan mengembangkan fitrah serta potensi (sumber daya insani) menuju kesempurnaan insani (insan kamil). Pendidikan adalah proses kegiatan yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan, seirama dengan perkembangan anak. Surat Al-insyiqoq 19:
Artinya: “sesungguhnya kamu melalui tingkat- demi tingkat (dalam kehidupan)”. Dalam GBHN 1988 (BP7pusat,1990: 105) dijelaskan bahwa pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan pancasila serta undang-undang dasar 1945 diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa, mewujudkan manusia serta masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa terhadap tuhan yanag maha esa, berkualitas, dan mandiri sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggungjawab atas pembangunan bangsa.
22
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. Sebagai suatu komponen pendidikan, tujuan pendidikan menduduki posisi penting diantara komponen-komponen pendidikan lainnya (Tirtarahardja, 2008: 36). Pendidikan menurut Richey yang dikutip oleh Baharuddin (2007: 138) bahwa istilah pendidikan itu berkenaan dengan fungsi luas dari pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat yang masih baru (generasi muda) bagi penuaian kewajiban dan tanggung jawab di dalam masyarakat. Berdasarkan penjelasan tersebut,maka ciri-ciri atau unsur dalam pendidikan yaitu: pertama, Pendidikan mengandung tujuan yang ingin dicapai, yaitu individu yang kemampun-kemampuan dirinya berkembang sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidupnya sebagai seorang individu. Kedua, Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan perlu melakukan usaha yang disengaja dan berencana dalam memilih isi (materi), strategi kegiatan, dan teknik penilaian yang sesuai. Kegiatan tersebut dapat diberikan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat,pendidikan formal dan pendidikan non formal. Ruang lingkup pendidikan yaitu meliputi pendidikan informal, formal, dan non formal:
23
Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh seorang dirumah dalam lingkungan keluarga, Sedangkan pendidikan formal adalah pendidikan yang mempunyai bentuk atau organisasi tertentu, seperti di sekolah. Pendidikan non formal adalah usaha khusus yang di selenggarakan secara terorganisasi agar terutama generasi muda dan juga dewasa yang tidak dapat sepenuhnya atau sama sekali tidak berkesempatan
mengikuti
pendidikan
sekolah
dapat
memiliki
pengetahuan praktis dan keterampilan dasar yang mereka perlukan. Menurut Thoha (1996: 59) ditinjau dari sudut pandang sosiologis dan antropologi, fungsi utama pendidikan yaitu untuk menumbuhkan kreativitas peserta didik dan menanamkan nilai yang baik, karena itu tujuan akhir pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi kreatif peserta didik agar menjadi manusia yang baik, menurut pandangan manusia dan Tuhan Yang Maha Esa. 2. Pengertian Keluarga Keluarga adalah sebagai sebuah institusi yang terbentuk karena ikatan perkawinan. Di dalamnya hidup bersama pasangan suami-istri secara sah karena pernikahan. Mereka hidup bersama sehidup semati ringan sama dijinjing, berat sama dipikul, selalu rukun dan damai dengan suatu tekat dan cita-cita untuk membentuk keluarga bahagia dan sejahtera lahir dan batin.
24
Dalam pengertian sempit keluarga mencakup kedua orangtua, saudara, kerabat, dan sanak famili. Dalam pengertian luas keluarga mencakup tetangga, teman dan masyarakatsecara keseluruhan. Tidak diragukan lagi bahwa institut keluarga ini mempunyai pengaruh efektif bagi orang-orang yang hidup di dalamnya (Mahmud, 2004: 26). Keluarga dapat ditinjau dari dimensi hubungan darah dan hubungan sosial. Keluarga dalam dimensi hubungan darah merupakan suatu kesatuan yang diikat oleh hubungan darah antara satu dengan lainya. Berdasarkan dimensi hubungan darah ini, keluarga dapat di bedakan menjadi keluarga besar dan keluarga inti. Keluarga adalah kelompok primer yang paling penting dalam masyarakat. Sedangkan dalam dimensi hubungan sosial, keluarga merupakan suatu kesatuan yang diikat oleh adanya saling berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya. Walaupun diantara mereka tidak terdapat hubungan darah. Sifat-sifat keluarga yang terpenting adalah hubungan suami-istri bentuk perkawinan dimana suami-istri diadakan dan dipelihara, susunan nama-nama dan istilah termasuk cara menghitung keturunan, milik atau harta benda keluarga, dan pada umumnya keluarga itu mempunyai tempat tinggal bersama (Djamarah, 2004:16).
25
a. Fungsi Keluarga Konsep keluarga telah banyak diuraikan pada bagian terdahulu, di mana keluarga pada hakikatnya adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya. Dalam rangka membangun keluarga yang berkualitas tidak terlepas dari usaha anggota keluarga untuk mengembangkan keluarga yang berkualitas yang diarahkan pada terwujudnya kualitas keluarga yang bercirikan kemandirian keluarga dan ketahanan keluarga. Sedangkan penyelengara pengembangan keluarga yang berkualitas ditujukan agar keluarga dapat memenuhi kebutuhan sepiritual dan materil sehingga dapat menjalankan fungsi keluarga secara optimal. Sedangkan fungsi keluarga itu sendiri berkaitan langsung dengan aspek-aspek keagamaan, budaya cinta kasih, melindungi, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan pembinaan lingkungan. b. Peran ibu dalam keluarga Peran ibu adalah sangat penting dalam keluarga dan anak. “Keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan pengembangan anak. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan baik pula. Jika tidak, tentu akan terhambatlah pertumbuhan anak tersebut. Peran ibu dalam keluarga amat penting. Dialah yang mengatur, membuat rumah tangganya menjadi surga bagi anggota keluarga, menjadi mitra sejajar
26
yang saling menyayangi dengan suaminya. Sebagai istri hendaknya ia bijaksana, tahu han dan kewajibannya yang telah ditentukan oleh agamanya. Sebagaimana telah kita utarakan terdahulu, dalam Al Qur‟an disebutkan bahwa diantara tanda-tanda kebesaran Allah adalah diciptakanya pasangan hidup suami-istri yang saling menyenagi (surat Ar Ruum ayat 21):
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. Untuk mencapai ketentraman dan kebahagiaan dalam keluarga memang diperlukan istri yang saleh, yang dapat menjaga diri dari kemungkinan salah dan kena fitnah dan mampu menentramkan suami apabila gelisah serta dapat mengatur keadaan rumah, sehingga tampak rapi (Darajat.1995: 47). 3. Pola Asuh Orangtua Menurut Stewart dan Koch yang dikutip oleh Tridhonanto (2014: 12), bahwa terdiri dari 3 kecenderungan pola asuh orang tua yaitu: Pola asuh Otoriter, Pola asuh Demokratis, dan Pola asuh Permisif. Pola asuh
27
Otoriter (Authoritarian Parenting) pola asuh orang tua yang lebih mengutamakan membentuk kepribadian anak dengan cara menetapkan standar mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancamanancaman. Ciri-ciri pola asuh ini yaitu anak tunduk dan patuh pada kehendak orang tua, pengontrolan orang tua terhadap perilaku anak sangat ketat, orang tua tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah. Pola asuh ini lebih banyak menerapkan pola asuh dengan aspek, orang tua mengekang anak untuk bergaul dan memilih-milih orang yang menjadi teman anaknya, orang tua menentukan aturan bagi anak dalam berinteraksi baik di rumah maupun diluar rumah, orang tua memberi kesempatan pada anak untuk berdialog, mengeluh mengemukakan pendapat, tapi anak harus memenuhi kehendak orang tua tanpa perduli keinginan dan kemampuan anak, orang tua melarang anaknya untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelompok. Dampak yang ditimbulkan dari pola asuh ini yaitu, mudah tersinggung, penakut, pemurung dan tidak merasa bahagia, mudah terpengaruh, mudah stress, tidak mempunyai arah masa depan yang jelas, dan tidak bershabat. Pola asuh Permisif (Permissive Parenting) pola asuh orang orang tua pada anak dalam rangka membentuk kepribadian anak dengan cara memberikan pengawasan yang sangat longar dan memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan
28
yang cukup
darinya.
Adapun
kecenderungan
orangtua
tidak
menegur
atau
memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang di berikan oleh mereka. Sifat-sikap dimiliki orang tua adalah hangat sehingga sering kali disukai oleh anak. Ciri-ciri dari pola ini yaitu, orangtua memberi kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan atau keinginanya, orang tua kurang menerapkan hukuman pada anak, bahkan hampir tidak menggunakan hukuman. Pola asuh ini menerapkan pola asuhnya dengan aspek, orang tua yang tidak perduli terhadap pertemanan atau persahabatan anknya, orang tua kurang memberikan perhatian terhadap kebutuhan anaknya, jarang sekali melalukan dialog terlebih untuk mengeluh dan meminta pertimbangan, orangtua tidak perduli dengan masalah yang dihadapi oleh anaknya, orang tua tidak peduli anaknya bertanggung jawab atau tidak atas tindakan yang dilakukanya. Dampak yang ditimbulkan dari pola asuh ini membawa pengaruh atas sikap anak, seperti: bersikap agresif, suka memberontak, kurang rasa percaya diri dan pengendalian diri. Pola asuh Demokratis
(Authoritative Parenting) pola asuh
orangtua yang menerapkan perlakuan kepada anak dalam rangka membentuk kepribadian anak dengan cara memprioritaskan kepentingan anak yang bersikap rasional atau pemikiran pemikiran. Pola ini memiliki ciri-ciri, yaitu anak diberi kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan kontrol internal, anak diakui sebagai pribadi oleh orangtua dan turut
29
dilibatkan dalam pengambilan keputusan, memprioritaskan kepentngan anak akan tetapi tidak ragu ragu mengendalikan mereka, bersikap realitis terhadap kemampuan anak, tidak berharab berlebihan yang melampaui kemampuan anak, pendekatan kepada anak bersifat hangat. Pola asuh ini menerapkan pola asuh dengan aspek, orangtua bersikap responsif terhadap kebutuhan anak, orangtua mendorong anak untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan, orangtua memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik dan buruk, orang tua menghargai disiplin anak. Adapun dampak dari pol asuh ini bisa membuat perilaku anak, memiliki rasa percaya diri, bersikap bersahabat, mampu mengendalikan diri, bersikap sopan, mau bekerja sama, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dan berorientasi terhadap prestasi. Menurut Thoha (1996 : 111-112) Pola asuh terbagi menjadi tiga yaitu : Pola asuh otoriter, Pola asuh demokratis dan permisive. Pola asuh Otoriter ditandai dengan cara mengasuh anak dengan aturan-aturan yang ketat, sering kali memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya (orangtua), kebebasan untuk bertindak atas nama diri sendiri dibatasi. Anak jarang diajak berkomunikasi dan bertukar fikiran dengan orangtua, orangtua menganggap bahwa semua sikapnya sudah benar sehingga tidak perlu dipertimbangkan dengan anak. Pola asuh otoriter juga ditandai dengan penggunaan hukuman yang keras,lebih banyak menggunakan hukuman badan, anak juga diatur segala keperluan
30
dengan aturan yang ketat dan masih diberlalukan
meskipun sudah
menginjak usia dewasa. Pola asuh Demokratis ditandai dengan adanya pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak, anak diberi kesempatan untuk tidak selalu tergantung kepada orang tua. Orangtua sedikit memberi kebebasan kepada anak untuk memilih apa yang terbaik bagi dirinya, anak didengarkan pendapatnya, dilibatkan dalam pembicaraan terutama yang menyangkut dengan kehidupan
anak itu sendiri. Anak diberi kesempatan untuk
mengembangkan kontrol internalnya sehingga sedikit demi sedikit berlatih untuk bertanggung jawab kepada diri sendiri. Anak dilibatkan dan diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam mengatur hidupnya. Pola asuh permisif ini ditandai dengan cara orangtua mendidik anak secara bebas, anak dianggap sebagai orang dewasa atau muda, diberi kelonggaran seluas-luasnya untuk melakukan apa saja yang dikehendaki, kontrol orangtua terhadap anak sangat lemah, juga tidak memberikan bimbingan yang cukup bagi anaknya. Semua yang telah dilakukan anak adalah benar dan tidak perlu mendapatkan teguran, arahan atau bimbingan.
B. Pembentukan Akhlak 1. Pengertian Akhlak Akhlak adalah kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu.
31
Akhlak menurut al-Ghazali adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, yang darinya muncul perbuatan yang mudah dikerjakan tanpa melalui pertimbangan akal pikiran (Mustofa, 2007: 45). Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia akan muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar. Akhlak adalah sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari karakteristik-karakteristik akal dan tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa. Karakteristik-karakteristik ini membentuk kerangka psikologi seseorang dan membuatnya berperilaku sesuai dengan dirinya dan nilai yang cocok dengan dirinya dalam kondisi yangberbeda-beda (Mahmud, 2004: 26-27).
32
2. Jenis-jenis Akhlak Sesuai dengan ajaran agama tentang adanya perbedaan manusia dalam segala seginya, maka menurut Ibnu Qoyyim ada dua jenis akhlah yaitu: pertama, Akhlak Dlarury. Yaitu akhlak yang asli, otomatis yang merupakan pemberian Allah secara langsung, tanpa memerlukan latihan, kebiasaan dan pendidikan. Akhlak ini hanya dimiliki oleh manusiamanusia pilihan Allah. Kedua, Akhlak Mukhtasabah. Yaitu akhlak atau budi pekerti yang harus di cari dengan jalan melatih, mendidik dan membiasakan kebiasaan yang baik serta cara berpikir yang tepat. Tanpa dilatih, dididik dan dibiasakan akhlak ini tidak akan terwuud. Akhlak ini yang dimiliki oleh sebagian besar manusia. 3. Macam-Macam Akhlak a. Akhlak Al-Karimah Akhlak Al-Karimah atau akhlak yang mulia sangat amat jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia, akhlak yang mulia itu di bagi menjadi tiga bagian yaitu:Akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap diri sendiri dan akhlak terhadap sesama manusia. b. Akhlak Al-Mazmumah Akhlak Al-Mazmumah (akhlak yang tercela) adalah sebagai lawan atau kebalikan dari akhlak yang baik sebagaimana tersebut diatas (Ardani, 2015: 57-59).
33
Dari contoh akhlak tercela di atas yaitu diantaranya yaitu, berbohong, takabur (sombong), dengki, bakhlil atau kikir dan lainya. Seseorang tentunya mempunyai akhlak masing-masing, tergantung pada pribadi sendiri, akhlak sebagai gambaran tingkah laku seseorang yang mencerminkan diri dan kepribadian seseorang. Mari kita membiasakan diri dari hal-hal yang baik agar kita mempunyai perilaku dan tinggkah laku yang baik pula. 4. Sumber Akhlak Sumber akhlak adalah yang menjadi ukuran baik dan buruk atau mulia dan tercela. Sebagaimana keseluruhan ajaran Islam, sumber akhlak adalah Al-Qur‟an dan Sunnah, bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat sebagaimana pada konsep etika dan moral. Dan bukan pula karena baik dan buruk dengan sendirinya (Ilyas, 1999: 4). 5. Ruang Lingkup Akhlak Menurut Muhammad Abdulloh Draz, dalam bukunya Dastur Al Akhlaq Fi‟al Islam. (Ilyas, 1999: 5) membagi Ruang lingkup akhlak dibagi lima bagian, yaitu : pertama, Akhlak pribadi (al-akhlaq alfardiyah), meliputi : yang diperintahkan (al-awamir), yang dilarang (alnawahi), yang dibolehkan (al-mubahat), Akhlak dalam keadaan darurat (al-mukhalafah bi al-idhthirar). Kedua, Akhlak berkeluarga (al-akhlaq al-usariyah), meliputi: kewajiban timbal balik orang tua dan anak (wajibat nahwa al-ushul wa al-furu’), Kewajiban suami isteri (wajibat baina al-azwa), Kewajiban terhadap karib kerabat (wajibat nahwa al-
34
qarib). Ketiga, Akhlak bermasyarakat (al-akhlaq al-ijtima’iyyah), meliputi: yang dilarang (al-mahzhurat), yang diperintahkan (al-awamir), kaedah-kaedah adab (qawa’id al-adab).Keempat, Akhlak bernegara (akhlaq ad-daulah), meliputi: Hubungan antara pemimpin dan rakyat (alalaqah baina ar-ras wa as-sya’b), hubungan luar negri (al-alaqat alkharijiyyah). Kelima, Akhlak beragama (al-akhlaq ad-dinniyah) yaitu kewajiban terhadap Allah SWT. Selain ruang lingkup di atas, ada beberapa bagian yang menjadi ruang lingkup akhlak diantaranya adalah sebagai berikut: pertama, Akhlak terhadap Allah Swt. Akhlak manusia kepada Tuhan-Nya bisa dengan cara di bawah ini, antara lain (Humaidi, 1980: 20): Beriman kepada
Allah,
Beribadah
dan
mengabdi
kepada
Allah,
tidak
mempersekutukan Allah dengan apapun juga, takut kepada Allah, Cinta kepada Allah, Ridha dan Ikhlas terhadap Qadha dan Qadar, Bertaubat kepada Allah. Kedua, Akhlak terhadap Rasulullah Saw, meliputi : Mencintai dan memuliakan Rasul, Mengikuti dan Menaati Rasul, Mengungkapkan Shalawat dalam Salam. Ketiga, Akhlak pribadi. Shidiq, Amanah, Istiqomah, Iffah, Mujahadah, Syaja‟ah, Tawadhu‟, Malu, Sabar, Pemaaf. Keempat, Akhlak dalam keluarga. Birrul walidain Istilah birul walidain berasal darikata birru dan al-walidain. Birru atau al-birru artinya kebajikan. Al-walidain artinya dua orang tua atau ibu bapak. Jadi birrul walidain adalah berbuat kebajikan kepada orang tua.
35
Bentuk-bentuk Birrul Walidain: Mengikuti keinginan dan saran orang tua dalam berbagai aspek kehidupan, baik masalah pendidikan, pekerjaan,
jodoh
maupun
masalah
lainnya,
menghormati
dan
memuliakan kedua orang tua dengan penuh rasa terima kasih dan kasih sayang atas jasa-jasa keduanya yang tak mungkin bisa dinilai dengan apapun, membantu bapak-ibu secara fisik dan materil, mendoakan ibu dan bapak semoga diberi oleh Allah Swt ampunan, rahmat dan lain sebagainya. Setelah orang tua meninggal dunia, birrul walidain masih bisa di teruskan dengan cara antara lain: Menyelenggarakan jenazahnya dengan sebaik-baiknya, melunasi hutang-hutangnya, melaksanakan wasiatnya, meneruskan silaturrahim yang dibinanya waktu hidup, memuliakan sahabat-sahabatnya, mendo‟akanya. Kelima, Akhlak Bermasyarakat. Bertamu dan menerima tamu, berhubungan
baik
dengan
tetangga,
berhubungan
baik
dengan
masyarakat. Ada 5 kewajiban muslim terhadap muslim lainya: Menjawab salam, mengunjungi orang sakit, mengiringkan jenazah, mengabulkan undangan, menyahuti orang bersin. Keenam, Pergaulan muda-mudi. Dalam pergaulan sehari-hari dan di tengah-tengah masyarakat, terutama antara muda-mudi. Ada beberapa hal yaitu: menjawab salam, berjabat tangan dan khalwah. Ketujuh, Ukhwah Islamiyah. Ukhwah Islamiyah adalah sebuah istilah yang menunjukan persaudaraan antar sesama muslim di seluruh dunia tanpa
36
melihat
perbedaan
warna
kulit,
bahasa,
suku,
bangsa,dan
kewarganegaraan. Yang mengikat persaudaraan itu adalah kesamaan keyakinan atau iman kepada Allah SWT dan Rasulullah sebagai utusanNya. Kedelapan,
Akhlak
Bernegara.
Musyawarah,
Menegakkan
keadilan, Amar ma‟ruf nahi munkar, Hubungan pemimpin dan yang di pimpin. 6. Ciri-ciri Akhlak Dalam Islam akhlak memiliki ciri khas meliputi: pertama, Akhlak Rabbani. Ajaran akhlak dalam Islam bersumber dari wahyu Illahi yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan sunnah. Kedua, Akhlak Manusiawi. Ajaran akhlak dalam Islam sejalan dan memenuhi tuntunan fitrah manusia. Yang benar-benar memelihara eksistensi manusia sebagai makhluk terhormat, sesuai denganfitrahnya. Ketiga, Akhlak Universal. Ajaran akhlaq dalam Islam sesuai dengan kemanusiaan yang universal dan mencakup segala aspek kehidupan manusia, baik yang dimensinya vertikal maupun horizontal. Keempat, Akhlak Keseimbangan: Ajaran akhlak dalam Islam berada ditengah antara yang mengkhayalkan manusia sebagai
malaikat
mengkhayalkan
yang menitik beratkan
manusia
seperti
hewan
segi yang
kebaikanya dan menitik
beratkan
keburukanya saja. Kelima, Akhlak Realistik. Ajaran akhlak Islam memperhatikan kenyataan hidup manusia. Meskipun manusia telah dinyatakan sebagai makhluk yang memiliki kelebihan dibanding
37
makhluk-makhluk yang lain, tetapi manusia memiliki kelemahankelemahan, memiliki kecenderungan manusiawi dan berbagai macam kebutuhan material dan spiritual. Menurut Zainuddin Achmad Busyra, dalam buku pintar Aqidah Akhlak, ciri-ciri akhlak sebagai berikut: pertama, Ekspresi sifat dasar manusia yang konstan dan tetap. Kedua, Kebiasaan manusia yang dilakukan berulang-ulang. Ketiga, Siap menerima pengaruh pembinaan yang baik. 7. Fungsi Akhlak Akhlak memiliki manfaat dan peranya tersendiri dalam kehidupan seorang muslim, baik bagi orang lain maupun bagi dirinya sendiri, juga bagi masyarakat luas (Wahid, 2004: 20). Fungsi akhlak tersebut antara lain: pertama, Akhlak bukti nyata keimanan. Iman dan taqwa adalah masalah hati, sehingga bagaimana proses ketaqwaan terjadi sulit dijelaskan. Untuk itu hanya perilaku, perbuatan dan akhlak yang baik yang bisa menggambarkan keimanan. Kedua, Akhlak hiasan orang yang beriman. Akhlak yang Islami bagi seorang muslim bisa di ibaratkan hiasan yang memperindah penampilanya. Ketaatan pada Allah dan Rasulullah yang tulus, jika tidak di barengi dengan perilaku yang baik kepada orang lain, bisa di ibaratkan sebuah benda yang tidak bermotif. Ketiga, Akhlak adalah amalan yang paling berat timbanganya. Amal manusia yang paling mulia di hadapan Allah dan paling berat timbanganya disisi-Nya adalah akhlak. Dan
38
akhlak adalah salah satu perilaku yang paling dicintai oleh Rasulullah Saw.Keempat, Akhlak mulia simbol segenap kebaikan. Kelima, Akhlak merupakan pilar bagi tegaknya masyarakat yang di idam-idamkan. Keenam, Akhlak adalah tujuan akhir diturunkanya Islam. 8. Tujuan Pembinaan Akhlak Tujuan utama dari pembinaan akhlak adalah agar manusia berada dalam kebenaran dan senantiasa di jalan yang lurus, jalan yang telah di gariskan oleh Allah Swt. Inilah yang akan mengantarka manusia kepada kebahagiaan di dunia dan di akhirat (Ali Abdul, 2004: 159). Dan pembinaan akhlak mempunyai tujuan antara lain: a. Mempersiapkan manusia-manusia yang beriman yang selalu beramal saleh. b. Mempersiapkan
insan
beriman
dan
saleh
yang
menjalani
kehidupannya sesuai dengan ajaran islam, melaksanakan apa yang diperintahkan agama dan meninggalkan apa yang diharamkan, menikmati hal yang baik dan dibolehkan serta menjauhi segala sesuatu yang dilarang, keji, hina, buruk, tercela dan munkar. c. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang bisa berinteraksi secara baik dengan sesamanya, baik dengan orang muslim maupun nonmuslim. d. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang mampu dan mau mengajak orang lain ke jalan Allah, melaksanakan amar ma‟ruf nahi munkar dan berjuang di jalan Allah demi tegaknya agama Islam.
39
e. Mempersiapkan insan beriman dan beramal saleh, yang mau merasa bangga
dengan
persaudaraannya
sesama
muslim
dan
selalu
memberikan hak-hak persaudaraan tersebut, mencintai dan membenci hanya karena Allah. f. Mempersiapkan insan beramal saleh yang merasa bahwa dia adalah bagian dari seluruh umat islam yang berasal dari berbagai daerah, suku, dan bahasa. g. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang merasa bangga dengan loyalitasnya kepada agama islam dan berusaha sekuat tenaga demi tegaknya panji-panji islam di muka bumi.
C. Pembentukan dan Pembinaan Akhlak Pembentukan akhlak yaitu usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan konsisten (Nata, 2002: 156). Ada
tiga
aliran
yang
menyebutkan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi pembentukan akhlak. Pertama, Aliran Nativisme. Menurut aliran ini faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang
adalah
faktor
pembawaan
dari
dalam
yang
berupa
kecenderungan, bakat, akal, dan lain-lain. Kedua, Aliran empirisme. Menurut aliran ini faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan sosial termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Ketiga, Aliran Konvergensi.
40
Menurut aliran ini pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak dan faktor dari luar yaitu pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial.
41
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Dusun Ngelo adalah dusun yang sangat kecil, mayoritas penduduk beragama Islam. Mata pencarian warga kebanyakan sebagai, buruh tani, wirausaha, buruh bangunan dan sebagian merawat kuda. Dusun Ngelo merupakan dusun yang terletak di Desa Tegalwaton, Kecamatan Tengaran kabupaten Semarang Profinsi Jawa Tengah. Kode pos 50775 dan Kode Area 3322022013. Kondisi geografis desa Tegalwaton berada diatas permukaan laut 575 m, suhu maximum dan minimum 24 drajat celsius, jumplah hari dengan cura hujan banyak 39 hari, banyak curah hujan setiap tahun 111 hari dan 189,92 mm/tahun. Bentuk wilayah nya datar sampai berombak 50%, berombak sampai berbukit 25%, berbukit sampai bergunung 25%, dan dari luas wilayah peruntukan lahan tanah sawah, irigrasi teknis 69 Ha, tanah kering: pekarangan, bangunan, emplasement 21, tegal kebun 90 Ha. Desa Tegalwaton terbagi menjadi 10 dusun yaitu, Rekesan, Mendongan, Manggisan, Jubug, Gumukan, Legok, Krajan, Kalijali, Kadilobo dan Ngelo sendiri. Semua ada 33 RT dan 8 RW, di Desa Tegalwaton terdapat 10 Masjid, 11 surau atau Mushola dan 3 Gereja.
42
Batas wilayah Desa atau Kelurahan 346,280 Ha, dengan batas sebagai berikut: Sebelah Utara Desa Barukan, Kelurahan Tingkir Sebelah Timur Desa Kebowan , Kelurahan Suruh Sebelah Selatan Desa Karangduren, Kecamatan Tengaran Sebelah Barat Desa Bener, Kecamatan Tengaran Jarak Pusat Pemerintahan Desa atau Kelurahan: a. Ibukota kecamatan : 7 Km - ½ Jam b. Ibukota kabupaten atau kota : 35 Km - 2 Jam 2. Kondisi Monografi Desa Tegalwaton terdapat jumplah penduduk sekitar 4.215 orang, jumlah kepala keluarga 1.348 orang dan jumlah penduduk menurut jenis kelamin a. Laki-laki
: 2.124 Orang
b. Perempuan : 2.091 Orang Penduduk Menurut Usia: Jumlah Penduduk Menurut Usia N O
KELOMPOK UMUR
LAKI_LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
(TAHUN)
1
0<1
67
64
131
2
1>5
144
144
288
3
6-10
195
194
389
4
11-15
183
179
362
5
16-20
193
190
383
6
21-25
197
194
391
43
N O
KELOMPOK UMUR
LAKI_LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
(TAHUN)
7
26-30
187
184
371
8
31-40
298
296
594
9
41-50
293
283
576
10
51-60
224
223
447
11
60 Keatas
143
140
284
Jumlah
2.124
2.091
4.215
Jumlah Penduduk Menurut Agama NO KELOMPOK LAKI_LAKI PEREMPUAN JUMLAH AGAMA 1
Islam
2.058
2.021
4.079
2
Khatolik
12
7
9
3
Kristen
49
59
108
4
Hindu
-
-
-
5
Budha
5
4
9
6
Khonghucu
-
-
-
2.124
2.091
4.215
Jumlah
Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan NO
JENIS PENDIDIKAN
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
1
Tidak Sekolah
162
162
324
2
TK/Play Group
111
112
223
3
Belum Tamat
223
221
444
SD
44
NO
JENIS PENDIDIKAN
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
4
Tidak Tamat SD
103
104
207
5
Tamat SD
254
247
501
6
Tamat SLTP
830
808
1.638
7
Tamat SLTA
367
361
728
8
Tamat akademik
45
47
92
9
Sarjana keatas
29
29
58
2.124
2.091
4.215
Jumlah
Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Tegalwaton NO
JENIS
LAKI-
PEKERJAAN
LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
1
PNS
39
21
60
2
TNI
1
-
1
3
Polisi
3
-
3
4
Pegawai
164
176
340
Swasta 5
Pensiunan
16
15
31
6
Pengusaha
4
-
4
7
Buruh
183
117
300
Bangunan 8
Buruh Industri
157
170
327
9
Buruh Tani
229
205
434
10
Petani
247
-
247
11
Peternak
7
-
7
12
Lain-lain
1.074
1.387
2.461
JUMLAH
2.124
2.091
4.215
45
Jumlah majlis taklim 8 buah, jamaah 240 orang, muktamin 10 Orang. Jumlah anggota kesenian 60 Orang, dan terdapat Pemandian 1 yaitu pemandian Umbul Senjoyo, yang dikenal dengan sejarahnya Jaka Tingkir. Desa ini juga disebut desa wisata berkuda, karena desa ini terdapat Lapangan Pacuan Kuda tepatnya terletak di dusun Ngelo Rt.22 Rw.06 Desa Tegalwaton Kecamatan Tengaran. Di dusun Ngelo sendiri kebanyakan warga bermatapencaharian sebagai buruh tani, buruh industri, berwirausaha membuka warung dan juga warung
makan, penjahit, tukang batu dan bekerja merawat kuda.
Pendidikan di dusun ngelo kebanyakan remaja sekarang lulusan SLTP dan SLTA, para orang tua dulu pendidikanya hanya lulusan SD dan mayoritas warga dusun Ngelo menganut agama Islam. Didusun ngelo terbagi menjadi 2 RT dan 1 RW yaitu RT.22 dan 23 RW.06, dengan jumlah KK 97 an, terdapat 1 Masjid di RT.22, 1Mushola di RT,23 dan 1 Kuburan. Jumlah warga sekitar 300 jiwa, laki-laki 117, dan perempuan 183 orang. Untuk pendidikan di dusun ngelo, yang sedang duduk di bangku TK 13 orang, PAUD 4 orang, SD 8 orang, Lulusan SMP 45 orang, SMA 40, balita 20 orang, Kuliah 4 orang, lainya bekerja.
46
Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian warga dusun Ngelo NO
JENIS PEKERJAAN
JumlahOrang
1
PNS
1
2
Perangkat Desa
1
3
Penjahit
2
4
Usaha batako
2
5
Buruh Industri
22
6
Usaha besek
2
7
Buruh Bangunan
10
8
Perawat Kuda
23
9
Buruh Tani
10
10
Usaha gula jawa
10
11
Buka warung
14
3. Sejarah singkat dusun Ngelo Bisa di namakan „‟Ngelo‟‟ sejarah singkatnya dahulu lahan nya masih berbentuk ladang yang banyak di tumbuhi pohon karet, dan ada pohon „‟Lo‟‟ yang sangat-sangat besar sekali, dahulu belum banyak didirikan rumah seperti sekarang ini. Akan tetapi hanya ada 3 rumah saya yang di huni oleh simbah Joyo, dan keluarganya. Mbah Joyo juga yang konon katanya memberi nama dusun kecil ini dengan sebutan Ngelo dari ciri pohon „‟Lo‟‟Nya tadi yang sangat besar di lahan dusun Ngelo yang saat ini menjadi dusun yang sangat terkenal dengan dusun cowboy, yang dulunya hanya 3 rumah sekarang sekitaran 97 rumah berdiri di dusun kecil di desa Tegalwaton ini. Dengan seiring berjalanya waktu dan perkembangan zaman ini dusun Ngelo ini juga berkembang, yang dulunya
47
hanya keluarganya mbah Joyo saja sekarang banyak penduduknya, dan sekarang menjadi tempat wisata berkuda. 4. Temuan tentang Lapangan Pacuan Kuda Desa Tegalwaton Dusun Ngelo ini terletak sebelah Selatan sendiri dari berbagai dusun di Desa Tegalwaton, di dusun ini terdapat Lapangan Pacuan Kuda. Desa Tegalwaton ini terkenal dengan adanya Lapangan Pacuan Kuda, dan bernilai berdampak positif, bukan hanya untuk perkembangan prestasi olahraga berkudanya di Jawa Tengah akan tetapi masyarakat sekitar arena turut kecipratan, terutama manfaat secara ekonomi, bahkan dikampung ini dijuluki dengan Sebutan „‟Kampung Cowboy‟‟. Sejarah kemunculan nama kampung cowboy ini dimulai dari ide mbah Prio, panggilan akrap Supriono. Ide itu muncul sejak tahun 1965 silam karena dia melihat banyak potensi di kampung ini yang belum tergarap, saat ini saja ada sekitar 250 kuda yang di titipkan di dusun ngelo ini Ngelo Desa Tegalwaton. Awal mulanya pada tahun 1969 an, lahan yang sekarang jadi Lapangan pacuan kuda di tumbuhi pohon Rami, 5 tahun kemudian lahan diganti ditanami pohon tebu yang kira-kira 15 hektaran luasnya, dan pada tahun 2000 an di rombak total di jadikan Lapangan Pacuan Kuda tersebut, pada masa Kepala Desa nya masih Pak. Supriono. Awal tahun 2005 Lapangan sudah digunakan untuk perlombaan kuda, lama kemudian selain ada pacuan kuda lapangan yang digarap sedemikian indahnya dibuat juga acara lainya, seperti Gastrek, Offroad, dan event kuda lompat, dan sampai
48
sekarang ini lapangan aktif di gunakan untuk pacuan kuda hingga tingkat Nasional. Hampir setiap tahun lapangan yang tepatnya di dusun Ngelo ini digunakan untuk menggelar kejurnas pacuan kuda. Keikut sertaan masyarakat untuk menyaksikan lomba cukup tinggi, menarikanya bukan hanya masyarakat sekitar yang menyaksikan pacuan kuda, tetapi dari berbagai daerah di Indonesia
karena kejuaraan itu bertaraf Nasional.
Dengan banyak orang datang ke Dusun Ngelo Desa Tegalwaton ini, disitulah nilai Ekonomi yang bisa didapat warga seperti jasa parkir meningkat, warga menjadi punya pekerjaan seperti jasa keamanan atau menjual makanan, dan lainya. Belim lagi penginapan-penginapan juga merasakan dampaknya. Dusun Ngelo Desa Tegalwaton Kecamatan Tengaran ini juga terkenal dengan Sekolah berkudanya yang berdiri sejak tahun 2010 dengan nama sekolah berkuda Arrowhead Hores Riding School. Di sekolah itu terdapat sekitar 40 kuda tunggang atau ecostrian dan 10 poni atau kuda kecil yang cocok untuk anak-anak, tempat ini menawarkan beberapa pilihan wisata berkuda di antaranya, menunggang kuda (horse ride), menunggang poni (pony ride), dan pelajaran naik kuda (riding lesson). Karena tarifnya terjangkau dan satu-satunya di jawa tengah, peminat wisata berkuda cukup banyak. „‟Ekspatrian juga banyak yang mengemari berkuda disini. Mereka berasal dari Jerman, Ingris, Jepang,dan Amerika.”.
49
Lapangan pacuan kuda di dusun Ngelo Desa Tegalwaton ini termasuk memiliki arena terbaik, karena memilili luas dan panjang lintasan yang memenuhi Standar Nasional serta landasan pacuan berupa pasir yang Reperesentatif sehingga tidak gampang membuat kuda cedera. Maka dari itu tidak dipungkiri peminat wisata berkuda dari berbagai kota seindonesia membanjiri Dusun Ngelo Desa Tegalwaton ini. Dari sejak adanya lapangan pacuan kuda ini banyak pendatang yang berdomisili di Dusun Ngelo Desa Tegalwaton ini, kini banyak pendatang dari Semarang, Solo, Kudus, Magelang, Yogjakarta dan berbagi kota lainya yang membeli tanah di daerah Dusun Ngelo Desa Tegalwaton untuk membuat kandang kuda pacu. Selain itu warga Belanda, Jerman dan Manca Negara Lainya sering berkunjung untuk berlatih berkuda, bahkan ada warga Belanda yang menetap di Desa Tegalwaton. Sementara itu seiring dengan perkembangan kampung Cowboy disini,
kesejahteraan
warga
juga
ikut
terangkat
karena
banyak
bermunculan warung makan dan usaha jasa lainya. Pada hari sabtu dan minggu pagi banyak pengunjung yang berwisata di lapangan Tegalwaton, sehingga menjadikan keberadaan desa Tegalwaton semakin terkenal dengan aura Kampung Cowboynya. Dari warga sendiri yang tadinya belum mendapat peluang bekerja sekarang menjadi banyak peluang membuka usaha warung makan, menyewakan kandang buat kuda pacu, menjadi satpam, menjadi joki kuda dan banyak juga yang kerja merawat kudanya. Bukan dari kalangan kepala
50
keluarga, remaja, maupun anak-anak yang masih duduk di bangku SD, SMP, mereka juga terpengaruh dalam peluang kerja di dalam merawat kuda atau disebut dengan nama „‟pekatik‟‟. Bekerja menjadi perawat kuda yang jadwalnya dikeseharianya dari pagi sehabis subuh membersihkan kuda, mengajak jalan-jalan, hinga dilatih dilapangan, diajak jalan lagi kemudian dibawa pulang kandang dibersihkan dan dimasukkan kandang di beri makan. Sore hari di bersihkan lagi, diajak jalan-jalan diberi makan, malam juga masih memberi makan, terkadang juga harus mencari rumput buat makanan tambahan selain makan bren, kacang hijau dan yang lainya. Kebanyakan perawat kuda adalah pendatang dari berbagai daerah, ada yang dari manado, purbalingga, sunda, bandung jakarta, sumbawa, yogjakarta, semarang, magelang, solo, jawa timur, ampel boyolali, dan sebagainya. Banyaknya pendatang yang berada di lingkungan warga Ngelo Tegalwaton membuat banyaknya perbedaan dari segi bahasa khas, agama dan adat lainya. Beradaptasi pasti dilakukan oleh pendatang ke warga sekitar dan sebaliknya, sosialnya ada yang mudah kenal, ramah, sopan dan ada juga yang kurang sopan, tidak ramah justru malah membuat masalah di dusun ngelo, pastinya menganggu dan meresahkan warga. Banyaknya pendatang mempengaruhi lingkungan sekitar dusun Ngelo desa Tegalwaton dalam pergaulan, tingkah laku, kebiasaan dan banyak hal lainya. Banyak kasus terjadi dalam lingkungan perawat kuda yang orang-orangnya sudah tua, remaja hingga bisa dikatakan masih anak-
51
anakpun berada di lingkungan tersebut yang selalu mempunyai kebiasaan kurang baik untuk anak-anak yang masih berada di bangku SD, SMP yaitu merokok, minum-minuman keras (miras), memakan makanan yang tidak diperbolehkan oleh agama Islam, dan bayak juga perkelahian antar sesama warga ngelo dan pendatang. B. Gambaran Informan 1. RW, merupakan tokoh masyarakat Dusun Ngelo Desa Tegalwaton, menjabat sebagai perangkat desa sekalipun takmir masjid dusun setempat. Tinggal di Dusun Ngelo RT.22/06 Desa Tegalwaton, Kec.Tengaran, Kab.Semarang. RW lahir di Kab. Semarang pada 16April-1963. Bapak dari 2 anak ini termasuk Tokoh masyarakat desa setempat, pernah menjabat RT, RW, Mudin, Kaur Kesra dan lainya. (Wawancara Kamis, 21 April 2016) 2. MJ, merupakan salah satu ibu-ibu yang aktif di Dusun Ngelo Desa Tegalwaton, ibu ini juga banyak peran dalam organisasi dan kegiyatan di desa. Ibu ini juga pernah menjadi ibu RT, Ketua Pengajian, Kader Posyandu, dan lainya. Ibu 2 orang anak ini lahir di Kabupaten Semarang pada tanggal 11 maret 2016. (Wawancara Selasa, 12 April 2016) 3. SZ, merupakan salah satu warga Dusun Setempat, lahir di Kabupaten Semarang tanggal 27 Februari 1982. Ibu dua 2 orang anak ini dulunya lulusan UKSW, mengambil jurusan Bahasa Ingris. Sekarang SZ mengajar di SDN 01 TEGALWATON. Kesibukan di rumah menjadi
52
guru les untuk anak-anak SD. Ibu SZ sekarang sudah di angkat menjadi PNS.(Wawancara Jum’at, 22 April 2016) 4. AS, merupakan ibu rumah tangga di Dusun Ngelo Desa Tegalwaton, AS mempunyai 2 orang anak laki-laki, baru lulus SMK, dan yang satu SD. Ibu 2 orang anak ini dulunya juga mondok di pondok pesantren Bener, Lahir di tahun 1979. Kegiyatan di rumah membuka warung. Pernah menjabat sebagai ibu bayan.(Wawancara Selasa, 12 April 2016) 5. MR, Merupakan ibu muda di Dusun Nelo Desa Tegalwaton, MR lahir di Kabupaten Semarang 26 Maret 1994. Kesibukannya bekerja di kantor gudang listrik, lulusan SMK Islam Sudirman Tingkir. Mempunyai 1 orang anak dan mengasuh adik nya sejak kecil karena di tinggal kerja Ibunya ke jakarta. Adiknya Sekarang Putus Sekolah dan bekerja menjadi Pekatik atau merawat kuda.(Wawancara Kamis, 21April 2016) 6. LS, Lahir di Purwodadi tahun 81. Merupakan ibu rumah tangga di Dusun Ngelo. LS mempunyai 2 anak laki-laki dan 1 anak perempuan. Kesibukannya di rumah jualan sayur. Pendidikan terakhir Lulusan SMA. Ibu LS asli dari ngombak Purwodadi dan Suaminya yang asli Ngelo Tegalwaton.(Wawancara Jum’at, 22 april 2016) 7.
SH, merupakan salah satu ibu-ibu di Dusun Ngelo yang kesibukan di kesehariannya bekerja buruh pabrik, dan suaminya sebagai buruh bangunan. Umur SH sekitar 38 tahun,memiliki 1 orang anak. Suami
53
asli Jakarta, SH juga lama bekerja di Jakarta. Pendidikan SH terakhir SMA.(Wawancara Jum’at, 22 April 2016)
C. Temuan Penelitian 1.
Diskripsi pola pendidikan keluarga dalam pembentukan akhlak anak di lingkungan wisata pacuan kuda Tegalwaton Tengaran. Pola Pendidikan Keluarga dilingkungan wisata pacuan kuda ini kurang, karena perhatian dari keluarga kurang dan karena masalah kedisiplinan. Kebanyakan orang tua kalah dengan keinginan anak-anaknya yang malas sekolah karena mereka mempunyai sampingan untuk merawat kuda sebagai pekerjaanya. Sebenarnya orang tua sudah semaksimal mungkin mendidik dan mengarahkan anak-anak nya untuk lebih baik, akan tetapi seiring banyaknya pendatang yang mayoritas bekerja sebagai perawat kuda, joki kuda dan pelatih maka anak-anak dan remaja sekitar dusun Ngelo Desa Tegalwaton terkena dampaknya. Mereka menjadi lebih senang dengan pekerjaanya merawat kuda daripada memperhatikan sekolahnya. Maka lama kelamaan anak malas sekolah melainkan mengutamakan pekerjaanya tersebut. Orangtuanya pun akhirnya memperbolehkan karena sudah menjadi kebiasaan dan memang lingkunganya seperti ini. Kebanyakan pola yang diterapkan ke anak-anak dalam keluarga di lingkungan wisata berkuda ini sudah cukup baik, akan tetapi ada sebagian
54
pola yang digunakan para orang tua itu kurang tepat terhadap karakter anak.
2.
Hasil Wawancara 7 Orang Dalam hal ini penulis akan memaparkan hasil penelitian wawancara yang seluruhnya. Hasil wawancara tersebut akan penulis pilah berdasarkan urutan pertanyaan. a. Pola pendidikan keluarga Pola atau bisa juga disebut bentuk, model dari pendidikan keluarga sangat diperlukan dalam semua keluarga untuk bertujuan mendidik karakter maupun Akhlak anak, sebagaian hasil wawancara tersebut: Pola pendidikan di keluargaku sangat saya tekankan pada kewajiban sebagai seorang anak untuk selalu menghormati kedua orang tua dan nurut perkataan orangtua(AS 12 April 2016) Jawaban yang sama juga diberikanmisalnya, MJ: Nurut dengan perkataan Orangtua, danselalu menghormati kedua orangtuanya, yang selalu saya didikkan pada anak saya.(12-April-2016) dariIbu MR (21 April 2016): Pola pendidikan dikeluargaku, anak lebih saya arahkan ke perilaku sopan santunya,berkata baik dan membantu orang tua. Penjelasan agak berbeda dariBapak RW (21-April 2016) Saya didik untuk menuntut ilmu agama, mengaji dan harus selalu jujur.
55
Dan jawaban lain dari Ibu SZ (22 April 2016) sama dengan ibu MR pola pendidikan dikeluarga saya mengajarkan untuk bersikap sopan, menjadi anak baik dan mengajarkan untuk belajar disekolahan dengan baik dan mengaji serta dibiasakan untuk membantu orangtua. Dari ibu LS (22 April 2016) memberi penjelasan hampir sama dengan bapak RW Memberikan teladan bagi anak-anak serta membimbingnya ke jalan yang benar sesuai dengan ajaran agama. Sementara SH memberi penjelasannya Pola dikeluarga saya sederhana anak disekolahkan dan suruh mengaji.(22 April 2016). Penjelasan tersebut mengingatka bahwa para orangtua memang wajib dan utama dalam mendidik, membina, membentuk akhlak anakanaknya seperti penjelasan dari AS, MJ, RW, MR, SZ, LS, SH. b. Keluarga menjadi pendidik pertama bagi anak Keluarga adalah lingkungan pertama kali untuk anak, karena sejak kecil ayah, ibu kakak, adik, nenek, kakek dan keluargalah yang sedikit banyak memberikan pendidikan sengaja maupun tidak sengaja terhadap anak. Sebagai hasil wawancara tersebut, jawaban ibu MR (12 April 2016): Beranggapan setuju dengan keluarga menjadi tempat pendidikan pertama bagi anak, karena anak pertama dididik dari keluarga, seterusnya pendidikan bisa di sekolah dan ketiga dari masyarakat.
56
ibuMJ (12 April 2016)menjawab sama, Bahwa keluarga menjadi tempat pendidikan pertama bagi anak, karena dari orangtualah anak dibentuk dalam hal kebaikan, dan secara tidak sadar orangtua menjadi contoh untuk anak. Jawaban yang sama juga diberikan oleh ibu SZ (22 April 2016) setuju karena pendidikan yang pertamakali untuk anak yaitu dari ayah dan ibu(keluarga). RW (12 April 2016) memberi penjelasan sama dengan AS, MJ, MR, SZ. setuju, karena anak pertama kali yang mengarahkan baik buruknya yaitu darikedua orangtua dan ligkungan keluarganya. LS dan SH (22 April 2016) juga memberi jawaban yang sama, Setuju dengan keluarga menjadi tempat pendidikan paling utama bagi anak. Dari jawaban tersebut keluarga di lingkungan pacuan kuda menjawab setuju dengan pendidikan pertama bagi anak adalah keluarga. c. Tentang peran keluarga, suami, istri dan anak Dalam sebuah keluarga pasti mempunyai peran dan tugas masingmasing di setiap harinya, dari pembagian tugas seorang ayah sebagai kepala keluarga, ibu yang mempunyai tanggung jawab mengurus rumah dan anak mempunyai tugas untuk membantu kedua orangtua. Dari hasil wawancara, penjelasan dari ibu MJ (12 April 2016): Dikeluarga saya sudah menjalankan tugas masing-masing, suami saya bekerja untuk keluarga dan menjadi imam yang baik, saya sebagai ibu rumah tangga juga sudah berusaha sebaik mungkin mengurus rumah, mendidik anak, dan sedikit
57
membantu suami, dan anak saya yang masih sekolah juga berperan sebagaimana mestinya, belajar dan juga membantu pekerjaan rumah. Penjelasan yang sama diberikan ibu AS(12 April 2016) Sudah, ayah mencari nafkah, saya sebagai istri juga mengurus anak dan rumah membantu suami mencari nafkah tambahan dan anak membantu orang tua. Masih dengan jawaban yang sama dari ibu MR dan RW (21 April 2016), Sudah menjalankan peran masing-masing, kepala keluarga bekerja mencari nafkah, Istri mencari nafkah tambahan dan tidak lupa anak kewajibanya sebagai seorang istri, dan anak berperan membantu pekerjaan orangtua, mendapatkan hak sebagai seorang anak. SZ, LS, SH juga mengungkapkan hal sama seperti AS,MJ, RW dan MR (22 April 2016), Sudah menjalankan peran masing-masing kepala keluarga mencari nafkah, istri mengurus rumah tangga dan mencari nafkah tambahan, anak membantu kedua orangtua. d. Memantau kegiatan dan pergaulan anak Selain pendidikan dari keluarga pasti anak mendapat pendidikan dari luar, baik dari pergaulan di sekolah dengan temantemanya dan juga kegiatan di dalam masyarakat. Orang tua pasti menerapkan hal-hal yang baik untuk bekal kehidupan anak, seperti dari hal pergaulan, dan kegiatan yang dilakukan anak juga harus positif, maka dari itu orang tua juga harus bisa memantau tidak melepaskan begitu saja tentang apa yang dilakukanya diluar. Sebagai
58
hasil wawancara sebagai berikut, dari ibu MR (21 April 2016) menjawab: Selalu tidak memantaunya karena pasti anak sudah bisa membedakan yang baik dan yang buruk, akan tetapi nasehat tetap selalu saya berikan. Penjelasan berbeda dari SH(12 April 2016) Iya, karena agar anak tidak berkumpul dengan lingkungan yang buruk‟‟ MJ (12 April 2016)memberi jawaban Iya saya selalu memantau, dengan cara bertanya kepada anak langsung kegiatan apa saja yang dilakukan di luar rumah, dan saya juga harus tau siapa saja teman-teman nya bermain‟‟ Untuk penjelasan dari AS(22 April 2016) Secara tidak langsung saya selalu memantau kegiatan dan pergaulan anak saya diluar rumah, dengan saya selalu mengecek Hp anak saya, membatasi waktu untuk main dan mengajarkan untuk selalu jujur dan pamit jika ada kegiatan diluar. Penjelasan dari RW yang hampir sama dengan MR (21 April 2016) Memberi sedikit kebebasan, dan kepercayaan, akan tetapi secara tidak langsung juga memperhatikan dan memantaunya. Pemantauan pergaulan anak juga dilakukan oleh SZ dan LS Anak saya perhatikan pergaulanya juga kegiatanya supaya tidak terpengaruh dengan lingkungan buruk di sekitarnya. e. cara mensiasati anak melakukan kesalahan Dalam keluarga pasti berbeda-beda dalam menangani setiap masalah yang dilakukan oleh anak-anaknya, ada yang yang langsung menegur dan memberi hukuman agar jera. Kesalahan pasti kerap
59
dilalukak oleh para kaula muda, karena masih labil dan masa-masa mencari jati diri masing-masing, maka dari itu orang tua harus pandai mensiasati kesalahan tersebut. Sebagai hasil wawancara SH(22 April2016)’’ Saya selaku orang tua pasti akan menasehati anak jika melalukan kesalahan dan berpesan agar tidak untuk mengulanginya lagi‟‟ Berbeda dengan caranya MR (21 April 2016) MR memberi sangsi untuk anaknya yang melakukan kesalahan. Menasehatinya jika kesalahan tersebut merugikan dirinya sendiri dan orang lain, memberi hukuman jika melalukan kesalahan yang fatal, hukuman saya berbentuk: mengurangi uang sakunya, dan melarang untuk keluar rumah sementara waktu‟‟ Penjelasan dari MJ(12 April 2016) menjawab saya langsung menegurnya agar tahu kesalahanya, mengajarkan untuk meminta maaf kepada yang dirugikan dan saya nasehati agar tidak di ulangi kembali
Ternyata cara yang berbeda dilakukan oleh AS (12 April 2016) menjawab Jika anak melalukan kesalahan tidak saya marahi akan tetapi saya nasehati pelan-pelan agar anak tersebut berfikir akan kesalahanya Sementara yang dilakukan oleh RW (21 April 2016) yaitu Saya menasehati, memberikan penjelasan yang sebenarnya harus dilakukan agar berfikir dan tidak mengulanginya.
60
Jadi cara orangtua di lingkungan ini tidak ada yang menggunakan kekerasan dalam menanggani kesalahan anak, seperti jawaban SZ dan LS dalam mensiasati kesalahan anaknya yang sama dengan penjelasan RW, MJ, SH. Mengingatkan, memberi nasehat, agar tidak mengulanginya kembali. f. Membatasi pergaulan anak Pergaulan
sekarang
sangat
memprihatinkan
apalagi
ditambah
cangihnya teknologi, pergaulan menyimpang yang dilakukan anak-anak hinga remaja sangat banyak terjadi. Orangtua harus bisa membatasi pergaulan anak-anaknya lebih-lebih dizaman sekarang lingkungan yang lemah dalam masalah akhlak yang baik. Sebagai hasil wawancara (SZ 22 April 2016) Iya, saya membatasi pergaulanya karena saya tidak ingin anak saya terjerumus ke pergaulan bebas. Jawaban yang sama di berikan (SH 22 April 2016) Iya, pergaulan saya batasi dari waktu diluar rumah sediki dibanding dirumah, Hp saya pastika tidak membuka situs porno, cara berpakaian saya nasehati yang sopan karena anak saya perempuan, agar tidak terjerumus kepergaulan yang salah. Penjelasan MR (21April 2016) Iya, karena dijaman sekarang pergaulan sangat bebas banyak anak dibawah umur yang sudah melakukan tindakan yang tidak sepatutnya dilakukan seumuranya, contohnya: merokok, mencoba miras, sex bebas, narkoba, kewarnet membuka situs porno dan lainya.
61
AS (12 April 2016) memberikan jawaban yang hampir sama dengan RW. Iya saya membatasi pergaulanya akan tetapi juga tidak mengekangnya. Agar anak tidak terjerumus ke pergaulan yang salah. RW(21 April 2016) dengan jawaban. Saya membatasi akan tetapi juga memberi kepercayaan anak saya untuk memilah sendiri mana yang baik untuknya dan mana yang buruk untuknya, tidak terlalu saya kekang. Jawaban dari MJ (12 April 2016) Saya secara tidak langsung mengarahkan dan membatasi pergaulan anak saya agar tidak terjerumus kepergaulan yang salah. LS (22 April 2016) Saya membatasi agar anak tidak terjerumus, akan tetapi tidak saya kekang juga. Jadi para orangtua selalu mengingatkan dan membatasi pergaulan anak agar tidak terpengaruh oleh lingkungan yang kurang baik.
g. Mendidik untuk berakhlak mulia Mendidik anak adalah kewajiban bagi setiap orangtua, agar anak terbekali ilmu yang bisa diterapkan dikehidupanya. Terlebih pendidikan untuk membentuk akhlak anak yang harus diperhatikan, karena tidak mudah bagi setiap orangtua untuk mendidik anak untuk berakhlak mulia. Dari hasil wawancara oleh RW (21 april 2016) menjawab:
62
Cara saya dengan dikenalkan dan di berikan pendidikan aqidah akhlak sejak dini, agar anak bisa membedakan mana akhlak yang baik dan yang buruk. Penjelasan LS (22 april 2016) dan MR hampir sama Dengancara mengingatkan untuk sholat tepat waktu, dan mengaji agar anak terbiasa dengan hal yang baik-baik. MR (21 April 2016) Dengan cara memberi tau apa itu akhlak dan bagaiman kita mengajarkan akhlak yang mulia, sopan santun, bahasa yang baik, dan lain sebagainya, agar anak tidak menyimpang dari akhlak yang baik. Berbeda dengan jawaban MJ (12 April 2016) Cara saya sederhana, disetiap hari saya memberi contoh yang baik dan berakhlak mulia agar anak mengikuti apa yang menjadi kebiasaan orangtuanya, dan dengan cara menasehati apabila anak melakukan hal yang kurang baik. Jawaban dari AS sama dengan LS (12 April 2016), Dengan pembiasaan mengingatkan untuk sholat tepat waktu, dan membimbingnya untuk mengaji. SZ (22 April 2016) memberi jawaban, Menerapkan dari kecil sopan santun kepada orang yang lebih tua, mengenalkan ilmu agama sejak kecil. SH (22 April 2016), Mengajarkan dan mencontohkan kebaikan kepada anak. h. Tentang pengawasan terhadap akhlak anak Pengawasan orangtua sangat penting dalam akhlak yang dikerjakan oleh anak-anaknya, karena pengawasan dan perhatian orangtua adalah
63
bentuk dukungan, maka dari itu para orangtua harus mempunyai banyak cara dalam pengawasan anaknya. Dari hasil wawancara jawaban dari SH (22 april 2016) : Pengawasan saya dengan memperhatikan kegiatan yang dikerjakan diluar atau didalam rumah, menasehati apabila salah. LS (22 april 2016) Pengawasan saya dengan diterapkan kedisiplinan dalam keluarga, di mulai dari hal yang kecil hingga anak akan terbiasa dan orangtuapun memberi contoh, sehingga akhlak anak akan terbentuk dengan sendirinya. Jawaban berbeda dari SZ (22 april 2016) Dengan selalu memperhatikan akhlaknya dan prestasinya. Membatasi kegiatan yang kurang bermanfaat. Ternyata orangtua mempunyai cara pengawasan yang berbedabeda seperti penjelasan dari
MJ (12 april 2016) Orangtua memantau kegiatan anak dari perkembanganya setiap hari bahkan setiap saat, mengontrol kegiatannya. AS (12 april 2016) Dengan mendekati anak, menjadikan anak sebagai teman, agar selalu merasa dekat dan bisa cerita setiap memepunyai masalah. RW (21 April 2016) Membekali ilmu aqidah akhlak dan memberi kepercayaan untuk anak dalam menerapanya.
64
MR (21 April 2016) Memberi arahan dan penjelasan untuk berakhlak mulia, dan mencontohkan di kehidupan sehari-hari. i. Tentang siapa yang lebih berperan dalam pengasuhan dan penanaman akhlak anak. Dari peran aktif bapak, ibu, nenek, kakek, dan semua lingkungan keluarga, anak bisa merasa mendapatkan perhatian dan pengasuhan dari orang terdekat. Tentu ini bisa mendorong anak untuk lebih berkembang dan bisa sekaligus menjadi tola ukur orangtua dalam perkembangan mendidik. Dari hasil wawancara dari LS (22 April 2016) menjawab: Ibu yang lebih berperan, karena saya yang sering dirumah. Jawaban yang sama dari MJ (12 april 2016) Ibu, karena bapak lebih sering diluar rumah mencari nafkah. MR (21 april 2016) Ibu, karena bapaknya kerja. SZ (22 april 2016) Ibu yang lebih berperan. AS (12 April 2016) Yang sering berperan ibunya. Jawaban yang berbeda dari SH (22 April 2016) Ayah, karena saya sering bekerja Kebanyakan ibu yang berperan sebaga pengasuh dan penanaman akhlak anak, dipertegas oleh RW (21 April 2016), 65
Ibu yang lebih berperan aktif, karena saya sebagai kepala keluarga dan yang jarang bisa berperan. j. Pembentukan akhlak dizaman moderen Pola
asuh
orang
dalampembentukan
tua
akhlak
sangat
penting
anak-anaknya.
Pasti
untuk setiap
keberhasilan orang tua
membunyai cara dan pola masing-masing untuk di terapkan pada anak. Dari hasil wawancara dari MJ (12 april 2016) menjawab: Cara saya sendiri dengan memberikan kebiasaan-kebiasaan baik, sopan, dermawan, patuh pada orangtua dan selalu belajar agama dengan baik. Jawaban dari LS (22 april 2016) Ya, salah satunya dengan menyekolahkan anak disekolahan yang mengajarkan dan mengutamakan pendidikan aqidah akhlak. Jawaban dari SZ (22 april 2016) Ya, cara saya adalah selalu mengingatkan sholat 5 waktu pada anak anak saya. Jawaban dari MR (21 april 2016) Dengan cara saya mengajarkan memberi contoh baik terhadap anak-anak saya. Jawaban dari RW (21 april 2016) Seperti pada umumnya mendidik anak dan membentuk akhlaknya dengan mengingatkan sholat, belajar dan pembiasaan baik lainya.
66
AS (12 April 2016) Tidak mempunyai metode tersendiri akan tetapi tetap pada umumnya selalu memantau anak secara langsung, menanamkan akhlak yang baik, memberi contoh baik, dan mengingatkan sholat tepat waktu. SH (22 April 2016) Mengajarkan tentang kebaikan dan memberi penjelasan agar anak tidak terpengaruh hal yang buruk.
67
BAB IV PEMBAHASAN
Adapun hal yang sudah didapatkan penulis untuk membahas bab sebelumnya yang dapat ditangkap oleh penulis dari beberapa hal dari temuantemuan peneliti yang didapatkan dari wawancara ataupun observasi yang dilakukan di lapangan yang sesuai dengan rumusan masalah yang ditemukan diantaranya: 1.
Pola Pendidikan Keluarga Pada Lingkungan Wisata Pacuan Kuda Pola berarti corak, model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap, rancangan, bisa juga gambaran. Pendidikan ialah tindakan yang sadar tujuan untuk memelihara dan mengembangkan fitrah serta potensi (sumber daya insani) menuju kesempurnaan insani (insan kamil). Pendidikan adalah proses kegiatan yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan, seirama dengan perkembangan anak. Keluarga pada hakikatnya adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga (suami),istri dan anak-anaknya. Dalam rangka membangun keluarga yang berkualitas tidak terlepas dari usaha anggota keluarga untuk mengembangkan keluarga yang berkualitas yang diarahkan pada terwujudnya kualitas keluarga yang bercirikan kemandirian keluarga dan ketahanan keluarga. Sedangkan penyelengara pengembangan keluarga yang berkualitas ditujukan agar keluarga dapat memenuhi kebutuhan sepiritual dan materil sehingga dapat
68
menjalankan fungsi keluarga secara optimal. Sedangkan fungsi keluarga itu sendiri berkaitan langsung dengan aspek-aspek keagamaan, budaya cinta kasih, melindungi, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan pembinaan lingkungan. Dalam lingkungan wisata berkuda sendiri pendidikan bisa dikatakan masih kurang, banyak anak-anak dan remaja dilingkungan ini teralihkan dengan peluang kerja untuk merawat kuda sebagai pekerjaan sehari-harinya. Dari tujuan keluarga sendiri untuk membangun pendidikan yang baik dan bermutu agar terwujudnya keinginan yang baik pastinya didorong oleh pola pemikiran dan pola pendidikan orangtua dan keluarga. Kebiasaan yang diberikan keluarga pada anak-anaknya umumnya seperti: 1.Menerapkan Sopan santun 2.Mendidik untuk patuh kepada kedua orangtua 3.Mengajarkan untuk bersikap jujur 4.Mengajarkan sholat sejak dini 5.Mengajarkan puasa 6.Menjadikan anak sebagai sahabat 7.Di latih untuk mengaji dan belajar dirumah 8.Dan tentunya di didik untuk berakhlak baik. Keluarga di sini berkaitan erat dengan pendidikan, karena keluarga merupakan pendidikan yang paling utama diberikan, di mana ada keluarga disiti pasti ada pendidikan, dan dimana ada orangtua disitu ada anak.
69
Karena sudah kewajiban orangtua untuk mendidik anak, dan bertanggung jawab atas tugasnya. Dari pengertian pendidikan keluarga disini yaitu usaha sadar yang dilakukan orangtua, karena sudah kodratnya dan terpangil nalurinya untuk membimbing, mengarahkan, mengendalikan anak agar anak mampu membedakan yang baik dan yang buruk untuk bekal hidup bermasyarakat. Dalam pola pendidikan dikeluarga Dusun Ngelo Desa Tegalwaton dari hasil wawancara dengan ibu-ibu dan bapak-bapak pola pendidikan keluarganya sederhana akan tetapi juga diperhatikan, salah satu bentuk yang digunakan oleh keluarga warga tegalwaton yaitu dengan menerapkan kedisiplinan dalam bersekolah dan mengaji, memberikan teladan yang baik bagi anak-anak nya, membimbing ke jalan yang benar sesuai dengan ajaran agama, diingatkan dalam mengaji dan bersekolah, menerapkan sopan dan santun kepada orang yang lebih tua, mengajarkan selalu untuk membantu orang tua. Warga lingkungan sekitar juga setuju sengan adanya pendidikan utama bagi anak yaitu dari keluarga, karena sudah semestinya orang tua mengajarkan kepada anak-anaknya hal yang baik dan yang buruk. Seperti yang diungkapkan oleh MR, SZ, MJ, AS bawasannya pendidikan utama bagi anak yaitu di dalam keluarga, kedua di lingkungan sekolah dan ketiga di lingkungan masyarakat. Peran orangtua sebagai pendidik dirumah sudah dijalankan oleh ibu, ayah sebagai pencari nafkah, bisa juga ibu membantu suami mencari nafkah
70
tambahan apabila ada izin dari suami, dan tidak lupa kodrat istri sebagai pengurus semua permasalahan dirumah, seperti memasak, membersihkan rumah, melayani suami dan yang lainya. Anak sebagai membantu orang tua dan wajibnya belajar jika masih bersekolah, berbakti kepada orang tua dan selalu menghormatinya, Kegiatan anak di luar maupun di dalam rumah selalu dipantau oleh orang tua, akan tetapi juga ada yang di beri sedikit kebebasan oleh orangtuanya seperti jawaban dari LS yang sedikit memberi kebebasan, hanya dalam hal-hal tertentu yang dipantau. Berbeda dengan AS dan SH yang selalu memantau anak-anak nya diluar rumah karena kawatir terhadap lingkungan sekitar yang kurang efektif, ketakutanpun dirasakan oleh MR yang selalu memantau kegiatan luar karena kemajuan zaman dan teknologi yang maju, MR khawatir akan kegiatan yang dilakukan anaknya diluar sana menyimpang dengan akhlak dan kebiasaan baik yang selalu diterapkan dirumah. Jika anak melakukan kesalahanpun dari bentuk pengasuhan keluarga setempat ada yang hanya menasehati ada yang memberikan hukuman. Karena karakter anak itu berbeda-beda ada yang anak dinasehati saja menurut, ada juga dinasehati tidak menurut, ada yang diberi hukuman tidak jera dan sebaliknya. Seperti bentuk pendidikan di keluarga MR yang memberi hukuman kepada anaknya yang melakukan kesalahan yang merugikanya dan merugikan orang banyak dan tidak wajar, MR memberi hukuman dengan mengurangi uang sakunya dan melarang keluar rumah sementara waktu.
71
Semua itu tergantung pada bentuk penerapan pendidikan dalam keluarganya masing-masing. Pendidikan juga di dapat tidak hanya dari keluarga, dari lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Di dusun Ngelo desa Tegalwaton ini lingkungannya
memprihatinkan,
dalam
arti
kurang
efektif
untuk
perkembangan akhlak anak-anak dan remaja sekitar, karena dari banyaknya pendatang dari para pekerja perawat kuda yang berdomisili di Desa Tegalwaton ini berdampak kurang baik untuk keefektifan pendidikan anak. Akhlak dan kebiasaan yang dilakukan oleh pendatang dari sumbawa, dari manado, dari magelang, demak, solo, Yogjakarta, Jawa Barat, dan sebagainya menjadi banyak peradaban yang kurang selaras dengan warga setempat. Karena „‟pekatik‟‟ (pekerja kuda) sering melakukan miras, maka dampak dari mira itu anak-anak SD, SMP, sampai dewasapun menjadi hal biasa, disetiap harinya melihat, lama kelamaan penasaran, kemudian berani mencoba-coba, bahkan ada yang menjadi hal biasa. Semua itu bermula dari peluang pekerjaan yang terbuka bagi warga setempat, untuk bisa memilih, menyalurkan hobinya menjadi pekatik atau joki kuda, yang akhirnya banyak peminat dari remaja yang belum bekerja bahkan bagi anak-anak usia sekolah. Anak-anak yang seharusnya duduk di bangku SD, SMP, SMA sekarang rata-rata mengunakan peluang kerjanya menjadi pekatik atau joki tersebut, sehingga sekolah terbengkalai, ada juga yang hanya sebagai sampingan sehabis sekolah, ada juga yang sampai keluar sekolah.
72
Hal ini menjadi biasa bagi para oarang tua anak karena memang sudah menyadari Desa ini adalah desa wisata berkuda. Akan tetapi masalah pembentukan akhlak orang tua tetap masih memperhatikan. Akan tetapi kembali lagi kepada anak-anaknya, bisakah berbaur dengan lingkungan ataukah mengikuti dampak buruk dari pendatang ataukah masih patuh terhadap pendidikan dan pembentukan akhlak dari keluarganya. Dampak dari lingkungan wisata berkuda ini ada positif dan ada negatif, dari dampak positif yang pasti terciptanya lapangan pekerjaan secara tidak langsung, warga bisa mendirikan warung makan, konter, laundry, mendirikan penginapan kuda atau kandang, menjual pakan kuda dan alat,alat berkuda, menjadi satpam di setiap kandang kuda, mendapat dampak positif dari penganguran yang bisa bekerja merawat kuda, menjadi joki, menjadi buruh masak di kandang dan sebagainya. Dampak negatifnya sendiri dari lingkungan berkuda ini yaitu, kurang efektifnya dalam perkembangan pendidikan, sekolah anak-anak menjadi terganggu dengan adanya banyak peluang menjadi pekatik dan joki, anakanak warga sekitar yang bekerja di perkudaan menjadi ikut mencoba-coba merokok, miras dan memakan makanan haram lainya, seperti kebiasaan orang pendatang dari manado suka memasak rica-rica Anjing, warga sekitar yang ikut bekerja dan berbaur kedalam lingkungan itu menjadi ikut merasakannya, padahal itu jelas dilarang oleh agama kita Islam. Banyaknya remaja putri yang menikah dini dengan pendatang, lemahnya pengendaliaan orang tua terhadap anak, warga kalah dengan keadaan dan lain sebagainya.
73
B. Pembentukan Akhlak Anak pada Keluarga di Lingkungan Wisata Pacuan Kuda. Pembentukan Akhlak Anak pada Keluarga di Lingkungan Wisata Pacuan Kuda. Tujuan utama penulis untuk mengetahui peran keluarga dalam pembentukan akhlak anak di lingkungan wisata tersebut. Apakah di setiap keluarga mempunyai pola atau bentuk yang sama dalam hal pembentukan akhlak anak, atau berbeda cara dalam pendidikannya. Wajibnya para keluarga memperhatikan dan membentuk akhlak anak-anaknya dengan baik. Akhlak adalah kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Pengertian lainya, Akhlak adalah sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari karakteristik-karakteristik akal dan tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa. Karakteristik-karakteristik
ini
membentuk kerangka psikologi seseorang dan membuatnya berperilaku sesuai dengan dirinya dan nilai yang cocok dengan dirinya dalam kondisi yang berbeda-beda, akhlak juga disebut sebagai gambaran tingkah laku seseorang yang mencerminkan diri dan kepribadian seseorang. Pembentukan akhlak kepada anak merupakan upaya-upaya orangtua di dalam mempersiapkan anaknya agar mampu membentengi diri, sehingga mampu membedakan mana yang positif dan mana yang negatif. Kelalaian membentuk akhlak anak-anak sejak dini membuat penanaman pendidikan menjadi lebih sulit. Awal dari pembentukan akhlak anak harus dimulai dari rumah, rumah tangga yang diwarnai dengan hal-hal yang positif akan
74
menentukan jiwa sang anak, janganlah orangtua mengharap anak akan mendapatkan pendidikan yang baik di luar rumah. Perang orangtua sangat besar dalam pendidikan anak-anaknya. Pembentukan akhlak anak tidak terjadi dengan sendirinya, akhlak baik bisa terbentuk dalam hubungan dengan suatu objek, orang, kelompok, lembaga, nilai, melalui hubungan antar individu, hubungan di dalam kelompok, komunikasi surat kabar, buku, poster, radi televisi, dan sebagainya, terdapat banyak kemungkinan yang mempengaruhi timbulnya sikap. Lingkungan yang terdekat dengan kehidupan sehari-hari biasanya memiliki peran, Keluarga yang terdiri dari orang tua, saudara dirumah juga memiliki banyak peran penting. Pada beberapa informan yang telah di mintai keterangan melalui wawancara, cara mendidik anak untuk berakhlak mulia ada yang mengatakan dengan mendidik secara dini mengenai aqidah-akhlak agar mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk seperti jawaban dari RW, penananman sejak awal akan menjadi kebiasaan dan bertujuan untuk selalu dilakukan sampai mereka dewasa. Penanaman sholat tepat 5 waktu, dan mengaji telah dilakukan oleh keluarga LS. Dalam setiap keluarga pasti berfariasi dalam cara penyampaian ilmu dan pembentukan akhlak. MR dengan caranya dari hal sederhananya, mulai dari mengajarkan sopan santun, berbicara baik, mematuhi kedua orangtua, saling membantu sesama, dan tidak sombong. Cara berbeda dari MJ yang selalu memberi contoh baik kepad anak-anaknya yang bertujuan agar anaknya mengikuti contoh dari orangtuanya.
75
Dengan cara masing-masing keluarga pasti berbeda dan mempunyai fariasi dalam penanganan mpermasalahan anak. Pembentukan akhlak anak tidaklah mudah dizaman moderen ini, dimana zaman berkembang dari mulai teknologi yang cangih, lingkungan masyarakat yang kurang efektif bagi perkembangan
anak,
serta
minimnya
pengetahuan
orangtua
dalam
penanganan permasalahan anak. Dari orangtua sendiri pasti sebisa mungkin mengajarkan kebaikan kepada anak, mendidik anak supaya menjadi manusia yang berakhlak, membentuk dan membina akhlak anak-anak nya dengan baik bertujuan untuk menjadikan anak berakhlak mulia. Orangtua juga harus mengamati kegiatan anak harus mengontrol kegiatan anak baik di dalam rumah maupun diluar rumah. Jawaban dari yang saya wawancarai hampir sama dalam pengamatan, MR, AS, RW, SH, LS, SZ dan MJ semua telah melakukan pengamatan dan pengontrolan terhadap kegiatan anak di dalam maupun diluar rumah selaku orangtua membina anak. Dengan menasehati apabila melakukan kesalahan, dengan memperhatikan perkembangan prestasinya, membatasi kegiatan yang kurang bermanfaat, seperti main game, bermain yang tidak mendidik, memperhatikan bergaula anak, dan ada juga yang mendekati anak agar anak mau bercerita tentan keluh kesahnya, sehingga orantua bisa mencaritahu lewat komunikasinya. Banyak sekali yang bisa berperan terhadap pembentukan akhlak anak, seperti ayah, ibu, nenek, kakek, saudara, kakak, dan keluarga lainya. Akan tetapi di lingkungan tegalwaton ini mayoritas ibu adalah peran utama dalam pembentukan akhlak anak, memang sudah semestinya orangtua berperan aktif
76
dalam pembentukan anak anaknya terutama ibu, karena ibu yang kodratnya mendidik dan membentu anak-anaknya agar berakhlak mulia, selain ibu juga yang lebih sering di rumah, mengurus rumah tangga. Seperti jawaban dari MJ, SZ, LS, MR, SH, dan AS semua menjawab ibulah yang lebih berperan dalam pembentukan akhlak anak, yang diperkuat oleh RW yang mengakui bahwa ibulah yang sering berperan kecuali SH, yang sering kerja masuk pagi, siamh bahkan malam yang harus ayah nya yang sering berperan. Kebanyakan ibu yang berperan disini tapi bukan berarti ayah tidak berperan, ayah juga berperan akan tetapi lebih banyak ibu, karena ayah sibuk dalam mencari nafkah. Pengaruh lingkungan sekitar adalah salah satu faktor pendorong untuk terlaksananya pola pendidikan keluarga dalam pembentukan akhlak anak, karena kita manusia tidak hidup sendiri kita hidup bersosial dengan bayak orang, jadi kita harus bisa menjaga diri dari ombyak lingkungan sekitar. Ada lingkungan yang baik dan mendukung perkembangan anak dan remaja ada juga lingkungan yang kurang efektif terhadap perkembangan baik warga sekitar. Jadi dari keluargalah kita dibekali akhlak dan perbuatan baik, untuk bekal hidup di masyarakat. Dengan itu para orang tua terutama ibu mempunyai cara-cara dalam pembentukan akhlak anak dizaman yang moderen ini, seperti jawaban dari MJ yang selalu membekali sopan santun, saling menghormati sesama, bersikap dermawan, dan selalu belajar mengaji adalah cara dalam pembentukannya.
77
LS mempunyai caranya sendiri dengan menyekolahkan anaknya yang sekolahanya mengutamakan pendidikan agama dan mengutamakan aqidah akhlak. SZ mengunakan caranya untuk selalu mengingatkan dalam hal ibadah sholat
lima
waktunya,
agar
selalu
terjaga
dari
lingkungan
yang
mempengaruhi. Uraian tersebut diatas adalah hasil wawancara peneliti dengan warga, sudah dengan umum dilakukan oleh para keluarga di lingkungan berkuda ini penerapan baik dan membentuk akhlak terhadap anak, akan tetapi lingkungan yang kurang efektif menjadi masalah dalam perkembangan pendidikan dan pembentukan akhlak anak, seperti yang peneliti paparkan diatas dari dampak negatif terhadap anak-anak dan remaja dilingkungan setempat. Hal tersebut menjadikan masalah dan membutuhkan cara baru dalam setiap keluarga untuk menjadikan anak-anak dan warga setempat tidak terkena alur buruk dari dampak negatif tersebut. Warga setempat cenderung ke pola asuh demokratis, yaitu pola asuh yang ditandai dengan adanya pengakuan orangtua terhadap kemampuan anak, anak diberi kesempatan untuk tidak selalu tergantung pada orangtua orangtua sedikit memberi kebebasan kepada anak untuk memilih apa yang terbaik bagi dirinya. Anak didengarkan pendapatnya, dilibatkan dalam pembicaraan terutama yang menyangkut dengan kehidupan anak itu sendiri, anak diberi kesempatan
untuk mengembangkan kontrol internalnya sehingga sedikit
demi sedikit berlatih untuk bertanggung jawab kepada diri sendiri. Anak dilibatkan dan diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam mengatur
78
hidupnya. Pola asuh ini juga diartikan orangtua yang menerapkan perlakuan kepada anak dalam rangka membentuk kepribadian anak dengan cara memprioritaskan kepentingan anak yang bersikap rasional atau pemikiran pemikiran. Pola ini memiliki ciri-ciri, yaitu anak diberi kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan kontrol internal, anak diakui sebagai pribadi oleh orangtua dan turut dilibatkan dalam pengambilan keputusan, memprioritaskan kepentngan anak akan tetapi tidak ragu ragu mengendalikan mereka, bersikap realitis terhadap kemampuan anak, tidak berharab berlebihan yang melampaui kemampuan anak, pendekatan kepada anak bersifat hangat. Pola asuh ini menerapkan pola asuh dengan aspek, orangtua bersikap responsif terhadap kebutuhan anak, orangtua mendorong anak untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan, orangtua memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik dan buruk, orang tua menghargai disiplin anak. Adapun dampak dari pol asuh ini bisa membuat perilaku anak, memiliki rasa percaya diri, bersikap bersahabat, mampu mengendalikan diri, bersikap sopan, mau bekerja sama, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dan berorientasi terhadap prestasi. Dari beberapa pertanyaan dan temuan peneliti diatas dapat disimpulkan bahwa pola pendidikan keluarga terhadap pembentukan akhlak anak telah dilakukan dengan baik, akan tetapi dari temuan peneliti dari
79
dampak negatifnya tersebut yang membuat pola pendidikan orang tua dalam pembentukan akhlak anak menjadi kurang efektif.
80
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dapat disimpulkan bahwa: Pola Pendidikan Keluarga Dalam Pembentukan Akhlak Anak di Lingkungan Wisata Pacuan Kuda Tegalwaton mengunakan pola asuh Demokratis dan Otoriter. 1. Pola pendidikan di dusun Ngelo mengunakan pola asuh demokratis dan juga Otoriter ditandai dengan adanya pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak, anak diberi kesempatan untuk tidak selalu tergantung kepada orang tua. Orangtua sedikit memberi kebebasan kepada anak untuk memilih apa yang terbaik bagi dirinya, anak didengarkan pendapatnya, dilibatkan dalam pembicaraan terutama yang menyangkut dengan kehidupan
anak
itu
sendiri.
Anak
diberi
kesempatan
untuk
mengembangkan kontrol internalnya sehingga sedikit demi sedikit berlatih untuk bertanggung jawab kepada diri sendiri. Anak dilibatkan dan diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam mengatur hidupnya. Dan otoriter yaitu pola asuh yang mengutamakan membentuk kepribadian anak dengan cara menetapkan standar mutlak yang harus dituruti. Pola pendidikan di keluarga Dusun Ngelo Desa Tegalwaton yaitu pada umumnya dengan menyekolahkan anak-anaknya, mengajari mengaji, dengan menerapkan kedisiplinan anak, membiasakan anak untuk ibadah sholat dan puasa,
81
memberi teladan yang baik untuk anak, memberikan contoh yang baik, membimbing kejalan yang benar sesuai dengan ajaran agama. 2. Peran pendidikan keluarga di lingkungan wisata pacuan kuda dalam membentuk akhlak anak ini sudah baik, orangtua mengunakan perannya sebagai pendidik, pembentuk, pengontrol, dan penasehat utama bagi anak, dan juga setuju dengan pendidikan pertama untuk anak yaitu dari keluarga, anak juga selalu diperhatikan, dipantau kegiatanya baik didalam rumah maupun di luar rumah. Bila anak melakukan kesalahan cara yang digunakan
para
orangtua
yaitu
dengan
menasehati
agar
tidak
mengulanginya lagi, dan ada juga yang memberi hukuman sewajarnya. Orangtua memberikan kebebasan untuk pilihan anak sekiranya anak merasa nyaman dengan itu. Sementara itu dalam hal pembentukan akhlak anak orang tua mempunyai cara tersendiri akan tetapi sama tujuannya, orangtua memberikan dan mengenalkan pendidikan aqidah akhlak sejak dini, agar tidak begitu susah dalam penananmanya kelak. Diterapkan kedisiplinan dalam keluarga, seperti dididik sopan santun, mematuhi kedua orangtua, memberi contoh baik, mengingatkan waktu sholat, dan sebagainya. Dimulai dari hal yang kecil hingga anak akan terbiasa.
82
B. Saran Berdasarkan hasil yang telah diperoleh selama melakukan penelitian, sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini, maka penulis kemudian memberi saran kepada para orangtua di lingkungan keluarga wisata pacuan kuda, sebagai berikut: 1. Diharapkan kepada para keluarga memperhatikan karakter anakanaknya terlebih dulu untuk lebih mudah dalam penanganan pembentukan akhlak anak. 2. Kegiatan anak-anak diluar rumah seperti sampingan pekerjaanya sebagai pekatik agar bisa lebih di kontrol agar tidak terkena dampak yang kurang baik untuk perkembangan pendidikan anak. 3. Diharapkan kepada para orangtua harus tegas dalam mendidik anak didalam lingkungan yang kurang efektif, jangan terlalu membebaskan anak dalam keinginannya untuk menjadi pekatik bahkan sampai keluar sekolah. 4. Anak Banyak di berikan ilmu dan bekal agama yang kuat, agar tidak terpengaruh buruk, dan dari orangtua sendiri harus pandai mengawasi anak.
83
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi. Wahid. 2004. Risalah Akhlak. Panduan Perilaku Muslim Moderen. Solo: Era Intermedia. Ardani, Moh. 2005. Akhlak Tasawuf (PT. Mitra Cahaya Utama). Al. Tridhonanto dan Beranda Agency. 2014. Mengembangkan Pola Asuh Demokratis. Jakarta: PT Gramedia. Al-Quran al- karim. Ali Abdul Halim Mahmud. 2004. Akhlak Mulia, Jakarta: GEMA INSANI. Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian, Jakarta: PT RINEKA CIPTA. Baharuddin dan Makin. 2007. Pendidikan Humanistik ( Konsep, Teori dan Aplikasi praktis dalam dunia Pendidikan). Jogjakarta: Ar Ruz Media. Busyra, Zainudin Achmad. 2010 . Buku Pintar Aqidah Akhlaq, Anza Books. Bukhari, H.R. Materi Ujian Komprehensif Lisan (UKL), STAIN SALATIGA. Darajat, Zakiyah. 1995. Pendidikan Islam Dalam Keluarga Jakarta:Ruhama.
dan Sekolah.
Djamarah Syaiful Bahri. 2004. Pola komunikasi orangtua dan Anak Keluarga: Sebuah prespektif Islam. Jakarta:Rineka Cipta. Ilyas, Yunahar. 1999. Kuliah Akhlaq. Yogjakarta: LPPI. Mansur. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mahmud, Ali Abdul Halim. 2004. Akhlak mulia. Jakarta: Daarut Taw‟ziwan Nasyr al-Islamiyyah. Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mustofa. 2007, Akhlak Tasawuf. Bandung Pustaka Setia.
Nata. H. Abudin. 2002. Akhlaq Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Tirtarahardja. 2008, Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rineka cipta. Tim Penyusun, 2008. Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir. Salatiga: STAIN Press. Thoha, Chabib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Tatapangarsa, Humaidi. 1980. Akhlak Yang Mulia. Surabaya: PT Bina Ilmu. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan pengembangan bahasa. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Undang-Undang Nomer. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasiona. Uhbiyati, Nur. 1997. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia. Ramadhan, Irfan. 2011 Pengertian dan tujuan pendidikan kewarganegaraan. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Saerozi, Muh. 2013. Pembaruan Pendidikan Islam. Yogjakarta: Tirta Wacana.
Sukandarrumidi. 2004. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press. Wiji Suwarno. 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Yogjakarta: Ar.Ruzz Media.
LAMPIRAN
DOKUMENTASI KEGIATAN 1. Interview Narasumber
2. Kegiatan Perawatan Kuda
3. Kegiatan di Pacuan Kuda
PEDOMAN WAWANCARA POLA PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK (STUDY KASUS PADA KELUARGA DI LINGKUNGAN WISATA PACUAN KUDA TEGALWATON TENGARAN)
A. Identitas informan Kode Informan
:
Umur
:
Hari/Tanggal
:
Waktu
:
B. Butir-butir Pertanyaan
1. Bagaimana pola pendidikan di keluarga anda? 2. Apakah anda setuju dengan keluarga menjadi tempat pendidik pertama bagi anak? 3. Apakah dalam keluarga anda sudah menjalankan peran masing-masing, seperti tugas kepala keluarga, istri dan anak? 4. Apakah anda selalu memantau kegiatan anak anda diluar rumah? 5. Bagaimana cara anda mensiasati jika anak anda melakukan kesalahan? 6. Apakah anda membatasi pergaulan anak anda? 7. Bagaimana cara anda dalam mendidik anak anda untuk berakhlak mulia? 8. Bagaimana pengawasan anda terhadap akhlak anak? 9. Siapa yang lebih sering berperan dalam penanaman akhlak anak anda? 10. Apakah anda punya metode sendiri dalam pembentukan akhlak anak anda di zaman moderen ini?
PEDOMAN WAWANCARA POLA PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK (STUDY KASUS PADA KELUARGA DI LINGKUNGAN WISATA PACUAN KUDA TEGALWATON TENGARAN)
A.Identitas informan Kode Informan
: AS
Umur
: 38 Thn
Hari/Tanggal
: Selasa, 12 April 2016
Waktu
: 10.23 WIB
B. Butir-butir Pertanyaan 1. Bagaimana pola pendidikan di keluarga anda? Jawab: Pola pendidikan di keluargaku sangat saya tekankan pada kewjiban sebagai seorang anak untuk selalu menghormati kedua orangtua. 2. Apakah anda setuju dengan keluarga menjadi tempat pendidik pertama bagi anak? Jawab: Setuju, karena anak pertama kali yang mengarahkan baik yaitu dari orang tua. 3. Apakah dalam keluarga anda sudah menjalankan peran masing-masing, seperti tugas kepala keluarga, istri dan anak? Jawab: Sudah, ayah mencari nafkah, saya sebagai istri mengurus anak dan rumah, juga membantu suami mencari nafkah tambahan, dan anak saya membantu kedua orangtua. 4. Apakah anda selalu memantau kegiatan anak anda diluar rumah? Jawab: Iya, karena anak agar tidak berkumpul dengan lingkungan yang buruk. 5. Bagaimana cara anda mensiasati jika anak anda melakukan kesalahan?
Jawab: Jika anak melakukan kesalahan tidak saya marahi akan tetapi saya nasehati pelan-pelan agar anak tersebut berfikir akan kesalahanya sendiri. 6. Apakah anda membatasi pergaulan anak anda? Jawab: Saya memberi sedikit kepercayaan untuk anak saya dalam pergaulanya, akan tetapi selalu mengingatkan agar tidak salah dalam bergaul. 7. Bagaimana cara anda dalam mendidik anak anda untuk berakhlak mulia? Jawab: Dengan cara mengajarkan sopan santun kepada orang tua, berbahasa yang baik, sholat 5 waktu, dan mengajarkan untuk menghormati orangtua. 8. Bagaimana pengawasan anda terhadap akhlak anak? Jawab: Dengan mendekati anak menjadikan anak sebagai teman, agar selalu merasa dekat. Sehingga bisa cerita setiap mempunyai masalah. 9. Siapa yang lebih sering berperan dalam penanaman akhlak anak anda? Jawab: Yang sering berperan Ibu‟nya. 10. Apakah anda punya metode sendiri dalam pembentukan akhlak anak anda di zaman moderen ini? Jawab: Tidak mempunyai metode sendiri tapi tetap pada umumnya, selalu memantau anak secara tidak langsung, memberi kebebasan untuk berprestasi dan selalu menasehati jika salah.
PEDOMAN WAWANCARA POLA PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK (STUDY KASUS PADA KELUARGA DI LINGKUNGAN WISATA PACUAN KUDA TEGALWATON TENGARAN)
A. Identitas informan Kode Informan
: MJ
Umur
: 44 Thn
Hari/Tanggal
: Selasa, 12 April 2016
Waktu
: 10.40 WIB
B. Butir-butir Pertanyaan
1. Bagaimana pola pendidikan di keluarga anda? Jawab: Menurut dengan perkataan orangtua dan selalu menghormati orangtuanya, yang selalu saya didikkan pada anak saya. 2. Apakah anda setuju dengan keluarga menjadi tempat pendidik pertama bagi anak? Jawab: Setuju, karena dari orangtualah anak di bentuk dalam hal kebaikan dan secara tidak sadar orangtua menjadi contoh untuk anak. 3. Apakah dalam keluarga anda sudah menjalankan peran masing-masing, seperti tugas kepala keluarga, istri dan anak? Jawab: Di keluarga saya sudah menjalankan peran masing-masing, suami saya bekerja untuk keluarga dan menjadi imam yang baik, saya mengurus rumah dan mendidik anakanak saya yang masih sekolah berperan sebagaimana mestinya, belajar dan membantu pekerjaan rumah. 4. Apakah anda selalu memantau kegiatan anak anda diluar rumah?
Jawab: Iya, saya memantau dengan cara bertanya kepada anak langsung kegiatan apa sajayang dilakukan di luar rumah, dan saya juga harus tahu siapa saja teman bermainya. 5. Bagaimana cara anda mensiasati jika anak anda melakukan kesalahan? Jawab: Saya langsung menegurnya agar tahu kesalahannya, mengajarkan untuk meminta maaf kepada yang di rugikan dan saya nasehati agar tidak di ulang kembali. 6. Apakah anda membatasi pergaulan anak anda? Jawab: Saya secara tidak langsung mengarahkan dan membatasi pergaulan anak saya agar tidak terjerumus kepergaulan yang salah. 7. Bagaimana cara anda dalam mendidik anak anda untuk berakhlak mulia? Jawab: Cara saya sederhana, di setiap hari saya memberi contoh yang baik dan berakhlak mulia agar anak mengikuti apa yang menjadi kebiasaan orangtuanya dan dengan cara menasehati apabila anak melakukan hal yang kurang baik. 8. Bagaimana pengawasan anda terhadap akhlak anak? Jawab: Memantau kegiatan anak dari perkembanganya setiap hari bahkan setiap saat dan mengontrol kegiatanya. 9. Siapa yang lebih sering berperan dalam penanaman akhlak anak anda? Jawan: Ibu, karena bapak lebih sering di luar rumah mencari nafkah. 10. Apakah anda punya metode sendiri dalam pembentukan akhlak anak anda di zaman moderen ini? Jawab: Cara saya sendiri memberikan kebiasaan-kebiasaan baik, sopan, dermawan, patuh kepada orangtua, dan selalu belajar agama dengan baik.
PEDOMAN WAWANCARA
POLA PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK (STUDY KASUS PADA KELUARGA DI LINGKUNGAN WISATA PACUAN KUDA TEGALWATON TENGARAN)
A. Identitas informan Kode Informan
: RW
Umur
: 53 Thn
Hari/Tanggal
: Kamis, 21 April 2016
Waktu
: 19.30 WIB
B. Butir-butir Pertanyaan
1. Bagaimana pola pendidikan di keluarga anda? Jawab: Saya didik untuk menuntut ilmu agama, mengaji dan harus selalu jujur. 2. Apakah anda setuju dengan keluarga menjadi tempat pendidik pertama bagi anak? Jawab: Setuju, karena anak pertama kali yang mengarahkan baik buruknya yaitu dari kedua orangtuanya dan lingkungan keluarga. 3. Apakah dalam keluarga anda sudah menjalankan peran masing-masing, seperti tugas kepala keluarga, istri dan anak? Jawab: Sudah, saya mencari nafkah, istri mencari nafkah tambahan dan tidak lupa akan kewajibannya mengurus rumah dan anak. Anak membantu orangtua. 4. Apakah anda selalu memantau kegiatan anak anda diluar rumah? Jawab: Memberikan sedikit kebebasan dan kepercayaan, akan tetapi secara tidak langsung juga memperhatikan dan memantaunya. 5. Bagaimana cara anda mensiasati jika anak anda melakukan kesalahan? Jawab: Saya menasehati, memberi penjelasan yang sebenarnya harus dilakukan agar berfikir dan tidak mengulanginya.
6. Apakah anda membatasi pergaulan anak anda? Jawab:Saya membatasi akan tetapi juga memberi kepercayaan anak saya untuk memilih sendiri mana yang baik untuknya, dan tidak terlalu saya kekang. 7. Bagaimana cara anda dalam mendidik anak anda untuk berakhlak mulia? Jawab: Cara saya dengan di kenalkan dan di beri pendidikan aqidah akhlak sejak dini, agar anak bisa membedakan mana akhlak yang baik dan yang buruk. 8. Bagaimana pengawasan anda terhadap akhlak anak? Jawab: Dengan membekali ilmu Aqidah akhlak dan memberi kepercayaan untuk anak dalam penerapanya. 9. Siapa yang lebih sering berperan dalam penanaman akhlak anak anda? Jawab: Ibu yang lebih berperan aktif, karena saya sebagai kepala keluarga yang jarang berperan karena waktu banyak untuk bekerja. 10. Apakah anda punya metode sendiri dalam pembentukan akhlak anak anda di zaman moderen ini? Jawab: Seperti pada umumnya mendidik anak dan membentuk akhlaknya dengan mengingatkan shalat, belajar, dan pembiasaan baik lainya.
PEDOMAN WAWANCARA
POLA PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK (STUDY KASUS PADA KELUARGA DI LINGKUNGAN WISATA PACUAN KUDA TEGALWATON TENGARAN)
A.Identitas informan Kode Informan
: MR
Umur
: 22 Thn
Hari/Tanggal
: Kamis, 21 April 2016
Waktu
: 16.32 WIB
B.Butir-butir Pertanyaan
1. Bagaimana pola pendidikan di keluarga anda? Jawab: Pola pendidikn di keluargaku, anak lebih saya arahkan ke perilaku sopan santunya berkata baik dan membantu kedua orangtua. 2. Apakah anda setuju dengan keluarga menjadi tempat pendidik pertama bagi anak? Jawab: Setuju, dengan keluarga menjadi tempat pendidikan pertama bagi anak, karena anak pertama di didik dari keluarga seterusnya pendidikan bisa di sekolah dan ketiga dari masyarakat. 3. Apakah dalam keluarga anda sudah menjalankan peran masing-masing, seperti tugas kepala keluarga, istri dan anak? Jawab: Sudah menjalankan peran masing-masing kepala keluarga bekerja, istri mengurus anak dan tidak lupa akan kewajibannya sebagai istri, anak mendapat hak sebagai seorang anak. 4. Apakah anda selalu memantau kegiatan anak anda diluar rumah? Jawab: Selalu tidak memantaunya, karena pasti anak sudah bisa membedakan mana yang baik dan yang buruk, akan tetapi nasehat akan tetap selalu saya berikan. 5. Bagaimana cara anda mensiasati jika anak anda melakukan kesalahan?
Jawab: Menasehatinya jika kesalahan tersebut merugikan dirinya sendiri dan orang lain, memberi hukuman jika melakukan kesalahan yang fatal, hukuman saya berbentuk: mengurangi uang sakunya, dan melarangnya untuk keluar rumah sementara waktu. 6. Apakah anda membatasi pergaulan anak anda? Jawab: Iya, dizaman sekarang pergaulan sangat bebas banyak anak di bawah umur yang sudah melakukan tindakan yang tidak sepatutnya dilakukan seumurnya, contoh: merokok, miras, narkoba, membuka situs porno dan lainya. 7. Bagaimana cara anda dalam mendidik anak anda untuk berakhlak mulia? Jawab: Dengan cara memberi tahu apa itu akhlak yang mulia, sopan santun, bahasa yang baik dan lain sebagainya, agar anak tidak menyimpang dari akhlak yang baik. 8. Bagaimana pengawasan anda terhadap akhlak anak? Jawab: Memberi arahan dan penjelasan untuk berakhlak mulia dan mencontohkan di kehidupan sehari-hari. 9. Siapa yang lebih sering berperan dalam penanaman akhlak anak anda? Jawab: Ibu, karena bapaknya kerja. 10. Apakah anda punya metode sendiri dalam pembentukan akhlak anak anda di zaman moderen ini? Jawab: Dengan cara saya mengajarkan memberi contoh baik terhadap anak-anak saya.
PEDOMAN WAWANCARA POLA PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK (STUDY KASUS PADA KELUARGA DI LINGKUNGAN WISATA PACUAN KUDA TEGALWATON TENGARAN)
A.Identitas informan Kode Informan
: SZ
Umur
: 40 Thn
Hari/Tanggal
: Jum‟at 22 April 2016
Waktu
: 16.00 WIB
B. Butir-butir Pertanyaan 1. Bagaimana pola pendidikan di keluarga anda? Jawab: Pola pendidikan di keluarga saya mengajarkan untuk bersiksp sopan, menjadi anak baik dan mengajarkan untuk belajar di sekolahan dengan baik, mengaji serta di biasakan untuk membantu orangtua. 2. Apakah anda setuju dengan keluarga menjadi tempat pendidik pertama bagi anak? Jawab: Setuju, karena pendidikan yang pertama kali untuk anak yaitu dari ayah dan ibu (keluarga). 3. Apakah dalam keluarga anda sudah menjalankan peran masing-masing, seperti tugas kepala keluarga, istri dan anak? Jawab: Sudah menjalankan peran masing-masing
kepada keluarga
mencari nafkah tambahan, anak membantu kedua orangtua. 4. Apakah anda selalu memantau kegiatan anak anda diluar rumah? Jawab: Anak saya perhatikan pergaulanya juga kegiatan supaya terpengaruh dengan lingkungan buruk di sekitarnya. 5. Bagaimana cara anda mensiasati jika anak anda melakukan kesalahan? Jawab: Mengingatkan, memberi nasehat agar tidal mengulangi kesalahan kembali. 6. Apakah anda membatasi pergaulan anak anda? Jawab: Iya, saya batasi pergaulanya karena saya tidak ingin anak saya terjerumus ke pergaulan bebas. 7. Bagaimana cara anda dalam mendidik anak anda untuk berakhlak mulia?
Jawab: Menerapkan dari kecil sopan santun kepada orang yang lebih tua, dan mengenalkan ilmu agama sejak kecil. 8. Bagaimana pengawasan anda terhadap akhlak anak? Dengan selalu memperhatikan
akhlaknya dan prestasinya, membatasi
kegiyatan yang kurang bermanfaat. 9. Siapa yang lebih sering berperan dalam penanaman akhlak anak anda? Jawab: Ibu yang lebih berperan. 10. Apakah anda punya metode sendiri dalam pembentukan akhlak anak anda di zaman moderen ini? Jawab: Ya, cara saya adalah selalu mengingatkan shalat 5 waktu pada anak-anak saya.
PEDOMAN WAWANCARA POLA PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK (STUDY KASUS PADA KELUARGA DI LINGKUNGAN WISATA PACUAN KUDA TEGALWATON TENGARAN)
A.Identitas informan Kode Informan
: LS
Umur
: 35 Thn
Hari/Tanggal
: 22 April 2016
Waktu
: 16.37 WIB
B.Butir-butir Pertanyaan
1. Bagaimana pola pendidikan di keluarga anda? Jawab: Memberikan teladan bagi anak serta membimbingnya ke jalan yang benar sesuai dengan ajaran agama. 2. Apakah anda setuju dengan keluarga menjadi tempat pendidik pertama bagi anak? Jawab: Setuju, dengan keluarga menjadi tempat pendidikan utama bagi anak. 3. Apakah dalam keluarga anda sudah menjalankan peran masing-masing, seperti tugas kepala keluarga, istri dan anak? Jawab: Sudah menjalankan peran masing-masing, suami bekerja, istri mengurus rumah tangga dan mencari nafkah tambahan, anak membantu kedua orangtua. 4. Apakah anda selalu memantau kegiatan anak anda diluar rumah? Jawab: Anak saya perhatikan pergaulannya juga kegiyatnaya supaya tidak terpengaruh dengan lingkungan buruk di sekitarnya. 5. Bagaimana cara anda mensiasati jika anak anda melakukan kesalahan? Jawab: Menginggatkan dam memberi nasehat. 6. Apakah anda membatasi pergaulan anak anda? Jawab: Saya membatasi agar anak tidak terjerumus, akan tetapi tidak saya kekang juga. 7. Bagaimana cara anda dalam mendidik anak anda untuk berakhlak mulia?
Jawab: Dengan cara mengingatkan untuk sholat tepat waktu, dan mengaji agar anak terbiasa dengan hal yang baik. 8. Bagaimana pengawasan anda terhadap akhlak anak? Jawab: Pengawasan saya dengan di terapakan
kedisiplinan dalam
keluarga, di mulai dari hal kecil hingga anak akan terbiasa orangtuapun memberi contoh
dan
sehingga akhlak anak akan terbentuk
dengan sendirinya. 9. Siapa yang lebih sering berperan dalam penanaman akhlak anak anda? Jawab: Ibu yang lebih berperan, karena saya yang sering di rumah. 10. Apakah anda punya metode sendiri dalam pembentukan akhlak anak anda di zaman moderen ini? Jawab:Ya, salah satunya dengan menyekolahkan anak di sekolahan yang mengajarkan dan mengutamakan pendidikan aqidah akhlak.
PEDOMAN WAWANCARA POLA PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK (STUDY KASUS PADA KELUARGA DI LINGKUNGAN WISATA PACUAN KUDA TEGALWATON TENGARAN)
A.Identitas informan Kode Informan
: SH
Umur
: 36
Hari/Tanggal
: Jumat 22 April 2016
Waktu
: 10.16 WIB
B.Butir-butir Pertanyaan 1. Bagaimana pola pendidikan di keluarga anda? Jawab: Pola di keluarga saya sederhana anak di sekolahkan dan di suruh mengaji, 2. Apakah anda setuju dengan keluarga menjadi tempat pendidik pertama bagi anak? Jawab: Setuju 3. Apakah dalam keluarga anda sudah menjalankan peran masing-masing, seperti tugas kepala keluarga, istri dan anak? Jawab: Sudah 4. Apakah anda selalu memantau kegiatan anak anda diluar rumah? Jawab: Iya, karena agar anak tidak kumpul dengan lingkungan yang buruk. 5. Bagaimana cara anda mensiasati jika anak anda melakukan kesalahan? Jawab: Menasehati anak jika melakukan kesalahan dan berpesan agar tidak untuk mengulanginya lagi. 6. Apakah anda membatasi pergaulan anak anda? Jawab: Iya, pergaulan saya batasi dari waktu di luar rumah sedikit, Hp saya pastikan tidak membuka situs porno, cara berpakaian juga saya nasehati karena anak saya perempuan, agar tidak terjerumus ke pergaulan yang salah. 7. Bagaimana cara anda dalam mendidik anak anda untuk berakhlak mulia? Jawab: Mengajarkan dam memberikan contoh yang baik kepada anak. 8. Bagaimana pengawasan anda terhadap akhlak anak?
Jawab: Pengawasan saya dengan memperhatikan kegiyatan yang di kerjakan di luar atau di dalam rumah, dan menasehati apabila salah. 9. Siapa yang lebih sering berperan dalam penanaman akhlak anak anda? Jawab: Ayah, karena saya sering bekerja. 10. Apakah anda punya metode sendiri dalam pembentukan akhlak anak anda di zaman moderen ini? Jawab: Mengajarkan tentang kebaikan dan memberi penjelasan agar anak tidak terpengaruh hal yang buruk.