POLA PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA TKW Studi Kasus di Keluarga TKW Dusun Tugu, Desa Banding, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang 2014
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh MUSLIKHATUN UMAMI NIM 11110034
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) SALATIGA 2015
Muna Erawati, M. Si Dosen IAIN Salatiga Gedangan, RT 02/RW 01, No 10, Tuntang, Kab. Semarang HP 081931662001
NOTA PEMBIMBING
Lamp. : 5 eksemplar Hal
: Pengajuan Naskah Skripsi
Yth. Rektor IAIN Salatiga Di Salatiga Assalamualaikum wr. Wb Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara: Nama
: Muslikhatun Umami
NIM
: 11110034
Fakultas
: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Judul
: POLA PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA TKW (Studi Kasus di Keluarga TKW Dusun Tugu, Desa Banding, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang Tahun 2015).
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan. Wassalamualaikum wr. Wb Salatiga, 27 Januari 2015 Pembimbing
Muna Erawati, M. Si NIP. 19751218 199903 2 002
SKRIPSI POLA PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA TKW STUDI KASUS DI KELUARGA TKW DUSUN TUGU, DESA BANDING, KECAMATAN BRINGIN, KABUPATEN SEMARANG 2015 DISUSUN OLEH MUSLIKHATUN UMAMI 11110034 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam,Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 30 Maret 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam. Susunan Panitia Penguji
Ketua penguji
: Drs. A. Bahrudin, M. Ag
Sekretaris penguji
: Muna Erawati, M. Si
Penguji I
: Dr. M. Zulfa, M. Ag.
Penguji II
: M. Gufron, M. Ag
Salatiga, 30 maret 2015 Dekan FTIK IAIN Salatiga
Suwardi, M. Pd. Nip. 19670121 199903 1 002
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Muslikhatun Umami
NIM
: 11110034
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 30 Januari 2015 Yang menyatakan,
MUSLIKHATUN UMAMI NIM. 11110034
MOTTO
Artinya: “Hak anak atas orang tuanya, hendaklah orang tuanya memberi nama yang baik kepadanya, dan mendidiknya dengan baik, dan menempatkannya (tempat tinggal) di tempat yang baik/shaleh.
PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1. Semua anggota keluargaku, suami dan anakku, orang tuaku, adik-adikku yang semuanya telah memotivasiku dan memberikan dukungan serta bantuan. 2. Keluarga besarku yang dengan ikhlas mendo’akanku dan mendukungku. 3. Ibu Muna Erawati M. Si yang dengan sabar membimbingku dalam penulisan skripsi. 4. KH Habib Ikhsanudin dan Ibu Nyai, serta KH Zoemri RWS dan Ibu Nyai, serta keluarga ndalem yang lain yang telah mendidikku dan mengajariku banyak hal ketika di pesantren. 5. Semua dosen dan guru-guruku yang dengan ikhlas dan sabar mendidikku. 6. Semua ustadz-dan ustadzahku yang telah mendidikku dengan sabar. 7. Semua sahabatku di IAIN Salatiga, sahabatku di YPP Al Huda Boyolali, sahabatku di PPTI Al Falah Grogol Salatiga, dan sahabatku yang lainnya trimakasih atas semuanya. 8. Semua pihak yang telah berperan dalam penulisan skripsi ini, trimakasih atas bantuannya.
ABSTRAK
Umami, Muslikhatun. 2015. Pola Pendidikan Akhlak Anak dalam Keluarga TKW(Studi Kasus di Keluarga TKW Dusun Tugu, Desa Banding, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang). Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Muna Erawati, M. Si. Kata Kunci: pendidikan akhlak dan keluarga TKW Penelitian ini merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan akhlak di keluarga TKW Dusun Tugu. Pertanyaan umum yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana pola pendidikan akhlak dalam keluarga TKW? (a) Siapa saja pihak yang terlibat dalam pendidikan akhlak anak di keluarga TKW? (b) Bagaimana strategi pendidikan akhlak di keluarga TKW? ((c) Nilai akhlak apa saja yang ditanamkan dalam pendidikan akhlak di keluarga TKW? (2) Apa saja kendala-kendala yang dihadapi keluarga dalam pendidikan akhlak anak di keluarga TKW Dusun Tugu, Desa Banding, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang 2015? (3) Apa faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan akhlak anak di keluarga TKW?. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan dengan jenis penelitian fenomenologis. Jadi kehadiran peneliti dilapangan sangat penting mengingat peneliti bertindak langsung dalam proses pencarian data dilapangan. Data yang berbentuk kata-kata diambil dari informan pada waktu mereka diwawancarai. Dengan kata lain data tersebut berupa keterangan dari para informan. Selain data yang berupa keterangan yaitu data dari hasil observasi. Analisa data dilakukan dengan cara menelaah data yang ada, lalu mengadakan reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan, dan tahap akhir dari analisa data adalah mengadakan keabsahan temuan. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa pihak yang terlibat dalam pendidikan akhlak anak adalah orang tua, keluarga, guru atau ustadz, dan masyarakat. Strategi pendidikan akhlak anak dengan pemberian nasihat, peneladanan, dan pemberian hadiah. Nilai akhlak yang ditanamkan ada jujur, rajin, sabar, disiplin, ketuhanan. Kendala yang dihadapi keluarga dalam pendidikan akhlak kurangnya pengetahuan pengasuh, kurangnya ketrampilan pengasuh, dan kurangnya kepedulia pengasuh. Faktor yang memengaruhi pembentukan akhlak anak adalah perhatian pengasuh, faktor bawaan anak, dan lingkungan. Dari hasil penelitian tersebut setiap anak mendapatkan pengasuhan yang berbeda, sehingga akhlak dari setiap anak juga berbeda tergantung pada pendidikan, kepribadian anak, serta lingkungan sekitarnya.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWt yang telah memberikan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “pola pendidikan akhlak dalam keluarga TKW (studi kasus di keluarga TKW dusun tugu, desa banding, kecamatan bringin, kabupaten semarang tahun 2015)”. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat-sahabatnya, serta para pengikutnya yang setia. Beliau adalah utusan Allah untuk membebaskan manusia dari kejahiliahan dengan membawa agama islam. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (SPd.I) di Sekolah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Skripsi ini berjudul .“pola pendidikan akhlak anak dalam keluarga TKW (studi kasus di keluarga TKW dusun tugu, desa banding, kecamatan bringin, kabupaten semarang tahun 2015)”. Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Suwardi, M. Pd selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga 3. Rasimin, M. Pd. Selaku Ketua Jurusan PAI IAIN salatiga.
4. Muna Erawati, M. Si selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 5. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. 6. Karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan. 7. Semua anggota keluargaku suamiku, ibu serta ayahku, dan anggota keluarga yang lain yang telah menemani, membantu, dan memberikan motivasi kepada penulis. 8. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Semoga amal kebaikan mereka diterima oleh Allah SWt. Skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi penulis khususnya serta para pembaca pada umumnya.
Salatiga, 30 januari 2015 Penulis
MUSLIKHATUN UMAMI 11110034
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................
i
HALAMAN LOGO........................................................................................
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .....................................................
v
MOTTO..........................................................................................................
vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................
vii
ABSTRAK ....................................................................................................
viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................
ix
DAFTAR ISI .................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL .........................................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................
1
B. Rumusan Masalah .......................................................................
7
C. Tujuan Penelitian ........................................................................
7
D. Manfaat Penelitian ......................................................................
8
E. Penegasan Istilah ........................................................................
8
F. Metode Penelitian ......................................................................
10
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian .........................................
11
2. Kehadiran Peneliti ..............................................................
11
3. Lokasi Penelitian ................................................................
12
4. Sumber Data .......................................................................
12
5. Prosedur Pengumpulan Data ..............................................
13
6. Analisis Data ......................................................................
14
7. Pengecekan Keabsahan Data .............................................
15
G. Sistematika Penulisan Skripsi ...................................................
15
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pola Pendidikan Akhlak 1. Pengertian Pendidikan Akhlak.............................................
16
2. Model Pola Asuh Dalam Keluarga.......................................
17
3. Isi Materi Pendidikan Akhlak..............................................
21
B. Keluarga TKW 1. Pengertian Keluarga TKW.................................................... 2. Faktor Penyebab Menjadi TKW..........................................
33 34
3. Kendala Dan Pemecahan Yang Dihadapi Dalam Keluarga TKW a. Keadaan pengasuh..............................................................
38
b. Pengasuhan anak selama ditinggal ibu menjadi TKW......
39
4. Pendidikan Akhlak Anak pada Keluarga TKW....................
42
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Letak Geografis......................................................................... 44 2. Keadaan Penduduk................................................................... 44 3. Diskripsi Pola Pendidikan Akhlak a.
Hasil wawancara MZ 1.................................................. 48
b.
Hasil wawancara KS 1................................................... 51
c.
Hasil wawancara NH 1.................................................. 54
d.
Hasil wawancara BS 1................................................... 57
e.
Hasil wawancara ZR 1................................................... 59
BAB IV PEMBAHASAN A. Pola Pendidikan Akhlak dalam Keluarga TKW 1. Pihak yang Terlibat dalam Pendidikan Akhlak...................... 62 2. Strategi Pendidikan Akhlak di Keluarga TKW...................... 65 3. Nilai Akhlak yang Ditanamkan dalam Pendidikan Akhlak di Keluarga TKW.................................................................. 68 B. Kendala yang Dihadapi Keluarga dalam Pendidikan Akhlak Anak di Keluarga TKW 1. Kurangnya Pengetahuan Pengasuh Dalam Mendidik Anak... 71 2. Kurangnya Ketrampilan Pengasuh Dalam Mendidik Anak... 72 3. Kurangnya Kepedulian Pengasuh Dalam Mendidik Anak.... 73
C. Faktor Yang Memengaruhi Pembentukan Akhlak Anak Dalam Keluarga TKW 1.
Perhatian Pengasuh................................................................ 71
2.
Kepribadian Bawaan Anak.................................................. 72
3.
Lingkungan Sekitar.............................................................. 73
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan............................................................................................. 78 B. Saran ...................................................................................................... 82 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jumlah Penduduk Menurut Usia .........................................................
45
Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan ..............................................
53
Tabel 3 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan..................................................
47
Tabel 4 Daftar Responden...............................................................................
47
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan akhlak merupakan pendidikan tingkah laku yang bertujuan untuk membentuk akhlak mahmudah. Jadi pendidikan akhlak adalah usaha untuk membentuk akhlak dari yang belum baik menjadi baik atau dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Pendidikan akhlak adalah kebutuhan bagi setiap manusia yang harus diberikan agar dia menjadi insan yang baik. Karena manusia yang baik akan menguntungkan orang lain dan dirinya sendiri, tetapi sebaliknya jika orang yang tidak baik akan merugikan orang laindan dirinya sendiri pula. Nata berpendapat jika kata al-tahzib berarti pendidikan akhlak atau menyucikan
diri
dari
perbuatan
akhlak
buruk.
Dari
arti
kata
tersebutPendidikan akhlak adalahmemperbaiki mental seseorang yang tidak sejalan dengan ajaran atau norma kehidupan menjadi sejalan dengan ajaran norma, memperbaiki perilakunya agar menjadi baik dan terhormat serta memperbaiki akhlak dan budi pekertinya agar menjadi berakhlak mulia (Nata, 2010:16). Akhlak adalah kebiasaan, kehendak. Berarti bahwa kehendak itu bila
membiasakan
sesuatu
maka
kebiasaannya
itu
disebut
akhlak
(Achmad,1998:62). Contoh bila kehendak itu membiasakan memberi, kebiasaan kehendak itu ialah akhlak dermawan. Istilah akhlak tidaklah jauh dari etika dan moral, karena ketiganya mencakup pengertian tingkahlaku, tabiat, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Allah Swt atau dengan
sesama makhluk. Menurut Imam Ghazali akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pertimbangan dan pemikiran( Nata, 2002:4). Sedangkan etika adalah teori tentang perbuatan manusia ditimbang menurut baik-buruknya, ukuran baik-buruknya adalah tanggapan pembawaan manusia (Achmad, tt:13-15). Moral adalah tolok ukur untuk menentukan betul salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baik-buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas. Norma norma moral adalah tolok ukur yang dipakai masyarakat untuk mengukur kebaikan seseorang. ( Magnis, 2005:19). Jadi ketiganya memiliki sumber yang berbeda. Akhlak adalah yang menjadi ukuran baik dan buruk atau mulia dan tercela. Sumber akhlak adalah Al-Quran dan sunah,bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat sebagaimana konsep etika dan moral. Etika untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk tolak ukur yang digunakan atau sumbernya adalah akal pikiran atau rasio(filsafat), sedangkan dalam pembicaraan moral tolak ukur yanng digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung dimasyarakat. Anak sangat ditentukan perkembangannya oleh keluarga. Ayah dan Ibu serta anggota lain di rumah harus bekerjasama dalam mendidik Anak. Mansur mengemukakan “Dalam masalah pendidikan yang pertama dan utama, keluargalah yang memegang peranan utama dan memegang tanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya” (Mansur, 2005:318). Jadi keutuhan
keluarga terutama Ayah dan Ibu sangat mempengaruhiperkembangan Anak. Sehingga orang tua perlu mempertimbangkan hal-hal yang akan dilakukan jika harus berpisah dengan Anak. Dalam sebuah hadistelah dijelaskan beberapa kewajiban orang tua terhadap anak:
ُّ َح ق اىىاَ ىَد عيً اىى ِىد ان يحسه اسمً و اد بً و ان يعيمً اىنتا بة واسبا حة )واىسما ية وان ال يسشقً االطيبا وان يصوجً اذا ادزك (زواي اىحا مم
Artinya:“ :Hak anak atas orang tuanya membaguskan namanya dan akhlak/sopan santun, mengajarkan tulis menulis, berenang, dan memanah, memberi makan dengan makanan yang baik, menikahkannya bila telah cukup umur.”(Syu’bu Al Iman Li Al Baihaqi, hadis ke 8137:2856) Hal itu sangatlah jelas jika mendidik akhlak anak hukumnya wajib, karena disitu disebutkan jika orang tua wajib mendidik sopan santun yang juga merupakan akhlak. Akhlak adalah kebiasaan, kehendak. Berarti bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya iti disebut akhlak.(Achmad, 1998:62). Contoh bila kehendak itu membiasakan memberi, kebiasaan kehendak itu ialah akhlak dermawan. Djatnika berpendapat jika “Akhlak yang mulia menurut ajaran islam adalah melaksanakan kewajiban-kewajiban menjauhi
segala
larangan-larangan
memberikan
hak
pada
yang
mempunyainya, baik yang berhubungan dengan Allah maupun yang berhubungan
dengan
makhluk,
dirinya
sendiri,
orang
lain
dan
lingkungannya,dengan sebaik-baiknya seakan melihat Allah dan apabila tidak bisa melihat Allah, harus yakin bahwa Allah selalu melihatnya, sehingga
perbuatan itu benar-benar dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Dan kesemuanya itu dilandasi dengan iman dan taqarrub kepada Allah” (Djatnika, 1996:24). Orang yang ada di sisi anak tidak hanya bertugas untuk mendidik saja, tetapi mengasuhnya. “Asuh mempunyai
arti mendidik, mengajar, dan
merawat anak dari awal kehadirannya sampai batas waktu tertentu, sesuai posisi anak sebagai mahluk biopsikososiospiritual, tanpa mengharap imbalan”(Lestari & Ngatini,2010:2). Jadi hal-hal lain salain mandidik juga harus dilakukan dengan baik, karena akan mempengaruhi yang lainnya. TKW (Tenaga KerjaWanita) adalah pekerjaan yang dilakukan oleh perempuan atau ibu rumah tangga dengan menjadi buruh di negara lain. Kebanyakan mereka bekerja sebagai pembantu rumah tangga, meskipun ada beberapa yang bekerja menjadi karyawan pabrik, penjaga toko atau yang lainnya. Dalam RUU Tenaga Kerja Luar Negri (versi badan legislatif) mendefinisikan TKI atau pekerja Indonesia di luar negri adalah setiap orang Indonesia dewasa yang sedang dan pasca bekerja di luar negri di dalam suatu hubungan kerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain (Bab 1 pasal 1 angka 1) (Tim PSGK, 2007:11). TKW menjadi pilihan ibu-ibu yang ingin mendapat penghasilan banyak dengan mudah dan tanpa membutuhkan ketrampilan khusus. Hampir semua orang bisa asalkan dia benar-benar bertekad melakukannya. Untuk menjadi TKW tidak harus bermodal banyak guna mendapatkan pendidikan bahasa asing, karena sekarang sudah banyak disediakan PT yang memberikan aturan
biaya pendidikan dengan sistem potong gaji setelah dia bekerja. Hal inilah yang menyebabkan pekerjaan ini menjadi pilihan mereka. Tim PSGK STAIN berpendapat jika faktor yang mendorong perempuan menjadi TKW ada tiga: Faktor tekanan ekonomi, faktor tekanan psikologis, faktor kemudahan menjadi TKW (Tim PSGK, 2007:31-38). Sebenarnya gaji mereka tidak terlalu besar, tetapi dibanding dengan keuangan orang yang memiliki ekonomi rendah sudah cukup lumayan. Pendapatan mereka digunakan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga keluarga dirumah dan sisannya untuk simpanan. Kebanyakan dari mereka tidak menggunakan gajinya untuk modal usaha sehingga dia bisa merubah kondisi ekonominya, tetapi mereka mempergunakan sisa uangnya untuk memperbaiki rumah dan membeli sebidang tanah. Ada juga TKW yang uangnya habis karena digunakan untuk berfoya-foya suaminya. Di Dusun Tugu banyak ibu rumah tangga yang memilih jalan hidupnya untuk menjadi TKW. Mereka ada yang bekerja di Saudi Arabia, Abudabi, Taiwan, dll. Biasanya mereka pergi selama dua tahun, tetapi ada juga yang sampai tiga atau empat tahun. Pekerjaan mereka juga beragam, ada yang mengasuh anak, merawat lansia, pembantu rumah tangga, dll. Banyak diantara mereka yang kembali kesana setelah pulang ke kampung karena merasa lebih nyaman berada di sana. Alasan mereka memilih pekerjaan itu karena hasilnya yang lumayan, tidak membutuhkan biaya tinggi, dan tidak membutuhkan pendidikan yang tinggi atau ketrampilan khusus. Pekerjaan disana kebanyakan menjadi ibu
rumah tangga sehingga mereka kemungkinan besar bisa mengerjakannnya, hanya saja bahasa komunikasinya yang berbeda dan perlu belajar. Alasan lainnya, sebagian ada yang tidak mempunyai sumber pendapatan, karena mempunyai pendapatan yang tidak mencukupi, serta tidak dimilikinya jalan atau modal untuk mendapatkan penghasilan. Mereka melakukan itu karena keadaan yang mendesak, demi keluarganya agar bisa bertahan hidup. Ada juga yang benar-benar bertekad karena merasa tidak cukup dengan pendapatan yang di berikan oleh suaminya atau ingin memiliki rumah bagus dan tanah yang luas seperti tetangga yang kaya. Di Dusun Tugu sebagian besar orang bermata pencaharian sebagai petani dan pengrajin besek ikan dan nasi, akan tetapi sawah di daerah Tugu tidak ada sistem irigasinya sehingga sawah hanya bisa digarap ketika musim penghujan. Selain itu biasanya masyarakat hanya memiliki sebidang tanah yang hasilnya tidak cukup untuk makan sampai masa panen selanjutnya tiba. Nilai jual besekjuga sangat rendah, bahkan besek nasi sudah digeser oleh bakul plastik sehingga kurang laku dan masyarakat beralih ke besek ikan. Dalam sehari rata-rata mereka mendapat satu ikat yang harganya 7500 dan bahan baku bambu juga harus membeli. Sebagian dari kepala keluarga mereka ada yang merantau ke luar kota untuk bekerja sebagai tukang bangunan atau tukang cat di sela-sela musim menggarap sawah. Akan tetapi mereka yang mempunyai ketrampilan tidak harus pergi ke luar kota untuk bertahan hidup, mereka ada yang berprofesi sebagai tukang atau pengrajin makanan. Itulah peyebab mereka pergi menjadi TKW.
Mereka yang pergi kurang memikirkan dampak negatif dari kepergiannya pada keluarga, terutama bagi anaknya. Anak sangat membutuhkan peran ibu untuk memberikan kasih sayang, pendidikan dan perhatian. Mereka hidup tanpa kasih sayang seorang ibu dan hanya mendapatkan perhatian dari ayah dan orang lain di sekitarnya. Sebagian ayah ada yang kurang memperhatikan anaknya karena kurangnya ketlatenan dari pribadi seorang ayah dan sebagian ada yang karena ayahnya menyeleweng setelah ditingggal ibu. Laki-laki yang ditinggal istrinya ada yang justrubermain judi, bermain perampuan, dan mencuri. Sehingga dengan keadaan seperti itu anak tidak lagi terurus dan hanya mendapatkan pemenuhan kebutuhan materi saja. Anak-anak mereka tidak mau sekolah tidak mau mengaji sehingga setelah dewasa hanya menjadi orang yang kurang baik. Mereka yang diperhatikan ayahnya saja juga nakal karena kurangnya kasih sayang dan ketlatenan dari seorang ayah. Kasih sayang seorang ibu sangat dibutuhkan oleh anak. Bagi yang memang pergi ke luar negeri ayah menjalankan perannya sebagai sosok Ayah sekaligus Ibu, supaya mereka menjadi orang yang baik, terarah, dan tidak kurang kasih sayang. Dalam mengasuh Anak perlu kesungguhan dan usaha yang total agar Anak terbentuk sesuai keinginan orang tua, anak berakhlakul karimah dan menjadi kebanggaan orang tua. Dengan keadaan tersebut peneliti bermaksud untuk meneliti masalah itu agar mengetahui tentang pola keluarga TKW dalam mendidik akhlak anaknya dengan
judul
“POLA
PENDIDIKAN
AHKLAK
ANAK
DALAM
KELUAGA TKW, Studi Kasus di Keluarga TKW Dusun Tugu, Desa Banding, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang 2015. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pola pendidikan akhlak anak dalam keluarga TKW di Dusun Tugu, Desa Banding, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang 2015? a. Siapa saja pihak yang terlibat dalam pendidikan akhlak anak di keluarga TKW? b. Bagaimana strategi pendidikan akhlak anak di keluarga TKW? c. Nilai akhlak apa saja yang ditanamkan dalam pendidikan akhlak anak di keluarga TKW? 2. Apa saja kendalayang dihadapi keluarga dalam pendidikan akhlak anak di keluarga TKW Dusun Tugu, Desa Banding, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang 2015? 3. Apa faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan akhlak anak di keluarga TKW? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pola pendidikan akhlak anak dalam keluarga TKW di Dusun Tugu, Desa Banding, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang 2015? a. Untuk mengetahui pihak yang terlibat dalam pendidikan akhlak anak di keluarga TKW. b. Untuk mengetahui strategi pendidikan akhlak anak di keluarga TKW.
c. Untuk
mengetahui
nilai
akhlakanak
yang
ditanamkan
dalam
pendidikan akhlak di keluarga TKW. 2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi keluarga dalam pendidikan akhlak anak di keluarga TKW Dusun Tugu, Desa Banding, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang 2015? 3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi akhlak anak di keluarga TKW. D. Manfaat Penelitian 1. Teoretik Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan untuk pengembangan kualitas pendidikan akhlak anak di keluarga TKW serta meningkatkan kualitas akhlak anak-anak TKW terutama di Dusun Tugu. 2. Praktis Penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis berupa pengetahuan mengenai pola pendidikan akhlak anak bagi pengasuh, serta pendidikan akhlak yang tepat bagi anak-anak TKW. Sehingga mereka akan terdidik akhlaknya dan berakhlakul karimah. E. Penegasan Istilah Pola artinya bentuk (struktur) yang tetap (Qodratilah, 2011:419).“Istilah pola dan model sama-sama merupakan kerangka atau bentuk awal yang bersifat umum kemudian diberi sentuhan personal menuju bentuk yang sempurna yang bersifat unik, pola lebih bersifat umum, dasar, dan kaku, sedangkan model lebih bersifat subjektif” (Lestari & Ngatini, 2010:1).
Akhlak adalah sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari karakteristik akal atau tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa (Mahmud, 2004:26-27).Sedangkan pendapat lain akhlak adalah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya (Asmaran, 2002:1).Pendapat lain lagi akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan (Al Ghazali dalam Nata, 2002:4).Jadi akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang selalu ada padanya yang menimbulkan bermacam-macam perbuatan
dengan
mudah
tanpa
pemikiran.
Pendidikan
akhlak
adalahmemperbaiki mental seseorang yang tidak sejalan dengan ajaran atau norma kehidupan menjadi sejalan dengan ajaran norma, memperbaiki perilaku agar menjadi baik dan terhormat, serta memperbaiki akhlak dan budi pekertinya agar menjadi berakhlak mulia (Nata, 2010:16). Tujuan pendidikan akhlak adalah memperbaiki mental seseorang. Nata menyebutkan Pendidikan akhlak adalah memperbaiki mental seseorang yang tidak sejalan dengan ajaran atau norma kehidupan menjadi sejalan dengan ajaran norma, memperbaiki perilakunya agar menjadi baik dan terhormat serta memperbaiki akhlak dan budi pekertinya agar menjadi berakhlak mulia (Nata, 2010:16). Jadi tujuan pendidikan akhlak anak adalah untuk perbaikan mental anak. Dalam RUU Tenaga Kerja Luar Negri (versi badan legislatif) mendefinisikan TKI atau pekerja indonesia di luar negri adalah setiap orang
indonesia dewasa yang sedang dan pasca bekerja di luar negri di dalam suatu hubungan kerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain (Bab 1 pasal 1 angka 1) (Tim PSGK, 2007:11). Mughni mendefinisikan buruh migran indonesia adalah setiap orang yang akan, sedang, dan pasca bekerja di luar negri di dalam suatu hubungan kerja dengan menerima upah dan imbalan dalam bentuk lain. (Tim PSGK, 2007:11-12). Jadi keluarga TKW adalah keluarga yang ibu di keluarga itu bekarja di luar negri di dalam satu hubungan kerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Jadi pola pendidikan akhlak dalam keluarga TKW adalah bentuk usaha orang tua dalam memperbaiki mental anak agar sesuai dengan norma kehidupan dan ajaran agama, memperbaiki perilakunya supaya lebih baik dan memperbaiki akhlak dan budi pekertinya agar berakhlak mulia. Anak yang laki-laki agar menjadi anak yang soleh, dan yang perempua menjadi anak yang solikhah. Sementara sosok ibu sebagai orang yang paling dekat dengan anak pergi ke luar negri. E. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data dan informasi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti (Darmawan, 2014: 127). Pengambilan metode ini adalah untuk mengetahui bagaimana pola pendidikan akhlak dalam keluarga TKW. Dimana anak-anak ditinggalkan
oleh orang yang paling dekat dengan dirinya yaitu Ibu. Mereka diusahakan agar memiliki akhlakul karimah walaupun tanpa didikan dari Ibu mereka. Orang yang selalu disisinya mungkin adalah Bapak, Kakak, Kakek, dan Nenek, bibi, atau paman. 1. Pendekatan dan jenis penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif mempunyai latar aktual sebagai sumber langsung data dan peneliti merupakan instrumen kunci dalam penelitian tersebut. Penelitian kualitatif kami maksudkan sebagai jenis penelitian yang temuantemuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik ataubentuk hitungan lainnya (Strauss & Corbin,2007:4). Penelitian kualitatif adalah deskriptif, data yang dikumpulkan lebih mengambil bentuk kata-kata atau gambar daripada angka. Dalam penelitian ini lebih berkonsentrasi pada proses daripada hasil atau produk serta cenderung menganalisis data mereka secara induktif (Emzir, 2011:2-3). Jenis penelitiannya adalah fenomenologis. Penelitian ini melihat secara dekat interpretasi individual tentang pengalaman-pengalamannya. Penelitian fenomenologis berusaha memahami makna dari sebuah pengalaman dari perspektif partisipan. 2. Kehadiran peneliti Dalam penelitian ini, peneliti secara langsung mendapatkan data dari responden sehingga sangat leluasa untuk mendapatkan data secara lengkap dan valid. Selain itu responden adalah tetangga peneliti sehingga
peneliti sangat mengetahui keadaan responden yang akan mempermudah peneliti mendapatkan data dan perkembangan dari waktu-kewaktu. Data yang lengkap mudah didapatkan oleh peneliti. 3. Lokasi penelitian Lokasi penelitian di Dusun Tugu, Desa Banding, Kec. Bringin, Kab. Semarang. Di daerah pedesaan yang disitu terdapat banyak TKW. Daerah tersebut merupakan daerah tempat tinggal peneliti sendiri. 4. Sumber data Dalam penelitian ini peneliti menggunakan buku sebagai sumber data yang bersifat teoretik. Peneliti menggunakan teknik observasi dan wawancara guna mendapatkan data yang valid secara langsung dari informan penelitian kemudian dianalisis. Dengan kata lain sumber data yang diperoleh dari penelitian ini adalah: a) Sumber data primer Yaitu sumber data yang berkaitan langsung dengan objek riset (Arikunto, 1989: 1). Data primer dalam penelitian ini adalah data di lapangan yang dapat menyempurnakan penelitian ini.Informan utama dalam penelitian ini diantaranya anak dan pengasuh anak bisa bapak, nenek, kakek, ataukakak. Dan informan pendukungnya adalah pihak yang berperan dalam pendidikan anak, tetangga, dan teman sebaya anak. Peneliti membatasi keluarga TKW yang memiliki anak usia 612 tahun yaitu anak usia sekolah dasar.
b) Sumber data sekunder Yaitu sumber data yang mendukung dan melengkapi sumber data primer. Data skunder dalam penelitian ini adalah dokumentasi berupa foto monografi di lingkungan penelitian serta data-data lain di tempat pebelitian. 5. Prosedur pengumpulan data Untuk memperoleh data yang dibutuhkan peneliti menggunakan beberapa metode, diantaranya: Observasi, wawancara, analisis data, dan pengecekan keabsahan temuan. Semua itu dibutuhkan agar didapat data yang lengkap dan valid. a) Observasi Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data pada penelitian ini adalah observasi atau pengamatan yaitu perhatian yang terfokus terhadap kejadian, gejala, atau sesuatu ( Emzir, 2011:3738).Peneliti menggunakan observasi partisipan yaitu observasi yang dilakukan oleh peneliti yang berperan sebagai anggota yang berperan serta
dalam
kehidupan
masyarakat
topik
penelitian
(Emzir,2011:39).Penulis melakukan pengamatan secara langsung pada keluarga TKW mengenai pendidikan akhlak yang diterapkannya pada anak agar memiliki ahlakul karimah. Bagaimana caranya, siapa yang melakukannya, serta kapan diterapkannya.
b) Wawancara Wawancara
yaitu
percakapan
dengan
maksud
tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu interviewer (yang mengajukan
pertanyaaan)
dan
interviewee
(yang
memberikan
jawaban) atas pertanyaan itu (Moleoeng, 2011:186). Wawancara akan dilakukan terhadap Anak, Bapak, Kakak, Kakek, atau Nenek serta anggota keluarga lain. Untuk menggali data mengenai pola pendidikan akhlak di dalam keluarga TKW, akhlak anak yang ibunya menjadi TKW, dan kendala yang dihadapi dalam mendidik akhlak anak yang ibunya menjadi TKW. c) Analisis data Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya,mencari dan mengemukakan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moloeng, 2011:248).Dalam penelitian ini menggunakan analisis induktif, yaitu mentransformasi fakta-fakta khusus sebagai bahan untuk membangun kesimpulan. Metode ini digunakan untuk menganalisis keadaan keluarga TKW, khususnya mengenai pola pendidikan akhlak anak yang ibunya menjadi TKW.
d) Pengecekan keabsahan temuan Agar diperoleh data yang akurat peneliti terjun langsung dengan melakukan wawancara dan observasi.Untuk mendapatkan data yang tepat peneliti akan melakukan triangulasi data dengan mewawancarai secara langsung beberapa informan penelitian baik informan utama maupun informan pendukung dengan beberapa teknis yang berbeda, sehingga akan dihasilkan jawaban yang beragam dan kemudian data tersebut akan penulis simpulkan. G. Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyusun sistematikanya sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,manfaat penelitian, metologi penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II kajian teori, berisi tentang diskripsi pendidikan akhlak anak, dan bagaimana pola pendidikan akhlak anak dan bagaimana penerapan dalam keluarga TKW. Bab III membahas tentang gambaran umum, diskripsi pola pendidikan akhlak anak dalam keluarga TKW. Bab IV analisis tentang pola pendidikan akhlak anak dalam keluarga TKW di Dusun Tugu, Desa Banding, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang 2015. Bab V penutup berisi kesimpulan dan saran sebagai masukan dalam dunia pendidikan akhlak.
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pola Pendidikan Akhlak 1. Pengertian pendidikan akhlak Anak merupakan titipan dari Allah SWt yang harus kita jaga, dalam artian kita harus mengasuhnya, mendidiknya serta menghidupinya dengan cara sebaik mungkin semampu kita. Hal itu harus benar-benar kita berikan secara ikhlas, karena hal itu hukumnya adalah wajib. Kewajiban tersebut bisa kita titipkan pada orang lain yang lebih mampu untuk membantu kita mendidik anak, misalnya ustad, guru, dan kiyai. Karena kemampuan orang dalam mendidik anak berbeda-beda. Akan tetapi tugas mendididik tidak bisa kita bebankan pada orang lain, tanggung jawab tetap berada ditangan orang tua. “Pendidik di luar keluarga hanya sebagai bantuan dan meringankan beban saja” (Ahid, 2010:vi). Sangatlah tidak tepat jika seseorang menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak pada lembaga tertentu dan tidak ikut serta dalam mendidik anak. Keberhasilan pendidikan tersebut kurang maksimal, karena waktu anak lebih banyak di rumah dari pada di lembaga pendidikan tersebut. Selain itu bentuk tanggung jawab dari orang tua kurang terwujudkan. “Tugas keluarga adalah meletakkan dasar-dasar bagi perkembangan bagi anak berikutnya, agar anak dapat berkembang secara baik” (Ahid, 2010:100). Untuk itu orang tua tidak boleh sembarangan dalam mendidik anak.
Pendidikan mempunyai arti yang sangat luas, dan setiap orang mempunyai pengertian yang berbeda-beda tentang pendidikan. Nata mengartikan pendidikan sebagai usaha memperbaiki mental seseorang yang tidak sejalan dengan ajaran atau norma kehidupan menjadi sejalan dengan ajaran norma, memperbaiki perilakunya agar menjadi baik dan terhormat serta memperbaiki akhlak dan budi pekertinya agar menjadi berakhlak mulia (Nata, 2010:16). 2. Model pola asuh dalam keluarga Model adalah ragam atau cara yang terbaik (Sulistiyo & Mulyono:306). “Istilah pola dan model sama-sama merupakan kerangka atau bentuk awal yang bersifat umum kemudian diberi sentuhan personal menuju bentuk yang sempurna yang bersifat unik, pola lebih bersifat umum, dasar, dan kaku, sedangkan model lebih bersifat subjektif” (Lestari & Ngatini, 2010:1). “Asuh mempunyai arti mendidik, mengajar, dan merawat anak dari awal kehadirannya sampai batas waktu tertentu, sesuai posisi anak sebagai mahluk biopsikososiospiritual, tanpa mengharap imbalan” (Lestari & Ngatini, 2010:2). “Keluarga adalah umat kecil yang memiliki pemimpin dan anggota, mempunyai pembagian tugas dan kerja, serta hak dan kewajiban bagi masing-masing anggotanya”(Ahid, 2010:75). Jadi yang termasuk dalam anggota keluarga adalah suami, istri, ayah, ibu, anak, serta orang yang tinggal serumah dan masih mempumyai hubungan darah.
Selain keluarga ada pihak-pihak di luar rumah yang berperan dalam pendidikan anak seperti guru, ustadz, serta tetangga sekitar yang peduli. Meskipun perannya sangat sedikit juga sangat mempengaruhi akan tetapi tidak boleh dianggungjawabkan sepenuhnya karena pendidikan adalah tugas orang tua. “Pendidik di luar keluarga hanya sebagai bantuan dan meringankan beban saja” (Ahid, 2010:vi). Jadi model pola asuh dalam keluarga adalah kerangka dalam mendidik, mengajar dan merawat pada jangka waktu tertentu dalam keluarga. Pola asuh menurut Hurlock, Schneider, dan Lore ada tiga: otoriter, permisif, demokratis (Lestari & Ngatini, 2010:6-8). a. Otoriter Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang ditandai dengan cara mengasuh anak-anaknya dengan aturan-aturan ketat, seringkali memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya (orang tua), kebebasan bertindak atas nama diri sendiri dibatasi (Mansur, 2005:354). Pola asuh ini cukup ketat dengan apa yang mereka harapkan dari anaknya dan hukuman perilaku anak yang kurang baik juga berat. Peraturan diterapkan secara kaku dan seringkali tidak dijelaskan secara memadai dan kurang memahami serta mendengarkan kemauan anaknya. Penekanan pola asuh ini adalah ketaatan tanpa bertanya dan menghargai tingkat kekuasaan.
Disiplin pada rumah tangga ini cenderung kasar dan banyak hukuman yang diberikan pada anak. b. Permisif Orang tua pada kelompok ini membiarkan anaknya untuk menampilkan dirinya dan tidak membuat aturan yang jelas serta kejelasan tentang perilaku yang mereka harapkan. Mereka seringkali menenima atau tidak peduli dengan perilaku yang buruk. Hubungan mereka dengan anaknya adalah hangat dan menerima. Pola ini mengasuh anak dengan sangat bebas. Hal ini ternyata dapat diterapkan pada orang dewasa yang sudah matang pemikirannya (Mansur, 2005:357). Karena mereka sudah bisa memilah tersendiri mana yang tepat dan mana yang tidak, asalkan bekal pengetehuan yang dimilikinya sudah cukup. c. Demokratis Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang ditandai dengan pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak-anaknya, dan kemudian anak diberi kesempatan untuk tidak selalu tergantung kepada orang tua (Mansur,2005:355). Orang tua yang memberikan kebebasan yang memadai pada anaknya tetapi memiliki standar perilaku yang jelas. Mereka memberikan alasan yang jelas dan mau mendengarkan anaknya tetapi juga tidak segan untuk menetapkan beberapa perilaku dan tegas dalam menentukan batasan.
Menurut islam ada enam model pola asuh yang bisa dijadikan referensi dalam mendidik anak, diantaranya: metode dialog Qur’ani dan nabawi, metode kisah Al Qur’an dan nabawi, metode keteladanan, metode praktek dan perbuatan, metode ibrah dan mau’izah, metode targhib dan tarhib (Lestari & Ngatini, 2010:9-10). a. Metode dialog Qur’ani dan nabawi Metode ini juga bisa disebut dengan metode hiwar (percakapan). Metode hiwar atau dialog adalah percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih melalui tanya jawab mengenai satu topik, dan dengan sengaja diarahkan kepada satu tujuan yang dikehendaki (Gunawan, 2014:260). b. Metode kisah Al Qur’an dan nabawi Mendidik anak menggunakan metode ini yakni dengan cara menceritakan kisah-kisah teladan yang ada pada al- Qur’an, serta kisah-kisah nabi dan umat islam terdahulu. Karena dengan mendengar cerita seorang anak akan terpengaruh mengikutinya. c. Metode keteladanan Maksud metode ini yakni mendidik anak dengan cara memberi teladan yang baik supaya anak memiliki perilaku yang sama dengan yang dicontohkan. Karena teladan atau contoh akan sangat mudah mempengaruhi anak, orang tua tidak perlu banyak memberikan pengarahan asalkan dia melakukan hal-hal yang baik dengan sendirinya anak akan mengikuti.
d. Metode praktek dan perbuatan Metode ini yakni mendidik anak dengan cara mengajari anak secara langsung tanpa teori yang bertele-tele. Jadi anak langsung diberikan pengertian pada hal yang dimaksud, anak dapat langsung menangkap apa yang dia jelaskan. e. Metode ibrah dan mau’izah Metode ini yakni mendidik anak dengan cara mengambil pelajaran dan khikmah dari setiap peristiwa yang dialaminya, sehingga dari situ anak bisa meresapi maknanya. Anak sangat membutuhkan dampingan orang tua disetiap hal yang dialaminya, karena anak belum bisa mengambil hikmah disetiap kejadian. Karena semua taqdir allah itu baik dan apa yang terjadi adalah pelajaran bagi yang mengalaminya. f. Metode targhib dan tarhib Metode
ini
yakni
mendidik
anak
dengan
cara
memberitahukan anak atas akibat dari perbuatan yang dilakukan baik positif maupun negatif. Jadi disetiap yang dilakukan ada akibatnya, sehingga anak selalu diarahkan untuk memilah-milah apa yang akan dia lakukan. Apapun yang dia lakukan akan mendapatkan akibat positif dan negatif. 3. Isi materi pendidikan akhlak Agar anak memiliki akhlak yang baik perlu ditanamkan beberapa hal sebagai berikut:
a. Jujur Jujur adalah menyampaikan sesuatu sesuai kenyataan yang sesungguhnya,
baik
perkataan
maupun
perbuatan.
(Tatapangarsa,1991:149). Sikap jujur teremasuk salah satu akhlak mahmudah, untuk itu kita harus mengupayakan diri kita untuk selalu bersikap jujur. Allah sangat menganjurkan orang bersikap jujur, hal ini sesuai dengan Q.S Al Ahzab: 71-70.
ْ يُصْ يِحْ ىَ ُن ْم اَ ْع َماىَ ُن ْم َو يَ ْغفِس.يـاَيـُّهَا اىَّ ِريـْهَ ا َمىُىا اتَّـقُىا هللاَ َو قُىْ ىُىْ ا قَىْ الً َس ِديـْدًا 07-07: االحصاب.ُّـط ِع هللاَ َو َزسُىْ ىًَ فَـقَ ْد فَاشَ فَىْ ًشا َع ِظ ْي ًما ِ َو َم ْه ي،ىَ ُن ْم ُذوـُىْ بَ ُن ْم Artinya: Hai orang-orang yang beriman bertakwalah engkau kepada Allah, dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar(Departemen Agama, 2005: 427) Jujur adalah modal untuk mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Jujur juga akan membawa keberuntungan, karena dengan sifat jujur seseorang akan memberikan kepercayaannya pada orang tersebut. Biasanya orang yang jujur akan diberikan kepercayaan kembali oleh orang yang memberikan kepercayaan kepadanya, karena dia merasa senang dan tidak kecewa dengan hal teresebut. Kejujuran adalah seimbangnya antara batin dan lahir sehingga orang yang jujur adalah orang yang benar dalam perkataannya, dalam segala perbuatannya, dan juga benar dalam segala kindisinya (Khalil, 2009:137). Jadi orang yang jujur
merupakan orang yang baik, karena kata-katanya, perbuatannya, juga segala kondisinya selalu benar. Orang yang jujur akan tenang, karena dia tidak punya beban karena telah mengucapkan ataupun melakukan sesuatu yang tidak benar. Jujur perlu dibiasakan sejak dini, karena hal itu mudah dan ringan dilakukana jika sudah terbiasa, tetapi sebaliknya jika kita tidak terbiasa akan terasa berat dan sulit. Anak perlu dilatih untuk berani bersikap jujur, jangan menghukum anak yang telah berani jujur dengan apa yang telah dilakukan. Jika dia memang salah dan berani jujur anak cukup diarahkan atas kesalahannya agar dia tidak takut untuk jujur dikemudian waktu. Hal tersebut kemudian dengan bertahap akan membentuk anak yang jujur dan terbiasa dengan melakukan hal itu. b. Ikhlas Ikhlas artinya murni atau bersih, tidak ada campuran (Tatapangarsa, 1991:151). Maksudnya apa yang dia lakukan murni untuk
beribadah
pada
Allah,
dan
bersih
dari
niat-niat
lain.Seseorang yang melakukan pekerjaan dengan niat selain karena allah maka dia tidak akan mendapat pahala darinya, dia hanya akan mendapatkan apa yang dia inginkan selain dari allah tetapi itupun belum pasti ia dapatkan. Contoh seseorang yang bersedekah karena ingin mendapatkan pujian dia hanya akan mendapatkan pujian dari beberapa orang saja, mungkin sebagian
malah mengejeknya. Hal ini sesuai dengan sabda Rasul yang diriwayatkan Imam Bukhori yang berbunyi:
اوما ألعما ه باىىية واوما ىنو امسئ ما وىي Artinya: “Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya.( Bukhori juz 4: 48). Ikhlas termasuk akhlak mahmudah yang perlu kita biasakan. Jika hal tersebut terasa berat perlu dilatih sedikit demi sedikit dengan melakukan yang ringan terlebih dahulu. c.
Qana’ah Qana’ah artinya menerima dengan rela apa yang ada atau merasa cukup dengan apa yang ia miliki (Tatapangarsa,1991:153). Qana’ah disini bukan berarti menerima apa yang ia miliki tanpa usaha dan hanya berpangku tangan tanpa melakukan apapun. Jadi seseorang harus berusaha dengan sungguh-sungguh kemudian menerima dengan rela apapun hasilnya, karena itu adalah kehendak allah Swt. Kita semua harus meyakini jika allah sudah bertanggung jawab untuk memberikan kebutuhan semua makhluknya. Kita harus berusaha dan menerima dengan ikhlas atas pemberian-Nya. Dalam QS. Hud ayat 6 dijelaskan:
ِ ُالاألر ِض ِف َيدابٍَّة ِمْن َوَم ُامبِينٍ ِكتَابٍِفي ُكل ْ َويَ ْعلَ ُُم ِرْزقُ َهاللَّ ِه َعلَىاإ َوُم ْستَ ْوَد َع َه ُام ْستَُ َقَّرَها
Artinya: “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lohmahfuz)(Departemen Agama, 2005: 222).
Seseorang kadang salah memahami makna qona’ah itu sendiri, karena beberapa orang menganggap orang yang qona’ah berarti orang yang putus asa dengan keadaannya, orang yang tidak mau usaha untuk mengubah diri. Qana’ah dalam pengertiannya yang luas sebenarnya mengandung lima perkara, yaitu: 1) Menerima dengan rela apa yang ada. 2) Menerima dengan tuhan tambahan yang pantas, disertai dengan usaha atau ikhtiar. 3) Menerima dengan sabar ketentuan Tuhan. 4) Bertawakal kepada allah. 5) Tidak tertarik oleh tipu daya dunia. d. Tanggung jawab Tanggung jawab artinya bersedia untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan dengan sebaik mungkin. Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut
kamus
Bahasa
Indonesia
adalah
berkewajiban
menanggung, memikul jawab,mananggung segala sesuatunya, atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak mau bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksakan tanggung jawab itu. Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi pihak yang berbuat dan dari sisi kepentingan pihak lain. Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan mengabdian atau pengorbanannya. Untuk memperoleh atau meningkatkan kesadaran bertanggung jawab perlu
ditempuh
usaha
melalui
pendidikan,
penyuluhan,
keteladanan, dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tanggung jawab itu dapat dibedakan menurut keadaan manusia atau hubungan yang dibuatnya. Atas dasar ini, lalu dikenal beberapa jenis tanggung jawab, yaitu : 1) Tanggung Jawab terhadap Diri Sendiri QS. Al-An’am ayat 142:
َتَتَّبِعُىا۟وَلَبٱللَّهُ قَكُمُرَزَمِمَّبكُلُىا۟شً ۚوَفَرْ ا حَمُىلَةًٱلْأَوْعََٰمِ َو ِمه ُِّم ِبيهعَدُوٌّلَكُمْإِوَّهُۥۚٱلشَّيْطََٰهِ خُطُىََٰت Artinya: Dan diantara binatang ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan ada yang disembelih. Makanlah dari rezeki yang telah diberikan allah kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya setan
itu musuh yang nyata bagimu (Departemen Agama, 2005: 146).
Tanggung jawab terhadap diri sendiri yaitu kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi. Dengan demikian bisa memecahkan masalah-masalah kemanusian mengenai dirinya sendiri. Contohnya: Rudi membaca sambil berjalan. Meskipun sebentar-bentar ia melihat ke jalan tetap juga ia lengah dan terperosok ke sebuah lubang. Ia harus beristirahat dirumah beberapa hari. Konsekuensi tinggal dirumah beberapa hari merupakan tanggung jawab ia sendiri akan kelengahannya. 2) Tanggung Jawab kepada Keluarga Q. S At Tahrim ayat 6:
ِ ِ َّ ُُاْلِ َج َارة ْ َّاس َُو ُ ُاُوق َ ين َ ُآمنُواُقُواُأَن ُف َس ُك ْم َُوأ َْهلي ُك ْمُنَ ًار َ يَاُأَيُّ َهاُالذ ُ ود َهاُالن ِ ٌ ُغ ََل ِ ٌعلَي هاُم ََلئِ َكة ُُما ُ ظُش َد ٌاد َُّالُيَ ْع َ ُماُأ ََمَرُه ْم َُويَ ْف َعلُو َن َ َصو َنُاللَّه َ َْ َ ُيُ ْؤَم ُرو َن Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai ( perintah ) Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (Departemen Agama, 2005: 560). Keluarga merupakan masyarakat kecil. Keluarga terdiri
dari suami-istri, ayah-ibu dan anak-anak, dan juga orang lain yang menjadi anggota keluarga. Setiap anggota keluarga wajib
bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik keluarga. Tetapi tanggung jawab juga merupakan
kesejahteraan,
keselamatan,
pendidikan,
dan
kehidupan. Contohnya: Dalam sebuah keluarga biasanya memiliki peraturan-peraturan sendiri yang bersifat mendidik, suatu hal peraturan tersebut dilanggar oleh salah satu anggota keluarga. Sebagai kepala keluarga (Ayah) berhak menegur atau bahkan memberi hukuman. Hukuman tersebut merupakan tanggung jawab terhadap perbuatannya. 3) Tanggung Jawab terhadap Masyarakat Pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk sosial. Karena membutuhkan manusia lain maka ia harus berkomunikasi dengan manusia lain tersebut. Sehingga dengan demikian manusia di sini merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab tersebut. Wajarlah apabila
segala
tingkah
laku
dan
perbuatannya
harus
dipertanggung jawabkan kepada masyarakat. Contohnya: Safi’i terlalu congkak dan sombong, ia mengejek dan menghina orang lain yang mungkin lebih sederhana dari pada dia. Karena ia termasuk dalam orang yang kaya dikampungnya. Ia harus bertanggung jawab atas kelakuannya tersebut. Sebagai
konsekuensi dari kelakuannya tersebut, Safi’i dijauhi oleh masyarakat sekitar.
َوَلتَكُه مِىكُم أُمَّةٌ يَدعىنَ إِلَى الخَيرِ وَيَأمُرونَ بِبلمَعروفِ وَيَىهَىن ﴾٤٠١﴿ َعَهِ المُىكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ المُفلِحىن Terjemahannya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.” (Departemen Agama, 2005: 63). 4) Tanggung Jawab terhadap Bangsa dan Negara Suatu kenyataan lagi, bahwa setiap manusia adalah warga dari suatu negara. Dalam berfikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku manusia terikat oleh norma-norma atau ukuran-ukuran yang dibuat oleh negara. Manusia tidak dapat berbuat semaunya sendiri. Bila perbuatan manusia itu salah, maka ia harus bertanggung jawab kepada negara. Setiap orang harus ikut menjaga negara masing-masing agar tetap baik dan tentram. Sekarang banyak ulah manusia yang merugikan negara atau orang lain, seperti penjelasan surat Ar-Ruum ayat 41:
ُُ أَيْ ِدي َك َسبَْتبِ َم َاوالْبَ ْح ِرالْبَ ِّرفِيالْ َف َس َادُرظَُه ِ ِ ُِ ضلِيُ ِذي َق ُه ْمالن َّاس َ يَ ْرجعُونَُ ُه ُْملَ َعلَّ َع ِملُواالَّذيبَ ْع
Artinya: (Telah tampak kerusakan di darat) disebabkan terhentinya hujan dan menipisnya tumbuh-tumbuhan (dan di laut) maksudnya di negeri-negeri yang banyak sungainya menjadi kering (disebabkan perbuatan tangan manusia) berupa
perbuatan-perbuatan maksiat (supaya Allah merasakan kepada mereka) dapat dibaca liyudziiqahum dan linudziiqahum; kalau dibaca linudziiqahum artinya supaya Kami merasakan kepada mereka (sebagian dari akibat perbuatan mereka) sebagai hukumannya (agar mereka kembali) supaya mereka bertobat dari perbuatan-perbuatan maksiat (Departemen Agama, 2005: 408). Contohnya: Kasus kriminal yang banyak diberitakan, seseorang
yang
keluarganya. Hal
mencuri
untuk
memenuhi
kebutuhan
itu harus dipertanggungjawabkan kepada
pemerintah, ketika perbuatan itu diketahui ia harus berurusan dengan pihak kepolisian dan pengadilan. 5) Tanggung Jawab terhadap Allah Swt Allah SWT menciptakan manusia di bumi ini bukanlah tanpa tanggung jawab, melainkan untuk mengisi kehidupannya. Manusia mempunyai tanggung jawab langsung terhadap perintah Allah SWT. Sehingga tindakan atau perbuatan manusia tidak bisa lepas dari pengawasan Allah SWT yang dituangkan dalam kitab suci Al Qur'an. Allah menjadikan manusia sebagai kholifah di bumi, sehingga manusia harus benar-benar bersikap baik dan menjaga bumi ini. Hal ini dijelaskan dalam QS. AlBaqoroh 30:
ًض َخيِ ْيفَة َ ََو إِ ْذ ق ِ ْاه َزب َُّل ىِ ْي َمالَئِ َن ِة إِوِّ ْي َجا ِعو فِي ْاألَز ُ ِقَاىُ ْىا أَتَجْ َع ُو فِ ْيهَا َمه يُ ْف ِس ُد فِ ْيهَا َويَ ْسف ل اى ِّد َما َء َو وَحْ ُه ل قَا َه إِوِّ ْي أَ ْعيَ ُم َما الَ تَ ْعيَ ُم ْىنََ وُ َسبِّ ُح َ َك َو وُقَ ِّدضُ ى َ بِ َح ْم ِد Artinya: Dan (ingatlah) tatkala Tuhan engkau berkata kepada Malaikat : Sesungguhnya Aku hendak menjadikan di bumi seorang khalifah. Berkata mereka : Apakah Engkau hendak menjadikan padanya orang yang merusak di dalam nya dan
menumpahkan darah, padahal kami bertasbih dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau ? Dia berkata : Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. (Departemen Agama, 2005: 6) Selain sebagai kholifah manusia juga memiliki tanggung jawab untuk beribadah kepada allah, karena allah menciptakan manusia adalah untuk beribadah kepadanya, dijelaskan dalam QS. Al-Dzariat ayat 56:
ِ ُ وما َخلَ ْق س إِال لِيَ ْعبُ ُدون ََ َ ْت الْج َّن َواإلن
Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaku.(Departemen Agama, 2005: 523). Pelanggaran dari hukuman-hukuman tersebut akan segera diperingatkan oleh Allah dan jika dengan peringatan yang keraspun manusia masih juga tidak menghiraukannya maka Allah akan melakukan kutukan. Contohnya: Seorang muslim yang taat kepada agamanya maka ia bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan kepada Allah. Karena ia menghindari hukuman yang akan ia terima jika tidak taat pada ajaran agama. Kedua yang harus dilakukan seorang muslim kepada Allah SWT adalah memiliki rasa tanggung jawab atas amanah yang diberikan padanya. Pada hakekatnya kehidupan
inipun merupakan amanah dari Allah SWT. Oleh karenanya seorang mukmin senantiasa meyakini apapun yang Allah berikan padanya, maka itu merupakan amanah yang kelak akan dimintai pertanggung jawaban dari Allah.
e. Rendah hati (tawadhu’) Rendah hati adalah tidak melihat diri kita memiliki nilai lebih dibandingkan hamba Allah yang lainnya. Orang yang tawadhu’ adalah orang menyadari bahwa semua kenikmatan yang didapatnya
bersumber
dari
Allah
SWT.
Yang
dengan
pemahamannya tersebut maka tidak pernah terbersit sedikitpun dalam hatinya kesombongan dan merasa lebih baik dari orang lain, tidak merasa bangga dengan potensi dan prestasi yang sudah dicapainya. Ia tetap rendah diri dan selalu menjaga hati dan niat segala amal shalehnya dari segala sesuatu selain Allah. Tetap menjaga keikhlasan amal ibadahnya hanya karena Allah. Sikap rendah hati ini sangat dianjurkan, dan telah dijelaskan dalam QS. Al-Furqon ayat 63:
ِ ااْل ِ ِ َّ َخاطَب هموإِذَاهونًااألر ِضعلَىيم ُشونَالَّ ِذين ُاهلُو َن ُ َالر ْْحَن َوعب َْ َلماقَالُو ً اد َس َْ َ ْ َْ َُ ُ َ َ Artinya, "Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan 'salâm'." (Departemen Agama, 2005: 365) B. Keluarga TKW (Tenaga Kerja Wanita) 1. Pengertian keluarga TKW (Tenaga Kerja Wanita) a. Pengertian keluarga dari beberapa ahli sebagai berikut: 1) Menurut ahid “keluarga adalah umat kecil yang memeliki pemimpin dan anggota, mempunyai pembagian tugas dan
kerja,
serta
hak
dan
kewajiban
bagi
masing-masing
anggotanya” (Ahid, 2010:75). 2) Keluarga adalah kesatuarahan dan kesatutujuan atau keutuhan dalam
mengupayakan
anak
untuk
memiliki
dan
mengembangkan dasar-dasar disiplin diri (Shochib, 1998:18). Pengertian TKW menurut beberapa ahli sebagai berikut: a. Dalam RUU Tenaga Kerja Luar Negri (versi badan legislatif) mendefinisikan TKI atau pekerja Indonesia di luar negeri adalah setiap orang Indonesia dewasa yang sedang dan pasca bekerja di luar negri di dalam suatu hubungan kerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain (Bab 1 pasal 1 angka 1) (Tim PSGK, 2007:11). b. Mughni mendefinisikan buruh migran Indonesia adalah setiap orang yang akan, sedang, dan pasca bekerja di luar negri di dalam suatu hubungan kerja dengan menerima upah dan imbalan dalam bentuk lain (Tim PSGK, 2007:11-12). Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan jika pengertian keluarga TKW adalah sekelompok orang yang memiliki hubungan darah terhadap anak yang ibunya bekerja di luar negri dan tinggal serumah dengannya. 2. Faktor penyebab menjadi TKW (Tenaga Kerja Wanita) Setiap orang yang bekerja menjadi TKW ada sebabnya, menurut tim PSGK STAIN Salatiga (2007:23-27) ada tiga fakor diantaranya
faktor tekanan ekonomi, faktor tekanan psikologis, dan faktor kemudahan prosedur menjadi TKW . a. Faktor ekonomi Sebagaian besar wanita bekerja ke luar negri karena ingin memperbaiki kondisi ekonomi keluarganya, dia ingin lebih makmur dengan memiliki harta yang cukup. Kepemilikannya sulit dimungkinkan untuk bisa mengubah kondisi ekonominya yang lemah. Dimasa sekarang ini pekerjaan semakin sulit didapatkan. Hasil pertanian penduduk yang sangat minim tidak dapat mencukupi kebutuhannya. Apalagi sekarang pupuk dan obat harganya tinggi, sementara hasil pertanian harganya rendah. Lebihlebih banyaknya penyakit yang menyerang tanaman petani menyebabkan minimnya hasil dan pendapatan dari sektor pertanian. Selain itu jasa manusia sangat minim dibutuhkan karena tergeser oleh tenaga mesin yang banyak berdatangan. Kebutuhan yang semakin banyak, harga yang melambung tinggi, serta biaya pendidikan anak yang tidak sedikit juga menjadi pendorong bagi mereka untuk menjadi TKW. Mereka kesulitan untuk mencukupi kebutuhannya, padahal itu semua harus didapatkan. Mulai dari sandang, pangan, dan papan senua harus terpenuhi ,serta pendidikan anak tidak boleh terkesampingkan.
Dengan menjadi TKW mereka akan mendapatkan gaji tetap yang lumayan tinggi dan bisa ia gunakan untuk mencukupi kebutuhannya. Dia tidak perlu sulit-sulit dan banyak berfikir, yang penting dia bekerja menyelesaikan tugasnya selesai istirahat, setiap bulan menerima gaji. Hal ini menjadikan mereka lebih senang menjadi TKW dari pada dirumah tapi tidak punya apa-apa. b. Faktor tekanan psikologis Selain karena faktor ekonomi, seseorang menjadi TKW karena faktor psikologis. Sebenarnya juga masih berhubungan dengan ekonomi, akan tetapi keinginannya bukan untuk memenuhi kebutuhannya yang masih kurang. Mereka ke luar negri karena gengsi dengan tetangganya yang mampu atau ingin seperti tetangganya yang pulang dari luar negri dan mempunyai banyak harta yang dihasilkan dari sana. Perbedaan antar masyarakat
sangat
mencolok pada
kepemilikannya. Orang yang kaya memiliki rumah bagus, isi rumah yang lengkap, tanah yang luas, perhiasan, serta kendaraan yang bagus. Sementara mereka yang biasa atau tidak punya hanya memiliki rumah sederhana dan fasilitas apa kadarnya dengan gaya hidup yang sederhana. Hal tersebut menjadikan para istri berminat untuk menjadi TKW. Padahal itu hanya sementara ketika mereka baru pulang, setelah beberapa waktu di rumah biasanya mereka kembali hidup dengan gaya sederhana.
c. Faktor kemudahan prosedur menjadi TKW Untuk menjadi TKW caranya sangatlah mudah, hal itu mengakibatkan
banyaknya
orang berminat
menjadi
TKW.
Meskipun sebenarnya dia kurang membutuhkan seseorang kadang pergi karena terbawa bujukan sponsor (orang yang mencari peminat menjadi TKW) dan syaratnya yang mudah. Seseorang tidak perlu mempunyai pendidikan khusus karena di PT caloncalon TKW diajarkan bahasa dan ketrampilan yang akan dikerjakan disana. Dan untuk biaya pendidikan dan lain-lain bisa potong gaji, sehingga dia tidak harus memiliki uang untuk biaya berangkat. Banyak sponsor yang masuk ke desa-desa untuk mencari orang yang mau ke luar negeri. Para sponsor akan mendekati seseorang di tiap-tiap desa dan memberikan persen guna mendekati orang-orang disekitarnya. Mereka memberikan iming-iming keberhasilan sepulang dari sana. Di luar nanti mereka tinggal bekerja dan akan menerima gaji yang besar setiap bulan. Itulah beberapa faktor yang menyebabkan banyaknya kaum istri yang berminat menjadi TKW. Dengan rayuan yang manis dan imingiming yang menarik lama-kelamaan ibu-ibu mulai berfikir dan lama-kelamaan mereka akan tertarik. 3. Kendala dan pemecahan yang dihadapi dalam keluarga TKW (Tenaga Kerja Wanita)
a. Pendidikan anak 1) Kondisi pengetahuan pengasuh Anak membutuhkan pengasuhan yang tepat supaya dia terbentuk sesuai yang diharapkan. Hal itu juga dipengaruhi oleh pendidikan pengasuhnya. Orang yang berpendidikan rendah kurang mengerti tentang cara mengasuh yang tepat. Mereka juga kurang mengetahui tugas anak sekolah, prestasi, dan kegiatan-kegiatan lain. Orang tua dalam melaksanakan berbagai upaya baik spiritual (psikis) ataupun fisik juga akan sangat dipengaruhi oleh tingkatan pendidikannya. Pendidikan yang rendah biasanya dalam merawat atau perhatian pendidikan seadanya atau alami sesuai dengan perputaran waktu atau bahkan pengaruh lingkungan (Mansur, 2005:358). Hal itulah yang menjadi kendala pengasuh dalam mendidik akhlaknya. 2) Kondisi kepedulian pengasuh terhadap pendidikan anak Orang tua terkadang menyekolahkan anak tanpa memiliki tujuan yang jelas, dia hanya mengikuti kebiasaan orang yang ada disekitarnya. Sekolah kemudian lulus dan melanjutkan
ke
jenjang
selanjutnya.
Mereka
tidak
mempedulikan nilai anak, yang penting sekolah seperti yang lain. Ketika nilai anak rendah atau tidak mau
melanjutkan dia membiarkan saja, karena tidak adanya tujuan yang jelas dalam sekolah. 3) Putus sekolah Anak yang kurang mendapat motivasi dan perhatian tidak akan sungguh-sungguh di sekolah. Biasanya mereka sekolah agar terhindar dari tugas orang tuanya dan mendapatkan uang saku setiap hari. Di sekolah dia hanya bermalas-malasan dalam mengikuti pelajaran. Lamakelamaan dia akan melakukan beberapa pelanggaran yang mengakibatkan dia takut dan enggan kesekolah. Karena orang yang mengasuhnya kurang memperhatikannya lamakelamaan dia tidak akan berangkat sekolah dan berhenti di tengah jalan tanpa ada yang mempedulikan. b. Pengasuhan anak selama ditinggal ibu menjadi TKW 1) Orang yang berperan dalam pengasuhan selama ibu menjadi TKW Beberapa orang yang berperan menggantikan ibunya adalah ayah, nenek, kakek, kakak, paman, bibi, atau orang lain yang tinggal serumah dengannya, karena merekalah keluarganya. Anggota keluarga diantaranya suami, istri, ayah, ibu, anak-anak, dan orang yang serumah (http:// keluarga. Anggotanya, masalahnya//). Kebanyakan anak yang ditinggal ibunya masih usia bayi ia diasuh oleh
neneknya, karena jika ayahnya mungkin kurang terampil untuk mengurusi bayi. Sebagian yang sudah anak-anak diasuh bersama oleh ayah dan orang yang serumah, akan tetapi ada juga diantara mereka yang diasuh oleh paman dan tantenya karena ayah, kakek, dan neneknya sudah meninggal atau orang tua mereka telah bercerai. Biasanya famili atau tetangga yang ada di dekatnya ikut mengasuh anak yang ditinggal ibunya, karena jika yang ditinggal itu masih anak-anak biasanya kurang terawat. Ayah atau nenek yang sudah tua kurang telaten dalam mengurus anak, sehingga anak terlihat seperti terlantar. Hal itulah yang memunculkan rasa iba pada orang yang
melihatnya.
Biasanya
mereka
diberi
makan,
dimandikan, atau didampingi dalam belajar. 2) Problem
pengasuhan
yang
dirasakan
oleh
figur
pengganti ibu (a) Kedekatan anak pada ibu Sebagian besar anak lebih dekat pada ibu, sehingga anak sulit diarahkan oleh oranglain selain ibunya Ibu adalah orang yang mengatur dan membuat rumah tangganya menjadi surga bagi anggota keluarga, menjadi mitra sejajar yang saling menyayangi dengan suaminya (Daradjat, 1995:47). Selain itu biasanya orang lain selain
ibunya kurang telaten dalam mengasuh anak, hal itu mengakibatkan anak kurang menurut dan sulit diarahkan. Karena anak kurang kasih sayang dari ibu dia biasanya mencari perhatian dari orang yang kurang tepat. Jika anak itu perempuan biasanya lebih merasa kehilangan, karena mereka membutuhkan tempat untuk curhat. (b) Berkurangnya orang yang memperhatikannya Karena ibu tidak ada disisi mereka, dia hanya diperhatikan oleh orang selain ibunya. Sebenarnya keluarga adalah adah yang pertama dan utama bagi pertumbuhan 1995:47).
dan
Karena
perkembangan orang
yang
anak
(Daradjat,
memperhatikannya
berkurang yaitu ibu, biasanya anak melakukan hal-hal negatif.
Kadang-kadang
dia
tidak
menjalankan
kewajibannya seperti sekolah, mengaji, dan hal-hal lain tanpa ada yang mengingatkan. Karena kadang kakek neneknya sudah tua sehingga kurang perhatian dan orang ayahnya juga bekerja. Hal itu menyebabkan beberapa anak putus sekolah atau hanya berpendidikan rendah. (c) Anak boros Ketika dia ditinggal ibunya orang yang mengasuh berusaha agar anak tidak rewel, mereka akan menuruti apapun yang diminta anak. Mereka akan membelikan
apa saja yang diinginkan anak. Hal itu menyebabkan anak terbiasa dituruti apa yang dia inginkan. Ketika anak yang ditinggal sudah besar dia mengetahui jika ibunya mendapat gaji banyak, bagi mereka yang kurang terdidik dengan baik dia akan meminta banyak hal. 4. Pendidikan akhlak anak pada keluarga TKW Pendidikan akhlak anak sangat tergantung dengan orang yang mengasuhnya.
Jika
pengasuh
itu
bersungguh-sungguh
dalam
mengasuhnya kemungkinan besar anak akan memiliki akhlak yang baik, tetapi sebaliknya jika dia kurang bersungguh-sungguh harapan anaknya mempunyai akhlak yang baik sangatlah kecil. Kadang meskipun anak sudah dididik dengan baik masih mempunyai akhlak yang kurang baik, jika hal itu terjadi setidaknya sudah ada ikhtiar dari pengasuh untuk membentuk anak yang berakhlak baik. Pendidikan akhlak bisa dia dapatkan dari beberapa sumber yaitu keluarga, lingkungan sekitar, dan tempat anak belajar. Dari beberapa sumber tersebut yang paling mendominan adalah keluarga, karena keluarga merupakan yang terdekat, paling lama, dan paling sering ketemu dengan anak. Tetangga dilingkungan sekitar serta tempat dia belajar juga memberikan pengaruh tetapi tidak sebesar keluarga. Sementara tingkat pendidikan orang tua juga besar pengaruhnya terhadap perkembangan rohaniah anak, terutama kepribadian dan kemajuan pendidikannya (Ahmadi & Soleh, 2005:55).
Lingkungan sekitar juga sangat mempengaruhinya. Jika disekitarnya
orang-orang
mempunyai
kebiasaan
yang
baik
kemungkinan besar anak akan melakukan hal yang baik pula. Dilingkunngannya banyak kegiatan keagamaan, banyak kegiatan yang positif maka anak akan mengikutinya. Namun jika orang disekitarnya banyak melakukan hal-hal yang kurang baik anak lebih sulit diarahkan untuk melakukan hal baik. Dengan pertimbangan beberapa hal diatas maka orang yang mengasuh anak TKW harus total dalam mendidiknya. Dia sebagai keluarga dan pendidik utama bagi anak harus semaksimal mungkin mendidiknya, dan berkomunikasi dengan baik pada pihak-pihak yang membantu dalam mendidik anak seperti pihak sekolah, ustad, atau guru lesnya. Selain itu pengaruh juga harus selektif dalam memilihkan sesuatu untuk anak.
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1.
Letak Geografis Dusun Tugu adalah salah satu Dusun
di Desa Banding dan
merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang. Dusun tersebut berbatasan dengan lokasi sebagai berikut. Batas bagian utara Dusun Tugu adalah persawahan dan Dusun Dukun, bagian timur persawahan dan Dusun Ngentak, bagian selatan persawahan dan Dusun Taruman, sedangkan bagian barat persawahan dan Dusun Banding. Dilihat dari kondisi tanahnya, Dusun Tugu ini termasuk daerah yang cukup subur. Hal ini terlihat dari kondisi tanah yang ada disekitar Dusun Tugu, yang berupa areal tanah sawah tadah hujan dan tanah tegalan atau pekarangan yang biasanya ditanami singkong, talas, atau tanaman lainnya. 2. Keadaan Penduduk Jumlah penduduk di Dusun Tugu pada tahun 2014 sebanyak 252 jiwa, yang terbagi menjadi jumlah penduduk laki-laki sebanyak 138 orang dan penduduk yang berjenis perempuan 114 orang. Dari keseluruhan 100% penduduknya beragama islam, dengan kondisi masyarakat religius. Data terakhir Dusun Tugu tahun 2014 menyebutkan:
Tabel 1 Jumlah Penduduk Menurut Usia NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KELOMPOK UMUR (TAHUN) 0<1 1>5 6-10 11-15 16-20 21-25 26-30 31-35 36-40 41-50 60 Keatas JUMLAH
LAKI-LAKI 1 4 9 8 4 12 17 26 30 26 1 138
PEREMPUAN 1 6 12 9 8 7 9 21 22 16 3 114
JUMLAH 2 8 19 14 7 16 134 282 162 152 206 252
Kebanyakan pendidikan para penduduk sampai tamat SD. Sehingga pengetahuan dan pengalaman mereka masih rendah. Kesadaran mereka untuk menyekolahkan anaknya juga masih rendah, biasanya mereka hanya menyekolahkan anaknya sampai tamat SLTP. Hanya beberapa orang saja yang menyekolahkan anaknya sampai ke SLTA atau perguruan tinggi. Selain karena faktor biaya juga pengetahuan mereka tentang pentingnya pendidikan. Mereka lebih mementingkan uang daripada pendidikan anak. Setelah anak-anak mereka mampu bekerja atau mampu membantunya, mereka lebih memilih anaknya untuk segera bekerja dan mendapatkan uang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan NO 1 2 3 4 5 6 7 8
JENIS PENDIDIKAN Tidak Sekolah Belum Tamat SD Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Diploma Sarjana Keatas Jumlah
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
16 14 22 52 25 7 1 1 138
21 11 20 38 20 4 0 0 114
37 25 42 90 45 11 1 1 252
Mata pencaharian utama penduduk Dusun Tugu adalah pertanian, tetapi areal persawahannya masih dengan sistem tadah hujan karena tidak adanya irigasi. Hal tersebut menyebabkan mereka hanya bisa bercocok tanam ketika musim hujan saja. Ketika musim kemarau biasanya mereka merantau ke kota besar seperti Jakarta, Semarang untuk menjadi buruh bangunan.
Jika
mereka
hanya
mengandalkan
hasil
pertaniannya
kebutuhannya tidak dapat tercukupi. Jenis pekerjaan masyarakat tugu masih rendah dan berpenghasilan rendah, karena mereka tidak ada satupun yang menjadi PNS atau pengusaha. Kaum laki-laki banyak yang menjadi buruh dan kaum perempuan menjadi pengrajin besek ikan. Petanipun umumnya hanya memiliki sebidang tanah yang tidak terlalu luas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan NO JENIS PEKERJAAN 1 PNS 2 Pegawai Swasta 3 Pengusaha 4 Pensiunan 5 Buruh Industri 6 Buruh Tani 7 Petani 8 Peternak 9 Buruh Bangunan 10 Lain-lain Jumlah
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
0 2 0 0 4 26 38 3 50 18 114
0 0 0 0 3 36 42 0 0 33 138
0 2 0 0 7 62 80 3 50 51 252
B. Diskripsi Pola Pendidikan Akhlak Karakteristik informan yang diteliti adalah pengasuh/wali anak yang ibunya bekerja sebagai TKW ke luar negri. Usia putra-putri TKW tersebut berkisar antara 6 sampai12 tahun, dan mereka tinggal di Dusun Tugu, Desa Banding, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang tahun 2014. Informan yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah lima keluarga. Adapun daftar nama mereka adalah sebagai berikut: Tabel 4 Daftar Responden No 1 2 3 4 5
Nama MZ KS NH BS ZR
Usia 35 tahun 33 tahun 31 tahun 34 tahun 34 tahun
Hubungan dengan anak Bapak Bibi Bibi Bapak Bapak
Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. MZ (35 tahun) MZ adalah suami kedua MK setelah dia bercerai dari suaminya yang pertama. MK dengan suami pertamanya memiliki seorang anak bernama LA, yang sekarang berusia 12 tahun dan duduk di kelas 6 MI. MK bekerja menjadi TKW di Arab Saudi. MZ bekerja serabutan, kadang dia menjadi buruh tani, menjadi kuli bangunan, atau pakerjaan lainnya. Pendidikan MZ dan MK sama-sama sampai SD. Tempat tinggal MZ masih sangat sederhana. Dinding rumahnya dari kayu dan lantainya masih tanah. Fasilitas yang ada di rumahnya hanya berupa TV 21 1nch. Tempat mandinya di sumur belakang rumah yang berpagar karung plastik yang sudah sobeksobek. Ketika BAB dia masih ke WC umum karena belum punya sendiri. LA selalu berangkat ke sekolah setiap hari. Dia sekolah di MI Banding dan mendapat nilai sedang di sekolahnya, bahkan ada beberapa mata pelajaran yang nilainya rendah. Dia kurang semangat dalam belajar, karena kurangnya perhatian dari ayah dan keluarganya. Dia hanya membuka buku ketika ada PR, itupun tidak terlalu sungguh-sungguh. LA hanya belajar di sekolah saja, belajar dipagi hari dan mengikuti les wajib yang diadakan pihak sekolah disore hari. LA
mendapat
pendidikan
agama
dengan
mengikuti
MADIN(Madrasah Diniyah) di dusunnya. Pembelajarannya dilaksanakan setiap hari kecuali hari jum’at, waktunya setelah duhur, setelah asar, dan
setelah maghrib. Dia sudah bisa membaca Al-Qur’an meskipun belum terlalu fasih dan pemahamannya terhadap tajwid baru sedikit. Untuk wudhu dan shalat sudah bisa, akan tetapi dalam praktiknya kadang kurang tepat. Ramadhan terakhir dia sudah bisa puasa penuh sampai maghrib. Itulah pendidikan keagamaan LA. Dalam pengasuhan LA, MZ lebih dominan dibandingkan anggota keluarga yang lain. LA jarang belajar, dia hanya membuka buku ketika mengerjakan PR atau membuat tugas sekolahnya. Dia mengerjakannya sendiri dan kadang dia bertanya kepada bapaknya ketika mengalami kesulitan. Urusan sekolah seperti mendaftar, mengambil raport, pertemuan wali murid, dan lain-lain semua di urus oleh bapaknya. Kebutuhan seragam dan keperluan sekolah lain juga bapaknya yang mengurus. Ketika LA sakit yang mengurus siapa saja yang sempat, kadang bapaknya, terkadang juga neneknya. Untuk mandi dia sudah dapat melakukannya sendiri, tetapi kesadaranya untuk mandi belum ada dia harus disuruh-suruh agar mau melakukannya. Untuk makan neneknya yang mengurus, karna dia masih serumah dengan neneknya. Dalam mengurus pakaiannya dia dibantu oleh bapaknya, pakaian seragamnya dicucikan bapaknya dan pakaian hariannya kadang disuruh mencuci sendiri untuk latihan. Seperti yang dituturkan MZ: “menawi belajar teko belajar kiambak, nak boten saget tangktemalet kulo. Nak umbah-umbah nopo nggeh kulo kumbahke engkang seragam-seragam kaleh gombale seng apek, tapi nak engkang damel dolan kulo ken ngumbahi kiambak kaleh latihan”.(MZ 1, b, 53)
LA tinggal dengan bapaknya, kakeknya, neneknya, dan pamannya tetapi pamannya tidak selalu di rumah karena dia bekerja jadi cuma di rumah ketika pulang saja. Ketika tidur dia sekamar dengan neneknya, bapaknya tidur sendiri, dan kakeknya biasanya tidur di masjid. Semua anggota keluarga ikut andil dalam mendidik LA. Mereka menasehatinya untuk melakukan hal-hal yang baik dan mengingatkannya ketika melakukan kesalahan. LA bersikap baik dengan orang lain yang ada di sekitarnya. Dia sangat akrab dengan teman-temannya, setiap hari bermain dengan teman sebayanya. Karena terlalu asyik bermain terkadang mereka sampai lupa waktu. Dia mempunyai perilaku yang sedikit berbeda dengan temantemannya. Perhatian yang dia dapatkan tidak sama dengan temantemannya, sehingga dia juga kurang perhatian terhadap segala sesuatu. Kepada orang tua dia patuh dan hormat tetapi terkadang juga tidak menurut sehingga bapaknya memarahinya. Meskipun memarahinya MZ Cuma dengan kata-kata tidak sampai dengan tangan atau menyakiti fisiknya. MZ menanamkan akhlak atau kebiasaan yang baik dengan cara menasehati dan mencontohi. Begitu juga dengan menghindarkan dari perbuatan
tidak
baik
MZ
melarang
dan
menjauhi
atau
tidak
mengerjakannya. Contohnya MZ menyuruh LA untuk menyapu dan mencuci piring sambil mengerjakan kemudian meminta LA untuk melanjutkan. Selain itu MZ mengajak LA untuk berjama’ah ke masjid
sambil bersiap-siap, dan lain-lain. MZ juga mengajarkan LA untuk bersabar, hemat, rajin ibadah dan bekerja, serta hal-hal baik yang lainnya. Selama MZ mendidik LA tidak ada kesan yang begitu terasa dia hanya biasa-biasa saja. Hal yang menyenangkan tidak ada tetapi juga tidak terlalu menyusahkan. Jadi kata MZ: “biasa-biasa saja” ( MZ 1, c, 89). Masyarakat di sekitar tempat tinggal MZ semua muslim, dan mereka juga agamis. Hal itu bisa dilihat dari jumlah jama’ah yang seeiap harinya ke masjid jumlahnya mencapai 50%. Selain itu masyarakatnya juga banyak yang mengikuti toriqoh, organisasi keagamaan, juga kegiatan keagamaaan yang lainnya. Karena tempat tinggal MZ di pedesaan jadi hubungan kekerabatannya masih erat, antar tetangga masih saling mempedulikan. LA dan teman sebayanya sangat akrab dia sering bermain bersama, terkadang di sekitar rumah LA terkadang juga di sekitar rumah temannya. Mereka bermain bersama memainkan permainan sederhana. Ketika observasi dilakukan peneliti mendapati LA yang sedang bercakap-cakap dengan bapaknya. Dari situ dapat dilihat sikap LA kepada bapaknya. LA memang dekat dengan bapaknya, tetapi kedekatannya tidak seperti bapak dan anak. Karena LA terlihat akrab dengan bapaknya tetapi dia kurang hormat. 2.
KS (33 tahun) KS adalah bibi HS, dia adik kandung dari ibu HS. KS berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan suaminya sebagai peternak burung. Pendidikannya hanya sampai SD. Ibu HS bekerja menjadi TKW di Arab
Saudi dan bapaknya sudah meninggal dunia. HS sekarang berusia 12 tahun dan duduk dikelas 6. Dia tinggal di rumah bersama dua kakaknya. HS tidak sungguh-sungguh dalam bersekolah. Dia tidak rajin ke sekolah dan prestasinya rendah. Dia tidak pernah belajar dan juga tidak mendapatkan pendidikan tambahan. Terkadang dia berangkat sekolah tetapi tidak sampai di sekolahan, dia menyimpang ke rental PS atau bermain dengan temannya. HS juga tidak mendapatkan pendidikan keagamaan selain di sekolah dan di rumah, karena dia tidak mengikuti MADIN(Madrasah Diniyah) di dusunnya. Dia baru bisa membaca Al-Qur’an sedikit-sedikit, karena dia hanya belajar diwaktu kecil. Praktik wudhu dan shalat dia sudah bisa, tetapi dia tidak aktif mengerjakannya setiap hari. Puasa ramadahan dia juga jarang melaksanakan. Hal ini dikarenakan kurangnya perhatian dari pengasuh dan kurangnya pendidikan agama yang ia dapatkan. Kemampuannya tertinggal dari teman sebayanya. Pengasuhan HS dilaksanakan oleh keluarga secara bersama-sama. Perhatian keluarga terhadap pendidikan HS masih redah. Mereka tidak telaten untuk mengurusnya sampai hal-hal yang pelik dan rumit. Yang mereka utamakan adalah hal-hal yang terlihat seperti makan, mandi, dan kebersihan pakaian. Setiap harinya HS belajar sendiri jika mau, KS tidak mengetahui tentang keaktifannya mengerjakan PR atau tugas sekolah. Yang mengurus sekolahnya termasuk mendaftar, mengambil rapot, atau pertemuan wali murid adalah neneknya, karena KS sudah repot mengurus
anaknya yang masih kecil. Ketika HS sakit yang mengurus siapa saja yang longgar, kadang neneknya, KS, pamannya, kadang juga kakaknya. Keperluan sekolahnya seperti seragam, buku, saku, diurus oleh KS karena dia yang membawakan uang kiriman ibunya. Dia makan di rumah KS, dan pakaiannya juga dicucikan olehnya karena dia belum mau mencuci sendiri. HS tinggal bersama dua kakaknya di rumahnya sendiri. Dia tidur bersama dua kakaknya. Meskipun begitu dia lebih sering berada di rumah KS karena dia makan di sana dan pakaiannya banyak yang di sana. Rumah HS masih berdinding kayu dan berlantai plester. Di dalam rumahnya tampak kosong, karena tidak ada kursi, dipan, atau perabot rumah yang lain. Di sana hanya terdapat satu almari untuk tempat TV, VCD, dan pakaian. Di rumahnya terdapat ruang kamar, dapur, kamar mandi, dan ruang tamu. HS akrab dengan teman sebayanya. Dia tidak banyak bicara ketika diingatkan, paling hanya tersenyum. Tetapi senyumnya belum berarti menurut. Karena dari penuturan KS ketika dinasehati dan diingatkan kadang menurut kadang tidak tetapi sering tidaknya:”nak di kandani teko plengah-plengeh, kadang manut kadang yo ora tapi kerep orane”( KS, g, 81). Dia rukun dan tidak pernah berkelahi dengan saudanya, tetapi mereka kurang mengurusi kepentingan satu sama lain. Kesulitan dan masalah yang dihadapi HS biasanya diketahui ketika neneknya ke sekolah. Jika HS menghadapi masalah, KS dan anggota keluarga yang lain juga mengetahuinya. Mereka segera mengurus dan
menyelesaikan masalahnya. Jika HS sulit dinasehati dia dibiarkan saja oleh KS. KS mengutamakan keuangannya dan hanya mengingatkan perilakunya sekedarnya saja. Cara KS mengajarkan kebiasaan atau hal-hal baik dengan memberikan contoh seseorang yang tepat untuk dia tiru, supaya dia menjadi baik seperti orang yang dicontohkan. Dan untuk menghindarkan dari perbuatan baik dengan menasehati agar manjauhinya. KS juga menasehatinya agar tidak boros, agar rajin ibadah, dan bersungguhsungguh ketika sekolah. Dia juga diingatkan bahwa ibunya bekerja susah payah untuk dia dan kakaknya. Masyarakat di sekitar tempat tinggal KS muslim semua, dan mereka juga agamis. Hal itu bisa dilihat dari jumlah jama’ah yang setiap harinya ke masjid jumlahnya mencapai 50%. Selain itu masyarakatnya juga banyak yang mengikuti toriqoh, organisasi keagamaan, juga kgiatan keagamaaan yang lainnya. Karena tempat tinggal KS di pedesaan jadi hubungan kekerabatannya masih erat, antar tetangga masih saling mempedulikan. HS setiap harinya hanya di rumah, jika keluar hanya ke rumah KS. 3. NH (31 tahun) NH adalah ibu rumah tangga yang mengasuh keponakannya. Keponakannya bernama IR, dia berusia 9 tahun dan duduk di kelas 4. Ibu IR bekerja sebagai TKW di Arab Saudi, sedangkan ayahnya bekerja
sebagai tani. Ayah IR tinggal di dusun sebelah. IR tidak mau ikut bapaknya, dia lebih senang ikut bibinya. IR anak yang baik dan cerdas. Dia rajin ke sekolah, prestasinya juga bagus. Setiap hari dia belajar di rumah dengan bibinya. Untuk pendidikan keagamaan dia aktif mengikuti MADIN. Karena keaktifannya, dia sudah bisa membaca Al-Qur’an meskipun belum terlalu lancar. Praktik wudhu dan shalat dia juga sudah bisa, karena materi itu diajarkan di MADIN dan IR selalu berangkat. Puasa ramadhan juga sudah melaksanakan, tetapi ketika di ajak ke pasar dia tidak kuat sehingga puasanya batal. Semua kepentingan IR diurus oleh NH. Termasuk kegiatan setiap harinya, kepentingan dan perlengkapan sekolahnya, kesehatannya, dan kebutuhan setiap harinya seperti makan, mandi, dan pakaiannya. IR tinggal bersama NH, pamannya, kakek, dan neneknya. Dia setiap hari tidur bersama NH, mereka seperti ibu dan anak. Meskipun hampir semua diurus oleh NH namun semua pihak keluarga ikut terlibat dalam mendidik akhlak IR. Semua ikut mengawasi dan menasehatinya. Interaksi IR dengan orang lain juga baik. Dia akrab dengan teman sebayanya. Dia patuh dan sayang pada NH. Ketika IR ada masalah atau menghadapi kesulitan kadang NH tahu kadang tidak, karena IR tidak selalu menceritakannya. Jika dia merasa hal itu tidak terlalu penting, dia tidak menyampaikannya. NH segera menyelesaikan masalah yang dihadapi NH. Ketika IR sulit dinasehati terkadang NH sampai
menggunakan tangan, seperti yang disampaikannya: “nak dikandani angel kadang nggeh tak jiwet. Tapi nak nganu boten nate seng klarani nemen, paleng nggeh namung tak jiwet niku”( NH 1, i, 79). Meskipun IR berinteraksi baik dengan orang-orang di sekitarnya, tetapi dia tidak dekat dan tidak mau ikut dengan bapaknya. Karena sejak
kecil dia diasuh
bibinya. Walaupun ada bapak kandungnya dia lebih nyaman dengan pengasuhan perempuan meskipun bukan ibu kandungnya. NH mengajarkan kebiasaan atau hal-hal baik dengan cara memberikan nasehat, begitu juga dengan menghindarkan dari perbuatan yang tidak baik yaitu dengan menasehati agar tidak melakukan hal-hal tersebut. NH mengajarkan agar IR selalu rajin, menghormati orang yang lebih tua, disiplin, jujur, dan lain-lain. Kesan menyenengkan selama mendidik IR yaitu prestasi yang didapat IR, dia selalu mendapat peringkat 3 setiap penerimaan rapot. Meskipun tidak peringkat pertama dia sudah senang, karena dibanding teman sebayanya di dusun dia paling bagus nilainya. IR anaknya rajin dan penurut, sehingga dia selalu mengerjakan apa yang diperintahkan oleh NH. Kesan kurang menyenangkannya ketika dia sulit dinasehati. Masyarakat di sekitar tempat tinggal NH muslim semua, dan mereka juga agamis. Hal itu bisa dilihat dari jumlah jama’ah yang seeiap harinya ke masjid jumlahnya mencapai 50%. Selain itu masyarakatnya juga banyak yang mengikuti toriqoh, organisasi keagamaan, juga kgiatan keagamaaan yang lainnya. Karena tempat tinggal NH di pedesaan jadi
hubungan kekerabatannya masih erat, antar tetangga masih saling mempedulikan. Orang-orang di sekitar IR sangat memperhatikannya. Dia ikut menasehati perilaku IR. 4. BS (34 tahun) BS adalah suami dari NR, mereka memiliki seorang anak bernama NV, sekarang dia berusia 7 tahun dan duduk di kelas 2 MI. NR bekerja menjadi TKW di Arab Saudi. BS bekerja serabutan, kadang dia menjadi buruh tani, menjadi kuli bangunan, atau pakerjaan lainnya. Pendidikan BS sampai SD, sedangkan IR sampai SLTP. NV anak yang baik dan rajin. Dia selalu berangkat sekolah. Prestasi NV sangatlah bagus, dia belajar di rumah, di sekolah, dan di MADIN. Dia sudah bisa membaca Al-Qur’an meskipun belum terlalu lancar. Dia juga sudah bisa berwudhu dan shalat serta melaksanakannya setiap hari. Diapun juga sudah kuat melaksanakan puasa ramadhan sampai maghrib meskipun belum bisa sebulan penuh. BS yang begitu sederhana merawat anaknya dengan begitu sabar. Ketik belajar dan mengerjakan PR NV didampingi oleh bapaknya. Yang mengurus sekolah NV adalah bapaknya sendiri mulai pendaftaran, pertemuan, dan mengambil raport. Kebutuhan sekolah seperti buku, tas, saku dan kesehatan NV semua diurus oleh BS sendiri. Untuk makan diurus oleh neneknya karena mereka masih serumah, tetapi mandi, pakaian diurus oleh BS. NV tinggal di rumah bersama bapaknya, kakeknya, dan neneknya, dan dia tidur bersama bapaknya.
NV berinteraksi baik dengan orang-orang di sekitarnya. Dia akrab dan baik dengan teman-temannya. Dia juga hormat, patuh, dan sayang dengan orang tuanya. Dia juga menghormati semua anggota keluarganya. Ketika mereka memberi nasehat, NV juga menurut. NV juga masih seperti anak-anak yang lain terkadang dia juga sedikit bandel, sehingga terkadang BS mencubitnya. Ketika NV menghadapi masalah dan kesulitan, BS mengetahuinya dan segera menyelesaikannya. Cara BS mengajarkan kebiasaan baik dan menghindarkan dari perbuatan baik yakni dengan cara menasehatinya dengan sungguhsungguh. Hal yang menyenangkan selama mendidik NV yakni prestasi yang di dapatnya, dia selalu mendapat peringkat 3, hal yang tidak menyenangkan yakni ketika dia sulit dinasehati. Namun sulitnya masih wajar dan tidak melewati batas. Masyarakat di sekitar tempat tinggal BS muslim semua, dan mereka juga agamis. Hal itu bisa dilihat dari jumlah jama’ah yang seeiap harinya ke masjid jumlahnya mencapai 50%. Selain itu masyarakatnya juga banyak yang mengikuti toriqoh, organisasi keagamaan, juga kegiatan keagamaaan yang lainnya. Karena tempat tinggal BS di pedesaan jadi hubungan kekerabatannya masih erat, antar tetangga masih saling mempedulikan. NV dan teman sebayanya sangat akrab dia sering bermain bersama, terkadang di sekitar rumah NV terkadang juga di sekitar rumah temannya. Mereka masih memainkan mainan tradisional seperti petak umpet.
5. ZR (34 tahun) ZR adalah suami dari SK. Mereka mempunyai dua orang anak yaitu MI dan AA, mereka berusia 8 dan 6 tahun, sekarang duduk di kelas 2 dan 1 MI. SK bekerja sebagai TKW di Arab Saudi, dia sedah dua tahun bekerja disana. Pendidikannya sampai SLTP. Sedangkan pendidikannya ZR sampai SLTA dan dia bekerja sebagai peternak burung. Dia rajin ke sekolah, tetapi prestasinya kurang baik. Prestasi mereka berdua berbeda, jika MI kurang baik tetapi AA standar seperti teman-temannya. Mereka mengikuti MADIN di Dusunnya. Mereka sudah bisa praktik wudhu dan shalat meskipun ketika melaksanakan kurang sungguh-sungguh. Dia sudah belajar puasa dibulan Ramadhan sampai duhur dan orang biasa menyebut puasa beduk. Begitulah keadaan pendidikan MI dan AA. Dalam mengasuh MI dan AA dilaksanakn secara bersama-sama oleh bapaknya dan neneknya.Ketika belajar dan mengerjakan PR dia didampingi oleh bapaknya. Yang mengurus sekolah MI dan AA adalah bapaknya sendiri mulai pendaftaran, pertemuan, dan mengnambil rapot. Kebutuhan sekolah seperti buku, tas, saku dan kesehatan MI serta AA semua diurus oleh ZR sendiri. Untuk makan diurus oleh neneknya karena ZR jarang memasak. Dia lebih sering makan di warung dan anak-anaknya makan di rumah neneknya. Yang biasanya memandikan juga neneknya karena jika Cuma disuruh dia tidak segera mengerjakan. Pakaiannya juga dicucikan oleh neneknya, karena bapaknya kurang memperhatikan hal-hal
tersebut. Sebenarnya dia tinggal di rumah sendiri bersama ZR dan juga tidur di rumahnya bersama. MI dan AA anaknya agak usil dia suka mengganggu temannya. Dia kurang patuh dan hormat dengan orang tuanya. Mereka berdua juga sering berkelahi. Ketika mereka ada masalah ZR mengetahuinya tetapi kadang sulit diselesaikan, karena mereka sulit diatur. Ketika mereka sulit diatur biasanya ZR memarahinnya. ZR mengajarkan kebiasaan atau hal-hal baik dengan cara memancingnya dengan hadiah dan menghindarkan dari perbuatan tidak baik dengan cara mensehatinya. Hal yang menyenangkan bagi ZR yakni ketika mereka mau belajar, itu sangat menyenangkan karena mereka sangat sulit disuruh belajar. Dan hal yang tidak menyenangkan yaitu ketika mereka nakal. Mereka sangat sulit untuk dinasehati, dan juga sering membantah nasehat yang diberikan padanya. Masyarakat di sekitar tempat tinggal ZR muslim semua, dan mereka juga agamis. Hal itu bisa dilihat dari jumlah jama’ah yang seeiap harinya ke masjid jumlahnya mencapai 50%. Selain itu masyarakatnya juga banyak yang mengikuti toriqoh, organisasi keagamaan, juga kgiatan keagamaaan yang lainnya. Karena tempat tinggal ZR di pedesaan jadi hubungan kekerabatannya masih erat, antar tetangga masih saling mempedulikan. Tetapi kadang para tetangga agak jengkel dengan mereka karena keusilannya, akan terapi kejengkelannya disertai rasa iba. Sebagian masyarakat berpendapat jika kenakalannya karena kuranagnya kasih sayang dan perhatian yang didapatkannya.
MI dan AA serta teman sebayanya sangat akrab dia sering bermain bersama tetapi terkadang juga berkelahi, mereka biasanya bermain di lingkungan rumah, mencari buah-buahan, dan kadang menangkap hewan separti belalang dan capung. Dia sering dimarahi orang karena tingkah lakunya yang kurang baik. Mereka sering keluar masuk masjid tanpa mencuci kaki terlebih dahulu, sedangkan dia tidak mengenakan alas kaki. Mereka juga sering bercanda diwaktu shalat berjama’ah di masjid. Kenakalan mereka sering menjadi pembicaraan warga sekitarnya. Akan tetapi neneknya sering membela kesalahan cucunya. Dia sangat tidak disiplin dan sulit diingatkan oleh siapa saja. Baik orang tua, anak muda, ustadznya
ataupun
saudaranya.
Mereka
sebenaarnya
sangat
memperhatikan MI dan AA, tetapi kenakalannya sangat sulit untuk diatasi. Terkadang dia juga merasa kurang nyaman dengan kepergiannya, hal itu diketahui ketika dia telp dengan ibunya dia mengancam ibunya supaya segera pulang jika masih ingin melihat dirinya hidup. Masyarakat di sekitar tempat tinggal ZR muslim semua, dan mereka juga agamis. Hal itu bisa dilihat dari jumlah jama’ah yang seeiap harinya ke masjid jumlahnya mencapai 50%. Selain itu masyarakatnya juga banyak yang mengikuti toriqoh, organisasi keagamaan, juga kgiatan keagamaaan yang lainnya. Karena tempat tinggal ZR di pedesaan jadi hubungan kekerabatannya masih erat, antar tetangga masih saling mempedulikan. Tetapi kadang para tetangga agak jengkel dengan mereka karena keusilannya, akan terapi kejengkelannya disertai rasa iba. Sebagian
masyarakat berpendapat jika kenakalannya karena kuranagnya kasih sayang dan perhatian yang didapatkannya.
BAB IV PEMBAHASAN Kumpulan data yang dianalisa dalam skripsi ini bersumber dari hasil wawancara keluarga TKW yang sesuai dengan ciri-ciri yang dapat dijadikan responden, dilengkapi dengan data demografi maupun geografi yang ada. Mengacu pada fokus penelitian dalam skripsi ini, maka penulis akan menganalisa dan menyajikannya secara sistematis tentang pola pendidikan akhlak dalam keluarga TKW. Setelah peneliti melakukan observasi dan wawancara langsung ke keluarga TKW yang ada di Dusun Tugu, Desa Banding, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang. Penulis menemukan pola pendidikan akhlak pada keluarga TKW sebagai berikut: A. Pola Pendidikan Akhlak dalam Keluarga TKW 1. Pihak yang terlibat dalam pendidikan akhlak Pihak yang terlibat dalam pendidikan akhlak diantaranya: a. Ayah Orang tua merupakan pihak yang paling berperan dalam pendidikan akhlak anak. Meskipun pihak lain juga berperan, namun pengaruhnya tidak sebesar orang tuanya. Karena orang tua adalah orang yang paling dekat dengan anak. Ketika ibu tidak ada maka hanya ayah orang tua yang ada di sisinya. Orang tua juga merupakan rujukan bagi anak, yakni rujukan moral dan informasi (Ahid, 2010:145). Jadi ayah harus bisa menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini peneliti temukan pada wawancara terhadap MZ, BS, dan ZR. Mereka adalah bapak dari anak yang ditinggal ibunya bekerja menjadi TKW di luar negri. Mereka mengurus anaknya dengan dibantu anggota keluarga yang lain. Pendidikan yang dia berikan pada anakanak sangat berpengaruh pada perilaku atau akhlak mereka. MZ mengurus kebutuhan anak baik pakaian, kebutuhan sekolah, dan yang lainnya. Dia juga yang mengurus kepentingan sekolah seperti menganbil rapot, pertemuan wali murid, dan rapat bersama guru-guru. Selain mengurus anaknya MZ juga bekerja serabutan untuk mencari nafkah. Hal ini dia lakukan sebagai bentuk tanggung jawab dan perhatiannya kepada keluarga. Hal yang sama juga dilakukan oleh BS. ZR berbeda dengan MZ dan BS, dia jarang mengurus anaknya. Padahal sebenarnya dia tidak bekerja, kesibukannya hanya memelihara burung. Mandi, pakaian, dan makan diurus oleh neneknya, karena ayahnya kurang memperhatikannya. Dia juga jarang memasak, karena ketika punya dia lebih suka jajan mi di warung. Dia juga kurang memperhatikan akhlaknya, hingga menjadi pembicaraan masyarakat di dusun. Anaknya suka mengganggu teman, kurang menjaga kebersihan masjid, dan suka bercanda berlebihan. Berbeda lagi dengan IR dia tidak mau tinggal dengan bapaknya, karena dari kecil dia diasuh oleh bibinya. IR juga tidak akrab dengan bapaknya. Mereka hanya bertemu dengan bapaknya ketia mengantarkan sesuatu untuk diberikannya pada IR.
b. Anggota keluarga Selain ayah, anggota keluarga juga terlibat dalam pendidikan anak. “Menurut islam, keluarga lebih banyak berperan dalam pembinaan moral terutama pada masa kanak-kanak” (Ahid, 2010:123). Mereka juga sangat dekat dengan anak anak, karena mereka hidup bersama dan sering bertemu. Sebagai anggota keluarga mereka juga menginginkan akhlak anak menjadi baik, sehingga mereka ikut mendidik anak-anak sebisa mereka. Mungkin dengan menasehati, meneladani, atau mengingatkan mereka jika melakukan kesalahan. Hal ini dituturkan oleh semua informan. Salah satunya adalah penuturan NH: “Sedanten nggeh nderek ngandani mbak, wong sedanten nggeh pengen IR dadi cah seng apek nalare”(NH 1, j:118). Jadi keluarga juga mempunyai pengaruh dalam pendidikan akhlak anak. Ayah HS sudah meninggal, sehingga dia hanya diurus oleh bibi dan neneknya. Tetapi perhatiannya tidak seperti orang tua sendiri, KS bibi HS hanya memperhatikan makan, pakaian, dan kebutuhan keuangannya. Untuk akhlaknya dia hanya mengingatkan sekedarnya, ketika diingatkan susah dia membiarkannya tanpa mengusahakan dengan cara yang lain. Kepentingan sekolah diurus oleh neneknya, karena bibinya sudah sibuk mengurus keluarganya senndiri. Berbeda dengan NH, meskipun dia bibinya tetapi dia berperan seperti ibu kandungnya. Dia mengurus pakaian, makan, kebutuhannya dengan penuh perhatian. Dia juga mendampinginya untuk belajar setiap
hari. NH juga telaten untuk mengajaknya ke masjid ketika waktu shalat tiba. Mereka juga terlihat sangat dekat. Dalam mengurus MI dan AA neneknya menggunakan cara yang berbeda, karena dia sudah tua, sehingga dia melakukan sebisanya. Pakaiannya juga terlihat lusuh karena kurang perawatan. MI dan AA juga jarang belajar, karena dia hanya disuruh tanpa didampingi atau dirayu. Sehingga kemampuannya dalam pelajaran tertinggal dari temannya, baik itu pelajaran di MADIN atau hal lain. c. Guru dan ustadz Guru merupakan orang yang mendidik dan mengajar anak. Tugasnya
selain
menyampaikan
materi
kepada
siswa
adalah
membentuk anak yang berakhlakul karimah. Jadi, guru juga berperan dalam pendidikan akhlak anak, sehingga mereka sangat berpengaruh pada pendidikan akhlak anak. Nama lain guru dalam sebuah hadis adalah al-muaddib yang diartikan sebagai orang yang memiliki akhlak dan sopan santun, seseorang yang terdidik dan berbudaya, sehingga ia memiliki hak moral dan daya dorong untuk memperbaiki masyarakat (Nata, 2010:163). Dari hasil wawancara kepada beberapa informan, disampaikan bahwa anak terkadang lebih menurut dengan guru mereka daripada orang tua atau keluarganya sendiri. Mereka sangat menurut dengan apa yang disampaikan oleh guru-gurunya. Contohnya ketika rambut anak
laki-laki mulai panjang jika orang tuanya ingin memotongnya dia tidak memperbolehkan, tetapi ketika yang menyuruh gurunya dia menurut. d. Masyarakat Masyarakat atau orang-orang di sekitar juga ikut berperan dalam pendidikan akhlak anak. Mereka sering mengamati perilaku anak di luar rumah. Di pedesaan hubungan kemasyarakatan masih erat, sehingga mereka masih mempedulikan satu sama lain. Mereka ikut menasehati anak jika mendapati perilakunya kurang tepat. Mereka juga ikut prihatin jika anak-anak tersebut memiliki akhlak yang tidak baik. Lingkungan
masyarakat
atau
lapangan
pendidikan
dalam
masyarakat merupakan lapangan pendidikan yang ketiga yang ikut mempengaruhi
perkembangan
anak
didik
dan
faktor
yang
mempengaruhi orang tua ( Mansur, 2005:364). Maksud dari lapangan pendidikan ketika yakni setelah keluarga dan sekolah. Pendidikan dimasyarakat sangatlah menentukan, karena anak lebih lama bersama dengan masyarakat. Pada umumnya anak lebih suka bermain di luar rumah setelah tugasnya selesai. Di luar rumah dia akan bermain dengan teman-temannya. Dari apa yang disampaikan informan, peneliti mencontohkan apa yang disampaikan oleh ZR: “Tonggo-tonggo nak semerep anake kulo nakal nggeh do ngandani. Do semerep anake kulo nakal salong nggeh do mesakke terus ngewangi ngandan-ngandani”( ZR, O:92).Jadi masyarakat juga mempunyai peran dalam pendidikan akhlak anak.
2. Strategi pendidikan akhlak di keluarga TKW Dalam mendidik anak TKW pengasuh menggunakan strategi yang berbeda-beda, diantaranya: a. Pemberian nasihat Dari hasil wawancara beberapa informan, mereka banyak yang mendidik atau membiasakan hal-hal baik dengan menasehati anak. Karena nasihat adalah cara yang mudah untuk menyampaikan apa yang diharapkan. Jika mereka menginginkan anak melakukan hal baik apa, dia tinggal menyampaikan dan menjelaskan. Begitu juga dengan menghindarkan
mereka
dari
perbuatan
yang
buruk,
tinggal
menyampaikan hal apa saja yang harus dijauhi atau dihindari. Selain mudah cara ini sangat baik. Dalam buku Usus al-Atrbiyah al-Islamiyah yang disebutkan dalam buku Gunawan (2014:270), menyebutkan bahwa diantara metode pendidikan yang banyak memberikan pengaruh dalam mengarahkan manusia adalah metode nasehat atau al-mau’idzah al-hasanah atau metode bimbingan (alirsyad). Jadi metode ini sangat tepat diterapkan dalam mendidik akhlak anak. Nasihat sangat memiliki pengaruh terhadap jiwa manusia, terlebih jika keluar dari orang yang dicintainya. Alasan mereka menggunakan metode ini adalah yang mudah. Selain itu mereka juga kurang mengetahui cara lain yang mungkin bisa diterapkan. Seperti yang disampaikan oleh NH: “kulo ngoten carane ndidik kersane akhlake sahe nggeh tak kandani ngoten niku mbak, la
ajeng dipripunke sagete ngoten niku” ( NH 1, I:86). Jadi ini menjadi pilihan karena mudah dan praktis. b. Peneladanan Peneladanan dipilih karena dianggap sangat bagus, karena anak akan lebih tertarik untuk melakukannya setelah dicontohkan. Pada usia ini anak akan cepat meniru apa yang dilakukan oleh orang tua ataupun orang-orang di sekitarnya. Anak usia sekolah dasar dan menengah cenderung meneladani (meniru) guru atau pendidiknya, karena secara psikologis siswa memang senang meniru hal baik atau hal jelek (Gunawan, 2014:265). Dengan memberi teladan yang positif informan berharap supaya anak menirunya, sehingga dia akan memiliki akhlak yang positif seperti yang dia contohkan. Seperti yang telah disampaikan oleh MZ: “Carane kulo ndikik akhlake anak kulo kandani kaleh kulo contoni. Nak namung di omongi tok lare sakniki angel manuti tapi nak di omongi kaleh awake dewe tandang disek katah manute”( MZ 1, c:75). Jadi metode ini lebih efektif untuk diterapkan bersama metode nasehat, karena anak tidak hanya mendapat masukan saja tetapi juga contoh, sehingga kemungkinan untuk menurut atau mengikuti lebih besar. c. Pemberian reward/hadiah Pemberian reword/hadiah juga bagus untuk diterapkan. Karena anak lebih menurut karena keinginannya untuk mendapatkan hadiah yang ditawarkan. Meskipun awalnya dia melakukan hal tersebut karena
hadiah, namun jika terus menerus dilakukan akan menjadi kebiasaan pada diri anak. Sehingga akan terbentuk akhlak anak sesuai apa yang biasa dilakukannya. Metode ini hampir sama dengan targhib dan tarhib, yang diterapkan atas dasar fitrah manusia yaitu sifat keinginan pada kesenangan, keselamatan, dan tidak menginginkan pada kesedihan dan kesengsaraan (Gunawan, 2014:273). Bagi anak ukuran dan bentuk hadiah kurang penting, hadiah apapun mereka sudah senang. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara kepada ZR 1: “carane kulo ndidik akhlake anak kanti tak bang-bang, dadi kowe ngko nak gelem ngene tak tukokke iki utowo tak kei iki ngoten”( ZR 1, n:65). Jadi metode ini juga tepat untuk diterapkan, karena anak lebih tertarik untuk menuruti karena keinginannya untuk mendapatkan hadiah tersebut. d. Pembiasaan Pembiasaan adalah suatu cara yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang, agar sesuatu itu menjadi kebiasaan (Gunawan, 2014:267). Dengan membiasakan akhlak atau hal-hal yang baik anak akan terbiasa melakukan hal tersebut tanpa rasa berat, dan kebiasaan itu akan melekat pada diri anak. Informan juga membiasakan anak dengan akhlak yang baik, seperti membaca Al-Qur’an, setiap masuk waktu shalat diajak ke masjid untuk berjama’ah, dan selalu dibiasakan untuk mencuci pakaiannya dan bersih-bersih rumah.
3. Nilai akhlak yang ditanamkan dalam pendidikan akhlak di keluarga TKW a. Jujur Informan menanamkan kejujuran pada anak supaya hal itu terbentuk pada diri mereka. Kejujuran sangatlah penting dalam pondasi kehidupan. Dengan jujur setiap orang akan dipercaya oleh orang lain, sehingga kepercayaan akan diberikan kepadanya tanpa ragu. Jujur adalah menyampaikan sesuatu sesuai kenyataan yang sesungguhnya, baik perkataan maupun perbuatan ( Tatapangarsa, 1991:149). Jadi anak yang sudah tertanam jiwa jujur, dia akan selalu jujur terhadap semua orang. Jadi orang tua juga perlu memberikan penghargaan atas kejujuran anak, sehingga dia akan senang dan akan selalu berbuat jujur. b. Rajin Orang tua menginginkan anak mereka rajin, baik rajin bekerja maupun beribadah. Jadi informan juga mengajarkan anak mereka untuk rajin dalam segala hal kebaikan seperti rajin belajar, rajin berjama’ah ke masjid, rajin membantu orang tua, dan lain-lain. Jika anak rajin, nantinya akan menguntungkan diri anak sendiri, orang tua, dan orangorang di sekitarnya. Kerajinan akan sulit tertanam pada diri anak jika tidak diterapkan sejak dini. Ancaman dapat menanamkan sikap pendendam, pujian bisa mendorong anak berbuat lebih baik. Kritikan dan kemarahan dapat mematahkan semangat, sedangkan panggilan kasih sayang bisa menciptakan suasana
yang kondusif dalam hubungan orangtua dan anak (Mustaqim, 2005:113. Jadi orang tua akan lebih berhasil dalam menanamkan sifat rajin pada anak dengan cara yang lembut dan penuh kasih sayang. c. Sabar Sabar adalah menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai karena mengharap ridho allah (Ilyas, 2007:134). Sabar ada beberapa macam diantaranya sabar dalam menahan amarah, sabar dalam menerima coba’an dari allah, serta sabar dalam menghadapi masalah. Hal ini perlu ditanamkan agar mereka senantiasa menerima dengan apa yang diberikan ataupun yang terjadi padanya. Informan mengajarkan anak agar sabar supaya mereka lebih mudah dalam mengondisikan keadaan anak mereka. Selain itu anak juga perlu diingatkan untuk bersabar dengan keadaannya yang tanpa ibu di sampingnya supaya mereka bersabar atas hal itu dan tidak membenci ibunya. d. Disiplin Disiplin adalah kemampuan untuk mengendalikan diri dengan tenang dan tetap taat walaupun dalam situasi yang sangat menekan (Tasmara: 2002:88). Informan mengajarkan anak untuk disiplin supaya segala sesuatunya menjadi tertib dan teratur. Mereka dilatih untuk disiplin dalam segala hal, termasuk disiplin dalam menggunakan waktu, disiplin dalam berpakaian, serta disiplin dalam mengerjakan sesuatu. Orang tua sangat tidak dianjurkan untuk membiarkan anak berbuat
semaunya hingga mengabaikan nilai-nilai kedisiplinan. Hal ini akan berdampak negatif bago pribadi mereka ( Mustaqim, 2005:133). e. Ketauhidan Sebagai umat muslim nilai ketauhidan harus benar-benar tertanam dalam hati. Hal ini harus ditanamkan dalam diri anak sejak dini. Anak perlu mengenali Allah dengan baik dan benar, karena perkenalan adalah awal yang sangat penting. Sangat tidak mungkin anak berakhlakul karimah kepada Allah SWT manakala ia tidak mengenali-Nya (Halim, 2000:45). Cara mengenali yang baik yakni dengan cara membaca ayatayat-Nya, jadi anak perlu diajari membaca Al-Qur’an sejak dini dan diajarkan isi kandugan-Nya. Anak juga perlu diajarkan mengenai keimanan yang tercakup dalam rukun iman yang enam yakni iman kepada allah, kepada malaikat allah, kepada kitab allah, kepada utusan allah, kepada hari akhir, dan kepada qodho dan qodar allah. B. Kendala Yang Dihadapi Keluarga Dalam Pendidikan Akhlak Anak di Keluarga TKW 1. Kondisi pengetahuan pengasuh Pengasuh perlu memiliki pengetahuan khusus dalam mendidik anak, karena seorang anak memiliki kepribadian yang sangat lembut. Seorang pemimpin atau sebagai orang tua dalam membimbing anakanaknya harus menggunakan seni dalam mengorganisasikan pola asuh dan dalam memotivasi anak-anaknya dalam keluarga untuk mencapai tujuan
akhir sesuai dengan tujuan pendidikan Islam itu sendiri yakni mencapai manusia insan kamil (Mansur, 2005:351). Orang tua dalam melaksanakan berbagai upaya baik spiritual (psikhis) ataupun fisik juga akan sangat dipengaruhi oleh tingkatan pendidikannya. Pendidikan yang rendah biasanya dalam merawat atau perhatian pendidikan seadanya atau alami sesuai dengan perputaran waktu atau bahkan pengaruh lingkungan (Mansur, 2005:358). Jadi pengasuh anak-anak TKW umumnya berpendidikan rendah sehingga mereka melaksanakan sebisanya. Pengasuh hendaknya menggunakan gaya yang dapat menarik anak untuk mengikutinya. Selain gaya juga dibutuhkan kata-kata yang halus untuk menyentuh hati anak. Ketlatenan juga sangat dibutuhkan dalam mengasuh anak supaya dia menurut dan terbentuk sesuai dengan keinginannya. Hal ini tidak diketahui oleh semua orang, sehingga banyak pengasuh yang mendidik anak dengan cara sebisanya. 2. Kondisi ketrampilan pengasuh Selain pendidikan, pengasuh anak juga membutuhkan ketrampilan untuk mendidik akhlak anak. Dengan ketrampilan pengasuh, akhlak anak akan terbentuk lebih baik. Orang yang terampil meskipun pengetahuannya rendah dia sabar dan telaten dalam mengasuh anak. Apa yang dilakukannya bisa disesuaikan dengan kebutuhan anak, karena anak sangat membutuhkan kesabaran dalam mengurusnya. Hal itu akan menjadikan anak lebih menurut dengan pengasuh.
Tabiat manusia berbeda-berbeda sesuai perbedaan individu-individu itu sendiri serta dengan perbedaan kesiapan dan potensi mereka (Aly & Munzier, 2003:115). Jadi setiap pengasuh memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam mendidik akhlak anak, termasuk ketrampilan yang dimiliki pengasuh tersebut. 3. Kondisi kepedulian pengasuh Orang tua ada yang kurang memperhatikan pendidikan anak karena kurangnya
kepedulian
mereka.
Orang
tua
hanya
mementingkan
kedisiplinan anak untuk berangkat sekolah, berangkat mengaji, atau kegiatan lainnya. Orang tua biasanya kurang memperhatikan akhlak anak, apakah akhlak anaknya sudah baik, apa yang harus dilakukannya supaya akhlak anak menjadi lebih baik, atau yang lainnya. Sebenarnya keluarga memiliki beberapa kewajiban edukatif, diantaranya adalah menegakkan hukum-hukum Allah, merealisasikan ketentraman
jiwa, melaksanakan
perintah
Rasulullah SAW, dan
merealisasikan kecintaan kepada anak-anak dan beberapa dampak edukatifnya (Nahlawi, 1992:193-197). Jadi keluarga harus melaksanakan kewajiban-kewajiban tersebut supaya kebutuhan edukatif anak terpenuhi. Salah satu dampak edukatif adalah memelihara fitrah anak dari ketergelinciran dan penyimpangan (Nahlawi, 1992:200). Jadi orang tua bertanggung jawab untuk mengarahkan anak agar memiliki akhlakul karimah dan berjalan pada jalan yang benar.
Anak adalah anugrah dari Allah SWt. Dalam Al-Qur’an keturunan adalah bagian yang penting dalam kelanjutan misi kekhalifahan manusia di bumi (Mustaqim, 2005:19). Jadi sebagai orang tua perlu mendidik anak dengan baik supaya mereka dapat melanjutkan misi orang tua. Orang tua pasti memiliki tujuan dan harapan hidup, yang itu mereka harapkan dari anak. Selain sebagai pelanjut misi kekhalifahan anak juga amanah Allah yang dititipkan kepada orang tua. Manusia hendaknya bersyukur atas amanah anak yang diberikan kepadanya, karena dia sudah dipercaya oleh Allah untuk mengasuh anak tersebut. Salah satu cara mensyukuri anak adalah orang tua mendidiknya dengan baik agar menjadi generasi yang berkualitas (Mustaqim, 2005: 21). Allah SWt mengingatkan dalam firman-Nya QS An Nisa’ayat 9:
ِ اضعافًاذُِّريَّةًخ ْل ِف ِهم ِمْنت رُكوالَوالَّ ِذين ولْيخشس ِ علَي ِهمخافُو و اق يد د ْالوُل َ ً َ َ َ ْ َ ْ َْ َ َ َ ْ َ ََ ْ َ ْ يَ ُقولُوااللَّ َه َف ْليَتَّ ُقوا
Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar (Departemen Agama, 2005: 78). Hal ini belum disadari oleh semua orang tua, sehingga mereka mendidik anak dengan ala kadarnya. Mereka kurang menyadari bahwa anak adalah amanah Allah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban atas amanah yang dititipkan kepadanya. Hal ini menimbulkan kurangnya kepedulian orang tua terhadap anak.
C. Faktor yang Memengaruhi Pembentukan Akhlak Anak dalam Keluarga TKW Pembentukan akhlak anakdipengaruhi beberapa hal baik dari luar ataupun dari dalam diri anak itu sendiri. Beberapa hal yang memengaruhi pembentukan akhlak anak dalam keluarga TKW diantaranya: 1. Perhatian pengasuh Perhatian pengasuh sangatlah memengaruhi pembentukan akhlak anak. Karena dia yang mengawasi dan memperhatikan anak setiap harinya. Jika pengasuh itu perhatian dia akan mengarahkan anak agar memiliki akhlak yang baik. Dia akan mendidik akhlak anak dengan cara yang dia sukai mungkin dengan menasehatinya, meneladaninya, atau dengan cara yang lainnya. Begitu juga untuk menghindarkan perbuatan yang tidak baik, dia akan menyampaikannya dengan cara yang dia sukai. Pendidikan akhlak dalam islam merupakan hal yang sangat urgen demi terlaksananya nash-nash agama. Nash-nash AL-Qur’an dan AsSunah tidak akan berfungsi selama tidak ada yang menunaikannya (Mahmud, 2004:145). Jadi pendidikan akhlak yang dilaksanakn pengasuh sangatlah penting agar terbentuk anak yang berakhlak baik yang mengamalkan nash-nash agama. Jika pengasuh bersungguh-sungguh kemungkinan berhasilnya dalam mendidik anak lebih besar, namun sebaliknya jika kesungguhan itu tidak ada harapan terbentuknya akhlak yang baik pada anak sangat kecil.
2. Kepribadian bawaan anak Kepribadian anak juga menentukan pendidikan akhlak anak. Jika dia mempunyai kepribadian bawaan yang baik usaha untuk membentuk akhlak yang baik lebih mudah, tetapi sebaliknya jika dia mempunyai faktor bawaan yang kurang baik usaha untuk membentuk akhlak yang baik lebih sulit. Tetapi bukan berarti anak yang mempunyai faktor bawaan kurang baik tidak akan memiliki akhlak yang baik. Dia membutuhkan usaha yang lebih dibanding yang sudah memiliki bawaan baik. Bagitu juga yang memiliki bawaan baik, dia akan menjadi baik jika dididik dengan benar. Tetapi jika teledor yang memiliki bawaan baik tabi bisa berubah menjadi tidak baik. Karakteristik
seseorang
sangat
dipengaruhi
oleh
gen
yang
merupakan karakteristik bawaan yang diwariskan (genotif) dari orang tuanya, yang akan terlihat sebagai karakteristik yang dapat diobservasi atau diukur (fenotif) (Gunawan, 2014:246). Jadi setiap anak mempunyai kombinasi yang berbeda dari perpaduan watak kedua orang tuanya. 3. Lingkungan sekitar Lingkungan sekitar juga sangat mempengaruhi dalam pendidikan akhlak anak. Karena usaha yang sungguh-sungguh jika tidak diimbangi dengan lingkungan yang baik akan sulit terbentuk. Sebaliknya jika lingkungan baik dan mendukung usaha akan lebih mudah dilakukan. Contohnya anak yang diajarkan untuk memakai pakaian yang sopan atau muslimah menolak, karena semua temannya tidak ada yang mengenakan
pakaian seperti itu. Contohnya lagi anak yang susah disuruh shalat, tetapi karena di lingkungannya semua anak berjama’ah di masjid dia akan melaksanakannya tanpa disuruh. Hal ini hampir sama dengan pendapat yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada dua yakni faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal terbagi menjadi dua terdiri dari faktor nonsosial yang berupa cuaca, alat, gedung, dan lain-lain sedangkan faktor sosial baik keluarga, lingkungan sekolah, dan masyarakat. Faktor internal terbagi menjadi dua yaitu faktor fisiologis seperti kesehatan dan kondisi fisik anak, serta faktor psikologis seperti kecerdasan, kepribadian, sikap, bakat, dan lain-lain (Sriyanti, 2012:18-19).
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan observasi di atas, maka penulis dapat menyimpulkan hasil penelitian bahwa pola pendidikan akhlak di keluarga TKW (Tenaga Kerja Wanita) di Dusun Tugu, Desa Banding, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang tahun 2014 sebagai berikut: 1. Pola pendidikan akhlak dalam keluarga TKW a. Pihak yang terlibat dalam pendidikan akhlak Pihak yang terlibat dalam pendidikan akhlak diantaranya: 1) Ayah Ayah
merupakan
pihak
yang
paling
berperan
dalam
pendidikan akhlak anak. Meskipun pihak lain juga berperan, namun pengaruhnya tidak sebesar ayahnya. Karena ayah adalah orang tua yang ada di dekat anak. Pendidikan yang mereka berikan sangat berpengaruh terhadap perilaku atau akhlak anak mereka. 2) Anggota keluarga Selain orang tua, anggota keluarga juga terlibat dalam pendidikan akhlak anak. Mereka juga sangat dekat dengan anakanak, karena mereka hidup bersama dan sering bertemu. Sebagai anggota keluarga mereka juga menginginkan akhlak anak menjadi baik, sehingga mereka ikut mendidik anak-anak sebisanya. Mungkin dengan menasehati atau mengingatkan mereka jika melakukan
kesalahan. Selain itu mereka juga memberikan perhatian kepada anak. Apa yang dilakukan oleh anggota keluarga adalah teladan bagi anak, jadi perilaku mereka juga harus dijaga. 3) Guru dan ustadz Guru merupakan orang yang mendidik dan mengajar anak. Tugasnya selain menyampaikan materi kepada siswa adalah membentuk anak supaya berakhlakul karimah. Jadi, guru juga berperan dalam pendidikan akhlak anak, sehingga mereka sangat berpengaruh terhadap pendidikan akhlak anak. 4) Masyarakat Masyarakat sekitar juga memiliki peran dalam pendidikan akhlak anak, karena mereka ikut mengingatkan serta mempedulikan ahlak anak yang ada di sekitarnya. Hal ini masih banyak dijumpai di daerah pedesaan. b. Strategi pendidikan akhlak 1) Pemberian nasihat Metode nasihat digunakan oleh pengasuh anak karena mudah dan praktis. Mereka tinggal menyampaikan dan menjelaskan yang mereka maksud atau mereka inginkan. Metode ini biasanya juga disertakan dalam metode yang lain. 2) Peneladanan Metode teladan dipilih karena dianggap sangat bagus, anak lebih tertarik untuk melakukannya. Pada metode ini anak lebih
terterik untuk mengikuti karena hal itu juga dilakukan oleh orang terdekatnya. Mereka tidak enggan karena tidak hanya disuruh tetapi diminta untuk meniru atau mengikuti. 3) Pemberian reward/hadiah Metode ini sangat menarik bagi anak-anak, karena anak sangat suka dengan hadiah. jadi metode ini sangat tepat untuk diterapkan, karena anak akan lebih menuruti arahan pengasuhnya. 4) Pembiasaan Metode ini sangat bagus diterapkan, karena anak tidak merasa berat untuk melakukan karena dilakukan secara pelanpelan. Selain itu hal yang dibiasakan akan benar-benar tertanam pada diri anak, akan tetapi dalam penerapannya dibutuhkan ketlatenan dan kesabaran yang lebih. c. Nilai akhlak yang ditanamkan dalam pendidikan akhlak 1) Jujur Jujur ditanamkan pada diri anak sebagai bekal hidupnya, karena kejujuran sangatlah penting dalam pondasi kehidupan. Orang yang jujur akan dipercaya oleh orang lain, hal itu akan menguntungkan dirinya sendiri dan juga orang lain. 2) Rajin Anak juga ditanamkan sikap rajin, baik dalam hal ibadah maupun pekerjaan. Anak yang rajin akan menguntungkan dirinya
sendiri, orang tua, dan orang disekitarnya. Jadi sifat rajin sangat penting untuk ditanamkan pada diri anak. 3) Sabar Sikap sabar perlu ditanamkan agar anak senantiasa menerima apapun yang terjadi atau yang diberikan padanya. Anak yang sabar lebih mudah untuk dikondisikan. 4) Disiplin Anak diajarkan disiplin supaya tertib dan teratur. Anak diajarkan untuk disiplin dalam menggunakan waktu, dalam berpakaian, serta dalam mengerjakan sesuatu. 5) Keimanan Keimanan sangat penting untuk diterapkan pada anak sejak dini. Orang tua bisa menanamkannya dengan berbagai cara. Dia juga bisa meminta bantuan pihak lain seperti dimasukkan ke sekolah, ke MADIN, atau pihak lain. 6) Ketauhidan Ketauhidan juga penting untuk ditanamkan pada anak sejak dini. Anak perlu mengenal Allah agar dia dapat mengamalkannya apa yang menjadi hukum allah. 2. Kendala yang dihadapi keluarga dalam pendidikan akhlak anak di keluarga TKW a. Kurangnya pengetahuan pengasuh
Pengasuh perlu memiliki pengetahuan khusus dalam mendidik anak, karena seorang anak memiliki kepribadian yang sangat lembut. Orang tua dalam melaksanakan berbagai upaya baik spiritual (psikhis) ataupun
fisik
juga
pendidikannya.
Jadi
akan
sangat
pengasuh
dipengaruhi anak-anak
oleh
TKW
tingkatan umumnya
berpendidikan rendah sehingga mereka melaksanakan sebisanya. Pengasuh hendaknya menggunakan gaya yang dapat menarik anak untuk mengikutinya. Selain gaya juga dibutuhkan kata-kata yang halus untuk menyentuh hati anak. Ketelatenan juga sangat dibutuhkan dalam mengasuh anak supaya dia menurut dan terbentuk sesuai dengan keinginannya. Hal ini tidak diketahui oleh semua orang, sehingga banyak pengasuh yang mendidik anak dengan cara sebisanya b. Kurangnya ketrampilan pengasuh Selain
pendidikan,
pengasuh
anak
juga
membutuhkan
ketrampilan untuk mendidik akhlak anak. Dengan ketrampilan pengasuh, akhlak anak akan terbentuk lebih baik. Orang yang terampil meskipun pengetahuannya rendah dia sabar dan telaten dalam mengasuh anak. c. Kurangnya kepedulian pengasuh Orang tua kurang memerhatikan pendidikan anak karena ketidak tahuannya mengenai pendidikan. Orang tua hanya memperhatikan keaktifan anak berangkat kesekolah tetapi kurang memerhatikan hasilnya. Ketika di rumah yang penting anak tidak nakal, meskipun
akhlaknya kurang tepat pengasuh kurang memperhatikannya. Yang diutamakan pengasuh adalah hal-hal yang tampak. d. Faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan akhlak anak a. Perhatian pengasuh Perhatian pengasuh sangatlah memengaruhi pembentukan akhlak anak, karena dia yang mengawasi dan memerhatikan setiap harinya. Kesungguhan pengasuh juga memengaruhi keberhasilan pendidikan akhlak anak. b. Kepribadian bawaan anak Kepribadian bawaan anak juga menentukan pendidikan akhlak anak. Anak yang memiliki kepribadian bawaan baik lebih mudah dalam mendidik akhlaknya dibandingkan yang memiliki kepribadian bawaan kurang baik. c. Lingkungan sekitar Lingkungan sekitar sangat memengaruhi pendidikan akhlak anak. Usaha yang sungguh-sungguh jika tidak diimbangi dengan lingkungan yang baik akan sulit terbentuk. Sebaliknya juga, meskipun pendidikan yang diberikan kurang baik tetapi lingkungannya baik dengan sendirinya anak akan mengikuti hal tersebut. B. Saran Diharapkan penelitian tentang pola pendidikan akhlak pola pendidikan akhlak di keluarga TKW (Tenaga Kerja Wanita) di Dusun Tugu, Desa Banding, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang tahun 2014 ini dapat
disempurnakan dengan mengadakan penelitian lebih lanjut dari segi lain, sehingga dapat memberikan gambaran yang lengkap pada pendidikan akhlak anak. Ditujukan kepada pihak-pihak sebagai berikut: 1. Pemerintah Melalui pendampingan dan memfasilitasi ketrampilan menjadi orang tua sebagai pendidik akhlak bagi anak-anak dari keluarga TKW. 2. Tokoh Masyarakat Berperan aktif melalui kepedulian sosial terhadap anak-anak yang berasal dari keluarga TKW. 3. Keluarga TKW dan Masyarakat Umum Meningkatkan kepedulian dan upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan menjadi orang tua. 4. Peneliti Lain Peneliti lain yang hendak meneliti topik yang sama yaitu pola pendidikan akhlak dalam keluarga dapat memperkaya metode dan memperluas wilayah penelitian.
DAFTAR PUSTAKA Achmad, Mudlor. TT. Etika dalam Islam. Surabaya: Al Ikhlas. Ahid, Nur. 2010. Pendidikan Keluarga dalam Perspektif Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Aly, Hery Noer & Munzier.2003. Watak Pendidikan Islam. Jakarta: Friska Agung Insani. An-Nahlawi, Abdurrahman. 1992. Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam. Bandung: CV. Diponegoro. Asmaran. 2002. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Daradjat, Zakiah. 1995. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Bandung: CV RUHAMA. Djatnika, Rachmat. 1996. Sistem Ethika Islami “Akhlak Mulia”. Emzir. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif, Analisis Data. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Gunawan, Heri. 2014. Pendidikan Islam, Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset Hadi, Sutrisno. 1993. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset. Halim, M Nipon Abdul. 2000. Menghias Diri dengan Akhlak Terpuji. Yogyakarta: Mitra Pustaka. Ilyas, Yunahar. 2007. Kuliah Akhlak. Yogyakarta: LPPI UNY. Jalaluddin. 2003. Teologi Pendidikan. Jakarta: Persada. Khalil, Ahmad. 2009. Narasi Cinta dan Keindahan. Malang: UIN Malang press. Lestari & Ngatini. 2010. Pendidikan Islam Kontekstual. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mahmud, Ali Abdul Halim. 2004. Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani. Mansur. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Moleoeng, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mustaqim, Abdul.2005. Menjadi Orang Tua Bijak. Bandung: PT Mizan Pustaka.
Nata, Abuddin. 2002. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Nata, Abuddin. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Kencana Prenada Media Group. Qodratillah, Meiti Taqdir. 2011. Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Rahmaniyah, Istighfarotul. 2010. Pendidikan Etika. Malang: UIN Malang Press. Sriyanti, Lilik, dkk. 2012. Teori-Teori Belajar. Salatiga: STAIN Salatiga Press. Straus, Anselm & Corbin, Juliet. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Tasmara, Toto. 2002. Membudayakan Etos Kerja Islami. Jakarta: Gema Insani. Tatapangarsa, Humaidi. 1991. Akhlak yang Mulia. Surabaya: PT Bina Ilmu. Tim PSGK STAIN Salatiga. 2007. Sepenggal Kisah Kelabu Tenaga Kerja Wanita. Salatiga: STAIN Salatiga Press & Mitra Cendikia. (http:// keluarga. Anggotanya, masalahnya//).
CATATAN OBSERVASI PADA KELUARGA MZ 1. Keadaan rumah MZ sederhana, dindingnya berupa papan dan lantainya masih tanah. Ukurannya juga tidak terlalu besar yakni sekitar 7x9 meter. Didalamnya terdapat dua kamar dapur dan ruang tamu. Untuk keperluan mandi di sumur sebelah rumahnya yang ditutup dengan karung plastik yang sudah sobek-sobek. 2. Lingkungan rumahnya ada rumah-rumah yang berhimpit dengan rumahnya. Rumahnya sangat dekat bengan masjid hanya sekitar 15 meter. 3. Fasilitasnya hanya terdapat TV saja, alat rumah tangga yang lain masih sangat sederhana. 4. Interaksi LA dengan bapaknya baik, tetapi LA terlalu akrab dengan bapaknya sehingga dia kurang hormat terhadap bapaknya. Dia terkadang menuruti nasihatnya tetapi kadang juga tidak. Pengasuh utamanya adalah bapaknya tetapi juga dibantu oleh orang-orang dirumahnya. Selain itu dia juga mendapat pendidikan dari guru, ustadz, dan orang-orang di sekitarnya.
CATATAN OBSERVASI PADA KELUARGA HS 1. Rumah HS sudah cukup bagus, dindingnya sudah tembok dan lantainya sudah plester. Di dalamnya terdapat kamar, dapur, kamar mandi dan ruang tamu. 2. Lingkungan rumahnya sangat dekan dengan kebun, karena rumahnya paling tepi. Rumahnya menghadap jalan desa. 3. Di dalam rumahnya terdapat TV, VCD, dan bifet. Di dalamnya tampak luas karena kosong tanpa dipan ataupun meja kursi. 4. Ayahnya sudah meninggal, dia diasuh oleh bibinya yang tinggal serumah dengan neneknya. Dia orangnya pendiam dan suka tersenyum, tetapi dia “gleleng” jika dinasehati kurang memperhatikan.
CATATAN OBSEVASI PADA KELUARGA NH 1. Tempat tinggal NH sederhana, dindingnya papan daan lantainya masih tanah. Dia tinggal bersama IR dan orang tuanya. Rumahnya juga tidak terlalu besar. Sebenarnya rumah orang tua IR sudah bagus tetapi dia lebih suka tinggal bersama bibi dan neneknya. 2. Lingkungan
rumahnya
adalah
rumah
familinya,
mereka
tinggal
menggerombol dan berdekatan. 3. Fasilitas rumahnya hanya TV untuk hiburan keluarga. 4. IR kurang dekat dengan bapaknya, karena dari kecil dia diasuh oleh bibinya. Bapaknya hanya mendatanginya ketika kangen atau ingin menberikan sesuatu. IR lebih dekat dengan NH, kedekatannya seperti ibu dan anak. Dia juga menurut pada NH, dan NH sendiri juga telaten dalam mengasuh IR. Orang-orang disekitarnya yang kebetulan adalah familinya juga sangat memperhatikannya dan ikut menasehati kesalahannya.
CATATAN OBSERVASI PADA KELUARGA BS 1. Rumah BS cukup bagus, meskipun lantainya masih tanah tetapi dindingnya sudah tembok dan bagian depan rumah sudah dikramik. Di dalamnya luas, ada kamar, dapur, kamar mandi, dan ruang tamu. Rumahnya bersih dan tertata rapi. 2. Rumahnya dibagian pinggir dan sudah berbatasan dengan kebun, tempat tinggalnya dekat dengan tempat neneknya, hanya terpisah satu rumah. Di rumahnya sangat sejuk karena terkena hawa dari kebun. 3. Fasailitas di rumahnya hanya terdapat tape recorder, TV, dan beberapa perabot sederhana. Di juga memiliki satu sepeda motor. 4. NV anaknya rajin dan penurut, dia disiplin dalam mengerjakan sesuatu. Selain bapaknya telaten, dia juga diarahkan oleh bibinya yang anaknya adalah teman sebaya NV dan rumahnya juga berdekatan. Neneknya juga sangat meperhatikannya, waktu istirahatnya, makannya, dan tingkah lakunya
sangat
diperhatikan.
Orang
di
sekitarnya
juga
sangat
memperhatikan NV. Melihat anaknya baik, tetangga sekitar senang dan memperhatikannya.
CATATAN OBSERFASI PADA KELUARGA ZR 1. Rumah ZR juga sangat sederhana, dindingnya dari papan kayu dan lantainya sudah plester. Di dalam rumahnya hanya terdapat satu kamar dan ruangan lain masih jadi satu. Antara dapur tempat memelihara burung ,dan ruang tamu hanya bersebelahan tanpa disekat. Untuk mandi dan memcuci di sumur sebelah rumahnya yang masih menggunakan timba sederhana. 2. Lingkunga rumahnya adalah familinya yaitu rumah saudara kandung istri ZR. Rumahnya ada dibagian tepi dan berbatasan dengan kebun. Di depan rumahnya masih ada beberapa pohon besar seperti pohon mangga, pohon asam, dan beberapa pohon lain. 3. Fasilitas yang ada di rumahnya yaitu TV, VCD, dan playstation. PS yang dimilikinya sering disewa oleh anak-anak di sekitar. Untuk peralatan lain masih sederhana juga. 4. MI dan AA anaknya bandel dan selit dinasehati, dia sering meresahkan orang yang menjumpainya. Dia suka mengganggu teman-temannya dan melakukan hal-hal yang tidak baik. Dia sering keluar masuk masjid tanpa menggunakan alas kaki dan tidak mencuci kaki terlebih dahulu. Ketika belajar di MADIN dia tidak mau berpakaian muslim seperti teman-temannya, dia juga tidak mau ikut pembelajaran dengan baik. Orang disekitarnya sangat jengkel dengan perilakunya tetapi juga kasihan, karena kadang dia terlihat lemas karena lapar belum makan. Bapaknya jarang memasak dan dia makan di tenpat neneknya.
PEDOMAN OBSERVASI DAN WAWANCARA A. Pedoman Observasi 1. Bagaimana keadaan rumah? 2. Bagaimana lingkungan rumah? 3. Bagaimana fasilitas rumah? 4. Bagaimana interaksi anak dengan orang tua, pengasuh, dan lingkungan sosialnya? B. Pedoman Wawancara 1. Pertanyaan umum a. Identitas anak: usia dan kelas. b. Identitas orang tua: usia, status pernikahan, status orang tua, pekerjaan, penghasilan, pendidikan. c. Keadaan sekolah/pendidikan anak 1) Apakah anak anda rajin kesekolah? 2) Bagaimana nilai atau prestasi sekolahnya? 3) Apakah dia mendapatkan tambahan pelajaran selain sekolah seperti TPA, les, dll? d. Pendidikan keagamaan 1) Apakah dia mengikuti kegiatan mengaji atau TPA? 2) Apakah anak anda sudah bisa membaca Al-Qur’an? 3) Apakah anak anda sudah bisa berwudlu? 4) Apakah anak anda sudah bisa melaksanakan shalat? 5) Apakah anak anda melaksanakan puasa ramadhan?
e. Pengasuh anak 1) Siapa yang mendampingi anak anda belajar dan mengerjakan PR atau tugas sekolah? 2) Siapa yang mengurus sekolah anak termasuk mendaftat, menghadiri undangan sekolah, dan mengambil rapot? 3) Siapa yang mengurus kesehatan anak 4) Siapa yang mengurus kebutuhan sekolah seperti buku, seragam, tas, saku, dan lain-lain? 5) Siapa yang menyiapkan dan mengurus anak ketika makan, mandi, serta pakaiannya? f. Keadaan rumah 1) Siapa yang tinggal serumah dengan anak? 2) Dengan siapa anak biasanya tidur? 2. Pertanyaan khusus a. Interaksi anak dengan orang lain. 1) Bagaimana perilaku anak sehari-hari dengan teman sebayanya? 2) Apakah anak menghormati, menyayangi, serta mematuhi nasihat orang tuanya? 3) Apakah anak rukun dan sayang dengan saudaranya? b. Tindakan orang tua ketika anak menghadapi masalah 1) Apakah orang tua tahu ketika anak mengalami kesulitan di sekolah?
2) Apakah orang tua tahu ketika anak ada permasalahan dengan temannya? 3) Apa yang dilakukan orang tua ketika mengetahui ada masalah yang terjadi pada anak? 4) Ketika anak sulit diatur apa yang dilakukan orang tua? c. Cara orang tua mendidik anak 1) Bagaimana cara orang tua mengajarkan kebiasaan/halhal yang baik pada anak? 2) Bagaimana cara orang tua menghindarkan anak dari perbuatan yang tidak baik? d. Suka duka mendidik anak 1) Kesan menyenangkan apa yang anda dapat ketika mendidik anak? 2) Kesan kurang menyenangkan apa yang anda dapat ketika mendidik anak? e. Kondisi lingkungan 1) Bagaimana kondisi masyarakat di sekitar tempat tinggal anda? 2) Apakah masyarakat sekitar anda agamis? 3) Bagaimana perhatian tetangga sekitar terhadap anak anda? 4) Bagaimana keadaan teman sebaya anak anda? 5) Di mana anak anda biasanya bermain?
Wawancara ke : 1 Kode
Tema
: MZ 1
No baris
Pengantar/ Perkenalan
5
10
Sekolah/ pendidikan
17
25 Pendidikan Keagamaan
Keterangan: Ibu si anak bekerja sebagai TKW Di Arab Saudi Tanggal
: 12 September 2014
Pukul
: 17.00
Tempat
: Rumah MZ
Dialog Pen: lek ini saya mau wawancara, kamu sekarang luang apa tidak Inf: luang mbak, mau wawancara apa? Pen:wawancara tentang cara anda mendidik Akhlak anak anda selama ibunya di luar? Inf: o..ya Pen: nama anda kan sudah tahu, kalau usianya Berapa? Inf: 35 tahun Pen: pendidikannya sampai apa? Inf: sampai MI Pen: pekerjaannya serabutan ya? Inf: iya Pen: anaknya umur barapa, dan kelas berapa Sekarang Inf: 12 tahun, kelas 6 Pen: kalau sekolah dia berangkat terus? Inf: berangkat terus, kalau sekolah, mengaji rajin, tapi jika disuruh belajar susah Pen: kalau belajar dengan siapa? Inf: belajar sendiri, jika mengerjakan kesulitan kadang bertanya pada saya Pen: prestasi sekolahnya bagaimana? Inf: sedang mbak, tapi kadang agak jelek Pen: selain di sekolah anaknya belajar dimana? Inf: hanya di diniah saja Pen: kalau mengajinya, praktik wudhu dan shalat saya kan sudah tahu jika di madrasah. Kalau puasanya bagaimana?
Makna/ interpretasi
30 Pengasuhan anak
37 39
46 Interaksi anak dengan orang lain
50
56
Cara orang tua mendidik anak
Suk-duka mendidik anak
61
69
Inf: ramadhan terakhir kemarin sudah penuh Sampai maghrib Pen: kalau yang mengurus kepentingan Sekolah dan kebutuhannya siapa? Inf: ya saya, semua saya yang mengurus. Cuman jika dia tidak enak badan mboe yang mengurus Pen: jika urusan makan, mandi, dan pakaiannya? Inf: Kalau makan mboe yang mengurus, jika Mandi masih harus disuruh, anaknya belum Mandiri apa-apa masih harus disuruh. Jika Pakaian saya yang mencucikan untuk pakaian Seragam dan pakaian yang masih bagus, tapi Jika pakaian untuk bermain saya suruh mencuci sendiri sambil buat latihan. Pen: jika tidur dengan siapa? Inf: dengan mboe Pen: sikapnya dengan teman sebayanya bagaimana? Inf: dengan orang-orang baik, dengan teman sebayanya juga akrab bermain bersama.dengan orang tua kadang menurut kadang tidak. Kadang-kadang juga saya marahi, tapi Cuma marah-marah saja tidak sampai maju tangan, tidak pernah. Anak saya kalau di rumah Cuma diam mbak, tidak pernah cerita dia mangalami apa kadang jika ditanya bilang tidak-tidak. Pen: cara anda mendidik akhlak dan kebiasaan baiknya bagaimana? Inf: carane kulo ndidik akhlake anak kulo kandani kaleh kulo contoni. Jika Cuma dinasehati anak sekarang susah menurutnya, tapi jika dinasehati sambil dicontohi banyak menurutnya, entah itu pekerjaan atau yang lainnya. Jika saya sih inginnya dia menjadi anak yang baik, tidak aneh-aneh, jadi saya suruh menjauhi akhlak yang tidak baik. Pen: kesan menyenangkan dan kesan kurang menyenangkan selama mendidik anak anda apa? Inf: tidak ada mbak. Biasa-biasa saja.saya itu mendidik anak yang penting saya suruh jujur,
76
sabar, segala sesuatunya yang tepat, baik waktu atau yang lainnya. Pen: tetangga juga peduli dengan anak anda? Inf: peduli
Wawancara ke : 1 Kode
Tema Pengantar/ perkenalan
Sekolah/ Pendidakan
Keterangan: Ibu si anak bekerja sebagai TKW
: KS 1
No baris
Di Arab Saudi Tanggal
: 13 September 2014
Pukul
: 09.00
Tempat
: Rumah KS
Dialog Pen: mbah ini saya mau minta waktunya sebentar, anda sedang repot apa tidak? Inf: nggak dek, la mau apa? Pen: ini saya mau wawancara tentang cara anda mendidik akhlak HS selama ibunya di Arab? Inf: apa aku bisa? Pen: bisa, yang penting anda menjawab sesuai kenyataan. Inf: o ya, sebisaku ya. Pen: anda sekarang usianya berapa? Inf: 33 Pen: pendidikannya sampai apa? Inf: sampai SD Pen: jika lek HS sekarang usianya berapa? Inf: 12 dek. Pen: kelas 6 sekarang? Inf: iya. Pen: lek HS jika sekolah berangkat terus apa tidak? Inf: jika dari rumah berangkat, tapi kata temannya kadang tidak masuk. Ada yang pernah melihat kadang dia nongkrong kadang ke tempat PS. Pen: coba kapan-kapan dicek ke sekolahan supaya tahu. Jika nilainya bagaimana? Inf: biasa, tapi tidak terlalu jelek. Saya juga tidak pernah tahu dia belajar. Pen: jika belajar dengan siapa? Inf: balajar sendiri jika mau, saya juga tidak
Makna/ interpretasi
Pendidikan Keagamaan
Pengasuhan Anak
Interaksi anak dengan orang lain
tahu PRnya entah dikerjakan atau tidak. Yang saya tau pokoknya sudah makan, mandi, pakaiannya bersih begitu saja. Belajar terserah, tidak juga terserah. Pen: pernah ikut diniah? Inf: dari dulu sepertinya tidak pernah Pen: di rumah juga tidak mengaji? Inf: tidak Pen: jika membaca Al-Qur’an sudah bisa? Inf: bisa sedikit, tapi belum lancar. Pen: jika wudhu dan shalat sudah bisa? Inf: bisa, tapi kadang juga tidak melaksanakan Pen: jika puasa? Inf: puasanya juga belum penuh Pen: yang mengurus kepentingan sekolahnya siapa? Inf: mboe, saya tidak sempat. Tapi kalau apaapanya saya yang mengurus, sepatunya, buku, tas, seperti itu. Sakunya juga saya yang memberi karena ibunya kalau kirim ditujukan kesaya. Pen: jika makannya? Inf: makannya juga disini, pakaiannya juga saya yang mencucikan. Jika disuruh mencuci belum mau, apa-apa juga saya. Jika saya repot ya siapa-siapa yang senggang. Pen: jika tidur disini? Inf: tidur dirumahnya sendiri dengan kakakkakaknya. Pen: sikap lek HS dengan teman seusiannya bagaimana? Inf: baik, dengan temennya akrab, tementemannnya juga main ke rumahnya Pen: kalau dengan anda menurut apa tidak? Inf: tidak pasti, kalau dinasehati senyumsenyum, kadang menurut kadang tidak, tapi sering tidaknya. Pen: kalau dengan kakak-kakaknya rukun? Inf: rukun, tapi kalau apa-apa sendiri-sendiri. Pen: jika anda tahu lek HS punya masalah terus tindakannya bagaimana? Inf: jika tahu segera diurus, jika masalahnya disekolah biasanya mboe yang mengurus. Terus nanti dibicarakan di rumah kemudian diurus, jika sulit dinasehati saya biarkan
Cara pengasuh mendidik anak
Pen: cara anda mendidik akhlaknya supaya melakukan hal-hal yang baik dan neminggalkan hal-hal yang tidak baik bagaimana? Inf: saya suruh meniru orang-orang yang baik, orang yang tidak baik saya larang untuk ditiru.
Wawancara ke : 1 Kode
Tema
: NH 1
No baris
Pengantar/ perkenalan
6
13
20
Sekolah/ Pendidikan
Keterangan: Ibu si anak bekerja sebagai TKW
23
27
Di Arab Saudi Tanggal
: 13 September 2014
Pukul
: 10.00
Tempat
: Rumah NH
Dialog Pen: ini kamu sedang membuat keranjang atau besek? Inf: membuat kranjang mbak. Pen:jika sambil saya wawancarai mengganggu apa tidak? Inf: tidak, mau wawancara apa mbak? Pen: wawancara tentang cara anda merawat dan mengasuh dek IR. Inf: tugas kuliah mbak? Pen: ya, ini untuk data saya membuat skripsi. Sekarangkamu usianya berapa? Inf: terakhir ikut paket B. Pen:setiap harinya membuat keranjang? Inf: ya mbak, dari pada nganggur untuk kesibukan setelah selesai mengurus rumah. Pen: dek IR tidak pernah ikut bapaknya? Inf: tidak mbak, tidak mau ko’, dari dulu yang merawat saya. Pen: sekarang dek IR usianya berapa? Inf: 9 th, sekarang kelas 4, aku merawatnya sejak ibunya berangkat usia 2 tahun sampai ibunya pulang dua kali. Pen: dek IR rajin berangkat sekolah? Inf: rajin mbak, setiap hari berangkat terus, sekolah berangkat diniah juga berangkat. Pen: nilainya dek IR bagus? Inf: bagus mbak, setiap hari juga belajar, meskipun baru sedikit dia juga sudah bisa membaca Al-Qur’an. Setiap waktu shalat saya ajak ke masjid, berwudhu, shalat, kemudian
Makna/ interpretasi
32
Pengasuhan Anak
35
Interaksi anak dengan orang lain
38
46
51
Cara pengsuh mendidik Anak
55
Suka-duka mendidik Anak
64
71 Perhatian lingkungan Terhadap
73
mengaji. Pen: jika puasa sudah kuat? Inf: kuat mbak, tetapi jika ke pasar dibatalkan tidak kuat. Pen: jika belajar dengan kamu? Inf: ya mbak, semua juga saya dibantu mbo’e. Tidur juga dengan aku. Pen: dek IR dengan temannya akrab? Inf: akrab mbak, setiap hari juga bermain bersama. Pen: kalau dengan kamu juga menurut? Inf: lumayan menurut mbak, tapi namanya juga anak-anak kadang juga susah. Pen: kalau dengan kamu terbuka apa tidak? Bercerita tentang masalahnya. Inf: jarang mbak, kadang saya tahu dari temannya, kadang aku juga tidk tahu masalahnya. Dia hanya bercerita ketika masalahnya dirasa penting, sebenarnya jika tahu segera saya urusi. Pen: jika dinasehati susah kamu apakan? Inf: jika dinasehati susah kadang saya cubit, tapi tidak pernah sampai yang terlalu menyakitkan, paling Cuma saya cubit itu. Pen: cara kamu mendidik akhlaknya supaya baik dan menghindari hal yang buruk bagaimana? Inf: kalau cara saya mendidik akhlaknya supaya baik ya saya nasehati, la mau dibagaimanakan bisanya begitu.dan saya nasehati supaya rajin, menghormati orang yang lebih tua, disiplin, jujur, dan yang lainnya. Pen: kesan menyenangkan selama didik dek IR apa? Inf: IR itu dari dulu mendapat ranking tiga terus, sebenarnya tidak satu tapi sudah lumayan, dengan teman-temannya disini paling baik, anaknya menurut ko’ mbak jika disuruh apa-apa. Pen: kesan urang menyenangkannya apa? Inf: ya, jika pas sulit dinasehati. Pen: kalau orang disekitarmu bagaimana? Pada baik ibadahnya? Inf: orangnya baik-baik mbak. Kalau orang
anak
80
situ kurang baik mbaka (sambil menunjuk sebuah rumah). Kalau yang lainnya kamu sudah tahu sendiri, ya seperti orang sini pada umumnya. Pen: kalau dengan dek IR pada peduli? Inf: orang kampung mbak, tetengganya ya saudaranya, jika anaknya kurang tepat ya diingatkan. Semua juga ikut menasehati mbak, semua juga pengen IR jadi anak yang baik akhlaknya.
Wawancara ke : 1 Kode
Tema Pengantar/ perkenalan
Sekolah/ Pendidikan
Pengasuhan anak
Keterangan: Ibu si anak bekerja sebagai TKW
: BS 1
No baris
Di Arab Saudi Tanggal
: 13 September 2014
Pukul
: 19.00
Tempat
: Rumah BS
Dialog Pen: pak ini akau mau mengganggu waktunya sebentar. Inf: mau apa mbak? Pen: ini aku mau wawancara tentang pendidikan akhlake dek NV selama ibunya di Arab? Inf: o..ya. buat apa mbak? Pen: untuk data skripsi pak, anda sekarang usia berapa? Inf: 34 tahun Pen: pekerjaannya apa saja? Inf: seadanya mbak, mencangkul, angkat kayu, mencari madu, apa-apa. Pen: yang penting halal. Anada sekolahnya sampai apa? Inf: Cuma SD. Pen: kalau dek NV sekarang usia berapa? Inf: 7 tahun mbak, sudah kelas dua sekarang. Pen: dek NV jika sekolah berangkat terus. Inf: berangkat anaknya rajin mbak, jika ada PR ya dikerjakan, kadang jika susah tanya saya. Diniyah juga rajin berangkat terus. Waktunya shalat juga ke masjid wudhu, shalat, mengaji sudah diajari di madrasah jadinya sudah bisa, nilainya, hafalannya bagus. Pen: jika puasanya? Inf: sudah kuat sampai maghrib, tapi belum penuh. Pen: yang mengurus keperluannya dek NV siapa?
Makna/ interpretasi
Cara pengasuh mendidik akhlak Anak
Suka-duka mendidik Anak
Interaksi anak Dngan orang lain
Inf: ya saya, sebagian neneknya. Kalau uang, alat sekolah, pakaian saya. Neneknya yang memasak. Masih jadi satu apa-apa ya bersama. Pen: jika tidur? Inf: dengan saya. Dia jika ada apa-apa juga lapor sehingga saya tahu dan mengurusnya, dengan bapaknya menurut, dengan kakek neneknya juga menurut, dengan temannya juga baik. Pen: cara anda mendidik akhlaknya dan menghindarkan hal yang tidak baik bagaimana? Inf: dinasehati dengan sungguh-sugguh. Pen: jika sulit dinasehati? Inf: saya cubit, soalnya rasanya jengkel. Pen: kesan menyenngkan selama mendidik dek NV apa? Inf: ketika menerima rapot mbak, mendapat peringkat tiga terus lumayan mbak. Pen: kesan kurang menyenangkannya apa? Inf: ketika pas sulit dinasehati, namanya juga anak-anak, meskipun menurut tapi kadang juga susah Pen: jika orang sekitar bagaimana? Inf: dilihat sendiri saja mbak, paling juga tahu.
Wawancara ke : 1 Kode
Tema
: ZR 1
No baris
Pengantar/ perkenalan
14
19
24
Pendidikan
Di Arab Saudi Tanggal
: 22 September 2014
Pukul
: 07.30
Tempat
: Rumah ZR
Dialog Pen: lek ini aku mau wawancara, kamu bisa?
6
Sekolah/ Pendidikan
Keterangan: Ibu si anak bekerja sebagai TKW
Inf: wawancara apa? Pen:wawancara tentang cara mengasuh anak anda selama ibunya di Arab? Inf: buat apa? Pen: untuk data skripsi, kalu sekarang usia berapa? Inf: 34 tahun Pen: pendidikannya sampai apa? Inf: sampai SMA, kalau ibunya sepertinya sampai tsanawiyah. Pen: kamu memelihara burung apa saja ini? Inf: kenari, labet, beo, werno-werno. Pen: anaknya umur berapa? Inf: MI 8 tahun, AA 6 tahun. Pen: sakniki kelas pinten? Inf: kelas 2 dan kelas 1. Pen: pada berangkat terus sekolahnya? Inf: berangkat. Pen: nilainya bagaimana? Inf: Standar, kadang juga tidak bagus. Pen: setiap harinya pada belajar? Inf: susah jika disuruh balajar. Pen: sebenarnya kamu suruh? Inf: kadang disuruh juga tidak mau. Pen: selain diekolahan belajarnya dimana? Inf: di madrasah jika mau, kadang juga tidak mau. Pen: jika wudhu, shalat, mengaji apa sudah
Makna/ interpretasi
keagamaan 31
Pengasuhan anak
36
41
Interaksi anak Dengan orang lain
50
55
Cara 58 pengasuh Mendidik akhlak anak
Suka-duka mendidik anak
66
Perhatian orang sekitar
72
bisa? Inf: sebenarnya bisa, tetapi sukanya semaunya sendiri. Pen: jika puasa? Inf: sampai dhuhur sudah kuat, tapi hanya kadang-kadang. Pen: jika pas mau belajar yang mendampingi siapa? Inf: ya, aku. Pen: yang mengurusi keperluan MI dan AA siapa? Inf: urusan sekolahnya aku, tetapi pakaian dan makannya neneknya, karena aku jarang masak, seringnya beli mi di warung. Pen: kalau mandinya? Inf: neneknya biasnya yang memandika, karena jika hanya disuruh tidak segera dikerjakan. Pen: jika tidur semua dengan kamu: Inf: ya, kalau tidur semua di rumah Pen: sikap MI dan AA dengan temannya bagaimana? Inf: ya seperti itu, kadang juga Nakal dengan temannya. Kadang mereka berdua juga bertengkar. Pen: jika pada punya masalah kamu juga tahu? Inf: ya tahu, tapi meskipun tahu diselesaikan juga susah, karena anaknya sulit dinasehati. Pen: la cara kamu mendidik akhlaknya dan mengajari hal-hal yang baik bagaimana? Inf: cara saya mendidik akhlaknya dengan saya iming-imingi, jadi jika kamu mau begini saya balikan ini atau saya kasih ini. Pen: jika cara menghindarkannya dari hal yang kurang baik? Inf: ya dinasehati itu. Pen: hal yang menyenangkan selama mendidik anak-anak apa? Inf: ketika dia mau belajar, itu saja aku sudah senang. Pen: hal yang tidak menyenangkan? Inf: ya ketika pada nakal. Pen: kalau orang sekitar sini bagaimana? Inf: ya sama, orang sekampung disini kamu
terhadap anak
juga sudah tahu. Pen: tetangga juga pada baik? Inf: ya baik, tetapi terkadang pada jengkel, karena pada nakal. Pen: jika dengan temannya akrab? Inf: akrab, tetapi kadang pada bertengkar. Ketika rukun pada bermain bersama di sekitar rumah, memenjat pohon, menangkap capung, dan lain-lain. Pen: kepedulian tetangga kepada anak kamu bagaimana? Inf: tetangga ketika melihat anak saya nakal, sebagian pada kasihan membantu menasehati.
Wawancara ke : 1 Kode
Tema Pengantar/ perkenalan
Keterangan: Ibu si anak bekerja sebagai TKW
: MZ 1
No baris
Di Arab Saudi Tanggal
: 12 September 2014
Pukul
: 17.00
Tempat
: Rumah MZ
Dialog Pen: lek ini saya mau wawancara, kamu sekarang luang apa tidak? Inf: luang mbak, mau wawancara apa? Pen:wawancara tentang cara anda mendidik akhlak anak anda selama ibunya di luar? Inf: o..ya Pen: nama anda kan sudah tahu, kalau usianya berapa? Inf: 35 tahun Pen:
Makna/ interpretasi
Wawancara ke : 1
Ket
: Ibu si anak bekerja sebagai TKW di Arab Saudi
Kode
: MZ 1
Tgl
: 12 September 2014
Pukul
: 17.00
Tempat : Rumah MZ Te ma
No. Baris
Dialog Pen : Lek niki kulo bade wawancara, jenengan sakniki longgar nopo boten ?
Pengantar Atau Perkenalan
Inf
5
: Longgar mbak, ajeng wawancara nopo ?
Pen : Wawancara tentang anggene jenengan didik akhlake putrane sewanci ibue teng luar Inf
: O, nggeh
Makna / Interpretasi Bersedia untuk diwawancar ai informan berusia 35 th Pendidikan MI dan putrinya duduk di kelas VI usia 12 th
Pen : Menawi namine jenengan kan mpun ngertos, nak umure jenengan pinten ? 10
Inf
: 35 tahun
Pen : Pendidikane dugi nopo? Inf
: Dugi MI
Pen : Pekerjaane serabutan nggeh ? Inf 15
Pen : Menawi putrine pinten lan kelas pinten ? Inf
Sek
: Nggeh
: 12 tahun, kelas 6
Pen : Menawi sekolah putrane mlampah
Putrinya
olah /
2 1
Pen didi kan
terus ? Inf
: Mlampah terus, nak mlampah sekolah, ngaji ngoten sregep tapi nak ken sinau angel
Pen : Menawi belajar kaleh sinten ? Inf
: Sinau kiambak, paleng nak garap boten saget kadang tangklet kulo
rajin ke sekolah & mengaji, tapi sedikit susah untuk belajar dia belajar sendiri
Pen : Prestasi sekolahe pripun ? 2 Inf 6
: Sedang mbak, tapi kadang radi endek
Pen : Lintune ten sekolahan belajar ten pundi ? Inf
putrane
: Namung ten diniyah niku
Pen : Menawi masalah ngaos la sholat kulo kan mpun ngertos. Menawi ten diniah, tapi nak sinaune pripun lek ? Pen didi kan Kea gam aan
Inf 3 3
Pen gasu han ana k
: Ramadhon terakhir wingi mpun saget genep dugi maghrib
Pen : Menawi engkang ngurus kepentingan teng sekolahan kaleh kebutuhane sinten ? Inf
3 8
4 3
Prestasinya sedang
: Nggeh kulo mbak, nopo-nopo nggeh kulo paling nak masuk angin kadang mbo’e engkang krumati
Anak belajar di sekolah dan MADIN
LA sidah bias membaca Al-Qur’an tapi belum fasih wudhu dan sholah sudah bisa Puasa penuh bulan
1
Pengasuh utama LA adalah bapaknya an dibantu keluarga
Pen : Menawi maeme, pakeane lek ? 4 8
Inf
mandi
lan
: Nak maeme mbo’e engkang ngurusi, aduse kudu dikon mbak. Larene dereng mandiri nopo-nopo kudu dikon nak belajar teko belajar kiambak, nak boten saget tangklet kulo. Nak umbah-umbah nopo kulo kumbahke engkang seragamseragam kaleh gombale seng apek, tapi nak engkang damel dolan kulo ken ngumbahi kiambak kaleh latihan
Pen : Menawi tilem kaleh sinten ? Inf
: Kaleh mbo’e
Inte raks i ana k den gan oran g lain
6 Pen : Perilakune kaleh 1 seumurane pripun ?
Car a oran g tua men didi k ana k
7 Pen : Carane jenengan noto akhlak lan 3 kebiasaan saene pripun ?
Inf
Inf 7 5
rencang
: Kaleh tiang-tiang ngoten sae, kaleh rencange akrab, dolanan sareng kaleh wong tuane kadang manut kadang boten, nak kadang nggeh tak seneni tapi namung murengmureng boten moro tangan, boten nate mbak. Anakke kulo ki nak ten ngomah teko meneng boten nate crito awake ngalami nopo, kadangmen nak ditangkleti ora-ora
: Carane kulo didik akhlake anak kulo kandani kaleh kulo contoni Nak naming diomongi tok lare sak niki angel manute, tapi nak diomongi kaleh awake dewe tandang disek katah manute, duko gawean nopo liane. Kulo ngoten pengene dadi anak seng apik ora
Sikap anak dengan orang lain baik, tapi kadang kurang menurut dengan orang tua
Dia menanamka n akhlak anak dengan metode nasehat dan teladan
neko-neko dadi anak seng apik ora neko-neko dadi tak ken ngedohi akhlak engkang mboten sae Suk a duk a men didi k ana k
8 Pen : Kesan menyenangkan utawi kurang menyenangkan selama didik 6 putrane nopo lek ?
Perh atia n mas yara kat
9 Pen : Tonggo-tonggo nggeh sami peduli 4 kaleh dek LA
Inf 8
Inf
: Boten wonten biasa-biasa saja mbak. Kulo niku didik seng penteng tak ken jujur, seng sabar, opo-opone seng pas nggeh wektu utowo liane
: Peduli
Pen : Dadose sami nderek ngemotke dek LA? Inf : Nggeh mbak, menawi semerep cahe boten pas nggeh do ngandani.
Selama dia mendidik anaknya tidak ada kean yang begiru terasa Dia mengajarka n juju, sabar dan disiplin Tetangga peduli dan ikut menasehati
Wawancara ke : 1
Ket
: Ibu si anak bekerja sebagai TKW di Arab Saudi
Kode
: KS 1
Tgl
: 13 September 2014
Pukul
: 09.00
Tempat : Rumah KS
Tema
Makna /
No. Baris
Dialog Interpretasi Pen : Mbah niki kulo ajeng nyuwun wekdale sekedap. Jenengan nembe repot nopo mboten ?
Pengantar / Perkenalan
Inf
5
: Boten dek, la ajeng nopo ?
Pen : Niku kulo ajeng wawncara anggene jenengan krumati lek HS selama makne teng Arab Inf
: Aku ndak iso ?
Pen : Saget, seng penteng jenengan jawab engkang sakmestine Inf 10
: O, yo dek, saisoku yo
Pen : Jenengan umure pinten ? Inf
: 33
Pen : Pendidikane dugi nopo ? Inf
: Tekan SD
Pen : Menawi lek HS umur pinten ? 15
Inf
: 12 dek
Pen : Kelas 6 sak niki ? Inf
: Nggeh
Bersedi a untuk diwawa ncarai, usia 33 tahun, pendidi kan sampai SD, anak usia 12 tahun, kls 6.
Sekolah /
20
Pendidikan
Pen : Lek HS nak sekolah mlampah terus nopo boten ? Inf
: Nak ko ngomah mangkat, tapi jare kancane kadang ora mblebu, eneng seng tau weroh kadang nongkrong, kadang nyang PS an
Pen : Cobi kapan-kapan dicek teng sekolahan kersane ngertos. Menwai nilaine pripun ? 26 Inf
Anak setiap hari berang kat ke sekolah tetapi terkada ng menyi mpang.
: Biasa, neng ora elek nemen wong ora tau ngerti le sinau
Pen : Menawi belajar kaleh sinten Inf 30
Pendidikan 37 Keagamaan
: Sinau dewe nek gelem, aku yo ora ngerti PR’e mboh digarap opo ora. Seng tak ngerteni wes madang, wes ados, gombale resek ngono wae. Sinau karepe ora
Pen : Nate nderek diniah ? Inf
: Awet biyen ketoe yo ora tau
Pen : Teng griyo boten ngaji nggehan ? Inf
: Ora
Pen : Menawi maos Qur’an mpun saget ? 42
Inf
: Isi sitik, Ndak-Nduk ijehan
Anak tidak ikut diniyah, wudhu dan shalat bisa tapi jarang melaksanakan, mengaji sudah sedikit bisa, puasa belum penuh.
Pen : Menawi wudhu kaleh shalat mpun saget ? Inf
: Iso neng kadang yo ora tandang
Pen : Menawi siam ? Inf Pengasuhan 47 anak
: Posone you rung genep
Pen : Engkang ngurus kepentingan teng Yang mengurus sekolahan sinten ? kepentingan Inf : Mbo’e, aku ora kober. Neng nang sekolah opo-opone yo aku sepatu, buku, tas neneknya, ngono kui. Sangu barang aku seng kepentingan
ngei, mergane makan aak kirim rumah bibinya, tidur di rumah ditobakne aku sendiri dengan Pen : Nak maeme ? kakak. Inf
55
: Madange yo kene, gombale yo aku seng ngumbake. Kon ngumbai urung gelem. Nak nopo-nopo yo aku, nak aku gek repot yo singuo-singuo seng longgar
Pen : Nak tilem priki ? 60 Interaksi anak dengan orang lain
Inf
: Turu ngomahe dewe karo kangkangne
Pen : Sikape lek HS kaleh seumurane pripun ? 65
69
rencang Dengan teman akrab, dinasehati Inf : Apek, karo kancane ngono akrab, sering tidak wongyo do lolan nyang ngomahe menurut, dengn saudara Pen : Menawi kaleh jenengan manut nopo rukun. mboten ? Inf
: Oa mesti, nak dikandani teko plengah-plengeh, kadang manut, kadang ora tapi kerep orane
Pen : Nek kaleh kang-kangne rukun ? 73 Tindakan ketika anak menghadap i masalah
Cara orang tua mendidik anak
Inf
: Rukun, tapi nak opo-opo do dewedewe
Pen : Menawi jenengan ngertos lek HS Jika tahu ada gadah masalah terus tindakane pripun masalah segera diselesaikan. ? Jika susah Inf : Nak ngertos lek diurusi, nak masalah dinasehati nek sekolahan biasane mbo’e ko dibiarkan. sekolahan. Ngko lek dirembuk barang diurusi. Nak angel dikandani tak jarke 8Pen : Carane jenengan ngajaraken hal-hal 3 engkang sae pripun ? Inf
: Tak kon niru wong-wong seng apek. Nak seng wong ora apek tak pengeng
Cara mendid ik akhlak yang baik
niru.
Kesan selama mendidik anak
8Pen : kesane selama didik lek HS nopo? 8 Inf : Biasa-biasa wae ora ono kesan
Perhatian orang sekitar
9Pen 0
: ting sekitar nggeh sami peduli kaleh lek HS?
Inf
: yo werno-werno, eneng seng yo eneng seng ora. Cahe wae teko meneng dadine wong-wong arep do oroh-oroh yo wegah. Asline nak tonggo-tonggo ngono yo do apek saben dino yo do menyang masjid, do melu toriqoh, kegiatan NU. Tapi cahe mung dekem neng ngomah ko’.
dinjurk an meniru yang baik.
Wawancara ke : 1
Kode
: NH 1
Ket
: Ibu si anak bekerja sebagai TKW di Arab Saudi
Tgl
: 13 September 2014
Pukul
: 09.00
Tempat : Rumah NH Tema
Makna /
No. Baris
Dialog
5
Pen : Dek sampan damel kranjang Bersedia untuk diwawancarai, usia nopo besek? 31 tahun, Inf : Damel kranjang mbak ? pendidikan terakhir SLTP, pekerjaan Pen : Menawi kaleh kulo wawancarai pengrajin kranjang/ ganggu nopo mboten ? besek ikan. anak Inf : Alah boten. Ajeng wawancara umur 9 tahun, kalas 4, NH mengasuh nopo mbak? sejak 2 tahun. IR Pen : Wawancara anggene sampean tidak mau ikut krumati dek IR bapak.
Pengantar / Perkenalan
10
Interpretasi
Inf
: Tugas kuliah mbak ?
Pen : Nggeh, niki kangge data sale kulo damel skripsi. Jenengan sakniki umur pinten ? 16 Inf
: 31 tahun
Pen : Pendidikane dugi nopo ? Inf
: Terakhir nderek paket B
Pen : Sabendintene damel kranjang ? 22 Inf
: Nggeh mbak, dari pada nganggur. Ge gawean nak wes rampung le ngurusi ngomah
Pen : Dek IR boten nate nderek bapake ? Inf
: Boten mbak, boten purun ko’ awet rien engkang krumati nggeh kulo
Pen : Sakniki dek IR umur pinten ? Inf
: 9 tahun, wong sak niki kelas 4 aku
krumati
awet
makne
mangkat umur 2 th nganti makne bali peng 2 Sek olah /
3Pen : Dek IR petel mlampah sekolah 1 terus? Inf
Pen didi kan
: Petel mbak saben dinten mlampah terus. Sekolah mlampah, diniah nggeh mlampah
Pen : Nilai dek IR sae ? Inf
3 8
: Sae mbak, wong mben dinten nggeh sinau, boten ketang gratul-gratul mpun saget moco Al-Qur’an. Tiap wayah shalat tak jak teng masjid wudhu shalat lek ngaji mbak
IR rajin sekolah, niali bagus, sudah bisa membaca Al-Qur’an, wudhu dan shalar sudah bisa dan rajin melaksanak an, puasa sudah kuat tapi jika ke pasar batal.
Pen : Nak siam mpun kiat ? Inf Pengasuhan 47 anak
: Kiat mbak, tapi nak teng pasar mokah
Pen : Menawi belajar kaleh sampean dek? Inf
: Nggeh mbak, sembarang nggeh kulo diewangi pae mbo’e, tilem nggeh kaleh kulo terus.
Pen : Menawi maeme engkang masak sinten? Inf : Boten mesti mbak kadang mbo’e kadang nggeh kulo. 54
Pen
: Engkang ngumbahke pakaian sinten?
Anak tidur dengan NH, pakaian dan makan diurus NH dengan ibunya.
Inf Inte raks i ana k den gan oran g lain
: kulo mbak.
5Pen : Dek IR kaleh rencange nggeh 9 akrab ? Inf
saben
dinten
Pen : Nak kaleh jenengan manut ?
nggeh
Inf
: Akrab mbak, dolanan sareng
: Itungane nggeh manut mbak, tapi jenenge bocah kadang nggeh angel barang
6 Pen : Piamba’e nak kaleh jenengan 5 terbuka nopo mboten ? Critocrito masalahe ngoten niku ? Inf
IR akrab dengan temannya, anknya menrut, tapi kadang juga tidak. Ketika sulit dinasehati dicubit. IR kurang terbuka dengan NH
: Arang mbak, kadang kulo ngertos lewat kancane, kadang aku boten ngertos masalahe barang. Paleng crito nak masalahe penting jane nak ngertos nggeh lek tak urusi
7Pen : Menawi dikandani angel tak kapakke ? 1 Inf
Car a oran g tua men didi k ana k
: Nak dikandani angel kadang neggeh tak jewel. Tapi nak nganu boten nate seng klarani nemen, paleng nggeh naming tak jiwet niku
8Pen : Carane jenengan didik akhlak 4 lan ngindari engkang awon ? Inf
: Kulo ngoten carane didik kersane akhlak sahe nggeh tak kandani ngoten niku mbak, la ajeng dipripunke sagete ngoten niku. Kalian kulo kandani ken rajin, ngormati wong seng luweh tuwo, disiplin, jujur, lan lio-liane.
Cara mendidik akhlaknya dengan dinasehati. Dia menasehati nya supaya rajin, menghorma ti orang yang lebih tua,
disiplin, jujur, dll.
Kesan dalam mendidik anak
94
Pen : Kesan menyenangkan selama didik dek IR nopo ? Inf
: IR niku awet rien angsal rangking 3 terus, jane mboten 1 tapi mpun lumaya, kaleh kancakancane priki paleng apek. Cahe manut ko’ mbak, nak dikon nopo-nopo
104 Pen : Kesan kurang menyenangkan nopo ? Inf Kondisi lingkungan sekitar
106
: Nggeh nak pas angel dikandani ngoten niku
Pen : Nak tiang sekitare jenengan priki pripun ? nggeh sami sae ngibadahe ? Inf
: Tiange sae-sae mbak, neng tiang piku niku ketingale boten patosno sae ngibadahe, tapi nggeh priku niku tok. Nak lintu-lintune nggeh sampean mpun ngertos, nggeh sami sedusun mbak
Pen : Nak kaleh dek IR nggeh do purun arah-arah ? Inf
118
: Tiang deso mbak, tonggone nggeh sedulure, nak cahe kurang pas nggeh do di elekke. Sedanten nggeh nderek ngandani mbak, wong sedanten nggih pengen IR dadi cah seng apek nalare
Kesan menyenang kan selama mendidik anak dia selalu mendapat peringkat 3. Kesan kurang menyenang kan ketika selit dinasehati. Orang sekitar ibadahnya baik, orangnya baik. Dia juga peduli dengan IR dan ikut menasehati nya.
Wawancara ke : 1
Kode
: BS 1
Ket
: Ibu si anak bekerja sebagai TKW di Arab Saudi
Tgl
: 13 September 2014
Pukul
: 19.00
Tempat : Rumah BS Tema
No. Baris
Dialog Pen : Pak niki kula bade nganggu wekdale jenengan sak antawes ?
Pengantar / Perkenalan
Inf
5
: Bade nopo mbak
Pen : Niki kulo bade wawancara jenengan mengenai pendidikan akhlake dek NV sewanci ibu’e teng Arab ? Inf
: O, nggeh. Kangge nopo mbak ?
Pen : Kangge data skripsi pak. Jenengan sak niki umur pinten ? Inf 10
: 34 mbak
Pen : Medamele nopo mawon ? Inf
: Saentene mbak, macul, gotong kayu, wados madu, nopo-nopo
Pen : Seng penteng halal nggih. Jenengan sekolahe dugi nopo ? Inf 15
: Namung SD
Pen : Menawi dek NV sakniki umure pinten ? Inf
: 7 th mbak, mpun kelas 2 sakniki
Pen : Dek NV menwai sekolah mlampah terus ? Inf 20
: Mlampah mbah, cahe sregep ko’ mbak. Nak enten PR nggeh digarap, kadang nak angel tangklet kulo. Diniahe yo srepe mangkat
Makna / Interpretasi Bersedia untuk diwawancar ai, usia 34 tahun, pekerjaan serabutan, pendidikan SD, anak NV usia 7 tahun kelas 2.
teru. Wayahe solat nggeh teng masjid. Wudhu sholat ngaji pun diwarahi teng madrasah dadine mpun saget. Nilaine, apalane apik.
31
Pengasuhan Anak
NV rajin sekolah, mengerjakan PR, dan diniyah. Dia sudah bisa wudhu, shalat, dan mengaji Pen : Menawi siam ? serta rajin mengerjakan. Dia Inf : Mpun kiat dugi maghrib, tapi juga sudah kuat dereng saget genep. puasa maghrib meskipun belum penuh. Pen : Engkang ngurusi keperluane dek Keperluan NV diurus oleh NV sinten ? bapaknya, dan Inf : Nggeh kulo, salong mbahne. Nak anaknya terbuka. duit, alat sekolah, gombalan kulo, mbokne engkang masakke. Taseh dados setunggal nopo-nopo nggeh sareng-sareng Pen : Menawi tilem Inf
: Kaleh kulo
Pen : Cahe nopo-nopo nggeh lapor, dadose kulo ngertos saget ngurus. Kaleh mbahne nggeh manut, karo kancane apik Cara mendidik akhlak
47
Pen : Caranae jenengan didik akhlak lan Cara mendidik dengan nyegah engkang boten sae pripun? akhlak dinasehati. Inf : Dikandani seng tenanan Pen : Menawi pas angel dikandani
51 Kesan selama mendidik anak
52
Inf
: Tk jiwet mbak, jengkel rasane kok
Pen : Kesan menyenangkane didik dek NU nopo ?
selama Kesan menyenangkan ketika mendidik Inf : Nak pas tompo rapot mbak angsal anak yaitu rangking 3 terus. Lumayan mbak mendapat peringkat 3 dan kesan kurang Pen : Kesan kurang menyenangkan ? menyemangkan sulit Inf : Nak pas angel dikandani, jenenge kika
bocah sak manut-manute kadang dinasehati. nggeh angel Lingkunga n
60
Pen : Menawi tiang sekitar pripun Inf
: Mang tingali piambak mawon paleng nggeh ngertos
Wawancara ke : 1
Kode
: ZR 1
Ket
: Ibu si anak bekerja sebagai TKW di Arab Saudi
Tgl
: 22 September 2014
Pukul
: 07.30
Tempat : Rumah ZR Tema
No. Baris
Pengantar / Perkenalan
5
Makna / Interpretasi
Dialog
Pen : Lek niki kulo ajeng nderek Bersedia untuk diwawancarai, wawancara, jenengan saget ? usia 34 tahun, Inf : Wawancara opo ? pendidikan SMA, kesibukannya Pen : Tentang anggene jenengan ngopeni memelihara putrane sewanci di tilar teng Arab burung. Anak MI dan AA masingInf : Gawe opo ? masing kelas 2 Pen : Damel data skripsi. Jenengan sak ini dan 1 dan usianya umur pinten ? 8 tahun dan 6 tahun. Inf : 34 Pen : Pendidikane dugi nopo ?
10
Inf
: Tekan SMA, nak makne ketoe tekan tsanawiyah
Pen : Jenengan ngingu mawon niki ? Inf
manuk
nopo
: Kenari, laber, Beo, werno-werno
Pen : Putrane umur pinten ? 15
Inf
: MI 8 th, MI 6 th
Pen : Sak niki kelas pinten ? Inf Sekolah / Pendidikan
20
: Kelas 2 karo kelas 1
Pen : Sami mlampah terus sekolah ? Inf
: Mangkat
Pen : Nilaine pripun
Anak-anak rajin sekolah, nilai standar, mereka sesah disuruh belajar.
Inf
: Standar, kadang yo ora patek apek
Pen : Sabendintene sami belajar ? 25
Inf
: Angel do kon sinau
Pen : Jane, jenengan ken ? Inf
: Kadang, dikono yo wegah ko’
Pen : Lintune ten pundi ? 29
Inf
: Nek madrasah kui nak gelem. Kadang yo ra gelem
Pen : Nak wudhu, shalat, ngaji nopo mpun saget ? Inf
: Saget jane, neng senenge karepe dewe
Pen : Menawi siam ? 36 Pengasuhan anak
38
43
Inf
: Dugi dhuhur nggeh mpun kuat, neng kadang-kadang tok
Pen : Menawi purun belajar engkang Yang mendampingi damping sinten ? belajar ZR, Inf : Yo aku keperluan sekolah diurus bapaknya, Pen : Engkang ngurusi kperluan MI kaleh makan, mandi dan AA ? pakaian diurus neneknya. Inf : Urusan sekolahe aku, tapi gombalan karo madange mbahne, mergane aku arang-arang masak karepe jajan mi neng warung Pen : Menawi mandine ? Inf
48
: Mbahne seng ngedusi biasane mergane nak dikon to ora lek tandang
Pen : Nak tilem kaleh jenengan ? Inf
: Yo, nak turu do ngomahe dewe kabeh
Interaksi anak dengan orang lain
54
Pen : Sikape MI kale AA teng rencange MI dan AA kadang nakal pripun ? dengan temannya, Inf : Yo ngono kae, kadang sok kurang mereka berdua ajar karo kancane. Cah loro dewe juga sering kadang do tukaran bertengkar. Pen : Menawi sampi gadah jenengan nggeh ngertos ? Inf
masalah
: Yo ngerti, tapi ngertio diurusi yo angel mergane cahe angel dikandani
61
Cara mendidik akhlak anak
63
Pen : Carane jenengan didik akhlak lan Cara mendidik akhlaknya dengan marai perkawis sae pripun ? diiming-imingi Inf : Carane kanti tak bang-bang, dadi hadiah dan kowe ngko nak gelem ngene tak dinasehati. tukokne iki utowo tak kei iki ngoten Pen : Menawi carane ngindarke sakeng perkawe boten sae ? Inf
: Yo dikandai kae
Kesan dalam mendidik anak
71
Pen : Perkawes engkang kremenake Hal yang menyenangkan sewanci didik lare-lare nopo ? ketika anak-anak Inf : Nak pas do gelem sinau kuwi wae mau belajar, dan aku wes seneng yang tidak menyenangkan Pen : Perkawes engkang boten kremeneke ketika mereka nopo? bandel. Inf : Yo nak pas do beling
Kondisi lingkungan
78
Pen : Menawi tiang sekitar priki pripun ?
Tetangga baik, tetapi kadang Inf : Yo podo wong sedeso kene, kowe jengkel karena yo wes ngerti kenakalan mereka. Pen : Tonggo-tonggo nggeh do sae ? Inf
: Yo apek tapi kadang yo do jengkel
wong do beling
Kondisi lingkungan
84
Pen : Menawi kaleh rencange akrab ? Inf
: Akrab, neng kadang sok do tukaran. Nak pas do rukun ngono yo do dolanan bareng neng kiwo tengen omah, tengkrean, golek kinjeng, golek opo-opo
Pen : Kepeduliane tonggo-tonggo teng putrane jenengan pirpun ? Inf
92
: Tonggo-tonggo nak semerap anake kulo nakal nggeh do ngandani. Do sumerep anake kulo nakal salong nggeh do mesakke terus ngewangi ngandan-ngandani
MI dan AA akrab dan bermain dengan temannya, tetangga ikut menasehati MI dan AA.