KATA PENGANTAR Penyelenggaraan Negara yang Bersih, Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme merupakan tanggung jawab semua instansi pemerintah dalam rangka mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (Good Governance) dengan tingkat kinerja
yang
selalu
meningkat.
Bentuk
perwujudan
penyelenggaraan tersebut harus tepat, jelas dan nyata
pertanggungjawaban
secara periodik. Sesuai
Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dimana pimpinan Kementerian/Lembaga Pemerintah, Pemerintah Daerah, Satuan Kerja atau Unit Kerja didalamnya, diminta untuk membuat laporan akuntabilitas kinerja secara berjenjang serta berkala untuk disampaikan kepada pimpinan yang lebih tinggi sebagai bagian dari sistem akuntabilitas
kinerja
instansi
pemerintah.
Tata
cara
penyusunan
laporan
akuntabilitas kinerja sebagai salah satu bagian dari dokumen akuntabilitas kinerja instansi pemerintahan seperti yang diatur dalam Peraturan Menteri Perindustrian No. 150 Tahun 2011 adalah bagian dari rangkaian tahapan pengendalian dan evaluasi kinerja pembangunan industri agar sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan.
Hasil
pengendalian
dan
evaluasi
pelaksanaan
rencana
pembangunan melalui Peraturan Menteri ini diharapkan bisa menjadi bahan untuk perbaikan atau perubahan pelaksanaan program/kegiatan pembangunan yang akan datang. Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian sebagai unsur pembantu pemimpin atau pimpinan pada Kementerian Perindustrian yang mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Perindustrian, melakukan kewajiban dalam membuat laporan akuntabilitas kinerja secara berjenjang serta berkala untuk disampaikan kepada atasannya.
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
i
Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Jenderal ini merupakan gambaran pencapaian pencapaian sasaran strategis yang direncanakan melalui pelaksanaan tugas dan fungsi selama periode tahun 2016. Laporan ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi pemangku kepentingan dan merupakan umpan balik bagi jajaran Kementerian Perindustrian untuk meningkatkan kinerja satuan unit dimasa yang akan datang. Jakarta,
Januari 2017
Plt. Sekretaris Jenderal
Haris Munandar N
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
ii
RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian ini disusun sebagai
pertanggungjawaban
kinerja
Sekretariat
Jenderal
Kementerian
Perindustrian pada Tahun 2016. Hal ini sejalan dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dimana pimpinan Kementerian/Lembaga Pemerintah, Pemerintah Daerah, Satuan Kerja atau Unit Kerja didalamnya, diminta untuk membuat laporan akuntabilitas kinerja secara berjenjang serta berkala untuk disampaikan kepada pimpinan yang lebih tinggi sebagai bagian dari sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Pengukuran akuntabilitas kinerja ini
didasarkan pada dokumen Perjanjian
Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2016. Dokumen perjanjian kinerja disusun dengan mengacu pada Rencana Strategis Sekretariat Jenderal Tahun 2015-2019 serta Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama (IKU) Sekretariat Jenderal, sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 33.1/M-IND/PER/03/2011 Tentang Peta Strategi dan IKU Unit Eselon I. A.
Akuntabilitas Kinerja Secara umum Sekretariat Jenderal telah berhasil melaksanakan tugas dan
fungsinya yang diwujudkan melalui keberhasilan dalam pencapaian sasaran maupun sasaran strategis yang telah ditetapkan untuk Tahun 2016. Keberhasilan pencapaian sasaran ini dapat dilihat dari pemenuhan target dari indikator kinerja yang telah ditetapkan melalui Perjanjian Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2016
Di tahun
anggaran 2016, Sekretariat Jenderal memiliki 10 (sepuluh) sasaran strategis yang dilihat dari perspektif pemangku kepentingan dan 11 (sebelas) sasaran strategis dari perspektif proses bisnis internal dengan IKU dan targetnya masing – masing. Pada Perjanjian Kinerja 2016 Pada Perjanjian Kinerja perspektif pemangku kepentingan terdapat 10 (sepuluh) sasaran strategis dengan 15 (lima belas) Indikator Kinerja Utama (IKU). 5 (lima) Indikator Kinerja Utama diantaranya tidak tercapai sesuai target yang ditetapkan, antara lain (1)
Nilai SAKIP Kemenperin, predikat BB (nilai 73,90) yang disebabkan karena belum adanya komitmen pimpinan.
(2)
Fasilitasi penyusunan peraturan perundang-undangan, penyediaan informasi pada sistem informasi industri. Dari 82 rancangan peraturan-perundang-
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
iii
undangan, 60 rancangan telah ditetapkan menjadi Peraturan Menteri Perindustrian. Tidak tercapainya target tersebut disebabkan oleh:
Terdapat Rancangan Peraturan Menteri Perindustrian yang sudah diperiksa dan diteliti oleh Biro Hukum dan Organisasi dan kemudian disampaikan kembali kepada unit kerja (Pemrakarsa) agar disesuaikan dengan saran atau koreksian namun oleh Pemrakarsa tidak disampaikan kembali kepada Biro Hukum dan Organisasi;
Adanya Rancangan Peraturan Menteri Perindustrian yang substansinya masih menunggu pengesahan dokumen dari instansi lain, memerlukan pendalaman
atau
menunggu
pembahasan
kembali
dengan
unit
pemrakarsa, menyangkut beberapa isu yang harus diselesaikan dengan stakeholder terkait. (3)
Tingkat
kepuasan
stakeholders
terhadap
pelayanan
administrasi
dan
kerumahtanggaan tercapai 80%, serta tingkat kepuasan stakeholders terhadap kualitas sarana dan prasarana kerja di lingkungan Kementerian Perindustrian tercapai 76%. Tidak tercapainya sasaran strategis tersebut disebabkan oleh:
Jumlah SDM pengelola arsip yang terbatas yang mempengaruhi pelayanan kearsipan di mana lingkupnya pada tingkat kementerian;
Kegiatan-kegiatan dalam hal penyediaan sarana dan prasarana baik pengadaan
maupun
pemeliharaan
terbatas,
sehingga
ekspektasi
stakeholders atas sarana dan prasarana belum dapat terpenuhi secara optimal.
Kegiatan-kegiatan dalam hal penyediaan sarana dan prasarana baik pengadaan
maupun
pemeliharaan
terbatas,
sehingga
ekspektasi
stakeholders atas sarana dan prasarana belum dapat terpenuhi secara optimal.
Alokasi
anggaran
pembangunan,
perbaikan,
pemeliharaan
gedung/bangunan pada satker daerah tidak terpenuhi karena adanya kebijakan
pembatasan
pembangunan
maupun
kebijakan
efisiensi
anggaran. (4)
Tersedianya informasi pada sistem informasi industri, yang pada tahun 2016 hanya dapat dianggarkan untuk melaksanakan 3 (tiga) kegiatan terkait analisis
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
iv
dan penyajian informasi, yaitu informasi perkembangan industri, perkembangan dan peluang pasar, serta informasi perkembangan investasi industri. a.
Sedangkan pada perspektif proses bisnis internal, terdapat 11 (sebelas) sasaran strategis dengan 24 (dua puluh empat) Indikator Kinerja Utama (IKU). 13 Indikator Kinerja Utama pada sasaran strategis perspektif proses bisnis internal tidak tercapai targetnya, yaitu sebagai berikut: (1)
Persentase jumlah pegawai yang sesuai dengan Analisis Beban Kerja. Tidak tercapainya target tersebut disebabkan oleh tidak adanya
Rekrutmen
CPNS
dalam
rentang
waktu
2015-2016
sementara pegawai yang pensiun semakin bertambah setiap bulannya sehingga kebutuhan pegawai berdasarkan Analisis Beban Kerja tidak terpenuhi; (2)
Persentase pegawai yang telah dinilai kompetensinya sebanyak 61,75%, disebabkan penghematan anggaran;
(3)
Evaluasi produk hukum bidang industri hanya tercapai 80% karena penghematan anggaran;
(4)
Pada sasaran strategis terselenggaranya pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi, terdapat 6 indikator kinerja utama (IKU) yang tidak tercapai targetnya karena pemghematan anggaran, yaitu:
Jumlah pembina industri yang memiliki sertifikat kompetensi (SI dan EKIN), tidak dilaksanakan;
Jumlah guru dan dosen yang memiliki sertifikasi, realisasi 55 orang dari target 80 orang;
Jumlah pembina industri yang memiliki rintisan gelar, realisasi 207 orang dari target 230 orang;
Jumlah konsultan industri yang memiliki sertifikat kompetensi, tidak dilaksanakan;
Jumlah wirausaha industri yang memiliki sertifikat kompetensi melalui diklat kewirausahaan realisasi 22 orang dari target 100 orang;
Jumlah tenaga kerja lulusan pendidikan kejuruan industri berbasis spesialisasi dan kompetensi, realisasi 1.412 orang dari target 1.490 orang.
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
v
(5)
Terdapat 2 (dua) IKU pada sasaran strategis tersedianya informasi pada sistem informasi industri yang tidak tercapai targetnya, yaitu:
Jumlah informasi yang tersedia, hanya tercapai 3 jenis dari target 8 jenis, antara lain informasi perkembangan industri, informasi perkembangan dan peluang pasar, serta informasi perkembangan investasi industri;
Jumlah hasil pengolahan, analisis, dan penyajian data (berdasarkan pengelompokan industri pada bangun industri nasional), hanya tercapai 3 jenis dari target sebanyak 8 jenis yang
meliputi
perkembangan
analisis dan
perkembangan peluang
pasar,
industri,
analisis
serta
analisis
perkembangan investasi industri. B.
Akuntabilitas Keuangan Pada awal tahun 2016, untuk mencapai sasaran strategis dengan indikator
kinerja sebagaimana yang ditetapkan, Sekretariat Jenderal memperoleh anggaran awal tahun 2016 sebesar Rp. 979.071.934.000,- yang dialokasikan untuk membiayai 2 (dua) program, yaitu Program Pengembangan SDM Industri dan Dukungan Manajemen Kementerian Perindustrian dan program Pembangunan, Pengadaan, Perbaikan Dan Peningkatan Sarana Dan Prasarana Kerja, dengan anggaran masing-masing sebesar Rp. 966.404.715.000,- dan Rp. 15.923.000.000,-. Pada pelaksanaannya, anggaran Sekretariat Jenderal Tahun 2016 mengalami penghematan dan self blocking, yaitu melalui Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2016
Tentang
Langkah-Langkah
Penghematan
dan
Pemotongan
Belanja
Kementerian/Lembaga Dalam rangka Pelaksanaan Anggaran pendapatan dan Belanja Negara tahun Anggaran 2016 dan Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Langkah-Langkah Penghematan Belanja Kementerian/Lembaga Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan Tahun Anggaran 2016. Realisasi anggaran Sekretariat Jenderal sampai dengan 31 Desember 2016 adalah Rp. 764.427.473.000,Sekretariat
Jenderal
setelah
atau sebesar 96,38% dari pagu APBN 2016 penghematan/self-blocking
sebesar
Rp.
793.178.401.000,-.
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
vi
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. i RINGKASAN EKSEKUTIF .......................................................................................................................iii DAFTAR ISI ............................................................................................................................................vii DAFTAR TABEL .................................................................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................................. x BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1 A.
Latar Belakang ......................................................................................................................... 1
B.
Pemantauan Pelaksanaan Program Kegiatan dan Pelaporan ................................................. 2
C.
Tugas Pokok dan Fungsi Sekretariat Jenderal ......................................................................... 2
D.
Latar Belakang Program .......................................................................................................... 3
E.
Peran Strategis Sekretariat Jenderal........................................................................................ 4
F.
Struktur Organisasi .................................................................................................................. 5
BAB II PERENCANAAN KINERJA ......................................................................................................... 7 A.
Rencana Strategis Sekretariat Jenderal Tahun 2015-2019...................................................... 7
B.
Rencana Kinerja ..................................................................................................................... 10
C.
Program Kerja Sekretariat Jenderal ....................................................................................... 12
D.
Perjanjian Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2016 .............................................................. 16
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA....................................................................................................... 20 A.
Analisis Capaian Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2016 ................................................... 20
B.
Akuntabilitas Keuangan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 ..................................................... 55
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................................. 62 A.
Kesimpulan ............................................................................................................................ 62
B.
Permasalahan dan Kendala ................................................................................................... 62
C.
Rekomendasi dan Tindak Lanjut .......................................................................................... 683
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
vii
DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Alokasi Anggaran Sekretariat Jenderal Awal Tahun 2016 ................................................. 13 Tabel 2. 2. IKU Sasaran Strategis Perspektif Pemangku Kepentingan ............................................... 17 Tabel 3. 1. Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Sasaran Strategis Meningkatnya Kualitas, Keterkaitan, serta Konsistensi Perencanaan dan Penganggaran ..................................... 21 Tabel 3. 2. Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Sasaran Strategis Meningkatnya Kualitas Manajemen ASN ............................................................................................................... 23 Tabel 3. 3. Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Sasaran Strategis Mewujudkan Sistem Tata Kelola Keuangan dan BMN yang Transparan dan Akuntabel ......................................... 24 Tabel 3. 4. Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU ) dari Sasaran Strategis Meningkatnya Kualitas Penyusunan dan Pengelolaan Produk Hukum Serta penataan Organisasi ...................... 25 Tabel 3. 5. Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Sasaran Strategis Meningkatnya Pelayanan Administrasi dan Kerumahtanggaan ................................................................................. 28 Tabel 3. 6. Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Sasaran Strategis Meningkatnya Kompetensi SDM Industri ..................................................................................................................... 29 Tabel 3. 7. Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Sasaran Strategis Tersedianya Lembaga Pendidikan Industri dan Pelatihan SDM Industri .............................................................. 29 Tabel 3. 8. Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Sasaran Strategis Tersedianya Data Industri Melalui Sistem Informasi Industri Nasional...................................................................... 33 Tabel 3. 9. Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Sasaran Strategis Meningkatnya Kualitas Layanan dan Informasi Publik ........................................................................................... 37 Tabel 3. 10. Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Sasaran Strategis Meningkatnya Kualitas Sarana dan Prasarana Kerja di Lingkungan Kementerian Perindustrian .......................... 38 Tabel 3. 11. Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Sasaran Strategis Persentase Anggaran yang Masuk Dalam Catatan Halaman IV DIPA ......................................................................... 39 Tabel 3. 12. Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Sasaran Strategis Terlaksananya Pemantauan, Analisa, dan Evaluasi.................................................................................. 40 Tabel 3. 13. Rekapitulasi Evaluasi Penilaian SAKIP Unit Kerja Eselon I di Lingkungan Kementerian Perindustrian ..................................................................................................................... 41 Tabel 3. 14. Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Sasaran Strategis Tersedianya Dokumen Perencanaan dan Pengembangan Pegawai .................................................................... 42 Tabel 3. 15. Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Sasaran Strategis Tersusunnya dan Tersajikannya Laporan Keuangan dan BMN yang sesuai SAP dengan Capaian Tertinggi .......................................................................................................................................... 43
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
viii
Tabel 3. 16. Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Sasaran Strategis Terlaksanya Layanan Penyusunan, Evaluasi, dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-Undangan Bidang Industri dan Bidang Terkait Industri ................................................................................... 44 Tabel 3. 17. Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Sasaran Strategis Tersedianya Infrastruktur Kompetensi ....................................................................................................................... 46 Tabel 3. 18. Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Sasaran Strategis Tersedianya Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Kompetensi ................................................................................ 51 Tabel 3. 19. Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Sasaran Strategis Tersedianya Modul Pada Sistem Informasi Industri ................................................................................................... 52 Tabel 3. 20. Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Sasaran Strategis Tersedianya Informasi Pada Sistem Informasi Industri ......................................................................................... 53 Tabel 3. 21. Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Sasaran Strategis Tersedianya Data Center yang Handal ...................................................................................................................... 54 Tabel 3. 22. Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Sasaran Strategis Tersedianya Pengolahan dan Pemeliharaan Daftar Inventarisasi barang/jasa Produksi Dalam Negeri .................. 55 Tabel 3. 23. Realisasi Per Program ....................................................................................................... 64 Tabel 3. 24. Realisasi Per Eselon II ....................................................................................................... 64 Tabel 3. 25. Realisasi Keuangan Berdasarkan OMSPAN Kementerian Keuangan ............................... 65
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
ix
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Struktur Organisasi Sekretariat Jenderal .................................................................... 6 Gambar 2.1 Peta Strategi Sekretariat Jenderal .............................................................................. 8
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
x
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Perubahan kondisi sosial, ekonomi dan politik yang sangat fundamental
menuntut perlunya sistem perencanaan pembangunan yang komprehensif dan mengarah
kepada
perwujudan
transparansi,
akuntabilitas,
demokratisasi,
desentralisasi, dan partisipasi masyarakat, yang pada akhirnya dapat menjamin efisiensi, efektivitas, dan keberlanjutran
pemanfaatan maupun pengalokasian
sumber dana pembangunan. Salah satu upaya untuk merespon tuntutan tersebut adalah diberlakukannya Undang-Undang Pembangunan
Nomor
25
Nasional
Tahun
(SPPN).
2004
Tentang
Berdasarkan
Sistem
sistem
Perencanaan
tersebut,
tahapan
perencanaan pembangunan terdiri dari 4 (empat) tahapan, yaitu: (1) penyusunan rencana; (2) penetapan rencana; (3) pengendalian pelaksanaan rencana; dan (4) evaluasi pelaksanaan rencana. Kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan
evaluasi
pelaksanaan
rencana
merupakan
bagian-bagian
dari
fungsi
manajemen, yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Keempatnya saling melengkapi dan masing-masing memberi umpan balik serta masukan kepada yang lainnya. Perencanaan yang telah disusun dengan baik, tidak ada artinya jika tidak dapat dilaksanakan. Setiap pelaksanaan rencana tidak akan berjalan lancar jika tidak didasarkan kepada perencanaan yang baik. Sejalan dengan itu, dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas alokasi sumberdaya, serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan program pembangunan, perlu dilakukan upaya pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan rencana pembangunan. Pengendalian dilakukan dengan maksud untuk dapat menjamin bahwa pelaksanaan rencana pembangunan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Kegiatan pemantauan dimaksudkan untuk mengamati perkembangan pelaksanaan
rencana
pembangunan;
mengidentifikasi
serta
mengantisipasi
permasalahan yang timbul dan atau akan timbul untuk dapat diambil tindakan sedini mungkin. Sedangkan evaluasi dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
1
pelaksanaan rencana pembangunan dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan rencana pembangunan di masa yang akan datang. Fokus utama evaluasi diarahkan kepada keluaran (output), hasil (outcomes), dan dampak (impacts) dari pelaksanaan rencana pembangunan. Oleh karena itu, dalam perencanaan yang transparan dan akuntabel, harus disertai dengan penyusunan indikator kinerja pelaksanaan rencana, yang sekurang-kurangnya meliputi; (i) indikator masukan, (ii) indikator keluaran, dan (iii) indikator hasil/manfaat. Sebagai salah satu upaya menjamin transparansi dan akuntabilitas proses pelasanaan anggaran diperlukan proses pelaporan untuk memberikan informasi yang cepat, tepat, dan akurat kepada pemangku kepentingan sebagai bahan pengambilan keputusan sesuai dengan kondisi yang terjadi serta penentuan kebijakan yang relevan. Di dalam pelaksanaannya, kegiatan pelaporan dilakukan secara berkala dan berjenjang. B.
Pemantauan Pelaksanaan Program Kegiatan dan Pelaporan Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 Tentang Tata
Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, setiap Pimpinan Kementerian/Lembaga melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan Renja-KL yang meliputi pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan tugas dan kewenangannya. Pemantauan pelaksanaan program dan kegiatan tersebut dilakukan terhadap perkembangan realisasi penyerapan dana, realisasi pencapaian target keluaran (output), dan kendala yang dihadapi. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, setiap Kementerian/Lembaga wajib melaporkan Akuntabulitas Kinerja Instansi Pemerintah C.
Tugas Pokok dan Fungsi Sekretariat Jenderal Sesuai Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 107/M-IND/PER/11/2015
tanggal 30 November 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian,
tugas
Sekretariat
Jenderal
adalah
melaksanakan
koordinasi
pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh
unit
melaksanakan
organisasi tugas,
di
lingkungan
Sekretariat
Kementerian
Jenderal
Perindustrian.
Kementerian
Dalam
Perindustrian
menyelenggarakan fungsi: 1.
Koordinasi kegiatan Kementerian Perindustrian;
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
2
2.
Koordinasi dan penyusunan rencana dan program Kementerian Perindustrian;
3.
Pembinaan
dan
ketatausahaan,
pemberian
kepegawaian,
dukungan keuangan,
administrasi
yang
kerumahtanggaan,
meliputi
arsip,
dan
dokumentasi Kementerian Perindustrian; 4.
Pembinaan dan penyelenggaraan organisasi dan tata laksana, kerja sama, dan hubungan masyarakat;
5.
Koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan dan bantuan hukum;
6.
Penyelenggaraan pengelolaan barang milik/kekayaan negara; dan
7.
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Menteri Perindustrian. Dengan optimalisasi pelaksanaan fungsi tersebut, diharapkan penyelenggaraan
tugas-tugas Kementerian dalam pengaturan, pembinaan, pengelolaan, pengawasan dan pelaporan pembangunan bidang perindustrian terlaksana dengan baik sesuai dengan sasaran dan target yang telah ditetapkan. D.
Latar Belakang Program Dalam
melaksanakan
tugasnya,
Sekretariat
Jenderal
Kementerian
Perindustrian menetapkan visi mewujudkan pelayanan prima kepada stakeholders, dengan misi melayani stakeholders secara profesional dan pro bisnis serta menyelenggarakan tata kepemerintahan yang baik dan profesional. Sebagai penjabaran dari visi dan misi yang telah ditetapkan, telah dirumuskan berbagai kebijakan sebagai arah/tindakan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan, yang tertuang ke dalam Rencana Strategis Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian 2015-2019. Arah kebijakan tersebut meliputi: 1.
Mewujudkan perencanaan yang kredibel;
2.
Menjadikan SDM aparatur yang terampil, profesional dan memiliki kompetensi sesuai dengan tuntutan tugas;
3.
Mewujudkan tata kelola keuangan yang baik dan benar;
4.
Mewujudkan pelayanan prima di bidang hukum, organisasi, tatalaksana dan perpustakaan Kementerian;
5.
Menjadikan institusi pendidikan dan pelatihan yang terpercaya dalam pengembangan SDM industri professional;
6.
Menjadikan instansi pelayanan informasi sektor industri yang prima dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi;
7.
Mewujudkan pelayanan publik yang prima;
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
3
8.
Menyediakan informasi yang lengkap dan akurat. Dalam rangka mewujudkan arah kebijakan serta sasaran-sasaran strategis
yang akan dicapai, Sekretariat Jenderal, melaksanakan program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Kementerian Perindustrian serta program peningkatan sarana dan prasarana aparatur Kementerian Perindustrian. E.
Peran Strategis Sekretariat Jenderal Berdasarkan Peraturan Presiden RI Nomor 29 Tahun 2015 Tentang
Kementerian Perindustrian, Kementerian Perindustrian mempunyai tugas untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perindustrian untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam membantu kelancaran pelaksanaan tugas tersebut, Kementerian Perindustrian memiliki unit organisasi Sekretariat Jenderal yang bertugas untuk menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Kementerian Perindustrian. Berdasarkan Renstra Sekretariat Jenderal Tahun 2015 - 2019, Sekretariat Jenderal mempunyai visi “Menjadi Unit Pendukung Pelaksanaan Tugas Kementerian Perindustrian Yang Profesional dan Berkualitas” dan visi "Mewujudkan tata laksana pemerintahan dan layanan yang terintegrasi, transparan, dan tepat waktu bagi para stakeholders”. Dalam mewujudkan visi dan misi tersebut, Sekretariat Jenderal telah menetapkan beberapa sasaran strategis yang pencapaiannya dilakukan melalui pelaksanaan
2
(dua)
program
yaitu
Program
Dukungan
Manajemen
dan
Pelaksanaan Tugas Teknis lainnya Kementerian Perindustrian dan Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. 1.
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis lainnya Kementerian Perindustrian Program ini bertujuan untuk memberikan dukungan manajemen terhadap
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian Perindustrian dalam hal persiapan internal dengan indikator keberhasilan pelaksanaan program sebagai berikut: a.
Terkoordinasinya pelaksanaan tugas unit-unit organisasi di
lingkungan
Kementerian Perindustrian; b.
Terbinanya pelaksanaan tugas Kementerian yang meliputi perencanaan, pengorganisasian dan ketatalaksanaan, pendayagunaan sumber daya serta penghubung antar lembaga dan masyarakat;
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
4
c.
Terlaksananya pemberian dukungan administrasi dan teknis kepada unitunit organisasi di lingkungan Kementerian.
2.
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Program
ini
bertujuan
untuk
memberikan
dukungan
dalam
bidang
penyediaan maupun pemeliharaan sarana dan prasarana yang diperlukan Kementerian Perindustrian dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dan nyaman bagi para pemangku kepentingan. a.
Kegiatan Pembangunan, pengadaan, perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana kerja dengan sasaran (i) Terkelolanya sarana prasarana kerja (ii) Terwujudnya peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana kerja.
b.
Kegiatan Peningkatan Pengelolaan Pengadaan Barang dan Jasa dengan sasaran
terlaksananya
perencanaan,
pengorganisasian,
pembinaan,
pengawasan serta evaluasi penggunaan kebutuhan tata kelola administrasi pengadaan barang dan jasa seluruh satuan
organisasi di lingkungan
Kementerian Perindustrian. F.
Struktur Organisasi Dalam melaksanakan tugas dan fungsi Sekretariat Jenderal sesuai dengan
Peraturan
Menteri
Perindustrian
Nomor
107/M-IND/PER/11/2015
Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian, Sekretariat Jenderal dipimpin oleh Sekretaris Jenderal yang membawahi 8 (delapan) Unit Eselon II, yang terdiri atas 6 (enam) Biro dan 2 (dua) Pusat, yaitu : 1.
Biro Perencanaan, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan koordinasi dan penyusunan perencanaan lintas sektoral dan perencanaan wilayah serta pelaksanaan urusan rencana, program, anggaran, evaluasi dan pelaporan kinerja, tata usaha, dan rumah tangga biro.
2.
Biro Kepegawaian, mempunyai tugas melaksanakan pembinaan, koordinasi, dan
pemberian
dukungan
administrasi
kepegawaian
Kementerian
Perindustrian. 3.
Biro Keuangan, mempunyai tugas melaksanakan pembinaan, koordinasi, dan pengendalian urusan keuangan dan barang milik negara kementerian.
4.
Biro Hukum dan Organisasi, mempunyai tugas melaksanakan pembinaan, koordinasi, dan fasilitasi penyusunan peraturan perundang-undangan dan
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
5
perjanjian kerja sama, advokasi hukum, serta pembinaan dan penataan organisasi dan tata laksana di lingkungan Kementerian Perindustrian. 5.
Biro Hubungan Masyarakat, mempunyai tugas melaksanakan pembinaan, koordinasi, pemberian dukungan administrasi hubungan masyarakat dan kerja sama.
6.
Biro
Umum,
mempunyai
tugas
melaksanakan
urusan
administrasi,
kerumahtanggaan, dan perlengkapan di lingkungan Kementerian serta pelayanan administrasi pimpinan. 7.
Pusat Data dan Informasi mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan pengelolaan sistem informasi, manajemen data, serta analisis dan penyajian data dan informasi.
8.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri, mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan pengembangan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia aparatur dan sumber daya manusia industri. Struktur organisasi Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian, dapat
dilihat pada Gambar 1.1 di bawah ini: SEKRETARIAT JENDERAL
BIRO PERENCANAAN
BIRO KEPEGAWAIAN
BIRO KEUANGAN
PUSDIKLAT INDUSTRI
BIRO HUKUM DAN ORGANISASI
BIRO UMUM
BIRO HUMAS
PUSAT DATA DAN INFORMASI
Gambar 1.1 Struktur Organisasi Sekretariat Jenderal
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
6
BAB II PERENCANAAN KINERJA A.
Rencana Strategis Sekretariat Jenderal Tahun 2015-2019 Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian telah menyusun Rencana
Strategis Tahun 2015-2019 yang memuat hal-hal pokok seperti arah kebijakan, peta strategi serta program kerja. 1.
Arah Kebijakan Sekretariat Jenderal Visi dan misi Sekretariat Jenderal sebagai arah dalam mengambil kebijakan,
penetapan program dan kegiatan selama kurun waktu 5 (lima) Tahun (2015-2019) adalah sebagai berikut. Visi: Menjadi Unit Pendukung Pelaksanaan Tugas Kementerian Perindustrian Yang Profesional dan Berkualitas Berkualitas memiliki arti layanan, produk, dukungan administrasi yang dapat memenuhi harapan para stakeholders dengan didukung oleh SDM yang memiliki kompetensi tinggi dan produktif serta sarana dan prasarana kerja yang memadai. Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata dalam bentuk misi sesuai dengan tugas dan fungsi Sekretariat Jenderal sebagai berikut: Misi: Mewujudkan tata laksana pemerintahan dan layanan yang terintegrasi, transparan, dan tepat waktu bagi para stakeholders Terintegrasi memiliki arti bahwa dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi serta memberikan layanan kepada seluruh stakeholders, sudah melalui sistem atau proses yang saling terkait atau terpadu. Transparan memiliki arti bahwa Sekretariat Jenderal mampu menjamin akses atau
kebebasan
penyelenggaraan
bagi
setiap
pemerintahan,
orang yakni
untuk
memperoleh
informasi
tentang
informasi
tentang
kebijakan,
proses
pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai. Stakeholders Sekretariat Jenderal adalah stakeholders internal mencakup semua unit kerja di lingkungan Kementerian Perindustrian dan stakeholders eksternal yang terdiri dari instansi pemerintah dan swasta. Berlandaskan pada visi dan misi tersebut, maka ditetapkan 3 (tiga) tujuan yang ingin dicapai Sekretariat Jenderal sebagai berikut: LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
7
a.
Terwujudnya tata laksana pemerintahan di bidang industri yang mudah dan implementatif;
b.
Tersedianya sistem layanan bidang industri yang terintegrasi, transparan, akurat, dan handal; dan
c.
Terwujudnya
pembangunan
SDM
Industri
Kompeten
yang
dapat
meningkatkan kinerja dan Daya Saing Industri. 2.
Peta Strategi Sekretariat Jenderal Dalam rangka mendukung pencapaian sasaran-sasaran industri yang telah
ditetapkan dalam Rencana Strategi Kementerian Perindustrian, telah dibangun Peta Strategi Sekretariat Jenderal yang mengacu pada visi dan misi Kementerian Perindustrian. Berikut ini peta strategis Seketariat Jenderal yang menggambarkan hubungan antara tujuan, sasaran strategis dan faktor-faktor yang mendukung pencapaiannya.
Gambar 2.1. Peta Strategi Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
8
Sekretariat Jenderal juga telah menetapkan sasaran strategis dan indikator kinerja dari masing-masing tujuan tersebut di atas yang berfungsi sebagai alat untuk mengukur keberhasilan pencapaian tujuan. Berikut ini uraian mengenai sasaran strategis Sekretariat Jenderal untuk Tahun 2015 - 2019. Tujuan I
: Terwujudnya tata laksana pemerintahan di bidang industri yang mudah dan implementatif
Sasaran 1 : Terwujudnya dukungan manajemen pemerintahan yang berkualitas di lingkungan Kementerian Perindustrian, dengan indikator kinerja sasaran yaitu: a.
Tingkat kesesuaian rencana kegiatan dengan dokumen perencanaan
b.
Nilai SAKIP Sekretariat Jenderal
c.
Tingkat prestasi kerja rata-rata pegawai
d.
Persentase jumlah pegawai yang sesuai dengan Analisis Beban Kerja
e.
Kualitas Laporan Keuangan dan BMN
f.
Terfasilitasinya penyusunan peraturan perundang-undangan industri
g.
Terlaksananya pertimbangan hukum dan pendampingan hukum
h.
Tersedianya layanan organisasi dan tata laksana
i.
Tingkat kepuasan stakeholders terhadap pelayanan administrasi dan manajemen perkantoran
Sasaran 2 : Meningkatnya kualitas sarana dan prasarana kerja di lingkungan Kementerian Perindustrian, dengan indikator kinerja sasaran yaitu: -
Tingkat kepuasan stakeholders pusat dan daerah terhadap kualitas sarana dan prasarana kerja kerja.
Tujuan II
: Tersedianya sistem layanan bidang industri yang terintegrasi, transparan, akurat, dan handal
Sasaran 1 : Tersedianya data industri melalui Sistem Informasi Industri Nasional, dengan indikator kinerja sasaran yaitu: a.
Tersedianya modul pada sistem informasi industri;
b.
Tersedianya data pada sistem informasi industri;
c.
Tersedianya informasi pada sistem informasi industri.
Sasaran 2 : Meningkatnya kualitas layanan dan informasi publik, dengan indikator kinerja sasaran yaitu:
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
9
a.
Meningkatnya
kepuasan
masyarakat
terhadap
pelayanan
publik
Kementerian Perindustrian b.
Menurunnya persentase pemberitaan negatif Kementerian Perindustrian
Tujuan III : Terwujudnya pembangunan SDM Industri Kompeten yang dapat meningkatkan kinerja dan Daya Saing Industri Sasaran 1 : Meningkatnya kompetensi SDM industri, dengan indikator kinerja sasaran yaitu: -
Jumlah SDM Industri yang bersertifikat kompetensi.
Sasaran 2 : Tersedianya lembaga pendidikan dan pelatihan SDM industri, dengan indikator kinerja sasaran yaitu: -
Jumlah lembaga pendidikan dan pelatihan industri yang berbasis kompetensi.
B.
Rencana Kinerja Dalam rangka mendukung pencapaian sasaran-sasaran industri yang telah
ditetapkan dalam Rencana Strategi Kementerian Perindustrian telah dibangun Peta Strategi Sekretariat Jenderal yang mengacu pada visi dan misi Kementerian Perindustrian. Visi Sekretariat Jenderal yaitu menjadi unit pendukung pelaksanaan tugas Kementerian Perindustrian yang berkualitas. Visi ini kemudian dijabarkan ke dalam misi, yaitu mewujudkan tata laksana pemerintahan dan layanan yang terintegrasi, transparan, dan tepat waktu bagi para stakeholders. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam mencapai sasaran tersebut yaitu: (1)
Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan dan pelatihan SDM aparatur dan industri.
(2)
Membangun lembaga sertifikasi profesi di lembaga pendidikan dan pelatihan SDM aparatur dan industri.
(3)
Membangun akademi komunitas. Sedangkan untuk sasaran strategis Sekretariat Jenderal pada Tahun 2016
adalah sebagai berikut: (1)
Terwujudnya
dukungan
manajemen
pemerintahan
yang
berkualitas
di
lingkungan Kementerian Perindustrian. (2)
Meningkatnya kualitas sarana dan prasarana kerja di lingkungan Kementerian Perindustrian.
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
10
(3)
Tersedianya data industri melalui Sistem Informasi Industri Nasional.
(4)
Meningkatnya kualitas layanan dan informasi publik.
(5)
Tersedianya lembaga pendidikan & pelatihan SDM industri.
Indikator Kinerja Utama Untuk mengukur tingkat pencapaian sasaran yang telah ditetapkan pada Tahun 2016, dibutuhkan indikator kinerja utama yang merupakan ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran yang telah ditetapkan. Indikator kinerja utama tersebut dengan target capaian sebagai berikut: (1)
Tingkat kesesuaian rencana kegiatan dengan dokumen perencanaan sebesar 90%.
(2)
Nilai SAKIP Sekretariat Jenderal dengan nilai A .
(3)
Tingkat prestasi kerja rata-rata pegawai dengan nilai 78.
(4)
Persentase jumlah pegawai yang sesuai dengan Analisis Beban Kerja sebesar 80%.
(5)
Kualitas Laporan Keuangan dan BMN (Nilai dari Kementerian Keuangan) dengan target capaian standar tertinggi.
(6)
Terfasilitasinya penyusunan peraturan perundang-undangan industri sebesar 95%.
(7)
Terlaksananya pertimbangan hukum dan pendampingan hukum sebesar 95%.
(8)
Tersedianya
Layanan
Organisasi
dan
Tata
Laksana
sebanyak
1 laporan. (9)
Tingkat kepuasan stakeholders sebesar 83%.
(10) Jumlah SDM Industri yang berstifikat kompetensi sebanyak 15.200 orang. (11) Jumlah lembaga pendidikan dan pelatihan industri yang berbasis kompetensi sebanyak 19 unit lembaga pendidikan. (12) Tersedianya modul pada sistem informasi industri sebanyak 1 modul. (13) Tersedianya data pada sistem informasi industri sebesar 65%. (14) Tersedianya informasi pada sistem informasi industri sebanyak 6 jenis informasi. (15) Meningkatnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik Kemenperin dengan indeks 3,2. (16) Menurunnya
persentase
pemberitaan
negatif
Kemenperin
sebesar
9%. LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
11
Kegiatan Untuk mencapai sasaran yang telah direncanakan untuk Tahun 2016, Sekretariat Jenderal merencanakan kegiatan-kegiatan yang menjadi pendukung pencapaian sasaran tersebut. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain: (1)
Penyusunan
Perencanaan,
Pemrograman,
Penganggaran,
Pemantauan,
Evaluasi dan Pengendalian serta Koordinasi; (2)
Pengelolaan dan Pengembangan Manajemen Pegawai;
(3)
Pembinaan dan Pengelolaan Keuangan dan BMN;
(4)
Pelayanan Hukum dan Organisasi;
(5)
Peningkatan Pelayanan Administrasi dan Manajemen Perkantoran Berbasis Teknologi;
(6)
Penyelenggaraan dan Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan;
(7)
Pembangunan Sistem Informasi Industri yang Terintegrasi dan Handal;
(8)
Peningkatan Pengelolaan dan Pembinaan Komunikasi dan Informasi Publik; dan
(9)
Pembangunan, pengadaan, perbaikan, dan peningkatan sarana dan prasarana kerja.
C.
Program Kerja dan Anggaran Sekretariat Jenderal Dalam rangka melaksanakan Tugas dan Fungsi Sekretariat Jenderal untuk
mendukung keberhasilan pencapaian sasaran pembangunan industri, Sekretariat Jenderal
pada
awal
Tahun
2016
memperoleh
pagu
anggaran
sebesar
Rp. 979.071.934.000,- yang dialokasikan untuk membiayai 2 (dua) program yaitu Program Pengembangan SDM Industri dan Dukungan Manajemen Kementerian Perindustrian
sebesar
Rp.
966.404.715.000,-
dan
program
Pembangunan,
Pengadaan, Perbaikan Dan Peningkatan Sarana Dan Prasarana Kerja sebesar Rp. 15.923.000.000,-, dengan rincian terlampir pada Tabel 2.1. Kegiatan yang mendukung pencapaian Program Pengembangan SDM Industri dan Dukungan Manajemen Kementerian Perindustrian adalah sebagai berikut: 1.
Pelayanan Hukum dan Penataan Organisasi Kegiatan ini berperan dalam memberikan Layanan Peraturan Perundangundangan, Layanan Bantuan Hukum, serta Layanan manajemen Organisasi dan
Tata
Laksana,
dengan
anggaran
awal
Tahun
2016
sebesar
Rp. 17.552.000.000;. Seteleha pemotongan APBN tahap I, anggaran kegiatan ini menjadi Rp. 11.168.365.000,LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
12
Tabel 2.1. Alokasi Anggaran Sekretariat Jenderal Awal Tahun 2016 Dalam ribuan Rupiah KODE
OUTPUT / RINCIAN AKUN
1
Program Pengembangan SDM Industri dan Dukungan Manajemen Kementerian Perindustrian 1824 Pelayanan Hukum Dan Penataan Organisasi 1.824.011 Layanan Peraturan Perundang-undangan
PAGU 966.404.715 17.552.000 8.020.918
1.824.012 Layanan Informasi Dan Advokasi Hukum
3.993.308
1.824.013 Layanan Organisasi Dan Tata Laksana
2.651.238
1.824.014 Laporan Manajemen Kinerja Biro Hukum Dan Organisasi
1.676.728
1.824.994 Layanan Perkantoran
1.209.808
1825
Peningkatan Layanan Administrasi, Layanan Pengadaan, Layanan Kesehatan Dan Manajemen Perkantoran Berbasis Teknologi 1.825.011 Pelayanan Pengelolaan Administrasi Kementerian Dan Ketatausahaan Pimpinan Yang Sistematis 1.825.012 Pelayanan Pengelolaan Kerumahtanggan Dan Perlengkapan 1.825.994 Layanan Perkantoran 1826
Pengembangan SDM Industri
1.826.011 Pembinaan, Pengembangan Dan Layanan Manajemen ASN Kementerian Perindustrian 1.826.012 Layanan Operasional Biro 1.826.994 Layanan Perkantoran 1827
42.463.983 16.227.715 7.924.828 18.311.440 15.124.000 13.765.616 427.604 940.780
Peningkatan Sistem Tata Kelola Keuangan Dan Barang Milik Negara Yang Profesional 1.827.011 Dokumen Keuangan Dan Bmn Kementerian Perindustrian 1.827.012 Layanan Unit Layanan Pengadaan (ULP)
133.670.000
1.827.013 Pembinaan/penyelenggaraan Kerjasama Internasional 1.827.014 Fasilitasi Operasional Otorita Asahan 1.827.994 Layanan Perkantoran
1.130.360 3.788.077 107.507.312
1828
10.602.694 3.278.220
Peningkatan Kualitas Perencanaan Dan Pelaporan
31.638.714
1.828.005 Dokumen Perencanaan/program, Penganggaran Dan Pengendalian
24.556.268
1.828.006 Dokumen Laporan Pemantauan, Analisa, Dan Evaluasi 1.828.007 SDM Fungsional Perencana 1.828.994 Layanan Perkantoran 1829 1.829.021 1.829.022 1.829.023 1.829.024 1.829.025 1.829.026
Pembangunan Sistem Informasi Industri Yang Terintegrasi Dan Handal Basis Data Di Bidang Industri Aplikasi Sarana Dan Prasarana Teknologi Informasi Informasi Di Bidang Industri Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Dukungan Operasional Organisasi
1.829.994 Layanan Perkantoran LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
4.483.422 822.130 1.766.894 33.347.000 4.270.000 2.227.000 4.647.460 3.080.000 573.686 9.175.684 9.372.870 13
KODE 1830 1.830.001 1.830.002 1.830.003 1.830.004 1.830.005
OUTPUT / RINCIAN AKUN
PAGU
Peningkatan Kualitas SDM Industri
187.206.007
SDM Industri Yang Difasilitasi Dokumen Infrastruktur Kompetensi Laporan Monitoring Dan Evaluasi Program/kegiatan SDM Aparatur Berbasis Kompetensi SDM Industri Berbasis Spesialisasi Dan Kompetensi
3.748.758 9.173.768 11.714.250 25.494.288 76.917.086
1.830.006 Sarana Dan Prasarana Lembaga Pendidikan Dan Pelatihan Berbasis Kompetensi 1.830.994 Layanan Perkantoran 1831
16.693.416 43.464.441
Peningkatan Kualitas Kehumasan
46.246.000
1.831.011 1.831.012 1.831.013 1.831.015 1.831.994
Layanan Informasi Publik Kementerian Perindustrian Layanan Komunikasi Publik Kementerian Perindustrian Layanan Manajemen Kinerja Pusat Komunikasi Publik Layanan Sarana Dan Prasarana Pusat Komunikasi Publik Layanan Perkantoran
6.367.976 30.636.000 1.840.559 509.315 6.892.150
5277 5.277.001 5.277.002 5.277.003
Peningkatan Kualitas Pendidikan Vokasi Industri SDM Industri Berbasis Spesialisasi Dan Kompetensi Pendidikan Kejuruan SDM Industri Berbasis Spesialisasi Dan Kompetensi Pendidikan Vokasi Tenaga Pendidik Dan Kependidikan Vokasi Industri Yang Difasilitasi
5.277.004 Laporan Monitoring Dan Evaluasi Program/kegiatan
9.129.722
5.277.005 Dokumen Pendidikan Vokasi Industri Berbasis Kompetensi
22.075.707
5.277.006 Sarana Dan Prasarana Pendidikan Vokasi Industri Berbasis Kompetensi Yang Difasilitasi 5.277.994 Layanan Perkantoran 2
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Perindustrian 1832 Pembangunan, Pengadaan, Perbaikan Dan Peningkatan Sarana Dan Prasarana Kerja 1.832.011 Layanan Peningkatan Sarana Dan Prasarana Satker Pusat Dan Daerah 1.832.995 Kendaraan Bermotor TOTAL
2.
Peningkatan
Pelayanan
Administrasi
459.157.011 27.095.514 66.710.808 14.269.661
140.379.478 173.936.036 15.923.000 15.923.000 14.810.090 1.112.910 979.071.934
dan
Manajemen
Perkantoran
Berbasis Teknologi Peran kegiatan ini adalah memberikan Layanan Ketatausahaan dan Keprotokolan Pimpinan, Layanan Administrasi Kementerian Perindustrian, Layanan Kerumahtanggaan, Keamanan Dan Ketertiban Serta Kesehatan Pegawai, serta Layanan Perkantoran, dengan pagu anggaran di awal tahun 2016 sebesar Rp. 42.463.983.000;. Melalui APBNP, anggaran kegiatan ini menjadi
Rp. 43.910.173.000,-
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
14
3.
Pengembangan SDM Industri Kegiatan Pengelolaan
Pengembangan Urusan
industri
Kepegawaian,
meliputi
Perencanaan
Pengembangan
SDM
SDM,
Kementerian
Perindustrian, serta Layanan Manajemen Kinerja Kementerian Perindustrian, dengan pagu anggaran di awal Tahun 2016 Melalui
pemotongan
tahap
I,
sebesar Rp. 15.124.000.000;.
anggaran
kegiatan
ini
menjadi
Rp. 12.849.703.000,-. 4.
Peningkatan Sistem Tata Kelola Keuangan dan Barang Milik Negara yang Profesional Sasaran Peningkatan Kualitas Pengelolaan Keuangan Pada Satker Dilingkungan Kemenperin ini dicapai melalui pelaksanaan kegiatan Dokumen Keuangan dan BMN Kementerian Perindustrian, Layanan Unit Layanan Pengadaan (ULP), Pembinaan/penyelenggaraan Kerjasama Internasional, Fasilitasi
Operasional
Otorita
Asahan,
Peningkatan
Kompetensi
SDM
Pengelolaan Keuangan, Penyusunan Pedoman pengelolaan Keuangan dan BMN, atase Tokyo dan atase Belgia serta dengan pagu anggaran di awal tahun 2016 adalah sebesar
Rp. 133.670.000;. Melalui APBNP, anggaran kegiatan
ini menjadi Rp. 137.792.988.000,-. 5.
Peningkatan Kualitas Perencanaan dan Pelaporan Kegiatan
ini
mempunyai
sasaran
berupa
tersusunnya
dokumen
Perencanaan Kementerian Perindustrian, Laporan Pelaksanaan dan Evaluasi Program dan Anggaran Kementerian Perindustrian, Peningkatan kualitas SDM Perencana,
serta
tersusunnya
dokumen
Pengkajian,
Pemetaan
Dan
Pemantauan Teknologi Proses, Produksi dan Manufaktur. Di awal Tahun 2016, kegiatan ini memiliki
pagu awal sebesar Rp. 31.638.714.000,-. Di awal
semester II, mendapat tambahan pagu sebesar Rp. 100 M sehingga anggaran sebesar
pagu
Rp. 122.966.645.000; setelah pemotongan tahap pertama
melalui APBNP. 6.
Pembangunan Sistem Informasi Industri yang Terintegrasi dan Handal Kegiatan Pembangunan Sistem Informasi Industri yang Terintegrasi dan Handal mempunyai peran dalam Inventarisasi Barang/jasa Produksi Dalam Negeri, Pembinaan Dan Pengembangan SDM Dalam Bidang Penyajian Data dan Informasi, Penyediaan Basis Data Yang Mutakhir, Publikasi Data Industri, Pengelolaan Dan Pengembangan Sistem Jaringan, Pengembangan Aplikasi,
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
15
Pelayanan Informasi Industri, serta Layanan Pengadaan Secara Elektronik, dengan pagu anggaran di awal tahun 2016 sebasar Rp. 33.347.000.000,Melalui APBN-p, pagu anggaran kegiatan ini menjadi Rp. 27.199.123.000,-; 7.
Peningkatan Kualitas SDM dan Pendidikan Vokasi Industri Kegiatan ini berperan dalam pencapaian output berupa SDM Industri yang Kompeten di Bidang Industri, Fasilitasi Pengembangan Pendidikan Industri, Fasilitasi Pengembangan SDM Industri, Laporan Monitoring dan Evaluasi Program/kegiatan, serta Penyelenggaraan Pelatihan IKM Berbasis Spesialisasi dan Kompetensi, dengan pagu anggaran di awal tahun 2016 adalah sebesar Rp. 646.363.018.000. Melalui pemotongan tahap I, pagu anggaran untuk kegiatan ini menjadi Rp. 600.985.936.000,-.
8.
Peningkatan Pengelolaan Pelayanan dan Komunikasi Publik Sasaran kegiatan ini adalah terselenggaranya Manajemen Kinerja dan Peningkatan
Kualitas
Hubungan
Antar
Kelembagaan/dunia
Usaha,
Sosialisasi/diseminasi/visualisasi/publikasi Dan Pemberitaan, serta Layanan Informasi Publik, Layanan Perkantoran, dengan pagu anggaran sebesar Rp. 46.246.000.000,-. Melalui APBNP pemotongan tahap I, pagu anggaran untuk kegiatan ini menjadi Rp. 39.621.549.000,-. Sedangkan Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Perindustrian
meliputi
kegiatan
Pembangunan,
Pengadaan,
Perbaikan
Dan
Peningkatan Sarana Dan Prasarana Kerja. Kegiatan tersebut berperan dalam penyediaan
Sarana/perlengkapan
Sarana/perlengkapan
Kesehatan,
Kerja,
Laporan
bangunan
Barang
Lainnya,
Milik
Kendaraan
Negara, Bermotor,
Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi, Peralatan dan Fasilitas Perkantoran serta gedung/bangunan, dengan pagu anggaran
di awal Tahun 2016 sebesar
Rp. 15.923.000.000,-. Melalui pemotongan tahap I, pagu anggaran untuk kegiatan ini menjadi Rp. 9.165.963.000,-. D.
Perjanjian Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2016 Sesuai
Peraturan
Presiden
Nomor
29
Tahun
2014
Tentang
Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Penetapan Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah dan berdasarkan rencana kinerja yang telah LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
16
disusun, dengan dukungan pembiayaan yang telah disetujui dalam DIPA Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian, maka ditetapkan kinerja yang akan dicapai. Penetapan kinerja tersebut dituangkan dalam Perjanjian Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2016 yang berisikan penugasan dari pimpinan Kementerian Perindustrian kepada Sekretaris Jenderal untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Tujuan dari penetapan perjanjian kinerja tersebut adalah sebagai berikut: a) Sebagai wujud nyata komitmen antara penerima dan pemberi amanah untuk meningkatkan integritas, akuntabilitas, transparansi, dan kinerja Aparatur; b) Menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur; c) Sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian
tujuan dan
sasaran organisasi dan sebagai dasar pemberian penghargaan dan sanksi; d) Sebagai dasar bagi pemberi amanah untuk melakukan monitoring, evaluasi dan supervisi atas perkembangan/kemajuan kinerja penerima amanah; e) Sebagai dasar dalam penetapan sasaran kinerja pegawai. Sasaran dan indikator yang akan dicapai pada rencana kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2016 adalah sebagai berikut: 1.
Perspektif Pemangku Kepentingan Tabel 2. 2. IKU Sasaran Strategis Perspektif Pemangku Kepentingan
No.
Sasaran Strategis (SS)
1.
Meningkatnya kualitas, keterkaitan, serta Konsistensi Perencanaan dan Penganggaran Meningkatnya kualitas manajemen ASN Mewujudkan sistem tata kelola keuangan dan BMN yang transparan dan akuntabel
1.
Meningkatnya kualitas penyusunan dan pengelolaan produk hukum serta penataan organisasi Meningkatnya pelayanan administrasi dan kerumahtanggaan
1.
Terfasilitasinya penyusunan peraturan perundang-undangan industri
2.
Terlaksananya pertimbangan hukum dan dan pendampingan hukum Tingkat kepuasan stakeholders
2. 3.
4.
5.
Indikator Kinerja Utama
Target
Satuan
90
Persen
2.
Tingkat kesesuaian rencana kegiatan dengan dokumen perencanaan Nilai SAKIP Kementerian Perindustrian
A
Predikat
1.
Tingkat prestasi kerja rata-rata pegawai
78
Nilai
1.
Persentase jumlah pegawai yang sesuai denga analisis beban kerja Kualitas laporan keuangan dan BMN
80
Persen
Capaian Standar Tertinggi 95
Nilai dari Kementerian Keuangan Persen
95
Persen
83
Persen
2.
1.
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
17
6. 7. 8.
Meningkatnya kompetensi SDM industri Tersedianya lembaga pendidikan dan pelatihan SDM industri Tersedianya data industri melalui Sistem Informasi Industri Nasional
1.
Jumlah SDM industri yang bersertifikat kompetensi Jumlah lembaga pendidikan dan pelatihan industri yang berbasis kompetensi Tersedianya modul pada sistem informasi industri Tersedianya data pada sistem informasi industri Tersedianya informasi pada sistem informasi industri
15.200
Orang
19
Unit
1
Modul
6
Database
6
Jenis
1.
Meningkatnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik Kemenperin
3,2
2.
Menurunnya persentase pemberitaan negatif Kemenperin Tingkat kepuasan stakeholders pusat dan daerah
9
Indeks Kepuasan Pelanggan skala 1 - 4 Persen
81
Persen
1. 1. 2. 3.
9.
10.
2.
Meningkatnya layanan dan publik
kualitas informasi
Meningkatnya kualitas sarana dan prasarana kerja di Lingkungan Perindustrian
1.
Perpektif Proses Bisnis Internal
No.
Sasaran Strategis (SS)
Indikator Kinerja Utama
Target
Satuan
1.
Terlaksananya 1. Persentase anggaran yang masuk dalam perencanaan/program, catatan halaman IV DIPA penganggaran dan pengendalian yang berkualitas
15
Persen
2.
Terlaksananya pemantauan, 1. Nilai SAKIP Sekretariat Jenderal analisa, dan evaluasi
A
Nilai
3.
Tersedianya dokumen perencanaan dan pengembangan pegawai
1. Persentase jumlah pegawai yang sesuai dengan Analisis Beban Kerja
80
Persen
2. Persentase Pegawai kompetensinya
dinilai
80
Persen
4.
Tersusunnya dan 1. Tersedianya kebijakan internal mengenai tersajikannya laporan pelaksanaan dan pertanggungjawaban keuangan dan BMN yang anggaran sesuai SAP dengan capaian tertinggi
3
Pedoman
5.
Terlaksananya layanan 1. Evaluasi produk hukum bidang industri penyusunan, evaluasi, dan penyebarluasan peraturan perundang-undangan bidang industri dan bidang terkait industri
5
Laporan
6.
Tersedianya infrastruktur kompetensi
1. Terbentuknya SKKNI
10
Standar
2. Terbentuknya LSP dan TUK
10
Unit
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
yang
telah
18
7.
Terselenggaranya Pendidikan 1. Jumlah asesor kompetensi dan pelatihan berbasis 2. Jumlah pembina industri yang kompetensi sertifikan kompetensi (SI dan EKIN)
150
Orang
memiliki
450
Orang
3. Jumlah guru dan dosen yang memiliki sertifikasi
80
Orang
4.
230
Orang
5. Jumlah tenaga kerja lulusan pelatihan berbasis kompetensi (Diklat 3 in 1)
10.000
Orang
6. Jumlah konsultan industri yang memiliki sertifikat kompetensi
50
Orang
7. Jumlah wirausaha industri yang memiliki sertifikat kompetensi melalui TPL
120
Orang
8. Jumlah wirausaha industri yang memiliki sertifikat kompetensi melalui diklat kewirausahaan
100
Orang
9. Jumlah tenaga kerja lulusan pendidikan kejuruan industri berbasis spesialisasi dan kompetensi
1.490
Orang
10. Jumlah tenaga kerja lulusan pendidikan tinggi vokasi industri berbasis spesialisasi dan kompetensi
2.050
Orang
11. Jumalh tenaga kerja lulusan pendidikan D1 dan D2 yang lulusannya langsung diserap sektor industri
480
Orang
Jumlah pembina industri yang memiliki rintisan gelar
8.
Tersedianya modul pada 1. Pengembangan modul pada sistem informasi sistem informasi industri industri nasional
1
Modul
9.
Tersedianya informasi pada sistem informasi industri
1. Jumlah informasi yang tersedia
8
Jenis
2. Jumlah hasil pengolahan, analisis, dan penyajian data (berdasarkan pengelompokan industri pada bangun industri nasional)
8
Jenis
10.
Tersedianya data center yang 1. Tersedianya sarana dan prasarana data center handal yang handal
1
Perangkat Infrastruktur
11.
Tersedianya pengolahan dan 1. Tersedianya database Peningkatan pemeliharaan daftar Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN), inventarisasi barang/jasa Pengolahan dan Pemeliharaan Daftar produksi dalam negeri Inventarisasi Barang/Jasa Produksi Dalam Negeri
1
Database TKDN
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
19
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A.
Analisis Capaian Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2016
Berbagai upaya telah dilakukan Sekretariat Jenderal, melalui pelaksanaan kegiatankegiatan dalam rangka pencapaian sasaran strategis yang telah ditetapkan pada awal tahun anggaran 2016 seperti yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2016. Sementara dari 3 (tiga) tujuan yang ingin dicapai Sekretariat Senderal seperti yang disebutkan dalam Bab II, ukuran keberhasilan pencapaian tujuan tersebut adalah terwujudnya pelayanan prima bagi Stakeholders Sekretariat
Jenderal,
dengan
indikator
kinerja
tujuan
indeks
kepuasan
stakehoders.Analisis yang disajikan meliputi capaian indikator kinerja utama dan analisis pencapaian yang dilengkapi dengan pembandingan capaian dengan tahun sebelumnya serta dengan kinerja lainnya. Namun terdapat beberapa sasaran strategis maupun indikator kinerja utama yang tidak dapat diperbandingkan. Hal ini dikarenakan pada tahun sebelumnya tidak ditetapkan sebagai sasaran strategis atau indikator kinerja utama yang sama. Capaian untuk indikator kinerja tujuan ini adalah 100% dengan indeks kinerja tujuan 3,2 dari skala 1-4. 1.
Sasaran Strategis Perspektif Stakeholders Sesuai dengan Perjanjian Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2016, terdapat 10
(sepuluh) sasaran strategis perspektif stakeholder yang akan dicapai. Berikut adalah analisis capaian setiap sasaran strategis Sekretariat Jenderal. a.
Meningkatnya Kualitas, Keterkaitan, serta Konsistensi Perencanaan dan Penganggaran Sasaran strategis perspektif stakeholder Meningkatnya Kualitas, Keterkaitan,
serta Konsistensi Perencanaan dan Penganggaran, mempunyai 2 (dua) indikator kinerja
yaitu:
(1) Tingkat
kesesuaian
rencana
kegiatan
dengan
dokumen
perencanaan, dengan target 90%; (2) Nilai SAKIP Kementerian Perindustrian, dengan target predikat A. Secara ringkas, capaian masing-masing indikator tersebut seperti berikut ini: 1)
Tingkat kesesuaian rencana kegiatan dengan dokumen perencanaan dengan target 90%. Indikator ini digunakan sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas perencanaan dan pelaksanaan program dan kegiatan yang memang sesuai
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
20
dengan kebutuhan dalam rangka pembangunan industri. Indikator kinerja ini diukur dengan melakukan penilaian atas kegiatan yang diajukan oleh seluruh unit kerja di lingkungan Kementerian Perindustrian. Target indikator ini pada Tahun 2015 adalah 90 (sembilan puluh) persen. 2)
Nilai SAKIP Kementerian Perindustrian Indikator kinerja utama nilai SAKIP Kementerian Perindustrian merupakan indikator yang mengukur tingkat kualitas implementasi manajemen kinerja organisasi kementerian Perindustrian atas kaidah-kaidah Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Target indikator ini pada Tahun 2016 adalah predikat hasil evaluasi akuntabilitas kinerja Kementerian Perindustrian, yaitu mencapai predikat A. Tabel 3. 1. Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Sasaran Strategis Meningkatnya Kualitas, Keterkaitan, serta Konsistensi Perencanaan dan Penganggaran 2015
2014 Sasaran Strategis
Satuan T
Meningkatnya Kualitas, Keterkaitan, serta Konsistensi Perencanaan dan Penganggaran
2016
IKU
Tingkat kesesuaian pelaksanaan kegiatan dengan dokumen perencanaan
R
C
Belum digunakan sebagai indikator
Nilai SAKIP Kementerian Perindustrian
T
R
C
T
R
C
90
n/a
n/a
90
92,24
102
%
A
BB*
97,45%
Nilai
Belum digunakan sebagai indikator
Nilai SAKIP Tahun 2015, SAKIP Kementerian Perindustrian tahun 2016 masih dalam proses penilaian oleh Kementerian PAN dan RB
Untuk IKU pertama, yaitu Indikator Tingkat Kesesuaian rencana Kegiatan Dengan Dokumen Perencanaan merupakan indikator yang telah ditetapkan sebagai pengukuran kinerja Sekretariat Jenderal sejak Tahun 2015. Capaian untuk Tahun 2015 ini merupakan hasil dari penilaian atas kegiatan unit kerja di lingkungan Kementerian Perindustrian. Pada Tahun 2015 Tingkat kesesuaian tersebut telah dilakukan penilaian dan reviu, namun hasil penilaian ini
belum
bisa
dikonversikan
ke
dalam
ukuran
kuantitatif,
sehingga
mengakibatkan capaian indikator ini belum dapat dihitung. Indikator kinerja ini diukur dengan melakukan penilaian atas kegiatan yang diajukan oleh seluruh unit kerja di lingkungan Kementerian Perindustrian dibandingkan dengan dokumen perencanaan. Pada Tahun 2016, tingkat kesesuaian rencana kegiatan dengan dokumen perencanaannya adalah 92,24%. Nilai tersebut dihitung berdasarkan 116 kegiatan yang terdapat pada LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
21
Trilateral Meeting TA 2017 sedangkan yang terdapat pada rencana kegiatan Kementerian pada tahun 2017 adalah sebanyak 107 kegiatan. Selanjutnya IKU kedua dari sasaran strategis ini adalah Nilai SAKIP Kementerian Perindustrian. Predikat ini diperoleh dari hasil evaluasi akuntabilitas kinerja atas implementasi SAKIP Tahun 2016 Kementerian Perindustrian yang dilaksanakan oleh tim auditor Kemenpan dan RB. Terdapat 5 (lima) aspek yang dinilai dalam evaluasi SAKIP, yaitu sebagai berikut.
Aspek perencanaan, komponen-kompenen yang dievaluasi antara lain: (1) perencanaan strategis; (2) perencanaan kinerja; (3) penetapan kinerja; dan keterpaduan serta keselarasan diantara subkomponen tersebut.
Aspek pengukuran kinerja, komponen-komponen yang Idievaluasi adalah: (1) indikator kinerja secara umum dan indikator kinerja utama (IKU), (2) pengukuran,serta (3) analisis hasil pengukuran kinerja.
Aspek pelaporan kinerja, yang dinilai adalah ketaatan pelaporan, pengungkapan dan penyajian, serta pemanfaatan informasi kinerja guna perbaikan kinerja.
Aspek evaluasi kinerja, yang dinilai adalah pelaksanaan evaluasi kinerja dan pemanfaatan hasil evaluasi.
Capaian kinerja. SAKIP Kementerian Perindustrian pada Tahun 2016 masih dalam proses
penilaian oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. b.
Meningkatnya Kualitas Manajemen ASN Terdapat 1 (satu) indikator kinerja utama (IKU) pada sasaran strategis meningkatnya kualitas manajemen ASN, yaitu tingkat prestasi kerja, dengan target nilai 78. Tingkat prestasi kerja rata-rata pegawai dinilai berdasarkan ratarata nilai prestasi kerja Kemenperin. Nilai prestasi kerja tersebut dihitung dari nilai capaian SKP dan nilai perilaku kerja pegawai. Realisasi sasaran kinerja meningkatnya kualitas ASN dengan indikator tingkat prestasi kerja rata-rata pegawai tersebut pada tahun 2016 adalah 87,17. Penghitungan tingkat prestasi kerja pegawai didapat dari nilai SKP dan DP3, yaitu didapat dari 4.907 pegawai yang sudah menginput SKP 2016 dari jumlah total pegawai Kementerian
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
22
Perindustrian sebanyak 5.278 pegawai. Nilai tersebut mengalami kenaikan dibanding realisasi tahun 2015, yaitu 86,69. Tabel 3. 2. Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Sasaran Strategis Meningkatnya Kualitas Manajemen ASN Sasaran Strategis Meningkatnya Kualitas, Manajemen ASN
c.
IKU Tingkat prestasi kerja rata-rata pegawai
2014 T
R
2015 C
Belum digunakan sebagai indikator
2016
Satuan
T
R
C
T
R
C
76
86,69
114%
78
87,17
111%
nilai
Mewujudkan Sistem Tata Kelola Keuangan dan BMN yang Transparan dan Akuntabel Dalam rangka mewujudkan akuntabilitas keuangannya,
setiap
instansi
pemerintah wajib mempertanggungjawabkan integritas keuangan, pengangkatan dan ketaatan terhadap peraturan perundangan. Tujuannya adalah mewujudkan tata kelola keuangan yang baik dan benar. Sasarannya adalah laporan keuangan yang disajikan dengan predikat capaian standar tertinggi dan ketaatan atas peraturan perundangan yang berlaku yang mencakup penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran uang oleh instansi pemerintah. Indikator sasaran strategis Mewujudkan Sistem Tata Kelola Keuangan dan BMN yang Transparan dan Akuntabel adalah tingkat kualitas laporan keuangan dan BMN, yang diukur berdasarkan nilai kualitas laporan keuangan dan BMN dari Kementerian Keuangan. Pada tahun 2016, Kementerian Perindustrian memperoleh predikat capaian tertinggi dari Kemenkeu, sehingga sasaran strategis tersebut dapat tercapai sesuai target. Tahun sebelumnya, sasaran
strategis tersebut diukur dengan tingkat
penyerapan anggaran dan opini Badan Pemeriksa Keuangan terhadap laporan keuangan Kementerian Perindustrian. Pemeriksaan keuangan BPK tersebut bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance) terhadap laporan keuangan, yaitu apakah suatu laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku sesuai dengan Standar Akuntasi Pemerintah. Pemeriksa memberikan opini atas laporan keuangan yang diperiksa. Terdapat 4 (empat) jenis opini yg dapat diberikan oleh pemeriksa, yakni: wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion); wajar dengan pengecualian (qualified opinion); LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
23
tidak wajar (adversed opinion); dan pernyataan menolak memberikan opini (disclaimer of opinion) Pada Tahun 2016, realisasi anggaran Kementerian Perindustrian adalah 2,164 triliun, atau sebesar 95,49% dari pagu anggaran sebesar 2,164 triliun. Persentase realisasi keuangan tersebut lebih tinggi dari realisasi tahun-tahun sebelumnya yang rata-rata berada dibawah target 90%. Sedangkan untuk tingkat kualitas laporan keuangan dengan indikator opini dari BPK, pada tahun 2014 - 2016, Kementerian Perindustrian memperoleh opini wajar tanpa pengecualian (WTP) atas laporan keuangan dan BMN-nya. Pencapaian Kementerian Perindustrian terhadap tingkat kualitas laporan keuangan dan BUMN didukung oleh faktor-faktor: Tersedianya sistem Teknologi Informasi yang memadai. Adanya sistem penganggaran berbasis akrual, karena jika anggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaannya masih berbasis kas sedangkan realisasinya berbasis akrual, maka antara anggaran dan realisasinya tidak dapat diperbandingkan. Meningkatnya kompetensi dan profesionalitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam pengelolaan keuangan. Koordinasi yang baik dengan Aparat Pengawas Internal Pemerintah, serta kooperatif dengan pemeriksa laporan keuangan (BPK) Tabel 3. 3. Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Sasaran Strategis Mewujudkan Sistem Tata Kelola Keuangan dan BMN yang Transparan dan Akuntabel Sasaran Strategis Meningkatnya sistem tata kelola keuangan dan BMN yang profesional
IKU
T
Kualitas Laporan Keuangan dan BMN Tingkat penyerapan anggaran Tingkat kualitas laporan keuangan
d.
2014 R
2015 C
T
R
2016 C
Tidak digunakan sebagai indikator
Satuan
T
R
C
Capaian Standar Tertinggi
Capaian Standar Tertinggi
100
Predikat
90
85,92
95,46
90
77,45
86
Tidak digunakan sebagai indikator
Persen
WTP
WTP
100
WTP
WTP
100
Tidak digunakan sebagai indikator
Opini
Meningkatnya Kualitas Penyusunan dan Pengelolaan Produk Hukum Serta penataan Organisasi Sasaran ini merupakan sasaran yang mendukung perumusan kebijakan yang
sesuai dengan kebijakan pembangunan industri, serta perumusan kebijakan yang mampu menjadi solusi terhadap permasalahan industri yang terjadi. Sasaran strategis ini diukur melalui indikator kinerja utama: LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
24
1)
Terfasilitasinya penyusunan peraturan perundang-undangan bidang industri;
2)
Terlaksananya Pertimbangan hukum dan pendampingan hukum Realisasi, target, serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat
pada tabel 3.4. Tabel 3. 4. Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU ) dari Sasaran Strategis Meningkatnya Kualitas Penyusunan dan Pengelolaan Produk Hukum Serta Penataan Organisasi Sasaran Strategis
2014
IKU
T
Meningkatnya Kualitas Penyusunan dan Pengelolaan Produk Hukum Serta Penataan Organisasi
Terfasilitasinya penyusunan peraturan perundang-undangan bidang industri
Mewujudkan Kebijakan yang Probisinis dan Penyelesaian Perkara
Fasilitasi efektifitas penyusunan peraturan perundang-undangan di lingkungan Kemenperin
100
Permintaan konsultasi dan advokasi hukum yang terlayani
95
R
2015 C
T
2016
R
C
Satuan
T
R
C
95
73,17
77,02
Persen
95
100
105
Persen
Belum dipergunakan sebagai indikator Terlaksananya Pertimbangan hukum dan pendampingan hukum
Terfasilitasinya
95
95
100
93
93
Persen
Tidak dipergunakan sebagai indikator 100
penyusunan
105,26
95
peraturan
100
105,26
perundang-undangan
Persen
bidang
industri, diukur dengan melihat perbandingan jumlah usulan penetapan produk hukum bidang industri dari satker selaku unsur pelaksana dalam menjalankan fungsinya sebagai perumus kebijakan bidang industri dengan jumlah produk hukum yang ditetapkan dan menjadi kebijakan di bidang industri. Pada tahun 2016 terdapat 82 rancangan Peraturan Menteri Perindustrian bidang industri yang disampaikan kepada Biro Hukum dan Organisasi. Dari jumlah tersebut, 60 diantaranya telah ditetapkan oleh Menteri Perindustrian menjadi Peraturan Menteri. Selebihnya, 22 rancangan peraturan masih dibahas dan dikaji dengan unit pemrakarsa. Jumlah tersebut menjadikan tidak terpenuhinya target fasilitasi penyusunan peraturan perundang-undangan industri sebesar 73,13%. Tidak tercapainya target tersebut disebabkan oleh beberapa hal antara lain sebagai berikut: (1)
Adanya Rancangan Peraturan Menteri Perindustrian bidang industri yang sudah diperiksa dan diteliti oleh Biro Hukum dan Organisasi dan kemudian
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
25
disampaikan kembali kepada unit kerja (Pemrakarsa) agar disesuaikan dengan saran atau koreksian namun oleh Pemrakarsa tidak disampaikan kembali kepada Biro Hukum dan Organisasi; (2)
Adanya Rancangan Peraturan Menteri Perindustrian bidang industri yang substansinya masih menunggu pengesahan dokumen dari instansi lain;
(3)
Adanya Rancangan Peraturan Menteri Perindustrian bidang industri yang substansi yang masih memerlukan pendalaman sehingga belum bisa diselesaikan pada Tahun 2016;
(4)
Adanya Rancangan Peraturan Menteri Perindustrian bidang industri yang masih menunggu pembahasan kembali dengan unit pemrakarsa, menyangkut beberapa isu yang harus diselesaikan dengan stakeholder terkait Sebagai perbandingan, pada Tahun 2015, Biro Hukum dan Organisasi telah
melakukan fasilitasi penyusunan peraturan perundang-undangan bidang industri di lingkungan Kementerian Perindustrian dengan capaian 93%, yaitu penetapan 88 Peraturan Menteri oleh Menteri Perindustrian dari 94 Rancangan Peraturan Menteri di bidang industri yang disampaikan kepada Biro Hukum dan Organisasi. Terlaksananya pertimbangan hukum dan pendampingan hukum, diukur dengan menghitung jumlah permintaan konsultasi dan advokasi hukum yang dapat dilayani dengan baik. Untuk indikator ini, seluruh permohonan pendampingan hukum telah ditindaklanjuti, yaitu sebanyak 10 (sepuluh) pendampingan hukum. Permintaan konsultasi dan advokasi hukum yang terlayani meliputi: (1)
Perkara hukum dengan objek gugatan berupa tanah milik Kementerian Perindustrian, Sertifikat Hak Pakai No. 10/Grogol Utara Tahun 1971 seluas 12.957 M2. Perkara saat ini dalam tahap kasasi, Kementerian Perindustrian mengajukan upaya hukum kasasi atas putusan Pengadilan Tinggi Jakarta;
(2)
Perkara hukum nomor 39/Pdt.G/2013/PN.GS dengan objek perkara berupa tanah dan bangunan atas nama PT. Barata (Persero) dengan luas 219.260 M2 berikut Sertipikat HGB hasil pemecahan (splitsing) tanggal 19 Nopember 1988. Status perkara saat ini dalam tahap Kasasi di Mahkamah Agung;
(3)
Perkara hukum nomor 57/Pdt.G/2014/PN.Jkt.Tim dengan pokok gugatan perbuatan melawan hukum karena pemecahan sertifikat dan girik yang tidak sesuai permintaan serta penerbitan sertifikat secara melawan hukum. Perkara dimenangkan Kementerian Perindustrian pada tingkat pertama dan penggugat tidak mengajukan banding;
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
26
(4)
Perkara hukum nomor 126/Pdt.G/2015/PN.Bdg dengan pokok gugatan kepada Kementerian Perindustrian dengan pokok gugatan perbuatan melawan hukum karena telah membuat pagar yang masuk ke dalam tanah milik penggugat. Perkara dimenangkan Kementerian Perindustrian pada tingkat pertama dan penggugat mengajukan banding;
(5)
Perkara hukum nomor 205/PDT/2016/PT.BDG dengan pokok gugatan kepada Kementerian Perindustrian dengan pokok gugatan perbuatan melawan hukum karena telah membuat pagar yang masuk ke dalam tanah milik penggugat. Perkara dimenangkan Kementerian Perindustrian pada tingkat banding;
(6)
Perkara hukum nomor 462/Pdt.G/2015/PN.Jkt.Sel dengan pokok gugatan Tanah yang dikuasai Kementerian Perindustrian dalam rangka pelaksanaan Proyek Kaca Jendela yang beralamat di Rawajati seluas 10 Ha. Perkara dimenangkan Kementerian Perindustrian pada tingkat pertama dan penggugat tidak mengajukan banding;
(7)
Perkara nomor 16P/HUM/2016 berupa Permohonan Hak Uji Materiil terhadap Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No. 63/M-IND/PER/8/2015 tentang Peta Jalan (Road Map) Industri Hasil Tembakau Tahun 2015-2020. Mahkamah Agung memberikan putusan mengabulkan permohonan keberatan hak uji materiil dan memerintahkan kepada Menteri Perindustrian RI untuk mencabut Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No. 63/MIND/PER/8/2015 tentang Peta Jalan (Road Map) Industri Hasil Tembakau Tahun 2015-2020;
(8)
Pendampingan pada PTKI Medan dalam rangka pengumpulan data dan pengumpulan bukti keterangan;
(9)
Pendampingan pada Pusat Standardisasi (Pustand) BPPI dalam rangka pengumpulan data dan pengumpulan bukti keterangan; dan
(10) Pendampingan pada Politeknik AKA Bogor dalam rangka pengumpulan data dan pengumpulan bukti keterangan. e.
Meningkatnya Pelayanan Administrasi dan Kerumahtanggaan Indikator Kinerja utama sasaran ini adalah tingkat kepuasan stakeholders
terhadap pelayanan administrasi dan kerumahtanggaan, yang diukur melalui survei terhadap pegawai pada seluruh unit kerja di lingkungan kantor pusat Kementerian Perindustrian, yang meliputi unit Eselon I dan II. Indikator-indikator yang diukur
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
27
dalam survey tersebut terutama pada hal yang berkaitan dengan pelayanan adminitrasi Kementerian dan kerumahtanggaan yang meliputi: 1.
Layanan Persuratan dan Kearsipan Kementerian;
2.
Layanan Pengelolaan Ruang Rapat Kementerian;
3.
Layanan Pengelolaan Area Parkir;
4.
Layanan Pengelolaan Utilitas Perkantoran, yang terdiri atas sistem tata udara, sistem transportasi dalam gedung, sistem kelistrikan, sistem pencegah kebakaran, sistem distribusi air bersih dan air kotor, sistem pengolah limbah, serta sistem komunikasi dan tata suara dalam gedung.
5.
Layanan Kesehatan dan Kebugaran Pegawai; dan
6.
Layanan Keamanan dan Kebersihan Lingkungan Kantor. Tabel 3. 5. Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Sasaran Strategis Meningkatnya Pelayanan Administrasi dan Kerumahtanggaan 2014 Sasaran Strategis
2016
IKU
Satuan T
Meningkatnya Pelayanan Administrasi dan Kerumahtanggaan
2015
Tingkat kepuasan stakeholders
R
C
T
R
C
T
R
C
83
80
96,36
Persen
Belum dipergunakan sebagai indikator
Setelah dilaksanakan pengukuran terhadap indikator-indikator seperti yang telah disebutkan sebelumnya, maka diperoleh hasil ”tingkat kepuasan stakeholders” dengan nilai 80% atau dengan capaian 96,39%. Hasil pengukuran tersebut tidak dapat tercapai sesuai dengan yang telah ditetapkan yaitu sebesar 83%. Hal-hal yang berpengaruh terhadap capaian tersebut diantaranya adalah jumlah SDM pengelola arsip terbatas yang mempengaruhi pelayanan kearsipan di mana lingkupnya pada tingkat kementerian, kegiatan-kegiatan dalam hal penyediaan sarana dan prasarana baik pengadaan maupun pemeliharaan terbatas, sehingga ekspektasi stakeholders atas sarana dan prasarana belum dapat terpenuhi secara optimal. f.
Meningkatnya Kompetensi SDM Industri Sasaran strategis perspektif pemangku kepentingan meningkatnya kompetensi
SDM Industri memiliki indikator kinerja jumlah SDM industri yang bersertifikasi kompetensi dengan target 15.200 orang. Capaian target ini merupakan jumlah keseluruhan dari jumlah asesor kompetensi, jumlah tenaga kerja lulusan pendidikan LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
28
industri yang kompeten, jumlah tenaga kerja lulusan pelatihan berbasis kompetensi (Diklat 3 in 1), jumlah wirausaha baru bidang industri, serta SDM aparatur yang kompeten. Realisasi target indikator kinerja ini pada tahun 2016 adalah sebesar 15.860 orang atau melebihi target yang telah ditetapkan. Pada tahun 2014 dan tahun 2015 indikator kinerja utama ini belum dipergunakan sebagai indikator. Tabel 3. 6. Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Sasaran Strategis Meningkatnya Kompetensi SDM Industri 2014 Sasaran Strategis Meningkatnya Kompetensi SDM Industri
g.
IKU
T
Jumlah SDM industri yang bersertifikasi kompetensi
2015
R
C
T
2016
R
C
Belum dipergunakan sebagai indikator
T
R
C
15.200 15.860 107%
Satuan orang
Tersedianya Lembaga Pendidikan Industri dan Pelatihan SDM Industri Sasaran strategis perspektif pemangku kepentingan tersedianya lembaga
pendidikan dan pelatihan SDM industri memiliki indikator kinerja utama jumlah lembaga pendidikan dan pelatihan industri yang berbasis kompetensi dengan target 19 unit. Pada tahun 2014 dan tahun 2015 indikator kinerja utama ini belum dipergunakan sebagai indikator. Tabel 3. 7. Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Sasaran Strategis Tersedianya Lembaga Pendidikan Industri dan Pelatihan SDM Industri Sasaran Strategis
IKU
Tersedianya Lembaga Pendidikan Industri dan Pelatihan SDM Industri
Jumlah lembaga pendidikan dan pelatihan industri yang berbasis kompetensi
Meningkatnya kualitas lembaga pendidikan dan pelatihan serta kewirausahaan
Terbentuknya sistem pendidikan berbasis kompetensi
2014 T
R
2015 C
T
2016
R
C
Belum dipergunakan sebagai indikator
n/a
4
-
4
4
100
T
R
C
19
19
100%
Tidak dipergunakan sebagai indikator
Satuan unit
Satuan kerja
Indikator kinerja utama jumlah lembaga pendidikan dan pelatihan industri yang berbasis kompetensi merupakan indikator yang mengukur jumlah lembaga pendidikan dan pelatihan industri di lingkungan Seketariat Jenderal yang telah penerapkan pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi yang mengacu pada LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
29
SKKNI, kurikulum sebesar 60% praktek dan 40% teori, dan setiap lulusan mendapatkan sertifikat kompetensi. Pendidikan atau Pelatihan Berbasis Kompetensi adalah pendidikan atau pelatihan kerja yang menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai dengan standar yang ditetapkan dan persyaratan di tempat kerja. Sertifikasi kompetensi diselenggarakan melalui uji kompetensi yang mengacu pada standar kompetensi untuk memastikan kualitas tenaga kerja industri. Pada tahun 2016 terdapat 19 unit kerja yang telah melaksanakan pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi. Unit kerja tersebut antara lain Politeknik AKA Bogor, Politeknik ATI Makassar, Politeknik ATI Padang, Politeknik ATK Yogyakarta, Politeknik STTT Bandung, SMK-SMAK Bogor, SMKSMAK Makassar, SMK-SMAK Padang, SMK-SMTI Banda Aceh, SMK-SMTI Bandar Lampung, SMK-SMTI Makassar, SMK-SMTI Padang, SMK-SMTI Pontianak, SMKSMTI Yogyakarta, BDI Jakarta, BDI Yogyakarta, BDI Surabaya, BDI Denpasar, dan BDI Padang. h.
Tersedianya Data Industri Melalui Sistem Informasi Industri Nasional Sasaran strategis ini dimaksudkan untuk mendorong kelancaran arus informasi
lintas regional dan lintas sektoral, melalui layanan informasi publik dalam rangka menunjang implementasi program-program utama Kementerian Perindustrian maupun upaya-upaya koordinasi dan komunikasi yang lebih efektif baik intersektoral maupun interregional serta menunjang proses monitoring, perencanaan dan pengendalian terhadap pembangunan nasional khususnya di bidang industri. Pelayanan data dan informasi bertujuan memberikan layanan informasi yang bermutu kepada Publik (baik internal maupun eksternal Kementerian Perindustrian, seperti: Dunia Usaha, Masyarakat luas, institusi pendidikan, instansi terkait dan lembaga/institusi lainnya yang membutuhkan) dengan terus-menerus meningkatkan aksesibilitas publik terhadap informasi Industri melalui jangkauan sistem jaringan informasi dan komunikasi yang seefektif mungkin serta menyediakan dukungan data/informasi yang akurat, tepat waktu, tepat guna dan tepat sasaran bagi perumusan kebijakan dan proses pengambilan keputusan. Sesuai dengan Penetapan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2016, terdapat tiga indikator kinerja utama yang akan dicapai pada sasaran strategis ini yaitu sebagai berikut: LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
30
1)
Tersedianya modul pada sistem informasi industri Undang-Undang
Nomor
3
Tahun
Perindustrian untuk membangun dan
2014
mengamanatkan
Kementerian
mengembangkan Sistem Informasi Industri
Nasional yang ditujukan untuk menjamin ketersediaan, kualitas dan akses terhadap data dan informasi industri; mempercepat pengumpulan dan diseminasi data; dan meningkatkan efesiensi dan efektivitas pelayanan publik dalam mendukung pembangunan Industri Nasional. Salah satu komponen yang harus disiapkan dalam pembangunan dan pengembangan Sistem Informasi Industri Nasional tersebut adalah pembuatan modul-modul aplikasi SIINas. Modul aplikasi SIINas adalah perangkat lunak penyusun Sistem Informasi Industri Nasional yang mempunyai peran dan olah fungsi tertentu. Target indikator kinerja utama ini pada Tahun 2016 adalah tersedianya satu modul pada Sistem Informasi Industri Nasional, yaitu modul aplikasi informasi peluang pasar. Pada pelaksanaannya, selama tahun 2016 telah diselesaikan pengembangan 6 (enam) buah modul aplikasi yaitu: 1) Modul Perkembangan Industri dari Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/kota; 2) Modul Aplikasi Informasi Peluang Pasar; 3) Application Program Interface (API) dalam rangka interkoneksi dengan BKPM; 4) Application Program Interface (API) dalam rangka interkoneksi dengan BIG; 5) Modul e-Reporting; dan 6) Modul Data Produksi. Dengan demikian capaian IKU ini adalah sebesar 600 persen. Besarnya capaian ini dikarenakan pengembangan modul aplikasi tersebut beberapa diantaranya telah dimulai sejak tahun 2015 melalui koordinasi dan kerjasama dengan Badan Informasi Geospasial (BIG) dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Modul-modul aplikasi yang dikembangkan pada tahun 2016 tersebut di atas merupakan pengembangan dari modul induk yang telah disusun pada tahun 2015, dan melihat target pada tahun 2015 berupa tersedianya satu modul pada sistem informasi industri maka capaian IKU ini pada tahun tersebut adalah sebesar 100 persen. Apabila capaian pada tahun 2016 dibandingkan dengan capaian tahun 2015 maka terlihat capaian pada tahun 2016 meningkat 600 persen. Adapun adanya penetapan target yang hanya berupa satu buah modul pada setiap tahun dikarenakan pertimbangan awal bahwa dalam menyusun modul untuk SIINas ini perlu adanya koordinasi maupun interkoneksi aplikasi dengan unit internal Kemenperin, Kementerian/Lembaga lain, maupun pemerintah daerah yang nantinya terlibat dalam penggunaan SIINas, sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama. LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
31
2)
Tersedianya data pada sistem informasi industri Sasaran ini merupakan rangkaian proses dan kegiatan untuk menyediakan data
yang akurat dan up-to-date. Ketersediaan data yang detail, akurat dan up-to-date sangat dibutuhkan dalam merumuskan suatu kebijakan. Semakin detil data dan informasi yang dimiliki semakin cepat antisipasi perubahan maupun pengambilan kebijakan yang dapat dilakukan, semakin up-to-date informasi semakin tajam kebijakan yang dapat dirumuskan, dan semakin akurat data semakin besar probabilitas pencapaian sasaran organisasi. Realisasi indikator ini pada tahun 2016 adalah tersedianya 6 database, yaitu (1) Data Industri, (2) Data Kawasan, (3) Data Perkembangan Pasar, (4) Data Peluang Pasar, (5) Data Perkembangan Teknologi, dan (6) Data Ekspor Impor, sehingga capaian indikator ini adalah sebesar 100 persen. Capaian ini lebih tinggi apabila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2015 yang hanya sebesar 33,3 persen terhadap target yang sama, yaitu dengan realisasi tersedianya 2 database berupa Data Industri dan Data Ekspor Impor. Tidak tercapainya target indikator ini pada tahun 2015 dikarenakan pada tahun tersebut Kementerian Perindustrian masih melanjutkan pemutakhiran data yang telah dilaksanakan pada tahun-tahun sebelumnya sehingga database yang ada belum mengacu pada jenis data yang harus tersedia dalam Sistem Informasi Industri Nasional. 3)
Tersedianya informasi pada sistem informasi industri Komponen
lain
yang
perlu
dipersiapkan
dalam
pembangunan
dan
pengembangan Sistem Informasi Industri Nasional adalah informasi di bidang industri. Target indikator kinerja utama ini yang tercantum dalam Perjanjian Kinerja Sekretaris Jenderal pada tahun 2016 adalah tersedianya enam jenis informasi yaitu: (1) Informasi perkembangan industri, (2) Informasi perkembangan dan peluang pasar, (3) Informasi perkembangan teknologi industri, (4) Informasi Perkembangan investasi Industri, (5) Informasi Perwilayahan Industri, (6) Informasi Sarana dan prasarana Industri. Target tersebut diambil dari penetapan awal target renstra Tahun 2015-2019 (Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 31.1/M-IND/PER/3/2015 Tentang Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2015-2019) dimana sebenarnya target ini merupakan target yang ingin dicapai pada akhir tahun 2019. Adapun untuk tahun anggaran 2016 Pusdatin hanya dapat anggaran untuk melaksanakan tiga kegiatan terkait analisis dan penyajian informasi yaitu: (1) Informasi Perkembangan Industri, LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
32
(2) Informasi Perkembangan dan Peluang Pasar, dan (3) Informasi Perkembangan Investasi Industri. Pada tahun 2015 target indikator ini adalah 8 (delapan) jenis informasi dengan rincian yang sama seperti di atas. Kedelapan jenis informasi tersebut merupakan jenis informasi yang harus tersedia pada pada Sistem Informasi Industri Nasional pada tahun 2019. Selama tahun 2015 Kementerian Perindustrian telah melakukan pengolahan dan analisis terhadap data-data yang dimiliki, namun yang termasuk dalam pengelompokan delapan jenis informasi tersebut hanya ada dua, yaitu Informasi Perkembangan Industri dan Informasi Perkembangan Investasi Industri, sehingga
capaiannya
adalah
sebesar
25
persen.
Dengan
demikian,
bila
dibandingkan capaian pada tahun 2016 dengan capaian pada tahun 2015 terdapat kenaikan sebesar 50 persen dengan adanya tambahan realisasi satu jenis informasi. Tabel 3. 8. Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Sasaran Strategis Tersedianya Data Industri Melalui Sistem Informasi Industri Nasional Sasaran Strategis
IKU
Tersedianya Data Industri Melalui Sistem Informasi Industri Nasional
2014 T
R
2015 C
T
R
2016 C
R
C
Tersedianya modul pada sistem informasi industri
1
6
600%
Tersedianya data pada sistem informasi industri
6
6
100 Basis data
6
3
50
Modul
Belum dipergunakan sebagai indikator
Tersedianya informasi pada sistem informasi industri
i.
Satuan
T
Jenis
Meningkatnya Kualitas Layanan dan Informasi Publik Sasaran strategis meningkatnya kualitas layanan dan informasi publik
mempunyai dua indikator kinerja utama, yaitu (1) Meningkatnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik Kemenperin dan (2) Menurunnya persentase pemberitaan negatif Kemenperin. 1)
Meningkatnya
kepuasan
masyarakat
terhadap
pelayanan
publik
Kemenperin Indeks
Kepuasan
Masyarakat
merupakan
suatu
ukuran
kualitas
pelayanan publik yang diberikan. Pada Tahun 2016 telah dilaksanakan pengukuran atas Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) terhadap Kementerian LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
33
Perindustrian. Hasil pengukuran IKM pada Unit Pelayanan Publik (UP2) Pusat Kementerian Perindustrian Tahun 2016 mempunyai kategori “baik”, yaitu dengan nilai rata-rata tertimbang IKM adalah 3,20. Survei
Indeks
kepuasan
Masyarakat
(IKM)
dilakukan
dengan
menggunakan 9 (sembilan) ruang lingkup berdasarkan pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2014
mengenai
Pedoman
Penyelenggaraan
Survei
Pelayanan
Publik.
Kepuasan Ruang
Masyarakat lingkup
Terhadap
tersebut
telah
dikembangkan menjadi variabel/unsur sesuai dengan karakteristik pelayanan Pusat Kementerian Perindustrian: a)
Kemudahan prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan;
b)
Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang diperlukan
untuk
mendapatkan
pelayanan
sesuai
dengan
jenis
pelayanannya; c)
Keberadaan petugas pelayanan, yaitu ada atau tidaknya petugas di lokasi pelayanan yang tersedia pada masing-masing tahapan pelayanan pada saat jam pelayanan berlangsung;
d)
Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu rasa tanggung jawab dan kejelasan wewenang petugas dalam menjalankan pekerjaannya;
e)
Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki petugas dalam memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat;
f)
Ketepatan waktu penyelesaian pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan;
g)
Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani;
h)
Kesopanan petugas pelayanan, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan serta saling menghargai dan menghormati;
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
34
i)
Keramahan petugas pelayanan, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara ramah serta saling menghargai dan menghormati;
j)
Kesesuaian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan;
k)
Kesesuaian jam buka dan jam tutup pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan;
l)
Kenyamanan pelayanan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih, rapi dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan;
m)
Maklumat Pelayanan adalah dipenuhinya pernyataan kesanggupan dan kewajiban penyelenggara untuk melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan;
n)
Sarana
pengaduan/keluhan
adalah
ketersediaan
fasilitas
dimana
penerima layanan menyampaikan opini terkait proses pelayanan maupun kinerja petugas pelayanan. o)
Ketanggapan petugas pelayanan adalah respon petugas pelayanan terhadap keluhan masyarakat terhadap kinerja Unit Pelayanan Publik (UP2) Kementerian Perindustrian. Kemudian terdapat juga penilaian terhadap kesesuaian tindak lanjut atas pengaduan yang disampaikan oleh penerima layanan; Selain variabel-variabel diatas, terdapat pertanyaan terbuka yaitu
mengenai: a)
Media dalam memperoleh informasi pelayanan;
b)
Kejelasan informasi pelayanan;
c)
Sistem pemantauan pada website;
d)
Keluhan/pengaduan pelanggan;
e)
Media pengaduan; dan
f)
Isi pengaduan. Pengumpulan data untuk pengukuran indeks kepuasan masyarakat ini
dilakukan secara elektronik, wawancara tatap muka, dan melalui kontak saran. Pada tahun 2015, rincian responden yang berasal dari surat elektronik mencapai 237 responden, wawancara tatap muka sebanyak 26 responden dan melalui kotak saran sebanyak 18 responden, sehingga total responden untuk LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
35
tahun 2015 mencapai 281 responden. Sedangkan jumlah responden untuk survei indeks kepuasan masyarakat pada tahn 2016 adalah sebanyak 360 responden, yang merupakan pengguna layanan Kementerian Perindustrian. Indeks kepuasan masyarakat tahun 2016 mengalami penurunan dari 3,21 pada tahun 2015 menjadi 3,2 pada tahun 2016. Ini disebabkan adanya kelemahan
dalam
pemberian
layanan
publik
terkait
variabel
sarana
pengaduan/saran. Sarana pengaduan/saran yang dimaksud oleh responden lebih mengacu pada sarana pengaduan/saran kepada tim teknis/direktorat teknis. Selain itu juga pada variabel sarana prasarana unit pelayanan publik seperti kondisi dan kebersihan toilet yang masih perlu diperbaiki. Sedangkan untuk pelayanan yang diberikan oleh UPT di daerah (Balai Besar, Baristand Industri dan Balai Sertifikasi Industri), kepuasan pelanggan diukur
secara
kuantitatif
dengan
menyebarkan
kuesioner
yang
berisi
pertanyaan yang dapat mengukur tingkat harapan dan kinerja pelayanan yang dirasakan oleh pelanggan. Kuesioner diberikan kepada seluruh pelanggan yang telah mendapatkan jasa layanan teknis berupa Pengujian, Sertifikasi, Pelatihan, dan RBPI. Pada tahun 2016, berdasarkan seluruh kuesioner yang telah dikumpulkan, rata-rata tingkat kepuasan dari 23 balai yang ada di lingkungan BPPI (11 Balai Besar, 11 Baristand Industri dan 1 Balai Sertifikasi Industri) telah memenuhi target yang ditetapkan yaitu Skala Indeks 3,5. Realisasi tahun 2016 lebih rendah jika dibandingkan dengan indeks kepuasan pelanggan pada tahun 2015 yaitu sebesar 3,8. Hal ini disebabkan karena keterbatasan sumber daya yang ada, terutama keterbatasan SDM dan kemampuan peralatan. Hal ini menyebabkan adanya komplain dari pelanggan karena delivery time yang melebihi standar pelayanan maksimum (SPM), dan keluhan-keluhan lainnya. Selain itu, belum semua balai memiliki sistem informasi yang dapat menginformasikan kepada pelanggan tentang status layanan yang sedang dikerjakan. 2)
Menurunnya persentase pemberitaan negatif Kementerian Perindustrian Pengukuran persentase pemberitaan negatif dilakukan dengan melakukan monitoring terhadap pemberitaan oleh media massa terkait sektor industri. Tahun 2016, jumlah media online yang
di monitoring sebanyak 57 media,
untuk majalah dan media cetak nasional sebanyak 23 media, media cetak LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
36
lokal sebanyak 20 media, dan televisi sebanyak 10 media. Setelah dilakukan monitoring selama Tahun 2016, pemberitaan terkait sektor industri sebanyak 28.836 berita/artikel, dengan rincian sebagai berikut:
Pemberitaan dengan tone positif sebanyak 12.836 berita/artikel;
Pemberitaan dengan tone netralsebanyak 16.544 berita/artikel;
Pemberitaan dengan tone negatif sebanyak 21 berita/artikel. Berdasarkan data tersebut, persentase pemberitaan negatif Kementerian
Perindustrian sebesar 0,1%, jauh berada di bawah target sebesar 9%. Tabel 3. 9. Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Sasaran Strategis Meningkatnya Kualitas Layanan dan Informasi Publik 2014
Sasaran Strategis
IKU
Meningkatnya Kualitas Layanan dan Informasi Publik
Meningkatnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik Kemenperin Menurunnya persentase pemberitaan negatif Kemenperin
j.
2015
2016 Satuan
T
R
C
T
R
C
T
R
C
4
3,10
77,5
4
3,21
80,25
3,2
3,2
100
Indeks Kepuasan Pelanggan (1 – 4)
9
0,1
9.000
Persen
Belum dipergunakan sebagai indikator
Meningkatnya Kualitas Sarana dan Prasarana Kerja di Lingkungan Kementerian Perindustrian Sasaran ini diwujudkan dengan melaksanakan pengelolaan sarana dan
prasarana di lingkungan gedung pusat Kementerian Perindustrian terhadap stakeholder Biro Umum yaitu pegawai Kementerian Perindustrian. IKU ”Tingkat kepuasan stakeholder pusat dan daerah” dengan target sebesar 81%. Pengukuran dilakukan dengan menyebarkan kuesioner ke seluruh unit kerja yang berada di lingkungan gedung kantor pusat. Dari kuesioner yang disebarkan ke 9 unit Eselon I dan Unit Eselon II Pusat diperoleh hasil pengukuran dengan tingkat kepuasan dengan realisasi 76%. Artinya, capaian IKU adalah sebesar 93,82% atau tidak mencapai target. Tidak tercapainya target tersebut karena kegiatan-kegiatan dalam hal penyediaan sarana dan prasarana baik pengadaan maupun pemeliharaan terbatas, sehingga ekspektasi stakeholders atas sarana dan prasarana belum dapat terpenuhi secara optimal. Sebagai contoh rencana untuk mengalokasikan kegiatan dalam membantu pembangunan, perbaikan, pemeliharaan gedung/bangunan pada LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
37
satker daerah tidak terpenuhi karena adanya kebijakan pembatasan pembangunan maupun kebijakan efisiensi anggaran. Tabel 3. 10. Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Sasaran Strategis Meningkatnya Kualitas Sarana dan Prasarana Kerja di Lingkungan Kementerian Perindustrian 2014 Sasaran Strategis
IKU
Meningkatnya Kualitas Sarana dan Prasarana Kerja di Lingkungan Kementerian Perindustrian
Tingkat kepuasan stakeholders pusat dan daerah
Mewujudkan Pengelolaan Keuangan, Sarana dan Prasarana yang Baik
Jumlah pegawai yang puas terhadap ketersediaan sarana dan prasarana gedung
2.
T
R
2015 C
T
R
2016 C
Belum dipergunakan sebagai indikator
82
84,07 102,52
83
84,96 101,78
T
R
C
81
76
93,82
Tidak dipergunakan sebagai indikator
Satuan Persen
Persen
Sasaran Strategis Perspektif Proses Bisnis Internal Sesuai dengan Perjanjian Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2016, terdapat 11
(sebelas) sasaran strategis perspektif Proses Bisnis Internal yang akan dicapai. Berikut adalah analisis capaian setiap sasaran strategis Sekretariat Jenderal. a.
Terlaksananya Perencanaan/Program Penganggaran dan Pengendalian yang Berkualitas Sasaran strategis ini dilaksanakan dalam rangka peningkatan kualitas
perencanaan dan pelaksanaan program dan kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan industri maka perlu dilakukan dilakukan berbagai upaya untuk
mencapainya,
antara
lain
menyusun
program
dan
kegiatan
serta
melaksanakan finalisasi dan penelitian program dan kegiatan. Bila perencanaan kegiatan dilakukan dengan optimal maka pemblokiran anggaran dapat berkurang. Pemblokiran anggaran menjadi salah satu penyebab tidak maksimalnya penyerapan anggaran. Sasaran strategis terlaksananya perencanaan/program penganggaran dan pengendalian yang berkualitas diukur berdasarkan persentase anggaran Kementerian Perindustrian dibintangi dalam catatan halaman IV DIPA karena kesalahan dalam perencanaan, dengan target kurang dari 15% anggaran yang masuk dalam catatan halaman IV DIPA. Realisasi IKU tersebut sebesar 11,5%. Pencapaian target ini dilakukan melalui penyempurnaan sistem penganggaran. Proses ini merupakan kegiatan yang dilakukan dalam upaya menganalisis, mengevaluasi, memperbaiki serta menyusun perencanaan program dan kegiatan. LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
38
Penyempurnaan sistem perencanaan ini mencakup kegiatan perencanaan program sektoral dan regional melalui peningkatan kualitas koordinasi dan penguatan jejaring kinerja antar stakeholder yang terkait yaitu dengan internal di lingkungan Kementerian Perindustrian sendiri, dengan Kementerian/lembaga terkait, dengan Pemerintah Daerah maupun dengan pihak swasta atau industri, sehingga berdampak pada kesesuaian perencanaan program/kegiatan yang dibutuhkan oleh sektor industri. Peningkatan kualitas koordinasi dan jejaring ini dilaksanakan melalui rapat kerja serta rapat koordinasi dalam penyusunan rencana pogram/kegiatan maupun dalam perencanaan penganggarannya. Tabel 3. 11. Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Sasaran Strategis Meningkatnya Kualitas Perencanaan, Penganggaran dan Pengendalian 2014 Sasaran Strategis
2016 Satuan
T Meningkatnya kualitas perencanaan/program, penganggaran dan pengendalian
2015
IKU Persentase Anggaran yang masuk dalam catatan halaman IV DIPA
R
C
T
R
C
T
R
C
15
11.5
130%
Persen
Belum digunakan sebagai indikator
Selain itu, dalam meningkatkan kualitas perencanaan, Biro Perencanaan juga melaksanakan kegiatan penilaian program yang dimaksudkan untuk meneliti dan menelaah apakah program/kegiatan yang diajukan oleh seluruh unit kerja di lingkungan Kementerian Perindustrian sudah sesuai dengan perencanaan strategis atau perencanaan jangka menengah/panjang yang telah ditetapkan. Dengan penilaian ini akan mampu mendeteksi kegiatan yang tidak sesuai dari awal. Penyusunan rencana kerja yang baik dan benar dengan mengacu kepada arah kebijakan dan direktif presiden melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional diharapkan dapat meminimalisir blokir anggaran. b.
Terlaksananya Pemantauan, Analisa, dan Evaluasi Indikator kinerja utama nilai SAKIP Sekretariat Jenderal merupakan indikator
yang mengukur tingkat kualitas implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Target indikator ini pada Tahun 2016 adalah predikat hasil evaluasi akuntabilitas kinerja Sekretariat Jenderal, yaitu predikat A. Evaluasi terhadap implkementasi SAKIP ini pada dasarnya dilakukan dengan tujuan:
Mengidentifikasi
berbagai
kekurangan
dalam
penerapan
sistem
akuntabilitas kinerja, di lingkungan instansi pemerintah (SAKIP). LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
39
Memberikan saran perbaikan atau rekomendasi untuk peningkatan kinerja dan penguatan akuntabilitas instansi pemerintah.
Menyusun pemeringkatan hasil evaluasi guna kepentingan penetapan kebijakan di bidang pendayagunaan aparatur negara.
Menilai akuntabilitas kinerja satuan kerja di lingkungan Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian;
Menilai efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan output;
Menilai
efektivitas
pencapaian
hasil
(outcome)
terhadap
rencana
pelaksanaan program;
Menilai apakah kualitas hasil telah memenuhi keinginan/kepuasan stakeholders;
Menilai apakah pencapaian output dan outcome sesuai dengan waktu yang ditetapkan;
Tabel 3. 12. Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) Terlaksananya Pemantauan, Analisa, dan Evaluasi Sasaran Strategis
Terlaksananya Pemantauan, Analisa, dan Evaluasi
IKU
Nilai SAKIP Sekretariat Jenderal
2014 T
75
R
2015 C
73,11 97,48
T
80
R
C
66,83 83,54
T
75 (A)
R
C
79,98 107% (A)
Satuan
Nilai
Predikat ini diperoleh dari hasil evaluasi akuntabilitas kinerja atas implementasi SAKIP Tahun 2015 seluruh unit Eselon I di lingkungan Kementerian Perindustrian yang dilaksanakan oleh tim auditor Sekretariat Jenderal dan Inspektorat Jenderal pada Tahun 2016. Nilai yang diperoleh oleh Sekretariat Jenderal untuk implementasi SAKIP tersebut adalah sebesar 79,98 dari nilai absolut 100 dengan predikat A. Nilai ini menggambarkan bahwa implementasi yang dilaksanakan di lingkungan Sekretariat Jenderal sudah baik, dan hanya perlu sedikit perbaikan. Realisasi ini meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2014 dan 2015, yang berkisar dinilai 73,11 dan 66,83. Dibandingkan dengan capaian kinerja unit Eselon I lain di lingkungan Kementerian Perindustrian, pada tahun 2016 Sekretariat Jenderal memperoleh peringkat ke 2 (dua) dari 9 (sembilan) unit Eselon I yang dievaluasi, atau dibawah unit kerja Eselon I BPPI (nilai 82,71). Beberapa aspek yang dapat ditingkatkan kualitasnya antara lain adalah aspek perencanaan kinerja dan pelaporan kinerja. LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
40
Pembandingan capaian kinerja nilai SAKIP Sekretariat Jenderal dapat dilihat pada tabel rekapitulasi berikut. Tabel 3. 13. Rekapitulasi Evaluasi Penilaian SAKIP 2015 Unit Kerja Eselon I di Lingkungan Kementerian Perindustrian No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
c.
Unit Kerja
BPPI Setjen Ditjen IKTA Itjen Ditjen IA Ditjen IKM Ditjen PPI Ditjen ILMATE Ditjen KPAII
Perencanaan Kinerja
Pengukuran Kinerja
32,80 31,42 30,00 27,96 24,79 23,92 27,21 25,44 25,88
18,01 18,04 17,65 16,01 16,52 16,97 15,35 15,31 15,09
Pelaporan Kinerja
13,00 12,91 12,98 12,79 13,14 12,43 12,29 12,95 11,14
Evaluasi Kinerja
4,53 4,28 4,13 4,55 4,78 4,00 3,05 4,65 2,83
Pencapaian Sasaran Kinerja
14,38 13,33 14,38 16,04 13,54 12,71 11,67 11,04 12,08
Total
Kategori
82,71 79,98 79,13 77,35 72,77 70,03 69,55 69,39 67,02
A A A A B B B B B
Tersedianya Dokumen Perencanaan dan Pengembangan Pegawai Sasaran Strategis tersedianya dokumen perencanaan dan pengembangan
pegawai, mempunyai 2 (dua) indikator kinerja utama (IKU) yaitu: (1) Persentase pegawai yang sesuai dengan Analisis Beban Kerja (2) Persentase jumlah pegawai yang telah dinilai kompetensinya. Capaian masing-masing indikator tersebut adalah sebagai berikut: 1)
Persentase pegawai yang sesuai dengan Analis Beban Kerja Analis Beban Kerja menjadi dasar dari pembuatan Peta Jabatan di suatu institusi. Untuk itu dilakukan penataan SDM di lingkungan Kementerian Perindustrian berdasarkan Analis Beban Kerja, guna menciptakan organisasi yang sehat dan berkinerja sesuai dengan Analis Beban Kerja dan Peta Jabatan. Untuk tahun 2016 Jumlah pegawai Kementerian Perindustrian yang sesuai dengan analisis beban kerja adalah 55,28% (perhitungannya pegawai saat ini sebanyak 5.278 pegawai dibagi kebutuhan pegawai berdasarkan Analisis Beban Kerja sebanyak 9.543 pegawai) yang berarti kurang dari target pencapaian sebesar 80%. Untuk tahun sebelumnya, persentase pegawai Kementerian Perindustrian yang sesuai dengan analisis beban kerja adalah 90,5%, lebih besar dari target pencapaian sebesar 75%. Tidak tercapainya target tersebut disebabkan oleh tidak adanya Rekrutmen CPNS dalam rentang waktu 2015-2016 sementara pegawai yang pensiun semakin bertambah setiap bulannya sehingga kebutuhan pegawai berdasarkan Analisis Beban Kerja tidak terpenuhi.
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
41
2)
Persentase jumlah pegawai yang telah dinilai kompetensinya Penghitungan IKU ini didasarkan atas terpenuhinya kriteria-kriteria seorang pejabat dalam menduduki suatu jabatan yang dinilai melalui penilaian kompetensi (assessment) SDM aparatur di Kementerian Perindustrian yang dilaksanakan oleh Biro Kepegawaian. Standar Kompetensi SDM Aparatur ini meliputi Standar Kompetensi Manajerial dan Standar Kompetensi Teknis. Tabel 3. 14. Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) Tersedianya Dokumen Perencanaan dan Pengembangan Pegawai 2014 Sasaran Strategis
2016 Satuan
T Tersedianya Dokumen Perencanaan dan Pengembangan Pegawai
2015
IKU R
Persentase pegawai yang sesuai dengan Analis Beban Kerja Persentase jumlah pegawai yang telah dinilai kompetensinya
n/a
C
T
R
C
T
R
C
75
90,5
121
80
55,28
69
Persen
80
61,75
77
Persen
Belum menjadi IKU
Persentase jumlah pegawai yang telah dinilai kompetensinya diukur melalui penghitungan jumlah SDM aparatur yang memiliki kompetensi sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan. Realisasi IKU ini pada tahun 2016 adalah sebanyak 3.259 pegawai dari jumlah pegawai total yang sebanyak 5.278 pegawai sehingga presentasenya sebesar 61,75 persen dari target yang direncanakan sebesar 80%. Sedangkan pada tahun 2015 belum menjadi IKU karena masih menyelesaikan Standar Kompetensi Manajerial (yang merupakan IKU tahun 2015). Tidak tercapainya target tersebut disebabkan pemotongan anggaran 2016 sehingga terdapat assessment pegawai yang tidak terlaksana. d.
Tersusunnya dan Tersajikannya Laporan Keuangan dan BMN yang sesuai SAP dengan Capaian Tertinggi Sasaran strategis ini diukur berdasarkan tersusunnya kebijakan internal
mengenai pelaksanaan dan pertanggungjawaban anggaran. Pada tahun 2016, target sasaran strategis ini adalah tersusunnya 3 (tiga) kebijakan internal mengenai pelaksanaan dan pertanggungjawaban anggaran, dengan realisasi sebanyak 5 (lima) peraturan/pedoman, yaitu: 1.
Pedoman Administrasi Pertanggungjawaban Anggaran
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
42
2.
Pedoman Administrasi Pengelolaan Barang Milik Negara Kementerian Perindustrian
3.
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penetapan Status Penggunaan BMN.
4.
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 79 Tahun 2016 Tentang Petunjuk Teknis Akuntansi Pendapatan Berbasis Akrual di Lingkungan Kementerian Perindustrian.
5.
Peraturan Kementerian Perindustrian Nomor 87 Tahun 2016 Tentang Tata Kelola DIPA Tahun 2017.
Tabel 3. 15. Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) Tersusunnya dan Tersajikannya Laporan Keuangan dan BMN yang sesuai SAP dengan Capaian Tertinggi Sasaran Strategis
IKU
Tersusunnya dan Tersajikannya Laporan Keuangan dan BMN yang sesuai SAP dengan Capaian Tertinggi
Tersedianya kebijakan internal mengenai pelaksanaan dan pertanggungjawaban anggaran
e.
2014 T
R
2015 C
T
R
Belum dipergunakan sebagai
2016 C
T
R
C
3
5
167%
Satuan Pedoman
indikator
Terlaksananya Layanan Penyusunan, Evaluasi, dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-Undangan Bidang Industri dan Bidang Terkait Industri Tingkat capaian sasaran strategis ini diukur berdasarkan jumlah evaluasi
terhadap produk hukum bidang industri, dengan target sebayak 5 (lima) produk hukum. Pada tahun 2016, Biro Hukum dan Organisasi melakukan 4 (empat) evaluasi produk hukum bidang industri yaitu evaluasi terkait perizinan bidang industri, evaluasi kebijakan P3DN, evaluasi kebijakan lintas sektoral, dan evaluasi standardisasi dan kawasan industri. Terdapat perbedaan jumlah target evaluasi produk hukum bidang industri pada Rencana Strategis Kementerian Perindustrian 2015-2019 dengan Perjanjian Kinerja Kepala Biro Hukum dan Organisasi Tahun 2016. Pada Rencana Strategis Kementerian Perindustrian 2015-2019, ditargetkan 5 laporan evaluasi produk hukum bidang industri. Namun pada Perjanjian Kinerja Biro Hukum dan Organisasi Tahun 2016 hanya ditargetkan 3 laporan evaluasi produk hukum bidang industri. Penurunan jumlah tersebut dikarenakan alokasi anggaran yang diberikan pada Biro Hukum dan Organisasi pada tahun 2016 lebih rendah bila dibandingkan dengan dengan tahun LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
43
2015. Sebagai perbandingan, pada tahun 2015 dilakukan 3 evaluasi produk hukum bidang industri, yaitu evaluasi perizinan bidang industri, evaluasi peraturan tentang SNI Produk Industri, dan evaluasi kebijakan P3DN. Tabel 3. 16. Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) Terlaksanya Layanan Penyusunan, Evaluasi, dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-Undangan Bidang Industri dan Bidang Terkait Industri 2014 Sasaran Strategis
f.
2016
IKU
Satuan T
Terlaksanya Layanan Penyusunan, Evaluasi, dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-Undangan Bidang Industri dan Bidang Terkait Industri
2015
Evaluasi produk hukum bidang industri
R
n/a
C
T
3
R
3
C
100%
T
5
R
4
C
80% Laporan
Tersedianya Infrastruktur Kompetensi Sasaran strategis ini mempunyai 3 indikator kinerja Utama, yaitu sebagai
berikut: 1)
Jumlah SKKNI di sektor industri, diukur melalui jumlah standar kompetensi kerja yang ditetapkan dengan mengikuti prosedur tahapan yang telah diatur oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Target penetapan SKKNI pada tahun 2016 adalah sebanyak 10 standar, dengan capaian sebanyak 4 SKKNI. Penetapan 4 SKKNI tersebut terdiri dari bidang Otomotif, Karoseri, Pupuk, dan Alumunium Ekstrusi, sedangkan yang tertunda sebanyak 6 SKKNI karena masih dalam proses. Proses penyusunan SKKNI sampai pada tahap prakonvensi meliputi Sub-bidang Pengelasan dan Bidang Industri Daur Ulang Plastik, sedangkan proses penyusunan SKKNI sampai pada tahap penyusunan rancangan, meliputi Bidang Industri Pestisida, Industri Pangan, Keahlian Konsultan Industri dan Industri Alat Besar. Tertundanya 6 SKKNI ini dikarenakan penghematan anggaran yang mengakibatkan rancangan SKKNI tidak sampai tahap penetapan. Sebagai gambaran, berikut adalah tahapan penyusunan SKKNI: a)
Penyusunan draft (oleh tim perumus), meliputi: (1)
Peta Fungsi Kompetensi
(2)
Uraian unit-unit kompetensi
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
44
b)
Verifikasi internal (oleh tim verifikasi);
c)
Pra Konvensi SKKNI;
d)
Verifikasi eksternal (oleh Kemenaker);
e)
Konvensi SKKNI;
f)
Penetapan (oleh Kemenaker). Sebagai perbandingan pada tahun 2015 menghasilkan 27 SKKNI
sedangkan tahun 2014 menghasilkan sebanyak 5 SKKNI. Pada tahun 2015 Pusdiklat Industri mendapatkan alokasi anggaran melalui APBNP untuk menambah target program prioritas dimana salah satunya adalah SKKNI sehingga realisasi di tahun 2015 jauh melebihi target yang diinginkan. 2)
Terbentuknya Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP), merupakan lembaga yang mendapatkan lisensi dari BNSP yang memiliki keahlian dan dapat dipercaya untuk melaksanakan kegiatan pemberian Sertifikat Kompetensi. Sedangkan indikator Terbentuknya Tempat Uji Kompetensi (TUK), merupakan tempat kerja profesi atau tempat yang memiliki sarana dan prasarana dengan kriteria setara dengan tempat kerja profesi yang diverifikasi oleh LSP untuk menjadi tempat untuk kompetensi. Target yang ditetapkan berdasarkan indikator ini adalah sebanyak 10 LSP dan TUK, dengan realisasi sebanyak 9 unit. Tidak tercapainya target ini karena untuk mendirikan LSP dan TUK ini sendiri
membutuhkan
waktu
yang
panjang,
serta
pendiriannya
harus
mendapatkan lisensi dari BNSP. Capaian LSP dan TUK terdiri dari LSP P-1 BDI Yogyakarta, TUK BDI Yogyakarta, LSP P-1 BDI Padang, TUK BDI Padang, LSP P-1 BDI Denpasar, TUK BDI Denpasar, LSP P-1 BDI Makassar, TUK BDI Makassar, Pengembangan LSP P-1 SMAK Bogor. Sebagai informasi, aspek teknis yang harus dimiliki LSP antara lain Standar Kompetensi Kerja/Skema Sertifikasi, pedoman pelaksanaan sertifikasi, asesor (asesor kompetensi & asesor lisensi), serta Tempat Uji Kompetensi (TUK). Sebagai perbandingan pada tahun 2015 Pada tahun 2015 telah dibentuk 8 LSP terdiri dari 5 LSP Pihak Pertama dan 3 LSP Pihak Ketiga. LSP Pihak Pertama yang telah mendapatkan lisensi di tahun 2015 adalah LSP P-1 BDI Jakarta, LSP P-1 BDI Surabaya (Garmen), LSP P-1 SMK-SMTI Makassar, LSP P-1 Bandar Lampung dan LSP P-1 BDI Denpasar. Adapun LSP Pihak Ketiga yang dilisensi pada tahun 2015 adalah LSP Chemsign, LSP Minuman dan LSP
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
45
Inspektor Industri Manufaktur. Sedangkan pada tahun 2014 telah dibentuk 30 LSP dan TUK. Tabel 3. 17. Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) Tersedianya Infrastruktur Kompetensi 2014 Sasaran Strategis
Tersedianya Infrastruktur Kompetensi
g.
2015
2016
IKU
Satuan T
R
C
T
R
C
T
R
C
Terbentuknya SKKNI
4
5
125%
4
27
675%
10
4
40%
Standar
Terbentuk LSP dan TUK
n/a
30
-
28
8
28%
10
9
90%
Unit
Terselenggaranya Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Kompetensi Terdapat
11
indikator
kinerja
utama
(IKU)
dari
sasaran
strategis
terselenggaranya pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi. Capaian dan analisis dari sasaran strategis tersebut dapat disampaikan sebagai berikut: (1)
Jumlah asesor kompetensi Indikator ini diukur dari jumlah sertifikat assessor yang diterbitkan oleh BNSP, dengan tempat pelatihan terdapat di Pusdiklat Industri. Target indikator kinerja utama ini pada tahun 2016 adalah 150 orang. Realisasi indikator kinerja utama ini adalah sebesar 159 orang/asesor atau melebihi target yang telah ditetapkan, yaitu mencapai 106%. Sebagai perbandingan pada tahun 2015 realisasi jumlah asesor kompetensi adalah sebesar 209 orang, sedangkan pada tahun 2014 realisasi sebesar 120 orang.
(2)
Jumlah pembina industri yang memiliki sertifikat kompetensi (SI dan EKIN) Indikator ini diukur dari jumlah peserta yang memiliki sertifikat kompetensi melalui diklat Sistem Industri dan diklat Ekonomi Industri yang dilaksanakan oleh Pusdiklat Industri. Target Indikator kinerja utama ini pada tahun 2016 adalah 450 orang. Indikator kinerja ini tidak tercapai seluruhnya dikarenakan terdapat penghematan anggaran. Pada tahun 2015 dan tahun 2014 indikator kinerja ini belum dipergunakan sebagai indikator.
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
46
(3)
Jumlah guru dan dosen yang memiliki sertifikasi Indikator ini diukur melalui jumlah guru dan dosen yang memiliki sertifikasi, baik melalui sertifikasi profesi guru maupun sertifikasi profesi dosen. Sertifikasi profesi guru, diukur berdasarkan jumlah sertifikasi profesi yang diterbitkan untuk guru-guru yang berada di sekolah di lingkungan Kementerian Perindustrian yang telah memenuhi syarat dan telah lulus sertifikasi. Sedangkan sertifikasi profesi dosen, diukur berdasarkan jumlah sertifikasi profesi yang yang diterbitkan untuk dosen-dosen di lingkungan Kementerian Perindustrian yang telah memenuhi syarat dan telah lulus sertifikasi. Target indikator kinerja ini pada tahun 2016 adalah 80 orang, dengan capaian sebanyak 55 orang guru dan dosen yang memiliki sertifikasi atau sebesar 69%. Jumlah tersebut terdiri dari 29 orang telah memiliki sertifikasi profesi dosen dan 26 orang sertifikasi profesi guru. Tidak tercapainya target yang telah ditetapkan disebabkan adanya penghematan anggaran yang mengakibatkan Pusdiklat Industri tidak bisa memfasilitasi pelaksanaan sertifikasi profesi guru dan dosen secara optimal. Indikator ini tidak bisa dibandingkan dengan tahun sebelumnya karena pada tahun 2015 dan tahun 2014, target tidak ditentukan melalui jumlah melainkan melalui presentase.
(4)
Jumlah pembina industri yang memiliki rintisan gelar Sasaran strategis ini bertujuan mewujudkan SDM aparatur yang kompeten melalui pelaksanaan pendidikan rintisan gelar S2 dan S3 dalam dan luar negeri, diukur melalui jumlah SDM yang memperoleh pendidikan dari Kementerian Perindustrian yang dikemas dalam Program Beasiswa Mandiri Pusdiklat Industri atau kerjasama dengan Institusi Pendidikan. Program kegiatan yang dilaksanakan adalah Pendidikan S3 (Program Doktor), Pendidikan S2 LN Taiwan, Pendidikan S2 Mandiri, Pendidikan S2 Ekonomi Industri UI, Pendidikan S2 Double Degree SNI-ITB, Beasiswa S-1/S-2 Calon Tenaga Pengajar Kemenperin, Kerjasama Pendidikan Laos, dan Pendidikan S3 Mandiri LN Jepang. Target indikator kinerja ini pada tahun 2016 adalah 230 orang dengan realisasi sebesar 207 orang. Setiap tahun target indikator ini mengalami peningkatan, sebagai perbandingan pada tahun 2015 target indikator kinerja ini sebesar 83 orang dengan realisasi 244 orang sedangkan pada tahun 2014
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
47
target indikator kinerja ini sebesar 88 orang dengan realisasi 169 orang. Adapun target tahun 2016 tidak tercapai disebabkan karena adanya penghematan anggaran yang mengakibatkan perekrutan aparatur untuk melaksanakan program rintisan gelar tahun 2016 ditunda untuk tahun 2017. (5)
Jumlah tenaga kerja lulusan pelatihan berbasis kompetensi (Diklat 3 in 1) Indikator ini merupakan indikator yang mengukur jumlah tenaga kerja yang melaksanakan pelatihan yang lulus sertifikasi dan ditempatkan di industri. Dalam rangka mencapai target indikator ini dilaksanakan program Pelatihan industri berbasis spesialisasi dan kompetensi yang disebut juga pelatihan three in one (pelatihan, sertifikasi, dan penempatan) SDM Industri, baik melalui Pusdiklat dan Balai Diklat Industri. Program ini merupakan penyiapan tenaga kerja industri yang kompeten dengan dilatih kemudian disertifikasi dan lulusannya langsung ditempatkan dan bekerja di sektor industri. Pelatihanpelatihan tersebut dilaksanakan dalam beberapa bidang diklat antara lain: (a)
BDI Jakarta: garmen (operator, desain pakaian Jadi, quality control, supervisor);
(b)
BDI Yoyakarta: pengolahan plastik (tingkat dasar dan menengah) dan diklat sektor alas kaki (perakitan sol system, lem dan pengendalian mutu produk);
(c)
BDI Surabaya: garmen (operator dan supervisi) dan diklat elektronika;
(d)
BDI Medan: operator PKS (kelapa sawit), operator pabrik karet;
(e)
BDI Padang: diklat bidang bordir dan merancang busana;
(f)
BDI Depasar: animasi;
(g)
BDI Makassar: kakao, rumput laut dan kemasan;
(h)
Pusdiklat Industri: alas kaki, mekanik garmen; operator pabrik semen; operator pabrik semen manokwari; elektronika; galangan kapal. Target indikator kinerja utama ini pada tahun 2016 adalah 10.000 orang.
Realisasi indikator kinerja utama ini adalah sebesar 10.820 orang, melebihi target yang telah ditetapkan yaitu sebesar 108%. Sebagai perbandingan realisasi indikator kinerja ini pada tahun 2015 adalah sebesar 17.832 orang dan tahun 2014 sebesar 6.000 orang. Dibandingkan capaian tahun 2016 dengan tahun 2015 terjadi penurunan jumlah tenaga kerja yang sangat signifikan, yaitu sebanyak 7.012 orang. Hal ini dikarenakan pada tahun 2015 Pusdiklat Industri mendapatkan tambahan alokasi anggaran melalui mekanisme APBNP. Dengan LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
48
adanya dukungan dana melalui APBNP maka Pusdiklat Industri mampu menambah jumlah realisasi sesuai dengan permintaan dari dunia industri akan tenaga kerja yang kompeten, sehingga capaian akhir tahun 2015 dapat melebihi target yang telah ditetapkan. (6)
Jumlah konsultan industri yang memiliki sertifikat kompetensi Target indikator kinerja utama ini pada tahun 2016 adalah 60 orang. Indikator kinerja ini tidak dapat tercapai seluruhnya dikarenakan adanya penghematan anggaran sehingga tidak dapat dilaksanakan pada tahun 2016. Indikator ini tidak bisa dibandingkan dengan tahun sebelumnya karena pada tahun 2015 dan tahun 2014, target tidak ditentukan melalui jumlah melainkan melalui presentase.
(7)
Jumlah wirausaha industri yang memiliki sertifikat kompetensi melalui TPL Wirausaha industri yang memiliki sertifikat kompetensi melalui TPL merupakan calon wirausaha baru yang kompeten melalui program TPL beasiswa. Indikator ini diukur melalui penghitungan jumlah SDM program TPL yang memperoleh pendidikan dan pelatihan dari Kementerian Perindustrian melalui Pendidikan Tinggi dibawah naungan Kementerian Perindustrian yang memiliki sertifikat kompetensi dan telah siap menjadi wirausaha baru.Target indikator kinerja utama ini pada tahun 2016 adalah 120 orang. Realisasi indikator kinerja utama ini sebesar 285 orang atau mencapai 237%. Sebagai perbandingan capaian yang dihasilkan pada tahun 2015 adalah 285 orang dan tahun 2014 adalah 267 orang.
(8)
Jumlah wirausaha industri yang memiliki sertifikat kompetensi melalui diklat kewirausahaan Indikator ini diukur melalui jumlah wirausaha industri yang memiliki kompetensi melalui diklat kewirausahaan yang dilaksanakan oleh Pusdiklat Industri. Target indikator kinerja utama ini pada tahun 2016 adalah 100 orang. Realisasi indikator kinerja utama ini sebesar 22 orang atau hanya mencapai 22% karena terdapat penghematan anggaran. Indikator ini tidak bisa dibandingkan dengan tahun sebelumnya karena pada tahun 2015 dan tahun 2014, target tidak ditentukan melalui jumlah melainkan melalui presentase.
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
49
(9)
Jumlah tenaga kerja lulusan pendidikan kejuruan industri berbasis spesialisasi dan kompetensi Indikator ini diukur melalui jumlah tenaga kerja lulusan pendidikan kejuruan industri berbasis spesialisasi dan kompetensi dari sekolah industri di bawah Kementerian Perindustrian. Target indikator kinerja utama ini pada tahun 2016 adalah 1.490 orang. Realisasi target indikator kinerja ini adalah sebesar 1.412 orang atau lebih rendah dari target yang telah ditetapkan yaitu 95%. Indikator ini tidak bisa dibandingkan dengan tahun 2015 dan tahun 2014 dikarenakan di tahun tersebut tidak mentargetkan secara spesifik untuk pendidikan kejuruan melainkan keseluruhan pendidikan vokasi. Sebagai informasi capaian jumlah lulusan pendidikan vokasi yang bekerja di sektor industri pada tahun 2015 sebesar 3.538 orang dan pada tahun 2014 sebesar 3.254 orang.
(10) Jumlah tenaga kerja lulusan pendidikan tinggi vokasi industri berbasis spesialisasi dan kompetensi Indikator ini diukur dari jumlah SDM yang memperoleh pendidikan dan pelatihan dari Kementerian Perindustrian melalui pendidikan D3 reguler di Politeknik yang berada dibawah naungan Kementerian Perindustrian yang lulus dan kompeten. Target indikator kinerja utama ini pada tahun 2016 adalah 2.050 orang. Realisasi target indikator kinerja ini adalah sebesar 2.547 orang atau lebih besar dari target yang telah ditetapkan yaitu mencapai 124%. Indikator ini tidak bisa dibandingkan dengan tahun 2015 dan tahun 2014 karena pada tahun tersebut tidak ditargetkan secara spesifik untuk pendidikan tinggi melainkan keseluruhan pendidikan vokasi. (11) Jumlah tenaga kerja lulusan pendidikan D1 dan D2 yang lulusannya langsung diserap sektor industri Indikator ini diukur melalui jumlah tenaga kerja yang lulus melalui jenjang pendidikan D1 dan D2 di Politeknik Industri yang memiliki sertifikat kompetensi kemudian langsung ditempatkan di sektor industri yang telah bekerjasama dengan Politeknik industri tersebut. Target indikator kinerja utama ini pada tahun 2016 adalah 480 orang. Realisasi target indikator kinerja ini adalah sebesar 353 orang atau mencapai 74%. Indikator ini tidak bisa dibandingkan dengan tahun 2015 dan tahun 2014 dikarenakan di tahun tersebut tidak
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
50
ditargetkan secara spesifik untuk pendidikan D1 dan D2 melainkan keseluruhan pendidikan vokasi. Tabel 3. 18. Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Sasaran Strategis Terselenggaranya Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Kompetensi Sasaran Strategis Terselenggaranya Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Kompetensi
2014 IKU Jumlah asesor kompetensi
2015
T
R
C
T
R
20
120
600%
20
209
2016 C
C
Satuan
T
R
1.045% 150
159
106%
Orang
Jumlah pembina industri yang memiliki sertifikat kompetensi (SI dan EKIN)
Belum dipergunakan sebagai indikator
450
0
0%
Orang
Jumlah guru dan dosen yang memiliki sertifikasi
Target Indikator dalam prosentase
80
55
69%
Orang
230
207
90%
Orang
1.600 17.832 1.115% 10.000 10.820 108%
Orang
Jumlah pembina industri yang memiliki rintisan gelar Jumlah tenaga kerja lulusan pelatihan berbasis kompetensi (Diklat 3 in 1)
83
169
1.600 6.000
Jumlah konsultan industri yang memiliki sertifikat kompetensi
204%
375%
88
244
227%
60
0
0%
Orang
120
285
238%
Orang
100
22
22%
Orang
Jumlah tenaga kerja lulusan pendidikan kejuruan industri berbasis spesialisasi dan kompetensi
1.490
1.412
95%
Orang
Jumlah tenaga kerja lulusan pendidikan tinggi vokasi industri berbasis 2.530 3.254 spesialisasi dan kompetensi
2.050
2.547
124%
Orang
480
353
74%
Orang
Jumlah wirausaha industri yang memiliki sertifikat kompetensi melalui TPL
Belum dipergunakan sebagai indikator
300
Jumlah wirausaha industri yang memiliki sertifikat kompetensi melalui diklat kewirausahaan
Jumlah tenaga kerja lulusan pendidikan D1 dan D2 yang lulusannya langsung diserap sektor industri
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
267
89%
300
285
95%
Belum dipergunakan sebagai indikator
724%
2.530
3.538
140%
51
h.
Tersedianya Modul Pada Sistem Informasi Industri Undang-Undang
Nomor
3
Tahun
2014
mengamanatkan
Kementerian
Perindustrian untuk membangun dan mengembangkan Sistem Informasi Industri Nasional yang ditujukan untuk menjamin ketersediaan, kualitas dan akses terhadap data dan informasi industri; mempercepat pengumpulan dan diseminasi data; dan meningkatkan efesiensi dan efektivitas pelayanan publik dalam mendukung pembangunan Industri Nasional. Salah satu komponen yang harus disiapkan dalam pembangunan dan pengembangan Sistem Informasi Industri Nasional tersebut adalah pembuatan modul-modul aplikasi SIINas. Modul aplikasi SIINas adalah perangkat lunak penyusun Sistem Informasi Industri Nasional yang mempunyai peran dan olah fungsi tertentu. Target indikator kinerja utama ini pada tahun 2016 adalah tersedianya satu modul pada Sistem Informasi Industri Nasional, yaitu modul aplikasi informasi peluang pasar. Penetapan target satu modul untuk SIINas ini diambil dari penetapan awal target renstra tahun 2015-2019 dengan pertimbangan bahwa dalam pengembangan SIINas ini perlu dilakukan koordinasi maupun interkoneksi aplikasi dengan unit internal perindustrian, Kementerian/Lembaga lain, maupun pemerintah daerah yang nantinya terlibat dalam penggunaan SIINas sehingga diperlukan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan satu buah modul. Pada tahun 2016 telah selesai dikembangkan 6 buah modul aplikasi yaitu (1) Modul Perkembangan Industri dari Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/kota; (2) Modul Aplikasi Informasi Peluang Pasar; (3) Application Program Interface (API) dalam rangka interkoneksi dengan BKPM; (4) Application Program Interface (API) dalam rangka interkoneksi dengan BIG; (5) Modul e-Reporting; dan (6) Modul Data Produksi. Namun langkah koordinasi dengan pihak-pihak yang tekait pengembangan aplikasi modul ini beberapa diantaranya telah dimulai sejak tahun 2015. Tabel 3. 19. Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Sasaran Strategis Tersedianya Modul Pada Sistem Informasi Industri 2014 Sasaran Strategis
2016
IKU
Satuan T
Tersedianya Modul Pada Sistem Informasi Industri
2015
Pengembangan modul pada sistem informasi industri Nasional
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
R
C
T
R
Belum menjadi indikator
C
T
R
C
1
6
600%
Modul
52
i.
Tersedianya Informasi Pada Sistem Informasi Industri Komponen
lain
yang
perlu
dipersiapkan
dalam
pembangunan
dan
pengembangan Sistem Informasi Industri Nasional adalah informasi di bidang industri. Indikator Kinerja Utama dari sasaran strategis ini dibagi menjadi dua yaitu yang pertama adalah jumlah informasi yang merupakan hasil sajian dari informasi industri dan yang kedua adalah pengolahan dan analisis data. Target untuk indikator kinerja utama jumlah informasi sesuai yang tercantum dalam Perjanjian Kinerja Sekretaris Jenderal pada tahun 2016 adalah delapan jenis informasi yaitu: (1) Informasi perkembangan industri, (2) Informasi perkembangan dan peluang pasar, (3) Informasi perkembangan teknologi industri, (4) Informasi Perkembangan investasi Industri, (5) Informasi Perwilayahan Industri, (6) Informasi Sarana dan prasarana Industri, (7) Informasi Sumber daya Industri, dan (8) Informasi Kebijakan Industri, perdagangan, dan fasilitas Industri. Target tersebut diambil dari penetapan awal target renstra tahun 2015-2019 (Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 31.1/M-IND/PER/3/2015 Tentang Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2015-2019) dimana sebenarnya target ini merupakan target yang ingin dicapai pada akhir tahun 2019. Adapun untuk tahun anggaran 2016 hanya dapat dianggarkan untuk melaksanakan tiga kegiatan terkait penyajian informasi yaitu: (1) Informasi Perkembangan Industri, (2) Informasi Perkembangan dan Peluang Pasar, dan (3) Informasi Perkembangan Investasi Industri. Tabel 3. 20. Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Sasaran Strategis Tersedianya Informasi Pada Sistem Informasi Industri Sasaran Strategis Tersedianya Informasi Pada Sistem Informasi Industri
IKU
2014 T
R
2015 C
T
R
2016 C
T
R
C
Satuan
Jumlah Informasi yang tersedia
Belum menjadi indikator
8
3
37,5%
Jenis
Jumlah hasil pengolahan, analisis, dan penyajian data (berdasarkan pengelompokan industri pada bangun industri nasional)
Belum menjadi indikator
8
3
37,5%
Jenis
Target untuk indikator kinerja utama kedua atau jumlah hasil pengolahan dan analisis data ini adalah delapan jenis analisis yaitu: (1) Analisis perkembangan industri, (2) Analisis perkembangan dan peluang pasar, (3) Analisis perkembangan teknologi industri, (4) Analisis perkembangan investasi Industri, (5) Analisis LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
53
Perwilayahan Industri, (6) Analisis sarana dan prasarana Industri, (7) Analisis Sumber daya Industri, dan (8) Analisis Kebijakan Industri, perdagangan, dan fasilitas Industri. Namun untuk tahun anggaran 2016 hanya dapat anggaran untuk melaksanakan tiga kegiatan terkait pengolahan dan analisis data yaitu: (1) Analisis Perkembangan Industri, (2) Analisis Perkembangan dan Peluang Pasar, dan (3) Analisis Perkembangan Investasi Industri. j.
Tersedianya Data Center yang Handal Pembangunan dan pengembangan Sistem
Informasi Industri Nasional
memerlukan dukungan pengembangan perangkat keras yang andal. Perangkat keras ini terdiri atas perangkat keras di sisi server untuk keperluan penyediaan layanan pemrosesan data maupun perangkat keras di sisi client untuk proses administrasi, pengembangan, dan pengelolaan layanan SIINas. Perangkat keras, terutama di sisi server, wajib mempertimbangkan kapasitas layanan, kontinuitas, dan performansi dari layanan. Perangkat keras di sisi server terdiri atas: storage server, application server, dan server lain untuk menjaga keamanan dan reliabilitas layanan, serta untuk keperluan backup/recovery. Perangkat keras di sisi server, wajib disimpan pada ruang pusat data (Data Center) yang memenuhi standar persyaratan ISO 27001-2014 tentang Sistem Manajemen Keamanan Informasi. Untuk itulah penguatan data center menjadi prioritas dengan menargetkan tersedianya sebuah data center pada tahun 2016. Target ini dapat dipenuhi dengan terlaksananya pembangunan sebuah data center baru disertai tersedianya disaster recovery center (DRC) untuk cadangan jika terjadi bencana Tabel 3. 21. Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Sasaran Strategis Tersedianya Data Center yang Handal Sasaran Strategis Tersedianya Data Center yang Handal
k.
IKU
2014 T
Tersedianya sarana dan prasara
Tersedianya
Pengolahan
R
2015 C
T
R
2016 C
Belum menjadi indikator
dan
Pemeliharaan
T
R
C
1
1
100%
Daftar
Satuan Perangkat Infastruktur
Inventarisasi
Barang/Jasa Produksi Dalam Negeri Pusat Data dan Informasi Kementerian Perindustrian, sesuai Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 31 Tahun 2015 Tentang Pembentukan Sekretariat dan Kelompok Kerja Timnas Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri dalam LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
54
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, selaku sekretariat pokja mengemban tugas untuk menyusun dan menyediakan basis data produk yang sudah diverifikasi dan mendapatkan sertifikat TKDN yang nantinya menjadi salah satu syarat perusahaan untuk ikut tender proyek pemerintah. Karena itulah Pusat Data dan Informasi Kemenperin setiap tahunnya memberikan informasi perkembangan produk yang sudah mendapatkan sertifikat. Target indikator kinerja atas sasaran strategis ini pada tahun 2016 adalah satu basis data, dan telah berhasil dipenuhi seratus persen. Tabel 3. 22. Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Sasaran Strategis Tersedianya Pengolahan dan Pemeliharaan Daftar Inventarisasi Barang/Jasa Produksi Dalam Negeri Sasaran Strategis
IKU
Tersedianya pengolahan dan pemeliharaan daftar inventarisasi barang/jasa produksi dalam negeri
Tersedianya database Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN), Pengolahan dan Pemeliharaan Daftar Inventarisasi Barang/Jasa Produksi Dalam Negeri
B.
2014 T
R
2015 C
T
R
Belum menjadi indikator
2016 C
T 1
R 1
C 100%
Satuan Database TKDN
Pencapaian Target IKU Jangka Menengah Berdasarkan Rencana Strategis Sekretariat Jenderal 2015 – 2019, target
jangka menengah untuk setiap IKU adalah sebagai berikut:
Sasaran Strategis: Meningkatnya Kualitas, Keterkaitan, serta Konsistensi Perencanaan Penganggaran. 1.
Tingkat kesesuaian rencana kegiatan dengan dokumen perencanaan memiliki target 90 persen. Sampai dengan akhir tahun 2016, realisasi IKU ini adalah 92,5 persen, lebih besar dari target IKU sampai dengan akhir tahun 2019.
2.
Nilai SAKIP Sekretariat Jenderal memiliki target nilai berdasarkan PerMenPAN memperoleh nilai 85. Sampai dengan akhir tahun 2016, realisasi IKU ini adalah 79,98, dimana target IKU ini direvisi melalui rapat monitoring revisi target IKU di akhir tahun 2015 menjadi 75. Sementara sampai dengan akhir tahun 2019, target realisasi IKU ini adalah 85. Sehingga hal yang perlu dilakukan untuk pemenuhan target jangka menengah adalah melalui pembenahan 5 komponen akuntabilitas kinerja dimulai dari perencanaan, implementasi, evaluasi, pengukuran dan pelaporan akuntabilitas kinerja yang lebih komprehensif.
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
55
Sasaran Strategis: Meningkatnya Kualitas Manajeman ASN 3.
Tingkat prestasi kerja rata-rata pegawai memiliki target nilai 85. Sampai dengan akhir tahun 2016, realisasi IKU ini adalah 87,17. Sehingga tingkat capaian IKU ini perlu dipertahankan sampai dengan akhir tahun 2019.
Sasaran Strategis: Mewujudkan Sistem tata Kelola Keuangan dan BMN yang Transparan dan Akuntabel 4.
Persentase jumlah pegawai yang sesuai dengan Analisis Beban Kerja memiliki target 95 persen. Sampai dengan akhir tahun 2016, realisasi IKU ini adalah 55,28. Oleh karena itu, agar bisa mencapai target persentase jumlah pegawai yang sesuai dengan dengan target dalam Renstra 2015 – 2019 maka kegiatan untuk pemenuhan target ini dilaksanakan pada tahun 2017 – 2019 adalah Melaksanakan Rekrutmen ASN di lingkungan Kementerian Perindustrian untuk memenuhi kebutuhan pegawai di lingkungan Kementerian Perindustrian sesuai Analisis Beban Kerja.
5.
Kualitas laporan keuangan dan BMN memiliki target nilai dengan capaian standar tertinggi. Sampai dengan akhir tahun 2016, target ini bisa direalisasikan. Sehingga sampai dengan akhir tahun 2019, proses pencapaian target setiap tahun ini harus terus dipertahankan.
Sasaran Strategis: Meningkatnya Kualitas Penyusunan dan Pengelolaan Produk Hukum serta Penataan Organisasi 6.
Terfasilitasinya penyusunan perundang-undangan memiliki target realisasi 95 persen setiap tahunnya. Sampai dengan akhir tahun 2016, target ini bisa direalisasikan. Sehingga sampai dengan akhir tahun 2019, kegiatan pencapaian target tahunan ini perlu untuk terus dipertahankan.
7.
Terlaksananya pertimbangan hukum dan pendampingan hukum memiliki target realisasi 95 persen setiap tahunnya. Sampai dengan akhir tahun 2016, target ini bisa direalisasikan. Sehingga sampai dengan akhir tahun 2019, kegiatan pencapaian target tahunan ini perlu untuk terus dilakukan.
Sasaran
Strategis:
Meningkatnya
Pelayanan
Administrasi
dan
Kerumahtanggaan
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
56
8.
Tingkat kepuasan stakeholders pusat dan daerah dengan target 86 persen sampai akhir tahun 2019. Sampai dengan akhir tahun 2016, realisasi untuk IKU ini adalah 76 persen. Sehingga untuk mencapai target tahunan sampai dengan akhir tahun 2019 adalah dengan perbaikan pelayanan terhadap stakeholders.
Sasaran Strategis: Meningkatnya Kompetensi SDM Industri 9.
Jumlah SDM industri yang bersertifikat kompetensi. Target janga menengah dari indikator sasaran strategis tersebut adalah 86.300 orang SDM industri bersertifikat kompetensi. Hingga akhir tahun 2016, realisasi indikator tersebut adalah 34.456 orang atau 39,93% dari target. Dengan target tahunan sebesar 20.000 orang/tahun pada tahun 2017 – 2019, target jangka menengah indikator tersebut akan tercapai pada tahun 2019.
Sasaran Strategis: Tersedianya Lembaga Pendidikan dan Pelatihan SDM Industri 10. Jumlah lembaga pendidikan dan pelatihan industri yang berbasis kompetensi. Dari target sebanyak 58 lembaga hingga tahun 2019, sampai dengan tahu kedua pelaksanaan kegiatan telah tercapai jumlah lembaga pendidikan dan pelatihan industri sebanyak 33 lembaga, atau 56,90% dari target. Dengan perkiraan tambahan sebanyak 26 lembaga, target jangka menengah tersedianya lembaga pendidikan dan pelatihan industri yang berbasis kompetensi akan tercapai pada tahun 2019.
Sasaran Strategis: Tersedianya Data Industri Melalui Sistem Informasi Industri Nasional 11. Tersedianya modul pada sistem informasi industri. Target jangka menengah dari IKU tersebut adalah tersusunnya 1 (satu) buah modul pada sistem informasi industri atau 5 (lima) buah modul hingga ahun 2019. Pada tahun 2015 tersusun telah 1 (satu) buah modul, sedangkan pada tahun 2016 tersusun sebanyak 6 (enam) modul. Dengan demikian, target sebanyak 5 (lima) modul hingga tahun 2019 telah tercapai pada tahun 2016. Modul-modul aplikasi yang dikembangkan pada tahun berjalan merupakan pengembangan dari modul induk yang telah disusun pada tahun sebelumnya, sehingga pada tahun 2017 – 2019 akan terus
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
57
dilakukan penyusunan dan pengembangan modul pada sistem informasi industri. 12. Tersedianya data pada sistem informasi industri. Target tingkat kesesuaian ketersediaan data dan informasi industri dalam Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas) terhadap kebutuhan/permintaan stakeholder (persen) adalah 100% pada tahun 2019. Pada tahun 2016, realisasi indikator tersebut adalah 65%. Untuk mencapai target jangka menengah
sesuai
Renstra
2015-2019,
maka
perlu
ditingkatkan
ketersediaan ragam data yang dapat diakses langsung oleh dunia industri. Untuk mencapai target sebesar 100% pada tahun 2019, tingkat tersedianya data pada sistem informasi industri ditargetkan sebesar 75% dan 85% pada tahun 2017 dan 2018. 13. Tersedianya informasi pada sistem informasi industri. Target jangka menengah indikator ini ditetapkan berdasarkan renstra Tahun 2015-2019 (Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 31.1/M-IND/PER/3/2015 Tentang Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2015-2019) dimana target tersebut merupakan target yang ingin dicapai pada akhir tahun 2019. Pada tahun 2016, dikarenakan penghematan anggaran, hanya terlaksana tiga kegiatan terkait analisis dan penyajian informasi yaitu: (1) Informasi Perkembangan Industri, (2) Informasi Perkembangan dan Peluang Pasar, dan (3) Informasi Perkembangan Investasi Industri. Sedangjan pada telah dilakukan pengolahan dan analisis terhadap datadata yang dimiliki, namun yang termasuk dalam pengelompokan delapan jenis informasi tersebut hanya ada dua, yaitu Informasi Perkembangan Industri
dan
Informasi
Perkembangan
Investasi
Industri.
Dengan
memperhatikan hal tersebut, perlu dilakukan percepatan penyediaan informasi pada sistem informasi industri melalui penyediaan anggaran yang mencukupi, sesuai dengan targetnya.
Sasaran Strategis: Meningkatnya kualitas layanan dan informasi Publik 14. Meningkatnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik. Untuk indeks kepuasan masyarakat, target sampai dengan akhir tahun 2019 adalah 3,5. Sementara sampai dengan akhir tahun 2016, realisasi IKU ini adalah 3,2, dari target 3,2. Dalam rangka mencapai target jangka
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
58
menengah sampai dengan akhir tahun 2019, perlu dilakukan perbaikan sebagai berikut: a)
Meninjau ulang metode informasi mengenai tersedianya sarana pengaduan kepada seluruh pelanggan
b)
Mereviu kemudahan cara penggunaan sarana pengaduan dan kestabilan akses sarana pengaduan di unit ini
c)
Menyediakan media pengaduan khusus yang langsung menuju kepada tim teknis atau direktorat.
d)
Meningkatkan
jumlah
personil
dan
kesiapan
personil
yang
mendukung tercapainya target kerja. e)
Pelaksanaan pelimpahan kewenangan terkait pejabat/ pihak terkait tidak berada di tempat pelayanan dalam waktu yang cukup lama
f)
Membakukan
format
khusus
pada
persyaratan
yang
tidak
mempunyai bentuk baku tertentu. g)
Melakukan analisa lama waktu per proses/tahapan penerbitan rekomendasi/pertimbangan teknis.
h)
Perbaikan sarana dan prasarana seperti kondisi ruang toilet, kebersihan toilet dan ketersediaan wifii di ruang tunggu layanan publik.
i)
Pelayanan online untuk semua jenis rekomendasi/pertimbangan teknis.
j)
Meningkatkan kualitas berkomunikasi terkait pelayanan antara petugas
pelayanan
dengan
pengguna
jasa,
seperti
dengan
disediakannya fasilitas call center, kolom tanya jawab pada website, fasilitas online chat, atau video live chat, sehingga informasi terkait status permohonan ataupun jika terjadi kendala dan keperluan penambahan dokumen, dapat lebih mudah tersampaikan, dan pelanggan
tidak
harus
datang
langsung
ke
Kementerian
Perindustrian. k)
Perlu dilakukan sosialisasi bersama dengan bea cukai maupun dengan instansi-instansi terkait untuk setiap peraturan baru yang dikeluarkan oleh Kementerian Perindustrian
15. Menurunnya persentase pemberitaan negatif kemenperin. Target indkator ini pada tahun 2019 adalah pemberitaan negatif Kemenperin LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
59
maksimal 6% dan telah tercapai sebelum waktu yang ditentukan, yaitu pada tahun 2016, dimana persentase pemberitaan negatif Kemenperin adalah 0,1%. Dengan melihat kesenjangan yang sangat signifikan antarea target dengan realisasi, perlu dilakukan reviu terhadap besaran target indikator kinerja ini.
Sasaran Strategis: meningkatnya kualitas sarana dan prasarana kerja di lingkungan Kementerian Perindustrian 16. Tingkat kepuasan stakeholders pusat dan daerah. Target tingkat kepuasan stakeholders pada tahun 2019 adalah 84%, dengan capaian saat ini sebesar 76%. Untuk mecapai target sesuai yang telah ditetapkan, diperlukan kebijakan untuk mengatasi kendala pada pembatasan pembangunan maupun efisiensi anggaran.
Sasaran Strategis: Tersedianya Infrastruktur Kompetensi 17. Terbentunya SKKNI. Target jangka menengah indikator terbentuknya SKKNI adalah 50 standar pada tahun 2019, atau sebanyak 10 setandar setiap tahunnya. Pada tahun 2016, jumlah SKKNI yang telah tersusun sebanyak 31 standar, atau sebanyak 62% yang tercapai selama 2 (dua) tahun. Dengan perkiraan capaian sebanyak 10 SKKNI per tahun hingga 2019, target jangka menengah indikator ini diharapkan dapat tercapai sesuai target. 18. Terbentuknya LSP dan TUK. Pada 2 (dua) taun pertama pelaksanaan kegiatan, jumlah LSP dan TUK yang terbentuk sebanyak 17 unit, dari target sebanyak 50 lembaga pada tahun 2019. Dengan tambahan capaian target yang diperkirakan lebih dari 10 lembaga setiap tahunnya, target jangka menengah akan tercapai pada tahun 2019.
Sasaran Strategis: Terselenggaranya Pendidikan dan Pelatihan Berbasis kompetensi 19. Target jumlah asesor kompetensi adalah 750 orang. Target jumlah asesor kompetensi pada tahun 2019 adalah sebayak 750 orang asesor, atau sebanyak 150 orang setiap tahun. Pada tahun 2015 dan 2016, realisasi dari target tersebut masing-masing adalah sebanyak 2019 orang dan 159 orang, atau total sebanyak 368 orang dalam periode 2 (dua) tahun. Dengan jumlah realisasi tersebut, target tersebut diperkirakan akan tercapai sebagaimana jumlah yang ditetapkan.
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
60
20. Target jumlah pembina industri yang bersertifikat kompetensi sebanyak 2.350 orang. Pada tahun 2016, anggaran untuk kegiatan dalam
rangka
pencapaian
target
tersebut
mengalami
penghematan/pemotongan anggaran sehingga realisasi target angka menengah ini selama periode tahun 2015 dan 2016 baru sejumlah 336 orang dari target sebanyak 2.350 orang. Untuk mencapai target tersebut akan dilakukan penyesuaian penganggaran pada tahun 2018 dan 2019 sehingga target jangka menengah dapat tercapai. 21. Target jumlah guru dan dosen yang bersertifikat 570 orang. Hingga tahun 2016. Dikarenakan penghematan anggaran, pada tahun 2015 dan 2016, jumlah sertifikasi guru dan dosen tidak tercapai sesuai target yang telah ditetapkan. Dari target sebanyak 140 orang, hanya teerealisasi sebanyak 90 orang. Untuk mencapai target yang telah ditetapkan, akan dilakukan penyesuaian anggaran pada tahun 2018 dan 2019 agar realisasi target tahunan yang mendukung capaian jangka menengah dapat tercapai. 22. Target jumlah pembina industri yang mengikuti rintisan gelar adalah 1.180 orang. Target tersebut diharapkan dapat tercapai dalam kurun waktu lima tahun (2015 – 2019), dengan target pada tahun 2015 dan 2016 sebanyak 430 orang. Realisasi jumlah pembina industri yang mengikuti rintisan gelar pada tahun 2015 dan 2016 adalah 451 orang. Dengan mempertahankan dan memperbaiki berbagai kegiatan dalam mendukung pencapaian target jangka menengah tersebut, diharpkan target sebanyak 1,180 orang akan tercapapai pada tahun 2019. Target tahunan indikator tersebut pada tahun 2017 – 2019 masing-masing adalah 250 orang. 23. Target jumlah tenaga kerja lulusan pelatihan berbasis kompetensi (diklat 3 in 1) adalah 60.000 orang. Hingga tahun kedua pelaksanaan kegiatan, jumlah tenaga kerja yang lulus pelatihan berbasis kompetensi adalah sebanyak 28.652 orang, lebih besar dari target. Dalam rangka mencapai target sebanyak 60.000 orang, telah dianggarkan dana untuk pelatihan berbasis kompetensi sebanyak 20.00 orang pada tahun 2017 dan 32.000 orang pada tahun 2018, sehingga target akan tercapai sesuai dengan yang telah ditetapkan.
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
61
24. Jumlah Konsultan Industri yang memiliki sertifikat kompetensi (orang). Target jangka menengah indikator kinerja utama tersebut adalah 250 orang, tetapi dikarenakan adanya penghematan anggaran, belum terdapat realisasi dari target indikator tersebut dan telah dilakukan revisi Renstra Sekjen pada Desember 2016, dimana -
Jumlah
Konsultan
Industri yang memiliki sertifikat kompeten tidak lagi menjadi Indikator Kinerja Utama. 25. Jumlah wirausaha industri yang memiliki sertifikat kompetensi melalui Tenaga Penyuluh Lapangan (TPL). Target jangka menengah indikator ini adalah 600 orang, yang akan dicapai melalui target tahunan masing-masing sebanyak 120 orang. Pada tahun 2015 dan 2016, realisasi indikator tersebut masing-masing adalah sebanyak 285 orang, atau sebanyak 570 orang hingga tahun 2016. Dengan capaian tahun 20172019 diperkirakan masing-masing sebanyak 285 orang, maka realisasi indikator tersebut akan melebihi dari target yang telah ditentukan. 26. Jumlah wirausaha industri yang memiliki sertifikat kompetensi melalui diklat kewirausahaan. Hingga tahun 2016. Realisasi target IKU tersebut adalah sebanyak 356 orang dari target sebanyak 500 wirausaha baru pada tahun 2019. Dengan pola anggaran dan kegiatan sesuai dengan tahun-tahun sebelumnya, target IKU tersebut akan tercapai pada tahun 2019. 27. Jumlah tenaga kerja lulusan pendidikan kejuruan industri berbasis spesialisasi dan kompetensi. Pada tahun 2019, target jumlah tenaga kerja yang lulus pendidikan kejuruan industri berbasis spesialisasi dan kompetensi adalah 7.450, dengan capaian sebanyak 37% pada tahun 2016. Dengan target tahunan sebanyak 1.490 orang, maka target indikator tersebut akan tercapai pada tahun 2019. 28. Jumlah tenaga kerja lulusan pendidikan tinggi vokasi industri berbasis spesialisasi dan kompetensi. Target tahunan indikator kinerja ini adalah 2.050 orang lulusan. Pada tahun 2016, jumlah lulusan pendidikan vokasi industri berbasis spesialisasi dan kompetensi adalah 5.365 orang, atau lebih dari 50 persen dari target yang telah ditentukan. Dengan melihat perkembangan jumlah lulusan tersebut, target jangka menengah sebanyak 10.250 orang akan terpenuhi pada tahun 2019. LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
62
29. Jumlah tenaga kerja lulusan pendidikan D1 dan D2 yang lulusannya langsung diserap di industri. Target tahunan indikator kinerja ini adalah 480 orang lulusan. Pada tahun 2016, jumlah lulusan pendidikan D1 dan D2 yang terserap industri adalah 729 orang, atau baru 30 persen dari target yang telah ditentukan. Untuk mencapai target jangka menengah yang telah ditentukan diperlukan peningkatan kualitas lulusan dan kerjasama sekolah-industri agar jumlah lulusan yang terserap dapat meningkat tiap tahunnya. C.
Akuntabilitas Keuangan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 Pada awal Tahun 2016, untuk mencapai sasaran strategis dengan indikator
kinerja sebagaimana yang ditetapkan, Sekretariat Jenderal memperoleh anggaran awal tahun 2016 sebesar Rp. 982.327.715.000,- yang dialokasikan untuk membiayai 2 (dua) program, yaitu Program Pengembangan SDM Industri dan Dukungan Manajemen Kementerian Perindustrian dan program Pembangunan, Pengadaan, Perbaikan Dan Peningkatan Sarana Dan Prasarana Kerja, dengan anggaran masing-masing sebesar Rp. 971.034.399.000,- dan Rp. 9.165.963.000,-. Pada pelaksanaannya,
anggaran
Sekretariat
Jenderal
Tahun
2016
mengalami
penghematan dan self-blocking, yaitu melalui Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Langkah-Langkah
Penghema
tan dan
Pemotongan Belanja
Kementerian/Lembaga Dalam rangka Pelaksanaan Anggaran pendapatan dan Belanja Negara tahun Anggaran 2016 dan Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2016 tentang Langkah-Langkah Penghematan Belanja Kementerian/Lembaga Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan Tahun Anggaran 2016. Selanjutnya,
Sekretariat
Jenderal
melalui
anggaran
Biro
Perencanaan
mendapat tambahan anggaran belanja prioritas Kementerian Perindustrian tahun 2016 sebesar Rp. 100.000.000.000,-. Berdasarkan Rapat Kerja Komisi VI DPR RI dengan Menteri Perindustrian pada tanggal 27 Juni 2016, anggaran tambahan sebesar Rp. 100.000.000.000,-yang ditambahkan kepada anggaran belanja Kementerian Perindustrian dikembalikan ke negara disebabkan anggaran tersebut tidak dimanfaatkan oleh karena terbatasnya waktu untuk pelaksanaan kegiatan. Realisasi anggaran Sekretariat Jenderal sampai dengan 31 Desember 2016 adalah Rp. 764.427.473.000,Sekretariat
Jenderal
setelah
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
atau sebesar 96,38% dari pagu APBN 2016 penghematan/selfblocking
sebesar
Rp. 63
793.178.401.000,-. Rincian realisasi untuk masing masing program dan unit kerja Eselon II dapat dilihat pada Tabel 3. 23. dan Tabel 3.24. Tabel 3. 23. Realisasi Per Program Sampai Dengan 31 Desember 2016 Dalam ribuan rupiah Kode
Program
019.01.01 Program Pengembangan SDM Industri dan Dukungan Manajemen Kementerian 019.01.02 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Perindustrian Jumlah
Pagu
Realisasi
%
785.712.137
757.078.541
96,36%
7.466.264
7.348.932
98,43%
793.178.401
764.427.473
96,38%
Tabel 3. 24. Realisasi Per Eselon II Sampai Dengan 31 Desember 2016
(dalam ribuan) NO 1 a b c d e f g h l m
PAGU (Setelah Self Blocking )
UNIT ES I DAN II SETJEN BIRO HUKUM BIRO KEPEGAWAIAN BIRO KEUANGAN BIRO PERENCANAAN
793.178.401 8.985.314 11.491.523 129.633.433 19.868.482 49.774.216 24.079.433 520.531.684 24.563.433 2.855.102 1.395.781
BIRO UMUM PUSDATIN PUSDIKLAT BIRO HUMAS ATASE TOKYO ATASE BELGIA
REALISASI 764.427.473 8.594.991 11.239.713 128.171.211 19.186.185 48.273.327 22.899.787 498.205.685 24.027.354 2.829.505 999.715
% 96,38 95,66 97,81 98,87 96,57 96,98 95,10 95,71 97,82 99,10 71,62
Realisasi Anggaran berdasarkan OMSPAN Kementerian Keuangan per tanggal 31 Desember
2016 dapat dilihat pada Tabel 3.25. Sementara menurut aplikasi
laporan PP39 - form B laporan monitoring triwulan tahun anggaran 2016 Sekretariat Jenderal, realisasi anggaran yang dicapai adalah Rp. 601.661.777,- atau mencapai sebesar 69,18% dari pagu APBN 2016 untuk Sekretariat Jenderal berdasarkan aplikasi e-monitoring yang ada di aplikasi laporan PP 39 form B - laporan monitoring triwulan
tahun
anggaran
2016
Sekretariat
Jenderal
yaitu
sebesar
Rp. 878.295.844.000. Perbedaan angka realisasi dari e-monitoring berdasarkan aplikasi OMSPAN Kementerian Keuangan dengan angka realisasi di laporan PP 39 form B laporan monitoring triwulan tahun anggaran 2016 Sekretariat Jenderal adalah LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
64
karena pada aplikasi e-mon yang ada di aplikasi laporan PP 39 - form B laporan monitoring triwulan tahun anggaran 2016 Sekretariat Jenderal tidak memisahkan anggaran yang menjadi self-blocking sehingga menyebabkan angka realisasinya menjadi lebih kecil. Tabel 3. 25. Realisasi Keuangan Berdasarkan OMSPAN Kementerian Keuangan Sampai Dengan 31 Desember 2016 REALISASI S.D BULAN DESEMBER
PAGU AWAL KODE 1 1824
OUTPUT / RINCIAN AKUN Program Pengembangan SDM Industri dan Dukungan Manajemen Kementerian Perindustrian Pelayanan Hukum Dan Penataan Organisasi
PAGU PEMOTONGAN PAGU SETELAH TAHAP I SELF BLOCKING 966.404.715.000 996.094.482.000 785.712.137.000 17.552.000.000
11.168.365.000
1.824.011 Layanan Peraturan Perundang-undangan
8.020.918.000
1.824.012 Layanan Informasi Dan Advokasi Hukum
% thdp self
blocking TOTAL 757.078.541.000 76,00% 96,36%
8.594.991.000
95,66
95,66
4.458.483.000
1.771.210.000
39,73
39,73
3.993.308.000
2.385.009.000
1.506.111.000
63,15
63,15
1.824.013 Layanan Organisasi Dan Tata Laksana
2.651.238.000
2.078.537.000
1.335.756.000
64,26
64,26
1.824.014 Laporan Manajemen Kinerja Biro Hukum Dan Organisasi
1.676.728.000
1.036.528.000
789.090.000
76,13
76,13
1.824.994 Layanan Perkantoran
1.209.808.000
1.209.808.000
961.841.000
79,5
79,5
Peningkatan Layanan Administrasi, Layanan Pengadaan, Layanan Kesehatan Dan Manajemen Perkantoran Berbasis Teknologi 1.825.011 Pelayanan Pengelolaan Administrasi Kementerian Dan Ketatausahaan Pimpinan Yang Sistematis 1.825.012 Pelayanan Pengelolaan Kerumahtanggan Dan Perlengkapan
42.463.983.000
43.910.173.000
33.796.961.000
79,88
96,98
16.227.715.000
16.733.912.000
10.518.300.000
62,86
62,86
7.924.828.000
9.452.078.000
6.439.929.000
68,13
68,13
1.825.994 Layanan Perkantoran
18.311.440.000
17.724.183.000
13.307.975.000
75,08
75,08
15.124.000.000
12.849.703.000
8.727.172.000
89,43
97,81
13.765.616.000
11.491.319.000
7.891.873.000
68,68
68,68
427.604.000
427.604.000
310.113.000
72,52
72,52
930.780.000
930.780.000
610.529.000
65,59
65,59
133.670.000.000
137.792.988.000
128.171.211.000
95,45
98,87
10.602.694.000
9.242.912.000
6.504.929.000
70,38
70,38
1.827.012 Layanan Unit Layanan Pengadaan (ulp)
3.278.220.000
787.529.000
786.601.000
99,88
99,88
1.827.013 Pembinaan/penyelenggaraan Kerjasama Internasional
1.130.360.000
945.360.000
396.964.000
41,99
41,99
1.827.014 Fasilitasi Operasional Otorita Asahan
3.788.077.000
2.849.164.000
1.469.609.000
51,58
51,58
107.507.312.000
123.968.023.000
83.675.788.000
71,51
71,51
ATASE TOKYO
4.107.556.000
3.757.556.000
ATASE BELGIA
3.255.781.000
2.805.781.000
1825
1826
Pengembangan Sdm Industri
1.826.011 Pembinaan, Pengembangan Dan Layanan Manajemen Asn Kementerian Perindustrian 1.826.012 Layanan Operasional Biro 1.826.994 Layanan Perkantoran 1827
Peningkatan Sistem Tata Kelola Keuangan Dan Barang Milik Negara Yang Profesional 1.827.011 Dokumen Keuangan Dan Bmn Kementerian Perindustrian
1.827.994 Layanan Perkantoran
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
8.985.314.000
% thdp pagu pemotongan thp I
42.307.952.000
11.491.523.000
134.284.316.000
65
REALISASI S.D AKHIR DESEMBER % realisasi % realisasi thdp pagu thdp pagu SETELAH pemotongan SELF thp I BLOCKING TOTAL
PAGU AWAL
PAGU PEMOTONGAN PAGU SETELAH TAHAP I SELF BLOCKING 963.148.934.000 996.094.482.000 785.712.137.000 757.078.541.000
KODE 1
OUTPUT / RINCIAN AKUN Program Pengembangan SDM Industri dan Dukungan Manajemen Kementerian Perindustrian
1828
Peningkatan Kualitas Perencanaan Dan Pelaporan
31.638.714.000
122.966.645.000
19.868.482.000
Dokumen Perencanaan/program, Penganggaran Dan Pengendalian Dokumen Laporan Pemantauan, Analisa, Dan Evaluasi Sdm Fungsional Perencana Layanan Perkantoran Pembangunan Sistem Informasi Industri Yang Terintegrasi Dan Handal
24.556.268.000 4.483.422.000 822.130.000 1.776.894.000 33.347.000.000
117.433.376.000 3.186.003.000 594.880.000 1.752.386.000 27.199.123.000
1.829.021 Basis Data Di Bidang Industri
4.270.000.000
1.829.022 Aplikasi
2.227.300.000
1.829.023 Sarana Dan Prasarana Teknologi Informasi 1.829.024 Informasi Di Bidang Industri
78,88%
96,36%
19.186.185.000
16,16
96,57
24.079.433.000
11.079.348.000 2.123.774.000 127.963.000 1.089.556.000 22.899.787.000
9,43 66,66 21,51 62,18 84,19%
9,43 66,66 21,51 62,18 95,10%
3.369.177.000
817.186.000
1.477.921.169
74,27
74,27
1.865.703.000
43.200.000
872.301.905
53,64
53,64
4.647.460.000
4.285.025.000
15.650.000
2.986.204.150
72,32
72,32
3.080.000.000
2.390.875.000
591.010.000
536.403.266
35,02
35,02
573.686.000
573.686.000
4.500.000
377.151.630
68,01
68,01
1.829.026 Dukungan Operasional Organisasi
9.175.684.000
6.098.787.000
1.506.081.000
3.349.156.321
73,22
73,22
1.829.994 Layanan Perkantoran
9.372.870.000
8.615.870.000
142.063.000
6.518.570.286
67,7
67,7
46.246.000.000
39.221.549.000
24.163.433.000
24.027.354.000
61,61%
99,44%
6.367.976.000
5.727.843.000
5.727.843.000
3.707.720.000 100,00%
64,73%
1.831.012 Layanan Komunikasi Publik Kementerian Perindustrian
30.636.000.000
24.930.452.000
24.930.452.000
8.067.364.000 100,00%
32,36%
1.831.013 Layanan Manajemen Kinerja Pusat Komunikasi Publik
1.840.559.000
1.896.457.000
1.896.457.000
983.607.000 100,00%
51,87%
1.828.005 1.828.006 1.828.007 1.828.994 1829
1.829.025 Layanan Pengadaan Secara Elektronik (lpse)
1831
Peningkatan Pengelolaan Pelayanan Dan Komunikasi Publik
1.831.011 Layanan Informasi Publik Kementerian Perindustrian
1.831.015 Layanan Sarana Dan Prasarana Pusat Komunikasi Publik 1.831.994 Layanan Perkantoran 1830
Peningkatan Kualitas Sdm Industri
1.830.001 Sdm Industri Yang Difasilitasi 1.830.002 Dokumen Infrastruktur Kompetensi
509.315.000
356.215.000
356.215.000
264.616.000 100,00%
74,29%
6.892.150.000
6.310.582.000
6.310.582.000
4.507.498.000 100,00%
71,43%
187.206.007.000 3.748.758.000
173.283.876.000 159.380.527.000 108.917.483.000 2.852.371.000
1.859.710.000 2.722.774.000
9.173.768.000
7.003.421.000
1.830.003 Laporan Monitoring Dan Evaluasi Program/kegiatan
11.714.250.000
10.410.311.000
6.047.723.000
1.830.004 Sdm Aparatur Berbasis Kompetensi
25.494.288.000
19.822.921.000
10.517.503.000
1.830.005 Sdm Industri Berbasis Spesialisasi Dan Kompetensi
76.917.086.000
70.642.209.000
50.823.329.000
1.830.006 Sarana Dan Prasarana Lembaga Pendidikan Dan Pelatihan Berbasis Kompetensi 1.830.994 Layanan Perkantoran
16.693.416.000
18.028.782.000
8.229.517.000
44.523.861.000
28.716.927.000
5277
Peningkatan Kualitas Pendidikan Vokasi Industri
43.464.441.000 459.157.011.000
427.702.060.000 358.592.502.000 182.602.187.000
5.277.001 Sdm Industri Berbasis Spesialisasi Dan Kompetensi Pendidikan Kejuruan 5.277.002 Sdm Industri Berbasis Spesialisasi Dan Kompetensi Pendidikan Vokasi 5.277.003 Tenaga Pendidik Dan Kependidikan Vokasi Industri Yang Difasilitasi 5.277.004 Laporan Monitoring Dan Evaluasi Program/kegiatan
27.095.514.000
22.318.896.000
11.702.541.000
66.710.808.000
53.217.384.000
23.127.624.000
14.269.661.000
10.396.453.000
4.891.371.000
9.129.722.000
8.373.132.000
3.544.922.000
5.277.005 Dokumen Pendidikan Vokasi Industri Berbasis Kompetensi
22.075.707.000
17.980.920.000
6.620.754.000
5.277.006 Sarana Dan Prasarana Pendidikan Vokasi Industri Berbasis Kompetensi Yang Difasilitasi 5.277.994 Layanan Perkantoran
140.379.478.000
137.405.831.000
30.740.802.000
173.936.036.000
178.009.444.000
101.974.173.000
5.277.997 Peralatan Dan Fasilitas Perkantoran 5.277.998 Gedung/bangunan
68,34%
97,81%
83,84%
97,81%
1.279.383.000 4.280.702.000
2
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Perindustrian 1832 Pembangunan, Pengadaan, Perbaikan Dan Peningkatan Sarana Dan Prasarana Kerja 1.832.011 Layanan Peningkatan Sarana Dan Prasarana Satker Pusat Dan Daerah 1.832.995 Kendaraan Bermotor TOTAL
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
15.923.000.000
9.165.963.000
7.466.264.000
7.348.932.000
81,46%
98,43%
15.923.000.000
9.165.963.000
7.466.264.000
7.348.932.000
81,46%
98,43%
14.810.090.000
8.207.213.000
6.390.182.000
59,73
59,73
1.112.910.000
958.750.000
958.750.000
100
100
1.005.260.445.000 793.178.401.000 764.427.473.000 78,90278
96,38
979.071.934.000
0
66
BAB IV PENUTUP A.
Kesimpulan Dalam pelaksanaan kinerja sesuai dengan sasaran-sasaran strategis yang
telah ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2016, Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian secara garis besar telah berhasil melaksanakan tugas, fungsi dan misi yang diembannya dalam pencapaian sasaran strategis tersebut. Namun bila dilihat dari keberhasilan pencapaian target kinerja, dari 40 (empat puluh) target realisasi kinerja, dan 3 (tiga) target kinerja yang tidak bisa tercapai karena penghematan anggaran, ada 21 (dua puluh satu) target kinerja dari Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian yang bisa tercapai. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, beberapa target kinerja sasaransasaran strategis dalam perspektif stakeholder belum menunjukkan nilai capaian seperti yang diharapkan. Begitu juga dengan target kinerja dalam persepektif pelaksanaan tugas dan fungsi. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut terhadap
proses
perencanaan
program
dan
penganggaran
dalam
rangka
mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. B.
Permasalahan dan Kendala
Secara teknis, permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam rangka mencapai sasaran strategis telah dijelaskan pada BAB III, sedangkan permasalahan umum yang dihadapi Sekretariat Jenderal selama tahun 2016 antara lain: 1.
Adanya Kebijakan penghematan/selfblocking melalui Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Langkah-Langkah Penghematan dan Pemotongan Belanja
Kementerian/Lembaga
Dalam
rangka
Pelaksanaan
Anggaran
pendapatan dan Belanja Negara tahun Anggaran 2016 dan Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Langkah-Langkah Penghematan Belanja Kementerian/Lembaga Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan Tahun Anggaran 2016 menyebabkan realisasi rencana kegiatan 2016 mengalami keterlambatan, penundaan, maupun realokasi ke tahun anggaran 2017. 2.
Perubahan Nomenklatur Organisasi dan mutasi beberapa pejabat yang diikuti dengan perubahan Nomenklatur satuan kerja di Kementerian Perindustrian berdampak pada pencairan anggaran yang tidak dapat dilakukan sebelum
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
67
melakukan koordinasi dan
konfirmasi dengan Kementerian Keuangan.
Perubahan Nomenklatur organisasi yang tidak diikuti dengan revisi yang telah ditetapkan pada Renstra 2015 – 2019 dan Perkin 2016, pada akhirnya menyebabkan beberapa indikator kinerja tidak tercapai; 3.
Terdapat perjanjian kerja unit kerja Eselon II yang belum sesuai dengan renstranya, sehingga terjadi ketidaksesuaian dengan perjanjian kinerja Sekretariat Jenderal.
4.
Berdasarkan
Analisis
Beban
Kerja,
kebutuhan
pegawai
Kementerian
Perindustrian adalah 9.543 pegawai, sedangkan jumlah pegawai saat ini sebanyak 5.278 pegawai sehingga terdapat kekurangan pegawai sebanyak 4.265 pegawai untuk kelancaran pelaksanaaan tugas terutama di Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian. C.
Rekomendasi dan Tindak Lanjut Berdasarkan
permasalahan
dan
kendala
tersebut,
rekomendasi
dan
tindaklanjut yang dapat diambil oleh Sekretariat Jenderal dalam rangka peningkatan kinerja pada tahun selanjutnya antara lain: 1. Penyesuaian dokumen Penetapan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2017 dengan mengacu pada Rencana Strategis Kementerian Perindustrian tahun 2015 - 2019 yang telah direvisi; 2. Peningkatan
kualitas
implementasi
Sistem
Akuntabilitas
Kierja
Instansi
Pemerintah (SAKIP); 3. Peningkatan
kualitas
perencanaan
dan
penganggaran,
dengan
mempertimbangkan adanya penghematan; 4. Pemanfaatan LAKIP sebagai bahan masukan dan acuan dalam penyusunan dan implementasi Rencana Kerja (Operational Plan), Rencana Kinerja (Performance Plan), Rencana Anggaran (Financial Plan), dan Rencana Strategis (Strategic Plan) pada masa-masa mendatang; 5. Perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut dalam perencanaan kinerja yang terkait dengan penetapan sasaran, indikator kinerja dan target agar indikator yang ditetapkan dapat mencerminkan kinerja Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian; 6. Peningkatan SDM dan kualitasnya dalam hal pemahaman mengenai manajemen kinerja;
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
68
7. Penambahan pegawai Kemenperin untuk mengurangi kesenjangan antara jumlah pegawai dan jumlah kebutuhan pegawai.
LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun 2016
69
PENGUKURAN KINERJA Unit Organisasi Eselon I
: Sekretariat Jenderal
Tahun Anggaran
: 2016
Pagu Anggaran setelah self blocking
Sasaran Strategis (SS)
Indikator Kinerja Utama (IKU)
Target
Satuan
Realisasi
Realisasi s.d bulan Desember
Capaian
Keterangan Total (dalam ribuan rupiah)
Total (dalam ribuan rupiah)
% thdp pagu setelah SELF BLOCKING
PERSPEKTIF PEMANGKU KEPENTINGAN
Meningkatnya Kualitas, Keterkaitan, serta Konsistensi Perencanaan dan Penganggaran
Tingkat kesesuaian rencana kegiatan dengan dokumen perencanaan Nilai SAKIP Kementerian Perindustrian
Meningkatnya kualitas manajemen ASN
Tingkat prestasi kerja rata-rata pegawai
Mewujudkan sistem tata kelola keuangan dan BMN yang transparan dan akuntabel
Kualitas laporan keuangan dan BMN
Meningkatnya kualitas penyusunan dan pengelolaan produk hukum serta penataan organisasi
Terfasilitasinya penyusunan peraturan perundang-undangan industri
90
Persentase
92,24
102%
10.998.324 10.949.931
A (75)
78
Peringkat (Nilai)
BB (73,90)
Nilai
87,34
112%
8.998.940
Capaian Standar Tertinggi
100%
129.636.099
73,17
77%
Capaian Nilai dari Standar Kementerian Tertinggi Keuangan 95
Persentase
99%
974.833 973.176
3.258.253.000
Meningkatnya pelayanan administrasi dan kerumahtanggaan
Terlaksananya pertimbangan hukum dan pendampingan hukum
95
Tingkat kepuasan stakeholders
83
Persentase
Persentase
100
80
99,56% Nilai Akhir SAKIP Kementerian Perindustrian pada tahun 2016 masih dalam proses penilaian oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi 99,83% Birokrasi
8.727.172
96,98%
128.171.211
98,87%
2.073.441.000
63,64%
- 22 rancangan peraturan saat ini masih dibahas dan dikaji dengan unit pemrakarsa - Terdapat Rancangan Peraturan Menteri Perindustrian yang sudah diperiksa dan diteliti oleh Biro Hukum dan Organisasi dan kemudian disampaikan kembali kepada unit kerja (Pemrakarsa) agar disesuaikan dengan saran atau koreksian namun oleh Pemrakarsa tidak disampaikan kembali kepada Biro Hukum dan Organisasi; - Adanya Rancangan Peraturan Menteri Perindustrian yang substansinya masih menunggu pengesahan dokumen dari instansi lain; - Adanya Rancangan Peraturan Menteri Perindustrian yang substansi yang masih memerlukan pendalaman sehingga belum bisa diselesaikan pada tahun 2016; - Adanya Rancangan Peraturan Menteri Perindustrian yang masih menunggu pembahasan kembali dengan unit pemrakarsa, menyangkut beberapa isu yang harus diselesaikan dengan stakeholder terkait.
105%
96%
548.157.000
429.600.000
34.849.413
33.796.961
78,37% 96,98% - Jumlah SDM pengelola arsip terbatas yang mempengaruhi pelayanan kearsipan di mana lingkupnya pada tingkat kementerian; Kegiatan-kegiatan dalam hal penyediaan sarana dan prasarana baik - pengadaan maupun pemeliharaan terbatas, sehingga ekspektasi stakeholders atas sarana dan prasarana belum dapat terpenuhi secara optimal.
PENGUKURAN KINERJA Unit Organisasi Eselon I
: Sekretariat Jenderal
Tahun Anggaran
: 2016
Pagu Anggaran setelah self blocking
Sasaran Strategis (SS)
Indikator Kinerja Utama (IKU)
Target
Satuan
Realisasi
Keterangan Total (dalam ribuan rupiah)
Meningkatnya kompetensi KEPENTINGAN SDM Jumlah SDM industri yang PERSPEKTIF PEMANGKU industri bersertifikat kompetensi Tersedianya lembaga pendidikan dan pelatihan SDM industri Tersedianya data industri melalui Sistem Informasi Industri Nasional
Meningkatnya kualitas layanan dan informasi publik
Meningkatnya kualitas sarana dan prasarana kerja di Lingkungan Perindustrian
Realisasi s.d bulan Desember
Capaian Total (dalam ribuan rupiah)
% thdp pagu setelah SELF BLOCKING
15.200
Orang
15.860
104%
51.961.281
50.823.329
97,81%
Jumlah lembaga pendidikan dan pelatihan industri yang berbasis kompetensi Tersedianya modul pada sistem informasi industri
19
Unit
19
100%
11.197.517
10.952.291
97,81%
1
Modul
6
600%
Tersedianya data pada sistem informasi industri
6
Basisdata
6
100%
Tersedianya informasi pada sistem informasi industri
6
Jenis
3
50%
24.079.692
22.899.787
95,10%
Meningkatnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik Kemenperin
3,2
(Indeks Kepuasan Masyarakat skala 1-4)
3,2
100%
24.162.665
24.027.354
99,44%
Menurunnya persentase pemberitaan negatif Kemenperin
9
Persentase
0,1
9000%
Tingkat kepuasan stakeholders pusat dan daerah
81
Persentase
76
94%
7.466.151
7.348.932
11.935.370
99,07%
644.450
97,79%
98,43% - Kegiatan-kegiatan dalam hal penyediaan sarana dan prasarana baik pengadaan maupun pemeliharaan terbatas, sehingga ekspektasi stakeholders atas sarana dan prasarana belum dapat terpenuhi secara optimal. Alokasi anggaran pembangunan, perbaikan, pemeliharaan gedung/bangunan - pada satker daerah tidak terpenuhi karena adanya kebijakan pembatasan pembangunan maupun kebijakan efisiensi anggaran.
PERSPEKTIF PROSES BISNIS INTERNAL
Terlaksananya perencanaan/program, penganggaran, dan pengendalian yang berkualitas
Persentase anggaran yang masuk dalam catatan halaman IV DIPA
15
Persentase
11,5
130%
12.047.411
Terlaksananya pemantauan, analisa, dan evaluasi
Nilai SAKIP Sekretariat Jenderal
A
Dokumen
A
100%
659.014
Untuk tahun 2016 hanya dapat dianggarkan untuk melaksanakan tiga kegiatan terkait analisis dan penyajian informasi yaitu: (1) Informasi Perkembangan Industri, (2) Informasi Perkembangan dan Peluang Pasar, dan (3) Informasi Perkembangan Investasi Industri.
PENGUKURAN KINERJA Unit Organisasi Eselon I
: Sekretariat Jenderal
Tahun Anggaran
: 2016 Realisasi s.d bulan Desember
Pagu Anggaran setelah self blocking
Sasaran Strategis (SS)
Indikator Kinerja Utama (IKU)
Target
Satuan
Realisasi
Capaian
Keterangan Total (dalam ribuan rupiah)
Total (dalam ribuan rupiah)
Tersedianya Persentase jumlah pegawai yang PERSPEKTIFdokumen PEMANGKU KEPENTINGAN perencanaan dan sesuai dengan Analisis Beban pengembangan pegawai Kerja
80
Persentase
55,28
% thdp pagu setelah SELF BLOCKING
69%
8.922.576
8.727.172
97,81%
- Tidak tercapainya target tersebut disebabkan oleh tidak adanya Rekrutmen CPNS dalam rentang waktu 2015-2016 sementara pegawai yang pensiun semakin bertambah setiap bulannya sehingga kebutuhan pegawai berdasarkan Analisis Beban Kerja tidak terpenuhi.
Persentase Pegawai yang telah dinilai kompetensinya Tersusunnya dan tersajikannya Tersedianya kebijakan internal laporan keuangan dan BMN mengenai pelaksanaan dan yang sesuai SAP dengan pertanggungjawaban anggaran capaian tertinggi
80
Persentase
61,75
77%
3
Pedoman
5
167%
129.636.099
Terlaksananya layanan penyusunan, evaluasi, dan penyebarluasan peraturan perundang-undangan bidang industri dan bidang terkait industri Tersedianya infrastruktur kompetensi
Evaluasi produk hukum bidang industri
5
Laporan
4
80%
8.984.937
8.594.991
Terbentuknya SKKNI
10
4
40%
3.817.071
3.664.388
Terbentuknya LSP dan TUK
10
Standar (SKKNI) Unit
9
90%
3.418.373
3.144.903
Jumlah asesor kompetensi Jumlah pembina industri yang memiliki sertifikan kompetensi (SI dan EKIN) Jumlah guru dan dosen yang memiliki sertifikasi
150 450
Orang Orang
159 0
106% 0%
2.906.487
80
Orang
55
69%
19.682.806
16.927.213
86% - penghematan anggaran yang mengakibatkan Pusdiklat Industri tidak bisa memfasilitasi pelaksanaan sertifikasi profesi guru dan dosen secara optimal.
Jumlah pembina industri yang memiliki rintisan gelar Jumlah tenaga kerja lulusan pelatihan berbasis kompetensi (Diklat 3 in 1)
230
Orang
207
90%
29.696.865
16.927.213
57% - Penghematan/pemotongan aggaran
10.000
Orang
10.820
108%
72.554.961
68.927.213
95%
Terselenggaranya pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi
- Pemotongan anggaran 2016 sehingga terdapat assessment pegawai yang tidak terlaksana 128.171.211
-
2.644.903 -
98,87%
95,66% - Pada Perjanjian Kinerja Kepala Biro Hukum dan Organisasi Tahun 2016 hanya ditargetkan 3 laporan evaluasi produk hukum bidang industri. - Penurunan jumlah tersebut dikarenakan alokasi anggaran yang diberikan pada Biro Hukum dan Organisasi pada tahun 2016 lebih rendah bila dibandingkan dengan dengan tahun 2015. 96% - Tertundanya 6 SKKNI ini dikarenakan penghematan anggaran yang mengakibatkan rancangan SKKNI tidak sampai tahap penetapan. 92% - Proses pendirian LSP dan TUK membutuhkan waktu yang panjang, serta harus mendapatkan lisensi dari BNSP 91% 0% - Penghematan anggaran
Penghematan/pemotongan aggaran
PENGUKURAN KINERJA Unit Organisasi Eselon I
: Sekretariat Jenderal
Tahun Anggaran
: 2016
Pagu Anggaran setelah self blocking
Sasaran Strategis (SS)
Indikator Kinerja Utama (IKU)
Target
Satuan
Realisasi
Realisasi s.d bulan Desember
Capaian
Keterangan Total (dalam ribuan rupiah)
Total (dalam ribuan rupiah)
% thdp pagu setelah SELF BLOCKING
Jumlah konsultan industri yang PERSPEKTIF PEMANGKU KEPENTINGAN
60
Orang
0
0%
#VALUE!
-
0% - Penghematan anggaran sehingga tidak dapat dilaksanakan pada tahun 2016.
Jumlah wirausaha industri yang memiliki sertifikat kompetensi melalui TPL Jumlah wirausaha industri yang memiliki sertifikat kompetensi melalui diklat kewirausahaan
120
Orang
285
238%
18.834.665
100
Orang
22
22%
545.611
1.490
Orang
1.412
95%
21.684.455
20.817.077
96%
2.050
Orang
2.983
146%
37.840.438
35.191.607
93%
480
Orang
499
104%
4.554.961
4.327.213
95%
1
Modul
6
600%
Jumlah informasi yang tersedia
8
Jenis
3
37,50%
Jumlah hasil pengolahan, analisis, dan penyajian data (berdasarkan pengelompokan industri pada bangun industri nasional)
8
Jenis
3
37,50%
Tersedianya sarana dan prasarana data center yang handal Tersedianya database Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN), Pengolahan dan Pemeliharaan Daftar Inventarisasi Barang/Jasa Produksi Dalam Negeri
1
Perangkat Infrastruktur
1
100%
1
Database TKDN
1
100%
memiliki sertifikat kompetensi
Jumlah tenaga kerja lulusan pendidikan kejuruan industri berbasis spesialisasi dan kompetensi Jumlah tenaga kerja lulusan pendidikan tinggi vokasi industri berbasis spesialisasi dan kompetensi Jumlah tenaga kerja lulusan pendidikan D1 dan D2 yang lulusannya langsung diserap sektor industri Tersedianya modul pada sistem Pengembangan modul pada informasi industri sistem informasi industri nasional Tersedianya informasi pada sistem informasi industri
Tersedianya data center yang handal Tersedianya pengolahan dan pemeliharaan daftar inventarisasi barang/jasa produksi dalam negeri
15.256.079
436.489
81%
80% - Penghematan/pemotongan aggaran
- Untuk tahun anggaran 2016 hanya dapat dianggarkan untuk melaksanakan tiga kegiatan terkait penyajian informasi yaitu: (1) Informasi Perkembangan Industri, (2) Informasi Perkembangan dan Peluang Pasar, dan (3) Informasi Perkembangan Investasi Industri. 24.079.691,90
22.899.787
554.553,20
377.152
95,10%
68,01%
- Untuk tahun anggaran 2016 hanya dapat anggaran untuk melaksanakan tiga kegiatan terkait pengolahan dan analisis data yaitu: (1) Analisis Perkembangan Industri, (2) Analisis Perkembangan dan Peluang Pasar, dan (3) Analisis Perkembangan Investasi Industri.
MONITORING CAPAIAN RENCANA AKSI ATAS KINERJA TAHUN ANGGARAN 2016 Unit Organisasi : Sekretariat Jenderal No
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Utama
Target
Satuan
1
2
3
4
90
Triwulan I
Triwulan II
Triwulan III
Triwulan IV
Target Antara
Realisasi Antara
Target Antara
Realisasi Antara
Target Antara
Realisasi Antara
Target Antara
Realisasi
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Persen
- Koordinasi mengenai usulan program dan kegiatan TA 2017 - Sinkronisasi program terhadap dokumen perencanaan (RIPIN, RPJMN, RKP, RENSTRA)
40%
- Koordinasi penyusunan program dan RKA-K/L TA 2017 - Penyiapan kelengkapan dokumen (ADIK, KAK, RAB, dll)
60%
- Reviu dan Penelitian program dan RKA-K/L TA 2017 oleh Biro Perencanaan dan Inspektorat Jenderal
75%
- Reviu dan Penelitian program dan RKA-K/L TA 2017 oleh Biro Perencanaan dan Inspektorat Jenderal - Finalisasi RKA-K/L dan program tahun 2017
100%
Pemangku Kepentingan 1
Meningkatnya Kualitas, Keterkaitan, serta Konsistensi Perencanaan dan Penganggaran
1 Tingkat kesesuaian rencana kegiatan dengan dokumen perencanaan
Target: 43% 2 Nilai SAKIP Sekretariat Jenderal
A
Predikat
- Workshop Permenperin 150 Tahun 2011 - Penyempurnaan dokumen LAKIP tahun 2015 dan penyiapan kelengkapan dokumen pendukungnya
Target: 61% 28%
Target: 17%
2
Meningkatnya kualitas manajemen ASN
1 Tingkat prestasi kerja rata-rata pegawai
78
Nilai
- Melaksanakan Penghitungan Tingkat Prestasi Kerja RataRata Pegawai untuk triwulan I - Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan prestasi kerja golongan IV/C ke atas
Mewujudkan sistem tata kelola keuangan dan BMN yang transparan dan akuntabel
1 Kualitas laporan keuangan dan BMN
Capaian Standar Tertinggi
Nilai dari Kementerian Keuangan
- Penyusunan Laporan Keuangan dan BMN Tahun 2015 tingkat Sekretariat Jenderal dan Kementerian
55%
Target: 48%
87%
Target : 78
3
- Reviu LAKIP Setjen tahun 2015 - Diseminasi SAKIP
Target: 77%
- Melaksanakan Penghitungan Tingkat Prestasi Kerja RataRata Pegawai untuk triwulan II - Melakukan Penilaian Kinerja Unit - Melakukan penilaian Pegawai Teladan
- Penyusunan Laporan Keuangan dan BMN Kementerian Perindustrian TA 2015 (Audited)
Target: 100% 69%
Target: 68%
87%
Target : 78
29%
- Diseminasi SAKIP - Penyempurnaan Draft Perubahan Permenperin 150 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
- Melaksanakan Penghitungan Tingkat Prestasi Kerja RataRata Pegawai untuk triwulan III
- Penyusunan Laporan Keuangan dan BMN Semester I Tahun 2016 tingkat Sekretariat Jenderal dan Kementerian
87%
4
Meningkatnya kualitas penyusunan dan pengelolaan produk hukum serta penataan organisasi
1 Terfasilitasinya penyusunan peraturan perundang-undangan industri 95
Persen
- Terfasilitasinya penyusunan peraturan perundang-undangan industri (Dari 24 rancangan peraturan yang masuk ke Biro Hukum dan Organisasi, 20 telah ditetapkan)
- Melaksanakan Penghitungan Tingkat Prestasi Kerja RataRata Pegawai untuk triwulan IV
69%
- Penyusunan Laporan Keuangan dan BMN Triwulan III Tahun 2016 tingkat Sekretariat Jenderal dan Kementerian
Realisasi: A (Predikat)
87,34%
100%
Target: 100%
Target: 50%
83%
- penyusunan peraturan perundang-undangan industri (Dari 25 rancangan peraturan yang masuk ke Biro Hukum dan Organisasi, 23 telah ditetapkan)
92%
- Terfasilitasinya penyusunan peraturan perundang-undangan industri (Dari 16 rancangan peraturan yang masuk ke Biro Hukum dan Organisasi, 16 telah ditetapkan)
- Terfasilitasinya penyusunan peraturan perundang-undangan industri 100%
Target: 95% Target: 95%
100%
Target: 78
Target: 69% Target: 22%
- Penyusunan draft dokumen LAKIP 2016 - Diseminasi SAKIP
Target: 100%
Target: 78
54%
Realisasi: 92,24%
Target: 95%
Target: 95%
5,88%
2 Terlaksananya pertimbangan hukum dan dan pendampingan hukum
95
Persen
- Terlaksananya pertimbangan hukum dan pendampingan hukum (Dari 5 kasus yang masuk di Biro Hukum dan Organisasi selama periode Januari - Maret 2016, semua kasus telah ditangani. Namun belum terdapat putusan pengadilan atas kasus yang masuk tersebut.)
100%
Target: 95%
5.
Meningkatnya pelayanan administrasi dan kerumahtanggaan
1. Tingkat kepuasan stakeholders
83
Persen
- Terlaksananya pertimbangan hukum dan pendampingan hukum (Dari 3 kasus yang masuk di Biro Hukum dan Organisasi selama periode April - Juni 2016, semua kasus telah ditangani. Namun belum terdapat putusan pengadilan atas kasus yang masuk tersebut.)
100%
-
- Penyusunan/penentuan Indikator-indikator pengukuran dalam kuesioner
Target: 95%
40%
Target: 40%
6.
Meningkatnya kompetensi SDM industri
1. Jumlah SDM industri yang bersertifikat kompetensi
15200
Orang
- Persiapan pendidikan dan pelatihan, pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, monitoring pelaksanaan diklat serta pelaporan
1.411
7.
Tersedianya lembaga pendidikan dan pelatihan SDM industri
1. Jumlah lembaga pendidikan dan pelatihan industri yang berbasis kompetensi
19
Unit
- Persiapan dokumen pendirian Politeknik Morowali dan Akademi Komunitas Bantaeng
12
8.
Tersedianya data industri melalui Sistem 1. Tersedianya modul pada sistem Informasi Industri Nasional informasi industri
1
Modul -
Tahap Perencanaan: Studi kelayakan Diagram arus logis Spesifikasi pemakai Perancangan Konseptual 25% Target: 25% Catatan: perencaaan sistem
2. Tersedianya data pada sistem informasi industri
6
Basis Data
Penetapan kebutuhan data dan kelayakan data, meliputi data-data (Data Perusahaan Industri; Data Kawasan Industri; Data Perkembangan dan Peluang Pasar; Data Teknologi; Data Indonesia secara global; Data Internasional) Target: 20% Catatan: Telah dilakukan pembahasan kebutuhan data olahan
21,48%
- Persiapan pendidikan dan pelatihan, pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, monitoring pelaksanaan diklat serta pelaporan - FGD dan Penyelesaian Dokumen
Tahap Perancangan: - Laporan perancangan sistem Bagan arus dan tabel - keputusan Deskripsi program - Prosedur-prosdur operasi - Deskripsi file Prosedur-prosedur - memasukkan data Target: 50% perancangan sistem Identifikasi kekurangan data dan melakukan pengumpulan data, meliputi data-data (Data Perusahaan Industri; Data Kawasan Industri; Data Perkembangan dan Peluang Pasar; Data Teknologi; Data Indonesia secara global; Data Internasional) Target: 47% Catatan: Telah dilakukan proses pengumpulan data
Tidaj ada kasus baru
- Terlaksananya pertimbangan hukum dan pendampingan hukum
100,00%
Target: 95%
-
- Terlaksananya pertimbangan hukum dan pendampingan hukum (Tidak terdapat kasus baru yang masuk ke Biro Hukum dan Organisasi pada Triwulan III tahun 2016)
- Pembuatan form kuesioner
Target: 95%
60%
Target: 60%
6.189
12
- Persiapan pendidikan dan pelatihan, pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, monitoring pelaksanaan diklat serta pelaporan - Penerimaan Mahasiswa
12.996
- Persiapan pendidikan dan pelatihan, pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, monitoring pelaksanaan diklat serta pelaporan
85%
12
- Penulisan Laporan Kegiatan
12
Tahap Akhir: - Sosialisasi - Lakukan penyempurnaan
75%
Target: 75% implementasi sistem 39,92%
Proses mengolah data, meliputi data-data (Data Perusahaan Industri; Data Kawasan Industri; Data Perkembangan dan Peluang Pasar; Data Teknologi; Data Indonesia secara global; Data Internasional) Target: 76% Catatan: Telah dilakukan pengolahan data dari data-data yang sudah terkumpul
100%
Target: 100%
Tahap Implemtasi: - Pembuatan Prototyping Siklus Hidup Pengembangan - Sistem
50%
- Pelaksanaan Survey, penyebaran kuesioner - Pengolahan data kuesioner - Pengukuran capaian target
Target: 100% 48,01%
Melengkapi kekurangan data dan mengolah data, meliputi data-data (Data Perusahaan Industri; Data Kawasan Industri; Data Perkembangan dan Peluang Pasar; Data Teknologi; Data Indonesia secara global; Data Internasional) Target: 80%
3. Tersedianya informasi pada sistem informasi industri
6
Jenis
Terpublikasi hasil analisis Perkembangan Industri triwulan I
10,44%
Terpublikasi hasil analisis Perkembangan Industri triwulan II
26,07%
Terpublikasi hasil analisis Perkembangan Industri triwulan III
67,68%
- Terpublikasi hasil analisis Perkembangan Industri triwulan IV - Terpublikasi hasil analisis Perkembangan dan Peluang Pasar - Terpublikasi hasil analisis Perkembangan Investasi
Target: 74% Target: 13%
9.
Meningkatnya kualitas layanan dan informasi publik
1. Meningkatnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik Kemenperin 3.2
Target: 27%
- Rapat Koordinasi Unit Pelayanan Publik Kementerian Perindustrian - Pembuatan Publikasi Unit (Indeks Kepuasan Pelayanan Publik Pusat Masyarakat skala - Sosialisasi Peraturan Unit 1-4) Pelayanan Publik
- FGD Standar Pelayanan Publik - Surveilence ISO 9001:2008 - Bimbingan Teknis Petugas UP2 25%
Target: 20% 2. Menurunnya persentase pemberitaan negatif Kemenperin
9
Persen
Meningkatnya kualitas sarana dan prasarana kerja di Lingkungan Perindustrian
1.
Tingkat kepuasan stakeholders pusat dan daerah
83
Persen
60%
Target: 50%
- Monitoring dan Analisa Berita Sektor Industri - Pembuatan Kumpulan Sektor Industri - Pemberitaan di Media Online - Koordinasi Pemberitaan Sektor Industri - Diskusi Pimpinan dengan Media Massa
20%
Target: 20%
10.
Target: 100%
- Monitoring dan Analisa Berita Sektor Industri - Pembuatan Kumpulan Sektor Industri - Pemberitaan di Media Online - Koordinasi Pemberitaan Sektor Industri - Diskusi Pimpinan dengan Media Massa
Hasil evaluasi tingkat kualitas layanan dan informaso publik
40%
- Monitoring dan Analisa Berita Sektor Industri - Pembuatan Kumpulan Sektor Industri - Pemberitaan di Media Online - Publikasi Kinerja Industri di Media Cetak, TV, Online - Koordinasi Pemberitaan Sektor Industri - Workshop Peningkatan Pemahaman Wartawan terhadap Kebijakan Sektor Industri - Diskusi Pimpinan dengan Media Massa
Target 100% Hasil monitoring dan Analisa Berita Sektor Industri
-
70%
Target: 70%
- Penyusunan/penentuan Indikator-indikator pengukuran dalam kuesioner
-
80%
Target: 75%
Target: 40%
-
- Pemetaan Pelayanan Publik dan Survey Kepuasan Masyarakat - Monitoring dan Evaluasi Kinerja UP2 Daerah
Target: 100%
- Pembuatan form kuesioner
- Pelaksanaan Survey, penyebaran kuesioner - Pengolahan data kuesioner - Pengukuran capaian target Target: 83%
Target: 40%
Target: 60%
Proses Bisnis Internal 1
Meningkatnya kualitas perencanaan / program, penganggaran dan pengendalian
1 Persentase Anggaran yang masuk dalam catatan halaman IV DIPA
10
Persen
- Persiapan (Rapat koordinasi, rapat persiapan, dll) Penyiapan kelengkapan - dokumen Sosialisasi BAS dan PMK 196/2015 Target: 83%
80%
- Penyusunan dan penelaahan RKA-K/L
Target: 88%
85%
- Penyusunan dan penelaahan RKA-K/L Tindak lanjut telaahan RKA-K/L -
Target: 94%
95%
- Tindak lanjut telaahan RKA-K/L Melaksanakan finalisasi RKA- K/L
Target: 100%
100% Realisasi: 11.5%
2 Tingkat kepuasan pelayanan penyusunan dokumen perencanaan
3,6
Skala (1-4)
- Persiapan (Rapat koordinasi, rapat persiapan, dll) Koordinasi dengan seluruh unit - Eselon II dalam rangka penentuan target cascading Persiapan pembahasan konsep dokumen perencanaan
28%
- Target: 23% 2
Tersusunnya dokumen perencanaan / laporan hasil evaluasi
1 Jumlah dokumen perencanaan dan laporan yang berkualitas
20
Dokumen
- PP39 TW IV 2015 Biro Perencanaan - PP39 TW IV 2015 Sekretariat Jenderal - PP39 TW IV 2015 Kementerian Perindustrian LAKIP 2015 Biro Perencanaan - LAKIP 2015 Sekretariat Jenderal - LAKIP 2015 Kementerian Perindustrian - Evaluasi Kinerja Industri TW IV 2015
Tersedianya dokumen perencanaan dan 1 pengembangan pegawai
Persentase jumlah pegawai yang sesuai dengan Analisis Beban Kerja
80
Persen
- Persiapan (Rapat koordinasi, rapat persiapan, dll)
7
Persentase Pegawai yang telah dinilai kompetensinya
80
Persen
- Melaksanakan seleksi terbuka JPT untuk bulan Januari 2016
4
- Penyusunan Formasi ASN berdasarkan Uraian Tugas, ABK & Peta Jabatan Untuk Unitunit pendidikan dan BPPI
59%
- Melaksanakan seleksi terbuka JPT untuk bulan Mei / Juni 2016
3
- Penyusunan Formasi ASN berdasarkan Uraian Tugas, ABK & Peta Jabatan Untuk Unitunit pusat
- Melaksanakan seleksi terbuka JPT untuk bulan Oktober 2016
100% Realisasi: 2,99
- PP39 TW III 2016 Biro Perencanaan - PP39 TW III 2016 Sekretariat Jenderal - PP39 TW III 2016 Kementerian Perindustrian - RKA-K/L Biro Perencanaan - RKA-K/L Sekretariat Jenderal - RKA-K/L Kementerian Perindustrian
-
Target: 6 Dokumen
79%
- Menyusun Laporan Akhir
55,28%
Target: 80% 82,50%
- Penilaian dokumen perencanaan - Finalisasi dokumen perencanaan - Analisis hasil pelayanan penyusunan dokumen perencanaan Target: 100%
Target: 3 Dokumen
Target: 62% 72,50%
74%
- PP39 TW II 2016 Biro Perencanaan - PP39 TW II 2016 Sekretariat Jenderal - PP39 TW II 2016 Kementerian Perindustrian
Target: 4 Dokumen
0%
- Tindak lanjut pembahasan dokumen perencanaan
Target: 74%
- PP39 TW I 2016 Biro Perencanaan - PP39 TW I 2016 Sekretariat Jenderal - PP39 TW I 2016 Kementerian Perindustrian Evaluasi Kinerja TW I 2016
Target: 0% 2
55%
Target: 44%
- Target: 7 Dokumen
3
- Pembahasan konsep dokumen perencanaan
Target: 80% 74%
- Melaksanakan seleksi terbuka JPT untuk bulan Nopember 2016
Target: 60%
77,18%
Target: 20% Target: 40% 4
Tersusunnya dan tersajikannya laporan keuangan dan BMN yang sesuai SAP dengan capaian tertinggi
1 Tersedianya kebijakan internal mengenai pelaksanaan dan pertanggungjawaban anggaran
4
Pedoman
- Pengumpulan data dan Penyusunan Draft Awal Permenperin tentang Tata Cara Pelaksanaan Penetapan Status Penggunaan BMN - Pengumpulan data dan Penyusunan Draft Pedoman Kebijakan Akuntansi PNBP
39%
- Penyusunan draft final Permenperin ttg tata cara pelaksanaan PSP BMN di Lingkungan Kemenperin - Penyusunan Draft Pedoman Pengelolaan BMN di Lingkungan Kemenperin
Target: 80% 57%
- Penyusunan Draft Permenperin Pedoman Akuntansi - Finalisasi Permenperin ttg tata cara pelaksanaan PSP BMN di Lingkungan Kemenperin - Pembahasan Pedoman Pengelolaan BMN di Lingkungan Kemenperin
70%
Target : 73% Target: 58%
- Finalisasi peraturan Menteri Perindustrian tentang Tata Kelola DIPA Kementerian Perindustrian - Finalisasi Permenperin tentang Petunjuk Teknis Akuntansi Pendapatan di lingkungan Kemenperin - Finalisasi Pedoman Pengelolaan BMN di Lingkungan Kemenperin
100% Realisasi: 20 Dokumen
Target: 31 % Target: 100% 5
Terlaksananya layanan penyusunan, evaluasi, dan penyebarluasan peraturan perundang-undangan bidang industri dan bidang terkait industri
2 Evaluasi produk hukum bidang industri
5
Laporan
- Pembentukan Tim Evaluasi Perumusan Masalah -
10%
- Perumusan Masalah - Pengumpulan Bahan
30%
Target: 10%
- Pengumpulan Bahan Pembahasan melalui - rapat/FGD
70%
Target: 80%
- Pembahasan melalui rapat/FGD - Kesimpulan (Penyusunan rekomendasi)
80,00%
Target: 100%
Target: 35%
6
Tersedianya infrastruktur kompetensi
1. Terbentuknya SKKNI
10
Standar
- Koordinasi - Penyusunan Peta Kompetensi
Target: 30%
-
- Penyusunan Konsep Unit Penyusunan Unit Target: 60%
-
- Penyusunan Dokumen RSKKNI Verifikasi Internal - Pra Konvensi Target: 90%
10
- Verifikasi Eksternal - Konvensi - Pengusulan Penetapan kepada Kemenaker Target: 100%
40%
2. Terbentuknya LSP dan TUK
10
Unit
- Persiapan dokumen dan administrasi, koordinasi dengan pihak terkait serta pembentukan LSP dan TUK
1
Target: 20%
7
Terselenggaranya Pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi
1. Jumlah asesor kompetensi
150
Orang
- Persiapan dan Pelaksanaan Pelatihan Angkatan I
- Persiapan dokumen dan administrasi, koordinasi dengan pihak terkait serta pembentukan LSP dan TUK
1
Target: 40%
22
- Persiapan dan Pelaksanaan Pelatihan Angkatan II, III dan IV
- Persiapan dokumen dan administrasi, koordinasi dengan pihak terkait serta pembentukan LSP dan TUK
8
Target: 80%
95
Target: 80
- Persiapan dan Pelaksanaan Pelatihan Angkatan V dan VI
- Persiapan dokumen dan administrasi, koordinasi dengan pihak terkait serta pembentukan LSP dan TUK
90%
Target: 100%
139
- Pelaporan
100% 159 asesor
Target: 150
Target: 20 orang 2. Jumlah pembina industri yang memiliki sertifikan kompetensi (SI dan EKIN)
450
Orang
- Terselenggaranya Diklat Sistem Industri I dan II serta Diklat Ekonomi Industri I dan II
0 (penghematan anggaran)
Target: 25% 3. Jumlah guru dan dosen yang memiliki sertifikasi
80
Orang
- Persiapan dokumen dan administrasi sertifikasi guru dan dosen
230
Orang
- Penyelenggaraan pendidikan rintisan gelar untuk mahasiswa terdaftar - rintisan kerja sama dengan universitas tujuan dalam dan luar negeri
5. Jumlah tenaga kerja lulusan pelatihan berbasis kompetensi (Diklat 3 in 1)
10000
Orang
- Persiapan kerja sama dengan pihak-pihak terkait dan perusahaan industri - Pengumuman rekruitmen diklat
0 (penghematan anggaran)
Target: 50% 0
Target: 20% Target IKU: 80 orang 4. Jumlah pembina industri yang memiliki rintisan gelar
- Terselenggaranya Diklat Sistem Industri I dan II serta Diklat Ekonomi Industri I dan II
- proses sertifikasi guru dan dosen
Target: 230 orang
- Sosialisasi Rekruitmen - Seleksi penerimaan mahasiswa baru (tes TPA, Toefl, Wawancara) - Pengumuman hasil
0
Target: 10%
- Pelaksanaan Pelatihan - Pelaksanaan Sertifikasi - Penempatan
- proses sertifikasi guru dan dosen
190
- Registrasi Akademik dan administrasi untuk mahasiswa baru - Pendataan Lulusan untuk mahasiswa yang telah selesai masa pendidikan
Target: 150 - Terselenggaranya Diklat Sistem Industri I dan II serta Diklat Ekonomi Industri I dan II
0 (penghematan anggaran)
Target: 100% 29
Target: 70% Target IKU: 80 orang
Target: 230 orang 1.200
0 (penghematan anggaran)
Target: 75%
Target: 40% Target IKU: 80 orang 189
- Terselenggaranya Diklat Sistem Industri I dan II serta Diklat Ekonomi Industri I dan II
- proses sertifikasi guru dan dosen
68,75% 55 orang
Target: 100% Target IKU: 80 orang 207
- Memonitoring dan evaluasi
90% 207 orang
9.844
- Memonitoring dan evaluasi
98%
Target: 207 orang 5.830
Target: 50%
- Pelaksanaan Pelatihan - Pelaksanaan Sertifikasi - Penempatan
Target: 95% Target: 100%
6. Jumlah konsultan industri yang memiliki sertifikat kompetensi
50
Orang
- Persiapan kerja sama dengan pihak-pihak terkait - Pengumuman rekruitmen diklat
tidak dianggarkan - Pelaksanaan Pelatihan di tahun 2016
Target: 10% 7. Jumlah wirausaha industri yang memiliki sertifikat kompetensi melalui TPL
120
Orang
- Persiapan, Pengumuman rekrutmen, seleksi PMB
tidak dianggarkan - Pelaksanaan Pelatihan di tahun 2016
Target: 50 % -
- Pengumuman hasil registrasi akademik dan administrasi untuk mahasiswa
-
- Pelaksanaan Pelatihan Wirausaha Industri berbasis Kompetensi
tidak dianggarkan - Memonitoring dan evaluasi di tahun 2016
Target: 90% -
- Ujian sertifikasi kompetensi untuk mahasiswa yang telah selesai pendidikan
tidak dianggarkan di tahun 2016
Target: 100% 291
- Penempatan lulusan
-
22
Target: 100% - Pelaporan
-
Target: 10% Target: 20% 8. Jumlah wirausaha industri yang memiliki sertifikat kompetensi melalui diklat kewirausahaan
100
Orang
- Persiapan Diklat
Target fisik: 80% Target IKU: 100 orang
Target fisik: 20% 9. Jumlah tenaga kerja lulusan pendidikan kejuruan industri berbasis spesialisasi dan kompetensi
1490
Orang
- Proses pendidikan tinggi kejuruan berbasis kompetensi dan sertifikasi kompetensi
Target: 70% 22
-
- Praktek Kerja Industri - Penyelenggaraan Penerimaan Siswa Baru
- Monitoring dan Evaluasi
Target fisik: 90% Target fisik: 100% 600
- Implementasi program kerjasama antara - Sekolahdengan mitra luar negeri dan dalam negeri - Penyelenggaraan Sertifikasi - dan kompetensi Siswa Penyelenggaraan Wisuda Penempatan ke Industri
1.234
- Tracer study - Memonitoring dan evaluasi unit Sekolah
82,82%
10. Jumlah tenaga kerja lulusan pendidikan tinggi vokasi industri berbasis spesialisasi dan kompetensi
2050
Orang
- Proses pendidikan tinggi vokasi berbasis kompetensi dan sertifikasi kompetensi
fisik: 25% 2983 orang
Target fisik: 25% Target IKU: 2050 orang 11. Jumalh tenaga kerja lulusan pendidikan D1 dan D2 yang lulusannya langsung diserap sektor industri
480
Orang
- Penyelenggaraan Pendidikan Reguler
Tersedianya modul pada sistem informasi industri
1 Pengembangan modul pada sistem informasi industri nasional
1
Modul -
Tahap Perencanaan: Studi kelayakan Diagram arus logis Spesifikasi pemakai Perancangan Konseptual
-
Tersedianya informasi pada sistem informasi industri
1. Jumlah informasi yang tersedia
8
Jenis
Terpublikasi hasil analisis Perkembangan Industri triwulan I
25%
8
Jenis
- Terlaksananya analisis Perkembangan Industri triwulan I - Terlaksananya analisis Perkembangan dan Peluang Pasar - Terlaksananya analisis Perkembangan Investasi
Target: 15%
-
Tahap Perancangan: - Laporan perancangan sistem - Bagan arus dan tabel keputusan - Deskripsi program - Prosedur-prosdur operasi Deskripsi file - Prosedur-prosedur memasukkan data
10,44%
Terpublikasi hasil analisis Perkembangan Industri triwulan II
50%
- Terlaksananya analisis Perkembangan Industri triwulan II - Terlaksananya pengumpulan data-data untuk analisis Perkembangan dan Peluang Pasar - Terlaksananya pengumpulan data-data untuk analisis Perkembangan Investasi Target: 30%
- Implementasi program kerjasama antara dengan mitra luar negeri dan dalam negeri - Penyelenggaraan Sertifikasi dan kompetensi mahasiswa - Penyelenggaraan Wisuda - Penempatan ke Industri
Tahap Implemtasi: - Pembuatan Prototyping Siklus Hidup Pengembangan Sistem
26,07%
Terpublikasi hasil analisis Perkembangan Industri triwulan III
499
- Terlaksananya analisis Perkembangan Industri triwulan III - Terlaksananya proses pengolahan data analisis Perkembangan dan Peluang Pasar - Terlaksananya proses pengolahan data analisis Perkembangan Investasi Target: 48%
fisik: 75% 2983 orang
- Tracer study - monitoring dan evaluasi unit Sekolah
100% 499 orang
Target fisik: 100% Target IKU: 480 orang
75%
Tahap Akhir: - Sosialisasi - Lakukan penyempurnaan
100%
Target: 100%
67,68%
Target: 74% - Telah di kirimkan ke masingmasing Eselon I di lingkungan Kemenperin hasil analisis Perkembangan Industri triwulan III
25,00%
- Tracer study - Memonitoring dan evaluasi unit Politeknik
Target fisik: 100% Target IKU: 2050 orang
Target: 75% Catatan: Telah dilakukan tahapan implementasi sistem
Target: 27% - Telah di kirimkan ke masingmasing Eselon I di lingkungan Kemenperin hasil analisis Perkembangan Industri triwulan II 11,33%
fisik: 75% 2983 orang
Target fisik: 90% Target IKU: 480 orang
Target: 50% Catatan: Telah dilakukan tahapan perancangan sistem
Target: 13% Catatan: - Telah di kirimkan ke masingmasing Eselon I di lingkungan Kemenperin hasil analisis Perkembangan Industri triwulan I 2. Jumlah hasil pengolahan, analisis, dan penyajian data (berdasarkan pengelompokan industri pada bangun industri nasional)
- Praktek Kerja Industri - Penyelenggaraan Penerimaan Siswa Baru
- Implementasi program kerjasama antara Politeknik dengan mitra luar negeri dan dalam negeri - Penyelenggaraan Sertifikasi dan kompetensi mahasiswa - Penyelenggaraan Wisuda - Penempatan ke Industri Target fisik: 75% Target IKU: 2050 orang
Target fisik: 60% Target IKU: 480 orang
Target: 25% Catatan: Telah dilakukan tahapan perencaaan sistem
9
fisik: 50% 2983 orang
Target fisik: 50% Target IKU: 2050 orang
Target fisik: 30% Target IKU: 480 orang
8
- Praktek Kerja Industri - Penyelenggaraan Penerimaan Siswa Baru
47,00%
- Terpublikasi hasil analisis Perkembangan Industri triwulan IV - Terpublikasi hasil analisis Perkembangan dan Peluang Pasar - Terpublikasi hasil analisis Perkembangan Investasi
Target: 100% - Terlaksananya analisis Perkembangan Industri triwulan IV - Telah selesainya analisis Perkembangan dan Peluang Pasar - Telah selesainya analisis Perkembangan Investasi
100%
100%
10
Tersedianya data center yang handal
1. Tersedianya sarana dan prasarana data center yang handal
1
Perangkat Infrastruktur
- Pengumpulan daftar referensi harga - Pembuatan HPS
25%
Target: 25% Catatan: - Telah dilakukan pengumpulan daftar referensi harga dari berbagai perusahaan penyedia - Telah dibuat HPS lelang
11
Tersedianya pengolahan dan pemeliharaan daftar inventarisasi barang/jasa produksi dalam negeri
1. Tersedianya database Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN), Pengolahan dan Pemeliharaan Daftar Inventarisasi Barang/Jasa Produksi Dalam Negeri
1
Database TKDN - Planning database - Pengumpulan data
Target: 25% Catatan: - Telah dilakukan planning database -Telah dilakukan pengumpulan data berdasarkan kelompoknya
- Pengajuan lelang dari PPK ke ULP - Proses Lelang ULP
50%
Pengolahan database Daftar Inventarisasi Barang/Jasa Produksi Dalam Negeri
Target: 50% Catatan: Telahdilakukan pengolahan database Daftar Inventarisasi Barang/Jasa Produksi Dalam Negeri
75%
- Pemasangan perangkat - Ujicoba perangkat
Target: 75% Catatan: - Adanya pengumuman pemenang lelang dan surat dari kepala ULP terhadap usulan calon pemenang kepada PPK - Kontrak antara pemenang dan PPK - Barang dalam proses pengiriman
Target: 50% Catatan: - Pembuatan surat dari PPK untuk ULP dalam pengajuan lelang - Paket lelang sudah diumumkan
25%
- Telah ada Pemenang Lelang - Pengiriman perangkat
100% 1 perangkat infrastruktur database
Target: 100% Catatan: - Dilakukan pemasangan perangkat - Dilakukan ujicoba perangkat
50%
Validasi database Daftar Inventarisasi Barang/Jasa Produksi Dalam Negeri Target: 75% Catatan: - Telah dilakukan validasi database Daftar Inventarisasi Barang/Jasa Produksi Dalam Negeri - Telah di cetak Buku Daftar Inventarisasi Barang/Jasa Produksi Dalam Negeri
75%
- Pencetakan Buku Daftar Inventarisasi Barang/Jasa Produksi Dalam Negeri
Target: 100% Catatan: Pencetakan telah dilakukan pada triwulan III
100% 1 database TKDN