Kata Pengantar
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh periode sebelumnya. Resolusi Rakerkesnas 2016 merupakan kesepakatan bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam rangka percepatan pelaksanaan kegiatan tahun 2016, kegiatan pembangunan kesehatan tahun 2017 dan pembahasan isu strategis lain. Proses perumusannya melibatkan seluruh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kesehatan terpilih dalam tinjauan Sistem Kesehatan Nasional. Butir-butir dalam resolusi sejalan dengan amanah Undang-Undang nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yang membagi Urusan Pemerintahan di bidang kesehatan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota. Resolusi Rakerkenas 2016 tidak akan berarti apa-apa tanpa dukungan serta implementasi dari Kepala Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota, serta pemangku kebijakan lintas Kementerian/Lembaga terkait. Oleh karena itu saya berharap agar semua pihak yang terlibat dapat menjalankan peran sesuai dengan kewenangannya. Akhir kata, saya ucapkan terimakasih atas peran serta semua pihak yang terlibat, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi upaya kita bersama. Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI
dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes
Resolusi Rakerkesnas Tahun 2016
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA RAPAT KERJA KESEHATAN NASIONAL
Selasa, 5 April 2016
TAHUN 2016 RANGKUMAN LAPORAN RESOLUSI KEBIJAKAN 1. Rapat Kerja Kesehatan Nasional Kementerian Kesehatan merupakan forum tertinggi sosialisasi, pembahasan dan perumusan Prioritas Kebijakan Program Pembangunan Kesehatan yang dihadiri oleh seluruh pemangku kebijakan di lingkungan Kantor Pusat, Kantor Daerah, Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota dengan tujuan merumuskan resolusi/kesepakatan bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam rangka percepatan pelaksanaan kegiatan tahun 2016, informasi kegiatan pembangunan kesehatan tahun 2017 dan pembahasan isu strategis lain dengan tema “Keluarga Sehat Pilar Utama Bangsa yang Kuat”. Laporan ini merangkum hasil–hasil utama dari 10 topik isu yang dibahas pada Forum Pra Rakerkesnas, yang melibatkan seluruh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan UPT terpilih dalam tinjauan subsistem-subsitem. 2. Pembahasan Program Pembangunan Kesehatan pada: (1) Subsistem Upaya Kesehatan; (2) Subsistem Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; (3) Subsistem Pembiayaan; (4) Subsistem Sumber Daya Manusia Kesehatan; (5) Subsistem Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan; (6) Subsistem Manajemen dan (7) Subsistem Pemberdayaan Masyarakat. 3. Butir resolusi hasil penapisan subsistem-subsistem difokuskan pada permasalahan utama daerah. 4. Forum Rakerkesnas Tahun 2016 pada berbagai subsistem akan disampaikan resolusiresolusi sebagai berikut: A.1. Resolusi 1: Penguatan Fasyankes Layanan Primer A.1.1. Pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota melakukan upaya Penguatan Fasyankes terutama dilakukan dengan pemenuhan infrastruktur yang memenuhi standar, diutamakan untuk pelaksanaan upaya promotif dan preventif A.1.2. Membangun sistem informasi keluarga A.1.3. Memenuhi SDM yang terakreditasi sesuai dengan standar Permenkes 75 Tahun 2014 A.2. Resolusi 2: Akreditasi Fasyankes A.2.1. Penguatan Akreditasi Fasyankes dilakukan dengan membangun komitmen pimpinan daerah dalam pelaksanaan akreditasi fasyankes
A.2.2. Pemenuhan SDM yang melakukan akreditasi RS dan Puskesmas serta pemenuhan ketersediaan dan kesinambungan dana akreditasi A.3. Resolusi 3: Sistem Rujukan A.3.1. Pemerintah daerah menerbitkan peraturan daerah tentang kriteria penerapan sistem rujukan A.4. Resolusi 4: Pencegahan dan Pengendalian Penyakit serta Peningkatan Kewaspadaan Risiko Kejadian Luar Biasa (KLB) A.4.1. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menyebarluaskan informasi dan edukasi secara berkala dan terus menerus melalui berbagai saluran media kepada masyarakat dengan melibatkan stakeholder dan jejaring tentang bahaya penyakit dan penanggulangannya. Untuk pencegahan penyakit, perlu perubahan perilaku hidup bersih dan sehat serta melakukan upaya CERDIK (Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin berolah raga, Diet seimbang, Istirahat cukup, Kelola Stres). Melaksanakan surveilans dan EWARS sesuai SOP yang dipantau secara berjenjang dengan memastikan setiap petugas terkait memahami dan melaksanakan. Perlu adanya peningkatan kapasitas dengan melakukan in house training maupun pelatihan-pelatihan. Membangun jejaring dan mengembangkan sistem rujukan secara berjenjang termasuk laboratorium nasional dengan mengoptimalkan Labkesda Prov dan kabupaten/kota A.4.2. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah melakukan upaya pencegahan spesifik dilakukan secara rutin melalui kajian epidemiologi seperti Imunisasi, IVA dan kryo, pemberian kelambu, kegiatan pengobatan massal untuk penyakit tertentu dan kegiatan spesifik lainnya A.4.3. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah harus melakukan respon cepat yang terintegrasi dan spesifik dengan melibatkan lintas program dan lintas sektor apabila melalui kajian epidemiologi terdeteksi adanya kemungkinan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB). Untuk mengoptimalkan penanganan KLB diperlukan simulasi secara berkala untuk penanggulangan wabah/KLB termasuk simulasi pendanaannya dari berbagai sumber dengan melibatkan lintas sektor. A.4.4. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dan respon cepat penanggulangan KLB dibutuhkan regulasi daerah yang mengacu pada peraturan yang ada.
B.1. Pemanfaatan hasil temuan Litbang antara lain: Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM), Survai Diet Total (SDT), Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), Survai Kesehatan Nasional (Sirkesnas), Monev Nusantara Sehat (NS), Riset Penyakit Tidak Menular (PTM)
B.1.1. Dinas Kesehatan Provinsi/Kab/Kota sepakat memanfaatkan hasil litbang untuk penyusunan perencanaan dan kebijakan berbasis bukti (evidence base) B.1.2. Dinas kesehatan Provinsi/Kab/Kota sepakat memanfaatkan hasil litbang (factsheet) untuk bahan advokasi kepada pemerintah daerah maupun stakeholder lain agar pembangunan kesehatan menjadi pengarusutamaan pembangunan di daerah masing-masing (antara lain mendapatkan sumber daya terutama dukungan dana untuk pembangunan kesehatan) B.1.3. Dinas kesehatan Provinsi/Kab/Kota sepakat memberikan dukungan terhadap persiapan dan pelaksanaan Riset Skala Nasional dan Riset Strategis lainnya
C.1. Resolusi 1: Peningkatan anggaran kesehatan pusat dan daerah C.1.1. Pemerintah pusat melakukan pengalokasian anggaran kesehatan melalui APBN sektor kesehatan sebesar 5% C.1.2. Pemerintah daerah meningkatkan alokasi APBD kesehatan provinsi/kabupatenupaten/kota 10% di luar gaji C.1.3. Pemerintah daerah mendayagunakan corporate social responsibility (CSR), Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau, dan Dana Pajak Rokok C.2. Resolusi 2: Pengalokasian anggaran promotif dan preventif C.2.1. Pemerintah pusat dan daerah mengalokasikan anggaran kesehatan terutama pada kegiatan promotif dan preventif melalui pengalokasian APBN dan APBD dalam jumlah yang memadai C.2.2. Pemerintah pusat dan daerah melakukan sinkronisasi antara usulan dan realisasi pelaksanaan DAK C.3. Resolusi 3: Pemanfaatan anggaran kesehatan C.3.1. Pemerintah pusat dan daerah memanfaatkan anggaran kesehatan melalui APBN, APBD, DAK non fisik, BOK, Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau, Dana Pajak Rokok, dan Dana Desa untuk kegiatan promotif dan preventif melalui pendekatan keluarga sehat secara efektif dan efisien C.3.2. Optimalisasi dana Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) untuk turut mendukung kegiatan promotif dan preventif
D.1. Resolusi 1: Jumlah dan distribusi tenaga kesehatan tidak merata antar daerah D.1.1. Pemda Provinsi dan Kab/Kota melakukan pemetaan SDM Kesehatan dengan menggunakan Sistem Informasi SDM Kesehatan dan menyusun perencanaan kebutuhandenganmerujuk pada Permenkes Nomor 33/2015 serta mengajukan formasi CPNS ke Badan Kepegawaian Daerah (BKD). Kementerian Kesehatan melakukan advokasi kepada MENPAN-RB dan BKN untuk mengalokasikan formasi CPNS sesuai kebutuhan masing-masing Pemda.
D.1.2. Pemda Provinsi dan Kab/Kota mempunyai kewenangan untuk mengatasi maldistribusi di daerahnya dengan Peraturan Gubernur atau Peraturan Bupati/Walikota, dan memperkuat kooordinasi dengan BKD dalam penempatan tenaga kesehatan. Kementerian Kesehatan melakukan advokasi ke KEMENDAGRI, KEMENPAN-RB dan BKN agar BKD Provinsi dan Kab/Kota memperhatikan pertimbangan dan usulan Dinkes Provinsi, dan Kab/Kota. D.1.3. Pemda Kab/Kota yang memiliki kapasitas fiskal rendah mengajukan kebutuhan formasi CPNS ke MENPAN dan alokasinya didukung oleh alokasi anggaran Dana Alokasi Khusus Non Fisik Tahun Anggaran 2017. Kementerian Kesehatan mengusulkan ke KEMENKEU untuk mengembangkan mekanisme penganggaran Dana Alokasi Khusus Non Fisik untuk pemenuhan honorSDM Kesehatan di daerah tersebut. D.2. Resolusi 2: Pemenuhan jenis nakes belum sesuai standar D.2.1. Pemda Provinsi dan Kab/Kota dapat memanfaatkan Perpres Wajib Kerja Dokter Spesialis (rancangan) untuk mendistribusikan Dokter Spesialis dengan menyusun rencana kebutuhan dan lokasi RS serta menyiapkan dukungan berupa insentif daerah dan ketersediaan alat kesehatan. Kementerian Kesehatan menempatkan Dokter Spesialis dengan menggunakan APBN dengan prioritas di daerah yang tidak diminati sesuai UU No 23 Tahun 2014, bekerjasama dengan Organisasi Profesi dan Fakultas Kedokteran. D.2.2. Pemda Kab/Kota dapat memanfaatkan dana BOK untuk merekrut tenaga kontrak (sesuai Undang-Undang ASN) promosi kesehatan di setiap puskesmas dengan pendidikan minimal D3 Kesehatan (tenaga Kesehatan Masyarakat, Kesehatan Lingkungan, Gizi, TehnisKefarmasian dan Analis Laboratorium).Kementerian Kesehatan akan merevisi Permenkes Nomor 82 Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Kesehatan, Serta Sarana dan Prasarana Penunjang Subbidang Sarpras Kesehatan Tahun Anggaran 2016. D. 3. Resolusi 3: Kompetensi Nakes belum sesuai standar D.3.1. Pemda Provinsi dan Kab/Kota mengalokasikan anggaran untuk meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan melalui pendidikan (beasiswa) dan pelatihan. Kementerian Kesehatan memberikan dukungan dalam bentuk dana Dekonsentrasi untuk mendukung upaya tersebut. D.3.2. Pemda Provinsi mengalokasikan anggaran bagi Bapelkes Daerah untuk pengembangan dan pemenuhan tenaga Widyaiswara. Kementerian Kesehatan memberikan dukungan dalam bentuk dana Dekonsentrasi atau mengembangkan Dana Alokasi Khusus Fisik Subbidang SDM Kesehatan untuk mendukung upaya tersebut.
D.3.3. Pemda Provinsi dan Kab/Kota mempunyai kewenangan untuk pembinaan dan pengawasan terhadap SDM Kesehatan dalam bentuk pemberian izin dan pengawasan praktek, kesempatan mengikuti pendidikan dan pelatihan, seminar dalam rangka meningkatkan kompetensi. Kementerian Kesehatan memberikan dukungan dalam bentuk dana Dekonsentrasi atau Dana Alokasi Khusus Non Fisik untuk mendukung upaya tersebut. D.3.4. Pemda Provinsi (Dinas Kesehatan Provinsi) berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi dalam memberikan rekomendasi perizinan pembukaan SMK Kesehatan. Kementerian Kesehatan berkoordinasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengatur kurikulum pendidikan SMK Kesehatan dan menyusun regulasi lulusan SMK Kesehatan sebagai Asisten Tenaga Kesehatan yang bekerja dibawah supervisi Tenaga Kesehatan. D.3.5. Pemerintah Pusat (Kementerian Kesehatan) berkoordinasi dengan Kemenristekdikti untuk percepatan program DLP.
E.1. Resolusi 1: Pengadaan obat dan alkes melalui e-katalog. E.1.1. Pemerintah Daerah memanfaatkan e-katalog seoptimal mungkin untuk menjaga ketersediaan obat dan vaksin di faskes dalam rangka memperkuat pelayanan kesehatan. Dalam hal mengalami masalah dalam pemanfaatan ekatalog, Pemerintah Daerah menerapkan Permenkes No. 63 Tahun 2014 dan Surat Edaran Kepala LKPP No.3 Tahun 2015. E.1.2. Pemerintah Daerah mendorong tenaga ULP memiliki sertifikat pengadaan B/J dalam rangka meningkatkan kemampuan pengadaan obat dan alkes dengan metode e-purchasing E.1.3. Pemerintah Pusat mendorong LKPP untuk memberikan akses e-purchasing kepada RS swasta yang telah bekerja sama dengan BPJS. Dalam hal belum bisa melakukan e-purchasing, mendorong RS Swasta memanfaatkan e-katalog untuk pengadaan secara manual (offline). E.1.4. Pemerintah Pusat mendorong agar setiap satker dan faskes menerapkan emonev katalog obat sebagai instrumen monitoring pengadaan obat melalui ekatalog. E.2. Resolusi 2: Pelaksanaan One Gate Policy pengelolaan obat dan vaksin E.2.1. Pemerintah Daerah mendorong instalasi farmasi menjadi UPT Daerah dalam rangka menerapkan one gate policy pengelolaan obat dan vaksin. E.2.2. Pemerintah Daerah menerapkan one gate policy pengelolaan obat dan vaksin secara optimal, mencakup perencanaan kebutuhan (Rencana Kebutuhan Obat dan Vaksin yang akurat), pemanfaatan e-katalog, e-monev katalog serta penerapan sistem e-logistik. E.2.3. Pemerintah Daerah meningkatkan kapasitas SDM melalui pelatihan pengelolaan obat dan vaksin.
E.2.4. Pemerintah Pusat akan menerbitkan regulasi tentang Instalasi Farmasi Pemerintah E.3. Resolusi 3: Terjaminnya ketersediaan, mutu obat dan vaksin serta pemenuhan standar kefarmasian E.3.1. Pemerintah Daerah mengusulkan DAK Subbidang Pelayanan Kefarmasian berdasarkan proposal-based dengan memperhitungkan kecukupan ketersediaan obat 18 bulan, yang didukung data yang akurat, serta mengalokasikan biaya distribusi obat dan vaksin (dengan memperhatikan kondisi geografis -laut dan darat) sampai dengan puskesmas dan jaringannya; E.3.2. Pemerintah Daerah mengusulkan di tahun 2017 biaya distribusi obat dan vaksin sampai dengan puskesmas dan jaringannya dan biaya operasional sistem informasi manajemen logistik obat secara elektronik melalui DAK non fisik; E.3.3. Pemerintah Daerah melaksanakan DAK Subbidang Pelayanan Kefarmasian sesuai petunjuk teknis untuk menjamin ketersediaan obat; E.3.4. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah memenuhi kebutuhan tenaga kefarmasian di instalasi farmasi pemerintah dan puskesmas. E.4. Resolusi 4: Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menjamin ketercukupan tersedianya anggaran bagi pelaksanaan One Gate Policy dan jaminan ketersediaan, mutu obat dan vaksin serta pemenuhan standar kefarmasian.
F.1. Resolusi 1: Penguatan pengawasan perencanaan program dan penganggaran F.1.1. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menyusun perencanaan Anggaran Kesehatan berdasarkan prinsip money follow program dan bersinergi dengan kebijakan Pemerintah Pusat. F.1.2. Satuan Kerja Kantor Pusat, Kantor Daerah dan SKPD penerima alokasi APBN Kementerian Kesehatan harus memperhatikan kaidah-kaidah penyusunan perencanaan penganggaran untuk menghindari adanya output cadangan dan catatan halaman IV DIPA. F.2. Resolusi 2: Penguatan pengawasan pelaksanaan kegiatan dan anggaran F.2.1. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap pelaksanaan Anggaran Kesehatan agar dapat mempercepat penyerapan anggaran. F.2.2. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah berkomitmen dalam meningkatkan kualitas dan transparansi proses pengadaan barang dan jasa sesuai dengan peraturan yang berlaku melalui penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. F.2.3. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah melaksanakan program pencegahan Fraud JKN di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
F.2.4. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah melaksanakan monitoring dan evaluasi pencegahan Fraud JKN di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. F.3. Resolusi 3: Penguatan pengawasan pelaporan keuangan F.3.1. Satuan Kerja Kantor Pusat, Kantor Daerah dan SKPD penerima alokasi APBN Kementerian Kesehatan melaksanakan strategi mempertahankan WTP. F.4. Resolusi 4: Penyelesaian tindak lanjut hasil pengawasan F.4.1. Satuan Kerja Kantor Pusat, Kantor Daerah dan SKPD penerima alokasi APBN Kementerian Kesehatan berkewajiban menyelesaikan tindak lanjut hasil pengawasan Aparat Pengawasan Fungsional (BPK, BPKP, Inspektorat Jenderal). F.5. Resolusi 5: Pembangunan zona integritas menuju wilayah bebas dari korupsi dan wilayah birokrasi bersih melayani F.5.1. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah berkomitmen untuk memenuhi indikator menuju predikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM).
G.1. Resolusi 1: Payung Hukum Gerakan Masyarakat Hidup Sehat G.1.1. Pemerintah Daerah menerbitkan turunan regulasi daerah sejalan dengan UU No 23 tahun 2014 G.1.2. Pemerintah Pusat menerbitkan inpres dan Pedoman Umum tentang Aksi Gerakan Masyarakat Hidup sehat melalui Bappenas. G.1.3. Pemerintah Pusat menyusun petunjuk teknis Gerakan Masyarakat Hidup sehat oleh Kementerian Kesehatan G.1.4. Pemerintah Pusat melakukan perencanaan terintegrasi antar dan inter K/L terkait dengan kegiatan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat G.2. Resolusi 2: Strategi Kebijakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat G.2.1. Pemerintah Daerah menyusun implementasi dalam pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat melalui pendekatan keluarga G.2.2. Pemerintah Pusat menetapkan strategi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat melalui pendekatan keluarga G.3. Resolusi 3: Advokasi dan Sosialisasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat G.3.1. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah melakukan advokasi dan sosialisasi tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat secara berjenjang G.4. Resolusi 4: Forum Kab/kota Sehat Gerakan Masyarakat Hidup Sehat G.4.1. Pemerintah Daerah melakukan penguatan kerjasama lintas sektor melalui pembentukan dan pengaktifan forum kabupaten/kota sehat
G.5. Resolusi 5: Pendayagunaan Sumberdaya G.5.1. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah mendayagunakan sumberdaya yang ada dari Pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan G.6. Resolusi 6: Penguatan Kelembagaan G.6.1. Pemerintah Pusat akan mengkaji UKM Primer, Sekunder dan Tersier di berbagai tingkatan G.7. Resolusi 7: Istilah dalam gerakan masyarakat yang ada G.7.1. Pemerintah Pusat akan meninjau kembali istilah gerakan masyarakat yang sudah ada menjadi lebih familiar dan atraktif
Matriks Resolusi Rakerkesnas Tahun 2016 Subsistem Upaya Kesehatan
2
U P A Y A K E S E H A T A N
NO
1
A.1.
4
5
PERMASALAHAN UTAMA
6
2016
Membangun sistem informasi keluarga
Memenuhi SDM yang terakreditasi sesuai dengan standar Permenkes 75 Tahun 2014
A.1.3.
pemahaman tentang konsep akreditasi masih kurang;
Permenkes 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas
e) Keterbatasan SDM dalam memenuhi standard akreditasi 1. Menyiapkan RS dan Puskesmas; SDM Dinkes Kab/Kota untuk f) Alat, sarana dan mengikuti kegiatan prasarana yang belum memenuhi workshop dan pelatihan SIP standard; 2. Menyediakan g) Kurangnya ketersediaan dan perangkat pendukung kesinambungan implementasi dana akreditasi; Sistem Informasi h) Komitmen pimpinan daerah Keluarga (SI Kel) dan Sistem dan fasilitas Informasi pelayanan Puskesmas kesehatan (fasyankes) serta (SIP)
7
2017
KAB/ KOTA
a) Kurangnya infrastruktur dalam pelaksanaan Terpenuhinya Tersedianya minimal Pemerintah upaya promotif sarana, 1 puskesmas di daerah provinsi dan preventif; prasarana, alat, setiap kecamatan dan kab/kota tenaga, melakukan upaya yang melaksanakan b) Sistem informasi dana/uang upaya promotif dan Penguatan keluarga yang (SPATU) untuk preventif Fasyankes belum optimal; pelaksanaan terutama kegiatan dilakukan dengan c) Sumber Daya promotif dan pemenuhan Manusia (SDM) preventif di infrastruktur yang untuk akreditasi tingkat memenuhi belum memenuhi pelayanan standar, standar Permenkes kesehatan diutamakan untuk 75 Tahun 2014; primer dan pelaksanaan upaya UKBM promotif dan d) Minimnya preventif anggaran untuk akreditasi RS dan Puskesmas;
Penguatan Fasyankes Layanan Primer
3
BUTIR RESOLUSI OUTPUT RESOLUSI
A.1.2
A.1.1.
SUB SISTEM
Permenkes 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas
1. Menyiapkan SDM Dinkes Provinsi untuk mengikuti kegiatan workshop di pusat dan pelatihan SIP 2. Menyediakan dukungan pembiayaan untuk pelaksanaan pendataan keluarga dan penyelenggaraa n SIP
Tersedianya instrumen Bimtek dan Monev; SDM yang kompeten; dan data dukung pelaksanaan kegiatan Bimtek dan Monev terpadu
8
2016
PROVINSI
INPUT
9
2017
Permenkes 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas
11
2017
Mapping kebutuhan SDM Puskesmas sesuai dengan standar yang tercantum di Permenkes 75 Tahun 2014
Menyelenggara kan workshop SIP di tingkat kab/kota
Tersedianya dukungan sumber daya terhadap pelaksanaan kegiatan promotif dan preventif di tingkat pelayanan kesehatan primer dan UKBM secara berkesinambun gan
12
13
2017
KAB/KOTA 2016
Subsistem Upaya Kesehatan Hal 1 dari 7
3. Tersedianya infrastruktur yang mendukung implementasi SI Kel dan SIP
2. Tersedianya aplikasi Sistem Informasi Keluarga (SI Kel) dalam Sistem Informasi Puskesmas (SIP)
1. Tersedianya petunjuk teknis sistem informasi keluarga dalam mendukung program Indonesia Sehat
Pemenuhan infrastruktur Puskesmas yang memenuhi standar, diutamakan untuk pelaksanaan upaya promotif dan preventif melalui Dana Alokasi Khusus (DAK)
10
2016
PUSAT
INDIKATOR PUSAT
Mendukung pemenuhan kebutuhan SDM di Puskesmas sesuai dengan standar Permenkes 75 Tahun 2014
3. Bimbingan teknsis dalam rangka pendampingan SIP dan Pendataan keluarga
Mapping kebutuhan SDM Puskesmas sesuai dengan standar yang tercantum di Permenkes 75 Tahun 2014
3. Workshop implementasi SIP hingga Puskesmas pada (Oktober 2016)
2. Pelatihan SIP sebanyak 4 batch pada bulan Mei‐Juni 2016
2. Sosialisasi pendataan keluarga
Membangun infrastruktur Puskesmas sesuai standar, diutamakan untuk pelaksanaan upaya promotif dan preventif melalui Dana Alokasi Khusus (DAK)
16
2016
1. Workshop ToT SIP di 2 regional (Barat dan Timur) pada bulan April‐Mei 2016
15
2017
1. Menyeleng‐ garakan workshop SIP di tingkat kab/kota (Juli Agustus)
Menyelenggara kan Bimtek dan Monev terpadu Promotif dan Preventif ke Kab/Kota
14
2016
PROSES PROVINSI 17
2017
Tersedianya data kebutuhan SDM di Puskesmas sesuai standar yang tercantum di Permenkes 75 Tahun 2014
2. Terselenggaranya SIP
KAB/KOTA 1. Meningkatnya kemampuan SDM di puskesmas untuk menggunakan aplikasi SI Kel dan SIP
PROVINSI Meningkatnya kemampuan SDM di Dinkes untuk pendampingan penggunaan aplikasi SI Kel dan SIP
3. Terselenggaranya interoperabilitas database keluarga sehat dalam SIP
2. Terselenggaranya SIP
PUSAT 1. Tersedianya database keluarga sehat
KAB/KOTA Tersedianya dukungan sumber daya terhadap pelaksanaan kegiatan promotif dan preventif di tingkat pelayanan kesehatan primer dan UKBM secara berkesinambungan
PROVINSI Terpantaunya kegiatan Promotif dan Preventif di Kab/Kota
PUSAT Tercapainya standar infrastruktur Puskesmas, diutamakan untuk pelaksanaan upaya promotif dan preventif
18
OUTPUT
Target Puskesmas sesuai standar PMK 75/2014 ‐‐> 1400 (2016) Realisasi 2015 ‐‐> 848 Puskesmas
Terpenuhinya SDM di Puskesmas sesuai permenkes 75 tahun 2014
Tersedianya sistem informasi keluarga di Fasyankes primer (Pusdatin)
Target TW IV ‐‐> 1400 Puskesmas
Target TW III ‐‐> 1359 Puskesmas
Target TW II ‐‐> 1228 Puskesmas
Realisasi 2016 TW I ‐‐> 1108 Puskesmas
Realisasi 2015 ‐‐> 848 Puskesmas
Target Puskesmas sesuai standar PMK 75/2014 ‐‐> 1400 (2016)
19
TARGET
20
KET
4
Akreditasi Fasyankes
3
Penguatan Akreditasi Puskesnas Akreditasi Fasyankes dilakukan dengan membangun komitmen pimpinan daerah dalam pelaksanaan akreditasi fasyankes
1
BUTIR RESOLUSI OUTPUT RESOLUSI
A.2.1.
2
NO
A.2
SUB SISTEM
5
PERMASALAHAN UTAMA
Tersedianya kebijakan di Kab/Kota yang mendukung pelaksanaan proses akreditasi FKTP
6 Tersedianya kebijakan daerah (PERDA) untuk pemenuhan kuantitas dan kualitas SDM di Wilayah Kab/Kota
2016 7
2017
KAB/ KOTA
Tersedianya kebijakan di Provinsi yang mendukung pelaksanaan proses akreditasi FKTP
2. Penyediaan fasilitas pelatihan SDM Kes. di daerah melalui Poltekkes
8 1. Tersedianya kebijakan daerah (PERDA) untuk pemenuhan kuantitas dan kualitas SDM di Wilayah Propinsi
2016
PROVINSI
INPUT
9
2017
Terdapat kebijakan tingkat pusat yang mendorong tumbuhnya komitmen pimpinan daerah dalam proses akreditasi FKTP
11
2017
Memastikan pelaksanaan kegiatan pendampingan dan proses akreditasi FKTP
12 Menyiapkan dukungan operasional fisik, insentif daerah untuk penempatan NS di wilayahnya
13
2017
KAB/KOTA 2016
Subsistem Upaya Kesehatan Hal 2 dari 7
10 Menugaskan SDM Kesehatan untuk ditugaskan di Puskesmas dalam rangka memenuhi standar PMK 75 tahun 2014
2016
PUSAT
INDIKATOR
2. Memantau pelaksanaan kegiatan pendampingan yang dilaksanakan oleh Kab/Kota (di 31 Provinsi)
1. Pelatihan bagi tim pendamping
14 Menyiapkan dukungan operasional fisik, insentif daerah untuk penempatan NS di wilayahnya
2016
PROSES PROVINSI 15
2017
PUSAT
TW IV ‐‐> 1453 Puskesmas
TW III ‐‐> 314 Puskesmas
TW II ‐‐> 203 Puskesmas (171 Puskesmas ditambah 32 Puskesmas yang sedang di survei di TW I)
2. Proses akreditasi (rencana pelaksanaan survei akreditasi Puskesmas):
1. Koordinasi, pelatihan bagi tim pelatih pendamping, pelatihan bagi tim surveyor, Bimtek dengan Provinsi dalam hal perencanaan akreditasi FKTP
16 Koordinasi lintas program dengan PPSDM untuk pemenuhan SDM Puskesmas melalui penempatan NS Team Based di 130 lokus Puskesmas terpencil dan sangat terpencil, NS Mandiri dan pelatihan manajemen Puskesmas
2016 17
2017
KAB/KOTA Terlaksananya kegiatan proses akreditasi FKTP yang didukung oleh Pemerintah Daerah Kab/Kota
PROVINSI Terlaksananya kegiatan proses akreditasi FKTP yang didukung oleh Pemerintah Daerah Provinsi
PUSAT Terlaksananya kegiatan proses akreditasi FKTP yang secara sinergis didukung oleh Pemerintah Pusat dan Daerah
PROVINSI Tersedianya dukungan Pem. Provinsi terhadap penyelenggaran SDM Kesehatan (NS) di wilayahnya KAB/KOTA Tersedianya dukungan Pem. Kab/Kota terhadap penyelenggaran SDM Kesehatan (NS) di wilayahnya
18 PUSAT Terselenggaranya koordinasi lintas program dengan PPSDM untuk pemenuhan SDM Puskesmas melalui penempatan SDM Kesehatan
OUTPUT
Total rencana pelaksanaan survei akreditasi Puskesmas tahun 2016 adalah 1984 PKM (Keterangan : 1279 Puskesmas mendapatkan DAK non fisik)
Realisasi TW I 2016 = 14 Puskesmas di 13 Kecamatan
Realisasi th 2015 = 100 Puskesmas di 93 Kecamatan
Tercapainya target Akreditasi Puskesmas ‐‐ > 700 (2016)
Target TW IV ‐‐> 1400 Puskesmas
Target TW III ‐‐> 1359 Puskesmas
Target TW II ‐‐> 1228 Puskesmas
Realisasi 2016 TW I ‐‐> 1108 Puskesmas
19
TARGET
20
KET
2
NO
1
A.2.2.
SUB SISTEM
Pemenuhan SDM yang melakukan akreditasi RS dan Puskesmas serta pemenuhan ketersediaan dan kesinambungan dana akreditasi
3
Tim Pendamping Akreditasi
4 Akreditasi RS
BUTIR RESOLUSI OUTPUT RESOLUSI
5
PERMASALAHAN UTAMA
Membentuk tim pendamping akreditasi FKTP yang terlatih dengan SK minimal kepala dinas
6 Tersedianya dana di Kab/Kota untuk melaksanakan proses akreditasi
2016 7
2017
KAB/ KOTA
Mengikuti pelatihan tenaga pendamping akreditasi FKTP
18 RSUD sedang berproses untuk akreditasi dengan biaya mandiri atau melalui dana lain (APBD, APBN‐P, Dana BLUD, dll)
12 122 RSUD dengan anggaran DAK yang sudah siap
2016
PUSAT
Koordinasi dengan KARS untuk penguatan kapasitas Surveior Verifikator Daerah
Melakukan pelatihan terhadap tenaga pendamping dan surveyor
TW IV ‐‐> 60 RSUD
TW III ‐‐> 65 RSUD
2. Proses akreditasi: TW II ‐‐> 35 RSUD
16 1. Koordinasi pelaksanaan workshop, bimbingan teknis dan survei simulasi (29 RSUD sudah mengusulkan melalui surat resmi; 93 RSUD berkonsultasi pada saat desk Rakerkesnas)
2016
Koordinasi dengan Tim Pusat untuk penguatan kapasitas Surveior Verifikator Daerah
15
2017
Tersedianya Tim Pusat yang melakukan koordinasi dengan KARS
Mengikuti pelatihan tenaga pendamping dan surveyor akreditasi FKTP
14 Memfasilitasi pelaksanaan kegiatan bimbingan dan survei melalui dana Dekonsetrasi untuk 30 Provinsi
2016
Menugaskan SDM dari RSUD terpilih untuk mengikuti Penguatan Kapasitas Surveior Verifikator (132 orang untuk wilayah Barat, Tengah dan Timur)
13
2017
Koordinasi dengan KARS untuk penguatan kapasitas Tim Pendamping
Subsistem Upaya Kesehatan Hal 3 dari 7
11
2017
PROSES PROVINSI
Kegiatan penguatan Kapasitas Tim Pendamping (170 orang untuk wilayah Barat dan Timur)
Tersedianya modul pelatihan dan tenaga pelatih yang melakukan pelatihan tenaga pendamping dan surveyor
10 Tersedianya tenaga pelatih untuk workshop, bimbingan teknis dan survei simulasi
2016
KAB/KOTA
Tersedianya Tim Pusat yang melakukan koordinasi dengan KARS
9
2017
PUSAT
INDIKATOR
Menugaskan SDM dari RSUD terpilih untuk mengikuti Penguatan Kapasitas Tim Pendamping (170 orang untuk wilayah Barat dan Timur)
Mengusulkan tenaga pelatih Provinsi sebagai tenaga pendamping dan surveyor yang akan dilatih pada akreditasi FKTP
8 Tersedianya dana Dekonsentrasi yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan bimbingan dan survei
2016
PROVINSI
INPUT
17
2017
PROVINSI Terlaksananya koordinasi tim pusat dan provinsi untuk penguatan kapasitas surveior verifikator daerah
PUSAT Terlaksananya koordinasi tim pusat dan KARS untuk penguatan kapasitas surveior verifikator daerah
PROVINSI Terlaksananya koordinasi tim pusat dan provinsi untuk penguatan kapasitas Tim Pendamping
PUSAT Terlaksananya koordinasi tim pusat dan KARS untuk penguatan Tim Pendamping
KAB/KOTA Tersedianya tenaga pendamping akreditasi FKTP di Kab/Kota
PROVINSI Tersedianya tenaga pelatih Provinsi sebagai tenaga pendamping dan surveyor akreditasi FKTP
PUSAT Menyiapkan tenaga pelatih pendamping dan surveyor
KAB/KOTA Terlaksananya kegiatan bimbingan dan survei melalui dana DAK
18 PUSAT Terselenggaranya koordinasi pelaksanaan workshop, bimbingan teknis dan survei simulasi PROVINSI Terlaksananya kegiatan bimbingan dan survei melalui dana Dekonsetrasi untuk 30 Provinsi
OUTPUT
Tersedianya minimal 1 tim surveior verifikator daerah untuk Akreditasi RS di setiap provinsi
Tersedianya minimal 1 tim pendamping Akreditasi RS di setiap provinsi
Tersedianya Surveyor akreditasi yang mencukupi pelaksanaan akreditasi sesuai target
19 Target akreditasi RS ‐‐ > 140 (2016) Realisasi TW I 2016 = 12 RSUD
TARGET
20
KET
Sistem Rujukan
3
Pemerintah daerah menerbitkan peraturan daerah tentang kriteria penerapan sistem rujukan
1
4
BUTIR RESOLUSI OUTPUT RESOLUSI
A.3.1
2
NO
A.3.
SUB SISTEM
5
PERMASALAHAN UTAMA
Terdapat dukungan kebijakan Pem. Kab/Kota terhadap penerapan sistem rujukan antar PPK (Pemberi Pelayanan Kesehatan) di wilayahnya
Membentuk tim pendamping akreditasi FKTP yang terlatih dengan SK minimal kepala dinas
6
2016 7
2017
KAB/ KOTA
2. Terdapat Tim (SDM yang kompeten) yang bertugas melakukan Bimtek
1. Tersedianya dana dukung dalam pelaksanaan kegiatan Bimtek
2. Adanya dukungan kebijakan dari Provinsi terhadap kegiatan monitoring Akreditasi FKTP
1. Tersedianya tim tingkat Provinsi yang ditugasi untuk melakukan monitoring
Menyediakan anggaran untuk pelatihan pendamping akreditasi FKTP
8
2016
PROVINSI
INPUT
9
2017
Tersedianya kebijakan sistem rujukan Nasional
11
2017
Menerbitkan Peraturan Daerah tentang penerapan sistem rujukan antar PPK
Mengusulkan Puskesmas yang akan di survei kepada Komisi Akreditasi FKTP melalui Dinkes Provinsi
12
13
2017
KAB/KOTA 2016
Subsistem Upaya Kesehatan Hal 4 dari 7
2. Menyiapkan tim Komisi Akreditasi FKTP yang akan melatih para surveior
1. Menyedia‐ kan modul pelatihan bagi tim surveyor
10 Terdapat tim Pusat yang akan dilatih menjadi surveior pusat
2016
PUSAT
INDIKATOR
Bimtek sistem rujukan
Menyusun jadwal monitoring pelaksanaan pendampingan akreditasi FKTP
2. Melaksana‐ kan pelatihan bagi Tim Surveior (rencana 4 kali pelatihan @ 13 Tim @3 orang)
1. Menetapkan tim surveyor yang akan dilatih oleh Komisi Akreditasi FKTP dg SK minimal Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
14
2016
PROSES PROVINSI 15
2017
PUSAT
2. Mendukung upaya RS Rujukan untuk memenuhi standar
1. Melakukan mapping terhadap RS Rujukan (Nasional, Provinsi, Regional) terkait dengan ketersediaan sumber dayanya
Melaksanakan pelatihan bagi Tim Surveior (rencana 4 kali pelatihan @ 13 Tim @3 orang)
16 Koordinasi dengan KARS untuk melatih surveyor Pusat
2016 17
2017
Tersedianya minimal 1 tim surveyor Akreditasi FKTP di setiap provinsi
PUSAT Terselenggaranya pelatihan tim surveior sesuai target
KAB/KOTA Tersedianya dukungan dari Pem. Kab/Kota untuk penyelenggaraan sistem rujukan di wilayahnya
PROVINSI Terselenggaranya kegiatan Bimtek sistem rujukan di Provinsi
PUSAT Terpenuhinya prasayarat dalam penerapan sistem rujukan yang optimal, baik standar Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) nya maupun sistem integrasi pelayanannya
Terwujudnya sistem rujukan antar Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK)
Tersedianya minimal 1 Terselenggaranya kegiatan monitoring di tingkat Provinsi tim pendamping terhadap kegiatan akreditasi akreditasi di setiap kab/kota FKTP di Kab/Kota
KAB/KOTA Meningkatnya usulan Puskesmas yang akan di survei kepada Komisi Akreditasi FKTP melalui Dinkes Provinsi
PROVINSI Meningkatnya kapasitas Tim surveior akreditasi FKTP
19 Tersedianya tim surveior pusat yang kompeten
TARGET
18 Tersedianya tim surveior pusat yang kompeten
OUTPUT
20
KET
Peningkatan pelaksanaan surveilans EWARS secara berjenjang
Pelaksanaan surveilans EWARS berjenjang kurang optimal
Subsistem Upaya Kesehatan Hal 5 dari 7
Membangun jejaring dan mengembangka n sistem rujukan secara berjenjang termasuk laboratorium nasional
Tersedianya jaringan/sistem rujukan berjenjang Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi
Tersedianya Jejaring/sistem rujukan laboratorium nasional
Melaksanakan monev terpadu antar LS/LP Melaksanakan monev terpadu antar LS/LP Membangun jejaring dan mengembangka n sistem rujukan secara berjenjang termasuk laboratorium nasional
Menciptakan sistem informasi dan edukasi yang berhasil dengan melibatkan stakeholder
Menginformasi kan media pencegahan dan penanggulanga n penyakit kepada masyarakat
Membangun jejaring LS dan mengembangka n sistem rujukan secara berjenjang termasuk laboratorium nasional.
Menyusun metoda peningkatan PHBS dan CERDIK.
Membuat media informasi yang efektif dan berhasil guna.
Meningkatkan dukungan jaringan/sistem informasi tingkat provinsi
Mendukung pendanaan peningkatan upaya PHBS dan CERDIK
Tersedianya jaringan/sistem rujukan berjenjang Laboratorium Kesehatan Daerah Kab/Kota
Melaksanakan surveilans dan EWARS sesuai SOP yang dipantau secara berjenjang
PUSAT 16 3. Mengem‐ bangkan sistem integrasi Rujukan antar PPK (misalnya dengan Telemedice, Rekam Medik Elektronik, dll)
2016
Melaksanakan upaya PHBS dan CERDIK bersama masyarakat
15
2017
Melaksanakan monev terpadu antar LS/LP
14
2016
Tersedianya tenaga kesehatan terlatih PANDU PTM
Tersedianya tenaga terlatih PANDU PTM
13
2017
Meningkatkan jejaring kerja LS/LP terkait PHBS dan CERDIK di tingkat Provinsi
12
2016
Melaksanakan upaya PHBS dan CERDIK bersama masyarakat
11
2017
PROSES PROVINSI
Meningkatnya NSPK tentang PHBS dan CERDIK yang disusun
Tersedianya jejaring kerja LS/LP terkait PHBS dan CERDIK
10
2016
KAB/KOTA
Menginformasi kan media pencegahan dan penanggulanga n penyakit kepada masyarakat
9
2017
PUSAT
INDIKATOR
Tersedianya media informasi tentang penyakit menular, tidak menular serta, penanggulanga n nya.
Tersedianya Posbindu Kit pada setiap Puskesmas
8 3. Terdapat dukungan kebijakan dari Pem. Provinsi terkait Bimtek sistem rujukan
PHBS dan CERDIK belum tersosialisasi dengan baik di masyarakat
7
Pemerintah Pusat PHBS dan CERDIK dapat tersosialisasi dan Daerah kepada masyarakat melakukan perubahan perilaku hidup bersih (PHBS) dan sehat serta melakukan upaya CERDIK terhadap masyarakat
6
2016
Tersedianya jaringan/sistem penyebarluasan informasi penyakit dan penanggulanga nnya yang efektif dan berhasil guna serta dapat diakses oleh masyarakat
5
2017
PROVINSI
Masyarakat kurang Puskesmas/Kec memahami tentang amatan dampak kesehatan memiliki media penyakit menular tentang dan penyakit tidak penyakit menular dan menular tidak menular dan penanggulanga nnya
4
2016
KAB/ KOTA
INPUT
Pemerintah Pusat Peningkatan pengetahuan dan Pemerintah masyarakat tentang Daerah menyebarluaskan bahaya penyakit menular dan tidak informasi dan menular serta edukasi secara berkala dan terus penanggulangnnya menerus melalui melalui media berbagai saluran informasi media kepada masyarakat dengan melibatkan stakeholder dan jejaring tentang bahaya penyakit menular dan tidak menular, serta penanggulanganny a
3
PERMASALAHAN UTAMA
A.4.1.
1
BUTIR RESOLUSI OUTPUT RESOLUSI
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit serta Peningkatan Kewaspadaan Risiko Kejadian Luar Biasa (KLB)
2
NO
A.4.
SUB SISTEM
17
2017 19
TARGET
Provinsi. Terbangunnya sistem/ jaringan LS/LP termasuk laboratorium
Pusat: Terbangunnya sistem/ jaringan LS/LP termasuk laboratorium nasional untuk mendeteksi permasalahan kesehatan secara cepat dan akurat.
Kab/Kota Setiap Puskesmas mampu melaksanakan PHBS dan CERDIK bersama masyarakat
Provinsi Meningkatnya jejaring kerja LS/LP terkait PHBS dan CERDIK.
Pusat. Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang CERDIK
Kab/Kota; Masyarakat terinformasi tentang bahaya penyakit menular dan tidak menular
Terdeteksinya permasalahan kesehatan secara cepat dan akurat
Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat serta upaya perilaku CERDIK di masyarakat
Terinformasikannya bahaya penyakit menular dan tidak menular, serta Provinsi: Tersedianya sistem penanggulangannya informasi yang dapat diakses kepada masyarakat masyarakat‐ Pusat : Tersedianya media informasi yang efektif dan berhasil guna
18
OUTPUT
20
KET
4
Jumlah pelatihan surveilans bagi nakes tingkat Puskesmas
SDM kesehatan surveilans masih kurang dan kurang merata
Kurangnya kajian epidemiologi yang menunjang pencegahan spesifik
6
5
2016
Penguatan kajian epidemiologi
Tersedianya operasional TGC dengan dana Dekon
Penyediaan anggaran operasional TGC melalui dana Dekon + DAK
Terbentuknya Tim Gerak Cepat (TGC) Nasional yang terdiri dari LS/LP dengan penguatan payung hukum yang jelas
Tersedianya Pergub yang dapat memperkuat TGC secara LS
Subsistem Upaya Kesehatan Hal 6 dari 7
Memobilisasi Tim Gerak Cepat (TGC) tingkat Kab/Kota saat teridentifikasi dini KLB
Menggerakkan peran serta masyarakat
Melaksanakan kegiatan pencegahan spesifik
Jumlah logistik unluk mendukung intervensi kejadian penyakit
Jumlah dukungan logistik dan anggaran ke Kab/Kota
Meningkatkan kualitas nakes surveilans pada tingkat Puskesmas
12 dengan mengoptimalka n Labkesda kab/kota
2016
Tersedianya alat deteksi dini pencegahan penyakit di Puskesmas
11
2017
Melaksanakan monitoring evaluasi terpadu masyarakat
Jumlah pelatihan surveilans yang berkualitas bagi nakes
10
2016 13
2017
KAB/KOTA
Jumlah NSPK dan kebijakan yang ditetapkan berdasarkan haslt kajian epidemiologi
9
2017
PUSAT
INDIKATOR
Tersedianya tools monev terpadu Kab/Kota
Jumlah nakes surveilans yang cukup
8
2016
PROVINSI
INPUT
Tersedianya tools monitoring evaluasi terpadu di Puskesmas
7
2017
KAB/ KOTA
Tersedianya Pemerintah Pusat Harmonisasi respon Respon cepat deteksi dini kurang Perbup/wali cepat deteksi dini dan Pemerintah yang dapat secara terintegrasi terintegrasi LS Daerah harus memperkuat melakukan respon LS TGC secara LS cepat yang terintegrasi dan spesifik dengan melibatkan lintas program dan lintas sektor apabila melalui kajian epidemiologi terdeteksi adanya kemungkinan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB)
Tersedianya kajian epidemiologi yang menunjang pencegahan spesifik
Peningkatan Meningkatkan kapasitas SDM kapasitas SDM dengan melakukan surveilans in house trainlng terkait EWARS
3
PERMASALAHAN UTAMA
A.4.3.
1
BUTIR RESOLUSI OUTPUT RESOLUSI
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah harus melakukan upaya pencegahan spesifik secara rutin melalui kajian epidemiologi seperti imunisasi, IVA dan Kryo, pemberian kelambu berinsektisida, pemberian obat pencegahan masal penyakit tertentu
2
NO
A.4.2.
SUB SISTEM
PUSAT
Memobilisasi Tim Gerak Cepat (TGC) tingkat Provinsi saat teridentifikasi dini KLB
Memobilisasi Tim Gerak Cepat (TGC) tingkat Nasional saat teridentifikasi dini KLB
Penyediaan dukungan logistik dan anggaran operasional
Penguatan kajian‐kajian epidemiologi
Penyediaan dukungan logistik dan anggaran ke kab/kota
Bersama dengan PPSDM menyusun modul in house training yang efektif
Meningkatkan kuantitas dan kualitas pelatihan surveilans bagi nakes nasional
16 Memperkuat UPT dengan kemampuan laboratorium yang menunjang penegakkan deteksi dini KLB
2016
Asistensi dan monev
15
2017
Melaksanakan asistensi kab/kota
Mendistribusik an secara merata nakes surveilans pada semua kab/kota
14 dengan mengoptimalka n Labkesda Provinsi
2016
PROSES PROVINSI 17
2017
Mencegah terjadinya penyakit dengan melakukan intervensi khusus
Meningkatnya kemampuan dan kapasitas nakes khususnya bidang surveilans
19 Terbentuknya jejaring kerja LS/LP
TARGET
Pusat : Teridentifikaslkannya KLB dapat teridentifikasi secara KLB secara cepat dengan cepat penguatan kajian epidemiologi dan mobilisasi TGC. Provinsi: Tersedianya operasional TGC untuk identifikasi KLB cepat Kab/Kota: Tersedianya operasional TGC untuk identifikasi KLB cepat
Pusat. Tersedianya nakes surveilans yang terampil. Provinsi: Tersedianya nakes surveilans yang terampil di semua Kab/Kota. Kab/Kola. Tersedianya nakes surveilans yang terampil di semua Puskesmas
Kab/Kota: Terbangunnya sistem/ jaringan LS/LP termasuk laboratorium Kab/Kota untuk mendeteksi permasalahan kesehatan secara cepat dan akurat.
18 Provinsi untuk mendeteksi permasalahan kesehatan secara cepat dan akurat
OUTPUT
20
KET
1 A.4.4.
NO
2
SUB SISTEM
3 Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah mempunyai peraturan dalam upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dan respon cepat penanggulangan KLB
4 Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit dan respon cepat KLB dikuatkan dengan landasan hukum
BUTIR RESOLUSI OUTPUT RESOLUSI
5 Kurangnya legitimasi hukum untuk menaungi upaya pencegahan dan pengendalian penyakit dan respon KLB
PERMASALAHAN UTAMA
6 Tersusunnya Perbup/Perwali yang mengatur tentang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, serta respon cepat penanggulanga n KLB
2016 7
2017
KAB/ KOTA 8 Tersusunnya Pergub yang mengatur tentang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, serta respon cepat penanggulanga n KLB
2016
PROVINSI
INPUT
9
2017 11
2017 12 Terlaksananya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, serta respon cepat penanggulanga n KLB sesuai peraturan yang berlaku tingkat Kab/Kota
13
2017
KAB/KOTA 2016
Subsistem Upaya Kesehatan Hal 7 dari 7
10 Tersusunnya peraturan pemerintah yang mengatur tentang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, serta respon cepat penanggulanga n KLB
2016
PUSAT
INDIKATOR
14 Terlaksananya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, serta respon cepat penanggulanga n KLB sesuai peraturan yang berlaku tingkat Provinsi
2016
PROSES PROVINSI 15
2017
PUSAT 16 Terlaksananya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, serta respon cepat penanggulanga n KLB sesuai peraturan yang berlaku
2016 17
2017 18 Pusat: Terbentuknya Tim Gerak Cepat Nasional yang mempunyai kekuatan hukum. Provinsi: Terbentuknya Tim Gerak Cepat Provinsi yang mempunyai kekuatan hukum. Kab/Kota: Terbentuknya Tim Gerak Cepat Kab/Kota yang mempunyai kekuatan hukum
OUTPUT
19 Tersedianya peraturan Pusat dan Daerah tentang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, serta respon cepat penanggulangan KLB
TARGET
20
KET
Matriks Resolusi Rakerkesnas Tahun 2016 Subsistem Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
2
P E N E L I T I A N D A N P E N G E M B A N G A N K E S E H A T A N
NO
1
B.1.
B.3.1.
B.3.
B.2.1.
B.2.
B.1.1.
SUB SISTEM
4
5
PERMASALAHAN UTAMA
6
2016 7
2017
KAB/ KOTA 8
2016
PROVINSI
INPUT
Data dan Kurangnya pemanfaatan hasil‐ informasi hasil penelitian dan hasil penelitian dan pengembangan pengembangan kesehatan di untuk Kab/Kota perencanaan, penyusunan kebijakan dan evaluasi program
Data dan informasi hasil penelitian dan pengembangan kesehatan di Provinsi
Masih adanya program dan kebijakan kesehatan yang tidak berbasis bukti
Kertas kebijakan, fact sheet, policy brief berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan kesehatan
Kertas kebijakan, fact sheet, policy brief berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan kesehatan
Mendukung dalam persiapan dan pelaksanaan Riset Nasional dan Riset Strategis
Keterbatasan sumber daya penelitian dan pengembangan kesehatan
SDM, dana , komitmen dan dukungan lainnya
SDM, dana , komitmen dan dukungan lainnya
Mendukung dalam persiapan dan pelaksanaan Riset Nasional dan Riset Strategis
Pemanfaatan data hasil penelitian dan pengembangan untuk advokasi kepada pemangku kepentingan
Menyusun data dan hasil informasi Litbang untuk bahan advokasi kepada stakeholder
Pemanfaatan data dan informasi hasil penelitian dan pengembangan kesehatan untuk perencanaan, penyusunan kebijakan dan evaluasi program
Memanfaatkan data dan informasi hasil Litbangkes untuk perencanaan dan bahan kebijakan
3
BUTIR RESOLUSI OUTPUT RESOLUSI
9
2017 11
2017
Koordinasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi penelitian dan pengembangan kesehatan di Kab/Kota
Advokasi hasil penelitian dan pengembangan kesehatan kepada pemangku kepentingan di Kab/Kota
Adanya forum komunikasi dan interaksi terkait hasil hasil penelitian di Kab/Kota
12
2016 13
2017
KAB/KOTA
Subsistem Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Hal 1 dari 1
SDM, dana , komitmen dan dukungan lainnya
Kertas kebijakan, fact sheet, policy brief berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan kesehatan
Data dan Informasi hasil penelitian dan pengembangan Badan Litbangkes
10
2016
PUSAT
INDIKATOR
Koordinasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi penelitian dan pengembangan kesehatan di Provinsi
Advokasi hasil penelitian dan pengembangan kesehatan kepada pemangku kepentingan di Provinsi
Adanya forum komunikasi dan interaksi terkait hasil penelitian di Propinsi
14
2016
PROSES PROVINSI 15
2017
PUSAT
Koordinasi dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi penelitian dan pengembangan kesehatan di Pusat
Advokasi hasil penelitian dan pengembangan kesehatan kepada unit utama
Adanya forum komunikasi dan interaksi terkait hasil hasil penelitian di Pusat
16
2016 17
2017 19
TARGET
Dokumen keterlibatan pemangku kepentingan di berbagai tingkat terhadap pelaksanaan penelitian
5 (Lima) provinsi Binwil Badan Litbangkes
5 (lima) provinsi Kebijakan kesehatan yang Binwil Badan memanfaatkan hasil penelitian dan pengembangan Litbangkes
Dokumen Perencanaan dan 5 (lima) provinsi Binwil Badan kebijakan Kesehatan telah Litbangkes mencantumkan hasil‐hasil penelitian dan pengembangan kesehatan
18
OUTPUT
20
KET
Matriks Resolusi Rakerkesnas Tahun 2016 Subsistem Pembiayaan
2
P E M B I A Y A A N
NO
1
C.1.
C.1.1.
SUB SISTEM
4
5
PERMASALAHAN UTAMA
Pemerintah Pusat Mengalokasikan Anggaran kesehatan melalui APBN Sektor Kesehatan Sebesar 5 %
Teralokasikanya Anggaran Sektor Kesehatan sebesar 5% pada tahun 2017 s/ 2019 yang mendukung kebijakan pembangunan kesehatan
Belum optimalnya komitmen lintas sektor kementerian lembaga di lingkunganPemeri ntah Pusat untuk memanfaatkan 5% APBN Sektor Kesehatan dalam mendukung kebijakan pembangunan kesehatan.
Peningkatan anggaran kesehatan pusat dan daerah
3
BUTIR RESOLUSI OUTPUT RESOLUSI
6
2016 7
2017
KAB/ KOTA 8
2016
PROVINSI
INPUT
9
2017 11
2017
2. Tersedianya data perencanaan kebutuhan kegiatan dan anggaran bilateral dan multilateral yang dibutuhkan guna mendukung pelaksanaan Pembanganan Kesehatan tahun 2017 (ROREN)
Subsistem Pembiayaan Hal 1 dari 7
3. Tersedianya data perencanaan kebutuhan kegiatan dan anggaran bilateral dan multilateral yang dibutuhkan guna mendukung pelaksanaan Pembanganan Kesehatan tahun 2017 secara online (ROREN)
1.Tersedianya 1. Tersedianya Data Realisasi analisis Anggaran tahun determinan pembangunan 2016 perprogram/pe kesehatan yang r jenis belanja, dapat dipergunakan per jenis untuk advokasi kewenangan penganggaran dan sektor pemanfaatan output kegiatan kesehatan TA di lingkungan 2017 (PADK‐ P2JK) Kementerian Kesehatan dan 2. Tersedianya lintas sektor Data Realisasi kementerian lembaga yang Anggaran tahun 2017 per‐ mendukung Pembangunan program dan Kesehatan per per jenis tahun (ROREN) belanja, per jenis kewenangan dan pemanfaatan output kegiatan di lingkungan Kementerian Kesehatan dan lintas sektor kementerian lembaga yang mendukung Pembangunan Kesehatan per tahun (Roren)
10
2016
PUSAT 12
13
2017
KAB/KOTA 2016
INDIKATOR
15
2017 16
2016 17
2017
4.Terlaksanany a forum dialog lintas sektor K/L untuk mengintegrasik an dukungan kepada pelaksanaan pembangunan kesehatan tahun 2017. (PADK)
4.Terlaksanany a forum dialog lintas sektor K/L untuk mengintegrasik an dukungan kepada pelaksanaan pembangunan kesehatan yahun 2018. (PADK)
3.Terlaksanany 3.Terlaksanany a pertemuan a pertemuan Trilaterlal, Trilaterlal, musrengbangna musrengbangna s untuk s untuk membahas membahas anggaran tahun anggaran tahu 2018 2017 (ROREN) (ROREN)
2.Terlaksanany a advokasi lintas sektor K/L untuk mengoptimalka n komitmen lPemerintah Pusat dalam memanfaatkan 5% APBN Sektor Kesehatan dalam mendukung kebijakan pembangunan kesehatan tahun 2018. (PADK‐P2JK)
1.Terlaksanany a Advokasi Kepada Bappenas dan Kemenkeu (ROREN)
PUSAT
Terlaksananya Terlaksananya 1.Terlaksanany Advokasi oleh Advokasi oleh a Advokasi Dinkes Provinsi Dinkes Provinsi Kepada kepada Anggota kepada Anggota Bappenas dan Kemenkeu DPR dari DPR dari seluruh komisi seluruh komisi (ROREN) yang terkait yang terkait 2.Terlaksanany dengan dengan a advokasi kesehatan kesehatan lintas sektor sesuai Dapil sesuai Dapil masing masing masing masing K/L untuk provinsi pada provinsi pada mengoptimalka saat kunjungan saat kunjungan n komitmen lPemerintah kerja / Reses kerja / Reses dalam rangka dalam rangka Pusat dalam memanfaatkan mendukung mendukung pemanfaatan pemanfaatan 5% APBN Sektor APBN sektor APBN sektor Kesehatan Kesehatan Kesehatan tahun anggaran tahun anggaran dalam 2017 sebesar 2018 sebesar mendukung kebijakan 5% untuk 5% untuk pembangunan mendukung mendukung kesehatan kebijakan kebijakan pembangunan pembangunan tahun 2017. (PADK‐P2JK) kesehatan kesehatan
14
2016
PROSES PROVINSI
Teralokasikanya Anggaran Sektor Kesehatan sebesar 5%pada tahun 2017 s/ 2019 yang dimanfaatkan oleh lintas sektor K/L dalam mendukung kebijakan pembangunan kesehatan
18
OUTPUT
Integrasi lintas sektor K/L dalam pemanfaatan anggaran sektor kesehatan 5 % tahun 2017 ‐ 2019 dalam rangka mendukung kebijakan pembangunan kesehatan
19
TARGET
20
KET
2
NO
1
C1.2.
SUB SISTEM
4
Teralokasikanya Pemerintah Anggaran APBD Daerah Prov/Kota sebesar Meningkatkan 10% diluar gaji alokasi APBD sesuai UU 36 Tahun Kesehatan Provinsi/Kab/Kota 2009 sebesar 10 % diluar gaji
3
BUTIR RESOLUSI OUTPUT RESOLUSI
1.1 Tersedianya Data pemanfaatan output kegiatan dan Realisasi Anggaran per jenis belanja dan per program Pembangunan Kesehatan Provinsi tahun 2017.
1.Tersedianya Data pemanfaatan output kegiatan dan Realisasi Anggaran APBD per jenis belanja dan per program Pembangunan Kesehatan Provinsi tahun 2016 (DINKES PROVINSI)
2.Tersedianya Data kebutuhan APBD Pembangunan Kes. Provinsi tahun 2017 berdasarkan realisasi dan pemanfaatan tahun 2016 (DINKES PROVINSI)
1.Tersedianya Data pemanfaatan output kegiatan dan Realisasi Anggaran APBD per jenis belanja dan per program Pembangunan Kesehatan Kab/Kota tahun 2017 (DINKES KAB/KOTA)
2.Tersedianya Data kebutuhan APBD Pembangunan Kes. Kab/kota tahun 2018 berdasarkan realisasi dan pemanfaatan tahun 2017 (DINKES KAB/KOTA)
1.Tersedianya Data pemanfaatan output kegiatan dan Realisasi Anggaran APBD per jenis belanja dan per program Pembangunan Kesehatan Kab/Kota tahun 2016 (DINKES KAB/ KOTA)
2.Tersedianya Data kebutuhan APBD Pembangunan Kes. Kab/kota tahun 2017 berdasarkan realisasi dan pemanfaatan tahun 2016 (DINKES KAB/ KOTA)
Belum semua Pemda Provinsi / Kabupaten / Kota menganggarkan APBD untuk sektor kesehatan sebesar 10% diluar gaji
2.Tersedianya Data kebutuhan APBD Pembangunan Kes. Provinsi tahun 2018 berdasarkan realisasi dan pemanfaatan tahun 2017 (DINKES PROVINSI)
1.2.Tersedianya hasil analisis determinan pemanfaataan anggaran pembangunan kesehatan tahun 2018 (DINKES PROVINSI)
9
2017
8
2016
7
2017
PROVINSI
6
2016
KAB/ KOTA
INPUT
5
PERMASALAHAN UTAMA
Tersedianya Data Alokasi dan realisasi Anggaran APBD T.A 2016 per jenis belanja dan per program serta pemanfaatan output kegiatan dalam mendukung kebijakan pembangunan Kesehatan (ROREN)
10 3. Tersedianya data pencapaian indicator RKP lintas sektor K/L bidang kesehatan tahun 2016 (ROREN)
2016
2017 12
2016
1.Terlaksanany a Advokasi Kepada Bupati dan Bappeda, Toma dan Toga untuk meningkatkan Meningkatkan alokasi APBD Kesehatan provinsi sebesar 10 % pada tahun 2017 diluar gaji berdasarkan realisasi dan pemanfaatan APBD Kesehatan tahun 2016 (DINKES PROVINSI)
14
2016
PROSES
15
2017
1.Terlaksanany a Advokasi Kepada Bupati dan Bappeda, Toma dan Toga untuk meningkatkan Meningkatkan alokasi APBD Kesehatan provinsi sebesar 10 % pada tahun 2018 diluar gaji berdasarkan realisasi dan pemanfaatan APBD Kesehatan tahun 2017 (DINKES PROVINSI)
PROVINSI
1.Terlaksanany a forum dialog pemda dan lintas sektor K/L untuk mengadvokasik an dukungan integrasi pelaksanaan pembangunan kesehatan tahun 2017. (PADK)
Subsistem Pembiayaan Hal 2 dari 7
2017 18
OUTPUT
19
TARGET
2.Terlaksanany a Advokasi Binwil kepada Pemerintah Daerah Prov oleh masing masing koordinator Binwil Unit Utama pada acara Rakerkesda pada tahun 2017. (KOORDINATO R BINWIL)
Target : 1.Terlaksanany Teralokasikanya Anggaran a forum dialog APBD Prov/Kota sebesar 10% Tahun 2017 Prov : 5 Prov diluar gaji pemda dan Kab/Kota : 50 lintas sektor K/L untuk Tahun 2018 mengadvokasik Prov : 10 Prov an dukungan Kab/Kota : 70 integrasi pelaksanaan Tahun 2019 pembangunan Prov : 17 Prov kesehatan Kab/Kota : 100 tahun 2018. (PADK)
17 5.Terlaksanann ya Advokasi, Pembahasan Anggaran Pembangunan Kesehatan tahun 2018 berdasarkan realisasi dan pemanfaatan dengan DPR (ROREN)
PUSAT 16 5.Terlaksanann ya Advokasi, Pembahasan Anggaran Pembangunan Kesehatan tahun 2017 berdasarkan realisasi dan pemanfaatan tahun 2016 dengan DPR (ROREN)
2016
2.Terlaksanany 2.Terlaksanany 2.Terlaksanany 2.Terlaksanany 2.Terlaksanany a Advokasi a pertemuan a pertemuan a pertemuan a pertemuan Binwil kepada pra pra pra pra Pemerintah musrenbang musrenbang musrenbang musrenbang provinsi dalam provinsi dalam Daerah Prov kab/ kota kab/ kota oleh masing rangka dalam rangka dalam rangka rangka masing membangun membangun membangun membangun dukungan lintas dukungan lintas dukungan lintas dukungan lintas koordinator Binwil Unit sektor agar sektor agar sektor agar sektor agar berkomitmen berkomitmen berkomitmen berkomitmen Utama pada acara dalam dalam dalam dalam Rakerkesda menampung menampung menampung menampung pada tahun kegiatan kegiatan kegiatan kegiatan pembangunan pembangunan pembangunan pembangunan 2016. (KOORDINATO kesehatan kesehatan kesehatan kesehatan dalam anggaran dalam anggaran dalam anggaran dalam anggaran R BINWIL) APBD sektor APBD sektor APBD sektor APBD sektor kesehatan kesehatan kesehatan kesehatan sebesar 10% sebesar 10% sebesar 10% sebesar 10% tahun 2018 tahun 2017 tahun 2018 tahun 2017 (DINKES (DINKES KAB/ (DINKES (DINKES PROVINSI) PROVINSI) KOTA) KAB/KOTA)
1.Terlaksanany a Advokasi Kepada Bupati dan Bappeda, Toma dan Toga untuk meningkatkan Meningkatkan alokasi APBD Kesehatan Kab/Kota sebesar 10 % pada tahun 2018 diluar gaji berdasarkan realisasi dan pemanfaatan APBD Kesehatan tahun 2017 (DINKES KAB/KOTA)
13
2017
KAB/KOTA
1.Terlaksanany a Advokasi Kepada Bupati dan Bappeda, Toma dan Toga untuk meningkatkan Meningkatkan alokasi APBD Kesehatan Kab/Kota 2. Tersedianya sebesar 10 % pada tahun Data Alokasi 2017 diluar gaji dan realisasi Anggaran APBD berdasarkan realisasi dan T.A 2017 per pemanfaatan jenis belanja APBD dan per program serta Kesehatan tahun 2016 pemanfaatan output kegiatan (DINKES KAB/ KOTA) dalam mendukung kebijakan pembangunan Kesehatan (ROREN) 1. Tersedianya hasil analisis determinan pemanfaatan kesehatan sebagai dasar advokasi penganggaran APBD TA 2017 (PADK‐P2JK)
11 4.Tersedianya data pencapaian indikator RKP lintas sektor bidang kesehatan tahun 2017 secara on line (ROREN)
PUSAT
INDIKATOR
20
KET
2
NO
1
C1.3.
SUB SISTEM
Masih sedikitnya Tersedianya Dinas Kesehatan Data rencana Provinsi/ kab/kota alokasi DCT,DBHCT yang dan Dana pajak mengalokaikan rokok dari dana Bappeda kab/ pembangunan kota TA 2017 kesehatan yang bersumber dari DCT, DBHCT dan (DINKES KAB/ Pajak Rokok untuk KOTA) membiayai kebijakan pembangunan kesehatan didaerahnya
Teralokasikanya Anggaran pembangunan Kesehatan yang bersumber dari DCT, DBHCT dan Dana Pajak Rokok untuk mendukung kebijakan pembangunan Kesehatan di daerah
Pemerintah Daerah Mendayagunakan dana DCT, DBHCT dan pajak Rokok untuk mendukung kebijakan pembangunanKese hatan
2016
7 8 3.Tersedianya 3.Tersedianya Data analisis dan pencapaian Data indicator RKPD pencapaian indicator RKPD Prov. Tahun 2016 yang Kab/kota disampaikan Tahun 2017 kepada yang Gubernur dan disampaikan kepada Bupati / Menteri Walikota dan Kesehatan Dinkes Provinsi (DINKES PROVINSI) (DINKES KAB/KOTA)
2017
Tersedianya Data rencana alokasi DCT,DBHCT dan Dana pajak rokok dari Bappeda provinsi TA 2017
(DINKES KAB/ KOTA) (DINKES PROVINSI)
Tersedianya Data rencana alokasi DCT,DBHCT dan Dana pajak rokok dari Bappeda kab/ kota TA 2018
(DINKES KAB/KOTA)
2017
(DINKES PROVINSI)
Tersedianya Data rencana alokasi DCT,DBHCT dan Dana pajak rokok dari Bappeda provinsi TA 2018
(DINKES PROVINSI)
Terbentuknya forum atau wadah komunikasi antara Dinkes Prov dengan Perusahaan yang mempunyai program CSR diwilayahnya
9 3.Tersedianya analisis dan Data pencapaian indicator RKPD Prov. Tahun 2017 yang disampaikan kepada Gubernur dan Menteri Kesehatan (DINKES PROVINSI)
PROVINSI
INPUT
Terbentuknya Dinkes Provinsi Dinkes kab/ mempunyai forum atau kota Data Jumlah wadah mempunyai Perusahaan di komunikasi Data Jumlah Perusahaan di antara Dinkes Prov yang potensial Kasb/Kota yang Kab/Kota memberikan dengan potensial dana CSR Perusahaan memberikan yang dana CSR (DINKES mempunyai program CSR di PROVINSI) (DINKES wilayahnya KAB/KOTA)
Kegiatan sosial terkait dengan kesehatan yang bersumber dari Bantuan Dana CSR pihak Swasta selama ini belum diarahkan sepenuhnya pada kegiatan yang mendukung kebijakan pembangunan kesehatan
Terlaksananya kegiatan Public Private Partnership yang mendukung kebijakan prioritas pembangunan kesehatan di Provinsi dan kab/ kota
Pemerintah Daerah Mendayagunakan dana CSR sektor swasta untuk mendukung pembiayaan pembangunan kesehatan
6 3.Tersedianya Data pencapaian indicator RKPD Kab/kota Tahun 2016 yang disampaikan kepada Bupati/ Walikota dan Dinkes Provinsi (DINKES KAB/KOTA)
5
2016
KAB/ KOTA
4
PERMASALAHAN UTAMA
3
BUTIR RESOLUSI OUTPUT RESOLUSI
11
2017
(Dit. Promkes)
Tersedianya Data DBHCT dan Dana Cukai Tembakau (DCT) per Prov dari Kemenkeu TA 2017
Tersedianya Data Jumlah Perusahaan yang potensial memberikan dana CSR kepada pemerintah daerah
2017
2016
PROSES PROVINSI 2017
(DINKES KAB/KOTA)
Perjanjian Kerjasama kegiatan PPP antara Dinkes kab/ kota dengan Perusahaan yang punya program CSR di wilayahnya tahun 2016
Subsistem Pembiayaan Hal 3 dari 7
16
2016
PUSAT 17
2017
Tersedianya Dana APBD kesehatan Provinsi yang berasal dari Dana DBHCT DCT dan dana pajak rokok tahun 2017
(DINKES PROVINSI)
Tersedianya Dana APBD kesehatan Provinsi yang berasal dari Dana DBHCT DCT dan dana pajak rokok tahun 2018
(DIT. PROMKES)
Tersedianya Pedoman/Jukni s tentang pemanfaatan DBHCT, DCT dan cukai tembakau untuk sector Kesehatan di daerah
(DIT PROMKES ‐ ROKOMLIK YANMAS)
Terlaksananya advokasi kepada daerah untuk meningktkan Anggaran pembangunan Kesehatan yang bersumber dari DCT, DBHCT dan Dana Pajak Rokok untuk mendukung kebijakan pembangunan Kesehatan di daerah
1..Tersedianya Terlaksananya Perjanjian Perjanjian advokasi Pedoman Kerjasama Kerjasama kepada daerah kegiatan PPP kegiatan PPP perjanjian antara Dinkes antara Dinkes kerjasama PPP untuk mengoptimalka Provinsi dengan Provinsi dengan yang bersumber dari n kerjasama Perusahaan Perusahaan antara Pemda dana CSR yang punya yang punya dengan program CSR di program CSR di antara Perusahaan dan Perusahaan wilayahnya wilayahnya yang Pemerintah/ yang sesuai tahun 2016 mempunyai pedoman tahun Pemerintah program CSR Daerah 2017 (DINKES PROVINSI) (DIT PROMKES (DIT. (DINKES DAN BIRO PROMKES) PROVINSI) KOMBLIK & YANMAS)
(DINKES KAB/ (DINKES KAB/ (DINKES KOTA) KOTA) PROVINSI)
Tersedianya Dana APBD kesehatan kab/kota yang berasal dari Dana DBHCT DCT dan dana pajak rokok tahun 2018
(DINKES KAB/KOTA
Perjanjian Kerjasama kegiatan PPP antara Dinkes Kab / kota dengan Perusahaan yang punya program CSR di wilayahnya yang sesuai pedoman tahun 2017
12 13 14 15 3.Terlaksanany 3.Terlaksanany 3.Terlaksanany 3.Terlaksanany a Advokasi, a Advokasi, a Advokasi, a Advokasi, Pembahasan Pembahasan Pembahasan Pembahasan dan pertemuan dan pertemuan dan pertemuan dan pertemuan dengan DPRD dengan DPRD dengan DPRD dengan DPRD Prov dalam Kab/kota dalam Kab/kota dalam Prov dalam rangka rangka rangka rangka membangun membangun membangun membangun dukungan lintas dukungan lintas dukungan lintas dukungan lintas sektor agar sektor agar sektor agar sektor agar berkomitmen berkomitmen berkomitmen berkomitmen dalam dalam dalam dalam menampung menampung menampung menampung kegiatan kegiatan kegiatan kegiatan pembangunan pembangunan pembangunan pembangunan kesehatan kesehatan kesehatan kesehatan dalam anggaran dalam anggaran dalam anggaran dalam anggaran APBD sektor APBD sektor APBD sektor APBD sektor kesehatan kesehatan kesehatan kesehatan sebesar 10% sebesar 10% sebesar 10% sebesar 10% diluar gaji diluar gaji diluar gaji diluar gaji tahun 2018 tahun 2017 tahun 2018 tahun 2017 (DINKES (DINKES KAB/ (DINKES (DINKES PROVINSI) PROVINSI) KOTA) KAB/KOTA)
2016
KAB/KOTA
Tersedianya Dana APBD kesehatan kab/kota yang berasal dari Dana DBHCT DCT dan dana pajak rokok (Dit. Promkes) tahun 2017 Tersedianya Data DBHCT dan Dana Cukai Tembakau (DCT) per Prov dari Kemenkeu TA 2018
(ROKOMBLIK YANMAS)
Terbentuknya forum atau wadah komunikasi antara Kemenkes dengan Perusahaan yang mempunyai (ROKOMBLIKY program CSR yang dapat ANMAS) dilaksanakan di daerah
10
2016
PUSAT
INDIKATOR
4. Tahun 2019 Prov : 34 Kab : 400
3.Tahun 2018 Prov : 25 Kab: 300
2. Tahun 2017 Prov : 20 Kab : 200
MOU Dinkes Dengan Perusahaan 1. Tahun 2016 Prov : 10 Kab : 100
19
TARGET
Seluruh Provinsi, Kab / Meningkatnya umlah Kab/ Kota mengalokasikan kota/ Provinsi yang mengangarkan pembangunan dana APBD yang bersumber dari dana Kesehatan yang bersumber DBHCT, DCT dan pajak dari DCT, DBHCT dan Dana rokok tahun 2019 Pajak Rokok untuk mendukung kebijakan pembangunan Kesehatan di daerah
PPP yang mendukung pembangunan Kesehatan yang bersumber dari dana CSR pihak swasta
18
OUTPUT
20
KET
2
NO
1
4
5
PERMASALAHAN UTAMA
Pemerintah Pusat dan Daerah mengalokasikan anggaran kesehatan terutama pada kegiatan promotive dan preventif melalui pengalokasian APBN dan APBD dalam jumlah yang memadai
Pemerintah Pusat dan Daerah melakukan Sinkronisasi antar usulan dan realisasi pelaksanaan DAK
C2.2.
PUSAT
(ROREN, SETDITJEN FARALKES SETDITJEN YANKES, DIT. FASYANKES, PUSDATIN)
Subsistem Pembiayaan Hal 4 dari 7
(ROREN, SETDITJEN FARALKES, SETDITJEN YANKES, DIT. FASYANKES, PUSDATIN) Terlaksananya proses verifikasi usulan DAK oleh Dinkes Prov dari setiap Satker Prov, Kab/Kota di wilayahnya
Terlaksananya proses perencanaan DAK Satker di Prov melalui e‐ DAK Kemenkes yang terintegrasi
Terlaksananya proses verifikasi usulan DAK oleh Dinkes Prov dari setiap Satker Prov, Kab/Kota di wilayahnya
Terlaksananya proses perencanaan DAK Satker di Prov melalui e‐ DAK Kemenkes yang terintegrasi
18
OUTPUT
Terlaksananya pertemuan Rakontek DAK untuk mensinkronkra n program Pusat dan daerah yang menggunakan dana DAK Disetujuinya pengalokasian Dana DAK melalui proses trilateral meeting DAK
Terlaksananya pertemuan Rakontek DAK untuk mensinkronkra n program Pusat dan daerah yang menggunakan dana DAK Disetujuinya pengalokasian Dana DAK melalui proses trilateral meeting DAK
Tersinkronisasinya aantara Tersedianya Tersedianya usulan dan realisasi Data dan Data dan Kebutuhan DAK Kebutuhan DAK pelaksanaan DAK Kesehatan yang bersifat yang bersifat Evidance Base Evidance Base (sesuai (sesuai kebutuhan) kebutuhan) yang disetujui yang disetujui secara secara berjenjang berjenjang melalui e‐DAK melalui e‐DAK Kemenkes Kemenkes
Terlaksananya proses perencanaan DAK Satker di Kab/Kota melalui e‐ DAK Kemenkes yang terintegrasi
Tersedianya dan terlaksananya sistem perencanaan DAK yang terintegrasi antara Pusat dan Daerah tahun 2017
Tersedianya system perencanaan e‐ DAK yang terintergrasi antara Pusat dan daerah tahun 2016
Mapping kondisi sarana dan prasarana yang membutuhkan DAK tahun 2018 oleh Dinkes Provinsi
Mapping kondisi sarana dan prasarana yang membutuhkan DAK tahun 2017 oleh Dinkes Provinsi
Mapping kondisi sarana dan prasarana yang membutuhkan DAK tahun 2018 oleh Dinkes Kab/ kota
Mapping kondisi sarana dan prasarana yang membutuhkan DAK tahun 2017 oleh Dinkes Kab/ kota
Terlaksananya proses perencanaan DAK Satker di Kab/Kota melalui e‐ DAK Kemenkes yang terintegrasi
17
2017
Terlaksananya Teralokasikan dan dan tersedianya meningkatnya anggaran kegiatan Promotif dan penyusunan buku pedoman Preventif dalam jumlah yang memadai analisis penghitungan biaya kegiatan promotif dan preventif sebagai dasar bagi unit utama dan Dinas Kesehatan Provinsi/ Kan / Kota dalam menyusun perencanaan kebutuhan Tersedianya kegiatan dan data pemetaan anggaran kebutuhan promotif dana BOK per preventif provinsi / (BALITBANGKE kab/kota untuk S) membantu daerah yang membutuhkan dukungan anggaran promotif preventif (ROREN)
16
2016
Sistem pengajuan usulan perencanaan DAK Bidang Kesehatan antara Kementerian Kesehatan dan daerah yang belum terintegrasi
15
2017
Integrasi sistem perencanaan usulan dan pemanfaatan DAK Kesehatan antara Kementerian Kesehatan, Dinkes Provinsi dan Dinkes Kab/Kota
14
2016
Tersedianya Tersedianya Tersedianya Tersedianya Tersedianya anggaran yang anggaran yang anggaran yang anggaran yang Data Anggaran memadai di memadai di memadai di memadai di APBD dan kab/kota untuk kab/kota untuk provinsi untuk provinsi untuk APBN dan dapat dapat dapat dapat Kegiatan memenuhi memenuhi memenuhi memenuhi Promotif dan kebutuhan kebutuhan kebutuhan kebutuhan preventif dari pembiayaan pembiayaan pembiayaan pembiayaan seluruh unit dalam dalam dalam dalam utama mencapai target mencapai target mencapai target mencapai target penanggungjaw SPM Bidang SPM Bidang SPM Bidang SPM Bidang ab program Kesehatan Kesehatan Kesehatan (BALITBANGKE (BALITBANGKE Kesehatan (ROREN) tahun 2018 Kab/kota tahun Kab/kota tahun tahun 2017 S) S) (DINKES 2018 (DINKES (DINKES 2017 PROVINSI) PROVINSI) KAB/KOTA) (DINKES KAB/KOTA)
13
2017
Tersedianya pedoman dan analisis penghitungan kebutuhan anggaran promotif dan preventif per program tahun 2018
12
2016
Tersedianya pedoman dan analisis penghitungan kebutuhan anggaran promotif dan preventif per program tahun 2017
11
2017
Tersedianya pedoman formula perhitungan sederhana yang dapat digunakan daerah untuk menghitung kebutuhan promotif dan preventif (DINKES PROVINSI)
10
2016
PROSES PROVINSI
Tersedianya SDM didaerah yang mampu menghitung kebutuhan anggaran promotif dan preventif sesuai dengan kondisi wiayahnya masing masing (DINKES PROVINSI)
9
2017
KAB/KOTA
Tersedianya pedoman formula perhitungan sederhana yang dapat digunakan daerah untuk menghitung kebutuhan promotif dan preventif (DINKES KAB/KOTA)
8
2016
PUSAT
Tersedianya SDM didaerah yang mampu menghitung kebutuhan anggaran promotif dan preventif sesuai dengan kondisi wiayahnya masing masing (DINKES KAB/KOTA)
7
2017
PROVINSI
INDIKATOR
Kurangnya alokasi anggaran promotif dan preventif didaerah terutama untuk mendukung kegiatan promotif dan preventif
6
2016
KAB/ KOTA
INPUT
Teralokasikannya anggaran kegiatan Promotif dan Preventif sesuai kebutuhan
Pengalokasian anggaran Promotif dan Preventif
3
BUTIR RESOLUSI OUTPUT RESOLUSI
C2.1.
C.2.
SUB SISTEM
Target : Tahun 2016 30 % Kegiatan DAK menggunakan usulan E DAK Kemenkes Tahun 2017 50 % Kegiatan DAK menggunakan usulan E DAK Kemenkes Tahun 2018 75 % Kegiatan DAK menggunakan usulan E DAK Kemenkes Tahun 2019 100 % Kegiatan DAK menggunakan usulan E DAK Kemenkes
Semua Daerah dapat memenuhi SPM dengan menggunakan APBD masing masing pada tahun 2019
19
TARGET
20
KET
2
NO
1
C 3.1
C.3.
SUB SISTEM
4
Pemerintah pusat dan daerah memanfaatkan anggaran kesehatan melalui APBN, APBD, DAK non fisik, BOK, Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau, Dana Pajak Rokok, dan Dana Desa untuk kegiatan promotif dan preventif melalui pendekatan keluarga sehat secara efektif dan efisien
Pndekatan keluarga menjadi arus utama dalam pelaksanaan kegiatan promotif dan preventif
Belum adanya integrasi program dan kegiatan yang memanfaatkan berbagai sumber pembiayaan dalam 1 rencana kerja terpadu untuk melaksanakan pilar promotif preventif pembangunan kesehatan melalui pendekatan keluarga.
5
PERMASALAHAN UTAMA
Pemanfaatan Anggaran Kesehatan
3
BUTIR RESOLUSI OUTPUT RESOLUSI
7
2017 8
2016
PROVINSI 9
2017
Masuknya menu pendekatan keluarga pada Juknis/pedoma n pemanfaatan anggaran DBHCT dan DCT sesuai dengan pedoman pendekatan keluarga (DIREKTORAT PROMOSI KESEHATAN)
Subsistem Pembiayaan Hal 5 dari 7
Pelaksanaan Binwil advokasi integrasi pilar promotif preventif pembangunan kesehatan melalui pendekatan keluarga di seluruh gubernur kepala daerah provinsi
11
2017 12
13
2017
KAB/KOTA 2016
INDIKATOR
14
2016
PROSES PROVINSI 15
2017
2017 17 Sinkronisasi/re cheking alokasi DAK sebelum diumumkan oleh Kemenkeu
PUSAT 16 Sinkronisasi/re cheking alokasi DAK sebelum diumumkan oleh Kemenkeu
2016 18
OUTPUT
Terlaksananya Terlaksananya Terlaksananya Terlaksananya Terlaksananya Terlaksananya Terlaksananya kegiatan pertemuan pertemuan forum lintas forum lintas forum lintas forum lintas pendekatan keluarga sehat di antara pusat sektor kab/kota sektor kab/kota sektor kab/kota sektor kab/kota antara pusat Pusat dan derah dengan dan daerah yang membahas yang membahas yang membahas yang membahas dan daerah menggunakan berbagai untuk untuk integrasi integrasi integrasi integrasi sumber anggaran yang ada mesosialisasika mesosialisasika perencanaan perencanaan perencanaan perencanaan n pedoman n pedoman kegiatan dan kegiatan dan kegiatan dan kegiatan dan pendekatan anggaran APBD anggaran APBD anggaran APBD anggaran APBD pendekatan keluarga dan keluarga dan Provinsi/ Provinsi/ kabupaten/ kabupaten/ penyusunan penyusunan kabupaten/ kabupaten/ kota, DBHCT kota, DBHCT integrasi Plan of integrasi Plan of kota, DBHCT kota, DBHCT dan DCT T.A dan DCT T.A Action Action dan DCT T.A 2017 tentang 2018 tentang dan DCT T.A mengenai pilar promotif pilar promotif 2017 tentang 2018 tentang mengenai pelaksanaan pilar promotif pilar promotif pelaksanaan preventif preventif pendekatan pendekatan preventif pembangunan pembangunan preventif keluarga di pembangunan pembangunan keluarga di kesehatan kesehatan (ESELON 1 Provinsi Provinsi kesehatan kesehatan melalui melalui SELAKU Kabupaten/ Kabupaten/ melalui melalui pendekatan KOORDINATOR pendekatan kota kota pendekatan keluarga yang keluarga yang pendekatan BINWIL) keluarga yang keluarga yang menggunakan menggunakan terpadu. terpadu. sumber sumber terpadu. terpadu. (DINKES (DINKES pendanaan pendanaan (DINKES KABUPATEN/ KABUPATEN/ (DINKES Masuknya APBN, DAK KABUPATEN/ KABUPATEN/ APBN, DAK KOTA) KOTA) menu kegiatan KESEHATAN, KESEHATAN, KOTA) KOTA) dan anggaran APBD, DBHCT, APBD, DBHCT, dalam juknis DCT, dan DANA DCT, dan DANA DAK Kesehatan PAJAK ROKOK PAJAK ROKOK non fisik tahun T.A 2017 yang T.A 2018 yang 2017 yang terpadu. terpadu. terintergrasi (Ditjen Kesmas) (Ditjen Kesmas) untuk mendukung pilar promotif preventif pembangunan kesehatan melalui pendekatan keluarga sehat sesuai pedoman pendekatan keluarga. (ROREN)
10
2016
PUSAT
Masuknya Masuknya Masuknya Masuknya Finalisasi dan menu kegiatan menu kegiatan menu kegiatan menu kegiatan Distribusi dan anggaran dan anggaran dan anggaran dan anggaran pedoman dalam APBD dalam APBD dalam APBD dalam APBD pendekatan kabupaten/ kabupaten/ Provinsi tahun Provinsi tahun keluarga kota tahun kota tahun 2018 untuk 2017 untuk sebagai acuan 2018 untuk 2017 untuk mendukung mendukung pelaksanaan mendukung mendukung pilar promotif pilar promotif kegiatan oleh pilar promotif pilar promotif preventif preventif Dinas preventif preventif pembangunan pembangunan Kesehatan di pembangunan pembangunan kesehatan kesehatan provinsi/kabup kesehatan kesehatan melalui melalui aten/kota melalui melalui pendekatan pendekatan (DITJEN pendekatan pendekatan keluarga sehat keluarga sehat KESMAS ‐ keluarga sehat keluarga sehat sesuai pedoman sesuai pedoman PADK) sesuai pedoman sesuai pedoman pendekatan pendekatan pendekatan pendekatan keluarga. keluarga. keluarga. keluarga. (DINKES (DINKES (DINKES (DINKES PROVINSI) PROVINSI) KAB/KOTA) KAB/KOTA)
6
2016
KAB/ KOTA
INPUT
Seluruh provinsi/ kabupaten/ kota mempunyai profil keluarga sehat dan melaksanakan pilar kegiatan prom dan prev pembangunan kesehatan melalui pendekatan keluarga pada tahun 2019
19
TARGET
20
KET
2
NO
1
C3.2.
SUB SISTEM
4
5
PERMASALAHAN UTAMA
6
2016 9
Tersedianya anggaran yang dapat dimanfaatkan untuk pelaksanaan kegiatan dukungan operasional melalui APBD dan BLUD di Pelayanan dasar dan Rujukan SKPD provinsi untuk mendukung upaya prom dan prev berbasis individu dan komunitas T.A 2018 (DINKES PROVINSI)
Tersedianya anggaran yang dapat dimanfaatkan untuk pelaksanaan kegiatan dukungan operasional melalui APBD dan BLUD di Pelayanan dasar dan Rujukan SKPD provinsi untuk mendukung upaya prom dan prev berbasis individu dan komunitas T.A 2017 (DINKES PROVINSI)
Tersedianya anggaran yang dapat dimanfaatkan untuk pelaksanaan kegiatan dukungan operasional melalui APBD dan BLUD di Pelayanan dasar dan Rujukan SKPD kabupaten/ kota untuk mendukung upaya prom dan prev berbasis individu dan komunitas T.A 2018 (DINKES KAB/ KOTA)
2017
8
2016
PROVINSI
INPUT
7
2017
KAB/ KOTA
Belum tersedianya Tersedianya Tersedianya Optimalisasi sumber anggaran anggaran yang dukungan dana dukungan dana dapat Jaminan Kesehatan operasional promotif dukungan dan preventif untuk operasional untuk dimanfaatkan Nasional (JKN) untuk membiayai pendekatan untuk turut kegiatan promotif pelaksanaan komunitas untuk mendukung kegiatan dan preventif kegiatan promotif memperkuat performance kinerja untuk memperkuat dukungan dan preventif implementasi yang operasional JKN melalui APBD in line dengan dan BLUD di performance Pelayanan kinerja JKN dasar dan Rujukan SKPD kabupaten/ kota untuk mendukung upaya prom dan prev berbasis individu dan komunitas T.A 2017 (DINKES KAB/ KOTA)
3
BUTIR RESOLUSI OUTPUT RESOLUSI
1.Tersedianya anggaran pelaksanaan kegiatan dukungan operasional melalui DAK, APBN Kantor Pusat, Kantor Daerah, Dekonsentrasi, BLU di FKTP & Rujukan utk mendukung upaya promotif preventif berbasis individu & komunitas T.A 2017 (ROREN)
Masuknya menu pendekatan keluarga pada Juknis/pedoma n pemanfaatan dana Desa Kemendes tahun 2017 sesuai dengan pedoman pendekatan keluarga (ROREN)
10 Masuknya menu pendekatan keluarga pada Juknis/pedoma n pemanfaatan anggaran Dekonsentrasi tahun 2017 sesuai dengan pedoman pendekatan keluarga (ROREN)
2016 11
2017 12
2016
Tersedianya perencanaan kegiatan & alokasi anggaran APBN Dekon, DAK Non Fisik, BLUD, APBD Provinsi untuk membiayai dukungan operasional kegiatan promotif preventif untuk individu & komunitas TA 2017
14
2016
PROSES 2017
(DINAS KESEHATAN PROVINSI)
Tersedianya perencanaan kegiatan & alokasi anggaran APBN Dekon, DAK Non Fisik, BLUD, APBD Provinsi untuk membiayai dukungan operasional kegiatan promotif preventif untuk individu & komunitas TA 2018
15 Terlaksananya dan tersedianya laporan program dan kegiatan pendekatan keluarga di Provinsi tahun 2016 (DINKES PROVINSI)
PROVINSI
(DINKES KAB/ (DINKES KAB/ (DINAS KESEHATAN KOTA) KOTA) PROVINSI)
Tersedianya perencanaan kegiatan & alokasi anggaran DAK Non Fisik, BLUD, APBD Kabupaten/ kota untuk membiayai dukungan operasional kegiatan promotif preventif untuk individu & komunitas TA 2018
13 Terlaksananya dan tersedianya laporan program dan kegiatan pendekatan keluarga di Kab/Kota tahun 2016 (DINKES KAB/ KOTA)
2017
KAB/KOTA
Tersedianya perencanaan kegiatan & alokasi anggaran DAK Non Fisik, BLUD, APBD Kabupaten/ kota untuk membiayai dukungan operasional kegiatan promotif preventif untuk individu & komunitas TA 2017
Subsistem Pembiayaan Hal 6 dari 7
1.Tersedianya anggaran pelaksanaan kegiatan dukungan operasional melalui DAK non fisik, APBN Kantor Pusat, Kantor Daerah, Dekonsentrasi, BLU di FKTP & Rujukan utk mendukung upaya promotif preventif berbasis individu & komunitas T.A 2018 (ROREN)
PUSAT
INDIKATOR
2017 17 Terlaksananya dan tersedianya laporan program dan kegiatan pendekatan keluarga secara nasional yang terpadu tahun 2016 (DITJEN KESMAS)
PUSAT 18
OUTPUT
(ROREN‐P2JK) (ROREN‐P2JK)
Tersedianya Tersedianya Tersedianya dukungan Dana perencanaan perencanaan operasioanl JKN untuk kegiatan & kegiatan & melaksanakan kegiatan alokasi alokasi promotif dan preventif yang anggaran APBN anggaran APBN bersifat individual dan KP/ KD,/Dekon, KP/ KD,/Dekon, komunitas di FKTP dan DAK Non Fisik, DAK Non Fisik, Faskes Rujukan. BLU/ BLUD, BLU/ BLUD, APBD APBD Provinsi,/Kabu Provinsi,/Kabu paten/ kota paten/ kota untuk untuk membiayai membiayai dukungan dukungan operasional operasional kegiatan kegiatan promotif promotif preventif untuk preventif untuk individu & individu & komunitas TA komunitas TA 2017 2017
16
2016
Seluruh FKTP dan Faskes Rujukan menganggarkan dukungan Dana operasioanl JKN untuk melaksanakan kegiatan promotif dan preventif yang bersifat individual dan komunitas di FKTP dan Faskes Rujukan tahun 2019
19
TARGET
20
KET
SUB SISTEM
2
NO
1
3
4
BUTIR RESOLUSI OUTPUT RESOLUSI
5
PERMASALAHAN UTAMA
6 2.Tersedianya penghitungan besaran kebutuhan yang sejalan dengan peningkatan performance kinerja pelaksanaan JKN di FKTP dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Rujukan SKPD Kab/ kota T.A 2017 sesuai pedoman (DINKES KAB/ KOTA)
2016
7 2.Tersedianya penghitungan besaran kebutuhan yang sejalan dengan peningkatan performance kinerja pelaksanaan JKN di FKTP dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Rujukan SKPD Kab/ kota T.A 2018 sesuai pedoman (DINKES KAB/ KOTA)
2017
KAB/ KOTA 8 2.Tersedianya penghitungan besaran kebutuhan yang sejalan dengan peningkatan performance kinerja pelaksanaan JKN di FKTP dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Rujukan SKPD Provinsi T.A 2017 sesuai pedoman (DINKES PROVINSI)
2016
2017 9 2.Tersedianya penghitungan besaran kebutuhan yang sejalan dengan peningkatan performance kinerja pelaksanaan JKN di FKTP dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Rujukan SKPD Provinsi T.A 2018 sesuai pedoman (DINKES PROVINSI)
PROVINSI
INPUT
10 2.Tersedianya pedoman kegiatan dukungan operasional dan cara penghitungan besaran kebutuhan yang sejalan dengan peningkatan performance kinerja pelaksanaan JKN di FKTP dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Rujukan T.A 2017 (P2JK)
2016
2017
2016
2017
KAB/KOTA 2016
PROSES PROVINSI 2017
12 13 14 15 Tersedianya Tersedianya Tersedianya Tersedianya laporan Monev laporan Monev laporan Monev laporan Monev pelaksanaan pelaksanaan pelaksanaan pelaksanaan kegiatan kegiatan kegiatan kegiatan promotif dan promotif dan promotif dan promotif dan preventif dari preventif dari preventif dari preventif dari sumber sumber sumber sumber anggaran anggaran anggaran anggaran dukungan dukungan dukungan dukungan operasional JKN operasional JKN operasional JKN operasional JKN di FKTP dan di FKTP dan di FKTP dan di FKTP dan Faskes Rujukan Faskes Rujukan Faskes Rujukan Faskes Rujukan diari Dinas diari Dinas diari Dinas diari Dinas Kesehatan Kesehatan Kesehatan Kesehatan kab/Kota yang kab/Kota yang provinsi yang provinsi yang disampaikan disampaikan disampaikan disampaikan kepada Dinas kepada Dinas kepada Pusat kepada Pusat Pembiayaan Pembiayaan Kesehatan Kesehatan dan Jaminan dan Jaminan Provinsi T.A Provinsi T.A Kesehatan Kesehatan 2017 2016 Kemenkes T.A Kemenkes T.A 2017 2016
Subsistem Pembiayaan Hal 7 dari 7
11 2.Tersedianya pedoman kegiatan dukungan operasional dan cara penghitungan besaran kebutuhan yang sejalan dengan peningkatan performance kinerja pelaksanaan JKN di FKTP dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Rujukan T.A 2018 (P2JK)
PUSAT
INDIKATOR
16
2016
PUSAT 17
2017 18
OUTPUT
19
TARGET
20
KET
Matriks Resolusi Rakerkesnas Tahun 2016 Subsistem Sumber Daya Manusia Kesehatan
D.1.1.
1 D.1.
NO
S U M B E R D A Y A M A N U S I A
2
SUB SISTEM
PERMASALAHAN UTAMA
2016
Jumlah Kab/Kota yang telah melakukan entri keberadaan (eksisting) tenaga kesehatan ke dalam aplikasi sistem Informasi SDM Kesehatan
7
2017
KAB/ KOTA
5 6 1) Jumlah dan distribusi tenaga kesehatan tidak merata antar Pemda Provinsi dan daerah; Jumlah Kab/Kota melakukan Kab/Kota yang pemetaan SDM telah 2) Pemenuhan Kesehatan dengan jenis nakes belum melakukan menggunakan Sistem sesuai standar; entri Informasi SDM keberadaan Kesehatan dan (eksisting) 3) Kompetensi menyusun nakes belum sesuai tenaga perencanaan kesehatan ke standar. kebutuhan dengan dalam aplikasi merujuk pada sistem Permenkes Nomor Informasi SDM 33/2015 serta Kesehatan mengajukan formasi CPNS ke Badan Kepegawaian Daerah (BKD). Selanjutnya mengusulan kebutuhan PNS Ke KEMENPAN&RB melalui aplikasi E‐ Formasi. Kementerian Kesehatan melakukan advokasi kepada MENPAN‐RB dan BKN untuk mengalokasikan formasi CPNS sesuai kebutuhan masing‐ masing Pemda. (PP No. 97 Tahun 2000, Sebagaimana telah diubah dengan PP No. 54 Tahun 2003 ttg Formasi PNS)
4
Jumlah dan distribusi tenaga kesehatan tidak merata antar daerah
3
BUTIR RESOLUSI OUTPUT RESOLUSI
Jumlah Provinsi yang telah melakukan entri keberadaan (eksisting) tenaga kesehatan ke dalam aplikasi sistem Informasi SDM Kesehatan
8
2016 9
2017
Jumlah Provinsi yang telah melakukan entri keberadaan (eksisting) tenaga kesehatan ke dalam aplikasi sistem Informasi SDM Kesehatan
PROVINSI
INPUT
Jumlah Provinsi, Kab/Kota yang telah melakukan entri keberadaan (eksisting) tenaga kesehatan ke dalam aplikasi sistem informasi SDM Kesehatan dan telah melakukan pemetaan kebutuhan tenaga kesehatan minimal (ABK dan Anjab) di masing‐masing fasyankes
11
2017
a. Jumlah Kab/Kota yang telah melakukan analisis beban kerja dan analisis jabatan mengacu pada Permenkes No. 33 Tahun 2015 untuk memetakan kebutuhan tenaga kesehatan minimal di masing‐masing fasyankes; b. Jumlah Kab/Kota yang telah melakukan input kebutuhan PNS Ke KEMENPAN&R B melalui aplikasi E‐ Formasi
b. Jumlah Kab/Kota yang telah melakukan input kebutuhan PNS Ke KEMENPAN&R B melalui aplikasi E‐ Formasi
13
2017
a.Jumlah Kab/Kota yang telah melakukan analisis beban kerja dan analisis jabatan mengacu pada Permenkes No. 33 Tahun 2015 untuk memetakan kebutuhan tenaga kesehatan minimal di masing‐masing fasyankes;
12
2016
KAB/KOTA
Subsistem Sumber Daya Manusia Kesehatan Hal 1 dari 6
Jumlah Provinsi, Kab/Kota yang telah melakukan entri keberadaan (eksisting) tenaga kesehatan ke dalam aplikasi sistem informasi SDM Kesehatan dan telah melakukan pemetaan kebutuhan tenaga kesehatan minimal (ABK dan Anjab) di masing‐masing fasyankes
10
2016
PUSAT
INDIKATOR
b. Jumlah Provinsi yang telah melakukan input kebutuhan PNS Ke KEMENPAN&R B melalui aplikasi E‐ Formasi
a. Jumlah Provinsi yang telah melakukan analisis beban kerja dan analisis jabatan mengacu pada Permenkes No. 33 Tahun 2015 untuk memetakan kebutuhan tenaga kesehatan minimal di masing‐masing fasyankes;
14
2016
PROSES
15
2017
b. Jumlah Provinsi yang telah melakukan input kebutuhan PNS Ke KEMENPAN&R B melalui aplikasi E‐ Formasi
a. Jumlah Provinsi yang telah melakukan analisis beban kerja dan analisis jabatan mengacu pada Permenkes No. 33 Tahun 2015 untuk memetakan kebutuhan tenaga kesehatan minimal di masing‐masing fasyankes;
PROVINSI
Jumlah dokumen perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan minimal di masing‐masing fasyankes tingkat Prov, Kab, Kota
16
2016 17
2017
Jumlah dokumen perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan minimal di masing‐masing fasyankes tingkat Prov, Kab, Kota
PUSAT
2019 : 5.600 Jumlah Puskesmas yang memiliki 5 Jenis Tenaga Kesehatan
2018 : 4.200 Jumlah Puskesmas yang memiliki 5 Jenis Tenaga Kesehatan
2017 : 3.000 Jumlah Puskesmas yang memiliki 5 Jenis Tenaga Kesehatan
2016 : 2.000 Jumlah Puskesmas yang memiliki 5 Jenis Tenaga Kesehatan
18
OUTPUT
Diperolehnya rencana kebutuhan dengan merujuk pada Permenkes 33/2015 dengan menggunakan Sistem informasi SDM Kesehatan di Daerah yang akurat
19
TARGET
20
KET
1 D.1.2.
NO
K E S E H A T A N
2
SUB SISTEM
3
4 Pemda Provinsi dan Kab/Kota mempunyai kewenangan untuk mengatasi maldistribusi di daerahnya dengan Peraturan Gubernur atau Peraturan Bupati/Walikota, dan memperkuat kooordinasi dengan BKD dalam penempatan tenaga kesehatan. Kementerian Kesehatan melakukan advokasi ke KEMENDAGRI, KEMENPAN‐RB dan BKN agar BKD Provinsi dan Kab/Kota memperhatikan pertimbangan dan usulan Dinkes Provinsi, dan Kab/Kota.
BUTIR RESOLUSI OUTPUT RESOLUSI
5
PERMASALAHAN UTAMA 2017
2016
PROVINSI 2017
2016
c. Jumlah dokumen persebaran tenaga kesehatan di masing‐masing fasyankes
c. Jumlah dokumen persebaran tenaga kesehatan di masing‐masing fasyankes
c. Jumlah dokumen persebaran tenaga kesehatan di masing‐masing fasyankes c. Jumlah dokumen persebaran tenaga kesehatan di masing‐masing fasyankes
2016
2017
Subsistem Sumber Daya Manusia Kesehatan Hal 2 dari 6
b. Jumlah tenaga kesehatan yang telah ditempatkan dan didayagunakan di fasyankes melalui mekanisme PNS, PPPK dan penugasan khusus (team based dan individual)
15 a. Jumlah advokasi dan sosialisasi regulasi yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah (berdasarkan regulasi Pemerintah Pusat) terkait dengan tenaga kesehatan di fasyankes termasuk dengan penempatan dan distribusi tenaga kesehatan yang dilakukan ke pemerintah daerah;
2017
b. Jumlah tenaga kesehatan yang telah ditempatkan dan b. Jumlah b. Jumlah didayagunakan b. Jumlah b. Jumlah tenaga tenaga di fasyankes tenaga tenaga kesehatan yang kesehatan yang kesehatan yang kesehatan yang melalui telah telah mekanisme telah telah ditempatkan ditempatkan PNS, PPPK dan ditempatkan ditempatkan dan dan penugasan dan dan didayagunakan didayagunakan didayagunakan didayagunakan khusus (team di fasyankes di di fasyankes di based dan di fasyankes di fasyankes tingkat tingkat individual) tingkat tingkat Kab/Kota Kab/Kota Kab/Kota Kab/Kota melalui melalui melalui melalui mekanisme mekanisme mekanisme mekanisme PNS, PPPK dan PNS, PPPK dan PNS, PPPK dan PNS, PPPK dan penugasan penugasan penugasan penugasan khusus (team khusus (team khusus (team khusus (team based dan based dan based dan based dan individual) individual) individual) individual)
14 a. Jumlah advokasi dan sosialisasi regulasi yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah (berdasarkan regulasi Pemerintah Pusat) terkait dengan tenaga kesehatan di fasyankes termasuk dengan penempatan dan distribusi tenaga kesehatan yang dilakukan ke pemerintah daerah;
2016
PUSAT
17 a. Jumlah advokasi dan sosialisasi regulasi Pemerintah Pusat terkait dengan tenaga kesehatan di fasyankes termasuk dengan penempatan dan distribusi tenaga kesehatan yang dilakukan ke pemerintah daerah;
13 a. Jumlah advokasi dan sosialisasi regulasi yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah (berdasarkan regulasi Pemerintah Pusat) terkait dengan tenaga kesehatan di fasyankes termasuk dengan penempatan dan distribusi tenaga kesehatan yang dilakukan ke pemerintah daerah;
2017
PROSES PROVINSI
16 a. Jumlah advokasi dan sosialisasi regulasi Pemerintah Pusat terkait dengan tenaga kesehatan di fasyankes termasuk dengan penempatan dan distribusi tenaga kesehatan yang dilakukan ke pemerintah daerah;
2016
KAB/KOTA
12 a. Jumlah advokasi dan sosialisasi regulasi yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah (berdasarkan regulasi Pemerintah Pusat) terkait dengan tenaga kesehatan di b. Jumlah fasyankes dokumen termasuk persebaran dengan tenaga penempatan kesehatan di dan distribusi masing‐masing tenaga fasyankes kesehatan yang dilakukan ke pemerintah daerah;
2017
INDIKATOR
11 a. Jumlah regulasi Pemerintah Pusat terkait dengan tenaga kesehatan di fasyankes termasuk dengan penempatan dan distribusi tenaga kesehatan;
PUSAT
6 7 8 9 10 a. Jumlah a. Jumlah a. Jumlah a. Jumlah a. Jumlah dokumen dokumen regulasi dokumen dokumen pemetaan risiko pemetaan risiko pemetaan risiko pemetaan risiko Pemerintah dan dampak dan dampak Pusat terkait dan dampak dan dampak penempatan penempatan dengan tenaga penempatan penempatan dan distribusi dan distribusi dan distribusi dan distribusi kesehatan di tenaga tenaga fasyankes tenaga tenaga kesehatan di kesehatan di termasuk kesehatan di kesehatan di fasyankes fasyankes dengan fasyankes fasyankes tingkat tingkat penempatan tingkat tingkat provinsi; provinsi; dan distribusi Kab/Kota; Kab/Kota; tenaga b. Jumlah b. Jumlah kesehatan; b. Jumlah b. Jumlah regulasi terkait regulasi terkait regulasi terkait regulasi terkait dengan tenaga dengan tenaga dengan tenaga dengan tenaga b. Jumlah kesehatan di kesehatan di dokumen kesehatan di kesehatan di fasyankes fasyankes persebaran fasyankes fasyankes termasuk termasuk tenaga termasuk termasuk dengan dengan kesehatan di dengan dengan penempatan penempatan masing‐masing penempatan penempatan dan distribusi dan distribusi dan distribusi dan distribusi fasyankes tenaga tenaga tenaga tenaga kesehatan; kesehatan; kesehatan; kesehatan;
2016
KAB/ KOTA
INPUT
2019 : 5.600 Jumlah Puskesmas yang memiliki 5 Jenis Tenaga Kesehatan
2018 : 4.200 Jumlah Puskesmas yang memiliki 5 Jenis Tenaga Kesehatan
2017 : 3.000 Jumlah Puskesmas yang memiliki 5 Jenis Tenaga Kesehatan
18 2016 : 2.000 Jumlah Puskesmas yang memiliki 5 Jenis Tenaga Kesehatan
OUTPUT
19 Mendistribusikan tenaga kesehatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan sesuai dengan standar berdasarkan Permenkes 75/2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat dan RS 32/2014
TARGET
20
KET
D.2.1.
D.2.
1 D.1.3.
NO
2
SUB SISTEM
4 Pemda Kab/Kota yang memiliki kapasitas fiskal rendah mengajukan kebutuhan formasi CPNS ke MENPAN dan alokasinya didukung oleh alokasi anggaran Dana Alokasi Khusus Non Fisik Tahun Anggaran 2017. Kementerian Kesehatan mengusulkan ke KEMENKEU untuk mengembangkan mekanisme penganggaran Dana Alokasi Khusus Non Fisik untuk pemenuhan honor SDM Kesehatan di daerah tersebut.
Pemda Provinsi dan Kab/Kota dapat memanfaatkan Perpres Wajib Kerja Dokter Spesialis (rancangan) untuk mendistribusikan Dokter Spesialis dengan menyusun rencana kebutuhan dan lokasi RS serta menyiapkan dukungan berupa insentif daerah dan ketersediaan alat kesehatan. Kementerian Kesehatan menempatkan Dokter Spesialis dengan menggunakan APBN dengan prioritas di daerah yang tidak diminati sesuai UU No 23 Tahun 2014, bekerjasama dengan Organisasi Profesi dan Fakultas Kedokteran.
Pemenuhan jenis nakes belum sesuai standar
3
BUTIR RESOLUSI OUTPUT RESOLUSI
5
PERMASALAHAN UTAMA 2017
2016
PROVINSI 2017
b. Jumlah dokumen pemetaan kebutuhan tenaga kesehatan minimal di fasyankes tingkat Kab/Kota;
b. Jumlah dokumen pemetaan kebutuhan tenaga kesehatan minimal di fasyankes tingkat provinsi;
b. Jumlah dokumen pemetaan kebutuhan tenaga kesehatan minimal di fasyankes tingkat provinsi;
2016
a. Jumlah dokumen kebutuhan dokter spesialis di fasyankes tingkat Kab/Kota;
a. Jumlah dokumen kebutuhan dokter spesialis di fasyankes tingkat provinsi;
14 Jumlah dokumen kebutuhan tenaga kesehatan yang di entri kedalam sistem informasi SDM Kesehatan dan aplikasi E‐ Formasi Kemen PAN dan RB
2016
PROSES
2017
a. Jumlah dokumen kebutuhan dokter spesialis di fasyankes tingkat provinsi;
15 Jumlah dokumen kebutuhan tenaga kesehatan yang di entri kedalam sistem informasi SDM Kesehatan dan aplikasi E‐ Formasi Kemen PAN dan RB
PROVINSI 2017
OUTPUT
a. Jumlah dokumen kebutuhan alokasi anggaran untuk gaji dan insentif dokter spesialis dengan WKS,
b. Jumlah dokumen persetujuan alokasi DAK Non Fisik untuk pembayaran honor tenaga kesehatan P3K
a. Jumlah dokumen kebutuhan alokasi anggaran untuk gaji dan insentif dokter spesialis dengan WKS,
b. Jumlah dokumen persetujuan alokasi DAK Non Fisik untuk pembayaran honor tenaga kesehatan P3K
2016 : 35 % Persentase RS kabupaten/Kota kelas C yang memiliki 4 Dokter Spesialis Dasar dan 3 Dokter Spesialis Penunjang
16 17 18 2016 : 2.000 Jumlah a. Jumlah a. Jumlah Puskesmas yang memiliki 5 dokumen dokumen Jenis Tenaga Kesehatan pelaksanaan pelaksanaan advokasi dan advokasi dan koordinasi ke koordinasi ke 2017 : 3.000 Jumlah Kemen PAN dan Kemen PAN dan Puskesmas yang memiliki 5 Jenis Tenaga Kesehatan RB serta RB serta Kemenkeu Kemenkeu 2018 : 4.200 Jumlah terkait terkait Puskesmas yang memiliki 5 pemenuhan pemenuhan Jenis Tenaga Kesehatan tenaga tenaga kesehatan di kesehatan di 2019 : 5.600 Jumlah daerah daerah Puskesmas yang memiliki 5 berdasarkan berdasarkan Jenis Tenaga Kesehatan rasio belanja rasio belanja pegawai pegawai daerah; daerah;
2016
PUSAT
19 Terpenuhinya kebutuhan SDM Kesehatan di Kab/Kota dengan kapasitas fiskal rendah melalui alokasi anggaran DAK Non Fisik Tahun Anggaran 2017
TARGET
2019 : 60% Persentase RS kabupaten/Kota kelas C yang memiliki 4 Dokter Spesialis Dasar dan 3 Dokter Spesialis Penunjang
Pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan dokter spesialis di fasilitas pelayanan sesuai dengan standar Standar ketenagaan di 2017 : 40% Persentase RS RS 56/2014 tentang kabupaten/Kota kelas C yang Klasifikasi dan b. Jumlah b. Jumlah b. Jumlah b. Jumlah memiliki 4 Dokter Spesialis perijinan RS. dokumen dokumen dokumen dokumen b. Jumlah b. Jumlah Dasar dan 3 Dokter Spesialis pengadaan dan pengadaan dan pengadaan dan pengadaan dan dokter spesialis dokter spesialis Penunjang pemeliharaan pemeliharaan pemeliharaan pemeliharaan yang yang sarpras di RS sarpras di RS sarpras di RS sarpras di RS ditempatkan ditempatkan 2018 : 50% Persentase RS melalui melalui kabupaten/Kota kelas C yang program WKS program WKS memiliki 4 Dokter Spesialis Dasar dan 3 Dokter Spesialis Penunjang
a. Jumlah dokumen kebutuhan dokter spesialis di fasyankes tingkat Kab/Kota;
13 Jumlah dokumen kebutuhan tenaga kesehatan yang di entri kedalam sistem informasi SDM Kesehatan dan aplikasi E‐ Formasi Kemen PAN dan RB
2017
KAB/KOTA
Subsistem Sumber Daya Manusia Kesehatan Hal 3 dari 6
d. Jumlah dokumen kriteria RS berdasarkan tipe sesuai dengan Permenkes no. 75 Tahun 2014
d. Jumlah dokumen kriteria RS berdasarkan tipe sesuai dengan Permenkes no. 75 Tahun 2014
a. Jumlah regulasi pemerintah Pusat terkait dengan kriteria daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan;
c. Jumlah dokumen kebutuhan dokter spesialis di fasyankes;
b. Jumlah alokasi APBD untuk belanja pegawai;
a. Jumlah regulasi pemerintah Pusat terkait dengan kriteria daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan;
c. Jumlah dokumen kebutuhan dokter spesialis di fasyankes;
b. Jumlah alokasi APBD untuk belanja pegawai;
a. Jumlah regulasi terkait dengan penempatan dan pendayagunaan doktrer spesialis;
b. Jumlah regulasi pemerintah pusat terkait dengan pemenuhan tenaga kesehatan dengan kriteria diminati dan tidak diminati;
b. Jumlah alokasi APBD untuk belanja pegawai;
b. Jumlah alokasi APBD untuk belanja pegawai;
a. Jumlah regulasi terkait dengan penempatan dan pendayagunaan doktrer spesialis;
c. Jumlah daerah yang mendapatkan alokasi DAK maupun Dekonsentrasi
b. Jumlah regulasi pemerintah pusat terkait c. Jumlah rumah c. Jumlah rumah c. Jumlah rumah c. Jumlah rumah dengan sakit tipe c di sakit tipe c di sakit tipe c di sakit tipe c di pemenuhan daerah tenaga daerah daerah daerah kesehatan dengan kriteria diminati dan tidak diminati;
a. Jumlah regulasi terkait dengan penempatan dan pendayagunaan doktrer spesialis;
a. Jumlah regulasi terkait dengan penempatan dan pendayagunaan doktrer spesialis;
c. Jumlah daerah yang mendapatkan c. Persentase c. Persentase c. Persentase c. Persentase alokasi DAK realisasi belanja realisasi belanja realisasi belanja realisasi belanja maupun pegawai daerah pegawai daerah pegawai daerah pegawai daerah Dekonsentrasi
b. Jumlah dokumen pemetaan kebutuhan tenaga kesehatan minimal di fasyankes tingkat Kab/Kota;
11 a. Jumlah dokumen pemetaan kebutuhan tenaga kesehatan di masing‐masing fasyankes;
2017
INDIKATOR
12 Jumlah dokumen kebutuhan tenaga kesehatan yang di entri kedalam sistem informasi SDM Kesehatan dan aplikasi E‐ b. Jumlah b. Jumlah daerah dengan daerah dengan Formasi Kemen PAN dan RB rasio belanja rasio belanja pegawai >50% pegawai >50% dari APBD dan dari APBD dan <50% dari <50% dari APBD; APBD;
2016
PUSAT
6 7 8 9 10 a. Jumlah a. Jumlah a. Jumlah a. Jumlah a. Jumlah dokumen dokumen dokumen dokumen dokumen pemetaan pemetaan pemetaan pemetaan pemetaan eksisting tenaga eksisting tenaga eksisting tenaga eksisting tenaga kebutuhan kesehatan di kesehatan di kesehatan di kesehatan di tenaga fasyankes fasyankes fasyankes fasyankes kesehatan di tingkat tingkat tingkat tingkat masing‐masing Kab/Kota; Kab/Kota; provinsi; provinsi; fasyankes;
2016
KAB/ KOTA
INPUT
20
KET
D.3.1.
D.3.
1 D.2.2.
NO
2
SUB SISTEM
4 Pemda Kab/Kota dapat memanfaatkan dana BOK untuk merekrut tenaga kontrak (sesuai Undang‐Undang ASN) promosi kesehatan di setiap puskesmas dengan pendidikan minimal D3 Kesehatan (tenaga Kesehatan Masyarakat, Kesehatan Lingkungan, Gizi, TehnisKefarmasian dan Analis Laboratorium).Keme nterian Kesehatan akan merevisi Permenkes Nomor 82 Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Kesehatan, Serta Sarana dan Prasarana Penunjang Subbidang Sarpras Kesehatan Tahun Anggaran 2016.
Pemda Provinsi dan Kab/Kota mengalokasikan anggaran untuk meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan melalui pendidikan (beasiswa) dan pelatihan. Kementerian Kesehatan memberikan dukungan dalam bentuk dana Dekonsentrasi untuk mendukung upaya tersebut.
Kompetensi Nakes belum sesuai standar
3
BUTIR RESOLUSI OUTPUT RESOLUSI
5
PERMASALAHAN UTAMA
8 a. Jumlah dokumen realisasi pemanfaatan anggaran dan BOK, DAK maupun dekonsentrasi;
2016 9 a. Jumlah dokumen realisasi pemanfaatan anggaran dan BOK, DAK maupun dekonsentrasi
2017 10 a. Jumlah daerah yang mendapatkan alokasi dan BOK, DAK, Dekonsentrasi;
2016
2017
c. jumlah dokumen pemetaan kebutuhan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan melalui pendidikan maupun pelatihan
c. jumlah dokumen pemetaan kebutuhan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan melalui pendidikan maupun pelatihan c. jumlah dokumen pemetaan kebutuhan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan melalui pendidikan maupun pelatihan c. jumlah dokumen pemetaan kebutuhan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan melalui pendidikan maupun pelatihan
13 a. Jumlah dokumen usulan kebutuhan anggaran untuk honor tenaga kesehatan dengan kontrak kerja;
2017 14 a. Jumlah dokumen usulan kebutuhan anggaran untuk honor tenaga kesehatan dengan kontrak kerja;
2016
PROSES
2017 15 a. Jumlah dokumen usulan kebutuhan anggaran untuk honor tenaga kesehatan dengan kontrak kerja;
PROVINSI 2016
PUSAT 2017
OUTPUT
a. Jumlah a. Jumlah Jumlah tenaga Jumlah tenaga 2016 : 21.510 Jumlah SDM a. Jumlah a. Jumlah tenaga tenaga kesehatan yang kesehatan yang Kesehatan yang ditingkatkan tenaga tenaga ditingkatkan kompetensinya (kumulatif) kesehatan yang kesehatan yang kesehatan yang kesehatan yang ditingkatkan ditingkatkan ditingkatkan kompetensinya kompetensinya ditingkatkan ditingkatkan melalui 2017 : 33.060 Jumlah SDM kemampuannya kemampuannya kemampuannya kemampuannya melalui melalui melalui program program Kesehatan yang ditingkatkan melalui melalui pendidikan pendidikan Bantuan Bantuan kompetensinya (kumulatif) pendidikan pendidikan maupun maupun Pendidikan Pendidikan maupun maupun (TUBEL, 2018 : 44.850 Jumlah SDM pelatihan; pelatihan; pelatihan; pelatihan; (TUBEL, PPDS/PPDSG) PPDS/PPDSG) Kesehatan yang ditingkatkan b. Jumlah b. Jumlah yang bersumber yang bersumber kompetensinya (kumulatif) b. Jumlah b. Jumlah dokumen dokumen dari APBN dari APBN dokumen dokumen alokasi alokasi maupun maupun alokasi alokasi anggaran untuk anggaran untuk anggaran untuk anggaran untuk dekonsentrasi dekonsentrasi 2019 : 56.910 Jumlah SDM peningkatan peningkatan Kesehatan yang ditingkatkan peningkatan peningkatan kompetensi kompetensi kompetensinya (kumulatif) kompetensi kompetensi tenaga tenaga tenaga tenaga kesehatan kesehatan kesehatan kesehatan
12 a. Jumlah dokumen usulan kebutuhan anggaran untuk honor tenaga kesehatan dengan kontrak kerja;
2016
KAB/KOTA
Subsistem Sumber Daya Manusia Kesehatan Hal 4 dari 6
Jumlah dokumen kebutuhan tenaga kesehatan di fasyankes berdasarkan kompetensi
11 a. Jumlah daerah yang mendapatkan alokasi dan BOK, DAK, Dekonsentrasi;
PUSAT
a. Jumlah a. Jumlah a. Jumlah Jumlah a. Jumlah dokumen dokumen dokumen dokumen dokumen pemetaan pemetaan pemetaan pemetaan kebutuhan eksisting SDM eksisting SDM eksisting SDM eksisting SDM tenaga Kesehatan; Kesehatan; Kesehatan; Kesehatan; kesehatan di fasyankes b. Jumlah b. Jumlah b. Jumlah b. Jumlah berdasarkan dokumen dokumen dokumen dokumen kompetensi pemetaan pemetaan pemetaan pemetaan kebutuhan kebutuhan kebutuhan kebutuhan tenaga tenaga tenaga tenaga kesehatan; kesehatan; kesehatan; kesehatan;
7 a. Jumlah dokumen realisasi pemanfaatan anggaran dan BOK, DAK maupun dekonsentrasi;
2017
PROVINSI
INDIKATOR TARGET
Terpenuhinya alokasi anggaran untuk meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan melalui pendidikan dan pelatihan.
16 17 18 19 a. Jumlah 2016 : 35 % Persentase RS Pemenuhan kebutuhan a. Jumlah regulasi teknis regulasi teknis kabupaten/Kota kelas C yang tenaga kesehatan (turunan UU memiliki 4 Dokter Spesialis tenaga promosi (turunan UU ASN) terkait Dasar dan 3 Dokter Spesialis kesehatan di setiap ASN) terkait mekanisme Penunjang puskesmas dengan mekanisme minimal D3 Kesehatan pengangkatan pengangkatan sesuai dengan standar P3K dan sistem P3K dan sistem 2017 : 40% Persentase RS b. Jumlah b. Jumlah penggajiaannya; penggajiaannya; kabupaten/Kota kelas C yang berdasarkan dokumen memiliki 4 Dokter Spesialis Permenkes 75/2014 dokumen b Jumlah b Jumlah b Jumlah b. Jumlah kebutuhan b. Jumlah Dasar dan 3 Dokter Spesialis kebutuhan b. Jumlah dokumen dokumen dokumen dokumen tenaga dokumen Penunjang tenaga b. Jumlah b. Jumlah b. Jumlah b. Jumlah dokumen kebutuhan kebutuhan kebutuhan kebutuhan kesehatan persetujuan kesehatan dokumen dokumen dokumen dokumen persetujuan tenaga tenaga tenaga tenaga kontrak kontrak kebutuhan kebutuhan kebutuhan kebutuhan dari Kemenkeu dari Kemenkeu 2018 : 50% Persentase RS kesehatan kesehatan kesehatan kesehatan promosi terkait kabupaten/Kota kelas C yang promosi Tenaga promosi Tenaga promosi Tenaga promosi Tenaga promosi terkait untuk promosi untuk promosi untuk promosi untuk promosi kesehatan di mekanisme memiliki 4 Dokter Spesialis kesehatan di kesehatan kesehatan kesehatan kesehatan mekanisme kesehatan kesehatan kesehatan kesehatan fasyankes fasyankes dengan kontrak dengan kontrak dengan kontrak dengan kontrak penganggaran penganggaran Dasar dan 3 Dokter Spesialis dengan jenjang dengan jenjang kerja kerja kerja kerja DAK Non Fisik DAK Non Fisik Penunjang pendidikan untuk pendidikan untuk minimla D3 Pembayaran 2019 : 60% Persentase RS minimla D4 Pembayaran honor tenaga honor tenaga kabupaten/Kota kelas C yang kesehatan memiliki 4 Dokter Spesialis kesehatan dengan kontrak dengan kontrak Dasar dan 3 Dokter Spesialis kerja Penunjang kerja
6 a. Jumlah dokumen realisasi pemanfaatan anggaran dan BOK, DAK maupun dekonsentrasi;
2016
KAB/ KOTA
INPUT
20
KET
D.3.3.
1 D.3.2.
NO
2
SUB SISTEM
3
Pemda Provinsi dan Kab/Kota mempunyai kewenangan untuk pembinaan dan pengawasan terhadap SDM Kesehatan dalam bentuk pemberian izin dan pengawasan praktek, kesempatan mengikuti pendidikan dan pelatihan, seminar dalam rangka meningkatkan kompetensi. Kementerian Kesehatan memberikan dukungan dalam bentuk dana Dekonsentrasi atau Dana Alokasi Khusus Non Fisik untuk mendukung upaya tersebut.
4 Pemda Provinsi mengalokasikan anggaran bagi Bapelkes Daerah untuk pengembangan dan pemenuhan tenaga Widyaiswara. Kementerian Kesehatan memberikan dukungan dalam bentuk dana Dekonsentrasi atau mengembangkan Dana Alokasi Khusus Fisik Subbidang SDM Kesehatan untuk mendukung upaya tersebut.
BUTIR RESOLUSI OUTPUT RESOLUSI
5
PERMASALAHAN UTAMA
b. Jumlah dokumen pemetaan kebutuhan tenaga kesehatan dan kompetensinya tingkat provinsi
b. Jumlah dokumen pemetaan kebutuhan tenaga kesehatan dan kompetensinya tingkat Kab/Kota
b. Jumlah dokumen pemetaan kebutuhan tenaga kesehatan dan kompetensinya tingkat Kab/Kota
b. Jumlah dokumen pemetaan kebutuhan tenaga kesehatan dan kompetensinya tingkat provinsi
a. Jumlah regulasi terkait pembinaan dan pengawasan mutu terhadap SDM Kesehatan;
a. Jumlah regulasi terkait pembinaan dan pengawasan mutu terhadap SDM Kesehatan;
9 Alokasi APBD untuk Peningkatan Kapasitas Bapelkes Daerah
2017
8 Alokasi APBD untuk Peningkatan Kapasitas Bapelkes Daerah
2016
a. Jumlah regulasi terkait pembinaan dan pengawasan mutu terhadap SDM Kesehatan;
7
2017
PROVINSI
a. Jumlah regulasi terkait pembinaan dan pengawasan mutu terhadap SDM Kesehatan;
6
2016
KAB/ KOTA
INPUT
b. Jumlah dokumen pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan;
a. Jumlah Dokumen operasional MTKP;
12
2016
b. Jumlah dokumen perijinan dan pengawasan praktik;
a. Jumlah dokumen pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan;
13
2017 15 Jumlah Usulan WI dan Tenaga Kepelatihan yang ditingkatkan Kapasitasnya
2017 16 Jumlah WI dan Tenaga Kepelatihan yang ditingkatkan Kapasitas dan Kompetensi melalui Workshop dan Diklat Penjenjangan Widyaiswara
2016
b. Jumlah dokumen pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan;
a. Jumlah Dokumen operasional MTKP;
c. Jumlah tenaga kesehatan yang mengikuti seminar dalam rangka peningkatan kompetensi
b. Jumlah dokumen perijinan dan pengawasan praktik;
a. Jumlah dokumen pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan;
b. Jumlah dokumen pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan
a. Jumlah Dokumen operasional MTKP;
2017
Jumlah dokumen pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan
TARGET
2019 : 56.910 Jumlah SDM Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya (kumulatif)
2019 : 56.910 Jumlah SDM Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya (kumulatif)
2016 : 21.510 Jumlah SDM Terselenggaranya Kesehatan yang ditingkatkan pembinaan dan kompetensinya (kumulatif) pengawasan terhadap SDM kesehatan dalam 2017 : 33.060 Jumlah SDM pemberian izin dan Kesehatan yang ditingkatkan pengawasan praktik kompetensinya (kumulatif) dan pengingkatan kompetensi 2018 : 44.850 Jumlah SDM Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya (kumulatif)
2019 : 56.910 Jumlah SDM Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya (kumulatif)
2018 : 44.850 Jumlah SDM Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya (kumulatif)
Terpenuhinya peningkatan kapasitas Bapelkes daerah baik infrastruktur, SDM bapelkes, dan alokasi anggaran untuk penyelenggaraan pelatihan SDM kesehatan.
18 19 2016 : 21.510 Jumlah SDM Terpenuhinya Kesehatan yang ditingkatkan peningkatan kapasitas kompetensinya (kumulatif) Bapelkes daerah baik infrastruktur, SDM 2017 : 33.060 Jumlah SDM bapelkes, dan alokasi Kesehatan yang ditingkatkan anggaran untuk kompetensinya (kumulatif) penyelenggaraan pelatihan SDM 2018 : 44.850 Jumlah SDM kesehatan. Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya (kumulatif)
OUTPUT
Terselenggaran 2016 : 21.510 Jumlah SDM ya Pemilihan Kesehatan yang ditingkatkan Widyaiswara kompetensinya (kumulatif) Berprestasi 2017 : 33.060 Jumlah SDM Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya (kumulatif)
17 Jumlah WI dan Tenaga Kepelatihan yang ditingkatkan Kapasitas dan Kompetensi melalui Workshop dan Diklat Penjenjangan Widyaiswara
PUSAT
Jumlah Usulan Jumlah Usulan Terselenggaran WI yang WI yang ya Pemilihan diikutkan dalam diikutkan dalam Widyaiswara Pemilihan WI Pemilihan WI Berprestasi Berprestasi Berprestasi
14 Jumlah Usulan WI dan Tenaga Kepelatihan yang ditingkatkan Kapasitasnya
2016
PROSES PROVINSI
c. Jumlah c. Jumlah tenaga dokumen kesehatan yang perijinan dan mengikuti pengawasan seminar dalam praktik; rangka d. Jumlah peningkatan d. Jumlah tenaga kompetensi tenaga kesehatan yang kesehatan yang mengikuti mengikuti seminar dalam seminar dalam rangka rangka peningkatan peningkatan kompetensi kompetensi
b. Jumlah dokumen pemetaan kebutuhan tenaga kesehatan dan c. Jumlah kompetensinya dokumen perijinan dan pengawasan praktik;
a. Jumlah regulasi terkait pembinaan dan pengawasan mutu terhadap SDM Kesehatan;
11 Alokasi Dana Dekonsentrasi untuk Penyelenggaraa n Pelatihan
2017
KAB/KOTA
Subsistem Sumber Daya Manusia Kesehatan Hal 5 dari 6
b. Jumlah dokumen pemetaan kebutuhan tenaga kesehatan dan kompetensinya
a. Jumlah regulasi terkait pembinaan dan pengawasan mutu terhadap SDM Kesehatan;
10 Alokasi Dana Dekonsentrasi untuk Penyelenggaraa n Pelatihan
2016
PUSAT
INDIKATOR
20
KET
D.5.
1 D.4.
NO
2
SUB SISTEM
3
Pemerintah Pusat (Kementerian Kesehatan) berkoordinasi dengan Kemenristekdikti untuk percepatan program DLP.
4 Pemda Provinsi (Dinas Kesehatan Provinsi) berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi dalam memberikan rekomendasi perizinan pembukaan SMK Kesehatan. Kementerian Kesehatan berkoordinasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengatur kurikulum pendidikan SMK Kesehatan dan menyusun regulasi lulusan SMK Kesehatan sebagai Asisten Tenaga Kesehatan yang bekerja dibawah supervisi Tenaga Kesehatan.
BUTIR RESOLUSI OUTPUT RESOLUSI
5
PERMASALAHAN UTAMA
6
2016 7
2017
KAB/ KOTA
8
2016
PROVINSI
INPUT
9
2017 11 Jumlah Regulasi Terkait dengan Pendayagunaan Lulusan SMK sebagai Asisten Tenaga Kesehatan
2017 12
2016
Jumlah Usulan peserta DLP dari Dinas Kesehatan Kab/Kota
13
2017
KAB/KOTA
Subsistem Sumber Daya Manusia Kesehatan Hal 6 dari 6
10
2016
PUSAT
INDIKATOR
2017
2016
PUSAT 2017
OUTPUT
Jumlah Rekomendasi Perizinan pembukaan SMK Kesehatan yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi
Jumlah wahana praktik DLP yang diusulkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi
Jumlah Rekomendasi Perizinan pembukaan SMK Kesehatan yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi
Jumlah Pertemuan Koordinasi dengan kemenristekdik ti untuk percepatan program DLP
Jumlah Pertemuan Koordinasi Harmonisasi Kurikulum SMK Kesehatan
14 15 16 17 18 2016 : 21.510 Jumlah SDM Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Kesehatan yang ditingkatkan pertemuan Pertemuan Pertemuan pertemuan kompetensinya (kumulatif) Koordiinasi Koordinasi Koordinasi Koordiinasi Lintas Sektor Lintas Sektor dengan dengan 2017 : 33.060 Jumlah SDM Kementerian dan Liintas dan Liintas Kementerian Program terkait Program terkait Pendidikan dan Pendidikan dan Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya (kumulatif) Pendikan SMK Pendikan SMK Kebudayaan Kebudayaan untuk mengatur untuk mengatur dan Tenaga dan Tenaga 2018 : 44.850 Jumlah SDM kurikulum Kesehatan Kesehatan kurikulum Kesehatan yang ditingkatkan pendidikan pendidikan SMK Kesehatan SMK Kesehatan kompetensinya (kumulatif) dan menyusun dan menyusun regulasi lulusan regulasi lulusan 2019 : 56.910 Jumlah SDM SMK Kesehatan SMK Kesehatan Kesehatan yang ditingkatkan sebagai Asisten sebagai Asisten kompetensinya (kumulatif) Tenaga Tenaga Kesehatan yang Kesehatan yang bekerja bekerja dibawah dibawah supervisi supervisi Tenaga Tenaga Kesehatan. Kesehatan.
2016
PROSES PROVINSI
Terwujudnya program Dokter Layanan Primer
19 Terstandarisasinya periizinan dan kurikulum SMK Kesehatan, regulasi lulusan SMK Kesehatan.
TARGET
20
KET
Matriks Resolusi Rakerkesnas Tahun 2016 Subsistem Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
2
S E D I A A N F A R M A S I D A N A L A T K E S E H A T A N
NO
1
E.1.
E.1.3.
E.1.2.
E.1.1.
SUB SISTEM
4
Pemerintah Pusat mendorong LKPP untuk memberikan akses e‐purchasing kepada RS swasta yang telah bekerja sama dengan BPJS. Dalam hal belum bisa melakukan e‐ purchasing, mendorong RS Swasta memanfaatkan e‐ katalog untuk pengadaan secara manual (offline)
Pemerintah Daerah mendorong tenaga ULP memiliki sertifikat pengadaan B/J dalam rangka meningkatkan kemampuan pengadaan obat dan alkes dengan metode e‐ purchasing
Pemerintah Daerah memanfaatkan e‐ katalog seoptimal mungkin untuk menjaga ketersediaan obat dan vaksin di faskes dalam rangka memperkuat pelayanan kesehatan. Dalam hal mengalami masalah dalam pemanfaatan e‐ katalog, Pemerintah Daerah menerapkan Permenkes No. 63 Tahun 2014 dan Surat Edaran Kepala LKPP No.3 Tahun 2015
Pengadaan Obat dan Alkes melalui e‐catalog
3
BUTIR RESOLUSI OUTPUT RESOLUSI
d) Ketercukupan tersedianya anggaran bagi one gate policy dan jaminan ketersediaan, mutu obat dan vaksin serta pemenuhan standar kefarmasian
c) Terjaminnya ketersediaan, mutu obat dan vaksin serta pemenuhan standar kefarmasian
b) Pelaksanaan One Gate Policy pengelolaan obat dan vaksin;
a) Pengadaan obat dan alkes melalui e‐ katalog;
5
PERMASALAHAN UTAMA
6
2016 7
2017
KAB/ KOTA 8
2016
PROVINSI
INPUT
9
2017 10
11
2017
Melakukan pembinaan ke RS swasta type C dan D terhadap pemanfaatan e‐ purchasing dan pemanfaatan e‐ katalog secara manual
Pelaksanaan sertifikasi bagi tenaga ULP dalam pengadaan B/J melalui dana APBD Kab/Kota
Melakukan pembinaan ke RS swasta type B terhadap pemanfaatan e‐ purchasing dan pemanfaatan e‐ katalog secara manual
Pelaksanaan sertifikasi bagi tenaga ULP dalam pengadaan B/J melalui dana APBD Provinsi
2. Penyediaan obat dan Alat kesehatan diluar e‐ katalog sesuai ketentuan pengadaan B/J Pemerintah
2. Penyediaan obat dan Alat kesehatan diluar e‐ katalog sesuai ketentuan pengadaan B/J Pemerintah
14
2016
1. Memanfaatkan e‐catalog dalam penyediaan obat dan Alat kesehatan bersumber APBD Provinsi
13
2017
PROVINSI
PROSES
1. Memanfaatkan e‐catalog dalam penyediaan obat dan Alat kesehatan bersumber APBD Kab/Kota
12
2016
KAB/KOTA
Subsistem Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Hal 1 dari 4
2016
PUSAT
INDIKATOR
15
2017
2. Melakukan pembinaan ke RS swasta type A terhadap pemanfaatan e‐ purchasing dan pemanfaatan e‐ katalog secara manual
1. Mendorong LKPP memberikan akses e‐ purchasing kepada RS Swasta yang bekerjasama dengan BPJS
Menyiapkan e‐ katalog bersama LKPP
16
2016
PUSAT 17
2017
Terlaksananya metode e‐ purchasing atau e‐katalog secara manual di RS Swasta yang kerjasama dengan BPJS
Tersedianya tenaga ULP yang memiliki Sertifikat pengadaan B/J
2. Termanfaatkannya e‐ catalog oleh Pemda Provinsi dan Kab/Kota dalam penyediaan obat
1. Terpenuhinya ketersediaan obat dan vaksin di faskes untuk memperkuat pelayanan kesehatan
18
OUTPUT
19
TARGET
20
KET
Pemerintah Daerah mendorong instalasi farmasi menjadi UPT Daerah dalam rangka menerapkan one gate policy pengelolaan obat dan vaksin
Pemerintah Daerah menerapkan one gate policy pengelolaan obat dan vaksin secara optimal, mencakup perencanaan kebutuhan (Rencana Kebutuhan Obat dan Vaksin yang akurat), pemanfaatan e‐ katalog, e‐monev katalog serta penerapan sistem e‐logistik
E.2.1.
E.2.2.
3 4 Pemerintah Pusat Seluruh satker dan mendorong agar faskes menerapkan e‐ setiap satker dan monev katalog obat faskes menerapkan e‐ monev katalog obat sebagai instrumen monitoring pengadaan obat melalui e‐katalog
Pelaksanaan One Gate Policy pengelolaan obat dan vaksin
2
BUTIR RESOLUSI OUTPUT RESOLUSI
E.2.
1 E.1.4.
NO
SUB SISTEM
5
PERMASALAHAN UTAMA
6
2016 7
2017
KAB/ KOTA 8
2016
PROVINSI
INPUT
9
2017 10
11
2017
2016
3. Melakukan advokasi, pembinaan, dan pengawasan pelaksanaan One Gate Policy
2. Melakukan One Gate Policy pengelolaan obat dan vaksin di tingkat Provinsi
2. Melakukan One Gate Policy pengelolaan obat dan vaksin di tingkat Kab/Kota
Membentuk Instalasi Farmasi sebagai UPT Dinas
3. Melaksanakan sosialisasi, jika diperlukan
2. Membina setiap satker dan faskes di tingkat Provinsi dalam menerapkan e‐ monev katalog obat
14 1. Memanfaatkan e‐monev katalog obat dalam pengadaan obat dan vaksin berdasarkan e‐ katalog serta penyampaian RKO
1.Menerbitkan SK Kepala Dinas tentang tim pengelola obat terpadu lingkup Provinsi
13
2017
PROVINSI
PROSES
1.Menerbitkan SK Kepala Dinas tentang tim pengelola obat terpadu lingkup Kab/Kota
Membentuk Instalasi Farmasi sebagai UPT Dinas
3. Melaksanakan sosialisasi, jika diperlukan
2. Membina setiap satker dan faskes di tingkat Kab/Kota dalam menerapkan e‐ monev katalog obat
12 1. Memanfaatkan e‐monev katalog obat dalam pengadaan obat dan vaksin berdasarkan e‐ katalog
2016
KAB/KOTA
Subsistem Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Hal 2 dari 4
2016
PUSAT
INDIKATOR
15
2017
2016
2.Melakukan advokasi, pembinaan, dan pengawasan pelaksanaan One Gate Policy
1.Menerbitkan regulasi tentang One Gate Policy
2. Advokasi pembentukan Instalasi Farmasi sebagai UPT Dinas pada Pemda
1. Melakukan kajian akademik pembentukan Instalasi Farmasi sebagai UPT Dinas dalam rangka advokasi kepada Pemda
3. Menyediakan supporting team dalam pelaksanaan e‐ monev katalog obat
2. Sosialisasi dan pelatihan
16 1. Penyediaan aplikasi e‐ monev katalog obat
PUSAT 17
2017
Meningkatnya jumlah Provinsi/Kab/Kota yang menerapkan one gate policy pengelolaan obat dan vaksin
Meningkatnya jumlah Instalasi Farmasi yang menjadi UPT Dinas
18
OUTPUT
19
TARGET
20
KET
Terjaminnya ketersediaan, mutu obat dan vaksin serta pemenuhan standar kefarmasian
Pemerintah Daerah mengusulkan DAK Subbidang Pelayanan Kefarmasian berd asarkan proposal‐ based dengan memperhitungkan kecukupan ketersediaan obat 18 bulan, yang didukung data yang akurat, serta mengalokasikan biaya distribusi obat dan vaksin (dengan memperhatikan kondisi geografis ‐ laut dan darat) sampai dengan puskesmas dan jaringannya
E.3.1.
Diterbitkannya regulasi tentang Instalasi Farmasi Pemerintah
4 Terlaksananya peningkatan kapasitas SDM pengelola obat dan vaksin di daerah
E.3.
3 Pemerintah Daerah meningkatkan kapasitas SDM melalui pelatihan pengelolaan obat dan vaksin
Pemerintah Pusat akan menerbitkan regulasi tentang Instalasi Farmasi Pemerintah
2
BUTIR RESOLUSI OUTPUT RESOLUSI
E.2.4.
1 E.2.3.
NO
SUB SISTEM
5
PERMASALAHAN UTAMA
6
2016 7
2017
KAB/ KOTA 8
2016
PROVINSI
INPUT
9
2017 10
11
2017
2. Mengalokasikan biaya distribusi obat dan vaksin sampai ke puskesmas dan jaringannya
1.Mengusulkan proposal DAK Subbidang Yanfar untuk mendukung ketersediaan obat dan vaksin
Memberikan masukan tentang regulasi Instalasi Farmasi Pemerintah
12 Melakukan peningkatan kapasitas pengelola obat dan vaksin bagi SDM di faskes tingkat Kab/Kota dan puskesmas
2016
KAB/KOTA
Subsistem Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Hal 3 dari 4
2016
PUSAT
INDIKATOR
13
2017
2016
Mengusulkan proposal DAK Subbidang Yanfar untuk mendukung ketersediaan obat dan vaksin
Memberikan masukan tentang regulasi Instalasi Farmasi Pemerintah
14 Melakukan peningkatan kapasitas pengelola obat dan vaksin bagi SDM di Kab/Kota dan Rumah Sakit Type B
PROVINSI
PROSES
15
2017
2016
Menyusun format proposal dan kebutuhan data teknis untuk menu DAK Subbidang Pelayanan Kefarmasian (pengadaan obat dan BMHP, Pembangunan baru / Rehabilitasi Instalasi Farmasi, Penyediaan Sarana Pendukung Instalasi farmasi, distribusi obat, dan operasional sistim informasi manajemen logistik obat secara elektronik
Menerbitkan regulasi tentang Instalasi Farmasi Pemerintah
2. Memfasilitasi pelaksanaan peningkatan kapasitas SDM pengelolaan obat dan vaksin di Provinsi
16 1.Menyusun pedoman pelatihan
PUSAT 17
2017
Tersedianya proposal DAK subbidang Yanfar dari Pemda
18
OUTPUT
19
TARGET
20
KET
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah memenuhi kebutuhan tenaga kefarmasi an di instalasi farmasi pemerintah dan puskesmas
Ketercukupan tersediaannya anggaran bagi one gate policy dan jaminan ketersediaan, mutu obat dan vaksin serta pemenuhan standar kefarmasian
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menjamin ketercukupan ter sedianya anggaran bagi pelaksanaan One Gate Policy dan jaminan ketersediaan, mutu obat dan vaksin serta pemenuhan standar kefarmasian
E.4.1
E.4.1.
4
E.3.4.
3 Pemerintah Daerah mengusulkan di tahun 2017 biaya distribusi obat dan vaksin sampai dengan puskesmas dan jaringannya dan biaya operasional sistem informasi manajemen logistik obat secara elektronik melalui DAK non fisik
Pemerintah Daerah melaksanakan DAK Subbidang Pelayanan Kefarmasian sesu ai petunjuk teknis untuk menjamin ketersediaan obat
2
BUTIR RESOLUSI OUTPUT RESOLUSI
E.3.3.
1 E.3.2.
NO
SUB SISTEM
5
PERMASALAHAN UTAMA
6
2016 7
2017
KAB/ KOTA 8
2016
PROVINSI
INPUT
9
2017 10
11
2017
2016
Mengalokasikan anggaran bagi pelaksanaan One Gate Policy sesuai pedoman perhitungan kebutuhan anggaran
2. Memenuhi kebutuhan tenaga kefarmasian di Instalasi Farmasi Kab/Kota dan Puskesmas
1.Perencanaan dan pengembangan tenaga kefarmasian untuk Instalasi Farmasi Kab/Kota dan Puskesmas
Mengalokasikan anggaran bagi pelaksanaan One Gate Policy sesuai pedoman perhitungan kebutuhan anggaran
2. Memenuhi kebutuhan tenaga kefarmasian di Instalasi Farmasi Provinsi
1.Perencanaan dan pengembangan tenaga kefarmasian untuk satker Instalasi Farmasi Provinsi
2. Memfasilitasi pemantauan dan evaluasi pelaksanaan DAK sub bidang pelayanan kefarmasian
2. Meningkatkan pelaporan DAK sub bidang pelayanan kefarmasian
14 Mengusulkan proposal dan data teknis DAK non fisik untuk operasional sistim informasi manajemen logistik obat secara elektronik
1.Melaksanakan DAK Subbidang Pelayanan Kefarmasian sesuai juknis
13
2017
PROVINSI
PROSES
1.Melaksanakan DAK Subbidang Pelayanan Kefarmasian sesuai juknis
12 Mengusulkan proposal DAK non fisik untuk distribusi obat dan vaksin ke puskesmas dan jaringannya, serta operasional sistim informasi manajemen logistik obat secara elektronik
2016
KAB/KOTA
Subsistem Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Hal 4 dari 4
2016
PUSAT
INDIKATOR
15
2017
2016
Menetapkan pedoman perhitungan kebutuhan anggaran bagi pelaksanaan One Gate Policy
Menerbitkan data kebutuhan Nasional SDM tenaga kefarmasian di Instalasi Farmasi Pemerintah dan Puskesmas
2. Melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan DAK sub bidang pelayanan kefarmasian
1. Menerbitkan Petunjuk teknis DAK Subbidang Pelayanan Kefarmasian
2. Melakukan penilaian teknis usulan kebutuhan DAK Non Fisik
16 1.Menyusun format proposal dan kebutuhan data teknis untuk menu distribusi obat dan operasional sistim informasi manajemen logistik obat secara elektronik
PUSAT 17
2017
Tersedianya anggaran One Gate Policy, jaminan ketersediaan mutu obat dan vaksin serta pemenuhan standar kefarmasian
Terpenuhinya tenaga kefarmasian di instalasi farmasi pemerintah dan puskesmas
Terlaksananya DAK Subbidang Pelayanan Kefarmasian sesuai juknis
18 Terpenuhinya biaya distribusi obat dan vaksin ke puskesmas dan jaringannya, serta biaya operasional sistem informasi manajemen logistik obat secara elektronik melalui DAK non fisik
OUTPUT
19
TARGET
20
KET
Matriks Resolusi Rakerkesnas Tahun 2016 Subsistem Manajemen
2
M A N A J E M E N
NO
1
F.1.
4
Satuan Kerja Kantor Pusat, Kantor Daerah dan SKPD penerima alokasi APBN Kementerian Kesehatan harus memperhatikan kaidah‐kaidah penyusunan perencanaan penganggaran untuk menghindari adanya output cadangan dan catatan halaman IV DIPA.
Penguatan pengawasan pelaksanaan kegiatan dan anggaran
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap pelaksanaan Anggaran Kesehatan agar dapat mempercepat penyerapan anggaran.
F.2.
F.2.1.
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menyusun perencanaan Anggaran Kesehatan berdasarkan prinsip money follow program dan bersinergi dengan kebijakan Pemerintah Pusat.
Penguatan pengawasan perencanaan program dan penganggaran
3
BUTIR RESOLUSI OUTPUT RESOLUSI
F.1.2.
F.1.1.
SUB SISTEM
c) Implementasi Permenkes Nomor 36 Tahun 2015 tentang Pencegahan Kecurangan (Fraud) dalam Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan pada Sistem Jaminan Sosial Nasional.
b) penyajian data dalam laporan keuangan satuan kerja pusat dan daerah belum sepenuhnya sesuai dengan standar akuntansi pemerintah;
a) penyajian data dalam laporan keuangan satuan kerja Tugas Pembantuan belum sepenuhnya menggunakan data yang ter‐update;
5
PERMASALAHAN UTAMA
6
2016 7
2017
KAB/ KOTA
Membentuk Tim percepatan penyerapan anggaran
8
2016
PROVINSI
INPUT
9
2017
Melakukan monev berkala
Membuat instrumen/tool s yang dapat digunakan dalam rangka Monev berkala;
Membuat pedoman Monev berkala
Evaluasi implementasi Juknis perencanaan penganggaran.
Sosialisasi dan Bimtek;
Pembuatan Juknis;
Penetapan kaidah‐kaidah perencanaan penganggaran;
Reviu Penyusunan Perencanaan Anggaran Kesehatan;
Sosialisasi dan Bimtek;
Pembuatan Pedoman Perencanaan Angaran (NSPK);
10
2016 11
2017
Subsistem Manajemen Hal 1 dari 3
PUSAT 12
13
2017
KAB/KOTA 2016
INDIKATOR
Melaksanakan kaidah‐kaidah perencanaan penganggaran
Melaksanakan perencanaan sesuai Pedoman Perencanaan Anggaran
14
2016
PROSES PROVINSI 15
2017 16
2016
PUSAT 17
2017 18
OUTPUT
Terlaksananya monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap pelaksanaan Anggaran Kesehatan agar dapat mempercepat penyerapan anggaran.
Tersedianya perencanaan penganggaran untuk menghindari adanya output cadangan dan catatan halaman IV DIPA yang sesuai dengan kaidah‐kaidah.
Tersusunnya perencanaan Anggaran Kesehatan berdasarkan prinsip money follow program dan bersinergi dengan kebijakan Pemerintah Pusat.
19
TARGET
20
KET
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah melaksanakan monitoring dan evaluasi pencegahan Fraud JKN di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Penguatan pengawasan pelaporan keuangan
Satuan Kerja Kantor Pusat, Kantor Daerah dan SKPD penerima alokasi APBN Kementerian Kesehatan melaksanakan strategi mempertahankan WTP.
F.3.
F.3.1.
4
F.2.4.
3 Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah berkomitmen dalam meningkatkan kualitas dan transparansi proses pengadaan barang dan jasa sesuai dengan peraturan yang berlaku melalui penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah melaksanakan program pencegahan Fraud JKN di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
2
BUTIR RESOLUSI OUTPUT RESOLUSI
F.2.3.
1 F.2.2.
NO
SUB SISTEM
5
PERMASALAHAN UTAMA
6
2016 7
2017
KAB/ KOTA 2016
Meningkatkan kapasitas SDM pengelola keuangan
Membentuk Tim pencegahan fraud JKN
8 Menetapkan pejabat pengadaan barang dan jasa yang berkompeten dan tersertifikasi
PROVINSI
INPUT
9
2017
Menyusun peraturan/pedo man di bidang pengelolaan keuangan agar tercipta kontrol internal yang baik
Membuat pedoman Monev;
Koordinasi lintas sektor terkait
Bimtek pencegahan fraud JKN;
Sosialisasi pencegahan fraud JKN di Fasyankes;
Membuat pedoman pencegahan fraud JKN di Fasyankes;
10
2016 11
2017
Subsistem Manajemen Hal 2 dari 3
PUSAT 12
13
2017
KAB/KOTA 2016
INDIKATOR
Melaksanakan Monev bersama dengan pemerintah pusat
14
2016
PROSES PROVINSI 15
2017
2016
Sosialisasi dan bintek
Monev implementasi program pencegahan fraud JKN.
Melaksanakan konsultasi dan pendampingan bagi para pejabat pengadaan barang dan jasa
16 Melaksanakan Bimtek bagi para pengelola anggaran di daerah untuk meningkatkan komitmen dalam pengadaan barang dan jasa;
PUSAT 17
2017 18
OUTPUT
Terlaksananya strategi mempertahankan WTP.
Terlaksananya monitoring dan evaluasi pencegahan Fraud JKN di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Terlaksananya program pencegahan Fraud JKN di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
19 Terwujudnya komitmen dalam meningkatkan kualitas dan transparansi proses pengadaan barang dan jasa sesuai dengan peraturan yang berlaku melalui penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.
TARGET
20
KET
Pembangunan zona integritas menuju wilayah bebas dari korupsi dan wilayah birokrasi bersih melayani
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah berkomitmen untuk memenuhi indikator menuju predikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM).
F.5.
F.5.1.
4
Satuan Kerja Kantor Pusat, Kantor Daerah dan SKPD penerima alokasi APBN Kementerian Kesehatan berkewajiban menyelesaikan tindak lanjut hasil pengawasan Aparat Pengawasan Fungsional (BPK, BPKP, Inspektorat Jenderal).
3
F.4.1.
1
BUTIR RESOLUSI OUTPUT RESOLUSI
Penyelesaian tindak lanjut hasil pengawasan
2
NO
F.4.
SUB SISTEM
5
PERMASALAHAN UTAMA
6
2016 7
2017
KAB/ KOTA 2016
Peningkatan kualitas pengelolaan BMN
8 Menindaklanjut i temuan hasil pengawasan APF
PROVINSI
INPUT
9
2017
2016
Membuat pedoman pendampingan satker menuju wilayah WBK dan WBBM;
Monev tindak lanjut hasil pengawasan.
Meningkatkan koordinasi lintas sektor bidang pengawasan;
10 Mereviu peraturan/pedo man yang sudah ada
11
2017
Subsistem Manajemen Hal 3 dari 3
PUSAT 12
13
2017
KAB/KOTA 2016
INDIKATOR
Melaksanakan indikator menuju predikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM).
Menyelesaikan tindak lanjut hasil pengawasan
14
2016
PROSES PROVINSI 15
2017
2016
Melaksanakan pendampingan bagi satker.
Sosialisasi unsur‐unsur penilaian satker menuju WBK dan WBBM;
Monev
Melaksanakan reviu dan pendampingan LK
Meningkatkan kapasitas APIP
16 Meningkatkan koordinasi lintas sektor
PUSAT 17
2017 18
OUTPUT
Terpenuhinya indikator menuju predikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM).
Terlaksananya penyelesaian tindak lanjut hasil pengawasan Aparat Pengawasan Fungsional (BPK, BPKP, Inspektorat Jenderal).
19
TARGET
20
KET
Matriks Resolusi Rakerkesnas Tahun 2016 Subsistem Pemberdayaan Masyarakat
2
P E M B E R D A Y A A N M A S Y A R A K A T
NO
1
G.1.
4
Advokasi dan Sosialisasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
Pemerintah pusat, Terlaksananya advokasi dan provinsi dan kabupaten/kota sosialisasi GERMAS melakukan advokasi dan sosialisasi GERMAS
G.3.1.
Pemerintah pusat, Rencana Aksi GERMAS provinsi dan kabupaten/kota membuat strategi kebijakan GERMAS
Strategi Kebijakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
Pemerintah pusat, Adanya payung hukum GERMAS provinsi dan kabupaten/ kota membuat payung GERMAS
Payung Hukum Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
3
BUTIR RESOLUSI OUTPUT RESOLUSI
G.3.
G.2.1
G.2.
G.1.1.
SUB SISTEM
6
2016
Bahan KIT advokasi dan sosialisasi Germas
Pedoman Umum dan e) Pembinaan Pendekatan dan pemberdayaan keluarga masyarakat kurang maksimal.
d) Pemangku kebijakan belum memahami pembangunan berwawasan kesehatan;
c) belum terbitnya regulasi khusus Germas (pedoman pusat, punishment dan pengawasan regulasi, integrasi LS, penentuan leading sector);
7
2017
KAB/ KOTA
a) Indikator pembangunan kesehatan belum dijadikan indikator Bahan hasil resolusi kinerja daerah; Rakerkesnas 2016, UU b) implementasi 23/2014 kebijakan pembangunan tidak berpihak pada sektor kesehatan;
5
PERMASALAHAN UTAMA
Bahan KIT advokasi dan sosialisasi Germas
Pedoman Umum Pendekatan keluarga
Bahan hasil resolusi Rakerkesnas 2016, UU 23/2014
8
2016
PROVINSI
INPUT
9
2017 11
2017
Pelaksanaan advokasi dan sosialisasi Germas Tingkat Kabupaten/Kot a, dan puskesmas
Pertemuan penyusunan rencana aksi GERMAS melalui pendekatan keluarga
Pertemuan Pembahasan turunan regulasi sejalan dengan UU tahun 2014 terkait GERMAS yang dikoordinir oleh Bapeda dan Dinkes Kab/Kota
12
13
2017
KAB/KOTA 2016
Subsistem Pemberdayaan Masyarakat Hal 1 dari 3
Bahan KIT advokasi dan sosialisasi Germas
Bahan terkait Germas melalui pendekatan keluarga, Permenkes pendekatan keluarga
Bahan terkait GERMAS, UU 23/2014
10
2016
PUSAT
INDIKATOR
Pelaksanaan advokasi dan sosialisasi Germas Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kot a
Pertemuan penyusunan rencana aksi GERMAS melalui pendekatan keluarga
Pertemuan Pembahasan turunan regulasi sejalan dengan UU 23 tahun 2014 terkait GERMAS yang dikoordinir oleh Bapeda dan Dinkes Provinsi
14
2016
PROSES PROVINSI 15
2017
Pelaksanaan advokasi dan sosialisasi Germas Tingkat pusat dan provinsi
Pertemuan penyusunan rencana aksi Germas melalui pendekatan keluarga dengan lintas program
Pertemuan Pembahasan penyusunan payung hukum GERMAS yang dikoordinir oleh Bappenas
16
2016
PUSAT 17
2017
Pusat: Terlaksananya advokasi dan sosialisasi GERMAS di tingkat pusat dan provinsi
Provinsi: Terlaksananya advokasi dan sosialisasi GERMAS di tingkat provinsi dan kab/kota
Kab/Kota: Terlaksananya advokasi dan sosialisasi GERMAS di tingkat kab/kota dan puskesmas
Pusat: Tersusunnya rencana Aksi Germas melalui pendekatan keluarga di Pusat, Provinsi dan Kab/kota
Provinsi: Tersusunnya rencana Aksi Germas melalui pendekatan keluarga di tingkat provinsi
Kab/Kota: Tersusunnya rencana Implementasi Germas melalui pendekatan keluarga di tingkat Kab/kota
Pusat: ‐ Adanya inpres dan pedoman tentang AKSI GERMAS ‐ Adanya petunjuk teknis GERMAS ‐ Perencanaan terintegrasi antar dan inter K/L terkait GERMAS (2016)
Provinsi: Adanya turunan regulasi sejalan dengan UU 23 tahun 2014 terkait GERMAS
Kab/Kota: Adanya turunan regulasi sejalan dengan UU 23 tahun 2014 terkait GERMAS
18
OUTPUT
19
TARGET
20
KET
Pemerintah pusat, Integrasi berbagai potensi sumberdaya provinsi dan kabupaten/ kota mendayagunakan sumberdaya yang ada dari pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
Penguatan Kelembagaan
G.5.1.
G.6.
Adanya dokumen hasil kajian UKM primer, sekunder dan tertier di berbagai tingkatan
Pendayagunaan Sumberdaya
G.5.
Pemerintah pusat akan mengkaji UKM primer, sekunder dan tertier di berbagai tingkatan
Terbentuknya Pemerintah daerah melakukan Forum kabupaten/kota penguatan kerjasama lintas sehat sektor melalui pembentukan dan pengaktifan forum kabupaten/ kota sehat
G.4.1.
G.6.1.
Forum Kabupaten/Kota Sehat Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
G.4.
Instrumen pembinaan UKM primer
Bahan hasil identifikasi sumber daya kab/kota
Pedoman kab/kota sehat Instrumen Pembinaan kabupaten/kota sehat
Instrumen pembinaan UKM sekunder dan primer
Bahan hasil identifikasi sumber daya provinsi
Instrumen Pembinaan kabupaten/kota sehat
Pembinaan UKM primer
Pertemuan koordinasi dalam rangka pendayagunaka n sumber daya kab/kota
Pertemuan sinergisme forum dan Pembinaan kabupaten/kota sehat
Subsistem Pemberdayaan Masyarakat Hal 2 dari 3
Instrumen pembinaan UKM tertier, sekunder dan primer
Bahan hasil identifikasi sumber daya pusat
Instrumen Pembinaan kabupaten/kota sehat
Pembinaan UKM sekunder dan primer
Pertemuan koordinasi dalam rangka pendayagunaka n sumber daya provinsi
Pembinaan kabupaten/kota sehat
Pembinaan UKM primer, sekunder dan tertier di berbagai tingkatan
Pertemuan koordinasi dalam rangka pendayagunaka n sumber daya pusat
Pembinaan kabupaten/kota sehat
Pusat: ‐Teridentifikasinya dan terselenggaranya rujukan UKM Tertier Pusat ‐ Terbinanya UKM Tertier Prov, sekunder dan primer
Provinsi: ‐ Teridentifikasinya dan terselenggaranya rujukan UKM tertier ‐ Terbinanya UKM sekunder dan primer
Kab/Kota: ‐ Teridentifikasinya dan terselenggaranya rujukan UKM sekunder ‐ Terbinanya UKM primer
Pusat: Terintegrasinya potensi sumberdaya di pusat untuk penguatan Germas di pusat, prov, kab/kota
Provinsi: Terintegrasinya potensi sumberdaya prov untuk penguatan Germas di prov dan kab/kota
Kab/Kota: Termanfaatkannya sumberdaya dari pusat, prov dan swadaya kab/kota secara terintegrasi
Pusat: Terlaksananya penguatan dan pembinaan kabupaten/kota sehat
Provinsi: Terlaksananya penguatan dan pembinaan kabupaten/kota sehat
Kab/Kota: Teridentifikasi dan tersinergiskannya berbagai bentuk forum kab/kota sehat menjadi satu forum GERMAS
G.7.1.
G.7.
Pemerintah pusat akan meninjau kembali istilah gerakan masyarakat yang sudah ada menjadi lebih familier dan atraktif
Adanya dokumen hasil tinjauan istilah gerakan masyarakat yang lebih familier dan atraktif
Istilah Gerakan Masyarakat
Bahan identifikasi istilah gerakan masyarakat dari kab/kota, kecamatan dan desa Bahan identifikasi istilah gerakan masyarakat dari provinsi, kab/kota, kecamatan dan desa
Melakukan identifikasi istilah gerakan masyarakat
Subsistem Pemberdayaan Masyarakat Hal 3 dari 3
Bahan identifikasi istilah gerakan masyarakat dari provinsi dan kab/kota
Melakukan identifikasi istilah gerakan masyarakat
Telaahan istilah gerakan masyarakat
Pusat: ‐ Dokumen hasil tinjauan istilah gerakan masyarakat yang lebih familier dan atraktif ‐ Terbinanya gerakan masyarakat di bidang kesehatan di tingkat pusat
Provinsi: ‐ Hasil identifikasi istilah gerakan masyarakat yang sudah ada ‐ Terbinanya gerakan masyarakat di bidang kesehatan yang sudah ada di provinsi
Kab/Kota: ‐ Hasil identifikasi istilah gerakan masyarakat yang sudah ada ‐ Terbinanya gerakan masyarakat di bidang kesehatan yang sudah ada di kab/kota, kecamamatan dan desa
RAPAT KERJA KESEHATAN NASIONAL 2016
Pelindung Ketua Umum Sekretaris Umum
: Menteri Kesehatan RI : Sekretaris Jenderal : Inspektur Jenderal
POLICY COMMITTEE RAKERKESNAS 2016 Ketua : Kepala Pusat Analisis Determinan Kesehatan Sekretaris : Sesditjen Bina Pelayanan Kesehatan Anggota : 1. Kepala Biro Hukum dan Organisasi 2. Kepala Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan 3. Sekretaris Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan 4. Sekretaris Badan Litbang 5. Sekretaris Badan PPSDMK 6. Direktur Kesehatan Keluarga 7. Direktur Gizi Masyarakat 8. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung 9. Direktur Pencegahan dan Pengendalian PTM 10. Direktur Pelayanan Kesehatan Primer 11. Direktur Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan 12. Kepala Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDMK 13. Dr. dr. Trihono, MSc 14. Drg. Tini Suryanti Suhandi, M.Kes 15. Dr. Bambang Hartono, SKM, MSc, MM 16. Lalu Hendi Utomo, SKM, MPH 17. drg. R.A Eryta Widhajani, MARS 18. dr. Mukti Eka Rahadian, MARS, MPH 19. Munir Wahyudi, SE, MM 20. dr. Dian Kusumawardhani, MARS 21. dr. Haryadi Wibowo, MARS 22. DR. Ahmad Muhidin, Psi 23. Abdul Aziz, M.Si 24. dr. Tri Atmaja Sugiyarno 25. Suliyani, SKM, M.Epid 26. Dinanti Abadini, S.Psi