TINJAUAN IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN KLASTER DAN KOMPETENSI INTI INDUSTRI DAERAH Oleh: Sekretaris Jenderal
Disampaikan pada Rapat Kerja Departemen Perindustrian dengan Dinas Perindustrian Kabupaten/Kota di Kawasan Timur Indonesia Makassar, 28 Maret 2008 1
DAFTAR ISI BAGIAN I
:
Strategi dan Pendekatan Pengembangan Industri Nasional A. Strategi B. Pendekatan C. Pengembangan Klaster Industri Prioritas D. Pengembangan Industri Unggulan dan Kompetensi Inti Industri Daerah
BAGIAN II
:
j Implementasi p Pengembangan g g Klaster Industri Prioritas Tinjauan A. B. C. D. E. F. G. H. I I. J. K.
BAGIAN III
:
Tinjauan Implementasi Pengembangan Industri Unggulan Daerah A. A B.
BAGIAN IV
:
Umum Klaster Industri Makanan dan Minuman Klaster Industri Pengolahan Hasil Laut (Ikan) Klaster Industri Tekstil dan Produk Tekstil Klaster Industri Alas Kaki Klaster Industri Turunan Minyak Kelapa Sawit Klaster Industri Barang Kayu / Furniture (termasuk Rotan dan Bambu) Klaster Industri Pengolahan Karet dan Barang dari Karet Klaster Industri Pulp dan Kertas Klaster Industri Mesin dan Peralatan Listrik Klaster Industri Petrokimia Matrik M t ik Industri I d t i Pengolahan P g l h Komoditi K diti Unggulan U gg l Provinsi P i i Penugasan kepada Dinas Perindustrian Kabupaten/Kota untuk menyusun Peta Panduan Pengembangan Kompetensi Inti Industri Kabupaten/Kota masing-masing
Keterkaitan Antara Pengembangan Klaster Industri Prioritas, Industri Unggulan Provinsi, dan Kompetensi Inti Industri Kabupaten/Kota (Studi Kasus: Kabupaten Padang Pariaman) A. B. C. D. E. F. G.
Klaster Industri Prioritas di Sumatera Barat Industri Pengolahan Komoditi Unggulan Provinsi Sumatera Barat Penentuan Produk Unggulan Kabupaten Padang Pariaman Rantai Usaha Olahan Kakao Strategi Pengolahan Industri Kakao di Kabupaten Padang Pariaman Roadmap Pengembangan Kompetensi Inti Industri di Kabupaten Padang Pariaman Rencana Aksi Pengembangan Kompetensi Inti Industri Kabupaten Padang Pariaman
22
1. Strategi dan Pendekatan Pengembangan Industri Nasional
3
A. Strategi a) Strategi Pokok (Peningkatan Daya Saing):
b) Strategi Operasional:
Memperkuat keterkaitan pada semua tingkatan rantai nilai
Pengembangan Lingkungan Bisnis yang Nyaman dan Kondusif;
Meningkatkan nilai tambah sepanjang rantai nilai dengan membangun kompetensi inti
Mendorong pertumbuhan dengan fokus klaster industri prioritas; dan Kompetensi Inti Industri Daerah
Peningkatan Produktivitas, Efisiensi, dan Pendalaman Struktur; Pengembangan Industri Kecil dan Menengah.
4 4
B. Pendekatan Implementasi pembangunan industri nasional dilakukan secara sinergi dan terintegrasi di seluruh daerah. Sinergi dengan daerah, dilakukan dengan 2 ((dua)) pendekatan, yaitu :
A.
B.
Top-Down (By Design)
Pengembangan g g 32 Klaster Industri Prioritas (basis industri manufaktur, industri agro, industri alat transportasi, industri telematika, industri kreatif, dan IKM), yang dipilih berdasarkan kemampuan nasional untuk bersaing di pasar domestik dan internasional.
Bottom-Up
Pengembangan industri pengolahan komoditi unggulan daerah menuju Kompetensi Inti Industri Daerah (pemberdayaan produk i d t i unggulan industri l daerah) d h) 5
C. Pengembangan Klaster Industri Prioritas Terpilih 32 industri prioritas dari 365 industri, dengan 9total output 78% 9total total ekspor 83%
I. AGRO 1. Makanan dan minuman (kakao, coklat, buah buah-buahan, kelapa, tembakau, kopi, gula) 2 Hasil laut 2. 3. Kelapa sawit 4. Produk kayu 5. Karet
II. ALAT ANGKUT F k Fokus Industri Prioritas
1.Otomotif 1.Otomotif 2.Perkapalan 2. Perkapalan 3.Kedirgantaraan 3. Kedirgantaraan 4.Perkereta 4. Perkereta--apian
III. TELEMATIKA *) V. IKM Tertentu 1.Makanan Ringan 2.Garam Rakyat 3.Minyak Atsiri 4.Kerajinan Tradisional 5.Batu Mulia dan Perhiasan 6.Gerabah / Keramik Hias
Catatan:: 10 klaster dalam RPJMN 2004 - 2009: Catatan (1) industri makanan dan minuman minuman;; (2) industri pengolah hasil laut laut;; (3) industri tekstil dan produk tekstil tekstil;;
IV. Basis Industri Manufaktur 1. Industri Material Dasar (besi dan baja, alumunium, semen petrokimia, semen, petrokimia minyak nabati, selulosa, keramik) 2. Industri Komponen & Penunjang (permesinan, otomotif, elektonika) 3. Industri Permesinan (perkakas, alsintan, peralatan listrik & mesin listrik, mesin & peralatan pabrik, mesin penggerak umum, alat konstruksi & peralatan pabrik)
(4) industri alas kaki; (5) industri kelapa sawit sawit;; (6) industri barang kayu (termasuk rotan dan bambu bambu); ); (7) industri karet dan barang karet karet;; (8) industri pulp dan kertas kertas;;
*) Termasuk Industri Kreatif
(9) industri mesin listrik dan peralatan listrik; listrik; dan
Industri Kreatif adalah proses peningkatan nilai tambah hasil dari eksploitasi kekayaan intelektual berupa kreatifitas, kreatifitas, keahlian dan bakat individu menjadi suatu produk yang dapat dijual sehingga meningkatkan kesejahteraan bagi pelaksana dan orang orang--orang yang terlibat. terlibat.
(10) industri petrokimia petrokimia..
6
D. Pengembangan Industri Unggulan dan Kompetensi Inti Industri Daerah 1. BottomBottom-up p Policy: y Pengembangan g g Kompetensi p Inti Industri Daerah
Membangunkan kom komp petensi inti industri daerah melalui pengembangan industri pengolahan produk produk--produk unggulan daerah; d daerah h; Telah teridentifikasi produk produk--produk unggulan daerah per propinsi, yang akan disepakati untuk didorong bersama dengan Pemerintah Daerah Daerah;; Telah teridentifikasi kompetensi industri beberapa kabupaten kabupaten/ /kota kota..
inti 7
2. Pembangunan Industri di Daerah Langkah-langkah Pengembangan
Hasil yang Diharapkan 9 9
y ketidakserasian Terselesaikannya karena adanya disparitas antar wilayah; Terjadinya kerjasama antar daerah berlandaskan kedekatan dan potensi yang sama serta masuk dalam rantai nilai komoditi yang akan dikembangkan
1.
Menciptakan p iklim usaha dan investasi y yang g kondusif,, antara lain melalui: pelayanan perizinan “one stop service”; penghapusan perda bermasalah; pemberian insentif kepada penanam modal; pembangunan infrastruktur
2.
Mengembangkan industri unggulan provinsi, antara lain melalui: pembangunan kawasan industri khusus kerjasama antara Propinsi, kabupaten/kota dengan pemerintah pusat; pengembangan proyek percontohan produk unggulan; penetapan industri unggulan melalui perda.
3.
Membangun kompetensi inti industri daerah untuk kabupaten/kota, antara lain melalui: pemilihan komoditi unggulan yang akan dikembangkan; penetapan dan penyusunan strategi kompetensi inti industri daerah; peningkatan keterampilan dan keahlian sumber daya manusia; peningkatan efektivitas pengembangan IKM di sentra dengan pendekatan One Village One Product (OVOP).
4.
Mengembangkan kerjasama antar daerah baik yang memiliki potensi yang sama dan kedekatan daerah maupun berdasarkan cakupan rantai nilai, nilai melalui: pertukaran sumber daya; pembentukan industrial regional management (regional market, core competence, networking).
Sasaran 9
9 9
9 9 9 9
Memanfaatkan sumber daya termasuk sumber daya alam yang dimiliki daerah secara optimal. M Menyebarkan b k iindustri d t i ke k berbagai b b i daerah. Meningkatkan daya saing daerah berlandaskan keunggulan daerah yang dimiliki dimiliki. Meningkatkan nilai tambah sepanjang rantai nilai komoditi unggulan daerah. Membangun keunikan yang dimiliki daerah. Melakukan kerjasama antar daerah. Terbangunnya kerjasama yang harmonis antar daerah.
8
3. Industri Unggulan Provinsi
NO
PROVINSI
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Sumatera Utara
3 4
Sumatera Barat Riau
5
Kepulauan Riau
6
Lampung
7
Jambi
8
Bengkulu
9 10
Sumatera Selatan Sumatera Selatan Bangka Belitung
11 12
Banten DKI Jakarta
13
Jawa Barat
14
Jawa Tengah
15
DI Yogyakarta
INDUSTRI UNGGULAN Industri Pengolahan Hasil Laut Industri Minyak Atsiri Industri Minyak Atsiri Industri Pengolahan Kelapa Sawit Industri Pengolahan Karet Industri Pengolahan Kakao Industri Pengolahan Kelapa Sawit I d Industri Pengolahan Kelapa iP l h K l Industri Pengolahan Hasil Laut Industri Perkapalan Industri Pengolahan Jagung Industri Pengolahan Tepung dan Pasta Industri Pengolahan Kelapa Sawit Industri Pengolahan Karet Industri Pengolahan Hasil Laut Industri Pengolahan Karet Industri Pengolahan Karet Industri Pengolahan Karet Industri Pengolahan Hasil Laut Industri Barang Logam Industri Tekstil dan Produk Tekstil Industri Pengolahan Kayu Industri Kerajinan Batu Mulia / Perak d l / k Industri Telematika Industri Kreatif Industri Tekstil dan Produk Tekstil Industri Pengolahan Kayu Industri Kulit dan Alas Kaki Industri Pengolahan Kayu
NO
PROVINSI
16 17
Jawa Timur Bali
18 19 20 21
Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan K li Kalimantan Timur t Ti
22 23
Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur
24
Sulawesi Utara
25 26
Gorontalo Sulawesi Tengah
27
Sulawesi Selatan
28 29 30 31 32
Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara M l k Maluku Maluku Utara Papua
33
Irian Jaya Barat
INDUSTRI UNGGULAN Industri Perkapalan Industri Telematika Industri Telematika Industri Barang Seni Industri Pengolahan Karet Industri Pengolahan Rotan Industri Pengolahan Kelapa Sawit I d t iP Industri Pengolahan Kakao l h K k Industri Pengolahan Karet Industri Pengolahan Hasil Laut Industri Pengolahan Kakao Industri Pengolahan Jagung Industri Pengolahan Kelapa Industri Pengolahan Hasil Laut Industri Pengolahan Jagung Industri Pengolahan Hasil Laut Industri Pengolahan Kakao Industri Pengolahan Kakao Industri Pengolahan Hasil Laut Industri Pengolahan Kakao Industri Pengolahan Kakao Industri Pengolahan Kakao I d Industri Pengolahan Hasil Laut iP l h H il L Industri Pengolahan Kelapa Industri Pengolahan Kakao Industri Pengolahan Kopi Industri Pengolahan Hasil Laut Industri Pengolahan Kayu
9
2. Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Industri Prioritas
10
A. Umum Sesuai dengan RPJM dan arah kebijakan pengembangan industri melalui pendekatan klaster, telah dipilih 10 (sepuluh) klaster industri inti dan beberapa klaster industri penunjang dan terkait. terkait Atas dasar hal tersebut sejak tahun 2005 pengembangan industri lebih difokuskan dan diarahkan pada pengembangan industri berdasarkan pendekatan pengembangan klaster. Kegiatan pengembangannya pengembangannya meliputi: 1) Pembentukan Working Group/Forum Komunikasi Kerjasama Industri pada masingmasingmasing klaster industri, 2) Sosialisasi klaster industri, 3) Perbaikan iklim usaha dan dukungan program kelembagaan, 4) Fasilitasi pengembangan kerjasama antara industri inti, industri terkait dan industri penunjang, serta 5) Penyusunan road map dan diagnosis pengembangan klaster industri industri. Pada tahun 2006 dan 2007, di dalam upaya mengorganisasikan dan memfasilitasi komponen--komponen yang terlibat dalam pengembangan klaster industri di daerah, komponen Departemen p Perindustrian telah membentuk beberapa p Kelompok p Kerja j ((Pokja) j ) Pengembangan Klaster Industri di beberapa Daerah. Sebagian besar pengembangan klaster Industri telah melaksanakan tahapan diagnostik dan sosialisasi serta membangun kolaborasi secara sinergi dengan seluruh pemangku kepentingan melalui forumforum-forum komunikasi dan kelembagaan yang dibangun pada tingkat pusat maupun daerah. 11 11
B. Klaster Industri Makanan dan Minuman 1 Klaster 1. Kl t Industri I d t i Kakao K k Sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 telah dilakukan rencana aksi untuk menunjang program peningkatan mutu biji kakao antara lain : Menunjuk fasilitator untuk memfasilitasi Kolaborasi antar anggota klaster dengan dukungan g Pemerintah Daerah,, Petani,, dan industri kelapa; p ; Bantuan mesin dan peralatan fermentasi biji kakao di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, Luwu dan Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Kabupaten Padang Pariaman dan Lampung Timur Bantuan mesin dan peralatan pengolahan dan fermentasi biji kakao di Sumatera Barat; Kajian Pusat Pengembangan Industri Kakao di Sulawesi; Perbaikan planting management (budidaya tanaman, pemeliharaan/perawatan termasuk pemberantasan hama,, dan p p panen sering g serta sarungisasi g buah kakao)) dalam rangka g meningkatkan produktivitas menjadi 1.000-1500 Kg/ha. Merevisi dan menerapkan SNI biji kakao. Pembentukan dan pemberdayaan working group di Sulawesi Selatan.
12 12
2. Klaster Industri Gula Dalam rangka pengembangan klaster industri gula, telah dilakukan berbagai upaya antara lain : Menunjuk fasillitator di lokasi pengembangan klaster; Melakukan rapat-rapat p p secara intensif antara industri g gula,, p petani,, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah khususnya dalam rangka revitalisasi industri gula nasional; Menyusun kebutuhan investasi untuk restrukturisasi industri gula; Menyusun kemampuan nasional di bidang industri permesinan & rancang bangun perekaysaan dalam rangka ”Pembangunan Pembangunan Pabrik Gula Merah Putih”; Putih ; Mempercepat peningkatan produktifitas tanaman melalui pembongkaran ratoon & penanaman bibit unggul; Mengalokasikan g dana sebesar Rp. p 250 milyar y untuk mendukung g3p pabrik g gula di PTPN XIV; Mengusulkan agar industri gula rafinasi baru harus mempunyai pasokan bahan baku dari dalam negeri; Mempersiapkan penerapan SNI wajib gula rafinasi. Menginventarisasi kebutuhan gula rafinasi untuk industri kecil dan industri rumah tangga; Mempertegas pengaturan peredaran gula rafinasi hanya boleh dijual untuk industri makanan dan minuman
13 13
3. Klaster Industri Kelapa Dalam rangka pengembangan klaster industri kelapa, telah dilakukan berbagai upaya antara lain : Diagnostik dan kolaborasi antar anggota klaster dengan dukungan Pemda, Petani, dan industri kelapa; Pemberdayaan Forum Komunikasi melalui Focused Group Discussions Koordinasi dengan Departemen Pertanian untuk peremajaan tanaman kelapa; Pemberian bantuan mesin untuk meningkatkan kualitas kopra, pengolahan VCO dan minyak kelapa kelapa. Pemanfaatan kayu kelapa untuk industri furniture; Pilot project dan bantuan peralatan industri pengolahan kelapa terpadu
14 14
4. Klaster Industri Pengolahan Tembakau Bentuk fasilitasi yang dilakukan oleh Departemen Perindustrian pada tahun 2007 antara lain: Mengadakan pengembangan kemitraan antara petani tembakau dengan industri rokok/eksprotir di Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Meningkatkan mutu bahan baku tembakau dengan bantuan unit peralatan omprongan di Nusa Tenggara Barat
Membentuk dan memberdayakan Working Group di Nusa Tenggara Barat Pemberdayaan Forum Komunikasi melalui FGD-FGD (Focused Group Discussions) M d menyosialisasikan i li ik roadmap d I d t i Tembakau. T b k d i i kemudian k di telah t l h Menyusun dan Industri roadmap ini diacu oleh Dep. Pertanian untuk membuat roadmap pengembangan Tembakau, roadmap pengembangan cengkeh, dan oleh Dep. Keuangan dalam perumusan dan penetapan kebijakan pengenaan cukai. Lebih lanjut roadmap ini menjadi rujukan baik dari kalangan pemerintah maupun dunia usaha sehingga tahapan pengembangan industri rokok ke depan lebih jelas dan pasti. Inisiasi penyusunan RUU Pengendalian Dampak Tembakau yang komprehensif dan integratif. Inisiasi I i i i pembentukan b t k KOMIT (Komunitas (K it Industri I d t i Tembakau). T b k ) Peningkatan pengendalian produk rokok ilegal di beberapa lokasi di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, DI. Yogyakarta, Sumatera Utara; melalui penyuluhan dan pembinaan industri kecil rokok dan kelompok petani tembakau.
15 15
5. Klaster Industri Pengolahan Kopi Bentuk fasilitasi yang dilakukan oleh Departemen Perindustrian pada tahun 2007 antara lain: Mengadakan pengembangan kemitraan antara petani kopi dengan industri pengolahan di Lampung. Meningkatkan mutu bahan baku kopi dengan bantuan unit peralatan pengolahan di Lampung, dan Kabupaten Tarutung. Membentuk dan memberdayakan Working Group di Lampung Pemberdayaan Forum Komunikasi melalui FGD (Focused Group Discussions) Menyusun dan menyosialisasikan roadmap Industri Pengolahan Kopi. Peningkatan kerjasama luar negeri dan promosi dengan aktif pada sidang-sidang ICO (International Coffee Organization) di London.
16 16
6. Klaster Industri Pengolahan Buah Bentuk fasilitasi yang dilakukan oleh Departemen Perindustrian pada tahun 2007 antara lain: Mengadakan pengembangan kemitraan antara petani buah dengan industri pengolahan di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Meningkatkan mutu bahan baku Jeruk dengan bantuan unit peralatan pengolahan di Mamuju, Sulawesi Barat. Meningkatkan mutu bahan baku Markisa dengan bantuan unit peralatan pengolahan di Sulawesi Selatan Selatan. Membentuk dan memberdayakan Working Group di Jawa Barat. Pemberdayaan Forum Komunikasi melalui FGD (Focused Group Discussions) Diversifikasi produk olahan mangga dengan mengadakan serangkaian festival penganekaragaman produk olahan mangga bagi beberapa kelompok PKK Meningkatkan promosi dan pemasaran bekerjasama dengan outlet makanan di kota Bandung. Mengadakan pertemuan produsen olahan mangga skala kecil dengan pedagang dan industriawan skala menengah dan besar di Kabupaten Kuningan. Kuningan
17 17
C. Klaster Industri Pengolahan Hasil Laut (Ikan Ikan)) Sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 telah dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : Melakukan koordinasi dengan Departemen Kelautan dan Perikanan serta Pemerintah Daerah dalam rangka peningkatan pengawasan di perairan laut Indonesia, pemetaan potensi t i ikan ik d dan iindustri d t i pengolahan l h ik ikan di IIndonesia, d i mendorong d kkemitraan it antara t nelayan l dengan industri pengolahan hasil laut, Integrasi penangkapan ikan sampai dengan pengolahannya, penelitian dan pengembangan, Perluasan wilayah kawasan industri pengolahan hasil laut di kawasan timur Indonesia Pemberdayaan working group melalui FGD (Focused Group Discussions) Mengutamakan pasokan bahan baku ikan segar untuk industri pengolahan ikan dalam negeri melalui pembatasan ekspor ikan segar. Melakukan M l k k di diversifikasi ifik i produk d k kke arah h ik ikan olahan l h siap i sajiji Penciptaan iklim investasi dan usaha yang kondusif melalui pemberian insentif dibidang fiskal, administrasi termasuk jaminan hukum dan kestabilan keamanan. Pembangunan g infrastruktur untuk mendukung g industri p pengolahan g hasil laut seperti p penampungan ikan, Power Generator, Cold Stotage, Fish Pre- Processing , Pabrik es Containerized dll. Peningkatan kualitas SDM di bidang industri pengolahan ikan dengan pendidikan dan pelatihan. l tih
18 18
D. Klaster Industri Tekstil dan Produk Tekstil B Bentuk t k fasilitasi f ilit i yang dilakukan dil k k oleh l h Departemen D t P i d t i pada Perindustrian d tahun t h 2007 antara t l i lain: Mengadakan pelatihan SDM di bidang disain pakaian jadi modern, cotton classer, CAD/CAM, dying & finishing serta audit energy. Disamping itu juga diadakan pelatihan pengembangan serat rami sebagai bahan baku alternatif. Mengkoordinasikan penanganan limbah batubara untuk pembuatan bata press. Melakukan rekondisi mesin beberapa industri pemintalan dan penyempurnaan di Majalaya dan Pekalongan Membuat M b tK Kajian ji P Pengembangan b IIndustri d t i TPT Nasional N i l Pemberdayaan working group melalui FGD-FGD (Focused Group Discussions).
19 19
E. Klaster Industri Alas Kaki Pada ada tahun a u 2007 00 telah ea d dilakukan a u a kegiatan eg a a ya yang g be berpedoman pedo a kepada epada rencana e ca a a aksi s ya yang g merupakan lanjutan dari kegiatan 2006 yang meliputi: Memperkuat UPT Kulit Magetan dengan bantuan mesin/peralatan untuk meningkatkan kemampuan pelayanan kepada industri kecil penyamakan kulit di LIK Magetan; Melakukan M l k k pelatihan l tih terhadap t h d 60 orang SDM pada d lembaga l b R&D Badan R&D, B d Diklat Dikl t dan d Perguruan Tinggi dibidang teknologi proses, Enterpreneur Motivation Training dan Manajemen Pemasaran dan Keuangan; Memfasilitasi p pertemuan antara p pelaku usaha dengan g lembaga g p pembiayaan y dalam rangka g kemudahan mendapatkan modal kerja terutama bagi IKM klaster; Melakukan sosialisasi tentang keunggulan pengembangan industri alas kaki dengan klaster dalam rangka mobilisasi perusahaan bergabung dengan klaster serta diseminasi rencana aksi k i klaster kl t di Jawa J B t Barat; Mengadakan promosi yang bersifat internasional didalam negeri dan luar negeri secara bersama-sama, yaitu : 9 Indo Leather and Footwear ((ILF)) yyang g bertempat p di PRJ Kemayoran y Jakarta bekerja j sama dengan Event Organizer dengan peserta sekitar 200 perusahaan. 9 Global Shoes di Dusseldorf (Jerman) dengan 17 perusahaan peserta yang sebagian berasal dari Jawa Timur dan merupakan anggota klaster. Melakukan pertemuan dengan perwakilan UE, UE FESI dan KBRI guna peningkatan ekspor ke UE dengan memanfaatkan kesempatan Anti Dumping yang dikenakan kepada Vietnam dan China; Mengadakan g Seminar Internasional Pengembangan g g Industri Alas kaki Nasional dengan g mengundang pembicara dari Luar Negeri (FESI); Melakukan kunjungan ke China dalam rangka tindak lanjut MOU tahun 2006 antara Aprisindo dan Asosiasi Kulit dan Alas kaki China.
20 20
F. Klaster Industri Turunan Minyak Kelapa Sawit Pada tahun 2007 telah dilakukan upaya berbagai pemecahan masalah yaitu: Mengadakan pertemuan secara intensif antara Pemerintah Pusat dengan industri CPO dan industri hilirnya serta dengan Pemerintah Daerah. Pemberdayaan working group melalui FGD (Focused Group Discussions) Melakukan kajian pengembangan infrastruktur untuk mendukung pengembangan klaster industri CPO di Sumatera Utara, Melakukan inisiasi pembentukan Pusat Keunggulan Industri oleokimia (Center of Excellence for Oleochemical Industry) dalam rangka skema IJEPA. IJEPA Pusat ini dibentuk untuk meningkatkan daya saing industri oleokimia melalui peningkatan penelitian dan pengembangan, peningkatan kemampuan SDM dan peningkatan mutu. Penyusunan blue print pengembangan industri oleokimia; Mendorong pengembangan industri permesinan dalam rangka pengembangan klaster industri CPO; Peningkatan pasokan CPO/PKO melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal perkebunan sawit dan mengutamakan pasokan industri dalam negeri; Secara aktif berpartisipasi dalam Roundtable on Suistanable Palm Oil, suatu forum yang bertujuan untuk mendorong pengembangan industri kelapa sawit yang sesuai dengan kaidah-kaidah pembangunan berkelanjutan. Pengenaan Pungutan Ekspor untuk CPO, CPKO dan beberapa produk turunannya; Penerapan PPN yang ditanggung oleh Pemerintah untuk produksi minyak goreng curah; Melakukan penjualan minyak goreng dengan harga khusus.
21 21
G. Klaster Industri Barang Kayu/Furniture Kayu/Furniture ((termasuk termasuk Rotan dan Bambu Bambu)) Beberapa hal yang telah dilakukan terutama untuk pemecahan masalah adalah: Mengadakan pertemuan secara intensif antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan g p produsen bahan baku,, dan industri furniture. Pemberdayaan working group melalui FGD (Focused Group Discussions) Memfasilitas terbentuknya pusat design furniture di Cirebon Memfasilitasi kerjasama antara Daerah penghasil bahan baku dengan Daerah produsen furniture; Melakukan kajian tekno ekonomis pemanfaatan kayu kelapa sawit dan karet sebagai bahan baku industri furniture; Memfasilitasi kerjasama j antara asosiasi dan p pengusaha g furniture,, Pemda dan Perhutani dalam rangka pembangunan terminal kayu di Jawa Timur dan Jawa Tengah Pembangunan Pusat Pengembangan Industri Rotan Terpadu di Palu; Pembangunan & fasilitasi Unit Pelayanan Teknis Rotan dan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan Rotan; Menyusun Roadmap pengembangan industri rotan Bantuan peralatan khususnya untuk pengolahan dan pengeringan kayu ke beberapa sentra industri dalam rangka g meningkatkan g mutu p produk kayu. y
22 22
H. Klaster Industri Pengolahan Karet dan Barang dari Karet Beberapa hal yang telah dilakukan terutama untuk pemecahan masalah adalah: Mengadakan pertemuan secara intensif antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan produsen karet, dan industri turunan karet. Pemberdayaan working group melalui FGD (Focused Group Discussions) Memfasilitasi peningkatan pasokan gas bumi untuk industri sarung tangan Upaya untuk menghapuskan BMAD Carbon Black; Upaya untuk memasukkan perizinan industri Crumb Rubber dengan persyaratan khusus; Penerapan SNI wajib untuk beberapa jenis ban; Melakukan pendekatan dengan beberapa industri utama untuk melakukan investasi di Indonesia; Mengirim surat kepada seluruh Gubernur produsen bahan olahan karet untuk membina petani/industri agar memenuhi SNI crumb rubber; Bantuan peralatan pembuatan aneka compound untuk peningkatan kualitas produksi barangbarang karet di Bandung, Jawa Barat.
23 23
I. Klaster Industri Pulp dan Kertas Beberapa hal yang telah dilakukan terutama untuk pemecahan masalah adalah: Melakukan koordinasi secara intensif antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan produsen bahan baku, dan industri Pulp dan kertas. Pemberdayaan working group melalui FGD (Focused Group Discussions) Mengupayakan peningkatan efisiensi f produksi melalui : penerapan cleaner production, konservasi energi dan menggunakan bahan bakar alternatif yang lebih murah, seperti : batubara, biodiesel, dll. Melakukan kerjasama dengan Departemen Kehutanan untuk percepatan realisasi tanaman HTI dan penggunaan bibit tanaman dari klon unggul yang memiliki produktivitas tinggi dan waktu panen lebih cepat. Meningkatkan kolektivitas kertas bekas di dalam negeri. Mendorong M d i d t i pulp industri l dan d kertas k t untuk t k melakukan l k k pengelolaan l l li k lingkungan secara sungguhh sungguh dalam rangka memenuhi standar baku mutu lingkungan yang berlaku. Meningkatkan kerjasama diantara Industri Pulp dan Kertas nasional melalui wadah Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) untuk melakukan lobi ke berbagai pihak terkait terkait kepentingan Industri Pulp dan Kertas. Penyusunan SOP penanganan limbah industri pulp dan kertas
24 24
J. Klaster Industri Mesin dan Peralatan Listrik Pada tahun 2006 telah dilakukan kolaborasi antara para anggota klaster industri mesin/peralatan listrik untuk mendapatkan peta kemampuan dan program pengembangan untuk mendukung Program percepatan pembangunan PLTU Batubara 10.000 MW dan kemandirian pembangunan ketenagalistrikan dalam jangka panjang. panjang Pada tahun 2007 dibangun konsep program pengembangan antar industri, lembaga litbang dan instansi pemerintah terkait lainnya dalam rangka mendukung kemampuan pembuatan turbin oleh industri dalam negeri yang tertuang dalam MOU antara PT NTP, NTP PT Barata Indonesia, Indonesia PT Pindad, BPPT dan Depperin. Pada saat ini sudah terbentuk kolaborasi antara EPC nasional dengan industri mesin/peraltan listrik khususnya y untuk p pembangunan g PLTU Batubara skala kecil dan menengah g utamanya y di luar Jawa.
25 25
K. Klaster Industri Petrokimia Beberapa hal yang telah dilakukan pada tahun 2007 adalah: Mengadakan pertemuan secara intensif antara industri petrokimia hulu dan hilir, pemasok bahan baku dan Pemerintah Daerah. Pemberdayaan working group melalui FGD (Focused Group Discussions) Melakukan kajian pengembangan infrastruktur di Banten dan Jawa Timur, Memfasilitasi pemanfaatan batubara baik sebagai bahan bakar untuk utilitas maupun sebagai bahan baku melalui proses gasifikasi; Melakukan inisiasi pembentukan Pusat Keunggulan Industri Petrokimia (Center of Excellence for Petrochemical Industry) dalam rangka skema IJEPA. Pusat ini dibentuk untuk meningkatkan daya saing industri petrokimia melalui peningkatan litbang, peningkatan kemampuan SDM dan peningkatan mutu. mutu Penyusunan blue print pengembangan industri petrokimia; Pembentukan Pusat Informasi industri petrokimia di Banten.
26 26
3. Tinjauan Implementasi Pengembangan Industri Unggulan Daerah
27
A
2
3
4
5
6
7
8
NTT Sul a wesi Utara Goro ntallo Sul a wesi Teng ah Sul a wesi Se la tan Sul a wesi Ba ra t Sul a wesi Teng gara Mal u ku Mal u ku U tara Pap u a Irian Jaya Bara t Tota l
1
Industri Pengolahan
Kal im antan Ba ra Kal im t antan T enga Kal im h antan Se la tan Kal im antan Timu r NTB
Sum a tera U tara Sum atera Bara t Ria u Kep u laua n Riau Lamp ung Jamb i Ben g kul u Sum atera Sel a tan Ban g ka B eli tun g Ban t en DKI J akart a Jawa Bara t Jawa Te ng ah DI Yo gyak arta Jawa Ti mu r Bal i
No
NAD
A. Matriks Industri Pengolahan Komoditi Unggulan Provinsi
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
1
Makanan, Minum an & Tem bakau Industri Pengolahan Kelapa Saw it
2
Industri Pengolahan Kelapa
3
Industri Hasil Laut
4
Industri Pengolahan Kakao
5
Industri Pengolahan Lada
6
I d t iP Industri Pengolahan l h G Gula l A Aren
6
6
7
Industri Pengolahan Pala
8
8
8
Industri Berbasis Tebu/gula
9
Industri Pengolahan Kopi
10
Industri Pengolahan Jagung
7
11
Industri Pengolahan Tepung & Pasta
6
12
Industri Pengolahan Mete
13
Industri Baw ang Merah
14
Industri Pengolahan Makanan Ringan
15
Industri Rokok / Tembakau
16
Industri Garam Beryodium
17
Industri Pengolahan Buah
B 1 2
Tekstil, Barang Kulit & Alas kaki Industri Kulit dan Alas kaki Industri Kerajj Sulaman / Tenun
3
Industri Tekstil & Produk Tekstil
9
2
5
6 4
8
6
8
6
8
8
8
9
6
2
2
3
3
6 6
3
3
6
3
2 6
3
7 3
3
3
5
6
2
5
7 13 4
4
5
4
1
5
6
4 5
6
9
1 2
4
4
19 2
2
6
1
2
11
4 9
3
7
6
5 5
3
4
6
6
5
4 13
5
1
107 53
34 23
6
4 1
2
6
2
12 4 2 51 7
3 9
8
3
2 7
8
55
15
2 7
49
7
6
3 4
6
3
3
5
5
26
3
12 4
22 23
3
34
28
C 1
3
4
5
6
7
8
Industri Kerajinan Purun / Anyaman Industri Pengolahan Kayu
4
Industri Gambir
D 1
Pupuk, Kim ia & Barang dari Karet Industri Pengolahan Karet
2
Industri Minyak Atsiri
3
Industri Minyak Jarak
4
Industri Olefin/Petrokimia
E 1
Sem en & Bahan Galian Non Logam Industri Genteng / Batubara
2
Industri Semen
F
Logam dasar, Besi & Baja Industri Barang Logam
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 5
9
4
2
6
3 1 7
8
5
4
1
4
6
1
4
1
1 10
3
6
42 12 2
5
1
2 5
9
8
4
3
1
9
6
11
6
61
2
6
9
1
23
4
14
5
5 2
2
5
1
2
1
Al Angkut, Alat A k M Mesin i &P Peralatan l Industri Perkapalan
4
2
Industri Alsintan
4
38 9
8 6
NTT Sul a wesi Utara Goro ntalo Sul a wesi Teng ah Sul a wesi Se la a tan Sul a wesi Ba ra t Sul a wesi Teng gara Mal u ku Mal u ku U tara Pap u a Irian Jaya Bara t Tota l
Kal im antan Ba ra Kal im t antan T e ngah Kal im antan Se la tan Kal im antan Tiimu r NTB
Suma tera U tara Sum atera Bara t Ria u Kep u laua n Riau Lamp ung Jam bi Ben g kul u Sum atera Sel a tan Ban g ka B eli tun g Ban t en DKI Jaka rta Jawa Bara t Jawa Te ng ah DI Yo gyak arta Jawa Ti mu r Bal i
2
Barang Kayu & Hasil Hutan Industri Pengolahan Rotan
2
G
1
Industri Pengolahan
3
1
NAD
No
2
3
6
6 13
6
1
2
13
15
19
3
Industri Sk. Cadang / Komp. Otomotif
10 4
4
Industri Telematika
1
H 1
B Barang llainnya i Industri Perhiasan
2
Industri Kreatif
3
Industri Barang Seni
4
Industri Kerajinan Batu Mulia / Perak
5
Industri Kerajinan Gerabah 1 Catatan: 1. Angka di dalam matriks menunjukkan jumlah kabupaten/kota yang memiliki industri pengolahan tertentu di suatu provinsi 2. Kotak yang diarsir merupakan produk prioritas yang akan ditangani dalam w aktu jangka menengah
14
1
1
2
4
5
1
1 1
1
2
1 1
1 2
6
5 9
29
B. Penugasan kepada Dinas Perindustrian Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota y Peta Panduan Pengembangan g g untuk menyusun Kompetensi Inti Industri Kabupaten Kabupaten/Kota /Kota masing masing--masing Saat ini seluruh provinsi (33 provinsi) telah memiliki peta panduan pengembangan industri unggulan provinsinya masing-masing. Dinas Perindustrian Kabupaten/Kota diharapkan dapat menyusun peta panduan pengembangan kompetensi inti industri daerahnya masing-masing sesuai dengan outline berikut: 1 1.
GAMBARAN KABUPATEN/KOTA SAAT INI Disajikan PDRB per sektor berdasarkan harga berlaku tahun ........
2.
PENGEMBANGAN KOMODITI UNGGULAN No
Komoditi Unggulan
Luas Areal L A l (Ha)
Potensi P t i (Ha)
Produksi P d k i (Ton)
Jumlah J l h Petani (KK)
IIndustri d ti (unit)
(maksimal 5 komoditi)
3 3.
PENENTUAN KOMPETENSI INTI INDUSTRI DAERAH (Contoh: Kabupaten Padang Pariaman) 5 PRODUK UNGGULAN
• bordir • kelapa terpadu • kakao • batu bata makanan ringan •makanan
2 PRODUK UNGGULAN PRIORITAS
• kakao • pengolahan kelapa terpadu
1 PRODUK UNGGULAN FOKUS
• produk olahan kakao
Kompetensi Inti Industri Daerah: Industri produk olahan kakao fermented (mengolah hingga menjadi kakao pasta, bubuk, lemak, dan cair). 30
4.
KEKUATAN, PERMASALAHAN, PELUANG DAN TANTANGAN (SWOT) INDUSTRI ........ (Sesuai dengan kompetensi inti industri daerah) a. Kekuatan: K k t d t produksi, data d k i ekspor, k nilai il i tambah, t b h tenaga t k j investasi, kerja, i t i struktur t kt industri i d t i (industri (i d t i inti, i ti penunjang, terkait) b. Permasalahan: c. Peluang: d Tantangan: d. T t t termasuk k persaingan i (d l (dalam negerii dan d luar l negeri) i)
5.
TARGET PENGEMBANGAN INDUSTRI....... a. Jangka Menengah 2010-2015 b. Jangka Panjang 2016-2030
6.
STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI.....
7.
RENCANA TINDAK a. Rencana Tindak Jangka Menengah (2010-2015) No
1. 2.
Rencana Tindak Penanganan Usaha Tani dan Penanggulangan gg g Hama PBK
Pemangku Kepentingan Pusat
Daerah
Swasta
Lain-Lain
Deptan, Puslit. Pemda, Askindo, Apkai, Asean, Cocoa Kakao Jember Disbun,, Unhas Aiki,, Apikci Club. p
........ dst
b. Pokok-pokok Rencana Tindak Jangka Panjang (2016-2030) N No
1. 2.
Rencana Tindak Penanganan Usaha Tani dan Penanggulangan Hama PBK
P Pemangku gk Kepentingan K ti g Pusat
Daerah
Swasta
Lain-Lain
Deptan, Puslit. Pemda, Askindo, Apkai, Asean, Cocoa Kakao Jember Disbun, Unhas Aiki, Apikci Club.
........ dst
31
8.
KERANGKA PENGEMBANGAN KOMPETENSI INTI SEKTOR INDUSTRI KABUPATEN/KOTA................ Mencakup: a) Sasaran Jangka Menengah (2010-2015); b) Sasaran Jangka Panjang (2016-2030); c) Strategi; S a eg ; d) Pokok-pokok o o po o Rencana e ca a Aksi s Ja Jangka g a Menengah e e ga ((2010-2015); 0 0 0 5); e) Pokok-pokok o o po o Rencana e ca a Aksi s Jangka Panjang (2016-2030); f) Unsur Penunjang; g) SDM; h) Infrastruktur; serta i) Pasar.
32
9.
LOKASI PENGEMBANGAN (Lokasi pengembangan saat ini dan arah ke depan: sesuaikan dengan rencana umum tata ruang)
10. RENCANA AKSI PENGEMBANGAN INDUSTRI ….
11. PENUTUP LAMPIRAN A. Proyeksi Pertumbuhan Komoditi B. Proyeksi Ekspor
33
4. Keterkaitan Antara Pengembangan Klaster Industri Prioritas,, Industri Unggulan Prioritas Provinsi dan Kompetensi Inti I d Industri i Kabupaten K b Kabupaten/Kota /K /Kota Studi Kasus: Kabupaten Padang Pariaman
34
A. Klaster Industri Prioritas di Sumatera Barat Sejalan dengan program pengembangan klaster industri kakao, sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 telah dilakukan rencana aksi untuk menunjang program peningkatan mutu biji kakao. Khusus untuk Provinsi Sumatera Barat telah diberikan bantuan mesin dan peralatan pengolahan dan fermentasi biji kakao. Sesuai kegiatan pengembangan klaster industri semen yang dimulai pada tahun 2005, telah dilakukan tahapan diagnostik, sosialisasi dan mobilisasi, disepakati dua lokasi/daerah pengembangan industri semen yaitu Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan.
B. Industri Pengolahan Komoditi Unggulan Sumatera Barat Telah teridentifikasi industri pengolahan komoditi unggulan di provinsi Sumatera Barat, yaitu:
Industri pengolahan hasil laut (8 kabupaten/kota)
Industri pengolahan kakao (6 kabupaten/kota)
Industri pengolahan makanan ringan (7 kabupaten/kota)
Industri kulit dan alas kaki (1 kabupaten)
Industri tekstil dan produk tekstil (9 kabupaten/kota)
Industri gambir (7 kabupaten/kota)
Industri minyak atsiri (9 kabupaten/kota)
y jjarak ((9 kabupaten/kota) p ) Industri minyak
Industri semen (5 kabupaten/kota)
Industri alsintan (15 kabupaten/kota)
35 35
C. Penentuan Produk Unggulan Kabupaten Padang Pariaman
DAFTAR PANJANG PRODUK UNGGULAN
• Bordir • Kelapa terpadu • Kakao • Batu bata • Makanan ringan
KRITERIA
DUA PRODUK UNGGULAN PRIORITAS
• Kakao • Pengolahan Kelapa terpadu
NGT/ AHP
SATU PRODUK UNGGULAN FOKUS
RANTAI NILAI
KOMPETENSI INTI INDUSTRI
• Produk Olahan Kakao
FGD/ NGT
AHP & Borda 36
D. Rantai Usaha Olahan Kakao Petani Kakao Kakao siap panen
Pengeraman
Dipetik
Diputar tiap hari
kupas
Pisah biji
2-3 hari
Fermen tasi ±4 hari
85-100 biji /bin con
Kelas K l A Masuk karung gonii
Pilah biji
60kg
Dijemur
2-3 hari
Kelas B Lebih besar 100/ biji /bin con
Distributor
Kelompok Tani
Pengumpul Biji Kakao
Koperasi
Pedagang besar
Pasar DN
Pabrik Coklat
Eksportir
Pasar LN
37
E. Strategi Pengembangan Industri Kakao di Pariaman
• Fokus
: Industri Pengolahan Kakao
• Kompetensi Inti
: Kemampuan mengolah biji kakao menjadi pasta, lemak, bubuk dan coklat
• Sasaran
: Memberdayakan Masyarakat Lokal
• Tujuan
: Meningkatkan Nilai Tambah di tingkat masyarakat lokal
38
F. Road Map Pengembangan Kompetensi Inti Industri K b Kabupaten t Padang P d P i Pariaman Strategi
Jangka Pendek
Meningkatkan 1. Meningkatkan mutu bibit kakao di Kabupaten Pembuatan clonePadang Pariaman clone baru untuk 2. Mendapatkan dan meningkatkan dalam bibit kakao yang pembuatan clone-clone clone clone baru untuk bibit kakao tahan lama melalui yang tahan lama. perluasan lahan - Kerjasama dengan Lembaga Penelitian kakao - Menyediakan y dan ppembudidayaan y bibit unggul gg 3. Penggunaan teknologi pertanian - Pelatihan petani - Memberi pendampingan mulai pra-tanam hingga pasca-panen pasca panen (menyiapkan lahan, lahan mengatur jarak tanam, memupuk, memelihara, cara dan waktu pemanenan, memilih tanaman antara)) - Memberi contoh cara bercocok tanam kakao yang benar (mengadakan demonstration plot) 4. Peningkatan produktivitas lahan : - Penyesuaian sistem bertanam kakao dengan pola bertani masyarakat Padang Pariaman
Jangka Menengah 1. Penggunaan bahan baku berkualitas baik : meningkatkan dalam pembuatan clone clone baru untuk bibit kakao clone-clone yang tahan lama melalui perluasan lahan kakao 2. Peningkatan g pproduktivitas lahan: Penggunaan tanaman tumpang sari (Kelapa – Pisang – Kakao) dan tanaman antara yang memaksimumkan penggunaan lahan dengan tetap memelihara kualitas pohon kakao
39
Road Map Pengembangan Kompetensi Inti…. (lanjutan)
Strategi
Jangka Pendek
Jangka Menengah
Peningkatan kualitas biji kakao
Peningkatan dari unfermentasi menjadi fermentasi (menyediakan alat permentasi dan pengeringan)
1. Pengawasan kualitas produk kakao produksi Padang Pariaman 2. Sertifikasi kualitas produk kakao Padang Pariaman 3. Inovasi dalam peningkatan kualitas (kerjasama dengan lembaga pengembangan teknologi) 4. Kerjasama dengan balai penelitian dan perguruan tinggi (Baristand Padang, UNAN, IPB)
Penguasaan teknologi pengolahan kualitas tinggi
Mengembangkan kemampuan dalam bidang teknologi produksi sesuai standar -Pelatihan Pelatihan instruktur -Bantuan teknik produksi -Bantuan peralatan
Pembangunan PPC (Pusat Pengembangan Coklat) yang memfasilitasi pengolahan dan pengujian mutu
Memperkenalkan industri coklat Padang Pariaman di dalam negeri/luar negeri
y di dalam /di luar - Promosi kepada buyer negeri melalui pameran nasional dan internasional
1. Hubungan g perdagangan g g langsung g g dengan g buyer y di dalam/di luar negeri dan dalam negeri
Meningkatkan kemitraan industri kakao dengan para petani kakao
- Membentuk Working Group untuk kakao&produksi kakao - Membentuk jaringan dengan lembagalembaga penelitian – petani dan industri / perguruan tinggi
Pengembangan jaringan dan MOU dengan industri industri produk lanjutan
Mengembangkan industri berbasis coklat pada pangan
Mengembangkan teknologi dengan bantuan Baristan Padang 40
2012 2
2011 2
2010 2
Rencana Aksi
2009 2
No
2008 2
G. Rencana Aksi Pengembangan Kompetensi Inti Industri K b Kabupaten t Padang P d P i Pariaman Stakeholder
2 3 4 5
PUSAT Perumusan Organisasi dan Bisnis Plan PPC (Pusat Pengembangan Coklat) Pembang nan PPC Pembangunan Pembangunan Sekolah Kakao (SMK) Perumusan Kawasan Industri Pembangunan Contoh Pabrik
Depperin Depperin, Depperin, ITB Depperin
6
Perumusan dan Perencanaan Pemusatan Industri
Depperin
7 8 9 10 11 12 13 14 15
Training Instruktur Dan Guru Pembentukan Kelembagaan Kelompok Petani F ilit i M Fasilitasi Magang Peningkatan Mutu Olahan Kakao Peningkatan Kerjasama Dengan Daerah Lain Monitoring Dan Evaluasi Pengembangan Kawasan Industri Pariaman Peranan Bantuan Pemasaran Pengadaan Peralatan Untuk PPC
16
Peningkatan SDM
Askindo,BBIHP,BBIA,IPB Deptan D Depperin i Baristan,BBIA, BBIHP Depperin,Deptan,BBIHP Depperin Depperin Depdag, Askindo Depperin Depperin,BBIA,BBIHP, Baristan
17
Seminar dan Pameran Internasional kakao/coklat di Padang Pariaman
1
tentang
Depperin, IPB
Depperin, Askindo,BBIA 41
1 2 3 4 5 6
DAERAH Perizinan/persyaratan Sekolah Penyusunan Kurikulum Muatan Lokal untuk SMK Penyediaan Lahan Kawasan Industri Pembangunan Gedung PPC & Kawasan Implementasi Pemasaran Perumusan Kelembagaan Kawasan Industri
7
Badan Promosi Pariaman (pemusatan untuk kakao)
8
10
Fasilitasi Infrastruktur Kawasan Pengadaan Personil (PPC, Kawasan,Badan,Balai, dan Guru) Pendirian Badan/Kawasan Industri
11
Balai Penelitian dan Pengembangan Kakao
9
2012
2011
2010
Rencana Aksi
2009
No
2008
Rencana Aksi Pengembangan Kompetensi Inti… (lanjutan)
Stakeholder Dikora, Bapeda Dikora Koperindag, DPRD Koperindag, Bapeda Koperindag, Askindo Koperindag, DPRD Koperindag, Badan Padpar Dinas PU, DPRD
Promosi
Koperindag, Bapeda Koperindag, Bapeda Di t b Dipertambun, UNAN Baristan UNAN, B i t Padang
42
Nilai-nilai y Nilaiyang g memotori Kunci Sukses Pelaksanaan: I novatif N ilai tambah tinggi D aya y saing g berkelanjutan j O rientasi pasar global N etworking E fisien dan Produktif S inergi antar sektor I ptek A liansi strategis RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN 26 – 29 Februari 2008
43 43
44
44