ANALISIS CURAHAN TENAGA KERJA DAN PENDAPATAN PETANI DAFEP PADA USAHATANI PADI SAWAH (Studi Kasus: Desa Karang Anyer, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun)
SKRIPSI
OLEH : TUTI SIMANJUNTAK 020309022 SEP / PKP
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007 Tuti Simanjuntak : Analisis Curahan Tenaga Kerja Dan Pendapatan Petani Dafep Pada Usaha Tani Padi Sawah (Studi Kasus : Desa Karang Anyer, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun), 2007 USU Repository © 2008
ANALISIS CURAHAN TENAGA KERJA DAN PENDAPATAN PETANI DAFEP PADA USAHATANI PADI SAWAH (Studi kasus: Desa Karang Anyer, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun)
SKRIPSI
OLEH : TUTI SIMANJUNTAK 020309022 SEP / PKP Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan Disetujui Komisi Pembimbing:
Ketua
Anggota (Ir, Hasudungan Butar-butar MSi.) NIP.130.679.095
(Ir. A.T. Hutajulu, MS.) NIP. 130.877.998
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007
RINGKASAN
TUTI SIMANJUNTAK (020309022/PKP) dengan judul skripsi “ANALISIS CURAHAN TENAGA KERJA DAN PENDAPATAN PETANI DAFEP[ PADA USAHATANI PADI”. Studi kasus penelitian dilakukan di Desa Karang Anyer, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir.A.T.Hutajulu, MS sebagai ketua komisi pembimbing dan bapak Ir.Hasudungan Butar-butar.MSi sebagai anggota komisi pembimbing. Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah ecara purposive, yaitu penentuan daerah dan sampel dipilih dengan berdasarkan pada pertimbangan dan tujuan tertentu. Metode analisis yang digunakan yaitu metode diskriptif dan analisis uji beda rata-rata dua variabel (t-test). Hasil penelitian diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Kegiatan antara lembaga irigasi Raja Bondar dengan lembaga irigasi P3A Jangga hampir sama, hanya pada lembaga irigasi Raja Bondar masih mempertahankan sistem upacara keagamaan menjelang musim tanam dimulai. 2. Tidak terdapat perbedaan pekerjaan usahatani padi sawah antara petani irigasi Raja Bondar dengan petani irigasi P3A Jangga. 3. a. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata biaya sarana produksi usahatani padi sawah antara petani irigasi Raja Bondar dengan petani irigasi P3A Jangga per musim tanam dan per tahun, dimana rata-rata biaya sarana produksi untuk petani padi sawah irigasi Raja Bondar lebih besar daripada petani padi sawah irigasi P3A Jangga. b. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara rata-rata curahan tenaga kerja usahatani padi sawah antara petani irigasi Raja Bondar dengan petani irigasi P3A Jangga per musim tanam dan per tahun, dimana rata-rata curahan tenaga kerja untuk petani padi sawah irigasi Raja Bondar lebih besar daripada petani padi sawah irigasi P3A Jangga. c. Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata biaya tenaga kerja usahatani padi sawah antara petani irigasi Raja Bondar dengan petani irigasi P3A Jangga per musim tanam dan per tahun, dimana rata-rata biaya tenaga kerja untuk petani padi sawah irigasi P3A Jangga lebih besar daripada petani padi sawah irigasi Raja Bondar. d. Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata total biaya produksi usahatani padi sawah antara petani irigasi Raja Bondar dengan petani irigasi P3A Jangga per musim tanam dan per tahun, dimana rata-rata total biaya produksi untuk petani padi sawah irigasi P3A Jangga lebih besar daripada petani padi sawah irigasi Raja Bondar. 4. a. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata produktivitas usahatani padi sawah antara petani irigasi Raja Bondar dengan petani irigasi P3A Jangga per musim tanam dan per tahun, dimana rata-rata produktivitas usahatani untuk petani padi sawah irigasi Raja Bondar lebih besar daripada petani padi sawah irigasi P3A Jangga. b. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara rata-rata produktivitas tenaga kerja usahatani padi sawah antara petani irigasi Raja Bondar dengan petani irigasi P3A Jangga per musim tanam dan per tahun, dimana rata-rata produktivitas tenaga kerja untuk petani padi sawah irigasi Raja Bondar lebih besar daripada petani padi sawah irigasi P3A Jangga.
5. a. Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata harga jual usahatani padi sawah antara petani irigasi Raja Bondar dengan petani irigasi P3A Jangga per musim tanam dan per tahun, dimana rata-rata harga jual untuk petani padi sawah irigasi Raja Bondar lebih besar daripada petani padi sawah irigasi P3A Jangga. b. Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata penerimaan usahatani padi sawah antara petani irigasi Raja Bondar dengan petani irigasi P3A Jangga per musim tanam dan per tahun, dimana rata-rata penerimaan usahatani untuk petani padi sawah irigasi Raja Bondar lebih besar daripada petani padi sawah irigasi P3A Jangga. c. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata pendapatan bersih usahatani padi sawah antara petani irigasi Raja Bondar dengan petani irigasi P3A Jangga per musim tanam dan per tahun, dimana rata-rata pendapatan bersih usahatani untuk petani padi sawah irigasi Raja bondar lebih besar daripada petani padi sawah irigasi P3A Jangga. d. Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata pendapatan tenaga kerja usahatani padi sawah antara petani irigasi Raja Bondar dengan petani irigasi P3A Jangga per musim tanam dan per tahun, dimana rata-rata pendaptan tenaga kerja untuk petani padi sawah irigasi Raja Bondar lebih besar daripada petani padi sawah irigasi P3A Jangga. e. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata pendapatan keluarga usahatani padi sawah antara petani irigasi Raja Bondar dengan petani irigasi P3A Jangga per musim tanam dan per tahun, dimana rata-rata pendapatan keluarga usahatani untuk petani padi sawah irigasi Raja Bondar lebih besar daripada petani padi sawah irigasi P3A Jangga. 6. Terdapat beberapa masalah yang dihadapi oleh petani (anggota) dan pengurus pada lembaga irigasi Raja Bondar dan lembaga irigasi P3A Jangga adalah kurangnya partisipasi anggota dan pengurus, pemberian tanggung jawab yang tidak sesuai dengan kemampuan, tidak tersedianya tempat musyawarah, dan dana untuk pemeliharaan terbatas. 7. Terdapat beberapa upaya yang dihadapi oleh petani (anggota) dan pengurus pada lembaga irigasi Raja Bondar dan lembaga irigasi P3A Jangga adalah membangun hubungan yang harmonis, menjalin kerja sama antara kedua lembaga irigasi, membangun wadah/tempat untuk diskusi yang dapat dimanfaatkan secara bersama-sama, dan mengajukan permohonan dana kepada dinas perngairan.
RIWAYAT HIDUP
TUTI
SIMANJUNTAK,
lahir
di
Lintongnihuta
pada
tanggal
29 Pebruari 1984, sebagai anak kedua dari lima bersaudara, putri dari Bapak H. Simanjuntak dan Ibu L. Panjaitan. Jenjang Pendidikan 1. Tahun 1996, menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 2 Onanrunggu. 2. Tahun 1999, menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertama di SLTP Negeri 2 Sipahutar. 3. Tahun 2002, menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMU Negeri 1 Sipahutar. 4. Tahun 2002, melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) diterima di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian. 5. Tahun
2006,
mengikuti
Praktek
Kerja
Lapangan
(PKL)
di
Desa Janji, Kecamatan Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan. 6. Tahun 2007, melakukan penelitian Skripsi di
Desa Karang Anyer,
Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah ““ANALISIS CURAHAN TENAGA KERJA DAN PENDAPATAN PETANI DAFEP PADA USAHATANI PADI SAWAH”. Studi kasus di Desa Karang Ayer Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Pada Kesempatan ini, dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ibu Ir.A.T.Hutajulu, MS., selaku Ketua Komisi Pembimbing. 2. Bapak Ir. Hasudungan Butar-butar, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing. 3. Bapak Ir. Luhut Sihombing, M.Si., selaku Ketua Departemen Sosial Ekonomi Pertanian. 4. Ibu Dr. Ir. Salmiah MS., selaku Sekretaris Departemen Sosial Ekonomi Pertanian. 5. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. 6. Seluruh instansi yang terkait dengan penelitian ini, atas bantuannya selama penulis mengambil data penelitian. 7. Bapak R. Manurung selaku Kepala DesaKarang Anyer, atas bantuan selama penelitian beserta keluarga. Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis ucapkan kepada Ayahanda H. Simanjuntak dan Ibunda L. Panjaitan., atas kasih sayang dan doanya. Buat Abang dan keluarga ( Rizen Simanjuntak SSi, L.Pangaribuan SPd), adek saya Denni, Dewi dan Rinto.,juga kepada bang Erman yang selalu memotivasi. Terima kasih juga kepada seluruh teman-teman SEP’02 (Agri dan PKP) dan SEP EXT’02 atas bantuan dan doa-doanya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada responden yang menjadi sampel dari penelitian dan lembaga-lembaga yang telah membantu penulis dalam memberikan ata dan informasi. Semoga skripsi ini bermanfaat. Medan, April 2008
Penulis
Tuti Simanjuntak : Analisis Curahan Tenaga Kerja Dan Pendapatan Petani Dafep Pada Usaha Tani Padi Sawah (Studi Kasus : Desa Karang Anyer, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun), 2007 USU Repository © 2008
DAFTAR ISI Hal. RINGKASAN .................................................................................................... i RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... iii KATA PENGANTAR....................................................................................... iv DAFTAR ISI...................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii DAFTAR GAMBAR......................................................................................... x I.
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.............................................................................................. 1.2. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 1.4. Kegunaan Penelitian .....................................................................................
II.
1 5 6 7
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka........................................................................................... 2.2. Landasan Teori ............................................................................................. 2.3. Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 2.4. Hipotesis Penelitian ......................................................................................
8 12 17 20
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ........................................................... 3.2. Metode Pengambilan Sampel ....................................................................... 3.3. Metode Pengumpulan Data........................................................................... 3.4. Metode Analisis Data ................................................................................... 3.5. Defenisi dan Batasan Operasional ................................................................ 3.5.1. Definisi ............................................................................................... 3.5.2. Batasan Operaasional .........................................................................
21 21 21 22 25 25 26
IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL 4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ......................................................................... 4.1.1. Luas dan Letak Geografis ................................................................... 4.1.2. Keadaan Penduduk.............................................................................. 4.1.3. Penggunaan Tanah. ............................................................................. 4.2. Karakteristik Sosial-Ekonomi Petani Sampel ...............................................
V.
27 27 27 30 31
HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Padi Sawah Perbedaan Curahan Tenaga Kerja Pria dan Wanita Petani DAFEP Dalam Setiap Tahapan Kerja Pada Usahatani……………... 40 5.2. Kesempatan Kerja yang Tercipta Pada Usahatani Padi Sawah ................... 42
5.3. Pengaruh Luas lahan, Total Pendapatan Keluarga, Jumlah Tanggungan dan Potensi Tenaga Kerja Terhadap Besarnya Curahan Tenaga Kerja Pada Uasahatani Padi Sawah ................................................................................. 44 5.4. Pengaruh Luas lahan, Curahan Tenaga Kerja, dan Biaya Sarana Produksi Terhadap Produktivitas Pada Usahatani Padi Sawah .................................. 47 5.5. Pengaruh Luas lahan, Curahan Tenaga Kerja dan Biaya Sarana Produksi Terhadap Pendapatan Bersih Pada Usahatani Padi Sawah ........................... 50 5.6.Total Pendapatan Keluarga Petani DAFEP Ditinjau dari Garis Kemiskinan Menurut Sajogyo (1988) .............................................................................. 53
VI.
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ........................................................................................ 57 6.2. Saran .................................................................................................. 59
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No
Judul Hal.
1. Daerah Yang Difasiitasi DAFEP Disetiap Kecamatan Kabupaten Simalungun Tahun 2006 ......................................................................... 4 2. Data Jumlah Petani Yang Dilatih Tahun 2006 ....................................... 5 3. Jumlah Populasi dan Sampel Peserta Sistem DAFEP ........................... 21 4. Spesifikasi Pengumpulan Data ............................................................... 22 5. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Karang Anyer Tahun 2007 ............................................................................................ 28 6. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Karang Anyer Tahun 2007 ................................................................................. 29 7.
Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Karang Anyer Tahun 2007.................................................................................. 30
8. Distribusi Penggunaan Lahan di Desa Karang Anyer Tahun 2007 ....... 30 9. Karakteristik Petani Sampel di Desa Karang Anyer Tahun 2007 ......... 31 10. Kegiatan FMA Dalam Usahatani Padi Sawah di Desa Karang Anyer Tahun 2007 ............................................................................................ 33 11. Rata-rata Curahan Tenaga Kerja Dalam Keluarga dan Luar Keluarga Tiap Tahapan Usahatani Padi Sawah Per Petani Per Musim Tanam.....37 12. Rata-rata Curahan Tenaga Kerja Dalam Keluarga dan Luar Keluarga Tiap Tahapan Usahatani Padi Sawah Per Ha Per Musim Tanam...........38 13.Analisis Perbedaan Curahan Tenaga Kerja Pria dan Wanita Pada Usahatani Padi Sawah Per Petani dan Per Ha Per Musim Tanamdi Desa Karang Anyer Tahun 2007 ..........................................................40 14. Rata-rata Curahan Tenaga Kerja (HKP) Per Ha/Musim Tanam Antara Petani Irigasi Raja Bondar dan P3A Jangga ........................................... 53 15. Analisis Uji Beda Rata-rata Curahan Tenaga Kerja (HKP) Per Ha/Musim Tanam Antara Petani Irigasi Raja Bondar dan P3A Jangga 38
16. Rata-rata Biaya Tenaga Kerja (Rp) Per Ha/Musim Tanam Antara Petani Irigasi Raja Bondar dan P3A Jangga ........................................... 56 17. Analisis Uji Beda Rata-rata Biaya Tenaga Kerja (Rp) Per Ha/Musim Tanam Antara Petani Irigasi Raja Bondar dan P3A Jangga ................... 59
18. Rata-rata Total Biaya Produksi (Rp) Per Ha/Musim Tanam Antara Petani Irigasi Raja Bondar dan P3A Jangga .............. 60
19. Analisis Uji Beda Rata-rata Total Biaya Produksi (Rp) Per Ha/Musim Tanam Antara Petani Irigasi Raja Bondar dan P3A Jangga ............................................................................. 61 20. Analisis Uji Beda Rata-rata Hasil Produktivitas Usahatani Per Ha/Musim Tanam Antara Petani Irigasi Raja Bondar dan P3A Jangga ...................................................................... 62 21. Analisis Uji Beda Rata-rata Hasil Produktivitas Tenaga Kerja Per Ha/Musim Tanam Antara Petani Irigasi Raja Bondar dan P3A Jangga. ........................................................ 63 22. Analisis Uji Beda Rata-rata Harga Jual (Rp) Per Ha/Musim Tanam Antara Petani Irigasi Raja Bondar dan P3A Jangga ............................... 64 23. Analisis Uji Beda Rata-rata Penerimaan Usahatani (Rp) Per Ha/Musim Tanam Antara Petani Irigasi Raja Bondar dan P3A Jangga . 65 24. Analisis Uji Beda Rata-rata Pendapatan Bersih (Rp) Per Ha/Musim Tanam Antara Petani Irigasi Raja Bondar dan P3A Jangga................... 66 25. Analisis Uji Beda Rata-rata Pendapatan Tenaga Kerja (Rp) Per Ha/Musim Tanam Antara Petani Irigasi Raja Bondar dan P3A Jangga . 67 26. Analisis Uji Beda Rata-rata Biaya Pendapatan Keluarga (Rp) Per Ha/Musim Tanam Antara Petani Irigasi Raja Bondar dan P3A Jangga . 68 27. Perbedaan Usahatani Padi Sawah Antara Petani Sistem Kelembagaan Irigasi Raja Bondar dan P3A Jangga Per Ha/Musim Tanam ................. 70
DAFTAR GAMBAR
No
Judul
Hal.
1. Skema Kerangka Pemikiran.................................................................... 21 2. Struktur Lembaga Irigasi Raja Bondar .................................................. 35 3. Struktur Lembaga Irigasi P3A Jangga .................................................... 38
PENDAHULUAN
Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian yang artinya bahwa pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk dan tenaga kerja yang hidup atau bekerja dari sektor pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian. (Mubyarto, 1994: 8) Saat ini sekitar 75 % penduduk Indonesia tinggal di wilayah pedesaan. Jumlah tersebut lebih dari 54 % menggantungkan hidup mereka kepada sektor pertanian dengan tingkat pendapatan yang relatif rendah, apabila dibandingkan dengan mereka yang tinggal di daerah perkotaan. Perbedaan pendapatan tersebut berkaitan erat dengan produktivitas petani Indonesia, sementara hal itu tidak dapat dilepaskan dari berbagai faktor, antara lain: lahan yang dimiliki, kebijakan pemerintah, intensif petani, dan lain sebagainya (Loekman, 1998: 7). Dalam
upaya
pengembangan
pertanian
agribisnis
di
Kabupaten
Simalungun, penyuluhan pertanian harus mengefektifkan kegiatannya agar menghasilkan dan menyediakan jasa yang sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu untuk meningkatkan kemampuan petani dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian yang berorientasi agribisnis menuntut kesiapan dan kemampuan penyuluh dalam mencermati permasalahan kebutuhan petani serta potensi spesifik yang ada. Oleh karena itu untuk membantu petani mengatasi permasalahan dan untuk meningkatkan kemampuan petani maka timbullah Sistem Dafep yang merupakan salah satu kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan para petani dalam pelaksanaan penyuluhan dan mempromosikan usahataninya
yang beroriantasi agribisnis dan berwawasan lingkungan guna meningkatkan pendapatan ( Anonimous, 2001: 16 – 23). Dafep adalah kegiatan yang mengutamakan petani (farmer first), mengutamakan arus bawah (bottom up), dengan melibatkan petani dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan penyuluhan di desa melalui Participatory Rural Appraisal ( PRA ). Kegiatan ini juga diselenggarakan oleh balai informasi dan penyuluhan pertanian yang bekerjasama dengan instansi dan lembaga yang terkait di tingkat kabupaten. Dafep juga memberikan wawasan gender dan memberikan perhatian pada generasi muda pertanian dan kehutanan ( Anonimous, 2003:23). Pembangunan
pertanian
dapat
terlaksana
jika
pengetahuan
dan
ketrampilan para petani terus – menerus menerima metode baru, cara merekapun berubah. Mereka mengembangkan suatu sikap baru yang berbeda terhadap pertanian, terhadap alam sekitar mereka dan terhadap diri mereka sendiri. Sukses yang mereka alami dalam meningkatkan produksi, meningkatkan rasa percaya diri sendiri. Hubungan dan transaksi yng makin meningkat antara mereka dengan saudagar dan instansi pemerintah, membawa mereka kepada perkenalan yang lebih erat dengan luar desa mereka ( Mosher, A.T., 1991; 16) Pembangunan pertanian yang berkelanjutan perlu diletakkan dalam kerangka paradigma pembangunan manusia. Pembangunan pertanian demikian mendasarkan pada kemampuan bangsa untuk mewujudkan kesehjahteraan masyarakat dengan kemampuan sendiri. Perubahan struktur masyarakat tani diawali dari pengelolaan kegitan sosial ekonomi produktif tanpa keberpihakan kepada pemberdayaan masyarakat tani akan sangat mustahil untuk dapat
membimbing petani menjadi subjek pembangunan dalam transformasi structural, apalagi sumber daya manusia pertanian didominasi tenaga kerja berpendidikan rendah. Melihat hal ini maka untuk mambangun citra pertanian yang tangguh dan modern upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia pertanian merupakan persoalan yang sangat mendasar. Hal ini dapat dilihat hasil evalusi studi bank dunia (1996) yang menyebutkan bahwa: (1) Peran serta petani dalam perencanaan penyuluhan pertanian sangat diperlukan; (2) penyelenggaraan harus dibedakan berdasarkan kebutuhan system usahatani yang berdasarkan kebutuhan system usahatani yang berdasarkan spesifik lokalita; (3) pendekatan “top down” semata harus diubah menjadi pendekatan “bottom up” yang diserasikan dengan “top down” serta system penyampaian informasi penyuluhan yang lebih bersifat desentralisasi; (4) Pelayanan penyuluhan pertanian yang rumit memerlukan waktu pengembangannya; (5) biaya penyuluhan pertanian adalah sangat penting dianggarkan; dan (6) mata rantai riset yang cocok dengan penyuluhan serta keterlibatan petani harus diarahkan pada sistem usahatani. (Gunawan, S,. 2001; 42 – 47) Proyek Dafep sudah dimulai sejak tahun 2000 dan berlangsusng sampai sekarang. Dafep telah melakukan kegiatan fasilitas dalam upaya terlaksananya FMA (Farmer Managed Activity) dengan wadah kelembagaan petani di tiap desa UPKG (Unit Pengelola Kegiatan Gabungan) yang meliputi 16 kabupaten di 9 propinsi di Indonesia dimana setiap kabupaten terdiri 40 desa. Kabupaten Simalungun merupakan salah satu kabupaten yang mewakili Propinsi Sumatera Utara daerah binaan DAFEP. Pemda Kabupaten Simalungun melalui KIPPK
( Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan) dalam memberdayakan petani dan petugas penyuluh menerapkan sistem penyuluhan partisipatif yang dikembangkan DAFEP. Berdasarkan Tabel 1 berikut ini akan diperlihatkan data daerah yang difasilitasi DAFEP di setiap kecamatan Kabupaten Simalungun. Tabel 1. Daerah yang Difasilitasi DAFEP di setiap Kecamatan Kabupaten Simalungun No.
Kecamatan 2001
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13
Jumlah Desa 2002 2003
2004
Bandar Bandar Masilam Pematang Bandar Gunung Malela Gunung Maligas Panombean Panei Panei Purba Pematang Sidamanik Sidamanik Dolok Panribuan Tanah Jawa Hutabayu Raja
4 3 4 4 3 1 2 4 1 2 5 3 4
4 3 4 4 3 1 2 4 1 2 5 3 4
4 3 4 4 3 1 2 4 1 2 5 3 4
4 3 4 4 3 1 2 4 2 1 5 3 4
Jumlah
40
40
40
40
Sumber : KIPPK Kabupaten Simalungun Tahun 2006
Proyek DAFEP telah melakukan sejumlah kegiatan yaitu: a. Kegiatan pelatihan untuk penyuluhan b. Kegiatan penyuluhan yang dikelola oleh Project Managemen Unit (PMU) di tingkat kabupaten c. Kegiatan pembelajaran yang dikelola sendiri oleh petani (FMA). Pelaksanaan DAFEP di Desa Karang Anyer pada dasarnya mengikuti pertahapan yang telah digariskan dimulai dari pembentukan kelompok, pembentukan UPKG ( Unit Pengelolaan Kelompok Gabungan ), perencanaan FMA ( Farmer Managed Extension Activities ), hingga pelaksanaan kegiatan pembelajaran. DAFEP juga memberikan pelatihan melalui penyuluh dan petani
pemandu yang dilakukan dikantor kepala desa, ini dilaksanakan 2 dan 3 kali dalam sebulan yang dihadiri oleh petani DAFEP dan anggota keluarga lainnya. Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan di 13 kecamatan dan 40 desa di Kabupaten Simalungun. Tabel 2 berikut ini menjelaskan data jumlah petani yang dilatih dalam Sistem DAFEP. Tabel 2. Data Jumlah Petani Yang Dilatih No.
Desa Lk
1. 2. 3.
Karang Sari Karang Anyer Karang Rejo
33 31 32
Jumlah Petani Yang Dilatih (kumulatif) 2003 2004 Pr Jumlah Lk Pr Jumlah 2 4 3
35 35 35
74 85 60
14 87 12
petani
yang
88 172 72
Sumber :KIPPK Kabupaten Simalungun 2006
Dari Tabel 2 dapat dijelaskan bahwa jumlah
dilatih
di
Kecamatan Gunung Maligas yakni, untuk Desa Karang Sari jumlahnya sebanyak 88 orang, Desa Karang Anyer sebanyak 172 orang, dan Desa Karang Rejo sebanyak 72 orang.
Identifikasi Masalah 1. Bagaimana perbedaan curahan tenaga kerja pria dan wanita petani DAFEP dalam setiap tahapan kerja pada usahatani padi sawah? 2. Seberapa besar kesempatan kerja yag tercipta pada usahatani DAFEP ? 3. Faktor sosial ekonomi apa saja yang mempengaruhi besarnya curahan tenaga kerja pada usahatani padi sawah? 4. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi produktivitas pada usahatani padi sawah?
5. Faktor-faktor sosial ekonomi apa saja yang mempengaruhi besarnya pendapatan bersih dan pendapatan keluarga dari hasil usahatani padi sawah? 6. Seberapa besar total pendapatan keluarga petani DAFEP ditinjau dari garis kemiskinan Sajogyo?
Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1.
Untuk mengetahui perbedaan curahan tenaga kerja pria dan wanita petani DAFEP dalam setiap tahapan kerja pada usahatani padi sawah.
2.
Untuk mengetahui seberapa besar kesempatan kerja yang tercipta pada usahatani DAFEP.
3.
Untuk mengetahui faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi besarnya curahan tenaga kerja pada usahatani padi sawah.
4.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas pada usahatani padi sawah.
5.
Untuk mengetahui faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi besarnya pendapatan bersih dan pendapatan keluarga dari hasil usahatani padi sawah.
6.
Untuk mengetahui seberapa besar total pendapatan keluarga petani DAFEP ditinjau dari garis kemiskinan Sajogyo.
Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah sebagai: 1. Bahan pertimbangan bagi “ Policy Maker “ didalam mengambil kebijaksanaan khususnya dalam pengembangan sistem DAFEP untuk menyusun program penyuluhan pertanian di masa yang akan datang. 2. Bahan pertimbangan bagi pihak PPL dalam menyusun dan menyampaikan informasi bagi petani sistem DAFEP. 3. Bahan informasi dan studi bagi pihak- pihak yang terkait khususnya kepada petani sistem DAFEP.
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Tinjauan Pustaka Tumbuhan padi sawah adalah tumbuhan yang tergolong tanaman air (Water Plant). Tumbuhan padi sawah dikatakan sebagai tanaman air bukan berarti bahwa tanaman padi itu hanya bisa tumbuh di atas tanah yang terus menerus digenangi oleh air, baik itu penggenangan secara alamiah yang terjadi pada rawarawa, maupun penggenangan itu disengaja terjadi pada tanah-tanah sawah. Padi juga dapat tumbuh di tanah kering asalkan curah hujan mencukupi kebutuhan tanaman akan air (Utomo, M dan Nazaruddin, 2003: 35). Penduduk Indonesia sangat bergantung pada beras, maka apabila sedikit saja terjadi gangguan terhadap produksi beras, maka pasokan akan terganggu dan harga jual akan meningkat. Pemerintah sudah mengusahakan segala upaya dan pemerintah juga berobsesi untuk berswasembada beras (Andoko, 2002: 12). DAFEP (Decentralized Agricultural and Forestry Ektension Project) adalah sebuah konsep model desentralisasi penyelesaian penyuluhan pertanian dan kehutanan secara terpadu yang terstruktur dan terkemas dalam administrasi proyek yang meliputi aspek kelembagaan, ketenagaan, sarana/ prasarana dan biaya serta tata laksana penyuluhan terbangun. Adapun program – program DAFEP yang biasa dilaksanakan yaitu, pelatihan pengurus UPKG, pelatihan petani pemandu, pelatihan identifikasi dan penanggulangan penyakit ternak kambing, SLPHT dan pemupukan padi sawah, SL pembenihan ikan mas, SL budidaya cabai merah, SL pemeliharaan ayam buras, SLPHT kakao. ( Aninomous, 2003 ; 14 ).
Pemberlakuan desentralisasi/otonomi daerah mempunyai arti penting bagi pambangunan pertanian, karena akan membawa wewenang pengambilan keputusan lebih dekat kepada masyarakat dan sumberdaya setempat, sehingga lebih responsif terhadap kebutuhan setempat. Desentralisasi hendaknya tidak dilihat atas dasar kewenangan pemerintahan saja, namun juga sikap dan perilaku otonom dan aparat, petani dan masyarakat berdasarkan keunggulan komparatif wilayah dan efesien dalam penggunaan sumberdaya. Dengan demikian, penyuluhan dengan otonomi oleh aparat, petani dan masyarakat di kabupaten tanpa banyak ketergantungan pada sumberdaya dan bantuan dari propinsi dan pusat, dan dilaksanakan sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan petani. (Anonimous, 1999; 1 ) Demikian pula dengan pembangunan pertanian, tentunya yang sangat berkepentingan adalah petani oleh karena itu agar petani dapat berprakarsa dan berperan aktif dalam pembangunan pertanian terutama dalam pemecahan masalah yang dihadapi, perlu upaya-upaya pemberdayaan petani dalam bentuk fasilitas yang sesuai menuju tercapainya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan keluarga petani secara berkelanjutan. Badan Pengembangan SDM Pertanian – Departemen
Pertanian dalam rangka fasilitasi pemberdayaan petani melalui
DAFEP (Decentralized Agriculture and Forestry Extension Project/Proyek Desentralisasi Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan) mengembangkan system penyuluhan pertanian partisipatif yaitu dengan memfasilitasi kegiatan pnyuluhan yang dikelola oleh petani (Farmer Managed Activity/FMA ).FMA adalah suatu bentuk kegiatan pembelajaran dari dan oleh petani yang dikelola petani dalam
satu wadah kelembagaan petani di desa yaitu UPKG (Unit Pengelola Kegiatan Gabungan ) (Anonimous, 2003 ; 45 ). Penyuluhan pertanian merupakan sarana kebijaksanaan yang dapat digunakan pemerintah untuk mendorong pembangunan pertanian. Petani mempunyai kebebasan untuk menerima atau menolak saran yang diberikan agen penyuluhan pertanian. Penyuluhan hanya dapat memcapai sasarannya jika perubahan yang diinginkan menyentuh kepentingan petani. Agen penyuluhan pertanian harus ahli pertanian yang berkompeten, disamping bisa berkomunikasi secara efektif dengan petani serta dapat mendorong minat belajar mereka. Penyuluhan marupakan keterlibatan seorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar. ( Van den Ban dan Hawkins, 1999; 37-38 ). Penyuluhan pertanian masih menerapkan pola LAKU yaitu pola latihan dan kunjungan dengan pendekatan top- down. Setiap kebijakan mengalir dari atas kebawah yang harus dilakukan petugas dilapangan dan itu hanya disampaikan tanpa betul – betul memahami yang dibutuhkan oleh petani. Sedangkan DAFEP memberikan ketebukaan pada petani dengan mencari tahu apa yang dibutuhkan oleh petani dengan memberikan pembelajaran dan pelatihan. Dengan adanya DAFEP maka petani mengenal potensi yang dimilikinya, seperti potensi usahatani keluarga, potensi sumber daya alam di lingkungan desanya. Potensi yang selama ini tidak pernah dipahami dan diketahui secara jelas oleh petani justru diajarkan secara komprehensif oleh DAFEP (Anonimous, 2003 ; 55).
Bila dilihat dari sudut sosial ekonomi tujuan penyuluhan pertanian dibagi atas aspek sosiologis edukatif dan aspek ekonomis edukatif. Aspek sosiologis edukatif, kegiatan penyuluhan pertanian akan mengakibatkan perubahan kepada masyarakat petani yaitu perubahan sikap, perilaku yang berhubungan dengan masalah-masalah sosial. Tujuan penyuluhan pertanian dari aspek ekonomis edukatif adalah merubah cara-cara bercocok tanam lebih baik, lebih rasional pada penggunaan sarana produksi sehingga perubahannya bersifat ekonomi. Dan perubahan berusahatani yang lebih baik (better farming) diharapkan akan membawa usahatani yang lebih menguntungkan (better business) dan akhirnya usahatani yang menguntungkan ini membawa rumah tangga petani lebih sejahtera (better living) (Gultom, 1991 ; 19 ).
Landasan Teori Tenaga kerja usahatani merupakan faktor produksi kedua selain tanah, modal dan pengelolaan. Jenis tenaga kerja lain tenaga kerja manusia, ternak dan mekanik. Kadangkala tenaga kerja merupakan faktor produksi utama. Hal ini menunjukkan posisi petani pada usahataninya. Petani bukan hanya mengelola usahatani, tetapi juga tulang punggung keluarga sebagai sumber tenaga kerja utama usahataninya. Petani akan mengupayakan sebagian tambahan tenaga kerja luar keluarga (Fadholi,H., 1989; 66). Peningkatan intensitas tenaga kerja dalam kenyataanya dapa muncul dalam tiga bentuk, yakni: 1. Intensitas tenaga kerja yang tidak
mempengaruhi produksi, justru
mengurangi hasil bersih. 2. Peningkatan intensitas penggunaan tenaga kerja yang sejajar dengan peningkatan produksi. (Kaslan, A. T., 1982 : 300) Pusat pengembangan penyuluhan pertanian melalui proyek DAFEP dengan semangat penerapan prinsip desentralisasi mengembangkan metodologi penyuluhan partisipatifnya dengan pola kegiatan diarahkan kepada pemberdayaan masyarakat (petani) yang berorientasi dan bermuara kepada kepentingan dari kebutuhan petani (farmer first) yaitu memfasilitasi kegiatan- kegiatan yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk petani (FMA) di 16 kabupaten wilayah DAFEP (Anonimous, 2003 ; 20).
Pemberdayaan petani diartikan sebagai proses memfasilitasi petani meningkatkan kemampuan dan kemandiriannya menganalisis potensi dan masalah yang dihadapi, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pemecahan masalah- masalah dengan kreativitasnya sediri dlam memperbaiki kehidupannya. Dasar proses pemberdayaannya adalah pengalaman dan pengetahuan masyarakat tentang keberadaanya yang sangat luas dan berguna, serta kemauan mereka untuk menjadi lebih baik. Prinsip pemberdayaan adalah petani didorong untuk berperan serta dalam semua aspek perencanaan dan penerapan kegiatan agar mampu berkembang secara mandiri dan mengakses sumber daya yang dibutuhkan baik local maupun dari luar (Anonimous, 2002 ; 8). Proyek
Desentralisasi
Penyuluhan
Pertanian
dan
Kehutanan
(DPPK/DAFEP) sebagai salah satu proyek penyuluhan yang bertujuan untuk memperdayakan petani, dalam pelaksanaanya menerapkan prinsip-prinsip partisipatif, demokratis, desentralisasi, keterbukaan, akuntabilitas, kemitraan dan kemadirian. Proyek DAFEP memfasilitasi penyuluhn petanian dan kehutanan yang dikelola oleh petani (Farmer Managed Extension Activities/FMA) dan sekaligus manerapkan prinsip-prinsip partisipatif tersebut. Proses pembelajaran ini dimulai dari kajian desa secara partisipatif dan perencanaan dan dilaksanakan dengan bimbingan petani pemandu (fasilitator) yang dipilih dari dan oleh petani setempat secara demokratis. Penyusunan rencana dilaksanakan secara bertingkat, mulai dari keluarga, kelompok dan masyrakat desa. Penyusunan rencana secara bertingkat ini dimaksudkan agar kepentingan keluarga tercakup dalam rencana kelompok dan rencana masyarakat desa. Perhatian terhadap kepetingan keluarga
lini diharapkan dapat menumbuhkan partisipasi aktif keluarga sebagai anggota kelompok maupun masyarakat untuk memecahkan masalah usahanya. (Anonimous, 2002 ; 1-4 ). Ada beberapa alasan mengapa petani dianjurkan berpartisipasi dalam keputusan yang berkaitan dengan program penyuluhan : 1. Mereka memiliki informasi yang sangat penting untuk merencanakan program yang berhasil termasuk tujuan, situasi, pengetahuan serta pengalaman mereka dengan teknologi dan penyuluhan serta struktur sosial masyarakat mereka. 2. Mereka akan lebih termotivasi untuk bekerja sama dalam program penyuluhan jika ikut bertanggungjawab di dalamnya. 3. Masyarakat yang demokrasi secara umum menerima bahwa rakyat yang terlibat berhak berpartisipasi dalam keputusan mengenai tujuan yang mereka capai. 4. Banyak permasalahan pembangunan pertanian, seperti pengendalian erosi tanah, perolehan sistem usaha tani yang berkelanjutan dan pengelolaan pndekatan komersial pada pertanian, tidak mungkin lagi dipecahkan dengan pengambilan keputusan perorangan ( Van den Ban dan Hawkins, 1999 ; 258-259 ). Tujuan umum pelaksanaan FMA adalah untuk meningkatkan kemampuan petani dalam merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi kegitan- kegiatan penyuluhan pertanian dari, oleh dan untuk petani dan keluarganya dalam mengella udahanya secara optimal dalam rangka peningkatan pendapatan dan kesejahteraan keluarganya secara berkelanjutan. (Anonimous, 2002 ; 5 )
Prinsip- prinsip dasar pelaksanaan FMA : a. Partisipasi : kegiatan penyuluhan pertanian dan kehutanan harus melibatkan petani untuk berperan secara aktif dalam setiap pengambilan keputuusan dan pelaksaan kegiatan penyuluhan pertanian dan kehutanan, partsipasi akan berkembang dalam berbagai cara sesuai keadaan spesifik, sehingga tidak ada satu cara pemecahan yang berhasil untuk semua keluarga tani. b. Demokratis : setap keputusan dibuat melalui musyawarah atau kesepakatan sebagian besar petani untuk menjamin adanyan dukungan dan rasa memiliki dari masyarakat seluruh kegiatan produksi, dri perencanaan sampai evaluasi dilaksanakan dengan prinsip dari petani ke petani dan untuk petani. c. Desentralisasi : kegiatan penyuluhan pertanian dan kehutanan direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan kebutuhan petani (laki-laki dan perempuan). Untuk memperbaiki dan mengembangkan usahataninya dan meningkatkan rasa memiliki terhadap pelaksanaan dan hasil- hasil dari kegiatan penyuluhan. d. Keterbukaan : Manajemen dan administrasi penggunaan dan desa diketahui dan diumumkan ke seluruh masyarakat desa. e. Akuntabilitas : pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian kehutanan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada petani. f. Kemitraan : kegiatan penyuluhan pertanian dan kehutanan harus mampu medorong keluarga tani (laki- laki dan perempuan), kelompok tani (laki-laki dan perempuan), masyarakat (laki-laki dan perempuan) untuk berinteraksi dan bekerjasama dalam memecahkan masalah lokal mereka secara kemitraan ditingkat desa.
g. Kemandirian : keluarga dan masyrakat tani ( laki-laki dan perempuan) memiliki ksempatan dan kemampuan untuk menemukan usahatani yang menguntungkan dan berkelanjutan tanpa harus bergantung kepada penyuluh pertanian. Proses partisipasi dan kemandirian jarang terjadi secara spontan, maka perlu simulasi dengan bimbingan para fasilitator. (Anonimous,2002; 7-8).
Kerangka Pemikiran Petani adalah setiap orang yang melakukan kegiatan usahatani sebagai mata pengaharian pokoknya. Banyak persoalan yang dihadapi oleh petani baik yang berhubungan dengan produksi dan pemasaran hasil usahataninya maupun masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari - hari. Apabila kegiatan pennyuluhan dilaksanakan oleh para petani sendiri , maka penyuluhan akan lebih menyentuh kebutuhan petani, karena merekalah yang sebenarnya paling mengetahui permasalahan yang dihadapinya potensi dimiliki, serta harapanharapan yang ingin dicapai, sehingga penyuluhan yang dirancang benar-benar menyangkut hal- hal yang menjadi kebutuhan dan prioritas dalam mendukung kegiatan usaha tani yang sedang atau yang akan dilaksanakan. Sistem DAFEP adalah salah satu proyek penyuluhan yang bertujuan untuk memberdayakan petani, dalam pelaksanaannya menerapkan prinsip-prinsip partisipatif, demokratis, keterbukaan, kemitraan, kemandirian. Sistem DAFEP juga merupakan suatu metode yang digunakan dalam meningkatkan produktivitas hasil pertanian. Sistem ini dikelola oleh petani (FMA/ Farmer Managed Activities) petani akan difasilitatori Tim Penyuluh Lapangan (TPL) yang merupakan suatu tim penyuluhan di tingkat kecamatan yang terdiri dari tenaga penyuluh dan tenaga lainnya yang sudah dilatih termasuk yang berasaldari petani itu sendiri yang akan mendampingi para petani dengan menerapkan prinsip belajar sambil melaksanakan. Ada beberapa faktor yang empengaruhi besarya tenaga kerja dalam keluarga ushatani padi sawah yaitu: luas lahan, potensi tenaga kerja dalam keluarga dan pendapatan keluarga.
Tenaga kerja keluarga dalam usahatani keluarga atau usahatani merupakan tulang punggung dari pengolahan tata rumah tangga keluarga dan tata rumah tangga usaha. Karena penggunaan tenaga kerja keluarga petani harus diatur secara rasional dan efisien. Harus diusahakan jangan sampai terjadi waktu-waktu kosong yang berlebihan. Pembagian tenaga kerja secara efisien dan rasional akan merupakan dasar untuk memperoleh imbalan jasa yang tinggi bagi keluarga. Untuk lebih jelasnya skema kerangka pemikiran dapat dijelaskan sebagai berikut:
Skema Kerangka Pemikiran
Petani padi sawah
Menggunakan sistem DAFEP
Tidak menggunakan sistem DAFEP
Curahan Tenaga kerja
CTK dalam keluarga
CTK luar keluarga
Produksi Faktor-faktor yang mempengaruhi - Luas lahan - CTK - Biaya sarana produksi
Produktivitas
Penerimaan
Pendapatan keluarga petani DAFEP Lingkungan Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan : = Menyatakan ada hubungan
Hipotesis Penelitian Sesuai dengan identifikasi masalah maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : 1.
Ada perbedaan curahan tenaga kerja pria dan wanita petani DAFEP dalam setiap tahapan kerja pada usahatani padi sawah.
2.
Ada kesempatan kerja yang tercipta pada usahatani DAFEP.
3.
Ada pengaruh faktor sosial ekonomi (luas lahan, pendapatan keluarga, jumlah tanggungan, dan potensi tenaga kerja) terhadap besarnya curahan tenaga kerja pada usahatani padi sawah.
4.
Ada pengaruh faktor-faktor (luas lahan, curahan tenaga kerja, dan biaya sarana produksi) terhadap produktivitas pada usahatani padi sawah.
5.
Ada pengaruh faktor-faktor sosial ekonomi (luas lahan, curahan tenaga kerja, dan biaya sarana produksi) terhadap besarnya pendapatan bersih dan pendapatan keluarga dari hasil usahatani padi sawah.
6.
Sebagian dari petani DAFEP tingkat pendapatan keluarga berada dibawah garis kemiskinan.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian ini ditentukan secara sengaja (purposive sampling) yaitu Desa Karang Anyer, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun. Alasan peneliti memilih daerah tersebut adalah karena daerah penelitian ini merupakan salah satu daerah yang menerapkan sistem DAFEP di Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungan dan para petani di Desa Karang Anyer aktif mengikuti penerapan sistem DAFEP.
Metode Penentuan Sampel Jumlah penduduk Desa Karang Anyer sebanyak 3594 jiwa dengan jumlah KK sebanyak 629 KK. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta yang mengikuti kegiatan Sistem DAFEP sebanyak 172 orang. Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Stratified Random Sampling yaitu sebanyak 30 orang petani peserta. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini: Tabel 3. Jumlah Populasi dan Sampel Peserta Sistem DAFEP Strata
Luas lahan (Ha)
Populasi (KK)
Sampel (KK)
I
< 0,5
55
10
II
> 0,5-1
117
20
Jumlah
-
172
30
Metode Pengumpulan Data Data yang diperoleh dalam penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan respon di daerah penelitian dan menggunakan pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi yang terkait seperti kantor kecamatan Maligas, KIPPK (Kantor Informasi Penyuluhan dan Kehutanan) Kabupaten Simalungun dan buku- buku pendukung. Tabel 4.Spesifikasi Pengumpulan Data No
Jenis Data
1 2 3 4
Identitas petani Luas lahan Jenis kegiatan Monografi desa
5
Curahan tenaga kerja
Sumber Data Petani Petani Petani Kantor Kepala Desa Petani
Metoda
Alat Yang Digunakan
Wawancara Wawancara Wawancara Wawancara
Kuesioner Kuesioner Kuesioner Observasi
Wawancara
Kuesioner
Metode Analisis Data Untuk hipotesis 1 dilakukan dengan uji beda rata-rata dengan rumus: th =
X1 − X 2 ⎡ (n1 2 − 1) S 1 2 + (n 2 − 1) S 2 2 ⎤ ⎡ 1 1⎤ ⎢ ⎥⎢ + ⎥ n1 + n 2 − 2 ⎣⎢ ⎦⎥ ⎣ n1 n 2 ⎦
Keterangan: X 1 = rata-rata curahan tenaga kerja luar keluarga X 2 = rata-rata curahan tenaga kerja dalam keluarga S 1 = Standar deviasi curahan tenaga kerja luar keluarga pada usahatani padi
sawah. S 2 = Standar deviasi curahan tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani padi
sawah.
n1 = jumlah sampel usahatani padi sawah yang menggunakan tenaga kerja luar
keluarga. n 2 = jumlah sampel usahatani padi sawah yang menggunakan tenaga kerja dalam
keluarga. Dengan kriteria: th – hit < t – tab ...........hipotesis H0 diterima th – hit > t – tabel ........ hipotesis H0 ditolak Hipotesis 2, 3,4 dianalisis dengan menggunakan model multipel regresi berganda, dengan rumus: Ŷ= a+ a1 X 1 + a 2 X 2 + a3 X 3 Dimana: Ŷ
= Curahan tenaga kerja dalam keluarga
a
= Koefisien Intercept
a1 , a 2 , a 3 = Koefisien regresi
X1
= Luas lahan
X2
= Potensi tenaga kerja atau HKP
X3
= Biaya sarana produksi
Variabel-variabel bebas berpengaruh terhadap curahan tenaga kerja dalam keluarga diuji dengan uji-F, yakni: F=
r2
k (1 − r )( n − k − 1)
Dimana: r2
= Koefisien determinasi
n
= Jumlah sampel
k
= Derajat bebas pembilang
n-k-1 = Derajat bebas penyebut Untuk menguji hipotesis 5 dianalisis dengan membandingkan pendapatan petani rata-rata dengan literatur garis kemiskinan Sajogyo(1988). a.
Jika pendapatan rata-rata petani >garis kemiskinan Sajogyo maka hipotesis diterima.
b.
Jika pendapatan rata-rata petani
Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi 1. Petani adalah setiap orang yang melakukan kegiatan usahatani sebagai mata pencaharian pokoknya. 2. Desentralisasi Penyuluhan dan Kehutanan (DPPK/DAFEP) adalah proyek yang memfasilitasi kegiatan penyuluhan yang dikelola oleh petani (FMA ) yang bertujuan untuk memberdayakan petani di daerah penelitian 3. Curahan tenaga kerja adalah penggunaan tenaga kerja manusia adlam kegiatan usahatani padi sawah dengan satuan hari pria (HKP) baik yang berasal dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga. 4. Tenaga kerja dalam keluarga adalah tenaga kerja yang bersumber dari dalam petani yakni kepala keluarga beserta istri dan anak. 5. Tenaga kerja luar keluarga adalah tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga yang dibayar dengan tingkat upah yang berlaku dalam satu hari kerja (HKP) dengan jam kerja 8 jam sehari dengan konversi: -
tenaga kerja pria berumur > 15 tahun = 1 HKP
-
tenaga kerja wanita berumur > 15 tahun = 0,8 HKP
-
tenaga kerja anak-anak berumur 10 – 15 tahun = 0,5 HKP
6. Produksi adalah hasil dari usahatani petani yang mengikuti kegiatankegiatan Sistem DAFEP. 7. Penerimaan adalah perkalian antara produksi dengan harga jual 8. Pendapatan usaha tani adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran usahatani.
9. Garis kemiskinan menurut Sajogyo (1988) menetapkan garis kemiskinan sebagai berikut: -
Batas tingkat pendapatan/kapita/tahun kurang dari 240 Kg setara beras/kapita/tahun tergolong miskin sekali.
-
Pendapatan antara 240 Kg-320 Kg setara beras/kapita/tahun digolongkan miskin.
-
Pendapatan antara 320 Kg-480 Kg setara beras/kapita/tahun digolongkan nyaris miskin.
-
Tingkat pendapatan diatas standar >480 Kg digolongkan kecukupan.
Batasan Operasional 1. Daerah penelitian adalah Desa Karang Anyer, Kecamatan Maligas, Kabupaten Simalungun. 2. Waktu penelitian adalah 2007. 3. Sampel adalah petani padi sawahpeserta sistem DAFEP.
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL
Deskripsi Daerah Penelitian Letak dan Luas Geografis Desa Karang Anyer terletak di Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun, Propinsi Sumatera Utara. Desa Karang Anyer berjarak 10 km dari Ibukota Kabupaten Simalungun, 8 km dari Ibukota Kecamatan Gunung Maligas, dan 115 km dari Ibukota Propinsi Sumatera Utara (Medan). Daerah ini bertopografi rendah dengan luas wilayah 284 Ha. Secara administrasi Desa Karang Anyer mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara
: Kecamatan Gunung Maligas
Sebelah Selatan
: Ibukota Pematang Siantar
Sebelah Barat
: Desa Karang Sari
Sebelah Timur
: Desa Karang Rejo
Keadaan Penduduk Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor lepala desa Karang Anyer jumlah penduduk didaerah penelitian sebanyak 3.594 jiwa dengan perincian laki –laki berjumlah 1625 jiwa dan perempuan berjumlah 1969 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga 629 KK. Keadaan Penduduk menurut Umur Dari total seluruh jumlah penduduk sebanyak 3594 jiwa, dapat dilihat berdasarkan kelompok umur. Distribusi penduduk menurut umur dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Karang Anyer Tahun 2007. NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Kelompok Umur (Tahun) 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-30 34-35 36-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-65 >65 Jumlah
Jumlah Penduduk (jiwa)
Persentase (%)
233 465 805 765 255 153 165 215 120 113 125 95 55 30 3594
6,50 12,93 22,40 21,30 7,10 4,25 4,60 5,10 3,33 3,14 3,50 2,64 1,53 0,83 100,00
Sumber : Data Monongrafi Desa Karang Anyer Tahun 2007 Dari Tabel 5 menunjukkan bahwa penduduk Desa Karang Anyer yang paling besar adalah penduduk kelompok usia 10-14 tahun yaitu sebanyak 805 jiwa (22,40 %) dan yang paling sedikit adalah penduduk yang berusia >65 tahun yaitu sebanyak 30 jiwa (0,83 %). Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Distribusi penduduk Desa Karang Anyer menurut pendidikan terdiri dari tamat TK, tamat SD, tamat SLTP, SLTA, Akademi (D1-D3) dan Sarjana. Untuk mengetahui lebih jelasnya distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini:
Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Karang Anyer Tahun 2007 NO
Tingkat Pendidikan (Tahun)
1 2 3 4 5 6 7
TK SD SLTP SLTA Akademi (D1-D3) Sarjana Pernah sekolah tetapi tidak tamat Jumlah
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Persentase (%)
212 973 1.124 862 20 12 391
6,00 27,07 31,27 23,98 0,55 0,33 10,80
3594
100,00
Sumber : Data monografi Desa Karang Anyer Tahun 2007
Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Desa Karang Anyer menurut tingkat pendidikan yang terbesar adalah tamat SLTP sebanyak 1124 jiwa (31,29 %), selebihnya tamat TK sebanyak 212 jiwa (6,00 % ), tamat SD sebanyak 979 jiwa (27,07 %), tamat SLTA sebanyak 862 jiwa (23,98 %),tamat akademi (D1-D3) sebanyak 20 jiwa (0,55 % ),pernah sekolah tetapi tidak tamat aebanyak 391 jiwa (0,33 % ) dan jumlah yang terkecil adalah tamat Sarjana sebanyak 12 jiwa (0,33%). Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian Mata pencaharian penduduk Desa Karang Anyer bervariasi, yang terdiri dari PNS, Petani, Buruh Tani, Buruh Bangunan, Pedagang, Pensiunan, dan Peternak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7 berikut:
Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Karang Anyer Tahun 2007 No. 1. 2. 3. 4 5. 6.
Jenis Mata Pencaharian Petani Buruh bangunan Burh tani Petenak PNS dan pensiunan Pedagang Jumlah
Jumlah ( Jiwa )
Persentase (%)
915 98 45 55 38 9 1160
78,90 8,44 3,87 4,47 3,27 0,78 100,00
Sumber : Data Monografi Desa Karang Anyer 2007
Berdasarkan Tabel 7, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk dengan mata pencaharian bekerja sebagai Petani sebanyak 915 jiwa (78,90 %), Buruh bangunan 98 jiwa (8,44 %),Buruh tani sebanyak 45 jiwa (3,87 %), Peternak sebanyak 55 jiwa (4,47), PNS dan Pensiunan sebanyak 38 jiwa (3,27), dan Pedangang sebanyak 9 jiwa (0,78 %). Penggunaan Lahan Desa karang Anyer mempunyai luas wilayah 284 Ha. Penggunaan lahan menurut fungsinya terdiri atas Pemukiman, Sawah, Ladang, Kolam, Tegal, Kuburan, Taman Rekreasi dan penggunaan lainnya. Gambaran luas wilayah Desa Karang Anyer berdasarkan pengggunaan lahan dapat dilihat pada tabel 8 berikut : Tabel. 8. Distribusi Penggunaan Lahan Desa Karang Anyer 2007 No
Luas Areal (Ha)
Perentase (%)
204
71,84
46 18 8 8 284
16,19 6,33 2,81 2,81 100, 00
Jenis Penggunaan Lahan 1 2 3 4 5
Sawah Ladang Pemukiman Kolam Penggunaan lainnya Jumlah
Sumber : Data Monografi Desa Karang Anyer 2007
Berdasarkan Tabel 8, diketahui bahwa penggunaan lahan lebih banyak digunakan untuk Sawah yaitu sebesar 204 Ha (71,84 %), selebihnya untuk Ladang 46 Ha (16,19 %), Pemukiman 18 Ha (6,33 %), Kolam 8 Ha (2,81 %), dan untuk penggunaan lainnya 8 Ha (2,81%).
Karakteristik Petani Sampel Karakteristik yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi karakteristik sosial ekonomi petani yang terdiri dari Umur, Tingkat Pendidikan, Jumlah tanggungan, Jumlah anggota keluarga produktif, Pengalaman bertani, dan luas lahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 9 dibawah ini . Tabel 9. Karakteristik Petani Sampel di Desa Karang Anyer 2007 No 1 2 3 4 5
Karakteristik Sosial Ekonomi Umur Tingkat Pendidikan Pengalaman Bertani Jumlah Tanggungan Jumlah Anggota Keluarga Produktif Luas Lahan Sumber : Data Primer Diolah Dari Lampiran 1
Satuan Tahun Tahun Tahun Jiwa Jiwa Ha
Range 31-60 6-12 5-30 2-5 2-6 0,12-0,98
Rataan 47,20 10,00 13,4 3,23 3,60 0,55
Umur rata-rata petani sampel berkisar antara 31-60 tahun dengan rataan 47,20 tahun, dari rataan dapat dilihat bahwa petani sampel masih berada dalam kategori usia produktif sehingga masih besar potensi tenaga kerja yang dimiliki oleh petani tersebut dalam mengelola usaha taninya. Tingkat pendidikan formal petani berkisar antara 6-12 tahun dengan rataan 10,00 tahun. Dengan demikian dapat diketahui wawasan pengetahuan petani serta cara berpikir dan bertindak dalam rangka pengelolaan usahataninya masih tergolong rendah yaitu diperkirakan rata-rata tidak tamat SLTP.
Pengalaman bertani petani sampel berkisar antara 5-30 tahun dengan rataan 13,4 tahun. Dari rataan tersebut dapat diasumsikan bahwa pengalaman bertani petani sampel sudah cukup lama sehingga memiliki pengetahuan dan wawasan yang sangat baik dalam mengelola usahatani padi sawah.Walaupun pendidikan rata-rata tamat SLTP namun, pengalaman membantu petani untuk lebih baik dalam mengelola usahataninya. Jumlah tanggungan petani sampel berkisar antara 2-5 jiwa dengan rataan 3,23 jiwa. Dengan demikian dapat diketahui bahwa jumlah tanggungan petani sampel tidak begitu besar sehingga pendapatan usahatani dapat dimanfaatkan untuk hal lain yang lebih diperlukan. Jumlah anggota keluarga produktif berkisar 2-6 jiwa dengan rataan 3,60 jiwa. Dengan demikian dapat diketahui bahwa jumlah anggota keluarga produktif petani sampel mencukupi untuk mengelola usahatani padi sawah. Luas lahan petani sampel berkisar 0,12-0,98 Ha dengan rataan 0,55 Ha. Data ini dapat mengindikasikan luas lahan relatif kecil.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Keterlibatan Petani Dalam Sistem DAFEP Keterlibatan petani dalan sistem DAFEP ditujukan agar petani mampu menumbuhkan partisipasi aktif keluarga sebagai anggota kelompok atau masyarakat untuk memecahkan masalah usahataninya serta kegiatan tersebut dapat mencapai sasaran. Petani secara bersama dalam kelompok yang difasilitasi penyuluh pertanian mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi dalam usahataninya serta memilih dan menyepakati langkah-langkah pemecahannya baik yang dilakukan sendiri, secara bersama dalam kelompok atau mendapat bantuan dari para penyuluh atau pihak lainnya. Salah satu kegiatan proyek yang berbeda dengan kegiatan-kegiatan lainnya adalah FMA ( Farmer Management Extension Activity) diamana kegiatan ini penyuluhan pertanian dikelola oleh petani sendiri, mulai dari merencanakan kebutuhan belajar, menetapkan metoda, dan proses mengajar serta penilainnya dilakukan secara partisipatif dalam kelompok. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 10 berikut. Tabel 10. Kegiatan FMA Dalam Usahatani Padi Sawah di Desa Karang Anyer. No 1
Program Materinya
Keterangan Sesuai kebutuhan
2
Metode
Dengan cara kelompok
3
Cara mengajar
Secara lisan
4
Penilaian
Dilihat dari keberhasilan program
Kegiatan Pemupukan padi sawah dan pemberantasan hama dan penyakit Penyampaian materi secara bottom up Penyuluh dan para petani melakukan diskusi kemudian langsung dipraktekkan oleh petani dan keluarganya. Mempraktekkan program yang diberikan dengan melihat berhasil tidaknya program tersebut.
Budidaya Padi Sawah Pengolahan Lahan Pengolahan
lahan
biasanya
dilakukan
bersamaan
dengan
proses
pembibitan. Tanah diolah sampai menjadi gembur dengan menggunakan bajak, cangkul, atau dengan menggunakan hand tracktor (jetor) agar lebih mudah dan cepat dalam pengerjaannya. Lamanya pengolahan lahan tergantung pada besarnya luas lahan, alat yang digunakan, dan banyaknya tenaga kerja. Pembibitan Pembibitan merupakan langkah awal bertanam padi. Bibit yang digunakan biasanya adalah bibit yang diberikan dari program DAFEP. Dimana bibit tersebut merupakan bibit unggul yang mutunya sudah terjamin. Menurut dosis anjuran kebutuhan bibit berkisar 3-4 kg per rante atau sekitar 90-100 kg per ha. Sebelum disemaikan, terlebih dahulu bibit direndam dalam air selama 5-6 jam hal ini dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan bibit. Kemudian bibit tersebut disemaikan di lahan persemaian yang sudah diolah terlebih dahulu dengan air yang sangat sedikit. Lamanya persemaian berkisar 22-25 hari. Selama disemai, bibit diberi pupuk dan disemprot dengan insektisida untuk mengendalikan serangan hama. Penanaman Lahan yang sudah diolah sampai gembur diberikan pupuk untuk menambah unsur hara tanah yaitu pupuk Urea dan lahan terdebut disemprot dengan insektisida dengan tujuan untuk membunuh hama dan penyakit yang ada, setelah proses tersebut lahan dibiarkan selama seminggu kemudian ditanami dengan bibit yang sudah cukup umur. Pada saat penanaman, lahan harus berair
agar bibit dapat lebih mudah untuk ditanam. Bibit ditanam secara berbaris agar terlihat rapi dan memudahkan proses pemupukan, penyiangan, dan penyemprotan. Jarak tanam yang digunakan adalah 25 x 25 cm. Pemupukan Pemupukan pertama dilakukan 15 hari setelah penanaman dengan jenis pupuk yang diberikan adalah Urea dengan dosis 40 kg per rante. Dilanjutkan dengan pemupukan kedua 40 hari setelah tanam dengan jenis pupuk yang diberikan adalah ZA dan KCL dengan dosis untuk ZA 10 kg per rante dan untuk pupuk KCL 35 kg per rante. Pupuk diberikan untuk mencukupi kebutuhan hara. Pupuk yang diberikan ada beberapa macam tergantung kemampuan petani dan kebutuhan lahan. Jenis pupuk yang diberikan yaitu Urea, KCl, dan ZA. Pemupukan dilakukan dengan cara menyebarkan pupuk secara merata ke seluruh tanaman. Penyiangan Penyiangan dilakukan untuk membersihkan lahan dari rumput-rumput liar. Biasanya penyiangan dilakukan setelah dua minggu bibit ditanam dan tergantung keadaan lahan. Dalam proses penyiangan petani petani terlebih dahulu membuang air dari lahan sampai kering, kemudian petani menyemprotkan herbisida dan lahan tersebut dibiarkan sampai rumput-rumput yang ada disekeliling tanaman layu. Jika rumputnya sudah layu air dimasukkan kembali ke lahan hingga rumputrumput tersebut tertutupi dan dibiarkan sampai membusuk. Kemudian lahan tersebut dibersihkan dan sekaligus diberikan pupuk dengan tujuan agar tanaman padi sawah tersebut terhidar dari kerusakan akibat herbisida tersebut dan untuk mempercepat proses pertumbuhan hingga menghasilkan.
Pemberantasan Hama dan Penyakit Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan dengan menyemprotkan obat-obatan (insektisida atau pestisida) tergantung hama apa yang menyerang. Biasanya hama yang sering menyerang tanaman padi adalah ulat-ulat dan wereng. Penyemprotan dilakukan lebih dari sekali, bahkan bisa sampai tiga atau empat kali tergantung besarnya serangan hama. Panen Panen adalah tahap akhir dalam bercocok tanam padi sawah. Panen dapat dilakukan apabila padi sudah menguning demikian juga dengan daun dan malainya, tangkai sudah kelihatan menunduk, dan gabah sudah berisi dan keras. Biasanya panen dilakukan oleh petani itu sendiri dan ada juga yang mengupahkan kepada orang lain.
Pencurahan Tenaga Kerja Usaha Tani Padi Sawah Petani di desa Karang Anyer dalam mengelola usaha tani padi sawah menganut pola tanam 2 kali tanam dalam setahun. Kegiatan-kegiatan usahatani ini akan menentukan besar kecilnya curahan tenaga kerja yang dicurahkan. Tahapan kegiatan tersebut antara lain : pengolahan lahan, pembibitan, penanaman, pemupukan, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit, dan panen. Dalam analisis ketenagakerjaan di bidang pertanian, penggunaan tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya pencurahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja yang dipakai adalah besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai di dalam suatu kegiatan usaha tani. Selanjutnya dalam analisis ketenagakerjaan juga perlu dibedakan tenaga kerja pria, wanita, dan anak-anak. Perbedaan ini terjadi karena
setiap jenis tahapan pekerjaan dalam usaha tani adalah berbeda, misalnya pekerjaan mengolah tanah yang memerlukan tenaga kerja yang keras kebanyakan dilakukan oleh kaum pria. Sebaliknya pekerjaan menanam banyak dilakukan oleh kaum wanita. Untuk melihat besarnya curahan tenaga kerja dalam dan luar keluarga pada tiap kegiatan usahatani padi sawah per petani dapat dilihat pada Tabel 11 berikut: Tabel 11. Rata-Rata Curahan Tenaga Kerja Dalam Keluarga dan Luar Keluarga Tiap Tahapan Usahatani Padi Sawah Per Petani Per Musim Tanam
No
1 2 3 4 5 6 7
Tahapan Kegiatan Pengolahan Lahan Persemaian Penanaman Pemupukan Penyiangan Pengendalian H/P Panen Jumlah
Curahan Tenaga Kerja (HKP) Strata I Strata II DK LK DK LK
Rataan DK
LK
Total
12,30 0,58 5,08 1,04 1,30
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
21,71 1,98 14,53 2,55 3,10
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
17,00 1,28 9,80 1,79 2,2
0 0 0 0 0
17,00 1,28 9,80 1,79 2,2
0,62 14,06 34,98
0,00 0,30 0,30
1,37 34,15 79,39
0,00 1,10 1,10
0,99 24,10 57,16
0 0,7 0,7
0,99 24,80 57,86
Sumber : Data Primer diolah dari Lampiran 2
Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa dalam setiap tahapan kegiatan usahatani padi sawah terdapat perbedaan curahan tenaga kerja. Pada setiap kegiatan petani padi sawah lebih banyak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga daripada tenaga kerja luar keluarga. Rataan tenaga kerja dalam keluarga untuk pengolahan sebesar 17,00 , untuk persemaian sebesar 1,28 , untuk penanaman sebesar 9,80 , untuk pemupukan sebesar 1,79 , penyiangan sebesar 2,2
,pengendalian H/P sebesar 0,99 dan panen sebesar 24,10. Untuk luar keluarga yaitu panen sebesar 0,7. Keistimewaan sistem DAFEP dalam hal pencurahan tenaga kerja adalah lebih cepat prosesnya karena lebih mengandalkan alat-alat teknologi yaitu pada tahap pengolahan lahan, penyiangan, dan pengendalian hama dan penyakit sedangkan
yang
manual
yaitu
pada
tahap
persemaian,
penanaman,
pemupukan,dan panen. Untuk mengetahui curahan tenaga kerja rata-rata dalam setiap tahapan kegiatan usahatani padi sawah per hektar dapat dilihat pada Tabel 12 berikut: Tabel 12. Rata-Rata Curahan Tenaga Kerja Dalam Keluarga dan Luar Sawah Per Ha Per Musim Tanam
No
1 2 3 4 5 6 7
Tahapan Kegiatan Pengolahan Lahan Persemaian Penanaman Pemupukan Penyiangan Pengendalian H/P Panen Jumlah
Keluarga Tiap Tahapan Usahatani Padi
Curahan Tenaga Kerja (HKP) Strata I Strata II
Rataan
Total
DK
LK
DK
LK
DK
LK
48,14 2,09 17,74 3,63 4,60
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
32,12 2,94 21,56 3,70 4,60
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
40,13 2,51 19,65 3,66 4,60
0 0 0 0 0
40,13 2,51 19,65 3,66 4,60
2,16 49,14 127,50
0,00 1,66 1,66
2,00 24,57 91,49
0,00 1,17 1,17
2,08 36,85 109,49
0 1,41 1,41
2,08 38,16 110,9
Sumber : Data Primer diolah dari Lampiran 3
Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa dalam setiap tahapan kegiatan usahatani padi sawah terdapat perbedaan curahan tenaga kerja. Pada setiap kegiatan petani padi sawah lebih banyak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga daripada tenaga kerja luar keluarga. Rataan tenaga kerja dalam keluarga untuk pengolahan sebesar 40,13, untuk persemaian sebesar 2,51, untuk
penanaman sebesar 19,65 , untuk pemupukan sebesar 3,66 , penyiangan sebesar 4,60 ,pengendalian H/P sebesar 2,08 dan panen sebesar 36,85. Untuk luar keluarga yaitu panen sebesar 1,41.
1. Analisis Perbedaan Curahan Tenaga Kerja Pria dan Wanita Petani DAFEP Dalam Setiap Tahapan Kerja Pada Usahatani Padi Sawah Pencurahan tenaga kerja pria dan wanita dalam usahatani padi sawah di daerah penelitian yang dicurahkan dalam kegiatan pengolahan lahan, persemaian, penanaman, pemupukan, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit, panen. Diasumsikan terdapat perbedaan curahan tenaga kerja pria dan wanita dalam setiap tahapan kerja usahatani padi sawah. Untuk melihat perbedaan tenaga kerja pria dan wanita digunakan uji beda rata-rata (uji t-test). Data yang didapat di lapangan ditabulasikan sesuai kebutuhan dan dianalisis dengan uji statistik tersebut di atas. Untuk mengetahui perbedaan curahan tenaga kerja pria dan wanita pada setiap kegiatan usahatani padi sawah di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 13 berikut:
Tabel 13. Analisis Perbedaan Curahan Tenaga Kerja Pria dan Wanita Pada Usahatani Padi Sawah Per Petani dan Per Ha Per Musim Tanam di Desa Karang Anyer Tahun 2007.
No.
1
Tahapan Kegiatan
Curahan Tenaga Kerja (HKP) Strata I
Strata II
Rataan
Total
P
W
P
W
P
W
a. Per Petani
12,30
0,00
21,71
0,00
17,00
0
17,00
b. Per Ha
48,14
0,00
32,12
0,00
40,13
0
40,13
a. Per Petani
0,58
0,00
1,98
0,00
1,28
0
1,28
b. Per Ha
2,09
0,00
2,94
0,00
2,51
0
2,51
a. Per Petani
0,00
5,08
0,00
14,53
0
9,80
9,80
b. Per Ha
0,00
17,74
0,00
21,56
0
19,65
19,65
a. Per Petani
1,04
0,00
2,55
0,00
1,79
0
1,79
b. Per Ha
3,63
0,00
3,70
0,00
3,66
0
3,66
a. Per Petani
1,30
0,00
3,10
0,00
2,20
0
2,20
b. Per Ha Pemberantas an H/P
4,60
0,00
4,60
0,00
4,60
0
4,60
a. Per Petani
0,62
0,00
1,37
0,00
0,99
0
0,99
b. Per Ha
2,16
0,00
2,00
0,00
2,08
0
2,08
a. Per Petani
14,36
0,00
35,25
0,00
24,80
0
24,80
b. Per Ha
50,80
0,00
25,74
0,00
38,27
0
38,27
a. Per Petani
30,20
5,08
65,96
14,53
48,06
9,80
57,86
b. Per Ha
111,42
17,74
71,10
21,56
91,26
19,65
110,9
Pengolahan Lahan
Persemaian 2
Penanaman 3
Pemupukan 4
Penyiangan 5
6
Panen 7
Total
Sumber : Data Primer Diolah dari Lampiran 2 dan 3
Berdasarkan Tabel 13 dapat dikemukakan bahwa : 1. Pencurahan tenaga kerja pria dalam usahatani padi sawah lebih tinggi daripada tenaga kerja wanita, yakni pria 111,47 HKP/Ha dan wanita 17,74 HKP/Ha pada strata I. Sedangkan pada strata II curahan tenaga kerja pria lebih tinggi dari tenaga kerja wanita, yakni pria 71,10 HKP/Ha dan wanita 21,56 HKP/Ha. 2. Pengolahan lahan merupakan kegiatan usahatani padi sawah yang banyak menggunakan tenaga kerja (20,07 HKP/Ha) bila dibandingkan dengan kegiatan panen (19,14 HKP/Ha), penanaman (9,13 HKP/Ha), penyiangan (2,30 HKP/Ha), pemupukan (1,83 HKP/Ha), persemaian (1,26 HKP/Ha) dan pemberantasan hama dan penyakit (1,04 HKP/Ha). 3. Tenaga kerja pria umumnya dominan pada kegiatan pengolahan lahan, persemaian, pemupukan, penyiangan, pemberantasan hama dan penyakit, dan panen. Sedangkan tenaga kerja wanita lebih dominan pada kegiatan penanaman. Berdasarkan uji beda rata-rata (t-test) curahan tenaga kerja pria dan wanita pada setiap tahapan kegiatan usahatani padi sawah diperoleh t-hitung = 10,056 dengan t-tabel = 2,47. Hal ini menunjukkan bahwa nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel atau t-hit (10,056) > t-tabel
α (0,05)
(2,47) maka Ho ditolak dan H1
diterima pada tingkat kepercayaan 95%. Ini menunjukkan bahwa ada perbedaan antara curahan tenaga kerja pria dan tenaga kerja wanita petani DAFEP dalam setiap kegiatan usahatani padi sawah, sehingga hipotesis yang menyatakan ada perbedaan antara curahan tenaga kerja pria dan tenaga kerja wanita petani DAFEP dalam setiap kegiatan usahatani padi sawah adalah dapat “diterima”.
2. Kesempatan Kerja Yang Tercipta Pada Usahatani DAFEP DAFEP merupakan suatu wadah yang mampu menjadikan petani lebih baik dari sebelumnya. DAFEP juga memberikan pelatihan dan pembelajaran kepada petani dan keluarganya melalui penyuluh dan petani pemandu yang dilaksanakan dalam 2 kali seminggu. Yang memberikan program- program yang sesuai di daerah masing- masing anggota DAFEP dan benar-benar diinginkan oleh petani. Desa Karang Anyer merupakan salah satu binaan DAFEP sesuai dengan yang didapatkan dilapangan melalui penelitian bahwa petani padi sawah yang dibina DAFEP mengalami kemajuan. Dimana masyarakat di daerah penelitian sudah menerapkan program-program DAFEP seperti halnya SLPHT dan pemupukan padi sawah, pelatihan identifikasi dan penanggulangan penyakit ternak kambing, SLPHT kakao, SL
pembenihan ikan mas. Dengan adanya
DAFEP di Desa Karang Anyer, maka petani sudah dapat menciptakan sesuatu yang baru. Petani DAFEP juga sudah memiliki pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang maju. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 14 berikut:
Tabel 14. Jumlah Petani Yang Mengikuti Program DAFEP di Desa Karang Anyer. No
Program DAFEP
Manfaat
Jumlah Persentase Petani Yang (%) Mengikuti Petani dapat menangani 133 77,33 penyakit dan hama yang menyerang tanaman padi sawah dengan memberikan obat- obatan dan in sektisida sesuai yang dianjurkan dan juga cara- cara pemupukan yang tepat. Adanya perkembangan 20 11,63 ternak yang lebih cepat dan jarang terjadi serangan penyakit ternak.
1
SLPHT dan Pemupukan Padi Sawah
2
Pelatihan identifikasi dan penanggulangan penyakit ternak kambing SLPHT kakao Produksi tanaman kakao lebih meningkat dari sebelumnya. SL pembenihan Produksi dari ikan mas ikan mas meningkat. Jumlah
3 4
10
5,81
9
5,23
172
100,00
3.
Pengaruh Luas Lahan, Total Pendapatan Keluarga, Jumlah Tanggungan dan Potensi Tenaga Kerja Terhadap Besarnya Curahan Tenaga Kerja Pada Usahatani Padi Sawah Salah satu faktor yang berperan dalam usahatani adalah luas lahan yang
diusahakan oleh petani. Luas lahan ini mencakup luas areal pertanaman padi sawah yang diusahakan oleh petani. Luas lahan yang dimiliki oleh petani pada umumnya tergantung dari jumlah keluarga yang ada. Jumlah keluarga yang banyak, akan menyebabkan kepemilikan tanah akan semakin sempit, sementara luas lahan yang dimiliki tetap. Anggota keluarga usia produktif adalah anggota keluarga yang berusia 15 sampai 65 tahun. Anggota keluarga usia produktif berpotensi sebagai sumber tenaga kerja bagi petani dalam mengusahakan usahataninya. Total pendapatan keluarga adalah pendapatan bersih petani dari usahataninya ditambah dengan total pendapatan lain yang diperoleh keluarga petani di luar usahataninya. Dalam hipotesis dinyatakan bahwa luas lahan, potensi tenaga kerja, jumlah tanggungan, dan total pendapatan keluarga mempunyai pengaruh terhadap besarnya curahan tenaga kerja dalam usahatani padi sawah. Untuk melihat pengaruh luas lahan, potensi tenaga kerja, jumlah tanggungan, dan total pendapatan keluarga terhadap besarnya curahan tenaga kerja dalam usahatani padi sawah dapat dianalisis dengan metode analisis Regresi Linier Berganda. Untuk lebih jelasnya mengetahui pengaruh variabel X1 (luas lahan), X2 (jumlah tanggungan), X3 (potensi tenaga kerja), dan X4 (total pendapatan keluarga) terhadap variabel Y (curahan tenaga kerja usahatani padi sawah) dapat dilihat pada Tabel 15 berikut ini:
Tabel 15.
Pengaruh Luas Lahan, Total Pendapatan Keluarga, Jumlah Tanggungan dan Potensi Tenaga Kerja Terhadap Besarnya Curahan Tenaga Kerja Pada Usahatani Padi Sawah Variabel
Koefisien Regresi
t - hitung
Intercept
124, 540
11,732
X1 (Luas Lahan)
- 34,335
- 3,115
X2 (Jlh. Tanggungan)
2,672
0,739
X3 (Potensi Tenaga Kerja)
0,415
0,146
5,768E-07
0,528
X4 (Total Pendapatan) Multiple R R – Square F – hitung t – tabel (α0,05) F – tabel (α0,05)
= 0, 603 = 0, 363 = 3, 567 = 1, 701 = 2, 76
Sumber : Data Primer Diolah dari Lampiran 17 Persamaan Regresi Linier Berganda : Ŷ = 124,540 –
34,335 X1
+ 2,672 X2
+ 0,415 X3
Dimana : Ŷ = Curahan tenaga kerja pada usahatani padi sawah X1 = Luas lahan (ha) X2 = Jumlah tanggungan (jiwa) X3 = Potensi tenaga kerja (jiwa) X4 = Total pendapatan keluarga (Rp)
+
5,768 X4
Dari analisis Regresi Linier Berganda maka diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Secara serempak variabel luas lahan (X1), jumlah tanggungan (X2), potensi tenaga kerja (X3), dan total pendapatan keluarga (X4), mempunyai pengaruh terhadap curahan tenaga kerja pada usahatani padi sawah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai F-hitung sebesar 3,567 > F-Tabel sebesar 2,76, dengan R squared persamaan linier regresi sebesar 0,363. 2. Secara parsial, variabel Luas Lahan (X1) tidak berpengaruh terhadap curahan tenaga kerja pada usahatani padi sawah, di mana t-hit = - 3,115 < t-tabel (α0,05) = 1,701. Hal ini terjadi disebabkan karena petani di daerah penelitian lebih banyak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga daripada tenaga kerja luar keluarga. 3. Jumlah tanggungan keluarga (X2) tidak berpengaruh terhadap curahan tenaga kerja pada usahatani padi sawah, di mana t-hit = 0,739 < t-tabel (α0,05) = 1,701. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga ikut serta dalam pengelolaan usahatani padi sawah. 4. Potensi tenaga kerja (X3) tidak berpengaruh terhadap curahan tenaga kerja pada usahatani padi sawah, di mana t-hit = 0,146 < t-tabel (α0,05) = 1,701. Hal ini menunjukkan karena sebagian dari petani umurnya
sudah tua dan
memiliki aggota keluarga yang masih pada tingkat pendidikan formal maka curahan tenaga kerja akan menurun. 5. Total pendapatan keluarga (X4) tidak berpengaruh terhadap curahan tenaga kerja pada usahatani padi sawah, di mana t-hit = 0,528 < t-tabel (α0,05) = 1,701. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar total pendapatan keluarga maka semakin rendah curahan tenaga kerja pada usahatani padi sawah.
Adanya hipotesis yang menyatakan bahwa luas lahan, potensi tenaga kerja, jumlah tanggungan, dan pendapatan keluarga berpengaruh secara serempak terhadap curahan tenaga kerja keluarga diterima atau H0 ditolak dan H1 diterima. Hipotesis yang menyatakan secara parsial luas lahan, potensi tenaga kerja, jumlah tanggungan dan pendapatan keluarga tidak berpengaruh terhadap curahan tenaga kerja keluarga ditolak atau H0 diterima dan H1 ditolak.
4. Pengaruh Luas Lahan, Curahan Tenaga Kerja, dan Biaya Sarana Produksi Terhadap Produktivitas Pada Usahatani Padi Sawah
Produktivitas usahatani padi sawah adalah total produksi padi sawah per satuan luas lahan yang digunakan dalam usahatani padi sawah dengan satuan kg/ha. Faktor yang tidak kalah pentingnya dalam meningkatkan produksi padi sawah per satuan luas adalah besar kecilnya sarana produksi yang digunakan. Untuk memperoleh sarana produksi tersebut dibutuhkan biaya sarana produksi yang mencakup biaya pembelian bibit, pupuk, obat-obatan, dan peralatan. Dalam tiap tahapan kegiatan usahatani padi sawah dibutuhkan curahan tenaga kerja. Tenaga kerja tersebut dapat berasal dari dalam keluarga dan luar keluarga. Dalam hipotesis dinyatakan bahwa luas lahan, curahan tenaga kerja, dan biaya sarana produksi mempunyai pengaruh terhadap produktivitas dalam usahatani padi sawah. Untuk melihat pengaruh luas lahan, curahan tenaga kerja, dan biaya sarana produksi terhadap produktivitas dalam usahatani padi sawah dapat dianalisis dengan metode analisis Regresi Linier Berganda.
Untuk lebih jelasnya mengetahui pengaruh variabel X1 (luas lahan), X2 (curahan tenaga kerja), dan X3 (biaya sarana produksi) terhadap variabel Y (produktivitas usahatani padi sawah) dapat dilihat pada Tabel 16 berikut ini: Tabel 16. Pengaruh Luas Lahan, Curahan Tenaga Kerja, dan Biaya Sarana Produksi Terhadap Produktivitas Usahatani Padi Sawah Variabel
Koefisien Regresi
t – hitung
Intercept
5335,716
19,263
X1 (Luas Lahan)
-163,047
-0,505
X2 (Curahan Tenaga kerja)
1,948
0,991
X3 (Biaya Sarana Produksi)
1,122E-04
0,337
Multiple R = 0,313 R – Square = 0,098 F – hitung = 0,944 T – tabel (α0,05) = 1, 701 F – tabel(α0,05) = 2,98
Sumber : Data Primer Diolah dari Lampiran 19 Persamaan Regresi Linier Berganda : Ŷ = 5335,716 –
163,047 X1
+ 1,948 X2
Dimana : Ŷ = Produktivitas usahatani padi sawah X1 = Luas lahan (ha) X2 = Curahan tenaga kerja (HKP/Ha) X3 = Biaya sarana produksi (Rp)
+ 1,122E-04 X3
Dari analisis Regresi Linier Berganda maka diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Secara serempak variabel luas lahan (X1), curahan tenaga kerja (X2), dan biaya sarana produksi (X3) tidak mempunyai pengaruh terhadap produktivitas usahatani padi sawah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai F- hitung sebesar 0,944 < F- tabel sebesar 2,98, dengan nilai R squared persamaan regresi sebesar 0.098. 2. Secara parsial, variabel Luas Lahan (X1) tidak berpengaruh terhadap produktivitas usahatani padi sawah, di mana t-hit = -0,505 < t-tabel (α0,05) = 1,701. Tanda variabel pada t-hitung menunjukkan bahwa semakin besar pertambahan luas lahannya maka produktivitas usahatani akan semakin menurun. 3. Curahan tenaga kerja (X2) tidak berpengaruh terhadap produktivitas usahatani padi sawah, di mana t-hit = 0,991 < t-tabel (α0,05) = 1,701. Hal ini disebabkan karena curahan tenaga kerja tidak berfungsi sebagai pelaksana kegiatankegiatan uasahatani sehingga tidak berpengaruh bagi kelangsungan produksi. 4. Biaya sarana produksi (X3) tidak berpengaruh terhadap produktivitas pada usahatani padi sawah, di mana t-hit = 0,337 < t-tabel (α0,05) = 1,701. Hal ini disebabkan besarnya biaya sarana produksi tidak dapat menggambarkan besarnya sarana produksinya dipakai. Biasanya semakin besar sarana produksi yang digunakan akan meningkatkan produksi padi sawah per satuan luas lahan.
Adanya hipotesis yang menyatakan bahwa luas lahan, curahan tenaga kerja, dan biaya sarana produksi tidak berpengaruh secara serempak terhadap produktivitas usahatani padi sawah ditolak atau H0 diterima dan H1 ditolak. Hipotesis yang menyatakan bahwa secara parsial luas lahan, curahan tenaga kerja, dan biaya sarana produksi tidak berpengaruh terhadap produktivitas usahatani padi sawah ditolak atau H0 ditolak dan H1 diterima.
5. Pengaruh Luas Lahan, Curahan Tenaga Kerja, dan Biaya Sarana Produksi Terhadap Pendapatan Bersih Pada Usahatani Padi Sawah Pendapatan bersih adalah total penerimaan usahatani padi sawah dikurangi biaya produksi selama melakukan usahatani padi sawah. Dalam hipotesis dinyatakan bahwa luas lahan, curahan tenaga kerja, dan biaya sarana produksi mempunyai pengaruh terhadap pendapatan bersih dalam usahatani padi sawah. Untuk melihat pengaruh luas lahan, curahan tenaga kerja, dan biaya sarana produksi terhadap pendapatan bersih dalam usahatani padi sawah dapat dianalisis dengan metode analisis Regresi Linier Berganda. Untuk lebih jelasnya mengetahui pengaruh variabel X1 (luas lahan), X2 (curahan tenaga kerja), dan X3 (biaya sarana produksi) terhadap variabel Y (pendapatan bersih usahatani padi sawah) dapat dilihat pada Tabel 17 berikut ini:
Tabel 17. Pengaruh Luas Lahan, Curahan Tenaga Kerja, dan Biaya Sarana Produksi Terhadap Pendapatan Bersih Usahatani Padi Sawah Koefisien Regresi
t – hitung
Intercept
2.571.597
4,372
X1 (Luas Lahan)
9.302.450
13,575
X2 (Curahan Tenaga kerja)
-11637,8
- 2,789
X3 (Biaya Sarana Produksi)
- 1,032
-1,459
Variabel
Multiple R R – Square F – hitung T – tabel(α0,05) F – tabel(α0,05)
= 0,994 = 0,988 = 694,065 = 1, 701 = 2,98
Sumber : Data Primer Diolah dari Lampiran 18 Persamaan Regresi Linier Berganda : Ŷ = 2571597 +
9302450 X1
- 11637,8 X2
- 1,032 X3
Dimana : Ŷ = Pendapatan bersih usahatani padi sawah X1 = Luas lahan (ha) X2 = Curahan tenaga kerja (HKP/Ha) X3 = Biaya sarana produksi (Rp) Dari analisis Regresi Linier Berganda maka diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Secara serempak variabel luas lahan (X1), curahan tenaga kerja (X2), dan biaya sarana produksi (X3) mempunyai pengaruh terhadap pendapatan bersih usahatani padi sawah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai F- hitung sebesar 649,065 > F- tabel sebesar 2,98, dengan nilai R squared persamaan regresi sebesar 0,988.
2.
Secara parsial, variabel Luas Lahan (X1) berpengaruh terhadap pendapatan bersih usahatani padi sawah, di mana t-hit = 13,575 > t-tabel (α0,05) = 1,701. Pada t-hit menunjukkan bahwa semakin besar pertambahan luas lahan maka pertambahan pendapatan bersih akan semakin naik. Hal ini terjadi karena semakin besar luas lahannya maka biaya produksi akan semakin besar sedangkan produktivitas usahatani cenderung menurun sehingga pertambahan pendapatan bersih akan semakin berkurang.
3. Curahan tenaga kerja (X2) tidak berpengaruh terhadap pendapatan bersih usahatani padi sawah, di mana t-hit = -2,789 < t-tabel (α0,05) = 1,701. Hal ini terjadi disebabkan karena pertambahan curahan tenaga kerja akan menambah biaya produksi sehingga akan mengurangi pertambahan pendapatan bersih usahatani padi sawah. 4. Biaya sarana produksi (X3) tidak berpengaruh terhadap pendapatan bersih pada usahatani padi sawah, di mana t-hit = - 1,459 < t-tabel (α0,05) = 1,701. Hal ini disebabkan karena biaya sarana produksi merupakan salah satu komponen dari total biaya produksi yang mempengaruhi besarnya pendapatan bersih usahatani padi sawah. Adanya hipotesis yang menyatakan bahwa luas lahan, curahan tenaga kerja dan biaya sarana produksi berpengaruh secara serempak terhadap pendapatan bersih usahatani padi sawah diterima atau H0 ditolak dan H1 diterima. Hipotesis yang menyatakan bahwa secara parsial luas lahan berpengaruh terhadap pendapatan bersih usahatani padi sawah diterima atau H0 ditolak daan H1 diterima. Hipotesis yang menyatakan bahwa secara parsial curahan tenaga kerja
dan biaya sarana produksi tidak berpengaruh terhadap pendapatan bersih usahatani padi sawah ditolak atau H0 diterima dan H1 ditolak.
5. Total Pendapatan Keluarga Petani DAFEP Ditinjau Dari Garis kemiskinan Menurut Sajogyo (1988) Total pendapatan keluarga adalah pendapatan usahatani padi sawah dan pendapatan usaha sampingan . a. Usahatani Padi Sawah Usahatani padi sawah di daerah penelitian diusahakan dalam 2 kali musim tanam. Untuk lebih jelasnya pendapatan keluarga petani dapat dilihat pada Tabel 18 berikut ini: Tabel 18. Analisis Pendapatan Keluarga Petani DAFEP di Desa Karang Anyer Tahun 2007
No
Uraian
I
II
MT I & MT
MT I & MT
II
II
(Rp)
(Rp)
Rataan
Produksi 1
Per Petani Per Ha
3.164,00
7.580,00
5.372,00
1.1140,84
11..049,50
11.095,17
1.428.426,4
5.065.605.6
3.247.016
10.059.340,85
14.768.529,45
12.413.935,15
6.481.573,6
13.884.394,4
10.182.984
Biaya Produksi 2
Per Petani Per Ha Pendapatan Bersih
3
Per Petani
4
Per Ha
23.363.647
24.152.590,7
23.758.118,85
Pendapatan
6.481.573,6
13.884.394,4
10.182.984
Keluarga Sumber : Data Primer diolah dari Lampiran 9
Berdasarkan Tabel 15 di atas dapat dilihat bahwa rataan produksi per petani sebesar 5.372 kg dan per Ha sebesar 11.095,17 kg, rataan biaya produksi per petani sebesar Rp 3.247.016 dan per Ha sebesar Rp 12.413.935,15, rataan pendapatan bersih per petani sebesar Rp 10.182.984 dan per Ha sebesar Rp 23.758.118,85, dan rataan pendapatan keluarga adalah sebesar Rp 10.182.98. b. Usaha Sampingan Usaha sampingan adalah pendapatan petani di luar padi sawah. Adapun yang menjadi usaha sampingan petani DAFEP adalah pedagang, buruh bangunan, buruh tani, dan peternak. Untuk melihat lebih jelasnya tentang usaha sampingan keluarga petani padi sawah dapat dilihat pada Tabel 19 berikut ini: Tabel 19. Usaha Sampingan Petani DAFEP di Desa Karang Anyer Tahun 2007
No
Jenis
Strata I
Strata II
Pekerjaan
Jumlah
Jumlah (Rp)
(Jiwa)
(Rp)
Rataan
(Jiwa)
1
Pedagang
3
1.400.000
4
750.000
1.075.000
2
Buruh Bangunan
2
300.000
2
150.000
225.000
3
Buruh Tani
1
200.000
1
100.000
150.000
4
Beternak
5
1.500.000
6
750.000
1.125.000
Sumber : Data Primer diolah dari Lampiran 10
Berdasarkan Tabel 19 di atas, dapat dilihat bahwa jenis usaha sampingan petani DAFEP di Desa Karang Anyer yang paling besar adalah beternak yaitu sebesar Rp 1.125.000, berdagang sebesar Rp 1.075.000, buruh bangunan sebesar Rp 225.000
dan buruh
tani
dengan rataan sebesar Rp 150.000. c. Total Pendapatan Keluarga Petani Pendapatan keluarga adalah pendapatan dari hasil usahatani padi sawah ditambah dengan pendapatan usahatani di luar padi sawah. Pendapatan petani padi sawah diperoleh dari pedagang, buruh bangunan, buruh tani, dan peternak. Untuk melihat lebih jelas tentang pendapatan keluarga petani padi sawah dapat dilihat pada Tabel 20 berikut ini:
Tabel 20. Rata-rata Total Pendapatan Keluarga Petani DAFEP Per Tahun di Desa Karang Anyer Tahun 2007
No
1.
Uraian
Usahatani
Padi
Strata I
Strata II
(Rp)
(Rp)
3.240.786,80
Rataan
6.542.197,20 4.891.492
Sawah 2.
Non Padi Sawah Total pendapatan
3.400.000
1.750.000
2.575.000
6.640.786,8
8.692.197,2
8.008.393
keluarga Sumber : Data Primer Diolah dari Lampiran 11
Dari Tabel 20 dapat dilihat bahwa rata-rata pendapatan keluarga usahatani padi sawah sebesar Rp 4.891.492, dan rata-rata pendapatan usaha sampingan sebesar Rp 2.575.000, sehingga diperoleh total rata-rata pendapatan keluarga petani padi sawah per tahun adalah sebesar Rp8.008.393. Untuk melihat standard ukuran pendapatan keluarga menurut Sajogyo (1988) dapat dilihat pada Tabel 21 berikut ini: Tabel 21. Jumlah dan Persentase Petani Berdasarkan Garis Kemiskinan Menurut Sajogyo (1988)
No
Uraian
I
II
Overall
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
1
Kecukupan
0
0
3
10
3
13,3
2
Nyari
1
3,3
8
26,7
9
30
Miskin 3
Miskin
4
13,3
6
20
10
33,3
4
Miskin
5
16,7
3
10
8
26,7
10
33,3
20
66,7
30
100
Sekali Jumlah
Sumber : Data Primer Diolah dari Lampiran 12
Dari Tabel 21 di atas dapat dilihat bahwa jumlah petani dalam kriteria kecukupan dalam srata I tidak ada, sementara pada strata II terdapat 3 orang (10%), nyaris miskin pada strata I terdapat 1 orang (3,3%), pada strata II terdapat 8 orang (26,7%), miskin pada strata I terdapat 4 orang (13,3%), pada strata II terdapat 6 orang (20%), miskin sekali pada strata I terdapat 5 orang (16,7), pada strata II terdapat 3 orang (10%). Maka dapat dijelaskan bahwa sebagian pendapatan keluarga petani sampel berada dibawah garis kemiskinan. Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa sebagian besar petani padi sawah mempunyai pendapatan di bawah garis
kemiskinan adalah dapat “diterima”. Ini ssesuai ukuran pendapatan menurut Sajogyo (1988).
dengan standard
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dianalisis,diambil beberapa kesimpulan: sebagai berikut: 1. Terdapat perbedaan antara curahan tenaga kerja pria dan curahan tenaga kerja wanita pada usahatani padi sawah di daerah penelitian pada tingkat kepercayaan 95% yaitu tenaga kerja pria 54,06 HKP/Ha dan tenaga kerja wanita 11,38HKP/Ha. 2. Adanya kesempatan kerja yang tercipta di daerah penelitian dapat dilihat dari program-program DAFEP
seperti halnya SLPHT dan pemupukan
padi
sawah, pelatihan identifikasi dan penanggulangan penyakit ternak kambing, SLPHT kakao, dan SL pembenihan ikan mas. 3. Luas lahan, Total Pendapatan Keluarga, Jumlah Tanggungan dan Potensi Tenaga Kerja secara serempak berpengaruh terhadap Curahan Tenaga Kerja pada usahatani padi sawah. Dari hasil analisis di peroleh secara serempak F-hit = 3,567 sedangkan F-tabel= 2,76, sedangkan secara parsial X1 (luas lahan) t-hit sebesar = – 3,115 , X2 (jumlah tanggungan) t-hit sebesar= 0,739, X3 (potensi tenaga kerja) t-hit sebesar = 0,146 dan X4 (total pendapatan) sebesar = 0,528, sedangkan t-tabel sebesar 1,701. Hal ini menunjukkan bahwa faktor luas lahan, jumlah tanggungan, potensi tenaga kerja , dan total pendapatan keluarga secara parsial tidak berpengaruh terhadap curahan tenaga kerja keluarga.
4. Luas lahan, Curahan Tenaga Kerja, dan Biaya Sarana Produksi keluarga secara serempak tidak berpengaruh terhadap produktivitas pada usahatani padi sawah. Dari hasil analisis di peroleh secara serempak F-hit = 0,94 sedangkan F-tabel = 2,98, sedangkan secara parsial X1 (luas lahan) t-hit sebesar = -0,505, X2 (curahan tenaga kerja) t-hit sebesar = 0,99, X3 (biaya sarana produksi) sebesar = 0,33, sedangkan t-tabel sebesar =1,701. Hal ini menunjukkan bahwa faktor luas lahan, curahan tenaga kerja, dan biaya sarana produksi tidak berpengaruh terhadap produkstivitas pada uasahatani padi sawah. 5. Luas lahan, Curahan Tenaga Kerja dan Biaya Sarana Produksi secara serempak berpengaruh terhadap Pendapatan Bersih pada usahatani padi sawah. Dari hasil analisis di peroleh secara serempak F-hit = 694,065 sedangkan F-tabel 2,98 , sedangkan secara parsial X1 (luas lahan) t-hit sebesar 13,575, X2 (curahan tenaga kerja) t-hit sebesar = -2,789, X3 (Biaya sarana produksi) sebesar = -1,459 ,sedangkan t-tabel sebesar 1,701. Hal ini menunjukkan bahwa faktor luas lahan berpengaruh terhadap pendapatan bersih usahatani padi sawah, sedangkan faktor curahan tenaga kerja dan biaya sarana produksi tidak berpengaruh terhadap pendapatan bersih pada usahatani padi sawah.
6. Jumlah petani dalam kriteria kecukupan dalam srata I tidak ada, sementara pada strata II terdapat 3 orang (10%), nyaris miskin pada strata I terdapat 1 orang (3,3%), pada strata II terdapat 8 orang (26,7%), miskin pada strata I terdapat 4 orang (13,3%), pada
strata II terdapat 6 orang (20%), miskin sekali
pada strata I
terdapat 5 orang (16,7), pada strata II terdapat 3 orang (10%).
6.2 SARAN
a. Kepada Petani Disarankan
kepada petani agar lebih banyak lagi menggunakan atau
memamfaatkan potensi tenaga kerja keluarga yang tersedia dalam mengelola usahatani padi sawah. Hal ini dapat meningkatkan pendapatan keluarga dan lebih lagi mengadopsi program-program yang di anjurkan oleh DAFEP.
b. Kepada Pemerintah Disarankan kepada pemerintah agar lebih intensif memberikan penyuluhan kepada petani, terutama yang berkaitan dengan pencurahan tenaga kerja dan menyalurkan melalui kegiatan-kegiatan yang lebih bermanfaat dalam rangka meningkatkan pendapatan petani DAFEP pada usahatani sawah.
c. Kepada Peneliti Untuk peneliti selanjutnya supaya meneliti tentang Tingkat Adopsi Petani DAFEP terhadap progam-program DAFEP.
DAFTAR PUSTAKA Andoko. A., 2002. Budidaya Padi Secara Organik. Jakarta: Penebar Swadaya. Anonimous, 1999. Revitalisasi Sistem Penyuluhan Pertanian, Pusat pembinaan Penyuluhan Pertanian : Badan Pendidikan dan Pelatihan, Jakarta. ., 2002. Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Yang Dikelola Oleh Petani (FMA), Pusat Pengembangan Penyuluhn Pertanian: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Departemen Pertanian, Jakarta. ., 2002. Pedoman Umum Komisi Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan Kabupaten (KP2K2), Proyek Desentralisasi Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan (DPPK/DAFEP), Departemen Pertanian, Jakarta. ., 2003. Buletin DAFEP, Dinas Pertanian, Jakarta. ., 2003. Ekstensi : Majalah Penyuluh Pertanian Volume 18 Tahun X, Pusat Pembinaan Penyuluhan Pertanian, Jakarta. ., 2001. Ekstensi : Majalah Penyuluh Pertanian Volume 14 Tahun X, Pusat Pembinaan Penyuluhan Pertanian, Jakarta. Gultom, H.L.T., 1991. Dasar- Dasar Penyuluhan Pertanian, Akademi Penyuluhan Pertanian, Medan. Gunawan, S.,2001. Menuju Swasembada Pangan, RBI, Jakarta. Loekman. S., 1998. Pertanian Pada Abad Ke-21. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud Mosher, .T., 1991. Menggerakkan dan Membangunan Pertanian : Syarat- syarat Pokok Pembangunan dan Modernisasi, Yasaguna, Jakarta. Mubyarto, S., 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : LP3ES Sajogyo, 1988. Masalah Kemiskinan Indonesia: antara Teori dan Praktek. Dalam Mimbar SOSEK. Jurnal Sosial-Ekonomi Pertanian Bogor. Utomo, M. Dan Nazaruddin, 2003. Bertanam Padi sawah Tanpa Olah Tanah. Jakarta: Penebar Swadaya.
Van den Ban, A.W dan H.S. Hawkins., 1999. Penyuluhan Pertanian, Kanisius, Yogyakarta.