MERAJUT MIM PI,
MENU A I HA RA PA N Kegiatan Unit Pendamping dan Kader PELKESI Wilayah III
i
Merajut Mimpi Menuai Harapan
Diterbitkan Oleh : PELKESI Penulis : Tim Penyusun Kluster PKP PELKESI Wilayah III Editor : Tim Seknas PELKESI Desain Layout : Lucky Vaunda Laemane
Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menerjemahkan, mengutip, memfotocopi atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa ijin tertulis dari PELKESI
Merajut Mimpi Menuai Harapan ii
Jakarta, 2012
DAFTAR ISI DAFTAR ISI
iii
KATA PENGANTAR
v
SAMBUTAN
vii
BAB I : Contoh Kegiatan Kader Dampingan PELKESI Wilayah III A. Lansia di Semarang B. Daur Ulang Sampah di Semarang C. Pengolahan Kelapa D. Pupuk Organik di Klampok E. Penyiapan Makanan Tambahan di Posyandu
1 1 5 9 12 15
BAB II : Gambaran Aplikasi Program Kesehatan Masyarakat Oleh Mitra Kerja PELKESI A. Kebangkitan Ekonomi Mikro Sebagai Daya Dukung Peningkatan Kesehatan Masyarakat B. Program Air Bersih C. Paguyuban Lanjut Usia DAFTAR PUSTAKA
19 19 33 46 67
iii
Merajut Mimpi Menuai Harapan
iv
KATA PENGANTAR PELKESI Wilayah III melalui kluster PKP-nya sudah sejak beberapa periode program PELKESI, bersama-sama dengan unitunit kerja di beberapa daerah mengadakan program pendampingan terhadap kader kesehatan di pedesaaan. Sampai pada periode ini, dalam konteks program PELKESI, kader-kader yang didampingi ini dapat dikatakan dengan istilah kader mandiri. Adapun wilayah wilayah dampingan kader mandiri antara lain di Kabupaten Banjarnegara, Semarang, Grobogan/Purwodadi, Jombang/Mojowarno, Alor, Timor Tengah Selatan, Sumba Timur, dan Kabupaten Sumba Barat. Dalam perjalanan pendampingan program-program kader tersebut telah banyak kegiatan dilakukan oleh para kader dampingan. Sebagai contoh, yang menjadi fokus utama program PELKESI adalah advokasi terhadap kebijakan-kebijakan daerah yang terkait dalam bidang kesehatan, gerakan-gerakan antisipasi terhadap gizi buruk pada balita, ibu hamil, penurunan angka kematian pada balita dan ibu melahirkan, juga kegiatan-kegiatan pengingkatan ekonomi kerakyatan dan kegiatan-kegiatan yang lebih bersifat sosial di tengah masyarakat. Walapun secara rutinitas peran PELKESI tidak begitu jauh karena sifatnya PELKESI hanya menjadi katalisator dan koordinator dalam berjejaring. Dalam hal ini, PELKESI lebih mengefektifkan unit-unit kerjanya (unit-unit UPKM) yang lebih banyak bergerak di pedesaan untuk aktif secara rutin. UPKMUPKM inilah yang selalu ada koordinasi dengan kader dan juga dengan PELKESI baik di tingkat wilayah ataupun pusat. Berangkat dari pemikiran tersebut di atas, banyak kegiatan-kegiatan yang sebenarnya cukup menonjol yang dapat dibagikan dengan komunitas atau jaringan kader yang lebih luas. Oleh karenanya, sudah waktunya beberapa perwakilan kader yang mempunyai kemampuan untuk menerangkan apa yang telah dilakukan dalam bentuk tulisan sederhana, yang untuk selanjutnya akan dikumpulkan dan dibuat menjadi satu buku v
yang semestinya. Hal ini dapat menjadi bahan bacaan atau sharing kader melalui media. Dan ada satu pemikiran lain juga. Ada contoh dari salah satu unit kerja yang memaparkan tentang gambaran pendampingan terhadap kelompok kader sebagai bentuk nyata tanggung jawab sosial sebuah lembaga terhadap masyarakat. Berangkat dari pemikiran tersebut di atas, kluster PKP PELKESI Wilayah III (Bpk. Edy Purwanto) berupaya untuk mengkoordinasikan dengan beberapa unti kerjanya, dalam hal ini unit kerja RS, melalui bagian/seksi/bidang usaha pengembangan kesehatan masayarakat (UPKM) dari beberapa daerah. Selanjutnya dibentuklah tim penyusun buku ini, sekaligus sebagai pengumpul materi-materi dari kader dampingan kerjanya. Adapun tim penyusun buku berjudul “Merajut Mimpi Menuai Harapan” ini adalah sebagai berikut : 1. Drs. Kriswondo Yudo Marsono - UPKM RS Emanuel Klampok Banjarnegara. 2. Drs. Danu Ismoyo - UPKM RS Panti Wilaso Cipto Semarang. 3. Bambang Irianto - UPKM RS Panti Rahayu. Purwodadi. 4. Asmari Yoga, SE - UPKM RSK Mojowarno. 5. Edy Purwanto, S.Sos, Msi - Kluster PKP Pelkesi III.
Merajut Mimpi Menuai Harapan vi
Demikian pengantar dari kami. Ucapan terimakasih pada semua pihak yang terlibat dan memberikan dukungan terealisasinya penerbitan buku sederhana ini. Semoga akan bermanfaat bagi pihak-pihak yang peduli terhadap pengembangan kesehatan masyarakat, baik dalam tataran lingkungan mikro ataupun makro dalam rangka upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Indonesia.
Tim Penyusun Bandungan, Oktober 2011
SAMBUTAN Buku Merajut Mimpi Menuai Harapan, merupakan sharing pengalaman kader dan contoh gambaran unit kerja PELKESI Wilayah III melalui bidang usaha pengembangan kesehatan masyarakat (UPKM). Buku ini dapat dijadikan contoh ataupun acuan lembaga-lembaga ataupun PELKESI Wilayah lain yang mempunyai kegiatan pendampingan terhadap masyarakat, khususnya yang bergerak dalam bidang pembangunan kesehatan masyarakat yang lebih memfokuskan dan mempunyai filosofi pemberdayaan masyarakat yang lebih mengarah pada kemandirian. Ucapan terimakasih kepada pihak-pihak terkait yang telah menjadikan buku ini dapat terealisasi terutama kepada kaderkader kesehatan dampingan unit kerja PELKESI Wilayah III dan juga para koordinator-koordinator kader serta staf pendamping dari unit kerja PELKESI Wilayah III serta pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebut. Semoga buku ini dapat bermanfaat untuk kesejahteraan masyarakat terutama dalam bidang pembangunan kesehatan.
dr. Regowo, M.Kes. Ketua PELKESI Wilayah III
vii
Merajut Mimpi Menuai Harapan
viii
I Contoh Kegiatan Kader Dampingan PELKESI Wilayah III A. Lansia di Semarang POSYANDU LANSIA MANDIRI oleh Nurma Nurmanto Kader Kesehatan Binaan RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto” Semarang - Jawa Tengah
Pengantar Beberapa tahun yang lalu kelompok lansia tidak pernah memperoleh perhatian sebagaimana mestinya, bahkan ada yang menilai mereka merupakan suatu kelompok yang “merepotkan“. Namun fenomena pada saat sekarang ini sudah tidaklah demikian, tetapi justru kelompok lansia ini mulai mendapatkan perhatian cukup baik (serius) dari berbagai lembaga, baik pemerintah maupun swasta. Banyak pihak menaruh minat untuk mengelola permasalahan kelompok lansia yang ada di masyarakat. Kenapa dan ada persoalan apa sebenarnya dalam kelompok lansia itu? Berkat kemajuan teknologi bidang kedokteran dan farmakologi (obat-obatan), menjadikan orang memiliki harapan usia hidup lebih panjang. Tetapi bersamaan dengan panjangnya harapan usia hidup, muncul permasalahan baru (“konsekuensi penyerta”) yaitu ketidakmandirian para lansia dalam menghadapi hari tuanya. Kebanyakan mereka tergantung kepada keluarga dan orang lain dalam memenuhi kebutuhan ADL (Activity Daily Living)-nya, misalnya makanminum, berpakaian dan lain-lain. Belum lagi kalau sedang terganggu kondisi kesehatannya. Jika tidak dipersiapkan
1
Merajut Mimpi Menuai Harapan 2
dengan baik dan benar dalam memasuki usia lanjut, maka masa lansia adalah “penderitaan“ hidup. Hal demikian disebabkan karena bagi kebanyakan orang menjadi tua (lanjut usia) ternyata selalu disertai dengan berbagai penurunan fungsi. Secara fisik, misalnya : banyak fungsi ragawi menurun dan melemah, seperti tenaga berkurang, penglihatan dan pendengaran berkurang, kalau sakit sering terjadi komplikasi, kesepian dan lain-lain. Secara psikis ia sering merasa : cemas, takut sendiri dan takut mati. Secara sosial ia merasa kehilangan harga diri, merasa dibuang dan masih banyak lagi permasalahan-permasalahan yang senantiasa mengiringinya. Pendek kata ketika seseorang menjadi tua maka di usia tuanya itu pulalah telah tersedia berbagai persoalan yang sedemikian kompleksnya. Persoalan semacam itulah yang agaknya kini mulai menyadarkan sekelompok orang berusia “sedang“ (paruh baya) menaruh kepedulian terhadap kompleknya persoalan yang dihadapi para lansia. Sebab ia tahu bahwa dirinya kelak akan menghadapi persoalan yang tidak berbeda. Jika persoalan lansia dibiarkan begitu saja maka sudah bisa dipastikan bahwa para lansia itu akan melewatkan saat tuanya hingga saat-saat terakhirnya dengan penderitaan hidup. Rasanya tidak seorangpun yang menginginkan kondisi tersebut terjadi pada usia tuanya (lansia), sebaliknya ia pasti berharap bisa melewatkan usia tuanya dengan keadaan yang menyenangkan. Syukur pada saat-saat terakhirnya bisa dilalui dengan sukses. Bagaimana mempersiapkan kelompok lansia bisa menyambut detik-detik terakhirnya dengan sukses (meninggal secara menggembirakan). Dengan adanya Posyandu Lansia diharapkan kualitas hidup lansia meningkat, sehingga masalah-masalah hidup sebagian dapat diatasi, bahkan menjadi tua dan tetap berguna. Pengertian Posyandu Lansia Posyandu Lanjut Usia (Posyandu Lansia) adalah salah satu kegiatan masyarakat yang menghimpun para lanjut usia
(lansia) agar tetap sehat, baik jasmani maupun rohani berguna dan berhasil guna. 1. Menghimpun para lansia dengan maksud agar para lansia tidak dianggap barang bekas yang tidak ada gunanya. 2. Agar tetap sehat para lansia dibina, dibimbing dan dipantau kesehatannya. 3. Untuk berperilaku sehat agar dapat mencapai harapan hidup yang lebih panjang. Memperhatikan permasalahan yang dihadapi lansia, utamanya kesehatan, perlu diambil langkah upaya pembinaan untuk mewujudkan hidup sehat. Untuk mengatasi hal tersebut di atas, salah satu caranya adalah dengan berswadaya untuk pemeliharaan kesehatannya dengan cara bersama. Salah satunya adalah dengan mengikuti kegiatan Posyandu Lansia. Program Posyandu Lansia yang diselenggarakan oleh RS Panti Wilasa “Dr. Cipto” di daerah mitra dimulai pada tahun 2000 dengan mengadakan pelatihan TOV (Training Of Volunteer) di dua kelurahan yaitu Kelurahan Purwosari & Kelurahan Plombokan, melibatkan 10 Rukun Warga (RW). Sampai tahun 2011 ini, kegiatan Posyandu Lansia masih berjalan dengan motornya para kader kesehatan didampingi oleh Tim RS Panti Wilasa “Dr. Cipto”. Dari 10 Posyandu Lansia yang dibina tersebut, hampir semuanya sudah mandiri, dalam arti tidak menggantungkan dana dari pihak sponsor tetapi dari swadaya. Salah satu contoh Posyandu Lansia yang mandiri yaitu Posyandu Lansia “Widuri” yang berlokasi di RW 3 Kelurahan Purwosari, Kecamatan Semarang Utara. Kegiatan Posyandu Lansia ini rutin dilaksanakan 1 (satu) bulan sekali di Balai RW 3 Karang Branti. Saat ini lansia yang rutin mengikuti kegiatan Posyandu Lansia setiap bulannya sebanyak 35 lansia dari total 65 lansia yang ada (adapun jumlah KK 260). Kegiatan ini dilaksanakan sore hari.
3
Adapun kegiatannya adalah yaitu : pendaftaran, pengukuran tinggi badan dan berat badan, pengukuran tekanan darah dan gula darah (urine), pencatatan di KMS Lansia (Indeks Masa Tubuh=IMT atau BMI ) dan pengobatan ringan, penyuluhan mengenai makanan bergizi, pemberiaan makanan bergizi serta kesehatan lansia. Pendanaan Posyandu Lansia Selama ini untuk kegiatan Posyandu Lansia bekerjasama dengan RS Panti Wilasa “Dr. Cipto” dengan masing-masing lansia membayar untuk menebus obatnya yang besarnya Rp. 5.000 perlansia. Adapun untuk PMT (Pemberian Makanan Tambahan) untuk lansia, diambilkan dari iuran tiap-tiap RT besarnya Rp. 4.000 x 9 RT = Rp. 36.000/bulan.
Merajut Mimpi Menuai Harapan
Foto 1 : Para lansia yang sedang menunggu pemeriksaan.
Foto 2 : Kader Posyandu Lansia sedang bersiap mengadakan pemeriksaan.
4 Foto 3 : Pemeriksaan detak nadi.
Foto 4 : Pencatatan tinggi dan berat badan.
B. Daur Ulang Sampah di Semarang DAUR ULANG SAMPAH PLASTIK MENJADI ALTERNATIF PELUANG USAHA oleh : Sri Ismiyati Surjadi, Amd Kader Kesehatan K elurahan Jomblang Kecamatan Candisari, Semarang - Jawa Tengah
Pengantar Akibat dari semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta aktivitas lainnya maka bertambah pula buangan/limbah yang dihasilkan. Limbah/buangan yang ditimbulkan dari aktivitas dan konsumsi masyarakat sering disebut limbah domestik atau sampah. Limbah tersebut menjadi permasalahan lingkungan karena kuantitas maupun tingkat bahayanya mengganggu kehidupan makhluk hidup lainnya. Selain itu aktivitas industri yang kian meningkat tidak terlepas dari isu lingkungan. Industri selain menghasilkan produk juga menghasilkan limbah. Dan bila limbah industri ini dibuang langsung ke lingkungan akan menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. Berbicara tentang industri, kita tentu tidak asing dengan industri kerajinan tangan, yang berasal dari bahan kulit, plastik, kain, atau bahan alam seperti eceng gondok, rami, dsb. Kalau berkaitan dengan pemanfaatan limbah, kita juga biasa mendengar pemberitaan tentang kerajinan dari bahan limbah plastik multi layer. Kondisi Monografi Kelurahan Jomblang Kelurahan Jomblang terletak di Kecamatan Candisari, yang secara administratif terdiri dari 15 Rukun Warga (RW) dan 120 Rukun Tetangga (RT). Dengan kondisi topografi yang sebagian besar berbukit dan laur jalan menanjak, menjadikan permasalahan pengelolaan sampah menjadi isu utama di kelurahan ini.
5
Kader-kader lingkungan yang tergabung dalam perkumpulan Seruni kemudian disusul Kader Peduli Lingkungan Anggrek dan Cempaka Putih akhirnya melahirkan Paguyuban Kader Peduli Lingkungan tingkat kelurahan dengan nama Alam Pesona Lestari (APL). Tujuan : 1. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan lingkungan hidup secara berkelanjutan. 2. Meningkatkan praktek hidup bersih dan sehat. 3. Meningkatkan kapasitas masyarakat dan kelembagaan lokal dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah, reboisasi, dan kebersihan lingkungan pemukiman. Program Kegiatan : 1. Penyuluhan kepada masyarakat. 2. Pembuatan kompos “Keranjang Takakura” 3. Pembuatan barang kerajinan tangan dari plastik bekas (daur ulang), kertas koran, botol air mineral, kain perca dll. 4. Penanaman pohon pelindung di lokasi rawan longsor.
Merajut Mimpi Menuai Harapan 6
Latar Belakang Daur Ulang Sampah Plastik Ibu-ibu adalah “penghasil” sampah rumah tangga terbanyak, oleh karenanya kita wajib mewujudkan tanggung jawab untuk merubah atau mengolah sampah itu menjadi produk barang yang bermanfaat. Sampah organik diolah menjadi pupuk kompos dan sampah anorganik diolah/didaur ulang menjadi barang yang bermanfaat. Cara Mendapatkan Limbah Plastik : 1. Pengumpulan langsung dari rumah tangga. 2. Dari rumah pilah kelompok kader lingkungan hidup. 3. Dari warung makan atau minum. 4. Kerjasama dengan pihak tertentu/pengusaha/pabrikan.
Maksud dan Tujuan Daur Ulang Sampah Plastik : 1. Mengurangi beban proses pembuangan sampah. 2. Menjaga kebersihan lingkungan dalam rangka pelestarian lingkungan hidup. 3. Merubah atau mengolah menjadi barang berguna. 4. Membuka lapangan kerja untuk menambah pendapatan. 5. Mendukung program penanggulangan dan pengentasan kemiskinan. 6. Menggali dan mengembangkan potensi masyarakat. Daur Ulang Sampah Plastik Salah satu contoh memanfaatkan bekas bungkus plastik berupa : 1. Bungkus kopi. 2. Bungkus minyak sayur/minyak goreng. 3. Bungkus “Pop Mie”. 4. Bungkus mie instan. 5. Dan lain-lain Peralatan dan Bahan Peralatan yang dipergunakan : 1. Gunting kertas. 2. Penggaris. 3. Jarum jahit. 4. Mesin jahit (kalau ada). Bahan 1. 2. 3. 4.
yang diperlukan : Limbah kemasan plastik. Kain pelapis. Bisban. Benang.
Produk yang Dihasilkan : 1. Tutup galon. 2. Tas santai. 3. Tas wanita.
7
4. 5. 6. 7. 8.
Stop map. Tas seminar. Sandal. Lunchbox. Dan lain-lain tergantung kreasi.
Cara Mengolah Sampah Plastik Menjadi Kerajinan Langkah awal mengolah sampah plastik menjadi kerajinan adalah dengan memisahkan sampah kering dan sampah basah. Selanjutnya sampah kering seperti bungkus minuman ringan (kopi, susu) dan mi instan dibersihkan. Setelah itu plastik-plastik yang telah dicuci dan dikeringkan kemudian dipotong-potong seperti pola barang kerajinan yang akan dibuat. Pola dibuat sesuai dengan bentuk barang yang akan dibuat. Setelah dipotong sesuai dengan pola, langkah selanjutnya adalah menjahit sesuai dengan pola tersebut. Yang diperlukan adalah ketelatenan dari penjahit.
Merajut Mimpi Menuai Harapan 8
Pemasaran : 1. Kerjasama dengan instansi pemerintah. 2. Sosialisasi kepada masyarakat melalui pelatihan, media masa, pameran dll. 3. Kerjasama dengan pihak swasta dalam memasarkan produk. Perluasan Jaringan Kerjasama : 1. Menerima kunjungan LSM dari Jepang, India dan Jerman dalam rangka memberi motivasi masyarakat. 2. Kerjasama dengan LSM Bintari (sejak 2002). 3. Kerjasama dengan PT. Ulam Tiba Halim (produsen Marimas) sejak 2008. 4. Kerjasama dengan Pemkab/Kota : Kendal, Purworejo, Brebes, Surakarta, Tegal, Kota Pekalongan, Kabupaten Semarang.
5. Menerima kunjungan dan kerjasama dengan perguruanperguruan tinggi (UNNES, UNIKA, UNDIP).
Foto 5 : Hasil daur ulang limbah plastik.
C. Pengolahan Kelapa VIRGIN COCONUT OIL (VCO) OLEH H SAYIDI Kader Dampingan UPKM RS Emanuel Klampok, Banjarnegara - Jawa Tengah
VCO adalah obat herbal yang berasal dari kelapa nonkimia yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit luar maupun dalam seperti luka bakar, luka baru maupun lama, sakit gigi, sakit kepala juga hipertensi, berdasarkan pengalaman saya. Adapun cara pembuatannya adalah sebagai berikut : Alat yang Dibutuhkan : a. Mesin pemarut kelapa. b. Mesin pemeras santan. c. Kompor. d. Wajan besi. e. Ember plastik dan toples plastik transparan. f. Baskom besar/bokor.
9
g. h. i. j. k. l.
Saringan kawat. Saringan plastik. Pengaduk/entong. Selang plastik. Carong. Panci email.
Pilihlah kelapa-kelapa tua yang besar-besar sekitar 20 buah serta siapkan bibit VCO. Setelah semuanya tersedia, kita sudah siap untuk membuatnya.
Merajut Mimpi Menuai Harapan 10
Cara Pembuatan : Pertama-tama, kelapa dibelah, air kelapanya dikumpulkan dengan ember plastik dan disaring, gunanya untuk memeras ampas. Kemudian kelapa dikupas lalu dicuci sampai bersih. Setelah dicuci, kelapa diparut, dan setelah selesai dicampur dengan air kelapa/air putih yang telah direbus hingga mendidih lalu didinginkan (bisa juga menggunakan campuran air kelapa dengan air biasa). Air biasa harus direbus supaya steril dan bebas dari penyakit. Mengapa harus dicampur? Karena kalau semua pakai air kelapa tidak mungkin cukup, sebab perbandingan air kelapa adalah 2 butir kelapa dengan 1 liter air. Jadi kalau 20 butir kelapa dibutuhkan air sebanyak 10 liter. Setelah selesai diparut, campur dengan air lalu remas-remas hingga keluar santan. Setelah keluar santannya, saring dengan saringan kawat yang ditempatkan di toples plastik yang transparan hingga tak ada santan lagi. Santan kemudian diberi bibit VCO dan diaduk-aduk sampai rata (akan lebih baik kalau dikocok pakai mixer) kurang lebih 5-10 menit. Tutup rapat lalu biarkan selama 812 jam. Setelah didiamkan selama 12 jam, larutan santan akan terpisah menjadi 4 bagian, yaitu : - bagian bawah yaitu air.
- bagian kedua, yaitu bungkil. - bagian ketiga, yaitu VCO. - bagian keempat, yaitu buih-buih. Setelah terpisah seperti itu, maka tahap selanjutnya adalah memisahkan bagian-bagian tersebut satu per satu. - Pertama, buang airnya/bagian bawah dengan cara pakai selang plastik, sedot hingga tersisa bagian kedua sampai ke-empat. - Kedua, ambil buih-buih dengan cara diambil pakai entong. Hati-hati, jangan sampai membawa minyak VCO-nya. - Ketiga, ambil bit VCO-nya dengan cara diambil pakai entong lalu ditaruh di toples transparan yang agak kecil dan disaring pakai saringan plastik/kasa. - Keempat, endapan dari VCO dan buih-buih dicampur lalu dibiarkan lagi, supaya sisa VCO bisa terkumpul lagi dan nantinya dapat untuk bibit lagi. - Terakhir, VCO dibiarkan lagi selama semalam lalu disaring lagi dengan saringan plastik. Bisa juga dikasih tisu atau kapas guna mencegah air supaya tidak terbawa ikut VCO. Lakukan 3 sampai 4 kali saring sampai kandungan airnya seminimal mungkin. Setelah kadar airnya benar-benar tinggal sedikit, masukkan ke dalam botol yang sudah disterilkan sebelumnya.
Foto 6 : Virgin Coconut Oil.
11
D. Pupuk Organik di Klampok PENGOLAHAN SAMPAH MENJADI PUPUK ORGANIK/KOMPOS OLEH H SAYIDI Kader Dampingan UPKM RS Emanuel Klampok, Banjarnegara - Jawa Tengah
Merajut Mimpi Menuai Harapan 12
Sampah adalah sesuatu yang membuat lingkungan tidak sedap, dan selain dapat menjadi sumber penyakit, juga merusak lingkungan. Dan tak hanya itu, sampah-sampah tersebut ada yang sulit diurai oleh alam. Melihat hal ini, FK3 Kecamatan Purwareja Klampok berinisiatif untuk mengolah sampah agar bisa bermanfaat, tidak menjadi sumber penyakit dan juga tidak merusak lingkungan. Pertama-tama sampah dipisahkan antara sampah basah, logam dan plastik. 1. Sampah basah, antara lain daun-daunan, sisa sayuran, dan sisa makanan yang mudah membusuk. 2. Sampah logam, antara lain logam besi, kaca, dan lainlain yang sulit diurai. 3. Sampah plastik, antara lain bungkus makanan, bungkus kopi, dan bungkus minyak goreng/sayur yang sulit diurai namun sebenarnya bisa didaur ulang. Pupuk organik dapat dibuat dengan dua cara : 1. Pupuk organik rumah tangga (skala kecil). 2. Pupuk organik dari sampah halaman rumah maupun kebun (skala besar). Pupuk organik mudah dibuat dan bahan-bahannya banyak ditemukan di sekitar lingkungan kita sendiri dan selain alami, bisa dibudidayakan sendiri. Daripada berserakan, dapat dimanfaatkan sebagai pengendalian penyakit menular dan kerusakan lingkungan, dan dapat juga mengurangi dampak pemanasan global.
Sebelum membuat kompos, persiapkan dulu alat-alat dan bahan untuk membuat kompos. 1. Alat-alat untuk media : a. Untuk pupuk dari sampah rumah tangga, diperlukan kompasar/tempat untuk penimbunan sampah menjadi kompos. b. Untuk pupuk dari sampah halaman dan kebun, diperlukan bak sampah yang berfungsi untuk tempat pemisahanan sampah basah, logam dan plastik. 2. Pembuatan master biang kompos : a. Kompasar dapat dibuat dari ember plastik yang ada tutupnya dengan cara melubangi bagian ujung bawah kurang lebih 10 x 15 cm. Lalu kurang lebih 26cm dari bawah, beri palang-palang dari paralon yang berfungsi sebagai penyangga bahan kompos. Lubangi tutupnya dan beri paralon yang tujuannya untuk penguapan. b. Pembuatan bak sampah bisa dari batu bata atau bahan lainnya. Adapun untuk ukurannya dapat disesuaikan kebutuhan. c. Buat biang kompos dengan bahan-bahan sebagai berikut : 1 kg katul ½ kg gula merah ½ liter jus pepaya/kates 4 kulit nanas 20 liter air 1 bungkus terasi Ditambah ubi-ubian d. Cara membuat biang kompos : -Siram katul dengan air panas lalu tunggu hingga dingin. -Campurkan katul dengan ½ kg gula meraj, 20 liter air , dan ½ liter jus pepaya (kates) dan 1 bungkus terasi.
13
-Masukkan campuran katul tersebut ke dalam dirigen dan tutup rapat. Simpan selama 15 hari tanpa terkena sinar matahari. 2. Pembuatan kompos : a) Kompos rumah tangga (skala kecil) Pertama palang dari paralon dikasih daun/kertas sebagai penyangga dengan bahan yang mudah membusuk, lalu dikasih pupuk kandang, terus sampah dan sisa sayuran dipotong-potong ditaruh di atas pupuk kandang, juga bisa sisa-sisa makanan ikut dimasukkan lalu dikasih biang kompos yang sudah dicampur air lalu ditutup, begitu seterusnya. Setiap tambah sampah, kasih air yang sudah dikasih biang kompos. Setelah jadi kompos yang jatuh ke bawah itu telah jadi pupuk dapat dikeluarkan lewat lubang yang paling bawah.
Merajut Mimpi Menuai Harapan 14
b) Kompos yang di halaman/kebun (skala besar) Bahan-bahan : - Batang pisang. - Daun jati, daun klerecede/arak, daun wedusan/daun bambu, daun kates. - Biang kompos. - Urin. Cara pembuatan : - Cacah-cacah atau potong-potong batang pisang. Taruh di atasnya letong/kotoran hewan. - Potong daun klerecede dan daun-daun lain lalu taruh di atas batang pisang. Buat sedemikian rupa sehingga menjadi berlapis-lapis setinggi 20 cm. - Siram batang pisang tersebut dengan biang kompos dan urin. Lakukan berulang-ulang.
Demikian sekilas tentang pembuatan pupuk organik/ kompos yang dapat digunakan untuk memupuk semua jenis tanaman.
E. Penyiapan Makanan Tambahan di Posyandu PENYEDIAAN MAKANAN TAMBAHAN DI POSYANDU DAPAT MENINGKATKAN EKONOMI KELUARGA Pada saat ini Rumah Sakit Kristen Mojowarno memiliki Kader Kesehatan (Kader Posyandu Balita dan Kader Posyandu Lansia) binaan sebanyak 56 orang yang tersebar di 16 Posyandu yaitu Posyandu Balita Dusun Sumobito, Posyandu Lansia Dusun Sumobito Kecamatan Sumobito, Posyandu Balita Dusun Balongbendo, Posyandu Lansia Dusun Balongbendo Desa Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung, Posyandu Balita Dusun Gedangan, Posyandu Lansia Dusun Gedangan Desa Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung, Posyandu Balita Dusun Tukum, Posyandu Lansia Dusun Tukum Desa Wonosalam Kecamatan Wonosalam, Posyandu Balita Dusun Kembangsore, Posyandu Lansia Dusun Kembangsore Desa Mojowangi Kecamatan Mojowarno, Posyandu Balita Dusun Mojoroto, Posyandu Lansia Dusun Mojoroto Desa Mojowangi Kecamatan Mojowarno, Posyandu Balita Dusun Mojowangi, Posyandu Lansia Dusun Mojowangi Desa Mojowangi Kecamatan Mojowarno, Posyandu Balita Dusun Mojodukuh, dan Posyandu Lansia Dusun Mojodukuh Desa Mojowangi Kecamatan Mojowarno. Sebagian dari kader posyandu ini adalah istri perangkat desa dan sebagian lagi hanya ibu rumah tangga yang pekerjaannya mengurus anak dan menyiapkan keperluan keluarga seperti memasak, mencuci dan membersihkan rumah, tanpa tambahan penghasilan untuk mendukung kebutuhan ekonomi keluarga.
15
Merajut Mimpi Menuai Harapan 16
Salah satu dari kader tersebut bernama Yulianti (usia 38 tahun) dari Dusun Mojoroto Desa Mojowangi Kecamatan Mojowarno yang menjadi kader kesehatan binaan Rumah Sakit Kristen Mojowarno sejak tahun 1990 dengan tugas menyiapkan makanan bergizi sebagai makanan tambahan untuk balita di Posyandu Balita Dusun Mojoroto setiap bulan. Ia telah menikah dengan Yonatan Miftakun yang kala itu tidak mempunyai pekerjaan tetap (hanya buruh tani) dan dikaruniai tiga anak bernama Angga Kurniawan, Marcela Giovani dan Debrina Pujiati, tiga-tiganya saat ini telah menyelesaikan pendidikan SLTA. Sejak muda Ibu Yulianti mempunyai ketrampilan memasak khas Jawa. Setelah menikah, kemampuan memasak tersebut bisa membantu suami dalam mencukupi kebutuhan keluarga dengan berjualan nasi kuning, bothok, pepes, kue dan goreng-gorengan yang setiap pagi dijajakan dengan bersepeda keliling kampung. Pada tanggal 15 Juni 2009 berdiri suatu pusat pengembangan anak yang bernama “Permata Hati” di Mojowarno sebagai wujud kerjasama antara LSM dari Amerika “Compassion” dengan Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Mojowarno. Kegiatan lembaga ini disamping membantu kebutuhan pendidikan, juga kesehatan termasuk pemberian makanan bergizi sebagai makanan tambahan bagi para anak asuh yang saat ini sebanyak 175 orang pada setiap hari Senin, Selasa dan Jum’at. Berkat kemampuan dan ketrampilan memasak serta pengalaman dalam menyiapkan makanan bergizi sebagai makanan tambahan di Posyandu Balita, mulai tanggal 15 Juni 2009 sampai sekarang Ibu Yulianti ditunjuk oleh Pusat Pengembangan Anak “Permata Hati” untuk menyiapkan makanan bergizi sebagai makanan tambahan bagi anak asuh sebanyak 175 orang yang diberikan dalam acara pembinaan rutin setiap hari Senin, Selasa dan Jum’at sore. Menu makanan yang disiapkan oleh Ibu Yulianti bervariasi dengan tujuan agar anak-anak tidak bosan serta
untuk melengkapi gizi yang dibutuhkan oleh anak-anak selama masa pertumbuhan seperti hasil konsultasi dari ahli gizi Rumah Sakit Kristen Mojowarno. Adapun paket menu yang disiapkan pada hari Senin dan Selasa berupa makanan sehat ringan seperti kolak pisang, bubur ketan hitam, susu segar+kue, bubur kacang hijau, sop sehat, telor puyuh. Masing-masing anak mendapat satu paket dengan nilai gizi cukup, seharga Rp. 3.500. Dari penyajian makanan ini Ibu Yulianti memperoleh keuntungan bersih Rp. 500 tiap paket. Sedangkan pada hari Jum’at menu yang disiapkan berupa nasi dengan lauk bergizi tinggi, seperti nasi sayur asem dengan lauk ayam goreng, nasi sayur urap-urap dengan lauk ayam bakar, nasi soto ayam, nasi soto daging sapi, rawon daging sapi. Setiap anak mendapat satu porsi dengan nilai gizi tinggi, seharga Rp. 5.000. Dari penyajian makanan ini Ibu Yulianti memperoleh keuntungan bersih Rp. 1.000 tiap porsi. Dalam proses penyiapan makanan, baik makanan sehat ringan maupun makanan nasi dengan lauk bergizi tinggi, disamping tenaganya sendiri, Ibu Yulianti selalu melibatkan ketiga anaknya. Setiap anak diberi uang lelah Rp. 10.000 per proses, mulai dari menyiapkan bahan sampai menyajikan kepada para anak asuh. Dari kegiatan tersebut bila dihitung-hitung, penghasilan yang diperoleh Ibu Yulianti tidak kurang dari Rp. 1.400.000 setiap bulan. Belum lagi uang lelah bagi anak-anaknya dimana setiap anak mendapatkan Rp. 120.000 bahkan lebih setiap bulannya. Disamping itu keuntungan yang tidak kalah pentingnya adalah bertambahnya ketrampilan dan ketekunan anak-anaknya dalam belajar memasak seperti yang dilakukan oleh Ibu Yulianti. Tidak menutup kemungkinan anak-anaknya akan mewarisi talenta yang dimiliki oleh Ibu Yulianti berupa kemampuan dan ketrampilan memasak, khususnya masakan khas Jawa. Pergumulan yang sering dihadapi oleh Ibu Yulianti adalah kurangnya modal untuk mengembangkan usahanya. Untungnya pihak lembaga pengembangan potensi anak
17
“Permata Hati” mau memberikan pinjaman modal untuk usaha tersebut. Dampak positif dari meningkatnya penghasilan Ibu Yulianti disamping bisa mencukupi kebutuhan hidup layak sehari-hari, juga bisa menyekolahkan ketiga anaknya sampai lulus SLTA. Bahkan tiga bulan yang lalu beliau bisa membeli seekor anak sapi untuk dipelihara oleh suaminya sebagai tambahan kesibukan disamping menjabat sebagai perangkat desa Mojowangi sejak tahun 2010, yang tentunya juga sebagai tabungan untuk masa depan keluarga agar tidak mengalami keterpurukan ekonomi seperti masa yang lalu. Pengalaman yang menarik dari Ibu Yulianti yang dengan tetap tekun dan semangat melayani Posyandu Balita khususnya dalam menyiapkan makanan tambahan bergizi bagi para balita bisa merubah kondisi ekonomi keluarganya dari berkekurangan menjadi berkecukupan bahkan bisa menabung walaupun sedikit. Semoga pengalaman ini dapat membangkitkan semangat para kader kesehatan khususnya dan para pembaca pada umumnya dalam melayani sesama. Jika kita jalani dengan tekun dan sungguh-sungguh, jerih payah kita tidak akan pernah sia-sia.
Merajut Mimpi Menuai Harapan 18
II Gambaran Aplikasi Program Kesehatan Masyarakat oleh Mitra Kerja PELKESI A. Kebangkitan Ekonomi Mikro Sebagai Daya Dukung Peningkatan Kesehatan Masyarakat Pendahuluan Peningkatan daya beli masyarakat dengan mengubah pola ekonomi dari petani penggarap menjadi petani yang mampu memiliki usaha sendiri dengan membentuk kelompok kerja, merupakan program kemitraan antara RS Panti Rahayu Purwodadi dengan masyarakat. Untuk menginisiasi kelompok masyarakat menjadi organisasi yang mampu menghasilkan finansial sehingga menjadi daya dukung yang kuat untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Program kemitraan diimplementasikan untuk 3 wilayah pedesaan: Desa Sumber Jatipohon, Desa Sedayu dan Desa Taruman Kec. Grobogan Kab. Grobogan, Jawa Tengah. Mengorganisir masyarakat untuk sadar kesehatan ini dilakukan dengan membentuk/menunjuk 3 orang kader kesehatan, sehingga program kesehatan bisa disisipkan dalam setiap kegiatan organisasi melalui kader kesehatan. Program peningkatan ekonomi masyarakat dengan cara menggerakkan sektor riil, yang disesuaikan dengan kemampuan masyarakat. Indikator keberhasilan program diukur dari kelangsungan program. Setiap program dilaksanakan selama 3 tahun. Apabila dalam kurun waktu 3 tahun masih ada indikator yang belum tercapai, maka program bisa dilanjutkan dan dimonitoring secara periodik oleh petugas UPKM RS Panti Rahayu Purwodadi.
19
Merajut Mimpi Menuai Harapan 20
Latar Belakang Terkait dengan sosio-kultur masyarakat, upaya penanggulangan kemiskinan tidak akan berhasil apabila tidak diimbangi dengan program penyadaran masyarakat (public awareness), yaitu sebuah upaya untuk mengurangi bahkan menghapuskan mental dan budaya miskin dengan jalan mengingatkan, meyakinkan dan memberikan semangat kepada masyarakat agar berusaha untuk bangkit dari kemiskinan dengan melakukan kerja keras dan membiasakan diri untuk malu menerima bantuan sebagai orang miskin. Koordinasi di antara stakeholders maupun instansi pengampu masih perlu dioptimalkan, terutama dalam hal penentuan target dan sasaran program kegiatan penanggulangan kemiskinan (termasuk kelengkapan data maupun alokasi anggaran), secara berjenjang dari tingkat provinsi sampai dengan kabupaten/kota untuk menghindari terjadinya tumpang-tindih maupun terlewatnya sasaran penanggulangan kemiskinan. Pemberdayaan memiliki dua kecendrungan yaitu kecenderungan primer dan kecenderungan sekunder. Kecenderungan primer merupakan pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya. Kecenderungan sekunder, merupakan pemberdayaan yang menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan mereka. Upaya manusia untuk melakukan pengaturan guna memenuhi kebutuhannya agar seseorang, perusahaan atau masyarakat untuk membuat keputusan tentang cara terbaik untuk melakukan kegiatan ekonomi. Pembuatan keputusan tersebut dimungkinkan karena tersedianya altenatif pilihan dalam melakukan kegiatan ekonomi agar dapat memilih
alternatif terbaik yang mungkin bisa dilakukan untuk meningkatkan daya dukung ekonomi. Sementara itu dalam terminologi manajemen, pemberdayaan berkaitan dengan wewenang (authority) dan kekuasaan (power). Pemberdayaan bertujuan untuk menghapuskan hambatan-hambatan guna membebaskan organisasi dan orang-orang yang bekerja di dalamnya, melepaskan mereka dari halangan-halangan yang hanya memperlamban reaksi dan merintangi aksi mereka. Masalah pengangguran di Indonesia masih menjadi masalah ekonomi utama yang sampai saat ini belum bisa diatasi. Sampai tahun 2008, tingkat pengangguran terbuka masih berada pada kisaran 9% dari jumlah angkatan kerja atau berada pada kisaran 9 juta orang. Sebagaimana kita ketahui, bahwa terjadi perubahan pola perekonomian paska krisis dari usaha yang padat karya ke usaha yang lebih padat modal. Akibatnya pertumbuhan tenaga kerja yang ada sejak tahun 1998 sampai dengan 2004 terakumulasi dalam meningkatnya angka pengangguran. Di lain sisi, pertumbuhan tingkat tenaga kerja ini tidak diikuti dengan pertumbuhan usaha (investasi) yang dapat menyerap keberadaannya. Akibatnya adalah, terjadi peningkatan jumlah pengangguran di Indonesia, yang pada puncaknya di tahun 2004 mencapai tingkat 10% atau sekitar 11 juta orang. Untuk menangani masalah pengangguran ini pemerintah perlu memberikan fasilitas baik fiskal, perkreditan, maupun kemitraan untuk menciptakan usaha yang bersifat padat karya dalam rangka menyerap kelebihan tenaga kerja yang ada. Sejauh ini terlihat bahwa pemberdayaan yang dilakukan terarah ke kecenderungan sekunder yang menekankan kepada proses menstimulasi, mendorong dan memotivasi individu agar mempunyai kemampuan untuk menentukan apa yang menjadi pilihannya.
21
Merajut Mimpi Menuai Harapan 22
Daya dukung lingkungan sebagai sarana untuk meningkatkan daya beli masyarakat lokal. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa tingkat dan daya beli masyarakat terhadap pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh kemampuan masyarakat menyediakan sumber daya dan dana kesehatan bagi dirinya sendiri/keluarga. Saat ini realitas yang terjadi, bahwa ketika ada anggota keluarga di masyarakat yang mengalami sakit, dan sementara masih bisa ditahan, maka mereka akan menahan sampai batas kemampuan mereka. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan masyarakat membeli dan membayar biaya kesehatan. Tidak sedikit masyarakat desa yang harus menjual ternaknya, menjual sawah, menjual harta miliknya untuk membiayai anggota keluarga yang sedang dirawat di rumah sakit. Fenomena inilah yang memerlukan penanganan segera dan bisa langsung dirasakan oleh masyarakat. Bukan sekedar program kariatif yang bersifat jangka pendek, tetapi program yang sustainable dan berkelanjutan. Melihat potensi yang besar untuk dikembangkan dan diberdayakan secara terus menerus, maka diperlukan program yang cocok untuk dikembangkan dan bisa diterima, dijalankan oleh masyarakat. Berdasarkan hasil penilaian dan jajak pendapat yang dilakukan oleh petugas UPKM RS Panti Rahayu, maka diperoleh hasil bahwa upaya peningkatan ekonomi mikro dengan usaha kecil dengan pendampingan dan modal usaha dari RS Panti Rahayu dan dinas terkait. Yang kedua, adalah pembuatan kelompok peternakan dan perikanan untuk membangkitkan kemampuan daya beli masyarakat di Desa Sedayu, Desa Taruman dan Desa Sumber Jatipohon. Semua program yang diaplikasikan/dirancang untuk masyarakat diselenggarakan paling lama 3 tahun dan dipantau oleh petugas UPKM RS Panti Rahayu Purwodadi. Untuk melakukan monitoring program di setiap desa, petugas UPKM membentuk kelompok-kelompok kerja dan setiap kelompok ada satu orang sebagai key person.
Tujuan 1. Peningkatan daya beli masayarakat dengan mengubah pola ekonomi dari petani penggarap menjadi petani yang mampu memiliki usaha sendiri dengan membentuk kelompok kerja. 2. Menginisiasi kelompok masyarakat menjadi organisasi yang mampu menghasilkan finansial sehingga menjadi daya dukung yang kuat untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. 3. Mengorganisir masyarakat untuk sadar kesehatan dengan membentuk/menunjuk 3 orang kader kesehatan, sehingga program kesehatan bisa disisipkan dalam setiap kegiatan organisasi melalui kader kesehatan. Metodologi Makalah mengenai Kebangkitan Ekonomi Mikro Sebagai Daya Dukung Peningkatan Kesehatan Masyarakat ini disusun dan dianalisa secara deskripsi berdasarkan fakta dan pengalaman pendampingan masyarakat, dengan mengangkat masalah ekonomi masyarakat di wilayah 3 desa di Kabupaten Grobogan. Batasan Masalah Makalah ini mengangkat tema ekonomi mikro yang mampu meningkatkan daya dukung peningkatan ekonomi, namun dibatasi pada hal-hal pendampingan masyarakat, hasil pendampingan, dan kelangsungan program kemitraan antara RS Panti Rahayu dengan desa-desa binaan. Program 1) Nama program : Kebangkitan Ekonomi Mikro Sebagai Daya Dukung Peningkatan Kesehatan Masyarakat 2) Deskripsi program : Program peningkatan ekonomi masyarakat dengan cara menggerakkan sektor riil, yang disesuaikan dengan kemampuan masyarakat. Indikator
23
Merajut Mimpi Menuai Harapan 24
keberhasilan program diukur dari kelangsungan program. Setiap program dilaksanakan selama 3 tahun, dan apabila dalam kurun waktu 3 tahun masih ada indikator yang belum tercapai, maka program bisa dilanjutkan dan dimonitor secara periodik oleh petugas UPKM RS Panti Rahayu Purwodadi. 3) Sasaran program : Program peningkatan ekonomi masyarakat yang kurang mampu, kurang modal usaha, tidak memiliki pekerjaan tetap dan terpinggirkan. 4) Target penerima manfaat Target penerima manfaat adalah sebagai berikut : a) Desa Sedayu sebanyak 5 KK; pengembangan industri kecil kecambah. b) Desa Taruman; 1 kelompok industri kecil makanan tradisional. c) Desa Sumber Jati Pohon untuk program perikanan. d) Desa Taruman untuk pengembangan ternak kambing dengan metode revolving fund. 5) Bentuk kegiatan : a) Peningkatan jumlah warga masyarakat yang terlibat dalam pengembangan industri kecil kecambah, sehingga menjadi sentra kecambah di Kabupaten Grobogan. b) Memperbesar daerah cakupan khususnya untuk ibu rumah tangga yang tidak memiliki pekerjaan tetap, sehingga memiliki penghasilan yang bisa diandalkan. c) Program budidaya ikan merupakan dampak dari pemanfaatan air bersih yang selama ini tidak digunakan. d) Pengembangan jumlah ternak kambing, untuk dipeliharan oleh warga yang lain yang belum memiliki ternak (sistem bergulir). e) Pembentukan kelompok usaha kecil dan pengorganisasiannya.
6) Program pelatihan Program pelatihan dilaksanakan bersama-sama dengan dinas/instansi terkait serta dari lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat pedesaan. Salah satu bentuk pelatihan yang diselenggarakan adalah proses pembuatan kecambah dan teknik budidaya ikan. 7) Pendampingan : a) Pengorganisasian masyarakat untuk menemukan bentuk usaha yang cocok dan bisa dikembangkan oleh masayarakat. b) Pengumpulan modal usaha dan sponsor untuk memulai usaha kecil. c) Pendampingan dan problem solving, terkait dengan pengorganisasian dan pembagian hasil usaha. Hasil Kegiatan 1. Pengembangan industri kecil kecambah di Desa Sedayu. Dengan semakin bertambahnya jumlah orang warga yang tergabung dalam usaha kecil kecambah (lebih dari 5KK), secara ekonomi sudah nampak pertumbuhan usaha yang bisa dirasakan, yaitu dengan semakin bertambahnya jumlah produksi kecambah. Dari ukuran kecil (10 kg kacang hijau) saat ini sudah mencapai lebih dari 6,4 ton kecambah setiap kali produksi. Jika dilihat dari harga kecambah per kilo saat ini Rp. 6.000,di tingkat petani, maka sudah bisa dihitung tingkat pendapatan setiap rumah produksi kecambah (6,4 ton x Rp. 4.000,- = 25.200.000). Artinya setelah dikurangi dengan biaya produksi kemungkinan besar masih diperoleh untung yang cukup besar atau secara tidak langsung masyarakat di desa tersebut memiliki daya beli yang cukup kuat. Jumlah kelompok kerja yang semula berjumlah 3 KK saat ini mencapai 20 KK. Sehingga jumlah keluarga yang mengalami perbaikan ekonomi semakin banyak. Karena
25
ketika dilihat dari volume produksi yang semakin naik dan jumlah produksi per hari yang semakin besar. Menurut Sutrisno (Ketua Kader Kesehatan Desa Sedayu), industri kecil kecambah ini sangat membantu peningkatan ekonomi masyarakat. Dengan adanya peningkatan nilai ekonomi maka tingkat kesejahteraan masyarakat di desa tersebut semakin baik. Untuk pemasaran hasil produksi dari industri kecambah tersebut mulai dari Purwodadi, Kabupaten Demak, Kabupaten Kudus, Kabupaten Pati, Kodya Semarang, dan Surakarta. Rata-rata penjualan hasil produksi kecambah mencapai 8 truk, yang mana setiap truk mengangkut sekitar 8 kwintal kecambah.
Merajut Mimpi Menuai Harapan 26
Foto 7 : Proses pembuatan kecambah kedelai di Desa Sedayu.
Foto 8 : Proses sortasi dan pemilahan kecambah yang baik dengan yang busuk.
Foto 9 : Proses penimbangan kecambah untuk dipasarkan dan didistribusikan ke tempat lain.
Hasil assessment yang dilakukan oleh petugas UPKM RS Panti Rahayu bahwa warga masyarakat sudah mulai peduli dengan kesehatan. Hal ini terbukti dengan adanya kader kesehatan RS Panti Rahayu di desa binaan yang menjadi penghubung jika ada warga masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Faktor ekonomi memang sangat menjadi penghalang sebuah program yang akan dijalankan di masyarakat. Sebaik apapun program yang dibuat, jika tidak mendatangkan nilai tertentu, sangat besar kemungkinan program tersebut tidak diterima oleh masyarakat.
Foto 10 : Poliklinik Desa Sedayu, Kec. Grobogan.
2. Desa Taruman. 1 kelompok industry kecil makanan tradisional. Kelompok usaha kecil keripik sukun, pisang, ketela pohon, emping jagung hasil binaan UPKM RS Panti Rahayu di desa Taruman. Jika dilihat dari skala memang masih kecil dan baru menjangkau sebagian kecil masyarakat, tetapi omset dan penyebaran produk tersebut sudah meluas di lingkup Jawa Tengah. Berdasarkan data yang dihimpun petugas UPKM RS Panti Rahayu, kelompok usaha kecil tersebut juga mendapat bantuan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Grobogan berupa mesin pemotong untuk membuat keripik.
27
Merajut Mimpi Menuai Harapan 28
3. Desa Sumber Jati. Pohon untuk program perikanan. Program perikanan untuk masyarakat Desa Sumber Jatipohon sudah berjalan sejak tahun 1998, dimana saat itu sedang terjadi krisis keuangan secara nasional. Tidak hanya masyarakat perkotaan yang merasakan sulitnya mendapatkan pekerjaan, masyarakat pedesaan juga mengalami kesulitan dalam memperoleh pekerjaan. Berdasarkan hasil assessment yang dilakukan petugas UPKM RS Panti Rahayu, maka bersama-sama masyarakat Desa Sumber Jatipohon mencoba melakukan diversifikasi pertanian. Warga masyarakat tetap sebagai petani penggarap, tetapi disamping sebagai petani, diharapkan menjadi peternak ikan. Sebagai inisiasi kepada warga masyakat, RS Panti Rahayu memberikan benih sebanyak 5000 ekor ikan dan dibagikan kepada anggota masyarakat yang bersedia untuk membuat kolam ikan. Hasilnya dalam waktu 2 tahun sudah panen. Hal ini karena didukung sistem pengairan yang baik dan kualitas air yang cukup bagus. Sampai tahun 2010, jumlah kelompok peternak ikan mencapi 11 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 6-8 orang. Jenis ikan yang dikembangkan antara lain ikan nila dan tawes yang dapat berkembang secara alami tanpa harus dikawinkan secara khusus. Untuk ikan bawal bisa
Foto 11 : Kolam ikan hasil kemitraan warga Desa Sumber Jatipohon dengan RS Panti Rahayu Yakkum Purwodadi.
berkembang sangat baik, tetapi bibit ikan harus didatangkan dari daerah lain. Untuk ikan gurame dan lele bisa dipisahkan sendiri sehingga setiap anggota kelompok bisa memenuhi kebutuhan bibitnya. 4. Desa Taruman untuk pengembangan ternak kambing dengan metode revolving fund. Bantuan 30 ekor kambing diterimakan kepada 30 KK yang dikelola menjadi 5 kelompok dan tiap kelompok terdiri dari 6 orang. Tiap kelompok bertanggung jawab dengan keberadaan ternak kambing. Masa bergulir diatur dengan Surat Kesepakatan Gaduhan Ternak Kambing. Selanjutnya setelah kambing beranak, anak pertama 1 ekor bila sudah siap kawin penggaduh wajib menyetorkan ke pengurus dengan mengisi blangko B sebagai tanda penyetoran kambing. Induk dan anak berikutnya menjadi milik penggaduh sebagai penambah pendapatan keluarga. Bilamana ada ternak kambing yang mandul, penggaduh melaporkan kepada pengurus dan selanjutnya dijual dan dibelikan lagi sebagai pengganti ternak baru. Bila terjadi ternak kambing mati, penggaduh wajib lapor kepada pengurus dengan mengisi Berita Acara pada blangko C, diketahui pengurus dan kepala desa. Untuk mengurangi resiko laporan kambing mati secara tidak wajar atau rekayasa dan untuk kelangsungan pengguliran ke kelompok lain, dibuat kesepakatan bilamana ada kambing mati menjadi tanggung jawab kelompok dan harus mengganti. Hasil penyetoran kambing tahap pertama diputar dan diserahkan kepada kelompok baru sebagi gaduhan tahap kedua, selanjutnya diputar/digulirkan secara terus menerus secara bertahap. Pengguliran ternak secara revolving fund akan diputar ke desa/dukuh lain, bilamana semua sudah mendapatkan giliran maka akan dirubah dengan program
29
baru yang bisa menunjang kualitas kesehatan dan pendapatan masyarakat. Terkait dengan program revolving fund tersebut, RS Panti Rahayu mengutus Bapak Sutrisno selaku Ketua Kader Kesehatan Desa Sedayu untuk mengikuti kursus tentang kesehatan dan penanganan ternak yang baik. Kursus dilaksanakan secara teori dan praktek termasuk menangani pengobatan ternak yang sakit dan cara mengawinkan ternak. Selesai kursus, kader diberikan sarana alat suntik, obatobatan serta buku panduan untuk penanganan ternak yang sakit.
Merajut Mimpi Menuai Harapan 30
Foto 12 : Penanganan kesehatan ternak di Desa Sedayu dan Desa Taruman.
Alasan memilih ternak kambing adalah sebagai berikut: 1. Siklus birahi: 14-21 hari. 2. Lama birahi : 24-36 jam. 3. Birahi pertama : umur 10-12 bulan. 4. Perkawinan pertama : umur 10-12 bulan. 5. Perkawinan kedua : umur 24 bulan. 6. Lama bunting : 147 hari. 7. Interval beranak : 7-8 bulan sekali. 8. Jumlah anak : 1-3 ekor. 9. Barat lahir (tunggal) : 3-5 kg. 10. Pertumbuhan normal : umur 18-20 bulan. 11. Umur disapih (dipisah) : 4 bulan.
12.
Adaptasi lingkungan : di puncak atau pegunungan.
Berdasarkan alasan tersebut maka ternak kambing menjadi usaha kecil yang menjanjikan bagi masyarakat pedesaan. Khusus untuk ternak kambing hasil analisis biaya dan investasi tersebut di atas, ternyata usaha peternakan kambing biasa/etawah adalah layak secara teknis, ekonomis dan finansial di Kabupaten Grobogan bila dilaksanakan dengan manajemen berorientasi komersial dan dengan disertai sistem pemeliharaan yang intensif. Penerapan teknologi sederhana berupa pembuatan kandang yang bersifat permanen dan higienis serta mula mengintroduksi pakan konsentrat yang seimbang, sehingga kematian anak ternak dapat ditekan dan keragaan reproduksi menjadi lebih baik membuat usaha ini dapat berjalan lebih efisien dan dapat menguntungkan bagi peternak. Hal yang lebih penting dalam usaha ternak kambing ini adalah bagaimana masyarakat bisa berdaya dan berupaya untuk mengembangkan ternak yang sudah dimilikinya. Tanggung jawab sosial antara satu warga masyarakat kepada masyarakat lain sangat penting. Hal ini menyangkut kepercayaan pemberi modal. Dalam pelaksanaannya, tidak sedikit masyarakat yang menjual kambingnya untuk biaya kebutuhan yang lebih mendesak, tetapi hal ini menjadi sesuatu yang perlu dicermati, karena akan mempengaruhi keberhasilan program CSR yang sedang dijalankan. Dengan membuat kemitraan usaha, dimana RS Panti Rahayu dapat berperan sebagai inti dan masyarakat peternak sebagi plasma yang saling menguntungkan. Bagi peternak penerimaan cash income yang lebih terjamin oleh inti merupakan sesuatu yang sangat menarik. Program kemitraan yang dibangun oleh RS Panti Rahayu dengan masyarakat lokal di 3 desa yaitu Desa Sedayu, Desa Sumber Jatipohon dan Desa Taruman, bukan merupakan hal yang baru dalam upaya membantu masyarakat. Program
31
kemitraan ini menjadi entry point membangkitkan ekonomi masyarakat. Kesehatan penduduk merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan masyarakat yang antara lain dipengaruhi oleh faktor lingkungan hidup. Upaya kampanye sosial terkait dengan program hidup sehat menjadi salah satu program RS Panti Rahayu yang diperuntukkan bagi masyarakat. Strategi ini terbukti 80 % berhasil karena program kemitraan bukan semata-mata mengutamakan hasil akhir, tetapi proses yang terus menerus bersama masyarakat. Kampanye sosial juga berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Masyarakat lebih mudah untuk dikoordinasi terkait dengan program-program kesehatan. Misalnya pelayanan Posyandu, Polindes (Poliklinik Desa), pelatihan batra (obat tradisional) toga (tanaman obat keluarga).
Merajut Mimpi Menuai Harapan 32
Evaluasi 1. Mengupayakan peningkatan daya beli masyarakat dengan mengubah pola ekonomi dari petani penggarap menjadi petani yang mampu memiliki usaha sendiri dengan membentuk kelompok kerja, bukan sebuah hal mudah. Perlu pendekatan secara intensif untuk menggali ide, harapan dan kebutuhan, sehingga diimplementasikan menjadi sebuah program. Banyak lembaga yang melakukan kegiatan serupa tetapi sering kali tidak ada keberlanjutan program, dan program hanya bersifat karitatif. 2. Membangun, menumbuhkan kelompok masyarakat menjadi organisasi yang mampu menghasilkan finansial sehingga menjadi daya dukung yang kuat untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Diperlukan komitmen dan kreatifitas agar masyarakat bisa mandiri sebelum program kemitraan selesai.
3. Kader kesehatan merupakan orang yang terdekat dengan masyarakat, sehingga kader kesehatan harus menjadi agen perubahan di desa-desa mitra binaan RS Panti Rahayu. Kader kesehatan masih perlu dibekali dengan konsep-konsep perilaku hidup sehat, bahkan dimungkinkan untuk melakukan studi banding ke luar daerah sehingga muncul ide/gagasan terkait dengan kesehatan. Namun masih diperlukan upaya yang terus menerus untuk mengoptimalkan fungsi kader sebagai hubungan antara RS Panti Rahayu dengan kelompok-kelompok masyarakat mitra binaan.
B. Program Air Bersih PROGRAM AIR BERSIH Oleh: RS PANTI RAHAYU YAKKUM Purwodadi - Jawa Tengah
Abstrak Mewujudkan peran sosial di tengah masyarakat dan memberdayakan masyarakat tidak mampu dengan mewujudkan kepedulian terhadap pemenuhan hak dasar dan kebutuhan dasar manusia agar menjadi mandiri merupakan nilai sosial RS Panti Rahayu Purwodadi. Terwujudnya peran RS Panti Rahayu dalam pemberdayaan masyarakat untuk mewujudkan Corporate Social Response (CSR). Peran RS Panti Rahayu dalam mendukung pelayanan lembaga lain (organisasi kemasyarakat non partisan) yang memerlukan dukungan. RS Panti Rahayu berperan dalam kehidupan bermasyarakat dan sebagai agen perubahan dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat tidak lagi kecil. Melalui seksi Usaha Pelayanan Kesehatan Masyarakat (UPKM) RS Panti Rahayu menyusun program CSR. Salah satu program yang saat ini masih berjalan dan memberikan nilai positif bagi masyarakat adalah
33
Program Air Bersih. Program air bersih yang didampingi UPKM RS Panti Rahayu meliputi 3 wilayah antara lain : 1. Desa Sumber Jatipohon Kecamatan Grobogan. 2. Desa Sedayu Kecamatan Grobogan. 3. Desa Taruman Kecamatan Klambu. Kegiatan PHBS tidak bisa berjalan tanpa koordinasi dan keterlibatan masyarakat secara langsung. Kegiatan promosi PHBS yang dilakukan di masyarakat misalnya bergotong royong, dan pada saat kegiatan Posyandu. Selain itu juga diadakan di sekolah-sekolah yang terdapat di desa binaan. Kegiatan ini rutin diadakan setiap bulannya. Adapun materi promosi PHBS meliputi siklus dan daur hidup penyakit, air bersih dan sanitasi, pengelolaan sampah dan cuci tangan pakai sabun, konsep bersih dan sehat untuk lingkungan dan diri sendiri. Dan pada kegiatan posyandu juga dilakukan kegiatan promosi PHBS dan juga kegiatan penambahan nutrisi untuk balita yang difasilitasi oleh petugas UPKM RS Panti Rahayu.
Program Air Bersih RS Panti Rahayu
Merajut Mimpi Menuai Harapan 34
Pendahuluan Wilayah Kabupaten Grobogan dibatasi oleh pegunungan Kendeng Utara dan pegunungan Kendeng Selatan yang keduanya membujur dari barat ke timur, terletak di antara 7o-7o30’ LS dan 110 o15’-111o25’ BT. Secara administratif Kabupaten Grobogan dibagi dalam 19 Kecamatan. Salah satu kecamatan yang sering mengalami kekurangan air bersih adalah Kecamatan Grobogan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Pati. Rata-rata curah hujan di Kabupaten Grobogan yang tercatat di tahun 2009 adalah 1.700 mm dan jumlah hari hujan mencapai 97 hari. Dari fungsinya air merupakan kebutuhan pokok manusia yang tidak bisa dihindari dan tergantikan. Air memberikan manfaat dari segala aspek dari kebutuhan rumah tangga,
kesehatan, pertanian, perikanan dan air yang dikelola secara komersial. Air merupakan zat yang memiliki peranan sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Manusia akan lebih cepat meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makanan. Dalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air. Pada tubuh orang dewasa, sekitar 55-60% berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65%, dan untuk bayi sekitar 80%. Air dibutuhkan oleh manusia untuk memenuhi berbagai kepentingan antara lain diminum, masak, mandi, mencuci dan pertanian. Menurut perhitungan WHO, di negara-negara maju tiap orang memerlukan air antara 60-120 liter per hari. Sedangkan di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, tiap orang memerlukan air 30-60 liter per hari. Di antara kegunaan-kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia. Kepedulian sebuah perusahaan pada masyarakat merupakan bentuk investasi bagi keberlanjutan bisnis yang tidak hanya mengejar keuntungan finansial (bottom line), tapi juga kepedulian sosial. Sehingga perilaku perusahaan ini disebut sebagai sebuah investasi sosial (social investment). Konsep CSR ini merupakan konsep yang tergabung dalam sub pekerjaan sosial industri sebagai model guna mewujudkan “Pembangunan Kesejahteraan Sosial” atau “Social Welfare Development”, yakni konsep yang diajukan negara-negara Welfare State, sebagai konsep alternatif guna menanggulangi permasalahan-permasalahan sosial. Garis besar konsep Pembangunan Kesejahteraan Sosial ini mengacu pada penyeimbangan antara Pertumbuhan Ekonomi (Economic Growth) dengan Pembangunan Sosial (Social Development). Penyeimbangan seperti ini secara
35
historis muncul sebagai kekecewaan atas berbagai konsep pembangunan ekonomi yang telah lama diterapkan. Begitupun dengan CSR yang lahir dari perubahan model perusahaan yang dominan ekonomis ke model sosioekonomis. Model ekonomi menekankan pada aspek produksi, eksploitasi sumber daya, kepentingan individual, dan sedikit peranan pemerintah. Sedangkan, model sosioekonomis menekankan pada kualitas kehidupan keseluruhannya, kelestarian sumber daya, kepentingan masyarakat, keterlibatan aktif pemerintah dan pandangan sistem terbuka perusahaan.
Merajut Mimpi Menuai Harapan 36
Latar Belakang Dalam melakukan program CSR, RS Panti Rahayu Yakkum Purwodadi tidak lepas dari visi dan misinya. Visi RS Panti Rahayu menjadi rumah sakit pilihan masyarakat, sedangkan misi salah satu pernyataan misi sosial RS Panti Rahayu adalah sebagai berikut: 1) Menjalin hubungan jangka panjang dengan customer dengan fokus kepada pelanggan. 2) Pemberdayaan masyarakat tidak mampu dengan pemenuhan hak dasar manusia agar menjadi mandiri. Berdasarkan pada konsep nilai yang sudah menjadi pernyataan dalam dalam visi dan misi RS Panti Rahayu, maka peran RS Panti Rahayu dalam kehidupan bermasyarakat dan sebagai agen perubahan dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat tidak lagi kecil. Melalui Seksi UPKM (Usaha Pelayanan Kesehatan Masyarakat) RS Panti Rahayu menyusun program CSR. Salah satu program yang saat ini masih berjalan dan memberikan nilai positif bagi masyarakat adalah program air bersih. Program air bersih yang didampingi UPKM RS Panti Rahayu meliputi 3 wilayah antara lain : 1. Desa Sumber Jatipohon Kecamatan Grobogan. 2. Desa Sedayu Kecamatan Grobogan. 3. Desa Taruman Kecamatan Klambu.
Tujuan : 1. Menjadi RS yang berperan dalam memberdayakan masyarakat tidak mampu dengan mewujudkan kepedulian terhadap pemenuhan hak dasar dan kebutuhan dasar manusia agar menjadi mandiri. 2. Terwujudnya peran RS Panti Rahayu dalam pemberdayaan masyarakat untuk mewujudkan CSR. 3. Terwujudnya peran RS Panti Rahayu dalam mendukung pelayanan lembaga lain yang memerlukan dukungan. Perumusan Masalah : 1. Bagaimana menyediakan air bersih yang bermanfaat namun tidak melupakan fungsi lingkungan. 2. Bagaimana proses identifikasi kebutuhan air bersih. 3. Bagaimana dampak yang timbul dengan tersedianya air bersih. Batasan Masalah Dalam penulisan makalah ini, penulis hanya memfokuskan pada : 1. Program penyediaan air bersih oleh RS Panti Rahayu di 3 desa di Kecamatan Grobogan. 2. Proses identifikasi kebutuhan air bersih. 3. Dampak ketersediaan air bersih. Metode Hasil kegiatan UPKM yang dianalisa secara deskripsi, untuk pengembangan jejaring dan memperluas cakupan pelayanan kesehatan di daerah binaan. Program 1) Nama program : Program Air Bersih RS Panti Rahayu Untuk Masyarakat.
37
Merajut Mimpi Menuai Harapan 38
2) Deskripsi program : Program penyediaan air bersih untuk masyarakat pedesaan merupakan program integrasi dari PRA (Participatory Rural Appraisal) bersama masyarakat di lingkungan dimana program air bersih akan dibangun, termasuk pendampingan kepada masyarakat. 3) Sasaran program : Sasaran program meliputi desa yang tidak ada jaringan PDAM, masyarakat yang tidak mampu untuk memasang jaringan sendiri, tercapainya program PHBS (Perilaku Hidup bersih Sehat). 4) Target penerima manfaat Target Penerima manfaat mencapai : 1. Dukuh Watusong 368 KK. 2. Dukuh Krajan 252 KK. 3. Dukuh Sandi 247 KK. 4. Dukuh Sandi Kidul 183 KK. Total penerima manfaat program air bersih= 1050 KK. 5) Bentuk kegiatan program Bentuk kegiatannya adalah dengan menanamkan jiwa rasa memiliki, memberikan pengertian bahwa air adalah produk alam yang tidak terbarukan sehingga harus dimanfaatkan sebaik mungkin dan dengan adanya suplai air makan akan meningkatkan produktivitas di tengah masyarakat, dan perubahan gaya hidup sehat dan bersih. Sedangkan bentuk kegiatan adalah penyuluhan dan pertemuan warga, serta simulasi PHBS. Seluruh kegiatan yang berkaitan dengan program air bersih dimonitoring oleh petugas UPKM RS Panti Rahayu Purwodadi, termasuk pembentukan organisasi yang menangani pembagian air bersih, petugas yang ditunjuk dan kompensasi yang diberikan kepada petugas.
6) Pelatihan Pelatihan yang diberikan kepada masyarakat terkait dengan program air bersih adalah dengan menderivasi program misalnya: dengan adanya air bersih yang mencukupi, maka masyarakat bisa membuat kegiatan mandiri yang bernilai ekonomi, salah satunya adalah program pembuatan kecambah, program perikanan. 7) Pendampingan Pendampingan disini meliputi pendampingan yang berkaitan dengan pemanfaatan dan pembagian dari bersih untuk masing-masing wilayah. Yang kedua adalah program yang berkaitan dengan dampak adanya air bersih yaitu pendampingan manfaat ekonomi.
Hasil Program Kemitraan CSR RS Panti Rahayu dengan Masyarakat Kecamatan Grobogan Pengelolaan Air Bersih Upaya-upaya masyarakat memang sudah dilakukan secara swadaya. Misalnya Desa Sumber Jatipohon (program tahun 1996), banyak sumber yang belum terkelola dengan baik sehingga masyarakat dalam mengakses kebutuhan air bersih masih dengan cara tradisional yaitu dengan mengalirkan air secara liar dengan bambu, sehingga banyak air yang terbuang. Sementara di desa tetangga yaitu Desa Karangrejo Kecamatan Grobogan yang bersebelahan dengan Desa Sumber Jatipohon yang berjarak sekitar 8,5 km sangat kekurangan air bersih apalagi pada musim kemarau. Rencana awal dalam program air bersih memanfaatkan 4 sumber yaitu sumber Srandil, Ngelo, Aren dan Nusupan. Namun karena dalam kesepakatan dengan masyarakat desa Jatipohon karena sumber aren akan dimanfaatkan untuk kebutuhan khusus Pondok Pesantren maka sumber air yang
39
bisa dimanfaatkan hanya 3 sumber yaitu Srandil, Ngelo dan Nusupan. Dalam perkembangannya program air bersih berubah, pembagian air yaitu Desa Sumber Jatipohon memanfaatkan sumber air Srandil dan Ngelo. Sedangkan Desa Karangrejo hanya diberikan dari sumber Nusupan yang lokasinya di tanah milik RS Panti Rahayu Yakkum. Sejarah pembelian tanah Yakkum di Nusupan agar RS Panti Rahayu mempunyai tanah yang ada sumber airnya dan bisa diperbantukan untuk masyarakat Desa Karangrejo yang sangat kesulitan air bersih terutama pada musim kemarau. Untuk mengelola air bersih, dibentuk kepengurusan air bersih dan masyarakat dibebani iuran Rp. 500/bulan untuk biaya operasional dan perbaikan, yang semua dikelola oleh pengurus air bersih yang telah ditunjuk. Sedangkan untuk pengurus, sebagai kompensasinya diberikan tanah bengkok oleh Kepala Desa masing-masing 1/8 bengkok.
Merajut Mimpi Menuai Harapan 40
Pengadaan Air Bersih Desa Sedayu (thn 2004) Desa Sedayu khususnya Dukuh Watusong merupakan daerah yang sangat kesulitan air bersih karena daerah yang di dataran tinggi batu kapur dan sulit sumber air, selain itu di dukuh Krajan dan Sandi ada sumber air tetapi juga belum dikelola dengan baik, masih secara tradisional dalam pengalirannya dengan bambu. 1. Dukuh Watusong Terdapat sumber air di dalam goa dalam tanah dengan kedalaman sekitar 18 meter. Namun masyarakat tidak bisa memanfaatkan air tersebut karena kesulitan cara pengambilannya. Melihat kondisi tersebut, UPKM RS Panti Rahayu bersama dengan masyarakat setempat berupaya untuk mengalirkan air dari dalam goa dengan penyedotan memakai pompa air sehingga bisa dinaikan
Foto 13 : Sumber air bersih di Desa Watusong, Kec. Grobogan, Kab, Grobogan.
dan ditampung di bak penampungan. RS Panti Rahayu memberikan bantuan stimulan berupa sebuah pompa air, membangun bak penampungan air, listrik untuk pompa air, dan pipa paralon untuk mengalirkan air dari dalam goa ke bak penampungan. Jarak bak penampungan dengan pompa sejauh 1.350 meter, selanjutnya dari bak penampungan dialirkan ke rumah masyarakat dari dana swadaya masyarakat. Air tersebut bisa dimanfaatkan oleh lebih dari 368 KK. 2. Dukuh Krajan Sedayu Kemitraan antara RS Panti Rahayu Yakkum Purwodadi dengan masyarakat dimulai tahun 2003 sampai sekarang. Salah satu bentuk kemitraan dan tanggung jawab sosial, RS Panti Rahayu memberikan bak penampungan air sebanyak 6 buah, berukuran 4x3x4 meter. RS Panti Rahayu juga memberikan bantuan berupa pipa paralon sepanjang 2.030 meter. Air bersih tersebut dimanfaatkan oleh 252 KK. 3. Dukuh Sandi Di desa ini RS Panti Rahayu membangun bak air bersih sebanyak 2 buah. RS Panti Rahayu juga memberikan bantuan pemipaan jaringan air bersih sepanjang 1.450
41
meter, sampai saat ini air bersih tersebut digunakan oleh 247 KK, untuk kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan lainnya. Untuk Desa Sandi masih dibagi lagi yaitu Sandi Kidul. Bantuan yang diberikan berupa bak penampungan air sebanyak 5 buah dan pemipaan sepanjang 1.200 meter, yang mana air bersih bisa dimanfaatkan oleh lebih dari 183 KK.
Foto 14 : Saluran air bersih dari mata air ke rumah warga.
Merajut Mimpi Menuai Harapan 42
4.Desa Taruman (thn 2006) Desa Taruman juga merupakan daerah pegunungan kapur di dataran tinggi yang masih sering kesulitan air bersih, karena sumber air yang besar telah diambil alih PDAM untuk dialirkan ke kota sebagai stok air persediaan daerah perkotaan. Karena kekurangan air yang berkepanjangan dan pemanfaatan yang tidak seimbang antara suplai air untuk daerah perkotaan dan pedesaan. Dengan memanfaatkan sumber air yang ada, UPKM RS Panti Rahayu melakukan pendampingan pengadaan sarana air bersih untuk masyarakat. Adapun program yang dibantukan antara lain : 1. Dukuh Krajan : - Bak induk 1 buah. - Bak pembagian/sub ke warga 2 buah. - Paralon 2.500 meter. Yang memanfaatkan 634 KK. 2. Dukuh Batang : -Bak induk 1 buah. -Bak pembagian/sub ke warga 1 buah.
- Paralon 1000 meter. Yang memanfaatkan 346 KK. 3. Pemanfaatan tambahan : 1 (satu) Sekolah Dasar, 2 lokasi Masjid, 6 mushola dan 1 Kantor Balai Desa.
Foto 15 : Rumah pompa di Desa Sedayu.
Foto 16 : Bak penampungan air yang disalurkan ke rumah warga.
Dampak Program Air Bersih Pendekatan kebijakan penyediaan air dapat dipisahkan menjadi dua, yakni sosial (worst first) dan ekonomi (growth point). Pendekatan sosial atau non-ekonomi memfokuskan penyediaan air pada wilayah yang secara alami kekurangan air akibat pengaruh atau gangguan iklim. Penyediaan air ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan ternak didasari alasan kemanusiaan dan kesehatan
43
Merajut Mimpi Menuai Harapan 44
masyarakat (humanitarian schemes). Di pedesaan, pendekatan ini sangat baik dan prioritas penyediaannya dianggap lebih penting dibanding kualitas airnya. Pendekatan ekonomi difokuskan kepada wilayah yang potensinya tinggi untuk dikembangkan secara ekonomi. Penyediaan air ditujukan untuk memancing aktivitas ekonomi ke arah pencapaian kualitas hidup yang tinggi dengan menerapkan fasilitas dan teknologi modern (economic schemes). Pendekatan ini menuntut investasi yang intensif untuk menghasilkan kualitas air yang memenuhi syarat kesehatan. Dari ke-3 desa, Desa Sedayu, Taruman, Jatipohon ditambah desa tetangga yaitu Desa Karangrejo, sudah bisa memanfaatkan air bersih dengan baik sehingga bisa untuk mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari. Dampak ekonomi kemitraan air bersih, Desa Sedayu telah membentuk kelompok “home industry kecambah” dengan adanya air bersih sebagai sarana utama pembuatan kecambah. Sekarang pemasarannya sudah sampai ke luar kota. Di Desa Sumber Jatipohon dan Desa Taruman sudah terbentuk kelompok perikanan dan pemancingan kolam ikan, sehingga menambah pendapatan masyarakat. Terkait dengan dampak ekonomi yang timbul dari penyediaan air bersih adalah keseimbangan ekologi/lingkungan. Agar dampak ekonomi tidak mempengaruhi dampak lingkungan harus ada kearifan lokal budaya masyarakat, dan peningkatan daya dukung lingkungan sumber daya air. Strategi ini sekalipun tidak di bawah wewenang sektor air bersih, namun menjadi relevan dikemukakan karena alasan keterkaitan ekologis dan dampak-dampaknya. Sumber daya air adalah bagian dari sumber daya alam dan lingkungan yang harus dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya agar dapat mengalirkan manfaat sebagai air baku secara optimal dan berkelanjutan. Sejauh ini yang terkait dalam arti luas dengan pengelolaan air baku meliputi sektor-sektor kehutanan, pertambangan atau geologi, pekerjaan umum dan pemerintah daerah. Sektor kehutanan berwenang dalam perlindungan wilayah hutan
serta sumber daya tanah dan air di dalamnya. Direktorat Geologi memiliki otoritas dalam eksplorasi air bawah tanah, dan departemen PU berwenang mengelola air permukaan. Kesimpulan dan Evaluasi 1. Promosi kegiatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Kecamatan Grobogan. PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran semua anggota keluarga dan masyarakat, sehingga keluarga dan masyarakat itu dapat menolong dirinya sendiri dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku sehat, dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga. 2. Oleh karena itu kesehatan perlu dijaga, dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah tangga serta diperjuangkan oleh semua pihak secara keseluruhan (totalitas). Dengan melibatkan “tomas” (tokoh masyarakat) yang berpengaruh baik secara spirutal maupun pemerintahan. 3. Tingkat pengetahuan kelompok sasaran tentang perilaku hidup sehat dan bersih. Diharapkan dengan diadakannya promosi PHBS secara berkala setiap bulannya, masyarakat sadar dan ada peningkatan pengetahuan tentang hidup sehat, serta masyarakat dapat menjadi ujung tombak untuk menyebarluaskan promosi kesehatan ke masyarakat lainnya, dengan adanya kader kesehatan dan pos kesehatan di desa binaan. 4. Kegiatan PHBS tidak bisa berjalan tanpa koordinasi dan keterlibatan masyarakat secara langsung. Kegiatan promosi PHBS dilakukan di masyarakat, misalnya bergotong-royong, dan pada saat kegiatan posyandu. Selain itu juga diadakan di sekolah-sekolah yang terdapat di daerah binaan. Kegiatan ini rutin diadakan setiap bulannya. Adapun materi promosi PHBS meliputi siklus
45
dan daur hidup penyakit, air bersih dan sanitasi, pengelolaan sampah dan cuci tangan pakai sabun, konsep bersih dan sehat untuk lingkungan dan diri sendiri. Dan pada kegiatan posyandu juga dilakukan kegiatan promosi PHBS dan juga kegiatan penambahan nutrisi untuk balita.
C. Paguyuban Lanjut Usia PAGUYUBAN LANJUT USIA SEBAGAI UPAYA PROMOTIF KESEHATAN MASYARAKAT Oleh : RS PANTI RAHAYU YAKKUM PURWODADI - JAWA TENGAH
Merajut Mimpi Menuai Harapan 46
Abstrak Penggunaan media komunikasi online maupun offline saat ini tidak terbendung lagi, informasi mengalir kepada setiap orang dengan cepat dan beragam. Meskipun derasnya informasi dan kemudahan akses informasi, masih ada anggota masyarakat yang belum bisa memanfaatkannya dengan baik. RS Panti Rahayu sebagai lembaga kesehatan mencoba untuk memanfaatkan dan menggali informasi dengan membentuk komunitas lanjut usia yang disingkat GUSIAYU (Paguyuban Lanjut Usia RS Panti Rahayu). GUSIAYU merupakan sarana komunikasi “below the line” dengan komunitas yang terdiri sekitar 349 orang anggota lanjut usia. Tetapi komunitas yang terdiri dari berbagai kelompok sosial ini menjadi salah satu strategi “low budged high impact” bagi RS Panti Rahayu Yakkum Purwodadi. Secara kualitatif, pertemuan ini sangat bermafaat bagi anggota GUSIAYU atau para lanjut usia, karena membahas tentang gaya hidup lanjut usia dengan pemantauan kesehatan melalui pemeriksaan kesehatan, ECG, gula darah, pemeriksaan osteoporosis, fasilitas Lansia Card/GUSIAYU Card dan lain-lain. Secara kuantitas, masih diperlukan sosialisasi kepada masayarakat karena jumlah masyarakat yang tergabung masih sedikit
(0.285%) dari jumlah penduduk lanjut usia di Kabupaten Grobogan, sehingga perlu penyebaran informasi dan menambah jejaring agar semakin banyak jumlah lanjut usia yang terlayani. Pendahuluan Sudah menjadi sifat manusia untuk selalu bisa diterima di dalam lingkungan sosial dan lingkungan kelompoknya, baik dalam perserikatan, persaudaraan, kekeluargaan dan hubungan yang intim. Komunitas offline, menjadi bagian dari gaya hidup sebagian orang yang tinggal di perkotaan. Dengan lahirnya komunitas offline, di berbagai lapisan masyarakat akan semakin mempersempit jurang pemisah antara satu individu dengan yang lainnya. Komunitas offline telah terbukti membawa perubahan struktur masyarakat. Individu yang biasa berkomunikasi dengan banyak orang dalam kehidupannya akan melakukan upaya bagaimana selalu terkoneksi dengan individu yang lainnya dalam lingkup (rekan kerja, keluarga, teman sekolah masa lalu dan lain-lain). Demikian halnya dengan para lanjut usia. Dengan status sosial yang ia terima, maka lanjut usia membutuhkan cara agar tetap hidup sehat dan sejahtera. Menurut Darmojo dan Martono (2004), seorang lansia secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan menumpuk makin banyak distorsi metabollik dan struktural yang disebut dengan “penyakit degeneratif”. Artinya, dengan timbulnya berbagai penyakit degeneratif, akan semakin tinggi tingkat ketergantungan para lanjut usia kepada penduduk yang produktif. Menurut Komisi Lanjut Usia Nasional 2010 dalam buku “Profil Penduduk Lanjut Usia tahun 2009”, propinsi yang memiliki rasio ketergantungan penduduk tua yang cukup tinggi adalah D.I. Yogyakarta sebesar 21,78 diikuti oleh Provinsi Jawa Tengah sebesar 17,65 dan Jawa Timur sebesar 17,12.
47
Merajut Mimpi Menuai Harapan 48
Peran rumah sakit dalam rangka ikut andil dalam pelayanan lanjut usia adalah sangat jelas dan diatur dalam UU RI No: 13 Tahun 1998 tentang “Kesejahteraan Lanjut Usia”, pasal 14 ayat (1), (2) dan (3) yaitu; ayat (1) Pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan lanjut usia, agar kondisi fisik, mental, dan sosialnya dapat berfungsi secara wajar; Ayat (2) Pelayanan kesehatan bagi lanjut usia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui peningkatan : a) penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan lanjut usia b) upaya peyembuhan (kuratif), yang diperluas pada bidang pelayanan geriatrik/ gerontologik c) pengembangan lembaga perawatan lanjut usia yang menderita penyakit kronis dan/atau penyakit terminal; Ayat (3) Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan bagi lanjut usia yang tidak mampu, diberikan keringanan biaya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Program paguyuban lanjut usia di RS Panti Rahayu Yakkum Purwodadi atau disingkat dengan GUSIAYU merupakan organisasi yang berdiri sendiri secara administratif, tetapi pengawasan dan fasilitas tetap menjadi tanggung jawab RS Panti Rahayu. Secara umum kegiatan yang dilakukan adalah diskusi kesehatan, pemeriksaan kesehatan, wisata bersama dan senam untuk anggota lanjut usia. Latar Belakang Berdasar hasil registrasi penduduk akhir tahun 2009, jumlah penduduk di Kabupaten Grobogan adalah 1.404.770 orang dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,74%. Jumlah penduduk yang berumur 55-75+ pada tahun 2009 adalah 210.938 orang atau sekitar 15,02% dari total penduduk Kabupaten Grobogan. Syarat untuk mendaftar sebagai anggota GUSIAYU adalah berumur 55 tahun. Maka dipastikan
bahwa jumah penduduk lanjut usia yang belum sadar tentang pentingnya sehat dan sejahtera di usia lanjut kemungkinan sangat besar. Jumlah lanjut usia yang terus bertambah di Kabupaten Grobogan sejak tahun 2003 sampai tahun 2007, tingkat pertumbuhan penduduk lanjut usia mencapai rata-rata 8,3% per tahun atau sekitar 6.677,98 orang per tahun dengan jumlah penduduk Kabupaten Grobogan tahun 2007 adalah 1.386.931. Jika dibandingkan dengan hasil sensus penduduk Kabupaten Grobogan tahun 2010, maka jumlah penduduk Kab. Grobogan menurun yaitu 1.308.696 orang. Melihat realita seperti itu, RS Panti Rahayu mencoba untuk melakukan perubahan dalam kerangka meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Upaya tersebut dengan membentuk paguyuban lanjut usia pada tanggal 5 Agustus 2000. Dalam perkembangannya, jumlah lanjut usia yang tergabung dalam Paguyuban Lanjut Usia Panti Rahayu (GUSIAYU) semakin bertambah. Anggota GUSIAYU sejak tahun 2000-2008 mencapai lebih dari 600 orang yang terdiri dari berbagai golongan agama dan etnik. Selain alasan tersebut di atas, saat ini di Kabupaten Grobogan belum ada kelompok/rumah sakit/lembaga kesehatan lain yang memfasilitasi agar para lanjut usia mendapat akses kesehatan lebih mudah dan cepat. Tujuan : 3.1.Melakukan kampanye menggunakan below the line, untuk menciptakan word of mouth terkait dengan program kesehatan bagi masyarakat. 3.2.Membangun komunikasi timbal balik yang berdampak pada loyalitas pelanggan dalam menggunakan jasa pelayanan kesehatan. 3.3.Memfasilitasi para lanjut usia untuk terus menjadi advokator di lingkungan rumah dan organisasi di sekelilingnya untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik.
49
3.4.Mereposisi stigma lanjut usia yang sudah tidak berguna dan menjadi beban penduduk produktif. Batasan Masalah Pembahasan dalam makalah ini dibatasi pada 2 hal yaitu pertumbuhan jumlah anggota lanjut usia yang tergabung dalam Kelompok GUSIAYU, dan transfer ilmu pengetahuan untuk menjadi gaya hidup sehat. Metodologi Kegiatan GUSIAYU yang dianalisa secara deskripsi, untuk pengembangan jejaring dan memperluas cakupan pelayanan kesehatan.
Merajut Mimpi Menuai Harapan 50
Program dan Hasil Kegiatan 1. Program Kegiatan a . Internal Kegiatan pelayanan paguyuban lanjut usia yang diselenggarakan di RS Panti Rahayu diorganisir secara matang dengan jadwal yang telah disusun secara periodik terutama untuk kegiatan-kegiatan yang penyelenggaraannya melibatkan pihak lain di luar rumah sakit. Pelayanan GUSIAYU diselenggarakan setiap hari Sabtu minggu ke-3. Secara organisasi, Gusiayu menjadi organisasi yang mandiri di bawah kendali RS Panti Rahayu. b. Visi, Misi dan Moto Visi : Menjadi lanjut usia yang sehat dan sejahtera. Misi : Menciptakan budaya hidup sehat dengan memberdayakan anggota lanjut usia, baik berdaya bagi diri sendiri, berdaya bagi keluarga dan berdaya bagi masyarakat di sekelilingnya.
c. Struktur Organisasi Organisasi GUSIAYU dibangun atas dasar kesamaan visi untuk menciptakan kondisi lanjut usia yang lebih sejahtera. Organisasi GUSIAYU juga dibangun dengan semangat kebersamaan, semangat untuk memelihara hubungan antar anggota. Secara etik, rumah sakit tidak mungkin melakukan promosi yang bersifat above the line, oleh karena itu rumah sakit menggali strategi bagaimana bisa mendekatkan diri kepada masyarakat. Secara struktur, organisasi GUSIAYU terpisah dengan struktur organisasi RS Panti Rahayu, tetapi pengurus GUSIAYU selalu melakukan koordinasi dengan pihak RS Panti Rahayu. GUSIAYU juga mengelola iuran anggotanya yang dimaksudkan untuk membantu operasional pengurus (fotokopi, biaya kunjungan), walaupun secara penuh didukung oleh RS Panti Rahayu Yakkum Purwodadi. Pengurus GUSIAYU juga membuat program kegiatan tahunan sehingga memudahkan dalam memantau seluruh kegiatan yang dilakukan. Berikut adalah program yang secara rutin dilakukan oleh Pengurus GUSIAYU bersama dengan RS Panti Rahayu Purwodadi: 1) Pemeriksaan kesehatan Pemeriksaan kesehatan dilakukan sebelum acara inti dimulai. Pemeriksaan meliputi pengukuran tekanan darah, pengukuran berat badan yang dicatat dalam kartu KMS sehingga setiap anggota GUSIAYU bisa melakukan konsultasi ke dokter yang dituju dengan membawa data KMS-nya masing-masing. 2) Ceramah dan diskusi Ceramah diisi dengan ilmu pengetahuan tentang kesehatan, gaya hidup sehat dan mencegah terjadinya penyakit serta mengendalikan penyakit. Di sinilah sebenarnya pesan-pesan bisa disampaikan kepada anggota. Metode visual/penggunaan istilah-istilah perumpamaan/
51
Merajut Mimpi Menuai Harapan 52
analogi yang bisa mendekatkan ide materi agar lebih bisa dimengerti dan lebih mudah diterima dan diingat dengan baik, sehingga anggota lanjut usia bisa menyampaikan kepada orang lain di sekelilingnya. Misalnya “Sepuluh Petunjuk Hidup Sehat” harus mengendalikan “SINDROMA 10”; GULOH (G=Gula, U=Urat, L=Lemak, O=Obesitas, H=Hipertensi); SISAR; S=Sigaret, I=Inaktivitas, S=Stress, A=Alkohol, R=Regular check-up; Makanan suplemen yang bersifat ateroprotektif yaitu T-K-W (TOMAT, KACANG WORTEL), P-J-K-A (PEPAYA, JERUK, KURMA, APEL), B-K (BROKOLI, KUBIS). Mengingat para lanjut usia sudah mengalami penurunan daya ingat, maka setiap selesai pertemuan selalu dibagikan materi ceramah, sehingga ketika sampai di rumah, anggota GUSIAYU bisa memperbanyak dan menyampaikannya dalam pertemuan di masjid, gereja, arisan ibu-ibu, pertemuan organisasi dan lain-lain. Beberapa organisasi lansia yang tergabung dalam GUSIAYU antara lain: Kelompok Lanjut Usia Perhutani/Pensiunan Pegawai Perhutani (HPK), Kelompok Lanjut Usia PP BRI, Purnawirawan Polri dan TNI, Purnakarya Pegawai Pemda Grobogan, Ikatan Pensiunan Pegawai Dinas P dan K (IPPK), Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) dan umum.
Foto 17 : Suasana pertemuan GUSIAYU pada setiap hari Sabtu minggu ke-3.
3) Wisata lansia Selain melakukan diskusi di dalam ruangan (indoor), maka kegiatan di luar ruangan juga sangat diperlukan. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan adalah melakukan jalan sehat setiap bulan Pebruari, atau dalam rangka memperingati HUT RS Panti Rahayu yang jatuh pada tanggal 11 Pebruari. Melakukan jalan sehat dalam rangka HUT GUSIAYU, dan berwisata bersama untuk lebih mengenal satu dengan yang lainnya. Tempat wisata yang dikunjungi oleh GUSIAYU adalah tempat tempat yang memiliki sejarah, misalnya Museun Ambarawa, Museum Dirgantara Yogyakarta, Monumen “Jogja Kembali” Yogyakarta, Pantai Kartini di Jepara Jawa Tengah, Tanjung Kodok Lamongan, wisata Gunung di Ketep Magelang.
Foto 18 : Wisata lansia di Museum R.A. Kartini, Jepara, Jawa Tengah.
Foto 19 : Persiapan Jalan Sehat HUT ke-44 RS Panti Rahayu Porwodadi.
53
4) Senam lansia Senam lansia dilakukan setiap hari Sabtu pukul 06.0007.30 WIB. Kegiatan senam ini dipimpin oleh petugas yang ditunjuk oleh RS Panti Rahayu (Bagian Keperawatan dan Bagian Fisioterapi). 5) Kunjungan anggota sesama lanjut usia Kegiatan perkunjungan sesama anggota GUSIAYU dilakukan untuk saling mendukung dan menguatkan. Kunjungan dilakukan ketika anggota sedang sakit, atau ketika ada rencana kegiatan bersama kelompok/wilayah, misalnya sepeda santai pagi, jalan sehat dalam rangka “car free day“ dan lain-lain. 6) Santunan bagi anggota yang sedang sakit dan meninggal Santunan bagi anggota GUSIAYU diberikan jika anggota dirawat inap atau meninggal dunia. Anggota GUSIAYU yang dirawat di rumah sakit akan mendapatkan santunan Rp. 100.000 dan jika ada anggota GUSIAYU yang meninggal dunia mendapat santunan Rp. 150.000.
Merajut Mimpi Menuai Harapan 54
Pengorganisasian GUSIAYU Hubungan antara RS Panti Rahayu dengan Pengurus GUSIAYU adalah hubungan koordinasi, terutama jika ada halhal yang harus diputuskan oleh manajemen terkait dengan kegiatan GUSIAYU. Pengorganisasian kegiatan dimaksudkan untuk pengaturan berbagai kegiatan yang ada di dalam rencana sehingga membentuk satu kesatuan yang terpadu untuk mencapai tujuan pelayanan kepada GUSIAYU. Salah satu kegiatan pengorganisasian yang dilakukan adalah pengorganisasian tenaga pelaksana, mencakup pengaturan tugas dan wewenang setiap tenaga pelaksana sehingga setiap kegiatan mempunyai penanggung jawabnya. Hasil akhir pengorganisasian ialah terbentuknya wadah atau sering disebut struktur organisasi yang merupakan perpaduan antara kegiatan dan tenaga pelaksana, adapun
struktur organisasi dalam kepengurusan GUSIAYU adalah sebagai berikut : PENGURUS GUSIAYU RS PANTI RAHAYU YAKKUM PURWODADI PERIODE 18 Agustus 2008 s/d 18 Oktober 2011 Pelindung/Penasehat : Direktur RS Panti Rahayu Yakkum Purwodadi Pembina : Elizabet Lita Wuryani, S.Kep Saryoto, S.Si Dra. Ardhanariswari Ketua : Maryoto H.S Sekretaris : E.M. Rochayadi A.W Bendahara : Suyudono Koordinator : Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6 Seksi Wisata/ Tabungan
: Sri Anggraeni Haryati : Sutini : Mardiningsih : MG Suwartini : Endang Purwaningsih : Slamet Suseno : Sutadi Hadi Yuwono Sutati
Tugas dan tanggung jawab Pengurus adalah : 1. Mengkoordinir pertemuan GUSIAYU yang diselenggarakan setiap hari Sabtu minggu ke-3 setiap bulan. 2. Memimpin senam, menyanyi dan berdiskusi.
55
3. Melakukan pendataan terhadap anggota baru. 4. Menerima iuran anggota, mengelola keuangan organisasi GUSIAYU. 5. Mengelola kebutuhan anggota (Lansia Card, KMS, donasi dll). 6. Menyampaikan laporan keuangan kepada anggota GUSIAYU. 7. Membagikan materi pertemuan bulan sebelumnya.
Merajut Mimpi Menuai Harapan 56
Hasil Kegiatan Edukasi kepada Masyarakat Pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan lanjut usia agar kondisi fisik, mental dan sosialnya dapat berfungsi secara wajar. RS Panti Rahayu yang merupakan salah satu lembaga pelayanan kesehatan yang harus memberikan akses kemudahan bagi para lanjut usia. Lanjut usia dalam kegiatan diarahkan agar bisa menjadi teladan dalam kehidupan masyarakat, misalnya menjadi agen perubahan kepada para perokok sehingga mampu mengingatkan kepada anggota masyarakat, bahwa merokok adalah aktivitas yang tidak produktif dan merugikan kesehatan. Pelayanan kesehatan bagi lanjut usia sebagaimana dimaksud dilaksanakan melalui peningkatan, penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan lanjut usia, penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan diutamakan pada upaya pemampatan penyakit. Upaya penyembuhan (kuratif), yang diperluas pada bidang pelayanan geriatrik/gerontologik; Geriatrik adalah suatu ilmu yang mempelajari penyakit pada lanjut usia (degeneratif) sedangkan gerontologi adalah suatu ilmu yang mempelajari aspek yang ada pada lanjut usia (fisik, mental
dan psikososial). Pengembangan lembaga perawatan lanjut usia yang menderita penyakit kronis dan/atau penyakit terminal. Penyakit terminal adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan, seperti kanker stadium akhir. Sementara upaya promotif yang dilakukan oleh RS Panti Rahayu diharapkan mampu untuk mengarahkan masyarakat untuk memiliki perilaku hidup sehat yang akan berdampak kepada kondisi kesehatan dan kesejahteraan. Upaya promotif dengan penyuluhan bukan satu-satunya cara yang efektif untuk terjadinya perubahan sikap dan perilaku. Tetapi upaya ini merupakan langkah yang sedang ditempuh untuk menuju proses perubahan yang signifikan. Secara fisik para anggota GUSIAYU sudah memasuki usia di atas 55 tahun, sehingga secara medis sudah banyak terjadi gangguan kesehatan baik dalam organ dan fisiknya. Dalam makalah ini dijelaskan mengenai seberapa besar minat anggota GUSIAYU untuk mengikuti kegiatan pertemuan yang diselenggarakan setiap hari Sabtu, minggu ke-3. Dari data yang ada, rata-rata kehadiran peserta mencapai 100-130 orang, tetapi yang masih menjadi pekerjaan untuk diselesaikan adalah anggota GUSIAYU yang hanya ingin memiliki Kartu Anggota tetapi jarang mengikuti kegiatan baik indoor maupun outdoor. Berdasarkan data SIM RS Panti Rahayu Purwodadi, dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 1: Data Kunjungan Pasien umur 44 th s/d 65 th di RS Panti Rahayu Yakkum Purwodadi Asal Pasien Blora Purwodadi Toroh
44-65 thnLebih dari 65 th 6.065 45.068 14.882 5.354 4.857 2.437
Total Persentase Kunjungan 51.133 41,29 20.236 16,34 7.294 5,89
57
Merajut Mimpi Menuai Harapan 58
Luar Grobogan 1.425 4.574 5.999 Wirosari 2.607 1.111 3.718 Pulokulon 2.684 1.010 3.694 Godong 2.768 908 3.676 Grobogan 2.608 1.011 3.619 Kradenan 2.442 1.161 3.603 Tawangharjo 2.435 892 3.327 Karangrayung 2.146 890 3.036 Geyer 2.000 1.001 3.001 Penawangan 1.882 916 2.798 Brati 1.575 618 2.193 Gabus 1.403 677 2.080 Ngaringan 1.161 437 1.598 Klambu 737 187 924 Kunduran 335 140 475 Todanan 212 117 329 Gubug 176 105 281 Blora Kota 218 582 76 Ngawen 178 75 253 Tegowanu 103 28 131 Kedungjati 64 19 83 Tg.harjo 56 13 69 Daerah lain 14 3 17 55.033 68.810 123.843 *)Data SIMRS Panti Rahayu 2011 diolah.
4,84 3,00 2,98 2,97 2,92 2,91 2,69 2,45 2,42 2,26 1,77 1,68 1,29 0,75 0,38 0,27 0,23 0,22 0,20 0,11 0,07 0,06 0,01 100,00
Berdasarkan data tabel 1 di atas, jumlah pasien yang berumur lebih dari 65 tahun sebesar 68.810 orang dengan persebaran di 26 daerah/kota/kecamatan di sekitar
Purwodadi, jika dibandingkan dengan jumlah anggota GUSIAYU yang sekarang terdaftar dalam buku induk adalah 349 orang. Dari sisi pemasaran masih sangat memungkinkan untuk dikembangkan menjadi produk pelayanan baru, misalnya Klinik Geriatri yang secara khusus melayani para usia lanjut dengan segala permasalahnya. Tabel 2. Jumlah Kunjungan Pasien di RS Panti Rahayu dari tahun 2008 s/d 2011 Umur Tahun 2008 2009 2010 2011 44-65 9,693 12,494 17,788 15,058 > 65 24,220 22,495 15,630 6,465 Data SIM RSPR tahun 2011, diolah. Analisa : berdasarkan tabel 2, dapat dilihat bahwa jumlah kunjungan pasien usia lanjut semakin berkurang tetapi jumlah kunjungan pasien yang berumur antara 44-65 tahun, mengalami kenaikan yang cukup signifikan (antara 3.0004.000 per tahun). Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan semua orang akan menjadi tua, dan akan selalu terkoneksi dengan rekan satu pekerjaan, rekan semasa masih sekolah, rekan dalam masa perjuangan dan lain-lain. Jika dilihat dari persebaran akses untuk menjadi anggota Paguyuban Lanjut Usia RS Panti Rahayu masih sangat luas, berikut gambaran mengenai persebaran Anggota GUSIAYU. Berdasarkan data pada grafik 2, 58% anggota tinggal di Kota Purwodadi. Hal ini sangat dipengaruhi jarak antara Rumah Sakit Panti Rahayu sebagai fasilitator pelayanan para lanjut usia. Jika dibandingkan dengan total kunjungan pasien
59
Merajut Mimpi Menuai Harapan 60
per tahun selama tahun 2008-2011, maka masih perlu upaya yang kuat untuk mengajak seluruh seluruh pasien untuk bersama-sama bergabung di GUSIAYU. Pertumbuhan jumlah anggota GUSIAYU tersebar di wilayah Kabupaten Grobogan (terdiri dari 19 Kecamatan, Kabupaten Demak, Kabupaten Pati, Kabupaten Sragen, dan Kabupaten Boyolali). Seiring dengan perubahan pola hidup sehat bagi lanjut usia dan masyarakat pada umumnya, maka menjadi sangat penting peran masing-masing pihak, baik RS Panti Rahayu maupun GUSIAYU. Bagi RS Panti Rahayu, GUSIAYU adalah agen perubahan yang akan menjadi advokator tentang pelayanan yang sudah diterima di RS Panti Rahayu. Artinya komunikasi dua arah (interaktif) terjalin dengan baik. Demikian juga bagi GUSIAYU, RS Panti Rahayu adalah mitra bertumbuh yang terus memberikan supporting, sehingga harapan dari kedua belah pihak bisa tercapai. Pencapaian bagi kedua pihak tidak sekedar hanya nilai dasar (basic needs) dari suatu produk, tetapi lebih kepada higher need, sehingga dibutuhkan customer insight. Untuk mendapatkan customer insight, harus terjalin hubungan yang intim, interaksi yang terus menerus sambil melakukan learning leadership sehingga, nilai-nilai yang diinginkan oleh pelanggan dapat dideteksi sejak awal. GUSIAYU dalam Perspektif Marketing Kecanggihan perangkat manajemen dan kekuatan finansial, terbukti bukan sesuatu yang bisa bertahan dalam krisis, tidak mampu membendung kekuatan perubahan komunitas. GUSIAYU sebagai komunitas para usia lanjut merupakan kekuatan yang tidak bisa dianggap sederhana
dan remeh. Kekuatan anggota komunitas mampu memberikan rekomendasi (melakukan advokasi) kepada sesama lanjut usia di lingkungannya. Secara tidak langsung anggota menjadi sarana bagi RS Panti Rahayu sebagai salah satu agen perubahan untuk mencapai masyarakat lanjut usia yang lebih baik. Menurut Kartajaya H, dunia sedang mengalami transformasi pemasaran dari pemasaran 1.0 yang mengandalkan rational. Konsumen memilih satu produk berdasarkan pada tinggi-rendahnya harga yang ditawarkan oleh konsumen. Pemasaran 2.0 yang ditandai dengan emotional marketing, sudah berkembang sedemikian luas sehingga menjadi buzzword yang berkembang sangat luas. Marketing 3.0 lebih menekankan kepada aspek spiritual, yang dilandasi dengan spiritual intelligence. Seiring dengan konsep di atas RS Panti Rahayu sadar betul bahwa sehebat apapun strategi yang dibangun, jika tidak dibangun atas dasar nilai-nilai yang benar dan relevan akan menjadi organisasi yang kurang berkembang. Masih mengacu pada buku “Connect, Surfing New Wave Marketing” (Gramedia, 2010), praktik kanalisasi distribusi ini berubah ke arah komunal—baik di ranah online maupun offline. Apalagi produk yang dipasarkan di sini adalah produk hasil kreasi bersama pelanggan alias co-creation. Bahasan co-creation bisa dilihat dalam tulisan saya berjudul “Saatnya Berkreasi dengan Pelanggan.” Sebab itu, yang perlu dilakukan adalah aktivasi komunal. Anggota komunitaslah yang menjadi pelaku-pelaku pemasaran tersebut. Kunci sukes dalam melakukan aktivas komunal adalah membiarkan kebebasan bagi para anggota komunitas untuk
61
Merajut Mimpi Menuai Harapan 62
merasakan dan memiliki pengalaman yang secara nyata mereka alami sendiri terhadap RS Panti Rahayu. Selain itu, untuk melakukan aktivasi komunal ini dibutuhkan penghubung/orang/benda yang mampu menghubungkan merek (RS Panti Rahayu) dengan anggota komunitas serta menjadi trigger dalam aktivitas pemasaran anggota komunitas—baik secara online maupun offline. Dengan kata lain anggota GUSIAYU bukan diperlakukan sekedar sebagai database atau memenuhi program kerja pemasaan tetapi lebih diperlukan sebagai subjek yang secara kontinu terlibat dalam proses aktivitas rumah sakit, dengan tujuan akhir tercipatanya komunitas offline yang terus bergerak maju. Di era new wave marketing, aktivasi komunal ini boleh dibilang sebagai strategi pemasaran yang low budget high impact. Kuncinya ada pada pengelolaan komunitas itu sendiri. Di komunitas ini, proses branding bisa dilakukan, termasuk dengan meminta testimoni dari anggota komunitas tentang proses pelayanan rawat inap dan rawat jalan, kelebihan dan kekurangan dari proses pelayanan paripurna sehingga secara tidak langsung RS Panti Rahayu bisa segera melakukan perbaikan jika dirasa kurang memuaskan pelanggan. Dalam perspektif marketing, GUSIAYU sudah diarahkan pada kegiatan masyarakat yang bersifat sosial dan tidak dibatasi dengan sekat agama, ras, golongan dan tingkatan apapun. Outcome dari kegiatan pelayanan GUSIAYU adalah membangun komunikasi timbal balik yang berdampak pada loyalitas pelanggan dalam menggunakan jasa pelayanan kesehatan. Tetapi bukan semata-mata loyalitas, tetapi ada
hubungan secara emosional. Berdasarkan data daftar hadir setiap bulan, kehadiran anggota GUSIAYU berkisar 130 – 150 orang. Hubungan inilah yang sebenarnya dimanfaatkan oleh RS Panti Rahayu sebagai momen yang tepat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Faktor yang tidak kalah penting adalah memfasilitasi para lanjut usia untuk terus menjadi advokator di lingkungan rumah dan organisasi di sekelilingnya untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik. Komunitas GUSIAYU sebenarnya terdiri dari 3 komponen. Yang pertama, kelompok yang sudah menggunakan jasa pelayanan RS Panti Rahayu (user), yaitu kelompok yang sudah memiliki brand image, bahwa ketika mereka membutuhkan pelayanan kesehatan, yang ada dalam benak mereka adalah “Yakkum” (nama Yakkum menjadi brand generic yang tidak bisa dilepaskan dari nama RS Panti Rahayu, karena nama Yakkum lebih terkenal dan terbiasa daripada nama RS Panti Rahayu). Yang kedua, kelompok advokator, yaitu anggota GUSIAYU yang terus menerus, di manapun mereka mengikuti kegiatan selalu merekomendasikan untuk ikut dalam Paguyuban Lanjut Usia Panti Rahayu (GUSIAYU), dengan menjelaskan berbagai manfaat yang didapat, dari materi sampai potongan biaya pelayanan kesehatan. Yang ketiga, kelompok follower, yaitu anggota GUSIAYU yang hanya sekedar datang, terlibat diskusi, dan mendapat materi diskusi. Tetapi sebenarnya kelompok ini sangat mudah untuk diadvokasi dan akhirnya menjadi anggota yang dengan sendirinya meperoleh manfaat dari komunitas GUSIAYU.
63
Secara biologis, tidak ada satupun manusia di dunia yang tidak akan mengalami penuaan. Tetapi secara sosial manusia juga merindukan kehadiran orang lain dalam kehidupan pribadinya. Kehadiran yang dimaksud bukan hanya sekedar kelihatan, tetapi kehadiran yang menguatkan, kehadiran yang mampu memberikan spirit untuk terus bertahan seiring dengan bertambahnya usia dan perubahan struktur dan fungsi organ. Sehubungan dengan kondisi tersebut RS Panti Rahayu melalui GUSIAYU hendak mereposisi stigma lanjut usia yang sudah tidak berguna dan menjadi beban penduduk produktif, menjadi lanjut usia yang sejahtera, lanjut usia yang tidak mengalami disfungsi komunikasi, lanjut usia yang terus berupaya untuk mempertahankan dirinya sendiri dari serangan penyakit dan proses penuaan. Kesimpulan dan Evaluasi
Merajut Mimpi Menuai Harapan 64
A. Kesimpulan 1) Untuk menyampaikan ide dan pesan yang menjadi tugas dan fungsi pelayanan kesehatan, RS Panti Rahayu perlu mengembangkan komunitas-komunitas yang lain. Sehingga proses pelayanan bukan bersifat dari rumah sakit untuk pasien, tetapi rumah sakit harus mencoba menggali lebih dalam apa yang menjadi harapan pelanggan/masyarakat. 2) Dalam hal jumlah penduduk di Kabupaten Grobogan yang semakin bertambah dan jumlah lanjut usia yang semakin bertambah pula, hal ini menjadi peluang
bagi RS Panti Rahayu untuk mengembangkan komunitas GUSIAYU menjadi Klinik Geriatri sehingga tujuan GUSIAYU menjadi sarana menuju lanjut usia yang sehat dan sejahtera bisa tercapai. 3) Menurut data dari pengurus GUSIAYU, jumlah anggota mencapi 349 orang, dan jumlah yang terus aktif mengikuti kegiatan pertemuan GUSIAYU, sekitar 110150 orang. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan masing-masing anggota, baik kemampuan fisik maupun finansial. Karena setiap anggota secara finansial mengandalkan kecukupan dana pensiun atau dana yang tersisa dari setiap aktivitas setiap bulan. 4) Komunitas offline bagi GUSIAYU adalah salah satu sarana untuk saling berkomunikasi, karena kemungkinan besar antara satu anggota dengan anggota yang lain memiliki platform yang sama. Salah satunya adalah perasaan kesepian dan usia yang sudah lanjut. Namun komunitas ini menjadi sarana komunikasi yang low budged tetapi high impact.
B. Evaluasi 1) Perlu peningkatan baik secara kualitas maupun kuantitas terhadap pelayanan yang diberikan kepada usia lanjut, khusunya dalam memperoleh akses pelayanan kesehatan. Secara kualitas, pelayanan untuk GUSIAYU sudah memadai yaitu dengan memberikan pemeriksaan kesehatan secara cumacuma (ECG, GDR, osteoporosis dan lain-lain). Secara
65
kuantitas masih sangat sedikit (0.285%) dari jumlah penduduk lanjut usia di Kabupaten Grobogan, sehingga perlu penyebaran informasi dan menambah jejaring agar semakin banyak jumlah lanjut usia yang terlayani. 2) Proses pengelolaan data yang masih manual perlu dikembangkan menjadi CSM (Customer Relationship Management) sehingga menjadi database yang terstruktur dan menjadi informasi untuk pelayanan kesehatan di lingkup Kabupaten Grobogan dan sekitarnya.
Merajut Mimpi Menuai Harapan 66
DAFTAR PUSTAKA
Spradley, James P, 1997, Metode Etnografi, Tiara Wacana, Jogjakarta. West, Michale A., 2000, Developing Creativity in Organization, Penerbit Kanisius, Jogjakarta Wahyuni Pudjiastuti, STRATEGI MENGATASI MASALAH KESEHATAN DAN LINGKUNGAN HIDUP DI PEMUKIMAN KUMUH LEWAT PROGRAM PEMASARAN SOSIAL, MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 6, NO. 2, DESEMBER 2002 ————————, 2010, Modul Dampak Perubahan Iklim Terhadap Kesehatan, Yayasan Kesehatan Untuk Umum, Solo. ————————, Makalah MDGs Propinsi Jawa Tengah 2010. http://perekindo.blogspot.com/2011/04/beberapaperma-salahan-dansolusi.html# http://pakmargolang.com/article/31128/pemberdayaan-masyarakatdalampengembangan-ekonomi-kerakyatan.html http://www.jatengprov.go.id/?document_srl=20768/Makalah Marketing in Indodesia 2011, Markplus Forum. http://bpm.grobogan.go.id/program-dankegiatan.html Sutrisno, Ketua Kelompok Industri Kecil Kecambah Desa Sedayu, Kec. Grobogan, Kab. Grobogan. Budi Darmojo, 2004, Buku Ajar Geriatri , FKUI Jakarta. ______________, 2010, Grobogan Dalam Angka, hal.29 ————————————, 2010, Komisi Lanjut Usia Nasional, Jakarta, hal. 41 ————————————, 2008, Profil Kesehatan Kab. Grobogan tahun 2007; Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan. http://jateng.bps.go.id/sp2010/booklet3300.htm Hermawan Kartajaya, 2010, Connect ! Surfing new Wave Marketing, Gramedia, Jakarta.
67
Komnas Lansia, 2010, AKSESIBILITAS DAN KEMUDAHAN DALAM PENGGUNAAN SARANA DAN PRASARANA, Jakarta. UURI No: 13 Tahun 1998 tentang “KESEJAHTERAAN LANJUT USIA”, pasal 14 ayat (1), (2) dan (3) yaitu (1) Budi Darmojo, Buku Ajar Geriatri , 2004, FKUI Jakarta. Grobogan Dalam Angka, 2010, hal.29 Profil Kesehatan Kab. Grobogan tahun 2007; Dinas Kesehatan Kab. Grobogan, 2008. http://jateng.bps.go.id/sp2010/booklet3300.htm Hermawan Kartajaya, 2010, Connect ! Surfing new Wave Marketing, Gramedia, Jakarta. Rahmatullah, Kurniati T., 2011, Panduan Praktis Pengelolaan CSR, Samodra Biru, Jogjakarta. Modul pelatihan, 2010, Gender dan Pembangunan Kesehatan, Yayasan Kristen untuk Kesehatan Umum, Surakarta. Buku Profil Kesehatan Kab. Grobogan, 2007, Bab II hal 3. Grobogan dalam angka 2010, BPS Kab. Grobogan, hal 7 http://reevy.wordpress.com/2009/11/01/pengelolaan-air-bersih/
Merajut Mimpi Menuai Harapan 68
PERSEKUTUAN PELAYANAN KRISTEN UNTUK KESEHATAN DI INDONESIA (PELKESI) INDONESIAN CHRISTIAN ASSOCIATION FOR HEALTH SERVICES (ICAHS) 2012