ISSN : 0852-1190
Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.2, Juni 2017
PERSONAL BRANDING OF HOMESCHOOLING TEACHER PENGALAMAN KOMUNIKASI GURU HOMESCHOOLING Oleh : Aji Zul Hakim, Hanny Hafiar, Lilis Puspitasari Program Studi Ilmu Hubungan Masyarakat, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran Email:
[email protected]
Abstract. Homeschooling is an alternative education model for child who find it less suited to formal school. In the development of this model reap the pros and cons in the society. Various attemps were made by institutions and association to change the paradigm of society, on of them by optimizing the role of teacher. Research with phenomenological approach is sought to know the communications behavior of homeschooling teacher. Eight teacher from four homeschooling institutions are involved through some in-depth interviews. In addition, data collection is done through participant obersvation and study of literature. The result showed the meaning of homeschooling affected by their experience in teaching, which affects their act in the form of personal branding, including their communications behaviour in contributing to the socialization of homeschooling. Key words: Personal Branding, Communications Behavioral, Homeschooling Teacher Abstrak. Homeschooling mer upakan model pendidikan alter native bagi anak yang merasa kurang cocok dengan sekolah formal. Dalam perkembangannya model pendidikan ini menuai pro dan kontra di masyarakat. Berbagai upaya dilakukan oleh lembaga dan asosiasi untuk merubah paradigma masyarakat, salah satunya dengan optimalisasi peran guru. Penelitian dengan pendekatan fenomenologis ini berupaya mengetahui perilaku komunikasi Guru Homeschooling. Delapan orang Guru Homeschooling dari empat lembaga di Kota Bandung dilibatkan melalui wawancara mendalam. Selain itu, pengumpulan data dilakukan melalui observasi partisipatif dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukan pemaknaan homeschooling oleh guru dipengaruhi pengalaman mereka selama mengajar, yang mempengaruhi tindak lanjut mereka dalam membentuk personal branding, termasuk perilaku komunikasi mereka dalam berkontribusi pada sosialisasi homeschooling. Kata kunci: Personal Branding, Per ilaku Komunikasi, Gur u Homeschooling
A. PENDAHULUAN
diseragamkan cara belajarnya, kondisi
Homeshcooling hadir sebagai alter-
yang sering ditemui adalah anak tidak
natif pendidikan menurut Sanny Darman,
merasa nyaman dalam belajar. Ketiga,
pertama, adanya kesadaran orang tua
semakin disadari akademis saja tidak se-
bahwa tanggung jawab pendidikan tidak
penuhnya menjawab kebutuhan. Anak
bisa diberikan ke sekolah. Orang tua mu-
membutuhkan skill atau bakat yang harus
lai menyadari bahwa sekolah tidak men-
mereka keluarkan. Menyadari persaingan
jawab seluruh kebutuhan pendidikan,
ijazah itu mudah sekali, tetapi yang ter-
bagaimanapun kesuksesan seorang anak
penting adalah skill yang harus diketahui
itu dari keluarga. Kedua, makin menya-
dan diasah sedini mungkin.
dari tiap anak itu berbeda dan tidak bisa
Perkembangan homeschooling men-
122 Pengalaman Komunikasi Guru Homeschooling
ISSN : 0852-1190
Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.2, Juni 2017
jadi salah satu alternatif pendidikan da-
bagaimana model serta implementasi
lam perjalanannya juga menuai pro dan
dari homeschooling. Tujuan utamanya
kontra, bahkan hingga saat ini. Karena
adalah merubah paradigma orang tua
homeschooling berkaitan dengan pen-
bahwa sekolah itu tidak hanya sekolah
didikan
pasti
formal. Upaya yang dilakukan lembaga
menginginkan pendidikan yang terbaik
antara lain membuat sebuah event festi-
bagi anaknya. Hal ini juga ditanggapi
val homeschooling di pusat keramaian
oleh Sanny Darman selaku Ketua Aso-
seperti mall, mengadakan parents meet-
siasi Sekolah Rumah dan Pendidikan Al-
ing, promosi menggunakan berbagai me-
ternatif Kota Bandung.
dia, membuat sebuah seminar, open
dan
orang
tua
“Jadi memang masih banyak yang kontra, karena bagaimanapun kita dibesarkan dan dididik dengan sekolah formal, jadi mengubah paradigma itu tidak mudah. Banyak yang dipertanyakan, mulai dari ujian, tidak diterima di universitas negeri, anak tidak belajar, kalah bersaing dengan sekolah formal, orang tua tidak bisa ngajar.” Dari pernyataan Sanny Darman, tidak semua orang mudah dalam menerima perubahan. Tidak dipungkiri bahwa hampir kita semua termasuk orang tua kita dibesarkan dan dididik dengan sekolah formal. Pertanyaan pun terus mengalir dari orang tua mulai dari ujian, legalitas, hingga
kapasitas
orang
tua
dalam
mengajar anak. Berbagai upaya dilakukan lembaga untuk menarik calon siswa dan juga
orang tua agar percaya dan memahami
house, word of mouth dan masih banyak lagi lainnya Lembaga-lembaga
homeschooling
ini tergabung dalam sebuah asosiasi bernama Asosiasi Sekolah Rumah dan Pendidikan Alternatif. Fungsi dari asosiasi ini adalah menjadi jembatan antara lembaga dengan pemerintah serta masyarakat. Peneliti mengamati bahwa masingmasing lembaga saling membantu untuk menciptakan market homeschooling khususnya di Kota Bandung. Hal ini dapat dilihat dari seringnya pertemuan antara lembaga dalam acara asosiasi untuk
membahas perkembangan seputar homeschooling. Dalam rangka mengkomunikasikan pesan kepada masyarakat umum dan orang tua murid, peneliti menemukan bahwa lembaga juga memberikan peran lebih kepada guru. Peran yang di dapat guru adalah sebagai agen komunikasi kepada masyarakat. Hal ini kemudian
123 Pengalaman Komunikasi Guru Homeschooling
ISSN : 0852-1190
Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.2, Juni 2017
diperkuat oleh statement Sanny Darman.
inggu disesuaikan dengan permintaan
“Kemasyarakat biasanya mereka
dan kebutuhan, waktu pengajaran pun
ditanya guru mana, mau ga mau
hanya dua jam sehari. Sisanya anak di-
harus menjadi agen komunikasi.
wajibkan belajar dirumah atau dapat
Karena itu begitu masuk pasti kita
mengembangkan minat dan bakat dengan
berikan informasi dulu mengenai
pengawasan orang tua.
homeschooling
karena
kalau
diluar pasti ditanya kan. Nah mereka yang harus menjelaskan. Minimal prinsip-prinsipnya mereka tahu.”
Waktu pertemuan yang lebih singkat
dibanding
dengan
proses
belajar
mengajar di sekolah formal membuat guru
homeschooling
membutuhkan
keahlian khusus dalam mengemas materi
Dalam menjalankan perannya se-
pelajaran. Tantangan
lainnya adalah
bagai agen komunikasi, guru home-
melakukan proses belajar mengajar yang
schooling mendukung lembaga dalam
membuat anak nyaman dalam belajar
melakukan sosialisasi homeschooling di
serta menyembuhkan anak yang mem-
Kota Bandung. Upaya yang dilakukan
iliki trauma dalam bersekolah sehingga
guru homeschooling adalah membantu
membedakan
lembaga dalam mengedukasi masyarakat
dengan sekolah formal. Hal ini diperkuat
mengenai model pendidikan alternatif
oleh pernyataan Sanny Darman.
bernama homeschooling. Publik yang menjadi kunci adalah orang tua karena orang tua lah yang memiliki peran besar dalam memilih pendidikan untuk anaknya. Di
pendidikan
ini
“Guru yang dibutuhkan adalah
guru
mengerti
yang anak.
mau
belajar
Dibanding
sekolah formal yang harus seperti ini dan itu kalau di homeschool-
homeschooling,
khususnya
komunitas atau di lembaga, tempat dan suasana belajar mengajar dikondisikan senyaman mungkin layaknya anak berada di rumah. Namun, kurikulum yang diterapkan sama dengan sekolah formal, dengan
model
tujuan
penyamaan
lulusan.
Perbedaan lainnya adalah sekolah dil-
aksanakan minimal dua kali dalam sem-
ing mereka harus lebih kreatif berpikir out of the box” Dari pernyataan Sanny Darman, hal penting yang harus dipahami oleh guru homeschooling adalah mengerti anak, bahwa tiap anak memiliki keunikan dan sifat masing-masing yang tidak bisa disamakan seperti disekolah formal.
124 Pengalaman Komunikasi Guru Homeschooling
ISSN : 0852-1190
Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.2, Juni 2017
Selain itu, guru homeschooling juga ha-
Dengan menempatkan diri sebagai ka-
rus kreatif agar anak nyaman dalam bela-
kak, tentu gap antara guru dan siswa tid-
jar serta terus membangkitkan motiva-
ak seperti di sekolah formal. Hal ini yang
sinya dalam belajar dan mengembangkan
diyakini dapat membuat anak merasa
minatnya.
nyaman dalam melakukan pembelajaran.
Dalam proses belajar mengajar yang dilakukan
di
lembaga,
peneliti
menemukan perbedaan cara mengajar
Berikut pendapat salah satu anak yang pindah dari sekolah formal ke home-
schooling.
yang dilakukan oleh guru homeschooling
“Nyaman banget kak, ga kaya
dibanding dengan guru sekolah formal.
dulu disekolah formal dikit-dikit
Seperti yang diungkapkan oleh Adi yang
dimarahin, kadang bukan aku
merupakan guru homeschooling di Ta-
yang salah aku ikut dimarahin.
man Sekar Bandung.
Kalau disini gurunya kayak te-
“Pertama saya memposisikan seperti seorang kakak terhadap adek,
ya hubungannya tidak formal,
men, terus aku curhat masalahku gimana dan mereka mengerti dan aku merasa diterima apa adanya.
santai. Mungkin itu yang diterima
Dengan pendekatan yang berbeda
anak-anak disini adalah kenya-
anak merasa lebih diterima dibanding
manan. Saya bangun kenyamanan
dengan sekolah sebelumnya. Anak pun
bahwa saya disini adalah tutor
dapat menceritakan masalah yang mere-
atau guru, tapi diluar itu ya ang-
ka alami dengan gurunya yang tidak bisa
gaplah sebagai kakak sendiri.
dilakukan kepada guru sekolahnya ter-
Anggaplah seseorang yang nya-
dahulu atau bahkan ke orang tuanya.
man diajak ngobrol dan bercanda. Itu yang selama ini saya jalani, saya tidak pengen selalu dihormat.”
Mayoritas
anak
yang
mengikuti
model homeschooling memiliki berbagai latar belakang sehingga memilih homeschooling. Beberapa ada yang tidak co-
Dengan memposisikan sebagai kakak
cok atau memiliki masalah di sekolah
tentu sudah menjadi hal yang berbeda
formal. Masalah-masalah yang dialami
dengan guru sekolah formal. Kondisi
anak biasanya memiliki kesibukan lain
yang dibangun mencoba membentuk
dalam menekuni minat dan bakatnya.
suasana belajar yang senyaman mungkin.
Adapula yang memiliki masalah dengan
125 Pengalaman Komunikasi Guru Homeschooling
ISSN : 0852-1190
Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.2, Juni 2017
tenaga pendidik atau menjadi korban bul-
dasarkan hal tersebut menjadi penting
lying.
kiranya dilakukan sebuah riset yang
Orang tua akhirnya mendapatkan alternatif bagi anaknya yang merasa tidak cocok dengan pendidikan sekolah formal. Anak pun tetap mendapatkan haknya untuk memperoleh pendidikan
mengkaji mengenai komunikasi guru homeschooling. Oleh karena itu tulisan ini bermaksud untuk mengungkap hal yang berkaitan dengan dengan pengalaman komunikasi guru homeschooling
layaknya anak yang lain. Seperti yang
dengan lingkungannya.
diungkapkan oleh salah satu orang tua
1. Landasan Teori
siswa homeschooling.
Teori
“Ya gimana anak saya itu kan kondisinya dengan
seperti yang
itu
lain.
beda Kalau
disekolah malah sering dimarahin gurunya karena nakal. Akhirnya
dia nya malah sering bolos sekolah karena capek dimarahin terus. Kalau di homeschooling saya lihat dia bisa seneng belajar terus lebih terbuka sama saya tentang permasalahan yang dialaminya.” Homeschooling
nyatanya
dapat
membantu orang tua yang sedang mencari alternatif ketika kondisi anak sudah tidak mau bersekolah. Nilai positif lain yang didapatkan adalah karena basic nya homeschooling
adalah
pendidikan
keluarga, anak pun dapat lebih terbuka terhadap permasalahan yang mereka alami. Hubungan antara orang tua dan anak kemudian menjadi semakin intim. Ber-
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah teori fenomenologi transcedental yang dicetuskan oleh Edmund Husserl. Bagi Husserl, fenomenologi adalah ilmu fundamental dalam berfilsafat. Fenomenologi adalah ilmu tentang hakikat dan bersifat a priori (Munir,
Misnal,
dalam
Kuswarno,
2009:9) Husserl berpendapat bahwa ilmu positif memerlukan pendamping pendekatan filasafat fenomenologis. Pemahamannya diawali dengan ajakan kembali pada sumber atau realitas yang sesunggunya. Untuk itu, perlu langkah-
langkah metodis “reduksi” atau menempatkan
fenomena
dalam
keranjang
(bracketing) atau tanda kurung. Melalui reduksi, terjadi penundaan upaya menyimpulkan sesuatu dari setiap prasangka terhadap realitas. Adapun langkahlangkah metodis yang dimaksud adalah reduksi eidetis, reduksi fenomenologi, dan
reduksi
transedental
126 Pengalaman Komunikasi Guru Homeschooling
(Basrowi.
ISSN : 0852-1190
Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.2, Juni 2017
2002:34).
menurut perpektifnya sendiri yang unik
Dengan menempatkan fenomena da-
dan khas. Dunia tidak dipahami sebagai
lam tanda kurung, berarti kita menempat-
dunia objektif dalam pengertian fisik ma-
kan perhatian kita dalam struktur pen-
terial, tetapi dunia sebagaimana dihayati
galaman sadar. Kata kuncinya adalah
oleh subjek sebagai pribadi. Dengan
membedakan apakah kesadaran itu bagi-
demikian dalam pandangan fenomenolo-
an dari kesengajaan, ataukah karena ter-
gi, dunia itu subjektif dan relatif. Tugas
hubung langsung dengan sesuatu. Misal-
fenomenologilah untuk menggali dunia
nya kesadaran kita akan sebatang pohon,
yang dihayati tersebut, sehingga hasilnya
dengan menempatkan pohon dalam tanda
dapat dijadikan sebagai asumsi ilmu
kurung, maka perhatian kita tidak harus
pengetahuan (Basrowi, 2002: 35)
kepada pohon secara spesifik, namun
Adapun pokok-pokok pikiran Hus-
bisa pada pohon dan makna pohon yang
serl (Munir, 2008: 90-93) mengenai fe-
ada dalam struktur pengalaman kita.
nomenologi, adalah sebagai berikut ini:
Inilah yang oleh Husserl dinamakan
a.
Fenomena adalah realitas sendiri
dengan pengertian noema dan noematic
yang tampak.
dari pengalaman.
b.
Melalui reduksi transedental, Husserl
Tidak ada batas antara subjek dengan realitas
menemukan adanya esensi kesadaran
c.
Kesadaran bersifat intensional.
yang disebut intensionalitas. Setiap ak-
d.
Terdapat interaksi antara tinda-
tivitas intensionalitas (noetic) termasuk
kan kesadaran (noesis) dengan
aktivitas menyadari sesuatu. Pengertian
objek yang disadari (noema).
kesadaran selalu dihubungkan dengan
2. Konsep Pengalaman Komunikasi
kutub objektifnya, yakni objek yang
Memori memegang peranan penting
disadari (Basrowi, 2002:34). Hal yang
dalam mempengaruhi persepsi maupun
paling penting dalam reduksi ini bukan
berpikir. Kemudian, menyebabkan or-
terletak pada persoalan menempatkan
ganisme sanggup merekam fakta tentang
fenomena dalam tanda kurung, melainan
dunia dan menggunakan pengetahuann-
bagaimana subjek memberikan inter-
ya
pretasi
(Schlessinger & Groves, 1976 dalam
terhadap
objek
selanjutnya
(Munir, 2008:90-93). Setiap
membimbing
perilakunya.
Rakhmat, 2008: 62). Pengalaman meru-
subjek
mengkonsitustikan
untuk
transedental
dunianya
sendiri,
pakan sesuatu yang dialami. Melalui pengalaman, individu memiliki penge-
127 Pengalaman Komunikasi Guru Homeschooling
ISSN : 0852-1190
Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.2, Juni 2017
tahuan. Hal ini sesuai dengan pernyataan
dorongannya pada tindakan. Maka pen-
bahwa: “All objects of knowledge must
galaman komunikasi yang dialami oleh
conform to experience” (Moustakas,
guru homeschooling saat mereka ber-
1994: 44).
hadapan dengan homeschooler, men-
Pengalaman individu terkait suatu obyek
atau
peristiwa
imbulkan sebuah tindak lanjut yang
berhubungan
mereka lakukan. Salah satu tindak lanjut
dengan fenomena yang dialami individu
tersebut adalah menjadi sosok guru yang
berhubungan dengan obyek atau peristi-
disukai oleh anak-anak.
wa itu. Hal ini diterangkan oleh Radford
3. Konsep Proses Belajar Mengajar
(2005: 151) yang mengatakan “People is
Oemar
Hamalik
(2005:
154)
retrieving a memory of a prior experi-
mendefinisikan belajar adalah perubahan
ence of phenomena” yang berarti bahwa
tingkah laku yagn relatif mantap berkat
setiap orang menyimpan memori dari
latihan dan pengalaman. Belajar merupa-
pengalaman
kan suatu aktivitas yang menimbulkan
dalam
fenomena
sebe-
perubahan yang relatif permanen sebagai
lumnya. Setiap fenomena yang dilihat atau
akibat
dari
upaya-upaya
yang
dil-
dialami individu tersimpan dalam ruang
akukannya. Mengajar adalah penciptaan
kesadaran diri individu dan berwujud
sistem lingkungan yang memungkinkan
sebagai pengalaman individu itu sendiri.
terjadinya proses belajar (JJ. Hasibuan
Pengalaman bisa berhubungan dengan
dan Moedjiono, 2002: 3).
banyak dimensi dan sisi kehidupan indi-
Menurut (Martinis Yamin, 2007: 59),
vidu termasuk komunikasi. Setiap indi-
proses belajar mengajar merupakan pros-
vidu pasti memiliki pengalaman dalam
es yang sistematik, artinya proses yang
berkomunikasi dengan individu lain.
dilakukan oleh guRu dan siswa di tempat
Pengalaman komunikasi individu bersifat
belajar dengan melibatkan sub-sub, bagi-
relatif dan subjektif.
an, komponen-komponen atau unsur-
Melalui penjelasan tersebut, maka dapat
dijelaskan bahwa pengalaman
komunikasi
yang
dimaksud
dalam
unsur yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. 4. Konsep Homeschooling
penelitian ini adalah sesuatu yang diala-
Dalam bahasa Indonesia, terjemahan
mi individu dan berkaitan dengan aspek-
dari homeschooling adalah “sekolah ru-
aspek komunikasi, melalui proses, sim-
mah”. Istilah ini dipakai secara resmi
bol maupun makna yang dihasilkan, serta
oleh Departemen Pendidikan Nasional
128 Pengalaman Komunikasi Guru Homeschooling
ISSN : 0852-1190
Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.2, Juni 2017
(Depdiknas) untuk menyebutkan home-
komunitas yang melakukan pertemuan
schooling. Selain sekolah rumah, home-
rutin beberapa kali dalam satu minggu.
schooling
(Sumardiono, 2007:7).
terkadang
diterjemahkan
dengan istilah sekolah mandiri.
5.
Homeschooling merupakan model pendidikan alternatif selain di sekolah.. Pengertian umum homeschooling adalah
model pendidikan di mana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab
sendiri
atas
pendidikan
anak-
anaknya. Di dalam penyelenggaraan homeschooling, orang tua dapat memilih apakah menyelenggarakan sendiri proses homeschooling
atau
Konsep Personal Branding “Personal branding is the process of developing a “mark” that is created around your personal name or your career. You use this “mark” to express and communicate your skills, personalty, and values. The end goal is that the personal brand that you develop will build your reputation and help you to grow your network in a way that interest others. They will then seek you out for your knowledge and expertise.”
mereka
Apabila pengertian diatas dikaitkan
menggunakan bantuan lembaga lain, baik
dengan penelitian ini, bagaimana seorang
sedikit atau banyak di dalam proses
guru homeschooling mengembangkan
penyelenggaraan. Lembaga yang sering
ciri khas dalam dirinya. Guru home-
disebut dengan istilah homeschooling,
schooling menggunakan ciri khas nya
sebenarnya sebutan lengkapnya adalah
untuk mengekspresikan dan mengkomu-
Komunitas Homeschooling. Lembaga ini
nikasikan skills, personaliti, dan nilai-
memberikan layanan dan bantuan di da-
nilai yang ada pada dirinya. Tujuannya
lam
untuk membangun reputasi dan mengem-
penyelenggaraan
homeschooling.
(Sumardiono, 2010: 7).
bangkan karir mereka.
Bentuk layanan dalam komunitas
homeschooling berbeda
antara
satu
dengan lainnya, demikian juga biayanya. Ada komunitas yang hanya memberikan
“A personal brand is experience of someone relationship with who and what you represent dividual.”
the total having a you are as an in-
layanan asistensi kurikulum, proses bela-
Dari pengertian di atas peneliti me-
jar, dan ujian tanpa menyediakan tutor/
nyimpulkan, personal branding adalah
pengajar karena semua proses belajar
pengalaman dari guru homeschooling
diserahkan sepenuhnya pada keluarga.
dalam menjalankan hubungan dengan
Ada komunitas yang juga menyediakan
dirinya sendiri dan apa yang diperlihat-
layanan tutor yang datang ke rumah, ada
kan sebagai individu. Berkaitan dengan
129 Pengalaman Komunikasi Guru Homeschooling
ISSN : 0852-1190
Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.2, Juni 2017
penelitian ini adalah pengalaman komu-
lam
nikasi apa saja yang dialami oleh guru
melakukan eksplorasi terhadap struktur
homeschooling dalam membentuk per-
kesadaran pengalaman hidup manusia.
sonal branding.
menangani
sebuah
fenomena
Menurut Husserl (Creswell, 1998:
Personal brand juga dapat menjadi
52) peneliti fenomenologis berusaha
cerminan bagi lembaga tempat individu
mencari tentang, hal-hal yang perlu
bernaung. Ketika konsumen mengaso-
(esensial), struk invarian (esensi) atau
siasikan produk tertentu dengan sebuah
arti pengalaman yang mendasar dan
perusahaan tertentu , mereka cenderung
menekankan pada intensitas kesadaran
menganggap korporasi lebih positif. Per-
dimana pengalaman terdiri dari hal-hal
sonal brand yang kuat merefleksikan
yang tampak dari luar dan hal-hal yang
nilai baik lembaga maupun individu.
berada dalam kesadaran masing-masing
(Schawbel, 2010: 53)
berdasarkan memori, image, dan arti. Dalam penelitian ini paradigma yang
6. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. John Creswell (1998:15) menjelaskan bahwa penelitian ini sebagai sebuah proses penelitian yang mengeksplorasi masalah sosial dan manusia. Peneliti membangun gambaran yang kompleks dan menyeluruh, menganalisis kata-kata, melaporkan secara detail pandangan responden dan melakukannya dalam sebuah setting penelitian yang naturalis.
Sedangkan
pendekatan
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologis, dimana pendekatan
ini
menurut
Polkinghorne
(Creswell, 1998: 51-52) menggambarkan arti sebuah pengalaman hidup untuk beberapa orang tentang sebuah konsep atau fenomena. Orang-orang yang terlibat da-
dijadikan rujukan adalah paradigma kon-
struktivisme. Konstruktivisme merupakan paradigma yang toleran, longgar serta tidak terlalu mementingkan tahap penelitian. Paradigma ini melahirkan metode penelitian kualitatif yang memiliki sifat sangat berbeda dengan kuantitatif. Realitas memiliki sifat relatif, yang merupakan hasil dari konstruksi mental yang bermacam-macam dan tak dapat diindra (Denzin dan Lincoln, 2009:107.). Realitas dibentuk oleh pengalaman dan konstruksi sosial yang berlaku. Selain itu, realitas juga berciri lokal dan spesifik dan bentuk serta isinya bergantung pada manusia atau kelompok sosial yang memiliki konstruksi tersebut. Tidak ada unsur generalisasi dalam penciptaan re-
alitas.
Dan
muncul
130 Pengalaman Komunikasi Guru Homeschooling
istilah
realitas
ISSN : 0852-1190
Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.2, Juni 2017
majemuk yang merupakan simplifikasi dari banyaknya jumlah realitas yang tercipta.
B. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertanyaan kedua mengenai pengalaman komunikasi guru homeschooling
Pengumpulan data dalam penelitian
dalam membentuk personal branding
ini dilakukan melalui wawancara men-
saat proses belajar mengajar. Fenome-
dalam, observasi, dan studi pustaka. Wa-
nologi membantu peneliti memasuki
wancara
dilakukan
sudut pandang orang lain dan berupaya
secara semi-structured interview, dimana
memahami mengapa mereka menjalani
peneliti memiliki satu daftar pertanyaan
hidupnya
atau topik spesifik yang akan dibahas
(Daymon dan Hallowaym 2008: 228 da-
tetapi informan memiliki kebebasan un-
lam Ardianto, 2011: 66).
mendalam
yang
dengan
cara
seperti
itu.
tuk menjawa pertanyaan. Observasi dil-
Personal branding merupakan per-
akukan ketika wawancara berlangsung,
sepsi yang tertanam dan terpelihara da-
termasuk dari cara informan menjawab
lam benak orang lain, maka yang men-
pertanyaan, serta mengamati bagaimana
jadi inti persoalannya adalah bagaimana
gesture Guru Homeschooling yang di-
orang lain memandang seseorang terse-
perlihatkan selama wawancara. Studi
but pada sisi positif dan tertarik untuk
pustaka diperlukan penulis sebagai bukti
menggunakan jasanya (Parengkuan &
pendukung untuk mengetahui data-data
Tumewu, 2014: 18). Upaya pemaknaan
sekunder.
yang dilakukan informan tentu berdam-
Uji keabsahan data dalam penelitian
pak kepada persepsi anak terhadap
ini dilakukan dengan triangulasi data
dirinya.
Schutz
meletakkan
yang diperoleh dengan melakukan wa-
manusia dalam pengalaman subjektif,
wancara dalam waktu yang berbeda, juga
terutama ketika mengambil tin-dakan
membandingkan keadaan dan perspektif
dan mengambil sikap terhadap dunia ke-
seseorang dengan berbagai pendapat dan
hidupan sehari-hari (Artawan, Shinta-
pandangan orang lain. Triangulasi sum-
dewi, & Budiana, 2016). Hasil pemak-
ber dalam penelitian ini adalah Ketua
naan tersebut juga berdampak kepada
Asosiasi Sekolah Rumah dan Pendidikan
eksistensi informan di masyarakat meng-
Alternatif (ASAHPENA) Kota Bandung,
ingat model homeschooling belum sepe-
yaitu Sanny Darman.
nuhnya diterima di masyarakat.
131 Pengalaman Komunikasi Guru Homeschooling
hakikat
ISSN : 0852-1190
Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.2, Juni 2017
Model 1.1 Pengalaman Komunikasi Guru Homeschooling Dalam Membentuk Personal randing
Pengalaman komunikasi yang diala-
materi, menerima segala kekurangan
mi guru homeschooling ketika mereka
yang dimiliki anak, tidak mengeluarkan
berhadapan dengan siswa saat proses
kata-kata yang menyakiti hati anak,
belajar mengajar. Pengalaman komu-
mendengarkan keluh kesah anak, mem-
nikasi yang dimaksud adalah sesuatu
beri tahu mana yang baik dan buruk bagi
yang dialami individu dan berkaitan
anak, dan mengetahui karakteristik mas-
dengan aspek-aspek komunikasi, melalui
ing-masing anak.
proses, simbol, maupun makna yang
Pengalaman
komunikasi
menjadi
dihasilkan serta dorongannya pada tinda-
guru yang peduli, sering kali kita jumpai
kan. Tindakan yang dimaksud adalah un-
kondisi dimana anak mengeluh karena
tuk menjadi sosok guru yang disukai oleh
merasa tidak ada yang peduli dengan per-
muridnya. Peneliti menggolongkan per-
masalahan yang mereka hadapi, baik
sonal branding Guru Homeschooling
dirumah maupun disekolah. Tuntutan
menjadi empat jenis, yaitu peduli, egali-
orang tua akan nilai yang bagus dan guru
ter, support, dan global knowledge.
yang hanya menyuruh kita belajar dan
Pengalaman komunikasi guru yang
mengerjakan tugas. Hal tersebut menjadi
peduli meliputi mementingkan kepuasan
motivasi tersendiri bagi informan untuk
batin dalam mengajar dibanding dengan
menjadi sosok yang dibutuhkan oleh
132 Pengalaman Komunikasi Guru Homeschooling
ISSN : 0852-1190
Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.2, Juni 2017
anak-anak. Informan memandang anak
maka suasana hubungan komunikasi
lebih penting daripada pelajaran, menya-
akan dapa berkembang dan tumbuh sikap
dari bahwa tugas mereka adalah menye-
saling pengertian dan penerimaan. Em-
diakan sebuah lingkungan yang nyaman.
pati tidak saja berkaitan dengan aspek
Mengembangkan hubungan yang erat
kognitif,
dengan
keluh
afektif, dan ditunjukan dalam gerakan
kesah mereka, memperlihatkan empati
seperti cara berkomunikasi. (Hidayat,
serta memenuhi kebutuhan akademik dan
2012: 46-47)
murid,
mengengarkan
emosional murid. Pengalaman
tetapi
mengandung
aspek
Pengalaman komunikasi guru yang komunikasi
menjadi
egaliter meliputi penggunaan kata kakak
guru yang peduli juga dapat dikategori-
sebagai panggilan bukan bapak atau ibu,
kan sebagai komunikasi antar pribadi
menjadi seseorang yang nyaman diajak
bersifat empati. Yaitu merasakan apa
berbicara dan bermain, tidak ingin selalu
yang dirasakan orang lain. Komunikasi
dihormati, sabar dalam menghadapi anak
antar pribadi dapat berlangsung kondusif
yang kelewat batas, dan menegur dengan
apabila komunikator (pengirim pesan)
pengertian bukan dengan hukuman.
menunjukan rasa empati pada komu-
Pengalaman
komunikasi
menjadi
nikan (penerima pesan). Sugiyo (2005),
guru yang egaliter, menurut Kamus Be-
empati dapat diartikan sebagai mengha-
sar Bahasa Indonesia (2001: 285), egali-
yati perasaan orang lain atau turut me-
tarian adalah pandangan atau doktrin
rasakan apa yang dirasakan orang lain.
yang menyatakan bahwa manusia itu
Sementara Surya dalam Sugiyo (2005)
ditakdirkan sama derajat. Di dalam ling-
mendefinisikan bahwa empati adalah se-
kungan
bagai suatu kejadian untuk memahami
menganggap dirinya sebagai sosok kakak
orang lain secara paripurna, baik yang
atau teman yang dapat membuat anak
nampak maupun yang terkandung, khu-
nyaman untuk diajak berbicara. Hub-
susnya dalam aspek perasaan, pikiran,
ungan yang dijalin adalah layaknya ka-
dan keinginan. Individu dapat menepat-
kak dan adik yang belajar bersama. Patut
kan diri dalam suasana perasaan, pikiran,
dipahami pula bahwa komunikasi verbal
dan keinginan orang lain sedekat mung-
dan nonverbal, merupakan varian dari
kin apabila individu tersebut dapat ber-
komunikasi antarpribadi. (Supratman &
empati. Apabila empati tersebut tumbuh
Rafiqi, 2016).
dalam proses komunikasi antar pribadi
homeshcooling
Pengalaman
komunikasi
133 Pengalaman Komunikasi Guru Homeschooling
informan
menjadi
ISSN : 0852-1190
Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.2, Juni 2017
guru yang egaliter juga dapat dikategori-
proses pembelajaran dibanding dengan
kan sebagai komunikasi antar pribadi
hasil, selalu memberikan motivasi kepa-
bersifat kesetaraan atau kesamaan. Yaitu
da anak kelak akan menjadi orang yang
pengakuan secara diam-diam bahwa
hebat atau sukses, membangun karakter
kedua belah pihak menghargai, berguna,
anak, dan membantu mengembangkan
dan mempunyai sesuatu yang penting
potensi yang dimiliki oleh anak.
untuk disumbangkan. Kesetaraan meru-
Pengalaman
komunikasi
menjadi
pakan perasaan sama dengan orang lain,
guru yang support, menurut informan
sebagai manusia tidak tinggi atau rendah,
support yang diberikan seperti mem-
walaupun terdapat perbedaan dalam ke-
berikan motivasi kepada murid agar
mampuan tertentu, latar belakang keluar-
mereka juga ikut termotivasi, karena
ga atau sikap orang lain terhadapnya.
tujuan dari homeschooling sendiri adalah
Rakhmat (2005) mengemukakan bahwa
memberikan motivasi belajar kepada
persamaan atau kesetaraan adalah sikap
anak. Motivasi belajar adalah kese-
memperlakukan orang lain secara hori-
luruhdan daya penggerak dalam diri
zontal dan demokratis, tidak menunjuk-
siswa yang menimbulkan kegiatan bela-
kan diri sendiri lebih tinggi atau lebih
jar, yang menjamin kelangsungan dari
baik dari orang lain karena status,
kegiatan belajar dan memberikan arah
kekuasaan,
intelektual
pada kegiatan belajar, sehingga tujuan
kekayaan atau kecantikan. Dalam persa-
yang dikehendaki oleh subjek belajar itu
maan tidak mempertegas perbedaan,
dapat tercapai. (Sadirman, 1986: 75)
artinya
kemampuan,
tidak
menggurui,
tetapi
Pengalaman
komunikasi
menjadi
berbincang pada tingkat yang sama, yaitu
guru yang support juga dapat dikategori-
mengkomunikasiakan penghargaan dan
kan sebagai komunikasi antar pribadi
rasa hormat pada perbedaan pendapat
bersifat dukungan. Yaitu situasi yang
merasa nyaman, yang akhirnya proses
terbuka untuk mendukung komunikasi
komunikasi akan berjalan dengan baik
berlangsung efektif. Dalam komunikasi
dan lancar. (Hidayat, 2012: 49)
antarpribadi diperlukan sikap memberi
Pengalaman komunikasi guru yang
dukungan dari pihak komunikator agar
support meliputi membuat kata sisipan
komunikan mau berpartisipasi dalam
yang memotivasi di tiap lembar soal
komunikasi. Hal senada dikemukakan
ujian, membahasa wawasan umum di
Sugiyo (2005), dalam komunikasi antar
sela-sela jam pelajaran, mementingkan
pribadi perlu adanya suasana yang men-
134 Pengalaman Komunikasi Guru Homeschooling
ISSN : 0852-1190
Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.2, Juni 2017
dukung atau memotivasi, lebih-lebih dari
wasan global, maka pendidikan me-
komunikator.
(2005)
megang peranan penting. Melalui pen-
mengemukakan bahwa “sikap suportif
didikan maka seseorang harus mampu
adalah sikap yang mengurangi sikap de-
mengembangkan empat hal berikut: 1)
fensif. Orang yang defensif cenderung
Kemampuan mengantisipasi (anticipate),
lebih banak melindungi diri dari an-
artinya pendidikan berusaha menyiapkan
caman yang ditanggapinya dalam situasi
anak didik untuk dapat mengantisipasi
komunikan daripada memahami pesan
perkembangan IPTEK. 2) Mengerti dan
orang lain. Dukungan merupakan pem-
mengatasi situasi (cope), artinya dapat
berian dorongan atau pengorbaran se-
mengembangkan kemampuan dan sikap
mangat kepada orang lain dalam suasana
peserta didik untuk menangani dan ber-
hubungan
hadapan
Rahmat
komunikasi.
Karena
itu,
dengan
situasi
baru.
(3)
dengan adanya dukungan dalam situasi
Mengakomodasi (acomodate), artinya
terebut, komunikasi antarpribadi akan
dapat
bertahan lama karena tercipta suasana
IPTEK yang pesat dan segala perubahan
yang mendukung. (Hidayat, 2012: 47)
yang ditimbulkannya. (4) Me-re-orientasi
mengakomodasi
perkembangan
Pengalaman komunikasi guru yang
(re-orient), artinya persepsi dan wawa-
global knowledge meliputi memanfaat-
san tentang dunia perlu diorientasikan
kan gadget yang dimiliki anak dalam
kembali karena perkembangan IPTEK
proses belajar mengajar, mempelajari
dan perubahan sosial yang cepat sehing-
dan menerapkan berbagai metode pem-
ga memperoleh wawasan yang semakin
belajaran terkini, tidak terlalu banyak
luas.
ceramah dalam pengajaran, proses bela-
Pengalaman
komunikasi
menjadi
jar mengajar tidak harus di dalam ru-
guru yang global knowledge, dilatar
angan, menggunakan berbagai macam
belakangi kesadaran
teknologi komunikasi dalam pengajaran,
mengikuti perkembangan jaman. Kondisi
memanfaatkan sosial media dalam ber-
saat ini tentu berbeda dengan yang diala-
interaksi dengan anak.
mi guru ketika bersekolah, perkem-
informan untuk
Meningkatkan dan memperluas wa-
bangan teknologi dan juga era globalisasi
wasan global merupakan unsur penting
menjadi tantangan tersendiri untuk me-
untuk
nyiapkan
memahami
masalah
global.
lulusan
yang
berkualitas.
Menurut Makagiansar (Mimbar Pendidi-
Metode yang digunakan juga seharusnya
kan, 1989) agar dapat meningkatkan wa-
mengikuti dengan kondisi saat ini.
135 Pengalaman Komunikasi Guru Homeschooling
ISSN : 0852-1190
Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.2, Juni 2017
Menurut Sanny Darman, pekermbangan jaman
sangat
lah
cepat,
kemajuan
teknologi sangat pesat, sekarang sudah era nya globalisasi. Guru-guru yang ada saat ini adalah jebolan tahun 70-80an. Kondisi tersebut tentu berbeda dengan kondisi saat ini. Anak-anak nantinya
akan disiapkan untuk tahun 2020-an, jangan memakai metode terdahulu untuk jaman sekarang. C. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, pengalaman komunikasi yang dialami oleh para informan selama menjadi guru homeschooling dalam upaya membentuk personal branding antara lain pengalaman komunikasi menjadi guru yang peduli, guru yang egaliter, guru yang support,
dan
guru
yang
global
knowledge. Personal branding dilakukan oleh guru homeschooling dalam menjawab kondisi pendidikan dan anak-anak yang memiliki trauma atau ketidak cocokan dengan guru di sekolah formal. Saran dari penelitian ini adalah guru homeschooling membuat sebuah ikatan baik berbentuk organisasi atau komunitas. Dengan adanya wadah berkumpul para guru homeschooling dapat memiliki ruang untuk bertukar pikiran satu sama lain sehingga wawasan terus berkembang dan update serta eksistensi guru home-
schooling lebih terlihat dan kuat di
masyarakat. D. DAFTAR PUSTAKA Ardianto, Elvinaro. 2011. Metodologi Penelitian untuk Public Relations, Kuantitatif dan kualitatif. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Aristi, N., & Hafiar, H. (2014). Analisis Beban Kerja Tenaga Pendidik Dan Kependidikan Di Fakultas Y Universitas X. Jurnal Kajian Komunikasi, 2/1, 53–60. Artawan, G. A. W. M., Shintadewi, E. A., & Budiana, H. R. (2016). Makna Kegiatan Unilever Future Leaders League Bagi Para Peserta. Profesi Humas, 1(1), 1–11. Basrowi dan Sukidin. 2002. Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro. Surabaya: Insan Cendekia. Creswell, John W. 1998. Qualitative Inquiry And Research Design: Choosing Among Five Traditions. London: SAGE Publications. Denzin, Norman K. and Lincoln, Yvonna S. 2009. Handbook of Qualitative Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Hamalik, Oemar. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Akasara Hasibuan, JJ dan Moerdiono. 2002. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Remaja Karya. Hidayat, Dasrun. 2012. Komunikasi A ntar Pribadi dan Medianya. Yogyakarta: Graha Ilmu Kuswarno, Engkus. 2009. Metodologi Penelitian Komunikasi Fenomenologi, Konsepsi, Pedoman, dan Contoh Penelitiannya. Bandung: Widya Padjadjaran. Moustakas, Clark. 1994. Phenomenological Research Methods. California: Sage Publication. Munir, Misnal. 2008. A liran-Aliran Utama Filsafat Barat Kontemporer. Yogyakarta: Lima.
136 Pengalaman Komunikasi Guru Homeschooling
ISSN : 0852-1190
Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.2, Juni 2017
Parengkuan, Erwin dan Becky Tumewu. 2014. Personal Brand-Inc. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Radford. Gary. P. 2005. On The Philoshopy of Communication. Belmont: Wadsworth Rakhmat, Jalaluddin. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya Schawbel, Dan. 2010. Build a Powerful Brand To Achieve Carrier Success Me. 2.0. Berskhire: Kaplan Publishing Sumardiono. 2007. Homeschooling Lompatan Cara Belajar. Jakarta: PT. Elex Media Kompatindo. Supratman, L. P., & Rafiqi, A. (2016). Kajian etnografi komunikasi pada gaya berkomunikasi komunitas. Jurnal Kajian Komunikasi, 4/1, 1–9. Yamin, Martinis. 2007. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: GP
Press
Website: http://marketing.about.com/od/ marketingglossary/g/definition-ofpersonal-branding.htm http://www.forbes.com/sites/ glennllopis/2013/04/08/personalbranding-is-a-leadership-requirement-not -a-self-promotion-campaign/ #168801af15c0 http://
kurniawan.staff.uii.ac.id/2008/08/22/ mengembangkan-kepedulian-guru/
137 Pengalaman Komunikasi Guru Homeschooling