HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS PADA KOMUNITAS HOMESCHOOLING KAK SETO DI PONDOK AREN)
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh: CHENTAURI GALIH KISMARETY NIM : 1110015000016
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2016
ABSTRAK Chentauri Galih Kismarety. NIM: 1110015000016. Homeschooling dan Kecerdasan Sosial Siswa (Studi Kasus pada Komunitas Homeschooling Kak Seto di Pondok Aren). Skripsi Program Strata 1 (S1). Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2015 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kecerdasan sosial yang dimiliki siswa tingkat SMP di kelas komunitas homeschooling Kak Seto, Pondok Aren. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah tiga orang wali kelas terdiri dari tiap jenjang kelas dan enam orang siswa yang merupakan perwakilan dari setiap jenjang kelas yaitu dua orang siswa kelas VII, dua orang siswa kelas VIII, dan dua orang siswa kelas IX. Enam siswa tersebut dipilih berdasarkan rekomendasi para wali kelas kemudian peneliti lakukan observasi dengan tujuan untuk mendapat partisipan yang sesuai dengan kriteria dari dimensi kecerdasan sosial. Setelah melakukan observasi, selanjutnya peneliti mewawancarai mereka dengan menggunakan teknik wawancara semi terstruktur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) enam partisipan yang diwawancarai memiliki kecerdasan sosial yang baik, hal itu ditunjukkan dengan terpenuhinya beberapa dimensi kecerdasan sosial seperti mereka cerdas situasionalnya, mampu membawa diri, kejujuran dalam bersikap, mampu menyampaikan ide atau gagasannya secara jelas sehingga orang lain dapat mengerti dengan baik, dan empati. (2) satu orang dari enam partisipan menunjukkan kecerdasan sosial yang baik terlihat dari terpenuhinya kelima dimensi kecerdasan sosial, tiga partisipan menunjukkan kecerdasan sosial sedang karena menunjukkan empat dimensi kecerdasan sosial, dan dua partisipan menunjukkan kecerdasan sosial rendah karena hanya menunjukkan dua dimensi dari lima dimensi kecerdasan sosial. Kesimpulan ini diambil berdasarkan terpenuhinya beberapa dimensi kecerdasan sosial. (3) untuk menjawab pertanyaan utama pada penelitian ini yaitu bagaimana kecerdasan sosial siswa pada tingkat SMP di kelas komunitas Homeschooling Kak Seto, peneliti menyimpulkan bahwa anak yang mengikuti homeschooling khususnya pada kelas komunitas tetap dapat berinteraksi dengan teman-teman maupun lingkungan sekitar karena kelas komunitas mirip dengan sekolah formal, belajar di dalam satu ruangan yang disebut kelas dan ada beberapa siswa di dalamnya. Hanya saja pada homeschooling jumlah siswa tiap kelas tidak sebanyak di sekolah formal. Jumlah siswa di kelas komunitas rata-rata 10 orang tiap kelasnya, dimana dalam kondisi seperti itu tidak menutup kemungkinan jika para siswa berinteraksi satu sama lain. Keadaan yang terjadi di Homeschooling Kak Seto bisa saja tidak terjadi pada homeschooling lainnya, dikarenakan penelitian kualitatif tidak bisa digeneralisasikan pada kasus dan situasi yang berbeda. Kata Kunci: Homeschooling, Kecerdasan Sosial, Deskriptif Kualitatif i
ABSTRACT Chentauri Galih Kismarety. NIM: 1110015000016. Homeschooling and Students Social Intelligence (Case Studies of Kak Seto Homeschooling Community in Pondok Aren). Thesis of Bachelor Degree (S1). Faculty of Tarbiyah and Teacher’s Training, State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2015 The objective of this research was to find out the development of social intelligence of junior high school students in Kak Seto homeschooling class community, in Pondok Aren. The method used in this research was qualitative descriptive with a case study approach. Sample of this research were three teachers and six students in each grade, they are two students in 7th grade, two students in 8th grade, and two students in 9th grade. They were chosen based on the recommendation from the teachers, then researcher did observation to get participant who met the criteria of having some dimensions of social intelligence. After observed the participants, then the researcher interviewed them used semi structured interview technique. The result of this research showed that: (1) six participants interviewed have good social intelligence, it was showed that some of the social intelligence dimensions were attained like they were intellegent in the situational, able to adaptation and humble, honesty in act, able to presented their ideas clearly so another people could understand it, and empathy. (2) One person from six participants was indicated having good social intelligence, it was seen from the fact that the student attained the five dimensions of social intelligence, three participants had middle social intelligence because they attained four social intelligence dimensions, and two participants had low social intelligence. This conclusion was based on the completion of the social intelligence dimensions. (3) To answer the main question in this research, “How is the junior high school students social intelligence in Kak Seto homeschooling community,” researcher concluded that the students who attend homeschooling especially in community class are able to interact with friends and their surroundings because the community class in homeschooling was like as formal school, the students study in a room as called as a class and there are some students there. However, in homeschooling the amount of the students in a class is not as many as in formal school. The amount of the students in community class is around 10 people in each class, in the condition like that, there is a possibility for the students to communicate to each other. The condition that happened in Kak Seto homeschooling cannot be generalized to other homeschooling, as the nature of qualitative research that the findings applied per case. Keywords: Homeschooling, Social Intelligence, Qualitative Descriptive
ii
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini ditulis dan disusun guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik materil ataupun spiritual sehingga penulis mengucapkan terima kasih. Rasa terima kasih itu terutama penulis tujukan kepada: 1.
Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Ibu Maila Dinia Husni Rahim, MA selaku dosen pembimbing yang dengan kesabarannya membimbing dan mengarahkan penulis selama penulisan skripsi.
4.
Ibu Farida Yuli Avisena selaku Kepala Sekolah SMP di Homeschooling Kak Seto Pondok Aren yang telah memberi izin untuk penelitian selama skripsi.
5.
Humas Homeschooling Kak Seto, Kak Sri Wahyuni dan guru-guru yang telah memberikan bantuan selama penelitian skripsi di Homeschooling Kak Seto Pondok Aren.
6.
Murid-murid SMP di Homeschooling Kak Seto Pondok Aren.
7.
Ayahanda Nana Sutisna dan Ibunda Susilati tercinta yang telah memberikan cinta dan kasih sayang, do’a, dukungan, perhatian dan fasilitas sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi.
8.
Adikku Dimas Galih Febyan Sutisna yang telah memberikan dukungan selama penyusunan skripsi.
9.
Sahabatku OTSE, Dini Halimah (Halmeoni), Gina Rosdianti (Ahjumma), Cindy Febri Kostantia (Mamake), Lilian Paramita (Ny. Jong Woon), Nurfadilah (Yoona Dilah), Teteh geulis Frisca Fauzia Khairunnissa dan iii
Desdemonawita (Tante sosialita), tiada kata yang lebih indah untuk melukiskan kebaikan kalian. Kalian sahabat terbaikku. 10. “Miss Hyuk Jae” Arsendi Kasenda, “Ny. Ryeonggu” Esti Tri Ruhayani dan Santi Megasari yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama penyusunan skripsi. 11. Teman-teman Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial angkatan 2010, terutama REAKSI yang senantiasa berbagi dalam segala hal.
Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu meluangkan waktu, tenaga, pikiran, sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik dan semoga dapat berguna bagi kita semua. Semoga Allah SWT membalas amal kebaikan dari pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan oleh penulis.
Jakarta,
November 2015
Penulis
iv
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI LEMBAR PERNYATAAN UJI REFERENSI SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ABSTRAK ................................................................................................
i
ABSTRACT ...............................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ...............................................................................
iii
DAFTAR ISI .............................................................................................
v
DAFTAR TABEL .....................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
viii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ......................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ..............................................................
6
C. Pembatasan Masalah .............................................................
7
D. Perumusan Masalah ..............................................................
7
E. Tujuan Penelitian ..................................................................
7
F. Manfaat Hasil Penelitian .......................................................
7
1. Manfaat Teoritis ...............................................................
7
2. Manfaat Praktis .................................................................
8
KAJIAN TEORI A. Homeschooling .....................................................................
9
1. Pengertian Homeschooling ..............................................
9
2. Sejarah Homeschooling ...................................................
10
3. Jenis-jenis Homeschooling ...............................................
13
4. Keuntungan Homeschooling ............................................
14
B. Kecerdasan Sosial .................................................................
16
1. Pengertian Kecerdasan Sosial ..........................................
16
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Sosial ....
17
v
3. Dimensi Kecerdasan Sosial ..............................................
18
C. Hasil Penelitian Relevan .......................................................
19
D. Kerangka Konseptual ............................................................
22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................
23
1. Tempat Penelitian .............................................................
23
2. Waktu Penelitian ..............................................................
23
B. Metode Penelitian .................................................................
24
C. Sampel dan Sumber Data Penelitian ......................................
25
1. Sampel ..............................................................................
25
2. Sumber Data .....................................................................
26
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................
27
E. Instrumen Penelitian .............................................................
28
F. Rencana Penguji Keabsahan Data ........................................
32
G. Teknik Analisis Data ............................................................
34
BAB IV HASIL PENELITIAN
BAB V
A. Pendahuluan ..........................................................................
36
B. Profil Homeschooling Kak Seto Pondok Aren .....................
36
C. Informasi Partisipan ..............................................................
38
D. Paparan Data Hasil Penelitian ...............................................
45
1. Hasil Observasi Siswa ......................................................
46
2. Hasil Wawancara Guru ....................................................
50
3. Hasil Wawancara Siswa ...................................................
55
PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................
65
B. Saran ......................................................................................
66
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN vi
DAFTAR TABEL Tabel 3.1
Instrumen Lembar Observasi Kecerdasan Sosial Siswa di Homeschooling Kak Seto Pondok Aren ................
29
Tabel 3.2
Instrumen Wawancara dengan Guru (Tutor) ........................
30
Tabel 3.3
Instrumen Wawancara dengan Siswa ...................................
30
Tabel 3.4
instrumen Wawancara dengan Teman Dekat Siswa .............
31
vii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Foto Reduksi Data
Lampiran 2
Pedoman Wawancara
Lampiran 3
Lembar Observasi
Lampiran 4
Lembar Persetujuan menjadi Partisipan
Lampiran 5
Transkrip Wawancara Pembuka
Lampiran 6
Transkrip Wawancara Inti
Lampiran 7
Member Check
Lampiran 8
Lembar Uji Referensi
Lampiran 9
Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 10
Surat Ijin Observasi
Lampiran 11
Surat Izin Penelitian
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Setiap anak mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang layak bagi diri mereka, namun masih kita lihat dari berita televisi atau baca di media cetak maupun online anak justru mendapatkan pengalaman kurang menyenangkan selama bersekolah, misalnya saja kasus bullying (kekerasan atau intimidasi) sehingga membuat sekolah dirasa kurang memberikan suasana aman, nyaman, menyenangkan dan membangkitkan semangat perserta didik untuk mengembangkan bakat, minat dan potensi pribadinya secara optimal. Belum lagi peserta didik diwajibkan untuk mengikuti mata pelajaran yang sudah dirancang ke dalam kurikulum tanpa mempertimbangkan karakteristik peserta didik. Seperti yang disampaikan oleh Seto Mulyadi di bangkapos.com bahwa kurikulum yang dikembangkan di Indonesia sering tidak berpihak kepada perkembangan perilaku kecerdasan anak. Kurikulum terlalu padat dan cenderung dijejalkan kepada anak yang seharusnya bisa dirangsang kreativitasnya sesuai potensi unggul yang dimilikinya.1 Tidak hanya itu, orangtua juga khawatir dengan lingkungan negatif yang sewaktu-waktu dapat menghampiri anak mereka ketika sedang menimba ilmu di sekolah. Misalnya saja tawuran antar pelajar. Seperti yang diberitakan oleh indosiar.com tahun lalu, tanggal 12 Desember 2014, terjadi tawuran antar pelajar di fly over Klender, Duren Sawit, Jakarta Timur. Seusai melaksanakan ujian semester sekolah, puluhan pelajar dari dua sekolah yakni SMK dan SMP melakukan tawuran di jalanan. Para pelajar menggunakan senjata tajam dan saling lembar batu. Bahkan para pelajar berduel satu persatu dengan menggunakan senjata tajam seperti celurit dan golok. Mereka seolah tidak memikirkan
1
Dedy Purwadi, Urgensi Kecerdasan Sosial, 2015, h. 1, (http://bangka.tribunnews.com). Artikel ini diakses pada tanggal 08 Oktober 2015, pukul 11:01 WIB.
1
2
keselamatan diri sendiri maupun pengguna jalan yang melintas di lokasi ini. Tawuran ini sempat membuat arus lalu lintas di sekitar lokasi terhenti.2 Kasus lain yang mengisyaratkan bahwa sekolah formal belum memberikan suasana aman, nyaman dan menyenangkan bagi para siswa yakni, guru melakukan tindak kekerasan kepada siswa. Seperti yang diberitakan oleh SINDONEWS.com pada tanggal 30 Oktober 2014 seorang siswa SMP Islam dianiaya oleh guru agamanya. Kasus ini terjadi pada siswa SMP di Kabupaten Serang, Banten tahun kemarin. Peristiwa tersebut terjadi ketika jam pelajaran sedang berlangsung. Penganiayaan tersebut bermula ketika sang siswa ingin meminjam spidol ke temannya, tiba-tiba guru tersebut menampar pipi kirinya dan bahkan sempat mendorongnya. Siswa dipukul empat kali oleh guru. Siswa tersebut mengalami luka di bagian wajah dan punggung akibat tamparan dan dorongan gurunya. Peristiwa ini dilaporkan kepada Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polres Serang oleh ayah dari siswa tersebut dengan maksud supaya tidak ada korban lainnya.3 Kejadian serupa juga terjadi pada siswa SMP negeri di Desa Sukamaju, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi seperti yang diberitakan oleh SINDONEWS.com pada tanggal 27 Oktober 2014 enam orang siswa menjadi korban kekerasan guru saat camping. Sejumlah siswa mengaku di tendang dan dipukul pada bagian wajahnya, bahkan sebagian siswa lainnya mengalami luka lebam pada bagian punggung akibat di pukul menggunakan kayu. Akibat kejadian tersebut siswa mengalami trauma sehingga terpaksa harus di dampingi orangtuanya saat hendak masuk sekolah. Kondisi ini memicu para orangtua untuk melaporkan tindak kekerasan yang telah dilakukan oleh guru berinisial DN ke polsek setempat.4
2
Mohamad Subadri Arifqi, Tawuran Pelajar: Saling Serang di Jalanan, 2014, h. 1, (www.indosiar.com). Artikel ini diakses pada tanggal 04 Maret 2015, pukul 10:01 WIB. 3 Rasyid Ridho, Ditampar Guru, Siswa SMP Ini Melapor ke Polisi, 2014, h. 1, (http://daerah.sindonews.com). Artikel ini diakses pada tanggal 28 Februari 2015, pukul 10:46 WIB. 4 Toni Kamajaya, Enam Siswa Jadi Korban Kekerasan Guru saat Camping, 2014, h. 1-2, (http://daerah.sindonews.com). Artikel ini diakses pada tanggal 28 Februari 2015, pukul 11:27 WIB.
3
Masih dengan kasus yang sama, siswa SMP negeri di Subang, Jawa Barat, seperti yang diberitakan oleh SINDONEWS.com pada tanggal 10 November 2014 delapan siswa menjadi korban pemukulan guru olahraga karena tidak mengikuti acara yasinan di sekolah. Kedepalan siswa tersebut yakni Kevin Kelas IX, Abdul Kelas IX, Dede Taryana Kelas IX, Iryanto Kelas IX, Nanda Permana Kelas IX, M. Sandi Kelas IX, Anggis Rahmat Kelas IX dan Yopi Kelas VIII. Insiden pemukulan ini terjadi sebanyak dua kali, yakni 7 November dan Sabtu 8 November berawal ketika delapan siswa tersebut telat masuk sekolah sehingga tidak mengikuti kegiatan yasinan dan shalawatan yang rutin diadakan di sekolah setiap hari Jumat. Saat itu salah satu guru mendatangi mereka, karena takut, mereka berusaha lari dan guru itu pun mengejarnya. Tujuh dari delapan siswa berhasil di kejar oleh guru, sedangkan seorang siswa lainnya berhasil lari karena ketakutan. Tujuh siswa tersebut di beri hukuman, diantaranya dipukuli berkalikali di bagian punggung dengan menggunakan gagang alat pengepel lantai yang terbuat dari aluminium, dipush up-kan, dilempar sepatu dan disuruh jalan jongkok sambil menggendong tong sampah. Wajah mereka juga ditampar oleh guru tersebut. Akibatnya mereka menderita luka lebam dan membiru di bagian punggung serta pinggang. Seorang siswa yang berhasil lari, keesokan harinya di panggil oleh guru dan di pukuli sampai tubuhnya merasa kesakitan. Orangtua yang tidak menerima anaknya diperlakukan seperti itu, lantas melaporkan kejadian tersebut kepada Polsek Pagaden.5 Berdasarkan kasus diatas dapat kita lihat bahwa sekolah formal masih kurang dalam memberikan suasana belajar mengajar yang aman, nyaman dan menyenangkan bagi siswa ketika berada di lingkungan sekolah. Seperti kasus pertama, kedua dan ketiga yang diberitakan oleh SINDONEWS.com sikap guru tersebut tidak mencerminkan sebagai seorang pendidik. Sepatutnya guru menjalin hubungan yang baik dengan siswa sehingga terjalin kerjasama antara guru dengan siswa agar tercipta suasana yang menyenangkan saat proses belajar mengajar berlangsung. 5
Usep Husaeni, Tak Ikut Yasinan, 8 Siswa SMPN Dipukuli Guru, 2015, h. 1-3, (http://daerah.sindonews.com). Artikel ini diakses pada tanggal 28 Februari 2015, pukul 10:30 WIB.
4
Pendidikan tidak selamanya dilakukan di sekolah saja, pendidikan dapat dilakukan dimana pun dan kapan pun. Pada awalnya, pendidikan diselenggarakan di rumah. Kegiatan ini dikenal dengan istilah otodidak. “Yakni, proses belajar yang dilakukan secara mandiri dan dengan kemampuan sendiri. Kesadaran untuk memperoleh ilmu pengetahuan bergantung pada kemauan yang tumbuh dalam diri. Dari otodidak pula, tidak jarang berhasil menemukan teori-teori dasar ilmu pengetahuan.”6 Demikian pula, sistem pendidikan tak hanya ada dalam bentuk formal sebagaimana umumnya dikenal dan berkembang di masyarakat. Ada pun bentukbentuk pendidikan lain (alternatif) yang dikenal dan diakui dalam sistem pendidikan nasional yang berlaku di Indonesia, yakni pendidikan nonformal dan informal yang tercantum dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 26 dan 27. Hasil pendidikan nonformal dan informal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan yang dilakukan di lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah atau pemerintah daerah setempat dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. Sekolah rumah atau yang lebih dikenal dengan nama homeschooling telah menjadi tren di Indonesia beberapa tahun belakangan ini, terlebih setelah pemerintah mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang mengesahkan pendidikan informal ini. Homeschooling menjadi pilihan bagi sebagian besar orang karena alasan-alasan tertentu. Homeschooling merupakan pendidikan alternatif yang lebih fleksibel dan suasana pembelajaran pun tidak formal, proses pembelajaran dilakukan di rumah. Rumah dan segala isinya merupakan sumber media pembelajaran siswa. Pada sistem homeschooling, orangtua dapat menjadi fasilitator sepenuhnya bagi anak atau jika merasa perlu orangtua dapat memanggil orang yang memiliki keahlian di bidang tertentu untuk memberikan pengajaran kepada anaknya, karena tidak semua orangtua berprofesi sebagai guru dan mampu menjadi seorang guru yang dapat memenuhi kebutuhan proses belajar anak.
6
Satmoko Budi Santoso, Sekolah Alternatif, Mengapa Tidak...?!, (Jogjakarta: Divapress, 2010), h. 65.
5
Seperti yang dipaparkan dalam situs resmi fikarhomeschooling.net ada beberapa alasan orang tua memilih pendidikan informal seperti homeschooling karena keluarga dari anak tersebut yang selalu berpindah-pindah dari satu daerah ke daerah lain atau bahkan dari dalam negeri hingga ke luar negeri. Selain itu juga karena orang tua terpaksa menyekolahkan anak mereka pada pendidikan homeshooling karena anak tersebut tidak memiliki kesempatan mengikuti pendidikan formal seperti anak lainnya dengan beberapa pertimbangan salah satunya adalah keamanan dan kesehatan. Yang terakhir alasan orang tua memilih pendidikan informal seperti homeschooling adalah karena orang tua ingin anaknya lebih fokus dalam hal belajar karena biasanya dalam satu kelas hanya ada beberapa siswa saja.7 Tidak sepenuhnya homeschooling merupakan sekolah alternatif yang baik untuk memberikan pendidikan kepada anak, terdapat kemungkinan adanya suatu kekurangan dari sistem sekolah alternatif tersebut. Merujuk dari alasan orang memilih sekolah di homeschooling seperti yang dipaparkan oleh situs fikarhomeschooling.net, siswa yang bersekolah di homeschooling terkesan kurang berinteraksi dengan lingkungan sekitar karena keluarga yang sering tidak menetap tempat tinggalnya, mengakibatkan minimnya interaksi anak dengan teman sebaya yang dapat memberikan pengalaman berharga untuk belajar hidup di lingkungan masyarakat. Manusia sebagai makhluk sosial sangat memerlukan adanya lingkungan sosial, karena kecenderungan manusia untuk bergaul dapat dilihat sejak lahir. Bagi seorang anak, lingkungan sosial ini sangat diperlukan, karena disanalah mereka akan bergaul dan terus berkembang di dalam lingkungannya. Anak yang cerdas akan sosialnya dapat mudah beradaptasi dengan lingkungan, orang baru, suka bersosialisasi dengan lingkungan sekolah maupun lingkungan rumah, bisa memahami dan berempati pada perasaan teman dan mampu bersikap netral ditengah pertikaian antar teman. Anak seperti itu dapat dikategorikan sebagai anak yang memiliki kecerdasan sosial. 7
Fikar Homeschooling, 5 Alasan Memilih Homeschooling untuk Anak Anda, h. 1, (http://fikarhomeschooling.net). Artikel ini diakses pada tanggal 12 April 2015, pukul 07:18 WIB.
6
“Kecerdasan merupakan keterampilan berpikir dan kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari.”8 Sedangkan sosial adalah berkenaan dengan masyarakat. Jadi kecerdasan sosial adalah kepandaian berpikir yang berhubungan dengan masyarakat. Menurut Thorndike, “Kecerdasan Sosial (Social Intelligence) didefinisikan sebagai kemampuan untuk berperilaku bijaksana dalam berhubungan dengan sesama manusia.”9 Anak yang memiliki kecerdasan sosial, mereka mampu bergaul, berperan serta dalam kelompok sebaya maupun dengan orang dewasa, dapat bersifat sopan santun kepada orang lain dan berbicara dengan baik. Kenyataan terhadap kecerdasan sosial anak dalam berkomunikasi dan berinteraksi saat ini masih rendah. Terbukti dengan adanya berbagai konflik seperti tawuran antar sekolah seperti yang dilakukan anak-anak dari dua kubu perkumpulan. Kapanpun seseorang berinteraksi dengan orang lain, apakah dengan teman, anggota keluarga, guru, kenalan, asosiasi bisnis, cleaning service, maupun penjaga toko, kecerdasan sosial merupakan suatu keterampilan yang harus dimiliki setiap individu. Sikap yang menunjukkan individu cerdas secara sosial dapat terlihat dalam bentuk kasih sayang, peduli sekitar, mampu membawa diri, jujur, empati, menolong, menghargai dan perhatian terhadap orang lain maupun kondisi sosial lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu berdasarkan uraian diatas, peneliti bermaksud untuk mengangkat sebuah tema skripsi dengan judul “Homeschooling dan Kecerdasan Sosial Siswa (Studi Kasus pada Komunitas Homeschooling Kak Seto di Pondok Aren)”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka identifikasi masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah:
8
John W. Santrock, Perkembangan Anak, Edisi Kesebelas, Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 317. 9 Makmun Mubayidh, Kecerdasan & Kesehatan Emosional Anak, Referensi Penting bagi Para Pendidikan & Orangtua, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2010), h. 5.
7
1.
Dalam pendidikan formal siswa terlalu banyak tekanan sehingga keinginan mereka terkadang tidak pernah di dengar.
2.
Kekerasan yang dilakukan guru kepada siswa di sekolah formal menunjukkan bahwa sekolah formal belum mampu memberikan rasa aman, nyaman dan menyenangkan.
3.
Dengan homeschooling anak kurang berinteraksi karena keluarga yang sering tidak menetap tempat tinggalnya, faktor keamanan lingkungan sekolah dan kesehatan fisik anak mengakibatkan minimnya interaksi dengan teman sebaya maupun lingkungan sekitar.
C. Pembatasan Masalah Pada penelitian ini, peneliti membatasi masalah penelitian agar tidak melebar. Adapun masalah pada penelitian ini hanya membahas tentang kecerdasan sosial siswa pada tingkat SMP di kelas komunitas Homeschooling Kak Seto Pondok Aren.
D. Perumusan Masalah “Bagaimana kecerdasan sosial siswa pada tingkat SMP di kelas komunitas Homeschooling Kak Seto Pondok Aren?”
E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui perkembangan kecerdasan sosial yang dimiliki siswa pada tingkat SMP di kelas komunitas Homeschooling Kak Seto Pondok Aren yang nantinya dapat bergunan bagi siswa maupun lembaga yang bersangkutan untuk meningkatkan kecerdasan sosial para siswa menjadi lebih baik lagi.
F. Manfaat Hasil Penelitian 1.
Manfaat Teoritis a.
Memberi informasi tentang model pendidikan alternatif yaitu homeschooling.
8
b.
Diharapkan mampu memberikan sumbangsih terhadap dunia pendidikan terutama dalam pendidikan alternatif.
c.
Sebagai bahan referensi dan kajian untuk penelitian selanjutnya terkait kecerdasan sosial siswa SMP pada kelas komunitas homeschooling.
2.
Manfaat Praktis a.
Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan dan menambah pengetahuan mengenai perkembangan kecerdasan sosial siswa SMP pada Komunitas Homeschooling Kak Seto, serta sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana strata satu (S1).
b.
Bagi Homeschooling Kak Seto Penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kecerdasan sosial siswa homeschooling menjadi lebih baik.
c.
Bagi Pembaca Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi para peneliti yang meneliti tentang homeschooling dan kecerdasan siswa.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Homeschooling 1.
Pengertian Homeschooling Orangtua memilih pendidikan informal seperti homeschooling karena
orangtua ingin anaknya lebih fokus dalam hal belajar. Hal ini diperkuat dengan data di lapangan bahwa dalam satu kelas hanya terdapat beberapa siswa saja yang lebih difokuskan pada anak tersebut. Pola pendidikan di sekolah formal belum begitu fleksibel untuk membentuk karakter dan mengoptimalisasi siswa sesuai dengan minat dan bakat seperti dikatakan oleh Prof. Dr. Arief Rachman, M.Pd penulis buku Homeschooling Rumah Kelasku, Dunia Sekolahku: Secara etimologis, homeschooling adalah sekolah yang diadakan di rumah, namun secara hirarki ia adalah sebuah sekolah alternatif yang menempatkan anak sebagai subyek pendekatan pendidikan secara at home. Dengan pendekatan ini anak merasa nyaman. Mereka bisa belajar sesuai keinginan dan gaya belajar masing-masing, kapan saja dan dimana saja, sebagaimana ia tengah berada di rumahnya sendiri.1 Homeschooling salah satu bentuk dari pendidikan alternatif (informal) yang telah diakui oleh pendidikan nasional Indonesia sejak tahun 2003. Seperti yang terlampir dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, “pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.”2 Menurut Sumardiono penulis buku Apa Itu Homeschooling, “homeschooling bukanlah lembaga, tetapi keluarga. Homeschooling adalah model pendidikan saat keluarga memilih menyelenggarakan sendiri dan bertanggung jawab pendidikan anak-anaknya.”3
1
Arief Rachman, Homeschooling Rumah Kelasku, Dunia Sekolahku, (Jakarta: Buku Kompas, 2007), h. 18. 2 UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 13, h. 2. 3 Sumardiono, Apa Itu Homeschooling, 35 Gagasan Pendidikan Berbasis Keluarga, (Jakarta: PandaMedia, 2014), h. 6.
9
10
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa homeschooling adalah model pendidikan alternatif dengan sistem belajar yang dapat disesuaikan dengan kondisi siswa dan tidak kaku saat proses belajar sehingga siswa merasa nyaman ketika mengikuti proses pembelajaran. Model pendidikan ini juga sudah diatur keberadaanya dalam UU RI. Alasan mengapa orangtua lebih memilih memberikan pendidikan anaknya di rumah daripada di sekolah formal karena adanya rasa ketidakpuasan terhadap pola pendidikan sekolah formal, selain itu orangtua khawatir tentang lingkungan negatif di luar sana yang kapan saja dapat mempengaruhi kepribadian anaknya. 2.
Sejarah Homeschooling Awalnya, pendidikan diselenggarakan di rumah. Kegiatan itu disebut
dengan belajar sendiri atau otodidak. Otodidak berarti proses belajar yang dilakukan secara mandiri dan dengan kemampuan sendiri. Dari proses otodidak pula, dari waktu ke waktu terjadi perkembangan ilmu pengetahuan dan cara berpikir di dalam diri seseorang. Sejarah homeschooling berawal dari Amerika Serikat. Homeschooling di Amerika sudah mulai sejak lama, tapi konsepnya berubah seiring berjalannya waktu. Homeschooling sudah ada sebelum adanya sekolah umum. Tidak adanya sekolah umum yang dekat dengan tempat tinggal, kadang tidak puas dengan sekolah yang ada, atau juga karena tidak adanya akses untuk bisa sekolah, seperti masalah biaya yang membuat homeschooling menjadi suatu sarana untuk mendapatkan pendidikan yang setara dengan pendidikan di sekolah umum.4 Pada tahun 1960-an terjadi perbincangan dan perdebatan luas mengenai pendidikan sekolah dan sistem sekolah. Jhon Caldwell Holt merupakan guru sekaligus pengamat anak dan pendidikan, mengatakan bahwa: Penyelenggaraan pendidikan formal melalui sekolah adalah formatnya yang bersifat instruktif. Tahun 1964, Holt menerbitkan sebuah buku 4
Holy Setyowati Sie, Homeschooling Creating The Best of Me, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2010), h. 1.
11
yang berjudul How Children Fail untuk mengkritik sekolah-sekolah pada waktu itu. Buku tersebut sebagai dasar teori dalam upayanya mengembangkan gagasannya sebagai guru yang mencermati kegagalan akademik dari pendidikan dasar di sekolah akibat tekanan kepada anak oleh orangtua/guru.5 Tiga tahun setelahnya, Holt menulis kembali buku dengan judul How Children Learn, di mana ia menunjukkan bagaimana proses belajar anak. Setelah pemikirannya tentang kegagalan sistem sekolah mendapat tanggapan luas dari masyarakat, tahun 1976, Holt kemudian menerbitkan karyanya yang lain yakni “Instead of Education; Ways to Help People Do Things Better. Buku ini mendapatkan sambutan hangat dari para orangtua homeschooling di berbagai penjuru Amerika Serikat. Pada tahun 1977, Holt menerbitkan majalah untuk pendidikan di rumah yang diberi nama Grow Without Schooling.”6 Kemudian homeschooling terus berkembang dengan berbagai alasan. Sedangkan pengertian homeschooling atau sekolah rumah di Indonesia sudah ada sejak tahun 1990-an. Walaupun begitu, istilah homeschooling atau sekolah rumah masih dianggap sebagai istilah yang relatif baru dalam dunia pendidikan di Indonesia. “Sejak tanggal 4 Mei 2006, di Jakarta telah dideklarasikan berdirinya ASAH PENA (Asosiasi Sekolah Rumah dan Pendidikan Alternatif) oleh beberapa tokoh dan praktisi pendidikan
di
Kantor
Departemen
Pendidikan
dan
Kebudayaan.
Pelindungannya adalah Dr. Ace Suryadi (Direktur Jenderal Pendidikan Luar Sekolah) dengan para penasihat, antara lain Prof. Dr. Mansyur Ramli (Kepala Balitbang Depdiknas) dan Dr. Ella Yuliawati (Direktur Kesetaraan Depdiknas). Apresiasi Depdiknas terhadap lahirnya ASAH PENA tentu memperkuat keyakinan bahwa homeschooling bisa merupakan salah satu alternatif pendidikan pada masa depan.”7
5
Satmoko Budi Santoso, Sekolah Alternatif, Mengapa Tidak...?!, (Jogjakarta: Divapress, 2010), h. 68. 6 Mahariah, Homeschooling dalam Sistem Pendidikan Nasional dan Islam, Jurnal Al-Irsyad, Vol. IV, 2014, h. 7. 7 Maulia D. Kembara, Panduan Lengkap Homeschooling, (Bandung: Progressio, 2007), h. 43.
12
Menurut Seto Mulyadi, mantan Ketua Umum Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) yang sekarang menjabat sebagai Ketua Dewan Konsultatif Komisi Nasional Perlindungan Anak, “kemunculan homeschooling sebagai salah satu alternatif memang perlu dibuktikan keberhasilannya sebagai sebuah kompetisi proses menimba ilmu melalui sistem nonformal.”8 Kehadiran homeschooling dilatarbelakangi sebagai upaya mengantisipasi keberadaan pendidikan formal yang tidak merata di tiap-tiap daerah. Informasi seputar homeschooling saat ini belum sepenuhnya dapat
dipahami
oleh
masyarakat,
tetapi
keberadaan
dan
legalitas
homeschooling sebagai bagian integral dalam sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia telah diatur dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 27: (1) Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. (2) Hasil pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan. (3) Ketentuan mengenai pengakuan hasil pendidikan informal sebagai-mana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.9 Pada homeschooling, orangtua memilih sendiri metode dan materi ajar apa saja yang diperlukan untuk anak-anaknya. Tidak masalah apabila orangtua tidak menggunakan tenaga ahli untuk membantu memberikan pendidikan kepada anaknya. Tetapi jika orangtua merasa perlu adanya bantuan dari tenaga ahli, misal menghadirkan seorang guru di rumah, maka orangtua dapat memanggil guru kerumah untuk memberikan materi pembelajaran kepada si anak. Siswa homeschooling biasanya dihadapkan oleh pilihan harus mengikuti ujian penyetaraan pendidikan atau tidak. Pendidikan kesetaraan adalah hak dan bersifat pilihan. Jika siswa homeschooling menginginkannya, mereka dapat menempuhnya. Jika tidak, orangtua tetap dapat memilih dan 8
Indosiar, Homeschooling: Sekolah Rumah atau Rumah Sekolah, 2015, (www.indosiar.com). Artikel ini diakses pada tanggal 04 Maret 2015, pukul 14.03 WIB. 9 UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 27 ayat 1, 2, dan 3, h. 9.
h.
1,
13
memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Penyetaraan pendidikan ini digunakan untuk dapat dihargai dan setara dengan hasil pendidikan formal, tentu setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk pemerintah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. Penyetaraan dalam praktek homeschooling yaitu penyetaraan ujian, penilaian, penyelenggaraan dan tujuan pendidikan. Pendidikan kesetaraan meliputi program Paket A yang setara dengan lulusan SD, Paket B serta SMP dan Paket C setara dengan SMA. Jika kita bandingkan sejarah homeschooling di Amerika Serikat dan di Indonesia, maka dapat dilihat bahwa tidak ada perbedaan secara spesifik. Pemicu utama terselenggaranya homeschooling di kedua negara ini karena faktor kekecewaan orangtua terhadap kondisi pendidikan di sekolah pada umumnya. 3.
Jenis-jenis Homeschooling Beberapa orang beranggapan bahwa homeschooling hanya dilakukan
di rumah serta diajarkan oleh orangtua sendiri. Walaupun orangtua menjadi penanggung jawab utama atas pendidikan anaknya, akan tetapi pendidikan homeschooling tidak hanya dan harus dilakukan oleh orangtua sendiri. Orangtua dapat mengundang guru privat, mendaftarkan pada kursus atau para homeschooler
dapat
membentuk
kelompok-kelompok
belajar
untuk
bersosialisasi dengan homeschooler yang lain. Sesuai dengan namanya yaitu homeschooling yang berarti belajar berpusat di rumah, tapi prosesnya tidak hanya mengambil lokasi di rumah saja melainkan para orangtua dapat menggunakan sarana apa saja dan dimana saja untuk pendidikan homeschooling anaknya. Saat ini, setidaknya ada tiga jenis homeschooling yang dibagi berdasarkan kegiatan homeschooling-nya. Hal ini dijelaskan oleh Maulia D. Kembara yaitu homeschooling tunggal, homeschooling majemuk dan komunitas homeschooling.10 Homeschooling tunggal adalah homeschooling yang dilaksanakan oleh orangtua dalam satu keluarga saja yang dilibatkan dalam proses 10
Maulia D. Kembara, op. cit., h. 30-32.
14
pembelajaran si anak. Dalam homeschooling jenis ini, orangtua benar-benar mengambil peran sebagai pembimbing, teman belajar, sekaligus penilai. Homeschooling tunggal memiliki fleksibilitas yang tinggi. Tempat, bentuk dan waktu belajar bisa disepakati. Biasanya homeschooling jenis ini diterapkan karena adanya tujuan atau alasan khusus dari para homeschooler. Homeschooling majemuk adalah homeschooling yang dilaksanakan oleh dua atau lebih keluarga untuk kegiatan tertentu, sementara kegiatan pokok
tetap
homeschooler
dilaksanakan memilih
oleh
orangtua
homeschooling
jenis
masing-masing. ini
biasanya
Alasan memiliki
kebutuhan-kebutuhan yang dapat dikompromikan oleh beberapa keluarga untuk melakukan kegiatan bersama. Contohnya kurikulum dari konsorsium, kegiatan olahraga (misalnya keluarga atlet tenis), keahlian musik/seni, kegiatan sosial dan kegiatan agama. Sedangkan komunitas homeschooling merupakan gabungan beberapa homeschooling majemuk yang menyusun dan menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok (olahraga, musik/seni, dan bahasa), sarana/prasarana, dan jadwal pembelajaran. Dari penjelasan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa terdapat beberapa jenis homeschooling, yaitu homeschooling tunggal, homeschooling majemuk dan komunitas homeschooling. Pembeda dari masing-masing tipe homeschooling adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh para homeschooler. Penentuan dari jenis-jenis homeschooling mana yang akan dipilih dan dilakukan tergantung dari orangtua dan anak yang menentukan, semua itu dilakukan agar terwujudnya suasana belajar yang diinginkan, menyenangkan dan sesuai dengan minat si anak. 4.
Keuntungan Homeschooling Adapun model pendidikan yang dipilih, baik pendidikan formal
maupun pendidikan nonformal keduanya memiliki keuntungan masingmasing. Mengikuti proses pendidikan di homeschooling memiliki keuntungan tersendiri bagi para homeschooler. Beberapa hal yang harus kita ketahui tentang beberapa keuntungan dari pelaksanaan homeschooling, diantaranya:
15
“Yang pertama, fleksibilitas waktu untuk belajar. Siswa dapat mengatur jadwal waktu belajarnya sendiri, tetapi harus seizin dari orangtua. Kedua, dapat menerapkan displin pada diri sendiri. Ketiga, pengembangan bakat setiap anak secara maksimal. Keempat, belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing. Maksudnya, ketika kita bersekolah di sekolah formal, biasanya kita akan mengikuti kecepatan belajar semua siswa. Bagi yang belajarnya cepat, hal ini sangat membosankan, tetapi bagi yang belajar sedikit lebih lambat dari yang lain, tentu hal ini akan sangat membebankan karena pada saat siswa belum paham sepenuhnya sudah harus berpindah ke bab berikutnya. Kelima, kesempatan untuk mengatur kurikulum sendiri. Keenam, tidak mendapat tekanan dari sesama teman. Kejadian yang sering dijumpai di sekolah-sekolah formal, jumlah siswa yang banyak dengan kecerdasan masing-masing anak berbeda-beda dan dari berbagai tingkatan kelas sosial masyarakat yang berbeda, biasanya akan memicu tekanan bagi siswa yang memiliki kecerdasan dan kelas sosialnya lebih rendah dibandingkan teman-teman sekelasnya. Tetapi jika di homeschooling rasa beban seperti itu tidak akan terjadi. Siswa homeschooling bisa tumbuh dan belajar dengan lebih maksimal tanpa perlu takut untuk mendapatkan ejekan dari orang lain. Yang ketujuh kebebasan untuk belajar secara maksimal dengan cara apapun.”11 Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa homeschooling memberi banyak keuntungan bagi yang menjalani pendidikan nonformal ini. Bagi anak yang memiliki kesibukan di luar pendidikan akademik, homeschooling memberikan kemudahan dalam belajar karena waktu belajar yang dapat disesuaikan dengan jadwal kegiatan si anak. Begitu pula bagi anak yang mempunyai masalah dengan proses daya tangkap pembelajaran yang lambat, mereka tidak perlu khawatir karena tertinggal pelajaran karena di homeschooling siswa bisa belajar sendiri tanpa merasa ada beban ketika belum paham dengan materi yang sedang diajarkan. Siswa homeschooling dapat mengulang pelajarannya sendiri dengan bantuan tutor/guru tanpa harus merasa malu dengan siswa yang memiliki kecepatan belajar lebih cepat dari dirinya.
11
Holy Setyowati Sie, op.cit, h. 103-116.
16
B. Kecerdasan Sosial 1.
Pengertian Kecerdasan Sosial Dari bayi hingga dewasa, manusia terus menerus mengalami interaksi
dengan lingkungannya. Seseorang dianggap inteligen, bila respon yang diberikan sesuai dengan stimulus yang diterimanya. Inteligensi anak merupakan potensi bawaan yang sering dikaitkan dengan berhasil tidaknya anak belajar di sekolah. Dalam buku Psikologi Umum, “intelegensi berasal dari kata Latin intelligere yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama lain (to organize, to relate, to bind, together)”.12 Kecerdasan sosial berkait rapat dengan perkataan “sosialisasi”. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan “sosialisasi sebagai proses belajar seorang anggota masyarakat dalam lingkungannya.”13 Manusia sebagai makhluk individu selalu berhubungan dengan lingkungannya, karena tanpa adanya hubungan ini individu bukanlah individu lagi. Contoh hubungan manusia dengan lingkungan berupa interaksi sosial. Kecerdasan sosial kadang disebut juga dengan “inteligensi interpersonal yaitu kemampuan untuk memahami dan berinteraksi secara efektif dengan orang lain.”14 H. Bonner dalam bukunya Social Psychology mengatakan bahwa “interaksi sosial adalah suatu hubungan antara individu atau lebih, di mana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.”
15
Sedangkan menurut Goleman, beliau menggunakan
istilah “social intelligence untuk menjelaskan mengenai sekumpulan keterampilan yang memungkinkan kita untuk menjadi efektif dalam mengelola interaksi sosial.”16 Menurut Karl Albrecht dalam buku Cerdas Bergaul-Kunci Sukses dalam Bisnis dan Masyarakat, beliau mendefinisikan kecerdasan sosial atau 12
Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 89. KBBI, Sosialisasi, (http://kbbi.web.id/sosialisasi). Diakses pada tanggal 16 Oktober 2014, pukul 12:09 WIB. 14 John W. Santrock, op. cit., h. 323. 15 Abu Ahmadi, op. cit., h. 49. 16 Wenny Rosalia K dan Prihastuti, Hubungan antara Kecerdasan Sosial dengan Gaya Penyelesaian Konflik Siswa Seminari Menengah ST. Vincentius A. Paulo Garum Blitar, Jurnal INSAN, Vol. 13, 2011, h. 99. 13
17
social intelligence (SI) sebagai “kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain dan membuat mereka bersedia bekerja sama dengan Anda.”17 Selain itu menurut Buzan, kecerdasan sosial merupakan “ukuran kemampuan diri seseorang dalam pergaulan di masyarakat serta kemampuan untuk berinteraksi sosial dengan orang di sekeliling atau sekitarnya.”18 Berdasarkan definisi diatas, dapat kita simpulkan yang dimaksud kecerdasan sosial adalah kepandaian berpikir seseorang atau kemampuan seseorang yang berhubungan dengan masyarakat, seperti berinteraksi (dengan individu lain di lingkungan tempat tinggal, lingkungan kerja, sekolah, pasar, tempat makan, dan sebagainya), bergaul, memahami dan bekerja sama. Sebagai seorang siswa, kecerdasan sosial sangat diperlukan dalam pembelajaran karena dapat membantu mereka dalam berinteraksi dengan teman sebaya, teman sekelas, kakak kelas, adik kelas, guru sampai penjaga sekolah, berinteraksi dengan masyarakat serta mempunyai keberanian berbicara dengan orang lain untuk mengungkapkan pendapat. 2.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Sosial Hubungan sosial di mulai dari tingkat sederhana dan terbatas, yang di
dasari oleh kebutuhan yang sederhana pula. Semakin dewasa dan bertambahnya umur manusia, kebutuhan manusia juga menjadi kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang menjadi sangat kompleks. Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Sunarto dan B. Agung Hartono, perkembangan sosial dipengaruhi oleh keluarga, kematangan (fisik dan psikis), pendidikan, dan kapasitas mental (emosi dan inteligensi).19
17
Karl Albrecht, Cerdas Bergaul Kunci Sukses dalam Bisnis dan Masyarakat, Terj. dari Social Intelligence: The New Science of Success oleh Devi Femina, dkk, (Jakarta: PPM, 2006), Cet. 1, h. 3. 18 Frisda Agriani Ambarita, Pusdiklat Keuangan Umum: Mengenal Kecerdasan Sosial, 2014, h. 1, (www.bppk.kemenkeu.go.id). Artikel ini diakses pada tanggal 30 April 2015, pukul 09.23 WIB. 19 Sunarto dan B. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), h. 130.
18
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk untuk perkembangan sosialnya. Dari keluarga seseorang belajar bagaimana norma-norma yang ada di lingkungan, perilaku dan lain-lain. Pengalaman-pengalaman berinteraksi dalam keluarga menjadi awal dan pedoman untuk berinteraksi dengan masyarakat. Kematangan fisik dan psikis sangat diperlukan ketika bersosialisasi karena untuk mampu mempertimbangkan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional serta kemampuan berbahasa. Pendidikan umumnya terjadi di sekolah. Sekolah bukan hanya sebagai tempat untuk menimba ilmu pengetahuan tetapi juga tempat perkembangan sosial siswa itu sendiri. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan kepada siswa yang belajar di sekolah. Di sekolah siswa akan dapat bekerja sama dalam kelompok, mematuhi aturan-aturan sekolah, dimana semua itu termasuk dalam meningkatkan perkembangan kecerdasan sosial anak. 3.
Dimensi Kecerdasan Sosial Kecerdasan sosial mendapatkan peran penting ketika kita hendak
membangun sebuah hubungan yang harmonis dengan teman sebaya, tetangga, rekan kerja, relasi dan lainnya. Hubungan harmonis tersebut dapat berjalan dengan baik apabila kita mampu mengaplikasikan beberapa elemen penting dalam kecerdasan sosial. Karl Albrecht dalam buku Social Intelligence: The New Science of Success yang diterjemahkan ke dalam edisi bahasa Indonesia dengan judul Cerdas Bergaul: Kunci Sukses dalam Bisnis dan Masyarakat, menyebut adanya lima dimensi yang bisa mengasah kecerdasan sosial seseorang yang beliau singkat menjadi kata S.P.A.C.E, yaitu: Dimensi yang pertama adalah kata S merujuk pada kata kecerdasan situasional (situational awareness). Makna dari kecerdasan ini adalah kemampuan untuk membaca situasi dan mengartikan perilaku orang-orang dalam situasi tersebut, dalam hal niat mereka yang mungkin, kondisi emosional, dan kemampuan untuk berinteraksi. Dimensi yang kedua adalah kata P, merujuk pada kata
19
kemampuan membawa diri (presence). Dimensi ini sering disebut sebagai “bearing”, kehadiran menyatukan kisaran pola verbal dan nonverbal, penampilan seseorang, postur, kualitas suara, dan pergerakan halus. Dimensi yang ketiga adalah kata A, merujuk pada kata autentisitas (authenticity) yang berarti kemampuan untuk membaca situasi dari orang lain yang menangkap berbagai sinyal dari perilaku kita yang membuat mereka menilai kita sebagai jujur, terbuka, beretika, dapat dipercaya, dan berniat baik. Dimensi yang keempat adalah kata C, merujuk pada kata kejelasan (clarity). Dimensi ini menjelaskan kemampuan kita untuk menjelaskan diri kita, menerangkan ide, menyampaikan data secara jelas dan akurat, serta mengartikulasikan pandangan kita dan mengusulkan tindakantindakan sehingga orang lain bisa menerimanya dengan senang hati. Dimensi yang terkahir adalah kata E, yakni merujuk pada kata empati (empathy). Makna dari empati disini bukan menyebutkan empati sebagai memiliki perasaan untuk orang lain tetapi mendefinisikan empati sebagai perasaan yang dibagi antara dua orang. Maksudnya dalam kondisi ini kita akan mempertimbangkan empati sebagai keadaan keterkaitan dengan orang lain yang menciptakan dasar bagi interaksi positif dan kerja sama.20 Dari kelima dimensi yang telah dijelaskan diatas, dapat disimpulkan bahwa pentingnya kelima dimensi kecerdasan sosial tersebut dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam membangun hubungan yang baik dengan orang lain.
C. Hasil Penelitian Relevan Dalam pencarian judul dan beberapa kajian pustaka, peneliti menemukan beberapa hasil yang relevan berkaitan dengan penelitian ini, yaitu: 1.
Skripsi Moh Fauzi Ibrahim, mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
2010
dengan
judul.
“Implementasi
Model
Homeschooling di Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat”. Penelitian ini dilakukan di Komunitas Homeschooling Pelangi Ciputat. Permasalahan yang menjadi fokus penelitian Moh Fauzi Ibrahim ini adalah tentang implementasi yang dilakukan oleh Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat dengan model Homeschool Montessori (unit pembelajaran/unit studies) dan model Homeschool Charlotte Mason, serta homeschooling komunitas. Selanjutnya 20
Karl Albrecht, op. cit., h. 29-30.
20
dalam menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan Moh Fauzi Ibrahim menggunakan metode kualitatif deskripsi dalam bentuk studi kasus. Data diperoleh dari Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat Tangerang Selatan. Sedangkan pengumpulan data diperoleh dengan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Instrumennya yaitu peneliti sendiri dan pedoman pengumpulan data. Keabsahan data dengan perpanjangan keikutsertaan peneliti dan ketekunan pengamatan. Analisis data dalam penelitian ini berproses secara induksi-interpretasi-konseptualisasi. Hasil dari penelitian ini terdapat
bahwa
Komunitas
Sekolah
Rumah
Pelangi
Ciputat
telah
mengimplementasikan model Homeschool Montessori (unit pembelajaran/ unit studies) dan model Homeschool Charlotte Mason, serta homeschooling komunitas, tanpa melupakan minat dan kebutuhan anak seusianya, sehingga dapat lebih meningkatkan potensi anak secara optimal lebih cepat, fleksibel dalam materi, meningkatkan potensi dan kreatifitas yang anak miliki, dan yang terpenting supaya anak tidak terhambat. 2.
Skripsi milik Pratiwi Wulandari mahasiswi Universitas Islam Negeri Yogyakarta 2010 dengan judul “Hubungan Antara Kecerdasan Sosial dengan Perilaku Agresif Pada Siswa SMK Muhammadiyah Piyungan Yogyakarta”. Penelitian ini meneliti tentang adanya hubungan negatif antara kecerdasan sosial dengan perilaku agresif pada siswa. Subjek yang digunakan adalah siswa SMK Muhammadiyah Piyungan Yogyakarta. Analisis yang digunakan untuk mencari korelasi antara kecerdasan sosial dengan perilaku agresif pada siswa SMK Muhammadiyah Piyungan Yogyakarta adalah analisis product moment dan pearson. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa ada hubungan negatif dan signifikan antara kecerdasan sosial dengan perilaku agresif pada siswa SMK Muhammadiyah Piyungan Yogyakarta. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kecerdasan sosial maka perilaku agresif akan semakin rendah. Namun sebaliknya, jika semakin rendah kecerdasan sosial maka perilaku agresif akan semakin tinggi.
3.
Skripsi milik Fifia Wandi mahasiswi Universitas Islam Negeri Malang 2008 dengan judul “Pengembangan Pendidikan Agama Islam di Homeschooling
21
(Studi Kasus di Komunitas Homeschooling Sekolah Dolan Malang). Penelitian ini meneliti tentang orangtua homeschooler dapat menggunakan kurikulum dari Diknas dengan kurikulum dari luar negeri, kurikulumnya juga dapat dibuat sendiri menyesuaikan dengan kebutuhan anak. Tidak ada patokan
khusus
dalam
penggunaan
kurikulum,
sehingga
dapat
mengembangkannya sendiri. Selanjutnya dalam menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan, Fifia Wandi menggunakan metode kualitatif, yaitu berupa data-data yang tertulis atau lisan. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Keabsahan data dengan perpanjangan keikutsertakan peneliti dan ketekunan pengamatan. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa komunitas Homeschooling Sekolah Dolan melakukan pengembangan materi kurikulum. Dalam hal urusan kurikulum dikembangkan dengan menggali terus sumber kurikulum yang ada dan setelah itu diklasifikasikan sesuai dengan kebutuhan anak, yang penting tujuannya tercapai dan anak merasa nyaman dengan kurikulum yang ada. Tidak semua kurikulum cocok dengan anak, sehingga yang sering terjadi anak stres dengan pelajaran yang menumpuk. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa pengembangan materi kurikulum orangtua homeschooler dapat menggunakan kurikulum dari Diknas dengan kurikulum dari luar negeri, kurikulumnya juga dapat dibuat sendiri menyesuaikan dengan kebutuhan anak. Tidak ada patokan khusus dalam penggunaan kurikulum, sehingga dapat mengembangkannya sendiri, dan metode yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan anak serta penggunaan portofolio sebagai evaluasinya.
22
D. Kerangka Konseptual
Kecerdasan Homeschooling
Sosial
Gambar 1. Homeschooling dan Kecerdasan Sosial Siswa (Studi Kasus pada Komunitas Homeschooling Kak Seto di Pondok Aren)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1.
Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di komunitas Homeschooling Kak Seto,
bertempat di Jl. Taman Makam Bahagia ABRI No.3A RT.001 RW.04 Kelurahan Parigi Lama, Kecamatan Pondok Aren, Bintaro Sektor 9, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten, kode pos 15400, Indonesia. Telp: 0217451183, 082817031183 (hunting), 082917065790, Fax: 021-7451183. Email:
[email protected], website: http://www.hsks.sch.id. Tempat ini peneliti pilih karena Homeschooling Kak Seto merupakan lembaga pendidikan informal yang diakui oleh pemerintah. Selain itu alasan peneliti mengambil lokasi penelitian ini karena lokasi masih dapat dijangkau oleh peneliti sehingga memudahkan untuk memperoleh data penelitian dengan cepat. 2.
Waktu Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian diadakan pada bulan September 2014
s/d Januari 2015 dengan rincian kegiatan: a)
Tahap Persiapan Dilaksanakan sejak bulan September s/d November 2014, rincian kegiatan meliputi: 1) Penyusunan proposal penelitian September 2014 2) Penyusunan lembar observasi dan wawancara Oktober 2014 3) Konsultasi dan perbaikan penelitian selama penelitian berlangsung November 2014
b) Tahap Pelaksana Penelitian dilaksanakan selama bulan November 2014 s/d Januari 2015, kegiatannya yakni: 1) Perizinan penelitian 2) Observasi lokasi 23
24
3) Pengumpulan data c)
Tahap Pengolahan Data Pengolahan data akan dilakukan pada bulan Januari 2015 saat setelah data yang diperlukan oleh peneliti telah terkumpul.
d) Tahap Penulisan Penulisan dilaksanakan saat data sudah diolah, kegiatannya meliputi: 1) Membuat transkrip wawancara 2) Konsultasi hasil transkrip wawancara 3) Membuat Bab IV dan V
B. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik. Menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan “metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian
yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh).”1 Penelitian kualitatif memiliki karakteristik antara lain berlangsung pada latar yang alamiah, karena data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian kualitatif deskriptif, yaitu penelitian yang datanya berupa kata-kata yang berasal dari wawancara, dokumen dan lain-lain, mengutamakan untuk mendeskripsikan secara analisis suatu peristiwa atau proses sebagaimana adanya dalam lingkungan yang alami untuk memperoleh makna yang dalam dari hakekat proses tersebut. Metode deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang diteliti.
1
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: Rosda, 2010), h.
4.
25
Studi kasus menurut Creswell dalam buku Haris Herdiansyah tentang Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial adalah “suatu model yang menekankan pada eksplorasi dari suatu “sistem yang berbatas” (bounded system) pada satu kasus atau beberapa kasus secara mendetail, disertai dengan penggalian data secara mendalam yang melibatkan beragam sumber informasi yang kaya akan konteks.”2 Alasan peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus adalah supaya peneliti dapat meneliti atau menyelidiki objek penelitian sesuai dengan latar alamiah yang ada dan juga dapat mendeskripsikan suatu keterangan dari seseorang, baik melalui wawancara dan observasi. Metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus pada penelitian ini peneliti gunakan untuk mengungkapkan perkembangan kecerdasan sosial siswa SMP di komunitas Homeschooling Kak Seto.
C. Sampel dan Sumber Data Penelitian 1.
Sampel Penelitian ini tidak menggunakan populasi, karena pada penelitian
kualitatif tidak menggunakan istilah populasi tetapi “Spradley menggunakan istilah social situation atau situasi sosial.”3 Penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu, data yang di ambil dalam cakupannya sedikit dan kecil dengan tujuan dapat menjawab pertanyaan riset. Sampel yang diteliti dalam penelitian ini adalah wali kelas dan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada komunitas Homeschooling Kak Seto di Pondok Aren. Pengambilan sumber data penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling adalah “teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek 2
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualtitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), h. 76. 3 Prof. Dr. Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 215.
26
atau situasi sosial yang diteliti.”4 Pertimbangan tertentu pada penelitian ini yaitu siswa yang dianggap paling tahu tentang apa yang peneliti harapkan, seperti memiliki kecerdasan sosial yang baik. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sembilan orang, terdiri dari tiga orang wali kelas, yaitu satu orang wali kelas VII, satu orang wali kelas VII dan satu orang wali kelas IX, dan enam orang siswa yaitu dua orang siswa kelas VII, dua orang siswa kelas VIII, dan dua orang siswa kelas IX SMP di komunitas Homeschooling Kak Seto. Alasan peneliti mengambil subyek masing-masing dua orang siswa dari setiap jenjang kelas karena diambil dari hasil observasi yang memiliki kelima dimensi kecerdasan sosial yang telah ditentukan oleh peneliti pada lembar observasi. 2.
Sumber Data Menurut Lofland dan Lofland “sumber data utama dalam penelitian
kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan seperti hasil wawancara, sedangkan 5
data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.” Maksudnya, sumber data primer yaitu data yang di dapatkan dari informan, baik melalui wawancara dan observasi maupun data lainnya. Sedangkan sumber data sekunder, data yang diperoleh bukan dari informan. Sumber data primer yang peneliti dapatkan untuk penelitian ini adalah hasil data dari informasi melalui wawancara dengan wali kelas dan siswa SMP dari masing-masing jenjang kelas. Pengumpulan data primer dengan teknik wawancara bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai perkembangan kecerdasan sosial siswa SMP di komunitas Homeschooling Kak Seto, sedangkan sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh bukan dari informan melainkan data yang berupa arsip-arsip sebagai data penunjang berlangsungnya penelitian. Diperoleh secara langsung dari pihak-pihak yang berkaitan dengan objek kajian penulisan skripsi ini. Adapun data sekunder dalam penelitian ini berupa lembar observasi yang memuat tentang kecerdasan situasional (situational awareness), kemampuan 4
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 53-54. Lexy J. Moleong, op. cit., h. 157.
5
27
membawa diri (presence), autentisitas (authenticity), kejelasan (clarity), dan empati, serta diperkuat dengan wawancara eksternal, yakni wawancara dengan orang terdekat dari informan di luar lingkungan homeschooling. Dalam hal ini peneliti mewawancarai sahabat dari masing-masing informan.
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan wawancara dan observasi. Jika peneliti merasa belum cukup dengan data yang diperoleh, peneliti memerlukan data tambahan seperti sumber data tertulis dan foto. 1.
Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu “pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.”6 Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur. Ciri dari wawancara semi terstruktur yaitu sebagai berikut: Pertanyaan terbuka, namun ada batasan tema dan alur pembicaraan; Kecepatan wawancara dapat diprediksi; Fleksibel, tetapi terkontrol (dalam hal pertanyaan atau jawaban); Ada pedoman wawancara yang dijadikan patokan dalam alur, urutan, dan penggunaan kata; dan tujuan wawancara adalah untuk memahami suatu fenomena.7 Wawancara ini dilakukan sebanyak tiga kali yaitu wawancara pembuka, wawancara inti dan member check. Wawancara pembuka berupa perkenalan mengenai profil partisipan. Wawancara pembuka dilakukan selama 10-20 menit, kemudian peneliti dan partisipan membuat kesepakatan mengenai waktu dan tempat untuk melakukan wawancara selanjutnya yaitu wawancara inti, dimana wawancara ini dilakukan selama kurang lebih 20-60 menit. Setelah itu peneliti menyusun hasil wawancara yang sudah dilakukan 6
Ibid., h. 186. Ibid., h. 123.
7
28
oleh informan kedalam bentuk transkrip wawancara, kemudian melakukan pengecekkan data yang diperoleh peneliti kepada informan. Dalam penelitian ini sampel yang akan diwawancarai berjumlah sembilan orang terdiri dari tiga orang wali kelas, yaitu satu orang wali kelas VII, satu orang wali kelas VII dan 1 (satu) orang wali kelas IX, dan 6 (enam) orang siswa yaitu 2 (dua) orang siswa kelas VII, 2 (dua) orang siswa kelas VIII, dan 2 (dua) orang siswa kelas IX Sekolah Menengah Pertama (SMP) di komunitas Homeschooling Kak Seto. 2.
Observasi Observasi ialah suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis.8 Peneliti menggunakan metode behavioral checklist saat melakukan observasi. “Behavioral checklist merupakan suatu metode dalam observasi yang mampu memberikan keterangan mengenai muncul atau tidaknya perilaku yang diobservasi dengan memberikan tanda cek (√) jika perilaku yang diobservasi muncul.”9 Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kecerdasan siswa di homeschooling yang nantinya akan peneliti wawancarai.
3.
Dokumentasi Peneliti kualitatif juga memerlukan berbagai dokumentasi untuk melengkapi data penelitian. Dokumentasi yang diperoleh berupa profil homeschooling, transkrip hasil wawancara guru dan siswa, wawancara dengan pihak eksternal, dan hasil observasi peneliti dengan partisipan.
E. Instrumen Penelitian 1.
Pedoman Observasi Berikut ini merupakan pedoman observasi yang akan dilakukan
peneliti kepada siswa.
8
Haris Herdiansyah, op. cit., h. 131. Ibid., h. 136.
9
29
Tabel 3.1 Instrumen Lembar Observasi Kecerdasan Sosial Siswa di Homeschooling Kak Seto Pondok Aren No.
Aspek Pengamatan
Uraian Apek Pengamatan Menghibur teman Membantu teman
1.
Situational Awareness (Kecerdasan Situasional)
Mendengar lawan bicara saat berbicara Terjalin komunikasi secara verbal
2.
Presence (Kemampuan Membawa Diri)
Bersosialisai Mudah berteman Bersikap baik Memberi kesan pertama Memberikan senyuman
3.
Authenticity (Autentisitas)
Bertegur sapa Memberi salam Berbicara dengan sopan
4.
Clarity (Kejelasan)
Interaksi secara non verbal Menghormati Menghargai
5.
Empathy (Empati)
Merasakan kesedihan orang lain Merasakan kebahagiaan orang lain Berbagi makanan Berbagi minuman Menolong
Peneliti menggunakan teori kecerdasan sosial yang dikemukakan oleh Karl Albrecht sebagai instrumen pada lembar observasi.
30
2. Wawancara dengan Guru dan Siswa Berikut ini merupakan pedoman wawancara yang akan dilakukan peneliti kepada guru (tutor) dan siswa. Tabel 3.2 Instrumen Wawancara dengan Guru (Tutor) WAWANCARA GURU
1.
Pendapat guru tentang tingkah laku siswa ketika berada di lingkungan homeschooling.
2.
Pendapat guru tentang interaksi siswa kepada guru kelas.
3.
Pendapat guru tentang interaksi siswa kepada teman sekelas.
4.
Pendapat guru tentang interaksi siswa kepada petugas di lingkungan homeschooling.
5.
Pendapat guru tentang sikap siswa ketika memberi salam saat bertemu dengan guru/tutor.
6.
Pendapat guru tentang sikap siswa ketika di kelas saat pembelajaran berlangsung.
7.
Pendapat guru tentang sikap siswa ketika berinteraksi dengan teman di kelas.
8.
Pendapat guru tentang pengertian kecerdasan sosial.
Tabel 3.3 Instrumen Wawancara dengan Siswa WAWANCARA SISWA
1.
Alasan siswa senang berteman dengan teman di homeschooling dan cara siswa bermain dengan mereka.
2.
Alasan siswa senang bermain dengan teman luar homeschooling dan cara siswa bermain dengan mereka.
31
3.
Kapan siswa bertemu dengan teman-teman.
4.
Intensitas bermain siswa dengan teman di rumah atau teman di homeschooling.
5.
Hal yang dilakukan siswa ketika bertemu dengan teman.
6.
Siswa pernah sekolah di sekolah formal atau tidak.
7.
Sejak kapan siswa sekolah di homeschooling.
8.
Alasan memilih homeschooling daripada sekolah di sekolah formal.
9.
Pendapat siswa tentang perbedaan yang dialami ketika bersekolah di sekolah formal dengan di homeschooling.
10. Rasa nyaman siswa ketika bersekolah di homeschooling. 11. Sikap teman-teman homeschooling. 12. Sikap teman-teman di sekolah formal. 13. Cara bergaul siswa dengan teman di homeschooling. 14. Siswa menghibur teman yang sedang sedih dan cara siswa menghibur temannya. 15. Siswa membantu teman yang kesulitan, hal yang biasa dilakukan ketika membantu serta perasaan siswa setelah membantu. 16. Sikap siswa terhadap teman yang berbeda suku, agama, ras, budaya, gender dan kekurangan fisik. 17. Siswa mudah beradaptasi dan bersosialisasi di lingkungan baru atau tidak serta cara siswa memperkenalkan diri di lingkungan baru. 18. Siswa berbagi makanan atau minuman ke teman. 19. Siswa membantu guru.
Tabel 3.4 Instrumen Wawancara dengan Teman Dekat Siswa WAWANCARA TEMAN DEKAT SISWA
1.
Sejak kapan kalian saling kenal? Dan sejak kapan kalian berteman atau bersahabat?
32
2.
Kenapa kamu senang bermain dengan dia? Bagaimana cara kamu bermain dengan dia?
3.
Kapan kalian saling bertemu untuk bermain?
4.
Berapa kali dalam satu minggu kamu bermain dengan dia?
5.
Hal apa aja yang dilakukan kalau bertemu? Sering atau tidak kalian bertemu?
6.
Dia itu orangnya seperti apa?
7.
Senang atau tidak memiliki teman atau sahabat seperti dia?
8.
Bagaimana sikap dia terhadap teman-temannya?
9.
Bagaimana awal pertama kalian saling kenal? Siapa dahulu yang mengajak berkenalan?
10. Kamu sering di hibur sama dia ketika sedang bersedih? Bagaimana cara dia menghibur kamu? 11. Kamu pernah dibantu dia ketika sedang kesulitan? Biasanya dia melakukan apa untuk membantu kamu? 12. Bagaimana sikap dia terhadap teman yang berbeda suku, agama, ras, budaya, gender dan kekurangan fisik? 13. Dia termasuk orang yang mudah beradaptasi di lingkungan baru? Bagaimana cara dia memperkenalkan diri di lingkungan baru? 14. Dia sering berbagi makanan atau minuman ke teman-temannya? Apa yang dia bagikan ke teman-teman? 15. Ceritakan awal perkenalan kalian sehingga kalian bisa beteman atau bersahabat dengan dia sampai sekarang! 16. Kamu tahu alasan kenapa dia pindah sekolah ke homeschooling?
F. Rencana Penguji Keabsahan Data Dalam penelitian kualitatif, “temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang di teliti.”10 Teknik pengujian keabsahan
10
Sugiyono, op. cit., h. 119.
33
data pada penelitian ini meliputi meningkatkan ketekunan, triangulasi dan member check. Hal ini dijelaskan sebagai berikut: 1.
Meningkatkan Ketekunan Meningkatkan ketekunan yang dimaksud di sini adalah “melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat di rekam secara pasti dan sistematis.”11 Pada pengujian keabsahan data dengan meningkatkan ketekunan, peneliti melakukannya dengan cara mengecek kembali seluruh data hasil penelitian, apakah terdapat kesalahan atau tidak, sehingga peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang sedang diamati.
2.
Triangulasi Triangulasi dalam pengujian ini diartikan sebagai “pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.”12 Pada penelitian ini, triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi kepada para informan. Setelah itu, “data yang diperoleh kemudian dideskripsikan, dikategorisasikan mana pandangan yang sama dan mana pandangan yang berbeda. Data yang telah dianalisis oleh peneliti, selanjutnya menghasilkan suatu kesimpulan lanjutan yang akan dimintakan kesepakatan (member check) kepada para subyek penelitian.”13
3.
Member Check (Pengecekan Data ke Pemberi Data) Member check adalah “proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuannya untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.”14 Maksudnya adalah agar informasi yang diperoleh akan digunakan dalam penulisan
11
Ibid., h. 124. Ibid., h. 125. 13 Ibid., h. 127. 14 Ibid., h. 130. 12
34
laporan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informan. Adapun pengecekan data meliputi “kategori analisis, penafsiran dan kesimpulan.”15
G. Teknik Analisis Data Proses analisis data di mulai dengan menelaah seluruh data yang telah terkumpul dari berbagai sumber, yaitu wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi. Setelah dibaca, dipelajari dan di telaah, langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data. “Inti dari reduksi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script) yang akan dianalisis.”16 Proses analisis data dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1.
Pengumpulan Data, peneliti telah melakukan analisis tema dan melakukan pemilihan tema (kategorisasi) pada awal penelitian. Kemudian peneliti melakukan verifikasi dan pembuktian awal bahwa fenomena yang diteliti benar adanya dengan syarat sudah melakukan wawancara, observasi, dan lain-lainnya, kemudian hasil dari aktivitas tersebut adalah data. Ketika telah mendapatkan data yang cukup untuk diproses dan dianalisis, lalu tahap selanjutnya adalah reduksi data.
2.
Reduksi Data, kegiatan lanjutan dari pengumpulan data. Hasil kegiatan ini untuk merubah hasil wawancara, observasi, dan hasil studi dokumentasi menjadi bentuk tulisan sesuai dengan formatnya masing-masing. Kemudian memilah-milah data serta memberi kode, menentukan fokus pada hal-hal penting, mencari tema dan polanya serta membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
3.
Mengolah data setengah jadi, dalam penelitian kualitatif, data setengah jadi yang sudah seragam dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas dapat dimasukkan ke dalam suatu matriks kategorisasi atau sejenisnya. Hasilnya dapat memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi, 15
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif), (Jakarta: GP Press, 2008), h. 234. 16 Haris Herdiansyah, op. cit., h. 165.
35
kemudian merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. 4.
Kesimpulan atau verifikasi, “pada tahap ini merupakan tahap terakhir dalam analisis data kualitatif menurut Miles & Huberman.”17 Peneliti membuat kesimpulan dari temuan dan hasil penelitian dengan memberikan penjelasan simpulan dari jawaban pertanyaan penelitian.18 Kesimpulan ini dibuktikan dengan cara menafsirkan berdasarkan kategori yang telah dibuat sehingga dapat diketahui kecerdasan sosial siswa di homeschooling.
17
Ibid., h. 178. Ibid., h. 179.
18
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Pendahuluan Hasil penelitian ini diperoleh dengan teknik wawancara mendalam sebagai bentuk pencarian data dan observasi langsung dengan narasumber yang peneliti sebut sebagai partisipan. Data yang diperoleh berupa data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari hasil wawancara, sedangkan data sekunder berasal dari lembar observasi. Data-data yang telah dianalisis selanjutnya dikategorisasikan sesuai dengan kategorinya. Pengumpulan data ini dilakukan dari bulan November 2014 sampai dengan Januari 2015. Partisipan yang menjadi narasumber adalah wali kelas dan siswa SMP di Homeschooling Kak Seto. Pada bab ini pembaca dapat mengetahui bagaimana deskripsi kecerdasan sosial siswa SMP di homeschooling. Selain membahas hasil wawancara, bab ini juga membahas hasil obervasi yang dilakukan peneliti untuk mencari partisipan yang akan di wawancarai serta membahas informasi partisipan. Observasi dilakukan dengan meminta rekomendasi dua orang siswa dari setiap wali kelas jenjang SMP di Homeschooling Kak Seto dengan tujuan agar partisipan yang dipilih tepat sasaran sesuai dengan aspek kecerdasan sosial.
B. Profil Homeschooling Kak Seto Pondok Aren Homeschooling Kak Seto (HSKS) secara resmi berdiri pada tanggal 4 April 2007, beralamat di Jl. Taman Makam Bahagia ABRI No.3A RT.001 RW.04 Kelurahan Parigi Lama, Kecamatan Pondok Aren, Bintaro Sektor 9, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten, kode pos 15400, Indonesia. Telp: 0217451183, 082817031183 (hunting), 082917065790, Fax: 021-7451183. E-mail:
[email protected], website: http://www.hsks.sch.id. Latar belakang didirikannya HSKS Pondok Aren karena anak-anak kurang cocok dengan sistem pendidikan formal, dimana anak-anak mendapatkan pengalaman kurang menyenangkan selama bersekolah, misalnya saja kasus bullying, bentakan dan kekerasan dari guru bahkan penyamarataan kemampuan 36
37
serta keterampilan anak.1 Hal tersebut membuat Kak Seto sebagai tokoh pendidikan anak beserta timnya membangun komunitas sekolah rumah yang disebut Homeschooling Kak Seto (HSKS) sebagai bentuk solusi alternatif bagi orangtua dalam memberikan pendidikan kepada anak. Homeschooling Kak Seto (HSKS) dilaksanakan berdasarkan filosofi sederhana yaitu belajar dapat dilakukan kapan saja, di mana saja dan dengan siapa saja. HSKS memiliki visi dan misi. Visi dari HSKS adalah menjadikan Homeschooling Kak Seto (HSKS) sebagai salah satu institusi pendidikan anak yang unggul dan menyediakan program pendidikan bagi anak agar memiliki keterampilan, life skill dan karakter yang kokoh sebagai calon pemimpin bangsa di masa depan. Sedangkan misinya yaitu pertama, menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan menyenangkan bagi peserta didik sesuai dengan kebutuhan, gaya belajar, kekuatan dan keterbatasan yang dimilikinya. Kedua, membantu peserta didik menemukan minat dan bakatnya serta mengembangkan bakat dan minat peserta didik secara optimal. Ketiga, membentuk peserta didik menjadi manusia pembelajar seumur hidup yang mempunyai kepedulian sosial yang tinggi dan karakter yang kuat. Keempat, memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh hubungan dari pelajaran yang diperlajari dengan kehidupan nyata. Kelima, mengatasi keterbatasan, kelemahan peserta didik dengan melakukan pendekatan personal.2 Jenjang pendidikan yang ada di HSKS di mulai dari tingkat SD, SMP, dan SMA. Pada tingkat SD terdiri dari kelas I sampai kelas VI, tingkat SMP terdiri dari kelas VII sampai kelas IX, sedangkan pada tingkat SMA terdiri dari kelas X sampai kelas XII. Homeschooling Kak Seto (HSKS) Pondok Aren mengklasifikasi kegiatan pembelajaran homeschooling menjadi dua, yaitu komunitas dan Distance Learning.
Komunitas
merupakan
proses
pembelajaran
di
mana
siswa
dikumpulkan di sebuah kelas untuk belajar bersama sambil bersosialisasi dengan teman-temannya. Dalam komunitas jadwal belajar siswa ditentukan oleh badan 1
Dokumentasi, tanggal 11 Februari 2015. Dokumentasi, tanggal 11 Februari 2015.
2
38
tutorial. Sedangkan Distance Learning merupakan proses pembelajaran dimana siswa belajar di rumah dengan modul dan orangtua yang berperan besar sebagai pendidiknya. Dalam Distance Learning jadwal belajar disusun sesuai kesepakatan antara peserta dan orangtua. HSKS Pondok Aren juga mengadakan kelas masa uji coba yang disebut dengan trial class. Trial class dilaksanakan pada saat awal masuk sekolah. Program trial class dilakukan sebanyak enam kali pertemuan atau dua minggu. Kalau siswa merasa senang dan nyaman dengan proses pembelajaran, sosialisasi dan akademiknya bagus, maka siswa tersebut dapat melanjutkan pelajaran di kelas komunitas, sebaliknya jika ternyata siswa pasif, sosialisasi dan akademik kurang bagus atau tidak ada peningkatan, maka siswa akan dipindahkan ke kelas Distance Learning.3 HSKS Pondok Aren masih menggunakan kurikulum KTSP 20064, yaitu mencakup standar isi, kelulusan, serta proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.5 Legalitas ijazah siswa HSKS sudah diatur dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengakomodasi homeschooling sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang dapat dilakukan oleh masyarakat. Dalam pelaksanaannya, homeschooling berada di bawah naungan Direktorat Pendidikan Kesetaraan, Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah, Departemen Pendidikan Nasional. Siswa yang memilih homeschooling akan memperoleh ijazah kesetaraan yang di keluarkan oleh DEPDIKNAS yaitu paket A setara SD, paket B setara SMP dan paket C setara SMU/SMA. Ijazah ini dapat digunakan untuk meneruskan pendidikan ke sekolah formal atau yang lebih tinggi bahkan ke luar negeri sekalipun.
C. Informasi Partisipan Dalam upaya mengetahui kecerdasan sosial siswa, jumlah yang dijadikan partisipan untuk menjadi sumber data penelitian sebanyak enam orang yaitu, dua 3
Wawancara dengan Sri Wahyuni (Humas Homeschooling Kak Seto Pondok Aren), tanggal 07 Januari 2015. 4 Ibid. Wawancara tanggal 07 Januari 2015. 5 Dokumentasi, tanggal 24 April 2015.
39
orang siswa kelas VII, dua orang siswa kelas VIII dan dua orang siswa kelas IX berdasarkan rekomendasi wali kelas masing-masing. Kemudian peneliti mewawancarai tiga orang wali kelas, yaitu satu orang wali kelas dari kelas tujuh, satu orang wali kelas dari kelas delapan dan satu orang wali kelas dari kelas sembilan. Agar lebih maksimal mendapatkan hasil penelitian yang diinginkan, peneliti mewawancarai enam partisipan tambahan, yakni masing-masing satu orang teman atau sahabat dari partisipan di luar lingkungan Homeschooling Kak Seto. Penting sekali peneliti menjabarkan informasi dan latar belakang partisipan pada bab ini agar pembaca dan penguji dapat memahami konteks dan situasi penelitian. Pada penelitian kualitatif, kesimpulan penelitian tidak bisa di generalisasikan, oleh karena itu siapa yang diwawancarai dan kapan diwawancarai sangat penting karena kesimpulan dari penelitian ini akan berbeda jika dilakukan dengan waktu yang berbeda dan mewawancarai orang yang berbeda. Berikut adalah informasi partisipan: Partisipan FZ adalah seorang tutor mata pelajaran IPA Fisika lahir di Jakarta pada tanggal 23 Maret 1989, di Homeschooling Kak Seto (HSKS) ini selain menjadi tutor Kak FZ begitu sapaan beliau di HSKS, juga menjabat sebagai wali kelas untuk kelas VII. Beliau menjadi tutor di HSKS selama satu setengah tahun yakni semenjak 10 Januari 2013 sampai sekarang. Sebelumnya beliau sudah menyelesaikan pendidikan sarjana strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2012 dengan mengambil jurusan MIPA Fisika. Partisipan AR adalah seorang tutor mata pelajaran Bahasa Indonesia lahir di Jakarta pada tanggal 18 Desember 1988, di Homeschooling Kak Seto ini selain menjadi tutor Kak AR juga menjabat sebagai wali kelas untuk kelas VIII. Beliau menjadi tutor selama satu tahun tiga yakni dari tanggal 13 September 2013 sampai sekarang dan sedang menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) di Universitas Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah dengan mengambil jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
40
Partisipan MF adalah seorang tutor mata pelajaran Bahasa Indonesia lahir di Jakarta pada tanggal 21 Oktober 1989, di Homeschooling Kak Seto ini selain menjadi tutor Kak MF juga menjabat sebagai wali kelas untuk kelas IX. Beliau menjadi tutor semenjak 16 April 2012 dan sudah dua tahun menjabat sebagai tutor di HSKS Pondok Aren. Beliau sudah menyelesaikan pendidikan sarjana strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2012 dengan mengambil jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Partisipan K adalah siswa kelas VII B lahir di Jakarta pada tanggal 7 April 2002. K adalah siswa yang ramah, sopan, humoris, simpatik, pandai bersosialisasi dan gemar fotografi. Hal ini terlihat dari cara K berbicara pada saat menjawab pertanyaan wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Partisipan K merupakan anak terakhir dari dua bersaudara, dia memiliki satu orang kakak perempuan yang sedang melaksanakan pendidikan di perguruan tinggi dan partisipan K tinggal di daerah Lippo Karawaci yang jaraknya cukup jauh dari homeschooling. Sehubungan dengan jarak rumah ke tempat sekolah yang cukup jauh, partisipan K bersekolah dengan diantar oleh supir dan ditunggu sampai pulang sekolah. Selain sekolah di kelas komunitas Homeschooling Kak Seto Pondok Aren, partisipan K juga mengikuti berbagai kegiatan seperti kursus bahasa Inggris, kursus gitar dan pergi berfoto, namun kegiatan berfoto saat ini sedang tidak dilakukan karena sibuk dengan sekolah dan kegiatan kursus lainnya. Sebelumnya partisipan K bersekolah di sekolah formal, tetapi begitu SMP dia lebih memilih sekolah di homeschooling karena di sekolah terdahulu dia memiliki masalah dengan wali kelas dan sebagian teman-temannya yang membuat dirinya tidak ingin pergi ke sekolah formal tersebut. Partisipan K mendapatkan kenyamanan ketika bersekolah di homeschooling, dia merasa bisa menjadi diri sendiri, dia dapat bertanya atau berkonsultasi dengan tutor mengenai materi pelajaran yang belum dipahami, waktu belajar yang di tempuh saat di homeschooling tidak sepadat ketika bersekolah di sekolah formal jadi partisipan K dapat mengikuti kegiatan pendukung sekolah lainnya seperti les dan atau melakukan kegemarannya tanpa mengganggu waktu sekolah, sosialisasi partisipan K dengan teman-teman juga sangat baik bahkan dia mampu bersosialisasi dengan teman satu angkatan dan
41
kakak kelas. Kepribadian partisipan K yang ceria dan banyak berbicara inilah yang memudahkan dia berinteraksi dengan siapapun termasuk dengan peneliti. Partisipan T adalah siswi kelas VII A lahir di Jakarta pada tanggal 28 Juni 2001. T adalah siswi yang ramah dan sopan. Hal ini terlihat dari cara T menjawab sapaan dan pertanyaan wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Ketika peneliti bertemu dan mengucapkan “Hai”, partisipan membalas “Hai, Kak” dengan disertai senyuman dan jabatan tangan, kemudian pada saat wawancara berlangsung
partisipan
menjawab
semua
pertanyaan
peneliti
dengan
menggunakan bahasa formal. Partisipan T merupakan anak tunggal, dia tinggal bersama orangtuanya disebuah apartemen di daerah TB Simatupang. Sebelum pindah ke apartemen, partisipan tinggal di daerah Pamulang. Partisipan H adalah siswi kelas VIII B. H adalah siswi yang baik, ramah dan sopan, hal tersebut terlihat dari cara berbicara dan menjawab pertanyaan pada saat wawancara dengan peneliti. H tinggal di daerah Puri Bintaro sektor 9 (sembilan). Alasan H memilih untuk homeschooling karena sakit yang dideritanya mengakibatkan dia jadi jarang masuk sekolah. Dampak dari jarang masuk sekolah tersebut, partisipan H tidak disenangi oleh teman sekelasnya bahkan gurunya pun demikian. Partisipan merasa tidak nyaman ketika harus datang ke sekolah, H merasa ketakutan setiap ingin pergi ke sekolah dan dia tidak ingin pergi sekolah karena itu. Akhirnya H memilih untuk sekolah di kelas komunitas Homeschooling Kak Seto Pondok Aren. H merasa nyaman selama bersekolah di homeschooling, sosialisasinya pun bagus terlihat dari kesehariannya selama peneliti berada di lingkungan homeschooling seperti interaksinya dengan tutor, petugas resepsionis, penjual di kantin, teman-teman sekelas, satu angkatan bahkan kakak kelas, serta interaksi H dengan peneliti. Partisipan A adalah siswi kelas VIII B berasal dari Jakarta yang memiliki cita-cita menjadi musisi dan sutradara. A tinggal di daerah Radio Dalam. Partisipan A merupakan siswi yang senang berbicara, ramah dan sopan, walaupun di awal pertemuan tidak terlihat demikian. Partisipan A memerlukan waktu untuk bisa bersosialisasi dengan lingkungan atau orang baru. Hal tersebut terlihat ketika peneliti melakukan observasi di dua tempat yaitu depan ruang resepsionis dan di
42
dalam kelas VIII B. Peneliti memilih kedua tempat itu karena di depan ruang resepsionis adalah tempat di mana orang sering berlalu-lalang termasuk partisipan A dan juga ruangan itu berdekatan dengan ruang kelasnya, kemudian di dalam kelas, karena ruang kelas tempat dia berinteraksi dengan teman dan juga guru atau tutor. Sosialisasi partisipan A di homeschooling maupun di luar homeschooling keduanya sangat bagus. Dilihat dari hasil wawancara, selain mempunyai teman di homeschooling, partisipan A juga memiliki banyak teman diluar homeschooling. Partisipan A menghabiskan waktu bersama dengan teman-teman ketika sedang tidak ada kesibukan. Alasan partisipan A memilih homeschooling karena memiliki masalah di sekolah terdahulunya. Sebelum sekolah di komunitas Homeschooling Kak Seto Pondok Aren, partisipan A bersekolah di sekolah formal. Selain itu, alasan partisipan A pindah sekolah karena dia ingin serius ke musik dan dengan tetap tidak meninggalkan pendidikannya. Partisipan N adalah siswi kelas IX A lahir di Depok pada tanggal 23 Februari 2001. Partisipan N adalah siswa yang ramah, sopan, pintar dan pemalu, hal tersebut terlihat dari cara N berbicara pada saat di wawancarai oleh peneliti. Partisipan N merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, adik yang pertama sekolah kelas 5 (lima) SD (sekolah dasar) dan adik yang kedua sekolah kelas 2 (dua) SD. Partisipan N tinggal di daerah Ciputat bersama dengan kedua orangtua dan kedua adiknya. Partisipan N pindah ke homeschooling sejak tahun ajaran baru kelas IX. Dia pindah karena mengikuti sang Ayah yang di pindah tugaskan dari pekerjaan. Alasan partisipan N memilih bersekolah di kelas komunitas Homeschooling Kak Seto karena menurutnya sekolah formal jarang yang mudah menerima siswa pindahan ketika mereka sudah dijenjang kelas akhir seperti kelas IX dan partisipan N khawatir susah mengikuti pelajaran apabila bersekolah di sekolah formal. Sosialisasi partisipan N kurang baik, partisipan memiliki sifat pemalu yang berdampak pada sosialisasi dengan orang lain ataupun lingkungan baru, misalnya seperti awal masuk sekolah di homeschooling, partisipan akan berbicara ketika ada seseorang yang bertanya kepada dirinya terlebih dahulu namun jika tidak ada yang bertanya dia tidak akan berbicara kepada siapa pun.
43
Hal tersebut terlihat ketika peneliti melakukan observasi di lingkungan homeschooling dan dari hasil wawancara peneliti dengan partisipan. Partisipan B adalah siswa kelas IX A lahir di Tangerang pada tanggal 20 Desember 2000. Partisipan B adalah siswa yang ramah, sopan dan ceria. Hal ini terlihat pada saat bertemu dengan peneliti, partisipan B memberi salam kepada peneliti dan cara B berbicara pada saat menjawab pertanyaan wawancara. Partisipan B merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Alasan B memilih homeschooling karena memiliki masalah di sekolah sebelumnya. Sosialisasi partisipan B terbilang sangat baik, terlihat ketika B berinteraksi dengan teman, guru ataupun orang-orang di lingkungan homeschooling. Partisipan S merupakan partisipan tambahan, dia adalah teman dari partisipan K ketika di sekolah formal. Partisipan S lahir di Jakarta pada tanggal 08 Januari 2000. Partisipan S tinggal di daerah Bintaro. Partisipan S merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya kuliah semester 4 dan adik baru berusia 5 tahun. Alasan partisipan S senang bermain dengan partisipan K karena K orang yang baik dan senang bercanda. Partisipan V merupakan partisipan tambahan, dia adalah sahabat dari partisipan T. Partisipan V lahir di Jakarta pada tanggal 06 November 2001 dan tinggal di daerah Bintaro Sektor 3. Partisipan V merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Alasan partisipan V senang memiliki sahabat seperti partisipan T karena individu yang baik, ramah, terkadang senang melucu, anak yang manja terkadang juga bisa bersikap dewasa. Partisipan I merupakan partisipan tambahan. Partisipan I adalah sahabat dari partisipan H. Partisipan I lahir di Malang pada tanggal 14 April 2001. Partisipan I tinggal di Bintaro Jaya Sektor 3A. Dia merupakan anak keempat dari empat bersaudara. Partisipan I saat ini bersekolah di SMP Pembangunan Jaya. Alasan partisipan I senang berteman dengan partisipan T karena orangnya asik, agamis, baik ke semua orang, dewasa, dan juga bersahabat. Partisipan M merupakan partisipan tambahan. Partisipan M adalah sahabat dari partisipan A. Partisipan M lahir di Jakarta pada tanggal 11 September 2001. Partisipan M tinggal di Jalan Cempaka Raya No.1, Bintaro. Saat ini partisipan M
44
bersekolah di SMAN 19. Partisipan M merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Partisipan M dan partisipan A tidak seumuran, partisipan M lebih tua setahun dari partisipan A. Mereka saling kenal pada saat acara sekolah yang diadakan oleh SMA 19 dan SMP 19. Partisipan M bersekolah di SMA 19 dan partisipan A sekolah di SMP 19. Partisipan M yang terlebih dahulu mengajak bicara partisipan A. Alasan partisipan M senang berteman dengan A karena partisipan A orang yang baik, komunikatif ketika diajak berbicara, dapat memberikan solusi ketika temannya meminta bantuan. Partisipan Y merupakan partisipan tambahan. Partisipan Y merupakan sahabat dari partisipan N. Partisipan Y lahir di Jakarta pada tanggal 13 April 2000 yang beralamat di komplek BDM Jalan Raya Sawangan Blok A No.16, Depok. Sekarang partisipan Y bersekolah di SMAN 1 Depok. Partisipan Y merupakan anak tunggal. Mereka bersahabat dari kelas 8 SMP saat partisipan N masih bersekolah di sekolah formal tepat dimana partisipan Y bersekolah. Alasan partisipan Y senang memilik sahabat seperti N, karena partisipan N merupakan individu yang baik, pandai membuat lelucon, dan komunikatif, walaupun pada awalnya partisipan N sangat pendiam, tetapi jika sudah mengenalnya lebih jauh partisipan N merupakan individu yang menyenangkan. Partisipan G merupakan partisipan tambahan. Partisipan G adalah teman dari partisipan B. Partisipa G lahir di Jakarta pada tanggal 05 Juni 2001, anak kedua dari dua bersaudara. Kakaknya kuliah semester dua. Partisipan G tingggal di daerah Bintaro Jaya. Mereka berteman sejak kelas 7 atau SMP kelas 1. Alasan partisipan G senang berteman dengan partisipan B karena partisipan B merupakan individu yang baik walaupun partisipan B tidak menurut akan peraturan di sekolah. Partisipan B juga individu yang komunikatif ketika diajak berbicara, sehingga memudahkan dia mendapatkan teman baru. Dari informasi partisipan di atas, diketahui bahwa partisipan memiliki karakter individu yang berbeda-beda serta perbedaan latar belakang alasan bersekolah di homeschooling. Ada enam orang siswa/i memilih bersekolah di homeschooling karena mereka memiliki permasalahan dengan teman dan guru ketika bersekolah di sekolah formal, serta ada satu siswi memilih bersekolah di
45
homeschooling bukan karena memiliki masalah di sekolah terdahulunya tetapi siswi ini pindah ke homeschooling karena mengikuti orangtua yang pindah bekerja ke Jakarta dan partisipan beranggapan bahwa sekolah formal jarang yang mudah menerima siswa pindahan ketika mereka sudah dijenjang kelas akhir. Namun mereka memiliki persamaan yaitu mereka diwawancarai berdasarkan rekomendasi dari setiap wali kelas dengan alasan siswa tersebut memiliki kecerdasan sosial yang baik dibandingkan dengan teman-temannya dan mereka merupakan individu yang baik, ramah dan sopan kepada orang lain. Maka dari itu siswa yang diwawancarai sebanyak enam siswa dari tiga jenjang kelas yang berbeda, masing-masing jenjang kelas di pilih dua orang untuk di observasi terlebih dahulu dan kemudian akan peniliti wawancarai. Adapun wali kelas yang peneliti wawancarai sejumlah tiga orang. Masingmasing wali kelas mempunyai latar belakang pendidikan dan berapa lama mereka menjadi tutor di homeschooling pun berbeda-beda. Dua orang wali kelas yakni wali kelas kelas VII dan XI, beliau sama-sama menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) di Universitas Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah pada tahun 2012 dan lahir pada tahun yang sama yaitu tahun 1989. Untuk wali kelas kelas VII dan VIII, beliau selain menjadi wali kelas juga merupakan tutor mata pelajaran Bahasa Indonesia di Homeschooling Kak Seto Pondok Aren. Wali kelas kelas VII menjadi tutor di homeschooling Kak Seto selama satu setengah tahun, wali kelas kelas VII menjadi tutor selama satu tahun tiga bulan dan wali kelas kelas IX menjadi tutor sudah selama dua tahun.
D. Paparan Data Hasil Penelitian Pada hasil penelitian ini, peneliti akan memaparkan data dan hasil penelitian
terkait
dengan
permasalahan
yang
telah
dirumuskan,
yaitu
mendeskripsikan bagaimana kecerdasan sosial siswa SMP di Homeschooling Kak Seto. Pada bagian ini peneliti akan memaparkan hasil observasi di lingkungan homeschooling dan jawaban pertanyaan partisipan pada saat diwawancarai. Peneliti melakukan observasi sebelum dilakukannya wawancara dengan partisipan
46
(siswa). Pada wawancara dengan guru terdapat 8 (delapan) pertanyaan dan wawancara dengan siswa terdapat 19 (sembilan belas) pertanyaan. Hasil wawancara peneliti buatkan transkrip, kemudian transkrip tersebut peneliti olah dengan cara mereduksi data, menyajikan data atau menyimpulkan data. Data yang di reduksi adalah informasi yang tidak berhubungan dengan penelitian. Data yang disajikan di buat dalam bentuk-bentuk poin berdasarkan pertanyaan di instrumen wawancara. Kemudian peneliti dapat menyimpulkannya secara deskriptif serta penelitian ini akan menjawab pertanyaan penelitian dan bagaimana data tersebut menjawab penelitian ini. 1.
Hasil Observasi Siswa Dalam penelitian ini, peneliti melakukan obervasi setelah mendapatkan
rekomendasi partisipan (siswa) dari masing-masing wali kelas yang nantinya partisipan tersebut peneliti wawancarai, karena ini penelitian kualitatif penting sekali peneliti mewawancarai orang yang tepat agar pertanyaan penelitian dapat terjawab. Oleh karena itu, observasi dilakukan peneliti bertujuan untuk menentukan partisipan yang diwawancarai. Peneliti menyiapkan lembar observasi yang di dalamnya terdapat lima dimensi kecerdasan sosial yang terdiri dari: kecerdasan situasional, kemampuan membawa diri, autentisitas (perilaku yang menyebabkan orang lain menilai bahwa kita adalah orang yang jujur, terbuka, beretika, dapat dipercaya, dan berniat baik), kejelasan (kemampuan untuk menjelaskan, menerangkan, menyampaikan serta mengartikulasikan pandangan kita) dan empati. Observasi ini dilakukan selama empat hari, terputus tidak dilakukan secara terus menerus. Pada setiap waktunya peneliti duduk di lokasi observasi yaitu hari pertama peneliti masuk ke ruang belajar kelas VIII B di Homeschooling Kak Seto dari jam 09:00 WIB sampai dengan jam 12:00 WIB. Pemilihan tempat ini dikarenakan tempat interaksi antara siswa dengan guru ataupun siswa dengan siswa lainnya dan alasan pemilihan waktu karena pada jam tersebut merupakan jam siswa masuk sekolah. Hari kedua peneliti duduk di depan ruang resepsionis Homeschooling Kak Seto dari jam 08:30 WIB sampai dengan jam 12:00 WIB. Pemilihan tempat ini dikarenakan jalur tersebut ramai orang berlalu-lalang serta
47
dekat dengan ruang belajar siswa SMP dan pemilihan waktu karena jam tersebut merupakan jam siswa untuk datang ke sekolah sampai mereka pulang sekolah. Hari ketiga dan keempat peneliti duduk di kantin dari jam 08:30 WIB sampai dengan jam 11:00 WIB. Pemilihan tempat ini dikarenakan tempat siswa berinteraksi dengan para penjual makanan, minuman atau pun pegawai koperasi di Homeschooling Kak Seto dan alasan pemilihan waktu karena jam tersebut merupakan jam siswa datang ke sekolah dan waktu jam istirahat. Dari hasil observasi yang peneliti lakukan, terlihat bahwa kelima dimensi kecerdasan sosial yang meliputi kecerdasan situasional, kemampuan membawa diri, autentisitas (perilaku yang menyebabkan orang lain menilai bahwa kita adalah orang yang jujur, terbuka, beretika, dapat dipercaya, dan berniat baik), kejelasan (kemampuan untuk menjelaskan, menerangkan, menyampaikan serta mengartikulasikan pandangan kita), dan empati muncul pada setiap siswa yang menjadi partisipan. Untuk lebih jelas, berikut pemaparannya: 1.1
Kecerdasan Situasional (Situational Awareness) Kecerdasan situasional adalah kemampuan untuk membaca situasi dan mengartikan perilaku orang-orang dalam situasi tersebut.6 Dalam dimensi kecerdasan situasional, peneliti menemukan lima partisipan yang akan di wawancarai. Kelima partisipan menunjukkan perilaku menghibur teman yang bersedih dan membantu teman ketika kesulitan belajar seperti membantu mengerjakan lembar kerja (LK) mata pelajaran IPS.
1.2
Kemampuan Membawa Diri (Presence) Kemampuan membawa diri menjelaskan tentang cara kita mempengaruhi orang lain melalui penampilan, perasaan dan perilaku, bahasa tubuh, serta bagaimana kita menguasai suatu ruangan. 7 Dalam dimensi ini peneliti menemukan empat partisipan yang menunjukkan sikap mudah membawa diri di lingkungan homechooling. Seperti yang
6
Karl Albrecht, Cerdas Bergaul Kunci Sukses dalam Bisnis dan Masyarakat, Terj. dari Social Intelligence: The New Science of Success oleh Devi Femina, dkk, (Jakarta: PPM, 2006), Cet. 1, h. 33. 7 Ibid., h. 69.
48
peneliti lihat saat melakukan observasi di lapangan, keempat partisipan mudah
berkenalan
dan
bergaul
dengan
siapa
saja
sehingga
memudahkan partisipan ketika bersosialisasi di lingkungan baru dan mudah mendapatkan teman baru. 1.3
Autentisitas (Authenticity) Dimensi autentisitas merupakan kemampuan kita dalam membaca situasi dari perilaku kita yang membuat mereka menilai kita sebagai individu yang jujur, terbuka, beretika, dapat dipercaya dan berniat baik.8 Autentisitas bisa menjadi tolak ukur penilaian orang lain terhadap diri kita, orang lain akan lebih mempercayai kita, apabila kita tulus dalam segala perbuatan, berlaku apa adanya dan tidak dibuat-buat. Seperti yang peneliti temukan ketika observasi, ada lima partisipan memiliki sikap sesuai dengan apa yang terdapat di dalam dimensi autentisitas, yakni ketika pertama kali bertemu dengan orang lain partisipan menjadi invidu yang apa adanya namun tetap menunjukkan sikap sopan ketika berbicara, memberikan sapaan ramah saat bertemu dengan orang yang belum di kenal, dan cium tangan kepada orang yang lebih tua misalnya dengan guru atau tutor.
1.4
Kejelasan (Clarity) Dimaksud dimensi kejelasan (clarity) yaitu kemampuan untuk menjelaskan diri kita dan mengartikulasikan pandangan kita agar orang lain bisa menerima dengan senang hati. Dalam dimensi kejelasan, peneliti menemukan empat partisipan yang memiliki aspek ini. Seperti yang dilihat oleh peneliti saat melakukan observasi, keempat partisipan menunjukkan kemampuan interaksi sosial yang berbeda-beda saat menggunakan bahasa non verbal ketika berkomunikasi, yakni memberikan anggukkan kepala ketika ditanya tutor apakah sudah mengerti dengan materi pelajaran yang sedang dijelaskan, salim tangan ketika bertemu dengan tutor atau orang yang lebih tua darinya, memberikan senyuman sebagai tanda sapaan saat bertemu dengan orang
8
Ibid., h. 89.
49
lain, dan memasang raut wajah tidak senang ketika partisipan sedang merasa kesal. 1.5
Empati (Empathy) Empati dalam sosial inteligensi sebagai memiliki perasaan untuk dibagi antara dua orang, maksudnya kita akan mempertimbangkan empati sebagai keadaan keterkaitan dengan orang lain yang menciptakan dasar bagi interaksi positif dan kerja sama.9 Dalam dimensi empati, peneliti menemukan tiga partisipan yang memiliki dimensi ini. Dilihat dari hasil observasi, ketiga partisipan menunjukkan perilaku sadar dan perhatian pada perasaan orang lain, seperti partisipan menghormati dan tidak membeda-bedakan teman yang berbeda agama, suku, maupun kekurangan fisik. Partisipan juga ikut merasakan kesedihan dan kebahagiaan orang lain, seperti ikut merasakan kesedihan teman yang memiliki masalah dan merasa gembira pada saat partisipan berhasil membantu permasalahan temannya. Tidak hanya itu, partisipan juga saling berbagi makanan dan minuman dengan teman, dan partisipan juga membantu para tutor membawakan media pembelajaran seperti laptop, infocus atau kabel colokan.
Keenam siswa yang terpilih dari setiap jenjang kelas merupakan siswa yang memenuhi kriteria dari dimensi kecerdasan sosial yang dijelaskan diatas. Mereka yang memenuhi kriteria dari kecerdasan sosial tersebut kemudian peneliti minta menjadi partisipan. Setelah disetujui, maka mereka mulai di wawancara sebanyak tiga kali yaitu wawancara pembuka, wawancara inti, dan member check. Wawancara pembuka dilakukan selama 20-30 menit setiap wawancaranya, wawancara inti dilakukan selama 40-60 menit, dan member check dilakukan setelah peneliti melakukan pengecekkan data yang telah diperoleh dari informan.
9
Ibid., h. 139-140.
50
2.
Hasil Wawancara Guru 2.1
Pendapat wali kelas tentang tingkah laku anak ketika berada di lingkungan homeschooling Tingkah laku setiap individu berbeda-beda, ada yang aktif, pendiam, dan biasa saja. Seperti yang dikatakan oleh ketiga wali kelas saat wawancara bahwa: “Di Homeschooling Kak Seto, siswa yang bersekolah di sini dari berbagai kalangan, ada yang dari kalangan artis, atlit, anak yang memiliki masalah ketika di sekolah sebelumnya bahkan sampai anak berkebutuhan khusus.”10 Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa tingkah laku individu tidak semuanya sama, faktor latar belakang dan pendidikan keluarga yang menyebabkan beragamnya tingkah laku para siswa di Homeschooling Kak Seto.
2.2
Pendapat wali kelas tentang interaksi siswa kepada Ibu/Bapak selaku guru kelas Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari hubungan antara satu dengan yang lainnya. Khususnya sekolah tempat di mana terjadi interaksi secara aktif antara siswa dengan guru begitu pula sebaliknya, siswa dengan siswa, siswa dengan karyawan sekolah dan sebagainya.
Menurut
ketiga
wali
kelas,
interaksi
siswa
di
homeschooling sangat baik, hal ini terungkap dari kesimpulan hasil wawancara oleh ketiga wali kelas yaitu sebagai berikut: “Interaksinya sopan sekali, ramah dengan tutor ataupun dengan orang yang ada di homeschooling, anaknya juga baik-baik, dan interaktif.”11 Interaksi siswa homeschooling Kak Seto dengan wali kelas atau tutor terjalin sangat baik. Para siswa sangat sopan dan ramah terhadap wali kelas ataupun tutor mata pelajaran. Setiap siswa bertemu dengan
10
Kesimpulan wawancara inti wali kelas SMP, tanggal 12 Januari 2015. Ibid, kesimpulan wawancara wali kelas.
11
51
tutor di luar kelas, mereka memberi salam dengan sopan seperti sapaan akrab. 2.3
Pendapat guru tentang interaksi siswa kepada teman sekelas Tidak hanya interaksi dengan tutor saja yang bagus, tetapi interaksi siswa kepada teman di kelasnya pun juga baik. Hal ini terlihat dari kesimpulan hasil wawancara ketiga wali kelas, yaitu sebagai berikut: “Interaksi siswa dengan teman sekelasnya sangat sopan juga, mereka bercanda bareng, dan ada yang humoris jadi temannya senang dengan sifat humorisnya itu.”12 Dari pendapat guru diatas terlihat bahwa interaksi yang terjadi pada siswa dengan teman sekelasnya sangat baik.
2.4
Pendapat guru tentang interaksi siswa kepada petugas di lingkungan homeschooling Pada pertanyaan ini, tidak semua wali kelas yang peneliti wawancarai sering melihat bagaimana siswa berinteraksi dengan petugas di lingkungan homeschooling. Hal ini terlihat dari kesimpulan hasil wawancara dengan ketiga wali kelas, yaitu sebagai berikut: “Kalau misalkan ke office boy atau apa saya belum pernah melihat ya. Tapi kalau ke resepsionis interaksinya ya seperti biasa, seperti me-nyerahkan tugas jika tidak bertemu langsung dengan tutor yang bersangkutan. Sikap siswa ramah kok.”13 Dari pendapat wali kelas dalam wawancara di atas, walaupun para wali kelas tidak sering melihat interaksi siswanya dengan para pertugas yang ada di Homeschooling Kak Seto tetapi sudah dapat dilihat ternyata interaksi siswa dengan para petugas di homeschooling juga terjalin dengan baik.
12
Ibid., kesimpulan wawancara wali kelas. Ibid., kesimpulan wawancara wali kelas.
13
52
2.5
Pendapat guru tentang sikap siswa ketika memberi salam saat bertemu dengan Ibu/Bapak Tanpa disadari sikap terbentuk saat individu berinteraksi dengan orang lain atau hanya dengan mengobservasi dari tingkah laku mereka. Pembelajaran tersebut terjadi melalui proses pembelajaran sosial. “Pembelajaran sosial adalah proses di mana kita mengadopsi informasi baru, bentuk tingkah laku, atau sikap dari orang lain.”14 Sikap siswa di homeschooling secara keseluruhan hampir sama, mereka ketika bertemu dengan tutor atau orang di lingkungan homeschooling biasa memberikan sapaan, karena di homeschooling tertanam sifat kekeluargaan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, sampai sesama guru juga demikian. Hal ini tentunya tidak seperti di sekolah formal pada umumnya hubungan antara guru dengan siswa terjalin seperti ada tembok batasan yang menghalangi. Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu M.F yang lebih di akrab dengan panggilan Kak M selaku wali kelas dari kelas IX dan mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia, berikut kutipan hasil wawancara: “Kalau anak-anak di sini sebenarnya kalau memang bertemu dengan kita itu lebih banyak say hi seperti biasa. Kalau misalkan guru-guru lain, guru-guru sekolah formal dengan anak muridnya mungkin agak malu-malu atau misalkan gimana. Kalau di kita sih kebanyakan “Halo Kak” yang seperti itu. Kadang juga ada yang salaman, tergantung anaknya.”15
2.6
Pendapat guru tentang sikap siswa ketika di kelas saat proses pembelajaran berlangsung Secara keseluruhan sikap siswa di Homeschooling Kak Seto hampir sama, mereka memperhatikan guru ketika proses pembelajaran berlangsung. Hanya beberapa anak saja yang tidak demikian, tergantung dari karakteristik anak masing-masing dan kondisi kelas
14
Robert A. Baron and Donn Byrne, Psikologi Sosial Edisi Kesepuluh Jilid 1, Terj. dari Social Psychology Tenth Edition oleh Ratna Djuwita, dkk., (Jakarta: Erlangga, 2004), Cet. I, h. 123. 15 Wawancara inti dengan MF (Wali kelas dari kelas IX dan tutor mata pelajaran Bahasa Indonesia), tanggal 09 Januari 2015, pukul 14:27 WIB.
53
pada saat proses pembelajaran berlangsung. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara Ibu MF wali kelas dari kelas IX dan juga sebagai tutor mata pelajaran Bahasa Indonesia, berikut adalah kutipan dari hasil wawancara: “…cuma kalau anak-anak itu di sini agak terbatas dari segi penuturan bahasanya. Maksudnya ketika kita berbicara di depan untuk presentasi, kita kan membutuhkan public speaking ya. Nah dia tuh ngerti nih apa masalahnya dia ngerti, bagaimana cara menyelesaikannya tapi cara ngomongnya itu gimana, nah itu sih kebanyakan. Sama aja ketika harus nulis gitu ya, nah itu rata-rata point-nya dapet, tapi ketika di suruh memaparkan itu argumen-argumennya yang kurang.”16 Hal tersebut tidak hanya terjadi di kelas IX saja, kelas VII dan VIII pun demikian. Seperti yang dikatakan oleh Bapak FZ selaku wali kelas dari kelas VII dan juga sebagai guru mata pelajaran Fisika, sebagai berikut: “...di kelas itu yang pertama di sini kan karakteristik anak bedabeda nih Kak. Ada yang aktif, ada yang pendiem, ada yang hyperactive, ada yang pasif. Sikapnya di kelas, nah kalau A ini karakteristiknya dia itu gampang banget terganggu. Dengan apa, kadang dengan pemikirannya dia yang di bawa dari rumah gitu kan. Terus dengan keadaan di sekolah yang temen-temennya perintah ini terus dia nyambungnya ke pembicaraan itu, gitu kan. Banyak faktor, apalagi dengan sikap dia yang banyak berbicara justru sangat mudah terpancing dan lebih cenderung kurang fokus. Jadi ketika dia fokus, dia akan tenang.”17 Begitu pula dengan kelas VIII, seperti yang disampaikan dalam wawancara dengan Bapak AR sebagai wali kelas dan juga tutor mata pelajaran Bahasa Indonesia, sebagai berikut: “Diem, diem. Dia jarang bicara, lebih memperhatikan. Nah, cuma kalau menurut dia, dia belum ngerti ya dia mau nanya kalau memang dia belum ngerti.”18
16
Wawancara inti dengan MF, op. cit. Wawancara inti dengan partisipan FZ (Wali kelas dari kelas VII dan tutor mata pelajaran Fisika), tanggal 16 Januari 2015, pukul 12:05 WIB. 18 Wawancara inti dengan AR (Wali kelas dari kelas VIII dan tutor mata pelajaran Bahasa Indonesia), tanggal 07 Januari 2015, pukul 15:14 WIB. 17
54
Dari hasil wawancara dengan para wali kelas terlihat bahwa walaupun beragam karatkteristik siswa, sikap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung di kelas bagus, tidak mengganggu proses pembelajaran. 2.7
Pendapat guru tentang sikap siswa ketika berinteraksi dengan teman di kelas Guru berpendapat bahwa sikap siswa ketika berinteraksi dengan teman di kelas sangat bagus. Mereka sopan, kooperatif, saling bercanda dan menolong satu sama lain. Hal ini diakui oleh para wali kelas pada saat di wawancarai sebagai berikut: “...yang pertama tetap dengan sikapnya dia banyak ngomong, tapi secara keseluruhan dia bisa menyelesaikan, karena daya tangkapnya juga cepat, jadi anak ini, dia akan banyak ngomong tapi perkerjaannya juga selesai gitu Kak. Kalau dia udah merasa tidak ada yang di kerjain, ya udah dia ngobrol dengan temannya, bercanda sama temannya.”19 Dari wawancara dengan Bapak F diatas terlihat bahwa interaksi siswa homeschooling Kak Seto dengan teman ketika di kelas sangat bagus. Demikian pula dengan siswa kelas VIII, hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara dengan Bapak AR, yaitu: “…kooperatif tuh Kak, tergantung kalau lagi temennya ada kesulitan dia bantuin. Jadi dia tuh gini, kalau orangnya asik dia orangnya juga asik juga. Pokoknya orangnya asik aja deh. Baik kelompok atau individu dia orangnya tuh asik.”20 Menurut Ibu MF juga demikian, bahwa interaksi siswa dengan temannya tidak ada masalah. Siswa berperilaku sopan kepada siapapun. Hal ini dapat di lihat dari hasil wawancara, yaitu: “…interaksi dengan temannya itu hampir tidak ada masalah, cara bicaranya sopan, dengan temannya sopan, dengan tutor sopan, dengan siapapun dia sopan. Ini karakter yang memang dia bagus deh kayanya…”21
19
Wawancara inti dengan partisipan FZ, op. cit. Wawancara inti dengan AR, op. cit. 21 Wawancara inti dengan MF, op. cit. 20
55
2.8
Pendapat guru tentang pengertian dari kecerdasan sosial Guru berpendapat bahwa kecerdasan sosial berarti kemampuan seseorang atau seorang individu untuk bisa membaca keadaan sekitar. Jadi dapat merasakan apa yang orang lain rasakan. Artinya ketika ada orang lain merasa kesedihan, dia ikut merasakan kesedihan. Kemudian ikut berpartisipasi ketika ada kegiatan baik di sekolah ataupun di lingkungan tempat tinggal.
3.
Hasil Wawancara Siswa 3.1
Alasan siswa senang berteman dengan teman di homeschooling dan cara siswa bermain dengannya Keenam siswa memberikan jawaban yang sama, mereka menjawab bahwa teman-teman di homeschooling baik, peduli dan bersahabat sehingga mereka merasa senang jika berteman dengannya. Cara mereka menghabiskan waktu bersama pada setiap partisipan berbeda-beda. Tiga siswa menghabiskan waktu bersama teman dengan pergi ke tempat makan setelah pulang sekolah, kemudian dua siswa lainnya lebih sering menghabiskan waktu bersama teman dengan saling bercerita satu sama lain ketika sebelum bel masuk sekolah, dan ada satu siswa menghabiskan waktu bersama dengan teman setelah pulang sekolah pergi ke tempat makan dan membicarakan hal seperti kegiatan mereka hari ini.
3.2
Alasan
siswa
senang
bermain
dengan
teman
dari
luar
homeschooling dan cara siswa bermain dengannya Jawaban siswa pada pertanyaan ini semua menjawab kalau teman di luar homeschooling sama baiknya dengan teman di homeschooling dan cara mereka bermain dengan teman di luar homeschooling
juga
tidak
berbeda
dengan
teman-teman
di
homeschooling, seperti bercerita dan jalan-jalan atau makan bersama. Waktu pertemuan mereka dengan teman di luar homeschooling juga
56
tidak sama, dikarenakan jadwal masuk sekolah mereka yang berbeda dan mereka juga memiliki kesibukan masing-masing. Siswa K pergi bersepeda bersama temannya ketika akhir pekan. Berbeda dengan siswa T, hal tersebut tidak terjadi pada siswa B. Siswa B tidak mempunyai teman selain di luar homeschooling, karena di lingkungan rumah tidak ada teman sebaya. Hal ini diakui siswa B saat di wawancarai yaitu: “…engga punya temen di rumah. Engga ada. Soalnya di rumah anak seumuran aku engga ada, anak kecil semua.”22 3.3
Kapan siswa bertemu dengan teman-teman Pada pertanyaan ini, keenam siswa memberikan jawaban yang sama. Mereka bertemu dengan teman di homeschooling hanya di hari sekolah saja, yaitu Selasa, Kamis dan Jum’at, sedangkan untuk bertemu dengan teman di luar homeschooling tergantung dari jadwal mereka dan temannya. Jika ingin bertemu, sebelumnya mereka membuat janji terlebih dahulu agar partisipan dapat bertemu dengan teman-temannya.
3.4
Berapa kali dalam satu minggu siswa bermain dengan teman di rumah dan teman di homeschooling Pada pertanyaan ini, enam siswa memberikan jawaban yang sama. Keenam siswa bertemu dengan teman homeschooling hanya pada saat hari sekolah saja, sedangkan kalau bertemu dengan teman di rumah, partisipan dalam satu minggu belum tentu dapat bermain bersama dengan teman rumah, dikarenakan jadwal masuk sekolah mereka yang berbeda dan kesibukan dari kegiatan mereka selain bersekolah juga berbeda-beda seperti, ada siswa yang mengikuti les bimbingan belajar, les bahasa Inggris, les futsal, dan les musik.
3.5
Hal yang dilakukan saat siswa bertemu dengan teman dan sering atau tidak bertemu mereka bertemu Dalam
menjawab
pertanyaan
ini,
keenam
partisipan
memberikan jawaban yang sama, yaitu partisipan K, T, H, A, N dan B 22
Wawancara inti dengan partisipan B, tanggal 16 Januari 2015, pukul 10:30 WIB.
57
sering bertemu dengan teman homeschooling ketika hari sekolah tetapi hal yang mereka lakukan tidak semuanya sama. Hal yang dilakukan partisipan K ketika mereka bertemu yaitu mengobrol dan bermain game online bersama, sedangkan partisipan T, H, A, N dan B ketika mereka bertemu dengan temannya, mereka saling mengobrol dan setelah pulang sekolah terkadang mereka pergi ke tempat makan untuk sekedar makan siang. 3.6
Siswa pernah bersekolah di sekolah formal atau tidak Pada pertanyaan ini, keenam partisipan menjawab sama, yaitu mereka pernah bersekolah di sekolah formal sebelum akhirnya mereka pindah ke homeschooling dengan berbagai faktor dari tiap partisipan. Partisipan K sebelum pindah ke homeschooling, bersekolah di SD bernuansa islami. Partisipan T sebelumnya sudah dua kali pindah sekolah formal yaitu di sekolah formal swasta dan di sekolah Katolik. Partisipan H dan A sebelumnya bersekolah di sekolah formal di daerah Bintaro. Partisipan N sebelumnya bersekolah di sekolah formal bernuansa islami. Partisipan B sebelumnya bersekolah di SMP swasta bernuansa islami namun pindah ke pesantren, kemudian pindah ke homeschooling.
3.7
Sejak kapan siswa bersekolah di homeschooling Pada pertanyaan ini, keenam partisipan menjawab berbeda-beda. Partisipan K bersekolah di homeschooling sejak masuk SMP. Partisipan T bersekolah di homeschooling dari kelas 6 SD akhir semester satu dan sekarang sudah kelas VII. Partispan H bersekolah di homeschooling ketika kelas VIII sejak bulan Mei 2014 sesaat sebelum UAS. Partisipan A bersekolah di homeschooling sejak tahun ajaran baru 2014/2015 kelas VIII, sedangkan partisipan N dan B bersekolah di homeschooling sejak tahun ajaran baru 2014/2015 kelas IX.
58
3.8
Alasan siswa lebih memilih homeschooling daripada bersekolah di sekolah formal Pada pertanyaan ini, terdapat lima partisipan menjawab memilih homeschooling karena memiliki masalah ketika bersekolah di sekolah formal. Dua partisipan pindah ke homeschooling karena sakit yang membuat kedua siswi tersebut jarang masuk sekolah. Partisipan H mengaku menjadi bahan pembicaraan teman-temannya ketika ia berada di sekolah dan membuat partisipan tidak nyaman untuk datang ke sekolah. Hal ini diakui partisipan H pada saat di wawancarai, yaitu: “Karena kan dulu aku juga jarang masuk jadi kan pasti di omongin kan. Jadi pas pertama aku masuk aku dicuekin.”23 Tidak hanya itu, sikap guru dan wakil kepala sekolah juga membuat partisipan tidak nyaman untuk datang ke sekolah dan merasa takut untuk datang ke sekolah, sehingga semangat untuk bersekolah menjadi menurun. Hal ini disampaikan partisipan saat melakukan wawancara, yaitu: “Trus sama guru kan, aku kan sangking jarang masuknya, gurunya bilang kalo sakit jangan manja. Kan jadi kayak gimaaa gitu...trus kata wakil kepala sekolah, aku kan ceritain kan, aku di rujuk-rujuk ke rumah sakit mana-mana kan memang untuk sembuh, trus kata dia buang-buang duit aja. Ya udah, aku juga udah engga nyaman. Aku setiap mau ke sekolah tuh aku ketakutan, aku engga mau sekolah sangking kayak gitunya, tuh aku sangking ketakutan gitu. Sampe aku tuh susah banget mau sekolah.”24 Hal serupa juga dialami oleh partisipan T, partisipan pindah dari sekolah formal ke homeschooling karena kondisi kesehatannya mulai menurun pada saat kelas 5 SD dan sempat di rawat hampir satu bulan di rumah sakit ketika kelas 6 SD, partisipan juga tidak ingin pergi ke sekolah setelah mendengar kalau dirinya tidak bisa ikut UN (Ujian Nasional) karena jarang masuk sekolah.
23
Wawancara inti dengan partisipan H, tanggal 15 Januari 2015, pukul 10:46 WIB. Ibid.
24
59
Berbeda dengan partisipan H dan T, satu partisipan memilih bersekolah di homeschooling karena dia tidak menyukai adanya genggengan di sekolah dan dia juga ingin lebih serius menekuni seni musik. Hal ini seperti yang disampaikan partisipan pada saat diwawancarai, yaitu: “Ada masalah. Terus yang kayak ada geng-gengan gitu loh. Aku kan engga suka ya yang kaya geng-gengan gitu, maksudnya kayak lo kalau mau berteman sama gue ya berteman aja engga usah pilih-pilih gitu jadi kayak selalu ngeledek satu sama lain gitu (sambil memasang wajah tidak suka). Akhirnya aku pindah dan aku pindah bukan karena itu juga, karena aku pengen lebih serius ke musik.”25 Satu partisipan pindah ke homeschooling karena sewaktu partisipan sekolah di sekolah formal, dia tidak taat dengan peraturan sekolah sehingga mendapatkan dua kali surat pemberitahuan (SP) dan terancam di drop out (DO) dari sekolah. Kemudian ada satu partisipan memilih homeschooling karena mempunyai masalah dengan wali kelasnya. Namun ada satu partisipan lain, pindah ke homeschooling bukan karena mempunyai masalah dengan teman atau guru di sekolah, tetapi alasan partisipan pindah sekolah karena mengikuti orangtua yang dipindahkan tempat kerjanya. 3.9
Pendapat siswa tentang perbedaan yang di alami ketika bersekolah di sekolah formal dengan di homeschooling Keenam partisipan memberi jawaban yang sama mengenai perbedaan
antara
bersekolah
di
sekolah
formal
dengan
di
homeschooling, mereka menjawab bahwa bersekolah di homeschooling menyenangkan, lebih santai dan tidak membuat mereka stres dalam menuntut ilmu dikarenakan mata pelajaran yang diajarkan tidak sebanyak di sekolah formal. Siswa homeschooling hanya belajar enam mata pelajaran, di mana keenam mata pelajaran tersebut merupakan
25
Wawancara inti dengan partisipan A, tanggal 15 Januari 2015, pukul 12:10 WIB.
60
mata pelajaran ujian nasional (UN) sehingga siswa dapat lebih fokus dalam belajar. Partisipan juga menjawab kalau di homeschooling tidak ada senioritas antar siswa. Siswa juga bisa jadi diri sendiri dan diberi kebebasan untuk bertanya ketika belum memahami materi pelajaran yang sedang diajarkan di sekolah, seperti yang dikatakan oleh partisipan T, yaitu: “Kalo disini kan istilahnya kita kayak dikasih kebebasan untuk bertanya dan kalo kita engga bisa kayak dikasih waktu dan engga terlalu ketat juga sekolahnya. Terus kalo di homeschooling aku bisa jadi diri aku sendiri gitu jadi kelihatan kalo aku ini orangnya kayak gimana, ketauan satu sama lain.”26 3.10 Rasa nyaman siswa ketika bersekolah di homeschooling Pada pertanyaan ini, keenam partisipan memberikan jawaban yang sama, yakni mereka merasa nyaman bersekolah di homeschooling. Teman-temannya baik sehingga terjalin sosialisasi yang baik juga diantara mereka dan cara belajar di homeschooling yang tidak terlalu serius membuat siswa tidak terlalu terbebani oleh sistem pembelajaran. Selain itu, siswa dapat membagi waktu antara kewajiban mereka sebagai pelajar dengan kegiatan lainnya di luar pendidikan sekolah, seperti yang disampaikan oleh partisipan A saat diwawancarai, yaitu: “Aku kan mau serius ke musik ya Kak, jadi aku ngerasa bisa bagi waktu aja antara pendidikan akademik dan hobi musik aku. Kan kalo di sekolah formal agak sulit tuh ya Kak bagi-bagi waktunya, kan di sekolah formal waktu belajarnya lebih lama dibandingkan di homeschooling.”27 Tidak hanya itu, partisipan juga mengatakan bahwa tenaga pengajar (tutor) di homeschooling bersikap baik, sehingga mereka merasa nyaman dan tidak sungkan untuk bertanya tentang materi pelajaran yang belum di mengerti.
26
Wawancara inti dengan partisipan T, tanggal 22 Januari 2015, pukul 12:00 WIB. Wawancara inti dengan partisipan A, op. cit.
27
61
3.11 Sikap teman-teman di homeschooling Pada pertanyaan ini, kelima partisipan memberikan jawaban sama.
Kelima
partisipan
berpendapat
bahwa
teman-teman
di
homeschooling baik-baik, ramah, saling menerima satu sama lain, bisa membuat partisipan nyaman ketika bersama dan tidak adanya senioritas sehingga terjalinnya interaksi antara kakak kelas dan adik kelas. Tetapi ada satu partisipan yang berpendapat bahwa teman di homeschooling tidak selalu bersikap baik kepada dia. Terkadang temannya bersikap baik tetapi kadang juga tidak. 3.12 Sikap teman-teman di sekolah formal Pada pertanyaan ini, keenam partisipan memberikan jawaban yang sama. Mereka menjawab bahwa sikap teman-teman di sekolah formal bervariasi, ada yang baik dan ada yang menyebalkan. Seperti yang dikatakan oleh partisipan H, sebenarnya teman-teman di sekolah terdahulu sikapnya baik tetapi kalau satu orang bersikap acuh ke satu orang maka semua temannya akan bersikap seperti itu juga. Berbeda dengan partisipan N, walaupun teman-teman di sekolah terdahulu berkelompok-kelompok (bergeng), tapi teman sekelasnya masih bisa kompak ketika ada kegiatan yang diadakan oleh kelasnya. Seperti yang disampaikan partisipan N pada wawancara, yaitu: “Seru juga, tapi yaaa geng-gengan gitu. Tapi, apa yaaa (berpikir) ya kalo dulu dapet kelasnya sih yang seru semuanya, satu kelas tuh kompak jadi enak. Kita pergi liburan kemana barengbareng.”28 3.13 Cara bergaul siswa dengan teman-teman di homeschooling Pada pertanyaan ini partisipan memberikan jawaban yang berbeda-beda. Cara bergaul siswa dengan teman-teman baru di homeschooling bervariasi, tidak semua partisipan dapat langsung bergaul dengan temannya. Ada empat partisipan yang menjawab bahwa pada saat pertama kali mereka bergaul, partisipan menyesuaikan diri
28
Ibid, Wawancara dengan partisipan A.
62
terlebih dahulu dengan sikap teman-teman. Setelah beberapa bulan bersama dan mengenali karakter satu sama lain, partisipan dengan temannya tidak sungkan menunjukkan sikap mereka yang sebenarnya, seperti mengobrol, tertawa bersama, bercanda, belajar bersama dan membuat lelucon ringan. Berbeda dengan keempat partisipan sebelumnya, terdapat dua orang partisipan ketika pertama kali bergaul dengan teman baru di homeschooling mereka langsung menunjukkan sifat asli dari keduanya, seperti menyapa duluan teman barunya kemudian mengajaknya ngobrol dan lama-kelamaan mereka menjadi dekat. 3.14 Siswa menghibur teman yang sedang sedih dan bagaimana cara siswa menghibur Keenam partisipan memberikan jawaban yang sama bahwa mereka pernah menghibur teman yang sedang bersedih tetapi intensitas menghiburnya tidak begitu sering, tergantung dari kondisi temannya apakah sedang merasa sedih atau tidak. Seperti yang disampaikan oleh partisipan T, bahwa dirinya tidak sering menghibur teman, tetapi partisipan tidak menutup kemungkinan untuk menghibur teman ketika dibutuhkan oleh temannya. Cara menghibur dari keenam partisipan juga sama. Mereka sama-sama menenangkan temannya, jika temannya sudah bisa diajak bicara
lalu
permasalahan
partisipan yang
mengajak
dialami,
temannya
kemudian
menceritakan
partisipan
apa
membantu
memberikan penjelasan serta solusi dari permasalahan tersebut, setelahnya partisipan menghibur agar temannya tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Sesekali partisipan juga mengajak temannya makan diluar yang bertujuan agar temannya lebih cepat bangkit dari rasa kesedihan yang sedang dialami.
63
3.15 Siswa membantu teman yang kesulitan, hal yang biasa dilakukan ketika membantu serta perasaan siswa setelah membantu Keenam partisipan memberikan jawaban yang sama bahwa mereka pernah membantu teman yang mengalami kesulitan. Partisipan membantu membelikan makanan ke teman yang sedang tidak membawa uang jajan, membantu memberikan solusi kepada teman saat terjadi pertengkaran diantara teman, serta membantu teman ketika kesulitan dalam mengerjakan tugas sekolah. Partisipan merasa senang setelah membantu, mereka merasa seperti orang yang berguna karena bisa membantu teman yang sedang kesulitan. Tetapi ada satu partisipan yang sempat menyesal sudah menolong teman membelikan makanan, karena uang jajan yang seharusnya untuk keesokkan hari menjadi berkurang, tetapi pada akhirnya partisipan mengikhlaskan dan dia berpikir bahwa nanti juga akan dapat uang jajan lagi dari orangtuanya. 3.16 Sikap siswa terhadap teman yang berbeda suku, agama, ras, budaya, gender dan kekurangan fisik Pada pertanyaan ini kelima partisipan menjawab sama bahwa mereka bersikap saling menghargai dan menghormati dengan adanya perbedaan tersebut, karena mereka berteman dengan orangnya bukan berteman dengan agama, ras, budaya, gender atau fisiknya. Kelima partisipan tidak membeda-bedakan dalam hal berteman, mereka satu sama lain berteman baik, saling mengobrol dan kumpul bersama ketika di kelas. Tetapi ada satu partisan yang tidak demikian. Partisipan tersebut bersikap cenderung cuek dengan teman yang memiliki kekurangan fisik, karena menurut dia teman yang seperti itu sedikit sulit jika diajak berteman. 3.17 Siswa mudah beradaptasi dan bersosialisasi di lingkungan baru atau tidak dan cara siswa memperkenalkan diri di lingkungan baru Pada pertanyaan ini terdapat lima partisipan menjawab bahwa mereka mudah beradaptasi dan empat partisipan menjawab mereka mudah dalam bersosialisasi di lingkungan baru. Namun cara mereka
64
memperkenal-kan diri di lingkungan baru berbeda-beda. Ada empat partisipan saat berkenalan dengan teman baru pertama-tama mereka diem-dieman terlebih dulu, kemudian saling memberikan senyuman dan setelah itu berkenalan. Tetapi berbeda dengan dua partisipan lainnya, mereka langsung menyapa dan mengajak teman barunya ngobrol seakan sudah kenal sebelumnya. 3.18 Siswa berbagi makanan atau minuman ke teman Kelima partisipan menjawab sama, mereka sering berbagi makanan ataupun minuman dengan teman sebagai dasar dari interaksi mereka. Ada dua partisipan membagikan sebagian bekal makan yang di bawa dari rumah ke temannya, dua partisipan berbagi makanan ringan atau soft drink, dan satu partisipan mentraktir temannya ketika mereka sedang jalan bersama ke suatu tempat. 3.19 Siswa membantu guru atau tutor Pada pertanyaan ini lima partisipan memberikan jawaban yang sama
bahwa
perlengkapan
mereka
pernah
pembelajaran
membantu
seperti
laptop,
tutor infocus
membawakan dan
kabel
sambungan. Tetapi ada satu partisipan yang tidak pernah membantu karena tutor tidak pernah meminta tolong ke dirinya. Seperti yang disampaikan pada saat wawancara, yaitu: “Engga pernah. Tutornya engga pernah minta tolong. Aku kan anak baru di sini jadi belum pernah ngebantu tutor bawain sesuatu hehe.”29
29
Ibid. Wawancara dengan partisipan A.
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan Asumsi masyarakat bahwa siswa yang mengikuti homeschooling kecerdasan sosialnya akan kurang baik itu tidak sepenuhnya benar. Masyarakat beranggapan bahwa anak homeschooling akan kurang berinteraksi dengan teman-teman maupun dengan lingkungan sekitar, namun pada penelitian ini menunjukkan bahwa anak yang mengikuti homeschooling khususnya pada kelas komunitas, para siswa tetap dapat berinteraksi dengan teman-teman maupun lingkungan sekitar. Pada dasarnya kelas komunitas mirip dengan sekolah formal, belajar di dalam satu ruangan yang disebut kelas dan ada beberapa siswa di dalamnya, hanya saja pada homeschooling jumlah siswa tiap kelas tidak sebanyak di sekolah formal. Jumlah siswa di kelas komunitas rata-rata 10 orang tiap kelasnya, di mana dalam kondisi seperti itu tidak menutup kemungkinan jika para siswa berinteraksi satu sama lain, karena ini merupakan penelitian kualitatif maka keadaan yang terjadi di Homeschooling Kak Seto bisa saja tidak terjadi pada homeschooling lainnya. Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan tentang kecerdasan sosial siswa di Homeschooling Kak Seto Pondok Aren terhadap enam partisipan yang diwawancarai, keenam partisipan memiliki kecerdasan sosial yang baik. Hal ini terlihat dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan karena terpenuhinya beberapa dimensi kecerdasan sosial yaitu, mereka cerdas situasionalnya, mampu membawa diri dilingkungan, jujur dalam bersikap, mampu menyampaikan ide atau gagasannya secara jelas sehingga orang lain dapat mengerti dengan baik, dan empati.
65
66
B.
Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diajukan beberapa saran, yaitu: 1.
Bagi para guru (tutor), wali kelas, dan pihak homeschooling Untuk para guru, wali kelas dan pihak homeschooling diharapkan lebih sering lagi mengadakan kegiatan yang dapat meningkatkan kecerdasan sosial siswanya, seperti ekstrakurikuler. Kegiatan di dalam ekstrakurikuler secara tidak langsung akan melatih kemampuan siswa dalam bersosialisasi. Siswa akan belajar bahwa dalam bersosialisasi ada sikap-sikap
positif
yang
harus
dikembangkan
agar
teman
disekelilingnya suka dan ada sikap-sikap negatif yang harus siswa hindari agar tidak dijauhi oleh teman-temannya. Selain itu saat proses belajar mengajar, guru pun juga bisa memasukkan beberapa dimensi kecerdasan sosial yang dapat mengembangkan kecerdasan sosial siswa, yakni guru bisa mengajak siswa untuk melakukan diskusi kelompok di sela-sela pembelajaran. Maksud dan tujuan diskusi tersebut bukan hanya sekedar agar siswa terbiasa untuk berani mengemukakan pendapat, tetapi melatih siswa untuk bagaimana menghormati perbedaan pendapat yang ada selama diskusi berlangsung. 2.
Bagi para siswa Para siswa diharapkan mampu meningkatkan kecerdasan sosial lebih baik lagi, seperti kemampuan membaca situasional di lingkungan sekitar dan mampu membawa dirinya ke dalam lingkungan baru. Hal tersebut dapat dilakukan siswa dengan cara lebih sering berinteraksi dengan orang lain baik dengan teman sebaya atau orang yang lebih tua agar kemampuan bersosialisasinya menjadi terlatih dan siswa menjadi terbiasa untuk berkomunikasi di lingkungan masyarakat.
3.
Bagi para peneliti selanjutnya Bagi para peneliti selanjutnya yang berminat ingin melanjutkan penelitian dengan tema homeschooling dan kecerdasan sosial siswa
67
SMP di kelas komunitas, semoga penelitian ini dapat menjadi acuan serta bahan referensi penelitian Anda. Selain itu, disarankan untuk mempertimbangkan teori yang dipakai sebagai alat ukur dan menggunakan metode penelitian yang lain agar memperoleh data yang lebih lengkap dan mendetail.
DAFTAR PUSTAKA
A. Baron and Donn Byrne, Robert. Psikologi Sosial Edisi Kesepuluh Jilid 1, Terj. dari Social Psychology Tenth Edition oleh Ratna Djuwita, dkk, Cet.I. Jakarta: Erlangga, 2004. Ahmadi, Abu. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta, 2009. Albrecht, Karl. Cerdas Bergaul Kunci Sukses dalam Bisnis dan Masyarakat, Terj. dari Social Intelligence: The New Science of Success oleh Devi Femina, dkk, Cet.1. Jakarta: PPM, 2006. Ambarita, Frisda Agriani. Pusdiklat Keuangan Umum: Mengenal Kecerdasan Sosial, www.bppk.kemenkeu.go.id. Artikel ini diakses pada tanggal 30 April 2015. Arifqi, Mohammad Subadri. Tawuran Pelajar: Saling Serang di Jalanan, www.indosiar.com. Artikel ini diakses pada tanggal 04 Maret 2015. _____. Brosur Homeschooling Kak Seto, pada tanggal 24 April 2015. Fikar Homeschooling. 5 Alasan Memilih Homeschooling untuk Anak Anda, http://fikarhomeschooling.net. Artikel ini diakses pada tanggal 12 April 2015. Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualtitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika, 2011. Husaeni,
Usep.
Tak
Ikut
Yasinan,
8
Siswa
SMPN
Dipukuli
Guru,
http://daerah.sindonews.com. Artikel ini diakses pada tanggal 28 Februari 2015. Ibrahim, Moh Fauzi. Implementasi Model Homeschooling di Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat. Jakarta: Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010, tidak dipublikasikan. Indosiar.
Homeschooling:
Sekolah
Rumah
atau
Rumah
Sekolah,
www.indosiar.com. Artikel ini diakses pada tanggal 04 Maret 2015. Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: GP Press, 2008. 68
69
J. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Rosda, 2010. Kamajaya, Toni. Enam Siswa Jadi Korban Kekerasan Guru saat Camping, http://daerah.sindonews.com. Artikel ini diakses pada tanggal 28 Februari 2015. KBBI. Sosialisasi. http://kbbi.web.id/sosialisasi. Diakses pada tanggal 16 Oktober 2014. Kembara, Maulia D. Panduan Lengkap Homeschooling. Bandung: Progressio, 2007. Mahariah. Homeschooling dalam Sistem Pendidikan Nasional dan Islam, Jurnal Al-Irsyad, Vol. IV, 2014. Mubayiah, Makmun. Kecerdasan & Kesehatan Emosional Anak, Referensi Penting bagi Para Pendidikan & Orangtua. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2010. Pratiwi, Wulandari. Hubungan antara Kecerdasan Sosial dengan Perilaku Agresif pada Siswa SMK Muhammadiyah Piyungan Yogyakarta. Yogyakarta: Skripsi UIN Yogyakarta, 2010, tidak dipublikasikan. ____. Profil Homeschooling Kak Seto Pondok Aren, pada tanggal 11 Februari 2015. Purwadi, Dedy. Urgensi Kecerdasan Sosial, http://bangka.tribunnews.com. Artikel ini diakses pada tanggal 08 Oktober 2015. Rachman, Arief. Homeschooling Rumah Kelasku, Duniaku Sekolahku. Jakarta: Buku Kompas, 2007. Ridho, Rasyid. Ditampar Guru, Siswa SMP Ini Melapor ke Polisi, http://daerah.sindonews.com. Artikel ini diakses pada tanggal 28 Februari 2015. Rosalia K, Wenny dan Prihastuti, Hubungan antara Kecerdasan Sosial dengan Gaya Penyelesaian Konflik Siswa Seminari Menengah ST. Vincentius A. Paulo Garum Blitar, Jurnal INSAN, Vol. 13, 2011. Santoso, Satmoko Budi, Sekolah Alternatif, Mengapa Tidak...?!. Jogjakarta: Divapress, 2010.
70
Santrock, John W. Perkembangan Anak, Edisi Kesebelas, Jilid 1. Jakarta: Erlangga, 2007. Setyowati Sie, Holy. Homeschooling Creating The Best of Me. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2010. Sugiyono. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2011. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2012. Sumardiono. Apa Itu Homeschooling, 35 Gagasan Pendidikan Berbasis Keluarga. Jakarta: Panda Media, 2014. Sunarto dan B. Agung Hartono. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008. UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 13. UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 pasal 27 ayat 1, 2, dan 3. Wandi, Fifia. Pengembangan Pendidikan Agama Islam di Homeschooling (Studi Kasus di Komunitas Homeschooling Sekolah Dolan Malang). Malang: Skripsi UIN Malang, 2008, tidak dipublikasikan.
REDUKSI DATA
Wawancara Guru (Tutor)
Wawancara Siswa
PEDOMAN WAWANCARA GURU
Judul Penelitian
: “Homeschooling dan Kecerdasan Sosial Siswa (Studi Kasus pada Komunitas Homeschooling Kak Seto di Pondok Aren)”
Tanggal Penelitian : 15 – 22 Januari 2015 Pewawancara
: Chentauri Galih Kismarety
Subjek Penelitian : Siswa Kelas VII, VIII dan IX Komunitas Homechooling Kak Seto di Pondok Aren
A. Pendahuluan 1.
Memperkenalkan diri
2.
Menjelaskan maksud dan tujuan wawancara disertai dengan manfaat penelitian dan menjelaskan bahwa kerahasian identitas partisipan terjamin.
3.
Meminta kesediaan calon partisipan untuk menandatangani surat pernyataan bahwa bersedia menjadi partisipan.
B. Pertanyaan wawancara Setelah partisipan menandatangani surat pernyataan bahwa bersedia menjadi partisipan, selanjutnya peneliti mewawancarai partisipan dengan merekam isi pembicaraan dengan alat perekam berupa handphone. 1.
Menurut Bapak/Ibu, bagaimana tingkah laku anak ketika berada di lingkungan homeschooling?
2.
Menurut Bapak/Ibu, bagaimana cara interaksi siswa kepada guru kelasnya?
3.
Menurut Bapak/Ibu, bagaimana cara interaksi siswa kepada teman sekelas?
4.
Menurut Bapak/Ibu, bagaimana cara interaksi siswa kepada petugas di lingkungan homeschooling?
5.
Bagaimana sikap siswa ketika member salam saat bertemu dengan guru/tutor?
6.
Bagaimana sikap siswa ketika di kelas saat pembelajaran berlangsung?
7.
Bagaimana sikap siswa ketika berinteraksi dengan teman di kelas?
8.
Menurut Bapak/Ibu, apa pengertian dari kecerdasan sosial?
C. Penutup 1.
Menyampaikan terima kasih
2.
Mengakhiri wawancara
PEDOMAN WAWANCARA SISWA
Judul Penelitian
: “Homeschooling dan Kecerdasan Sosial Siswa (Studi Kasus pada Komunitas Homeschooling Kak Seto di Pondok Aren)”
Tanggal Penelitian : 06 – 15 Januari 2015 Pewawancara
: Chentauri Galih Kismarety
Subjek Penelitian : Siswa Kelas VII, VIII dan IX Komunitas Homechooling Kak Seto di Pondok Aren
A. Pendahuluan 1.
Memperkenalkan diri
2.
Menjelaskan maksud dan tujuan wawancara disertai dengan manfaat penelitian dan menjelaskan bahwa kerahasian identitas partisipan terjamin.
3.
Meminta kesediaan calon partisipan untuk menandatangani surat pernyataan bahwa bersedia menjadi partisipan.
B. Pertanyaan wawancara Setelah partisipan menandatangani surat pernyataan bahwa bersedia menjadi partisipan, selanjutnya peneliti mewawancarai partisipan dengan merekam isi pembicaraan dengan alat perekam berupa handphone. 1.
Siapa teman dekat atau sahabat di komunitas homeschooling ini? Kenapa kamu senang bermain dengan dia? Bagaimana kamu bermain dengan dia?
2.
Siapa teman dekat atau sahabat di luar homeschooling? Kenapa kamu senang bermain dengan dia? Bagaimana kamu bermain dengan dia?
3.
Kapan kamu bertemu dengan teman-teman?
4.
Berapa kali dalam satu minggu kamu bermain dengan teman di rumah atau teman di homeschooling?
5.
Hal apa aja yang dilakukan kalau bertemu? Sering atau tidak kalian bertemu?
6.
Kamu sebelumnya pernah bersekolah di sekolah formal atau tidak?
7.
Sejak kapan kamu bersekolah di homeschooling ini?
8.
Kenapa lebih memilih homeschooling daripada bersekolah di sekolah formal?
9.
Menurut kamu apa perbedaan yang kamu alami ketika bersekolah di sekolah formal dengan di homeschooling ini?
10. Kamu merasa nyaman atau tidak bersekolah di homeschooling ini? 11. Bagaimana sikap teman-teman di homeschooling? 12. Bagaimana sikap teman-teman di sekolah formal? 13. Bagaimana cara bergaul kamu dengan teman-teman di homeschooling? 14. Kamu sering menghibur teman yang sedang bersedih? Bagaimana cara kamu menghiburnya? 15. Kamu pernah membantu teman yang sedang kesulitan? Biasanya kamu melakukan apa untuk membantunya? Bagaimana perasaan kamu setelah membantunya? 16. Bagaimana sikap kamu terhadap teman yang berbeda suku, agama, ras, budaya, gender dan kekurangan fisik? 17. Kamu termasuk orang yang mudah beradaptasi di lingkungan baru? Bagaimana cara kamu memperkenalkan diri di lingkungan baru? 18. Kamu sering berbagi makanan atau minuman ke teman-teman? Apa yang kamu bagikan ke mereka? 19. Kamu sering membantu guru? Biasanya ngebantu apa?
C. Penutup 1.
Menyampaikan terima kasih
2.
Mengakhiri wawancara
PEDOMAN WAWANCARA TEMAN DEKAT PARTISIPAN
Judul Penelitian
: “Homeschooling dan Kecerdasan Sosial Siswa (Studi Kasus pada Komunitas Homeschooling Kak Seto di Pondok Aren)”
Pewawancara
: Chentauri Galih Kismarety
A. Pendahuluan 1.
Memperkenalkan diri
2.
Menjelaskan maksud dan tujuan wawancara disertai dengan manfaat penelitian dan menjelaskan bahwa kerahasian identitas partisipan terjamin.
3.
Meminta kesediaan calon partisipan untuk menandatangani surat pernyataan bahwa bersedia menjadi partisipan.
B. Pertanyaan wawancara Setelah partisipan menandatangani surat pernyataan bahwa bersedia menjadi partisipan, selanjutnya peneliti mewawancarai partisipan dengan merekam isi pembicaraan dengan alat perekam berupa handphone. 1.
Sejak kapan kalian saling kenal? Dan sejak kapan kalian berteman atau bersahabat?
2.
Kenapa kamu senang bermain dengan dia? Bagaimana cara kamu bermain dengan dia?
3.
Kapan kalian saling bertemu untuk bermain?
4.
Berapa kali dalam satu minggu kamu bermain dengan dia?
5.
Hal apa aja yang dilakukan kalau bertemu? Sering atau tidak kalian bertemu?
6.
Dia itu orangnya seperti apa?
7.
Senang atau tidak memiliki teman atau sahabat seperti dia?
8.
Bagaimana sikap dia terhadap teman-temannya?
9.
Bagaimana awal pertama kalian saling kenal? Siapa dahulu yang mengajak berkenalan?
10. Kamu sering di hibur sama dia ketika sedang bersedih? Bagaimana cara dia menghibur kamu? 11. Kamu pernah dibantu dia ketika sedang kesulitan? Biasanya dia melakukan apa untuk membantu kamu? 12. Bagaimana sikap dia terhadap teman yang berbeda suku, agama, ras, budaya, gender dan kekurangan fisik? 13. Dia termasuk orang yang mudah beradaptasi di lingkungan baru? Bagaimana cara dia memperkenalkan diri di lingkungan baru? 14. Dia sering berbagi makanan atau minuman ke teman-temannya? Apa yang dia bagikan ke teman-teman? 15. Ceritakan awal perkenalan kalian sehingga kalian bisa beteman atau bersahabat dengan dia sampai sekarang! 16. Kamu tahu alasan kenapa dia pindah sekolah ke homeschooling?
C. Penutup 1.
Menyampaikan terima kasih
2.
Mengakhiri wawancara
LEMBAR OBSERVASI KECERDASAN SOSIAL SISWA DI HOMESCHOOLING KAK SETO PONDOK AREN
PETUNJUK PENGISIAN: Berilah tanda ceklis (√) pada kolom YA atau TIDAK sesuai dengan sikap cerdas sosial yang ditampilkan oleh siswa.
Nama Peneliti
: Chentauri Galih Kismarety
Nama Partisipan
:K
Lokasi
: Kantin Homeschooling Kak Seto Pondok Aren
Kelas
: VII (Tujuh)
Waktu
: Tanggal 15 Januari 2015, jam 09:00 WIB
NO.
1.
2.
ASPEK PENGAMATAN
Situational Awareness (Kecerdasan Situasional)
Presence (Kemampuan Membawa Diri)
URAIAN ASPEK PENGAMATAN
YA
Siswa menghibur teman yang sedih
√
Nenangin teman agar tidak bersedih dengan cara melucu
Siswa membantu teman yang sedang kesulitan
√
Membantu mengerjakan Lembar Kerja (LK) mapel IPS
√
Mendengarkan guru saat menyampaikan materi pelajaran
Siswa tidak menyela pembicaraan ketika berkomunikasi secara verbal (dengan orangtua, guru atau teman)
√
Mendengarkan dan menghargai teman ketika berbicara
Siswa mudah bersosialisasi dengan lingkungan baru
√
Siswa banyak berbicara kepada siapapun
Siswa mudah mendapatkan teman
√
Siswa mudah bergaul
Siswa menyimak lawan bicara saat berbicara (dengan orangtua, guru atau teman)
TIDAK
KETERANGAN
Siswa saling mengingatkan agar bersikap baik
√
Memperingatkan teman yang berisik saat pelajaran berlangsung
Siswa memberikan kesan yang nyaman saat pertama kali bertemu dengan orang baru
√
Siswa merupakan individu yang ceria
Siswa memberikan senyuman ketika bertemu dengan orang lain 3.
Authenticity (Autentisitas)
Siswa menyapa ketika bertemu dengan orang yang di kenal Siswa memberi salam (cium tangan, anggukan kepala, dsb) Siswa menggunakan bahasa yang baik saat berkomunikasi (dengan guru atau teman)
4.
5.
Clarity (Kejelasan)
Empathy (Empati)
Siswa tidak sungkan memberikan senyuman ramah kepada siapapun termasuk dengan peneliti Siswa mengucapkan say hello dengan wajah ceria Siswa cium tangan ketika bertemu dengan tutor
√ √ √
Siswa sopan saat berbicara
√
Siswa berinteraksi menggunakan bahasa non verbal
√
Siswa menghormati teman yang berbeda suku, agama, ras, budaya dan gender
√
Siswa menghargai dan berteman seperti biasa
Siswa menerima kekurangan temannya (fisik, materi, dsb)
√
Siswa ikut merasakan kesedihan orang lain Siswa ikut merasakan kebahagiaan orang lain
√
Siswa berteman seperti biasa Kalau teman menangis, ikut menangis juga.
√
Merasa gembira
Siswa berbagi makanan kepada teman
√
Berbagi bekal makanan
Siswa berbagi minuman kepada teman
√
Berbagi soft drink
Siswa membantu guru
√
Membawakan laptop atau infocus
LEMBAR OBSERVASI KECERDASAN SOSIAL SISWA DI HOMESCHOOLING KAK SETO PONDOK AREN
PETUNJUK PENGISIAN: Berilah tanda ceklis (√) pada kolom YA atau TIDAK sesuai dengan sikap cerdas sosial yang ditampilkan oleh siswa.
Nama Peneliti
: Chentauri Galih Kismarety
Nama Partisipan
:T
Lokasi
: Kantin Homeschooling Kak Seto Pondok Aren
Kelas
: VII (Tujuh)
Waktu
: Tanggal 20 Januari 2015, jam 08:30 WIB
NO.
1.
2.
ASPEK PENGAMATAN
Situational Awareness (Kecerdasan Situasional)
Presence (Kemampuan Membawa Diri)
URAIAN ASPEK PENGAMATAN
YA
Siswa menghibur teman yang sedih
√
Siswa menenangkan temannya dan memberikan penjelasan
Siswa membantu teman yang sedang kesulitan
√
Membantu teman saat kesulitan belajar
Siswa menyimak lawan bicara saat berbicara (dengan orangtua, guru atau teman)
√
Mendengarkan dengan baik ketika lawan bicara sedang berbicara
Siswa tidak menyela pembicaraan ketika berkomunikasi secara verbal (dengan orangtua, guru atau teman)
√
Mendengarkan dan menghargai teman ketika berbicara
Siswa mudah bersosialisasi dengan lingkungan baru
√
Siswa mudah untuk berkenalan dengan orang lain
Siswa mudah mendapatkan teman
√
Siswa mudah bergaul
TIDAK
KETERANGAN
√
Memperingatkan teman agar tidak berisik saat pelajaran berlangsung
√
Menyapa dan bersikap seakan sudah kenal lama
Siswa memberikan senyuman ketika bertemu dengan orang lain
√
Siswa tidak sungkan memberikan senyuman ramah dengan pegawai, tutor dan peneliti
Siswa menyapa ketika bertemu dengan orang yang di kenal
√
Siswa say hello dengan wajah ceria
Siswa memberi salam (cium tangan, anggukan kepala, dsb)
√
Siswa cium tangan ketika bertemu dengan tutor
√
Siswa sopan saat berbicara
√
Kalau lagi kesel memasang raut wajah engga happy
√
Siswa menghargai dan berteman seperti biasa
Siswa menerima kekurangan temannya (fisik, materi, dsb)
√
Siswa berteman seperti biasa seperti teman yang lain
Siswa ikut merasakan kesedihan orang lain
√
Ikut bersedih ketika teman curhat tentang masalah yang di hadapi
Siswa ikut merasakan kebahagiaan orang lain
√
Siswa merasa senang ketika membantu menyelesaikan masalah temannya
Siswa berbagi makanan kepada teman
√
Siswa mentraktir makan siang
Siswa berbagi minuman kepada teman
√
Siswa membantu guru
√
Siswa membelikan soft drink Membawakan infocus
Siswa saling mengingatkan agar bersikap baik Siswa memberikan kesan yang nyaman saat pertama kali bertemu dengan orang baru
3.
4.
Authenticity (Autentisitas)
Clarity (Kejelasan)
Siswa menggunakan bahasa yang baik saat berkomunikasi (dengan guru atau teman) Siswa berinteraksi menggunakan bahasa non verbal Siswa menghormati teman yang berbeda suku, agama, ras, budaya dan gender
5.
Empathy (Empati)
LEMBAR OBSERVASI KECERDASAN SOSIAL SISWA DI HOMESCHOOLING KAK SETO PONDOK AREN
PETUNJUK PENGISIAN: Berilah tanda ceklis (√) pada kolom YA atau TIDAK sesuai dengan sikap cerdas sosial yang ditampilkan oleh siswa.
Nama Peneliti
: Chentauri Galih Kismarety
Nama Partisipan
:H
Lokasi
: Ruang Belajar kelas VIII B di Homeschooling Kak Seto Pondok Aren
Kelas
: VIII (Delapan)
Waktu
: Tanggal 08 Januari 2015, jam 09:00 WIB
NO.
1.
ASPEK PENGAMATAN
Situational Awareness (Kecerdasan Situasional)
URAIAN ASPEK PENGAMATAN
YA
Siswa menghibur teman yang sedih
√
Siswa membantu teman yang sedang kesulitan
√
Siswa menyimak lawan bicara saat berbicara (dengan orangtua, guru atau teman) Siswa tidak menyela pembicaraan ketika berkomunikasi secara verbal (dengan orangtua, guru atau teman)
2.
Presence (Kemampuan Membawa Diri)
√
√
TIDAK
KETERANGAN Nenangin teman agar tidak bersedih Memberikan solusi ketika teman mempunyai masalah dengan temannya Mendengarkan guru saat menyampaikan materi pelajaran Menghargai pendapat teman sekelas pada saat mengeluarkan pendapat ketika belajar
Siswa mudah bersosialisasi dengan lingkungan baru
√
Siswa mudah bersosialisasi jika merasa nyaman dengan lingkungan sekitar
Siswa mudah mendapatkan teman
√
Siswa mudah bergaul
√
Memperingatkan temannya agar cuci tangan karena tangannya kotor
√
Siswa memberikan senyuman saat pertama kali bertemu
√
Siswa tidak sungkan memberikan senyuman ketika pertama kali bertemu dengan peneliti
√
Siswa mengucapkan say hello
√
Siswa cium tangan ketika bertemu dengan tutor/guru
√
Menggunakan bahasa formal ketika berbicara dengan guru, pegawai HSKS atau orang yang lebih tua darinya
Siswa berinteraksi menggunakan bahasa non verbal
√
Memberikan anggukan kepala ketika ditanya sudah mengerti materi pelajaran dengan tutor
Siswa menghormati teman yang berbeda suku, agama, ras, budaya dan gender
√
Siswa saling menghormati
Siswa saling mengingatkan agar bersikap baik Siswa memberikan kesan yang nyaman saat pertama kali bertemu dengan orang baru Siswa memberikan senyuman ketika bertemu dengan orang lain 3.
Authenticity (Autentisitas)
Siswa menyapa ketika bertemu dengan orang yang di kenal Siswa memberi salam (cium tangan, anggukan kepala, dsb) Siswa menggunakan bahasa yang baik saat berkomunikasi (dengan guru atau teman)
4.
5.
Clarity (Kejelasan)
Empathy (Empati)
Siswa menerima kekurangan temannya (fisik, materi, dsb)
√
Siswa ikut merasakan kesedihan orang lain
√
Siswa ikut merasakan kebahagiaan orang lain
√
Siswa berbagi makanan kepada teman
√
Siswa berbagi minuman kepada teman
√
Siswa membantu guru
Siswa menganggap teman yang kekurangan fisik seperti temannya yang normal Siswa bertanya kenapa temannya bersedih Merasa senang ketika masalah yang dihadapi temannya terselesaikan Berbagi makanan ringan dengan teman Berbagi minuman ringan dengan teman
√
LEMBAR OBSERVASI KECERDASAN SOSIAL SISWA DI HOMESCHOOLING KAK SETO PONDOK AREN
PETUNJUK PENGISIAN: Berilah tanda ceklis (√) pada kolom YA atau TIDAK sesuai dengan sikap cerdas sosial yang ditampilkan oleh siswa.
Nama Peneliti
: Chentauri Galih Kismarety
Nama Partisipan
:A
Lokasi
: Ruang Belajar kelas VIII B di Homeschooling Kak Seto Pondok Aren
Kelas
: VIII (Delapan)
Waktu
: Tanggal 08 Januari 2015, jam 09:00 WIB
NO.
ASPEK PENGAMATAN
URAIAN ASPEK PENGAMATAN Siswa menghibur teman yang sedih Siswa membantu teman yang sedang kesulitan
1.
2.
Situational Awareness (Kecerdasan Situasional)
Presence (Kemampuan Membawa Diri)
YA
TIDAK
KETERANGAN Menghibur teman yang sedang berdukacita Membantu teman yang kesulitan belajar
√ √
Siswa menyimak lawan bicara saat berbicara (dengan orangtua, guru atau teman)
√
Mendengarkan orang lain berbicara dengan sikap tenang
Siswa tidak menyela pembicaraan ketika berkomunikasi secara verbal (dengan orangtua, guru atau teman)
√
Berbicara jika lawan bicara sudah selesai
Siswa mudah bersosialisasi dengan lingkungan baru
√
Siswa mudah mendapatkan teman
√
Siswa saling mengingatkan agar bersikap baik
√
Mengingatkan teman agar jangan berisik ketika proses belajar mengajar berlangsung
Siswa memberikan kesan yang nyaman saat pertama kali bertemu dengan orang baru
3.
Authenticity (Autentisitas)
Siswa memberikan senyuman ketika bertemu dengan orang lain
√
Siswa memberikan senyum
Siswa menyapa ketika bertemu dengan orang yang di kenal
√
Siswa mengucapkan “hai”
√
Siswa salim tangan ketika bertemu dengan tutor atau orang yang lebih tua dari dirinya
√
Siswa menggunakan bahasa yang sopan ketika berbicara
√
Berupa senyuman
Siswa memberi salam (cium tangan, anggukan kepala, dsb)
4.
5.
Clarity (Kejelasan)
Empathy (Empati)
√
Siswa menggunakan bahasa yang baik saat berkomunikasi (dengan guru atau teman) Siswa berinteraksi menggunakan bahasa non verbal Siswa menghormati teman yang berbeda suku, agama, ras, budaya dan gender
Siswa menghargai apapun yang ada di diri teman-temannya Siswa menerima kekurangan fisiknya dengan cara menghibur dan membantu temannya agar menjadi be your self Siswa sangat mudah tersentuh bahkan bisa sampai menangis
√
Siswa menerima kekurangan temannya (fisik, materi, dsb)
√
Siswa ikut merasakan kesedihan orang lain
√
Siswa ikut merasakan kebahagiaan orang lain
√
Ketika temannya berhasil mendekati teman lawan jenisnya
Siswa berbagi makanan kepada teman
√
Berbagi snack
Siswa berbagi minuman kepada teman
√
Berbagi softdrink
Siswa membantu guru
√
LEMBAR OBSERVASI KECERDASAN SOSIAL SISWA DI HOMESCHOOLING KAK SETO PONDOK AREN
PETUNJUK PENGISIAN: Berilah tanda ceklis (√) pada kolom YA atau TIDAK sesuai dengan sikap cerdas sosial yang ditampilkan oleh siswa.
Nama Peneliti
: Chentauri Galih Kismarety
Nama Partisipan
:B
Lokasi
: Ruang Resepsionis Homeschooling Kak Seto Pondok Aren
Kelas
: IX (Sembilan)
Waktu
: Tanggal 13 Januari 2015, jam 10:30 WIB
NO.
1.
ASPEK PENGAMATAN
Situational Awareness (Kecerdasan Situasional)
URAIAN ASPEK PENGAMATAN
YA
Siswa menghibur teman yang sedih
√
Siswa membantu teman yang sedang kesulitan
√
Siswa menyimak lawan bicara saat berbicara (dengan orangtua, guru atau teman)
√
Siswa tidak menyela pembicaraan ketika berkomunikasi secara verbal (dengan orangtua, guru atau teman)
2.
Presence (Kemampuan Membawa Diri)
TIDAK
KETERANGAN Siswa bercanda atau mengajak ngobrol dan memberikan solusi Meminjamkan uang ke teman yang sedang tidak mempunyai uang Duduk dan menyimak tutor sedang menyampaikan materi pelajaran
√
Siswa mudah bersosialisasi dengan lingkungan baru
√
Siswa orang yang supel
Siswa mudah mendapatkan teman
√
Siswa mudah akrab dengan orang lain
√
Mengingatkan teman agar jangan buang di tempatnya
√
Siswa menjadi diri sendiri
√
Memberikan senyum dengan ramah
Siswa menyapa ketika bertemu dengan orang yang di kenal
√
Mengucapkan Assalamu’alaikum atau kadang-kadang “Hai, Kak”
Siswa memberi salam (cium tangan, anggukan kepala, dsb)
√
Salim tangan
Siswa menggunakan bahasa yang baik saat berkomunikasi (dengan guru atau teman)
√
Bahasa yang digunakan sopan
Siswa saling mengingatkan agar bersikap baik Siswa memberikan kesan yang nyaman saat pertama kali bertemu dengan orang baru Siswa memberikan senyuman ketika bertemu dengan orang lain 3.
4.
5.
Authenticity (Autentisitas)
Clarity (Kejelasan)
Empathy (Empati)
Siswa berinteraksi menggunakan bahasa non verbal
√
Siswa menghormati teman yang berbeda suku, agama, ras, budaya dan gender
√
Siswa menerima kekurangan temannya (fisik, materi, dsb)
√
Siswa ikut merasakan kesedihan orang lain
√
Siswa ikut merasakan kebahagiaan orang lain
√
Biasa aja, karena siswa berpikir kalau dia berteman dengan orangnya bukan agamanya Siswa berteman seperti biasa Saat teman gagal pendekatan dengan teman wanitanya Ikut senang kalau temannya berhasil pendekatan dengan wanita yang di sukai
Siswa berbagi makanan kepada teman
√
Siswa berbagi minuman kepada teman
√
Siswa membantu guru
√
Membawakan alat-alat untuk belajar, seperti infocus.
LEMBAR OBSERVASI KECERDASAN SOSIAL SISWA DI HOMESCHOOLING KAK SETO PONDOK AREN
PETUNJUK PENGISIAN: Berilah tanda ceklis (√) pada kolom YA atau TIDAK sesuai dengan sikap cerdas sosial yang ditampilkan oleh siswa.
Nama Peneliti
: Chentauri Galih Kismarety
Nama Partisipan
:N
Lokasi
: Ruang Resepsionis Homeschooling Kak Seto Pondok Aren
Kelas
: IX (Sembilan)
Waktu
: Tanggal 13 Januari 2015, jam 08:30 WIB
NO.
1.
2.
ASPEK PENGAMATAN
Situational Awareness (Kecerdasan Situasional)
Presence (Kemampuan Membawa Diri)
URAIAN ASPEK PENGAMATAN
YA
Siswa menghibur teman yang sedih
√
Siswa bercanda atau mengajak ngobrol
Siswa membantu teman yang sedang kesulitan
√
Memberi solusi
√
Diam dan menyimak, kemudian berbicara setelahnya
√
Mendengarkan tutor ketika sedang menjelaskan materi
Siswa menyimak lawan bicara saat berbicara (dengan orangtua, guru atau teman) Siswa tidak menyela pembicaraan ketika berkomunikasi secara verbal (dengan orangtua, guru atau teman)
TIDAK
Siswa mudah bersosialisasi dengan lingkungan baru
√
Siswa mudah mendapatkan teman
√
Siswa saling mengingatkan agar bersikap baik
√
KETERANGAN
Memperingatkan teman agar tidak berisik saat pelajaran berlangsung
Siswa memberikan kesan yang nyaman saat pertama kali bertemu dengan orang baru Siswa memberikan senyuman ketika bertemu dengan orang lain 3.
4.
Authenticity (Autentisitas)
Clarity (Kejelasan)
Siswa menyapa ketika bertemu dengan orang yang di kenal Siswa memberi salam (cium tangan, anggukan kepala, dsb)
√ √ √
Siswa sopan saat berbicara
Siswa berinteraksi menggunakan bahasa non verbal
√
Salim saat bertemu tutor
Siswa menghormati teman yang berbeda suku, agama, ras, budaya dan gender
√
Siswa tidak membedabedakan teman
√
Siswa berteman seperti biasa seperti teman yang lain
√
Ikut bersedih ketika teman curhat tentang masalah yang di hadapi
Siswa ikut merasakan kebahagiaan orang lain
√
Siswa merasa senang ketika membantu menyelesaikan masalah temannya
Siswa berbagi makanan kepada teman
√
Siswa berbagi bekal makanan dari rumah
Siswa berbagi minuman kepada teman
√
Siswa berbagi soft drink
Siswa membantu guru
√
Membawakan infocus atau kabel colokan
Siswa ikut merasakan kesedihan orang lain Empathy (Empati)
√
Siswa tidak sungkan memberikan senyuman ramah dengan pegawai tutor dan peneliti Siswa mengucapkan say hello dengan wajah ceria Siswa cium tangan ketika bertemu dengan tutor
Siswa menggunakan bahasa yang baik saat berkomunikasi (dengan guru atau teman)
Siswa menerima kekurangan temannya (fisik, materi, dsb)
5.
√
Menyapa dan bersikap seakan sudah kenal lama
TRANSKRIP WAWANCARA PEMBUKA GURU
Partisipan
: FZ
Jenis Kelamat
: Laki-laki
Tempat
: Ruang Konsultasi Siswa di Homeschooling Kak Seto
Tanggal
: 15 Januari 2015
Waktu
: 14:00 WIB
Pewawancara
: Assalamu’alaikum Pak.
Partisipan
: Wa’alaikumsalam. Panggil aja kakak, seperti yang lain.
Pewawancara
: Oh, maaf sebelumnya saya tidak tau.
Partisipan
: Iya tidak apa-apa (tersenyum). Ada apa ya kak?
Pewawancara
: Perkenalkan kak, saya Chentauri mahasiswi dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya menemui kakak karena ingin melakukan wawancara dengan kakak.
Partisipan
: Wawancara tentang apa ya?
Pewawancara
: Begini kak, saya datang kemari karena sedang melakukan penelitian skripsi di HSKS.
Partisipan
: Penelitian tentang apa?
Pewawancara
: Tentang kecerdasan sosial siswa SMP di HSKS.
Partisipan
: Ooohh (manggut-manggut kepala).
Pewawancara
: Kalau kakak bersedia aku wawancara, kakak harus isi surat persetujuan dulu (memperlihatkan surat).
Partisipan
: Surat untuk apa?
Pewawancara
: Surat ini berisi kalau kakak bersedia menjadi informan saya dan fungsi dari surat ini untuk merahasiakan data pribadi kakak selama menjadi informan penelitian.
Partisipan
: Oh begitu. Ini di isi nama lengkap atau panggilan aja?
Pewawancara
: Di isi dengan nama lengkap kak.
Partisipan
: Sudah (memberikan surat persetujuan).
Pewawancara
: Terima kasih sudah bersedia menjadi informan saya kak (tersenyum).
Partisipan
: Iya sama-sama (tersenyum). Sekarang wawancaranya?
Pewawancara
: Engga kak. Nanti kita janjian lagi untuk wawancaranya. Hari ini saya ingin nanya-nanya tentang profil kakak dan rekomendasi siswa untuk bisa saya ajak wawancara seperti kakak dan sekaligus menjadi partisipan saya.
Partisipan
: Oh gitu.
Pewawancara
: Kapan aku bisa ketemu kakak lagi untuk wawancara?
Partisipan
: Besok aja juga engga kenapa-kenapa.
Pewawancara
: Besok jam berapa kak?
Partisipan
: Sehabis anak-anak pulang sekolah aja, jam 14.00 WIB. Oh ya kakak butuh berapa siswa untuk di wawancara?
Pewawancara
: Minimal 2 (dua) orang kak, terserah cewek atau cowok.
Partisipan
: Nanti saya carikan dulu ya kak. Saya tidak bisa kasih sekarang
nama-nama
anaknya
yang
mau
kakak
wawancara, paling saya whatsapp aja nama-namanya. Kakak tinggal kasih nomer aja nanti saya hubungi kakak. Pewawancara
: Iya kak engga apa-apa. Terima kasih.
Partisipan
: Kakak minta siswa kelas berapa?
Pewawancara
: Kelas 7 (tujuh) kak sesuai dengan kakak sebagai wali kelas hehe (tersenyum).
Partisipan
: Oh iya (tersenyum).
Pewawancara
: Sekarang aku mau nanya-nanya tentang profil kakak boleh?
Partisipan
: Iya boleh, silahkan.
Pewawancara
: Nama lengkap kakak siapa?
Partisipan
: Fxxxxxxxx.
Pewawancara
: Di HS biasa di panggil apa kak? (tersenyum)
Partisipan
: Biasa di panggil kak Oxx (tersenyum).
Pewawancara
: Tempat tanggal lahir kakak di mana?
Partisipan
: Di Jakarta.
Pewawancara
: Tanggal berapa?
Partisipan
: 23 Maret 1989.
Pewawancara
: Tempat tinggal kakak dimana?
Partisipan
: Aku tinggal di Lxxxx Bxxxx.
Pewawancara
: Kakak lulusan dari universitas mana?
Partisipan
: UIN Jakarta.
Pewawancara
: Kakak UIN Jakarta juga?
Partisipan
: Iya.
Pewawancara
: Waktu itu ngambil jurusan apa?
Partisipan
: Jurusan MIPA Fisika.
Pewawancara
: Bukan dari fakultas tarbiyah kak?
Partisipan
: Bukan hehe (tersenyum).
Pewawancara
: Oh iya iya (menganggukkan kepala). Kakak udah berapa lama mengajar di sini?
Partisipan
: Eeehhmm (berpikir sambil bersandar di kursi) jadi tutor di sini sejak tahun 2013, kurang lebih 1 tahun setengah. Tanggal 10 Januari 2013.
Pewawancara
: Kakak wali kelas atau tutor mata pelajaran?
Partisipan
: Saya wali kelas tapi untuk kelas 8 (delapan).
Pewawancara
: Kalau disini semua tutor mengajar kelas 8 (delapan) sampai kelas 9 (sembilan)?
Partisipan
: Eeehhhmmm (bergumam) iya. Jadi tutor itu ngajar semua kelas dari kelas 8 (delapan) sampai kelas 9 (sembilan). Itu tinggal di tuker-tuker aja gitu jadwalnya.
Pewawancara
: Kakak di sini mengajar mata pelajaran apa?
Partisipasi
: Saya mengajar mata pelajaran IPA, saya di fisika, soalnya kan IPA Biologi nanti ada lagi.
Pewawancara
: Oh begitu kak. Oh iya kak, cara kakak mengajar bagaimana?
Partisipan
: Saya buat kontrak belajar kak. Perjanjiannya jika ada siswa yang tidak mendengarkan pelajaran akan diberikan peringatan dan jika sudah di beri peringatan sampai tiga kali tapi tidak ada perubahan dari siswa barulah siswa di kasih pilihan mau tetap di dalam kelas atau mau di luar.
Pewawancara
: Dengan adanya kontrak belajar seperti itu diharapkan siswa mudah diatur ya kak?
Partisipan
: Mengharapkannya sih seperti itu, tapi biasanya anak-anak akan bisa diatur kalo sudah ada kontrak belajar seperti itu.
Pewawancara
: Kalo di kelas, ketika kakak sedang mengajar pernah buat kelompok-kelompok engga?
Partisipan
: Iya pernah. Satu kelas kan maksimal 10 orang. Nah saya buat jadi 3 kelompok, ada yang 3 orang, ada yang 4 orang. Biasanya saya kasih per sub bab dan nanti dipresentasikan ke depan.
Pewawancara
: Menurut kakak, kecerdasan sosial itu apa?
Partisipan
: Kecerdasan sosial? Definisi kecerdasan sosial nih?
Pewawancara
: Iya. Definisi menurut kakak bagaimana?
Partisipan
: Kecerdasan sosial menurut saya nih yaa, kemampuan seseorang atau seorang anak untuk bisa membaca keadaan sekitar. Jadi dia bisa merasakan apa yang orang lain rasakan. Artinya ketika ada orang lain merasa kesedihan, dia ikut merasakan kesedihan. Terus ketika ada kegiatan di sekolah dia itu ikut berpartisipasi, berarti sosialnya bagus kan. Ya seperti itu lah kira-kira (tersenyum).
Pewawancara
: Terima kasih kak atas waktu dan ketersediaan kakak untuk saya wawancarai. Hari Jum’at tanggal 16 saya menemui kakak lagi untuk melakukan wawancara selanjutnya.
Partisipan
: Iya, sama-sama. Iya kak sampai ketemu hari Jum’at.
Pewawancara
: Saya pamit pulang dulu kak, assalamu’alaikum.
Partisipan
: Wa’alaikumsalam.
TRANSKRIP WAWANCARA PEMBUKA GURU
Partisipan
: MF
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat
: Ruang Konsultasi Siswa di Homeschooling Kak Seto
Tanggal
: 09 Januari 2015
Waktu
: 12:05 WIB
Pewawancara
: Assalamu’alaikum Bu.
Partisipan
: Wa’alaikumsalam.
Pewawancara
: Maaf sebelumnya, aku enaknya manggil Ibu atau apa ya?
Partisipan
: Kakak atau Ibu juga boleh. Biasanya di sini kita manggil satu sama lain dengan sebutan kakak adik, agar seperti keluarga (sambil tersenyum).
Pewawancara
: Kalau begitu saya panggil kakak saja engga apa-apa kan? (tersenyum)
Partisipan
: Iya (tersenyum). Ada apa ya kamu menemui saya?
Pewawancara
: Perkenalkan kak, saya Chentauri mahasiswi dari UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta,
saya
menemui
kakak
berdasarkan informasi dari humas HSKS. Partisipan
: Ada apa memangnya?
Pewawancara
: Begini kak, saya menemui kakak untuk melakukan wawancara.
Partisipan
: Wawancara? Untuk apa?
Pewawancara
: Iya wawancara dengan kakak. Aku sedang melakukan penelitian skripsi kak.
Partisipan
: Oh penelitian. Penelitian tentang apa?
Pewawancara
: Tentang kecerdasan sosial siswa HSKS khususnya jenjang SMP kak.
Partisipan
: Ooohh (menganggukkan kepala). Lalu wawancaranya hari ini?
Pewawancara
: Engga kak. Hari ini saya bertanya-tanya tentang profil kakak dulu dan meminta rekomendasi siswa yang nantinya akan saya wawancarai juga seperti kakak ini.
Partisipan
: Oke, boleh-boleh.
Pewawancara
: Sebelumnya, kakak harus isi surat persetujuan menjadi partisipan
dulu
kak
(sambil
menunjukkan
surat
persetujuan). Partisipan
: Surat persetujuan? (Mengambil surat persetujuan)
Pewawancara
: Iya kak.
Partisipan
: Surat untuk apa? Isi namanya nama lengkap?
Pewawancara
: Surat persetujuan ini berisi kalau kakak bersedia menjadi informan aku dan fungsi dari surat ini untuk merahasiakan data pribadi kakak selama menjadi informan penelitian aku. Iya kak tulis nama sesuai dengan identitas.
Partisipan
: Ini sudah (sambil mengembalikan surat persetujuan).
Pewawancara
: Terima kasih ya kakak. Oh ya aku langsung nanya profil kakak boleh?
Partisipan
: Iya, silahkan.
Pewawancara
: Nama lengkap kakak siapa?
Partisipan
: Mxxxx Fxxxxxxxxx.
Pewawancara
: Kalau di HS biasa di panggil apa kak? (tersenyum)
Partisipan
: Biasa di panggil kak Mxxxx (tersenyum).
Pewawancara
: Tempat tanggal lahir kakak di mana?
Partisipan
: Di Jakarta.
Pewawancara
: Tanggal berapa?
Partisipan
: 21 Oktober 1989.
Pewawancara
: Tempat tinggal kakak dimana?
Partisipan
: Aku tinggal di Cxxxxxx.
Pewawancara
: Kakak lulusan dari mana?
Partisipan
: UIN.
Pewawancara
: UIN Jakarta?
Partisipan
: Iya (tersenyum).
Pewawancara
: Lulusan dari jurusan apa kak?
Partisipan
: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Pewawancara
: Satu almamater nih kita kak hehehe (tersenyum).
Partisipan
: Iya hehehe (tersenyum).
Pewawancara
: Kakak udah berapa lama jadi tutor di sini?
Partisipan
: Eeeehhhmm (berpikir)...saya mengajar disini kira-kira 2 tahun lebih. 2 tahun lebih dari bulan April. Berarti udah ada 2 tahunan lah. Aku jadi tutor semenjak tanggal 16 April 2012.
Pewawancara
: Kakak wali kelas atau tutor mata pelajaran?
Partisipan
: Wali kelas dan tutor juga.
Pewawancara
: Wali kelas kelas berapa kak?
Partisipan`
: Kelas 9 (sembilan).
Pewawancara
: Di HS jadi tutor apa kak?
Partisipan
: Kalau di sini, eehhmm (berpikir) hampir semua tutor kalo untuk SMP sendiri itu mengajar semua tingkatan. Kayak misalnya eehhmm (berpikir) kayak saya mengajar Bahasa Indonesia. Saya lulusan Bahasa Indonesia, mengajar Bahasa Indonesia di kelas VII, VIII dan IX, gitu (tersenyum).
Pewawancara
: Oh begitu kak, berarti sama kayak kak Axxx?
Partisipan
: Iya (menangguk), tapi nantinya di rolling. Satu minggu itu kita masuk hanya tiga kali, Selasa, Kamis dan Jum’at untuk kelas SMP, dan sedangkan pembelajarannya sendiri itu hanya hari Selasa dan hari Kamis. Kalo hari Jum’at itu kita ada kegiatan namanya Friday class, nah itu beragam. Ada kegiatan kecerdasan emotional, visual, kinestetik, agama, dan lain-lain jadi di rolling di hari Jum’at itu. Kita
sudah punya programnya semua. Sedangkan untuk pembelajarannya sendiri satu hari itu satu, itu di hari Selasa dan Kamis misalnya dari jam 09:00 WIB sampai jam 12:00 WIB, jadi intensif pembelajaran paling sekitar dua jam gitu, nah itu hanya satu pelajaran. Nah Kita rolling dalam satu bulan. Pewawancara
: Oh begitu kak.
Partisipan
: Iya kak. Oh iya, kamu butuh rekomendasi siswa berapa? Dari kelas berapa aja?
Pewawancara
: Kelas 9 (sembilan) aja kak, sesuai dengan kakak sebagai wali kelasnya, karena kan aku tidak tau pribadi para siswa di sini bagaimana jadi aku meminta rekomendasi siswa sama kakak supaya mendapatkan siswa yang bisa aku ajak untuk wawancara sekaligus menjadi partisipan pada penelitian aku.
Partisipan
: Oh begitu. Begini ya kak, aku engga bisa kasih tau anakanaknya siapa aja yang bisa langsung kakak wawancara karena aku nanya anaknya terlebih dahulu, biar enak di kakaknya juga. Bagaimana kak?
Pewawancara
: Oh iya kak engga apa-apa seperti itu juga, terima kasih banyak malah aku nya hehe (tersenyum).
Partisipan
: Iya sama-sama (tersenyum). Nanti aku kabarin lewat SMS atau whatsapp aja gimana? Ntar kakak kasih nomer kamu aja ke aku.
Pewawancara
: Iya kak nanti aku kasih nomer aku ke kakak.
Partisipan
: Oke.
Pewawancara
: Kakak ada yang deket banget engga sama siswa?
Partisipan
: Kalo deket banget sama siswa itu hampir ke beberapa siswa memang deket karena kalau kita mengajar di sini, itu bukan hanya bagaimana Anda mengajar eeehhmm (berpikir sambil melirik ke atas) transfer ilmu ke anak
didik juga, tapi cara kita adalah pendekatan dulu kepada anak muridnya. Kalo misalkan kita tidak bisa dekat dengan anak muridnya, kita engga bisa begitu mendalami anak ini seperti apa dan tidak bisa untuk mengajarkan yang benar-benar di pahami anak (tersenyum). Poin utama adalah bagaimana cara deketin anaknya dulu gitu. Pewawancara
: Cara mengajar kakak di kelas bagaimana? Apa kakak suka membuat kelompok-kelompok belajar agar siswa satu sama lain dapat berinteraksi?
Partisipan
: Eehhmm (berpikir) dalam beberapa materi sih iya tergantung materinya kak. Kita kadang-kadang diskusi, bikin kelompok kecil atau kelompok besar, nah kita sering sih seperti itu, tergantung materinya juga. Kadang-kadang kelompok seperti itu kan kita bisa melihat mana anak-anak yang menonjol dalam hasil diskusi dalam satu kelompok itu dan bagaimana anak-anak mengembangkan pola pikirnya dari situ kan, dan kita bisa lihat interaksi siswa dengan teman-temannya bagaimana. Kalo satu-satu kan kadang malu ya untuk mengeluarkan pendapat, kalo misalkan dibuat kelompok kan kita kasih tema diskusi atau kita
kasih
problem,
nah
mereka
menyelesaikan
masalahnya itu sendiri sampe akhirnya ada satu orang yang dipilih misalnya untuk mengemukakan pendapatnya. Nah di situ yang kita nilai bukan hanya sekedar apa pendapatnya tapi kita juga bisa liat nih jalan pikirannya kemana, karakter anaknya seperti apa, nah itu bisa kebaca semua sih dari kelompok diskusi itu. Pewawancara
: Wawancara hari ini sampai di sini dulu kak. Terima kasih sudah bersedia aku wawancarai dan sudah bersedia meluangkan waktunya (tersenyum).
Partisipan
: Iya, sama-sama. Kembali kasih (tersenyum).
Pewawancara
: Untuk wawancara selanjutnya kapan aku bisa ketemu kakak lagi?
Partisipan
: Eeehhmm (berpikir)…hari Senin aja gimana?
Pewawancara
: Iya kak, aku terserah kakak aja bisanya kapan. Ngikutin jadwal kakak aja.
Partisipan
: Setelah selesai ngajar aja, sekitar jam 14.00 WIB.
Pewawancara
: Oke kak. Aku pamit pulang ya kak.
Partisipan
: Iya, hati-hati di jalan.
Pewawancara
: Iya kak, terima kasih. Assalamu’alaikum (tersenyum).
Partisipan
: Wa’alaikumsalam (tersenyum).
TRANSKRIP WAWANCARA PEMBUKA GURU
Partisipan
: AR
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tempat
: Ruang Konsultasi Siswa di Homeschooling Kak Seto
Tanggal
: 06 Januari 2015
Waktu
: 12:00 WIB
Pewawancara
: Assalamu’alaikum Pak.
Partisipan
: Wa’alaikumsalam.
Pewawancara
: Maaf sebelumnya, aku enaknya manggil Bapak atau apa?
Partisipan
: Kakak aja juga engga apa-apa (sambil tersenyum).
Pewawancara
: Oh oke kak (tersenyum).
Partisipan
: Ada apa ya kakak mau ketemu sama saya?
Pewawancara
: Perkenalkan saya Chentauri mahasiswi dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, saya menemui kakak berdasarkan informasi dari humas HSKS.
Partisipan
: Oh iya, lalu ada apa ya?
Pewawancara
: Begini kak, saya menemui kakak untuk melakukan wawancara dengan kakak.
Partisipan
: Wawancara apa ya?
Pewawancara
: Wawancara tentang kecerdasan sosial siswa HSKS khususnya jenjang SMP kak.
Partisipan
: Untuk keperluan apa?
Pewawancara
: Saya sedang melakukan penelitian untuk skripsi saya, kak.
Partisipan
: Oh iya (manggut-manggut kepala). Wawancara sekarang?
Pewawancara
: Oh engga kak. Hari ini saya cuma bertanya-tanya tentang profil kakak dan meminta rekomendasi siswa yang nantinya akan saya wawancarai juga seperti kakak ini.
Partisipan
: Oh kirain sekarang. Butuh berapa siswa yang akan diwawancarai? Karena saya harus bertanya ke siswa terlebih dahulu, apakah mereka ada waktu atau tidak. Soalnya ya kak siswa di sini tidak hanya bersekolah di HS tetapi mereka juga memiliki kegiatan lain di luar HS.
Pewawancara
: Oh begitu ya kak. Kalau begitu saya menyesuaikan kakak aja nanti ada berapa siswa yang bersedia untuk di wawancara hehe (tersenyum).
Partisipan
: Oke baik (sambil tersenyum).
Pewawancara
: Sebelum itu, kakak harus mengisi surat persetujuan menjadi partisipan dulu kak (sambil menunjukkan surat persetujuan).
Partisipan
: Pake surat persetujuan?
Pewawancara
: Iya kak.
Partisipan
: Suratnya untuk apa? Di isi nama lengkap?
Pewawancara
: Surat persetujuan ini berisi kalau kakak bersedia menjadi informan aku dan fungsi dari surat ini untuk merahasiakan data pribadi kakak selama menjadi informan penelitian aku. Iya kak, nama di isi sesuai dengan identitas ya.
Partisipan
: Ini sudah (sambil mengembalikan surat persetujuan).
Pewawancara
: Terima kasih kak. Oh ya, sekarang aku tanya-tanya tentang profil kakak boleh?
Partisipan
: Boleh. Tanya apa?
Pewawancara
: Nama lengkap kakak siapa?
Partisipan
: Axxx Rxxxxxx.
Pewawancara
: Biasa di panggil siapa kak kalo di HS (tersenyum)?
Partisipan
: Biasa di panggil kak Axxx (tersenyum).
Pewawancara
: Tempat tanggal lahir kakak?
Partisipan
: Di Jakarta.
Pewawancara
: Tanggal berapa?
Partisipan
: 18 Desember 1988.
Pewawancara
: Tempat tinggal kakak dimana?
Partisipan
: Saya tinggal di Bxxxxx.
Pewawancara
: Kakak lulusan dari mana?
Partisipan
: Saya masih melanjutkan studi di UIN Jakarta.
Pewawancara
: Oh kakak masih studi di UIN (tersenyum).
Partisipan
: Iya, kak (tersenyum).
Pewawancara
: Ngambil jurusan apa kak?
Partisipan
: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Pewawancara
: Satu gedung sama saya berarti kak, tapi beda lantai.
Partisipan
: Iya (tersenyum).
Pewawancara
: Kakak udah berapa lama jadi tutor di sini?
Partisipan
: Kurang lebih 1 (satu) tahun 3 (tiga) bulan. Saya jadi tutor dari tanggal 13 September 2013.
Pewawancara
: Kakak wali kelas atau tutor mata pelajaran?
Partisipan
: Wali kelas dan tutor juga kak.
Pewawancara
: Wali kelas kelas berapa kak?
Partisipan`
: Kelas 8 (delapan).
Pewawancara
: Jadi tutor apa di sini?
Partisipan
: Bahasa Indonesia.
Pewawancara
: Oh begitu kak, berarti sama kayak kak Mxxxx berarti?
Partisipan
: Iya (menangguk).
Pewawancara
: Kalau cara kakak ngajar di kelas gimana sih supaya tiap siswa sosialisasi di kelasnya bagus?
Partisipan
: Eeehhhmm (berpikir, mengangkat tangan ke atas meja) kadang aku gini kak, bikinnya...eeehhhmmm (bergumam) kursi leter U atau engga kita bikin saling berhadaphadapan gitu. Nih aku di tengah (mempraktekkan dengan kedua tangan) atau kadang aku muter, jadi semua saling berhadapan. Semua tuh saling melihat gitu, baik temen ke temen, temen ke kita, kita ke temen, jadi semuanya aktif interaktif, jadi engga ada yang diem.
Pewawancara
: Kakak cara mengajarnya lebih ke student center dong ya?
Partisipan
: Iya, student center kak. Ada begini...(mengepalkan jari tangan) berita, kalo yang kita tau kan kemaren kan kaya lagi booming Air Asia gitu kan. Aku tanya kan...eehhmm (bergumam) “Temen-temen aku bisa dong minta dari temen-temen” gitu kan...(mencontohkan ketika meminta respon dari pernyataan yang disampaikan ke siswa sambil duduk). “Temen-temen...eehhmm (bergumam) ada yang ini ga, tau...hhhmmm (bergumam lagi) berita Air Asia?” (mencontohkan ketika bertanya kepada murid). “Ooohh tau kok....gini gini gin” (mencontohkan jawaban siswa ketika menjawab). “Kamu liatnya dimana sih?”, “TV kak” (jawab siswa kata si tutor). Ada juga liat di internet, “oohh liat di internet juga?”. Jadi eeehhhmmm (bergumam sambil menata posisi duduknya) mulai jadi siswanya mengeluarkan idenya juga atau pengetahuannya dianya juga yang menyangkut materi. “Kamu tau engga apa sih itu berita?” (mencontohkan ketika bertanya ke siswa), “Engga tau Kak” (mencontohkan ketika siswa menjawab), “Ya udah kamu coba sekarang browsing atau cari buku di ruangan yang ada materi beritanya. Jadi aku tuh kalo ngajarnya jarang pake power point, jadi lebih siswa yang gerak, siswa yang aktif gitu.
Partisipan
: Oh ya, tadi kakak minta rekomendasi siswa kelas berapa?
Pewawancara
: Kelas 8 (delapan) aja kak sesuai dengan wali kelas yang saya wawancara. Biasanya kan wali kelas lebih ngerti dengan keadaan siswa didikannya kak hehe (tertawa).
Partisipan
: Iya kak hehe (tertawa). Ya udah nanti saya hubungi melalui SMS aja gimana?
Pewawancara
: Iya kak engga apa-apa. Kak, berhubung hari ini sampai di sini saja, selanjutnya kapan saya bisa bertemu kakak lagi untuk melakukan wawancara selanjutnya?
Partisipan
: Kapan ya? (berpikir)
Pewawancara
: Saya mengikuti jadwal kakak aja, terserah kakak bisa diwawancarai kapan.
Partisipan
: Eeehhmm (berpikir)...besok saja kita wawancaranya kak, tapi sore engga apa-apa? Karena saya ada sesuatu yang harus dikerjain dulu.
Pewawancara
: Oke engga apa-apa kak. Jam berapa saya bisa ketemunya ya kak?
Partisipan
: Jam 15:00 WIB aja kak.
Pewawancara
: Iya kak, jam 15:00 WIB. Kak, terima kasih atas waktunya hari ini dan sampai ketemu besok untuk wawancara selanjutnya.
Partisipan
: Iya kak, sama-sama.
Pewawancara
: Assalamu’alaikum kak (tersenyum).
Partisipan
: Wa’alaikumsalam (tersenyum).
TRANSKRIP WAWANCARA PEMBUKA SISWA
Partisipan
:K
Jenis Kelamat
: Laki-laki
Tempat
: Ruang Konsultasi Siswa di Homeschooling Kak Seto
Tanggal
: 20 Januari 2015
Waktu
: 10:30 WIB
Pewawancara
: Assalamu’alaikum perkenalkan aku Chentauri mahasiswi dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (sambil mengajak bersalaman).
Partisipan
: Iya (mengangguk sambil tersenyum). Ada apa kak?
Pewawancara
: Kakak mau mewawancarai kamu untuk penelitian skripsi kakak.
Partisipan
: Wawancara untuk skripsi? Tentang apa emangnya kak?
Pewawancara
: Iya. Kakak sedang melakukan penelitian untuk skripsi. Tentang kecerdasan sosial siswa SMP di HSKS. Kamu mau engga kakak wawancara?
Partisipan
: Oh gitu, boleh deh aku bersedia di wawancara. Kapan mulai wawancaranya?
Pewawancara
: Berhubung sebentar lagi jam istirahat udah mau habis, kita janjian untuk ketemu lagi buat wawancara berikutnya ya? Besok lusa bisa?
Partisipan
: Besok lusa itu hari apa ya? (berpikir)
Pewawancara
: Hari Kamis.
Partisipan
: Oh iya bisa, bisa. (sambil menganggukkan kepala)
Pewawancara
: Oke deh wawancara selanjutnya kita ketemu hari Kamis ya.
Partisipan
: Iya kak. Jam berapa wawancaranya?
Pewawancara
: Jam istirahat aja.
Partisipan
: Oke, kak. Nanti wawancara di ruang konsultasi aja kak.
Pewawancara
: Oke, kalo begitu. Oya, berhubung kamu bersedia untuk diwawancarai, ini isi dulu surat persetujuannya.
Partisipan
: Pake surat persetujuan? Surat persetujuan apa?
Pewawancara
: Iya pake surat persetujuan. Surat persetujuannya berisi tentang kamu bersedia menjadi informan kakak dan fungsi surat ini untuk merahasiakan data pribadi kamu selama kamu menjadi informan penelitian kakak.
Partisipan
: Oh begitu. Mana suratnya?
Pewawancara
: Ini (menyerahkan kertas persetujuan). Silahkan di isi ya.
Partisipan
: Tulis nama apa? Nama lengkap atau panggilan? Ada tanda tangan juga?
Pewawancara
: Isi dengan nama lengkap kamu ya dek. Iya ada tanda tangannya, jangan lupa di isi juga ya.
Partisipan
: Nomor induknya engga tau nih kak, gimana?
Pewawancara
: Tapi disini siswanya punya nomor induk siswa kan?
Partisipan
: Engga tau deh kak.
Pewawancara
: Ya sudah sementara di kosongin aja dulu. Nanti kamu bisa hubungi kakak kembali kalau udah tau nomornya.
Partisipan
: Oke, ini udah. (mengembalikan surat perjanjian yang sudah di isi)
Pewawancara
: Sekarang kakak mau tanya-tanya tentang profil kamu dulu boleh?
Partisipan
: Boleh kak.
Pewawancara
: Nama panjang kamu siapa?
Partisipan
: KMAM.
Pewawancara
: Kamu kelas berapa?
Partisipan
: Kelas 7 (tujuh) B.
Pewawancara
: Kamu lahir dimana dan tanggal berapa?
Partisipan
: Lahir di Jakarta, 7 April 2002.
Pewawancara
: Kamu tinggal dimana?
Partisipan
: Di daerah deket Lippo Karawaci.
Pewawancara
: Kamu berapa bersaudara?
Partisipan
: Dua bersaudara.
Pewawancara
: Kamu kakaknya atau adeknya?
Partisipan
: Adeknya.
Pewawancara
: Kakak kamu cowok atau cewek?
Partisipan
: Cewek.
Pewawancara
: Kakak kamu kelas berapa?
Partisipan
: Eeeehhmm (berpikir, melihat ke atas)...kuliah semester 6 (enam).
Pewawancara
: Waaahh jauh juga ya jarak umurnya.
Partisipan
: Iya (mengangguk).
Pewawancara
: Kamu ke homeschooling di anter atau berangkat sendiri?
Partisipan
: Di anter.
Pewawancara
: Di anter siapa?
Partisipan
: Supir.
Pewawancara
: Supir kamu nungguin sampe pulang sekolah?
Partisipan
: Eeehhmmm (berpikir sambil memainkan handphone) iya di tungguin.
Pewawancara
: Di HSKS ada kegiatan seperti ekstrakulikuler engga?
Partisipan
: Ekstrakulikuler? Eeeehhmmm (berpikir) ada kayanya.
Pewawancara
: Kamu ikut ekstrakulikuler apa?
Partisipan
: Fotografi.
Pewawancara
: Di luar homeschooling ikut kegiatan lain engga?
Partisipan
: Eeehhmmm (berpikir, melihat ke sebelah kanan) kalo kegiatan lain di luar homeschooling itu aku les gitar sama les Bahasa Inggris.
Pewawancara
: Kamu les dirumah atau datang ke tempat les?
Partisipan
: Dateng ke tempat les.
Pewawancara
: Engga kok udah cukup wawancara hari ini. Terima kasih ya atas waktunya, kita ketemu lagi hari Kamis untuk wawancara selanjutnya.
Partisipan
: Oke, kak. Sama-sama.
TRANSKRIP WAWANCARA PEMBUKA SISWA
Partisipan
:T
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat
: Ruang Konsultasi Siswa di Homeschooling Kak Seto
Tanggal
: 20 Januari 2015
Waktu
: 12:00 WIB
Pewawancara
: Hai perkenalkan aku Chentauri mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (sambil bersalaman). Kalau boleh tau nama kamu siapa?
Partisipan
: Hai kak (bersalaman). Nama aku T. Ada apa ya kak?
Pewawancara
: Kakak mau mewawancarai kamu untuk penelitian skripsi kakak.
Partisipan
: Penelitian tentang apa kak?
Pewawancara
: Tentang kecerdasan sosial siswa SMP di HSKS. Kamu bersedia untuk di wawancarai engga?
Partisipan
: Ooohh.. ya udah deh kak, aku mau (tersenyum). Susah engga kak pertanyaannya? Hehehe (tertawa)
Pewawancara
: Engga kok. Ini kan bukan lagi ujian lisan sama tutor hehehe (tertawa). Kalau kamu bersedia untuk di wawancara, isi dulu ya surat persetujuanya (sambil menyerahkan surat persetujuan).
Partisipan
: Pake surat persetujuan juga kak?
Pewawancara
: Iya. Surat persetujuan ini berisi kalau kamu bersedia menjadi informan kakak dan fungsi dari surat ini untuk merahasiakan data pribadi kamu selama kamu menjadi informan penelitian kakak.
Partisipan
: Ini di isi semua? Nama yang di tulis, nama panggilan sehari-hari atau nama lengkap kak?
Pewawancara
: Iya di isi semua ya dek. Tulis nama lengkap kamu ya dan jangan lupa isi nomor induk siswanya dan di tanda tangani.
Partisipan
: Yah, aku gatau nomor induknya.
Pewawancara
: Ya sudah dikosongkan dulu, nanti kalo kamu sudah tau nomor induknya bisa hubungi kakak lagi ya.
Partisipan
: Oke, kakak. Nih udah selesai (menyerahkan kembali surat perjanjian).
Pewawancara
: Terima kasih ya.
Partisipan
: Iya, kak. Kapan mulai wawancaranya? Hari ini?
Pewawancara
: Kayaknya engga hari ini, waktunya engga cukup. Kalau besok lusa bisa kita wawancara?
Partisipan
: Oh iya bisa kak. Jam berapa wawancaranya?
Pewawancara
: Setelah kamu pulang sekolah aja gimana? Kamu bisa atau engga? Soalnya di hari yang sama kakak ada wawancara dengan siswa yang lain pas jam istirahat sekolah.
Partisipan
: Oh kakak ada wawancara sama yang lain? Oke kak setelah pulang sekolah juga engga apa-apa, aku bisa.
Pewawancara
: Iya kakak ada wawancara sama yang lain. Oke deh hari Kamis setelah pulang sekolah kita ketemu lagi untuk wawancara selanjutnya ya?
Partisipan
: Oke, kak. Mau wawancara di mana kak?
Pewawancara
: Terserah kamu maunya di mana.
Partisipan
: Di kantin aja gimana kak?
Pewawancara
: Oke, kakak terserah kamu aja.
Partisipan
: Sip kak. Kita wawancara di kantin aja. Terus sekarang ada lagi yang bisa aku bantu kak?
Pewawancara
: Iya nih ada, hehe (tersenyum). Sekarang kakak mau nanyananya tentang profil kamu dulu boleh?
Partisipan
: Boleh kak (tersenyum).
Pewawancara
: Nama lengkap kamu siapa?
Partisipan
: Nama lengkap aku TZ.
Pewawancara
: Kamu kelas berapa?
Partisipan
: Aku kelas 7 (tujuh), SMP kelas 1 (satu).
Pewawancara
: Kelas 7 (tujuh) A.
Pewawancara
: Kamu lahir di mana dan tanggal berapa?
Partisipan
: Aku lahir di Jakarta tanggal 28 Juni 2001.
Pewawancara
: Kamu berapa bersaudara?
Partisipan
: Tunggal. Satu-satunya (tersenyum).
Pewawancara
: Oh anak tunggal. Kamu tinggal di mana?
Partisipan
: Aku tinggal di apartemen daerah Tx Sxxxxxxxx. Tapi aku juga ada rumah di daerah Pxxxxxxx.
Pewawancara
: Kamu ke homeschooling di anter atau berangkat sendiri?
Partisipan
: Di anter.
Pewawancara
: Di anter sama siapa?
Partisipan
: Sama supir ditungguin.
Pewawancara
: Di HSKS ada kegiatan seperti ekstrakulikuler engga?
Partisipan
: Eeeehhmmm (berpikir sambil mengibas rambut) setau aku sih nanti katanya sih ada cuman karena belom pasti ditetapinnya kapan gitu, tapi katanya sih nanti ada.
Pewawancara
: Kamu ikut kegiatan lain selain homeschooling?
Partisipan
: Iya ikut.
Pewawancara
: Ikut kegiatan apa?
Partisipan
: Les bahasa Inggris. Baru itu aja sih, kemungkinan mau les dancing juga.
Pewawancara
: Kamu suka dancing?
Partisipan
: He’eehmm...iya (mengangguk sambil tersenyum).
Pewawancara
: Sepertinya waktu istirahat udah mau abis, kamu harus masuk ke kelas. Wawancara hari ini kita akhiri saja sampai di sini.
Partisipan
: Engga apa-apa kok kak, kalo masih ada yang mau ditanyain dilanjutin aja wawancaranya (tersenyum).
Pewawancara
: Engga kok, pertanyaan untuk hari ini udah semuanya ditanyain. Terima kasih ya sudah meluangkan waktunya. Hari kamis setelah kamu pulang sekolah kita ketemu di kantin ya?
Partisipan
: Oke, kak. Iya sama-sama hehe (tersenyum).
TRANSKRIP WAWANCARA PEMBUKA SISWA
Partisipan
:H
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat
: Ruang Konsultasi Siswa di Homeschooling Kak Seto
Tanggal
: 08 Januari 2015
Waktu
: 09:40 WIB
Pewawancara
: Assalamu’alaikum,
hai
perkenalkan
aku
Chentauri
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (sambil bersalaman). Partisipan
: Wa’alaikumsalam, hai juga kakak (bersalaman). Kenapa ya kak?
Pewawancara
: Kakak di sini lagi penelitian untuk skripsi. Nah kamu mau engga kakak wawancarai?
Partisipan
: Wawancara aku kak? Emang tentang apa?
Pewawancara
: Iya mau wawancara kamu hehe (tersenyum). Skripsi kakak tentang kecerdasan sosial siswa SMP di Homeschooling Kak Seto. Gimana kamu mau engga diwawancarai?
Partisipan
: Ditanya apa aja nih kak? Hehehe (tersenyum)
Pewawancara
: Engga ditanya macem-macem kok, tenang aja hehe (tertawa). Kalo kamu bersedia nanti ada surat perjanjiannya, fungsinya untuk merahasiakan data pribadi kamu, jadi hanya kakak saja yang tau tentang data pribadi kamu.
Partisipan
: Oh gitu kak, oke deh aku bersedia diwawancarai.
Pewawancara
: Oke kalau kamu bersedia, silahkan isi surat perjanjian dulu ya, ini (menyerahkan surat perjanjian).
Partisipan
: Ini tulis nama lengkap kak?
Pewawancara
: Iya di tulis nama lengkap kamu sesuai dengan identitas sebenarnya ya.
Partisipan
: Iya kak. Nih udah selesai di isi (tersenyum).
Pewawancara
: Terima kasih (senyum).
Partisipan
: Iya sama-sama (tersenyum). Wawancaranya sekarang kak?
Pewawancara
: Engga sekarang. Hari ini kakak cuma mau nanya profil kamu dulu boleh kan?
Partisipan
: Boleh kak. Terus kita ada wawancara lagi nanti?
Pewawancara
: Iya. Kamu bisa diwawancarai minggu depan?
Partisipan
: Hari apa kak?
Pewawancara
: Hari Selasa tanggal 13 Januari. Bisa engga?
Partisipan
: Bentar ya kak, kayanya engga bisa deh. Hari Kamisnya aja gimana?
Pewawancara
: Oh, oke terserah kamu bisanya kapan.
Partisipan
: Hari Kamis aja ya kak kita wawancaranya. Wawancaranya di mana kak?
Pewawancara
: Di kelas aja gimana? Soalnya kakak dapet izin dari wali kelas kamu untuk mewawancarai kamu pas jam istirahat.
Partisipan
: Oh, oke kak. Bisa…bisa (manggut-manggut kepala).
Pewawancara
: Sekarang kakak wawancara tentang profil kamu dulu ya?
Partisipan
: Iya kak.
Pewawancara
: Nama lengkap kamu siapa?
Partisipan
: Nama aku HRR (tersenyum).
Pewawancara
: Kamu lahir di mana dan tanggal berapa?
Partisipan
: Aku lahir di Jakarta, 12 April 2001.
Pewawancara
: Kamu kelas berapa?
Partisipan
: Kelas 8 (delapan).
Pewawancara
: Kamu tinggal di mana?
Partisipan
: Di Pxxx Bxxxxx.
Pewawancara
: Kamu berapa bersaudara?
Partisipan
: 2 (dua) bersaudara.
Pewawancara
: Kamu kakaknya atau adiknya?
Partisipan
: Aku kakaknya (tersenyum).
Pewawancara
: Adik kamu cewek atau cowok?
Partisipan
: Adik aku cewek kak, dia kelas 6 (enam) SD.
Pewawancara
: Kamu ke homeschooling dianter atau berangkat sendiri?
Partisipan
: Dianter.
Pewawancara
: Dianter sama siapa?
Partisipan
: Sama supir.
Pewawancara
: Supir kamu nungguin sampe pulang sekolah?
Partisipan
: Iya.
Pewawancara
: Di HSKS ada kegiatan seperti ekstrakulikuler engga?
Partisipan
: Ada kak tapi belum ada yang jalan, yang baru jalan apa gitu aku lupa hehehe (tertawa).
Pewawancara
: Di luar homeschooling ikut kegiatan lain engga?
Partisipan
: Engga sih kak, palingan les aja kak.
Pewawancara
: Les apa kalo aku boleh tau?
Partisipan
: Les bimbel kak, kayak tambahan gitu.
Pewawancara
: Oke deh. Terima kasih ya atas waktunya. Kita ketemu lagi hari Kamis untuk wawancara selanjutnya ya.
Partisipan
: Iya kak, sama-sama.
TRANSKRIP WAWANCARA PEMBUKA SISWA
Partisipan
:A
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat
: Ruang Konsultasi Siswa di Homeschooling Kak Seto
Tanggal
: 08 Januari 2015
Waktu
: 10:35 WIB
Pewawancara
: Hai aku Chentauri mahasiswi dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (mengajak bersalaman dengan partisipan).
Partisipan
: Hai juga kak (bersalaman). Ada apa kak?
Pewawancara
: Kakak mau mewawancarai kamu untuk penelitian skripsi kakak.
Partisipan
: Boleh kak boleh. Tentang apa kak?
Pewawancara
: Tentang kecerdasan sosial siswa SMP di HSKS. Kalo kamu mau di wawancara, nanti isi dulu surat persetujuannya.
Partisipan
: Hah? Ada surat persetujuannya juga kak? Emang buat apa?
Pewawancara
: Iya ada. Fungsi dari surat persetujuannya ini menjamin kerahasiaan data pribadi kamu selama menjadi partisipan kakak.
Partisipan
: Oh begitu. Oke kak kapan kita mau wawancara? Sekarang juga?
Pewawancara
: Kalau sekarang waktunya engga cukup, abis istirahat kamu masih ada pelajaran kan? Bagaimana kalau kita wawancara minggu depan? Kamu bisa engga?
Partisipan
: Iya kak aku masih ada pelajaran abis ini. Ya udah kak minggu depan aja. Tapi hari apa kak?
Pewawancara
: Hari Kamis aja gimana? Sekalian kakak ada wawancara juga sama teman kamu.
Partisipan
: Oke kak, aku bisa hari Kamis. Jam berapa kak?
Pewawancara
: Setelah pulang sekolah aja gimana? Jam istirahat kakak udah janjian wawancara sama teman kamu, kalo di satuin nanti waktunya engga cukup, kan kalian masih ada pelajaran setelah istirahat.
Partisipan
: Oh iya kak, engga apa-apa aku bisa.
Pewawancara
: Oh ya sekarang kakak mau nanya profil kamu dulu boleh?
Partisipan
: Boleh kak (tersenyum).
Pewawancara
: Nama kamu siapa?
Partisipan
: Lengkap? Atau panggilan?
Pewawancara
: Nama panggilan kamu emang siapa?
Partisipan
: Axxx.
Pewawancara
: Kalau nama lengkapnya?
Partisipan
: ARA
Pewawancara
: Kamu lahir di mana dan tanggal berapa?
Partisipan
: Jakarta tanggal 4 Maret 2001.
Pewawancara
: Kamu kelas berapa?
Partisipan
: Aku kelas 8 (delapan).
Pewawancara
: Rumah kamu di mana?
Partisipan
: Rumahnya di Rxxxx Dxxxx.
Pewawancara
: Kamu berapa bersaudara?
Partisipan
: 2 (dua) bersaudara.
Pewawancara
: Kamu anak yang keberapa?
Partisipan
: Anak terakhir, aku anak kedua kak.
Pewawancara
: Kakak kamu cewek atau cowok?
Partisipan
: Kakak aku cowok dan sudah kuliah.
Pewawancara
: Jauh ya jaraknya sama kamu hehehe (tersenyum).
Partisipan
: Iya kak hehe (tertawa).
Pewawancara
: Kamu berangkat ke homeschooling di anter atau berangkat sendiri?
Partisipan
: Di anter kak.
Pewawancara
: Di anter sama siapa?
Partisipan
: Ke HSKS di anter supir atau mama.
Pewawancara
: Supir atau mama kamu nungguin kamu sampe pulang sekolah?
Partisipan
: Engga di tungguin kak.
Pewawancara
: Terus nanti kamu pulangnya bagaimana kalau tidak di tungguin?
Partisipan
: Tinggal nelfon nanti kalau udah waktunya pulang.
Pewawancara
: Di HSKS ada kegiatan seperti ekstrakulikuler engga?
Partisipan
: Engga ada kayaknya kak.
Pewawancara
: Kamu ikut kegitan lain selain homeschooling?
Partisipan
: Aku les aja sih kak.
Pewawancara
: Kamu les apa kalo kakak boleh tau?
Partisipan
: Aku les musik kak.
Pewawancara
: Kamu suka musik ya?
Partisipan
: Iya kak dan pengen jadi musisi juga sih hehehe (tersenyum).
Pewawancara
: Semoga cita-cita kamu tercapai yaaa (tersenyum).
Partisipan
: Amiiinn. Makasih kak.
Pewawancara
: Untuk hari ini sampai disini dulu ya wawancaranya, kasian kamu mau istirahat kan? Kamis depan kita ketemu untuk wawancara selanjutnya.
Partisipan
: Ga apa-apa kak, santai aja hehe (tersenyum). Oke kak.
Pewawancara
: Terima kasih ya atas waktunya hari ini.
Partisipan
: Oke kak, kembali kasih.
TRANSKRIP WAWANCARA PEMBUKA SISWA
Partisipan
:N
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat
: Ruang Konsultasi Siswa di Homeschooling Kak Seto
Tanggal
: 13 Januari 2015
Waktu
: 10:35 WIB
Pewawancara
: Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh, aku Chentauri mahasiswi dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (sambil mengajak bersalaman).
Partisipan
: Wa’laikumsalam wa rahmatullahi wa barakatuh kak (bersalaman sambil tersenyum). Ada apa ini kak?
Pewawancara
: Kakak mau mewawancarai kamu untuk penelitian skripsi kakak.
Partisipan
: Wawancara tentang apa kak?
Pewawancara
: Tentang kecerdasan sosial siswa SMP di HSKS. Kamu mau engga kakak wawancara?
Partisipan
: Iya kak mau.
Pewawancara
: Kalo kamu bersedia kakak wawancara, ini isi dulu surat persetujuannya (menyerahkan lembar persetujuan).
Partisipan
: Surat persetujuan ini untuk apa kak?
Pewawancara
: Surat persetujuan ini untuk bukti bahwa kamu bersedia menjadi informan kakak dan fungsi dari surat ini untuk merahasiakan data pribadi kamu selama kamu menjadi informan penelitian kakak.
Partisipan
: Aku isi dulu ya. Ini isi nama lengkap atau panggilan?
Pewawancara
: Nama lengkap ya dek, sesuai sama identitas kamu. Nomor induk siswanya dan tanda tangan jangan lupa di isi juga ya.
Partisipan
: Iya kak. Nih udah selesai (mengembalikan surat persetujuan partisipan). Wawancara sekarang kak?
Pewawancara
: Terima kasih ya. Engga dek, kalau sekarang langsung wawancara sepertinya waktunya engga cukup.
Partisipan
: Terus kapan wawancaranya kak?
Pewawancara
: Kamu bisanya kapan?
Partisipan
: Hari sekolah aja sih kak.
Pewawancara
: Minggu ini bisa? Hari Jum’at setelah kamu pulang sekolah bisa engga?
Partisipan
: InsyaAllah bisa kak.
Pewawancara
: Oke, sekarang kakak mau nanya-nanya tentang profil kamu dulu boleh?
Partisipan
: Boleh kak.
Pewawancara
: Nama lengkap kamu siapa?
Partisipan
: NAQ.
Pewawancara
: Kamu lahir dimana dan tanggal berapa?
Partisipan
: Tempat tanggal lahir aku di Depok, 23 Februari 2001.
Pewawancara
: Kamu tinggal dimana?
Partisipan
: Di Cxxxxxx. Komplek Bxxxx Nxxx Ixxxx.
Pewawancara
: Lumayan jauh ya kesini? Hehehe (tertawa)
Partisipan
: Yaaaaaaaa (berpikir, melihat ke kiri) lumayan (tersenyum). Tapi kan lewat belakang.
Pewawancara
: Kamu berapa bersaudara?
Partisipan
: Bertiga.
Pewawancara
: Kamu anak yang pertama?
Partisipan
: Pertama (mengangguk).
Pewawancara
: Adeknya kelas berapa?
Partisipan
: Yang anak kedua kelas 5 (lima), yang ketiga kelas 2 (dua).
Pewawancara
: Kamu kelas berapa?
Partisipan
: Aku kelas 9 (Sembilan).
Pewawancara
: Sebentar lagi mau ujian dong ya.
Partisipan
: Iya hehe (tersenyum).
Pewawancara
: Untuk hari ini sampai disini dulu ya dek wawancaranya. Hari Jum’at kita ketemu lagi untuk wawancara selanjutnya ya.
Partisipan
: Iya kak.
Pewawancara
: Terima kasih atas waktunya dek.
Partisipasi
: Iya kak sama-sama.
TRANSKRIP WAWANCARA PEMBUKA SISWA
Partisipan
:B
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tempat
: Ruang Konsultasi Siswa di Homeschooling Kak Seto
Tanggal
: 12 Februari 2015
Waktu
: 11.30 WIB
Pewawancara
: Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh, aku Chentauri mahasiswi dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (sambil mengajak bersalaman).
Partisipan
: Wa’laikumsalam wa rahmatullahi wa barakatuh, kak (bersalaman sambil tersenyum). Ada apa kak?
Pewawancara
: Begini, kakak sedang melakukan penelitian untuk skripsi dan ingin mewawancarai kamu. Kamu bersedia untuk kakak wawancara?
Partisipan
: Wawancara kak? Duh jadi gimana gitu mau di wawancara hahaha (tertawa).
Pewawancara
: Iya kamu mau engga di wawancara?
Partisipan
: Wawancara tentang apa kak?
Pewawancara
: Tentang kecerdasan sosial siswa SMP di HSKS. Kalo kamu mau nanti isi dulu surat persetujuan.
Partisipan
: Surat persetujuan apa kak? Hehehe (tertawa).
Pewawancara
: Surat persetujuan kalo kamu bersedia menjadi informan kakak dan fungsi surat itu untuk merahasiakan data pribadi kamu selama kamu menjadi informan penelitian kakak.
Partisipan
: Oooh gitu. Iya kak aku mau diwawancarai. Mana suratnya kak?
Pewawancara
: Ini dek, tolong di isi semua ya.
Partisipan
: Boleh pinjem pulpen kak? Hehe (tertawa)
Pewawancara
: Boleh, ini (menyerahkan pulpen).
Partisipan
: Ini di tulis nama lengkap atau panggilan?
Pewawancara
: Nama lengkap, sesuai sama identitas kamu ya.
Partisipan
: Iya kak. Ini nomor identitas apa Kak? NIS homeschooling kan?
Pewawancara
: Iya NIS homeschooling.
Partisipan
: Eh, ada tanda tangannya juga? Duuh jadi malu saya kak pake tanda tangan segala haha (tertawa).
Pewawancara
: Iya dong pake tanda tangan juga hehe (tertawa).
Partisipan
: Ini
kak
udah
selesai
(menyerahkan
kembali
surat
persetujuan). Wawancaranya sekarang kak? Pewawancara
: Engga sekarang dek, sekarang kamu masih jam pelajaran kan? Tadi aku ijin ke tutor kamu cuma mau wawancara sebentar aja. Jadi hari ini aku mau nanya-nanya profil kamu dulu boleh?
Partisipan
: Boleh kak. Wawancara selanjutnya kapan kak?
Pewawancara
: Minggu depan aja gimana? Jadwal kamu sekolah aja, hari Jum’at bisa?
Partisipan
: Bisa. Jam berapa wawancaranya?
Pewawancara
: Jam istirahat aja gimana?
Partisipan
: Siap kak.
Pewawancara
: Sekarang kaka mau nanya-nanya profil kamu ya?
Partisipan
: Iya kak.
Pewawancara
: Nama lengkap kamu siapa?
Partisipan
: BRA
Pewawancara
: Kamu lahir di mana dan tanggal berapa?
Partisipan
: Aku lahir di Tangerang 20 Desember 2000.
Pewawancara
: Di homeschooling ini ada ekstrakulikuler engga?
Partisipan
: Ekstrakulikulernya sih baru ada tahun ini kak.
Pewawanacara
: Kamu ikut ekstrakulikuler apa?
Partisipan
: Aku masuknya futsal.
Pewawancara
: Di luar HSKS ikut kegiatan lain engga?
Partisipan
: Eeehhmmmm (berpikir, pandangan ke depan) sempet ikut bola tapi lagi break aja karena udah mau UN.
Pewawancara
: Latihan bolanya di mana?
Partisipan
: Di Sxxxxxx, di Rxxxxxxx Mxxx.
Pewawancara
: Kamu ke HSKS di anter atau berangkat sendiri?
Partisipan
: Berangkat sendiri naik motor.
Pewawancara
: Memang rumah kamu engga jauh dari sini?
Partisipan
: Engga. Aku rumahnya di Gxxxx Rxxx.
Pewawancara
: Masih di daerah-daerah Bxxxxxx?
Partisipan
: Iya, masih di daerah Bxxxxxx.
Pewawancara
: Kamu kelas berapa?
Partisipan
: Aku kelas 9 (sembilan) A.
Pewawancara
: Oke, sampai disini dulu ya wawancara kita hari ini. Kita ketemu lagi hari Jum’at depan untuk wawancara selanjutnya ya dek.
Partisipan
: Iya kak.
Pewawancara
: Terima kasih atas waktunya hari ini dek.
Partisipan
: Iya kak sama-sama. Assalamu’alaikum (salim tangan).
Pewawancara
: Wa’laikumsalam.
TRANSKRIP WAWANCARA PEMBUKA SISWA
Partisipan
:I
Jenis Kelamat
: Perempuan
Tempat
: Melalui Telepon
Tanggal
: 17 Desember 2015
Waktu
: 13:00 WIB
Pewawancara
: Assalamu’alaikum perkenalkan aku Chentauri mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ingin melakukan wawancara dengan kamu.
Partisipan
: Iya.
Pewawancara
: Kemaren aku di kasih nomer telepon kamu sama Hxxx, dia bilang langsung hubungi kamu aja kalau mau wawancara. Sebelumnya Hxxx udah kasih tau kamu kan kalau aku mau melakukan wawancara sama kamu?
Partisipan
: Iya, kak. Hxxx nge-line aku beberapa hari yang lalu. Emang wawancara apa sih kak?
Pewawancara
: Kakak mau mewawancarai kamu untuk penelitian skripsi. Kamu dipilih untuk di wawancara karena merupakan teman terdekat dari partisipan kakak, yaitu sahabatnya Hxxxxxx.
Partisipan
: Oh iya kak, iya. Wawancaranya tentang apa emang kak?
Pewawancara
: Tentang kecerdasan sosialnya si Hxxx di sekolah yang dulu. Kamu satu sekolah sama Hxxx kan?
Partisipan
: Iya satu sekolah.
Pewawancara
: Kalau begitu, mau engga aku wawancara?
Partisipan
: Oh gitu, mau deh. Eeehhmmm (bergumam) sekarang kak wawancaranya? Eeehhmmm (bergumam lagi) maaf ya kak kalo sekarang aku engga bisa.
Pewawancara
: Oh, engga apa-apa kok kalo kamu engga bisa hari ini. Kamu bisanya kapan?
Partisipan
: Eehhmmm (berpikir) weekend aja kak.
Pewawancara
: Besok bisa?
Partisipan
: Iya bisa. Terus kita wawancaranya gimana?
Pewawancara
: Oke deh wawancara selanjutnya kita ketemu hari Sabtu ya. Eeehhmmm (bergumam)…enaknya kita ketemuan aja gimana?
Partisipan
: Ketemuan dimana? Eh, gini kak, besok aku sama Hxxx kebetulan
mau
janjian
ketemuan.
Kalo
sekalian
wawancara aja gimana? Pewawancara
: Mmmhhmmm enaknya kamu aja gimana, asal jangan jauh-jauh karena aku dari Bekasi, hehehe (tertawa)
Partisipan
: Hahaha (tertawa) jauh kak dari Bekasi.
Pewawancara
: Iya.
Partisipan
: Besok kita janjian makan di KFC, kak.
Pewawancara
: KFC mana?
Partisipan
: Itu loh KFC yang di belokan itu kak, masih di Bintaro kok. Gimana kak?
Pewawancara
: Aaah...iya aku tau. Ya udah engga apa-apa disana.
Partisipan
: Wawancaranya pas makan siang aja ya?
Pewawancara
: Iya boleh. Kisaran jam 12:00 WIB ya?
Partisipan
: Jam 13:00 WIB lewatan aja kak.
Pewawancara
: Oke, kalo begitu. Oh ya, partisipan yang bersedia di wawancara nanti ada surat persetujuannya. Nah berhubung kita hari ini belum ketemu, besok sebelum wawancara kamu isi suratnya dulu ya.
Partisipan
: Surat persetujuan? Surat persetujuan apa?
Pewawancara
: Iya pake surat persetujuan. Surat persetujuannya berisi tentang kamu bersedia menjadi informan kakak dan fungsi
surat ini untuk merahasiakan data pribadi kamu selama kamu menjadi informan penelitian kakak. Partisipan
: Oh…
Pewawancara
: Sekarang kakak mau tanya-tanya tentang profil kamu dulu boleh?
Partisipan
: Boleh.
Pewawancara
: Nama panjang kamu siapa?
Partisipan
: Ixxxxx.
Pewawancara
: Kamu kelas berapa?
Partisipan
: Kelas 9 (Sembilan).
Pewawancara
: Kamu sekolah dimana?
Partisipan
: SMP Pxxxxxxxxxx Jxxx.
Pewawancara
: Kamu lahir dimana dan tanggal berapa?
Partisipan
: Aku lahir di Malang, 14 April 2001.
Pewawancara
: Kamu tinggal dimana?
Partisipan
: Di Bxxxxx Jxxx Sxxxxx 3A.
Pewawancara
: Kamu berapa bersaudara?
Partisipan
: Empat bersaudara.
Pewawancara
: Kamu anak yang ke berapa?
Partisipan
: Keempat.
Pewawancara
: Pertanyaan untuk hari ini cukup samapai di sini aja. Terima kasih ya Ixxxxx sudah meluangkan waktunya.
Partisipan
: Iya, kak. Sama-sama.
Pewawancara
: Sampai ketemu besok.
Partisipan
: Iya. Oh iya kak, besok kabarin ya kalo kakak udah sampe.
Pewawancara
: Iya nanti aku kabarin. Aku whatsapp ke kamu atau Hxxx ya?
Partisipan
: Ke aku juga boleh, ke Hxxx juga bisa kak.
Pewawancara
: Ya udah kakak tutup ya teleponnya. Assalamu’alaikum.
Partisipan
: Wa’alaikum salam.
TRANSKRIP WAWANCARA PEMBUKA SISWA
Partisipan
:Y
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat
: Melalui Telepon
Tanggal
: 26 Desember 2015
Waktu
: 12:00 WIB
Pewawancara
: Assalamu’alaikum perkenalkan aku Chentauri mahasiswi UIN
Syarif
Hidayatullah
Jakarta
ingin
melakukan
wawancara dengan kamu. Partisipan
: Wa’alaikumsalam. Ada apa?
Pewawancara
: Kakak mau mewawancarai kamu untuk penelitian kakak.
Partisipan
: Penelitian skripsi ya kak?
Pewawancara
: Iya.
Partisipan
: Tentang apa?
Pewawancara
: Kakak mau nanya tentang kecerdasan sosialnya si Axxx di sekolah yang terdahulu.
Partisipan
: Iya.
Pewawancara
: Kamu bersedia untuk di wawancarai?
Partisipan
: Nanya kecerdasan sosialnya gimana kak?
Pewawancara
: Begini, kamu dipilih untuk aku wawancara karena kamu merupakan teman terdekat dari Axxx. Axxx menjadi informan kakak di dalam penelitian skripsi ini. Kamu kan teman terdekatnya ketika di sekolah yang dulu pastinya kamu lebih tau keseharian Axxx ketika sekolah di sekolah yang dulu bagaimana. Maka dari itu kakak mau nanyananya tentang sosialnya Axxx sewaktu di sekolah yang lama bagaimana.
Partisipan
: Oh iya.
Pewawancara
: Bagaimana, kamu bersedia untuk aku wawancara?
Partisipan
: Iya, kak.
Pewawancara
: Kalau kamu bersedia untuk di wawancara, ada surat persetujuan yang harus kamu isi terlebih dahulu. Tapi berhubung kita saat ini engga bertatap muka, nanti lembaran ini harus di isi ketika kita ketemu untuk melakukan wawancara selanjutnya.
Partisipan
: Pake surat persetujuan kak?
Pewawancara
: Iya. Surat persetujuan ini berisi kalau kamu bersedia menjadi informan kakak dan fungsi dari surat ini untuk merahasiakan data pribadi kamu selama kamu menjadi informan penelitian kakak.
Partisipan
: Oh iya, tadi kakak bilang ada wawancara selanjutnya. Emang ada berapa kali wawancara?
Pewawancara
: Ada dua, yaitu wawancara pembuka dan inti. Nah yang sekarang kita lakukan ini namanya wawancara pembuka.
Partisipan
: Kalo wawancara inti, kita ngapain kak?
Pewawancara
: Nanti pada saat wawancara inti, isi pertanyaannya sesuai dengan maksud dan tujuan dari penelitian skripsi kakak. Kalau yang hari ini kita lakukan, kakak cuma nanya-nanya tentang profil kamu.
Partisipan
: Iya. Terus wawancara intinya kapan kak? Sekarang juga?
Pewawancara
: Engga sekarang, nanti kita atur waktu lagi. Kamu bisanya hari apa?
Partisipan
: Besok juga bisa, tapi jangan pagi-pagi ya kak takutnya aku belom bangun, hehehe (tertawa).
Pewawancara
: Hehehe (tertawa)…iya engga pagi-pagi kok. Kamu bisanya jam berapa?
Partisipan
: Siang aja, jam 12-an kak.
Pewawancara
: Oke. By the way, kita ketemuan dimana?
Partisipan
: Cafe Daebak aja gimana kak?
Pewawancara
: Oke deh.
Partisipan
: Iya, kak.
Pewawancara
: Sekarang kakak mau nanya-nanya tentang profil kamu dulu boleh?
Partisipan
: Boleh.
Pewawancara
: Kamu kelas berapa?
Partisipan
: Aku kelas 10, sama kayak Axxx.
Pewawancara
: Kamu lahir di mana dan tanggal berapa?
Partisipan
: Jakarta, 13 April 2000.
Pewawancara
: Kamu tinggal dimana?
Partisipan
: Komplek Bxx Jalan Raya Sxxxxxxx Blok A No.1x
Pewawancara
: Daerah Dxxxx ya?
Partisipan
: Iya, kak.
Pewawancara
: Kamu berapa bersaudara?
Partisipan
: Eeehhmmm (berpikir)…sendirian.
Pewawancara
: Oh anak tunggal.
Partisipan
: Iya, anak tunggal.
Pewawancara
: Sekarang kamu sekolah dimana?
Partisipan
: Di SMA Negeri 1 Dxxxx.
Pewawancara
: Eehhhmmm (bergumam)…wawancara hari ini sampai di sini dulu ya. Besok kita ketemu lagi untuk melakukan wawancara selanjutnya.
Partisipan
: Iya, kak.
Pewawancara
: Terima kasih atas waktunya ya Yxxxxxx.
Partisipan
: Iya, sama-sama kak.
Pewawancara
: Assalamu’alaikum…
Partisipan
: Wa’alaikumsalam.
TRANSKRIP WAWANCARA INTI GURU
Partisipan
: FZ
Tempat
: Ruang Konsultasi Siswa di Homeschooling Kak Seto
Tanggal
: 16 Januari 2015
Waktu
: 12:05 WIB
Pewawancara
: Assalamu’alaikum kak, apa kabar? (sambil bersalaman)
Partisipan
: (Bersalaman) Wa’alaikumsalam kak. Alhamdulillah baik. Kakak apa kabar?
Pewawancara
: Alhamdulillah baik juga.
Partisipan
: Sudah
terima
nama-nama
siswa
yang
akan
di
wawancarai kan? Pewawancara
: Iya kak sudah.
Partisipan
: Saya sudah bicara ke anaknya tadi, dia bersedia untuk di wawancara.
Pewawancara
: Oh iya kak terima kasih (tersenyum). Saya bisa bertemu mereka kapan ya kak?
Partisipan
: Untuk kapan kakak bisa wawancara dengan mereka, nanti kakak dengan siswa saja yang menentukan harinya karena disesuaikan dengan waktu senggangnya mereka.
Pewawancara
: Oke deh kak. Tapi kak, sebelum saya mewawancarai siswanya, saya ingin melakukan observasi terlebih dahulu dengan mereka.
Partisipan
: Oh begitu.
Pewawancara
: Bagaimana kak, saya bisa observasi siswanya dulu?
Partisipan
: Observasinya gimana?
Pewawancara
: Jadi begini kak, saya mengamati siswa dengan melihat unsur-unsur dari kecerdasan sosial yang sudah tertera di lembar observasi saya. Apakah siswa rekomendasi kakak
sesuai dengan kriteria yang ada di unsur kecerdasan sosial atau tidak. Partisipan
: Pelaksanaan observasinya di mana?
Pewawancara
: Terserah di mana kak. Di kelas juga bisa.
Partisipan
: Ya udah nanti dikondisikan lagi kak.
Pewawancara
: Iya kak. Oh ya, kakak dekat sekali dengan siswa yang jadi rekomendasi kakak ini?
Partisipan
: Deket…deket.
Pewawancara
: Mereka kalau di kelas seperti apa?
Partisipan
: Di sini kan karakteristik anak beda-beda nih kak (melihat ke arah pewawancara). Ada yang aktif, ada yang pendiem, ada yang hyperactive, ada yang pasif. Kalo Axx termasuk orang yang di kategorikan aktif dan hyperactive, begitu juga dengan Txxx. Keduanya samasama aktif.
Pewawancara
: Kenapa bisa di bilang seperti itu kak?
Partisipan
: Eeehhhmmm (bergumam)...basicnya itu mereka dari sekolah bukan sekolah sini ya, si Axx SD-nya bukan di sini, masuk SMP di sini, karena memang eehhmm (berpikir, mengerutkan dahi) dia itu milih sekolah yang tidak terlalu formal, artinya dengan karakter itu ya dia itu karakternya dia itu banyak omong kak, jadi sulit mengkondisikan si Axx ini untuk bisa diam di kelas, untuk mendengarkan. Eeehhmm (bergumam) jadi kita agak tegas sedikit. Sedangkan Txxx, mungkin karena dia perempuan jadi bisa diatur ketika berada di dalam kelas, tapi aktif ketika pembelajaran berlangsung.
Pewawancara
: Cara kakak supaya si Axx mau mengikuti pelajaran yang diajarkan oleh kakak di kelas bagaimana?
Partisipan
: Yang pertama kita buat aturan Kak. Jadi kontrak belajar. Lalu kalau dia sudah melenceng sedikit kita ingatkan,
biasanya satu kali saya ingatkan, dua kali saya kasih teguran, tiga kali dia pilih mau tetap di dalam kelas atau mau di luar. Nah kalo udah kaya gitu anak-anak akan bisa diatur. Ini berlaku untuk semua siswa saya sih kak (tersenyum). Pewawancara
: Kontrak belajarnya di buat ketika di awal pertemuan?
Partisipan
: Iya, di awal.
Pewawancara
: Sikap mereka ketika berada di homeschooling bagaimana Kak?
Partisipan
: Mereka baik sama tutor, sama siswa atau pun eeehhhmm (bergumam) orang di sekitar homeschooling dia cukup sopan kak dan Axx, dia sangat antusias sekali ketika ada kegiatan yang dia terlibat di dalam kegiatan itu.
Pewawancara
: Misalnya seperti apa?
Partisipan
: Misalnya dia ikut, kita kan punya namanya program project class. Terus dia ambil kelas media. Kenapa dia milih kelas media? Karena dia senang sekali fotografi dan menulis berita. Jadi dia pilih kesitu. Nah kan kemaren itu kita bikin acara baksos, kalo engga salah dia aktif sekali gitu di situ. Record-nya si Axx ini untuk kegiatan dan eeehhmmm (berpikir, melihat ke arah kanan) hubungan antarsiswa memang bagus.
Pewawancara
: Bagaimana interaksi mereka ketika di kelas?
Partisipan
: Kalo Axx...kalo Axx ini interaksi di kelas ini dia itu orangnya humoris ya. Jadi selain banyak berbicara, dia juga sifatnya ceria jadi teman-teman yang lain juga aktif karena dia seperti itu. Dia itu orangnya gampang emosi. Misalnya eehhmmm (berpikir) dia punya satu konsep, tugas, ataupun pekerjaan yang harusnya konsepnya yang dia inginkan itu harus sama gitu dengan apa yang dia pikirkan. Dia dia engga dengan mudah menerima
perubahan yang terjadi di lapangan. Nah kalo Txxx, dia ini agak lebih tenang dibandingkan dengan Axx ketika di kelas. Dia tetep main dan ngobrol dengan temantemannya tapi tidak sesering Axx ketika belajar dia berbicara kesana kemari hahaha (tertawa). Pewawancara
: Oh begitu ya kak, sepertinya Axx agak susah diatur ya kak haha (tertawa).
Partisipan
: Ya seperti itu kak, tapi anaknya baik (tersenyum). Pernah waktu itu kita ada projek di kelas. Teman- teman dia yang kemaren rasakan itu ketika ada projek produksi, konsumsi dan distribusi. Itu materi IPS kalo engga salah. Nah kita ada prakteknya tuh.
Pewawancara
: Prakteknya seperti apa?
Partisipan
: Waktu itu kita bikin produk, nah si Axx dan kelompoknya ini bikin suatu produk makanan namanya Pizza Mie, mie yang dari pizza, eehhmm (bergumam) pizza yang dari mie maksudnya. Dia bikin konsep dari Axx, eh ketika di lapangan engga sesuai sama konsep yang dari dia. Nah dari situ dia agak emosi juga, tementemen yang lain juga ikutan kesel gitu kan. Hal seperti itu mungkin karena mereka sedang letih.
Pewawancara
: Berlangsung lama engga kak marah-marahnya?
Partisipan
: Engga sih biasanya. Ketika udah dibicarakan dengan baik-baik, ya udah baikan lagi (tersenyum).
Pewawancara
: Sikap mereka kalau ketemu sama lakak di luar kelas bagaimana?
Partisipan
: Eeehhhhmm (bergumam) kalo ketemu saya di luar sikapnya baik sih. Emang anaknya baik, setiap ketemu saya say hello dan lagi-lagi pasti nanya masalah kamera dan hunting-hunting engga jelas gitu (tersenyum) kalo si Axx. Kebetulan saya juga suka foto-foto (tersenyum).
Pewawancara
: Mereka suka cium tangan kalau ketemu Kakak?
Partisipan
: Axx biasanya cuma “Halo, Kak Oxx”, “Ya, Axx” terus salaman, sedangkan Txxx sama juga seperti Axx tetapi kadang Txxx bersalaman dengan saya. Udah seperti itu aja.
Pewawancara
: Kalo pada saat belajar sikap mereka bagaimana?
Partisipan
: Sikapnya di kelas, nah kalau Axx ini karakteristiknya dia itu gampang banget terganggu. Dengan apa, kadang dengan eehhmm (berpikir melihat ke atas) pemikirannya dia yang di bawa dari rumah gitu kan. Terus dengan keadaan di sekolah yang temen-temennya perintah ini terus dia nyambungnya ke pembicaraan itu gitu kan. Banyak faktor, apalagi dengan sikap dia yang banyak berbicara justru sangat mudah terpancing dan lebih cenderung kurang fokus. Jadi ketika dia fokus, dia akan tenang. Kalau si Txxx, dia ketika belajar fokus mendengarkan, apabila jika ada yang engga dia mengerti dia langsung bertanya.
Pewawancara
: Dengan sikap Axx yang seperti itu mengganggu akademiknya engga kak?
Partisipan
: Eeeehhmm (begumam) sejauh ini engga.
Pewawancara
: Berarti anaknya masih baik ya kak?
Partisipan
: Iya. Itulah bagusnya si Axx, karena basic-nya dia Axx itu dari sekolah Islamic, jadi rasa hormat ke orang lain itu memang ada. Karena di sini kan karakternya beda-beda.
Pewawancara
: Mereka pernah memberi sanggahan ketika diskusi engga kak?
Partisipan
: Jarang sih jarang. Kalo menyanggah jarang, palingan cuma si Axx nyeletuk (tersenyum).
Pewawancara
: Kayak gimana nyeletuknya kak?
Partisipan
: Sambil bercanda sih. Nyeletuknya di luar topik pelajaran.
Pewawancara
: Mereka ketika berbicara dengan tutor bagaimana?
Partisipan
: Pada dasarnya mereka anak yang baik dan sopan ya kak jadi mereka bicaranya normal aja, biasa aja. Engga terlalu formal juga, engga terlalu melunjak juga.
Pewawancara
: Menurut kakak, kecerdasan sosial itu apa?
Partisipan
: Kecerdasan sosial? Definisi kecerdasan sosial nih?
Pewawancara
: Iya. Definisi menurut kakak bagaimana?
Partisipan
: Kecerdasan sosial menurut saya nih yaa, kemampuan seseorang atau seorang anak untuk bisa membaca keadaan sekitar. Jadi dia bisa merasakan apa yang orang lain rasakan. Artinya ketika ada orang lain merasa kesedihan, dia ikut merasakan kesedihan. Terus ketika ada kegiatan di sekolah dia itu ikut berpartisipasi, berarti sosialnya bagus kan. Ya seperti itu lah kira-kira (tersenyum).
Pewawancara
: Terima kasih ya kak atas waktu dan ketersediaan kakak untuk saya wawancara hari ini (tersenyum).
Partisipan
: Iya, sama-sama kak (tersenyum).
Pewawancara
: Assalamu’alaikum.
Partisipan
: Wa’alaikumsalam.
TRANSKRIP WAWANCARA INTI GURU
Partisipan
: AR
Tempat
: Ruang Konsultasi Siswa di Homeschooling Kak Seto
Tanggal
: 07 Januari 2015
Waktu
: 15:14 WIB
Pewawancara
: Assalamu’alaikum, apa kabar kak? (sambil bersalaman)
Partisipan
: (Bersalaman) Wa’alaikumsalam kak. Alhamdulillah baik. Gini kak, tadi pagi udah saya bilangin ke anak-anak yang akan di wawancara, mereka bersedia untuk di wawancara. Nanti untuk kapan harinya kakak janjian langsung aja sama anaknya.
Pewawancara
: Oh iya kak, baik. Tapi gini kak, sebelum aku wawancara dengan mereka, aku mau observasi siswanya terlebih dahulu.
Partisipan
: Observasi apa tuh kak?
Pewawancara
: Observasi untuk mengamati siswa dengan melihat unsurunsur dari kecerdasan sosial yang sudah tertera di lembar observasi kak. Apakah siswa sesuai dengan kriteria yang ada di unsur kecerdasan sosial atau tidak, kak.
Partisipan
: Oh begitu. Kebetulan kak besok saya yang mengajar di kelas mereka, nanti kakak memakai kelas saya untuk observasi mereka.
Pewawancara
: Boleh minta nama siswa tersebut kak?
Partisipan
: Eeeehhmm (bergumam) boleh. Namanya Hxxxxxx dan Axxxx (tersenyum).
Pewawancara
: Si Hxxxxxx tingkah laku ketika berada di homeschooling seperti apa?
Partisipan
: Sopan, baik, eehhmmm (bergumam) kooperatif.
Pewawancara
: Kalau Axxx tingkah lakunya dia gimana kak?
Partisipan
: Sama saja dengan Hxxxxxx, dia orangnya sopan dan baik juga sih anaknya.
Pewawancara
: Untuk interaksi mereka selaku kakak sebagai tutornya gimana?
Partisipan
: Interaktif, sopan sih kak. Eehhmm (bergumam sambil kepala di anggukan dan tersenyum).
Pewawancara
: Sopannya (pertanyaan
itu
yang
terpotong
sopan karena
banget
atau
partisipan
yang...? langsung
menjawab sebelum pertanyaan selesai ditanyakan) Partisipan
: Sopan banget. Sopan banget, mereka agak pemalu sih sebenarnya.
Pewawancara
: Ooohh pemalu.
Partisipan
: Iya (mengangguk).
Pewawancara
: Awal masuk ada perkenalan perindividu engga kak?
Partisipan
: Ada sih (menganggukkan kepala dan tersenyum).
Pewawancara
: Terus cara interaksi si mereka dengan orang-orang di sekitar homeschooling, kakak pernah liat engga?
Partisipan
: Belum ya. Tapi orangnya tuh mudah bergaul kok, meskipun dia itu awalnya pemalu tapi kalo udah kenal enak kok.
Pewawancara
: Kalo di kelas, mereka bagaimana? (suasana lokasi wawancara berisik karena berdekatan dengan siswa yang sedang mengobrol ketika jam istirahat)
Partisipan
: Gimana? (partisipan menanyakan kembali pertanyaan yang ditanyakan oleh pewawancara karena disebabkan kondisi lingkungan wawancara yang kurang kondusif)
Pewawancara
: Ketika di kelas, mereka ini gimana saat proses pembelajaran berlangsung?
Partisipan
: Diem, diem. Dia ehhmm (bergumam) jarang bicara, lebih memperhatikan. Nah, mereka berdua kalau
menurutnya, dia belum ngerti ya dia mau nanya kalo memang dia belum ngerti. Pewawancara
: Itu diemnya karena dia?
Partisipan
: Memperhatikan...memperhatikan pelajaran. Kalo dia memang hari itu engga ngerti, dia nanya “Kak, maaf mau nanya dong” (mengangkat tangan kanan, mencontohkan cara Hxxxxxx ketika bertanya). Ya pokoknya gitu enak anaknya sumpah (tersenyum).
Pewawancara
: Kalo interaksi mereka sama temennya di kelas gimana kak?
Partisipan
: Eehhmm (bergumam) interaksi sama temennya pada saat itu yaa biasa aja sih, sewajarnya.
Pewawancara
: Serius, bercanda atau gimana gitu kak?
Partisipan
: Bercanda (berpikir, mata melirik keatas) tetep bercanda, cuma gak sering.
Pewawancara
: Oohh pemalu. Tapi dia termasuk anak yang engga bermasalah kan kak?
Partisipan
: Engga sih engga.
Pewawancara
: Kan kalo Bahasa Indonesia itu kan seringnya eehhmm (bergumam) engga sering juga sih ya kak hehe (tersenyum) kalo misalkan lagi ngebahas apa dan kemudian ada simulasinya. Kakak suka bikin kaya gitu engga di kelas?
Partisipan
: Pernah. Misalkan kaya bikin cerpen atau engga bikin puisi kita keluar kelas dan kadang bikin drama, roleplay.
Pewawancara
: Kalo drama tadi, apa Kak maaf?
Partisipan
: Kalo drama...kita roleplay, ituuuu bermain peran.
Pewawancara
: Oohh (mengangguk).
Partisipan
: Kalo misalkan dari kita, kita...eehhmm (berpikir) barengbareng cari majalah ke luar, mencari gunting ke ruangan tutor.
Pewawancara
: Cari majalah atau koran untuk cari berita ya Kak?
Partisipan
: Ho’oh (mengangguk).
Pewawancara
: Kakak di kelas pernah bikin kelompok-kelompok kecil engga pada saat pembelajaran? Terus mereka seperti apa ketika bersama dengan teman kelompok?
Partisipan
: Iya pernah (mengangguk). Kooperatif tuh kak (merubah posisi duduk menjadi tegak) tergantung...kalo lagi eehhmm (berpikir, mata melirik ke atas) temennya ada kesulitan mereka bantuin. Jadi tuh gini, kalo orangnya asik mereka orangnya juga asik juga. Saling apa ya namanya (berpikir, mata melirik ke kiri bawah) yaaa pokoknya orangnya asik aja deh. Baik kelompok atau individu dia orangnya tuh asik.
Pewawancara
: Kalo ketemu kakak diluar kelas, cara menyapa mereka ke kakak gimana?
Partisipan
: Diem aja (tersenyum)...diem.
Pewawancara
: Engga pernah “say hello” atau apa gitu kak?
Partisipan
: Engga, engga, jarang sekali. Kan biasanya kan kalo murid kan kadang-kadang “hai kak”, salim atau apa, nah mereka jarang sekali melakukan itu. Dia diem, paling juga senyum. Malu mungkin (tersenyum).
Pewawancara
: Tapi nilai akademik mereka bagaimana?
Partisipan
: Bagus
(berbicara
dengan
suara
pelan,
kemudian
menanggukkan kepala). Pewawancara
: Mereka kalau di kelas gimana?
Partisipan
: Tenang sih kak, mendengarkan. Anaknya asik. Nah apalagi Hxxxxxx. Dia kalo lagi belajar tuh asik. Kalo lagi di luar pendiem.
Pewawancara
: Biasanya kan kalo di dalam kelompok suka ada beradu argumen ya kak. Terus mereka gimana kak?
Partisipan
: Sebenarnya bukan berargumen, jarang-jarang kita adu debat gitu yaa. Sebenarnya lebih ke ide sama pendapat mereka. Anak-anak kelas 8 (delapan) ini lebih kepada punya alasan. Mereka tuh malu, malu berargumen. Karena yang mereka tau hanya luarnya aja tapi engga tau dalem. Contohnya (mencontohkan ketika tanya jawab dengan siswa) “Kamu tau engga sih berita?”, “Berita itu yaaa (berpikir) kejadian Kak”, “Yaaa apa yang kejadian?”, “Yaaa yang benar-benar terjadi gitu loh”, “Ya trus apa yang terjadi?”. Kakak sengaja diemin, “bisa engga?" (mencontohkan tanya jawab dengan siswa kembali), “ya engga tau Kak” (jawab siswa). Jadi anakanak tuh hanya tau luarnya aja, tanpa tau eeehhmm (berpikir) mungkin entah karena malu atau kurang eeehhmm (bergumam)...kurang buat referensinya. Kalo misal-kan di kelas, aku tuh lebih kepada pemikiran, pendapat.
Pewawancara
: Mereka termasuk siswa yang baik di kelas?
Partisipan
: Baik di homeschooling sih, baik di homeschooling (sambil manggut-manggut kepala).
Pewawancara
: Mereka kalo ketemu kakak senyum aja atau jalan begitu gitu aja? Hehe (tertawa)
Partisipan
: Senyum, senyum (sambil tersenyum). Dia mah senyum. Dia tuh senyum. Begini kak, tapi engga nyapa, senyum ya senyum aja, ngeliat aja juga senyum.
Pewawancara
: Kalo sama yang lain gimana kak?
Partisipan
: Gimana?
Pewawancara
: Kalo ketemu sama yang lain selain tutor gimana? Kakak pernah liat engga?
Partisipan
: Yaaaaa cuek. Eeehhhmm (bergumam) dia tuh orangnya pemalu. Kalo misalnya yang belom di kenal, jujur yaaa
eeeehhhmm (bergumam lagi) engga mau nyapa, engga mau negor duluan gitu. Pewawancara
: Mereka ketika berbicara sangat berhati-hati? Maksudnya dengan menggunakan bahasa formal.
Partisipan
: Awalnya baku. Awalnya baku banget. Karena aku juga eeehhm (berpikir) engga tau ya, yang aku tau ibunya Hxxxxxx kan guru yaa. Tapi
mungkin apa karena
diajarin ibunya etika, tata krama jadi bener-bener baku. Kayak “Kak?”, “Kenapa Hxxxxxx?”, “Aku mau nanya”, baru gitu dia ngomong. Jadi dia mau nunjuk diri...baru dia mau nanya “Kak, aku mau nanya”, lalu saya jawab “Oh iya silahkan”. Tapi belakangan ini mulai aktif, biasa aja gitu, tapi kalo lagi praktek dia aktif. Kalau Axxx juga sama, awalnya dia berbicara formal terkadang juga dia menggunakan bahasa baku. Pewawancara
: Kalo untuk siswa yang lain gimana?
Partisipan
: Beda-beda ... beda (mengangguk). Interaktif ada, yang diem...diemnya tuh, dia tuh ngerti pelajaran atau dia (berpikir) hanya duduk doang gitu kan, seperti 3D gitu kan dateng duduk diam gitu kan, aku juga engga ngerti (tersenyum).
Pewawancara
: Biasanya kakak nanggepin siswa yang diem aja gimana?
Partisipan
: Aku pancing-pancing biasanya.
Pewawancara
: Biasanya di pancing kayak gimana?
Partisipan
: Macem-macem. Ada games, ada pertanyaan yang melibatkan secara individual.
Pewawancara
: Biasanya untuk individual Kakak ngomongin apa?
Partisipan
: Ngomongin buat eehhhmm (berpikir) topik yang di sukai siswa. Tapi emang kan dari beragam basic ya anakanaknya itu. Ada yang atlit, ada yang anak dari pendidik kaya Hxxxxxx, ada juga yang apa namanya (berpikir,
mata melirik ke atas) down syndrome, ada yang normal biasa, ada yang hyperaktif, macem-macem. Tapi murid di sini tertib-tertib. Pewawancara
: Gamesnya biasanya kaya gimana Kak?
Partisipan
: Gamesnya kaya eeehhhmm (bergumam, mencontohkan games) kayak coba angkat tangannya, gerak-gerakin dulu. Coba pegang hidungnya gitu kan. Coba pegang jidatnya gitu kan. Aku kadang ngeles, coba pegang jidat (memegang hidung) “waahh Kakak bisa aja nih” (sahut siswa). Nah kalo ada yang salah “waahh ketahuan nih engga konsentrasi nih” (sahut tutor kepada siswa). Nah gitu hehehe (tertawa).
Pewawancara
: Itu kakak lakuin pas lagi ngapain?
Partisipan
: Belajar, ketika menyampaikan materi. Kadang kan ada yang diem, kadang ada yang ngawur. Kadang lagi ngebahas berita, malah ngomongin gosip orang, Raffi Ahmad. Macem-macem, jadi engga fokus gitu loh, maunya ke benang merah tapi malah kemana-mana. Tapi “coba diem dulu sebentar” (suruh tutor ketika siswa tidak fokus dengan materi pembelajaran). Ya kayak gitu sih biar fokus lagi.
Pewawancara
: Cara Kakak untuk membuat siswa fokus lagi kaya gitu ya?
Partisipasi
: Iya seringnya giu.
Pewawancara
: Menurut Kakak, apa sih arti dari kecerdasan sosial?
Partisipan
: Kecerdasan sosial?
Pewawancara
: Iya.
Partisipan
: Kecerdasan bergaul kali ya. Mudah bergaul dengan orang baru atau teman. Jadi bukan cuma mudah bergaul dengan lingkungan baru atau teman aja sih.
Pewawancara
: Misalnya seperti apa kak?
Partisipan
: Kadang kan kalo eehhhmm (berpikir) kita masuk ke lingkungan baru gitu yaa, bukan kita yang mengikuti lingkungan tapi bagaimana kita bisa membuat eehhmm (berpikir lagi) lingkungan itu sesuai dengan kita gitu. Eeehhmm (bergumam) jadi supel lah.
Pewawancara
: Oke kak, wawancara kita cukup sampai di sini. Terima kasih sudah bersedia meluangkan waktunya (tersenyum).
Partisipan
: Iya kak (tersenyum).
Pewawancara
: Assalamu’alaikum.
Partisipan
: Wa’alaikumsalam.
TRANSKRIP WAWANCARA INTI GURU
Partisipan
: MF
Tempat
: Ruang Konsultasi Siswa di Homeschooling Kak Seto
Tanggal
: 12 Januari 2015
Waktu
: 14:27 WIB
Pewawancara
: Assalamu’alaikum kakak (sambil bersalaman).
Partisipan
: (Bersalaman) Wa’alaikumsalam.
Pewawancara
: Apa kabar kak? (tersenyum)
Partisipan
: Alhamdulillah baik kak (tersenyum). Kamu apa kabar?
Pewawancara
: Alhamdulillah baik juga kak (tersenyum).
Partisipan
: Waktu itu sudah aku kirim nama-nama siswanya. Kamu udah janjian wawancara sama anak-anak?
Pewawancara
: Sudah kak. Hari Jum’at aku mulai wawancara dengan mereka. Oh ya kak, sebelum aku wawancara dengan siswa, bisa engga aku masuk kelas untuk observasi siswanya terlebih dahulu?
Partisipan
: Observasi tentang apa?
Pewawancara
: Tentang kecerdasan sosial siswanya kak. Jadi nanti saya mengamati siswa dengan melihat unsur-unsur dari kecerdasan sosial yang ada di lembar observasi, kemudian dilihat apakah siswa tersebut sesuai dengan unsur dari kecerdasan sosial. Jika memenuhi, nantinya akan di lanjut wawancara.
Partisipan
: Oh, jadi kamu mau masuk kelas?
Pewawancara
: Iya kak, tapi tidak mengganggu belajar mengajar siswanya karena aku hanya duduk di bagian belakang dan mengamati siswanya aja kak.
Partisipan
: Oh ya tidak apa-apa.
Pewawancara
: Menurut Kakak, Nxxxxx dan Bxxxxx itu kalau di kelas bagaimana?
Partisipan
: Eeehhmmm (berpikir, melirik ke arah samping kanan) kalau Nxxxxx atau saya biasa manggil dia Axxx ini sebenarnya sangat sopan ya, dia baru masuk di homeschooling Kak Seto ini di kelas 9 (sembilan) ini, di awal semester ganjil. Nah dia entah dengan teman sebayanya atau entah dengan tutornya dia memang sangat sopan. Cuma memang terkadang kalo di kelas eehhhmm (berpikir) dia mengerti untuk pembelajaran gitu, cuma masih malu-malu untuk menyampaikan pendapatnya gitu. Cuma kan kalo kita berinteraksi dengan orang atau kita mengajarkan anak kan kita tau kalo nih anak ini sebenarnya mau ngomong cuma takut gitu. Ketika kita deketin, kita ajak ngomong “Kamu sebenarnya tau loh, tapi kamu malu aja mau ngomong” (mencontohkan ketika tutor berbicara kepada siswa) trus dia senyum-senyum, nah yang seperti itu. Jadi kita lebih ke pendekatan apa yaaa (berpikir melihat ke atas) personal sih. Kita tau karakteristik anaknya dulu baru kita ngajar. Bxxxxx ini anaknya sopan dan baik juga, tetapi lebih banyak omongnya daripada Axxx ketika di kelas hehe (tersenyum), tetapi sikapnya tetap sopan. Intinya kedua siswa ini individu yang baik dan sopan dengan teman ataupun dengan tutor.
Pewawancara
: Kalo interaksi sama teman kelasnya gimana?
Partisipan
: Kalo anaknya sendiri, interaksi dengan teman sekelasnya seperti yang tadi saya bilang, mereka cenderung eeehhmmm (bergumam) sangat sopan juga, eehhmm (bergumam lagi) bahkan bisa ngajak temennya untuk lebih komunikatif gitu. Kan ada satu karakter anak itu
yang tidak mau bicara, bukan tidak bisa bicara tapi tidak mau bicara, entah itu karena traumatik masa kecil akhirnya itu menjadi sebuah eeehhmm (berpikir, melihat ke arah kanan sambil memainkan jar-jari tangan diatas meja) apa yaa...tameng buat dirinya. Istilahnya ngambek dalam tanda kutip gitu sama orang tuanya, trus akhirnya kebawa sampe sekarang, sampe kelas tiga SMP, eeehhm (bergumam) tapi dia bisa ngajak walaupun dia diem, dia bisa ngajak temennya dan sosialisasinya pun ke tementemennya itu baik. Pewawancara
: Berarti Axxx itu engga diem banget gitu ya kak orangnya?
Partisipan
: Eehhhmmm (berpikir, mata menatap lurus ke depan) di bilang diem banget juga engga, dia sosialisasinya oke, sopan. Untuk anak yang ini eehhmm (bergumam) oke lah.
Pewawancara
: Agak sedikit pemalu mungkin?
Partisipan
: Eeeehhhmmm (bergumam) di bilang pemalu bisa jadi hehehe (tertawa). Tapi tidak mengganggu sosialisasinya ataupun eehhmm (bergumam) pekerjaan sekolahnya. Akademiknya bagus, dia cenderung bagus dibanding teman-temannya.
Pewawancara
: Sikap dia ketika di dalam kelompok diskusi bagaimana?
Partisipan
: Eeehhmmm (bergumam) kalau untuk Axxx sendiri itu, kalau individu dia oke, dia sendiri engga masalah. Sedangkan kalau kelompok itu, dia bisa ngebawa sih kak. Dia bisa ngebawa temennya misalkan dalam satu kelompok di kasih masalah, dia bisa eehhhmm (berpikir, melihat ke atas) mengemukakan pendapatnya. Cuma kalo misalnya untuk diajak maju ke depan misalnya, “Axxx yang maju untuk presentasi di depan” nah dia
masih agak malu-malu, tapi kalo misalkan agak dipaksa kaya gitu juga dia bisa. Begitu juga dengan Bxxxxx, tapi kalo Bxxxxx masih mau kalo di ajak maju ke depan. Cuma kalo anak-anak itu disini agak terbatas dari segi eeehhhmm (berpikir, menatap lurus ke depan) apa yaaa (mengerutkan dahi)...penuturan bahasanya. Maksudnya ketika kita berbicara di depan untuk presentasi, kita kan membutuhkan public speaking ya. Nah dia tuh ngerti nih apa
masalahnya
dia
ngerti,
bagaimana
menyelesaikannya tapi cara ngomongnya itu
cara gimana
(menggerakkan kedua tangan ke depan), nah itu sih kebanyakan. Sama aja ketika harus nulis gitu ya, nah itu rata-rata pointnya dapet, tapi ketika disuruh memaparkan itu argumen-argumennya yang kurang. Pewawancara
: Berarti mereka bisa di bilang aktif ya?
Partisipan
: Kalo di bilang aktif mereka aktif, cuma eeehhhmmm (bergumam) cenderung memang, anak-anak yang bukan hanya sekedar di sini aja ya, tapi untuk memberikan argumen itu agak sulit gitu, entah itu malu, entah itu apa gitu.
Pewawancara
: Ketika berdiskusi di dalam kelompok, kakak kan bisa liat nih bagaimana interaksi anak-anak. Untuk mereka berdua, interaksinya bagaimana kak?
Partisipan
: Dengan temannya?
Pewawancara
: Iya.
Partisipan
: Untuk Axxx, interaksi dengan temannya itu hampir tidak ada masalah, cara bicaranya sopan, dengan temannya sopan, dengan tutor sopan, dengan siapapun dia sopan. Ini karakter yang memang dia bagus deh kayanya. Mungkin kalau kakak (menunjuk pewawancara) dengar itu ada anak homeschooling yang seperti A, seperti B,
memang di sini banyak. Cuma untuk yang saya pilih yang
namanya
Nxxxxx
Axxx
dan
Bxxxxx
ini,
karakternya yang positifnya, memang dia baik gitu (tersenyum). Entah dari akademis maupun sikapnya. Pewawancara
: Kalo ketemu sama Kakak di luar jam pelajaran di lingkungan homeschooling sikapnya bagaimana?
Partisipan
: Kalo anak-anak disini sebenarnya kalo memang bertemu dengan kita itu lebih banyak say hi seperti biasa. Kalo misalkan guru-guru lain, guru-guru sekolah formal dengan anak muridnya mungkin eehhmmm (berpikir, melihat ke kanan) apa yaa (memincingkan kepala ke kanan) agak malu-malu atau misalkan gimana. Kalo di kita sih kebanyakan “halo Kak” yang seperti itu. Kadang juga ada yang salaman, tergantung anaknya. Cuma kalo si Axxx ini dia cenderung salaman dan say hi juga.
Pewawancara
: Kakak pernah liat mereka sedang berinteraksi dengan resepsionis, office boy, petugas kantin atau yang lainnya? Gimana interaksi si Axxx?
Partisipan
: Eeehhhmm (berpikir sambil membenarkan posisi duduk) kalo untuk interaksi ke selain tutor. Selain tutor ya?
Pewawancara
: Iya, selain tutor.
Partisipan
: Kalau misalkan ke office boy atau apa, saya belum pernah melihat ya. Tapi kalo untuk resepsionis sih seperti biasa interaksinya. Paling kalo anak-anak itu sering menyerahkan tugas gitu kan, kalo tidak ke kita langsung kan ke resepsionis dulu. Nah disitu kan di catat dulu tugas-tugasnya apa. Yaaa seperti biasa, karena anak ini cenderungnya memang eeehhhmmm (bergumam) baik, sopan, dari segi akademisnya juga bagus, ke siapapun juga dia baik untuk karakter yang ini.
Pewawancara
: Menurut kakak, apa sih arti dari kecerdasan sosial?
Partisipan
: Kalau menurut aku ya kecerdasan sosial itu di mana seseorang mampu beradaptasi dengan lingkungan, baik itu lingkungan sekolah, rumah atau di mana pun mereka berada sehingga mereka mudah mendapatkan teman.
Pewawancara
: Oke kak wawancara hari ini selesai sampai di sini.
Partisipan
: Udah selesai?
Pewawancara
: Iya kak sudah. Terima kasih ya kak sudah bersedia untuk aku wawancara (tersenyum).
Partisipan
: Iya (tersenyum).
Pewawancara
: Aku pamit pulang sekarang kak, Assalamu’alaikum.
Partisipan
: Wa’alaikumsalam. Hati-hati di jalan (tersenyum).
TRANSKRIP WAWANCARA INTI SISWA
Partisipan
:K
Tempat
: Ruang Konsultasi Siswa di Homescshooling Kak Seto
Tanggal
: 22 Januari 2015
Waktu
: 10:30 WIB
Pewawancara
: Assalamu’alaikum. Hai apa kabar K?
Partisipan
: Wa’alaikumsalam kak. Alhamdulillah baik.
Pewawancara
: Hari ini kita bertemu lagi untuk melanjutkan wawancara yang kemarin lusa sempat tertunda.
Partisipan
: Oh iya kak.
Pewawancara
: Oke, langsung kakak mulai saja ya wawancara hari ini. Kamu punya temen deket di homeschooling engga?
Partisipan
: Punya. Malahan banyak kak. Hehe (tersenyum).
Pewawancara
: Waah sebanyak apa tuh dek? Hehe (ikut tersenyum). Salah satunya siapa?
Partisipan
: Salah satunya ya?
Pewawancara
: Iya. Sebutkan salah satu nama temen kamu, yang kamu merasa sangat dekat dengan dia.
Partisipan
: Eeehhmm (berpikir, melihat ke arah handphone) Axxxxx.
Pewawancara
: Kenapa sih kamu senang bermain dengan dia?
Partisipan
: Eeeehhmm (berpikir)...dia baik sih.
Pewawancara
: Baiknya kaya gimana?
Partisipan
: Eeehhmm (berpikir) yaaaa dia baik gitu, enak lah kalau berbicara gitu.
Pewawancara
: Kamu merasa nyambung banget ya kalo lagi ngobrol sama dia?
Partisipan
: Iya seperti itu.
Pewawancara
: Bagaimana sih cara kamu kalo lagi main sama dia?
Partisipan
: Eeehhhmmm...eeeehhmmm...eeehhhmm (berpikir sambil menggerakkan kedua kaki) hahaha bingung kak (tertawa).
Pewawancara
: Ya kaya ngapain aja misalkan kamu bermain sama dia?
Partisipan
: Misalkan ya kalo ketemu pagi-pagi sering ngobrol gitu.
Pewawancara
: Terus?
Partisipan
: Ya gitu aja (sambil tersenyum).
Pewawancara
: Punya temen atau sahabat di luar homeschooling?
Partisipan
: Hhhhmmm (mengangguk, sambil sibuk bermain game di smartphone).
Pewawancara
: Punya?
Partisipan
: Punya (mengangguk).
Pewawancara
: Namanya siapa?
Partisipan
: Fxxxx.
Pewawancara
: Kenapa kamu senang bermain dengan dia?
Partisipan
: Karena (berpikir) dia itu ya seneng bermain dengan Axx. Seneng (mengangguk-anggukkan kepala).
Pewawancara
: Kalian sama-sama punya satu hobi yang sama atau bagaimana?
Partisipan
: Ya, bersepeda.
Pewawancara
: Kalau bersepeda biasanya setiap hari apa?
Partisipan
: Setiap eeehhmm (berpikir) akhir pekan lah.
Pewawancara
: Sering akhir pekan bersepeda?
Partisipan
: Engga juga.
Pewawancara
: Kapan kamu ketemu sama teman-teman di homeschooling?
Partisipan
: Saat sekolah.
Pewawancara
: Kalau sama teman yang di rumah?
Partisipan
: Ya kalo lagi ketemu aja. Kalo lagi di depan rumah, ya kadang ketemu.
Pewawancara
: Berapa kali dalam seminggu kamu bermain dengan teman di rumah?
Partisipan
: Eehhmmm (berpikir, sambil main gadget) bisa satu kali dalam seminggu.
Pewawancara
: Kalau yang di homeschooling?
Partisipan
: Eeehhmmm (berpikir, melihat ke atas)…tergantung pas hari sekolahnya.
Pewawancara
: Oohh jadi nentuin hari sekolah aja kalau mau ketemu sama temen yang di homeschooling?
Partisipan
: Iya (mengangguk).
Pewawancara
: Biasanya ngapain aja sih yang dilakukan kalau kalian ketemu?
Partisipan
: Eehhmm ngobrol, maen bareng.
Pewawancara
: Main apa sih biasanya?
Partisipan
: Yaa gini, main game online ini (sambil menunjukkan game online yang sedang dimainkan di smartphone-nya).
Pewawancara
: Sering engga sih kalian ketemu?
Partisipan
: Lumayan sering ketemu.
Pewawancara
: Sebelumnya kamu pernah sekolah di sekolah formal?
Partisipan
: Iya.
Pewawancara
: Dimana?
Partisipan
: Waktu SD, di MI Ixxxxxxxx.
Pewawancara
: Kemudian sejak kapan Axx sekolah di homeschooling?
Partisipan
: Sejak SMP, kelas 1.
Pewawancara
: Kenapa sih lebih memilih homeschooling daripada di sekolah formal?
Partisipan
: Eeehhmm pelajarannya lebih enaklah istilahnya, lebih bisa ngatur jadwal jadi bisa les yang lain. Terus eehhmmm apa namanya (berpikir, melihat ke arah pintu) eehhhmmm (bergumam) lebih banyak kegiatan yang lain selain apa
namanya belajar menetap dirumah eh salah belajar menetap di sekolah. Pewawancara
: Menurut kamu perpedaan apa yang kamu alami ketika sekolah di sekolah formal dengan yang di homeschooling?
Partisipan
: Eeehhmmm (berpikir) homeschooling perbedaannya yaaa lebih nyantai daripada sekolah formal.
Pewawancara
: Kalau di sekolah formal, dulu kegiatannya ngapain aja?
Partisipan
: Kalo sekolah formal ya gitu biasanya belajar, tapi apa namanya (berpikir) outingnya lebih jarang. Outing dan apa namanya (berpikir lagi) dan kegiatan lainnya lebih jarang gitu.
Pewawancara
: Lebih menghabiskan waktu di kelas untuk belajar begitu ya?
Partisipan
: Iya.
Pewawancara
: Kamu merasa nyaman engga di homeschooling?
Partisipan
: Eehhmm nyaman.
Pewawancara
: Nyamannya gimana? Apa kamu merasa seperti bagaimana gitu?
Partisipan
: Eeehhmm
(berpikir)
merasa enak lah. Eeehhhmm
(berpikir) bersosialisasinya lebih enak lah, lebih nyaman gitu daripada yang lainnya. Pewawancara
: Kamu termasuk orang yang pandai bersosialisasi engga sih?
Partisipan
: Beeeuuuuhhhhh jangan di tanya (dengan wajah semangat), pandai. Lumayan lah hahaha (tertawa).
Pewawancara
: Oh ya?
Partisipan
: Tanya aja sama satu angkatan, Kak hehe (tersenyum).
Pewawancara
: Kamu yang paling rame ya?
Partisipan
: Pualiiiiingggg rame, Kak. Hahaha (tertawa keras).
Pewawancara
: Menurut kamu, sikap teman-teman di homeschooling gimana sih?
Partisipan
: Sikapnya lumayan ramah lah istilahnya daripada sekolah lain gitu.
Pewawancara
: Nah, kamu kan sekarang kelas tujuh ya di homeschooling ini? Sikap kakak kelas kamu ke kamu seperti apa?
Partisipan
: Oohh baik kok. Eeehhmmm sering ngobrol juga, lumayan bersosialisasi.
Pewawancara
: Kalo ketemu sama kakak kelas di sini biasanya ngapain?
Partisipan
: Ngobrol. Hehe (tertawa pelan).
Pewawancara
: Biasanya ngobrol apa?
Partisipan
: Eehhmmm engga jelas haha (tertawa).
Pewawancara
: Kok ga jelas? Haha. Misalnya?
Partisipan
: Yaaa ngobrol aja lah, hehe (tersenyum).
Pewawancara
: Kalau sikap teman-teman di sekolah yang dulu gimana sama kamu?
Partisipan
: Eeehhmmm berteman baik juga. Tapi terkadang suka agak ada suatu pertengkaran lah.
Pewawancara
: Nah yang membuat kamu sampai milih untuk homeschooling kenapa? Ada masalah di sekolah sebelumnya?
Partisipan
: Ada juga sih, tapi engga juga. Di lihat dari segi homeschooling itu apa yaa hhhmmm (berpikir), pelajarannya lumayan lah buat apa namanya (berpikir sambil melihat ke atas) selain belajar menetap (di homeschooling) juga bisa les yang lain gitu.
Pewawancara
: Jadi kamu engga ada masalah disekolah yang dulu?
Partisipan
: Sempet ada masalah.
Pewawancara
: Masalah apa?
Partisipan
: Yaa pertengkaran lah.
Pewawancara
: Itu aja?
Partisipan
: Iya.
Pewawancara
: Pertengkaran besar atau apa yang membuat kamu “ah gue bete nih buat dateng ke sekolah yang dulu”?
Partisipan
: Iya, pertengkaran sempet ada yang besar dan yang kecil juga.
Pewawancara
: Sama siapa?
Partisipan
: Sama temen.
Pewawancara
: Satu angkatan atau sama kakak kelas?
Partisipan
: Eeehhmm satu angkatan, tapi pernah juga waktu itu sama wali kelas.
Pewawancara
: Waktu kamu kelas berapa?
Partisipan
: Kelas 6.
Pewawancara
: Kenapa emang?
Partisipan
: Wali kelasnya kaya ngejebak saya sih.
Pewawancara
: Kayak gimana?
Partisipan
: Ya pokoknya kaya gitu lah.
Pewawancara
: Kalau kamu bersedia untuk cerita silahkan cerita saja dek, tapi kalau engga ya tidak apa.
Partisipan
: Yaa seperti itu lah. Wali kelasnya itu yaaaa kayak menyalahkan saya lah (raut muka kesal), padahal saya tuh apa ya (berhenti sejenak mengingat kejadian tersebut), sebenarnya gara-gara dia juga kenapa engga...kenapa engga datang gitu. Seperti itu.
Pewawancara
: Kenapa emang masalahnya?
Partisipan
: Jadi waktu itu tuh eehhhhmmm pokoknya ada pesta gitu kan, ada acara ulang tahun gitu lah.
Pewawancara
: Ulang tahun siapa?
Partisipan
: Ulang tahun saya.
Pewawancara
: Di mana?
Partisipan
: Di sekolah.
Pewawancara
: Jadi dia itu tuh lagi ngajar di tempat lain, sebenarnya engga masalah itu aja sih, sebenarnya ada masalah lain juga. Menyalahkan saya juga, memojok-mojokkan saya juga, saya juga apa namanya jadi...apa yaaa (berpikir) dia
kan wali kelas saya kok masa dia mojok-mojokkin saya jadi saya lawan aja akhirnya. Bodo amat dia wali kelas atau siapa, namanya dia juga begitu kan yaa dia ngajak ribut berarti kan (berbicara dengan nada sedikit marah) makannya saya lawan. Sampe waktu itu pernah eehhmmm kepala sekolah sempet turun tangan gitu. Pewawancara
: Kamu salah satu anak dari komite sekolah?
Partisipan
: Engga.
Pewawancara
: Kenapa cuma gara-gara pesta ulang tahun sampai dipermasalahkan oleh wali kelas kamu?
Partisipan
: Engga tau tuh. Bukan soal itu aja, sebenarnya ada yang lain tadi kan udah saya bilang. Ya karena udah sangat kesel kan, udah sangat bikin ini lah (raut wajah kesal) ya udah saya lawan aja, sempet saya bentak waktu itu.
Pewawancara
: Oohh begitu. Oke sekarang saya mau nanya, cara kamu bergaul di homeschooling ketika di kelas ngapain aja?
Partisipan
: Ngobrol hehe. Bersosialisasi sama apa tuh namanya (berpikir)...belajar.
Pewawancara
: Kalau yang di luar sekolah biasanya cara bergaul kamu ngapain?
Partisipan
: Kalo yang di luar sekolah (berpikir, mengerutkan dahi)...yaaa kita ngobrol, ya gitu aja.
Pewawancara
: Sepertinya kamu hobi banget ngobrol ya?
Partisipan
: Oohh iya (wajah bersemangat).
Pewawancara
: Kamu sering engga menghibur teman yang lagi sedih?
Partisipan
: Eehhhmmm (berpikir) sering juga menghibur teman yang sedih.
Pewawancara
: Misalnya ngapain?
Partisipan
: Udah sabar aja. Terkadang bikin sedeng-sedengan (tersenyum). Malah kadang dia suka ngatain saya
(meletakkan jari telunjuk sebelah kanan ke dahi dengan arah setengah miring) stres, hahaha (tertawa). Pewawancara
: Hehehe (ikut tertawa). Ngomong-ngomong kamu kalau lagi sedih atau kesulitan suka cerita ke teman engga?
Partisipan
: Suka, tapi yang biasa lah. Yang bisa diperbincangkan lah istilahnya.
Pewawancara
: Jadi engga semua masalah di ceritain ke teman ya?
Partisipan
: Iya (mengangguk).
Pewawancara
: Biasanya ceritanya ke siapa?
Partisipan
: Ke temen.
Pewawancara
: Maksudnya cerita ke temen atau sahabat?
Partisipan
: Ke temen aja lah.
Pewawancara
: Siapa pun itu?
Partisipan
: Iya, yang bisa diajak ngobrol.
Pewawancara
: Terus tanggapan temen kamu bagaimana?
Partisipan
: Tanggapan eehhhhm (bergumam) temen ngobrol itu ya ngedengerin. Eehhmm (berpikir) ya gitu aja.
Pewawancara
: Temannya ngasih saran engga?
Partisipan
: Yaa sedikit ngasih saran.
Pewawancara
: Tadi kan kamu bilang pernah membatu teman yang lagi sedih ya?
Partisipan
: Iya (mengangguk).
Pewawancara
: Biasanya kamu melakukannya bagaimana?
Partisipan
: Ehhmmm menghibur aja.
Pewawancara
: Ngerasa seneng engga sih udah bisa bantuin temen seperti itu?
Partisipan
: Seneng, lumayan seneng.
Pewawancara
: Pernah ngerasa engga kalo setelah Axx membantu teman, nanti suatu saat teman yang dibantu akan membalas bantuin yang udah di berikan oleh Axx?
Partisipan
: Eeehhmmm engga juga.
Pewawancara
: Jadi ikhlas aja?
Partisipan
: Ikhlas aja (mengangguk). Ya kalo dia membantu ya terserah, kalo dia engga bantu ya engga apa-apa.
Pewawancara
: Pernah bantu teman yang lagi kesulitan engga?
Partisipan
: Pernah.
Pewawancara
: Biasanya bantuin apa?
Partisipan
: Ngerjain soal.
Pewawancara
: Soal apa?
Partisipan
: LK.
Pewawancara
: Apa itu LK?
Partisipan
: Lembar Kerja.
Pewawancara
: Lembar kerja mata pelajaran apa?
Partisipan
: Apa aja.
Pewawancara
: Semua mata pelajaran?
Partisipan
: Engga juga semuanya sih.
Pewawancara
: Yang kamu inget pelajaran apa?
Partisipan
: IPS.
Pewawancara
: Memang kamu suka IPS?
Partisipan
: Iya (mengangguk).
Pewawancara
: Kakak orang IPS loh hehehe (tertawa).
Partisipan
: Oh ya? hehehe (tertawa).
Pewawancara
: Bagaimana perasaan kamu setelah membantunya?
Partisipan
: Perasaan aku senang bisa membantu dia. Jadi berasa kayak orang pinter aku-nya kak haha (tertawa bangga).
Pewawancara
: Oh ya, kamu punya teman yang berbeda suku, agama, dan kekurangan fisik?
Partisipan
: Iya (mengangguk).
Pewawancara
: Terus sikap kamu ke mereka bagaimana?
Partisipan
: Berteman baek.
Pewawancara
: Suka ngajak ngobrol mereka engga?
Partisipan
: Oh suka (menganggukkan kepala).
Pewawancara
: Axx termasuk orang yang mudah beradaptasi di lingkungan baru engga?
Partisipan
: Eeehhmmmm (berpikir) iya termasuk yang bisa lah.
Pewawancara
: Bagaimana sih cara kamu memperkenalkan diri?
Partisipan
: Dengan ngobrol hehehe (tertawa)
Pewawancara
: Ngobrol apa?
Partisipan
: Ya gitu.
Pewawancara
: Begitunya bagaimana? Misalnya seperti kamu sok kenal pas pertama kali bertemu?
Partisipan
: Ya seperti itu. Saya SKSD aja sama teman hahaha (tertawa).
Pewawancara
: Oke, sekarang beralih ke pertanyaan selanjutnya. Kamu itu suka berbagi makanan atau minuman engga sama teman-teman?
Partisipan
: Suka.
Pewawancara
: Biasanya berbagi apa?
Partisipan
: Lauk.
Pewawancara
: Selalu dibawain lauk sama mama dari rumah?
Partisipan
: He'ehhmm (mengangguk).
Pewawancara
: Hari ini di bawain lauk sama mama?
Partisipan
: Apa? (bertanya kembali)
Pewawancara
: Hari ini di bawain lauk sama mama?
Partisipan
: He'ehhmm (mengangguk).
Pewawancara
: Axx suka bantuin tutor disini engga bawa laptop atau buku?
Partisipan
: Iya, pernah.
Pewawancara
: Kamu bantuin apa?
Partisipan
: Bantuin bawain laptop atau infocus.
Pewawancara
: Kamu termasuk orang yang menghargai pendapat orang lain engga sih?
Partisipan
: He'ehhmm suka menghargai pendapat orang lain.
Pewawancara
: Kalau ada orang yang pendapatnya berbeda dengan kamu, sikap kamu menanggapi perbedaan pendapat tersebut bagaimana?
Partisipan
: Eehhmmm biasanya jgn gitu lah. Yaaa gitu aja sih.
Pewawancara
: Kamu suka ikut merasakan kesedihan orang lain engga?
Partisipan
: Suka, suka merasakan kesedihan orang lain.
Pewawancara
: Misalnya seperti apa?
Partisipan
: Dia nangis, ikutan nangis gitu.
Pewawancara
: Bener seperti itu?
Partisipan
: Ya, terkadang suka seperti itu.
Pewawancara
: Oke. Sepertinya wawancara kita hari ini cukup sampai di sini. Terima kasih sudah bersedia untuk saya wawancarai.
Partisipan
: Iya sama-sama kak.
TRANSKRIP WAWANCARA INTI
Partisipan
:T
Tempat
: Kantin Homescshooling Kak Seto
Tanggal
: 22 Januari 2015
Waktu
: 12:00 WIB
Pewawancara
: Hai T, apa kabar? Ketemu lagi ya kita hehe (tersenyum).
Partisipan
: Iya, Kak. Puji Tuhan baik, Kak (tersenyum).
Pewawancara
: Kita langsung mulai aja ya wawancaranya.
Partisipan
: Iya, Kak.
Pewawancara
: Txxx punya temen deket engga di homeschooling?
Partisipan
: Eeehhmm banyak sih temen deket.
Pewawancara
: Kalau boleh tau siapa namanya?
Partisipan
: Kayak Mxxxx, gitu-gitu deh hehe (tertawa malu).
Pewawancara
: Kenapa sih kamu suka main dengan dia?
Partisipan
: Eeehhmm
(berpikir
sambil
merapihkan
rambut)
sebenarnya sih banyak temen deket, cuma kalau sama dia enak aja gitu diajak ngobrol, cerita-cerita. Pewawancara
: Biasanya ngobrolin apa?
Partisipan
: Macem-macem hehehe (tertawa malu).
Pewawancara
: Misalnya seperti apa?
Partisipan
: Yaaa apa ya hehehe (tertawa lagi), ya cerita-cerita aja gitu kaya curhat, tapi kalau curhat engga cuma ke dia doang. Cerita ke yang lain juga.
Pewawancara
: Biasanya sering curhat apa sih?
Partisipan
: Banyak sih, tapi jarang cerita cuma berdua ada temen yang lain juga. Ya saling curhat-curhatan aja kalo misalkan “eh gini nih gue sama yang ini” terus minta pendapat ke mereka.
Pewawancara
: Terus cara kamu bermain sama dia bagaimana?
Partisipan
: Eeehhmm mainnya?
Pewawancara
: Iya.
Partisipan
: Mainnya, ya ngobrol lebih sering kaya ngobrol-ngobrol gitu.
Pewawancara
: Suka pergi keluar engga?
Partisipan
: Suka. Engga sering sih, tapi suka main keluar.
Pewawancara
: Biasanya main kemana?
Partisipan
: Makan, paling ke McD. Rame-rame sih engga cuma sama dia doang. Maksudnya kalau jalan sama dia doang jarang berdua, biasanya rame-rame (sambil merapihkan rambut).
Pewawancara
: Punya teman atau sahabat di luar homeschooling?
Partisipan
: Ada (mengangguk).
Pewawancara
: Namanya siapa?
Partisipan
: Cxxxxx.
Pewawancara
: Seumuran sama kamu?
Partisipan
: Dia kelas 3 SMP. Umur lima belas tahun.
Pewawancara
: Rumahnya deket sama kamu?
Partisipan
: Rumahnya deket rumah nenek aku, karena kan dulu tuh aku tinggalnya di rumah nenek aku, terus pas aku udah ada apartemen di Tx Sxxxxxxxx aku udah jarang ke rumah nenek. Dia tuh temen dari kecil, udah kaya kakak aku sendiri.
Pewawancara
: Oh…kamu sekarang tinggalnya di apartemen?
Partisipan
: Iya (mengangguk sambil tersenyum).
Pewawancara
: Tinggal di apartemen sama siapa?
Partisipan
: Sama Mama.
Pewawancara
: Kamu kenapa senang bermain dengang teman kamu yang bernama Cxxxxx?
Partisipan
: Karena dia orangnya dewasa, selalu ngingetin aku, suka selalu ngasih saran gitu kalo “kamu kalo sama orang
begini ya” gitu. Terus kalo aku lagi curhat nih ya misalnya sampe nangis-nangis sama dia gitu Kak. Pewawancara
: Kamu udah menganggap dia seperti kakak sendiri ya?
Partisipan
: Iya (tersenyum).
Pewawancara
: Cara main kamu sama Cxxxxx bagaimana sih?
Partisipan
: Biasanya aku ya yang main kerumahnya sih yang lebih sering. Paling kalo dirumah tuh kita tidur-tiduran, terus kalo engga tidur-tiduran tuh kita ngobrol, dia curhat aku juga curhat, ketawa-ketawa, dengerin lagu ya gitu-gitu doang sih.
Pewawancara
: Kapan
kamu
ketemu
sama
teman-teman
di
homeschooling? Partisipan
: Eehhmm maksudnya kapan kaya pertama kali ketemu?
Pewawancara
: Bukan. Maksudnya tuh seperti hari apa aja ketemu sama teman di homeschooling?
Partisipan
: Ooohh hari. Ya seperti hari masuk sekolah aja sih Selasa, Kamis dan Jum’at.
Pewawancara
: Berarti ngikutin jadwal hari masuk sekolah aja ya?
Partisipan
: Iya.
Pewawancara
: Engga ada hari khusus selain hari masuk sekolah?
Partisipan
: Eeehhmm (berpikir sambil merapihkan rambut) engga ada sih, karena kan yang lain juga punya kegiatan yang lain di luar homeschooling
Pewawancara
: Terus kalo ketemu sama teman yang dirumah kapan?
Partisipan
: Tergantung juga kalo emang aku lagi dirumah yang di Pxxxxxxx kita bisa ketemuan, tapi kadang dia juga ada acara jadi engga tiap hari ketemu sih.
Pewawancara
: Biasanya berapa kali dalam satu minggu kamu bermain dengan teman yang di homeschooling?
Partisipan
: Eeehhmm maksudnya dalam satu minggu?
Pewawancara
: Iya, dalam satu minggu.
Partisipan
: Tergantung sih kak.
Pewawancara
: Biasanya berapa kali?
Partisipan
: Biasanyaaa (berpikir, melihat ke atas) ya kaya lagi masuk aja kaya gini kan nanti pulang sekolah bisa jalan. Paling seminggu tiga kali. Tergantung lah.
Pewawancara
: Mungkin ketemunya disesuaikan dengan jadwal masuk sekolah ya?
Partisipan
: Engga gitu juga sih Kak. Soalnya kan mereka pada jauhjauh gitu rumahnya, kadang ada beberapa yang ngajak nginep dirumahnya.
Pewawancara
: Kamu sering nginep dirumah teman?
Partisipan
: Belom sih. Lagi jarang nginep-nginep, yang lain sih yang pada nginep kalo aku jarang sih.
Pewawancara
: Kalau ketemu sama teman yang dirumah biasanya satu minggu berapa kali?
Partisipan
: Eeehhmmm (bergumam) kadang seminggu engga ketemu atau kadang kalo aku lagi dirumah yang ada tementemennya yang kaya di Pxxxxxxx itu mungkin bisa tiap hari ketemu. Aku kan hubungin dia dulu udah pulang sekolah belom, yuk main.
Pewawancara
: Biasanya kalo kalian ketemu ngapain aja sih?
Partisipan
: Ngobrol aja langsung hehehe (tertawa).
Pewawancara
: Sering apa engga kegiatan tersebut dilakukan?
Partisipan
: Sering hehe (tersenyum).
Pewawancara
: Sebelumnya kamu pernah sekolah di sekolah formal?
Partisipan
: Iya pernah.
Pewawancara
: Di mana?
Partisipan
: Oxx ex Lxxxxx di Pxxxxxxx.
Pewawancara
: Sejak kapan kamu sekolah di homeschooling?
Partisipan
: Kelas 6 SD semester satu terakhir.
Pewawancara
: Kenapa sih lebih milih homeschooling daripada sekolah formal?
Partisipan
: Soalnyaaa (berpikir)...sebenarnya aku tuh dari kelas 1 SD sekolah di sekolah formal, cuma karena udah mulai, aku kan dari kelas 5 itu agak eehhmmm (bergumam) sering drop badannya sakit gitu, sering masuk rumah sakit kan. Nah kalo di sekolah formal kan masuknya engga sebebas yang di homeschooling kan. Nah di sekolah yang dulu aku tuh udah sempet udah kelas 6 masuk ke rumah sakit itu satu bulan. Eh, engga sampe satu bulan hampir satu bulan sisa harinya tuh dirumah gitu istirahat. Nah tiba-tiba gurunya kaya mikir kalau aku tuh sakit pura-pura, terus aku denger guru aku ngomong kalo kaya gini aku engga bisa ikut UN. Jadinya aku udah kaya bete sendiri, aku udah engga mau sekolah, aku sebenarnya udah sembuh. Akhirnya sempet di cariin sekolah formal tapi kaya sekolah eehhmmm (bergumam) Katolik gitu namanya Fxxxx Axxxxxx tapi di situ engga cocok lagi soalnya gurunya kayak keras gitu. Akhirnya mama nemu disini ya udah pindah kesini (tersenyum).
Pewawancara
: Kalau boleh tau emang waktu itu sakit apa sampai hampir sebulan di rawat di rumah sakit?
Partisipan
: Aku kan ada bronkitis. Iya bronkitis, cuma itu dulu kan. Karena masih awal-awal jadi kayak parah, tapi sekarang udah engga sering ngerasain sakit lagi.
Pewawancara
: Menurut kamu perbedaan apa sih yang kamu alami ketika bersekolah
di
sekolah
formal
dengan
yang
di
homeschooling? Partisipan
: Kalo di dulu ya, kalo di sekolah formal guru-gurunya pun juga beda sama yang disini. Kalau disana kaya kalo kita engga bisa kaya harus bisa dipaksain bisa gitu. Kalo disini
kan istilahnya kita kayak dikasih kebebasan untuk bertanya dan kalo kita engga bisa kayak dikasih waktu dan engga terlalu ketat juga sekolahnya. Terus kalo di homeschooling aku bisa jadi diri aku sendiri gitu jadi kelihatan kalo aku ini orangnya kayak gimana, ketauan satu sama lain (ekspresi wajah bersemangat). Pewawancara
: Kamu merasa nyaman engga sekolah di homeschooling?
Partisipan
: Nyaman. Ya enak aja gitu. Dari kalo untuk belajar nyaman, temen-temennya juga walaupun misalnya ada yang nyebelin tapi kaya buru-buru inget sih kalo dia temen aku. Yang paling bikin nyaman itu mungkin guru, temen sama cara belajarnya juga, jadi bikin nyaman (tersenyum).
Pewawancara
: Menurut kamu sikap teman-teman di homeschooling seperti apa?
Partisipan
: Macem-macem hehe (tertawa). Kaya beda-beda sih, kan ada yang pendiem, ada yang asik, ada yang nyambung sama aku, ada juga yang nyebelin gitu hehe (tersenyum).
Pewawancara
: Kalau sikap teman-teman homeschooling ke kamu seperti apa?
Partisipan
: Temen deket aku gitu? Apa semua temen-temen yang ada di homeschooling?
Pewawancara
: Semua temen-temen.
Partisipan
: Nah beda-beda sih Kak, ada yang kaya apa yaaa (berpikir, mengerutkan dahi) cuek, ada yang nerima aku gitu ya diajak main.
Pewawancara
: Kamu kan kelas 7, pastikan ada dua tingkat kakak kelas kamu yaitu kelas 8 dan kelas 9. Nah sikap kakak kelas ke kamu bagaimana?
Partisipan
: Aku akrab. Justru malah temen-temen deket aku dari kelas 8. Kalau dari anak kelas 7 mungkin engga terlalu akrab gitu. Tapi sebenarnya mereka sih welcome aja temen-
temennya, mungkin aku aja yang kayak susah kurang eehhmm gimana yaa (berpikir, menggerakkan kaki) hehe (tertawa). Jadi aku kebanyakan temenya anak kelas 8. Ada kelas 7 juga tapi engga terlalu deket. Pewawancara
: Oh begitu.
Partisipan
: Iya, Kak.
Pewawancara
: Di kelas kamu emang jumlah siswanya berapa?
Partisipan
: Eeehhmmm (berpikir) ada...empat orang, eh lima lima, lima orang (kelima jari tangan kanan di keataskan sambil menganggukkan kepala).
Pewawancara
: Berapa jumlah laki-laki dan berapa jumlah perempuan?
Partisipan
: Laki-laki dua tapi kayanya yang satu udah jarang masuk mungkin DL ya jadi cuma tinggal satu dan perempuannya ada tiga.
Pewawancara
: Kalau sikap teman-teman di sekolah yang dulu kaya gimana sih?
Partisipan
: Bervariasi juga ya, beda-beda. Ada yang baik, ada yang nyebelin. Ada salah satu temen aku yang emang engga enak banget sifatnya nyebeliiinn banget dan itu yang bikin aku juga jadi males masuk sekolah. Aku sempet mogok sekolah lama gara-gara dia, karena dulu kan aku cengeng tapi dulu ya kak hehe. Dulu aku cengeng, dia kaya sering nge-bully aku gitu. Eeehhmm (berpkir) kaya engga suka sama aku, suka menghasut temen-temen jadi temen-temen di hasut untuk engga temenan sama aku.
Pewawancara
: Biasanya di bully-nya seperti apa?
Partisipan
: Iya lewat menghasut itu, temen-temen jadi kaya menjauh terus kaya dikerjain gitu.
Pewawancara
: Kamu di kerjain di kelas?
Partisipan
: Kalo di kelas engga, eehhmmm (bergumam) cuma kalo di luar kelas iya. Tapi keseringannya di hasut gitu, diomongin, dijelek-jelekin.
Pewawancara
: Cara bergaul kamu dengan teman-teman di homeschooling kayak gimana sih?
Partisipan
: Cara bergaulnya, yaaaaa aku menyesuaikan diri aja sih. Merekanya kaya gimana ya akunya kaya gimana, jadi biar engga semau aku sendiri. Tapi kalau merekanya begitu, aku harus bisa kaya ngikutin merekanya juga gitu kan jadi biar engga merekanya kesel gitu kan.
Pewawancara
: Kamu sering bersosialisasi dengan orang-orang yang ada di homeschooling engga?
Partisipan
: Suka.
Pewawancara
: Biasanya ngapain?
Partisipan
: Kalo lagi lewat suka “hai” gitu doang sih hehe (tertawa), kaya nyapa gitu Kak.
Pewawancara
: Kamu sering menghibur teman yang lagi sedih engga?
Partisipan
: Eeehhmmm (bergumam) di homeschooling atau di luar home-schooling?
Pewawancara
: Di homeschooling dan di luar homeschooling.
Partisipan
: Eeeehhmmm (berpikir melihat ke depan) kadang-kadang sih iya. Misalkan kaya temen deket gitu kalo lagi sedih ya bareng-bareng dihibur aja sih.
Pewawancara
: Cara menghiburnya kaya gimana sih?
Partisipan
: Tergantung juga sih dia sedihnya kaya gimana. Jadi biasanya kita tenangin “udah lah engga apa-apa”, terus kalo masalahnya sesama temen “udah biarin aja, temen itu kaya dateng terus pergi, temen tuh emang kaya gitu”. Aku kayak lebih ngasih penjelasan gitu sih Kak.
Pewawancara
: Kamu kalau lagi sedih atau merasa kesulitan sering cerita ke teman atau engga?
Partisipan
: Iya cerita, hehe (tertawa).
Pewawancara
: Cerita sama siapa?
Partisipan
: Cxxxxxx.
Pewawanacara
: Tanggapan teman kamu bagaimana?
Partisipan
: Tanggapan dia, dia tuh sering ngasih saran atau biasanya “ya udah lah biarin aja” atau kaya karena dia lebih dewasa pikirannya jadi ya aku ngikutin apa saran dari dia kaya “kamu tuh kaya gini aja kalo sama yang kayak gini”. Ya kaya gitu-gitu aja sih Kak (tersenyum).
Pewawancara
: Kalau tanggapan dari teman yang di homeschooling bagaimana?
Partisipan
: Ya sama, mereka suka ngasih saran. Terus kaya kebanyakan mereka bilang “ya udah lah cuekin aja, engga usah dipikirin”.
Pewawancara
: Kamu pernah bantu temen yang sedang kesulitan engga?
Partisipan
: Pernah.
Pewawancara
: Kamu membantu apa?
Partisipan
: Tergantung. Kalo dia kesulitan dalam belajar, ya aku bantu dia semampu aku gitu kan. Ya kalo aku tau materinya, aku bantuin semampu aku. Tapi kalo kesulitan yang lain, ya biasanya bantuinnnya kaya bantuin ngasih saran. Gitu-gitu doang.
Pewawancara
: Biasanya ngebantu apa?
Partisipan
: Apa yaaa (berpikir sambil berpangku tangan), ya biasanya bantuin kalo temen minta tolong apa gitu kaya dia pengen beli apa, misalnya dia lagi kaya belum selesai ngerjain tugas tapi dia mau minum terus aku beliin dia minum.
Pewawancara
: Bagaimana perasaan kamu setelah membantunya?
Partisipan
: Eeehhmm (berpikir melirik ke kiri)…perasaan aku seneng ya yang pasti. Seneng udah bisa bantuin dia, kasian juga
kan kalo dia lagi kehausan sedangkan dia lagi ngerjain tugas. Pewawancara
: Kamu punya temen yang berbeda agama?
Partisipan
: Eeehhmm banyak sih.
Pewawancara
: Punya temen yang kekurangan fisik?
Partisipan
: Oh ya ada. Dulu aku penah sekelas tapi sekarang udah engga, waktu SMP pernah.
Pewawancara
: Lalu sikap kamu ke mereka seperti apa?
Partisipan
: Yaa biasa aja sih cuek. Tetep temen tapi kan ya kaya gitu kan susah. Tapi biasa aja sih temenan kaya yang lain juga.
Pewawancara
: Kamu termasuk orang yang mudah beradaptasi engga sih di lingkungan baru?
Partisipan
: Iya. Aku dari kecil kalo sama orang-orang baru gampang kenalan, tapi kalo untuk kayak penyesuaian diri aku tuh paling susah gitu, misalnya kayak dia sikapnya begini, aku kadang kan masih suka egois sendiri Kak, tapi sekarang udah mulai belajar sih kalo dia kayak begini aku kayak begini.
Pewawancara
: Bagaimana cara kamu memperkenalkan diri di lingkungan baru?
Partisipan
: Biasanya sih aku nyapa duluan. Terkadang nyapa duluan atau kadang dia yang nyapa duluan, misalnya kayak “nama kamu siapa?” baru deh kayak akrab terus ngobrol.
Pewawancara
: Kamu sering engga berbagi makanan atau minuman ke teman?
Partisipan
: Hehehe (tersenyum) sering pastinya.
Pewawancara
: Biasanya apa yang sering kamu bagi ke mereka?
Partisipan
: Macem-macem misalnya kalo lagi jalan temen-temen minta ngajak traktir ya aku traktir tapi nanti gantian gitu traktirnya.
Pewawancara
: Kamu sering bantu tutor engga?
Partisipan
: Maksudnya bantuin tutor kaya gimana?
Pewawancara
: Misalnya kaya bawain laptop atau apapun itu.
Partisipan
: Oh. Iya pernah, biasanya suka dimintain tolong bawain infocus.
Pewawancara
: Kamu suka ikut merasakan kesedihan orang lain engga?
Partisipan
: Kadang-kadang Kak kalo misalnya dia sedih banget jadi aku ikutan sedih tapi kalo engga ya engga. Tergantung dia sedih banget engga, misalnya kayak dia curhat yang sedih jadi aku ikutan terharu dengernya, kalo biasa aja ya biasa aja.
Pewawancara
: Kamu termasuk orang yang menghargai pendapat orang lain engga sih?
Partisipan
: Iya sih, iya. Karena aku kan juga analogi kayak kelompok gitu. Tapi kadang-kadang suka lupa gitu kan, suka kayak tadi egois gitu, maunya pendapat sendiri tapi setelah itu suka ke inget sendiri kalo itu kan pendapat temen, aku harus nerima pendapat dia.
Pewawancara
: Kamu kalau sama orang yang engga di kenal suka menyapa engga?
Partisipan
: Engga hehe (tersenyum). Biasanya sih kalo dia duluan yang nyapa ya aku balik nyapa, tapi kalo engga nyapa ya engga hahaha (tertawa).
Pewawancara
: Tapi kamu pernah merasa engga kalau kamu pengen menyapa duluan tetapi khawatir orang yang disapa engga merespon kamu?
Partisipan
: Nah iya aku sempet kaya gitu Kak. Aku takut kalo orang yang aku sapa malah engga balik nyapa aku kan nanti malu juga kalo di cuekin, engga cuma malu doang sih tapi kesel juga kan Kak kalo kita lagi ngomong sama orang tapi orang tersebut engga balik respon ke kita.
Pewawancara
: Ketika kamu ketemu sama tutor di luar kelas sikap kamu bagaimana?
Partisipan
: Biasanya sih yaa salim aja biasa gitu hehe (tertawa).
Pewawancara
: Sering mengingatkan teman agar bersikap baik engga?
Partisipan
: Seriiiing benget, tapi kadang temennya aja yang suka cuek gitu.
Pewawancara
: Biasanya apa yang kamu lakukan?
Partisipan
: Biasanya kalo dia ngobrol atau misalkan tutor lagi menjelaskan terus aku “ssssttttt jangan berisik!” biar semuanya bisa denger juga kan Kak, tapi kalo cuma ke satu orang ya aku “sstttt” (menempelkan jari telunjuk ke depan bibir) gitu, hehe (tertawa).
Pewawancara
: Oke Txxx cukup sampai disini wawancara kita. Terima kasih sudah bersedia di wawancarai (bersalaman).
Partisipan
: Iya Kak, sama-sama (bersalaman).
TRANSKRIP WAWANCARA INTI
Partisipan
:H
Tempat
: Ruang Belajar SMP Kelas VIII B di Homeschooling Kak Seto
Tanggal
: 15 Januari 2015
Waktu
: 10:46 WIB
Pewawancara
: Assalamu’alaikum. Hai apa kabar Hxxx?
Partisipan
: Wa’alaikumsalam, Alhamdulillah baik kak. Kakak apa kabar?
Pewawancara
: Alhamdulillah baik juga. Kita langsung mulai aja ya wawancaranya?
Partisipan
: Oh iya kak boleh-boleh.
Pewawancara
: Kamu punya temen deket di homeschooling?
Partisipan
: Punya (mengangguk).
Pewawancara
: Namanya siapa?
Partisipan
: Tuh (nunjuk ke arah temannya)...Axxx, Axxx, Txxxx (melirik lagi ke arah temannya) yaaaa banyak soalnya (menatap ke arah pewawancara kemudian tersenyum).
Pewawancara
: Kenapa sih kamu senang bermain dengan mereka?
Partisipan
: Orangnya baik, bersahabat juga (tersenyum).
Pewawancara
: Trus kamu kalo lagi bermain dengan mereka mainnya ngapain aja?
Partisipan
: Mainnya makan hahaha (tertawa dengan keras).
Pewawancara
: Kuliner ya?
Partisipan
: Yaaa engga sih (tersenyum)...maksudnya yaaa (melirik ke arah samping kanan) ngapa-ngapain aja (tersenyum).
Pewawancara
: Maksudnya kaya gimana ngapainnya? Apa cuma nongkrong? doang? Nonton?
Partisipan
: Yaaaa ngobrol-ngobrol.
Pewawancara
: Atau ngomongin cowok?
Partisipan
: Aaaaaakkkkkkkk
hahaha
(tertawa
terbahak-bahak
dengan suara yang keras). Pewawancara
: Gimana?
Partisipan
: Yaaa...yaaa...(berpikir sambil tersenyum) ngapain aja, engga tentu (melihat ke arah teman yang ada di depannya).
Pewawancara
: Seringnya kalo jalan tuh ngapain aja? Pergi kebioskop? Atau yang lainnya?
Partisipan
: Iya. Ya nonton doang atau jalan-jalan hehehe (tertawa).
Pewawancara
: Hang out ya? (tersenyum)
Partisipan
: Hehehe (tertawa).
Pewawancara
: Kalo di luar homeschooling, kamu punya temen engga?
Partisipan
: Punya.
Pewawancara
: Temen deket banget?
Partisipan
: Iya. Iya udah lama, udah 12 tahun sama dia.
Pewawancara
: Kalo boleh tau namanya siapa?
Partisipan
: Namanya Inxx. Jadi dari kecil aku udah temenan sama dia.
Pewawancara
: Ooohhhh Inxx. Jadi udah lama temenan sama dia. Itu temen sekolah juga?
Partisipan
: Jadi tetanggaan (sambil menggenggam kedua tangan di atas meja). Jadi dari situ tuh udah kenal. Bener-bener yang udah ngerti. Yang dari aku kelas 3 (sekolah dasar) tuh aku udah dikenalin sama dia. Jadi sampai sekarang tuh jadi sahabat. Tapi dulu tuh kita kaya berantemberantem gitu, terus sekarang jadi temen.
Pewawancara
: Kapan waktu kamu bertemu sama temen-temen kamu? Baik itu yang temen homeschooling atau temen rumah.
Partisipan
: Kalo yang di homeschooling yaaaaa di sekolah. Kalo yang (berpikir) yang temen, temen aku itu yang (berikir, melirik ke bawah) kan aku jemput adek aku tuh di sekolah. Jadi kan aku dulu sekolah disitu, jadi ketemu. Jadi SMP sama SD waktu itu kan digabung kan. Dulu kan aku di SMP PJ.
Pewawancara
: Apa itu PJ?
Partisipan
: Pxxxxxxxxxx Jxxx.
Pewawancara
: Dimana lokasinya?
Partisipan
: Di sektor 3 nya.
Pewawancara
: Oooohh. Ngapain aja biasanya kalo ketemu sama temen yang di rumah?
Partisipan
: Yaaaa (berpikir, melihat ke atas) ngobrol, cerita-cerita, kangen-kangenan.
Pewawancara
: Trus jalan?
Partisipan
: Iya jalan, nonton (tersenyum).
Pewawancara
: Sering ketemu engga sama temen yang lama?
Partisipan
: Sering sih. Soalnya kan aku kan sering jemput adek aku. Yaaaa maksudnya engga sering banget gituu.
Pewawancara
: Waktu
buat
jalan
sama
temen
kamu
di
homeschooling sama yang di rumah gimana? Partisipan
: Eeeehhmm (bergumam) engga terlalu sering sih. Kalo misalkan yang di homeschooling paling ke McD, kalo engga ke...(berpikir) ke situ-situ aja sih. Kalo yang di...di sekolah yang lama kan mereka berangkat jam 07:15 WIB pulang mereka ada yang jam 15:30 WIB, jam 17:00 WIB, kalo sabtu minggu tuh mereka kadang-kadang ada les. Jadi lebih sulit aja gitu kalo mau ngajak jalan mereka gitu.
Pewawancara
: Berapa kali biasanya dalam satu minggu kamu bermain dengan temen di rumah?
Partisipasi
: Yang dimana?
Pewawancara
: Sahabat kamu yang di rumah.
Partisipan
: Bukan di rumah sih ituuu. Maksudnya, kan sekarang aku udah pindah kan, jadi (berpikir)...jarang sih jarang (mengangguk).
Pewawancara
: Kalo sama temen yang di homeschooling kapan ketemunya?
Partisipan
: Yaaaaaaa pas di sekolah aja sih Kak, atau engga palingan Line-line-an. Aku juga temenan sama anak DL.
Pewawancara
: DL itu apa?
Partisipan
: Kan homeschooling ada komunitas sama DL.
Pewawancara
: Oooh Distance Learning?
Partisipan
: Yaaaa Distance Learning (tersenyum). Ya, aku ada di Distance Learning temennya.
Pewawancara
: Sebelum sekolah di homeschooling, kamu sekolah di sekolah formal ya?
Partisipan
: Iya (menganggukkan kepala kemudian tersenyum). Aku dari TK sampe SMP semester dua akhir...(berpikir) eh semester dua tengah-tengah aku di formal.
Pewawancara
: Semester dua kelas berapa?
Partisipan
: Semester dua kelas satu SMP, yang mau akhir-akhir UAS trus aku pindah kesini.
Pewawancara
: Kenapa kamu pindah?
Partisipan
: Kan aku kan disitu, dulu aku sakit.
Jadi tuh kaya
(berpikir) aku tiap pagi tuh, aku kan punya sakit maag, lambung ku luka gitu kan, jadi kaya gimaa gitu...jadi engga bisa pagi-pagi tuh aku engga boleh yang kaya gimana-gimana (menggerakkan tangan ke arah depan). Engga boleh terlalu capek juga, jadi home-schooling kan waktunya cuma 3 jam. Masuk jam 10.15 eh jam 9.00 pun baru masuk kan, jadi aku lebih milih homeschooling, dan
pendekatannya pun di homeschooling lebih cepet dari pada di sekolah-sekolah formal lain. Kan homeschooling cuma dikit kan jadi pendekatan murid baru sama murid lamanya kan bisa langsung gitu hehe (tersenyum). Pewawancara
: Kamu kalo di homeschooling berarti dari kapan?
Partisipan
: Dari bulan mei pas mau UAS.
Pewawancara
: Kenapa sih lebih milih homeschooling daripada sekolah formal?
Partisipasi
: Gimana
yaaaaaa
(berpikir,
mata
melirik
ke
atas)...maksudnya kayaaa...(berpikir lagi) enak aja kalo sekolah di homeschooling lebih...aku nya tuh lebih nyaman gitu (tersenyum). Pewawancara
: Nyamannya kenapa?
Partisipan
: Nyamannya (berpikir, mata melihat ke kanan dan kiri)...yaaa karena enak aja gitu sekolahnya yang engga terlalu, terlalu apa gituu hehe (tertawa).
Pewawancara
: Gitunya kenapa? Hehe (tersenyum)
Partisipan
: Engga terlalu formal-formal banget.
Pewawancara
: Apa di sekolah yang dulu ada kejadian atau ada masalah? Cerita aja kalau mau cerita (tersenyum).
Partisipan
: Jadi aku kan...eeehhhmm (bergumam) aku kan sakit dan juga jarang masuk. Abis itu ada masalah sama gurunya juga, ada masalah sama temennya juga yaa gitu deh (tersenyum malu).
Pewawancara
: Kalo sama gurunya kaya kenapa?
Partisipan
: Yaaa aku kan sakit, ya pokoknya banyak deh masalahnya susah di ceritain (tersenyum).
Pewawancara
: Emang kenapa? Kamu di bully?
Partisipan
: Eeehhhmm
(bergumam) iya...eehhhmm
bukan sih
(tersenyum)...kaya diapain yaaa...gatau lah aku bingung (menggaruk-garukkan kepala sambil tersenyum).
Pewawancara
: Yaaahh kok bingung sih, gimana? hehe (tersenyum)
Partisipan
: Yaa sama kaya temen...yaaaaaa kaya di cuekin. Karena kan dulu aku juga jarang masuk
jadi kan pasti di
omongin kan. Jadi pas pertama aku masuk aku di cuekin. Trus sama guru kan, aku kan sangking jarang masuknya, gurunya bilang kalo sakit jangan manja, kan jadi kaya gimaaa gitu...trus kata wakil kepala sekolah, aku kan ceritain kan, aku kan di rujuk-rujuk ke rumah sakit mana-mana kan memang untuk sembuh kan, trus kata dia buang-buang duit aja...iya kan jadi gimana gitu kan (ekspresi muka agak sedikit emosi). Ya udah, aku juga udah engga nyaman. Aku setiap mau ke sekolah tuh aku ketakutan, aku engga mau sekolah sangking kaya gitunya, tuh aku sangking ketakutan gitu. Sampe aku tuh susah banget mau sekolah. Pewawancara
: Perbedaan apa sih yang kamu alami ketika kamu bersekolah
di
sekolah
formal
dengan
yang
di
homeschooling ini? Partisipan
: Kalo sekolah formal itu menurut aku lebih capek gitu ya Kak, soalnya kan pelajarannya pun yang seni budaya pun harus di ulang, ada ulangannya juga. Kalo disini kan lebih enak 6 mata pelajaran, jadi lebih...lebih rileks. Kita juga bisa belajar ngatur waktu juga. Misalnya disiplin waktu, bisa ngatur waktu gitu.
Pewawancara
: Kamu nyaman di homeschooling?
Partisipan
: Nyaman banget (ekspresi wajah senang).
Pewawancara
: Nyamannya gimana?
Partisipan
: Yaaa aku rasanya nyaman, engga terlalu gimanaa gitu hehehe (tersenyum). Gimana yaaaa (berpikir, melihat ke atas)...kaya, aku seneng aja sekolah di sini. Welcome, abis itu seru, abis itu pelajarannya eeehhmm (bergumam)
yaa bukunya aja tuh udah ngerangkum semua gitu, jadi kaya enak aja. Pewawancara
: Menurut
kamu,
bagaimana
teman-teman
di
homeschooling ini? Partisipan
: Baik. Baik kok (tersenyum).
Pewawancara
: Welcome ya?
Partisipan
: He’eemm (mengangguk).
Pewawancara
: Kalau teman-teman di sekolah formal, sebelum kejadian itu gimana?
Partisipan
: Baik sih...tapi kaya gimana yaaa (ekspresi wajah tidak sesenang sebelumnya) kalo misalkan begini, misalkan satu orang nih dicuekin jadi semuanya ikut-ikutan jadi kaya pada sekongkolan gitu.
Pewawancara
: Kaya geng-gengan ya?
Partisipan
: Iya(mengangguk-anggukan kepala)
Pewawancara
: Kalo di homeschooling pada geng-gengan engga?
Partisipan
: Engga sih. Kita kaya temen semua aja.
Pewawancara
: Kalo cara bergaul kamu di homeschooling itu kayak gimana sih?
Partisipan
: Waktu pelajaran kita ketawa-ketawa bareng, abis itu kenalan ntar lama-lama deket.
Pewawancra
: Kalo kamu ketemu sama orang baru sikap kamu gimana?
Partisipan
: Aku diem (tersenyum). Aku diem dulu. Lama-lama aku tanya namanya siapa hahaha (tertawa dengan kelihatan gigi).
Pewawancara
: Diamnya berapa lama?
Partisipan
: Sampe menurut aku, aku bisa nyapa dia atau engga hehehe (tertawa)...sampe aku berani hahaha (tertawa lagi).
Pewawancara
: Kamu pernah menghibur teman yang sedang sedih engga?
Partisipan
: Iya (mengangguk sambil tersenyum).
Pewawancara
: Caranya?
Partisipan
: Nenangin dia gitu. Kaya nanya kenapa kamu sedih. Ya gituuu hehehe (malu, tertawa).
Pewawancara
: Kalau kamu lagi sedih sering cerita ke temen engga? Tanggapan temen kamu gimana?
Partisipan
: Kadang sih cerita. Yaaaaaaa (berpikir) mereka dengerin, kadang juga ngasih saran sih.
Pewawancara
: Pernah membantu teman yang kesulitan engga?
Partisipan
: Pernah.
Pewawancara
: Ngapain?
Partisipan
: Misalkan aku bantuin dia, dia punya masalah sama temennya, nah aku kasih solusi. Terus dia bilang “ooh makasih”.
Pewawancara
: Perasaaan kamu ketika udah nolongin gimana?
Partisipan
: Seneng.
Pewawancara
: Senengnya gimana?
Partisipan
: Yaaa kaya..oohh dia percaya sama gue makanya dia ceritanya ke gue.
Pewawancara
: Kamu punya perasaan engga kalo suatu saat nanti temen yang kamu bantuin tadi akan melakukan timbal balik nolong kamu?
Partisipan
: Aku sih engga pernah mikir itu ya, yang penting kalo aku bantuin dia kalo dia seneng ya aku seneng. Aku engga berharap yang kaya kalo gue bantu dia, dia bakal bantu gue juga.
Pewawancara
: Kamu punya temen yang berbeda suku, agama, ras, budaya, gender?
Partisipan
: Punya.
Pewawancara
: Sikap kamu ke mereka gimana?
Partisipan
: Biasa aja, kaya sama aja kaya temen-temen yang lain, cuma kita saling menghormati aja.
Pewawancara
: Kalau kamu punya temen yang kekurangan fisik, sikap kamu ke dia gimana?
Partisipan
: Yaaa aku yang kaya nganggep dia kaya tmn biasa sendiri. Tapi ya kaya kita harus lebih ngerti aja kalo dia tuh kaya gitu.
Pewawancara
: Kamu suka ikut merasa kesedihan teman kamu engga?
Partisipan
: Iya ngerasa. Trus aku tanya kenapa sedih.
Pewawancara
: Hxxxxxx, kalo kamu ketemu sama orang yang engga di kenal, respon kamu tuh gimana?
Partisipan
: Aku senyumin (tersenyum).
Pewawancara
: Suka nyapa sama orang yang engga di kenal engga? Misalnya kaya aku yang dateng ke homeschooling ini dan wawancara kamu (tersenyum).
Partisipan
: Aku sih senyumin dia dulu. Kalo dia nya gitu hehehe (tersenyum) aku ya gitu hehehe (tersenyum lagi).
Pewawancara
: Suka mengingatkan teman agar bersikap baik engga?
Partisipan
: Kadang-kadang. Kaya Vxxxx tadi. Aku suruh ngapain gitu kan, kaya Vxxxx cuci tangan dulu aja, gimana dong. Gituuu.
Pewawancara
: Suka berbagi makanan engga sama teman?
Partisipan
: Suka. Tuh yang kaya tadi (nunjuk ke arah temannya yang di depan pintu) hehe (tertawa). Itu yang kaya aku bagi makanan ringan ke temen.
Pewawancara
: Kamu suka bantuin kakak-kakak tutor disini engga? Misalnya bawain laptopnya, ambilin penghapus, spidol atau apa gitu?
Partisipan
: Jarang, tapi lupa (tersenyum).
Pewawancara
: Menurut Hxxxxxx, kamu itu orang yang mudah bersosialisasi di lingkungan baru atau engga?
Partisipan
: Aku yaa (berpikir)...aku orangnya kalo akunya nyaman sama mereka, aku tuh langsung gampang berosialisasi.
Pewawancara
: Mudah bergaul sama orang baru?
Partisipan
: He’ehh (mengangguk).
Pewawancara
: Kamu merasa mudah mendapatkan teman?
Partisipan
: Aku merasa iya mudah.
Pewawancara
: Biasanya kamu untuk pertama kali ketemu sama orang baru itu gimana?
Partisipan
: Pertama kita diem-dieman dulu.
Lama-lama aku
senyumin dia kan, ya udah aku kenalan siapa namanya, lama-lama deket gitu. Pewawancara
: Hxxxxxx kalo ketemu dengan tutor-tutor di lingkungan homeschooling cara nyapanya gimana?
Partisipasi
: Yaaa... “hai Kak”. Ya gitu aja sih.
Pewawancara
: Terima
kasih
ya
wawancarai. Partisipan
: Iya kak, sama-sama.
sudah
bersedia
untuk
kakak
TRANSKRIP WAWANCARA INTI SISWA
Partisipan
:A
Tempat
: Ruang Belajar SMP Kelas VIII B di Homeschooling Kak Seto
Tanggal
: 15 Januari 2015
Waktu
: 12:10 WIB
Pewawancara
: Assalamu’alaikum. Hai apa kabar Axxx? (sambil bersalaman)
Partisipan
: (Bersalaman) Wa’alaikumsalam kak. Alhamdulillah baik-baik. Kakak apa kabar?
Pewawancara
: Alahmdulillah kakak baik juga.
Partisipan
: Mulai sekarang nih kak wawancaranya?
Pewawancara
: Iya di mulai sekarang aja. Oke kita mulai pertanyaannya, kamu punya temen deket di homeschooling engga?
Partisipan
: Punya, tuh (nunjuk ke arah temannya) Hxxx dan Axxx yang paling deket sih.
Pewawancara
: Kenapa kamu senang bermain dengan mereka?
Partisipan
: Karena mereka care. Habis itu eeehhmmm (berpikir, menatap pintu yang ada di depannya) walaupun mereka kadang ngeselin, tapi kan ngeselinnya kan kaya bercanda gitu kan jadi ya gitu dibandingkan sama yang anak-anak gaul kan kadang mereka nyari sensasi doang jadi ya kaya seperti itu.
Pewawancara
: Bagaimana cara kamu kalo lagi bermain dengan mereka?
Partisipan
: Cara mainnya ngesot kak hehehehe (tertawa), enggaengga
bercanda
hehehe
(tersenyum).
Eeeehhmm
(berpikir) main aja kaya seru-seruan, bercanda-bercanda
gitu, kaya maen kerumahnya, abis itu kaya jalan-jalan bareng. Pewawancara
: Punya teman selain di homeschooling?
Partisipan
: Beeuuhh banyak banget kalo di luar kak. Banyak buangeeett (wajah bersemangat).
Pewawancara
: Kapan kamu bertemu dengan teman di homeschooling atau teman di luar homeschooling?
Partisipan
: Kalo di homeschooling kan yang pasti kaya sesuai hari masuknya kan. Ya kalo sama temen luar, biasanya kadang kaya harus komunikasi dulu kaya “Lo dimana?”, kaya kabar-kabaran dulu baru jalan bareng.
Pewawancara
: Biasanya jalan kemana?
Partisipan
: Yaaa engga tentu sih, engga tentu. Biasanya ke PIM, ke Pondok Indah Mall.
Pewawancara
: Kalo ketemu ngapain aja?
Partisipan
: Hehehe (tertawa) yaaa (mata melihat ke atas) hehehe (tertawa lagi) ngobrol-ngobrol, tuh kaya misalkan sama cewe-cewe aja ngomonginnya cowok yang pasti lah yaa (sambil memasang wajah semangat). Abis itu ya kaya kalo ada cowok ganteng “Eh eh eh itu cowok ganteng banget!” yang kaya gitu (tersenyum). Tapi kalo misalkan nongkrongnya bareng temen cowok juga jadi kaya ngobrol biasa aja.
Pewawancara
: Sering ketemu engga?
Partisipan
: Eeeehhhmmm (melirik kearah teman yang sedang berbicara dengan temannya di depan) sebenarnya aku sih kalo di anak-anak homeschooling sering sih.
Pewawancara
: Kalo sama temen yang dirumah?
Partisipan
: Sering, sering (menganggukkan kepala berulang-ulang).
Pewawancara
: Biasanya seminggu berapa kali ketemuan sama mereka?
Partisipan
: Sama temen luar?
Pewawancara
: Iya.
Partisipan
: Kalo sama temen luar biasanya seminggu sekali atau dua kali sih. Soalnya kan walaupun aku homeschooling kan kaya agak santai, kalo mereka kan juga sekolah kan apalagi aku temen-temennya SMA semua kebanyakan jadi kaya ulangan harian gitu.
Pewawancara
: Sebelum sekolah di sini, kamu sekolah di sekolah formal?
Partisipan
: Pernah di…(berpikir) Aku dari TK sampe kelas VII SMP di Pxxxxxxxxxx Jxxx. Abis itu semester dua kelas VIII...eh semester dua kelas VII pindah ke SMPN 1 (satu) kali. Abis itu karena engga betah di sana akhirnya aku pindah kesini.
Pewawancara
: Kenapa engga betahnya?
Partisipan
: Eeehhmm (berpikir) ada masalah. Terus yang kaya ada geng-gengan gitu loh. Aku kan engga suka ya yang kaya geng-gengan gitu, maksudnya kaya lo kalau mau berteman sama gue ya berteman aja engga usah pilihpilih gitu jadi kaya selalu ngeledek satu sama lain gitu (sambil memasang wajah tidak suka). Akhirnya aku pindah dan aku pindah bukan karena itu juga, karena aku pengen lebih serius ke musik.
Pewawancara
: Emang cita-cita kamu apa?
Partisipan
: Musisi atau engga sutradara (tersenyum).
Pewawancara
: Sekarang kesibukan kamu selain di homeschooling ngapain?
Partisipan
: Aku suka performance gitu. Suka bikin video, pengen jadi kaya youtubers gitu (tersenyum). Buat lucu-lucuan. Hobinya aku itu main gitar, dengerin musik, nyanyi, main piano.
Pewawancara
: Kamu les musik juga?
Partisipan
: Iya. Setiap hari rabu sama kamis.
Pewawancara
: Sejak kapan Axxx sekolah di homeschooling?
Partisipan
: Sejak (berpikir) kelas VIII semester 1 (satu).
Pewawancara
: Kenapa lebih milih homeschooling daripada sekolah formal?
Partisipasi
: Soalnya kaya (sambil berpikir) santai sih engga. Tapi yang eehhhmm kebanyakan kan isinya kaya yang punya masalah atau engga yang kaya ada orang-orang yang agak maaf yang agak kurang normal gitu. Eehhmm (berpikir) aku kesini yaaa itu pengen lebih serius ke musik. Kepengen dari sekarang, dari umur sekarang udah pengen mencoba gimana sih caranya biar serius ke musik. Abis itu kan kalo performance-nya dari kecil kecil entar lama-lama kan bisa jadi besar, jadi pengen mencoba dari sekarang biar nanti gedenya udah bisa gitu.
Pewawancara
: Keluarga suka musik juga?
Partisipan
: Eeehhmm (berpikir) suka. Kakak aku anak band. Sodara aku banyak sih yang musik-musik, tapi mama aku engga.
Pewawancara
: Kamu merasa nyaman atau tidak bersekolah di homeschooling?
Partisipan
: Nyaman. Temennya baik-baik, ramah (tersenyum). Aku kan mau serius ke musik ya kak, jadi aku ngerasa bisa bagi waktu aja antara pendidikan akademik dan hobi musik aku. Kan kalo di sekolah formal agak sulit tuh ya kak bagi-bagi waktunya, kan di sekolah formal waktu belajarnya lebih lama dibandingkan di homeschooling.
Pewawancara
: Menurut kamu perbedaan apa yang kamu alami ketika bersekolah
di
sekolah
formal
dengan
yang
di
apa
ya
homeschooling? Partisipan
:
Kalo
di
sekolah
formal,
eeehhhmmm
(berpikir)...kakak kelasnya agak songong yang pasti.
Senioritasnya banyak banget (sambil memasang wajah kesal). Abis itu yang kayak maksudnya mereka suruh adik kelas respect gitu kayak menghargai tapi giliran kita menghargai mereka, mereka sendiri engga menghargai balik jadi ngapain dong kita menghargai mereka. Ya kayak gitu, abis itu aku juga pernah di bully by the way. Ya tapi aku ngelawan. Aku engga suka kalo ada orang kaya gitu kan. Pewawancara
: Kamu di bully gimana?
Partisipan
: Sebenarnya bukan di bully yang kaya “Eh, elo tuh jelek!”. Tapi temen aku yang di bully, sahabat ya lah. Terus aku nolongin dia, abis itu jadi aku yang kena gitu. Tapi sahabat aku engga tau terima kasih, jadi aku kaya di telantarin gitu. Tapi di situ temen-temen aku banyak, cuma yang kaya dia-nya itu satu angkatan kaya kesel sama dia gitu. Jadi ya aku kaya ya udah sih, beraniberaniin diri lah ya. Soalnya kalo diem terus, makin lama kan mereka tambah semakin aja jadi kita mesti lawan ya mau gimana lagi (sambil memasang raut wajah tidak senang).
Pewawancara
: Menurut kamu, sikap teman-teman di homeschooling gimana?
Partisipan
: Ada yang baik, ramah, friendly, tapi ada juga kaya jutek, cuek gitu.
Pewawancara
: Bedanya teman-teman di sini sama di sekolah formal gimana?
Partisipan
: Kalo temen-temennya sih sama aja sih yang dulu sama yang sekarang yang deket sama aku tuh yang seru-seru banget sih. Tapi kalo yang sekarang lebih nyaman aja. Di sini, mungkin...tapi kan ada kakak kelas yang engga suka sama adik kelas. Tapi di sini kan engga boleh ada
senioritas gitu kan kak, jadi ya kalo sekali di apa-apain harus cerita gitu kan. Jadi ya lebih nyaman aja gitu kak, lebih agak santai gitu. Pewawancara
: Cara bergaul Axxx sendiri gimana sih?
Partisipan
: Aku pertamanya nih, aku tuh pertamanya kalo bergaul tuh aku diem banget. Tapi entar kalo udah beberapa bulan kemudian, masya Allah...nih tau sendiri nih orang (nunjuk ke teman yang ada di sebelahnya). Udah kayak bener-bener yang petakilan. Sebenarnya lebih dari itu sih kalo sama temen-temen luar. Heeeuuuu gila banget (sambil memasang reaksi wajah antusias). Kita kadang tuh ya kalo lagi di mall suka lompat-lompat sendiri, pokoknya gila banget deh kak hahaha (tertawa dengan suara keras).
Pewawancara
: Kamu pernah engga sih menghibur teman ketika bersedih?
Partisipan
: Eeeeuuhhh sering Kak. Alhamdulillah ya Allah, subhanallah (memasang wajah senang).
Pewawancara
: Cara menghiburnya bagaimana?
Partisipan
: Jadi kan kayak, eehhmm bagaimana ya ngomongnya susah deh (berpikir sambil memasang raut wajah tidak nyaman).
Pewawancara
: Kalo engga mau diceritain juga engga apa-apa.
Partisipasi
: Eeeehhmm jadi gini, kan temen aku mamanya kan meninggal, abis itu yang kaya di hari itu aku tuh ikut dateng kesana gitu kan. Abis itu kan yang kaya ngomong “Ya udah kamu ikhlasin aja, kasian mama kamu di sana kalo kamu kaya gini”, ya trus kaya bercanda-bercanda aja kaya “Eh, elu ngapain?”, kaya bercanda ketawaketawa gitu. Trus diajak makan. Ya selama tiga hari itu aku nginep dirumah dia, biar ada yang nemenin.
Pewawancara
: Pernah membantu teman yang merasa kesulitan materi atau yang lainnya?
Partisipan
: Pernah.
Pewawancara
: Yang kamu tolong temen baik kamu?
Partisipan
: Temen deket banget sih engga. Jadi waktu itu tuh lagi belajar. Sebenarnya aku tuh agak stupid (sambil memasang raut wajah malu), emang stupid sebenarnya. Tapi kalo aku lagi serius nangkep pelajaran dan aku ngerti, gurunya tuh suruh aku bantu temen aku yang kesulitan belajar tadi trus akhirnya belajar bareng gitu.
Pewawancara
: Bagaimana perasaan kamu setelah membantunya?
Partisipan
: Ya pasti seneng kak, aku ngerasa eeehhhmmm (berpikir) kayak aku berguna aja bisa bantuin temen belajar hehe (tertawa).
Pewawancara
: Kamu punya teman yang beda agama?
Partisipan
: Banyak kak.
Pewawancara
: Sikap kamu ke mereka bagaimana?
Partisipan
: Ya pasti menghargai banget lah. Aku aja tuh punya temen yang agamanya tuh Khonghucu, maksudnya kalo mereka ngehargai agama aku pasti aku juga ngehargai agama mereka kan. Jadi ya fine-fine aja. Aku juga banyak temen yang agama Kristen.
Pewawancara
: Sikap Axxx ke teman yang kekurangan fisik bagaimana?
Partisipan
: Ya pasti kasihan, karena dia engga bisa ngelakuin eehhmm apa yang sesuai sama dengan kita yang normal. Ya ngehibur dia, ngebantu dia buat kaya be your self, elo ga perlu jadi yang perfect karena dunia ini engga ada yang perfect. Jadi ya syukurin aja apa yang elo udah punya. Ya gitu aja sih Kak.
Pewawancara
: Kalau ada teman yang sedih, kamu ikut merasakan kesedihannya?
Partisipan
: Pasti. Aku...aku orangnya tuh termasuk orang yang perasaannya tuh tinggi banget gitu Kak, jadi kayak sekali liat temen yang sedih tuh kasian. Kadang kalo yang misalkan bener-bener serius-serius gitu sedihnya atau masalahnya
aku
nangis
gitu
engga
jelas
hehe
(tersenyum). Ya nangis sampe keluar air mata gitu, serius Kak. Pewawancara
: Kalo kamu sedang merasa sedih sering cerita ke teman engga?
Partisipan
: Sebenarnya bukan aku yang mau cerita sih. Aku kadang tuh yang lebih pengen mendemin sendiri, jadi kayak di balik sedih tapi di depan yang kayak senyum. Sebenarnya aku yang kayak sedih (sambil menunjukkan muka sedih). Aku nunggu temen nanya aja, jadi engga langsung cerita ke temen. Kalo sahabat aku nanya “Axxx, elo kenapa sih? Cerita dong” baru deh aku cerita. Soalnya aku kalo cerita sama orang-orang tertentu doang kak, yang bener-bener udah kayak sodara.
Pewawancara
: Axxx
merasa
gampang
engga
bersosialisasi
di
lingkungan baru? Partisipan
: Engga. Soalnya setiap orang itu nilai aku itu jutek banget. Emang aku orangnya kalo baru pertama kali ketemu sama orang keliatan jutek banget. Hampir semuanya loh Kak bilang “Eh ini anak jutek banget sih” (memasang wajah jutek). Tapi engga tau karena apa, mungkin karena mataku yang bikin jutek. Ya tapi semenjak udah kelamaan-kelamaan temen aku bilang nih anak asik juga, seru. Trus aku bilang thank you hehehe (tertawa senang).
Pewawancara
: Kalau beradaptasi di lingkungan baru, kamu termasuk orang yang mudah beradaptasi engga?
Partisipan
: Sebenarnya sih aku mudah Kak kalo beradaptasi mah, tapi ya gitu kalau untuk bersosialisasinya agak kurang, kayak yang aku bilang tadi setiap orang kalo pertama kali liat aku katanya aku ini jutek banget, padahal engga kan ya Kak? Hahaha (tertawa).
Pewawancara
: Haha iya engga kok. Oh ya kalau masalah mendapatkan teman, kamu merasa mudah mendapatkan engga?
Partisipan
: Yaaaa sebenarnya tergantung dia sih Kak. Kalo aku sih ya kalo aku engga punya temen ya aku sih engga apaapa. Aku kalo temenan liat orangnya dulu sih.
Pewawancara
: Kamu termasuk orang yang pendiam engga?
Partisipan
: Engga. Ya kayak tadi aku bilang ke kakak. Aku itu kalo udah kenal sama orang bisa udah kaya lebih-lebih dari orang gila tingkahnya hahaha (tertawa). Tapi kalo untuk pertama kali ketemu sama orang gitu, diem aja.
Pewawancara
: Kenapa seperti itu? Karena kamu malu?
Partisipan
: Engga. Yaaa engga tau. Aku tuh udah berusaha buat yang kaya berusaha untuk ngobrol, tapi ya engga bisa, bener-bener yang kayak diem kaku gitu dari kecil emang gitu. Tapi disitu aku berusaha loh Kak buat bisa bercanda-canda
gitu,
tapi
pasti
hasilnya
garing
(tersenyum). Pewawancara
: Kalo kamu bertemu dengan orang yang belum di kenal suka menyapa atau engga?
Partisipan
: Maksudnya baru kenal gitu? Di kenalin temen?
Pewawancara
: Iya maksudnya seperti itu.
Partisipan
: Nyapa. Paling “hai”, terus kenalan kaya “Nama gue Axxx”. Paling kaya gitu doang.
Pewawancara
: Kalo ketemu sama tutor di homeshcooling sikapnya bagaimana? Cium tangan atau cuma ngucapin “hai Kak”?
Partisipan
: Kadang salim. Kadang “hai Kak” doang.
Pewawancara
: Axxx pernah engga mengingatkan teman untuk bersikap baik ketika di kelas atau dimana pun?
Partisipan
: Kalo baik sih sering. Aku itu eehhmm (bergumam) tipe orang yang paling suka nasihatin, tapi sebenarnya aku diri sendirinya engga bisa nasihatin diri sendiri. Jadi kalo nasihatin orang jago tapi kalo buat diri sendiri engga bisa hehe (tersenyum). Aku pernah nasihatin temen aku. Jadi temen aku banyak yang broke gitu kan. Maksudnya banyak yang udah bercerai. Mereka kan pastinya sedih banget kan, pasti. Nah mereka kan suka curhat. Aku tuh apa yaaa (berpikir), aku tuh yang selalu seminggu tuh dapet kabar lagi kalo si ini lagi begini-begini, kan aku jadi apa tuh Kak namanya (berpikir sambil tersenyum) yang kalo misalkan kita punya masalah terus dicurhatin gitu...
Pewawancra
: Bimbingan konseling?
Partisipan
: Nah iya itu. Aku tuh kaya begitu. Paling kasih nasihat gitu hehe (tertawa). Tapi alhamdulillah berhasil hehe (sambil memasang wajah senang).
Pewawancara
: Kamu suka berbagi makanan atau minuman?
Partisipan
: Iya.
Pewawancara
: Misalnya apa?
Partisipan
: Kadang aku suka bagi makanan atau softdrink gitu.
Pewawancara
: Pernah bantu tutor bawain laptopnya atau proyektor?
Partisipan
: Engga pernah. Tutornya engga pernah minta tolong. Aku kan anak baru di sini jadi belum pernah ngebantu tutor bawain sesuatu hehe (tersenyum).
Pewawancara
: Oke, terima kasih ya Axxx sudah bersedia di wawancarai hari ini.
Partisipan
: Iya Kak, sama-sama (tersenyum).
TRANSKRIP WAWANCARA INTI SISWA
Partisipan
:N
Tempat
: Ruang Konsultasi Siswa di Homeschooling Kak Seto
Tanggal
: 16 Januari 2015
Waktu
: 12:00 WIB
Pewawancara
: Assalamu’alaikum Nxxxxxx?
Partisipan
: Wa’alaikumsalam, Kak.
Pewawancara
: Nxxxxxx apa kabar?
Partisipan
: Alhamdulillah
baik
kak.
Sekarang
nih
kak
wawancaranya? Pewawancara
: Oh iya sekarang aja kita mulai. Siapa teman dekat atau sahabat kamu di homeschooling ini?
Partisipan
: Hxxxxxx.
Pewawancara
: Kamu berteman dengan Hxxxxxx aja?
Partisipan
: He’eeeh (mengangguk sambil tersenyum).
Pewawancara
: Hxxxxxx teman paling deket ya?
Partisipan
: He’eeh (mengangguk), sama ada lagi anak Depok. Dia anak DL. Axxx juga namanya hehehe (terseyum).
Pewawancara
: Kenapa kamu seneng bermain sama mereka?
Partisipan
: Seru aja. Eeehhhhmm (berpikir) enak diajak ngobrol, engga apa yaaaa (berpikir, raut wajah malu-malu) ya gitu engga jaim gitu hehehe (tersenyum malu-malu).
Pewawancara
: Punya temen selain di homeschooling engga?
Partisipan
: Ada dari sekolah lama.
Pewawancara
: Kalau boleh tau mereka siapa aja?
Partisipan
: Banyak sih ya. Ada Gxxx, Sxxxx, Sxxxx, eehhhm (bergumam) Dxxx.
Pewawancara
: Dulunya sering main bareng? Kayak semacam satu geng?
Partisipan
: Iya hehehe (tertawa).
Pewawancara
: Mereka orangnya gimana?
Partisipan
: Seru juga engga jaim. Jadi kalo misalkan gila-gilaan juga seru.
Pewawancara
: Kalo kamu main sama temen yang di homeschooling ngapain aja?
Partisipan
: Biasanya mainnya kalo engga maen di kelas, ke McD, nonton gitu.
Pewawancara
: Kalo main sama temen yang dari sekolah lama biasanya ngapain aja?
Partisipan
: Yang dari sekolah lama paling...kan sekolah lama aku di Depok, jadi kalo misalnya lagi kesana main juga sih paling makan kalo lama disananya.
Pewawancara
: Kalo ketemu sama temen-temen sebelumnya itu kapan aja?
Partisipan
: Pas sekolah aja sih, soalnya jarang keluar kalo lagi engga sekolah, maksudnya kalo lagi engga sekolah jarang pergi.
Pewawancara
: Biasanya berapa kali dalam seminggu Axxx jalan sama temen di homeschooling?
Partisipan
: Seminggu (berpikir)...jarang ya, jarang keluar, palingan sebulan maksimal dua kali.
Pewawancara
: Axxx punya aktivitas di luar selain sekolah di homeschooling?
Partisipan
: Les.
Pewawancara
: Les apa?
Partisipan
: Les bimbel.
Pewawancara
: Karena mau UN ya?
Partisipan
: He’eehh (mengangguk sambil tersenyum).
Pewawancara
: Biasanya ngapain aja sih kalo ketemu sama teman-teman kamu?
Partisipan
: Ketemu? Ya cuma ngobrol, ya trus abis itu nanya-nanya apa gitu misalnya, kan suka idolain siapa trus ceritacerita One Direction atau apa gitu hehe (tersenyum).
Pewawancara
: Kalo sama temen yang di sekolah lama kalo ketemu biasanya ngapain?
Partisipan
: Sama juga sih. Misalnya nih ketemu, nanya-nanya di sekolah ada apa yang baru atau pelajaran susah engga, kan beda nih di sekolah sini kan, eeehhhmm (bergumam) di sini sih lebih eehhmm (berpikir) apa yaaa...yang di sana di pelajarin di sini di ulang lagi. Di sana lebih cepet pelajaranannya.
Pewawancara
: Axxx dulu sekolah di sekolah formal?
Partisipan
: He’eeh (mengangguk).
Pewawancara
: Di SMP mana?
Partisipan
: Eeehhmmm di SMP Ixxxx Mxxxxxxxxxx.
Pewawancara
: Dari TK sampe SMP di sekolah formal?
Partisipan
: Iya, TK sampe SMP.
Pewawancara
: Dari kapan Axxx sekolah di homeschooling?
Partisipan
: Eeeehhmm (berpikir) naik kelas IX.
Pewawancara
: Lebih tepatnya inget engga bulan apa?
Partisipan
: Naik kelas IX yaaa pas masuk tahun ajaran baru.
Pewawancara
: Kenapa lebih milih homeschooling daripada sekolah formal?
Partisipasi
: Kan baru pindah, jadi karena kelasnya baru juga jadi males yang di sekolah formal, takutnya engga bisa ngikutin pelajarannya atau kan beda-beda gitu kan jadi pengen aja di homeschooling dan lebih santai.
Pewawancara
: Pindah bukan karena ada masalah di sekolah lama? Misalkan di bully, engga suka sama temen-temennya atau apa gitu?
Partisipan
: Engga. Aku pindah kesini kan juga karena Papa aku pindah kerja, jadi ikutan pindah deh.
Pewawancara
: Menurut Axxx perbedaan yang kamu alami ketika bersekolah di sekolah formal dengan di homeschooling ini apa?
Partisipan
: Bedanya di sini lebih santai, maksudnya engga santai banget gitu tapi apa yaaaa...pelajarannya lebih masuk aja sih karena kan kalo di sana cepet, di sekolah lama maksudnya cepet belajarnya, di pressure terus gitu.
Pewawancara
: Axxx ngerasa nyaman engga sih sekolah disini?
Partisipan
: Enak. Nyaman sih hehe (tersenyum).
Pewawancara
: Seneng?
Partisipan
: He’eehmm seneng banget hehe (tersenyum).
Pewawancara
: Tutornya gimana?
Partisipan
: Tutornya itu eehhmm (bergumam) santai, engga gimanagimana gitu.
Pewawancara
: Engga killer ya?
Partisipan
: Iya engga killer, engga ada killer (tersenyum). Tementemennya juga santai, seru.
Pewawancara
: Ada senioritas engga disini?
Partisipan
: Engga, engga ada senioritas. Sama aja sih semuanya sama kelas VIII. Makanya aku temenannya juga sama kelas VIII hehehe (tertawa).
Pewawancara
: Menurut Axxx, sikap temen-temen di homeschooling gimana?
Partisipan
: Baik-baik sih, seru-seru juga engga apa yaaa (berpikir) hehehe (tersenyum) engga ada senioritas, engga ada bully- bullyan gitu.
Pewawancara
: Kalo temen-temen di sekolah dulu gimana?
Partisipasi
: Seru juga, tapi yaaa geng-gengan gitu. Tapi, apa yaaa (berpikir) ya kalo dulu dapet kelasnya sih yang seru semuanya, satu kelas tuh kompak jadi enak. Kita pergi liburan kemana bareng-bareng.
Pewawancara
: Biasanya pergi kemana?
Partisipan
: Ke Puncak. Terakhir kan ke Puncak. Ya perpisahan kelas VIII ke Puncak.
Pewawancara
: Perpisahan dari sekolah ya?
Partisipan
: Iya. Eh, dari kelas sih bukan dari sekolah hehe (tersenyum).
Pewawancara
: Cara
bergaul
Axxx
dengan
teman-teman
di
homeschooling kayak apa sih? Partisipan
: Sebenarnya sih kalo di sekolah tuh, engga...engga di sekolah sih kalo di luar rumah tuh pendiem begitu. Engga dateng-dateng langsung “Hei!” gitu. Jadi diem sendiri-sendiri.
Pewawancara
: Memangnya Axxx orangnya pendiem?
Partisipan
: Kalo di rumah engga tapi kalo di luar rumah iya hehe (tertawa).
Pewawancara
: Kalo sama orang gimana? Suka nyapa engga?
Partisipan
: Kalo kenal nyapa, tapi kalo engga kenal senyum aja.
Pewawancara
: Sering menghibur temannya kalo lagi sedih engga?
Partisipan
: Ya sering.
Pewawancara
: Contohnya kayak apa?
Partisipan
: Contohnya kayak misalnya lagi galau apa, misalnya siapa gitu yang putus hehe (tersenyum), yaa di itu aja (tersenyum kembali) kaya diajak bercanda atau diajak ngobrol-ngobrol aja, sharing dulu.
Pewawancara
: Terus ngasih solusi engga?
Partisipan
: Yaaa kadang-kadang kalo bisa ngasih.
Pewawancara
: Kalo temennya lagi kesulitan?
Partisipan
: Kaya gimana?
Pewawancara
: Ya misalnya temen kamu lagi kekurangan duit, uang jajannya di potong atau apa gitu?
Partisipan
: Ya bantu.
Pewawancara
: Biasanya gimana cara bantuinnya?
Partisipan
: Kalo ya misalnya, misalnya lagi engga bawa duit ya di jajanin hehehe (tertawa) atau apa. Kalau masalah keluarga, paling sharing abis itu hibur deh (tersenyum).
Pewawancara
: Perasaan Axxx setelah membantu gimana?
Partisipan
: Seneng sih, soalnya kan biar bisa temennya lebih engga terlalu sedih lagi, engga terlalu mikirin hehe (tersenyum).
Pewawancara
: Ada perasaan kalo suatu saat temen yang dibantu akan bantu balik ke kita?
Partisipan
: Engga sih. Ikhlas-ikhlas aja hehehe (tertawa).
Pewawancara
: Tapi kadang punya perasaan seperti itu engga?
Partisipan
: Kadang ada.
Pewawancara
: Kalo Axxx lagi sedih biasanya suka cerita ke temen engga?
Partisipan
: Cerita. Tapi yang bisa di ceritain sih. Misalnya kaya engga semuanya. Kaya misalnya apa yaa (berpikir, mata melihat ke samping kiri) masalah sama temen lain atau eehhmmm (bergumam) ya gitu-gitu aja masalah di sekolah gitu.
Pewawancra
: Terus tanggapan temen-temen Axxx gimana ketika kamu lagi cerita ke mereka?
Partisipan
: Dengerin. Kalo mereka bisa ngasih solusi, merek ngasih.
Pewawancara
: Punya temen yang beda agama?
Partisipan
: Ada, he’eh ada.
Pewawancara
: Sikap kamu ke temen kamu itu gimana?
Partisipan
: Ya sama aja sih. Engga dibeda-bedain.
Pewawancara
: Axxx itu termasuk orang yang mudah beradaptasi engga sih di lingkungan baru?
Partisipan
: Beradaptasi sih mudah, tapi kalo bersosialisasi kurang hehehe (tersenyum).
Pewawancara
: Kenapa memang?
Partisipan
: Eeehhhmm gimana ya (berpikir sambil membenarkan posisi tempat duduk menjadi bersandar ke kursi)... kadang tuh agak takut ngomong, berpendapat, untuk ngomong sama orang lain tuh agak susah. Ya gatau sih gitu aja hehe (terseyum).
Pewawancara
: Oh gitu hehe (tersenyum). Biasanya kamu kalo cara memperkenalkan diri di lingkungan baru itu seperti apa?
Partisipan
: Perkenalkan diri? Eehhhmm kalo ada yang ini, yang nanya aja hehehe (tertawa). Kalo engga ada yang nanya, engga hehe (tertawa sambil memegang handphone). Jadi misalkan ada yang datengin “Hai, namanya siapa?” baru ngobrol hehe (tertawa sambil memegang hidung)
Pewawancara
: Dulu pas pindah ke sini kan pasti belum kenal siapasiapa. Cara pertama kali kamu interaksi disini tuh gimana?
Partisipan
: Eeehhmmm (berpikir)...ada pas pertama masuk kan ada yang nyapa gitu ya, akhirnya ngobrol abis itu lamaaa, gimana yaa (berpikir dengan wajah agak bingung), trial class...kan ada trial class pas lagi itu kan. Itu, apa namanya jadi ngobrol sama dia dulu dan sama Hxxxxxx juga.
Pewawancara
: Tapi kalau sama Hxxxxxx kan kamu beda jenjang tuh ya?
Partisipan
: Iya iya, itu yang pertama kali juga beda, kelas VIII juga yang pertama kali nanya aku.
Pewawancara
: Jadi pas trial class itu semua di gabung?
Partisipan
: Eeeehhhhmmm (bergumam) engga. Kan...bukan trial class sih. Pertama kan kumpul di aula dulu gitu kan. Nah dia nanya pas di situ, kalo di trial class ada lagi, tapi aku engga deket sama dia. Pertama kali aku masuk, aku cewe sendiri di kelas jadi engga terlalu deket sama yang lainnya.
Pewawancara
: Suka berbagi makanan engga sih sama temen-temen?
Partisipan
: Eeehhhmm (bergumam) kalo bawa dari rumah hehehe (tertawa) tapi biasanya bawa. Ya bagi. Kan engga enak juga kalo makan sendiri hehehe (tertawa).
Pewawancara
: Kamu sering bantu tutor bawain sesuatu engga?
Partisipan
: Yaaaa kadang-kadang kan dimintain tolong gitu kan.
Pewawancara
: Biasanya dimintain tolong apa?
Partisipan
: Bawain proyektor atau kabel-kabelnya gitu.
Pewawancara
: Terima kasih ya sudah bersedia kakak wawancarai hari ini.
Partisipan
: Iya kak, sama-sama.
TRANSKRIP WAWANCARA INTI SISWA
Partisipan
:B
Tempat
: Ruang Konsultasi Siswa di Homescshooling Kak Seto
Tanggal
: 16 Januari 2015
Waktu
: 10:30 WIB
Pewawancara
: Assalamu’alaikum. Hai apa kabar K?
Partisipan
: Wa’alaikumsalam kak. Alhamdulillah baik.
Pewawancara
: Hari ini kita bertemu lagi untuk melanjutkan wawancara.
Partisipan
: Iya, kak.
Pewawancara
: Langsung aja ya mulai wawancaranya. Kamu punya teman atau sahabat di homeschooling?
Partisipan
: Punya (tersenyum).
Pewawancara
: Namanya siapa?
Partisipan
: Gxxxx.
Pewawancara
: Kenapa kamu senang bermain dengan dia?
Partisipan
: Hahaha (tertawa keras)...eeehhmmm (berpikir) orangnya tuh walaupun frontal tapi ya emang ga ngomongin di belakang tapi ngomongnya langsung, kadang juga suka nyemangatin hahaha (tertawa).
Pewawancara
: Bagaimana cara kamu main sama dia?
Partisipan
: Kita palingan jalan bareng, ngobrol-ngobrol apa aja.
Pewawancara
: Biasanya kalau jalan kemana?
Partisipan
: Nongkrong kadang di sekitar di Mxx, Sxxxx atau Bxxxxxxx, di sekitar sini-sini aja soalnya dia rumahnya di Bogor.
Pewawancara
: Punya temen deket atau sahabat di luar homeschooling?
Partisipan
: Eeehhmm (bergumam) dulu kan pesantren jadi eehhmmm (berpikir) di pesantren aja temennya.
Pewawancara
: Teman yang paling dekat saat di pesantren siapa?
Partisipan
: Eeehhmmm (berpikir, melihat ke atas) Axxx deh.
Pewawancara
: Axxx orangnya seperti apa?
Partisipan
: Diem-diem menghanyutkan.
Pewawancara
: Loh kok bisa seperti itu?
Partisipan
: Orangnya pendiem tapi kalo sekalinya ngomong langsung di perhatiin gitu.
Pewawancara
: Oohh diperhatiin. Seperti apa di perhatiinnya?
Partisipan
: Jadi kaya pada segan gitu sama dia. Soalnya dia juga yang eeehhmm (bergumam) kan di pesantren, dia hafalannya yang paling tinggi.
Pewawancara
: Kalau main sama Axxx itu apa aja yang kalian lakukan?
Partisipan
: Main bola kita, main futsal bareng.
Pewawancara
: Kamu memang hobi main bola ya?
Partisipan
: Iya. Olahraga sih sebenarnya, basket sama futsal juga.
Pewawancara
: Oohh. Oke sekarang aku tanya kapan kamu bertemu dengan teman-teman di homeschooling?
Partisipan
: Aku kan kesini pas pindah kelas 9 (sembilan). Deketnya sih baru sebulan dua bulan dari aku pindah kesini.
Pewawancara
: Kalau pergi sama mereka biasanya kapan?
Partisipan
: Eeehhmm (berpikir) tergantung mereka pada bisa. Aku mah bisa aja. Sekolah kan pulang siang tuh kadang kalo bisa jalan hari selasa ya jalan hari selasa, kamis ya kamis, tergantung mereka bisanya aja.
Pewawancara
: Punya temen dirumah engga?
Partisipan
: Engga punya temen dirumah.
Pewawancara
: Loh emang knp? Sama sekali engga punya?
Partisipan
: Engga ada. Soalnya dirumah anak seumuran aku engga ada, adanya anak kecil semua kak.
Pewawancara
: Berapa kali dalam satu minggu kamu bermain dengan teman-teman di homeschooling?
Partisipan
: (Berpikir sambil mengerutkan dahi) Tiga kali seminggu. Pas hari masuk sekolah aja.
Pewawancara
: Setiap ketemu selalu langsung pergi?
Partisipan
: Engga sih tergantung aja, nongkrong aja sih biasanya palingan (sambil menganggukkan-anggukkan kepala).
Pewawancara
: Kalo kalian ketemu, selain nongkrong apa aja yang kalian lakukan?
Partisipan
: Makan, ngobrol, jajan, nonton film.
Pewawancara
: Biasanya kalian ngobrolin apa sih?
Partisipan
: Ngobrolin tentang kegiatan sehari-hari.
Pewawancara
: Curhat juga engga?
Partisipan
: Engga, curhat engga.
Pewawancara
: Kamu sebelumnya pernah sekolah di sekolah formal?
Partisipan
: Pernah.
Pewawancara
: Dari kelas berapa kamu sekolah di sekolah formal?
Partisipan
: Dari SD kelas 1 (satu) sampai 6 (enam), terus pindah kan kelas 7 (tujuh) itu di swasta juga setengah tahun, pindah ke pesantren sampe naik ke kelas 9 (sembilan).
Pewawancara
: Boleh tau kamu sekolah formal dimana aja?
Partisipan
: SD itu di Ax-Bxxxx, SMP pas kelas 7 (tujuh) semester 1 (satu) di Ax-Bxxxx juga terus semester 2 (dua) pindah ke Ax-Sxxxx di pesantren.
Pewawancara
: Sejak kapan kamu sekolah di homeschooling?
Partisipan
: Naik kelas 9 (sembilan).
Pewawancara
: Berarti baru masuk tahun kemarin ya?
Partisipan
: Iya baru tahun kemarin.
Pewawancara
: Kenapa sih kamu lebih memilih homeschooling dari pada sekolah formal?
Partisipan
: Eeehhmm (bergumam) karena waktu itu kan pindah garagara ada masalah.
Pewawancara
: Masalah apa?
Partisipan
: Bandel hehehe (tertawa malu).
Pewawancara
: Bandel kenapa?
Partisipan
: Eeehhmm (berpikir) disana itu engga taat peraturan sering kabur juga hehehe (tertawa). Ya udah akhirnya bunda kan udah kena SP 2 (dua) kali, dari pada di drop out mending pindah aja kata bunda.
Pewawancara
: Kenapa engga masuk ke sekolah formal lagi?
Partisipan
: Katanya di HSKS aja, lebih gampang.
Pewawancara
: Maksudnya lebih gampang itu seperti apa?
Partisipan
: Bisa nerima yang pindahan murid kelas 9 (sembilan) gitu.
Pewawancara
: Selain itu, ada alasan lain kenapa kamu lebih milih sekolah di homeschooling?
Partisipan
: Awalnya sih engga mau tapi ya udah lah nikmatin aja di jalani aja Kak.
Pewawancara
: Oke, sekarang menurut kamu apa sih perbedaan yang kamu alami ketika sekolah di sekolah formal dengan yang di homeschooling?
Partisipan
: Beeeuuhh banyak Kak.
Pewawancara
: Contohnya seperti apa?
Partisipan
: Eeehhmm (bergumam) belajarnya, paling pertama tuh belajarnya. Di HSKS beda banget. Jadi HSKS, kan kalo di sekolah formal tiap hari nah kalo di HSKS cuma tiga hari dalam seminggu. Eeeehhmm (berpikir) belajarnya juga cuma yang UN aja yang inti-intinya jadi materi yang engga berbelit-belit banget gitu.
Pewawancara
: Kamu merasa nyaman engga sekolah disini?
Partisipan
: Nyaman banget (menunjukkan wajah senang).
Pewawancara
: Nyamannya kenapa?
Partisipan
: Waktunya efisien, santai. Ya enak lah pokoknya jadinya engga terlalu stres-stres banget.
Pewawancara
: Menurut kamu sikap teman-teman di homeschooling terhadap kamu seperti apa?
Partisipan
: Tergantung.
Pewawancara
: Tergantungnya seperti apa?
Partisipan
: Kalo lagi baik ya baik, kalo lagi nyolot ya nyolot. Tergantung dia sama aku juga.
Pewawancara
: Nah kalo sikap teman-teman kamu dulu waktu di sekolah formal gimana?
Partisipan
: Lebih banyak yang engga suka.
Pewawancara
: Kenapa memangnya?
Partisipan
: Hehehe (tertawa) bandel sih udah gitu juga nyolot hehehe (tertawa).
Pewawancara
: Terus cara bermain kamu dengan teman-teman di homeschooling seperti apa sih?
Partisipan
: Ngobrol, bercanda, joke-joke ringan gitu aja, tapi kan ada yang engga bisa diajak bercanda, yang bisa diajak bercanda aja sih. Eeehhmm (bergumam) kadang kalo lagi ada tugas ngerjain tugas sambil ngobrol.
Pewawancara
: Kamu pernah engga menghibur teman yang lagi sedih?
Partisipan
: Pernah.
Pewawancara
: Kamu nolongin apa?
Partisipan
: Sedihnya gimana dulu nih?
Pewawancara
: Ya apa aja.
Partisipan
: Sedih karena ada masalah atau lagi engga ada duit? Hehehe (tertawa).
Pewawancara
: Iya misalkan seperti itu.
Partisipan
: Pernah waktu itu temen ada yang lagi engga ada duit aku pinjemin, kalo engga kalo emang lagi ada duit banyak itu kadang-kadang bayarin makan atau nonton.
Pewawancara
: Kalo temen kamu lagi ada masalah bagaimana cara kamu menolong dia?
Partisipan
: Kan biasanya kan ngobrolnya di Line, aku ngasih masukan-masukan aja. Banyak sih yang kaya gitu Kak, banyak banget malah hampir setiap hari, duh sampe pusing.
Pewawancara
: Oh kamu jadi tempat curhatan teman-teman kamu ya?
Partisipan
: Iya. Jadi ada kalo ada maunya.
Pewawancara
: Teman kamu ada yang seperti itu?
Partisipan
: Ada, jadi butuh kalo ada maunya. Ada yang kaya gitu cuma jadi tempat curhat doang, kalo engga ada apa ya bodo amat gitu.
Pewawancara
: Kalau kamu lagi sedih biasanya curhat ke teman engga?
Partisipan
: Hehehe (tertawa) ke Gxxxx doang.
Pewawancara
: Terus tanggapan si Gxxxx ketika mendengar cerita kamu bagimana?
Partisipan
: Kadang-kadang cuma ngomong “Oh” doang tapi kadangkadang dikasih saran. Ya memang kaya gitu dia haha (tertawa). Tapi sekalinya hasih saran ya ngebantu sih.
Pewawancara
: Oh ya, tadi kan kamu bilang pernah membantu teman yang sedang kesulitan. Perasaan kamu setelah membantu bagaimana?
Partisipan
: Iya, ngebantu dia beliin makan. Perasaannya sih sempet nyesel juga karena uang yang untuk besok-besok jadi habis, tapi ya udah sih ikhlasin aja, lagi juga nanti akan dapet lagi.
Pewawancara
: Pada saat kamu menolong, pernah punya perasaan kalau suatu saat teman yang kita tolong akan menolong kita di kemudian hari?
Partisipan
: Eeeehhmm
engga
terlalu
itu
sih,
engga
terlalu
mengharapkan imbalan, ikhlas aja mau digantiin engga apa-apa kalo mau diganti ya udah engga apa-apa. Pewawancara
: Kamu punya teman yang berbeda agama?
Partisipan
: Nah itu Gxxxx beda agama.
Pewawancara
: Agama dia apa?
Partisipan
: Hindu.
Pewawancara
: Sikap kamu ke dia bagaimana?
Partisipan
: Biasa aja. Aku temenan sama orangnya kok bukan sama agamanya. Agama kan beda-beda, kepercayaan orang kan masing-masing engga bisa dipaksain.
Pewawancara
: Kamu punya teman yang kekurangan fisik?
Partisipan
: Punya.
Pewawancara
: Sikap kamu ke dia bagaimana?
Partisipan
: Sama aja. Sikap aku ke dia sama aja kaya sikap aku ke temen aku yang lainnya.
Pewawancara
: Ngomong-ngomong kamu termasuk orang yang mudah beradaptasi di lingkungan baru engga sih?
Partisipan
: Hehehe (tertawa) iya gampang banget.
Pewawancara
: Cara kamu memperkenalkan diri di lingkungan baru seperti apa?
Partisipan
: Engga ngenalin gitu sih. Aku langsung main masuk-masuk aja, jadi ya bodo amat jadi pas kenalannya pas udah gabung aja. Pertama ikut-ikutan entar baru kenalan gitu.
Pewawancara
: Kamu sering berbagi makanan atau minuman ke temanteman engga?
Partisipan
: Engga hahaha (tertawa).
Pewawancara
: Sama sekali engga pernah berbagi makanan atau minuman ke teman?
Partisipan
: Pernah sih.
Pewawancara
: Tapi seringnya kamu yang minta ke mereka ya?
Partisipan
: Iya hahaha (tertawa kencang).
Pewawancara
: Kamu sering bantu tutor engga?
Partisipan
: Membantu iya pernah.
Pewawancara
: Membantu apa?
Partisipan
: Bawain alat-alat buat belajar, kaya infocus gitu Kak.
Pewawancara
: Kamu sering menyela pembicaraan orang lain engga?
Partisipan
: Hehehe (tertawa) sering banget.
Pewawancara
: Misalnya seperti apa?
Partisipan
: Misalnya dia belum selesai ngomong aku langsung nanya.
Pewawancara
: Terus sikap teman kamu itu bagaimana?
Partisipan
: Langsung kesel hahaha (tertawa).
Pewawancara
: Pernah merasakan kesedihan orang lain?
Partisipan
: Gimana nih maksudnya?
Pewawancara
: Misalnya teman kamu lagi sedih karena suatu hal, nah kamu merasa simpati ke dia atau engga?
Partisipan
: Oh iya, waktu itu temen aku gagal PDKT, biasa Kak hehe (tertawa).
Pewawancara
: Terus sikap kamu bagaimana?
Partisipan
: “Udah bro yang sabar ya, gue juga ikut ngerasa kesedihan elo”, kaya gitu aja sih hehe (tersenyum).
Pewawancara
: Cara kamu memberikan kesan pertama dengan orang lain bagaimana sih?
Partisipan
: Aku jadi diri sendiri, mau dianggap apa kek terserah.
Pewawancara
: Misalnya seperti apa?
Partisipan
: Ya kalo misalnya (berpikir) gimana ya kalo misalnya belom deket ya biasa aja dulu, tapi kalo udah deket baru nunjukkin diri aja yang sebenarnya.
Pewawancara
: Sikap kamu kalo ketemu tutor atau orang-orang disini bagaimana?
Partisipan
: Kadang-kadang mengucapkan Assalamu’alaikum atau kadang-kadang “Hai, Kak”.
Pewawancara
: Salim tangan engga kalo ketemu sama tutor?
Partisipan
: Iya, kalo salim mah tetep.
Pewawancara
: Kamu kalau sama orang yang belum dikenal sikapnya bagaimana sih?
Partisipan
: Seperti biasa aja.
Pewawancara
: Seperti biasanya kaya apa?
Partisipan
: Sekedar say hi, kalo misalnya dia tau orangnya seperti begini-begini ya nanya aja, nanya tentang diri dia aja.
Pewawancara
: Terima kasih adik Balfas sudah bersedia menjadi informan Kakak dan meluangkan waktunya untuk diwawancarai.
Partisipan
: Iya engga apa-apa Kak. Terima kasih kembali.
TRANSKRIP WAWANCARA INTI
Partisipan
:S
Tempat
: Melalui Telepon
Tanggal
: 17 Januari 2016
Waktu
: 16:00 WIB
Pewawancara
: Assalamu’alaikum Wr. Wb?
Partisipan
: Wa’alaikumsalam Wr. Wb.
Pewawancara
: Apa kabar Gxxx?
Partisipan
: Alhamdulillah baik kak. Kakak apa kabar?
Pewawancara
: Alhamdulillah baik juga.
Partisipan
: Kak maaf aku ngebatalin janjian ketemuannya. Soalnya aku lagi engga bisa keluar rumah.
Pewawancara
: Oh iya Gxxx engga apa-apa.
Partisipan
: Maaf ya kak.
Pewawancara
: Iya iya, hehe (tersenyum).
Partisipan
: Mulai wawancaranya nih kak?
Pewawancara
: Iya sekarang aja kita mulai.
Partisipan
: Oke kak.
Pewawancara
: Oh ya, terus tanda tangan surat persetujuannya gimana?
Partisipan
: Oh iya ya ada surat persertujuan. Duh, gimana ya kak? Eehhmmm (berpikir) kaka kirim ke e-mail aja suratnya.
Pewawancara
: Oke. Nanti tanda tangannya di scan ya.
Partisipan
: Kenapa di scan kak?
Pewawancara
: Ya kalo engga di scan gimana aku bisa punya surat pernyataan yang ada tanda tangan kamu Gxxx?
Partisipan
: Eh iya juga ya kak, hahaha (tertawa).
Pewawancara
: Hahaha (tertawa).
Partisipan
: Ya udah nanti aku kirimin deh.
Pewawancara
: Kita mulai aja ya wawancaranya?
Partisipan
: Iya kak, boleh boleh.
Pewawancara
: Sejak kapan kalian saling kenal?
Partisipan
: Sejak dulu.
Pewawancara
: Sejak dulunya kapan?
Partisipan
: Sejak SMP
Pewawancara
: Kelas berapa?
Partisipan
: Kelas 1.
Pewawancara
: Sejak kapan kalian mulai berteman atau bersahabat?
Partisipan
: Sejak dia minjem pulpen ke saya pada saat pelajaran. Jadi gini kak, pertama kan guru masuk, kejadiannya kalo engga salah kelas 7. Setelah masuk tiba-tiba langsung ulangan mendadak. Pada saat itu dia kebingunan nyarinyari sesuatu, terus dia menghampiri saya abis itu nanya “boleh minjem pulpen engga?”, terus saya kasih pulpennya, begitu kak ceritanya. Jadi pada saat ulangan saya ambil pulpennya balik terus saya ajak ngobrol, saya ajak ke kantin.
Pewawancara
: Kenapa kamu senang bermain dengan dia?
Partisipan
: Karena orangnya asik kak, lucu.
Pewawacara
: Bagaimana cara kamu bermain dengan dia?
Partisipan
: Biasanya sih dia…dia sih yang sering itu ngajak bercanda, kalo saya sih diem-diem aja. Biasa aja. Dia yang sering ke saya ngajak bercanda, cari perhatian ke saya gitu.
Pewawancara
: Contohnya seperti apa?
Partisipan
: Biasanya melakukan hal-hal yang konyol, gila-gilaan, gila-gila bareng gitulah kak hehehe (tersenyum).
Pewawancara
: Misalnya melakukan hal konyol seperti apa?
Partisipan
: Yaaa nyanyi-nyanyi di kelas, teriak-teriakan engga jelas. Ya gitu-gitu lah kak, hahaha (tertawa).
Pewawancara
: Kapan kalian saling bertemu?
Partisipan
: Pada saat di sekolah.
Pewawancara
: Kalau di luar sekolah saling bertemu engga?
Partisipan
: Iya, tapi jarang kak.
Pewawancara
: Kenapa?
Partisipan
: Karena ini kak rumah aku sama dia lumayan jauh, jadi jarang ketemuan.
Pewawancara
: Seringnya cuma ketemu di sekolah aja ya?
Partisipan
: Iya.
Pewawancara
: Berapa kali dalam satu minggu kalian bertemu?
Partisipan
: Lima atau berapa yaaa (berpikir)
Pewawancara
: Lima hari itu maksudnya hari masuk sekolah aja gitu?
Partisipan
: Iya hari sekolah.
Pewawancara
: Kalau di luar hari sekolah biasanya berapa kali ketemuannya?
Partisipan
: Paling dua kali kak.
Pewawancara
: Oh dua kali ya. Itu pas kapan kalian ketemu?
Partisipan
: Sabtu sama Minggu.
Pewawancara
: Oooh weekend aja ya?
Partisipan
: Iya weekend.
Pewawancara
: Hal apa saja yang biasa kalian lakukan ketika bertemu?
Partisipan
: Main, makan, makan bareng, terus sama ngobrol-ngobrol tentang sekolah.
Pewawancara
: Menurut kamu dia orangnya seperti apa sih?
Partisipan
: Haduuuh dia itu orangnya super heboh.
Pewawancara
: Hehehe (tertawa) terus?
Partisipan
: Lucu, kocak abis, kadang-kadang otaknya nyangkut kadang juga engga hahaha (tertawa). Ya pokoknya kocak lah kak.
Pewawancara
: Senang atau engga punya sahabat seperti dia?
Partisipan
: Ya ada senangnya, ada juga engganya.
Pewawancara
: Kenapa engga senangnya?
Partisipan
: Yaaa kadang-kadang gitu aja hahaha (tertawa).
Pewawancara
: Maksudnya gitunya gimana?
Partisipan
: Ya kadang-kadang nyambung, kadang-kadang bicaranya engga jelas kak. Jadi begitu hehe (tertawa). Tapi ada asiknya sih kak walaupun dia begitu.
Pewawancara
: Bagaimana sikap dia dengan teman-teman yang lain selain kamu?
Partisipan
: Waktu dulu mungkin engga pada kenal, pada saat ketemu saya, dia jadi gila-gilaan, jadi apa namanya tuh udah dikenalin lah diciriin lah sama orang-orang hehe (tertawa), kayak misalnya temen-temen tuh pada bilang “nah nih dia nih orang-orang yang agak-agak engga jelas gitu hahaha (tertawa). Tapi engga jelasnya tuh engga jelas kocak kak menghibur. Dia juga baik sama tementemennya, malah diajak ketawa-ketawa juga.
Pewawancara
: Kakak mau minta diceritain dong awal pertama kalian saling kenal? Siapa dulu yang pertama kali ngajak kenalan?
Partisipan
: Ya seperti yang di bilang pertama kali tadi saya kak, yang pada saat ulangan mendadak dia celingak-celinguk kayak mencari sesuatu. Terus dia langsung menghampiri saya langsung bertanya boleh minjem pulpen engga. Terus saya kasih pulpennya ke dia, terus duduk ulangan. Selesai ulangan baru saya ambil lagi pulpen saya, nyamperin dia terus ngobrol-ngobrol abis itu ngajakin dia ke kantin kak.
Pewawancara
: Berarti yang ngajak kenalan duluan kamu?
Partisipan
: Iya, saya yang ngajak duluan.
Pewawancara
: Awalnya gimana kamu ngajak ngobrol dia?
Partisipan
: Pertama kan udah selesai ulangan. “Pulpennya boleh saya minta?” terus dia bilang “nih silahkan”. Saya ngajak dia ke kantin bareng makan bakso di sana, terus kata dia ayo ke sana, langsung ngobrol-ngobrol di kantin. Jadi ceritanya ngobrol-ngobrol kak. Setelah itu lama-lama kebiasaan sampai beberapa hari, akhirnya kenal deket kak.
Pewawancara
: Kamu pernah di hibur sama dia ketika sedang bersedih?
Partisipan
: Jarang sih kak. Soalnya saya kalo ada kesedihan jarangjarang cerita kak.
Pewawancara
: Kamu engga cerita ke dia walaupun dia temen kamu?
Partisipan
: Mmmhhmm (menganggukkan kepala) engga cerita.
Pewawancara
: Kamu pernah di bantu sama dia ketika sedang mengalami kesulitan?
Partisipan
: Pernah.
Pewawancara
: Waktu itu kamu lagi kenapa?
Partisipan
: Waktu itu, pada saat tugas PR. Saya sering kontakkontak sama dia, kontak BBM nanya-nanya soal sama dia. Jadi gitu kak.
Pewawancara
: Terus hal apa yang dia lakukan ketika kamu bertanya tugas PR?
Partisipan
: Dia sering ngajarin saya rumus-rumus soal MTK, saya kebingungan sama soal MTK kak, rumus-rumusnya saya engga ngerti. Jadi saya kontak BBM dia, terus dia ngasih rumus yang mudah-mudah.
Pewawancara
: Bagaimana sikap dia terhadap teman yang berbeda suku, agama, dan ras, budaya, gender dan kekurangan fisik?
Partisipan
: Baik. Baik-baik aja, malah diajak bercanda-canda juga.
Pewawancara
: Menurut kamu, dia orangnya seperti apa?
Partisipan
: Dia itu orangnya kocak, gokil, ada sisi yang baiknya, ada sisi yang engga jelasnya. Ya gitu gitu lah kak hehe (tertawa).
Pewawancara
: Dia mudah beradaptasi di lingkungan baru tidak?
Partisipan
: Mudah kak.
Pewawancara
: Mudahnya bagaimana?
Partisipan
: Soalnya dia tuh kan nganggep lingkungan itu kayak rumah dia sendiri kak. Jadi semua orang itu dianggep dia kayak temen bukan musuh.
Pewawancara
: Dia sering berbagi makanan atau minuman engga ke teman-teman?
Partisipan
: Sering, kak. Kadang-kadang dia kalo bawa makanan dari kantin suka bilang ada yang mau engga, biasanya entar gitu, nawarin ke temen-temen.
Pewawancara
: Kamu tau alasan kenapa dia pindah sekolah yang dulu?
Partisipan
: Tau.
Pewawancara
: Dia pernah cerita ke kamu?
Partisipan
: Pernah.
Pewawancara
: Dia cerita ke kamu kayak gimana?
Partisipan
: Dia bilang kalo ada masalah gitu di sekolah. Emang waktu itu kan kayak ada acara-acara gitu kan, terus engga tau gimana awalnya dia engga cerita secara detail kak, mungkin terlalu privasi. Dia ada perselisihan gitu sama wali kelas, dia sempet ngelawan omongan wali kelas. Dia juga ada masalah sama temennya kak.
Pewawancara
: Oh begitu. Dia cuma cerita begitu aja ke kamu?
Partisipan
: Iya.
Pewawancara
: Baik Agung, wawancara kita hari ini selesai sampai di sini.
Partisipan
: Iya.
Pewawancara
: Baik Agung, wawancara kita hari ini selesai sampai di sini.
Partisipan
: Iya.
Pewawancara
: Terima kasih waktunya dan ketersediaan kamu untuk kakak wawancara.
Partisipan
: Iya, kak.
Pewawancara
: Assalamu’alaikum.
Partisipan
: Wa’alaikumsalam.
TRANSKRIP WAWANCARA INTI
Partisipan
:V
Tempat
: Melalui Telepon
Tanggal
: 17 Januari 2016
Waktu
: 18:30 WIB
Pewawancara
: Hai Vxxxx?
Partisipan
: Hai, kak.
Pewawancara
: Kamu apa kabar?
Partisipan
: Baik kak.
Pewawancara
: Udah siap untuk wawancara sekarang?
Partisipan
: Iya.
Pewawancara
: Oya Vxxxx, e-mail saya sudah sampai ke kamu? Surat persetujuannya sudah di isi belum? Soalnya aku belum dapet e-mail balasan dari kamu.
Partisipan
: Ya ampun kak maaf aku lupa.
Pewawancara
: Bisa di kirim hari ini juga?
Partisipan
: Iya kak bisa bisa, setelah wawancara ini deh aku kirim.
Pewawancara
: Oke, kakak tunggu. Secepatnya ya Vxxxx hehe (tertawa)
Partisipan
: Iya, kak.
Pewawancara
: Baik, sekarang langsung kita mulai aja ya ke pertanyaan yang pertama.
Partisipan
: Iya, kak.
Pewawancara
: Sejak kapan kamu dengan Txxx saling kenal?
Partisipan
: Awal masuk sekolah.
Pewawancara
: Di sekolah mana? Waktu SD atau yang SMP?
Partisipan
: Waktu di SMP.
Pewawancara
: SMP di homeschooling?
Partisipan
: Iya, kak.
Pewawacara
: Sejak kapan kalian berteman atau bersahabat?
Partisipan
: Sejak pertama masuk sekolah. Aku di kenalin sama temen aku dan ternyata temennya dia temen aku juga, ya udah kita kenalan.
Pewawancara
: Kenapa kamu senang bermain dengan dia?
Partisipan
: Orangnya baik, walaupun pertama melihat kayak orang jutek. Tapi sebenarnya dia baik banget kak.
Pewawancara
: Bagaimana cara kamu bermain dengan dia?
Partisipan
: Kita ngobrol, cerita, saling curhat gitu, makan bareng.
Pewawanccara
: Kapan kalian saling bertemu?
Partisipan
: Di HSKS, pas hari sekolah.
Pewawancara
: Kalo di luar HSKS suka ketemu engga?
Partisipan
: Jarang sih kak.
Pewawancara
: Kenapa?
Partisipan
: Aku jarang keluar rumah, main-main gitu.
Pewawancara
: Ooh. Jadi sering ketemunya kalau di sekolah aja ya?
Partisipan
: Iya kak.
Pewawancara
: Berapa kali dalam satu minggu kalian bertemu?
Partisipan
: Eeehhmmm (berpikir)…tiga kali, kan jadwal sekolah kak.
Pewawancara
: Kalau di luar hari sekolah biasanya berapa kali ketemuannya?
Partisipan
: Eehhmmm (berpikir) tergantung sih kak.
Pewawancara
: Biasanya berapa kali, sebulan mungkin aja kan kalian ketemuan? Hehe (tertawa).
Partisipan
: Eeehhhmm (berpikir) dua sampe tiga kali kayaknya kak.
Pewawancara
: Kapan waktunya kalian ketemu?
Partisipan
: Kalo di luar jam sekolah sih weekend kak, tapi engga selalu weeken sih. Tergantung bisanya kita aja.
Pewawancara
: Hal apa saja yang biasa kalian lakukan ketika bertemu?
Partisipan
: Ngobrol-ngobrol, cerita-cerita kak.
Pewawancara
: Cerita apa?
Partisipan
: Yaaa apa yaaa (berpikir). Ya cerita-cerita aja gitu kaya curhat kak. Txxx sering curhat ke aku.
Pewawancara
: Biasanya curhat apa?
Partisipan
: Masalah sekolahnya, masalah pelajaran, kadang masalah pribadi juga sih kak.
Pewawancara
: Suka pergi keluar bareng engga?
Partisipan
: Suka, tapi engga sering kak.
Pewawancara
: Biasanya pergi kemana?
Partisipan
: Palingan juga makan di luar. Pergi bareng-bareng sama yang lain juga.
Pewawancara
: Menurut kamu dia orangnya seperti apa sih?
Partisipan
: Baik, ramah, kadang suka ngelucu juga, kadang manja kadang bisa jadi dewasa.
Pewawancara
: Senang atau engga punya sahabat seperti dia?
Partisipan
: Seneng banget kak. Dia nyambung kalo diajak ngobrol.
Pewawancara
: Bagaimana sikap dia dengan teman-teman yang lain selain kamu?
Partisipan
: Baik juga. Cuma dia itu kalau sama orang yang belom di kenal jutek gitu kak, dia diem aja sama orang itu. Tapi kalo udah kenal dan deket sama dia, beeuuhh dia itu ramah banget, baik, dan asik deh pokoknya kalo di ajak ngobrol hehe (tertawa).
Pewawancara
: Kakak mau minta diceritain dong awal pertama kalian saling kenal? Siapa dulu yang pertama kali ngajak kenalan?
Partisipan
: Pas awal masuk kan di sini di kumpulin jadi satu tuh kak. Terus aku awal bukan kenalan sama Txxx. Aku kenalan sama temen aku yang baru kenal di situ juga. Di HSKS kan ada trial class tuh kak. Nah ternyata aku sama Txxx tuh satu kelas. Temen aku ini nih ternyata udah kenal
sama Txxx, dia di kelas saling ngobrol dan aku di kenalin ke Txxx sama temen aku. Ternyata aku sama Txxx satu kelas. Awal Txxx tuh sombong banget kak hehe (tertawa). Aku sering ajak ngobrol aja, lama-lama kita saling kenal, makin akrab. Pewawancara
: Berarti yang ngajak kenalan duluan kamu?
Partisipan
: Iya kak.
Pewawancara
: Gimana awal kamu ngajak ngobrol sama dia?
Partisipan
: Ya aku tanya-tanya aja, ngajak ngobrol, nanya rumahnya dimana, ngobrolin hobi-hobi kita, nanya-nanya pelajaran. Gitu-gitu deh kak.
Pewawancara
: Kamu pernah di hibur sama dia ketika sedang bersedih?
Partisipan
: Sering kak. Dia walaupun kadang kayak anak kecil tapi dia bisa bersikap dewasa. Kalo aku curhat sama dia, dia suka ngasih saran, nasihat juga.
Pewawancara
: Kamu pernah di bantu sama dia ketika sedang mengalami kesulitan?
Partisipan
: Pernah kak.
Pewawancara
: Waktu itu kamu lagi kenapa?
Partisipan
: Aku waktu itu ada masalah di keluarga kan, terus aku cerita sama dia.
Pewawancara
: Masalah apa? Aku boleh tau?
Partisipan
: Masalah pribadi kak. Masalah internal. Aku engga bisa ceritain. Maaf kak.
Pewawancara
: Oh iya engga apa-apa kalau engga bisa cerita.
Partisipan
: Maaf ya kak.
Pewawancara
: Iya engga apa-apa. Aku malah yang minta maaf.
Partisipan
: Iya kak.
Pewawancara
: Sikap dia terhadap teman yang berbeda suku, agama, dan ras, budaya, gender dan kekurangan fisik?
Partisipan
: Baik. Baik kak.
Pewawancara
: Dia menerima teman apa adanya ya?
Partisipan
: Iya kak. Dia mah engga masalah dengan agama atau apa pun itu.
Pewawancara
: Dia mudah beradaptasi di lingkungan baru tidak?
Partisipan
: Agak susah sih menurut aku.
Pewawancara
: Kenapa?
Partisipan
: Dia agak egois sih Kak. Tapi penyesuaian diri dia di lingkungan baru tuh paling susah kak. Mesti kita dulu yang negor dia.
Pewawancara
: Dia sering berbagi makanan atau minuman engga ke teman-teman?
Partisipan
: Sering kak.
Pewawancara
: Biasanya apa yang sering kamu bagi ke mereka?
Partisipan
: Macem-macem sih kak.
Pewawancara
: Misalnya?
Partisipan
: Kalo kita lagi jalan terus temen-temen yang laim minta traktiran, nah nanti si Txxx traktir kita.
Pewawancara
: Kamu tau alasan kenapa dia pindah sekolah yang dulu?
Partisipan
: Tau, tapi engga banget-banget.
Pewawancara
: Dia cerita ke kamu kayak gimana?
Partisipan
: Dia bilang ada masalah sama temen di sekolahnya yang dulu. Terus dia itu kan dulu sakit yang mengharuskan Txxx banyak-banyak istirahat. Kan kalo di sekolah formal engga bisa banyak absen tuh kak, jadi dia memilih untuk keluar dari sekolah yang dulu terus masuk homeschooling.
Pewawancara
: Oh begitu. Oke deh makasih ya Vxxxx udah bersedia kakak wawancara.
Partisipan
: Iya kak.
Pewawancara
: Selamat malam.
Partisipan
: Malam kak.
TRANSKRIP WAWANCARA INTI
Partisipan
:I
Tempat
: KFC Bintaro
Tanggal
: 18 Desember 2015
Waktu
: 13:20 WIB
Pewawancara
: Assalamu’alaikum Ixxxxx?
Partisipan
: Wa’alaikumsalam, Kak.
Pewawancara
: Ixxxxx apa kabar?
Partisipan
: Alhamdulillah
baik
kak.
Sekarang
nih
kak
wawancaranya? Pewawancara
: Iya sekarang kita mulai ya. Kakak mulai dari pertanyaan Sejak kapan kalian saling kenal dan sejak kapan kalian berteman?
Partisipan
: Mmmmhhhmm dari kecil sih kak kita temenan, dari umur 2 (dua) tahun. Kita itu kan tetanggaan dulunya (sambil tersenyum).
Pewawancara
: Loh
emang
kalau
sekarang
kalian
udah
engga
tetanggaan? Partisipan
: Engga kak. Hxxx kan di Sektor 9 (sembilan), kalo aku di Bxxxxxx Jxxx Sxxxxx 3 (tiga) A.
Pewawancara
: Ooohh kirain sampai sekarang tetanggaan, hehehe (tertawa).
Partisipan
: Udah engga kak, hehe (tertawa).
Pewawacara
: Ya sudah kita lanjut ke pertanyaan lainnya. Ixxxxxx, Kenapa kamu senang bermain dengan dia?
Partisipan
: Mmhhhmm gimana ya kak (berpikir) Hxxx itu orangnya baik sih. Asik anaknya, agamis juga orangnya.. mmhhmmm agamis banget deh kak, hehe (tersenyum).
Pewawancara
: Bagaimana cara kamu bermain dengan dia?
Partisipan
: Gimana ya kak...mmhhhhmmm (berpikir).
Pewawancara
: Gimana apanya? (tersenyum)
Partisipan
: Hehehe (tertawa)…kita biasa aja sih kak, cerita-cerita gitu, main ke rumah temen, makan bareng, pergi ke mall.. ya gitu aja sih kak.
Pewawancara
: Kapan kalian saling bertemu?
Partisipan
: Kalau kita ada waktu aja sih kak.
Pewawancara
: Biasanya saat kapan? Saat weekend kah?
Partisipan
: Engga juga sih kak.
Pewawancara
: Berapa kali dalam satu minggu kalian bertemu?
Partisipan
: Engga nentu sih kak. Sebisanya kita aja. Karena kita kan sekolahnya beda nih, jam masuknya dan pulang sekolahnya kan pasti beda kak, ya kalo mau ketemuan biasanya kita janjian dulu nyamain jadwal masingmasing kak.
Pewawancara
: Hal apa saja yang kalian lakukan ketika bertemu?
Partisipan
: Eeehhmm (berpikir)…banyak sih kak.
Pewawancara
: Misalnya seperti apa?
Partisipan
: Eeehhhmm (berpikir)…cerita-cerita tentang sekolah sih kak.
Pewawancara
: Contohnya cerita tentang sekolah yang bagaimana?
Partisipan
: Cerita tentang belajar di homeschooling tuh begini begini begini, tuker-tukeran informasi tentang sekolah masingmasing aja sih kak.
Pewawancara
: Oooh begitu.
Partisipan
: Iya, kak.
Pewawancara
: Menurut kamu dia orangnya seperti apa sih?
Partisipan
: Hxxx itu orangnya baiiiikkk banget, dewasa, udah kayak kakak aku aja dia, agamis juga orangnya. Friendly banget deh kak orangnya, bener. Hahaha (tertawa).
Pewawancara
: Dia bukan termasuk orang yang pendiam?
Partisipan
: Mmhhhmmm…gimana ya kak…dia ga pendiam sih kalo sama aku.
Pewawancara
: Menjadi dirinya sendiri ya kalau lagi sama kamu? Engga malu-malu orangnya?
Partisipan
: Iya kak, engga…jaim gitu deh anaknya. Kalo sama aku, dia itu ya apa adanya aja.
Pewawancara
: Senang atau engga punya sahabat seperti dia?
Partisipan
: Seneng kak, seneng banget (tersenyum). Dia enak kalau diajak ngobrol, kalau aku curhat, dia suka ngasih saran ke aku.
Pewawancara
: Bagaimana sikap dia dengan teman-teman yang lain selain kamu?
Partisipan
: Hhhmmm…Hxxx…biasa aja sih kak.
Pewawancara
: Biasa aja gimana?
Partisipan
: Yaaaa, baik. Baik juga dia sama yang lain. Hani tuh orangnya baik kak ke siapa aja.
Pewawancara
: Bagaimana awal pertama kalian saling kenal?
Partisipan
: Dari mbak-mbak kita, hahaha (tertawa).
Pewawancara
: Maksudnya kenal dari asisten rumah tangga kalian?
Partisipan
: Iya kak hehehe (tersenyum). Kita kan tetanggaan, nah kenalnya ya dari mbak-mbak kita itu deh. Kita sering main sampai sekarang, dan satu sekolahan.
Pewawancara
: Satu sekolahan di sekolah yang dulu?
Partisipan
: Iya, di sekolah Pxxxxxxxxxx Jxxx.
Pewawancara
: Kamu pernah di hibur sama dia ketika sedang bersedih?
Partisipan
: Pernah kak, bahkan sering banget. Hehehe (tersenyum).
Pewawancara
: Contohnya seperti apa?
Partisipan
: Mmmhhhhmm (berpikir)…kayak aku lagi ada masalah sama temen nih kak, entar dia bilangin ke aku “udahlah
ga usah dipikirin, kalau udah engga cocok sama elo ya udah biarin aja”. Pewawancara
: Kamu pernah di bantu sama dia ketika sedang mengalami kesulitan?
Partisipan
: Pernah kak. Dia itu baik banget orangnya. Kalo aku lagi kesulitan terus minta saran ke dia, nah dia kasih saran yang membantu banget buat aku.
Pewawancara
: Misalnya kamu sedang kesulitan apa?
Partisipan
: Yaaa gimana ya kak…masalah pribadi kak. Maaf kak aku engga bisa cerita.
Pewawancara
: Oohh...iya aku ngerti, engga apa-apa kalau kamu engga bisa ceritain. Maaf ya.
Partisipan
: Iya kak engga apa-apa..hehehe (tersenyum).
Pewawancara
: Kita lanjut ke pertanyaan lainnya.
Partisipasi
: Iya, kak.
Pewawancara
: Bagaimana sikap dia terhadap teman yang berbeda suku, agama, dan ras, budaya, gender dan kekurangan fisik?
Partisipan
: Eeehhhmm (bergumam)…Hxxx biasa aja sih kak sama mereka yang beda suku, agama, ras dan sebagainya. Hxxx tetep baik sama mereka.
Pewawancara
: Biasa aja karena cuek?
Partisipan
: Eehhhmm (bergumam), gimana ya kak, ya bukan cuek engga peduli gitu, tapi ya biasa aja kak.
Pewawancara
: Engga mempermasalahkan teman yang berbeda dari dia?
Partisipan
: Iya. Hxxx itu engga mempermasalahkan sih kak, dia yaaa (berpikir) baik aja sama mereka. Berteman seperti yang lain aja.
Pewawancara
: Menurut kamu, dia orang yang mudah beradaptasi dilingkungan baru tidak?
Partisipan
: Menurut aku nih ya kak?
Pewawancara
: Iya menurut kamu.
Partisipan
: Menurut aku, hhhmmm (bergumam) hahhaha (tertawa sambil melihat ke arah temannya)…Hani itu orangnya baik, periang, ke-ibuan, dewasa kak. Dia itu bisa jadi kakak buat aku. Pokoknya Hani baik banget kak menurut aku hehehe (tersenyum).
Pewawancara
: Dia sering berbagi makanan atau minuman engga ke teman-teman?
Partisipan
: Hhhmmm
(bergumam)…berbagi
kak.
Kita
sering
berbagi makanan atau minuman kak. Pewawancara
: Kayak sekarang ya?
Partisipan
: Iya kak kayak sekarang. (Partisipan diwawancarai sambil memakan makanan ringan). Kita sering berbagi makanan satu sama lain hehe (tersenyum).
Pewawancara
: Oya Indira, Hani pernah cerita ke kamu tentang alasan kenapa
dia
pindah
dari
sekolah
dan
memilih
homeschooling? Partisipan
: Iya dia pernah cerita ke aku kak.
Pewawancara
: Dia cerita seperti apa sama kamu?
Partisipasi
: Hhhhmm (bergumam)…dia cerita kalo udah engga betah di sekolah yang dulu.
Pewawancara
: Karena apa dia engga betah sekolah di sana?
Partisipan
: Dia sih cuma bilang, dia itu kan di sekolah yang dulu jarang masuk ya kak.
Pewawancara
: Iya. Terus dia bilang apa lagi?
Partisipan
: Dia itu kan waktu sekolah di sana sakit ya kak jadi jarang masuk. Nah, guru kan kalo dia masuk belajarnya ngulang yang kemaren-kemaren kak.
Pewawancara
: Eehhmmm…belajar ngulang yang kemaren-kemaren? Maksudnya gimana ya?
Partisipan
: Ooohh begini kak, maksudnya tuh guru mengulang materi pelajaran sebelumnya yang udah disampaikan
sama guru. Nah, temen-temennya kan jadi pada sebel ya kak sama Hxxx. Temen sekelasnya bilang “makanya masuk dong”. Yaaa Hani kan jadi ngerasa engga nyaman lagi kalo di kelas. Gitu aja sih kak Hxxx ceritanya. Pewawancara
: Kamu engga satu kelas sama Hxxx?
Partisipan
: Engga kak, kita engga sekelas.
Pewawancara
: Ooohh engga sekelas? Aku kira kalian sekelas.
Partisipan
: Engga kak (tersenyum). Yaaa Hxxx cuma cerita begitu aja sih kak, karena dia udah engga nyaman lagi sekolah di sana jadi dia pindah dan milih homeschooling. Dia pengen rasa nyaman ketika bersekolah. Lagi juga ya kak di sekolah formal kan banyak banget tugasnya, mungkin itu juga alasan yang membuat Hxxx pengen pindah.
Pewawancara
: Oke begitu yaa..
Partisipan
: Iya kak.
Pewawancara
: Oke deh, makasih banget ya Ixxxx sudah bersedia untuk aku wawancara.
Partisipan
: Iya kak, engga apa-apa.
Pewawancara
: Terima ksih atas waktunya.
Partisipan
: Iya kak.
TRANSKRIP WAWANCARA INTI
Partisipan
:M
Tempat
: Bakmi GM
Tanggal
: 13 Januari 2016
Waktu
: 17:00 WIB
Pewawancara
: Hai Mxxxx?
Partisipan
: Hai, kak.
Pewawancara
: Kamu apa kabar?
Partisipan
: Baik kak.
Pewawancara
: Udah siap untuk wawancara sekarang?
Partisipan
: Iya.
Pewawancara
: Kalau udah siap, ini ada surat persetujuan yang kemaren sempet aku bicarakan.
Partisipan
: Iya. Ini di isi nama lengkap?
Pewawancara
: Iya.
Partisipan
: Eh, tapi aku lupa sama NIS.
Pewawancara
: Engga usah di isi aja dulu, nanti gampang kamu tinggal kasih tau ke aku kalo sudah inget.
Partisipan
: Iya. Aku isi sekarang?
Pewawancara
: Iya silahkan di isi. Oh ya, surat ini berfungsi untuk merahasiakan data pribadi kamu selama kamu menjadi informan penelitian kakak.
Partisipan
: Oh gitu kak?
Pewawancara
: Iya.
Partisipan
: Nih kak udah (menyerahkan lembar persertujuan).
Pewawancara
: Baik, sekarang langsung kita mulai aja ya ke pertanyaan yang pertama. Sejak kapan kamu dengan Axxx saling kenal?
Partisipan
: Pas dia baru masuk sekolah tuh semester berapa yaaaa (berpikir).
Pewawacara
: Masuk sekolah dimana maksudnya?
Partisipan
: Yang di SMP xx.
Pewawancara
: Oh yang di SMP.
Partisipan
: Iya. Engga sih sebenarnya gini kak, kita kenalnya justru pas argy masuk SMP. Di xx tuh waktu itu ada acara, SMP xx sama SMA xx.
Pewawancara
: SMP xx dan SMA xx sekolahnya satu gedung?
Partisipan
: Engga, cuma pas acara itu kita langsung deket sih. Kita langsung contact-contact-an gitu, soalnya disuruh sama kakak kelas, ya udah aku iya iya-in aja.
Pewawancara
: Jadi waktu itu acara SMP dan SMA barengan?
Partisipan
: Iya. Waktu itu sih kak, cuma sekali doang tapi. Cuma kan waktu itu aku SMP-nya juga di xx jadi aku udah kenal Axxx sih dari acara itu, cuma deketnya baru pas mau naik kelas.
Pewawancara
: Naik kelas berapa?
Partisipan
: Kelas sepuluh. Tapi kita udah deket juga sih pas di SMP.
Pewawancara
: Oh kamu kakak kelasnya Axxx?
Partisipan
: Iya, dulu.
Pewawancara
: Sejak kapan kalian mulai berteman atau bersahabat?
Partisipan
: Waktu kapan yaaaaa (berpikir).
Pewawancara
: Seinget kamu deh kapan?
Partisipan
: Axxx kan masuk SMP xx itu kelas 7 semester 2. Nah waktu
itu
tuh
aku
kelas
berapa
berarti
yaaa
(berpiki)…berarti kelas 2 SMP. Ya disitu sih udah lumayan deket. Aku udah mulai ngajak dia ngobrol gitu. Pewawancara
: Kenapa kamu senang bermain dengan Axxx?
Partisipan
: Soalnya Axxx itu orangnya tuh baik banget dan dia itu kalau misalnya diajak ngobrol tuh nyambung, terus dia
itu kalau diajak curhat juga bisa bantuin nyelesaiin, bisa kasih nasihat. Tapi walaupun aku kakak kelasnya dia, tapi dia itu lebih dewasa gitu dari aku. Pewawancara
: Bagaimana cara kamu bermain dengan dia?
Partisipan
: Biasanya kita itu ngapain yaaa (berpikir)…paling kalo misalnya lagi di rumahnya dia, aku kan sering main tuh. Aku sih biasanya nonton youtube bareng, atau engga ngebahas idola kita juga gitu.
Pewawancara
: Kapan kalian saling bertemu?
Partisipan
: Kalau waktu masih di xx sih, kita ketemu ya di sekolah.
Pewawancara
: Kalau sekarang biasanya ketemunya dimana?
Partisipan
: Kalau untuk sekarang sih lagi jarang ketemu kak, karena Axxx kan sekarang lagi sibuk mau ujian-ujian tuh. Dia kan udah kelas 9.
Pewawancara
: Berapa kali dalam satu minggu kalian bertemu?
Partisipan
: Waktu itu sih kita ketemu kalo masih SMP pasti tiap hari kita ketemu. Kalo semenjak aku SMA berarti kayak weekend, kalo engga sama-sama sibuk 3 kali semingguan lah. Tapi sekarang-sekarang ini kita jarang ketemu karena Axxx sibuk mau ujian.
Pewawancara
: Hal apa saja yang kalian lakukan ketika bertemu?
Partisipan
: Paling dengerin lagu bareng-bareng, terus kalau lagi di mobil nyanyi bareng sambil teriak-teriak atau engga kita makan bareng.
Pewawancara
: Sering engga sih kalian bertemu untuk sekarang?
Partisipan
: Jarang sih, yang tadi aku bilang kak, Axxx lagi sibuk jadi kita jarang ketemu. Cuma waktu satu sekolah aja kita sering ketemu.
Pewawancara
: Menurut kamu dia orangnya seperti apa sih?
Partisipan
: Axxx itu orangnya itu konsisten.
Pewawancara
: Konsistennya ngapain?
Partisipan
: Jadi kalau misalnya dia udah meyakinkan kalau dia itu tujuannya mau ke sini, ya udah kita ke sini engga pindahpindah lagi. Terus dia itu misalkan kalau kita mau pergi tanpa direncanain dulu, tapi tetep aja kalau misalkan mau ke satu tempat ya udah ke sana aja, kita jadinya jalan ke sana deh kak. Axxx juga orangnya ramah banget, dia walaupun punya masalah sama orang tetep aja baik sama orang itu, dia juga sopan…sopan banget, terus dia orangnya setia sih. Kalau dia punya temen dari dulu, dia pasti inget-inget terus engga pernah lose contact gitu.
Pewawancara
: Senang atau engga punya sahabat seperti dia?
Partisipan
: Seneng banget kak, dia baik banget soalnya.
Pewawancara
: Bagaimana sikap Axxx dengan teman-teman yang lain selain kamu?
Partisipan
: Dia sih orangnya asik banget kalau diajak temenan tuh, dia friendly. Kalau misalkan dia punya temen baru langsung di ajak main gitu atau engga dia langsung kayak “iya, kamu dari mana? Gini gini gini”. Dia tuh pokoknya friendly banget, asik, dan dia itu kalau di ajak ngomong sama siapa pun tuh pasti langsung nyambung.
Pewawancara
: Bagaimana awal pertama kalian saling kenal?
Partisipan
: Jadi waktu itu kan dia masuk SMP xx waktu kelas 7 semester 2. Nah aku di situ tuh kelas 8 semester 2 berarti kan. Nah terus, eeehhhhmmm (berpikir)…kita kan engga satu kelas kan kak. Terus ada kabar-kabar gitu kan kak kalau ada anak baru, anak-anak pada bilang “eh, ada anak baru tuh di kelas 7, cantik kok orangnya”. Terus habis itu udah kan. Guru aku juga bilang waktu itu kalau ada anak baru di kelas 7, cewek. Nah terus aku kan mau manggil temen aku juga, nah ternyata si Axxx itu sepupuan sama temen aku yang di kelas tujuh. Terus pas
aku mau manggil, dari belakang tuh emang mereka mirip banget kan jadinya kan aku salah manggil kan. Aku udah sempet giniin pundaknya (menepuk pundak) gitu, aku bilang ke dia “Eh, ke kantin bareng yuk. Lo kenapa diem aja di kelas?”. Terus pas dia nengok ke aku eh ternyata bukan temen aku kan, terus aku bilang ke Argy “eh, sorry ya gue kira lo temen gue” gitu kan, pas dia balik ke arah aku, mukanya dia kayak kesel gitu. Raut wajahnya kayak orang mau bilang lo tuh udah salah nyolot gitu. Aku kan emang orangnya dulu nyolot gitu kak kalau baru kenal sama orang hehehe (tertawa). Terus aku bilang “eh, sorry-sorry lo anak baru ya?”, dia jawab “iya~” dia lembut gitu ngomongnya. Terus aku bilang nama lo siapa, aku memperkenalkan diri aku lah dan dia juga memperkenalkan diri. Nah, gara-gara dia diem di kelas jadi aku ajak aja dia ke kantin. Akhirnya kita ngobrol-ngobrol, dia juga ngobrol sama temen aku kan. Cuma emang yang sering ngobrol itu ya aku berdua, aku sama Axxx maksudnya, jadi makanya aku bisa deket. Udah gitu aja kak. Pewawancara
: Awalnya emang kamu yang ngajak Axxx ngobrol duluan ya?
Partisipan
: Iya, kak. Ya waktu itu sih aku duluan, soalnya dia kan waktu itu kan masih anak baru.
Pewawancara
: Kamu pernah di hibur sama dia ketika sedang bersedih?
Partisipan
: Sering banget. Aku kalau ada apa-apa biasanya cerita ke dia, dan dia kalau ada apa-apa juga biasanya cerita ke aku.
Pewawancara
: Bagaimana cara Axxx menghibur kamu?
Partisipan
: Ya dia itu ngeliat dulu masalah aku tuh kayak gimana, nah terus dia coba nenangin aku sih kayak dia nanya
mending kamu begini begini begini, dia ngasih nasihat aku. Terus biasanya sih dia ngajakin makan. Engga tau kenapa kalo aku misalnya lagi sedih, dia lagi sedih kita langsung makan aja gitu, ngemil kek kayak makanan kecil gitu. Kalo engga minum. Minum apa sih tuh namanya biasanya Mbaknya suka bikinin apa yaaa (berpikir)…ada kayak minum gitu, aku lupa namanya. Terus di bawa havefun gitu. Dia ngebecandain-candain lagi, dia ngelucu-ngelucu lagi, atau engga ngasih videovideo yang lucu. Pewawancara
: Kamu pernah di hibur sama dia ketika sedang bersedih?
Partisipan
: Pernah kak, bahkan sering banget. Hehehe (tersenyum).
Pewawancara
: Contohnya seperti apa?
Partisipan
: Mmmhhhhmm (berpikir)…kayak aku lagi ada masalah sama temen nih kak, entar dia bilangin ke aku “udahlah ga usah dipikirin, kalau udah engga cocok sama elo ya udah biarin aja”.
Pewawancara
: Kamu pernah di bantu sama dia ketika sedang mengalami kesulitan?
Partisipan
: Apa ya paling yaaa (berpikir)…sejauh ini sih kayaknya engga deh. Engga pernah kayak aku punya masalah yang besar gitu sampai aku butuh bantuan dia kayaknya sih jarang sih. Paling cuma kalo kita mau makan, aku lagi engga ada duit, terus dia bilang “ya udah makan aja, pake duit gue dulu”. Tapi pas aku mau balikin uangnya, dia malah bilang “udah engga usah”.
Pewawancara
: Bagaimana sikap dia terhadap teman yang berbeda suku, agama, dan ras, budaya, gender dan kekurangan fisik?
Partisipan
: Iya aku juga sama Axxx kan beda agamanya. Dia Islam, aku non Islam. Nah pertamanya tuh Axxx engga tau kalo aku non Islam. Nah tiba-tiba dia kaget pas aku cerita kalo
aku lagi di gereja. Terus dia bilang “Oh, lu Kristen, Myu?”. Aku tuh ngingetin dia solat, aku ngingetin dia buat ngaji. Dia juga ngingetin aku kalo misalnya makan berdo’a, kalo misalnya tidur berdo’a, jangan lupa ke gereja, gitu gitu kak. Pewawancara
: Jadi saling mengingatkan gitu ya?
Partisipan
: Iya sih saling mengingatkan.
Pewawancara
: Menurut kamu, dia orang yang mudah beradaptasi di lingkungan baru tidak?
Partisipan
: Menurut aku iya, iya dia mudah banget beradaptasi di lingkungan baru sih. Misalnya kalo aku lagi ngenalin dia ke temen-temen aku, dia bisa enjoy bareng, join bareng kita juga gitu.
Pewawancara
: Dia sering berbagi makanan atau minuman engga ke teman-teman?
Partisipan
: Sering banget, sering banget. Dia sering traktir kita, dia sering ngajakin kita makan kemana-mana gitu. Dia baik banget pokoknya deh. Kalo misalnya soal makanan minuman tuh, eeemmhhmm (bergumam) misalnya ada temennya yang engga punya duit, misalnya aku, terus tiba-tiba dia bilang “ya udah Mxx engga apa-apa kamu pesen aja dulu pake duit aku”. Nah nanti kalo misalkan aku mau ganti, dia bilang “ya udah engga usah, engga apa-apa” gitu.
Pewawancara
: Mxxxx, kamu tau engga alasan kenapa Axxx pindah dari sekolah yang dulu dan memilih homeschooling?
Partisipan
: Tau.
Pewawancara
: Alasannya karena apa?
Partisipan
: Karena dia mau fokus ke musik.
Pewawancara
: Alasan kepindahan Axxx cuma karena ingin fokus ke musik aja? Engga ada alasan yang lain kah?
Partisipan
: Ada lagi.
Pewawancara
: Apa itu?
Pewawancara
: Di sekolah yang dulu kan kayak ada geng-gengan gitu loh kak, jadi dia itu kayak merasa engga suka gitu kalo ada geng-gengan gitu loh (sambil tersenyum).
Pewawancara
: Kalo alasan utama yang membuat Axxx pindah sekolah tuh karena apa?
Partisipan
: Tetep musik sih kak. Dia suka banget sama yang namanya musik. Dia tuh engga bisa kayak hidup tanpa musik gitu, soalnya apa-apa dia dengerin lagu, dia tau lagu baru aja dia tau, terus aransemen-aransemennya gitu.
Pewawancara
: Awalnya Axxx cerita engga kalo dia mau pindah dari sekolah SMP xx?
Partisipan
: Ya awalnya sih dia cuma cerita kayak dia engga suka gitu sekolah di SMP xx karena kayak banyak genggengan gitu. Dia awalnya ceritanya kayak begitu, tapi dia juga cerita kalo dia itu emang bener-bener mau fokus ke musik.
Pewawancara
: Keluarga memang suka seni?
Partisipan
: Engga sih, emang dia nya yang suka musik. Suka banget.
Pewawancara
: Dan orangtuanya juga mendukung kalo Axxx suka musik ya?
Partisipan
: Iya, orangtuanya ngedukung banget. Justru eeehhmm (bergumam) dia tuh udah daftar di sekolah musik gitu buat SMA.
Pewawancara
: Oh dia daftar sekolah SMA khusus musik?
Partisipan
: Iya.
Pewawancara
: Masih di daerah Jakarta?
Partisipan
: Di New York deh kalo engga salah.
Pewawancara
: Oke Mxxx wawancara kita hari ini udah selesai.
Partisipan
: Iya, kak.
Pewawancara
: Makasih banget ya atas waktunya, udah sering aku gangguin terus, hubungin kamu terus untuk bisa wawancara sama kamu hehe (tertawa).
Partisipan
: Engga apa-apa, hehehe (tertawa).
Pewawancara
: Makasih ya udah bersedia aku wawancara.
Partisipan
: Iya kak, sama-sama.
TRANSKRIP WAWANCARA INTI
Partisipan
:Y
Tempat
: Daebak Kafe
Tanggal
: 27 Desember 2015
Waktu
: 11:00 WIB
Pewawancara
: Assalamu’alaikum Wr. Wb. Perkenalkan nama saya Chentauri mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Mmhhhmm kalau boleh tau nama kamu siapa?
Partisipan
: Wa’alaikumsalam. Nama aku Yxxxxxx.
Pewawancara
: Nama lengkapnya siapa?
Partisipan
: Nama lengkap aku Yxxxxxx Qxxxxx Axxx.
Pewawancara
: Bisa kita mulai wawancaranya sekarang?
Partisipan
: Bisa kak.
Pewawancara
: Sejak kapan kamu kenal dengan Axxx?
Partisipan
: Sejak kelas 8 (delapan) SMP.
Pewawancara
: Kalian dulun satu kelas?
Partisipan
: Iya.
Pewawacara
: Kalian bersahabat atau berteman?
Partisipan
: Sahabatan, kak.
Pewawancara
: Sampai sekarang kalian sahabatan?
Partisipan
: Iya.
Pewawancara
: Sejak kapan kalian bersahabat?
Partisipan
: Dari kelas 8 itu, hehe (tersenyum).
Pewawancara
: Dulu kalian teman sebangku?
Partisipan
: Mmmhhmm (berpikir)…engga sebangku, eeehhhmmm (bergumam) depan belakang gitu duduknya kak.
Pewawancara
: Kenapa kamu senang bermain dengan dia?
Partisipan
: Karena nyambung kita ngobrolnya, hehehe (tertawa).
Pewawancara
: Biasanya kalo ketemu hal apa yang kalian bicarakan?
Partisipan
: Biasanya yaaa kayak kesukaan yang lagi booming gitu.
Pewawancara
: Misalnya kayak apa tuh?
Partisipan
: Misalnya film, musik.
Pewawancara
: Bagaimana sih cara kamu bermain sama Axxx?
Partisipan
: Kalau sekarang yaaa video call aja.
Pewawancara
: Udah jarang ketemu ya?
Partisipan
: Iya.
Pewawancara
: Kapan terakhir kalian ketemuan?
Partisipan
: Kalau engga salah ituuuu (berpikir, melihat ke atas)…waktu sebelum…apa yaa…kalau engga salah bulan November kayaknya.
Pewawancara
: November tahun ini?
Partisipan
: Iya, kalo engga salah bulan November.
Pewawancara
: Kapan kalian saling bertemu?
Partisipan
: Biasanya kalo hhhmmm (berpikir)…hhhmmm (berpikir melihat ke lantai) kalo Axxx lagi ke Depok aja. Misalnya ada acara apa gitu, terus engga sengaja kita ketemuan. Soalnya sama-sama udah punya kegiatan jadi yaaa susah juga.
Pewawancara
: Sewaktu kalian satu sekolah, waktu untuk bertemunya kapan?
Partisipan
: Biasanya kalo ada tugas sekolah sama di sekolah aja.
Pewawancara
: Engga pernah pergi bareng keluar?
Partisipan
: Eeehhmmmm (berpikir)…itu sih jarang juga, soalnya dia juga sibuk dan akunya juga sibuk kak.
Pewawancara
: Waktu di sekolah yang dulu, berapa kali sih dalam satu minggu kalian bertemu?
Partisipan
: Bisaaa…eehhmmm (berpikir)…tiap minggu ketemu sih biasanya.
Pewawancara
: Maksud kakak ketemu di luar jam sekolah. Misalnya pergi main bareng keluar gitu?
Partisipan
: Ooohh paling engga tentu, kak. Soalnya gimana yaaa (berpikir), aku sama Aufa ketemu kalo lagi ada tugas sekolah aja gitu, jarang ketemu untuk main.
Pewawancara
: Kalau dalam hitungan bulan, kamu inget engga berapa kali kalian bertemu?
Partisipan
: Eeehhmmm (mengingat-ingat)…antara 1 (satu) sampai 2 (dua) deh kayaknya.
Pewawancara
: Biasanya hal apa saja yang kalian lakukan kalau ketemu?
Partisipan
: Eeehhhmmm (bergumam) ngobrol, foto-foto, terus sama makan.
Pewawancara
: Menurut kamu, Axxx itu orangnya seperti apa?
Partisipan
: Axxx itu seru, terus nyambung ngobrolnya, sama pinter ngelawak juga.
Pewawancara
: Oh begitu, kelihatannya Axxx orangnya pendiem ya? Hehehe (tertawa)
Partisipan
: Iya, hehehe (tertawa).
Pewawancara
: Kamu senang atau engga punya sahabat kayak Axxx?
Partisipan
: Seneng.
Pewawancara
: Kenapa bisa senang punya sahabat seperti dia?
Partisipan
: Karena dia seru, hehehe (tersenyum).
Pewawancara
: Serunya seperti apa?
Partisipan
: Soalnya kita tuh nyambung ngobrolnya, jadi ya seneng gitu kan, karena ngobrolnya nyambung jadi yang diobrolin itu jadi seru, jadi ya seneng kak (sambil tersenyum).
Pewawancara
: Bagaimana sikap Axxx ke teman-teman yang dulu?
Partisipan
: Eeehhmmm…Axxx kalo ke temen-temen yang lain sih biasa aja.
Pewawancara
: Kalau lagi sama kamu gimana?
Partisipasi
: Kalau ssama aku jadi seru gitu. Tiba-tiba dia jadi heboh gitu.
Pewawancara
: Bagaimana awal pertama kalian saling kenal? Siapa yang pertama kali mengajak berkenalan?
Partisipan
: Seinget aku dulu eehhhmm (bepikir)…punya temen lagi, nah kalo engga salah dikenalin sama temen aku, temen dia juga.
Pewawancara
: Jadi kalian ini dikenalin sama temennya Axxx yang ternyata temen kamu juga?
Partisipan
: Iya. Awalnya kan belum begitu akrab terus jadinya makin hari makin kenal dan akrab sama Axxx.
Pewawancara
: Teman yang ngenalian kalian satu kelas sama kalian juga?
Partisipan
: Iya satu kelas.
Pewawancara
: Kamu pernah di hibur sama Axxx ketika lagi sedih?
Partisipan
: Eehhhmmm (bergumam)…pernah.
Pewawancara
: Bagaimana cara Axxx menghibur kamu?
Partisipan
: Bikin ketawa, kak. Dia ngelakuin hal yang konyol.
Pewawancara
: Axxx pernah bantu kamu ketika sedang kesulitan?
Partisipan
: Pernah, kak.
Pewawancara
: Biasanya Axxx ngelakuin apa?
Partisipan
: Eeehhmmm (bergumam) membantu hal apa aja yang kesulitan, misalnya membantu ngerjain soal matematika terus di bantu sama dia.
Pewawancara
: Bagaimana sikap Axxx dengan teman-teman yang beda suku, agama, dan ras, budaya, gender dan kekurangan fisik?
Partisipan
: Biasa aja sih kak. Engga ngehindar gitu.
Pewawancara
: Menurut kamu, dia orang yang mudah beradaptasi di lingkungan baru engga?
Partisipasi
: Kurang.
Pewawancara
: Kenapa kamu bisa bilang begitu?
Partisipan
: Karena dia pendiam, jadi orang ngeliatnya juga ya susah gitu untuk diajak ngobrol.
Pewawancara
: Pribadi dia itu seperti apa sih?
Partisipan
: Aslinya sih dia engga pendiam, cuma kalo misalnya baru-baru di tempat orang itu dia pendiam.
Pewawancara
: Dia butuh waktu dulu ya untuk bisa berbaur dengan orang lain?
Partisipan
: Iya.
Pewawancara
: Butuh waktu berapa lama?
Partisipan
: Waktu aku dulu sih, waktunya kalo engga salah 2 minggu deh, tapi selama 2 minggu itu harus rutin gitu. Maksudnya jangan jarang-jarang kita ngobrolnya gitu. Nah karena dulu kan kita duduknya depan belakang tiap hari sering ngobrol, nyambung dan kita jadi sahabatan sampe sekarang.
Pewawancara
: Axxx sering berbagi makanan dan minuman engga ke kamu?
Partisipan
: Iya.
Pewawancara
: Misalnya berbagi apa?
Partisipan
: Biasanya dia suka bagi-bagi somay gitu kalo lagi jajan.
Pewawancara
: Kamu tau alasan kenapa Axxx pindah sekolah?
Partisipan
: Eeehhmm (bergumam)…dia karena rumahnya pindah ke Tangerang.
Pewawancara
: Cuma karena pindah rumah aja?
Partisipan
: Iya, kak.
Pewawancara
: Engga ada masalah di sekolah?
Partisipan
: Kalo masalah sih kurang tau, tapi sih kayaknya engga ada.
Pewawancara
: Axxx engga cerita ke kamu kalau ada masalah disekolahnya sampai-sampai dia memutuskan untuk pindah sekolah?
Partisipan
: Engga, kak. Dia cuma bilang karena ayahnya kerja terus pindah rumahnya.
Pewawancara
: Oohh begitu.
Partisipan
: Iya, kak. Dia pindah ya cuma karena ayahnya kerja dan dia pindah rumahnya juga.
Pewawancara
: Yxxxxxx, wawancara kita hari ini sudah selesai.
Partisipan
: Iya.
Pewawancara
: Terima kasih atas waktu dan ketersediaan kamu untuk diwawancarai.
Partisipan
: Iya , kak sama-sama.
TRANSKRIP WAWANCARA INTI
Partisipan
:G
Tempat
: Melalui Telepon
Tanggal
: 17 Januari 2016
Waktu
: 14:00 WIB
Pewawancara
: Assalamu’alaikum Axxxx?
Partisipan
: Wa’alaikumsalam, Kak.
Pewawancara
: Apa kabar?
Partisipan
: Alhamdulillah baik. Kakak apa kabar?
Pewawancara
: Alhamdulillah baik juga.
Partisipan
: Kak, maaf ya kita jadinya wawancara lewat telepon. Soalnya dadakan ngasih kabar latihan futsalnya.
Pewawancara
: Iya Axxxx engga apa-apa, bersyukur kamu masih mau lanjut wawancaranya hehe (tertawa).
Partisipan
: Iya,
kak.
Hahaha
(tertawa).
Kak,
wawancaranya
sekarang aja, aku lagi istirahat nih. Pewawancara
: Oke sekarang kita mulai.
Partisipan
: Eh iya kak, suratnya itu nanti aku kirimin tanda tangan aku aja ya kak.
Pewawancara
: Astaga kakak hampir lupa, engga inget sama surat persetujuannya.
Partisipan
: Yaah si kakak, hahaha (tertawa).
Pewawancara
: Ya udah engga apa-apa di kirim. Nanti aku kirim formatnya, terus tanda tangannya jangan lupa di scan ya.
Partisipan
: Iya nanti aku scan deh.
Pewawancara
: Kakak mulai wawancaranya ya?
Partisipan
: Iya.
Pewawancara
: Sejak kapan kalian saling kenal?
Partisipan
: Sejak satu sekolah dulu.
Pewawancara
: Sejak kapan kalian mulai berteman atau bersahabat?
Partisipan
: Sejak berteman dekat.
Pewawancara
: Berteman dekat dari kapan?
Partisipan
: Awal masuk pas sekelas, kelas 7.
Pewawancara
: Kenapa kamu senang bermain dengan dia?
Partisipan
: Anaknya seru, enak di ajak bercanda.
Pewawacara
: Bagaimana cara kamu bermain dengan dia?
Partisipan
: Kita sering ledek-ledekan.
Pewawancara
: Ledek-ledekan masalah apa?
Partisipan
: Kayak main kata-kataan gitu sih, lebih ke ngatain satu sama lain, hahaha (tertawa).
Pewawancara
: Kapan kalian saling bertemu?
Partisipan
: Di sekolah.
Pewawancara
: Kalau di luar sekolah saling bertemu engga? Main bareng misalnya?
Partisipan
: Jarang.
Pewawancara
: Kenapa?
Partisipan
: Rumah kita jauh kak.
Pewawancara
: Berapa kali dalam satu minggu kalian bertemu?
Partisipan
: Lima hari.
Pewawancara
: Lima hari, maksudnya lima hari jadwal sekolah?
Partisipan
: Iya pas sekolah aja ketemunya.
Pewawancara
: Hal apa saja yang kalian lakukan ketika bertemu?
Partisipan
: Main bola, main PS.
Pewawancara
: Sering engga sih kalian bertemu untuk sekarang?
Partisipan
: Jarang banget. Karena sekarang kan kita udah engga satu sekolah lagi nih, paling kita BBM-an, Line, whatsapp.
Pewawancara
: Menurut kamu dia orangnya seperti apa sih?
Partisipan
: Baik sih, tapi engga terlalu, dia lumayan bandel hehehe (tertawa).
Pewawancara
: Bandelnya gimana?
Partisipan
: Suka bolos masuk pelajaran.
Pewawancara
: Senang atau engga punya sahabat seperti dia?
Partisipan
: Iya seneng.
Pewawancara
: Kenapa senang punya sahabat seperti dia?
Partisipan
: Orangnya baik, enak sih di ajak ngobrol.
Pewawancara
: Terus apa lagi?
Partisipan
: Udah.
Pewawancara
: Bagaimana sikap dia dengan teman-teman yang lain selain kamu?
Partisipan
: Sikapnya…eemmhhhmmm (berpikir) ya dia baik sih.
Pewawancara
: Bagaimana awal pertama kalian saling kenal?
Partisipan
: Kita kan duduknya depan-depanan, terus sering ngobrol bareng, main bareng. Terus akhirnya jadi akrab dan berteman.
Pewawancara
: Yang pertama kali ngajak ngobrol siapa?
Partisipan
: Saya.
Pewawancara
: Awalnya gimana kamu ngajak ngobrol dia?
Partisipan
: Waktu itu nanya tugas.
Pewawancara
: Tugas apa?
Partisipan
: Tugas PR matematika. Waktu itu aku pengen liat tugas matematika dia, terus dia bilang ya udah nih. Ya udah dia kasih liat. Semenjak itu kita sering ngobrol.
Pewawancara
: Kamu pernah di hibur sama dia ketika sedang bersedih?
Partisipan
: Pernah.
Pewawancara
: Bagaimana cara dia menghibur kamu?
Partisipan
: Waktu itu uang jajan aku ketinggalan, terus dia ngasih pinjeman uang ke aku buat jajan. Terus kita pulang bareng.
Pewawancara
: Kamu pernah di bantu sama dia ketika sedang mengalami kesulitan?
Partisipan
: Pernah.
Pewawancara
: Waktu itu kamu lagi kenapa?
Partisipan
: Lagi berenang, baru pengen berenang pas lagi di atas, terus aku di dorong ke bawah sama temen. Terus di bantu sama dia buat naik ke atas.
Pewawancara
: Bagaimana sikap dia terhadap teman yang berbeda suku, agama, dan ras, budaya, gender dan kekurangan fisik?
Partisipan
: Sikapnya sama aja baik, engga pernah ngeledekin.
Pewawancara
: Dia engga pernah membeda-bedakan teman ya?
Partisipan
: Iya, engga pernah ngebeda-bedain.
Pewawancara
: Menurut kamu, dia orangnya seperti apa?
Partisipan
: Orangnya yaaa…baik sih. Kadang-kadang anaknya rusuh.
Pewawancara
: Rusuhnya bagaimana?
Partisipan
: Kalo lagi main di rusuhin kayak di recokin gitu kak, ngisengin gitu dia.
Pewawancara
: Dia mudah beradaptasi di lingkungan baru tidak?
Partisipan
: Mudah.
Pewawancara
: Mudahnya bagaimana?
Partisipan
: Karena dia anaknya gimana yaaa (berpikir)…dia mudah bergaul, jadi gampang berbaur dengan yang lain.
Pewawancara
: Dia sering berbagi makanan atau minuman engga ke teman-teman?
Partisipan
: Jarang.
Pewawancara
: Tapi dia pernah engga berbagi makanan atau minuman walaupun sekali? Misalnya dia dari kantin beli makanan dan nawarin ke temen-temen gitu?
Partisipan
: Oh iya pernah. Waktu itu jam istirahat, terus dia ke kantin beli nasi kuning. Abis itu dia ke kelas nawarin ke temen-temen.
Pewawancara
: Kamu tau alasan kenapa dia pindah sekolah?
Partisipan
: Tau, kak.
Pewawancara
: Gimana tuh?
Partisipan
: Dia suka bolos sekolah, bolos pelajaran. Terus ketauan sama guru, guru BP.
Pewawancara
: Terus sama guru BP diapain?
Partisipan
: Di panggil, terus orang tuanya juga di panggil, di kasih surat peringatan kalau sekali lagi dia melakukan itu di keluarkan dari sekolah.
Pewawancara
: Cuma itu saja alasannya?
Partisipan
: Iya cuma itu sih yang aku tau. Dia cerita kayak gitu aja.
Pewawancara
: Oke deh, makasih banget ya sudah bersedia untuk aku wawancara.
Partisipan
: Iya kak, engga apa-apa.
Pewawancara
: Terima ksih atas waktunya.
Partisipan
: Iya kak.
Pewawancara
: Assalamu’alaikum.
Partisipan
: Wa’alaikumsalam kak.
TRANSKRIP WAWANCARA INTI
Partisipan
:I
Tempat
: KFC Bintaro
Tanggal
: 18 Desember 2015
Waktu
: 13:20 WIB
Pewawancara
: Assalamu’alaikum Ixxxxx?
Partisipan
: Wa’alaikumsalam, Kak.
Pewawancara
: Ixxxxx apa kabar?
Partisipan
: Alhamdulillah
baik
kak.
Sekarang
nih
kak
wawancaranya? Pewawancara
: Iya sekarang kita mulai ya. Kakak mulai dari pertanyaan Sejak kapan kalian saling kenal dan sejak kapan kalian berteman?
Partisipan
: Mmmmhhhmm dari kecil sih kak kita temenan, dari umur 2 (dua) tahun. Kita itu kan tetanggaan dulunya (sambil tersenyum).
Pewawancara
: Loh
emang
kalau
sekarang
kalian
udah
engga
tetanggaan? Partisipan
: Engga kak. Hxxx kan di Sektor 9 (sembilan), kalo aku di Bxxxxxx Jxxx Sxxxxx 3 (tiga) A.
Pewawancara
: Ooohh kirain sampai sekarang tetanggaan, hehehe (tertawa).
Partisipan
: Udah engga kak, hehe (tertawa).
Pewawacara
: Ya sudah kita lanjut ke pertanyaan lainnya. Ixxxxxx, Kenapa kamu senang bermain dengan dia?
Partisipan
: Mmhhhmm gimana ya kak (berpikir) Hxxx itu orangnya baik sih. Asik anaknya, agamis juga orangnya.. mmhhmmm agamis banget deh kak, hehe (tersenyum).
Pewawancara
: Bagaimana cara kamu bermain dengan dia?
Partisipan
: Gimana ya kak...mmhhhhmmm (berpikir).
Pewawancara
: Gimana apanya? (tersenyum)
Partisipan
: Hehehe (tertawa)…kita biasa aja sih kak, cerita-cerita gitu, main ke rumah temen, makan bareng, pergi ke mall.. ya gitu aja sih kak.
Pewawancara
: Kapan kalian saling bertemu?
Partisipan
: Kalau kita ada waktu aja sih kak.
Pewawancara
: Biasanya saat kapan? Saat weekend kah?
Partisipan
: Engga juga sih kak.
Pewawancara
: Berapa kali dalam satu minggu kalian bertemu?
Partisipan
: Engga nentu sih kak. Sebisanya kita aja. Karena kita kan sekolahnya beda nih, jam masuknya dan pulang sekolahnya kan pasti beda kak, ya kalo mau ketemuan biasanya kita janjian dulu nyamain jadwal masingmasing kak.
Pewawancara
: Hal apa saja yang kalian lakukan ketika bertemu?
Partisipan
: Eeehhmm (berpikir)…banyak sih kak.
Pewawancara
: Misalnya seperti apa?
Partisipan
: Eeehhhmm (berpikir)…cerita-cerita tentang sekolah sih kak.
Pewawancara
: Contohnya cerita tentang sekolah yang bagaimana?
Partisipan
: Cerita tentang belajar di homeschooling tuh begini begini begini, tuker-tukeran informasi tentang sekolah masingmasing aja sih kak.
Pewawancara
: Oooh begitu.
Partisipan
: Iya, kak.
Pewawancara
: Menurut kamu dia orangnya seperti apa sih?
Partisipan
: Hxxx itu orangnya baiiiikkk banget, dewasa, udah kayak kakak aku aja dia, agamis juga orangnya. Friendly banget deh kak orangnya, bener. Hahaha (tertawa).
Pewawancara
: Dia bukan termasuk orang yang pendiam?
Partisipan
: Mmhhhmmm…gimana ya kak…dia ga pendiam sih kalo sama aku.
Pewawancara
: Menjadi dirinya sendiri ya kalau lagi sama kamu? Engga malu-malu orangnya?
Partisipan
: Iya kak, engga…jaim gitu deh anaknya. Kalo sama aku, dia itu ya apa adanya aja.
Pewawancara
: Senang atau engga punya sahabat seperti dia?
Partisipan
: Seneng kak, seneng banget (tersenyum). Dia enak kalau diajak ngobrol, kalau aku curhat, dia suka ngasih saran ke aku.
Pewawancara
: Bagaimana sikap dia dengan teman-teman yang lain selain kamu?
Partisipan
: Hhhmmm…Hxxx…biasa aja sih kak.
Pewawancara
: Biasa aja gimana?
Partisipan
: Yaaaa, baik. Baik juga dia sama yang lain. Hani tuh orangnya baik kak ke siapa aja.
Pewawancara
: Bagaimana awal pertama kalian saling kenal?
Partisipan
: Dari mbak-mbak kita, hahaha (tertawa).
Pewawancara
: Maksudnya kenal dari asisten rumah tangga kalian?
Partisipan
: Iya kak hehehe (tersenyum). Kita kan tetanggaan, nah kenalnya ya dari mbak-mbak kita itu deh. Kita sering main sampai sekarang, dan satu sekolahan.
Pewawancara
: Satu sekolahan di sekolah yang dulu?
Partisipan
: Iya, di sekolah Pxxxxxxxxxx Jxxx.
Pewawancara
: Kamu pernah di hibur sama dia ketika sedang bersedih?
Partisipan
: Pernah kak, bahkan sering banget. Hehehe (tersenyum).
Pewawancara
: Contohnya seperti apa?
Partisipan
: Mmmhhhhmm (berpikir)…kayak aku lagi ada masalah sama temen nih kak, entar dia bilangin ke aku “udahlah
ga usah dipikirin, kalau udah engga cocok sama elo ya udah biarin aja”. Pewawancara
: Kamu pernah di bantu sama dia ketika sedang mengalami kesulitan?
Partisipan
: Pernah kak. Dia itu baik banget orangnya. Kalo aku lagi kesulitan terus minta saran ke dia, nah dia kasih saran yang membantu banget buat aku.
Pewawancara
: Misalnya kamu sedang kesulitan apa?
Partisipan
: Yaaa gimana ya kak…masalah pribadi kak. Maaf kak aku engga bisa cerita.
Pewawancara
: Oohh...iya aku ngerti, engga apa-apa kalau kamu engga bisa ceritain. Maaf ya.
Partisipan
: Iya kak engga apa-apa..hehehe (tersenyum).
Pewawancara
: Kita lanjut ke pertanyaan lainnya.
Partisipasi
: Iya, kak.
Pewawancara
: Bagaimana sikap dia terhadap teman yang berbeda suku, agama, dan ras, budaya, gender dan kekurangan fisik?
Partisipan
: Eeehhhmm (bergumam)…Hxxx biasa aja sih kak sama mereka yang beda suku, agama, ras dan sebagainya. Hxxx tetep baik sama mereka.
Pewawancara
: Biasa aja karena cuek?
Partisipan
: Eehhhmm (bergumam), gimana ya kak, ya bukan cuek engga peduli gitu, tapi ya biasa aja kak.
Pewawancara
: Engga mempermasalahkan teman yang berbeda dari dia?
Partisipan
: Iya. Hxxx itu engga mempermasalahkan sih kak, dia yaaa (berpikir) baik aja sama mereka. Berteman seperti yang lain aja.
Pewawancara
: Menurut kamu, dia orang yang mudah beradaptasi dilingkungan baru tidak?
Partisipan
: Menurut aku nih ya kak?
Pewawancara
: Iya menurut kamu.
Partisipan
: Menurut aku, hhhmmm (bergumam) hahhaha (tertawa sambil melihat ke arah temannya)…Hani itu orangnya baik, periang, ke-ibuan, dewasa kak. Dia itu bisa jadi kakak buat aku. Pokoknya Hani baik banget kak menurut aku hehehe (tersenyum).
Pewawancara
: Dia sering berbagi makanan atau minuman engga ke teman-teman?
Partisipan
: Hhhmmm
(bergumam)…berbagi
kak.
Kita
sering
berbagi makanan atau minuman kak. Pewawancara
: Kayak sekarang ya?
Partisipan
: Iya kak kayak sekarang. (Partisipan diwawancarai sambil memakan makanan ringan). Kita sering berbagi makanan satu sama lain hehe (tersenyum).
Pewawancara
: Oya Indira, Hani pernah cerita ke kamu tentang alasan kenapa
dia
pindah
dari
sekolah
dan
memilih
homeschooling? Partisipan
: Iya dia pernah cerita ke aku kak.
Pewawancara
: Dia cerita seperti apa sama kamu?
Partisipasi
: Hhhhmm (bergumam)…dia cerita kalo udah engga betah di sekolah yang dulu.
Pewawancara
: Karena apa dia engga betah sekolah di sana?
Partisipan
: Dia sih cuma bilang, dia itu kan di sekolah yang dulu jarang masuk ya kak.
Pewawancara
: Iya. Terus dia bilang apa lagi?
Partisipan
: Dia itu kan waktu sekolah di sana sakit ya kak jadi jarang masuk. Nah, guru kan kalo dia masuk belajarnya ngulang yang kemaren-kemaren kak.
Pewawancara
: Eehhmmm…belajar ngulang yang kemaren-kemaren? Maksudnya gimana ya?
Partisipan
: Ooohh begini kak, maksudnya tuh guru mengulang materi pelajaran sebelumnya yang udah disampaikan
sama guru. Nah, temen-temennya kan jadi pada sebel ya kak sama Hxxx. Temen sekelasnya bilang “makanya masuk dong”. Yaaa Hani kan jadi ngerasa engga nyaman lagi kalo di kelas. Gitu aja sih kak Hxxx ceritanya. Pewawancara
: Kamu engga satu kelas sama Hxxx?
Partisipan
: Engga kak, kita engga sekelas.
Pewawancara
: Ooohh engga sekelas? Aku kira kalian sekelas.
Partisipan
: Engga kak (tersenyum). Yaaa Hxxx cuma cerita begitu aja sih kak, karena dia udah engga nyaman lagi sekolah di sana jadi dia pindah dan milih homeschooling. Dia pengen rasa nyaman ketika bersekolah. Lagi juga ya kak di sekolah formal kan banyak banget tugasnya, mungkin itu juga alasan yang membuat Hxxx pengen pindah.
Pewawancara
: Oke begitu yaa..
Partisipan
: Iya kak.
Pewawancara
: Oke deh, makasih banget ya Ixxxx sudah bersedia untuk aku wawancara.
Partisipan
: Iya kak, engga apa-apa.
Pewawancara
: Terima ksih atas waktunya.
Partisipan
: Iya kak.
TRANSKRIP WAWANCARA INTI
Partisipan
:Y
Tempat
: Daebak Kafe Depok
Tanggal
: 27 Desember 2015
Waktu
: 11:00 WIB
Pewawancara
: Assalamu’alaikum Wr. Wb. Perkenalkan nama saya Chentauri mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Mmhhhmm kalau boleh tau nama kamu siapa?
Partisipan
: Wa’alaikumsalam. Nama aku Yxxxxxx.
Pewawancara
: Nama lengkapnya siapa?
Partisipan
: Nama lengkap aku Yxxxxxx Qxxxxx Axxx.
Pewawancara
: Bisa kita mulai wawancaranya sekarang?
Partisipan
: Bisa kak.
Pewawancara
: Sejak kapan kamu kenal dengan Aufa?
Partisipan
: Sejak kelas 8 (delapan) SMP.
Pewawancara
: Kalian dulun satu kelas?
Partisipan
: Iya.
Pewawacara
: Kalian bersahabat atau berteman?
Partisipan
: Sahabatan, kak.
Pewawancara
: Sampai sekarang kalian sahabatan?
Partisipan
: Iya.
Pewawancara
: Sejak kapan kalian bersahabat?
Partisipan
: Dari kelas 8 itu, hehe (tersenyum).
Pewawancara
: Dulu kalian teman sebangku?
Partisipan
: Mmmhhmm (berpikir)…engga sebangku, Hhhmmmhh (bergumam) depan belakang gitu duduknya kak.
Pewawancara
: Kenapa kamu senang bermain dengan dia?
Partisipan
: Karena nyambung kita ngobrolnya, hehehe (tertawa).
Pewawancara
: Biasanya kalo ketemu hal apa yang kalian bicarakan?
Partisipan
: Biasanya yaaa kayak kesukaan yang lagi booming gitu.
Pewawancara
: Misalnya kayak apa tuh?
Partisipan
: Misalnya film, musik.
Pewawancara
: Bagaimana sih cara kamu bermain sama Axxx?
Partisipan
: Kalau sekarang yaaa video call aja.
Pewawancara
: Udah jarang ketemu ya?
Partisipan
: Iya.
Pewawancara
: Kapan terakhir kalian ketemuan?
Partisipan
: Kalau engga salah ituuuu (berpikir, melihat ke atas)…waktu sebelum…apa yaa…kalau engga salah bulan November kayaknya.
Pewawancara
: November tahun ini?
Partisipan
: Iya, kalo engga salah bulan November.
Pewawancara
: Kapan kalian saling bertemu?
Partisipan
: Biasanya kalo hhhmmm (berpikir)…hhhmmm (berpikir melihat ke lantai) kalo Axxx lagi ke Depok aja. Misalnya ada acara apa gitu, terus engga sengaja kita ketemuan. Soalnya sama-sama udah punya kegiatan jadi yaaa susah juga.
Pewawancara
: Sewaktu kalian satu sekolah, waktu untuk bertemunya kapan?
Partisipan
: Biasanya kalo ada tugas sekolah sama di sekolah aja.
Pewawancara
: Engga pernah pergi bareng keluar?
Partisipan
: Eeehhmmmm (berpikir)…itu sih jarang juga, soalnya dia juga sibuk dan akunya juga sibuk kak.
Pewawancara
: Waktu di sekolah yang dulu, berapa kali sih dalam satu minggu kalian bertemu?
Partisipan
: Bisaaa…eehhmmm (berpikir)…tiap minggu ketemu sih biasanya.
Pewawancara
: Maksud kakak ketemu di luar jam sekolah. Misalnya pergi main bareng keluar gitu?
Partisipan
: Ooohh paling engga tentu, kak. Soalnya gimana yaaa (berpikir), aku sama Aufa ketemu kalo lagi ada tugas sekolah aja gitu, jarang ketemu untuk main.
Pewawancara
: Kalau dalam hitungan bulan, kamu inget engga berapa kali kalian bertemu?
Partisipan
: Eeehhmmm (mengingat-ingat)…antara 1 (satu) sampai 2 (dua) deh kayaknya.
Pewawancara
: Biasanya hal apa saja yang kalian lakukan kalau ketemu?
Partisipan
: Eeehhhmmm (bergumam) ngobrol, foto-foto, terus sama makan.
Pewawancara
: Menurut kamu, Axxx itu orangnya seperti apa?
Partisipan
: Axxx itu seru, terus nyambung ngobrolnya, sama pinter ngelawak juga.
Pewawancara
: Oh begitu, kelihatannya Axxx orangnya pendiem ya? Hehehe (tertawa)
Partisipan
: Iya, hehehe (tertawa).
Pewawancara
: Kamu senang atau engga punya sahabat kayak Axxx?
Partisipan
: Seneng.
Pewawancara
: Kenapa bisa senang punya sahabat seperti dia?
Partisipan
: Karena dia seru, hehehe (tersenyum).
Pewawancara
: Serunya seperti apa?
Partisipan
: Soalnya kita tuh nyambung ngobrolnya, jadi ya seneng gitu kan, karena ngobrolnya nyambung jadi yang diobrolin itu jadi seru, jadi ya seneng kak (sambil tersenyum).
Pewawancara
: Bagaimana sikap Axxx ke teman-teman yang dulu?
Partisipan
: Eeehhmmm…Axxx kalo ke temen-temen yang lain sih biasa aja.
Pewawancara
: Kalau lagi sama kamu gimana?
Partisipasi
: Kalau ssama aku jadi seru gitu. Tiba-tiba dia jadi heboh gitu.
Pewawancara
: Bagaimana awal pertama kalian saling kenal? Siapa yang pertama kali mengajak berkenalan?
Partisipan
: Seinget aku dulu eehhhmm (bepikir)…punya temen lagi, nah kalo engga salah dikenalin sama temen aku, temen dia juga.
Pewawancara
: Jadi kalian ini dikenalin sama temennya Axxx yang ternyata temen kamu juga?
Partisipan
: Iya. Awalnya kan belum begitu akrab terus jadinya makin hari makin kenal dan akrab sama Axxx.
Pewawancara
: Teman yang ngenalian kalian satu kelas sama kalian juga?
Partisipan
: Iya satu kelas.
Pewawancara
: Kamu pernah di hibur sama Axxx ketika lagi sedih?
Partisipan
: Eehhhmmm (bergumam)…pernah.
Pewawancara
: Bagaimana cara Axxx menghibur kamu?
Partisipan
: Bikin ketawa, kak. Dia ngelakuin hal yang konyol.
Pewawancara
: Axxx pernah bantu kamu ketika sedang kesulitan?
Partisipan
: Pernah, kak.
Pewawancara
: Biasanya Axxx ngelakuin apa?
Partisipan
: Eeehhmmm (bergumam) membantu hal apa aja yang kesulitan, misalnya membantu ngerjain soal matematika terus di bantu sama dia.
Pewawancara
: Bagaimana sikap Axxx dengan teman-teman yang beda suku, agama, dan ras, budaya, gender dan kekurangan fisik?
Partisipan
: Biasa aja sih kak. Engga ngehindar gitu.
Pewawancara
: Menurut kamu, dia orang yang mudah beradaptasi di lingkungan baru engga?
Partisipasi
: Kurang.
Pewawancara
: Kenapa kamu bisa bilang begitu?
Partisipan
: Karena dia pendiam, jadi orang ngeliatnya juga ya susah gitu untuk diajak ngobrol.
Pewawancara
: Pribadi dia itu seperti apa sih?
Partisipan
: Aslinya sih dia engga pendiam, cuma kalo misalnya baru-baru di tempat orang itu dia pendiam.
Pewawancara
: Dia butuh waktu dulu ya untuk bisa berbaur dengan orang lain?
Partisipan
: Iya.
Pewawancara
: Butuh waktu berapa lama?
Partisipan
: Waktu aku dulu sih, waktunya kalo engga salah 2 minggu deh, tapi selama 2 minggu itu harus rutin gitu. Maksudnya jangan jarang-jarang kita ngobrolnya gitu. Nah karena dulu kan kita duduknya depan belakang tiap hari sering ngobrol, nyambung dan kita jadi sahabatan sampe sekarang.
Pewawancara
: Axxx sering berbagi makanan dan minuman engga ke kamu?
Partisipan
: Iya.
Pewawancara
: Misalnya berbagi apa?
Partisipan
: Biasanya dia suka bagi-bagi somay gitu kalo lagi jajan.
Pewawancara
: Kamu tau alasan kenapa Axxx pindah sekolah?
Partisipan
: Eeehhmm (bergumam)…dia karena rumahnya pindah ke Tangerang.
Pewawancara
: Cuma karena pindah rumah aja?
Partisipan
: Iya, kak.
Pewawancara
: Engga ada masalah di sekolah?
Partisipan
: Kalo masalah sih kurang tau, tapi sih kayaknya engga ada.
Pewawancara
: Axxx engga cerita ke kamu kalau ada masalah disekolahnya sampai-sampai dia memutuskan untuk pindah sekolah?
Partisipan
: Engga, kak. Dia cuma bilang karena ayahnya kerja terus pindah rumahnya.
Pewawancara
: Oohh begitu.
Partisipan
: Iya, kak. Dia pindah ya cuma karena ayahnya kerja dan dia pindah rumahnya juga.
Pewawancara
: Yxxxxxx, wawancara kita hari ini sudah selesai.
Partisipan
: Iya.
Pewawancara
: Terima kasih atas waktu dan ketersediaan kamu untuk diwawancarai.
Partisipan
: Iya , kak sama-sama.